Post on 15-Apr-2016
HITUNG LEUKOSIT
Oleh :
Kelompok III
Anggota :
IGA Arista wedanthi (P0713014022)
Agnes Anggita Permatasari (P0713014024)
Ni Kadek Sri Jayanti (P0713014026)
Made Wulan Kesumasari (P0713014028)
Kadek Prandingga Sugama Putra (P0713014030)
Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar
Tahun akademik 2015-2016I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung leukosit darah probandus.
II. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual
dengan menggunakan kamar hitung (Improved Neubauer) dan metode Automatik dengan
Hematology Analyzer.
III. Prinsip
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis.
Pengenceran darah dilakukan sebanyak 20x dengan larutan Turk yang dapat menyebabkan
lisis sel eritrosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel leukosit.
Kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit perµl darah dapat
diperhitungkan.
IV. Dasar Teori
1. Pengertian Darah
Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato.
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55%
plasma darah. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki
rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45).
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung
pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter
pada laki-laki dewasa berukuran rata- rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.
Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan
jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan
perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma) dan
45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu sel
darah merah (leukosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga
sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler.
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah putih (leukosit) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih
besardari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter leukosit
sekitar10 μm. Batas normal jumlah leukosit berkisar 4.000 – 10.000 / mm³ darah.
Secara garis besar, fungsi leukosit ada 2, yaitu:
Fungsi Defensif
Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap
benda-benda asing (foreign agents) termasuk kuman – kuman penyebab
penyakit infeksi. Leukosit yang berperan adalah monosit, netrofil, limfosit.
Fungsi Reparatif
Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk memperbaiki kerusakan
vaskuler. Leukosit yang memegang peranan adalah eosinofil dan basofil
yang menghasilkan heparin, sehingga pembentukka thrombus pembulu-
pembuluh darah dapat dicegah.
3. Pembentukan Leukosit
Dibagi menjadi 3, yaitu granulopoesis, agranulopoesis dan plasmosit:
A. Granulopoesis
Merupakan proses pembentukan leukosit granular yaitu basofil, netrofil, dan
eusinofil.
1. Mieloblast
Sel termuda dengan inti bulat yang berwarna biru kemerahan. Memiliki
satu atau lebih anak inti. Kromatin halus. Sitoplasma berwarna biru.
2. Promielosit / Proagranulosit
Sitoplasma telah memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk
bulat tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari
lisozom yang mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan
lisozim.Inti promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin
kasar.Anak inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam
sumsum tulang normal adalah 1-5%.
3. Mielosit
Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah
mengandung laktoferin, lisozim peroksidase dan fosfataselindi dan menjadi
basofil, netrofil, atau eusinofil. Inti sel mungkin bulat atau lonjong atau
mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak inti, sedangkan kromatin menebal.
Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan dengan promielosit.Jumlahnya dalam
keadaan normal adalah 2-10.
4. Metamielosit
Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel
berbentuk seperti kacang merah, kromatin menggumpal walaupun tidak terlalu
padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna kemerah-merahan. Sel
ini dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang dengan jumlah 5-
15 %.
5. Neutrofil Batang dan Segmen
Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti melebihi setengah
ukuran inti yang bulat sehingga berbentuk seperti batang yang lengkung. Inti
menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak piknotik pada kedua
ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah-
merahan.Dalam darah tepi ditemukan hanya 2-6% dari sel-sel leukosit normal.
Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen. Dalam sumsum tulang normal sel
ini merupakan 10-40 % dari sel berinti.
B. Agranulopoesis
Limfopoesis
1. Limfoblast dan Prolimfosit
Limfoblast memiliki inti bulat berukuran besar dengan satuatau beberapa
anak inti, kromatin inti tipis rata dan tidak menggumpal.Sitoplasma sedikit
dan berwarna biru. Prolimfosit menunjukkan kromatin lebih kasar tetapi
belum menggumpal seperti limfosit.Kadang-kadang sulit membedakan
limfoblast dari limfosit dan pada keadaan ragu-ragu dianjurkan untuk
menganggap sel itu sebagai limfosit.
