Post on 17-Oct-2015
description
KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume
(ASCLEPIADACEAE)
LILIH RICHATI CHASANAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keanekaragaman dan
Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2010
Lilih Richati Chasanah NRP G352070321
ABSTRACT
LILIH RICHATI CHASANAH. Diversity and Visiting Frequency of Insect Pollinator and Its Effect to Fruit Set of Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Supervised by RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, SRI RAHAYU. Pollinator is importance to the life of flowering plant. Diversity of insect pollinators effect to fruit set. The objectives of the research were to study the insect pollinators diversity and its effect to fruit set of Hoya multiflora. Diversity of insect was observed by using scan sampling method during 06.00 am - 17.30 pm. Visiting frequency of insect pollinator was observed by using focal sampling method. Observations were conducted from January-June 2009 at two locations, i.e Darmaga and Bodogol Station (Gede Pangrango National Park). Nectar volume of flowers were measured by using micropipette. To examine the effectiveness of insect pollinators, one of umbel flower of H. multiflora was covered by insect screen and their seeds were compared with opened (uncovered) flowers. Result, showed that there were 952 individuals of insect that consisted of 7 families and 15 species. High frequency visiting insects were found at 09.00-12.30 am in Darmaga and 07.00 - 11.30 am in Bodogol. The highest volume of nectar secretion were found at fourth day in Bodogol flower. Based on visiting frequency observed, five species, e.i ant (Prenolepis sp.), bee (Trigona sp.), wasps (Ropalidia fasciata and Vespa. analis) and fly (Tabanus sp.) were the effective pollinators. Diversity of insect pollinator effected to fruit set of H. multiflora in the uncovered flower.
Keyword: diversity, insect pollinator, visiting frequency, fruit set, Hoya multiflora
RINGKASAN
LILIH RICHATI CHASANAH. Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN, TRI ATMOWIDI, dan SRI RAHAYU.
Interaksi antara serangga dengan tumbuhan berbunga merupakan bentuk asosiasi mutualisme. Interaksi tersebut terjadi karena bunga menyediakan pakan bagi serangga, yaitu serbuksari dan nektar, dan tumbuhan mendapatkan keuntungan dalam penyerbukan. Ketersediaan pakan pada bunga dapat meningkatkan keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan. Keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan berkaitan dengan banyaknya bunga yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan. Jumlah nektar dan polen bunga berpengaruh pada keanekaragaman serangga. Nektar disekresikan oleh kelenjar nektar dengan kandungan utama gula (sukrosa). Selain nektar, serbuksari (polen) juga merupakan faktor yang menarik serangga penyerbuk.
Hoya multiflora merupakan tumbuhan asli Indonesia, yang termasuk dalam famili Asclepiadaceae. Spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang bernilai ekonomi. Bunga tumbuhan ini bentuknya unik, yaitu menyerupai ujung tombak, berwarna putih atau krem, ujung kekuningan. Corolla bunga berjumlah lima, berbentuk segitiga, memanjang dengan panjang sekitar 12 mm dan lebar 3 mm. Corona bunga berjumlah lima, dengan panjang 9 mm dan lebar 2 mm berbentuk ujung tombak atau anak panah. Bunga terletak diantara dua tangkai daun. Tiap payung terdapat 5-35 bunga dengan panjang tangkai 1-3 cm dan berdiameter 2 mm. Polen tumbuhan ini bergabung menjadi polinia. Bunga dengan lima pasang polinia (panjang 2 mm) yang dihubungkan oleh korpuskulum berwarna coklat tua atau hitam. Letak putik pada H. multiflora lebih tinggi dari pada polinia, sehingga diperlukan agen untuk penyerbukan. Spesies ini melakukan penyerbukan silang dengan serangga sebagai agens penyerbuk.
Pengamatan keanekaragaman serangga penyerbuk dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009 di dua lokasi yaitu di kampus IPB Darmaga dan Stasiun Penelitian Bodogol Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Bogor. Pengamatan di Darmaga, dilakukan pada tanaman H. multiflora yang sudah dibudidayakan sedangkan di Bodogol tumbuhan ini masih di habitat alaminya.
Pengamatan di dua lokasi, yaitu Darmaga dan Bodogol diperoleh 952 individu yang terdiri 7 famili dan 15 spesies serangga. Tiga spesies serangga ditemukan dengan kelimpahan tinggi yaitu semut Myrmicaria sp. (76%), Crematogaster sp. (6,67%), dan lebah Trigona sp. (6,27%). Faktor lingkungan pada kedua lokasi diperoleh hasil yaitu bila kelembaban udara meningkat maka diikuti suhu udara turun sebaliknya bila suhu udara naik maka kelembaban udara turun. Suhu dan intensitas cahaya berpengaruh positif terhadap jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif terhadap jumlah individu serangga.
Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi per menit, terdapat tiga spesies di Darmaga yang memiliki frekwensi kunjungan tinggi yaitu Prenolepis sp (3,89 3,1) per menit, Ropalidia fasciata (3,57 1,27) per menit, Myrmicaria sp. (3,43 2,36) per menit. Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi per menit frekwensi kunjungan serangga tinggi di Bodogol, terdapat tiga spesies memiliki yaitu Trigona sp. (3,05 0,97) dan Tabanus sp. (3 1,41). Lama kunjungan per bunga, paling tinggi pada spesies Myrmicaria sp. (26,43 1,01) detik dan Vesipula velutina (20,87 0,99) detik di Bodogol. Sedangkan di Darmaga adalah Drosophyla sp. (54,54 0,316) detik dan Vespa analis (20 1,41) detik.
Berdasarkan perilaku kunjungan serangga pada bunga, diduga kuat bahwa Prenolepis sp., R. fasciata, V. analis, Trigona sp., Tabanus sp. adalah serangga yang efektif sebagai penyerbuk tumbuhan Hoya. Pembentukan buah Hoya dipengaruhi oleh kehadiran serangga. Perlakuan pengurungan bunga tidak menghasilkan buah, bunga yang tidak dikurung dapat membentuk buah dengan persentase 5,77%.
Keyword: Keanekaragaman, serangga penyerbuk, frekuensi kunjungan,
pembentukan buah, Hoya multiflora
Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume
(ASCLEPIADACEAE)
LILIH RICHATI CHASANAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Mayor Biosains Hewan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Nunik Sri Aryanti M.Si
Judul Tesis : Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)
N a m a : Lilih Richati Chasanah N R P : G 352070321 Program Studi : Biosains Hewan
Disetujui
Komisi Pembimbing Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si Dr. Tri Atmowidi, M.Si Ketua Anggota
Ir. Sri Rahayu, M.Si Anggota
Diketahui
Ketua Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 18 Februari 2010 Tanggal Lulus : 2010
PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Keanekaragaman dan Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk serta Efektivitasnya dalam Pembentukan Buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si, Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si, dan Ibu Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus dalam penyelesaian penulisan tesis ini, serta Dr Nunik Sri Ariyanti, M.Si selaku penguji luar komisi pembimbing.
Ucapan terima kasih secara pribadi penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto, Bapak Dr. Dedi Duryadi Solihin, Bapak Dr. Akhmad Farjallah, Ibu Dr. RR. Dyah Perwitasari, Bapak Ir. Tri Heru M.Si, Bapak Beri Juliandi M.Si, Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, dan teknisi laboratorium Mikroteknik Biosains Hewan Jurusan Biologi MIPA IPB yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang tak ternilai harganya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Mayor Biosains Hewan atas bantuan, dukungan, kebersamaan, dan doa yang diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Departemen Agama yang telah banyak membantu dana untuk kuliah dengan program beasiswa utusan daerah.
Ucapan terima kasih yang paling tulus penulis sampaikan kepada suami dan anak-anakku, ibu dan bapak, ibu dan bapak mertua, kakak dan adik, serta embah kakung dan putri tersayang yang memberikan doa, cinta, dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas mulia ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010
Lilih Richati Chasanah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 31 Maret 1981 sebagai putri kedua dari empat bersaudara pasangan Sri Hanim dan Sumardi. Penulis menikah dengan Muttaqin Mafaza pada tahun 2004 dan dikaruniai dua anak perempuan (Kaysa dan Kayla).
Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga. Pendidikan Sarjana (S.Pd) ditempuh di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, melalui jalur PMDK pada tahun 1999, dan lulus pada tahun 2003. Penulis berkesempatan mengikuti Sekolah Pascasarjana (S2) pada Mayor Biosains Hewan Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar mata pelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Daar El Qolam, Gintung, Tangerang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.. xiii DAFTAR GAMBAR. xiv DAFTAR LAMPIRAN.. xv PENDAHULUAN
Latar Belakang... ..................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Penyerbukan oleh Serangga .................................................................... 4 Keanekaragaman Serangga Penyerbuk ................................................... 5 Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk ............................................ 7 Efektifitas Serangga Penyerbuk dalam Pembentukan Buah.................... 7 Tumbuhan H. multiflora (Asclepiadaceae) ............................................ 8
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ....................................11 Deskripsi Lokasi ............................................................12 Pengamatan Keanekaragaman Serangga .......................................13 Pengukuran Data Lingkungan................................................................14 Pengukuran Volume Nektar ..................................................................14 Identifikasi Spesimen ............................................................................14 Pengamatan Frekuensi Kunjungan Serangga.........................................15 Pengukuran Efektivitas Penyerbukan.....................................................15 Analisis Data ......16
HASIL Keanekaragaman Serangga ................................................18 Keanekaragaman Serangga Berdasarkan Waktu Pengamatan ................................................................................22 Keanekaragaman Serangga dan Jumlah bunga .....................................24 Jumlah Individu dan Spesies Serangga dengan Faktor Lingkungan ..........................................................................................25 Frekuensi Serangga ............................29 Pembentukan Buah ................................................................................30
PEMBAHASAN Keanekaragaman Serangga Penyerbuk .............................32 Frekuensi Serangga .............. ............37 Pembentukan Buah ................................................................................38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran ............................................................................40 DAFTAR PUSTAKA ..........41 LAMPIRAN ................................................................................................44
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Jumlah Individu, spesies, famili dan indeks keanekaragaman
H.multiflora Blume di Darmaga dan Bodogol ............................. 18
2. Volume nektar bunga H.multiflora ............................................ 25
3. Korelasi Pearson antara jumlah individu, spesies dan
faktor lingkungan ....................................................................... 29
4. Frekuensi kunjungan, ukuran tubuh, efektivitas
serangga penyerbuk ..................................................................... 30
5. Persentase pembentukan buah ..................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tumbuhan H. multiflora ........................................................... 9
2. Skema bunga H. multiflora ....................................................... 10
3. Peta lokasi penelitian ................................................................. 11
4. Bunga kuncup dan mekar .......................................................... 13
5. Pengukuran Nektar ..................................................................... 14
6. Perlakuan kurungan dan non kurungan ...................................... 16
7. Buah dan biji H. multiflora ....................................................... 16
8. Spesies serangga pada H. multiflora ........................................... 20
9. Spesies serangga pada H. multiflora ........................................... 21
10. Jumlah individu serangga dan waktu di Darmaga ..................... 22
11. Jumlah spesies serangga dan waktu di Bodogol ....................... 23
12. Jumlah serangga dan bunga mekar di Darmaga dan Bodogol .... 24
13. Hubungan individu dengan lingkungan ..................................... 26
14. Hubungan spesies dengan lingkungan ..................................... 27
15. Hasil analisis PCA individu dan spesies dengan lingkungan ....... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis dengan program Primer E .............................................. 45
2. Uji t untuk membandingkan nektar di Darmaga dan Bodogol ..... 45
3. Uji t untuk suhu udara dengan jumlah individu serangga .............45
4. Uji t untuk suhu udara dengan jumlah spesies serangga ...............46
5. Uji t untuk kelembaban udara dengan jumlah individu serangga ..46
6. Uji t untuk kelembaban udara dengan jumlah spesies serangga ....46
7. Uji t untuk intensitas cahaya dengan jumlah individu serangga.....47
8. Uji t untuk intensitas cahaya dengan jumlah spesies serangga .......47
9. Uji t untuk volume nektar dengan jumlah individu serangga .........47
10. Uji t untuk volume nektar dengan jumlah spesies serangga ..........48
11. Uji t untuk jumlah bunga dengan jumlah individu serangga .........48
12. Uji t untuk jumlah bunga dengan jumlah spesies serangga ...........48
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga
merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Dalam interaksi tersebut,
tumbuhan menyediakan sumber pakan, yaitu serbuk sari dan nektar, serta
tempat bereproduksi sedangkan tumbuhan mendapat keuntungan yaitu
terjadinya penyerbukan (Schoonhoven et al. 1998). Ketersediaan pakan
pada bunga berkaitan dengan keanekaragaman serangga (Sedgley & Griffin
1989).
Penyerbukan (pollination) adalah peristiwa transfer serbuk sari dari
kepala sari (anther) ke kepala putik (stigma). Proses penyerbukan dimulai
dari lepasnya serbuk sari dari kepala sari sampai serbuk sari mencapai
kepala putik (Barth 1991). Peranan serangga dalam penyerbukan tumbuhan
telah banyak dilaporkan. Pada tanaman apel di Jepang, lebah Osmia
cornifrons sebagai penyerbuk, lebah Bombus terrestris dan Apis mellifera
merupakan penyerbuk sebagian besar tanaman pertanian (Amano et al.
2000). Pada tanaman bunga matahari (Heliantus annuus) penyerbukan
dilakukan oleh lebah A. cerana dan lebah liar. Efektifitas penyerbukan
tanaman bunga matahari oleh A. cerana dan lebah liar tidak diragukan lagi
keberadaannya (Greenleaf & Kremen 2006). Tingkat keberhasilan
penyerbukan tanaman kopi (Coffea arabica) tergantung pada serangga yang
berkunjung pada bunga (Klein et al. 2003).
Serangga pada umumnya mempunyai perilaku pencarian pakan yang
berbeda tiap spesies. Studi perilaku pencarian pakan serangga, merupakan
hal penting dalam biologi penyerbukan. Pada lebah madu pencarian pakan
cenderung terjadi pada bunga dalam satu spesies tumbuhan (flower
constancy) dalam sekali perjalanan (Schoonhoven et al 1998). Frekuensi
kunjungan serangga penyerbuk dapat dipelajari dari jumlah bunga yang
dikunjungi per satuan waktu, lama kunjungan per bunga, dan total
kunjungan pada tanaman (Dafni 1992).
Kehadiran serangga pada tumbuhan dapat membantu proses
penyerbukan silang yang dapat meningkatkan hasil buah dan biji.
2
Keuntungan penyerbukan silang pada tanaman adalah meningkatkan
variabilitas keturunannya (Barth 1991), meningkatkan kualitas dan kuantitas
buah dan biji yang terbentuk (Kearns & Inouye 1977).
Indonesia memiliki beragam tumbuhan berbunga yang berpotensi
untuk dibudidaya.. Tumbuhan Hoya merupakan tumbuhan yang termasuk
dalam famili Asclepiadaceae hidup di daerah tropis Asia. Genus Hoya
memiliki kurang lebih 200-300 spesies yang tersebar di kepulauan
Indonesia. Hoya memiliki struktur bunga yang unik dan pada umumnya
merupakan tumbuhan epifit yang merambat pada pohon besar yang
ditumpanginya (Hansen et al. 2007).
Hoya multiflora Blume, dikenal dengan nama areuy cukankan
(Sunda) merupakan tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini merupakan
epifit yang mempunyai nilai jual tinggi yaitu antara Rp 25.000 - Rp 300.000
per tanaman. Tumbuhan ini dapat diperdagangkan secara internasional
sebagai tanaman hias dengan nama dagang Hoya avatar (Rahayu 2006). H.
multiflora merupakan tumbuhan yang memiliki habitat rawan dan
berpotensi mengalami kelangkaan. Salah satu habitat alami dari tumbuhan
tersebut adalah di Stasiun Penelitian Bodogol yang berada di kawasan
konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP).
Penelitian tentang serangga penyerbuk pada tumbuhan Hoya belum
banyak dilaporkan. Penyerbukan pada Hoya australis di Australia dilakukan
oleh Lepidoptera (Hansen et al. 2007). Serangga penyerbuk yang efektif
pada tumbuhan Metaplexis japonica di Jepang (Asclepiadaceae) adalah
kupu Parnara gutata, lebah Megacampsomeris grossa dan Bombus diversus
(Tanaka et al. 2006). Terbatasnya informasi tentang penyerbukan pada
tumbuhan ini, maka menjadi dasar dilakukannya penelitian ini.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan
frekuensi kunjungan serangga penyerbuk serta efektivitasnya dalam
pembentukan buah tumbuhan H. multiflora.
3
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh data
dasar keanekaragaman frekuensi kunjungan serangga penyerbuk pada
tumbuhan H. multiflora, dan efektivitas penyerbukan yang diukur dari
keberhasilan pembentukan buah. Penyerbukan silang yang dilakukan oleh
serangga pada tumbuhan ini dapat meningkatkan keanekaragaman genetik
keturunannya, sehingga membantu konservasi spesies tumbuhan tersebut.
Data tentang keanekaragaman dan efektivitas serangga penyerbuk dapat
digunakan sebagai dasar dalam usaha konservasi baik serangga penyerbuk,
tanaman Hoya maupun habitatnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyerbukan oleh Serangga
Penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan sumber
serbuksari, yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan
silang (cross pollination). Penyerbukan sendiri terjadi apabila serbuk sari
(pollen) berasal bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang
sama. Penyerbukan silang terjadi apabila serbuk sari berasal dari tumbuhan
lain. Penyerbukan silang memerlukan agen penyerbuk biotik dan abiotik.
Agen penyerbuk biotik antara lain manusia, kelelawar, burung, dan serangga
sedangkan agens abiotik, antara lain angin dan air. Beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya penyerbukan silang, antara lain perbedaan waktu
masak antara serbuksari dengan putik dan posisi putik yang lebih tinggi
dibandingkan kepala sari (Barth 1991). Proses penyerbukan dimulai dengan
menempelnya serbuk sari pada kepala putik. Penyerbukan ini tergantung
pada masaknya polen dan reseptifnya putik. Warna dan bentuk bunga,
polen, nektar dan faktor lingkungan berpengaruh pada keanekaragaman
kunjungan serangga yang mengunjungi (Dafni 1992).
Penyerbukan yang dibantu oleh serangga dari Ordo Hymenoptera
dikenal dengan istilah Specophily, Myrmecophily, dan Melittophily.
Specophily adalah penyerbukan tumbuhan dengan bantuan tabuhan.
Tabuhan banyak mengunjungi bunga untuk mencari nektar, seperti famili
Tiphiidae, Vespidae dan Scoolidae pada tumbuhan dari famili Moraceae
(Ficus sp.), Mimosaceae, Myrtaceae, Loranthaceae, Sapindaceae dan
Orchidaceae (William & Adam 1994). Myrmecophily adalah penyerbukan
dengan bantuan semut. Semut banyak mengunjungi bunga untuk mencari
nektar dan polen. Semut sebagai penyerbuk tanaman adalah dari genus
Camponotus, Dendromyrmex, Pholyrachis, dan Oecophylla (William &
Adam 1994). Melittophily adalah penyerbukan tumbuhan dengan bantuan
lebah. Lebah mengunjungi bunga untuk mengkoleksi nektar, serbuk sari dan
propolis. Beberapa spesies lebah penyerbuk tanaman Dendrobium,
5
Cymbidium, dan Caladenia adalah lebah Apis melifera dan Trigona spp.
(William & Adam 1994).
B. Keanekaragaman Serangga Penyerbuk
Penelitian tentang keanekaragaman dan efektivitas penyerbukan
telah banyak dilaporkan. Penyerbukan pada tanaman cabai (Capsicum
annum) dilakukan oleh lebah Halictus lane dan B. auratus (Raw 2000).
Serangga pengunjung pada tanaman jarak pagar yang mempunyai frekuensi
kunjungan tinggi adalah lebah, lalat, dan semut (Raju & Ezradanam 2002).
Efektivitas penyerbukan dipengaruhi oleh frekuensi kunjungan serangga
pada bunga (Dafni 1992).
