Post on 16-Oct-2021
Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9 : 1
ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
GAMBARAN LINGKUNGAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA: LITERATURE REVIEW
Description Of The Family Environment Of Schizophrenia: A Literature Review
Yusi Artika¹, Jumaini¹, Sri Utami¹ ¹Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau Email: yusiartika22@gmail.com
Abstrak
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit mental yang mempengaruhi kehidupan penderitanya. Efek dari hal tersebut dapat mempersempit lingkungan sosial penderita. Salah satu lingkungan sosial terdekat penderita skizofrenia adalah keluarga. Lingkungan keluarga dapat berperan dalam merawat dan meningkatkan keyakinan penderita akan kesembuhan dirinya. Tujuan literature review ini untuk mengetahui gambaran lingkungan keluarga pasien skizofrenia. Metode yang digunakan adalah Literature review. Dengan penelusuran artikel dalam periode 2010-2020 dengan kata kunci family environment dan schizophrenia melalui Google Scholar, Semantic Scholar, PubMed, Science Direct dan Taylor & Francis Group. Kriteria inklusi meliputi gambaran lingkungan keluarga pasien skziofrenia. Hasil penelitian menunjukkan dari enam artikel penelitian, lima diantaranya memperlihatkan bahwa kohesi, konflik, dan kehangatan yang rendah di dalam lingkungan keluarga dikaitkan dengan risiko dan gejala skizofrenia yang lebih berat. Sedangkan satu artikel penelitian lain memperlihatkan tidak adanya hubungan signifikan antara penyembuhan dengan persepsi dan hubungan interpersonal pasien skizofrenia dengan kerabat di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga berperan penting bagi pende rita skizofrenia. Kerabat dengan kohesi yang rendah dan adanya konflik di lingkungan keluarga dapat menyebabkan risiko dan gejala skizofrenia yang lebih berat. Keluarga diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang baik dan kondusif bagi anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Kata Kunci: lingkungan keluarga, skizofrenia
Abstract
Schizophrenia is a mental illness that affects the lives of sufferers. The effect of this illness can narrow the sufferer's s ocial environment. Family is one of the closest social environments belongs to schizophrenics. Family environment can give a role in support the treatment and escalate the confidence of the sufferers about their recoveries. The purpose of the literature review for find out about the environmental description of the shcizophrenics’ family. The method used is Literature Review. The way is by searching related articles in the period of 2010-2020 with keywords family environment and schizophrenia through Google Scholar, Semantic Scholar, PubMed, Science Direct and Taylor & Francis Group. Inclusion criteria comprise of a picture of the sufferers’ family environment. The results of the study showed that from 6 research articles, 5 of them showed that low cohesion, conflict, and warmth within the family environment are associated with more severe risk and symtoms of schizophrenia. Whereas 1 other research article showed no significant relationship between healing by perceptions and interpersonal relationship of schizophrenia patients with relatives in the family environment. The family environment plays an important role for schizophrenics. Patient’s relatives with low cohesion and conflict in the family environment can cause more risks and severe schizophrenia problems. Families are expected to be able to create a good and conducive environment for family members suffering from schizophrenia.
Keywords: family environment, schizophrenia
Korespondensi:
Yusi Artika, Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau yusiartika22@gmail.com
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
31
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi
pada diri seseorang, dimana mencakup sehat
emosional, psikologis dan sosial (Nasir &
Muhith, 2011). Pendapat ini sesuai dengan
pernyataan dari Undang-Undang No 18 (2014)
bahwa kesehatan jiwa merupakan kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Seseorang yang mengalami gangguan dari segi
mental maka dapat dikatakan menderita
gangguan jiwa (Purnama, Yani, & Sutini, 2016).
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit
mental yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan dalam berkomunikasi,
mengalami gangguan realitas seperti
halusinasi atau waham, afek tumpul, adanya
gangguan kognitif serta sulit melakukan
aktivitas sehari-hari (Keliat dkk, 2011).
Menurut Ritchie dan Roser (2018) terdapat
sekitar 284 juta jiwa yang mengalami
gangguan kecemasan, 264 juta jiwa mengalami
depresi, 46 juta mengalami gangguan bipolar
dan 20 juta jiwa mengalami skizofrenia.
