Post on 01-Apr-2019
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN
ANAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN MINERAL
(Studi Desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2014)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SULAEMI
NIM : 110565201067
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN
ANAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN MINERAL
(Studi Desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2014)
SULAEMI
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini untuk mengawasi
pertambangan illegal mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral. Di
dalam kebijakan ini sudah dijelaskan tentang izin usaha pertambangan, pelaksanaan
hingga sanksinya. Berdasarkan pengamatan penulis pada tanggal 2 Januari 2016
bahwa peraturan ini tidak dijalankan oleh penambang di Desa Rintis, karena mereka
melakukan penambangan tanpa izin dan sudah menyalahi aturan karena desa ini
tidak diperuntukan untuk kegiatan penambangan sesuai dengan rencana tata ruang
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam Menangani Tambang Pasir Ilegal di
Desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun
2014. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif.
Dalam penelitian ini sampel berjumlah 6 orang yang terdiri dari 4 orang Pegawai
Dinas Pertambangan dan energi, 1 orang tokoh masyarakat, serta akan diambil
sebagai informan yaitu 1 orang masyarakat penambang. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam Menangani
Tambang Pasir Ilegal Pada Desa Tarempa Selatan Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2014 belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan
masih terjadi penambangan illegal yang dilakukan masyarakat di desa ini
Kata Kunci : Izin Usaha Pertambangan, Tambang Pasir Ilegal
2
A B S T R A C T
Kabupaten Kepulauan Anambas Government to keep tabs on illegal mining
refers to the applicable local Anambas Islands Regency number 11 in 2012 About
Mineral Mining Management. In this policy have already explained about licences,
implementation of up to sanksinya. Based on the author's observations on 2 January
2016 that this rule is not run by the miners ' village, as they do mine without
permission and had violated rules because the village is not intended for mining
activities in accordance with the plan of Anambas Islands Regency floorplan.
The purpose of this research is basically the implementation of Government
policy in the Anambas Islands Regency Area deal with Illegal Sand Mining in the
Southern Sub-district Tarempa Siantan Anambas Islands Regency by 2014. In this
study the author uses Descriptive types of Qualitative research. In this study the
sample amounted to 6 people consisting of 4 employees Department of mines and
energy, 1 community leaders, and will be taken as the informant i.e. 1 person
community of miners. Data analysis techniques used in this research is descriptive
qualitative data analysis techniques.
Based on the results of the study it can be concluded that the implementation of
the policy of local governments in handling the Anambas Islands Regency Sand
Mining is illegal in the Southern Sub-district Tarempa Village Siantan Anambas
Islands Regency 2014 have not been going well, this is due to illegal mining still
occurs is done in the village society
Keywords: Licences, Illegal Sand Mining
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah adalah lembaga yang
memiliki kekuasaan untuk memerintah.
Pemerintah ini memiliki kekuatan yang
lebih dari yang di perintah. Jadi dengan
kata lain pemerintah memiliki fungsi
untuk memerintah mayoritas atau orang
banyak. Di bentuknya pemerintah pada
awalnya adalah untuk melindungi
sistem ketertiban di masyarakat
sehingga seluruh masyarakat dapat
menjalankan aktivitas kehidupan
dengan tenang dan lancar. Dinamika di
masyarakat memperluas fungsi dan
peran pemerintahan tidak hanya sebatas
pelindung melainkan pelayan
masyarakat.
Fungsi Primer merupakan fungsi
pemerintah yang berjalan terus-menerus
dan memiliki hubungan positif dengan
kondisi masyarakat yang diperintah.
Maksudnya adalah fungsi primer
dijalankan secara konsisten oleh
pemerintah, tidak terpengaruh oleh
kondisi apapun, tidak berkurang dan
justru semakin meningkat jika kondisi
masyarakat yang diperintah meningkat.
Salah satu fungsi primer pemerintah
adalah pengaturan. Pemerintah
memiliki fungsi pengaturan (regulating)
untuk mengatur seluruh sektor dengan
kebijakan-kebijakan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah,
dan peraturan lainnya. Maksud dari
fungsi ini adalah agar stabilitas negara
terjaga, dan pertumbuhan negara sesuai
yang diinginkan.
Fungsi pengaturan merupakan
modal pemerintah untuk bisa mengatur
masyarakat yang memiliki kuantitas
jauh lebih besar. Pengaturan ini bisa
berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan daerah, atau pun
sejenisnya. Pemerintah mengatur
dengan tujuan untuk bisa menjaga
keamanan masyarakat yang kondusif.
Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan
tersebut melihat masalah-masalah yang
terjadi di masyarakat.
Salah satu permasalahan yang
terjadi di tengah masyarakat adalah
kerusakan lingkungan. Kerusakan yang
ditimbulkan pada lingkungan akibat
dari pertambangan ilegal adalah
kerusakan yang sangat berbahaya,
bahkan akan mencemari lingkungan
dengan jangka panjang. Ini akan
menjadi masalah yang sangat
memprihatinkan, jika tidak diambil
tindakan yang cepat maka dampak ini
tidak akan berkurang, malah akan terus
bertambah. Maka dari itu dibutuhkan
peran pemerintah untuk menjalankan
fungsinya yaitu pengaturan, mengatur
kegiatan yang ada di tengah masyarakat
yang dapat merugikan dan merusak
lingkungan hidup dengan membuat
suatu aturan tegas berkaitan dengan
perlindungan lingkungan hidup yang
salah satunya diakibatkan oleh
pertambangan.
Kegiatan ekploitasi sumberdaya
mineral atau bahan galian seperti pasir
merupakan salah satu pendukung sektor
pembangunan baik secara fisik,
ekonomi maupun sosial. Hasil
pertambangan merupakan sumberdaya
yang mampu menghasilkan pendapatan
yang sangat besar untuk suatu negara.
Kebutuhan akan bahan galian
konstruksi dan industri seperti pasir
tampak semakin meningkat seiring
dengan semakin berkembangnya
pembangunan berbagai sarana maupun
prasarana fisik di berbagai daerah di
Indonesia.
