Post on 11-Dec-2014
description
SKENARIO 1
ANEMIA
1. KLASIFIKASI KATA SULIT
Mimisan : perdarahan dari hidung.
2. KATA KUNCI
Manifestasi
Penyakit
Cepat
lelahLemah
Pernah
mau
pingsan
Pucat
Sering
Dema
m
Mimisan
Anemia
Defisiensi
Besi
+ + + + - -
Anemia
Hemolitik+ + + + - -
Anemia
Aplastik+ + + + + +
Dari tabel di atas dapat disimpulkan yang bisa menjadi kata kunci adalah;
Sering demam, dan
Mimisan.
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa terjadi cepat lelah, lemah dan pucat pada anemia?
2. Mengapa terjadi demam dan mimisan pada anemia?
3. Bagaimana proses hampir pingsan terjadi?
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
Seorang wanita, umur 32 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan cepat
lelah, dan merasa lemah. Disaat bersepeda, pernah mau pingsan. Sering
demam, dan mimisan. Menurut keluarganya, dia terlihat lebih pucat dari
biasanya
Seorang wanita, umur 32 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan cepat
lelah, dan merasa lemah. Disaat bersepeda, pernah mau pingsan. Sering
demam, dan mimisan. Menurut keluarganya, dia terlihat lebih pucat dari
biasanya
4. JAWABAN PERTANYAAN
1. Keluhan cepat lelah, lemah, dan pucat timbul akibat defisit eritrosit.
Fungsi eritrosit sebagai pengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh
tubuh. Sehingga jika eritrosit berkurang, maka pengangkutan O2 akan ikut
berkurang. Akibatnya energi yang dihasilkan sedikit yang menyebabkan
kondisi tubuh yang lemah, cepat lelah, dan pucat akibat kekurangan
energi.
2. Kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel darah, yaitu sel
leukosit terutama neutrofil menyebabkan neutropenia. Sel-sel neutrofil
berfungsi dalam memphagositosis zat-zat asing, misalnya bakteri dan
virus. Berkurangnya jumlah neutrofil menyebabkan penderita rentan
terhadap infeksi sehingga penderita sering demam akibat infeksi virus atau
bakteri.
Kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel darah, yaitu sel
trombosit (platelet) menyebabkan trombositopenia. Trombosit berperan
dalam proses pembekuan darah. Apabila jumlah trombosit berkurang
maka waktu perdarahan dan pembekuan darah penderita menjadi lebih
lama dari dalam keadaan normal sehingga penderita mengalami
epistaksis/mimisan.
3. Kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel darah, yaitu sel
eritrosit juga menyebabkan distribusi O2 ke otak berkurang sehingga
menyebabkan timbulnya perasaan mau pingsan (syncope).
5. INFORMASI TAMBAHAN
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
anemia aplastik, yaitu pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium
dapat ditemukan, yaitu: Darah tepi : granulosit < 500/mm3, trombosit <
20.000/mm3, dan retikulosit < 1,0 serta pada sumsum tulang : hiposeluler < 25%.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
6. ANALISA DAN SINTESIS
Pada kasus di atas, seorang wanita, umur 32 tahun, datang ke puskesmas
dengan keluhan cepat lelah, dan merasa lemah. Disaat bersepeda, pernah mau
pingsan. Sering demam, dan mimisan. Menurut keluarganya, dia terlihat lebih
pucat dari biasanya.
Informasi yang tertera pada skenario menggambarkan gejala – gejala yang
umum pada penyakit hematologi terutama pada gangguan RBC karena gejala
yang ditampakkan adalah cepat lemas, pingsan dan mudah lelah. Sebab kedua
gejala ini dapat memberikan gambaran bahwa terjadi gangguan pada RBC.
Terutama lebih cenderung pada anemia. Namun pada anemia terdapat beberapa
jenis anemia bedasarkan penyebab anemia tersebut, sehingga masih memerlukan
tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan
dapat menentukan jenis dari anemia yang diderita oleh pasien pada skrenario ini.
Oleh karena itu dengan berdasarkan gejala-gejala tersebut dapat dimunculkan
beberapa diagnosis banding yang masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti
pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan munculnya kausa penyakit
dan penegakan diagnose yang tepat. Diagnose bandingnya adalah:
a. Anemia Defisiensi Fe
b. Anemia Hemolitik
c. Anemia Aplastik
Manifestasi
Penyakit
Cepat
lelahLemah
Pernah
mau
pingsan
PucatSering
DemamMimisan
Anemia
Defisiensi
Besi
+ + + + - -
Anemia
Hemolitik+ + + + - -
Anemia
Aplastik+ + + + + +
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat ditetapkan bahwa
diferensial diagnosis utama adalah anemia aplastik. Namun, dalam penetapan
diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang karena manifestasi klinis
yang diberikan skenario sangatlah umum.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis,
yaitu Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis dan penyebab
anemia. Uji tersebut meliputi kadar hemoglobin dan hematokrin, indeks sel darah
merah, penelitian sel darah putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan-
besi. Kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
dapat dilakukan. Selian itu, perlu dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk
menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah
kronis.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
DAFTAR PUSTAKA
http://www.smallcrab.com/kesehatan/655-mengenal-secara-singkat-fungsi-dan-
bagian-bagian-darah
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/11/23/penyebab-anemia-karena-penyakit-
kronis/
http://asromedika.blogspot.com/2011/07/pendekatan-diagnostic-untuk-
penderita.html
http://www.morphostlab.com/artikel/anemia-aplastik-siapa-takut-kenali-ciri-ciri-
dan-pencegahannya.html
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht <
41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita.
