Post on 03-Jun-2018
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
1/59
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
2/59
ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG
TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
SKRIPSI
IRA FLORA PURBA
070802038
DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
3/59
PERSETUJUAN
Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI
KULITBATANG TUMBUHAN JATI (Tectona
GrandisL.f)
Kategori : SKRIPSI
Nama : IRA FLORA PURBA
Nomor Induk Mahasiswa : 070802038
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Disetujui di
Medan, April 2012
Komisi Pembimbing :
Pembimbing II : Pembimbing I :
Drs. Johannes Simorangkir, M.S Drs. Philippus H. Siregar,M.Si
NIP. 195307141980031004 NIP. 195805041986011002
Diketahui/Disetujui olehDepartemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr.Rumondang Bulan Nst., MS
NIP: 195408301985032001
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
4/59
PERNYATAAN
ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN
JATI (Tectona Grandis L.f)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, April 2012
IRA FLORA PURBA
070802038
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
5/59
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan MahaPenyayang, dengan limpah dan kurnia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Drs.Philippus H.Siregar, M.Si.
dan Drs. Johannes Simorangkir, M.S. selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi
ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen
Dr.Rumondang Bulan Nst., MS dan Drs.Albert Pasaribu, Dekan dan Pembantu Dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara,
Kepada Drs.Firman Sebayang selaku Dosen Wali saya, Ibu Sovia Lenny, S.Si, M,Siselaku dosen penguji, Dosen Kimia Organik Bahan Alam, semua dosen pada
Departemen Kimia FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU. Terimakasih kepada
Tulang Best, Tulang Ronald, KDewi, Kcilo, Ricardo, Ksepri, Abg.Mars, Abg.Ferry,
Haryadi, Ivan, Grand, Best Avesta (FLOW), Samuel, Mutiara. Terimakasih kepada
seluruh civitas GMKI Cab.Medan terkhusus kepada omisariat FMPA USU, seluruh
civitas PEMA FMIPA USU, dan kepada seluruh AKK dan staf Perkantas Medan.
Akhirnya, tidak terlupakan kepada orangtua saya, Ibu Maya Surni Silalahi, Bapak
St.K.Dj.Purba, Manna Silalahi. Kepada kakak dan abg saya, Romilly Purba, S.KM,
Syahdewan Purba, ST, Evi Kurnia purba, Amk, Donna Pitta Mutiara Purba, Amg,
Irma Surni Purba, S.Si, Redywan James Purba S,Psi. Kepada bg.Jhonsen Sitio,
bg.Candra Sirait, bg.S.Manabung Sihite, kk Hutajulu. Kepada seluruh keponakan
saya Nathanael, Natasya, Grace, Ella, Esther, Silvi, Glen, Eunice dan semua keluarga
yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan kepada saya. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberkati kita semua.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
6/59
ABSTRAK
Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada kulit batang tunbuhan jati (Tectona
Grandis L.f) dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol.
Fraksi metanol diuapkan lalu dilarutkan kembali dengan etil asetat kemudian
dipekatkan dan diuapkan. Fraksi etil asetat dilarutkan dengan metanol dan diekstraksi
partisi dengan n-heksan. Lapisan metanol dipisahkan dengan kolom kromatografi
dengan fase diam silika gel dan berturut-turut dengan fasa gerak campuran n-heksana :
etil asetat 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v. Senyawa murni yang diperoleh berbentuk
jarum, berwarna kuning, massa 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177 C. Kristal
tersebut juga bereaksi positif terhadap pereaksi-pereaksi senyawa flavonoida. Hasil
identifikasi Spektrofotometri FT IR dan H NMR menunjukkan bahwa kristalmerupakan senyawa flavonoida golongan flavanon.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
7/59
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
8/59
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Lampiran ix
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Lokasi Penelitian 3
1.6. Metodologi Penelitian 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka 4
2.1. TumbuhanJati 4
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Jati 4
2.1.2. Sistematika Tumbuhan Jati 5
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Jati 5
2.2. Senyawa Organik Bahan Alam 5
2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimiawi 6
2.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologis 7
2.2.3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi 8
2.2.4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis 9
2.3. Senyawa Flavonoida 10
2.3.1. Struktur Dasar Senyawa Flavonoida 122.3.2. Klasifikasi Senyawa Flavonoida 13
2.2.3. Metode Isolasi Senyawa Flavonoida 19
2.2.4. Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida 21
2.4. Teknik Pemisahan 23
2.4.1. Kromatografi 23
2.4.1.1. Kromatografi Lapis Tipis 24
2.4.1.2. Kromatografi Kolom 25
2.4.1.3. Harga Rf (Reterdation Factor) 25
2.4.2. Ekstraksi 26
2.5. Teknik Spektroskopi 26
2.5.1 Spektrofotometri Ultra-Violet 272.6.1. Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR ) 28
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
9/59
2.6.2.Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton(Nucleic Magnetic Resonance Proton/1H-NMR ) 29
Bab 3 Bahan dan Metodologi Penelitian 31
3.1. Alat-Alat 313.2. Bahan 32
3.3. Prosedur Penelitian 32
3.3.1. Penyediaan Sampel 32
3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Kulit Batang Jati 32
3.3.2.1. Uji Busa 33
3.3.2.2. Uji Skrining Fitokimia 33
3.3.2.3. Analisi Kromatografi Lapis Tipis 34
3.3.3. Prosedur Memperoleh Ekstrak Pekat Lapisan Metanol
dari Kulit Batang Jati (Tectona GrandisL.f) 34
3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom 35
3.3.5. Pemurnian 363.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) 36
3.3.7. Penentuan Titik Lebur 36
3.3.8. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi 37
3.3.8.1. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Visible 37
3.3.8.2. Identifikasi dengan Spektrometer Resonansi
Magnetik Inti Proton(1H-NMR) 37
3.3.8.3. Identifikasi dengan Spektrofotometer Infra Merah
(FT-IR) 37
3.4. Bagan Skrining Fitokimia 38
3.5. Bagan Penelitian 39
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 40
4.1. Hasil Penelitian 40
4.2. Pembahasan 42
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 44
5.1. Kesimpulan 44
5.2. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45LAMPIRAN 47
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
10/59
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Determinasi Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 48
Lampiran B. Gambar Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 49
Lampiran C. Kromatogram Lapisan Tipis Ekstrak Pekat Lapisan
Metanol Tumbuhan Jati (Tectona GrandisL.f) 50
Lampiran D. Spektrum UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 51
Lampiran E. Spektrum FT - IR Senyawa Hasil Isolasi 52
Lampiran F. Spektrum1
H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 53Lampiran G. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 54
Lampiran H. Spektrum Ekspansi1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 55
Lampiran I. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 56
Lampiran J. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 57
Lampiran K. Spektrum Ekspansi 1H - NMR Senyawa Hasil Isolasi 58
Lampiran L. Spektrum 1H - NMR Pembanding 59
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
11/59
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Golongan-golongan Flavonoida menurut Harbone 20
Tabel 2. Rentang Serapan Spektrum UV-Visible Golongan Flavonoida 29
Tabel 3. Gugus Fungsi dan Pita Serapan Hasil Analisi FT-IR senyawa
Hasil Isolasi 43
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
12/59
ABSTRAK
Isolasi senyawa flavonoida yang terdapat pada kulit batang tunbuhan jati (Tectona
Grandis L.f) dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol.
