Post on 21-May-2017
ISOLASI SOSIAL MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh : Ananda putry 044.143.11.00 Deski Rismawan 044.143.11.004 Fitri Susilowati 044.143.11.006 Irma Rahmadaniah 044.143.11.008
AKADEMI KEPERAWATAN KEBONJATI BANDUNG2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Jiwa yang merupakan salah satu persyaratan akademik. Dalam penyusunan tugas kami berusaha semaksimal mungkin namun kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, dan kami menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Bandung, 16 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...DAFTAR ISI………………………….………………………………………..BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang…………………………………………………....
B. Identifikasi Masalah………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………….
BAB II : ISI1. ISOLASI SOSIAL a. Pengertian………………………………………………………..b. Etiologi Isolasi Sosial……………………………………………c. Faktor predisposisi Isolasi Sosial………………………………..
d. Faktor prespitasi Isolasi Sosial………………………………….e. Tanda dan gejala Isolasi Sosial…………………………………. f. Rentang Respon Isolasi Sosial………………………………….
g. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial…………………………….BAB III : PENUTUP
A. Simpulan dan Saran…………………………………………...DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gagasan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan
perilaku maladaptive da mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagai rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagai pengalaman.
Isolasi sosial adalah salah satu gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Maka dari itu perlu kita ketahui lebih dalam tentang apa itu
gangguan jiwa pada isolasi sosial, dan bagaimana penanganannya.
B. Identifikasi Masalah
1.) Definisi isolasi sosial2.) Apa etiologi isolasi sosial3.) Apa itu faktor predisposisi isolasi sosial4.) Apa itu faktor presipitasi5.) Apa itu tanda dan gejala isolasi sosial6.) Bagaimana rentang respon isolasi sosial7.) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial
C. Tujuan Penyusunan Makalah Adapun maksud dari penyusunan makalah ini agar kita dapat mengetahui apa itu isolasi sosial. Adapun kegunaan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Diharapkan dapat berguna bagi penulis sendiri dan bermanfaat serta menjadi pedoman bagi penulis lain yang berminat menyusun makalah dengan tema yang sama.
2) Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan khususnya bagi mata kuliah terkait.
BAB II
ISI
1.Asuhan keperawatan Isolasi Sosial
a. Pengertian
- Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gagasan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan
perilaku maladaptive da mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
- Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagai rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagai pengalaman.
- Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel, tingkat maladaptive, dan mengganggu fungsi individu
dalam hubungan sosialnya.
- Menurut Townsend (1998), kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana
seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak
efektif. Klien yang mengalamai kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada menarik diri.
- Menurut Rawlins, 1993 dikutip Keliat (2001), menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
b. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh factor presdiposisi diantaranya perkembangan
dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya
pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar diri dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
c. Faktor Predisposisi
1. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tahapan perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal
perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawaan jenis
atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang
tua dan teman mencari pasangan menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah di lalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2009)
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Ganguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi
sehingga menimbulkan ketidakjelasan (Double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar krluarga.
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di sebabkan oleh norma-
norma yang salah dianut oleh keluarga, diamana setiap anggota keluarga yang tidak produktif
seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perhubungan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
d. Faktor Presipitasi
terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat di timbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat di kelompokan sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya seperti keluarga.
2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress terjadi akibat anxietas atau kecemasan yang
berkepanjangan dan terjadinya bersama dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Anxietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
e. Tanda dan gejala
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
5. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
6. Mengekpresikan penolakan atau kesepian terhadap orang lain
7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
8. Menggunakan kata-kata simbolik
9. Menggunakan kata yang tidak berarti
10. Kontak mata kurang
11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam diri
f. Rentang respon
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam
batas normal ketika menyelesaikan masalah. Sikap yang termasuk dalam respon adaptif
antara lain : menyendiri/respon dalam merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan
sosialnya, otonomi/kemampuan dalam menentukan dan menyampaikan ide dan pikiran serta
perasaan, bekerja sama/kemampuan saling membutuhkan, dan interdependen/saling
ketergantungan dalam hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Yang termasuk perilaku respon maladaptif antara lain : Menarik diri
(mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain),
ketergantungan (gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang
lain), manipulasi (mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam), dan curiga (gagal mengembangkan rasa
percaya terhadap orang lain).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
Rencana tindakan keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Pasien mampu :
Menyadari
penyebab
isolasi sosial
Berinteraksi
dengan orang
lain
Setelah ... x pertemuan,
pasien mampu :
Membina hubungan
saling percaya
Menyaadari penyebab
isolasi sosial,
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
Melakukan interaksi
dengan orang lain
secara bertahap
SP 1
Identifikasi penyebab
Siapa yang satu
rumah dengan
pasien
Siapa yang dekat
dengan pasien
Siapa yang tidak
dekat dengan pasien
Tanyakan
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
Tanyakan pendapat
pasien tentang
kebiasaan
berinteraksi dengan
orang lain
Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin
berinteraksi dengan
orang lain
Diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka
Diskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul dengan
orang lain
Jelaskan pengaruh
isolasi sosial
terhadap kesehatan
fisik pasien .
Latih berkenalan :
Jelaskan kepada
klien cara
berinteaksi dengan
orang lain
Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
Beri kesempatan
pasien
mempraktekan cara
berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat
Mulailah bantu
pasien berinteraksi
dengan satu orang
teman / anggota
keluarga
Bila pasien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,
3, 4 orang dan
seterusnya
Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh
pasien
Siap mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar pasien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya
Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu ( SP 1)
Latih berhubungan
dengan sosial secara
bertahap
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan
yang lalu ( SP 2 )
Latih cara
berkenalan dengan 2
orang atau lebih
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu
merawat pasien
dengan isolasi sosial
dirumah
Setelah . . . x pertemuan,
keluarga mampu menjelaskan
tentang :
Masalah isolasi sosial
dan dampaknya pada
pasien
Penyebab isolasi
sosial
Sikap keluarga untuk
membantu pasien
mengatasiisolasi
sosialnya
Pengobatan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus obat
SP 1
Identifikasi masalah
yang dihadapi dalam
merawat pasien
Penjelasan isolasi
sosial
Cara merawat pasien
isolasi sosial
Latih ( simulasi )
RTL kelaurga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi
pasien
SP 2
Evaluasi
kemampuan SP 1\
Latih ( langsung ke
pasien )
RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 3
Evaluasi
kemampuan SP 1
Latih ( langsung ke
pasien )
RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 4
Evaluasi
kemampuaan
keluarga
Evaluasi
kemampuan pasien
Rencana tindak
lanjut keluarga
Follow
up
rujukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan kontrol
ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya guna
memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapa membantu
proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A .2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha medika : Yogyakarta
Kusumawati, farida, 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika : Jakarta
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan jiwa , Refrika Aditama : Bandung
Dalami,Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cv.Trans info
Media: Jakarta
http://margakuciptaaskepjiwaisos.blogspot.com/