Post on 28-Mar-2019
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
�
� �
�
�
�
�
TRIWULAN I - 2010 �
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : kke_sby@bi.go.id
Visi, Misi dan Nilai Strategis
Bank Indonesia
Visi dan Misi
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Misi Bank Indonesia :
“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan
nasional yang berkesinambungan “
Visi Bank Indonesia :
Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional
melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan
stabil.
Nilai – Nilai Strategis :
Kompetensi – Intergritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersamaan.
Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter,
perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta
memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang
diberikan.”
i
KATA PENGANTAR
�
�
� Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa
Timur Triwulan I-2010 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian
daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan.
Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju
inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan harga.
Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan
data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan
pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif.
Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih
ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran
untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang
optimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan
kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
�
�
Surabaya, 4 Mei 2010
BANK INDONESIA SURABAYA
Mohamad Ishak Pemimpin
�
�
�
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN x
RINGKASAN EKSEKUTIF xi
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xvii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 2
a. Konsumsi 2
b. Investasi 5
c. Ekspor Impor 6
1.3 SISI PENAWARAN 11
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 12
b. Sektor Industri Pengolahan 14
c. Pertanian 15
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17
e. Bangunan 19
f. Transportasi dan Komunikasi 20
Boks 1 PERANAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI DALAM PEMBANGUNAN
DI JAWA TIMUR 23
Boks 2 DAMPAK ACFTA TERHADAP INDUSTRI MAKANAN-MINUMAN
DI JAWA TIMUR 26
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
2.1 UMUM 30
2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) 31
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 34
2.4 INFLASI MENURUT KOTA 36
2.5 INFLASI INTI DAN NON INTI 37
Boks 2 PERKIRAAN DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)
TERHADAP INFLASI DI JAWA TIMUR 40
ii
DAFTAR ISI
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 42
3.1 INTERMEDIASI BANK UMUM 42
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 43
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 44
3.1.3. KREDIT 48
3.1.4. KREDIT MIKRO KECIL MENENGAH (MKM) 49
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 52
3.2.1. RISIKO KREDIT 52
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 53
3.3 PERBANKAN SYARIAH 54
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 56
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 59
Boks 4
62
Boks 5
64
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
4.1 UMUM 66
4.2 APBD PROV DAN KAB/KOTA DI WILAYAH JAWA TIMUR 67
4.3 APBD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 67
4.4 REALISASI PENDAPATAN DAERAH 68
4.5 REALISASI BELANJA DAERAH 70
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 73
5.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 73
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 73
b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 75
5.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 76
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 77
b. Transaksi Kliring 78
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 79
iii
PENCANANGAN GERAKAN GEMAR MENABUNG DAN
UPAYA PERBANKAN DALAM MENDORONG PEREKONOMIAN JAWA
TIMUR
PELAKSANAAN PROGRAM TABUNGANKU DI JAWA TIMUR
BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 81
6.1 UMUM 81
6.2 KETENAGAKERJAAN 81
6.2.1. SKDU 82
6.2.2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 83
6.2.3. Upah Minimum Kab/Kota (UMK) 83
6.2.4. Perkembangan TKI di Jawa Timur 84
6.2.5. Upaya Pemerintah dan Dinas Terkait 85
6.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 86
6.3.1. Kesejahteraan Petani 86
6.3 6.3.2. Kesejahteraan Nelayan 87
BAB 7 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 89
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 89
7.2 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR 90
LAMPIRAN 92
iv
Tabel 1.1 Produksi dan Target Produksi Pertanian Jawa Timur 16
Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur 31
Tabel 2.2 Inflasi Jawa Timur (yoy) 34
Tabel 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) 34
Tabel 2.4 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy) 7 kota di Jawa Timur 35
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang Triwulan IV 2009 (yoy) 37
Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang Triwulan IV-
2009 (yoy)37
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur 42
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral 48
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 52
Tabel 3.4 NPL Kredit per Sektor 53
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya 59
Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2008-2009 66
Tabel 4.2 APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2009 - 2010 68
Tabel 4.3 Realisasi APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2010 69
Tabel 4.4 Sumber PAD (PKB Baru) Jawa Timur tahun 2006 -2010 69
Tabel 4.5 Realisasi Pendapatan APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2005 - 2010 70
Tabel 4.6 Realisasi Anggaran APBD Prov. Jawa Timur tahun 2010 71
Tabel 4.7 Realisasi Anggaran APBD Prov. Jawa Timur tahun 2006-2010 72
Tabel 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-Outflow) KBI 74
Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan tolakan Cek,Bilyet Giro di Jawa Timur 78
Tabel 6.1 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja (SBT) di Jawa Timur 82
Tabel 6.2 Data UMK Wilayah Jawa Timur 84
Tabel 6.3 Penempatan TKI Jawa Timur Berdasarkan Negara Tujuan 85
v
DAFTAR TABEL
Gambar 1.1 Indeks Penjualan Makanan Minuman 3
Gambar 1.2 Perkembangan Dana Perorangan di Perbankan 3
Gambar 1.3 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur 4
Gambar 1.4 Penjualan Motor Baru di Jawa Timur 4
Gambar 1.5 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan 4
Gambar 1.6 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 4
Gambar 1.7 Perkembangan Volume Penjualan Semen 6
Gambar 1.8 Perkembangan Penjualan Truk 6
Gambar 1.9 Perkembangan Impor Barang Modal 6
Gambar 1.10 Perkembangan PMTB 6
Gambar 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor 7
Gambar 1.12 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor 7
Gambar 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor 8
Gambar 1.14 Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor 8
Gambar 1.15 Neraca Perdagangan Luar Negeri 8
Gambar 1.16 Neraca Perdagangan Kumulatif 8
Gambar 1.17 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 8
Gambar 1.18 Jumlah Ship Calls 8
Gambar 1.19 Statistik Kontainer International 9
Gambar 1.20 Statistik Kontainer Domestik 9
Gambar 1.21 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2009 10
Gambar 1.22 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan 10
Gambar 1.23 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2009 - 2010 10
Gambar 1.24 Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat 10
Gambar 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 11
Gambar 1.26 Struktur Perekonomian Jawa Timur 11
Gambar 1.27 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan 11
Gambar 1.28 Jumlah Kapal Singgah di Pel. Tanjung Perak 12
Gambar 1.29 Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak 12
Gambar 1.30 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jawa Timur 13
Gambar 1.31 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jawa Timur 13
Gambar 1.32 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 13
Gambar 1.33 Perkembangan Impor Intermediate Goods 14
Gambar 1.34 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 16
Gambar 1.35 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 16
Gambar 1.36 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 17
Gambar 1.37 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 18
Gambar 1.38 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 18
Gambar 1.39 Perkembangan Fee Based Income 18
Gambar 1.40 Perkembangan Interest Based Income 18
Gambar 1.41 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 19
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.42 Arus Penumpang di Tanjung Perak 20
Gambar 1.43 Arus Barang di Tanjung Perak 20
Gambar 1.44 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 22
Gambar 1.45 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 22
Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 25
Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 25
Gambar 2.3 Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur 26
Gambar 2.4 Sumbangan Inflasi (qtq) Jawa Timur & Nasional 26
Gambar 2.5Pergerakan Harga Emas Dunia November 2009 - Maret
2010 27
Gambar 2.6 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Emas Perhiasan 27
Gambar 2.7 Perkembangan Harga Mingguan Gula Pasir 27
Gambar 2.8 Perkembangan Harga Bulanan Gula Pasir di dunia 27
Gambar 2.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan 28
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Sayur-Sayuran 28
Gambar 2.11 Perkembangan Harga Mingguan Daging Ayam & Daging Sapi 28
Gambar 2.12 Perkembangan Harga Mingguan Telur Ayam Ras 28
Gambar 2.13Persentase Sumbangan per-Kelompok terhadap Inflasi di
Jawa Timur Triwulan I-2010 29
Gambar 2.14Pergerakan Inflasi padaTiga Komoditas Penyumbang Inflasi
(yoy) tertinggi di Jawa Timur 30
Gambar 2.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 30
Gambar 2.16 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 30
Gambar 2.17 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 30
Gambar 2.18 Perkembangan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia 30
Gambar 2.19 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (yoy) 31
Gambar 2.20 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Triwulan I-2010 (qtq & yoy) 31
Gambar 2.21 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur ( qtq) 31
Gambar 2.22 Laju Inflasi Jatim Per Komponen (mtm) 32
Gambar 2.23 Laju Inflasi Jatim Per Komponen 32
Gambar 2.24 Perkembangan Inflasi Volatile Food 32
Gambar 2.25 Perkembangan Inflasi Administered Price 32
Gambar 2.26 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 33
Gambar 2.27 Perkembangan Capacity Utilization 33
Gambar 2.28 Ekspetasi Harga 3 Bulan ke Depan 34
Gambar 2.29 Ekspetasi Harga 6 Bulan ke Depan 34
Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan (yoy) 38
Gambar 3.2 Pertumbuhan Indikator Perbankan (qtq) 38
Gambar 3.3 Perkembangan LDR 38
Gambar 3.4 Perkembangan LDR per kelompok Bank 38
Gambar 3.5Perbandingan Proporsi Aktiva Produktif Tw IV 2009 dan Tw I
2010 39
Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 39
vii
Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 40
Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 40
Gambar 3.9 Komposisi DPK Bank Umum 40
Gambar 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 40
Gambar 3.11 Perkembangan Suku Bunga DPK 41
Gambar 3.12 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito 14 Bank dengan BI
Rate 42
Gambar 3.13Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito Perbankan di Jawa
Timur dengan BI Rate 42
Gambar 3.14 Suku Bunga Kredit dan BI Rate 43
Gambar 3.15 Pertumbuhan Kredit (yoy) 43
Gambar 3.16 Proporsi Kredit Sektoral 44
Gambar 3.17 Perkembanngan Kredit Sektoral 44
Gambar 3.18 Perkembangan Kredit MKM terhadap Total Kredit 45
Gambar 3.19 Perkembangan Kredit MKM dan Kredit Umum 45
Gambar 3.20 Perkembangan Kredit MKM dan KUK 45
Gambar 3.21 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) 45
Gambar 3.22 Pertumbuhan (yoy) kredit UMKM per jenis bank 46
Gambar 3.23 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 46
Gambar 3.24 Lima Besar Provinsi Penyalur KUR 46
Gambar 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jawa Timur 46
Gambar 3.26 Perkembangan NPL Per Kelompok Bank 47
Gambar 3.27 Perkembangan Non Performing Loans 47
Gambar 3.28 Perkembangan NPL Per Jenis Penggunaan Kredit 47
Gambar 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 49
Gambar 3.30 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 49
Gambar 3.31 Proporsi Perbankan Syari'ah di Jawa Timur 49
Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Per Jenis Simpanan 49
Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaaan 50
Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaaan 50
Gambar 3.35Non Performance Financing (NPF) Perbankan Syariah Jatim 50
Gambar 3.36 Finance to Deposit Ratio (NPF) Perbankan Syariah Jatim 50
Gambar 3.37 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 51
Gambar 3.38 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 51
Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 52
Gambar 3.40 Proporsi per Jenis Dana Pihak Ketiga BPR 52
Gambar 3.41 Pertumbuhan Kredit BPR Per Jenis Penggunaan 52
Gambar 3.42 Proporsi Lreit BPR per Jenis Penggunaan 52
Gambar 3.43 Proporsi Kredit Sektoral BPR 53
Gambar 3.44 Perkembangan LDR dan NPL BPR 53
Gambar 3.45 Perkembangan Indikator Bank ber-KP (qtq) 55
Gambar 3.46 Perkembangan Indikator Bank ber-KP (yoy) 55
viii
Gambar 3.47Proporsi DPK per Jenis Simpanan pada Bank Ber-KP di
Surabaya 56
Gambar 3.48 Proporsi Kredit per Jenis Penggunaan Bank Ber-KP di
Surabaya 56
Gambar 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat di Surabaya 56
Gambar 3.50 Proporsi Kredit Sektoral Bank Ber-KP di Surabaya 56
Gambar 4.1 APBD Prov dan Kab/Kota Jawa Timur 67
Gambar 4.2 APBD Prov dan Kab/Kota Jatim, Jabar dan Jateng 67
Gambar 4.3 Dana Pemerintah Provinsi/Kab/Kota Jawa Timur di Perbankan 71
Gambar 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) 75
Gambar 5.2 Perkembangan Net Inflow 75
Gambar 5.3 Inflow Outflow dan Netflow Gabungan 75
Gambar 5.4 Pemusnahan uang Tidak Layak Edar (PTTB) 75
Gambar 5.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur 76
Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS 77
Gambar 5.7 Transaksi Outgoing RTGS 77
Gambar 5.8 Transaksi Incoming RTGS 77
Gambar 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring di Jawa Timur 78
Gambar 5.10 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur 78
Gambar 5.11 Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring di Jawa Timur 79
Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 79
Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) 80
Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (nilai nominal) 80
Gambar 6.1 Penyerapan Tenaga Kerja 82
Gambar 6.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 82
Gambar 6.3 Nilai remitansi TKI di Jawa Timur 85
Gambar 6.4 NTP Nasional dan Jawa Timur 87
Gambar 6.5 NTP dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87
Gambar 6.6 It dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87
Gambar 6.7 Ib dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87
Gambar 6.8 NTN Nasional dan Jawa Timur 88
Gambar 6.9 NTN dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 88
Gambar 7.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw I -2010 90
Gambar 7.2 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspetasi Penghasilan 90
ix
Lampiran 1.1 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasar Harga Berlaku (juta) 93
Lampiran 1.2 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasar Harga Konstan 94
Lampiran 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Jatim (yoy) 95
Lampiran 2.1 Perkembangan Inflasi Jawa Timur (mtm) 96
Lampiran 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 2008-2009 (qtq) 97
Lampiran 2.3 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 2009 (yoy) 98
Lampiran 2.4 Perkembangan Inflasi 7 Kab/Kota di Jawa Timur 2009 99
Lampiran 3.1 Perkembangan Bank Umum Jawa Timur 100
Lampiran 3.2 Perkembangan Bank Berkantor Pusat di Surabaya 101
Lampiran 3.3 Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur 102
Lampiran 3.4 Perkembangan Bank Perkreditan di Jawa Timur 103
x
DAFTAR LAMPIRAN
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN I-2010 �
Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2010
diperkirakan pada batas atas kisaran perkiraan awal 5,0%-5,5%, lebih
tinggi dibanding triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar 5,16%.
Dari sisi permintaan, pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur adalah investasi dan ekspor-impor. Sedangkan konsumsi tetap
meningkat namun tidak signifikan. Sementara anggaran pemerintah
pada triwulan I-2010 masih rendah sebagaimana pola pada tahun-
tahun sebelumnya. Peningkatan investasi Peningkatan investasi di
triwulan ini diduga masih terkait dengan tingginya pertumbuhan
impor barang modal di tahun 2009. Barang-barang inilah yang
kemudian menjadi realisasi investasi pada triwulan I-2010 serta
keyakinan produsen akan prospek ekonomi pasca krisis. Seiring
perbaikan ekonomi global perdagangan luar negeri (ekspor-impor)
Jawa Timur menunjukkan kinerja yang membaik sehingga
perdagangan luar negeri Jawa Timur mengalami surplus.
Dari sisi penawaran, pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur pada triwulan ini adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restauran (PHR) dan Sektor Industri Pengolahan. Sedangkan sektor
Pertanian melambat. Meningkatnya Sektor PHR disebabkan
permintaan yang tinggi pada triwulan ini yang berasal dari
meningkatnya arus perdagangan dan tingkat hunian hotel.
Sementara membaiknya Sektor Industri disebabkan pulihnya
permintaan di pasar domestik maupun luar negeri. Impor bahan baku
yang meningkat tajam merupakan indikasi menguatnya aktivitas
industri di Jawa Timur. Sementara itu, Sektor Pertanian tumbuh
melambat pada triwulan ini akibat penundaan masa tanam di
triwulan lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi
kurang air.
Pertumbuahan ekonomi
Jawa Timur pada triwulan I-
2010 lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xiii
Inflasi
Tren perlambatan inflasi Jawa Timur terus berlanjut. Pada
triwulan I-2010, inflasi IHK 7 kota di Jawa Timur sebesar 3,01% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang
mencapai 3,40% maupun dengan inflasi nasional yang mencapai
3,56%. Secara umum, tren penurunan inflasi tersebut terutama
dipengaruhi oleh terkendalinya harga bahan makanan (sebagai
kelompok yang memiliki bobot terbesar kedua di Jawa Timur) karena
kecukupan jumlah pasokan/supply bahan makanan (terutama beras).
Faktor lain yang mendukung adalah cukup lancarnya jalur distribusi,
ketegasan Pemerintah Provinsi dalam pengendalian harga komoditas
strategis (terutama gula pasir), serta didukung oleh ekspektasi
masyarakat yang terjaga.
Dilihat dari komponennya, inflasi selama triwulan laporan
banyak dipengaruhi oleh komponen volatile foods (bahan makanan
yang harganya fluktuatif) dan administered price (barang/ jasa yang
secara umum harganya diatur Pemerintah). Sementara, inflasi inti
pada triwulan laporan tidak terdapat tekanan yang berarti. Nilai
rupiah terhadap dolar cenderung menguat dibandingkan triwulan IV-
2009, sehingga tidak terdapat tekanan yang berarti dari sisi imported
inflation
Berdasarkan kota, laju inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di
probolinggo, diikuti oleh Kediri dan Madiun. Sedangkan bila dilihat
rata-rata inflasi bulanan, kota Malang memiliki nilai inflasi tertinggi
(0,33%) sedangkan kota Jember memiliki inflasi terendah (0,00%).
Intermediasi Dan Stabilitas Sistem Perbankan
Secara umum perkembangan perbankan di Jawa Timur pada
triwulan I-2010 (baik konvensional maupun syariah) cukup baik.
Indikator utama perbankan berupa total asset dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) di bank umum tumbuh lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja
penyaluran kedit/ pembiayaan menunjukkan tren pertumbuhan yang
Tren perlambatan inflasi
Jawa Timur Timur terus
berlanjut pada triwulan
I-2010 yang tercatat
sebesar 3,01%.
Kinerja perbankan
cukup baik, terutama
penyaluran kredit yang
berada dalam tren
meningkat...
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xiv
semakin meningkat. Kondisi ini mendorong perbaikan fungsi
intermediasi perbankan di Jawa Timur, yang juga tercermin dari
peningkatan Loan to Deposits Ration (LDR) pada periode ini.
Secara umum, stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur pada
triwulan I-2010 cukup stabil. Hal ini khususnya didukung oleh
perbaikan kualitas kredit yang disalurkan serta cukup terjaganya
kondisi likuiditas perbankan. Sementara itu risiko perbankan lainnya
seperti risiko pasar dan risiko operasional tidak mengalami gangguan
yang cukup berarti
Sementara itu, ditengah isu persaingan perbankan di sektor
mikro, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mampu
mencatat kinerja yang cukup signifikan pada semua indikator
utamanya.
Keuangan Daerah
Kondisi keuangan daerah (APBD) baik provinsi maupun
kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 cenderung
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk APBD Provinsi Jawa Timur hingga triwulan I-2010, dari
sisi pendapatan telah melampaui target realisasi dan dari sisi belanja
masih dibawah target. Nilai realisasi belanja yang dibawah target
tersebut salah satunya disebabkan oleh terlambatnya pengesahan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2010. Penyebab
rendahnya realisasi belanja di beberapa kabupaten/kota juga sama
dengan kondisi di provinsi. Bahkan beberapa kabupaten/kota
diantaranya terancam tidak mendapat Dana Alokasi Umum (DAU)
dari Pemerintah Pusat, seperti Kab. Situbondo, Tuban dan
Banyuwangi. Fenomena ini merupakan akibat dari pemberlakuan
sanksi bagi daerah yang belum melakukan tertib administrasi APBD.
Selain itu, pada tahun 2010, Jawa Timur memperoleh kucuran
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau alokasi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp. 48,9 triliun atau
meningkat 1,27% dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp. 48,35
triliun (sebelum adanya revisi DIPA).
Realisasi penerimaan
melampaui target,
realisasi belanja masih
di bawah target.
Realisasi penerimaan
daerah Jatim telah
melampaui target
sedangkan realisasi
belanja masih di
bawah target
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xv
Sistem Pembayaran
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran pada triwulan I-
2010 relatif berjalan normal, meskipun di awal tahun 2010 terjadi
sedikit gangguan pembobolan rekening nasabah melalui ATM di
beberapa wilayah diluar Jawa Timur. Namun dengan adanya respon
yang cepat dari Bank Indonesia, perbankan dan kepolisian
permasalahan tersebut dapat teratasi.
Kegiatan transaksi tunai di Bank Indonesia tercermin dari
aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Kas Bank Indonesia
(outflow dan inflow). Pada triwulan ini mengalami net inflow yang
lebih rendah dibandingkan net inflow periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini mengindikasikan peningkatan kegiatan ekonomi
di Jawa Timur. Sementara itu, jumlah uang tidak layak edar (yang
selanjutnya dimusnahkan) di wilayah Jawa Timur meningkat seiring
peningkatan inflow.
Perkembangan transaksi non tunai yang tercermin dari
aktivitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI-Real
Time Gross Settlement (RTGS) baik volume transaksi maupun nilai
nominal menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, Namun
meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Sementara itu, Jumlah uang palsu yang ditemukan
perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat umum di Jawa
Timur pada triwulan ini relatif menurun.
Kesejahteraan
Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin
pada kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan, sedangkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Indikator ketegakerjaan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Triwulan I-2010 di Jawa Timur masih positif. Sementara itu,
Jumlah PHK di Jawa Timur pada triwulan I-2010 masih relatif kecil,
seiring membaiknya perekonomian Jawa Timur di awal tahun
2010.Adanya kenaikan rata-rata UMK pada tahun 2010 di
Ketenagakerjaan
menunjukkan
arah perbaikan,
namun
kesejahteraan
masyarakat desa
menurun...
Transaksi pembayaran
berjalan lancar
meskipun terdapat
gangguan pembobolan
ATM di Awal tahun.
Transaksi tunai
maupun non tunai
meningkat sejalan
pertumbuhan ekonomi.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xvi
Kabupaten/Kota Jawa Timur sebesar 7,28% diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jatim, seiring dengan relatif
stabilnya tekanan inflasi pada tahun ini. Perbaikan kualitas TKI Jatim
dengan mengirimkan tenaga kerja berkeahlian khusus di sektor
formal, diharapkan dapat berdampak positif pada upaya menekan
angka pengangguran di Jatim.
Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jatim yang
tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)
pada triwulan I-2010, relatif turun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Terlambatnya musim panen pada triwulan I-2010
mengakibatkan NTP Jatim sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-
2009. Di sisi lain, NTN Jatim relatif tetap karena hasil tangkapan yang
relatif stabil dengan harga yang juga tetap, sedangkan biaya produksi
juga tidak mengalami peningkatan.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan II-2010
Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
diproyeksikan akan kembali tumbuh lebih tinggi dan berada di
kisaran 5,40 – 5,90%. Pendorong pertumbuhan tersebut adalah
Konsumsi diperkiran meningkat signifikan serta didukung oleh
peningkatan investasi dan ekspor-impor seiring berlanjutnya
pemulihan ekonomi global dan membaiknya permintaan dari negara
partner dagang. Faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya
terhadap ekonomi pada triwulan II-2010 adalah rencana kenaikan
harga pupuk hingga 80%.
Inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2010 diperkirakan sedikit
meningkat dan berada di kisaran 4,0% - 4,5% (yoy). Pendorong
peningkatan inflasi tersebut yaitu Tekanan inflasi dari kelompok
administered price diperkirakan sedikit mengalami peningkatan
akibat rencana kenaikan tarif dasar listrik yang dapat memberikan
dampak langsung maupun tidak langsung meskipun tidak terlalu
signifikan.
Tekanan inflasi dari kelompok volatile foods diyakini masih
relatif stabil dan tidak terdapat tekanan yang signifikan. Dari sisi lain,
Ekonomi diproyeksi
terus membaik di
triwulan mendatang
dengan tingkat inflasi
yang relatif terjaga
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xvii
pergerakan inflasi inti (core inflation) selama triwulan II-2010
diperkirakan juga masih stabil. Hal ini setidaknya tercermin dari
ekspektasi inflasi masyarakat untuk jangka waktu 3 bulan yang akan
datang relatif terjaga serta nilai tukar rupiah yang stabil.
2010
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 109.21 112.18 112.29 113.46 113.22 115.26 116.11 116.87
- Kota Surabaya 108.39 111.16 111.33 112.51 112.03 114.25 115.09 115.81
- Kota Malang 109.53 112.74 113.17 114.63 114.80 116.38 116.99 118.15
- Kota Kediri 109.21 112.60 112.21 113.22 113.23 115.54 116.24 116.96
- Kota Jember 112.02 115.12 114.35 115.53 115.61 116.96 118.54 118.52
- Kota Probolinggo 111.51 115.80 115.80 116.50 116.58 118.72 119.91 120.77
- Kota Madiun 114.87 117.48 117.10 118.29 118.30 120.10 121.10 122.11
- Kota Sumenep 106.98 110.01 111.16 111.45 111.61 113.72 114.19 114.79
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 10.20 11.06 9.47 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01
- Kota Surabaya 9.19 10.08 8.74 7.15 3.36 2.78 3.38 2.94
- Kota Malang 10.66 11.48 10.49 7.98 4.81 3.23 3.38 3.08
- Kota Kediri 10.49 12.18 8.78 7.12 3.68 2.61 3.59 3.30
- Kota Jember 13.37 14.00 10.63 8.06 3.21 1.60 3.67 2.60
- Kota Probolinggo 13.77 13.11 10.89 8.55 4.54 2.52 3.55 3.67
- Kota Madiun 15.97 16.02 13.28 9.26 2.98 2.23 3.41 3.23
- Kota Sumenep 7.72 10.08 10.20 8.24 4.33 3.37 2.73 3.00
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 75,969,668 77,471,376 76,658,134 78,524,040 79,740,411 81,333,305 80,612,792 82,630,847
- Pertanian 11,921,592 12,590,647 9,835,994 16,106,855 12,370,244 12,919,761 10,022,647
- Pertambangan dan Penggalian 1,679,706 1,735,880 1,769,722 1,490,356 1,783,790 1,872,894 1,906,964
- Industri Pengolahan 19,411,814 20,315,753 20,452,081 19,702,963 19,948,923 20,863,613 21,051,160
- Listrik, gas, dan air bersih 1,280,358 1,375,621 1,348,485 1,308,339 1,335,787 1,426,856 1,380,979
- Bangunan 2,381,496 2,454,832 2,452,232 2,183,222 2,482,767 2,556,767 2,563,865
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 24,647,913 23,625,654 25,542,973 23,160,402 26,026,935 25,047,051 27,057,978
- Pengangkutan dan komunikasi 4,444,801 4,666,769 4,661,842 4,795,244 4,965,894 5,267,369 5,282,305
- Keuangan, persewaan, dan jasa 4,113,840 4,244,044 4,051,843 3,731,061 4,333,775 4,480,945 4,312,016
- Jasa 6,088,148 6,462,176 6,542,962 6,045,598 6,492,296 6,898,051 7,034,879
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.27 6.17 5.35 4.48 4.63 4.98 5.16 5.23
Nilai Ekspor Non migas (USD Juta) 2,806 2,867 2,206 2,104 2,267 2,538 3,093 3,203 Volume Ekspor Non migas (ribu ton) 1,717,992 1,761,677 1,482,557 1,390,589 1,570,852 1,715,033 2,026,493 1,764,351 Nilai Impor Non migas (USD juta) 3,067 3,153 2,792 1,848 2,204 2,522 2,752 2,953 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 3,884,763 4,023,145 3,021,067 2,345,657 3,242,891 3,411,802 3,946,361 4,344,097 Catatan: PDRB Tw I-2010 merupakan angka prediksi KBI Surabaya
2008INDIKATOR
2009
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xvii
A. Perbankan2010
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 187,821,858 197,202,706 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874
DPK (Rp. Triliun) 155,232,459 171,577,547 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194,192,579 193,347,650
- Tabungan (Rp. Triliun) 56,477,084 61,790,243 62,475,934 65,321,081 68,207,789 76,093,005 72,224,198
- Giro (Rp. Triliun) 30,156,384 31,566,040 33,832,020 36,031,858 36,729,747 35,253,108 36,197,311
- Deposito (Rp. Triliun) 68,598,991 78,221,264 81,085,415 81,047,423 81,143,002 82,846,466 84,926,141
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 112,312,978 115,862,986 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129004070 132,545,850
- Modal Kerja 74,020,667 76,154,572 75,376,367 76,866,149 79,457,149 81,958,525 81,248,863
- Investasi 12,698,422 13,483,965 13,684,633 14,426,021 15,011,976 16,347,905 16,885,608
- Konsumsi 25,593,889 26,224,449 26,477,224 27,831,185 28,458,006 30,697,640 34,411,379
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.96% 2.39% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 72.35 67.53 65.13 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 57,349,876 58,400,391 58,131,019 60,609,387 62,216,963 62,216,963 76,910,959
NPL MKM Gross (%) 3.74 3.29 3.89 3.81% 3.90% 3.34% 2.83%
7 Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Total Asset (Rp. Triliun) 23,890,518 20,315,115 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582
DPK (Rp. Triliun) 18,195,777 15,685,417 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411
- Tabungan (Rp. Triliun) 3,267,821 3,928,307 3,368,645 3,479,496 3,858,879 4,700,170 3,835,575
- Giro (Rp. Triliun) 9,051,073 6,598,349 9,585,115 9,439,089 9,639,127 7,106,968 9,178,241
- Deposito (Rp. Triliun) 5,876,883 5,158,761 6,028,718 6,111,492 6,245,413 4,865,632 5,858,595
Kredit (Rp. Triliun) 8,646,381 8,629,863 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975
- Kredit Modal Kerja 5,331,748 5,233,194 5,423,709 5,837,774 6,426,224 6,268,528 6,240,615
- Kredit Investasi 2,385,389 2,460,026 2,548,645 2,785,901 3,078,143 3,115,704 3,036,009
- Kredit Konsumsi 929,244 936,643 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 1,984,351
Non Performing Loan (NPL-Gross) 1.03% 0.84% 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 47.52% 55.02% 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 4,038,983 4,182,731 4,291,911 4,467,000 4,619,643 4,818,651 4,994,426
DPK (Rp. Triliun) 2,385,076 2,459,616 2,549,169 2,663,000 2,852,683 2,963,922 3,090,311
- Tabungan (Rp. Triliun) 794,150 853,321 860,918 875,000 901,839 953,661 981,071
- Deposito (Rp. Triliun) 1,590,926 1,606,294 1,688,251 1,788,000 1,950,845 2,010,261 2,109,240
Kredit (Rp. Triliun) 3,022,278 2,917,170 3,141,015 3,251,000 3,540,416 3,564,262 3,732,676
- Modal Kerja 2,143,480 2,017,564 2,170,763 2,252,000 2,454,650 2,460,805 2,616,557
- Investasi 108,082 106,716 112,501 898,000 111,318 113,678 113,595
- Konsumsi 770,716 792,890 857,751 101,000 974,448 989,779 1,036,964
Non Performing Loan (NPL-Gross) 6.52% 5.16% 5.58% 5.14% 5.31% 4.36% 4.50%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 126.72% 118.60% 123.22% 122.05% 124.11% 120.25% 120.79%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 3,014,199 3,271,828 3,613,656 4,278,696 4,369,523 5,022,870 5,162,907
DPK (Rp. Triliun) 2,115,819 2,527,041 2,959,175 3,507,543 3,558,948 4,105,107 4,189,425
- Tabungan (Rp. Triliun) 956,342 1,043,935 1,154,762 1,210,835 1,248,871 1,447,541 1,491,103
- Giro (Rp. Triliun) 239,431 269,164 303,998 573,778 255,041 319,018 347,838
- Deposito (Rp. Triliun) 920,046 1,213,942 1,500,415 1,722,930 2,055,036 2,338,548 2,350,484
Pembiayaan (Rp. Triliun) 2,497,399 2,549,316 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463
- Modal Kerja 1,176,759 1,067,224 947,447 1,119,938 1,228,292 1,266,419 1,342,435
- Investasi 303,363 313,971 327,589 344,810 369,503 451,506 533,164
- Konsumsi 1,017,277 1,168,121 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864
Non Performance Financing (NPF) % 3.16 2.78 3.09 2.86 1.54 1.15 1.09
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 118.03 100.88 85.03 82.96 88.54 84.96% 91.98%
B. SISTEM PEMBAYARAN2010
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Posisi Kas Gabungan (Rp. Triliun) 6.08 14.89 24.44 25.05 21.30 26.02 31.65
Inflow (Rp. Triliun) 3.94 9.02 7.43 4.19 3.88 8.29 7.67
Outflow (Rp. Triliun) 9.60 5.17 1.76 5.14 7.83 5.14 2.72
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 3.16 2.57 1.11 1.34 3.24 5.20 5.31
Nominal Transaksi RTGS 90 113.32 97.48 113.50 94.82 119.51 107.51
Volume Transaksi RTGS 125,159 126,246 119,498 131,083 126,132 135,943 131,114
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44.68 38.59 37.64 34.80 39.07 38.47 35.96
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.55 1.34 1.38 1.38 1.39 1.38 1.31
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 658,008 658,541 554,034 596,256 641,871 ��������������������� �����������������
Tolakan Kliring (lembar) ������������������������� ������������������������� ������������������������� �������������������������� �������������������������� ���������������������� ���������������������
INDIKATOR2008
2009
2009
INDIKATOR2008
���������������������������������������������������������
!"""
