Post on 24-Feb-2018
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
1/10
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo
37
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1, No. 2, Oktober 2014
ISSN 2355-9683
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAAN
Istianah Qudsi Falkhi Taqqiya1, Heri Yanto2, Kardoyo31 SMAN I Paiton Jawa Timur
2,3Universitas Negeri Semarang,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung kompetensi pengawas dan
komunikasi pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik. Selain itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap pengaruh tidak langsung kompetensi pengawas dan komunikasi
pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik melalui variabel intervening, yaitu komitmen
pengawas dan hubungan kemitraan antara pengawas dan guru. Pendekatan yang digunakandalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis SEM (Structural Equation Model).
Hasil penelitian mengungkapkan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas tidak
berpengaruh langsung terhadap supervisi akademik. Komitmen pengawas dan hubungan
kemitraan berpengaruh langsung terhadap keefektifan supervisi akademik. Komitmen pengawas
dan hubungan kemitraan berfungsi sebagai variabel intervening dari kompetensi pengawas dan
komunikasi pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik. Dengan demikian disimpulkan
bahwa supervisi akademik akan terlaksana dengan efektif jika didukung oleh komitmen yang
tinggi dari pengawas dan hubungan kemitraan yang baik antara pengawas dan guru.
2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Kata Kunci: hubungan kemitraan; komitmen; kompetensi; komunikasi; supervisi akademik
PENDAHULUAN
Minimnya kompetensi pengawas sebagai faktor yang memengaruhi keefektifan supervisi
akademik juga diteliti oleh Callicot (2011) dalam supervisi pembelajaran program pendidikan
psikologi. Hasil penelitian Callicot ini menyimpulkan kompetensi pengawas sebagai faktor penting
yang berpengaruh terhadap kefektifan supervisi. Selanjutnya dalam bidang kesehatan, Tveiten dan
Severinsson (2006) dan Reid-Searl dan Happel (2011) menemukan komunikasi sebagai inti dan
faktor yang paling kuat dari pelaksanaan supervisi yang efektif.
Kajian terhadap faktor-faktor yang disebutkan di atas menyimpulkan faktor yang dominan
muncul pada keefektifan pelaksanaan supervisi adalah faktor yang berhubungan dengan sumber
daya pengawas, yaitu kompetensi, komunikasi, dan komitmen. Hasil kajian ini menjadi dasar dalam
mengungkap fenomena supervisi akademik di Kabupaten Probolinggo.
Penelitian tentang pengaruh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan komitmen
pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik masih terbatas. Hal ini menyebabkan minimnya
informasi tentang besarnya pengaruh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan komitmen
pengawas yang berkontribusi pada keefektifan supervisi akademik dari penelitian terdahulu.
Sebaliknya, merujuk pada penelitian supervisi dalam bidang industri, kesehatan, dan pembelajaran,
keefektifan supervisi dikatakan dipengaruhi oleh hubungan kemitraan. Seperti hasil penelitian
Kilminster dan Jolly (2000), Callicot (2011), dan Tahir et al.(2012) yang menyimpulkan hubungan
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
2/10
38Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1. No. 2. (2014)
kemitraan yang dibangun antara supervisor dan supervisee menjadi faktor yang paling penting
dalam pelaksanaan supervisi yang efektif.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini mengembangkan model keefektifan
supervisi akademik berbasis kemitraan dengan kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan
komitmen pengawas sebagai variabel yang memengaruhi. Pengembangan model ini penting sebagaisalah satu alternatif solusi untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.
Dye (2011) mendefinisikan hubungan kemitraan sebagai cara pengawas dan guru
berhubungan dalam suatu kerja sama untuk menentukan tujuan supervisi, baik tujuan secara umum
maupun tujuan secara pribadi. Hubungan kemitraan merupakan hal yang utama dalam pelaksanaan
supervisi akademik. Hal ini didukung oleh teori hubungan manusia dari Mayo (1933) yang
menyatakan hubungan manusiawi antara supervisor dan karyawan adalah faktor penting dalam
upaya meningkatkan produktivitas karyawan.
