Post on 22-Dec-2015
description
SKENARIO 4 : INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
Anak Ni, perempuan 6 tahun sudah sejak 4 hari yang lalu bersin – bersin. Bahkan
2 hari terakir ia muali demam, batuk, dan pilek. Hidungnya terasa tersumbat. Oleh
ibunya sudah diberikan obat flu yang dijual bebas. Karena belum sembuh juga,
maka Ni diperiksakan ke dokter. Hasil pemeriksaan BB = 21 Kg, TB = 113 cm,
suhu 38,5oC, respirasi 28 x/menit. Nadi 120 x/menit. Selanjutnya dokter
melakukan pemeriksaan fisik. Di dapatkan faring hiperemis, sedangkan
pemeriksaan thoraks tidak menunjukkan kelainan. Dokter mengatakan bahwa Ni
terkena infeksi pada saluran nafas.
Step 1
1. ISPA
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan
akut. Dimana pengertiannya
1) Infeksi
Masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembangbiak sehingga menimbulkan suatu gejala penyakit
2) Saluran pernapasan
Organ mulai hidung sampai alveoli, beserta organ-organ
disekitarnya
3) Akut atau infeksi akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (±14 hari)
2. Faring hiperemis
Peradangan pada lapisan mukosa faring sehingga berwarna merah,
merupakan salah satu tanda dari penyakit faringitis akut.
3. Batuk
Adalah refluks fisiologi untuk melindungi tubuh dari benda asing yang
masuk ke saluran pernapasan
4. Demam
Adalah suatu peningkatan suhu tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi
yang semakin parah.
Demam dibagi menjadi 2 kategori
a. Febris / pireksia : peningkatan suhu tubuh 37,5 oC – 40oC
b. Hipertermi : peningkatan suhu > 40oC
5. Bersin
Respon tubuh yang dilakukan membran hidung ketika mendeteksi adanya
kuman dan kelebihan cairan yang masuk kedalam hidung.
6. Pilek
Cairan (serous) yang dihasilkan oleh sel goblet di dalam paru & sistem
pernafasanyang berlebih.
Step 2
1. Anak 4 hari yang lalu bersin-bersin, 2 hari terakhir demam, batuk dan
pilek dan si anak merasa hidungnya tersumbat.
2. Mengapa anak tidak sembuh juga saat ibunya memberi obat flu yang
dijual bebas.
3. Pemeriksaan fisik BB;21kg, TB:113, T: 38,5C, respirasi 28x/menit,
N:120x/menit dan faring hiperemis
Step 3
1. Anak 4 hari yang lalu bersin-bersin, 2 hari terakhir demam, batuk dan
pilek dan si anak merasa hidungnya tersumbat.
Jawab:
Bersin
Bersin merupakan reflek yang terjadi pada hidung untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran pernapasan.
Hidung (terdapat bakteri membran hidung teriritasi antibodi
mendeteksi adanya bakteri / virus (makro) merangsang saraf
trigeminus serabut afferen merangsang pons & medula oblongata
bersin nafas jantung berhenti sementara.
Batuk
Dalam kasus pasien juga mengalami batuk. Yang mana batuk itu sendiri
merupakan reflek pertahanan paru untuk menjaga agar jalan napas tetap
bersih yang timbl akibat adanya iritasi peradangan trakeabronkial.
Rangsangan yang menimbulkan batuk antara lain:
a. Rangsangan mekanik
i. Asap, debu & benda asing
b. Rangsangan kimia
c. Peradangan
Pilek
Sebelum mkita menuju lebih lanjut, akan dijelaskan kalau pilek itu bisa
karena adanya antigen masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan →
ditangkap oleh makrofag (sebagai APC / antigen presenting cells) →
setelah diproses oleh sel APC→ melalui pelepasan interleukin
→menghasilkan sel Th → mengaktifkan sel B → membentuk IgE →
adanya mediator-mediator yang juga dikeluarkan salah satunya seperti
histamin → menyebabkan vasodilatasi → menaikan tekanan permeabilitas
→ sekresi mukus berlebih→ pilek → adanya lendir yang berlebihan →
hidung tersumbat.
Perlu dicermati bila terdapat batuk berdahak memiliki banyak ciri khas
penyakit saluran pernafasan, antara lain
Demam
Gambar 165-1.
