Post on 06-Mar-2019
HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MERAIH KESUKSESAN KARIR PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
OLEH MUHARNIA DEWI ADILIA
106070002268
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1413H/2010M
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena
berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya
sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar,
oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta jajarannya.
2. Bapak Drs.Rachmat Mulyono M.Si. Psi dan Ibu Liany Luzvinda M.Psi. yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih
banyak atas wawasan yang telah diberikan.
3. Bapak Choliluddin A.S., MA sebagai dosen pembimbing akademik
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.
5. Mama yang disiplin dan dengan segala nasihatnya serta papa yang humoris dengan
setiap semangatnya, yang sangat membantu dalam pembuatan skripsi ini, baik itu
membantu dalam hal fisik maupun psikis serta doa.
6. Kakak (Puspa ayu) yang banyak membantu dengan pengalamannya, adik (Alin) yang
bersedia membantu penulis dalam mengolah data, dan Sami yang banyak membantu
dengan tulus
7. Iqra Prasetia Rahadi Putra, yang tanpa disadari penulis merupakan anugerah terindah
yang pernah Allah berikan kepada penulis, yang sangat banyak memberikan
dukungan moral maupun banyak ikut andil dalam penyelesaiannya skripsi ini.
8. Kepada seorang ibu (Mujiarah) yang sebelumnya telah banyak memberikan pelajaran
kehidupan dan merupakan salah satu motivasi penulis untuk dapat menyelesaikan
karya ini secepatnya, namun sekarang telah berada di rengkuhan Allah Swt sebelum
penulis menyelesaikan karya ini. Semoga beliau selalu berada dalam naunganNya,
amin.
9. Teman-teman “smart, rich and beautiful girl” (semoga kita benar-benar bisa menjadi
seperti itu) Malini, Isni, Sila, Mita, Mb mut, Reta, Nining, Ega Nadiah, yang
merupakan teman seperjuangan penulis dalam mendapatkan ilmu dan memperoleh
cita-cita yang kita harapkan.
10. Semua teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan
sampel
11. Qori yang telah banyak membantu dengan membagi ilmunya kepada penulis, Ika
membantu dengan semangatnya, dan teman-teman uin yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan makna pertemanan dan persahabatan
kepada penulis, mudah-mudahan kita akan tetap dan selalu bersahabat selamanya.
12. Teman-teman kelompok KKL, dimana kita telah melewati waktu yang tidak singkat
dan tidak panjang untuk memahami tentang adanya keterbatasan di sekitar kita.
13. Bapak Syaiful Anam, S. Psi serta seluruh keluarga besar Rumah Sakit Khusus Jiwa
Dharma Graha.
14. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas C serta angkatan dibawah penulis,
terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini.
15. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta
pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu
penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT, amiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan
skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
A. Fakultas Psikologi B. Agustus 2010 C. Muharnia Dewi Adilia D. Hubungan Self esteem dengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir Mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E. Di zaman sekarang mendapatkan pekerjaaan yang sesuai dengan harapan atau
sesuai dengan apa yang telah dipelajari di universitas tidaklah mudah. Persaingan yang banyak namun kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang diambil sewaktu kuliah sangat kurang. Adalah hal yang wajar bagi seorang mahasiswa mengalami kecemasan untuk menghadapi kesuksesan karirnya kelak, terutama bagi mahasiswa semester atas yang dianggap tidak lama lagi akan memasuki dunia kerja. Kemampuan dalam menilai dirinya secara unik dan memiliki potensi tersendiri sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan optimisme dan kepercayaan diri dalam menghadapi dunia karir. Karena itu, penelitian ini menguji korelasi antara variable self esteem dengan optimisme karir pada mahasiswa psikologi. Self esteem sendiri merupakan penghargaan diri seseorang dalam menilai diri mereka sendiri. Sedangkan, optimisme merupakan keyakinan diri akan suatu peristiwa atau masa depan akan berjalan dengan baik. Kedua hal tersebut merupakan inti pribadi diri yang penting dalam menjalani suatu kehidupan.
Penelitian ini selain bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan optimisme, juga ingin mengetahui seberapa besar self esteem mahasiswa memberikan sumbangan terhadap keoptimisannya dalam menghadapi kesuksesan karir pada mahasiswa tersebut. Dalam hal ini mahasiswa semester atas atau yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan dalam ilmu psikologi yang dinilai telah memiliki gambaran akan karir masa depannya, karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana self esteem memiliki kaitan terhadap optimisme kesuksesan karir mahasiswa tersebut.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidyatullah yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan dalam bidang psikologi. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa dari angkatan 2006 dan seterusnya. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara nonprobability sampling yakni accidental atau seketemunya, hal ini dilakukan untuk memudahkan penelitian, mengingat penelitian dilaksanakan ketika liburan semester dan waktu yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menunggu hingga liburan usai. Ditambah lagi untuk mendapatkan sampel pada mahasiswa
semester atas yang tidak lagi aktif melaksanakan perkuliahan tidaklah mudah. Pengambilan sampel tentunya disesuaikan dengan karakteristik pada penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode korelatif. Responden diberikan instrumen yang berupa skala yang terdiri dari skala self esteem dan skala optimisme. Dilakukan uji instrumen pada 65 sampel dengan memberikan 80 item pada skala optimis dan 92 item pada skala self esteem kemudian dilaksanakan penelitian terhadap 100 sampel dengan menggunakan skala yang telah valid yang terdiri dari 44 item skala self esteem dan 37 item skala optimisme. Untuk menguji validitas skala, penulis menggunakan rumus product moment Pearson, dengan menggunakan r table sebesar 0,3 pada taraf signifikasi. Beberapa item skala diambil dari skala yang telah baku. Kedua skala tersebut diuji reliabelitasnya dengan menggunakan Alpha Cronbach dimana semakin tinggi koefisien reliabelitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi tingkat reliabelitasnya.. Pada skala self esteem diperoleh hasil koefisien reliabelitasnya sebesar 0,917 yang berarti menempati kriteria yang sangat reliabel. Sedangkan pada skala optimisme terhadap kesuksesan karir masa depan diperoleh hasil koefisien reliabelitas sebesar 0,837 yang berarti menempati kriteria reliabel.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara self esteem dengan optimisme mahasiswa dalam menghadapi kesuksesaan karirnya. Mahasiswa yang mampu menghargai dirinya secara positif maka ia pun dapat berpikir positif tentang masa depannya karena ia yakin dengan kualitas kemampuannya sendiri. Hubungan antara self esteem dengan optimisme tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian ini yaitu dengan r hitung (0,753) > r tabel (0,195), pada taraf signifikansi 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian, hasil uji regresi dengan menggunakan perhitungan komputer dengan program SPSS versi 13.00, bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yag diberikan Self esteem terhadap optimisme karir masa depan sebanyak 56,6%. Self esteem memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keoptimisan seorang mahasiswa, dalam hal ini meraih kesuksesan karirnya.
F. Bahan bacaan 31 sumber (baik buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun karya ilmiah)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................. i
Abstrak........................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah.........................................................................................................9
1.3. Pembatasan Masalah .......................................................................................................9
1.4. Perumusan Masalah .......................................................................................................10
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................................10
1.5.1. Tujuan Penelitian ...........................................................................................................10
1.5.2. Manfaat Penelitian .........................................................................................................10
1.6. Sistematika Penelitian....................................................................................................11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Optimisme......................................................................................................................13
2.1.1 Pengertian Optimisme....................................................................................................13
2.1.2 Tipe Optimis ..................................................................................................................15
2.1.3 Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Masa Depan .....................................................17
2.1.4. Aspek-aspek Optimisme ................................................................................................18
2.1.5. Ciri-ciri Optimisme........................................................................................................21
2.1.6. Manfaat Optimisme .......................................................................................................26
2.1.7. Meningkatkan Optimisme dan Harapan ........................................................................30
2.2. Self Esteem ....................................................................................................................31
2.2.1. Pengertian Self Esteem ...................................................................................................31
2.2.2. Pembentukan Self Esteem ..............................................................................................36
2.2.3. Aspek-aspek Self Esteem ...............................................................................................38
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri..............................................................40
2.2.5. Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri (Self Esteem) yang dimiliki ................42
2.3. Kerangka Berfikir .............................................................................................................46
2.4. Hipotesis ...........................................................................................................................48
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................................49
3.1. Metode Penelitian .............................................................................................................49
3.1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................................49
3.2. Variabel-variabel Penelitian ............................................................................................49
3.2.1. Definisi Variabel................................................................................................49
3.3. Pengambilan Sampel .......................................................................................................53
3.3.1. Populasi dan Sampel ..........................................................................................53
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................54
3.4. Pengumpulan Data ..........................................................................................................55
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................55
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data............................................................................56
3.5. Uji Instrumen Penelitian..................................................................................................57
3.6. Prosedur Penelitian..........................................................................................................65
3.7. Teknik Analisis Data .......................................................................................................67
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN..............................................................68
4.1. Analisis Deskriptif ............................................................................................................68
4.2. Uji Persyaratan..................................................................................................................69
4.2.1. Kategorisasi Skor ...............................................................................................69
4.2.1.1. Katagori Skor skala Optimisme ......................................................................69
4.2.1.2. Katagori Skor skala Self Esteem .....................................................................73
4.3. Hasil Penelitian ...............................................................................................................76
4.3.1. Uji Korelasi........................................................................................................76
4.3.2. Uji Regresi Linear..............................................................................................77
BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN ....................................................................80
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................................80
5.2. Diskusi.............................................................................................................................80
5.3. Saran................................................................................................................................83
5.3.1. Saran Teoritis .....................................................................................................83
5.3.1. Saran Praktis ......................................................................................................85
Daftar Pustaka ........................................................................................................................86
Lampiran I...................................................................................................................................... i
Lampiran II ................................................................................................................................... ii
Lampiran III ................................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kaidah reliabilitas ................................................................................. 58
Tabel 3.2 Blue print skala optimisme try out........................................................ 59
Tabel 3.3 Blue print skala optimisme penelitian .................................................. 61
Tabel 3.4 Blue print skala self esteem try out ....................................................... 62
Tabel 3.5 Blue print skala self esteem penelitian.................................................. 64
Tabel 4.1 Tabel gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ........................ 68
Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan usia....................................................... 69
Tabel 4.3 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum), dan standar
deviasi optimisme .................................................................................. 70
Tabel 4.4 Kategorisasi optimisme......................................................................... 71
Tabel 4.5 Tabel Optimis berdasarkan jenis kelamin............................................. 71
Tabel 4.6 Kategori Optimis pada perempuan ....................................................... 72
Tabel 4.7 Kategori Optimis pada laki-laki............................................................ 72
Tabel 4.8 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, jumlah total (sum), dan standar
deviasi Self esteem................................................................................. 73
Tabel 4.9 Kategorisasi skor Self esteem................................................................ 74
Tabel 4.10 Tabel Self esteem berdasarkan jenis kelamin...................................... 75
Tabel 4.11 Kategori Self esteem pada perempuan ................................................ 75
Tabel 4.12 Kategori Self esteem pada laki-laki..................................................... 76
Tabel 4.13 Tabel hasil uji korelasi Self esteem dengan optimisme....................... 77
Tabel 4.14 Tabel Linearitas .................................................................................. 78
Tabel 4.10 Tabel kesimpulan Self esteem dengan optimisme............................... 78
MOTTO
“GO CONFIDENTLY IN THE DIRECTION OF
YOUR DREAMS”
Henry David Thoreau
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sulitnya mendapatkan pekerjaan di masa globalisasi ini menjadi topik hangat yang
sangat meresahkan masyarakat. Dahulu jumlah tenaga ahli sangatlah sedikit dan pada
saat itu pula nilai atau value dari seorang mahasiswa pun sangat tinggi, hingga mampu
mendapatkan penghargaan melalui pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan ilmu yang ia
miliki serta peroleh ketika kuliah.
Namun seiring bertambahnya jumlah populasi di Indonesia, Jumlah individu yang
lulus dari perguruan tinggi pun makin meningkat dan membuat nilai dari tiap-tiap
individu tersebut menurun atau bahkan hilang. Hal ini menyebabkan banyak lulusan dari
perguruan tinggi tidak lagi mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang mereka
miliki, atau mendapakan pekerjaan yang kurang layak, dan tidak sedikit yang tidak
memperoleh pekerjaan sama sekali. Berdasarkan informasi dari surat kabar bahwa,
jumlah pengangguran tingkat sarjana dewasa ini melonjak drastis, yakni dari 183.629
lulusan pada tahun 2006 menjadi 409.890 lulusan pada tahun 2007. ditambah dengan
pemegang gelar diploma I, II, dan III yang menganggur, sehingga berdasarkan pendataan
tahun 2007 lebih dari 740.000 orang ( Kompas, 06/02/2008).
Menurut asumsi penulis, saat jumlah mahasiswa terbatas maka nilai dari seorang
mahasiswa itu akan sangat tinggi dan begitu juga sebaliknya. Penurunan ini terjadi
karena dengan banyaknya jumlah mahasiswa membuat perusahaan memiliki lebih
banyak pilihan dan dapat menekan turun nilai jual calon karyawannya. Sehingga antara
2
jumlah pekerjaan yang tersedia dengan nilai dari lulusan perguruan tinggi menjadi alasan
utama sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak di masa ini. Karena itu tingkat
persaingan di pasar buruh pun menjadi sangat tinggi dan hanya mereka yang memiliki
spesialisasi atau keahlian tertentu yang dapat bertahan di persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan.
Kesadaran akan fenomena tersebut tidak jarang dapat menimbulkan kecemasan
pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan harapan. Saat kuliah tentunya seorang mahasiswa memiliki
harapan tinggi untuk memperoleh pekerjaan yang layak nantinya, serta dapat
mensejahterakan kehidupannya. Namun, sulitnya keadaan sekarang ini justru
mempengaruhi keoptimisan mahasiswa dalam memperoleh kesuksesannnya kelak
ditengah persaingan pasar yang ketat. Padahal keoptimisan adalah inti dari motivasi
seseorang untuk berjuang dalam dunia persaingan ekonomi yang kuat. Tanpa
kemampuan untuk berpikir optimis seseorang dapat mengalami tekanan-tekanan dalam
dirinya ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya, buruknya hal tersebut dapat
mengakibatkan kegoncangan mental seseorang.
Disini penulis berasumsi bahwa seseorang yang telah dikategorikan sebagai
seorang mahasiswa yang mulai memasuki masa perkembangan dewasa awal, tentunya
telah memiliki gambaran yang lebih matang mengenai masa depannya dibandingkan
remaja SMA. Dengan kemampuan menilai potensi dan keseluruhan dari dirinya yang
lebih matang, seorang mahasiswa akan lebih memiliki optimisme yang tinggi untuk
menggapai apa yang diharapkannya. Optimisme sendiri adalah kemampuan seseorang
untuk memandang positif akan segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan
menghasilkan hal yang positif pula. Disisi lain optimisme juga baik bagi kesehatan psikis
3
maupun fisik seseorang. Berbagai penelitian banyak yang membuktikan manfaat dari
berpikir optimis dan pengaruhnya pada kesuksesan atau keberhasilan masa depannya.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Seligman (Seligman, 2008), diperoleh hasil
optimisme sangat berpengaruh pada kesejahteraan psikis dan kesehatan mental seseorang,
dapat meningkatkan system imun dan menurukan tingkat stress.
Patton et.al (2004), menyatakan optimisme dianggap sebagai suatu pertimbangan
yang memiliki kecenderungan dapat mempengaruhi perasaan, sikap cara berpikir, dan
prilaku seseorang dalam situasi tertentu. Creed, Patton, dan Bartrum (2002) melakukan
tes peninjauan kembali (dari penelitian Scheier, Carver & Bridges, 1994) mengenai
dimensi orientasi kehidupan antara optimisme dan pesimisme dan hubungannya dengan
variable karir seperti pengambilan keputusan, kematangan karir, serta tujuan karir masa
depan pada siswa SMA. Ditemukan bahwa siswa dengan optimisme yang tinggi
menunjukan hasil yang lebih tinggi terhadap rencana dan penjelajahan karir masa depan,
mereka telah melakukan pengambilan keputusan tentang karir masa depan, dan lebih
memiliki tujuan karir terhadap masa depan mereka. Sebaliknya, pada mereka yang
pesimis menunjukan hasil yang rendah terhadap pengetahuan tentang karir masa depan
dan lebih ragu-ragu dalam pengambilan keputusan untuk karir masa depan, dan
dilaporkan memiliki prestasi sekolah yang lebih rendah. Lazarus (1991)
mengidentifikasikan bahwa optimisme dan self esteem merupakan suatu keyakinan diri
bahwa hubungan seseorang dan lingkungannya dipengaruhi oleh penilaian dan
penyesuaian diri dan secara potensial yang dapat mengurangi pengaruh stress dan
adaptasi seseorang terhadap lingkungan.
Seligman, 1975; Taylor, 1971 (dalam Scioli et al 1997) mengatakan bahwa suatu
pemikiran yang positif memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan, kesuksesan dalam
4
menyesuaikan diri pada kondisi depresi, kehilangan harapan, dan keputus asaan yang
mengarah pada rasa menyerah, rasa sakit, dan bahkan kematian).
Yates (2002), mengungkapkan terdapat suatu penelitian menetapkan bahwa
perbedaan antara orang yang optimis dan pesimis dalam penjelasan atribusi meliputi pada
aspek-aspek penting pada penyesuaian pribadi, serta memberikan pengaruh pada
kesehatan, motivasi, dan pembelajaran (Peterson & Bossio, 1991; Schulman, 1995).
Kecendrungan optimis dan pesimisnya seseorang dibentuk sejak masa kanak-kanak
(Nolen-Hoeksema & Girgus, 1995; Yates, 1998a) dari banyaknya pengalaman keseharian
(Peterson & Bossio, 1991) yang dapat mempengaruhi kesehatan anak, motivasi dan
prestasinya (Seligman, 1990, 1995). Pada suatu tes yang dilakukan di California
menggunakan California Achievement Test, anak yang pesimis lebih sedikit mengalami
sukses dibanding anak yang optimis (Nolen-Hoeksema & Girgus, 1995). Menurut,
Seligman (1995), siswa yang mengembangkan kerangka berpikir yang pesimis memiliki
resiko untuk tidak berhasil dalam bidang akademisnya.
Selain itu, menurut Seligman dalam bukunya the optimistic child menyatakan
bahwa mereka yang pesimis melakukan suatu pekerjaan lebih buruk dari mereka yang
optimis dalam tiga aspek : pertama, mereka lebih sering merasakan depresi. Kedua,
prestasi mereka rendah di sekolah, dalam pekerjaan, dan di lapangan bermain
dibandingkan bakat yang mereka sebenarnya. Ketiga, kesehatan fisik mereka lebih buruk
dibandingkan orang yang optimis.
Sifat optimis tidak hanya baik bagi kesehatan fisik dan kesejahteraan psikis, dalam
islam pun Allah Swt memerintahkan pada hamba-Nya untuk tidak berputus asa dan
selalu berpikir positif (optimis) baik secara Habluminnanas (hubungan antara manusia
dengan manusia) maupun Habluminnallah (hubungan antara manusia dengan Allah)
5
seperti dalam surat Al-Hijr ayat 56 dan surat Yusuf ayat 87 dimana Allah SWT
membenci orang-orang yang berputus asa.
Di luar medan perjuangan dalam meniti karir, dilihat secara individu bahwa tiap
manusia itu unik, dan memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain,
termasuk potensi dan kemampuannya sejak dilahirkan. Penilaian orang lain atas dirinya
mengenai perasaan, sikap, dan tingkah lakunya merupakan wujud dari self esteem. Self
esteem mengacu pada bagaimana seseorang secara subjektif menilai dirinya sendiri,
kemampuan serta potensi yang dimilikinya. Seseorang yang positif terhadap potensi-
potensi dirinya dan pengembangan dirinya sendiri, diyakini memiliki self esteem yang
positif. Dengan kemampuan melihat dirinya secara positif maka kedepannya akan sangat
membantu dalam berjuang meniti kesuksesan karirnya sendiri. Seperti pada berbagai
penelitian yang dilakukan oleh para ahli dimana self esteem berdampak pada kemampuan
diri seseorang dalam memperoleh prestasi dan menentukan konsep karir masa depannya.
Tidak hanya itu self esteem juga sangat menentukan kepercayaan diri seseorang terhadap
kemampuan yang ia miliki.