Fraksi metanol diuapkan lalu dilarutkan kembali dengan etil asetat kemudian
dipekatkan dan diuapkan. Fraksi etil asetat dilarutkan dengan metanol dan diekstraksi
partisi dengan n-heksan. Lapisan metanol dipisahkan dengan kolom kromatografi
dengan fase diam silika gel dan berturut-turut dengan fasa gerak campuran n-heksana :
etil asetat 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v. Senyawa murni yang diperoleh berbentuk
jarum, berwarna kuning, massa 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177 C. Kristal
tersebut juga bereaksi positif terhadap pereaksi-pereaksi senyawa flavonoida. Hasil
identifikasi Spektrofotometri FT IR dan H NMR menunjukkan bahwa kristalmerupakan senyawa flavonoida golongan flavanon.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
13/59
THE ISOLATION OF FLAVONOID FROM THE STEM OF HARDWOOD TREE
( Tectona GrandisL.f)
ABSTRACT
The isolation of flavonoid compound which contained in the stem of hardwood tree
(Tectona Grandis L.f) was done by maceration technique with methanol solvent.
Methanol fraction was evaporated, dissolved with ethyl acetate and concentrated.
Ethyl acetate fraction was dissolved with methanol and partitioned with n-hexane.Methanol layer was separated using Column Chromatography with silica gel as the
stationary phase and n-hexane : ethyl actate 80:20 v/v, 70:30 v/v, 60:40 v/v as the
mobile phase. The pure compound is needle shape, yellow, mass 18 mg, Rf=0,38 , and
its melting point 175-177 C. The crystal was further identified by Spectroscopy UV-
Visible, FT-IR and 1H NMR. Based on Spectroscopy analysis show that the crystal
is flavonoid (flavanon).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
14/59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Flavonoida merupakan senyawa yang memberikan warna menyolok pada bunga dan
buah-buahan. Flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada
tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapatmenolak sejenis ulat tertentu. (Sastrohamidjojo, 1996).
Jati merupakan jenis tanaman komersial yang telah lama dibudidayakan di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kelebihan jati terletak pada keawetan, kekuatan
dan tekstur yang indah, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Kayu jati dapat
dimanfaatkan untuk konstruksi berat, kayu bangunan, bantalan rel kereta, kapal, peti,
mebel dan lain-lain. Selain itu, kayu jati juga sangat bagus untuk kayu bakar karena
memiliki panas yang tinggi, yaitu 5000 kalori. (Sumarna Y, 2011).
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui,
antara lain : pada kulit terdapat asam, pada daun, buah, biji terdapat zat pahit, glikose,
lemak, triterpen, sterol, alkaloid, flavonoid, tannin, karbohidrat.
Tanaman jati merupakan jenis tanaman kayu yang banyak dibudidayakan
karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Jati biasa digunakan untuk
rehabilitasi lahan kritis dan umumnya mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid
diketahui berpotensi sebagai antioksidan dan mengurangi aktivitas radikal bebas.
Pada tahun 2000 S. Maulana telah berhasil mengisolasi tumbuhan jati dan
mendapat hasil bahwa zat utama yang terkandung dari seluruh bagian tanaman jati
adalah tanin dan musilago. Dari daun tumbuhan didapat, resin, flavonoid, karotenoid,
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
15/59
asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen serta karbohidrat dan minyak
lemak.
Manfaat tanaman jati belanda dalam bentuk tunggal antara lain: Biji :
menghentikan diare, pelangsing, obat penyembelit, perut kembung, sesak, sakit perut.
Kulit dalam : astringen, diaforetik, serta elephantiasis (kaki gajah). Buah : untuk obat
batuk, diare, sebagai sedapan, melarutkan lendir/obat batuk berdahak, perut kembung.
Daun : pelangsing tubuh. Kulit batang: tonikum, obat penyakit lepra dan herpes.
Dalam perkembangannya, daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk
mengatasi penyakit kolesterol dan rematik. (Maulana S, 2000)
Dari uraian di atas dan berdasarkan literatur mengenai kandungan kimia yang
terdapat pada kulit batang tumbuhan jati, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
terhadap kulit batang tumbuhan jati, khususnya mengenai senyawa flavonoida yang
terkandung di dalamnya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengisolasi senyawa
flavonoida yang terdapat dalam kulit batang tumbuhan jati. (Tectona Grandis L.f).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit
batang tumbuhan jati (Tectona G. L.f).
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada
bidang kimia bahan alam hayati dan farmasi dalam pengembangan ilmu kimia
flavonoida yang terkandung dalam kulit batang tumbuhan jati (Tectona G. L.f).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
16/59
1.5 Lokasi Penelitian
Sampel yang digunakan diperoleh dari jalan Sei silau kecamatan Medan Baru.
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA, Universitas
Sumatera Utara. Analisis Spektrofotometri UV-Visible, spektrofotometri Infra Merah
(FT-IR), dan spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dilakukan di
Pusat Penelitian Kimia - LIPI, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang.
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap kulit batang
tumbuhan jati berupa serbuk halus yang kering sebanyak 2000 gram. Tahap awal
dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa flavonoida, yaitu dengan
menggunakan pereaksi FeCl31%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4(p).
Tahap isolasi yang dilakukan :
- Ekstraksi Maserasi
- Ekstraksi Partisi
- Analisis Kromatografi Lapis Tipis
- Analisis Kromatografi Kolom
- Rekristalisasi
- Analisis Kristal hasil isolasi
Tahapan analisis hasil isolasi yang dilakukan adalah :
- Analisis Kromatografi Lapis Tipis
- Pengukuran titik lebur
- Identifikasi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Visible, spektrofotometri
Infra Merah (FT-IR), dan spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton
(1H-NMR)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
17/59
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Jati
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah
dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi. Di Indonesia, jati digolongkan
sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet tinggi yang tahangangguan rayap serta jamur dan awet (mampu bertahan hingga 500 tahun).