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
1
�� �����������������������
������ 1.1. KONDISI UMUM
Ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2010 diprediksi tumbuh di
kisaran 5,00 - 5,50% (yoy), sesuai dengan perkiraan semula. Kegiatan
konsumsi privat, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih tumbuh
cukup tinggi didukung oleh daya beli masyarakat dan ekspektasi konsumen yang
terjaga. Pasca krisis, sentimen konsumen terus membaik seperti tampak hasil
Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran. Adanya pertumbuhan aktivitas
konsumsi pada triwulan ini dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan
simpanan perorangan di perbankan yang diduga menjadi sumber pembiayaan
konsumsi. Kegiatan investasi swasta masih tetap tumbuh sebagaimana
ditunjukkan oleh volume penjualan semen dan truk yang terus meningkat.
Sementar itu, seperti pola-pola sebelumnya, realisasi anggaran pemerintah pada
triwulan I ini masih relatif rendah dan diperkirakan akan meningkat di
pertengahan hingga akhir tahun nanti. Pertumbuhan Ekspor terus berada dalam
tren perbaikan sehingga neraca perdagangan luar negeri tercatat surplus. Impor
juga terus membaik seiring kembali maraknya aktivitas industri di Jawa Timur
(sebagian besar impor adalah untuk bahan baku Sektor Industri).
Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama masih mampu tumbuh
tinggi meskipun Sektor Pertanian menunjukkan perlambatan. Sektor PHR
mendapat permintaan yang lebih tinggi pada triwulan ini yang berasal dari
meningkatnya arus perdagangan dan tingkat hunian hotel. Sektor Industri juga
terus membaik sebagai respon pulihnya permintaan di pasar domestik maupun
luar negeri. Impor bahan baku yang meningkat tajam merupakan indikasi
menguatnya aktivitas industri di Jawa Timur. Sementara itu, Sektor Pertanian
tumbuh melambat pada triwulan ini akibat penundaan masa tanam di triwulan
lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi kurang air. Panen padi
pada awal tahun ini terlambat dan dilakukan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
2
Namun demikian, penurunan ini tidak akan berdampak signifikan karena telah
dilakukan berbagai upaya antisipasi oleh Dinas Pertanian sejak triwulan IV-2009.
Selain itu, penurunan produksi padi akan terkompensasi oleh produksi kedelai dan
jagung yang lebih tinggi karena dilakukan penanaman yang lebih banyak
daripada yang direncanakan.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang lebih tinggi
pada triwulan I-2010 ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada aktivitas
Investasi dan Ekspor-Impor. Di sisi lain, Konsumsi juga membaik namun tidak
meningkat signifikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh adanya pembiayaan dari berbagai
sumber. Secara umum, sumber pembiayaan ekonomi Jawa Timur dapat
dikategorikan menjadi sumber dari dalam dan luar negeri, baik dari pemerintah,
perbankan, maupun swasta. Dalam perkembangannya, ditengah terbatasnya
pertumbuhan kredit/ pembiayaan produktif dari dalam negeri, peranan
pembiayaan dari luar negeri yang cenderung bersifat lebih produktif memegang
peranan cukup penting dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur (lihat Boks 1:
Peranan Pembiayaan Luar Negeri dalam Pembangunan di Jawa Timur).
a. Konsumsi
Aktivitas konsumsi pada triwulan ini terus menunjukkan arah perbaikan
meskipun tidak meningkat secara signifikan bila dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perbaikan konsumsi ini masih didukung oleh menguatnya
keyakinan konsumen setelah melihat bahwa krisis global ternyata tidak
berdampak serius terhadap perekonomian. Selain itu, peningkatan aktivitas
konsumsi juga didorong oleh adanya sejumlah hari libur nasional dan cuti
bersama di triwulan I ini. Masyarakat umumnya memanfaatkan kesempatan
hari libur seperti ini untuk rekreasi yang kemudian berimplikasi pada
meningkatnya konsumsi rumah tangga mereka.
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
3
Pemantauan terhadap berbagai indikator konsumsi menunjukkan adanya
tren perbaikan ini. Indeks Omzet Riil dari hasil Survei Penjualan Eceran
menunjukkan angka yang masih tinggi dan relatif stabil dibanding triwulan
sebelumnya. Indikator konsumsi yang paling jelas menampakkan perbaikan
adalah penjualan mobil dan motor baru di Jawa Timur. Penjualan mobil dan
motor merupakan cermin keyakinan konsumen jangka panjang karena sifat
barangnya yang relatif mahal (big ticket items) dan tahan lama (durable
goods).
Untuk membiayai aktivitas konsumsi tersebut, masyarakat menggunakan
simpanannya sehingga tampak adanya perlambatan pada indikator simpanan
perorangan di perbankan. Setelah sentimen negatif krisis global berlalu,
masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan uangnya daripada
menyimpan di bank. Ketika kecemasan akan dampak krisis masih tinggi,
seperti terjadi di triwulan III-2008 hingga triwulan II-2009, masyarakat
cenderung menahan konsumsi dan menyimpan uangnya (motif berjaga-jaga).
Tingkat pertumbuhan dana perorangan di bank bahkan kini mencapai titik
yang lebih rendah daripada sebelum krisis.
�
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Indeks Omzet Riil
Peralatan RT
Pakaian
Mamin & Tembakau
Gambar 1.1
Indeks Penjualan Makanan Minuman
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
Gambar 1.2
Perkembangan Dana Perorangan di Perbankan
Sumber: Laporan bulanan bank, diolah
(0,20)
(0,10)
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
gDPK Perorangan
gGiro Perorangan
gTab Perorangan
gDep Perorangan
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
4
Selain simpanannya, masyarakat juga memanfaatkan kredit konsumsi
sebagai pembiayaan. Meskipun suku bunga kredit konsumsi relatif tinggi,
masyarakat ternyata tetap antusias untuk memenuhi kebutuhannya dengan
pembiayaan perbankan.
Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Bank Indonesia Surabaya menunjukkan
optimisme masyarakat yang berlanjut terhadap kondisi ekonomi secara umum.
Meskipun nilai Indeks Ekspektasi Konsumen tampak menurun, namun nilainya
masih di atas 100 yang mencerminkan optimisme (Nilai indeks yang di atas 100
berarti lebih banyak reponden yang meresa optimis daripada pesimis terhadap
kondisi ekonomi saat ini).
Sumber: Dipenda Jatim, diolah Sumber: Dipenda Jatim,, diolah
Gambar 1.4
Penjualan Motor Baru di Jawa Timur Gambar 1.3
Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%Penjualan Mobil
gPenjualan Mobil
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%Penjualan Motor
gPenjualan Motor
Gambar 1.5 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan
Gambar 1.6
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Indeks Penghasilan Saat Ini
Ekspektasi Penghasilan
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
5
Persepsi masyarakat terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan
lalu juga masih optimis. Demikian pula ekspektasi masyarakat akan
penghasilan mereka di masa mendatang. Optimisme ini diyakini akan dapat
mendorong aktivitas konsumsi masyarakat di periode-periode mendatang.
b. Investasi
Secara umum, kegiatan investasi pada triwulan ini juga mengalami
perbaikan. Penjualan semen, yang merupakan indikator investasi
pembangunan fisik, terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi hingga
triwulan I-2010. Sebelumnya, pertumbuhan penjualan semen di Jawa Timur
berada di kisaran 0% selama beberapa triwulan terutama sejak merebaknya
sentimen krisis global. Penjualan truk, yang merupakan indikator investasi
bisnis, juga menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi di triwulan I-
2010. Peningkatan investasi di triwulan ini diduga masih terkait dengan
tingginya pertumbuhan impor barang modal di tahun 2009. Barang-barang
inilah yang kemudian menjadi realisasi investasi pada triwulan I-2010.
Faktor utama pendorong investasi pada triwulan ini adalah keyakinan
produsen akan prospek ekonomi pasca krisis. Dari kegiatan Liaison Kantor
Bank Indonesia kepada beberapa perusahaan besar di Jawa Timur diketahui
bahwa sejumlah industri di Jatim berencana melakukan investasi pada tahun
2010 untuk berbagai alasan, antara lain:
• mengantisipasi permintaan di tahun 2010 yang diperkirakan kembali ke
kondisi normal dan bahkan lebih tinggi lagi
• menambah kapasitas produksi yang selama ini utilisasinya memang sudah
lebih dari 100%
• merelokasi mesin dari pabrik milik parent company di luar negeri
• merehabilitasi fasilitas produksi untuk menyesuaikan dengan standar
kemanan dan kesehatan yang berlaku
• meremajakan mesin yang telah berumur
• melakukan vertical integration untuk mengamankan suplai bahan baku
• meningkatkan daya tampung bahan baku/persediaan
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
6
c. Ekspor-Impor
Sejalan dengan tren pemulihan ekonomi dunia, aktivitas ekspor luar
negeri terus menunjukkan perbaikan pada triwulan ini, baik secara nilai maupun
volume. Secara nilai, ekspor luar negeri Jawa Timur pada bulan Maret 2010 telah
melampau kondisi sebelum krisis global. Selain karena volume yang bertambah,
peningkatan nilai ekspor yang signifikan ini didukung pula oleh membaiknya
harga komoditas ekspor Jawa Timur di pasar internasional, seperti tembaga dan
karet.
Di sisi lain, impor Jawa Timur juga menunjukkan fenomena yang serupa
dan bahkan angka pertumbuhan yang dicapai lebih tinggi daripada ekspor.
Kondisi ini merupakan berita baik karena mengindikasikan adanya aktivitas
Gambar 1.7
Perkembangan Volume Penjualan Semen
ia
Sumber: Dipenda Jatim
Gambar 1.8
Perkembangan Penjualan Truk
Gambar 1.9
Perkembangan Impor Barang Modal
Sumber: BI
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Vol Penjualan Semen
gPenjualan Semen
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Penjualan Truk
gPenjualan Truk
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200Import Capital G
g Import Capital G
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2007 2008 2009 2010
gPMTB
Gambar 1.10
Perkembangan PMTB
Sumber: BPS, Prediksi BI
Sumber: Dipenda Jatim
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
7
sektor industri yang tinggi. Sebagian besar impor Jawa Timur adalah untuk
bahan baku proses produksi bagi perusahaan manufaktur.
Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan
luar negeri (trade balance) Jawa Timur mencatat keseimbangan meskipun masih
cenderung surplus. Secara kumulatif untuk tahun 2010, neraca perdagangan luar
negeri diharapkan akan surplus seperti kondisi tahun 2007 sebelum krisis global.
Surplus ekspor merupakan prestasi ekonomi karena membawa pendapatan
devisa bagi negara sekaligus memperkuat struktur ekonomi menuju arah yang
lebih sehat.
Berlanjutnya perbaikan kinerja ekspor-impor Jawa Timur juga tercermin
pada statistik jumlah kontainer maupun jumlah ship calls yang dilayani oleh
sebuah perusahaan petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak. Kedua indikator ini
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perdagangan di triwulan I-2010,
baik perdagangan domestik maupun internasional. Khusus untuk perdagangan
domestik (antar pulau), indikator yang sama bahkan menunjukkan peningkatan
yang signifikan. Jumlah kontainer dan ship calls yang terjadi telah melampaui
kondisi normal. Kenyataan ini menyiratkan bahwa potensi Jawa Timur sebagai
jalur perdagangan antar pulau masih terbuka lebar. Goncangan eksternal di
masa mendatang dapat diredam bila perdagangan antar daerah dapat terus
diperkuat.
Gambar 1.11
Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Gambar 1.12
Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
Sumber: BI Sumber: BI
-
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Volume Ekspor
Volume Impor (RHS)
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Nilai Ekspor
Nilai Impor (RHS)
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
8
�
(1.500)
(1.000)
(500)
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Cumulative Net Ekspor
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%Total kontainer (TEUS)
gTotal Kontrainer
Gambar 1.15
Neraca Perdagangan Luar Negeri
Gambar 1.16
Neraca Perdagangan Kumulatif
Sumber: BI
Gambar 1.13
Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor Gambar 1.14
Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor
Sumber: BI Sumber: BI
Gambar 1.17
Statistik Kontainer di Tanjung Perak
Gambar 1.18
Jumlah Ship Calls
Sumber: PT X, Tanjung Perak
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Jumlah Ship Calls
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
gNilai Ekspor
gNilai Impor
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
gVolume Impor
gVolume Ekspor
(400)
(300)
(200)
(100)
-
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Net Ekspor
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Sumber: BI
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
9
Persoalan yang masih mengemuka terkait aktivitas ekspor-impor di Jawa
Timur adalah dampak pemasangan pipa gas Kodeco di Alur Pelayaran Barat
Surabaya (APBS). Pipa ini memasok gas dari Pulau Madura ke industri di Jawa
Timur namun memotong alur pelayaran kapal. Untuk mengindari bahaya, kapal
barang cenderung mengurangi muatan agar bisa mematuhi batas kedalaman
kapal yang diijinkan. Kondisi ini menyebabkan eksportir dan importir
menanggung biaya tambahan sebesar 20-30%.
Solusi yang akan ditempuh oleh Pemerintah adalah merelokasi jaringan
pipa gas tersebut di tahun 2011. Relokasi semula direncanakan pada bulan Juni
2010, dengan memakan biaya sebesar Rp380 miliar, namun kemudian diundur 6
bulan atas permintaan Kodeco. Solusi lain yang juga dipertimbangkan adalah
“menenggelamkan” pipa tersebut sedalam 16 meter.
Persoalan di seputar APBS Tanjung Perak ini kemudian memunculkan
kembali wacana tentang perlunya pembangunan dan pemberdayaan pelabuhan
alternatif di Banyuwangi (Tanjung Wangi), Lamongan (Teluk Lamong), dan
Bangkalan (Tanjung Bulu Pandan). Kondisi pelabuhan Tanjung Perak dirasakan
tidak lagi memadai untuk mengakomodasi lalu lintas barang keluar dan masuk
Jawa Timur. Selain gangguan dari pipa gas Kodeco, lalu lintas di Tanjung Perak
juga terkendala oleh tingkat sedimentasi yang tinggi dan keterbatasan lahan.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor luar negeri Jawa Timur masih
didominasi oleh lima negara, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, China, dan
Thailand. Ekspor ke lima negara ini mencapai hampir 50% total nilai ekspor Jawa
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Gambar 1.19
Statistik Kontainer Internasional
Gambar 1.20
Statistik Kontainer Domestik
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Import
Export
Total
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Discharged
Load
Total
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
10
Timur di triwulan I-2010. Setelah sempat menurun akibat krisis global, nilai
ekspor Jawa Timur ke negara-negara partner dagang utama ini terus meningkat.
Ekspor ke Jepang dan Malaysia dapat dikatakan telah pulih karena nilainya telah
kembali ke kondisi sebelum krisis. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat,
yang merupakan epicentrum krisis, juga tampak terus meningkat meskipun
belum kembali ke kondisi normal.
Ekspor Jawa Timur ke Amerika Serikat sendiri didominasi oleh furnitur,
produk perikanan, alumunium, kertas, dan plastik. Ekspor produk-produk
andalan tersebut terus menunjukkan perbaikan di triwulan I-2010, khususnya
produk furnitur yang nilainya telah menyamai kondisi sebelum krisis. Seiring tren
perbaikan ekonomi di Amerika Serikat, ekspor produk-produk Jawa Timur ini
diharapkan akan kembali normal atau bahkan lebih tinggi lagi.
Gambar 1.21
Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2010
Gambar 1.22
Perkembangan Ekspor menurut Tujuan
Gambar 1.23 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2009-
2010
Gambar 1.24
Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat
Sumber: BI
Japan
15%
USA
12%
Malaysia
10%
China
6%
Others
43%
Thailand
5%Spore
5%
S Korea
4%
Sumber: BI
Sumber: BI Sumber: BI
24%
18%
10%8%
7%
6%
27%
Furniture,bedding,lamps illum.signs
Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert
Prep. of meat,fish,crust., molluscs
Alumunium and articles thereof
Paper and paperboard
Plastics and articles thereof
Others
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Japan USA
Malaysia China
Thailand Spore
(4.000.000)
1.000.000
6.000.000
11.000.000
16.000.000
21.000.000
26.000.000
31.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
11
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-
2010 ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh
tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan, dan
Pertanian (kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 75%
terhadap PDRB Jawa Timur triwulan I-2010).
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2010 diprediksi tumbuh di batas
atas kisaran yang diprediksikan (5,00% - 5,50%), lebih tinggi dibandingkan
triwulan IV-2009 yang sebesar 5,16%.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di triwulan ini adalah respon
terhadap meningkatnya permintaan yang berasal dari pasar domestik maupun
internasional. Di pasar domestik, faktor pendorong permintaan adalah
meningkatnya konsumsi masyarakat sedangkan di pasar internasional
permintaan datang seiring dengan tren perbaikan ekonomi dunia. Eksportir
secara umum melaporkan terus pulihnya permintaan akan barang-barang
produksi Jawa Timur.
Gambar 1.25
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 1.26
Struktur Perekonomian Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur, Prediksi BI
Gambar 1.27
Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur, Prediksi BI
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009 2010
gPDRB gPHR gIndustri gPertanian
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009 2010
9. Listrik Gas Air Bersih
8. Tambang
7. Bangunan
6. Keuangan
5. Angkut & Kom
4. Jasa
3. Pertanian
2. Industri
1. PHR
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Jawa Timur
Indonesia
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
12
Sumber pertumbuhan adalah Sektor PHR dan Sektor Industri yang
tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, Sektor Pertanian tercatat tumbuh sedikit melambat meskipun
secara umum masih tergolong tinggi dibanding kinerja di triwulan-triwulan
sebelumnya.
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Pada triwulan I-2010, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tumbuh lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan meningkatnya arus
perdagangan dan tingkat hunian hotel. Prompt indicator jumlah kontainer di
Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan lalu lintas perdagangan yang lebih
tinggi daripada triwulan sebelumnya. Jumlah kapal yang singgah (ship calls)
juga meningkat. Data ini merupakan konfirmasi bahwa semakin banyak
barang diperdagangkan melalui Jawa Timur. Arus perdagangan domestik
maupun internasional terus pulih seiring perbaikan ekonomi.
Sementara itu, Subsektor Hotel pada triwulan ini tetap mendapat permintaan
yang tinggi meskipun tidak terdapat faktor khusus seperti hari raya
keagamaan dan liburan sekolah. Di sepanjang Januari-Maret 2010 hanya
terdapat dua kali momen cuti bersama yang dapat dijadikan ajang berwisata.
Hal ini merupakan indikasi positif karena aktivitas perhotelan ternyata tidak
Gambar 1.28
Jumlah Kapal Singgah di Pel Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak
Gambar 1.29
Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Jml kontainer unload (TEUs)
Jml kontainer load (TEUs)
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Jumlah Ship Calls
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
13
tergantung pada musim liburan saja. Mobilitas masyarakat makin tinggi
sehingga kebutuhan akan penginapan/hotel meningkat.
Indikator tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur
menunjukkan sedikit peningkatan pada triwulan I-2010. Lama tinggal tamu
juga turut meningkat, dari 1,55 hari di bulan Desember 2009 menjadi 1,77 hari
di bulan Maret 2010. Peningkatan waktu tinggal ini khususnya terjadi untuk
tamu asing yang sempat mencapai 3,08 hari pada bulan Januari. Biasanya,
waktu tinggal tamu asing berada di kisaran 2,5 hari saja. Kondisi ini sejalan
dengan peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang melalui Bandara
Juanda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas maupun
kualitas, kunjungan wisatawan asing di Jawa Timur mengalami peningkatan
yang berujung pada membaiknya kinerja Subsektor Hotel.
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Jml Wisman melalui
Juanda
Gambar 1.30
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Gambar 1.31
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
Gambar 1.32
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Sumber: BPS Sumber: BPS
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Occupancy Rate
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Asing
Indonesia
TOTAL
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
14
b. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan juga mengalami perbaikan kinerja pada
triwulan ini. Selain karena meningkatnya permintaan domestik, situasi ini juga
terkait dengan terus pulihnya demand dari pasar luar negeri. Perbaikan ini
tercermin dengan jelas pada arah pertumbuhan impor bahan baku
(intermediate goods) yang melonjak tajam pada triwulan ini. Angka
pertumbuhannya bahkan hampir menyamai kondisi sebelum krisis.
Peningkatan impor bahan baku ini merupakan bukti adanya aktivitas produksi
manufaktur yang signifikan pada triwulan I-2010.
Industri utama di Jawa Timur, yaitu makanan minuman dan tembakau,
masih mencatat kinerja operasional yang terus meningkat. Meskipun
mendapat tantangan dari kenaikan cukai maupun hambatan berpromosi,
diprediksi bahwa perusahaan rokok besar di Jawa Timur tetap mampu
membukukan laba yang tinggi. Industri makanan minuman dan tembakau
umumnya menggunakan bahan baku domestik dan memiliki demand yang
stabil karena merupakan kebutuhan dasar manusia.
Dari hasil survei dan Focus Group Discussion di Kantor Bank Indonesia
Surabaya yang membahas kondisi Sektor Industri Pengolahan sebagai dampak
implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (secara resmi berlaku mulai
1 Januari 2010) terungkap bahwa ekonomi Jawa Timur berpotensi mengalami
Tabel 1.33
Perkembangan Impor Intermediate Goods
Sumber: BI
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
g Capital G
g Intermediate G
g Consumption G
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
15
dampak positif maupun negatif dari implementasi ACFTA ini. Khusus untuk
produk makanan minuman dan tembakau, secara umum industri di Jawa
Timur diprediksi tidak akan banyak terpengaruh karena karakteristik produk
makanan minuman dan tembakau yang khas, kecuali beberapa jenis industri
berskala kecil dan menengah yang memiliki kesamaan dengan barang sejenis
dari China (lihat juga Boks 2: Dampak Implementasi ACFTA terhadap Industri
Makanan-Minuman di Jawa Timur).
c. Pertanian
Dari ketiga sektor utama di Jawa Timur, Sektor Pertanian menunjukkan
kinerja yang paling rendah. Khusus untuk triwulan I-2010, Sektor Pertanian
juga tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Luas lahan yang
dipanen pada triwulan ini menurun akibat penundaan masa tanam di triwulan
lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi kurang air.
Untuk menghindari kekurangan air, petani merubah pola tanamnya di
triwulan IV-2009 dengan mengurangi menanam padi dan memperbanyak
menanam jagung dan kedelai. Akibatnya, baru 76% lahan padi yang ditanam
hingga Desember 2009. Di sisi lain, lahan yang ditanam kedelai sudah
mencapai 116% dari target sasaran.
Namun demikian, penurunan ini tidak signifikan karena telah dilakukan
berbagai upaya antisipasi oleh Dinas Pertanian, antara lain melalui penyediaan
benih padi berusia pendek (Impari), persemaian di luar sawah yang dapat
menghemat proses produksi hingga 21 hari, dan program replanting dini.
Selain itu, penurunan produksi padi akan terkompensasi oleh produksi kedelai
dan jagung yang lebih tinggi karena dilakukan penanaman yang lebih banyak
daripada yang direncanakan.
Produksi padi Jatim untuk tahun 2010 ini diprediksi akan mencapai 11,32
juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dibanding produksi pada tahun 2009,
jumlah ini mengalami kenaikan 0,06 juta ton atau 0,50 persen. Peningkatan ini
disebabkan peningkatan produktivitas 2,37 kuintal per hektare atau 4,01
persen. Kenaikan produksi padi pada tahun ini diprediksi akan terjadi pada
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
16
musim panen bulan Mei hingga Agustus, dengan kenaikan sebesar 0,16 juta
ton (4,32%) dan bulan September-Desember sebesar 0,02 juta ton (1,59%).
Secara geografis, daerah penghasil padi di Jatim dengan luas panen yang
dominan pada tahun 2009 adalah Kabupaten Jember (8%), Bojonegoro
(7,07%), Lamongan (7,04%), Banyuwangi (6,06%), dan kabupaten Ngawi
(5,74%).
Komoditas Produksi
Tahun 2008 (ATAP) Produksi
Tahun 2009 (ASEM) Angka Ramalan I
Tahun 2010
Padi 10,48 juta ton GKG 11,26 juta ton GKG 11,32 juta ton GKG
Jagung 5,06 juta ton 5,27 juta ton 5,23 juta ton
Kedelai 277,28 ribu ton 355,26 ribu ton 354,99 ribu ton
Dinas Pertanian Jatim mencatat bahwa hujan yang melanda Jatim Januari
hingga Februari lalu telah menyebabkan sekitar 3.646 hektare (Ha) tanaman
padi terendam banjir. Akibatnya, sebanyak 1.232 hektar tanaman padi
mengalami puso atau gagal panen. Banjir selama musim hujan ini merendam
areal padi di 11 kabupaten/kota di Jatim. Puso padi paling parah terjadi di tiga
kabupaten, yaitu Kabupaten Pasuruan (982 hektar), Kabupaten Tuban (198
hektar), dan Kabupaten Lamongan (50 hektar).
Gambar 1.34
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Gambar 1.35
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Tabel 1.1
Produksi dan Target Produksi Pertanian Jatim
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010
Luas Panen Jagung Luas Tanam Jagung
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
11
1
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010
Luas Panen Padi Luas Tanam Padi
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
17
Namun demikian, luas lahan yang puso di triwulan I-2010 masih
tergolong kecil sehingga tidak berdampak serius pada kinerja sektor pertanian.
Perlambatan Sektor Pertanian disebabkan utamanya oleh pergeseran musim
tanam. Pada triwulan ini juga tidak terdapat gangguan hama yang serius,
sementara distribusi pupuk bersubsidi relatif lancar.
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, diprediksi mengalami perbaikan
pada triwulan ini, terutama didukung oleh pertumbuhan di subsektor
perbankan, Laju penyaluran kredit mulai membaik dan berada di kisaran 15%
(yoy) pada triwulan I-2010. Angka pertumbuhan ini menunjukkan arah
pembalikan setelah selama beberapa triwulan berada dalam tren perlambatan.
Perbankan tampak kembali giat mengucurkan kreditnya.
Di sisi lain, perlambatan tampak pada laju pengumpulan dana pihak
ketiga (DPK). Menurunnya suku bunga deposito membuat menyimpan di bank
menjadi pilihan yang kurang menarik. Masyarakat lebih memilih untuk
berkonsumsi dan mengurangi simpanannya. Maraknya produk investasi
alternatif, seperti ORI, Reksadana, dan Sukuk Ritel, juga menjadi pesaing
tersendiri bagi bank dalam upaya menghimpun DPK. Namun demikian, tidak
terdapat persoalan keketatan likuiditas seperti saat awal krisis global. Hingga
triwulan I-2010 ini, perbankan masih memiliki likuidiatas yang memadai untuk
melakukan ekspansi kredit.
Gambar 1.36
Luas Lahan Puso di Jawa Timur
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010
Luas Puso Padi Luas Puso Jagung
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
18
Perbaikan kinerja perbankan Jawa Timur di triwulan ini juga tercermin
pada indikator keuangan mereka. Indikator net interest margin, fee based
income, maupun interest-based income menunjukkan lonjakan dan
pertumbuhan yang positif dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal
ini utamanya disebabkan oleh spread suku bunga yang lebih lebar sehingga
perbankan dapat meraih pendapatan bunga yang lebih besar. Suku bunga
kredit memang telah turun namun belum proporsional dengan penurunan
suku bunga simpanan.
Gambar 1.37
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.38
Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.39
Perkembangan Fee-Based Income
Gambar 1.40
Perkembangan Interest-Based Income
Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2007 2008 2009 2010
gDPK
gKredit
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2006 2007 2008 2009 2010
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Fee Based Income
gFee Based Income
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2006 2007 2008 2009 2010
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Interest Based Income
gInterest Based Income
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%Net Interest Margin
gNet Interest Margin
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
19
e. Bangunan
Sektor Bangunan kembali menunjukkan kinerja yang meningkat pada
triwulan I-2010 ini. Setelah relatif stagnan selama beberapa waktu, Sektor
Bangunan menunjukkan perbaikan sejak triwulan IV-2009 dan terus berlanjut
hingga kini. Volume penjualan semen di Jawa Timur, yang merupakan
indikator kinerja Sektor Bangunan, tumbuh melonjak hingga 20% (yoy) pada
bulan Desember 2009 dan bahkan mencapai 30% (yoy) pada bulan Maret
2010.
Perbaikan kinerja ini utamanya didukung oleh sentimen positif pasca
krisis global sehingga konsumen maupun produsen yakin untuk membeli
maupun menjual produk properti. Produk properti umumnya tergolong
barang bernilai tinggi sehingga membutuhkan keyakinan akan kondisi
ekonomi jangka panjang sebelum membeli maupun memproduksi.
Selain itu, terus melandainya suku bunga kredit perumahan juga turut
mendukung ekspansi usaha di sektor properti. Suku bunga kredit perbankan
merupakan faktor penting dalam penjualan properti di Jawa Timur karena
sekitar 60% rumah dibeli dengan memanfaatkan kredit perbankan. Suku
bunga yang menurun secara bertahap telah meningkatkan gairah masyarakat
untuk membeli produk properti
Secara nasional, pasar konstruksi tahun 2010 ini diprediksi naik hingga 5
persen dari tahun 2009, yaitu dari Rp 171,52 triliun menjadi Rp 180 triliun.
Gabungan Pelaksana Konstruksi Seluruh Indonesia (Gapensi) memperkirakan
bahwa dari Rp 180 triliun tersebut, porsi proyek pemerintah mencapai 52 (Rp
93,6 triliun) sedangkan Rp 86,4 triliun sisanya akan diperoleh dari proyek-
proyek swasta.
Sumber: BPS
Gambar 1.41
Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Vol Penjualan Semen
gPenjualan Semen
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
20
f. Transportasi dan Komunikasi
Sektor transportasi dan komunikasi meningkat cukup tinggi pada triwulan
ini dan bahkan diprediksi menjadi sektor ekonomi Jawa Timur dengan
pertumbuhan tertinggi. Meskipun tidak terdapat faktor pendorong khusus
seperti hari raya dan libur sekolah, arus penumpang dan barang di Pelabuhan
Tanjung Perak tampak tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kondisi ini memperkuat indikasi bahwa aktivitas ekonomi memang sedang
meningkat sehingga masyarakat pun semakin mobile.
Sementara itu, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur
cenderung stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja
pada triwulan ini jauh lebih baik dibandingkan pada triwulan I-2009. Pada
bulan Maret 2010, pertumbuhan jumlah penumpang domestik mencapai 40%
(yoy).
