Post on 07-Mar-2019
i
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PERILAKU IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI DENGAN PENDEKATAN
HEALTH BELIEF MODEL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SETU TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
LISNANI HAMIDAH
1111304000019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM NURSING SCIENCE
STATE ISLAMIC UNIVERSUTY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis,June 2017
Lisnani Hamidah, NIM 1113104000019
DESKRIPTIF BEHAVIOUR FACTORS OF NURSING MOTHERS WITH
NEALTH BELEF MODEL APPROACH IN PUSKESMAS SETU SOUTH
TANGERANG SELATAN
Xvi+ 73 Page + 7 Tables + 3 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Breastfeeding exclusively for six months has been shown to have many benefits, both
to the mom and her baby. Scope of Exclusive breast feeding in city of South
Tangerang has reached targets set i.e. amounting to 80% but by 2015 the Setu Clinics
only reaches 76.85% in February and 62.70% in August. The purpose of this research
is to know the description of the factor-factor behavior of the mother against breast
feeding and the characteristics of nursing mothers. Quantitative research with
Descriptive design method using Random sampling. The sample used 84 mothers
who have babies aged 0-6 months. The study was prepared using univariate Analysis
shows amounted to seriousness (factor results 59.5%), the driving factor of behavior
(54.8%), vulnerability factors (51.2%), to factor in the benefits and barriers factors
registration (50%). Conclusion the positive behavior of mothers affected by the factor
of the seriousness and the driving factor behavior of the mother when giving breast
milk while the negative behavior of mothers affected by the vulnerability factor,
factor barriers and factors of the mother when giving benefits of breast milk. Still
low level behavior of mothers against breast feeding one of the pengambat in
exclusive breast feeding so that health workers should improve health education
program begins from visits to antenatal mothers have children age 6 months.
Keywords : Behariour factors, ASI
References : 69 References
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Lisnani Hamidah, NIM: 1113104000019
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PERILAKU IBU TERHADAP
PEMBERIAN ASI DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SETU TANGERANG SELATAN
Xvi+ 73 Halaman + 7 Table + 3 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAK
Menyusui secara eksklusif selama enam bulan telah terbukti memiliki banyak
manfaat, baik untuk ibu maupun untuk bayinya. Cakupan pemberian ASI Eksklusif
di Kota Tangerang Selatan sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%
akan tetapi pada tahun 2015 Puskesmas Setu yang hanya mencapai 76,85% dibulan
Februari dan 62,70% di bulan Agustus. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran factor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian ASI dan
karakteristik ibu menyusui. Penelitian Kuantitatif dengan desain Deskriptif
menggunakan metode Random sampling. Sampel yang digunakan 84 ibu yang
memiliki bayi berusia 0-6 bulan. Penelitian ini diolah menggunakan Analisa
univariat menunjukan hasil faktor keseriusan sebesar (59,5%), faktor pendorong
perilaku sebesar (54,8%), faktor kerentanan (51,2%), untuk faktor manfaat dan
faktor hambatan yaitu sebesar (50%). Kesimpulannya perilaku positif ibu
dipengaruhi oleh faktor keseriusan dan faktor pendorong perilaku ibu saat
memberikan ASI sedangkan perilaku negatif ibu dipengaruhi oleh faktor kerentanan,
faktor hambatan dan faktor manfaat ibu saat memberikan ASI. Masih rendahnya
perilaku ibu terhadap pemberian ASI salah satu pengambat dalam pemberian ASI
eksklusif sehingga tenaga kesehatan harus meningkatkan program pendidikan
kesehatan dimulai dari kunjungan antenatal sampai ibu memiliki anak usia 6 bulan.
Kata kunci : Faktor-faktor Perilaku, ASI
Referensi :69 (Tahun 1984-2015)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lisnani Hamidah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Januari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : JL. Haji Rean RT 006 RW 001 No. 31 Benda Baru
Pamulang Tangerang Selatan
HP : 0896-5203-9310
Email : lisnani.hamidah@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Dharma Wanita Wonogiri 2000-2001
2. SD Negeri Benda Baru III 2001-2007
3. MTS AL-Ihsan 2007-2010
4. SMK AL-Amanah 2010-2013
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-Sekarang
ix
ORGANISASI
1. HMPSIK 2014-2015
2. HMPSIK 2015-2016
3. ILMIKI Wilayah III 2015-2017
4. KMP TB Tangerang Selatan 2016-Sekarang
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin,tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain puji ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, serta inayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran
Faktor-Faktor Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Asi dengan pendekatan Health
Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan”.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan
tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolongan Mu Ya Allah serta bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu
Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Bapak Karyadi, M.Kep., Ph.D selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ns.
Kustati Budi Lestari, M.Kep.Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing kedua yang
senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–saran yang
sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
5. Bapak Karyadi, M.Kep., Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna untuk pembekalan penulisan skripsi ini.
7. Ayah (Alm. Hermawan Kuswandy), ibu (Warti) yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan
penulisan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, kakak ku (Tedi
Maulana Hermawan) dan adikku (Ridho Aji Handoyo) yang selalu sabar
mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi.
8. Miftahul Millah Wijaya, Nurmala Sari, Nurmala Rahmah, Aisyah, Ritma dan
sahabat-sahabat PSIK 2013 yang selalu mendukung, memotivasi saya dalam
mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.
xii
10. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan
harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan
skripsi ini mendapat balasan. Amin. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala
bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Ciputat , Juni 2017
Lisnani Hamidah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
Lembar Pernyataan ................................................................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................................. iv
Pernyatan persetujuan...............................................................................................................v
Lembar Pengesahan ................................................................................................................. vi
Lembar Pengesahan ................................................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................................... viii
Kata Pengantar .......................................................................................................................... x
Daftar Isi ............................................................................................................................... xiii
Daftar Singkatan .................................................................................................................... xvi
Daftar Table ......................................................................................................................... xvii
Daftar Bagan ...................................................................................................................... ....xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... ....1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 6
1. Tujuan umum ....................................................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ..................................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 7
1. Manfaat Ilmiah .................................................................................................................... 7
2. Manfaat Praktis........................................................................................................... 6
xiv
E. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 9
A. Perilaku ......................................................................................................................... 9
B. Health Belief Model ................................................................................................... 11
C. ASI Eksklusif .............................................................................................................. 14
1. Definisi ASI Eksklusif ...................................................................................................... 14
2. Kandungan ASI ................................................................................................................. 14
3. Manfaat ASI ....................................................................................................................... 17
4. Faktor-Faktor yang Mempangaruhi Pemberian ASI .................................................... 20
E. Kerangka Teori ........................................................................................................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................. 27
A. Kerangka Konsep ........................................................................................................ 27
B. Definisi Operasional ................................................................................................... 28
BABIVMETODE PENELITIAN ........................................................................................ 30
A. Desain Penelitian ........................................................................................................ 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 30
C. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 30
D. Instrumen Penelitian ................................................................................................... 32
E. Uji Validitas dan Reabilitas ........................................................................................ 33
F. Tahap Penelitian ......................................................................................................... 35
G. Pengolahan data .......................................................................................................... 36
H. Analisa Data ................................................................................................................ 38
I. Etika Penelitian ........................................................................................................... 40
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................................. 42
A. Gambaran Tempat Penelitian ..................................................................................... 42
xv
B. Analisa Univariat ........................................................................................................ 42
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................................... 47
A. Gambaran Karakteristik Demografi Faktor-faktor Perilaku Ibu terhadap Pemberian
ASI .............................................................................................................................. 47
B. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap Pembarian ASI Dengan Pendekatan
Health Belief Model .................................................................................................... 49
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................. 57
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 58
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 61
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 66
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AKB :Angka Kematian Bayi
ASI : Air Susu Ibu
HBM : Health Belief Model
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IgA : Iminoglobulin A
SDK : Survei Demografi Kesehatan
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
MAL : Metode Amenorea Laktasi
MPASI : Makan Pendamping ASI
UIN : Universitas Islam Negeri
xvii
DAFTAR TABLE
Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi Kolusterum, ASI dan Susu formula 12
Tabel 3.1 Definisi Operasional 20
Table 4.1 Distribusi Kuesioner 26
Table 4.2 Skor Perhitungan Statistik faktor-faktor perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI 30
Tabel 5.1 Distribusi Suku, Pendidikan terakhir dan Jumlah anak 33
Table 5.2 Skor Perhitungan Statistik faktor-faktor perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI 34
Table 5.3 Distribusi Gambaran faktor-faktor perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI dengan pendekatan health belief model 35
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sub Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI 36
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.2 Kerangka Teori 39
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Informed Consent 71
Kuesioner 73
Surat Izin Studi Pendahuluan 78
Surat Izin Pengambilan Data 79
Hasil Uji Valid dan Reabilitas 80
Hasil Data Gambaran faktor-faktor Ibu Terhadap Pemberian ASI dengan
pendekatan health belief model 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keunggulan ASI yang berperan dalam pertumbuhan bayi dilihat
dari protein, lemak, elektrolit, enzim dan hormon dalam ASI. Selain itu
ASI selalu bersih, segar, warna, bau, rasa dan komposisi yang tidak dapat
ditiru oleh susu lain. ASI bukan hanya merupakan sumber zat gizi bagi
bayi, tetapi juga zat anti kuman yang kuat karenaadanya beberapa faktor
yang bekerja secara sinergis membentuk suatu sistem imunologi (Roesli,
2005).
Banyak faktor yang menyebabkan keengganan seorang ibu
menyusui bayinya, diantaranya adalah kurangnya informasi tentang
manfaat dan keunggulan ASI Eksklusif, serta kurangnya pengetahuan ibu
tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI Eksklusif
selama periode menyusui (Widjaya, 2005). Meskipun ASI Eksklusif
sangat penting peranannya bagi bayi, sang ibu tidak begitu saja bisa
menyusui, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah desa, pinggir kota
atau pedalaman, dimana informasi tentang ASI Eksklusif dan menyusui
tidak bisa diakses begitu saja. Kalaupun ada informasi yang benar masih
harus berhadapan dengan berbagai mitos yang berkembang di masyarakat
tentang ASI Eksklusif dan ibu menyusui. Mitos-mitos tersebut telah
berkembang sekian lama, diwariskan secara turun-temurun, dan sebagian
besar tidak bisa dibuktikan kebenarannya bahkan cenderung menyesatkan
(Rosita, 2008).
2
Perilaku pemberian ASI juga merupakan upaya untuk mencegah
penyakit dan kematian pada bayi. Hal ini karena ASI mengandung
kandungan nutrisi termasuk adanya faktor imunitas (Morrow & Rangel,
2004). Menurut Hidayat (2008), tingginya AKB (Angka Kematian Bayi)
di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, di antaranya
adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Upaya untuk meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang
memiliki bayi khususnya ASI Eksklusif telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012. Bab I Pasal 2 menyebutkan mengenai
pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan Air Susu Ibu secara Eksklusif
sejak dilahirkan sampai dengan usia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-1 bulan hanya
48%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 34,4 % pada
bayi berumur 2-3 bulan dan 17,8 % pada bayi berumur 4 – 5 bulan.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2010 cakupan
pemberian ASI eksklusif bayi usia 0 – 5 bulan hanya mencapai 27,2%.7
(Melly, 2010).
Data nasional menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif masih
rendah. Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, cakupan
ASI eksklusif hanya sekitar 38%, sementara pemerintah menargetkan
cakupan ASI eksklusif sebesar 80%. Sedangkan pemberian ASI
3
eksklusifpada bayi usia 0-6 bulan di Banten sendiri pada tahun 2013
hanya 47,3% angka tersebut masih dibawa presentase pemerintah.