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini
mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. Secara histori, nama tectonaberasal
dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi.
( Sumarna Y, 2011 )
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Jati
Secara morfologi, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai
sekitar 30-45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai
antara 15-20 m. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
pendek dan bercabang sekitar empat. Daun berbentuk opposite (bentuk jantung
membulat dengan ujung meruncing), berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15-40
cm, permukaan berbulu. ( Sumarna Y, 2011 )
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
18/59
2.1.2 Sistematika Tumbuhan Jati
Sistematika tumbuhan jati adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona Grandis L.f
2.1.3 Manfaat Tumbuhan Jati
Daun jati belanda dapat mengurangi pembentukan lemak, menguruskan dan
merampingkan badan, tumbuhan ini juga mampu mengontrol kolesterol serta juga
menekan diare. Buahnya bisa juga dimanfaatkan untuk obat diare dan batuk,
sedangkan kulit batangnya cocok untuk tonikum, serta obat penyakit lepra dan herpes.
Bagian dalam kulit jati biasa dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit
cacing, bengkak kaki atau kaki gajah. Hasil seduhan kayu maupun daun jati yang
pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit.
2.2 Senyawa Organik Bahan Alam
Kimia organik mengalami kemajuan yang sejajar dengan kemajuan cara pemisahan
dan penelitian bahan alam. Karena sangat beranekaragam, molekul yang berasal dari
makhluk hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi para ahli kimia organik,
yaitu untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang reaksi-reaksi
organik, dan terutama dapat untuk menguji hipotesis-hipotesis tertentu, misalnya
hipotesis tentang mekanisme reaksi. Pada mulanya, biogenesis dari produk alami
berkaitan dengan kimia organik dan biokimia, tetapi mempunyai tujuan yang
berlainan. (Manitto, 1992).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
19/59
Senyawa organik bahan alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
kimia yang dimilikinya. Ada empat cara klasifikasi yang diusulkan, yaitu:
1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimiawi
Klasifikasi ini berdasarkan pada kerangka molekuler dari senyawa yang
bersangkutan. Menurut sistem ini, ada 4 kelas yaitu:
a. Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak.Contoh: asam-asam lemak, gula, dan asam-asam amino pada umumnya
b. Senyawa alisiklik atau sikloalifatikContoh: terpenoida, steroida, dan beberapa alkaloida
c. Senyawa aromatik atau benzenoidContohnya: golongan fenolat dan golongan kuinon
d. Senyawa heterosiklikContoh: alkaloida, flavonoida, golongan basa asam inti
Karena klasifikasi ini hanyalah superfisial, maka tidak mengherankan jika
suatu senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua kelas berlainan.
Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas senyawa alifatik rantai
terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa tersebut
merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.
OH
geraniol
OH
farnesol
HO
thymol
squalene
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
20/59
2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologik
Setelah penelitian yang lebih mendalam dilakukan terhadap morfin (1806), penisilin
(1939) dan prostaglandin (1963), maka perhatian para ahli sering ditujukan kepada
isolasi dan penentuan fungsi fisiologis dari senyawa organik bahan alam tertentu.
Hampir separoh dari obat-obatan yang digunakan sehari-hari merupakan bahan alam,
misalnya alkaloida dan antibiotik, atau golongan-golongan sintetik. Oleh karena itu,
senyawa organik bahan alam dapat juga diklasifikasikan segi aktivitas fisiologik dari
bahan yang bersangkutan. Misalnya kelas hormon, vitamin, antibiotik dan mikotoksin.
HO
O
HOH
N
morphine
OH
OH
COOHH
H
OH
prostagladin
SNHR
O
MeH
N
Me
COOH
R = -OCCH2Ph
penisilin G
Meskipun asal usul biogenetik sangat bervariasi, namun ada kalanya terdapat
korelasi yang dekat antara aspek tersebut dengan kegiatannya. Misalnya, meskipun
struktur sangat bervariasi, namun senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas
kardiotik (kardenolid dan bufadienolid) hanyalah struktur yang memiliki komposisi
sebagai berikut: (a) cincin A/B terpadu secara cis, (b) memiliki residu berupa gula
pada C3 dan (c) memiliki lakton suku -5 atau -6 yang terkonjugasi pada C17, lihat
struktur (1) dan (2) di bawah ini.
O
O
OH
HOR
H
H
3
17
(1)
O
O
(2)
R = residu gula
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
21/59
3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi
Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif dari
tumbuh-tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan. Pada hewan dan sebagian
mikroorganisme, metabolit terakhir bisanya dibuang ke luar tubuh, sedangkan pada
tumbuh-tumbuhan, metabolit tersimpan dalam tumbuhan itu sendiri. Pada mulanya,
beberapa metabolit dianggap hanya berasal dari tumbuh-tumbuhan tertentu. Kemudian
diketahui bahwa beberapa metabolit tersebar pada berbagai tumbuhan dan ternyata
bahwa banyak konstituen tumbuhan (seperti alkaloida dan terpenoida) yang dapat
diisolasi dari spesies, genera, suku atau family tumbuhan tertentu. Dalam satu spesies
tunggal, dapat ditemukan sejumlah konstituen yang strukturnya berhubungan erat satu
sama lain. Misalnya, opium dari Papaver somniferum mengandung dua puluhan
alkaloida, termasuk morfin, tebain, kodein dan narkotin, yang kesemuanya
dibiosintesis dari precursor 1-benzilisokuinolin melalui penggandengan (coupling)
secara oksidasi. Oleh karena itu, alkaloida-alkaloida tersebut yang strukturnya mirip
satu sama lain dan berasal dari genus tumbuhan tertentu, disebut alkaloida opium.
O
O
HOH
N
codeine
narkotin
N
1-benzilisokuinolin
MeO
HO H
OMe
OH
tebain
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
22/59
4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis
Semua konstituen tumbuhan dan binatang dibiosintesis dalam organisme melalui
reaksi-reaksi yang dibantu oleh enzim tertentu. (istilah biosintesis dan biogenesis
mempunyai arti yang sama: pembentukan bahan alam oleh organisme hidup.
Biosintesis mengacu kepada perolehan data eksperimental dalam membuktikan jalur
sintesis yang berlangsung, sedangkan biogenesis masih bersifat hipotetik dan lebih
menekankan aspek spekulatif dari fakta).
