Post on 01-Dec-2020
i
HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DENGAN TEMAN
SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
NIM : 139114080
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberkati dan memberi
kekuatan
Orangtua dan adik-adikku tersayang yang selalu memberi dukungan dan
setia menemani dalam suka atau duka
Dosen pembimbing yang tidak pernah lelah memberikan arahan dan
bimbingan
Tak lupa juga untuk Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah menjadi “rumah kedua” untuk saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DENGAN TEMAN
SEBAYA DAN NILAI MATERIALISME
PADA REMAJA
Studi Pada Remaja
Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perbandingan
sosial dengan teman sebaya dan materialisme pada remaja. Hipotesis penelitian ini
adalah adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perbandingan sosial
dengan teman sebaya dan materialisme remaja. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 279 orang remaja yang berusia 12 sampai 23 tahun. Alat pengumpulan
data yang digunakan ialah skala perbandingan sosial dan skala materialisme.
Skala perbandingan sosial memiliki 11 item dengan koefisien reliabilitas sebesar
0,810 dan skala materialisme memiliki 18 item dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0,766. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
korelasi Spearman‟s rho dikarenakan sebaran data pada salah satu skala bersifat
tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,154 dan nilai p sebesar
0,010 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif
namun lemah antara perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materialism
pada remaja. Hal ini berarti semakin remaja melakukan perbandingan sosial
dengan teman sebaya mereka, maka semakin tinggi materialisme remaja. Begitu
juga sebaliknya, ketika perbandingan sosial dengan teman sebaya jarang
dilakukan, maka materialisme pada remaja rendah.
Kata kunci: perbandingan sosial, materialisme, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN SOCIAL COMPARISON WITH PEERS AND
MATERIALISM IN ADOLESCENTS
Study In Adolescent
Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
ABSTRACT
This study aims to determine the correlation between social comparison with
peers and materialism in adolescent. The hypothesis of this study is a positive and
significant correlation between social comparison with peers and adolescent of
materialism. Subjects in this study amounted to 279 adolescent aged 12 to 23
years old. The data collection tool used is the social comparison scale and the
scale of materialism. The social comparison scale has 11 items with a reliability
coefficient of 0.810 and the materialism scale has 18 items with a reliability
coefficient of 0.766. Data analysis technique used in this study is Spearman's rho
correlation test because the data distribution on one scale is not normal. Result of
this study yield r equal to 0,154 and p value equal to 0,010 <0,05. The results
show a weak positive correlation between social comparison with peers and
materialism in adolescent. This means that if adolescent increasingly conduct
social comparison with their peers, then the adolescent materialism is higher.
Vice versa, when social comparison with peers is rarely done, materialism in
adolescent is low.
Keywords: social comparison, materialism, adolescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya saya dapat menjalankan proses penyusunan skripsi ini
dengan baik dan menyelesaikannya tepat waktu. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menandatangani lembar
pengesahan skripsi ini.
2. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M.A selaku dosen pembimbing
skripsi dan pendengar yang setia menampung seluruh keluh kesah
penulis selama berdinamika dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih
untuk bimbingan, semangat, dukungan, dan motivasinya. Sukses selalu
Mbak Etta, maaf saya sering merepotkan.
3. Bapak Timotius Maria Raditya Hernawa, M.Psi selaku dosen
pembimbing akademik yang selalu memberi dukungan selama penulis
menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Terimakasih kepada Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M.A, Bapak
Minta Istono, M. Si, dan Bapak R. Landung Eko Prihatmoko, M. Si., Psi
selaku dosen penguji yang telah membantu menyempurnakan skripsi ini.
5. Seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah membagi dan memberi ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menempuh studi.
6. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mas
Gandung, Bu Nanik, dan Mas Muji yang selalu menunjukkan keramahan
dan setia membantu kelancaran penyususnan skripsi ini.
7. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
mengisi skala penelitian saya, bantuan kalian sangatlah berarti bagi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Terimakasih kepada Ratu Kakyang, Ratu Niyang, Ninik & Pekak. Gek
tahu kalian sangat menyayangi Gek. Terimakasih atas penyertaan dan
doa-doanya.
9. Terimakasih kepada kedua orangtua saya yang dengan setia selalu
mendoakan dan selalu ada bersama saya dalam kondisi apapun.
Terimakasih karena telah membentuk Gek seperti sekarang ini. Gek
sayang pada Ajik DS. Putra dan Ibu Ketut Mahendri. Jangan lelah
mendampingi dan mendoakan Gek ya Jik, Buk.
10. Adik-adik yang sangat saya sayangi, Gita Prati Sanjiwani. P & Yudistira
Prama. P. Terimakasih untuk doa, dukungan dan bantuan kalian ya.
Mbokgek Praba sayang & sangat bangga pada kalian. Sukses!
11. Terimakasih untuk semua keluarga saya di Desa Ngalang, Padukuhan
Boyo. Bermula dari KKN selanjutnya menjadi keluarga dekat.
Terimakasih karena selalu memotivasi saya untuk segera menyelesaikan
study.
12. Dea Kartika, Dwiyani, dan Dian Pradnyatika. Sahabat seperjuangan saya
sejak SMA. Terimakasih untuk dukungannya & jangan sampai
persahabatan kita dikalahkan oleh jarak dan waktu ya.
13. Evlyn Feliscaputri Gulo & Edwin Gandawijaya. Sahabat seperjuangan di
bangku perguruan tinggi yang dengan setia selalu memotivasi,
membantu, menemani, dan memaksa saya untuk semangat mengerjakan
skripsi. Kalian terbaik!
14. Seluruh angkatan 2013, dan khusus untuk teman-teman Psikologi A
2013 (SS, Tom, Doni, Hans, Yesi, Dita, Bella, Isabella, Anette, Clara,
Lia, Gabby, Vio, Vita, Rani, Citra, Rista, Claudia, Yaya, Etha, Dhani,
Sefa, Keke, Vena, Vero, Fonsa, Yessica, Anti, Dea, Lias, Sonya, Tia,
Vivi, Tata, Paskal). Semangat dan sukses untuk kita semua
15. Thanks to Gerald, Juve & Oliv. Tanpa kalian, hidupku hampa guys.
16. Teruntuk Nunik & Angel, konco kentel sejak INSADHA. Meski jarang
bertemu, saya tahu bahwa kalian selalu mendoakan yang terbaik untuk
saya. Yang penting komunikasi lancar yak!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
17. Teman-teman Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma tahun jabatan 2013, 2014, & 2015.
Terimakasih untuk dinamika yang super keren selama saya menempuh
studi di Fakultas Psikologi. Semoga kesuksesan beserta kalian semua.
18. Kelompok asisten Tes Proyektif yang pernah berdinamika bersama saya
selama 1 semester (Chris, Dewa, Lolyta, Yudis, Carys, Arif).
Terimakasih untuk pengertian dan dukungan yang kalian berikan kepada
saya. Terimakasih karena telah memahami saya yang saat kalian
praktikum dan membuat laporan, saya juga sedang bergulat dengan
waktu untuk menyelesaikan skripsi ini
19. Seluruh teman-teman saya di Fakultas Psikologi dan fakultas-fakultas
lainnya. Terimakasih telah mendoakan kelancaran study saya &
terimakasih karena selalu menanyakan kelulusan saya (kalian berhasil
membuat saya termotivasi agar cepat lulus …. hehehehe).
20. Seluruh anak-anak bimbingan Mbak Etta. Terimakasih selalu
mendukung & menghibur saya. Mari semangat & kita akan sukses
bersama! Terimakasih juga karena kalian selalu menemani dan memberi
doa dan dukungan saat saya tengah berusaha menyelesaikan skripsi, saat
saya berada pada detik-detik menjelang sidang, hingga akhirnya saya
lulus.
21. Terimakasih kepada seluruh keluarga, teman dan juga sahabat saya
dimanapun kalian semua berada. Terimakasih untuk setiap dukungan,
waktu, motivasi, & bantuannya.
22. Terimakasih kepada seluruh pihak yang belum dapat penulis ucapkan
satu per satu. God Bless You All, kalian semua akan selalu tersimpan di
hati
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
peneliti mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pembaca untuk membantu
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata. Terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHANAN DOSEN PEMBIMBING………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………......iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………… vii
ABSTRACT……………………………………………………………………………..viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xiii
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………….. xvi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 12
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 12
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis………………………………………………….. 12
2. Manfaat Praktis………………………………………………….. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Materialisme
1. Definisi Materialisme……………………………………………. 13
2. Aspek Materialisme……………………………………………… 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Materialisme……………….. 17
B. Perbandingan Sosial
1. Definisi Perbandingan Sosial……………………………………. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Dasar-dasar atau Motif Perbandingan Sosial…………………….. 27
3. Dampak Perbandingan Sosial…………………………………… 29
C. Remaja……………………………………………………………….. 30
D. Dinamika Hubungan Antara Perbandingan Sosial dengan Teman Sebaya
dan Materialisme Pada Remaja………………………………………. 33
E. Skema Hubungan Antara Perbandingan Sosial dengan Teman Sebaya dan
Materialisme Pada Remaja…………………………………………... 38
F. Hipotesis……………………………………………………………... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………………. 40
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung…………………………………………….. 41
2. Variabel Bebas…………………………………………………… 41
C. Definisi Operasional……………………………………………….... 41
D. Subjek Penelitian…………………………………………………….. 43
E. Metode Pengumpulan Data………………………………………….. 43
F. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………. 47
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi……………………………………………………….. 51
2. Uji Hipotesis…………………………………………………….. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………. 54
B. Deskripsi Subjek Penelitian…………………………………………. 54
C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………….. 55
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi………………………………………………………. 57
2. Uji Hipotesis……………………………………………………... 59
3. Analisis Tambahan………………………………………………. 60
E. Pembahasan………………………………………………………….. 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. Keterbatasan Penelitian………………………………………………. 77
C. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian dan Remaja Lainnya……………………. 78
2. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………………… 78
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 80
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik Tindak Kriminalitas Di Indonesia
Grafik 2 Grafik Tindak Kriminalitas Remaja Di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pemberian Skor Pada Skala Likert
Tabel 2 Item Skala Perbandingan Sosial
Tabel 3 Item Skala Materialisme
Tabel 4 Deskripsi Usia Subjek
Tabel 5 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Tabel 6 Deskripsi Jenjang Pendidikan Subjek
Tabel 7 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial
Tabel 8 Data Empirik Skala Materialisme
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas
Tabel 10 Hasil Uji Linearitas
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s rho
Tabel 12 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Awal
Tabel 13 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Awal
Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Remaja Awal
Tabel 15 Hasil Uji Linearitas Remaja Awal
Tabel 16 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s rho Remaja Awal
Tabel 17 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Akhir
Tabel 18 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Akhir
Tabel 19 Hasil Uji Normalitas Remaja Akhir
Tabel 20 Hasil Uji Linearitas Remaja Akhir
Tabel 21 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s rho Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Penelitian
Lampiran 2 Reliabilitas Skala
Lampiran 3 Hasil Uji T Mean Teoritik dan Mean Empiris
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 5 Hasil Uji Linearitas
Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis
Lampiran 7 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Awal
Lampiran 8 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Awal
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Remaja Awal
Lampiran 10 Hasil Uji Linearitas Remaja Awal
Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s rho Remaja Awal
Lampiran 12 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Akhir
Lampiran 13 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Akhir
Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas Remaja Akhir
Lampiran 15 Hasil Uji Linearitas Remaja Akhir
Lampiran 16 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s rho Remaja Akhir
Lampiran 17 Ijin dari Pemilik Skala Perbandingan Sosial (print out e-mail)
Lampiran 18 Ijin dari Pemilik Skala Materialisme (print out e-mail)
Lampiran 19 Surat Keterangan Penerjemahan Skala ke dalam Bahasa Inggris
Lampiran 20 Surat Keterangan Penerjemahan Skala ke dalam Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“....that everything is strictly caused by material, caused by material”
-Dagobert D. Runes-
Tindak kriminalitas di Indonesia saat ini sangat menarik untuk diamati.
Secara umum, data oleh Badan Pusat Statistik tahun 2014 dan 2015 menunjukkan
bahwa selama periode tahun 2011 sampai 2014 jumlah tindak kriminalitas di
Indonesia cenderung mengalami penurunan di setiap tahunnya.
Gambar. 1
Grafik Tindak Kriminalitas Di Indonesia
Data yang diterbitkan juga menunjukkan fakta bahwa tindak kriminalitas
di Indonesia saat ini tidak hanya dilakukan oleh orang tua ataupun orang dewasa,
namun dilakukan juga oleh remaja. Berbanding dengan jumlah tindak kriminalitas
secara umum yang cenderung mengalami penurunan di setiap tahunnya, secara
khusus jumlah remaja yang menjadi pelaku tindak kriminalitas di Indonesia
cenderung terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Hal tersebut dapat
dilihat melalui Data Badan Pusat Statistik (2010 & 2016) yang menunjukkan fakta
347,605
341,159 342,084
325.000
310
320
330
340
350
Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
meningkatnya jumlah remaja yang menjadi pelaku utama tindak kriminalitas di
Indonesia.
Gambar. 2
Grafik Tindak Kriminalitas Remaja Di Indonesia
Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Eko Bayuseno menyampaikan bahwa
kasus kenakalan remaja di Jakarta mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Tercatat ada 30 kasus kenakalan remaja pada tahun 2011 yang meningkat menjadi
41 kasus pada tahun 2012 (WBP, 2012). Kepala Badan Pemasyarakatan Kelas II
Wonosari, Anggraini Hidayat menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat 135
anak dibawah umur yang tersangkut masalah hukum di Gunungkidul dan Bantul,
Yogyakarta. Kasus hukum yang terjadi didominasi tindakan asusila, yang disusul
dengan tindak kriminalitas pencurian dan penganiayaan (Kurniawan, 2015).
Kasus kriminalitas dengan pelaku utama remaja sempat terjadi di Jakarta
pada tahun 2014. Sekelompok remaja bekerjasama untuk merampok temannya
sendiri agar memperoleh uang untuk membayar hutang-hutang mereka
(Romadoni, 2014). Kasus kriminalitas lain dengan pelaku remaja juga sempat
terjadi di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Remaja FK dan FAP dibekuk anggota
Polsek Koja karena nekat mencuri sepeda motor lantaran merasa iri pada teman-
3.100 3.300 4.200
6.325 7.007
7.762
Th. 2007 Th. 2008 Th.2009 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
teman sepergaulannya yang memiliki motor (Fajarta, 2016). Pada tahun yang
sama di Kabupaten Blitar, seorang remaja (17 tahun) menjadi tersangka utama
kasus pencurian terhadap barang milik bapak angkatnya karena merasa iri kepada
teman-temannya (Ichsan, 2016). Selain itu, pada tahun 2015 di Medan, remaja
JSB (17 tahun) menjadi otak pembunuhan terhadap temannya AKT karena merasa
iri pada korban yang memiliki sepeda motor (Muhardiansyah, 2015). Uraian
kasus-kasus tersebut, dapat menjadi gambaran bahwa saat ini kenakalan remaja
sudah bergerak ke arah tindakan kriminal yang mereka lakukan sebagai upaya
untuk dapat melekatkan diri pada harta duniawi yang mencakup uang dan benda.
Remaja yang menjadi pelaku utama tindak kriminalitas menunjukkan
salah satu ciri-ciri pribadi yang materialis, yaitu kurang memiliki kemurahan hati
(Belk, 1985) yang menyebabkan remaja cenderung bertindak tanpa pertimbangan
yang matang dan didasari oleh sifat egois, sehingga tidak memandang siapa
korban mereka. Selain itu, remaja sebagai pelaku utama tindak kriminalitas juga
menunjukkan ciri-ciri lain dari pribadi yang materialis menurut Belk yaitu merasa
iri hati (Belk, 1985) yang akan menyebabkan munculnya keinginan dalam diri
remaja untuk memiliki harta ataupun benda yang sama atau lebih dari orang lain.
Fenomena lain yang juga menarik perhatian dan tengah marak
diperbincangkan saat ini yaitu remaja yang rela menyerahkan diri mereka pada
orang yang baru mereka kenal. Seorang remaja putri (15 tahun) di Singapura
nekat menjual diri agar memperoleh uang untuk membeli sepatu olahraga
bermerek yang ia inginkan (Ita, 2015). Seorang siswi SMK (16 tahun) rela
melacurkan diri dengan tarif Rp 500 ribu sekali kencan agar memperoleh uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk membeli baju baru, handphone, serta barang-barang lainnya (Mad, 2015).
Di tahun yang sama, Polda Kalimantan Barat berhasil membongkar jaringan
prostitusi remaja. Remaja yang tertangkap mengaku menjual diri karena beberapa
faktor seperti kondisi ekonomi, ingin mendapatkan uang secara cepat, ingin dapat
memenuhi kebutuhan, bahkan ada yang menjual diri agar diberi pinjaman mobil
milik pelaku (Ais, 2015). Remaja lain yang masuk dalam jaringan prostitusi
Sampit pada tahun 2016 mengaku rela melacurkan dirinya karena dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, gengsi yang tinggi, dan persaingan yang ketat antar remaja
(Dwi, 2016). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa remaja saat ini cenderung
memandang kepemilikan harta benda sebagai pusat dari kehidupan mereka yang
diyakini dapat menjadi sumber penentu kepuasan ataupun ketidakpuasan hidup
remaja.
Berbagai kasus dan fenomena yang telah dijelaskan dapat menjadi bukti
bahwa kepemilikan harta ataupun benda merupakan hal yang penting dalam
kehidupan remaja Indonesia saat ini, dan orientasi hidup remaja perlahan mulai
bergerak ke arah materialisme. Gregoire (2014) menyebutkan bahwa tren
materialisme di kalangan pemuda terus menerus mengalami peningkatan. yang
disebabkan oleh peningkatan yang cepat terkait keinginan pemuda untuk dapat
miliki suatu produk. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian oleh Dey,
Astin, dan Korn (dalam Myers, 2008) yang menemukan bahwa generasi muda
masa kini memandang kesuksesan finansial sebagai hal yang sangat penting
bagi mereka, bahkan melampaui nilai-nilai penting untuk membangun filosofi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
hidup, menjadi ahli di suatu bidang, membantu orang lain yang kesulitan, ataupun
membangun keluarga.
