Post on 06-May-2019
1
LAPORAN
DELEGASI DPR-RI SIDANG THE FIFTH IPU GLOBAL CONFERENCE OF
YOUNG PARLIAMENTARIANS
BAKU, AZERBAIJAN
14-15 DESEMBER 2018
I. PENDAHULUAN
BKSAP DPR RI mengirim delegasi mengikuti Konferensi Global Para Anggota Parlemen
Muda IPU (IPU Global Conference of Young Parliamentarians) di Baku Azerbaijan pada
tanggal 14-15 Desember 2018. Konferensi ini telah berlangsung setiap tahun sejak 2014 dan
selalu diikuti oleh DPR-RI. Acara ini menyatukan banyak anggota parlemen pria dan wanita
yang berusia dibawah 45 tahun untuk mengembangkan dan membantu mereka membangun
solidaritas dan jaringan, dan mempromosikan pendekatan pemuda yang terkoordinasi
terhadap isu-isu yang menjadi kepentingan bersama. Selama penyelenggaraan, Konferensi
telah membahas partisipasi politik dan demokrasi (Jenewa, 2014), perdamaian dan
kemakmuran (Tokyo 2015), Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lusaka 2016) dan inklusi
politik, sosial dan ekonomi (Ottawa 2017).
Pada tahun 2018 ini, Konferensi mengambil tema: “Promoting Sustainability, Protecting the
Interests of Future Generations.” The Fifth IPU Global Conference of Young
Parliamentarians didedikasikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: Seperti apa planet
kita bagi generasi mendatang? Sumber daya apa yang akan menghidupi generasi mendatang?
Bagaimana keputusan kebijakan yang diambil hari ini berdampak pada generasi masa depan?
Bagaimana kita dapat secara konkret mengintegrasikan generasi masa depan ke dalam
pengambilan keputusan publik?
2
Dasar Hukum
Pengiriman delegasi BKSAP DPR RI untuk menghadiri the Fifth IPU Global Conference of
Young Parliamentarians ke Baku, Azerbaijan ini berdasarkan kepada SK Ketua DPR Nomor
43/PIMP/II/2018-2019 tanggal 4 Desember 2018.
Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan partisipasi BKSAP DPR RI menghadiri the Fifth IPU Global Conference
of Young Parliamentarians ini adalah:
1) Partisipasi BKSAP DPR RI ke konferensi IPU ini adalah untuk menyuarakan
keberlangsungan generasi masa depan
2) Untuk menyuarakan suara-suara anggota DPR RI muda dalam memecahkan masalah
lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan generasi masa depan.
3) Berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan anggota parlemen diseluruh dunia
mengenai perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
4) Menguatkan diplomasi DPR RI di tingkat global
5) Mengefektifkan kanal-kanal komunikasi dan informasi bagi anggota DPR RI tentang
perlindungan lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan generasi masa depan
6) Menyuarakan kepentingan Indonesia tentang pemuda
Delegasi
Delegasi BKSAP DPR RI yang berpartisipasi dalam the Fifth IPU Global Conference of
Young Parliamentarians adalah sebagai berikut:
1) Dave Akbarshah Fikarno (A-264/Fraksi Partai Golkar/Komisi I)
2) Irine Yusiana Roba Putri (A-229/Fraksi PDI Perjuangan/Komisi X)
3) Putu Supadma Rudana (A-442/Fraksi Partai Demokrat/Komisi X)
4) Kartika Yudhisti (A-534/Fraksi PPP/Komisi I)
II. LAPORAN KEGIATAN
Acara the Fifth IPU Global Conference of Young Parliamentarians ini diselenggarakan atas
kerjasama Inter-Parliamentary Union (IPU) dan Parlemen Azerbaijan yang merupakan tuan
rumah. Konferensi ini terdiri dari empat sesi.
3
Sebelum sesi topik dimulai, acara ini dibuka dengan serangkaian sambutan dan keynote
address. Pada kesempatan pertama, H.E. Mr. Agtay Asadov membuka acara dengan
memberikan sambutan. Ia mengatakan bahwa ideologi pembangunan berkelanjutan harus
diimplementasikan dalam suatu metodologi yang terukur. Dalam metodologi tersebut harus
terdapat pandangan tentang dampak negatif kerusakan lingkungan dan keseimbangan
ekologis.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, perlu di identifikasikan pandangan untuk
memperkuat peran pemuda. Karena bagaimanapun pemuda disebutkan dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebagai pembentuk peradaban modern. Ia menyambut
baik acara IPU Global Conference of Young Parliamentarians. Konferensi ini akan
mempertukarkan ide dan gagasan dari praktik di negara masing-masing peserta. Anak muda
akan melahirkan pandangan pemuda tentang suatu masalah. Ia berharap konferensi juga akan
menjembatani pemikiran Barat dan Timur.