Setelah pengetahuan tentang kimia organik bahan alam semakin berkembang
sejak tahun 1930-an, beberapa ahli mulai menyusun teori langkah-langkah biogenetik
dari senyawa organik bahan alam yang berlangsung dalam organisme hidup. Aturan
isopren yang diusulkan oleh Ruzicka menyatakan bahwa semua senyawa terpenoida
terbentuk dari unit isopren C5.
Teori poliketometilen diusulkan oleh Robinson menyatakan bahwa senyawa
golongan fenolat terbentuk melalui biosintesis asetogenin (poliketida).
O O O
COOH
OMe
COOH
OMe
O O O
COOH
O Me
OH O OH
O
endokrosin
Teori lain dengan nama jalur asam sikimat diusulkan oleh Davis, yang
menyatakan bahwa biosintesis dari asam-asam amino aromatik dan senyawa aromatik
yang bertalian. Robinson juga menemukan hubungan di antara alkaloida dengan asam
amino prekursornya.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
23/59
Dari semua teori biogenesis itu dapat disimpulkan adanya 4 kelas senyawa
organik bahan alam, yakni:
a. Poliketida (asetogenin)b. Fenolat (fenilpropanoida)c. Isoprenoidad. Alkaloida (Tobing, 1989)
2.3 Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasukdaun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini
berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang
terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.
Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam
tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar
yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988).
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum
sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan
glikosida (Harbone, 1996).
Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal
dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan
oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil
yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang
berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang
mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai
struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
24/59
Flavonoida merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh
dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah
diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa sehingga
terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu menyerap cahaya
tampak, dan ini membuatnya berwarna.
Ada tiga kelompok flavonoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi
tumbuhan, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani
anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umunya terdapat di
bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian
tumbuhan lain, misalnya buah tertentu, batang, daun, dan bahkan akar. Sering
flavonoida terikat di sel epidermis. Warna sebagian besar buah dan banyak bunga
adalah akibat dari antosianin, walaupun beberapa warna tumbuhan lainnya, seperti
buah tomat dan beberapa bunga kuning, karena karotenoid. Warna cerah daun musim
gugur disebabkan terutama oleh timbunan antosianin pada hari cerah dan dingin,
walaupun karotenoid kuning atau jingga merupakan pigmen terbesar di daun musim
gugur pada beberapa spesies.
Antosianin umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan tumbuhan
tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di lumut
tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae
mengandung jenis lain dari flavonoida. Beberapa macam antosianin terdapat di
tumbuhan tingkat tinggi, dan sering lebih dari satu macam terdapat di bunga tertentu
atau organ lain. Mereka dijumpai dalam bentuk glikosida, biasanya mengandung satu
atau dua unit glukosa atau galaktosa yang tertempel pada gugus hidroksil di cincintengah, atau pada gugus hidroksil di posisi 5 cincin A. Bila gula dihilangkan, maka
bagian sisa molekul, yang masih berwarna, dinamakan antosianidin. (Salisbury, 1995).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
25/59
2.3.1 Struktur Dasar Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat
digambarkan sebagai berikut :
C C CA B
Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.
O
C3
OH
HO
C6
A
O
C3
HO
C6
A
Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
O
C3OH
HO
HO
C6
A
OCH3
O
C3
OCH3
H3CO
H3CO
C6
A
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3, 4-, 3,4, 5- terhidroksilasi
C3(A)C6
R
R'
R''
B
R = R = H, R = OH
R = H, R = R = OH
R = R = R = OH
(juga, R = R = R = H) (Sastrohamidjojo, 1996)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
26/59
2.3.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoida
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan
pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,
umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida.
(Harborne, 1996).
1. Flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikatpada satu gula (lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh
glikosilasi menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah
larut dalam air. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula
lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, xilosa, dan
arabinosa. Gula lain yang kadang-kadang ditemukan adalah alosa, manosa,
fruktosa, apiosa, dan asam glukoronat serta galakturonat.
2. Flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalamhal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida.
Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis gula pada
O-glukosa, biasanya dari jenis glukosa yang paling umum, dan juga galaktosa,
ramnosa, xilosa, dan arabinosa.
3. Flavonoida sulfat, senyawa ini mengandung satu ion sulfat, atau lebih, yangterikata pada hidroksil fenol atau gula. Senyawa ini sebenarnya bisulfat karena
terdapat sebagai garam, yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida
bisulfat, bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja yang masih
bebas atau pada gula.
4.
Biflavonoida, yaitu flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibat adalahflavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang
sederhana 5,7,4 dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan-ikatan karbon atau
kadang-kadang eter. Monomer flavonoida yang digabungkan menjadi
biflavonoida dapat berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatannya berbeda-
beda. Biflavonoida jarang ditemukan sebagai glikosida, dan penyebarannya
terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
27/59
5. Aglikon flavonoida yang aktif-optik, sejumlah aglikon flavonoida mempunyaiatom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik
(yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan
flavonoida ini adalah flavanon, dihidroflavonol, katekin, rotenoid, dan lain-
lain. (Markham, 1988).
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan
keragaman pada rantai C3yaitu :
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan
merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana
basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada
pengerjaannya masih dapat dilakukan.
O
O
OH
flavonol
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang
paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula
melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap
sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
28/59
O
O
flavon
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinyatidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.
O
O
isoflavon
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat
dalam buah anggur dan jeruk.
O
O
flavanon
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
29/59
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
OOH
Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat
sebagai antioksidan.
OHO
OHOH
OH
OH
katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,
apiferol.
O
OHHO OH
Leukoantosianidin
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
30/59
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan
buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin
ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosilasi.
O
OH
Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena
hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas
dalam pengembang air. (Harborne, 1996).