Fakta-fakta yang terjadi menunjukkan adanya kesenjangan antara tuntutan
dalam proses perkembangan individu di masa remaja dengan kenyataan mengenai
kondisi perkembangan remaja saat ini yang telah bergerak ke arah yang lebih
materialis. Individu yang berada dalam masa perkembangan remaja telah
ditanamkan benih pembentukan identitas diri sejak awal kehidupan mereka,
sehingga seharusnya remaja telah memiliki visi tentang diri yang lebih kompleks,
rapi, dan konsisten (Erikson, dalam Berk, 2012).
Namun pada kenyataannya, di masa transisi ini remaja yang baru mulai
belajar bergaul dengan kelompok sosial dan teman sebayanya lebih mudah untuk
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, serta peran model yang berada disekitarnya
(Sumanto, 2014). Hal tersebut disebabkan karena remaja sebagai generasi muda
yang sedang berupaya untuk mencari identitas atau jati diri mereka, cenderung
bersikap lebih labil, mudah terbawa, dan terpengaruh oleh zaman (Santrock,
2003), serta cenderung akan kurang mempertimbangkan atau bahkan
mengabaikan konsekuensi negatif ketika mereka membatasi pilihan-pilihan yang
ada selama menjalani masa perkembangan remaja pada pilihan yang tidak sejalan
dengan kemampuan mereka. Remaja yang membatasi pilihan mereka pada hal
yang tidak sejalan dengan kemampuannya cenderung akan terkesan picik, tanpa
arah, dan dapat dipastikan akan menjadi individu yang tidak siap dalam
menghadapi tantangan-tantangan mendatang di masa dewasa (Erikson, dalam
Berk, 2012). Selain itu, orientasi remaja terkait kepemilikan harta benda akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
semakin kuat karena penerimaan dan pengakuan kelompok sosial terhadap diri
remaja sangat ditentukan dan dilihat dari benda-benda yang mereka miliki
(Hurlock, 1980).
Belk (1985) mendefinisikan materialisme sebagai kepentingan konsumen
untuk melekat pada harta duniawi. Pada tingkat tertinggi materialisme, harta
dianggap sebagai titik sentral dari kehidupan seseorang dan diyakini akan menjadi
sumber terbesar penentu kepuasan dan ketidakpuasan hidup. Belk (1985)
mengkonseptualisasi materialisme sebagai ciri-ciri kepribadian yang meliputi
perilaku posesif, iri hati, kekurangan kemurahan hati dan terdiri dari nilai-nilai,
serta tujuan yang lebih berfokus pada kekayaan, kepemilikan, serta status (Kasser,
2016).
Materialisme dipandang berasal dari sifat dasar egois yang akan memberi
dampak pada hubungan interpersonal individu baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Hal tersebut terjadi karena ketika memberi reward yang bersifat materi
kepada seseorang, dapat memotivasi munculnya dorongan materialisme (Belk,
1985). Ger dan Belk (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa responden
mereka memandang materialisme sebagai suatu perjuangan kompetitif untuk
memiliki lebih dari yang lain dan melibatkan aspek menilai hal lebih dari orang
lain. Orang-orang materialis percaya bahwa harta membuat mereka bahagia,
sehingga perilaku mereka lebih berfokus pada perilaku konsumsi “status barang”,
produk yang unik dan keinginan untuk dapat membedakan diri mereka dengan
orang lain (Lynn & Harris, 1997). Berdasarkan uraian tersebut, materialisme
dapat dinyatakan sebagai suatu sistem nilai pribadi yang melibatkan keyakinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan fokus individu untuk melekatkan diri pada harta duniawi yang mencakup
uang dan benda yang diyakini sebagai pusat dari kehidupan, serta dapat
menyebabkan kebahagiaan.
Materialisme menjadi akar dari berbagai masalah yang menyentuh area
kehidupan. Gregoire (2014) menemukan bahwa mereka yang mengejar kekayaan
dan harta benda cenderung selalu merasa kurang puas dan akan lebih sedikit
mengalami emosi positif. Selain itu, individu yang materialis memiliki sikap
prososial yang rendah, empati yang kurang baik terhadap orang lain maupun
lingkungan, dan memiliki skor yang tinggi pada narsisme. Materialisme juga
berkaitan positif dengan kemunculan konflik antar pasangan, dan individu yang
materialis cenderung memiliki sikap yang lebih baik terhadap perilaku
peminjaman (Paduska, 1992) karena mereka sulit menabung, memiliki sikap
manajemen keuangan yang buruk, dan cenderung dihantui oleh kecemasan
secara finansial (Garðarsdóttir & Dittmar, 2012; Goldberg, Gorn, Peracchio, &
Bamosy, 2003). Kasser (2002) menemukan dampak lain dari materialisme yaitu,
remaja yang materialis lebih mungkin untuk terlibat dan melakukan perilaku
negatif yang meliputi penyalahgunaan alkohol dan ganja.
Kasser (dalam Belk, 1984b, hal 291) mengungkapkan 2 faktor utama
penyebab individu menjadi materialis. Pertama, individu menjadi materialis ketika
mereka memperoleh pesan bahwa materialisme itu penting, baik pesan yang
diperoleh dari orang tua, teman sebaya, masyarakat, dan juga media. Biasanya
individu memperoleh suatu stimulus sebagai sarana penyaluran pesan secara
langsung ataupun tidak langsung mengenai pentingnya kepemilikan harta maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
benda. Orang tua dan rekan sebaya biasanya mentransfer sikap konsumsi mereka
dan menanamkannya kepada anak ataupun rekan mereka (Chaplin & Deborah,
2010). Kedua, individu akan menjadi materialis ketika mereka merasa tidak aman
dan tertekan. Perasaan tidak aman dan tekanan yang dialam berasal dari ketakutan
ataupun kekhawatiran yang muncul terkait dengan kondisi ekonomi mereka.
Amardeep dan Sanan (2015) menemukan 8 faktor signifikan untuk
menjadi kontributor materialisme. Dari kedelapan faktor, ditemukan ada beberapa
faktor yang berkaitan erat dengan kondisi lingkungan tempat remaja tumbuh dan
berkembang seperti, faktor interaksi dengan teman sebaya, topik dalam kurikulum
sekolah, dan sosialisasi mengenai konsumen di sekolah. Selain itu, Crusius dan
Mussweiler (2012) dan Chan (2013) juga menemukan bahwa untuk memprediksi
dan mengetahui perkembangan materialisme pada remaja sangat dipengaruhi oleh
perasaan cemburu dan iri hati dalam diri remaja sebagai kosekuensi dari perilaku
perbandingan sosial yang mereka lakukan terhadap orang lain, khususnya teman
sebaya mereka.
Hal tersebut sesuai dengan arah dari penelitian ini yang ingin mengetahui
bagaimana hubungan antara perbandingan sosial yang dilakukan remaja terhadap
teman sebaya dan materialisme remaja, karena teman atau rekan sebaya
merupakan agen sosialisasi yang memberi kontribusi secara menonjol terhadap
perkembangan materialisme. Hal ini disebabkan oleh aktifnya komunikasi yang
dilakukan remaja bersama dengan rekan-rekan sebaya mereka baik secara
langsung atau tidak langsung, sehingga perilaku remaja lebih berfokus pada hal-
hal tertentu yang teman-teman mereka lakukan, gunakan dan yang teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mereka miliki (Isaksen & Roper, 2012). Remaja memiliki kecenderungan untuk
menjauhkan diri dari orang tua dan keluarga, terutama terkait perilaku konsumsi
mereka, sehingga remaja akan cenderung lebih melihat rekan-rekan sebaya dan
media massa untuk membantu keputusan konsumsi mereka (Shim, 1996), serta
remaja menjadi lebih rentan untuk dipengaruhi oleh orang lain (Moschis, Hosie,
& Vel, 2009).
Remaja melaporkan bahwa pengaruh informatif dari teman sebaya lebih
mempengaruhi mereka, dan perbandingan sosial yang dilakukan remaja dengan
rekan sebaya lebih tinggi pengaruhnya terhadap materialisme dari pada
perbandingan sosial yang dilakukan remaja dengan tokoh-tokoh di media. Hal
tersebut terjadi karena pola konsumsi dan perilaku teman sebaya yang terbilang
lebih konkret (nyata) dan lebih mudah untuk diamati oleh remaja dibandingkan
dengan tokoh-tokoh di media massa (Chan & Gerard, 2007). Pinto, Mota, Leite
dan Alves (2017) menemukan bahwa perbandingan sosial dapat memberi
pengaruh yang kuat terhadap materialisme remaja sebab ketika remaja
membandingkan diri mereka menyebabkan komunikasi antara remaja dengan
teman sebaya terjalin dengan sangat baik. Hal tersebut dipandang sebagai
pengaruh kuat dari teman sebaya yang akan berdampak besar pada tingkat
materialisme remaja. Ahluwalia dan Sanan (2015) menemukan hal yang serupa,
bahwa interaksi remaja dengan teman atau rekan sebaya mengenai barang dan jasa
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi materialisme, sehingga teman
atau rekan sebaya merupakan agen sosialisasi yang memberi kontribusi secara
menonjol terhadap perkembangan materialisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Melihat berbagai penjelasan tersebut, peneliti menyadari bahwa remaja
yang labil cenderung rentan mengalami perasaan iri dan akan menunjukkan sikap
tidak mau kalah dalam bersaing dengan teman-temannya, sehingga mereka akan
sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, orang-orang di sekitarnya, ataupun
mudah terbawa oleh budaya konsumerisme yang saat ini perlahan bergerak ke
arah yang lebih materialisme (Husna, 2015). Dalam proses pencarian jati dirinya,
remaja tidak bisa terlepas dari berbagai aktifitas dan interaksi yang dilakukan
bersama dengan teman atau rekan sebaya mereka, sehingga secara tidak langsung
remaja menjadi lebih sering berkomunikasi mengenai perilaku konsumsi mereka
dengan rekan atau teman sebaya dibanding dengan orang tua (Chan &
Prendergast, 2007). Interaksi aktif dengan teman sebaya dapat menjadi salah satu
sarana bagi remaja untuk memperoleh pesan mengenai pentingnya kepemilikan
harta dan benda, serta dapat menjadi alasan bagi remaja untuk melakukan
perbandingan sosial terkait harta dan benda yang mereka miliki dengan yang
orang lain atau rekan mereka miliki.
Perbandingan sosial yang remaja lakukan akan memotivasi munculnya
keinginan untuk dapat memiliki lebih atau menjadi berbeda dari orang lain karena
ketika remaja melakukan perbandingan sosial hal tersebut akan memprovokasi
munculnya rasa iri, ketidakpuasan, dan kecenderungan perilaku impulsif untuk
dapat menjadi lebih unggul dari orang lain (Crusius & Thomas, 2012). White,
Langer, Yariv, dan Welch (2006) menemukan bahwa orang-orang yang sering
melakukan perbandingan sosial cenderung akan mengalami perasaan iri, bersalah,
menyesal, membela diri, berbohong, menyalahkan orang lain, dan memiliki hasrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang tidak terpenuhi. Keinginan untuk melihat diri lebih baik dan positif
dibanding orang lain tampaknya memberi pengaruh lebih kuat kepada individu
(termasuk remaja) terkait motif mereka melakukan perbandingan sosial (Sedikides
& Gregg, 2003 dalam Baron & Branscombe, 2012).
Selain itu, kecenderungan untuk mengevaluasi diri dan untuk mengubah
diri yang tidak memuaskan dipandang sebagai karakteristik normal pada periode
remaja (Douvan & Gold 1966). Remaja yang membandingkan harta mereka
sendiri dengan harta milik teman ataupun selebriti media cenderung akan
menunjukkan kepercayaan bahwa kepemilikan harta berhubungan dengan
kesuksesan dan kebahagiaan, serta bahwa harta menempati posisi sentral (pusat)
dalam kehidupan mereka (Chan & Prendergast, 2007). Remaja juga akan semakin
yakin dan menanamkan dalam dirinya bahwa kepemilikan harta benda itu penting
atau biasa dikenal dengan istilah materialisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perbandingan sosial
dengan teman sebaya dan materialisme pada remaja?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara
perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materialisme pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan, khususnya bidang Psikologi Sosial dan Perkembangan
mengenai perbandingan sosial dan materialisme remaja.
2. Manfaat Praktis
Bagi subjek penelitian dan remaja lainnya, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan refleksi dan pertimbangan bagi
remaja terkait perilaku perbandingan sosial dan materialisme di kalangan
remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MATERIALISME
1. Definisi Materialisme
Materialisme merupakan pandangan hidup yang mencari dasar dari
segala sesuatu (termasuk kehidupan manusia) di dalam alam kebendaan
semata. Orang-orang yang hidupnya sangat berorientasi pada materi
biasa disebut sebagai orang yang "materialis". Mereka merupakan para
pengusung paham atau ajaran materialisme atau orang yang lebih
mementingkan kebendaan semata (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Penelitian yang dilakukan oleh Ward dan Wackman (1971)
menemukan bahwa materialisme merupakan hasil dari aktivitas individu
yang melihat barang dan uang sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan
pribadi dan kemajuan sosial. Materialisme juga dipandang sebagai
sebuah perjuangan kompetitif untuk dapat memiliki lebih dari orang lain
(Ger & Belk, 1996), sehingga mereka menggunakan sebagian besar
waktu dan energinya untuk memperoleh, memiliki dan memikirkan hal-
hal material (Roberts, 2011).
Moschis dan Churchill (1978) menyebutkan bahwa materialisme
mengacu pada orientasi individu yang lebih menekankan pada harta dan
benda untuk kebahagiaan pribadi dan kemajuan individu secara sosial.
Materialisme juga dipandang sebagai suatu hal yang lebih berfokus pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kebutuhan individu untuk memperoleh kenyamanan secara materi dan
memperoleh keselamatan fisik atas kebutuhan yang lebih tinggi seperti
ekspresi diri, kepuasan estetika, kualitas hidup, dan kepemilikan harta
dan benda (Inglehart, 1990; 1981).
Materialisme dipandang sebagai suatu kelemahan yang
ditampilkan oleh orang-orang yang merasa dirinya tidak aman dan
percaya bahwa harta akan membuat mereka merasa bahagia. Orang-
orang materialis biasanya berpenampilan yang berlebihan, serta obsesif
untuk dapat memperoleh harta benda, orang dan juga kenangan (Ger &
Belk, 1966).
Belk (1985) mendefinisikan materialisme sebagai kepentingan
seseorang untuk melekat pada kepemilikan duniawi. Belk (1985)
memandang materialisme berasal dari sifat dasar egois, dan definisi
materialisme oleh Belk biasa disebut sebagai definisi dari kepribadian
materialisme. Hal tersebut disebabkan karena Belk (1985) lebih
memandang materialisme sebagai fungsi dari ciri kepribadian seseorang.
Tiga sifat dominan dalam materialisme Belk adalah iri hati, kurangnya
kemurahan hati, dan posesif. Rasa iri mengacu pada keinginan kuat
seseorang untuk memiliki barang milik orang lain. Ahuvia dan Wong
(1995) menemukan bahwa orang yang iri cenderung membenci orang lain
yang memiliki apa yang dia inginkan. Kurangnya kemurahan hati
didefinisikan sebagai keengganan individu untuk memberi ataupun
membagi miliknya dengan orang lain, sehingga menimbulkan keengganan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
untuk menyumbangkan barang dan mendorong sikap negatif terhadap
perilaku beramal, sedangkan posesif didefinisikan sebagai perhatian
berlebih yang ditunjukkan individu terhadap barang (Ahuvia & Wong,
1995).
Richins dan rekan (Fournier & Richins 1991; Richins 1994a &
1994b; Richins & Dawson 1992) lebih melihat materialisme sebagai suatu
sistem nilai pribadi dari seorang individu yang mencakup serangkaian
keyakinan terpusat tentang pentingnya kepemilikan harta benda dalam
hidup seseorang. Nilai pribadi yang dimaksud merupakan nilai-nilai abadi
yang melibatkan keyakinan mengenai apa yang penting dan fundamental
bagi individu yang terbentuk dari hasil interaksi sosial antar warga
masyarakat dan melalui proses belajar, sehingga nilai merupakan
representasi kognitif terkait kebutuhan biologis, sosial interaksional, dan
tuntutan institusi sosial pada individu (Schwartz, 2007).
Sistem nilai pribadi ini dibagi menjadi dua jenis nilai yaitu, nilai
personal dan nilai sosial. Nilai-nilai pribadi personal menggambarkan apa
yang seseorang inginkan dari diri mereka sendiri sebagai individu,
sedangkan nilai-nilai pribadi sosial menggambarkan bagaimana orang
berpikir mengenai masyarakat secara keseluruhan (Mueller & Wornhoff,
1990). Sejalan dengan pandangan Richins, Kasser (2016) memandang
materialisme terdiri dari nilai dan tujuan individu yang berfokus pada
kekayaan, kepemilikan, gambaran, dan juga status.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
materialisme merupakan suatu sistem nilai pribadi individu yang
mengarah pada keyakinan terpusat dan kebutuhan individu untuk
memperoleh kenyamanan secara materi, serta kepentingan individu untuk
dapat melekat pada harta benda duniawi yang mencakup uang dan juga
kepemilikan benda.