Selepas itu, Presiden IPU, Ms. Gabriela Cuevas Barron dalam sambutannya menyebut bahwa
konferensi ini adalah penguatan pemuda dalam kepedulian terhadap lingkungan. Ia menyebut
hasil COP 24 yang menyatakan bahwa perubahan iklim sangat berdampak terhadap
kehidupan di bumi. Paris Declaration mengintensifikasi usaha bersama dalam menghadang
dampak kerusakan lingkungan terhadap hidup sehari-hari. Oleh karena itu kita sebagai
anggota parlemen muda harus mengambil keputusan. Salah satunya melalui pendidikan yang
sangat mempengaruhi sampai generasi masa depan.
Gabriela juga menyinggung Sustainable Consumption and Production (SCP) yang
menurunkan kualitas kehidupan laut, di antaranya 6 milyar ikan mati, polusi sampah plastik.
Menghadapi ancaman terhadap planet, perlu arah konkret untuk menemukan solusi di tingkat
lokal, nasional, dan global. Dalam konteks itu, kebijakan pemuda dan generasi masa depan
perlu melibatkan pemuda sebab tidak akan ada kebijakan tentang pemuda tanpa pemuda itu
sendiri.
Sementara itu, Ms. Mourihe Osoru yang merupakan Presiden IPU Young Parliamentarian
menyampaikan bahwa penguatan pemuda perlu terus disuarakan dalam kontek kebijakan
yang tepat sasaran. Usaha yang kita lakukan adalah mengadakan konferensi tahunan sejak
2014 dengan misi mengedepankan pertukaran ide, gagasan serta dialog di antara anggota
parlemen muda.
4
Dalam konferensi 2018 ini kita akan mencoba untuk menangani isu partisipasi, SDGs,
ekonomi inklusif, generasi masa depan, dan solusi berkelanjutan bagi masa depan.
Ketua delegasi BKSAP Dave Akbarshah menyatakan bahwa partisipasi DPR RI di acara The
Fifth IPU Global Conference of Young Parliamentarians sangat penting dan strategis guna
berbagi pengetahuan dan pengalaman Indonesia dalam menjawab tantangan generasi muda
kedepan. Lebih lanjut menurut Dave, DPR RI berpartisipasi aktif dalam konferensi tersebut
guna mencari solusi terutama pada bagaimana kebijakan yang diambil hari ini berdampak
pada generasi masa depan dan bagaimana kita dapat secara konkret mengintegrasikan
generasi masa depan ke dalam pengambilan keputusan publik.
Keynote address diberikan oleh H.E. Mr. Azad Rahimov, Minister of Youth and Sports of
Azerbaijan Republic. Dalam pidatonya ia menyampaikan praktik cerdas Azerbaijan dalam
menangani masalah kepemudaan. Secara demografis, Azerbaijan mempunyai 60 % populasi
pemuda. Sejak tahun 1994 telah diletakkan dasar-dasar kebijakan kepemudaan. Dalam
kebijakan kepemudaan Azerbaijan secara tersurat disebutkan bahwa pemuda adalah
kesempatan strategis bagi pembangunan bangsa. Secara kontinyu, Azerbaijan
mengimplementasikan kebijakan pemuda dengan mendukung pembentukan organisasi
pemuda dan mahasiswa, mensubsidi usahawan muda, menyediakan beasiswa bagi pemuda di
100 universitas Azerbaijan dan Universitas dunia. Di tingkat kebijakan, sudah terdapat
legislasi kebijakan pemuda. Di ranah praktis, Pemerintah Azerbaijan menyediakan kebutuhan
dasar seperti: perumahan, kesehatan, dan pekerjaan. Dia menyambut baik penyelenggaraan
IPU Global Conference of Young Parliamentarians di Azerbaijan ini karena menyediakan
forum tukar pikiran untuk menanggulangi masalah pemuda dan generasi masa depan.
A. Sesi I: Protecting our planet for the future: The role of youth in environmental
Protection
Acara ini dibuka dengan video message yang disampaikan oleh Prof. Tony Oposa (Presiden
The Law of Nature Foundation). Dalam video message, Tony menyampaikan keadilan iklim
bagi generasi masa depan. Ia mengatakan bahwa air dan udara adalah elemen kehidupan yang
sangat penting. Perubahan iklim datang merubah semua sehinga menjadi kerusakan global di
atas muka bumi. Ia menekankan perlu aksi kolektif dari semua pihak untuk menangani
perubahan iklim. Pertama, ia menekankan anggota parlemen muda adalah pusat dari generasi
5
masa depan oleh karena itu anggota parlemen muda dapat terus menyerukan pentingnya
keadilan iklim di berbagai kanal. Kedua, ia menyoroti peran negara dalam melindungi
kehidupan rakyatnya. Dia menyebut pendapat dari International Court of Justice (ICJ)
mengenai tugas negara untuk memastikan bahwa emisi gas rumah kaca dari wilayah mereka
tidak merugikan negara lain. Ia menambahkan bahwa inisiatif itu juga tidak terjadi di mana
pun, tetapi gagasan litigasi iklim internasional terus merembes. Ia menggarisbawahi bahwa
ajudikasi internasional dapat memainkan peran positif dalam mengatasi perubahan iklim.