Penderita skizofrenia terbanyak berada pada
Negara Australia dan Netherlends sekitar
0,36%, sedangkan di Indonesia sebanyak
0,23% (Ritchie dan Roser, 2018). Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018),
penderita skizofrenia di Indonesia rata-rata
sebesar 1,8 per mil, sedangkan provinsi Riau
sebesar 1,5 per mil.
Skizofrenia jika dibiarkan maka akan
menyebabkan kemunduran dalam berbagai
aspek kehidupan penderitanya (Pairan,
Mubarok, & Nugraha, 2018). Isolasi sosial
sering dialami oleh penderita skizofrenia.
Penderita merasa sulit berhubungan dengan
orang lain karena persepsi lingkungan
terhadap orang dengan gangguan jiwa cukup
buruk sehingga penderita mudah curiga dan
tidak percaya orang lain lalu membatasi
kehidupan sosialnya (Videbeck, 2008).
Kemampuan penderita skizofrenia juga akan
memburuk dalam hal bekerja, sekolah,
berinteraksi dengan orang lain dan merawat
diri. Efek dari hal tersebut dapat
mempersempit lingkungan penderita dan
mempengaruhi pendekatan dengan orang lain
sehingga lebih banyak menghabiskan waktu
bersama keluarga di rumah (Ozcelik & Yildirim,
2018).
Keluarga merupakan lingkungan sosial
terdekat penderita skizofrenia yang mampu
memberikan dukungan, rasa perduli,
menunjukkan perasaan hangat dan
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
32
memberikan perawatan kepada penderita
(Hamdani, Haryanto, dan Dewi, 2017).
Lingkungan keluarga merupakan interaksi
orang tua, anak atau anggota keluarga lainnya
di dalam rumah. Lingkungan keluarga
berperan dalam merawat dan meningkatkan
keyakinan penderita akan kesembuhan dirinya
karena suasana di dalam keluarga mendukung
serta menciptakan perasaan positif dan berarti
bagi penderita itu sendiri (Dion & Betan, 2013).
Moos dan Moos menyatakan lingkungan
keluarga sebagai interaksi orang tua, anak atau
anggota keluarga lainnya di dalam rumah.
Lingkungan keluarga berperan dalam merawat
dan meningkatkan keyakinan penderita akan
kesembuhan dirinya karena suasana di dalam
keluarga mendukung serta menciptakan
perasaan positif dan berarti bagi penderita itu
sendiri.
Ozcelik dan Yildirim (2018) juga
menjabarkan lingkungan keluarga yang positif
dapat menjadi pelindung bagi individu
penderita skizofrenia. Hal tersebut dapat
membantu mengurangi gejala dan
meningkatkan fungsi sosial. Keluarga yang
memperlihatkan emosi yang berlebihan
kepada pasien skizofrenia, seperti sering
marah terhadap mereka atau terlalu dikekang
dengan berlebihan, kemungkinan kambuh
akan semakin besar (Zahnia dan Sumekar,
2016). Frekuensi kekambuhan pada pasien
skizofrenia juga akan bertambah jika tinggal
dalam lingkungan keluarga yang memiliki
ekspresi emosi yang kuat atau gaya afektif
negatif dibandingkan jika tinggal di lingkungan
keluarga yang memiliki ekpresi emosi yang
rendah atau gaya afektif yang normal.
Kontribusi dari komponen FE (Family
Environment) dalam meningkatkan risiko dari
patogenesis skizofrenia (contoh: konflik) atau
mengurangi risiko dari patogenesis skizofrenia
(contoh: orientasi rekreasi aktif) (Dewangan et
al, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Gurak
dan Mamami (2018), didapatkan hasil bahwa
nilai kritis yg dirasakan penderita skizofrenia
lebih tinggi, persepsi pasien tentang
kehangatan yg rendah, dan nilai yg rendah
untuk kohesi keluarga (dari perspektif pasien
dan anggota keluarga) akan berhubungan
dengan gejala psikiatrik atau kejiwaan yg lebih
berat. Adanya faktor protektif di rumah yang
mempunyai dampak yg lebih besar pada
tingkat keparahan gejala pasien daripada
adanya faktor resiko. Jika adanya faktor resiko
pada lingkungan keluarga, faktor protektif bisa
melindungi atau memperlambat melawan
pengaruh yg mengganggu tersebut.
