Post on 12-Dec-2015
description
Laporan Pratikum Fisiologi Penglihatan dan Waktu Reaksi
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Kelompok D1
Ketua : Jessicca Susanto (102011032) ……………………
Anggota : Agung Ganjar Kurniawan (102010169) ……………………
Vionna Nadya Mongan (102011106) ……………………
Andre Christian Cundawan (102011110) ……………………
Stella Nathania (102011206) ……………………
Kevin Rianto Putra (102011294) ……………………
Maria Sunvratys (102011313) ……………………
Nilasari Wulandari (102011367) ……………………
George Christiano (102011421) ……………………
1. MODEL MATA CENCO-INGERSOLL
Tujuan :
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco-Ingersoll yang
menirukan mata sebagai susunan optik
2. Mendemonstrasikan pelbagai keadaan di bawah ini dengan menggunakan model mata
Cenco-Ingersoll :
a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi
b. Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi
c. Mata miop serta tindakan koreksi
d. Mata hipermetrop serta tindakan koreksi
1
e. Mata astigmat serta tindakan koreksi
f. Mata afakia serta tindakan koreksi
Alat yang diperlukan :
1. Model mata Cenco-Ingersoll dengan perlengkapannya
2. Optotip Snellen
3. Seperangkat lensa
4. Mistar
5. Gambar kipas Lancaster Regan
6. Keratoskop placido
Cara Kerja :
I. Mata sebagai susunan optic
Pelajari model mata Cenco-Ingersoll dengan perlengkapannya :
1. Sebuah bejana yang terisi air hampir penuh
2. “Kornea”
3. “Retina” yang dapat diletakkan di 3 tempat yang berbeda
4. Benda yang bercahaya (lampu).
Perhatikan arah anak panah.
5. Kotak yang berisi
a. “iris”
b. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D, +7D, +20D, -1,75D
c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D
A. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis
1. Pasang lensa sferis +7D di tempat lensa kristaline ( di L ).
2. Pasang retina di R.
3. Arahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7m atau lebih.
Perhatikan bayangan jendela yang teradi pada lempeng retina.
4. Tempatkan sepasang iris di G1 dan perhatikan perubahan bayangan yang terjadi.
2
B. Hipermetropia
1. Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap gunakan sferis +7D sebagai lensa
kristalina
2. Setelah diperoleh bayangan tegas ( no A ad 4 ) pindahkan retina ke Rh.
Perhatikan bayangan menjadi kabur lagi.
3. Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai kaca
mata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang Saudara pasang di S1 atau S2.
C. Miopia
1. Tingkat lensa sferis positif dari S1 atau S2
Kembalikan retika ke R. Perhatikan bayangan yang tetap tegas.
2. Pindahkan retina ke Rm.
Perhatikan bayangan menjadi kabur.
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai kaca
mata sehingga bayangan menjadi tegas.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.
D. Astigmatisme
1. Angkat lensa sferis negatif dari S1/S2 dan pindahkan retina ke R.
2. Letakkan lensa silindris -5,5D di G2. Perhatikan sebagian bayangan menjadi kabur.
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 dan
mengatur arah sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi tegas.
4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang Saudara pasang di S1 atau S2.
E. Mata Afakia
1. Buat susunan seperti yang didapatkan pada A ad 4
2. Angkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa lensa kristalina.
3. Perbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferis positif yang dipasang sebagai
kaca mata di S1 atau S2 supaya bayangan menjadi lebih tajam.
4. Coba jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.
3
2. PERIMETRI
Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimetri)
Cara Kerja :
1. Suruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.
2. Tutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan.
3. Letakkan dagu orang percobaan di tempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya,
sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas batang vertikal
sandaran dagu.
4. Siapkan formulir.
5. Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di tengah
perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus tetap dipusatkan
pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser (lidi yang ada bulatan berwarna-warni) pada busur
perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih
dengan diamter sedang (± 5mm) pada benda tersebut.
7. Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu untuk menyusuri busur dari tepi kiri orang
percobaan ke tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat bulatan putih tersebut
penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
9. Ulangi tindakan no. 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi
busur.
10. Ulangi tindakan no. 7, 8 dan 9 setelahh busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum
jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizaontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no. 7, 8 dan 9 setelah memutatr busur tiap kali 30 berlawanan arah
jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60 dari bidang horizontal.
13. Periksa juga lapang pandang orang percobaan untuk berbagai warna lain: merah,
hijau, kuning dan biru, dengan cara yang sama seperti di atas.
4
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan
berwarna putih.
3. PEMERIKSAAN BUTA WARNA
Alat :
1. Buku pseudoisokromatik Ishikara
Cara Kerja :
1. Suruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku
pseudoisokromatik Ishikara.
2. Catat hasil pemeriksaan saudara dalam formulir yang tersedia.
4. WAKTU REAKSI
Cara Kerja :
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kanannya di
tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1cm siap untuk menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal di antara dan setinggi ibu jari dan telunjuk OP tanpa
menyentuh jari-jari OP.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan OP harus menangkapnya
selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.
Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).
Hasil pemeriksaan
A. Model Mata Cenco- Ingersoll
1. Lebar mata pupil dan aberasi sferis
Sebelum model mata ditambahkan iris bayangan benda yang terlihat kurang jelas dan
tajam, yang terlihat bayangan cahaya benda seperti lingkaran tetapi tidak jelas. Setelah
5
ditambahakan iris terjadi perubahan bayangan benda menjadi lebih tajam dan tegas
daripada sebelum dipakaikan iris. Pada saat diletakkan iris aberasi ditahan.
2. Hipermetrop
Pada percobaan ini lempeng retina dipindahkan ke Rh, terlihat bayangan jatuh dibelakang
retina. Bayangan terlihat kabur lagi, kemudian model mata dikoreksi dengan lensa sferis
(+) dengan kekuatan + 2,00 dioptri yang membuat bayangan menjadi tegas , dan tajam
kembali.
3. Miopi
Pada percobaan ini lempeng retina dipindahkan dari posisi R ke Rm sehingga terlihat
bayangan jatuh didepan retina. Terjadi hamburan atau refraksi sehingga bayangan benda
terlihat kabur dan kurang tajam, kemudian model mata dikoreksi dengan lensa sferis (-)
dengan kekuatan – 1,75 dioptri akan tetapi ketika dikoreksi tidak membuat ketajaman
benda lebih baik. Hal ini dikarenakan lensa mata dan juga model mata yang kurang baik
dan sesuai. Seharusnya bila pada mata miopi, apabila dikoreksi dengan lensa sferis (-)
akan membuat bayangan benda menjadi lebih tajam dan tegas .
4. Astigmatisme
Rentina dikembaliakan ke posisi R, model mata ditambhakan lensa silindris, hal ini
membuat sebagian bayangan menjadikabur. Terlihat jarak anatar garis vertikal dan
horizontalnya berbeda. Terlihat lebih panjang garis yang diarah horizontal kemudian
dikoreksi dengan lensa slindris kekuatan + 1, 75 dioptri , dengan ini membuat seluruh
bayangan menjadi tegas, panjang garis horizontal dan vertikal menjadi sama. Namun,
dengan penambahan lensa sferis (+) tidak lebih baik.
5. Mata Afakia ( tanpa lensa)
Pada percobaan ini model mata tanpa lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia,
keadaan ini dapat dikoreksi dengan lensa sferis (+) kekuatan + 2,00 dioptri membuat
bayangan benda terlihat tajam. Ketika lensa diangkat bayangan benda hanya terlihat
seperti sinar yang mengumpul, tidak terlihat jelas bentuk bayangan bendanya.
6
B. Luas Lapangan Pandang (Perimetri)
Hasil pemeriksaan Terlamir
C. Pemeriksaan Buta warna
OP dapat menyebutkan angka-angka, dan alur garis X yang terdapat didalam buku
Pseudoisokromatik ishihara dengan benar.