Dye (2011) mengatakan hubungan kemitraan dipengaruhi oleh karakteristik personal dan
banyak faktor demografi lainnya. Sementara, dalam beberapa penelitian terdahulu disebutkan aspek
yang memengaruhi sebuah hubungan kemitraan antara pengawas dan guru adalah kompetensi
pengawas (Culbreth & Borders, 1998), komunikasi pengawas (Rashida, 2005; Tveiten &Severinsson, 2006), dan komitmen pengawas (Culbreth & Borders, 1998). Mengacu pada kajian
penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini juga akan diungkap pengaruh kompetensi,
komunikasi, dan komitmen pengawas terhadap hubungan kemitraan antara pengawas dengan guru
dalam pelaksanaan supervisi akademik.
Menurut Sudjana (2012) kompetensi pengawas adalah kemampuan yang direfleksikan pada
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi jabatan
profesional sebagai pengawas sekolah. Kompetensi pengawas diperlukan agar pengawas dapat
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah binaan. Rendahnya kompetensi pengawas dapat
menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan supervisi akademik (Danso, 2009; Ruswenda, 2011;
Hamadi, 2011). Dengan demikian, kompetensi merupakan salah satu faktor penting yang harus
dimiliki pengawas dalam upaya melaksanakan supervisi akademik yang efektif.
Pada penelitian Fadli et al.(2012) ditemukan adanya pengaruh positif kompetensi karyawan
terhadap komitmen kerja. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini juga akan diungkap pengaruh
kompetensi pengawas terhadap komitmen pengawas dalam upaya membangun hubungan
kemitraan antara pengawas dan guru maupun dalam pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.
Komunikasi antara pengawas dan guru dikenal sebagai komunikasi antara atasan dan
bawahan. Komunikasi antara atasan dan bawahan merupakan proses interaksi dalam upaya
mencapai tujuan organisasi dan membina hubungan kemitraan di antara mereka. Dengan demikian,
komunikasi antara pengawas dan guru sangat penting dalam mencapai tujuan supervisi akademik.
Telaah pada penelitian lain menemukan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasidan kompetensi terhadap komitmen, seperti dalam penelitian Situmorang (2012) dan Guney et al.
(2012) yang menyatakan komunikasi organisasi berhubungan positif dengan komitmen organisasi.
Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan, maka dalam penelitian ini akan diungkap pengaruh
komunikasi pengawas terhadap komitmen pengawas dalam upaya membangun hubungan
kemitraan antara pengawas dan guru maupun dalam pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.
Komitmen pengawas didefinisikan sebagai keterlibatan pengawas untuk membantu guru
meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran melalui kegiatan supervisi. Komitmen pengawas
merupakan faktor utama yang mempengaruhi motivasi kinerja guru. Hal ini didukung hasil
penelitian Cheng, Jiang, dan Riley (2003) yang menemukan komitmen pengawas berdampak
signifikan terhadap hasil organisasi karyawan, seperti kepuasan kerja, omset, kinerja tugas, dan
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
3/10
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo
39
perilaku warga organisasi. Berdasarkan kajian tersebut, maka komitmen pengawas merupakan
faktor yang paling penting dalam upaya melaksanakan supervisi akademik yang efektif.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan populasi
penelitian seluruh guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) SMA Negeri di Kabupaten Probolinggo yang
berjumlah 297 orang. Sampel penelitian terdiri dari 200 orang guru yang dipilih dengan
menggunakan metode proportional randomsampling. Teknik proportional dilakukan untuk menarik
sampel yang besarnya sebanding dengan besarnya populasi pada masing-masing sekolah .
Selanjutnya, pengambilan sampel individual dari masing-masing sekolah menggunakan teknik
randomyaitu pengambilan sampel secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
dalam bentuk skala Likert.Terdapat 5 alternatif jawaban yang ditawarkan kepada responden, dan
responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap cocok atau sesuai dengan
persepsi responden. Untuk pernyataan positif, pilihan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5 dan Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi nilai 5 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Pertanyaan dalam kuesioner dijabarkan dari
indikator setiap variabel penelitian yang dikembangkan dari konstruk teori. Terdapat lima variabel
dalam penelitian ini, yaitu kompentensi pengawas dan komunikasi pengawas sebagai variabel
eksogen, komitmen pengawas dan hubungan kemitraan sebagai variabel endogen intervening, dan
supervisi akademik sebagai variabel endogen tergantung.