Pembicara selanjutnya adalah Ms. Ruth Itamary Betsaida Choque, anggota parlemen Bolivia.
Ruth mengatakan bahwa perubahan iklim adalah sesuatu yang penting bagi pemuda dan
generasi masa depan. Hal tersebut dibahas dalam Sidang Umum IPU di Jenewa tentang apa
yang harus dilakukan terhadap perubahan iklim. Ia menyebut bahwa tidak cukup
menyerahkan masalah perubahan iklim pada satu institusi. Diperlukan upaya bersama dalam
memerangi pemanasan global di tingkat lokal, nasional, maupun global. Dia
menggarisbawahi perlu panduan untuk mencapai tujuan-tujuan bersama agar lingkungan
menjadi sehat.
Delegasi DPR-RI dalam sidang 5th IPU Young Parliamentarians Meeting di Baku
6
Mr. Etibar Abbasov, Chairman Tamiz Shahar (Clean City) Joint-Stock Company, Azerbaijan.
Ia menjelaskan misi lembaganya terkait dengan perlindungan lingkungan dan pengolahan
sampah dan limbah. "Tamiz Shahar" JSC adalah perusahaan negara yang menyediakan
layanan pembuangan limbah di Baku, ibu kota Azerbaijan. Lebih jauh ia menyebut bahwa
perusahaan telah mengirimkan sejumlah proyek penting seperti Pabrik Sampah menjadi
Energi, Fasilitas Pemulihan Bahan dan juga melakukan kampanye promosi yang sangat aktif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah sampah dan untuk merangsang
orang untuk melindungi lingkungan melalui pengolahan limbah yang tepat . Saat ini proyek
penting lainnya - pembangunan Taman Daur Ulang Balakhani, realisasi yang akan
berkontribusi pada pengembangan bisnis hijau dan daur ulang yang cepat di negara ini
sedang dilakukan oleh Perusahaan.
Terakhir, dia menyampaikan bahwa tujuan dari "Tamiz Shahar" JSC adalah untuk
membangun sistem pengelolaan limbah yang mutakhir dan berkelanjutan di Baku dan
membawa hal-hal baru terbaru dalam bidang pengelolaan limbah ke negara tersebut melalui
berbagi pengalaman dengan negara asing dan perusahaan internasional.
Pembicara terakhir adalah Mr. Daniel Sichilongo, anggota parlemen Zambia, dan Sekretaris
Jenderal Green Party Zambia. Daniel menggarisbawahi resolusi hijau adalah solusi bagi
generasi masa depan. Naiknya karbondioksida sekitar 1,6 persen adalah bukti betapa
pembangunan berkelanjutan tidak berjalan pada tempatnya. Salah satu untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan adalah menempatkan SDGs sebagai mekanisme untuk membuat
perubahan. Ia mempunyai tiga ide terkait SDGs. Pertama, pembuatan cetak biru SDGs.
Negara-negara anggota PBB harus memaksimalisasi implementasi SDGs di negara masing-
masing. Kemudian mengintegrasikan SDGs ke dalam strategi dan rencana aksi. Langkah
selanjutnya adalah adopsi strategi komunikasi. Kedua, keterlibatan parlemen dalam SDGs
dengan cara: membentuk komite SDGs, keterlibatan parlemen dalam VNR, penganggaran
yang pro SDGs, dan memprioritaskan asesmen dan evaluasi SDGs. Ketiga, keterlibatan
pemerintah daerah dalam SDGs dengan cara: pembuatan strategi daerah dalam implementasi
SDGs, melibatkan seluruh pemangku kepentingan di daerah, mengadakan musyawarah di
daerah untuk implementasi SDGs di daerah, menginisiasi review SDGs di tingkat kota atau
provinsi, dan menyesuaikan antara strategi daerah dan strategi nasional.
7
Dalam sesi I Protecting our planet for the future: The role of youth in environmental
Protection ini, anggota delegasi BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana menyampaikan
intervensi seputar usaha perlindungan terhadap alam yang dilakukan masyarakat Bali. Ia
merasa terhormat dapat berbagi local wisdom Bali terkait dengan upaya perlindungan
terhadap alam secara berkelanjutan. Ia menyampaikan bahwa masyarakat Bali mempunyai
filosofi Tri Hita Karana yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama
manusia. Filosofi diajarkan secara turun-temurun sepanjang generasi sehingga menjadi
kebudayaan yang terinternalisasi menjadi suatu sikap hidup. Tujuan filosofi ini adalah untuk
keselarasan hidup manusia di tengah alam semesta. Salah satu manifestasi Tri Hita Karana
adalah Subak.