Selama dua tahun terakhir memang terjadi lonjakan pengguna jasa
transportasi udara di Jawa Timur. Pada tahun 2008, jumlah penumpang di
Bandara Juanda tercatat hanya 8 juta, lalu meningkat menjadi 10 juta pada
tahun 2009, dan tahun 2010 ini diprediksi dapat mencapai 12-13 juta atau
meningkat 15 persen. Tingginya jumlah pengguna membuat pelayanan di
Bandara Juanda kurang maksimal karena bandara tersebut sebenarnya
didesain untuk melayani kapasitas tujuh juta penumpang per tahun.
Gambar 1.42
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Gambar 1.43
Arus Barang di Tanjung Perak
� Sumber: BPS
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Jml Penumpang gJml Penumpang
-100
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Jml Barang gJml Barang
� Sumber: BPS
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
21
Dalam tiga bulan terakhir, maskapai penerbangan di Bandara Juanda
melaporkan rata-rata load factor pesawat yang cukup tinggi, yaitu di atas
80%. Pada Sabtu dan Minggu, load factor pesawat bisa mencapai 90% atau
bahkan terisi penuh. Kondisi ini khususnya terjadi untuk penerbangan rute
’gemuk’, seperti ke Jakarta dan Denpasar.
Hasil survei PT Angkasa Pura I menunjukkan bahwa 90 persen
penumpang di Bandara Juanda adalah penumpang domestik dan sisanya (10
persen) adalah penumpang internasional. Dalam tiga bulan pertama tahun
2010, volume penumpang domestik berbagai jurusan baik kedatangan
maupun pemberangkatan mencapai sekitar 800 ribu, sedangkan rute
internasional mencapai 75 ribu penumpang. Sebagian besar penumpang
melakukan perjalanan karena bisnis (50%) dan perjalanan dinas (40%),
sedangkan sisanya adalah wisatawan dan lain-lain. Fenomena menarik yang
diungkap oleh hasil survei adalah adanya tren lonjakan arus penumpang setiap
bulannya di luar musim liburan.
Arus penumpang internasional di Bandara Juanda juga mengalami
peningkatan pada triwulan ini, meskipun tidak setinggi penumpang domestik.
Hasil ini konsisten dengan meningkatnya lama tinggal tamu asing di hotel-
hotel berbintang Jawa Timur pada triwulan I-2010.
Selama ini Bandara Juanda memang belum menjadi pintu utama
kedatangan wisatawan asing. Mereka sebagian besar datang melalui Bandara
Soekarno-Hatta Jakarta atau Ngurah Rai Denpasar. Namun demikian, dalam
waktu dekat diharapkan Bandara Juanda dapat menjadi gerbang masuk
utama wisatawan Asia dan Eropa seiring dengan semakin populernya Jawa
Timur sebagai tujuan wisata.
Peluang sebagai bandara pintu masuk wisatawan manca negara masih
terbuka lebar. Saat ini sudah ada 12 maspakai penerbangan yang melayani
rute internasional di Bandara Juanda dan akan disusul oleh sejumlah maskapai
lain. Mandala Airlines diketahui sedang menjajaki untuk membuka rute
Surabaya-Singapura, sedangkan Garuda Indonesia berencana menghidupkan
kembali rute Surabaya-Hongkong setelah melihat tingginya permintaan di
jalur tersebut.
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
22
Gambar 1.44
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Gambar 1.45
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Sumber: BPS
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Jml Penumpang Domestik
gPenumpang Domestik
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl
Sumber: BPS
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
23
Boks 1
Peranan Pembiayaan Luar Negeri dalam Pembangunan di Jawa Timur
Pembangunan ekonomi di Jawa Timur dalam beberapa waktu terakhir cukup
menggembirakan di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia. Pembangunan ini tentunya
memerlukan pendanaan yang cukup besar dari berbagai sumber pembiayaan. Secara umum,
sumber pembiayaan ekonomi Jawa Timur dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Sumber pembiayaan dari dalam negeri antara lain berasal pengeluaran Pemerintah
(APBD dan APBN), Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) dan
sumber lainnya (modal sendiri dll.). Sedangkan sumber pembiayaan dari luar negeri antara
lain berasal dari Lembaga Bank dan Non Bank maupun dari dana pengiriman TKI di luar
negeri (Dana Remitansi TKI) dan sumber lainnya.
�������� ������� ����������
���������� ������������������������� !"#$��������
������%��&���'��������������� (!")*��������
������%��&���'������������������� +$"#*
'��������� ������%��&���'������������������ ,(",!��������
� ����-����.�����������������&���������-� !"!,�����������
����� ����������
�������/� 0�����-�1����� "����������
������/� ��������2�������-��34������"�&�&���2
���-���'���������5����������.�&���-�"�&�&���2
���-���'���������-2�������%��������.�&���-�"�&�&���2
����-������-��������-��64���������&�&���2
����&�����4�������%���&�&���2
���-���'�����'���'��-�����-�������.�&���-�"�&�&���2
����������� ����-����.�������.�&���-�"�&�&���2
��������-�����%
�����-2�������%�"������-���'������������
7����"����&���&����
� � ��������� ��� ����������������������������� ������������
Dari data/ informasi yang dapat dikumpulkan, sumber pembiayaan dalam negeri di
Jawa Timur masih didominasi oleh pengeluaran Pemerintah Daerah dan Pusat. Adapun
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
24
sumber pembiayaan utama lainnya berasal dari Lembaga Perbankan, dan disusul oleh
lembaga keuangan lainnya (seperti Perusahaan Pembiayaan, Koperasi dan Pegadaian dll.).
Di sisi lain, dengan semakin terbukanya perekonomian maka pembiayaan ekonomi
di Jawa timur yang berasal dari luar negeri juga memiliki peranan yang semakin penting.
Sumber pembiayaan luar negeri yang tercatat di Bank Indonesia terutama ditujukan kepada
kalangan Perusahaan bukan lembaga keuangan (selanjutnya disebut perusahaan), dan
disusul oleh dana remitansi TKI yang diterima para TKI/ keluarga TKI di Indonesia.
Sumber pembiayaan luar negeri bagi perusahaan umumnya merupakan sumber
pembiayaan yang produktif bagi kelancaran proses produksi. Semakin besar size dan
aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan pihak luar negeri, maka umumnya semakin
besar pula porsi pembiayaan luar negeri dalam perusahaan tersebut. Perusahaan yang
berstatus PMA (Penanaman Modal Asing), perusahaan yang memiliki kegiatan
ekspor/impor atau perusahaan yang memiliki fasilitas kredit dari lembaga keuangan di luar
negeri merupakan contoh perusahaan yang memiliki sumber pembiayaan dari luar negeri.
Dalam terminologi yang digunakan di Neraca Pembayaran Indonesia, sumber
pembiayaan dari luar negeri kepada perusahaan bisa dalam bentuk Direct Investment (DI),
Portfolio Investment (PI) maupun Other Investment (OI). Dari Sistem Pelaporan Lalu Lintas
Devisa (LLD) di Bank Indonesia, jenis pembiayaan luar negeri kepada perusahaan bisa
dalam bentuk trade credit (kredit dagang) dari partner dagang perusahaan di luar negeri,
pinjaman (loans) dari bank atau lembaga keuangan lainnya di luar negeri, penjualan surat
utang (baik jangka pendek atau panjang) kepada investor di luar negeri, serta dalam bentuk
suntikan modal (equity/ stock) dari pemilik perusahaan/ investor di luar negeri.
,$$8 ,$$# ,$$
��� ����� ,�,*8 ,�!8+ +�!*+
���6�� 3�����&�� (( )!* 8#,
3����6�� ) 8* !*
����5�� 8* 8* ++#
7�&����-��� )) )) (!
����� � !�� �" � #��
������/���-�����������'���'��-�����-��''���������.�&���-�"�&�&���2
���� ��� ���������$����%����& ' ���
� ��(�)����*�������������+*�����,����-�$�
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
25
Selama 3 tahun terakhir, sumber pembiayaan luar negeri kepada perusahaan di Jawa
Timur mengalami pasang surut mengikuti perkembangan ekonomi global. Perkembangan
Pembiayaan luar negeri di Jawa Timur mengalami puncaknya di tahun 2008 dan kemudian
menurun di tahun 2009 (seiring dengan terjadinya krisis global) dengan total pembiayaan
mencapai hampir USD 2,5 miliar atau sekitar Rp. 25 triliun.
Sementara itu, sumber pembiayaan dari luar negeri lainnya berupa dana remitansi
TKI yang diterima oleh TKI/ Keluarga TKI melalui jaringan perbankan dan kantor pos di
seluruh Jawa Timur selama tahun 2009 yang mencapai sekitar Rp. 4,42 triliun. Jumlah dana
remitansi TKI yang sebenarnya, diyakini lebih besar lagi jika digabung dengan data lainnya
yang tidak melalui perbankan dan kantor pos (seperti dana TKI yang dibawa langsung
secara cash oleh TKI atau orang/ pihak lain ke Jawa Timur). Adapun kota di Jawa Timur
yang paling banyak frekuensinya menerima transfer dana remitansi TKI melalui perbankan
adalah Sumenep, dengan jumlah transfer mencapai hampir 45 ribu kali transfer per tahun
atau sekitar 123 kali transfer setiap harinya.
&� .����� �'������
�&�����������(/ �����
+0��������
�����)�����(/ ��
+� �����
+ 7������������� *�+! �(((���������������� *)!�#+$����������������
, 7�������������- +�,8(�,,#���������������� !)#�!!8����������������
������ # #�# 1����������������� � �!1����������������
Sum b er : -Surv e i Rem itansi TKI, Kanto r B I Surabay a
-Kan to r Pos Surab ay a
$����0 �����(���23�*���������������)�������
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
26
&� %���(������
�&�����������(/ ��
+0��������
��������(/ ��
+� �����
+ ������� +8$�*,)������������������� !!� ((������������������
, ����-� ,!+�!+ ������������������� *#�)*8������������������
* 7��� , �$+,������������������� *8�)*!������������������
! ���������� +,)�!+$������������������� *+�,,!������������������
( 3����� +),�**!������������������� ,,�##)������������������
) ��%�4��� +)*�8+ ������������������� ,$�!)*������������������
8 ��&��� ++)�# +������������������� ,$�$$)������������������
# 7&��� + )�!$*������������������� + � ()������������������
9��-�� ,((�$+8������������������� +(� ,)������������������
+$ ����% 8!+�++#������������������� +(�8+ ������������������
++ '���% )8)� $#������������������� 8�!$!������������������
������ �#� !!!���������������� "# �������������������
Sum b er : Surve i Rem itansi TKI, Kan to r BI Surabay a
*���������������)�������
%���(�������� � �����$����0 �����(���23�
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
27
Boks 2
Dampak ACFTA Terhadap Industri Makanan-Minuman di Jawa Timur
Kondisi Saat Ini
• Sektor Industri Pengolahan adalah salah satu sektor utama di perekonomian Jawa
Timur dengan kontribusi hingga 27,9% dari PDRB Tahun 2009. Khusus untuk produk
makanan dan minuman (mamin), saat ini tercatat sejumlah 481.988 unit perusahaan
beroperasi di Jawa Timur dan menyerap 1.455.958 orang tenaga kerja. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 473.605 unit
perusahaan dan menyerap 1.406.027 orang tenaga kerja.
• Industri mamin skala kecil selama ini sudah mengalami permasalahan struktural:
a. Kesulitan memperoleh bahan baku, khususnya yang berasal dari impor karena
membutuhkan modal dan jaringan yang kuat
b. Kekurangan modal kerja, sementara kredit perbankan sulit diakses karena
membutuhkan agunan dan mengenakan suku bunga yang tinggi
c. Banyaknya ijin yang harus didapatkan terkait produk mamin (label komposisi,
merek dagang, sertifikasi halal) yang juga sulit untuk diperoleh
d. Kurangnya pembinaan/pendampingan dari lembaga berwenang
e. Risiko tuntutan hukum (lawsuit) pasca konsumsi mengingat produk mamin
terkait erat dengan kesehatan tubuh manusia
• Akibat sulitnya situasi usaha tersebut, banyak industri mamin skala kecil yang
kemudian beralih dari produsen menjadi pedagang. Aktivitas mereka semata
membeli produk mamin jadi untuk kemudian dijual lagi.
Prospek Pasca Implementasi ACFTA
• Secara umum implementasi ACFTA diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap
industri mamin di Jawa Timur, terutama untuk industri mamin skala menengah dan
besar. Hal ini dikonfirmasi oleh sejumlah perusahaan mamin responden Liaison yang
menganggap China bukanlah pesaing serius dalam hal industri mamin.
• Berdasarkan informasi dari asosiasi pengusaha mamin (GAPMMI), dampak negatif
ACFTA diprediksi akan terjadi pada industri mamin skala kecil. Industri mamin skala
menengah diperkirakan masih mampu bertahan dengan cara mengurangi profit
margin, sedangkan industri mamin skala besar relatif tidak terganggu bahkan
cenderung mampu meningkatkan omzetnya.
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
28
• Data Disperindag Jawa Timur menunjukkan bahwa daya saing industri di Indonesia
cukup tertinggal dibandingkan industri di China. Dalam banyak hal, perusahaan
manufaktur di China beroperasi dengan lebih efisien dan produktif.
No Indikator Indonesia China
1 Tenaga kerja /
buruh
Jam kerja: 40 jam / minggu Jam kerja: 44 – 48 jam / minggu Hari kerja per tahun: 337 hari
Hari kerja per tahun: 347 – 350 hari
Labor Cost: US$ 0,65 / jam Labor Cost: US$ 0,55 – 0,85 / jam
2 Energi listrik
Tarif: US$ 0,65 / jam Tarif: US$ 0,09 / jam Supply tidak kontinyu sehingga ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan)
Supply stabil
3 Mesin dan
peralatan industri
<10 tahun dan telah melakukan peremajaan mesin sejak tahun 2000
4 Suku bunga
pinjaman 14 % 6 %
5 PPN
Restitusi 10% tanpa ada kepastian waktu
17% dengan waktu 25 hari
Penjualan ritel : produsen harus menggunakan faktur PPN lengkap
Penjualan ritel : lebih senang membeli produk dari impotir karena tidak menggunakan faktur lengkap
6 Potongan pajak
Kebijakan fasilitas insentif potongan pajak (tax rebate) hingga 15% kepada perusahaan produsen produk berorientasi ekspor
• Industri mamin (terutama berskala besar dan menengah) umumnya memiliki
karakteristik tersendiri yang membuatnya relatif sulit untuk ditembus oleh produk
China:
a. Setiap produk memiliki cita rasa (taste) khas yang disukai oleh konsumennya
dan membuat konsumen tidak mudah berpaling
b. Kualitas dan standar kesehatan produk adalah hal yang sangat penting bagi
konsumen produk mamin sehingga mereka cenderung setia pada produk
yang diyakininya aman dan menjadi tidak sensitif pada harga sepanjang
kualitas terjaga
c. Produk mamin umumnya diberi merek dan diiklankan secara intensif
sehingga memiliki loyalitas konsumen yang tinggi
d. Pemasaran produk mamin membutuhkan jaringan distribusi yang luas dan
andal
Bab I – Makro Ekonomi Regional
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
29
• Di sisi lain, industri mamin Jatim diperkirakan belum mampu memanfaatkan ACFTA
untuk memperluas pasar ekspornya ke China, karena:
a. Perbedaan spesifikasi antara produk mamin yang selama ini dibuat dengan
yang dibutuhkan oleh konsumen China (misalnya untuk produk udang
olahan)
b. Cita rata (taste) yang berbeda antara konsumen di Indonesia dengan China
sehingga perusahaan tidak serta merta bisa mengekspor ke China
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
30
-3.00
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
yoy qtq mtm
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 UMUM
Pada triwulan I-2010, inflasi IHK 7 kota di Jawa Timur sebesar
3,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan
sebelumnya yang mencapai 3,40% maupun dengan inflasi nasional
yang mencapai 3,56%. Tingkat inflasi Jawa Timur hingga triwulan laporan
terus menunjukkan tren perlambatan. Kondisi ini secara umum dipengaruhi
oleh cukup terjaganya tekanan inflasi pada kelompok yang mendominasi
seperti kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar.
Secara umum, tren penurunan inflasi tersebut terutama dipengaruhi
oleh terkendalinya harga bahan makanan (sebagai kelompok yang memiliki
bobot terbesar kedua di Jawa Timur). Meskipun sempat terjadi kenaikan harga
pada kelompok dimaksud pada bulan Januari dan Februari 2010, namun
deflasi yang terjadi pada bulan Maret 2010 mampu menekan inflasi
keseluruhan pada triwulan laporan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecukupan
jumlah pasokan/supply bahan makanan (terutama beras), cukup lancarnya jalur
distribusi, ketegasan Pemerintah Provinsi dalam pengendalian harga
komoditas strategis (terutama gula pasir), serta didukung oleh ekspektasi
masyarakat yang terjaga.
Gambar 2.1
Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Sumber : BPS, data diolah
Sumber : BPS, data diolah
Gambar 2.2
Perkembangan Inflasi Jawa Timur
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00Nas Jatim
Nas 9.17 8.60 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78 3.72 3.81 3.56
Jatim 7.87 8.07 7.52 6.76 5.74 3.67 2.64 2.47 2.75 2.45 2.60 3.40 4.06 3.55 3.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
Sumber : BPS, data diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
31
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
Jatim 2.87 6.46 9.36 9.47 1.04 0.83 2.64 3.40 0.65
Surabaya 2.56 5.87 8.58 8.74 1.06 0.64 2.63 3.38 0.63
Malang 3.63 6.93 10.07 10.49 1.29 1.44 2.82 3.38 0.99
Kediri 2.47 5.87 9.16 8.78 0.90 0.91 2.97 3.59 0.62
Jember 3.43 8.38 11.38 10.63 1.03 1.10 2.28 3.66 -0.01
Sumenep 2.07 6.06 9.06 10.20 0.26 0.41 2.31 2.73 0.52
Probolinggo 2.77 6.78 10.89 10.89 0.60 0.67 2.52 3.55 0.72
Madiun 4.72 11.11 13.64 13.28 1.01 1.02 2.56 3.41 0.83
20102009WILAYAH
2008
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2008 2009 2010
bhn mknn mknn jadi
perumhn sandang
kesehatn pendidkn
transpor
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2008 2009 2010
bhn mknn mknn jadi
perumhn sandang
kesehatn pendidkn
transpor
Dari 7 (tujuh) kota penghitung inflasi di Jawa Timur, tingkat inflasi
terbesar selama triwulan I-2010 (ytd) terjadi di Malang (0,99%), sedangkan
inflasi terendah terjadi di Jember (-0,01%).
2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,65%,
yang terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, besarnya inflasi triwulanan pada triwulan
I-2010 relatif melambat, terutama akibat deflasi pada kelompok sandang dan
kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Meskipun demikian, terdapat
beberapa kelompok komoditas yang mengalami peningkatan meskipun tidak
signifikan, diantaranya kelompok bahan makanan (1,40%), kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,82%), kelompok kesehatan
(0,53%), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,03%).
Berdasarkan komoditas, kenaikan harga umumnya terdapat pada komoditas
sayur-sayuran, ikan, kacang-kacangan dan buah-buahan.
Gambar 2.3
Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur
Gambar 2.4
Sumbangan Inflasi (qtq) Jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Tabel 2.1
Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
32
280,000
290,000
300,000
310,000
320,000
330,000
340,000
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10
0
5
10
15
20
25
30
Jan
-08
Mar-
08
May-
08
Jul-
08
Sep
-08
No
v-0
8
Jan
-09
Mar-
09
May-
09
Jul-
09
Sep
-09
No
v-0
9
Jan
-10
Mar-
10
US
ce
nts
pe
r p
ou
nd
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: IMF
Kelompok sandang yang sempat mengalami inflasi cukup tinggi pada
triwulan lalu, saat ini mengalami deflasi sebesar -1,44%. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh menurunnya harga emas perhiasan seiring dengan
pergerakan harga emas dunia. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga
(SPH), diketahui bahwa komoditas emas perhiasan di beberapa kota Jawa
Timur yang cenderung meningkat sejak awal September mulai menurun
terutama sejak Februari 2010.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan
ini mengalami inflasi sebesar 1,41% (qtq) atau menyumbang inflasi sebesar
0,26% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang
menyumbang 0,38%. Berdasarkan sub kelompok komoditasnya, inflasi
tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (3,13%),
disusul oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,10%) dan
sub kelompok makanan jadi (0,95%).
Inflasi yang terjadi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol
disebabkan oleh tingginya rata-rata harga gula pasir pada triwulan ini (Gambar
2.7). Namun demikian, harga gula pada akhir triwulan ini cenderung menurun
disebabkan masuknya gula impor di Jawa Timur pada pertengahan Februari
yang diikuti dengan ketegasan Pemerintah Provinsi untuk menerapkan Harga
Eceran Tertinggi (HET) di tingkat konsumen serta menurunnya harga gula
dunia.
Gambar 2.5 Pergerakan Harga Emas Dunia November 2009 - Maret 2010
Sumber : goldprice.org
Gambar 2.6 Pergerakan Harga Komoditas Emas
Perhiasan di Surabaya
Sumber : Survei Pemantauan Harga
Gambar 2.7
Perkembangan Harga Mingguan Gula pasir
Gambar 2.8
Perkembangan Harga Bulanan Gula pasir di Dunia
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
33
Gambar 2.9 Inflasi Triwulanan
Kelompok Bahan Makanan
-5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
di-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Tw.I 2010
Tw.I 2009
63,000
64,000
65,000
66,000
67,000
68,000
69,000
70,000
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
daging sapi (left axis)
daging ayam ras (right axis)
7,350
7,400
7,450
7,500
7,550
7,600
7,650
7,700
7,750
7,800
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
beras (left axis)
telur ayam ras (right axis)
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000M
I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10
tomat wortel
kentang kacang panjang
kangkung bayam
sawi hijau
Sementara itu, inflasi pada kelompok bahan makanan (yang merupakan
kelompok yang memiliki bobot relatif besar) pada triwulan I-2010 relatif
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan penurunan
harga terhadap triwulan lalu pada beberapa sub-kelompok, diantaranya padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya (-2,65%), telur, susu & hasil-hasilnya (-
0,16%), dan bumbu-bumbuan (-1,25%). Adapun sub-kelompok yang
mengalami peningkatan harga terdapat pada sub-kelompok ikan segar
(1,05%), sub-kelompok ikan diawetkan (0,76%), sub-kelompok sayur-sayuran
(12,56%), sub-kelompok kacang-kacangan (1,38%), serta sub-kelompok buah-
buahan (1,43%). Khusus sub-kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi
tertinggi di kelompok ini, hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia
Surabaya menunjukkan terjadinya peningkatan harga pada beberapa
komoditas, diantaranya tomat, kangkung, bayam dan sawi hijau. (Gambar
2.10)
Sementara itu, penurunan harga pada sub-kelompok padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya terutama diakibatkan oleh komoditas beras. Berdasarkan
hasil SPH mingguan, tren penurunan harga beras terjadi sejak minggu ke-3
bulan Maret 2010. Di sisi lain, pergerakan harga produk daging dan telur ayam
ras cenderung menurun dibandingkan akhir tahun 2009 terutama pada bulan
Januari dan Februari, sedangkan memasuki Maret 2010 tingkat harga daging
dan telur kembali menunjukkan peningkatan (gambar 2.11 dan 2.12).
Gambar 2.12 Perkembangan Harga Mingguan
Telur Ayam Ras
Gambar 2.11 Perkembangan Harga Mingguan
Daging Ayam & Daging Sapi
Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Sumber : Survei Pemantauan Harga
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Mingguan
Komoditas Sayur-Sayuran
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
34
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,G
AS & BB
12%
SANDANG
2%
KESEHATAN
3%
PENDIDIKAN, REKREASI
DAN OLAH RAGA
15%
TRANSPOR,KOMUNIKASI
DAN JASA K
7%BAHAN MAKANAN
20%
MAKANAN JADI,
MINUMAN, ROKOK &
TEMBAKAU
41%
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Inflasi tahunan Jawa Timur sebesar 3,01% (yoy) didominasi oleh
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan
tingkat inflasi sebesar 6,99%, diikuti oleh kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga (5,61%). Secara umum, pergerakan inflasi tahunan
kelompok komoditas pada triwulan I-2010 lebih rendah dibandingkan inflasi
tahunan pada triwulan IV-2009. Hal ini ditunjukkan oleh perlambatan inflasi
tahunan yang terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas kecuali
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,80%) dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,27%). Sementara itu, inflasi
tahunan terendah terdapat pada kelompok sandang (-1,21%).
Tabel 2.2 Inflasi Jawa Timur (yoy)
Sumber: BPS, data diolah
Tabel 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy)
Sumber : BPS Prov. Jawa Timur
Sumber: BPS, data diolah
Gambar 2.13 Persentase Sumbangan Per-Kelompok terhadap Inflasi di Jawa Timur
Triwulan I-2010
2010
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
UMUM 7.16 10.20 11.06 9.47 7.55 3.68 2.75 3.40 3.01
Bahan Makanan 15.91 20.07 22.13 14.36 11.07 5.11 2.36 4.66 3.11
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.45 9.20 10.70 12.58 10.24 7.97 7.58 7.42 6.99
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.29 6.54 8.16 8.46 7.15 4.51 2.07 1.42 1.80
Sandang 13.97 12.51 8.77 9.59 9.17 6.69 7.96 6.11 -1.21
Kesehatan 5.91 6.16 6.30 6.86 5.43 3.31 2.69 2.12 1.80
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 6.01 6.87 5.64 6.26 5.92 5.66 5.89 5.91 5.61
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.44 7.76 8.49 5.29 2.97 -3.97 -3.27 -0.97 1.27
2008 2009KOMODITI
2010
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
UMUM 7.16 10.20 11.06 9.47 7.55 3.68 2.75 3.40 3.01
Bahan Makanan 3.22 4.08 4.64 2.96 2.30 1.08 0.50 0.97 0.65
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.11 1.59 1.83 2.20 1.79 1.43 1.36 1.35 1.28
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.19 1.45 1.81 1.90 1.60 1.01 0.45 0.31 0.40
Sandang 0.91 0.78 0.53 0.61 0.60 0.43 0.51 0.40 -0.08
Kesehatan 0.30 0.31 0.31 0.34 0.27 0.16 0.13 0.10 0.09
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.52 0.58 0.49 0.54 0.51 0.49 0.52 0.52 0.49
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.09 1.59 1.71 0.56 0.56 -0.76 -0.62 -0.18 0.24
KOMODITI2008 2009
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
35
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan-0
9
Feb-0
9
Mar-09
Apr-09
May-0
9
Jun-0
9
Jul-09
Aug-0
9
Sep-0
9
Oct-09
Nov-0
9
Dec-0
9
Jan-1
0
Feb-1
0
Mar-10
Bhn Maknn
Mknn Jadi
Pendidikan
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan-0
8
Mar-
08
May-
08
Jul-08
Sep-0
8
Nov-
08
Jan-0
9
Mar-
09
May-
09
Jul-09
Sep-0
9
Nov-
09
Jan-1
0
Mar-
10
US d
ollars
per
barr
ell
0
100
200
300
400
500
600
Jan
-08
Ma
r-0
8
Ma
y-0
8
Jul-
08
Se
p-0
8
No
v-0
8
Jan
-09
Ma
r-0
9
Ma
y-0
9
Jul-
09
Se
p-0
9
No
v-0
9
Jan
-10
Ma
r-1
0
US
do
llars
pe
r m
etr
ic t
on
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Jan-0
8
Mar-
08
May-
08
Jul-08
Sep-0
8
Nov-
08
Jan-0
9
Mar-
09
May-
09
Jul-09
Sep-0
9
Nov-
09
Jan-1
0
Mar-
10
US
dolla
rs p
er
metr
ic t
on
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jan
-08
Ma
r-0
8
Ma
y-0
8
Jul-
08
Se
p-0
8
No
v-0
8
Jan
-09
Ma
r-0
9
Ma
y-0
9
Jul-
09
Se
p-0
9
No
v-0
9
Jan
-10
Ma
r-1
0
US
do
llars
pe
r m
etr
ic t
on
Berdasarkan sumbangannya, porsi sumbangan terbesar masih didominasi
oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yang disusul
dengan kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan
olah raga.
Perkembangan 3 (tiga) kelompok utama penyumbang inflasi terbesar di
Jawa Timur ini menunjukkan tren inflasi yang cenderung melambat (gambar
2.14), kecuali inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang
relatif stabil. Perlambatan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama
disebabkan oleh pergerakan penurunan harga daging & hasil-hasilnya, ikan
diawetkan, telur, susu dan hasil-hasilnya serta bumbu-bumbuan. Hal ini seiring
dengan tren kestabilan harga beberapa komoditas dunia, seperti minyak bumi,
Crude Palm Oil (CPO), kedelai, dan gandum.
Sumber : BPS Prov. Jawa Timur (data diolah)
Gambar 2.14 Pergerakan Inflasi pada tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy)
tertinggi di Jawa Timur.
Gambar 2.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia
Gambar 2.17 Perkembangan Harga Gandum
di Pasar Dunia
Gambar 2.18 Perkembangan Harga Minyak Mentah
di Pasar Dunia
Sumber: IMF
Gambar 2.16
Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia
Sumber: IMF
Sumber: IMF
Sumber: IMF
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
36
Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10
Jatim 1.04 -0.21 1.80 0.74 0.65 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01
Surabaya 1.06 -0.42 1.98 0.73 0.63 7.15 3.36 2.78 3.38 2.94
Malang 1.29 0.15 1.37 0.54 0.99 7.98 4.81 3.21 3.38 3.08
Kediri 0.90 0.01 2.04 0.60 0.62 7.11 3.68 2.61 3.59 3.30
Jember 1.03 0.07 1.16 1.36 -0.01 8.06 3.20 1.59 3.66 2.60
Sumenep 0.26 0.15 1.89 0.42 0.52 8.24 4.33 3.37 2.73 3.00
Probolinggo 0.60 0.07 1.84 1.00 0.72 8.55 4.54 2.52 3.55 3.67
Madiun 1.01 0.01 1.53 0.83 0.83 9.26 2.98 2.23 3.41 3.23
Inflasi qtq Inflasi yoyWILAYAH
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
Sby Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00qtq (left axis)
yoy (right axis)
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
Sby Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
2.4 INFLASI MENURUT KOTA
Inflasi tahunan (yoy) di 7 kota di Jawa Timur (Surabaya, Malang,
Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo dan Madiun) pada triwulan I-
2010 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan inflasi tahunan (yoy), laju inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di
probolinggo, diikuti oleh Kediri dan Madiun. Sedangkan bila dilihat rata-rata
inflasi bulanan, kota Malang memiliki nilai inflasi tertinggi (0,33%) sedangkan
kota Jember memiliki inflasi terendah (0,00%).
Berdasarkan kelompok barang, kelompok makanan jadi, minuman
dan tembakau sebagai penyumbang terbesar terhadap inflasi tahunan di
hampir seluruh Kab/Kota di Jawa Timur. Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada
kelompok sandang terutama dipengaruhi oleh deflasi yang cukup besar di
Surabaya, Malang, Sumenep dan Madiun.
Sum
Gambar 2.21 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.4 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Sumber : BPS, data diolah.
Gambar 2.20 Inflasi 7 Kota
di Jawa Timur Triwulan I-2010 (qtq & yoy)
Gambar 2.19 Inflasi 7 Kota
di Jawa Timur (yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
37
Komoditi Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
Umum 2.94 3.08 3.30 2.60 3.00 3.67 3.23
Bahan Makanan 3.00 3.62 3.06 3.03 3.34 3.12 2.71
Mknn Jadi, Minmn, Rokk & Tmbkau 7.32 6.55 6.67 7.10 6.20 7.01 5.00
Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1.43 1.18 2.18 1.60 4.04 4.59 4.66
Sandang -1.80 -0.72 0.62 0.17 -1.98 0.60 -0.64
Kesehatan 1.60 1.82 2.80 1.43 2.39 2.99 1.90
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 5.66 5.93 6.84 3.53 7.52 4.97 4.05
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keu 1.52 1.33 1.48 0.35 -0.67 -0.08 1.32
Komoditi Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
Umum 2.94 3.08 3.30 2.60 3.00 3.67 3.23
Bahan Makanan 0.59 0.82 0.71 0.76 0.97 0.78 0.79
Mknn Jadi, Minmn, Rokk & Tmbkau 1.34 1.29 1.20 1.14 1.00 1.28 0.80
Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.31 0.26 0.50 0.35 0.82 1.08 0.95
Sandang -0.12 -0.04 0.03 0.01 -0.14 0.04 -0.05
Kesehatan 0.08 0.09 0.13 0.07 0.11 0.15 0.09
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.53 0.52 0.52 0.26 0.44 0.32 0.24
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keu 0.29 0.22 0.27 0.06 -0.11 -0.01 0.22
-2.50
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2009 2010
umum
volatile food
adm price
core inflation
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
2009 2010
umum
volatile food
adm price
core inflation
-3.00
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2009 2010
volatile food mtm (left axis)
volatile food yoy (right axis)
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2009 2010
adm price mtm
adm price (yoy)
2.5 INFLASI INTI DAN NON-INTI
Dilihat dari komponennya, inflasi selama triwulan laporan banyak
dipengaruhi oleh komponen volatile foods (bahan makanan yang harganya
fluktuatif) dan administered price (barang/ jasa yang secara umum harganya
diatur Pemerintah).
