Post on 07-Aug-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Sistem kardiovaskular di mulai di jantung, sebuah pompa berotot yang
berdenyut secara ritmis dan berulang 60 sampai 100 kali per menit. Setiap denyut
menyebabkan darah mengalir dari jantung ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan
tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung
melalui venula dan vena. Tujuan sistem kardiovaskular adalah mengambil oksigen
di paru dan zat gizi yang diserap dari usus untuk disalurkan ke semua sel tubuh.
Pada saat yang sama, sistem kardiovaskular mengangkut produk sisa metabolik
yang dihasilkan oleh setiap untuk dibuang melalui paru atau ginjal.
Jantung adalah sebuah rongga berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Jantung terdapat di dalam kantong sebuah kantong longgar berisi cairan yang
disebut “perikardium”. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan
kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu dari yang lain oleh katup
satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang
disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi pencampuran darah antara
kedua atrium, kecuali pada masa janin, dan tidak pernah terjadi pencampuran
darah antara kedua ventrikel pada jantung yang sehat. Semua ruang tersebut
dikelilingi oleh jaringan ikat. Pada pemeriksaan jantung sendiri terdiri atas
berbagai macam pemeriksaan, terutama pemeriksaan JVP (Jugular Venous
Pressure ) yang akan dibahas lebih lanjut dalam referat ini.
I.B. Tujuan dan Manfaat
Penyusunan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih
dalam mengenai teknik pemeriksaan pada sistem kardiovaskular terutama pada
jantung sehingga dapat dipahami sebagaimana pentingnya teknik pemeriksaan
pada sistem kardiovaskular.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A. Anatomi Jantung
(Gambar 1.1)
Jantung terletak di rongga dada di sebelah bawah kiri sternum dan
merupakan salah satu organ terpenting pada manusia yang berfungsi untuk
sirkulasi darah ke seluruh tubuh manusia, seperti gambar diatas jantung sendiri
terdiri atas atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri, septum
3
jantung dan lapisan-lapisan jantung perikardium, myokardium dan endokardium,
semua organel bagian jantung tersebut mempunyai fungsi serta peran masing-
masing. Untuk pembahasan mengenai JVP, Anda harus tahu mengenai posisi
anatomis vena jugularis interna aupun eksterna yang merupakan vena superficial
yang mengalirkan darah dari bagian cranii sampai bermuara ke vena kava
superior, yang merupakan pintu masuknya darah menuju jantung ke atrium
dekstra. Untuk vena jugularis eskterna mulai tepat dibelakang angulus mandibulae
dari gabungan penyatuan vena auricularis posterior dengan divisi posterior vena
retromandibularis. Vena ini berjalan miring ke bawah menyilang musculus
sternocleidomastoideus dan tepat di atas clavicula di dalam trigonum posterior
menembus fascia profunda dan bermuara ke dalam vena subclavia. Ukuranya
sangat bervariasi, dan berjalan dari angulus mandibulae sampai ke pertengahan
clavicula.
4
II.A.1 Vena Jugularis Interna
Vena jugularis interna menerima darah dari otak, wajah, dan leher. Vena
ini berawal dari foramen jugulare di tengkorak sebagai lanjutan dari sinus
sigmoideus. Vena ini turun melalui leher di dalam selubung carotis dan bergabung
dengan vena subclavia di belakang ujung medial clavicula untuk membentuk vena
brachiocephalica. Vena ini melebar pada ujung atasnya disebut bulbus superior
dan yang lainya di dekat ujung akhirnya disebut bulbus inferior. Tepat di atas
bulbus inferior terdapat valvula bicuspidalis yang merupakan bagian dari katup
bicuspidal atau mitral.
Batas-batas dari vena jugularis interna, Anterolateral: Kulit, fascia, m.
Sternocleidomastoideus, dan glandula paratiroidea. Bagian bawahnya ditutupi
oleh m. sternohyoideus, m. sternothyroideus, dan m. omohyoideus, yang terletak
diantara vena ini. Lebih ke atas, vena ini disilang oleh m. stylohyoideus, venter
posterior m. digastricus, dan pars spinalis N. Accessorius. Rantai nodi lymphoidea
cervicales profundi terletak di sepanjang vena ini. Posterior: Processus
transversus vertebrae cervicales, m. levator scapulae, m. scalenus medius dan
anterior, plexus cervicales, n. Phrenicus, truncus thyrocervicales, v. Vertebralis,
dan bagian pertama a. subclavia. Pada sisi kiri vena ini berjalan di depan ductus
thoracicus. Medial: Di atas terdapat a. carotis interna dan nervi craniales IX, X,
XI, dan XII. Di bawah terdapat a. carotis communis dan n. vagus.