Penambangan yang masih
dilakukan di beberapa tempat adalah
pertambangan rakyat. Pertambangan
rakyat adalah satu usaha pertambangan
bahan-bahan galian yang dilakukan
4
oleh rakyat setempat secara kecil-
kecilan atau secara gotong royong
dengan alat-alat sederhana untuk
pencaharian sendiri. Kegiatan
penambangan khususnya pasir dikenal
sebagai kegiatan yang dapat merubah
permukaan bumi. Karena itu
penambangan sering dikaitkan dengan
kerusakan lingkungan. Walaupun
pernyataan ini tidak selamnya benar,
patut diakui bahwa banyak sekali
kegiatan penambangan yang dapat
menimbulkan kerusakan di tempat
penambangannya. (Dalam Pasal 20 dan
Pasal 66 sampai dengan Pasal 73
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009
tentang Mineral dan Batu Bara)
Akan tetapi di lain pihak kualitas
lingkungan di tempat penambangan
meningkat dengan tajam. Bukan saja
menyangkut kualitas hidup manusia
yang berada di lingkungan tempat
penambangan itu, namun juga alam
sekitar menjadi tertata lebih
baik,dengan kelengkapan
infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan
penambangan dapat menjadi daya tarik,
sehingga penduduk banyak yang
berpindah mendekati lokasi
penambangan tersebut. Sering pula
dikatakan bahwa kegiatan
penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Penambangan pasir yang
dilakukan hanya dengan menggunakan
alat-alat yang sederhana seperti:
cangkul, pengeruk pasir, dan karung
sebagai tempat penyimpanan pasir.
Namun, apabila penggalian dengan
jumlah pasir yang cukup besar,
biasanya kendaraan pengangkut pasir
ini langsung dimasukan ke lokasi
penambangan, guna mempermudah
proses penggaliannya. Dampak
penambangan pasir ini, mengakibatkan
dampak positif dan dampak negatif
terhadap kondisi lingkungan, dampak
positif diantaranya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat dan
membuka lapangan pekerjaan,
sedangkan dampak negatifnya terdiri
dari meningkatnya polusi udara, dan
kerusakan pada tanggul sungai.
Penambangan ilegal juga terjadi
di wilayah Kabupaten Kepulauan
Anambas khususnya pada Desa
Tarempa Selatan merupakan salah satu
desa di Kabupaten Kepulauan Anambas
yang memiliki sumber daya alam
berlimpah seperti pasir, yang
dimanfaatkan masyarakat sekitar.
Namun sangat di sayangkan kegiatan
penambangan yang dilakukan selama
ini illegal. Penambangan pasir liar
adalah salah satu tindakan kriminal.
Aksi penambangan yang dilakukan
tersebut dapat mengancam
keberlangsungan hidup. Termasuk
sejumlah potensial bencana yang bisa
sewaktu-waktu menimpa. Dari data
yang di peroleh diketahui bahwa ada 9
penambangan yang dilakukan
masyarakat termasuk penambangan
illegal, tanpa izin dan tidak
memperhatikan dampak lingkungan.
Sehingga tidak memperhatikan
keadaan lingkungan, sedangkan 5 titik
lagi adalah penambangan yang sudah
memiliki izin usaha pertambangan.
Pemerintah Kabupaten Anambas saat
ini untuk mengawasi pertambangan
illegal mengacu pada Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
dan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara. Kemudian merumuskan
satu kebijakan khusus untuk Kabupaten
Kepulauan Anambas yaitu Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
5
Pengelolaan Pertambangan
Mineral. Di dalam kebijakan ini sudah
menjelaskan tentang izin usaha
pertambangan, pelaksanaan hingga
sanksinya. Untuk menghindari
perusahaan galian/tambang batuan
melanggar perundang-undangan dan
ketentuan lainnya, maka peran serta
pengawasan instansi terkait sangat
dibutuhkan, dalam hal ini pemerintah
Kabupaten Anambas bersama-sama
dengan pemerintah desa. Tujuan
menciptakan hubungan yang harmonis
meningkatkan dampak positif melalui
penyerapan tenaga kerja, penyediaan
bahan baku pembangunan infrastruktur,
pendapatan asli daerah, serta penggerak
kegiatan perekonomian di sekitar lokasi
pertambangan, juga sebagai upaya
pelestarian alam dan menjaga
keseimbangan ekosistem.
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral adalah untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 8
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral. Potensi
pertambangan di Kabupaten Kepulauan
Anambas mempunyai peranan yang
penting dan perlu dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang
pembangunan daerah maupun nasional.
Pemanfaatan potensi tersebut dalam
pengelolaannya perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dampak negatif
terhadap lingkungan hidup dapat
terkendali sehingga kemampuan daya
dukung lingkungan tetap terpelihara.
Pengelolaan pertambangan di
Kabupaten Kepulauan Anambas
dilakukan melalui upaya penelitian,
pengaturan, perizinan, pembinaan
usaha, pengendalian dan
pengawasan.pengelolaan Pertambangan
harus tetap menjaga fungsi lingkungan
hidup sebagai upaya untuk
memanfaatkan potensi guna memenuhi
kebutuhan industri manufaktur dan
kontruksi.
Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor
11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral di jelaskan
tentang perizinan. Di jelaskan bahwa
untuk melakukan penambangan terlebih
dahulu harus mengurus beberapa izin
seperti Izin Pertambangan rakyat yang
selanjutnya di mana izin yang di beri
untuk melaksanakan usaha
pertambangan dalam wilayah
pertambangan rakyat yang luas wilayah
dan investasi terbatas. Berdasarkan
penjelasan pada pasal 9 bahwa setiap
orang atau badan yang melakukan
usaha pertambangan di Kabupaten
Kepulauan Anambas harus mendapat
Izin dari Bupati.
Berdasarkan pasal 7 di jelaskan bahwa
setiap kegiatan pertambangan harus
memiliki izin, kriteria untuk
mendapatkan izin wilayah
pertambangan rakyat adalah luas
maksimal wilayah pertambangan rakyat
adalah 2 hektar kemudian merupakan
kawasan peruntukan pertambangan
sesuai dengan rencana tata ruang.
Izin pertambangan rakyat pada pasal 26
menjelaskan bahwa kegiatan
pertambangan rakyat dilaksanakan
dengan ketentuan kedalaman
penambangan paling dalam 10 meter,
menggunakan pompa mekanik, dan di
larang menggunakan alat-alat berat,
namun kenyataannya di Desa Tarempa
Selatandalam melakukan kegiatan
penambangan mereka menggali lebih
dari 10 meter yang menimbulkan
kerusakan lingkungan sekitar, mereka
6
menggunakan alat-alat berat untuk
melakukan penambangan tersebut.