Kunjungan serangga pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas),
terjadi pada pukul 07.30 18.00 WIB pada masa pembungaan (Raju &
Ezradanam 2002). Serangga yang mengunjungi tanaman jarak pagar di
Indramayu, Jawa Barat adalah Hymeneoptera, Lepidoptera, Diptera,
Coleoptera, dan Thysanoptera. Frekuensi kunjungan serangga tinggi terjadi
pada pukul 08.00 10.30 WIB. Spesies lebah A. cerana, A. melifera,
Ceratina sp., Trigona sp., dan Hylaeus sp. ditemukan sebagai penyerbuk
yang dominan pada pertanaman jarak pagar (Atmowidi et al. 2008).
Serangga penyerbuk mengunjungi bunga untuk mencari pakan berupa
nektar dan serbuk sari (Barth 1991).
Serangga penyerbuk pada tumbuhan famili Asclepiadaceae adalah
ordo Hymenoptera, Lepidoptera, Diptera. Ordo-ordo tersebut juga menjadi
penyerbuk utama pada tumbuhan Angiospermae. Spesies serangga yang
efektif dalam penyerbukan pada tumbuhan famili Asclepiadaceae
berdasarkan frekuensi kunjungan dan kemampuan membawa polinia adalah
lebah B. sonorus, A. melifera (Hymenoptera: Apidae), dan beberapa tabuhan
(Vespidae). Ngengat Telosma pallida dan Orthanthera albida (Lepidoptera)
merupakan penyerbuk pada tumbuhan dari famili Asclepiadaceae (Ollerton
& Liede 1997).
Famili Apidae (Trigona spp. dan Apis) merupakan lebah yang
mempunyai ciri-ciri adanya korbikula (pollen basket) pada permukaan luar
6
tibia tungkai belakang. Korbikula yang berfungsi untuk membawa serbuk
sari. Apidae memiliki rambut pada tubuhnya dan probosis yang panjang.
Struktur tubuh inilah yang menjadikan Apidae sebagai penyerbuk utama
pada banyak spesies tumbuhan (Michener 2000). Lebah T. carbonaria
merupakan lebah yang dalam penyerbukan tanaman Macada integrifolia di
Jepang (Amano et al. 2000).
Famili-famili dari Ordo Diptera yang berperan dalam penyerbukan
tumbuhan adalah famili Bombyliidae, Apioceridae, dan Syrphidae
(Triplehorn & Jonshon 2005). Diptera sebagai penyerbuk tumbuhan famili
Asclepiadaceae adalah Gomphocarpus sp. dan Cynanchum acutum
(Syrphidae) (Ollerton & Liede 1997).
Serangga yang ditemukan pada tanaman kopi (Coffea arabica)
terdiri 33 spesies dan 2269 individu lebah yang mengunjungi bunga,
sedangkan pada kopi C. canephora terdapat 29 spesies dan 2038 individu
lebah yang mengunjungi bunga. Kunjungan lebah meningkatkan hasil panen
pada tanaman kopi (Klein et al. 2003). Serangga yang berperanan sebagai
penyerbuk pada tanaman Centaura jacea adalah lebah A. melifera, Bombus
sp., Lasioglossum sp., Halictus sp., Megachile sp. dan Andrena sp.
Kunjungan serangga tersebut mampu meningkatkan pembentukan buah dan
biji (Steffan-Dewenter et al. 2001).
Serangga penyerbuk yang berasosiasi dengan tanaman jarak pagar
(J. curcas) dan Acalypha wilkesiana didominansi oleh tiga ordo, yaitu
Hymenoptera, Diptera, dan Lepidoptera. Nilai indeks keanekaragaman
serangga tertinggi pada tanaman J. curcas adalah H=0,97 sedangkan pada
tanaman A. wilkesiana dengan nilai H=0,82. Serangga pengunjung tanaman
J. curcas dan A. wilkesiana terdiri atas 13 spesies yang termasuk dalam 7
ordo. Persentase kunjungan tertinggi Hymenoptera pada J. curcas sebesar
32,7% sedangkan pada tanaman A. wilkesiana sebesar 30,5% (Banjo et al.
2006). Serangga penyerbuk pada tanaman caisin (Brassica rapa L) terdiri
dari 5.955 individu dalam 19 spesies dan 4 ordo dan frekuensi kunjungan
tertinggi adalah A. cerana (43,1%), Ceratina sp. (37%), dan A. dorsata
(8,4%) (Atmowidi et al. 2007).
7
C. Frekuensi Kunjungan Serangga Penyerbuk
Serangga penyerbuk memerlukan sumber pakan yang digunakan
metabolisme tubuh, pembuatan sarang, dan reproduksi. Pencarian pakan
serangga penyerbuk dipengaruhi beberapa faktor, seperti karakteristik
sumber pakan, aroma (odour), dan waktu serta kondisi cuaca (Schoonhoven
et al. 1998).
Pola arah terbang lebah akan menentukan perpindahan lebah dari
satu bunga ke bunga yang lain. Lebah juga mempunyai kemampuan untuk
mengingat sumber pakannya. Lebah mengumpulkan nektar dan serbuk sari
dari bunga sedangkan lalat dan semut hanya mengambil nektar (Raju &
Ezradanam 2002). Lebah menginformasikan lokasi keberadaan sumber
pakan kepada lebah yang lain dengan tarian berbentuk lingkaran (round
dance) dan tarian berbentuk angka delapan (waggle dance). Tarian
berbentuk lingkaran (round dance) berisi informasi sumber pakan yang
dekat dengan sarang, sedangkan tarian berbentuk angka delapan (waggle
dance) berisi informasi tentang jarak, arah, dan ketersediaan pakan
(Schoonhoven et al. 1998). Lebah madu (Trigona sp., Apis cerana)
melakukan aktivitasnya mencari pakan berupa polen, nektar dan propolis.
Lebah madu mampu melakukan aktivitas mencari pakan pada suhu
kisaran 2634C dengan jarak tempuh 23 km (Amano et al. 2000). Tanaman cabai (Capsicum annum) lebah A. cerana mengunjungi 1-8
tanaman dalam sekali perjalanan. Jumlah kunjungan lebah berhubungan
dengan ukuran tubuhnya (Raw 2000). Lebah pada saat mengunjungi bunga,
mengumpulkan serbuk sari dalam corbicula yang terletak di sisi luar (tibia)
pada tungkai (Schoonhoven et al. 1998).
D. Efektifitas Serangga Penyerbuk dalam Pembentukan Buah
Penyerbukan merupakan proses yang esensial dan berpengaruh
terhadap pembentukan biji dan variasi genetik keturunannya (William &
Adam 2000). Penelitian menunjukan bahwa serangga mampu meningkatkan
hasil buah, seperti pada tanaman kopi (C. canephora), kehadiran lebah
mampu meningkatkan hasil buah (Klein et al. 2003). Kunjungan lebah, lalat
8
dan semut berpengaruh dalam meningkatkan hasil buah pada tanaman jarak
pagar (Raju & Ezradanam 2002).
Pertanaman kopi (C. arabica) yang diberi perlakuan kurungan dan
non kurungan, diperoleh hasil pembentukan biji sebesar 62,9% pada
tanaman non kurungan dan 57,5% pada tanaman yang dikurung (Klein et al.
2003). Lebah juga mampu meningkatkan pembentukan buah dan biji pada
tanaman C. jacea (Steffan-Dewenter et al. 2001). Serangga penyerbuk juga
efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman jarak pagar (J. Curcas) di
area PT Indocement sebesar, 2,41 kali lipat jumlah buah per tanaman, 2,50
kali lipat jumlah biji per tanaman, dan 3,89 kali lipat bobot biji per tanaman
(Rianti 2009). Tanaman caisin (Brassica rapa L.) yang dibantu serangga
penyerbuk, peningkatan biji yang dihasilkan adalah 9,325 kali lipat biji per
tanaman dan 9,319 kali lipat bobot biji per tanaman (Atmowidi et al. 2007).
E. Biologi Hoya multiflora (Asclepiadaceae)
Tumbuhan H. multiflora merupakan tumbuhan biji tertutup.
Klasifikasi tumbuhan H. multiflora (Keng 1969) sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Gentianales
Famili : Asclepiadaceae
Genus : Hoya
Spesies : H. multiflora Blume
Hoya multifora merupakan tumbuhan yang mempunyai batang tegak
dan berkayu, tinggi 25-100 cm, sedikit berbulu pada bagian pucuk, panjang
daun 5-16 cm dan lebar daun 2-4 cm (Rahayu 2006). Tumbuhan ini
merupakan tumbuhan semak bersifat epifit, tidak merambat pada batang
utama pohon yang ditumpangi (Gambar 1). Tumbuhan ini banyak dijumpai
di hutan hujan tropis (Wanntrop et al. 2006).
9
Gambar 1 Tumbuhan H. multiflora sebagai epifit pada pohon
Perkembangbiakan H. multiflora secara generatif dengan
menggunakan biji dan perkembangbiakan vegetatif dengan stek (Rahayu
2006). Bunga H. multifora berbentuk seperti ujung tombak berwarna putih
atau krem dengan ujung kekuning-kuningan dan bunga beraroma wangi.
Nektar disekresikan pada bagian dasar bunga. Bunga H. multiflora
merupakan bunga majemuk payung, terletak diantara dua tangkai daun,
terdapat 5-35 bunga tiap payung (umbel), dengan panjang tangkai payung 1-
3 cm dan berdiameter 2 mm.
Corolla bunga berjumlah lima, berbentuk segitiga memanjang
dengan ukuran panjang 12 mm dan lebar 3 mm; corona berjumlah lima,
menyerupai ujung tombak atau ujung anak panah (Gambar 2). Corona
bunga berukuran panjang 9 mm dan lebar 2 mm. Corona dengan dua polinia
yang tersembunyi di bagian dalamnya (gynostegium). Polinia (panjang 2
mm) terdiri lima pasang yang dihubungkan oleh korpuskulum berwarna
coklat tua atau hitam (Rintz 1978). Bunga mekar dapat bertahan satu sampai
tujuh hari. Buah yang masak membutuhkan waktu kurang lebih 4-6 minggu
setelah penyerbukan.
