Post on 06-Nov-2020
HAK AKSES INFORMASI BAGI ANAK DIDIK DI LEMBAGA
PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS II JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
YANA MARIYANA
NIM : 11150251000017
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M
ABSTRAK
Yana Mariyana (11150251000017). Hak Akses Informasi bagi Anak Didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta. Dibawah bimbingan
Pungki Purnomo, M.LIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Hak akses informasi merupakan hak bagi setiap orang tidak terkecuali bagi
narapidana anak atau yang sekarang disebut sebagai anak didik di dalam Lembaga
Pembinaan Khusus Anak. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
makna hak akses informasi bagi anak didik dan petugas, serta untuk mengungkap
layanan informasi di LPKA Kelas II Jakarta. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dan
menggunakan metode kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
yaitu berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa anak didik dan petugas memaknai bahwa
hak akses informasi sebagai hal yang penting. Anak didik memaknai pentingnya hak
akses informasi yaitu dengan mengikuti kegiatan dan memanfaatkan fasilitas
informasi yang diberikan seperti kegiatan sekolah paket, perpustakaan dan
sebagainya. Kemudian pihak LPKA Kelas II Jakarta memaknai pentingnya hak akses
informasi bagi anak didik yaitu dengan memberikan kegiatan dan fasilitas yang
bermanafaat agar anak didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan selayaknya
manusia pada umumnya. Pemberian hak akses informasi bagi anak didik terdiri dari
media cetak dan digital, layanan edukasi, layanan perpustakaan, program
keterampilan dan sebagainya. LPKA Kelas II Jakarta melarang adanya akses internet,
hal ini bertujuan untuk mencegah hal negatif yang dapat dilakukan oleh anak didik,
dan larangan akses internet bukanlah kendala bagi anak didik dalam memperoleh
informasi. Adapun kendala dalam pemberian hak akses informasi yaitu anak didik
masih merasa terbatas dalam memanfaatkan perpustakaan dikarenakan lokasi LPKA
Kelas II Jakarta yang masih bergabung dengan Lapas Kelas IIA salemba.
Kata Kunci: Hak Akses Informasi, Perpustakaan Penjara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Narapidana Anak, Anak Didik Pemasyarakatan
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan nikmat iman dan islam, nikmat rizki serta nikmat sehat wal„afiat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hak Akses Informasi bagi Anak
Didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta”. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Namun penulis merasa sangat bersyukur telah dipertemukan dengan
berbagai pihak yang berjasa besar selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, atas
segalanya penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Syaiful Umam, M,A Ph. D, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Maryam, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Amir Fadila, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
memberikan waktu, pemikiran, dan nasihatnya serta selalu sabar membantu dan
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi.
ii
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pembelajaran yang berharga.
7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bahruddin dan Ibunda Kasmawati, serta
adik penulis, Syahrul Bahri yang tiada henti mendoakan, memberikan motivasi
secara moril maupun materil dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
8. Kementrian Hukum dan HAM Kantor Wilayah DKI Jakarta, khususnya bagian
Dirjen Pemasyarakatan dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta,
khususnya Bagian Pembinaan, Bagian Umum, Bagian Registrasi dan seluruh
petugas dan anak didik pemasyarakatan yang telah bersedia membantu penulis
dalam melakukan pencarian data penelitian skripsi.
9. Bapak Ryandi Fahnaz, A.Md.IP., S.H., selaku Kepala Subseksi Pendidikan dan
Bimkemas LPKA Kelas II Jakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam
mendapatkan informasi. Serta Bapak Muslih Sofar selaku bagian Pengelola
Pembinaan Kerohanian Anak Didik di LPKA Kelas II Jakarta yang telah
menyediakan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan observasi.
10. Sahabat seperjuangan sejak dibangku kuliah, Vira Desintha, Ika Surandari,
Ambar Indriyati dan Revandi Ahmad yang telah memberikan semangat dan
masukan selama penulisan skripsi ini.
11. Lalita May Wilda, salah satu sahabat penulis di KKN UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Kelompok Gundam 027, yang telah menyediakan waktu dan tenaga
iii
untuk menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di LPKA
Kelas II Jakarta.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2015 khususnya JIP
Kelas A yang sama-sama sedang berjuang dalam pendidikan.
Demikianlah ucapan terimakasih semoga segala bantuan dan dukungannya
mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca, dan penulis tentunya mengharapkan kritik dan
saran agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Jakarta, Juli 2019
Yana Mariyana
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
D. Definisi Istilah .................................................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR .......................................................................... 11
A. Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan.......................................................... 11
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan .......................................................... 11
2. Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan sebagai Perpustakaan Khusus ..... 13
3. Peran Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan ............................................ 15
4. Koleksi Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan ........................................ 17
B. Hak Akses Informasi sebagai Hak Anak Didik di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak ........................................................................................................ 19
1. Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).............................. 19
2. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan ......................................................... 21
3. Kebutuhan Informasi Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan .................. 24
4. Hak Akses Informasi Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan .................. 26
5. Jenis dan Layanan Informasi ........................................................................ 29
C. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 33
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 34
v
C. Teknik Pemilihan Informan ............................................................................. 35
D. Sumber Data .................................................................................................... . 37
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 43
A. Setting Lokasi Penelitian.................................................................................. 43
1. Selayang Pandang LPKA Kelas II Jakarta .............................................................. 43
2. Visi dan Misi ........................................................................................................... 44
3. Struktur Organisasi, Tugas Pejabat Struktural dan Sumber Daya Manusia ............ 45
4. Penghuni LPKA Kelas II Jakarta ............................................................................ 49
5. Hak Anak Didik LPKA Kelas II Jakarta ................................................................. 50
6. Program Pembinaan Anak Didik ............................................................................ 51
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan..................................................................... 54
1. Anak Didik dan Pihak LPKA Kelas II Jakarta dalam Memaknai Hak Akses Informasi .................................................................................................................... 55
2. Layanan Informasi Anak Didik oleh Petugas LPKA Kelas II Jakarta .................... 89
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 111
A. Kesimpulan .................................................................................................... 111
B. Saran ............................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 114
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian Jadwal Penyusunan Skripsi……………………………………...35
Tabel 3.2 Gambaran Umum Informan Anak Didik…………………………………36
Tabel 3.3 Gambaran Umum Informan Petugas LPKA…………………………….. 36
Tabel 4.1 SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan………………………………….. 48
Tabel 4.2 Jumlah Petugas berdasarkan Fungsional Kerja…………………………..48
Tabel 4.3 Data Anak Didik berdasarkan Agama……………………………………49
Tabel 4.4 Data Anak Didik berdasarkan Usia……………………………………....49
Tabel 4.5 Data Anak Didik berdasarkan Jenis Kejahatan…………………………..50
Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Layanan Edukasi……………………………………91
Tabel 4.7 Koleksi Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta……………………………93
Tabel 4.8 Kerjasama Layanan Informasi dengan Pihak Lain………………………95
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi……………………………………………………..45
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi secara umum dapat dimaknai sebagai sebuah pesan, ide, gagasan
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain melalui angka, audio, lisan,
tulisan maupun gambar. Dalam artian luas Informasi juga dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan, dan ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan bagi manusia yang
tidak lepas dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan Informasi terkadang
muncul karena adanya kesenjangan pengetahuan dalam diri seseorang, untuk
mengatasi kesenjangan tersebut, seseorang akan mencari informasi yang
dibutuhkannya agar segera terpenuhi. Dalam kajian ilmu perpustakaan, data yang
diolah akan menjadi informasi, dan informasi yang telah diolah akan menjadi
pengetahuan, seluruh koleksi perpustakaan tersebut kemudian disebut sebagai
informasi dan ilmu pengetahuan itu kemudian dimanfaatkan oleh manusia sesuai
dengan kegunaannya.1 Ilmu pengetahuan terus berkembang, perkembangannya
sejalan dengan usaha dan kemampuan manusia sesuai dengan kemampuan
manusia yang memiliki sifat ingin tahu yang tak pernah berhenti atau padam.2
Untuk memenuhi rasa ingin tahu tentunya setiap orang memiliki hak untuk
mengakses informasi-informasi yang diinginkan maupun yang dibutuhkan. Salah
1 Sutarno, Tanggung Jawab Perpustakaan: Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi (Jakarta: Panta Rel, 2005). h, 65.
2 Tanggung Jawab Perpustakaan: Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. h, 65.
1
satu cara untuk mempercepat berkembangnya industri informasi dan meluasnya
akses informasi adalah adanya kebebasan informasi, atau yang bisa kita sebut
sebagai demokratisasi informasi.
Hak untuk mendapatkan informasi maupun ilmu pengetahuan tentunya adalah
hak setiap orang tanpa terkecuali, karena Hak atas informasi merupakan Hak Asasi
Manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang
demokratis. Negara Indonesia telah memberi pengakuan dan jaminan secara
tertulis mengenai hak informasi sebagaimana diatur dalam konstitusi perubahan
kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F
yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”3
Berdasarkan Undang-Undang tersebut dapat dikatakan bahwa akses informasi
adalah hak setiap warga Negara tanpa memandang perbedaan sedikitpun. Menurut
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada Pasal 5
dikatakan bahwa masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
3 Indonesia, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F,” diakses 20
November 2018, http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf.
2
layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan.4
Masyarakat yang dimaksud adalah pemustaka di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak itu sendiri yakni seluruh anak didik. Perpustakaan merupakan salah satu
tempat yang disediakan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam memberikan
akses mencari informasi bagi anak didik.
. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak atau dikenal dengan sebutan
Lembaga Pembinaaan Khusus Anak (LPKA) merupakan tempat bagi anak yang
menjalani proses peradilan atau menjalani masa pidana. Narapidana dalam proses
pemasyarakatan perlu diperhatikan hak-haknya dan perlu diberi perlindungan
hukum. Terlebih lagi, jika narapidana itu masih dibawah umur dalam arti ia belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, yang dalam pemasyarakatan
disebut sebagai anak pidana.5 Pada pasal 85 UU SPPA juga menyatakan bahwa
Lembaga Pembinaan Khusus Anak wajib menyelenggarakan pendidikan,
pelatihan, keterampilan, pembinaan dan pemenuhan hak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor
M. 02-PK.04. 10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana atau Tahanan
dikatakan bahwa narapidana maupun anak didik berhak memperoleh informasi
melalui kegiatan pembinaan seperti ceramah umum, kegiatan pengembangan
4 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,” diakses 19 November
2018, http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/094607-UU%20No.43%20tahun% 202007% 20 tentang%20Perpustakaan.pdf.
5 Fransiska Novita Eleanora dan Masri Esther, “Pembinaan Khusus Anak Menurut Sistem Peradilan Pidana Anak,” Jurnal Kajian Ilmiah Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 18, no. 3 (2018). diakses
20 November 2018, http://www.jurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/kajian-ilmiah/article/view/266. h.28.
3
bakat, menyalurkan minat baca di perpustakaan, serta adanya kegiatan rekreasi
seperti penyelenggaraan pertunjukan melalui pemutaran film, video, dan lain-lain.
LPKA Kelas II Jakarta telah memberikan hak akses informasi untuk para anak
didik melalui perpustakaan. LPKA Kelas II Jakarta memberikan beberapa layanan
dan kegiatan perpustakaan seperti Layanan Edukasi, Layanan Sirkulasi dan
Program Literasi Informasi. Selain itu LPKA Kelas II Jakarta juga memberikan
pelatihan atau kursus komputer, bahasa inggris guna mendukung pendidikan anak
didik serta memberikan akses informasi lainnya melalui media siaran TV.
Observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober dan November 2018,
peneliti mengamati beberapa kegiatan anak didik di LPKA Kelas II Jakarta, salah
satunya yaitu kegiatan PKBM atau Sekolah Paket. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan informasi melalui layanan edukasi yang dilaksanakan di perpustakaan
pada pukul 08.30 s/d 12.00 WIB. Anak didik diberikan materi pelajaran sekolah
seperti sejarah, agama dan matematika, kemudian materi pelajaran sekolah paket
tersebut diberikan oleh pengajar dari luar LPKA Kelas II Jakarta. Layanan edukasi
ini terdiri dari Sekolah Paket A (setara SD) pada hari Senin, Paket B (setara SMP)
pada hari Kamis, Paket C (Setara SMA) pada hari Selasa dan Rabu. Selama
kegiatan ini berlangsung tentunya anak didik diberi pelayanan dan diawasi oleh
petugas. LPKA Kelas II Jakarta juga menyediakan layanan perpustakaan sebagai
hak bagi anak didik dalam mencari informasi yang diinginkan melalui Layanan
Sirkulasi yaitu pada hari Senin s/d Jum‟at pada pukul 15.30 s/d 16.00 WIB.
Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu anak didik bahwa peminjaman
4
buku perpustakaan dilakukan dengan memberikan uang deposit atau jaminan
sebesar Rp.5000,- / Rp.10000,- untuk satu buku yang dipinjam, jika buku tersebut
hilang maka uang jaminan tidak dikembalikan, serta diberikan batas waktu
peminjaman koleksi perpustakaan untuk anak didik selama 3 hari.
Selama pengamatan berlangsung, terlihat ada kendala mengenai pemberian
hak untuk mengakses informasi di LPKA Kelas II Jakarta, dimana anak didik
hanya diperbolehkan mengakses informasi di perpustakaan pada pelaksanaan
sekolah paket, yang tentunya berbeda-beda jadwal bagi setiap anak didik di tingkat
SD, SMP, SMA. Selain itu untuk mengakses, meminjam dan membaca buku juga
diperbolehkan sesuai peraturan LPKA yaitu pada jadwal layanan perpustakaan
setiap hari Senin sampai Jum‟at dalam waktu setengah jam saja, serta jangka
waktu peminjaman koleksi yang hanya diperbolehkan selama 3 hari. Selain itu
layanan perpustakaan dibatasi dikarenakan perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta
juga merupakan fasilitas perpustakaan untuk narapidana dewasa Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba sehingga menyebabkan jadwal layanan
perpustakaan untuk Anak didik dan Narapidana dewasa harus dibedakan untuk
menghindari bentrok antara keduanya.
Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu pegawai bagian Pengelola
Pembinaan Kerohanian Anak Didik di LPKA Kelas II Jakarta, Bapak Muslih
Sofar, anak didik juga mendapatkan program literasi informasi yang dilaksanakan
pada hari Selasa dan tujuan dari kegiatan literasi informasi yaitu untuk
meningkatkan minat baca anak-anak didik. Selain itu anak didik memperoleh hak
5
untuk informasi diluar perpustakaan seperti kursus bahasa inggris, kursus
komputer serta menonton siaran TV di blok atau kamar tidur. TV yang disediakan
berukuran 32 inchi dan anak didik diperbolehkan mengakses TV pada jam-jam
istirahat. Anak didik juga menerima pelatihan dibidang komputer, namun anak
didik tidak diberikan akses internet pada komputer tersebut karena dikhawatirkan
jika nantinya mereka dapat menyalahgunakan penggunaan internet untuk hal yang
tidak sewajarnya.
Anak didik tentunya berhak mendapatkan hak akses informasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan Pihak LPKA pun harus memberikan hak akses informasi
untuk anak didik sesuai dengan kebijakan lembaga dan perundang-undangan.
Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam skripsi yang berjudul, ´ + D N $ N V H V , Q I R U P D V L % D J L G L /
H P E D J D 3 H P E L Q D D Q . K X V X V $ Q D N / 3 . $ . H O D
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini fokus pada permasalahan dan tidak menyimpang dari pokok
pembahasan yang hendak di teliti oleh penulis, maka penulis membatasi masalah
diantaranya :
1. Pemahaman anak didik dan petugas LPKA terhadap Hak Akses Informasi
2. Arti penting Hak Akses Informasi bagi anak didik di LPKA Kelas II
Jakarta b. Rumusan Masalah
6
Adapun berdasarkan Latar Belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu :
1. Bagaimana Anak Didik dan pihak LPKA memaknai Hak Akses Informasi di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta?
2. Bagaimana petugas memberi layanan akses informasi terhadap anak didik di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh melalui penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui makna hak akses informasi bagi anak didik di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
2. Untuk mengungkap layanan petugas LPKA terhadap hak akses informasi
a. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diatas, ada beberapa manfaat yang ingin diperoleh oleh peneliti
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Instansi Penelitian yaitu dapat membantu dan memberikan masukan serta
tambahan pengetahuan kepada instansi terkait untuk meningkatkan kualitas
dalam memberikan hak akses informasi bagi anak didik di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
2. Bagi Peneliti untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata
satu Ilmu Perpustakaan serta untuk menambah wawasan dan informasi
7
mengenai hak akses informasi bagi anak didik di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
D. Definisi Istilah
Informasi adalah ilmu pengetahuan. Dalam kajian ilmu perpustakaan, data
yang diolah akan menjadi informasi, dan informasi yang telah diolah akan menjadi
pengetahuan, seluruh koleksi perpustakaan tersebut kemudian disebut sebagai
informasi dan ilmu pengetahuan itu kemudian dimanfaatkan oleh manusia sesuai
dengan kegunaannya.6
Hak Akses Informasi adalah hak untuk setiap orang dalam mencari dan
memanfaatkan informasi dari media informasi. Hak akses informasi merupakan
hak publik untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan menjadi saatu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan
Negara yang terbuka.
Anak Didik Pemasyarakatan adalah sebutan untuk anak-anak yang berusia
dibawah 18 Tahun yang menjalani proses pidana atau yang sedang berkonflik
dengan hukum. Anak didik secara umum dikenal dengan sebutan narapidana anak
yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan. Anak didik saat ini memiliki
lembaga pembinaan tersendiri yang dipisahkan dari narapidana dewasa yaitu
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
6 Tanggung Jawab Perpustakaan: Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. h, 65.
8
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan proposal ini, maka peneliti membagi dalam
tahapan-tahapan pembahasan yang terdiri dari beberapa bab yang disusun
berdasarkan sistematika penulisan secara sistematis mulai dari BAB I sampai BAB
V dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini meliputi landasan teori atau tinjauan pustaka mengenai hal-hal
yang mengacu pada objek yang diteliti seperti Perpustakaan Lembaga
Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Hak-Hak Anak
Didik LPKA, Hak Akses Informasi Anak Didik, Layanan Informasi
serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, penentuan informan, teknik
pengolahan dan analisis data, serta jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Kelas II Jakarta, hasil penelitian dan pembahasan
9
mengenai Hak akses informasi bagi anak didik di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian. Peneliti juga
memberikan masukan kepada Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Kelas II Jakarta mengenai hak akses informasi bagi anak didik
dengan singkat dan jelas.
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Permasyarakatan merupakan salah satu komponen dalam Sistem
Peradilan Pidana di Indonesia yang berfungsi sebagai pembinaan terhadap
narapidana. Sistem Peradilan Pidana merupakan suatu sistem penegakan hukum
sebagai upaya penanggulangan kejahatan. Sistem Peradilan Pidana terdiri dari 4
komponen (sub sistem), yaitu sub sistem kepolisian, sub sistem kejaksaan, sub
sistem pengadilan dan sub sistem lembaga pemasyarakatan. Lembaga
Permasyarakatan sebagai sub sistem yang paling akhir yang langsung berhadapan
dengan narapidana untuk melaksanakan pembinaan, mempunyai posisi yang
strategis dalam mewujudkan tujuan akhir dari Sistem Peradilan Pidana. Lembaga
Permasyarakatan diharapkan mampu merealisasikan tujuan akhir Sistem
Peradilan Pidana yaitu mencegah timbulnya kejahatan.
Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan dikatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat
untuk melaksanakan pembinaan terhadap Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan sebagai unit pelaksanaan teknis
dibidang pembinaan narapidana berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM. Lembaga
pemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan sebutan penjara, adalah tempat
11
untuk merupakan tempat yang membina dan memperlakukan narapidana agar
menjadi individu yang lebih baik dan berguna di masyarakat nantinya.
Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 ayat
2 menegaskan bahwa :
“Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta
cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat
untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang
baik dan bertanggung jawab“.7
Fungsi lembaga pemasyarakatan adalah sebagai tempat untuk melakukan
pembinaan kepada narapidana/anak, memberikan bimbingan, persiapan sarana
dan mengelola hasil kerja, melakukan bimbingan sosial kerohanian terhadap
narapidana/anak, melakukan pemeliharaan keamanan dan mematuhi tata tertib
lembaga kemasyarakatan, melakukan urusan tata usaha rumah tangga.8 Upaya
penanggulangan perkara anak harus dibedakan dengan penanganan perkara orang
7 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 2 tentang Pemasyarakatan,”diakses
4 November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/ lt5024cc61e623d. 8 Anggara Baldi, “Pemenuhan Hak-Hak Pendidikan Keagamaan Islam Anak Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Pakjo Palembang,” Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang 3, no. 1 (2017): diakses 15 Februari 2019, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ Tadrib/article/view/1389/pdf.h.166.
12
dewasa agar kepentingan anak dapat dipenuhi dan dilindungi karena anak
mempunyai mental dan pola pikir dan fisik yang berbeda dengan orang dewasa.
Perlakuan khusus terhadap perkara anak telah diatur dalam Undang-Undang
Peradilan Anak dan Undang-Undang Pemasyarakatan. Salah satu upaya untuk
melindungi kepentingan anak adalah adanya pemisah antara Lembaga
Pemasyarakatan untuk membina anak yang berstatus narapidana atau disebut
Anak Didik dengan Lembaga Pemasyarakatan untuk membina narapidana
dewasa.
2. Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan sebagai Perpustakaan Khusus
Perpustakaan dimaknai sebagai tempat menyimpan buku maupun tempat
untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan terdiri dari
berbagai jenis seperti perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan
perguruan tinggi, perpustakaan pribadi dan perpustakaan nasional. Semua jenis
perpustakaan tersebut mempunyai tujuan yang sama yakni memenuhi kebutuhan
informasi pemustaka. Perpustakaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan
termasuk perpustakaan khusus, sebagaimana pernyataan pada Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 7 tentang Perpustakaan bahwa:
“Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara
terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga
13
masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau
organisasi lain.”9
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang
bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang untuk
mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat tertentu.10
Adapun karakteristik
perpustakaan khusus sebagai berikut:
a. Memiliki buku dengan jumlah terbatas pada satu atau beberapa disiplin
ilmu
b. Melayani pengguna dalam kelompok tertentu saja
c. Memiliki jenis koleksi informasi tertentu dan termuat dalam berbagai
media
d. Memiliki koleksi bukan pada buku saja melainkan pada majalah,
pamphlet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau indeks karena jenis
tersebut umumnya merupakan informasi yang lebih mutakhir disbanding
buku
e. Jasa yang diberikan mengarah kepada minat angota perorangan karena itu
perpustakaan menyediakan jasa yang sangat berorientasi ke pemakainya
dibandingkan jenis perpustakaan lain. Jasa yang diselenggarakana
9 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
10 Sumardji P, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan (Jakarta: Grasindo, 1999). h, 16
14
misalnya pemencaran informasi terpilih atau pengiriman fotokopi artikel
sesuai dengan minat pemakai.11
Perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan merupakan perpustakaan khusus
yang melayani para pemustakanya seperti narapidana. Oleh karena itu sebagai
perpustakaan khusus, maka perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan harus
membantu mencukupi kebutuhan informasi pemustaka yang ada di lembaga
tersebut.
3. Peran Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan
Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan juga memiliki kebutuhan
dasar, satunya adalah kebutuhan informasi, narapidana berhak memperoleh hak
untuk mengakses informasi di perpustakaan karena narapidana merupakan
bagian dari masyarakat yang nantinya akan kembali kepada lingkungan
masyarakat. Apabila dihubungkan dengan tujuan perpustakaan pada umumnya
maka sangatlah penting bagi Lembaga Pemasyarakatan memiliki perpustakaan
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, yang dalam hal ini adalah
narapidana. Dalam peraturan PBB tentang standar minimum untuk perlakuan
terhadap narapidana tahun 1995 Pasal 40 berbunyi:
“Setiap institusi seperti Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki
perpustakaan untuk digunakan oleh narapidana dan diisi dengan buku rekreasi
11 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993). h, 49
15
dan pengetahuan dan narapidana harus didorong untuk memanfaatkan
sepenuhnya”.12
Perpustakaan telah menjadi bagian penting dalam lingkup pemasyarakatan
karena perpustakaan adalah fasilitas penunjang untuk tahanan atau narapidana.
Perpustakaan penjara harus berperan sebagai tempat untuk mendukung edukasi,
rekreasi dan rehabilitasi bagi tahanannya serta perpustakaan Penjara harus
memberi kesempatan kepada para pelaku/tahanan untuk berkembang seperti
keterampilan melek huruf, mengejar minat pribadi, budaya dan sebagai
pembelajaran seumur hidup.13
Salah satu cara pembinaan narapidana adalah
dengan membuka perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan. Perpustakaan
Lembaga Pemasyarakatan dapat membantu tugas lembaga untuk membentuk
narapidana agar dapat hidup secara wajar baik dalam kehidupan moral maupun
sosial. UU No. 43 tahun 2007 pasal 5 ayat 3 tentang Perpustakaan menyebutkan
bahwa :
“Masyarakat yang memiliki cacat atau kelainan fisik, mental, emosional,
intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh layanan perpustakaan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan masing-masing.”14
12
Vibeke Lehmann dan Joanne Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners” (The Hague :
International Federation of Library Associations and Institutions, 2005), diakses 21 Januari 2019, https://archive.ifla.org/VII/s9/nd1/iflapr-92.pdf. h.5. 13 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h.4.
14 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,” diakses 19 November
2018, http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/094607UU%20No.43%20tahun%202007%20 tentang%20Perpustakaan.pdf.
16
Sebagai lembaga yang menaungi masyarakat yang berkonflik dengan hukum
maka undang-undang tersebut memperkuat bahwa Lembaga Pemasyarakatan
perlu memiliki perpustakaan. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehakiman
Republik IndonesiaNomor M. 02-PK.04. 10 Tahun 1990 Tentang Pola
Pembinaan Narapidana atau Tahanan dikatakan bahwa peran Perpustakaan untuk
narapidana maupun anak didik yaitu :
1) Untuk mengisi waktu terluang dan guna menyalurkan minat baca, maka
disediakan perpustakaan.
2) Perpustakaan yang diselenggarakan Rutan/Cabrutan, meliputi buku Agama,
pengetahuan umum, kejuruan dan lain-lain yang dipandang tidak mengganggu
keamanan dan ketertiban Rutan/Cabrutan serta bermanfaat bagi tahanan.
3) Buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan dapat dipinjam oleh tahanan
yang waktu dan tempatnya diatur oleh Kepala Rutan/ Cabrutan.15
4. Koleksi Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 14 Ayat 1F dikatakan bahwa setiap narapidana berhak
mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak
dilarang.16
Oleh karena itu perpustakaan penjara harus menyediakan sumber daya
15 Menteri Kehakiman Republik Indonesia, “Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan,” diakses 28 Maret
2019, https://www.scribd.com/document/361001492/Kepmenkumham-No-m-02-Pk-04-10-Tahun-1990-Pola-Pembinaan-Napi-Dan-Tah.
16 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14 Ayat 1F tentang Pemasyarakatan,” diakses 4 November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/
17
atau sumber bacaan untuk pendidikan penjara, program rehabilitasi dan
persyaratan spesifik seperti koleksi hukum. Berdasarkan Federasi Internasional
dan Asosiasi Perpustakaan bahwa koleksi perpustakaan penjara harus mencakup
jenis bahan sebagai berikut :
1. referensi umum
2. fiksi dan non fiksi
3. biografi
4. komik dan novel
5. materi hukum
6. kumpulan puisi
7. bahan belajar mandiri
8. bahan literasi dan berhitung
9. buku berukuran besar
10. majalah dan surat kabar
11. informasi komunitas
12. buku audio
Selain itu dinyatakan pula bahwa koleksi perpustakaan penjara harus
menyertakan materi dalam cetakan dan format lain atau non-cetak seperti audio,
video, komputer untuk memenuhi informasi, pendidikan, budaya, rekreasi, dan
kebutuhan rehabilitasi populasi penjara. Termasuk adanya bahan cetak dan non-
cetak mirip dengan yang ditemukan di perpustakaan umum maupun sekolah.
Serta letak lokasi perpustakaan penjara juga harus strategis di dalam kompleks
penjara, yakni dimana semua tahanan termasuk tahanan yang cacat fisik dapat
menjangkaunya.
18
B. Hak Akses Informasi sebagai Hak Anak Didik di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak
1. Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Berkaitan dengan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak atau yang sekarang
disebut dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Khusus Anak (LPKA), dalam
ketentuan Pasal 1 angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
memberikan pengertian mengenai Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya
disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan
Anak yang berkonflik dengan hukum.17
Lembaga Pembinaan Khusus Anak atau
disebut LPKA adalah suatu lembaga atau tempat anak yang menjalani masa
pidana. Berdasarkan pasal 1 ayat 3 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak
(UU SPPA), Anak yang dimaksud ialah anak yang berkonflik dengan hukum
yang telah berusia 12 tahun tetapi belum berusia 18 tahun.18
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
yang disebut Anak Didik Pemasyarakatan adalah seorang anak yang dinyatakan
sebagai anak berdasarkan putusan pengadilan sehingga diramapas kebebasannya
dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan khusus yaitu Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, Anak Didik Pemasyarakatan adalah :
17 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,” diakses 4 November
2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/lt5024cc 61e623d. 18 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,” diakses
4 November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
19
a. Anak Pidana yaitu anak berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana
di Lapas anak paling lama sampai berumur 18 tahun.
b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan
pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama
berumur 18 tahun.
c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan anak untuk dididikan di Lapas Anak
paling lama sampai berumur 18 tahun.19
Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak pada Pasal 104 ditegaskan bahwa setiap lembaga
pemasyarakatan anak harus melakukan perubahan sistem menjadi Lembaga
Pembinaan Khusus Anak sesuai dengan Undang-Undang tersebut, paling Lama 3
(tiga) tahun. Tujuan dari perubahan nama menjadi Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) ini tentunya untuk mengganti kesan hukuman bagi anak menjadi
pendekatan berbasis HAM di LPKA terutama tentang budi pekerti serta untuk
menghapus kesan angker Lapas yang tak dipungkiri masih melekat hingga
sekarang.20
Perubahan nama dari Lapas Anak menjadi LPKA tentunya juga
berfungsi memberikan pembinaan kepada anak agar menjadi lebih baik lagi, serta
menghilangkan persepsi yang buruk kepada anak sebagai pelaku tindakan pidana.
19 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 tentang Pemasyarakatan,” diakses 4
November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/
lt5024cc61e623d.
20 Yulianto dan Yul Ernis, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana Anak (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2016), h.5.
20
Oleh karena itu, memberikan pembinaan kepada anak adanya harapan akan
menumbuhkan sikap dan kesadaran hukum terhadap anak. Paling utama adalah
seorang anak menyadari kesalahannya. Harapan kedepannya tidak mengulangi
lagi, dan dapat membedakan mana perbuatan yang dianggap salah dan perbuatan
yang dianggap benar.21
2. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan
Anak yang berada di LPKA atau yang disebut anak didik pemasyarakatan
tentunya memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Berdasarkan pasal
85 ayat 1 UU SPPA dikatakan bahwa anak yang dijatuhi pidana penjara
ditempatkan di LPKA. Tentunya perlu diatur tentang hak dan kewajiban anak
karena kedudukan anak dalam proses peradilan pidana sangat penting. Pasal 85
ayat 2 menyatakan bahwa :
“Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh pembinaan,
pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan, serta
hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”22
Selanjutnya pasal 85 ayat 3 menyatakan bahwa :
21 Fransiska Novita Eleanora dan Esther Mastri, “Pembinaan Khusus Anak Menurut Sistem Peradilan Pidana Anak,” Jurnal Kajian Ilmiah Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 18, no. 3 (2018). diakses
15 Februari 2019. http://www.jurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/kajian-ilmiah/article/view/266. h.216. 22 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 2 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,” diakses 4 November2018,https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024 cc61e623d/node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
21
“LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan keterampilan,
pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”23
Petugas/pihak LPKA wajib memperhatikan hak setiap anak didik dalam
menjalankan tugas dan fungsi dalam proses peradilan pidana anak, dalam
memberikan hak-hak anak didik di LPKA tentunya dibutuhkan peran aktif dari
petugas LPKA itu sendiri. Hal ini dikarenakan hak-hak anak didik telah diatur
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak yang meliputi:
1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya
2. Dipisahkan dari orang dewasa
3. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif
4. Melakukan kegiatan rekreasional
5. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam tidak
manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya
6. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup
7. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dan
dalam waktu yang paling singkat
8. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tindak
memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum
9. Tidak dipublikasikan identitasnya
23 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 3 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,” diakses 4 November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt 5024cc61e623d/node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
22
10. Memperoleh pendampingan orang tua/Wali/pengasuh dan orang yang
dipercaya oleh Anak
11. Memperoleh advokasi sosial
12. Memperoleh kehidupan pribadi
13. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi Anak cacat
14. Memperoleh pendidikan
15. Memperoleh pelayanan kesehatan
16. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan24
Petugas LPKA tentunya harus memperhatikan hak anak yang sedang
menjalani pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi:
1. Mendapat pengurangan masa pidana
2. Memperoleh asimilasi
3. Memperoleh cuti mengunjungi keluarga
4. Memperoleh pembebasan bersyarat
5. Memperoleh cuti menjelang bebas
6. Memperoleh cuti bersyarat
7. Memperoleh hak hak lain sesuai ketentuan25
Berdasarkan paparan mengenai hak-hak anak didik dapat dikatakan bahwa
anak didik pemasyarakatan atau anak yang ditempatkan di dalam LPKA berhak
mendapatkan pendidikan tanpa dibeda-bedakan dengan anak lainnya. Adapun
pendidikan yang diberikan dapat berupa pendidikan formal seperti pendidikan
24 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 3 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,” diakses 4 November 2018,https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d /node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
25 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 4 Ayat 1 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,” diakses 4 November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d /node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
23
sekolah dasar, sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Serta pendidikan
nonformal seperti pelengkap untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan anak
didik. Tugas LPKA dalam pelaksanaan program pendidikan lebih bersifat
fasilitatif yaitu menyiapkan sarana prasarana serta peserta didik. Dalam
pelaksanaan program, petugas LPKA wajib melakukan monitoring dan evaluasi
program pendidikan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program terhadap
perkembangan perilaku anak didik.
3. Kebutuhan Informasi Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan
Narapidana maupun Anak Didik tentunya juga memiliki kebutuhan dasar
selayaknya masyarakat pada umumnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan
informasi. Terlebih lagi untuk narapidana yang baru saja mendekam di Lembaga
Pemasyarakatan yang kebanyakan sulit untuk beradaptasi. Layanan serta fasilitas
yang diberikan perpustakaan dapat disesuaikan dengan keterbatasan narapidana.