2. Aspek materialisme
Richins dan Dawson (1992) mengemukakan tiga elemen atau aspek
penting dari materialisme individu, yaitu:
a. Acquisition Centrality
Keyakinan bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan
tujuan hidup yang paling penting bagi individu, sehingga individu
yang materialis akan menempatkan kepemilikan dan perolehan harta
benda sebagai pusat dari kehidupan mereka.
b. Acquisition as the Pursuit of Happines
Keyakinan bahwa barang dan uang merupakan jalan utama untuk
dapat mencapai kebahagiaan personal, kehidupan yang lebih baik,
dan identitas diri yang lebih positif. Individu memandang
kepemilikan dan perolehan harta dan benda sebagai hal penting bagi
kepuasan dan kesejahteraan hidup mereka.
c. Possession-Defined Success
Keyakinan bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan alat
ukur untuk mengevaluasi prestasi diri sendiri dan juga orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Individu yang materialis cenderung akan menilai kesuksesan diri
mereka sendiri dan juga orang lain dari jumlah, serta kualitas
kepemilikan harta dan benda yang telah dikumpulkan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi materialisme
Berdasarkan hasil-hasil research sebelumnya (Kaur & Sanan
(2015); Ger & Belk (1996); Bhattacharya & Ganguli (2016); Chan
(2013); Chan & Prendergast (2007); Belk (1985); Belk & Pollay (1985);
Kasser (dalam Belk, 1984b); Bolton, Parasuraman, Hoefnagels,
Migchels, Kabadayi, Gruber, Loureiro & Solnet (2013); Bachmann
(1997); dan Chaplin & Deborah (2010); materialisme individu
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Pribadi atau Individu
1. Motivasi menonton acara televisi.
Moschis dan Moore, 1982 (dalam Kaur & Sanan, 2015)
menyebutkan bahwa motivasi menonton acara TV mengacu pada
motivasi individu untuk menonton sebagai sarana mengumpulkan
informasi mengenai produk yang berdampak pada pengambilan
keputusan, serta informasi tentang gaya hidup dan perilaku yang
terkait dengan produk konsumen.
2. Motivasi menggunakan internet.
Kaur dan Sanan (2015) menemukan bahwa motivasi
individu untuk menggunakan internet juga menjadi salah satu
faktor yang menentukan materialisme pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Demografi individu.
a. Jenis kelamin
Gender atau jenis kelamin merupakan faktor yang dapat
menentukan tingkat materialisme pada seorang remaja. Hal
ini dibuktikan dengan hasil penelitian oleh Kaur dan Sanan
(2015) yang menemukan bahwa remaja laki-laki lebih
materialis dibandingkan dengan remaja perempuan.
b. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang juga menentukan
tingkat materialisme. Kaur dan Sanan (2015) menemukan
bahwa remaja yang lebih tua akan cenderung lebih materialis
jika dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
Berbeda dengan Kaur dan Sanan, dalam penelitiannya
Bachmann (1997) menemukan hasil yang berbeda bahwa
meskipun banyak perubahan yang terjadi dalam masa
perkembangan individu, namun materialisme pada tiap
kelompok usia tidak berbeda secara signifikan. Temuan ini
juga dibuktikan dengan fakta bahwa usia dan kerentanan
terhadap pengaruh interaksi individu dengan orang lain tidak
berpengaruh secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa materialisme adalah sifat yang relatif stabil dan tidak
bervariasi secara dramatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Status ekonomi
Status ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi materialisme pada individu. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian oleh Kaur dan Sanan (2015) yang
menemukan bahwa remaja dengan status ekonomi rendah
memiliki nilai yang lebih tinggi terhadap materialisme,
dibandingkan dengan remaja yang tergabung dalam status
ekonomi menengah dan atas.
4. Kepercayaan bahwa harta itu penting.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bhattacharya dan
Ganguli (2016) ditemukan bahwa wanita yang bekerja ataupun
tidak bekerja, kurang lebih memiliki pandangan yang sama
mengenai harta benda. Materi yang mereka miliki sangat penting
bagi mereka, dan mereka merasa bahwa hidup mereka akan lebih
baik jika mereka mampu untuk membeli beberapa hal tertentu
yang tidak mereka miliki. Mereka mencintai kemewahan dalam
kehidupan mereka, dan mengagumi orang-orang yang memiliki
mobil mahal, pakaian, dan sebagainya.
5. Motivasi untuk melihat iklan di televisi.
Motivasi untuk melihat iklan di TV lebih mengacu pada
motivasi untuk mengumpulkan informasi terkait produk yang
berdampak pada pengambilan keputusan konsumsi oleh para
konsumen, serta untuk memperoleh gambaran dan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
terkait gaya hidup dan perilaku konsumen terhadap suatu produk
(Moschis & Moore, 1982 dalam Kaur & Sanan, 2015).
6. Melakukan perbandingan sosial.
Dalam penelitiannya, Chan (2013) menemukan bahwa
materialisme remaja berkaitan dengan perbandingan sosial yang
mereka lakukan terhadap teman sebaya. Chan dan Prendergast
(2007) juga menemukan bahwa sebagian besar responden mereka
memperoleh pengetahuan terkait perilaku konsumsi melalui
perbandingan sosial yang dilakukan terhadap teman sebaya
ataupun model dalam media.
7. Harga diri.
Chaplin dan John (2010) menemukan bahwa harga diri
secara signifikan dapat memediasi materialisme remaja.
b. Faktor Sosial atau Lingkungan
1. Komunikasi keluarga mengenai konsumsi.
Moschis dan Churchill, 1987 (pada Kaur & Sanan, 2015)
mengemukakan bahwa salah satu faktor pembentuk materialisme
adalah komunikasi keluarga tentang perilaku konsumsi. Hal ini
mengacu pada interaksi yang nyata antara orang tua dan remaja
mengenai barang dan jasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Komunikasi dan interaksi dengan rekan atau sebaya mengenai
konsumsi.
Kaur dan Sanan (2015) menemukan bahwa teman sebaya
merupakan agen sosialisasi yang memberi kontribusi secara
menonjol terhadap perkembangan materialisme di kalangan
remaja. Hal ini disebabkan karena remaja lebih aktif
berkomunkasi dengan rekan atau teman sebaya mereka
dibandingkan dengan faktor lainnya (misalnya orang tua). Selain
itu, Chan dan Prendergast (2007) juga menemukan bahwa
individu lebih sering berkomunikasi mengenai perilaku konsumsi
dengan rekan-rekan mereka dibandingkan dengan orang tua
mereka. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa
materialisme dipengaruhi oleh perbandingan sosial yang
dilakukan dengan teman-teman sebaya dan dengan tokoh-tokoh di
media.
3. Pengaruh informatif dan normatif dari rekan terkait perilaku
konsumsi.
Dalam penelitiannya, Chan dan Prendergast (2007)
menemukan bahwa responden mereka melaporkan bahwa
pengaruh pengaruh informatif dari teman sebaya lebih tinggi
nilainya dibandingkan dengan pengaruh normatif dari teman
sebaya terhadap materialisme mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4. Penggunaan media sosial.
Bolton, Parasuraman, Hoefnagels, Migchels, Kabadayi,
Gruber, et al (2013) menemukan bahwa anggota Generasi Y
(Digital Natives yang lahir antara tahun 1981 dan 1999)
menggunakan media sosial untuk mengumpulkan informasi yang
relevan terkait kegiatan pemasaran dan penawaran produk. Media
sosial menawarkan kesempatan untuk memperkuat hubungan
pelanggan dengan mendorong mereka untuk terlibat langsung
dengan perusahaan, dan berinteraksi dengan antar pelanggan.
Dalam penelitiannya, Kaur dan Sanan (2015) juga
menemukan bahwa media massa termasuk media sosial
merupakan agen sosialisasi yang penting untuk mempromosikan
materialisme. Sumber-sumber dari media massa biasanya
menggambarkan gaya hidup kaya dan sangat meninggikan
kepemilikan materi.
5. Materialisme orang tua.
Chaplin dan Jhon (2010) menemukan bahwa ada hubungan
positif antara materialisme orang tua dengan materialisme remaja.
6. Materialisme rekan.
Chaplin dan Jhon (2010) juga menemukan bahwa ada
hubungan positif antara materialisme rekan dengan materialisme
remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
7. Topik dalam kurikulum sekolah.
Topik dalam kurikulum sekolah mengacu pada konsep
tertentu yang diajarkan di sekolah dan berkaitan dengan perilaku
konsumen (sosialisasi mengenai konsumen). Kaur dan Sanan
(2015) menemukan bahwa topik dalam kurikulum sekolah
merupakan salah satu faktor yang ikut serta dalam mempengaruhi
tumbuhnya materialisme pada individu.
Secara umum, materialisme individu disebabkan oleh 2
faktor utama yaitu pertama, orang akan menjadi lebih materialis
ketika mereka memperoleh pesan bahwa materialisme itu penting,
baik pesan yang diperoleh dari orang tua, teman, masyarakat dan
juga media. Kedua, orang akan menjadi lebih materialis ketika
mereka merasa tidak aman atau merasa terancam, dimana
ancaman tersebut bisa berasal karena adanya penolakan,
ketakutan ekonomi ataupun pikiran tentang kematian mereka
sendiri (Kasser, dalam Belk, 1984b, hal 291).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materialisme
individu dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama. Pertama, faktor
pribadi atau individu yaitu motivasi menonton televisi, motivasi
menggunakan internet, demografi individu, kepercayaan bahwa
harta itu penting, motivasi untuk melihat iklan di televisi,
melakukan perbandingan sosial, dan harga diri. Kedua, faktor
sosial atau lingkungan yaitu, komunikasi keluarga mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
konsumsi, komunikasi dan interaksi dengan rekan atau sebaya
mengenai konsumsi, pengaruh informatif dan normatif dari rekan
terkait perilaku konsumsi, penggunaan media sosial, materialisme
orang tua, materialisme rekan, dan topik dalam kurikulum
sekolah.
B. PERBANDINGAN SOSIAL
1. Definisi Perbandingan Sosial
Perbandingan sosial merupakan sumber informasi penting bagi
individu untuk dapat meningkatkan kinerja, dan memiliki potensi untuk
membantu individu dalam upaya peningkatan harga diri mereka
(Festinger, 1954). Festinger (1954) mengungkapkan bahwa individu
memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri mereka dengan
orang lain, dan memiliki dorongan untuk mengevaluasi pendapat
ataupun kemampuan mereka melalui orang lain. Hal tersebut terutama
disebabkan karena tidak adanya tolak ukur yang objektif untuk individu
mengevaluasi diri, sehingga orang lain akan menjadi tolak ukur yang
sangat informatif bagi individu.
Individu dianggap memiliki dorongan mendasar untuk
membandingkan diri mereka dengan orang lain yang dapat melayani
berbagai fungsi, seperti sarana untuk mengevaluasi diri (Festinger,
1954), membuat keputusan (Camerer & Lovallo, 1999), ataupun
terinspirasi oleh orang lain (Lockwood & Kunda, 1997). Dalam teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
perbandingan sosial milik Festinger (1954) dikatakan bahwa individu
akan membandingkan diri mereka dengan orang lain ketika individu
membutuhkan standar eksternal untuk menilai pikiran atau pendapat, dan
menilai kinerja atau kemampuan personal mereka. Meski pendapat dan
kemampuan secara sekilas tampak sebagai hal yang sangat berbeda,
namun ada ikatan fungsional yang erat di antara keduanya (Festinger,
1954). Kognisi seseorang terutama terkait pendapat dan keyakinan
mengenai situasi di mana mereka berada, dan penilaian terhadap apa
yang mampu untuk dilakukan (evaluasi kemampuan diri) akan bersama-
sama mempengaruhi perilaku, sehingga pengambilan pendapat yang
salah dan / atau penilaian yang tidak akurat atas kemampuan seseorang
bisa menjadi pukulan yang fatal dalam banyak situasi (Festinger, 1954).
Gibbons dan Buunk (1999) menyatakan bahwa tujuan utama dari
perilaku perbandingan sosial adalah untuk memperoleh informasi
mengenai diri. Para ilmuwan telah mengemukakan bahwa perbandingan
sosial merupakan sarana yang membantu individu untuk
mengeksplorasi, mengkonfirmasi ataupun menolak aspek identitas
mereka sendiri, karena individu membandingkan diri dengan orang-
orang yang serupa maupun orang-orang yang berbeda dengan mereka
(Eyal & Te'eni-Harari, 2013; Festinger, 1954).
Taylor, Wayment dan Carrillo (1996) mendefinisikan
perbandingan sosial sebagai suatu proses strategis yang dilakukan
individu untuk memuaskan motif atau tujuan tertentu. Namun, proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
perbandingan sosial tidak selalu tersusun secara strategis dan terencana.
Mussweiler dan Epstude (2004); Mussweiler, Rüter, dan Epstude (2004)
mengungkapkan bahwa perbandingan sosial merupakan suatu proses
yang sering kali dilakukan oleh individu secara spontan dan tanpa niat.
Perbandingan sosial dipandang terjadi dalam proses evaluasi emosi
individu (Schachter & Singer, 1962) dan merupakan sumber perilaku
kompetitif (Garcia, Tor & Schiff, 2013). Individu akan menggunakan
orang lain yang sejenis atau mirip dengan mereka sebagai sumber
informasi dan cara untuk menentukan kesesuaian dari reaksi ketakutan
mereka ataupun untuk menjelaskan gairah yang tak terduga.
Perbandingan sosial dapat terjadi di dalam kelompok ataupun
dalam situasi tatap muka lainnya (Festinger, 1954). Richins (1991)
mengungkapkan bahwa biasanya perbandingan sosial terjadi antara
individu dengan sosok model yang mereka lihat.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa tokoh, dapat disimpulkan
bahwa perbandingan sosial adalah perilaku individu dalam upaya untuk
membentuk diri, yang sangat difokuskan pada ranah kemampuan dan
pendapat, serta bagaimana individu menggunakan orang lain untuk
mengevaluasi diri dan memenuhi kebutuhan mereka dalam mencari
tahu, serta mendapat pengetahuan mengenai diri mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Motif Perbandingan Sosial
Terdapat tiga motif yang mendasari individu untuk melakukan
perbandingan sosial, yaitu evaluasi diri, perbaikan diri dan peningkatan
diri (Wood, 1989).
a. Evaluasi diri
Motif evaluasi diri biasa digunakan untuk mengumpulkan
informasi mengenai kedudukan seseorang dalam kaitannya dengan
orang lain, atribut, keterampilan dan harapan sosial. Festinger (1954)
mengungkapkan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan motif evaluasi
diri merupakan satu-satunya motif yang sangat jelas berasal dari teori
asli perbandingan sosial milik Festinger (1954).
Festinger (1954; dalam Baron & Branscombe, 2012)
mengungkapkan bahwa individu memiliki dorongan untuk
mengevaluasi pendapat ataupun kemampuan mereka melalui orang
lain. Hal tersebut disebabkan tidak adanya standar eksternal yang
objektif bagi individu untuk dapat menilai diri mereka, dan Festinger
memfokuskan pembahasannya mengenai motif evaluasi diri pada
dua dimensi yaitu, opini dan kemampuan. Sehubungan dengan
dimensi kemampuan, pertanyaan utama yang harus ditanyakan
adalah "Bagaimana saya dapat melakukan?" dan terkait dimensi
pendapat, pertanyaan lebih mengarah pada "Apa yang harus saya
pikirkan atau rasakan?" (Gibbons & Buunk, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Perbaikan diri
Perbaikan diri digunakan untuk mempelajari bagaimana cara
memperbaiki karakteristik tertentu dalam diri individu atau untuk
memecahkan suatu masalah. Festinger (1954) tidak membahas motif
perbaikan diri sebagai motif perbandingan yang berbeda atau
terpisah dari motif evaluasi diri, dan mungkin hanya akan berlaku
untuk dimensi kemampuan. Dengan demikian, satu alasan bagi
individu yang membandingkan dirinya dengan orang lain adalah
untuk belajar lebih banyak tentang kemampuan mereka, sehingga
mereka menjadi semakin baik (Gibbons & Buunk, 1999).
c. Peningkatan diri
Peningkatan diri biasanya muncul ketika individu ingin
melindungi harga diri mereka dan mempertahankan pandangan
positif tentang diri ketika mereka berada dalam ancaman atau
ketidakpastian. Motif peningkatan diri tidak didiskusikan secara
eksplisit oleh Festinger (1954). Biasanya motif ini didefinisikan
sebagai perbandingan yang dimaksudkan khusus untuk
meningkatkan harga diri atau konsep diri individu. Mungkin satu
alasan untuk motif ini adalah bahwa peningkatan diri tidak dilihat
sebagai motif yang konsisten yang mendasari perbandingan sosial,
tetapi motif peningkatan diri sangat bervariasi terkait fungsi dari
konteks atau lingkungan di mana perbandingan sosial terjadi
(Gibbons & Buunk, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Dampak Perbandingan Sosial
Hakmilller (1966) menemukan bahwa dengan melakukan
perbandingan sosial individu dapat melakukan upaya peningkatan diri
terutama ketika mereka berada dalam kondisi terancam. Individu juga
dapat melakukan upaya untuk mengevaluasi (Festinger, 1954) ataupun
memperbaiki diri mereka dengan melakukan perbandingan sosial
(Wood, 1989).
Appel, Crusius, dan Gerlach (2015) menemukan bahwa individu
yang memiliki standar perbandingan sosial yang tinggi merupakan
individu yang cenderung merasa inferior atau rendah diri. Mereka
cenderung akan mengalami perasaan cemburu yang tinggi terhadap
orang lain. Kecemburuan yang tinggi tersebut berkorelasi atau
berhubungan secara positif dengan kemungkinan individu akan
mengalami depresi (Appel, Crusius, & Gerlach, 2015). Crusius dan
Mussweiler (2012) menemukan hal yang serupa, bahwa ketika individu
melakukan perbandingan sosial ke atas, mereka memiliki kecenderungan
untuk berperilaku impulsif dan merasakan kecemburuan.