10
Buah H. multifora mula-mula berwarna hijau, kemudian berubah
kekuningan dan bila sudah kering berwarna kecokelatan. Buah berbentuk
bumbung dengan panjang 20 cm dan diameter 5 mm. Meskipun bunga dapat
dihasilkan tanpa mengenal musim, namun produksi buah dalam jumlah
besar terjadi pada bulan Oktober sampai Desember (Rahayu 2006). Buah
akan pecah ketika sudah kering dan biji keluar. Biji memiliki sayap,
berwarna putih, ringan, dan berjumlah 30 50 biji per buah.
Gambar 2 Skema Bunga H. multifora: Bunga (lateral) (A); Corona (B) dan anther (dilihat dari dalam); Corona dengan dua anther yang tersembunyi (C); Polinia(D). Corolla (1), Corona (luar) (2), Corona (dalam) (3), Column (4), sayap anther (5), anther (melekat) (6), kepala putik (7), polinia (8), Caudicle (9), Retinaculum (10), Pellucid (11). (Wanntrop et al. 2006).
11
METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009.
Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H.
multifora di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga
dan Stasiun Penelitian Bodogol Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP)
(Gambar 3).
Gambar 3 Peta lokasi penelitian di Stasiun Penelitian Bodogol dan IPB Darmaga.
Darmaga
Keterangan:
Lokasi Penelitian
Bodogol
Darmaga
12
Stasiun Penelitian Bodogol berada di cagar biosfer Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGP). Cagar biosfer merupakan perpaduan
antara konservasi keanekaragaman landscape ekosistem hayati dan genetik.
Cagar biosfer juga mempunyai fungsi pendukung penelitian, pemantauan,
proyek percontohan serta sarana untuk pendidikan dan pelatihan
(Budiananto 2006). Sebagian besar wilayah ini adalah hutan hujan tropis.
Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3.000 4.200 mm/tahun,
sehingga termasuk dalam salah satu kawasan terbasah di Pulau Jawa.
Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober hingga Mei (Budiananto
2006).
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKA Bodogol)
merupakan salah satu pusat pendidikan konservasi dan penelitian yang ada
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKAB berdiri sejak 12
Desember 1998, merupakan program kerja sama antara Conservation
International Indonesia Program, Taman nasional Gunung Gede Pangrango
dan Yayasan Alami Mitra Indonesia. Lokasi PPKA Bodogol lebih kurang
15 km dari Ciawi menuju Lido dengan akses jalan yang mudah dicapai.
PPKA Bodogol berada di ketinggian lebih kurang 800 mdpl (Budiananto
2006), secara geografis daerah ini terletak pada 60 46 35LS dan 1060
5120,3BT.
Lokasi pertanaman Hoya di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
yang terletak di kecamatan Darmaga. Tanaman ini tumbuh dalam pot yang
berjumlah kurang lebih 120 tanaman yang berada di dalam ruang dengan
atap paranet dan dinding kawat dengan diameter 6 cm. Media yang
digunakan untuk menanam selain tanah adalah akar pakis dan arang.
Diameter kawat yang lebar memungkinkan serangga untuk masuk ke dalam
pertanaman Hoya. Curah hujan di Kecamatan Darmaga 1000 1500
mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut.
13
B. Metode
a. Pengamatan Keanekaragaman Serangga
Pengamatan keanekaragaman serangga yang berasosiasi dengan
bunga H. multifora dilakukan dengan menggunakan metode scan sampling
(Martin & Bateson 1993). Pengamatan dilakukan pada tiga payung bunga
pada tiga tumbuhan H. multiflora yang sedang berbunga pada masing-
masing lokasi (Gambar 4).
(a) (b)
Pengamatan keanekaragaman dilakukan setiap hari dan setiap jam
dilakukan pengamatan selama 30 menit, mulai pukul 06.00 sampai pukul
17.30 WIB. Pengamatan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009.
Pengamatan dilakukan mulai bunga mekar sampai gugur. Total waktu
pengamatan adalah 39 hari dengan rincian 20 hari di lokasi Darmaga dan 19
hari di Bodogol.
Sampel serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan H. multifora
ditangkap dengan jaring serangga dan diawetkan untuk keperluan
identifikasi. Pengawetan serangga dilakukan dengan dua cara yaitu awetan
basah dan awetan kering. Awetan basah digunakan untuk serangga yang
berukuran kecil dan awetan kering untuk serangga yang berukuran besar
(Triplehorn & Jhonson 2005). Pengawetan kering digunakan untuk
Lepidoptera yaitu dengan membius serangga dengan ethanol 70% dan
disimpan dalam kertas papilot. Preparasi dilakukan dengan membentangkan
sayap kemudian di pinning dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan.
Gambar 4 Bunga H. multiflora. payung bunga yang masih kuncup (a), payung bunga mekar (b)
14
b. Pengukuran Parameter Lingkungan
Data lingkungan yang diukur, meliputi suhu udara dan kelembaban
udara dengan menggunakan Thermo-Hygrometer dan intensitas cahaya
dengan menggunakan lux meter. Pengukuran suhu udara, kelembaban udara
dan intensitas cahaya dilakukan setiap ditemukan serangga pada saat
pengamatan keanekaragaman serangga.
c. Pengukuran Volume Nektar
Pengukuran volume nktar bunga H. multiflora dilakukan setiap
pukul 06.00-07.00 WIB. Pengukuran volume nektar dilakukan dengan
menggunakan mikropipet ukuran 0,1 l (Drummond Microcaps), yaitu dengan cara menempelkan mikropipet pada cairan nektar yang
menggembung di dasar bunga (Gambar 5). Pengambilan nektar dilakukan
pada dua bunga dan setiap pengambilan nektar digunakan mikropipet yang
baru (Comba et al. 2003).
Gambar 5 Pengambilan nektar bunga H. multiflora dengan mikropipet
d. Identifikasi Spesimen
Identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan mikroskop
stereo dan mikroskop cahaya di bagian Ekologi dan Sistematika Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB). Identifikasi spesimen juga
dilakukan di Museum Zoologi LIPI Cibinong, Bogor. Identifikasi spesimen
dilakukan sampai famili berdasarkan Triplehorn dan Johnson (2005).
15
Identifikasi spesimen sampai genus berdasarkan Bolton (1994) untuk
Formicidae, Michener (2000) untuk Apidae, Pechuman dan Teskey (1981)
untuk Tabanidae, Wheeler (1987) untuk Drosophilidae, Shewell (1987)
untuk Sarcophagidae, dan Barthelemy (2008) untuk Vespidae.
e. Pengamatan Frekuensi Kunjungan Serangga
Pengamatan frekuensi kunjungan dilakukan pada serangga yang
dominan ditemukan pada tumbuhan H. multiflora, yaitu Crematogaster sp.,
Diacamma sp., Myrmicaria sp., Tabanus sp., Sarcophaga sp., Vesipula
velutina, Trigona sp., Prenolepis sp., Vespa analis, Ropalidia fasciata,
Drosophyla sp., dan Vespula flaviceps. Pengamatan frekuensi kunjungan
meliputi: (1) jumlah bunga yang dikunjungi serangga persatuan waktu; (2)
lama kunjungan serangga per bunga; dan (3) total kunjungan serangga pada
bunga yang diukur dari serangga mulai berkunjung sampai serangga
tersebut meninggalkan tumbuhan.
f. Pengukuran Efektivitas Serangga Penyerbuk
Pengukuran efektivitas serangga penyerbuk dilakukan pada H.
multifora di Kampus IPB Darmaga dan Bodogol. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengurung satu payung bunga dengan kain kasa untuk
mencegah serangga mengunjungi bunga. Pengurungan payung bunga
dilakukan pada bunga yang belum mekar (Gambar 6a). Satu payung bunga
lainnya dibiarkan terbuka sebagai kontrol (Gambar 6b), masing-masing
lokasi, dilakukan tiga kali ulangan.
16
(a) (b)
Gambar 6 Perlakuan pengurungan payung bunga di dua lokasi: kurungan (a), non kurungan (b)
Jumlah bunga per payung (Gambar 7a) dan jumlah buah yang
terbentuk pada masing-masing perlakuan (kurungan dan non kurungan)
dibandingkan (Dafni 1992).
(a) (b)
Gambar 7 Buah dan biji tumbuhan H. multiflora: buah (a), dan biji (b)
g. Analisis Data
Keanekaragaman spesies dan jumlah individu serangga penyerbuk
pada tumbuhan H. multiflora ditampilkan dalam tabel. Hubungan
keanekaragaman serangga dengan jumlah bunga dan volume nektar
disajikan dalam bentuk grafik. Keanekaragaman serangga dianalisis dengan
indeks keragaman shannon (H), indeks kemerataan spesies (evenness), dan
indeks kesamaan sorensen (Cs) (Magguran 2003) sebagian data dianalisis
dengan Program Primer E5. Rumus yang digunakan adalah:
H'= -Nni
Nni ln %100)( 2 Xba jCs +=S
HEln
=
17
Keterangan : H' = indeks keragaman shannon E = indeks kemerataan spesies (evennes) Cs = indeks kesamaan sorensen ni = jumlah individu pada i spesies N = jumlah total individu S = kekayaan spesies J = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu a dan b a = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu a b = jumlah spesies yang ditemukan pada waktu b
Data keanekaragaman serangga dikaitkan dengan waktu
pengamatan, volume nektar, dan faktor lingkungan. Hubungan antara
keanekaragaman serangga dengan parameter lingkungan dianalisis dengan
Principil Component Analysis (PCA) dengan program R.2.5.1. Volume
nektar dihitung dengan menggunakan rumus:
Volume nektar = Panjang pipet berisi nektar x kalibrasi volume pipet
Total panjang pipet
Efektivitas penyerbukan dihitung dari persentase buah yang
terbentuk dengan membandingkan antara perlakuan yang dikurung dan
tanpa kurungan (Dafni 1992).