O
kalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi
kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
31/59
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana
semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan
flavonoida
Penyebaran Ciri khas
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
Glikoflavon
Biflavonil
Khalkon dan
auron
pigmen bunga merah
marak,dan biru juga
dalam daun dan jaringan
lain.
terutama tan warna, dalam
daun tumbuhan berkayu.
terutama ko-pigmen
tanwarna dalam bunga
sianik dan asianik;
tersebar luas dalam daun.
seperti flavonol
seperti flavonol
tanwarna; hampir
seluruhnya terbatas pada
gimnospermae.
pigmen bunga kuning,
kadang-kadang terdapat
juga dalam jaringan lain
larut dalam air, maks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas.
menghasilkan antosianidin (warna
dapat diekstraksi dengan amil alkohol
) bila jaringan dipanaskan dalam HCl
2M selama setengah jam.
setelah hidrolisis, berupa bercak
kuning murup pada kromatogram
Forestal bila disinari dengan sinar
UV;
maksimal spektrum pada 330 350
setelah hidrolisis, berupa bercak
coklat redup pada kromatogram
Forestal; maksimal spektrum pada
330-350 nm.
mengandung gula yang terikat melalui
ikatan C-C; bergerak denganpengembang air, tidak seperti flavon
biasa.
pada kromatogram BAA beupa bercak
redup dengan RFtinggi .
dengan amonia berwarna merah
; maksimal spektrum 370-410 nm.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
32/59
Flavanon
Isoflavon
tanwarna; dalam daun dan
buah
( terutama dalam Citrus )
tanwarna; sering kali
dalam akar; hanya
terdapat dalam satu
suku,Leguminosae
berwarna merah kuat dengan Mg /
HCl; kadang kadang sangat pahit .
bergerak pada kertas dengan
pengembang air; tak ada uji warna
yang khas.
2.2.3 Metoda isolasi senyawa flavonoida
a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Chowdhurry
Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram.
Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam.
Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan
pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan
dipisahkan dalam suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam)
masing-masing 50 ml dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik
lebur 151-152 oC.
Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoida (I), kristal
tidak berwarna dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Prof.
Dreyer, L., D., dengan melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis
dengan Spektrum Infra Merah. Dari fraksi lima sampai delapan masing-masing
dilarutkan dengan Benzena lalu menghasilkan zat padat berwarna kuning terang
dengan titik lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan Metanol menghasilkan
Hibiscetin Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna kuning sebanyak
50 gram. (Chowdhurry, 1971)
O
OCH3
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3
OOCH3
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
33/59
b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Joshi
Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak
n-heksana dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal
dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10.
(Joshi, 1969)
O
OCH3
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3
OOCH3
H3CO
c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Dreyer, L.D
Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan
diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan
menggunakan alumina sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga
dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan
dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai
3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC. (Dreyer, 1968)
O
H3CO
H3CO
OCH3
OCH3
OCH3
OCH3
OCH3
O
d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Harborne
Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak
MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan,
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
34/59
diasamkan dengan H2SO42M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan
Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan
(Terpenoida atau senyawa Fenol). (Harborne, 1996)
2.3.4 Sifat Kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa
fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,
bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang
akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula, flavonoidamerupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar
seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida
(DMSO), dimetilformamida (DMF), air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada
flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih
mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas
dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon
yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
35/59
Biosintesis hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur asetat-malonat
dan alur sikimat (Markham, 1988).
Gambar 1 : Biosintesis flavonoida (Markham, 1988)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
36/59
2.4 Teknik Pemisahan
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-
komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanyaperbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang
akan dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan padaperbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang
termasuk dalam suatu golongan. (Muldja, 1995).
2.4.1KromatografiKromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan
stasioner denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa
yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981).
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat sifat dari fasa
diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat
disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena
fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi
yaitu:
1) Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):a.kromatografi lapis tipis
b.kromatografi penukar ion
2) Fasa gerak gasfasa diam padat, yakni kromatografi gas padat3) Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi
kertas.
4) Fasa gerak gasfasa diam zat cair, yakni :a. kromatografi gascairb. kromatografi kolom kapiler
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
37/59
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa
senyawa senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam
dalam perbandingan yang sangat berbeda beda dari satu senyawa terhadap senyawa
yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).
2.4.1.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya
5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30
menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diamatau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat
berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga
untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau
campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik
alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat
yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau
sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah
pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan
salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat
kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu. (Gritter,1991).
Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida
ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut
Markham, Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi.4. Isolasi flavonoida murni skala kecil
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
38/59
5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap
dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas.
(Markham, 1988).
2.4.1.2 Kromatografi Kolom
Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode
kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada
kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada
bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan
tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena
aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa
linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan
berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).
Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan
hampir ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran
flavonoida (berupa larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti
selulose, silika atau poliamida), dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen
memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi
dengan keran pada salah satu ujung. (Markham, 1988).
2.4.1.3 Harga Rf (Reterdation Factor)
Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang
diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan
jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang
ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk
mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan
dengan harga Rf senyawa pembanding.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
39/59
Jarak perambatan bercak dari titik penotolan
Rf =
Jarak perambatan pelarut dari titik penotolan (Sastrohamidjojo, 1991).
2.4.2 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan
derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas.
Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai
pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil
asetat, etanol, metanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif
terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat
biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator.
(Harborne, 1996).
2.5 Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimiafisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macaminstrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer.
Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut
sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang
bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).
Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe tipe dari adanya gugus
fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi
tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
40/59
yang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Kombinasinya dan data yang ada kadang kadang menentukan struktur yang lengkap
dari molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979).
2.5.1 Spektrofotometri Ultra Violet
Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung
pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,
menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang
berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereskitasi (Silverstein, 1986).
Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada
rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan
kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat
flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi
yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta
kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat pada
panjang gelombang yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
41/59
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :
maksimum
utama (nm)
maksimum tambahan
(nm) (dengan intensitas
nisbi)
Jenis flavonoida
475-560
390-430
365-390
350-390
250-270
330-350
300-350
275-295
225
310-330
275 (55%)
240-270 (32%)
240-260 (30%)
300 (40%)
300 (40%)
tidak ada
tidak ada
310-330 (30%)
310-330 (30%)
310-330 (25%)
Antosianin
Auron
Kalkol
Flavonol
Flavonol
Flavon dan biflavonil
Flavon dan biflavonil
Flavanon dan flavononol
Flavonon dan flavononon
Isoflavon
(Markham, 1988).
2.5.2 Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR)
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran
yang berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm -1
(panjang gelombang lebih daripada 100 m) diserap oleh sebuah molekul organik dan
diubah menjadi putaran energi molekul.
Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai
garis garis melainkan berupa pita pita. Hal ini disebabkan perubahan energi
getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).
Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk
menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut
dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis
jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
42/59
karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan
karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (inter-aksi)
beberapa pusat vibrasi.
Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan
vibrasi lentur.
1. Vibrasi regang
Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu
molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak
simetri.
2.Vibrasi lentur
Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi
lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau
vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa
twisting (Noerdin, 1985).
2.5.3 Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)
merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini
memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul..
Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen,
jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan
dengan setiap atom hidroge (Cresswell, 1982).
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)
pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama padasuatu senyawa organik.
