Post on 15-Oct-2015
description
LABORATORIUM FARMASETIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
VIAL
Oleh :
KELOMPOK IV / GOLONGAN JUMAT
FITYATUN USMAN (N111 06 001) MIRANTI AZIS (N111 06 002) SUBAEDAH (N111 06 005) NOVIANTY YONATHAN (N111 06 006) DARMA DOGA (N111 06 012) EKA SUCININGSIH (N111 06 043) ARMINI SYAMSIDI (N111 06 050) RESKI (N111 06 070) SHERLING LISANGAN (N111 06 073)
ASISTEN : DWI WAHYUNI B
MAKASSAR
2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan
melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal,
intramuskuler, subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui
rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat
suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara
difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai untuk bahan
obat , baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat
itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara
kimia. bahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat
diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air
melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air
harus diperhatikan pH larutan tersebut. (1)
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang
diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam
kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki
pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran
mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian
yang dapat diterima (2). Ampul adalah wadah gelas yang tertutup rapat
biasanya dalam dosis tunggal padat atau larutan obat jernih atau
suspense halus yang ditujukan untuk penggunaan parenteral.(3)
Narium Fenobarbital diberikan dalam bentuk injeksi IV untuk
mengobati sindrom konvulsi akut(4). Asam folat dapat diberikan secara
Intramuscular, Intravena, atau Subkutan kedalam bentuk garam(5). Asam
folat digunakan pada perawatan dari megaloblastik dan makrositik anemia
dari wanita hamil dan anak-anak(6)
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan injeksi ampul.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Membuat injeksi ampul Asam folat.
I.3 Prinsip Percobaan
Pembuatan injeksi ampul Asam Folat dengan cara menimbang,
mencampur, melarutkan bahan sesuai komposisinya dan menyaring,
menggunakan alat dan bahan yang telah disterilkan dengan cara yang
sesuai dan dilakukan dalam kondisi aseptik serta memerlukan sterilisasi
akhir dalam pengerjaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum Injeksi
II.1.1 Defenisi sediaan parenteral
1. Farmakope Indonesia edisi III: 13
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit selaput lendir
2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics: 283
Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril yang diberikan
dengan menembus satu atau lebih lapisan kulit
3. Scovilles The Art Of Compounding : 124
Injeksi adalah larutan yang dimaksudkan ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik.
4. Parenteral Technology Manual : 3
Parenteral merupakan rute pemberian obat yang dimasukkan ke dalam
tubuh dengan menggunakan alat suntik.
5. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition : 1545
Parenteral merupakan rute pemberian obat melalui injeksi di bawah
untuk menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.
6. Formularium nasional; 317
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
7. Pharmaceutical practice: 247
Injeksi parenteral adalah langsung diberikan ke dalam darah secara
bebas dan efek dikontrol atau ke bagian luar jaringan pembuluh darah
untuk efek local atau sistemik. Sebuah injeksi dapat diberikan secara
intravena untuk meningkatkan secara cepat konsentrasi obat dalam
plasma darah, tetapi konsentrasi segera turun dari transfer reversible obat
dari plasma darah ke dalam jaringan tubuh, sebuah proses yang diketahui
sebagai distribusi
8. American pharmacy:224
Sediaan parenteral (juga disebut parenteral) adalah obat obat steril,
larutan atau suspensi yang dikemas dalam cara yang sesuai adalah
pemberian melalui injeksi hipodermik tiap dari bentuk yang disiapkan atau
setelah penambahan pelarut yang sesuai atau agen pensuspensi.
9. Dispending Of Medication by Martin: 968
Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang
dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau
membran mukosa
10. Dispending Of Medication by King: 968
Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang
dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau
membran mukosa
11. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 399
Obat suntik didefenisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas
pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah
parenteral seperti yang umum digunakan menunjukkan pemberian lewat
suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan
12. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical
Adjuncts:192
Parentral berasal dari kata yunani, para dan enteron berarti diluar
usus. Deskripsi ini hanya melarang rute oral dan rektal, sebenarnya dalam
penggunaannya berarti beberapa produk yang diinjeksi secara langsung
dalam sistem cairan tubuh (darah, limfa, intra atau ekstra cairan seluler).
Karena produk parenteral diinjeksi secara langsung dalam cairan tubuh
dan melewati banyak mekanisme pertahanan tubuh, sediaan ini harus
memiliki sterilitas dan spesifikasi pirogen
13. Formulasi steril : 39
Injeksi adalah sediaan stril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
14. Textbook Of Pharmaceutic : 553
Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu
atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke daerah khusus tubuh
15. Dispending Of Medication by Hoover : 255
Obat parenteral adalah sediaan bentuk steril yang digunakan melalui
injeksi di bawah atau melewati satu atau lebih lapisan kulit atau membrane
mukosa
16. Farmakope Indonesia edisi IV:317
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir
17. Kamus saku kedokteran Dorland edisi 25 :830
Parenteral: bukan melalui saluran pencernaan tetapi dengan
penyuntikan lewat jalur lain, seperti subkutan, muscular,dll.
18. Drug Information;guide for pharmacist 3rd; e- book
Campuran parenteral : larutan yang mengandung produk produk
obat untuk penggunaan intravena
19. Med Math; 75
Istilah parenteral tidak menunjukkan suatu cara spesifik itu adalah
istilah umum yang berari melalui suntikan. Bentuk obat untuk pemberian
secara parenteral termasuk larutan, suspensi dan serbuk. Bentuk obat
untuk penggunaan parenteral bersifat steril dan digunakan teknik steril
untuk menyiapkan dan memberikannya.
20. www.formulasi steril.com
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan di bawah satu atau lebih
lapisan kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender
21. Sterile Dosage Forms:1
Sediaan parenteral adalah sediaan yang disuntikkan pada satu atau
lebih lapisan pada jaringan kulit.
Kesimpulan :
Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa
larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir
atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa
menggunakan alat suntik.
II.1.2 Perbedaan parenteral volume besar dan volume kecil
1. Dispending of Medication by Martin : 970 dan 973
Parenteral volume kecil dapat diklasifikasin seperti yang lain karena
volume material diinjeksikan ke dalam tubuh atau volume pengobatan
dalam wadah. Faktor ini selalu berhubungan dekat sejak unit bungkus
kecil biasanya cocok saat dosis kecil ditetapkan. Volume pengobatan
dalam wadah saat penarikan berkali kali dimaksudkn dari 1 unit bungkus
dibatasi oleh USP sampai 30 ml.
Parenteral volume besar diklasifikasikan seperti itu karena volume
cairan diinjeksikan dan volume cairan dalam tiap wadah. Volume wadah
brkisar 50 200ml, meskipun yang tersedia biasanya 150, 250, 500, dan
1000 ml.
2. Scovilles The Art Of Compounding : 191
Tiap larutan parenteral. Sebuah pengujian daftar obat yang tercakup
dalam USP XV dalam bentuk sediaan injeksi memperlihatkan 2 tipe
umum.:
a. Yang diinjeksikan dalam volume yang relatif kecil untuk tujuan terapetik
atau diagnositk.
b. Yang diinjeksikan dalam volume yang relatif besar untuk
mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh
3. Parenteral Technology Manual : 3
Penyuntikan adalah preparasi cairan obat yang disuntikkan ke dalam
tubuh, ke dalam atau melewati kulit atau melewati mukus dan membrane
serviks. Volume hingga 100 ml dikatakan volume parenteral kecil (SVPS).
Produk injeksi lain yang diberikan secara langsung ke dalam sirkulasi
darah vena disebut cairan infuse atau volume parenteral besar (LVPS)
4. Encyclopedia volume 11: 201 dan 207
Parenteral volume besar
Larutan volume besar intravena ditujukan untuk injeksi dan
dimaksudkan untuk penggunaan intravena sediaan ini dikemas dalam
wadah berukuran 100 ml atau lebih. Larutan steril volume besar lain
meliputi penggunaan untuk irigasi atau dialisis. Sediaan ini dapat dikemas
dalam wadah wadah yang dirancang untuk untuk kosong dengan cepat,
berisi volume lebih dari 1000 ml. Sediaan ini dikemas dalam unit dosis
tunggal dalam wadah gelas atau plastic yang cocok, sebagai tambahan
harus steril, non pirogenik dan bebas dari partikulat. Karena diberikan
dalam volume besar, agen bakteriostatik tidak pernah digunakan. Sejak
toksisitas dihasilkan dari pemberian dalam jumlah besar agen
bakteriostatik.
Parenteral volume kecil
Produk ini dikemas dalam vial, ampul, alat suntik, cartrid, botol dan
wadah lainnya dalam 100 ml atau kurang di bawah klasifikasi ini.
Parenteral volume besar (LVPS) harus disterilisasi akhir,
sedangkan (SVPS) dapat disterilisasi akhir atau melalui proses dan filtrasi
aseptic LVPS, biasanya meliputi intravena, dialysis, atau larutan irigasi
yang mengandung eletrolit, gula, asam amino darah dan proein darah dan
lemak lemak. LVPS harus diberikan melalui rute intravena. Faktanya
beberapa injeksi dengan volume lebih besar dari 10 ml harus diberikan
melalui pemberian intravena.