D. Waktu Reaksi
7
Angka di dalam buku Pseudoisokromatik ishihara Angka yang disebutkan oleh OP
12 12
8 8
5 5
29 29
74 74
7 7
45 45
2 2
- Tidak dapat melihat apa-apa
16 16
96 96
Percobaan Hasil ( waktu reaksi)
1 0,20
2 0,15
3 0,18
4 0,16
5 0,16
Rata-rata 0,17
Pembahasan
Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas
cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya, refraksi, ketika suatu berkas berpindah dari suatu
medium dengan kepadatan (densitas) tertentu dengan medium yang berbeda. Struktur-struktur
refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas.
Apabila suatu bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu
mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda
dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata, daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas
dari sumber sejajar yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai
mata.
Mata normal (emetropi memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga di depan
mata. Mata yang jangkauan penglihatannya tidak terdekat di titik dekat 25 cm dan titik jauh tak
terhingga disebut cacat mata. Cacat mata dapat ditanggulangi dengan menggunakan kaca mata,
lensa kontak, atau operasi.
Ketajaman Penglihatan, Gerakan sakade mata adalah salah satu dari banyak faktor yang
menentukan ketajaman penglihatan. Parameter penglihatan adalah jumlah cahaya minimum yang
dapat memberikan kesan cahaya ( ambang penglihatan). Ketajaman penglihatan adalah derajat
kemampuan menentukan ciri dan bentuk benda. Uji ketajaman penglihatan biasanya
didefinisikan sebagai jarak pisah minimal, yaitu jarak terpendek yang masih memungkinkan dua
garis terlihat terpisah dan tetap terlihat sebagai dua garis (biasanya dengan menggunakan huru-
huruf snellen dari jarak 6 meter). Ketajamn penglihatan adalah fenomena yang kompleks dan di
pengaruhi oleh bermacam-macam faktor yaitu : faktor optik (mekanisme pembentukkan
bayangan di mata), faktor retina (keadaan sel kerucut), dan faktor rangsang termasuk
penerangan, terangnya rangsang, kontras antara rangsang dan latar belakang, dan lama waktu
rangsang.1
Pada percobaan dengan model mata tanpa iris, cahaya dapat masuk melalui sebagian
besar permukaan lensa. Cahaya yang memasuki bagian pinggir lensa menyebabkan bayangan
yang terbentuk tidak tajam. Efek ini disebut dengan aberasi sferis. Ketika dipasang iris, model
mata menghasilkan bayangan yang lebih redup namun tajam. Cahaya tidak dapat memasuki
8
ruangan model mata melalui bagian pinggir lensa. Hanya bagian tengah lensa yang dapat dilalui
cahaya. Oleh karena aberasi sferis dicegah oleh iris, maka terbentuk bayangan yang tajam
Aberasi sferis, disebabkan oleh kecembungan lensa. Sinar-sinar paraksial atau sinar-
sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P. Aberasi ini dapat dihilangakan dengan
mempergunakan diafragma yang terletak didepan lensa atau dengan lensa gabungan aplantis
yang terdiri dari dua lensa yang jenis kaca berlainan.2
Hipermetropi, Penderita hipermetropi atau rabun dekat memiliki titik dekat lebih besar
dari 25 cm di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang dekat dengan jelas.
Bayangan benda yang dekat pada mata hipermetropi jatuh di belakang retina. Hal ini disebabkan
karena bola mata terlalu pipih (jarak fokus lensa terlalu panjang).