2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik.(Dachriyanus, 2004).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
43/59
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua
proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa
kadang-kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa
memberikan penaikan menjadi puncak absorbsi tunggal dalam spektrum NMR. Di
dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan
medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton
dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan dan bahwa besarnya
perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin
besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang
dihasilkan yang melawan medan yang digunakan (Bernasconi,1995).
Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah
tetrametilsilana (TMS). Beberapa keuntungan dari pemakaian standar internal TMS
yaitu :
1. TMS mempunyai 12 proton yang setara sehingga akan memberikanspektrum puncak tunggal yang kuat.
CH3
CH3 Si CH3
CH3
2. TMS merupakan cairan yang mudah menguap, dapat ditambahkankedalam larutan sampel dalam pelarut CDCl3atau CCl4. (Silverstein, 1986)
Pada spektrometri RMI integrasi sangat penting. Harga integrasi menunjukkan
daerah atau luas puncak dari tiap tiap proton . Sedangkan luas daerah atau luas
puncak tersebut sesuai dengan jumlah proton. Dengan demikian perbandingan tiap
integrasi proton sama dengan perbandingan jumlah proton dalam molekul.
(Muldja,1995).
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
44/59
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
45/59
3.2 Bahan-Bahan
1. Kulit batang Jati (Tectona Grandis L.f)2. Metanol (Me-OH) Destilasi3. N-heksana Teknis4. Etil asetat (EtOAc) Teknis5. Aquadest6. Silika gel 40 (70-230 mesh) ASTM E.Merck. KGaA7. FeCl3 Teknis8. NaOH Teknis9. Mg-HCl10.H2SO4(p)
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah kulit batang jati yang diperoleh dari jalan Sei silau
kecamatan Medan Baru. Kulit batang jati dikeringkan di udara terbuka, lalu
dihaluskan dengan cara dipotong kecil-kecil sampai diperoleh serbuk kulit batang jati
sebanyak 4000 g.
3.3.2 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Kulit Batang Tumbuhan Jati
Serbuk kering kulit batang jati diidentifikasi dengan menggunakan cara:
1. Uji busa
2. Skrining fitokimia
3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
46/59
3.3.2.1. Uji Busa
Ekstrak metanol kulit batang jati sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi .
Kemudian ditambah 10 ml akuades dan dipanaskan pada penangas air . Lalu dikocok
kocok dengan kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10 menit . Ternyata
busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam kulit batang tumbuhan jati tidak
terdapat senyawa glikosida.
3.3.2.2 Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa flavonoida pada kulit batang jati, maka dilakukan
uji pendahuluan secara kualitatif sebagai berikut :
- Dimasukkan 10 gram serbuk kulit batang jati (Tectona Grandis L.f) yangtelah dikeringkan dan dipotong-potong kecil ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 100 ml metanol- Didiamkan selama 1 malam- Disaring- Dibagi ekstrak metanol ke dalam 4 tabung reaksi- Ditambahkan masing-masing pereaksi
a. Tabung I : dengan FeCl35% menghasilkan larutan berwarna hitamb. Tabung II : dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan berwarna orange
kekuningan
c. Tabung III : dengan Mg-HCl menghasilkan larutan berwarna merahmuda
d. Tabung IV : dengan NaOH 10% menghasilkan larutan berwarna biruviolet
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
47/59
3.3.2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan
menggunakan fasa diam silika gel 60F254 Merck. Analisis ini dimaksudkan untuk
mencari pelarut yang sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Pelarut yang
digunakan adalah campuran pelarut n-heksana : etil asetat. Fasa gerak yang digunakan
adalah campuran n-heksana : etil asetat dengan perbandingan (90:10 ; 80:20 ; 70:30 ;
60:40) v/v. Pelarut yang digunakan berdasarkan pada jumlah bercak atau noda yang
terpisah dengan baik dalam kromatografi lapis tipis.
Dimasukkan 10 ml larutan fase gerak yaitu campuran n-heksana : etil asetat
(90:10)v/v ke dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak
pekat metanol pada plat KLT yang telah diaktifkan. Dimasukkan plat ke dalam bejana
yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi. Plat yang
telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan dan difiksasi dengan pereaksi
FeCl35%. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh.
Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat
dengan perbandingan (80 :20)v/v; (70:30)v/v; dan 60:40)v/v.
Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam kulit batang jati
terkandung senyawa flavonoida. Hasil pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak
n-heksana : etil asetat (60:40)v/v
3.3.3 Prosedur Memperoleh Ekstrak Pekat Lapisan Metanol dari Kulit BatangJati (Tectona Grandis L.f)
Serbuk kulit batang jati ditimbang sebanyak 4000 g, dimasukkan ke dalam ekstraktor
kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak 7L sampai semua sampel terendam
dan dibiarkan selama 3 hari. Ekstrak disaring dan diperoleh ekstrak berwarna merah
kecoklatan. Maserasi dilakuka secara berulang dengan menggunakan pelarut metanol
hingga ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada
pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoida. Ekstrak metanol/maserat yang
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
48/59
diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotarievaporator pada suhu 60 C
sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol. Kemudian diuapkan hingga semua pelarut
metanol menguap. Lalu dilakukan pemblokan tannin dengan cara melarutkan fraksi
metanol dengan etil asetat, dan disaring. Filtrat kemudian dirotarievaporator lalu
diuapkan hingga semua pelarut etil asetat menguap. Lalu fraksi etil asetat dilarutkan
dengan metanol dan dipartisi berulang-ulang dengan n-heksana. Lapisan metanol
dipisahkan dari lapisan n-heksana, lalu lapisan metanol dipekatkan kembali dengan
rotarievaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak pekat lapisan metanol
sebanyak 6,066 g.
3.3.4 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoida secara kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat metanol
dari kulit batang jati yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel
40 (70-230 mesh) ASTM dan fasa gerak yaitu n-heksana 100%, campuran pelarut n-
heksana : etil asetat dengan perbandingan (90 : 10) v/v, (80 : 20) v/v, (70:30)v/v dan
(60:40)v/v.
Dirangkai alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan silika gel 40
(70-230 mesh) ASTM dengan menggunakan n-heksana, diaduk-aduk hingga homogen
lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan
menggunakan n-heksan 100% hingga silika gel dalam kolom padat dan homogen.