Pemegang izin usaha pertambangan dan
izin pertambangan rakyat sesuai dengan
pasal 28 berhak mendapatkan
pembinaan, pengawasan, dibidang
keselamatan kerja dan kesehatan kerja,
lingkungan teknik pertambangan dan
manajemen dari pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, namun
kenyataannya pengawasan tidak
dilakukan oleh pemerintah daerah
khususnya dinas pertambangan dan
energi Kabupaten Kepulauan Anambas,
kemudian untuk pertambangan rakyat
kebanyakan dari penambang tidak
memperhatikan keselamatan kerja hal
ini dikarenakan tidak adanya
pembinaan yang dilakukan pemerintah
dari daerah untuk para penambang
tersebut.
Kabupaten kepulauan anambas
merupakan kabupaten yang terdiri dari
7 kecamatan 3 dari 7 kecamatan
merupakan kecamatan dengan daratan
yang terluas yaitu : Kecamatan Jemaja
dengan jumlah penduduk 6704 Jiwa,
Kecamatan Palmatak dengan jumlah
penduduk jumlah penduduk 12668
Jiwa, dan Kecamatan Siantan dengan
jumlah penduduk 13106 Jiwa,
kecamatan siantan merupakan
kecamatan yang menjadi pusat
pemerintahan di kabupaten kepulaun
anambas, dan memiliki jumlah
penduduk yang paling padat Desa
Tarempa Selatan merupakan salah satu
desa yang berada di Kecamatan
Siantan, Jumlah penduduk di Desa
Tarempa Selatan adalah 1198 Jiwa
dengan 318 Kepala Keluarga, desa
tarempa selatan merupakan desa yang
menjadi sumber air bagi kecamatan
siantan. Permasalahan yang terjadi di
Desa Tarempa Selatan adalah dengan
adanya pertambangan pasir ilegal di
desa tarempa selatan hal ini menjadi
konflik dan mempengaruhi sumber air
bagi kecamatan dan desa-desa lain hal
ini dibuktikan dengan adanya surat
pernyataan yang di buat oleh berbagai
desa diantaranya : desa yang tercemari
oleh pertambangan ilegal di desa
tarempa selatan ialah : desa genting dan
desa desan, surat pernyataan ini di
layangkan ke dinas pertambangan dan
energi di kabupaten kepulauan anambas
namun respon dari dinas terkait hanya
melakukan teguran dan tanpa ada
tindakan yang berkelanjutan, di
bandingkan dengan dua kecamatan
yaitu : kecamatan jemaja dan
kecamatan palmatak walaupun di
kecamatan mereka banyak melakukan
pertambangan ilegal tapi mereka tidak
mencemari aliran sungai di karenakan
aliran sungai 2 kecamatan ini memiliki
hutan lindung. Sedangkan kecamatan
siantaan tidak memiliki hutan lindung ,
hal ini membuktikan bahwa lemahnya
implementasi kebijakan mengenai
pertambangan dan mineral di kabupaten
kepulauan anambas.
Berdasarkan observasi dan
wawancara penulis pada tanggal 2
Januari 2016 hasil yang di dapatkan
penulis, Kabupaten Kepulauan
Anambas merupakan kabupaten dengan
rata - rata wilayah pesisir , dari 7
Kecamatan 4 di antaranya merupakan
kecamatan yang memiliki wilayah
pesisir dan 3 wilayah daratan paling
luas. 4 kecamatan pesisir ialah :
1. Kecamatan Jemaja Timur
2. Kecamatan Siantan Selatan
3. Kecamatan Siantan Tengah
4. Kecamatan Siantan Timur
Rata - rata dari mereka hanya
melakukan pertambangan pasir di pulau
yang tidak berpenghuni jika di
7
bandingkan dengan 3 Kecamatan
lainnya yaitu :
1. Kecamatan Jemaja
2. Kecamatan Palmatak
3. Kecamatan Siantan
Mereka melakukan
pertambangan di darat atau pasir Air
tawar, namun yang paling reskan
menimbulkan kerusakan yaitu
Kecamatan Siantan tepatnya di desa
Tarempa Selatan di bandingkan dengan
2 Kecamatan lainnya yang di dukung
oleh hutan lindung di buat di aliran
sungai hal ini mengurangi kerusakan di
Kecamatan Jemaja dan Palmatak,
kerusakan yang sangat riskan yaitu
terjadi di Kecamatan Siantan tepatnya
di Desa Tarempa Selatan yang
merupakan desa penghasil sumber air
untuk Kecamatan Siantan.
Peraturan ini tidak dijalankan oleh
penambang di Desa Tarempa Selatan,
karena mereka melakukan
penambangan tanpa izin dan sudah
menyalahi aturan karena desa ini tidak
diperuntukan pertambangan sesuai
dengan rencana tata ruang Kabupaten
Kepulauan Anambas. Kemudian
penambang harus ada izin sesuai
dengan pasal 9 yaitu setiap orang atau
badan yang melakukan usaha
pertambangan di Kabupaten Kepulauan
Anambas harus mendapatkan izin dari
Bupati namun di Desa ini kebanyakan
dari mereka tidak memiliki izin. Dari
data yang di peroleh pada Desa
Tarempa Selatan dari 10 titik, hanya 3
titik pertambangan yang sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan
memiliki izin (Sumber: Laporan Dinas
Pertambangan Kabupaten Kepulauan
Anambas, 2015)
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk mengangkat serta
meneliti dengan judul “Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral (Studi Desa
Tarempa Selatan Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun
2014)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan dalam
latar belakang permasalahan diketahui
bahwa Desa Tarempa Selatan
merupakan salah satu desa di
Kabupaten Kepulauan Anambas yang
memiliki sumber daya alam berlimpah
seperti pasir, yang dimanfaatkan
masyarakat sekitar. Namun sangat di
sayangkan kegiatan penambangan yang
dilakukan selama ini illegal.
Penambangan pasir liar adalah salah
satu tindakan kriminal. Aksi
penambangan yang dilakukan tersebut
dapat mengancam keberlangsungan
hidup. Termasuk sejumlah potensial
bencana yang bisa sewaktu-waktu
menimpa, maka penelitian ini ingin
mengetahui secara mendalam tentang
permasalahan penelitian sebagai dasar
perumusan masalah penelitian ini
sebagai berikut ini: “Bagaimana
Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor
11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral Pada Desa
Tarempa Selatan Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun
2014?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral
Pada Desa Tarempa Selatan Kecamatan
Siantan Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2014
8
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis : Sebagai
Bahan informasi dan acuan bagi
pemerintah Desa Tarempa
Selatan Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan Anambas
untuk meningkatkan perannya
agar terhindar dari
penambangan illegal.
b. Kegunaan Praktis : Sebagai
bahan refrensi bagi penelitian
yang sama khususnya bidang
Pemerintahan daerah.