Variabel supervisi akademik diwakili dengan empat belas indikator, yaitu diskusi
permasalahan guru (SA1), diskusi perencanaan pembelajaran (SA2), diskusi instrumen supervisi
(SA3), observasi aktivitas guru mengajar (SA4), observasi motivasi peserta didik (SA5), observasi
aktivitas belajar peserta didik (SA6), penilaian perangkat pembelajaran (SA7), penilaian pelaksanaan
pembelajaran (SA8), penilaian evaluasi hasil belajar (SA9), diskusi kesimpulan observasi (SA10),
diskusi refleksi guru (SA11), pembimbingan pembuatan media TIK (SA12), pembimbingan perangkat
pembelajaran (SA8), dan pembimbingan analisis data hasil belajar (SA8). Variabel hubungan
kemitraan diwakili oleh indikator sikap pengawas yang jujur (KM1), adil (KM2), penuh kebajikan
(KM3), terbuka (KM4), ramah (KM5), memuji untuk memotivasi guru (KM6), memuji untuk
menghilangkan stres guru (KM6), dan memuji untuk membuat guru percaya diri (KM8). Variabel
komitmen pengawas diwakili oleh indikator kemauan untuk berperilaku konsisten (KT1),
berperilaku disiplin (KT2), menerima kritik (KT3), mendukung (KT4), menghargai prestasi (KT5),
mendorong ide inovatif (KT6), fokus pada profesionalisme guru (KT7), dan membuat penting
pelaksanaan supervisi (KT8).
Variabel kompetensi pengawas diwakili oleh sepuluh indikator, yaitu kemampuan berdiskusi
dengan guru (KP1), melakukan observasi kelas (KP2), melaksanakan workshop (KP3),mendemonstrasikan pembelajaran (KP4), memotivasi guru (KP6), memahami guru (KP6),
menghormati guru (KP7), membuat visi (KP8), membuat misi (KP9), dan membuat program kerja
(KP10),. Komunikasi pengawas diwakili oleh indikator penyampaian informasi dengan bahasa yang
jelas (KN1), mengulangi informasi yang penting (KN2), melengkapi informasi dengan alat
peraga/demonstrasi (KN3), menjelaskan tujuan supervisi (KN4), menjelaskan fungsi supervisi (KN5),
menjelaskan prosedur supervisi (KN6), umpan balik berdasarkan data objektif (KN7), umpan balik
dengan ekspresi positif (KN8), dan memberikan kritik membangun (KN9).
Data penelitian dianalisis menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan bantuan
program AMOS 22.00. Sebelumnya, dilakukan uji asumsi dan analisis deskriptif dengan bantuan
program SPSS 19.00. Uji asumsi yang dilakukan dan telah memenuhi syarat antara lain jumlah
sampel, normalitas, linieritas, multikolinearitas, dan outlier.
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
4/10
40Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1. No. 2. (2014)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil uji analisis SEM terhadap model supervisi akademik berbasis kemitraan diawali dengananalisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori bertujuan untuk mengukur validitas
indikator dalam mengukur variabelnya. Indikator yang dinyatakan valid kemudian digunakan
dalam analisis full model struktural. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada model awal
untuk mendapatkan kriteria model yang fit. Hasil akhir analisis fullmodel struktural ditunjukkan
pada gambar 1 berikut.