SVPS meliputi semua tipe lain dari produk parenteral untuk aplikasi
topical optalmik atau injeksi melalui rute rute yang bervariasi. Rute
utama; intramuscular, intravena, subkutan. Rute kedua; hipodermolisis,
intraabdominal(intraperitonial), intra arterial, intra artikular, intra kardial,
intra sistermal, intra dermal, intraksional, intra ocular, intra pleural, intra
tekal, intra uterin, intra ventikular.
5. Sterile Dosage Forms : 163
Larutan intravena volume besar mengacu pada injeksi untuk
pemberian intravena dan Larutan ini dikemas dalam wadah 100 ml atau
lebih.
6. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition: 157O
Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infus I.V biasanya cairan
intravena dan digolongkan kedalam kelompok produk steril yang
disediakan sebagai parenteral volume besar. Terdiri dari injeksi volume
tunggal yang mempunyai volume 100 ml atau lebih dari dalam pewadahan
tidak ditambahkan bahan-bahan cairan intravena dikemas dalam wadah
100 sampai 1000 ml.
Kesimpulan :
Perbedaan Parenteral Volume besar Parenteral Volume Kecil
Volume
Diberikan pada volume besar, volume wadah berkisar 50 2000 ml
Diberikan pada volume kecil, volume wadah dibatasi hingga 30 ml
Tujuan
Mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh / cairan tubuh
Diberikan untuk tujuan terapeutik atau diagnostic tertentu
Wadah Dikemas dalam unit wadah dosis tunggal
Dikemas dalam unit wadah dosis ganda
Cara sterilisasi
Sediaan harus disterilisasi akhir
Sediaan dapat disterilisasi akhir atau proses filtrasi maupun pengerjaan aseptis
Rute pemberian
Intravena Bervariasi tergantung tujuan terapetik/ organ target, dapat berupa intravena, intramuscular, subkutan dan rute lainnya
II.1.3 Rute- rute Injeksi
1. Dispending of Medication by Martin : 970
1. Parenteral Volume Kecil
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan
"dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika
sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh
darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan
dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam
kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
b. Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute
intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal
daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada
absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan
efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.
d. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit.
Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset
lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau
IM.
e. Rute Injeksi Lain
Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga digunakan
untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi lokal dari pada efek
sistemik.
a) Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan
untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer
tubuh.
b) Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika
kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
c) Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi
lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal
neuroligia.
d) Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi
tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit
neoplastik seperti leukemia.
e) Intraperitoneal dan intrapleural
2. Parenteral Volume Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan
subkutan yang secara normal digunakan.
a) Intravena
Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan
lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV
daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif
lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari
obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung
untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan
dalam situasi darurat disiapkan.
Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan
pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti
pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan
potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari
kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan
berair.
b) Subkutan
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif
ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara
relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat.
Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri
dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil
(biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan lebih terbatas zat
tambahannya.
b. Parenteral Technology Manual : 6-11
1. Subkutan (s.c)
Injeksi yang dimasukkan ke dalam jaringan lunak tepat di bawah
permukaan kulit karena ketersediaan ruangan dalam jaringan terbatas,
volume injeksi tidak lebih dari 1 ml. Perhatian diinginkan untuk membuat
formulasi yang berhubungan dengan kondisi pH dan tonisitas.
2. Intramuskular (i.m)
Injeksi yang secara langsung dimasukkan ke dalam otot, biasanya
lengan atau daerah panggul. Rute ini juga digunakan jika obat mengiritasi
atau tidak larut dalam air atau minyak sehingga obat tersebut harus
digunakan dalam bentuk suspensi. Volume injeksi harus tetap kecil,
umumnya tidak lebih dari 2 ml.
3. Intravena (i.v)
Injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam aliran darah. Hal ini
memungkinkan dengan hati-hati untuk memberikan volume kedil larutan
pekat yang secara normal akan mengiritasi jaringan. Rute ini diberikan
secara perlahan-lahan sehingga larutan diencerkan oleh darah mengalir
melewati titik dimana jarum disuntikkan. Rute ini juga digunakan untuk
pemberian volume besar dari penggantian dan larutan hiperalimentasi.
4. Intrakutan (i.c)
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di
bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil
(0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
5. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi
lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan
serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan
volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume
1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk
membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai
keadaan tubuh pasien.
6. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat
antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
7. Intrakardial
Secara langsung ke dalam jantung, merupakan suatu rute yang mana
digunakan untuk menginjeksi ke dalam aliran darah volume besar dari
larutan hipertonik atau larutan teriritasi seperti dekstrosa 70%. Proses ini
membutuhkan bantuan kateter. Kateterisasi meliputi proses pembedahan
dan secara umum hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu dari rumah
sakit yang lebih besar.
8. Intraperitoneal (i.p)
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin
rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
9. Intrasisternal dan Peridural
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.
Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis
untuk injeksi.
Gambar Rute Injeksi
c. Pharmaceutical Drug Formulation : 26-29
1. Hiperdermoklisis
Deskripsi : kegunaan rute pemakaian subkutan untuk infus larutan
volume besar ke dalam jaringan subkutan, disebut hipodermoklisis.
Indikasi : Meskipun jarang digunakan sekarang, pemakaian cairan
secara hiperdermoklisis dapat diindikasikan jika kecepatan absorpsi
lambat diinginkan atau jika tidak ada vena yang cocok (misal untuk bayi
atau lanjut usia). Cairan seperti Ringer Laktat; dektrosa 2,5% dalam
0,45% larutan garam, dan garam normal dapat diinjeksikan untuk
mempertahankan atau pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Perhatian : Injeksi harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah
pembengkakan jaringan. Larutan hipertonis, cairan bebas elektrolit, asam
amino, emulsi lemak, dan lainnya berbeda dari pH tubuh secara signifikan
tidak digunakan. Infeksi lokal adalah umum dan mungkin menjadi
masalah. Bila larutan noneletrolit hipertonik disuntikkan, sejumlah besar
cairan dapat dibawa dari kompartemen vaskuler, menghasilkan
penurunan volume plasma dan shok.
2. Intra-arterial
Dekripsi : Injeksi atau infus ke dalam arteri yang membawa langsung
pada organ target.
Indikasi: Rute intra-arterial digunakan umumnya untuk tujuan diagnosis
seperti menginjeksikan bahan-bahan radiopak untuk studi roentgenografik
dari cadangan vaskuler pada berbagai organ atau jaringan (seperti
koroner, serebral, pulmonari, renal, enterik, atau arteri perifer). Hampir
semua arteri dicapai dengan kateterisasi arterial.
Penggunaan rute intra-arterial untuk tujuan pengobatan adalah jarang
dan terbatas pada umumnya untuk kemoterapi organ tertentu, seperti
mengobati kanker lokal tertentu (seperti melanoma malignant pada
ekstremitis bawah), dimana perfusi regional dengan konsentrasi tinggi dari
obat toksis (yang bila diberikan secara i.v dapat dihubungkan dengan
reaksi sistemik serius) yang dapat tercapai.
Perhatian: Rute ini sangat berbahaya karena produk-produk yang
menggunakan rute ini tidak diencerkan secukupnya ataupun disaring
untuk paru-paru, hati, ginjal sebelum kontak dengan jaringan perifer atau
organ vital yang terlindung oleh arteri. Produk yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme endotoksin dan atau bahan partikulat dapat
menyebabkan komplikasi serius atau reaksi, seperti infeksi (baik intra-
arterial atau ekstra-arterial) atau tromboembolisme arteri atau
vasospasme, yang dapat menyebabkan iskemia, infarksi, atau gangren
pada jaringan atau organ. Sebagai tambahan, bila teknik pemasukannya
salah, kerusakan pada intima arteri dan dinding pembuluh dapat terjadi,
sehingga ekstravasi perdarahan serius ataupun aneurisme disserting
dapat terjadi. Jika udara diinfuskan dengan tidak sengaja, embolisme
udara dengan akibat iskemia dan atau infarksi jaringan dapat terjadi, dan
keadaan yang biasanya tidak muncul apabila sejumlah kecil udara
diinfuskan ke dalam sistem vena.
3. Intralesional
Deskripsi: Injeksi bahan obat langsung ke dalam atau di sekitar luka,
biasanya pada atau dalam kulit atau jaringan lembut, untuk mencapai efek
terapetik.
Indikasi : Injeksi bahan-bahan obat ke dalam atau sekitar luka
umumnya telah berguna jika diinginkan untuk menetralkan berbagai toksin
seperti tetanus dimana injeksi antitoksin ke dalam atau sekitar luka telah
digunakan. Terapi serupa ditemukan tidak berguna pada rabies, dimana
diinjeksikan langsung ke dalam atau di sekitar tempat gigitan.
Dermatologis umumnya menggunakan rute ini untuk mengobati psoriasis,
lichen simpleks, sarkoid, lichen planus hipertropikus, herpes zoster (dan
post-zoster neuralgia) dan jerawat sistik atau nedulus, dengan steroid
lokal. Keloid juga telah sering ditangani dengan injeksi lokal seperti ini,
tetapi biasanya dengan steroid berdosis tinggi.
