Kain batik bentenan khas sulawesi utara

Post on 06-Jul-2015

7.564 views 5 download

Transcript of Kain batik bentenan khas sulawesi utara

KAIN TENUN BENTENAN

Suku Minahasa sekitar abad ke 7 membuat busana denganmenggunakan bahan-bahan dari serat kulit kayu, (disebut “fuya” diambildari pohon Lahendong dan pohon Sawukouw), serta nenas, pisang yang disebut “koffo” dan serta bambu disebut “wa’u”. Sekitar abad 15, orang

Minahasa mulai menenun dengan benang katun dan hasil tenunaninilah yang dinamakan kain tenun Bentenan.

Dari desa Bentenan yang terletak di pantai timur Minahasa Selatan (Distrik Pasan, Ratahan, Ponosakan, dan Tonsawang) inilah, kain tenun

Bentenan pertamakali ditemukan dan terakhir ditenun di daerahRatahan pada tahun 1900. Itu sebabnya disebut kain tenun

Bentenan, karena dihubungkan dengan desa Bentenan yang terletak dipesisir pantai timur Minahasa Selatan, termasuk Ratahan dan

Ponosakan.

Orang Minahasa tidak menyadari bahwa, teknik tenun Minahasapada abad 18 telah memiliki teknik tenun tersendiri yang

merupakan satu-satunya teknik tenun di dunia. Teknik tenunyang disebut tenun muka lungsi (wrap face), diakui oleh para ahli

dari barat. Bahkan di Zaman tersebut, sehelai kain tenunBentenan sangat mahal harganya, dinilai sama dengan emas

sehingga digunakan juga sebagai emas kawin. Padamasanya, kain tenun Bentenan adalah salah satu kain yang sangat tinggi mutunya di dunia. Bukan saja karena teknik

pembuatannya (bentuk kain lingkaran tanpa guntingan atausambungan kain dan menggunakan bel atau lonceng kecil

disekeliling kain, sehingga disebut PasolonganRinegetan), namun juga karena disaat sebelum menenundilaksanakan, ritual pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa

dilantunkan.

Tujuh motif yang dimiliki Kain Tenun Bentenan, yaitu :

Tonilama (tenun dari benang putih, tidak berwarna dan merupakan

kain putih)

Sinoi (tenun dengan benang warna-warni dan berbentuk garis-garis)

Pinatikan (tenun dengan garis-garis motif jala dan bentuk segi

enam, jenis pertama yang ditenun di Minahasa)

Tinompak Kuda (tenun dengan aneka motif berulang)

Tinoton Mata (tenun dengan gambar manusia)

Kaiwu Patola (tenun dengan motif tenun Patola India)

Kokera (tenun dengan motif bunga warna-warni bersulam manik-

manik).

Saat ini didunia hanya ada 28 lembar kain tenun Bentenan Asli.

Untuk Jenis Pinatikan terdapat 20 lembar;

- 2 lembar di Museum Nasional, Jakarta

- 4 lembar di Tropenmuseum, Amsterdam

- 7 lembar di Museum voor Land-an Volkenkunde,Rotterdam

- 2 lembar di Museum fur Volkenkunde, Frankfrut-am-Main, Jerman

- 4 lembar di Ethnographical Museum, Dresden

- 1 lembar di Indonesisch Ethnografisch Museum, Delft.

Untuk Jenis Kaiwu Patola terdapat 8 lembar;

- 2 lembar di Museum Nasional, Jakarta

- 4 lembar di Tropenmuseum, Amstredam

- 2 lembar di Rotterdam Ethnology Museum.

BAHAN UNTUK PEMBUATAN KAIN TENUN BENTENAN

Bahan yang diperlukanuntuk membuat kaintenun Bentenan yaituBenang katun (bolehjuga menggunakanbenang sutra dan jenisbenang lainnya) sertapewarna kimia/tekstiluntuk pakaian.

PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN BENTENAN

1. Prosespembuatanbenang (ataudisebut“ngeteng” yang berarti memutarbenang diplangkan).

2. Mengikatbenangdengan talisesuai denganmotif/pola.

3. Pewarnaandengan bahan kimia (pencelupanbenang padapewarna).

4. Pengeringanbenang dengansinar matahari. (Jika ada 3 warnayang berbeda makaakan di lakukanpembukaan tali laluakan diulangkembali prosespewarnaan danpengeringan)

5. Merambang(memisahkanatau mengaturmotif denganyang polos)

6. Proses ngebumatau prosesmemadatkanbenang-benangdi gulunganasbum.

Lalu setelah dari gulungan asbum, benang akan di bawa ke “ATBM” atau “Alat Tenun Bukan Mesin”.

ATBM

Benang dimasukan lewat gun

Sisir

Atur motif

Siap tenun

Prose pembuatan 1 buah kain tenun Bentenan memakan waktu 5 – 6 bulan.

Proses pembuatan ini juga tergantung pada cuaca. Jika hari cerah, para penenun akan melaksanakan proses penenunan, karena dibutuhkan sinar matahari untuk pengeringan benang. Dan jika hari mendung atau hujan, proses penenunan tidak akan dilaksanakan, karena tidak adanya sinar matahari untuk pengeringan dan karena udara yang menjadi lembab akan menyebabkan putusnya benang pada saat proses penenunan.

Hasil Akhir dan Produk Kain Batik Bentenan

Kain Tenun Bentenan bisa dijadikan kemeja, tas, dan produk yang bernilai ekonomi tinggi lainnya.

Kain Tenun Bentenan telah dipasarkan hampir di seluruh Indonesia, bahkan telah merambah pasar internasional.

Kita sebagai generasi muda patut berbangga dengan kekayaan dan keanekaragaman hasil

kebudayaan nenek moyang kita.

Maka dari itu marilah kita terus melestarikan Kain Tenun Bentenan agar

tidak tergerus kebudayaan asing yang sangat gencar mempengaruhi generasi muda

sekarang ini.