18
HASIL
A. Keanekaragaman Serangga
Pengamatan keanekaragaman serangga di dua lokasi penelitian
diperoleh 957 individu yang terdiri atas 7 famili dan 15 spesies serangga
pengunjung (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah individu (N), spesies (S), famili (F), dan indeks
keanekaragaman serangga penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora
Ordo Famili Spesies
Darmaga Bodogol
Total Jumlah individu
Persentase (%)
Jumlah individu
Persentase (%)
Hymenoptera Formicidae Amblyopone sp. 1 0,15 0 0 1
Crematogaster sp. 0 0 64 23,62 64
Diacamma sp. 0 0 15 5,54 15 Myrmicaria sp. 618 90,75 105 38,75 723 Prenolepis sp. 35 5,14 0 0 35
Vespidae Ropalidia fasciata 9 1,32 0 0 9
Vespa analis 5 0,73 0 0 5 Vesipula velutina 0 0 16 5,9 16 Vespula flaviceps 2 0,29 0 0 2
Apidae Trigona sp. 0 0 60 22,12 60 Sub total 732 98.38 260 95.93 992 Diptera Drosophylidae Drosophyla sp. 9 1,32 3 1,11 12 Sarcophagidae Sarcophaga sp. 0 0 3 1,11 3 Tabanidae Tabanus sp. 0 0 5 1,85 5 Sub total 9 1,32 11 4,07 20 Lepidoptera
Hesperidae Tagiades gana gana 1 0,15 0 0 1
Parnara guttata 1 0,15 0 0 1 Sub total 2 0,30 0 0 2 Jumlah total individu (N) 681 100 271 100 952 Jumlah total spesies (S) 9 8 15 Jumlah total famili (F) 4 6 7 Indeks keragaman Shannon (H') 0,4369 1,5427 1,0272 Indeks kemerataan Evennes (E) 0,1989 0,7419 0,3793
19
Tiga spesies serangga dengan jumlah tertinggi dan mendominasi,
yaitu semut Myrmicaria sp. (76%), Crematogaster sp. (6,67%)
(Formicidae), dan lebah Trigona sp. (6,27%) (Apidae). Dominansi yang
tinggi pada semut disebabkan karena banyaknya sarang semut di sekitar
tumbuhan H. multiflora.
Jumlah famili yang ditemukan di Darmaga (4 famili) lebih rendah di
bandingkan di Bodogol (6 famili), tetapi memiliki jumlah spesies lebih
tinggi (9 spesies) dibandingkan di Bodogol (8 spesies). Keanekaragaman
serangga di Darmaga (H'= 0,43694) lebih rendah dibandingkan dengan
Bodogol (H'= 1,54265). Keanekaragaman serangga di Darmaga termasuk
kategori rendah (H
20
1. Famili Formicidae
Amblyophone sp.
Cre
mato
gaste
r sp.
Diacamma sp. Myrmicaria sp.
2. Apidae
.
Prenolepis sp. Trigona sp.
Vespa analis
0,2 mm
0,2 mm
0,5 mm
0,2 mm
4 mm
5 mm
7 mm
5 mm4 mm
Vespa flaviseps
21
3. Famili Vespidae
Ropalidia fasciata Vesipula velutina 4. Famili Drosophilidae 5.Famili Tabanidae
Drosophyla sp. Tabanus sp 6. Famili Sarcophagidae 7. Famili Hesperiidae
Sarcophaga sp. Tagiades gana gana 7. Famili Hesperiidae
5 mm
5 mm
5 mm
Gambar 8 Serangga-serangga pengunjung H.multiflora: famili Formicidae (1); famili Apidae (2); famili Vespidae (3)
0,5 mm
4 mm
10 mm
5 mm
5 mm
22
Parnara gutata
B. Keanekaragaman Serangga Berdasarkan Waktu Pengamatan
Jumlah spesies serangga tertinggi di Darmaga terjadi pada pukul
09.00-12.30 WIB, sedangkan jumlah individu tertinggi terjadi pada pukul
09.00-09.30 dan 12.00-12.30 WIB (Gambar 10).
Gambar 9 Serangga-serangga pengunjung H.multiflora; famili Vespidae (3); famili Drosophilidae (4); famili Tabanidae (5); famili Sarcophagidae (6) famili Hesperiidae (7)
23
Waktu pengamatan06.00
-06.30
07.00-07.3
008.00
-08.30
09.00-09.3
010.00
-10.30
11.00-11.3
012.00
-12.30
13.00-13.3
014.00
-14.30
15.00-15.3
016.00
-16.30
17.00-17.3
0
Jum
lah
spes
ies
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
Waktu pengamatan06.00
-06.30
07.00-07.3
008.00
-08.30
09.00-09.3
010.00
-10.30
11.00-11.3
012.00
-12.30
13.00-13.3
014.00
-14.30
15.00-15.3
016.00
-16.30
17.00-17.3
0
Jum
lah
indi
vidu
0
10
20
30
40
Gambar 10 Jumlah spesies (a) dan individu (b) serangga pengunjung bunga
pada waktu pengamatan berbeda serangga di Darmaga Jumlah spesies serangga tertinggi di Bodogol terjadi pada pukul 07.00-
08.30 WIB, sedangkan jumlah individu serangga tertinggi terjadi pada
kisaran pukul 07.00-11.30 WIB (Gambar 11).
(a)
(b)
24
Waktu pengamatan06.00
-06.30
07.00-07.3
008.00
-08.30
09.00-09.3
010.00
-10.30
11.00-11.3
012.00
-12.30
13.00-13.3
014.00
-14.30
15.00-15.3
016.00
-16.30
17.00-17.3
0
Jum
lah
spes
ies
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
Waktu pengamatan06.00
-06.30
07.00-07.3
008.00
-08.30
09.00-09.3
010.00
-10.30
11.00-11.3
012.00
-12.30
13.00-13.3
014.00
-14.30
15.00-15.3
016.00
-16.30
17.00-17.3
0
Jum
lah
indi
vidu
0
2
4
6
8
10
12
14
Gambar 11 Jumlah spesies (a) dan individu (b) serangga pengunjung bunga pada pengamatan berbeda di Bodogol
C. Keanekaragaman Serangga dan Jumlah Bunga Mekar
(a)
(b)
25
Jumlah individu serangga yang berkunjung ke bunga ditemukan tinggi
pada saat banyak bunga mekar yaitu pada hari ke tiga di lokasi Darmaga
(Gambar 13a) dan hari keempat di bodogol (Gambar 13b).
Hari pengamatan0 1 2 3 4 5 6 7
Jum
lah
bung
a/ in
divi
du/ s
pesi
es
0
20
40
60
80
100Jml bunga Jml individu serangga Jml spesies serangga
Hari pengamatan0 1 2 3 4 5 6 7 8
Jum
lah
bung
a/ in
divi
du/ s
pesi
es
0
5
10
15
20
25
30
35Jml bunga Jml individu serangga Jml spesies serangga
Hasil pengukuran volume nektar pada bunga H. multiflora hari 1-6
pembungaan tertera pada Tabel 2. Volume nektar bunga tertinggi terjadi
Gambar 12 Jumlah individu dan spesies serangga dan jumlah bunga mekar di Darmaga (a) dan Bodogol (b)
(b)
(a)
26
pada hari keempat pembungaan, yaitu 0,1473,102ml (Darmaga) dan
0,0812,301ml (Bodogol). Volume nektar bunga pada hari kelima
ditemukan rendah. Perbedaan volume nektar menyebabkan nilai p (0,06137)
kedua lokasi adalah tidak berbeda nyata dengan uji t.
Tabel 2 Volume nektar bunga H. multiflora berdasarkan hari pembungaan di
Darmaga dan Bodogol
D. Keanekaragaman Serangga dalam Kaitannya dengan Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan mempengaruhi jumlah individu dan jumlah
spesies serangga. Jumlah individu di Darmaga dan di Bodogol ditemukan
tinggi pada kisaran kelembaban udara 61% dan suhu udara kisaran 300C.
Jumlah spesies di Darmaga dan di Bodogol ditemukan tinggi pada
kelembaban udara 86%, suhu udara 220C. Jumlah individu serangga
ditemukan tinggi pada intensitas cahaya 3000 lux, dan jumlah spesies
serangga tinggi pada intensitas cahaya 1000 lux (Gambar 13 dan 14).
Hari pembungaan
Volume nektar (ml)
Darmaga Standar deviasi Bodogol Standar deviasi 1 0,0441,023 0,021,340 2 0,0992,342 0,051,453 3 0,0362,415 0,0582,675 4 0,1473,102 0,0812,301 5 0,0211,306 0,0312,421 6 0,1142,081 0,0391,340
Rata-rata 0,143 0,0465
27
0
20
40
60
80
100
120
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Suhu (C)
jum
lah
indi
vidu
0
20
40
60
80
100
120
60 65 70 75 80 85 90
Kelembaban udara (%)
jum
lah
indi
vidu
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 2000 4000 6000 8000 10000
Intensitas cahaya (lux)
jum
lah
indi
vidu
Gambar 13 Hubungan antara jumlah individu dengan suhu udara (a),
kelembaban udara (b) dan intensitas cahaya (c)
(a)
(b)
(c)
28
01234567
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Suhu (C)
jum
lah
spes
ies
01234567
60 65 70 75 80 85 90
Kelembaban udara (%)
jum
lah
spes
ies
0
1
2
3
4
5
6
7
0 2000 4000 6000 8000 10000
Intensitas cahaya (lux)
jum
lah
spes
ies
Gambar 14 Hubungan antara jumlah spesies dengan suhu udara (a),
kelembaban udara (b) dan intensitas cahaya (c)
(b)
(a)
(c)
29
Hubungan antara jumlah individu dan spesies serangga dengan
faktor lingkungan yang meliputi suhu, kelembaban dan intensitas cahaya
tertera pada Gambar 15.
Korelasi Pearson antara jumlah individu dan spesies serangga
dengan parameter lingkungan, yang meliputi suhu udara, kelembaban udara,
dan intensitas cahaya tertera pada Tabel 3 dan Lampiran 3-8. Berdasarkan
uji korelasi Pearson suhu dan intensitas cahaya berpengaruh positif terhadap
jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif.
Suhu udara berkorelasi negatif terhadap jumlah spesies serangga, sedangkan
kelembaban udara, intensitas cahaya, berpengaruh positif terhadap jumlah
spesies dan jumlah individu serangga.
Parameter Korelasi Pearson
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
Comp.1
Comp.2
-3 -2 -1 0 1 2 3
-3
-2
-1
0
1
2
3
suhuklmb
inten.chy
jml.indv
jml.sp
Gambar 15 Hasil analisis PCA hubungan antara jumlah spesies, jumlah individu dengan suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya
30
Tabel 3 Korelasi Pearson antara jumlah individu dan jumlah spesies serangga dengan suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, volume nektar, dan jumlah bunga
Korelasi Person dan nilai p antara volume nektar dengan jumlah
individu dan spesies bernilai positif dan signifikan tertera pada Tabel 3
(Lampiran 9-10). Jumlah bunga mekar dan jumlah individu berkorelasi
negatif dan nilai p signifikan sedangkan antara jumlah bunga mekar dengan
spesies bernilai positif dan nilai p signifikan tertera (Lampiran 11-12).