II.B. Teknik Pemeriksaan
Ketika memulai pemeriksaan kardiovaskular, tinjau dahulu tekanan darah
dan frekuensi jantung yang dicatat pada saat melakukan Survei Umum dan Tanda-
Tanda Vital pada permulaan pemeriksaan fisik. Jika Anda harus mengulangi lagi
pemeriksaan ini atau jika pengukuran tekanan darah dan frekuensi jantung belum
dikerjakan, luangkan waktu untuk mengukurnya dengan menggunakan teknik
pemeriksaan yang optimal. Singkatnya untuk memeriksa tekanan darah, setelah
pasien dibiarkan istirahat selama sedikitnya 5 menit dalam ruangan yang tidak
berisik, kemudian pilih manset dengan ukuran yang tepat dan pasang manset
tersebut pada lengan pasien setinggi jantung. Lengan pasien dapat diletakkan di
5
atas meja jika pasien duduk atau disangga pada ketinggian pertengahan dada jika
pasien berdiri. Pastikan bagian kantong yang ada di dalam manset itu berada di
tengah pada daerah arteri brakhialis. Pompa manset tersebut hingga 30 mmHg di
atas tekanan pada saat denyut nadi radialis menghilang. Ketika mengempiskan
manset tensimeter, dengarkan pertama-tama bunyi sedikitnya dua detak jantung
yang berurutan-bunyi ini menandai tekanan sistolik. Kemudian, dengarkan saat
hilangnya detak jantung yang menandai tekanan diastolik. Untuk mengukur
frekuensi detak jantung, raba denyut radialis dengan permukaan ventral jari
telunjuk dan jari tengah Anda, atau lakukan pengukuran frekuensi denyut apeks
jantung dengan menggunakan stetoskop. Pada sistem kardiovaskular terdiri atas
komponen-komponen pemeriksaan yang terdiri atas:
Tekanan vena jugularis
Carotid upstrokes dan ada-tidaknya bruit
Iktus kordis (titik impuls maksimal) dan setiap heaves, lift, atau thrill
Bunyi jantung pertama dan kedua, S1 dan S2
Ada-tidaknya bunyi jantung tambahan, S3 atau S4
Ada-tidaknya bising jantung (cardiac murmur)
II.B.1. Tekanan dan Pulsasi Vena Jugularis
Pengukuran JVP merupakan salah satu keterampilan yang paling penting
dan sering dilakukan dalam pemeriksaan fisik. Pada mulanya, tindakan ini
kelihatan sukar, tetapi dengan praktik dan pengawasan, Anda akan menemukan
bahwa JVP memberikan informasi yang sangat berguna tentang status volume
cairan tubuh pasien dan fungsi jantungnya. JVP mencerminkan tekanan dalam
atrium kanan atau tekanan vena sentral, dan sebaiknya JVP dinilai dari pulsasi
pada vena jugularis interna kanan. Namun, perhatikan bahwa vena jugularis dan
pulsasinya sulit dilihat pada anak yang berusia kurang dari 12 tahun; karena itu,
pemeriksaan tekanan dan pulsasi vena jugularis ini tidak bermanfaat untuk
mengevaluasi sistem kardiovaskular pada kelompok usia ini. Untuk membantu
Anda mempelajari bagian dari pemeriksaan jantung ini, langkah-langkah dalam
pemeriksaan JVP terdiri atas sebagai berikut:
6
Upayakan agar pasien merasa nyaman. Tinggikan sedikit kepala pasien dengan
menaruh bantal di bawahnya sehingga otot-otot sternocleidomastoideusnya
kendur atau rileks.
Tinggikan kepala ranjang atau meja periksa hingga sudut 300. Miringkan
kepala pasien sedikit menjauhi sisi leher yang akan diperiksa.
Gunakan penerangan dari samping (tangensial) dan periksa kedua sisi leher.
Kenali vena jugularis eksterna pada setiap sisi, kemudian temukan pulsasi vena
jugularis interna.