Perhatian : Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu infeksi, biasanya
dari organisme yang baru masuk pada nasokamial. Meskipun mengalami
kesulitan, tergantung pada tipe luka yang diinjeksikan, lingkungan steril
harus disiapkan sebelum diinjeksikan. Dengan penyakit infeksi,
penyebaran lokal dari proses yang diobati dapat terjadi.
4. Intraokuler
Deskripsi : Ada 4 tipe injeksi intraokuler yang digunakan :
a. Chamber arterior: injeksi atau irigasi langsung ke dalam chamber
anterior mata.
b. Intravitreal : injeksi langsung ke dalam lubang vitreous pada mata.
c. Retrobulbar : injeksi di sekitar ( bukan ke dalam) bagian posterior
bulat.
d. Subkonjugtiva : meskipun termasuk di bawah intraokuler, injeksi
subkonjungtiva (dan retrobulbar) bukanlah injeksi intraokuler. Injeksi
semacam ini diberikan di bawah konjugtiva, sehingga obat-obat
berdifusi melalui limbus dan sklera ke dalam mata.
Indikasi : Setiap rute digunakan untuk pengobatan infeksi dan inflamasi
pada maya yang tidak diobati secara efektif oleh pengobatan secara
topikal atau sistemik, untuk anestesi globe (retrobulbar) dan untuk dilatasi
pupil dengan sikloplegik dan midriatik. Memasukkan obat ke dalam mata
adalah mengalami kesulitan, sebagai transpor intraokuler dan difusi
adalah miskin. Injeksi intraokuler adalah dilengkapi seringkali oleh infus
intravena obat terapetik. Pemilihan tipe injeksi intraokuler tergantung pada
penyakit yang ada dan lokasi yang tepat pada penyakit tersebut pada
mata.
Perhatian : Perhatian ekstra dan teknik tepat diinginkan untuk
meminimalkan atau mencegah kerusakan pada mata, terutama pada
endotelium kornea. Komplikasi yang dapat timbul tergantung pada seleksi
rute, adalah kerusakan saraf mata, perdarahan, pelepasan retina,
nekrosis retina, katarak dan injeksi obat langsung ke dalam sirkulasi
dengan efek sistemik. Infeksi selalu berbahaya dan harus sedapat
mungkin dicegah, sebab infeksi dapt menyebabkan kerusakan pada mata
yang cepat dan atau kebutaan. Volume larutan yang dapat diinjeksikan ke
dalam mata biasanya terbatas, umumnya tidak lebih dari 0,1-0,2 ml. Oleh
karena dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang anatomi dan fungsi
mata maka ahli mata yang dapat melakukannya.
5. Intrapleural
Deskripsi : Biasanya diinjeksikan tunggal ke dalam lubang pleura.
Seringkali, pipa tidak permanent dimasukkan ke dada melalui
pembedahan, rute ini dapat digunakan untuk tujuan irigasi atau untuk
injeksi obat berulang.
Indikasi : Seringkali, infeksi atau keganasan meliputi lubang pleura,
umumnya bila proses penyakit adalah kerusakan fungsi pernafasan, maka
digunakan rute ini. Enzim (seperti streptokinase dan streptodornase) dapat
diinjeksikan pada empyemas cair tebal yang todak dapat dihilangkan oleh
absorpsi atau repsorpsi secara alamiah. Bila bagian kiri tidak terobati,
empyemas dapat menyebabkan fibrasis, adhesi, penebalan pleura dan
restriksi pernafasan. Juga penyebaran karsinoma atau mesothelomas
pleura dapat diobati dengan injeksi intrapleural lokal dan bahan-bahan
antitumor atau sclerosis, terutama bila infus berulang menjadi masalah.
Perhatian : Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh infeksi
intrapleural adalah pneumothorax (kolaps paru-paru), perdarahan
intrapleural dan atau infeksi superimposed. Hal yang terakhir lebih sering
terjadi saat pipa dada berada di dalam dada untuk periode waktu yang
panjang.
6. Intrauterin
Deskripsi : Diinjeksikan atau diinfuskan melalui jarum yang dimasukkan
secara perkutan ke dalam rahim yang hamil.
Indikasi : Injeksi atau infus bahan-bahan tertentu seperti garam 20%,
prostaglandin E atau urea ke dalam rahim yang hamil digunakan setelah
16 minggu kehamilan untuk menginduksi kerja dalam aborsi medik atau
membawa fetus yang masih hidup. Meskipun kebanyakan aborsi
dilakukan menggunakan terknik operasi, maka di tangan ahli yang kurang
berpengalaman, aborsi medik melalui injeksi intrauterin ini berguna.
Sebagai tambahan, bahan-bahan yang berbeda untuk studi
roentgenografik dapat diinjeksikan untuk studi anomaly kongental yang
potensial.
Perhatian : Infeksi (amnionitis dan myometritis) adalah komplikasi yang
paling umum terjadi. Bila garam 20% tidak diinginkan untuk diinfuskan
secara i.v pada pasien, kematian dapat terjadi. Untungnya hal ini jarang
terjadi. Seringkali, sindrom koagulopati intravaskular terhambur dapat
terjadi, yang diakibatkan oleh semua masalah yang disebabkan rute ini.
Kemungkinan di tangan orang yang tidak berpengalaman, pembengkakan
rahim atai saluran kemih dapat diinjeksikan.
7. Intraventrikuler
Deskripsi : Diinjeksikan langsung ke dalam ventrikel lateral otak.
Indikasi : Rute ini utamanya digunakan selama pengobatan infeksi
(seperti meningitis bakteri atau fungi dan atau ventrikulitis) dan keganasan
(seperti infiltrasi leukemia dari meningitis atau karsinomatosa) melibatkan
membran dan cairan serebrospinal yang meliputi SSP. Rute ini digunakan
terutama dalam situasi dimana obat-obat yang digunakan berdifusi atau
lewat dengan buruk dari kompartemen vaskuler ke dalam ventrikel dan
ruang subarachnoid dan atau dimana efek samping sistemik dari bahan
partikulat diinginkan (seperti dalam pengobatan meningitis fungi dengan
amfoterisin atau dalam terapi infiltrasi leukemia dengan methothexate).
Perhatian : Oleh karena cairan serebrospinal adalah organ yang kritis
sebagai otak dan cordspinal dank arena salah satu fungsinya dipercaya
untuk menjaga atau melindungi cairan dari organ ini. Pemisahan cairan
atau membran termasuk deleterius dan mungkin mati. Adanya bahan
asing, kimia, dan biologik, jika diinjeksikan ke sistem dapat
mengendapkan inflamasi.
d. Textbook of Pharmaceutics : 553
Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu
atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke dalam daerah khusus
dari tubuh. Jenis-jenis berikut yang tersedia :
1. Intradermal atau injeksi intrakutan
Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick
test), tuberculosis (Old Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni).
2. Injeksi Subkutan atau Hipodermik
Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkan untuk efek
lokal, seperti anestesi lokal.
3. Injeksi Intramuskular
Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspensi diberikan
melalui rute intramuscular.
4. Intravena
Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti
Phytomenadion Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih
diberikan dalam bentuk infus i.v untuk mengganti cairan darah yang
hilang akibat shok, luka, operasi pembedahan, atau cairan tubuh hilang
oleh diarrhoeia, seperti pada kolera.
5. Injeksi Intra-arterial
Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer.
6. Injeksi Intrakardial
Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk
pengobatan darurat, bebas bahan partikulat.
7. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid
Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida.
8. Injeksi Intrasisternal
Untuk pemberian antibiotik.
9. Injeksi Peridural
Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.
e. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical
Adjuncts : 193
Ada beberapa variasi tempat injeksi untuk produk parenteral.
Beberapa yang umum adalah :
1. Intravena (IV)
Diinjeksikan secara langsung dalam vena (produk biasanya larutan,
jarang emulsi halus, tetapi tidak pernah suspensi dari bahan padat)
2. Intramuskular (IM)
Diinjeksikan ke dalam otot skeletal (biasanya dalam daerah deltoid
atau gluteal)
3. Subkutan (SC)
Diinjeksikan ke dalam jaringan secara langsung di bawah kulit
4. Intradermal (ID)
Diinjeksikan ke dalam lapisan kulit
5. Intraspinal
Diinjeksikan ke dalam kolum spinal
f. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283
1. Intramuskular
Sebuah injeksi intramuskular dimasukkan ke dalam lapisan otot.
Lapisan cairan obat diabsorbsi dengan cepat; bagaimanapun suspensi
dan larutan minyak diabsorbsi dengan lambat.
2. Intravena
Sebuah injeksi intravena dimasukkan ke dalam vena dengan sedikit
pengecualian hanya larutan cairan yang diberikan dengan cara ini.
3. Intraperitonial
Sebuah injeksi intraperitonial dimasukkan ke dalam rongga peritonial
yakni rongga abdominal dalam risena
4. Intratekal
Injeksi ke dalam cairan serebrospinal yang disebut sebagai
subarachnoid, subdural, atau injeksi intraspinal, tergantung pada
daerah injeksi. Biasanya volume cairan serebrospinal setara dengan
volume larutan yang ditarik sebelumnya untuk injeksi.
g. Scovilles The Art Of Compounding : 193-194
1. Subkutan atau pemberian secara hipodermik, obat diinjeksikan ke
dalam jaringan bebas di bawah kulit
2. Injeksi intramuscular mengizinkan perkenalan obat ke dalam atau
diantara lapisan otot. Larutan obat diabsorbsi dengan cepat dari
tempat ini. Suspense atau larutan obat dalam minyak diabsorbsi
secara lambat dan tetap, dan memberikan aksi lama.