D. Konsep Operasional
Untuk kepentingan analisis
penelitian dan pencapaian realitas
dalam rangka pengkajian secara
empiris, maka sejumlah konsep yang
masih abstrak perlu dioperasionalkan
agar benar-benar menyentuh fenomena
yang akan di teliti. Selanjutnya yang
menjadi konsep operasional dan
pengukurannya dalam penelitian ini
menurut Wahab (2001:108) adalah
sebagai berikut :
1. Keluaran Kebijakan
Merupakan penterjemahan atau
penjabaran dari Peraturan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral
dalam bentuk peraturan-peraturan
khusus,prosedur pelaksanaan yang
baku atau tetap untuk memproses
kasus-kasus tertentu, hal ini dapat
dilihat dari : Adanya prosedur kerja
pegawai dalam melaksanakan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral
a. Adanya aturan dalam
Pengelolaan
Pertambangan Mineral
2. Kepatuhan Kelompok Sasaran
Merupakan suatu sikap ketaatan
secara konsisten dari pegawai
dalam menjalankan Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral atau
pengguna yaitu pihak swasta,
perusahaan dan masyarakat,
terhadap keluaran kebijakan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan
Mineral yang di tetapkan. Hal
ini dapat dilihat dari : Adanya
kerjasama pemerintah dalam
menjalankan Peraturan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan
Mineral
3. Dampak Nyata Kebijakan
Adalah hasil nyata antara
perubahan perilaku antara pihak
swasta dan masyarakat dengan
tercapainya tujuan yang telah
digariskan, hal ini berarti bahwa
keluaran kebijakan sudah
sejalan dengan undang-undang
kelompok sasaran benar-benar
patuh, hal ini dapat dilihat dari :
Kepatuhan pihak-pihak terkait
dalam menjalankan Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral
9
4. Persepsi Terhadap Dampak
Yaitu penilaian atau
pemahaman para pengguna
yaitu pihak swasta atau
perusahaan yang akan
didasarkan pada nilai-nilai
tertentu yang dapat diatur atau
dilaksanakan manfaatnya oleh
kelompok-kelompok
masyarakat dan lembaga-
lembaga tertentu terhadap
dampak nyata pelaksanaan
kebijakan,yang kemudian
menimbulkan upaya-upaya
untuk mempertahankan atau
mendukung, hal ini dapat dilihat
dari : Adanya dukungan dari
pihak swasta dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral
E. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang akan dilakukan
yaitu bersifat deskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono (2012:11) bahwa
metode penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan variable satu dengan
variabel yang lain.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk
Penelitian ini menggunakan teori
Moleong (2011:35) menyatakan analisa
dan kualitatif adalah proses
pengorganisasian, dan penguratan data
kedalam pola dan kategori serta satu
uraian dasar, sehingga dapat
dikemukakan tema yang seperti
disarankan oleh data. Adapun langkah –
langkah analisa data yang dilakukan
adalah : (1) menelaah dari semua data
yang tersedia dari berbagai sumber, (2)
reduksi data yang dilakukan dengan
membuat abstraksi, (3) menyusun data
kedalam satuan-satuan, (4)
pengkategorian data sambil membuat
koding, (5) mengadakan pemeriksaaan
keabsahan data, dan (6) penafsiran data
secara deskriptif
II. LANDASAN TEORI
1. Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya
merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus dijadikan pedoman, pegangan
atau petunjuk bagi setiap usaha dan
kegiatan dari aparatur pemerintah atau
pegawai. Menurut Abidin (Syafarudin,
2008: 75) menjelaskan kebijakan adalah
keputusan pemerintah yang bersifat
umum dan berlaku untuk seluruh
anggota masyarakat. Definisi lain
dijelaskan oleh Gamage dan Pang
(Syafarudin, 2008: 75) “Kebijakan
adalah terdiri dari pernyataan tentang
sasaran dan satu atau lebih pedoman
yang luas untuk mencapai sasaran
tersebut sehingga dapat dicapai yang
dilaksanakan bersama dan memberikan
kerangka kerja bagi pelaksanaan
program. Pendapat lain dikemukakan
oleh Klein dan Murphy (Syafarudin,
2008: 76), “Kebijakan berarti
seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-
prinsip serta peraturan-peraturan yang
membimbing sesuatu organisasi,
kebijakan dengan demikian mencakup
keseluruhan petunjuk organisasi.
10
Berdasarkan pendapat diatas
menunjukan bahwa kebijakan berarti
seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-
prinsip serta peraturan-peraturan yang
membimbing sesuatu organisasi.
Kebijakan publik mengandung tiga
konotasi yaitu pemerintah, masyarakat,
dan umum. Menurut Syafarudin (2008:
78) kebijakan publik adalah kebijakan
pemerintah yang dengan
kewenangannya dapat memaksa
masyarakat mematuhinya.
Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dianalisis bahwa kebijakan publik
adalah hasil pengambilan keputusan
oleh manajemen puncak baik berupa
tujuan, prinsip, maupun aturan yang
berkaitan dengan hal-hal strategis untuk
mengarahkan manajer dan personel
dalam menentukan masa depan
organisasi yang berimplikasi bagi
kehidupan masyarakat. Suatu kebijakan
publik yang telah diterima dan disahkan
(adapted) tidaklah akan ada artinya
apabila tidak dilaksanakan. Untuk itu
implementasi kebijakan publik haruslah
berhasil, tidak hanya implementasinya
saja yang berhasil, akan tetapi tujuan
(goal) yang terkandung dalam
kebijakan publik itu harus tercapai yaitu
terpenuhinya kepentingan masyarakat
(public inters). Kebijakan publik adalah
sebagai kebijakan yang dibuat oleh
badan-badan pemerintah dan para aktor
politik yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah publik.
Menurut Dye (Subarsono, 2008:
2) kebijakan publik adalah apapun
pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Dari
pendapat tersebut dijelaskan bahwa
kebijakan publik mencakup sesuatu
yang tidak dilakukakan oleh pemerintah
disamping yang dilakukan oleh
pemerintah. Ketika pemerintah
menghadapi suatu masalah publik,
suatu kebijakan harus dilakukan dan
apakah manfaat bagi kehidupan
bersama harus menjadi pertimbangan
yang holistik agar kebijakan tersebut
mengandung manfaat yang besar bagi
warganya dan berdampak kecil dan
sebaiknya tidak menimbulkan persoalan
yang merugikan, walaupun demikian
pasti ada yang diuntungkan dan ada
yang dirugikan, disinilah letaknya
pemerintah harus bijaksana dalam
menetapkan suatu kebijakan. Suatu
kebijakan yang telah diterima dan
disahkan tidaklah akan ada artinya
apabila tidak dilaksanakan.
