Post on 08-Feb-2021
i
HUBUNGAN GAYA BELAJAR SISWA DENGAN
HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN
DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Lina Damayanti
1401412293
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Kunci menuju sukses belajar dan bekerja adalah menemukan keunikan gaya
belajar dan gaya bekerja Anda sendiri (Barbara Prashnig).
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibu dan Ayah tercinta
(Ibu Sri Hartini dan Bapak Bambang Suharto) yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan doa terindahnya.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS
pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”.
Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih, kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini;
4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
5. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar;
vii
7. Kepala SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02 Tumpangkrasak, SDN 03
Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02 Ngembal Kulon, SDN 03
Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian;
8. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02
Tumpangkrasak, SDN 03 Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02
Ngembal Kulon, SDN 03 Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang
telah membantu peneliti melaksanakan penelitian;
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat
berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2016
Peneliti
viii
ABSTRAK
Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar
IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra.
Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd. dan Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd.
Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar IPS siswa. Cara siswa dalam belajar IPS yang berbeda-beda dapat
menyebabkan hasil belajar IPS tiap siswa pun berbeda-beda, seperti yang terjadi
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN?, (2) adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada
siswa kelas V?, (3) seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus? Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui gaya belajar
siswa kelas V, (2) mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V, dan (3)
mengetahui seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus sebanyak 124 siswa, kemudian peneliti mengambil sampel sebanyak 95
siswa dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi, dan
wawancara. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji
linearitas. Setelah data normal dan linearitas, langkah selanjutnya yaitu
menghitung korelasi product moment dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai r hitung (0,605) > r tabel (0,202). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V. Keeratan hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 36,6%.
Simpulan penelitian ini adalah: (1) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono
Kecamatan Jati mayoritas memiliki gaya belajar visual, (2) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan
koefisien korelasi sebesar 0,605, dan tingkat keeratan hubungannya sebesar
36,6%. Saran bagi guru maupun orang tua adalah diharapkan guru dan orang tua
dapat mengenal gaya belajar yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar karena disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
Kata kunci: gaya belajar siswa, hasil belajar, IPS
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 11
2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 11
2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 11
2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................................... 11
2.1.1.2 Tujuan Belajar ............................................................................................... 12
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................. 14
x
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................................. 16
2.1.1.5 Teori-Teori Belajar ........................................................................................ 18
2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran ............................................................................... 20
2.1.2 Hakikat Gaya Belajar .................................................................................... 21
2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar ................................................................................ 21
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar ........................................ 23
2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar ........................................................................ 25
2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar ............................................................................. 28
2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar .................................................................................. 32
2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa ................................................ 36
2.1.3 Hakikat Hasil Belajar .................................................................................... 38
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar ................................................................................ 38
2.1.4 Pembelajaran IPS di SD ................................................................................ 42
2.1.4.1 Pengertian IPS ............................................................................................... 42
2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS ....................................................................................... 43
2.1.4.3 Tujuan IPS ..................................................................................................... 46
2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS di SD .............................................................. 49
2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................................... 50
2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar .............................................. 53
2.2 Kajian Empiris ............................................................................................... 54
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 60
2.4 Hipotesis ........................................................................................................ 61
xi
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 63
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 63
3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 64
3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian .......................................................... 67
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 67
3.4.1 Populasi Penelitian ........................................................................................ 67
3.4.2 Sampel Penelitian .......................................................................................... 68
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 70
3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X) ............................................. 70
3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y) ............................................. 71
3.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 71
3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa ......................................................................... 71
3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS ............................................................................ 71
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 72
3.7.1 Kuesioner/Angkat .......................................................................................... 72
3.7.2 Dokumentasi .................................................................................................. 73
3.7.3 Wawancara .................................................................................................... 73
3.8 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 74
3.8.1 Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 77
3.8.1.1 Uji Validitas .................................................................................................. 77
3.8.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................................... 79
3.9 Analisis Data ................................................................................................. 80
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 80
xii
3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 80
3.9.1.2 Deskripsi Hasil Belajar IPS ........................................................................... 82
3.9.2 Analisis Data Awal ........................................................................................ 83
3.9.2.1 Uji Normalitas ............................................................................................... 83
3.9.2.2 Uji Linearitas ................................................................................................. 84
3.9.3 Analisis Data Akhir ....................................................................................... 85
3.9.3.1 Uji Product Moment ...................................................................................... 85
3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 88
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 88
4.1.1 Subjek Penelitian ........................................................................................... 88
4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 88
4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS .................................................................. 104
4.1.4 Hasil Analisis Data Awal .............................................................................. 106
4.1.4.1 Uji Normalitas Data ...................................................................................... 106
4.1.4.2 Uji Linearitas Data ........................................................................................ 106
4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir ............................................................................. 107
