Post on 07-Jul-2015
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 1/16
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selaras dengan perkembangan zaman dewasa ini, kegiatan pembangunan di
berbagai sektor terus dilakukan, baik di pusat maupun di daerah. Kewenangan daerah
untuk membangun dan mengembangkan daerahnya sendiri yang dituangkan dalam
Undang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang
Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Konkritisasi
dari Undang-undang tersebut telah memberikan peluang yang seluas ± luasnya kepada
Pemerintah Daerah untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya Alam seperti Sumber Daya Perikanan dan Kelautan sebagai salah satu sumber
pertumbuhan baru dan penggerak pembangunan yang diperuntukkan sebesar -besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
Paradigma baru ini mengarah kepada efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan
percepatan pembangunan di segala sektor termasuk Perikanan dan Kelautan yang
menitikberatkan terhadap kemampuan, daya dukung wilayah dan terus berpacu mengikuti
laju perkembangan realitas pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Akselerasi
pembangunan sektor Perikanan dan Kelautan khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah,
mengedepankan program-program yang searah dengan kebijakan pembangunan yang
berada dalam lingkup/koridor yang telah ditetapkan dalam program-program kerja
pemerintah daerah.
Pada Sektor Perikanan dan Kelautan, upaya pengembangan usaha budidaya
perikanan masih terbuka luas. Hal ini di dukung oleh potensi sumberdaya lahan dan
komoditas yang tersedia di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah yang sangat potensial
untuk dikelolah, serta trend permintaan pasar terhadap komoditas yang terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan yang berorientasi
kepada kesejahteraan masyarakat, jumlah industri pengolahan, dan berkembangnya
industri pariwisata serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan
sebagai makanan sehat.
Guna pengembangan usaha budidaya perikanan serta memenuhi sasaran
produksi di Sulawesi Tengah, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui UPT Balai
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 2/16
2
Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, secara berkala melaksanakan pembinaan/kegiatan
monitoring, sebagai upaya koordinasi, sosialisasi dan aplikatif dengan pemerintahan
daerah, dimana dalam melakukan upaya ini telah dilakukan koordinasi dan dukungan
terhadap ketersediaan benih yang berasal dari Usaha Perbenihan Rakyat (UPR) dan
swasta, serta Balai Benih Ikan (BBI)/Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) untuk air tawar,
Balai Benih Ikan Pantai, hatchery udang/Ikan Laut dan hatchery Skala Rumah Tangga
(HSRT) untuk budidaya ikan payau dan laut.
Hal tersebut di atas merupakan aktivitas yang mendukung percepatan gerak
roda pembangunan yang kesemuanya diawali dengan suatu perencanaan yang partisipatif,
realistik, dan holistik. Namun demikian sangat disadari bahwa tanpa didukung oleh
pemanfaatan sumberdaya seoptimal mungkin termasuk kegiatan monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya, maka pencapaian target yang direncanakan dapat saja tidak terealisasi
sesuai dengan yang diharapkan. Terlebih bila perencanaan tahun-tahun berikutnya sama
sekali tanpa memperhatikan hasil pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya, niscaya
dampak hasil pembangunan akan semakin bias dari visi dan misi pembangunan.
1.2. Tujuan Dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
Memperoleh informasi mengenai potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
budidaya yang ada di Kawasan Timur Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi
Tengah serta upaya pengembangannya.
Mengetahui kondisi areal budidaya melalui parameter kualitas dan lingkungan yang
menjadi acuan dalam proses pembudidayaan guna mengantisipasi penyakit dan
pencemarannya.
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari kegiatan monitoring ini adalah untuk mengetahui bentuk
pengelolaan budidaya perikanan, serta pengendalian penyakit dan lingkungan.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 3/16
3
BAB II. GAMBARAN UMUM
2.1. Kondisi Fisik Wilayah
Sulawesi Tengah yang terletak di bagian barat kepulauan Maluku dan bagian
selatan Philipina membuat pelabuhan di daerah ini sebagai persinggahan kapal-kapal
Portugis dan Spanyol lebih dari 500 tahun yang lampau. Setelah perang dunia kedua
wilayah yang merupakan Provinsi Sulawesi Tengah dewasa ini dibagi menjadi beberapa
bagian dan sub bagian hingga pada tahun 1964 terbentuk menjadi Provinsi tersendiri yang
terpisah dari Sulawesi Utara yang bergabung sejak 1960. Akhirnya tanggal 13 April 1964
diangkatlah Gubernur tersendiri untuk Provinsi ini yang hingga saat ini tanggal tersebut
tetap diperingati sebagai hari ulang tahun Provinsi ini.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Sulawesi Tengah pada tahun 2004
di ketahui bahwa Provinsi ini memiliki jumlah penduduk 2.242.914 jiwa, untuk golongan
penduduk usia kerja (15+) sebanyak 1.501.726 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,99 persen.
