Post on 13-Mar-2019
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
NIM: 134114026
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Juni 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
NIM: 134114026
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Juni 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Skripsi
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Oleh
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
NIM: 134114026
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. Tanggal ………………..
Pembimbing II
Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal ……………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Skripsi
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
NIM: 134114026
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 13 Juni 2017
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. ………………
Sekretaris : Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. ……………...
Anggota 1 : Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. ……………...
Anggota 2 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ……………...
Yogyakarta, 30 Juni 2017
Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma
Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum.
Dekan Fakultas Sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juni 2017
Penulis
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
NIM : 134114026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul FORMASI
IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 Juni 2017
Yang menyatakan,
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada orangtuaku Norbertus Sukirno
dan Valentina R.R. Sri Tuti Mulatsih
Saudara terkasihku Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy Wibowo
Serta semua orang yang saya cintai dan mencintai saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MOTO
“Urip iku urup”
(Pepatah Jawa)
Coba pelajari sesuatu tentang apapun dan apapun tentang sesuatu.
(Thomas Henry Huxley)
Tidak ada hal yang betul-betul salah,
bahkan jam rusak pun benar dua kali dalam sehari.
(Paulo Coelho)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul Formasi Ideologi dalam Novel Partikel Karya Dee Lestari: Perspektif
Antonio Gramsci ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S-1) Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari banyak pihak,
skripsi ini tidak akan selesai pada waktunya. Oleh karena itu, dari hati yang paling
dalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang telah bersedia menjadi
pembimbing I dan memberikan banyak masukan berharga. Penulis
menyadari bahwa semangat dan bimbingan beliau mempengaruhi
arah penulisan skripsi ini.
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah
menyempatkan diri untuk menilik dan mengarahkan penyusunan
skripsi ini.
3. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku Kaprodi yang telah dengan
sabar ikut mendorong dan menyemangati penulis.
4. Seluruh jajaran pejabat dan dosen Program Studi Sastra Indonesia,
Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra; S.E
Peni Adji, S.S., M.Hum; Drs. Hery Antono, M.Hum. (Alm); Prof.
Dr. Praptomo Baryadi Isodorus, M.Hum. yang telah banyak
memberikan petuah dan dukungan; Sony Cristian Sudarsono, S.S.,
M.A. yang juga turut memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
5. Seluruh staf dan karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, khususnya
Theresia Rusmiyati yang telah membantu penulis dalam hal
kesekretariatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Sanata Dharma yang telah
membantu penulis memperoleh referensi yang dibutuhkan.
7. Kedua orang tuaku, Norbertus Sukirno dan Valentina R.R. Sri Tuti
Mulatsih yang telah memberikan dukungan doa, perhatian,
motivasi, dan materiil.
8. Kedua masku, Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy
Wibowo yang dengan segala keusilannya telah memberikan
banyak motivasi, perhatian, dan dukungan kepada penulis.
9. Seluruh teman Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2013,
khususnya Vero, Cici, Rendra, Dandy, Galang, dan Beto untuk
kebersamaan serta ceritanya; Paula, Nicko, Catrin, Esti, Anna,
Egha, Rite, dan There yang telah berjuang bersama dan saling
mendukung.
10. Terima kasih juga kepada Bella Belinda untuk doa, dukungan, dan
semangatnya; Patrick Ardina Barata, Dea Ramantika DD, dan
Scholastica Novena untuk dukungan dalam bentuk apapun.
11. Seluruh keluarga besar HMPS dan Bengkel Sastra yang telah
mendewasakan saya dalam pengalaman berorganisasi dan bersastra
di luar kelas.
Penulis menyadari bahwa banyak lagi yang belum sempat disebutkan.
Semoga semua orang di atas jasa baik mereka diberkati oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap
kiranya skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi perkembangan
pendidikan Sastra Indonesia.
Penulis
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Formasi Ideologi dalam Novel Partikel
Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci. Skripsi Strata Satu (S-
1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini mengangkat topik formasi ideologi dalam novel Partikel
karya Dee Lestari. Tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan struktur penceritaan,
(2) mendeskripsikan mengenai formasi ideologi berdasarkan perspektif Antonio
Gramsci. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan. 1) Pendekatan objektif
untuk menganalisis struktur intrinsik yaitu tokoh-penokohan dan latar. 2)
Pendekatan Sosiologi Sastra dengan teori ideologi Gramsci untuk melihat formasi
ideologi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka.
Hasil analisis penceritaan (tokoh penokohan, dan latar) dan formasi
ideologi. Tokoh utama dalam novel ini adalah Zarah Amala dan Firas. Sedangkan
tokoh tambahan terdiri dari Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon Hardiman.
Novel Partikel berlatar tempat di Bogor dan Tanjung Puting yang terletak di
Indonesia dan juga London dan Glastonbury yang terletak di Inggris. Latar waktu
terjadi di antara rentang tahun 1979-2003. Latar sosial dalam novel ini adalah latar
mengenai sistem pendidikan di Indonesia, latar spiritual mengenai takhayul dan
latar mengenai fenomena crop circle dan UFO yang terjadi di Inggris.
Ada lima ideologi dominan yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu 1)
Liberalisme, 2) Konservatisme, 3) Teisme, 4) Panteisme, dan 5) New Age.
Formasi ideologi dari kelima ideologi tersebut adalah 1) Ideologi konservatisme
berkorelasi dengan ideologi teisme. 2) Ideologi panteisme berkorelasi dengan
ideologi liberalisme dan juga ideologi new age. 3) Ideologi liberalisme
bertentangan dengan ideologi konservatisme. 4) Ideologi teisme bertentangan
dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Sedangkan formasi
ideologi tokohnya adalah 1) Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan
juga new age, ideologi dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. 2) Firas
memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age, ideologi dominannya
adalah liberalisme. 3) Aisyah memiliki ideologi teisme dan konservatisme,
ideologi dominannya adalah konservatisme. 4) Abah Hamid memiliki ideologi
yang sama dengan Aisyah, namun ideologi dominannya adalah teisme. 5) Pak
Simon memiliki ideologi panteisme dan new age, ideologi dominannya adalah
new age.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Ideology Formation in Dee Lestari‟s
Partikel: Antonio Gramsci‟s Perspective. Undergraduate Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Letters. Sanata Dharma
University.
The topic of this thesis was ideology formation in Dee Lestari‟s Partikel.
The aims of this thesis were (1) to describe the story-telling structure and (2) to
describe the ideology formation based on Antonio Gramsci‟s perspective. This
thesis used two approaches. 1) Objective approach for analyzing the intrinsic
elements which were character-characterization and setting. 2) Sociological
approach with Gramsci‟s theory of ideology for analyzing the ideology formation.
The method used in this thesis was qualitative descriptive method. The data
collecting used the bibliographical technique.
The result of the story-telling (character, characterization, and setting)
and ideology formation. The main characters in this novel were Zarah Amala and
Firas. The other additional characters were Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon
Hardiman. Partikel had setting in Bogor and Tanjung Puting which located in
Indonesia, and also in London and Glastonbury which located in England. The
setting of time of this novel was 1979-2003. The setting of society in this novel
was the background of the education system in Indonesia, the spiritual
background about superstition, and the background of crop circle phenomena and
UFO which happened in England.
There were five dominant ideologies found in this thesis, they were 1)
Liberalism, 2) Conservatism, 3) Theism, 4) Pantheism, and 5) New Age. The
ideology formation of those ideologies were 1) The correlation between
conservatism and theism. 2) The correlation between pantheism and liberalism
and new age. 3) The contradiction between liberalism and conservatism. 4) The
contradiction between theism and pantheism and new age. While the ideology
formation of the characters was 1) Zarah embraced liberalism, pantheism, and
new age. Her most dominant ideology was pantheism. 2) Firas embraced
liberalism, pantheism, and new age. His most dominant ideology was liberalism.
3) Aisyah embraced theism and conservatism ideology. Her most dominant
ideology was conservatism. 4) Abah Hamid embraced the same ideology with
Aisyah, but his most dominant ideology was theism. 5) Pak Simon embraced
pantheism and new age ideology. His most dominant ideology was new age.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ....................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
MOTO .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………...………… 9
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 9
1.4 Manfaat Hasil Penelitian …………………………………………… 10
1.4.1 Manfaat Teoretis ………..............................................…...... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ……..............................................……….... 10
1.5 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 10
1.6 Landasan Teori …………………………………………………...… 13
1.6.1 Kajian Struktural ……………………………………................ 14
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan …………................................ 15
1.6.1.2 Latar ………………………………...……………...... 19
1.6.2 Formasi Ideologi dalam Perspektif Gramsci ……………….... 23
1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci ………..……….... 24
1.6.2.2 Formasi Ideologi ……………………………………... 27
1.7 Metode Penelitian …………………………………………………… 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.7.1 Pendekatan ................................................................................ 28
1.7.2 Metode Pengumpulan Data ……………………...…………….. 29
1.7.3 Metode Analisis Data ................................................................. 30
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data …..……….……………. 30
1.8 Sumber Data …………………………………..…..………………… 31
1.9 Sistematika Penyajian …………………….…………………………. 31
BAB II STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL .... 33
2.1 Pengantar ……………………………………………………………. 33
2.2 Tokoh dan Penokohan ………………………………………………. 34
2.2.1 Tokoh Utama …………………………………….……...…… 35
2.2.2 Tokoh Tambahan ………………………………….………..... 45
2.3 Latar …………………………………………………………………. 56
2.3.1 Latar Tempat …………………………………………….….... 56
2.3.2 Latar Waktu …………………………………………….…….. 61
2.3.3 Latar Sosial ………….............................................................. 65
2.4 Rangkuman ………………………………………………………….. 70
BAB III FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL .............. 73
3.1 Pengantar ……………………………………………………………. 73
3.2 Ideologi dalam Novel Partikel ……………………………………… 74
3.2.1 Ideologi Liberalisme ……………………………………........ 75
3.2.2 Ideologi Konservatisme ………………………………...…… 79
3.2.3 Ideologi Teisme ……………………………………………… 82
3.2.4 Ideologi Panteisme …………………………………………... 85
3.2.5 Ideologi New Age ……………………………………………. 88
3.3 Formasi Ideologi dalam novel Partikel ………………………………… 94
3.4 Rangkuman …………………………………………………………. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 100
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 100
4.2 Saran ………………………………………………………………… 104
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105
LAMPIRAN .................................................................................................... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ……………………………………………………………………. 70
Tabel 2 ……………………………………………………………………. 97
Tabel 3 …………………………………………………………………..... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan masyarakat (pembaca). Sastra menampilkan gambaran kehidupan,
dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan sosial dalam suatu lingkungan
pergaulan (Damono, 1984:1). Gambaran kehidupan yang direpresentasikan dalam
karya sastra merupakan hasil produksi pandangan pengarang terhadap kondisi
masyarakat pada masa tertentu. Sastra bukanlah sekadar permainan imajinasi yang
pribadi sifatnya, tetapi merupakan rekaman tata cara zamannya, suatu perwujudan
macam pikiran tertentu (Tanie dalam Saraswati, 2003: 27). Novel misalnya adalah
cerminan yang bisa dibawa ke mana pun dan paling cocok untuk memantulkan
segala aspek kehidupan dan alam.