3. Injeksi intravena adalah cara pemberian larutan obat secara langsung
ke dalam vena, proses ini disebut sebagai infus, plebolisis atau
hemolisis
4. Pemberian intratekal, subcarachnoid atau subdural adalah injeksi
larutan ke dalam tempat/ ruang berisi cairan serebrospinal, banyak
obat tidak diabsorbsi ke dalam cairan serebrospinal atau absorbs
sangat lambat.
h. Dispending Of Medication by King : 169-170
1. Intravena (Iv)
Larutan diinjeksi secara langsung ke dalam vena sebagai larutan cair
atau emulsi minyak dalam air. Volume injeksi dapat berkisar kira kira
1- 1000ml. suatu volume kecil obat yang teratur atau suatu bolus,
dapat diinjeksikan melalui IV push menggunakan jarum suntik dan
spoit.
2. Intramuskular (IM)
Larutan, suspensi atau emulsi dapat diinjeksi ke dalam otot dengan
jarum suntik dan spoit.
3. Subkutan (ic)
Larutan diinjeksi secara subkutan (melalui hipodermal) adalah di
bawah kulit dalam sebuah volume kecil bolus (hingga 2 ml) dengan
sebuah jarum suntik dan spoit, karena aliran darah lambat dalam
jaringan subkutan. Onset dan aksi dan absorbs biasanya lebih lambat
dari injeksi IM atau IV
4. Intradermal (Id)
Sejumlah kecil larutan, biasanya kurang dari 0,2 ml diinjeksikan
diantara lapisan kulit, pembuluh darah sangat kecil pada daerah ini,
meskipun derajat vaskularitas tinggi. Absorbsi dari tempat ID, biasanya
pada lengan atau punggung adalah lambat dan terbatas tetapi berguna
ketika aksi lokal atau difusi terbatas tempat injeksi diinginkan
5. Intraarterial (IA)
Injeksi ke dalam arteri yang berguna ketika agent didistribusikan
secara langsung dan dalam konsentrasi tinggi ke organ besar atau
jaringan.
6. Intratekal (IT)
Banyak obat tidak mampu mencapai konsentrasi terapetik dalam
larutan serebrospinal (CSF) pada injeksi IV. Bahan ini biasanya
diinjeksi secara langsung secara intratekal, yakni secara langsung ke
dalam CSF obat kemudian seluruhnya mengalami perfusi ke ruang
CSF
7. Intraartikular
Injeksi dapat dimasukkan ke dalam tulang sendi rongga sinovial,
biasanya menghasilkan aksi lokal
8. Intrakardial
Injeksi dapat secara langsung ke dalam ruang jantung
i. Modern Pharmaceutical :442
1. Rute subkutan
Meletakkan dengan segera di bawah kulit suatu lapisan lemak,
permukaan fascla, memberikan pemberian yang nyaman dari
beberapa obat meliputi vaksin, insulin, skopolamin dan epinefrin.
Injeksi subkutan biasanya diberikan dalam volume hingga 2 ml
menggunakan - 2 22 gange jarum suntik. Obat yang diberikan
meliputi rute ini akan memiliki onset dari aksi lambat dari rute IM atau
IV dan total absorbs dapat juga lebih sedikit
2. Rute intramuscular
Rute ini adalah rute pemberian kedua setelah rute IV dalam kecepatan
onset dari aksi sistemik. Injeksi dimasukkan ke dalam striated muscle
fibres, diletakkan di bawah lapisan subkutan. Tempat dari injeksi ini
adalah gluteal (pantat), deltoid (lengan atas) dan otot vastus lateral
(paha lateral), biasanya volume yang diberikan berkisar dari 1,0 3,0
ml dan volume hingga 10,0 ml, kadang kadang diberikan (dalam
dosis terbagi) pada gluteal atau daerah paha
3. Rute intravena
Pengobatan intravena adalah injeksi secara langsung ke dalam salah
satu vena untuk mendapatkan kecepatan dan dapat diprediksi atau
menghindari iritasi jaringan lain. Rute pemberian juga memberikan
availabilitas maksimum dan menjamin penyaluran obat ke tempat aksi.
4. Rute Parenteral lain
a) Intra arterial : secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat
dalam daerah peripheral)
b) Intratekal : pemberian obat secara langsung ke dalam cairan
serebrospinal (dalam kanal spinal)
c) Intraepidural (ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal)
d) Intrasisternal : secara langsung ke dalam daerah caudal dari otak
diantara cerebellum dan medulla oblongata
e) Intrartikular : secara langsung dimasukkan dalam tulang sendi,
biasanya adalah efek local, seperti aksi antiinflamasi steroid dalam
arthritis
f) Intrakardial : secara langsung dimasukkan ke dalam jantung ketika
hidup terancam
g) Intrapleural : secara langsung dalam rongga, pleural atau paru paru
(juga digunakan untuk penarikan cairan)
h) Intradermal (ID) : Pemberian meliputi injeksi ke dalam lapisan kulit.
j. Pharmaceutical practice: 248
a) Injeksi Intravena dan infus
Pemberian melalui rute ini memberikan kontrol yang teliti dan
konsentrasi obat dalam sirkulasi darah, vena yang dipilih untuk
pemberian formulasi tergantung beberapa faktor. Ini meliputi ukuran
dari pemberian jarum suntik atau kateter, jenis dan volume larutan
yang diberikan dan alat alat pemberian cairan. Cairan diberikan ke
dalam vena supervisial, biasanya pada bagian belakang tangan atau
pada hexus internal siku. Rute intravena digunakan secara luas pada
pemberian produk parenteral , tetapi tidak digunakan untuk pemberian
emulsi air, dalam minyak atau suspensi.
b) Injeksi subkutan
Injeksi ke dalam jaringan penghubung bebas dan adipose, diberikan di
bawah kulit. Pada tipe ini, volume injeksi tidak mencapai 1 ml. tetapi
injeksi meliputi perut, punggung atas, lengan atas dan pinggul atau
bagian lateral. Rute ini digunakan apabila obat tidak dapat diberikan
secara oral. Obat obat lebih cepat dan diprediksikan dapat diabsorpsi
dara pada ketika diberikan secara oral. Pemberian dengan rute ini
meliputi tempat injeksi, temperatur tubuh,usia pasien dan derajat
penyebaran tempat injeksi subkutan lebih lambat dan lebih sedikit
diprediksi daripada rute intramuskular
c) Injeksi Intramuskular
Larutan cairan volume kecil, larutan dalam minyak dan suspensi
diberikan secara langsung ke dalam tubuh pada otot relaksasi.
Beberapa tempat otot yang digunakan untuk injeksi meliputi otot
gluteal pada bokong. Otot deltoid pada bahu dan vastus lateralis pada
paha. Pada otot gluteal orang dewasa, sering digunakan dalam volume
yang lebih besar dapat ditoleransi. Pada bayi dan anak kecil vastus
lateralis pada paha biasanya libih dipilih daripada kelompok otot lain
dan ini yang digunakan. Untuk absorpsi cepat pada pengobatan, obat
deltoid pada bahu sering digunakan.
d) Injeksi Intradermal
Volume sekitar 0,1 ml diinjeksikan ke dalam kulit diantara dermis dan
epidermis. Absorpsi injeksi intradermal lambat. Rute ini sering
digunakan untuk tes diagnostik untuk alergi atau imunitas. Rute ini juga
digunakan untuk pemberian beberapa vaksin
e) Injeksi Intra arterial
Obat ini diberikan langsung pada arteri, memperlihatkan aliran cepat
dari darah dalam arteri, obat akan didispersi dengan cepat ke dalam
system darah. Bagaimanapun, manipulasi kesulitan membatasi
penggunaan injeksi intraarterial tetapi obat dapat diberikan melalui rute
ini. Untuk target organ spesifik atau jaringan diberikan melalui arteri.
f) Intrakardiak
Beberpa larutan cairan yang diberikan dalam keadaan emergensi
secara langsung ke dalam ventrikel atau otot kardiak untuk efek lokal
g) Injeksi Intraspinal
Beberapa larutan cairan diinjeksi dalam volume kurang dari 20 ml ke
dalam daerah partikular dari kolum spinal. Ini dikategorikan sebagai
intratekal, subarachnoid, intasisternal, epidural dan injeksi peridural.
Aliran spesifik dan injeksi dapat diatur untuk membatasi tempat aksi
obat.
h) Injeksi Intraartikular
Beberapa diberikan sebagai larutan cairan atau suspensi ke dalam
cairan sinovial dalam rongga tulang sendi. Ini sering digunakan untuk
pemberian lokal dari bahan antiinflamasi
k. Formularium Nasional : 317 318
1. Injeksi intraderma atau intrakuitis
Umumnya larutan atau suspensi dalam air, digunakan untuk diagnosa.
Volume lebih kurang 100 I sampai 200 I
2. Injeksi Subkutan atau hipoderma
Umumnya larutan isotonis dengan kekuatan sedemikian rupa hingga
volume lebih kurang 100 ml yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml.