E. Frekuensi Kunjungan Serangga
Jumlah bunga yang dikunjungi serangga per menit di lokasi
Darmaga, terdapat tiga spesies serangga yang memiliki frekuensi kunjungan
tinggi yaitu Prenolepis sp (3,89 bunga/menit), Ropalidia fasciata (3,57
bunga/menit), Myrmicaria sp. (3,43 bunga/menit). Kunjungan serangga
terlama per payung bunga (Bodogol) dilakukan oleh Crematogaster sp.
(2523 detik) dan di Darmaga oleh Vespula flaviceps (258 detik).
Tabel 4 Frekuensi kunjungan, ukuran tubuh, dan efektivitas serangga
penyerbuk
Jumlah individu Nilai p
Jumlah spesies
Nilai p
Suhu udara 0,527 0,0148 -0,028
3,5368E-22
Kelembaban udara -0,472 3,4957E-05 0,005
1,04E-23
Intensitas cahaya 0,088 0,0004 0,501
0,00041
Volume nektar 0,446 0,0003 0,798
5,7E-05
Jumlah bunga -0,027 0,0052 0,924
0,00076
31
Famili
Total kunjungan
(detik stdv)
Jumlah bunga yang dikunjungi/
Menit ( stdv)
Lama kunjungan per bunga
(detik)
Ukuran tubuh/
struktur
Efektivitas sbg penyer
buk Spesies
Bodogol Formicidae Crematogaster sp. 2523 38,94 2,89 1,60 20,761,60 Kecil Tidak Diacamma sp. 56,8 39,19 3,5 2,59 17,140,59 Sedang Tidak Myrmicaria sp. 12,09 7,82 2,27 1,01 26,431,01 Kecil Tidak Tabanidae Tabanus sp. 85 35,36 3 1,41 20 1,41 Sedang Ya Sarcophagidae Sarcophaga sp 280 56,57 2 0 30 0 Sedang Tidak Vespidae Vesipula velutina 58 28,05 2,8750,99 20,870,99 Besar Tidak Apidae Trigona sp. 34,26 19,78 3,05 0,97 17,540,97 Sedang Ya Darmaga Formicidae Prenolepis sp. 101,6713,44 3,89 3,1 15,42 3,1 Sedang Ya Myrmicaria sp. 102,6 22,63 3,43 2,36 17,492,36 Kecil Tidak Vespidae Vespa analis 168,5 159,1 3 1,41 20 1,41 Besar Ya Ropalidia fasciata 84,71 14,14 3,57 1,27 16,81 ,27 Besar Ya Vespula flaviceps 258 123,04 3 1,27 20 1,27 Besar Tidak Drosophylidae Drosophyla sp. 28 1,98 1,1 0,316 54,540,32 Kecil Tidak
Berdasarkan lama kunjungan per bunga, kunjungan paling lama
terjadi di Bodogol pada spesies Myrmicaria sp. (26,43 detik) dan V. velutina
(20,87 detik). Sedangkan di Darmaga adalah Drosophyla sp. (54,54 detik)
dan Vespa analis (20 detik).
F. Pembentukan Buah
Berdasarkan perlakuan dengan kurungan pada payung bunga di
Darmaga diperoleh hasil bahwa bunga yang tidak dikurung memiliki
persentase pembentukan 5,77% (Darmaga). Bunga yang tidak dikurung di
Bodogol tidak terjadi pembentukan buah (Tabel 5).
Tabel 5 Persentase pembentukan buah dari bunga tumbuhan yang dikurung dan tidak dikurung di Darmaga dan Bodogol
Lokasi Jumlah Bunga/Payung Jumlah Buah Terbentuk
32
PEMBAHASAN
Kurungan Non Kurungan Kurungan Non Kurungan
Darmaga 14 4,0415 17,335,6723 0 10
Bodogol 15,336,8068
123,4257 0 0 Persentase
(%) 0 5,77 0 0
33
A. Keanekaragaman Serangga Pengunjung dan Penyerbuk pada H.
multiflora
Total serangga yang mengunjungi tumbuhan H. multiflora yang
diamati adalah 952 individu (681 individu di Darmaga dan 271 individu di
Bodogol). Kedua lokasi diamati 15 spesies serangga yang mengunjungi
bunga H. multiflora (8 spesies di Bodogol dan 9 spesies di Darmaga) yang
termasuk dalam 7 famili (6 famili di Bodogol dan 4 famili di Darmaga)
(Tabel 2). Perbedaan jumlah spesies di Darmaga dan Bodogol dipengaruhi
oleh tipe habitat yaitu Bodogol mempunyai karakteristik hutan hujan tropis
sedangkan di Darmaga berupa perumahan. Beberapa spesies hanya
ditemukan di Bodogol, yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp. (Formicidae),
Vesipula velutina (Vespidae), Trigona sp. (Apidae), Tabanus sp.
(Tabanidae), dan Sarcophaga sp. (Sarcophagidae). Tujuh spesies yang
hanya ditemukan di Darmaga, yaitu Prenolepis sp., Amblyopone sp.
(Formicidae), Vespa analis, R. fasciata, V. Flaviceps (Vespidae), T. gana
gana dan P. Guttata (Hesperiidae). Enam spesies yang hanya ditemukan di
Bodogol yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp., Vesipula velutina, Trigona
sp., Tabanus sp., dan Sarcophaga sp. Dua spesies ditemukan di kedua
lokasi, yaitu Myrmicaria sp. dan Drosophyla sp. Dominansi yang tinggi dari
semut (Formicidae) pada tumbuhan H. multiflora berpengaruh terhadap nilai
indeks keanekaragaman dan kemerataan serangga.
Keanekaragaman serangga di Darmaga (H=0,4369) termasuk kategori
rendah (H
34
Trigona sp. dan Apis sp. (Apidae) memiliki corbicula, rambut pada tubuh
dan probosis yang panjang. Struktur tubuh ini mendukung serangga sebagai
penyerbuk pada banyak spesies tumbuhan berbunga (Triplehorn & Johnson
2005).
Semut Prenolepis sp. ditemukan dominan pada tumbuhan
H.multiflora. Ciri-ciri spesies ini adalah antena 12 segmen, abdomen bagian
depan dengan sternit 1 terbuka, kepala menghadap ke depan dengan letak
mata agak ke tengah, mandible dengan 6 gigi, mesothorak disamping
pronotum (Bolton 1994). Pada bunga H. multiflora, Prenolepis sp.
kemungkinan hanya mengambil nektar dan dari pengamatan spesies ini
tidak ditemukan polinia pada tubuhnya. Namun tidak menutup
kemungkinan semut Prenolepis sp sebagai pengunjung sekaligus sebagai
penyerbuk pada bunga H. multiflora. Prenolepis sp. pada tanaman jarak
pagar dilaporkan sebagai penyerbuk. Semut ini dikenal sebagai semut madu
karena memiliki abdomen yang transparan (Rianti 2009).
Semut Crematogaster sp. pada penelitian ini diamati, mengambil
nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya.
Crematogaster sp. pada H. multiflora, ditemukan dengan jumlah individu
tinggi dan kemungkinan dikategorikan hanya sebagai pengunjung bunga
karena hanya mengambil nektar saja. Semut ini diamati keluar masuk pada
payung bunga yang dikurung dan hasil pengamatan menunjukan tidak
terjadi pembentukan buah. Semut Crematogaster sp. merupakan spesies
yang memiliki postpetiole bersambung pada segmen pertama gaster bagian
dorsal dan tidak memiliki alur pada antena (Bolton 1994).
Semut lain yang ditemukan mengunjungi bunga H. multiflora adalah
Myrmicaria sp. Pada penelitian ini Myrmicaria sp. diamati mengambil
nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya dan hanya
dikategorikan sebagai sebagai pengunjung bunga. Kunjungan semut ini pada
payung bunga yang dikurung, ternyata tidak menyebabkan terjadinya
pembuahan. Semut ini memilliki antena dengan 7 segmen, petiole dibagian
pertama segmen gastral, tidak memiliki alur di bawah antena (Bolton 1994).
35
Dua spesies semut lain, yaitu Amblyopone sp. dan Diacamma sp.
ditemukan pada bunga H. multiflora. Semut Amblyopone sp. diamati hanya
mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya.
Semut Amblyopone sp. memiliki jumlah kunjungan pada bunga paling
sedikit dan dikategorikan sebagai serangga pengunjung bunga. Amblyopone
sp. adalah semut yang memiliki ciri-ciri: petiole dekat dengan segmen
pertama gastral, antena 12 segmen, mandible linier dengan lebih dari tiga
gigi, spatula seta tidak ada, dan panjang mandible tidak sama dengan
panjang kepala (Bolton 1994).
Pengamatan pada semut Diacamma sp. spesies ini hanya mengambil
nektar dan pada tubuhnya tidak ditemukan polinia. Jumlahnya individu dari
spesies ini yang cukup banyak dan struktur tubuh yang mendukung
memungkinkan semut Diacamma sp. dikategorikan sebagai pengunjung dan
penyerbuk pada bunga H. multiflora. Diacamma sp. adalah semut yang
memiliki ciri petiole lebih dekat dengan segmen pertama gastral, mandible
panjang dan triangular, terdapat premesontal sutura, pada bagian kepala
tanpa scrobes antena, ruas petiole bagian dorsal dengan satu pasang duri
(Bolton 1994).
Lebah Trigona sp. diamati mengambil nektar sebagai sumber
pakannya. Trigona sp. dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung
dan penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora. Lebah ini memiliki jumlah
kunjungan yang tinggi pada bunga. Lebah ini dilaporkan sebagai penyerbuk
dominan pada tanaman jarak pagar (Atmowidi et al 2008). Trigona sp.
adalah lebah dengan ukuran tubuh kecil, panjang tubuh 4-6 cm, kepala,
thorak dan abdomen hitam dengan sayap transparan, tidak mempunyai
penyengat (Michener 2000; Triplehorn & Johnson 2005).