Menurut Profil Kesehatan Dinas Kota Tangerang Selatan tahun
2015. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Tangerang Selatan
sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Cakupan ASI
Eksklusif tahun 2015 mencapai 85,17% di bulan Februari dan 85,40% di
bulan Agustus, tetapi masih ada beberapa Puskesmas Tangerang Selatan
yang memiliki presentase di bawah presentase yang ditetapkan oleh
Nasional (80%), salah satunya yaitu Puskesmas Setu 77,01 % di bulan
Februari dan 62,70% di bulan Agustus.
Dalam penelitian terkait oleh Esti (2012), menunjukan hasil dari
distribusi jawaban responden terhadap persepsi pengendalian perilaku
dapat diketahui bahwa kemampuan mengontrol perilaku sebagian besar
responden adalah cukup di mana masih ada sebagian responden yang tidak
setuju bahwa memberikan ASI adalah kewajiban ibu dan keputusan untuk
memberikan ASI eksklusif bukan merupakan keinginan ibu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi terhadap
pengendalian perilaku lebih banyak pada kategori persepsi pengendalian
perilaku cukup yaitu sebanyak 124 orang (51,9%).
Menurut hasil penelitian Tutuk (2014), Perilaku ibu bekerja dalam
pemberian ASI eksklusif sebagian besar ibu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayi sebanyak 22 orang (64,7%) dan sisanya memberikan
ASI eksklusif pada bayi sebanyak 12 orang (35,3%). Ada hubungan sikap
ibu bekerja dengan perilaku memberikan ASI eksklusif di Kelurahan
4
Japanan Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi-Mojokerto dengan koefisien
phi sebesar 0,707 artinya keterkaitan hubungan kedua variabel adalah
positif dan kuat dimana semakin positif sikap ibu bekerja maka ibu
semakin memberikan ASI eksklusif sebaliknya semakin negatif sikap ibu
bekerja maka ibu tidak akan memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Kebiasan memberikan ASI pada ibu menyusui seperti dijelaskan
pada penelitian sebelumnya berkaitan dengan perilaku kesehatan. Telah
menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan
yang menjadi sasaran dan promosi atau pendidikan kesehatan. Perubahan
perilaku kesehatan merupakan tujuan dari promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan.
Banyak teori yang menjadi mengenai perubahan perilaku
kesehatan. Teori stimulus organisme menjelaskan bahwa penyebab
perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme, artinya kualitas dari sumber
komunikasi yang sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku.
Teori fungsi menjelaskan bahwa perubahan perilaku individu tergantung
pada kebutuhan (Notoatmojo, 2010). Dan masih banyak teori-teori
mengenai perubahan perilaku kesehatan. Namun di sini peneliti tertarik
menggunakan teori Health Belief Model, teori ini menjelaskan tentang
bagaimana keyakinan individu mempengaruhi seseorang untuk memilih
perilaku yang lebih sehat (Pender, 1996).
Teori ini mengasumsikan bahwa agar seseorang termotivasi untuk
mengambil langkah sehat ia perlu diyakinkan secara pribadi bahwa
5
kesehatannya rentan terhadap penyakit (Ppeceived susceptibility) dan
penyakit tersebut tergolong serius (perceived severity). Selain itu
keuntungan yang diperolah individu (perceived benefits) lebih besar
dibanding aspek negatif (perceived barriers) yang diperoleh ketika
melakukan perilaku sehat. Keempat jenis belief dari HBM ini
mempengaruhi keputusan individu apabila akan mengambil langkah-
langkah untuk berpelikau sehat atau tidak (Taylor, 2006).
Dalam sebuh penelitian disimpulkan bahwa penggunaan health
belief model (HBM) berpengaruh signifikan dalam memprediksi perilaku
diet pada pasien diabetes mellitus type II. Dari lima variabel HBM yang
diukur faktor yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku
diet yaitu perceived benefits. Dan untuk faktor lainnya yang berpengaruh
secara positif terhadap perilaku diet tetapi tidak signifikan adalah variabel
perceived severity, sedangkan yang berpengaruh secara negatif terhadap
perilaku diet tetapi tidak signifikan adalah perceived susceptibility,
perceived barriers, dan cues to action (Purijayanti, 2012).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 4 ibu yang
memiliki anak 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang
selatan, keempat ibu tersebut mengungkapkan bahwa kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif dikarenakan pengeluaran ASI sehingga ibu
memberikan susu formula sebelum bayi berumur 6 bulan. Selain itu
banyaknya ibu bekerja juga menghambat ibu dalam pemberian ASI
eksklusif sehingga ibu lebih memilih memberikan susu formula. Hal itu
adalah salah satu penyebab terbanyak kegagalan dalam pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
6
Berdasarkan uraian diatas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat
penting dan memerlukan upaya penanggulangan agar ibu berhasil dalam
memberikan ASI eksklusif. Penelitian tentang ASI eksklusif telah banyak,
namu penelitian untuk menggali bagaimana gambaran faktor-faktor
perilaku ibu dalam pemberian ASI dengan pendekatan health belief model
masih belum banyak dilakukan di indonesia. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana gambaran
faktor-faktor perilaku ibu dalam pemberian ASI dengan pendekatan health
belief model di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah
Rendahnya cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Setu yang hanya mencapai 76,85% dibulan Februari dan 62,70% di bulan
Agustus. Masih dibawah presentase yang ditargetkan oleh nasional yaitu
sebesar 80 %. Dengan adanya penurunan angka presentase ASI eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Setu, peneliti tertarik untuk melihat lebih
dalam lagi mengenai persepsi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah faktor-faktor
perilaku ibu terhadap pemberian ASI. Masalah yang diangkat adalah
gambaran faktor-faktor perilaku ibu dalam pemberian ASI dengan
pendekatan health belief model.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor
perilaku ibu terhadap pemberian ASI
7
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi karakteristik menyusui ibu.
b. Teridentifikasi faktor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian ASI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya
mengenai gambaran faktor-faktor perilaku ibu terhadap
pemberian ASI.
b. Menjadi Evidence Based Keperawatan mengenai gambaran
faktor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian ASI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk
menambah wawasan pendidikan dan peserta didik serta menjadi
data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal
mengkaji, mengidentifikasi dan mengeksplorasi faktor-faktor
perilaku ibu terhadap pemberian ASI dengan pendekatan Health
Belief Model.
b. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan
bagi tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu
dan bayi melalui promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.
8
E. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan adalah Gambaran Faktor-Faktor
Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health Belief
Model di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan. Subjek yang
diteliti adalah ibu yang memiliki anak 0-6 bulan yang berada disekitar
wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan
sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong
(motivasi) dan penahan (Maulana, 2009).
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan
seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang
lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku
terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk.
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi
perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni sebagai berikut:
a. Timbul kesadaran (awareness) yakni orang tersebut menyadari
(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.
10
b. Ketertarikan (interest) yakni orang tersebut mulai tertarik kepada
stimulus.
c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation) yakni sikap
orang tersebut sudah lebih baik lagi.
d. Mulai mencoba (trial) yakni orang tersebut memutuskan untuk
memulai mencoba perilaku baru.
e. Mengadaptasi (adoption) yakni orang tersebut telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya setelah stimulus.
(Efendi dan Makhfudli, 2009).
3. Proses Terjadi Perilaku
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama,
jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang
orang merubah perilakunya karena tekanan dari masyarakat lingkunganya,
atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang
ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat tercapai
dan harus benar- benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
a. Prekontemplasi : Belum ada niat perubahan perilaku
b. Kontemplasi :
1) Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin
mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.
2) Belum siap berkomitmen untuk berubah.
c. Persiapan :
1) Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
2) Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.
11
d. Tindakan :
1) Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari
sejak mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat.
e. Pemeliharaan :
1) Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah
dilakukan ( 6 bulan dilhat kembali).
2) Mungkin berlangsung lama.
3) 6 bulan dilihat kembali.
B. Health Belief Model
1. Definisi Health Belief Model
Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan
alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat
(Janz & Becker, 1984). Health belief model juga dapat diartikan sebagai
sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku
sehat (Conner, 2003).
Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk
menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat,
sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut
dapat berupa perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan.
Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku
kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien
dengan penyakit akut dan kronis. Namun akhir-akhir ini teori Health belief
model digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.
12
Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat
ditentukan oleh kepercayaan individu atau presepsi tentang penyakit dan
sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Health
belief model (HBM) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh
sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika
Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian,
model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala
penyakit dan bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang
didiagnosa, terutama berhubungan dengan pemenuhan penanganan medis.
Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu
model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan
psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.
2. Dimensi Health Belief Model
Gambaran Health belief model terdiri dari 5 dimensi, diantaranya:
a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan konstruk
tentang resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini
mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari
kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi
tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan
pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali),
dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum
b. Perceived severity atau keseriusan yang dirasa. Perasaan mengenai
keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputi kegiatan evaluasi
terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian,
13
cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti
efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial).
Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai
ancaman yangdirasakan (perceived threat).
c. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan. Penerimaan
susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat
menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk
menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan
perilaku.
d. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau
apabila individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam
mengambil tindakan tersebut..
e. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi
isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku.
(Becker dkk, 1997 dalam Conner & Norman, 2003). Isyarat-isyarat
yang berupa faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-
pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota
keluarga lain, aspek sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan,
lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua,
pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan
budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai
kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu perilaku
tertentu.
14
C. ASI Eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali
makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh
nutrisi terbaiknya melalui ASI (Yuliarti, 2010). ASI adalah makanan
terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena mengandung hampir
semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI tidak dapat tergantikan oleh
susu sapi atau susu formula karena komposisi susu sapi atau susu formula
yang berbeda (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif adalah air susu ibu yang
diberikan kepada bayi hinga usia 6 bulan tanpa diberikan makanan
tambahan, kecuali obat dan vitamin (Roesli, 2008). ASI eksklusif atau
pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
bubur nasi, dan tim. Tidak ada cairan atau makanan yang diberikan begitu
juga dengan air kecuali larutan rehidrasi oral, atau vitamin drop atau tetes,
mineral, atau obat-obatan.
Dengan kata lain, ASI eksklusif diartikan bayi hanya diberikan ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan
atau minuman apapun seperti air putih maupun makanan atau minuman
lainnya.
2. Kandungan ASI
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena
kandungan gizinya yang sesuai. Kapasitasnya lambung byai baru lahir
15
hanya dapat menampung cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sedok teh). ASI
memiliki kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepay sesuai
dengan kapasitasnya lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2009).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan
nutrisi yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi.
Komposisi ASI berbeda-beda sesuai stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu dan
masa gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang
telah disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolostrum, ASI
transisi (transitional milk), dan ASI matang (mature milk).
Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan
kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum
mengandung protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang
lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan
karena selain tinggi aka Iminoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif
bagi bayi, klostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan
saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa
kehamilan sampai bebrapa hari setelah-kelahiran. Namun, pada umumnya
kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah
kelahiran bayi (Olds et all, 2000: Roesli, 2003, Brown, 2004).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum
sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein
dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa,
vitamin larut air, dan semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin
16
meningkat seiring dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh
ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003).