Dimasukkan 6,066 g ekstrak metanol kulit batang jati ke dalam kolom kromatografi
yang telah berisi bubur silika gel, lalu ditambahkan fasa gerak n-heksana : etil asetat(90 : 10) v/v secara perlahan lahan, dan diatur sehingga aliran fasa yang keluar dari
kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas. Ditingkatkan
kepolaran dengan menambahkan fasa gerak n heksana : etil asetat dengan
perbandingan (80 : 20) v/v, (70:30)v/v dan (60:40)v/v. Hasil yang diperoleh
ditampung dalam botol vial setiap 13 ml , lalu di KLT dan digabung fraksi dengan
harga Rf yang sama lalu diuji dengan FeCl3 5%. Kemudian diuapkan sampai terbentuk
kristal.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
49/59
3.3.5 Pemurnian (Rekristalisasi)
Senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi kromatografi kolom harus dimurnikan.
Kristal yang diperoleh dari isolasi dilarutkan kembali dengan etil asetat,
diaduk hingga semua kristal larut sempurna. Kemudian ditambahkan n heksana
secara perlahanlahan hingga terjadi pengendapan zat-zat pengotor di dasar wadah.
Kemudian didekantasi larutan bagian atas wadah, lalu diuapkan sisa pelarut dari
kristal hingga diperoleh kristal yang benar benar bebas dari pelarut.
3.3.6 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji kemurnian kristal dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan
fasa diam silika gel 60 F254dengan fasa gerak n-heksana : etil asetat (60:40) v/v.
Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu
dijenuhkan. Ditotolkan kristal yang sebelumnya dilarutkan dengan etil asetat pada plat
KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh.
Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda, plat KLT dikeluarkan dari
bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5% dalam
metanol menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa
flavonoida.
3.3.7 Penentuan Titik Lebur
Kristal hasil isolasi yang telah murni dimasukkan ke dalam alat pengukur titik lebur,
diatur suhu. Lalu diamati suhu sampai kristal melebur.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
50/59
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
51/59
3.4 Bagan Skrining Fitokimia
diekstraksi maserasi dengan metanol
disaring
dipekatkan
dibagi ke dalam 4 tabung reaksi
ditambahkan ditambahkan ditambahkan ditambahkan
pereaksi FeCl3 pereaksi NaOH pereaksi Mg-HCl pereaksi
1% 10% H2SO4(p)
diamati peruba- diamati peruba- diamati peruba- diamati peru-
han warna han warna han warna bahan warna
Larutan
biru violet
Larutan
merah muda
Larutan orange
kekuningan
Larutanhitam
10 g serbuk kulit batang tumbuhan jati
(Tectona Grandis L.f)
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
PositifFlavonoida PositifFlavonoidaPositifFlavonoidaPositifFlavonoida
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
52/59
3.5 Bagan Penelitian
diskrining fitokimiadimaserasi dengan metanol sebanyak 6 L
didiamkan selama 3 hari
diulangi sebanyak 6 kali
diskrining fitokimia
dipekatkan dengan rotari-evaporator
diuapkan hingga semua metanol menguapdilarutkan dengan etil asetat
disaring
dipekatkan dengan rotarievaporator
diuapkan hingga semua etil asetat menguapdilarutkan dengan metanol
diekstraksi partisi dengan n-heksana sampai bening
diskrining fitokimiadipekatkan dengan rotarievaporator
di-KLT untuk mengetahui sistem eluen yang sesuai pada kromatografi kolomdipisahkan tiap fraksi melalui kromatagrafi kolom dengan fasa gerak yaitu campuran pelarut n-
heksana : etil asetat dengan perbandingan (90:10 ; 80:20 ; 70:30 ; 60:40) v/v
ditampung tiap fraksi sebanyak 13 ml dalam botol vial
di-KLT untuk mengetahi harga Rfdigabung fraksi dengan harga Rf yang sama
ditentukan nilai Rf nyadiuapkan
direkristalisasi
diukur massa
diuji titik lebur
dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Visible,spektrofotometer FT-IR, spektrometer 1H-NMR
2000 g serbuk kulit batang tumbuhan jati (TectonaGrandis L.f)
Ekstrak metanol
Kristal kuning muda
Ekstrak pekat
Lapisan metanol Lapisan n-heksana
(tidak dilanjutkan)
Filtrat Residu
(Padatan)
Ekstrak pekat metanol
Residu
Hasil analisis
Fraksi
171-195(60:40)
Fraksi
196-220(60:40)
Fraksi 221-245
(60:40)
Fraksi 246-260
(60:40)
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
53/59
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol dari kulit batang tumbuhan jati
dengan penambahan pereaksi-pereaksi warna untuk menentukan golongan senyawa
kimia yang dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoida yaitu;1. H2SO4(p)memberikan warna orange kekuningan2. NaOH 10% memberikan warna biru violet3. FeCl31% memberikan warna hitam4. Mg HCl memberikan warna merah muda
Hasil isolasi senyawa flavonoida dari ekstrak kulit batang tumbuhan jati
diperoleh dengan menggunakan fase gerak n-heksan : etil asetat (60:40)v/v, kristal
berwarna kuning, berbentuk kristal, massa = 18 mg, Rf=0,38 , dan titik lebur 175-177
C.
Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet visible ( UV Visible )
dengan pelarut metanol memberikan panjang gelombang maksimum ( maks ) 213,0
dan 287,9 nm yang menunjukkan golongan Flavanon. (Lampiran D)
Hasil analisis Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dari kristal hasil isolasi
menghasilkan pitapita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut :
1. Pada bilangan gelombang 3334,92 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi OH2. Pada bilangan gelombang 2922,16 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi
C=CH
3. Pada bilangan gelombang 2852,72 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi -CHaromatik.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
54/59
4. Pada bilangan gelombang 1710,86 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi ikatan rangkap C=O dari keton.
5. Pada bilangan gelombang 1595,13 cm-1 dan pada bilangan gelombang1506,41 cm-1menunjukkan adanya vibrasi C=C dari sistem aromatik.