4.1.5.1 Analisis Korelasi ........................................................................................... 107
4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 111
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 111
4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan ............................................................................. 111
4.3 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................................. 119
xiii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 121
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 121
5.2 Saran .............................................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 123
LAMPIRAN ............................................................................................................. 126
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V Semester 2 ...................................... 45
Tabel 3.1 Populasi Penelitian .................................................................................... 68
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ................................................................. 69
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar ...................... 74
Tabel 3.4 Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 76
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba ....... 76
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Reliabilitas .................................................................... 80
Tabel 3.7 Kategori Gaya Belajar Siswa .................................................................... 83
Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar IPS ........................................................................ 83
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................................. 86
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ...................................................................................... 88
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Gaya Belajar ................................................ 90
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar ............................................... 91
Tabel 4.4 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual ............................................. 93
Tabel 4.5 Distribusi Skor Mengingat Apa yang Didengar daripada Apa yang
didengar .................................................................................................... 93
Tabel 4.6 Distribusi Skor Rapi dan Teratur .............................................................. 94
Tabel 4.7 Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan ................................ 95
Tabel 4.8 Distribusi Skor Sulit Menerima Instruksi Verbal ..................................... 96
Tabel 4.9 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar ..................................... 97
Tabel 4.10 Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan ........................................... 97
xv
Tabel 4.11 Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik ............................. 98
Tabel 4.12 Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan ............................ 99
Tabel 4.13 Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual ...................................... 100
Tabel 4.14 Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik ....................................... 100
Tabel 4.15 Distribusi Skor Peka terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh ................... 101
Tabel 4.16 Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak ............... 102
Tabel 4.17 Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi ................................ 102
Tabel 4.18 Distribusi Skor Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik ........................ 103
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS ............................................. 104
Tabel 4.20 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS ........................................................... 105
Tabel 4.21 Uji Linearitas Data .................................................................................. 107
Tabel 4.22 Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar IPS .............................. 108
Tabel 4.23 Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar IPS .................. 109
Tabel 4.24 Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar IPS ............ 109
Tabel 4.25 Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar IPS ............ 109
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 61
Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional ............................................................. 63
Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan gaya Belajar Siswa .................................... 90
Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa .............................................. 92
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS .......................................... 105
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa (Uji Coba) .................................. 127
Lampiran 2 Uji Coba Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 128
Lampiran 3 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ........................... 132
Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 138
Lampiran 5 Angket Gaya Belajar Siswa ................................................................... 139
Lampiran 6 Rekapitulasi Skor Angket Gaya Belajar Siswa ..................................... 143
Lampiran 7 Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa ................................................... 152
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ................................................... 155
Lampiran 9 Kategori Skor Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 167
Lampiran 10 Kategori Nilai Hasil Belajar IPS ......................................................... 172
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ....................................................... 174
Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 175
Lampiran 13 Hasil Uji Korelasi ................................................................................ 176
Lampiran 14 Kisi-Kisi Wawancara Siswa tentang Gaya Belajar ............................. 178
Lampiran 15 Sampel Wawancara dengan Siswa ...................................................... 179
Lampiran 16 Surat Keterangan Validasi Penilai Ahli ............................................... 183
Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 187
Lampiran 18 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................................ 194
Lampiran 19 Dokumentasi ........................................................................................ 201
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap manusia di dunia ini membutuhkan pendidikan bahkan dimulai sejak
manusia itu masih dalam kandungan, karena pendidikan saat ini menjadi
kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Seperti yang telah dijelaskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bab II pasal 4 tentang
standar nasional pendidikan yang menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan
bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Dalam mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya suatu
program belajar yang disusun secara sistematis, dan program tersebutlah yang
dinamakan kurikulum.
Kurikulum sekolah dasar yang berlaku saat ini adalah kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. BSNP (2006: 11) menyatakan bahwa
kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan
diri. Salah satu mata pelajaran yang dimuat adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran IPS harus
mencakup beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang isinya tentang standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. (BSNP, 2006:173)
Jarolimek (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) menyatakan bahwa IPS
mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Nasution (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) juga menjelaskan bahwa IPS
merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang
pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam
lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang cakupan materinya luas,
yaitu mencakup konsep maupun teori. Cakupan materi yang luas tersebut,
membuat siswa merasa kesulitan mempelajari materi IPS dan akhirnya berdampak
pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2014:3). Apabila
siswa belum mengalami peningkatan dalam bidang kognitif, afektif, ataupun
psikomotorik maka siswa belum memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang
3
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor dari luar siswa (ekstern) terdiri dari
lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental (kurikulum/bahan pelajaran,
guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/manajemen). Sedangkan faktor
dari dalam (intern) terdiri dari aspek fisiologi (kondisi fisik dan kondisi panca
indera) dan aspek psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan
kognitif). Cara siswa dalam menyerap informasi juga menentukan bagaimana
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima suatu
informasi yang disampaikan oleh guru, hal tersebutlah yang menyebabkan hasil
belajar setiap siswa berbeda-beda. Cara belajar siswa tersebut sering disebut
sebagai gaya belajar. Menurut Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11), gaya belajar
adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses dan mengerti suatu informasi. Marton, dkk (dalam Ghufron, 2014: 12)
berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya
belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan
efektivitasnya dalam belajar, sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil
belajarnya.
Hasil observasi yang dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS masih kurang
optimal, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata hasil ulangan akhir
semester 1 mata pelajaran IPS di SDN 01 Tumpangkrasak yaitu sebesar 69,5.