2.2. Strategi Pengembangan Kawasan
Propinsi sulawesi Tengah telah mengembangkan kawasan melalui 3 zona
didasarai oleh adanya wilayah laut Sulawesi Tengah yaitu Laut Sulawesi dan Selat
Makassar, Teluk Tomini serta Teluk Tolo. Adapun pembagian Zona adalah sebagai
berikut :
Sulawesi Tengah merupakan Provinsi terbesar di pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah daratan 68.033 km2 yang mencakup
semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara
serta kepulauan Togian di Teluk Tomini dan Kepulauan Banggai
di Teluk Tolo, dengan luas wilayah laut adalah 189.480 km2.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 4/16
4
1. Zona I, merupakan wilayah laut Sulawesi, yang meliputi Kab. Toli toli dan
Kab. Buol dan merupakan wilayah Selat Makassar meliputi kab. Donggala
dan Kota Palu.
2. Zona II, merupakan wilayah teluk tomini yang meliputi kab. Parigi Mautong,
Poso dan kab. Banggai.
3. Zona III, merupakan wilayah Teluk Tolo yang meliputi Kab. Morowali dan
Kab. Banggai Kepulauan.
Aktualisasi konsep pengembangan kawasan melalui Zona ini didukung oleh
program Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah yang meliputi pengembangan wilayah
pesisir dan potensi kelautan serta pengawasan sumberdaya kelautan serta pengawasan
sumberdaya kelautan dan perubahan dengan arah kebijakan memanfaatkan ketahanan
pangan, peningkatan sarana dan prasarana Perikanan dan Kelautan dalam meningkatkan
komoditas unggulan.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 5/16
5
BAB III. POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA
Potensi sumberdaya Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah cukup
besar dan pemanfaatannya belum optimal, investasi yang ditanamkan juga relatif kecil.Padahal peluang usaha di bidang Kelautan dan Perikanan sangatlah besar dan berprospek
sangat baik. Salah satu potensi yang sangat urgen dikembangkan adalah perikanan
budidaya yang diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penghasilan
perolehan daerah dan devisa negara. Beberapa komoditas unggulan budidaya perikanan
Prov. Sulawesi Tengah yang salah satunya adalah budidaya tambak air payau :
Tabel 1. Potensi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Sulawesi Tengah
TAMBAK
No. Kab/Kota Potensi (Ha) Existing Area Produksi (ton)
1 Banggai6.925 1.802,0 3.447,1
2 Banggai Kepulauan- - -
3 Poso245 152,0 34,7
4 Morowali7.295 989,0 1.619,5
5 Donggala5.150 2.194,1 1.640,5
6 Parigi Moutong10.306 3.760,0 2.670,2
7 ToliToli 3.399 930,2 1.862,0
8 Buol8.350 469,7 290,4
9 Tojo Una-Una425 87,0 124,0
10 Palu- - -
Total 42.095 10.384,0 11688,4
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan TK I Sulawesi Tengah 2009 .
Peluang pemanfaatan potensi perikanan sesungguhnya sangat besar, hal ini
tergambar dari informasi yang berdasarkan data statistik melalui tabel di atas
menunjukkan bahwa dari keseluruhan potensi berdasarkan luas lahan dan fakta
eksploitasi di sektor budidaya ini masih di bawah 50% dari pengelolaan potensi yang ada.
Padahal tuntutan baik sebagai komoditas ekspor, tingkat konsumsi hasil perikanan
ditingkat domestik masih memungkinkan untuk ditingkatkan dengan tingkat konsumsi
mencapai 48 kg/ tahun.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 6/16
6
Data di bawah ini mengilustrasikan tentang informasi angka produksi per
kabupaten di prov. Sulawesi Tengah hubungannya dengan jenis teknologi budidaya. Di
mana produksi perikanan terbesar dihasilkan dari kabupaten Banggai kepulauan dengan
jumlah 278.324,3 ton (tahun 2009), yang produksinya hanya pada sektor kegiatan
budidaya laut dan untuk jumlah produksi terbesar pada aktivitas budidaya tambak
menurut jenis ikan tertinggi dari Kabupaten Banggai dengan produksi 8.201,1 ton,
dimana budidaya udang windu masih mendominasi dan diminati oleh usaha skala besar
maupun tradisional.