2. Limfosit
Besarnya sel 10 – 15 mikron , Ada yang besar (limposit besar), ada, yang
sedang (limposit sedang), ada yang kecil (limposit kecil). Inti sel, letaknya
dalam sel eksentrik, bentuk inti oval / bulat dan relatifbesar, warna inti biru
gelap, kromatin kompak memadat, membran inti kurang jelas terlihat, butir
inti(nucleoli) tidak ada, sitoplasma, luasnya/lebarnya relatif sempit,warna
sitoplasma oxyphil, perinuklear zone umumnya tidak ada,granula dalam
sitoplasma tidakada. Kalau ada granula disebut granula Azurophil. Fungsi
berhubungan aktifitas imunitas seluler dan imunitas humoral.
Monopoesis
1. Monoblast dan Promonosit
Monoblast dan promonosit dalam keadaan normal sulit dikenalatau
dibedakan dari mieloblast dalam sumsum tulang, tetapi padakeadaan
abnormal misalnya pada proliferasi berlebihan sel seri ini,monobalst dan
promonosit dapat dikenali dari intinya yangmemperlihatkan lekukan
terlipat atau menyerupai gambaran otak dansitoplasma dengan
pseudopodia.
2. Monosit
Besarnya sel 10 – 22 mikron, Inti sel, Letaknya dalam seleksentrik.Bentuk
inti menyerupai otak (brain like form), Warna inti
kemerah-merahan/keunguan, Kromatin tersusun lebih kasar, butir inti
(nucleoli) tidak ada, Sitoplasma, Luasnya/lebarnya relatif lebih besar
kadang-kadang ada pseudopodia, Warna sitoplasma biru pucat. Perinuklear
Zone tidak ada, Granula dalam sitoplasma kadang-kadang ada granula
Azurophil, Fungsi melakukan fagositosis.
C. Plasmosit
Sel Plasma (Plasmosit) mempunyai hubungan erat dengan limfosit. Sel
pelopor plasmosit maupun limfosit terdapat dalamjaringan limfoid dan keduanya
merupakan unsur penting dalam sistem imun tubuh. Akibat stimulasi antigen, sel
limfosit B mengalami transformasi blast dan membentuk sel plasma yang
memproduksi immunoglobulin.
Plasmosit dalam keadaan normal tidak tampak dalam darah tepi tetapi
dijumpai dengan jumlah sekitar 1 % dari sel berinti dalam sumsum tulang. Dalam
keadaan normal plasmablast dan proplasmosit tidak dapt dijumpai dalam sumsum
tulang tetapi tampak pada keadaan-keadaan tertentu yang disertai proliferasi
berlebih dan juga peningkatan produksi imunoglobulin. Ukuran, bentuk dan struktur
plasmablast sulit dibedakan dari blast yang lain, tetapi hanya satu cara yang dapat
dipakai untuk membedakan plasmosit dari seri balst yanglain, yaitu bentuk inti yang
eksentrik dan adanya bagian zona jernih melingkar (halo) di sekitar inti.
4. Penggolongan Leukosit
Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih
digolongkan menjadi dua golongan:
a. Leukosit Bergranula
Eosinofil
Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma
bergranula kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi
asam yaitu eosin. Walaupun mampu melakukan fagositosis eosinofil tidak
mampu membunuh kuman.
Basofil
Mempunyai bentuk bulat, dan intinya sukar dilihat sebab tertutup oleh
granula. Granulanya sangat besar bulat, berwarna ungu tua, jumlahnya banyak
tetapi letaknya tidak begitu rapat. Kadang – kadang vakuol tampak berwarna
pucat dalam sitoplasma.
