Post on 28-Feb-2018
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
1/43
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
2/43
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
3/43
a
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
4/43
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
5/43
Pada pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia, diterapkan
konsep Blue Economykaitannya dengan kapal yang mencakup:
a. Alat Penangkap Ikan (API) yang ramah lingkungan;
b. Mempertahankan mutu hasil tangkapan;
c. Efisiensi penangkapan;
d. Efisiensi penggunaan bahan bakar.
Pelaksanaan pembangunan kapal penangkap ikan tersebut bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan kemampuan jelajah operasi penangkapan ikan oleh
nelayan hingga ke wilayah penangkapan ikan di ZEEI dan laut lepas;
2. Mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumber daya ikan di wilayah
perairan pantai;
3. Meningkatkan produksi, mutu hasil tangkapan dan produktivitas
nelayan dengan menerapkan teknologi penangkapan yang ramah
lingkungan;
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan;
5. Meningkatkan daya saing nelayan dalam pemanfaatan sumber daya
ikan khususnya di perairan WPP-NRI (laut teritorial, laut kepulauan,
ZEEI) dan laut lepas.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis ini adalah sebagai acuan
dalam pelaksanaan pembangunan kapal penangkap ikan;
2. Tujuan ditetapkannya Petunjuk Teknis ini, adalah terwujudnya
ketertiban dan kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan kapal
penangkap ikan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. Kelembagaan;
2. Perencanaan dan penganggaran;
3. Tahapan pelaksanaan pembangunan kapal;
4. Pengendalian dan pelaporan;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
6/43
5. Lain-lain;
6. Penutup.
D. Pengertian Umum
Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:
1. Alat penangkapan ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-
benda lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan yang tidak
mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan.
2. Pembangunan kapal adalah proses pembangunan kapal yang dimulai
dari perencanaan, desain/rancang bangun kapal, pembuatan kapal,
peletakkan lunas pada kapal kayu, pelapisan (layering) pada kapal
fibreglass, proses pembangunan, peluncuran, sea trialdanfishing trial.
3. Dokumen untuk kapal berukuran 7 GT s.d 175 GT adalah dokumen
kapal berupa (i) surat ukur, (ii) grosse akte(tanda kepemilikan), (iii) pas
besar (tanda kebangsaan kapal) dan (iv) sertifikat kelaikan dan
pengawakan kapal penangkap ikan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang.
4. Dokumen kapal berukuran di bawah 7 GT adalah dokumen kapal
berupa pas kecil (tanda kebangsaan kapal) yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
5. Dokumen perizinan adalah dokumen izin usaha penangkapan ikan
berupa Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan
Ikan (SIPI) dan Buku Kapal Perikanan (BKP) yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
6. Calon penerima bantuan sarana produksi adalah Kelompok Usaha
Bersama (KUB) dari nelayan dan/atau Koperasi Nelayan yang
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan terdaftar di Pusat
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) untuk menerima bantuan
sarana produksi berupa kapal penangkap ikan (KUB merujuk
masukan dari Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan,
DJPT), KUB adalah badan usaha nonbadan hukum dan ataupun yang
sudah berbadan hukum, berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan
berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
7/43
dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan
dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan
pendapatan anggota.
7. Bantuan sarana produksi adalah semua pengeluaran negara dalam
bentuk barang/lainnya yang diberikan kepada masyarakat melalui
kementerian negara/lembaga dan/atau pemerintah daerah guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya berbagai resiko
sosial.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
8/43
BAB II
KELEMBAGAAN
A. Penanggung Jawab
1. Menteri Kelautan dan Perikanan Cq. Direktur Jenderal Perikanan
Tangkap sebagai penanggung jawab pelaksanaan program
pembangunan kapal penangkap ikan pada tingkat nasional.
2. Gubernur sebagai penanggung jawab pelaksanaan program
pembangunan kapal penangkap ikan pada tingkat provinsi.
3. Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab pelaksanaan program
pembangunan kapal penangkap ikan pada tingkat kabupaten/kota.
B. Tim Teknis
Untuk mendukung efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan
pertanggung jawabannya, maka dibentuk Tim Teknis Pusat, Tim Teknis
Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.
B.1 Tim Teknis Pusat
Tim Teknis Pusat dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan Cq. Direktur Jenderal Perikanan Tangkapdengan tugas, fungsi dan struktur keanggotaan sebagai berikut:
1. Tugas
Tim Teknis Pusat mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi,
sinkronisasi, harmonisasi, bimbingan teknis, sosialisasi, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan pembangunan kapal penangkap ikan.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud angka 1, Tim
Teknis Pusat mempunyai fungsi:
a. Melakukan koordinasi perencanaan dan penganggaran;
b. Menetapkan pagu anggaran;
c. Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan kapal;
d. Melakukan sosialisasi dan koordinasi;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
9/43
e. Melakukan monitoring dan evaluasi realisasi pelaksanaan program
di lokasi pembangunan.
3. Struktur dan keanggotaan
Struktur dan keanggotaan Tim Teknis Pusat meliputi pengarah,
pelaksana dan sekretariat.
a. Pengarah:
1) Ketua : Direktur Jenderal Perikanan Tangkap
2) Anggota : - Esellon II Lingkup Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap;
- Direktorat Perkapalan dan Kepelautan, Ditjen
Hubla, Kementerian Perhubungan;
- Direktorat Komersiil, Biro Klasifikasi Indonesia,
Jakarta.
b. Pelaksana:
1) Ketua : Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan
2) Sekretaris : Kasubdit Rancang Bangun dan Kelaikan Kapal
Perikanan
3) Anggota :
i. Kasubdit Lingkup Direktorat Kapal Perikanan dan Alat
Penangkap Ikan;
ii. Unsur Unit Kerja Esellon II Lingkup Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap;
iii. Unsur Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan.
c. Kesekretariatan
Sekretariat Tim Teknis Pusat adalah Direktorat Kapal Perikanan
dan Alat Penangkap Ikan, Lantai 9 Gedung Mina Bahari II, Jl.
Medan Merdeka Timur Nomor 16 Jakarta Pusat, Telp. (021)
3520726; Fax (021) 3520726; e-mail : pantasikapi@gmail.com dan
rbkkp_kapi@yahoo.com.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
10/43
B.2 Tim Teknis Provinsi
Gubernur Cq. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung
jawab di bidang kelautan dan perikanan bertanggung jawab atas
pelaksanaan program pembangunan kapal penangkap ikan pada tingkat
provinsi dan membentuk Tim Teknis Provinsi dengan kedudukan, tugas,
fungsi, struktur dan keanggotaan sebagai berikut:
a. Kedudukan
Tim Teknis Provinsi sebagai pelaksana program pembangunan kapal
penangkap ikan pada tingkat provinsi, berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur.
b. Tugas
Tim Teknis Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi,
sinkronisasi, harmonisasi, bimbingan teknis, sosialisasi, pelaksana
pembangunan dan distribusi kapal dan peralatannya, monitoring dan
evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan
hasilnya kepada Tim Teknis Pusat.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Teknis Provinsi mempunyai fungsi
untuk :
1) Melakukan koordinasi perencanaan dan penganggaran program di
provinsi.
2) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan kapal
penangkap ikan, dengan mengacu pada petunjuk teknis ini.
3) Menetapkan lokasi, identifikasi, analisis dan seleksi calon penerima
bantuan.
4) Melakukan kompilasi kebutuhan pengembangan kapal penangkap
ikan di provinsi.5) Melakukan persiapan sosialisasi bagi calon penerima bantuan.
6) Memberikan persetujuan dan rekomendasi terhadap rancang
bangun (desain) kapal dan alat penangkapan ikan.
7) Melakukan pelelangan pembangunan kapal penangkap ikan secara
lengkap.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
11/43
8) Membuat berita acara serah terima kapal yang mencantumkan hak
dan kewajiban Kelompok Usaha Bersama nelayan dan/atau
koperasi nelayan penerima bantuan.
9) Melakukan pembinaan pengembangan usaha penangkapan ikan
calon penerima bantuan di provinsi.
10) Memfasilitasi pengurusan dokumen kapal dan dokumen perizinan
usaha penangkapan ikan.
11) Melakukan pembinaan pelaksanaan tugas Tim Teknis
Kabupaten/Kota.
12) Mengkoordinasikan perkembangan pelaksanaan program
pembangunan kapal penangkap ikan dengan Tim Teknis Pusat.
13) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
pembangunan serta pengelolaan kapal penangkap ikan pada
tingkat provinsi.
14) Menyusun laporan realisasi pelaksanaan program, baik dalam
tahap tahap pembangunan dan pasca pembangunan (tahap
pengelolaan) kepada Tim Teknis Pusat.
d. Struktur dan Keanggotaan
1) Struktur dan keanggotaan Tim Teknis Provinsi meliputi
penanggung jawab, ketua, sekretariat, dan beberapa bidang antara
lain :
a) Bidang perencanaan;
b) Bidang pelaksanaan dan distribusi kapal;
c) Bidang monitoring dan evaluasi; dan
d) Bidang pengaduan masyarakat.
2) Anggota Tim Teknis Provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf (a)
terdiri dari unsur terkait di tingkat provinsi antara lain OPD yang
bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan,
perhubungan, pemberdayaan masyarakat, ketahanan pangan,
pejabat pendaftaran kapal, Biro Klasifikasi Indonesia serta lembaga
lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
12/43
3) Sekretariat Tim Teknis Provinsi adalah kantor Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan
perikanan.
4) Tim Teknis Provinsi sebagaimana dimaksud pada angka 1
ditetapkan oleh gubernur.
B.3 Tim Teknis Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota Cq. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan bertanggung jawab
atas pelaksanaan program pembangunan kapal penangkap ikan pada
tingkat kabupaten/kota dengan kedudukan, tugas, fungsi, struktur dan
keanggotaan sebagai berikut:
a. Kedudukan
Tim Teknis Kabupaten/Kota sebagai pelaksana program pembangunan
kapal penangkap ikan pada tingkat kabupaten/kota, berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.
b. Tugas
Tim Teknis Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi,
sinkronisasi, harmonisasi, bimbingan teknis, sosialisasi, pelaksana
pembangunan dan distribusi kapal dan peralatannya, monitoring danevaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan
hasilnya kepada Tim Teknis Pusat melalui Tim Teknis Provinsi.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Teknis Kabupaten/Kota
mempunyai fungsi untuk :
1) Melakukan koordinasi perencanaan dan penganggaran program di
kabupaten/kota.
2) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pembangunan kapal
penangkap ikan, dengan mengacu pada petunjuk teknis ini.
3) Menetapkan lokasi, identifikasi, analisis dan seleksi serta
penetapan calon penerima bantuan.
4) Melakukan analisis kebutuhan pengembangan kapal penangkap
ikan di kabupaten/kota.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
13/43
5) Melakukan persiapan sosialisasi bagi calon penerima bantuan.
6) Memberikan persetujuan dan rekomendasi terhadap rancang
bangun (desain) kapal dan alat penangkapan ikan.
7) Melakukan pelelangan pembangunan kapal penangkap ikan secara
lengkap.
8) Memfasilitasi pengurusan dokumen kapal dan dokumen perizinan
usaha penangkapan ikan (SIUP, SIPI dan Buku Kapal Perikanan).
9) Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha antara penerima
bantuan dan pihak lain.
10) Membuat Berita Acara Serah Terima kapal yang mencantumkan
hak dan kewajiban KUB nelayan dan/atau Koperasi Nelayan
penerima bantuan.
11) Melakukan pembinaan pengembangan usaha penangkapan ikan
calon penerima bantuan.
12) Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Provinsi dan Tim Teknis
Pusat.
13) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
pembangunan serta pengelolaan kapal penangkap ikan pada
tingkat kabupaten/kota.
14) Melaporkan pelaksanaan program, baik dalam tahap pembangunan
dan pasca pembangunan (tahap pengelolaan) kepada Tim Teknis
Pusat melalui Tim Teknis Provinsi.
d. Struktur dan Keanggotaan
1) Struktur dan keanggotaan Tim Teknis Kabupaten/Kota meliputi
penanggung jawab, ketua, sekretariat, dan beberapa bidang antara
lain :
a) Bidang perencanaan;
b) Bidang pelaksanaan dan distribusi kapal;
c) Bidang monitoring dan evaluasi; dan
d) Bidang pengaduan masyarakat.
2) Anggota Tim Teknis Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada
huruf (a) terdiri dari unsur terkait di tingkat kabupaten/kota antara
lain OPD yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
14/43
perikanan, perhubungan, pemberdayaan masyarakat, ketahanan
pangan, pejabat pendaftaran kapal, Biro Klasifikasi Indonesia serta
lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
3) Sekretariat Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah kantor Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab di bidang
kelautan dan perikanan.
4) Tim Teknis Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada angka 1
ditetapkan oleh bupati/walikota.
C. Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan/atau Koperasi Nelayan
KUB dan/atau koperasi nelayan penerima bantuan sosial berupa
kapal penangkap ikan serta perlengkapannya berkewajiban:
1. Mengikuti kegiatan persiapan sosialisasi bagi calon penerima bantuan;
2. Mengikuti kegiatan bimbingan teknis dan pelatihan penerima bantuan;
3. Menyediakan biaya operasional kapal, perbaikan, perawatan, dan
penyusutan serta biaya lain yang diperlukan;
4. Melakukan perawatan kapal dan perlengkapannya agar dapat
dipergunakan secara efektif dan efisien serta dalam jangka waktu
sesuai umur ekonomi kapal;
5. Melakukan pencatatan kegiatan usaha penangkapan ikan dan
melaporkannya kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota;
6. Bersedia menerima kegiatan pembinaan dari Tim Teknis.
7. Untuk KUB penerima kapal perikanan dimana ketuanya wajib memiliki
NPWP.