Patogenesis demam. Berbagai macam agen infeksius. imunologis, atau
agen yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengimbas
produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen
adalah sitokin, misalnya interleukin IL-1,β IL-1,α IL-6), faktor nekrosis
tumor (TNE,a TNF.P), dan interferon-a (INF). Pirogen endogen
menyebabkan domain dalam waktu 10-15 menit. sedangkan respons
demam terhadap pirogen eksogen (misalnya, endotoksin) timbul lambat
memerlukan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen
yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus tank
memproduksi prostaglandin yang kemudian mengatur kembali titik-
ambang pengaturan suhu: selanjutnya transmisi neuronal ke perifer
menyebabkan konservasi dan Pembentukan panas, dengan demikian suhu
di bagian dalam tubuh meningkat. ( Dari Dinarello C, Wolff S:
Pathogenesis of fever. Dalam : Mandell G, Douglas R. Bennet J:
Principles and Practice of Infectious Diseases, 3rd ed. New York,
Churchill Livingstone, 1990.)
2. Mengapa anak tidak sembuh juga saat ibunya memberi obat flu yang
dijual bebas.
Jawab:
Bisa dikarenakan oleh dari 3 faktor :
a. Host
Obat yang dipakai tidak sesuai dengan penyakitnya
Pasien tidak minum obat secara teratur
Kurangnya istirahat
b. Agent
Tidak menghindari / menghilangkan dari factor penyebab ( orang
terdekat ada yang sakit, hewan peliharaan, dll )
c. Environtment
Kebersihan lingkungan yang kurang, berdebu dan berpolusi
Anak tidak sembuh juga saat ibunya memberi obat flu yang dijual
bebas. Karena obat yang dijual bebas itu hanya untuk simptom saja
bukan karena causatifnya jadi penyebabnya tidak ilang-ilang sehingga
gejala masih terus berlanjut.
3. Pemeriksaan fisik BB;21kg, TB:113, T: 38,5C, respirasi 28x/menit,
N:120x/menit dan faring hiperemis
Jawab:
BB & TB
Dalam pemeriksaan ini pasien dipeiksa dr berat badan, tingi badan,
respirasi, nadi tidak normal.
Perempuan
Umur Berat panjang
1 tahun 7,6 71,3
2 tahun 9,3 78,4
3 tahun 11 85,3
4 tahun 12,6 92,5
5 tahun 14,2 100
6 tahun 16,2 105,7
Jadi kesimpulannya anak tersebut tidak normal karena denagn umur yang
baru 6 tahun dengan berat 21kg padahal nilai normalnya 16,2 kemudian
tinggi badan atau panjang 113, padahal seharusnya 105,7. Kalau masalah
demam, respirasi, nadi meningkat itu suatu respon akibat adanya gangguan
pada saluran pernapasan.
Temperatur
Suhu = 38,5 oC
Kesimpulan = febris
RR
RR = 28 x/menit
Kesimpulan = Takipneu
HR
HR = 120 x/menit
Kesimpulan = Normokardi
Faring hiperemis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring hiperemis karena adanya
bakteri, virus, infeksi atau penyebab yang lain → menginvasi mukosa
faring → penglepasan toksin → terjadi kerusakn jaringan → respon
inflamasi lokal → kuman menginfilrasi lapisan epitel → bila epitel
terkikis → maka jaringan limfoid superfisial beraksi → bendungan radang
dengan infiltrasi leukosit PMN → pada stadium awal hiperemi → edem
dan sekresi meningkat → eksudat mula-mula serosa kemudian menebal
dan kering dan melekat pada dinding faring → sehingga meradang dan
bengkak.
Step 4
Allergen/ agen infeksi saluran napas
pertahanan mukosiliar
Saraf aferen didorong ke bawah
Impuls makrofag
Pusat batuk degranulasi sel
Eferen sekresi mucus meningkat vasodilatasi
Tek otot respirasi meningkat menyumbat saluran napas faring hiperemis
Batuk hidung tersumbat
Sesak (RR meningkat)
Step 5
1. Anatomi fisiologi sistem pernafasan
2. ISPA atas
a. Etiologi
i. Bakteri
ii. Virus
iii. Alergi
b. Patofisiologi
c. Manifestasi
d. diagnosis
e. penatalaksanaan
f. diagnosis diferensial
i. rinitis
ii. faringitis
iii. tonsilitis
Step 6 Belajar Mandiri
Step 7
I. ANATOMI & FISIOLOGI PERNAPASAN
Sistem pernapasan dibagi 2 :
A. Bagian konduksi :
1. Rongga hidung
2. Nasofaring
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Bronkiolus terminalis
B. Bagian respirasi
1. Bronkiolus respiratorius
2. Duktus alveolaris
3. Alveolus
Anatomi Pernapasan
1. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga
hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis
terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi.