Gardner, 1981; Holland, 1085; Super 1980 ( dalam Patton et al, 2004) dalam suatu
kepustakaan riwayat kerja, mengindikasikan remaja dengan self esteem yang tinggi
memiliki konsep yang lebih jelas mengenai ketertarikan terhadap karir dan kemampuan
membuat keputusan mengenai karir masa depan dibandingkan siswa yang memiliki self
esteem yang rendah.
Dalam Research Fact and Findings (2003) ada bermacam-macam tingkatan self
esteem pada anak remaja yang nampaknya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
gender, kebudayaan, dan kelas sosial, dapat juga di pengaruhi oleh karakteristik individu
itu sendiri. Tingkatan self esteem yang berbeda pada remaja berada dalam wilayah yang
6
berbeda pula seperti dalam hal sosial, pelajaran, olahraga, penampilan dan tingkah laku
secara umum. Pada penelitian Harter (1990, 1999) di temukan bahwa, kepuasan dalam
hal penampilan fisik memberikan komponen self esteem yang besar, dan pada remaja
wanita lebih memiliki ketidak puasan yang besar terhadap penampilan fisiknya dibanding
remaja laki-laki.
Suatu penelitian dalam Research Finding and Facts (2003) ditemukan bahwa
sepertiga sampai setengah dari remaja berjuang menghadapi self esteem yang rendah,
terutama pada remaja awal (Harter, 1990; Hirsch & Dubois, 1991). Self esteem yang
rendah berdampak sementara, tetapi dalam kasus yang serius dapat mengarah pada
berbagai macam permasalahan, seperti depresi, anorexia nervosa, delinquency, sikap
melukai diri sendiri dan bahkan bunuh diri. Remaja dengan self esteem yang rendah lebih
banyak berprilaku tidak baik di sekolahnya, hamil, atau menghamili pasangannya. Tetapi
juga perlu diketahui bahwa penyebab pasti dari hal tersebut juga tidak jelas, penelitian
pun tidak begitu yakin bahwa self esteem yang rendah dapat menjadi penyebab anak
muda memiliki masalah prilaku tsb. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa anggota geng
memiliki self esteem di atas rata-rata. Seorang anak yang memiliki self esteem yang tinggi
ketika masa kanak-kanaknya akan memiliki self esteem yang tinggi pula ketika
remajanya. Dalam Savin Williams – Demo, 1983; Harter, 1990, banyak penelitian
menunjukan bahwa sepanjang masa remaja pertengahan dan remaja akhir hingga masa
dewasa awal memiliki self esteem yang stabil dan bahkan terus meningkat.
Dalam Naderi, et al (2009) terdapat suatu penelitian yang mendokumentasikan
pentingnya peranan self esteem dalam prestasi akademis, sosial, dan tanggung jawab
pribadi (Redenbach, 1991). Berlaku bagi setiap orang, bahwa perkembangan potensi
manusia secara penuh dapat ditingkatkan melalui self esteem. Self esteem adalah kuci
7
utama yang mempengaruhi tingkat keahlian seseorang dalam semua usaha keras. Self
esteem berhubungan dengan kesuksesan kerja, prestasi sekolah, keserasian pribadi dan
kebahagiaan (Redenbach, 1991). Di kutip dari Malbi & Reasoner (2000), self esteem di
indikasikan secara luas sebagai keyakinan individu terhadap dirinya sendiri untuk
berkompeten dan berguna dalam kehidupan. Suatu penelitian menunjukan terdapat
korelasi yang kuat antara bagaimana seseorang menilai diri mereka dengan pencapaian
akademiknya. Mereka yang merasa percaya diri, secara umum lebih berprestasi dibanding
mereka yang tidak percaya diri.
Dalam Nave (1990) Self esteem siswa lebih memiliki hubungan yang erat dengan
kesuksesan siswa dibanding IQ (Canfield, 1976). Dalam hal itu beberapa Negara bagian
di Amerika telah memasukan program peningkatan self esteem dalam kurikulum sekolah.
Seperti yang di beritakan bahwa daerah bagian California mempromosikan Self Esteem
dengan menggunakan kekuatan tugas lokal. Beberapa sekolah mengadopsi program
terbaru untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan survey Departemen
Pendidikan US program Self Esteem 86 % dilaksanakan di sekolah SD California dan 83
% pada distrik SMA California (The Patriot News, 1990). Kekuatan tugas yang sama di
bentuk di Virginia dan Maryland. Penelitian pun segera dilakukan di Negara bagian ini
untuk menemukan bagaimana cara Self Esteem dapat digunakan untuk meningkatkan
kesuksesan siswa.
Dinyatakan pula dalam Nave (1990) bahwa salah satu teknik untuk meraih
kesuksesan siswa dalam meningkatkan self esteem-nya adalah siswa di libatkan secara
penuh dalam penentuan sasaran tujuan hidupnya dan tujuan karirnya. Dengan bantuan
seorang guru tentunya tujuan tersebut akan menjadi kenyataan (berdasarkan bakat dan
8
kemampuan siswa sebelumnya). Beberapa tujuan seharusnya dengan seketika dapat
dicapai agar dapat menetapkan kesuksesan secepatnya dan umpan balik yang positif, serta
dalam beberapa hal harus melibatkan mimpi panjang mereka yakni cita-cita siswa.
Dalam Nave (1990) mengatakan bahwa ratusan artikel ilmiah mengenai self esteem
menyatakan terdapat korelasi yang kuat antara self esteem dengan aktivitas yang
dilakukan siswa : anak rumahan memiliki self esteem yang rendah, yang berprestasi tinggi
memiliki self esteem yang tinggi, orang yang depresi memiliki self esteem yang rendah,
atlit hebat memiliki self esteem yang tinggi, anak yang mendapatkan nilai F memiliki self
esteem yang rendah dan seterusnya.
Namun, optimisme saja tidaklah cukup untuk meraih apa yang kita inginkan,
karena dalam menggapai kesuksesan haruslah disertai dengan usaha yang nyata. Memiliki
optimisme yang tinggi namun usaha yang tidak sepadan dalam menggapai apa yang
diinginkan, di ibaratkan seperti doa tanpa usaha, atau berusaha tetapi tanpa pemikiran
yang optimis bahwa ia akan sukses, diibaratkan seperti usaha tanpa doa. Antara optimis
dan berusaha tidak dapat dipisahkan jika seseorang ingin menggapai kesuksesan karirnya
kelak.
Dalam SIRC (2009) faktor individu seperti aspek self esteem dan optimisme dapat
mempengaruhi self efficacy, harapan dan terutama prilaku seseorang. Dalam suatu
penelitian kecil mengenai optimisme dan dengan menggunakan kerangka teori dari SSCT
(Social Cognitive Career Theory) secara umum optimis memiliki kecendrungan
memberikan hasil yang positif atau memberi keyakinan yang baik dibanding sesuatu yang
buruk yang akan terjadi dalam kehidupan seseorang. (Scheier & Carver, 1993).
9
Idealnya seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, memiliki optimisme
yang tinggi pula dalam hal ini optimisme meraih kesuksesan karir masa depan. Sehingga
walaupun di masa sekarang sulit mendapat pekerjaan dan banyaknya sarjana yang
menganggur, mereka yang memiliki self esteem yang positif dan sangat menyadari
potensi dirinya akan memiliki optimisme yang tinggi pula dalam menghadapi karir masa
depan mereka.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan optimisme, yakni faktor dari
dalam diri seperti kreativitas, motivasi, percaya diri, dan faktor internal lainnya. Serta
faktor dari luar diri lingkungan sosial, keluarga, budaya, status sosial, agama dll. Penulis
tertarik meneliti hubungan antara self esteem dengan optimisme karena penulis ingin
mengetahui keterkaitannya lebih jauh dan dapat menginformasikan berbagai manfaat dari
optimisme.
1.2 Identifikasi Masalah
• Apakah ada hubungan self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir
mahasiswa?
• Seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap optimisme
meraih kesuksesan karir mahasiswa?
1.3. Pembatasan Masalah
Self esteem : Merupakan penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya sendiri,
baik positif naupun negatif, yang kemudian diekspresikan dalam sikap terhadap
dirinya tersebut dalam aspek perasaan mengenai dirinya sendiri, perasaan terhadap
hidup dan hubungan dengan orang lain.
10
Optimisme : Harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan
akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi.
Optimisme sebagai kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan
kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan.
Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa fakultas psikologi yang telah mendapatkan
mata kuliah peminatan.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara self esteem dengan optimisme meraih
kesuksesan karir mahasiswa? “
2. Seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap
optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa?
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. mengetahui hubungan self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir
mahasiswa.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang diberikan Self esteem
terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa.
1.5.2. Manfat Penelitian
Manfaat teoritis: secara teoritis, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
psikologi
11
Manfaat praktis: secara praktis, penelitian ini dapat memberikan motivasi kita untuk
meraih kesuksesan karir dengan berpikir optimis terutama bagi
mahasiswa.
1.6 Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, maka penulis menyusunnya dalam
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Bagian ini membahas mengenai teori self esteem (pengertian self esteem,
pembentukan harag diri, aspek-aspek self esteem, karakteristik individu berdasarkan self
esteem yang dimiliki). Teori optimisme (pengertian optimisme, tipe-tipe optimis, optimis
meraih kesuksesan masa depan, aspek-aspek optimis, ciri-ciri optimis, manfaat optimis,
meningkatkan optimis dan harapan), kerangka berpikir dan hipotesis.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Bagian ini membahas mengenai jenis penelitian (pendekatan dan metode penelitian),
subjek penelitian (karakteristik dan jumlah subjek, serta teknik pemilihan subjek penelitian),
pengumpulan data (metode pengumpulan data dan instrument penelitian), prosedur penelitian
(tahap persiapan, dan pelaksanaan penelitian), serta teknik pengolahan dan analisa data.
12
Bab 4 Presentasi dan Analisis data
Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, uji instrument penelitian, hasil skala
uji validitas skala self esteem dan skala optimisme kesuksesan karir serta hasil uji reliabelitas
self esteem dan optimisme kesuksesan karir masa depan. Uji persyaratan yang terdiri dari uji
normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis serta hasil utama penelitian.
Bab 5 Penutup
Terdiri dari kesimpulan, diskusi dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Optimisme
2.1.1. Pengertian Optimisme
Dalam Seligman (1995) optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu
Optimism yang berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Selama ini pandangan
umum masyarakat mengenai optimisme adalah cara memandang suatu hal seperti
melihat gelas yang tidak penuh sebagai gelas yang setengah berisi, dan bukan
setengah kosong atau bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada
dirinya sendiri. Tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu. Dasar dari
optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu
masalah.
Menurut Segerestrom, 1998 (dalam Ghufron, 2010) optimisme adalah cara
berpikir yang positif dan relistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif
adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Belsky (1999)
berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan isnspirasi baru. Kekuatan yang
dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan.
Lopez dan Snyder (2003) berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang
ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan.
Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya
pada diri dan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar
dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan
memiliki kemampuan, juga didukung anggapan bahwa setiap orang memiliki
14
keberuntungan sendiri-sendiri. Belsky (1999) berpendapat bahwa optimisme adalah
menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek
kehidupan sehingga mencapai keberhasilan.
Scheier dan Carver (dalam Snyder dkk, 2005) mengatakan bahwa orang yang
optimis adalah orang yang selalu mengharapkan atau menduga bahwa hal baik yang
akan terjadi padanya. Lebih lanjut Scheier, Weintraub, dan Carver (1986) meneliti
perbedaan cara coping antara orang yang optimis dan pesimis ketika mereka
menghadapi situasi stress. Orang yang optimis cenderung akan melakukan coping
melalui usaha yang aktif untuk mengatasi masalahnya. Menurut Scehier dan Carver,
kamus mendefinisikan optimisme dan pesimisme merupakan keyakinan seseorang
terhadap harapan masa depannya.
Menurut Kerley (2006), optimis adalah gaya penjelasan (bagaimana kita
menjelaskan sesuatu pada diri kita), dan juga suatu sikap (bagaimana cara kita
merasakan sesuatu). Merupakan suatu komponen perilaku yang menghasilkan suatu
hasil yang kompleks dari pikiran dan emosi kita. Secara simpelnya optimis berarti
meyakini suatu peristiwa akan berjalan baik.
Dalam SIRC (2009) mendefinisikan optimisme sebagai suatu istilah yang
banyak dipakai dalam mendeskripsikan pengalaman, perasaan, dan watak seseorang
pada berbagai konteks sejarah maupun sosial. Menurut Weinstein (1980), optimisme
adalah merupakan kecenderungan seseorang untuk meyakini bahwa mereka akan
lebih banyak mengalami suatu peristiwa yang baik daripada mengalami suatu
peristiwa yang buruk dibandingkan orang lain.
15
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimis merupakan suatu
istilah yang dipakai untuk menggambarkan perbedaan watak yang didasarkan pada
perbedaan pengalaman, latar belakang, dan kehidupan sosial seseorang.
Dalam SIRC (2009) Berdasarkan hasil penelitian (berupa polling, di Inggris)
dalam suatu jurnal psikologi menghasilkan bahwa tinggi rendahnya optimisme
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:
1. faktor dari lingkungan keluarga sebanyak 72%
2. faktor kesehatan diri sebanyak 65%, nampaknya faktor ini merupakan faktor
kunci yang mempengaruhi optimisme seseorang dan
3. faktor politik dan ekonomi global sebanyak 12%
Dengan cara yang sama, dari hasil polling (di Inggris) bahwa mayoritas orang
sangat merasa optimis dalam hal kehidupan keluarga 61%, hubungan pribadi 53%,
dan kehidupan sosial 31%, serta hanya ada 4% yang optimis terhadap masa depan
negaranya.
2.1.2 Tipe Optimis
Dari analisis SIRC (Social Issues Research Center, 2009), ditemukan berbagai
macam tipe sifat optimisme (menggunakan banyaknya partisipan yang ada dalam
polling nasional, dan mereka mendeskripsikan diri mereka sendiri):
1. Realist (24%) : saya tidak optimis ataupun pesimis, tapi cukup realistik
mengenai apa yang baik dan tidak baik dalam hidup saya.
16
2. Concrete optimist (optimis konkrit) (19%) : saya optimis, tapi saya juga
realistik mengenai kemungkinan hasil dari suatu kejadian.
3. Cautious optimist (optimis yang berhati-hati) (18%) : saya optimis, tetapi saya
berhati-hati untuk tidak puas dengan keberuntungan baik saya.
4. Situational optimist (optimis terkondisikan) (15%) : tingkat optimis saya
berubah-ubah pada setiap situasi.
5. Fatalist (6%) : terutama sekali saya menerima bahwa saya tidak dapat
merubah apa yang telah terjadi pada saya, baik itu bagus ataupun buruk.
6. Individualist (3%) : terutama sekali saya yakin bahwa saya dapat mengontrol
apa yang akan terjadi pada saya, baik itu bagus atau buruk.
7. Pessimist (3%) : secara umum saya pesisimis apapun situasinya.
8. Contagious optimist (optimis yang menular) (2%) : saya selalu optimis dan
keoptimisan saya menular pada mereka yang ada di sekitar saya.
9. Unbashed optimist (sangat optimis) (2%) : saya selalu optimis apapun
situasinya.
Dalam hasil peneltian yang dilakukan oleh SIRC, hal-hal yang paling
mempengaruhi tinggi rendahnya optimisme dalam diri seseorang secara umum
adalah; (1) keluarga, (2) kesehatan, (3) penghasilan pribadi, (4) kehidupan percintaan,
(5) kehidupan sosial, (6) pekerjaan, (7) ekonomi Negara (dalam hal ini di UK), (8)
cuaca, (9) ekonomi global, (9) politik global.
17
2.1.3. Optimisme meraih kesuksesan masa depan
Goleman (2002) mengatakan bahwa optimisme masa depan adalah harapan
kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi
dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi. Melihat optimis melalui
titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar
jangan sampai terjatuh kedalam masa kebodohan, putus asa, dan depresi bila
mendapat kesulitan. Dalam menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung
menerima dengan respon aktif, tidak putus asa merencanakan tindakan kedepan,
mencari pertolongan, dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki.
Harapan, menurut peneliti-peneliti modern, lebih bermanfaat daripada memberikan
sedikit hiburan ditengah kesengsaraan; harapan memainkan peran yang menakjubkan
manfaatnya dalam kehidupan, memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang
yang begitu beragam seperti prestasi belajar dan keberhasilan memikul tugas-tugas
yang berat. Harapan, dalam artian teknis adalah lebih daripada pandangan yang
optimis bahwa segala sesuatunya akan menjadi beres. Menurut Weinstein (1980)
Beberapa data menyatakan bahwa seseorang cenderung bersikap optimisme tidak
realistik dalam menghadapi masa depan mereka.
Snyder yang dikutip dalam Goleman, (1995) setiap individu pasti mempunyai
harapan akan masa depannya. Harapan yaitu keyakinan untuk mencapai sasaran.
Harapan tersebut juga dapat merupakan perubahan yang lebih baik pada dirinya dari
keadaan sekarang. Dalam menuju ke suatu harapan yang lebih baik atau suatu
kesuksesan di masa yang akan datang, individu tidak terlepas dari hambatan-
hambatan yang akan menghalanginya. Untuk itu individu harus dapat menghalau
hambatan tersebut. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki harapan tinggi mematok
sasaran yang lebih tinggi bagi dirinya dan tahu cara belajar dengan benar untuk
18
meraihnya. Bila ingin membandingkan mahasiswa-mahasiswa yang bakat
intelektualnya setara dalam segi prestasi akademik, apa yang membedakan mereka
adalah harapan.
Menurut Heine dan Lehman (1995), kebanyakan orang nampaknya
termotivasi untuk memperhitungkan rasa ancaman yang mereka rasakan ketika
menghadapi peristiwa buruk dengan menggunakan keoptimisannya yang tidak
realistik untuk memprediksi masa depan mereka.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimisme
masa depan adalah kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan
kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan serta cara pandang
dan rasa keyakinan seorang tentang masa depannya.
2.1.4 Aspek-Aspek Optimisme
Seligman (1995) menjelaskan bahwa bagaimana cara individu memandang
suatu peristiwa di dalam kehidupannya berhubungan erat dengan gaya individu
dalam menjelaskan suatu peristiwa (explanatory style). Dengan gaya penjelasan
itu, seseorang yang optimis akan dapat menghentikan rasa ketidakberdayaannya.
Ditinjau dari perspektifnya, orang yang optimis menjelaskan suatu kejadian atau
pengalaman negatif diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal, bersifat sementara,
atau faktor-faktor khusus. Sementara itu, orang pesimis menjelaskan bahwa
kejadian negatif dikarenakan oleh faktor internal, bersifat stabil, dan diakibatkan
oleh faktor-faktor global. Seligman (2001) mengemukakan ada tiga macam gaya
penjelasan (explanatory style), yaitu permanence, pervasiveness dan
personalization.
19
a. Permanence (hal yang menetap)
gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang bersifat
sementaran (temporary) atau menetap (permanence). Orang-orang yang pesimis
melihat peristiwa yang buruk sebagai sesuatu yang menetap dan mereka
cenderung menggunakan kata-kata ”selalu” dan ”tidak pernah”, misalnya: ”saya
tidak pernah mendapat nilai yang bagus pada mata pelajaran matematika karena
kemampuan saya dalam berhitung kurang”. Orang pessimis melihat hal yang baik
hanyalah sebagau hal yang bersifat sementara, misalnya: ”saya berhasil dalam
ujian itu kerena saya belajar tadi malam”.
Sebaliknya orang yang optimis melihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang
hanya bersifat sementara, misalnya: ”akhir-akhir ini kerja tim kita berantakan”.
Sementara orang yang optimis melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang
bersifat permanen, misalnya: ”Saya berhasil mendapat nilai baik karena saya
pintar”.
b. Pervasiveness (hal yang mudah menyebar)
Gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa
tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus). Orang yang
optimis bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang
spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab
khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain. Misalnya: ”meskipun nilai
ulangan saya kemarin jelek, itu tidak akan membuat saya gagal menjadi juara
kelas”. Bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan menjelaskan hal itu
diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal. Misalnya: ”Saya mendapat nilai
yang bagus karena saya pintar”.
20
Sementara orang yang pesimis akan melihat kejadian yang baik sebagai suatu
hal yang spesifik dan berlaku untuk hal-hal tertentu saja. Misalnya: ”saya
mendapat nilai bagus karena saya pintar dalam pelajaran matematika”.
Sedangkan, jika menemui kejadian buruk pada satu sisi hidupnya ia akan
menjelaskannya sebagai suatu hal yang universal, dan akan meluas keseluruh sisi
lain dalam hidupnya, dan biasanya akibat hal ini ia menjadi mudah menyerah
terhadap segala hal meski ia hanya gagal dalam satu hal. Misalnya: ”saya tidak
akan menjadi juara kelas karena ulangan matematika saya kemarin jelek”.
c. Personalization (hal yang yang berhubungan dengan pribadi)
Personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan
sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal.
