Post on 21-Aug-2015
Sanitasi.Net
Pengelolaan IPLT
Modul :
Operasional, Pemeliharaan & Rehabilitasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah bagi
Para Perencana, Pelaksana dan Pengelola Sanitasi
Agustus, 2015
Sanitasi.Net
IPLT-J-7
Sanitasi.Net
PEMELIHARAAN POMPA, BAK
PENGUMPUL & ALAT UKUR DEBIT
Operasi, Pemeliharaan dan Rehabilitasi IPLT
Sanitasi.Net
Pemompaan Limbah dari Sump Well
1. Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika
sudah penuh maka nyalakan pompa submersible dan
perhatikan apakah aliran ke tangki imhoff telah masuk;
2. Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai
titik tertentu, dan apabila pompa masih tetap menyala maka
lakukan pengecekan pada switch otomatisnya.
3. Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari
waktu ke waktu.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan pompa dan Bak Pengumpul
1. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan terhadap
sistem dan peralatannya akibatnya masuknya benda-benda
besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan;
2. Bila waktu tinggal air limbah di Bak Pengumpul terlalu lama
akan berakibat timbulnya bau yang berlebihan;
3. Waktu kerja pompa efluen dari bak pengumpul dilakukan
secara bergiliran dan bekerja bersama-sama pada saat beban
puncak. Wakttu detensi dapat diatur melalui level pada
sensor.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan pompa dan Bak Pengumpul
4. Pada pompa bak pengumpul secara periodik harus dilakukan
perawatan karena air limbah yang dipompa dapat
mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat
mempersingkat umur pompa
5. Kontrol sistem penggerak dengan pelumas sesuai dengan
petunjuk pengoperasian pompa.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Alat Ukur Debit Aliran
1. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran,
busa (slum), ganggang/alga yang mungkin terbentuk karena
adanya proses fotosintesin sel, maksudnya agar kebocoran
dan tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran
dan sistem pembaca alat ukur;
2. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor
lingkungan, karena alat ukur umumnya dibangung secara
terbuka;
3. Alat ukur debit harus dikalibrasi di lembaga kalibrasi.
Sanitasi.Net
PEMELIHARAAN UNIT PENYARING
DAN BAK PENGUMPUL
Operasi, Pemeliharaan dan Rehabilitasi IPLT
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Unit Penyaring
Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan
limbah dari mobil tinja Pembersihan pada unit bar
screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
• Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari
benda-benda yang tertahan di kisi-kisinya;
• Untuk mechanical screen secara periodik dilakukan perawatan
pada motor penggerak dan pengencangan pada rantai dan
memberikan tambahan pelumas secara teratur
• Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan
mengatur lengan kerja mechanical screen.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Bak Pengumpul
• Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan
sehingga unit ini memerlukan pemeliharaan yang seksama
mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur di
dalamnya.
• Hal yang harus diperhatikan adalah pengaluran effluen dari bak
pengumpul ke dalam kolam anaerobik agar jangan sampai
merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam.
• Buih tersebut berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke
sekitar lingkungan kolam
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Aerobik
1. Cegah tanaman di sekitar tanggul kolam agar tidak sampai
meluas ke dalam kolam;
2. Besihkan dan kurangi buih (scum) dan alga dari kolam
anaerobik
3. Pastikan tidak ada akumulasi lumpur diinlet dan outlet
kolam;
4. Periksa secara rutin kerusakan tanggul akibat gangguan,
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Fakultatif dan Maturasi
1. Periksa saluran inlet dan outlet secara periodik, untuk
memastikan tidak tersumbat.
2. Bersihkan lapisan scum yang timbul pada kolam fakultatif.
3. Bersihkan segala tumbuhan yang tumbuh di tepi kolam atau
dari dalam kolam.
4. Lakukan pengukuran aliran debit masuk dan debit keluar,
setiap bulan dan harus tercatat
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Fakultatif dan Maturasi
5. Lakukan analisis kualitas air limbah baik influen dan efluen
setiap 6 bulan.
6. Periksa kondisi tanggul secara berkalaLakukan perbaikan
darurat segera setelah ditemukan kerusakan pada tanggul,
dan lakukan perbaikan permanen secepatnya.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Aerasi Aliran Air pada Pipa
Periksa aliran air pada pipa tekan pompa. Jika aliran kecil :
• Periksa jaringan perpipaan apakah ada kotoran
• Periksa ruang impeller apakah ada kotoran
• Periksa impellernya dari keausan
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Aerasi Proses Aerobik
1. Scum
– Scum akan timbul dalam pengoperasian IPLT. Scum apabila jumlahnya
terlalu banyak akan mengganggu proses. Bersihkan scum secara
periodik.