Salah satu fasilitas yang diberikan perpustakaan adalah adanya pustakawan
sebagai pengelola informasi. Pustakawan yang bekerja di perpustakaan Lembaga
Pemasyarakatan dituntut untuk dapat mengenali kebutuhan informasi narapidana
serta mengusahakan tersedianya kebutuhan informasi tersebut. Pustakawan
diharapkan dapat bertindak sebagai penyediaan informasi untuk narapidana.
Dengan terpenuhinya salah satu faktor kebutuhan mendasar narapidana
diharapkan berkembang menjadi individu yang berkualitas sehingga dapat
diterima secara baik dalam kehidupan sosialnya.
24
Oleh karena itu, lembaga pemasyarakatan maupun lembaga pembinaan
khusus anak harus menyediakan fasilitas untuk menunjang kebutuhan informasi
melalui Perpustakaan maupun kegiatan untuk narapidana. Adapun kebutuhan
informasi narapidana diantaranya :
1. Pendidikan, kebutuhan dasar untuk narapidana agar menjadi masyarakat
yang lebih baik
2. Spiritual, yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas emosional dan
pertumbuhan spiritual narapidana
3. Kesehatan, agar para narapidana mengetahui tentang tindakan pencegahan
penyakit
4. Rekreasi, sebagai sumber informasi yang akan membantu narapidana
mengatasi kebosanan yang terkait dengan lingkungan penjara.
5. Keterampilan/Pelatihan Kejuruan, untuk mengasah kemampuan untuk
membantu mereka menemukan pekerjaan yang bermanfaat setelah keluar
dari penjara.
Narapidana di lembaga pemasyarakatan tentunya memiliki kebutuhan
informasi yang sama, karena narapidana ataupun tahanan di penjara adalah
bagian dari masyarakat yang akan kembali ke masyarakat setelah menjalani
hukumannya. Menyediakan kebutuhan informasi mereka akan membantu dalam
25
mensosialisasikannya kembali masyarakat untuk menjadi warga negara yang
lebih baik untuk diri mereka sendiri dan masyarakat.26
4. Hak Akses Informasi Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan
Informasi menjadi bagian yang sangat menentukan dalam segala kegiatan
manusia dan mempunyai arti penting di dunia ekonomi, bisnis, dan kesejahteraan
manusia.27
Bagi narapidana maupun anak didik informasi tentunya merupakan
hal yang penting yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
memperbaiki diri selama berada di dalam penjara. Dengan demikian sebuah
Lembaga Pemasyarakatan tentunya harus memberikan akses informasi kepada
para narapidana maupun anak melalui fasilitas dan layanan informasi yang
disediakan. Salah satu fasilitas layanan informasi di Lembaga Pemasyarakatan
adalah Perpustakaan, seperti dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 Bab 1 Pasal 1 bahwa :
“Perpustakaan adalah institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.”28
26 Atanda S Sambo, Saliu A Usman, dan Nafisa Rabiu, “Prisoners and Their Information Needs:
PrisonLibraries Overview,” Library Philosophy and Practice (e-journal), 2017. diakses 21 Januari 2019. http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4135&context=libphilprac. h. 2.
27 Sri Rumani, Materi Pokok Aspek Hukum dan Bisnis Informasi (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014). h. 23.
28 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
26
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang dapat diakses oleh
masyarakat dan tidak terkecuali bagi narapidana atau anak didik di Lembaga
Pemasyarakatan. Mengenai hak informasi sebagaimana diatur dalam konstitusi
perubahan kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28 F yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”29
Perpustakaan adalah bagian penting dalam sebuah lembaga pemasyarakatan,
perpustakaan lembaga pemasyarakatan tentunya harus memberikan layanan yang
berfungsi sebagai edukasi, rehabilitasi maupun rekreasi bagi narapidana. Orang
yang di penjara belum melepaskan hak untuk belajar dan mengakses informasi,
dan perpustakaan penjara harus menawarkan bahan dan layanan yang sebanding
perpustakaan komunitas di dunia "bebas".30
Adapun hak akses informasi bagi narapidana maupun anak didik diantaranya:
1. Adanya Kegiatan pendidikan dan budaya harus disediakan dan didukung,
termasuk akses ke perpustakaan yang memadai31
29 “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F.”
30 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 4.
31 “Human Right and Prisons” (United Nation Publication, 2005), diakses 5 Mei 2019 https://www.ohchr.org/documents/publications/training11add3en.pdf. h. 10.
27
2. Hak Akses ke perpustakaan maupun media informasi lainnya harus
didapatkan oleh semua narapidana/anak didik termasuk yang cacat fisik
3. Adanya peraturan untuk mengakses perpustakaan; seperti jadwal layanan
perpustakaan dan media informasi lainnya harus dibatasi
4. Narapidana maupun anak didik berhak mengunjungi perpustakaan setiap
minggunya untuk periode yang cukup lama untuk memilih dan
memperoleh pengetahuan baru, mengajukan pertanyaan/referensi kepada
pustakawan, membaca dan meminjam buku serta mengikuti program atau
layanan lain yang disediakan oleh perpustakaan32
5. Jam akses perpustakaan harus dikoordinasikan dengan jam layanan
pendidikan, pelatihan kerja dan kegiatan lain untuk menghindari
bentroknya jadwal narapidana maupun anak didik di lembaga
pemasyarakatan
6. Pustakawan dan pekerja informasi yang menawarkan layanan harus
menawarkan akses ke koleksi dan layanan tanpa biaya bagi pengguna. Jika
harus ada biaya keanggotaan atau administrasi lainnya maka harus dijaga
semurah mungkin untuk meringkankan pengguna yang kurang beruntung
dari segi sosial33
32
Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 7.
33 Loida Garcia Febo dan Anne Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers,” IFLA (blog), 2015, diakses 20 Mei 2019, http://www.ifla.org/news/ifla-code-of-ethics-for-librarians-and-other-information-workers-full-version.
28
7. Tahanan harus memiliki akses ke komputer untuk tujuan belajar yang sah.
namun, akses internet harus dikontrol dengan ketat34
Hak akses informasi tentunya harus diberikan kepada anak didik, adapun
peran petugas baik pustakawan maupun petugas informasi di sebuah lembaga
pemasyarakatan sangatlah penting, hak akses informasi harus diberikan secara
adil sesuai dengan perundang-undangan dan tata tertib atau kebijakan lembaga.
Selain itu pustakawan dan pekerja informasi harus menghormati perlindungan
anak di bawah umur sambil memastikan ini tidak berdampak pada hak-hak
informasi orang dewasa.35
5. Jenis dan Layanan Informasi
Informasi itu sendiri tentunya disediakan dengan beragam bentuk atau jenis.
Bentuk konkret bahan informasi dapat berupa empat macam, yaitu lisan, tertulis,
audiovisual, dan disket atau program komputer.36
Jenis informasi dengan Bahan
tertulis dapat berupa karangan, majalah serta buku-buku yang menyajikan
informasi tentang pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan lain-lain. Kemudian
bahan informasi lisan dapat berupa ceramah umum, Tanya jawab ataupun
wawancara.37
Serta jenis informasi dengan bahan Audiovisual yaitu bahan
informasi kombinasi antara perangkat lunak dengan perangkat keras, misalnya
34 “Standard Guidelines for Corrections in Australia” (Government of Western Australia Departement of Corrective Services, 2012), diakses 21 Mei 2019,https://justice.nt.gov.au/__data/assets/pdf_file /0009/238185/aust-stand_2012.pdf. h. 29
35 Garcia Febo dan Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.”
36 Winkel dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2006), h. 322.
37 Winkel dan Sri, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. h. 323.
29
bentuk audiovisual dapat ditunjukkan dengan pemutaran film ataupun video. Serta
Bentuk bahan informasi dengan komputer yaitu juga berguna untuk memudahkan
untuk pencarian informasi mengenai dunia pekerjaan, pendidikan maupun untuk
membuat rencana masa depan.
Layanan Informasi merupakan layanan dimana seseorang dapat memperoleh
pemahaman melalui sebuah informasi maupun pengetahuan yang dibutuhkan
guna untuk mengenali diri sendiri maupun lingkungannya. Salah satu sumber
layanan informasi adalah badan pemerintah yang bergerak di bidang pelayanan
dan pendidikan, yang memuat informasi tentang dunia pekerjaan dunia
pendidikan, serta kehidupan sosial manusia. Salah satu sumber layanan informasi
adalah perpustakaan, layanan informasi di perpustakaan merupakan dimana
pustakawan maupun petugas perpustakaan memberikan layanan dan bantuan
kepada penggunanya dalam mencari informasi yang diperlukan. Perkembangan
perpustakaan yang semakin pesat terjadi dibidang Layanan Informasi yang
beragam. Layanan perpustakaan dikatakan sebagai layanan informasi dan
pembelajaran serta layanan pengajaran, karena karena pustakawan tentunya harus
bisa menjadi pendidik bagi pengguna serta menawarkan layanan informasi
lainnya kepada pengguna. Pustakawan dan pekerja informasi lainnya menawarkan
layanan untuk meningkatkan keterampilan membaca, mempromosikan literasi
informasi termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan,
mengevaluasi, mengatur dan membuat, menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi dan mempromosikan penggunaan informasi
30
secara etis sehingga membantu menghilangkan plagiarisme dan bentuk
penyalahgunaan informasi lainnya.38
Pemberian layanan informasi merupakan kegiatan pemberian bantuan dari
seorang ahli dalam hal ini pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
kepada Anak Didik baik berupa informasi mengenai pemahaman diri,
penyesuaian bakat dan minat, kemampuan, cita-cita, pendidikan maupun
pekerjaan yang akan dipilihnya dimasa depan. Oleh karena itu, Meskipun
banyaknya sumber informasi yang disediakan, staf pengelola informasi harus
menilai apakah bahan informasi yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan
anak didik di sebuah Lembaga Pembinaan Khusus Anak tersebut.
C. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang pertama yang dilakukan sebelumnya yaitu penelitian dari
Indah Permatasari, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan
Humaniora, Tahun 2013 dengan judul ³ . H Eutuhan Informasi Anak Didik
di Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA 7 D Q
J H U D Q J ´.Tujuandari penelitian adalah untuk mengetahui kebutuhan
informasi anak didik, apa saja tujuan anak didik dalam memenuhi kebutuhan
informasi serta upaya yang dilakukan anak didik dalam mencari informasi di
perpustakaan Lapas. Persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti yaitu
pada subjek anak didik pemasyarakatan dan sama-sama menggunakan metode
38 Garcia Febo dan Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.”
31
penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian terdahulu
bertema kebutuhan akan informasi anak didik di perpustakaan Lapas anak dan
peneliti dengan tema hak akses anak didik dalam memperoleh informasi di
LPKA.
2. Penelitian kedua yang dilakukan sebelumnya yaitu penelitian dari Astia
Prestica, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2018 dengan
judul ³ 3 H U V H S V L 3 H Q J J X Q D 7 H U K D G D S / D \ D Q D Q 6 D O H P
E D ´ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi warga
binaan terhadap layanan, koleksi dan petugas perpustakaan Lapas Klas IIA
Salemba dan harapannya untuk dapat memberi masukan kepada pengelola
perpustakaan untuk pengembangan layanan perpustakaan yang sesuai dengan
kebutuhan pemustaka. Persamaan antara penelitian terdahulu dengan peneliti
yaitu terletak pada lokasi penelitian, karena Perpustakaan Lapas Klas IIA
salemba merupakan Perpustakaan bagi anak didik LPKA Kelas II Jakarta.
perbedaan dengan peneliti terletak pada tema, dimana penelitian terdahulu
membahas mengenai persepsi pengguna sedangkan peneliti mengungkap hak
akses informasi bagi pengguna. Serta perbedaan lainnya yaitu penelitian
terdahulu menggunakan jenis pendekatan kuantitatif dan peneliti
menggunakan kualitatif.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah strategi, proses atau teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data atau bukti untuk analisis untuk mengungkap informasi baru atau
menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang suatu topik.39
Pada bab ini, penulis
akan memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penulisan yaitu
meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, informan penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan apa yang terjadi. Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata.40
Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan
membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki.41
39 “A Guide to Research Methods, and Search Strategies for Finding Research,” University of Newcastle Library guides (blog), t.t., diakses 9 Mei 2019, https://libguides.newcastle. edu.au/researchmethods.
40 Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014). h. 5.
41 Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1999). h. 26.
33
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang.42
Kemudian data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah metode yang dimulai dengan
mengidentifikasi kasus yang spesifik seperti individu, kelompok, organisasi,
lembaga maupun komunitas. Studi kasus kualitatif dapat disusun untuk
mengilustrasikan kasus yang unik, kasus yang memiliki kepentingan yang tidak
biasa dalam dirinya dan perlu dideskripsikan atau diperinci.43
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas
II Jakarta yang saat ini masih satu tempat dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Salemba, lokasi penelitian beralamat di Jalan Percetakan Negara No.88A,
Jakarta Pusat. Adapun penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan,
yaitu pelaksanaan observasi dimulai pada 30 Oktober 2018 dan 5 November 2018,
kemudian dilanjutkan kembali pada bulan April 2019, kemudian untuk
pelaksanaan wawancara dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni 2019. Berikut
adalah rincian jadwal penyusunan yang dilakukan oleh peneliti:
42 Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 5.
43 John W. Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset : Memilih diantara Lima Pendekatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 137.
34
Tabel 3.1 Rincian Jadwal Penyusunan Skripsi
2018-2019
No. Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
Penyusunan
1. Proposal
Seminar
2. Proposal
Bimbingan
3. Skripsi
4. Penelitian
Penyusunan
5. Skripsi
Pengajuan
6. Sidang
7. Sidang Skripsi Sumber Data: Data lapangan catatan penelitian 2018-2019
C. Teknik Pemilihan Informan
Dalam melakukan penelitian kualitatif, tentunya Informan sangat dibutuhkan
untuk memberikan informasi terkait kasus yang diteliti. Pemilihan informan
dengan sendirinya perlu dilakukan secara purposive (pertimbangan-
pertimbangan tertentu) yaitu atas dasar apa yang diketahui tentang variasi-
variasi yang ada atau elemen-elemen yang ada atau sesuai kebutuhan penelitian.44
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik
tentang dirinya ataupun orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada
peneliti atau pewawancara mendalam.45
Selain itu, Informan yang dipilih tentunya
44 Tjipto Subadi, Penelitian Kualitatif (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006), h. 63.
45 Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 139.
35
informan yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti serta informan
tersebut bersedia memberikan informasi berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan. Untuk itu informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu disajikan pada tabel berikut:
a) Anak Didik,
Anak didik merupakan subjek dari penelitian yaitu sebagai informan
pelaku yang memperoleh pembinaan di LPKA Kelas II Jakarta termasuk
dalam memperoleh hak akses informasi.
Tabel 3.2 Gambaran Umum Informan Anak Didik
No. Nama Informan Usia Pendidikan Kasus
1. RF 17 tahun SMA Narkotika
2. AF 17 tahun SMA Pencurian
3. SR 17 tahun SMP Tauran Pelajar Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah Mei 2019
b) Petugas,
Petugas merupakan informan tambahan, karena petugas LPKA Kelas II
Jakarta adalah informan yang berhadapan langsung dengan anak didik
setiap harinya, baik dalam pengawasan, pemberian akses dan layanan
informasi kepada anak didik.
Tabel 3.3 Gambaran Umum Informan Petugas LPKA
No. Nama Informan Jabatan Pendidikan Terakhir
1. Muhammad Daniel Petugas Perpustakaan S1 Hukum
2. Hanna Theresia D Petugas LPKA SMA Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah Mei 2019
36
Informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu 3 orang anak didik dan 2
orang petugas LPKA Kelas II Jakarta, adapun proses pemilihan informan sebagai
berikut:
1. Peneliti menentukan jumlah informan yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yaitu 3 Anak Didik dan 2 Petugas LPKA Kelas II
Jakarta
2. Informan anak didik ditentukan dan direkomendasikan oleh pihak LPKA
Kelas II Jakarta yaitu anak didik yang sudah cukup lama berada di LPKA
Kelas II Jakarta dan dianggap mampu berkomunikasi dengan baik kepada
orang lain
3. Peneliti tidak diperbolehkan untuk memilih anak didik yang diinginkan
berdasarkan kriteria khusus seperti kasus pidana, agama dan lainnya
dengan tujuan untuk menjaga privasi dan identitas anak didik
4. Informan petugas ditentukan oleh peneliti yaitu petugas yang terkait dan
berhadapan langsung dengan anak didik dalam memberikan layanan
informasi kepada anak didik yaitu petugas perpustakaan dan petugas
pembinaan
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Data Primer
37
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung. Yaitu
dari para pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.Untuk
mengambil data primer, peneliti melakukan observasi yaitu dengan mengamati
kegiatan yang terkait dengan penerapan Hak Akses Informasi di LPKA Kelas II
Jakarta serta melakukan wawancara dengan pihak terkait dengan permasalahan
yang diteliti yakni beberapa Anak didik dan petugas/pihak LPKA Kelas II
Jakarta.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data
sekunder dapat diperoleh melalui bahan-bahan cetak ataupun non cetak berupa
dokumen, literatur, perundang-undangan, artikel dan hasil penelitian lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh data baik primer maupun sekunder dikumpulkan dengan menggunakan :
1. Observasi
Observasi. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan
lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, indidvidu-
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku
yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang
38
terlibat tersebut.46
Observasi yang diambil oleh peneliti adalah pengamat sebagai
non partisipan. Observer dilakukan secara terbuka dengan menyatakan identitas
diri sebagai pengamat untuk mengetahui, mengamati dan memungkinkan
mengajukan pertanyaan yang dilakukan di LPKA Kelas II Jakarta untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Observasi dilakukan secara terbatas seperti
adanya larangan bagi observer untuk membawa alat komunikasi seperti
handphone untuk menjaga keamanan lingkungan LPKA Kelas II Jakarta.
2. Wawancara
Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada informan untuk mengetahui
informasi yang terkait dan lebih mendalam. Wawancara yang dilakukan oleh
peneliti adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah sebuah
prosedur sistematis untuk menggali informasi mengenai responden dengan
kondisi dimana satu set pertanyaan ditanyakan dengan urutan yang telah
disiapkan oleh pewawancara dan jawabannya direkam dalam bentuk yang
terstandardisasi.47
Untuk itu peneliti memilih 3 orang Anak Didik dan 2 Orang
Petugas LPKA Kelas II Jakarta sebagai informan, wawancara dilakukan di
lingkungan anak didik sehingga untuk melakukan proses wawancara peneliti
tidak diperbolehkan membawa alat komunikasi seperti handphone karena
peraturan yang sudah ditetapkan demi keamanan lingkungan penjara dan untuk
46 Haris Herdiansyah. Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 132.
47 Lukman Nul Hakim, “Ulasan Metode Kualitatif : Wawancara terhadap Elit,” Aspirasi 4, no. 2 (Desember 2013), diakses 30 April 2019.https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/ 501/397. h. 168.
39
menjaga identitas anak didik. Untuk itu peneliti hanya diperbolehkan membawa
buku catatan, pulpen serta pedoman wawancara yang sudah disiapkan,
wawancara peneliti dengan anak didik tidak diperbolehkan untuk
didokumentasikan demi menjadi identitas anak didik yang bersangkutan.
3. Pemanfaatan Sumber Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder berupa teori sebagai
literatur penunjuang penelitian. Data ini diperoleh dari buku-buku, dokumen,
artikel, foto dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.48
Kemudian penulis akan menganalisis data yang diperoleh dengan
teknik analisis data sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Pada tahap ini data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi,
dokumentasi dan literatur diorganisir dan memilih hal-hal yang penting dan
dibuang yang tidak diperlukan serta dilakukan pengecekan terhadap kelayakan
dan kelengkapan data. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi,
dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan
48 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014). h, 88.
40
untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui
proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada
tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang
tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan,
penyajian, serta untuk menarik kesimpulan
sementara.49
b. Penyajian Data
Tahap untuk menyusun data hasil reduksi yang telah relevan menjadi sebuah
informasi yang mudah dipahami. Penyusunan data akan dimulai dari data tahap
awal sampai data penggunaan informasi. Data-data tersebut kemudian dipilah-
pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai
dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan
permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara
diperoleh pada waktu data direduksi.50
c. Pengambilan Kesimpulan
Setelah keseluruhan informasi telah membentuk gambaran objek penelitian yang
utuh, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari keseluruhan
informasi tersebut. Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
data. Ini adalah interpretasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau
49 Miles Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992). h, 52.
50 Matthew B. dan Huberman. h, 53
41
sebuah dokumen. Setelah kesimpulan diambil, peneliti kemudian mengecek lagi
kesahihan interpretasi dengan cara mengecek ulang proses koding dan penyajian
data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dilakukan. Setelah tahap
tiga ini dilakukan, maka peneliti telah memiliki temuan penelitian berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan terhadap suatu hasil wawancara mendalam
atau sebuah dokumen.51
51 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2016). h, 180.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Lokasi Penelitian
1. Selayang Pandang LPKA Kelas II Jakarta
Disahkan Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan anak
berimplikasi pada sistem Pemasyarakatan di Indonesia, khususnya dalam fungsi
pemasyaraktan terkait perawatan, pelayanan dan pembinaan Anak yang
berhadapan dengan Hukum (ABH). Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
merupakan lembaga baru yang menggantikan fungsi Lembaga Pemasyarakatan
(lapas) Anak sebagai tempat pelaksana pembinaan bagi Anak.
Dalam menjalankan Undang-Undang SPPA yang merupakan pengganti dari
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan
Anak) yang bertujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin
perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum. Pada pasal 104 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
dijelaskan bahwa setiap Lembaga Pemasyarakatan Anak harus melakukan
perubahan sistem menjadi LPKA sesuai dengan undang-undang ini paling lama 3
(tiga) tahun. Dengan demikian, pada tahun 2017 seluruh Lapas Anak yang ada di
Indonesia sudah harus berubah menjadi LPKA sesuai dengan amanat undang-
undang tersebut.
43
Oleh karena itu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Salemba Jakarta telah
diresmikan menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak pada 5 Agustus 2015 dan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta diresmikan di Rutan Pondok
Bambu pada 8 Juni 2017 bersamaan dengan peresmian lembaga pemasyarakatan
Perempuan Jakarta yang diresmikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan Drs.
Wayan Dusak, SH.
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi LPKA Kelas II Jakarta yaitu:
a. Visi
“Menjadi Penyelenggara Pemasyarakatan yang Profresional dalam
penegakan hukum dan Perlindungan HAM.”
b. Misi
1) Menegakkan Hukum dan Hak Asasi Manusia Terhadap Anak;
2) Mengembangkan pengelolaan pemasyarakatan dan menerapkan standar
pemasyarakatan berbasis IT;
3) Meningkatkan partisipasi masyarakatan (pelibatan, dukungan dan
pengawasan) dalam penyelenggaran pemasyarakatan;
4) Mengembangkan profesionalisme dan budaya kerja petugas
pemasyarakatan yang bersih dan bermatabat;
5) Melakukan pengkajian dan pengembangan penyelenggaraan
pemasyarakataan.
44
3. Struktur Organisasi, Tugas Pejabat Struktural dan Sumber Daya
Manusia
Struktur Organisasi, Tugas Pejabat Struktural dan Sumber Daya
Manusia LPKA Kelas II Jakarta:
a. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Sumber Data : Data lapangan dari bagian Registrasi dan Adminstrasi April 2019
b. Tugas Pejabat Struktural
1) Sub Bagian Umum
Tugas :
45
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pengelolaan
kepegawaian, tata usaha, penyusunan rencana anggaran, pengelolaan
urusan keuangan, serta perlengkapan dan rumah tangga. Fungsi :
Pengelolaan urusan kepegawaian dan tata usaha; Penyusunan rencana
anggaran; Pengelolaan urusan keuangan; dan Pengelolaan
perlengkapan dan rumah tangga.
Sub Bagian Umum terdiri dari :
Urusan Kepegawaian dan Tata Usaha, dan Urusan Keuangan dan
Perlengkapan
2) Seksi Registrasi dan Klasifikasi
Tugas :
Seksi Registrasi dan Klasifikasi mempunyai tugas melakukan
registrasi, penilaian dan pengklasifikasian serta perencanaan program
pembinaan.
Fungsi :
Peregistrasian, penilaian, pengklasifikasian, dan perencanaan
program pembinaan.
Seksi Registrasi dan Klasifikasi terdiri dari :
Subseksi Registrasi, dan Subseksi Penilaian dan Pengklasifikasian
3) Seksi Pembinaan
Tugas :
46
Seksi Pembinaan mempunyai tugas melakkan pendidikan,
pengasuhan, pengentasan, dan pelatihan keteramilan, serta layanan
informasi.
Fungsi :
Pendidikan, Pelatihan Keterampilan, Pembimbingan
Kemasyarakatan, Pengentasan anak, Pengelolaan Makanan dan
Minuman, Pendistribusian Perlengkapan dan Pelayanan Kesehatan
Anak.
Seksi pembinaan terdiri dari :
Sub Seksi Pendidikan dan Bimbingan Kemasyarakatan, dan Sub
Seksi Perawatan
4) Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin
Tugas :
Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin mempunyai tugas
melakukan pengawasan, pengadministrasian dan penegakan disiplin.
Fungsi :
Pengadministrasian pengawasan dan penegakan disiplin; Pengawasan
dan pengamanan, Penegakan Disiplin, dan Penerimaan pengaduan.
Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin terdiri dari :
Sub Seksi Administrasi Pengawasan dan Penegakan Disiplin, dan
Regu Pengawas
47
c. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan April 2019, jumlah seluruh
SDM di LPKA Kelas II Jakarta sebanyak 71 orang dimana terdiri dari 51
orang petugas pria dan 17 orang petugas wanita. 71 Petugas terbagi
menjadi beberapa fungsional yang terdiri dari pejabat struktural,
pengamanan pemasyarakatan, pembinaan, dukungan teknis dan kesehatan.
Berikut adalah informasi mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) di
LPKA Kelas II Jakarta berdasarkan jenjang pendidikan terakhir:
Tabel 4.1 SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah SDM
1. SMA/SMK 51
2. S1 11
3. S2 9
4. AKIP 7 Sumber Data: Data yang telah diolah dari
http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id/ April 2019
Berikut adalah informasi mengenai jumlah Sumber Daya Manusia
(SDM) ataupun petugas LPKA Kelas II Jakarta berdasarkan fungsional
kerja:
Tabel 4.2 Jumlah Petugas berdasarkan Fungsional Kerja
No. Fungsional Jumlah SDM
1. Struktural 12
2. Pengamanan 29
3. Pembinaan 18
4. Dukungan Teknis 11
5. Kesehatan 1
Sumber Data: Data yang telah diolah dari http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id/ April 2019
48
4. Penghuni LPKA Kelas II Jakarta
Berdasarkan data bulan April 2019 yang peneliti peroleh dari bagian
Registrasi LPKA Kelas II Jakarta, Anak didik di LPKA Kelas II Jakarta
berjumlah 94 anak, dimana terdiri dari 65 Tahanan anak dan 29 Narapidana
anak. Setiap anak didik tentunya memiliki karakteristik yang berbeda mulai
dari Agama, usia, dan latar belakang kasus kejahatan.
Informasi mengenai jumlah anak didik LPKA Kelas II Jakarta berdasarkan
Agama disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Anak Didik berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Anak
1. Islam 91
2. Budha 1
3. Protestan 2 Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah dari bagian
Registrasi dan Administrasi April 2019
Informasi mengenai jumlah anak didik berdasarkan usia disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.4 Data Anak Didik berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah Anak
1. 14 2
2. 15 14
3. 16 26
4. 17 46
5. 18 5
6. 19 1 Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah dari bagian
Registrasi dan Administrasi April 2019
Informasi mengenai jumlah anak didik berdasarkan latar belakang
kasus atau jenis kejahatan disajikan dalam tabel berikut:
49
Tabel 4.5 Data Anak Didik berdasarkan Jenis Kejahatan
No. Jenis Kejahatan Jumlah Anak
1. Narkotika 10
2. Pencurian 39
3. Penganiayaan 22
4. Perlindungan Anak 13
5. Senjata Tajam/Senjata Api/Bahan Peledak 5
6. Terhadap Ketertiban 1
7. Teroris 2
8. Pelanggaran Lalu Lintas 1
9. Penggelapan 1 Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah dari bagian Registrasi dan Administrasi April 2019
5. Hak Anak Didik LPKA Kelas II Jakarta
Hak-hak Anak Didik di LPKA Kelas II Jakarta berdasarkan Implementasi
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan :
a. Anak didik pemasyarakatan yang telah memenuhi syarat substantif maupun
administratif berhak :
1. Mendapatkan Asimilasi
2. Mendapatkan PB (Pembebasan Bersyarat)
3. Mendapatkan CMB (Cuti Menjelang Bebas)
b. Mendapatkan pendidikan non formal yaitu sekolah kejar paket A, B, C dan
kursus bahasa Inggris
c. Mendapatkan pelatihan kursus keterampilan kerja
d. Mendapatkan pelayanan makanan dan kesehatan
e. Mendapatkan wali asuh sebagai pendamping anak didik untuk
menyampaikan keluhan dan sebagai orang tua asuh bagi anak didik
50
f. Mendapatkan pembinaan kerohanian, kegiatan kesenian dan olahraga
g. Mendapatkan sarana rekreasi seperti perpustakaan dan TV
6. Program Pembinaan Anak Didik
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan
keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di
dalam maupun di luar proses peradilan pidana.52
Adapun kegiatan-kegiatan
dalam rangka pembinaan bagi Anak Didik di LPKA Kelas II Jakarta adalah :
a. Program Pendidikan
Program pendidikan non formal untuk menunjang pendidikan anak didik
selama berada di LPKA yaitu PKBM serta kursus bahasa inggris yang
dilaksanakan pada :
1) PKBM Paket A (Setara SD): Senin, 08.30 s/d 12.00 WIB
2) PKBM Paket B (Setara SMP): Kamis, 08.30 s/d 12.00 WIB
3) PKBM Paket C (Setara SMA): Selasa dan Rabu, 08.30 s/d 12.00 WIB
4) Kursus Bahasa Inggris Paket B: Senin, 09.30 s/d 10.30 WIB
5) Kursus Bahasa Inggris Paket C: Senin, 10.30 s/d 12.00 WIB
b. Layanan Perpustakaan
52
Pedoman Perlakuan Anak dalam Proses Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) (Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014), h. 10.
51
Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta memiliki layanan edukasi yaitu
sebagai tempat untuk pelaksanaan program pendidikan, layanan sirkulasi
untuk meminjam dan mengembalikan buku serta sebagai tempat rekreasi
bagi anak didik. Layanan perpustakaan dapat diakses oleh anak didik
setiap hari Senin sampai Kamis pada pukul 15.30 s/d 16.00 WIB dan hari
Jum‟at pada pukul 13.00 s/d 15.00 WIB. Anak didik diizinkan meminjam
1 sampai 3 eksemplar dengan batas waktu peminjaman 3 sampai 7 hari,
kemudian dapat meminjam buku lainnya jika buku sudah dikembalikan.
c. Kerohanian
Kegiatan kerohanian bagi anak didik ini dilaksanakan setiap hari di
mushola, anak didik biasanya mendapatkan ceramah agama atau belajar
mengaji yang diajarkan oleh pengajar dari luar, serta anak didik harus
melaksanakan sholat zuhur dan ashar secara berjamaah.
d. Pelatihan Keterampilan Kerja
Pelatihan keterampilan terdiri dari pelatihan komputer agar anak didik
mampu memahami penggunan Microsoft word dan excel. Selain itu anak
didik diberikan pelatihan keterampilan kerja seperti pelatihan barista dan
pijat refleksi.
e. Penyuluhan Hukum
Kegiatan ini bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali pada minggu kedua.
f. Olahraga dan Rekreasi
52
Jenis olahraga yang biasa dilakukan anak didik yaitu futsal dan senam.
Biasanya kegiatan olahraga ini dilaksanakan setiap hari jum‟at pagi di
Lapangan Lapas Kelas IIA Salemba. Anak didik juga mendapatkan
rekreasi untuk menghilangkan rasa bosan yaitu dengan menonton TV dan
berkunjung ke perpustakaan.
g. Kesenian
Kegiatan kesenian untuk anak didik berupa adanya kelas kreatifitas yang
dilaksanakan setiap hari jum‟at. LPKA juga bekerjasama dengan
komunitas Spread project dengan mengadakan workshop “manusaya”
yang dilaksanakan 30 Januari hingga 24 April 2019. Workshop dilakukan
dua kali seminggu selama tiga bulan, dimana para peserta akan
mendapatkan berbagai pelatihan yang bisa membekali mereka saat keluar
dari LPKA dan kembali ke masyarakat nanti. Workshop ini terdiri dari
workshop literasi emosional dan workshop pengembangan keterampilan
yang terdiri dari keterampilan musik, prakarya & kerajinan tangan, serta
bahasa.53
h. Pelayanan Kesehatan dan Makanan bagi Anak Didik
Anak didik mendapatkan layanan kesehatan Poliklinik dan anak didik
yang sedang sakit akan mendapatkan perawatan dari dokter khusus yang
bekerja di LPKA Kelas II Jakarta. Kemudian anak didik mendapatkan
layanan makanan setiap pagi, siang dan sore hari.
53
“Workshop di LPKA Salemba,” diakses 4 April 2018, https://www.spread-project.org/manusaya.