Tabel 2. Data Produksi Budidaya Rumput Laut Sulawesi Tengah Tahun 2009
RUMPUT LAUT
No. Kab/Kota Potensi (Ha) Existing Area Produksi (TON)
1 Banggai10.694,0 7,5 51,0
2 Banggai
Kepulauan 21.792,0 3.350,0 24.985,5
3 Poso3.295,0 5,0 12,0
4 Morowali15.265,0 1.512,0 14.950,5
5 Donggala1
0.588,0 25,0 95,06 Parigi Moutong
13.500,0 250,0 632,0
7 ToliToli11.403,0 31,0 27,5
8 Buol4.390,0 23,0 137,5
9 Tojo Una-Una14.723,0 137,0 925,0
10 Palu818,0 19,5 219,4
Total 106.468,0 5.360,0 42.035,4
Pengembangan perikanan budidaya yang diorientasikan untuk dapat
meningkatkan produksi dan produktifitas. Komoditas ekspor Sulawesi Tengah berupa
udang windu, bandeng, rumput laut, ikan kerapu/ sunu, ikan kakap, mutiara dan ikan nila
serta berbagai jenis ikan lainnya, dengan tidak mengganggu aktivitas sekitar pada lokasi
yang telah ditetapkan serta dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat. Secara
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 7/16
7
rinci berbagai komoditas yang dibudidayakan di Prop. Sulawesi Tengah dapat di lihat
pada table 3 berikut ini;
Tabel 3. Produksi / Jenis Komoditas Budidaya di Sulawesi Tengah
NO
Jenis
Ikan
Produksi/Jenis Budidaya (ton)
Jumlah
Tambak BD. Laut Kolam Karamba Japung Sawah
1. Mas - - 1.074,64 30,30 - - 1.104,94
2. Nila - - 543,18 14,10 - - 557,28
3. Mujair - - 5,20 - - - 5,20
4. Gurame - - 0,40 - - - 0,40
5. Lele - - 3,90 - - - 3,90
6. Bandeng 4.792,57 - - - - - 4.792,57
7.UdangWindu 3.623,84 - - - - - 3.623,84
8.
Udang
Vaname 1.757,81 - - - - - 1.757,81
9. Kerapu - 36,90 - - - - 36,90
10. Kakap - - - - - - -
11. Teripang - 1,90 - - - - 1,90
12.RumputLaut
(Berat
Basah) 8.915,10 220.235,50 - - - - 229.150,60
13.
Ikan
Lainnya 3,99 - 2,50 - - - 6,49
Jumlah 19.095,36 220.274,30 1.629,82 44,40 - - 241.043,88 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan TK I Sulawesi Tengah 2007 .
Sedangkan untuk produksi dari sektor perikanan dalam kegiatan budidaya rumput
laut pada umumnya dilakukan di tambak dan budidaya laut. Jumlah produksi tertinggi
berdasarkan bentuk/jenis budidaya yang dilakukan pada kegiatan budidaya laut dengan
total produksi 758.141,9 ton, seperti data terlampir.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 8/16
8
BAB IV. METODOLOGI
4.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 ± 18 Juni 2010, pada kawasan
budidaya udang Windu dan Vannamei Kab. Parigi Mautong, Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah.
4.2. Alat dan Bahan
a. Peralatan Laboratorium (Kualitas Air dan Penyakit)
b. Dokumentasi.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode observasiyaitu dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan pada kawasan budidaya dan melakukan
wawancara dengan para pembudidaya dengan didampingi oleh Staf Dinas Kelautan dan
Perikanan dan Teknisi BBIP Kampal untuk lebih memperjelas maksud dan tujuan serta
penanganan teknis budidaya dan penyebaran penyakit.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 9/16
9
BAB V. HASIL PENGAWASAN LAPANGAN
5.1. Kawasan Budidaya Tambak Udang
Dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan, ada beberapa kawasan tambak
yang di survei, kedua tambak terletak pada kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi
Muotong, Prov. Sulawesi Tengah. Model yang diterapkan di kedua tambak tersebut
menerapkan sistem tradisional plus. Kondisi real di lapangan memiliki ciri sebagai
berikut : 1) Sumber pemasukan dan pengeluaran air bergantung sepenuhnya dengan
kondisi pasang surut, 2) Bentuk petakan tambak tidak teratur, 3) Kondisi umum dari
kedua lokasi tambak hanya mempunyai satu pintu air untuk pemasukan dan keluar, 4)
Kedalaman air > 100 cm.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, untuk
tambak pertama yang berlokasi di desa Dolago, yang merupakan tambak tradisional ini
memiliki luasan 2 Ha 80 are, dengan padat tebar 20.000 ekor. Jenis udang yang
dibudidayakan adalah udang windu ( Panaeus monodon). Sistem tambak percontohan ini
didamping oleh tenaga teknis dari Dinas Perikanan & kelautan setempat, di mana
pemilikan tanah tetap oleh masyarakat dalam hal ini Bapak Haris Ranga. Arah kegiatan
ini agar masyarakat dapat mengadopsi teknologi serta diberikan bantuan modal dengan
orientasi ke depan masyarakat dapat lebih produktif, mandiri dan sejahtera karena dapat
memanfaatkan potensi alam secara optimal dan berkesinambungan.