Ketika mengalami hal yang buruk, orang yang pesimis akan menganggap bahwa
hal itu terjadi karena faktor dari dalam dirinya. Misalnya: ”saya mendapat nilai
jelek pada ulangan matematika kemarin karena saya tidak pintar berhitung”. Bila
dihadapkan pada peristiwa baik ia akan menganggap bahwa hal itu disebabkan
oleh faktor luar dirinya. Misalnya: tim saya berhasil menang pada pertandingan
tadi malam karena lawan tidak dalam kondisi yang baik”.
Di lain pihak orang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang
disebabkan oleh faktor dalam dirinya. Misalnya: ”kami berhasil menang dalam
pertandingan tadi malam karena kemampuan kami memang lebih baik dari lawan”. Dan
akan menjelaskan suatu hal yang buruk sebagai hal yang disebabkan oleh faktor
eksternal. Misalnya: ”saya mendapat nilai yang jelek dalam ulangan kemarin karena
waktu yang disediakan terlalu sempit.
21
2.1.5 Ciri- ciri Optimisme
Ada beberapa ciri dari optimisme yang diungkapkan oleh para ahli. Martin
E.P. Seligman (1995) mengatakan bahwa orang yang optimis percaya bahwa
kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun
terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan diakibatkan oleh
faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar.
Sementara itu Kerley (2006), mengatakan bahwa ada 12 ciri-ciri orang yang
optimis menurut Alan McGinnis, yaitu :
a. Jarang terkejut oleh kesulitan. Hal ini dikarenakan orang yang optimis berani
menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok.
b. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang optimis berpandangan
bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun masalahnya bisa ditangani
kalau kita memecahkan bagian-bagian dari yang cukup kecil. Mereka
membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan yang bisa ditangani.
c. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depan mereka.
Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar
sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu
menguasai keadaan ini membantu mereka bertahan lebih lama setelah lain-
lainnya menyerah.
d. Memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur. Orang yang menjaga
optimisnya dan merawat antusiasmenya dalam waktu bertahun-tahun adalah
individu yang mengambil tindakan secara sadar dan tidak sadar untuk
melawan entropy (dorongan atau keinginan) pribadi, untuk memastikan
bahwa sistem tidak meninggalkan mereka.
22
e. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya menyela arus
pemikirannya yang negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang
lebih logis, mereka juga berusaha melihat banyak hal sedapat mungkin dari
segi pandangan yang menguntungkan.
f. Meningkatkan kekuatan apresiasi. Yang kita ketahui bahwa dunia ini, dengan
semua kesalahannya adalah dunia besar yang penuh dengan hal-hal baik
untuk dirasakan dan dinikmati.
g. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses. Optimis akan mengubah
pandangannya hanya dengan mengubah penggunaan imajinasinya. Mereka
belajar mengubah kekhawatiran menjadi bayangan yang positif.
h. Selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia. Optimis
berpandangan bahwa dengan perilaku ceria akan lebih merasa optimis.
i. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk
diukur. Optimis tidak peduli berapapun umurnya, individu mempunyai
keyakinan yang sangat kokoh karena apa yang terbaik dari dirinya belum
tercapai.
j. Suka bertukar berita baik. Optimis berpandangan, apa yang kita bicarakan
dengan orang lain mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana hati
kita.
k. Membina cinta dalam kehidupan. Optimis saling mencintai sesama mereka.
Individu mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu memperhatikan
orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan, dan menyentuh banyak arti
kemampuan. Kemampuan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada
diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat yang membantu mereka
memperoleh optimisme.
23
l. Menerima apa yang tidak bisa diubah. Optimis berpandangan orang yang
paling bahagia dan paling sukses adalah yang ringan kaki, yang berhasrat
mempelajari cara baru, yang menyesuaikan diri dengan sistem baru setelah
sistem lama tidak berjalan. Ketika orang lain membuat frustrasi dan mereka
melihat orang-orang ini tidak akan berubah, mereka menerima orang-orang
itu apa adanya dan bersikap santai. Mereka berprinsip “Ubahlah apa yang bisa
anda ubah dan terimalah apa yang tidak bisa anda ubah”.
Robinson dkk (1997), menyatakan individu yang memiliki sikap optimis
jarang menderita depresi dan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam hidup,
memiliki kepercayaan, dapat berubah kearah yang lebih baik, adanya pemikiran dan
kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih, dan selalu berjuang dengan kesadaran
penuh.
Scheier dan Carver (dalam Snyder, 2002) menegaskan bahwa individu yang
optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran yang positif, yakin
akan kelebihan yang dimiliki. Individu yang optimis biasa berkerja keras menghadapi
stress dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa, dan mengakui adanya faktor
keberuntungan dan faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya.
Menurut Seligman (1995), karakteristik orang yang pesimis adalah mereka
cenderung meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menhancurkan
segala yang mereka lakukan dan itu semua adalah kesalahan mereka sendiri.
Sedangkan, orang yang optimis jika berada dalam situasi yang sama, akan berpikir
sebaliknya mengenai ketidakberuntungannya. Mereka cenderung meyakini bahwa
24
kekalahan hanyalah kegagalan yang sementara, dan itu karena terbatas pada satu hal
saja. Orang yang optimis yakin kekalahan bukanlah karena kesalahan mereka :
keadaan, keberuntungan atau orang lain yang menyebabkannya. Orang yang seperti
itu tidak akan merasa terganggu dengan kekalahannya. Mereka menganggap situasi
yang buruk adalah sebagai suatu tantangan dan mereka akan berusaha keras
menghadapinya.
Ketika hal buruk terjadi, biasanya orang akan menyalahkan dirinya sendiri
(internal) atau menyalahkan orang lain (eksternal). Orang-orang yang menyalahkan
dirinya sendiri saat mereka gagal membuat penghargaan pada diri mereka rendah,
mereka pikir mereka tidak berguna, tidak punya kemampuan, dan tidak dicintai.
Orang yang menyalahkan kejadian-kejadian eksternal tidak kehilangan rasa
penghargaan pada dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka.
Secara keseluruhan, mereka lebih banyak suka pada diri mereka sendiri daripada
orang yang menyalahkan diri mereka sendiri menyukai mereka. Gaya optimis juga
menjelaskan kejadian-kejadian baik berlawanan dengan yang digunakan untuk
menjelaskan kejadian-kejadian buruk; lebih bersifat internal daripada eksternal.
Orang-orang yang percaya bahwa mereka menyebabkan kejadian-kejadian baik
cenderung lebih menyukai diri mereka sendiri daripada orang-orang yang percaya
bahwa hal-hal baik tersebut dari orang lain atau keadaan. Hal yang perlu untuk di
ingat juga bahwa orang yang optimis adalah orang yang punya harapan besar dalam
hidupnya. Dengan harapan tersebut ia akan menyongsong hari esok dengan
senyuman. Begitu pula dalam berprestasi kita harus punya rasa optimisme sehingga
akan menjadi keyakinan dalam diri kita bahwa kita mampu dalam berprestasi.
25
Suatu eksperimen (dalam Seligman 1995) juga menunjukan bahwa orang yang
optimis dapat melakukan lebih baik dalam hal sekolah dan kuliah, ditempat kerja
dan di lingkungan pergaulannya. Mereka juga secara teratur dapat melebihi prediksi
aptitude test. Gaya penjelasan orang yang optimis dapat mengehentikan keputusaan,
dimana gaya penjelasan orang pesimis justru menyebarkan rasa keputusasaan.
Orang yang depresi secara kontras melihat kesuksesannya disebabkan oleh faktor
yang sama dengan kegagalannya.
Teori gaya penjelasan untuk sukses mengatakan bahwa untuk memilih orang-
orang yang akan berhasil dalam suatu pekerjaan yang menantang, berdasarkan tiga
faktor berikut ; bakat, motivasi, dan optimisme. Ketiga faktor ini yang menentukan
kesuksesan seseorang.
Seligman (1995) mengatakan bahwa gaya penjelasan optimis tidak
mempengaruhi apa yang dikatakan orang lain tentang kemungkinan yang terjadi tapi
apa yang dikatakan pada dirinya sendiri saat kemungkinan itu berkata tidak. Ia juga
berkata kepada Creedon orang yang pesimis akan mengatakan pada dirinya sendiri
tentang hal-hal yang bersifat permanent, perpasif, dan personal, seperti “Aku tidak
hebat”. Dan sebaliknya orang yang optimis akan berbicara pada dirinya sendiri
dengan cara yang membangun, tidak mudah menyerah, bersifat permanensi (Orang-
orang yang melawan ketidakberdayaan percaya bahwa penyebab-penyebab dari
banyak kejadian buruk hanya bersifat sementara). Gaya penjelasan orang yang
optimis untuk kejadian-kejadian yang baik bertentangan dengan gaya penjelasan
optimis untuk kejadian-kejadian buruk. Orang optimis percaya bahwa kejadian-
kejadian buruk memiliki penyebab-penyebab yang spesifik, sedangkan kejadian-
kejadian baik akan memperbaiki segala sesuatu yang dikerjakannya; orang pesimis
26
percaya bahwa kejadian-kejadian buruk memiliki penyebab-penyebab yang universal
dan kejadian-kejadian baik disebabkan oleh faktor-faktor yang spesifik.
Dalam buku Seligman ”The Optimistic Child” (1995) anak yang optimis dan
pesimis memiliki respon yang berbeda dalam menyikapi kejadiaan baik di hidupnya.
Anak yang yakin bahwa pristiwa yang baik bersifat permanen lebih optimis
dibandingkan anak yang yakin bahwa hal tersebut hanya bersifat sementara.
2.1.6 Manfaat optimisme
Dalam banyak penelitian sebelumnya juga mengatakan banyak manfaat
optimis bagi kesehatan fisik dan kesejahteraan psikis. Dalam Jalaludin (1997) tipe
orang yang sehat jiwa (healty-minded-ness) menurut W.Starbuck yang dikemukakan
oleh W.Hosuton Carlk adalah :
b. Optimis dan Gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan
perasaan optimis penuh, perasaan optimis, pahala menurut pandanganya adalah
sebagai hasil jerih payahnya yang dberikan tuhan. Sebaliknya, segalabentuk musibah
dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan
tidak beraggapan sebagai peringatan tuhan terhadap dosa mereka. Meraka yakin
bahwa tuhan bersfat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab.
c. Ekstrovert dan tidak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini
menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang
tergores sebagai eksos agamis tindakannya. Mereka selalu berpandangan keluar dan
27
memulai suasana hatinya lepas dari kungkungan ajaran agama yang terlampau
menggelimat. Mereka senang pada pemudahan dalam melaksanakan ajaran agama.
Sebagai akibatnya mereka kurang senang mendalami ajaran agama. Dosa mereka
anggap sebagai perbuatan mereka yang keliru.
d. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovert mereka cenderung:
1. Menyenangi teologi yang lues dan tidak kaku.
2. Menunjukan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
3. Menekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dan dosa.
4. Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
5. Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
6. bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama
7. Selalu berpandangan positif.
Berkembang secara graduasi. Maksudnya mereka meyakini ajaran agama
melalui proses yang wajar dan tidak melalui proses pendadakan. Menurut Scheier dan
Carver (dalam Snyder, 2002) menyatakan optimisme dapat dipastikan membawa
individu kearah kebaikan kesehatan karena adanya keinginan untuk menjadi orang
yang ingin menghasilkan sesuatu (produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk
berhasil mencapai yang diinginkan.
28
Sementara, Duffy, dkk (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa optimisme
membuat individu mengetahui apa yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan
cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi,
sehingga diri tidak menjadi kosong. Individu yang optimis di ibaratkan seperti gelas
yang penuh, sedangkan individu yang pesimis seperti gelas yang kosong yang tidak
memiliki apa-apa didalamnya. Orang pesimis kurang memiliki kepastian untuk
memandang masa depaan dan selalu hidup didalam ketidakpastian dan merasa hidup
tidak berguna. Menurut Belsky (1999) optimisme membuat individu memiliki energi
tinggi, bekerja keraas untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme
memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap
aktivitas. Dikarenakan, orang yang optimis akan menggunakan semua potensi yang
dimiliki.
Menurut Robinson (1980), optimisme telah memberikan kesuksesan pada
berbagai aspek seperti kesuksesan pada program perawatan pemberhentian
penyalahgunaan alkohol (Strack, Carver, & Blaney, 1987), penyesuaian diri di
perguruan tinggi (Aspinwall & Taylor, 1992), resisten dari depresi postpartum
(Carver & Gaines, 1987).
Sedangkan menurut Myers, 1999 (dalam Ghufron, 2010) optimisme
menunjukan arah dan tujuan hidup yang positif, menyambut datangnya pagi dengan
sukacita, membangkitkan kembali rasa percaya diri kearah yang lebih realistik, dan
menghilangkan rasa takut yang selalu menyertai individu. Pemikiran optimis
menentukan individu dalam menjalani kehidupan, memecahkan masalah, dan
penerimaan terhadap perubahan, baik dalam menghadapi kesuksesan maupun
kesulitan hidup.
29
Dalam Seligman (1995) Creedoon menegaskan proses menyerah, berkata
tidak, berkecil hati akan mudah kecewa. Semisal pada seorang selesman yang
teridentifikasi pesimisme yang dalam quisioner menyerah dengan mudah dan
mengalami depresi berbeda dengan orang yang optimis, ia akan kebal terhadap
permasalahan tersebut di atas dan mereka cenderung akan berhasil dengan suatu
pekerjaan yang lebih menantang.
Selanjutnya Seligman menyatakan pesimisme versus optimisme, individu
yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya permanen, meluas dan pribadi
memiliki gaya penjelasan yang pesimistis, sedangkan individu yang merespon
kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya sementara, eksternal dan terbatas memiliki
gaya-gaya penjelasan yang optimistik. Dalam Stoltz (2000) dari penelitian Seligman
et al, ditemukan bahwa orang-orang optimis lebih unggul dibandingkan orang-orang
yang pesimis dalam hidup maupun bidang-bidang pekerjaan.
Seligman (1995) menyatakan pemikiran positif sering mencoba melibatkan
pernyataan diri yang keras seperti ; ”setiap hari, dimanapun itu saya selalu merasa
lebih baik dari sebelumnya” walaupun tidak seperti fakta yang ada atau malah
kebalikan dari fakta yang ada. Orang yang optimis bertahan dari ketidakberdayaan.
Mereka tidak mudah menjadi depresi ketika mereka mengalami kegagalan, mereka
juga tidak mudah menyerah. Selama hidupnya orang yang optimis akan lebih sedikit
mengalami ketidakberdayaan yang berkepanjangan dibandingkan orang yang pesimis.
Dengan pengalaman ketidakberdayaan yang sedikit, maka akan membentuk sistem
imun yang lebih baik dalam tubuh. Orang-orang yang pesimis mengalami masalah
yang sama. Mereka semakin mudah menjadi pasif ketika masalah menghadang dan
mereka mengambil lebih sedikit tindakan untuk mendapatkan dan mempertahankan
30
dukungan sosial. Hubungan antara kurangnya dukungan sosial dan penyakit menjadi
alasan keempat untuk percaya bahwa gaya memberikan penjelasan yang optimis dapat
menjadi seseorang menjadi sehat.
Seligman (2002) berpendapat bahwa menemukan penyebab permanen dan
universal dari peristiwa baik serta menemukan penyebab temporer dan spesifik untuk
musibah, adalah seni dari harapan. Sedangkan, menemukan penyebab permanen dan
universal dari peristiwa buruk serta penyebab temporer dan spesifik untuk peristiwa
baik adalah perilaku putus asa.
2.1.7 Meningkatkan Optimisme dan Harapan
Menurut Seligman (2002) terdapat sebuah metode yang terdokumentasikan
dengan baik untuk membangun optimisme. Metode ini berupa mengenali pikiran
pesimistis, lalu menentangnya. Kunci untuk menentang pikiran pesimistis adalah
dengan pertama-tama mengenalinya, lalu memperlakukannya seolah-olah pikiran itu
adalah tuduhan orang lain, seorang pesaing yang misi hidupnya adalah membuat kita
sengsara. Terdapat jalan pintas untuk melakukannya yaitu begitu menyadari kita
memiliki sebuah pikiran pesimistis yang tampaknya tak perlu, lawanlah pikiran
tersebut dengan menggunakan model ABCDE. A untuk adversity (kesusahan), B
untuk belief (persangkaan) yang otomatis terbentuk begitu pikiran itu muncul, C
untuk consequence (konsekuensi) yang lazimnya muncul dari persangkaan kita, D
untuk disputation (penentangan) terhadap persangkaan yang lazim kita punyai, dan E
untuk energization (energisasi) yang muncul ketika kita melawannya dengan sukses.
Dengan cara melawan secara efektif persangkaan yang mengikuti suatu kesusahan,
kita bisa mengubah reaksi yang tadinya menyerah dan bersedih menjadi beraktivitas
dan bergembira.
31
2.2. Self Esteem
2.2.1 Pengertian Self Esteem
Menurut Minchinton (1995) self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri.
Merupakan tolak ukur harga diri kita sebagai seorang manusia, berdasarkan pada
kemampuan penerimaan diri dan prilaku sendiri atau tidak. Dapat juga dideskripsikan
sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang
berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem
bukan hanya sekedar aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas
yang merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter dan perilaku.
Dalam hal ini pentingnya self esteem merupakan inti diri kita-dasar dalam diri yang
kita bangun dalam hidup kita. Selama kita tidak hidup sendirian dibumi ini, perasaan
mengenai diri sendiri dapat mempengaruhi bagaimana cara berhubungan dengan
orang lain disekitar kita dan pada setiap aspek dalam hidup kita.
Menurut James, 1980 Self esteem adalah evaluasi terhadap diri sendiri (dalam
Baron, 2003). Menurut Frey dan Carlock (1984), jika penilaian terhadap diri positif,
dimana ia menerima diri atau memiliki penghargaan yang baik terhadap diri, maka
individu tersebut dikatakan memiliki self esteem yang tinggi. Self esteem menunjukan
keputusan yang diambil seseorang apakah ia menilai dirinya secara negatif, positif,
atau netral yang ditempatkan dalam suatu wadah konsep diri.
Lerner dan Spanier, 1980 (dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa harga
diri adalah tingkat penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan
konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya
sendiri secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negatif. Mirels dan
Mcpeek (1980) berpendapat bahwa harga diri sebenarnya memiliki dua pengertian,
32
yaitu pengertian yang berhubungan dengan harga diri akademik dan harga diri non
akademik. Contoh harga diri akademik adalah jika seseorang memiliki harga diri
tinggi karena kesuksesannya dibangku sekolah, tetapi pada saat yang sama ia tidak
merasa berharga karena penampilan fisiknya kurang meyakinkan, misalnya postur
tubuhnya terlalu pendek. Sementara itu, contoh harga diri non-akademik adalah jika
seseorang mungkin memiliki harga diri yang tinggi karena cakap dan sempurna dalam
salah satu cabang olahraga tetapi, pada saat yang sama merasa kurang berharga
karena kegagalannya di bidang pendidikan khususnya berkkaitan dengan kecakapan
verbal.
Menurut Branden (1992) self esteem merupakan kepercayaan diri pada
kemampuan kita dalam menghadapi tantangan hidup, keyakinan akan diri kita
memiliki hak untuk bahagia, perasaan berharga, berjasa, berhak untuk menyatakan
kebutuhan dan keinginan kita, dan menikmati buah dari usaha kita.
Menurut Gecas 1982; Rosenberg 1990; Rosenberg et.al 1995, (dalam Cast &
Burke, 2002) self esteem secara keseluruhan menunjuk kepada evaluasi diri yang
positif. Terdiri atas dua dimensi yaitu kemampuan dan keberhargaan (Gecas 1982;
Gecas & Schwalbe 1983). Dimensi kemampuan ( bermakna berdasar pada self
esteem) menunjuk pada tingkat dimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai
sebagai seseorang yang memiliki kemampuan dan bermakna. Dimensi keberhargaan
diri (berharga berdasar pada self esteem) menunjuk pada tingkat dimana individu
merasa diri mereka sebagai seseorang yang bernilai.
Menurut Ghufron, 2010 harga diri merupakan hasil penilaian yang
dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukan sejauh mana
individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna.