Partikel adalah sebuah novel karya Dee Lestari yang diterbitkan pada tahun
2012. Partikel merupakan episode keempat dari tujuh episode novel Supernova
karya Dee Lestari. Episode Supernova pertama berjudul Ksatria, Puteri, dan
Bintang Jatuh yang terbit pada 16 Februari 2001. Kemudian pada 16 Oktober
2002, Dee meluncurkan episode kedua Akar, dilanjutkan Petir (2004), Partikel
(2012), Gelombang (2014) dan yang terakhir adalah Inteligensi Embun Pagi
(2016). Novel Supernova secara keseluruhan merupakan novel yang tergolong
dalam jenis novel fiksi ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Supernova karya Dee lestari sempat menjadi nominasi pada Katulistiwa
Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Ia bersaing dengan
sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto, Dorothea Rosa
Herliany, Sutardji Calzoum Bachri, dan Hamsad Rangkuti. Baru-baru ini,
Sepernova episode terakhir, yakni Intelegensi Embun Pagi mendapat penghargaan
Book Of The Year 2016 oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Novel-novel karya Dee Lestari kebanyakan merupakan novel yang
membutuhkan riset-riset yang mendalam. Dari hasil riset-riset tersebut selain
dapat menikmati latar cerita yang menarik, pembaca juga diberikan pengetahuan-
pengetahuan baru yang mencerdaskan. Terutama dalam novel Partikel ini, Dee
melakukan riset yang mendalam mengenai Fungi¹. Dee menghabiskan waktu
hampir sekitar delapan tahun untuk menerbitkan episode keempat dari
Supernovanya.
Partikel merupakan kisah petualangan Zarah Amala dalam mencari
ayahnya, yaitu Firas yang hilang begitu saja. Zarah adalah anak pertama dari Firas
dan Aisyah. Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi di Institut Pertanian
Bogor (IPB). Mereka juga memiliki seorang anak perempuan lagi bernama Hara.
¹ Tumbuhan tanpa daun atau klorofil, hidup dari bahan tumbuhan atau
binatang lain, dapat terdiri atas satuan sel, dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan atau binatang, dapat membusukkan kayu, makanan, dsb; cendawan;
jamur (KBBI,2007: 322).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Firas dan Aisyah sebenarnya adalah anak dari Abah Hamid dan Umi.
Namun, Firas adalah anak angkat Abah, sedangkan Aisyah adalah anak kandung.
Masalah pernikahan Firas dan Aisyah ini merupakan awal permasalahan dari
kurang harmonisnya keluarga besar ini. Namun, masalah pernikahan itu bukanlah
permasalahan utama dalam novel yang ditulis oleh Dee Lestari ini.
Kisah dalam Partikel berawal dari Zarah yang sangat menyayangi ayahnya
lebih dari apa pun. Ia bahkan mengumpamakan ayahnya adalah seorang dewa.
Sejak ia kecil, Zarah dididik dengan cara yang berbeda dari anak-anak lain yang
seumuran dengannya. Zarah hingga umurnya 12 tahun belum pernah merasakan
pendidikan formal seperti teman-temannya. Ia hanya dididik sendiri oleh Firas di
rumah. Firas tidak mau Zarah masuk sekolah formal seperti anak-anak sebayanya.
Ideologi yang dimiliki oleh Firas tersebut yang menimbulkan pelbagai konflik
dalam hidupnya. Firas menganggap bahwa sekolah formal seperti yang telah ada
sekarang itu tidak banyak membantu untuk anak perempuannya. Firas tidak
pernah suka sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Sebenarnya Firas sendiri
adalah dosen IPB, tapi ia tidak suka dengan sistem pendidikan di Indonesia. Ia
memiliki pemikirannya sendiri mengenai pendidikan yang pantas untuk anaknya.
Kutipan berikut ini menujukkan ideologi yang dimiliki oleh tokoh Firas dan
Zarah tentang sistem pendidikan di Indonesia.
(1) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang
mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2014: 17).
(2) Aku mengerjakannya sambil setengah tidak percaya. Untuk inikah
anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua
ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula,
mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012: 95).
Kutipan di atas menujukkan bahwa Firas memiliki sebuah pemikiran dan
kesadaran bahwa pendidikan tidak harus didapatkan dari bangku sekolah. Jika
seorang anak dididik dengan baik dan benar, diberi pelajaran setiap hari tanpa
harus berada di kelas, maka sekolah formal bukan sebuah hal yang wajib.
Kemudian Zarah membuktikan apa yang dikatakan ayahnya mengenai pendidikan
informal.
Selain ideologi mengenai sistem pendidikan, novel ini juga memiliki
ideologi mengenai hubungan alam semesta dan manusia.
(3) Dengan tegas Ayah menandaskan, “Umat manusia selamanya
berhutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena
fungi melahirkan kehidupan buat kita.”
Bagi Ayah, fungi adalah orang tua alam ini (Lestari, 2012: 21).
(4) Berkesempatan melihat tanah airku dari ribuan kaki di atas permukaan
laut menyadarkanku atas kebenaran kata-kata Ayah dulu. Hutan
Kalimantan tidak selebat yang kubayangkan. Tampak bolong-bolong
luas di mana-mana. Hutan yang tinggal jadi sejarah. Tebaran atap serta
padatnya permukiman manusia terlihat bagai sel kanker yang
menyebar. Menggerogoti hijaunya hutan. Dari atas sini, aku melihat
Kalimantan yang terluka (Lestari, 2012: 178).
(5) “Kalau bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem
meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, ley lines, teori World
Crystalline, teori World Gird menunjukkan bahwa ada aspek lain dari
Bumi kita yang belum sepenuhnya kita kenali. Aspek yang
menunjukkan Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran
(Lestari, 2012: 421).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Kutipan tersebut di atas merupakan beberapa contoh ideologi yang terdapat
dalam Partikel mengenai alam semesta. Bahwa bumi adalah makhluk hidup yang
berkesadaran. Dan bumi yang dipijak manusia saat ini tengah mengalami
kerusakan akibat eksploitasi sumber daya yang dilakukan oleh manusia. Selain hal
tersebut, juga muncul pemikiran tentang fungi dan perannya yang amat besar bagi
alam semesta.
Kisah Zarah tidak hanya berhenti di situ. Petualangan Zarah semakin
menarik ketika seseorang yang ia dewakan, yaitu Firas hilang. Hilangnya Firas
membawanya dalam sebuah pelarian yang tidak ada hentinya. Ia pergi ke Tanjung
Puting hingga akhirnya ia ke London. Di London ia bertemu dengan Pak Simon,
koresponden Firas. Dari Pak Simon, Zarah mendapatkan titik terang akan keadaan
Firas. Dari Pak Simon juga, Zarah mempelajari hal-hal mengenai Ayahnya yang
selama ini hanya ia pahami ala kadarnya.
Karya sastra memiliki peran penting, baik dalam usahanya untuk menjadi
pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala
kemasyarakatan (Ratna, 2012: 334). Sastra memberikan gambaran atas situasi
sosial, ideologi, dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya
mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam karya sastra, pengarang
membawa gagasan-gagasan tertentu. Gagasan-gagasan tersebut mencerminkan
ideologi pengarang yang ditransfer dalam karyanya melalui dialog tokoh, latar,
peristiwa, maupun karakter tokoh. Melalui hal-hal tersebut, pengarang dapat
menyampaikan tujuannya menciptakan sebuah karya sastra. Penelitian ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
membahas mengenai ideologi pengarang, namun membahas mengenai ideologi
yang ada di dalam sebuah karya sastra.
Para tokoh dalam Partikel memiliki beberapa konflik mengenai persoalan
dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu konfilk muncul ketika Firas menolak
permintaan Abah dan Umi agar Zarah masuk sekolah formal. Persoalan tersebut
kemudian menjadi sebuah konflik berkepanjangan antara Firas dan Abah, Umi,
serta isterinya, Aisyah. Selain itu, konflik juga dihadapi Firas dalam hal Bukit
Jambul. Masyarakat dan Abah mengira Bukit Jambul itu adalah tempat angker,
sehingga tidak ada yang boleh memasuki area terlarang tersebut. Namun, bagi
Firas Bukit Jambul adalah aset yang harus dijaga, maka ia dapat keluar masuk
Bukit Jambul karena ia mengetahui kebenarannya.