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan
waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI
yang keluar pada awal bayi menyusui, sedangkan hindmilk keluar setelah
permulaan let-down. Foremilk mengandung vitamin, protein dan tinggi
akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih
banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003). Kandungan ASI
secara rinci, serta perbandingannya dengan kolostrum dan susu formula
dapat dilitah pada tabel 2.1
Table 2.1
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu formula
Kandungan Kolostrum ASI (100 ml) Susu sapi
(100 ml)
Keterangan
Energi
Air
70 (kkal) 66 (kkal) Kolustrum diproduksi dalam
jumlah kecil, namun lebih
mudah dicerna
Protein Immunoglob
ulin untuk
meningkatka
n kandungan
protein
1.3 g (sebagian besar
air dadih); lactalbumin
immunoglobulin;
laktoferin; lisozim;
enzim; hormon.
3.5 g (banyak
mengandung
kasein)
Kolustrum mengandung banyak
imun pasif sebagai protein
pertama bagi bayi; susu sapi
lebih sulit dicerna karena
mengandung kasein, juga
mengandung laktoglobulin yang
tidak ditemukan pada ASI
(diduga sebagai penyebab alergi
pada susu sapi); perbedaan rasio
protein menyebabkan anak sapi
lebih cepat tumbuh dari pada
bayi manusia.
Laktosa Sedikit
laktosa
7.0 g menyediakan 37%
dari kebutuhan energi
4.9 g Rasa ASI lebih manis dari susu
sapi
Lemak Sedikit
lemak
4.2 g (98% trigliserida)
menyediakan kurang
50% dari kebutuhan
energi
3.7 g Semuasusu mamalia kaya kan
lemak berkaitan dengan
tingginya energi yang dihasilkan
dari metabolisme lemak
Sodium
15 mg 22 mg Konsentrasi ion lebih tinggi pada
susu sapi ; ginjal neonatus
mungkin tidak dapat mengatur
17
Postasium 60 mg 35 mg konsentrasi ion yang lebih tinggi
berkaitan dengan
ketidakmaturan Klorida 43 mg 29 mg
Kalsium 35 mg 117 mg
Posfor 15 mg 92 mg
Magnesium 2.8 g
Vit. A Level
meningkat
60 µm Lebih sedikit
Vit. D 0.01 µm
Vit. K Level
meningkat
0.35 µm 6 µm
Tiamin 16 µm 44
Riboflavin 30 µm 175 µm
Nicotinic acid 230 µm
B12 0.01 µm 0.4 µm
B6 6 µm
Folat 5.2 µm 5.5 µm
Pentotenic
acid
260 µm
Biotin 3.8 µm
Vit. C 3.8 µm 1.1 mg
Besi 76 µm 5 mg ASI memiliki tingkat besi yang
rendah, namun besi dapat
diserap kurang lebih 20 kali
lebih efisien dari pada besi
tambahan
Sumber: Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy And Physiology
For Midwives. 2nd Edition. London: Elservier Mosby. P. 421-422
3. Manfaat ASI
ASI eksklusif memberikan manfaat dan keuntungan tidak hanya
bagi bayi, tetapi bagi banyak pihak seperti ibu, keluarga, lingkungan bahkan
negara.
18
a. Manfaat bagi bayi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
bauk kualitas maupun kuantitasnya (Roesli, 2009). Nutrisi ASI di
antaranya dalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin.
Protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat lebih mudah dicerna,
sehingga pengosongan lambung lebih cepat (Wong, 2008). Lemak
pada ASI adalah lemak takn jenuh yang mengandung Omega 3 untuk
pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat
ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terhidar dari rnagsangan
kejang sehingga menjadi anak lebih cerdas dan terhindar dari
kerusakan sel-sel saraf otak (Kristiyanasari, 2011). ASI juga dapat
meningkatkan daya taan tubuh dan meningkatkan jalinan kasih sayang.
b. Manfaat bagi ibu
Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses
persalinanya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat
rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan
dikarenakan adanya isapan pada puting susu merangsang dikeluarkan
oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim. Selain itu wanita
yang menyusui bayinya kan lebih cepat pulih atau turun berat badanya
ke berat badan sebelum kehamila. Pemberian ASI juga merupakan cara
yang penting untuk ibu mencurahkan kasih sayanganya pada bayi dan
membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009). Menurut Hegar
19
(2008), menyusui secara eksklusif juga dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secra umum dikenal sebagai metode Amenorea Laktasi
(MAL).
c. Manfaat bagi keluarga
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi
yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya
berobat. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana sajs
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air mask, botol,
dan dot yang harus dibersihkan nserta minta pertolongan orang lain.
Selain itu, kebahagian kelurga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang, sehingga susana psikologis ibu baik dan dapat mendapatkan
hubungan bayi dengan keluarga (Kristiyanasri, 2011).
d. Manfaat bagi lingkungan
Pemberian ASI akan meburangi bertambahnya sampah dan
polusi didunia. Pemberian ASI tidak memerlukan kaleg susu, karton,
kertas pembungkus, botol dan dot karet. ASI tidak menambah polusi
udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang
mengeluarkan asap serta alat kontrasepsi yang juga mengeluarkan asap
(Roesli, 2009).
e. Manfaat bagi negara
20
Pemberian ASI dapat mengehamt devisa untuk pembelian susu
formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu,
mengehamt untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta infeksi
saluran napas; mengehmat obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan;
menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan
menhindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya
bagi Indonesia (Roseli, 2009).
4. Faktor-Faktor yang Mempangaruhi Pemberian ASI
a. Faktor internal
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa
dimensi seperti biologis, kognitif dan afektif. Tiga dimensi dalam
faktor internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
Bagian dari dimensi biologis yang akan dibahas mencakupi usia dan
kondisi kesehatan, kognitif mencakupi pengetahuan, dan afektif yang
mencakupi persepsi yang berkaitan dengan ASI eksklusif.
1) Usia
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu
yang berusia 19-23 tahun umumnya memiliki produksi ASI yang
lebih cukup dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Hal ini
terjadi karena adnya pembersaran payudara setiap siklus ovulasi
mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun
terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara
keseluruhan setelah usia 30 tahun
2) Kondisi kesehatan
21
Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Ptter &
Perry (2005) mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan
dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi
seseorang terhadap bebagai perubahan yang ada di lingkungan
internal dan ekskternalnya. Adaptasi penting dilakukan untuk
menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding
kondisi sebelunmya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan
kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan
spiritual yang sehat (Potter & Perry, 2005).
Dua kondisi yang penting dipertahankan karena
berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan
emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang tidak
mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu menyusu.
3) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam
urutan perilaku kognitif. Seseorang dapat mendapatkan
pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat diingat
kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman
hidup yang dapat mempengaruhi perilaku sesorang dalam
mempelajari informasi yang penting (Potter & Perry, 2005).
Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang
terkait pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi perilaku
orang tersebut dalam memberikan ASI eksklusif hal ini yang
memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih besar
untuk menyusui secara eksklusif.
22
4) Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, yaitu
sindrom ASI kurang. Pada kasus sindrom ASI kurang ibu merasa
ASI yang ia produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Ibu seiring merasa payudara sudah tidak memperoduksi
ASI karena ketegangannya berkurang.
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena
bayi sering menangis saat minta disusui. Hal tersebut karena
semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi
meningkat, sehingga bayi lebih sering minta disusui. Selain itu,
ASI cepat dicerna sehingga perut bayi cepat menjadi kosong. Hal
tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu diberikan minuman
tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat.
b. Faktor ekskternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
dibagi menjadi beberap dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial
demografi (William et al, 2011). Dimensi institusi yaitu faisilitas
kesehtan, sosial yaitu dukungan petugas kesehatan, dukunagna orang
terdekat dan promosi susuformula, dan sosial demografi seperti
pendidikan, pekerjaan, dan suku/budaya.
1) Pendidikan
Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak
memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang
berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan di luar rumah
23
sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak tinggal dirumah sehingga meiliki
lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hali ini didukung
oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi
pemberian ASI pada ibu yang brependidikan rendah lebih besar dari
ibu yang berpendidikan tinggi.
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Penelitian di AfrikaSelatan juga menunjukan edukasi
mengenai pemberian makan yang dilakukan di klinik berperan
penting dalam pemilihan menyusi secra dini. Edukasi mengenai
pemberian ASI sangat penting dilakukan sebelum atau selama
kehamilan dan dilanjutkan setalah melahirkan. Persepsi dari tenaga
kesehtan sangat penting karena meraka persepsi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu.
Sebesar 90% responden menerima konseling dari petugas
kesehatan tentang metode pemberian makanan pada bayi dan hal
tersebut mempengaruhi keputuasan responden.
3) Dukungan orang terdekat
Olds, London dan Ladewing (2000) menyatakan keputusan
untuk memberikan ASI sering dipengaruhi oleh keluarga terutama
suami dan orangtua, teman, dan lingkungan soisal ibu dari pada
pengatuhuan ibu. Dukuangan keduanya telah terbukti berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukan
dalam memutuskan pemberian ASI atau susu formula, 13 %
responden dipengaruhi oleh ibunya atau saudara perempuannya.
24
4) Promosi susu formula
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya
usaha pemerahan susu. Susu sapi di modifikasi dan diproses menjadi
susu formula yang menjadi asupan un tuk bayi. Secara kuantitas, susu
hewan mungkin bernilai sama dengan susu manuasi, namun secara
kualitas keduanya berbeda. Perbedaan antar kuantitas dan kualitas
antara ASI dan susu sapi sebelumnya telahdi tampilkan dalam table
2.1. berdasrkan perbedaan komposisi tersebut, bayi yang
mengkonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda
dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula.
5) Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara berturut-turut dalam
suatu masyarakat memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara
eksklusif. Sebagian besar hal studi yang dilakukan di beberapa daerah
di Indonesia menunjukkan praktik pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih jarang dilakukan karena pengaruh budaya yang
dianut. Biasanya hal yang seharusnya belum dilakukan pada bayi di
bawah enam bulan.
6) Status pekerjaan
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya
dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkecuali ibu
menyusui. Jumlah partisipan ibu menyusui yang bekerja
menyebabkan turunya angka dan lama menyusui.
25
D. Penelitian yang terkait
1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Artaga Mila (2012) dengan judul
Hubungan Perilaku Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di
Kelurahan Wirogunan Yogyakarta menggunakan teknik pengambilan
sampel yaitu sampling jenuh yang berjumlah 64 ibu. Berdasarkan table silang
Hubungan Perilaku dengan Pemberian ASI eksklusif pada Ibu Bekerja
diketahui bahwa responden dengan perilaku baik pada ibu bekerja
memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 ibu (39,1%) dan sebanyak 27 ibu
(42,2%) tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan no
eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Alat ukur yang digunakan
oleh peneliti yaitu kuesioner. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, terkait responden serta tempat penelitian dan
uji analisa yang digukan berbeda.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhfi arlinda (2015) yang berjudul Hubungan
Perilaku Ibu Tentang Menyusui Dengan Pemeberian ASI Eksklusif di Desa
Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Peneliti menggunakan
desain deskriptif korelasi yang menggunakan teknik pengambilan sampel
yaitu total sampling dengan responden sebanyak 40 ibu. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa Perilaku ibu tentang menyusui dengan kategori perilaku
kurang, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%), sedangkan perilaku baik sebanyak
19 orang (47,5%).Alat ukur yang digukan oleh peneliti yaitu kuesioner
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yitu dengan uji analisa yang gunakan
hanya menggunakan uji analisa univariat dan tempat penelitian juga berbeda.