Dapat ditambahkan vasokontraktor seperti epinefrina untuk melokalisir
efek obat. Jika tidak mungkin disuntikkan infus, volume injeksi 3 liter
sampai 4 liter sehari masih dapat disuntikkan secara subkutan dengan
penambahan hialuranidase ke dalam injeksi atau sebelumnya disuntik
hialuranidase. Cara ini disebut hipodermoklisa.
3. Injeksi intramuskulus
Larutan atau suspensi dalam air atau dalam minyak, volume sedapat
mungkin tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan
dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravenus
Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. injeksi intravenus
yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml,
disebut infuse. Emulsi minyak-air dapat diberikan intravenous jika
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran butiran minyak.
Sediaan berupa emulsi air minyak, tidak boleh disuntikkan dengan
cara ini. Jika volume dosis tungggal lebih dari 15 ml, injeksi
intravenous tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10
ml, harus bebas pirogen.
5. Injeksi intraterium
Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek
obat diperlukan segera dalam daerah perifer. Tidak boleh
mengandung bakterisida.
6. Injeksi intratekal atau injeksi subarachnoid atau injeksi peridual
Larutan, umumnya tidak lebih dari 20 ml. tidak boleh mengandung
bakterisida dan diracik dalam wadah dosis tunggal.
7. Injeksi intrakor
Larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikkan ke dalam
otot jantung atau ventrikulus. Tiadak boleh mengandung bakterisida.
8. Injeksi intraartikulus
Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
9. Injeksi intrabursa
Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam bursa
subarachnomilis atau bursa decranon.
10. Injeksi subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lender mata
bawah, umumnya tidak lebih dari 1 ml.
L. Pengantar bentuk sediaan Farmasi : 400
Obat obat dapat di suntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau
bagian tubuh termasuk sendi (intraarticular), ruang cairan sendi
(intrasynovial), tulang punggung ( intraspinal) ke dalam cairan spinal
(intratechal), arteri (intraarterial) , dan dalam keadaan gawat bahkan ke
dalam jantung (intracardiac). Tetapi, yang paling umum obat suntik di
maksudkan untuk di masukkan ke dalam vena (intravena, I.V), ke dalam
otot (intramuscular, I.M), ke dalam kulit (intradermal, I.D.,intrakutan) atau
di bawah kulit (subkutan,S.K.,sub Q, S.Q.,hipodermik,Hipo).
M. Formulasi Steril : 11-14
Cara pemberian obat parental sebagai berikut :
1. Subkutan atau di bawah kulit (s.c), yaiotu disuntikkan ke dalam tubuh
melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di
bawah kulit; volume yang berikan tidak lebih dari 1 ml.
a. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris.
b. Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan
rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal.
c. Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat dari pada
sediaan suspensi.
d. Determinan kevepatan absorpsi ialah total luas permukaan tempat
terjadinya penyerapan.
e. Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan adrenaline
(cukup 1:100.00 200.000) yang menyebabkan konstriksi pembuluh
darah lokal, sehingga difusi obat tertahan atau diperlambat.
Contohnya injeksi Lidocaine Adrenalineuntuk cabut gigi.
f. Sebaiknya, absorpsi obat dapat dipercepat dengan penambahan
hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari
matriks jaringan yang menyebabkan penyebaran dipercepat.
g. Bila ada infeksi, maka bahayanya lebih besar daripada penyuntikan ke
dalam pembuluh darah karena pemberian subkutan mikroba menetap
di jaringan dan membentuk abses.
h. Zat aktif bekerja lebih ambat daripada secara i.v.
i. Pemberian s.c dalam jumlah besar dikenal dengan nama
hipodermoklise.
j. Contohnya :
a. Inj neutral insulin (Human Monocomponent) 40 iu/ml
b. Inj Fondaparinux Sodium 2,5 mg/0,5 ml prefiled syringe
2. Intramuskular (i.m), yaitu disuntikan ke dalam jaringan otot, umumnya
doi otot pantat atau paha.
a. Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada
suspensi pembawa air atau minyak.
b. Larutan sebaiknya isotonis.
c. Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partike.
d. Sediaan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.
e. Zat aktif bekerja lambat (preparat depo) serta mudah terakumulasi,
seingga dapat menimbulkan keracunan.
f. Volume sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan ke
dalam otot dada, sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan ke
dalam otot-otot lain.
g. Contohnya :
a) Injeksi penicilin G 3.000.000 unit
b) Injeksi serum antitetanus 10.000 atau 20.000 unit
c) Injeksi vitamin B kompleks
3. Intravena (i.v.), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
a. Larutan dalam volume ecil (dibawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan
isohidris, sedangkan volume besar (infus) harus isotonis dan isohidris.
b. Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena onset of
action segera.
c. Obat bekerja paling efisien, biovaibilitas 100%.
d. Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minya
tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi
tidak dianjurkan.
e. Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah
tidak banyak berpengaruh.
f. Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga
menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol.
g. Sediaan yang diberikan umumnya sediaan sejati.
h. Adanya partikel dapat menyebabkan emboli.
i. Pada pemberian dengan volume 10 atau lebih, sekali suntik harus
bebas pigoren.
j. Contohnya :
Injeksi ampicilin 500 mg, 1 gram
Infus sodium xhloride 0,9% 25 ml, 50 ml, 500 ml
4. Carapemberian parenteral lainnya :
a. Intraspinal, yaitu disuntikkan ke dalam sumsum tulang belakang.
1. Larutan harus insotonis dan isohidris.
2. Bila digunakan sebagai anestesi larutan hipertonis.
3. Contohnya :
Injeksi Xylocain heavy 0,5 % 2 ml (Bupivacaine HCl)
b. Peritoneal, yaitu kateter dimasukkan ke daam rongga perut dengan
operasi untuk tempat memasukkan cairan steril CAPD (Continous
Ambulatory Peritoneal Dialisis).
1. Larutan harus hipertonis.
2. Zat aktif diabsorpsi dengan cepat.
3. Volume diberikan dalam jumlah besar (1 atau 2 liter).
4. Infeksi mudah terjadi karena pemakian yang terus-menerus dan
penanganan yang tidak steril.
5. Biasa sebagai cuci darah dengan cara CAPD.
Contohnya : infus dianeal 1,5% atau 2,5% 2 liter.
c. Intraartikular, yaitu disuntikkan ke dalam sendi.
Larutan harus isotonis dan isohidris.
Contohnya : injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml.
d. Intradermal, yaitu disuntikkan ke dalam kulit.
1. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris.
2. Volume yang disuntikkan kecil-kecil, antara 0,1 hingga 0,1 ml.
3. Biasa sebagai diagnostik mantoux tes atau tes alergi.
4. Contohnya : tes alergi antibiotik 1 ml.
Injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml.
N. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy; 671
Ampul adapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher
ampul sehingga mementuk segel penutup atau segel atrik. Segel penutup
dibuat dengan melelehkan sebagian gelas pada gabian atas leher ampul
bulatan gelas dan menutup bagian terbuka. Segel tarik dibuat dengan
memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar didaerah ujungnya
kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapt
diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup.
Kesimpulan :
Rute rute Injeksi
Rute Tempat Injeksi Vol (ml)
Jarum suntik yang umum digunakan
Batas Formulasi
Jenis pengobatan
yang diberikan
Inravena Diinjeksi secara langsung kedalam salah satu vena
50 ml Veinpuncture in 22 gauge
Larutan dan beberapa emulsi
Hampir semua golongan obat
LVPS Diinjeksi secara langsung ke dalam salah satu vena (Parenteral volume besar)
100 & lebih (unit infus)
Venoclysis in 19 gauge
Larutan dan beberapa emulsi
Hampir semua golongan obat
Subkutan Diinjeksikan di bawah kulit dalam lapisan jaringan subkutan
2 in 23 gauge Dibutuhkan tidak harus isotonis
Insulin, vaksin
IIntramuskular Diinjeksikan ke dalam otot, tempat injeksi biasa adalah gluteal (bokong), deltoid (lengan atas) dan vustus lateral (paha atas)
2 1 in 22 gauge
Dapat berupa larutan,emulsi minyak minyak atau suspensi, isotonik lebih disukai
Hampir semua golongan obat
Intraarterial Secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat pada daerah peripheral)
2 - 20 20 -22 gauge Larutan dan beberapa emulsi
Media radiopaque, antineoplastik, antibiotik
Intratekal Secara langsung ke dalam cairan cerebrospinal (dalam kanal spinal)
1 4 24 48 gauge Harus isotonis Anestetik lokal, analgetik dan bahan neurolitik
Intraepidural Ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal
6 - 30 5 in 16 18 gauge
Harus isotonik Anestetik local, narkotik,
agonis -2 steroid
Intrasisternal Secara langsung ke dalam daerah caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata
Harus isotonik antibiotik
Intraartikular Secara langsung dimaskukkan ke dalam caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata
2 - 20 1,5 2 inci 18 22 gauge
Harus isotonik Morfin, anestetik local, AIS, AINS, antibiotik
Intrakardiak Secara langsung ke dalam jantung ketika hidup terancam (stimulasi epinefrin pada pengobatan gagal jantung)
0,2-1 5 in, 22 gauge Obat kardiotonik, kalsium.