33
Dalam menggambarkan self esteem Frey dan Carlock (1984), secara garis
besar mengatakan bahwa self esteem terdapat dua pengertian yang saling
berkesinambungan tentang self atau diri. Kedua orang ini mengatakan bahwa
komponen self atau diri itu terdiri dari komponen kognisi dari diri mencakup hal-hal
mengenai apa dan siapa dirinya, tentang tujuan dan cita-cita, kepercayaan, moral, dan
nilai yang dianutnya. Sedangkan komponen afeksi dari diri adalah semua yang
termasuk dalam perasaan-perasaan tentang diri sendiri, baik yang positif ataupun yang
negatif. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri itu akan
menimbulkan penilaian terhadap diri sendiri, baik positif maupun negatif. Sikap
apakah mereka menerima atau menolak diri inilah yang menunjukan harga diri
seseorang. Jika penilaian terhadap dirinya positif, dimana ia menerima diri atau
memiliki penghargaan yang baik terhadap diri, maka individu tersebut memiliki self
esteem yang tinggi.
Self esteem adalah suatu konsep penting dan popular, baik dalam ilmu sosial
maupun kehidupan sehari-hari. Branden (2007), menjelaskan bahwa tanpa dibekali
self esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tentangan
hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya. Branden juga
mengatakan bahwa self esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (survival
value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self esteem
mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu
selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat.
Sedikides 1993 (dalam Baron, 2003) menyatakan tiga kemungkinan motif
dalam evaluasi diri. orang dapat mencari self-assesment (untuk memperoleh
pengetahuan yang akurat tentang dirinya sendiri), self-enhancement (untuk
34
mendapatkan informasi positif tentang diri mereka sendiri) atau self-verification
(untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui tentang diri mereka
sendiri. Motif mana yang paling aktif akan tergantung dari budaya dan kepribadian
seseorang, serta situasi yang dihadapinya (Booson & Swann, 1999; Rudich &
Valacher, 1999; Taylor, Neter, & Wayment, 1995). Memiliki self esteem yang tinggi
berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif ini sebagian
berdasarkan opini orang lain dan sebagian lagi berdasarkan dari pengalaman spesifik.
Perbedaan budaya juga mempengaruhi apa yang penting bagi self esteem seseorang.
Sebagai contoh, harmoni dalam hubungan interpersonal merupakan elemen yang
penting dalam budaya kolektivis, sementara harga diri adalah hal yang penting bagi
budaya individualis (Kwan, Bond, & Singelis, 1997).
Menurut Longmore & DeMaris, 1997; Pearlin & Scholer, 1978; Spencer,
Josephs, & Steele, 1993; Thoits, 1994 (Dalam Cast dan Burke, 2002) bahwa
penelitian terhadap self esteem secara umum meneruskan asumsi awal salah satu dari
tiga konsep, dan tiap konsep hampir diperlakukan sebagai konsep yang dapat berdiri
sendiri dari yang lainnya. Konsep-konsep tersebut yakni :
• Pertama, self esteem diselidiki sebagai suatu hasil. Para sarjana
mengambil pendekatan yang memfokuskan self esteem pada proses
yang menghasilkan atau pencegahan, seperti (Coopersmith, 1967;
Harter, 1993; Peterson & Rollins, 1987; Rosenberg, 1989). Self esteem
dipandang sebagai suatu hasil, dasar dari motivasi adalah “tujuan”
yang sesuai dengan makna diri yang memainkan peranan penting
dalam pencapaian prestasi dan tujuan diri. Misalnya James (1950)
menyatakan bahwa self esteem merupakan perbandingan antara
kesuksesan dengan keinginan diri, yang memainkan peranan penting
35
antara penyempurnaan diri dengan tujuan seseorang. Hal ini berkaitan
dengan persepsi diri mengenai kesuksesan, dan standar tujuan
seseorang.
• Kedua, self esteem diselidiki sebagai suatu motif diri, tidak ada
kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam memelihara atau
meningkatkan penilaian positif diri (Kaplan, 1975; Tesser, 1988). Self
esteem sebagai perlindungan diri, ketika seseorang ingin membuktikan
diri mereka, perasaan akan kompetensi dan keberhargaaan akan
meningkat, dengan begitu akan ada gangguan-gangguan emosi negatif
selama proses pembuktian diri ini terjadi. Emosi negatif terebut dapat
berbentuk depresi dan kecemasan (Burke 1991;, 1996 Higgins 1989).
Seseorang harus memiliki sesuatu yang dapat mendukung mereka
ketika periode ini terjadi agar tidak terjadi penumpukan yang
berlebihan. Self esteem dapat menjadi sumber tersebut yang berfungsi
mengatur hubungan sosial individu.
• Terakhir, self esteem diselidiki sebagai penahan (tenaga) diri yang
menyediakan perlindungan diri terhadap pengalaman yang berbahaya
atau menyakitkan. Self esteem sebagai motif diri, motif diri
memberikan suatu standard an petunjuk dalam berprilaku. Self esteem
sebagai motif diri yang menyatakan usaha individu untuk mengatur
atau meningkatkan self esteem mereka pada berbagai tingkatan yang
diinginkan (e.g., Kaplan 1975; Rosenberg 1979; Tesser 1988).
36
2.2.2 Pembentukan Self esteem
Menurut Bradshaw (dalam Ghufron 2010) proses pembentukan Self esteem
telah dimulai sejak bayi merasakan tepukan pertama kali yang diterima orang
mengenai kelahirannya. Darajat (1980) menyebutkan bahwa Self esteem sudah
terbentuk pada masa kanak-kanak sehingga seorang anak sangat perlu mendapatkan
rasa penghargaan dari orang tuanya. Proses selanjutnya, Self esteem dibentuk melalui
perlakuan yang diterima individu dari orang lingkungannya. Seperti dimanja dan
diperhatikan orang tua dan orang lain. Dengan demikian harga diri bukan merupakan
faktor yang bersifat bawaan, melainkan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuknya
sepanjang pengalaman individu.
Mukhlis (dalam Ghufron 2010) mengatakan bahwa pembentukan Self esteem
pada individu dimulai sejak individu mempunyai pengalaman dan interaksi sosial,
yang sebelumnya didahului dengan kemampuan mengadakan persepsi. Olok-olok,
hukuman, perintah, dan larangan yang berlebihan aakan membuat anak merasa tidak
dihargai. Sedangkan, Coopersmith (1967) mengatakan bahwa pola asuh otoriter dan
permisif akan mengakibatkan anak mempunyai harga diri yang rendah. Sementara itu,
pola asuh authoritarian akan membuat anak mempunyai harga diri yang tinggi.
Senada dengan pendapat Klass dan Hodge (1978) yang mengemukakan bahwa Self
Esteem adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang
diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan
penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Pada saat
melakukan evaluasi diri, individu akan melihat dan menyadari konsep-konsep dasar
dirinya yang menyangkut pikiran-pikiran, pendapat, kesadaran mengenai siapa dan
bagaimana dirinya, serta kemampuan membandingkan keadaan diri saat itu dengan
bayangan diri ideal yang berkembang dalam pikirannya. Self esteem yang dimiliki
37
masing-masing individu bervariasi, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Hal ini
berkaitan erat dengan mekanisme pembentukan Self esteem.
Menurut Coopersmith seperti yang dikutip dalam Ghufron (2010) bahwa
pembentukan Self esteem dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keberartian individu
Keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya
mampu, berarti, dan berharga menurut standard an nilai pribadi. Penghargaan
inilah yang dimaksud dengan keberartian diri.
2. Keberhasilan seseorang
Keberhasilan yang berpengaruh terhadap pembentukan harga diri adalah
keberhasilan yang berhubungan dengan kekuatan atau kemampuan individu
dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri maupun orang lain.
3. Kekuatan individu
Kekuatan individu terhadap aturan-aturan, norma, dan ketentuan-ketentuan
yang ada dalam masyarakat. Maka, semakin besar kemampuan individu untuk
dapat dianggap sebaagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi
pula penerimaan masyarakat terhadap individu bersangkutan. Hal ini
mendorong harga diri tinggi.
4. Performasi individu yang sesuai dalam mencapai prestasi yang diharapkan
Apabila individu mengalami kegagalan, maka harga dirinya akan menjadi
rendah. Sebaliknya apabila performansi seseorang sesuai dengan tuntutan dan
harapan, maka akan mendorong pembentukan harga diri yang tinggi.
38
2.2.3 Aspek-Aspek Self Esteem
Menurut Minchinton (1993) Self esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal
saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan prilaku. Minchiton
menjabarkan tiga aspek self esteem, yaitu perasaan mengenai diri sendiri, perasaan
terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.
1.Perasaan mengenai diri sendiri
Seseorang haruslah menerima dirinya secara penuh, apa adanya. Mampu menilai
diri kita sendiri sebagai seorang manusia. Dengan begitu, perasaannya tentang
dirinya sendiri tidak bergantung pada kondisi eksternal. Apapun yang terjadi kita
dapat merasa nyaman dengan diri kita sendiri dan dapat menilai keunikan yang
ada didalam diri kita tanpa menghiraukan karakter atau kemampuan yang kita
punya atau tidak punya.
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menghormati dirinya dan
memiliki keyakinan penuh bahwa diri kita adalah sesosok yang penting, dan
apapun itu jika tidak berlaku bagi orang lain, setidaknya berlaku bagi diri kita
sendiri. Selain itu juga dapat memaklumi dan memaafkan diri sendiri, atas segala
kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ia miliki.
Mereka yang memiliki harga diri yang tinggi juga mampu menghargai nilai
personal mereka sebagai seorang individu, sehingga mereka tidak mudah
terpengaruh oleh pendapat orang lain. Mereka tidak akan merasa lebih baik ketika
mereka dipuji atau merasa buruk ketika mereka di kritisi. Perasaan baik kita
mengenai diri kita sendiri tidak bergantung pada kondisi luar.
Seseorang dengan harga diri tinggi memegang kendali atas emosinya sendiri.
Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan seseorang dengan
39
self esteem rendah, akibatnya suasana hatinya (mood) pun menurun. Setiap kali
seseorang mengatakan sesuatu tentang dirinya, apakah dari pasangan, guru,
pimpinan, orang tua, atau saudara kandung, ia akan menerima komentar tersebut
begitu saja dan membiarkan pikiran orang ‘melumpuhkan’ kehidupannya.
Kemudian, ia pun mulai mempercayai ucapan orang tersebut meskipun jauh di
lubuk hati dan jiwanya, ia tahu itu tidak benar, pada akhirnya ia akan merasa
cemburu, tidak bahagia, dan depresi.
2.Perasaan terhadap Hidup
Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas sebagian hidup
yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self esteem tinggi akan menerima
realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (atau orang
lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya itu terjadi
dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Karena
itu, ia pun akan membangun harapan atau cita-cita secara realistis: sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan
menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk
mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan self esteem tinggi juga tidak
berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan
dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
3.Hubungan dengan Orang Lain
Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua orang
berarti memiliki self esteem yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang, termasuk
dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Karena itu, seseorang
40
dengan self esteem tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang lain
secara lebih bijaksana.
Saat seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ia pun akan
menghormati orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak akan memaksakan
kehendak atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak membutuhkan
penerimaan dari orang tersebut agar ia merasa berharga.
Mereka memiliki pemikiran yang masuk akal, dapat menerima kekurangan
orang lain, berwatak tenang, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Memandang tiap orang secara sama dan dapat
menghormati orang lain tanpa pandang bulu.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Esteem
Ghufron (2010) menyatakan harga diri (Self esteem) dalam perkembangannya
terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah
penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi harga diri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor
internal seperti jenis kelamin, intelegensi, kondisi fisik individu dan faktor eksternal
seperti lingkungan sosial, sekolah, dan keluarga. Beberapa faktor yang mempengaruhi
harga diri antara lain :
1. Faktor jenis kelamin
Menurut Ancok dkk, (1988) wanita selalu merasa harga dirinya lebih
rendah daripada pria seperti perasaan kurang mampu, kepercayaan diri
yang kurang mampu, atau meraasa harus dilindungi. Hal ini mungkin
terjadi kkarena peran orang tua dan harapaan-harapan masyarakat yang
berbeda-beda baik pada pria maupun pada wanita. Pendapat tersebut sama
41
dengan penelitian dari Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa
harga diri wanita lebih rendah daripada harga diri pria.
2. Inteligensi
Intelegensi sebagai gambaran lengkap kapasitas fungsional individu sangat
erat berkaitan dengan prestasi karena pengukuran intelegensi selalu
berdasarkaan kemampuan akademis. Menurut, Coopersmith (1967)
individu dengan harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi akademik
yang tinggi daripada individu dengan harga diri yang rendah. Selanjutnya,
dikatakan individu dengan harga diri yang tinggi memiliki skor intelegensi
yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik, dan selalu berusaha keras.
3. Kondisi Fisik
Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang konsisten antara
daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. individu dengan
kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik.
4. Lingkungan Keluarga
Peran keluarga sangat menentukan bagi perkembangan harga diri anak.
Dalam keluarga, seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang tua
yang mendidik dan membesarkankannya serta sebagai dasar untuk
bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih besar. Keluarga harus
menemukan suatu kondisi dasar untuk mencapai perkembangan harga diri
anak yang baik. Coopersmith (1967) berpendapat bahwa perlakuan adil,
pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan
membuat anak mendapat harga diri yang tinggi. Berkenaan dengan hal
tersebut Savary (1994) sependapat bahwa keluarga berperan dalam
42
menentukan perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering
memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak
merasa tidak berharga.
5. Lingkungan Sosial
Klass dan Hodge (1978) berpendapat bahwa pembentukan harga diri
dimulai d ari seseorang yang menyadari dirinya berharga atau tidak. Hal
ini merupakan hasil dari proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan
perlakuan orang lain kepadanya. Sementara menurut Coopersmith (1967)
ada beberapa ubahan dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui
konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri.
kesuksesan tersebut dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan,
kesuksesan dalam bidang tertentu, kompetisi dan nilai kebaikan.
Selanjutnya, Branden (1981) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri dalam lingkungan pekerjaan adalah sejumlah
dimensi pekerjaan seperti kepuasan kerja, penghasilan, penghargaan orang
lain, dan kenaikan jabatan atau pangkat.
2.2.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri (Self Esteem) yang dimiliki
Minchinton (1993) menjelaskan sekurang-kurangnya terdapat beberapa
karakteristik individu ditinjau dari tinggi rendahnya atau positif negatifnya self
esteem, yaitu:
a. Karakteristik individu dengan self esteem tinggi
1) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, ia akan memiliki
ciri-ciri seperti: dapat menerima dan mengapresiasikan dirinya
sendiri dalam kondisi apapun, merasa nyaman dengan keadaan
43
dirinya, berprasangka baik terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi
orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri serta memiliki kontrol
emosi yang baik dan terbebas dari perasaan yang tidak
menyenangkan, kemarahan, ketakutan, kesedihan dan rasa bersalah.
2) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi memiliki suatu
keyakinan bahwa ia memiliki rasa bertanggung jawab dan merasa
mampu mengontrol setiap bagian kehidupannya.
3) Tingginya self esteem dapat terlihat dari bagaimana cara seseorang
dalam bentuk rasa penghormatan, toleransi, kerja sama dan saling
memiliki antara satu dengan yang lain.
4) Seseorang dengan self esteem yang tinggi dapat merancang,
merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan
atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal.
b. Karakteristik individu dengan self esteem yang rendah
1) Seseorang dengan self esteem yang rendah meyakini bahwa dirinya
memiliki kemampuan instrinsik yang kecil, meragukan kemampuan
dirinya, merasa bahwa keberhasilan yang diperolehnya merupakan
sebuah prestasinya, selalu takut untuk mencoba segala sesuatu dan
memiliki kontrol emosi yang buruk, merasa tidak bahagia, tertekan
serta merasa bahwa dirinya tidak berarti atau sia-sia.
2) Seseorang dengan self esteem yang rendah merasa bahwa kehidupan
ini berada di luar kontrol dan tanggung jawab dirinya dan berjalan
begitu saja, terkadang merasa lemah dan merasa di bawah kontrol
atau kendali orang lain.
44
3) Seseorang yang memiliki self esteem yang rendah tidak dapat
merasakan arti pentingnya hubungan interpersonal, bersikap tidak
toleran, kurang dapat bekerja sama, dan kurang rasa memiliki antara
satu sama lainnya.
4) Seseorang dengan self esteem yang rendah juga kurang dapat
merancang, merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang
diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal.
Menurut Minchinton (1995) Individu dengan self esteem yang tinggi akan
lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka, karena mereka dapat
mengekspresikan diri dengan baik dalam lingkungan dimana mereka berada. Lain
halnya dengan individu yang memiliki self esteem rendah, mereka dikatakan kurang
dapat mengekspresikan diri dengan baik dan sangat tergantung dengan lingkungan
mereka. Kebanyakan dari mereka merasa takut akan mengalami kegagalan dalam
mengadakan hubungan sosial dengan orang lain dalam lingkungan mereka karenanya
secara pasif selalu mengikuti apa yang ada dalam lingkungan.
Leary, Schreindorfer, & Haupu, 1995 (dalam Baron, 2003) memiliki self
esteem yang tinggi berarti seseorang menyukai dirinya. Dalam banyak hal, self esteem
yang tinggi memiliki akibat yang positif pula, sebaliknya self esteem yang rendah
memiliki pengaruh negatif dalam diri, misalnya, evaluasi diri negatif menyebabkan
kurangnya kemampuan sosial seseorang (Olmsted et al., 1991), rasa kesepian
(McWhirter, 1997), depresi (Jex, Cvetanovski, & Allen, 1994), dan prestasi yang
buruk yang diikuti dengan kegagalan (Tafordi & Vu, 1997). Dalam Byrne 2003, siswa
yang dengan tidak realistik positif dengan kemampuan mereka, memperoleh nilai
lebih tinggi dibanding siswa yang realistik atau tidak realistik negatif.
45
Menurut Dodgson & Wood, 1998 (dalam Baron, 2003) mereka dengan self
esteem yang tinggi dapat mengingat kejadian yang menyenangkan lebih akurat yang
nantinya dapat membantu mereka dalam menghasilkan evaluasi diri positif.
Sebaliknya mereka dengan self esteem yang rendah mengingat kejadian yang tidak
menyenangkan lebih akurat, dengan begitu akan menghasilkan evaluasi diri negatif
pula (Story, 1998). Dalam hal yang sama, mereka dengan self esteem yang rendah
akan fokus pada kelemahan mereka ketika merekan mengalami kegagalan, sedangkan
mereka dengan self esteem yang tinggi akan fokus pada kekuatan mereka ketika
mengalami kegagalan.
Branden, (1987) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki harga diri tinggi yaitu :
1. Mampu menanggulangi kesengsaraan dan kemalangan hidup, lebih tabah
dan ulet, lebih mampu melawan suatu kekalahan, kegagalan, dan
keputuasaan.
2. Cenderung lebih berambisi
3. Memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif dalam pekerjaan dan sebagai
sarana untuk menjadi lebih berhasil
4. Memiliki kemungkinan lebih dalam dan besar dalam membina hubungan
interpersonal (tampak) dan tampak gembira dalam menghadapi realitas.
Berne dan Savary (1994) menyebutkan bahwa orang yang memiliki harga diri
yang sehat adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan segala
keterbatasannya, merasa tidak malu atas keterbatasan yang dimiliki, memandang
keterbatasan sebagai suatu realitas, dan menjadikan keterbatasan itu sebagai tantangan
untuk berkembang. Ia juga menyebutkan bahwa harga diri yang sehat adalah
kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang
46
yang memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam
hubungannya dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri, memiliki
gambaran negatif pada diri, sedikit mengenal dirinya sehingga menghalangi
kemampuan untuk menjalin hubungan, merasa tidak terancam, dan berhasil. Rasa
rendah diri dan gambaran diri yang negative tercermin pada orang-orang yang rendah
kemampuan sendiri.
Frey dan Carlock (1984) mengemukakan bahwa individu dengan harga diri
yang tinggi mempunyai ciri-ciri diantaranya mampu menghargai dan menghormati
dirinya sendiri, cenderung tidak menjadi perfect, mengenali keterbatasannya, dan
berharap untuk tumbuh. Sebaliknya, individu yang memiliki harga diri rendah
mempunyai ciri-ciri cenderung menolak dirinya dan cenderung tidak puas.
Menurut Ghufron (2010) bahwa harga diri dapat menimbulkan dampak pada
diri seseorang dan lingkungannya. Individu dengaan harga diri yang tinggi cenderung
membawa dampak yang positif. Tidak saja untuk dirinya, tetapi juga orang lain yang
ada di lingkungannya. Sementara, individu dengan harga diri yang rendah cenderung
menimbulkan dampak kurang menguntungkan bagi perkembangan potensinya.