26
E. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori tentang persepsi pemberian ASI yang telah
dibahas sebelumnya, penelitian merangkumnya dalam keranga teori berikut ini.
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Faktor-faktor
Perilaku
ASI Eksklusif
1) Definisi ASI
Eksklusif
2) Kandungan ASI
Eksklusif
3) Manfaat ASI
Eksklusif
4) Kerugian ASI
Eksklusif
5) Alasan tidak
menggunakan ASI
Eksklusif
Health Belief Model
1) Perceived
Susceptibility
2) Perceived
Severity
3) Perceived
Benefitsm
4) Perceived
Barriers
5) Coes to Action
Dimodifikasi dari Sumber: Krench dan Crutchfield dalam Sobur
(2003); Strecher dan Rosenstock (1997);Baskoro (2008)
Proses terjadinya Perilaku :
1. Timbul kesadaran
(awareness)
2. Ketertarikan (interest)
3. Evaluation
4. Mulai mencoba (trial)
5. Mengadaptasi (adoption)
27
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
dan ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini memiliki satu
variabel yaitu persepsi ibu menyusui terhadap pemberian asi eksklusif.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI
1. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Menyusui
a. Perceived Susceptibility
b. Perceived Severity
c. Perceived Benefitsm
d. Perceived Barriers
e. Coes to Action
28
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional secara berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat suatu objek atau fenomena.
Table 3.1
Definisi Operasional
No Varibel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Alat ukur Skala
1. Faktor-faktor Perilaku. Tindakan responden terhadap
pemberian ASI
a. Perceived Susceptibility
b. Perceived Severity
c. Perceived Benefitsm
d. Perceived Barriers
e. Coes to Action
Lembar kuesioner
dengan mengunakan
skala likert sebagai
alat ukur persepsi
1 = tidak setuju
2 = kurang setuju
3 = ragu-ragu
4 = setuju
5 = sangat setuju
Bila distribusi data normal:
≥Mean baik
<Meanburuk
Bila distribusi data tidak normal:
≥Medianbaik
<Medianburuk
Kuesioner Nominal
2. Suku
Budaya turun temurun yang dimiliki
oleh responden
Angket 1. Sunda
2. Jawa
3. Betawi
4. Lainnya
Kuesioner Nominal
29
No Varibel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Alat ukur Skala
3. Usia Suatu rentang waktu kehidupan yang
diukur dengan tahun berdasarkan
tahun yang sudah dilalui oleh
responden pada saat pengambilan
data
Angket 1. Remaja awal = 17-25 tahun
2. Dewasa awal = 25-35 tahun
(Depkes,2009)
Kuesioner Ordinal
4. Pendidikan
Jenjang pendidikan terakhir yang di
tempuh responden. Sistem
pendidikan di Indonesia menurut
UU No` 20 tahun 2003 ialah :
1. Pendidikan Dasar
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Tinggi
Angket 1. Pendidikan Dasar : SD dan
SMP
2. Pendidikan Menengah :
SMA atau SMK
3. Pendidikan Tinggi :
Perguruan tinggi (diploma,
sarjana, megister, spesialis,
dan doctor)
Kuesioner Ordinal
5. Jumlah anak Jumalah anak responden yang
dimiliki saat mengsisi kuesioner
penelitian ini
Angket 1. Primigravida
2. Multigravida
Kuesioner Nominal
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan desain
Deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor
perilaku ibu terhadap pemberian ASI.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang
Selatan.Dimana menaungi 2 kelurahan yaitu kelurahan setu dengan luas
wilayah 3,64 km² dan kelurahan muncul dengan luas wilayah 3,61 km²
dengan jumlah penduduk 7.964 jiwa. Puskesmas setu juga memiliki
posyandu sebanyak 14 posyandu dimana 7 di wilayah setu dan 7
diwilayah muncul.
2. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 8 – 14 Mei 2017 di
wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang
karakteristiknya tidak ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi penelitian
31
ini adalahibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Setu Tangerang Selatan sebanyak 319 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random
sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesaat, sehingga
sampel yan diperoleh adalah sampel yang tersedia pada waktu itu (Putra
Rizema Sitiatava, 2012).
Sampel ditentukan dengan cara mengumpulkan semua data
responden setelah itu dikocok dengan menggunakan angka sampai
memenuhi angka sampel yang ditentukan oleh peneliti setalah itu
peneliti membagi perposyandu untuk memudahkan peneliti mengambil
data. Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi yang ditentukan oleh peneliti.
a. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah
1) Ibu yang memiliki anak 0-6 bulan
2) Ibu yang menyusui
3) Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah
1) Responden tidak kooperatif
2) Ibu yang menderita penyakit jiwa
3) Responden mengundurkan diri ditengah-tengah proses
penelitian
32
Perhitungan jumlah sample dibawah ini menggunakan rumus
teori slovin (Hamdi, 2014) untuk menentukan berapa minimal sampel
yang dibutuhkan jika ukuran populasi sebanyak 319, yaitu :
n =
Keterangan :
n : Jumlah Sampel minimun
N : Jumlah Populasi
d : derajat kesalahan yang diinginkan 10% (0,1)
maka pengambilan sample yang diinginkan adalah :
Untuk mengatasi responden dropout, maka total sampel yang
diambil sebanyak 76 orang di tambah 10% sehingga sampel penelitian
sebanyak 84 orang.
D. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data
mengenai faktor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian ASI.
1. Kuesioner Demografi
Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik
ibu yang memiliki anak umur 0 – 6 bulan, kuesioner demografi ini
meliputi pertanyaan (usia, suku, pendidikan, jumlah anak)
N
1+N (d²)
319
1+ 319 (0,1)²
= 76,33 (dibulatkan 76)
n =
33
2. Kuesioner Persepsi
Kuesioner faktor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian
ASI. Kuesioner ini terdiri dari 1 pertanyaan berdasarkan skala likert,
denganpenilaian”tidak setuju” = 1,“kurang setuju” = 2, “ragu-ragu” = 3,
“setuju” = 4, “sangat setuju” = 5.
Table 4.1
Distribusi Kuesioner
Persepsi Favorable Unfavorable Jumlah
Kerentanan 1, 4, 5 2, 3 5
Keseriusan 1, 2, 3, 5 4 5
Manfaat 1, 2, 4,6 3,5 6
Hambatan 2, 5 1, 3, 4, 6, 7 7
Perilaku 1, 2, 4, 7 3, 5, 6 7
E. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diuku. Suatu kuisioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu
variabel ( Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti mengunakan teori health
belief model. Setelah membuat instrument sesuai dengan aspek-aspek
yang akan diukur berlandasakan dengan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli (judgement expert).Seorang pakar akan
34
diminta untuk menelaah instrument dan menentukan apakah seluruh
item pertanyaan telah mencakup isi dari suatu konsep yang diteliti
(Dharma, 2011). Penelitian ini telah ditelaah oleh dua pakar
Keperawatan Anak yaitu Ns. Mardiyanti, M.Kep., MDS, dan Ns. Kustati
Budi Lestari, M.Kep.Sp.Kep.An dan hasilnya ada beberapa pertanyaan
yang perlu diperbaiki sesuai saran judgement expert.
Setelah dilakukan judgement expert selanjutnya peneliti
melakukan uji validitas yang dilakukan diwilayah kerja Puskesmas
Jombang sebanyak 30 responden. Uji yang dilakukan adalah
menggunakan rumus Pearson Product Moment (Hastono, 2006). Hasil
uji validitas kuesioner dari 33 pernyataan didapatkan nomor 4, 10, 12,
13, 15, 19, 20, 23, dan 27 tidak valid. Setealh itu peneliti melakukan uji
conten validity didapatkan untuk nomor 10, 13, 19,20,23 dan 27 tetap
dimasukan kedalam kuesioner, sedangkan untuk nomor 4, 12, dan 15
tetap di eliminasi.
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas
Alpha Cronbach (Ridwan, 2007), dalam uji reliabilitas r hasil adalah
alpha. Ketentuan apabila r alpha > r tabel (0,361) maka pernyataan
35
dianggap reliable. Sebaliknya jika r alpha < r tabel (0,361) maka
pernyataan tersebut tidak reliable (Hastono,2006). Uji reliabilitas untuk
jumalah pernyataan sebanyak 33 didapatkan nilai reliabilitasnya yang
memiliki nilai kisaran 0,827-0,863 yang menunjukkan bahawa
kuesioner ini bersifat reliable.
F. Tahap Penelitian
1. Peneliti membuat proposal penelitian dan disetujui oleh pembimbingan
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari kampus yang
ditunjukan kepada Kepala Dinas Kota Tangerang Selatan.
2. Peneliti mendapatkan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan, peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut Kepada
Puskesmas Setu Tangerang Selatan. Setelah itu peneliti melakukan
koordinasi dengan ketua tata usaha di Puskesmas Setu untuk mengetahui
jumlah ibu yang memiliki sedang menyusui di masa eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Setu.
3. Peneliti melakukan pengumpulan data terlebih dahulu melakukan uji
vadilitas & reliabilitas untuk menguji kuesioner yang akan digunakan
untuk penelitian. Uji vadilitas & reliabilitas akan dilakukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
4. Peneliti melakukan pengambilan data dilakukan setelah proposal
penelitian mendapatkan persetujuan dan mendapatkan surat permohonan
izin penelitian dari institusi setelah mendapatkan izin dari institusi, maka
peneliti memohon izin pada kepala Puskesmas Setu Tangerang Selatan
untuk melakukan penelitian pada beberapa ibu yang berada disekitar
Wilayah Kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan
36
5. Peneliti mendapatkan izin dari pihak puskesmas, peneliti dibantu oleh
pihak puskesmas yang berwenang untuk menjelaskan penelitian yang
akan dilakukan agar meminta bantuan mengarahkan ibu yang dapat
dijadikan responden yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.
6. Peneliti mendapatkan responden untuk diteliti, langkah selanjutnya
adalah memberikan lembar persetujuan (informed consent) dengan tanpa
paksaan. Setelah itu peneliti memberikan kuesioner yang sudah diberi
nomer dan sudah dilakukan uji valid dan uji reliabilitas sebelumnya.
7. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden, setelah kuesioner
selesai diisi, peneliti memeriksa kembali kuesioner yang sudah diisi oleh
ibu-ibu yang berada Di Wilayah Kerja Puskesmas Setu Tangerang
Selatan yang menjadi responden.
8. Peneliti memasukan nomer responden yang berada dikuesioner yang
telah diisi selanjutnya data dimasukan ke dalam software statistik (SPSS)
dan melakukan analisis tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah
ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analisis.
G. Pengolahan data
Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi editing,
coding, entry, cleaning data menurut Hidayat (2008) dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Editing
Peneliti memeriksa kuesioner yang telah diisi, mengecek nama
dan kelengkapan identitas responden, mengecek kelengkapan data.
37
2. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) dengan
data yang terdiri dari beberapa kategorik. Peneliti memberikan kode
yang sesuai dengan kategorik yang ditentukan di dalam definisi
operasional.
3. Entry
Entry merupakan kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau base komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel
kontingensi. Program untuk analisis data pada penelitian ini adalah
menggunakan program komputer.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data
yang sudah di-entry, agar terlihatnya kesalahan atau tidak. Mungkin
dapat terjadi kesalahan pada saat meng-entry data, maka dari itu peneliti
melihat kembali missing yang berada dihasil olah data dengan spss.