Gambar 1Full Model Struktural
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan kompetensi dan komunikasi terhadap
keefektifan supervisi akademik tidak signifikan. Hal ini menandakan kompetensi pengawas dan
komunikasi pengawas tidak berhubungan langsung dengan keefektifan supervisi akademik. Nilai
korelasi antar variabel secara lengkap dapat dilihat dari outputnilai regression weightdan standardized
regression weightyang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Regresi Untuk Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan
Regression Weight Standardized Regression
WeightsEstimate S.E Cr p
KompetensiKomitmen 0,266 0,068 3,916 *** 0,418
KomunikasiKomitmen 0,648 0,163 3,969 *** 0,520
Kompetensi Hubungan
kemitraan0,241 0,086 2,798 ** 0,227
Komunikasi Hubungan
kemitraan1,361 0,276 4,940 *** 0,653
Komitmen Hubungan
kemitraan-0,039 0,230 -0,168 0,867 -0,023
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
5/10
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo
41
Kompetensi Supervisi
akademik0,161 0,114 1,414 0,157 0,160
Komunikasi Supervisi
akademik0,249 0,347 0,718 0,473 0,126
Komitmen Supervisiakademik
0,402 0,173 2,320 * 0,254
Hubungan kemitraan
Supervisi akademik0,306 0,108 2,824 ** 0,323
***p0,001 **p0,01 *p0,05
Tabel 2 menginformasikan variabel kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas secara
signifikan berhubungan tidak langsung dengan supervisi akademik melalui variabel komitmen
maupun hubungan kemitraan. Nilai korelasi langsung, tidak langsung, dan total dapat diketahui
dari tabel standardized direct effects, standardized indirect effects, dan standardized total effectsditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 NilaiEffectUntuk Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan
Standardized
Direct Effects
Standardized
Indirect Effects
Standardized
Total Effects
KompetensiKomitmen 0,418 0,000 0,418
KomunikasiKomitmen 0,520 0,000 0,520
KompetensiHubungan kemitraan 0,227 -0,012 0,215
KomunikasiHubungan kemitraan 0,653 -0,009 0,644
KomitmenHubungan kemitraan -0,023 0,000 -0,023
KompetensiSupervisi akademik 0,160 0,180 0,340
KomunikasiSupervisi akademik 0,126 0,216 0,342
KomitmenSupervisi akademik 0,254 -0,005 0,249
Hubungan kemitraan Supervisi
akademik0,323 0,000 0,323
Tabel 3 menginformasikan nilai indirect effect dari variabel kompetensi pengawas dan
komunikasi pengawas terhadap supervisi akademik lebih besar dibandingkan nilai direct effect. Hal
ini menunjukkan hubungan kemitraan dan komitmen pengawas berfungsi efektif sebagai variabel
intervening. Sementara, besarnya kontribusi dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel
endogen dapat dilihat dari Squared Multiple Regressionyang ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kontribusi Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen
Estimate
Hubungan kemitraan 0,545
Komitmen 0,542
Supervisi akademik 0,254
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan model keefektifan supervisi akademik berbasis
kemitraan dipengaruhi oleh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, komitmen pengawas, dan
hubungan kemitraan. Temuan model ini dapat dilihat pada gambar 2. Pada Gambar 2 dinyatakan
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
6/10
42Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1. No. 2. (2014)
bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif di SMAN Kabupaten
Probolinggo harus diawali dari peningkatan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas.
Kompetensi dan komunikasi pengawas ini tidak dapat langsung berpengaruh terhadap keefektifan
supervisi akademik, tetapi harus dimediasi oleh pendekatan kemitraan atau tingginya komitmen dari
pengawas. Penerapan pendekatan kemitraan dalam supervisi akademik atau peningkatan komitmenpengawas dalam bertugas merupakan penentu keberhasilan supervisi akademik yang efektif.
Gambar 2 Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan
1.
Kompetensi Pengawas
Kompetensi pengawas diwakili oleh indikator kemampuan pengawas dalam memahami guru,
membuat visi, dan membuat misi. Kemampuan membuat misi merupakan indikator dengansumbangan terbesar pada variabel kompetensi pengawas, disusul dengan kemampuan membuat visi,
dan paling lemah adalah kemampuan dalam memahami guru. Hasil ini menunjukkan bahwa visi
dan misi pengawas merupakan hal pertama yang mendukung keterlaksanaan supervisi akademik
secara efektif. Seperti yang diungkapkan Masaong (2012: 56) bahwa visi dan misi kepengawasan
yang tidak jelas mengakibatkan pelaksanaan supervisi akademik kurang efektif.
Supervisi akademik membutuhkan perencanaan yang sistematis dan prospektif agar dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk itu, seorang pengawas dituntut mampu membuat visi dan
misi yang dapat dituangkan dalam tujuan dan strategi pencapaian yang berkelanjutan. Adanya visi
dan misi yang berasal dari analisis kebutuhan untuk mengembangkan profesionalisme guru akan
berdampak pada tercapainya tujuan supervisi akademik. Hal ini disebabkan supervisi akademik
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masing-masing guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Supervisi akademik yang terlaksana sesuai dengan kebutuhan guru akan meningkatkan
kepercayaan guru kepada pengawas dalam membantu menyelesaikan problematika pembelajaran.