2.4. Kerangka Berpikir
Optimisme adalah keyakinan bahwa harapan mengenai sesuatu yang baik pasti
akan terjadi. Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan memberi
penghargaan atas dirinya sendiri. Pada mahasiswa yang dinilai telah memiliki
kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan mengenai kesuksesan karir
masa depan diharapkan memiliki self esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi
optimisme seseorang dalam meraih kesuksesan karir masa depan. Karena optimisme
47
dianggap sebagai kunci utama dalam memotivasi untuk mengembangkan tujuan dan
harapan karir masa depan.
Dari beberapa penelitian yang telah ada orang yang self esteem-nya rendah
adalah orang yang pesimis dan cenderung ragu-ragu terhadap karir masa depannya.
Sebaliknya pada mereka yang memiliki self esteem yang tinggi adalah mereka yang
optimis terhadap kesuksesan karir masa depannya. Dalam Seligman (2008), Pada
tahun 1990, badan pembuat undang-undang di California mensponsori agar
penghargaan diri (self esteem) diajarkan disekolah-sekolah dengan tujuan menjadi
“vaksin” untuk melawan penyakit-penyakit sosial seperti kecanduan obat terlarang,
keinginan bunuh diri, menggunakan kekayaan, kehamilan pada remaja, serta depresi
(menurut kajian Menuju Negara yang Bermartabat, 1990), dan melihat beberapa
bukti bahwa anak-anak muda yang penghargaan dirinya tinggi menyebabkan tingkat
keberhasilan akademisnya lebih baik, semakin populer, rendahnya kehamilan pada
remaja, rendahnya ketergantungan pada kesejahteraan, seperti yang dilaporkan oleh
berita di California.
Seperti yang dinyatakan dalam teori Seligman (2008), bahwa teori gaya
penjelasan untuk sukses mengatakan bahwa untuk memilih orang-orang yang akan
berhasil dalam suatu pekerjaan yang menantang, seseorang harus memilihnya
berdasarkan tiga faktor berikut ; bakat, motivasi, dan optimisme, ketiga faktor inilah
yang menentukan kesuksesan. Maka seorang mahasiswa yang menginginkan
kesuksesan dibidang karirnya kelak harus memiliki optimisme dalam dirinya, bahwa
ia mampu dan memiliki kualitas yang layak untuk sukses di bidang karirnya. Hal itu
juga menunjukkan bahwa optimis merupakan bagian aspek diri manusia yang penting
bagi seseorang dalam menjalani kehidupan.
48
Dikatakan juga oleh Seligman (2008) bahwa optimisme menyebabkan
seseorang menilai lebih baik dan pesimisme membuat seseorang menilai lebih buruk.
Menilai dengan baik membuat seseorang menjadi optimis dan menilai dengan buruk
membuat orang menjadi pesimis. Berdasarkan teori dari Seligman tersebut disini
penulis berasumsi bahwa hal tersebut menjelaskan bagaimana seseorang yang
menilai dirinya dengan baik atau positif akan membuatnya menjadi optimis.
Kemampuan dalam menilai diri ini adalah bagaimana seseorang memberi
penghargaan atas dirinya sendiri, apakah evaluasi terhadap diri dinilai sebagai sesuatu
yang positif atau negatif yang nantinya dapat membuatnya menjadi optimis atau
malah sebaliknya pesimis. Sedangkan seseorang yang dapat menilai dirinya secara
positif diasumsikan memiliki pemikiran yang lebih optimis dibandingkan seseorang
yang menilai dirinya secara negatif. Asumsi penulis tersebut dapat digambarkan
melalui bagan di bawah ini :
Optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa yang rendah
Optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa yang tinggi
Self Esteem
Rendah
Tinggi
2.4. Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan optimisme
meraih kesuksesan karir masa depan.
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara hubungan self esteem dengan
optimisme meraih kesuksesan karir masa depan.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan
data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan
hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode penelitian ini adalah penelitian
korelatif. Karena bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan antara self esteem
dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa.
Menurut Sevilla (1993) penelitian korelasi dirancang untuk menentukan
tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Melalui
penelitian tersebut dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel
dalam hubungan dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Pengukuran
korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan. Penelitian korelasi
tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertalian maka akan
merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang kita
selidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan shahih.
3.2. Variabel-variabel Penelitian
3.2.1 Definisi Variable
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, menurut Kerlinger
(2000), variable adalah symbol atau lambang yang padanya kita letakkan bilangan
atau nilai.
50
Variabel dibagi atas dua macam, yaitu variable bebas (independent variable)
dan variable terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua
variabel tersebut adalah:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dependent variable dalam penelitian ini adalah Optimisme.
• Definisi Konseptual dari optimisme
adalah menurut Seligman (1995), keadaan selalu berpengharapan baik.
Bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada dirinya
sendiri. Tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu. Dasar dari
optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu
masalah.
Optimis adalah adalah keyakinan dan kepercayaan individu terhadap
terwujudnya harapan akan sesuatu yang baik terjadi di masa depan.
Optimisme adalah cara seseorang memandang positif akan segala hal yang
terjadi pada dirinya.
Definisi operasional dari optimisme
Optimis adalah sikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat positif kepada
dirinya sendiri yang diukur menggunakan skor yang diperoleh dari
pengukuran terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam optimis, dengan
menggunakan skala optimisme. Adapun aspek-aspek dalam optimis adalah ;
permanence, pervasiveness, dan personalization.
Dimensi permanence terdiri dari dua hal yakni permanent dan
temporary, dimana permanent yaitu percaya bahwa penyebab-penyebab yang
baik bersifat menetap dan temporary percaya penyebab-penyebab buruk
51
bersifat sementara. Dimensi pervasiveness terdiri dari dua hal yaitu specific
dan universal, dimana specific adalah memberikan penjelasan yang spesifik
ketika menghadapi peristiwa buruk dan dapat menciptakan ketidakberdayaan
hanya pada daerah yang tertimpa masalah saja.
Sedangkan universal adalah memberikan penjelasan yang umum
dalam menghadapi suatu peristiwa baik dan menciptakan ketidakberdayaan
pada berbagai situasi. Dimensi yang terakhir personalization yang juga terdiri
dari dua hal yaitu internal dan eksternal. Internal adalah meyakini suatu
peristiwa disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan eksternal yang meyakini
suatu peristiwa disebabkan oleh faktor dari luar diri
Cara mengukur dependen variabel yaitu: subjek diberikan pernyataan
seputar optimisme dalam meraih kesuksesan karir masa depan. Seperti,
keyakinan mereka dalam mencapai kesuksesan, apakah mereka memiliki visi
dan misi untuk masa depan, apakah mereka telah melakukan tindakan konkret
dari tujuan mereka dsb. Kemudian subjek memberi ceklis pada pernyataan
yang telah tersedia.
Variabel Bebas (Independent Variable)
Independent Variable dalam penelitian ini adalah Self Esteem
Definisi konseptual dari self esteem
Menurut Minchinton (1995) self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri.
Merupakan tolak ukur harga diri kita sebagai seorang manusia, berdasarkan
pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri atau tidak. Dapat juga
dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan
52
mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri
kita sebenarnya.
Definisi operasional dari self esteem
Adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara positif maupun
negatif, keyakinan individu mengenai dirinya berguna atau tidak dalam
kehidupannya. Evaluasi ini mencakup hal-hal mengenai perasaan terhadap diri
sendiri, perasaan terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain.
Perasaan terhadap diri sendiri adalah mengenai penerimaan dirinya
secara penuh dan tanpa syarat dan menghargai dirinya sendiri sebagai seorang
manusia yang utuh, menghormati dirinya sendiri dengan meyakini bahwa
dirinya adalah seorang yang penting dan berharga dan mampu memafkan
segala kekurangan dirinya, tidak mudah terpengaruh pendapat ekstenal
mengenai dirinya karena ia menghargai dirinya sebagai seseorang yang
bernilai, serta mampu mengontrol emosinya sendiri.
Perasaan terhadap hidup adalah mengenai mereka mampu menerima
tanggung jawab dan mengontrol atas sebagian hidup yang dijalaninya dengan
cara mampu menerima kenyataan tanpa menyalahkan orang lain atas masalah
yang dialaminya dan dapat mempertanggungjawabkan segala yang kita
lakukan yang terjadi atas pilihan kita sendiri, kemudian menjalani hidup tanpa
dikendalikan oleh lingkungan atau bahkan mencoba mengendalikan
lingkungan tetapi mampu mengendallikan diri sendiri dan menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan.
Hubungan dengan orang lain adalah mengenai mampu bertoleransi dan
menghormati setiap orang, dengan cara meyakini bahwa mereka memiliki hak
yang sama seperti yang diharapkan pada diri sendiri yaitu merasa nyaman
53
dengan diri sendiri tanpa memaksakan kehendak pada orang lain dan dapat
menghargai hak orang lain dengan pilihannya, memandang orang lain secara
sama tanpa membeda-bedakan dan memiliki toleransi terhadap orang lain.
Dimana ke semua aspek tersebut diukur berdasarkan skor skala self esteem.
3.3. Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi dan Sampel
Kerlinger (dalam Sevilla, 1993) menyatakan bahwa populasi sebagai keseluruhan
anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Gay (1976)
mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester tujuah ke atas. Jumlah populasi mahasiswa
fakultas psikologi dari angkatan tahun 2001 hingga 2006 sendiri kurang lebih
mencapai 514 mahasiswa, yang terdiri dari :
a. Angkatan 2001 sebanyak 69 mahasiswa
b. Angkatan 2002 sebanyak 83 mahasiswa
c. Angkatan 2003 sebanyak 48 mahasiswa
d. Angkatan 2004 sebanyak 59 mahasiswa
e. Angkatan 2005 sebanyak 89 mahasiswa
f. Angkatan 2006 sebanyak 166 mahasiswa
Sumber : Akademik fakultas psikologi UIN Jakarta 2010.
Dalam Sevilla (1993) Sampel adalah sekelompok kecil yang kita amati.
Menurut Ferguson (1976) sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang
ditarik dari populasi, atau porsi dari suatu populasi. Seperti yang dikatakan Sevilla
pengambilan sampel penelitian (sampling) tidak dapat dihindari untuk
54
mempertimbangkan waktu, biaya, dan tenaga, sehingga tidak melakukan studi pada
semua anggota populasi. Akan tetapi sepanjang sampel yang digunakan porsinya
cukup mewakili populasi, maka dapat menggeneralisasikannya dan yakin bahwa
generalisasi yang diambil dapat menggambarkan populasi, sehingga penemuan dan
kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah atau valid.
Dalam Sevilla (1993) untuk menentukan ukuran sampel pada populasi,
penelitian ini mengacu pada rumus Slovin (1960) dengan batas kesalahan 10% dari
populasi yang berjumlah 514 mahasiswa maka ukuran sampel yang diperoleh adalah
83. Gay (1976) menetapkan ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan tipe penelitian, dimana pada peneltian korelasi jumlah sampel minimal
yang dibutuhkan adalah 30 subyek. Sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 100 orang dari jumlah populasi sebesar 514 mahasiswa.
Karena itu peneliti menganggap sampel yang digunakan telah cukup mewakili
populasi yang ada.
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan non random sampling yaitu menggunakan Accidental sampling dimana
tidak semua anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian. Dalam Kerlinger (1973) sampling accidental adalah menggunakan sampel
apa saja yang telah tersedia, misalnya seperti dalam penelitian ini peneliti
memperoleh sampel mahasiswa yang berada di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa semester atas
Fakultas Psikologi yang telah mendapatkan mata kuliah peminatan, sehinggga
dianggap memiliki orientasi karir yang lebih jelas mengenai kesuksesan dibidang
55
karir tersebut. Berhubung penelitian ini dilakukan secara non probability sampling,
maka tidak semua individu pada Fakultas Psikologi terpilih menjadi sampel dalam
penelitian ini. Atas dasar itulah dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
dengan cara mengambil sampel seketemunya yang tentunya sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan dengan ciri-ciri tertentu. Pertimbangan lain dari
peneliti untuk menggunakan teknik accidental karena dalam sampel yang dibutuhkan
pada penelitian ini memerlukan ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian, dan juga
karena penelitian ini dilaksanakan ketika liburan semester, sehingga peneliti merasa
kesulitan dalam mendapatkan sampel yang sesuai. Adapun karakteristik sampel dalam
penelitian ini adalah :
• Mahasiswa semester 7 ke atas, yaitu mahasiswa angkatan 2001 hingga 2006
yang pernah mendapatkan mata kuliah peminatan di bidang psikologi karena
dianggap telah memiliki pandangan yang lebih jelas mengenai kesuksesan
pada bidang karir yang ditekuninya.
• Berusia antara 20 hingga 25 tahun.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat
pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari
responden. Skala yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. Dengan item
pernyataan yang mendukung indikator (Favorable), dan pernyataan yang tidak
mendukung indikator (Unfavorable). Dalam merespon item tersebut subjek diminta
untuk memilih jawaban yang paling mewakili dirinya, dengan cara memilih sistem
kategori yang merentang dari “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”. Penskoran
56
untuk pernyataan positif dilakukan dengan memberi skor tertinggi pada pilihan
“sangat setuju” yakni 4 dan terendah pada pilihan “sangat tidak setuju” yakni 1.
Sebaliknya, untuk pernyataan negatif pemberian skor tertingggi pada pilihan “sangat
tidak setuju” yakni 4, dan terendah pada pilihan “sangat setuju” yakni 1.
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima
kasih peneliti.
b) Bagian inti, berisi dua alat ukur yakni alat ukur optimisme yang meliputi
tiga dimensi yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization; alat
ukur self esteem yaitu perasaan tentang diri sendiri, perasaan terhadap
hidup, dan hubungan dengan orang lain.
c) Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia,
jenis kelamin, dan semester untuk melengkapi data penelitian. Data
kontrol ini berisi pernyataan terbuka.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen data adalah alat atau fasilitas yang di gunakan dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik . Variasi
jenis instrument adalah angket, check-list atau daftar centrang, pedoman wawancara,
pedoman pengamatan (Arikunto 2006). Dalam penelitian ini, instrumen data yang
digunakan adalah angket yang terdiri dari pernyataan-pernyataan atau skala. Skala
yang akan dipergunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu skala Self Esteem dan
skala Optimisme dalam meraih kesuksesan karir.
57
3.5 Uji Instrument Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen self esteem
dan optimisme dalam menghadapi kesuksesan karir masa depan yang terdiri dari 172
item. Uji instrumen diberikan kepada 65 sampel dimana 15 orang mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah jakarta dan 50 orang
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Adapun tujuan dari pelaksanaan
uji instrumen ini dilakukan dengan maksud :
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam
menyelesaikan pengisian instrumen
2. mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item yang
diberikan
3. mengetahui validitas instrumen dimana skor tiap item dikorelasikan dengan
skor total
4. mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat reliabilitas skala tersebut
Setelah dilakukan uji instrumen penelitian pada tanggal 8 Agustus 2010, maka
dilakukan tes validitas dan reliabelitas pada kedua skala yang digunakan. Adapun
metode yang digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitas pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya. Untuk
menguji validitas item dilakukan dengan menilai kevalidan masing-masing butir
pernyataan dengan melihat dari nilai Corrected Item Total Correlation. Validitas
58
berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat variable yang diteliti
(Sevilla, 2006). Untuk menguji validitas skala, penulis menggunakan rumus product
moment Pearson, dengan menggunakan r sebesar 0,3 pada taraf signifikasi.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang
ditunjukan oleh instrument pengukuran (Sevilla, 2006). Untuk melihat reliabilitas
masing-masing item pada setiap butir maka peneliti melihat reliabilitas tersebut
dengan menggunakan Alpha Cronbanch. Hasil perhitungan tersebut kemudian
dibandingkan dengan kriteria reliabilitas, dalam penelitian ini penulis mengacu pada
kaidah reliabilitas yang disusun oleh Guilford (dalam Kuncono, 2000) sebagai berikut
:
Tabel 3.1
Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel >0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel <0,2
Pada skala self esteem diperoleh hasil koefisien reliabilitasnya sebesar 0,917
yang berarti menempati kriteria yang sangat reliabel. Sedangkan pada skala
optimisme terhadap kesuksesan karir masa depan diperoleh hasil koefisien reliabelitas
59
sebesar 0,837 yang berarti menempati kriteria reliabel. Sebagaimana dalam Azwar
(2005) semakin tinggi koefisien reliabelitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi
tingkat reliabelitasnya. Peneliti juga melakukan uji reabilitas kembali setelah
melakukan penyisihan item pada skala penelitian dan diperoleh angka reliabilitasnya
yakni sebesar 0,919 pada skala optimisme dan yang dalam hal ini masih menempati
kriteria sangat reliabel dan 0,912 pada skala self esteem yang juga menempati kriteria
sangat reliabel.
A. Optimisme Meraih Kesuksesan Karir Mahasiswa
Sedangkan untuk pengukuran optimisme akan menggunakan skala yang di
susun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari optimisme yaitu
permanence, pervasiveness, dan personalization. Beberapa item dari optimisme
diadaptasi dari buku Seligman, Learned Optimism.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Karir Masa Depan
(try out)
No Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1 Permanent :
a. permanence
b. temporary
Percaya penyebab
baik bersifat
menetap
Percaya penyebab
buruk bersifat
sementara
14*, 28, 51*^,
54*, 55*, 56*^
57, 58, 59*,
61*, 69*
15*, 60*, 63,
66*^, 67*, 72*^
16*, 29, 64, 65
12
9
2 Pervasiveness :
a. universal
- Memberikan
1, 3*, 4*, 31*,
6*, 8, 23, 40,
12
60
b. spesifik
penjelasan yang
umum dalam
menghadapi suatu
peristiwa yang
baik
- Menciptakan
ketidakberdayaan
pada berbagai
situasi
- Memberikan
penjelasan yang
spesifik ketika
menghadapi suatu
peristiwa buruk.
- Menciptakan
ketidakberdayaan
pada daerah yang
tertimpa masalah
saja
36*^, 62*^
5, 7, 22, 41, 42
2*, 20, 32,
35*, 45
19*, 26*, 33*,
38*^, 47
68*, 77
21, 43, 44, 80
24, 37*, 39*,
46*, 74*
18*, 25*, 79*^,
70, 71*
9
10
10
3 Personalization :
a. internal
b. eksternal
Meyakini suatu
peristiwa
disebabkan oleh
faktor dalam diri
Meyakini
kejadian/peristiw
a disebabkan oleh
faktor dari luar.
9*, 10, 17,
30*, 48*
12, 49, 52, 75,
76
11*, 13*^, 34*,
73*
27, 50, 53*, 78*
9
9
Jumlah 80
* = item yang valid
^ = perampingan item sehingga beberapa item valid tidak dipakai pada penelitian
61
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 80 item
diperoleh data sebanyak 36 item yang tidak valid dan 44 item yang valid dengan
jumlah N sebanyak 65 sampel. Peneliti juga melakukan penyisihan item dengan
perampingan item yang valid sebanyak 7 item dengan tujuan memudahkan penelitian,
maka diperoleh item-item sebagai berikut yang akan digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Optimisme dalam Meraih Kesuksesan Karir Masa Depan
(penelitian)
No Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1 Permanent :
a. permanence
b. temporary
Percaya penyebab
baik bersifat
menetap
Percaya penyebab
buruk bersifat
sementara
14, 54, 55
59, 61, 69
15, 60, 67
16
6
4
2 Pervasiveness :
a. universal
b. spesifik
- Memberikan
penjelasan yang
umum dalam
menghadapi suatu
peristiwa yang
baik
- Menciptakan
ketidakberdayaan
pada berbagai
situasi
- Memberikan
penjelasan yang
3, 4, 31, 36, 62
-
2, 35
6, 68
-
37, 39, 46, 74
7
-
6
62
spesifik ketika
menghadapi suatu
peristiwa buruk.
- Menciptakan
ketidakberdayaan
pada daerah yang
tertimpa masalah
saja
19, 26, 33
18, 25, 71
6
3 Personalization :
B. internal
B. eksternal
Meyakini suatu
peristiwa
disebabkan oleh
faktor dalam diri
Meyakini
kejadian/peristiw
a disebabkan oleh
faktor dari luar.
9, 30, 48
-
11, 34, 73
53, 78
6
2
Jumlah 37
B. Self Esteem
Skala self esteem disusun dan dikembangkan oleh penulis berdasarkan teori dari
Minchinton yang meliputi tiga faktor yakni : perasaan mengenai diri sendiri, perasaan
terhadap hidup dan hubungan dengan orang lain. Beberapa item Self esteem
diadaptasi dari buku Minchinton Maximum Self esteem dan Marilyn J Sorensen Phd
clinical (2005).