Hasil wawancara dan survey yang peneliti
lakukan tanggal 8 Januari 2020 di Poli Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Tampan kepada 10
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
33
responden penderita skizofrenia pasca rawat
inap. Responden mengatakan hanya dekat
dengan salah satu anggota keluarga. Keluarga
tidak semuanya peduli dengan responden,
bahkan salah satu dari responden mengatakan
terjadi pertengkaran antar anggota keluarga
akibat tolak menolak mengantar responden
untuk rawat jalan. Responden mengatakan
anggota keluarga terkadang menyinggung
perasaannya karena salah satu anggota
keluarga membicarakan tentang keadaannya.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka
peneliti tertarik untuk melihat gambaran
lingkungan keluarga pasien skizofrenia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain literature
review. Literature review sebagai proses atau
aktivitas mengumpulkan data dari berbagai
literature seperti buku dan artikel untuk
membandingkan hasil-hasil penelitian yang
satu dengan yang lain. Populasi dalam
penelitian ini adalah artikel internasional yang
berkaitan dengan lingkungan keluarga pasien
skizofrenia. Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian yang akan diteliti. Populasi
dapat berupa orang, benda, gejala, atau
wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti
(Setiadi, 2013). Sampel penelitian ini
berjumlah 6 artikel yang sebelumnya telah
diskrining dan sesuai dengan kriteria inklusi.
Kriteria inklusi penelitian meliputi artikel yang
berkaitan dengan tema lingkungan pasien
skizofrenia, artikel internasional yang
diterbitkan dari tahun 2010-2020, artikel yang
dapat diakses full text, serta artikel terstandar
dan terakreditasi. Pencarian artikel yang
digunakan peneliti yaitu dengan database
berupa Google Scholar, Semantic Scholar,
PubMed, Science Direct dan Taylor & Francis
Group. Kata kunci yang digunakan peneliti
berupa “family environment” dan
“schizophrenia”.
Skema 1
Keyword pencarian jurnal
Skema 1. Tahap Literature Review
Kombinasi dengan kata “AND”
Family environment AND schizophrenia
iden
tifi
kasi
Pencarian pada situs
Semantic Scholar
(n= 1.220)
Pencarian pada situs
Google Scholar (n=11.600)
Pencarian pada situs PubMed (n=1.290)
Pencarian pada situs
Science Direct (n=12.124)
Pencarian pada situs
Taylor & Francis Group
(n= 19.700)
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
34
Artikel yang dapat diakses full text
n= 1.793
Total artikel teridentifikasi
n= 45.934
Scre
en
ing
K
elay
akan
Ek
stra
ksi D
ata
Total artikel yang sesuai tema n= 467
Artikel yang dikeluarkan n= 1.326
a. Tema tidak sesuai b. Subjek penelitian tidak sesuai
Artikel yang dikeluarkan n= 438
Artikel tidak terstandar dan terakreditasi
Artikel yang terstandar dan terakreditasi
n= 29
Kriteria Inklusi a. Artikel berkaitan dengan lingkungan
keluarga pasien skizofrenia b. Artikel internasional yang
diterbitkan dari tahun 2010-2020 Artikel yang layak dianalisis n= 6
Artikel yang dikeluarkan n= 44.141
a. Artikel close access b. Artikel hanya menampilkan abstrak
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
35
HASIL PENELITIAN
Nama peneliti. Tahun. dan
Artikel penelitian Tujuan penelitian
Metode penelitian
Sampel Hasil/temuan Kelebihan Kekurangan
Ebru Karaagac Ozcelik dan Azru Yildirim. (2017). Schizophrenia patients’ family environment, internalized stigma and quality of life
Penelitian deskriptif ini dilakukan bertujuan untuk memastikan lingkungan keluarga, stigma internal dan kualitas hidup pasien skizofrenia
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
Sampel penelitian ini sebanyak 51 pasien yang memenuhi kriteria penelitian dan 51 keluarga pasien yang dilibatkan dalam penilaian lingkungan keluarga karena persepsi keluarga sangat penting.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada berbedaan yang signifikan antara pasien dan hubungan dengan kerabatnya dan kontrol di lingkungan keluarga (p>5). Hubungan interpersonal responden berada pada level sedang dan kualitas hidup pada level sedang. Hubungan responden dengan orang lain tidak terlalu baik dan merasakan kontrol yang berlebihan dari kerabat dalam keluarga, tetapi perbedaannya tidak signifikan.