D. Rapat Koordinasi Tim Teknis
1. Rapat Koordinasi Tim Teknis dilakukan di Pusat.
2. Rapat Koordinasi diselenggarakan dan dibiayai oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, dan diikuti oleh :
a. Tim Teknis Pusat;
b. Perwakilan Provinsi/Kabupaten/Kota penerima bantuan kapal.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
15/43
BAB III
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Perencanaan pembangunan kapal penangkap ikan didasarkan pada
prinsip-prinsip kebutuhan, kelayakan teknis, kesesuaian dengan calon
penerima dan potensi ketersediaan sumber daya ikan yang mengacu pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dianggarkan melalui
APBN dan APBN-P Pusat Satker Direktorat Kapal Perikanan dan Alat
Penangkap Ikan serta APBN-P Satker Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Dalam perencanaan harus dibuat desain kriteria yang dituangkan dalam
berita acara. Desain kriteria meliputi:
a. Jenis dan bahan kapal;
b. Jenis alat penangkap ikan;
c. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP);
d. Lama beroperasi;
e. Pelabuhan pangkalan;
f. Metode operasi;
g. Waktu operasi penangkapan; dan
h. Tinggi dan panjang gelombang.
A. Perencanaan
Perencanaan pembangunan kapal penangkap ikan yang diatur
dalam Petunjuk Teknis ini meliputi penetapan pagu anggaran untuk
kegiatan:
1. Jasa konsultan perencana rancang bangun dan biaya pengawasan
pembangunan kapal;
2. Pembangunan kapal (kasko lengkap);
3. Pengadaan dan instalasi mesin utama;
4. Pengadaan dan instalasi mesin bantu (bila diperlukan);
5. Pengadaan dan instalasi perlengkapan kapal;
6. Pengadaan dan instalasi peralatan navigasi;
7. Pengadaan dan konstruksi alat penangkapan ikan;
8. Pengadaan dan instalasi alat bantu penangkapan ikan;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
16/43
9. Pengurusan dokumen kapal;
10. Pengurusan dokumen perizinan usaha penangkapan ikan;
11. Uji coba berlayar (Sea Trial);
12. Biaya pengiriman dari galangan ke lokasi termasuk biaya asuransi;
13. Uji coba penangkapan ikan (Fishing Trial);
14. Biaya operasional satu kali melaut (disesuaikan dengan kondisi
daerah).
B. Penganggaran
Anggaran pembangunan kapal penangkap ikan dialokasikan dalam
Mata Anggaran Bantuan Sarana Produksi, melalui APBN dan APBN-P yang
disediakan oleh DIPA Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan
serta APBN-P yang disediakan pada DIPA Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota.
C. Perencanaan Pembangunan Kapal dan Estimasi Biaya
1. Konsultan Perencana
Pembangunan kapal penangkap ikan harus dilakukan
berdasarkan gambar rancang bangun (design) yang dibuat oleh
konsultan perencana dan diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Pusat.
Gambar rancang bangun/desain dimaksud setidak-tidaknya terdiri
dari gambar:
a. Rencana Garis (Lines Plan)
Gambar rencana garis adalah gambaran bentuk badan kapal yang
diproyeksikan sesuai dengan karakteristik bentuk badan kapal
(Body Plan). Gambar rencana garis digunakan untuk menghitung
kapasitas muatan, berat, titik-titik berat, titik-titik apung, lambung
timbul, trim dan stabilitas kapal.
Dalam gambar rencana garis terdapat beberapa jenis garis, yaitu:
1) Base Line (BL) adalah garis dasar untuk menentukan letak
pengukuran bagian kapal.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
17/43
2) Station Line (titik ordinat) adalah suatu garis lurus untuk tiap-
tiap titik ordinat yang ditarik tegak lurus terhadap Base Line (BL)
sebagai garis lurus (grid plan).
3) Water Line (WL)adalah suatu garis lurus yang ditarik mendatar
terhadap kapal dan sejajar dengan Base Line (BL) yang
menggambarkan sarat air kapal pada ukuran-ukuran tertentu.
4) Buttock Line, biasanya disingkat dengan BTK, adalah suatu garis
lurus yang ditarik vertikal terhadap kapal dan sejajar dengan
centre line (CL), mulai dari haluan hingga buritan kapal.
b. Rencana Umum (General Arrangement)
Rencana umum adalah gambaran atau lay out dari ruangan-
ruangan di kapal untuk segala kegiatan (fungsi) dan peralatan-
peralatan/perlengkapan yang dibutuhkan, diatur sesuai dengan
letak dan jalan untuk mencapai ruangan-ruangan tersebut. Dalam
rencana umum yang ditetapkan, yaitu:
1) Ruang muatan (palka);
2) Ruang mesin;
3) Ruang akomodasi;
4) Ruang navigasi;
5) Tangki-tangki (bahan bakar dan air tawar);
6) Ruang kerja;
7) Penempatan alat bantu (deck machinery).
c. Rencana Konstruksi (Construction Profile)
Rencana konstruksi adalah gambaran tentang dudukan
penggambaran kerangka kapal secara memanjang dimana di
dalamnya memuat:
1) Lunas;
2) Linggi haluan;
3) Linggi buritan;
4) Gading-gading;
5) Galar balok;
6) Galar kim;
7) Balok geladak;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
18/43
8) Papan geladak;
9) Senta-senta, dll.
d. Penampang Melintang (Midship Section)
Penampang melintang adalah gambar konstruksi bagian tengah
kapal. Penampang melintang setidak-tidaknya menggambarkan
ruang palka, gading-gading, senta, bilga, papan geladak, papan
kulit, bracketdan insulasi.
e. Pondasi Mesin
Pondasi mesin adalah gambaran konstruksi dudukan dan
pengikatan mesin utama kapal yang berfungsi sebagai tumpuan
mesin utama kapal.
f. Rencana Linggi Haluan dan Linggi Buritan
1) Linggi adalah suatu kerangka konstruksi kapal yang membentuk
bagian ujung haluan dan ujung buritan kapal;
2) Linggi haluan adalah lanjutan dari lunas dan berfungsi untuk
tumpuan papan kulit bagian kiri dan bagian kanan. Selain itu
juga berfungsi menghubungkan galar-galar pada kedua sisi
kapal, lambung kiri dan lambung kanan. Linggi haluan dapat
dibuat dari satu bagian saja atau terdiri dari dua bagian, linggi
haluan dan linggi haluan bawah;
3) Linggi buritan (stern frame)adalah lanjutan lunas, dimana ujung
belakang lunas ini (sepatu linggi) mempunyai fungsi sebagai
bantalan bawah untuk poros kemudi. Selain itu linggi buritan
juga berfungsi untuk memegang atau sebagai rumah untuk
tabung poros buritan jika kapal memakai baling-baling. Linggi
buritan juga berfungsi untuk tumpuan kulit luar bagian kiri dan
bagian kanan. Bagian-bagian linggi buritan adalah telapak linggi
yang merupakan lanjutan lunas, linggi baling-baling yang tegak
lunas, linggi kemudi yang memegang kemudi serta kayu mati dan
kayu pengisi.
g. Lain-lain
1) Penentuan gambar rancang bangun wajib memperhatikan
kenyamanan dan keamanan berlayar dalam operasi
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
19/43
penangkapan ikan, terkait dengan kemampuan pengamatan oleh
juru mudi dan/atau nakhoda kapal. Juru mudi dan/atau
nakhoda harus mampu melakukan pengamatan secara
maksimum dari ruang kemudi tanpa dihalangi oleh bangunan
depan/haluan kapal (mengupayakan sektor buta seminimal
mungkin);
2) Dalam hal gambar rancang bangun telah tersedia sebagai output
kegiatan pada tahun sebelumnya, maka pada Tahun Anggaran
2015 dapat dilakukan kegiatan review (bila dianggap perlu)
untuk menyempurnakan gambar rancang bangun dimaksud.