Gambar 1. Monitoring Tambak Tradisional
Desa Tindaki, Kab. Parigi,
Sulawesi Tengah
Gambar 2. Budidaya Udang Windu Tradisional
Desa Dolago, Kab. Parigi,
Sulawesi Tengah.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 10/16
10
Pada tambak binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulawesi Tengah, yang
berlokasi di desa Tindaki, kab. Parigi Moutong, juga dengan sistem tambak tradisional
plus dengan luasan masing-masing petak sekitar 1 Ha dan produktif beroperasi ada lima
petak. Fasilitas saluran air yang hanya satu saluran untuk air masuk dan keluar, tetapi
kendala pada tambak ini adalah sumber air yang di pompa dari sumber air tawar di sungai
yang terdapat di bagian timur tambak, telah merekonstruksi pematang tambak pada
tahun anggaran 2008 ini dan juga sumber air dengan mengambil air asin dari air laut yang
terletak di bagian barat tambak. Komoditas budidaya adalah udang windu ( Panaeus
monodon), kondisi tambak di lokasi ini telah dilengkapi kincir angin sebanyak satu buah
untuk tiap petakan tambak dan kedalam air < 100 cm. Di lokasi tambak ini, informan
mengungkapkan bahwa jumlah produksi yang dicapai per Ha pada umumnya yaitu di
bawah 1 ton dengan total penebaran 18 ribu ekor. Untuk sementara tambak tersebut di
budidayakan ikan Nila Nirwana, mengingat kondisi iklim/ cuaca, air tambak lebih
cenderung ke tawar.
Gambar 3. Tambak Udang Windu Dinas Perikanan & Kelautan Prop.Sulawesi
Tengah, Desa Tindaki Kab. Parigi Sulawesi ± Tengah.
Berdasarkan hasi pengujian kualitas air yang dilakukan pada kedua tambak
tradisional plus menunjukkan bahwa secara umum tambak tersebut masih berada dalam
batas kelayakan untuk lahan budidaya. Tabel, di bawah ini merupakan hasil pengukuran
beberapa parameter kualitas air dari tambak tradisional plus di desa Dolago dan Desa
Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan, Kab. Parigi Moutong, Prov. Sul-Teng.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 11/16
11
Tabel 5. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air Tambak Percontohan, Desa Tindaki,
Kab. Parigi Moutong.
Kode Parameter Ukur Keterangan
pH Suhu ( C ) Salinitas ( %) Waktu pengukuran jam10.30 wita,
cuaca cerah
A 6,89 34 16
A1 8,99 34 16
B 7,16 33 16
B1 8,95 35 16
Keterangan :
A : Air Saluran pertama
A 1 : Air Saluran kedua
B : Air tambak pertama
B 1 : Air tambak ke dua
Tabel 6. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air Tambak Desa Dolago, Kab. Parigi
Moutong.
Kode Parameter Ukur Keterangan
pH Suhu ( C ) Salinitas ( %) Waktu
pengukuran jam13.00 wita,cuaca cerah.
P 8,87 32 15
P1 8,29 32 15
Q 8,90 32 15
Q1 8,83 32 15
Keterangan :
P : Air Saluran pertama
P 1 : Air Saluran kedua
Q : Air tambak pertama
Q 1 : Air tambak ke dua
Untuk pengujian redoks di peroleh nilai -55, jika di analisis hasil pengukuran
untuk beberapa parameter di atas, dan merunut pada studi literatur dengan kisaran pH >
6; Redoks > -50, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah pada tambak tersebut
belum mengalami penurunan kualitas lingkungan. Berdasarkan informasi dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Prov. Sulawesi Tengah, di ketahui bahwa jenis tanah tambak
termasuk ke dalam kategori alluvial, mediteran, dan latasol.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 12/16
12
Gambar 4. Teknik Wawancara dan Pembinaan Lapangan, Pengambilan Sample Udang
serta Analisa Kualitas Air secara In Situ di Lokasi Monitoring.