Pada hipermetropi , daya refraksi terlalu lemah untuk panjang bola mata, sehingga
bayangan objek nampak di retina sebelum fokus. Lensa positif (+) yang sesuai yang di
tempatkan di depan mata memberikan daya refraksi tambahan.3
Miopi, Kelainan refraksi pada miopi ialah sistem refraksi terlalu kuat untuk panjang bola
mata, sehingga bayangan dari suatu objek terfokus didepan, dan tidak pada retina. Yang mana
bayangan benda yang jauh pada miopi jatuh di depan retina. Objek hanya akan terfokus bila
didekatkan ke mata. Miopi dapat dikoreksi dengan menempatkan lensa negatif (-) yang sesuai
dengan didepan mata.1
Astigmatisme merupakan masalah optik lainnya yang terjadi apabila kelengkungan lensa
atau kornea lebih besar pada salah satu sumbu atau meridian. Misalnya,bila daya refraksi kornea
lebih besar daripada sumbu horizontal, maka sinar vertikal akan dibias lebih banyak dari pada
sinar horizontal, dan titik sumbu cahaya akan tampak seperti suatu elips.1,3. Astigmat dapat
diperbaiki dengan lensa silindris, yang sering dikombinasikan dengan lensa sferis.4
Afakia adalah satu keadaan di mana mata telah kehilangan lensa kristalina asal, sama ada
melalui pembedahan disebabkan oleh katarak (kanta kristalin berkabut) atau trauma. Lensa
memberikan sepertiga kekuatan refraktif mata sehingga setelah ekstraksi katarak (pengangkatan
lensa opak) mata menjadi sangat hipermetropia, suatu kondisi yang dinamakan afakia. Afakia
dapat dikoreksi dengan pemasangan lensa intraocular saat pembedahan, lensa kontak, kacamata
9
afakia. Pada keadaan afakia, pasien tidak memiliki lensa sehingga matanya menjadi
hipermetropia tinggi. Benda yang dilihat menjadi lebih besar dibanding normal sebesar 25%.
Hipermetropia diatasi dengan pemberian kaca mata sferis positif terkuat atau lensa positif
terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal, agar mata bisa lebih beristirahat.
Perimetri, digunakan untuk menentukan lapangan pandang. Lapangan pandang untuk
masing- masing mata (lapangan monokular) dipetakan dengan suatu perangkat atau melalui
metode konfrontasi untuk menetukan adanya skotoma atau defek lapangan pandang lainnya.
Untuk sasaran yang sama besar, lapangan pandang untuk putih adalah yang paling luas, dan
ukuran lapangan pandang untuk merah,biru,kuning, dan hijau berkurang menurut urutan tersebut.
Secara normal lapangan pandang bertumpang tindih pada daerah penglihatan binokular. Peta
lapangan pandang, objek putih kecil yang berhadapan 10 di gerakkan secara perlahan – lahan
untuk memetakan lapangan pada perimeter. Semakin kecil objek, semakin peka tes
tersebut(dengan kesalahan refraksiyang kasar, 10 dapat diandalkan). Merah mempunyai lapangan
normal yang paling kecil dan memberikan tes lapangan yang paling peka.3
Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang
paling jelas dilihat oleh keduamata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara
umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata
saja.Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari
tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang
darisekitarnya jatuh di bagian perifer retina.
Defek lapangan pandang dapat mengenai suatu atau kedua lapangan pandang. Bila lesi
terdapat di chiasma opticus atau lebih distal, maka kedua mata akan memperlihatkan defek
lapangan pandang. Lesi chiasmatic yang sering kali di sebabkan oleh suatu tumor hipofisis yang
besar dapat menimbulkan hemianopia bitemporalis. Ditandai dengan kebutaan pada paruhan
lateral atau temporal dari salah satu mata. Lesi yang terletak di belakang chiasma dapat
menyebabkan defek lapangan pandang di paruhan temporal dari salah satu mata, bersaama –
sama dengan defek lapangan pandang di paruhan nasal (medial) mata yang lain. Akibat dari
keadaan ini adalah terjadinya hemianopia homonim, di mana lesi terdapat pada sisi yang
berlawanan dengan defek lapangan pandang.3
10
Buta Warna, Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien
tidak atau kurang dapat membedakan warna yang dapat terjadi kongenital ataupun didapatkan
akibat penyakit tertentu. Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang
diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan.