Jika perlu, tinggikan atau turunkan kepala ranjang sampai Anda dapat melihat
titik osilasi atau meniskus pulsasi vena jugularis interna pada leher bagian
bawah.
Fokuskan perhatian Anda pada vena jugularis interna kanan. Cari pulsasinya
pada incisura sterni di antara insertio muskulus sternocleidomastoideus pada os
sternum dan klavikula, atau tepat di sebelah posterior muskulus
sternocleidomastoideus. Tabel dibawah ini akan membantu Anda membedakan
pulsasi vena jugularis interna dengan pulsasi arteri karotis.
Kenali titik pulsasi tertinggi pada vena jugularis interna kanan. Bentangkan
benda atau kartu yang berbentuk persegi secara horizontal dan titik ini dan
kemudian letakkan sebuah penggaris (dalam ukuran sentimeter) secara vertikal
pada angulus sterni sehingga terbentuk sudut sembilan puluh derajat yang
tepat. Ukur jarak vertikal dalam satuan sentimeter di atas angulus sterni tempat
benda yang dipegang horizontal itu menyilang penggaris. Jarak ini, yang
diukur dalam sentimeter di atas angulus sterni atau atrium, adalah JVP.
7
(Gambar 1.3)
Perbedaan antara pulsasi vena jugularis dengan pulsasi arteri karotis.
Tabel 1.1
Pulsasi Jugularis Interna Pulsasi Karotis
Jarang dapat diraba
Sifatnya bergelombang (Undulasi),
cepat dan lembut, biasanya dengan
dua puncak dan dua palung /detak
jantung
Pulsasi akan menghilangkan jika
dilakukan penekanan ringan pada
vena jugularis
Ketinggian pulsasi berubah menurut
posisi tubuh pasien; ketinggianya akan
menurun jika posisi tubuh semakin
tegak
Biasanya ketinggian pulsasi menurun
pada inspirasi
Dapat diraba
Denyutan terasa memukul lebih
keras dengan komponen keluar
tunggal
Pulsasi tidak menghilang dengan
penekanan ini
Ketinggian pulsasi tidak berubah
oleh posisi tubuh pasien
Ketinggian pulsasi tidak dipengaruhi
oleh inspirasi
8
Menentukan garis vertikal dan horizontal yang sebenarnya untuk
mengukur JVP bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sama seperti ketika
Anda ingin menggantung lukisan pada tembok secara lurus sementara pandangan
Anda dekat dengan lukisan tersebut. Letakkan penggariss Anda pada angulus
sterni dan kemudian sejajarkan posisinya dengan sesuatu di dalam ruangan yang
Anda ketahui berada dalam posisi vertikal. Selanjutnya, tempatkan selembar kartu
atau sebuah benda yang berbentuk persegi dengan sudut tegak lurus terhadap
penggaris tersebut. Kartu atau benda ini merupakan garis horizontal yang akan
Anda gunakan. Gerakan kartu atau benda tersebut turun naik-dalam posisi tetap
horizontal-sehingga tepi bawahnya berada tepat pada puncak pulsasi jugularis,
lalu baca jarak vertikal pada penggaris. Bulatkan hasil pengukuran Anda ke
bilangan sentimeter yang terdekat. Tekanan vena yang diukur melebihi 3 cm atau
mungkin 4 cm di atas angulus sterni, atau yang melebihi jarak total 8 cm atau 9
cm di atas atrium kanan, dianggap sebagai kenaikan di atas nilai yang normal.
Jika Anda tidak dapat melihat pulsasi pada vena jugularis interna, cari pulsasi
vena jugularis eksterna, kendati pulsasi tersebut mungkin tidak dapat dilihat di
sini. Jika Anda tidak melihat apa-apa, gunakan titik yang di atasnya terlihat vena
jugularis eksterna yang kolaps. Lakukan observasi ini pada tiap-tiap sisi leher.
Ukur jarak vertikal titik ini dari angulus sterni. Titik tertinggi pulsasi vena dapat
berada di bawah level atau ketinggian angulus sterni. Dalam keadaan ini, tekanan
vena tidak meninggi dan tidak memerlukan pengukuran.