6. Pada bilangan gelombang 1458,18 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi dari CH2
7. Pada bilangan gelombang 1372,32 cm-1 puncak tajam menunjukkanadanya vibrasi dari CH3
8. Pada bilangan gelombang 1109,07 cm-1menunjukkan adanya vibrasi dariC-OC (eter).
9. Pada bilangan gelombang 939,33 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi dari=CH aromatik.
10. Pada bilangan gelombang 721,07 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi dariC-H aromatik.
(Lampiran E)
Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) kristal
hasil isolasi dengan pelarut aseton dan TMS sebagai standar yang memberikan signal-
signal pergeseran kimia pada daerah (/ppm) sebagai berikut :
1. Pergeseran kimia pada daerah = 2,33-2,24 ppm dengan puncak tripletmenunjukkan proton dari H3eq pada cincin C
2. Pergeseran kimia pada daerah = 2,56-2,77 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H3ax pada cincin C
3. Pergeseran kimia pada daerah = 3,94 -3,59 ppm dengan puncak singletmenunjukkan subtituent OCH3yang letaknya di H5dan H6pada cincin A
4. Pergeseran kimia pada daerah = 5,19-5,14 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H2pada cincin C
5. Pergeseran kimia pada daerah = 6-02 -5,96 ppm dengan puncak doubletdoublet menunjukkan proton H7dan H8pada cincin A
6. Pergeseran kimia pada daerah = 7,03-6,96 ppm dengan puncak doubletmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H3
1dan H51pada cincin B
7. Pergeseran kimia pada daerah = 7,83-7,77 ppm dengan puncak doubletmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H2
1dan H61pada cincin B
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
55/59
8. Pergeseran kimia pada daerah = 9,8 ppm dengan puncak singletmenunjukkan proton OH pada posisi C4
1cincin B
(Lampiran F)
4.2 Pembahasan
Dari hasil kromatografi lapis tipis, diketahui bahwa perbandingan pelarut yang baik
untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit batang tumbuhan jati adalah n-
heksan : etil asetat (60 : 40)v/v yang menunjukkan pemisahan yang lebih baik dari
noda yang dihasilkan. Hal ini juga dibuktikan dengan analisi KLT yang menunjukkan
hanya satu noda pada kristal.
Hasil interpretasi spektrum Infra Merah (FT-IT) dan spektrum Resonansi
Magnetik Inti Proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut
aseton-d6 dalam standar TMS diperoleh :
1. Pergeseran kimia pada daerah = 6-02 -5,96 ppm terdapat dua puncakdoublet menunjukkan proton-proton yang terdapat pada cincin A yaitu H7dan
H8. Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada
pada bilangan gelombang 2852,72 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya
vibrasi CH aromatik. Didukung juga pada bilangan gelombang 2922,16 cm-1
menunjukkan adanya vibrasi C=CH
2. Pergeseran kimia pada daerah = 9,8 ppm dengan puncak singletmenunjukkan proton OH pada C4
1 cincin B. Hal ini didukung oleh data
Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada bilangan gelombang 3334,92 cm-1
menunjukkan adanya serapan ikatan OH.
3. Pergeseran kimia pada daerah = 7,03-6,96 ppm dengan puncak doublet yangmenunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H3
1dan H51pada cincin B
dan pergeseran kimia pada daerah = 7,83-7,77 ppm dengan puncak doublet
menunjukkan proton dari C-CH=CH-C pada posisi H21dan H6
1pada cincin B.
Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) Pada
bilangan gelombang 1506,41-1595,13 cm-1
puncak sedang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
56/59
adanya vibrasi C=C- Aromatik. Didukung juga pada bilangan gelombang
939,33 cm-1puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi =C-H aromatik.
4. Pergeseran kimia pada daerah = 2,33-2,24 ppm dengan puncak tripletmenunjukkan proton dari H3 eq pada cincin C dan pergeseran kimia pada
daerah =2,56-2,77 ppm dengan puncak multiplet menunjukkan proton dari
H3ax pada cincin C. Hal ini didukung oleh data Spektrofotometer Inframerah
(FT-IR) pada bilangan gelombang 721,38-609,51 cm-1 puncak sedang
menunjukkan adanya vibrasi C-H pada cincin aromatik benzena.
5. Pergeseran kimia pada daerah = 5,19-5,14 ppm dengan puncak multipletmenunjukkan proton dari H2 pada cincin C. Hal ini didukung oleh data
Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) pada bilangan gelombang 1458,18 cm-1
puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi dari CH2
Dari hasil pembahasan di atas berdasarkan skrining fitokimia, data spektrum
(FT-IR) dan (1H-NMR) dapat disimpulkan bahwa besar kemungkinan kristal yang
diisolasi dari kulit batang tumbuhan jati adalah senyawa flavonoida golongan
flavanon dengan kerangka sruktur :
Flavanon
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
57/59
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 4000 g kulit batang jati (Tectona Grandis L.f)merupakan kristal berwarna kuning berbentuk jarum, diperoleh sebanyak 18
mg, Rf = 0,38 dengan titik lebur 175-177oC.
2.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia dan hasil analisis Spektrofotometri UltraViolet Visible (UV-Visible), Infra Merah (FT IR) dan Resonansi Magnetik
Inti Proton (1H-NMR) menunjukkan bahwa kristal hasil isolasi dari kulit
batang jati (Tectona Grandis L.f) adalah senyawa flavonoida golongan
flavanon.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan analisis Spektroskopi Massa, 13CNMR agar diperoleh data-data yang lebih mendukung untuk menentukan struktur senyawa flavonoida
yang diperoleh dari hasil isolasi.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
58/59
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Pradaya
Paramita.
Cresswell, C.J., dkk. 1982. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Edisi kedua.
Bandung: Penerbit ITB.
Dachriyanus. 2004.Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.Padang:
Andalas University Press.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Cetakan Pertama.Jakarta: Trubus Agriwidjaya.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih.
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
Harborne, J. B. 1987. Metoda Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. Bandung: Penerbit ITB.
http://www.jatibelanda.com/kandungan-kimia-daun-jati-belanda/ Diakses tanggal 1
April 2012
Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Cetakan Pertama. Terjemahan
Koensoemardiyah. Semarang: Penerbit IKIP Press.
Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosa
Padmawinata. Bandung: ITB Press.
Maulana,S. 2000. Komponen Kimia Kayu Jati. Bogor :Institut Pertanian Bogor Press.
Muldja, M.H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Surabaya: Universitas
Airlangga Press.
Mabry, T. J. dkk. 1970. The Systematic Identification of Flavonoids.New York:
Springer Verlag
Noerdin, D.1985.Elusidasi Struktur Senyawa Organik dengan Cara Spektroskopi
Ultra Lembayung dan Inframerah. Edisi Pertama. Bandung: Penerbit Angkasa.
Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students of Organic
Chemistry. Philladelphia: Saunders College.
Universitas Sumatera Utara
8/12/2019 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN JATI (Tectona Grandis L.f)
59/59
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi Keenam. Bandung:
Penerbit ITB.
Salisbury, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Edisi ke-4. Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Penerbit Gadjah
MadaUniversity Press.
Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik.Terjemahan A.
J.Hatomo dan Anny Viktor Purba. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudjadi. 1986.Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.
Sumarna, Y. 2011. Kayu Jati. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tobing, R. L. 1989. Kimia Bahan Alam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta: Proyek Pembangunan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Underwood, A. L. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.