Pemikiran tokoh yang satu dan pemikiran tokoh-tokoh lainnya kadang
bertentangan. Dengan pelbagai pemikiran tersebut mengisyaratkan adanya
pertentangan ideologi terkait pelbagai sisi kehidupan. Pertentangan ideologi yang
terjadi karena adanya perbedaan gagasan dan pemikiran antartokoh yang satu
dengan tokoh lainnya tersebut memunculkan gejala dan upaya dari ideologi yang
tertindas untuk melakukan perlawanan terhadap ideologi yang mendominasi.
Upaya perlawanan terhadap dominasi ideologi menujukkan adanya usaha
negosiasi yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama demi kesatuan
sosial.
Ideologi oleh Gramsci didefinisikan sebagai kesadaran yang aktif. Sama
seperti Lukacs, ia tidak menyetujui pendefinisian ideologi oleh Marx sebagai
kesadaran palsu, melainkan kesadaran sebagai sesuatu yang aktif (Takwin, 2003:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
79-83). Menurut Gramsci, ideologi adalah manifestasi dari bekerjanya sistem dan
proses kekuasaan (Simon, 2004: 86). Ideologi terbentuk melalui proses sejarah
yang panjang yang melahirkan suatu keadaan di mana kelompok atau individu
yang dikuasai seolah-olah menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu
merasuk dan ideologi diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari seakan-akan terjadi “consensus” antara kelompok atau
pihak tersubordinasi dan penguasa. Kondisi penguasaan negara ini dalam
pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah hegemoni (Takwin, 2003: 84).
Gagasan-gagasan dan opini-opini tidak lahir begitu saja dari otak individu,
melainkan punya pusat informasi, iradiasi, penyebaran, dan persuasi (Faruk, 2012:
132). Ide-ide tentang sebuah ideologi tidak dapat dilepaskan dari praktik-praktik
kultural dalam hal penyebaran dan persuasinya. Puncak dari keberhasilan upaya
penyebaran dan persuasi tersebut dikenal sebagai hegemoni. Faruk (Ibid., 136)
berpendapat bahwa hegemoni menyangkut cara-cara serangkaian kompleks dan
menyeluruh dari praktik-praktik kultural, politisi, ideologis yang bekerja untuk
„menyemen‟ masyarakat menjadi kesatuan yang relatif. „Menyemen‟ dalam hal ini
memiliki artian mengikat kelas-kelas yang sebenarnya bersifat antagonistik
menjadi satu kesatuan yang seakan-akan rukun dan harmonis.
Berdasarkan kerangka pikiran di atas, teori ideologi menurut perspektif
Gramsci dirasa relevan untuk menganalisis ideologi yang terdapat dalam Partikel.
Teori ini dipilih karena menjelaskan relasi ideologi secara mendalam. Dalam teori
Gramsci, ideologi memiliki peran penting untuk mengikat pelbagai kelompok
sosial yang berbeda-beda dalam satu wadah sebagai sarana penyatu sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dengan menggunakan teori ideologi Gramsci, diharapkan ideologi-ideologi yang
ada dalam Partikel dapat dipahami lebih terfokus dan lebih mendalam.
Peneliti memilih topik mengenai formasi ideologi karya sastra dalam novel
Partikel karya Dee Lestari ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama,
berdasarkan observasi peneliti, topik yang membahas mengenai formasi ideologi
pada Partikel belum banyak ditemukan dan dilakukan. Hasil searching peneliti,
Partikel pernah dikaji dengan kajian psikologi sastra yaitu kepribadian dan
aktualisasi diri tokoh utamanya, dan juga kajian feminis.
Kedua, ideologi yang dimiliki para tokoh dalam Partikel adalah sesuatu
permasalahan menarik dalam novel ini. Perbedaan ideologi yang dialami oleh para
tokoh tersebut menyebabkan pertentangan dan konflik dalam masyarakat yang
berkepanjangan. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk menelusuri lebih dalam
mengenai formasi ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari
ini.
Ketiga, peneliti ingin melihat lebih terperinci mengenai permasalahan
formasi ideologi yang ada di dalam Partikel yang juga termasuk ke dalam
fenomena sosial yang tengah terjadi di dalam masyarakat dewasa ini. Ada
pelbagai permasalahan dalam novel ini yang ternyata banyak dialami oleh
masyarakat dewasa ini, hanya saja masyarakat tidak begitu mengambil pusing
tentang fenomena yang terjadi di sekitar mereka.
Novel Partikel karya Dee Lestari ini merupakan teks sastra yang akan
dijadikan bahan penelitian. Teks-teks sastra dalam novel tersebut akan dianalisis
tokoh, penokohan, dan latarnya terlebih dahulu. Kemudian akan dibahas lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
jauh mengenai bagaimana formasi ideologi yang ada dalam Partikel yang
kemudian diasumsi merupakan ideologi yang dimiliki oleh novel Partikel.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari?
2. Bagaimana formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya Dee
Lestari?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan formasi ideologi
dalam novel Supernova: Episode Partikel karya Dee Lestari. Secara khusus tujuan
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari.
Struktur penceritaan yang akan dianalisis adalah tokoh, penokohan, dan
latar dalam novel Partikel. Kemudian hasil analisis dari struktur
penceritaan novel Partikel akan dibahasa pada bab II.
2. Mendeskripsikan formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya
Dee Lestari. Formasi ideologi yang digunakan untuk menganalisis
Partikel ini adalah formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci.
Hasil analisis formasi ideologi ini kemudian akan dibahas dalam bab
III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan di bidang sosiologi sastra yaitu memberikan contoh kajian
penerapan teori tokoh, penokohan, dan latar dalam karya sastra. Karya
sastra yang diteliti di sini adalah novel Partikel karya Dee Lestari.
1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang studi sastra
mengenai ideologi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gramsci
khususnya mengenai teori ideologi dalam perspektif Gramsci.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai rujukan penelitian
tentang studi ideologi dalam bidang karya sastra. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami novel Partikel karya
Dee Lestari secara lebih dalam. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
digunakan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra,
khususnya novel Partikel.
1.5 Tinjauan Pustaka
Topik mengenai ideologi dalam karya sastra pernah dijadikan topik skripsi
S-1 oleh Nanang Syaiful Rohman, dalam skripsinya berjudul “Ideologi
Perempuan dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini” (2011). Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa ada dua bagian ideologi yakni ideologi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bersumber dari budaya tradisional Bali yang terdiri dari ideologi umum, ideologi
familialisme, dan ideologi ibuisme dan ideologi yang bersumber dari budaya
tradisional Bali yang dipadukan dengan budaya modern yang terdiri dari ideologi
matriarki, ideologi familialisme. Terdapat beberapa tokoh yang memiliki ideologi
lebih dari satu. Hal ini terjadi karena tokoh-tokoh perempuan tersebut menghadapi
pelbagai masalah dalam kehidupan yang sangat kompleks, sehingga menyebabkan
ideologi yang dianut sebelumnya beralih ke ideologi lain. Ideologi-ideologi yang
dimiliki tokoh perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini tampak
dalam pandangan tokoh perempuan terhadap dirinya sendiri, pandangan tokoh
perempuan terhadap perempuan lain, dan pandangan tokoh perempuan terhadap
laki-laki. Pandangan tersebut tercermin dalam kutipan unit teks yang terinci dalam
monolog, dialog, dan narasi tokoh.
Kemudian formasi ideologi juga pernah dijadikan topik skripsi oleh Ardila
Chandra, dalam skripsi yang berjudul “Formasi Ideologi dan Negosiasi dalam
Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya: Analisis Hegemoni
Gramsci” (2015). Di dalam penelitiannya, Chandra menyimpulkan bahwa terdapat
dua belas ideologi dalam novel BBR. Keduabelas ideologi tersebut yaitu
humanisme, patriarkat, feminisme, tradisionalisme, konvensionalisme, teisme,
realisme, rasionalisme, nasionalisme, materialisme, kapitalisme, dan liberalisme.
Kedua belas ideologi tersebut memiliki korelasi, pertentangan, dan subordinasi.
Untuk mencapai hegemoni, dibutuhkan negosiasi yang bisa terjadi melalui dialog
antartokoh dan melalui perenungan diri sendiri. Dalam hal ini, terdapat sepuluh
negosiasi ideologi dalam novel Burung Burung Rantau (BBR). Melalui BBR,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pengarang ingin memperkenalkan gagasannya mengenai pascanasional dan
menyebarkan jiwa humanis. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
novel BBR adalah usaha pengarang untuk memperlihatkan kekompleksan
permasalahan manusia pada era globalisasi. Kekompleksan permasalahan tersebut
ditunjukkan melalui ideologi-ideologi para tokoh. Pengarang menceritakan
kegelisahan-kegelisahan pikirannya terkait humanisme melalui kehidupan Neti
sebagai tokoh utama. Pengarang menonjolkan ideologi humanisme untuk
menyuarakan kemanusiaan dan kesetaraan bagi semua manusia.
Novel Partikel karya Dee Lestari sebelumnya pernah menjadi objek
penelitian skripsi S-1 oleh Kartika Nurul Nugraheni yang berjudul “Kepribadian
dan Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel
Karya Dewi Lestari” (2014) menganalisis novel Partikel dengan tinjauan
psikologi sastra. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pertama, kepribadian
yang menonjol pada tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya
Dewi Lestari adalah cerdas, pemberontak, dan keras kepala. Kedua, konflik batin
yang dialami tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya Dewi
Lestari adalah keinginan yang tidak sesuai kenyataan dan pertentangan batin.