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami 3 hal :
a. Dihangatkan
b. Disaring
c. Dilembabkan
Fungsi utama selaput lendir respirasi yang terdiri dari : pseudotrafied
eliated columnar epitelium berfungsi menggerakan partikel-partikel halus
ke arah faring, sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu
hidung, sel goblet dan kelompok serous akan melembabkan udara yang
masuk. Pembuluh darah akan berfungsi menghangatkan udara. Hal itu
akan dibantu oleh konha. Kemudian dilanjutkan menuju faring.
2. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungan-nya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Orofaring
adalah bagian dari faring merupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
3. Laring
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus.
4. Trachea
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan
leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis
(taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak lengkap
yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa
dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.
5. Bronchus
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai
dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang
rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga
aliran udara lancar.
6. Alveoli
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi
pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler
dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan
diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
Cincin waldeyer
Pada orofaring atau yang disebut juga mesofaring terdapat cincin jaringan
limfoid yang melingkar dikenal dengan cincin waldeyer. Cincin waldeyer
terdiri dari tonsil pharyngeal (adenoid), tonsila palatine dan tonsila
lingualis serta tonsila tubaria.
Fungsi dari cincin waldeyer sebagai benteng pertahanan tubuh jika
terdapat bakteri yang masuk dalam tubuh melalui mulut sehingga
bertindak sebagai makrofag selain itu juga berfungsi sebagai system
pertahanan tubuh atau antibody
Safety muscle of larynx
a. Crycothyroid
b. Lateral cricoarytenoid
c. Aryepiglottic muscle
d. Posterior cricoarytenoid (utama)
Berfungsi untuk menjaga agar rima glotis tetap terbuka.
Fisilogi pernapasan
Proses fisiologis respirasi dibagi menjadi tiga stadium:
1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru.
2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan;
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus; dan
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
3. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi.
Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.
Fungsi pernafasan adalah
1. Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagi oleh tubuh).
3. Melembabkan udara
Mekanisme kerja pernapasan
Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu :
1. Inspirasi (menarik napas)
Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra
pulmonal (intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan
biasa, tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada
inspirasi dalam tekanan intra alveoli dapat mencapai -30 mmHg.
Menurunnya tekanan intra pulmonal pada waktu inspirasi disebabkan oleh
mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi.
2. Ekspirasi (menghembus napas)
Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan
intra pulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga udara
bergerak keluar paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi
bila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang
disebabkan oleh daya elastis jaringan paru. Penguncupan paru terjadi bila
otot-otot inspirasi mulai relaksasi. Pada proses ekspirasi biasa tekanan
intra alveoli berkisar antara ±1 mmHg sampai dengan ±3 mmHg.
Volume paru terdiri dari :
1. Volume tidal (tidal volume = TV) adalah volume udara pada waktu
inspirasi atau ekspirasi normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV) adalah
volume ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal
sebagai volume udara tambahan terhadap volume volume tidal, dan
biasanya volume udara itu kira-kira 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV) adalah
jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi
sekuat-kuatnya (maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, biasanya
volume ini kira-kira 1100 ml.
4. Volume residu (residual volume = RV) adalah volume udara yang
masih tinggal di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi
maksimum. Volume residu ini rata-rata 1200 ml.
II. ISPA
Merupakan infeksi saluran pernafasan akut yangberdasarakan anatomis dapat
dibagi menjadi 2 yaitu infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pernafasan
bawah.
Penyebab ISPA dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Bakteri : streptococcus, stafilococcus, pneumococcus, H. influenza,
bordetella dan Corynebacterium
2. Virus : mixovirus, adenovirus, picarnovirus, coronavirus, mixoplasma,
herpesvirus
3. Jamur : aspergillus SP, candida albicans, histoplasma.
A. Rinitis
Definisi secara umum adalah peradangan pada rongga hidung.