53
i. Pembinaan Asimilasi / Cuti Bersyarat / Cuti Menjelang Bebas
Program pembinaan untuk mengintegrasikan Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan kedalam kehidupan masyarakat setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. di LPKA Kelas II Jakarta untuk
pemberian Asimilasi, Cuti Bersyarat (CB) dan Cuti Menjelang Bebas
(CMB) dapat diperoleh anak didik jika dalam waktu minimal 3 bulan atau
setengah dari masa hukuman telah berkelakuan baik.
j. Kegiatan Sosial
Untuk mempererat keharmonisan dengan keluarga, orang tua anak didik
diperbolehkan mengunjungi anak didik setiap hari senin sampai jumat
pukul 13.00 WIB s/d 15.30 WIB. Kemudian setiap satu bulan sekali pada
minggu ketiga, LPKA menjadwalkan adanya kunjungan keluarga untuk
anak didik. LPKA Kelas II Jakarta tentunya bekerja sama dengan pihak
luar seperti lembaga maupun komunitas sosial, hukum, pendidikan,
psikologi dan lain-lain dalam mengembangkan kegiatan anak didik di
LPKA. Selain itu untuk meningkatkan rasa peduli akan kebersihan, anak
didik melakukan giat kerja bakti seperti membersihkan blok kamar mereka
pada hari libur.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan, yaitu pelaksanaan
observasi dimulai pada 30 Oktober 2018 dan 5 November 2018, kemudian
54
dilanjutkan kembali pada bulan April 2019, kemudian pelaksanaan wawancara
dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni 2019. Analisa dan penjabaran disajikan
pada uraian berikut:
1. Anak Didik dan Pihak LPKA Kelas II Jakarta dalam Memaknai Hak
Akses Informasi
a. Anak Didik
Informasi dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian
sempit, informasi dapat diartikan sebagai penerangan, keterangan, kabar,
berita, dan pesan dan dalam pengertian luas, informasi dapat diartikan sebagai
ilmu pengetahuan.54
Di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II
Jakarta tentunya informasi itu sendiri memiliki makna tersendiri. Menurut
anak didik, informasi merupakan suatu hal yang dianggap penting dalam
kehidupan agar tidak tertinggal informasi terutama pada era yang sudah
modern seperti saat ini, dimana kondisi anak didik yang berada di dalam
lembaga yang memiliki aturan salah satunya yaitu melarang untuk membawa
ataupun menyimpan alat komunikasi. Anak didik juga menganggap bahwa
adanya informasi dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan baru yang
sebelumnya belum pernah mereka ketahui, hal ini sebagaimana yang
diungkapkan informan anak didik sebagai berikut:
54 Tanggung Jawab Perpustakaan: Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. h.65
55
“.…informasi itu kan kayak pengetahuan atau pemberitahuan jadi pastinya informasi itu penting apalagi di zaman yang udah modern
kayak sekarang, jadi kita butuh informasi biar gak ketinggalan.”55
“Informasi itu penting buat nambah pengetahuan apalagi kayak kita
disini yang gak ada alat komunikasi.”56
“Informasi itu penting karena Informasi itu pengetahuan, dari yang
nggak tau bisa jadi tau.”57
Berdasarkan ungkapan informan (anak didik) diatas, bahwa anak didik
memahami informasi sebagai hal yang penting dalam kehidupan, meskipun
mereka berada di dalam lingkungan yang berbeda dari anak maupun manusia
pada umumnya. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 28 F dikatakan bahwa Setiap orang berhak berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya,
serta
berhak
untuk
mencari,
memperoleh,
memiliki,
dan
menyimpan
informasi
dengan
menggunakan
segala
jenis
saluran
yang
tersedia.58
Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap orang termasuk narapidana anak atau yang disebut anak didik di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta berhak mendapatkan
informasi. Bagi anak didik hak akses informasi juga dianggap penting, mereka
memahami hak akses informasi melalui ungkapan berikut:
“Hak buat mendapat akses informasi itu penting juga sih menurut saya, karena manusia itu mahluk sosial yang butuh pengetahuan dan
55 RF, Wawancara Pribadi, 2019.
56 AF, Wawancara Pribadi, 2019.
57 SR, Wawancara Pribadi, 2019.
58 “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F.”
56
informasi, jadi setiap manusia harus dapet hak mengakses
informasi.”59
“Kalau kita mendapat hak mengakses informasi pastinya kita bisa dapat pengetahuan baru, kalau kita gak boleh mengakses informasi ya
kita nggak tau apa-apa nanti.”60
“Hak akses informasi itu kan berarti hak orang-orang untuk
mendapatkan pengetahuan.”61
Berdasarkan wawancara dengan ketiga anak didik diatas, bahwa anak
didik memahami arti hak akses informasi sebagai hak mereka untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan, karena informasi adalah kebutuhan
bagi setiap mahluk sosial dan mereka menganggap bahwa diri mereka adalah
mahluk sosial seperti manusia pada umumnya, oleh karena itu hak akses
informasi merupakan hak yang harus diperoleh oleh setiap manusia termasuk
anak didik di LPKA Kelas II Jakarta. Selain itu anak didik juga menganggap
bahwa hak akses informasi sebagai jalan untuk memperoleh pengetahuan, jika
hak tersebut tidak diberikan maka mereka tidak dapat memperoleh
pengetahuan selayaknya manusia pada umumnya.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal
14 Ayat 1F menjelaskan bahwa setiap narapidana berhak mendapatkan bahan
bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.62
LPKA Kelas II Jakarta memberikan hak akses informasi kepada anak didik
59 RF, Wawancara Pribadi.
60 AF, Wawancara Pribadi.
61 SR, Wawancara Pribadi.
62 “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14 Ayat 1F tentang Pemasyarakatan.”
57
melalui beragam media dan kegiatan seperti yang diungkapkan oleh informan
(petugas) sebagai berikut:
“Kalau memberikan akses informasi itu seperti memberikan jadwal membaca buku di perpustakaan, mengakses informasi itu kan juga bisa didapat melalui kegiatan yang kita kasih ke anak didik, TV juga dikasih biar mereka bisa mendapatkan informasi lebih banyak lagi,
dan pernah juga diberikan layanan perpustakaan keliling.”63
Anak didik memahami bahwa informasi merupakan hak yang harus
diperoleh oleh mereka sebagai salah satu hak asasi manusia, untuk
menghargai hak-hak yang telah diberikan oleh pihak LPKA Kelas II Jakarta,
anak didik memanfaatkan fasilitas dan mengikuti segala kegiatan yang
diberikan guna untuk menambah informasi, pengetahuan maupun menambah
keahlian anak didik, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan (anak
didik) sebagai berikut:
“Baca buku di perpustakaan, terus dari media yang disediakan juga kalau disini ada TV, kegiatan literasi informasi di perpustakaan, ada PKBI, kursus bahasa inggris, kursus komputer buat belajar Microsoft word dan excel aja gak ada internetnya, terus kalau informasi tentang agama-agama bisa kita dapat dari kegiatan kerohanian disini kayak
mendengarkan ceramah.”64
“Ada PKBM, baca buku di perpustakaan, nonton TV, dengerin
ceramah agama, dari kursus-kursus juga biar kita punya keahlian.”65
“Buat dapet informasi disini ya kita ikutin sekolah atau PKBM, baca buku, nonton tv, belajar komputer, ikutin kegiatan-kegiatan lain
juga.”66
63 Theresia, Wawancara Pribadi.
64 RF, Wawancara Pribadi.
65 AF, Wawancara Pribadi.
66 SR, Wawancara Pribadi.
58
Berdasarkan jawaban informan (anak didik) bahwa anak didik
memperolah hak akses informasi di LPKA Kelas II Jakarta dengan
memanfaatkan fasilitas/media informasi seperti perpustakaan, televisi,
kegiatan edukasi seperti PKBI/PKBM (Sekolah Paket A B C), kursus bahasa
inggris, kursus komputer meskipun tanpa akses internet namun mereka
merasa telah mendapat pengetahuan untuk mengoperasikan dasar-dasar
komputer seperti Microsoft Word dan Excel. Selain itu anak didik juga
mendapatkan pengetahuan agama melalui kegiatan kerohanian maupun
mendengarkan ceramah, dan dengan mengikuti kegiatan lainnya seperti
keterampilan dan literasi informasi dianggap juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan potensi bagi anak didik.
Selain mengetahui cara maupun jalan untuk memperoleh informasi di
LPKA Kelas II Jakarta yakni dengan memanfaatkan fasilitas dan media yang
diberikan, anak didik juga telah mengetahui kebijakan dalam mengakses
informasi di LPKA Kelas II Jakarta, sebagaimana pernyataan informan (anak
didik) sebagai berikut:
“Kalo ke perpustakaan ada jadwalnya senin sampai jum’at biasanya jam setengah empat sampai jam empat, di jam lain juga boleh ke perpustakaan sih kalau mau pinjem buku tapi harus ditemenin pengawas. Kalo TV itu ada satu buat ditonton bareng-bareng kalo lagi gak ada kegiatan, kayak pagi-pagi kadang nonton kartun atau berita kadang ftv juga, terus abis itu sekolah dan ikut kegiatan lain, nanti
jam 5 masuk ke blok lagi terus boleh nonton TV lagi sampe mau
tidur.“67
67 RF, Wawancara Pribadi.
59
“Kalau di perpustakaan kita sih boleh pinjem buku satu, batasnya
paling lama tiga hari, kalau mau pinjem buku lain ya buku yang lama harus dikembaliin dulu. Terus kalau minjem buku nanti dicatet sama
petugas perpustakaan, kadang sama tamping, tamping itu napi yang ditugasin praktek kerja jaga perpustakaan, terus kalo nonton TV itu
boleh kapan aja kalo lagi gak ada kegiatan dan TV nya ada satu cuma
di blok aja.”68
“Setiap hari bisa ke perpustakaan terus kalo pinjem buku boleh dibawa ke blok kamar, bukunya gak boleh sampe rusak apalagi hilang, makanya 3 hari pinjem harus dikembaliin, kalau mau minjem
buku harus ditemenin petugas.”69
Berdasarkan wawancara dengan ketiga anak didik, bahwa anak didik
telah mengetahui peraturan dalam mengakses informasi di LPKA Kelas II
Jakarta seperti mengakses perpustakaan dan penggunaan fasilitas TV yang
diberikan. Sebagai anak-anak yang berada dalam masa pembinaan, anak didik
harus mengetahui dan mengikuti segala kebijakan yang ada di LPKA Kelas II
Jakarta salah satunya dalam hal mengakses informasi. Narapidana maupun
anak didik berhak mengunjungi perpustakaan setiap minggunya untuk
periode yang cukup lama untuk memilih dan memperoleh pengetahuan baru,
mengajukan pertanyaan/referensi kepada pustakawan, membaca dan
meminjam buku serta mengikuti program atau layanan lain yang disediakan
oleh perpustakaan.70
Sebagai fasilitas utama yang dapat dimanfaatkan anak
didik untuk memperoleh informasi melalui koleksi yang disediakan,
perpustakaan juga menyediakan layanan edukasi dan kegiatan keterampilan.
Anak didik juga mengungkapkan bahwa banyak kegiatan yang dapat
68 AF, Wawancara Pribadi.
69 SR, Wawancara Pribadi.
70 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 7.
60
dilakukan anak didik untuk memperoleh informasi di perpustakaan salah
satunya melalui membaca ensiklopedia yang dapat menambah wawasan alam,
kemudian dengan mengikuti kegiatan sekolah paket, kegiatan literasi
Informasi yang salah satu kegiatannya yaitu melatih anak didik membawakan
story telling, dan adapula kegiatan yang mengasah keterampilan seperti
pelatihan barista yang mengajarkan anak didik cara membuat kopi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh anak didik sebagai berikut:
“…..perpustakaan kan buat baca buku, terus PKBI juga di perpustakaan, kalau saya ya ikutin aja kegiatan-kegiatan di perpustakaan, jadinya saya bisa sedikit-sedikit story telling karena
pernah diajarin story telling.”71
“…..pelajaran dari guru yang ngajar PKBI karena kegiatannya di perpustakaan jadi kita sekalian bisa baca-baca buku, terus kegiatan lain kayak sekarang nih lagi ada pelatihan barista di perpustakaan,
kita jadi ngerti sedikit-sedikit lah bikin kopi.“72
“…..baca-baca ensiklopedia jadi tahu tentang alam sama hewan- hewan gitu, terus banyak kegiatan-kegiatan yang diadain di
perpustakaan.”73
Berdasarkan ungkapan anak didik diatas bahwa anak didik
memanfaatkan perpustakaan untuk mendapatkan informasi dan pengalaman
baru bagi anak didik, dan untuk mengasah kemampuan. Anak didik juga
mengungkapkan bahwa dengan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di
perpustakaan, anak didik menjadi mampu membawakan story telling, mampu
membuat kopi, dan menambah wawasan tentang alam. Adapun yang
71 RF, Wawancara Pribadi.
72 AF, Wawancara Pribadi.
73 SR, Wawancara Pribadi.
61
dilakukan anak didik selama jadwal layanan perpustakaan selain membaca
buku yaitu anak didik juga memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat
refreshing atau menghilangkan rasa bosan dari suasana kamar maupun jadwal
kegiatan yang padat dengan beragam cara seperi bermain gitar, berbincang-
bincang dan bersantai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh anak didik
sebagai berikut:
“….kadang baca buku, kadang main gitar, ngilangin bosen aja kalo di
perpustakaan.”74
“…..duduk-duduk aja, kadang baca komik, yang lain mah ada yang numpang ngadem, ada yang tidur juga karena enak tempatnya kan
gak kayak di blok.”75
“…...baca-baca ensiklopedia atau ga komik buat ngilangin bosen,
kadang yaa ngobrol-ngobrol aja sama temen-temen.”76
Berdasarkan ungkapan anak didik diatas bahwa perpustakaan LPKA
Kelas II Jakarta dapat dimanfaatkan sebagai tempat mencari informasi, tempat
menyalurkan hobi dan refreshing dari suasana sel/kamar. Perpustakaan penjara
memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan, rekreasi dan program
kesejahteraan.77
Oleh karena itu Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta tidak hanya
sebagai tempat untuk membaca buku, tetapi menjadi tempat untuk pelaksanaan
kegiatan lain seperti layanan edukasi, keterampilan dan rekreasi bagi anak didik.
Untuk mengakses perpustakaan tentunya anak didik harus
74 RF, Wawancara Pribadi.
75 AF, Wawancara Pribadi.
76 SR, Wawancara Pribadi, 2019.
77 “Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners,” Australian Library and Information Association, 2015, diakses 21 Januari 2019 https://www.alia.org.au/sites/default/ files/documents/ALIAPrisonGuidelines2015.pdf. h.3
62
mengikuti kebijakan seperti jadwal yang telah ditentukan, namun bagi anak
didik jam berkunjung ke perpustakaan terasa sangat singkat, sebagaimana
ungkapan informan AF (anak didik) sebagai berikut:
“…..tapi kalau di perpustakaan berasa cepet banget, kayak rasanya baru masuk perpustakaan tau-tau udah disuruh keluar aja, karena perpustakaannya masih bareng sama napi juga jadi biar gantian
gitu.”78
Pembatasan waktu dalam berkunjung ke perpustakaan ini tentunya
sudah menjadi kebijakan dari LPKA Kelas II Jakarta dikarenakan anak didik
memiliki jadwal kegiatan pembinaan yang cukup padat seperti sekolah paket,
pelatihan keterampilan, kursus bahasa inggris, kursus komputer dan
sebagainya. Selain itu keterbatasan akses perpustakaan ini dikarenakan
perpustakaan bukanlah sarana untuk anak didik saja tetapi untuk narapidana
dewasa. Sebagaimana pernyataan dari informan (petugas) sebagai berikut:
“…..karena sarana dan prasarana harus disesuaikan dulu, seperti LPKA ini kan belum punya perpustakaan mandiri, masih bergabung
dengan Lapas.”79
Kebijakan yang diberikan oleh pihak LPKA Kelas II Jakarta tentunya
harus diikuti oleh seluruh anak didik, selain jam akses perpustakaan yang
dibatasi, anak didik juga dilarang untuk mengakses internet di dalam
lingkungan LPKA Kelas II Jakarta. Bagi anak didik akses internet dianggap
perlu untuk sekedar refreshing dan mengetahui tren saat ini melalui youtube
78 AF, Wawancara Pribadi.
79 Daniel, Wawancara Pribadi.
63
maupun media sosial seperti facebook. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
informan (anak didik) sebagai berikut:
“…..buat buka fb biar tau dunia luar, atau nonton youtube yang lagi rame apa biar gak ketinggalan. Tapi ya kalau ada internet mungkin
takut kitanya buka yang macem-macem.”80
“…..buat buka youtube biar ga bosen soalnya kalau tv kan itu-itu aja acaranya. Tapi kalo ada internet yang kecil-kecil takutnya buka yang
macem-macem.”81
“…..biar ga bosen aja, tapi pasti pada buka-buka yang macem-macem
jadinya gak dikasih internet deh.”82
Mengacu pada ungkapan anak didik diatas menunjukkan bahwa akses
internet diperlukan bagi anak didik untuk sekedar hiburan atau menghilangkan
rasa bosan, tetapi mereka juga memahami bahwa jika akses internet diberikan
maka dapat membawa mereka kepada tindakan yang negatif. Meskipun anak
didik dilarang mengakses internet, bagi mereka setiap kegiatan yang mereka
ikuti di LPKA Kelas II Jakarta dapat memberikan informasi, sebagaimana
pernyataan anak didik sebagai berikut:
“…...kan dari setiap kegiatan disini kita bisa dapet informasi.”83
“…...kan bisa dapet informasi darimana aja disini cuma gak ada
internet aja karena dilarang.”84
80 RF, Wawancara Pribadi.
81 AF, Wawancara Pribadi.
82 SR, Wawancara Pribadi.
83 RF, Wawancara Pribadi.
84 SR, Wawancara Pribadi.
64
Kebijakan maupun peraturan dalam mengakses informasi di LPKA
Kelas II Jakarta merupakan salah satu perbedaan yang dirasakan oleh anak
didik jika dibandingkan dengan anak pada umumnya yang berada di
lingkungan masyarakat. Adanya perbedaan antara anak didik dengan anak
pada umumnya dalam mengakses informasi dianggap diperbolehkan oleh
anak didik, sebagaimana ungkapan informan anak didik berinisial RF dan AF
sebagai berikut:
“Boleh aja sih, soalnya kan kalau disini misalnya kita enggak boleh pegang HP apalagi internet kan emang dilarang, kalau anak-anak luar mah bebas enggak ada aturannya kayak kita, yang penting kan disini kita masih bisa dapet informasi dari media yang udah disediakan, enggak ketinggalan pelajaran juga karena ada sekolah
paket.”85
“Boleh dong, kan kalo disini punya peraturan kalau diluar mah bebas
mau main HP atau internetan, jadi ya kita harus ikutin peraturan disini yang pastinya lebih terbatas gak sebebas diluar, tapi tetap kok
disini kita dapet pengetahuan juga dari yang nggak tau jadi tau,
misalnya kalau dalam agama yang tadinya gak taat jadi lebih taat, kalau diluar malah karena terlalu bebas kita jadi gak inget waktu buat
sholat buat belajar karena keseringan internetan.”86
Penuturan anak didik berinisial RF dan AF mengungkapkan bahwa
anak didik dengan anak pada umumnya boleh dibedakan dalam memperoleh
hak akses informasi dikarenakan LPKA Kelas II Jakarta adalah lembaga yang
memiliki peraturan yang harus mereka ikuti seperti adanya larangan
membawa handphone dan mengakses internet, sedangkan anak-anak pada
umumnya yang berada diluar LPKA Kelas II Jakarta bebas mengakses
85 RF, Wawancara Pribadi.
86 AF, Wawancara Pribadi.
65
internet pada handphone pribadi karena tidak ada aturan yang mengikat.
Namun anak didik berinisial SR mengungkapkan bahwa anak didik dengan
anak-anak lainnya memiliki kebutuhan yang sama dan tidak boleh dibedakan,
sebagaimana tanggapan informan anak didik berinisial SR sebagai berikut:
“Nggak boleh dibedakan sih, kan kita sama anak-anak diluar sama-sama masih anak-anak pastinya butuh informasi yang sama, tapi kita sama anak-anak diluar sama-sama dapet informasi kok kayak ada sekolah paket, bisa baca buku juga, nonton tv juga. Cuma kalo disini
kan ada peraturannya gak bebas kayak diluar.”87
Berdasarkan penuturan informan SR diatas menunjukkan bahwa anak
didik dengan anak pada umumnya tidak boleh dibedakan karena
membutuhkan informasi yang sama sebagai anak-anak. Namun tanggapan
ketiga anak didik dapat disimpulkan bahwa anak didik tetap merasa
memperoleh informasi yang sama dengan anak pada umumnya melalui
kegiatan yang diikuti seperti sekolah paket, kerohanian, dan fasilitas yang
disediakan di LPKA Kelas II Jakarta meskipun dengan cara yang berbeda.
Selain itu mereka juga memahami bahwa perbedaan dalam mengakses
informasi didalam LPKA Kelas II Jakarta ini bertujuan untuk mengarahkan
mereka kepada hal yang positif salah satunya untuk melatih anak didik agar
dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan menjadikan mereka anak lebih
taat dalam beribadah karena jika anak-anak diluar pada umumnya tidak
87 SR, Wawancara Pribadi.
66
memiliki peraturan seperti didalam LPKA Kelas II Jakarta, tidak dapat
terpantau dan bahkan lebih bebas.
b. Pihak LPKAKelas II Jakarta
Pihak LPKA Kelas II Jakarta memaknai bahwa informasi merupakan
pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki
setiap orang yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan,
sebagimana yang diungkapkan oleh informan (petugas) Bapak Muhammad
Daniel sebagai berikut :
“Informasi itu pengetahuan, wawasan, kemampuan, keterampilan yang harus dimiliki setiap orang yang tentunya bisa diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan beragam cara lainnya.”88
Berdasarkan ungkapan informan (petugas) menunjukkan bahwa
informasi harus dimiliki oleh setiap orang dan dapat diperoleh melalui
berbagai cara. Sebagai lembaga yang membina anak-anak yang sedang
menjalankan masa hukuman dan membutuhkan informasi selayaknya manusia
pada umumnya, maka petugas maupun pihak LPKA Kelas II Jakarta
memaknai bahwa informasi merupakan hak yang harus didapat oleh anak
didik melalui beragam cara yang diberikan seperti pendidikan, pelatihan dan
bahkan melalui melalui interaksi dengan petugas LPKA Kelas II Jakarta,
sebagaimana ungkapan informan (petugas) Ibu Hanna Theresia sebagai
berikut:
88 Muhammad Daniel, Wawancara Pribadi, 2019.
67
“Informasi itu pengetahuan yang salah satunya bisa didapat dari komunikasi, karena anak didik harus mendapatkan informasi, maka
pentingnya komunikasi antara petugas dengan anak didik.”89
Mengacu pada ungkapan informan (petugas) bahwa informasi harus
diperoleh anak didik salah satunya melalui interaksi atau komunikasi dengan
petugas. Untuk mendapatkan informasi tentunya anak didik harus
memperoleh hak untuk mengakses informasi, karena hak mengakses
informasi merupakan hak bagi setiap manusia tidak terkecuali bagi anak didik,
dan sudah diatur dalam perundang-undangan. Sebagaimana yang diutarakan
oleh Petugas LPKA Kelas II Jakarta sebagai berikut:
“Hak akses informasi itu tentunya sudah ada Undang-undangnya ya
dimana setiap orang berhak mendapat informasi termasuk anak didik
maupun narapidana dewasa disini. Saya memaknainya kalau hak akses informasi itu penting karena sebagai sarana untuk mengetahui
informasi maupun suasana diluar yang dimana suatu saat mereka akan kembali ke masyarakat jadi mereka harus mendapatkan
informasi.”90
Berdasarkan penuturan informan (petugas) menunjukkan bahwa hak
akses informasi sudah diatur dalam perundang-undangan yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F yang
menyatakan bahwa Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi
89 Hanna Theresia, Wawancara Pribadi, 2019.
90 Daniel, Wawancara Pribadi.
68
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.91
Sesuai dengan
undang-undang tersebut bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi
tidak terkecuali untuk narapidana maupun anak didik, selain itu dikatakan
bahwa hak akses informasi merupakan hal yang penting karena sebagai sarana
anak didik untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan mengetahui
keadaan lingkungan diluar, dikarenakan saat masa pidana atau hukuman anak
didik berakhir, maka anak didik akan dikembalikan ke lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, anak didik harus memiliki pengetahuan,
wawasan dan keterampilan agar anak didik dapat menjadi manusia yang
berguna saat berada di lingkungan masyarakat.
Hak akses informasi juga dianggap sebagai cara yang diberikan oleh
petugas kepada anak didik yaitu melalui fasilitas dan kegiatan yang diberikan
oleh petugas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan (petugas)
sebagai berikut :
“Kalau hak akses informasi itu kan cara agar mereka mendapatkan informasi, maka petugas harus memberikan hak akses informasi,
mungkin dibilang hak akses informasi disini agak terbatas seperti larangan membawa handphone maupun larangan mengakses internet,
tapi disini mereka diberikan hak akses lainnya untuk mendapatkan informasi bisa dari petugas, dari kegiatan dan fasilitas yang diberikan
salah satunya perpustakaan.”92
Ungkapan dari informan (petugas) menunjukkan bahwa hak akses
informasi adalah cara ataupun upaya dari petugas/Pihak LPKA untuk
91 Indonesia, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F,” diakses 20 November 2018, http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf.
92 Theresia, Wawancara Pribadi.
69
memberikan akses informasi kepada anak didik melalui kegiatan dan fasilitas
salah satunya adalah perpustakaan. Pihak LPKA Kelas II Jakarta juga
mengakui bahwa cara yang dilakukan dalam memberikan hak akses informasi
kepada anak didik dapat dikatakan berbeda dari anak-anak pada umumnya,
seperti adanya batasan larangan membawa handphone dan mengakses internet
di lingkungan LPKA Kelas II Jakarta.
Tentunya semua orang, termasuk tahanan memiliki hak mendasar
untuk membaca, belajar dan mengakses informasi.93
Dalam memberikan hak
akses informasi kepada anak didik, pihak LPKA Kelas II Jakarta menjadikan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai
dasar pelaksaan kegiatan anak didik salah satunya yaitu pemberian hak akses
informasi, sebagaimana pernyataan informan (petugas) sebagai berikut:
“…..segala macam kegiatan untuk mengakses informasi tentunya berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, karena undang-undang tersebut adalah dasar untuk pelaksanaan kegiatan anak didik. Ada juga Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang seharusnya diterapkan di LPKA, namun untuk saat ini karena
kondisinya belum mendukung maka kita lebih menerapkan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1995.”94
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan lainnya sebagai
berikut:
93 “Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners,” Australian Library and Information Association, 2015, https://www.alia.org.au/sites/default/files/documents/ ALIAPrisonGuidelines2015.pdf. h. 3.
94 Daniel, Wawancara Pribadi.
70
“Kalau untuk peraturan termasuk memberikan hak akses informasi ada di undang-undang nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa narapidana maupun anak didik berhak
mendapat pendidikan dan bahan bacaan.”95
Mengacu pada pernyataan kedua informan (petugas) menunjukkan
bahwa pihak LPKA Kelas II Jakarta telah menerapkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan anak didik termasuk dalam pemberian akses informasi. Dalam Pasal
14 Ayat 1F undang-undang pemasyarakatan tersebut menyebutkan bahwa
setiap narapidana berhak mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran
media massa lainnya yang tidak dilarang.96
Meskipun sudah diresmikan
bahwa setiap anak didik sudah dipisahkan dari Lembaga Pemasyarakatan
menjadi dibawah naungan Lembaga Khusus Anak (LPKA) sejak 2017 silam,
LPKA Kelas II Jakarta belum sepenuhnya menerapkan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan anak didik, sebagaimana ungkapan informan
(petugas) Bapak Muhammad Daniel sebagai berikut :
“…..perbedaan Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan itu mengatur keseluruhan atau secara umum untuk
Anak didik, narapidana dewasa maupun narapidana wanita. Kalau
undang-undang nomor 11 tahun 2012 itu khusus untuk anak didik
saja. Jadi, dikarenakan LPKA ini yang belum mempunyai sarana
mandiri, alias masih bergabung dengan Lapas Salemba, maka pihak
kami lebih mengikuti Undang-undang tahun 1995. Kalau nanti LPKA
95 Theresia, Wawancara Pribadi.
96 “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14 Ayat 1F tentang Pemasyarakatan.”
71
sudah punya gedung mandiri, mungkin Undang-undang SPPA dapat
diterapkan termasuk dalam hal mengakses informasi.”97
Jawaban yang serupa juga diungkapkan oleh informan (petugas) Ibu
Hanna Theresia sebagai berikut:
“Karena undang-undang 1995 mencakup anak didik dan dewasa, kalau undang-undang SPPA itu kan khusus untuk anak didik saja, dan LPKA ini belum punya sarana dan prasarana mandiri, masih dibilang bergabung dengan Lapas, jadi lebih menerapkan Undang-undang
tahun 1995 termasuk dalam mengakses informasi.”98
Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
SPPA dalam pasal 104 ditegaskan bahwa setiap lembaga pemasyarakatan
anak harus melakukan perubahan sistem menjadi Lembaga Pembinaan
Khusus Anak sesuai dengan Undang-Undang tersebut, paling Lama 3 (tiga)
tahun. Pihak LPKA Kelas II Jakarta belum menerapkan Undang-undang
SPPA sebagai dasar utama pelaksanaan kegiatan anak didik dikarenakan
kondisi LPKA Kelas II Jakarta yang belum memiliki sarana dan prasarana
mandiri, dimana anak didik LPKA Kelas II Jakarta saat ini masih berada satu
kawasan dan fasilitas yang sama dengan narapidana dewasa Lapas Kelas IIA
Salemba karena sebelum diresmikannya LPKA anak didik masih bagian dari
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Lapas Kelas IIA Salemba yang pada
mulanya menaungi narapidana dewasa dan anak didik telah menerapkan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan untuk seluruh narapidana dewasa dan anak didik. Oleh
97 Daniel, Wawancara Pribadi.
98 Theresia, Wawancara Pribadi.
72
karena itu dikarenakan anak didik dan narapidana hingga saat ini
menggunakan fasilitas yang sama, maka pihak LPKA Kelas II Jakarta
menerapkan Undang-undang tersebut sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
anak didik termasuk dalam hal mengakses informasi. Dikatakan juga bahwa
Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak dapat diterapkan sepenuhnya
di LPKA Kelas II Jakarta yaitu saat LPKA Kelas II Jakarta nantinya memiliki
bangunan dan fasilitas mandiri.
Sebagai lembaga yang membina anak-anak yang menjalankan masa
pidana, pihak LPKA Kelas II Jakarta telah memaknai bahwa hak akses
merupakan hal yang penting sebagai sarana informasi bagi anak didik, oleh
karena itu pihak LPKA telah memberikan hak akses informasi kepada anak
didik sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 melalui beragam
cara seperti yang diungkapkan oleh informan (petugas) sebagai berikut:
“Yang pernah dilakukan untuk mengakses informasi di LPKA tentunya
melalui dua macam yaitu dengan media cetak ataupun melalui media digital. Media cetak itu seperti perpustakaan, kemudian media digital
ada TV dan Pusteling atau perpustakaan keliling yang diadakan oleh perpusnas, fungsi pusteling itu diperuntukkan untuk narapidana
maupun anak didik untuk mengakses informasi seperti membaca e-book atau mencari informasi lain yang diperbolehkan, namun sudah
cukup lama pusteling belum mengadakan disini lagi.”99
Jawaban yang serupa juga diungkapkan oleh informan lainnya sebagai
berikut:
99 Daniel, Wawancara Pribadi.
73
“Kalau memberikan akses informasi itu seperti memberikan jadwal membaca buku di perpustakaan, mengakses informasi itu kan juga bisa didapat melalui kegiatan yang kita kasih ke anak didik, TV juga dikasih biar mereka bisa mendapatkan informasi lebih banyak lagi,
dan pernah juga diberikan layanan perpustakaan keliling.”100
Berdasarkan ungkapan kedua informan (petugas) menunjukkan bahwa
LPKA Kelas II Jakarta sejauh ini telah memberikan hak akses informasi
kepada anak didik melalui dua jenis media yaitu media cetak dan digital.
Media cetak yang diberikan yaitu fasilitas koleksi di perpustakaan dan media
digital seperti fasilitas televisi dan perpustakaan keliling (Pusteling) yang
bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional, dengan adanya layanan pusteling
anak didik dapat mengakses e-book dan mencari informasi melalui akses
internet yang disediakan pada layanan tersebut. Namun dikarenakan saat ini
Perpustakaan Keliling sudah tidak beroperasi lagi di LPKA Kelas II Jakarta,
maka media digital sebagai akses informasi untuk anak didik hanya fasilitas
televisi saja. Selain perpustakaan, media siaran seperti TV merupakan media
untuk mengakses informasi bagi anak didik, pihak LPKA memberikan akses
menonton televisi dengan fasilitas TV berukuran 32 inchi yang disediakan
pada selasar blok kamar, dalam memilih tayangan acara anak didik diberi
kebebasan dan tetap dalam pengawasan petugas.
Pihak LPKA Kelas II Jakarta memiliki kebijakan atau prosedur dalam
pemberian hak akses informasi kepada anak didik diantaranya yaitu adanya
larangan mengakses handphone dan internet. Handphone merupakan salah
100 Theresia, Wawancara Pribadi.
74
satu alat komunikasi yang dilarang dalam lingkungan LPKA Kelas II Jakarta,
karena dikhawatirkan dapat disalahgunakan oleh anak didik dikarenakan
handphone saat ini sudah hampir seluruhnya menggunakan internet. Selain
membawa handphone anak didik dilarang mengakses internet di LPKA Kelas
II Jakarta termasuk pada fasilitas komputer yang disediakan sebagai akses
informasi bagi anak didik, meskipun berdasarkan Standar Pelayanan Anak
Sementara (LPAS) bahwa Jaringan internet dengan kekuatan 72 mbps dapat
disediakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dan mendukung kegiatan
pendidikan anak.101
Namun adanya larangan penggunaan handphone
dan akses internet bagi anak didik LPKA Kelas II Jakarta merupakan
peraturan atau kebijakan lokal yang diterapkan oleh pihak LPKA Kelas II
Jakarta berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 14 Ayat 1F bahwa narapidana berhak mendapatkan
bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak
dilarang.102
Kemudian kebijakan tersebut juga diterapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara Pasal 4 bahwa:
101 Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Standar Pelayanan Anak di Lembaga
Penempatan Anak Sementara (LPAS) (Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM
RI, 2017), Diakses 31 Agustus 2019. http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id
/index.php?option=com_attachments&task=download&id=56. h, 31.
102 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14 Ayat 1F tentang Pemasyarakatan,” diakses 4
November 2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd 112dc45/parent/lt5024cc61e623d.
75
“Setiap narapidana atau tahanan dilarang: memiliki, membawa
dan/atau menggunakan alat elektronik, seperti laptop atau komputer,
kamera, alat perekam, telepon genggam, pager, dan sejenisnya.”103
Larangan penggunaan handphone dan akses internet ini sudah
diterapkan sejak LPKA Kelas II Jakarta diresmikan pada tahun 2017, adanya
larangan akses internet ini bertujuan untuk menghindari adanya
penyalahgunaan yang dilakukan oleh anak didik seperti pada saat adanya
Layanan Pusteling saat anak didik masih dibawah Lapas Kelas IIA Salemba.
Namun kebijakan ini dianggap tidak menghalangi anak didik untuk
memperoleh informasi karena anak didik dapat memperoleh informasi melalui
beragam kegiatan dan fasilitas yang diberikan salah satunya seperti
perpustakaan. Adapun dalam mengakses informasi di perpustakaan ada
prosedur yang harus diikuti oleh anak didik, sebagaimana yang diungkapkan
oleh informan (petugas) sebagai berikut:
“Kalau larangan misalnya handphone yang gak boleh masuk, internet
juga dilarang, kalau untuk informasi mereka bisa dapet darimana aja
sih sebenarnya seperti melalui baca buku, nonton TV, PKBM, yang
penting mereka harus mengikuti kegiatan yang disediakan disini.
Setiap hari ada jadwal khusus untuk mengunjungi perpustakaan, rata-
rata mereka yang ke perpustakaan ya untuk membaca buku, jadi
misalnya anak didik meminjam buku di hari jum’at maka paling
lambat ngembaliin bukunya ya dihari jum’at berikutnya gitu, buku
yang boleh dipinjam itu maksimal tiga buku. Kalau misalnya ada yang
melanggar seperti menghilangkan buku, ya sanksinya mereka tidak
dibolehkan meminjam buku selama satu bulan, namun sejauh ini yang
103 “Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tata
Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara” (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), diakses 15 September 2019, https://ngada.org/bn356-2013.htm.