Bapak Putu Rudana menyampaikan intervensinya pada sesi ke 1
Di Depan forum, ia menjelaskan Subak adalah sistem pengairan irigasi yang dikerjakan
secara kekerabatan oleh masyarakat Bali dengan tujuan keberlangsungan alam semesta.
Filosofi ini juga bertujuan untuk menjaga dan merawat generasi masa depan untuk terus
membangun harmoni Tuhan-alam-manusia.
8
B. Sesi II: Changing the paradigm: Sustainable consumption and production for future
generations
Sesi kedua yang berjudul Changing the paradigm: Sustainable consumption and production
for future generations ini dipandu oleh anggota BKSAP DPR RI Irine Yusiana Roba Putri.
Dalam pengantarnya Irine, yang juga merupakan anggota the IPU Board of Young
Parliamentarians, menyampaikan bahwa manusia menggunakan hampir 50 persen lebih
banyak sumber daya daripada yang bisa diisi ulang setiap tahun. Masih menurut Irine, diskusi
panel ini akan berfokus pada upaya kerja parlemen untuk konsumsi dan produksi yang lebih
berkelanjutan. Ia juga menyerukan kepada forum bagaimana anggota parlemen muda menjadi
pemimpin dalam mempromosikan ekonomi yang meminimalkan pemborosan dan lebih
bertanggung jawab.
Irine Yusiana Roba Putri, Board Member of IPU Young Parliamentarians menjadi Chair
di Sesi 2
Sebelum para panelis membentangkan paparannya, Ms. Sophie Howe, Commissioner for
Future Generations, Wales menyampaikan presentasi kunci melalui video message. Dalam
paparan via video message, Ms. Sophie Howe menekankan perlu ada skenario besar untuk
9
menghadapi ancaman perubahan iklim. Perlu ada perubahan mendasar dalam paradigma
bisnis untuk memanfaatkan Gross Domestic Product dalam keterlibatan pemuda. Dia melihat
beberapa skenario yang harus dilakukan oleh anggota parlemen muda. Legislasi untuk
tindakan preventif dan memastikan hak-hak anak-anak untuk menerima pendidikan berjalan
pada tempatnya. Satu hal yang perlu didapatkan anak-anak adalah kesehatan fisik dan mental.
Mr. Viales Villegas, anggota parlemen Costa Rica, menerangkan perlunya kebijakan inovatif
dalam menangani perubahan iklim dan generasi masa depan. Kebijakan inovatif ini di
antaranya adalah kebijakan yang pro terhadap pembangunan pemuda dan kebijakan pertanian
juga harus menjadi prioritas para pemangku kepentingan dalam menjaga lingkungan.
Zhigang Yu, anggota parlemen Cina menjelaskan praktik terbaik dari National People
Congress (Parlemen Cina) dalam mewujudkan kesejahteraan. Produk legislasi yang dibuat
oleh Parlemen Cina senantiasa memperhatikan relasi antara manusia dan alam. Aksi nyata
Parlemen Cina sejauh ini menciptakan aturan yang menekankan perlindungan terhadap
lingkungan dan pengawasan terhadap penggunaan sumber daya alam. Parlemen Cina
mendukung Pemerintah Cina dalam mengembangkan green technology yang berimbas pada
sustainable consumption and production yang bersih. Cina sedang menerapkan proyek
ekologi berupa sertifikasi penggunaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan.
Proyek ini dijalankan hingga ke pemerintah daerah. Proyek ini juga dipertanggungjawabkan
kepada NPC di tingkat pusat hingga Kongres lokal. Satu hal yang perlu dicatat dari proyek ini
adalah ia berimbas pada pariwisata lokal.
Mr. Albert Ruhakana, anggota parlemen Rwanda, memaparkan pengalaman Rwanda dalam
pengembangan energi biogas yang terbukti sebagai energi yang efisien dan bersih. Ia juga
mengungkapkan larangan penggunaan tas plastik yang dituangkan dalam UU Nomor 577/
2008. Ia menyebut Rwanda melarang penggunaan tas plastik dikarenakan bahan plastik sulit
diuraikan dalam tanah. Rwanda memulai dengan kampanye masif di media massa dan media
sosial. Setelah sosialisasi meluas, maka Pemerintah Rwanda memberlakukan sanksi berat
terhadap mereka yang melanggar aturan penggunaan tas plastik.
Ms. Maryam Majidova, Ketua the National Assembly of Youth Organizations Azerbaijan
memberikan perspektif seputar kaitan antara pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
tenaga kerja dan modal. Beberapa material seperti plastik dan kulit binatang mulai harus
dibatasi penggunaannya karena tidak ramah lingkungan. Di Azerbaijan, pendidikan di
10
kalangan keluarga sedang digalakkan untuk membatasi penggunaan bahan atau material yang
sulit terurai dalam tanah. Mengingat betapa pentingnya pembangunan berkelanjutan bagi
masa depan bangsa, Azerbaijan mendirikan komisi negara yang berurusan dengan
pembangunan berkelanjutan. Dalam sesi ini, respons menarik dikemukakan delegasi
Parlemen Jepang yang menyerukan mengaplikasikan ekonomi sirkuler: reuse, recycle, dan
reduce.