Intrapleural Secara langsung ke dalam rongga pleural atau paru-
2-30 2-5 in 10-55 gauge
Anestetik lokal, narkotik.
paru (juga digunakan untuk menarik cairan)
Intraperitonial Secara langsung ke dalam rongga perut/ rongga abdominal dalam visera
Vaksin rabies, larutan pencuci ginjal
Intradermal Secara langsung ke dalam lapisan kulit epidermis di bawah stratum korneum
0,1-0,5
in. 26 gauge
Sebaiknya isotonic
Bahan diagnastik vaksin
Intra okuler Ke dalam chamber anterior mata (injeksi chamber anterior( secara langsung ke dalam lubang vitreus mata (intravitreal), injeksi disekitar bagian posterior bulat (retrobular) secara langsung diberikan dibawah konjungtiva (injeksi konjungtiva)
0,1-0,2
Antinfiamasi, anestetik, midmatik
II.1.4 Keuntungan dan kerugian sediaan parenteral
II.1.4.1 Keuntungan sediaan parenteral
a. Sterile Dosage Forms : 11
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan,
yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal
jantung, asma, syok.
2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara
oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin,
hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar
harus diberikan secara injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli
karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga
dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila
diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk
parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara
intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.
7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada
keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total
diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.
2. Parenteral Technology Manual : 6
1. Aksi obat biasanya lebih cepat.
2. Seluruh dosis obat digunakan.
3. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif
ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
4. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat
ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat
dektrosa.
5. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena
dapat menyelamatkan hidupnya.
3. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283
Beberapa obat mempunyai keuntungan dibandingkan dengan
pemberian secara oral.
1. Pemberian rute ini adalah penting ketika jalur gastrointestinal tidak
dapat digunakan karena pembedahan atau kekurangan stabilitas,
seperti obat-obat penisilin dan penisilin G.
2. Respon fisiologis dari injeksi lebih cepat dan efektif dibandingkan
pemberian secara oral.
3. Dalam kasus darurat dimana pasien tidak sadar atau tidak menerima
obat oral, pemberian parenteral dapat memberikan efek yang segera
dan menentu.
4. Injeksi dapat menghasilkan efek lokal. Anestesi lokal digunakan oleh
dokter gigi untuk menginjeksi dekat batang dari serabut dan membantu
sensasi nyeri segera pada daerahnya.
4. Pharmaceutical practice: 247
Terapi parenteral digunakan untuk:
1. Menghasilkan efek yang dibatasi
2. Pemberiab obat jika rute oral tidak dapat digunakan
3. Pemberian obat pada pasien yang tidak sadar
4. Mengembalikan dengan cepat cairan dan elektrolit
5. Menjamin penyaluran obat ke jaringan target
5. Dispending Of Medication by Hoover : 258
1) Membutuhkan tanggung jawab dalam pembuatan, pembagian dan
kontrol pada pencampuran secara parenteral
2) Mengurangi kebutuhan perawat untuk mencampur, kesebaran merata
dan aktivitasnya
3) Membutuhkan standarisasi label pada pencampuran larutan untuk
membantu mengurangi kesadaran
4) Membutuhkan persiapan kontrol yang efektif pada penggunaan, obat
yang kadaluwarsa pada pencampurannya.
5) Membutuhkan persiapan akurasi pada kalkulasi bahan dan dalam
proses pembuatannya
6) Membutuhkan control kondisi lingkungan dengan menggunakan LAF.
II.1.4.2 Kerugian sediaan parenteral
1) Sterile Dosage Forms : 11
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian
rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk
pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat
dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk
mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk
sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.
2) Parenteral Technology Manual : 11
1. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien,
terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk
pemakaian i.v.
2. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk
mengatur dosis.
3. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya.
Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah
penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
4. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian
sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek
sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang
diinjeksikan.
3) Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283
Beberapa orang tidak menyukai pemberian injeksi karena :
1. Umumnya, injeksi itu tidak nyaman.
2. Dibutuhkan orang-orang yang terlatih untuk pemberiannya.
3. Perhatian harus diberikan untuk injeksi intravena.
4. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada
bentuk sediaan lain.
5. Terapi parenteral lebih mahal daripada bentuk yang lain karena
penggunaan dan produksinya.
4) Modern Pharmaceutical ; 441
Kerugian rute parenteral meliputi frekuensi nyeri dan rasa tidak
nyaman dari injeksi, dengan rasa takut psikologi terhadap jarum suntik,
tambahan pada kenyataan bahwa obat atau dosis yang tidak tepat sering
membahayakan atau tidak mungkin ditiadakan ketika telah diberikan
secara parenteral (terutama secara intravena) daripada oral.
5) Dispending Of Medication by King ; 167-168
a. Membutuhkan kontra proses lingkungan, keahlian dan teknik khusus
untuk formulasi, preparasi, penanganan dan penggunaan klinik
b. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan secara psikologi diperoleh dengan
injeksi
c. Bahaya masalah introgenik dari terapi obat
d. Biaya relatif mahal
6) Dispending Of Medication by Martin ; 969
Kerugian parenteral meliputi dibutuhkannya teknik aseptik dalam
produksi dan pemberian, membutuhkan keahlian khusus untuk
pemberian, nyeri yang nyata atau rasa takut secara psikologi, dengan
injeksi dan biaya yang relatif mahal. Bagaimanapun, ada dua kerugian
yang jika tidak dikontrol atau diamati dengan seksama dapat menunjukkan
akibat fatal. Ini berkembang cepat dari reaksi alergenik pada individu yang
sensitif dan sebagai akibat dari efek kesalahan pada pemilihan atau dosis
obat terjadi. Ini sangat sulit jika tidak mungkin untuk mengembalikan efek
serupa.
7) American Pharmacy ; 225-226
a. Rasa takut sebagian besar orang pada jarum suntik hipodermik
b. Biaya pengobatan yang meningkat adalah faktor lain, sangat mahal
untuk memasarkan obat dalam bentuk injeksi daripada tablet atau
kapsul
c. Produk injeksi memerlukan lebih banyak perhatian dalam
pemeliharaan dari perlakuan bentuk dosis sederhana
d. Tidak dapat diberikan tanpa penggunaan perlengkapan khusus, dan
metode pemberian memerlukan latihan khusus.
8) Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical
Adjuncts ; 192-193
Ada sedikit keraguan, dari sudut pandang psien, produk parenteral
merupakan salah satu bentuk pemberian yang kuang diinginkan. Ini
berdasarkan rasa takut yang umum karena sakit dari jarum.
9) Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition ; 1546
Diantara kerugian dari bentuk dosis ini memenuhi syarat pemberian
aseptis, resiko toksisitas jaringan dan iritasi lokal, nyeri nyata atau faktor
psikologi dan kesulitan dalam kesalahan pemeriksaan yang dilakukan.
Pada situasi lain, sedikit antagonis langsung farmakologi yang segera
ada, pemeriksaan yang salah tidak mungkin ada. Satu kerugian lain
adalah tiap hari atau frekuensi pemberian merupakan kesulitan bagi
pasien untuk mengunjungi ahli yang profesional atau belajar untuk
menginjeksi diri sendiri.
10) Dispending Of Medication by Hoover : 258
1) Kebutuhan teknik aseptic pada produksinya, pencampuran dan
pemberiannya
2) Membutuhkan keahlian khusus sebagai syarat untuk pembuatan
3) Nyeri fisiological dengan adanya injeksi
Kesimpulan :
Keuntungan :
1. Dapat digunakan pada obat yang tidak dapat diberikan pada rute oral.
2. Dapat diberikan pada pasien yang tidak kooperatif, mual atau muntah
dan tidak sadar.
3. Aksi obat dan respon fisiologis cepat.
4. Dapat menghasilkan efek yang dibatasi dan efek sistemik, tergantung
tujuan terapi.
5. Dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengembalikan cairan dan
elektrolit tubuh.
6. Dapat digunakan pada keadaan darurat untuk mempertahankan hidup
pasien.
7. Rute pemberian bervariasi sehingga memunkinkan pemberian suatu
obat mencapai organ target atau tempat yang dibutuhkan.
Kerugian :
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang ahli.
2. Pemberian parenteral membutuhkan ketelitian yang cukup dalam
mengatur dosis
3. Membutuhkan pengerjaan secara aseptik
4. Rasa sakit yang tidak disukai oleh pasien kadang dapat terjadi
5. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada bentuk
sediaan lainnya
6. Akibat yang dapat terjadi dari reaksi alergenik pada individu yang
sensitif dan kesalahan pada pemilihan dosis berakibat fatal karena
tidak mungkin untuk mengembalikan efek serupa
7. Biaya relatif mahal
8. Metode pembuatan rumit, sehingga sedikit farmasis yang dapat
membuat produk
9. Produk injeksi lebih banyak memerlukan perhatian dalam
pemeliharaan karena pasien harus mengunjungi ahli profesional atau
belajar untuk menginjeksi diri sendiri
II.1.5 Komposisi injeksi
a. Sterile Dosage Forms : 16
Obat-obat dalam larutan dalam pembawa yang cocok, dengan atau
tanpa bahan tambahan, ditujukan untuk penggunaan parenteral yang
dikenal sebagai injeksi. Injeksi dapat dikemas sebagai unit dosis tunggal
atau unit dosis ganda, volumenya dapat sejumlah setengah milliliter,
seperti injeksi Atropin Sulfat atau sebanyak 1 L seperti injeksi dektrosa.
b. Pharmaceutical Practice ; 250-255
Formulasi produk parenteral :
1) Pembawa untuk injeksi
Obat umumnya ada dalam suatu injeksi dalam konsentrasi rendah.