a. Penelitian ini dilakukan tidak hanya dengan pasien skizofrenia namun disertai dengan keluarga.
b. Sampel penelitian menggunakan kriteria inklusi yaitu pasien dipilih dengan kriteria DSM-IV-TR
a. Penelitian ini tidak menggunakan kuesioner skala lingkungan secara keseluruhan, hanya dengan 26 item dari 2 subskala saja.
b. Proses penelitian lingkungan keluarga, stigma dengan kualitas hidup pasien skizofrenia tidak terkontrol dengan baik.
Roshan Lal Dewangan, Promila Sings, Tanmay Mahaptra, dan Sanchita Mahapatra. (2018). Role of Perceived Family Environment in the Pathogenesis of Schizophrenia
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi persepsi lingkungan keluarga (FE) pasien dengan skizofrenia di India sehingga rencana perawatan khusus dan layanan dukungan dapat dirancang dan diimplementasikan lebih awal untuk pengendalian
Metode penelitian dengan studi kasus-kontrol untuk mengukur antara hubungan lingkungan keluarga yang dirasakan pasien skizofrenia
Sampel penelitian dengan 100 penderita skizofrenia paranoid dan 100 orang sebagai kelompok kontrol
Hasil penelitian kemungkinan penderita skizofrenia meningkat dengan bertambahnya usia, pendidikan rendah, pendapatan rendah dan ditemukan belum menikah. Risiko perkembangan skizofrenia dikaitkan dengan kohesi, kenerimaa/kepedulian dalam keluarga yang rendah dan mengurangi
a. Pencarian sampel untuk memastikan kesesuaian dengan kriteria inklusi melibatkan psikolog klinis atau psikiater terlatih
b. Sebelum pengambian sampel, peneliti melakukan skinning sampel dengan menggunakan General Health Questionnare (GHQ) dengan 28 item pertanyaan, untuk mengesampingkan morbiditas kejiwaan
Penelitian dengan desain ini dimana data dikumpulkan melalui self report, dapat menimbulkan bias dalam mengingat sesuatu, terutama di antara kasus yang dapat menyebabkan kesalahan pengukuran.
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
36
Nama peneliti. Tahun. dan
Artikel penelitian Tujuan penelitian
Metode penelitian
Sampel Hasil/temuan Kelebihan Kekurangan
penyakit yang lebih baik.
risiko perkembangan skizofrenia dikaitkan dengan rekreasi aktif dan organisasi dalam keluarga.
Kayla Gurak dan Ami Weisman de Mamami.(2016). Risk and Protective Factors, Perceptions of Family Environment, Ethnicity, and Schizophrenia Symptoms
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif pasien dan perawatan di lingkungan keluarga
Penelitian ini merupakan bagian studi perawatan yang meneliti bagaimana fokus keluarga, perawatan dengan informasi budaya untuk skizofrenia dan faktor psikososial lainnya yang berhubungan dengan fungsi pasien dan pengasuh pada individu yang didiagnosis dengan skizofrenia dan anggota keluarga mereka.
Sampel penelitian berjumlah 221 pasien dengan skizofrenia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan kohesi dan kehangatan keluarga yang rendah dikaitkan dengan gejala yang lebih berat.
a. Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tes singkat di telepon untuk mengetahui apakah sesuai dengan penelitian ini atau tidak.