Netrofil
Sel-sel ini di sebut leukosit polimorfonuklear karena bentuk intinya
bermacam- macam. Ada dua jenis netrofil yaitu netrofil batang dan netrofil
segment. Ciri –ciri netrofil batang : inti berbentuk seperti batang , bentuk ginjal
atau huruf S, warna ungu tua. Sitoplasma kemerahan dan granula kecil – kecil
halus, warna lembayung muda. Sedangkan netrofil segmen berbentuk bulat,
sitoplasma kemerah-merahan banyak. Mempunyai inti terdiri 2-5 lobus yang di
hubungkan dengan benang kromatin, warna ungu tua padat. Granulanya kecil-
kecil, warna lembayung muda banyak tetapi terpisah.
b. Leukosit Tidak Bergranula
Limfosit
Sel limfosit mempunyai ukuran yang kecil, kira- kira hampir sama dengan
SDM. Limfosit adalah sel leukosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah
leukosit netrofil. Antara 25% dan 35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah
limfosit, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : diameter antara 8 – 10 mikron,
nukleous bundar atau lonjong, berlekuk atau berbentuk seperti ginjal dengan
kromatin kasar, sitoplasma sedikit, berwarna biru muda dan tanpa granula.
Monosit
Monosit adalah sel darah yang kasar. Konsentrasi sel monosit ini di dalam
darah antara 5% sampai 10%. Sel monosit ini hanya berada dalam darah selama
24 jam saja, untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana
dan berubah menjadi sel dengan sitoplasma yang lebih besar dan kerap kali
berlekuk-lekuk, dengan diameter antara 16 – 20 mikron, nukleous bervariasi
biasanya berbentuk ginjal, kromatin tersusun dalam untaian dengan warna
lembayung muda, sitoplasma banyak berwarna biru keabu – abuan.
Sel Plasma
Sel Plasma mempunyai ciri-ciri : ukuran 8-20 um, berbentukbulat, berwarna
keungu-unguan , kromatin tersusun retikulair seperi jari-jari sepeda , membran
inti tidak jelas,danbutir inti tidak ada.
5. Pemeriksaan Leukosit
Metode pemeriksaan leukosit ada 2, yaitu cara manual dan Automatik.
A. Cara Manual (Haemocytometer)
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah seldarah
dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar
hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian tertentu :
Kamar Hitung.
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi
“improved Neubauer”. “Luas seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan
bidang ini dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya masing-
masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang
luasnya masing-masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-
tengah berlainan pembaginya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu
dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu
seluruhnya 400 buah,masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar
hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutup yang
berpasangan adalah 1/10 mm.Maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi
sebagai berikut :
1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x1/10 =1/4000 mm3
1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm3
1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3
Kaca Penutup
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi
kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat
dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh
dipakai. Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan teknik fase
kontras lebih tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa.
Pipet
Pipet Thoma untuk pengenceran leukosit (pipet leukosit) terdiri dari
sebuah pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah satu ujung
menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca putih. Pada pertengahan pipa
kapiler itu ada garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat
bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada
garistanda “11”.
Larutan Pengencer
Larutan Pengencer yang biasa digunakan adalah larutan turk. Larutan ini
hipotonis dan dapat menyebabkan lisis sel eritrosit dan trombosit sehingga
memudahkan menghitung leukosit dan mencegah hemolisis leukosit.
Perhitungan Jumlah Leukosit
Leukosit dihitung dalam 4 bidang besar yang terletak di bagian paling
pinggir. 4 bidang tersebut, tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 bidang
sedang.
Penghitungan Leukosit
(lingkaran besar: daerah penghitungan leukosit)
Cara menghitung leukosit di dalam kamar hitung Improved Neubaur. Mulai
menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan dari
kanan ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara
seperti ini dilakukan pada 4 bidang besar tersebut. Ada 2 teknik penghitungan sel
dalam kotak Improved Neubauer yaitu; teknik kiri bawah dan kanan atas. Jika
menggunakan teknik kiri bawah, semua sel yang menyentuh garis batas sebelah
bawah dan kiri, dianggap masuk ke dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel
yang menyentuh garis batas sebelah kanan dan atas dianggap tidak masuk dan tidak
dihitung.
B. Cara Otomatids (Auto Hematology Analyzer)
Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah.
Alat ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan untuk memeriksa darah lengkap
dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara Automatik berdasarkan
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan.