Konflik yang paling utama adalah pelarian Zarah dari kekangan kebudayaan di
masyarakat karena perbedaan ideologi. Ketiga, aktualisasi diri pada tokoh Zarah
dalam novel Partikel karya Dewi Lestari terdiri dari dua tujuan, yaitu keinginan
untuk menemukan Firas (ayahnya), memiliki pemikiran yang konsisten, dan teguh
pendirian untuk mempertahankan hasil riset Firas (ayahnya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sedangkan Nurlinda, dkk melakukan kajian nilai-nilai terhadap novel
Patikel karya Dee Lestari. Judul yang mereka pakai adalah “Nilai-nilai dalam
Novel Partikel Karya Dewi Lestari (DEE). Dalam penelitian tersebut disimpulkan
bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam novel karya Dee Lestari ini terdiri dari nilai
pendidikan, religius, sosial, dan individu. Nilai pendidikan itu meliputi nilai setia
kawan, toleransi, kebulatan tekad, menjaga kelestarian hewan dan alam, dan
tolong menolong. Nilai religiusnya adalah keyakinan kepada Tuhan Maha Esa;
Mengerjakan Salat, puasa, dan membaca Alquran; Berdoa kepada Allah;
Menghormati ibu; Manusia makhluk lemah; Setan musuh manusia; dan Percaya
kepada takdir Allah; Nilai sosial meliputi, pengorbanan, kemenangan, kasih
sayang, kegotongroyongan, dan kepedulian. Kemudian nilai individunya adalah
bijaksana, keteguhan, keberanian, perjuangan, keegoisan, kerja keras, kejujuran,
kesadaran, kegelisahan, penderitaan, dan kesedihan.
Beberapa hasil penelitian di atas kemudian akan dijadikan tinjauan untuk
mendukung kajian dalam penulisan penelitian ini. Berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya, penelitian ini menekankan pembahasan mengenai formasi
ideologi yang ada dalam Partikel. Dialog, tokoh, peristiwa, dan latar dalam
Partikel menunjukkan pertentangan pikiran dan ideologi masing-masing tokoh,
oleh karena itu penelitian ini dikaji menggunakan teori ideologi Gramsci.
1.6 Landasan Teori
Suatu penelitian memerlukan teori-teori atau pendekatan yang tepat dan
sesuai dengan objeknya. Landasan teori dalam penelitian ini memaparkan tokoh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penokohan, dan latar dalam drama, kajian sosiologi sastra, dan teori ideologi
menurut perspektif Antonio Gramsci dalam karya sastra.
1.6.1 Kajian Struktural
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan
Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum
formalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh pelbagai
unsur (pembangun)-nya.
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendekripsikan fungsi dan hubungan
antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukruktural dilakukan
dengan mengidentifikasi peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, dan lain-lain. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat
mungkin fungsi dan ketertarikan antarpelbagai unsur karya sastra yang secara
bersama menghasilkan sebuah keseluruhan.
Dalam konteks penelitian ini, peneliti membatasi kajian struktural hanya
pada tokoh dan penokohan serta latar tempat, waktu dan sosial. Hal ini dilakukan
karena peneliti berupaya melakukan studi yang efisien dan efektif. Selain itu, hasil
dari analisis tokoh dan penokohan tersebut membantu peneliti untuk merumuskan
formasi ideologi yang terdapat dalam Partikel. Kemudian latar tempat, waktu, dan
sosial melengkapi dan menjelaskan bagaimana keadaan masyarakat sosial dalam
Partikel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan
Dalam penelitian ini digunakan teori tokoh dan penokohan untuk
menganalisis novel Partikel. Analisis unsur tokoh dan penokohan akan membantu
peneliti untuk mendalami sifat-sifat tokoh dalam novel Partikel dan menemukan
ideologi yang dimiliki oleh setiap tokoh. Hasil analisis tokoh dan penokohan
tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk mendalami ideologi yang ada di
dalam novel Partikel karya Dee Lestari ini.
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi
secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah
tersebut sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling
tidak dalam tulisan ini akan dipergunakan dalam pengertian yang berbeda,
walaupun memang ada di antaranya yang sinonim. Ada istilah yang pengertiannya
menyaran pada tokoh cerita dan atau “teknik” pengembangannya dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 1995:164-165).
Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai
jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada
berapa orang jumlah pelaku novel itu?”, dan sebagainya. Penokohan dan
karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak (-
watak) tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti dikatakan oleh Jones (1968: 33),
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Ibid., 165).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur
bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh-
tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi,
dan prinsup moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Staton dalam
Nurgiyantoro, 1995: 165). Dengan demikian, character dapat berarti „pelaku
cerita‟ dan dapat pula berarti „perwatakan‟. Antara seseorang tokoh dan
perwatakan yang dimilikinya memang merupakan sebuah kepaduan yang utuh
(Ibid.’ 165).
Tokoh cerita (character) menurut Abrams (1981) adalah orang(-orang) yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga
dapat diketahui antara seseorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan
dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori
resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Berkaitan dengan
kasus kepribadian sang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata
(verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu
dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara
fisik. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada
“tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca (Nurgiyantoro, 1995: 165-166).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama
(KBBI, 2007: 1203). Abrams dalam Nurgiyantoro (2007: 165) mengungkapkan
bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan.
Penelitian ini akan menganalisis tokoh dalam novel Partikel karya Dee
Lestari yang diklasifikasikan berdasarkan perannya, yakni tokoh utama dan tokoh
tambahan. Teori tokoh utama dan tokoh tambahan lebih dipilih daripada teori
lainnya karena hasil analisis tokoh utama dan tokoh tambahan akan
mencerminkan mengenai bagaimana ideologi utama dalam Partikel.
1.6.1.1.1 Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2007: 176-
177). Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan latar secara
keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan
konflik penting yang mempengaruhi perkembangan latar (Ibid., 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.6.1.1.2 Tokoh Tambahan
Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita
lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya
dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung (Ibid., 177). Dominasi
tokoh tambahan dalam cerita ada di bawah tokoh utama, sehingga mereka dapat
dipadang sebagai tokoh tambahan, walau harus dicatat: ada tokoh tambahan yang
utama (Ibid., 178).
Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pembedaan antara
tokoh utama dan tokoh tambahan tidak dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan
itu lebih bersifat gradasi. Kadar keutamaan tokoh-tokoh itu beringkat: tokoh
utama (yang) utama, tokoh tambahan, tokoh tambahan utama, tokoh tambahan
(yang memang) tambahan. Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada tokoh-tokoh
yang memiliki pengaruh besar pada tokoh utama.
Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya susastra (KBBI,
2007: 1203). Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan
“perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran jelas kepada pembaca. Penokohan
sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam
sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 166).
Teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam Partikel adalah
teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh secara tidak
langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik dramatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap
serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk
menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan, baik
secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan
juga melalui peristiwa yang terjadi.
1.6.1.2 Latar
Penelitian ini menggunakan teori latar yang meliputi latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Hasil analisis latar digunakan untuk lebih memahami
bagaimana kondisi latar dalam cerita. Bagaimana latar waktu, tempat dan sosial
yang ada dalam masyarakat novel dapat menjelaskan ideologi yang terkandung
dalam karya sastra tersebut.
Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2010: 216) mengungkapkan bahwa latar atau
setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan
jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
menciptakan susasna tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
Jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan
perwatakannya ke dalam cerita, makan pembaca akan dimudahkan untuk
mengoperasikan daya imajinasinya.
Nurgiyantoro (2010: 227-236) mengungkapkan bahwa unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan
dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling
memengaruhi satu dengan yang lainnya.
Unsur latar menjadi penting untuk dianalisis dalam penelitian ini karena
latar menjelaskan dan mengungkapkan bagaimana keadaan dan kondisi
masyarakat sesungguhnya yang menjadi latar belakang cerita tersebut.
Nurgiyantoro (2010: 100) menjelaskan bahwa dalam sebuah karya fiksi sering
dijumpai peristiwa-peristiwa dan permasalahan yang diceritakan. Karena
kelihaian dan kemampuan imajinasi pengarang, cerita fiksi menjadi tampak
kongkret dan seperti benar-benar ada dan terjadi.
Unsur latar dalam Partikel merupakan latar-latar yang nyata, walaupun
ceritanya fiksi, namun latar yang digunakan adalah latar faktual. Misalnya latar
tempat yang ada di dunia nyata, yaitu Bogor, Tanjung Putting, London,
Glastonbury, dll. Beberapa peristiwa juga merupakan peristiwa nyata misalnya
Simposium yang dilaksanakan di Glastonbury pada 2003. Peristiwa itu benar-
benar terjadi dan membahas mengenai biokimia dan molekul genetik
(https://bmg.med.virginia.edu/events/past-simposia/bmg-symposium-2003/)
1.6.1.2.1 Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu
tanpa nama jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yang bersangkutan. Ketidaksesuaian deskripsi antara keadaan
tempat secara realistis dengan yang ada di novel dapat menyebabkan karya yang
bersangkutan kurang meyakinkan jika pembaca mengenalinya. Deskripsi tempat
secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal
yang diceritakan sungguh ada dan terjadi.
Perlu dikemukakan bahwa latar tempat dalam sebuah novel biasanya
meliputi pelbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain
sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh. Dari sekian banyak tempat yang
disebut, tentu sajaa tidak semuanya fungional dan sama pentingnya. Jika latar
tempat dikemukakan secara terperinci, makan latar tempat tersebut merupakan
latar tempat yang penting.
1.6.1.2.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap
waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam
suasana cerita. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional
jika digarap dengan teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lama waktu cerita dalam karya fiksi juga sering dihubungkan dengan
lamanya waktu yang dipergunakan dalam cerita. Dalam hal ini terdapat variasi
pada pelbagai novel yang ditulis pengarang. Ada novel yang membutuhkan waktu
panjang, katakanlah (hampir) sepanjang hayat tokoh, ada pula yang relatif pendek
misalnya hanya beberapa hari atau bahkan hanya beberpa jam.