76
saya tau mereka belum pernah menghilangkan buku, karena petugas setiap harinya kan mengontrol mereka, dan saya juga setiap jum’at pasti mengingatkan anak didik yang belum kembaliin buku biar segera
dikembalikan.”104
Penuturan informan (petugas) menunjukkan bahwa adanya kebijakan
dalam mengakses informasi di perpustakaan diantaranya yaitu; anak didik
dapat meminjam koleksi maksimal tiga eksemplar dan batas peminjaman
koleksi maksimal satu minggu. Adapula sanksi yang akan diberikan bagi anak
didik yang menghilangkan buku yaitu tidak diperbolehkan meminjam koleksi
perpustakaan selama satu bulan, namun sejauh ini belum ditemukan perilaku
anak didik yang menghilangkan buku, karena petugas LPKA Kelas II Jakarta
berperan dalam mengontrol anak didik termasuk saat anak didik meminjam
buku di perpustakaan. Pihak LPKA Kelas II Jakarta telah memberikan hak
akses ke perpustakaan setiap hari, dengan batas peminjaman buku tiga hari
dan maksimal satu minggu, serta petugas memiliki tanggung jawab dalam
mengawasi dan mencatat koleksi perpustakaan yang dipinjam anak didik.
Memberikan hak akses informasi untuk narapidana maupun anak didik
yaitu dengan adanya kegiatan pendidikan dan budaya harus disediakan dan
didukung, termasuk akses ke perpustakaan yang memadai.105
Dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan
bahwa Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karyatulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
104 Theresia, Wawancara Pribadi.
105 “Human Right and Prisons.” h. 10.
77
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka.106
Pernyataan tersebut tentunya berlaku bagi semua
perpustakaan termasuk perpustakaan yang melayani narapidana maupun anak
didik dimana mereka memiliki kebutuhan seperti masyarakat pada umumnya.
Saat observasi berlangsung, peneliti mendapatkan isu bahwa adanya
peraturan mengenai uang jaminan sebesar lima ribu rupiah atau sepuluh ribu
rupiah yang harus diberikan pemustaka jika ingin meminjam buku.
Berdasarkan wawancara dengan informan peraturan tersebut ternyata benar
adanya namun hanya berlaku untuk narapidana dewasa Lapas Kelas IIA
Salemba dan tidak berlaku untuk anak, sebagaimana pernyataan Bapak
Muhammad Daniel sebagai berikut:
“…..peraturan itu hanya untuk narapidana dewasa, untuk anak didik tidak berlaku. Kalau untuk dewasa adanya peraturan tersebut untuk menyiasati agar buku tidak dihilangkan lagi, kalau tidak seperti itu buku perpustakaan bisa habis. Kalau dibilang membebani saya rasa tidak, karena walau adanya uang jaminan seperti itu tetap saja dari dewasa mau meminjam buku di perpustakaan, uang jaminannya pun
hanya lima sampai sepuluh ribu rupiah saja.”107
Berdasarkan pernyataan informan (petugas) bahwa peraturan
mengenai adanya uang jaminan untuk peminjaman buku di perpustakaan tentu
benar adanya, namun peraturan tersebut hanya untuk narapidana dewasa
Lapas Kelas IIA Salemba, karena perpustakaan merupakan sarana bagi
narapidana dewasa dan anak didik. Menurut informan Bapak Daniel,
106 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
107 Daniel, Wawancara Pribadi.
78
peraturan uang jaminan Rp.5000,- s/d Rp.10000,- tersebut dirasa tidak
membebani pemustaka karena jumlah uang dikatakan murah dan memang
bertujuan untuk mencegah agar koleksi perpustakaan tidak dihilangkan oleh
narapidana dewasa. Sedangkan untuk anak didik tidak diberlakukan peraturan
yang sama dikarenakan beberapa alasan, sebagaimana yang diungkapkan
oleh informan (petugas) sebagai berikut:
“Peraturan seperti itu hanya untuk narapidana dewasa saja, kalau
untuk dewasa sepertinya tidak membebani ya karena mereka boleh megang uang cash, kalau anak-anak sih sepertinya cukup membebani
karena tidak ada uang jaminan saja tidak begitu banyak yang meminjam buku, apalagi kalau ada uang jaminan seperti yang
dewasa, lagian anak didik juga enggak boleh megang uang cash,
mereka untuk jajan aja disini pakai sidik jari mereka.”108
Penuturan dari informan (petugas) menunjukkan bahwa peraturan
tersebut tidak berlaku untuk anak didik karena anak didik sudah mendapat
kontrol oleh petugas LPKA dalam peminjaman dan pengembalian buku, dan
anak didik tidak diperbolehkan menyimpan uang cash secara mandiri. Jika
adanya peraturan yang sama dengan narapidana dewasa maka dikhawatirkan
dapat membebani anak didik dan dapat mengurangi antusias anak didik untuk
meminjam buku di perpustakaan. Oleh karena itu anak didik mendapatkan
akses peminjaman koleksi perpustakaan tanpa uang jaminan, kebijakan ini
tentunya sesuai dengan ketentuan IFLA tentang kode etik untuk pustakawan
dan pekerja informasi yang menyatakan bahwa pustakawan dan pekerja
108 Theresia, Wawancara Pribadi.
79
informasi yang menawarkan layanan harus menawarkan akses ke koleksi dan
layanan tanpa biaya bagi pengguna, jika harus ada biaya keanggotaan atau
administrasi lainnya maka harus dijaga semurah mungkin untuk meringankan
pengguna yang kurang beruntung dari segi sosial.109
Anak didik juga
berpendapat mengenai kebijakan tersebut dapat membebani jika seandainya
berlaku untuk mereka, sebagaimana ungkapan anak didik sebagai berikut:
“……kalau misalnya ada kayak gitu buat anak didik membebani sih,
nanti jadi males minjem buku buat dibawa ke kamar.”110
“……itu buat napi aja kalau pinjem buku bayar, kalau buat anak didik gratis kok. Tapi kalau kayak gitu buat kita-kita mah membebani
kayaknya, nanti malah pada males minjem buku.”111
Mengacu pada wawancara diatas menunjukkan bahwa anak didik
diberikan akses peminjaman buku secara gratis tanpa uang jaminan dan jika
peraturan tersebut diperlakukan untuk anak didik maka dianggap membebani dan
dapat mengurangi minat anak didik dalam meminjam buku di perpustakaan. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 5 Ayat 3 tentang
Perpustakaan yang menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki cacat dan/atau
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan
masing-masing.112
Karena perpustakaan yang di akses oleh anak didik
merupakan fasilitas milik Lapas Kelas IIA
109 Garcia Febo dan Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.”
110 AF, Wawancara Pribadi.
111 SR, Wawancara Pribadi.
112 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
80
Salemba, karena itu pemustaka di perpustakaan terdiri dari narapidana dewasa
dan anak didik yang tentunya memiliki kebijakan layanan perpustakaan yang
berbeda. Pihak LPKA Kelas II Jakarta memberikan jam akses ke perpustakaan
setiap harinya, namun seperti yang diungkapkan sebelummnya bahwa anak
didik merasa terbatas dalam berkunjung ke perpustakaan seperti jam akses ke
perpustakaan dalam jangka waktu setengah jam saja yaitu pada hari Senin
hingga Kamis pukul 15.30 s/d 16.00 WIB. Keterbatasan waktu dalam
mengakses informasi di perpustakaan ini dianggap sebagai hal yang wajar,
sebagaimana alasan yang diungkapkan petugas sebagai berikut:
“…..karena sarana dan prasarana harus disesuaikan dulu, seperti LPKA ini kan belum punya perpustakaan mandiri, masih bergabung
dengan Lapas.”113
Alasan yang diungkapkan oleh informan (petugas) bahwa terbatasnya
akses informasi anak didik berkunjung ke perpustakaan dianggap suatu hal
yang wajar dikarenakan anak didik belum memiliki sarana dan prasarana
mandiri, dapat dikatakan LPKA Kelas II Jakarta satu lokasi yang sama dengan
Lapas Kelas IIA Salemba.
Sebagai lembaga yang memberikan berbagai macam kegiatan
pembinaan kepada anak didik, anak didik harus mengikuti kebijakan seperti
jadwal atau aturan dalam mengakses informasi. Pihak LPKA Kelas II Jakarta
mengakui bahwa adanya akses informasi dibatasi seperti larangan anak didik
113 Daniel, Wawancara Pribadi.
81
untuk menggunakan handphone dan internet. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh informan (petugas) sebagai berikut:
“......kalau akses informasi melalui internet di dalam lingkungan LPKA itu tidak diperbolehkan untuk anak didik. Tetapi anak didik diberikan sarana mengakses informasi kepada hal yang mengarah positif saja seperti pendidikan, perpustakaan, dan pelatihan-pelatihan
untuk mengasah keterampilan.”114
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan lainnya sebagai berikut:
“Membatasi mungkin seperti adanya larangan membawa handphone dan internet saja, kalau di perpustakaan mereka itu tidak dibatasi, setiap hari mereka mendapat jadwal berkunjung ke perpustakaan dan
mereka ya boleh membaca atau meminjam buku.”115
Dari ungkapan kedua informan petugas LPKA Kelas II Jakarta dapat
disimpulkan bahwa terbatasnya akses informasi bagi anak didik yaitu adanya
larangan membawa handphone dan mengakses internet di dalam LPKA Kelas
II Jakarta. Namun anak didik tetap diberikan sarana akses informasi yang
dipastikan mengarah pada hal positif seperti kegiatan edukasi, layanan
perpustakaan dan pelatihan untuk mengasah keterampilan anak didik. Selain
itu salah satu masalah paling menantang yang dihadapi perpustakaan penjara
adalah bagaimana mengakses teknologi dan jaringan komputer, tidak hanya
untuk tugas operasional internal, tetapi juga untuk tujuan pembelajaran dan
informasi, peraturan keamanan menghadirkan hambatan utama untuk akses ke
Internet dan di beberapa Negara bahkan melarang tahanan menggunakan
114 Daniel, Wawancara Pribadi.
115 Theresia, Wawancara Pribadi.
82
komputer mandiri.116
Pihak LPKA Kelas II Jakarta telah memberikan hak
akses informasi lain melalui kegiatan kursus komputer, karena anak didik
mebutuhkan pengetahuan yang sama seperti anak pada umumnya apalagi di
era teknologi saat ini, oleh karena itu anak didik diberikan pengetahuan dasar
dalam mengoperasikan komputer, namun anak didik tidak diberikan akses
internet pada komputer tersebut dan anak didik juga dilarang membawa alat
komunikasi seperti handphone karena dikhawatirkan anak didik dapat
mengakses situs yang tidak diperkenankan. Sebagaimana yang tanggapan
informan sebagai berikut:
“…..namanya anak-anak perlu banyak arahan dan informasi, tapi mereka disini tentunya dibina supaya tau mana yang benar mana yang salah untuk mereka, jadi mungkin caranya aja yang beda, kalau mereka diberi izin membawa handphone yang ditakutkan mereka bukannya mencari informasi yang baik tapi malah membuka yang
macam-macam yang mengarah ke negatif.”117
Mengacu pada tanggapan informan (petugas) bahwa petugas
memahami bahwa anak didik di LPKA Kelas II Jakarta merupakan anak-anak
yang sama dengan anak pada umumnya, namun dikarenakan LPKA Kelas II
Jakarta merupakan lembaga yang bertugas membina anak-anak yang memiliki
masalah dengan hukum, maka petugas harus memberikan hak akses informasi
dengan kebijakan yang ada yang tentunya mengarah ke hal positif yang
diharapkan dapat membuat anak didik menjadi anak-anak yang lebih baik dan
116 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 498.
117 Theresia, Wawancara Pribadi.
83
tidak melakukan kesalahan yang sama. Oleh karena itu, untuk menghindari
tindakan negatif yang dapat dilakukan anak didik maka pihak LPKA Kelas II
Jakarta membatasi adanya hak akses informasi melalui internet pada komputer
dan larangan membawa handphone. Keterbatasan akses informasi tersebut
dapat dikatakan sebagai perbedaan yang terlihat antara anak didik dengan
anak-anak pada umumnya dalam memperoleh informasi, sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
“Harus dibedakan, karena kalau diluar itu anak-anak tidak bisa
terpantau, kalau disini hal-hal yang mengarah ke negatif sebisa
mungkin akan di cut, dan waktu yang dipergunakan anak didik disini
pun tidak hanya untuk mengakses informasi di perpustakaan saja atau
nonton tv saja, tetapi harus dibagi untuk kegiatan bersosialisai
maupun kegiatan lainnya, tetapi tetap mengarah pada pendidikan dan
mengasah keterampilan maupun sikap anak didik yang diharapkan
anak didik tidak akan berbuat kriminal lagi saat nanti kembali ke
masyarakat dan kegiatan yang dilakukan disini diharapkan dapat
melatih skill bagi yang ingin melanjutkan kerja nantinya.”118
Jawaban dari informan dapat dikatakan bahwa harus adanya perbedaan
dalam mengakses informasi kepada anak didik, karena anak didik memiliki
banyak kegiatan setiap harinya. Sebenarnya tanggapan ini membuktikan
bahwa LPKA Kelas II Jakarta sudah menjalankan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 3 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
menyatakan bahwa LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan
keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan
118 Daniel, Wawancara Pribadi.
84
peraturan perundang-undangan.119
Anak didik didalam LPKA dengan anak
pada umumnya harus dibedakan dalam mengakses informasi namun yang
berbeda adalah cara petugas memberikan hak akses informasi, karena anak
didik harus mengikuti berbagai kegiatan yang diberikan, namun semua
kegiatan yang diberikan untuk mereka tetap mengarah pada edukasi dan
bertujuan untuk mengasah kemampuan, keterampilan anak didik yang
nantinya dapat bermanfaat bagi anak didik saat mereka dikembalikan ke
lingkungan masyarakat. Alasan serupa juga diungkapkan oleh informan
(petugas) sebagai berikut:
“…..mungkin yang beda itu cara kami memberikan hak akses informasinya saja, karena disini kan mereka harus mengikuti aturan yang ada tetapi intinya mereka itu disini tetap mendapatkan informasi
dari kegiatan-kegiatan maupun fasilitas yang diberikan petugas.”120
Berdasarkan ungkapan informan (petugas) menunjukkan bahwa
perbedaan yang diberikan kepada anak didik yaitu cara anak didik
memperoleh hak akses informasi dikarenakan anak didik memiliki jadwal
kegiatan serta peraturan yang harus diikuti. Namun sejauh ini pihak LPKA
Kelas II Jakarta telah menjalankan fungsi lembaga pemasyarakatan yaitu
sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kepada narapidana/anak,
memberikan bimbingan, persiapan sarana dan mengelola hasil kerja,
melakukan bimbingan sosial kerohanian terhadap narapidana/anak,
119 “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 3 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.”
120 Theresia, Wawancara Pribadi.
85
melakukan pemeliharaan keamanan dan mematuhi tata tertib lembaga
kemasyarakatan.121
Salah satu cara yang dilakukan petugas agar anak didik
mengetahui dan memahami kebijakan yang ada yaitu dengan memberikan
penyuluhan kepada anak didik sebagaimana yang diungkapkan oleh informan
sebagai berikut:
“Kalau buat penyuluhan….. kalau mengenai hak akses informasi itu sendiri belum ada, paling yang mereka butuhkan itu kayak lembaga hukum atau kesehatan, tapi setiap mereka yang baru masuk ke LPKA
tentunya kita beri tahu peraturan-peraturan yang ada disini termasuk peraturan tentang perpustakaan seperti jadwal berkunjungnya, jumlah
buku yang boleh dipinjam, ketentuan jika bukunya dihilangkan, terus diberitahu juga kalau tidak boleh membawa handphone dan ada
jadwal menonton tv dimana mereka boleh menontonnya saat ada
didalam kamar atau saat jam mereka lagi santai sampai sebelum jam
tidur mereka itu pada jam sepuluh malam”122
Berdasarkan ungkapan informan (petugas) menunjukkan bahwa
petugas telah memberikan penyuluhan secara umum mengenai kebijakan yang
ada di LPKA Kelas II Jakarta yang dibutuhkan oleh anak didik seperti
mengenai lembaga hukum dan kesehatan. Meskipun belum adanya
penyuluhan mengenai hak akses informasi secara khusus, namun petugas
tetap memberikan penyuluhan kepada setiap anak didik yang baru
ditempatkan di LPKA Kelas II Jakarta seperti pemberitahuan mengenai
peraturan mengakses perpustakaan berupa jadwal berkunjung, jumlah buku
yang boleh dipinjam, sanksi jika menghilangkan buku, jadwal menonton
121 Baldi, “Pemenuhan Hak-Hak Pendidikan Keagamaan Islam Anak Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Pakjo Palembang.” h. 166. 122 Theresia, Wawancara Pribadi.
86
televisi dan larangan membawa handphone. Pustakawan maupun pekerja
informasi lainnya harus mempromosikan dan mempublikasikan koleksi dan
layanan mereka sehingga pengguna dan calon pengguna mengetahui
keberadaan dan ketersediaan mereka.123
Oleh karena itu pihak LPKA Kelas II
Jakarta memberikan penyuluhan secara umum mengenai kebijakan yang ada
di LPKA Kelas II Jakarta termasuk aturan dalam hak akses informasi kepada
anak didik. Petugas maupun pihak LPKA Kelas II Jakarta tentunya juga
berupaya dalam memberikan hak akses informasi yang sesuai dengan
kebutuhan anak didik, sebagaimana ungkapan Bapak Muhammad Daniel
seperti berikut:
“Tentunya memberikan hak akses informasi yang sesuai dengan kebutuhan, dengan adanya fasilitas informasi yang sudah diberikan seperti perpustakaan atau TV dan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pendidikan maupun keterampilan yang dirasa cukup walau
sekarang tanpa adanya Pusteling.”124
LPKA Kelas II Jakarta memberikan hak akses informasi kepada anak
didik sesuai dengan kebutuhan anak didik melalui fasilitas dan kegiatan-
kegiatan yang mengarah pada edukasi dan keterampilan yang mencukupi
meskipun saat ini sudah tidak ada layanan Pusteling. Selain itu petugas juga
berupaya untuk memastikan jika hak akses informasi bagi anak didik sudah
sesuai dengan kebutuhan dengan melakukan kontrol setiap harinya pada setiap
kegiatan anak didik, dan interaksi antara petugas dengan anak didik harus
123 Garcia Febo dan Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.”
124 Daniel, Wawancara Pribadi.
87
terjalin dengan baik agar petugas dapat mengetahui kebutuhan maupun
keinginan anak didik, hal ini sesuai dengan ungkapan informan (petugas)
sebagai berikut:
“Sejauh ini sih mungkin evaluasinya melalui kontrol aja, kayak setiap anak didik ke perpustakaan maupun lagi dalam kegiatan lainnya ya harus ada petugasnya, jadi petugas pun harus tau kayak apa aja yang diperlukan anak didik, ya intinya harus ada komunikasi kan antara
petugas dengan anak didik.”125
Mengacu pada jawaban informan (petugas) menunjukkan bahwa
petugas memiliki peran yang penting dalam pemberian hak akses informasi,
petugas dapat mengetahui apa yang dibutuhkan anak didik melalui
pengawasan dan komunikasi antara petugas dengan anak didik. Narapidana
penjara membutuhkan informasi untuk kehidupan sehari-hari mereka, yang
dapat diakses dan digunakan untuk melanjutkan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran lainnya selama penahanan.126
Oleh karena itu petugas dan anak
didik di LPKA Kelas II Jakarta menganggap bahwa hak akses informasi
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan, meskipun petugas
memberikan hak akses informasi dengan cara yang berbeda karena anak didik
di LPKA Kelas II Jakarta harus mengikuti peraturan yang ada seperti larangan
mengakses internet dan membawa handphone yang tidak dapat mereka
rasakan seperti anak-anak diluar pada umumnya, namun petugas tetap
125 Theresia, Wawancara Pribadi.
126 Helen Emesealu, “Information Need, Accessibility an Utilization of Library Information Resources as Determinants of Psychological Well Being of Prison Inmates in Nigeria,” University of Port Harcourt, 2016, diakses 21 Januari 2019, https://www.researchgate.net/publication/319128167. h. 30.
88
berusaha memberikan hak akses informasi sebaik mungkin agar anak didik
tetap mengarah kepada hal positif, hal ini dikarenakan bahwa pustakawan
maupun pekerja informasi lainnya harus menghormati perlindungan anak
dibawah umur sambil memastikan hal ini tidak berdampak pada hak-hak
informasi orang dewasa.127
Karena Dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 2
menyatakan bahwa sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai
arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang
dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara
wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.128
2. Layanan Informasi Anak Didik oleh Petugas LPKA Kelas II Jakarta
a. Layanan Edukasi
Pihak LPKA Kelas II Jakarta sejauh ini berupaya memberikan hak
akses informasi kepada anak didik yang sesuai dengan perundang-undangan
melalui berbagai macam kegiatan yang diharapkan dapat menjadi sumber
127 Garcia Febo dan Hustad, “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.”
128 Indonesia, “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,” diakses 4 November
2018, https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45 /parent/lt5024cc61e623d.
89
informasi bagi anak didik. Seperti yang diungkapkan sebelumnya bahawa
informasi adalah sumber utama bagi narapidana karena membantu dalam
memfasilitasi pelatihan dan melatih kembali narapidana untuk masuk kembali
ke lingkungan masyarakat. Adapun dengan memberikan narasumber
informasi kepada narapidana akan lebih membantu mereka dalam melanjutkan
pendidikan, pelatihan dan perolehan keterampilan dan dengan demikian
membuat mereka mandiri dan lebih siap saat reintegrasi ke dalam
masyarakat.129
Berbagai layanan informasi yang telah diberikan petugas
kepada anak didik seperti layanan perpustakaan, layanan edukasi seperti
kegiatan PKBI/PKBM atau sekolah paket A B C dan kursus bahasa Inggris,
kursus komputer, keterampilan dan kerohanian serta layanan perpustakaan
keliling.
Kegiatan PKBI (Sekolah Paket) dan kursus bahasa inggris menjadi
salah satu layanan informasi bagi anak didik untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan atau edukasi karena anak didik tidak bisa mengikuti kegiatan
sekolah formal seperti anak-anak seusia mereka pada umumnya, bagi anak
didik kegiatan tersebut membuat mereka tidak tertinggal pelajaran sekolah,
menambah pengetahuan tentang sejarah, serta menambah pengetahuan
kosakata Bahasa Inggris melalui kursus Bahasa Inggris. Sebagaimana yang
diungkapkan informan anak didik sebagai berikut:
129 Emesealu, “Information Need, Accessibility an Utilization of Library Information Resources as
Determinants of Psychological Well Being of Prison Inmates in Nigeria.” h. 31.
90
“…..jadi gak ketinggalan pelajaran sekolah sama jadi tahu bahasa
inggris sedikit-sedikit.”130
“…...jadi gak ketinggalan pelajaran, jadi tau sejarah-sejarah, kalau kursus bahasa Inggris ya jadi nambah tau kata-kata bahasa
Inggris.”131
Kegiatan PKBM/Sekolah Paket dan kursus bahasa Inggris tentunya
wajib diikuti oleh seluruh anak didik sesuai dengan tingkat pendidikan
terakhir mereka sebelum masuk ke LPKA Kelas II Jakarta. Layanan edukasi
ini dilaksanakan pada hari Senin hingga Kamis di ruangan yang sudah
ditentukan, sebagaimana jadwal disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Layanan Edukasi
No. Kegiatan Waktu Tempat
1. PKBM Paket A Senin, 08.30 s/d 12.00 Perpustakaan (Setara SD) WIB
2. PKBM Paket B Kamis, 08.30 s/d 12.00 Perpustakaan (Setara SMP) WIB
3. PKBM Paket C Selasa dan Rabu, 08.30 Perpustakaan
(Setara SMA) s/d 12.00 WIB
4. Kursus Bahasa Senin, 09.30 s/d 10.30 Ruang Serbaguna
Inggris Paket B WIB
5. Kursus Bahasa Senin, 10.30 s/d 12.00 Ruang Serbaguna
Inggris Paket C WIB
Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah April 2019
b. Layanan Perpustakaan
Selain memberikan kegiatan PKBI dan kursus bahasa Inggris sebagai
layanan informasi bagi anak didik, layanan informasi untuk anak didik yang
lainnya yaitu layanan perpustakaan. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang
130 RF, Wawancara Pribadi.
131 AF, Wawancara Pribadi.
91
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa perpustakaan
bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran
membaca, sertamemperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.132
Membaca merupakan salah satu sarana rekreasi bagi
anak didik, bahan bahan bacaan yang diperbolehkan untuk anak didik adalah
bahan bacaan yang berpengaruh bagi tumbuh kembang anak, tidak
mengandung unsur pornografi, kekerasan dan tidak bertentangan dengan
norma masyarakat, adapun buku-buku yang disediakan meliputi buku
pengetahuan umum, agama, hobi, music dan lainnya sesuai dengan minat
anak didik.133
Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta menyediakan koleksi
yang beragam, bagi anak didik koleksi perpustakaan sudah memenuhi
kebutuhan dan keinginan anak didik diantaranya koleksi pariwisata yang
membuat anak didik mengetahui tempat pariwisata di Indonesia, kemudian
koleksi komik yang serinya lengkap, serta adapula novel dan ensiklopedia.
Sebagaimana ungkapan anak didik sebagai berikut:
“…..koleksinya macam-macam, saya suka baca buku tentang
pariwisata jadi tau tentang pariwisata apa aja di Indonesia.“134
“…..kalau saya sukanya baca komik yaa disini komiknya lumayan
lengkap serinya.”135
“…...kan ada komik, novel, ensiklopedia, banyak deh mau baca apaan
aja ada.”136
132 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
133 Standar Pelayanan Anak di Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS). h, 76.
134 RF, Wawancara Pribadi.
135 AF, Wawancara Pribadi.
92
Jumlah koleksi perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta atau Lapas Kelas
IIA Salemba berdasarkan rekapitulasi bulan Desember 2017 berjumlah 4681
eksemplar. Koleksi diperoleh dari anggaran lapas (DIPA), sumbangan dari
Perpustakaan Daerah, Hibah dari pihak ketiga, serta Ibu Ani Yudhoyono.
Tabel 4.7 Koleksi Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta
No. Jenis Koleksi Jumlah Eksemplar
1. Buku Fiksi 1438
2. Buku Non Fiksi 2706
3. Buku Referensi 537
Sumber Data: Data lapangan dari Perpustakaan April 2019
Salah satu layanan informasi utama untuk anak didik di LPKA Kelas
II Jakarta ini adalah layanan perpustakaan, karena tujuan layanan
perpustakaan penjara adalah untuk memenuhi rekreasi, pendidikan, dan
lainnya kebutuhan informasi tahanan selama penjara mereka dan untuk
memberikan informasi yang akan membantu tahanan untuk membangun
kembali diri mereka di masyarakat.137
Selain menyediakan bahan bacaan
untuk anak didik, perpustakaan harus mengatur dan mendukung berbagai
kegiatan dan program yang mempromosikan kegiatan membaca dan
keterampilan, program semacam itu memberikan peluang untuk menjadi
kreatif dalam memanfaatkan waktu dan peningkatan kualitas hidup.138
Untuk
mengakses layanan perpustakaan anak didik mendapatkan jadwal berkunjung
ke perpustakaan setiap hari Senin sampai Kamis pukul 15.30 s/d 16.00 dan
136 SR, Wawancara Pribadi.
137 “Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 5.
138 “Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners,” h. 16.
93
pada hari Jum‟at pukul 13.00 s/d 15.00 WIB. Selain membaca atau sekedar
mencari hiburan di dalam perpustakaan, anak didik juga dapat meminjam
koleksi perpustakaan sesuai peraturan yang ada seperti jumlah koleksi
maksimal tiga eksemplar dan batas peminjaman paling lama selama tujuh
hari.
c. Kerjasama LPKA Kelas II Jakarta dengan Pihak Lain
Pihak LPKA Kelas II Jakarta juga membuka pintu seluas-luasnya
untuk lembaga, komunitas maupun relawan yang ingin bekerjasama dengan
petugas dalam memberikan layanan informasi kepada anak didik, karena
komunitas luar harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam kegiatan pendidikan
dan budaya di penjara.139
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan
informan sebagai berikut:
“…..disini kita bekerjasama dengan beberapa lembaga dan komunitas seperti Pusteling dari Perpusnas, ada juga Komunitas Literasi untuk
meningkatkan minat baca dan mengajarkan story telling, bahkan
salah satu anak didik ada yang baru saja mendapat prestasi juara ke 2
lomba story telling tingkat nasional. Lalu dari Yayasan Tangan
Pengharapan yang membantu memberi tenaga pengajar untuk anak
didik serta memberi pengadaan kegiatan yang tidak rutin seperti
pelatihan barista, pijat refleksi dan lainnya. Kemudian Komunitas
Manusaya yang mengajarkan kesenian, dan ada pula dari Lembaga
Hukum yang memberikan layanan konsultasi hukum kepada anak
didik.”140
Berdasarkan pernyataan informan diatas bahwa dalam memberikan
layanan informasi kepada anak didik, LPKA Kelas II Jakarta bekerjasama
139 “Human Right and Prisons.” h. 10.
140 Daniel, Wawancara Pribadi.
94
dengan berbagai pihak luar baik lembaga maupun komunitas masyarakat,
seperti program Perpustakaan Keliling oleh Perpustakaan Nasional yang
pernah beroperasi 2 tahun yang lalu, adapula layanan edukasi seperti PKBI
dan Kursus bahasa Inggris yang bekerjasama dengan Yayasan Tangan
Pengharapan yang membantu dengan menghadirkan tenaga pengajar serta
memberi kegiatan tambahan seperti pelatihan barista dan pijat refleksi.
Kemudian adanya program literasi informasi yang bekerjasama dengan
komunitas literasi yang berhasil memunculkan salah satu anak didik
berprestasi sebagai juara kedua lomba Story Telling tingkat Nasional di awal
tahun 2019, lalu program kesenian atau workshop manusaya yang
bekerjasama dengan komunitas Spread Project, serta layanan konsultasi
hukum dengan lembaga hukum. Relawan dari lembaga atau komunitas juga
dapat dipekerjakan di perpustakaan, para relawan tersebut tentunya tidak
boleh dipekerjakan sebagai pengganti staf yang dibayar secara reguler tetapi
harus memberikan tambahan dukungan dan program khusus yang
sebagaimana diperlukan.141
Tabel 4.8 Kerjasama Layanan Informasi dengan Pihak Lain
No. Lembaga Kegiatan Keterangan
1. Perpustakaan Perpustakaan Keliling Tidak Beroperasi
Nasional
2. Yayasan Tangan PKBM, Kursus Bahasa Masih Beroperasi Pengharapan Inggris, Pelatihan
Barista.
3. Komunitas Literasi Literasi Informasi Masih Beroperasi
141 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 10.
95
4. Komunitas Spread Pelatihan Kesenian Masih Beroperasi
Project (Workshop Manusaya) Sumber Data: Data lapangan yang telah diolah April 2019
d. Kendala Pemberian Layanan Informasi kepada Anak Didik
Meskipun banyak relawan dari komunitas maupun lembaga lain yang
bekerjasama dengan pihak LPKA Kelas II Jakarta dalam memberikan layanan
informasi kepada anak didik, LPKA Kelas II Jakarta masih memiliki banyak
kendala dalam pemberian layanan informasi diantaranya layanan pusteling
yang saat ini tidak beroperasi lagi, kurangnya anggaran untuk memperbaiki
televisi yang rusak, kurangnya kesadaran anak didik dalam menjaga buku,
serta hambatan lainnya yaitu keterbatasan anak didik dalam mendapatkan
layanan informasi dikarenakan kondisi LPKA Kelas II Jakarta yang belum
memiliki gedung dan fasilitas mandiri. Sebagaimana pernyataan informan
sebagai berikut:
“.....yang pertama pemberian layanan Pusteling dari Perpusnas yang saat ini belum beroperasi lagi dikarenakan pihak ketiga harus menyesuaikan lagi dengan LPKA. Hambatan yang lain yaitu masih kurangnya kesadaran anak didik untuk menjaga apa yang sudah ada, seperti buku yang masih suka dihilangkan atau diambil diam-diam dibawa ke kamar, dan TV yang tiba-tiba sekarang rusak. Kemudian hambatan lain yaitu Anggaran, tentunya perlu anggaran untuk
membetulkan TV yang rusak.”142
“…..hambatannya seperti anak masih kurang tahu bagaimana mereka harus merawat buku, misalnya masih ada buku yang dilipat atau ada yang robek. Kemudian hambatan lain ya mungkin kurangnya fasilitas juga ya karena ruang lingkupnya masih terbatas karena masih
142 Daniel, Wawancara Pribadi.
96
bergabung dengan lapas salemba, jadi gak boleh sembarangan
mereka bisa keluar masuk perpustakaan.”143
Berdasarkan pernyataan informan mengenai pemberian layanan
pusteling dari Perpustakaan Nasional sebagai layanan informasi digital untuk
anak didik, namun saat ini layanan tersebut terhambat dikarenakan beberapa
alasan seperti belum adanya koordinasi antara pihak LPKA Kelas II Jakarta
dengan Pihak Perpustakaan Nasional. Hal ini sebagaimana pernyataan
informan sebagai berikut:
“…..berjalannya layanan pusteling itu waktu anak didik masih bergabung dengan narapidana dewasa di Lapas Salemba, saat belum dipisah menjadi nama LPKA Kelas II Jakarta. seperti yang saya katakan bahwa LPKA ini belum punya perpustakaan mandiri termasuk petugas perpustakaan yang khusus untuk melayani anak didik, jadi belum ada pengajuan antara pihak LPKA dengan perpusnas untuk memberikan layanan pusteling buat anak didik. Kalau saya sih bisa saja mengkoordinasikan lagi, tapi kan saya saat ini bertanggung jawab untuk napi dewasa saja karena anak didik sudah dibawah LPKA, jadi pihak LPKA nya harus berkoordinasi sendiri dengan
Perpusnas.”144
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa layanan perpustakaan
keliling oleh Perpustakaan Nasional pernah beroperasi sebagai layanan
informasi bagi anak didik pada dua tahun yang lalu disaat anak didik masih
dibawah lembaga yang sama dengan narapidana dewasa Lapas Kelas IIA
Salemba. Namun layanan pusteling sudah tidak beroperasi lagi saat ini
dikarenakan kondisi LPKA Kelas II Jakarta yang belum memiliki sarana dan
prasarana mandiri dan belum memiliki petugas perpustakaan khusus untuk
143 Theresia, Wawancara Pribadi.
144 Daniel, Wawancara Pribadi.
97
melayani anak didik, alasan lainnya yaitu karena belum adanya koordinasi
lagi antara Pihak LPKA Kelas II Jakarta dengan pihak Perpustakaan Nasional
seperti yang pernah Bapak Muhammad Daniel lakukan pada dua tahun silam.