II.B.2. Inspeksi dan Palpasi
Pada sebagian besar pemeriksaan jantung, pasien harus berbaring
terlentang sementara bagian atas ditinggikan dengan menaikan kepala ranjang
atau meja-periksa hingga sudut sekitar 300. Ada dua macam posisi yang
diperlukan: (1) posisi berbaring miring ke kiri, dan (2) posisi membungkuk ke
depan. Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien.
9
Tabel di bawah ini merangkumkan posisi pasien dan urutan yang dianjurkan
untuk pemeriksaan tersebut.
Tabel 1.2
Urutan Pemeriksaan Jantung
Posisi Pasien
Berbaring terlentang dengan
kepala ranjang dinaikan hingga
sudut 300
Posisi ulkus dekubitus lateral-kiri
Berbaring terlentang dengan
kepala ranjang dinaikkan pada
sudut 300
Duduk dengan tubuh miring ke
depan sesudah menarik napas
secara penuh
Pemeriksaan
Lakukan inspeksi dan palpasi di daerah
prekordial: ruang sela iga ke-2; ventrikel
kiri termasuk iktus kordis (diameter,
lokasi, amplitudo, durasi).
Lakukan palpasi iktus kordis jika
sebelumnya tidak berhasil terdeteksi.
Dengarkaan pada daerah apeks dengan
menggunakan stetoskop (bell).
Dengarkan pada daerah trikuspid dengan
menggunakan bagian sungkup dari
stetoskop.
Dengarkan pada semua daerah auskultasi
dengan menggunakan membran dari
stetoskop.
Dengarkan di sepanjang tepi kiri os
sternum dan pada daerah apeks.
10
(Gambar1.4)
Pada saat melakukan pemeriksaan jantung, jangan lupa untuk
membandingkan hasil-hasil temuan Anda dengan tekanan vena jugularis dan
denyut karotis pasien. Penting pula untuk mengidentifikasi lokasi anatomik hasil-
hasil temuan Anda saat terjadinya siklus kardiak.
a.) Perhatikan posisi lokasi anatomik bunyi jantung dalam pengertian ruang sela
iga dan jaraknya terhadap linea midsternalis, linea midklavikularis atau linea
aksilaris. Linea midsternalis akan memberikan titik nol yang paling andal
untuk pengukuran, kendati beberapa pakar merasa bahwa linea
midklavikularis dipengaruhi berbagai ukuran dan bentuk tubuh pasien.
b.) Kenali saat terjadinya impuls atau bunyi jantung dalam kaitanya dengan siklus
kardiak. Saat terdengarnya bunyi jantung sering kali dapat ditentukan hanya
melalui auskultasi. Pada sebagian besar pasien dengan frekuensi jantung yang
normal atau lambat, bunyi jantung yang berpasangan dapat mudah
diidentifikasi dengan mendengarkanya melalui stetoskop. S1 merupakan
bunyi pertama dari semua bunyi yang didengar, S2 merupakan bunyi kedua,
dan terdapat jeda (interval) diastolik yang relatif panjang yang memisahkan
pasangan bunyi yang satu dengan pasangan bunyi yang selanjutnya.
11
Intensitas relatif bunyi jantung ini dapat pula membantu. Biasanya S1
terdengar lebih keras daripada S2 di daerah apeks kordis; yang lebih dapat
diandalkan lagi, biasanya S2 terdengar lebih keras daripada S1 didaerah bassis
kordis.
Para dokter yang sudah berpengalaman sekalipun terkadang tidak pasti
tentang saat terjadinya bunyi yang mereka dengar, terutama jika mereka juga
menemukan bunyi jantung tambahan dan bising jantung. Teknik yang dinamakan
“inching” dapat membantu mengatasi kesulitan ini. Kembalilah ke suatu tempat
pada dada-yang paling sering ke daerah bassis kordis-tempat bunyi S1 dan S2
mudah dikenali. Camkan iramanya dengan jelas di dalam ingatan Anda.
Kemudian, geser stetoskop Anda inci demi inci (karena itu, teknik ini dinamakan
inching) ke arah bawah pada dada pasien sampai Anda mendengar bunyi yang
baru.