C. Sesi III: Empowering our future: Education fit for tomorrow
Presentasi keynote sesi ini disampaikan oleh Mr. Chaker Khazzal, penulis, pembicara, dan
advokat. Ia memulai dengan pernyataan bahwa bukan rahasia lagi jika pendidikan akan
memberikan kekuatan pada hidup manusia. Ia menceritakan kisah dirinya sebagai pengungsi
Palestina di Lebanon dapat menjadi warga dunia dengan melanjutkan pendidikan di Kanada.
Ia menyebut perlu kesadaran bersama untuk membuat kebijakan pendidikan yang inklusif.
Syarat utama dan langkah awal adalah mencadangkan dana pendidikan di APBN. Langkah
selanjutnya adalah memperbarui sistem pendidikan nasional dengan kurikulum yang
menjangkau masa depan. Ia menyebut kurikulum harus didesain agar peserta didik berpikir
„out of the box.‟
Ms. Meirgul Alpysbayeva, officer pendidikan nasional pada UNESCO, menguraikan relasi
tren sosial-ekonomi dan pekerjaan di tingkat global dan regional. Menurutnya, Goal SDGs 4
dan goal SDGs 8 terkait satu sama lain. Untuk mencapai SDG 4 kita memerlukan pendidikan
berbasis kompetensi. Dalam pencarian kerja amat diperlukan memiliki kompetensi. Di
tingkat global ia mengusulkan upaya membuat global citizenship education. Dalam usaha
menciptakan masyarakat kritis dan tangguh, perlu literasi media dan informasi. Dan dalam
hal ini, pemuda dapat dan harus menjadi agen dalam mencapai SDGs.
Mr. Omar Altabtabaee, anggota Parlemen Kuwait, anggota IPU Board of Young
Parliamentarians berpendapat bahwa untuk mengatasi gap antara laki-laki dan perempuan
solusinya adalah STEM. Perempuan dalam dunia STEM (Science, Technology, Engineering,
Mathematics) sangat dibutuhkan, di samping memiliki banyak keahlian yang laki-laki kurang
bisa melakukan hal itu. Sayangnya, di dunia modern ini pun peran perempuan di bidang
„maskulin‟ ini masih kurang diminati. Sebuah penelitian menyimpulkan, meski nilai anak
perempuan sering lebih baik daripada laki-laki, tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah
11
dibanding anak laki-laki mempengaruhi bagaimana perempuan memutuskan untuk mengejar
pekerjaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi atau bidang lain.
Mr. Fariz Ismayilzade, Wakil Rektor ADA University mengatakan bahwa dunia bergerak ke
arah perubahan yang sangat cepat. Kita perlu memikirkan bagaimana meninggalkan metode
kuliah lama dan berganti dengan metode baru. Sistem pendidikan harus dibuat interaktif
dengan pembelajaran peer to peer. Dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat, dunia
pendidikan perlu menggunakan internet sebagai penyedia informasi yang akurat dan
terpercaya. Yang terakhir, menurutnya, pendidikan mesti terhubung dekat dengan industri
sehingga tercipta kaitan langsung antara pendidikan dan industri.
Mr. Baktiyar Maken, anggota parlemen Kazakhstan menginginkan agar mempertimbangkan
berbagai penyebab ketidakcocokan yang tumbuh antara pengetahuan dan keterampilan yang
disediakan oleh sistem pendidikan dan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Peningkatan sumber
daya, motivasi guru yang rendah, kualitas pendidikan yang buruk, sistem pendidikan yang
kaku serta perluasan teknologi digital menghasilkan tingkat pengangguran kaum muda yang
tinggi, di satu sisi, dan kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu, di sisi lain. Ia
mengajukan ide agar kebutuhan mendesak untuk memikirkan kembali dan berinovasi sistem
pendidikan. Investasi yang lebih besar dalam meningkatkan relevansi, kualitas dan
aksesibilitas pendidikan dan pelatihan kejuruan diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi yang berubah dari pasar tenaga kerja.
Ms. Ediola Pashollari, sekretaris jenderal Asosiasi Pemuda Dunia memberikan pendapatnya
bahwa pendidikan memainkan faktor yang sangat penting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif anak muda dan menyediakan semua keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membentuk individu yang kompetitif dan produktif.
Secara umum, pendidikan membantu kaum muda untuk mempersiapkan diri menghadapi
tantangan yang akan mereka hadapi saat dewasa. Oleh karena itu, ia menyarankan agar kaum
muda harus fokus pada pendidikan, tidak hanya pendidikan formal tetapi juga pendidikan
informal dan non-formal, seperti: pengembangan keterampilan keras dan lunak,
kewirausahaan, dan kegiatan rekreasi, agar mereka dapat mengembangkan diri mereka lebih
jauh. Semua pemangku kepentingan harus bekerja menuju populasi berpendidikan, dengan
pemuda menjadi perhatian utama mereka. Kebijakan telah diterapkan untuk mempromosikan
pendidikan dan manfaatnya bagi kaum muda. Oleh karena itu, pemerintah dan entitas sektor
12
swasta harus memiliki program sponsor yang bertujuan membantu mereka yang kurang
mampu untuk mendapatkan pendidikan di semua tingkatan.