Memungkinkan terjadinya :
- Penurunan kuantitas hemoglobin.
- Penurunan komponen eritrosit.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doengoes, 1999).
2. ETIOLOGI
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan
tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia
secara umum antara lain :
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan.
3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
4. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan,
penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
3. PATOFISIOLOGI
Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah
besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses atau kekurangan asam folat vitamin
B12 atau globulin. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah dapat
menyebabkan sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrostatistik) atau terlalu
besar (makrostatistik) dan kandungan hemoglobin yang secara abnormal rendah
(hipokromik). Selain itu anemia dapat disebabkan oleh perdarahan mendadak,
perdarahan lambat yang kronis dan dapat mengakibatkan penurunan jumlah total
sel darah merah dalam sirkulasi.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
4. KLASIFIKASI ANEMIA
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik.
terapi radiasi, antibiotic tertentu.
obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason.
Benzene.
infeksi virus (khususnya hepatitis)
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl.
Hematokrit turun 20-30%.
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin.
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses
paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d. Anemia defisiensi besiPenyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi.
Gangguan absorbsi (post gastrektomi).
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah.
Lidah pucat, merah, meradang.
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik.
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat.
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu.
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik.
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase.
Proses autoimun.
Reaksi transfusi
Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigen pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
5. MANIFESTASI KLINIS
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain : penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula
terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Status perfusi jaringan : kulit/mukosa pucat.
Status respirasi : dispnea.
Status cardiovaskuler : takikardi, palpitasi.
Status saraf pusat : parestesia, gangguan koordinasi dan kejang.
Status gastrointestinal : mual, muntah, diare, anoreksia, stomatitis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik).
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi.
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik).
TBC serum : meningkat (DB).
Feritin serum : meningkat (DB).
Masa perdarahan : memanjang (aplastik).
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP).
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doengoes, 1999).
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
8. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab
dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat.
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
6. Anemia pasca perdarahan ;
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik ;
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkinterjadi, antaralain :
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi
jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
(DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
4. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :
tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik: hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB).
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
4. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan.
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
a. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.
b. Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI RASIONAL
(Mandiri)
1. Awasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane
1. memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
mukosa, dasar kuku.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
3. Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
4. Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi.
5. Hindari penggunaan botol
penghangat atau botol air panas.
Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
(Kolaborasi)
6. awasi hasil pemeriksaan
laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
2. meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi
3. dispnea, gemericik
menununjukkan gangguan jantung
karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.
4. iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial
risiko infark
5. termoreseptor jaringan dermal
dangkal karena gangguan oksigen
6. mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
7. memaksimalkan transport oksigen
ke jaringan
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
a. Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas
b. Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-
hari).
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL
(Mandiri)
1. Kaji kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
2. Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot.
3. Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring
bila di indikasikan.
5. Gunakan teknik menghemat
energi, anjurkan pasien istirahat
bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien
melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
1. mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan
2. menunjukkan perubahan
neurology karena defisiensi
vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
3. manifestasi kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan
4. meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru
5. meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
b. Kriteria hasil :
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,
dan demam.
INTERVENSI RASIONAL
(Mandiri)
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ;
oleh pemberi perawatan dan
pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat
pada prosedur/perawatan luka.
3. Berikan perawatan kulit, perianal
dan oral dengan cermat.
4. Motivasi perubahan
posisi/ambulasi yang sering,
latihan batuk dan napas dalam.
5. Tingkatkan masukkan cairan
adekuat.
6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan
isolasi bila memungkinkan.
7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya
1. mencegah kontaminasi
silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik
dapat berisiko akibat flora normal
kulit
2. menurunkan risiko kolonisasi /
infeksi bakteri.
3. menurunkan risiko kerusakan
kulit/jaringan dan infeksi
4. meningkatkan ventilasi semua
segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk
mencegah pneumonia
5. membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan
mencegah stasis cairan tubuh
misalnya pernapasan dan ginjal
6. membatasi pemajanan pada
bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik,
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
menggigil dan takikardia dengan
atau tanpa demam.
8. Amati eritema/cairan luka.
(Kolaborasi)
9. Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi.
10. Berikan antiseptic topical ;
antibiotic sistemik.
bila respons imun sangat terganggu.
7. adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan evaluasi/pengobatan
8. indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak
ada bila granulosit tertekan
9. membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus
dan mempengaruhi pilihan
pengobatan
10. mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
a. Tujuan : Kecemasan berkurang
b. Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur
INTERVENSI RASIONAL
(Mandiri)
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
2. Dorong klien dapat
mengekspresikan pera-saannya.
3. Beri informasi yang jelas proses
1. Untuk mengetahui faktor predis-
posisi yang menimbulkan kece-
masan sehingga memudahkan
mengantisipasi rasa cemasnya.
2. dengan mengungkapkan
perasaannya maka kecemasannya
berkurang
3. Memudahkan klien dalam
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
penyakitnya.
4. Beri dorongan spiritual
memahami dan mengerti tentang
proses penyakitnya
4. Kesembuhan bukan hanya dipe-
roleh dari pengobatan atau pera-
watan tetapi yang menentukan
adalah Tuhan
D. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4. Peningkatan perfusi jaringan.
5. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
http://dhanwaode.wordpress.com/2011/02/07/askep-anemia/
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-
anemia.html
http://ppni-klaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=76:anemia&catid=38:ppni-ak-
category&Itemid=66
Corwin J. Elizabeth.2009. Buku Saku Patofisiologi.ed.3.EGC : Jakarta.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOHEMATOLOGI
“ANEMIA APLASTIK”
.
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
2. Pengkajian
1. Aktivitas: pasien merasakan cepat lelah (kelemahan), dan disaat
beraktifitas pasien merasakan ingin pingsan
2. Sirkulasi: pasien sering terjadi pendarahan pada hidung (mimisan)
dan pasien terlihat pucat (eritrosit/Hb menurun)
3. Neurosensori: tanda dari pasien mengalami gangguan neurosensori
adalah keluar darah dari lubang hidung (epistaksis)
2. IDENTIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengeluh cepat lelah dan
merasa lemah
2. Pasien mengeluh sering demam dan
mimisan
3. Pasien mengatakan pernah mau pingsan
disaat beraktifitas (bersepeda)
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
Seorang wanita, umur 32 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan cepat
lelah, dan merasa lemah. Disaat bersepeda, pernah mau pingsan. Sering
demam, dan mimisan. Menurut keluarganya, dia terlihat lebih pucat dari
biasanya
Seorang wanita, umur 32 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan cepat
lelah, dan merasa lemah. Disaat bersepeda, pernah mau pingsan. Sering
demam, dan mimisan. Menurut keluarganya, dia terlihat lebih pucat dari
biasanya
3. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
Pasien
mengeluh cepat
lelah dan lemah
serta lelah
Perdarahan (mimisan)
Eritrosit/Hb
ATP
Energi
Cepat lelah, lemah
KELELAHAN
Kelelahan
a. Penyakit Utama : Anemia Aplastik
b. Respon Utama : Cepat lelah dan lemah
c. Penyimpangan KDM:
Perdarahan
Eritrosit/Hb
Suplay oksigen ke jaringan
ATP
Energi
KELELAHAN
4. RUMUSAN DIAGNOSA
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
1. Kelelahan b/d penurunan produksi energy
5. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Kelelahan b/d penurunan produksi energy
a. Tujuan : meningkatkan produksi energy
b. Kriteria hasil : berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji atau diskusikan tingkat
kelemahan klien, dan dentifikasi
aktifitas yang dapat dilakukan klien
2. Pantau TTV sebelum dan sesudah
melakukan aktiftas. Observasi
adanya takikardi, hipotensi dan
perifer yang dingin
3. Sarnakan pasien untuk menentukan
masa/priode antara istirahat dan
melakukan aktifitas.
4. Diskusikan cara untuk menghemat
tenaga (misalnya: duduk lebih baik
daripada berdiri selama melakukan
aktifitas atau latihan), jika perlu
biarkan pasien melakukan sendiri
5. Berikan kesempatan pasien untuk
ikut berpartisipasi secara adekuat
untuk melakukan aktifitasnya
sehari-hari sebagian atau
1. Pasien biasanya telah mengalami
penurunan tenaga, kelelahan otot
menjadi terus memburuk setiap hari
karena proses penyakit dan
munculnya ketidakseimbangan
natrium dan kalium
2. Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi
sebagai akibat dari stres aktifitas
jika curah jantung berkurang
3. Mengurangi kelelahan dan
mencegah ketegangan pada jantng
4. Pasien akan dapat melakukan lebih
banyak kegiatan dengan
mengurangi pengurangan tenaga
pada setiap kegiatan yang
dilakukannya.
5. Menambahkan tingkat keyakinan
pasien dan harga dirinya secara
baik sesuai dengan tingkat aktifitas
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
seluruhnya. Tingkatkan keterlibatan
pasien sesuai kemampuanya
yang dapat ditoleransinya.
6. EVALUASI
1. Mempertahakan/meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat
2. Menunjukan penurunan suhu badan
3. Aktifitas dapat dilaksanakan lagi
4. Kelelahan dapat dikurangi
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC,
Jakarta.
S K E N A R I O 1 A N E M I A Page 6