Meskipun demikian, hasil dari auskultasi saja dapat menyesatkan. Sebagai
contoh, intensitas bunyi S1 dan S2 bisa saja abnormal. Lagi pula, pada frekuensi
jantung yang cepat, diastol akan memendek dan pada frekuensi sekitar 120 kali
/menit, lamanya diastol dan sistol tidak dapat dibedakan. Gunakan palpasi denyut
karotis atau iktus kordis sebagai pemandu waktu observasi Anda. Kedua denyut
ini terjadi pada sistol awal tepat sesudah bunyi jantung pertama. Inspeksi yang
cermat pada dada anterior dapat mengungkapkan lokasi iktus kordis atau apical
impulse (PMI; point of maximal impulse) atau lebih jarang lagi, gerakan ventrikel
pada S3 atau S4 sisi kiri. Penerangan dari samping akan memberikan lapangan
pandang yang paling jelas untuk melakukan observasi ini.
Gunakan palpasi untuk memastikan karakteristik iktus kordis. Palpasi juga
berguna untuk mendeteksi thrills dan gerakan ventrikel pada S3 atau S4. Pastikan
untuk memeriksa ventrikel kanan dengan melakukan palpasi daerah ventrikel
kanan pada tepi kiri-bawah os sterni dan pada daerah subsifoideus, palpasi daerah
arteri pulmonalis pada ruang sela iga ke-2 kanan. Tinjau kembali diagram pada
halaman berikut. Perhatikan bahwa “daerah-daerah” yang didesain untuk
ventrikel kiri dan kanan, arteri pulmonalis, dan aorta tetap akan ditemukan pada
12
kebanyakan pasien yang jantungnya berada di dada sebelah kiri dengan anatomi
pembuluh darah besar yang normal.
Mulai pemeriksaan dengan melakukan palpasi secara menyeluruh pada
dinding dada. Pertama, lakukan palpasi untuk menemukan impuls dengan
menggunakan permukaan ventral jari tangan Anda. Pertahankan jari tangan
tersebut dalam posisi rata atau miring pada permukaan tubuh pasien dengan
melakukan penekanan yang ringan untuk lokasi S1 dan S2. Impuls ventrikel dapat
mengangkat atau mendorong jari tangan Anda. Kemudian lakukan palpasi untuk
mengecek thrills dengan cara menekankan permukaan ventral jari tangan Anda
secara kuat pada dada pasien. Jika pada auskultasi berikutnya ditemukan bising
dan keras, kembalilah dan periksa daerah tersebut sekali lagi untuk menemukan
thrills.
Iktus Kordis atau Apical Impulse (PMI, point of maximal impulse
daerah ventrikel kiri). Iktus kordis mempresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri
yang cepat pada saat denyutan ini bergerak ke anterior ketika terjadi kontraksi dan
menyentuh dinding dada. Perhatikan, pada kebanyakan pemeriksaan, iktus kordis
merupakan titik impuls yang maksimal atau PMI; kendati demikian beberapa
kelainan patologis seperti pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonalis
dan aneurisme aorta dapat menimbulkan pulsasi yang lebih menonjol daripada
denyutan apeks kordis. Jika Anda tidak dapat menemukan iktus kordis pada
pasien yang terlentang, minta pasien untuk memutar tubuh bagian atasnya ke kiri-
posisi ini dinamakan dekubitus lateral kiri. Lakukan palpasi sekali lagi dengan
permukaan ventral beberapa jari tangan. Jika Anda tetap tidak dapat menemukan
iktus kordis, mintalah pasien untuk menghembuskan napasnya secara penuh dan
kemudian berhenti bernapas selama beberapa detik. Ketika memeriksa pasien
wanita, Anda mungkin perlu menyingkirkan payudara kiri ke atas atau ke lateral;
sebagai alternatif lain, Anda dapat pula meminta pasien untuk melakukan sendiri
tindakan ini. Setelah Anda menemukan iktus kordis, lakukan penilaian yang lebih
halus dengan ujung-ujung jari tangan Anda dan kemudian dengan satu jari tangan.
13
(Gambar 1.5)
(Gambar 1.6)
Dengan pengalaman, Anda akan belajar untuk mampu meraba iktus kordis
pada sebagian besar pasien, tetapi pada obesitas, dinding dada yang sangat berotot
atau pelebaran diameter anteroposterior dada dapat membuat iktus kordis tidak
teraba. Sebagian denyut apeks ini tersembunyi dalam dinding rongga dada pada
posisi apapun. Kini, lakukan pengkajian terhadap lokasi, diameter, amplitudo, dan
durasi iktus kordis. Mungkin Anda menghendaki pasien menghembuskan
napasnya dan kemudian menghentikan napasnya sejenak untuk mengecek hasil-
hasil temuan Anda.
