Post on 05-Feb-2018
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan manusia untuk memanfaatkan
sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah
suatu usaha atau kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumber daya perairan, baik
tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan merupakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan makhluk hidup perairan. Sedangkan pembangunan perikanan
adalah suatu upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan dan
sumberdaya perairan, terutama pada ikan yang terdapat di dalamnya.
Ikan adalah hewan vertebrata (bertulang belakang) yang bernafas dengan
insang, bergerak dengan sirip, hewan berdarah dingin (poikiloterm), dan hidup di air
baik di air tawar maupun di air laut.
Ikan terdapat dua grup yaitu agnatha dan gnathostomata. Yang masing-masing
memiliki tiga kelas utama. Kelas pertama merupakan kelas cephalospidomophi, kelas
kedua merupakan kelas condrichthyes, kelas ketiga merupakan kelas osteichthyes.
Bentuk ikan terbagi dua yaitu bilateral simetris dan non bilateral simetris. Bentuk
tubuh ikan bermacam-macam misalkan pipih mendatar, torpedo, pipih (compressed),
pipih (depressed), ular, bola, pipa, dan lain-lain (Penuntun Praktikum ichthyology,
2014).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai
dengan empat puluh ribu spesies ikan yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat
ribu di antaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar.
2
Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai tiga ratus
spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya
sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat
dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian.
Pengetahuan tentang pengenalan ikan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam Ichthyology khususnya dalam kegiatan melaksanakan
identifikasi, sehingga berdasarkan data yang telah diuraikan dapat dengan mudah
mengelompokkan jenis-jenis ikan yang masih termasuk satu golongan ataupun dapat
membedakan dengan mudah ikan-ikan yang berlainan jenis.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang
penggolongan ikan berdasarkan bentuk tubuh dan bentuk sirip serta morfologinya
antara ikan yang satu dengan ikan yang lainnya.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa bisa membedakan
ikan dengan cara cepat, tepat dan benar. Selain itu wawasan mahasiswa tentang
perbedaan ikan akan meningkat dengan adanya praktikum ini
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ikan menurut Rahardjo (2000), yaitu makhluk vertebrata yang
berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan sirip, yang hidup di
perairan. Dari semua spesies, ikan memiliki bentuk tubuh dan bagian luar tubuh yang
berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam beberapa bagian. Meskipun
ikan memiliki bentuk tubuh yang bervariasi namun ikan mempunyai pola dasar yang
sama, yaitu “ kepala-badan-ekor”.
Ikan terdapat dua grup yaitu agnatha dan gnathostomata. Yang masing-masing
memiliki tiga kelas utama. Kelas pertama merupakan kelas cephalospidomophi, kelas
kedua merupakan kelas condrichthyes, kelas ketiga merupakan kelas osteichthyes.
Bentuk ikan terbagi dua yaitu bilateral simetris dan non bilateral simetris. Bentuk
tubuh ikan bermacam-macam misalkan pipih mendatar, torpedo, pipih (compressed),
pipih (depressed), ular, bola, pipa, dan lain-lain (Penuntun Praktikum ichthyology,
2014).
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar
ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari
jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di
perairan. (Wahyuningsih dan barus, 2006).
Bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup
di dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana
ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh; sedangkan cara bergerak
maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan
4
menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologis dari habitat ikan yang
bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air, arus air, pH, salinitas, dan makhluk-
makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya
(Saanin,2007).
Romimohtarto (2005), Kelas Condrichthyes tidak mempunyai tulang yang
benar, tetapi terdiri dari tulang rawan (cartilage), mempunyai rahang kuat, dan
mulutnya terdapat di bagian bawah mulut, celah insang eksternal dan biasanya ada
lima pasang. Kelas Osteichthyes (Telestoi) merupakan ikan yang bertulang karena
mempunyai rangka dari bahan tulang dan sifat lain yang mudah dikenal adalah
adanya satu celah insang di kedua sisi kepala.
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam
Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar dan banyak diminati orang,
sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni
iktiologi. (Romimohtarto, 2005).
Romimohtarto (2005), Kelas Condrichthyes tidak mempunyai tulang yang
benar, tetapi terdiri dari tulang rawan (cartilage), mempunyai rahang kuat, dan
mulutnya terdapat di bagian bawah mulut, celah insang eksternal dan biasanya ada
lima pasang. Kelas Osteichthyes (Telestoi) merupakan ikan yang bertulang karena
mempunyai rangka dari bahan tulang dan sifat lain yang mudah dikenal adalah
adanya satu celah insang di kedua sisi kepala.
5
II. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ikhtiologi mengenai “Pengenalan morfologi spesies ikan yang
berbeda” dilaksanakan pada Kamis, 01 Mei 2014 pukul 13.00 WIB sampai dengan
pukul 15.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru,
Panam, Pekanbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan baung sampah
(Mystus nemurus), ikan senangin (Eleutheronema tetradactylum), dan ikan patin
(pangasius- pangasius). Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti
nampan, buku penuntun praktikum ikhtilogi, serbet, tissue, sarung tangan, masker
dan alat tulis serta ikan baung (mystus nemurus), ikan barau (hampala
macrolepidota), dan ikan patin (pangasius-pangasius).
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
pengamatan langsung terhadap objek, kemudiakan dilakukan analisis terhadap objek.