Dari 18 siswa hanya 9 siswa (47%) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan yang nilainya di bawah KKM
4
ada 10 siswa (53%). Pada SDN 02 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS
77, dari 21 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 15 siswa (71,4%)
sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 6 siswa (28,6%).
Pada SDN 03 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS 70. Dari 18
siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 10 siswa (55,5%) sedangkan yang
nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (44,5%). Pada SDN 01 Ngembal Kulon
diperoleh rata-rata nilai UAS 73. Dari 26 siswa, yang mendapat nilai di atas KKM
ada 21 siswa (80,7%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa
(19,3%). Pada SDN 02 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 68, dari 15
siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (46,6%) sedangkan yang
nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (53,4%). Pada SDN 03 Ngembal Kulon
diperoleh rata-rata nilai UAS 73, dari 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM
ada 5 siswa (50%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa (50%).
Pada SDN 04 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 70, dari 16 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (43,75%) sedangkan yang nilainya
di bawah KKM ada 9 siswa (56,25%).
Ada beberapa masalah yang menyebabkan kurang optimalnya perolehan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus, yaitu antara siswa satu dengan siswa yang lainnya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam menyerap suatu informasi yang
disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki kesulitan
dalam memahami materi pelajaran yang akhirnya berdampak pada hasil belajar
mereka, terutama pada mata pelajaran IPS. Menurut penjelasan guru, ada siswa
5
yang sering membuat keributan di dalam kelas, tetapi siswa tersebut memperoleh
hasil belajar IPS yang bagus. Ada juga siswa yang terlihat serius memperhatikan
tetapi hasil belajar IPS justru kurang bagus.
Siswa juga merasa kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara
mengajar guru di sekolah, dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran kurang bervariasi, hanya berorientasi pada ceramah dan tanya
jawab. Padahal, ada siswa yang lebih suka jika guru menggunakan media gambar,
ada siswa yang sangat senang belajar dengan hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, ada siswa yang senang belajar dengan berdiskusi maupun praktik, bahkan
ada juga siswa yang lebih mudah menyerap informasi dengan menggabungkan
cara-cara belajar tersebut.
Menurut siswa kelas V di SDN 01 Tumpangkrasak, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit, karena
menurut mereka materi IPS memiliki cakupan materi pelajaran yang luas,
sehingga siswa merasakan kesulitan dalam memahami dan menguasai materi –
materi pelajaran IPS. Siswa tersebut merasa kesulitan menghafal materi IPS
dengan cara membaca, ia lebih suka belajar dengan mendengarkan secara
langsung penjelasan guru. Namun, ada juga siswa yang lebih suka belajar dengan
membaca, siswa merasa kesulitan jika harus mendengarkan penjelasan guru
secara langsung.
Terdapat beberapa penelitian yang memperkuat penelitian ini dan
mengungkap variabel yang hampir sama, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 (Volume 9, No. 1) dalam jurnal
6
Tabularasa PPS UNIMED dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan
Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No.
060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata hasil belajar PAI
siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD ( X = 29,95) lebih baik daripada
rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori (
X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa strategi STAD terbukti efektif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik untuk kelompok siswa
dengan gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih
lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa
dengan gaya belajar kinestetik ( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
dengan gaya belajar visual ( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar
auditori ( X = 29,86). Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata
hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada
hasil siswa dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar
kinestetik ( X = 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan
untuk membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua
hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar visual,
auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni
dan I Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal 1-11), dengan judul
7
“Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar
Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas IV SDN
Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)
gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar lebih
baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2) pemahaman konsep IPS
dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah lebih baik secara signifikan
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung
= 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya belajar dan pemahaman konsep IPS lebih
baik secara signifikan yang mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05).
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali
Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning Styles
and Academic Performence of Students in English as a Second-Language Class in
Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa Inggris. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat dianggap sebagai prediktor
yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa kedua, dan itu harus diperhitungkan
untuk meningkatkan hasil siswa khusus dalam belajar dan mengajarkan bahasa
kedua, dan juga menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam gaya belajar
memainkan peran penting dalam domain ini.
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sudah melakukan penelitian guna
mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS. Peneliti
akan mengangkat judul penelitian “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus?
2) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus?
3) Seberapa besarkah hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
9
2) Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus.
3) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara gaya belajar siswa dengan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang
keanekaragaman gaya belajar siswa.
2) Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baik hanya sebagai bacaaan
ataupun sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang ilmiah bagi mahasiswa
yang tertarik dengan keanekaragaman gaya belajar siswa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Siswa
Siswa menjadi lebih tahu dengan gaya belajarnya, sehingga mereka lebih
mudah mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru.
1.4.2.2 Bagi Guru
Menambah pengetahuan guru tentang hubungan gaya belajar siswa dengan
10
hasil belajar siswa.
1.4.2.3 Bagi Orang Tua
Orang tua dapat mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak ketika
belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang diharapkan.