b. Sampel yang sesuai kriteria skizofrenia akan diundang untuk diadwalkan secara perorangan secara langsung di klinik
Penelitian ini memungkinkan terjadinya bias jika responden dengan gejala lebih parah atau adanya gejala paranoid yang akan berdampak negatif pada persepsi responden tentang kohesi keluarga
Jinliang Chen, Jindong Chen, Shuchun Li, Jun Liu, Guohua Ouyang, Wenxuan
Mengidentifikasi karakteristik keluarga terkait dengan individu
Penelitian ini menggunakan desain comparative study
Sampel penelitian terdiri dari 1856 individu tunawisma dengan
Hasil penelitian menemukan bahwa dibandingkan dengan kelompok bukan tunawisma, penderita
a. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian yang cukup besar
b. Dalam pengambilan sampel menggunakan kriteria
a. Penelitian ini dengan besar sampel rawat inap dari satu lokasi di Cina, tidak dapat menentukan seberapa
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
37
Nama peneliti. Tahun. dan
Artikel penelitian Tujuan penelitian
Metode penelitian
Sampel Hasil/temuan Kelebihan Kekurangan
Luo, Xiaofeng Guo, Ting Li, Zhenkuo Li, dan Gan Wang. (2015). Comparisons of family environment between homeless and non-homeless individuals with schizophrenia in Xiangtan, Hunan
tunawisma dengan skizofrenia
skizofrenia (mereka yang tidak memiliki tempat tinggal atau pengasuh yang terlibat selama 7 hari berturut-turut) dan 1728 orang yang bukan tunawisma dengan skizofrenia di Xiantan, Hunan.
skizofrenia tunawisma berasal dari luar daerah Xiangtan, memiliki pekerjaan sementara, menikah dan tingkat pendidikan yang rendah. Terdapat organisasi, dan kontrol dalam lingkungan keluarga tunawisma yang cukup tinggi sedangkan kohesi, moral-agama, kemandirian dan rekreasi yang rendah dalam keluarga.
penilaian psikiatri singkat yang menunjukkan bahwa responden telah dikirim secara klinis pada saat penilaian
mewakili sampel ini dari semua individu tunawisma dengan skizofrenia di Cina.
b. Dalam kasus penelitian dengan tunawisma, sebelum penderita skizofrenia di rawat di rumah sakit, telah dipisahkan dengan keluarga selama beberapa waktu, hal ini dapat menimbulkan bias penelitian.
Deborah J. Walder., Stephen V. Faraone., Stephen J. Glatt., Min T. Tsuang., & Larry J. Seidman. (2014). General liability , prenatal health, stress and family environment: Risk factor in Harvard adolescent family high risk for schizophrenia study
Penelitian ini bertujuan untuk memungkinkan penilaian individu yang beresiko untuk skizofrenia berdasarkan riwayat keluarga positif skizofrenia pada lingkungan kerabat biologis
Desain penelitian menggunakan desain eksperimen
Sampel penelitian terdiri dari 40 remaja untuk penderita skizofrenia dan 55 sampel sebagai kontrol komunitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya dukungan, bantuan dan saling mengekpresikan perasaan dalam lingkungan keluarga serta lebih banyak terjadi konflik. Keluarga yang memiliki risiko tinggi terhadap skizofenia dikaitkan dengan banyaknya konflik dan rendahnya dukungan serta bantuan antar anggota keluarga.
a. Pengambilan sampel penelitian menggunakan kriteria eksklusi dimana responden dengan penyakit kronik, ketergantungan zat, penyakit saraf, cedera kepala tidak diikutkan dalam penelitian
b. Sebelum penelitian, dilakukan test kecerdasan untuk anak-anak dan orang dewasa sebagai responden penelitian
Penelitian ini tidak dapat menunjukkan perbedaan antara individu dalam keluarga yang berpartisipasi dan mereka yang tidak.
Danielle A. Schlosser., Jamie I. Ziberg., Rachel L. Loewy.,
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara lingkungan
Desain penelitian menggunakan
Sampel penelitian terdiri dari 63 peserta rawat jalan usia 12-35
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggota keluarga memiliki nilai tinggi pada ekpresi
Responden penelitian direkrut untuk berpartisipasi dari CAPPS dan PART
a. Sampel penelitian relatif kecil untuk populasi dari dua klinik
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
38
Nama peneliti. Tahun. dan
Artikel penelitian Tujuan penelitian
Metode penelitian
Sampel Hasil/temuan Kelebihan Kekurangan
Shannon Casey-Cannon., Mary P. O’Brien., Carrie E. Bearden., Sophia Vinogradov., & Tyrone D. Cannon. (2010). Predicting the longitudinal effects of the family environment on prodromal symtoms and functioning in patients at-risk for psychosis
keluarga dan gejala dari waktu ke waktu dalam dalam kelompok remaja dan dewasa muda yang beresiko tinggi. Penelitian ini juga membandingkan kemampuan berbasis wawancara versus kemampuan diri sendiri.