Pembawa memberikan proporsi sangat tinggi dari formulasi dan tidak
toksik juga tidak mempunyai aktivitas terapeutik. Air sering mengandung
variasi luas kontaminan seperti elektrolit, organisme dan partikulat, dan
gas tidak larut seperti karbondioksida dan klorin. Variasi luas dari
kontaminan menyebabkan masalah dalam preparasi air untuk
penggunaan injeksi. Ini disebut air untuk injeksi dan harus digunakan
sebagai pembawa untuk produk parenteral.
2) Pelarut bukan air
Air bercampur kosolven seperti gliserin dan propilenglikol, digunakan
sebagai pembawa dalam cairan parenteral volume kecil. Bahan ini
digunakan untuk meningkatkan solubilitas obat dan menstabilkan obat
yang didegradasi melalui hidrolisis.
3) Bahan tambahan
Variasi bahan tambahan seperti bahan antimikrobial, antioksidan,
buffer, pengkhelat dan bahan penambah atau pengatur tonisitas
digunakan dalam formulasi injeksi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
produk yang aman dan elegan.
a. Bahan antimikrobial
Beberapa ditambahkan pada produk jika dikemas dalam dosis ganda
vial. Bahan ini tidak digunakan dalam volume besar atau jika formulasi
obat memiliki kemampuan aktivitas antimikroba. Bahan antimikrobial
ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan organisme yang dapat
berupa kontaminasi selama penggunaan produk.
Bahan antimikroba harus steril dan efektif pada bentuk bebas,
aktivitasnya dapat secara cepat menurun melalui interaksi dengan
komponen bahan injeksi.
Penutup karet memperlihatkan penyerapan pengawet antimikroba dari
larutan injeksi. Penyerapan pengawet lebih signifikan dengan bahan alami
dan karet neopren dan lebih sedikit dengan penutup karet butyl.
b. Antioksidan
Banyak obat dalam larutan cair lebih mudah didegradasi melalui
oksidasi. Produk parenteral volume kecil dari obat sering mengandung
antioksidan. Bisulfit dan metabisulfit yang paling sering atau umum
digunakan sebagai antioksidan dalam larutan injeksi. Antioksidan harus
dipilih secara hati-hati untuk penggunaannya dalam injeksi untuk menjaga
interaksi dengan obat. Antioksidan memiliki potensi oksidasi yang lebih
rendah dari obat dan mencegah oksidasi atau memblok reaksi oksidatif.
Mungkin formula injeksi, ditambahkan antioksidan juga mengandung
pengkhelat. Bahan pengkhelat seperti EDTA atau asam silat
menghilangkan bekas elemen degradasi katalis oksidatif.
c. Buffer
pH ideal sediaan parenteral adalah pH 7,4. Jika pH diatas pH 9,
nekrosis jaringan dapat dihasilkan, sedangkan di bawah pH 3 nyeri dan
radang pembuluh darah pada jaringan dapat terjadi. Buffer digunakan
pada injeksi untuk mempertahankan pH dari kemasan produk. pH berubah
dapat meningkat melalui interaksi antara produk dan wadah.
Bagaimanapun, buffer yang digunakan dalam injeksi harus dapat diterima
cairan tubuh untuk merubah pH produk setelah injeksi. Buffer asetat, sitrat
dan fosfat yang umum digunakan pada produk parenteral.
d. Bahan pengatur tonisitas
Larutan isotonik sama dengan tekanan osmotik plasma darah dan
tidak membahaykan membran sel darah merah. Larutan hipotonik memiliki
tekanan osmotik yang lebih rendah dari plasma darah dan menyebabkan
sel darah mengembang dan pecah karena cairan masuk ke dalam sel
melalui osmosis. Larutan hipertonik memiliki tekanan osmotik yang lebih
tinggi dari plasma, sebagai akibatnya sel darah merah kehilangan cairan
dan menyusut. Larutan cairan hipotonik dibuat isotonik melalui
penambahan NaCl, glukosa atau manitol.
c. Dipending Of Medication by King ; 180-182
Komponen produk :
1) Pembawa
Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami
diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena
kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat
diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat
bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk
semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan.
Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas.
a. Pembawa air
Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa
paling penting untuk sediaan injeksi.
b. Pembawa bukan air
Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan
yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level
toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit dari
bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan terbatas
pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil.
2) Bahan larut
Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau
substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus
dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan
dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai
untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus
tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk
potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan,
karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas
dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas
dari kotoran besar.
Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung
satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan
antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan
penambah tonisitas.
3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah
dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi
kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi
selama penggunaan.
4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan
oksigen atau bahan lain di lingkungan.
5) Bahan pengkhelat sering digunakan untuk menambah aksi
antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan
mengkatalisis oksidasi.
6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH
selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang
sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen.
7) Formulasi ini juga ditambahkan bahan pengatur tonisitas larutan.
d. Dispending Of Medication by Martin ; 976-979
Komponen produk :
1) Pembawa
Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami
diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena
kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat
diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat
bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk
semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan.
Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas.
a. Pembawa air
Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa
paling penting untuk sediaan injeksi.
b. Pembawa bukan air
Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan
yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level
toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit
dari bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan
terbatas pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil.
2) Bahan larut
Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau
substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus
dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan
dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai
untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus
tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk
potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan,
karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas
dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas
dari kotoran besar.
Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung
satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan
antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan
penambah tonisitas.
3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah
dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi
kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi
selama penggunaan.
4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan
oksigen atau bahan lain di lingkungan.
5) Bahan pengkhelat sering digunakan untuk menambah aksi
antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan
mengkatalisis oksidasi.
6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH
selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang
sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen.
7) Dalam formulasi, juga digunakan bahan pengatur tonisitas dari
larutan. Penambahan bahan pengatur tonisitas menjadi kondisi
isotonis sangat penting untuk menjaga integritas sel darah merah,
pada pemberian secara intravena dari volume besar larutan atau
mencegah nyeri pada injeksi secara subkutan atau intramuskular,
pada syarat akhir.
e. Ensiklopedia vol.11; 226-230
1) Pelarut
Pelarut yang secara luas digunakan pada SVP adalah air untuk injeksi
(API) USP, sebagai pelarut digunakan dalam komponen formulasi dan
harus disterilisasi akhir. Ini disiapkan melalui destilasi atau osmosis balik
dan tingkat kemurnian air dari kontaminasi endotoksin.
2) Bahan penambah kelarutan
Bahan penambah kelarutan obat yang sedikit larut dalam air meliputi
jenis yang ditunjukkan dibawah ini, dengan perbedaan mekanisme untuk
meningkatkan kelarutan dalam air : kosolven, gliserin, PEG 300 dan 400,
propilenglikol, etanol, surfaktan : polisorbat 80 0,1-0,5%, pluronik 68 0,05-
0,25%, agen pembentuk kompleks : -siklodekstrin, polivinil pirolidon.
Cairan bahan penambah kelarutan pada dasarnya termasuk kosolven
yang dapat bercampur dengan air, seperti etanol, propilenglikol, PEG 400,
dan gliserin. Pelarut bekerja dengan menurunkan tetapan dielektrik air
sehingga meningkatkan kelarutan hidrofobik atau obat hidrofilik yang
sukar larut. Bahan aktif permukaan meningkatkan kemampuan dispersi
dan kelarutan air dari bahan yang sukar larut karena susunan kimianya
yang unik yang memiliki baik bagian fungsi hidrofobik dan hidrofilik pada
molekul yang sama. Bagian hidrofobik mengadsorpsi permukaan molekul
obat, sedangkan bagian hidrofilik berinteraksi dengan molekul air.
Bahan penambah kelarutan dalam bentuk padatan meliputi
siklodekstrin yang bekerja melalui pembentukan kompleks yang larut
dalam larutan air. Molekul ini, seperti bahan aktif permukaan, adalah
amfifilik yaitu mengandung fungsi hidrofobik pada bagian interior dan
fungsi hidrofilik pada eksterior.
3) Bahan pengawet antimikrobial
Bahan penyelamat untuk mempertahankan sterilitas produk selama
penyediaan produk dan penggunaan. Bahan ini diberikan dalam preparasi
dosis ganda dari beberapa wadah karena kemungkinan terkecil terhadap
kontaminasi selama penggunaan. Ini juga digunakan meskipun terjadi
kontroversi dalam produk dosis tunggal yang dibuat secara aseptik untuk
memberi jaminan sterilitas tambahan. Ini dapat diterima selama
memperlihatkan bahwa bahan antimikrobial tidak digunakan untuk
menutupi ketidakcukupan teknik aseptik. Contohnya : fenol, m-kresol,
metil paraben, propil paraben, klorobutanol, benzil alkohol, benzalkonium
klorida, thimerosal.
4) Buffer
Buffer digunakan untuk mempertahankan pH larutan pada range
maksimum untuk memberi stabilitas obat dari degradasi hidrolitik. Sistem
buffer digunakan dalam SVPs meliputi asam lemah dan garam natrium.