2. Pembangunan Kasko kapal
Pembangunan kapal terdiri dari komponen kasko kapal yang
dibutuhkan antara lain seperti lunas, gading-gading, wrang, linggi
depan dan buritan, deck, bangunan atas, lambung kiri dan kanan,
tiang (mast) termasuk pengecatan. Khusus konstruksi lunas untuk
kapal berkonstruksi kayu tidak boleh disambung dan wajib terbuat
dari kayu kelas kuat I dan awet I. Kasko kapal dapat terbuat dari
material kayu atau fibreglassyang memenuhi persyaratan setidak-
tidaknya:
a. Kayu
Kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal penangkap ikan
diharuskan memakai jenis kayu kelas awet I-II dan kelas kuat I-II
yang telah kering udara. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
bagi pembangunan kapal dan keselamatan pelayaran serta sesuai
standard Biro Klasifikasi Indonesia.
b. Fibreglass
Bahan material kapal yang digunakan diharuskan menggunakan
marine fibreglass sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi
pembangunan kapal dan keselamatan pelayaran serta sesuai
Standard Biro Klasifikasi Indonesia.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
20/43
3. Pengadaan dan Instalasi Mesin Utama (Main Engine)
Untuk lebih meningkatkan kualitas dan efektifitas kapal
penangkap ikan, maka dalam penggunaan mesin penggerak kapal
penangkap ikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mesin yang dipergunakan adalah mesin laut (marine engine) dan
dalam kondisi baru. Tidak menggunakan mesin modifikasi, baik
untuk mesin utama maupun mesin bantu;
b. Ada jaminan/garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun dan servis
serta ketersediaan suku cadang (spare part)minimal 5 (lima) tahun;
c. Kartu garansi wajib diterbitkan oleh agen tunggal pemegang merk;
d. Mesin kapal perikanan harus lengkap dengan instrumen
pendukung seperti gearboxdan peralatan lain yang sesuai dengan
karakteristik, spesifikasi dan tipe mesin tersebut (mesin dan rasio
gearbox power harus sesuai dengan peraturan standard As, koker
danpropeller) dan melalui perhitungan oleh:
1) Konsultan perencana yang berlatar belakang sarjana teknik
perkapalan yang menghitung As/propeller agar kapal tersebut
dapat mencapai kecepatan dan kekuatan sesuai yang
dipersyaratkan dari setiap jenis alat penangkap ikan;
2) Pengadaan mesin kapal penangkap ikan harus disertai dengan
surat dukungan tertulis ketersediaan mesin kapal dari pabrik
atau agen tunggal (distributor) yang masa berlakunya minimal 10
tahun;
3) Untuk pembangkit listrik kapal penangkap ikan diwajibkan
menggunakan genset dan instalasi listrik marine used dalam
kondisi baru dan juga dapat digunakan untuk melayani
pengoperasian alat bantu penangkapan ikan (deck machinery);
4) Suhu udara di dalam ruang mesin/kamar mesin sesuai dengan
ketentuan;
5) Penentuan mesin utama juga wajib mempertimbangkan
kemudahan memperoleh suku cadang, teknisi perbaikan dan
perawatan mesin di lokasi nelayan calon penerima bantuan
kapal.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
21/43
4. Pengadaan dan Instalasi Perlengkapan Kapal
Pengadaan perlengkapan kapal wajib dilakukan berdasarkan
pertimbangan keselamatan pelayaran dalam keberhasilan operasi
penangkapan ikan. Identifikasi kebutuhan perlengkapan kapal dalam
rangka keselamatan pelayaran, baik jenis, persyaratan teknis maupun
jumlah, wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pelayaran misalnya seperti pompa layanan umum
(general service pump), peralatan pemadam kebakaran (fire
extinguisher), jaket pelampung (life jacket) dan lain-lain. Selanjutnya
perlengkapan kapal yang diperlukan untuk mendukung operasi
penangkapan ikan, disesuaikan dengan jenis alat penangkapan ikan
yang dipergunakan serta dilengkapi dengan VMS (Vessel Monitoring
System)sesuai dengan aturan yang berlaku.
5. Pengadaan dan Instalasi Peralatan Navigasi
Peralatan navigasi terdiri dari peralatan navigasi konvensional
dan modern (elektronik). Keputusan tentang penggunaan peralatan
navigasi, baik jenis dan spesifikasinya ditentukan oleh konsultan
perencana berdasarkan pertimbangan kebutuhan teknis yang
komprehensif dan harus diuraikan secara rinci dan jelas.
6. Pengadaan Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Pengadaan dan pembuatan konstruksi alat penangkapan ikan
meliputi identifikasi kebutuhan jenis dan desain alat penangkapan
ikan. Ruang lingkup desain alat penangkapan ikan setidak-tidaknya
meliputi ukuran, bahan dan spesifikasi sesuai peraturan perundang-
undangan yakni Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.02/MEN/2011, Permen KP.18/MEN/2013 dan Permen
KP.42/MEN/2014. Faktor teknis lainnya yang juga harus
dipertimbangkan adalah rasio ukuran kapal penangkap ikan dengan
alat tangkap yang dipergunakan, agar operasi penangkapan ikan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta berdasarkan potensi SDI yang
masih dapat dikembangkan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
22/43
7. Pengadaan dan Instalasi Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pengadaan dan instalasi alat bantu penangkapan ikan adalah
pengadaan dan instalasi alat yang digunakan untuk mengumpulkan
ikan dalam kegiatan penangkapan ikan berdasarkan pertimbangan
teknis pengoperasian alat penangkapan ikan. Identifikasi kebutuhan
alat bantu penangkapan ikan, baik jenis, persyaratan teknis maupun
jumlahnya harus mengacu pada teknik penangkapan ikan yang akan
dilakukan. Pada dasarnya, pengadaan alat bantu penangkapan ikan
ditujukan untuk meningkatkan efektifitas operasi penangkapan ikan.
8. Pengurusan Dokumen Kapal
Dokumen kapal terdiri dari (i) surat ukur; (ii) grosse akte/tanda
kepemilikan dan (iii) tanda kebangsaan kapal. Dokumen lain yang
perlu dilengkapi adalah sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal
penangkap ikan.
9. Pengurusan Dokumen Perizinan Usaha Penangkapan Ikan
Dokumen Perizinan Usaha Penangkapan Ikan terdiri dari Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
serta Buku Kapal Perikanan (BKP).
10. Uji Coba Berlayar (Sea Trial)
Uji coba berlayar (sea trial) wajib dilakukan sebelum kapal
diserah terimakan kepada calon penerima. Ruang lingkup uji coba
berlayar setidak-tidaknya mencakup pengujian terhadap stabilitas
kapal, kemampuan olah gerak kapal, kemampuan mesin utama dan
mesin bantu, peralatan navigasi baik konvensional maupun modern
(elektronik), pompa air, kompasseren dan lain-lain. Konsultan
perencana wajib membuat indikator pengujian (skor/nilai), untuk
memastikan bahwa kapal telah dibangun sesuai dengan desain
perencanaan. Dalam hal terdapat kebutuhan perbaikan berdasarkan
rekomendasi hasil uji coba berlayar, pihak kontraktor wajib
melakukannya tanpa tambahan biaya dan di bawah pemantauan
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
23/43
konsultan pengawas serta unit kerja yang bertanggung jawab di bidang
keselamatan pelayaran. Hasil uji coba berlayar harus dituangkan
dalam Berita Acara Uji Coba Berlayar (sea trial).