1.6.1.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup pelbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual.
Untuk mengangkat latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang
perlu menguasai medan. Hal itu juga terlebih berlaku untuk latar sosial, tepatnya
sosial budaya. Latar sosial berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya
latar tempat, menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata
lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus
sekaligus disertai latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat
yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 234).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1.6.2 Formasi Ideologi dalam Perspektif Antonio Gramsci
Kajian tentang formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci ini
merupakan bidang kajian dengan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra
adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah
tentang lembaga sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat
dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan
mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian,
keagamaan, politik dan lain-lain (yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial),
kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang
menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing (Damono, 1979:
7).
Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam
masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk
mengubah masyarakat itu. Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra
berbagi masalah yang sama. Dengan demikian, novel merupakan genre utama
sastra dalam zaman industri ini, dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan
kembali dunia sosial ini: hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya,
politik, negara, dan sebagainya. Dalam pengertian dokumenter murni, jelas
tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi, dan politik- yang
juga menjadi urusan sosiologi (Ibid., 8)
Kemudian Ratna (2004: 334) mengungkapkan bahwa hubungan karya sastra
dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik
dalam usahanya menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan
terhadap suatu gejala kemasyarakatan. Melalui teori sosiologi sastra, peneliti
dapat mengkonstruksikan mengenai formasi ideologi dalam novel Partikel karya
Dee Lestari.
1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci
Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea (ide, gagasan) dan ology
(logos, ilmu). Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan,
keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas,
ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai
dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Konsep ideologi bagi Gramsci itu melewati arti “ilmu pengetahuan
gagasan” dan seperangkat doktrin (Gramsci, 2013: 527). Ideologi adalah penanda
cara manusia meninggalkan peran mereka dalam masyarakat-kelas, nilai, ide, dan
imaji-imaji yang mengikat mereka pada fungsi sosial (Elgeton, 2002: 20).
Gramsci mengungkapkan bahwa ideologi lebih dari sekedar sistem ide karena
memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup individu maupun kelompok
(Gramsci, 2013: 528).
Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat
psikologis. Artinya ideologi „mengatur‟ manusia dan memberikan tempat bagi
manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan
mereka dan sebagainya. Ideologi bagi Gramsci berfungsi untuk mengatur manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran
tentang posisinya dan perjuangan mereka.
Gramsci menganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan
hanya refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomik atau infrastruktur yang
bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri.
Sebagai kekuatan material, dunia gagasan atau ideologi berfungsi mengorganisasi
massa manusia, menciptakan suatu tanah lapang yang di atasnya manusia
bergerak. Persoalan kultural dan formasi ideologi menjadi penting bagi Gramsci
karena di dalamnya pun berlangsung proses yang rumit.
Ideologi terbentuk melalui proses sejarah yang panjang yang melahirkan
suatu keadaan di mana kelompok atau individu yang dikuasai seolah-olah
menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu merasuk dan ideologi
diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seakan-
akan terjadi “consensus” antara kelompok atau pihak tersubordinasi dan penguasa.
Kondisi penguasaan negara ini dalam pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah
hegemoni (Takwin, 2003: 84).
Ideologi menurut Gramsci (dalam Harjito, 2001: 33) mengandung empat
elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen
solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan.
Elemen kesadaran menandakan bahwa ideologi memberi tempat bagi
manusia untuk bergerak dan mendapatkan kesadaran tentang posisi mereka, baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun perjuangan untuk menjadi kelas
hegemoni. Titik awal kesadaran adalah pemikiran awam (common sense).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Pemikiran awam berasal dari pelbagai sumber dan kejadian masa lalu yang
membuat masyarakat menerima kebiasaan, kekuasaan, ketidakadilan, dan
penindasan sebagai hal yang alamiah, produk alam, kehendak Tuhan, dan tidak
dapat diubah (Simon, 2004: 33). Gramsci menggunakan istilah pendapat umum
(common sense) untuk menunjukkan cara orang awam yang tidak kritis dan tidak
sadar dalam memahami dunia (Ibid., 27). Pemikiran ini merupakan tempat
dibangunnya ideologi dan menjadi tempat perlawanan ideologi.
Elemen material adalah wujud eksistensi dalam pelbagai aktivitas praktis
dan menjelma dengan cara hidup kolektif masyarakat. Ideologi bukanlah fantasi
atau angan-angan seseorang, tetapi menjelma dalam kehidupan keseharian
masyarakat, lembaga, ataupun organisasi di tempat praktik sosial berlangsung,
misalnya dalam partai politik, serikat dagang, masyarakat sipil, aparat negara,
perusahaan komersial, atau lembaga keuangan (Simon, 2004: 83-86).
Elemen solidaritas identitas merupakan tanda bahwa ideologi mampu
mengikat sebagai pondasi penyatuan sosial pelbagai kelompok yang berbeda ke
dalam satu wadah. Dengan demikian, kelompok-kelompok lain diikutsertakan,
termasuk ideologinya, guna mendapatkan dukungan. Pernyataan tersebut secara
tidak langsung mengakui adanya pluralitas ideologi di masyarakat karena terdapat
pelbagai kelompok sosial. Untuk merangkul pelbagai kelompok sosial, dalam
menyusun ideologi baru tidak harus menyingkirkan semua sistem ideologi yang
berbeda, tetapi justru melakukan transformasi ideologi dengan mempertahankan
dan menyusun kembali beberapa unsur yang paling tangguh. Istilah untuk
menggambarkan keadaan ini disebut negosiasi (Harjito, 2001: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Elemen kebebasan menjelaskan bahwa ideologi menghasilkan kebebasan
maksimal kepada individu untuk merealisasikan dirinya. Kebebasan memberi
peluang kepada masyarakat demi menghilangkan penindasan tersebut (Ibid., 36).
Keempat elemen tadi tidak harus muncul bersamaan. Elemen yang harus
muncul adalah elemen solidaritas-identitas, elemen kebebasan yang berwujud
pelbagai aktivitas praktis dan terjelma dalam kehidupan keseharian, cara hidup
kolektif masyarakat, lembaga, serta organisasi tempat praktik sosial berlangsung.
1.6.2.2 Formasi Ideologi
Formasi adalah suatu susunan (KBBI, 2007: 320). Ideologi adalah sistem
berpikir, kepercayaan, praktik-praktik simbolik yang berhubungan dengan
tindakan sosial dan politik. Menurut Thompson (2003: 17) ideologi adalah sistem
gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis,
politis, dan sosial. Ideologi dalam hal ini disebut neutral conception. Dari kedua
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa formasi ideologi adalah suatu
susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis,
ekonomis, politis, dan sosial. Formasi ideologi tidak hanya membahas ideologi
apa saja yang terdapat di dalam teks, akan tetapi juga membahas bagaimana relasi
antar ideologi tersebut.
Formasi ideologi dalam teks muncul melalui tokoh, latar (yang mencakup
tempat, waktu, dan sosial). Dalam perspektif kajian ini, semua elemen tersebut
merupakan representasi ideologi yang melekat pada setiap elemen tadi. Oleh
karena itu, karya sastra disebut juga sebagai situs ideologi. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
disebabkan karena teks sastra merupakan dialektika pemikiran pengarang itu
sendiri yang dimunculkan melalu tokoh, latar, serta peristiwa.
Novel Partikel karya Dee Lestari memiliki beberapa ideologi dan ideologi
tokoh utamanya tersebut bertentangan dengan ideologi yang ada di dalam
masyarakat sekitarnya. Ideologi yang dimiliki Partikel antara lain alalah sebagai
berikut, pertama ideologi liberalisme dalam sistem pendidikan. Bahwa tidak
selamanya pendidikan harus dilakukan secara formal (dengan belajar di sekolah
dan disekap beberpa jam di kelas). Kedua, pandangan mengenai alam semesta.
Beberapa tokohnya percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk yang
memiliki kesadaran. Selain itu, ada beberapa ideologi lagi yang menyimpang dari
ideologi yang sudah ada. Berdasarkan teori di atas, peneliti akan melihat dan
menganalisis lebih dalam mengenai formasi ideologi yang terdapat dalam
Partikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bagaimana formasi ideologi
karya sastra dalam Partikel.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu (i) pendekatan, (ii)
pengumpulan data, (iii) analisis data, dan (iv) penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif
dan pendekatan ssiologis. Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata
pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik (Ratna, 2012: 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Analisis tokoh dan penokohan adalah unsur intrinsik yang dipakai oleh peneliti
untuk lebih mendalami tokoh. Pendalaman tokoh tersebut dipakai untuk
mengetahui ideologi-ideologi yang terdapat dalam novel Partikel karya Dee
Lestari.
Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah hubungan hakiki antara karya
sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan
oleh: (i) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, (ii) pengarang itu sendiri adalah
anggota masyarakat, (iii) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam
masyarakat, dan (iv) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat
(Ibid., 60).
Pendekatan sosiologis memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman
mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Maka dalam
penelitian ini diasumsikan bahwa ideologi yang ada dalam Partikel merupakan
cerminan kondisi masyarakat sesungguhnya saat itu. Yang dimaksud dengan
cermin dalam pendekatan sosiologis adalah sastra yang cenderung mengangkat
hal ihwal sebagai pantulan hidup. Sastra memancarkan seluruh aset sosial
(Endraswara, 2011: 169).
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee
Lestari yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi pustaka.
Peneliti membaca pelbagai pustaka, termasuk karya sastra yang menjadi objek
penelitian secara cermat.