Kebijakan itu merupakan
rumusan suatu tindakan yang
dikembangkan dan diputuskan oleh
instansi atau pejabat pemerintah guna
mengatasi atau mempertahankan suatu
kondisi. Sedangkan menurut Friedrich
(Agustino, 2006:7) kebijakan adalah
serangkaian tindakan atau kegiatan
yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah, dalam
suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan atau
kesulitan-kesulitan dan kemungkinan-
kemungkinan dimana kebijakan itu
diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan
yang dimaksud.
Maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan itu merupakan serangkaian
tindakan atau kegiatan yang diusulkan
oleh seseorang atau pemerintah, untuk
mengatasi suatu persoalan atau
permasalahan yang terdapat dalam
masyarakat, sehingga dengan kebijakan
ini diharapkan akan dapat mengatasi
permasalahan yang terdapat dalam
masyarakat, sehingga dengan kebijakan
11
ini diharapkan akan dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Kebijakan pada
dasarnya merupakan ketentuan-
ketentuan yang harus dijadikan
pedoman, pegangan atau petunjuk bagi
setiap usaha dan kegiatan dari aparatur
pemerintah / pegawai. Kebijakan
dengan demikian mencakup
keseluruhan petunjuk organisasi.
Dengan kata lain, kebijakan adalah
hasil keputusan manajemen puncak
yang dibuat dengan hati-hati yang
intinya berupa tujuan-tujuan, prinsip-
prinsip dan aturan-aturan yang
mengarahkan organisasi melangkah
kemasa depan. Secara ringkas
ditegaskan bahwa hakikat kebijakan
sebagai petunjuk dalam organisasi.
2. Implementasi Kebijakan
Menurut Nugroho (2012:294)
menjelaskan implementasi kebijakan
pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuannya, untuk itu ada dua langkah
yang ada yaitu langsung
mengimplementasikan dalam bentuk
program dan melalui turunan dari
kebijakan publik tersebut. Adapun
kebijakan publik yang langsung
operasional yaitu Keputusan Kepala
Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan
sebagainya.
Untuk lebih mudah dalam
memahami pengertian implementasi
kebijakan Lineberry (dalam Putra
Fadillah, 2003:81) menspesifikasikan
proses implementasi setidak-tidaknya
memiliki elemenelemen sebagai berikut
:
1. Pembentukan unit organisasi
baru dan staf pelaksana
2. Penjabaran tujuan ke dalam
berbagai aturan pelaksana
(standard operating procedure /
SOP)
3. Koordinasi berbagai sumber dan
pengeluaran kepada kelompok
sasaran;
4. Pengalokasian sumber-sumber
untuk mencapai tujuan.
Salah satu komponen utama
yang ditonjolkan oleh Lineberry, yaitu
pengambilan kebijakan (policy-making)
tidaklah berakhir pada saat kebijakan
itu dikemukakan atau diusulkan, tetapi
merupakan kontinuitas dari pembuatan
kebijakan. Purwanto dan Sulistyastuti
(2012:64) Realitasnya, didalam
implementasi itu sendiri terkandung
suatu proses yang kompleks dan
panjang Proses implementasi sendiri
bermula sejak kebijakan ditetapkan atau
memiliki payung hukum yang sah.
Hanya setelah melalui proses
yang kompleks tersebut maka akan
dihasilkan apa yang disebut sebagai
policy outcomes : suatu kondisi dimana
implementasi tersebut menghasilkan
realisasi kegiatan yang berdampak pada
tercapainya tujuan-tujuan kebijakan
yang ditetapkan sebelumnya. Dampak
kebijakan yang paling nyata adalah
adanya perubahan kondisi yang
dirasakan oleh kelompok sasaran, yaitu
dari kondisi yang satu ke kondisi yang
lebih baik.
Menurut Nugroho (2012:711)
implementasi kebijakan dalam konteks
manajemen berada dalam kerangka
organizing-leading-controlling.Jadi,
ketika kebijakan sudah dibuat, tugas
selanjutnya adalah mengorganisasikan,
melaksanakan kepemimpinan untuk
memimpin pelaksanaan, dan melakukan
pengendalian pelaksanaan. Menurut
12
Subarsono (2011:89) keberhasilan
implementasi kebijakan akan
ditentukan oleh banyak variabel atau
faktor, dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Selanjutnya menurut Wahab
(2001:108) bahwa tahap dalam proses
implementasi kebijakan yaitu :
a. Keluaran Kebijakan (keputusan)
Merupakan penterjemahan
penjabaran dalam bentuk
peraturan peraturan khusus,
prosedur pelaksanaan yang baku
untuk memproses kasus-kasus
tertentu, keputusan penyelesaian
sengketa (menyangkut perizinan
dan sebagainya), dan keputusan
penyelesaian sengketa.
b. Kepatuhan Kelompok Sasaran
Merupakan suatu sikap ketaatan
secara konsisten dari pelaksana
atau pengguna (aparat
pemerintah dan masyarakat)
terhadap keluaran kebijakan
yang telah ditetapkan, sikap
tersebut dicerminkan dalam
prilaku antara lain :
1. Tidak melanggar aturan
yang telah digariskan
2. Jika ada pelanggaran masih
terbatas pada pelanggaran
yang terkena sangsi
3. Sikap mengatur keabsahan
(legitimasi) perundang-
undangan yang
bersangkutan dan tidak
merasa dirugikan dari
peraturan tersebut.
c. Dampak Nyata kebijakan
Hasil nyata antara perubahan
prilaku dengan kelompok
sasaran dengan tercapainya
tujuan yang telah digarikan. Hal
ini berarti bahwa keluaran
kebijakan sudah berjalan dengan
undang-undang. Kelompok
sasaran benar-benar patuh.
d. Persepsi terhadap dampak
yaitu penilaian atau pemahaman
yang didasarkan pada nilai-nilai
tertentu yang dapat diatur atau
dirasakan manfaatnya oleh
kelompok-kelompok
masyarakat atau lembaga-
lembaga tertentu terhadap
dampak nyata pelaksanaan
kebijakan.
e. Revisi kebijakan
merupakan upaya-upaya
penyesuaian atau tindak lanut
terhadap kekeliruan atau
kegagalan pelaksanaan
kebijakan, dengan jalan
merubah secara mendasar
kebijakan tersebut.
3. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas – luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945. Pemerintahan
Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah
Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
terdiri atas Pemerintah Daerah
13
Kabupaten/Kota dan DPRD
Kabupaten/Kota.
Pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disebut DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah
sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah (UU RI No. 32
Tahun 2004).
Aparat Pemerintah Daerah
meliputi para pejabat yang memiliki
tingkatan dalam jabatan struktural
(Eselon). Pejabat pada tingkatan paling
bawah dalam tataran pemerintahan
daerah adalah pejabat Eselon IV atau
pejabat setingkat kepala sub bagian,
kepala sub bidang, dan kepala seksi,
sedangkan pejabat setingkat di atasnya
adalah pejabat Eselon III atau atau
pejabat setingkat sekretaris, kepala
bagian, dan kepala bidang. Pejabat
setingkat di atasnya lagi yaitu pejabat
Eselon II atau pejabat setingkat Kepala
Badan, Kepala Dinas, dan Kepala
Instansi (Syafrial, 2009).
4. Kebijakan Pertambangan di
Daerah
Ketentuan tentang perizinan
mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi
penertib dan fungsi pengatur. Sebagai
fungsi penertib, dimaksudkan agar izin
atau setiap izin atau tempat-tempat
usaha, bangunan dan bentuk kegiatan
usaha masyarakat lainnya tidak
bertentangan satu sama lain. Berkaitan
dengan itu, maka ketertiban dalam
setiap segi kehidupan masyarakat dapat
terwujud. Sedangkan izin sebagai
fungsi mengatur dimaksudkan agar
perizinan yang ada dapat dilaksanakan
sesuai dengan peruntukkannya,
sehingga terdapat penyalahgunaan izin
yang telah diberikan, dengan kata lain
fungsi pengaturan ini dapat disebut juga
sebagai fungsi yang dimiliki oleh
pemerintah (Sutedi, 2010:193).
Dalam Undang-Undang
Pertambangan dinyatakan bahwa segala
bahan galian yang terdapat dalam
wilayah hukum pertambangan
Indonesia adalah kekayaan nasional
yang dikuasai oleh negara untuk
digunakan sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Undang-Undang Pokok
Pertambangan membagi bahan galian
menjadi tiga golongan. Pertama, bahan
galian golongan A atau strategis, seperti
migas, batubara, dan timah. Kedua,
bahan galian golongan B atau vital,
seperti emas, tembaga, intan. Ketiga,
bahan galian golongan C atau bukan
strategis dan bukan pula vital, seperti
batu granit dan pasir.
Pelaksanaan penguasaan negara
dan pengaturan usaha pertambangan
untuk bahan galian strategis dan vital
dilakukan oleh menteri yang
membidangi tugas bidang
pertambangan. Sementara untuk bahan
galian yang strategis dan tidak vital
dilakukan oleh pemerintah daerah
tingkat I tempat terdapatnya bahan
galian itu.
Dalam kegiatan penambangan
dibutuhkan perizinan. Sehubungan
dengan pengertian izin, Ateng
Syafrudin mengatakan bahwa izin
bertujuan dan berarti menghilangkan
halangan, hal yang dilarang menjadi
boleh. Berbeda dengan Ateng
Syafrudin, Adrian Sutedi (2010: 167)
mengartikan izin (vergunning) sebagai
14
suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah untuk dalam
keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan peraturan
perundang-undangan. Izin juga dapat
diartikan sebagai dispensasi atau
pelepasan/pembebasan dari suatu
larangan
Berkaitan dengan tujuan dan
fungsi perizinan, Adrian Sutedi
(2010:200) menjelaskan bahwa secara
umum, tujuan dan fungsi perizinan
adalah untuk pengendalian daripada
aktivitas pemerintah dalam hal-hal
tertentu dimana ketentuannya berisi
pedoman-pedoman yang harus
dilaksanakan oleh baik yang
berkepentingan ataupun oleh pejabat
yang berwenang. Selain itu, tujuan dari
perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi
yaitu: dari sisi pemerintah, dan dari sisi
masyarakat.
Pertambangan Rakyat adalah
satu usaha pertambangan bahan-bahan
galian yang dilakukan oleh rakyat
setempat secara kecil-kecilan atau
secara gotong royong dengan alat-alat
sederhana untuk pencaharian sendiri.
Dalam Pasal 20 dan Pasal 66 sampai
dengan Pasal 73 Undang-undang
Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral
dan Batu Bara mengakomodasi
kepentingan tambang rakyat karena
selain memecahkan persoalan yang
selama ini terjadi, di lain pihak
merupakan bukti konkrit pengakuan
terhadap eksistensi keberadaan tambang
rakyat, yang apabila di lakukan
pembinaan dengan baik, merupakan
salah satu potensi ekonomi lokal yang
dapat menggerakkan perekonomian di
daerah tersebut. Kemudian dalam
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara
juga dijelaskan bahwa dalam kegiatan
penambangan harus memiliki izin
terlebih dahulu. Seperti izin
pertambangan rakyat, dan tentang izin
usaha pertambangan khusus. Setelah
Penetapan Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR) maka selanjutnya Izin
Pertambangan Rakyat (IPR) dapat
diproses untuk diberikan kepada
Pemohon. Izin Pertambangan Rakyat
(IPR) adalah Izin untuk melaksanakan
usaha pertambangan dalam wilayah
pertambangan rakyat dengan Luas
wilayah dan investasi terbatas.
Adapun pengertian perizinan
adalah salah satu bentuk pelaksanaan
fungsi pengaturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh
Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan masyarakat. Perizinan
dapat berbentuk pendaftaran,
rekomendasi, sertifikasi, penentuan
kuota dan izin untuk melakukan sesuatu
usaha yang biasanya harus dimiliki atau
diperoleh suatu organisasi perusahaan
atau seseorang sebelum yang
bersangkutan dapat melakukan suatu
kegiatan atau tindakan. Dengan
memberi izin, penguasa
memperkenankan orang yang
memohonnya untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang
sebenarnya dilarang demi
memperhatikan kepentingan umum
yang mengharuskan adanya
pengawasan (Sutedi, 2010:168).
Secara umum, terdapat dua
kategori utama dalam perizinan publik,
yaitu perizinan untuk warga perorangan
dan perizinan untuk
organisasi/pelanggan komersial. Hal-
15
hal yang termasuk dalam kategori
perizinan untuk warga perorangan
misalnya surat-surat catatan sipil dan
IMB untuk rumah tinggal. Sedangkan
perizinan publik dalam ketegori kedua,
dapat dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu: fasilitas dan peralatan komersial,
kendaraan umum, izin usaha, dan izin
industri (Wibawa, 2007:41-42).