Chan (2013) menambahkan bahwa secara khusus, perilaku
perbandingan sosial (terutama mengenai konsumsi) yang dilakukan oleh
individu akan mendorong munculnya aspirasi materialisme, karena
individu yang sering membandingkan perilaku konsumsi mereka dengan
orang lain merupakan individu yang percaya bahwa kepemilikan uang
yang banyak akan menghasilkan kebahagiaan pribadi dan kesuksesan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sehingga mereka sangat ingin untuk menikmati hidup dengan banyak
harta dan juga benda. Selain itu, perbandingan sosial yang dilakukan
individu juga dapat meningkatkan kesejahteraan diri individu (Diener &
Fujita, 1997).
C. REMAJA
Masa remaja merupakan salah satu periode dalam tahapan
perkembangan dari seorang individu setelah mereka menyelesaikan tugas
dan melewati masa kanak-kanak (Santrock, 2003). Seseorang dapat
dikatakan sebagai remaja jika ia telah memiliki usia lebih dari sepuluh tahun
hingga dua puluhan tahun (Santrock, 2003). Masa remaja memiliki
karakterisitk yang khusus yaitu sebagai masa dimana seorang individu
mengalami perkembangan transisi (Papalia, 2008).
G. S. Hall menyebutkan bahwa masa remaja atau adolescence
merupakan masa dimana seseorang berada antara usia 12 sampai 23 tahun.
Pada masa ini remaja mengalami masa topan badai (strum and drang) yang
mencerminkan kebudayaan modern penuh gejolak akibat pertentangan dari
berbagai nilai, sehingga dalam tahap perkembangannya, remaja akan
mengalami banyak perubahan dalam diri mereka baik secara biologis,
kognitif, maupun sosial dan wajar jika seorang remaja cenderung akan
menunjukkan sikap yang labil. Hal tersebut disebabkan karena remaja
berada dalam upaya pencarian identitas atau jati diri mereka (Santrock,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Anastasia, Rasimin, dan Nuryati (2008) mengungkapkan bahwa ada
dua karakteristik dasar remaja, yaitu:
a. Remaja cenderung lebih labil atau belum memiliki pendirian yang kuat.
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi bagi seorang
individu (Papalia, 2008) karena mereka akan mengalami banyak
perubahan dalam kehidupan. Selain itu, pada masa ini remaja juga
memiliki tugas perkembangan untuk dapat mencari jati diri atau identitas
mereka sendiri (Santrock, 2003). Remaja juga memiliki kecenderungan
akan mengalami kebingungan atau biasa disebut dengan istilah “identitas
vs kebingungan” (Sumanto, 2014). Perubahan dalam proses pencarian
identitas ini, serta kebingungan yang dialami oleh individu
mengakibatkan remaja pada tahap ini akan cenderung bersikap labil
(Anastasia, et al, 2008).
b. Remaja lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan dan orang lain di
sekitarnya.
Tugas-tugas dalam masa perkembangan remaja secara tidak
langsung menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh
lingkungan dan orang lain di sekitarnya. Selain itu, pada masa ini
seorang remaja akan mulai belajar bergaul dengan kelompok yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka yang akan menyebabkan remaja menjadi
lebih mudah dipengaruhi oleh faktor lain di luar dirinya (Sumanto,
2014). Remaja juga akan mulai membangun hubungan baru dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
teman-teman sebaya mereka yang berjenis kelamin sama maupun yang
berjenis kelamin berbeda (Soesilowindradini, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Dinamika hubungan antara perbandingan sosial dengan teman sebaya
dan materialisme pada remaja
Masa remaja dipandang sebagai suatu periode penting karena
merupakan masa transisi bagi individu yang akan beranjak dari masa anak-
anak menuju dewasa (Hurlock, 1980; Papalia, 2008). Tugas-tugas dalam
masa perkembangan ini secara tidak langsung menyebabkan remaja yang
belum memiliki pendirian tetap menjadi lebih mudah terbawa dan
terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang di sekitarnya (Anastasia, et al,
2008) karena pada masa ini remaja mulai belajar bergaul dengan kelompok
yang sesuai dengan jenis kelaminnya (Sumanto, 2014) dan mulai belajar
untuk membangun hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang
berjenis kelamin sama ataupun berbeda (Soesilowindradini, 2006).
Remaja yang mulai belajar membangun hubungan baru dengan teman
sebaya akan memiliki hubungan yang lebih akrab dan intim dengan mereka,
karena remaja lebih aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sebaya (Chan & Prendergast, 2007). Selain itu, perilaku remaja menjadi
lebih berfokus pada perilaku teman-teman sebaya, termasuk perilaku
konsumsi dan kepemilikan harta benda yang akan lebih berfokus pada hal-
hal tertentu yang teman-teman mereka gunakan dan miliki (Isaken & Roper,
2012). Hal tersebut disebabkan oleh kemudahan remaja untuk mengamati
pola perilaku dan kepemilikan harta benda teman sebaya yang terbilang
lebih konkret atau nyata jika dibanding tokoh-tokoh di media (Chan &
Prendergast, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Remaja yang labil dan mudah terpengaruh akan memunculkan sifat
tidak mau kalah dari teman-temannya, sehingga mereka rentan melakukan
perilaku perbandingan sosial terhadap teman sebaya sebagai sarana untuk
dapat memperoleh informasi mengenai diri dan mengevaluasi diri mereka
(Festinger, 1954) agar remaja yang tengah mencari jati diri dapat menjadi
pribadi yang lebih baik (Wood, 1989). Namun, perilaku perbandingan sosial
yang dilakukan remaja akan memberi dampak negatif bagi diri remaja.
Remaja akan merasakan perasaan cemburu, iri hati, dan tidak puas terhadap
kondisi dirinya, terutama ketika dalam proses evaluasi diri remaja terpapar
dan berhadapan dengan teman sebaya yang memiliki harta benda lebih
unggul dari mereka (Crusius & Mussweiler, 2012). Selain itu, Likitapiwat,
Sereetrakul, dan Wichadee (2015) menemukan bahwa remaja saat ini
memiliki kepercayaan akan pentingnya kepemilikan harta dan benda.
Remaja yang berasal dari keluarga miskin memiliki kepercayaan dalam
dirinya bahwa harta benda dan uang adalah pusat dari kehidupan mereka.
Sedangkan remaja dengan kondisi keuangan yang lebih baik percaya bahwa
harta benda dan uang merupakan indikator keberhasilan dalam kehidupan
mereka, dan remaja dengan kondisi keuangan moderat (sedang) memiliki
kerentanan yang lebih tinggi terhadap pengaruh teman sebaya terkait
materialisme mereka, sehingga dapat dikatakan bahwa remaja saat ini lebih
menekankan kehidupan mereka pada upaya kepemilikan harta dan benda
yang dipercaya dapat menjadi sarana untuk mencapai kebahagiaan pribadi
dan kemajuan mereka secara sosial (Moschis & Churchill, 1978).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Perasaan – perasaan negatif yang dirasakan remaja sebagai dampak
perilaku perbandingan sosial yang mereka lakukan ( tidak puas terhadap diri,
perasaan cemburu, dan iri) akan memotivasi munculnya nilai dalam diri
remaja yang mengacu pada kepercayaan remaja bahwa kepemilikan harta
benda merupakan tujuan hidup paling penting dan utama bagi mereka
sebagai upaya untuk mencapai kebahagiaan pribadi yang terbentuk melalui
proses belajar dan interaksi sosial remaja dengan masyarakat (Schwartz,
2007) yang nantinya juga dapat menjadi simbol kesuksesan bagi diri remaja.
Selain itu, remaja yang belum memiliki pendirian tetap akan percaya bahwa
kepemilikan harta dan benda merupakan sarana untuk mengevaluasi prestasi
diri dan orang lain (Richins & Dawson, 1992). Kepercayaan yang muncul
dalam diri remaja terkait pentingnya kepemilikan harta dan benda dapat
memberi pengaruh yang tinggi terhadap perkembangan materialisme pada
remaja (Chan, 2013). Selain itu, penerimaan dan pengakuan kelompok sosial
terhadap diri remaja sangat ditentukan dan dilihat dari benda-benda yang
dimiliki, bukan dari apa adanya diri remaja (Hurlock, 1980), sehingga
remaja akan semakin yakin bahwa kepemilikan harta dan benda merupakan
hal yang paling penting (Richins & Dawson, 1992), serta sebagai penentu
penerimaan diri remaja dalam lingkungan sosial mereka (Hurlock, 1980).
Kepercayaan akan pentingnya kepemilikan harta benda yang semakin
kuat dalam diri remaja menyebabkan minat terbesar remaja dalam masa
perkembangannya adalah untuk memperoleh simbol status atau simbol
prestise sebagai penanda bahwa remaja merupakan pribadi yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dibanding teman-teman sebayanya, karena mereka akan dipandang sebagai
individu yang memiliki status ekonomi lebih baik dan lebih tinggi dari pada
teman-teman sebayanya (Hurlock, 1980). Minat yang besar terhadap
perolehan simbol status atau simbol prestise menyebabkan remaja semakin
menanamkan keyakinan dalam diri mereka bahwa kepemilikan harta dan
benda merupakan hal yang penting dan utama dalam masa pencarian jati diri
mereka. Remaja cenderung akan menjadi pribadi yang materialis karena
mereka memegang nilai pribadi yang mencakup keyakinan dan tujuan hidup
yang berfokus pada kekayaan, kepemilikan, gambaran, dan juga status
(Kasser, 2016). Ketika remaja berhasil mendapatkan simbol status atau
simbol prestise, mereka dapat menggunakannya sebagai persona untuk
mengatasi krisis identitas dalam masa perkembangannya (Erikson, dalam
Hall & Lindzey, 1993), sehingga remaja akan dinilai baik dan dapat
diterima, bahkan diakui kedudukannya oleh orang-orang di sekitarnya dan
juga dalam lingkungan sosialnya.
Remaja yang mudah terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang
disekitarnya juga akan cenderung mengabaikan dampak dari materialisme
bagi diri mereka, dimana segala hal yang mereka dapat dan mereka miliki
tidak selamanya dapat memberi mereka kesenangan dalam hidup ataupun
meningkatkan kesejahteraan mereka karena semakin materialis mereka,
maka mereka juga akan menjadi semakin tidak puas dan tidak bahagia
(Richins & Dawson, 1992; Boven, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa dalam menghadapi krisis
identitas pada masa perkembangan transisi, remaja yang belum memiliki
pendirian tetap cenderung akan melakukan perbandingan sosial terhadap
orang lain di sekitarnya, dan akan memunculkan sifat tidak mau kalah dari
orang lain, serta semakin menanamkan keyakinan dalam diri mereka bahwa
kepemilikan harta dan benda merupakan hal penting dan utama dalam hidup
mereka. Hal tersebut menyebabkan remaja menjadi lebih materialis karena
mereka ingin memiliki sesuatu hal yang lebih dari orang lain (Ger & Belk,
1996) dan memiliki keyakinan, serta pandangan bahwa kesuksesan finansial
merupakan hal yang sangat penting dan esensial bagi mereka, bahkan
melampaui nilai penting untuk membangun filosofi hidup, menjadi ahli pada
bidang yang ditekuni, membantu orang lain, atau membangun keluarga
(Dey, Astin, & Korn, dalam Myers, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Skema hubungan antara perbandingan sosial dengan teman sebaya dan
materialisme pada remaja
Perbandingan Sosial Rendah Perbandingan Sosial Tinggi
Jarang mengamati perilaku,
pendapat dan kepemilikan
harta benda teman sebaya
Jarang berkomunikasi
mengenai pendapat dan
kepemilikan harta benda
dengan teman sebaya
Jarang membandingkan
perilaku, pendapat dan
kepemilikan harta benda
dengan teman sebaya
Sering mengamati perilaku,
pendapat dan kepemilikan
harta benda teman sebaya
Aktif berkomunikasi
mengenai pendapat dan
kepemilikan harta benda
dengan teman sebaya
Sering membandingkan
perilaku, pendapat dan
kepemilikan harta benda
dengan teman sebaya
Jarang mengalami perasaan iri dan cemburu
Kurang percaya bahwa
kepemilikan barang dan uang
merupakan tujuan hidup
yang paling penting
Kurang percaya bahwa kepemilikan barang dan uang
merupakan jalan utama
menuju kebahagiaan
Kurang percaya bahwa kepemilikan barang dan uang
merupakan sarana untuk
mengevaluasi prestasi diri
dan orang lain
Sering mengalami perasaan
iri dan cemburu
Percaya bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan
tujuan hidup yang paling
penting
Percaya bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan
jalan utama menuju
kebahagiaan
Percaya bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan
sarana untuk mengevaluasi
prestasi diri dan orang lain
Materialisme Rendah Materialisme Tinggi
Perbandingan Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara perbandingan sosial dengan teman sebaya dan
materialisme remaja. Semakin remaja melakukan perbandingan sosial dengan
teman sebaya mereka, maka semakin tinggi kecenderungan materialisme
remaja. Begitu pula sebaliknya, semakin jarang remaja melakukan
perbandingan sosial dengan teman sebaya mereka, maka semakin rendah
kecenderungan materialisme remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.
Azwar (2012) memaparkan bahwa penelitian kuantitatif merupakan salah
satu metode penelitian yang dalam proses analisisnya lebih menekankan
pada data numerikal atau angka dengan metode statistik. Adapun tujuan
dari penelitian kuantitatif adalah untuk mengkaji teori secara objektif
dengan cara menguji hubungan antar variabel yang akan diteliti
(Supratiknya, 2015). Menurut Creswell (2009), jenis penelitian kuantitatif
bertujuan untuk menguji teori secara objektif dengan cara memeriksa atau
meneliti hubungan antar variabel-variabel yang dapat diukur, sehingga
data numerik yang dihasilkan dapat dianalisis. Hal tersebut sejalan dengan
tujuan penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara
perbandingan sosial yang dilakukan terhadap teman sebaya dan nilai
materialisme pada remaja. Data numerikal dalam penelitian ini akan
diperoleh melalui pengukuran dengan skala terhadap variabel-variabel
yang ada dalam penelitian, dan akan diolah menggunakan metode statistik.
Menurut Azwar (2009), penelitian korelasional merupakan
penelitian yang betujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau
keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain berdasarkan koefisien
korelasi. Creswell (2014) mengatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif
korelasional, peneliti menggunakan statistik korelasional untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mendeskripsikan dan mengukur tingkat atau taraf hubungan skor antara
dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Sedangkan variabel mengacu
pada atribut dari individu atau kelompok dalam sebuah penelitian dengan
karakteristikadanya hubungan sebab akibat dan dapat diukur atau
diobservasi (Creswell, 2014).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah atribut dari individu atau kelompok
yang bergantung pada variabel bebas, atau hasil dari pengaruh variabel
bebas (Creswell, 2014). Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah materialisme remaja.
b. Variabel bebas
Variabel bebas adalah atribut dari individu atau kelompok yang
menyebabkan, mendahului, atau mempengaruhi hasil (Creswell, 2014).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan sosial dengan
teman sebaya.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi dari variabel yang ditulis
pada tingkat operasional dan praktis, serta dapat diterapkan dengan bahasa
yang lebih spesifik untuk memahami hubungan antar variabel (Creswell,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2014). Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perbandingan sosial dengan teman sebaya
Perbandingan sosial adalah perilaku remaja dalam upaya untuk
membentuk diri, yang sangat difokuskan pada ranah pendapat dan
kemampuan, serta bagaimana remaja menggunakan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan mereka dalam mencari tahu, mendapat
pengetahuan mengenai diri, dan mengevaluasi diri mereka.
Perbandingan sosial akan diukur menggunakan skala perbandingan
sosial milik Gibbons dan Buunk (1999) yang dalam penyusunannya
konsisten dengan teori perbandingan sosial milik Festinger (1945).
Penyusunan skala ini didasarkan pada salah satu motif utama individu
untuk melakukan perbandingan sosial menurut yaitu, evaluasi diri.
Semakin tinggi skor total yang diperoleh individu dari skala tersebut,
maka semakin tinggi perbandingan sosial individu. Sebaliknya,
semakin rendah skor total yang diperoleh individu dari skala tersebut,
maka semakin rendah perbandingan sosial individu tersebut.
2. Materialisme
Materialisme adalah suatu sistem nilai pribadi remaja yang
mengarah pada keyakinan terpusat dan kebutuhan remaja untuk
memperoleh kenyamanan secara materi, serta kepentingan remaja
untuk dapat melekat pada harta duniawi yang mencakup uang dan juga
kepemilikan benda. Materialisme akan diukur dengan skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
materislime milik Richins dan Dawson (1992). Skala tersebut disusun
berlandaskan pada 3 aspek yaitu, acquisition centrality, acquisition as
the pursuit of happiness, dan possession-defined succes. Semakin
tinggi skor total yang diperoleh individu dalam skala tersebut, maka
semakin tinggi pula materialismenya, dan begitu pula sebaliknya.
Semakin rendah skor total yang diperoleh individu, maka semakin
rendah pula materialismenya.
D. Subjek Penelitian
Subjek atau responden yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah remaja yang berada dalam rentang usia 12 sampai 23 tahun.
Penelitian ini menggunakan teknik incidental sampling. Nasution (2011)
menjelaskan bahwa teknik incidental sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dengan sistem „kebetulan‟. Hal ini berarti bahwa
siapa saja yang ditemui oleh peneliti dan siapa saja yang termasuk dalam
kriteria subjek penelitian dapat dijadikan sebagai subjek atau responden
dalam penelitian ini.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan proses yang dilakukan dalam
suatu penelitian untuk mengumpulkan data primer dan sekunder (Siregar,
2013). Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan penyebaran skala. Penyebaran skala merupakan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang berbentuk laporan diri sendiri yang berisi daftar kumpulan
pernyataan yang harus dijawab oleh individu sebagai subjek penelitian
(Azwar, 2009).
Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
skala likert. Skala Likert merupakan metode penskalaan yang cukup
sederhana. Subjek akan diminta untuk menyatakan kesetujuan-
ketidaksetujuan dalam sebuah kontinum yang terdiri atas lima respon
yaitu: sangat setuju, setuju, tidak tahu/netral, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju (Supratiknya, 2014). Model penskalaan ini bertujuan untuk
mengungkap sikap pro dan kotra, positif dan negatif, serta mengungkap
kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap suatu objek sosial
(Azwar, 2012). Pemberian skor pada item pernyataan dalam skala dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1
Pemberian skor pada Skala Likert
Sangat
Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N)
Tidak
Setuju (TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
Penelitian ini akan menggunakan 2 skala yaitu, skala perbandingan
sosial dan skala materialisme.
1. Skala perbandingan sosial
Skala perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999) yang disusun
berdasarkan pada teori perbandingan sosial menurut Festinger (1945)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yaitu, perilaku perbandingan yang dimotivasi keinginan individu untuk
mengevaluasi diri mereka, dan didasarkan pada 2 dimensi yaitu
dimensi kemampuan (ability) dan pendapat (opinion).
Skala perbandingan sosial dalam penelitian ini merupakan skala
dari instrumen yang telah dibuat oleh peneliti lain dan akan digunakan
kembali dalam penelitian ini secara utuh (Creswell, 2009 dalam
Supratiknya 2015) dan berbahasa asing, sehingga terlebih dahulu
peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkan skala ke dalam
Bahasa Indonesia dan menyesuaikan dengan konteks dalam penelitian
ini.
Metode yang digunakan dalam proses penerjemahan skala adalah
metode back-translation. Back-translation merupakan suatu metode
dengan melibatkan pengambilan protokol dari sebuah penelitian dalam
bahasa tertentu. Protokol tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa
lain, kemudian meminta orang lain untuk menerjemahkan kembali ke
bahasa aslinya untuk menekan kemunculan bias yang dapat terjadi
(Matsumoto & Juang, 2008).
Sebelum mengadaptasi skala, peneliti sudah memperoleh ijin dari
pihak atau peneliti-peneliti yang berkaitan langsung dengan skala
(terlampir). Selanjutnya, peneliti melibatkan tiga pihak sebagai expert
judgement atau ahli yang berkompeten untuk melakukan analisis
rasional sebagai upaya pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi
dari skala (Azwar, 2015). Expert judgment yang akan dilibatkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penelitian ini yaitu, dua guru Bahasa Inggris dan dosen pembimbing
skripsi.
Tabel. 2
Item Skala Perbandingan Sosial
Perbandingan Sosial
(Festinger, 1945)
Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
Kemampuan (ability) 6,7,8,9,10 11 6
Pendapat (opinion) 1,2,3,4 5 5
Total 11
2. Skala Materialisme
Skala materialisme (Richins & Dawson, 1992) disusun
berlandaskan pada 3 aspek, yaitu:
1. Acquisition centrality.
2. Acquisition as the pursuit of happiness.
3. Possession-defined succes.
Materialisme dalam penelitian ini merupakan skala dari instrumen
yang telah dibuat oleh peneliti lain dan akan digunakan dalam
penelitian ini secara utuh (Creswell, 2009 dalam Supratiknya 2015),
dan berbahasa asing, sehingga terlebih dahulu peneliti melakukan
adaptasi dengan menerjemahkan skala ke dalam Bahasa Indonesia.
Metode yang digunakan dalam proses penerjemahan skala adalah
metode back-translation. Back-translation merupakan suatu metode
dengan melibatkan pengambilan protokol dari sebuah penelitian dalam
bahasa tertentu. Protokol tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa
lain, kemudian meminta orang lain untuk menerjemahkan kembali ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bahasa aslinya untuk menekan kemunculan bias yang dapat terjadi
(Matsumoto & Juang, 2008).
Sebelum mengadaptasi skala, peneliti sudah memperoleh izin dari
pihak atau peneliti-peneliti yang berkaitan langsung dengan skala
(terlampir). Selanjutnya, peneliti melibatkan tiga pihak sebagai expert
judgement atau ahli yang berkompeten untuk melakukan analisis
rasional sebagai upaya pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi
dari skala (Azwar, 2015). Expert judgment yang akan dilibatkan dalam
penelitian ini yaitu, dua guru Bahasa Inggris dan dosen pembimbing
skripsi.
Tabel. 3
Item Skala Materialisme
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
Succes 1,2,4,5 3,6 6
Centrality 10,11,12 7,8,9,13 7
Happiness 15, 17,18 14,16 5
Total 18
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Alat ukur akan dinyatakan memiliki validitas yang tinggi apabila
alat ukur tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
tujuan dalam penelitian. Kasmadi dan Sunariah (2013) menyebutkan
bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
„kesahihan‟ dari suatu instrumen penelitian, sehingga dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penelitian sangatlah penting dan diperlukan validitas alat tes yang
dapat membantu untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan
dari suatu alat untuk mengukur variabel yang hendak diteliti.
Pengujian validitas pada alat ukur penelitian ini menggunakan jenis
validitas isi yang mengacu pada taraf sejauh mana unsur-unsur
instrument asesmen relevan dan mencerminkan konstruk sasaran
(Supratiknya, 2016). Validitas isi diperoleh dari hasil analisis rasional
terhadap isi tes berdasarkan ahli (expert judgement) yang sifatnya
subjektif (Azwar, 2010). Expert judgement dalam penelitian ini adalah
dosen pembimbing skripsi.
2. Kualitas Item
Melihat kualitas item skala merupakan bagian penting dalam suatu
penelitian, karena kualitas dari suatu skala atau alat ukur psikologi
sangat ditentukan oleh kualitas item-itemnya sendiri. Untuk melihat
kualitas item skala dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji daya
beda item, uji validitas isi (content validity) oleh dosen pembimbing
skripsi sebagai expert judgement, dan melalui uji coba skala (try out).
Kualitas item dalam skala yang digunakan dalam penelitian ini
dilihat berdasarkan hasil uji daya beda item yaitu, berdasarkan
perolehan skor korelasi dari item total dengan batasan rix ≥ 0,25
(Azwar, 2009). Dengan demikian, jika item mencapi rix minimal 0,25,
maka item tersebut memiliki daya beda yang tinggi. Sebaliknya, jika
item mencapi rix < 0,25, maka item tersebut memiliki daya beda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
rendah. Pada penelitian ini, pengujian tersebut dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for Windows versi 21 pada Skala
Perbandingan Sosial dan Skala Materialisme.
Untuk melihat kualitas item dari kedua skala dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan uji coba terpakai atau try out terpakai yang
merupakan suatu teknik untuk menguji validitas dan reliabilitas dengan
cara pengambilan data yang hanya dilakukan sekali dan hasil uji
cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2004).
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 279 remaja.
Try out terpakai dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2017 sampai 02
Juli 2017. Berikut ini merupakan hasil uji kesahihan item pada kedua
skala:
a. Skala Perbandingan Sosial
Pada skala perbandingan sosial didapatkan satu item yang
menunjukkan nilai rix < 0,25 yaitu, item 11. Hal tersebut berarti
item 11 memiliki daya beda yang rendah.
b. Skala Materialisme
Pada skala materialisme didapatkan 5 item yang
menunjukkan nilai rix < 0,25 yaitu, item 8, 9, 13, 14, dan 16. Hal
tersebut berarti item – item tersebut memiliki daya beda yang
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang mengandung makna mengenai seberapa tinggi kecermatan
sebuah alat ukur (Azwar, 2015). Reliabilitas tes penting untuk
dilakukan dan diketahui karena jika pengukuran tidak reliabel, maka
skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya.
Pada penelitian ini, reliabilitas dilihat menggunakan koefisien
Alpha Cronbach (α) untuk menghasilkan estimasi konsistensi internal
item skala. Koefisien minimum yang dipandang memuaskan untuk
reliabilitas adalah sebesar 0,70; jika koefisien minimum kurang dari
0,70 alat ukur dipandang kurang memadai karena menunjukkan bahwa
inkonsistensi alat ukur sedemikian besar, sehingga interpretasi skor
menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).
Reliabilitas pada skala asli perbandingan sosial mencapai nilai Alfa
Cronbach sebesar 0,83 (Gibbons & Buunk, 1999), dan reliabilitas pada
skala perbandingan sosial dalam penelitian ini adalah sebesar 0,810.
jika item 11 digugurkan, maka reliabilitas skala perbandingan sosial
akan meningkat menjadi 0,824.
Reliabilitas pada skala asli materialisme mencapai nilai koefisien
alpha untuk 18 item bervariasi antara 0,80 sampai 0,88 (Richins &
Dawson, 1992), dan reliabilitas skala materialisme dalam penelitian ini
adalah sebesar 0,766. Jika item 8,9,13,14, dan 16 digugurkan, maka
reliabilitas skala materialisme meningkat menjadi 0,829.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah penyebaran
data dalam penelitian yang dilakukan terdistribusi dengan normal
atau tidak (Kasmadi & Sunariah, 2013). Jika nilai p > 0,05 maka,
data yang diuji memiliki distribusi yang tidak berbeda dari data
normal. Dengan kata lain, data yang diuji memiliki distribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05, maka data yang diuji
memiliki distribusi yang berbeda dari data normal atau data yang
diuji memiliki distribusi yang tidak normal (Santoso, 2010).
Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui normalitas distribusi sebaran data.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus sehingga
peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel diikuti
secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel
lainnya (Santoso, 2010).
Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan test for
linearity pada program SPSS. Jika nilai p > 0,05 maka terdapat
hubungan yang tidak linear, sehingga hubungan antara kedua
variabel dapat dikatakan lemah. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
maka terdapat hubungan yang linear, sehingga hubungan antara
kedua variabel dapat dikatakan kuat (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hipotesis
awal dalam penelitian ini dapat diterima berdasarkan data yang telah
terkumpul. Dengan kata lain, uji hipotesis dilakukan bukan untuk
menguji kebenaran hipotesis awal, melainkan untuk menguji dapat
diterima atau ditolaknya hipotesis awal tersebut (Gulӧ, 2002). Analisis
penelitian ini akan menggunakan metode analisis data Product
Moment Pearson, jika data yang diperoleh berdistribusi normal.
Namun, jika data yang diperoleh tidak berdistribusi secara normal,
maka metode analisis yang digunakan adalah Spearman‟s rho.
Metode analisis tersebut digunakan sebagai uji korelasi untuk
menentukan hubungan anatar variabel bebas dan variabel tergantung
(Sarwono, 2006). Besarnya nilai korelasi (r) adalah -1 hingga +1.
Apabila nilai r adalah -1, maka dapat dikatakan hubungan antara kedua
variabel negatif (ada hubungan yang bertolak belakang antara kedua
variabel). Apabila nilai r adalah +1, maka dapat dikatakan hubungan
antara kedua variabel positif (ada hubungan searah antara kedua
variabel).
Taraf nilai signifikan (p) berkisar 5% atau 0,05. Jika nilai p < 0,05,
maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang
signifikan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel
tergantung (Siregar, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2017 sampai dengan 02 Juli
2017. Peneliti melakukan pengambilan data untuk kedua skala melalui
penyebaran secara langsung dan dengan menggunakan Google Forms. Dari
proses tersebut, didapatkan 279 respon.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini berusia 12 tahun sampai dengan 23 tahun.
Berdasarkan pengambilan data, diperoleh sejumlah 279 subjek yang mengisi
skala secara langsung dan dalam bentuk Google Forms dengan deskripsi
sebagai berikut:
Tabel. 4
Deskripsi Usia Subjek
Kriteria Subjek Rentang Usia Jumlah Subjek
Berdasarkan Usia
12 sampai 17 tahun 80
18 sampai 23 tahun 199
Tabel. 5
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Kriteria Subjek Jenis Kelamin Jumlah Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
Perempuan 190
Laki-laki 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel. 6
Deskripsi Jenjang Pendidikan Subjek
Kriteria Subjek Jenjang pendidikan Jumlah Subjek
Jenjang Pendidikan
SMP 52
SMA 68
Perguruan Tinggi 159
C. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan data dari skala yang digunakan, maka dapat dilihat
perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik. Mean teoritik didapatkan
dari hasil perhitungan manual berdasarkan skor terendah dan skor tertinggi
yang dapat diraih dalam sebuah skala. Hal itu dapat dirumuskan sebagai
berikut:
MT = ( ) ( )
Sebaliknya, mean empirik merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki
oleh subjek penelitian. Berikut perbandingan mean teoritik dan mean empirik
beserta hasil uji One-Sample Test menggunakan SPSS for Windows versi 21.
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil
perhitungan mean teoritik perbandingan sosial dan materialisme sebagai
berikut:
MT(ps) = ( ) ( )
=
= 33.
MT(m) = ( ) ( )
=
= 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel. 7
Data Empirik Skala Perbandingan Sosial
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Perbandingan Sosial
279 37.26 6.545 .392
One-Sample Test
Test Value = 33
T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Perbandingan Sosial
10.867 278 .000 4.258 3.49 5.03
Tabel. 8
Data Empirik Skala Materialisme
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Materialisme 279 50.46 8.457 .506
One-Sample Test
Test Value = 54
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Materialisme -7.001 278 .000 -3.545 -4.54 -2.55
Pada tabel data empirik skala perbandingan sosial (Tabel.7) uji beda
mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00. nilai
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritik dan mean empirik dari skala perbandingan sosial. Mean teoritik pada
skala perbandingan sosial adalah sebesar 33 dan mean empirik sebesar 37.26
dengan standar deviasi sebesar 6.545. Hasil ini menunjukkan bahwa mean
empirik secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoritik, sehingga dapat
disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat perbandingan
sosial terhadap teman sebaya yang cenderung tinggi atau positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sebaliknya, pada tabel data empirik skala materialisme (Tabel.8) uji
beda mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00. nilai
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritik dan mean empirik dari skala perbandingan sosial. Mean teoritik pada
skala perbandingan sosial adalah sebesar 54 dan mean empirik sebesar 50,46
dengan standar deviasi 8.457. Hasil ini menunjukkan bahwa mean empirik
secara signifikan lebih rendah daripada mean teoritik, sehingga dapat
disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki nilai materialisme
yang cenderung rendah atau negatif.
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilaksanakan untuk melihat apakah data penelitian
memenuhi syarat untuk dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi
tertentu. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dengan
mengggunakan Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitas dengan
menggunakan test for linearity dengan bantuan SPSS for Windows versi 21.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian
berasal dari populasi yang memiliki sebaran normal atau tidak (Santoso,
2010). Hasil uji normalitas menggunakan Lilliefors Significance
Correction pada Kolmogorov-Smirnov melalui SPSS for Windows versi
21 dapat dilihat pada tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel. 9
Hasil Uji Normalitas
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data penelitian
pada skala materialisme (p=0,200) memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat diasumsikan bahwa data penelitian pada
skala materialisme memiliki distribusi yang tidak berbeda dari data
normal. hal berbeda terjadi pada data penelitian skala perbandingan
sosial (p=0,00) yang nilainya lebih kecil dari 0,05 sehingga uji hipotesis
pada penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik
Spearman‟s rho.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pola hubungan
antar variabel yang hendak diuji membentuk garis lurus, sehingga
peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti
secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel
lainnya (Santoso, 2010). Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Materialisme .042 279 .200*
Perbandingan Sosial .094 279 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel. 10
Hasil Uji Linearitas ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Materialisme *
Perbandingan
Sosial
Between
Groups
(Combined) 3356.148 34 98.710 1.457 .056
Linearity 596.902 1 596.902 8.812 .003
Deviation
from
Linearity
2759.246 33 83.614 1.234 .187
Within Groups 16527.042 244 67.734
Total 19883.190 278
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian
memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi
kurang dari 0,05 (p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan
sosial memiliki hubungan yang linear dengan materialism, sehingga
pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji asumsi, diketahui bahwa skala perbandingan
sosial tidak terdistribusi secara normal dan skala materialisme terdistribusi
normal. Berdasarkan hal tersebut, maka pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman‟s
rho dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan menggunakan program SPSS
for Windows versi 21. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 11
Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations
Materialisme Perbandingan Sosial
Spearman's rho
Materialisme
Correlation Coefficient 1.000 .154**
Sig. (1-tailed) . .005
N 279 279
Perbandingan
Sosial
Correlation Coefficient .154** 1.000
Sig. (1-tailed) .005 .
N 279 279
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi Spearman‟s rho,
diketahui bahwa perbandingan sosial dan materialisme memiliki koefisien
korelasi sebesar 0,154 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 (p < 0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan
antara perbandingan sosial dan materialisme secara keseluruhan.
3. Analisis Tambahan
Analisis tambahan dilakukan untuk melihat hubungan antara
perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materialisme pada dua
kelompok subjek penelitian yaitu, subjek yang tergolong dalam kelompok
remaja awal dan subjek yang tergolong dalam kelompok remaja akhir. Uji
tambahan dilakukan dengan melakukan uji beda mean, uji asumsi, dan uji
hipotesis. Hasil uji dalam analisis tambahan dapat dilihat pada penjelasan
berikut:
A. Kelompok Remaja Awal
A.1 Uji Beda Mean
Berdasarkan data dari skala yang digunakan, maka dapat dilihat
perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik. Perhitungan
mean teoritik dilakukan secara manual, sebaliknya mean empirik
merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki oleh subjek penelitian
yang masuk dalam kelompok usia remaja awal. Berikut
perbandingan mean teoritik dan mean empirik beserta hasil uji One-
Sample Test menggunakan SPSS for Windows versi 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan
hasil perhitungan mean teoritik perbandingan sosial dan
materialisme sebagai berikut:
MT(ps) = ( ) ( )
=
= 33.
MT(m) = ( ) ( )
=
= 54.