Selain itu, dapat meningkatkan keterlibatan pengawas dalam membantu guru mengembangkan diri
agar menjadi guru profesional. Pada akhirnya, tujuan supervisi akademik untuk membantu guru
meningkatkan kualitas pembelajaran akan tercapai. Tercapainya tujuan supervisi akademik
menandakan supervisi akademik terlaksana dengan efektif. Dengan demikian, peningkatan
kemampuan pengawas dalam membuat visi dan misi merupakan langkah pertama yang harus
dilakukan dalam upaya mewujudkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.
Berdasarkan hasil pengujian indikator ditunjukkan bahwa ketrampilan teknis pengawas
dalam melaksanakan supervisi akademik tidak digunakan sebagai indikator kompetensi pengawas.
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
7/10
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo
43
Hal ini dapat dijelaskan karena teknik supervisi merupakan bagian kecil dari sebuah perencanaan
supervisi akademik yang berawal dari visi dan misi seorang pengawas. Kemampuan dalam
membuat program kerja tidak representatif dalam menjelaskan kompetensi pengawas karena
program kerja dibuat bersama-sama oleh pengawas, sehingga tidak dapat mencerminkan
kompetensi yang sebenarnya dari masing-masing pengawas. Sementara, kemampuan memotivasidan menghormati tidak mewakili kompetensi pengawas dapat disebabkan menghormati dan
memotivasi guru sudah menjadi budaya kerja pengawas di SMAN Kabupaten Probolinggo.
2.
Komunikasi Pengawas
Komunikasi pengawas diwakili oleh indikator penyampaian informasi dengan mengulangi
bagian yang penting, penjelasan tujuan supervisi, dan penjelasan fungsi supervisi. Sumbangan
terbesar terhadap variabel komunikasi pengawas diberikan oleh indikator penjelasan fungsi dan
tujuan supervisi. Sementara, mengulangi bagian informasi yang penting memiliki kontribusi yang
paling lemah. Hasil ini memperlihatkan bahwa penjelasan pengawas kepada guru tentang fungsi
supervisi akademik merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam mewujudkan supervisi
akademik yang efektif.
Pemahaman tentang supervisi akademik penting bagi guru, sebab guru merupakan objek yangdikenai tindakan. Tanpa adanya pemahaman yang memadai, guru akan tetap memandang supervisi
akademik sebagai kegiatan adminstratif semata. Hal ini disebabkan komunikasi adalah perantara
yang dapat menghubungkan pengawas dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Seperti penjelasan
Weihrich dan Koontz (dalam Turkalj & Fosic, 2009) bahwa komunikasi dalam organisasi berfungsi
untuk menghubungkan anggota dengan organisasi dalam proses pencapaian tujuan bersama.
Berdasarkan indikator dari komunikasi maka peran pengawas dalam mengkomunikasikan
fungsi dan tujuan supervisi serta mengulanginya sebagai informasi penting yang harus diketahui
guru adalah faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan supervisi akademik. Sesuai
dengan postulat Lovell yang dikutip Neagley dan Evans (1980) bahwa proses supervisi merupakan
kegiatan komunikasi antara pengawas dan guru, dan seorang pengawas dikatakan efektif jika
mampu menyajikan informasi secara jelas, lengkap, ringkas, konsisten, benar dan sopan (Carter,
2011).
Indikator yang mencerminkan pemberian umpan balik dari pengawas kepada guru, seperti
berdasarkan data obyektif, menggunakan ekspresi positif, dan memberikan kritik membangun tidak
representatif dalam menjelaskan variabel komunikasi pengawas. Kemungkinan disebabkan hasil
supervisi akademik dikomunikasikan pengawas kepada kepala sekolah sebagai rekomendasi
penilaian guru yang bersangkutan, bukan sebagai umpan balik dari pengawas kepada guru dalam
upaya membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.