desain deskriftif korelasi
tahun direkrut untuk berpartisipasi dalam studi dari individu tang sudah terdaftar dari salah satu dari dua klinik penelitian.
emosi secara signifikan berarti tingkat kritik mereka tinggi dan kehangatan yang rendah dalam keluarga. Hasil penelitian ini diukur dengan wawancara dan kuesioner dimana responden yang tinggal di lingkungan keluarga yang kritis, menunjukkan gejala positif yang secara signifikan lebih buruk pada 6 bulan selanjutnya, hasil relatif pada responden yang tinggal dengan keluarga yang penuh kasih sayang.
yang terdaftar dalam penelitan
b. Ukuran sampel yang relative kecil juga membatasi peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam lingkungan keluarga yang meningkatkan risiko klinis.
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
39
Penekanan masalah yang diangkat untuk
penelitian
Lingkungan keluarga memiliki efek pada
penderita skziofrenia. Ekspresi keluarga yang
rendah mengurangi efek stress pada
penderita skizofrenia (Walder et al, 2014).
Schlosser et al (2010) menjabarkan penderita
skizofrenia tinggal dengan lingkungan
keluarga yang saling bermusuhan dan sering
berkritik dikaitkan dengan kekambuhan. Chen
et al (2015) menekankan bahwa kohesi yang
rendah terdapat pada tunawisma penderita
skizofrenia. Hal ini dipertegas oleh penelitian
yang dilakukan oleh Gurak dan Mamami
(2018)5 bahwa lingkungan keluarga
kemungkinan berperan dalam keparahan
gejala penderita skizofrenia. Dewangan,
Singh, Mahapatra, dan Mahapatra (2018)
ingin melakukan eksplorasi terhadap persepsi
lingkungan keluarga pasien skizofrenia.
Ozcelik dan Yildirim (2018), dilakukan untuk
menentukan lingkungan keluarga, stigma, dan
kualitas hidup pasien skizofrenia.
Langkah penelitian atau metode penelitian
yang digunakan
Desain penelitian yang digunakan dalam 6
artikel meliputi berbagai metode. Penelitian
yang dilakukan oleh Walder et al (2014)
menggunakan desain penelitian eksperimen.
Memperdalam proses penelitian dilakukan
oleh Dewangan, Singh, Mahapatra, dan
Mahapatra (2018) menggunakan desain studi
kasus-kontrol. Schlosser et al (2010)
menggunakan desain deskriptif korelasi.
Desain deskriptif sederhana digunakan oleh
Ozcelik dan Yildirim (2018). Gurak dan
Mamami (2018) menggunakan metode studi
pengobatan serta Chen et al (2010) dengan
comparative study.
Penelitian yang dilakukan menggunakan
berbagai desain penelitian dan proses
pengambilan data memiliki juga memiliki
kesamaan dan perbedaan yaitu menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data
terkait lingkungan keluarga. Family
Environment Scale (FES) digunakan untuk alat
pengumpul data oleh 5 artikel penelitian serta
1 artikel menggunakan Camberwell Family
Interview dan self-report questionnaires.
PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan penyakit mental
yang berat dan kronis yang mempengaruhi
seluruh keluarga, dengan anggota keluarga
yang menjadi pengasuh bagi penderita
skizofrenia. Hal ini dikarenakan keterlibatan
keluarga yang kuat dalam perawatan individu
yang didiagnosis, lingkungan keluarga telah
dipelajari secara luas sebagai faktor
psikososial berpengaruh yang berkaitan
dengan prognosis skizofrenia (Gurak &
Mamami, 2018). Lingkungan keluarga dapat
menjadi pendukung sekaligus penghambat
bagi kesembuhan penderita skizofrenia.
Lingkungan keluarga yang kondusif menjadi
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
40
pendukung bagi kesembuhan penderita
skizofrenia, dan sebaliknya akan
memperburuk atau memperparah penderita
skizofrenia. Zahnia dan Sumekar (2016)
menjabarkan bahwa penderita skizofrenia
yang tinggal di lingkungan keluarga dengan
ekspresi emosi yang kuat (highly expressed
emotion) atau gaya afektif negatif secara
signifikan lebih sering mengalami
kekambuhan dibandingkan penderita
skizofrenia yang tinggal dengan ekspresi
emosi yang rendah (low expressed emotion).