Uji yang paling sering digunakan adalah uji pencocokan benang wol dan menggunakan
buku ishihara. Buku isihara dan gambar-gambar polikromatik sejenisnya yang mengandung
gambar-gambar yang terdiri dari titik-titik berwarna dan berbentuk serupa. Gambar di buat
dengan warna sedemikian sehingga seseorang yang buta warna melihat warna gambar tersebut
sama dengan warna latarnya. Orang yang memiliki penglihatan warna normal dan orang yang
protanomali, deuteroanomali, atau tritanomali disebut trikromat. Mereka memiliki ketiga sistem
sel kerucut, tetapi salah satu mungkin lemah. Dikromat adalah orang yang hanya memilki dua
sistem. Mereka mungkin menderita protanopia, deuteroanopia atau tritanopia. Monokromat
hanya memilki satu sistem sel kerucut. Dikromat hanya dapat mencocokkan spektrum warna
mereka dengan mencampur hanya 2 warna primer,dan mono kromat mencocokannya dengan
intesitas satu warna. Selain itu, kelemahan penglihatan warna biru-hijau yang bersifat sementara
merupakan efek samping pemberian sildenafil. Buta warna merupakan kelainan herediter pada
sekitar 8% pria dan 0,4% wanita ras kulit puith.1
Buta warna total merupakan keadaan yang jarang. Pada protanomali terdapat
kekurangan kerentanan merah sehingga diperlukan lebih banyak merah untuk bergabung dengan
kuning baku. Sedang yang disebut sebagai protanopia adalah kurangnya sensitifnya pigmen
merah kerucut. Pada deutranomali diperlukan lebih banyak hijau untuk menjadi kuning baku.
Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau kerucut. Tritanomali terdapat
kekurangan pada warna biru, pada keadaan ini akan sukar membedakan warna biru terhadap
kuning. Akromatopsia atau monokromat berarti ketidakmampuan membedakan warna dasar atau
warna antara. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang).
Pada monokromat, sel kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan
biasanya mempunyai tajam penglihatan 6 / 30.
Waktu Reaksi, Selang waktu antara pemberian rangasang dan timbulnya jawaban
disebut sebagai waktu reaksi. Pada manusia, waktu reaksi untuk refleks renggang misalnya
refleks penjepitan mistar waktu reaksi adalah 0,15-0,22 mdet. Pemberian rangsang lemah pada
11
saraf sensorik otot yang hanya akan merangsang serat. Ia, akan menimbulkan jawaban berupa
kontraksi dengan waktu yang sama. Bila kecepatan hantar serat aferen dan eferen di ketahui dan
jarak dari otot ke medula spinalis dapat diukur, maka dapat di hitung waktu yang di butuhkan
untuk penghantaran impuls dari dan ke medula spinalis. Bila waktu reaksi dikurangi waktu
penghantaran impuls, hasilnya disebut lambatan pusat, yaitu waktu yang dibutuhkan suatu
refleks untuk melewati sinaps di medula spinalis.1
Kumparan otot juga menimbulkan kontraksi otot melalui jaras polisinaps, dan serat
aferens yang terlibat mungkin berasal dari ujung sekunder. Namun, serat golongan 2 juga
membentuk monosinaps dengan neuron motorik dan mempunyai peranan penting pada refleks
renggang.
Kesimpulan
Mata memiliki kemampuan berefraksi untuk menghasilkan bayangan yang tepat di retina.
Efek aberasi sferis dapat diatasi dengan penempatan iris yang tepat pada model mata dan
kelainan-refraksi seperti miopi, hipermetropi, astigmatisme, dan afaksia dapat diatasi
dengan pemberian lensa sferis yang sesuai dengan mata.
Lapang pandang manusia memiliki batas pada sudut-sudut tertentu, dan pada bagian temporal terdapat area yang tidak terlihat karena adanya bintik buta pada posterior mata.
Selang waktu antara pemberian rangasang dan timbulnya jawaban (waktu reaksi) pada setiap individu berbeda-beda.
Daftar Pustaka
1. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-20 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002
2. Gabriel J. Fisika kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996.
3. deGroot, J. Neuroanatomi korelatif. Edisi ke-21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 1997.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC; 2011.
12
13