Tabel 3.4
Blue Print Skala Self Esteem (try out)
No Dimensi Indikator Favorabel Unvaforabel Jumlah
1 Perasaan
mengenai
a. menerima diri
sendiri
1*, 5, 6*,
8*^, 53*,
3, 11*, 20*,
44*^, 62*
11
63
diri sendiri
b. menghormati
diri sendiri
dengan
memaafkan
kekurangan
diri
c. menghargai
diri dengan
tidak
terpengaruh
pihak eksternal
d. mengendalikan
emosi sendiri
89*
2*^, 10,
15*^,
21*, 24,
63, 65*^
4, 13, 17,
23, 25*,
55, 66*
18*, 19,
32, 45*,
67*, 79,
82*^
12*, 14*,
16*, 22, 43,
54
50*, 57*,
64, 69, 90*,
91, 42, 68
9*, 56*, 80,
92*
13
13
12
2 Perasaan
terhadap
hidup
a. menerima
kenyataan
b. memegang
kendali atas
hidupnya
sendiri
33*, 41*,
58*^,
59*,
78*^, 83,
85*^
30, 39,
51, 72,
76, 81*,
87*
31, 47, 49*,
52*, 86, 88*
26*, 34*,
60*, 77*^,
84*^
13
12
3 Hubungan
dengan
orang lain
a. menghargai
orang lain
b. toleransi
terhadap orang
lain
7, 27*,
48*, 69,
71
36*, 40,
51, 61,
73*, 75
29*, 37,
46*, 74*
28*, 35*,
38, 70*
9
10
Jumlah 92
64
* = item yang valid
^ = perampingan item sehingga beberapa item valid tidak dipakai pada penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.00 dari jumlah item sebanyak 92 item
diperoleh data sebanyak 37 item yang tidak valid dan 55 item yang valid dengan
jumlah N sebanyak 65 sampel. Peneliti juga melakukan penyisihan item dengan
perampingan item yang valid sebanyak 11 item dengan tujuan memudahkan
penelitian, maka diperoleh item-item sebagai berikut yang akan digunakan dalam
penelitian.
Tabel 3.5
Tabel Skala Self Esteem (Penelitian)
No Dimensi Indikator Favorabel Unvaforabel Jumlah
1 Perasaan
mengenai
diri sendiri
a. menerima diri
sendiri
b. menghormati
diri sendiri
dengan
memaafkan
kekurangan
diri
c. menghargai
diri dengan
tidak
terpengaruh
pihak eksternal
d. mengendalikan
emosi sendiri
1,6, 89
2, 21, 65
25, 66
18, 67, 45
11, 20, 62
12, 14, 16,
50, 57, 90
9, 56, 92
6
6
5
6
65
2 Perasaan
terhadap
hidup
a. menerima
kenyataan
b. memegang
kendali atas
hidupnya
sendiri
33, 41, 59
81,87
31, 47, 86
26, 34, 60
6
5
3 Hubungan
dengan
orang lain
a. menghargai
orang lain
b. toleransi
terhadap orang
lain
27, 48,
36, 73
29, 46, 74
28, 35, 70
5
5
Jumlah 44
3.6. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap yaitu :
a) Persiapan Penelitian
1. perumusan masalah
2. menentukan variabel penelitian
3. melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaaran dan landasan
teoritis yang tepat
4. menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunaakan
dalam penelitian ini yaitu skala self esteem dan skala optimisme
kesuksesan masa depan
5. menentukan lokasi penelitian
66
6. melakukan uji coba try out
b) Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2010.
Tahap pengambilan data
1. menentukan sampel penelitian
2. memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian
dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi
kuesioner penelitiaan
3. melaksanakan pengambilan data dengan
memberikan kuesioner yang telah disiapkan kepada
subjek penelitian
c) Pengolahan Data
1. Penulis memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala
yang telah diisi oleh responden
2. Menginput data yang diperoleh dan menghitung data tersebut dengan
metode yang telah ditentukan
3. kemudian melakukan analisa data dengan metode statistika melalui
program SPSS.
d) Tahap pembahasan
1. Menginterpretasikan dan membahas hasil statistik berdasarkan teori.
67
2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas
berdasarkan data dan teori yang ada.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisa data diarahkan untuk mencari korelasi. Pada penelitian ini digunakan
Koefisien Korelasi Pearson Product Moment sebagai analisa data yaitu
kelompok sampel yang mencari korelasi dari dua variabel. Adapun rumus
korelasi (r) adalah:
r = n ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)
√ {n ∑ X² - (∑ X) ²}{n ∑ Y² - (∑ Y) ²}
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi Pearson,
X = Variabel bebas,
Y = Variabel Terikat
Sedangkan untuk mencari seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang di
berikan Self esteem terhadap optimisme menggunakan uji linearitas yang
dilakukan dengan menggunakan teknik komputer.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis.
4.1 Analisis Deskriptif
Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor self esteem dan
optimisme. Peneliti mendeskripsikan skor self esteem dan optimisme berdasarkan
jenis kelamin dan usia. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang
terdiri dari 66 orang perempuan dan 34 orang laki-laki. Berikut adalah ringkasannya
(tabel 4.1):
Tabel 4.1
Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Presentase
%
Perempuan 66 66 %
Laki-laki 34 34 %
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 orang sampel penelitian
terdapat 34 orang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 34% .
Sebanyak 66 orang atau 66 % berjenis kelamin perempuan.
69
Berdasarkan karateristik usia pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel
dengan rentang usia dari 20 hingga 25 tahun dan diperoleh detil usia dari peneltian ini
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 - 22 79 79 %
23 - 25 21 21 %
Total 100 100 %
Berdasarkan tabel diatas dari 100 sampel penelitian terdapat 5 orang berusia
20 tahun dengan presentase 5 %, 34 orang berusia 21 tahun dengan presentase 34 %,
40 orang berusia 22 tahun dengan presentase 40 %, sehingga di dapat rentang usia 20-
22 tahun sebanyak 79 %. Kemudian, 17 orang berusia 23 tahun dengan presentase 17
%, 4 orang berusia 25 tahun dengan presentase 4 %, dan tidak terdapat sampel yang
berusia 24 tahun, dan di peroleh rentang usia 23-25 tahun sebanyak 21 %.
4.2 Uji Persyaratan
4.2.1. Kategorisasi Skor
1. Kategorisasi Skor skala Optimisme
Peneliti menentukan kategorisasi skor optimisme meraih kesuksesan karir.
Untuk memudahkan menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar
deviasi, dan jumlah total (sum), menggunakan hitungan komputer dengan program
70
SPSS versi 13.00. Didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar
deviasi, dan jumlah total (sum). Berikut tabelnya :
Tabel 4.3
Nilai maksimum, Minimum, Rata-rata, Jumlah total (sum), dan Standar deviasi
Optimisme
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Variance
Optimisme Valid N
(listwise)
100
100
84.00 144.00 11327.00 113.2700 11.10633 123.351
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai minimum untuk skala optimisme
sebesar 84.00, nilai maksimum sebesar 144.00, jumlah optimisme sebesar 11327.00,
rata-rata (mean) optimisme sebesar 113.2700, dan standar deviasinya sebesar
11.10633.
Peneliti menggolongkan sampel ke dalam tiga kategori tingkatan optimisme
meraih kesuksesan karir yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Cara untuk mendapat skor
optimisme yang dominan adalah pertama, mencari nilai rerata (mean/(M)) dan
simpangan baku (standard deviation/(SD)). Nilai rerata dan simpangan baku tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam formula berikut (Azwar, 2003) dan menghasilkan
sebaran kategori skor seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
71
Tabel 4.4
Kategorisasi Optimis
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 124 16 16 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 102 – 124 76 76 %
Rendah < M – 1SD < 102 8 8 %
Jumlah 100 100%
Cat: dilakukan pembulatan pada skor yang diperoleh
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor optimisme, seperti ditunjukkan
dalam tabel di atas, diketahui bahwa 76% memiliki tingkat optimisme meraih
kesuksesan karir yang tinggi, 16% memiliki tingkat optimisme yang sedang, dan 8%
yang memiliki tingkat optimisme yang rendah.
Untuk mengetahui perbedaan persentase kategorisasi tinggi, sedang, dan
rendah optimisme antara laki-laki dan perempuan, peneliti melakukan perhitungan
kembali dengan menemukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasinya terlebih
dahulu. Ditunjukkan seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Tabel Optimis Berdasarkan Jenis Kelamin
OMD Jenis Kelamin N
Presentase
% Mean SD
Perempuan 66 66 % 117.6364 11.25049
Laki-laki 34 34 % 113. 9118 11.59772
Jumlah 100 100 %
72
Berdasarkan tabel diatas dengan jumlah N 100 yang terdiri dari 66%
perempuan dan 34% laki-laki diperoleh rata-rata (mean) perempuan sebesar
117.6364, dan standar deviasinya sebesar 11.25049. Rata-rata (mean) laki-laki sebesar
113.9118 dan standar deviasi laki-laki sebesar 11.59772.
Tabel 4.6
Kategori Optimis pada Perempuan
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 129 10 10 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 106 – 129 48 48 %
Rendah < M – 1SD < 106 8 8 %
Jumlah 66 66%
Pada perempuan kategori optimis yang tinggi berada pada rentang >129
diperoleh angka 10% mahasiswa yang memiliki optimisme yang tinggi, 48% yang
memiliki optimisme yang sedang dan 8% yang memiliki optimisme yang rendah
dengan jumlah N perempuan sebanyak 66 orang.
Tabel 4.7
Kategori Optimis pada Laki-laki
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 126 3 3 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 102 – 126 28 28 %
Rendah < M – 1SD < 102 3 3 %
Jumlah 34 34%
Pada laki-laki kategori optimis yang tinggi berada pada rentang >126
diperoleh angka 3% mahasiswa yang memiliki optimisme yang tinggi, 28% yang
73
memiliki optimisme yang sedang dan 3% yang memiliki optimisme yang rendah
dengan jumlah N laki-laki sebanyak 34 orang.
2. Kategorisasi Skor Skala Self Esteem
Peneliti menentukan kategorisasi self esteem untuk memudahkan
menghitung nilai maksimum, minimum, rata-rata. Standar deviasi, dan jumlah
total (sum), menggunakan hitungan computer dengan program SPSS versi 13.00
didapatkan hasil skor maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi dan jumlah
total (sum). Berikut tabelnya :
Tabel 4.8
Nilai maksimum, Minimum, Rata-rata, Jumlah total (sum), dan Standar deviasi Self
esteem
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Variance
Selfesteem Valid N
(listwise)
100 100
99.00 174.00 13245.00 132.4500 12.22382 149.422
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai minimum untuk skala self esteem
sebesar 99.00, nilai maksimum sebesar 174.00, jumlah self esteem (sum) sebesar
13245.00, rata-rata (mean) optimisme sebesar 132.4500, dan standar deviasinya
sebesar 12.22382.
Peneliti menggolongkan sampel ke dalam tiga kategori tingkatan self esteem
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Cara untuk mendapat skor self esteem yang dominan
74
adalah pertama, mencari nilai rerata (mean/(M)) dan simpangan baku (standard
deviation/(SD). Nilai rerata dan simpangan baku tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam formula berikut (Azwar, 2003) dan menghasilkan sebaran kategori skor seperti
terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.9
Kategorisasi Self Esteem
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 145 10 10 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 120 - 145 79 79 %
Rendah < M – 1SD < 120 11 11 %
Jumlah 100 100 % Cat: dilakukan pembulatan pada skor yang diperoleh
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor tingkat self esteem, seperti
ditunjukkan dalam tabel di atas, diketahui bahwa 10 % memiliki tingkat self esteem
yang tinggi, 79 % memiliki tingkat self esteem yang sedang, dan hanya 11 % yang
memiliki tingkat self esteem yang rendah.
Untuk mengetahui perbedaan persentase kategori tinggi, sedang, dan rendah
self esteem antara laki-laki dan perempuan, peneliti melakukan perhitungan kembali
dengan menemukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasinya terlebih dahulu.
Ditunjukkan seperti pada tabel berikut :
75
Tabel 4.10
Tabel Self esteem Berdasarkan Jenis Kelamin
OMD Jenis Kelamin N
Presentase
% Mean SD
Perempuan 66 66 % 133.9242 11.81304
Laki-laki 34 34 % 129.5882 12.67333
Jumlah 100 100 %
Berdasarkan tabel diatas dengan jumlah N 100 yang terdiri dari 66%
perempuan dan 34% laki-laki diperoleh rata-rata (mean) perempuan sebesar
133.9242, dan standar deviasinya sebesar 11.81304. Rata-rata (mean) laki-laki sebesar
129.5882 dan standar deviasi laki-laki sebesar 12.67333.
Tabel 4.11
Kategori Self esteem pada Perempuan
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 146 8 8 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 122 – 146 50 50 %
Rendah < M – 1SD < 122 8 8 %
Jumlah 66 66%
Pada perempuan kategori self esteem yang tinggi berada pada rentang >146
diperoleh angka 8% mahasiswa yang memiliki self esteem yang tinggi, 50% yang
memiliki self esteem yang sedang dan 8% yang memiliki self esteem yang rendah
dengan jumlah N perempuan sebanyak 66 orang.
76
Tabel 4.12
Kategori Self esteem pada Laki-laki
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi > M + 1SD > 142 2 2 %
Sedang M - 1SD < X < M + 1SD 117 – 142 28 28 %
Rendah < M – 1SD < 117 4 4 %
Jumlah 34 34 %
Pada laki-laki kategori self esteem yang tinggi berada pada rentang >142
diperoleh angka 2% mahasiswa yang memiliki self esteem yang tinggi, 28% yang
memiliki self esteem yang sedang dan 4% yang memiliki self esteem yang rendah
dengan jumlah N laki-laki sebanyak 34 orang.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara
kategori tinggi, sedang, dan rendah pada laki-laki dan perempuan, baik pada variabel
optimisme maupun self esteem. Diketahui pada perempuan memiliki rentang kategori
maupun persentase yang lebih tinggi pada aspek optimisme maupun self esteem
dibandingkan pada laki-laki.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Uji Korelasi
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Dalam perhitungannya
peneliti menggunakan program SPSS versi 13.00. Berikut ini adalah hasil
perhitungannya :
77
Tabel 4.13
Tabel Hasil Uji Korelasi Self Esteem dengan Optimisme
Optimis Selfesteem Pearson Correlation Optimis Selfesteem
1.000 .753
.753 1.000
Sig, (1-tailed) Optimis Selfesteem
. .000
.000 .
N Optimis Selfesteem
100 100
100 100
Signifikan = dibawah 0.05
Dari tabel diatas bahwa koefisien korelasi atau r hitung (0,753) > r tabel
(0.195), pada taraf signifikansi 5 %. Maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan
optimisme meraih kesuksesan karir pada mahasiswa ditolak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Ha yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan
antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir pada mahasiswa
diterima. Dengan kata lain penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara self esteem dengan optimisme meraih kesuksesan karir
mahasiswa.
4.3.2 Uji Regresi Linear
Uji linearitas digunakan untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel
terikat secara linear. Regresi linear dapat digunakan apabila asumsi linearitas
terpenuhi. Asumsi linearitas adalah asumsi yang akan memastikan apakah data yang
didapat sesuai atau tidak sesuai dengan garis linear. Berikut ini adalah hasil uji
linearitas :
78
Tabel 4.14
Uji Linearitas
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change0.566 128.292 1 98 0.000
Change Statistic
Berdasarkan tabel hasil uji SPSS diatas, nilai signifikansi sebesar 0.000,
(dengan taraf signifikansi sebesar 0.05), lebih kecil dari ά (0.05) dan didapat F hitung
sebesar 128.292, degree of freedom yang didapat sebesar 1 dan 98 dengan taraf
signifikansi 0.05, didapat nilai 3.94. Karena F hitung yakni 128.292 lebih besar dari F
tabel yakni 3.94 hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yang
diberikan self esteem kepada optimisme karir masa depan pada mahasiswa.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh atau sumbangan yang diberikan self
esteem kepada optimisme karir masa depan pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.15
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .753 .566 .562 7.34993 a. Predictors: (Constant), Selfesteem
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa R square sebesar 0.566, nilai R Square
adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh atau sumbangan yang
diberikan variable self esteem terhadap optimisme meraih kesuksesan karir
mahasiswa. Maka pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem terhadap
79
optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa sebesar 56.6% yang merupakan hasil
kali 0.566 dengan 100%. Sedangkan 43,4% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
80
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada bab 4, maka diperoleh kesimpulan dari
peneltian ini bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self esteem
dengan optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan r
hitung 0.753 > r tabel (0.195), pada taraf signifikansi 5% maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Kemudian, self esteem dalam penelitian ini memberikan pengaruh sebesar
56.6% dalam optimisme karir masa depan pada mahasiswa.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara self esteem dengan
optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa. Adapun hasil yang diperoleh adalah
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self esteem dengan optimisme
meraih kesuksesan karir mahasiswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self esteem
maka semakin tinggi optimisme dalam meraih kesuksesan karir mahasiswa,
sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin rendah pula optimisme dalam
meraih kesuksesan karir mahasiswa.
Menurut Seligman (1991) optimisme adalah suatu pandangan secara
menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna
bagi diri. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
yang telah lalu, tidak takut kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba
kembali bila gagal. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan erat antara self
esteem dengan optimisme sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Seligman
81
dimana menurutnya optimisme mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa
sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan
dirinya dengan orang lain. Orang-orang yang menyalahkan dirinya sendiri saat
mereka gagal (pesimis) membuat rasa penghargaan terhadap diri mereka sendiri
menjadi rendah, sedangkan orang-orang yang menyalahkan bahwa suatu kejadian
bukan berasal dari dirinya (optimis), tidak kehilangan rasa penghargaan terhadap
dirinya sendiri saat kejadian-kejadian buruk menimpa mereka. Dari pernyataan yang
dikemukakan tersebut cukup menjelaskan bagaimana self esteem dan optimisme
saling berkaitan erat.
Begitu juga pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Patton et, al
(2004) mengenai perbedaan gender mengenai optimisme, self esteem, harapan, dan
tujuan dalam memprediksi career planning dan exploration pada anak remaja,
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dengan
optimisme dalam memprediksi career goals pada remaja. Antara penelitian tersebut
dengan penelitian ini sama-sama mengukur orientasi karir ke depan. Hal itu relevan
dengan hasil penelitian ini dimana terdapat korelasi antara self esteem dengan
optimisme dalam meraih kesuksesan karir mahasiswa.
Seperti yang dikatakan Minchinton dalam bukunya maximum self esteem,
seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi lebih percaya diri, berani menghadapi
tantangan, rasa ingin tahu besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang
tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil usaha
yang mereka lakukan. Dalam hal ini misalnya seorang mahasiswa yang memiliki
harga diri yang tinggi, maka ia akan yakin mengenai kemampuannya dalam mencapai
82
prestasi yang ia inginkan, dengan kata lain individu tersebut optimis terhadap dirinya
dan prediksi kesuksesan karirnya kelak.
Selain itu orang yang memiliki self esteem yang tinggi juga mempunyai
pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Tingkat self
esteem seseorang akan sangat mempengaruhi seluruh aspek dalam hidupnya
(Andrewho, 2008). Dengan kata lain, perkembangan harga diri pada seseorang akan
menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa mendatang.
(www.psikologi.com).
Hubungan antara self esteem dengan optimisme tersebut dapat dibuktikan
dengan hasil penelitian ini yaitu dengan r hitung (0,753) > r tabel (0,195), pada taraf
signifikansi 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kemudian, hasil uji regresi
menyatakan bahwa terdapat pengaruh atau sumbangan yang diberikan self esteem
terhadap optimisme meraih kesuksesan karir sebanyak 56,6%.
Dalam penelitian ini, variabel self esteem memberikan sumbangan cukup besar
terhadap optimisme meraih kesuksesan karir mahasiswa sebesar 56,6%. Hal tersebut
cukup membuktikan bagaimana peranan penting self esteem seseorang terhadap
optimismenya. Jika seseorang memiliki kemampuan menilai diri secara positif, dalam
arti ia memiliki self esteem yang tinggi, maka secara otomatis ia pun akan memiliki
sikap optimis juga terutama dalam hal ini meraih kesuksesan karirnya kelak.