Prinsip kerja :
Cara kerja alat ini adalah darah di cuci selama 200x kemudian dicampur
dengan hemolizying kemudian akan dihitung HB dan WBC, kemudian untuk
penghitungan RBC dan platelet darah dicuci 200x dan kemudian semua data diolah
di mikroprosesor yang kemudian akan ditampilkan dalam display.
6. Kelebihan dan Kelebihan dari Metode Manual dan Metode Automatik
a. Metode Manual
Kelebihan :
Baik digunakan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan karena yang dihitung di
kamar hitung benar-benar sel leukosit dengan pengenceran turk yang
menyebabkan lisisnya sel lain kecuali leukosit.
Sedikit memerlukan energi listrik
Harga lebih murah jika dibandingkan dengan Hematology Analyzer
Kekurangan :
Memerlukan waktu yang lama untuk pemeriksaan satu sampel. Jadi tidak
efisien untuk banyak sampel
Memerlukan reagen tertentu dan sampel darah yang dibutuhkan lebih
banyak
Memiliki kesalahan ± 10%
b. Metode automatik
Kelebihan :
Waktu pengerjaan sampel lebih singkat sehingga efisien untuk pemeriksaan
banyak sampel
Sampel yang digunakan sedikit
Memiliki kesalahan yang kecil yaitu ± 2%.
Kekurangan :
Harga lebih mahal
Memerlukan energi listrik dengan tegangan yang lebih tinggi
Memerlukan teknis khusus jika terjadi kerusakan alat
Alat harus rajin dikalibrasi dengan reagen tertentu
7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Leukosit
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih :
a) Jenis Kelamin
Pada laki-laki dan wanita normal leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit
daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari
sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati
jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc.
b) Usia
Orang dewasa memiliki jumlah leukosit lebih banyak dibanding anak - anak.
c) Kondisi Tubuh Seseorang
Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah
leukosit dalam darah.
V. Alat Dan Bahan
A. Cara Manual
a. Alat
Pipet thoma leukosit
Kamar Hitung Improved Neubauer
Cover glass
Mikroskop
b. Bahan
Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oxalat
Darah Kapiler
c. Reagen
Larutan Turk
B. Cara Automatik
a. Alat
Hematology Analyzer
b. Bahan
Sampel darah vena EDTA
Reagen untuk kalibrasi
VI. Cara Kerja
A. Cara Manual
Mengisi pipet Leukosit
1. alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan diatas meja praktikum.
2. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga skala 0,5 tepat.
3. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
4. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis tanda
tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan-
lahan sampai garis tanda 11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan
karet penghisap.
6. Pipet tersebut dikocok selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung,
letakkanlah dalam sikap horisontal.
Mengisi Kamar Hitung
1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang
mendatar diatas meja.
2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus menerus, jagalah jangan
sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu selama waktu mengocok.
3. Buanglah semua cairan yang ada didalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes)
daan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung
itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya.
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit dapat dihitung.
Jika tidak segera dihitung maka kamar hitung dapat diletakkan pada sebuah cawan
petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.
Menghitung Jumlah Sel
1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan perbesaran 10x. Turunkan lensa
kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam posisi datar.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah obyektif dan focus
mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit jelas
terlihat.
3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut –
sudut seluruh permukaan yang dibagi.
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun
kebawah dan kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari
kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat bidang besar.
b. Kadang – kadang ada sel – sel yang letaknya menyinggung garis batas
sesuatu bidang. Sel – sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau
garis bawah haruslah dihitung. Sebaiknya sel – sel yang menyinggung garis
batas sebelah kanan atau atas tidak boleh dihitung.
B. Cara Automatik (Hematology Analyzer)
1. Masukkan darah ke dalam tabung EDTA kemudian campur dengan baik hingga
homogen.
2. Masukkan darah ke dalam alat sampai ke dasar tabung.
3. Kemudian tekan tombol start untuk memulai pengisapan.
4. Setelah terdengar suara beep 2 kali, tabung dikeluarkan.
5. Kemudian alat akan memeriksa secara Automatik dan akan menampilkan hasil
pada layar dan setelah itu akan diprint.