38
H. Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Sumantri, 2011). Karakteristik
responden pada penelitian ini meliputi pendidikan terakhir, suku, usia
dan jumlah anak. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan
distribusi frekuensi. Variabel yang akan dianalisis univariat adalah
persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan pembagian
antara nilai kolmogorov yang menghasilkan angka ≥ 0,5. Perhitungan
statistik persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif meliputi : Faktor
Kerentanan, Faktor Keseriusan, Faktor Manfaat, Faktor Hambatan, dan
Faktor Pendorong Perilaku.
39
Table 4.2
Skor Perhitungan Statistik Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig. median Mean
Total Kerentanan ,127 84 ,002 19,07 20,00
Total Keseriusan ,145 84 ,000 20,60 21,00
Total Manfaat ,137 84 ,001 24,27 24,50
Total Hambatan ,086 84 ,190 27,33 27,50
Total Pendorong Perilaku ,147 84 ,000 24,31 25,00
Total Keseluruhan .089 84 .094 116,50 115,58
Pada tabel diatas didapatkan bahwa data kerentanan, keseriusan,
manfaat, pendorong perilaku tidak terdistribusi normal. Hal ini
dikarenakan hasil pembagian kolmogorov yaitu (0,002), (0,000), (0,001,
(0,000)sedangkan untuk hasil faktor hambatan dan total keseluruhan
memiliki nilai distribusi normal yaitu (0,190) dan (115,58). Data yang
terdistribusi normal menggunakan nilai mean sebagai nilai tengah atau
Cut Of Point sedangkan data yang tidak terdistribusi normal
menggunakan nilai median nilai tengah atau Cut Of Point
Pada tabel diatas.pada tabel diatas didapatkan COP atau kategori
kerentanan adalah 19,07, kategori kerentanan dapat dikatakan baik
apabila skor hitung > 19,07 dan dikatakan buruk apabila nilai skor
hitung < 19,07. Kategori Keseriusan memiliki nilai COP 20,60, kategori
keseriusan dikatakan baik apabila nilai skor hitung > 20,60 dan
dikatakan buruk apabila nilai skor hitung < 20,60. Kategori Manfaat
memiliki nilai COP 24,27, kategori manfaat dikatakan baik apabila nilai
40
skor hitung > 24,27 dan dikatakan buruk apabila nilai skor hitung <
24,27. Kategori hambatan memiliki nilai COP 27, 50 kategori hambatan
dikatakan baik apabila nilai skorhitung > 27,50 dan dikatakan buruk
apabila nilai skor hitung < 27,50. Dan untuk kategori pendorong
perilaku memiliki nilai COP 24,31, kategori pendorong perilaku
dikatakan baik apabila nilai skor hitung > 24,31 dan dikatakan buruk
apabila nilai skor hitung < 24,31 sedangkan untuk nilai kategori
keseluruhan memiliki nilai COP 115,58, kategori keseluruhan dikatakan
baik apabila nilai skor hitung >115,58 dan dikatakan buruk apabila nilai
skor hitungnya < 115,58.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip etis
(Nursalam, 2008) sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat (The Principle of Beneficience)
a. Bebas dari eksploitas (Freedom form Exploitation)
Partisipasi responden dalam penelitian, harus dihindarkan
dari keadaan yang tidak menguntungkan. responden harus
diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi
yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang
dapat merugikan responden dalam bentuk apa pun.
b. Risiko (benefits ratio)
41
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada responden pada setiap
jawabannya.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden(right to self determination)
Responden harus diperlakukan secara manusiawi.
Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia
menjadi subjek ataupun tidak.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
Peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.
c. Informed consent
Peneliti memberikan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan yang menolak
memberikan informasi tidak akan mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
3. Prinsip keadilan (The Principle of Juctice)
Peneliti akan mengarsipkan data yang sudah didapatkan dan
hanya peneliti yang mengetahui hasil data yang didapatkan dari
responden.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran faktor-
faktor perilakui ibu terhadap pemberian ASI berdasarkan usia, suku, pendidikan
dan jumlah anak di wilayah Puskesmas Setu Tangerang Selatan. Penelitian
dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Setu Tangerang Selatan. Pemilihan
responden dengan menggunakan sistem random sampling yaitu pengambilan
sampel yang tersedia pada saat itu. Pengumpulan data menghasilkan 84 responden
yang memenuhi kriteria insklusi.
A. Gambaran Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang
Selatan.Dimana menaungi 2 kelurahan yaitu kelurahan setu dengan luas
wilayah 3,64 km² dan kelurahan muncul dengan luas wilayah 3,61 km² dengan
jumlah penduduk 7.964 jiwa. Puskesmas setu juga memiliki posyandu
sebanyak 14 posyandu dimana 7 di wilayah setu dan 7 diwilayah muncul.
B. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden didapatkan dari responden ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan yang telah disaring menurut kriteria inklusi
dan ekslusi penelitian. Karakteristik responden penelitian berikut ini
berdasarkan pada suku, pendidikan terakhir, usia dan jumlah anak. Berikut
distribusi frekuensi sebaran data resonden:
43
Tabel 5.1
Distribusi Suku, Pendidikan terakhir, Usia dan Jumlah anak (N= 84)
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Suku
Sunda
Jawa
Betawi
Lainnya
22
28
31
3
26,2
33,3
36,9
3,6
Pendidikan Terakhir
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi
15
50
19
37,9
59,5
22,6
Usia
Remaja Akhir
Dewasa Awal
33
51
39,3
60.7
Jumlah Anak
Primigravida
Multigravida
45
39
53,6
46,5
Berdasarkan tabel diatas responden yang didapat suku yang terbanyak
adalah suku betawi (36,9%). Pendidikan terakhir pada responden terbanyak
adalah pendidikan menegah (59,5%). Responden yang terbanyak memiliki
usia dewasa awal (60,7) dan Responden yang memiliki jumlah anak
terbanyak adalah primigravida sebanyak (53,6%).
2. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI
dengan Pendekatan Health Belief Model
a. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan
pembagian antara nilai kolmogorov yang menghasilkan angka ≥
0,5. Perhitungan statistik persepsi ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif meliputi : Faktor Kerentanan, Faktor Keseriusan, Faktor
Manfaat, Faktor Hambatan, dan Faktor Pendorong Perilaku.
44
Table 5.2
Skor Perhitungan Statistik Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig. median Mean
Total Kerentanan ,127 84 ,002 19,07 20,00
Total Keseriusan ,145 84 ,000 20,60 21,00
Total Manfaat ,137 84 ,001 24,27 24,50
Total Hambatan ,086 84 ,190 27,33 27,50
Total Pendorong Perilaku ,147 84 ,000 24,31 25,00
Total Keseluruhan .089 84 .094 116,50 115,58
Pada tabel diatas didapatkan bahwa data kerentanan, keseriusan,
manfaat, pendorong perilaku tidak terdistribusi normal. Hal ini dikarenakan
hasil pembagian kolmogorov yaitu (0,002), (0,000), (0,001,
(0,000)sedangkan untuk hasil faktor hambatan dan total keseluruhan
memiliki nilai distribusi normal yaitu (0,190) dan (115,58). Data yang
terdistribusi normal menggunakan nilai mean sebagai nilai tengah atau Cut
Of Point sedangkan data yang tidak terdistribusi normal menggunakan nilai
median nilai tengah atau Cut Of Point
Pada tabel diatas.pada tabel diatas didapatkan COP atau kategori
kerentanan adalah 19,07, kategori kerentanan dapat dikatakan baik apabila
skor hitung > 19,07 dan dikatakan buruk apabila nilai skor hitung < 19,07.
Kategori Keseriusan memiliki nilai COP 20,60, kategori keseriusan
dikatakan baik apabila nilai skor hitung > 20,60 dan dikatakan buruk
apabila nilai skor hitung < 20,60. Kategori Manfaat memiliki nilai COP
24,27, kategori manfaat dikatakan baik apabila nilai skor hitung > 24,27
45
dan dikatakan buruk apabila nilai skor hitung < 24,27. Kategori hambatan
memiliki nilai COP 27, 50 kategori hambatan dikatakan baik apabila nilai
skorhitung > 27,50 dan dikatakan buruk apabila nilai skor hitung < 27,50.
Dan untuk kategori pendorong perilaku memiliki nilai COP 24,31, kategori
pendorong perilaku dikatakan baik apabila nilai skor hitung > 24,31 dan
dikatakan buruk apabila nilai skor hitung < 24,31 sedangkan untuk nilai
kategori keseluruhan memiliki nilai COP 115,58, kategori keseluruhan
dikatakan baik apabila nilai skor hitung >115,58 dan dikatakan buruk
apabila nilai skor hitungnya < 115,58.
b. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI
Table 5.3
Distribusi Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Positif
Negatif
42
42
50
50
Total 84 100
Pada tabel diatas menggambarkan bahwa tingkat perilaku
terhadap pemberian ASI memiliki angka yang seimbang antara baik
maupun buruk sebanyak 42 orang (50%).
c. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI
46
Data univariat ini merupakan persepsi responden yang
berkaitan dengan Faktor kerentanan, Keseriusan, Manfaat, Hambatan
dan Pendorong Perilaku. Berikut distribusi frekuensi sebaran data
responden:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi SubFaktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI
Variabel
Frekuensi (N=84)
Positif % Negatif %
Kerentanan 43 51,2 41 48,8
Keseriusan 50 59,5 34 40,5
Manfaat 42 50 42 50
Hambatan 42 50 42 50
Pendorong Perilaku 46 54,8 38 45,2
Berdasarkan data distribusi frekuensi diatas, menunjukkan
bahwa perilaku ibu terhadap pemberian ASI didominasi oleh faktor
keseriusan yaitu sebesar (59,5%) dengan perilakupositif dan faktor
pendorong perilaku sebesar (54,8%) dengan perilakupositif. Sedangkan
faktor lainnya memiliki nilai yang hampir sama yaitu distribusi frekuensi
kerentanan memiliki nilai (51,2%) dengan perilakupositif dan untuk
faktor manfaat dan hambatan memiliki nilai sebesar (50%) dengan nilai
perilakupositif.
47
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik DemografiFaktor-faktor Perilaku Ibu
terhadap Pemberian ASI
Budaya merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia yang
sudah menjadi kebiasaan dan sulit dirubah. Budaya, norma dan adat istiadat
dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam hubungan sosial.
Kebudayaan terjadi turun-temurun akibat proses internalisasi dari suatu
nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola
interaksi, dan perilaku manusia. Hubungan antara kebudayaan dengan
pengetahuan sakit sangatlah erat sebagai kebiasaan dan keyakinan budaya
yang dianut sebagai pengetahuan kesehatan (Ngadino, 2014). Pada
penelitian ini didapatkan suku terbanyak adalah suku betawi (36,9%). Hasil
demografi mengenai persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
berdasarkan budaya yang ditemukan ialah 42 responden perilaku terhadap
pemberian ASI yang sangat baik, dan 42 responden dengan perilaku buruk
terhadap pemberian ASI.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, mayoritas ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan berpendidikan mengenah dengan jumlah 50 orang
(59,5%). Akan tetapi, dari dari 61 ibu yang berpendidikan menengah, lima
belas ibu diataranya yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2012) di Kelurahan Tuban
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status
48
pendidikan ibu dengan keberhasilan ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) di Rumah Sakit
Lamongan, pada penelitian tersebut didapatkan data bahwa mayoritas ibu
yang berhasil memberikan ASI eksklusif memiliki tinggkat pendidikan
yang tinggi. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) di
wilayah kerja Puskesmas Padangsari Kabupaten Ungaran menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara status pendidikan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif.