Adapun kendala yang terjadi dalam pemberian layanan informasi
kepada anak didik tentunya dapat diatasi melalui berbagai macam cara
diantaranya harus adanya peran aktif dari pihak LPKA Kelas II Jakarta seperti
adanya koordinasi Pusteling dengan Perpustakaan Nasional, kemudian
diharapkan adanya anggaran yang sesuai agar rencana pemindahan LPKA
Kelas II Jakarta dapat berjalan dengan cepat, harus adanya anggaran untuk
memperbaiki atau memberikan televisi baru untuk anak didik, sebagaimana
yang dipaparkan oleh informan sebagai berikut:
“Harus adanya peran aktif dari pihak LPKA, pihak ketiga, maupun
masyarakat. seperti kalau ingin ada pusteling ya pihak LPKA harus
berkoordinasi dengan perpusnas. Kemudian kalau anggaran
terhambat maka rencana pun akan terhambat juga, seperti rencana
pindahnya LPKA pun pasti butuh anggaran, fasilitas TV untuk anak
didik pun butuh anggaran, mungkin kalau LPKA sudah punya gedung
mandiri nantinya, anak didik bisa diberikan fasilitas TV lebih dari
satu di masing-masing paviliun. Karena itu sangat diharapkan adanya
peran dari pihak ketiga seperti masyarakat, yayasan, komunitas yang
mau berkontribusi untuk anak didik.”145
Kualitas bentuk-bentuk program pembinaan tidak semata-mata
ditentukan oleh anggaran ataupun sarana dan fasilitas yang tersedia.
Diperlukan program-program kreatif tetapi murah dan mudah serta memiliki
145 Daniel, Wawancara Pribadi.
98
dampak edukatif yang optimal bagi warga binaan pemasyarakatan.146
Oleh
karena itu dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan lembaga lainnya dalam
berkontribusi untuk anak didik. Selain itu untuk mengatasi kendala yang lain
seperti kurangnya kesadaran anak didik dalam menjaga fasilitas yang telah
diberikan dapat diatasi dengan memberi arahan yang tegas, sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
“Buat anak didik yang belum bisa menjaga fasilitas yang telah diberikan, yang pertama itu kita kasih arahan misalnya buku jangan dirusak, jangan dihilangkan, tapi misalnya kalau ada yang melanggar juga ya kita sebagai petugas harus tegas gitu, tidak memberi
hukuman, tapi ya sekedar peringatan saja gitu.”147
Berdasarkan ungkapan diatas bahwa petugas akan memberikan
peringatan kepada anak didik yang melakukan pelanggaran dalam layanan
informasi. Karena petugas harus bersikap tegas agar anak didik dikemudian
hari tidak mengulang kesalahan yang sama.
e. Tanggapan Anak Didik terhadap Layanan Informasi
Sebagai masyarakat di lingkungan LPKA Kelas II Jakarta yang
memanfaatkan perpustakaan, maka anak didik berkewajiban selayaknya
masyarakat pada umumnya yang wajib untuk mematuhi seluruh ketentuan
dan peraturan dalam pemanfaatan fasilitas perpustakaan.148
Meskipun pihak
LPKA Kelas II Jakarta telah memberikan layanan informasi yang beragam,
146 “Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang
Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.” 147 Theresia, Wawancara Pribadi.
148 “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.”
99
namun ada beberapa hal yang membuat anak didik merasa kurang puas
dengan layanan informasi yang diberikan oleh petugas, sebagaimana yang
diungkapkan oleh anak didik sebagai berikut:
“…..kalau sekarang TV nya aja rusak, gak enak kan nonton TV kalau
gak ada suaranya.”149
“…..saya ngerasa diperpustakaannya aja kurang lama setengah jam itu gak kerasa, terus TV yang sekarang rusak gak ada suaranya belum
dibenerin.”150
“…..kalo bisa adain lagi nonton film bareng di perpustakaan kayak
waktu itu karena kalo TV bosen acaranya gitu-gitu aja.”151
Dari ungkapan anak didik dapat disimpulkan bahwa anak didik merasa
kurang puas dengan jadwal layanan perpustakaan yang terasa singkat atau
sebentar bagi mereka, selain itu fasilitas televisi yang saat ini kondisinya
rusak pada bagian suara yang membuat anak didik merasa tidak nyaman saat
menonton televisi, dan anak didik menginginkan adanya kegiatan baru seperti
menonton film bersama di perpustakaan karena bosan dengan tayangan
televisi. Kekurangan sarana dan fasilitas baik dalam jumlah maupun mutu
dapat menjadi penghambat pembinaan bahkan telah menjadi salah satu
penyebab rawannya keamanan/ketertiban.152
Layanan perpustakaan untuk anak didik yang dijadwalkan pada hari
Senin hingga Kamis pukul 15.30 s/d 16.00 dan hari Jum‟at pukul 13.00 s/d
149 RF, Wawancara Pribadi.
150 AF, Wawancara Pribadi.
151 SR, Wawancara Pribadi.
152 “Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.”
100
15.00 WIB dianggap terasa singkat atau cepat bagi anak didik, namun seperti
yang sudah diungkapkan bahwa salah satu penyebab keterbatasan jadwal ke
perpustakaan ini dikarenakan perpustakaan bukanlah sarana bagi anak didik
saja. LPKA Kelas II Jakarta sudah memiliki rencana pemindahan gedung dari
lokasi saat ini di Lapas Kelas IIA Salemba menjadi gedung mandiri di
kawasan Gandul, Depok. Rencana tersebut sudah dirancang sejak dua tahun
yang lalu dan anak didik sudah mengetahui informasi ini. Anak didik berharap
jika LPKA Kelas II Jakarta resmi memiliki gedung mandiri, mereka
menginginkan perpustakaan yang lebih besar dengan fasilitas bangku dan
meja yang bagus agar mereka merasa lebih nyaman. Mereka juga
menginginkan jika jam akses ke perpustakaan ditambah dan menginginkan
diperbanyak koleksi baru yang bergambar serta adanya kegiatan nonton film
bersama. Sebagaimana yang diungkapkan anak didik sebagai berikut:
“…..kabarnya sudah dari 2 tahun yang lalu tapi sampai sekarang
belum pindah. Maunya nanti perpustakaannya lebih besar lagi terus ada bangku mejanya gitu yang bagus biar bacanya lebih nyaman juga
sih.”153
“…..saya maunya nanti perpustakaannya lebih bagus lagi deh, terus
yaa maunya biar bisa lama-lama di perpustakaannya dan adain kegiatan nonton film bareng lagi kayak waktu sama kakak-kakak dari
UIN yang KKL disini kan asyik tuh.”154
“…..yaa pinginnya nanti perpustakaannya lebih bagus terus banyakin
buku-buku baru yang bergambar, terus adain nonton film bareng.”155
153 RF, Wawancara Pribadi.
154 AF, Wawancara Pribadi.
155 SR, Wawancara Pribadi.
101
Berdasarkan ungkapan diatas bahwa informasi mengenai rencana
pemindahan lokasi LPKA Kelas II Jakarta ke Gedung BPSDM Hukum dan
HAM yang berlokasi di Depok dari tempat saat ini yang masih satu lokasi
dengan Lapas Kelas IIA Salemba tidak hanya diketahui oleh petugas saja,
tetapi anak didik pun mengetahui informasi tersebut. Rencana pemindahan
lokasi dan gedung yang baru pun membuat anak didik berharap akan adanya
layanan informasi dengan suasana yang baru dari segi bangunan, fasilitas,
koleksi dan program lainnya yang dapat memberikan hiburan dan kepuasan
bagi mereka selama berada di dalam LPKA.
f. Petugas Layanan InformasiAnak Didik
Dalam memberikan layanan informasi kepada anak didik sejauh ini
belum diperlakukan adanya kriteria khusus bagi petugas. Meskipun
berdasarkan IFLA dikatakan bahwa semua perpustakaan penjara, berapapun
ukurannya, harus diawasi atau dikelola oleh pustakawan profesional dengan
kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan melalui gelar universitas dalam
ilmu perpustakaan dan informasi.156
Namun petugas yang ditentukan dalam
memberikan maupun mengawasi layanan informasi untuk anak didik di
LPKA Kelas II Jakarta ini adalah petugas yang memiliki potensi yang baik
dalam bidang informasi dan dipercaya oleh pihak LPKA Kelas II Jakarta
meskipun petugas bukan dari lulusan ilmu perpustakaan dan informasi.
156 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 9.
102
Berikut adalah alasan yang diungkapkan oleh petugas perpustakaan Bapak
Muhammad Daniel sebegai berikut:
“Belum diperlakukan, tetapi tentunya dilihat dari potensi yang dimiliki oleh petugas itu sendiri. Sebagai contohnya seperti saya dari lulusan
Hukum tetapi diberi amanat untuk mengelola perpustakaan bahkan untuk sekolah paket atau PKBM juga. Selain itu di perpustakaan saya
juga dibantu dengan Tahanan Pendamping atau disebut tamping, jadi
mereka membantu pencatatan buku yang dipinjam oleh narapidana atau anak didik, jadi tamping juga membantu banget disaat saya
punya pekerjaan lain.”157
Staf perpustakaan harus memiliki pengetahuan tentang informasi
kebutuhan orang yang dipenjara dan harus memiliki keterampilan
interpersonal untuk bekerja secara efektif di lingkungan penjara, staf
perpustakaan juga harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara
profesional pada lembaga dan berkontribusi dalam program pendidikan.158
Oleh karena itu selain ditugaskan untuk mengelola perpustakaan, Bapak
Muhammad Daniel juga diberi amanat untuk mengawasi program
PKBM/Sekolah Paket untuk anak didik LPKA Kelas II Jakarta yang
dilaksanakan di perpustakaan. Penjara juga dapat mempekerjakan pekerja
narapidana di perpustakaan dan orang-orang ini harus dipilih sesuai dengan
keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan mereka dengan operasi dan
proses perpustakaan.159
Karena perpustakaan untuk anak didik LPKA Kelas
II Jakarta masih satu gedung yang sama dengan Lapas Kelas IIA Salemba,
157 Daniel, Wawancara Pribadi.
158 Lehmann dan Locke, “Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 10.
159 Lehmann dan Locke. h. 10.
103
maka petugas perpustakaan dapat dibantu oleh narapidana Lapas Kelas IIA
salemba sebagai tahanan pendamping (tamping) yang melakukan pelatihan
pekerjaan di perpustakaan dan tetap dalam pengawasan petugas.
Sebagian besar perpustakaan pemasyarakatan di Amerika Serikat
dikelola oleh satu orang dan tidak semua dikelola oleh pustakawan
profesional, namun petugas perpustakaan dianjurkan memiliki pelatihan
profesional, serta petugas perpustakaan sangat penting untuk berkomunikasi
dengan staf pemasyarakatan lainnya.160
Oleh karena itu petugas perpustakaan
harus berkoordinasi dengan petugas pembinaan LPKA Kelas II Jakarta. Selain
staf perpustakaan, staf pembinaan juga berperan penting dalam mengawasi
anak didik disetiap kegiatan termasuk pemberian layanan informasi, untuk
petugas pembinaan juga belum diperlakukan adanya kriteria khusus, karena
semua petugas di dalam LPKA Kelas II Jakarta memiliki tugas masing-
masing namun tetap bertanggung jawab untuk anak didik. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Hanna Theresia sebagai berikut:
“Kalau kriteria khusus itu tidak ada sih, kami dari bagian pembinaan
diberikan tugas untuk mengawasi anak didik. Kami masing-masing dikasih tugas misalnya saya mendapat tugas untuk mendampingi
mahasiswa yang berkunjung, lalu petugas lain ada yang mendampingi lembaga lain, jadi petugas perorang itu megang tugas sendiri-sendiri,
namun kita semua tetap campur tangan dalam memegang urusan
terkait anak didik”161
160 Vibeke Lehmann, ed., “Library and Information Services to Incarcerated Persons: Global
Perspectives,” Challenges and Accomplishments in U.S. Prison Libraries, 59, no. 3 (2011), diakses 21
Januari 2019, https://pdfs.semanticscholar.org/8e90/9702df8f94cfc6be778 53cd4db228a720c8e.pdf.
h. 495.
161 Theresia, Wawancara Pribadi.
104
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 pasal 15 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak bahwa Seksi pembinaan
mempunyai tugas melakukan pendidikan, pengasuhan, pengentasan, dan
pelatihan keterampilan, serta layanan informasi.162
Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa petugas pembinaan LPKA Kelas II Jakarta memegang
peranan penting dalam mengatur kebijakan dan membina anak didik termasuk
dalam memberikan layanan informasi. Selain mengawasi dan membina anak
didik, petugas juga membantu anak didik disaat anak didik membutuhkan
sesuatu. Dalam memberikan layanan informasi petugas juga berperan aktif
seperti memberikan materi mata pelajaran saat PKBM, mengingatkan jadwal
kegiatan anak didik dan mengingatkan anak didik agar tidak lupa
mengembalikan buku perpustakaan. Hal ini sesuai dengan jawaban anak didik
sebagai berikut:
“Ya petugas membantu anak didik kalau ada kita perlu apa gitu, petugas juga mau ngingetin kalau ada jadwal kegiatan apa, terus
petugasnya selalu ngingetin kalau kita belum ngembaliin buku.”163
“Petugasnya baik, kita dikasih tau juga sih biar gak lupa ngembaliin
buku.”164
162 “Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak” (Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), diakses 21 Januari 2019, http://lpkajakarta. kemenkumham.go.id/regulasi/peraturan-menteri.
163 RF, Wawancara Pribadi.
164 AF, Wawancara Pribadi.
105
“Petugasnya asik-asik aja kalau ngajarin kita pas PKBM, petugas
juga ngawasin terus sih kalau kita lagi ada kegiatan.”165
Mengacu pada ungkapan informan (anak didik) menunjukkan bahwa
petugas pembinaan LPKA Kelas II Jakarta selalu mengawasi anak didik pada
setiap kegiatan yang berlangsun, petugas juga dianggap bersikap baik dalam
memberikan layanan informasi kepada anak didik karena sejauh ini petugas
belum pernah melakukan tindakan negatif terhadap anak didik.
g. Tindakan Negatif Anak Didikpada Layanan Informasi
Selama pemberian layanan informasi yang pernah diberikan kepada
anak didik, petugas pernah menemukan beberapa tindakan negatif yang
dilakukan anak didik, sebagaimana pernyataan informan sebagai berikut:
“TV yang disediakan di selasar kamar tiba-tiba sekarang sudah rusak
dan pihak kami tidak tahu apa yang dilakukan oleh anak didik. Pernah
juga waktu itu yaa hampir 2 tahun yang lalu saat pusteling masih
beroperasi disini ada anak didik yang ketahuan pernah mengakses
situs yang tidak diperkenankan. Pernah juga ada anak didik yang
diam-diam ngambil buku kebanyakan komik lah, ya bukunya tidak dihilangkan, pas diperiksa ya ada di blok mereka itu bertumpuk-
tumpuk.”166
Alasan anak didik melakukan tindakan negatif juga diungkapan oleh
petugas pembinaan LPKA Kelas II Jakarta sebagai berikut:
“Seperti yang pak Daniel bilang terkait penyalahgunaan internet waktu ada pusteling dari perpusnas yang diadakan oleh lapas lalu
anak didik yang mengambil buku, itu terjadi kan saat anak didik masih dibawah naungan lapas salemba ya, kalau sejauh ini dengan LPKA
165 SR, Wawancara Pribadi.
166 Daniel, Wawancara Pribadi.
106
sih kami sebagai petugas belum pernah menemukan pelanggaran yang dilakukan anak didik. Kalau TV yang rusak itu kan mungkin karena fasilitasnya udah lama, udah ada saat anak didik masih sama lapas
salemba.”167
Berdasarkan ungkapan diatas menunjukkan bahwa pernah ditemukan
tindakan negatif yang dilakukan anak didik selama pemberian layanan
informasi diantaranya yaitu pernah terjadi ketika anak didik masih dibawah
lembaga yang sama dengan narapidana dewasa, anak didik pernah ditemukan
mengakses situs yang dilarang saat berlangsungnya layanan Pusteling,
kemudian anak didik pernah ditemukan menyembunyikan buku dan komik di
blok kamar mereka, namun belakangan ini ditemukan rusaknya televisi yang
disediakan untuk anak didik. Menurut petugas pembinaan hal ini disebabkan
karena fasilitas telivisi yang sudah lama, dan telivisi tersebut sudah tersedia
sejak anak didik masih dibawah Lapas Kelas IIA Salemba. Petugas juga
mengungkapkan bahwa selama berdirinya LPKA Kelas II Jakarta dua tahun
terakhir ini belum pernah ditemukan tindakan negatif yang dilakukan oleh
anak didik karena petugas pembinaan LPKA Kelas II Jakarta selalu
mengawasi anak didik pada setiap kegiatan. Namun jika anak didik ditemukan
melakukan pelanggaran dalam mengakses layanan informasi, maka ada aturan
yang tegas yang berlaku bagi anak didik, sebagaimana yang diungkapkan oleh
informan sebagai berikut:
167 Theresia, Wawancara Pribadi.
107
“Jika buku perpustakaan yang dipinjam kemudian dihilangkan maka anak didik harus menggantinya, kami melihat bagaimana kemampuan anak didik untuk mengganti buku tersebut, tentunya dibantu melalui
pengawas masing-masing maupun orang tuanya…...”168
Ungkapan dari informan (petugas) menunjukkan bahwa jika anak
didik ditemukan melakukan pelanggaran seperti menghilangkan buku, maka
anak didik harus mengganti sesuai dengan kemampuan anak didik tentunya
dibantu oleh petugas dan orang tua. Karena petugas perpustakaan harus
mendorong dan menjaga kerjasama yang erat dengan orang lain yang terlibat
didalam program tahanan seperti petugas pendidikan, petugas rekreasi,
petugas hukum atau kesejahteraan.169
Ungkapan tersebut kemudian diperjelas
oleh informan petugas lainnya sebagai berikut:
“Disini mereka membawa handphone itu dilarang, jadi mungkin jika
ada yang membawa handphone akan ditindak tegas oleh pihak
pengamanannya langsung. Nah kalau mau minjem buku itu masih bisa
terpantau oleh petugas pembinaan, kita kan disini ada jadwal ke
perpustakaan hari senin sampai jum’at, hari senin sampai kamis jam
setengah empat sampai jam empat, kalau dihari jum’at jam satu
sampai tiga, dan setiap mereka mau ke perpustakaan harus ada
petugas yang mengawasi, jadi petugas yang memantau harus tau
mereka minjem buku berapa dan siapa aja, jadi petugas punya catatan
sendiri, jadi nanti kalau mereka sudah minjem namun belum
mengembalikan maka petugas yang mengawasi itu harus mencari
buku itu sampai dapat. Kalau mereka menghilangkan buku ya pastinya
mereka harus menggantikan seperti meminta bantuan dari petugas
dan orang tua. Atau nanti petugas LPKA yang bertanggung jawab
seperti menanyakan kepada pihak lapas jika buku perpustakaan
dihilangkan anak didik maka pihak lapas mau meminta apa untuk
digantikannya buku yang hilang tersebut. Namun sejauh ini sih
mereka belum pernah melakukan pelanggaran yang bukunya sampai
hilang gitu kan, mereka tahu diri bisa menyimpan baik-baik terus ada
168 Daniel, Wawancara Pribadi.
169 “Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners.” h. 6.
108
waktunya ngembaliin mereka ya bakal ngembaliin. Jadi mereka bisa ke perpustakaan di jam lain untuk minjem buku dan tetap ditemenin oleh petugasnya, karena kan akses ke perpustakaannya juga terbatas, masih bareng-bareng sama lapas salemba, jadi mereka keluar dari
lingkungan blok kamar pun harus tetap diawasi petugas.”170
Berdasarkan ungkapan informan (petugas) dapat disimpulkan bahwa
jika anak didik ditemukan melakukan tindakan negatif seperti membawa
handphone ke dalam lingkungan LPKA Kelas II Jakarta, maka anak didik
akan mendapat tindakan tegas dari pihak pengamanan, kemudian jika anak
didik menghilangkan koleksi perpustakaan maka anak didik harus mengganti
koleksi tersebut dibantu oleh petugas pembinaan. Hal ini karena petugas
mempunyai tanggung jawab dalam mengawasi anak didik termasuk mencatat
koleksi yang dipinjam anak didik di perpustakaan, petugas juga selalu
mengawasi anak didik yang ke perpustakaan setiap harinya, oleh karena itu
oetugas yang bertugas mengawasi harus mencatat siapa dan buku apa yang
dipinjam dan jika anak didik belum mengembalikan buku sesuai jadwal maka
petugas tersebut harus mendapatkan buku itu, petugas juga dapat
berkoordinasi dengan orang tua anak didik jika anak didik menghilangkan
koleksi perpustakaan, dan petugas harus bertanggung jawab dengan menerima
segala konsekuensi sesuai apa yang diminta oleh pihak Lapas, karena
perpustakaan untuk anak didik saat ini merupakan fasilitas milik Lapas Kelas
IIA Salemba. Hal ini juga merupakan penyebab anak didik mendapatkan jam
akses ke perpustakaan yang singkat, tetapi anak didik dapat meminjam buku
170 Theresia, Wawancara Pribadi.
109
kapanpun dan tetap dalam pengawasan petugas. Namun sejauh ini anak didik
belum pernah ditemukan menghilangkan buku yang dipinjam, karena anak
didik selalu diawasi dan diingatkan oleh petugas untuk mengembalikan
koleksi yang dipinjam.
Petugas LPKA Kelas II Jakarta telah memberikan berbagai macam
layanan informasi yang bermanfaat untuk anak didik. Meskipun banyak
hambatan dalam pemberian layanan informasi, tetapi petugas tetap berupaya
memberikan layanan informasi dengan sebaik mungkin. Selain memberikan
layanan informasi, petugas juga harus mengawasi anak didik dari hal-hal yang
membawa ke arah negatif. Petugas juga berupaya mengawasi anak didik agar
tidak melakukan pelanggaran terkait layanan informasi seperti yang pernah
terjadi sebelum LPKA Kelas II Jakarta berdiri, oleh karena itu dapat dikatakan
petugas LPKA Kelas II Jakarta memiliki peran penting dalam segala kegiatan
yang dilakukan oleh anak didik termasuk dalam memberikan layanan
informasi.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta terkait Hak Akses Informasi
bagi Anak Didik dapat disimpulkan bahwa:
1. Bagi anak didik maupun petugas, hak akses informasi dimaknai sebagai
suatu hal yang penting karena hak akses informasi merupakan jalan dan
cara untuk memperoleh pengetahuan bagi anak didik di LPKA Kelas II
Jakarta. Anak didik memaknai hak akses informasi dengan mengikuti
segala kegiatan yang diberikan dan memanfaatkan fasilitas informasi
seperti perpustakaan. Petugas memaknai hak akses informasi sebagai hak
asasi manusia dimana setiap orang berhak memperoleh informasi
termasuk anak didik yang memiliki hak untuk membaca, belajar dan
mengakses informasi. Oleh karena itu, petugas memberikan hak akses
informasi melalui beragam kegiatan dan fasilitas/media yang tidak
dilarang didalam LPKA Kelas II Jakarta. Hak akses informasi yang
diberikan bertujuan agar anak didik mampu menjadi orang yang
berpengetahuan dan memiliki keterampilan sebagai bekal saat kembali
ke lingkungan masyarakat.
111
2. Petugas LPKA Kelas II Jakarta memberikan layanan informasi yang
beragam kepada anak didik melalui layanan edukasi, layanan
perpustakaan, serta kegiatan keterampilan lainnya. LPKA Kelas II
Jakarta juga membuka kesempatan kepada lembaga atau pihak ketiga
yang ingin berkontribusi untuk memberikan kegiatan yang positif bagi
anak didik. Petugas LPKA Kelas II Jakarta berupaya memberikan
layanan informasi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dan
berusaha menjauhkan anak didik dari hal-hal yang negatif dengan
memberikan layanan informasi yang mengarah kepada hal yang positif
saja.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Saran Akademis
Diharapkan agar selanjutnya ada penelitian lanjutan mengenai Pengaruh
Layanan Perpustakaan terhadap Proses Pembinaan Anak Didik di LPKA
Kelas II Jakarta
2. Saran untuk Instansi
a. Pihak LPKA Kelas II Jakarta hendaknya mengoptimalkan jam akses
perpustakaan untuk anak didik setiap harinya agar anak didik tidak
merasa dibatasi dalam mengakses informasi di perpustakaan, terutama
112
saat pemindahan gedung mandiri LPKA Kelas II Jakarta sudah
terlaksana.
b. Mengkoordinasikan kembali Layanan Perpustakaan Keliling sebagai
salah satu fasilitas akses informasi digital, dan diharapkan petugas
memberikan akses internet pada layanan tersebut dengan pengawasan
penuh.
c. Pihak LPKA Kelas II Jakarta hendaknya memperbaiki fasilitas
informasi anak didik seperti TV yang saat ini mengalami kerusakan
agar dapat diperbaiki atau diganti dengan fasilitas yang baru.
113
DAFTAR PUSTAKA
“A Guide to Research Methods, and Search Strategies for Finding Research.” University of Newcastle Library guides (blog), t.t. https://libguides.new
castle.edu.au/researchmethods. AF. Wawancara Pribadi, April 2019. Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Badan Pembinaan Hukum Nasional. “Profile LPKA Salemba.” Diakses 26 Maret 2018. https://www.bphn.go.id/data/.../20160914_lpka_profil_lpka.pdf.
Baldi, Anggara. “Pemenuhan Hak-Hak Pendidikan Keagamaan Islam Anak Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Pakjo Palembang.” Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang 3, no. 1 (2017). http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1389/pdf.
Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Standar Pelayanan Anak di Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) (Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, 2017), Diakses 31 Agustus 2019. http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id
/index.php?option=com_attachments&task=download&id=56. Emesealu, Helen. “Information Need, Accessibility an Utilization of Library
Information Resources as Determinants of Psychological Well Being of
Prison Inmates in Nigeria.” University of Port Harcourt, 2016. https://www.researchgate.net/publication/319128167.
Garcia Febo, Loida, dan Anne Hustad. “Code of Ethics for Librarians and other Information Workers.” IFLA (blog), 2015. http://www.ifla.org/news/ifla-code-of-ethics-for-librarians-and-other-information-workers-full-version.
Hasanah, Hasyim. “Teknik-Teknik Observasi : Sebuah Alternatif Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial.” Jurnal at-Taqaddum 8, no. 1
(Juli 2016). http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/
view/1163/932.
Herdiansyah, Haris. Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta:
Salemba Humanika, 2012. “Human Right and Prisons.” United Nation Publication, 2005.
https://www.ohchr.org/documents/publications/training11add3en.pdf. Indonesia. “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14 Ayat 1F tentang
Pemasyarakatan.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com/ pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/lt5024cc61e623d.
———. “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28
F.” Diakses 20 November 2018. http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf.
———. “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 4 Ayat 1 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.” Diakses 4 November 2018.
114
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/node/640/uu -no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
———. “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 2 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/node/640/uu -no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
———. “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 85 Ayat 3 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/node/640/uu -no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-pidana-anak.
———. “Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com /pusatdata /detail/lt5024cc61e623d/node/640/uu-no-11-tahun-2012-sistem-peradilan-
pidana-anak. ———. “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 2 tentang
Pemasyarakatan.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com /pusatdata/downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/lt5024cc61e623d.
———. “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 tentang Pemasyarakatan.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com /pusatdata /downloadfile/lt5024cd112dc45/parent/lt5024cc61e623d.
———. “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.” Diakses 4 November 2018. https://www.hukumonline.com/pusatdata /downloadfile /lt5024cd112dc45/parent/lt5024cc61e623d.
———. “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.” Diakses 19 November 2018. http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/094607-UU%20No.43%20tahun%202007%20tentang%20Perpustakaan.pdf.
Lehmann, Vibeke, ed. “Library and Information Services to Incarcerated Persons:
Global Perspectives,” Challenges and Accomplishments in U.S. Prison Libraries, 59, no. 3 (2011). https://pdfs.semanticscholar.org/8e90
/9702df8f94cfc6be77853cd4db228a720c8e.pdf. Lehmann, Vibeke, dan Joanne Locke. “Guidelines for Library Services to Prisoners.”
The Hague : International Federation of Library Associations and Institutions, 2005. https://archive.ifla.org/VII/s9/nd1/iflapr-92.pdf.
Lexy J., Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
1999. Menteri Kehakiman Republik Indonesia. “Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.” Diakses 28 Maret 2019. https://www.scribd.com
/document/361001492/Kepmenkumham-No-m-02-Pk-04-10-Tahun-1990-Pola-Pembinaan-Napi-Dan-Tah.
“Minimum Standard Guidelines for Library Services to Prisoners.” Australian
115
Library and Information Association, 2015. https://www.alia.org.au/sites /default/files/documents/ALIAPrisonGuidelines2015.pdf.
Miles Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992).
Muhammad, Daniel. Wawancara Pribadi, Mei 2019. Novita Eleanora, Fransiska, dan Masri Esther. “Pembinaan Khusus Anak Menurut
Sistem Peradilan Pidana Anak.” Jurnal Kajian Ilmiah Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 18, no. 3 (2018). http://www.jurnal.ubharajaya .
ac.id/index.php/kajian-ilmiah/article/view/266. Nul Hakim, Lukman. “Ulasan Metode Kualitatif : Wawancara terhadap Elit.”
Aspirasi 4, no. 2 (Desember 2013). https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi /article/view/501/397.
Pedoman Perlakuan Anak dalam Proses Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA). Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI, 2014. “Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara.” Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Diakses 15 September 2019. https://ngada.org/bn356-2013.htm.
“Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak.” Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Diakses 21 Januari 2019. http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id /regulasi/peraturan-menteri.
RF. Wawancara Pribadi, April 2019.
Rumani, Sri. Materi Pokok Aspek Hukum dan Bisnis Informasi. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014. Sambo, Atanda S, Saliu A Usman, dan Rabiu Nafisa. “Prisoners and Their
Information Needs: PrisonLibraries Overview.” Library Philosophy and
Practice (e-journal), 2017. http://digitalcommons.unl.edu/cgi /viewcontent. cgi?article=4135&context=libphilprac.
SR. Wawancara Pribadi, April 2019. “Standard Guidelines for Corrections in Australia.” Government of Western Australia
Departement of Corrective Services, 2012. https://justice.nt.gov.au/ __data/assets/pdf_file/0009/238185/aust-stand_2012.pdf.
Subadi, Tjipto. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014. Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993). Sumardji P, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan (Jakarta: Grasindo, 1999).
Sutarno. Tanggung Jawab Perpustakaan: Dalam Mengembangkan Masyarakat
116
Informasi. Jakarta: Panta Rel, 2005.
Theresia, Hanna. Wawancara Pribadi, Mei 2019.
W. Creswell, John. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset : Memilih diantara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Winkel, dan Hastuti Sri. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi, t.t. “Workshop di LPKA Salemba.” Diakses 4 April 2018. https://www.spread-
project.org/manusaya. Yulianto, dan Yul Ernis. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Perspektif Sistem
Peradilan Pidana Anak. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum
dan Hak Asasi Manusia Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,
2016.
117
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Dosen Pembimbing
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ke Kanwil DKI
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Kanwil ke LPKA Kelas II Jakarta
Lampiran 4: Surat Penguji Skripsi
PEDOMAN WAWANCARA
ANAK DIDIK
1. Bagaimana Anak Didik dan pihak LPKA memaknai Hak Akses Informasi
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
a. Apa arti penting informasi menurut adik?
b. Apa makna hak akses informasi menurut adik?
c. Apa saja akses informasi yang adik peroleh di LPKA?
d. Apa saja peraturan dalam mengakses informasi yang adik ketahui?
e. Apakah adik merasa dibatasi dalam memperoleh informasi?
f. Apakah menurut adik perpustakaan adalah tempat untuk mengakses
informasi? Dan informasi apa yang adik dapatkan di perpustakaan?
g. Biasanya apa yang adik lakukan di perpustakaan pada saat jadwal khusus
layanan perpustakaan?
h. Apakah ada peraturan seperti memberikan uang jaminan sebesar lima
sampai sepuluh ribu rupiah untuk meminjam buku di perpustakaan? apakah
menurut adik peraturan tersebut terasa membebani?
i. Perlu atau tidak kah ada akses internet di LPKA? Dan menurut adik
mengapa akses internet dilarang di LPKA?
j. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
2. Bagaimana petugas memberi layanan akses informasi terhadap anak didik
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
a. Apakah adik merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan petugas?
b. Bagaimana sikap petugas terhadap adik selama pemberian layanan informasi ?
c. Apakah adik memperoleh informasi melalui kegiatan PKBI dan Kursus
bahasa inggris yang diberikan oleh petugas?
d. Apakah koleksi di perpustakaan sudah sesuai kebutuhan ataupun keinginan
adik?
e. Rencananya LPKA Kelas II Jakarta akan pindah, apa adik mengetahui
informasi ini? Apa keinginan adik terkait layanan akses informasi di LPKA
yang baru nantinya?
PEDOMAN WAWANCARA
PETUGAS / PIHAK LPKA
1. Bagaimana Anak Didik dan pihak LPKA memaknai Hak Akses Informasi
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
a. Apa arti penting Informasi menurut Bapak/Ibu?
b. Apa makna Hak Akses Informasi bagi Anak Didik menurut Bapak/Ibu?
c. Apa yang diketahui oleh pihak LPKA tentang keterkaitan undang-undang
Lembaga Pemasyarakatan dengan hak untuk mengakses informasi?
d. Mengapa Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
lebih terkait dan diterapkan dengan hak akses informasi daripada Undang-
undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(SPPA)?
e. Sejauh mana LPKA Memberikan hak akses informasi bagi anak didik?
f. Jika pemberian hak akses informasi di LPKA terbagi atas dua macam seperti
media cetak dan media digital, media digital itu sendiri seperti Layanan
Pusteling dari Perpustakaan Nasional yang sudah tidak beroperasi lagi saat
ini, apakah ada media informasi digital lainnya yang LPKA berikan kepada
anak didik selain Pusteling ?
g. Apa saja kebijakan dan prosedur pemberian hak akses informasi di LPKA?
h. Apakah ada aturan yang membatasi hak akses informasi bagi anak didik?
i. Apakah ada aturan mengenai pemberian uang jaminan untuk peminjaman
buku di perpustakaan? Apakah peraturan tersebut terasa membebani bagi
pemustaka?
j. Wajarkah atau tidak jika anak didik dibatasi dalam memperoleh informasi?
k. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak
diluar LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
l. Apakah ada penyuluhan sebelumnya terkait hak akses informasi kepada
anak didik?
m. Bagaimana dapat memastikan jika hak akses informasi untuk anak didik
sudah berjalan dengan semestinya?