Lokasi. Coba untuk memeriksa lokasi iktus kordis saat pasien terlentang
(supinasio) karena posisi dekubitus lateral kiri akan menggeser iktus kordis ke
14
kiri. Tentukan lokasi dua tempat: ruang sela iga, biasanya ke-5 atau mungkin
pula ke-4, yang menjadi lokasi vertikal; dan jarak dalam cm dari linea
midsternalis yang menjadi lokasi horizontal. (Perhatikan , walaupun normalnya
iktus kordis akan jatuh secara kasar pada linea midklavikularis, namun
pengukuran dari garis ini kurang dapat diulangi dengan tepat karena para
klinisi berbeda-beda dalam memperkirakan titik tengah os klavikula.)
Diameter. Lakukan pengukuran diameter iktus kordis. Pada pasien yang
terlentang, biasanya iktus kordis berdiameter kurang dari 2,5cm dan hanya
menempati satu ruang sela iga. Diameter ini mungkin lebih lebar pada
dekubitus lateral kiri.
Amplitudo. Perkirakan amplitudo impuls ini. Biasanya amplitudonya kecil dan
terasa cepat serta seperti mengetuk. Sebagian orang muda mempunyai
amplitudo yang meningkat atau impuls yang hiperkinetik, khususnya jika
mereka berada dalam keadaan emosi atau setelah melakukan aktivitas fisik atau
olahraga, tetapi durasi iktus kordisnya tetap normal.
Durasi. Durasi merupakan karakteristik iktus kordis yang paling berguna untuk
mengidentifikasi hipertrofi ventrikel kiri. Untuk menilai durasinya, dengarkan
bunyi jantung sementara Anda meraba iktus kordis atau mengamati gerakan
stetoskop ketika Anda mendengarkan bunyi jantung di daerah apeks kordis.
Perkirakan bagian sistol yang diwakili oleh iktus kordis. Normalnya, iktus
kordis berlangsung selama dua pertiga sistol dan sering kali kurang dari
periode tersebut tetapi tidak terus teraba hingga bunyi jantung kedua.
S3 dan S4. Dengan inspeksi dan palpasi, Anda dapat menemukan gerakan
ventrikel yang sinkron dengan bunyi jantung ketiga dan keempat yang patologis,
Untuk menemukan impuls ventrikel kiri, raba denyut apeks secara lembut dengan
satu jari tangan. Pasien harus berbaring dengan sebagian tubuh berada dalam
posisi miring pada sisi kiri tubuhnya, menghembuskan napas, dan menghentikan
napasnya sebentar. Dengan membuat tulisan X dengan spidol pada apeks kordis.
Tepi Kiri Sternum pada Ruang Sela Iga ke-3, ke-4, dan ke-5 Daerah
Ventrikel Kanan. Pasien harus berbaring terlentang pada susut 300. Tempatkan
15
ujung-ujung jari tangan Anda yang dibengkokkan pada ruang sela iga ke-3, ke-4,
serta ke-5, dan coba untuk meraba impuls sistolik yang dihasilkan oleh ventrikel
kanan. Sekali lagi, meminta pasien untuk mengeluarkan napasnya da kemudian
menghentikanya sejenak akan memperbaiki hasil pengamatan Anda.
Jika impuls sudah dapat diraba, lakukan penilaian terhadap lokasi,
amplitudo, dan durasinya. Ketukan sistolik yang singkat dengan amplitudo yang
rendah atau sedikit meningkat terkadang terasa pada individu yang dadanya tipis
dan dangkal, khususnya jika terdapat peningkatan volume sekuncup sebagaimana
terjadi pada keadaan cemas.
(Gambar 1.7)
Gerakan diastolik pada bunyi jantung ketiga dan keempat sisi yang kanan
terkadang dapat diraba. Raba gerakan tersebut pada ruang sela iga ke-4 dan ke-5.
Tentukan waktunya dengan auskultasi atau palpasi karotis.
Pada pasien yang diameter anteroposterior (AP) dadanya meningkat, palpasi
ventrikel kanan pada daerah epigastrium atau subsifoideus juga bermanfaat.
Dengan tangan yang diratakan, tekankan jari telunjuk Anda tepat di bawah
dinding iga (rib cage) dan kemudian geser jari tersebut ke atas ke arah bahu kiri
dan coba untuk merasakan pulsasi ventrikel kanan.
