Post on 12-Jul-2016
description
Jemima’s Dream A Short Story by Devita
Seorang gadis cantik chinese berusia 22 tahun dengan badan proposional sedang
tersenyum sendiri di dalam busway, dimana penumpang lainnya nampak cemberut dan
menggerutu karena kemacetan Jakarta. Gadis itu Jemima, setiap orang yang melihat dia
pasti terpesona oleh kecantikannya. Hari ini merupakan pengumuman penerimaan karyawan
salah satu perusahaan minyak bergengsi di dunia. Jemima sangat optimis sekali secara
akademik dan skill dia mampu bahkan tes IQ yang pernah dia lakukan menunjukkan hasil
diatas rata –rata. Setelah sampai diperusahaan itu, resepsionis mempersilahkan dia untuk
menunggu diruangan yang sudah dipersiapkan. Ada 10 orang termasuk Jemima yang sedang
menantikan pengumuman tersebut dan dia mendapatkan urutan terakhir.
Saatnya dia tiba, Jemima melangkah masuk ruangan nampaklah seorang laki-laki
yang berpakaian dokter dan didampingi dua orang pemberi kerja. Dokter itu masih muda
kira-kira berumur 30an dan Jemima sudah kenal dengan dua orang pemberi kerja yang
sebelumnya mewawancarainya.
“Kami sangat terkesima dengan hasil tes yang anda jalani bahkan sangat melebihi
ekspetasi kami.” Jemima sangat senang sekali dan yakin pasti dia akan bergabung dengan
Perusahaan ini.
“Tapi…maaf anda belum bisa bergabung dengan kami. Besar harapan kami terhadap
anda tetapi hasil medical check up menyatakan anda tidak bisa bekerja di perusahaan kami.”
Tubuh Jemima langsung lemas, sudah dilambungkan angannya sampai langit tetapi
dijatuhkan pula ke jurang.
“Maaf..Pak, saya tidak pernah sakit apa-apa. Selama ini saya sehat-sehat saja.”
Jemima penasaran dengan hasil medical check up yang telah dia jalani.
“Begini…biar Dokter yang menjelaskan secara detail. Kami pamit dulu karena masih
ada meeting. Kamu masih muda dan tetap semangat ya.” Pemberi kerjapun memberikan
jabatan tangan dan pergi meninggalkan Jemima berdua dengan Dokter.
“Jadi Nona Jemima, Perkenalkan saya dokter Stefan. Saya yang bertanggung jawab
atas proses medical check up calon karyawan disini. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa
ada virus hepatitis B dalam darah anda.” Air mata mulai berjatuhan dari kedua sudut mata
Jemima.
“Tidak dok.” Jemima mengebrak meja dengan mata yang sudah dipenuhi airmata.
“Tidak mungkin…tidak…” Jerit histeris pun menggema diruangan itu, penyakit
inilah yang dulu merenggut kakek tercintanya. Seketika lutut Jemima lemas, shock, dan
matanya menggelap.
Jemima merasa ada bau menyengat yang dekat dengan hidungnya. Kedua matanya
terbuka dan mendapati dirinya berada diruangan putih.
“Sudah sadar…kamu ada diklinik perusahaan, Ini minum dulu teh hangatnya.”
Dokter Stefan membantu Jemima bersandar pada bed. Jemima meminum dengan
memperhatikan dengan cermat ruangan ini dan juga memperhatikan wajah dokter Stefan.
dokter Stefan pun membalas tatapan Jemima.
“Oiya karena asisten saya sedang cuti makanya saya tungguin kamu sampai siuman,
untung praktek saya dirumah sedang libur. Ini sudah mau magrib, kamu pingsan lama sekali
ya. Kalau boleh tau, apakah ada riwayat hepatitis B dalam keluarga kamu?”
“Mungkin dok, setau saya kakek meninggal karena sirosis hati. Apakah sama dok?”
“Sirosis muncul sebagai akibat dari penyakit hepatitis B, C, D, autoimun, pola hidup
yang konsumtif terhadap alcohol, lemak pada hati, dan penyebab lainnya. Kalau kakek kamu
mempunyai pola hidup sehat, sepertinya beliau terkena hepatitis juga.”
“Jadi dok, saya segera mati ya? Saya masih muda dan ingin mengapai impian saya”
Jemima meremas seprei dan menangis lagi. Jemima tidak bisa menerima keadaanya seperti
ini. Impiannya bekerja di Perusahaan Minyak kandas.