2. Bagaimana petugas memberi layanan akses informasi terhadap anak didik
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta
a. Apakah LPKA Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan layanan
informasi?
b. Adakah hambatan dalam pemeberian layanan informasi kepada anak didik?
c. Dikatakan bahwa layanan pusteling tidak beroperasi lagi dikarenakan pihak
ketiga harus menyesuaikan dengan LPKA, menyesuaikan dalam hal apa?
d. Bagaimana mengatasi kendala dalam pemberian akses informasi kepada
anak didik?
e. Pernahkah ditemukan tindakan negatif yang dilakukan oleh petugas dalam
proses pemberian layanan informasi?
f. Apa saja kriteria khusus petugas yang melayani maupun mengawasi anak
didik dalam pemberian hak akses informasi?
g. Adakah tindakan negatif yang dilakukan oleh anak didik dalam
berjalannya pemberian layanan informasi?
h. Apakah ada aturan yang tegas jika anak didik melakukan pelanggaran terkait
layanan informasi yang telah diberikan?
Keterangan Umum Mengenai Profil Informan
Nama : RF
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SMA
Waktu Wawancara : 10 April 2019 & 18 Juni 2019
1. Apa arti penting informasi menurut adik?
Kalau menurut saya informasi itu kan kayak pengetahuan atau pemberitahuan
jadi pastinya informasi itu penting apalagi di zaman yang udah modern kayak
sekarang, jadi kita butuh informasi biar gak ketinggalan.
2. Apa makna hak akses informasi menurut adik?
Hak buat mendapat akses informasi itu penting juga sih menurut saya, karena
manusia itu mahluk sosial yang butuh pengetahuan dan informasi, jadi setiap
manusia harus dapet hak mengakses informasi.
3. Apa saja akses informasi yang adik peroleh di LPKA?
Baca buku di perpustakaan, terus dari media yang disediakan juga kalau disini
ada TV, kegiatan literasi informasi di perpustakaan, ada PKBI, kursus bahasa
inggris, kursus komputer buat belajar Microsoft word dan excel aja gak ada
internetnya, terus kalau informasi tentang agama-agama bisa kita dapat dari
kegiatan kerohanian disini kayak mendengarkan ceramah.
4. Apa saja peraturan dalam mengakses informasi yang adik ketahui?
Kalo ke perpustakaan ada jadwalnya senin sampai jum‟at biasanya jam
setengah empat sampai jam empat, di jam lain juga boleh ke perpustakaan sih
kalau mau pinjem buku tapi harus ditemenin pengawas. Kalo TV itu ada satu
buat ditonton bareng-bareng kalo lagi gak ada kegiatan, kayak pagi-pagi
kadang nonton kartun atau berita kadang ftv juga, terus abis itu sekolah dan
ikut kegiatan lain, nanti jam 5 masuk ke blok lagi terus boleh nonton TV lagi
sampe mau tidur.
5. Apakah adik merasa dibatasi dalam memperoleh informasi?
Nggak sih, kan dari setiap kegiatan disini kita bisa dapet informasi.
6. Apakah menurut adik perpustakaan adalah tempat untuk mengakses
informasi? Dan informasi apa yang adik dapatkan di perpustakaan?
Iya pastinya, di perpustakaan kan buat baca buku, terus PKBI juga di
perpustakaan, kalau saya ya ikutin aja kegiatan-kegiatan di perpustakaan,
jadinya saya bisa sedikit-sedikit story telling karena pernah diajarin story
telling.
7. Biasanya apa yang adik lakukan di perpustakaan pada saat jadwal
khusus layanan perpustakaan?
Ya kadang baca buku, kadang main gitar, ngilangin bosen aja kalo di
perpustakaan.
8. Apakah ada peraturan seperti memberikan uang jaminan sebesar lima
sampai sepuluh ribu rupiah untuk meminjam buku di perpustakaan?
apakah menurut adik peraturan tersebut terasa membebani?
Oh itu peraturan buat napi dewasa aja, kalau anak didik minjem buku gak ada
uang jaminan, kalau misalnya ada kayak gitu menurut saya gak membebani
sih kan murah juga dan nanti uangnya dibalikin lagi kalau bukunya
dikembaliin ke perpustakaan.
9. Perlu atau tidak kah ada akses internet di LPKA? Dan menurut adik
mengapa akses internet dilarang di LPKA?
Perlu sih, kalau buat buka fb biar tau dunia luar, atau nonton youtube yang
lagi rame apa biar gak ketinggalan. Tapi ya kalau ada internet mungkin takut
kitanya buka yang macem-macem.
10. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
Boleh aja sih, soalnya kan kalau disini misalnya kita enggak boleh pegang HP
apalagi internet kan emang dilarang, kalau anak-anak luar mah bebas enggak
ada aturannya kayak kita, yang penting kan disini kita masih bisa dapet
informasi dari media yang udah disediakan, enggak ketinggalan pelajaran juga
karena ada sekolah paket.
11. Apakah adik merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan
petugas?
Puas, cuma kalau sekarang TV nya aja rusak, gak enak kan nonton TV kalau
gak ada suaranya.
12. Bagaimana sikap petugas terhadap adik selama pemberian layanan
informasi?
Ya petugas membantu anak didik kalau ada kita perlu apa gitu, petugas juga
mau ngingetin kalau ada jadwal kegiatan apa, terus petugasnya selalu
ngingetin kalau kita belum ngembaliin buku.
13. Apakah adik memperoleh informasi melalui kegiatan PKBI dan Kursus
bahasa inggris yang diberikan oleh petugas?
Iya jadi gak ketinggalan pelajaran sekolah sama jadi tahu bahasa inggris
sedikit-sedikit.
14. Apakah koleksi di perpustakaan sudah sesuai kebutuhan ataupun
keinginan adik?
Iya sih sudah, koleksinya macam-macam, saya suka baca buku tentang
pariwisata jadi tau tentang pariwisata apa aja di Indonesia.
15. Rencananya LPKA Kelas II Jakarta akan pindah, apa adik mengetahui
informasi ini? Apa keinginan adik terkait layanan akses informasi di
LPKA yang baru nantinya?
Iya tau, kabarnya sudah dari 2 tahun yang lalu tapi sampai sekarang belum
pindah. Maunya nanti perpustakaannya lebih besar lagi terus ada bangku
mejanya gitu yang bagus biar bacanya lebih nyaman juga sih.
Keterangan Umum Mengenai Profil Informan
Nama : AF
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SMA
Waktu Wawancara : 10 April 2019 & 18 Juni 2019
1. Apa arti penting informasi menurut adik?
Informasi itu penting buat nambah pengetahuan apalagi kayak kita disini yang
gak ada alat komunikasi.
2. Apa makna hak akses informasi menurut adik?
Kalau kita mendapat hak mengakses informasi pastinya kita bisa dapat
pengetahuan baru, kalau kita gak boleh mengakses informasi ya kita nggak tau
apa-apa nanti.
3. Apa saja akses informasi yang adik peroleh di LPKA?
Ada PKBM, baca buku di perpustakaan, nonton TV, dengerin ceramah agama,
dari kursus-kursus juga biar kita punya keahlian.
4. Apa saja peraturan dalam mengakses informasi yang adik ketahui?
Kalau di perpustakaan kita sih boleh pinjem buku satu, batasnya paling lama
tiga hari, kalau mau pinjem buku lain ya buku yang lama harus dikembaliin
dulu. Terus kalau minjem buku nanti dicatet sama petugas perpustakaan,
kadang sama tamping, tamping itu napi yang ditugasin praktek kerja jaga
perpustakaan, terus kalo nonton TV itu boleh kapan aja kalo lagi gak ada
kegiatan dan TV nya ada satu cuma di blok aja.
5. Apakah adik merasa dibatasi dalam memperoleh informasi?
Nggak sih, tapi kalau di perpustakaan berasa cepet banget, kayak rasanya baru
masuk perpustakaan tau-tau udah disuruh keluar aja, karena perpustakaannya
masih bareng sama napi juga jadi biar gantian gitu.
6. Apakah menurut adik perpustakaan adalah tempat untuk mengakses
informasi? Dan informasi apa yang adik dapatkan di perpustakaan?
Iya banyak, misalnya pelajaran dari guru yang ngajar PKBI karena
kegiatannya di perpustakaan jadi kita sekalian bisa baca-baca buku, terus
kegiatan lain kayak sekarang nih lagi ada pelatihan barista di perpustakaan,
kita jadi ngerti sedikit-sedikit lah bikin kopi.
7. Biasanya apa yang adik lakukan di perpustakaan pada saat jadwal
khusus layanan perpustakaan?
Ya duduk-duduk aja, kadang baca komik, yang lain mah ada yang numpang
ngadem, ada yang tidur juga karena enak tempatnya kan gak kayak di blok
8. Apakah ada peraturan seperti memberikan uang jaminan sebesar lima
sampai sepuluh ribu rupiah untuk meminjam buku di perpustakaan?
apakah menurut adik peraturan tersebut terasa membebani?
Kalau buat anak didik gak ada peraturan kayak gitu, itu buat yang dewasa aja.
Kalau misalnya ada kayak gitu buat anak didik membebani sih, nanti jadi
males minjem buku buat dibawa ke kamar.
9. Perlu atau tidak kah ada akses internet di LPKA? Dan menurut adik
mengapa akses internet dilarang di LPKA?
Perlu sih buat buka youtube biar ga bosen soalnya kalau tv kan itu-itu aja
acaranya. Tapi kalo ada internet yang kecil-kecil takutnya buka yang macem-
macem
10. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
Boleh dong, kan kalo disini punya peraturan kalau diluar mah bebas mau main
HP atau internetan, jadi ya kita harus ikutin peraturan disini yang pastinya
lebih terbatas gak sebebas diluar, tapi tetap kok disni kita dapet pengetahuan
juga dari yang nggak tau jadi tau, misalnya kalau dalam agama yang tadinya
gak taat jadi lebih taat, kalau diluar malah karena terlalu bebas kita jadi gak
inget waktu buat sholat buat belajar karena keseringan internetan.
11. Apakah adik merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan
petugas?
Yaa lumayan, karena disini dikasih fasilitas kan bisa baca buku sama nonton
TV, tapi saya ngerasa diperpustakaannya aja kurang lama setengah jam itu
gak kerasa, terus TV yang sekarang rusak gak ada suaranya belum dibenerin.
12. Bagaimana Bagaimana sikap petugas terhadap adik selama pemberian
layanan informasi?
Petugasnya baik, kita dikasih tau juga sih biar gak lupa ngembaliin buku.
13. Apakah adik memperoleh informasi melalui kegiatan PKBI dan Kursus
bahasa inggris yang diberikan oleh petugas?
Iya pastinya jadi gak ketinggalan pelajaran, jadi tau sejarah-sejarah, kalau
kursus bahasa Inggris ya jadi nambah tau kata-kata bahasa Inggris.
14. Apakah koleksi di perpustakaan sudah sesuai kebutuhan ataupun
keinginan adik?
Iya sudah, kalau saya sukanya baca komik yaa disini komiknya lumayan
lengkap serinya.
15. Rencananya LPKA Kelas II Jakarta akan pindah, apa adik mengetahui
informasi ini? Apa keinginan adik terkait layanan akses informasi di
LPKA yang baru nantinya?
Tau, saya maunya nanti perpustakaannya lebih bagus lagi deh, terus yaa
maunya biar bisa lama-lama di perpustakaannya dan adain kegiatan nonton
film bareng lagi kayak waktu sama kakak-kakak dari UIN yang KKL disini
kan asyik tuh.
Keterangan Umum Mengenai Profil Informan
Nama : SR
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : SMP
Waktu Wawancara : 10 April 2019 & 18 Juni 2019
1. Apa arti penting informasi menurut adik?
Informasi itu penting karena Informasi itu pengetahuan, dari yang nggak tau
bisa jadi tau.
2. Apa makna hak akses informasi menurut adik?
Hak akses informasi itu kan berarti hak orang-orang untuk mendapatkan
pengetahuan.
3. Apa saja akses informasi yang adik peroleh di LPKA?
Buat dapet informasi disini ya kita ikutin sekolah atau PKBM, baca buku,
nonton tv, belajar komputer, ikutin kegiatan-kegiatan lain juga.
4. Apa saja peraturan dalam mengakses informasi yang adik ketahui?
Setiap hari bisa ke perpustakaan terus kalo pinjem buku boleh dibawa ke blok
kamar, bukunya gak boleh sampe rusak apalagi hilang, makanya 3 hari pinjem
harus dikembaliin, kalau mau minjem buku harus ditemenin petugas.
5. Apakah adik merasa dibatasi dalam memperoleh informasi?
Nggak sih, kan bisa dapet informasi darimana aja disini cuma gak ada internet
aja karena dilarang.
6. Apakah menurut adik perpustakaan adalah tempat untuk mengakses
informasi? Dan informasi apa yang adik dapatkan di perpustakaan?
Iya, dari baca-baca ensiklopedia jadi tahu tentang alam sama hewan-hewan
gitu, terus banyak kegiatan-kegiatan yang diadain di perpustakaan.
7. Biasanya apa yang adik lakukan di perpustakaan pada saat jadwal
khusus layanan perpustakaan?
Kalo saya senengnya baca-baca ensiklopedia atau ga komik buat ngilangin
bosen, kadang yaa ngobrol-ngobrol aja sama temen-temen.
8. Apakah ada peraturan seperti memberikan uang jaminan sebesar lima
sampai sepuluh ribu rupiah untuk meminjam buku di perpustakaan?
apakah menurut adik peraturan tersebut terasa membebani?
Ada tuh tapi itu buat napi aja kalau pinjem buku bayar, kalau buat anak didik
gratis kok. Tapi kalau kayak gitu buat kita-kita mah membebani kayaknya,
nanti malah pada males minjem buku.
9. Perlu atau tidak kah ada akses internet di LPKA? Dan menurut adik
mengapa akses internet dilarang di LPKA?
Perlu sih biar ga bosen aja, tapi pasti pada buka-buka yang macem-macem
jadinya gak dikasih internet deh.
10. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
Nggak boleh dibedakan sih, kan kita sama anak-anak diluar sama-sama masih
anak-anak pastinya butuh informasi yang sama, tapi kita sama anak-anak
diluar sama-sama dapet informasi kok kayak ada sekolah paket, bisa baca
buku juga, nonton tv juga. Cuma kalo disini kan ada peraturannya gak bebas
kayak diluar.
11. Apakah adik merasa puas dengan layanan informasi yang diberikan
petugas?
Puas sih, tapi kalo bisa adain lagi nonton film bareng di perpustakaan kayak
waktu itu karena kalo TV bosen acaranya gitu-gitu aja.
12. Bagaimana sikap petugas terhadap adik selama pemberian layanan
informasi?
Petugasnya asik-asik aja kalau ngajarin kita pas PKBM, petugas juga
ngawasin terus sih kalau kita lagi ada kegiatan.
13. Apakah adik memperoleh informasi melalui kegiatan PKBI dan Kursus
bahasa inggris yang diberikan oleh petugas?
Iya pastinya jadi gak ketinggalan pelajaran.
14. Apakah koleksi di perpustakaan sudah sesuai kebutuhan ataupun
keinginan adik?
Iya, kan ada komik, novel, ensiklopedia, banyak deh mau baca apaan aja ada.
15. Rencananya LPKA Kelas II Jakarta akan pindah, apa adik mengetahui
informasi ini? Apa keinginan adik terkait layanan akses informasi di
LPKA yang baru nantinya?
Tau, yaa pinginnya nanti perpustakaannya lebih bagus terus banyakin buku-
buku baru yang bergambar, terus adain nonton film bareng.
Keterangan Umum Mengenai Profil Informan
Nama
: Muhammad Daniel
Jabatan
: Petugas Perpustakaan
Waktu wawancara
: 13 Mei 2019 & 18 Juni 2019
1. Apa arti penting Informasi menurut Bapak/Ibu?
Informasi itu pengetahuan, wawasan, kemampuan, keterampilan yang harus
dimiliki setiap orang yang tentunya bisa diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan dan beragam cara lainnya.
2. Apa makna Hak Akses Informasi bagi Anak Didik menurut Bapak/Ibu?
Hak akses informasi itu tentunya sudah ada Undang-undangnya ya dimana
setiap orang berhak mendapat informasi termasuk anak didik maupun
narapidana dewasa disini. Saya memaknainya kalau hak akses informasi itu
penting karena sebagai sarana untuk mengetahui informasi maupun suasana
diluar yang dimana suatu saat mereka akan kembali ke masyarakat jadi
mereka harus mendapatkan informasi.
3. Apa yang diketahui oleh pihak LPKA tentang keterkaitan undang-
undang Lembaga Pemasyarakatan dengan hak untuk mengakses
informasi?
Jadi, segala macam kegiatan untuk mengakses informasi tentunya berdasarkan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, karena
undang-undang tersebut adalah dasar untuk pelaksanaan kegiatan anak didik.
Ada juga Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) yang seharusnya diterapkan di LPKA, namun untuk saat
ini karena kondisinya belum mendukung maka kita lebih menerapkan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995.
4. Mengapa Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
lebih terkait dan diterapkan dengan hak akses informasi daripada
Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak (SPPA)?
Jadi gini, perbedaan Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan itu mengatur keseluruhan atau secara umum untuk Anak
didik, narapidana dewasa maupun narapidana wanita. Kalau undang-undang
nomor 11 tahun 2012 itu khusus untuk anak didik saja. Jadi, dikarenakan
LPKA ini yang belum mempunyai sarana mandiri, alias masih bergabung
dengan Lapas Salemba, maka pihak kami lebih mengikuti Undang-undang
tahun 1995. Kalau nanti LPKA sudah punya gedung mandiri, mungkin
Undan-undang SPPA dapat diterapkan termasuk dalam hal mengakses
informasi.
5. Sejauh mana LPKA Memberikan hak akses informasi bagi anak didik?
Yang pernah dilakukan untuk mengakses informasi di LPKA tentunya melalui
dua macam yaitu dengan media cetak ataupun melalui media digital. Media
cetak itu seperti perpustakaan, kemudian media digital ada TV dan Pusteling
atau perpustakaan keliling yang diadakan oleh perpusnas, fungsi pusteling itu
diperuntukkan untuk narapidana maupun anak didik untuk mengakses
informasi seperti membaca e-book atau mencari informasi lain yang
diperbolehkan, namun sudah cukup lama pusteling belum mengadakan disini
lagi.
6. Jika pemberian hak akses informasi di LPKA terbagi atas dua macam
seperti media cetak dan media digital, media digital itu sendiri seperti
Layanan Pusteling dari Perpustakaan Nasional yang sudah tidak
beroperasi lagi saat ini, apakah ada media informasi digital lainnya yang
LPKA berikan kepada anak didik selain Pusteling ?
Ya, jadi hanya TV saja yang menjadi media digital sebagai fasilitas informasi
untuk anak didik.
7. Apa saja kebijakan dan prosedur pemberian hak akses informasi di
LPKA?
Untuk kebijakan bisa ditanyakan ke bagian pembinaan LPKA, karena bagian
pembinaan itu yang mengatur segala kebijakan maupun prosedur untuk anak
didik.
8. Apakah ada aturan yang membatasi hak akses informasi bagi anak
didik?
Saya tidak tahu pasti ya, tetapi kalau akses informasi melalui internet di dalam
lingkungan LPKA itu tidak diperbolehkan untuk anak didik. Tetapi anak didik
diberikan sarana mengakses informasi kepada hal yang mengarah positif saja
seperti pendidikan, perpustakaan, dan pelatihan-pelatihan untuk mengasah
keterampilan.
9. Apakah ada aturan mengenai pemberian uang jaminan untuk
peminjaman buku di perpustakaan? Apakah peraturan tersebut terasa
membebani bagi pemustaka?
Ada, tetapi peraturan itu hanya untuk narapidana dewasa, untuk anak didik
tidak berlaku. Kalau untuk dewasa adanya peraturan tersebut untuk menyiasati
agar buku tidak dihilangkan lagi, kalau tidak seperti itu buku perpustakaan
bisa habis. Kalau dibilang membebani saya rasa tidak, karena walau adanya
uang jaminan seperti itu tetap saja dari dewasa mau meminjam buku di
perpustakaan, uang jaminannya pun hanya lima sampai sepuluh ribu rupiah
saja.
10. Wajarkah atau tidak jika anak didik dibatasi dalam memperoleh
informasi?
Wajar, karena sarana dan prasarana harus disesuaikan dulu, seperti LPKA ini
kan belum punya perpustakaan mandiri, masih bergabung dengan Lapas.
11. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
Harus dibedakan, karena kalau diluar itu anak-anak tidak bisa terpantau, kalau
disini hal-hal yang mengarah ke negatif sebisa mungkin akan di cut, dan
waktu yang dipergunakan anak didik disini pun tidak hanya untuk mengakses
informasi di perpustakaan saja atau nonton tv saja, tetapi harus dibagi untuk
kegiatan bersosialisai maupun kegiatan lainnya, tetapi tetap mengarah pada
pendidikan dan mengasah keterampilan maupun sikap anak didik yang
diharapkan anak didik tidak akan berbuat kriminal lagi saat nanti kembali ke
masyarakat dan kegiatan yang dilakukan disini diharapkan dapat melatih skill
bagi yang ingin melanjutkan kerja nantinya.
12. Apakah ada penyuluhan sebelumnya terkait hak akses informasi kepada
anak didik?
Ya, tentunya ada, bisa ditanyakan langsung kepada bagian pembinaan karena
itu tugasnya bagian pembinaan ya.
13. Bagaimana dapat memastikan jika hak akses informasi untuk anak didik
sudah berjalan dengan semestinya?
Tentunya memberikan hak akses informasi yang sesuai dengan kebutuhan,
dengan adanya fasilitas informasi yang sudah diberikan seperti perpustakaan
atau TV dan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pendidikan maupun
keterampilan yang dirasa cukup walau sekarang tanpa adanya Pusteling.
14. Apakah LPKA Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan
layanan informasi?
Iya tentunya, disini kita bekerjasama dengan beberapa lembaga dan komunitas
seperti Pusteling dari Perpusnas, ada juga Komunitas Literasi untuk
meningkatkan minat baca dan mengajarkan story telling, bahkan salah satu
anak didik ada yang baru saja mendapat prestasi juara ke 2 lomba story telling
tingkat nasional. Lalu dari Yayasan Tangan Pengharapan yang membantu
memberi tenaga pengajar untuk anak didik serta memberi pengadaan kegiatan
yang tidak rutin seperti pelatihan barista, pijat refleksi dan lainnya. Kemudian
Komunitas Manusaya yang mengajarkan kesenian, dan ada pula dari Lembaga
Hukum yang memberikan layanan konsultasi hukum kepada anak didik.
15. Adakah hambatan dalam pemberian layanan informasi kepada anak
didik?
Ada banyak, yang pertama pemberian layanan Pusteling dari Perpusnas yang
saat ini belum beroperasi lagi dikarenakan pihak ketiga harus menyesuaikan
lagi dengan LPKA. Hambatan yang lain yaitu masih kurangnya kesadaran
anak didik untuk menjaga apa yang sudah ada, seperti buku yang masih suka
dihilangkan atau diambil diam-diam dibawa ke kamar, dan TV yang tiba-tiba
sekarang rusak. Kemudian hambatan lain yaitu Anggaran, tentunya perlu
anggaran untuk membetulkan TV yang rusak.
16. Dikatakan bahwa layanan pusteling tidak beroperasi lagi dikarenakan
pihak ketiga harus menyesuaikan dengan LPKA, menyesuaikan dalam
hal apa?
Jadi, berjalannya layanan pusteling itu waktu anak didik masih bergabung
dengan narapidana dewasa di Lapas Salemba, saat belum dipisah menjadi
nama LPKA Kelas II Jakarta. seperti yang saya katakan bahwa LPKA ini
belum punya perpustakaan mandiri termasuk petugas perpustakaan yang
khusus untuk melayani anak didik, jadi belum ada pengajuan antara pihak
LPKA dengan perpusnas untuk memberikan layanan pusteling buat anak
didik. Kalau saya sih bisa saja mengkoordinasikan lagi, tapi kan saya saat ini
bertanggung jawab untuk napi dewasa saja karena anak didik sudah dibawah
LPKA, jadi pihak LPKA nya harus berkoordinasi sendiri dengan Perpusnas.
17. Bagaimana mengatasi kendala dalam pemberian akses informasi kepada
anak didik?
Harus adanya peran aktif dari pihak LPKA, pihak ketiga, maupun masyarakat.
seperti kalau ingin ada pusteling ya pihak LPKA harus berkoordinasi dengan
perpusnas. Kemudian kalau anggaran terhambat maka rencana pun akan
terhambat juga, seperti rencana pindahnya LPKA pun pasti butuh anggaran,
fasilitas TV untuk anak didik pun butuh anggaran, mungkin kalau LPKA
sudah punya gedung mandiri nantinya, anak didik bisa diberikan fasilitas TV
lebih dari satu di masing-masing paviliun. Karena itu sangat diharapkan
adanya peran dari pihak ketiga seperti masyarakat, yayasan, komunitas yang
mau berkontribusi untuk anak didik.
18. Pernahkah ditemukan tindakan negatif yang dilakukan oleh petugas
dalam proses pemberian layanan informasi ?
Sejauh ini tidak ada.
19. Apa saja kriteria khusus petugas yang melayani maupun mengawasi
anak didik dalam pemberian hak akses informasi?
Belum diperlakukan, tetapi tentunya dilihat dari potensi yang dimiliki oleh
petugas itu sendiri. Sebagai contohnya seperti saya dari lulusan Hukum tetapi
diberi amanat untuk mengelola perpustakaan bahkan untuk sekolah paket atau
PKBM juga. Selain itu di perpustakaan saya juga dibantu dengan Tahanan
Pendamping atau disebut tamping, jadi mereka membantu pencatatan buku
yang dipinjam oleh narapidana atau anak didik,,jadi tamping juga membantu
banget disaat saya punya pekerjaan lain.
20. Adakah tindakan negatif yang dilakukan oleh anak didik dalam
berjalannya pemberian layanan informasi ?
TV yang disediakan di selasar kamar tiba-tiba sekarang sudah rusak dan pihak
kami tidak tahu apa yang dilakukan oleh anak didik. Pernah juga waktu itu
yaa hampir 2 tahun yang lalu saat pusteling masih beroperasi disini ada anak
didik yang ketahuan pernah mengakses situs yang tidak diperkenankan.
Pernah juga ada anak didik yang diam-diam ngambil buku kebanyakan komik
lah, ya bukunya tidak dihilangkan, pas diperiksa ya ada di blok mereka itu
bertumpuk-tumpuk.
21. Apakah ada aturan yang tegas jika anak didik melakukan pelanggaran
terkait layanan informasi yang telah diberikan?
Jika buku perpustakaan yang dipinjam kemudian dihilangkan maka anak didik
harus menggantinya, kami melihat bagaimana kemampuan anak didik untuk
mengganti buku tersebut, tentunya dibantu melalui pengawas masing-masing
maupun orang tuanya. Bedanya kalau untuk narapidana Lapas Kelas IIA
Salemba, karena mereka memberikan uang jaminan saat meminjam buku
sekitar lima atau sepuluh ribu untuk satu bukunya, maka jika buku hilang ya
uang jaminannya tidak dikembalikan.
Keterangan Umum Mengenai Profil Informan
Nama
: Hanna Theresia
Jabatan
: Petugas Pembinaan
Waktu wawancara
: 13 Mei 2019 & 18 Juni 2019
1. Apa arti penting Informasi menurut Bapak/Ibu?
Informasi itu pengetahuan yang salah satunya bisa didapat dari komunikasi,
karena anak didik harus mendapatkan informasi, maka pentingnya komunikasi
antara petugas dengan anak didik.
2. Apa makna Hak Akses Informasi bagi Anak Didik menurut Bapak/Ibu?
Kalau hak akses informasi itu kan cara agar mereka mendapatkan informasi,
maka petugas harus memberikan hak akses informasi, mungkin dibilang hak
akses informasi disini agak terbatas seperti larangan membawa handphone
maupun larangan mengakses internet, tapi disini mereka diberikan hak akses
lainnya untuk mendapatkan informasi bisa dari petugas, dari kegiatan dan
fasilitas yang diberikan salah satunya perpustakaan.
3. Apa yang diketahui oleh pihak LPKA tentang keterkaitan undang-
undang Lembaga Pemasyarakatan dengan hak untuk mengakses
informasi?
Kalau untuk peraturan termasuk memberikan hak akses informasi ada di
undang-undang nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa
narapidana maupun anak didik berhak mendapat pendidikan dan bahan
bacaan.
4. Mengapa Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
lebih terkait dan diterapkan dengan hak akses informasi daripada
Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak (SPPA)?
Karena undang-undang 1995 mencakup anak didik dan dewasa, kalau undang-
undang SPPA itu kan khusus untuk anak didik saja, dan LPKA ini belum
punya sarana dan prasarana mandiri, masih dibilang bergabung dengan Lapas,
jadi lebih menerapkan Undang-undang tahun 1995 termasuk dalam
mengakses informasi.
5. Sejauh mana LPKA Memberikan hak akses informasi bagi anak didik?
Kalau memberikan akses informasi itu seperti memberikan jadwal membaca
buku di perpustakaan, mengakses informasi itu kan juga bisa didapat melalui
kegiatan yang kita kasih ke anak didik, TV juga dikasih biar mereka bisa
mendapatkan informasi lebih banyak lagi, dan pernah juga diberikan layanan
perpustakaan keliling.
6. Jika pemberian hak akses informasi di LPKA terbagi atas dua macam
seperti media cetak dan media digital, media digital itu sendiri seperti
Layanan Pusteling dari Perpustakaan Nasional yang sudah tidak
beroperasi lagi saat ini, apakah ada media informasi digital lainnya yang
LPKA berikan kepada anak didik selain Pusteling ?
Untuk sekarang hanya satu TV saja yang disediakan di selasar kamar anak-
anak.
7. Apa saja kebijakan dan prosedur pemberian hak akses informasi di
LPKA?
Kalau larangan misalnya handphone yang gak boleh masuk, internet juga
dilarang, kalau untuk informasi mereka bisa dapet darimana aja sih
sebenarnya seperti melalui baca buku, nonton TV, PKBM, yang penting
mereka harus mengikuti kegiatan yang disediakan disini. Setiap hari ada
jadwal khusus untuk mengunjungi perpustakaan, rata-rata mereka yang ke
perpustakaan ya untuk membaca buku, jadi misalnya anak didik meminjam
buku di hari jum‟at maka paling lambat ngembaliin bukunya ya dihari jum‟at
berikutnya gitu, buku yang boleh dipinjam itu maksimal tiga buku. Kalau
misalnya ada yang melanggar seperti menghilangkan buku, ya sanksinya
mereka tidak dibolehkan meminjam buku selama satu bulan, namun sejauh ini
yang saya tau mereka belum pernah menghilangkan buku, karena petugas
setiap harinya kan mengontrol mereka, dan saya juga setiap jum‟at pasti
mengingatkan anak didik yang belum kembaliin buku biar segera
dikembalikan.
8. Apakah ada aturan yang membatasi hak akses informasi bagi anak
didik?
Membatasi mungkin seperti adanya larangan membawa handphone dan
internet saja, kalau di perpustakaan mereka itu tidak dibatasi, setiap hari
mereka mendapat jadwal berkunjung ke perpustakaan dan mereka ya boleh
membaca atau meminjam buku.
9. Apakah ada aturan mengenai pemberian uang jaminan untuk
peminjaman buku di perpustakaan? Apakah peraturan tersebut terasa
membebani bagi pemustaka?
Peraturan seperti itu hanya untuk narapidana dewasa saja, kalau untuk dewasa
sepertinya tidak membebani ya karena mereka boleh megang uang cash, kalau
anak-anak sih sepertinya cukup membebani karena tidak ada uang jaminan
saja tidak begitu banyak yang meminjam buku, apalagi kalau ada uang
jaminan seperti yang dewasa, lagian anak didik juga enggak boleh megang
uang cash, mereka untuk jajan aja disini pakai sidik jari mereka.
10. Wajarkah atau tidak jika anak didik dibatasi dalam memperoleh
informasi?
Nggak wajar sih, kan namanya anak-anak perlu banyak arahan dan informasi,
tapi mereka disini tentunya dibina supaya tau mana yang benar mana yang
salah untuk mereka, jadi mungkin caranya aja yang beda, kalau mereka diberi
izin membawa handphone yang ditakutkan mereka bukannya mencari
informasi yang baik tapi malah membuka yang macam-macam yang
mengarah ke negatif.
11. Bolehkah atau tidak jika anak didik di LPKA dengan anak-anak diluar
LPKA dibedakan dalam memperoleh Hak akses informasi?
Kalau dibilang dibedakan sih tidak ya, mungkin yang beda itu cara kami
memberikan hak akses informasinya saja, karena disini kan mereka harus
mengikuti aturan yang ada tetapi intinya mereka itu disini tetap mendapatkan
informasi dari kegiatan-kegiatan maupun fasilitas yang diberikan petugas.
12. Apakah ada penyuluhan sebelumnya terkait hak akses informasi kepada
anak didik?
Kalau buat penyuluhan, kalau saya lihat karena saya baru satu tahun lebih
disini, kalau mengenai hak akses informasi itu sendiri belum ada, paling yang
mereka butuhkan itu kayak lembaga hukum atau kesehatan, tapi setiap mereka
yang baru masuk ke LPKA tentunya kita beri tahu peraturan-peraturan yang
ada disini termasuk peraturan tentang perpustakaan seperti jadwal
berkunjungnya, jumlah buku yang boleh dipinjam, ketentuan jika bukunya
dihilangkan, terus diberitahu juga kalau tidak boleh membawa handphone dan
ada jadwal menonton tv dimana mereka boleh menontonnya saat ada didalam
kamar atau saat jam mereka lagi santai sampai sebelum jam tidur mereka itu
pada jam sepuluh malam.
13. Bagaimana dapat memastikan jika hak akses informasi untuk anak didik
sudah berjalan dengan semestinya?
Sejauh ini sih mungkin evaluasinya melalui kontrol aja, kayak setiap anak
didik ke perpustakaan maupun lagi dalam kegiatan lainnya ya harus ada
petugasnya, jadi petugas pun harus tau kayak apa aja yang diperlukan anak
didik, ya intinya harus ada komunikasi kan antara petugas dengan anak didik.
14. Apakah LPKA Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan
layanan informasi?
Ya, pihak lain itu seperti dari Manusaya, ada juga komunitas literasi untuk
meningkatkan minat baca, ada juga kegiatan PKBM paket A B C dan
komunitas yang mengajarkan manukarya, kemudian pernah juga adanya
layanan pusteling dari perpusnas.
15. Adakah hambatan dalam pemberian layanan informasi kepada anak
didik?
Ya hambatannya seperti anak masih kurang tahu bagaimana mereka harus
merawat buku, misalnya masih ada buku yang dilipat atau ada yang robek.
Kemudian hambatan lain ya mungkin kurangnya fasilitas juga ya karena ruang
lingkupnya masih terbatas karena masih bergabung dengan lapas salemba, jadi
gak boleh sembarangan mereka bisa keluar masuk perpustakaan.