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang
Triwulan I-2010 (yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang
Triwulan I-2010 (yoy)
Gambar 2.22
Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) Gambar 2.23
Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Gambar 2.24
Perkembangan Inflasi Volatile Food Gambar 2.25
Perkembangan Inflasi Adm. Price
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
38
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2009 2010
Inflasi volatile food yang cenderung meningkat sejak Oktober 2009
hingga Januari 2010 mulai mengalami penurunan pada Februari dan Maret
2010. Hal ini sebagai dampak penurunan harga pangan terutama beras dan
bumbu-bumbuan yang pada triwulan lalu mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Penurunan harga pangan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan
pasokan karena mulai memasuki musim panen serta kondisi cuaca yang
membaik.
Selanjutnya, analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti
menunjukkan bahwa pada triwulan laporan tidak terdapat tekanan inflasi
yang berarti. Nilai rupiah terhadap dolar cenderung menguat dibandingkan
triwulan IV-2009, sehingga tidak terdapat tekanan yang berarti dari sisi
imported inflation (Gambar 2.26).
Relatif rendahnya tingkat inflasi pada periode ini juga disumbang oleh
perkembangan sisi supply yang relatif membaik. Tingkat penggunaan kapasitas
produksi (capacity utilization) di Jawa Timur pada triwulan laporan mengalami
sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Gambar 2.27). Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa secara rata-rata kapasitas
terpakai industri di Jawa Timur pada triwulan laporan sebesar 69,49%, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 69,31%. Peningkatan
penggunaan kapasitas produksi ini mendorong penurunan output gap
(kesenjangan output, yang merupakan interaksi antara permintaan dan
penawaran) sehingga mendorong stabilisasi harga di tingkat konsumen.
Sementara itu, dorongan inflasi inti dari sisi ekspektasi masyarakat
cenderung mixed. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumsi (SK) dan Survei
Perdagangan Eceran (SPE) yang secara umum menunjukkan keyakinan
konsumen dan pedagang akan terjadi penurunan harga dalam 3 bulan
mendatang, namun relatif meningkat untuk 6 bulan yang akan datang
(Gambar 2.28 & Gambar 2.29).
Gambar 2.26
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2008 2009 2010
Gambar 2.27
Perkembangan Capacity Utilization
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha,
Kantor Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
39
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Kantor Bank
Indonesia Surabaya Sumber: Bank Indonesia
Sumber : Survei Konsumen & Survei Pedagang Eceran
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Gambar 2.28
Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan
Sumber: Survei Konsumen & Survei Pedagang Eceran
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Gambar 2.29
Ekspektasi Harga 6 Bulan ke Depan
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
40
Tertinggi : 3869 MW
Tanggal : Jumat, 26-10-2007
Pkl : 13:30
Tahun ini : 3575 MW
Tanggal : Selasa, 27-4-2010
Pkl : 17:30
Bulan ini : 3575 MW
Tanggal : Selasa, 27-4-2010
Pkl : 17:30
Beban Puncak: 5615 18:00
Cadangan Operasi: 12922
Highlight Kondisi Sistem
Beban Puncak: 3206 18:30
Cadangan Operasi: 14832 MW
Prakiraan Sistem Besok:
Realisasi Kemarin:
Beban:
Boks 2
PERKIRAAN DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)
TERHADAP INFLASI DI JAWA TIMUR
Sejalan dengan terus meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat serta dalam
upaya untuk lebih meningkatkan pelayanaan kepada masyarakat, Pemerintah
merencanakan untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sekitar 10% pada
pertengahan tahun ini. Kenaikan TDL ini di satu sisi diharapkan dapat mengurangi
beban subsidi Pemerintah kepada PT. PLN. Namun di sisi lain, kenaikan TDL juga
dapat berdampak pada meningkatnya inflasi daerah.
Berdasarkan data skala nasional, jumlah subsidi terbesar terdapat pada
kelompok pelanggan rumah tangga sangat kecil yang porsinya mencapai 26,16%.
Sementara itu, jumlah kebutuhan dana untuk menunjang pengadaan pasokan listrik
tahun 2010 khusus wilayah Jawa Timur diperkirakan mencapai Rp 20,6 triliun.
Dengan pendapatan PLN Distribusi Jatim tahun 2010 yang diperkirakan sebesar Rp
14,9 triliun, maka subsidi Pemerintah menjadi sekitar Rp 5,7 triliun.
Kelompok Pelanggan Gol Tarif Jumlah Subsidirumah tangga sangat kecil R1/450 13,14
industri besar I3/200K 10,92
rumah tangga sangat kecil R1/900 9,48
industri sangat besar I4/30 M 4,37
rumah tangga kecil R1/1.300 3,94
rumah tangga sedang R12.200 2,48
bisnis sangat besar B3/200 K 1,91
penerangan jalan P3 1,40
rumah tangga menengah R2/2,2-200 K 1,37
industri sedang I1/I4-200 K 1,22
sumber: PLN
Pengguna Subsidi Listrik Skala Nasional (Rp triliun)
Perkiraan dan Realisasi Beban Penggunaan Daya Listrik Daerah
Jawa TImur dan Bali
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
41
Sementara itu, rencana kenaikan TDL tersebut dapat berdampak
meningkatkan inflasi di Jawa Timur baik secara langsung (direct impact) maupun
tidak langsung (indirect impact), namun diperkirakan tidak terlalu signifikan. Dari
hasil kajian/ simulasi yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa kenaikan TDL
sebesar 10% diperkirakan akan memberikan dampak langsung (direct impact)
terhadap kenaikan inflasi sampai dengan 0,31% (mtm). Adapun dampak secara
tidak langsung (indirect impact) atas kenaikan TDL 10% tersebut terhadap kenaikan
inflasi Jawa Timur diperkirakan hanya mencapai dibawah 0,10% (mtm). Kecilnya
dampak kenaikan TDL tersebut antara lain dikarenakan relatif tidak terlalu
signifikannya bobot inflasi TDL serta relatif kecilnya porsi biaya listrik terhadap total
biaya produksi di industri secara umum.
Selanjutnya, berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode
variance decomposition dapat disimpulkan bahwa kebijakan peningkatan TDL
tersebut diperkirakan hanya akan memberikan dampak terhadap inflasi selama ±3
(tiga) bulan sejak kenaikan TDL tersebut diberlakukan.
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK to TDL
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK to EXCHANGE_RATE
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 42
3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Secara umum perkembangan perbankan di Jawa Timur pada
triwulan I-2010 (baik konvensional maupun syariah) cukup baik. Indikator
utama perbankan berupa total asset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank umum
tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun
demikian, kinerja penyaluran kedit/ pembiayaan menunjukkan tren pertumbuhan
yang semakin meningkat. Kondisi ini mendorong perbaikan fungsi intermediasi
perbankan di Jawa Timur, yang juga tercermin dari peningkatan Loan to Deposits
Ration (LDR) pada periode ini. Sementara itu, ditengah isu persaingan perbankan
di sektor mikro, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mampu mencatat
kinerja yang cukup signifikan pada semua indikator utamanya.
3.1. INTERMEDIASI BANK UMUM
Fungsi intermediasi bank umum di Jawa Timur berjalan dengan baik,
khususnya dari sisi kredit yang disalurkan. Sementara itu, pertumbuhan DPK
masih relatif rendah yang kemungkinan disebabkan oleh tren penurunan suku
bunga, serta makin banyaknya produk simpanan non bank yang menjadi
alternatif/ menambah preferensi masyarakat dalam menyimpan dananya.
Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi dan diiringi oleh penurunan
DPK pada periode mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2010
Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Totak Asset 166,386,598 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874
Pertumbuhan (yoy-%) 13.45 20.08 17.69 14.59 13.46 11.56
Pertumbuhan (qtq-%) -0.65 1.32 4.37 3.22 3.95 -0.38
Dana Pihak Ketiga 142,926,240 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194192579.00 193,347,650
Pertumbuhan (yoy-%) 11.13 24.12 21.42 19.87 13.18 8.99
Pertumbuhan (qtq-%) -0.43 3.39 2.82 2.02 4.36 -0.44
Kredit Umum 95,095,487 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850
Pertumbuhan (yoy-%) 27.05 21.50 13.18 9.45 11.34 14.72
Pertumbuhan (qtq-%) 3.20 -0.28 3.10 3.19 4.94 2.75
Kredit UMKM 49,124,635 58,131,019 60,609,387 62,216,963 65,429,619 76,910,959
Pertumbuhan (yoy-%) 24.89 18.33 11.31 8.49 12.04 32.31
Pertumbuhan (qtq-%) 2.87 -0.46 4.26 2.65 5.16 17.55
LDR 66.53% 65.13% 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%
NPL 3.40% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%
2009INDIKATOR
2008
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 43
perbankan di Jawa Timur ke level yang lebih tinggi. Tercatat nilai LDR
sampai dengan akhir triwulan I-2010 sebesar 68,55% meningkat dari
66,43% di triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, LDR tertinggi
masih dicapai oleh bank pemerintah (89,14%), disusul oleh bank asing
(59,30%) dan bank swasta (52,35%).
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Total aset bank umum di Jawa Timur triwulan I-2010 cenderung
mengalami penurunan, selain didorong oleh penurunan DPK yang
yang sedang terjadi, hal ini juga merupakan siklus normal
perbankan setelah biasanya membukukan nilai asset yang cukup
tinggi di akhir tahun. Total aset bank umum di Jawa Timur pada periode
ini mengalami kontraksi sebesar -0,38% (qtq) atau tumbuh 11,56% (yoy)
menjadi senilai Rp. 222,88 triliun. Penurunan pertumbuhan total asset pada
triwulan laporan berasal dari kontraksi yang terjadi pada kelompok bank
Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan
(yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.2 Pertumbuhan Indikator Perbankan
(qtq)
������
������
�
�����
�����
����
����
������
������
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
������������
���������
�����������������
����
������
� ����
������
� ����
!�����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
��������"�"�
�����"�"�
������������"�"�
Gambar 3.4
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.3
Perkembangan LDR
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
����#
���#
����#
���#
�����#
� ���#
����
�����
������
����� ���
�
����
�����
������
�����
����
�����
������
����
����
� � � � � � � � � �
$��%������&�����'������#������#
����#
����#
�����#
����#
�����#
������#
� ��
� ���
� ����
� ���
(�%
)�*
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ��
� ��
���� ��� ��� ���� ����
$�'��+,-,� .�%/���,���%��0
.�%/�1 ���� .�%/����%2
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 44
swasta dan bank asing yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar -
0,93% dan -2,63% (qtq), sementara itu kelompok bank pemerintah mampu
membukukan pertumbuhan positif sebesar 0,62% (qtq).
Meskipun secara umum pada periode ini terjadi penurunan nilai total,
namun total aktiva produktif yang memegang porsi terbesar dari total asset
perbankan masih menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Tercatat
pada periode ini terjadi pertumbuhan aktiva produktif sebesar 4,55% (qtq),
dengan proporsi yang masih didominasi oleh Kredit dengan share mencapai
92,89%, diiikuti oleh Penempatan pada Bank Indonesia (4,30%), dan
Penempatan pada Bank lain (2,29%). Berdasarkan struktur aktiva produktif,
terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada komponen Penempatan
pada Bank Indonesia, dari Rp. 2,98 triliun menjadi Rp. 6,12 triliun atau
meningkat 105,64% dibandingkan posisi Tw IV-2009.
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Setelah menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik pada
akhir tahun 2009, kinerja penghimpunan DPK oleh perbankan di
Jawa Timur di Tw – 2010 kembali menunjukkan perlambatan, dan
bahkan mencatat kontraksi. Pertumbuhan DPK pada periode ini
mengalami kontraksi sebesar -0,44% (qtq) atau tumbuh 9% (yoy) menjadi
senilai Rp. 193,34 triliun. Kondisi ini cenderung menurun dibandingkan
triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 4,36% (qtq).
Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
��!�#����#
�� !#
����#
����������������
�����������������������
�������������
����
��! "
��!# "
�$! "
�$!# "
�%! "
�%!# "
�#! "
! "
!# "
�! "
�!# "
�! "
�!# "
$! "
$!# "
%! "
%!# "
#! "
�����&� � ����&� �
���������������� �����������������������
������������� �����'������ ����(
Gambar 3.5 Perbandingan Proporsi Aktiva Produktif
Tw IV 2009 dan Tw I-2010
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 45
Berdasarkan jenisnya, penurunan DPK terbesar didorong oleh
penurunan pertumbuhan simpanan Tabungan yang mengalami kontraksi
sebesar 5,08% (qtq) sehingga menjadi senilai Rp. 72,2 triliun. Namun
demikian secara tahunan (yoy) simpanan ini masih mampu tumbuh lebih
tinggi diatas kedua jenis simpanan lainnya. Tercatat tabungan masyarakat
di perbankan Jawa Timur tumbuh 15,60% sementara simpanan deposito
dan giro masing-masing tumbuh 4,74% dan 6,99% (yoy).
Simpanan tabungan yang mampu tumbuh relatif lebih tinggi
dibandingkan kedua simpanan lainnya pada dasarnya masih berpotensi
untuk terus ditingkatkan. Upaya peningkatan simpanan tabungan, sebagai
sumber pembiayaan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki budaya masyarakat untuk menabung.
Untuk itu pemerintah bersama Bank Indonesia pada tanggal 20 Februari
Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q)
Gambar 3.9
Komposisi DPK Bank Umum
Gambar 3.10
Komposisi DPK Bank Umum (%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
�������
� ����
�
����
������
� ����
������
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
3��� ��*-%2�% ��&�����
&#) ) �� ) ) ��#) ) �� ) ) ��#) ) �$ ) ) �$#) ) �% ) ) �%#) ) �# ) ) �##) ) �* ) ) �*#) ) �� ) ) ��#) ) �� ) ) ��#) ) �
����
�����
������
����� ���
�
����
�����
������
�����
����
�����
������
����
����
� � � � � � � � � �
+�,-��,
��������
.��,
"
#"
� "
�#"
� "
�#"
$ "
$#"
% "
%#"
# "
+�,-��, �������� .��,
����&� � %#!��" $#!��" ��! �"
�����&� � %%!%$" $#!��" ��!�#"
������&� � %$!*�" $*!*#" ��!�%"
�����&� � %�!**" $�!��" ��!�#"
����&� � %$!�" $�!%" ��!�"
����&� �
�����&� �
������&� �
�����&� �
����&� �
�������
�
������
������
!�����
������
�����
�����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ��
� ��
��� ���� ��� ���� ����
3�'4 ��.+53�5 �6�41��4
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 46
2010 mencanangkan Gerakan Indonesia Menabung dan peluncuran produk
“Tabunganku”, yang merupakan produk tabungan perorangan dengan
persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank –
bank di Indonesia. (Lihat Boks 2 : Pelaksanaan Program
“Tabunganku”di Jawa Timur.)��
Simpanan giro yang sifatnya cenderung berfluktuatif, pada periode ini
tumbuh cukup tinggi. Fluktuasi rekening giro mencerminkan pergerakan
transaksi keuangan dunia usaha maupun pemerintah. Pada triwulan ini
tercatat pertumbuhan simpanan giro sebesar 2,68% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar
-4,02% (qtq). Secara triwulanan, peningkatan simpanan giro terbesar
terjadi pada kelompok bank pemerintah (5,27%), sementara kelompok
bank swasta dan bank asing masing-masing tumbuh 2,66% dan -11,78%.
Tingginya pertumbuhan giro pada kelompok bank pemerintah dapat
dikaitkan dengan masih tingginya giro milik pemerintah yang belum
direalisasikan untuk pengeluaran (siklus awal tahun).
Sementara itu simpanan deposito yang di sepanjang tahun 2009 lalu
cenderung tumbuh melambat, di triwulan awal 2010 ini mulai
menunjukkan perbaikan. Peningkatan ini mampu mendorong
meningkatnya share deposito yang selama tahun 2009 relatif tergerus oleh
peningkatan share simpanan tabungan (Gambar 3.7). Kembali menariknya
simpanan deposito bagi nasabah selain terkait dengan suku bunganya yang
relatif lebih tinggi, juga diyakini terkait dengan program promosi hadiah/
reward simpanan perbankan yang cukup gencar dilaksanakan perbankan.
Hal ini secara alamiah mendorong perilaku nasabah untuk menempatkan
Gambar 3.11 Perkembangan Suku Bunga DPK
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
�����
�����
�����
����
����
!����
!����
!����
!���
!���
�����
�����
�� �
�� �
��� �
��� �
�� �
�� �
��� �
��� �
���� �
���� �
���� �
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
���� ��� ���� ����
��&�������1/��������� .��'�����1/��������� ��*-%2�%��1/������%�%�
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 47
simpananannya dengan mencari jenis simpanan yang memberikan return
lebih tinggi, baik return dalam bentuk bunga maupun non bunga.
Suku bunga acuan BI rate yang ditetapkan stabil di 6,5% sejak
triwulan III-2009 sampai dengan periode laporan, direspon perbankan
dengan menurunkan suku bunga simpanan pada level yang semakin
mendekati BI rate. Hal ini menunjukkan mulai berjalannya transmisi
kebijakan moneter melalui jalur suku bunga yang pada akhirnya
diharapkan dapat terus mendorong penurunan suku bunga kredit,
mengingat Penurunan suku bunga deposito berarti pula menurunnya cost
of fund perbankan dalam penetapan suku bunga kreditnya.
Kesepakatan 141 Bank besar dengan Bank Indonesia untuk
menetapkan suku bunga deposito 1 bulan tidak jauh dari kisaran BI rate
merupakan salah satu usaha untuk mendorong penurunan suku bunga
simpanan dalam skala industri perbankan. Sejak dilakukan kesepakatan
pada 20 Agustus 2009, suku bunga simpanan deposito 1 bulan pada 14
bank dan Bank Pembangunan Daerah (Bank Jatim) menunjukkan spread
yang semakin menurun. Hingga akhir triwulan I-2010 tercatat spread antara
BI rate dengan rata-rata suku bunga deposito 1 bulan ke 15 Bank tersebut
telah berada di bawah level BI rate (-50 bps). Sebagaimana yang
diharapkan, kesepakatan ini juga telah diikuti oleh penurunan suku bunga
deposito dalam skala industri perbankan, dimana spread antara BI rate
dengan rata-rata suku bunga deposito 1 bulan perbankan di Jawa Timur
1 Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, BTN, BII, Bank Danamon, Bank Permata, Bank Panin, Bank CIMB Niaga, Bank UOB Buana,
Bank OCBC NISP, Bank Bukopin, Bank Mega dan Bank Jatim (khusus BI Surabaya)
Gambar 3.12 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito 14
Bank dengan BI Rate
Gambar 3.13 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito
Perbankan di Jawa Timur dengan BI rate
&
�! �
%! �
*! �
�! �
� ! �
��! �
���
�
/��
0��
/�
���
���
0��-�
���
1��
2,3
+-
���
�
/��
� � � �
1&����
.��'���
1-/-�.-%2����&������.�%/�+,-,����(� ����,-�
'�! ('�! (
&�! ��! �$! �%! �#! �*! ��! ��! ��! �� ! �
���
�
/��
0��
/�
���
���
0��-�
���
1��
2,3
+-
���
�
/��
� � � �
1&����
.��'���
1-/-�.-%2����&���������.�%/�����������������,*�%2�
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 48
pada periode laporan sebesar 40 bps, lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya yang mencapai 70 bps diatas BI Rate (Gambar 3.12 dan 3.13).
3.1.3. KREDIT
Perbaikan kinerja penyaluran kredit perbankan di Jawa Timur
yang mulai berlangsung pada triwulan IV-2009, pada triwulan ini
terus berlanjut yang diiringi dengan kualitas kredit yang membaik.
Pada triwulan I-2010, kredit perbankan yang disalurkan kepada masyarakat
dan dunia usaha di Jawa Timur tumbuh 2,75% (qtq) atau 14,72% (yoy)
dengan total outstanding kredit sebesar Rp. 132,54 triliun.
Kondisi perekonomian yang cukup kondusif serta suku bunga kredit
perbankan yang semakin menarik relatif mampu mendorong peningkatan
permintaan kredit masyarakat dan dunia usaha di Jawa Timur. Dari sisi
perbankan, komitmen pertumbuhan kredit sebesar 20% yang direncanakan
dicapai pada tahun 2010 sudah mulai direalisasikan sejak triwulan awal
tahun ini, sehingga pencapaian kinerja pada triwulan ini menjadi dasar
yang cukup baik untuk mencapai pertumbuhan yang direncanakan.
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.14
Suku Bunga Kredit dan BI Rate
Gambar 3.15
Pertumbuhan Kredit (yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
�� �
�� �
��� �
��� �
�� �
�� �
��� �
��� �
������
��� ��
�!����
�!� ��
������
��� ��
� ����
� � ��
�����
�� ��
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� � � � � � � �
�%7������ ��%�-,��
8�����/��9� .��'�����1/������%�%�
�
����
������
� ����
������
� ����
!�����
! ����
�
��:���:����
��:���:����
�:���:����
�:���:����
���:���:����
���:���:����
���:���:����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
���� ��� ���� ����
�������5�,�%����1/���������
3�� �0�#�"�"��1/������%�%�
Tw IV-2009 Tw I-2010 Tw I-2009 Tw II-2009 Tw III-2009 Tw IV-2009 Tw I-2010
Pertanian 3.99% 3.30% 22.40 20.70 -1.32 2.77 -12.73 Melambat
Pertambangan 0.32% 0.36% 103.68 -8.59 -34.37 64.36 -24.71 Melambat
Industri 29.06% 28.25% 21.35 6.68 4.41 3.30 4.18 Meningkat
Listrik, Gas 0.36% 0.36% 82.45 60.63 55.83 25.22 39.44 Meningkat
Konstruksi 3.56% 2.87% 43.53 38.60 7.42 10.82 -9.80 Melambat
Perdagangan 29.62% 24.60% 19.14 12.14 13.21 16.45 0.54 Melambat
Angkutan/ Komunikasi 2.53% 2.61% 50.90 45.89 35.54 29.67 30.73 Meningkat
Js. Dunia Usaha 5.11% 4.30% 12.90 11.11 9.77 4.65 -3.55 Melambat
Js. Sosial 1.27% 1.75% 17.29 21.86 37.77 23.48 66.34 Meningkat
Lain lain 24.17% 31.61% 19.80 15.98 10.89 16.22 55.04 Meningkat
PangsaSektor Pertumbuhan
Pertumbuhan (yoy-%)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 49
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit perbankan di Jawa
Timur pada triwulan ini masih terkonsentrasi pada sektor lain-lain (kredit
konsumtif), sektor industri dan sektor perdagangan dengan share masing-
masing sebesar 31,61%, 29,60% dan 24,60%. Sementara itu penyaluran
kredit pada sektor-sektor lainnya relatif kecil, dengan share masing-masing
dibawah 5% dari total kredit.
Secara tahunan, penyaluran kredit pada sektor jasa dan sektor lain-
lain pada triwulan ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Sementara itu kedua sektor dominan lainnya seperti sektor perdagangan
dan sektor industri cenderung tumbuh terbatas, dengan menunjukkan
pertumbuhan masing-masing sebesar 4,18% dan 0,54% (yoy).
3.1.4. Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM)
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit secara
umum, penyaluran kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) oleh
perbankan di Jawa Timur pada triwulan I-2010 juga menunjukkan
pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Kredit MKM yang
disalurkan perbankan pada periode ini tumbuh 17,55% (qtq) atau 32,31%
(yoy) dengan baki debet sebesar Rp. 76,91 triliun, atau mencakup 58,03%
dari total kredit. Struktur kredit MKM didominasi oleh kredit menengah
(500 juta – 5 Milyar) yang nilainya mencapai Rp. 49,65 triliun atau 64,57%
dari total kredit MKM, disusul oleh kredit skala kecil (50 juta – 500 juta)
Gambar 3.16
Proporsi Kredit Sektoral
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.17
Perkembangan Kredit Sektoral
$!$ "
!$*"
��!�#"
!$*"
�!��"
�%!* "
�!*�"
$�!**"
��������
�����������
����-���
4�-����).�-
,�-����-�
����������
0�����5 ,�����-�
��-��6����������'� ! (
'� ! (
&
� ! �
� ! �
$ ! �
% ! �
# ! �
* ! �
� ! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� * � � � � � � � �
���,���78 ���,������-�������,�����
���,���������� 0�����5 ,�����-�
���,�� ,�-����-�
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 50
senilai Rp. 22,69 triliun (29,51%) dan kredit skala mikro (dibawah 50 juta)
dengan baki debet sebesar Rp. 4,55 triliun (5,92%).
Pertumbuhan kredit MKM yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan kredit secara umum pada periode ini menunjukkan komitmen
perbankan di Jawa Timur dalam mendorong sektor usaha mikro kecil dan
menengah. Secara lebih spesifik, penyaluran kredit MKM yang ditujukan
untuk kegiatan produktif (modal kerja dan investasi) melalui penyaluran
Kredit Usaha Kecil (KUK) juga menunjukkan perkembangan yang cukup
signifikan. Tercatat sampai dengan akhir triwulan I-2010 penyaluran KUK
meningkat 69,22% (qtq) atau 95,06% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.
42,97 triliun.
Peningkatan penyaluran kredit MKM khususnya KUK di Jawa Timur
kepada sektor produktif diharapkan juga mampu menjangkau lebih banyak
pelaku UMKM yang selama ini masih belum sepenuhnya tersentuh
pembiayaan perbankan. Besarnya potensi pasar UMKM di Jawa Timur
ditunjukkan oleh karakter dunia usaha di Jawa Timur yang sekitar 98%
diantaranya masuk dalam kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Hal ini pulalah yang mendorong pemerintah provinsi Jawa Timur
secara intensif mengundang perbankan untuk menyalurkan kreditnya
kepada sektor ini, sehingga dapat turut serta dalam usaha peningkatan
kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
�
��:���:����
��:���:����
�:���:����
�:���:����
���:���:����
���:���:����
� ��
� ���
� ����
� ��� (�%
)�*
� ��
� ���
� ����
� ��� � ��
� ���
� ����
� ��
� ��
���� ��� ��� ���� ����
������������
�������8�8
�
��:���:����
��:���:����
!�:���:����
��:���:����
�:���:����
�:���:����
��:���:����
�:���:����
��:���:����
�
����
������
� ����
������
� ����
!�����
! ����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ��
� ��
��� ���� ��� ���� ����
�������8�8�5�,�%����1/������%�%�
2�;�������+,-,���"�"�
2�;�������8�8��"�"�
&� ! �� ! �$ ! �% ! �# ! �* ! �� ! �� ! �� ! �� ! �
����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ���
�
����
� * � � � � � � � �
�����/���,� 9���/������/ /
�����:-���� 9���' : (
&
#) ) �
� ) ) �
�#) ) �
� ) ) �
�#) ) �
$ ) ) �
$#) ) �
% ) ) �
%#) ) �
# ) ) �
&
� ! �
� ! �
$ ! �
% ! �
# ! �
* ! �
� ! �
� ! �
� ! �
� ! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
����� ���
�
����
� * � � � � � � � �
: �'2,�����(
.�,���� : �'"�;,;(
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.18
Proporsi Kredit MKM terhadap Total Kredit
Gambar 3.21
Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Gambar 3.20
Perkembangan Kredit MKM & KUK
Gambar 3.19
Pertumbuhan Kredit MKM & Kredit Umum
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 51
Terkait dengan peningkatan peran perbankan dalam memajukan
perekonomian Jawa Timur, dalam kegiatan “Coffee Morning” yang
merupakan salah satu forum komunikasi antara Pemda Jatim dengan
perbankan yang dimediai oleh Bank Indonesia Surabaya pada bulan
Februari 2010 yang lalu dihasilkan Komitmen Perbankan dalam Mendukung
Perekonomian Jawa Timur (lihat Boks :3 “Upaya Perbankan di Jawa
Timur dalam Mendorong Perekonomian Daerah” )
Penyaluran kredit kepada UMKM melalui Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di Jawa Timur juga berjalan dengan cukup baik. Sejak awal
dilaksanakannya program ini pada awal tahun 2007, Jawa Timur merupakan
salah satu provinsi penyalur KUR dengan terbesar. Berdasarkan data dari
Kementrian Koordinator Perekonomian, sampai dengan bulan Februari
2010 total KUR yang disalurkan di wilayah Jawa Timur sebesar Rp. 2,52
triliun atau tumbuh 24,49% (yoy) dari periode yang sama tahun 2009.
Sementara itu jumlah jumlah debitur KUR hingga saat ini sebanyak 465.803
nasabah atau meningkat 30,84% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
�� ����
����
� ����
� ����
����
����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ��
� ��
��� ���� ��� ���� ����
.�%/���,���%��0
.�%/�1 ����
.�%/����%2
! "
�! "
�! "
$! "
%! "
#! "
*! "
�! "
�! "
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
����
����
� * � � � � � � � �
2�4� �����/ /
2�4� �����:���
Gambar 3.23
Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total Gambar 3.22
Pertumbuhan (yoy) Kredit UMKM per
Jenis Bank
&
� ) �
� ) �
$ ) �
% ) �
# ) �
* ) �
&
# ) �
�) ) �
�)# ) �
�) ) �
�)# ) �
$) ) �
���
/��
/�; ���
��
2,3
���
/��
/�; ���
��
2,3
���
� � � � � �
�������+������'-����� �����(
���<,�� :8
���!�#
�����#
����!#
�# ���#
�� �#
�0=0��>2.07
�0=0���/:8
�0=0��080�
�:/0�>80�:�080
�:40=>����>40�02
��,3��-��4���
Gambar 3.24
5 Besar Provinsi Penyalur KUR Gambar 3.25
Perkembangan Penyaluran KUR di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 52
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Secara umum, stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur pada
triwulan I-2010 cukup stabil. Hal ini khususnya didukung oleh
perbaikan kualitas kredit yang disalurkan serta cukup terjaganya
kondisi likuiditas perbankan. Sementara itu risiko perbankan lainnya
seperti risiko pasar dan risiko operasional tidak mengalami
gangguan yang cukup berarti.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Ditengah tren peningkatan pertumbuhan kredit yang berlangsung
pada periode ini, risiko kredit perbankan secara umum yang tercermin dari
rasio Non Performing Loans (NPLs) atau rasio kredit bermasalah relatif
menunjukkan perbaikan. NPL pada akhir triwulan I-2010 tercatat sebesar
3,01%, lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV-2009 maupun triwulan
yang sama pada tahun 2009.