2. Overloading.
– Overloading diindikasikan bila kolam semakin berbau septik dan terjadi
penurunan populasi algae. Periksa kedalaman ketinggian lumpur dalam
kolam, jika lumpur tinggi maka lakukan pengurasan lumpur. Jika lumpur
tidak tinggi, lakukan resirkulasi dari kolam maturasi.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Kolam Aerasi Proses Aerobik
3. Toksisitas
– Bila terjadi toksikitas kurangi atau hentikan influen air limbah, encerkan
influen air limbah dengan air bersih. Apabila bakteri dalam aerasi tidak
aktif atau seluruhnya mati , kita perlu melakukan start-up dengan
bakteri baru.
4. Gangguan pH
– Gangguan pH terjadi apabila air limbah yang masuk ke unit aerasi
memiliki ph <6 atau pH >9. pH optimal untuk proses aerobik adalah
6,8 - 7,8. Untuk mengembalikan pH proses ke normal kita dapat
menambahkan Ca(OH)2 atau HCL.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Anaerobik Sludge Digester
1. Jika telah terjadi alian keluar bak maturasi, test nilai COD,
BOD TSS dan pH di outlet dengan periode sesuai kebutuhan
(dianjurkan setiap hari).
2. pH merupakan salah satu syarat agar proses anaerobik dapat
berjalan secara optimal. Gangguan pH terjadi apabila limbah
yang masuk ke unit anaerobic sludge digester memiliki ph
<6,8 atau >7,3. Untuk mengembalikan pH proses ke normal
kita dapat menambahkan NaOH atau HCL. Apabila air limbah
memiliki pH asam kita tambahkan NaOH , apabila basa kita
tambahkan HCL. pH optimal untuk proses aerobik adalah 6,8
- 7,1.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Anaerobik Sludge Digester
3. Overloading
– terjadi apabila bakteri tidak dapat mengatasi komponen organik yang
terdapat dalam air limbah.
– Jika terjadi overloading, maka nilai pemeriksaan COD, BOD dan SS
effluen akan meningkat.
– Apabila terjadi overloading periksa apakah jumlah bakteri pada aerasi
sudah cukup atau masih kurang.
– Jika bakteri sudah cukup berarti ada sebab lain yang mengakibatkan
over loading, telusuri dan pastikan penyebab overloading tersebut.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Anaerobik Sludge Digester
4. Kontak antara bakteri dengan komponen beracun akan
berdampak negatif terhadap effisiensi proses.
– Apabila terjadi masalah toksikitas ambil langkah seperti: mengurangi
atau menghentikan influent air limbah, mengencerkan influent air
limbah dengan air bersih.
– Apabila bakteri dalam aerasi tidak aktif atau seluruhnya mati , kita
perlu melakukan start-up dengan bakteri baru.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Aerobik Sludge Digester Sequence Batch Reactor (SBR) - Masalah Pompa
Permasalahan di pompa. Jika aliran kecil
• cek jaringan perpipaan apakah ada kotoran
• cek ruang impeller biasanya ada kotoran
• cek impellernya dikhawatirkan aus
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Aerobik Sludge Digester Sequence Batch Reactor (SBR) - Masalah Proses Aerobik
1. Gangguan pH.
– pH merupakan salah satu syarat agar proses aerobik dapat berjalan
secara optimal.
– Gangguan pH terjadi apabila limbah yang masuk ke unit aerasi memiliki
ph <6 atau >9.
– Untuk mengembalikan pH proses ke normal kita dapat menambahkan
NaOH atau HCL.
– Apabila air limbah memiliki pH asam kita tambahkan NaOH , apabila
basa kita tambahkan HCL. pH optimal untuk proses aerobik adalah 6,8
- 7,8.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Aerobik Sludge Digester Sequence Batch Reactor (SBR) - Masalah Proses Aerobik
2. Scum
– Scum akan timbul dalam pengoperasian IPLT.
– Scum apabila jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu proses.
– Pembersihan scum perlu dan pastikan penyebab overloading tersebut.
• Toksisitas
– Kontak antara bakteri dengan komponen beracun akan berdampak
negatif terhadap effisiensi proses.
– Apabila terjadi masalah toksikitas ambil langkah seperti: mengurangi
atau menghentikan influent air limbah, mengencerkan influent air
limbah dengan air bersih.
– Apabila bakteri dalam aerasi tidak aktif atau seluruhnya mati , kita perlu
melakukan start-up dengan bakteri baru.
Sanitasi.Net
Pemeliharaan Oxygation Ditch
1. Monitor kualitas efluen sesuai dengan standar aliran dan/atau
standar efluen yang berlaku
2. Analisis proses operasi (seperti MLSS, DO, selimut lumpur,
settleability)
3. Pembersihan rutin screen, pelimpah, mekanisme skimmer,
dinding tangki, dan komponen lainnya
Sanitasi.Net
Tangki Imhoff
1. Bersihkan ruang penerima lumpur sebelum dan sesudah
pemompaan lumpur ke tangki imhoff;
2. Bersihkan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada
permukaan air di ruang sedimentasi secara periodik.