Penelitian ini ditemukan empat spesies tabuhan (Vespidae), yaitu V.
velutina, V. analis, R. fasciata dan V. flaviceps. Kelimpahan spesies
tabuhan yang tinggi pada bunga disebabkan banyak ditemukan sarang
disekitar tumbuhan H. multiflora. Spesies tabuhan ini mengambil nektar dari
bunga sebagai sumber pakannya. Ukuran tubuh dan kelimpahan yang tinggi
dari spesies tabuhan ini,sehingga tabuhan dikategorikan sebagai serangga
36
pengunjung dan berpotensi sebagai penyerbuk. Meskipun pada penelitian ini
tidak ditemukan polinia pada tubuh tabuhan. Famili tumbuhan
Asclepiadaceae, tabuhan (Vespidae) merupakan serangga penyerbuk yang
penting dan dapat meningkatkan hasil buah (Ollerton & Liede 1997).
Spesies tabuhan V. velutina dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 14-17 mm,
kecil, atau sama dengan ukuran lebah, bagian kepala dan thorak hitam,
bagian pertama dan kedua sterna memiliki sabuk kuning, bagian keempat
dan keenam sterna dengan zona kuning. Tabuhan V. analis memiliki ciri-
ciri: ukuran tubuh sekitar 25 mm, ukuran tubuh lebih kecil dari lebah.
Tabuhan R. fasciata dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 910 mm, segmen
metasomal kedua berbentuk seperti bel, bagian lateral dan dorsal berwarna
kuning. Spesies yang keempat adalah V. flaviceps dengan ciri-ciri: ukuran
tubuh 89 mm, ukuran tubuh kecil, didominasi warna hitam pada tubuhnya
dan terdapat sabuk warna kuning pada bagian posterior sampai segmen
metasomal (Barthelemy 2008).
Hasil penelitian ini diamati tiga spesies lalat (Diptera) yaitu Tabanus
sp., Sarcophaga sp., dan Drosophyla sp. Berdasarkan pengamatan, ketiga
spesies lalat tersebut mengambil nektar sebagai sumber pakannya. Tabanus
sp. dan Sarcophaga sp. memiliki kelimpahan yang cukup tinggi pada H.
multiflora dan dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung dan
berpotensi sebagai penyerbuk, sedangkan Drosophyla sp. dikategorikan
sebagai serangga pengunjung. Lalat Tabanus sp adalah lalat dengan ciri-ciri:
ukuran tubuh sedang atau besar, panjang 620 mm, warna tubuh
cokelat,mata besar, membran sayap lebih gelap dari pada warna tubuh
(Pechuman & Teskey 1981). Lalat Sarcophaga sp. dengan ciri ukuran tubuh
kecil sampai besar, panjang 318 mm, pada thorak terdapat 3 garis hitam
dengan latar belakang abu-abu, abdomen bergaris, berpita atau berbintik-
bintik (Shewell 1987). Lalat Drosophyla sp. ukuran tubuh kecil, panjang 2
5 mm, warna tubuh putih dengan mata berwarna merah, sayap transparan
(Wheeler 1987).
Bunga H. multiflora juga dikunjungi oleh dua spesies kupu-kupu
(Hesperiidae) yaitu P. guttata dan T. gana gana. Kedua kupu-kupu diamati
37
mengambil nektar bunga dan berpotensi sebagai penyerbuk. Hansen et al.
(2007) melaporkan bahwa penyerbukan pada tumbuhan Hoya dilakukan oeh
serangga dari Ordo Lepidoptera. P. guttata ukuran tubuh kecil, dengan
rentang sayap 15-17 mm, kupu-kupu jantan dan betina hampir sama
ukurannya, warna cokelat hingga cokelat gelap dengan totol-totol putih pada
sayap. Kupu T. gana gana dengan ukuran tubuh sedang, rentang sayap 60
90 mm, warna tubuh putih, abu-abu dan hitam dengan bintik-bintik putih di
pinggir sayap, pola warna bagian atas hampir sama dengan bagian bawah
(Sola et al. 2005).
Keanekaragaman serangga pada bunga di Bodogol lebih tinggi
dibandingkan di Darmaga. Habitat yang masih alami di Bodogol sehingga
keanekaragaman serangganya tinggi. Habitat di Darmaga ditemukan banyak
pemukiman penduduk dan tidak alami lagi. Selain tipe habitatnya
keanekaragaman serangga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya (Amano et al. 2000).
Berdasarkan analisis, suhu udara dan intensitas cahaya berpengaruh positif
terhadap jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh
negatif terhadap jumlah individu serangga. Serangga-serangga yang
mengunjungi bunga di Bodogol banyak ditemukan di pagi hari, terutama
tabuhan (Vespidae). Vespidae merupakan serangga poikiloterm dan
berukuran besar yang mampu memanaskan suhu torak dengan cara
mengepakan sayapnya (warming up) sampai suhu 260C (Schoonhoven et al.
1998). Suhu tersebut merupakan kisaran serangga untuk terbang. Serangga
di Darmaga banyak ditemukan pada siang hari,terutama semut.
Jumlah individu serangga berkaitan dengan jumlah bunga mekar.
Jumlah individu serangga dan jumlah bunga mekar frekuensi tinggi pada
hari 3-4. Jumlah individu serangga ditemukan tinggi pada saat seluruh
bunga mekar yaitu pada hari 3-4. Jumlah bunga mekar tumbuhan H.
multiflora di Darmaga dan di Bodogol tidak jauh berbeda yaitu hari kedua
dan ketiga. Pengamatan bunga H. multiflora di Darmaga mekarnya bunga
terbagi dua tahap, yaitu sebagian kecil bunga mekar (3-4 bunga) yaitu dihari
pertama dan hari kedua bunga mekar seluruhnya. Mekar bunga di Bodogol
38
terjadi dalam tiga tahap yaitu hari pertama bunga mekar sebagian (1-2
bunga) kemudian bunga mekar 3-4 bunga (hari kedua) dan bunga mekar
seluruhnya (hari ketiga). Volume nektar tertinggi pada bunga H. multiflora
di Darmaga dan Bodogol terjadi pada hari 3-4 yaitu pada saat bunga mekar
seluruhnya.
Keanekaragaman serangga berkaitan dengan banyaknya bunga yang
dihasilkan oleh tumbuhan (Gilman 1999). Salah satu ketertarikan serangga
pada bunga adalah kandungan nektar (Kearns & Inouye 1997). Nektar
merupakan larutan gula yang disekresikan oleh kelenjar nektar (Dafni
1992). Selain nektar, serbuk sari juga merupakan faktor penarik bagi
serangga penyerbuk. Kemampuan serangga dalam membawa polen
memungkinkan terjadinya penyerbukan silang pada tumbuhan (Bolat &
Pirlak 1999). Tumbuhan famili Asclepiadaceae (M. japonica), serangga
penyerbuk yaitu Vespidae, Apidae, dan Tabanidae dilaporkan membawa
polinia pada tungkai atau pada alat mulut (mandibel). Sedangkan pada
kupu-kupu polinia dapat ditemukan pada probosisnya (Tanaka et al. 2006).
B. Frekuensi Kunjungan Serangga
Menurut Dafni (1992) efektivitas serangga penyerbuk dapat diukur
dari frekuensi kunjungan pada bunga. Frekuensi kunjungan serangga
penyerbuk dapat diamati dari jumlah kunjungan per menit, banyak bunga
yang dikunjungi, lama kunjungan per bunga, dan total kunjungan.
Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi dan total kunjungan diduga
bahwa Prenolepis sp, R. fasciata, Trigona sp., Tabanus sp., V. analis adalah
serangga yang efektif sebagai penyerbuk tumbuhan H. multiflora (Tabel 3).
Pada tumbuhan M. japonica, serangga yang efektif sebagai penyerbuk
adalah tabuhan (wasp) (Tanaka et al. 2006). Keefektifan Vespidae ini
didukung struktur tubuh yang besar. Lalat Tabanus sp. (Tabanidae)
memiliki rambut-rambut untuk tempat menempelnya polinia (Raw 2000).
Semut Prenolepis sp. merupakan semut yang berukuran sedang sampai
besar dan tubuh berambut halus dikenal sebagai semut madu yang
berpotensi sebagai penyerbuk. Semut tersebut juga ditemukan pada tanaman
39
jarak (Rianti 2009). Semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. kurang
efektif sebagai serangga penyerbuk pada tumbuhan Hoya. Pengamatan pada
bunga, semut ini hanya mengambil nektar, ukuran tubuh yang kecil
membuat semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. dapat masuk ke
dalam payung bunga H. multiflora yang dikurung, tetapi dari bunga tersebut
tidak terbentuk buah. Rianti (2009) melaporkan bahwa semut tersebut
kurang efektif dalam penyerbukan tanaman jarak pagar.
Aktivitas serangga dalam mencari pakan memberi keuntungan bagi
bunga karena dapat terjadi penyerbukan. Bunga H. multiflora serangga dari
famili (Vespidae, Apidae dan Tabanidae), pada saat mengambil nektar
tungkai seperti mencongkel bagian bunga. Perilaku ini dapat
menyababkan polinia yang terlindungi korpuskulum dapat terbawa oleh
tungkai serangga. Polinia yang terbawa tungkai serangga sampai di kepala
putik dan polinia akan berkecambah sehingga terjadilah pembuahan.
C. Pembentukkan Buah
Perlakuan dengan pengurungan bunga H. multiflora di kedua lokasi
diperoleh bahwa masing-masing payung tidak menghasilkan buah. Hal ini
mendukung pernyataan bahwa serangga diperlukan sebagai agen penyerbuk
banyak spesies tumbuhan seperti pada Hoya. Bunga yang mempunyai letak
putik yang lebih tinggi dari benang sari diperlukan serangga sebagai agen
penyerbuk (Barth 1991).
Tumbuhan H. multiflora di Darmaga terbentuk buah dari bunga yang
tidak dikurung dengan persentase 5,77%. Pengamatan tumbuhan H.
multiflora yang dilakukan di Bodogol tumbuhan dengan payung bunga
tanpa kurungan tidak terbentuk buah. Data tersebut diketahui bahwa
pembentukan buah dipengaruhi adanya kunjungan serangga.