Namun aspek lain yang dapat mempengaruhi optimisme selain self esteem
juga tidak dapat dielakkan seperti dukungan sosial, dukungan keluarga seperti orang
tua, keadaan kualitas lingkungan maupun faktor lain dalam diri seperti kepercayaan
diri. Aspek-aspek tersebut juga dapat mempengaruhi keoptimisan seseorang, terbukti
83
dari penelitian sebelumnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Vollman, et.al
(2007), dengan hasil terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme,
orang yang optimis diketahui lebih memiliki respon sosial yang positif dibandingkan
orang pesimis. Begitu juga penelitian lain yang dilakukan oleh Sumer, et.al (2009)
dimana dukungan orang tua juga berpengaruh atau memiliki sumbangan yang
signifikan terhadap optimisme anak. Hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk
meneliti aspek lain yang mempengaruhi optimisme selain self esteem pada peneliti
selanjutnya.
5.3 Saran
Berdasarkan pengalaman yang dialami dalam melakukan penelitian dan
dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara
lain dari segi teknik pengambilan sampel yang digunakan, pembahasan yang
kurang meluas karena hanya menggunakan dua variabel saja, analisis yang kurang
mendalam terhadap perbedaan tingkat self esteem dan optimisme pada laki-laki
dan perempuan. Karena itu peneliti memberikan saran-saran untuk
menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya dan agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
5.3.1 Saran Teoritis
a. Dari tinjauan disiplin ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia,
penelitian ini juga masih sangat terbatas karena pengambilan sampel yang
dilakukan dengan cara seketemunya, variabel yang digunakan hanya terbatas
pada dua variabel saja sehingga analisis yang diperoleh kurang meluas, jumlah
sampel yang masih dapat diambil lebih banyak lagi, dsb. Meskipun variabel
self esteem memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap optimisme,
84
b. Penelitian ini baru menggunakan pendekatan kuantitatif saja karena
keterbatasan-keterbatasan peneliti baik dalam segi waktu, biaya maupun
tenaga, oleh karena itu maka peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya agar
menggali masalah ini lebih mendalam, atau bila memungkinkan dapat
digunakan kombinasi dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Sehingga, bisa diperoleh sebuah gambaran menyeluruh mengenai
kondisi mahasiswa semester atas yang memiliki optimisme yang tinggi
maupun rendah terhadap kesuksesan karir masa depannya. Peneliti
menyarankan untuk juga melakukan pendekatan kualitatif karena banyak hal
yang menurut peneliti masih dapat digali lebih mendalam lagi seperti aspek
pervasiveness dari optimis dimana aspek tersebut menunjukkan
ketidakstabilan optimisme seseorang. Begitu juga hal mengenai masih adanya
tingkat optimis yang rendah pada mahasiswa psikologi. Padahal mahasiswa
psikologi seharusnya lebih paham mengenai aspek-aspek mental dan dapat
lebih bersikap optimis, namun dari hasil penelitian masih ada sekitar 8%
mahasiswa yang tidak optimis dan 11% yang self esteem rendah. Hal ini dapat
dianalisa lebih jauh menggunakan teknik kualitatif. Adanya perbedaan yang
cukup signifikan antara tingkat self esteem dan optimisme pada laki-laki dan
perempuan juga dapat dianalisa lebih jauh menggunakan metode kualitatif.
c. Pada penelitian ini hanya menggunakan dua variabel saja yaitu meneliti
hubungan self esteem dengan optimisme. Untuk penelti selanjutnya disarankan
85
dapat menggunakan variabel-variabel lain yang lebih bervariasi dalam
peneltiannya demi menambah khasanah pengetahuan keilmuan psikologi dan
memperluas bidang-bidang penelitian psikologi.
d. Pada penelitian ini item try out yang digunakan mencapai 172 item yang
menyebabkan banyaknya keluhan dari responden dalam mengisi skala. Hal
tersebut tentu dapat membuat responden merasa jenuh dan memungkinkan
responden mengisi angket secara asal-asalan, yang nantinya dapat
mempengaruhi skor penelitian. Oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya
diharapkaan dapat memperhitungkan jumlah item yang digunakan dalam
penelitian untuk lebih memperhatikan face validity skala penelitian.
5.3.2 Saran Praktis
a. Self esteem memberikan pengaruh atau sumbangan yang cukup signifikan
dalam keoptimisan kesuksesan karir masa depan pada mahasiswa. Diharapkan
orang tua dapat terus mendukung anaknya menumbuhkan self esteem yang
tinggi dengan berbagai cara antara lain memberikan perhatian dan dukungan
penuh terhadap pilihan karir anaknya, memberikan penghargaan atas usaha
yang telah dilakukan anak, dan memberikan semangat pada anak untuk terus
berusaha. Begitu juga pada mahasiswa yang dianggap telah memiliki jati diri
dan gambaran dirinya sendiri untuk meningkatkan penghargaan dirinya dan
selalu optimis dengan kesuksesan karir masa depannya.
b. Diharapkan orang tua atau lembaga terkait dapat membantu mahasiswa dalam
memberikan pengarahan atau masukan pada mahasiswa dalam menempuh
karir selanjutnya setelah lulus dari kesarjanaannya, sehingga dapat
mengurangi kecemasan maupun kebingungan mahasiswa dalam
mempersiapkan karir mereka.
86
DAFTAR PUSTAKA Baron, R.A., & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial (10 ed.). Jakarta: Erlangga. Branden, N. (1992). The Power of self esteem. Florida: Health Communication inc. Carr, A. (2004). Positive psychology: The Science of happiness and human strength. New
York: Bruner Routledge. Cast, D., & Burke, J. (2002). A Theory of Self esteem. Social forces , 80 (3), 1041-1068. Facts and Findings. 2003. Adolscent self esteem. http://www.human.cornell.edu/actforyouth.
New York. Frey, D., & Carlock, J. C. (1993). Enhancing self ssteem. Indiana: Accelerated Developed
Inc. Ghufron, M. N., & Risnawita, S. R. (2010). Teori - teori psikologi. Yogyakarta: Ar-ruz
Media Group. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ for character, health, and lifelong achievement. New York: Bantam Books. Heine, J.S., & Lehman, D.R. (1995). Cultural Variation in Unrealistic Optimism: Does the
West Feel More Invunerable Than the East?. Journal of Personality and Social Psychology, 68 (4), 595-067
Jalaluddin. (1997). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kerley, D.C. (2006). The Optimist. Retreived August 23, 2010, From D.Craig Kerley. Psy.D:
Licensed Psychologist 1 (1). http://www.drkerley.com/files/newsletter0523.pdf Kerlinger, F. K. (1995). Asas - asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Kuncono. (2004). Aplikasi Komputer Psikologi : Diktat kuliah dan panduan praktikum.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia. Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem : The Hand Book for reclaiming your sense of
self worth. Kuala Lumpur: Golden Books Center Sdn, Bhd. Naderi, H., Abdullah, R., Aizan, H. T., Shahrir, J., & Kumar, V. (2009). Self Esteem, Gender
and Academic Achievement of Undergraduate Student. American Journal of Scientific Research (3), 26-37.
Nave, B. (1990). Self Esteem: The Key to student success. South Carolina: National Drop of
Preventation Center.
87
Patton, W., Bartrum, D., & Creed, P. (2004). Gender Differences for Optimism, Self Esteem, Expectation, and Goals in Predicting Career Planning and Exploration in Adolescents. International Journal for Educational and Vocational Guidance , 4 (3), 193-206.
Ramadani, S. (2009). Perbedaan Self Esteem PSK yang Menjadi Binaan Rehabilitasi dengan
PSK yang Belum Mendapat Rehabilitasi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Ramadityo, D. Hubungan Adversity Quotient dengan Optimisme. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Robinson, S., Kim, C., MacCallum, R.C., Kiecolt, K.J. (1997). Distingushing Optimism
From Pesimism in Older Adults: Is It More Important to Be Optimistic or Not to Be Pessimistic?. Journal of Personality and Social Psychology, 73 (6) 1345-1353
Sa'du, A. A. (2010). 101 Ayat-ayat motivasi hidup penuh optimisme. Yogyakarta: Laksana. Saifuddin, A. (2005). Sikap Manusia: teori dan pengukurannya (2 ed.). Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Scioli, A., Samor, C. M., Campbell, T. L., Chamberlin, C. M., Lapointe, A. B., & Macleod,
A. R. (1997). A Prospective Study of Hope, Optimism, and Health. (81), 723-733. Seligman, M. (2002). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan Dengan Psikologi
Positif. Bandung: Mizan Pustaka. Seligman, M. (2005). The Optimistic child. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Seligman, M. (2008). Menginstal optimisme. Bandung: CV. Multi Trust Creative Service. Sevilla. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2002). Handbook of positive psychology. Oxford University Press. The National Lottery. (2009). Optimism. Oxford: The Social Issue Research Center.
Weinstein, D. N. (1980). Unrealistic Optimism About Future Life Events. Journal of
Personality and Social Psychology, 39 (5), 806-820
Yates, S. M. (2002). The Influence of Optimism and Pesimism on Student Achievement in
Mathematics. Mathematics Education Journal Research , 14 (1), 4-15. http://kops.ub.uni-konstanz.de/volltexte/2009/7270/pdf/Optimism_and_social_support.pdf http://www.sirc.org/publik/optimism.pdf http://eprints.qut.edu.au/1822/1/1822.pdf
88
http://www.uniat.ac.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4 http://www.uniat.ac.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4 http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/psychsci.pdf http://www.actforyouth.net/documents/june_self_esteem.pdf psp-98-4-645 http://www.apa.org/pubs/journals/releases/psp-98-4-645.pdf http://wat2146.ucr.edu/papers/02b.pdf self esteem teori self esteem and academic achievement http://www.eurojournals.com/ajsr_3_03.pdf self esteem and academic interest http://www.aare.edu.au/05pap/mci05383.pdf self esteem the key of success http://www.dropoutprevention.org/pubs/pdfs/SS03.pdf http://www.radford.edu/~jaspelme/201/Locus%20of%20control.pdf http://www.theselfesteeminstitute.com/Files/Self-EsteemQuestionnaire.pdf marilyn J Sorensen Phd clinical 2005. http://www.stanford.edu/class/msande271/onlinetools/LearnedOpt.html (adapted from Dr. Martin Seligman's book, "Learned Optimism"
n
Lampiran IIIData Mentah
Responde 2 3 4 6 9 11 14 15 16 18 19 251 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 42 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 33 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 46 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 37 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 48 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 49 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
10 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 311 2 3 3 2 3 4 3 4 2 2 3 412 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 313 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 414 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 415 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 316 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 1 217 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 418 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 319 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 320 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 421 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 322 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 323 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 324 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 425 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 426 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 327 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 428 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 330 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 331 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 432 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 233 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 435 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 336 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 337 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 338 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 339 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 340 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 441 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 342 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 343 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 344 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 345 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 346 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 347 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 448 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 449 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 350 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 451 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 352 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 353 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 354 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 455 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 356 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 357 4 3 4 2 3 1 4 2 2 2 3 258 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 459 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 360 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 361 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 362 4 4 4 3 3 2 4 3 2 3 2 263 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 364 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 465 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 466 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 367 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 368 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 369 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 470 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4
71 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 372 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 373 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 374 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 275 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 476 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 477 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 378 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 479 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 380 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 381 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 382 4 4 4 4 3 3 4 3 2 2 3 383 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 484 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 385 2 2 3 2 3 1 3 1 1 1 2 186 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 387 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 388 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 489 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 390 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 391 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 492 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 293 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 494 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 295 2 4 4 3 4 4 3 4 4 1 4 496 3 3 3 3 4 4 3 4 2 4 3 397 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 298 4 4 4 3 3 2 3 3 1 2 3 499 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3
100 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
26 30 31 33 34 35 36 37 39 46 48 53 543 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 33 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 32 4 3 2 2 4 3 4 4 3 2 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 33 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 33 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 43 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 33 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 32 3 4 2 4 3 1 4 4 4 4 3 32 3 4 2 2 1 3 3 2 1 2 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 32 4 3 3 2 3 2 3 3 4 2 4 43 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 33 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 34 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 43 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 33 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 33 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 43 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 43 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 32 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 43 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 42 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 42 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 33 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 33 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 43 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 33 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 43 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 33 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 32 4 3 2 2 2 3 2 3 4 3 3 43 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 33 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 33 4 4 4 2 2 4 2 3 4 1 4 43 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 34 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 43 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 34 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 44 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 43 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 43 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 44 1 1 4 2 4 4 4 4 4 3 4 43 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 33 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 31 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 43 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 33 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 33 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 43 4 3 4 3 1 3 4 3 2 2 1 33 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 44 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 33 2 3 2 2 2 3 1 3 3 1 3 42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 33 2 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 23 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 34 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 44 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 33 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 33 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 43 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
55 59 60 61 67 68 69 71 73 74 78 Jumlah3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 129 p4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 112 l3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 106 l3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 108 p1 1 4 4 1 4 4 1 2 4 4 105 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 109 p3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 122 p2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 113 p3 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 95 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 107 p2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 108 l3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 114 l3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 113 l3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 115 l3 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 120 p3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 84 p3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 108 p3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 107 l3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 104 p3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 112 p3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 105 l3 2 4 4 3 4 3 3 2 2 2 107 l3 1 4 3 4 3 3 3 4 3 3 111 l3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 119 p4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 4 132 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 106 l4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 118 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 p3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 114 p3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 127 l3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 113 p3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 99 p4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 144 l
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 139 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 110 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 p4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 112 l3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 111 l2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 106 l3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 134 p3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 112 l2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 105 p4 1 2 4 2 4 3 4 3 3 3 126 p3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 92 l3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 125 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 106 l2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 104 l4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 130 p3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 108 p4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 135 p3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 107 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 p3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 102 p3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 123 p3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 114 l3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 108 p3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 100 p3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 114 l3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 109 p3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 106 p4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 122 p4 2 3 4 2 4 3 3 2 3 3 110 l3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 112 p3 4 4 3 3 4 4 3 4 1 1 122 p3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 126 l3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 104 p3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 114 p4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 131 p3 4 4 4 4 4 4 1 4 3 3 128 p3 2 4 3 3 4 3 2 2 2 2 109 p
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 107 p3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 109 p4 3 2 3 2 2 1 4 3 1 1 106 p3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 108 p4 1 4 1 4 4 4 1 4 2 2 119 p3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 121 p4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 2 108 p4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 123 p3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 110 p3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 120 l3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 111 p3 2 3 3 1 3 4 2 2 2 2 102 l4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 134 l3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 112 p4 3 3 4 2 4 1 3 2 2 2 84 l3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 107 l3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 109 l4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 142 p3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 107 p3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 110 p3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 118 p3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 93 l3 1 3 3 3 4 3 3 4 3 3 114 p4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 121 p4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 133 p3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 3 115 p2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 103 l4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 122 p3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 114 l4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 119 l
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
RENDAHTINGGISEDANG
212223212321222322232323252322222321222022222221212321222221212125
22212222222221232121232121222523222225222121232121222021222220212021222121
212222222221212222222223212122212023212223222222212222212223
Lampiran I Skala Penelitian Assalamualaikum Wr.Wb
Saya mahasiswa psikologi semester 9 sedang menjalankan tugas akhir sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana. Karena itu di sini saya mohon bantuan dan kesediaan
saudara dalam mengisi kuesioner, demi kelancarannya penelitian ini. Saya pribadi
mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan saudara.
Nama :
Semester :
Usia :
Jenis Kelamin :
Keterangan :
Mohon beri tanda centrang (√ ) pada kolom yang telah di sediakan ( SS, S, TS atau STS)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Isilah pernyataan yang sesuai dengan diri anda. Disini tidak ada nilai norma tinggi ataupun rendah. Saya sangat mengutamakan kerahasiaan data. Skala Self Esteem NO Pernyataan SS S TS STS 1 Secara keseluruhan saya menyukai diri saya.
2 Saya memiliki kekurangan namun kelebihan yang saya
miliki jauh lebih berarti
6 Saya memiliki banyak kelebihan
9 Saya mudah merasa sedih dan takut dalam menghadapi
masalah
11 Banyak hal di dalam diri saya yang tidak saya sukai
12 Saya merasa tertekan dengan segala kekurangan yang
saya miliki
I
14 Kesalahan yang saya perbuat merupakan aib dalam hidup
saya
16 Saya berharap diri saya menjadi orang lain
18 Saya dapat mengontrol emosi saya
20 Saya merasa tidak berharga
21 Saya tidak berlarut-larut dalam rasa bersalah atas
kesalahan yang telah saya perbuat
25 Saya memiliki prinsip mengenai diri saya sendiri
26 Saya cenderung melakukan apapun agar orang lain
mengikuti kemauan saya
27 Saya menerima seseorang tanpa menghakimi prilaku
mereka
28 Saya marah jika teman dekat saya melakukan aktivitas
yang menyenangkan tanpa mengajak saya
29 Orang lain harus mengikuti setiap perintah saya, utk
mencapai hasil yang saya inginkan
31 Saya menyesali keadaan yang tidak berpihak pada saya
33 Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi dihidup
saya
34 Saya ingin orang lain tergantung pada saya
35 saya tidak suka melihat orang yang saya benci berbicara
dengan sahabat saya
36 Saya menghargai pendapat teman-teman saya
41 Saya tidak terpaku pada kenangan buruk yang pernah saya
alami
45 Saya tidak sedih yang berkepanjangan ketika menghadapi
masalah
46 Saya suka memaksakan kehendak saya kepada orang lain
47 Saya tidak akan dapat menerima keputusan bersama
karena hal tersebut tidak sesuai dengan diri saya
II
48 Setiap orang mempunyai Nilai dan Hak yang sama di
dunia
50 Saya mudah tersinggung dengan kritikan orang lain
56 Amarah saya mudah disulut oleh orang lain
57 Saya suka membandingkan diri saya dengan orang lain
59 Walaupun saya mengalami kegagalan, tetapi saya tetap
menghargai usaha yang telah saya lakukan
60 Saya cenderung takut akan kegagalan
62 Saya sama sekali tidak menarik
65 Saya mencintai diri saya apa adanya
66 Saya tidak mudah terpengaruh omongan orang lain
67 Saya bahagia dengan hidup yang saya jalani
70 Saya tidak suka jika melihat teman dekat saya berteman
dekat juga dengan orang lain
73 Saya yakin setiap orang melakukan sesuatu karena
mereka mempunyai alasannya sendiri
74 Saya cenderung menyalahkan orang lain atas kegagalan
saya
81 Saya tau mana yang baik dan buruk untuk diri saya
85 Kesuksesan maupun kegagalan saya ada ditangan saya
sendiri
86 Saya marah jika di kritik
87 Saya tidak takut akan kegagalan atau kekalahan
89 Saya adalah orang yang menarik
90 Saya sering membeli barang yang sama dengan teman
walaupun barang tersebut tidak saya butuhkan.
92 Saya sering merasa kecewa dan takut.
Skala Optimis NO Pernyataan SS S TS STS 2 Saya belum mendapat panggilan kerja, tapi nanti pasti
III
akan ada waktunya saya mendapat panggilan
3 Bila kelak saya mendapat pekerjaan yang layak, itu
dikarenakan saya bisa diandalkan
4 Saya lulus ujian karena saya banyak menghabiskan waktu
dan energi untuk berusaha
6 Saya pesimis untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keinginan saya
9 Saya percaya dengan diri dan kemampuan saya
11 Jika saya sulit mendapatkan pekerjaan, itu karena saya
bodoh
14 Setiap prestasi yang saya raih adalah titik awal dari setiap
keberhasilan yg akan saya dapatkan di masa depan
15 Kegagalan saya akan berdampak panjang dalam hidup
saya
16 Keberhasilan saya merupakan suatu kebetulan dalam
hidup
18 Kegagalan saya saat kuliah menutup kemungkinan saya
untuk sukses
19 Jika saya gagal pada ujian interview, saya tetap akan bisa
menjalani aktivitas keseharian saya dengan baik
25 Kegagalan dalam mencapai target IPK akan
menghancurkan masa depan saya
26 Saya gagal mendapatkan jabatan yang saya harapkan
dalam suatu kegiatan kampus tetapi saya tetap percaya
diri
30 Saya berhasil mendapatkan pekerjaan impian saya, karena
saya telah berusaha keras
31 Saya mampu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
jurusan yang saya ambil
33 Saya tidak mahir bahasa inggris, namun saya memiliki
IV
kemampuan lain sebagai modal mendapat pekerjaan yang
bagus
34 Saya tidak percaya diri dengan kemampuan saya
35 Meskipun saya gagal mendapat nilai A disalah satu mata
kuliah, itu tidak akan membuat saya gagal menjadi juara
kelas
36 Saya selalu optimis dengan masa depan saya
37
Saya mendapat nilai jelek karena saya tidak bagus dalam
segala hal
39 Saya gagal mendapat kerja karena saya selalu sial
46 Ilmu-ilmu di sekolah tidaklah berguna dalam mencari
pekerjaan yang layak
48 Jika saya berusaha keras, saya pasti akan mendapatkan
pekerjaan yang layak
53 Saya lulus mata kuliah yang sulit, karena dosen saya
kasihan dengan saya
54 Jika saya tidak pernah putus asa, saya yakin kesuksesan
saya akan terus berlanjut
55 Saya akan berusaha lebih keras setelah mencapai
kesuksesan untuk mempertahankan kesuksesan yang telah
saya raih
59 Saya gagal mencapai target kuliah saya, namun saya
masih bisa mencapai target baru dan yakin kali ini pasti
berhasil
60 Meskipun saya sudah belajar tapi mendapat nilai jelek,
maka kedepannya saya tidak akan belajar lagi karena pasti
akan dapat nilai jelek lagi
61 Saya mengalami kegagalan saat ini, tetapi belum tentu
besok saya gagal lagi
62 Kualitas diri saya membuat saya yakin, saya layak
V
mendapatkan setiap pekerjaan yang sesuai dengan diri
saya
67 Karena kemampuan saya minim, betapa pun saya
berusaha saya tidak akan berhasil
68 Kemampuan saya sekarang membuat saya tidak yakin
akan mendapatkan kesuksesan dalam karir saya kelak
69 Saya yakin nasib buruk saya masih bisa dapat dirubah
dengan usaha dan doa.