“Tenanglah, sudah ada obat untuk hepatitis yang kamu derita. Masih banyak jalan
lain untuk kamu berkarya asal kamu jangan terlalu kecapekan. Kebetulan saya kenal dokter
yang ahli hepatitis. Besok saya masih cuti, saya bisa antar kamu.”
Jemima menatap takjub dokter Stefan, seakan tidak percaya dengan apa yang
didengarnya. Bukan masalah kesembuhannya tetapi tawaran dokter Stefan yang mau
mengantar dia untuk berobat.
“Yuk, kita pulang sudah semakin malam. Saya antar kamu pulang ya. Rumah kamu
dimana.”
“Saya di daerah Slipi dok.” Jemima tampak berpikir dokter Stefan baik sekali.
“Kebetulan searah dengan rumah saya. Mari…”
Mereka berdua pun keluar dari klinik Perusahaan dan melanjutkan perjalanan ke
rumah.
“Oiya panggil aku, Stefan dan jangan formal kita masih seumuran. Aku tau
bagaimana perasaan kamu, Perusahaan itu merupakan idaman setiap orang. Aku sudah
bertemu banyak orang yang menderita hepatitis dengan berbagai macam penyebab.
Beberapa dari mereka adalah anak muda dengan usia produktif seperti kamu. Banyak yang
tidak bisa menerima kenyataan dan bahkan ada yang sampai depresi karena merasa hidupnya
sudah tidak berguna. Kami dokter hanya membantu semaksimal mungkin, selebihnya adalah
kuasa Tuhan. Aku sudah 5 tahun melakukan pelayanan di Yayasan Hati Indonesia. Kami
melakukan banyak kegiatan bersama para penderita hepatitis. Kami juga memberikan
seminar motivasi secara rutin untuk para penderita hepatitis agar mereka selalu semangat
menjalani hidup dan bisa mengapai impian mereka. Kamu adalah satu dari banyak kaum
muda yang menderita penyakit hepatitis. Kamu jangan menyerah dan meratapi nasib, masih
banyak jalan lain untuk kamu berkarya misalnya bekerja di kantor atau menjadi pendidik.
Aku ingin kamu tetap mengapai mimpimu setinggi – tingginya. Lakukan hal terbaik dalam
hidupmu selama kamu masih hidup. Kamu masih bisa hidup normal, menikah dan punya
anak asal kamu konsultasi dan dalam pengawasan dokter”
Jemima mendengarkan dengan seksama penjelasan Stefan. Hati Jemima berdesir
karena Stefan perhatian sekali dengan dia. Pikiran Jemima terbuka, ketakutan dan
kekecewaannya hari ini sedikit berkurang karena seorang Stefan.
”’Jadi Stef, apakah aku bisa sembuh?”
“Hepatitis yang kamu derita itu sudah ada obatnya tetapi kesembuhan tergantung dari
daya tahan tubuh kamu juga. Jadi kamu memulai pola hidup sehat.”
“Ehm….nah itu terkadang masih sulit buat aku. Oiya Stef, sepertinya aku tertarik
untuk bergabung dengan Yayasan Hati Indonesia.”
“Sangat boleh sekali, kebetulan kami akan ada acara pemberian vaksin hepatitis
gratis ke salah satu pantin asuhan di Puri. Nanti, kamu bisa dibagian acara, kami kekurangan
personil karena bertepatan adanya gathering penderita hepatitis se-Indonesia.”
“Oiya, tolong masukkan nomor handphone kamu.”Stefan menyerahkan
handphonenya dan Jemima mulai mengetikkan nomor handphonenya.
“Tolong sekalian dicoba telepon ke nomor kamu. Jadi kamu kapanpun bisa
menghubungi aku.” Stefan tersenyum pada Jemima dan lagi – lagi Jemima merasa hatinya
berdesir. Jemima pun menuruti permintaan Stefan.
Sampailah mereka di depan rumah Jemima, Stefan langsung pamit karena sudah larut
malam. Jemima tidak akan pernah sama lagi, dia harus berjuang sembuh demi impiannya.
Walaupun dia tidak diterima kerja hari ini, tetapi Jemima bersyukur karena mengetahui lebih
awal penyakit yang dia derita dan ada Stefan dalam kehidupan barunya. Jemima tersenyum
dan percaya adanya sesuatu yang indah dibalik kekecewaannya hari ini.