1.4.2.4 Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gaya
belajar dan hasil belajar.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Jika kita berbicara tentang pendidikan, maka satu kata yang terlintas dalam
pikiran kita adalah belajar. Inti dari proses pendidikan adalah belajar dan
pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang sudah tidak
asing bagi kita, terutama bagi seorang pelajar. Belajar adalah suatu kegiatan untuk
mencapai perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi.
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab di semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar, kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing
lagi, bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan
mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Seseorang belajar
tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga untuk
mengembangkan keterampilan maupun sikapnya. Pengalaman merupakan hal
yang sangat berarti dalam kegiatan belajar, karena seseorang belajar didasarkan
pada pengalaman pribadi seseorang tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat
Ahmadi dan Widoso Supriyono (2013:128) yang menyebutkan pengertian belajar
secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi ke-
12
butuhan hidupnya.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor
(Djamarah, 2011:13).
Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
pengusaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah,
sebab seperti yang dikatakan Reber (dalam Suprijono, 2013:3) bahwa belajar
adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan.
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah.
Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) menyatakan bahwa “learning shown
by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
2.1.1.2 Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya perubahan
tingkah laku dari individu yang telah melaksanakan proses belajar. Seseorang
belajar bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun
afektif. Selain itu, melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang dapat
memperoleh hasil belajar yang baik serta pengalaman hidup. Hal tersebut
13
didukung oleh pendapat Sardiman (2011: 25) yang menyebutkan ada 3 tujuan
belajar, yaitu :
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain,
tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan tujuan inilah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan
belajar.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat,
diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan
dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan
rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan
berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah
atau konsep.
3) Pembentukan sikap
Untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus
lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan keca-
14
kapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan
sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-
nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar pengajar, tetapi
betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada
anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran
dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari.
2.1.1.3 Prinsip - Prinsip Belajar
Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, perlu
diketahui mengenai prinsip-prinsip belajar. Setiap guru seharusnya dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual. Prinsip belajar tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran,
baik bagi siswa maupun guru dalam upaya mencapai proses belajar mengajar
yang berjalan dengan baik.
Dimyati dan Mudjiono (2009:42) menyebutkan ada 7 prinsip-prinsip
belajar, yaitu:
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Selain
perhatian, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajarkarena bersifat mengarahkan aktivitas seseorang.
2) Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
15
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mewmpunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, bela-
jar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar melalui pengalaman
langsung, siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh
teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Daya-daya yang
dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna
5) Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yaitu bahan belajar, maka timbul motif untuk
mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,
maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
16
Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik
maka bahan belajar haruslah menantang.
6) Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Hasil yang baik tersebut merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
7) Perbedaan individual
Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tentunya juga turut
mempengaruhi hasil belajar. Syah (2015:145) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
yaitu keadaan kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Faktor internal
meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniyah). Faktor-faktor rohaniyah yang lebih dianggap esensial yaitu
tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.
17
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. Faktor eksternal dibagi
menjadi dua yaitu lingkungan sosial (guru, kepala sekolah, staf, teman) dan
lingkungan non-sosial (gedung sekolah dan lokasinya, rumah siswa dan
lokasinya, alat-alat belajar, kondisi cuaca, serta waktu belajar yang digunakan
siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali (2014:101) bahwa di dalam
proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap,
minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
1) Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
2) Sikap
Trow (dalam Djaali, 2014:114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
3) Minat
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sen-
diri dengan sesuatu di luar diri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
18
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada
diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas,
dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
5) Konsep Diri
Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada
saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendirisebagaimana yang
diharapkan atau disukai oleh individu yang bersangkutan.
Ghufron (2014:10) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dapat
dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik internal maupun eksternal.
Aspek eksternal meliputi bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-
fasilitas diberdayakan, sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan
anak dan keunikan personal individu anak (gaya belajar tiap anak). Pendapat dari
para ahli tersebut menegaskan bahwa seseorang belajar ditentukan oleh faktor dari
dalam dan faktor dari luar diri.
2.1.1.5 Teori-Teori Belajar
Slameto (2010: 8) menyebutkan ada beberapa teori belajar yang perlu
diketahui, di antaranya yaitu:
1) Teori Gestalt
Belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang
19
penting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah belajar
berdasarkan keseluruhan; belajar adalah suatu proses perkembangan; siswa
sebagai organisme keseluruhan; terjadi transfer; belajar adalah reorganisasi
pengalaman; belajar harus dengan insight; dan belajar lebih berhasil bila
berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa.
2) Teori belajar menurut J. Bruner
Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi
aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Tahapan belajar Bruner ada tiga yaitu: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
3) Teori Belajar dari Piaget
Teori kognitif dari Piaget meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif
bukan hanya hasil kematangan oranisme, bukan pula pengaruh lingkungan
semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Tahapan perkembangan
intelektual anak dibagi dalam 4 periode, yaitu: periode sensori-motor (0-2
tahun), peiode pra-operasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11
tahun), dan periode operasional formal (11- dewasa).
Teori belajar yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar kognitif
dari Piaget, karena dalam penelitian ini membahas tentang hasil belajar kognitif
siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V termasuk ke dalam tahapan perkem-
20
bangan operasional konkret karena berada di usia 7 – 11 tahun.