1.7.3 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam sebuah metode penelitian,
karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2014:304). Fungsi dari tahap
analisis data adalah mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah
dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan (Faruk, 2012: 25). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode formal dan deskriptif kualitatif.
Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek
formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur karya sastra. Ciri-ciri utama metode
formal adalah analisis terhadap unsur-unsur karya sastra, kemudian bagaimana
hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan totalitasnya (Ratna, 2012, 49-50).
Metode formal ini digunakan untuk menganalisis tokoh, penokohan, dan latar
dalam Partikel.
Metode deskriptif kualitaif adalah metode yang secara keseluruhan
memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi
yang dikaitkan dengan hakikat penafsiran. Metode yang memberi perhatian
terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya.
Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menganalisis bagaimana formasi
ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah dianalisis secara mendalam, hasil penelitian perlu dilaporkan secara
lengkap dan sistematis. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan
deskriptif kualitatif. Di mana hasil analisis data dideskripsikan dalam bentuk
paragraf.
1.8 Sumber Data
Data merupakan bahan penelitian. Karya sastra yang menjadi objek
penelitian adalah sebuah novel dengan identitas sebagai berikut:
judul : Supernova Episode: Partikel
pengarang : Dee Lestari
cetakan : ketiga
tahun terbit : 2016
penerbit : Bentang Pustaka
tebal : x + 494 halaman
ukuran : 20 cm
1.9 Sistematika Penyajian
Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika penelitian ini dirinci
sebagai berikut.
Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi
menjadi sembilan sub bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian.
Bab II berisi deskripsi hasil analisis tokoh, penokohan, dan latar dalam
novel Partikel karya Dee Lestari. Bab III berisi deskripsi ideologi karya sastra
dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Kemudian Bab IV berupa kesimpulan
yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB II
STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI
2.1 Pengantar
Tokoh, penokohan, dan latar merupakan bagian penting dalam sebuah
cerita. Tokoh dan penokohan tersebut mencerminkan gagasan-gagasan dan
ideologi yang ada di dalam karya sastra. Tokoh dan penokohan dikategorikan
berdasarkan pembedaan sudut pandang, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama dan tokoh tambahan digunakan untuk menganalisis penokohan
karena dari tokoh utama dan tokoh tambahan akan didapatkan ideologi utama
dalam karya sastra. Pada bab ini, peneliti membatasi kajian tokoh tambahan.
Tidak semua tokoh tambahan yang berada di dalam Partikel akan dianalisis.
Tokoh tambahan yang dianalisis adalah tokoh-tokoh yang memiliki peran penting
dalam menjelaskan formasi ideologi yang terdapat di dalam Partikel.
Latar atau sering disebut dengan setting juga menjadi salah satu hal penting
untuk mengungkapkan formasi ideologi yang ada di dalam Partikel. Melalui latar
tempat, waktu, dan sosial, diketahui latar belakang cerita dalam karya sastra.
Analisis latar kemudian digunakan untuk menjelaskan mengenai bagaimana
ideologi yang ada di dalam masyarakat umum Partikel. Peneliti juga melakukan
pembatasan dalam analisis latar. Peneliti hanya menganalisis latar yang memiliki
hubungan dengan analisisi formasi ideologi dalam Partikel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2 Tokoh dan Penokohan
Secara umum, teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam
Partikel adalah teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh
secara tidak langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik
dramatik artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat
dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita
untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan,
baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku,
dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
Berhubung sifat kedirian tokoh tidak dideskripsikan secara jelas dan
lengkap, ia akan hadir kepada pembaca secara sepotong-sepotong, dan tidak
sekaligus. Ia menjadi “lengkap” barangkali setelah pembaca menyelesaikan cerita.
Dalam teknik ini, pembaca dituntut untuk dapat menafsirkan sendiri bagaimana
karakter atau sifat tokoh.
Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik.
Dalam sebuah karya fiksi, biasanya pengarang mempergunakan pelbagai teknik
itu secara bergantian dan saling mengisi, walaupun ada perbedaan frekuensi
penggunaan masing-masing teknik. Mungkin sekali ada satu teknik yang lebih
sering dipergunakan dibanding teknik-teknik lainnya. Tentunya hal tersebut sesuai
dengan selera pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tokoh-tokoh yang dihadirkan tersebut selanjutnya dikategorikan
berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan. Tokoh-tokoh dalam Partikel
akan dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
2.2.1 Tokoh Utama
Seperti yang telah dijelaskan pada poin 1.6.1.1 bahwa tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Dalam novel Partikel, tokoh utamanya terdiri dari
dua orang, yaitu Zarah dan Firas (ayah Zarah). Mereka dikategorikan menjadi
tokoh utama dan tokoh utama (yang) tambahan karena keduanya merupakan
penggerak alur cerita. Jika tidak ada kedua tokoh tersebut, cerita tidak berjalan.
2.2.1.1 Zarah Amala
Zarah merupakan tokoh utama dalam novel Partikel. Zarah adalah tokoh
penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar
cerita. Zarah menjadi salah satu tokoh penggerak alur.
Zarah merupakan seorang perempuan keturunan Arab dan Sunda. Darah
Arab jelas ia dapatkan dari Abah Hamid yang bercampur dengan darah Sunda dari
Umi. Untuk ukuran orang Indonesia, Zarah termasuk perempuan yang tinggi
dengan paras yang cantik. Zarah juga termasuk orang yang cuek dengan
penampilan. Ia terbiasa mengenakan setelan santai dan simpel yang tidak ribet.
Berikut ini adalah kutipan penjelas argumen tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(6) “Aku menjelaskan bahwa darahku campuran Arab dan Sunda (Lestari,
2012: 311).”
(7) Usiaku dan Paul terpaut sepuluh tahun. Badanku yang tingginya 172 cm
seperti bonsai jika berada di sebelahnya (Lestari, 2012: 7).”
(8) Selama ini aku sudah terlalu nyaman dengan celana kargo, kaus oblong,
kemeja lengan panjang, dan sepatu botku, hingga lupa bahwa ada
peristiwa sosial lain di kehidupan ini yang perlu busana berbeda
(Lestari, 2012: 302).”
Zarah merupakan anak pertama dari Firas dan Aisyah. Zarah tumbuh besar
dalam lingkungan orang tua yang sangat mencintai dan menjaga kelestarian
lingkungan. Ayahnya, Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi dari Institut
Pertanian Bogor (IPB). Keluarga Zarah merupakan keluarga yang disegani di
desanya karena keberhasilan Ayah Zarah dalam mengajari warga dalam hal
pertanian. Hal tersebut terbukti melalui kutipan berikut ini:
(9) Bersama Ayah di sisinya, visi Abah masuk ke jalur cepat. Pertanian di
Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah
menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia
mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampah-
sampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos dengan
mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).”
(10) “Dan tidak Cuma itu, satu pohon di Bukit Jambul adalah rumah bagi
puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang
berpotensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit Jambul
ditebang, semua spesies tadi ikut hilang. Tugas kita, Zarah, adalah
melindungi hutan di Bukit Jambul dari manusia (Lestari, 2012: 70).”
Zarah tumbuh dalam didikan seorang Firas. Bahkan ia menanggap ayahnya
adalah dewa. Dengan begitu, sifat Zarah hampir sama persis seperti sifat Firas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Zarah adalah seseorang yang cerdas. Namun, ia juga seorang yang sangat keras
kepala dan memiliki pendirian teguh. Berikut ini adalah gambarannya pada
kutipan di bawah ini
(11) “Atas permintaan ibuku, mereka memberikan variasi soal mulai level 6
SD sampai pelajaran kelas 3 SMA.
Aku mengerjakannya dengan setengah tidak percaya. Untuk inikah
anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua
ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang
alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula,
mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012:
95).”
(12) “Nilaimu bagus, Zarah. Kalau bukan karena nilai PMP dan agamamu
yang jeblok, kamu pasti masuk tiga besar. Kenapa kamu mau tinggal
kelas? (Bu Kartika, 2012: 116).”
Sifat keras kepala Zarah juga terbukti dalam kutipan di bawah ini:
(13) “Kenapa kamu begitu bodoh Zarah? Kenapa kamu begitu keras kepala?
Nggak cukup ayahmu menyiksa keluarga kita? Masih harus kamu ikut-
ikutan? Nggak kasihan kamu sama Ibu? (Lestari, 2012: 106).”
(14) Secepat kilat aku menyambar tiket di tangannya. Dan untuk bisa
merampas dari tangan Paul, aku harus melompat tinggi seolah
membidik ring basket. “No. You return this ticket. Now. Saya pergi
sendiri.”
“Kenapa sih, kamu keras kepala banget jadi orang?” seru Paul gemas.
“You’ve done so much already, Paul,” kataku lembut. Kukembalikan
tiketnya baik-baik. “Perjalanan yang satu ini adalah jatah saya
sendirian,” tegasku lagi (Lestari, 2012: 380).
Zarah juga merupakan seseorang yang tegas dalam mengambil keputusan. Ia
selalu berpegang teguh pada apa yang ia yakini. Sikap tegasnya dalam mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
keputusan ini kemudian banyak menuai konflik dari orang-orang yang ada di
sekitarnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan:
(15) “S—saya… tetap mau tinggal kelas bu,” aku tergagap sambil beranjak.
Tatapan itu berhasil mendesakku keluar.
Sebagaimana yang sudah kuduga dan kuantisipasi, Ibu mengamuk
habis-habisan. Aku juga tak berupaya menjelaskan panjang lebar
alasanku. Aku yakin Ibu tak akan mengerti (Lestari, 2012: 118).
(16) Malam itu juga kuputuskan, aku tak pulang lagi ke Jawa.