Penyampaian informasi dengan bahasa yang jelas tidak digunakan sebagai indikator
komunikasi pengawas karena kemungkinan tidak semua pengawas mampu memberikan informasi
sesuai dengan pemahaman guru. Penggunakan alat peraga atau demonstrasi juga tidak digunakansebagai indikator komunikasi pengawas sebab pengawas lebih sering menggunakan media berbasis
IT dalam menyampaikan informasi. Sementara, penjelasan prosedur supervisi tidak representatif
dalam menggambarkan komunikasi pengawas dapat disebabkan minimnya pengawas di SMAN
Kabupaten Probolinggo yang memiliki kemauan untuk menjelaskan prosedur supervisi akademik.
3.
Komitmen Pengawas
Komitmen pengawas diwakili oleh indikator kemauan pengawas untuk berperilaku konsisten,
berperilaku disiplin, menghargai prestasi, dan mendorong ide inovatif. Indikator yang paling kuat
dalam menjelaskan variabel komitmen adalah perilaku pengawas yang konsisten dan disiplin.
Sementara, perilaku pengawas dalam mendorong ide inovatif dan menghargai prestasi guru
memiliki kontribusi yang lemah. Hasil ini memperlihatkan bahwa pengawas yang berperilaku
konsisten dan disiplin sangat menentukan terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
8/10
44Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1. No. 2. (2014)
Pengawas adalah pemimpin bagi guru. Oleh sebab itu, perilaku konsisten dan disiplin
diperlukan agar dapat memberikan keteladanan bagi guru. Keteladanan yang diberikan pengawas
dalam melaksanakan supervisi akademik akan membangkitkan semangat guru dalam bekerja.
Seperti yang disimpulkan Loke (2001) bahwa perilaku seorang pemimpin berpengaruh terhadap
kepuasan kerja, komitmen terhadap organisasi dan produktivitas dari bawahannya.Konsistensi dan kedisiplinan pengawas dalam penelitian ini dapat ditingkatkan melalui
kompetensi dan komunikasi yang efektif dengan guru. Hal ini disebabkan penguasaan kompetensi
dan komunikasi yang efektif bagi pengawas akan meningkatkan keterlibatannya dalam membantu
guru. Keterlibatan yang terus menerus dapat menimbulkan konsistensi dan kedisiplinan dalam
melaksanakan supervisi akademik.
Lemahnya indikator perilaku pengawas dalam mendorong ide inovatif dan menghargai
prestasi guru dapat disebabkan pelaksanaan supervisi akademik masih belum menekankan pada
peningkatan profesionalisme guru. Alasan ini didasari oleh tidak representatifnya indikator fokus
pada profesionalisme guru dalam menjelaskan variabel komitmen pengawas. Indikator menerima
kritik tidak digunakan sebagai indikator komitmen pengawas karena guru masih beranggapan
pengawas sebagai pemimpin yang paling tahu dan paling benar sehingga tidak membutuhkan sarandan masukan. Mendukung tidak representatif sebagai indikator komitmen kemungkinan disebabkan
kurangnya tatap muka antara pengawas dan guru, sehingga pengawas tidak memiliki kesempatan
untuk mendukung guru. Sementara, membuat penting pelaksanaan supervisi tidak digunakan
sebagai indikator dapat disebabkan pelaksanaan supervisi akademik masih dalam tahap untuk
menggugurkan kewajiban tugas, belum sampai pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran di
dalam kelas.
4.
Hubungan Kemitraan antara Pengawas dan Guru
Hubungan kemitraan antara pengawas dan guru diwakili oleh indikator sikap pengawas yang
jujur, ramah, memuji untuk memotivasi guru, dan memuji untuk membuat guru percaya diri.
Indikator terkuat yang merepresentasikan kemitraan adalah ucapan pengawas untuk memotivasi
guru. Sikap jujur, ramah, dan memuji untuk membuat guru percaya diri memiliki kontribusi yang
rendah dalam merepresentasikan hubungan kemitraan. Hasil ini menunjukkan hal yang paling
penting dalam membangun hubungan kemitraan dengan guru adalah dengan memberikan ucapan
positif untuk memotivasi guru. Hubungan kemitraan yang kuat akan berdampak pelaksanaan
supervisi akademik yang efektif.