Hon. Jeremiah Kisangau, Presiden East African Youth Parliament, menyerukan kepada
peserta untuk menjalankan aksi nyata untuk penguatan peran pemuda. Sebagai anggota
parlemen muda wajib untuk menganggarkan dana APBN untuk penguatan peran pemuda. Ia
menawarkan beberapa program konkret, di antaranya: inovasi teknologi yang berdampak
pada pekerja muda, penyediaan soft-skill, seperti: pelatihan profesional, skil komunikatif,
kewirausahaan, seperti: kebijakan yang ramah bagi pemuda, seperti: pemberian insentif bagi
pebisnis pemuda, pembiayaan unit usaha yang dikelola pemuda. Terakhir yang penting
menurutnya, anggota parlemen harus mengawasi anggaran pemerintah untuk pemberdayaan
pemuda.
Sesi III (Lanjutan): Empowering our future: The jobs of tomorrow
Keynote presentation dalam sesi ini disampaikan oleh oleh Prof. Daniel Susskind dari
Universitas Oxford. Susskind berpandangan bahwa masa depan untuk profesi bertumpu pada
teknologi. Satu visi hanyalah versi yang lebih efisien bekerja saat ini. Perspektif masa depan
ini menggunakan teknologi termasuk kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin untuk
memaksimalkan efisiensi dan produktivitas. Di masa depan, profesi dapat memiliki
'kecemasan otomatisasi' yang lebih sedikit karena ini bukan tentang profesi yang digantikan
oleh robot dan komputer, melainkan tentang teknologi yang membuat para profesional lebih
produktif, mesin-mesin itu sebenarnya melengkapi para profesional.
Ms. Kholoud Alkhaldi, Deputi Direktur ILO untuk Eropa Timur dan Asia Tengah,
menyampaikan pentingnya pekerjaan yang layak untuk pemuda. Oleh karena itu, perlu
inisiatif global untuk aksi. Dalam konteks ini, diperlukan kebijakan yang tepat untuk
pekerjaan masa depan bagi pemuda. Beberapa tema prioritas mesti dikedepankan untuk
pengembangan kapasitas pemuda, yakni: skil digital, magang berkualitas, pengembangan
kewirausahaan bagi pemuda, dan pekerjaan hijau.
Mr. Rovshan Rustamov, Wakil Ketua OJSC Azerbaijan, menyampaikan pemanfaatan
teknologi amat berguna bagi implementasi pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini, sains
mesti menjadi fondasi bagi kebijakan publik di setiap negara.
13
Ms. Ana Vazquez, anggota parlemen Spanyol menyoroti percepatan kehidupan urban. Untuk
pemecahannya perlu pendidikan yang berfokus pada teknologi dan berorientasi pada kerja.
Menurutnya, Pemuda perlu diberikan akses digital untuk membuka usaha yang berorientasi
pada pasar digital. Sejauh ini, pangsa pasar potensial bagi pemuda adalah bisnis dan usaha
online, maka pengembangan start-up perlu diperkuat dengan kebijakan yang pro pemuda.
Ms. Farida Askarzade, pendiri dan direktur HUMAN Foundation dan pengajar Azerbaijan
State University, memberikan perspektif tentang revolusi industri di bidang teknologi,
komunikasi, dan informasi. Ia menyebutkan beberapa tren dunia seperti kecerdasan buatan
dan rekayasa genetika. Seharusnya kita dapat menciptakan sistem pintar dan cerdas guna
menanggulangi perubahan iklim. Dia berpandangan ada dua keterampilan yang harus
dipunyai generasi masa depan, yaitu: critical thinking dan kewirausahaan. Dua keterampilan
ini adalah investasi terhadap human capital.
Ms. Margareta Drzeniek, Managing Partner HORIZON Group, menghimbau kepada
parlemen muda untuk memikirkan beberapa permasalahan yang sangat mempengaruhi
dinamika ruang kerja. Transisi demografi, populasi pemuda, revolusi industri 4.0,
ketidakpastian keuntungan bersih.
Anggota BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana menyampaikan intervensi dalam sesi ini, ia
berpandangan perlu kebijakan intervensi terkait penguatan peran kepemudaan dalam suatu
negara. Ia mengimbau agar kebijakan pemuda beririsan dengan ekonomi kreatif yang
diistilahkannya sebagai creative economic of things. Ekonomi kreatif ini akan melahirkan
banyak kesempatan usaha dan kerja, salah satunya adalah pariwisata.