Patofisiologi : edema dan vasodilatasi pada submukosa infiltrat sel
mononuklear menyertainya dalam 1-2 hari menjadi polimorfonukleat.
Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan
mukus terganggu.
Manifestasi Klinis Rhinitis Secara Umum:
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan
alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih
keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung
atau infeksi sinus.
4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan
tenggorok.
5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat
Rinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu
1. Rinitis virus
Rinitis virus terbagi 3, yaitu:
Rinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)
Etiologi. Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi
melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain,
adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus, coxsakievirus,
dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.
Gambaran klinis. Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung,
lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang
berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan.
Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Awalnya, secret hidung
(ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila
terdapat invasi sekunder bakteri, seperti Streptococcus Haemolyticus,
pneumococcus, staphylococcus, Haemophillus Influenzae, Klebsiella
Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis.
Pengobatan. Tirah baring sangat diperlukan untuk mencegah penyakit
semakin berat. Pasien disarankan minum air lebih dari biasanya. Gejala-
gejalanya dapat diatasi dengan pemberian antihistamin dan dekongenstan.
Analgesikberguna untuk mengatasi sakit kepala, demam dan myalgia.
Analgesik yang tidak mengandung aspirin lebih dianjurkan karena aspirin
dapat menyebabkan virus semakin berkembang biak. Antibiotik diberikan
bila terdapat infeksi sekunder bakteri.
Komplikasi. Rinitis akut biasanya dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan
membaik secara spontan setelah 2-3 minggu, tetapi kadang-kadang,
komplikasi seperti sinusitis, faringitis, tonsiitis, bronchitis, pneumonia dan
otitis media dapat terjadi.
Rinitis Influenza
Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip denagn common cold. Komplikasi sehubungan dengan
infeksi bakteri sering terjadi.
Rinitis Eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis,
dimana didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari. Infeksi sekunder
dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.
2. Rinitis Bakteri
Rinitis bakteri dibagi 2, yaitu:
Infeksi Non-spesifik
Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.
Rinitis bakteri primer. Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi
pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. Membrane putih
keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, yang apabila
diangkat dapat menyebabkan pendarahan.
Rinitis bakteri sekunder. Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rinitis
viral akut
Rinitis difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rinitis difteri
dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan
dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. Dugaan adanya rinitis difteri
harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak
lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan program
imunisasi yang semakin meningkat. Gejala rinitis akut ialah demam,
toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan.
Pada hidung ada ingus yang bercampur darah. Membrane keabu-abuan
tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah,
membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan.
Ekskoriasi berupa krusta coklat pada nares anterior dan bibir bagian atas
dapat terlihat. Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan
antitoksin difteri.
3. Rinitis Alergi
Tipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang
bersifat iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Atau bisa
juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa
manipulasi intranasal,contohnya pada pengangkatan corpus alienum. Pada
rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan
“immediate catarrhal reaction” bersamaan dengan bersin, rinore, dan
hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan
faktor penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel
hidung telah rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan
infeksi yang terjadi karenanya.
Diagnosis rinitis
a. Anamnesis (tambahan)
i. Gejala tsb
ii. Riwayat alergi
iii. Riwayat merokok (orang tua / anak)
iv. Hidung buntu & nasal discharge (gejala utama rinitis)
b. Pemeriksaan fisik
i. Edema & eritema mukosa hidung & limfadenopati
servikalis anterior
ii. Komplikasi
1. Otitis media
2. Sinusitis
3. Pembesaran kelenjar servikal
4. Tanda sesak
5. Takipnea
6. Wheezing
7. Ronki
8. Retraksi
9. Tanda atopic
Penatalaksanaan : medikamentosa → Asetaminofen untuk anak ≥ 7 bulan,
leuprofen (-) demam, Dekongestan, Antihistamin
B. Tonsilitis
1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer. Cincin palatin ini terdiri dari susunan kelenjar limfa
yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil Faringeal (Adenoid), tonsil
palatin (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Tuba
Eustachius (lateral band dinding faring atau gerlach’s tonsil).