16. Dikatakan bahwa layanan pusteling tidak beroperasi lagi dikarenakan
pihak ketiga harus menyesuaikan dengan LPKA, menyesuaikan dalam
hal apa?
Mungkin karena kondisinya LPKA masih satu sarana prasarana dengan Lapas
ya, jadi kalau LPKA mau adain Pusteling untuk anak didik saja, ya sarana
prasarananya harus mendukung juga. TV yang disediakan buat anak didik pun
itu masih sarana dari Lapas salemba.
17. Bagaimana mengatasi kendala dalam pemberian akses informasi kepada
anak didik?
Buat anak didik yang belum bisa menjaga fasilitas yang telah diberikan, yang
pertama itu kita kasih arahan misalnya buku jangan dirusak, jangan
dihilangkan, tapi misalnya kalau ada yang melanggar juga ya kita sebagai
petugas harus tegas gitu, tidak memberi hukuman, tapi ya sekedar peringatan
saja gitu.
18. Pernahkah ditemukan tindakan negatif yang dilakukan oleh petugas
dalam proses pemberian layanan informasi ?
Sejauh yang saya liat ya belum ada, ya petugas itu hanya mengawasi aja sih
dalam pemberian layanan informasi atau kegiatan-kegiatan lainnya.
19. Apa saja kriteria khusus petugas yang melayani maupun mengawasi
anak didik dalam pemberian hak akses informasi?
Kalau kriteria khusus itu tidak ada sih, kami dari bagian pembinaan diberikan
tugas untuk mengawasi anak didik. Kami masing-masing dikasih tugas
misalnya saya mendapat tugas untuk mendampingi mahasiswa yang
berkunjung, lalu petugas lain ada yang mendampingi lembaga lain, jadi
petugas perorang itu megang tugas sendiri-sendiri, namun kita semua tetap
campur tangan dalam memegang urusan terkait anak didik.
20. Adakah tindakan negatif yang dilakukan oleh anak didik dalam
berjalannya pemberian layanan informasi?
Seperti yang pak Daniel bilang terkait penyalahgunaan internet waktu ada
pusteling dari perpusnas yang diadakan oleh lapas lalu anak didik yang
mengambil buku, itu terjadi kan saat anak didik masih dibawah naungan lapas
salemba ya, kalau sejauh ini dengan LPKA sih kami sebagai petugas belum
pernah menemukan pelanggaran yang dilakukan anak didik. Kalau TV yang
rusak itu kan mungkin karena fasilitasnya udah lama, udah ada saat anak didik
masih sama lapas salemba.
21. Apakah ada aturan yang tegas jika anak didik melakukan pelanggaran
terkait layanan informasi yang telah diberikan?
Disini mereka membawa handphone itu dilarang, jadi mungkin jika ada yang
membawa handphone akan ditindak tegas oleh pihak pengamanannya
langsung. Nah kalau mau minjem buku itu masih bisa terpantau oleh petugas
pembinaan, kita kan disini ada jadwal ke perpustakaan hari senin sampai
jum‟at, hari senin sampai kamis jam setengah empat sampai jam empat, kalau
dihari jum‟at jam satu sampai tiga, dan setiap mereka mau ke perpustakaan
harus ada petugas yang mengawasi, jadi petugas yang memantau harus tau
mereka minjem buku berapa dan siapa aja, jadi petugas punya catatan sendiri,
jadi nanti kalau mereka sudah minjem namun belum mengembalikan maka
petugas yang mengawasi itu harus mencari buku itu sampai dapat. Kalau
mereka menghilangkan buku ya pastinya mereka harus menggantikan seperti
meminta bantuan dari petugas dan orang tua. Atau nanti petugas LPKA yang
bertanggung jawab seperti menanyakan kepada pihak lapas jika buku
perpustakaan dihilangkan anak didik maka pihak lapas mau meminta apa
untuk digantikannya buku yang hilang tersebut. Namun sejauh ini sih mereka
belum pernah melakukan pelanggaran yang bukunya sampai hilang gitu kan,
mereka tahu diri bisa menyimpan baik-baik terus ada waktunya ngembaliin
mereka ya bakal ngembaliin. Jadi mereka bisa ke perpustakaan di jam lain
untuk minjem buku dan tetap ditemenin oleh petugasnya, karena kan akses ke
perpustakaannya juga terbatas, masih bareng-bareng sama lapas salemba, jadi
mereka keluar dari lingkungan blok kamar pun harus tetap diawasi petugas.
REDUKSI DATA
No. Rumusan Masalah Informan Pertanyaan Tanskrip Penyajian Data
1 Bagaimana Anak Didik RF Apa arti penting Kalau menurut saya informasi itu kan kayak Bagi anak didik LPKA Kelas II
dan pihak LPKA (Anak Didik) informasi? pengetahuan atau pemberitahuan jadi Jakarta, Informasi merupakan hal
memaknai Hak Akses pastinya informasi itu penting apalagi di yang dianggap penting dalam
Informasi di Lembaga zaman yang udah modern kayak sekarang, kehidupan terutama di era yang
Pembinaan Khusus Anak jadi kita butuh informasi biar gak sudah modern seperti saat ini,
(LPKA) Kelas II ketinggalan terutama di dalam lembaga yang
Jakarta?
melarang anak
didik untuk AF Informasi itu penting buat nambah
(Anak Didik) pengetahuan apalagi kayak kita disini yang membawa ataupun menyimpan alat
gak ada alat komunikasi komunikasi. Mereka juga
menganggap
bahwa tujuan SR Informasi itu penting karena Informasi itu
(Anak Didik) pengetahuan, dari yang nggak tau bisa jadi informasi yaitu untuk menambah
tau pengetahuan baru yang mereka
belum pernah mereka ketahui Daniel Informasi itu pengetahuan, wawasan,
(Petugas) kemampuan, keterampilan yang harus sebelumnya. Sedangkan bagi
dimiliki setiap orang yang tentunya bisa petugas, informasimerupakan
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengetahuan, wawasan,
beragam cara lainnya kemampuan dan keterampilan
yang harus dimiliki setiap orang Hanna Informasi itu pengetahuan yang salah
(Petugas) satunya bisa didapat dari komunikasi, yang dapat diperoleh melalui
karena anak didik harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan, serta
informasi, maka pentingnya komunikasi melalui interaksi antara petugas
antara petugas dengan anak didik dengan anak didik.
RF Apa makna hak Hak buat mendapat akses informasi itu Hak akses informasi juga dianggap
(Anak Didik) akses informasi penting juga sih menurut saya, karena sebagai hal yang penting bagi anak
menurut adik? manusia itu mahluk sosial yang butuh didik, karena informasi adalah
pengetahuan dan informasi, jadi setiap kebutuhan bagi setiap mahluk
manusia harus dapet hak mengakses sosial, oleh karena itu hak akses
informasi informasi merupakan hak yang
harus diperoleh oleh manusia AF Kalau kita mendapat hak mengakses
(Anak Didik) informasi pastinya kita bisa dapat termasuk anak didik di LPKA.
pengetahuan baru, kalau kita gak boleh Karena hak akses informasi
mengakses informasi ya kita nggak tau apa- merupakan jalan untuk memperoleh
apa nanti pengetahuan, jika hak tersebut tidak
ada maka mereka tidak dapat SR Hak akses informasi itu kan berarti hak
(Anak Didik) orang-orang untuk mendapatkan memperoleh pengetahuan
pengetahuan selayaknya manusia pada
umumnya.
Daniel Apa makna Hak Hak akses informasi itu tentunya sudah ada Bagi petugas LPKA, hak akses
(Petugas) Akses Informasi Undang-undangnya ya dimana setiap orang informasi sudah diatur dalam
bagi Anak Didik berhak mendapat informasi termasuk anak perundang-undangan yang
menurut Bapak/Ibu? didik maupun narapidana dewasa disini. mengungkapkan bahwa setiap
Saya memaknainya kalau hak akses orang berhak mendapatkan
informasi itu penting karena sebagai sarana informasi tidak terkecuali untuk
untuk mengetahui informasi maupun anak didik, selain itu dikatakan
suasana diluar yang dimana suatu saat bahwa hak akses informasi
mereka akan kembali ke masyarakat jadi merupakan hal yang penting karena
mereka harus mendapatkan informasi sebagai sarana anak didik untuk
memperoleh
informasi, Hanna Kalau hak akses informasi itu kan cara agar
(Petugas) mereka mendapatkan informasi, maka pengetahuan dan mengetahui
petugas harus memberikan hak akses keadaan lingkungan diluar, karena
informasi, mungkin dibilang hak akses suatu saat mereka akan
informasi disini agak terbatas seperti dikembalikan ke lingkungan
larangan membawa handphone maupun masyarakat. Petugas memberikan
larangan mengakses internet, tapi disini sarana akses informasi melalui
mereka diberikan hak akses lainnya untuk kegiatan dan fasilitas yang salah
mendapatkan informasi bisa dari petugas, satunya adalah perpustakaan.
dari kegiatan dan fasilitas yang diberikan Namun petugas juga membatasi
salah satunya perpustakaan hak akses informasi kepada anak
didik seperti larangan membawa
handphone dan mengakses internet.
Daniel Apa yang diketahui Jadi, segala macam kegiatan untuk Dalam memberikan hak akses
(Petugas) oleh pihak LPKA mengakses informasi tentunya berdasarkan informasi kepada anak didik, pihak
tentang keterkaitan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 LPKA Kelas II Jakarta menerapkan
undang-undang tentang Pemasyarakatan, karena undang- Undang-undang Nomor 12 Tahun
Lembaga undang tersebut adalah dasar untuk
Pemasyarakatan pelaksanaan kegiatan anak didik. Ada juga
dengan hak untuk Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
mengakses tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
informasi? (SPPA) yang seharusnya diterapkan di
LPKA, namun untuk saat ini karena
kondisinya belum mendukung maka kita
lebih menerapkan Undang-undang Nomor
12 Tahun 1995
Hanna Kalau untuk peraturan termasuk
(Petugas) memberikan hak akses informasi ada di
undang-undang nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, bahwa
narapidana maupun anak didik berhak
mendapat pendidikan dan bahan bacaan
1995 tentang Pemasyarakatan
karena undang-undang tersebut
merupakaan dasar untuk melakukan
pelaksanaan kegiatan pembinaan
anak didik termasuk dalam
mengakses informasi seperti
adanya pernyataan bahwa
narapidana maupun anak didik
berhak mendapat pendidikan dan
bahan bacaan. Undang-undang
tersebut merupakan dasar untuk
melakukan pelaksanaan kegiatan
pembinaan anak didik termasuk
dalam mengakses informasi,
meskipun seharusnya yang lebih
tepat dijadikan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan untuk anak
didik yaitu undang-undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (SPPA),
namun peraturan tersebut belum
diterapkan atau dijadikan dasar
utama di LPKA Kelas II Jakarta
dikarenakan kondisi LPKA yang
belum mendukung.
Daniel Mengapa Undang- Jadi gini, perbedaan Undang-undang nomor Alasan mengenai undang-undang
(Petugas) undang Nomor 12 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan itu nomor 12 tahun 1995 tentang
tahun 1995 tentang mengatur keseluruhan atau secara umum Pemasyarakatan yang menjadi
Pemasyarakatan untuk Anak didik, narapidana dewasa dasar dalam kegiatan anak didik
lebih terkait dan maupun narapidana wanita. Kalau undang- dibandingkan Undang-undang
diterapkan dengan undang nomor 11 tahun 2012 itu khusus nomor 11 Tahun 2012 Sistem
hak akses informasi untuk anak didik saja. Jadi, dikarenakan Peradilan Pidana Anak (SPPA)
daripada Undang- LPKA ini yang belum mempunyai sarana adalah dikarenakan kondisi LPKA
undang Nomor 11 mandiri, alias masih bergabung dengan Kelas II Jakarta yang masih satu
tahun 2012 tentang Lapas Salemba, maka pihak kami lebih wilayah, satu gedung dan satu
Sistem Peradilan mengikuti Undang-undang tahun 1995. sarana prasarana dengan Lapas
Pidana Anak Kalau nanti LPKA sudah punya gedung Kelas IIA Salemba. Undang-
(SPPA)? mandiri, mungkin Undan-undang SPPA undang Nomor 12 Tahun 1995
dapat diterapkan termasuk dalam hal tentang Pemasyarakatan merupakan
mengakses informasi undang-undang yang mengatur
seluruh narapidana baik dewasa, Hanna Karena undang-undang 1995 mencakup
(Petugas) anak didik dan dewasa, kalau undang- anak dan wanita. Kemungkinan jika
undang SPPA itu kan khusus untuk anak LPKA Kelas II Jakarta sudah
didik saja, dan LPKA ini belum punya memiliki gedung mandiri maka
sarana dan prasarana mandiri, masih undang-undang SPPA dapat
dibilang bergabung dengan Lapas, jadi dijadikan dasar utama dalam
lebih menerapkan Undang-undang tahun pelaksanaan kegiatan anak didik
1995 termasuk dalam mengakses informasi termasuk dalam hak mengakses
informasi.
RF Apa saja akses Baca buku di perpustakaan, terus dari Anak didik mendapat akses
(Anak Didik) informasi yang adik media yang disediakan juga kalau disini ada informasi di LPKA Kelas II Jakarta
peroleh di LPKA? TV, kegiatan literasi informasi di melalui perpustakaan, televisi,
perpustakaan, ada PKBI, kursus bahasa kegiatan edukasi seperti
inggris, kursus komputer buat belajar PKBI/PKBM (Sekolah Paket A B
Microsoft word dan excel aja gak ada C), kursus bahasa inggris, kursus
internetnya, terus kalau informasi tentang komputer meskipun tanpa akses
agama-agama bisa kita dapat dari kegiatan internet mereka mendapat
kerohanian disini kayak mendengarkan pengetahuan mengoperasikan MS
ceramah Office, kemudian dari
mendengarkan ceramah agama atau AF Ada PKBM, baca buku di perpustakaan,
(Anak Didik) nonton TV, dengerin ceramah agama, dari kegiatan kerohanian, adapula
kursus-kursus juga biar kita punya keahlian kegiatan keterampilan, literasi
informasi dan kegiatan lainnya SR Buat dapet informasi disini ya kita ikutin
(Anak Didik) sekolah atau PKBM, baca buku, nonton tv, yang bertujuan untuk menambah
belajar komputer, ikutin kegiatan-kegiatan keahlian dan potensi anak didik.
lain juga
Daniel Sejauh mana LPKA Yang pernah dilakukan untuk mengakses Sejauh ini LPKA Kelas II Jakarta
(Petugas) Memberikan hak informasi di LPKA tentunya melalui dua telah memberikan hak akses
akses informasi bagi macam yaitu dengan media cetak ataupun informasi kepada anak didik
anak didik? melalui media digital. Media cetak itu melalui dua jenis media yaitu
seperti perpustakaan, kemudian media media cetak seperti fasilitas koleksi
digital ada TV dan Pusteling atau di perpustakaan dan media digital
perpustakaan keliling yang diadakan oleh seperti fasilitas telivisi dan
perpusnas, fungsi pusteling itu perpustakaan keliling (Pusteling)
diperuntukkan untuk narapidana maupun yang bekerjasama dengan
anak didik untuk mengakses informasi Perpustakaan Nasional, dengan
seperti membaca e-book atau mencari adanya layanan pusteling anak
informasi lain yang diperbolehkan, namun didik dapat mengakses e-book dan
sudah cukup lama pusteling belum mencari informasi melalui akses
mengadakan disini lagi internet yang diperbolehkan.
Namun saat ini layanan digital Hanna Kalau memberikan akses informasi itu
(Petugas) seperti memberikan jadwal membaca buku seperti Pusteling sudah tidak
di perpustakaan, mengakses informasi itu beroperasi lagi di LPKA Kelas II
kan juga bisa didapat melalui kegiatan yang Jakarta. Selain melalui media cetak
kita kasih ke anak didik, TV juga dikasih dan digital, akses informasi yang
biar mereka bisa mendapatkan informasi diberikan yaitu melalui berbagai
lebih banyak lagi, dan pernah juga kegiatan yang harus diikuti oleh
diberikan layanan perpustakaan keliling anak didik LPKA Kelas II Jakarta.
Daniel Jika pemberian hak Ya, jadi hanya TV saja yang menjadi media Dikarenakan Layanan Pusteling
(Petugas) akses informasi di digital sebagai fasilitas informasi untuk sudah tidak beroperasi lagi maka
LPKA terbagi atas anak didik dapat dikatakan saat ini media
dua macam seperti
akses informasi digital yang Hanna Untuk sekarang hanya satu TV saja yang
(Petugas) media cetak dan disediakan di selasar kamar anak-anak disediakan LPKA Kelas II Jakarta
media digital, media kepada anak didik hanyalah
digital itu sendiri fasilitas Televisi saja.
seperti Layanan
Pusteling dari
Perpustakaan
Nasional yang sudah
tidak beroperasi lagi
saat ini, apakah ada
media informasi
digital lainnya yang
LPKA berikan
kepada anak didik
selain Pusteling ?
RF Apa saja peraturan Kalo ke perpustakaan ada jadwalnya senin Dalam mengakses informasi anak
(Anak Didik) dalam mengakses sampai jum’at biasanya jam setengah empat didik harus mengetahui peraturan
informasi yang adik sampai jam empat, di jam lain juga boleh ke yang ada seperti jadwal atau jam
ketahui? perpustakaan sih kalau mau pinjem buku akses ke perpustakaan yaitu pada
tapi harus ditemenin pengawas. Kalo TV itu
ada satu buat ditonton bareng-bareng kalo
lagi gak ada kegiatan, kayak pagi-pagi
kadang nonton kartun atau berita kadang ftv
juga, terus abis itu sekolah dan ikut kegiatan
lain, nanti jam 5 masuk ke blok lagi terus
boleh nonton TV lagi sampe mau tidur
AF Kalau di perpustakaan kita sih boleh pinjem
(Anak Didik) buku satu, batasnya paling lama tiga hari,
kalau mau pinjem buku lain ya buku yang
lama harus dikembaliin dulu. Terus kalau
minjem buku nanti dicatet sama petugas
perpustakaan, kadang sama tamping,
tamping itu napi yang ditugasin praktek
kerja jaga perpustakaan, terus kalo nonton
TV itu boleh kapan aja kalo lagi gak ada
kegiatan dan TV nya ada satu cuma di blok
aja
SR Setiap hari bisa ke perpustakaan terus kalo
(Anak Didik) pinjem buku boleh dibawa ke blok kamar,
bukunya gak boleh sampe rusak apalagi
hilang, makanya 3 hari pinjem harus
hari senin s/d jum‟at pukul 15.30-
16.00 WIB. Selain pada jadwal ke
perpustakaan yang telah ditentukan
jika anak didik ingin meminjam
buku maka anak didik akan diawasi
oleh petugas. Kemudian anak didik
mangatakan bahwa jumlah buku
yang dapat dipinjam yaitu satu
eksemplar dan dalam batas
maksimal peminjaman buku selama
tiga hari. Buku yang dipinjam akan
dicatat pada buku catatan di perpustakaan oleh petugas
perpustakaan ataupun tahanan
pendamping yang bekerja di
perpustakaan. Selain itu anak didik
juga mengetahui peraturan dalam
mengakses TV yaitu pada jam-jam
kosong saja, seperti pagi hari
sebelum kegiatan diluar kamar dan
sore hari setelah kegiatan sampai
jam tidur anak didik.
dikembaliin, kalau mau minjem buku harus
ditemenin petugas
Daniel Apa saja kebijakan Untuk kebijakan bisa ditanyakan ke bagian Informan Bapak Daniel merupakan
(Petugas) dan prosedur pembinaan LPKA, karena bagian petugas perpustakaan yang
pemberian hak akses pembinaan itu yang mengatur segala melayani Narapidana dewasa dan
informasi di LPKA? kebijakan maupun prosedur untuk anak Anak didik. Untuk peraturan dan
didik kebijakan mengenai anak didik
adalah tugas dari bagian pembinaan Hanna Kalau larangan misalnya handphone yang
(Petugas) gak boleh masuk, internet juga dilarang, LPKA Kelas II Jakarta. Informan
kalau untuk informasi mereka bisa dapet Ibu Hanna sebagai salah satu
darimana aja sih sebenarnya seperti melalui petugas yang membina anak didik
baca buku, nonton TV, PKBM, yang penting mengungkapkan bahwa prosedur
mereka harus mengikuti kegiatan yang mengenai hak akses informasi bagi
disediakan disini. Setiap hari ada jadwal anak didik yaitu seperti adanya
khusus untuk mengunjungi perpustakaan, larangan mengakses handphone dan
rata-rata mereka yang ke perpustakaan ya internet, dan anak didik harus
untuk membaca buku, jadi misalnya anak mengikuti berbagai kegiatan yang
didik meminjam buku di hari jum’at maka ada, selain itu dalam memberikan
paling lambat ngembaliin bukunya ya dihari akses informasi salah satunya
jum’at berikutnya gitu, buku yang boleh adanya prosedur atau peraturan
dipinjam itu maksimal tiga buku. Kalau dalam layanan perpustakaan yaitu
misalnya ada yang melanggar seperti petugas memberikan keringanan
menghilangkan buku, ya sanksinya mereka peminjaman buku maksimal satu
tidak dibolehkan meminjam buku selama minggu, jumlah buku yang dapat
satu bulan, namun sejauh ini yang saya tau dipinjam anak didik maksimal tiga
mereka belum pernah menghilangkan buku, eksemplar. Adapula sanksi yang
karena petugas setiap harinya kan akan diberikan bagi anak didik
mengontrol mereka, dan saya juga setiap yang menghilangkan buku yaitu
jum’at pasti mengingatkan anak didik yang tidak diperbolehkan meminjam
belum kembaliin buku biar segera buku perpustakaan selama satu
dikembalikan bulan, namun sejauh ini belum
ditemukan perilaku anak didik yang
menghilangkan buku, karena
petugas berperan dalam mengontrol
anak didik termasuk saat anak didik
meminjam buku di perpustakaan.
Daniel Apakah ada aturan Saya tidak tahu pasti ya, tetapi kalau akses Terbatasnya akses informasi bagi
(Petugas) yang membatasi hak informasi melalui internet di dalam anak didik yaitu adanya larangan
akses informasi bagi lingkungan LPKA itu tidak diperbolehkan membawa handphone dan
anak didik? untuk anak didik. Tetapi anak didik mengakses internet di dalam
diberikan sarana mengakses informasi LPKA. Namun anak didik tetap
kepada hal yang mengarah positif saja diberikan sarana akses informasi
seperti pendidikan, perpustakaan, dan yang dipastikan mengarah pada hal
pelatihan-pelatihan untuk mengasah positif seperti kegiatan edukasi,
keterampilan layanan perpustakaan dan pelatihan
untuk mengasah keterampilan anak Hanna Membatasi mungkin seperti adanya
(Petugas) larangan membawa handphone dan internet didik. Selain itu untuk mengakses
saja, kalau di perpustakaan mereka itu tidak informasi di perpustakaan pun
dibatasi, setiap hari mereka mendapat mereka tidak dibatasi karena setiap
jadwal berkunjung ke perpustakaan dan harinya mereka diperbolehkan
mereka ya boleh membaca atau meminjam membaca dan meminjam buku.
buku
RF Apakah menurut Iya pastinya, di perpustakaan kan buat baca Bagi anak didik perpustakaan
(Anak Didik) adik perpustakaan buku, terus PKBI juga di perpustakaan, merupakan tempat untuk
adalah tempat untuk kalau saya ya ikutin aja kegiatan-kegiatan memperoleh informasi, banyak
mengakses di perpustakaan, jadinya saya bisa sedikit- kegiatan yang dapat dilakukan anak
informasi? Dan sedikit story telling karena pernah diajarin didik untuk memperoleh informasi
informasi apa yang story telling di perpustakaan salah satunya
adik dapatkan di
melalui membaca ensiklopedia
AF Iya banyak, misalnya pelajaran dari guru
(Anak Didik) perpustakaan? yang ngajar PKBI karena kegiatannya di yang dapat menambah wawasan
perpustakaan jadi kita sekalian bisa baca- alam, kemudian kegiatan sekolah
baca buku, terus kegiatan lain kayak paket, kegiatan literasi Informasi
sekarang nih lagi ada pelatihan barista di yang salah satunya melatih anak
perpustakaan, kita jadi ngerti sedikit-sedikit didik membawakan story telling,
lah bikin kopi dan adapula kegiatan yang
mengasah
keterampilan
seperti SR Iya, dari baca-baca ensiklopedia jadi tahu
(Anak Didik) tentang alam sama hewan-hewan gitu, terus pelatihan barista yang mengajarkan
banyak kegiatan-kegiatan yang diadain di anak didik cara membuat kopi.
perpustakaan
RF Biasanya apa yang Ya kadang baca buku, kadang main gitar, Yang dilakukan anak didik selama
(Anak Didik) adik lakukan di ngilangin bosen aja kalo di perpustakaan jadwal layanan perpustakaan yaitu
perpustakaan pada membaca buku dan komik. Selain
saat jadwal khusus
itu anak didik juga memanfaatkan AF Ya duduk-duduk aja, kadang baca komik,
(Anak Didik) layanan yang lain mah ada yang numpang ngadem, perpustakaan sebagai tempat
perpustakaan? ada yang tidur juga karena enak tempatnya refreshing atau menghilangkan rasa
kan gak kayak di blok bosan dari suasana kamar maupun
jadwal kegiatan yang padat dengan SR Kalo saya senengnya baca-baca
(Anak Didik) ensiklopedia atau ga komik buat ngilangin cara bermain gitar yang disediakan
bosen, kadang yaa ngobrol-ngobrol aja di perpustakaan, berbincang-
sama temen-temen bincang dan bersantai.
Daniel Apakah ada aturan Ada, tetapi peraturan itu hanya untuk Berdasarkan pernyataan informan
(Petugas) mengenai pemberian narapidana dewasa, untuk anak didik tidak bahwa peraturan mengenai adanya
uang jaminan untuk berlaku. Kalau untuk dewasa adanya uang jaminan untuk peminjaman
peminjaman buku di peraturan tersebut untuk menyiasati agar buku di perpustakaan tentu benar
perpustakaan? buku tidak dihilangkan lagi, kalau tidak adanya, namun peraturan tersebut
Apakah peraturan seperti itu buku perpustakaan bisa habis. hanya untuk narapidana dewasa
tersebut terasa Kalau dibilang membebani saya rasa tidak, Lapas Kelas IIA Salemba, karena
membebani bagi karena walau adanya uang jaminan seperti perpustakaan merupakan sarana
Hanna
(Petugas)
RF
(Anak Didik)
AF
pemustaka? itu tetap saja dari dewasa mau meminjam buku di
perpustakaan, uang jaminannya pun hanya
lima sampai sepuluh ribu rupiah saja Peraturan seperti itu hanya untuk
narapidana dewasa saja, kalau untuk
dewasa sepertinya tidak membebani ya
karena mereka boleh megang uang cash,
kalau anak-anak sih sepertinya cukup
membebani karena tidak ada uang jaminan
saja tidak begitu banyak yang meminjam
buku, apalagi kalau ada uang jaminan
seperti yang dewasa, lagian anak didik
juga enggak boleh megang uang cash,
mereka untuk jajan aja disini pakai sidik
jari mereka Oh itu peraturan buat napi dewasa aja, kalau
anak didik minjem buku gak ada uang
jaminan, kalau misalnya ada kayak gitu
menurut saya gak membebani sih kan murah
juga dan nanti uangnya dibalikin lagi kalau
bukunya dikembaliin ke perpustakaan Kalau buat anak didik gak ada peraturan
bagi narapidana dewasa dan anak
didik. Menurut informan Bapak
Daniel, peraturan uang jaminan
Rp.5000 s/d Rp.10000,- tersebut
dirasa tidak membebani pemustaka
karena jumlah uang dikatakan murah
dan memang bertujuan untuk
mencegah agar koleksi perpustakaan
tidak dihilangkan oleh narapidana
dewasa. Sedangkan untuk anak didik
tidak diberikan peraturan seperti itu.
Namun informan lainnya
mengungkapkan peraturan tersebut
tidak berlaku untuk anak didik
karena anak didik selalu dikontrol
oleh petugas LPKA dalam peminjaman dan
pengembalian buku dan anak didik
tidak diperbolehkan menyimpan
uang cash sendiri. Jika adanya
peraturan yang sama dengan narapidana dewasa maka
(Anak Didik) kayak gitu, itu buat yang dewasa aja. Kalau dikhawatirkan dapat membebani
misalnya ada kayak gitu buat anak didik anak didik dan dapat mengurangi
membebani sih, nanti jadi males minjem antusias anak didik untuk
buku buat dibawa ke kamar meminjam buku di perpustakaan.
SR Ada tuh tapi itu buat napi aja kalau pinjem
(Anak Didik) buku bayar, kalau buat anak didik gratis
kok. Tapi kalau kayak gitu buat kita-kita
mah membebani kayaknya, nanti malah
pada males minjem buku
RF Perlu atau tidak kah Perlu sih, kalau buat buka fb biar tau dunia Bagi anak didik akses internet
(Anak Didik) ada akses internet di luar, atau nonton youtube yang lagi rame dianggap perlu untuk sekedar
LPKA? Dan apa biar gak ketinggalan. Tapi ya kalau ada refreshing dan mengetahui tren saat
menurut adik internet mungkin takut kitanya buka yang ini melalui youtube maupun media
mengapa akses macem-macem sosial seperti facebook. Karena
internet dilarang di
bagi mereka menonton televisi saja AF Perlu sih buat buka youtube biar ga bosen
(Anak Didik) LPKA? soalnya kalau tv kan itu-itu aja acaranya. terasa membosankan. Namun
Tapi kalo ada internet yang kecil-kecil mereka menyadari jika sebagian
takutnya buka yang macem-macem dari mereka akan membuka situs-
situs yang tidak diperbolehkan jika SR Perlu sih biar ga bosen aja, tapi pasti pada
(Anak Didik) buka-buka yang macem-macem jadinya gak diberikan akses internet.
dikasih internet deh
RF Apakah adik merasa Nggak sih, kan dari setiap kegiatan disini Anak didik tidak menganggap
(Anak Didik) dibatasi dalam kita bisa dapet informasi mereka dibatasi dalam memperoleh
memperoleh informasi di LPKA Kelas II Jakarta
informasi?
karena bagi mereka setiap kegiatan AF Nggak sih, tapi kalau di perpustakaan
(Anak Didik) berasa cepet banget, kayak rasanya baru yang mereka lakukan dapat
masuk perpustakaan tau-tau udah disuruh memberikan informasi meskipun
keluar aja, karena perpustakaannya masih tanpa akses internet, namun hal
bareng sama napi juga jadi biar gantian yang mereka anggap membatasi
gitu hanya saja jadwal layanan
perpustakaan yang dirasa sebentar SR Nggak sih, kan bisa dapet informasi
(Anak Didik) darimana aja disini cuma gak ada internet dikarenakan perpustakaan bukan
aja karena dilarang untuk anak didik saja tetapi untuk
narapidana Lapas Kelas IIA
Salemba juga.
Daniel Wajarkah atau tidak Wajar, karena sarana dan prasarana harus Bagi salah satu informan,
(Petugas) jika anak didik disesuaikan dulu, seperti LPKA ini kan membatasi akses informasi di
dibatasi dalam belum punya perpustakaan mandiri, masih LPKA Kelas II Jakarta merupakan
memperoleh bergabung dengan Lapas hal yang wajar dikarenakan kondisi
informasi? LPKA yang belum memiliki
perpustakaan mandiri. Sedangkan Hanna Nggak wajar sih, kan namanya anak-anak
(Petugas) perlu banyak arahan dan informasi, tapi bagi informan lainnya mengatakan
mereka disini tentunya dibina supaya tau bahwa tidak wajar jika anak didik
mana yang benar mana yang salah untuk dengan anak-anak lain dibedakan,
mereka, jadi mungkin caranya aja yang karena anak-anak dimanapun
beda, kalau mereka diberi izin membawa tentunya memerlukan arahan dan
handphone yang ditakutkan mereka informasi yang sama, namun yang
bukannya mencari informasi yang baik tapi dibatasi hanyalah cara dalam
malah membuka yang macam-macam yang memperoleh informasi di dalam
mengarah ke negative LPKA Kelas II Jakarta seperti
larangan membawa handphone dan
mengakses internet karena
dikhawatirkan akan mengarah
kepada hal yang negatif dengan
tujuan semata-mata untuk membina
anak didik supaya dapat
membedakan hal benar dan hal
yang salah untuk mereka.
RF Bolehkah atau tidak Boleh aja sih, soalnya kan kalau disini Bagi RF dan AF menanggapi
(Anak Didik) jika anak didik di misalnya kita enggak boleh pegang HP bahwa anak didik dengan anak
LPKA dengan anak- apalagi internet kan emang dilarang, kalau pada umumnya boleh dibedakan
anak diluar LPKA anak-anak luar mah bebas enggak ada dalam memperoleh hak akses
dibedakan dalam aturannya kayak kita, yang penting kan informasi karena LPKA Kelas II
memperoleh Hak disini kita masih bisa dapet informasi dari Jakarta adalah lembaga yang
akses informasi? media yang udah disediakan, enggak memiliki peraturan yang harus
ketinggalan pelajaran juga karena ada mereka ikuti seperti larangan
AF
(Anak Didik)
SR
(Anak Didik)
Daniel
(Petugas)
sekolah paket
Boleh dong, kan kalo disini punya peraturan
kalau diluar mah bebas mau main HP atau
internetan, jadi ya kita harus ikutin
peraturan disini yang pastinya lebih
terbatas gak sebebas diluar, tapi tetap kok
disni kita dapet pengetahuan juga dari yang
nggak tau jadi tau, misalnya kalau dalam
agama yang tadinya gak taat jadi lebih taat,
kalau diluar malah karena terlalu bebas
kita jadi gak inget waktu buat sholat buat
belajar karena keseringan internetan Nggak boleh dibedakan sih, kan kita sama
anak-anak diluar sama-sama masih anak-
anak pastinya butuh informasi yang sama,
tapi kita sama anak-anak diluar sama-sama
dapet informasi kok kayak ada sekolah
paket, bisa baca buku juga, nonton tv juga.