D. Sesi IV: Parliamentary actions for future generations
Sesi IV tentang Parliamentary actions for future generations dibuka Keynote presentation
oleh Judy Gelfand, Komisioner Environment and Sustainable Development, Kanada.
Masalah lingkungan menjadi persoalan krusial bagi dunia kita. Untuk melindungi
lingkungan, ia mempunyai pandangan untuk menciptakan mekanisme perlindungan
lingkungan yang diciptakan secara sinergis antara pemerintah dan parlemen. Dalam konteks
ini parlemen memainkan peran kritis: parlemen mengawasi kerja pemerintah dengan cara
14
meninjau apakah kebijakan perlindungan lingkungan berjalan maksimal atau berjalan
melenceng. Dalam konteks Kanada, strategi perlindungan terhadap lingkungan adalah terus
berfokus pada tujuan-tujuan dalam SDGs yang terhubung dan terkait satu sama lain. Selain
itu, kebijakan pengembangan anak menjadi prioritas di Kanada.
Ms. Alyaa Aljassim, anggota parlemen Uni Emirat Arab dalam sesi ini menekankan pemuda
sebagai aset yang berharga bagi suatu negara. Oleh karena itu, perlu kebijakan komprehensif
untuk melindungi kepentingan dan hak-hak pemuda. Ia menyebut bahwa kebijakan tentang
pemuda adalah satu-satunya solusi bagi generasi masa depan.
Dr. Sandor Fulop, mantan komisioner Future Generations, Hungaria dalam forum
mengusulkan, dalam zaman bencana alam dan ekologis sekarang ini, untuk memberdayakan
lembaga ombudsman sebagai lembaga pengawasan terutama terhadap kebijakan lingkungan
pemerintah. Perubahan iklim sangat berdampak pada semua bidang kehidupan oleh karena itu
perlu penanganan yang komprehensif demi menjaga generasi masa depan.
Mrs. Sevinj Fataliyeva, Ketua Komite Luar Negeri dan Kerja Sama Antar Parlemen,
Parlemen Azerbaijan berpandangan parlemen harus bertindak bagi generasi muda yang juga
merupakan generasi masa depan. Apa yang dikerjakan Azerbaijan selama ini patut menjadi
sumbangan pengalaman bagi negara-negara lain. Pertama, pemuda dimasukkan dalam
strategi pembangunan nasional Azerbaijan. Kedua, Pemerintah secara aktif memberlakukan
program nasional bagi pemberdayaan pemuda. Kedua kebijakan utama di atas adalah untuk
menjadikan generasi muda Azerbaijan bahagia dan sejahtera. Selain itu, program
deradikalisasi sedang digalakkan di Azerbaijan. Program ini menyasar anak muda. Tujuannya
adalah menciptakan keharmonisan dan kedamaian di antara pemuda. Untuk menjalankan
program deradikalisasi di atas diwujudkan dengan pembentukan lembaga, seperti: State
Committe for Work with Religious Association yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden pada tahun 2001 dan Committee on Public Association and Religious Organization
di Parlemen Azerbaijan pada tahun 2015.
Anggota BKSAP DPR RI Kartika Yudhisti mengemukakan intervensinya dalam sesi ini
bahwa di Indonesia, Undang-Undang Nomor 40/2009 tentang Pemuda menjamin hak-hak
politik pemuda. Menurutnya, UU tersebut mendukung peran aktif pemuda dalam
pembangunan nasional berdasarkan prinsip demokrasi. Ia mengatakan bahwa untuk masa
15
jabatan parlemen saat ini 2014-2019, ada 17,9 persen anggota parlemen di bawah usia 40
tahun. Ia berharap jumlah ini akan meningkat dalam masa parlemen berikutnya.
E. Sesi Penutup: Youth in Parliament 2018 – Launch of the 2018 IPU Report on youth
participation in national parliaments
Sesi ini merupakan sesi penutup dengan menghadirkan tiga panelis: (1) Ms. Zeina Hilal,
Manajer Partisipasi Pemuda IPU, (2) Mr. Nawa Villy Sitali, Pendiri Youth4Parliament
Zambia, (3) Mr. Jonas Olsen, UNDP. IPU meluncurkan laporan bertitel Youth in Parliament
2018. Laporan ini merupakan laporan partisipasi pemuda tahun 2018 di parlemen nasional.
Ada tiga alasan yang dikemukakan dalam laporan ini: (1) inklusivitas, (2) tata kelola yang
baik, (3) penyegaran terhadap demokrasi.
Dalam laporan tersebut, ada beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh pemuda sebagai
calon anggota parlemen, di antaranya adalah: (1) hambatan hukum yang berkisar 73 %
negara.; (2) tantangan keuangan; (3) tantangan budaya; (4) kurangnya akses terhadap
jaringan; (5) politik belum menjadi sesuatu yang menarik bagi pemuda; (6) perempuan muda
menghadapi diskriminasi, seksisme, pelecehan, dan kekerasan.