Berdasarkan kelompok bank, perbaikan kualitas kredit terjadi pada
kelompok bank pemerintah, sedangkan kelompok bank swasta dan bank
asing cenderung mengalami peningkatan kredit bermasalah. Jika diamati,
peningkatan NPL yang terjadi pada kelompok bank swasta masih berada
dikisaran yang cukup rendah (2,69%), sementara itu tekanan risiko kredit
pada kelompok bank asing perlu diwaspadai, mengingat rasio NPL nya yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 6,84% atau diatas level 5% sesuai toleransi Bank
Indonesia.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
����#
����#
����#
!���#
����#
���#
���#
����#
���#
�
�:���:����
�:���:����
!:���:����
�:���:����
:���:����
:���:����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
5�$�5�,�%���
5�$�3������'<1�
����#
����#
����#
!���#
����#
���#
���#
����#
���#
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ��
� ��
���� ��� ���� ����
8��������9� �%7������ ��%�-,��
2010
Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
NPL Bank Umum 3.40% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%
Bank Pemerintah 4.07% 3.45% 3.41% 3.30% 3.33% 2.76%
Bank Swasta 2.69% 2.76% 2.79% 2.53% 2.42% 2.69%
Bank Asing 3.46% 4.59% 5.85% 5.59% 6.06% 6.84%
Kelompok Bank2008 2009
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Gambar 3.26
Perkembangan Non Performing Loans
Gambar 3.27 Perkembangan NPL per Jenis
Penggunaan Kredit
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 53
Berdasarkan jenis kredit, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal
kerja (3,38%), disusul oleh kredit investasi dan konsumsi dengan NPL masing-
masing sebesar 3,17% dan 2,06%. Sementara itu secara sektoral, risiko kredit
terbesar terjadi pada sektor industri dan sektor perdagangan dengan NPL
masing – masing sebesar 4,32% dan 3,25%.
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS
Ditengah tren penurunan DPK sebagai sumber pendanaan perbankan
dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, risiko likuiditas perbankan di
Jawa Timur sampai dengan akhir triwulan I-2010 relatif stabil. Cash Ratio
yang mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban –
kewajibannya yang bersifat jangka pendek pada peride ini tercatat sebesar
6,86% meningkat dibandingkan periode sebelumnya (6,27%). Sementara itu,
money position atau asset likuid yang dimiliki perbankan di Jawa Timur
hingga periode laporan mencapai Rp. 13,01 triliun, dengan komposisi
terbesar berupa kas senilai Rp. 5,42 triliun, disusul oleh penempatan pada
Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain senilai masing – masing Rp.
6,12 triliun dan Rp. 1,45 triliun.
Tabel 3.4
NPL Kredit Per Sektor
2010
Tw I Tw II Tw III TwIV Tw I
Pertanian 2.26% 2.83% 4.34% 2.79% 2.44%
Pertambangan 0.65% 1.56% 2.29% 1.33% 0.27%
Industri 4.73% 4.62% 3.65% 4.45% 4.32%
Listrik,Gas 0.01% 0.08% 0.00% 0.00% 0.04%
Konstruksi 1.34% 1.59% 1.54% 1.39% 1.39%
Perdagangan 3.28% 3.77% 3.75% 3.37% 3.25%
Angkutan/Komnikasi 4.34% 4.86% 3.40% 3.96% 1.29%
SEKTOR2009
Sumber: Bank Indonesia
%�!��"
%�! �"
��!��"
�-
����������������
�������������������4���
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.28
Money Position Perbankan di Jawa Timur
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 54
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan I-2010
menunjukkan kinerja yang cukup baik, terutama pembiayaan yang
mampu menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hingga
saat ini di wilayah Jawa Timur tercatat sebanyak 6 Bank Umum Syariah
(BUS), 8 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan sejumlah 146 jaringan kantor dan
diperkirakan masih terus akan bertambah seiring dengan perkembangan
perbankan syariah saat ini.
Sepanjang triwulan I-2010, total aset perbankan syariah di Jawa
Timur tumbuh 2,79% (qtq) atau 48,76% (yoy) menjadi senilai Rp. 5,16
triliun. Meskipun tumbuh relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, namun kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan
perkembangan total asset perbankan konvensional.
Pertumbuhan DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah di Jawa
Timur sampai dengan akhir triwulan I-2010 DPK tumbuh melambat sebesar
2,05% (qtq) atau 41,57% (yoy) menjadi senilai Rp. 4,18 triliun.
�!�#
! � �# ���#
& .�81 & �0�:2.02 &+>�1���1
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan
Syariah (qtq)
�
������
������
!�����
������
�����
�����
������
�����
������
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
���� ��� ���� ����
�����������
���
��,*��"��%
'#! (
&
#! �
� ! �
�#! �
� ! �
�#! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� � � � � � � �
�����;��� �,����0--� +���������� ����
Gambar 3.30 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
(yoy)
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah
di Jawa Timur
&
# ! �
� ! �
�# ! �
� ! �
�# ! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� � � � � � � �
���������';,;�"(
+�,-��,�';,;�"(
.��,�';,;�&"(
Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah
Per jenis simpanan
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 55
Berdasarkan jenisnya, perlambatan DPK terjadi pada ketiga jenis
simpanan (deposito, tabungan, giro). Meskipun melambat, simpanan
deposito yang memegang proporsi terbesar dalam DPK perbankan syariah
masih mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan kedua simpanan lainnya.
Pada periode ini deposito tumbuh 56,6% (yoy), disusul oleh tabungan dan
giro yang masing-masing tumbuh sebesar 29,13% dan 14,42% (yoy).
Sebagaimana yang terjadi pada bank konvensional, kinerja
penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada periode ini juga
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Penyaluran pembiayaan
tumbuh sebesar 10,49% (qtq) atau 53,15% (yoy) dengan outstanding
sebesar Rp. 3,85 triliun. Proporsi penyaluran pembiayaan paling tinggi
digunakan untuk kegiatan konsumsi dengan share sebesar 51,33% disusul
oleh pembiayaan modal kerja (34,84%) dan pembiayaan investasi (13,84%).
Pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK pada periode ini mendorong peningkatan Financing to
Deposits Ratio (FDR) perbankan syariah dari 84,96% (Tw IV-2009) menjadi
91,98% pada periode ini. Disisi lain, peningkatan penyaluran pembiayaan
juga diiringi dengan perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dari
penurunan rasio Non Performance Financing dari 1,15% pada triwulan IV-
2009 menjadi 1,09%.
Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.35 Non Performance Financing (NPF)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Gambar 3.36 Financing to Deposits Ratio (NPF)
Perbankan Syariah Jawa Timur
!���#
�!��#
��!!#
&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�
�
�����
�����
!����
�����
����
����
�����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
5�%����=��,�%2�)�%�%>�%2��5�)�
�����
����
������
� ����
�������
�� ����
�������
�� ����
�������
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
)�%%�%>�%2������&�����'������)�'�
'� ! (
&
� ! �
% ! �
* ! �
� ! �
� ! �
�� ! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� � � � � � � �
& /,���� �?� & ,�-��-� & ��3-��-�
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 56
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Ditengah perlambatan yang terjadi pada kinerja Bank Umum
pada triwulan I-2010, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Timur
masih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup stabil, baik
secara triwulanan maupun tahunan. Sampai dengan akhir triwulan I-
2010, terdapat 336 BPR konvensional dan 24 BPR Syariah dengan jaringan
kantor cabang di Jawa Timur sebanyak 504 dan dengan total asset senilai
Rp. 4,99 triliun. Total asset pada periode ini tumbuh 3,65% (qtq) atau
16,37% (yoy).
Sementara itu, kinerja penghimpunan DPK BPR di Jawa Timur pada
periode ini cukup stabil, dengan dominasi simpanan deposito sebesar
68,25% dari total DPK. DPK masyarakat yang dihimpun oleh BPR hingga
akhir triwulan I-2010 mencapai Rp. 3,09 triliun dengan pertumbuhan
sebesar 4,26% (qtq) atau 21,23% (yoy). Cukup baiknya pertumbuhan DPK
pada BPR ditengah tren penurunan yang terjadi pada Bank Umum
mengindikasikan cukup menariknya produk simpanan BPR dibandingkan
produk simpanan yang ditawarkan oleh bank umum bagi masyarakat.
Selain itu, kinerja BPR yang dapat terus meningkatkan DPK-nya dan tidak
hanya focus dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat
setidaknya menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi BPR serta
sebagai indikator peningkatan ekonomi masyarakat skala mikro kecil dan
menengah.
Berdasarkan jenisnya, simpanan Deposito mempunyai share terbesar
dalam komposisi DPK dan mencatat pertumbuan yang cukup signifikan
sebesar 4,92% (qtq) atau 24,95% (yoy). Suku bunga deposito BPR yang
Gambar 3.37
Perkembangan Indikator BPR (yoy)
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
�
����
������
� ����
������
� ����
!�����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
�������������"�"�#�
��%����0�/�����2���"�"�#�
��������"�"�#�
Gambar 3.38
Perkembangan Indikator BPR (qtq)
'� ! (
'#! (
&
#! �
� ! �
�#! �
� ! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� * � � � � � �
����������� ������ ��%����&/�
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 57
cenderung lebih tinggi dibandingkan simpanan pada bank umum, serta
pelayanan BPR yang cenderung bersifat personal diyakini menjadi daya
tarik tersendiri bagi nasabah/ masyarakat untuk menyimpan dananya pada
BPR.
Penyaluran kredit oleh BPR di Jawa Timur pada triwulan I-2010
tumbuh 4,73% (qtq) atau 18,84% (yoy) dengan baki debet senilai Rp. 3,73
triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran kredit oleh BPR didominasi oleh
kredit modal kerja dengan proporsi sebesar 70,10%, disusul oleh kredit
konsumsi sebesar 27,78%%, dan kredit investasi yang hanya sebesar 3,04%.
Tingginya porsi kredit modal kerja yang lebih bersifat produktif serta
diiringi dengan pertumbuhan yang cukup tinggi menjadi menjadi indikasi
bergeraknya usaha di sektor riil dan UMKM yang mendapatkan pembiayaan
dari BPR.
Gambar 3.41
Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan
Gambar 3.42
Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Gambar 3.40 Proporsi Per Jenis Dana Pihak Ketiga
Bank Perkreditan Rakyat
Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
�
����
������
� ����
������
� ����
!�����
! ����
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
��&�����
��*-%2�%
�� #
!��� #
� �6�41��4 � ��.+53�5
�����#
!���#
����#
&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�
'% ! (
'� ! (
&
� ! �
% ! �
* ! �
� ! �
� ! �
�� ! �
�% ! �
&
#! �
� ! �
�#! �
� ! �
�#! �
$ ! �
$#! �
����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
� � � � � � � �
/,���� �?� ,�-��-� ��3-��-�& 87�
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 58
Peningkatan penyaluran kredit pada periode ini diyakini
menunjukkan makin gencarnya usaha BPR untuk meningkatkan pangsa
pasarnya, khususnya untuk melayani kebutuhan pembiayaan masyarakat
yang bergerak di sektor UMKM. Untuk mendukung peran BPR agar dapat
terus meningkatkan perannya dalam menyalurkan pembiayaan pada pasar
mikro di tengah keterbatasan sumber DPK, Kantor Bank Indonesia Surabaya
terus mendorong upaya peningkatan sumber dana dari Bank Umum (dalam
bentuk linkage Program) agar selanjutnya dapat disalurkan kepada sektor
mikro yang belum sepenuhnya tersentuh pembiayaan bank umum.
Selain itu, untuk terus mengembangkan UMKM di Jawa Timur,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Kantor Bank Indonesia Surabaya
aktif mendorong agar perbankan (baik bank umum maupun BPR) dapat
berperan lebih banyak dalam meningkatkan pembiayaan pada sektor ini.
Untuk itu, pada tanggal 23 Maret 2010 dilakukan penandatanganan MOU
kerjasama penjaminan kredit antara PT. Jamkrida Jatim (Perusahaan
penjaminan kredit Daerah pertama yang berdiri di Indonesia setelah
keluarnya peraturan Menkeu yang baru) dengan Perbarindo DPD Jawa
Timur.
Secara sektoral, penyaluran kredit BPR paling besar diserap oleh
sektor perdagangan dengan share 38,88% dari total kredit, disusul oleh
sektor lain-lain (kegiatan konsumtif) sebesar 29,44% dan sektor pertanian
sebesar 19,24%. Tingginya penyaluran kredit kepada UMKM sektor
perdagangan sejalan dengan karakteristik keberadaan BPR yang relatif
dekat dengan pusat perdagangan di wilayah kerjanya. Hal inilah yang salah
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.43
Proporsi Kredit Sektoral BPR
Gambar 3.44
Perkembangan LDR & NPL BPR
Sumber: Bank Indonesia
�����#
����#
!�#
����!#
�����#
���� ����-��� +�����
��!+���� 4���&����
$! "
$!# "
%! "
%!# "
#! "
#!# "
*! "
*!# "
�! "
�!# "
������#
�� ���#
������#
�� ���#
������#
�� ���#
�!����#
����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
� * � � � � � � � �
4+8���8 2�4���8�'������ ����(
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 59
satu keunggulan BPR, dengan lebih dapat menjalin kedekatan dengan
nasabahnya dengan melakukan adaptasi secara spesifik dengan kondisi
nasabah, misalnya dengan cara jemput bola dalam memasarkan produknya.
Fungsi intermediasi BPR yang tercermin dari nilai LDR pada periode
ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan LDR dari
120,25% menjadi 121,90% pada triwulan laporan. Disisi lain, ditengah tren
tingginya pertumbuhan kredit yang disalurkan, perlu diwaspadai tekanan
kredit bermasalah yang pada periode ini cenderung mengalami
peningkatan. Tercatat terjadi kenaikan NPL dari 4,36% di akhir tahun 2009
menjadi sekitar 4,5% pada periode laporan. Dalam rangka memperbaiki
kualitas kredit yang disalurkan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan
kegiatan pengawasan BPR. Salah satunya dengan mewajibkan BPR
menyampaikan action plan penyelesaian rasio NPL-nya, dan selanjutnya
melakukan pemantauan secara intensif serta monitoring secara berkala
dalam pelaksanannya. Bank Indonesia di wilayah koordinator Jawa Timur
juga secara rutin melaksanakan pertemuan dengan seluruh jajaran
pengurus BPR untuk selalu meminta komitmen BPR dalam upaya
meningkatkan kredit yang disalurkan.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Pada triwulan I-2010, indikator perkembangan 6 bank berkantor
pusat di kota Surabaya menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal ini
tercermin dari indikator kinerja total asset, DPK, dan penyaluran
kredit yang tumbuh signifikan pada periode ini.
Sumber : Bank Indonesia
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
2010
Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total Asset 20,968,328 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582.00
Pertumbuhan (yoy) -0.82 13.71 7.77 1.97 9.76 1.64
Pertumbuhan (qtq) -9.70 17.37 -2.83 5.14 (8.47) 8.69
Dana Pihak Ketiga 16,872,353 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411.00
Pertumbuhan (yoy) 4.25 12.51 10.07 8.51 6.29 (0.58)
Pertumbuhan (qtq) 0.23 21.02 0.25 3.75 (5.55) 13.19
Kredit Umum 7,472,330 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975.00
Pertumbuhan (yoy) 6.11 21.14 21.95 24.34 25.52 24.41
Pertumbuhan (qtq) -6.39 4.89 7.80 10.17 0.76 3.95
LDR 44.29% 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%
NPL 1.17% 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%
2009INDIKATOR
2008
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 60
Sampai dengan akhir triwulan I-2010, total aset 6 bank berkantor pusat
di Kota Surabaya senilai Rp. 24,23 triliun, atau tumbuh 8,69% (qtq)2
dibandingkan posisi akhir tahun 2009. Kondisi perbaikan juga tercermin dari
penghimpunan DPK yang tumbuh 13,19% atau menjadi senilai Rp. 18,87
triliun.
.
Berdasarkan jenisnya, simpanan DPK pada 6 bank berkantor pusat di
Surabaya paling besar didominasi oleh simpanan giro (48,63%), disusul oleh
deposito dan tabungan dengan share masing-masing sebesar 31,04% dan
20,32%. Besarnya proporsi simpanan giro terkait dengan profil nasabahnya
yang didominasi oleh nasabah korporasi dan Pemerintah Daerah (untuk Bank
Pembangunan Daerah).
Pertumbuhan DPK yang cukup tinggi pada periode ini paling besar
didorong oleh pertumbuhan simpanan giro yang mencapai 29,14% disusul
oleh deposito yang tumbuh 20,41%, sementara tabungan mengalami
kontraksi sebesar -18,39%. Tingginya pertumbuhan simpanan giro dan
deposito tidak lepas dari faktor siklus tahunan rekening pemerintah yang
masih banyak tersimpan di BPD dan belum direalisasikan untuk pengeluaran
belanja daerah.
2
Sejak bulan November 2009 dilaksanakan konversi Bank Harfa menjadi Bank Panin Syariah setelah
diakuisisi bank ini oleh PT. Panin Bank, dan selanjutnya dilakukan perpindahan kantor pusat dari Surabaya
ke Jakarta. Agar dapat dianalisis secara apple-to-apple, maka analisis perkembangan bank yang berkantor
pusat di Surabaya pada triwulan ini hanya akan menggunakan pendekatan secara triwulanan (qtq).
Gambar 3.45
Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (qtq)
Sumber : Bank Indonesia
�������
�������
�
������
������
!�����
������
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
� ���
� ����
� ���
� ��
��� ���� ��� ���� ����
����������� ��%����0�/�����2� ������
Gambar 3.46 Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (yoy)
'� ! (
'�#! (
'� ! (
'#! (
&
#! �
� ! �
�#! �
� ! �
�#! �
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
�����
������
�����
����
� � � � � � � �
�,����0--�
����
+���������� ����
Sumber : Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 61
Kinerja penyaluran kredit pada 6 bank berkantor pusat di Surabaya
pada periode ini tumbuh sebesar 3,95% (qtq) dengan baki debet/ outstanding
kredit sebesar Rp. 11,26 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi
disumbang oleh kredit konsumsi yang tumbuh 37,01%, sementara kredit
modal kerja dan investasi mengalami kontraksi sebesar -0,45% dan -2,56%.
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor perdagangan
mendominasi dengan share sebesar 41,52%, disusul oleh kredit sektor
konstruksi (12,40) dan sektor pertanian (5,61%). Pertumbuhan kredit yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong penurunan LDR
dari 64,97% (Tw IV-2009) menjadi 59,67%.
Dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang
baik dalam penyaluran kreditnya, kualitas kredit yang disalurkan oleh 6 bank
berkantor pusat di Surabaya cukup baik dan terjaga. Hal ini ditunjukan oleh
rasio NPL yang selalu terjaga dibawah level 1%.
Gambar 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat
di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan
Bank Ber KP di Surabaya
Gambar 3.50 Proporsi Kredit Sektoral
Bank Berkantor Pusat di Surabaya
##!%�"
�*!�*"
��!*�"
&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�
������
��� �� ���!��!�
!����
,�-����-�
����������
��������
����-���
���,��4����;�
Sumber : Bank Indonesia
��!#
!����#
���!�#
& .�81 & +>�1���1 & �0�:2.02
Gambar 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber KP di Surabaya
!* "
!� "
�! "
�!� "
�!% "
�!* "
�!� "
% ! "
%#! "
# ! "
##! "
* ! "
*#! "
� ! "
����
�=���
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
�����
������
����� ����
� * � � � � � � � �
4,����,�+�,-���8���,�'4+8(
2,����<,������4,��-�'2�4@-(&87�
Sumber : Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010
62
BOKS 4
PENCANANGAN GERAKAN GEMAR MENABUNG & PELAKSANAN
PROGRAM “TABUNGANKU” DI JAWA TIMUR
Seperti diketahui, pada tanggal 20 Februari 2010, Bank Indonesia bersama
kalangan perbankan mencanangkan program bersama untuk kembali
menumbuhkan budaya gemar menabung di masyarakat. Program ini secara resmi
bernama “Gerakan Indonesia Menabung”, yang didasari oleh semangat untuk
meningkatkan akses masyarakat kecil kepada perbankan.
Bersamaan dengan dicanangkannya Gerakan Indonesia Menabung, Bank
Indonesia bersama dengan 70 Bank Umum dan 780 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
di seluruh Indonesia berupaya untuk membuka akses yang lebih besar bagi
masyarakat kecil untuk menabung dengan memberikan alternatif produk
tabungan murah dengan persyaratan mudah dan ringan yaitu Produk
“Tabunganku”. Tujuan utama produk ini adalah sebagai sarana masyarakat untuk
menabung dan bukan untuk bertransaksi, sekaligus untuk membantu penabung
dengan jumlah simpanan kecil yang sering dihadapkan pada biaya administrasi
yang lebih tinggi dibandingkan bunga yang diperolehnya.
Untuk mendukung gerakan nasional tersebut, tercatat sebanyak 38 Bank
Umum dan 173 BPR di wilayah Jawa Timur yang mengikuti program ini. Selain
bermanfaat bagi masyarakat luas, Produk “Tabunganku” diharapkan juga dapat
menjadi sumber pendanaan bagi perbankan Jawa Timur untuk meningkatkan
peran intermediasinya kepada masyarakat dalam bentuk penyaluran kredit
dengan bunga rendah. Terkait dengan prospek pelaksanaan program ini, Bank
Indonesia Surabaya selama tahun 2010 menargetkan pembukaan rekening
“Tabunganku” di wilayah Jawa Timur sebanyak 500 ribu rekening baru dengan
target nominal sebanyak Rp. 2 triliun.
Sejak awal dicanangkannya program ini sampai dengan periode laporan
(Maret 2010), kegiatan ini direspon cukup baik oleh masyarakat Jawa Timur.
Tercatat sampai dengan periode laporan atau setelah berlangsung selama 1,5
bulan terdapat kurang lebih 50 ribu rekening baru senilai Rp. 30 Milyar. Jika
dibandingkan dengan porsi simpanan tabungan secara keseluruhan, nilai nominal
simpanan “Tabunganku” memang masih relatif rendah. Namun demikian,
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010
63
perbankan Jawa Timur optimis program Tabungaknku akan mampu menarik
minat masyarakat, khususnya untuk segmen masyarakat yang selama ini belum
tersentuh pelayanan perbankan seperti pelajar, petani, buruh, atau kelompok
masyarakat berpendapatan rendah.
Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) dan quick survey yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia Surabaya, Malang, Kediri dan Jember kepada
bank peserta Program “Tabunganku” untuk mengetahui prospek maupun
kendala/ permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan, terungkap
bahwa pada dasarnya antusiasme masyarakat/ nasabah di Jawa Timur cukup besar
terhadap program ini, khususnya untuk segmen nasabah dengan nilai simpanan
kecil. Namun demikian, segmen nasabah dengan nilai simpanan besar cenderung
kurang tertarik dengan “Tabunganku” terkait dengan relatif rendahnya bunga
yang ditawarkan. Dalam pelaksanaanya, kondisi ini cukup menguntungkan bagi
Bank yang sudah bergerak pada segmen mikro, karena lebih mudah untuk
memasarkan produk ini. Sebaliknya untuk bank yang tidak banyak bergerak di
pasar mikro akan dihadapkan oleh keterbatasan simpanan “Tabunganku”.
Dalam menghadapi permasalahan dan kendala yang dihadapi, bank-bank
peserta program mengambil langkah promosi yang beragam. Misalnya, terdapat
sebagian bank yang memberikan fasilitas relatif sama dengan produk tabungan
biasa dengan memberikan kartu ATM untuk simpanan tersebut sehingga dalam
perkembangannya nasabah cukup tertarik untuk menyimpan dananya dalam jenis
tabungan ini.
Selanjutnya, dalam rangka menyukseskan Program Gemar Menabung
melalui produk “Tabunganku”, 4 Kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur
juga secara rutin melaksanakan sosialisasi mengenai produk ini, khususnya pada
berbagai kalangan yang merupakan pasar potensial untuk simpanan ini.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
64
BOKS 5
UPAYA PERBANKAN JAWA TIMUR DALAM MENDORONG
PEREKONOMIAN JAWA TIMUR
Dalam rangka mendukung perekonomian Jawa Timur, peranan perbankan
sebagai pendorong perekonomian Jawa Timur melalui fungsi intermediasi ke sektor
riil dirasakan sangat penting. Terkait dengan hal ini Gubernur Jawa Timur sangat
concern dalam upaya merangkul perbankan untuk turut serta meningkatkan
perannya dalam kegiatan permbangunan perekonomian di Jawa Timur. Terkait
dengan hal ini, pada tanggal 25 Maret 2010 di Bank Indonsia Surabaya dilaksanakan
pertemuan antara Gubernur Jawa Timur dengan Perbankan Jawa Timur yang diwakili
oleh Perbanas Jawa Timur, DPD Perbarindo Jawa Timur dan sejumlah pimpinan
perbankan di Surabaya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi serta
diharapkan sebagai titik tolak peningkatan komitmen perbankan Jawa Timur dalam
mendorong perekonomian Jawa Timur.
Dalam kegiatan tersebut perbankan juga menyampaikan hambatan atau
kendala yang dihadapi oleh perbankan dalam penyaluran kreditnya, serta praktek-
praktek tertentu yang dapat menyebabkan ketidakefisienan perbankan dalam
melaksanakan fungsi intermediasinya. Beberapa hal tersebut antara lain:
a. Biaya-biaya terkait dengan pengurusan legalisasi jaminan kredit yang tidak
mempunyai standar harga yang jelas/ pasti, baik untuk Jaminan Tanah /Bangunan
serta kendaraan bermotor.
b. Antisipasi Pemerintah Daerah atas pelaksanaan Asean-China Free Trade
Agreement Area (ACFTA) di Jawa Timur, terutama perlindungan bagi industri-
industri skala menengah kebawah yang menjadi debitur perbankan.
c. Komitmen dan kepedulian Walikota/Bupati di Jawa Timur dalam mendukung
kemudahan perijinan dan investasi serta mengurangi inefisiensi terhadap
intermediasi perbankan.
Disisi lain, perbankan perlu meningkatkan peran dan partisipasi dalam
mendukung pengembangan perekonomian Jawa Timur dalam beberapa hal sebagai
berikut :
1. Dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatan kesejahteraan
masyarakat Jawa Timur serta mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) maka perbankan Jawa Timur akan melakukan :
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
65
a. Penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) disesuaikan dengan program
Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, akan dilakukan penguatan koordinasi
dengan Pemerintah Daerah.
b. Peningkatan linkage program dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam
upaya peningkatan pembiayaan ke UMKM. Untuk mewujudkan hal tersebut,
akan dilakukan koordinasi dengan Perbarindo Jawa Timur.
2. Guna peningkatan perekonomian Jawa Timur, perlu langkah nyata perbankan
yang lebih fokus, yaitu :
a. Pengembangan wilayah Madura sebagai pilot project
Dengan selesainya jembatan Suramadu maka perlu dioptimalkan manfaatnya
dalam mendorong perekonomian Madura khususnya dan Jawa Timur pada
umumnya. Untuk ini perbankan Jawa Timur akan melakukan :
� Klaster Sapi Potong yang bekerjasama dengan pengusaha.
� Mempromosikan/ menjual Madura dengan mendatangkan investor yang
selama ini telah bekerjasama dengan perbankan.
b. Program Resi Gudang
Program resi gudang yang selama ini sudah ada akan ditingkatkan dan
didukung oleh perbankan Jawa Timur.
c. Pasar Induk Agrobisnis (PIA)
Program yang akan dilakukan Perbankan Jatim yaitu membuat PIA yang
selama ini belum bankable terkait dengan permasalahan yang terjadi menjadi
bankable.
Selanjutnya, dalam rangka merealisasikan hal-hal tersebut maka perlu dibentuk Tim
yang beranggotakan Pemprov Jatim, BI, Perbanas Jatim, Himbara dan Perbarindo
yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Timur dan Pemimpin Bank Indonesia
Surabaya dimana secara berkala menyampaikan perkembangan komitmen tersebut di
atas.
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 66
�� KEUANGAN DAERAH�
4.1. UMUM
Kondisi keuangan daerah (APBD) baik provinsi maupun
kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 cenderung
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Untuk APBD Provinsi Jawa Timur
hingga triwulan I-2010, dari sisi pendapatan telah melampaui target realisasi dan
dari sisi belanja masih dibawah target. Nilai realisasi belanja yang dibawah target
tersebut salah satunya disebabkan oleh terlambatnya pengesahan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2010. Penyebab rendanhnya realisasi
belanja di beberapa kabupaten/kota juga sama dengan kondisi di provinsi. Bahkan
beberapa kabupaten/kota diantaranya terancam tidak mendapat Dana Alokasi
Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat, seperti Kab. Situbondo, Tuban dan
Banyuwangi. Fenomena ini merupakan akibat dari pemberlakuan sanksi bagi
daerah yang belum melakukan tertib administrasi APBD.
Selain itu, pada tahun 2010, Jawa Timur memperoleh kucuran dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau alokasi Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp. 48,9 triliun atau
meningkat 1,27% dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp. 48,35
triliun (sebelum adanya revisi DIPA). Dana tersebut dibagi dalam 6 bidang,
yaitu Bidang Sektoral, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Urusan Bersama, Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan rincian sebagaimana
ditunjukkan pada tabel di bawah 4.1.
TABEL 4.1
NILAI DIPA PROV/KAB/KOTA JAWA TIMUR TAHUN 2010
(Rp. Triliun)
Dana Dekonsentrasi 3.44
Tugas Pembantuan 1.5
Urusan Bersama 0.145
Dana Alokasi Umum (DAU) 21.29
Dana Alokasi Khusus (DAK) 1.9
Bidang Sektoral 20.69
Total DIPA 48.96
Sumber : BAPPEDA Prov. Jawa Timur
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 67
4.2. APBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH JAWA TIMUR
Tren peningkatan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah
Jawa Timur masih terjadi pada tahun 2010, dengan catatan beberapa
daerah yang terancam tidak mendapat DAU, dapat segera menyelesaikan
permasalahan administratif pelaporan dana transfer ke daerah tahun
2009. Jika dibandingkan dengan besaran dana APBD wilayah Jawa Barat (Jabar)
dan Jawa Tengah (Jateng), Jatim cenderung berada di posisi kedua setelah Jabar.
Besarnya dana APBD Jabar tersebut banyak dipengaruhi oleh besarnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara untuk besaran nilai dana perimbangan
yang didominasi oleh DAU dan DAK relatif sama.
GAMBAR 4.1 GAMBAR 4.2 APBD PROV & KAB.KOTA .JAWA TIMUR APBD PROV & KAB.KOTA JABAR, JATIM & JATENG
�
�
��
��
��
��
��
��
��
��
���� ���� ����
�� ������ ��������������
���������
�
��
��
��
��
��
��
���� ���� ����
�� ������ �� ������ �� ���� �!
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim Sumber : Biro Keuangan Prov.Jabar, Jatim & Jateng
4.3. APBD PROVINSI TAHUN 2010
APBD Provinsi Jawa Timur tahun 2010 mengalami peningkatan
sebesar 24%, yaitu dari Rp. 6,3 milyar menjadi Rp. 7,8 milyar. Peningkatan
ini terutama berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat sekitar
Rp. 1,3 milyar, diikuti oleh peningkatan Dana Perimbangan sekitar Rp. 350 milyar.
Adapun pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan.
Sementara itu, Belanja Daerah juga mengalami peningkatan, baik Belanja
Langsung maupun Belanja Tak langsung, sekitar Rp. 1,5 milyar.
Dilihat dari komposisinya, terdapat sedikit perubahan komposisi baik dari
sisi Pendapatan maupun Belanja Daerah di tahun 2010. Pada sisi pendapatan
daerah, porsi PAD mengalami peningkatan dari 65% menjadi hampir 70% dari
total Pendapatan Daerah. Sementara dari sisi Belanja Daerah, porsi Belanja
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 68
langsung mengalami kenaikan dari sekitar 40% menjadi sekitar 42%. Kenaikan ini
seiring dengan upaya yang dilakukan Gubernur Jatim untuk meningkatkan porsi
belanja langsung, termasuk peningkatan alokasi belanja modal. Pemanfaatan
dana tersebut akan difokuskan pada pelaksanaan pembenahan infrastruktur Jawa
Timur, yaitu perbaikan Jalur Lintas Selatan (JLS), Tol Gempol Pasuruan,
pembenahan pelabuhan, air bersih dan kapasitas listrik dengan pemanfaatan
sumber daya geothermal atau panas bumi.