Tabel 7. Hasil Analisa Parasitologi Kondisi Udang di BBIP dan Tambak Kab. Parigi
Moutong, Prov. Sulawesi Tengah.
NO. PARAMETER Hasil Satuan Lokasi
1. Total Vibrio 6,1 x 102 CFU/ml Tambak Masyarakat
3. Total Vibrio 1,2 x 102
CFU/ml Tambak Binaan
Dinas KP
7. WSSV Negatif Sampel UW Tambak
Masyarakat (S.1)
8. WSSV Negatif Sampel UW Tambak
Dinas KP (S.2)
Keterangan :
S : Sample
Pada tambak tradisional untuk komoditas udang Windu yang terletak di Desa
Dolago, kabupaten Parigi Moutong waktu kegiatan monitoring berlangsung, tambak
tersebut sudah ditebar udang Windu (umur
60 hari). Sedangkan Hasil analisa
parasitologi untuk tambak tradisional plus yang terletak di Desa Tindaki, tidak
menunjukkan adanya/terjangkitnya virus pada komoditas udang yang dibudidayakan.
5.3. Potensi Rumput Laut di Sulawesi Tengah
Salah satu komoditi sektor perikanan budidaya andalan di Sulawesi Tengah
adalah budidaya rumput laut, selama melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan,
didapati hampir disepanjang garis pantai di kota palu dan sekitarnya, dimanfaatkan untuk
budidaya rumput laut jenis E uchema cottoni oleh masyarakat pembudidaya. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, bahwa jumlah produksi untuk rumput laut terbesar diperoleh
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 13/16
13
dari hasil produksi di Kabupaten Banggai kepulauan kemudian produksi dari Kabupaten
Morowali. Hal ini juga dapat analisis dari data sekunder yang ada menunjukkan bahwa
produksi budidaya yang dilakukan di laut merupakan produksi dengan jumlah terbesar di
provinsi ini sebesar 278.320,0 ton, disusul produksi dari budidaya rumput laut di tambak.
Informasi dari Pemda Provinsi Sul-Teng mengungkapkan bahwa upaya
pengembangan budidaya rumput laut di provinsi ini terus ditingkatkan melihat potensi
wilayah pantai dengan kapasitas terbentang seluas 14.175.950 ha dan
pengolahan/pemanfaatan masih berada pada kisaran 3.470.100 ha, jika ditilik dari
karakteristik wilayah provinsi ini sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput
laut dan pemda setempat mengupayakan wilayah ini dapat menjadi sentra rumput laut di
Indonesia.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 14/16
14
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengawasan melalui kegiatan monitoring Hama dan Penyakit ikan di
Provinsi Sulawesi Tengah, secara umum disimpulkan bahwa kondisi lingkungan perairan
dan tanah di wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya
perikanan, perairan yang masih alami dan pengelolaan ramah lingkungan, belum ada
indikasi potensi pencemaran skala massal. Hal ini berdasar dari tiap sektor dalam
aktivitas pembudidayaan yang masih belum optimal eksploitasinya jika dibandingkan
dengan potensi wilayah yang tersedia.
6.2. Saran
Pada sektor budidaya daerah ini masih mengalami beberapa permasalahan
sehingga menjadi salah satu faktor penghambat terhadap peningkatan produksi secara
optimal dan berkesimbungan, oleh karena itu di perlukan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia yang cakap secara teknis baik di tingkat institusi pemerintah selaku
pembina di lapangan maupun masyarakat pembudidaya pada umumnya agar mampu
mengolah sumberdaya alam yang tersedia karena hal ini berimbas pada keterbatasan
akses dan penguasaan teknologi yang belum standart terutama dalam hal pembenihan dan
penanganan induk untuk komoditas-komoditas seperti udang, ikan dan rumput laut di
daerah ini.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 15/16
15
LAMPIRAN 1 :
Gambar 5. Persiapan Tambak dengan mesin bajak (lokasi tambak Bapak Haris Ranga)
Gambar 6. Jenis Trisipan (hama penyaing) dan Sampel udang yang terserang penyakit.
Gambar 7. Pengambilan sampel darah pada udang windu.
5/9/2018 HPI Palu 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hpi-palu-2010 16/16
16
MONITORING HAMA DAN PENYAKIT IKAN
PROPINSI SULAWESI TENGAH
Pelaksana Tugas :
No. 14/BBAPT/TU.420/VI/2010
Ilham Usman, A.Pi / NIP. 197404141999031005
Ir. Muhammad. Asa¶at / NIP.1963061719991002
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR
2010