Pemilihan buffer yang sesuai tergantung pada range pH dimana obat itu
dapat stabil.
Beberapa sistem buffer yang umum digunakan dalam produk parenteral
volume kecil :
pH sistem buffer konsentrasi (%)
3,5 5,7 asam asetat asetat 1 2
2,5 6,0 asam sitrat sitrat 1 5
6,0 8,2 asam fosfat fosfat 0,8 2
8,2 10,2 asam glutamat glutamat 1 2
5) Antioksidan
Fungsi antioksidan melalui reaksi yang istimewa, lebih baik dari obat,
dengan molekul oksigen, jadi meminimalisir atau menghentikan reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi meliputi pembentukan radikal bebas yang
dikatalisis oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, logam berat, panas,
peroksid, ion hidroksid dan udara. Banyak obat digunakan pada produk
SVP sensitif terhadap oksigen dan degradasi dengan cepat tanpa
perlindungan penambahan antioksidan. Perhatian lain yang harus
diperhatikan seperti perlindungan terhadap cahaya, panas, logam berat
dan peroksid; formulasi produk pada pH rendah adalah hal lain yang
harus diperhatikan.
6) Bahan penstabil protein
Aksi terapeutik protein dan peptida menjadi penting dalam formulasi
SVP. Bahan ini sangat reaktif dengan air, komponen formulasi lain,
komponen wadah, dan udara dalam wadah, dan sensitivitas yang tinggi
untuk merubah kondisi lingkungan seperti temperatur, pH, cahaya,
kelembaban, dan manipulasi secara mekanik reaksi degradasi baik kimia
maupun fisika. Protein dengan baik diketahui mengagregasi pada
temperatur berlebih (panas dan dingin) atau melalui pengocokan dan
penggunaan. Agregasi protein tidak hanya mempengaruhi protein kimia,
tetapi juga penampakan fisika dan kualitas. Beberapa jenis bahan
digunakan untuk meminimalis degradasi protein dan SVPs.
Sebagian besar bahan meliputi serum albumin : asam amino seperti
glisin, lisin, dan glutamin; bahan surfaktan terutama polixamer 188
(pluronik 68) dan polisorbat 80; polihidroksi seperti sorbitol, gliserol dan
PEG; karbohidrat seperti laktosa dan maltosa; dan antioksidan, bahan
pengkhelat, polivinil pirolidon, alkohol, dektrosa dan gelatin.
7) Penambah tonisitas
Banyak jenis bahan yang digunakan untuk menambah tonisitas SVP.
Yang paling umum adalah elektrolit seperti natrium klorida dan garam
natrium lain, dan nonelektrolit seperti gliserin dan laktosa. Normalnya,
formulator SVP pertama harus percaya bahwa konsentrasi obat dan
bahan lain membutuhkan kelarutan, stabilitas atau tujuan lain. Satu yang
dilakukan setelah formulasi, osmolaritas diukur dan jika hipotonik,
penambah tonisitas ditambahkan. Jika formulasi hipertonik, tetapi pada
level yang tidak dapat diterima untuk pemberian, formulasi membutuhkan
bahan cair atau bahan pereduksi.
8) Bahan lainnya
Bahan serbuk digunakan dalam preparasi Freeze-dried untuk
meningkatkan kontak padatan yang dihasilkan dari proses liofilisasi untuk
membantu pemeriksaan kualitas produk. Trio- dan lioprotektan digunakan
dalam preparasi Freeze-dried, terutama protein yang sensitif terhadap
prosedur pendinginan dan pengeringan. Bahan ini mencegah degradasi
protein selama pendinginan, pengeringan, dan selama penyimpanan.
Bahan pensuspensi memelihara obat yang disuspensi dalam pelarut
setelah pengocokan dan mensuspensi kembali. Bahan pengemulsi
menurunkan tegangan permukaan untuk membuat formulasi campuran
minyak dan pelarut air. Bahan semisolid meningkatkan kemampuan
dispersi obat dalam salep mata dan memberi basis salep. Contohnya :
a. bahan serbuk : manitol, laktosa, sukrosa, dekstrosa
b. bahan pensuspensi : Na-CMC, gelatin, sorbitol
c. trio- dan lioprotektan : sukrosa, polivinil pirolidon, metil selulosa, gelatin
d. basis salep mata : petrolatum
f. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ; 406-410
1) Pelarut dan pembawa untuk obat suntik
a. Pembawa air
Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik
secara besar-besaran adalah air untuk injeksi (water for injection USP). Air
ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse
osmose) dan memenuhi standar yang sama dengan purified water USP
dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidak lebih dari 1 mg per 100 ml
API USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk
obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut
dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan yang akan
disterilkan setelah dibuat. Air untuk obat suntik harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran
temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik
dimaksudkan untuk digunakan dalam waktu 24 jam sesudah
penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas
pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.
b. Pembawa bukan air
Walaupun pembawa air merupakan pembawa umum yang dipilih
sebagai pembawa obat suntik, tetapi penggunaanya dalam formulasi
mungkin dihindari karena kelarutan senyawa obat dalam air terbatas atau
senyawa obat mudah terhidrolisis. Bila faktor-faktor fisika dan kimia
membatasi penggunaan pembawa air secara keseluruhan, pembuat
formulasi harus beralih pada suatu pembawa bukan air.
Diantara pelarut bukan air yang sekarang digunakan sebagai produk
parenteral adalah minyak-minyak lemak nabati, gliserin, polietilen glikol,
propilenglikol, alkohol dan yang lebih jarang digunakan adalah etil oleat,
isopropil miristat dan dimetilasetamid. Semua ini dan pembawa bukan air
lainnya dapat digunakan asalkan aman dan tidak mempengaruhi efek
terapi sediaan atau bereaksi pada penentuan kadar dan pemeriksaan-
pemeriksaan lainnya dalam jumlah yang diberikan. Batasan-batasan
ditetapkan oleh USP untuk minyak lemak nabati yang dapat digunakan
pada produk parenteral. Antara lain harus tetap jernih bila diinginkan
sampai 10C untuk menjamin kestabilan dan kejernihan produk obat
suntik selama penyimpanan di lemari pendingin. Minyak harus tidak boleh
mengandung minyak mineral atau parafin karena zat-zat tersebut tidak
diabsorpsi jaringan tubuh.
2) Zat tambahan
USP mengizinkan penambahan zat-zat yang sesuai ke dalam sediaan
resmi yang digunakan sebagai obat suntik, dengan tujuan meningkatkan
kestabilan atau kegunaan, asalkan tidak dilarang sesuai yang tercantum
dalam monograf masing-masing, tidak berbahaya dalam jumlah yang
diberikan dan tidak mengganggu efek terapi sediaan alat penentuan kadar
dan pemeriksaan-pemeriksaan. Senyawa penambah kebanyakan adalah
pengawet antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan, dan lain-
lain. Zat-zat yang dipergunakan hanya untuk pewarna dilarang keras
diberikan dalam produk parenteral.
Selain zat tambahan yang berefek menstabilkan, udara di dalam
produk obat suntik sering diganti dengan gas inert seperti nitrogen untuk
meningkatkan kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara
oksigen dalam udara dengan obat.
g. Farmakope Indonesia edisi III ; 14
1) Zat pembawa berair, umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai
pembawa untuk injeksi berair. Injeksi NaCl, injeksi NaCl majemuk,
injeksi glukosa, campuran gliserol dan etanol atau zat pembawa berair
lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa berair harus memenuhi
uji pirogenitas.
2) Zat pembawa tidak berair, umumnya minyak untuk injeksi. Minyak
untuk injeksi (olea pro injectione) meliputi minyak lemak, ester asam
lemak tinggi alam maupun sintetik. Minyak injeksi harus memenuhi
syarat : (1) harus jernih pada suhu 10, (2) tidak berbau asing atau
tengik, (3) bilangan asam 0,2 0,9, (4) bilangan iodium 79 128, (5)
bilangan penyabunan 185 -204, (6) harus bebas minyak mineral.
3) Larutan dapar, umunya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar
borat, dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar
rendah.
4) Zat pengawet, kecuali dinyatakan lain, zat pengawet yang cocok dapat
ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan ke dalam wadah dosis
ganda atau injeksi yang dibuat secara aseptik. Untuk zat yang
mempunyai sifat bakterisida, tidak perlu ditambahkan zat pengawet.
Kadar zat pengawet harus sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah pertumbuhan jasad renik. Untuk injeksi berair umumnya
digunakan fenol 0,5% b/v, kresol 0,3% b/v, klorkresol 0,1% b/v,
klorbutanol 0,5% b/v dan fenil raksa (II) nitrat 0,001% b/v.
h. Modern Pharmaceutics ; 450-457
1) Bahan aktif
2) Bahan tambahan
a. Antioksidan
Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit
adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
digunakan :
1. Asam askorbat
2. Sistein
3. Monotiogliseril
4. Tokoferol
b. Bahan antimikroba atau pengawet
1. Benzalkonium klorida
2. Benzil alkohol
3. Klorobutanol
4. Metakreosol
5. Timerosol
6. Butil p-hidroksibenzoat
7. Metil p-hidroksibenzoat