Persentase pembentukan buah pada tumbuhan M. japonica juga
rendah yaitu 11 % untuk bunga hermaprodit dan 6,5% untuk total bunga.
Rendahnya persentase pembentukan buah pada bunga famili Asclepiadaceae
berkaitan dengan frekuensi kunjungan serangga, morfologi bunga,
perbandingan polinia per ovule (P/O) (Tanaka et al. 2006). Keberhasilan
40
penyerbukan juga bergantung pada polinia yang sampai ke kepala putik.
Pembentukan buah pada tumbuhan juga dipengaruhi faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya (Amano et al. 2000; Rianti
2009). Efek dari penyerbukan silang selain dapat meningkatkan jumlah
buah yang terbentuk juga berpengaruh terhadap kualitas (Atmowidi et al.
2007; Rianti 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
41
KESIMPULAN
Pengamatan serangga-serangga pengunjung bunga H. multiflora di
Darmaga dan Bodogol diperoleh 952 individu yang termasuk dalam 15
spesies dan 7 famili. Lokasi Bodogol diamati 8 spesies yang termasuk
dalam 6 famili sedangkan di Darmaga diamati 9 spesies dalam 4 famili.
Tiga spesies serangga ditemukan dominan, yaitu semut Myrmicaria sp.
(76%), Crematogaster sp. (6,67%) (Formicidae) dan lebah Trigona sp.
(6,27%) (Apidae).
Keanekaragaman serangga di pengaruhi oleh volume nektar, jumlah
bunga mekar, suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Suhu
udara, intensitas cahaya dan volume nektar berpengaruh positif terhadap
jumlah individu dan spesies serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh
negatif terhadap jumlah individu serangga. Faktor yang berpengaruh positif
terhadap jumlah individu dan spesies serangga adalah suhu dan intensitas
cahaya.
Berdasarkan frekuensi kunjungan serangga pada bunga, Prenolepis
sp., R. fasciata, V. analis, Trigona sp., Tabanus sp. adalah serangga yang
efektif sebagai penyerbuk pada tumbuhan Hoya. Pembentukan buah Hoya
dipengaruhi oleh kehadiran serangga. Hal ini ditunjukan dengan
terbentuknya buah sebesar 5,77% pada bunga yang tidak dikurung.
SARAN
Perlu adanya penelitian yang mendalam tentang serangga penyerbuk
tumbuhan Hoya karena rendahnya jumlah buah yang terbentuk. Perlu
dilakukan pengamatan serangga penyerbuk Hoya yang lebih intensif setiap
bulan dalam satu tahun agar diperoleh data yang lengkap. Selain itu, perlu
usaha untuk menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan penghasil nektar
yang berperan penting dalam konservasi keanekaragaman serangga.
DAFTAR PUSTAKA
42
Amano K, Nemoto T, Heard TA.2000. What are stingless bees and why and how to use them as crop pollinator? A review JARQ 34: 183-190.
Atmowidi T, Buchori D, Manuwoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007.
Diversity of pollinator insects in relation of seed set of Mustard (Brassica rappa L: Crusiferae). Hayati J Biosci 14:155-161.
Atmowidi T, Rianti P, Sutrisna A. 2008. Pollination effectiveness of Apis
cerana Fabricus and Apis melifera Linnaeus in Jatropha curcas L (Euphorbiaceae). Biotropia 15:29-134.
Banjo AD, Lawal OA, Aina SA. 2006. The entomofauna of two medicinal
Euphorbiaceae in Shouthwestern Nigeria. J Appl Sci Res. 2: 858-863.
Barth FG. 1991. Insect and Flowers. The Biology of Partnership. New
Jersey: Princeton Univ. Pr. Barthelemy C. 2008. Provisional National Guide to The Social of Hong
Kong. Hong Kong: The Hong Kong Pr. Bolton B. 1994. Identification Guide to the Ant Genera of the World.
Cambridge: Harvard Univ Pr. Bolat I, Pirlak L. 1999. An Investigaton on Pollen Viability, Germination
and Tube Growth in Some Stone Fruits. Tr.J. of Agriculture and Forestry. 23:383-388.
Budiananto. 2006. Pengembangan Wisata di Wilayah Cagar Biosfer. Bogor:
Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Comba L, Corbet S, Hunt L, Warren B. 1999. Flower, nectar and insect
visits: Evaluating British Plant Species for pollinator-friendly gardens. Ann Bot 83: 369-383.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology A Practical Approach. New York:
Oxford University Pr. Gilman EF. 1999. Hoya carnosa. Cooperative Extention Servis Institute of
food and agriculture sciense. Florida: University of Florida Pr. Greenleaf SS, Kremen C.2006. Wild bees enhance honey bees pollination of
hybrid sunflower. PNAS 37:13890-13895.
43
Hansen DM, Olesen JM, Mione T, Johnson SD, Muller CB. 2007. Coloured nectar: distribution, ecology and evolution of an enigmatic floral trait. Biol Rev 82: 83-111
Kearns CA, Inouye DW. 1997. Pollinator, Flowering Plants and
Conservation Biology. Bio Sci 47:297-307. Keng H. 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants.Singapore:
Malaya Univ Pr. Klein AM, Steffan-Dewenter I, Buchori D, Tscharntke T. 2003. Pollination
of coffea canephora in relation to local and region agroforestry management. Ecology 40:837-845.
Magurran AE. 2003. Measuring Biological Diversity. New Jersey:
Blackwelll Pub. Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide.
Second ed. Cambrige: Cambrige Univ Pr. Michener. 2000. The Bees of The World. Baltimore: The John Hopkins Univ
Pr. Ollerton J & Liede S. 1997. Pollination systems in the Asclepiadaceae a
survey and preliminary analysis. Bio Linn Soc 62: 593610. Pechuman LL & Teskey HJ. 1981. Tabanidae In: Mcalpine JF (ed) Manual
of Neartic Diptera Vol.1. Canada: Canadian Government Publ. Raju AJS, Ezradanam V. 2002. Pollination ecologi and fruiting behaviour in
a monocious species, Jatropha curcas L (Euphorbiaceae). Curr Sci 83:1395-1398.
Rahayu S. 2006. Hoya multiflora Blume In: Sutarno, H. dan Naedi, D,
Rugayah (eds) Tanaman Hias dalam Ruangan. Bogor: Puslit Biologi LIPI.
Raw A. 2000. Foraging behaviour of wild bees at hot pepper flower
(Capsicum annuun) and its possible influence on cross pollination. Ann Bot 85: 487-492.
Rianti P. 2009. Keanekaragaman, Efektifitas, dan Frekuensi kunjungan
Serangga Penyerbuk pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L: Euphorbiaceae) [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rintz ER.1978. The Peninsular Malaysian Species of Hoya
(Asclepiadaceae). Malay Nat J 30:467-522.
44
Schoonhoven S, Jery LMT, Von Loon JJA. 1998. Insect-Plant Biology. From physiology to evolution. 1st Ed. Cambridge: Champman & Hall.
Sedgley M, Griffin AR. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. London:
Academic Pr. Shewell GE. 1987. Drosophilidae In: Mcalpine JF (ed) Manual of Neartic
Diptera Vol.2. Canada: Canadian Government Publ. Steffan-Dewenter I, Munzenberg U, Tscharntke T. 2001. Pollination, seed
set and seed predation on landscape scale. Proc R Soc B 268: 1685-1690.
Sola E, Widyaningrum IK, Mulyati S. 2005. A Photographic Guide to the
Common Insect of Gunung Halimun-Salak National Park. Bogor: Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Tanaka H, Hatano T, Kaneko N, Kawachino S, Kitamura O, Suzuki Y, Tada
T, Yaoi Y. 2006. Andromonoecious sex expression of flowers and pollinia delivery by insects in Japanese milkweed Metaplexis japonica (Asclepiadaceae), with special reference ti its flora morphology. Plant Spec Biol 21:193-199.
Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. An Introduction to The Study of Insects.
Philadelphia: W.B. Saunders. Wantrop L, Kocyan A, Renner SS. 2006. Wax plant disentangled:
aphylogeny of Hoya (Marsedenia, Apocynaceae) inferred from nuclear and chloroplast DNA sequences. Mol Phylogenet Evol 39: 722-733.
Wheeler MR. 1987. Drosophilidae In: Mcalpine JF (ed) Manual of Neartic
Diptera Vol.2. Canada: Canadian Government Publ. William G & Adam P. (1994). A review of rainforest pollination and plant
pollinator interactions with particular reference to Australian subtropical rain forests. Aus Zoo 29: 3-4.
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1 ANALISIS DENGAN PRIMER E 16/11/2009 DIVERSE Univariate Diversity indices Worksheet File: E:\Data\data.pri Sample selection: All Variable selection: All
Sample S N d J' H'(loge) 1-Lambda' 9 681 1,226 0,1989 0,4369 0,1737 8 271 1,25 0,7419 1,543 0,7407 Lampiran 2
Uji t untuk membandingkan nektar di Darmaga dan Bodogol
Variable 1 Variable 2 Mean 0,076833333 0,0465 Variance 0,002531767 0,0004667 Observations 6 6 Pearson Correlation 0,641304583 Hypothesized Mean Difference 0 Df 5 t Stat 1,855057958 P(T
47
Lampiran 4
Uji t untuk suhu udara dan jumlah spesies serangga
Variable 1 Variable 2 Mean 26,44125 3,333333 Variance 7,954028804 1,449275 Observations 24 24 Pearson Correlation -0,028428641 Hypothesized Mean Difference 0 Df 23 t Stat 36,54377659 P(T
48
Lampiran 7
Uji t untuk intensitas cahaya dan jumlah individu
Variable 1 Variable 2 Mean 4156,333 3,583333 Variance 9907038 1,537879 Observations 12 12 Pearson Correlation 0,08768 Hypothesized Mean Difference 0 Df 11 t Stat 4,570561 P(T
49
Lampiran 10
Uji t untuk volume nektar dan jumlah spesies
Variable 1 Variable 2 Mean 0,052857 2,427143 Variance 0,001458 0,544557 Observations 7 7 Pearson Correlation 0,797679 Hypothesized Mean Difference 0 Df 6 t Stat -8,87439 P(T