Tabel. 12
Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Awal One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Perbandingan Sosial Remaja
Awal
80 36.79 8.272 .925
One-Sample Test
Test Value = 33
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Perbandingan
Sosial Remaja Awal
4.095 79 .000 3.788 1.95 5.63
Tabel. 13
Data Empirik Skala Materialisme Remaja Awal
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Materialisme
Remaja Awal
80 51.14 8.627 .965
One-Sample Test
Test Value = 54
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Materialisme
Remaja Awal
-2.968 79 .004 -2.863 -4.78 -.94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pada tabel data empirik skala perbandingan sosial (Tabel.12) uji
beda mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi sebesar
0,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean teoritik dan mean empirik dari skala
perbandingan sosial. Mean teoritik pada skala perbandingan sosial
adalah sebesar 33 dan mean empirik sebesar 36,79. Hasil ini
menunjukkan bahwa mean empirik secara signifikan lebih tinggi dari
pada mean teoritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian yang tergolong pada kelompok remaja awal memiliki
tingkat perbandingan sosial terhdap teman sebaya yang cenderung
tinggi.
Sebaliknya, pada tabel data empirik skala materialisme (Tabel.
13) uji beda mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean teoritik dan mean empirik. Mean
teoritik pada skala materialisme adalah sebesar 54 dan mean empirik
pada skala materialisme adalah sebesar 51,14. Hasil ini menunjukkan
bahwa mean empirik secara signifikan lebih rendah daripada mean
teoritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang
tergolong dalam kelompok remaja awal memiliki tingkat
materialisme yang cenderung rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
A.2 Hasil Penelitian
1) Uji Asumsi
Uji asumsi dilaksanakan untuk melihat apakah data
penelitian memenuhi syarat untuk dianalisis menggunakan
teknik analisis korelasi tertentu. Uji asumsi dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas dengan mengggunakan Kolmogorov-
Smirnov dan uji linearitas dengan menggunakan test for linearity
dengan bantuan SPSS for Windows versi 21.
a. Hasil Uji Normalitas Remaja Awal
Tabel. 14
Hasil Uji Normalitas Remaja Awal Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Materialisme Remaja
Awal
.079 80 .200*
Perbandingan Sosial Remaja Awal
.102 80 .039
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data
penelitian pada skala materialisme (p=0,200) memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diasumsikan
bahwa data penelitian pada skala materialisme memiliki
distribusi yang tidak berbeda dari data normal. Hal berbeda
terjadi pada data penelitian skala perbandingan sosial (p=0,039)
yang nilainya lebih kecil dari 0,05 sehingga uji hipotesis pada
penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik
Spearman‟s rho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
b. Hasil Uji Linearitas
Tabel. 15
Hasil Uji Linearitas Remaja Awal ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Materialisme
Remaja Awal
*
Perbandingan
Sosial Remaja
Awal
Between
Groups
(Combined) 2091.888 30 69.730 .902 .612
Linearity 495.963 1 495.963 6.416 .015
Deviation
from
Linearity
1595.924 29 55.032 .712 .835
Within Groups 3787.600 49 77.298
Total 5879.488 79
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data
penelitian memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena
nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p=0,015). Hal ini
menunjukkan bahwa perbandingan sosial memiliki hubungan
yang linear dengan materialisme pada remaja awal, sehingga
pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.
2) Uji Hipotesis
Tabel. 16
Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations
Materialisme Perbandingan
Sosial
Spearman's
rho
Materialisme
Remaja Awal
Correlation
Coefficient
1.000 .289**
Sig. (1-tailed) . .005
N 80 80
Perbandingan
Sosial Remaja
Awal
Correlation
Coefficient
.289** 1.000
Sig. (1-tailed) .005 .
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman‟s rho, diketahui bahwa perbandingan sosial dan
materialisme pada remaja awa; memiliki koefisien korelasi
sebesar 0, .289 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 (p <
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi
positif dan signifikan antara perbandingan sosial dan
materialisme pada remaja awal secara keseluruhan.
B. Kelompok Remaja Akhir
B.1 Uji Beda Mean
Berdasarkan data dari skala yang digunakan, maka dapat dilihat
perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik. Perhitungan
mean teoritik dilakukan secara manual, sebaliknya mean empirik
merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki oleh subjek penelitian
yang masuk dalam kelompok usia remaja awal. Berikut
perbandingan mean teoritik dan mean empirik beserta hasil uji One-
Sample Test menggunakan SPSS for Windows versi 21.
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan
hasil perhitungan mean teoritik perbandingan sosial dan
materialisme sebagai berikut:
MT(ps) = ( ) ( )
=
= 33.
MT(m) = ( ) ( )
=
= 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel. 17
Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Akhir
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Perbandingan
Sosial Remaja
Akhir
199 37.45 5.720 .406
One-Sample Test
Test Value = 33
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Perbandingan
Sosial Remaja Akhir
10.967 198 .000 4.447 3.65 5.25
Tabel. 18
Data Empirik Skala Materialisme Remaja Akhir
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Materialisme
Remaja Akhir
199 49.88 8.590 .609
One-Sample Test
Test Value = 54
t Df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Materialisme
Remaja AKhir
-6.759 198 .000 -4.116 -5.32 -2.91
Pada tabel data empirik skala perbandingan sosial (Tabel.14)
uji beda mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean teoritik dan mean empirik dari skala
perbandingan sosial. Mean teoritik pada skala perbandingan sosial
adalah sebesar 33 dan mean empiric sebesar 37,45. Hasil ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menunjukkan bahwa mean empirik secara signifikan lebih tinggi
dari pada mean teoritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian yang tergolong pada kelompok remaja awal memiliki
tingkat perbandingan sosial terhdap teman sebaya yang cenderung
tinggi.
Sebaliknya, pada tabel data empirik skala materialisme (Tabel.
15) uji beda mean One-Sample Test memperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean teoritik dan mean empirik. Mean
teoritik pada skala materialisme adalah sebesar 54 dan mean
empirik pada skala materialisme adalah sebesar 49,88. Hasil ini
menunjukkan bahwa mean empirik secara signifikan lebih rendah
daripada mean teoritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian yang tergolong dalam kelompok remaja awal memiliki
tingkat materialisme yang cenderung rendah.
B.2 Hasil Penelitian
1) Uji Asumsi
a. Hasil Uji Normalitas
Tabel. 19
Hasil Uji Normalitas Remaja Akhir Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Materialisme Remaja Akhir .052 199 .200*
Perbandingan Sosial Remaja
Akhir
.102 199 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa
data penelitian pada skala materialisme (p=0,200) memiliki
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
diasumsikan bahwa data penelitian pada skala materialisme
terdistribusi secara normal. Hal berbeda terjadi pada data
penelitian skala perbandingan sosial (p=0,000) yang nilainya
lebih kecil dari 0,05 sehingga uji hipotesis pada penelitian
ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik
Spearman‟s rho.
b. Hasil Uji Linearitas
Tabel. 20
Hasil Uji Linearitas Remaja Akhir ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Materialisme
Remaja
Akhir *
Perbandinga
n Sosial
Remaja
Akhir
Between
Groups
(Combined) 1944.392 29 67.048 .895 .625
Linearity 517.597 1 517.597 6.906 .009
Deviation
from Linearity
1426.795 28 50.957 .680 .885
Within Groups 12665.950 169 74.946
Total 14610.342 198
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data
penelitian memiliki pola hubungan yang linear (lurus)
karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p=0,009). Hal ini
menunjukkan bahwa perbandingan sosial memiliki
hubungan yang linear dengan materialisme pada remaja
awal, sehingga pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji
hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2) Uji Hipotesis
Tabel. 21
Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations
Materialisme Perbandingan Sosial
Spearman's
rho
Materliasme
Remaja Akhir
Correlation
Coefficient
1.000 .175**
Sig. (1-tailed)
. .007
N 199 199
Perbandingan Sosial Remaja
Akhir
Correlation
Coefficient
.175** 1.000
Sig.
(1-tailed)
.007 .
N 199 199
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Spearman‟s rho, diketahui bahwa perbandingan sosial dan
materialisme memiliki koefisien korelasi sebesar 0,175 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,007 (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan
antara perbandingan sosial dan materialisme pada remaja akhir
secara keseluruhan.
E. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materialisme pada
remaja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan sosial
dengan teman sebaya dan materialisme pada remaja memiliki korelasi yang
positif dan signifikan (r=0,154; p=0,005). Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin remaja melakukan perbandingan sosial dengan teman sebaya mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
maka semakin tinggi pula materialisme remaja. Hal yang sebaliknya terjadi
ketika perbandingan sosial dengan teman sebaya cenderung jarang dilakukan,
maka materialisme pada remaja rendah. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang
telah diajukan peneliti yaitu, perbandingan sosial dengan teman sebaya
berhubungan secara positif dan signifikan dengan materialisme pada remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan sosial yang remaja
lakukan terhadap teman sebaya mereka berhubungan positif dengan
materislisme remaja. Hal tersebut mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Hasil dari penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
remaja yang sering berinteraksi dan melakukan perbandingan sosial dengan
teman sebaya mereka, akan lebih rentan untuk terpengaruh dan
mengembangkan materialisme dalam diri mereka, karena materialisme dalam
diri remaja berkaitan dengan perbandingan sosial yang mereka lakukan
terhadap teman sebaya (Chan, 2013; Bindah & Othman, 2012; Moschis, Ong,
Mathur, Yamashita & Benmoyal-Bouzaglo, 2011; Chan & Prendergast, 2007).
Sebagai suatu nilai atau keyakinan diri, dari hasil penelitian ini diketahui
bahwa materialisme berhubungan dengan perbandingan sosial yang dilakukan
remaja dengan teman sebaya mereka. Hal tersebut terjadi karena perbandingan
sosial merupakan sarana penting dan tolak ukur yang objektif bagi individu
untuk memperoleh informasi mengenai diri, mengevaluasi diri, memperbaiki
diri (Wood, 1989), dan stimulus utama munculnya perilaku kompetitif
(Festinger, 1954; Gibbons & Buunk, 1999 ; Garcia, Tor & Schiff, 2013) karena
tidak menutup kemungkinan remaja akan termotivasi atau terinspirasi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
teman sebayanya (Lockwood & Kunda, 1997), sehingga dapat dikatakan
bahwa materialisme merupakan nilai atau keyakinan remaja yang tumbuh dan
berkembang ketika mereka berinteraksi, mengevaluasi diri, dan
membandingkan diri dengan teman sebaya.
Remaja yang pada masa transisi cenderung bersifat labil dan baru saja
memulai pergaulan dengan teman-teman dan kelompok sebayanya (Sumanto,
2014; Anastasia, et al, 2008) menjadi lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan
dan orang lain di sekitarnya karena mereka belum memiliki pegangan yang
kuat untuk diri mereka dan remaja memiliki kebutuhan untuk dapat diterima,
serta diakui dalam lingkungan sosialnya (Erikson, dalam Hall & Lindzey,
1993). Selain itu, remaja menjadi lebih aktif dalam berinteraksi dan menjalin
komunikasi dengan teman-teman sebayanya (Chan & Prendergast, 2007;
Anastasia, et al, 2008). Hal tersebut mengakibatkan fokus remaja berada pada
apa yang teman-teman sebaya mereka lakukan, gunakan dan miliki, karena
perilaku dan kepemilikan teman sebaya meraka terbilang lebih konkret dan
mudah untuk diamati oleh remaja (Isaken & Roper, 2012; Chan & Prendergast,
2007).
Remaja yang mudah terpengaruh oleh orang lain di sekitarnya, sering
berinteraksi, berkomunikasi, dan sangat berfokus pada hal-hal yang teman
sebaya mereka gunakan dan miliki akan mengalami perasaan iri dan juga
cemburu yang tinggi, sehingga mereka akan memunculkan sikap kompetitif
dan sifat tidak mau kalah (Anastasia, et al, 2008; Appel, Crusius, & Gerlach,
2015; Crusius & Mussweiler, 2012), terutama ketika remaja berhadapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dengan orang lain yang memiliki barang lebih baik dibanding mereka (Crusius
& Mussweiler, 2012).
Perasaan cemburu, iri, dan munculnya sifat tidak mau kalah akan
mendorong munculnya keyakinan dalam diri remaja bahwa kepemilikan harta
dan juga benda merupakan hal yang penting bagi kehidupan mereka dan dapat
membantu mereka dalam menghadapi krisis identitas yang tengah dialami. Hal
tersebut akan mempengaruhi perkembangan materialisme remaja (Chan, 2013;
Anastasia, et al, 2008; Appel, Crusius, & Gerlach, 2015; Crusius &
Mussweiler, 2012). Dalam menjalani kehidupannya, remaja akan lebih
berfokus pada kepemilikan harta dan benda, serta akan memegang dan
menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa dengan memiliki harta dan juga
benda mereka akan bahagia (Moschis & Churchill, 1978).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku perbandingan sosial
dengan teman sebaya yang dilakukan subjek penelitian tergolong tinggi,
sehingga mereka perlu mengontrol perilaku tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
data yang menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan mean
teoritik (37.26>33). Hal tersebut berarti bahwa data menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris pada variabel
perbandingan sosial. Nilai mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean
teoritik menunjukkan bahwa subjek penelitian cenderung sering melakukan
perilaku perbandingan sosial dengan teman sebaya mereka, meski subjek
remaja cenderung akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain
disekitarnya (Anastasia, et al, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materialisme remaja cenderung
rendah. Hal ini dilihat dari data pada skala materialisme yang menunjukkan
bahwa mean empiris lebih rendah dibandingkan mean teoritik (50,46<54). Data
tersebut menunjukkan bahwa selain perbandingan sosial, mungkin ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi nilai materialisme pada remaja, seperti faktor
demografi individu (Kaur & Sanan, 2015; Bachmann, 1997), status ekonomi
(Kaur & Sanan, 2015), penggunaan media sosial (Bolton, 2013; Kaur & Sanan,
2015), atau pun materialisme orang tua (Chaplin & Jhon, 2010).
Analisis tambahan yang dilakukan pada setiap kelompok remaja yaitu,
kelompok remaja awal dan remaja akhir mengungkapkan hal yang serupa
dengan hasil yang diperoleh ketika kelompok remaja dianalisis secara
keseluruhan. Korelasi yang positif dan signifikan diperoleh ketika setiap
kelompok subjek remaja dianalisis secara terpisah. Hasil dari analisis tambahan
ini menunjukkan bahwa perbandingan sosial dengan teman sebaya dan
materialisme pada remaja awal dan akhir memiliki korelasi yang positif dan
signifikan (r = 0,289; 0,175 dan p = 0,005; 0,007). Hasil ini menunjukkan
bahwa semakin subjek remaja melakukan perbandingan sosial dengan teman
sebaya mereka, maka semakin tinggi materialisme remaja. Hal yang sebaliknya
terjadi ketika perbandingan sosial dengan teman sebaya cenderung jarang
dilakukan, maka materialisme pada remaja rendah.
Selain itu, hasil uji korelasi pada setiap kelompok remaja menunjukkan
bahwa nilai koefisien korelasi pada kelompok remaja awal lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi pada kelompok remaja akhir (rawal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
= 0,289 > rakhir = 0,175), sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antar
variabel pada kelompok remaja awal lebih kuat jika dibandingkan dengan
hubungan antar variabel pada kelompok remaja akhir. Selain itu, hasil dari
analisis tambahan ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Chan pada tahun 2013, dimana materialisme remaja sangat berkaitan
dengan perilaku perbandingan sosial yang mereka lakukan terutama terhadap
teman sebaya. Hal tersebut disebabkan karena remaja biasanya akan
memperoleh pengetahuan terkait perilaku konsumsi ataupun kepemilikan harta
benda melalui perbandingan sosial yang dilakukan terhadap faktor lain di luar
diri mereka, salah satunya perbandingan sosial yang remaja lakukan terhadap
teman sebaya (Chan & Prendergast, 2007). Teman sebaya dikatakan sebagai
agen sosialisasi yang akan memberi kontribusi secara menonjol terhadap
remaja karena remaja lebih sering berkomunikasi dan berinteraksi mengenai
perilaku mereka dengan rekan-rekan sebaya dibandingkan dengan orang tua
mereka (Chan & Prendergast, 2007), sehingga melalui komunikasi dan
interaksi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya mereka menjadi sarana
utama untuk menyalurkan sifat materislisme teman sebaya kepada remaja. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chaplin dan Jhon (2010)
yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara materialisme rekan
sebaya dengan materialisme remaja.
Pada analisis tambahan dapat diketahui bahwa hasil uji beda mean
menunjukkan bahwa setiap kelompok remaja memiliki tingkat perbandingan
sosial terhadap teman sebaya yang cenderung tinggi. Hal tersebut dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
perolehan skor mean empirik (36,79; 37,45) yang lebih tinggi dari mean
teoritiknya (MT(ps) = 33), sehingga remaja yang dalam masa perkembangannya
masih bersifat labih menjadi sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan
orang lain disekitarnya (Anastasia, et al, 2008).
Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa baik subjek yang masuk
dalam kategori remaja awal maupun remaja akhir sama-sama memiliki tingkat
materialisme yang cenderung rendah. Hal tersebut terlihat dari skor mean
empirik (51,14; 49,88) yang lebih rendah dari mean teoritiknya (MT(m) = 54).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachmann pada
tahun 1997 yang menemukan bahwa pada setiap kelompok usia yang berbeda,
materialisme tidak berbeda secara signifikan karena sifat materialisme yang
relatif stabil dan tidak bervariasi secara dramatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Spearman‟s rho
menghasilkan koefisein korelasi antara perbandingan sosial dengan teman
sebaya dan materialisme yang positif dan signifikan (r= 0,154 ; p= 0,005) pada
remaja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin sering remaja melakukan
perbandingan sosial dengan teman sebaya mereka, maka semakin tinggi
materialisme remaja. Sebaliknya, semakin jarang perilaku perbandingan sosial
dengan teman sebaya dilakukan oleh remaja maka materislime pada remaja
rendah.