Friedman (2005), mengatakan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi paritas yaitu, pengetahuan, latar belakang budaya, keadaan
ekonomi, pekerjaan danpendidikan. Komponen-komponen ini dapat
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalandalam memberikan ASI secara
eksklusif pada bayi. Namun untuk mencapai keberhasilandalam
memberikan ASI secara eksklusif ibu harus berusaha mencari informasi
tentang ASI eksklusif bagi ibu yang primipara yaitu salah satu cara melalui
pengalaman orang lain dalam pemberian ASI eksklusif dan untuk ibu
mulitipara dengan jarak kelahiran yang dekat cenderung mempengaruhi
pikiran, perasaan dan sensasi yang akan mempengaruhi peningkatan dan
menghambat pengeluaran ASI.
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur
manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu
umur itu dihitung. Menurut hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mayoritas responden memiliki usia dewasa awal yaitu 51 (61,7%). Dalam
teori Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan masa muda
49
(youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan
antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial.
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa mayoritas
ibu primigravida yaitu sebesar 45 ibu (53,6%) dan yang paling sedikit ≥
multipara yaitu sebesar 2 ibu (2,4%) . Dalam teori Health Belief Model,
jumlah anak termasuk dalam variabel demografi yang merupakan faktor
modifikasi. Variabel demografi/faktor modifikasi ini merupakan
karakteristik individu yang mempengaruhi perilaku pribadi dalam
melakukan perilaku. Dalam hal ini, perilaku yang dimaksud adalah
melakukan manajemen laktasi (misalnya : perawatan payudara, ASI perah).
Pengalaman menyusui pada ibu juga merupakan isyarat untuk melakukan
tindakan menyusui pada kelahiran-kelahiran selanjutnya. Sehingga akan
memicu seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
meskipun ia sedang bekerja dengan cara melakukan manajemen laktasi
(Priyoto,2014).
B. Gambaran Faktor-faktor PerilakuIbu Terhadap Pembarian ASI
Dengan Pendekatan Health Belief Model
Secara umum, Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan
perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat
oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya
perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk.
(Matteson, Konopaske, dan Ivancevich, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian gambaran faktor-faktor perilaku ibu
terhadap pemberian ASI dengan pendekatan health belief model diwilayah
50
kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan 2017, diketahui bahwa tingkatan
perilaku ibu terhadap pemberian ASI memiliki nilai yang sama yaitu 42 ibu
(50%) berperilakupositif yang di pengaruhi oleh faktor keseriusan dan
pendorong perilaku sedangkan 42 ibu (50%) memiliki perilakunegatif yang
dipengaruhi oleh faktor manfaat dan hambatan. Penelitian ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Esti (2012) yang menunjukan hasil
bahwa variabel yang dominan adalah faktor keseriusan yang dirasakan dan
kemampuan mengontrol perilaku yang berarti bahwa ibu mampu
memberikan ASI ekeklusif dan mempunyai kebebasan untuk memberikan
ASI eksklusif pada anaknya.
1. Faktor Kerentanan Ibu Terhadap Pemberian ASI
Perceived susceptibility adalah perilaku kerentanan yang
dirasakan terhadap resiko yang akan muncul terhadap penyakitnya.
Setiap individu bervariasi dalam menilai kemungkinan tersebut
walaupun kondisi kesehatan mereka sama. Semakin tinggi perceived
susceptibility, semakin besar ancaman yang dirasakan, dan semakin
besar kemungkinan individu untuk mengambil tindakan guna mengatasi
masalah yang mungkin muncul (Sarafino, 2008). Seseorang akan
melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit
apabila ia dan keluarganya merasa rentan terhadap penyakit tersebut
(Notoatmojo, 2007)
Berdasarkan hasil penelitian faktor kerentanan pada ibu terhadap
pemberian ASI diwilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan
2017, diketahui sebagaian besar responden (51,2%) memiliki perilaku
51
kerentanan yang cukup bagus sehingga ibu dapat mengatasi masalah
jika bayi tidak diberikan ASI.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Esti (2012), yang menunjukan hasil perilaku kerentan
terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten bojongnegara tahun
2012, diketahui sebagaian besar responden (50,5%) menjelaskan bahwa
ibu yakin semakin besar terhadap penerimaan terhadap resiko makan
semakin besar kemungkinan terciptanya perilaku yang dapat
menurunkan resiko.
2. Faktor Keseriusan Ibu Terhadap Pemberian ASI
Perceived seriousness adalah perilaku menyangkut perasaan
akan keseriusan penyakit tersebut apabila mereka membiarkan
penyakitnya tidak ditangani, termasuk kosekuensi dari masalah
kesehatan seperti konsekuensi medis (kematian, cacat dan rasa sakit),
konsekuensi psikologis (depresi, cemas, dan takut) dan konsekuensi
sosial (dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga dan hubungan
sosial). Semakin banyak konsekuensi yang dipercaya akan terjadi,
semakin besar perilaku bahwa masalah tersebut merupakan ancaman,
sehingga mengambil tindakan (Maulana, 2007). Perilaku keparahan
juga merupakan keseriusan suatu penyakit terhadap individu, keluarga
atau masyarakat yang mendorong seseorang untuk melakukan pencarian
pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian faktor perilaku keseriusan ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Setu
Tangerang Selatan 2017, dapat dijelaskan bahwa perilaku keseriusan
52
yang dirasakan responden lebi banyak pada kategori keseriusan positif
yaitu 50 orang (59,5%) memiliki perilaku keseriusan yang baik. Hasil
penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Esti (2012), yang menunjukan hasil perilaku keseriusan terhadap
pemberian ASI eksklusif di kabupaten bojongnegara tahun 2012,
diketahui sebagaian besar responden (71,5%) menjelaskan bahwa ibu
yakin jika tidak memberikan ASI eksklusif adalah ancaman bagi
bayinya.
3. Faktor Perilaku Berdasarkan Manfaat
Membentuk perilaku terhadap keuntungan yang akan diperoleh
adalah opini individu itu sendiri terhadap kegunaan atau kemampuan
perilaku baru dalam menurunkan risiko. Orang cenderung untuk
mengembangkan perilaku baru tersebut akan menurunkan kemungkinan
mereka untuk terkena penyakit. Menurut Notoatmodjo (2007),
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI Eksklusif menjadi sangat penting
sebab dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak
disadari oleh pengetahuan.
Menurut Roesli (2005), bahwa banyak manfaat pemberian ASI
yang dapat dirasakan yaitu 1. ASI merupakan sumber gizi yang sangat
ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
kbutuhan pertumbuhan bayi. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
bayi, 3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan, 4. ASI ekeklusif
meningkatkan jalinan kasih sayang antara bayi dan ibu, 5.
53
Menjarangkan kehamilan, 6. Mengecilkan rahim dan 7. Mengurangi
pendarahan setelah melahirkan.
Berdasarkan hasil penelitian Faktor Perilaku Manfaat terhadap
pemberian ASI diwilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan
2017, dapat dijelaskan bahwa untuk kategori manfaat memiliki hasil
seimbang antara perilakupositif maupun perilaku negatif yaitu sebesar
42 orang (50%) akan tetapi kategori manfaat adalah salah satu penyebab
terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu
dalam upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif perlu dilaksanakan
penyuluhan yang menekankan betapa pentingnya manfaat pemberian
ASI secara eksklusif.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Esti (2012), yang menunjukan hasil faktor perilaku
manfaat terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten bojongnegara
tahun 2012, diketahui sebagaian besar responden 103 orang (43,1%)
mengatkan kurangnya pengetahuan ibu salah satu penyebab utama
terjadi kegagalan dalam berprilaku mengenai manfaat pemberian ASI
eksklusif. Dan adapula penelitian Meirina (2015), yang menunjukan
hasil penelitian pengetahuan kurang yaitu 29 responden (42,0%),
dikarenakan responden tidak mengetahui tentang manfaat ASI
Eksklusif, responden beranggapan ASI Eksklusif tidak berpengaruh
terhadap bayi dan ibu. Sehingga responden beranggapan bahwa dan
salah satu manfaat ASI Eksklusif adalah menjarangkan kehamilan
merupakan cara kontrasepsi yang aman itu tidak benar.
4. Faktor Hambatan Pemberian ASI Eksklusif
54
Tindakan bisa saja tidak diambil seseorang, meskipun individu
tersebut percaya terhadap keuntungan mengambil tindakan tersebut. Ini
bisa saja terjadi yang disebabkan oleh adanya hambatan. Hambatan
mengacu pada karakteristik dari pengukuran sebuah pencegahan seperti
merepotkan, mahal, tidak menyenangkan. Karakteristik ini dapat
menyebabkan individu menjauh dari tindakan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian faktor prilaku hambatan ibu
terhadap pemberian ASI diwilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang
Selatan 2017, dapat dijelaskan bahwa untuk faktor hambatan memiliki
hasil seimbang antara perilakupositif maupun perilakunegatif yaitu
sebesar 42 orang (50%), akan tetapi kategori hambatan adalah salah satu
penyebab terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif
diwilayah kerja puskesmas setu dikarenakan banyaknya ibu yang
memberikan susu formula sebelum waktu 6 bulan dikarenakan ibu
bekerja dan ASI yang tidak mencukupi sehingga ibu memilih untuk
memberikan susu formula atau makanan tambahan pada bayi sebelum
waktu 6 bulan.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh fikawati (2009) di Puskesmas kecamatan jagakarsa,
jakarta selatan, menyebutkan bahwa faktor penghambat terdiri dari 3
kelompok yang diduga memberi pengaruh besar yaitu tenaga kesehatan,
keluarga dan media termasuk iklan. Tenaga kesehatan berperan lebih
dari yang lain karena tidak hanya dapat memberikan dorongan melalui
informasi tetapi juga dorong atau hambatan melalui tindakan. Pada studi
ini ditemukan bahwa bidan melakukan promosi susu formula dengan
55
cara membekali ibu yang hendak pulang dari rumah sakit dengan susu
formula. Dalam studi ini hanya 6 dari 14 informan yang diberikan
nasihat tentang ASI eksklusif. Adapula penelitian Maryam (2010), yang
menunjukan hasil perilaku hambatan terhadap pemberian ASI eksklusif
di kabupaten subang tahun 2010, diketahui sebagaian besar responden
(51,7%) mengatkan bahwa pengeluaran ASI yang kurang salah satu
penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif. Kegagalan praktik
pemberian ASI Eksklusif tidak dapat hanya dilihat dari konsep ilmu
kesehatan namun juga konsep sosial budaya.
Menurut penelitian Diana (2007) Kegagalan praktik pemberian
ASI Eksklusif dalam konsep sosial budaya dapat disebabkan oleh
adanya hambatan struktural dan hambatan kultural. Hambatan struktural
yang berarti hambatan karena hubungan sosial kelembagaan dan
kemasyarakatan dan hambatan kultural adalah hambatan karena
keadaan budaya yang berlaku di masyarakat. Faktor kegagalan
pemberian ASI Eksklusif yang termasuk dalam hambatan struktural
adalah kampanye ASI Eksklusif yang kurang, fasilitas BPS, RB, dan RS
yang kurang kondusif bagi pemberian ASI Eksklusif, peranan petugas
kesehatan, dukun bayi dan keluarga yang kurang, dan promosi susu
formula yang sangat gencar di media massa. Sedangkan yang termasuk
dalam hambatan kultural adalah pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan
motivasi pemberian ASI Eksklusif yang kurang karena masih
melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan pada
bayi.