Menentukan deskripsi morfologi dan klasifikasinnya. Ikan disediakan di
laboratorium.
6
3.4 Prosedur Praktikum
1. Amati ikan yang telah disediakan di meja praktikan.
2. Gambarkan ikan sampel yang terdapat di meja praktek, minimal 3 jenis ikan
berbeda karakter.
3. Pada setiap ikan yang digambar pada sudut kanan atas dibuat klasifikasi ikan.
4. Pada bagian bawah lengkapi dengan deskripsi ikan yaitu: bentuk tubuh ikan,
posisi dan bentuk mulut, ukuran rostrum, kondisi bibir. Letak, ukuran dan
jumlah sungut, posisi mata, keberadaan sisik tubuh, bentuk linealateralis,
sirip, dan modifikasi sirip.
7
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1. Ikan Barau (hampala macrolepidota)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Family : Hampaladae
Genus : Hampala
Species : Hampala macrolepidota
Gambar 1. Ikan Barau (Hampala macrolepidota)
8
2. Ikan Baung (mystus nemurus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Siluriformes
Family : Bagridae
Genus : Mystus
Species : Mystus nemurus
Gambar 2. Ikan Baung (mystus nemurus)
9
3. Ikan Patin (pangasius-pangasius)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Family : Pangasidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius- pangasius
Gambar 3. Ikan Patin (pangasius-pangasius)
10
4.2. Pembahasan
1. Deskripsi Ikan Barau (Hampala macrolepidota)
Habitat ikan ini berada di perairan air laut. Bentuk tubuh ikan ini pipih
compressed. Tubuhnya bilateral simetri. Ikan ini mempunyai lubang hidung dirhinous
(dua pasang), posisi mulut berada di superior. Ikan ini tidak mempunyai sungut. Dan
tidak ada sisik. Bentuk mulut non protactile. Sirip punggung sejajar dengan sirip
perut. Sirip dada terletak di bawah sudut tutup insang. Sirip perut posisinya sub
abdominal. Sirip anusnya terpisah dengan sirip ekor. Sedangkan sirip ekornya
berbentuk forked.
2. Deskripsi Ikan Baung ( Mystus nemurus)
Habitat ikan ini berada di perairan air tawar. Bentuk tubuh ikan ini kepala
picak badan pipih. Tubuhnya bilateral simetri. Ikan ini mempunyai lubang hidung
monorhinous (satu pasang), posisi mulut berada di inferior. Ikan ini mempunyai
sungut. Dan tidak ada sisik. Bentuk mulut non protactile. Sirip punggung sejajar
dengan sirip perut. Sirip dada terletak di bawah sudut tutup insang. Sirip perut
posisinya abdominal. Sirip anusnya terpisah dengan sirip ekor. Sedangkan sirip
ekornya berpinggiran tegak.
4. Deskripsi Ikan Patin (Pangasius - pangasius)
Habitat ikan ini berada di perairan air tawar. Bentuk tubuh ikan ini pipih
compressed. Tubuhnya bilateral simetri. Ikan ini mempunyai lubang hidung
monorhinous (satu pasang), posisi mulut berada di inferior. Ikan ini mempunyai
11
sungut. Dan tidak ada sisik. Bentuk mulut protactile. Sirip punggung sejajar dengan
sirip perut. Sirip dada terletak di bawah sudut tutup insang. Sirip perut posisinya sub
abdominal. Sirip anusnya terpisah dengan sirip ekor. Sedangkan sirip ekornya bentuk
forked.
12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa berbagai jenis ikan
mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya, baik satu genus, mauupun
satu family pasti akan mempunyai perbedaan. Hal itu dapat dilihat dari morfologinya
,dalam segi mulut, sirip, hidung, mata, dan bentuk tubuh ikan.
5.1 Saran
Dalam praktikum sebaiknya dipersiapkan dulu segala bahan dan alat yang
diperlukan dengan lengkap. Selain itu juga diperlukan berbagai bahan bacaan sebagai
referensi praktikum. Hal ini sangat mendukung kelancaran praktikum di masa akan
datang, diharapkan agar asisten dapat membantu dan membimbing praktikan.
Kemudian sebaiknya sarana dan prasarana laboratorium dibuat lebih baik lagi
sehingga tujuan dari praktikum tercapai. Serta ikan yang di praktikan harus segar.
13
DAFTAR PUSTAKA
C. Pulungan Manda, R Windarti Budijono Neli safrina 2014. Penuntun Praktikum
Ichtyology. Universitas Riau. Pekanbaru
Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatansumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidakditerbitkan).
Djuhanda,T.,1981.Dunia Ikan.Armico.Bandung.190 hal.
Emdany. 2000. Biologi Reproduksi Ikan Senangin Dari Perairan Muara Sungai
Evy,R., Endang Mujiani dan K. Sujono.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. MutiaraSumber Widya. Jakarta. 96 hal.
Nontji,A.1993. Laut Nusantara . Pernerbit Djambatan, Jakarta. 367 hal.
Rahardjo,2001. Ichtyhologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 97 hlm.
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Rokan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Saanin,H. 1986. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Bina Cipta. Bandung.
Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan. Bogor.
Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi.Departemen Biologi FMIPA USU,
Medan.
14
L A M P I R A N
15
1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum
Buku Penuntun Tissue
Pensil Pena
Penggaris Penghapus
Nampan / Baki Serbet