11. Pengiriman dari Galangan Kapal ke Lokasi Penerima
Biaya pengiriman kapal dari galangan ke lokasi calon penerima
wajib dicantumkan dalam penawaran. Biaya pengiriman setidak-
tidaknya meliputi biaya bahan bakar, logistik, jasa awak kapal dan
asuransi. Ruang lingkup asuransi meliputi asuransi kapal dan awak
kapal.
12. Uji Coba Penangkapan Ikan (Fishing Trial)
Fishing trial adalah uji coba penangkapan ikan pada saat kapal
tersebut baru diluncurkan setelah melakukan uji coba berlayar (sea
trial), dengan melakukan pemeriksaan fisik pada saat operasional
penangkapan yang menjadi petunjuk bahwa alat tangkap ikan, alat
bantu penangkapan ikan, perlengkapan navigasi penangkapan ikan
serta kelengkapan lainnya telah memenuhi persyaratan teknis
kelayakan penangkapan ikan dan dinilai telah menunjang aspek
keselamatan kapal serta awak kapalnya ditambah aspek penangkapan
yang dilakukan harus bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber
daya perikanan. Fishing trial dilaksanakan dilokasi penerima kapal
dengan melibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan dan KUB penerima
kapal.
13. Lain-lain
a. Konsultan perencana wajib melakukan estimasi perhitungan biaya
secara rinci untuk setiap pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
huruf (a) sampai huruf (g). Estimasi biaya tersebut sedapat
mungkin mempunyai data dukung yang dibutuhkan;
b. Untuk memastikan tingkat penerimaan nelayan calon penerima
bantuan, maka hasil rancang bangun kapal sedapat mungkin
mendapat endorsementdari nelayan calon penerima.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
24/43
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
A. Umum
Untuk mendukung peningkatan Program Ketahanan Pangan
Nasional, Satker Pusat (Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap
Ikan) dan Satker Daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota) membangun kapal penangkap ikan. Kapal
penangkap ikan yang dibangun berukuran di atas 30 GT dan di bawah 30
GT, dengan pembiayaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Reguler (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
B. Pra Pelaksanaan
1. Sosialisasi
Sosialisasi program pembangunan kapal penangkap ikan
merupakan kegiatan untuk memberikan/menyampaikan informasi
yang lengkap dan benar kepada seluruh pihak terkait termasuk calon
penerima bantuan sosial, yang dilakukan secara berjenjang gunameningkatkan efektifitas pelaksanaan pembangunan dan
pengoperasian kapal penangkap ikan, sehingga dapat mencapai target
6 (enam) tepat, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat
waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Tim Teknis melakukan
sosialisasi kepada KUB Nelayan atau Koperasi Nelayan calon penerima
bantuan kapal penangkap ikan.
Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan melalui bahan publikasi,
media cetak dan media elektronik serta melakukan pertemuan secara
langsung (rapat) dengan semua unsur pemangku kepentingan setidak-
tidaknya 1 (satu) kali sebelum kapal diserah terimakan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
25/43
2. Penentuan Kriteria Calon Penerima Bantuan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota
menyusun kriteria dan persyaratan calon penerima bantuan kapal
penangkap ikan. Sebagai acuan umum persyaratan calon penerima
bantuan adalah sebagai berikut :
a. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan dan/atau koperasi
nelayan yang telah terdaftar/teregistrasi dalam Data Base Sistem
Informasi Manajemen (SIM) Direktorat pengembangan Usaha
Penangkapan Ikan (Dit. PUPI), Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap dan atau memiliki Kartu Nelayan;
b. KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan direkomendasikan oleh
Dinas yang bertanggungjawab di bidang perikanan pada tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota di daerah yang bersangkutan;
c. KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan yang berdomisili tetap di
sentra nelayan dan memiliki keinginan yang kuat untuk
mengoperasikan kapal penangkap ikan sesuai fungsinya;
d. KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan memiliki kemauan dan
kemampuan untuk mengembangkan pola usaha penangkapan ikan
berbasis kelompok;
e. KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan penerima bantuan
diutamakan memiliki pengalaman dalam mengoperasikan kapal
penangkap ikan dan mampu serta cakap memanfaatkan dan
memelihara kapal penangkap ikan;
f. KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan dapat mengembangkan
pola kemitraan dengan pelaku usaha perikanan yang memiliki
modal dengan prinsip dasar kerjasama saling menguntungkan;
g. Bersedia mematuhi Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dinas yang berwenang di
bidang kelautan dan perikanan masing-masing daerah penerima.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
26/43
3. Waktu Penetapan KUB/Koperasi
Penetapan KUB/Koperasi penerima harus dilakukan sebelum
pengusulan anggaran dan paling lambat sebelum pelaksanaan tender.
4. Hak dan Kewajiban KUB/Koperasi
a. KUB/Koperasi berhak memilih jenis alat tangkap, bahan dan tipe
kapal, mesin kapal, dan perlengkapan lainnya sesuai dengan
anggaran yang tersedia dan dituangkan dalam berita acara serta
tidak melanggar aturan yang berlaku;
b. KUB/Koperasi membantu dalam penyiapan persyaratan
pengurusan dokumen-dokumen kapal;
c. KUB/Koperasi membantu dalam mengawasi proses pembangunan
kapal baru;
d. KUB/Koperasi dapat memeriksa spesifikasi teknis kapal bagi kapal
yang diadakan melalui pembelian kapal baru;
e. KUB/Koperasi wajib mengoperasionalkan kapal dengan
menggunakan ABK anggota KUB/Koperasi, dan dilarang
memperjualbelikan kapal, alat tangkap, beserta kelengkapan
lainnya;
f. KUB/Koperasi wajib memelihara, merawat kapal, alat tangkap, alat
bantu dan kelengkapan kapal lainnya, selama proses serah terima
maupun setelah diserah terimakan;
g. KUB/Koperasi wajib menyediakan biaya operasional baik melalui
kemampuan sendiri ataupun kerjasama/bermitra dengan pihak
lain;
h. KUB/Koperasi wajib melaporkan secara berkala hasil produksi dan
nilai hasil tangkapan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota;
i. KUB/Koperasi wajib mengembalikan kapal beserta alat tangkap
secara lengkap apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
berturut-turut tidak sanggup mengoperasikan kapal;
j. KUB/Koperasi wajib melakukan perpanjangan dokumen kapal
sesuai peraturan yang berlaku.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
27/43
5. Penentuan Kriteria Calon Lokasi Penerima Bantuan
Lokasi calon penerima bantuan kapal penangkap ikan dapat
ditentukan berdasarkan pertimbangan dan kriteria sebagai berikut:
a. Kepadatan nelayan;
b. Ketersediaan sumber daya ikan;
c. Dukungan pemerintah daerah;
d. Ada usulan daerah;
e. Ketersediaan pelabuhan dan/atau sentra nelayan yang dapat
digunakan untuk melayani tambat labuh kapal perikanan termasuk
kebutuhan lainnya.