Hasil analisis tambahan pada setiap kelompok remaja, yaitu kelompok
subjek remaja awal dan kelompok subjek remaja akhir menggunakan korelasi
Spearman‟s rho menunjukkan hasil yang serupa ketika kelompok subjek
remaja dianalisis secara keseluruhan. Pada kelompok remaja awal korelasi
Spearman‟s rho menghasilkan koefisien korelasi positif dan signifikan antara
perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materislime pada remaja awal
(r = 0,289; p = 0,005) dan pada kelompok remaja akhir korelasi Spearman‟s
rho menghasilkan koefisien korelasi yang sama yaitu, positif dan signifikan
antara perbandingan sosial dengan teman sebaya dan materislime pada remaja
akhir (r = 0,175; p = 0,007).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin sering subjek remaja yang
berada dalam rentang usia remaja awal (12 sampai 17 tahun) dan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
remaja yang berada dalam rentang usia remaja akhir (18 sampai 23 tahun)
melakukan perbandingan sosial dengan teman sebaya mereka, maka semakin
tinggi pula materialisme remaja. Sebaliknya, semakin jarang perilaku
perbandingan sosial dengan teman sebaya dilakukan, maka materislime
rendah.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu, pertama ada 1 item dalam
skala perbandingan sosial dan 5 item dalam skala materialisme yang memiliki
kualitas item kurang baik karena memiliki skor rix < 0,25. Meskipun Azwar
(2009) menyatakan bahwa item yang memiliki skor rix < 0,25 harus
digugurkan, namun peneliti tidak menggugurkan item-item tersebut karena
skala perbandingan sosial dan skala materialisme yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan skala adaptasi yang ketika akan digunakan dalam
suatu penelitian, harus digunakan secara utuh (Creswell, 2009 dalam
Supratiknya, 2015).
Keterbatasan penelitian kedua adalah ada data yang tidak terdistribusi
secara normal, sehingga bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah
jumlah subjek yang akan dilibatkan dalam penelitian, dan keterbatasan ketiga
adalah jumlah subjek penelitian pada setiap kelompok usia (remaja awal dan
remaja akhir) ataupun kelompok gender (perempuan dan laki-laki) tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
seimbang, sehingga data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
bisa dianalisis secara lebih mendalam.
C. SARAN
1. Bagi subjek penelitian dan remaja lainnya
Hasil penelitian dan analisis tambahan menunjukkan bahwa
perbandingan sosial dengan teman sebaya berhubungan dengan
materialisme, dan perbandingan sosial yang dilakukan subjek penelitian
dapat dikatakan tergolong tinggi. Maka bagi remaja diharapkan dapat
lebih memahami dampak dari perilaku perbandingan yang dilakukan
terhadap teman sebaya, khususnya terkait kepemilikan harta ataupun
benda.
Remaja juga diharapkan untuk dapat lebih mensyukuri apa yang
telah mereka miliki, sehingga kehidupan remaja menjadi lebih baik dan
jarang mengalami atau dapat terhindar dari perasaan - perasaan tidak
nyaman yang merupakan dampak dari perilaku perbandingan sosial.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dan analisis tambahan menunjukkan bahwa salah
satu data dalam skala penelitian ini terdistribusi secara tidak normal,
sehingga peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya
untuk menambahkan jumlah subjek agar dapat semakin mewakili jumlah
populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selain itu, hasil penelitian dan analisis tambahan menunjukkan
bahwa meskipun perbandingan sosial terhadap teman sebaya
berhubungan secara positif dan signifikan dengan materialisme remaa,
namun hubungan tersebut cenderung lemah dan hasil analisis juga
menunjukkan bahwa materialisme subjek remaja dalam penelitian ini
cenderung rendah, sehingga peneliti menyarankan kepada peneliti-
peneliti selanjutnya untuk mencari, menemukan dan mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi materialisme di
kalangan remaja untuk diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA
Ahuvia, A. & Wong, N. (1995). "Materialism: Origins and Implications For
Personal Well-Being", in E - European Advances in Consumer Research,2,
eds. Flemming Hansen, Provo, UT : Association for Consumer Research,
Pages: 172-178.
Ahluwalia, A. K., & Sanan, P. (2015). Materialism among Adolescents: A
consumer Socialization Perspective. International Journal of Commerce
and Management, 9, 88-96.
Ais. (2015, Februari 14). “Tarif Perawan 2,5 Juta Saja, Pelacur Remaja Marak Di
Pontianak”. http://www.mimbar-rakyat.com/detail/tarif-perawan-25-juta-
saja-pelacur-remaja-marak-di-pontianak/
Anastasia, F. A., Rasimin, B. S., & Nuryati, A. (2008). Hubungan Self Monitoring
Dengan Impulsive Buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada.
Appel, H., Crusius, J., & Gerlach, A. L. (2015). Social Comparison, Envy, and
Depression on Facebook: A Study Looking at the Effects of High
Comparison Standards on Depressed Individuals. Journal of Social and
Clinical Psychology: 34, No. 4, pp. 277-289.
Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Penerbit: Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2010). Profil Kriminalitas Remaja 2010.
Jakarta: Katalog BPS. dari http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011
/4401003/files/search/searchtext.xml diakses pada 27 Desember, 2014,
pukul 23.55 WIB.
Bachmann, A. G. (1997). Materialistic Values and Suscepbility To Influence In
Children. Advances in Consumer Research, 24, Pages 82-88.
Belk, R. W. (1984b). "Three Scales to Measure Constructs Related to
Materialism: Reliability, Validity, and Relationships to Measures of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Happiness," in Advances in Consumer Research, 11, ed. Thomas Kinnear,
Provo, UT: Association for Consumer Research, 291-297.
Belk, R. W. (1985). Materialism: Trait aspects of living in the material world.
Journal of Consumer Research, 12, pp. 265-280.
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social Psychology 13th
Ed. Boston:
Pearson Education, Inc.
Belk, R.W., & Pollay, R, W. (1985). The good life in twentieth century
advertising. Journal of Consumer Research, 11, 887-897.
Berk, L. E. (2012). Development Through The Lifespan 5 Ed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bhattacharya, S., & Annesha G. (2016). Attitude Towards Money, Materialistic
Value and Quality of Life – A Study on Workinf and Non-working Women.
Indian Journal of Psychological Science, 6, No. 2, pp. 018-022.
Bolton, R. N., Parasuraman, A., Hoefnagels, A., Migchels, N., Kabadayi. S.,
Gruber, T., et al. (2013). Understanding Generation Y and their use of
social media: a review and research agenda. Journal of Service
Management, 24 (3), pp. 245-267. DOI: 10.1108/0956421311326978.
Boven, L. V. (2005). Experientialism, Materialism, and the Pursuit of Happiness.
Review of General Psychology, 9 (2), 132-142.
Camerer, C., & Lovallo, D. (1999). Overconfidence and excess entry: An
experimental approach. American Economic Review, 89, 306–318.
Chan, K. (2013). Development of materialistic values among children and
adolescent. Department of Communication Studies Journal 14.3 (2013), pp.
244-257.
Chan, K. & Gerard, P. (2007). Materialism and Social Comparison among
Adolescents. Social Behavior and Personality An International Journal.
35(2), pp. 213-228.
Creswell, J. W. (2009). Research design : Qualitative, Quantitative and Mixed
methods Approaches. Ch 8.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Crusius, J., & Mussweiler, T. (2011). When People Want What Others Have: The
Impulsive Side of Envious Desire. American Psychological Association,
Emotion, 12, No. 1, 142–153.
Crusius. J., & Mussweiler. T. (2012). Social comparison in negotiation. In G. E.
Bolton & R. T. A. Croson (Eds.), The Oxford handbook of economic
conflict ewaolution (pp. 120”C137). New York: Oxford University Press.
Crusius, J., & Mussweiler, T. (2012). When people want what others have: The
impulsive side of envious desire. Emotion, 12, 142–153.
doi:10.1037/a0023523.
Kurniawan. (2015, Januari 8). “Kenakalan remaja: 135 Anak Tersandung kasus
Hukum”. http://www.solopos.com/2015/01/08/kenakalan-remaja-135-anak-
tersandung-kasus-hukum-566123
Dwi. (2016, Mei 26). “Ngerinya, Gadis SMP Sudah Jual Diri, Begini
Pengakuannya”. http://sampit.prokal.co/read/news/3615-ngerinya-gadis-
smp-sudah-jual-diri-begini-pengakuannya/1
Diener, E. & Fujita, F. (1997). Social Comparison and Subjective Well-Being. In:
Buunk, B.P. and Gibbons, F.X., Eds., Health, Coping, and Well-Being:
Perspectives from Social Comparison Theory, Erlbaum, Mahwah, 329-358.
Douvan, E., & Gold, M. (1966) Modal patterns in American adolescence. In
Hoffman, L. W., & Hoffman, M. L. (eds.) Review of child development
research (Vol. 2). Russell Sage Foundation, New York, pp. 469-528.
Eyal, K., & Te‟eni-Harari, T. (2013). Explaining the relationship between media
exposure and early adolescents‟ body image perceptions. Journal of Media
Psychology, 25 (3), 129- 141. doi: 10.1027/1864-1105/a000094.
Frestinger, L. (1954). A Theory of Social Comparison Processes. Human
Relations, 7, 117-140.
Fournier, S., & Richins, M. L. (1991). "Some Theoretical and Popular Nations
Concerning Materialism," Journal of Social Behavior and Personality, 6,
403-414.
Garcia, S. M., Tor, A., & Schiff, T. M. (2013). The Psychology of Competition: A
Social Comparison Perspective. Scholarly Works, Paper 941.
Garðarsdóttir, R. B., & Dittmar, H. (2012). The relationship of materialism to debt
and financial well-being: The case of Iceland‟s perceived prosperity.
Journal of Economic Psychology. 2012, 33: 471–481.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Ger, G., & Russell, W. B. (1996). Cross-cultural differences in materialism.
Journal of Economic Psychology 17 (1996), pp. 55-77.
Ghadrian, A-M. (2010). Materialism: Moral and Social Consequences, George
Ronald, Oxford.
Gibbons, F. X., & Buunk, B. P. (1999). Individual Differences in Social
Comparison: Development of a Scale of Social Comparison Orientation.
Journal of Personality and Social Psychology, 76 (1), 129-142.
Goldberg, M. E., Gorn, G. J., Peracchio, L., & Bamosy, G. (2003).
Understanding materialism among youth. Journal of Consumer Psychology,
13(3), 278-288.
Gregoire, C. (2014). The psychology of materialism, and why it's making you
unhappy. The Huffington Post. Retrieved from http://www.huffingtonpost.
com/2013/12/15/psychology-materialism_n_4425982.html.
Gulӧ, W. (2002). Metodelogi Penelitian. Penerbit: Grasindo – PT. Gramedia
Widiasarama Indonesia, Jakarta.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research 3. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hakmiller, K. L. (1966). Threat as a Determinant of Downward Comparison.
Journal of Experimental Social Psychology, 1, 32-39. DOI:
http://dx.doi.org/10.1016/0022-1031(66)90063-1.
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993) . Psikologi Kepribadian 1, Teori-teori
Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Husna, A. N. (2015). Orientasi Hidup Materialistis dan Kesejahteraan Psikologis.
Psychology Forum UMM ISBN: 978-979-796-324-8. pp 7-14.
Ita. (2012, April 24). “Astaga! ABG Singapura Jual Diri Demi Membeli Sepatu
Bermerek”. http://news.detik.com/internasional/1900022/astaga-abg-
singapura-jual-diri-demi-membeli-sepatu-bermerek
Ichsan. (2016, Oktober 7).“Iri dengan Teman, Remaja ini Maling Sepatu dan
Parfum Bapak Angkatnya”. http://kriminalitas.com/iri-dengan-teman-
remaja-ini-maling-sepatu-dan-parfum-bapak-angkatnya/
Inglehart, R. (1981). “Post-materialism in an environment of insecurity”.
American Political Science Review, 75, No. 4, pp. 880-900.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Inglehart, R. (1990), Culture Shift in Advanced Industrial Society, Princeton:
Princeton University Press.
Isaken, K. J., & Roper, S. (2012). The Commodification of Self-Esteem: Branding
and British Teenagers. Journal of Psychology & Marketing. 29 (3), 117-
135.
Kasmadi, M.Pd., Sunariah, N. S, M.Pd. (2013). Panduan Modern Penelitian
Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kamusbahasaindonesia.org/material
/mirip diakses pada 21 Juli 2017, pukul 21.05 WIB.
Kasser, T. (2016). Materialistic values and goals. Annual Review of psychology,
67, 489-514.
Kasser, T, Ahuvia A. (2002). Materialistic values and well-being in business
students. Eur J Soc Psychol. 2002;32:137–146. doi: 10.1002/ejsp.85.
Kasser, T., Ryan, R., M., Couchman, C., E., & Sheldon, K., M. (2004).
Materialistic value: Their causes and consequences. In T. Kasser & A. D.
Kanner (Eds.), Psychology and consumer culture: The struggle for a good
life in a materaialistic world, pp. 11-28. Washington, DC: American
Psychological Association.
Likitapiwat, T., Sereetrakul, W., & Wichadee, S. (2015). Examining Materialistic
Values of University Students in Thailand. International Journal of
Psychological Research, Vol. 8 (1), pp. 109-118.
Lockwood, P., & Kunda,Z. (1997). Superstrars and Me: Predicting the Impact of
Role Models on the Self. Journal of Personality and Social Psychology,
Vol. 73 (1), pp 91-103.
Lynn, M. & Harris, J., (1997). The desire for unique consumer products: a new
individual differences scale. Psychological Marketing 14, pp. 601 – 616.
Harahap, M. (2017, Maret 7) “Butuh Uang Untuk Rayakan Ulang Tahun, Andre
Curi Sepeda Motor”. http://www.sondinews.com/read/2017/03
/07/6729/butuh-uang-untuk-rayakan-ulang-tahun-andre-curi-sepeda-motor
Mad. (2015, Januari 12). “Demi HP dan baju, Siswi SMK di Depok Jual Diri dan
Sekali Kencan RP 500 Ribu”. http://news.detik.com/berita/2800760/demi-
hp-dan-baju-siswi-smk-di-depok-jual-diri-dan-sekali-kencan-rp-500-ribu
Matsumoto, D. & Juang, L. (2008). Culture and Psychology, 4th
Ed. Canada:
Nelson Education.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Muhardiansyah. (2015, April 17). “Sakit hati dan iri tak punya motor, siswa SMA
bunuh teman sekelas”. https://www.merdeka.com/peristiwa/sakit-hati-dan-
iri-tak-punya-motor-siswa-sma-bunuh-teman-sekelas.html
Moschis, G. P., & Churchill, G. A. (1978). Consumer socialization: A theoretical
and empirical analysis. Journal of Marketing Research, 15, 599-609.
Moschis, G. P., Hosie, P. & Vel, P. (2009). Effects of family structure and
socialization on materialism: a life course study in Malaysia. Journal of
Business and Behavioral Sciences, 21(1), 166-181.
Mueller, D. & Wornhoff, S. (1990). Distinguishing personal and social values.
Educational & Psychological Measurement, 50(3), pp. 691-700.
Mussweiler, T., & Epstude, K. (2004) Relatively Fast! Efficiency advantages of
comparative information processing. Manuscript submitted for publication.
Mussweiler, T., Rüter, K., & Epstude. (2004). The man who wasn't there:
Subliminal social comparison standards influence self-evaluation. Journal
of Experimental Social Psychology. 40 (5), 689-696.
Myers, D. G. (2008). Social psychology. Ninth edition. New York, NY: McGraw-
Hill.
Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial (Social Psychology). Ed 10. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Humanika.
Nasution, Prof. Dr. S. M.A. (2011). Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Penerbit: PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Paduska B. (1992). Money, marriage, and Maslow „s hierarchy of needs. Am
Behav Scit. 1992;35:756–770. doi: 10.1177/0002764292035006010.
Papalia. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edition 9th.
Penerbit: Salemba Humanika, Jakarta.
Piko, B. F. 2006. Satisfaction with Life, Psychosocial Health and Materialism
among Hungarian Youth. Journal of Health Psychology. Vol 11 (6), pp.
827-831.
Pinto, de R. M., O, M. Alisson., L, S. Ramon., & C, A. Ricardo. (2017).
Investigating the Influencers of Materialism in Adolescence. Tourism &
Management Studies, 13(1). DOI: 10.18089/tms.2017.13109.
Richins, M. L. (1991). Social Comparison and the Idealized Images of
Advertising. Journal of Consumer Research, Vol. 18 (1), pp 71-83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Richins, Marsha L., & Dawson, Scott (1992). A consumer values orientation for
materialism and its measurement: Scale development and validation.
Journal of Consumer Research, 19, 303-316.
Richins, M. L. (1994a), "Special Possessions and the Expression of Material
Values," Journal of Consumer Research, Forthcoming.
Richins, M. L. (1994b). Valuing things: The public and private meanings of
possessions. Journal of Consumer Research, Forthcoming.
Roberts, J. A. (2011). Shiny objects: Why we spend money we don‟t have in
search of happiness we can‟t buy. New York, NY: HarperOne.
Romadoni. (2014, Oktober 14). “Persekongkolan 3 Remaja di Jatinegara Rampok
Temannya Sendiri”. http://news.liputan6.com/read/2119125
/persekongkolan-3-remaja-di-jatinegara-rampok-temannya-sendiri
Fajarta, R. (2016, Agustus 22) “ Iri, Remaja Nekat Mencuri Motor”.
http://www.beritasatu.com/megapolitan/381076-iri-remaja-nekat-mencuri-
motor.html
Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Penerbit:
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta – Indonesia.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Edition 6th
.
Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Schachter, S., & J, Singer. (1962) . Cognitive, social and physiological
determinants of emotional state. Psychol. Rev. 69:379-99.
Schneider S., & Schupp J. (2011). The Social Comparison Scale: Testing the
Validity, Reliability, and Applicability of the Iowa-Netherlands Comparison
Orientation Measure (INCOM) on the German Population. SOEPpapers on
Multidisciplinary Panel Data Research. 2011;(360).