2. Etiologi
Tonsillitis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta
hemolitikus group A. Misalnya: Pneumococcus, Staphylococcus,
Haemalphilus influenza, Sterptoccoccus non hemoliticus atau Streptoccus
viridens.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
a. Gejala berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita
menelan) nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan
telinga memiliki persyarafan yang sama ). Gejala lain: Demam, tidak
enak badan, sakit kepala, muntah.
b. Gejala tonsillitis antara lain : pasien mengeluh ada penghalang di
tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada
pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus, tidak nafsu makan, mudah lelah, nyeri
abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit saat menelan),
mual dan muntah.
c. Gejala pada tonsillitis akut : rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu,
nyeri sendi odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring
terkena), tonsil membengkak.
d. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,
sakit menelan, kadang – kadang muntah. Tonsil kepala dan sakit pada
bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit telinga. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan
kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
5. Penatalaksanaan
c. Penatalaksanaan tonsillitis akut :
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari
dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi
dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk
menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau
sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
d. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
Indikasi tonsilektomi:
a) bila mengganggu
b) kambuh >4x dalam 1tahun , selama 2 tahun berturut-turut.
c) timbul komplikasi.
d) sebagai fokal infeksi
e) carier infeksi
f) curiga neoplasma
g) gangguan non medic
C. Faringitis
1. Definisi
Faringitis adalah peradangan akut membran mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya.
2. Etiologi
Virus banyak pada anak < 3tahun, adenovirus, infeksi sistemik,
streptococcus beta hemolitikus.
3. Patogenesis
a. Bakteri/ virus dapat menginfeksi mukosa faring yang kemudian
dapat merespon peradangan lokal.
b. Infeksi streptococcus adanya invasi lokal serta pelepasan
toxin extraseluler dan protease.
4. Manifestasi Klinik
a. (Faringitis virus) demam malaise, anoreksia, suara parau,
batuk, rhinitis. Exudat dapat muncul pada folikel limfoid
palatum dan tonsil terdapat ulkus kecil di tempat tersebut.
b. (Faringitis streptococcus) banyak pada anak usia 2tahun, nyeri
kepala, nyeri perut, muntah, demam 40 C.
c. 1/3 penderita pembesaran tonsil, exudasi
d. 2/3 penderita eritem ringan, tanpa pembesaran tonsil dan
exudasi.
5. Diagnosa
a. Anamnesis
i. (Faringitis virus) pasien merasa demam, malaise,
anoreksia, nyeri tenggorok.
ii. (Faringitis streptococcus) banyak ditemukan pada
pasien usia dibawah 3 tahun, diare, batuk, pilek, suara
serak, nyeri perut, muntah. Faringitis streptococcus,
gejala dan tanda :
- Awitan akut, disertai mual dan muntah
- Faring hiperemis
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Tonsil bengkak dengan eksudasi
- Kelenjar getah bening anterior benkak dan nyeri
- Uvula bengkak dan merah
- Ptekie palatum mole
Bukan faringitis streptococcus jika dijumpai :
- Usia kurang dari 3 tahun
- Awitan bertahap
- Kelainan melibatkan beberapa mukos
- Konjungtivitis, diare, batuk, pilek dansuara serak
- Mengi, ronkhi paru
- Eksantem ulseratif
b. Pemeriksaan Fisik
i. (Faringitis virus) ditemukan ulkus kecil pada palatum
lunak dan dinding posterior, exudat dapat muncul.
ii. (Faringitis streptococcus) kelainan pada mukosa, faring
hiperemis, tonsil bengkok, exudasi, uvula bengkak dan
merah.
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk membedakan keduanya dengan pemeriksaan kultur
dari apusan tenggorok, rapid antigen detection test. gold
standart : kultur dari sweab tenggorok.
6. Komplikasi
a. Otitis media akut, ulkus besar yang kronis pada faring, abses
peritonsil, sinusitis, adenitis.
7. Penatalaksanaan
a. Penisilin 120-250mg 3 s.d.d1
b. Jika alergi penisilin diganti eritromisin
c. Virus tidak ada obat yang spesifik
d. Ibuprofen/ asetaminofen untuk nyeri tenggorok
DAFTAR PUSTAKA
1. Efianty Arsyad S,Dr, Sp. THT.2000.Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT.Balai
Penerbit FKUI.Jakarta
2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta : EGC
3. Price, A silvia. Dkk. 2006. Patofisiologi. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: EGC
4. Pembekaalan dr. Galuh, Sp.A : kegawat daruratan anak
5. Pembekalan dr. Wahyu, Sp.THT: Rinologi.
6. Snell.Anatomi Klinik.ed. 6.Jakarta:EGC