6. Identifikasi dan Analisis Calon Penerima Bantuan
Berdasarkan kriteria dan persyaratan di atas, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan identifikasi dan
analisis calon penerima bantuan kapal dan menyampaikan hasil
identifikasi dan analisis kepada Tim Teknis.
7. Penjelasan Tujuan Program Pembangunan Kapal
Tim Teknis wajib menjelaskan tujuan program pembangunan
kapal penangkap ikan kepada calon penerima bantuan yang terseleksi,
untuk membangun persepsi dan pemahaman calon penerima bantuan
mengenai tujuan yang ingin dicapai program ini. Persepsi dan
pemahaman nelayan penerima merupakan faktor utama yang
mendukung pencapaian tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu,
aktivitas ini merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara
efektif, efisien dan berkelanjutan.
8. Bimbingan Teknis Calon Penerima
Ruang lingkup bimbingan teknis setidak-tidaknya mencakup
teknik penangkapan ikan, ilmu pelayaran, pengoperasian dan
perawatan kapal dan mesin, keselamatan di laut, penggunaan
peralatan navigasi dan perlengkapan kapal, dll. Untuk mewujudkan
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
28/43
pelatihan yang tersertifikasi, Tim Teknis wajib bekerjasama dengan
BPSDMKP, baik di pusat maupun di daerah.
9. Opsi Pengelolaan Usaha Penangkapan Ikan
Pada prinsipnya pilihan terhadap opsi pengelolaan usaha
penangkapan ikan dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya tujuan
program bantuan kapal penangkap ikan. Fleksibilitas dalam opsi
pengelolaan sangat penting, agar sesuai dengan praktek pengelolaan
yang telah lazim dilaksanakan oleh nelayan calon penerima bantuan.
Penentuan opsi pengelolaan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada
kebijakan pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Beberapa Opsi
Pengelolaan dibawah ini dapat dipertimbangkan :
a. Taksi Mina Bahari
Pola ini merupakan model pengelolaan yang dilakukan oleh KUB
dengan menyiapkan seperangkat operasional kapal mulai dari
kebutuhan BBM, lauk pauk, umpan dan segala sesuatunya
sehingga dengan demikian nelayan tinggal memakai,
mengoperasionalkan kapal tersebut dan hasilnya disetorkan ke
KUB dan nelayan yang mengoperasionalkan adalah anggota KUB.
b. Model KUB
Merupakan model pengelolaan yang melibatkan suatu kelompok
usaha yang melakukan kegiatan ekonomi di bidang perikanan
berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota
yang dilandasi oleh keinginan bersama, untuk dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan bersama.
c. Model Kemitraan Usaha
Merupakan model pengelolaan dengan melakukan perjanjian antara
dua pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk
melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset
dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama
menanggung resiko usaha tersebut.
d. Model pengelolaan lainnya sepanjang dapat diterima oleh semua
pihak termasuk nelayan calon penerima bantuan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
29/43
10. Penjelasan Mengenai Kewajiban Calon Penerima Bantuan
Tim Teknis harus menyampaikan secara jelas dan rinci
kewajiban yang harus dipenuhi oleh calon penerima bantuan kapal,
dan harus dapat dipastikan bahwa calon penerima tidak berkeberatan
untuk melaksanakan kewajiban yang diinginkan. Kewajiban dimaksud
setidak-tidaknya meliputi kesediaan menyediakan biaya operasional
usaha penangkapan ikan, pemeliharaan dan perawatan kapal,
termasuk kewajiban menyampaikan laporan hasil usaha penangkapan
ikan yang dilakukan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
11. Akses Keterlibatan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kapal
Untuk memastikan bahwa konstruksi kapal sesuai dengan
keinginan nelayan calon penerima bantuan, maka akses keterlibatan
calon penerima bantuan terhadap pelaksanaan pembangunan kapal
hendaknya dapat dibuka seluas-luasnya. Calon penerima bantuan
kapal dapat menyampaikan saran penyempurnaan pembangunan
kapal melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota
setempat, untuk selanjutnya dimintakan persetujuan kepada
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kapal perikanan dilaksanakan
melalui tahapan kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.
1. Persiapan
a. Pemerintah Pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
1) Menyusun Petunjuk Teknis;
2) Melakukan seleksi dan menetapkan lokasi dan jumlah kapal atas
dasar usulan daerah;
3) Melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
30/43
b. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
1) Menyusun dan menyampaikan proposal kegiatan kepada
Pemerintah Pusat;
2) Menyampaikan usulan calon lokasi dan calon penerima dari
Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan dan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi kepada pemerintah pusat;
3) Menetapkan calon penerima kapal perikanan;
4) Membuat petunjuk teknis (juknis) pembangunan, pengawasan
dan pengoperasionalan kapal perikanan.
5) Menyusun dan menetapkan TOR, RAB, spesifikasi teknis, desain
kapal perikanan dan alat penangkap ikan.
2. Pelaksanaan
a. Pemerintah Pusat
1) Menyerahkan kapal perikanan kepada Pemerintah Daerah;
2) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi;
3) Melaksanakan tender/lelang dan menetapkan pemenang
tender/lelang pembangunan kapal penangkap ikan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Melakukan uji coba (sea trialdan fishing trial) kapal penangkap
ikan.
b. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
1) Melaksanakan tender/lelang dan menetapkan pemenang
tender/lelang pembangunan kapal penangkap ikan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Menyampaikan lokasi galangan tempat pembangunan kapal
penangkap ikan dan tempat tambat labuh kapal;
3) Melakukan uji coba (sea trial dan fishing trial) kapal penangkap
ikan;
4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi.
5) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten Kota
melaksanakan pelatihan sesuai anggaran yang diberikan dari
Pusat.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
31/43
Tabel 1 : Jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan kapal
No Uraian Kegiatan
Bulan
Ke-
1
Ke-
2
Ke-
3
Ke-
4
Ke-
5
Ke-
6
Ke-
7
Ke-
8Ke-9
Ke-
10
1. Perencanaan
2.Pelelangan
konsultan
3.Penyiapan dok.
lelang
4. Pelaksanaan lelang
5. Pelaksanaankonstruksi
6. Pengurusan SIUP
7.
Pengurusan dok.
(SU, BK, GA, SIPI,
dll)
8.Sea and Fishing
Trial
9.Pengujian material
kapal
10. Serah terima kapal
3. Pasca Pelaksanaan Pembangunan Kapal
a. Pemerintah Pusat
Melakukan pembinaan, pemantauan, evaluasi pelaksanaan dan
operasional kapal perikanan.b. Pemerintah Daerah
1) Memberikan sanksi kepada penerima kapal apabila terjadi
pelanggaran/penyalahgunaan;
2) Memfasilitasi kemitraan usaha antara penerima kapal perikanan
dengan pihak lain;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
32/43
3) Memfasilitasi dukungan dana bagi pengembangan usaha
penerima kapal penangkap ikan;
4) Melakukan pemantauan dan evaluasi operasional kapal
perikanan;
5) Pembinaan penyusunan laporan secara berkala serta
menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap.
c. Administrasi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kapal penangkap ikan
dilaksanakan melalui administrasi kegiatan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
1) Pra Pembangunan Proyek Kapal
i. Jadwal pembangunan kapal penangkap ikan harus
mempertimbangkan waktu terbitnya DIPA;
ii. Surat pernyataan kesanggupan dari KUB Calon Penerima
Kapal, bahwa KUB tersebut Siap, Mampu dan Sanggup (SMS)
untuk mengoperasionalkan kapal dan apabila tidak
mengoperasionalkan sanggup mengembalikan kapal yang
diterimanya kepada Dinas setempat dalam kondisi lengkap
dan baik tanpa syarat apapun;
iii. Permintaan/usulan jenis alat tangkap, bahan dan tipe kapal,
mesin kapal dan perlengkapan lainnya dituangkan dalam
Berita Acara antara Dinas dengan KUB dan disesuaikan
dengan peraturan alat tangkap yang berlaku di WPP-NRI;
iv. Penetapan KUB Penerima ditetapkan oleh Bupati/Walikota
atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota;
v. Apabila daerah yang telah ditetapkan memperoleh alokasi
bantuan kapal menyatakan tidak Siap, tidak Mampu dan
tidak Sanggup menerima kapal tersebut, maka yang
bersangkutan harus menyampaikan Surat Pernyataan
Ketidaksanggupan secara tertulis bermaterai cukup kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan cq. Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
33/43
vi. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, dapat memindahkan
alokasi kapal-kapal sebagaimana disebut di poin (v) ke daerah
lain dengan pertimbangan dan usulan daerah yang lebih Siap,
Mampu dan Sanggup (SMS);
vii. Apabila dalam 6 (enam) bulan kapal yang sudah diserahkan
kepada KUB Penerima belum dioperasionalkan, maka dinas
dapat untuk memindahkan kepemilikan kapal tersebut pada
KUB penerima lain yang Siap, Mampu dan Sanggup (SMS).
2) Pelaksanaan Proyek Pembangunan Kapal
i. Pelaksanaan pembangunan kapal diawasi oleh Konsultan
Pengawas dan Tim Teknis yang dibentuk oleh Dirjen
Perikanan Tangkap;
ii. Tim Teknis minimal terdiri dari teknis perikanan dan teknis
perkapalan;
iii. Konsultan perencana harus ditunjuk terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan lelang yang bertugas mendesain maupun
membantu penyiapan dokumen lelang;
iv. Konsultan pengawas harus membuat laporan harian,
mingguan, bulanan dan laporan lainnya yang dianggap perlu;
v. Kontraktor pelaksana wajib melaksanakan kegiatan sesuai
spesifikasi yang dituangkan dalam kontrak;
vi. Setiap perubahan spesifikasi harus dituangkan dalam Berita
Acara;
vii. Sea Trialdilaksanakan di lokasi pembangunan kapal dengan
melibatkan KUB Calon Penerima;
viii. Biaya operasional diberikan dalam bentuk uang tunai untuk
dijadikan modal awal pengoperasionalan kapal serta
dilakukan oleh nelayan penerima;
ix. Kontraktor harus segera menyerahkan kapal hasil
pekerjaannya beserta kelengkapan dokumen lainnya kepada
pemberi kerja yang dituangkan dalam Berita Acara;
x. Dokumen Kapal (Grosse Akte, kebangsaan dan kelaikan
pengawakan) diselesaikan oleh pihak penerima pekerjaan;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
34/43
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
35/43
1. Konsultan Perencana
a. Memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi sarjana teknik perkapalan,
sarjana perikanan bidang penangkapan/manajemen sumber daya
ikan;
b. Wajib membuat desain kapal beserta alat tangkap;
c. Wajib menghadiri kegiatan penjelasan pekerjaan (aanwijzing)untuk
memberikan penjelasan teknis yang berkaitan dengan rancang
bangun kapal penangkap ikan;
d. Mengakomodir usulan KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan
calon penerima bantuan kapal, antara lain mengenai:
1) Tipe kapal;
2) Jenis alat penangkap ikan;
3) Mesin yang digunakan (wajib menggunakan marine engine);
4) Peralatan dan perlengkapan kapal;
5) Bahan material kapal (kayu danfibreglass);
6) Lain-lain.
2. Konsultan Pengawas
a. Memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi sarjana teknik perkapalan
berpengalaman mengawasi pembangunan kapal;
b. Melakukan pengawasan mulai dari peletakan lunas atau
pembuatan cetakan bagi kapal fibreglass sampai dengan uji coba
berlayar (sea trial);
c. Wajib menyampaikan laporan secara berkala mulai dari peletakan
lunas sampai uji coba berlayar (sea trial) dalam bentuk laporan dan
berita acara, untuk disampaikan kepada Gubernur,
Bupati/Walikota dan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap cq.
Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan.
F. Alokasi Waktu Pembangunan Kapal
Waktu Pembangunan Kapal Penangkap Ikan direkomendasikan
maksimal selama 6 (enam) bulan (tidak termasuk proses pelelangan)
dengan uraian pekerjaan dan alokasi waktu sebagaimana tabel 2 :
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
36/43
Tabel 2 : Uraian Pekerjaan dan Alokasi Waktu
NoUraian Kegiatan Bulan
Kayu FibreglasKe-1
Ke-2
Ke-3
Ke-4
Ke-5
Ke-6
1.
Persiapan pembangunan
kapal (pembuatanmould
loft/lantai gading)
Persiapan
pembangunan
kapal/pembuatan
mould
loft/cetakan
2.Peletakan lunas, linggi
haluan dan buritanKeel layering
3.Pemasangan gading-
gading, wrang dan galar
Layeringkulit
lambung, sekat,
geladak dan
pembuatan
rumah geladak
4.
Pemasangan kulit, papan
geladak, ruang mesin,
pondasi mesin, dan
rumah geladak
Pemasangan
mesin induk,
pengecatan,
instalasi mesin
utama kapal,
pemasangan alatbantu dan alat
tangkap ikan
5.
Pengecatan, instalasi
mesin utama kapal,
pembuatan instalasi
palka, pemasangan alat
Peluncuran,sea
trial and fishing
trial, dokumen
kapal dan serah
terima
6.