Esok harinya, keputusanku untuk tidak pulang menggemparkan seisi
kelotok. Melalui pertengkaran sengit yang berakhir dengan aku
menandatangani surat perjanjian pelepasan tanggung jawab, aku
berhasil tinggal (Lestari, 2012: 194).
(17) Yang kutahu, kemarahan Ibu bukan karena aku memilih orangutan
ketimbang keluargaku sendiri. Kemarahan Ibu hari ini adalah
kemarahan yang tertunda. Yang terakumulasi sejak perang dingin kami
dimulai dan aku memilih tinggal di saung Batu Luhur setahun lalu.
Kemarahan Ibu adalah karena anaknya melihat segala tempat di dunia
ini, entah itu saung tak berdinding di tengah ladang, atau teras
bangunan kayu di tengah hutan belantara, seolah lebih baik dari
rumahnya sendiri. Rumah yang telah ibu wujudkan dan pertahankan
dengan air mata dan jerih payah (Lestari, 2012: 218).
Selain cuek dengan penampilannya, Zarah juga memiliki sifat yang cuek
terhadap apa yang dipikirkan orang lain. Ia tidak begitu ambil pusing tentang apa
yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Hal itu terbukti dari reaksinya ketika ia
dianggap native oleh teman-temannya dan juga ia tidak ambil pusing ketika
orang-orang tidak percaya kepada apa yang ditulis ayahnya, sedangkan ia sangat
percaya pada ayahnya. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya.
(18) Zach roboh ke tanah dan tertawa terguling-guling melihat pemandangan
itu. Antara Valerie yang rela kencan dengan sepuluh orangutan demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
masuk short list pendamping WWF yang secara berkala memboyong
selebritas Hollywood masuk hutan, dengan aku yang berkali-kali
ditawari ikut, tapi selalu menolak tanpa tahu apa yang sebenarnya
kulewatkan. Tahun lalu, mereka membawa Julia—something—
Roberts? Lupa lagi. Zach membodoh-bodohiku selama sebulan karena
ia sendiri rela melakukan apa saja demi memotret senyum maut Julia di
pagi hari. Seakan-akan panjang gigi perempuan itu bakal bertambah
atau berkurang seinci, tergantung sinar matahari (Lestari, 2012: 4).
(19) “Kamu menyembah apa?”
“Jamur”
Semenjak hari itu mereka menganggapku sinting. Keuntungan ada di
pihakku, karena teror pernyataan mereka mereda (Lestari, 2012: 98).
(20) Maka, kuputuskan untuk diam. Untuk apa menabrak-nabrakkan diri ke
benteng batu? Hanya akan mengundang masalah, dan aku tak punya
cukup ruang untuk itu. Tujuanku jelas dan pasti: mencari Ayah. Yang
lain hanya berisikan. Tak perlu didengar (Lestari, 2012: 105).
Zarah juga menuruni sifat Firas yang pemberani dan pemberontak. Jika ia
mengetahui sesuatu yang salah (tidak sesuai dengan apa yang ia percaya), tidak
segan-segan ia mengeluarkan pendapatnya dan mengatakan kesungguhannya
walaupun itu menyakiti hati orang lain. Hal ini mungkin bisa disebut dengan
nama ceplas-ceplos. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
(21) “Karena kebenaran hanya ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah
subhanahu wa taala”.
“Kalau kenenaran cuma ada satu, kenapa ada banyak agama? Abah
sendiri bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cumma satu
dong,” balasku. “Kalau yang benar cuma Islamnya Abah, berarti teman-
temanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya
diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal, Zarah nggak percaya apa-apa.
Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 103).”
(22) “Loh, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung.
“Memang apa buktinya Allah pasti ada? (Lestari, 2012: 130).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Zarah memang banyak mewarisi sifat Firas. Salah satunya adalah tidak
mudah percaya pada suatu hal. Apalagi jika itu menyangkut tentang agama. Ia
selalu mempertanyakan kebenaran tentang agama. Dan hal ini yang menyebabkan
pelbagai macam konflik di dalam keluarganya. Zarah, dalam hal kepercayaan, ia
menganut ideologi ayahnya mengenai alam semesta. Berikut ini adalah kutipan
penjelasnya.
(23) “Karena apa yang kamu ceritakan tidak sesuai dengan pelajaran Agama.
Tidak sesuai dengan Islam.”
“Cerita saya itu memang belum tentu benar, Pak. Namanya juga cerita.
Yang diceritakan Bu Aminah tentang Adam dan Hawa, kan, belum
tentu benar juga— (Lestari, 2012: 102).”
(24) “Zarah tak pernah bilang Zarah beriman pada tulisan Ayah, Zarah cuma
cerita. Apa salahnya? Kenapa nggak boleh?”
“Karena kebenaran cuma ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah
subhanahu wa taala.”
“Kalau kebenaran cuma satu, kenapa ada banyak agama? Abah sendiri
bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cuma satu dong,”
balasku. “Kalau kebenaran cuma Islamnya Abah, berarti teman-
temanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya
diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal Zarah nggak percaya apa-apa.
Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 104).”
(25) Aku pun merasakan luapan amarah dalam hatiku. Mengapa mereka
harus meradang karena pertanyaan-pertanyaanku? Seolah-olah semua
yang kuucapkan adalah hinaan? Kenapa mereka tidak bisa melihat
semata-mata sebagai pertanyaan? Mengapa kata “agama” dan “Tuhan”
menyulut api dalam setiap hati orang yang kutemui? Dan sungguh aku
muak dengan satu kata itu. Atheis. Bagiku ini bukan soal percaya atau
tidak percaya, melainkan tidak adanya kesempatan untuk
mempertanyakan.
“Zarah buka Ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli
siapa yang bikin.” (Lestari, 2012: 131).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Zarah juga merupakan seseorang yang tangguh dalam menghadap pelbagai
masalah. Dibuktikan dengan ia tetap kuat ketika kehilangan ayahnya. Ketika ia
juga menghadapi masalah tentang kelahiran adeknya yang disebut tumbal. Zarah
merupakan sosok yang mewarisi sifat dan watak Firas, ayahnya.
2.2.1.2 Firas
Firas adalah tokoh utama (yang) tambahan. Hal itu karena, jika tidak ada
Firas, maka alur cerita yang menceritakan pencarian Zarah tidak akan pernah ada.
Firas juga merupakan seorang tokoh yang menggerakkan alur dalam novel
Partikel. Firas memegang peranan penting dalam novel, karena dominasinya
dalam cerita ada di bawah Zarah.
Firas adalah ayah Zarah dan Hara. Ia adalah angkat dari Abah Hamid dan
Umi. Firas juga merupakan menantu Abah dan Umi, karena ia menikahi Aisyah,
anak kandung Abah dan Umi. Firas bekerja sebagai dosen mikologi di IPB.
(26) Firas adalah seorang laki-laki yang cerdas. Kepandaiannya melampaui
semua anak di Batu Luhur pada masanya. Dengan kepandaiannya, ia
mampu meraih pelbagai beasiswa hingga tingkat perguruan tinggi.
Sebelum menuai kontroversi, Firas adalah tokoh masyarakat di Desa
Batu Luhur. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(27) Ayah tumbuh besar sesuai ramalan Abah. Kepandaiannya melampaui
semua anak di Batu Luhur (Lestari, 2012: 11).
(28) Pengorbanan Abah pindah ke kota pun tidak sia-sia. Ayah melewati
masa sekolahnya dari satu beasiswa ke beasiswa lain. Puncaknya, ia
diterima di Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor tanpa tes (Lestari,
2012: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(29) Bersama Ayah di sisinya, visi Abah masuk ke jalur cepat. Pertanian di
Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah
menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia
mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampah-
sampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos
dengan mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).
(30) Abah Hamid dan Firas adalah dua nama sakral yang diagunkan oleh
kampung kecil bernama Batu Luhur. Dua sosok karismatik yang
berhasil memajukan kampung tanpa pamrih (Lestari, 2012: 13).
(31) Di kampus, Ayah adalah dosen brilian. Ahli mikologi termuda yang
pernah dimiliki IPB. Batu Luhur dijadikannya laboratorium hidup
tempat ia mengembangbiakkan pelbagai jamur untuk konsumsi obat-
obatan (Lestari, 2012: 26).
Firas memiliki sifat yang sangat keras kepala. Ia akan menentang segala
sesuatu yang dianggapnya tidak benar. Bahkan ia berani menentang Abah Hamid,
jika memang apa yang ia lakukan adalah kebenaran. Firas juga adalah sosok yang
kontroverisl di mata masyarakat Batu Luhur. Pertama, ia berani menikah dengan
Aisyah yang adalah anak kandung dari Abah Hamid, sedangkan Firas adalah anak
angkat Abah Hamid. Sifat-sifat tersebut terbukti dalam kutipan berikut.
(32) Sialnya, Ayah malah tambah penasaran. Bukit Jambul adalah kekuatan
yang menariknya telak bagai gravitasi. Tak terhitung seringnya ia
mengendap, menyelinap mencuri-curi pergi ke kaki bukit itu. Setiap
penduduk yang melihat pasti melaporkannya kepada Abah. Lecutan ikat
pinggang, gebukan kemoceng, adalah kepastian yang menanti ayah
begitu sampai di rumah. Semuanya itu tidak membuatnya jera (Lestari,
2014: 32).
(33) Di usiaku yang masih sangat muda, aku bahkan sudah bisa menilai
betapa Ayah adalah sosok yang penuh kontroversi (Lestari, 2012: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Selain hal tersebut, sikap keras kepala Firas juga terlihat ketika ia bersikeras
tidak mau menyekolahkan Zarah dalam pendidikan formal. Hal tersebut terbukti
terbukti dalam kutipan di bawah ini.
(34) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang
mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2014: 17).”
(35) Gesekan kutub antara Ayah dan Ibu menjadi makanan kami sehari-hari.