16
(Gambar 1.8)
Minta pasien untuk menarik napas dan menghentikanya sejenak, hal ini
akan membantu. Posisi dalam keadan inspirasi ini akan menggerakan tangan Anda
menjauhi pulsasi aorta abdominalis yang jika tidak, dapat membingungkan Anda.
Gerakan diastolik pada S3 dan S4-jika terdapat gerakan-dapat juga diraba di sini.
Ruang Sela Iga ke-2 Kiri-Daerah Pulmonal. Ruang sela iga ini berada di
atas arteri pulmonalis. Ketika pasien menahan ekspirasi, cari dan raba untuk
menemukan impuls dan rasakan dengan palpasi untuk menemukan bunyi jantung
yang dapat diraba. Pada pasien yang dadanya tipis atau dangkal, terkadag pulsasi
arteri pulmonalis dapat diraba di sini khususnya sesudah melakukan aktivitas fisik
atau olahraga atau dalam keadaan emosi. Pulsasi yang menonjol di sini sering
terdapat pada dilatasi atau peningkatan aliran darah dalam arteri pulmonalis. S2
yang bisa diraba menunjukan adanya peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis
(hipertensi pulmoner).
Ruang Sela Iga ke-2 Kanan-Daerah Aorta. Ruang sela iga ini berada di
atas saluran keluar aorta. Bunyi jantung S2 yang dapat diraba menunjukan
hipertensi sistemik. Pulsasi di sini menunjukan dilatasi atau aneurisma aorta.
17
BAB III
PENUTUP
III.A. Kesimpulan
Tekanan dalam vena jugularis mencerminkan tekanan atrium kanan dan
merupakan indikator penting secara klinis mengenai fungsi jantung dan serta
hemodinamika jantung kanan. JVP juga merupakan suatu teknik pemeriksaan
pada jantung. Pada mulanya, tindakan ini kelihatan sukar, tetapi dengan praktik
dan pengawasan, Anda akan menemukan bahwa JVP memberikan informasi yang
sangat berguna tentang status volume cairan tubuh pasien dan fungsi jantungnya.
sebaiknya JVP dinilai dari pulsasi pada vena jugularis interna. Estimasi JVP yang
paling baik dapat diperoleh dari vena jugularis interna dan biasanya pada sisi
kanan karena vena jugularis interna dekstra memiliki saluran anatomis yang
langsung menuju ke atrium dekstra.
Untuk langkah-langkah dalam pemeriksaan JVP. Upayakan agar pasien
terasa nyaman dan rileks, selanjutnya tinggikan kepala ranjang hingga 300,
kemudian periksa kedua sisi leher untuk mengenali pulsasi vena jugularis interna,
setelah itu bentangkan benda berbentuk persegi secara horisontal dari pulsasi vena
jugularis interna, letakkan sebuah penggaris secara vertikal pada angulus sterni
sehingga terbentuk sudut 900, dan terakhir ukur jarak vertikal dalam satuan
sentimeter di atas angulus sterni. Sedangkan untuk pemeriksaan dari inspeksi dan
palpasi dituntut agar setiap mahasiswa dapat mengetahui hemithorax kanan-kiri,
kelainan warna kulit, pelebaran pembuluh darah vena dan penyempitan atau
pelebaran sela iga (ICS).
III.B. Saran
Kepada pembaca dan penyimak referat ini, agar lebih mendalami materi
referat Inspeksi dan Palpasi Jantung, serta Pemeriksaan JVP oleh karena demikian
pentingnya fungsi dan manfaat dari referat ini untuk tubuh manusia mulai dari
aspek anatominya, pemeriksaanya beserta korelasi-korelasi kliniknya sehingga
dapat dipahami secara keseluruhan. Terima Kasih.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bates B, Bickley LS, Hoekelman RA. A Guide to Physical Examination
and History Taking. 8th ed. JB. Lippincott, Philadelphia, 2008
Gambar : Elsevier.Seidel et al : Mosby’s Physical Examination Handbook
6th ed www.studentconsult.com. Diunduh 01/02/10.
Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. EGC. Jakarta. 1998
Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik Dasar Edisi 6. EGC. Jakarta
R. Putz dan R. Pabst 2006. Atlas Anatomi Sobotta Edis 22. EGC. Jakarta