Schwartz, S. H. (2007). Cultural and Individual Value Correlates of Capitalism: A
Comparative Analysis. Commentaries, pp 52-57.
Shim, S. Y. (1996). Adolescent consumer decision-making styles: the
socialization perspective. Psychology & Marketing, 13(6), 547-569.
Siregar, S., Ir., M.M. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual & SPSS. Penerbit: Kencana, Jakarta.
Soesilowindradini, Dra., MA. (2006). Psikologi Perkembangan Masa Remaja.
Penerbit: Usaha Nasional, Surabaya – Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Sub Direktorak Statistik Politik dan Keamanan. (2014). Statistik Kriminal 2014.
Penerbit: Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia. (http://bps.go.id/
website/pdf_publikasi/watermark_Statistik_Kriminal_2014.pd).
Sumanto, Dr., M.A. (2014). Psikologi Perkembangan: Fungsi dan Teori.
Penerbit: CAPS.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.
Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
Talib, H. “Edan! Mahasiswa Cantik Ini Rela Disetubuhi Setelah Dijanjikan Rp500
Ribu dan Handphone”. http://medansatu.com/berita/3901/edan-mahasiswi-
ini- rela-disetubuhi-setelah-dijanjikan-rp500-dan-handphone/
Taylor, S. E., Wayment, H. A., & Carrillo, M. (1996). Social comparison, self-
regulation, and motivation. In R. M. Sorrentino & E. T. Higgins (Eds.),
Handbook of motivation and cognition: The interpersonal context (Vol. 3,
pp. 3-27). New York: Guilford Press.
Utami, L. P. (2016). Kenakalan dan Degradasi Remaja. Universitas Sultan
Serang Tirtayasa. Banten.
Ward, S., & Wackman, D. (1971). Family and Media Influences on Adolescent
Consumer Learning. American Behavioral Scientist, 14 (3), 415-427.
Wahyono, T. (2012). Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, Kompas Gramedia.
WBP. (2012, Desember 28). “Polda Metro: Kenakalan Remaja Meningkat Pesat,
Perkosaan Menurun”. http://www.beritasatu.com/megapolitan/89874-polda-
metro-kenakalan-remaja-meningkat-pesat-perkosaan-menurun.html
White, J. B., Langer, E.J., Yariv, L., & Welch, J. C. (2006). Frequent Social
Comparisons and Destructive Emotions and Behaviors: The Dark Side of
Social Comparisons. Journal of Adult Development, Vol. 13, No. 1, March
2006. DOI: 10.1007/s10804-006-9005-0.
Wood, J. V. (1989). Theory and research concerning social comparisons of
personal attributes. Psychological BuUetin, 106, 231-248.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN 1
SKALA PENELITIAN
Bagian Pertama : Skala Perbandingan Sosial
[Bagian Kedua : Skala Materialisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
SKALA PENELITIAN
Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
139114080
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Yogyakarta, Juni 2017
Kepada saudara-saudari yang berpartisipasi dalam pengisian skala penelitian ini, perkenalkan
saya:
Nama : Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
Alamat : Jalan Sani No. 14, Bokoharjo, Tajem, Maguwoharo
Kontak : 085729549803 (gayatripraba@gmail.com)
Insttusi : Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Memohon bantuan kepada saudara-saudari sekalian untuk membantu saya mengisi skala
penelitian ini guna menyelesaikan tugas akhir saya sebagai seorang mahasiswa. Skala ini
tersusun dalam beberapa pernyataan dan saudara-saudari diminta untuk memberikan
tanggapan pada pernyataan-pernyataan tersebut. Semua tanggapan yang saudara-saudari
berikan tidak ada yang salah dan peneliti menjamin kerahasiaannya. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan agar tanggapan yang diberikan sesuai dengan diri saudara-saudari yang
sesungguhnya.
Atas waktu dan kesediaannya, saya mengucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala penelitian ini dengan
sukarela dan tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu, demi membantu
terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya berikan adalah murni
merupakan gambaran dari diri saya dan bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat
secara umum. Saya mengijinkan penggunaan jawaban atau tanggapan yang saya berikan
tersebut sebagai data guna memperlancar penelitian ilmiah ini.
................, ............................. 2017
Menyetujui,
(………………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
IDENTITAS DIRI RESPONDEN
Inisial :
Usia saat Ini : .......... tahun ( Laki-laki / Perempuan )*
Pendidikan :
*lingkari salah satu pilihan saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
2. Tentukan pilihan jawaban yang sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda yang
sebenarnya dengan memberikan tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang meliputi:
SS : SANGAT SETUJU
S : SETUJU
N : NETRAL
TS : TIDAK SETUJU
STS : SANGAT TIDAK SETUJU
3. Pada setiap pernyataan hanya dapat memilih satu jawaban saja. Tidak ada jawaban yang
salah, semua jawaban adalah benar. Hasil dari skala ini tidak akan mempengaruhi nilai
atau apapun yang terkait dengan diri Anda. Kerahasiaan data dijamin dan hanya dapat
diakses oleh peneliti.
4. Contoh pengisian:
Pernyataan SS S N TS STS
Saya senang membaca novel
bertema persahabatan
√
Jika Anda ingn mengganti jawaban, gantilah seperti ini:
Pernyataan SS S N TS STS
Saya senang membaca novel
bertema persahabatan
√
√
~ Selamat mengerjakan ~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
SKALA BAGIAN PERTAMA
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya seringkali membandingkan perilaku orang yang saya
cintai (pacar, anggota keluarga, dll) dengan perilaku orang
lain.
2. Saya selalu memperhatikan bagaimana saya melakukan
sesuatu dengan bagaimana orang lain melakukan sesuatu,
3. Jika saya ingin mengetahui seberapa baik saya telah
melakukan sesuatu, saya membandingkan apa yang telah
saya lakukan dengan apa yang telah dilakukan orang lain.
4. Saya seringkali membandingkan perilaku sosial saya
dengan orang lain,
5. Saya bukan tipe orang yang membandingan diri dengan
orang lain.
6. Saya sering membandingkan diri saya dengan orang lain
sehubungan dengan apa yang telah saya capai dalam hidup.
7. Saya seringkali mencari kesamaan pengalaman dan opini
(pendapat) dengan orang lain.
8. Saya mencari tahu apa yang orang lain pikirkan ketika
menghadapi masalah yang sama dengan yang saya hadapi.
9. Saya selalu mencari tahu apa yang orang lain lakukan pada
situai yang sama.
10. Jika saya ingin belajar lebih banyak tentang sesuatu, saya
mencoba untuk mencari tahu apa pendapat orang lain
tentang hal ini.
11. Saya tidak pernah mempertimbangkan situasi hidup saya
dengan orang lain.
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
SKALA BAGIAN KEDUA
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya mengagumi orang yang memiliki rumah, mobil, dan
baju yang mahal.
2. Salah satu pencapaian terpenting dalam hidup saya adalah
memiliki harta benda.
3. Saya tidak menganggap banyaknya harta benda yang
dimiliki seseorang sebagai ukuran kesuksesannya.
4. Harta benda yang saya miliki menunjukkan seberapa sukses
hidup saya.
5. Saya suka memiliki barang-barang yang membuat orang
lain kagum.
6. Saya tidak banyak memperhatikan barang atau harta yang
orang lain miliki.
7. Biasanya saya hanya membeli barang-barang yang saya
butuhkan.
8. Saya berusaha menjalani hidup yang sederhana dengan
harta.
9. Hal-hal yang saya miliki, tidak sepenuhnya penting bagi
saya.
10. Saya menikmati menghabiskan uang untuk barang-barang
yang tidak berguna.
11. Membeli barang-barang memberi banyak kenikmatan bagi
saya.
12. Saya suka kemewahan dalam hidup saya.
13. Saya kurang mementingkan hal-hal material disbanding
kebanyakan orang yang saya kenal.
14. Saya memiliki semua hal yang saya perlukan untuk
menikmati hidup.
15. Hidup saya akan lebih baik jika saya mempunyai barang-
barang yang tidak saya miliki.
16. Saya tidak akan menjadi lebih bahagia jika saya memiliki
hal-hal yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
17. Saya akan lebih bahagia jika saya mampu membeli lebih
banyak barang-barang.
18. Terkadang sedikit mengganggu saya ketika saya tidak
mampu membeli semua hal yang saya suka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu peneliti
menyelesaikan penyusunan skripsi, maupun memperluas pengetahuan psikologi. Peneliti
tidak dapat memberikan imbalan apapun, namun peneliti percaya bahwa saat kita dengan
sukarela dan ikhlas membantu orang lain, maka bantuan juga akan datang pada saat kita
membutuhkannya. Sekali lagi, peneliti ucapkan terimakasih atas bantuan anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN 2 Reliabilitas Skala Perbandingan Sosial dan Skala Materialisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
LAMPIRAN
RELIABILITAS SKALA
A. PERBANDINGAN SOSIAL
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.810 .815 11
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance
if Item
Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PS1 34.07 34.603 .532 .319 .789
PS2 33.54 36.307 .551 .384 .789
PS3 33.75 34.500 .606 .447 .781
PS4 33.82 34.390 .618 .487 .780
PS5 34.48 37.071 .335 .173 .810
PS6 33.94 34.500 .580 .412 .784
PS7 33.78 36.094 .472 .302 .795
PS8 33.58 36.180 .547 .510 .789
PS9 33.71 35.969 .503 .484 .792
PS10 33.51 38.711 .328 .186 .807
PS11 34.41 38.522 .205 .082 .825
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
B. MATERIALISME
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
.766 .762 18
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance
if Item
Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
M1 47.37 61.816 .515 .342 .742
M2 47.32 60.382 .544 .463 .738
M3 48.04 64.761 .333 .184 .756
M4 47.64 63.002 .470 .349 .746
M5 47.54 60.890 .572 .426 .737
M6 47.82 64.395 .374 .233 .753
M7 48.20 63.861 .373 .435 .753
M8 48.23 66.964 .243 .320 .762
M9 47.34 68.563 .099 .194 .774
M10 48.34 65.629 .273 .275 .761
M11 47.58 61.166 .560 .470 .738
M12 47.79 60.354 .596 .459 .735
M13 47.79 69.259 .080 .090 .774
M14 47.08 72.033 -.090 .073 .786
M15 47.66 66.225 .266 .232 .761
M16 47.30 70.413 .001 .164 .780
M17 47.53 61.746 .544 .419 .740
M18 47.16 62.685 .430 .302 .748
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN 3
Hasil Uji t mean teoritik dan mean empiris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Skala Perbandingan Sosial
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Perbandingan
Sosial
279 37.26 6.545 .392
One-Sample Test
Test Value = 33
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Perbandingan
Sosial
10.867 278 .000 4.258 3.49 5.03
Skala Materialisme
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Materialisme 279 50.46 8.457 .506
One-Sample Test
Test Value = 54
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Materialisme -7.001 278 .000 -3.545 -4.54 -2.55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Stat
istic
df Sig. Statistic df Sig.
Materialisme .04
2
279 .200* .994 279 .364
Perbandingan
Sosial
.09
4
279 .000 .976 279 .000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Materialisme *
Perbandingan
Sosial
Between
Groups
(Combined) 3356.148 34 98.710 1.457 .056
Linearity 596.902 1 596.902 8.812 .003
Deviation
from
Linearity
2759.246 33 83.614 1.234 .187
Within Groups 16527.042 244 67.734
Total 19883.190 278
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN 6 Hasil Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Materialisme Perbandingan Sosial
Spearman's rho
Materialism
e
Correlation
Coefficient
1.000 .154**
Sig. (1-tailed) . .005
N 279 279
Perbandingan Sosial
Correlation
Coefficient
.154** 1.000
Sig. (1-tailed) .005 .
N 279 279
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN 7 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Awal
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Perbandingan
Sosial Remaja Awal
80 36.79 8.272 .925
One-Sample Test
Test Value = 33
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Perbandingan
Sosial Remaja
Awal
4.095 79 .000 3.788 1.95 5.63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN 8 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Data Empirik Skala Materialisme Remaja Awal
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Materialisme
Remaja Awal
80 51.14 8.627 .965
One-Sample Test
Test Value = 54
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Materialisme
Remaja Awal
-2.968 79 .004 -2.863 -4.78 -.94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LAMPIRAN 9 Hasil Uji Normalitas Remaja Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Hasil Uji Normalitas Remaja Awal
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Materialisme Remaja
Awal
.079 80 .200*
Perbandingan Sosial
Remaja Awal
.102 80 .039
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 10 Hasil Uji Linearitas Remaja Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Hasil Uji Linearitas Remaja Awal
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Materialisme
Remaja Awal
*
Perbandingan
Sosial Remaja
Awal
Between
Groups
(Combined) 2091.888 30 69.730 .902 .612
Linearity 495.963 1 495.963 6.416 .015
Deviation
from
Linearity
1595.924 29 55.032 .712 .835
Within Groups 3787.600 49 77.298
Total 5879.488 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
LAMPIRAN 11 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s Rho Remaja Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Hasil Uji Hipotesis Spearman’s Rho Remaja Awal
Correlations
Materialisme Perbandingan
Sosial
Spearman's
rho
Materialisme
Remaja Awal
Correlation
Coefficient
1.000 .289**
Sig. (1-tailed) . .005
N 80 80
Perbandingan
Sosial Remaja
Awal
Correlation
Coefficient
.289** 1.000
Sig. (1-tailed) .005 .
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
LAMPIRAN 12 Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Data Empirik Skala Perbandingan Sosial Remaja Akhir One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Perbandingan
Sosial Remaja Akhir
199 37.45 5.720 .406
One-Sample Test
Test Value = 33
T df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Perbandingan Sosial Remaja
Akhir
10.967 198 .000 4.447 3.65 5.25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
LAMPIRAN 13 Data Empirik Skala Materialisme Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Data Empirik Skala Materialisme Remaja Akhir
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Materialisme
Remaja Akhir
199 49.88 8.590 .609
One-Sample Test
Test Value = 54
t Df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Materialisme
Remaja AKhir
-6.759 198 .000 -4.116 -5.32 -2.91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 14 Hasil Uji Normalitas Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Hasil Uji Normalitas Remaja Akhir
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Materialisme Remaja Akhir .052 199 .200*
Perbandingan Sosial Remaja Akhir
.102 199 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN 15 Hasil Uji Linearitas Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Hasil Uji Linearitas Remaja Akhir
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Materialisme
Remaja Akhir
*
Perbandingan
Sosial Remaja
Akhir
Between
Groups
(Combined) 1944.392 29 67.048 .895 .625
Linearity 517.597 1 517.597 6.906 .009
Deviation
from
Linearity
1426.795 28 50.957 .680 .885
Within Groups 12665.950 169 74.946
Total 14610.342 198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
LAMPIRAN 16 Hasil Uji Hipotesis Spearman‟s Rho Remaja Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Hasil Uji Hipotesis Spearman’s Rho Remaja Akhir
Correlations
Materialisme Perbandingan
Sosial
Spearman's
rho
Materliasme Remaja Akhir
Correlation
Coefficient
1.000 .175**
Sig.
(1-tailed)
. .007
N 199 199
Perbandingan
Sosial Remaja
Akhir
Correlation Coefficient
.175** 1.000
Sig.
(1-tailed)
.007 .
N 199 199
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
LAMPIRAN 17 Ijin dari Pemilik Skala Perbandingan Sosial
(print out e-mail)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Dear Mr. Gibbons
4 pesan
Gayatri Praba <gayatripraba@gmail.com> 4 Juni 2017 00.46
Kepada: fgibbons@iastate.edu
Dear Mr. Gibbons
My name is Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra, I'm an undergraduate student at Psychology Department of Sanata
Dharma University Yogyakarta, Indonesia. I'm currently working on my thesis about social comparison in
Indonesia. I have read the journal you wrote with Mr. Buunk. Then, I found that your Social Comparison Scale
related to my topic.
May i use your scale and adapt it to Indonesian language? And then may i get the full version of scale and scoring
procedure of your scale?
Thankyou for your attention and your kindness, i'm looking forward for your answer.
Regards,
(Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra)
Psychology Department of Sanata Dharma University
Yogyakarta, Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Gibbons, Rick <rick.gibbons@uconn.edu> 4 Juni 2017 03.28
Kepada: Gayatri Praba <gayatripraba@gmail.com>
Hello Gayatri,
Attached you will find a copy of the 1999 article that contains the full scale and scoring information (they are in
the Appendix at the end).
Best of luck with your research.
Sincerely,
Rick Gibbons
From: Gayatri Praba [mailto:gayatripraba@gmail.com]
Sent: Saturday, June 03, 2017 12:46 PM
To: fgibbons@iastate.edu
Subject: Dear Mr. Gibbons
[Kutipan teks disembunyikan]
gibbons and buunk INCOM 1999.pdf
2179K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 18 Ijin dari Pemilik Skala Materialisme
(print out e-mail)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Dear Mr. Richins 5 pesan
Gayatri Praba <gayatripraba@gmail.com> 4 Juni 2017 00.53 Kepada: richinsm@missouri.edu
Dear Mr. Richins
My name is Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra, I'm an undergraduate student at Psychology Department
of Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia. I'm and my friend Lusiana Jessica currently
working on thesis about materialism in Indonesia. Then, we found that your Materialism Scale related to
we are topic.
May we use your scale and adapt it to Indonesian language? And then may we get the full version
of scale and scoring procedure of your scale?
Thankyou for your attention and your kindness, i'm looking forward for your answer.
Regards,
(Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra)
Psychology Department of Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia.
Richins, Marsha L. <Richins@missouri.edu> 4 Juni 2017 23.17 Kepada: Gayatri Praba <gayatripraba@gmail.com>
Yes, you may use the measure. The attached is the only additional information I have, besides what has
been published.
Marsha Richins
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 19 Surat Keterangan Penerjemahan Skala ke dalam
Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
LAMPIRAN 20 Surat Keterangan Penerjemahan Skala ke dalam
Bahasa Inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI