Post on 26-Apr-2019
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN SUAKA
KUDA LAUT DESA SEBONG PEREH KABUPATEN BINTAN 2016
JURNAL
Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Oleh
Tri Kurniati
NIM: 130565201015
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2018
1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KAWASAN SUAKA
KUDA LAUT DESA SEBONG PEREH KABUPATEN BINTAN 2016
Tri Kurniati, Bismar Arianto, M.Si., Sayed Fauzan Riyadi, S.Sos., IMAS
(trikurniati22@gmail.com)
(Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH Tanjungpinang)
ABSTRAK
Kabupaten Bintan memiliki potensi pemanfaatan kuda laut yang cukup
besar salah satunya yaitu di perairan Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan. Desa Sebong Pereh memiliki ekosistem yang sesuai
dengan habitat kuda laut. Desa Sebong Pereh pemanfaatan kuda laut masih di
hasilkan dari penangkapan alam, maka dikhawatirkan apabila terus-menerus
terjadinya penangakapan kuda laut secara bebas maka akan mengakibatkan
jumlah populasi kuda laut menurun secara alami di Desa Sebong Pereh. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan dalam
Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan oleh Unit Pelaksanaan Teknis Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Satuan Kerja wilayah
Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subject
penelitian. Data yang digunakan merupakan data primer dan data skunder yang
diperoleh dari instansi terkait yang diteliti. Adapun yang dijadikan sebagai
informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Dengan dibentuknya Kawasan
Suaka Kuda Laut dari hasil penangkapan mengalami peningkatan jumlah populasi
kuda laut.
Kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Kuda Laut.
ABSTRACT
Bintan Regency has the large potential of sea horses. One of them which is
in Sebong Pereh Village, Teluk Sebong District, Bintan Regency. Sebong Pereh
Village has an ecosystem that suits the habitat of seahorses. Sebong Pereh Village
in the use of seahorses is still produced from natural capture, so it is feared that if
the seahorse is constantly being used. The result will in the loss of the natural
2
seahorses population in Sebong Pereh Village. The purpose of this study is to find
out how the policy of implementation in the formation of seahorses area in
Sebong Pereh Village, Teluk Sebong Subdistrict, Bintan Regency by the
Technical Implementation Unit of the Coastal and Marine Resource Management
Unit (BPSPL) of Padang in Tanjungpinang Regional Work Unit in Riau Islands.
This type of the research is qualitative descriptive research that understands the
phenomenon of what is experienced by the research subject. The data used is
primary data and secondary data obtained from the relevant agencies studied.
There are 8 informants made as informants in this study. With the establishment
of the Seahorses area from fishing results have increased the number of seahorses.
Keywords: Implementation, Policy, Sea Horse.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PERMENKP) Nomor PER.
22/MEN//2008 Tentang Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang yang mendapatkan mendapat dari Kemeterian
Kelautan dan Perikanan dengan perwakilan Satuan Kerja wilayah Tanjungpinang,
untuk menjalankan salah satu tugas pokok dan fungsinya yaitu dengan melakukan
pengawasan dan pengendalian peredaran spescies aquatic dilindungi/tidak
dilindungi di wilayah Kerjanya.
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)
Padang Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut Kementrian Kelautan dan
Perikanan dengan perwakilan Satuan Kerja (Satker) di wilayah Tanjungpinang,
pada tahun 2015, telah melakukan survey, bahwa Bintan memiliki potensi
pemanfaatan kuda laut yang cukup besar. Salah satunya wilayah Kabupaten
Bintan yang memiliki jumlah nelayan pemanfaatan kuda laut tersebut di kawasan
Bintan bagain Utara yaitu Desa Sebong Pereh dan Desa Sebong Lagoi. Diantara
ketiga Desa ini, Desa Sebong Pereh yang memiliki potensi ekosistem yang sesuai
3
dengan habitat kuda laut. hal ini terbukti banyaknya ditemukan nelayan pencari
kuda laut dari desa lain mencari biota tersebut di sepanjang pantai Sebong Pereh.
Desa Sebong Pereh sering terjadinya penangkapan kuda laut secara bebas dan
tidak terkendali di alam karna tingginya harga dan permintaan kuda laut di
pasaran memicu tingginya penangkapan kuda laut. Desa Sebong Pereh
pemanfaatan kuda laut masih dihasilkan dari penangkapan alam. Apabila hal ini
dibiarkan begitu saja, maka dikhawatirkan akan mengalami penurunan terhadap
jumlah populasi kuda laut secara alami. Pemanfaatan yang berlebihan dari alam
harus di imbangi dengan ketersedian species di alam. (Sumber: m.tribunnew.com
diakses pada 17 maret 2015). Berdasarkan hasil wawancara yang di dapatkan
dilapangan oleh Bapak Bedu sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas
(POKMASWAS) sebelum di bentuknya Kawasan Suaka Kuda Laut beliau
mengatakan bahwa, dari segi ekogis habitat dari kuda laut rusak dikarenakan tidak
ramahnya penggunaan alat dalam proses penangkapan kuda laut, dalam proses
pemburuan kuda laut nelayan lebih dominan kepada kuda laut yang hamil, yang
dimana regenerasi kuda laut itu sendiri akan terancam dan dikhawatirkan pada
proses penangkapan yang tidak ramah lingkungan akan mengakibatkan terjadinya
kepunahan terhadap kuda laut. Tanpa disadari masyarakat telah merusak
ekosistem yang ada di laut mereka sendiri, sudah saatnya guna merubah pola pikir
masyarakat agar tidak berlebihan dalam memanfaatkan kuda laut serta dapat
menjaga kelestarian kuda laut yang ada di Desa Sebong Pereh Kabupaten Bintan.
4
METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Sugiyono
(2007:15) bahwa “data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambaran.” Dari data yang telah terkumpul sesuai dengan indikator
permasalahan peneliti mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul
tersebut menjadi data yang sistematik, teratur dan terstruktur sehingga mempunyai
makna sesuai permasalahan yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan
Pembentukan Kawasan Suaka Perlindungan Kuda Laut Desa Sebong Pereh
Kabupaten Bintan Tahun 2016. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam
penelitian ini sebanyak 8 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
penulis membatasi masalah dengan menggunakan teori Implementasi
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono 2005: 99-101) agar
Implemetasi kebijakan akan berjalan dengan optimal apabila didukung dengan
informasi dan informan yang mengetahui mengenai Pembentukan Kawasan Suaka
Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Kabupaten Bintan
A. Standart dan sasaran kebijakan
Implementasi kebijakan akan berjalan dengan baik apabila Isi Rencana Kerja
Konservasi Kuda Laut jelas dan dapat pahami oleh Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Satuan Kerja, dan Kelompok
Masyarakat Pengawas, sehingga dalam pelaksanaan kebijakan dapat dijalankan
sesuai tepat sasaran. Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut telah di bentuk oleh
UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang berhasil di bentuk sesuai dengan tepat
sasaran, awalnya mengenai Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut ini atas
5
permintaan/inisiatif Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Sebong
Pereh, karena mereka merasakan semakin tahun nelayan penangkap kuda laut
merasakan hasil tangkapannya semakin menurun dan jumlah nelayan penangkap
semakin meningkat.
B. Sumber Daya
Implementasi kebijakan tidak akan efektif apabila tidak mendapat dukung
sumberdayanya. Sumberdaya terdapat dua yaitu sumberdaya manusia dan non
manusia. Tanjungpinang sebagai perpanjangan tangan UPT BPSPL Padang agar
dapat menjalankan tugas yang berikan oleh atasan, sehingga dapat terlaksanya
Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut Bintan pada tahun 2016 dengan optimal.
Sumber daya manusia dengan jumlah 4 (empat) pegawai terdiri dari 1 (satu)
kordinator lapangan, dan 3 (tiga) sebagai staf di UPT BPSPL Padang Satker
Tanjungpinang yang mencakup seluruh tugas pokok dan fungsinya tanpa sesuai
dari keahlian bidangnya masing-masing. Kondisi saat ini, dengan luas wilayah
seluas 15 hektar maka UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang maka
ingin melakukan penambahan seperti rumah jaga, papan hibauan dan boya-
boya/tanda batas. Namun karena pada tahun 2016 telah kehilangan boya-
boya/tanda batas maka UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang
menyaranin untuk dapat di ganti dengan boya-boya/tanda batas yang permanen,
sehingga tidak akan terjadinya kehilangan boya/tanda batas lagi.
C. Hubungan antara Organisasi
Koordinasi dalam implementasi kebijakan merupakan sebuah mekanisme
yang dapat diterapkan dan perlu adanya dukungan dalam sebuah program yang
6
tertera dalam Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut mengenai Pembentukan
Kawasan Suaka Kuda Laut dari Instansi dan lembaga, dan Pemerintah Desa,
semakin baik koordinasi yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Satuan Kerja maka Rencana
Kerja Konservasi Kuda Laut mengenai Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut
mendapatkan keberhasilan sesuai yang diinginkan.
Hubungan kerja UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau sebagai Pengawasan, dalam
Pembentukan Kawasan Suaka Kuda. UPT BPSPL Padang Satker wilayah
Tanjungpinang dalam Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong
Pereh, sering mengadakan rapat, maka UPT BPSPL Padang Satker
Tanjungpinang selalu mengundang Dinas Kelauatan dan Perikanan Provinsi untuk
dapat menghadiri rapat dan dapat berkejasama dengan baik.
Namun apabila terjadinya pelanggaran atau penyimpangan di Kawasan
Konservasi Kuda Laut maupun Kawasan Suaka Kuda Laut UPT BPSPL Padang
selalu menginformasikan kepada Dinas Kelauatan dan Perikanan kemudian turun
dengan bersamaan, seperti pemberian sarana prasarana dan fasilitas yang
disarahkan kepada Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) untuk
Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh selalu
mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi agar dapat menyaksikan
sarana prasana dan fasilitas apa saja yang sudah di berikan oleh UPT BPSPL
Padang Satker wilayah Tanjungpinang, sehingga apabila Dinas Kelautan dan
7
Perikanan Provinsi memberikan sarana, prasarana dan fasilitas untuk Pokmaswas
tidak sama.
D. Karakteristik Agen Pelaksana
Karakterisitik agen pelaksana merupakan struktur birokrasi yang
merupakan susunan kerja yang jelas dalam bentuk organisasi untuk dapat
menujukkan pembagian kerja yang sesuai dengan bidangnya keahliannya,
sehingga Implementasi Kebijakan akan berjalan dengan optimal apabila telah
sesuai dengan bidangnya selain itu struktur birokrasi juga menunjukan pembagian
pekerjaan dan penyampaian laporan. Aspek dari struktur organisasi yang
memudahkan adalah Standar Oprasional Prosedur (SOP).
E. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi
Kondisi Sosial, adanya perubahan pola pikir masyarakat nelayan dalam
mentaati aturan yang telah ditetapkan dan telah memahami tujuan dengan
diadakanya pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut, serta dapat memberikan
rasa kepedulian untuk menjaga dan melestarikan ekosistem yang ada di Desa
Sebong Pereh ini. Kondisi Politik, telah didapatkannya dukungan oleh Dinas
Keluatan dan Perikanan Provinsi, Dinas Perikanan Kabupaten Bintan dan
Lembaga Desa nelayan Sebong Pereh, nelayan Sekera dan nelayan Sebong Lagoi
dan Pemerintah Desa Kepala Desa Sebong Pereh, Camat Teluk Sebong dalam
Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut. tanpa adanya dukungan, maka Rencana
Kerja Konservasi Kuda Laut yang telah di bentuk oleh UPT BPSPL Padang
Satker Tanjungpinang tidak akan berjalan dengan optimal. Kondisi Ekonomi,
adanya peningkatan jumlah populasi kuda laut dengan di bentuknya Kawasan
8
Suaka Kuda Laut dan Meningkatkan Pendapatan Hasil Tangkapnya Masyarakat
Nelayan desa sebong pereh.
F. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: Respon
UPT BPSPL Padang Satker wilayah Tanjungpinang terhadap kebijakan, mengenai
Program Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Tahun
2016, kemudian kognisi yang mana UPT BPSPL Padang Satker wilayah
Tanjungpinang dapat memahami isi dari Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut
Priode 2016-2019 Bintan mengenai Program Pembentukan Kawasan Suaka Kuda
Laut tersebut Selanjutnya Intensitas Disposisi Implementor Seberapa sering Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)
Satuan Kerja melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat dalam
pembentukan kawasan suaka kuda laut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bawa pelaksanaa kebijakan
pembentukan kawasan suaka kuda laut tahun 2016 sudah berjalan dengan cukup
baik, dikatakan baik karena masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi
kelancaran dalam pelaksanan pembentukan kawasan suaka kuda laut yang di
laksanakan oleh BPSPL Padang Satuan Kerja Tanjungpinang berjalan sehingga
menjadi sangat baik
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Abdul Wahab, Soliehin 2012, Analisis Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi
Aksara.
Abidin, Said Zinal. 2002. Kebijakan Publik.Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.
Anggara, sahya. 2012. Ilmu Admitrasi Negara. Bandung: CV. Pustaka Setia
Bumi Aksara.
Dermawan, Agus , 2015, Rencana Aksi Nasional (Ran), Konservasi Kuda Laut,
Jakarta: Direktorat Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati Laut,
Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir Pulau-Pulau Kecil, Departemen
Kementrian Kelautan Dan Perikanan
Dermawan, Agus, 2015,Pedoman Pengkayaan Populasi Kuda Laut,
Jakarta: Direktorat Konservasi dan Kenakaragaman Hayati Laut,
Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut, Departemen Kementrian
Kelautasn Dan Perikanan
Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2003. Kebijakan Public Jakarta: Gramedia
Islamy, Irfan M.2009. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:
Kordi K,H,G,M.2010. Budidaya Biota akuatik. Lily Publisher. Yogyakarta.
Laurie, S.A., Foster, S. J., Cooper, E.W.T., And Vincent , A.C.J.2004. A Guide to
the Indentification of Seahorses.Project Seahorse and TRAFFIC North
America.
Lexy J.Meleong, M.A. 2014 “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT.
Remaja Rosdakary
10
Lourie, S.A, et al. 1999. Seahorse: An identification guide to the world’s species
and their conservation, Project Seahorse, London: 214 pp.
Mathir, A. 2014.Polapertimbuhan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri, Jordan &
Richardson, 1908) Yang Hidup Pada Beberapa Tipe Habitat Di Perairan
Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar. (Skripsi).Universitas
Hasanuddin Makasar.
Purwanto, Erwan Agus. 2012. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta Gava
Media
Samin, A. 2013.Perkembangan Morfologi Juwana Kuda Laut (Hipocampus
Barbouri, Jordan & Richardson, 1908) Dalam Wadah Terkontrol.
(Skripsi).Universitas Hasanuddin Makasar.
Santoso, B. 2014.Analisis Jenis Makanan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri,
Jordan & Richardson, 1908 Pada Daerah Padang Lamun Di Kepulauan
Tanakeke, Takalar, Sulawesi Selatan. (Skripsi).Universitas Hasanuddin
Makasar.
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Subarsono.2005Analisis Kebijakann Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sugiyono 2007.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2005 “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabeta
Syafiudin, 2004.Pembenihan Dan Pengkaran Sebagai Kuda Laut (Hippocampus
Spp) Di Alam.Institut Pertanian Bogor.
11
Syafiudin, 2010 Studi Aspek Fisisiologi Reproduksi: Pengembangan Ovary Dan
Pemijahan Kuda Laut (Hippocampus Barbouri) Dalam Wadah Budidaya.
Institute Pertanian Bogor.
Tangkilisan, Hasel Nogi.2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta
Wahab, abdul, solichin 2004.Analisis Kebijakan Publik Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Widianingrum, R. 2000. Respon Pertumbuhan Kuda Laut(Hippocampus kuda)
Terhadap Lama Pencahayaan.(Skripsi).Umrah Maritim Raja Ali Haji.
2. Dokumen
Berita acara Pembentukan Kawasan Suaka Kuda Laut Tahun 2016
Berita acara serah terima bantuan oleh UPT BPSPL Padang, Tahun anggaran
2016.
Berita acara serah terima barang oleh Dinas Kelauatan dan Perikanan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2015.
Kep.06A/KP3K/2011 Tentang pembentukan Satuan Kerja Pada Unit Pelaksana
Teknis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Laut
Keputusan Mentri Kelautan Dan Perikanan No 58 Tahun 2001 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan Dan
Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan.
Laporan perjalanan Dinas UPT BPSPL Padang Satker Tanjungpinang Tahun
2016.
PERMEN Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No Per 17/MEN2008
Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
12
PERMEN Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35/Permen-
Kp/2013 Tentang tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan
PERMEN Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.
18/MEN/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut
PERMEN KP Nomor: Per.22/MEN/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teksnis Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut.
PERMEN Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
PP No 60 Tahun 2007 Tentang konservasi semberdaya ikan
PP No 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Lira,
Yang Terbatas Pada Pelayanan Perizinan Perdagangan Internasionalnya
Rencana Kerja Konservasi Kuda Laut Bintan Priode 2016-2019.
UU Nomor 27 Tahun 2007 pasal 28 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil.
UU Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan Pasal 8 Ayat (1) ketentuan pidana
pada pasal 84 di pidana paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.200.000.000,- (satu miliyar dua ratus juta rupiah) Tentang
pengguna tuba, bius, racun, bom, dan alat penagkap ikan yang tidak ramah
lingkungan dan di larang.
UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
13
3. Jurnal:
Asmanelli, dan Andreas, I. P. 1993.Beberapa Catatan Mengenai Kuda Laut Dan
Kemungkinan Pengembanganya. Jurnal Oseana. Volume XVIII, Nomor 4:
145-151
Basyarul.Aziz 2016.Strategi Adaptasi Pengawasan Konservasi Penyu Tanam
Kili-Kili, Desawanocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Universitas Airlangga.
FOSTER, S. J. AND VINCENT, A, C. J.2004. REVIEW PAPER Life history and
ecology of seahorses: implications for conservation and management.
Journal of Fish Biology. 65, 1-61
Jompa, J., N. Nesaa dan M. Lukman, 2015 pengelolaan kawasan konservasi laut
(Bunga Rampai). Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Rabiansyah , 2015. Studi Ekologi Kuda Laut ( Hippocampus ) di Perairan Desa
Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.