71 Saya memiliki postur tubuh yang pendek, hal ini akan
membuat saya kesulitan mendapat pekerjaan
73 Saya tidak yakin dengan kesuksesan karir masa depan
saya karena saya tidak memiliki banyak kemampuan .
74 Saya akan kesulitan memperoleh pekerjaan-pekerjaan
yang saya inginkan karena IPK saya kecil.
78 Saya tidak percaya diri dengan kesuksesan karir saya,
karena saya tidak memiliki koneksi di perusahaan yang
saya inginkan
TERIMA KASIH ATAS BANTUAN SAUDARA, TOLONG DI CEK KEMBALI AGAR TIDAK ADA ITEM YANG TERTINGGAL
VI
Lampiran II Hasil SPSS Tryout dan Penelitian
Descriptive Statistics
113.2700 11.10633 100132.4500 12.22382 100
optimisselfesteem
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .753.753 1.000
. .000.000 .100 100100 100
optimisselfesteemoptimisselfesteemoptimisselfesteem
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
optimis selfesteem
Variables Entered/Removedb
selfesteem
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: optimisb.
Model Summary
Change Statistics
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .753(a) .566 .562 7.34993 .566 128.053 1 98 .000a Predictors: (Constant), selfesteem
VII
ANOVAb
6917.606 1 6917.606 128.053 .000a
5294.104 98 54.02112211.710 99
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), selfesteema.
Dependent Variable: optimisb.
Coefficientsa
22.696 8.038 2.824 .006.684 .060 .753 11.316 .000
(Constant)selfesteem
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: optimisa.
Descriptive Statistics
100 84.00 144.00 11327.00 113.2700 11.10633 123.351100 99.00 174.00 13245.00 132.4500 12.22382 149.422100
optimisselfesteemValid N (listwise)
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Descriptive Statistics
66 84.00 142.00 7560.00 114.5455 10.94628 119.82134 84.00 144.00 3767.00 110.7941 11.15668 124.47134
perempuanlakilakiValid N (listwise)
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
VIII
Out put try out
Case Processing Summary
65 98.51 1.5
66 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.916 .917 92
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 3.3538 .57093 65VAR00002 3.2923 .57887 65VAR00003 2.8769 .62519 65VAR00004 3.1385 .55557 65VAR00005 3.4000 .49371 65VAR00006 3.1231 .59968 65VAR00007 2.7538 .58712 65VAR00008 3.2769 .54508 65VAR00009 2.6923 .65962 65VAR00010 3.1231 .51562 65VAR00011 2.9231 .64488 65VAR00012 3.0923 .70096 65VAR00013 2.7846 .57261 65VAR00014 2.8154 .58342 65VAR00015 3.5077 .50383 65VAR00016 3.3846 .65413 65VAR00017 2.2923 .74421 65VAR00018 3.0923 .52211 65VAR00019 2.9077 .57887 65VAR00020 3.4154 .60962 65VAR00021 2.9077 .72291 65VAR00022 2.1538 .66687 65VAR00023 2.4769 .64001 65
IX
VAR00024 3.3538 .51329 65VAR00025 3.4154 .52715 65VAR00026 2.7846 .62481 65VAR00027 3.0769 .47788 65VAR00028 2.7231 .76050 65VAR00029 2.9692 .61159 65VAR00030 2.7385 .66795 65VAR00031 2.8000 .61745 65VAR00032 2.3692 .60128 65VAR00033 3.3077 .61041 65VAR00034 2.8923 .68746 65VAR00035 3.0000 .66144 65VAR00036 3.3692 .48635 65VAR00037 3.0000 .50000 65VAR00038 2.6000 .76649 65VAR00039 3.0154 .45043 65VAR00040 3.0462 .41196 65VAR00041 2.9385 .65852 65VAR00042 2.6923 .63549 65VAR00043 2.4308 .70643 65VAR00044 3.2154 .67297 65VAR00045 2.8154 .58342 65VAR00046 2.8923 .53394 65VAR00047 2.9692 .68395 65VAR00048 3.5846 .55600 65VAR00049 2.5077 .75256 65VAR00050 2.7846 .57261 65VAR00051 2.9692 .49904 65VAR00052 2.8615 .70438 65VAR00053 3.1385 .49614 65VAR00054 2.9385 .58301 65VAR00055 2.8923 .56245 65VAR00056 2.8462 .68990 65VAR00057 2.6000 .68007 65VAR00058 2.9231 .53932 65VAR00059 3.1538 .47535 65VAR00060 2.6769 .83118 65VAR00061 2.7692 .55253 65VAR00062 3.3538 .59767 65VAR00063 3.0923 .38418 65VAR00064 2.8923 .56245 65VAR00065 3.3231 .47129 65VAR00066 2.7692 .52349 65VAR00067 3.2154 .51515 65VAR00068 2.0923 .65486 65VAR00069 2.4000 .60725 65VAR00070 3.0769 .62017 65
X
VAR00071 3.2615 .53843 65VAR00072 2.6923 .61041 65VAR00073 3.2308 .42460 65VAR00074 3.1538 .66687 65VAR00075 3.0923 .55122 65VAR00076 3.1077 .40012 65VAR00077 2.9385 .60922 65VAR00078 3.0923 .52211 65VAR00079 2.6769 .61511 65VAR00080 2.3077 .49759 65VAR00081 3.2000 .47434 65VAR00082 3.0923 .55122 65VAR00083 3.0308 .49904 65VAR00084 2.8615 .58301 65VAR00085 3.2769 .51562 65VAR00086 3.1231 .54508 65VAR00087 2.8000 .64226 65VAR00088 2.9385 .63435 65VAR00089 3.2154 .45043 65VAR00090 3.0769 .66867 65VAR00091 2.8000 .61745 65VAR00092 2.8462 .68990 65
Summary Item Statistics
2.955 2.092 3.585 1.492 1.713 .091 92.353 .148 .691 .543 4.681 .011 92.037 -.198 .356 .554 -1.801 .004 92.107 -.517 .693 1.210 -1.339 .027 92
Item MeansItem VariancesInter-Item CovariancesInter-Item Correlations
Mean Minimum Maximum RangeMaximum /Minimum Variance N of Items
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted VAR00001 268.5231 335.597 .466 . .914 VAR00002 268.5846 335.528 .463 . .914 VAR00003 269.0000 340.438 .210 . .916 VAR00004 268.7385 343.290 .101 . .916
XI
VAR00005 268.4769 340.160 .289 . .915 VAR00006 268.7538 336.407 .405 . .915 VAR00007 269.1231 346.703 -.063 . .917 VAR00008 268.6000 336.056 .466 . .914 VAR00009 269.1846 332.090 .547 . .914 VAR00010 268.7538 340.251 .271 . .915 VAR00011 268.9538 331.857 .570 . .913 VAR00012 268.7846 330.640 .570 . .913 VAR00013 269.0923 340.554 .227 . .916 VAR00014 269.0615 338.465 .320 . .915 VAR00015 268.3692 338.799 .357 . .915 VAR00016 268.4923 330.441 .622 . .913 VAR00017 269.5846 351.559 -.231 . .919 VAR00018 268.7846 337.984 .386 . .915 VAR00019 268.9692 342.093 .152 . .916 VAR00020 268.4615 329.971 .692 . .913 VAR00021 268.9692 331.718 .510 . .914 VAR00022 269.7231 338.485 .275 . .915 VAR00023 269.4000 343.713 .065 . .917 VAR00024 268.5231 341.066 .229 . .916 VAR00025 268.4615 336.252 .473 . .914 VAR00026 269.0923 336.616 .378 . .915 VAR00027 268.8000 337.819 .434 . .915 VAR00028 269.1538 332.445 .456 . .914 VAR00029 268.9077 336.804 .378 . .915 VAR00030 269.1385 348.684 -.139 . .918 VAR00031 269.0769 332.916 .549 . .914 VAR00032 269.5077 347.473 -.096 . .918 VAR00033 268.5692 336.187 .407 . .915 VAR00034 268.9846 335.328 .392 . .915 VAR00035 268.8769 331.860 .555 . .913 VAR00036 268.5077 335.816 .540 . .914 VAR00037 268.8769 341.516 .211 . .916 VAR00038 269.2769 336.735 .297 . .915 VAR00039 268.8615 345.027 .026 . .917 VAR00040 268.8308 341.487 .264 . .915 VAR00041 268.9385 332.965 .511 . .914 VAR00042 269.1846 349.028 -.158 . .918 VAR00043 269.4462 339.001 .237 . .916 VAR00044 268.6615 328.384 .690 . .913 VAR00045 269.0615 335.996 .436 . .914 VAR00046 268.9846 338.547 .348 . .915 VAR00047 268.9077 337.648 .301 . .915 VAR00048 268.2923 336.335 .443 . .914 VAR00049 269.3692 339.330 .208 . .916 VAR00050 269.0923 338.523 .324 . .915 VAR00051 268.9077 342.148 .177 . .916
XII
VAR00052 269.0154 340.078 .196 . .916 VAR00053 268.7385 337.227 .450 . .914 VAR00054 268.9385 342.684 .123 . .916 VAR00055 268.9846 341.828 .170 . .916 VAR00056 269.0308 334.530 .423 . .914 VAR00057 269.2769 335.922 .373 . .915 VAR00058 268.9538 337.920 .376 . .915 VAR00059 268.7231 338.016 .425 . .915 VAR00060 269.2000 329.131 .526 . .913 VAR00061 269.1077 341.004 .214 . .916 VAR00062 268.5231 333.722 .531 . .914 VAR00063 268.7846 341.922 .254 . .916 VAR00064 268.9846 339.359 .289 . .915 VAR00065 268.5538 337.845 .439 . .915 VAR00066 269.1077 337.879 .391 . .915 VAR00067 268.6615 337.727 .406 . .915 VAR00068 269.7846 341.515 .154 . .916 VAR00069 269.4769 341.128 .186 . .916 VAR00070 268.8000 333.600 .516 . .914 VAR00071 268.6154 344.240 .057 . .917 VAR00072 269.1846 344.059 .055 . .917 VAR00073 268.6462 339.420 .388 . .915 VAR00074 268.7231 332.235 .534 . .914 VAR00075 268.7846 341.859 .172 . .916 VAR00076 268.7692 342.555 .200 . .916 VAR00077 268.9385 337.809 .335 . .915 VAR00078 268.7846 340.578 .250 . .915 VAR00079 269.2000 342.350 .129 . .916 VAR00080 269.5692 344.999 .023 . .917 VAR00081 268.6769 338.785 .382 . .915 VAR00082 268.7846 337.359 .396 . .915 VAR00083 268.8462 344.913 .027 . .917 VAR00084 269.0154 337.390 .371 . .915 VAR00085 268.6000 338.525 .363 . .915 VAR00086 268.7538 337.032 .417 . .915 VAR00087 269.0769 337.510 .328 . .915 VAR00088 268.9385 341.590 .157 . .916 VAR00089 268.6615 338.946 .393 . .915 VAR00090 268.8000 335.600 .393 . .915 VAR00091 269.0769 343.322 .086 . .917 VAR00092 269.0308 334.124 .439 . .914
XIII
Scale Statistics
271.8769 345.672 18.59226 92Mean Variance Std. Deviation N of Items
Case Processing Summary
65 100.00 .0
65 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.823 .837 80
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 3.1231 .33108 65VAR00002 3.2308 .58012 65VAR00003 3.2154 .45043 65VAR00004 3.2000 .47434 65VAR00005 1.9846 .69580 65VAR00006 3.0923 .55122 65VAR00007 2.2769 .59968 65VAR00008 2.5231 .64001 65VAR00009 3.2462 .46873 65VAR00010 3.1692 .48635 65VAR00011 3.2308 .74518 65VAR00012 3.2769 .64970 65VAR00013 2.8308 .78201 65VAR00014 3.2923 .52211 65VAR00015 3.0923 .67830 65
XIV
VAR00016 2.7846 .71790 65VAR00017 2.7385 .75575 65VAR00018 2.9692 .70643 65VAR00019 3.0769 .53932 65VAR00020 2.8462 .64301 65VAR00021 2.0615 .52669 65VAR00022 1.8154 .65889 65VAR00023 3.0308 .76993 65VAR00024 2.6923 .58425 65VAR00025 3.1692 .67475 65VAR00026 3.0308 .58548 65VAR00027 2.8308 .65118 65VAR00028 3.0308 .55816 65VAR00029 2.9231 .56755 65VAR00030 3.1846 .60962 65VAR00031 3.1385 .52669 65VAR00032 3.2308 .45993 65VAR00033 3.1385 .60922 65VAR00034 3.0769 .64488 65VAR00035 2.9846 .67297 65VAR00036 3.4154 .58342 65VAR00037 3.2000 .66615 65VAR00038 2.9385 .63435 65VAR00039 3.3538 .51329 65VAR00040 2.8923 .68746 65VAR00041 1.9692 .80950 65VAR00042 2.1231 .64970 65VAR00043 2.0615 .55557 65VAR00044 2.0769 .62017 65VAR00045 2.8308 .82100 65VAR00046 3.2154 .64933 65VAR00047 2.8462 .61823 65VAR00048 3.4154 .60962 65VAR00049 3.1692 .60128 65VAR00050 2.3231 .64001 65VAR00051 3.4615 .56116 65VAR00052 2.5692 .70643 65VAR00053 3.1231 .64970 65VAR00054 3.1846 .58342 65VAR00055 3.3385 .50858 65VAR00056 3.1692 .51748 65VAR00057 3.2154 .45043 65VAR00058 2.3077 .55686 65VAR00059 3.2154 .51515 65VAR00060 3.1077 .79300 65VAR00061 3.2923 .57887 65VAR00062 3.2154 .51515 65
XV
VAR00063 2.3077 .61041 65VAR00064 2.7231 .71824 65VAR00065 2.7846 .73935 65VAR00066 2.9846 .54464 65VAR00067 3.0000 .70711 65VAR00068 2.9231 .62017 65VAR00069 3.4000 .60725 65VAR00070 2.7231 .64970 65VAR00071 3.1846 .68219 65VAR00072 3.0308 .63662 65VAR00073 3.1231 .71824 65VAR00074 3.1692 .57471 65VAR00075 2.2923 .67830 65VAR00076 3.3385 .59364 65VAR00077 2.8462 .71219 65VAR00078 2.9231 .66867 65VAR00079 3.0154 .64933 65VAR00080 1.7692 .63169 65
Summary Item Statistics
2.914 1.769 3.462 1.692 1.957 .171 80.390 .110 .674 .564 6.149 .013 80.021 -.271 .332 .603 -1.225 .007 80.060 -.635 .649 1.285 -1.021 .043 80
Item MeansItem VariancesInter-Item CovariancesInter-Item Correlations
Mean Minimum Maximum RangeMaximum /Minimum Variance N of Items
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted VAR00001 229.9846 164.922 .210 . .822 VAR00002 229.8769 161.547 .334 . .819 VAR00003 229.8923 161.098 .482 . .818 VAR00004 229.9077 162.523 .336 . .820 VAR00005 231.1231 176.797 -.566 . .837 VAR00006 230.0154 160.140 .457 . .817 VAR00007 230.8308 172.643 -.393 . .832 VAR00008 230.5846 165.622 .048 . .824 VAR00009 229.8615 161.121 .460 . .818 VAR00010 229.9385 163.777 .225 . .821
XVI
VAR00011 229.8769 157.391 .474 . .815 VAR00012 229.8308 163.393 .181 . .822 VAR00013 230.2769 160.578 .284 . .820 VAR00014 229.8154 161.653 .368 . .819 VAR00015 230.0154 156.672 .570 . .814 VAR00016 230.3231 157.472 .490 . .815 VAR00017 230.3692 164.643 .083 . .824 VAR00018 230.1385 159.152 .402 . .817 VAR00019 230.0308 162.124 .320 . .819 VAR00020 230.2615 167.009 -.036 . .826 VAR00021 231.0462 165.795 .055 . .824 VAR00022 231.2923 174.960 -.492 . .835 VAR00023 230.0769 162.416 .194 . .822 VAR00024 230.4154 163.403 .206 . .821 VAR00025 229.9385 156.840 .563 . .814 VAR00026 230.0769 161.603 .327 . .819 VAR00027 230.2769 163.953 .146 . .822 VAR00028 230.0769 165.478 .071 . .824 VAR00029 230.1846 163.622 .198 . .821 VAR00030 229.9231 159.447 .455 . .817 VAR00031 229.9692 162.187 .324 . .819 VAR00032 229.8769 164.578 .172 . .822 VAR00033 229.9692 160.749 .369 . .818 VAR00034 230.0308 158.499 .487 . .816 VAR00035 230.1231 159.860 .382 . .818 VAR00036 229.6923 160.591 .398 . .818 VAR00037 229.9077 160.335 .358 . .818 VAR00038 230.1692 161.705 .292 . .820 VAR00039 229.7538 160.376 .475 . .817 VAR00040 230.2154 161.984 .249 . .820 VAR00041 231.1385 174.527 -.391 . .835 VAR00042 230.9846 171.890 -.323 . .831 VAR00043 231.0462 169.107 -.180 . .828 VAR00044 231.0308 169.343 -.180 . .828 VAR00045 230.2769 167.203 -.050 . .828 VAR00046 229.8923 161.254 .312 . .819 VAR00047 230.2615 164.196 .141 . .822 VAR00048 229.6923 159.154 .474 . .816 VAR00049 229.9385 165.184 .082 . .824 VAR00050 230.7846 167.234 -.050 . .826 VAR00051 229.6462 160.388 .430 . .818 VAR00052 230.5385 169.284 -.161 . .829 VAR00053 229.9846 158.078 .509 . .815 VAR00054 229.9231 160.822 .382 . .818 VAR00055 229.7692 160.680 .456 . .818 VAR00056 229.9385 160.809 .437 . .818 VAR00057 229.8923 164.160 .213 . .821
XVII
XVIII
VAR00058 230.8000 168.788 -.158 . .827 VAR00059 229.8923 161.223 .407 . .818 VAR00060 230.0000 158.000 .411 . .817 VAR00061 229.8154 160.934 .378 . .818 VAR00062 229.8923 162.160 .335 . .819 VAR00063 230.8000 167.006 -.036 . .826 VAR00064 230.3846 160.897 .297 . .819 VAR00065 230.3231 161.472 .255 . .820 VAR00066 230.1231 160.203 .458 . .817 VAR00067 230.1077 156.691 .544 . .814 VAR00068 230.1846 159.372 .451 . .817 VAR00069 229.7077 160.304 .400 . .818 VAR00070 230.3846 168.178 -.106 . .827 VAR00071 229.9231 156.885 .554 . .814 VAR00072 230.0769 159.635 .421 . .817 VAR00073 229.9846 159.953 .349 . .818 VAR00074 229.9385 158.965 .519 . .816 VAR00075 230.8154 167.872 -.086 . .827 VAR00076 229.7692 163.243 .212 . .821 VAR00077 230.2615 162.602 .204 . .821 VAR00078 230.1846 161.122 .309 . .819 VAR00079 230.0923 162.210 .253 . .820 VAR00080 231.3385 173.227 -.410 . .833
Scale Statistics
233.1077 166.816 12.91574 80Mean Variance Std. Deviation N of Items