TABEL 4.2 APBD PROV.JAWA TIMUR
TAHUN 2009 & 2010
���� ���� ���� ����
4 PENDAPATAN DAERAH 5,950,571,845,514.00 7,397,413,565,397.00
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,886,986,440,300.00 5,143,999,228,183.00 65.32 69.54
4.1.1 PAJAK DAERAH 3,267,125,000,000.00 4,282,150,000,000.00 54.90 57.89
4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 55,390,193,000.00 50,428,197,600.00 0.93 0.68
4.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 218,093,650,000.00 239,267,670,239.00 3.67 3.23
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 346,377,597,300.00 572,153,360,344.00 5.82 7.73
4.2 DANA PERIMBANGAN 1,869,633,251,214.00 2,214,004,796,214.00 31.42 29.93
4.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 733,153,901,214.00 944,087,831,214.00 12.32 12.76
4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1,118,478,350,000.00 1,212,934,765,000.00 18.80 16.40
4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 18,001,000,000.00 56,982,200,000.00 0.30 0.77
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 193,952,154,000.00 39,409,541,000.00 3.26 0.53
4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 14,145,000,000.00 12,900,000,000.00 0.24 0.17
4.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 179,807,154,000.00 26,509,541,000.00 3.02 0.36
5 BELANJA DAERAH 6,314,055,748,418.00 7,826,709,587,519.00
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 3,762,038,157,522.00 4,514,699,783,876.00 59.58 57.68
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,383,445,734,254.00 1,483,755,391,969.00 21.91 18.96
5.1.2 BELANJA BUNGA 0 768,950,921.00 0.00 0.01
5.1.4 BELANJA HIBAH 531,379,418,380.00 350,275,342,000.00 8.42 4.48
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 91,607,763,620.00 37,713,580,000.00 1.45 0.48
5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA1,362,714,955,500.00 1,091,915,046,036.00 21.58 13.95
5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA379,630,700,000.00 1,490,500,500,000.00 6.01 19.04
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 13,259,585,768.00 59,770,972,950.00 0.21 0.76
5.2 BELANJA LANGSUNG 2,552,017,590,896.00 3,312,009,803,643.00 40.42 42.32
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 447,872,240,089.00 545,548,559,836.00 7.09 6.97
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 1,662,440,140,956.00 2,016,419,113,983.00 26.33 25.76
5.2.3 BELANJA MODAL 441,705,209,851.00 750,042,129,824.00 7.00 9.58
�����
���� � �
���������������� � �
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
4.3.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur hingga
triwulan I-2010 telah mencapai Rp 2,083 triliun (28,17%), telah melebihi
dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 1,479 triliun (20%). Sumber
pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur yang terbesar berasal dari Pendapatan
Asli daerah (PAD).
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 69
TABEL 4.3 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TAHUN 2010
���� � �
�������
����� � �
�� ��� �� �
4 PENDAPATAN DAERAH 7,397,413,565,397.00 2,083,582,683,835.22 28.17
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,143,999,228,183.00 1,487,749,194,225.22 28.92
4.1.1 PAJAK DAERAH 4,282,150,000,000.00 1,313,996,867,262.00 30.69
4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 50,428,197,600.00 15,495,141,576.00 30.73
4.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 239,267,670,239.00 - -
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 572,153,360,344.00 158,257,185,387.22 27.66
4.2 DANA PERIMBANGAN 2,214,004,796,214.00 565,990,263,704.00 25.56
4.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 944,087,831,214.00 144,584,015,704.00 15.31
4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1,212,934,765,000.00 404,311,588,000.00 33.33
4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 56,982,200,000.00 17,094,660,000.00 30.00
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 39,409,541,000.00 29,843,225,906.00 75.73
4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 12,900,000,000.00 3,333,684,906.00 25.84
4.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 26,509,541,000.00 26,509,541,000.00 100.00
�����
���� � �
���� �����
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Sebagian besar PAD masih
berasal dari pajak daerah, terutama terkait dengan penjualan kendaraan
bermotor dan bangunan yang relatif besar setiap tahunnya.
TABEL 4.4
SUMBER PAD (PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BARU) JAWA TIMUR TAHUN 2006 – 2010
2010
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
SEDAN DAN SEJENISNYA 903 3,011 2,245 3,050 528 1,319 1,119 1,175 893 1,326 268 1,292 985 314 275 442 526
JEEP DAN SEJENISNYA 649 1,346 1,431 1,337 478 948 746 730 2,125 1,784 512 2,223 1,145 435 534 662 792
STATION DAN SEJENISNYA 10,948 26,376 25,919 22,255 7,796 15,050 14,870 15,755 15,376 20,752 4,162 16,732 17,316 7,307 8,775 9,299 11,652
BUS DAN SEJENISNYA 222 527 566 513 142 270 313 374 287 394 26 337 286 152 202 232 182
TRUCK DAN SEJENISNYA 5,549 16,846 15,858 11,924 3,189 8,360 7,404 6,922 7,650 8,252 1,682 7,509 7,298 3,138 3,737 4,634 4,691
SEPEDA MOTOR 270,062 548,715 625,604 636,309 230,902 434,672 532,092 668,421 400,318 540,003 505,721 550,590 410,308 224,193 287,699 275,954 261,487
ALAT BERAT 1 6 6 14 2 16 24 26 - 6 7 10 1 - - 1 -
Total 288,334 596,827 671,629 675,402 243,037 460,635 556,568 693,403 426,649 572,517 512,378 578,693 437,339 235,539 301,222 291,224 279,330
JENIS KENDARAAN
2006 2007 2008 2009
Sumber : Dispenda Prov.Jatim
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kinerja realisasi sisi
Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur, khususnya sisi PAD cenderung membaik.
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 70
TABEL 4.5 REALISASI PENDAPATAN APBD PROV.JAWA TIMUR TAHUN 2005 - 2010
PAD LAINYA PAJAK RETRIBUSI
TW I 939,556,520,930.02 17.24% 200,639,110,050.00 21,927,986,277.48 671,133,829,787.00 45,771,953,204.39
TW II 1,101,921,249,793.27 20.21% 204,764,977,000.00 72,124,864,424.23 777,087,457,195.00 47,943,951,174.04
TW III 1,213,500,530,594.08 22.26% 242,864,152,372.00 34,396,864,926.17 845,075,665,730.00 61,320,934,660.69
TWIV 2,196,110,383,908.34 5,451,088,685,226 40.29% 261,598,415,684.00 34,914,999,833.38 795,834,934,081.00 57,046,581,630.09
TW I 2,337,579,583,488.55 36.91% 285,850,009,495.55 26,638,479,004.96 712,727,096,373.00 64,657,618,218.94
TW II 1,217,602,822,653.48 19.23% 292,655,686,120.00 78,578,794,937.74 766,549,006,227.00 66,847,458,146.59
TW III 1,383,531,129,613.66 21.85% 388,274,027,611.00 37,499,187,839.34 890,863,262,374.00 62,880,781,060.32
TWIV 1,394,069,743,476.20 6,332,783,279,232 22.01% 409,968,381,367.00 42,088,417,967.24 886,763,992,604.00 70,461,723,175.34
TW I 1,274,777,183,093.14 21.48% 379,557,276,379.00 40,638,389,637.26 800,375,606,129.00 49,868,520,988.88
TW II 1,497,799,356,316.17 25.24% 395,746,222,871.00 186,640,268,579.17 847,965,029,972.00 62,840,868,750.00
TW III 1,605,043,607,474.68 27.04% 514,045,179,871.00 49,850,638,355.68 981,956,081,423.00 53,191,621,089.00
TWIV 1,557,470,982,102.62 5,935,091,128,987 26.24% 466,547,347,040.00 51,134,441,176.73 944,589,524,256.00 95,199,669,629.89
TW I 3,084,380,805,758.88 35.05% 316,295,127,606.00 45,446,082,174.66 963,527,037,856.00 50,071,625,704.00
TW II 1,867,207,146,508.36 21.22% 432,932,045,414.00 242,462,877,916.70 1,096,657,923,405.05 63,889,437,498.00
TW III 2,014,499,363,652.98 22.89% 578,191,989,711.00 60,804,871,754.93 1,277,496,909,353.00 102,754,673,627.05
TWIV 1,832,940,141,784.52 8,799,027,457,705 20.83% 470,731,840,238.00 72,490,572,739.35 1,144,109,673,025.00 92,607,630,900,17
TW I 1,676,937,568,301.84 19.98% 445,844,355,824.00 131,847,491,221.84 1,079,982,475,256.00 16,266,949,313.00
TW II 3,706,291,340,000.00 44.15% 860,302,050,000.00 444,623,114,227.00 2,267,561,880,000.00 35,385,822,660.00
TW III 1,679,000,000,000.00 20.00%
TWIV 1,332,771,091,698.16 8,395,000,000,000 15.88%
2010 TW I 2,083,582,683,835.22 7,397,413,565,397 28.17% 565,990,263,704.00 158,257,185,387.22 1,313,996,867,262.00 15,495,141,576.00
2009
2008
2005
2006
2007
PENERIMAAN
TOTAL PENERIMAAN % DANA PERIMBANGANPENERIMAAN ASLI DAERAH
TAHUN
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
4.5. REALISASI BELANJA DAERAH
Realisasi belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada
triwulan I-2010 baru mencapai 7,18% atau setara dengan Rp. 562 milyar.
Nilai ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan target Pemprov Jatim
(20%), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (4,85% atau Rp.
368 milyar). Masih minimnya besaran realisasi APBD Prov. Jawa Timur juga
tercermin pada masih tingginya saldo dana pemerintah di perbankan pada
triwulan I-2010 (gambar 4.3).
Kecenderungan realisasi terbesar pada anggaran belanja pegawai masih
terjadi pada triwulan ini, yang disebabkan sifat anggaran yang merupakan
kebutuhan rutin, dengan nilai mencapai Rp. 282,5 milyar atau sekitar 14%.
Sementara itu, jumlah belanja barang dan jasa cenderung tinggi yaitu sebesar Rp.
173,4 milyar, walaupun persentase realisasinya masih belum cukup tinggi yaitu
baru mencapai 8,6%.
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 71
TABEL 4.6 REALISASI ANGGARAN APBD PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2010
���� � ��������
����� � ��� ��� �� �
5 BELANJA DAERAH 7,826,709,587,519.00 562,252,499,646.00 7.18
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 4,514,699,783,876.00 304,410,523,285.00 6.74
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,483,755,391,969.00 206,958,406,767.00 13.95
5.1.2 BELANJA BUNGA 768,950,921.00 101,109,518.00 13.15
5.1.4 BELANJA HIBAH 350,275,342,000.00 80,134,007,000.00 22.88
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 37,713,580,000.00 1,469,000,000.00 3.90
5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/
KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 1,091,915,046,036.00 - -
5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 1,490,500,500,000.00 15,748,000,000.00 1.06
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 59,770,972,950.00 - -
5.2 BELANJA LANGSUNG 3,312,009,803,643.00 257,841,976,361.00 7.79
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 545,548,559,836.00 75,612,364,963.00 13.86
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 2,016,419,113,983.00 173,401,725,355.00 8.60
5.2.3 BELANJA MODAL 750,042,129,824.00 8,827,886,043.00 1.18
JUMLAH
BELANJA
7,826,709,587,519.00 562,252,499,646.00 7.18
�����
���� � �
���� �����
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
GAMBAR 4.3 DANA PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA JAWA TIMUR DI PERBANKAN
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tabungan
Deposito
Giro
Sumber : KBI Surabaya, diolah
Jika dibandingkan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, tingkat
realisasi triwulan pertama belanja APBD tahun 2010 relatif sama. Relatif
lambatnya realisasi pada triwulan ini disebabkan oleh terlambatnya pengesahan
APBD guna mengikuti ketentuan administratif dari Departemen Dalam Negeri.
Bab 4 – Keuangan Daerah
________________________________________________________________________________________________
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 72
TABEL 4.7 REALISASI ANGGARAN APBD PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2006-2010
TW I 562,395,341,462 13.37% 2,175,017,728 0.39%
TW II 757,967,843,008 18.02% 36,291,249,375 4.79%
TW III 910,512,458,572 21.65% 85,864,017,716 9.43%
TWIV 1,975,168,037,005 4,206,043,680,047 46.96% 368,427,638,718 18.65%
TW I 731,553,790,347 13.34% 10,024,102,265 1.37%
TW II 1,120,932,348,574 20.43% 55,561,136,883 4.96%
TW III 1,154,593,833,989 21.05% 145,825,655,825 12.63%
TWIV 2,478,393,906,231 5,485,473,879,141 45.18% 406,921,818,019 16.42%
TW I 346,568,876,781 6.22% 974,878,305 0.28%
TW II 1,247,208,110,925 22.37% 52,422,587,139 4.20%
TW III 1,193,231,227,276 21.40% 151,573,186,998 12.70%
TWIV 2,789,249,528,127 5,576,257,743,109 50.02% 437,330,643,125 15.68%
TW I 864,623,249,203 12.83% 15,461,132,756 1.79%
TW II 1,930,204,461,628 28.65% 85,843,865,640 4.45%
TW III 1,367,089,348,958 20.29% 153,224,567,053 11.21%
TWIV 2,575,863,869,376 6,737,780,929,165 38.23% 293,980,117,503 11.41%
TW I 368,400,444,115 4.85% 752,849,600 0.20%
TW II 1,861,131,000,000 24.48% 422,796,423,037 22.72%
TW III 1,548,218,555,885 20.37%
TWIV 3,823,922,500,000 7,601,672,500,000 50.30%
2010 TW I 561,957,748,384 7,826,709,587,519 7.18% 8,827,886,043 1.57%
TAHUNPENGELUARAN
TOTAL BELANJA % %BELANJA MODAL
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : DJPK Dep.Keuangan & Biro Keuangan Prov.Jatim
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 72
5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, baik secara
tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia
yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 23 tahun 2009 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No.
3 Tahun 2004. Pada sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dengan jumlah nominal
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar
(clean money policy). Sementara itu, sistem pembayaran non tunai diarahkan
untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal.
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran pada triwulan I-2010
relatif berjalan normal, meskipun di awal tahun 2010 terjadi sedikit
gangguan terkait pembobolan rekening nasabah melalui ATM di
beberapa wilayah diluar Jawa Timur. Dengan adanya respon yang cepat dari
Bank Indonesia bersama-sama dengan kalangan perbankan maka masalah
tersebut dapat segera di atasi sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif
di masyarakat yang berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan terhadap sistem
pembayaran non tunai.
4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia
tercermin dari aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Kas
Bank Indonesia (outflow dan inflow) dan kegiatan pemusnahan
uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Jika dilihat pengalaman sepanjang tahun 2009, terlihat ada
kesamaan pola pergerakan inflow/ outflow di 4 Kantor Bank Indonesia di
Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri dan KBI Jember).
Untuk outflow, polanya seperti huruf “V” terbalik, dimana terjadi
peningkatan outflow dari triwulan I sampai mencapai puncaknya di
triwulan III dan kemudian menurun pada triwulan IV. Ini seiring dengan
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 73
intensitas kegiatan ekonomi yang banyak menggunakan uang tunai
yang masih rendah di awal tahun dan mencapai puncaknya di triwulan III
(bersamaan dengan masuknya bulan puasa/ Idul Fitri), dan kemudian
menurun menjelang akhir tahun. Sebaliknya pada inflow, polanya
seperti huruf “V”, dimana terjadi penurunan inflow dari triwulan I
sampai mencapai puncaknya di triwulan III dan kemudian meningkat
pada triwulan IV.
Jika pola tersebut konsisten di tahun 2010, maka terlihat indikasi
adanya peningkatan kegiatan ekonomi di triwulan I-2010 dimana
inflow/outflow pada triwulan ini lebih besar dibandingkan dengan
inflow/ outflow di triwulan yang sama pada tahun lalu.
A
l
iran uang kartal yang masuk (inflow) ke empat Kantor Bank Indonesia
di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri dan KBI Jember)
pada triwulan I-2010 sebesar Rp. 7,67 triliun, sedikit menurun
dibandingkan inflow pada periode sebelumnya yang mencapai Rp. 8,29
triliun namun lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya yang mencapai Rp. 7,4 triliun. Penurunan nilai juga terjadi
Tabel 4.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Kantor Bank Indonesia
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Outflow 891,251 2,931,395 4,163,578 2,882,366 2,018,266
Inflow 3,899,999 2,642,402 1,995,281 4,694,505 4,009,777
Net Flow 3,008,748 (288,993) (2,168,298) 1,812,139 1,991,511
Outflow 240,569 1,146,689 1,721,172 1,003,422 327,529
Inflow 841,484 176,015 433,059 1,087,897 949,725
Net Flow 600,915 (970,674) (1,288,113) 84,475 622,197
Outflow 253,235 434,288 1,174,634 758,217 166,699
Inflow 1,540,068 690,049 778,992 1,582,436 1,608,603
Net Flow 1,286,833 255,761 (395,642) 824,219 1,441,904
Outflow 370,630 623,929 770,004 497,408 209,972
Inflow 1,146,433 683,816 668,770 920,452 1,097,157
Net Flow 775,803 59,887 (101,234) 423,044 887,185
Outflow 1,755,685 5,136,301 7,829,388 5,141,413 2,722,466
Inflow 7,427,983 4,192,283 3,876,102 8,285,290 7,665,262
Net Flow 5,672,298 (944,018) (3,953,286) 3,143,877 4,942,797
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
KBI Jember
JAWA TIMUR
Tahun 2009Wilayah Transaksi
KBI Surabaya
KBI Kediri
KBI Malang
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 74
pada transaksi uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow)
dari Rp. 5,14 triliun di Triwulan IV-2009 menjadi Rp. 2,72 trilun. Namun
demikian, nilai outflow ini masih relatif tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp.
1,8 triliun. Penurunan aliran outflow yang lebih besar dibandingkan
aliran inflow pada periode ini menyebabkan terjadinya net inflow
sebesar Rp. 4,94 triliun.
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Dalam rangka memelihara kualitas uang kartal yang beredar di
masyarakat, Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan
kegiatan pemusnahan uang kartal yang telah tidak layak edar
(lusuh/rusak) dengan sebelumnya melakukan Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) untuk kemudian digantikan dengan uang layak edar.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.1 Perkembangan Arus Uang Tunai
(Inflow –Outflow)
Gambar 4.2
Perkembangan Net Inflow
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan
Gambar 4.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
�
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���� ���� ���� ���� ���
������������������� ��������������������
������
������
������
������
�
�����
�����
�����
�����
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���� ���� ���� ���� ���
����������
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2006 2007 2008 2009 2010
Ne
tflo
w (R
p t
riliu
n)
Infl
ow
, O
utf
low
(R
p t
riliu
n)
Inflow Outflow Netflow - Skala Kanan
0
20
40
60
80
100
120
0
1
2
3
4
5
6
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2006 2007 2008 2009 2010
Pro
pors
i th
dp
inflo
w (%
)
Jum
lah
PT
TB
(R
p tr
iliu
n)
PTTB (Rp triliun)
Rasio PTTB thdp inflow (%)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 75
Sampai dengan akhir triwulan I-2010 jumlah uang tidak layak edar di
wilayah Jawa Timur yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia sebesar Rp.
5,31 triliun, atau meningkat dari Rp. 5,20 triliun di triwulan sebelumnya.
Meningkatnya uang tidak layak edar pada periode ini seiring dengan
peningkatan net inflow (aliran uang masuk dari perbankan ke Bank
Indonesia) yang terjadi pada periode ini.
Selanjutnya, terkait pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat
untuk lebih baik lagi dalam memperlakukan uang kartal dan
meningkatkan efisiensi biaya pencetakan uang baru, Bank Indonesia
secara berkesinambungan melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai cara perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Hal ini
bertujuan untuk memperpanjang masa edar/ usia uang kartal atau
mencegah agar tidak lekas rusak.
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Perkembangan transaksi sistem pembayaran non tunai
tercermin terutama dari aktivitas Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement (RTGS) melalui
perbankan yang tercatat di Bank Indonesia. Pada triwulan I-2010, nilai
transaksi RTGS maupun kliring di Jawa Timur menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan IV-2009, namun masih relatif tinggi dibandingkan
dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Gambar 4.5
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
��
��
���
��
���
!��
���
���
���
���
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���� ���� ���� ���� ���
"#$����%" "#$���&�����'
������
�����
�����
!�����
������
������
�����
�����
!�����
������
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���� ���� ���� ���� ���
�%"������������� &�����'�������������
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 76
a. Transaksi RTGS Real Time Gross Settlement)
Secara umum transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di
Jawa Timur pada triwulan I-2010 penunjukkan penurunan baik
dari sisi volume transaksi maupun nilai nominalnya, namun
masih lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Tercatat transaksi RTGS secara trwulanan mengalami
kontraksi sebesar -10,04% (qtq) namun secara tahunan mengalami
ekspansi sebesar 10,29% (yoy), dengan nilai transaksi di sepanjang
triwulan I-2010 sebesar Rp. 107,50 triliun dan volume transaksi sebanyak
131.114 transaksi.
Peningkatan transaksi maupun volume RTGS yang terjadi pada
triwulan ini dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu
merupakan indikasi adanya peningkatan kegiatan ekonomi di
masyarakat sekaligus mencerminkan berkembangnya cashless society
atau masyarakat yang tidak menggunakan uang tunai.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.6
Perkembangan Transaksi RTGS
Gambar 4.7 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing
RTGS Terbesar Tw I -2010
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.8 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw I -2010
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
��(�����!(������(�����!(������(�����!(�����(����!(������(�����!(���� �(���� !(������(����
�
������
������
������
������
������
������
���
�����
���
�����
)��
)����
���
�����
���
���� ���� ���� ���� ���
��*��$���$�+$,+���%"������������
���*���$�+$,+���%"��",$�$�&$�$��
�
������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
������
������
�������
�������
������
������
�� ���������������� �������� �� �������������
�� !"!#!
$%�& &
'!(!�)
) %�&$
"!��
�&�*! �*
�
������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
������
������
�������
�������
������
������
�� ���������������� �������� �� �������������
�� !"!#!
$%�& &
'!(!�)
) %�&$
"!��
�&�*! �*
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 77
Berdasarkan asal kota pengirim maupun penerima transfer dana
melalui RTGS, transaksi outgoing mapun Incoming RTGS tertinggi terjadi
pada 6 wilayah di Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya, Kediri, Malang,
Gresik, Batu dan Sidoarjo. Tingginya volume maupun nilai transaksi RTGS
pada keenam kota ini didorong oleh karakteristik masing-masing kota
yang sebagian besar merupakan wilayah industri dengan tingkat
transaksi kegiatan usaha yang cukup tinggi.
b. Transaksi Kliring
Kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 385 kantor/bank
peserta yang tersebar pada 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur.
Dalam pelaksanannya, kegiatan ini selain dilaksanakan di 4 (empat) Kantor
Bank Indonesia, juga dapat dilaksanakan pada bank umum yang telah
ditunjuk sebagai penyelenggara kliring lokal. Hingga saat ini terdapat 15
bank penyelenggara kliring lokal yang bertugas untuk menyelenggarakan
kliring di sekitar wilayahnya.
Gambar 4.9
Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.10
Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Jumlah
Kota Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp)
Surabaya 232 1,133,437 31,134,531 18,581 510,402 18,943 531,046 311 8,706
Malang 54 78,276 2,227,387 1,283 36,515 1,227 17,736 20 291
Kediri 70 69,856 1,902,764 1,145 31,193 1,149 23,812 19 390
Jember 35 29,332 695,086 481 11,395 896 13,363 15 219
Jatim 391 1,310,901 35,959,768 21,490 589,504 22,215 585,957 364 9,606
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari
Perputaran Kliring Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek
�
!(����
�(����
!(����
��(����
�!(����
�(����
!(����
��(����
�
��(����
���(����
��(����
���(����
!��(����
���(����
���(����
���(����
���(����
���
�����
���
�����
���
�����
���
�����
���
���� ���� ���� ���� ���
��$,$��&�����'�����-��$�
��$,$��&�����'��)$�,$����*.$���",$�$� &$�$�
� �������!���������������������������������� ���������!������������
�
!����
�����
!����
������
�!����
�����
!����
������
�!����
!�����
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���! ���� ���� ���� ���� ���
&�����'������������
)$�,$��&�����'��",$�$�&$�$��
Tabel 4.2
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I-2010
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 78
Pada triwulan I-2010, kegiatan transaksi perputaran kliring di Jawa
Timur baik secara nominal maupun jumlah warkat relatif mengalami
penurunan. Tercatat pertumbuhan nilai transaksi kliring di Jawa Timur
mengalami kontraksi sebesar -6,52% (qtq) dengan nilai transaksi sebesar
Rp. 35,96 triliun dan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp. 590
milyar. Sementara itu, berdasarkan jumlah warkat kliring yang diproses
oleh seluruh penyelenggara kliring di Jawa Timur, tercatat sebanyak 1,31
juta lembar warkat yang dikliringkan dengan rata-rata harian perputaran
warkat kliring sebesar 21.490 lembar.
4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Jumlah uang palsu yang ditemukan perbankan maupun
berdasarkan laporan masyarakat umum di Jawa Timur pada triwulan
ini relatif menurun. Terdapat sebanyak 3.042 lembar uang palsu dalam
berbagai pecahan dengan nilai nominal sejumlah Rp. 189.43 juta. Kondisi
ini membaik dibandingkan periode-periode sebelumnya sebelumnya, seperti
tunjukkan oleh Gambar 4.9. Berdasarkan nilai pecahan nominalnya, uang
palsu yang paling banyak ditemukan adalah dalam pecahan Rp. 50.000,-
dengan proporsi sebesar 45% dari total uang palsu yang ditemukan,
kemudian di susul oleh pecahan nominal Rp. 100.000.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.9 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
Gambar 4.11
Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
�����
��!��
����
�!��
�����
��!�����
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
����
�����
���
���
���! ���� ���� ���� ���� ���
�$+�����$,$��)$�,$��&�����'
�
(����
�(����
(����
�(����
!(����
�(����
�(����
�(����
�(����
���
����
�����
��� ���
����
�����
��� ���
����
�����
��� ���
����
�����
��� ���
���� ���� ���� ���� ���
/$�'�0$�+���1�*.$��
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 79
Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di
masyarakat, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keasilan uang
rupiah yang dikenal dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang)
kepada masyarakat umum. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui berbagai
media, baik melalui media massa, maupun pertemuan secara langsung
dengan stakeholder dan berbagai lapisan masyarakat seperti pelajar/
mahasiswa, pemerintah daerah, dan aparat penegak hukum. Diharapkan
dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai hal ini,
awareness masyarakat mengenai keberadaan uang palsu dapat terus
ditingkatkan.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.9 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Gambar 4.10 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
�� �
�!����
�����
��!������
+,����,��� +,���,��� +,���,���
+,���,��� +,��,���
�-,-�.
�,��.
�,//.�,0�.
�,��.
���������� ����!�����
���������� ���������
����!����
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 81
6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6.1. UMUM
Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin
pada kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan, sedangkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator ketegakerjaan dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-2010 di Jawa Timur masih
positif. Sementara itu, Jumlah PHK di Jawa Timur pada triwulan I-2010 masih
relatif kecil, seiring membaiknya perekonomian Jawa Timur di awal tahun
2010. Adanya kenaikan rata-rata UMK pada tahun 2010 di Kabupaten/Kota
Jawa Timur sebesar 7,28% diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Jatim, seiring dengan relatif stabilnya tekanan inflasi pada
tahun ini. Perbaikan kualitas TKI Jatim dengan mengirimkan tenaga kerja
berkeahlian khusus di sektor formal, diharapkan juga dapat berdampak
positif pada upaya menekan angka pengangguran di Jatim.
Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jatim yang tercermin
dari Nilai Tukar Petani (NTP), relatif turun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Terlambatnya musim panen pada triwulan I-2010
mengakibatkan NTP Jatim sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-2009.
Di sisi lain, Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan I-2010 Jatim relatif tetap
karena hasil tangkapan yang relatif stabil dengan harga yang juga tetap,
sedangkan biaya produksi juga tidak mengalami peningkatan.
6.2 . KETENAGAKERJAAN
Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus
berlangsung di awal triwulan I-2010, memberikan dampak positif
pada kondisi ketenagakerjaan.
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 82
6.2.1. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Indikator ketegagakerjaan hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) di Jawa Timur masih positif, tercermin dari nilai
Saldo bersih Tertimbang sebesar 2,44.
Ekspektasi pengusaha pada perkembangan
perekonomian di triwulan II-2010 diperkirakan terjadi
peningkatan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada sektor
industri pengolahan dan PHR.
Tabel 6.1 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
(SBT) Tahun 2008-2010
Sumber : SKDU, KBI Surabaya
Gambar 6.1 Gambar 6.2 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
Sumber : SKDU, KBI Surabaya Sumber : SKDU, KBI Surabaya
I II III IV I II III IV I II*
REALISASI
1 0.59 -4.65 3.3 0.29 -3.06 -2.17 -1.39 3.13 2.92 2.89
2 PERTAMBANGAN 2.03 0.04 0.98 -0.66 0.1 0.98 0.00 1.97 -1.02 -0.04
3 INDUSTRI PENGOLAHAN -3.88 2.99 -1.37 -1.51 -2.52 0.35 -2.53 -1.13 -2.41 6.01
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.00 -0.07 1.39 -0.64 0.00 -1.39 1.24 -1.20 -0.04 -0.04
5 BANGUNAN -1.01 0.6 0.00 -0.55 -1.28 0.00 0.00 0.66 -0.39 0.77
6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN -2.65 -0.73 2 -2.71 -1.52 -0.61 5.02 -1.90 3.45 5.41
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0.46 1.02 0.27 0.64 -1.95 2.79 0.14 0.00 1.13 1.56
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.24 0.13 0.39 0.21 1.39 0.1 -0.92 0.00 -0.84 0.85
9 JASA - JASA 0.13 -2.43 0.00 4.81 4.93 -0.03 5.21 5.09 -0.37 1.85
TOTAL SELURUH SEKTOR -5.01 -3.1 6.97 -0.11 -2.68 0.04 6.77 6.61 2.44 19.26
2008 2009 2010
PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN,
No SEKTOR
!5.01
!3.1
6.97
!0.11
!2.68
0.04
6.77 6.61
2.44
19.26
!6
!2
2
6
10
14
18
I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010
Saldo"bersih"%
!6
!4
!2
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI"PENGOLAHAN LISTRIK,"GAS"DAN"AIR"BERSIH
BANGUNAN PERDAGANGAN,"HOTEL"DAN"RESTORAN
PENGANGKUTAN"DAN"KOMUNIKASI KEUANGAN,"SEWA"&"JASA"PERSH
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 83
6.2.2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Kependudukan (Disnakertransduk) tercatat 872 pekerja dari 29
perusahaan di Provinsi Jawa Timur yang mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) pada periode Januari-Februari 2010. Jumlah
PHK terbesar berasal sebuah perusahaan berskala besar besar di
jawa Timur yang telah mem-PHK sebanyak 513 karyawannya karena
permasalahan internal perusahaan.
Berdasarkan data penyebab PHK yang diajukan perusahaan
pada Disnakertransduk, ditengarai bahwa PHK ini bukan
merupakan dampak atas implementasi perjanjian perdagangan
bebas di Kawasan Asia Tenggara dan China (ACFTA), karena
pengajuan PHK telah dilakukan sejak Oktober 2009. Kondisi ini juga
dikonfirmasi oleh hasil liaison, Survei Kegiatan Dunia Usaha dan
quick survey Bank Indonesia Jember, Malang dan Kediri, yang
menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan di daerah masing-
masing cenderung tidak terpengaruh oleh dampak implementasi
ACFTA.
Khusus untuk wilayah Kab. Jember, terdapat indikasi adanya
pengurangan jumlah jam kerja sebagai akibat menurunnya
permintaan produk tujuan ekspor. Sementara itu, kasus proses
pengajuan PHK yang terjadi di beberapa perusahaan rokok di Kab.
Malang pada umumnya disebabkan oleh dampak kenaikan cukai.
6.2.3. Upah Minimum Kab/Kota se-Jawa Timur
Hingga triwulan I-2010, beberapa daerah telah
melaksanakan tarif UMK terbaru, walaupun beberapa perusahaan
rokok di Kab. Malang mengajukan penangguhan terkait naiknya
biaya perusahaan akibat kenaikan cukai rokok.
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Depnakertrans), kenaikan UMK tertinggi wilayah
Jawa Timur terjadi di Kabupaten Pamekasan sebesar 20% (Rp.
750.000,- menjadi Rp. 900.000,-) dan terendah di Kabupaten
Magetan sebesar 0,78% (Rp. 645.000,- menjadi Rp. 650.000,-).