Berdasarkan pertimbangan
tersebut pemerintah Kabupaten
Kepulauan Anambas juga merumuskan
sebuah peraturan yaitu Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral
dimana dalam perda ini mengatur
tentang kegiatan pertambangan di
kawasan Kabupaten Kepulauan
Anambas serta izin-izin dalam kegiatan
tersebut.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Desa Tarempa Selatan di pimpin
oleh Kepala Desa dibantu oleh seorang
Sekretaris Desa dan 5 (lima) orang Staff
Kepala Urusan serta Aparat Desa
yangTerdiri dari 2 (Dua) Dusun , 4
(Empat) RW, 12 (Dua Belas) RT. Desa
Tarempa Selatan merupakan salah satu
Desa di Kecamatan Siantan, Kabupaten
Kepulauan Anambas. Desa Tarempa
Selatan berdiri sejak tahun 2009 dimana
pada saat itu masih dalam status Desa
Persiapan yang dipimpin oleh Bpk.
SUTISNA menjabat sebagai Pejabat
Sementara Desa Persiapan Tarempa
Selatan. Setelah berjalan kurang lebih 2
(dua) tahun Desa Persiapan Tarempa
Selatan disahkan menjadi Desa yang
telah Definitip berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
nomor : 16 tahun 2011 dan di pimpin
oleh Pejabat Sementara (Pjs.) Bpk.
H.DHANNUN. Selama 1 (satu) tahun
Pejabat Sementara Kepala Desa
Tarempa Selatan dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa
Tarempa Selatan, berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Kepala
Desa, yang di ikuti oleh 3 (tiga)
peserta/calon dan hasilnya di
menangkan oleh Bpk. SUTISNA. Desa
Tarempa Selatan memiliki batas
wilayah administratif sebagai berikut :
1. Sebelah Utara :
Kelurahan Tarempa Kec.
Siantan
2. Sebelah Selatan : Desa
Air Bini Kec. Siantan Selatan
3. Sebelah Barat : Desa
Tarempa Barat Daya Kec.
Siantan
4. Sebelah Timur : Desa Tarempa
Timur, Desa Pesisir Timur Kec.
Siantan dan Desa Temburun
Kec. Siantan Timur
Penduduk Desa Tarempa Selatan
berdasarkan data terakhir hasil sensus
Penduduk Tahun 2010 tercatat
sebanyak 885jiwa, Tahun 2012 tercatat
sebanyak 923 jiwa, Tahun 2013
tercatat sebanyak 950jiwa, Tahun 2014
tercatat sebanyak 1.096 jiwa,
IV. ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Keluaran Kebijakan Keberhasilan kebijakan
pemerintah akan tercapai salah
satunya harus memiliki standar
kerja dalam pelaksnaaan kebijakan.
Para implementor haruslah
menentapkan standar kerja agar
kebijakan tersebut dapat berjalan
sesuai dengan tujuan dan isi dari
16
kebijakan tersebut. Sama halnya
dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral
haruslah ada standar kerja yang
berguna agar para implementor
dapat bekerja sesuai dengan apa
yang diinginkan. Dari hasil
observasi dapat diketahui bahwa
tidak adanya standar kerja yang ada
yang khusus dibuat untuk
menjalankan kebijakan tersebut,
pentingnya standar kerja merupakan
hal yang harus diperhatikan oleh
Distamben Kabupaten Kepulauan
Anambas agar pekerjaan yang
berkenaan dengan pelaksanaan
kebijakan ini dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Berdasarkan
hasil observasi juga tidak dilihat
adanya SOP dalam pelaksanaan
kebijakan ini, hal ini dapat
memberikan kesimpulan bahwa
dalam pelaksanaan kebijakan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral ini tidak
adanya Standar Operating
Prosedure (SOP) yang dibuat untuk
pelaksanaan kebijakan ini.
2. Kepatuhan Kelompok Sasaran Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat
dianalisa bahwa untuk menjalankan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral khususnya
di Tarempa Selatan maka
dibutuhkan kerjasama antara pihak
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Kepulauan Anambas
dengan pemerintah desa, dan
selama ini sudah berjalan dengan
cukup baik, walaupun belum bisa
sepenuhnya menekan angka
penambangan illegal di Desa ini.
Banyaknya masyarakat yang
melakukan penambangan pasir
menyebabkan kerusakan lingkungan
berupa daerah pemukiman semakin
sempit. Rumah-rumah masyarakat
yang berada dekat dengan sungai
terancam jatuh ke sungai akibat
terkikisnya tebing sungai.
Kerusakan yang di sebabkan oleh
keberadaan tambang galian C
(pasir) terjadi di Desa Tarempa
Selatan. Desa Tarempa Selatan
merupakan salah satu tempat
penghasil tambang galian C (pasir)
yang ada di kabupaten Kepulauan
Anambas. Keberadaan tambang
galian C (pasir) di Desa Tarempa
Selatan berpengaruh terhadap
daerah pemukiman penduduk di
daerah tersebut. Sehingga Desa ini
perlu di lindungi dari kegiatan
penambang yang merusak
pemukiman penduduk.
3. Dampak Nyata Kebijakan
Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan maka
dapat dianalisa bahwa kepatuhan
dilihat dari segi pegawai dan
masyarakat, jika dilihat dari
pegawai hingga saat ini Perda
tersebut masih dijalankan dan
diupayakan berjalan dengan baik.
Namun permasalahannya adalah
masih ada masyarakat yang tidak
patuh dalam menjalankannya,
Secara ekonomi, kegiatan
penambangan mampu
mendatangkan keuntungan yang
sangat besar yaitu mendatangkan
devisa dan menyerap tenaga kerja
sangat banyak dan bagi
Kabupaten/Kota bisa meningkatkan
17
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan kewajiban pengusaha
membayar retribusi dan lain-lain.
Namun, keuntungan ekonomi yang
didapat tidak sebanding dengan
kerusakan lingkungan akibat
kegiatan penambangan yang syarat
dengan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam. (Hasibuan,
2006).