Dari 6 artikel yang telah dianalisis,
didapatkan 5 artikel yang menyatakan bahwa
kohesi, konflik, dan kehangatan yang rendah
di dalam lingkungan keluarga dikaitkan
dengan risiko dan gejala skizofrenia yang lebih
berat (Dewangan, Mahapatra, & Mahapatra,
2018; Gurak & Mamami, 2016; Chen et al,
2015; Walder et al, 2014; Schlosser et al,
2010). Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ozcelik & Yildirim (2017)
bahwa tidak ada hubungan lingkungan
keluarga, pasien dan kerabat serta kontrol
dalam lingkungan keluarga. Namun,
responden mengatakan bahwa hubungan
interpersonal lebih secara negatif dan
merasakan adanya kontrol lebih dari kerabat
di dalam lingkungan keluarga.
Cohesion (kohesi) yang berarti kewajiban,
bantuan dan dukungan antar anggota
keluarga (Moos & Moos, 1994). Risiko dari
patogenesis skizofrenia dikaitkan rendahnya
kohesi, penerimaan/kepedulian, orientasi
aktif-rekreasi, dan organisasi. Dukungan
internal dan komitmen yang dirasakan
keluarga yang diukur dengan kohesi
membantu meminimalkan risiko skizofrenia
(Dewangan, Mahapatra, & Mahapatra, 2018).
Walder et al (2014) menyatakan bahwa kohesi
rendah pada lingkungan keluarga dan adanya
konflik memiliki risiko tinggi skizofrenia.
Schlosser et al (2010), menunjukkan bahwa
pasien dengan kohesi dan kehangatan
keluarga yang rendah dikaitkan dengan gejala
yang signifikan lebih berat. Orang tua
penderita skizofrenia yang hangat secara
emosional dan cukup terlibat mungkin
berperan dalam peningkatan fungsi penderita
skizofrenia dan mengurangi pengalaman
stress. Dion dan Betan (2013) menjabarkan
bahwa keluarga harus memiliki fungsi afektif
seperti dan mendukung antar anggota
keluarga. Penerimaan dan kepedulian yang
tinggi, aktif berekreasi, lingkungan keluarga
yang berpartisipasi dalam sosial, teroganisasi
dan terstruktur dalam merencanakan
kegiatan, tanggung jawab dan jarang terjadi
konflik adalah lingkungan keluarga yang
sehat.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al
(2015), menemukan bahwa dibandingkan
dengan kelompok bukan tunawisma,
penderita skizofrenia kelompok tunawisma
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
41
cenderung rendah terjadi pada kohesi, moral
penekanan agama, kemandirian, dan subskala
orientasi rekreasi aktif. Gurak dan Mamami
(2018) sebelumnya memiliki kesamaan
dengan penelitian ini, dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien dengan kohesi
dan kehangatan keluarga yang rendah
dikaitkan dengan gejala yang lebih berat.
Perbedaan terlihat pada penelitian Ozcelik
dan Yildirim (2018), hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan kohesi
dengan gejala yang lebih berat. Meskipun
penelitian ini menghasilkan korelasi yang
lemah antar variabelnya namun diskusi
penelitian mengatakan bahwa lingkungan
keluarga yang positif bersifat melindungi bagi
individu dengan psikosis. Sejalan dengan
penelitian ini, Dewi (2016) membahas dalam
penelitiannya bahwa keluarga melakukan
modifikasi lingkungan selama merawat pasien
skizofrenia tak terorganisir dengan cara
melakukan pendampingan untuk melindungi
anggota keluarga dengan skizofrenia.
KESIMPULAN
Lingkungan keluarga berperan penting
bagi penderita skizofrenia. Meskipun pada
beberapa skor skala lingkungan keluarga yang
memiliki hasil sedang maupun rendah, namun
hasil akhir menunjukkan signifikan dengan
penderita skizofrenia. Dari 6 artikel yang telah
dilakukan review didapatkan hasil bahwa dari
5 artikel yang menyatakan bahwa kohesi,
konflik, dan kehangatan yang rendah di dalam
lingkungan keluarga dikaitkan dengan risiko
dan gejala skizofrenia yang lebih berat.