2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran
Seseorang yang belajar tidak lepas dari orang yang mengajarkannya.
Adanya proses interaksi antara guru dengan siswa saat belajar itulah yang
dinamakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Sama halnya dengan pendapat
Al-Tabany (2014:19) yang menjelaskan bahwa pembelajaran secara sederhana
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Makna tersebut menjelaskan bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana
antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar (Sisdiknas, 2006:2).
Seseorang belajar tentunya memiliki cara sendiri dalam memahami suatu
informasi, dan cara belajar itulah yang sering kita kenal sebagai gaya belajar.
Tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam menyerap informasi, mereka
memiliki cara yang unik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
21
2.1.2 Hakikat Gaya Belajar
Siswa merupakan individu yang unik, karena mereka memiliki cara yang
berbeda-beda dalam menangkap suatu informasi. Setiap siswa memiliki gaya
tersendiri dalam belajar untuk memudahkannya dalam menyerap suatu
pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian gaya belajar,
macam-macam gaya belajar, karakteristik gaya belajar, pentingnya memahami
gaya belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar, indikator gaya
belajar, serta pentingnya mengetahui gaya belajar siswa.
2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar
Akhir-akhir ini timbul pikiran baru yakni, bahwa mengajar itu harus
memperhatikan gaya belajar atau learning style siswa. Gaya belajar siswa tersebut
merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Gaya belajar
dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh seseorang dalam belajar. Dalam hal
ini, belajar diartikan sebagai proses dalam menyerap suatu informasi. Seseorang
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Seperti yang
dikemukakan oleh Nasution (2013:93), bahwa gaya belajar yaitu cara ia bereaksi
dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.
Para peneliti menggolongkan berbagai belajar pada siswa menurut kategori-
kategori sebagai berikut :
1) Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Guru
juga mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3) Kesesuaian gaya mengajar dan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
22
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11),
bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan
kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Susilo, M. Djoko
(2010:94) mengemukakan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara yang cenderung
dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses
informasi tersebut.
Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan antara
orang satu dengan orang lainnya. Dengan demikian, secara umum gaya belajar
diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan,
pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk
membantu anak dalam belajar.
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap,
kemampuan mengatur dan mengolah informasi (Suparman, 2010:63). Secara
umum, ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar, pertama,
bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua,
bagaimana cara seseorang tersebut mengatur dan mengolah informasi (dominan
otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi (De Porter, 2010:110).
Antara siswa satu dengan yang lainnya pasti memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Hal tersebut sangat bergantung pada faktor yang mempengaruhi
individu itu sendiri, untuk itu siswa harus mampu memahami gaya belajarnya agar
siswa dapat memahami informasi yang didapatnya.
23
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siapapun dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya, baik di rumah, masyarakat, dan terutama di
sekolah. Gaya belajar antara satu siswa dengan siswa lain berbeda, hal tersebut
terjadi karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam siswa (intern) maupun
faktor dari luar siswa (ekstern).
Dunn (dalam De Porter, 2010:110) menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar orang, mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis,
dan lingkungan. Misalnya: (1) seseorang dapat belajar dengan paling baik apabila
cahaya terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram, (2)
ada orang yang belajar secara baik dengan berkelompok, sedangkan yang lain
lebih memilih adanya orang tua atau guru yang mendampingi tetapi ada juga yang
lebih senang belajar sendiri, (3) sebagian orang memerlukan musik sebagai
pangantar belajar, namun ada juga yang belajar dalam keadaan sepi, (4) ada
orang-orang yang memerlukan lingkungan belajar yang rapi dan teratur, tetapi ada
juga yang suka menggelar segala sesuatunya agar semua dapat terlihat.
Ketika belajar siswa pelu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa
berkonsentrasi dengan baik, maka perlu adanya lingkungan yang mendukung
kegiatan belajar siswa. Berikut ini faktor lingkungan yang mempengaruhi
konsentrasi belajar siswa adalah :
a) Suara
Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang
menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun
24
nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman,
tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi jika banyak orang di sekitarnya.
Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu
konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat
yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak
merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat
berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.
b) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan
dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur
pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan.
c) Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak
terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap orang
terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingain atau
sejuk, sedangkan yang lainnya memilih di tempat yang hangat.
d) Desain Belajar
Jika sedang belajar yang membutuhkan konsentrasi, ada yang merasa lebih
nyaman untuki melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur,
tikar, karpet atau duduk santai di lantai tapi ada juga yang sambil berbaring,
berjalan-jalan, memanjat pohon. Ada dua desain belajar yaitu : desain formal
dan tidak formal.
25
2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar
Seseorang belajar menggunakan panca inderanya, terutama indera
penglihatan, indera pendengaran, maupun indera peraba. Pada dasarnya, gaya
belajar yang cenderung dimiliki siswa berkaitan dengan ketiga indera tersebut,
yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
De Porter (2010:112), bahwa ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas
yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu :
1) Gaya belajar visual
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang de-
ngan melihat apa yang sedang ia pelajari. Seseorang akan lebih memahami in-
formasi yang disajikan melalui gambar atau simbol.