4. Persepsi terhadap dampak
Berdasarkan observasi yang
dilakukan berkaitan dengan
dukungan yang diberikan pegawai
terhadap kebijakan pemerintah
tentang penambangan ilegal agar
terlaksana dengan baik dapat
diketahui bahwa seluruh pegawai
umumnya sudah mengetahui
tentang kebijakan ini dan sudah
terdapat masalah yang ditampung
dan sedang dalam pengerjaan untuk
diselesaikan. Hal ini menunjukkan
bahwa pegawai sudah memberikan
dukungan terhadap kebijakan ini,
yang mana selain pegawai Dinas
Pertambangan dan Energi
Kabupaten Kepulauan Anambas
sedang melaksanakan penyelesaian
terhadap lingkungan hidup, pegawai
juga umunya mengetahui tentang
kebijakan ini untuk selanjutnya
dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
dalam Menangani Tambang Pasir Ilegal
Pada Desa Tarempa Selatan Kecamatan
Siantan Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2014 belum berjalan
dengan baik, hal ini dikarenakan masih
terjadi penambangan illegal yang
dilakukan masyarakat di desa Desa
Tarempa Selatan Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Penambangan ini masih terjadi karena
beberapa hal sebagai berikut :
Tidak adanya standar kerja yang
ada yang khusus dibuat untuk
menjalankan kebijakan tersebut,
pentingnya standar kerja merupakan hal
yang harus diperhatikan oleh
Distamben Kabupaten Kepulauan
Anambas agar pekerjaan yang
berkenaan dengan pelaksanaan
kebijakan ini dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Berdasarkan
hasil observasi juga tidak dilihat adanya
SOP dalam pelaksanaan kebijakan ini,
hal ini dapat memberikan kesimpulan
bahwa dalam pelaksanaan kebijakan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral pihak terkait
hanyaa berpedoman dengan peraturan
daerah yang sudah ada, dan teknis
dilapangan tidak ada prosedur khusus.
Kemudian untuk menjalankan
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral khususnya di
Tarempa Selatan maka dibutuhkan
kerjasama antara pihak Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Kepulauan Anambas dengan
pemerintah desa, dan selama ini sudah
berjalan dengan cukup baik, walaupun
belum bisa sepenuhnya menekan angka
penambangan ilegal di Desa ini.
Banyaknya masyarakat yang
melakukan penambangan pasir
menyebabkan kerusakan lingkungan
berupa daerah pemukiman semakin
sempit. Rumah-rumah masyarakat yang
18
berada dekat dengan sungai terancam
jatuh ke sungai akibat terkikisnya
tebing sungai.
Di Desa Tarempa Selatan ini sangat
sulit untuk menerapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral
karena masyarakat beralasan bahwa ini
adalah mata pencahariannya sehingga
jika dilakukan penindakan tidak berapa
lama kegiatan ini akan kembali
berjalan. Pemerintah adalah
implementor yang tugas, pokok dan
fungsinya mengelola dan mengawasai
kegiatan penambangan. dalam
melakukan pengawasan penambangan
dibutuhkan komitmen yang kuat untuk
menindak secara tegas para penambang
yang telah melanggar peraturan dan
perijinan. Namun, komitmen
pemerintah dalam
mengimplementasikan kebijakan sudah
tinggi, tetapi belum optimal
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan
agar Kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas dalam Menangani
Tambang Pasir Ilegal Pada Desa
Tarempa Selatan Kecamatan
Siantan Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2014 berjalan
dengan baik adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya ada standar prosedur
yang menjadi ajuan dalam
menjalan kebijakan pemerintah
Kabupaten Kepulauan Anambas
dalam Menangani Tambang Pasir
Ilegal Pada Desa Tarempa Selatan
Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas
2. Adanya koordinasi antara
pemerintah desa dan pihak Dinas
Pertambangan dan Energi
Kabupaten Kepulauan Anambas
3. Adanya sosialisasi yang dilakukan
untuk masyarakat terkait dengan
kebijakan pemerintah Kabupaten
Kepulauan Anambas dalam
Menangani Tambang Pasir Ilegal
Pada Desa Tarempa Selatan
Kecamatan Siantan Kabupaten
Kepulauan Anambas.
4. Seharusnya ada solusi yang
ditawarkan pemerintah bagi
masyarakat yang sampai saat ini
masih menggantungkan hidupnya
dengan menambang pasir secara
illegal
Buku-Buku :
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar
Kebijakan Publik.Bandung : CV
Alfabetha
Adrian Sutedi. 2010. Hukum Perizinan
Dalam Sektor Pelayanan.
Publik. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto.Suharsini.2006. Prosedur
Penelitian suatu pendekatan
praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Kencana
Predana Media. Group
Haryanto, dkk. 1997. Fungsi-Fungsi
Pemerintahan (Jakarta : Badan
Pendidikan dan Pelatihan
Departemen Dalam Negeri).
Moleong, L. J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosda karya
19
Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan
Publik Formulasi Implementasi
dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis
dalam Studi Kebijakan Publik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Purwanto, Irwan Agus dan Dyah Ratih
Sulistyastuti. 2012.
Implementasi Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia.Gava Media,
Yokyakarta.
Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok
Pemerintahan. PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan
Publik, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Sudrajat. 2010. Teori dan Praktik
Pertambangan Indonesia
menurut Hukum,. Pustaka
Yustisia, Yogyakarta
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung:Alfabeta.
Syafaruddin. 2008. Efektivitas
Kebijakan Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wahab, Solichin. 2001. Analisis
Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Edisi kedua. Malang:
Universitas Muhammadiyah
Malang Press
Wibawa, 2007. Panduan Praktis
Perizinan Usaha Terpadu. Edisi
Pertama. Jakarta: PT. Grasindo
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan
Publik, Teori dan Proses.
Jakarta: PT. Buku Kita.
Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun
2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan
Batubara
Peraturan Bupati Kepulauan Anambas
Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Nomor 11
Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Pertambangan
Mineral
Jurnal :
Aslam Aslam, Abd. Kadir Adys, Rudi
Hardi. 2015. Peranan
Pemerintah Dalam Penertiban
Penambangan Ilegal Nikel Di
Kabupaten Kolaka Utara. Jurnal
Ilmu Pemerintahan. Vol 5 No 2
Ricky Pangeran Adi Putra Panjaitan.
2013. Penegakan Hukum
Terhadap Pelaku Kegiatan
Pertambangan Bahan Galian
20
Golongan C Di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi
Kabupaten Magelang. Jurnal.
Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
Syafrial. 2009. Pengaruh Ketepatan
Skedul Penyusunan Anggaran,
Kejelasan Sasaran Anggaran,
dan Partisipasi Penyusunan
Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial SKPD pada
Pemerintah Kabupaten
Sarolangun. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.