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 84
Sedangkan nilai tertinggi UMK terdapat di Kota Surabaya sebesar
Rp. 1.031.500,- dengan kenaikan sebesar 8,75% dibandingkan
tahun 2009.
6.2.3. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Timur
Perkembangan TKI di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010
diperkirakan terus meningkat, sesuai dengan target
Disnakertransduk yang akan mengirimkan 60.000 TKI ke berbagai
negara. Guna meminimalkan kasus TKI yang bermasalah,
Disnakertransduk telah berupaya untuk meningkatkan kualitas TKI
yang dikirim dengan mengarahkan pada sektor formal, seperti
perawat, pekerja pabrik dan tenaga konstruksi. Hingga akhir tahun
2009, data Disnakertransduk Jatim menunjukkan bahwa sebanyak
60% TKI masih bekerja di sektor informal sebagai Pembantu Rumah
Tangga (PRT).
Tabel 6.2 Data UMK Wilayah Jawa Timur Tahun 2009-2010
%
2009 2010 Kenaikan
Kota Surabaya 948,500.00 1,031,500.00 8.75%
Kab. Gresik 971,624.00 1,010,400.00 3.99%
Kab. Mojokerto 971,624.00 1,009,150.00 3.86%
Kota Malang 945,373.00 1,006,263.00 6.44%
Kab. Sidoarjo 955,000.00 1,005,000.00 5.24%
Kab. Pasuruan 955,000.00 1,005,000.00 5.24%
Kab. Malang 954,500.00 1,000,005.00 4.77%
Kota Batu 879,000.00 989,000.00 12.51%
Kota Kediri 856,000.00 906,000.00 5.84%
Kab. Pamekasan 750,000.00 900,000.00 20.00%
Kab. Lamongan 760,000.00 875,000.00 15.13%
Kab. Kediri 825,000.00 871,000.00 5.58%
Kab. Tuban 798,000.00 870,000.00 9.02%
Kota Pasuruan 805,000.00 865,000.00 7.45%
Kab. Jember 770,000.00 830,000.00 7.79%
Kab. Bojonegoro 740,000.00 825,000.00 11.49%
Kab. Banyuwangi 744,000.00 824,000.00 10.75%
Kota Mojokerto 760,000.00 805,000.00 5.92%
Kab. Jombang 752,500.00 790,000.00 4.98%
Kab. Bangkalan 715,000.00 775,000.00 8.39%
Kab. Probolinggo 682,500.00 744,000.00 9.01%
Kota Probolinggo 682,500.00 741,000.00 8.57%
Kab. Sumenep 690,000.00 730,000.00 5.80%
Kab. Sampang 650,000.00 690,000.00 6.15%
Kab. Lumajang 655,000.00 688,000.00 5.04%
Kota Madiun 645,000.00 685,000.00 6.20%
Kab. Bondowoso 620,000.00 668,000.00 7.74%
Kab. Ngawi 635,000.00 665,000.00 4.72%
Kota Blitar 572,500.00 663,000.00 15.81%
Kab. Madiun 620,000.00 660,000.00 6.45%
Kab. Situbondo 610,000.00 660,000.00 8.20%
Kab. Blitar 570,000.00 655,000.00 14.91%
Kab. Nganjuk 625,000.00 650,000.00 4.00%
Kab. Magetan 645,000.00 650,000.00 0.78%
PERIODE
KAB/KOTA
Sumber : Depnakertrans RI
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 85
Tabel 6.3 Penempatan TKI Jawa Timur Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2008 – 2009
Sumber : BNP2TKI Prov. Jawa Timur
Sementara itu, data transfer dana TKI ke Jawa Timur pada
triwulan I-2010 mengalami peningkatan dibandingkan periode
yang sama tahun 2009. Dengan demikian, meskipun cukup banyak
kasus TKI ilegal dari Jawa Timur (yang berdampak pada
pemulangan ribuan TKI dari Malaysia dan Timur Tengah), namun
seiring upaya perbaikan kualitas TKI yang dikirim, diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi guna menekan angka pengangguran di
Jawa Timur.
Gambar 6.3 Nilai Remitansi TKI Jawa Timur per Triwulan
Sumber : Survei Remitansi TKI, KBI Surabaya
6.2.4. Upaya Pemerintah Daerah dan Dinas Terkait
Ancaman PHK pasca kenaikan cukai rokok di wilayah Jawa
Timur segera ditindaklanjuti oleh Disnakertransduk Jatim dengan
L P JML % L P JML %
1 Arab Saudi 403 0 403 0,68 53 2 55 0,12
2 Malaysia 16.444 10.302 26.746 44,93 8.96 5.376 14.336 30,88
3 Singapura 0 3.454 3.454 5,80 0 3.593 3.593 7,74
4 Hongkong 6 13.61 13.616 22,87 7 14.01 14.017 30,20
5 Taiw an 332 11.51 11.842 19,89 238 11.526 11.764 25,34
6 Brunei D. 1.749 1.149 2.898 4,87 1235 497 1732 3,73
7 Uni Emirat Arab 34 1 35 0,06 0 18 18 0,04
8 Qatar 125 0 125 0,21 290 19 309 0,67
9 Yordania 0 0 0 0,00 0 12 12 0,03
10 Abu Dhabi 66 0 66 0,11 248 7 255 0,55
11 Bahrain 27 0 27 0,05 102 0 102 0,22
12 Yaman 69 0 69 0,12 1 0 1 0,00
13 Macau 0 213 213 0,36 0 218 218 0,47
14 Rumania 5 0 5 0,01 0 0 0 0,00
15 Maldives 0 2 2 0,00 0 0 0 0,00
16 Belanda 0 1 1 0,00 0 0 0 0,00
17 New Zealand 9 0 9 0,02 0 0 0 0,00
18 Sychelles 14 0 14 0,02 6 0 6 0,01
19.283 40.242 59.525 100,00 11.14 35.278 46.418 100,00
TAHUN PENEMPATAN
JUMLAH
No Negara Tujuan
2008 2009
731.13
1,522.59
2,354.10
3,182.20
662.41
1,371.94
2,074.59
2,759.40
589.12
1,248.71
2,031.12
2,653.37
755.76
1,491.96
2,133.09
2,888.31
683.32
1,590.13
2,428.52
3,149.55
713.57
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2005 2006 2007 2008 2009 2010
(Rp
juta
)
Posisi Transfer Dana TKI Jawa Timur
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 86
melakukan pembinaan bagi para buruh perusahaan tembakau yang
terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dengan
memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Bentuk
pelatihan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan
bekal keterampilan bagi para korban PHK untuk berwirausaha
sesuai dengan potensi yang terdapat di masing-masing daerah.
Selain itu, terkait upaya peningkatan kualitas TKI,
pemerintah provinsi Jawa Timur berupaya menjalin kerjasama
dengan beberapa negara (diantaranya Timur Tengah) guna
mengirimkan tenaga kerja berkeahlian khusus sesuai dengan
potensi tenaga ahli yang dapat dicetak di Jawa Timur.
6.3 .KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pola
yang mirip ini, cenderung diakibatkan oleh faktor cuaca yang
memasuki musim hujan di akhir tahun 2009. Perkembangan
kesejahteraan di sektor pertanian dan perikanan pada awal tahun ini
cenderung sama dengan tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan kondisi kesejahteraan petani Jawa Timur di
triwulan I-2010 sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang
dimungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya biaya
produksi (harga pupuk, sewa tanah). Sementara itu, kondisi kesejahteraan
nelayan relatif stabil, yang menunjukkan adanya kestabilan biaya produksi
dan harga komoditas ikan.
6.3.1. Kesejahteraan Petani
Kesejahteraan Petani yang diindikasikan melalui perubahan
nilai tukar petani (NTP) pada triwulan I-2010 mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan periode sebelumnya (lihat grafik 6.5).
Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang
diterima petani (It) lebih rendah daripada kenaikan indeks harga
yang dibayar petani (Ib).
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 87
Kondisi tersebut terjadi, karena di awal tahun 2010, sektor
pertanian masih berada pada musim tanam (sebagai akibat
pergeseran musim karena perubahan cuaca), sehingga
mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan
dengan biaya produksi dan konsumsi hidup yang tetap harus
dikeluarkan. Selain itu, relatif rendahnya harga Gabah Kering Giling
(GKG) serta beberapa komoditas pertanian lainnya pada saat musim
panen juga memberikan tekanan pada potensi kenaikan It.
Gambar 6.4 NTP Nasional & Gambar 6.5 NTP & Pertumbuhan Jawa Timur (Nasional & Jatim)
92
94
96
98
100
102
104
106
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
NTP"Nasional NTP"Jatim
!6
!5
!4
!3
!2
!1
0
1
2
3
4
92
94
96
98
100
102
104
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
Nasional Jatim g"NTP"Nasional g"NTP"Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur
Gambar 6.6 It & Pertumbuhan Gambar 6.7 Ib & Pertumbuhan
!6
!4
!2
0
2
4
6
8
10
95
100
105
110
115
120
125
130
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
It"Nasional It"Jatim g"It"Nasional g"It"Jatim
!1
0
1
2
3
4
5
6
95
100
105
110
115
120
125
130
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
Ib"Nasional Ib"Jatim g"Ib"Nasional g"Ib"Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur
6.3.2. Kesejahteraan Nelayan
Kondisi kesejahteraan nelayan yang dtercermin pada Nilai
Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan I-2010,
relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat gambar 6.9).
Hal ini disebabkan harga komoditas ikan dan biaya produksi masih
relatif tidak mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan
kondisi nasional, NTN Jawa Timur lebih baik, yang disebabkan oleh
Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 88
masih rendahnya biaya produksi dan harga barang konsumsi
dibandingkan dengan hasil tangkapan.
Gambar 6.8 NTN Nasional & Jawa Timur Gambar 6.9 NTN & Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
NTN"Nasional NTN"Jatim
!8
!6
!4
!2
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
Nasional Jatim g"NTN"Nasional g"NTN" Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur
Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
8989
7 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
diproyeksikan akan kembali tumbuh lebih tinggi dan berada di
kisaran 5,40 – 5,90%. Konsumsi masyarakat diperkirakan tetap kuat dan
terus meningkat seiring landainya suku bunga kredit perbankan. Dari hasil
liaison diketahui bahwa sejumlah perusahaan manufaktur di Jawa Timur
mengagendakan investasi di triwulan II meskipun nilainya bervariasi. Di
sektor publik, investasi berupa relokasi tol Porong-Gempol dan beberapa
proyek infrastruktur lainnya sedang dikerjakan hingga beberapa tahun ke
depan. Ekspor diprediksi terus membaik seiring berlanjutnya pemulihan
ekonomi global dan membaiknya permintaan dari negara partner dagang.
Sebagai konsekuensinya, Impor juga diperkirakan turut menguat. Rencana
kenaikan Tarif Dasar Listrik diprediksi tidak terlalu signifikan menganggu
inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Faktor lain yang patut diperhitungkan
dampaknya terhadap ekonomi pada triwulan II-2010 adalah rencana
kenaikan harga pupuk hingga 80%.
Secara umum, ekonomi Jawa Timur di tahun 2010 diprediksi akan
tumbuh di kisaran 5,5 – 6,0% atau hampir menyamai kondisi
sebelum terjadinya krisis global. Angka ini merupakan revisi naik dari
proyeksi sebelumnya yang hanya 5,0 – 5,5%. Sebanyak 18 Pilkada yang
diagendakan untuk berlangsung di tahun 2010 diharapkan akan
mendongkrak aktivitas konsumsi. Sebagian besar perusahaan responden
liaison optimis akan meraih kinerja yang jauh lebih baik di tahun 2010,
meskipun mungkin belum seperti saat-saat terbaik yang dialami pada tahun
2007. Sementara itu, perbankan Jawa Timur menargetkan pertumbuhan
kredit di 2010 sebesar 20% (yoy). Target sebesar ini memberi tambahan
keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi 6% dapat tercapai mengingat
kredit perbankan selama ini berperan signifikan dalam pembiayaan
ekonomi Jawa Timur. Namun demikian, semua prediksi ini hanya dapat
tercapai bila laju pemulihan ekonomi berlangsung sesuai harapan dan tidak
Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
9090
terjadi goncangan terhadap stabilitas makroekonomi nasional (misalnya
dalam bentuk kenaikan harga BBM dan lain-lain). Faktor risiko lainnya di
tahun 2010 adalah “exit policy” dari negara-negara G-20 dalam menyerap
kembali likuiditas mereka yang sempat disalurkan untuk mengatasi krisis
global. Exit policy yang serentak dan dalam jumlah besar berpotensi
mengganggu proses pemulihan.
7.2 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR
Memasuki triwulan II-2010, inflasi diperkirakan sedikit
meningkat dan berada di kisaran 4,0% - 4,5% (yoy). Tekanan inflasi
dari kelompok volatile foods diyakini masih relatif stabil dan tidak terdapat
tekanan yang signifikan. Kecukupan pasokan akibat musim panen pada
periode Maret – Mei 2010 akan menahan peningkatan harga komoditas
bahan makanan. Meskipun musim/cuaca yang tidak stabil menyebabkan
realisasi hasil panen beberapa produk pertanian pada semester I-2010 lebih
rendah dibandingkan target yang ditetapkan, namun hal tersebut tidak
signifikan mempengaruhi harga komoditas pertanian.
Dari sisi lain, pergerakan inflasi inti (core inflation) selama triwulan II-
2010 diperkirakan juga masih stabil. Hal ini setidaknya tercermin dari
ekspektasi inflasi masyarakat untuk jangka waktu 3 bulan yang akan
datang relatif terjaga serta nilai tukar rupiah yang stabil. Disamping itu,
kesenjangan permintaan dan penawaran yang tercermin pada output gap
belum mengalami peningkatan yang berarti.
Sumber: Survei Konsumen KBI Surabaya
Gambar 7.2 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan
Gambar 7.1
Estimasi Realisasi Usaha TwII-2010
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II*
2006 2007 2008 2009 2010
TOTAL Pertanian
Industri PHR
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Indeks Penghasilan Saat Ini
Ekspektasi Penghasilan
Sumber: SKDU KBI Surabaya
Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010
91
kesenjangan permintaan dan penawaran yang tercermin pada output gap
belum mengalami peningkatan yang berarti.
Tekanan inflasi dari kelompok administered price diperkirakan sedikit
mengalami peningkatan akibat rencana kenaikan tarif dasar listrik yang
dapat memberikan dampak langsung maupun tidak langsung meskipun
tidak terlalu signifikan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dan dapat mendorong inflasi pada
triwulan II-2010 adalah tren peningkatan harga komoditas di pasar dunia
yang pada akhirnya dapat membawa dampak pada peningkatan harga-
harga di dalam negeri.
���
�
�
�
�
�
����������������
���
�
�
�
Lampiran 1.1. PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Berlaku (Rp. Juta)
2008 TOTAL
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV** 2009
I. Pertanian 22,222,655.36 33,968,404.73 26,357,325.39 29,140,128.71 23,905,878.72 113,371,737.55
1.1. Tanaman Bahan Makanan 9,069,431.48 23,450,329.75 14,177,150.78 12,208,959.45 9,601,970.36 59,438,410.35
1.2. Tanaman Perkebunan 3,974,302.06 2,933,340.44 3,383,167.94 7,762,425.08 4,342,791.39 18,421,724.85
1.3. Peternakan 5,214,482.03 4,600,224.00 4,668,365.34 5,383,441.97 5,645,813.56 20,297,844.87
1.4. Kehutanan 283,411.17 621,428.48 764,731.13 344,242.98 304,020.26 2,034,422.85
1.5. Perikanan 3,681,028.62 2,363,082.05 3,363,910.20 3,441,059.23 4,011,283.15 13,179,334.620.00
II. Pertambangan Dan Penggalian 3,825,185.98 2,513,080.96 3,419,239.73 4,883,067.37 4,147,646.41 14,963,034.46
2.1. Pertambangan Migas 483,239.21 461,918.61 632,812.85 692,446.91 653,686.38 2,440,864.74
2.2. Pertambangan Non Migas 231,299.54 229,797.17 217,534.48 254,090.73 250,432.18 951,854.56
2.3. Penggalian 3,110,647.23 1,821,365.18 2,568,892.40 3,936,529.73 3,243,527.85 11,570,315.170.00
III. Industri Pengolahan 47,530,354.31 45,782,181.72 46,722,337.49 49,612,667.27 50,862,861.60 192,980,048.08
3.1. Makanan Minuman &Tembakau 25,864,978.03 24,992,326.65 25,667,264.99 26,498,227.33 27,745,827.51 104,903,646.48
3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 1,664,333.45 1,765,030.43 1,587,225.92 1,482,841.26 1,733,932.55 6,569,030.15
3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 1,948,483.64 1,384,340.37 1,395,796.05 1,725,696.38 2,061,401.78 6,567,234.58
3.4. Kertas dan Barang Cetakan 5,507,767.16 5,994,759.45 6,373,290.81 6,412,029.44 5,898,553.16 24,678,632.84
3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 3,849,214.61 4,308,400.93 3,353,958.19 3,570,076.68 4,127,050.92 15,359,486.72
3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 1,588,504.17 1,393,393.40 1,507,595.12 1,790,115.54 1,652,867.18 6,343,971.24
3.7. Logam dasar besi dan baja 2,993,749.78 3,577,538.20 4,050,280.47 4,289,722.09 3,234,800.53 15,152,341.29
3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 1,592,730.27 946,480.18 1,243,159.63 1,327,271.46 1,705,046.43 5,221,957.70
3.9. Barang lainnya 2,520,593.19 1,419,912.10 1,543,766.32 2,516,687.10 2,703,381.57 8,183,747.090.00
IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,758,109.75 2,934,380.19 3,098,524.93 3,496,242.67 2,935,734.15 12,464,881.93
4.1. Listrik 1,700,010.31 2,108,197.27 2,064,234.94 2,160,788.39 1,736,478.59 8,069,699.19
4.2. Gas Kota 917,378.11 688,134.01 888,287.42 1,189,708.78 1,047,203.63 3,813,333.84
4.3. Air Bersih 140,721.33 138,048.91 146,002.57 145,745.50 152,051.93 581,848.900.00
V. Konstruksi 5,455,606.79 5,057,800.52 6,018,522.96 6,388,875.69 6,053,093.93 23,518,293.090.00
VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 50,637,112.15 46,761,669.59 52,397,254.02 50,664,597.81 54,899,715.66 204,723,237.08
6.1. Perdagangan 41,764,646.89 38,558,870.68 42,482,310.93 40,779,079.70 45,085,688.08 166,905,949.39
6.2. H o t e l 1,071,505.40 605,452.90 1,191,783.95 1,228,186.30 1,189,926.03 4,215,349.18
6.3. Restoran 7,800,959.86 7,597,346.01 8,723,159.14 8,657,331.81 8,624,101.54 33,601,938.500.00
VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 9,203,895.41 9,333,315.43 9,470,366.74 10,324,671.55 10,403,758.22 39,532,111.93
7.1. Angkutan 6,500,165.13 6,140,334.57 6,299,371.84 6,980,072.27 7,044,324.67 26,464,103.35
a. Angkutan Rel 101,830.50 81,291.42 86,821.64 127,652.16 107,107.15 402,872.37
b. Angkutan Jalan Raya 2,804,273.66 2,739,320.17 2,778,594.56 2,976,442.91 2,893,500.04 11,387,857.67
c. Angkutan Laut 669,065.01 389,541.07 545,275.48 644,745.55 728,732.22 2,308,294.33
d. Angkutan Penyebrangan 76,615.69 67,147.38 61,758.16 39,796.96 27,978.52 196,681.03
e. Angkutan Udara 898,151.37 922,382.41 861,492.24 1,187,155.19 1,131,652.76 4,102,682.60
f. Jasa Penunjang Angkutan 1,950,228.90 1,940,652.12 1,965,429.76 2,004,279.50 2,155,353.98 8,065,715.35
7.2. Komunikasi 2,703,730.28 3,192,980.86 3,170,994.90 3,344,599.28 3,359,433.54 13,068,008.580.00
VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 7,589,631.64 7,470,386.98 8,452,468.67 8,829,481.45 8,418,709.85 33,171,046.95
8.1. B a n k 1,611,564.71 1,367,863.56 1,760,614.26 1,862,628.15 1,772,527.79 6,763,633.76
8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 977,482.17 1,024,444.03 1,109,586.39 1,315,212.52 1,114,134.18 4,563,377.11
8.4. Sewa Bangunan 2,942,938.50 2,963,106.13 3,083,637.47 3,280,468.15 3,290,205.24 12,617,416.99
8.5. Jasa Perusahaan 2,057,646.26 2,114,973.26 2,498,630.55 2,371,172.64 2,241,842.64 9,226,619.090.00
IX. Jasa - Jasa 13,586,140.72 13,512,046.30 14,229,322.26 14,837,538.57 15,018,011.55 57,596,918.67
9.1. Pemerintahan Umum 6,467,043.95 5,470,121.87 6,216,867.07 6,973,028.51 7,172,714.85 25,832,732.29
9.2. Swasta 7,119,096.78 8,041,924.43 8,012,455.19 7,864,510.06 7,845,296.70 31,764,186.38
a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 1,325,815.22 1,356,270.66 1,512,865.09 1,512,051.99 1,489,577.26 5,870,765.00
b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 476,160.85 376,210.72 475,719.59 513,211.94 569,735.03 1,934,877.28
c. Jasa Perorangan Dan RT 5,317,120.71 6,309,443.05 6,023,870.51 5,839,246.13 5,785,984.41 23,958,544.110.00
Produk Domestik Regional Bruto 162,808,692.11 167,333,266.40 170,165,362.18 178,177,271.08 176,645,410.09 692,321,309.75
Sumber : BPS Jawa Timur
**) Data Triwulan IV-2009 adalah Angka Sementara
2009No. Sektor/Subsektor
���
�
�
2008 TOTAL
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2009
I. Pertanian 9,835,994.16 15,515,640.03 12,286,576.23 13,132,142.62 10,215,493.22 51,149,852.10
1.1. Tanaman Bahan Makanan 4,167,230.54 10,811,723.46 6,992,728.03 5,708,325.49 4,297,456.49 27,810,233.47
1.2. Tanaman Perkebunan 1,872,833.01 1,568,318.26 1,681,929.25 3,721,108.76 1,956,234.01 8,927,590.27
1.3. Peternakan 2,198,804.52 1,950,874.40 2,018,663.08 2,256,692.61 2,291,660.65 8,517,890.75
1.4. Kehutanan 90,903.01 198,618.25 247,143.86 98,923.46 89,762.17 634,447.75
1.5. Perikanan 1,506,223.08 986,105.65 1,346,112.01 1,347,092.30 1,580,379.90 5,259,689.860.00
II. Pertambangan Dan Penggalian 1,772,991.86 1,513,698.90 1,783,789.52 1,872,893.57 1,920,409.40 7,090,791.39
2.1. Pertambangan Migas 295,843.53 270,698.98 339,170.71 370,641.53 379,310.46 1,359,821.68
2.2. Pertambangan Non Migas 135,385.16 131,579.36 118,978.99 138,106.18 142,441.89 531,106.42
2.3. Penggalian 1,341,763.17 1,111,420.55 1,325,639.82 1,364,145.86 1,398,657.05 5,199,863.290.00
III. Industri Pengolahan 20,452,081.05 19,737,785.29 19,913,712.97 20,840,510.51 21,068,509.51 81,560,518.28
3.1. Makanan Minuman &Tembakau 10,786,343.53 10,398,456.36 10,656,030.66 10,787,725.84 11,132,800.89 42,975,013.74
3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 653,349.76 705,405.70 632,528.07 625,939.42 660,085.80 2,623,958.99
3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 669,851.93 480,963.20 464,770.83 554,620.46 670,059.80 2,170,414.29
3.4. Kertas dan Barang Cetakan 3,031,792.32 3,130,347.91 3,270,374.28 3,279,096.96 3,123,032.70 12,802,851.86
3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 1,722,280.64 2,013,527.19 1,560,962.72 1,631,709.59 1,797,293.37 7,003,492.86
3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 781,332.47 609,989.47 648,973.09 772,224.11 786,874.40 2,818,061.06
3.7. Logam dasar besi dan baja 1,188,493.91 1,450,209.79 1,607,185.46 1,711,333.75 1,224,727.52 5,993,456.52
3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 618,916.36 364,794.28 481,825.77 509,375.32 637,404.14 1,993,399.51
3.9. Barang lainnya 999,720.12 584,091.40 591,062.08 968,485.07 1,036,230.90 3,179,869.440.00
IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,348,484.57 1,308,339.00 1,327,449.80 1,426,855.88 1,385,866.69 5,448,511.37
4.1. Listrik 1,016,780.19 1,047,124.73 1,002,322.02 1,037,173.46 1,030,425.38 4,117,045.58
4.2. Gas Kota 264,738.82 196,295.24 256,814.73 320,675.77 286,508.30 1,060,294.04
4.3. Air Bersih 66,965.56 64,919.04 68,313.05 69,006.65 68,933.01 271,171.750.00
V. Konstruksi 2,452,231.73 2,183,221.91 2,478,894.96 2,556,766.72 2,563,619.45 9,782,503.040.00
VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 25,541,193.82 23,226,069.93 25,897,061.32 24,984,651.78 27,018,944.36 101,126,727.39
6.1. Perdagangan 20,846,361.38 19,052,674.04 20,977,480.74 20,104,338.53 21,963,319.82 82,097,813.13
6.2. H o t e l 683,360.39 385,800.17 756,082.38 780,726.01 726,275.42 2,648,883.97
6.3. Restoran 4,011,472.05 3,787,595.72 4,163,498.21 4,099,587.25 4,329,349.12 16,380,030.300.00
VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 4,661,842.35 4,866,477.27 4,974,188.32 5,270,659.50 5,207,419.84 20,318,744.93
7.1. Angkutan 3,091,463.37 3,023,373.98 3,075,547.03 3,284,502.74 3,292,685.01 12,676,108.75
a. Angkutan Rel 54,750.72 43,689.36 46,698.91 64,449.37 56,355.56 211,193.20
b. Angkutan Jalan Raya 1,168,438.13 1,140,240.31 1,141,062.28 1,224,219.55 1,201,446.51 4,706,968.64
c. Angkutan Laut 287,152.56 163,702.12 223,709.16 267,635.04 305,886.96 960,933.28
d. Angkutan Penyebrangan 31,037.32 27,310.94 24,839.11 16,369.50 11,128.70 79,648.24
e. Angkutan Udara 471,480.16 578,520.19 538,547.44 611,176.32 566,865.78 2,295,109.73
f. Jasa Penunjang Angkutan 1,078,604.49 1,069,911.07 1,100,690.13 1,100,652.97 1,151,001.50 4,422,255.67
7.2. Komunikasi 1,570,378.98 1,843,103.30 1,898,641.29 1,986,156.76 1,914,734.83 7,642,636.180.00
VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 4,051,843.49 3,813,462.97 4,322,835.06 4,486,185.92 4,298,111.54 16,920,595.49
8.1. B a n k 1,069,293.14 780,871.53 1,092,043.27 1,104,864.26 1,132,153.26 4,109,932.33
8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 457,716.18 483,946.06 526,288.90 597,264.52 498,703.08 2,106,202.55
8.4. Sewa Bangunan 1,507,445.33 1,506,928.81 1,516,701.69 1,619,459.65 1,601,382.29 6,244,472.43
8.5. Jasa Perusahaan 1,017,388.84 1,041,716.57 1,187,801.20 1,164,597.48 1,065,872.92 4,459,988.170.00
IX. Jasa - Jasa 6,542,821.30 6,055,597.24 6,499,034.74 6,877,662.27 6,979,682.03 26,411,976.27
9.1. Pemerintahan Umum 3,023,565.75 2,421,579.68 2,764,782.11 3,114,061.40 3,215,309.71 11,515,732.90
9.2. Swasta 3,519,255.55 3,634,017.55 3,734,252.63 3,763,600.87 3,764,372.32 14,896,243.37
a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 549,950.52 558,592.60 606,717.95 607,756.11 595,163.05 2,368,229.71
b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 226,736.61 173,420.05 222,896.80 244,649.38 256,269.76 897,235.99
c. Jasa Perorangan Dan RT 2,742,568.42 2,902,004.90 2,904,637.88 2,911,195.37 2,912,939.52 11,630,777.670.00
Produk Domestik Regional Bruto 76,659,484.32 78,220,292.55 79,483,542.93 81,448,328.77 80,658,056.03 319,810,220.28
Sumber : BPS Jawa Timur
**) Data Triwulan IV-2009 adalah Angka Sementara
2009No. Sektor/Subsektor
Lampiran 1.2. PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR
Berdasarkan Harga Konstan (Rp. Juta)
���
�
�
Lampiran 1.3. PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (YOY)
����� �������������������������
Kumulatif Kumulatif
Tw I Tw II Tw III Tw IV 2008 Tw I Tw II Tw III Tw IV** 2009**
I. Pertanian 3.68 3.77 2.45 2.34 3.12 2.83 3.06 4.30 3.86 3.46
1.1. Tanaman Bahan Makanan 3.28 3.11 3.02 0.23 2.70 3.08 2.34 2.03 3.13 2.68
1.2. Tanaman Perkebunan 0.19 3.66 -1.61 2.43 0.57 0.87 3.12 7.98 4.45 4.97
1.3. Peternakan 1.83 3.71 4.48 4.87 3.78 3.73 4.36 4.70 4.22 4.27
1.4. Kehutanan 84.46 20.41 29.20 -10.42 31.39 -11.81 9.08 -1.89 -1.26 -1.41
1.5. Perikanan 7.11 4.96 6.44 5.56 5.92 4.95 3.81 4.15 4.92 4.45