Peluncuran,sea and
fishing trial, dokumen
kapal, serah terima dan
monitoring
Evaluasi
operasional kapal
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
37/43
G. Pembangunan Kapal Perikanan Berbasis Kebutuhan
Kebijakan program pengadaan kapal perikanan, diharapkan tidak
menciptakan ketergantungan kepada pemerintah. KUB Nelayan dan/atau
Koperasi Nelayan sebagai penerima bantuan kapal diperbolehkan untuk
mengusulkan, menambah sarana/alat bantu penangkapan ikan. Dalam
hal usulan penambahan tidak dapat ditanggungjawab pihak pengusul. Hal
ini merupakan bentuk perubahan yang dilakukan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan agar nelayan dapat bertanggungjawab dan merasa
memiliki bantuan kapal tersebut.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
38/43
BAB V
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
A. Pengendalian
1. Indikator Kinerja
Indikator kinerja program pembangunan kapal penangkap ikan
ditentukan berdasarkan pencapaian 6 (enam) tepat yaitu tepat sasaran,
tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat
kualitas.
a. Tepat Sasaran
Kapal hanya diberikan kepada KUB dan/atau Koperasi Nelayan
yang memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditentukan.
b. Tepat Jumlah
Jumlah kapal yang dibangun dan disampaikan kepada KUB
dan/atau Koperasi Nelayan sesuai dengan rencana.
c. Tepat Harga
Harga kapal penangkap ikan termasuk alat penangkap ikan dalam
keadaan memenuhi kelayakan baik laik laut dan laik operasional
sesuai dan/atau di bawah harga perhitungan sendiri.
d. Tepat Waktu
Waktu pelaksanaan pembangunan hingga pengiriman dan serah
terima kapal kepada nelayan penerima sesuai dengan waktu dalam
perjanjian kontrak.
e. Tepat Administrasi
Terpenuhinya persyaratan administrasi kontrak secara benar,
lengkap dan tepat waktu.
f. Tepat Kualitas
Terpenuhinya persyaratan kualitas kapal dan alat penangkap ikan
serta kelengkapan lainnya sesuai spesifikasi teknis yang
ditentukan.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
39/43
2. Monitoring Dan Evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi program pembangunan kapal penangkap
ikan bertujuan untuk mengetahui ketepatan realisasi
pelaksanaan pembangunan kapal dan permasalahannya;
b. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh Tim
Teknis Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota;
c. Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
pembangunan kapal dilaksanakan secara periodik atau sesuai
dengan kebutuhan;
d. Hasil monitoring dan evaluasi dianalisis secara berjenjang dalam
rapat Tim Teknis Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan lingkup dan bobot
permasalahannya untuk ditindaklanjuti, serta sebagai bahan dalam
penyempurnaan program;
e. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan metode kunjungan
lapangan, rapat koordinasi dan pelaporan.
3. Pengawasan
Pengawasan pelaksanaan program pembangunan kapal dan
penyalurannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap bersama-sama dengan Inspektorat Jenderal Kementerian
Kelautan Dan Perikanan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
B. Pelaporan
1. Pelaksanaan Pembangunan Kapal
a. Tim Teknis Pusat wajib menyampaikan laporan akhir realisasi
pelaksanaan program pembangunan kapal penangkap ikan tahun
2015 di seluruh Indonesia kepada Direktur Jenderal Perikanan
Tangkap;
b. Secara internal, Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap
Ikan melaporkan setiap bulan, realisasi pelaksanaan pembangunan
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
40/43
kapal penangkap ikan tahun 2015 di seluruh Indonesia kepada
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap;
c. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap melaporkan setiap bulan,
realisasi pelaksanaan program pembangunan kapal perikanan
tahun 2015 di seluruh Indonesia kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan.
2. Pasca Pembangunan Kapal
a. Tim Teknis Pusat wajib menyampaikan laporan akhir hasil usaha
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan penerima bantuan
kapal penangkap ikan tahun 2015 di seluruh Indonesia kepada
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap berpedoman pada laporan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Secara internal, Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap
Ikan melaporkan setiap bulan, realisasi hasil usaha penangkapan
ikan yang dilakukan oleh nelayan penerima bantuan kapal
perikanan di seluruh Indonesia kepada Direktur Jenderal Perikanan
Tangkap.
c. Direktur Janderal Perikanan Tangkap melaporakan setiap bulan,
hasil usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan
penerima bantuan kapal penangkap ikan tahun 2015 di seluruh
Indonesia kepada Menteri Kelautan dan Perikanan.
C. Pengaduan Masyarakat
1. Unit Pengaduaan Masyarakat (UPM) merupakan bagian dari Tim Teknis
Pusat di bawah koordinasi Direktorat Kapal Perikanan dan Alat
Penangkap Ikan Cq. Subdit Pemantauan dan Evaluasi dengan Hotline:
021-3520726 dan E-mail:: pantasikapi@gmail.com dan
rbkkp_kapi@yahoo.com;
2. Pengelola UPM bertugas menerima, menyelesaikan, menyampaikan
pengaduan masyarakat kepada pihak terkait;
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
41/43
3. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan program pembangunan
kapal penangkap ikan dapat disampaikan secara langsung kepada UPM
Pusat.
D. Antisipasi Gagal Operasional
1. Dalam hal terdapat satu atau beberapa daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) yang telah ditetapkan memperoleh alokasi bantuan
kapal perikanan menyatakan tidak Siap, tidak Mampu dan tidak
Sanggup menerima dan menyalurkan bantuan tesebut, maka daerah
dimaksud diwajibkan menyampaikan Surat Pernyataan
Ketidaksanggupan secara tertulis bermaterai cukup yang ditujukan
kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Cq. Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap.
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, dapat memindahkan alokasi
bantuan Kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud pada poin (1),
ke daerah lain dengan pertimbangan dan usulan yang disampaikan
oleh daerah lebih Siap, Mampu dan Sanggup (SMS).
3. Dalam hal kapal penangkap ikan dan alat penangkap ikan serta
kelengkapan lainnya (kapal dalam keadaan siap operasi) telah diserah
terimakan kepada KUB Nelayan atau Koperasi Nelayan namun belum
dioperasikan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima, maka
pemerintah dapat memindahtangankan kepemilikan kapal dimaksud
kepada KUB Nelayan atau Koperasi Nelayan lainnya yang Siap, Mampu
dan Sanggup (SMS) dengan ketentuan:
a. Berdasarkan rekomendasi Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota, Bupati/walikota Cq Kepala Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggungjawab di bidang Kelautan dan
Perikanan Kabupaten/Kota dapat memindahtangankan
kepemilikan kapal tersebut kepada KUB Nelayan dan/atau Koperasi
Nelayan yang berdomisili di wilayah administrasi Kabupaten/Kota
yang bersangkutan.
b. Dalam hal kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
bertanggungjawab di bidang Kelautan dan Perikanan
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
42/43
Kabupaten/Kota gagal memindahtangankan kepemilikan kapal
tersebut kepada KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan yang
berdomisili di wilayah administrasi Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, maka Gubernur Cq Kepala Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang bertanggungjawab di bidang Kelautan dan
Perikanan Provinsi dapat memindahtangankan kepemilikan kapal
tersebut kepada KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan yang
berdomisili diwilayah administrasi Provinsi yang bersangkutan,
tanpa memberikan kompensasi dan/atau ganti rugi kepada
Kabupaten dan/atau Kota.
c. Dalam hal Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
bertanggungjawab di bidang Kelautan dan Perikanan provinsi tidak
dapat memindahtangankan kepemilikan kapal tersebut kepada
KUB Nelayan dan/atau Koperasi Nelayan yang berdomisili
diwilayah administrasi Provinsi yang bersangkutan, Direktur
Jenderal Perikanan Tangkap dapat memindahtangankan
kepemilikan kapal tersebut kepada KUB Nelayan dan/atau Koperasi
Nelayan yang berdomisili di seluruh Indonesia.
7/25/2019 Juknis Pembangunan Kapal Tahun 2015.pdf
43/43