3. Lakukan pengikisan/pengerukan zat padat yang menempel
pada dinding dan pada bagian dasar yang landai dari ruang
sedimentasi dengan sikat atau sapu karet secara periodik;
4. Bersihkancelah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan
menggunakan kayu/bambu secara periodik;
Sanitasi.Net
Tangki Imhoff
5. Lakukan pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang
busa dengan menggunakan air bertekanan dan busa akan
keluar setelah ketebalan 0,5m;
6. Pengurasan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan
lapisan endapan lumpur di ruang pengendapan mendekati 0,5
m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi volume
lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume
kumpur tinja yang masuk;
7. Setelah pelaksanaan pengeluran lumpur, pipa pembuang
dibersihkan dengan penggelontoran menggunakan air bersih.
Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam pipa;
Sanitasi.Net
Tangki Imhoff
8. Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi
terhambat;
9. Saluran inlet dan outlet tangki imhoff harus dibersihkan
secara berkala dari timbunan zat padat.
Sanitasi.Net
Clarifier
1. Membersihkan akumulasi pada influen baffle, weir efluen,
saluran efluen, dan box efluan setiap hari.
2. Pemantauan terhadap resirkulasi lumpur dan pengaturan
kecepatan resirkulasi.
3. Membersihkan semua dinding-dinding vertikal dan saluran
dengan menggunakan alat penyapu dari karet setiap hari.
4. Penyemprotan dengan segera lumpur yang meluap/tumpah.
5. Pemeriksaan head diatas weir setiap hari.
6. Pemeriksaan terhadap motor listrik, penunjuk temperatur
dan detektor overloading selama pengoperasian berlangsung
(dua kali sehari).
Sanitasi.Net
Clarifier
7. Pemeriksaan ketinggian lumpur dan pompa lumpur setiap
hari.
8. Pengurasan clarifier setahun sekali untuk memeriksa bagian-
bagian dibawah air seperti struktur beton, perpipaan dan
sebagainya. Apabila ada bagian yang mengalami kerusakan,
maka dilakukan pergantian atau pemasangan kembali.
9. Bagian beton yang rusak atau bocor diperbaiki, selain itu
dilakukan pengecatan terhadap permukaan logam untuk
mengurangi pengkaratan.
Sanitasi.Net
Sludge Drying Bed
1. Ketebalan lumpur di dalam setiap bak pengering harus selalu
dijaga setebal 0,1-0,3 m;
2. Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap
(satu per satu atau sel demi sel);
3. Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering
dilakukan setelah lumpur menetap selama 10 hari setelah
waktu pengisiannya;
Sanitasi.Net
Sludge Drying Bed
4. Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir masih
kosong biasanya akan terhadapat kotoran-kotoran yang
menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan
sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk;
5. Pada saat pengerukan,
– Perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat.
– Apabila ada maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di
dalam bak pengering lumpur tetap terjaga.
Sanitasi.Net
Filter Press
1. Proses pencucian belt dilakukan secara teratur sesuai dengan
ketentuan dari spesifikasi unit.
2. Penyemprotan dengan segera terhadap lumpur yang
tumpah/meluap.
outlet air
lumpur
padat
keluar
penekan
hidrolis
pipa inlet
lumpur
frame
lempengan
filter
Sanitasi.Net
Belt Filter Press
1. Proses pencucian belt dilakukan secara teratur sesuai dengan
ketentuan dari spesifikasi unit.
2. Penyemprotan dengan segera terhadap lumpur yang
tumpah/meluap.
zona penetesan
zona penekanan
gumpalan
lumpur
masukan lumpurroll besi berputar
filter belt
Sanitasi.Net
Referensi
Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (PPLP)
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Sanitasi.Net
Daftar Modul Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat
Modul
A. Pengantar Sistem Setempat
B. Cubluk Kembar
C. Tangki Septik
D. Mandi-Cuci-Kakus (MCK)
E. Biofilter
F. Up-flow Aerobic Filter
G. Rotating Biological Contactor
H. Anaerobic Baffle Reactor
I. Sarana Pengangkut Tinja
J. Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
Sub Modul
J1 Langkah Perencanaan dan
Komponen IPLT
J2 Unit Pengolahan
J3 Teknologi Pengolahan
J4 Unit Pengolahan Pemekatan
J5 Unit Pengolahan Pengeringan
Lumpur
J6 Pelaksanaan Konstruksi
(5 sesi)
J7 Operasi dan Pemeliharaan
J8 Kelembagaan, Adm & Keuangan
J9 Pemantauan dan Evaluasi