2) Gaya belajar auditorial
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial kemungkinan
akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-
saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal
dalam belajar siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi yang diterima.
3) Gaya belajar kinestetik
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar
lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan
belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk
26
mempelajari informasi baru.
Sementara itu, Kolb (dalam Ghufron, 2014:97) menjelaskan ada empat gaya
belajar seseorang, yaitu :
1) Gaya diverger
Gaya diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Individu
dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut
pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati
dan bukan bertindak, termasuk perilaku orang lain, diskusi dan sebagainya.
Individu seperti ini mempunyai tugas belajar yang menuntut untuk
menghasilkan ide-ide (brainstorming), mempelajari hal-hal baru, biasanya juga
menyukai isu budaya. Ingin segera mengalami suatu pengalaman, misalnya
memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba. Namun cepat
bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama dapat dipahami,
dipecahkan, atau diselesaikan.
2) Gaya assimilator
Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati.
Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dan
dipandang dari berbagai perspektif dirangkum dalam suatu format yang logis,
singkat, dan jelas. Biasanya individu tipe ini kurang perhatian pada orang lain
dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak. Mereka juga cenderung
lebih teoritis, mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objektif,
analitis, runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika,
27
berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan.
3) Gaya konverger
Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat.
Individu dengan tipe ini unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai
ide dan teori. Biasanya mereka mempunyai kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung
untuk menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau
hubungan antarpribadi, karena lebih suka untuk mencoba-coba ide, teori-teori
ke dalam suatu aplikasi.
4) Gaya akomodator
Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan.
Individu dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil
pengamatan nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana
dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang.
Mereka cenderung bertindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada
berdasarkan analisis logis.
Penelitian gaya belajar model Witkin, Oltman, Raskin, dan Karp (dalam
Ghufron ,2014: 86) menghasilkan dua tipe gaya belajar yang ada pada individu,
yaitu:
1) Gaya belajar field dependence
Individu yang mempunyai gaya belajar field dependence adalah individu yang
mempersepsikan diri dikuasai lingkungan. Contoh individu yang memiliki
28
gaya belajar field dependence adalah ketika individu tersebut naik bus dan
ingin membaca buku maka individu tersebut akan merasa terganggu dan
kurang berkonsentrasi dengan suasana berisik dan gaduh dalam bus tersebut.
2) Gaya belajar field independence
Individu yang mempunyai gaya belajar field independence adalah apabila
individu mempersepsikan diri bahwa sebagian besar perilaku tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Individu yang memiliki gaya belajar field independence tidak
akan merasa terganggu dengan suasana yang gaduh dan berisik.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, gaya belajar yang biasa dimiliki oleh
siswa SD adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena gaya belajar
tersebut mudah diterapkan oleh siswa SD. Ketiga gaya belajar tersebut
berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran, maupun peraba. Seseorang
belajar pada dasarnya memanfaatkan ketiga indera tersebut. Dalam penelitian ini,
gaya belajar yang akan dibahas adalah gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik.
Tiap gaya belajar siswa pasti memiliki ciri yang khusus, sehingga dapat
dibedakan antara gaya belajar yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan
dijelaskan tentang karakteristik dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar
Setiap gaya belajar pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Gaya belajar
visual lebih menekankan pada indera penglihatan, gaya belajar auditorial
menekankan pada indera pendengarannya, sedangkan gaya belajar kinestetik lebih
menekankan pada kegiatan secara langsung (praktik).
29
De Porter (2010:116-118) mengemukakan karakteristik dari gaya belajar,
yaitu:
1) Gaya belajar visual
Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Ciri-ciri siswa yang
kecenderungan belajar adalah:
a) selalu rapi dan teratur;
b) berbicara dengan cepat;
c) teliti pada detail;
d) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;
e) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka;
f) mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar;
g) mengingat dengan asosiasi visual;
h) pembaca cepat dan tekun;
i) suka membaca daripada dibacakan;
j) suka mencoret-coret tanpa arti bila sedang berbicara atau mendengar;
k) sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak;
l) lebih suka memperagakan dari pada berbicara;
m) lebih suka seni daripada musik;
n) seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata;
o) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan;
p) lebih mudah mengingat jika dibantu gambar.
30
2) Gaya belajar auditorial
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai
berikut:
a) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja;
b) mudah terganggu oleh keributan;
c) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca;
d) senang membaca dengan keras dan mendengarkan;
e) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara;
f) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita;
g) berbicara dalam irama yang terpola;
h) biasanya pembicara yang fasih;
i) lebih suka musik daripada seni;
j) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat;
k) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar;
l) mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain;
m) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya;
n) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
3) Gaya belajar kinestetik
Seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik ciri-cirinya adalah sebagai
berikut:
31
a) berbicara dengan perlahan;
b) menanggapi perhatian fisik;
c) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;
d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;
e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar;
g) belajar melalui memanipulasi dan praktik;
h) menghafal dengan cara berjalan dan melihat;
i) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;
j) banyak menggunakan isyarat tubuh;
k) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
Suparman (2010:66-70) mengemukakan strategi untuk mempermudah
proses belajar siswa yang bergaya belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) ada-
lah sebagai berikut:
a) Gaya belajar visual
1) Gunakan materi visual seperti tulisan, gambar-gambar, diagram dan peta.
2) Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting.
3) Ajak anak-anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4) Gunakan multimedia visual seperti komputer dan video.
5) Arahkan anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam bentuk
tulisan atau gambar.
b) Gaya belajar auditori
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap diskusi yang dilakukan
32
secara verbal.
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik sebagai background untuk mengajarkan anak.
4) Arahkan anak agar merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan minta
dia untuk senantiasa mendengarkannya sebelum tidur.
5) Sebagai orang tua, sebaiknya bantu anak ketika belajar dengan membaca
materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi
pelajarannya.
c) Gaya belajar kinestetik
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2) Arahkan anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya,
misalnya belajar menanam dengan cara langsung mempraktikannya.
3) Izinkan anak untuk mengunyah sesuatu, misalnya permen karet saat belajar.
4) Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan.
5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik, sebab biasanya
ketika mereka belajar dengan musik, anggota tubuhnya (misalnya kepala
atau kakinya) ikut bergerak mengikuti irama musik.
2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar
Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik menurut De Porter (2010:116-118), maka dapat dibuat indikator dari
ketiga gaya belajar tersebut sebagai berikut:
1) Gaya belajar visual
a) Belajar dengan cara visual
33
Mata /penglihatan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat
secara langsung proses pembelajaran tersebut, misalnya mereka lebih suka
membaca sendiri materi pelajaran daripada dibacakan orang lain.
b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, sehingga mereka bisa
mengerti tentang posisi, bentuk, angka, maupun warna.
c) Rapi dan teratur
Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih memperhatikan
penampilannya.
d) Tidak terganggu dengan keributan
Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat
daripada didengarnya. Mereka tidak terlalu memperhatikan suara yang ada
di sekitarnya, sehingga mereka tidak akan merasa terganggu dengan
keributan di sekitarnya.
e) Sulit menerima instruksi verbal
Siswa dengan gaya belajar visual akan mudah lupa dengan sesuatu yang
disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang lain
untuk mengulanginya.
2) Gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar
Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih mengandalkan
pendengarannya dalam kegiatan belajarnya. Mereka lebih memahami pela-
34
jaran dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru.
b) Baik dalam aktivitas lisan
Siswa bergaya auditorial akan fasih dalam berbicara. Menyukai diskusi dan
menjelaskan segala sesuatu dengan panjang lebar.
c) Memiliki kepekaan terhadap musik
Siswa akan mampu mengingat dengan baik apa yang didengarnya, sehingga
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.
d) Mudah terganggu dengan keributan
Siswa yang bergaya auditorial sangat peka terhadap suara-suara yang
didengarnya, jadi mereka merasa terganggu jika ada suara di dalam kegiatan
belajarnya.
e) Lemah dalam aktivitas visual
Siswa merasa kesulitan memperoleh informasi yang sifatnya tertulis.
3) Gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik
Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar sambil
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka tidak tahan jika harus duduk
berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar dengan baik
jika prosesnya disertai dengan kegiatan fisik.
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Siswa lebih mudah menghafal dengan cara melihat gerakan tubuh/fisik
sambil berjalan mempraktikannya.
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
35
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan
isyarat tubuh, dan lebih menyukai praktik.
d) Suka coba-coba dan kurang rapi
Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya kurang
rapi.
e) Menyukai kerja kelompok dan praktik
Siswa merasa senang jika guru memintanya untuk kerja kelompok, siswa
akan merasa, siswa akan bertanggung jawab dengan tugas kelompoknya.
Dari uraian di atas, maka indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
gaya belajar siswa adalah:
1) Gaya belajar visual
a) Belajar dengan cara visual, misalnya siswa dapat memahami penjelasan dari
guru secara langsung.
b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, misalnya siswa
dapat mengingat materi dengan melihat penjelasan guru di depan kelas.
c) Rapi dan teratur, misalnya siswa merapikan seragamnya setiap saat.
d) Tidak terganggu dengan keributan, misalnya siswa tetap dapat belajar
meskipun suasana kelas ramai.
e) Sulit menerima instruksi verbal, misalnya siswa mudah lupa jika guru hanya
menjelaskan materi sekali saja dan tidak diulangi lagi.
2) Gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar, misalnya siswa dapat memahami materi
hanya dengan mendengar penjelasan guru saja.
36
b) Baik dalam aktivitas lisan, misalnya siswa senang jika belajar sambil
diskusi.
c) Memiliki kepekaan terhadap musik, misalnya siswa belajar sambil
mendengarkan musik.
d) Mudah terganggu dengan keributan, misalnya siswa tidak dapat
berkonsentrasi belajar jika suasana ramai.
e) Lemah dalam aktivitas visual, misalnya siswa merasa malas jika disuruh
mencatat materi.
3) Gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik, misalnya siswa senang jika melakukan
praktik.