5. Faktor Pendorong Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI
56
Timbulnya sesuatu perilaku memerlukan adanya pemicu (cues
to action). Pemicu timbulnya perilaku adalah kejadian, orang atau
barang yang membuat seseorang merubah perilaku mereka. Misalnya
anggota keluarga yang mengalami suatu penyakit, laporanmedia massa,
kampanye media massa, saran dari orang, poster dan label peringatak
yang ada pada sebuah produk. Green et al. (2000) menyebutkan perilaku
adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama dan tujuan
khusus. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pandangan
behavioristik mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap
stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan
individu atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan
untuk menentukan perilakunya. Pandangan kognitif mengenai perilaku,
yaitu bahwa perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun
dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang
diambilnya (Asmar dan Eko, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian faktor pendorong perilaku ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Setu
Tangerang Selatan 2017, faktor pendorong perilaku ibu memiliki
perilaku baik yaitu sebesar 46 orang (54,8) dimana ibu memiliki
perilaku baik terhadap pemberian ASI eksklsuif.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Esti (2012), yang menunjukan hasil faktor pendorong
perilaku terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten bojongnegara
tahun 2012, diketahui faktor pendorong responden untuk bertindak
57
memberikan ASI eksklusif lebih banyak (64,9%). Adapula penelitian
Vitari (2015) di puskesmas gamping II sleman. Menunjukan hasil bahwa
perilaku memiliki hubungan terhadap keberhasilan dalam pemberian
ASI eksklusif yaitu sebasar (67,6%) yang memiliki perilaku yang tinggi
dibandingkan dengan perilaku responden yang tidak ASI eksklusif.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lainnya adalah
sebagai berikut :
1. Jarak antara satu responden ke responden lainnya yang membuat
peneliti kesulitan dalam mengambil data.
2. Peneliti membacakan langsung kuesioner kepada responden yang
tidak bisa membaca, hal ini menyebabkan ketidakterbukaan
responden dalam berpendapat dibandingkan dengan kuesioner yang
diisi langsung oleh responden.
58
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health Belief Modeldi
wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan dapat disimpulkan
sebagai beikut:
1. Gambaran karakteristik Ibu di wilayah kerja Puskesmas Setu
Tangerang Selatan yaitu suku ibu yang menjadi responden
didapatkan sebagain besar adalah responden yang bersuku betawi
yaitu sebanyak 31 ibu (36,9%).Gambaran tingkat pendidikan ibu
yang menjadi responden didapatkan bahwa dari responden memiliki
pendidikan menengah yaitu SMA/sederajat sebanyak 50 ibu
(59,5%). Dan gambaran umur responden terbanyak yaitu dewasa
awal sebanyak 51 ibu (60,7) dan untuk jumlah anak yang dimiliki
ibu yang menjadi responden yaitu ibu primigravida sebanyak 45 ibu
(53,6%).
2. Gambaran mengenai faktor-faktor perilaku ibu terhadap pemberian
ASI dengan pendekatan health belief model di wilayah kerja
Puskesmas Setu Tangerang Selatan di dapatkan bahwa secara umum
ibu mempunyai perilaku yang seimbang antara perilakupositif
maupun perilakunegatif sebesar 42 ibu (50%). Perilaku masyarakat
terhadap faktor kerentanan sebanyak 43 (51,2%) dengan perilaku
yang positif, perilaku terhadap faktor keseriusan sebanyak 50 ibu
(59,5%) mempunyai perilaku yang positif, perilaku untuk faktor
59
manfaat mempunyai presentase 42 ibu (50%) dengan perilakupositif
dan untuk faktor hambatan yaitu memiliki presentase yang sama
dengan faktor manfaat yaitu sebanyak 42 ibu (50%) untuk
perilakupositif, faktor pendorong perilaku memiliki presentase
sebesar (54,8%) yaitu sebanyak 46 ibu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat
diajukan anatara lain:
1. Puskesmas Setu Tangerang Selatan
Penelitian tentang “Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health Belief Model
di wilayah kerja Puskesmas Setu Tangerang Selatan” didapatkan
sebagian besar ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Setu
memiliki perilaku tentang pemberian ASI yang kurang baik, untuk
itu diharapkan kepada pihak UPT Puskesmas Setu melakukan
pendidikan Kesehatan kepada masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas Setu Tangerang Selatan.
2. Institusi Pendidikan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan,
informasi dan ilmu pengetahuan tentang Gambaran Faktor-faktor
Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health
Belief Model dan dapat dijadikan bahan referensi untuk
pengembangan Ilmu Keperawatan terutama dalam bidang
keperawatan anak untuk mengetahui presentase pemberian ASI
eksklusif di wilayah Puskesmas.
60
3. Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan
responden yang lebih besar dari penelitian ini, sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat dan dapat dijadikan rujuan untuk hasil yang
baku. Serta menghubungkan antara karakteristik dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaki sehingga dapat hasil yang lebih
jelas untuk Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health Belief Model.
61
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yanti dan Rachmawati, I, N. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif
dalam Riset Keperawatan. Jakarta : Rajawali Pers
Ambarwati, E,R,Diah, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ardhita, M.A. (2012). Hubungan Persepsi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Bekerja Di Kelurahan Wirogunan Kota Yogyakarta. Yogyakarta:
UMY. (diakses dari http://www.journal.umy.ac.id diunduh pada 13
Desember 2016 pukul 15.08 WIB)
Arlinda, Zuhfi. (2015). Hubungan Persepsi Ibu Tentang Menyusui dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang. Semarang: Ngudi Waluyo. Dinamika Kebidanan, Vol.2, No.
3. (diakses dari http://jurnal.abdihusada.ac.iddiunduh pada 22
November 2016 pukul 22:15 WIB)
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Asmar S, Eko J. (2005). Psikologis Ibu dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta
Al-Qur'an dan Terjemahannya. (1976). Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi
Restu.
Bahiyatun.(2009). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Baskoro, A. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta:
BanyuMedia
Brown, H.D. (2004). Language assessment: Principle and classroom practices.
NewYork: Longman, Pearson Education, Inc.
Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy And Physiology For Midwives. 2nd
Edition. London: Elservier Mosby. P. 421-422.
Conner, M., & Norman, P. (2003). The Health Belief Model. Buckingham: Open
University Press
Dahlan, M.S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Dina, N. A. (2007). Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2007.
Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang
62
EstiY.2012. Analisis Pengaruh Faktor Perilaku Terhadap Cakupan ASI Eksklusif
Dengan Theory Of Planned Behavior Dan Health Belief Model Di
Kabupaten Bojonegoro. [Diakses Tanggal 22 Mei 2017]. Didapat Dari:
The Indonesia Journal Of Health Policy And Administraton
Fikawati S, Syafiq A. (2012). Status gizi ibu dan persepsi ketidakcukupan ASI.
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. (Diakses tanggal 07
Februari 2017 pukul 10:00 WIB)
http://www.library.usu.ac.id.download.fkm.fikawati.pdf
Gatti L. (2008). Maternal perceptions of insufficient milk supply in breastfeeding.
Journal of Nursing Scholarship. (Diakses tanggal 07 Februari 2017
Pukul 18:09 WIB.
http://pendriatics.aapublications.org/content/122/supplement_2/S79.ful
l.html)
Hastono, S.P. (2011). Analisa Data Kesehatan: Basic Data Analysis For Health
Reseacrh Training. Depok: UI
Hegar, Badriul. (2008). Bedah ASI. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
Hidayat,A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Huang Y, Lee J, Huang C, Gau M. (2009). Factor’s related to maternal perception
of milk supply while in the hospital. Journal of Nursing
Research.(Diakses tanggal 07 Februari 2017 Pukul 20:09
WIBhttp://pendriatics.aapublications.org/content/122/supplement_2/S
79.full.html).
Ida, R. (2012). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegagalan Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Padangsari Kabupaten Ungaran, Tesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitasdiponegoro, Semarang
Irawati A, Triwinarto A, Salimar, Raswanti I. (2003). Pengaruh status gizi ibu
selama kehamilan dan menyusui terhadap keberhasilan pemberian ASI.
Jurnal Penelitian Gizi dan Makana. Depok : FKM UI
Irfan, M. (2008). Biostatistik Deskriptif. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit
UEUUniversity
Janz, N.K., & Becker, M. H. (1984). The Health Belief Model: A Dekade Later.
Health Education Quartely, Vol 11 (1), 1-47
Juliandi, Azuar. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis: Konsep dan Aplikasi.
Medan: Umsu Press
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. (2014). “Jadilah Kartini Indonesia Yang
Tidak Mati Muda (Pencanagan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu 2014)”.
(diakses dari http://depkes.go.iddiunduh pada tanggal 20 november 2016
pukul 10:07 WIB)
63
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. (2014). “Banyak Sekali Manfaat ASI
Bagi Bayi dan Ibu”. (diakses dari http://depkes.go.id diunduh pada
tanggal 20 November pukul 10:30 WIB)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. (2014).“Situasi dan Analisis ASI
Eksklusif.” Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, Pekan ASI International. (diakses dari http://depkes.go.id diunduh
pada tanggal 15 November 2016 pukul 13:09 WIB)
Kurniawan. (2013). Hubungan Persepsi Ibu Tentang Susu Formula Dengan
Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurnal
KesMaDaSka. Riau: Universitas Riau. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan Vol. 6 No. 5.(Diakses pada
http://ejournal.unri.ac.idtanggal 15 Desember 2016 Pukul 10.00 WIB).
Kristiyanasari. (2011). ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta: Penerbit Nuha
Medika.
Kuzma, Jerzy. (2013). “Knowledge, attitude and practices related to infant
feeding among women in rural Papua New Guinea: a descriptive, mixed
method study”. International Breastfeeding Journal. (diakses dari
http://www.iternationalbreastfeedingjournal.com diunduh pada 15
Oktober 2016 pukul 17:09)
Maulana G. K. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian Asi
Ekslusif pada Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Kecamatan
Semarang Barat. 2011. (Diakses tanggal 19 Maret 2017). Didapat dari:
http://eprints.undip.ac.id/33391/
Meirina, P. (2015). Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Rendahnya Pemberian
ASI Eksklusif pada Bayi 6-12 Bulan di wilayah Kerja Puskesmas Gurilla
Pematang Siantar.(Diakses tanggal 14 Mei 2017). Didapat dari: http://
Repository.usu.ac.id
Mulyati, S. (2013).Gambaran Self Efficacy Menyusui Pada Ibu Postpartum
dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi di RS Medistra Jakarta.
Depok: UI. Tesis Keperawatan Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan,ed2. Jakarta: Salemba Medika.
Nurheti Yuliarti. (2010). Keajaiban ASI–Makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV. ANDI
Olds SB, London ML, Ladewig PAW. (2000). Maternal New Born Nursing: a
family and community based approach. Sixth edition. New Jersey:
practice Hall Health
64
Olds, Sally B, et al. (2000). Maternal-Newborn Nursing. California: Menti Park
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Jakarta: EGC.
Priyoto. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan
Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan. Tesis diterbitkan Ilmu Kesehatan Masyarakat
UNS Semarang. http://www.lisegh.anfith.us.kes,diakses7 Mei 2017.
Rakhmat, Jalaludin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi ke-
12, Jakarta: Salemba Empat
Roesli, U. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agrudaya.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus
Agrudaya.
Septa, S. (2005). Faktor-Faktor Pemberian ASI. Jakarta: EGC.