VII. Perhitungan
Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang
dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4. Kalikan angka itu dengan 10 (untuk tinggi)
dan 20 (untuk pengenceran) untuk jumlah leukosit dalam 1 uL darah. Singkatnya : jumlah
sel yang dihitung kali 50 = jumlah leukosit per uL darah.
Vol. Kotak Leukosit = 1x1x0.1= 0.1 mm3
Vol. 64 kotak-W = 4x0.1 = 0.4 mm3
Jumlah Leukosit dalam 4 kotak-W mis = P/0.4 mm3
Leukosit = 1/0.4 x 20 x P = 50 P/mm3
VIII. Nilai Rujukan
4000 - 10.000 /mm3 darah
IX. Masalah Klinis
a. Peningkatan Jumlah Leukosit (Leukositosis)
Infeksi akut (pneumonia, tuberkulosis, meningitis, apendisitis, tonsilitis, pielonefritis,
peritonitis, pankreatitis, divertikulitis, septikemia, demam rematik), leukemia, nekrosis
jaringan (infark miokardial, sirosis hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus
peptikum), penyakiy kolagen, anemia hemolitik dan sel sabit, penyakit parasitik, stress
(pembedahn, demam, kekacauan emosional yang berlangsung lama). Pengaruh Obat :
Aspirin, heparin, digitalis, epinefrin, lithium, histamin, antibiotik (ampisilin, eritromisin,
kanamisin, metisilin, tetrasiklin, vankomisin, streptomisin), senyawa emas,
prokainamid, triamteren, alopurinol, kalium iodida, derivat didantoin, sulfonamid.
b. Penurunan Jumlah Leukosit (Leukopenia)
Penyakit hematopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa, hipersplenisme, penyakit
Gaucher), infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholisme, SLE, artritis rheumatoid.
Pengaruh Obat : Antibiotik (penisilin, sefalotin, kloramfenikol), asetaminofen,
sulfonamid, propiltiourasil, barbiturat, agen kemoterapi kanker, diazepam, diuretik,
klordiazepoksid, agen hipoglikemik oral, indometasin, metildopa, rifampin, fenotiazin.
X. Sumber- Sumber Kesalahan
Kesalahan – kesalahan pada Tindakan menghitung leukosit :
i. Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat, jika:
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah
b. Tidak mencapai garis tanda 0.5
c. Memakai pipet basah
d. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis tanda 0.5
ii. Pengenceran dalam pipet salah:
a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol berisi larutan
Turk.
b. Tidak menghisap larutan Turk tepat sampai garis tanda 11.
c. Terjadi gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap larutan Turk
d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu mencabut karet
penghisap pipet.
iii. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk.
iv. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
v. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
vi. Yang bertalian dengan hitung dan teknik menghitung:
a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor
b. Ada gelembung udara masuk dalam cairan.
c. Letaknya kaca penutup salah
d. Meja mikroskop tidak rata air
e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis batas
f. Kaca penutup tergeser karena tersentuh dengan lensa mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.2012. Bab 2 pdf. [online]. tersedia:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-ambarwatig-5298-2-
bab2.pdf (Diakses 22 November 2015. Jam 10:05)
Harun. 2005. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit, Dan Trombosit Pada Pemberian
Antikoagulan EDTA Konvesional Dengan EDTA Vacutainer. [online] tersedia :
http://core.ac.uk/download/pdf/11712963.pdf [diakses : 15 November 2015]
Hellen, 2009.SistemPeredaranDarahmanusia.[online]. tersedia : http://9reeners.wordpress.com/2009/01/30/sistem-peredaran-darah-manusia/, (diakses11 november 2015)
Krishnan.2011.Leukosit.[online]. tersedia : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25730/4/Chapter%20II.pdf (diakses 9 november 2015)
Mulyanto.cahyo.20. pemeriksaan darah lengkap. [online]. tersedia : http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/PEMERIKSAAN%20DARAH%20LENGKAP.pdf (diakses 9 november 2015)
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia Kanal
Medika
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar: Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Denpasar