Cuma kalo disini kan ada peraturannya gak
bebas kayak diluar Harus dibedakan, karena kalau diluar itu
anak-anak tidak bisa terpantau, kalau disini
membawa handphone dan
mengakses internet, sedangkan
anak-anak pada umumnya yang
berada diluar LPKA bebas
mengakses internet di handphone
masing-masing karena tidak ada
aturan yang mengikat. Sedangkan
SR mengatakan bahwa anak didik
dengan anak pada umumnya tidak boleh dibedakan karena
membutuhkan informasi yang sama sebagai anak-anak. Dapat
disimpulkan bahwa anak didik
memahami bahwa mereka dapat
memperoleh informasi dengan cara
yang berbeda yaitu dengan
mengikuti berbagai kegiatan yang
diberikan. Selain itu mereka juga
memahami bahwa perbedaan dalam
mengakses informasi didalam
LPKA Kelas II Jakarta ini
bertujuan untuk mengarahkan
hal-hal yang mengarah ke negatif sebisa
mungkin akan di cut, dan waktu yang
dipergunakan anak didik disini pun tidak
hanya untuk mengakses informasi di
perpustakaan saja atau nonton tv saja,
tetapi harus dibagi untuk kegiatan
bersosialisai maupun kegiatan lainnya,
tetapi tetap mengarah pada pendidikan dan
mengasah keterampilan maupun sikap anak
didik yang diharapkan anak didik tidak akan
berbuat kriminal lagi saat nanti kembali ke
masyarakat dan kegiatan yang dilakukan
disini diharapkan dapat melatih skill bagi
yang ingin melanjutkan kerja nantinya
Hanna Kalau dibilang dibedakan sih tidak ya,
(Petugas) mungkin yang beda itu cara kami
memberikan hak akses informasinya saja,
karena disini kan mereka harus mengikuti
aturan yang ada tetapi intinya mereka itu
disini tetap mendapatkan informasi dari
kegiatan-kegiatan maupun fasilitas yang
diberikan petugas
mereka kepada hal positif salah
satunya untuk melatih anak didik
agar dapat memanfaatkan waktu
dengan baik dan menjadikan
mereka anak lebih taat dalam
beribadah karena jika anak-anak
diluar pada umumnya tidak
memiliki peraturan seperti didalam
LPKA, tidak dapat terpantau dan
bahkan lebih bebas. Sedangkan
bagi petugas, anak didik didalam
LPKA dengan anak pada umumnya
memang harus dibedakan dalam
memperoleh hak akses informasi
namun yang berbeda adalah cara
petugas memberikan hak akses
informasi, karena anak didik harus
mengikuti berbagai kegiatan yang
diberikan, namun semua kegiatan
yang diberikan untuk mereka tetap
mengarah pada edukasi dan bertujuan untuk mengasah
kemampuan, keterampilan anak
didik yang nantinya dapat
bermanfaat bagi anak didik saat
mereka dikembalikan ke
lingkungan masyarakat.
Daniel Apakah ada Ya, tentunya ada, bisa ditanyakan langsung Petugas telah memberikan
(Petugas) penyuluhan kepada bagian pembinaan karena itu penyuluhan secara umum mengenai
sebelumnya terkait tugasnya bagian pembinaan ya kebijakan yang ada di LPKA Kelas
hak akses informasi
II Jakarta yang dibutuhkan oleh Hanna Kalau buat penyuluhan, kalau saya lihat
(Petugas) kepada anak didik? karena saya baru satu tahun lebih disini, anak didik seperti mengenai
kalau mengenai hak akses informasi itu lembaga hukum dan kesehatan.
sendiri belum ada, paling yang mereka Meskipun belum adanya
butuhkan itu kayak lembaga hukum atau penyuluhan mengenai hak akses
kesehatan, tapi setiap mereka yang baru informasi secara khusus, namun
masuk ke LPKA tentunya kita beri tahu petugas tetap memberikan
peraturan-peraturan yang ada disini penyuluhan kepada setiap anak
termasuk peraturan tentang perpustakaan didik yang baru ditempatkan di
seperti jadwal berkunjungnya, jumlah buku LPKA Kelas II Jakarta seperti
yang boleh dipinjam, ketentuan jika bukunya pemberitahuan mengenai peraturan
dihilangkan, terus diberitahu juga kalau mengakses perpustakaan berupa
tidak boleh membawa handphone dan ada jadwal berkunjung, jumlah buku
jadwal menonton tv dimana mereka boleh yang boleh dipinjam, sanksi jika
menontonnya saat ada didalam kamar atau menghilangkan buku, jadwal
saat jam mereka lagi santai sampai sebelum menonton televisi dan larangan
jam tidur mereka itu pada jam sepuluh membawa handphone.
malam
Daniel Bagaimana dapat Tentunya memberikan hak akses informasi LPKA Kelas II Jakarta memberikan
(Petugas) memastikan jika hak yang sesuai dengan kebutuhan, dengan hak akses informasi kepada anak
akses informasi adanya fasilitas informasi yang sudah didik sesuai dengan kebutuhan anak
untuk anak didik diberikan seperti perpustakaan atau TV dan didik melalui fasilitas dan kegiatan-
sudah berjalan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kegiatan yang mengarah pada
dengan semestinya? pendidikan maupun keterampilan yang edukasi dan keterampilan yang
dirasa cukup walau sekarang tanpa adanya mencukupi meskipun saat ini sudah
Pusteling tidak ada layanan Pusteling. Selain
itu petugas juga berupaya untuk Hanna Sejauh ini sih mungkin evaluasinya melalui
(Petugas) kontrol aja, kayak setiap anak didik ke memastikan jika hak akses
perpustakaan maupun lagi dalam kegiatan informasi bagi anak didik sudah
lainnya ya harus ada petugasnya, jadi sesuai dengan kebutuhan dengan
petugas pun harus tau kayak apa aja yang melakukan kontrol setiap harinya
diperlukan anak didik, ya intinya harus ada pada setiap kegiatan anak didik dan
komunikasi kan antara petugas dengan anak interaksi antara petugas dengan
didik anak didik harus terjalin dengan
baik agar petugas dapat mengetahui
kebutuhan maupun keinginan anak
didik.
2 Bagaimana petugas Daniel Apakah LPKA Iya tentunya, disini kita bekerjasama dengan Dalam memberikan layanan
memberi layanan akses (Petugas) Bekerjasama dengan beberapa lembaga dan komunitas seperti informasi kepada anak didik,
informasi terhadap anak pihak lain dalam Pusteling dari Perpusnas, ada juga LPKA Kelas II Jakarta bekerjasama
didik di Lembaga penyediaan layanan Komunitas Literasi untuk meningkatkan dengan berbagai pihak luar baik
Pembinaan Khusus Anak informasi? minat baca dan mengajarkan story telling, lembaga maupun komunitas
(LPKA) Kelas II bahkan salah satu anak didik ada yang baru masyarakat, seperti program
Jakarta? saja mendapat prestasi juara ke 2 lomba Perpustakaan Keliling oleh
story telling tingkat nasional. Lalu dari Perpustakaan Nasional yang pernah
Yayasan Tangan Pengharapan yang beroperasi 2 tahun yang lalu,
membantu memberi tenaga pengajar untuk adapula layanan edukasi seperti
anak didik serta memberi pengadaan PKBI dan Kursus bahasa Inggris
kegiatan yang tidak rutin seperti pelatihan yang bekerjasama dengan Yayasan
barista, pijat refleksi dan lainnya. Kemudian Tangan Pengharapan yang
Komunitas Manusaya yang mengajarkan membantu dengan menghadirkan
kesenian, dan ada pula dari Lembaga tenaga pengajar serta memberi
Hukum yang memberikan layanan kegiatan tambahan seperti pelatihan
konsultasi hukum kepada anak didik barista dan pijat refleksi. Kemudian
adanya program literasi informasi Hanna Ya, pihak lain itu seperti dari Manusaya,
(Petugas) ada juga komunitas literasi untuk yang bekerjasama dengan
meningkatkan minat baca, ada juga komunitas literasi yang berhasil
kegiatan PKBM paket A B C dan komunitas memunculkan salah satu anak didik
yang mengajarkan manukarya, kemudian berprestasi sebagai juara kedua
pernah juga adanya layanan pusteling dari lomba Story Telling tingkat
perpusnas Nasional di awal tahun 2019, lalu
program kesenian yang
bekerjasama dengan komunitas
manusaya, serta layanan konsultasi
hukum dengan lembaga hukum.
RF Apakah adik merasa Puas, cuma kalau sekarang TV nya aja Anak didik merasa kurang puas
(Anak Didik) puas dengan layanan rusak, gak enak kan nonton TV kalau gak dengan layanan informasi yang
informasi yang ada suaranya diberikan oleh petugas seperti
diberikan petugas?
bahwa anak didik merasa kurang AF Yaa lumayan, karena disini dikasih fasilitas
(Anak Didik) kan bisa baca buku sama nonton TV, tapi puas dengan jadwal layanan
saya ngerasa diperpustakaannya aja kurang perpustakaan yang terasa singkat
lama setengah jam itu gak kerasa, terus TV atau sebentar bagi mereka, selain
yang sekarang rusak gak ada suaranya itu fasilitas televisi yang saat ini
belum dibenerin kondisinya rusak pada bagian suara
yang membuat anak didik merasa SR Puas sih, tapi kalo bisa adain lagi nonton
(Anak Didik) film bareng di perpustakaan kayak waktu itu tidak nyaman saat menonton
karena kalo TV bosen acaranya gitu-gitu aja televisi, dan anak didik
menginginkan adanya kegiatan
baru seperti menonton film bersama
di perpustakaan karena bosan
dengan tayangan televisi.
Daniel Adakah hambatan Ada banyak, yang pertama pemberian Hambatan atau kendala dalam
(Petugas) dalam pemeberian layanan Pusteling dari Perpusnas yang saat pemberian layanan informasi
layanan informasi ini belum beroperasi lagi dikarenakan pihak kepada anak didik di LPKA Kelas
kepada anak didik? ketiga harus menyesuaikan lagi dengan II Jakarta diantaranya layanan
LPKA. Hambatan yang lain yaitu masih pusteling yang tidak beroperasi
kurangnya kesadaran anak didik untuk lagi, kemudian kurangnya anggaran
menjaga apa yang sudah ada, seperti buku karena dibutuhkannya anggaran
yang masih suka dihilangkan atau diambil untuk memperbaiki televisi yang
diam-diam dibawa ke kamar, dan TV yang rusak karena televisi saat ini adalah
tiba-tiba sekarang rusak. Kemudian fasilitas yang sudah cukup lama
hambatan lain yaitu Anggaran, tentunya yang diberikan untuk anak didik
perlu anggaran untuk membetulkan TV yang semenjak LPKA Kelas II Jakarta
rusak masih bagian dari Lapas Klas II
Salemba,
serta
kurangnya Hanna Ya hambatannya seperti anak masih kurang
(Petugas) tahu bagaimana mereka harus merawat kesadaran anak didik dalam
buku, misalnya masih ada buku yang dilipat menjaga buku perpustakaan karena
atau ada yang robek. Kemudian hambatan anak didik masih ditemukan
lain ya mungkin kurangnya fasilitas juga ya melipat maupun merobek buku.
karena ruang lingkupnya masih terbatas Serta hambatan lainnya yaitu
karena masih bergabung dengan lapas keterbatasan anak didik dalam
salemba, jadi gak boleh sembarangan mendapatkan layanan informasi
mereka bisa keluar masuk perpustakaan dikarenakan kondisi LPKA Kelas II
Jakarta yang belum memiliki
gedung dan fasilitas mandiri.
Daniel Dikatakan bahwa Jadi, berjalannya layanan pusteling itu Layanan perpustakaan keliling oleh
(Petugas) layanan pusteling waktu anak didik masih bergabung dengan Perpustakaan Nasional pernah
tidak beroperasi lagi narapidana dewasa di Lapas Salemba, saat beroperasi sebagai layanan
dikarenakan pihak belum dipisah menjadi nama LPKA Kelas II informasi bagi anak didik pada dua
ketiga harus Jakarta. seperti yang saya katakan bahwa tahun yang lalu disaat anak didik
menyesuaikan LPKA ini belum punya perpustakaan masih dibawah lembaga yang sama
dengan LPKA, mandiri termasuk petugas perpustakaan dengan narapidana dewasa Lapas
menyesuaikan yang khusus untuk melayani anak didik, jadi Kelas IIA Salemba. Namun layanan
dalam hal apa? belum ada pengajuan antara pihak LPKA pusteling sudah tidak beroperasi
dengan perpusnas untuk memberikan lagi saat ini dikarenakan kondisi
layanan pusteling buat anak didik. Kalau LPKA Kelas II Jakarta yang belum
saya sih bisa saja mengkoordinasikan lagi, memiliki sarana dan prasarana
tapi kan saya saat ini bertanggung jawab mandiri dan belum memiliki
untuk napi dewasa saja karena anak didik petugas perpustakaan khusus untuk
sudah dibawah LPKA, jadi pihak LPKA nya melayani anak didik, alasan lainnya
harus berkoordinasi sendiri dengan yaitu karena belum adanya
Perpusnas koordinasi lagi antara Pihak LPKA
sendiri dengan pihak Perpustakaan Hanna Mungkin karena kondisinya LPKA masih
(Petugas) satu sarana prasarana dengan Lapas ya, Nasional seperti yang pernah Bapak
jadi kalau LPKA mau adain Pusteling untuk Muhammad Daniel lakukan pada
anak didik saja, ya sarana prasarananya dua tahun silam. Karena saat ini
harus mendukung juga. TV yang disediakan bapak Daniel hanya dapat
buat anak didik pun itu masih sarana dari mengkoordinasikan pusteling untuk
Lapas salemba Lapas Kelas IIA Salemba saja.
Daniel Bagaimana Harus adanya peran aktif dari pihak LPKA, Kendala dalam pemberian layanan
(Petugas) mengatasi kendala pihak ketiga, maupun masyarakat. seperti informasi kepada anak didik dapat
dalam pemberian kalau ingin ada pusteling ya pihak LPKA diatasi melalui berbagai macam
akses informasi harus berkoordinasi dengan perpusnas. cara diantaranya harus adanya
kepada anak didik? Kemudian kalau anggaran terhambat maka peran aktif dari pihak LPKA Kelas
rencana pun akan terhambat juga, seperti II Jakarta seperti adanya koordinasi
rencana pindahnya LPKA pun pasti butuh Pusteling dengan Perpustakaan
anggaran, fasilitas TV untuk anak didik pun Nasional, kemudian diharapkan
butuh anggaran, mungkin kalau LPKA adanya anggaran yang sesuai agar
sudah punya gedung mandiri nantinya, anak rencana pemindahan LPKA Kelas
didik bisa diberikan fasilitas TV lebih dari II Jakarta dapat berjalan dengan
satu di masing-masing paviliun. Karena itu cepat, serta adanya anggaran untuk
sangat diharapkan adanya peran dari pihak memperbaiki atau memberikan
ketiga seperti masyarakat, yayasan, televisi baru untuk anak didik,
komunitas yang mau berkontribusi untuk kemudian dibutuhkan peran aktif
anak didik dari masyarakat dan lembaga
lainnya dalam berkontribusi untuk Hanna Buat anak didik yang belum bisa menjaga
(Petugas) fasilitas yang telah diberikan, yang pertama anak didik, serta harus adanya
itu kita kasih arahan misalnya buku jangan arahan yang tegas yang dapat
dirusak, jangan dihilangkan, tapi misalnya bertujuan untuk membuat anak
kalau ada yang melanggar juga ya kita didik lebih menyadari pentingnya
sebagai petugas harus tegas gitu, tidak menjaga fasilitas yang telah
memberi hukuman, tapi ya sekedar diberikan.
peringatan saja gitu
RF Bagaimana sikap Ya petugas membantu anak didik kalau ada Selain mengawasi dan membina
(Anak Didik) petugas terhadap kita perlu apa gitu, petugas juga mau anak didik, petugas juga membantu
adik selama ngingetin kalau ada jadwal kegiatan apa, anak didik disaat anak didik
pemberian layanan terus petugasnya selalu ngingetin kalau kita membutuhkan sesuatu. Dalam
informasi ? belum ngembaliin buku memberikan layanan informasi
petugas juga berperan aktif seperti AF Petugasnya baik, kita dikasih tau juga sih
(Anak Didik) biar gak lupa ngembaliin buku memberikan materi mata pelajaran
saat PKBM, mengingatkan jadwal SR Petugasnya asik-asik aja kalau ngajarin kita
(Anak Didik) pas PKBM, petugas juga ngawasin terus sih kegiatan anak didik dan
kalau kita lagi ada kegiatan mengingatkan anak didik agar tidak
lupa mengembalikan buku
perpustakaan.
Daniel Pernahkah Sejauh ini tidak ada Petugas bertugas mengawasi anak
(Petugas) ditemukan tindakan didik dalam setiap kegiatan
negatif yang
termasuk memberikan
layanan Hanna Sejauh yang saya liat ya belum ada, ya
(Petugas) dilakukan oleh petugas itu hanya mengawasi aja sih dalam informasi dengan sebaik mungkin
petugas dalam pemberian layanan informasi atau kegiatan- karena sejauh ini belum pernah
proses pemberian kegiatan lainnya ditemukan petugas yang melakukan
layanan informasi? tindakan negatif.
RF Apakah adik Iya jadi gak ketinggalan pelajaran sekolah Layanan edukasi yang diberikan
(Anak Didik) memperoleh sama jadi tahu bahasa inggris sedikit-sedikit petugas kepada anak didik seperti
informasi melalui
PKBM atau sekolah paket dan AF Iya pastinya jadi gak ketinggalan pelajaran,
(Anak Didik) kegiatan PKBI dan jadi tau sejarah-sejarah, kalau kursus kursus Bahasa Inggris. Bagi anak
Kursus bahasa bahasa Inggris ya jadi nambah tau kata- didik kegiatan tersebut membuat
inggris yang kata bahasa Inggris mereka tidak tertinggal pelajaran
diberikan oleh sekolah, menambah pengetahuan
petugas?
tentang sejarah, serta menambah SR Iya pastinya jadi gak ketinggalan pelajaran
(Anak Didik) pengetahuan kosakata Bahasa
Inggris melalui kursus Bahasa
Inggris.
RF Apakah koleksi di Iya sih sudah, koleksinya macam-macam, Perpustakaan LPKA Kelas II
(Anak Didik) perpustakaan sudah saya suka baca buku tentang pariwisata jadi Jakarta menyediakan koleksi yang
sesuai kebutuhan tau tentang pariwisata apa aja di Indonesia beragam, bagi anak didik koleksi
ataupun keinginan
perpustakaan sudah
memenuhi AF Iya sudah, kalau saya sukanya baca komik
(Anak Didik) adik? yaa disini komiknya lumayan lengkap kebutuhan dan keinginan anak
serinya didik diantaranya koleksi
pariwisata yang membuat anak SR Iya, kan ada komik, novel, ensiklopedia,
(Anak Didik) banyak deh mau baca apaan aja ada didik mengetahui tempat pariwisata
di Indonesia, kemudian koleksi
komik yang serinya lengkap, serta
adapula novel dan ensiklopedia.
RF Rencananya LPKA Iya tau, kabarnya sudah dari 2 tahun yang LPKA Kelas II Jakarta sudah
(Anak Didik) Kelas II Jakarta lalu tapi sampai sekarang belum pindah. memiliki rencanapemindahan
akan pindah, apa Maunya nanti perpustakaannya lebih besar gedung dari lokasi saat ini di Lapas
adik mengetahui lagi terus ada bangku mejanya gitu yang Kelas IIA Salemba menjadi gedung
informasi ini? Apa bagus biar bacanya lebih nyaman juga sih mandiri di kawasan Gandul, Depok.
keinginan adik
Rencana tersebut sudah dirancang AF Tau, saya maunya nanti perpustakaannya
(Anak Didik) terkait layanan akses lebih bagus lagi deh, terus yaa maunya biar sejak dua tahun yang lalu dan anak
informasi di LPKA bisa lama-lama di perpustakaannya dan didik sudah mengetahui informasi
yang baru nantinya? adain kegiatan nonton film bareng lagi ini. Anak didik berharap jika LPKA
kayak waktu sama kakak-kakak dari UIN Kelas II Jakarta resmi memiliki
yang KKL disini kan asyik tuh gedung mandiri, mereka
menginginkan perpustakaan yang SR Tau, yaa pinginnya nanti perpustakaannya
(Anak Didik) lebih bagus terus banyakin buku-buku baru lebih besar, dengan fasilitas bangku
yang bergambar, terus adain nonton film dan meja yang bagus agar mereka
bareng merasa lebih nyaman. Mereka juga
menginginkan jika jam akses ke
perpustakaan ditambah dan
menginginkan diperbanyak koleksi
baru yang bergambar serta adanya
kegiatan nonton film bersama.
Daniel Apa saja kriteria Belum diperlakukan, tetapi tentunya dilihat Dalam memberikan layanan
(Petugas) khusus petugas yang dari potensi yang dimiliki oleh petugas itu informasi kepada anak didik sejauh
melayani maupun sendiri. Sebagai contohnya seperti saya dari ini belum diperlakukan adanya
mengawasi anak lulusan Hukum tetapi diberi amanat untuk kriteria khusus bagi petugas.
didik dalam mengelola perpustakaan bahkan untuk Namun petugas yang ditentukan
pemberian hak akses sekolah paket atau PKBM juga. Selain itu di dalam memberikan maupun
informasi? perpustakaan saya juga dibantu dengan mengawasi layanan informasi
Tahanan Pendamping atau disebut tamping, untuk anak didik di LPKA Kelas II
jadi mereka membantu pencatatan buku Jakarta ini adalah petugas yang
yang dipinjam oleh narapidana atau anak memiliki potensi yang baik dalam
didik, jadi tamping juga membantu banget bidang informasi dan dipercaya
disaat saya punya pekerjaan lain oleh pihak LPKA Kelas II Jakarta
meskipun petugas bukan dari Hanna Kalau kriteria khusus itu tidak ada sih, kami
(Petugas) dari bagian pembinaan diberikan tugas lulusan ilmu perpustakaan dan
untuk mengawasi anak didik. Kami masing- informasi. Oleh karena itu selain
masing dikasih tugas misalnya saya ditugaskan untuk mengelola
mendapat tugas untuk mendampingi perpustakaan, Bapak Muhammad
mahasiswa yang berkunjung, lalu petugas Daniel juga diberi amanat untuk
lain ada yang mendampingi lembaga lain, mengawasi program
jadi petugas perorang itu megang tugas PKBM/Sekolah Paket untuk anak
sendiri-sendiri, namun kita semua tetap didik LPKA Kelas II Jakarta yang
campur tangan dalam memegang urusan dilaksanakan di perpustakaan,
terkait anak didik untuk petugas pembinaan juga
belum diperlakukan adanya kriteria
khusus, karena semua petugas di
dalam LPKA Kelas II Jakarta
memiliki tugas masing-masing
namun tetap bertanggung jawab
untuk anak didik.
Daniel Adakah tindakan TV yang disediakan di selasar kamar tiba- Pernah ditemukan tindakan negatif
(Petugas) negatif yang tiba sekarang sudah rusak dan pihak kami yang dilakukan anak didik selama
dilakukan oleh anak tidak tahu apa yang dilakukan oleh anak pemberian layanan informasi
didik dalam didik. Pernah juga waktu itu yaa hampir 2 diantaranya yaitu ketika anak didik
berjalannya tahun yang lalu saat pusteling masih masih dibawah lembaga yang sama
pemberian layanan beroperasi disini ada anak didik yang dengan narapidana dewasa, anak
informasi? ketahuan pernah mengakses situs yang tidak didik pernah ditemukan mengakses
diperkenankan. Pernah juga ada anak didik situs yang dilarang saat
yang diam-diam ngambil buku kebanyakan berlangsungnya layanan Pusteling,
komik lah, ya bukunya tidak dihilangkan, anak didik pernah ditemukan
pas diperiksa ya ada di blok mereka itu menyembunyikan buku dan komik
bertumpuk-tumpuk di blok kamar mereka, namun
belakangan ini ditemukan rusaknya Hanna Seperti yang pak Daniel bilang terkait
(Petugas) penyalahgunaan internet waktu ada televisi yang disediakan untuk anak
pusteling dari perpusnas yang diadakan didik, bagi petugas pembinaan hal
oleh lapas lalu anak didik yang mengambil ini disebabkan karena fasilitas
buku, itu terjadi kan saat anak didik masih telivisi yang sudah lama dan telivisi
dibawah naungan lapas salemba ya, kalau tersebut sudah ada sejak anak didik
sejauh ini dengan LPKA sih kami sebagai masih dibawah Lapas Kelas IIA
petugas belum pernah menemukan Salemba.
pelanggaran yang dilakukan anak didik.
Kalau TV yang rusak itu kan mungkin
karena fasilitasnya udah lama, udah ada
saat anak didik masih sama lapas salemba
Daniel Apakah ada aturan Jika buku perpustakaan yang dipinjam Ada aturan yang tegas yang berlaku
(Petugas) yang tegas jika anak kemudian dihilangkan maka anak didik bagi anak didik yang melakukan
didik melakukan harus menggantinya, kami melihat pelanggaran terkait layanan
pelanggaran terkait bagaimana kemampuan anak didik untuk informasi yang diberikan petugas
layanan informasi mengganti buku tersebut, tentunya dibantu diantaranya, jika anak didik
yang telah melalui pengawas masing-masing maupun membawa handphone kedalam
diberikan? orang tuanya. Bedanya kalau untuk lingkungan LPKA maka anak didik
narapidana Lapas Kelas IIA Salemba, akan ditindak tegas oleh petugas
karena mereka memberikan uang jaminan pengamanan, jika anak didik
saat meminjam buku sekitar lima atau ditemukan melakukan tindakan
sepuluh ribu untuk satu bukunya, maka jika negatif seperti membawa
buku hilang ya uang jaminannya tidak
dikembalikan
Hanna Disini mereka membawa handphone itu
(Petugas) dilarang, jadi mungkin jika ada yang
membawa handphone akan ditindak tegas
oleh pihak pengamanannya langsung. Nah
kalau mau minjem buku itu masih bisa
terpantau oleh petugas pembinaan, kita kan
disini ada jadwal ke perpustakaan hari
senin sampai jum’at, hari senin sampai
kamis jam setengah empat sampai jam
empat, kalau dihari jum’at jam satu sampai
tiga, dan setiap mereka mau ke
perpustakaan harus ada petugas yang
mengawasi, jadi petugas yang memantau
harus tau mereka minjem buku berapa dan
siapa aja, jadi petugas punya catatan
sendiri, jadi nanti kalau mereka sudah
minjem namun belum mengembalikan maka
petugas yang mengawasi itu harus mencari
buku itu sampai dapat. Kalau mereka
menghilangkan buku ya pastinya mereka
handphone ke dalam lingkungan
LPKA Kelas II Jakarta, maka anak
didik akan mendapat tindakan tegas
dari pihak pengamanan, kemudian
jika anak didik menghilangkan
koleksi perpustakaan maka anak
didik harus mengganti koleksi
tersebut dibantu oleh petugas pembinaan, Karena petugas
mempunyai tanggung jawab dalam
mengawasi anak didik termasuk
mencatat koleksi yang dipinjam anak
didik di perpustakaan, petugas juga
selalu mengawasi anak didik yang ke
perpustakaan setiap harinya, oleh
karena itu oetugas yang bertugas
mengawasi harus mencatat siapa dan
buku apa yang dipinjam dan jika
anak didik belum mengembalikan
buku sesuai jadwal maka petugas
tersebut harus mendapatkan buku itu,
petugas juga
harus menggantikan seperti meminta
bantuan dari petugas dan orang tua. Atau
nanti petugas LPKA yang bertanggung
jawab seperti menanyakan kepada pihak
lapas jika buku perpustakaan dihilangkan
anak didik maka pihak lapas mau meminta
apa untuk digantikannya buku yang hilang
tersebut. Namun sejauh ini sih mereka
belum pernah melakukan pelanggaran yang
bukunya sampai hilang gitu kan, mereka
tahu diri bisa menyimpan baik-baik terus
ada waktunya ngembaliin mereka ya bakal
ngembaliin. Jadi mereka bisa ke
perpustakaan di jam lain untuk minjem buku
dan tetap ditemenin oleh petugasnya, karena
kan akses ke perpustakaannya juga terbatas,
masih bareng-bareng sama lapas salemba,
jadi mereka keluar dari lingkungan blok
kamar pun harus tetap diawasi petugas
dapat berkoordinasi dengan orang
tua anak didik jika anak didik menghilangkan koleksi
perpustakaan, karena petugas harus
bertanggung jawab dan menerima
konsekuensi sesuai apa yang
diinginkan pihak lapas karena
perpustakaan untuk anak didik saat
ini merupakan fasilitas milik Lapas
Kelas IIA Salemba. Hal ini juga
merupakan penyebab anak didik
mendapatkan jam akses ke
perpustakaan yang singkat, tetapi
anak didik dapat meminjam buku
kapanpun dan tetap dalam
pengawasan petugas. Namun
sejauh ini anak didik belum pernah
ditemukan menghilangkan buku
yang dipinjam, karena anak didik
selalu diawasi dan diingatkan oleh
petugas untuk mengembalikan
koleksi yang dipinjam.
CATATAN LAPANGAN
No. Hari/Tanggal Lokasi Keterangan
1 Selasa, 30 Oktober 2018 Perpustakaan Peneliti melakukan observasi ditemani salah satu petugas pembinaan
kerohanian anak didik, Bapak Muslih Shofar. Pada pukul 08.20 WIB anak
didik memasuki perpustakaan dan merapikan kursi masing-masing untuk
ditempati dan menunggu guru yang mengajar datang, anak didik akan
melakukan kegiatan PKBM/Sekolah Paket C atau setara SMA, terlihat anak
didik yang menghadiri kelas berjumlah 28 orang. PKBM dimulai pukul 08.30
WIB, namun dikarenakan guru pengajar datang terlambat dikarenakan ada
alasan tertentu maka petugas yang mengawasi menggantikan guru tersebut.
Anak didik mendapatkan mata pelajaran matematika dengan materi pohon
faktor, anak didik sangat memperhatikan dan antusias dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan petugas. Terlihat selama proses PKBM berlangsung
ada beberapa anak didik yang membaca buku. Selama proses PKBM peneliti
mencoba bertanya kepada anak didik tentang bagaimana cara mereka bisa
meminjam buku, dan anak didik tersebut mengungkapkan bahwa mereka dapat
meminjam buku perpustakaan dengan memberikan uang jaminan sebesar Rp.
5000,- dalam jangka waktu peminjaman tiga hari. Peneliti juga mendapatkan
informasi bahwa anak didik diperbolehkan menonton TV, kemudian bapak
Muslish Shofar memberikan foto ruangan tempat anak didik beristirahat atau
disebut Blok/kamar dimana pada selasar kamar ada satu buah TV berukuran
32 inchi.
2 Senin, 5 November 2018 Ruang Serbaguna, Ruang Peneliti melakukan observasi di ruang serbaguna, saat itu anak didik sedang
Komputer melakukan kegiatan kursus bahasa inggris, terlihat pengajar yang memberikan
materi adalah salah satu anggota dari komunitas Yayasan Tangan
Pengharapan. Kemudian peneliti mengunjungi ruang komputer, terlihat
narapidana dewasa Lapas Kelas IIA Salemba baru menyelesaikan kursus
komputer, karena jadwal anak didik kursus komputer adalah pada hari Kamis.
Peneliti sempat berbincang dengan petugas yang mengawasi ruang komputer
dan ia mengatakan bahwa di ruang komputer tidak ada akses internet baik itu
untuk anak didik maupun narapidana dewasa, mereka hanya diberi
pengetahuan dasar seperti cara menghidupkan dan mematikan komputer dan
cara mengoperasikan Microsoft word dan excel saja.
3 Selasa, 2 April 2019 Ruang Pembinaan, Registrasi, Peneliti mengumpulkan data mengenai profil lembaga, jumlah anak didik dan
Administrasi dan Perpustakaan keperluan lainnya di ruang pembinaan, registrasi dan administrasi LPKA
Kelas II Salemba. Kemudian peneliti mengunjungi perpustakaan pada jam
15.30 WIB, terlihat ada 15 sampai 20 anak didik secara bergantian
mengunjungi perpustakaan, ada yang mencari buku, membaca buku ada yang
sekedar berbincang-bincang ada pula yang meminjam buku, saat meminjam
buku, anak didik tidak dikenakan uang jaminan sebesar 5000 rupiah seperti
yang dikatakan anak didik pada observasi bulan november 2018, anak didik
yang meminjam buku diawasi oleh salah satu petugas pembinaan, kemudian
petugas mencatat nama dan judul buku yang dipinjam oleh anak didik di buku
catatan besar di perpustakaan, kemudian pada pukul 16.00 anak didik harus
keluar dari perpustakaan dan kembali masuk ke blok kamar.
4 Rabu, 10 April 2019 Ruang Kegiatan Anak Ruangan ini terlihat begitu unik dikarenakan dinding ruangan ini dihiasi oleh
karya-karya anak didik seperti lukisan gambar dan lukisan topeng. Ruangan ini
adalah ruangan untuk melakukan kegiatan kesenian dan lainnya. Di ruangan
ini peneliti melakukan wawancara kepada 3 orang anak didik yang dipilih oleh
petugas LPKA Kelas II Jakarta, dalam melindungi privasi anak didik maka
peneliti tidak boleh mencantumkan nama jelas anak didik pada laporan
penelitian.
5 Senin, 13 Mei 2019 Perpustakaan Peneliti melakukan wawancara dengan Petugas perpustakaan dan petugas
pembinaan, dikarenakan peneliti dilarang membawa alat komunikasi kedalam
ruangan LPKA Kelas II Jakarta maka hasil wawancara tidak direkam dan
hanya dicatat dibuku peneliti.
6 Selasa, 18 Juni 2019 Perpustakaan Anak didik melakukan kegiatan pelatihan barista bersama komunitas Yayasan
Tangan Pengharapan di Perpustakaan, anak didik diajarkan cara meracik dan
menyediakan minuman kopi dan coklat, kemudian minuman yang dibuat oleh
anak didik dinikmati dan petugas diperbolehkan untuk menikmatinya juga.
Disela-sela kegiatan berlangsung peneliti melakukan wawancara tambahan
kepada informan petugas, Bapak Daniel dan Ibu Hanna.
Gambar-Gambar
Gambar 1. Jadwal Kegiatan Harian Anak Didik
Gambar 2. Jadwal PKBM Anak Didik
Gambar 3. Koleksi Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta
Gambar 4. Pelaksanaan Kegiatan PKBM
Gambar 5. Pelaksanaan Kegiatan Kursus Bahasa Inggris
Gambar 6. Perpustakaan LPKA Kelas II Jakarta
Gambar 7. Kartu Tamu Gambar 8. Wawancara Petugas
BIODATA PENULIS
YANA MARIYANA. Lahir di Jakarta, 6 April 1997. Putri
pertama dari dua bersaudara, dari ayahanda Bahruddin dan
ibunda Kasmawati. Penulis bertempat tinggal di Jl. Andara Gg.
Masjid RT 005/01 No.8 Pangkalanjati Baru Cinere Depok.
Penulis merupakan tamatan TK Al-Istiqomah Depok, M.I
Roudlathul Jannah Depok, MTs Negeri 2 Jakarta dan MAN 13
Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi (S1) Ilmu
Perpustakaan dan Informasi pada tahun 2015. Pada bulan Januari hingga Februari
2019 penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan BPSDM
Kementrian Hukum dan HAM. Pada bulan Juli hingga Agustus 2019 penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Gunung Sari, Kecamatan Mauk Kota
Tangerang. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di Program studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi dengan judul skripsi “Hak Akses Informasi bagi Anak
Didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Jakarta”.