Sitopu, Sellie Dorsiani. (2013). Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI
Eksklusif Di Desa Sukarya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Sedang. Darma Aguing: Deli Serdang. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, Vol. 4, No. 6. (diakses dari
http://suaraforikes.web.comdiunduh pada 20 November 2016 pukul
20:42 WIB)
Sobur, Alex.2003.Psikologi Umum.Bandung: Pustaka Setia
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiono.(2007). Metode Penelitian Kualitatif dan Rehabilitas. Bandung: CV
Alfabeta
Thoha, Miftah. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
UNICEF. (2013). ASI adalah penyelamat hidup paling murah dan efektif di
dunia. New York: UNICEF [diakses tanggal 08 Februari 2017 Pukul
12:00 WIB]. Diunduh dalam:
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html
Walgito, Bimo.(2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi 6.
Jakarta: EGC
65
Williams, Brian K. (2011). Management: A Practical Introduction Edition. 5.
McGraw-Hill
Zakiyah. H. A. (2012). Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan),
Pengetahuan Dan Sikap Ibu menyusui Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif di Kabupaten Tuban. Jurnal Media Kesehatan
http://www.hots.anglia.ac.kes/E.books, diakses 15 Mei 2017.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lisnani Hamidah
NIM : 1113104000019
Program studi : Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Saya adalah mahasiswi Univeristas Islam Negeri Syarif Hidyatullah
Jakarta Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Keperawatan yang sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi
sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana
Keperawatan (S.Kep).
Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon
bantuan dan kesedian waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan
sejujur-jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemberian ASI
Eksklusif. Partisipasi saudara/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya.
Kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui
oleh peneliti.
Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara/i
dalam pengisian kuesioner ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat saya
68
(Lanjutan)
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah saya membaca dan memahami ini dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu:
Nama : Lisnani Hamidah
NIM : 111314000019
Tema Penelitian : Pemberian ASI
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan
merugikan saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa
ada paksaan dan ancaman.
Pamulang, Mei 2017
(…………………….)
Nama terang dan tanda tangan
69
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PERILAKU IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertayaan di bawah ini dengan cermat
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut Ibu sesuai dengan Ibu
3. Tanyakanlah jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Ibu.
A. Data Demografi
1. Nama/Inisial Nama :.................................................................................
2. Alamat :.................................................................................
3. Suku : a. Sunda( ) b. Jawa( ) c. Betawi( )
d.Lainnya,( ) sebutkan.................................
4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD ( )
b. SD ( )
c. SMP ( )
d. SMA ( )
e. Sarjana (S1) ( )
f. Magister (S2) ( )
5. Usia Ibu :..................................
6. Jumlah anak : a. 1 anak ( )
b. 2-3 anak ( )
c. ≥ 4 anak ( )
Nomer Responden :
70
B. Kuesioner Faktor-faktor Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI
Berilah tanda checklist ( √ ) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini
yang mewakili
Keterangan :
SS :Sangat Setuju KS : Kurang Setuju
S : Setuju TS : Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu
a) Kerentanan
b) Keseriusan
No Pertanyaan SS S RR KS TS
1. Bayi akan mudah beresiko terkena penyakit bila
tidak diberikan ASI
2. Bayi akan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup
dan sehat jika diberikan Susu formula
3. ASI eksklusif tidak mempengaruhi kedekatan
emosional ibu dan bayi
4. Saya yakin dengan kondisi fisik saya yang sakit
(Hipertensi, DM, Asma, dsb) tidak akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
5. Walaupun kondisi saya lemah atau lelah saya tetap
memberikan ASI kepada bayi saya
No Pertanyaan SS S RR KS TS
1. Sejak masa kehamilan saya harus yakin dan siap untuk
memberikan ASI secara eksklusif
2. Menyusui eksklusif lebih ekonomis dan murah
3. Informasi yang saya dapatkan tentang pemberian ASI
eksklusif, dapat meningkatkan motivasi saya untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya
4. Memberikan ASI eksklusif dapat menghambat
aktivitas saya diluar rumah, karena saya harus
memompa ASI saya untuk bayi saya
5. Memberikan ASI dapat mempererat hubungan saya
dengan keluarga saya
b) Keseriusan
71
c) Manfaat
d) Hambatan
No Pertanyaan SS S RR KS TS
1. Menyusui eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan
2. Menyusui eksklusif meningkatkan jalinan
kasih sayang antara ibu dan bayi
3. Saya yakin dengan memberikan Susu formula
dapat membuat bayi saya menjadi gemuk
dibandingkan bayi lain yang mendapatkan ASI
eksklusif
4. ASI membuat system kekebalan tubuh bayi
menjadi lebih kuat
5. Menyusui eksklusif dapat membuat badan saya
gemuk
6. Memberikan ASI eksklusif dapat menurunkan
kecerdasan bayi
No Pertanyaan SS S RR KS TS
1. Menurut saya, kompres payudara dan pijat
payudara dapat mempengaruhi pengeluaran ASI
2. Puting payudara lecet salah satu penghambat
pemberian ASI eksklusif
3. Keluarga saya menganjurkan memberikan
makanan tambahan selain ASI sebelum usia 6
bulan
4. Memberikan ASI eksklusif itu melelahkan dan
merepotkan
5. Fasilitas umum (Mall, Puskesmas, Stasiunn,
Kendaraan umum) sebaiknya menyediakan ruang
khusus (pojok ASI) untuk menyusui
6. Saya lebih yakin dengan susu formula
dibandingkan ASI karena susu formula sudah jelas
isi kandungannya
7. Bayi menjadi lebih gemuk karena diberikan susu
formula
72
e) Pendorong Perilaku
No Pertanyaan SS S RR KS TS
1. Saya menjaga kesehatan ASI saya dengan memakan
sayur dan buah-buahan
2. Walaupun saya merasa pegal-pegal ketika menyusui
dalam waktu lama saya tetap memberikan ASI
secara eksklusif
3. Saya memberikan susu formula pada bayi saya
ketika saya berada ditempat umum (Puskesmas,
Stasiun, Kendaraan umum, Mall)
4. Saya yakin dengan memberikan ASI eksklusif akan
menyehatkan bayi saya, walupun banyak hambatan
dalam pemberian ASI
5. Saya sering tertidur dan tidak memberikan ASI di
malam hari
6. Saya memberikan Susu formula pada bayi saya
sebelum usia 6 bulan karena saya sibuk bekerja atau
cuti kerja saya habis
7. Saya memberikan ASI sesering bayi saya meminta
73
74
75
76
77
78
79
80
Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Faktor-faktor Perilaku Ibu
Terhadap Pemberian ASI Dengan Pendekatan Health Belief Model
81
82
83
84
Statistics
Suku
Pendidikan
Terakhir Jumlah Anak
N Valid 84 84 84
Missing 0 0 0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Betawi 31 36,9 36,9 36,9
Jawa 28 33,3 33,3 70,2
Lampung 1 1,2 1,2 71,4
Padang 2 2,4 2,4 73,8
Sunda 22 26,2 26,2 100,0
Total 84 100,0 100,0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 19 22,6 22,6 22,6
SD 4 4,8 4,8 27,4
SMA 50 59,5 59,5 86,9
SMP 11 13,1 13,1 100,0
Total 84 100,0 100,0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 Anak 45 53,6 53,6 53,6
2 Anak 25 29,8 29,8 83,3
3 Anak 12 14,3 14,3 97,6
≥ 4 anak 2 2,4 2,4 100,0
Total 84 100,0 100,0
85
Katusia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid remaja akhir 33 39,3 39,3 39,3
dewasa awal 51 60,7 60,7 100,0
Total 84 100,0 100,0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Total Kerentanan 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Total Keseriusan 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Total Manfaat 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Total Hambatan 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Total Pendorong Perilaku 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Total Keseluruhan 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Total Kerentanan Mean 19,07 ,347
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 18,38
Upper Bound 19,76
5% Trimmed Mean 19,09
Median 20,00
Variance 10,139
Std. Deviation 3,184
Minimum 12
Maximum 25
Range 13
Interquartile Range 4
Skewness -,145 ,263
Kurtosis -,770 ,520
Total Keseriusan Mean 20,60 ,350
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 19,90
Upper Bound 21,29
5% Trimmed Mean 20,74
Median 21,00
Variance 10,268
Std. Deviation 3,204
86
Minimum 9
Maximum 25
Range 16
Interquartile Range 4
Skewness -,851 ,263
Kurtosis ,810 ,520
Total Manfaat Mean 24,27 ,367
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 23,54
Upper Bound 25,00
5% Trimmed Mean 24,44
Median 24,50
Variance 11,286
Std. Deviation 3,359
Minimum 14
Maximum 29
Range 15
Interquartile Range 5
Skewness -,556 ,263
Kurtosis -,137 ,520
Total Hambatan Mean 27,33 ,478
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 26,38
Upper Bound 28,28
5% Trimmed Mean 27,37
Median 27,50
Variance 19,213
Std. Deviation 4,383
Minimum 18
Maximum 35
Range 17
Interquartile Range 7
Skewness -,157 ,263
Kurtosis -,824 ,520
Total Prndorong Perilaku Mean 24,31 ,417
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 23,48
Upper Bound 25,14
5% Trimmed Mean 24,41
Median 25,00
Variance 14,626
Std. Deviation 3,824
Minimum 15
Maximum 33
Range 18
87
Interquartile Range 5
Skewness -,467 ,263
Kurtosis -,022 ,520
Total Keseluruhan Mean 115,58 1,427
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 112,75
Upper Bound 118,42
5% Trimmed Mean 115,86
Median 116,50
Variance 171,017
Std. Deviation 13,077
Minimum 87
Maximum 143
Range 56
Interquartile Range 20
Skewness -,381 ,263
Kurtosis -,529 ,520
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Total Kerentanan ,127 84 ,002 ,973 84 ,070
Total Keseriusan ,145 84 ,000 ,928 84 ,000
Total Manfaat ,137 84 ,001 ,952 84 ,003
Total Hambatan ,086 84 ,190 ,971 84 ,052
Total Prndorong Perilaku ,147 84 ,000 ,967 84 ,028
Total Keseluruhan ,089 84 ,094 ,972 84 ,066
a. Lilliefors Significance Correction
88
Statistics
Kategori Kerentanan
N Valid 84
Missing 0
Kategori Kerentanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Positif 43 51,2 51,2 51,2
Negatif 41 48,8 48,8 100,0
Total 84 100,0 100,0
Statistics
Kategori Keseriusan
N Valid 84
Missing 0
Kategori Keseriusan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Positif 50 59,5 59,5 59,5
Negatif 34 40,5 40,5 100,0
Total 84 100,0 100,0
Statistics
Kategori Manfaat
N Valid 84
Missing 0
Kategori Manfaat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Positif 42 50,0 50,0 50,0
Negatif 42 50,0 50,0 100,0
Total 84 100,0 100,0
89
Statistics
Kategori Hambatan
N Valid 84
Missing 0
Kategori Hambatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 42 50,0 50,0 50,0
Negatif 42 50,0 50,0 100,0
Total 84 100,0 100,0
Statistics
Kategori Perilaku
N Valid 84
Missing 0
Kategori Pendorong Perilaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 46 54,8 54,8 54,8
Negatif 38 45,2 45,2 100,0
Total 84 100,0 100,0
Statistics
Kategori Keseluruhan
N Valid 84
Missing 0
Kategori Keseluruhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 42 50,0 50,0 50,0
Negatif 42 50,0 50,0 100,0
Total 84 100,0 100,0