Ucapan positif diperlukan dalam pelaksanaan supervisi akademik sebagai umpan balik
terhadap kinerja guru, seperti pendapat Neagley dan Evans (1980) bahwa setelah observasi kelas
seorang guru yang menyadari kinerjanya baik, berharap mendapat kata-kata pujian dari pengawas.
Pujian dari pengawas untuk memotivasi guru akan membangkitkan semangat guru untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Pernyataan ini didukung oleh Delin dan
Baumeister (dalam Bradler et al., 2012) yang mengatakan pujian memengaruhi kinerja seseorangbaik secara positif maupun negatif.
Pemberian pujian untuk memotivasi guru dipengaruhi oleh kemampuan pengawas dan
komunikasi pengawas dengan guru. Seorang pengawas yang memahami karakteristik guru dan
dapat berkomunikasi secara efektif dengan guru akan lebih mampu memberikan pujian yang dapat
memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja guru setelah pelaksanaan
supervisi akademik menunjukkan supervisi akademik terlaksana dengan efektif.
Sikap jujur, ramah, dan memuji untuk membuat guru percaya diri memiliki kontribusi yang
rendah kemungkinan disebabkan sikap tersebut sudah menjadi bagian dari budaya organisasi.
Bukan sikap untuk membangun hubungan kemitraan. Indikator terbuka dan kehilangan beban stres
tidak representatif sebagai indikator hubungan kemitraan, kemungkinan penyebabnya adalah
hubungan pengawas dan guru yang terjadi masih hubungan satu arah atau hubungan profesional
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
9/10
MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo
45
yang kaku. Akibatnya guru terbebani secara psikologis untuk dinilai ketika mendapat supervisi
akademik dari pengawas. Indikator adil dan bersikap peduli tidak digunakan sebagai indikator
hubungan kemitraan karena rasio pengawas dan guru yang tidak seimbang. Akibatnya pelaksanaan
supervisi akademik dengan teknik observasi kelas hanya dilakukan pada beberapa orang guru senior
yang menjadi sampel kinerja guru secara keseluruhan di suatu sekolah.5.
Supervisi Akademik
Supervisi akademik yang efektif diwakili oleh indikator kegiatan observasi aktivitas guru
mengajar, observasi motivasi peserta didik, dan observasi aktivitas belajar peserta didik. Indikator
yang paling kuat merepresentasikan supervisi akademik adalah observasi motivasi peserta didik,
sedangkan observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran memiliki kontribusi yang
rendah dalam merepresentasikan supervisi akademik. Hasil ini memperlihatkan observasi motivasi
peserta didik adalah hal utama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan supervisi akademik yang
efektif.
Indikator dalam lingkup pertemuan perencanaan, penilaian, pertemuan tindak lanjut, dan
pembimbingan tidak menjadi indikator dari supervisi akademik. Kemungkinan penyebabnya adalah
persepsi atau pengetahuan guru tentang supervisi akademik terbatas pada observasi kelas. MenurutNeagley dan Evans (1980) observasi atau pengamatan adalah teknik dasar dalam supervisi
akademik.
Motivasi peserta didik menjadi fokus dalam observasi supervisi akademik disebabkan tujuan
utama supervisi akademik adalah peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Salah satu
representasi dari pembelajaran yang berkualiatas adalah peningkatan motivasi peserta didik dalam
belajar. Dengan demikian, pengamatan terhadap motivasi peserta didik dalam belajar diperlukan
sebagai langkah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah terjadi.
Hasil penelitian mengungkap adanya dua pola jalur yang dapat dilakukan dalam upaya
melaksanakan supervisi akademik yang efektif. Jalur pertama dengan menggunakan pendekatan
hubungan kemitraan dan jalur kedua dengan meningkatkan komitmen pengawas. Namun, kedua
jalur memiliki prasyarat awal yang sama, yaitu kompetensi pengawas yang memadai dan
komunikasi pengawas yang efektif. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan
peningkatan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas sebagai modal awal untuk
meningkatkan komitmen pengawas dan membangun hubungan kemitraan dalam rangka
mewujudkan supervisi akademik yang efektif di SMAN Kabupaten Probolinggo.