Mengatasi tantangan di atas, beberapa hal penting yang mesti dilakukan adalah:
1. Kebijakan yang tepat seperti sistem kuota (kursi yang khusus bagi pemuda, kuota
kursi legislatif) dapat menjamin sistem yang ramah bagi pemuda
2. Perlu memikirkan kembali pembatasan usia bagi politikus yang berkontestasi
3. Pendidikan bagi partai politik agar mencalonkan politikus muda dalam pemilu
legislatif
Dalam pembahasan laporan tersebut, dibahas juga praktik cerdas dari negara-negara yang
mempunyai prestasi dalam partisipasi anggota parlemen muda. Anggota parlemen muda di
bawah usia 30 tahun berasal dari negara-negara Nordik. Sementara anggota parlemen muda
di bawah usia 40 sebagian besar (sekitar 40 %) ada di negara Denmark, Ukraina, dan Austria.
Laporan tersebut menyerukan aksi untuk semua anggota parlemen untuk memenuhi
partisipasi pemuda di parlemen. Target pemuda di parlemen diserukan oleh IPU agar
diwujudkan dalam aksi nyata yang salah satu poin adalah menyatukan tujuan bersama
pemuda.
16
Terkait dengan pemberdayaan anak muda, delegasi Indonesia menyerukan dalam forum
tersebut untuk menyiapkan generasi masa depan. Ada 65 juta anak muda di Indonesia,
mewakili 28 persen dari total penduduk. Dari sudut pandang demografi, pemuda Indonesia
adalah bagian dari kelompok usia produktif yang disebut sebagai “bonus demografis”. Ini
berarti pemuda adalah peluang bagi kemakmuran bangsa Indonesia saat ini dan masa depan.
Terkait itu, DPR RI menyerukan kepada peserta forum dari mancanegara untuk menerapkan
kuota keterwakilan bagi anak muda dalam pemilihan umum. Kebijakan ini merupakan
intervensi agar menciptakan lebih banyak anggota parlemen muda. Kebijakan kuota
semestinya dapat sejalan dengan kuota keterwakilan perempuan yang telah banyak
diterapkan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Partisipasi anggota BKSAP DPR RI dalam Konferensi Global Para Anggota Parlemen
Muda IPU (IPU Global Conference of Young Parliamentarians) di Baku Azerbaijan pada
tanggal 14-15 Desember 2018 berjalan dengan lancar dan produktif.
2) Untuk mengatasi rendahnya partisipasi pemuda di bidang politik, tetap diperlukan
affirmative action semacam undang-undang untuk pemberdayaan pemuda.
3) Masalah keberlangsungan pemuda, lingkungan, pendidikan, dan pekerjaan layak
merupakan masalah lintassektoral.
4) Masalah kesadaran lingkungan terkait dengan pendidikan di tingkat sekolah dan sistem
tata aturan lainnya. Sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
5) Kearifan lokal perlu diangkat menjadi semacam kebijakan alternatif dalam pemeliharaan
lingkungan dan penggunaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan ramah
lingkungan
Saran
1) DPR RI perlu mengintensifkan untuk mengikuti pertemuan global anggota parlemen
muda.
2) DPR RI perlu membangun jaringan global guna penguatan pemberdayaan pemuda di
dalam negeri.
17
3) Hasil-hasil Konferensi ini hendaknya dapat didiseminasikan ke pemangku kepentingan
terkait. DPR RI dapat menindaklanjutinya dengan membuat undang-undang atau pada saat
rapat kerja atau RDPU dalan rangka fungsi pengawasan. Sedangkan untuk pemerintah
dapat ditindaklanjuti menjadi program dan aksi nyata.
4) Karena permasalahan pemuda dan generasi masa depan adalah lintassektoral, maka perlu
pembahasan lintaskementerian di pemerintah dan lintaskomisi di legislatif.
5) Indonesia dipandang perlu membuat Komisi/ Lembaga yang mengurusi keberlangsungan
generasi masa depan.
IV. PENUTUP
Biaya yang digunakan untuk melakukan perjalanan guna menghadiri sidang the 5th
IPU
Global Conference of Young Parliamentarians ini untuk delegasi DPR RI adalah
Rp. 819.309.980,-
Demikianlah pokok-pokok Laporan Delegasi DPR-RI Sidang the 5th
IPU Global Conference
of Young Parliamentarians di Baku, Azerbaijan, yang telah berlangsung pada tanggal 14 – 15
Desember 2018. Laporan ini dilampiri dengan dokumen terkait lainnya. Saya mengucapkan
terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang mulia bagi
bangsa dan negara Indonesia. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 16 Desember 2018
Ketua Delegasi DPR RI,
ttd
Dave Akbarshah Fikarno
A-264
19
Delegasi DPR-RI didampingi oleh Bapak Dubes RI berfoto bersama anggota parlemen
Azerbaijan
Foto bersama seluruh delegasi