Meskipun pada 1 artikel menujukkan dalam
lingkungan keluarga tidak terdapat perbedaan
yang signifikan di setiap subskala, namun
responden mengatakan bahwa hubungan
interpersonal lebih secara negatif dan
merasakan adanya kontrol lebih dari kerabat
di dalam lingkungan keluarga.
SARAN
1. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil literature review ini diharapkan
dapat digunakan sebagai evidence based
practice dalam perkembangan ilmu
keperawatan.
2. Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan agar
mendapatkan lingkungan keluarga yang
baik dan bagi keluarga diharapkan
mengupayakan untuk menerapkan
lingkungan keluarga yang baik bagi pasien
skizofrenia
3. Penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan
agar melakukan penelitian lebih lanjut
terkait hubungan kohesi dalam
lingkungan keluarga dengan gejala
penyakit skizofrenia yang lebih berat
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
DAFTAR PUSTAKA
Chen dkk, (2015). Comparisons of family
environment between homeless and
non-homeless individuals with
schizophrenia in Xiangtan, Hunan.
Shanghai Archives of Psychiatry, 27.
Dewangan, R. L., Singh, P., Mahapatra, P., &
Mahapatra, S. (2018). Role of
Perceived Family Environment in the
Pathogenesis of Schizophrenia. Indian
Journal of Social Psychiatry, 34. 71.
Dewi, E. P. (2016). Pengalaman keluarga
dalam merawat pasien skizofrenia tak
terorganisirdi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta. Publikasi Ilmiah, 7-
8.
Dion, Y & Betan, Y. (2013). Asuhan
keperawatan keluarga konsep dan
praktik. Yogyakarta: Nuha Medika
Gurak, K & Mamami, A,W, D. (2016). Risk
and protective factors, perceptions of
family environment, ethnicity, and
schizophrenia symtoms. J Nerv ment
Dis, 204, 1-12.
Hamdani, R., Haryono, T., & Dewi, N. (2017).
Hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kepatuhan minum obat pada
pasien skizofrenia di ruang rawat jalan
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Provinsi NTB. Nursing news, 2, 775.
Keliat, B. A., Akemat., Helena, N., &
Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Ozcelik, K, E & Yildirim, A. (2017).
Schizophrenia patients’ family
environment, internalized stigma and
quality of life. J Psychiatric Nurs, 2, 80-
87.
Mahzilati, A. (2017). Metodologi penelitian
kualitatif paradigma, metodedan
aplikasi. Malang: UB Media
Moos, R. H., & Moos, B. S. (1994). Family
environment scale manual. Consulting
Psychologists Press
Nasir, H & Muhith, H. (2011). Dasar-dasar
keperawatan jiwa: Pengantar dan
teori. Jakarta: Salemba Medika
Purnama, G., Yani, D. I., & Sutini, T. (2016).
Gambaran stigma masyarakat
terhadap klien gangguan jiwa di rw 09
42
Yusi Artika, Jumaini, Sri Utami / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
desa Cileles Sumedang. Jurnal
pendidikan keperawatan Indonesia, 2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI
Ritchie, H & Roser, M. (2018). Mental
Health. University of Oxford
Schlosser, D.A., Ziberg, J. I., Cannon, S. C.,
O’brien, M. P., Bearden, C. E.,
Vinogradov, S., & Cannon, T. D. (2010).
Predicting the longitudinal effects of
the family environment on prodromal
symtoms and functioning in patients
at-risk for psychosis. Journal Elsevier,
69-74.
Setiadi. (2013). Konsep dan penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Undang-Undang Republik Indonesia No 18.
(2014). Kesehatan jiwa. Lembaran
Negara Republik Indonesia
Walder, D.J., Faraone, S. V., Glat, S. J.,
Tsuang, M. T., & Seidman, L. J. (2014).
Walder, D.J., Faraone, S. V., Glat, S. J.,
Tsuang, M. T., & Seidman, L. J. (2014).
General liability , prenatal health,
stress and family environment: Risk
factor in Harvard adolescent family
high risk for schizophrenia study.
Journal Elsevier, 1-5
Zahnia, S & Sumekar, D. W. (2016). Kajian
epidemiologi skizofrenia. Jurnal
Majority, 5, 162-163.
43