II. Pertambangan Dan Penggalian 7.70 8.81 10.00 10.62 9.36 7.85 6.20 7.89 8.31 7.57
2.1. Pertambangan Migas 14.99 18.96 23.53 22.34 20.22 22.65 23.41 26.44 28.21 25.39
2.2. Pertambangan Non Migas 2.15 4.65 8.17 11.87 6.78 5.98 8.96 4.34 5.21 5.99
2.3. Penggalian 6.97 7.22 7.55 8.21 7.52 4.99 2.31 4.10 4.24 3.86
III. Industri Pengolahan 5.46 4.63 5.09 2.40 4.36 2.24 2.59 2.58 3.01 2.61
3.1. Makanan Minuman &Tembakau 5.70 3.59 3.75 3.27 4.05 2.34 2.72 3.01 3.21 2.83
3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 3.45 -1.44 1.97 -21.00 -5.07 -9.65 -6.05 1.21 1.03 -3.74
3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 2.92 -1.13 -0.67 -4.05 -0.99 -9.45 -5.47 -2.46 0.03 -4.02
3.4. Kertas dan Barang Cetakan 6.24 8.16 10.30 5.08 7.46 10.87 5.14 3.61 3.01 5.54
3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 4.78 4.66 5.35 4.92 4.92 2.68 5.98 2.54 4.36 3.79
3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 3.99 3.55 4.47 15.48 6.98 1.35 3.01 -3.08 0.71 0.29
3.7. Logam dasar besi dan baja 4.77 4.96 4.23 -1.34 3.40 -4.88 0.03 2.19 3.05 -0.02
3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 9.78 23.85 21.68 0.46 12.35 3.17 1.55 4.01 2.99 2.93
3.9. Barang lainnya 5.67 4.56 3.61 2.22 3.70 2.65 2.12 3.11 3.65 3.02
IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.87 5.11 4.31 -0.58 3.11 -0.15 3.68 3.72 2.77 2.52
4.1. Listrik 6.56 4.80 3.10 -0.83 3.36 -1.50 2.07 2.43 1.34 1.05
4.2. Gas Kota -9.16 6.29 7.95 -0.93 1.50 5.92 10.54 7.95 8.22 8.26
4.3. Air Bersih 3.56 5.70 7.33 4.77 5.35 4.93 3.48 4.53 2.94 3.95
V. Konstruksi 2.54 2.96 2.82 2.50 2.71 4.02 4.09 4.15 4.54 4.21
VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 7.87 8.40 8.52 7.97 8.19 5.53 5.07 5.75 5.79 5.53
6.1. Perdagangan 8.15 8.64 8.76 8.17 8.43 5.45 4.86 5.37 5.36 5.25
6.2. H o t e l 3.94 4.24 5.67 5.45 4.94 4.98 5.13 6.55 6.28 5.84
6.3. Restoran 6.88 7.94 7.89 7.35 7.52 5.99 6.12 7.53 7.92 6.91
VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 8.34 8.15 8.99 8.04 8.38 12.19 11.91 12.94 11.70 12.20
7.1. Angkutan 5.08 2.27 2.90 1.66 2.93 5.73 6.60 7.94 6.51 6.72
a. Angkutan Rel 8.33 7.73 15.67 14.32 11.98 9.04 4.53 2.93 2.93 5.28
b. Angkutan Jalan Raya 2.16 2.23 2.65 2.80 2.47 3.09 3.28 2.96 2.83 3.04
c. Angkutan Laut 0.39 -0.28 11.45 2.43 3.71 1.66 1.07 4.64 6.52 3.85
d. Angkutan Penyebrangan 6.26 10.77 16.38 17.02 13.34 16.03 -8.92 -65.24 -64.14 -38.23
e. Angkutan Udara 12.68 -5.82 -8.26 -8.92 -2.98 13.71 19.16 33.96 20.23 21.54
f. Jasa Penunjang Angkutan 5.44 6.45 5.59 4.53 5.49 4.88 6.35 6.63 6.71 6.15
7.2. Komunikasi 15.26 21.03 22.60 23.26 20.55 24.68 21.73 22.31 21.93 22.63
VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 8.26 8.70 8.07 7.20 8.05 7.64 5.08 5.71 6.08 6.07
8.1. B a n k 8.72 7.14 7.65 6.56 7.41 6.69 6.02 6.96 5.88 6.36
8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 6.62 8.96 11.56 9.87 9.34 7.65 7.04 8.66 8.95 8.09
8.4. Sewa Bangunan 9.79 11.83 8.73 7.77 9.48 7.93 5.19 5.75 6.23 6.25
8.5. Jasa Perusahaan 6.53 6.26 5.96 5.88 6.15 7.95 3.27 3.05 4.77 4.63
IX. Jasa - Jasa 5.15 6.17 6.20 7.64 6.32 5.75 6.75 6.43 6.68 6.42
9.1. Pemerintahan Umum 2.87 5.19 5.02 8.94 5.65 4.30 6.87 6.07 6.34 5.96
9.2. Swasta 6.76 6.91 7.19 6.54 6.85 6.74 6.66 6.73 6.97 6.78
a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 7.96 7.92 6.88 6.29 7.25 8.23 8.23 8.11 8.22 8.20
b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 5.72 12.46 15.76 10.69 11.40 7.42 9.73 12.14 13.03 10.84
c. Jasa Perorangan Dan RT 6.60 6.31 6.63 6.26 6.45 6.42 6.11 6.02 6.21 6.19
Produk Domestik Regional Bruto 5.99 6.27 6.17 5.35 5.94 4.54 4.63 5.14 5.22 4.88
Sumber : BPS Jawa Timur
**) Angka Sementara
2008 2009No. Sektor/Subsektor
���
�
��� ������
������������������������������������
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
UMUM 0.33 0.30 1.05 0.52 -0.20
BAHAN MAKANAN 0.50 0.77 1.44 1.08 -1.03
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -0.91 0.31 1.57 4.80 -4.72
Daging dan Hasil-hasilnya -0.69 -1.21 5.94 -1.08 0.02
Ikan Segar -0.23 -1.00 2.26 -0.76 -2.12
Ikan Diawetkan -1.39 1.77 0.72 -1.94 -0.02
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.91 0.53 -3.17 3.65 2.57
Sayur-sayuran -0.62 5.58 -1.63 0.29 4.06
Kacang - kacangan 0.52 -0.07 -0.01 0.39 0.06
Buah - buahan 3.80 1.19 3.91 -2.76 2.68
Bumbu - bumbuan 5.63 7.00 1.79 0.56 -5.05
Lemak dan Minyak -0.72 -0.86 0.25 1.16 -0.48
Bahan Makanan Lainnya 0.10 -0.01 0.65 0.00 0.42
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.47 0.33 1.02 0.81 0.20
Makanan Jadi 0.15 0.02 0.36 0.40 0.04
Minuman yang Tidak Beralkohol 1.65 1.32 3.91 1.97 -0.21
Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.45 0.32 0.25 0.99 0.28
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.05 0.08 0.28 0.25 0.07
Biaya Tempat Tinggal 0.04 0.27 0.25 0.15 0.02
Bahan Bakar, Penerangan dan Air -0.55 -0.08 0.42 0.48 0.06
Perlengkapan Rumahtangga 0.55 0.14 0.41 0.35 0.16
Penyelenggaraan Rumahtangga 1.05 -0.31 0.07 0.12 0.22
SANDANG 0.63 0.40 1.49 1.04 0.04
Sandang Laki-laki 0.13 0.15 0.66 0.08 0.31
Sandang Wanita 0.16 -0.08 0.47 0.02 0.03
Sandang Anak-anak 0.12 -0.01 1.27 -0.03 -0.01
Barang Pribadi dan Sandang Lain 1.33 1.01 2.70 2.62 -0.13
KESEHATAN 0.37 0.13 0.46 0.08 0.12
Jasa Kesehatan 0.33 0.01 0.30 0.04 0.00
Obat-obatan 0.46 0.90 0.11 0.48 0.10
Jasa Perawatan Jasmani 0.00 0.00 2.88 0.00 0.00
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0.47 -0.18 0.26 -0.09 0.27
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.03 0.06 1.46 0.02 0.06
Pendidikan 0.00 0.00 2.70 0.00 0.00
Kursus-kursus / Pelatihan 0.08 0.14 0.00 0.00 0.02
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.10 0.14 -0.01 0.04 0.02
Rekreasi 0.03 0.09 0.16 0.03 0.27
Olahraga 0.09 0.28 0.60 0.11 0.00
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.33 0.11 1.31 0.05 -0.04
Transpor 0.51 0.15 1.92 0.19 0.01
Komunikasi Dan Pengiriman 0.00 0.00 0.00 -0.41 -0.25
Sarana dan Penunjang Transpor 0.05 0.13 0.49 0.12 0.08
Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2009 2010Kelompok Komoditi
���
�
�
��� ������
��������������������������������������� � ��
Kelompok Komoditas Tw.I-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-2009 Tw.IV-2009 Tw.I-2010
UMUM 2.87 1.04 -0.21 1.80 0.74 0.65
BAHAN MAKANAN 6.07 2.92 -1.94 3.14 0.55 1.40
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -2.13 1.34 0.31 1.99 5.53 2.65
Daging dan Hasil-hasilnya 2.41 4.94 -5.63 6.62 -4.04 -1.92
Ikan Segar 5.74 -0.53 -2.34 2.59 -2.08 1.05
Ikan Diawetkan 12.75 6.45 -1.97 0.14 -2.76 0.76
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.94 0.50 -1.17 0.51 0.79 -0.16
Sayur-sayuran 5.21 8.14 -4.36 -0.84 -1.39 12.56
Kacang - kacangan 45.15 0.49 -0.30 2.71 0.41 1.38
Buah - buahan 0.89 2.15 2.85 9.05 -5.20 1.43
Bumbu - bumbuan 8.68 17.94 -7.60 8.48 10.02 -1.25
Lemak dan Minyak 9.29 -3.56 -0.77 -1.04 -1.38 -0.15
Bahan Makanan Lainnya 1.88 2.83 0.38 0.88 0.18 0.33
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 4.02 1.81 1.55 1.79 2.07 1.58
Makanan Jadi 5.54 0.93 1.03 0.80 1.88 0.95
Minuman yang Tidak Beralkohol 0.87 5.80 3.75 6.26 2.06 3.13
Tembakau dan Minuman Beralkohol 1.93 1.02 1.11 0.59 2.77 1.10
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.66 0.43 0.00 0.29 0.69 0.82
Biaya Tempat Tinggal 3.29 0.52 0.29 0.43 0.58 0.49
Bahan Bakar, Penerangan dan Air -2.07 -0.50 -0.92 0.69 1.08 1.10
Perlengkapan Rumahtangga 2.52 1.59 0.46 0.68 1.09 0.05
Penyelenggaraan Rumahtangga 3.63 1.43 0.59 -1.13 -0.10 1.69
SANDANG 6.37 5.86 -3.55 0.98 2.92 -1.44
Sandang Laki-laki 2.21 0.77 0.96 1.20 0.12 0.52
Sandang Wanita 2.65 0.45 0.15 0.77 0.02 0.07
Sandang Anak-anak 2.08 0.21 0.39 2.16 0.00 -0.02
Barang Pribadi dan Sandang Lain 11.92 15.04 -9.53 0.46 7.58 -4.07
KESEHATAN 2.23 0.84 0.19 0.63 0.43 0.53
Jasa Kesehatan 1.38 0.49 0.10 0.65 0.25 -0.16
Obat-obatan 2.11 1.96 1.27 0.20 0.73 0.73
Jasa Perawatan Jasmani 0.97 0.13 0.03 2.99 0.02 0.70
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2.96 0.76 -0.34 0.33 0.55 0.44
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.59 0.27 0.61 4.50 0.46 -0.02
Pendidikan -1.35 0.00 0.00 8.30 0.65 0.00
Kursus-kursus / Pelatihan 1.19 0.56 0.50 1.23 0.44 0.02
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 1.91 0.42 0.57 0.83 -0.02 0.02
Rekreasi 2.85 0.72 1.87 0.14 0.33 -0.02
Olahraga 1.84 0.22 0.86 0.73 0.11 0.09
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.01 -2.18 0.50 1.46 -0.71 0.03
���
�
�
��� ����!�
���������������������"��������������#$#��
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
UMUM 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01
BAHAN MAKANAN 10.96 5.11 2.36 4.66 3.11
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 11.19 3.03 4.73 9.42 10.83
Daging dan Hasil-hasilnya 22.61 10.60 0.60 1.32 -5.30
Ikan Segar 19.99 15.20 -0.41 -2.42 -0.87
Ikan Diawetkan 9.84 2.17 0.05 1.62 -3.81
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 8.84 5.88 -4.15 0.61 -0.05
Sayur-sayuran 20.15 13.27 10.62 1.14 5.27
Kacang - kacangan 2.99 2.27 2.11 3.33 4.25
Buah - buahan 17.06 15.06 15.62 8.61 7.85
Bumbu - bumbuan 0.25 -3.76 14.16 30.07 8.90
Lemak dan Minyak -5.75 -10.19 -13.34 -6.60 -3.30
Bahan Makanan Lainnya 7.18 6.39 4.29 4.32 1.79
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.18 7.95 7.58 7.42 7.17
Makanan Jadi 10.83 6.10 5.08 4.72 4.74
Minuman yang Tidak Beralkohol 10.37 12.23 18.09 19.05 16.04
Tembakau dan Minuman Beralkohol 8.22 7.59 5.97 5.58 5.66
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 7.16 4.51 2.07 1.42 1.80
Biaya Tempat Tinggal 8.46 4.38 2.43 1.83 1.79
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5.22 4.61 0.98 0.35 1.95
Perlengkapan Rumahtangga 6.61 5.29 4.53 3.87 2.31
Penyelenggaraan Rumahtangga 6.99 4.27 1.74 0.77 1.04
SANDANG 9.06 6.68 7.96 6.11 -1.21
Sandang Laki-laki 3.09 3.28 3.30 3.07 2.82
Sandang Wanita 3.32 2.60 2.00 1.41 1.02
Sandang Anak-anak 3.93 3.68 3.10 2.77 2.54
Barang Pribadi dan Sandang Lain 18.75 13.16 17.89 12.47 -6.22
KESEHATAN 5.41 3.31 2.69 2.12 1.80
Jasa Kesehatan 1.96 1.22 1.45 1.49 0.84
Obat-obatan 8.71 7.43 4.18 4.22 2.96
Jasa Perawatan Jasmani 3.36 1.71 3.80 3.18 3.77
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7.28 3.30 2.69 1.29 0.97
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.92 5.66 5.89 5.91 5.61
Pendidikan 8.09 8.09 8.52 9.01 9.01
Kursus-kursus / Pelatihan 2.58 2.06 2.42 2.76 2.21
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 2.68 2.26 2.22 1.81 1.41
Rekreasi 5.11 4.54 4.07 3.08 2.33
Olahraga 2.51 2.40 2.01 1.93 1.80
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 2.99 -3.97 -3.27 -0.97 1.27
Transpor 6.67 -6.73 -5.22 -1.68 2.08
Komunikasi Dan Pengiriman -9.16 -0.24 -0.10 -0.47 -1.25
Sarana dan Penunjang Transpor 10.00 3.85 1.55 1.74 1.68
Jasa Keuangan 6.57 6.57 0.79 0.79 0.79
2009Kelompok Komoditi
���
�
��� ����%�
���������������������&����'��$���"�������������
�
�
Tahunan (y-o-y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Jatim 7.87 8.07 7.52 6.76 5.74 3.67 2.64 2.47 2.75 2.45 2.60 3.40 4.06 3.55 3.01
Surabaya 7.27 7.63 7.15 6.43 5.20 3.36 2.62 2.34 2.78 2.53 2.54 3.38 4.08 3.35 2.94
Malang 8.48 8.66 7.98 7.76 7.37 4.81 3.54 3.52 3.21 2.86 2.81 3.38 3.90 3.88 3.08
Kediri 8.10 7.75 7.11 6.24 5.39 3.68 2.32 1.91 2.61 2.10 2.34 3.59 4.26 4.53 3.30
Jember 8.32 8.07 8.06 6.96 6.21 3.20 1.44 1.34 1.59 1.84 2.59 3.66 4.08 3.47 2.60
Sumenep 7.64 7.82 8.24 7.14 5.67 4.33 4.00 4.12 3.37 1.84 2.55 2.73 3.55 3.23 3.00
Probolinggo 10.26 10.23 8.55 6.47 5.94 4.54 1.51 1.79 2.52 2.31 3.09 3.55 4.12 4.03 3.67
Madiun 10.70 10.56 9.26 8.06 6.61 2.98 2.06 2.40 2.23 1.88 2.55 3.41 4.40 3.53 3.23
Bulanan (m-t-m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Jatim -0.06 0.76 0.33 -0.44 -0.07 0.30 0.26 0.48 1.05 0.17 0.06 0.52 0.58 0.27 -0.20
Surabaya -0.18 0.96 0.28 -0.44 -0.20 0.22 0.25 0.52 1.20 0.16 0.05 0.52 0.50 0.25 -0.12
Malang 0.28 0.39 0.61 -0.21 0.04 0.32 0.31 0.43 0.62 0.21 -0.15 0.48 0.79 0.37 -0.17
Kediri 0.12 0.31 0.47 -0.49 0.05 0.45 0.43 0.40 1.20 0.10 -0.13 0.63 0.77 0.57 -0.71
Jember -0.10 0.63 0.50 -0.87 0.41 0.54 0.02 0.15 0.99 0.52 0.14 0.69 0.30 0.04 -0.35
Sumenep -0.15 0.38 0.03 -0.60 0.42 0.33 0.40 0.73 0.75 -0.54 0.53 0.43 0.64 0.07 -0.19
Probolinggo 0.16 0.54 -0.10 -0.50 0.10 0.47 0.09 0.71 1.03 0.35 0.19 0.46 0.71 0.46 -0.45
Madiun -0.01 0.91 0.11 -0.47 -0.03 0.51 0.29 0.39 0.84 -0.02 0.60 0.25 0.94 0.07 -0.18
Triwulanan (q-t-q)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Jatim -0.41 0.44 1.04 0.65 -0.18 -0.21 0.49 1.04 1.80 1.71 1.28 0.74 1.16 1.38 0.65Surabaya -0.43 0.48 1.06 0.80 -0.36 -0.42 0.27 0.99 1.98 1.89 1.41 0.73 1.07 1.28 0.63
Malang 0.10 0.60 1.29 0.79 0.44 0.15 0.67 1.06 1.37 1.26 0.68 0.54 1.12 1.65 0.99
Kediri -0.82 -0.15 0.90 0.29 0.03 0.01 0.93 1.29 2.04 1.71 1.17 0.60 1.27 1.98 0.62
Jember -1.05 0.17 1.03 0.25 0.03 0.07 0.97 0.71 1.16 1.67 1.66 1.36 1.13 1.03 -0.01
Sumenep -0.06 0.48 0.26 -0.19 -0.15 0.15 1.15 1.47 1.89 0.94 0.74 0.42 1.61 1.14 0.52
Probolinggo -0.40 0.72 0.60 -0.06 -0.50 0.07 0.66 1.27 1.84 2.10 1.58 1.00 1.37 1.64 0.72
Madiun -0.65 0.30 1.01 0.55 -0.39 0.01 0.77 1.19 1.53 1.21 1.42 0.83 1.80 1.26 0.83
Kumulatif (y-t-d)
1 2 Tw.I 4 5 Tw.II 7 8 Tw.III 10 11 Tw.IV 1 2 3
Jatim -0.06 0.71 1.04 0.59 0.53 0.83 1.08 1.57 2.64 2.81 2.87 3.40 0.58 0.86 0.65
Surabaya -0.18 0.78 1.06 0.62 0.41 0.64 0.89 1.41 2.63 2.79 2.84 3.38 0.50 0.75 0.63
Malang 0.28 0.67 1.29 1.07 1.11 1.44 1.75 2.19 2.82 3.04 2.88 3.38 0.79 1.16 0.99
Kediri 0.12 0.43 0.90 0.41 0.46 0.91 1.34 1.75 2.97 3.07 2.94 3.59 0.77 1.34 0.62
Jember -0.10 0.53 1.03 0.15 0.56 1.10 1.12 1.28 2.28 2.81 2.95 3.66 0.30 0.34 -0.01
Sumenep -0.15 0.23 0.26 -0.34 0.08 0.41 0.81 1.54 2.31 1.75 2.29 2.73 0.64 0.71 0.52
Probolinggo 0.16 0.70 0.60 0.10 0.20 0.67 0.76 1.47 2.52 2.88 3.07 3.55 0.71 1.17 0.72
Madiun -0.01 0.90 1.01 0.54 0.51 1.02 1.31 1.71 2.56 2.54 3.16 3.41 0.94 1.01 0.83
2010
2010
2010
2009
2009
WILAYAH
WILAYAH
2009
2009
2010
WILAYAH
WILAYAH
����
�
��� ��!���
�����������������������"�������������
2010
Tw I Tw II Tw III TwIV Tw I
I.1 JATIM
A Jaringan Kantor
1 Jumlah Bank 73 72 74 74 74
2 Jaringan Kantor 2714 2,653 2,681 2,832 2,659
- - - -
B Kondisi Keuangan
1 Total Asset 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874
a. Bank Pemerintah 87,630,905 93666631 96,692,161 99,813,845 100,430,917
b. Bank Swasta 95,290,637 97661743 101,218,116 105,680,546 104,694,811
c. Bank Asing 16,879,425 17194687 17,319,926 18,244,273 17,764,146
2 Kredit (Baki debet) 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850
a. Bank Pemerintah 61,210,247 66547450 67,524,416 70,674,327 73,363,281
b. Bank Swasta 45,566,916 44676562 47,572,283 50,159,487 50,193,185
c. Bank Asing 8,761,061 7899343 7,830,432 8,170,256 8,989,384
Per jenis Penggunaan 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850
Modal Kerja 75,376,367 76,866,149 79,457,149 81,958,525 81,248,863
Investasi 13,684,633 14,426,021 15,011,976 16,347,905 16,885,608
Konsumsi 26,477,224 27,831,185 28,458,006 30,697,640 34,411,379
Per Sektor 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850
Pertanian 5,005,806 5,221,914 4,622,921 5,151,894 4,368,393
Pertambangan 625,957 320,883 262,277 413,285 471,310
Industri 35,937,969 35,803,324 37,718,060 37,482,166 37,439,592
Listrik,Gas 346,558 373,475 361,453 469,393 483,240
Konstruksi 4,213,652 4,567,933 4,470,477 4,593,124 3,800,823
Perdagangan 32,429,748 33,878,908 35,271,126 38,211,590 32,603,278
Angkut/Komnikasi 2,649,204 2,818,550 2,914,884 3,264,714 3,463,261
Jasa Dunia Usaha 5,912,797 6,314,313 6,549,507 6,594,936 5,702,703
Jasa Sosial 1,394,534 1,460,435 1,703,910 1,636,815 2,319,622
Lain-lain 27,021,999 28,363,620 29,052,516 31,186,153 41,893,628
3 Dana 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194,192,579 193,347,650
a. Bank Pemerintah 73,097,546 78,488,777.00 80,515,136 83,733,175.00 82,300,518.00
b. Bank Swasta 89,306,714 89834173 91,786,086 96,575,416 95,887,051
c. Bank Asing 14,989,109 14077412 13,779,316 13,883,988 15,160,081
GIRO 33,832,020 36,031,858 36,729,747 35,253,108 36,197,311
a. Bank Pemerintah 17,324,290 18284857 18,339,845 17,138,800 18,041,293
b. Bank Swasta 14,050,372 15110998 15,704,923 15,066,479 15,467,322
c. Bank Asing 2,457,358 2636003 2,684,979 3,047,829 2,688,696
DEPOSITO 81,085,415 81,047,423 81,143,002 82,846,466 84,926,141
a. Bank Pemerintah 25,871,797 28866441 29,743,298 29,494,798 30,486,452
b. Bank Swasta 45,447,876 43440347 43,168,092 45,696,314 45,597,731
c. Bank Asing 9,765,742 8740635 8,231,612 7,655,354 8,841,958
TABUNGAN 62,475,934 65,321,081 68,207,789 76,093,005 72,224,198
a. Bank Pemerintah 29,901,459 31337479 32,431,993 37,099,577 33,772,773
b. Bank Swasta 29,808,466 31282828 32,913,071 35,812,623 34,821,998
c. Bank Asing 2,766,009 2700774 2,862,725 3,180,805 3,629,427
4 LDR (%) 65.13% 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%
a. Bank Pemerintah 83.74% 84.79% 83.87% 84.40% 89.14%
b. Bank Swasta 51.02% 49.73% 51.83% 51.94% 52.35%
c. Bank Asing 58.45% 56.11% 56.83% 58.85% 59.30%
5 NPL Bank Umum (%) 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%
a. Bank Pemerintah 3.45% 3.41% 3.30% 3.33% 2.76%
b. Bank Swasta 2.76% 2.79% 2.53% 2.42% 2.69%
c. Bank Asing 4.59% 5.85% 5.59% 6.06% 6.84%
6 Kredit U K M 58,131,019 60,609,387 62,216,963 65,429,619 76,910,959
a. Bank Pemerintah 26,201,354 28,217,341 29,064,094 30,811,112 38,641,707
b. Bank Swasta 29,977,029 30,437,366 31,175,083 32,546,416 36,018,623
c. Bank Asing 1,952,636 1,954,680 1,977,786 2,072,090 2,250,629
7 NPL UKM (%) 3.89% 3.81% 3.90% 3.34% 2.83%
a. Bank Pemerintah 4.55% 4.41% 4.57% 3.77% 2.72%
b. Bank Swasta 3.18% 3.08% 3.03% 2.70% 2.68%
c. Bank Asing 6.01% 6.67% 7.72% 6.91% 7.28%
8 KUK 22,033,615 23,229,514 24,050,622 25,398,495 42,979,603
a. Bank Pemerintah 17,379,851 18481052 19,136,953 20,454,444 36,279,937
b. Bank Swasta 4,520,238 4566721 4,746,625 4,888,443 6,356,023
c. Bank Asing 133,526 181741 167,044 55,608 343,643
9 Kredit ekspor 5,545,866 5,062,437 4,649,181 5,033,637 3,428,859
a. Bank Pemerintah 2,270,682 2060982 2,036,893 2,057,906 1,068,177
b. Bank Swasta 565,902 452453 309,005 278,629 343,320
c. Bank Asing 2,709,282 2549002 2,303,283 2,697,102 2,017,362
N P L 367,123 279,584 373,455 337,683 173,311
a. Bank Pemerintah 185,873 35061 138,456 92,532 37,905
b. Bank Swasta 11,255 16833 15,182 14,567 9,761
c. Bank Asing 169,995 227690 219,817 230,584 125,645
10 Kredit Property 10,404,125 11,048,429 11,345,851 11,964,338 15,777,519
a. Bank Pemerintah 5,753,027 6271910 6,531,821 7,043,326 8,972,081
b. Bank Swasta 4,343,518 4498297 4,575,296 4,679,387 6,449,867
c. Bank Asing 307,580 278222 238,734 241,625 355,571
N P L 297,064 332,335 356,080 278,971 292,302
a. Bank Pemerintah 193,607 200262 210,412 168,543 143,194
b. Bank Swasta 98,301 126516 141,332 106,176 145,670
c. Bank Asing 5,156 5557 4,336 4,252 3,438
NPL (%) 2.86 3.01 3.14 2.33 1.85
Propety JPG
10 Property (MK) 677,605 767691 851,951 986,987 15,777,519
40 Property ( Investasi) 309,268 396079 339,332 331,419 3,781,852
71 kpa; kpr s.d type 70 4,377,707 4575386 4,708,222 4,983,008 2,085,682
72 di atas type 70 4,533,394 4810753 4,943,109 5,161,049 6,570,455
80 rukan & ruko 506,151 498520 503,237 501,875 3,097,308
11 N I M 1,853,387 3,906,371 5,443,778 8,715,123 2,611,120
BANK UMUM 2009
����
�
��� ��!���
�������������������������$��������"��������#��
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
BANK BER-KP DI JATIM
A Jaringan Kantor
1 Jumlah Bank 7 7 7 6 6
2 Jaringan Kantor di Jatim 301 338 275 331 331
B Kondisi Keuangan
1 Total Asset 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582
2 Kredit
Per Jenis Penggunaan 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975
- Modal Kerja 5,423,709 5,837,774 6,426,224 6,268,528 6,240,615
- Investasi 2,548,645 2,785,901 3,078,143 3,115,704 3,036,009
- Konsumsi 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 1,984,351
Per Sektor 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975
Pertanian 498,104 431,544 527,264 519,607 631,418
Pertambangan 2,329 3,117 6,613 6,659 8,421
Industri 431,158 423,512 482,770 383,122 420,146
Listrik, Gas, Air 2,076 2,487 5,043 5,102 12,375
Konstruksi 1,377,843 1,696,188 1,837,786 1,419,536 1,396,567
Perdagangan 4,017,444 4,301,481 4,622,297 4,970,298 4,676,018
Angkutan 105,227 108,969 114,107 117,874 131,517
Jasa Dunia Usaha 923,657 1,073,468 1,226,004 1,369,497 625,192
Jasa Sosial 614,516 582,909 682,483 592,537 1,160,943
Lain-lain 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 2,198,378
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%
nominal 79,479 85,364 89,444 71,525 86,688
ppap 53,314 61,454 71,145 53,669 6,305
4 Dana (dpk) 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411
- GIRO 9,585,115 9,439,089 9,639,127 7,106,968 9,178,241
- DEPOSITO 6,028,718 6,111,492 6,245,413 4,865,632 5,858,595
- TABUNGAN 3,368,645 3,479,496 3,858,879 4,700,170 3,835,575
5 Penempatan di Bank lain 1,807,766 910,509 1,226,474 2,909,452 2,378,250
6 S B I 5,705,891 6,549,595 6,044,511 2,821,774 3,120,052
7 LDR 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%
9 NPL ( Krd UKM) 1.71% 1.80% 1.72% 1.39%
- Nominal 79,479 85,364 89,444 71,525
10 KUK 6,744,621 7,224,057 8,095,824 8,484,534 9,013,159
11 Kredit Ekspor 3,555 7,528 8,016 8,638 3,137
12 Kredit Property 171,745 277,829 227,110 234,137 2,415,752
10 Property (MK) 770 1,505 1,817 85 545,257
40 Property ( Investasi) 81,129 176,728 118,563 120,974 1,382,307
71 kpa; kpr s.d type 70 9,155 12,838 15,667 18,408 411,183
72 di atas type 70 75,541 82,123 85,945 89,748 71,093
80 rukan & ruko 5,150 4,635 5,118 4,922 5,912
13 NPL Kred Property 0.20% 0.22% 0.74% 0.83% 0.65%
Nominal 335 611 1,675 1,952 15,593
14 N I M 353,689 696,416 1,056,873 1,421,499 354,264
Pendapatan 566,308 1,123,694 1,703,502 2,262,690 533,206
Beban/biaya 212,619 427,278 646,629 841,191 178,942
2009U R A I A N
����
�
��� ��!�!�
�������������������#������"�������������
�
�
�
�
�
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
BANK SYARIAH DI JATIM
A Jaringan Kantor
1 Jumlah Bank 5 5 5 6 6
2 Jaringan Kantor di Jatim 82 82 85 128 146
B Kondisi Keuangan
1 Total Asset 3,470,631 4,278,696 4,369,523 5,022,870 5,162,907
2 Pembiayaan
Per Jenis Penggunaan 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463
- Modal Kerja 947,447 1,119,938 1,228,292 1,266,419 1,342,435
- Investasi 327,589 344,810 369,503 451,506 533,164
- Konsumsi 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864
Per Sektor 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463
Tani 59,316 64,014 72,932 72,003 74,592
Tambang 11,367 11,275 17,695 16,192 14,766
Industri 110,431 107,429 117,756 126,680 131,612
Listrik, Gas, Air 15,326 14,855 16,287 15,704 15,901
Konstruksi 127,262 156,687 150,489 129,617 135,022
Dagang 186,910 191,828 206,648 227,421 230,288
Angkutan 7,772 9,358 4,475 7,675 36,822
Jasa Dunia 513,321 615,166 697,150 784,305 936,373
Jasa Sosial 243,331 294,136 314,363 338,328 300,223
Lain-lain 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864
3 NPF ( Krd Umum) % (bruto) 3.09 2.86 1.54 1.15 1.09
nominal 77,810 83,345 48,406 39,989 41,858
4 Dana (dpk) 2,959,175 3,507,543 3,558,948 4,105,107 4,189,425
- GIRO 303,998 573,778 255,041 319,018 347,838
- TABUNGAN 1,154,762 1,210,835 1,248,871 1,447,541 1,491,103
- DEPOSITO 1,500,415 1,722,930 2,055,036 2,338,548 2,350,484
5 FDR (%) 85.03 82.96 88.54 84.96 91.98
5 Laba / Rugi 47,026 97,294 125,004 200,025 2,665
2009U R A I A N
����
�
��� ��!�%�
�������������������������"��������#���"�������������
�
�
�
�
�
�
�
�
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
BPR
A Jaringan Kantor
1 Jumlah Bank 339 335 339 339 360
2 Jaringan Kantor di Jatim 467 463 475 478 504
B Kondisi Keuangan
1 Total Asset 4,291,911 4,467,000 4,619,643 4,818,651 4,994,426
2 Kredit
Per Jenis Penggunaan 3,141,015 3,251,000 3,540,416 3,564,262 3,732,676
- Modal Kerja 2,170,763 2,252,000 2,454,650 2,460,805 2,616,557
- Investasi 112,501 101,000 111,318 113,678 113,595
- Konsumsi 857,751 898,000 974,448 989,779 1,036,964
Per Sektor 3,141,015 3,251,000 3,540,417 3,564,262 3,767,116
Tani 568,251 595,000 655,473 687,617 724,710
Industri 59,155 62,000 70,259 66,782 75,808
Dagang 1,272,077 1,287,000 1,409,066 1,380,426 1,464,532
JS.Dunia 315,998 334,000 360,886 371,052 392,921
Lain-lain 925,534 973,000 1,044,733 1,058,385 1,109,145
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 5.58% 5.14% 5.31% 4.36% 4.54%
nominal 175,327 167,000 188,092 155,325 171,000
4 Dana (dpk) 2,549,169 2,663,000 2,852,683 2,963,922 3,090,311
- DEPOSITO 1,688,251 1,788,000 1,950,845 2,010,261 2,109,240
- TABUNGAN 860,918 875,000 901,839 953,661 981,071
5 LDR (%) 123.22% 122.08% 124.11% 120.25% 121.90%
2009U R A I A N