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, misalnya siswa senang
menghafalkan materi sambil berjalan.
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, misalnya siswa menggunakan
jari sebagai penunjuk saat membaca.
d) Suka coba-coba dan kurang rapi, misalnya siswa suka mengerjakan soal-
soal tanpa disuruh terlebih dahulu.
e) Menyukai kerja kelompok dan praktik, misalnya siswa lebih bersemangat
jika ia belajar bersama teman-temannya.
2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa
Mengetahui gaya belajar merupakan hal yang sangat pengting, baik oleh
siswa itu sendiri maupun bagi guru. Siswa dapat memaksimalkan kemampuannya
dalam belajar guna meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan bagi guru, dengan
37
mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya akan membantu guru dalam
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswanya.
Kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar
orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan afektifitasnya dalam belajar.
Honey & Mumford (dalam Ghufron, 2014:138) menjelaskan tentang pentingya
individu mengetahui gaya belajarnya masing-masing adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau
tidak cocok dengan gaya belajar kita.
2) Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas.
Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat.
3) Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan
improvisasi.
4) Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta
menganalisis tingkat keberhasilan seseorang.
Menurut Montgomery dan Groat (dalam Ghufron, 2014:138) ada beberapa
alasan mengapa pemahaman guru terhadap gaya belajar siswa perlu diperhatikan
dalam proses pengajaran, yaitu:
1) membuat proses belajar mengajar dialogis;
2) memahami pelajar lebih berbeda;
3) berkomunikasi melalui pesan;
4) membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan;
5) memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki siswa.
Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tentunya akan mempengaruhi hasil
38
belajar siswa. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, apabila siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya maka hasil
belajar yang didapat pun baik.
2.1.3 Hakikat Hasil Belajar
Pada dasarnya belajar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
keterampilan, maupun sikap. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil yang telah kita
capai dalam proses belajar. Hasil belajar itulah yang menjadi patokan apakah
siswa tersebut sudah mencapai kemampuan belajar dengan baik atau belum.
Melalui hasil belajar tersebut, guru dapat mengetahui kemampuan dari tiap
siswanya. Sehingga guru dapat memaksimalkan diri dalam proses pembelajaran.
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Seseorang belajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Hasil
belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan suatu
pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses belajar tersebut. Pencapaian
tersebut tidak hanya menyangkut tentang pengetahuan siswa saja, tetapi juga
berkaitan dengan sikap dan keterampilan siswa. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Sudjana (2014:3) yang menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam
Suprijono, 2013:5), hasil belajar berupa :
39
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemmapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23) mengelompokkan
kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif
dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara
berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
40
1) Ranah Kognitif
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), evaluasi, dan kreasi.
Dalam pembelajaran IPS, hasil belajar kognitif lebih menekankan pada
aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
IPS di SD ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan sosial yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari, setelah memiliki pengetahuan yang
cukup, barulah siswa tersebut dapat mengembangkan sikap maupun
keterampilannya.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai
yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, yaitu: menerima (receiving),
menjawab ( responding ), menilai (valuing), dan organisasi (organization).
Hasil belajar afektif lebih menekankan pada penilaian sikap siswa dalam
suatu pembelajaran. Penanaman sikap melalui pembelajaran IPS tidak terlepas
dari mengajarkan nilai dan sisten nilai yang berlaku di masyarakat. Strategi
41
pembelajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik. Sikap yang harus dikembangkan
dalam pembelajaran IPS adalah sikap menghargai, tenggang rasa, jujur, adil,
demokratis, bertanggung jawab, penghargaan terhadap alam, penghormatan
kepada Sang Pencipta, dll.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-
bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tingkatan
domain dalam ranah psikomotorik yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar (basic
fundamental movements), gerakan persepsi (perceptual abilities), gerakan
kemampuan fisik (physical abilities), gerakan terampil (skilled movements),
gerakan indah dan kreatif (non-discursive communication).
Hasil belajar psikomotorik lebih menekankan pada aspek keterampilan
dan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Dalam
pembelajaran IPS, keterampilan siswa harus diperhatikan dalam mencapai hasil
belajar yang baik, selain itu juga untuk bertahan dengan lingkungan
masyarakat. Keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat adalah keterampilan mental, personal, dan sosial.
Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar IPS
yang mencakup ranah kognitif, karena dalam penilaian hasil belajar IPS lebih
banyak mencakup ranah kognitif. Seseorang yang belajar diharapkan mampu
mengembangkan pengetahuan terlebih dahulu, setelah memiliki pengetahuan yang
cukup baru dapat mengembangkan sikap maupun keterampilannya. Hasil belajar
42
kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil
belajar intelektual. Pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik apabila siswa
mampu mencapai ranah kognitif dengan baik. Hasil belajar kognitif IPS ini
didapat setelah melakukan evaluasi yang berupa tes.
2.1.4 Pembelajaran IPS di SD
2.1.4.1 Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai dipergunakan
di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social
studiesseperti di Amerika Serikat. Dalam dunia pengetahuan kemasyarakatan atau
pengetahuan sosial kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial,
dan ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu sosial penekanannya pada keilmuan yang berkenaan d