Post on 24-Dec-2015
description
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti
(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di
seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32 derajat
celcius. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 25 derajat celcius. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Hipotermi dibedakan atas :
1. Stres dingin (36 -36,5 Derajat Celcius)
2. Hipotermi sedang (32 -36 Derajat Celcius)
3. Hipotermi berat (dibawah 32 Derajat Celcius)
Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi
yaitu:
1. Bayi kurang bulan / premature
2. Berat bayi lahir randah
3. Bayi sakit
Jenis-Jenis Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
1. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
2. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
3. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan
iklim dingin.
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah
lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam,
bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR,
hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan
sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak
segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam
sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12
jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang
dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir,
yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya.
Gejalanya adalah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta
kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi
ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya
dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan
sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi
tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui
secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus
dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan
dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan
dingin, suhu berkisar antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema,
serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan
sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.
Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
a. Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat
hilang.
b. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang
melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh
cairan ketuban.
c. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
d. Jaringan lemak subkutan tipis.
e. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
f. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
g. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan
dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa
keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan.
Juga peningkatan aliran udara dan penguapan. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti
pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi
permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang
mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.Kurangnya metabolisme
untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya bayi preterm, kecil
masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu
disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara
tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan
lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan.
jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan
mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam
akan memicu “perubahan sikap”, tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya
dengan melindungi terhadap angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam
renang, berkemul, dll). Jika reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan)
dapat terjadi hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat
terjadi karena alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau
bahaya hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau
metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 – 10 drajatC selama 10 menit dapat
menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah ditempat
dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan
hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal
yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang
tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun
menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia
dapat terjadi pada suhu lingkungan <34 drajatC.
TANDA DAN GEJALA HIPOTERMI
Gejalanya bisa berupa:
GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru lahir
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat
menghisap asi,dan menangis lemah
2. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
3. Muka bayi berwarna merah terang
4. tampak mengantuk
5. kulitnya pucat dan dingin
6. lemah, lesu ,menggigil.
7. kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
8. ujung jari tangan dan kaki kebiruan
9. Bayi tidak mau minum/menyusui
10. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
11. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).
Tanda-tanda klinis hipotermia:
Hipotermia sedang:
1. Kaki teraba dingin
2. Kemampuan menghisap lemah
3. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
Hipotermia berat
v Sama dengan hipotermia sedang
v Pernafasan lambat tidak teratur
v Bunyi jantung lambat
v Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
Stadium lanjut hipotermia
v Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
v Bagian tubuh lainnya pucat
v Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
sklerema)
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
Mild atau ringan
1. Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
2. Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya
tekanandarah,
3. Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
4. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
Moderate, sedang
1. Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
2. Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
3. Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
4. Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai
munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
Severe, parah
1. Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
2.5 MEKANISME TERJADINYA HIPOTERMI
Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
• tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,
• Berat bayi lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi
dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot
lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit
berat .
• Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air
ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir
tidak segera dibersihkan, lalu terlalu cepat dimandikan
• Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang
dingin atau panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin misalnya: diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan
pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
• Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera
diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
• Konveksi yaitu h udara hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling
bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.
•
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu
organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh
(Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32 derajat
celcius. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 25 derajat celcius. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan
salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan
kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius
atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka
bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32–36 derajat Celsius). Disebut hipotermi
berat bila suhu < 32 derajat Celsius, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celsius.
Hipotermi dibedakan atas :
1. Stres dingin (36 -36,5 Derajat Celcius)
2. Hipotermi sedang (32 -36 Derajat Celcius)
3. Hipotermi berat (dibawah 32 Derajat Celcius)
Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi
yaitu :
1. Bayi kurang bulan / premature
2. Berat bayi lahir randah
3. Bayi sakit
2.2 Jenis-Jenis Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
v Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
v Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
v Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim
dingin.
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu
tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan
diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan
dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau organ),
ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir,
terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada
ibu yang sedang bersalin.
Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam.
Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang
dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya
telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi
dengan teliti.
Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan
yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung
bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah
dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat
tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui
secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus
dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu
berkisar antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan
pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan
subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.
2.3 Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
a. Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih
besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
b. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang
melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh
cairan ketuban.
c. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
d. Jaringan lemak subkutan tipis.
e. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
f. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
g. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan
dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa
keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan.
Juga peningkatan aliran udara dan penguapan. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti
pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi
permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang
mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.Kurangnya metabolisme
untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya bayi preterm, kecil
masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu
disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara
tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan
lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke jaringan.
jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan
mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam
akan memicu “perubahan sikap”, tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya
dengan melindungi terhadap angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam
renang, berkemul, dll). Jika reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan)
dapat terjadi hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat
terjadi karena alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau
bahaya hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau
metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 – 10 drajatC selama 10 menit dapat
menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah ditempat
dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan
hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal
yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang
tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun
menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia
dapat terjadi pada suhu lingkungan <34 drajatC.
TANDA DAN GEJALA HIPOTERMI
Gejalanya bisa berupa:
GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru lahir
v Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat
menghisap asi,dan menangis lemah
v Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
v Muka bayi berwarna merah terang
v tampak mengantuk
v kulitnya pucat dan dingin
v emah, lesu ,menggigil.
v kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
v ujung jari tangan dan kaki kebiruan
v Bayi tidak mau minum/menyusui
v Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
v Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).
Tanda-tanda klinis hipotermia:
Hipotermia sedang:
v Kaki teraba dingin
v Kemampuan menghisap lemah
v Tangisan lemah
v Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
Hipotermia berat
v Sama dengan hipotermia sedang
v Pernafasan lambat tidak teratur
v Bunyi jantung lambat
v Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
Stadium lanjut hipotermia
v Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
v Bagian tubuh lainnya pucat
v Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
sklerema)
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
Mild atau ringan
1. Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
2. Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya
tekanandarah,
3. Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
4. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
Moderate, sedang
1. Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
2. Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
3. Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
4. Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai
munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
Severe, parah
1. Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
2.5 MEKANISME TERJADINYA HIPOTERMI
Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
• tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,
• Berat bayi lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi
dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot
lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit
berat .
• Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air
ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir
tidak segera dibersihkan, lalu terlalu cepat dimandikan
• Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang
dingin atau panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin misalnya: diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan
pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
• Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera
diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
• Konveksi yaitu h udara hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling
bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka..
•