SIMPULAN
Kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas tidak berpengaruh langsung terhadap
keefektifan supervisi akademik. Kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas berpengaruh pada
keefektifan supervisi akademik melalui variabel intervening, yaitu komitmen pengawas danhubungan kemitraan. Komitmen pengawas tidak berdampak pada hubungan kemitraan. Dengan
demikian, faktor yang paling berperan dalam pelaksanaan supervisi akademik adalah komitmen
pengawas dan hubungan kemitraan antara pengawas dan guru. Komitmen pengawas dan hubungan
kemitraan ini dipengaruhi oleh kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas dengan guru.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih dihaturkan kepada Dirjen P2TK Dikmen, Kemendiknas sebagai penyandang
dana dari penelitian ini.
7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan
10/10
46Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 1. No. 2. (2014)
DAFTAR PUSTAKA
Bradler, C. et al. 2012. Employee Recognition and Performance - A Field Experiment. Draft.
http://dems.unimib.it/ciseps/workshop_240512/ 240512_Non_paper.pdf.(diunduh 24 Januari 2014).Callicott, K. M. 2011. An Investigation of Factors Involved when Educational Psychologists Supervise Other
Professionals. Tesis. Birmingham: School of Education the University of Birmingham.
Carter, M. 2011. The Importance of Effective Supervision Through Communication.
http://www.studymode.com/essays/The-Importance-Of-Effective-Supervision-Through-645844.html
(diunduh 20 Januari 2014).
Cheng, B. S., Jiang, D. Y., dan Riley, J. H. 2003. Organizational Commitment, Supervisory Commitment,
and Employee Outcomes in The Chinese Context: Proximal Hypothesis or Global Hypothesis?.
Journal of Organizational Behavior, Volume 24 No. 3. Hal. 313-334.
Culbreth, J. R. dan Borders, L. D. 1998. Perceptions of the Supervisory Relationship: A Preliminary
Qualitative Study of Recovering and Non-Recovering Substance Abuse Counselors. Journal of Substance
Abuse Treatment, Volume 14 No. 1. Hal. 1-8.
Fadli, U. M., Fadili, D. A., dan Kartawijaya, Y. 2012. Pengaruh Kompetensi Karyawan Terhadap KomitmenKerja pada PT. PLN (PERSERO) Rayon Rengasdengklok. Jurnal Manajemen, Volume 09 No. 2. Hal
577-589.
Gney, S. et al. 2012. Effects of Organizational Communication on Work Commitment: A Case Study on a
Public Agency in Ankara.Business Management Dynamics, Volume 2 No.4. hal. 18-29.
Hamadi. 2011. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kelapa
Kampit Kabupaten Belitung Timur. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kilminster, S. M. dan Jolly, B. C. 2000. Effective Supervision in Clinical Practice Settings: A Literature
Review.Medical Education, Volume 34. Hal. 827-840.
Loke, J. C. F. 2001. Leadership Behaviours: Effects on Job Satisfaction, Productivity and Organizational
Commitment. Journal of Nursing Management, Volume 9 No. 4. Hal. 191-204.
Masaong, A. K. 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.
Mayo, E. 1933. The Human Problems of an Industrial Civilization. New York: Macmillan.Neagley, R. L. dan Evans, N. D. 1980.Handbook for Effective Supervision of Instruction. Englewood Cliffs, N. J. :
Prentice-Hall, Inc.
Oliva, P. F. 1984. Supervision for Todays Schools(2nd ed). New York: Longman, Inc.
Pani, K. 2009. Manajemen Pengawas Sekolah di Kabupaten Aceh Singkil. Tesis. Medan: Universitas Negeri
Medan.
Situmorang, B. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Komunikasi Interpersonal, dan
Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Kepala Sekolah (Studi Kasus SMK di Kota Medan).
Disertasi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Sudjana, N. 2012. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra Publishing.
Tahir, I. M. et al. 2012. Effective Supervision from Research Students Perspective. International Journal of
Education, Volume 4 No. 2. Hal. 211-222.
Tveiten, S. dan Severinsson, E. 2006. Communication A Core Concept In Client Supervision By PublicHealth Nurses. Journal of Nursing Management, Volume 14. Hal. 235-243.