Sering kudengar Ayah beradu argumen dengan Ibu, terutama tentang
sekolah. Ayah berusaha meyakinkan Ibu kalau sistem pendidikan
swalayan dari rumah yang ia lakukan kepadaku sudah berkecukupan,
bahkan jauh lebih baik ketimbang sistem sekolah biasa (Lestari, 2012:
50).
Firas juga merupakan seseorang pekerja keras. Ia mau melakukan apa saja
demi mendapatkan apa yang ia mau dan ia yakini. Seperti ketika ia rela menjadi
tangan kanan Abah. Ia mau mengerjakan apa saja, ia juga mendidik warga Batu
Luhur tentang pertanian yang sesuai dengan kondisi Desa Batu Luhur.
(36) Pertanian di Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya.
Ayah menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan
sendiri. Ia mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh
dan sampah-sampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah
kompos dengan mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).
(37) Begitu ada perkembangan tanaman obat terbaru, Ayah langsung
menginformasikan kepada warga dan menyuruh mereka
mengembangbiakannya (Lestari, 2012: 13).
Sifat Firas yang pekerja keras juga terlihat ketika ia dengan giat mengirim
proposal penelitian ke pelbagai lembaga di luar negeri untuk membantu
menyelesaikan penelitiannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
(38) Dari dalam tas terpalnya yang seperti barang eks militer dipakai gerilya
bertahun-tahun, ia menunjukkan tumpukan surat yang akan
diposkannya. “Ini surat-surat untuk dikirim ke luar negeri. Ayah mau
minta dana supaya laboratorium fungi kita bisa berdiri.” Ayah lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
meletakkan tumpukan surat itu di pangkuanku, “Ayo, Zarah, ciumi
satu-satu. Kamu pembawa keberuntungan Ayah (Lestari, 2012: 47).”
Hal yang membuat Firas berbeda dari yang lainnya adalah sosok Firas yang
kontroversial. Ia adalah seseorang yang tidak percaya pada takhayul. Ia juga
seseorang yang memiliki pendirian teguh. Ia memegang erat apa yang ia percayai.
Bahkan dari pengetahuannya, ia menjelaskan bahwa fungi adalah bagian
terpenting dari dunia. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut.
(39) Dengan tegas Ayah menandaskan, “Umat manusia selamanya berutang
budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena fungi
melahirkan kehidupan bagi kita.”
Bagi Ayah, Fungi adalah orangtua alam ini (Lestari, 2012: 21).
(40) “Betul sekali. Lewat dua kejadian itu, evolusi akhirnya menggiring
semua makhluk hidup untuk bersimbiosis dengan fungi. Fungi adalah
konstruksi dasar sistem kehidupan di Bumi (Lestari, 2012: 22).”
Selain itu, atas sifat Firas yang tidak pernah percaya pada takhayul, ia
mempelajari kasus mengenai adik Zarah yang keuda yang dikatakan tumbal Bukit
Jambul. Ia berhasil menemukan penjelasan ilmiah mengenai kondisi anak
ketiganya itu. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(41) “Banyak orang akan berusaha menjatuhkan kepercayaan dirimu,
meragukan ucapanmu, menganggapmu gila. Tidak akan mudah, Zarah.
Yang paling sulit dari semua itu adalah percaya kepada dirimu sendiri,
bahwa kamu tidak gila,” Ayah mengerjapkan matanya, mengusir
genangan air mata. Baru itulah kulihat ayahku menangis. Dia tidak
dikutuk Bukit Jambul. Dia mengalami kelainan gen bernama Harlequin
Ichtyosis. Butuh berbulan-bulan untuk Ayah mencari tahu karena ibumu
dan Abah nggak kasih jenazah adikmu diautopsi (Lestari, 2012: 75).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tokoh Firas adalah tokoh kontroversial dalam Partikel. Pengetahuan dan
kecerdasan Firas tersebut memang membawanya selangkah lebih maju dari orang-
orang yang ada di lingkungannya. Menyebabkan Firas dianggap sebagai
pemerontak. Walaupun kenyataannya sistem kepercayaan manusia di sekitarnya
yang belum tentu benar.
Dari Firas, Zarah mempelajari pelbagai hal. Mulai dari fungi hingga kisah
penciptaan manusia pertama. Hal-hal itu yang kemudian dianggap menyalahi
aturan dan bahkan menyalahi ajaran agama. Hal-hal yang dipercayai Firas dan
Zarah tersebutlah yang akhirnya menimbulkan pelbagai konflik di dalam keluarga
maupun di lingkungan masyarakat.
Sifat mereka yang memegang teguh apa yang mereka percayai kemudian
menunjukkan ideologi yang mereka miliki. Dan ideologi tersebut mereka pegang
teguh. Ideologi yang dipercayai Firas dan Zarah memang sebagian besar
bertentangan dengan ideologi yang dimiliki tokoh-tokoh lainnya dan juga
masyarakat dalam novel Partikel. Dan ideologi yang mereka miliki
mencerminkan ideologi utama yang ada di dalam karya sastra ini.
2.2.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama, baik secara langsung atau tidak langsung. Tokoh tambahan merupakan
tokoh-tokoh yang berada di lingkaran tokoh utama. Dominasi mereka berada di
bawah tokoh utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ada banyak sekali tokoh tambahan di dalam novel ini. Diantaranya adalah
Aisyah, Abah Hamid,Umi, Hara, Pak Simon Hardiman, Koso, Pak Kas, Ibu Inga,
Paul Daly, Zach, Storm, Hawkeye, dan lain sebagainya. Tidak semua tokoh
tambahan akan dianalisis oleh peneliti. Peneliti membatasi analisis tokoh
tambahan yaitu Aisyah, Abah Hamid, dan Pak Simon. Ketiga tokoh tersebut
dipilih karena hanya ketiga tokoh tersebut yang memiliki kaitan untuk melakukan
studi formasi ideologi dalam novel Partikel ini.
2.2.2.1 Aisyah
Aisyah adalah tokoh tambahan dalam novel ini. Hal itu karena Aisyah
adalah tokoh yang berada di lingkungan tokoh utama dan memiliki kaitan erat
dengan tokoh utama. Aisyah adalah ibu Zarah, suami dari Firas. Aisyah adalah
seseorang Ibu yang sangat menyayangi keluarganya. Dalam kisahnya, ia
merupakan seseorang yang cantik dan memiliki aura yang baik. Ha itu terlihat
dalam kutipan berikut ini.
(42) Di teras depan, saat aku sudah siap duduk di sadel sepedaku, Ibu keluar
dengan kerudung biru mudanya. Entah sudah berapa kali dalam
hidupku, aku dibuat terpana oleh kecantikan ibuku sendiri. Rambutnya
yang hitam lega terurai dari sebelah bahunya, matanya yang besar
tampak berkilau dibingkai sepasang alisnya yang lebat, kulitnya bersih
dan cemerlang tanpa pulasan make up. Rumitnya kehidupan keluarga
kami mungkin sering meredupkan sinar bahagianya, tapi tak pernah
menyurutkan kecantikannya, (Lestari, 2012: 157).
Aisyah merupakan seseorang yang sangat konsisten dan ulet. Ia juga
seorang yang rajin dan disiplin dalam mengerjaka suatu hal. Hal tersebut terbukti
dalam kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(43) Gigih, Ibu terus mencoba mendobrak tembok itu. Dialah manusia
paling presisten dan konsisten yang kukenal di dunia ini. Ia sanggup
melaksanakan hidupnya laksana baris berbaris. Teratur, rapi, dan rutin
(Lestari, 2012: 15)
Aisyah juga merupakan seorang Ibu yang rajin dan menyayangi
keluarganya. Ia menyiapkan segalanya sendiri. Urusan rumah tangga ia kerjakan
dengan sangat baik. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(44) Hidup Ibu sepenuhnya untuk keluarga. Kami tidak pernah punya
pembantu. Ibu mengurus segalanya dengan baik. Rumah mungil kami
selalu resik, lantai selalu licin mengilap, semua permukaan furnitur
bebas debu. Baju-baju kami tersetrika rapi dan wangi. Dapur kami
mengebul setiap pagi, meruapkan aroma aneka masakan. Tak jarang Ibu
memasak sambil menggendong Hara dalam balutan kain di tubuhnya.
Makanan hangan selalu tersedia tiga kali sehari di meja (Lestari, 2012:
15).
Aisyah dididik sangat keras dalam keluarga yang Islami. Predikat anak dari
Abah Hamid dan Umi membuat ia menjadi seseorang yang sangat taat beribadah.
Ia juga memegang teguh keyakinanya akan agama Islam, seperti yang diajarkan
Abah dan Umi. Hal itu terbukti dari ia yang selalu rajin mengikuti pengajian yang
diadakan di Desa Batu luhur. Kutipan penjelas terdapat dalam kutipan di bawah
ini.
(45) Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu,
menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap rabu malam, Ibu
pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang ustazah
yang sangat dihormati di daerah kami, (Lestari, 2012: 15).
Aisyah juga merupakan tokoh yang ideologinya mewakili ideologi
masyarakat yang ada di dalam Partikel. Selain religius, Aisyah juga masih
mempercayai takhayul dan mistis. Ia masih percaya mitos mengenai setan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penunggu Bukit Jambul dan tumbal. Hal itu terjadi ketika Aisyah menyalahkan
Firas atas kasus anak ketiganya yang disebut sebagai tumbal Bukit Jambul.
Berikut ini bukti kutipannya.
(46) “Itu tempat syaitan! Apalagi aku sedang hamil begini. Aku nggak mau
kamu bawa pulang kutukan dari tempat itu (Lestari, 2012: 36).”
(47) “Abah sendiri bilang, di sana ada kekuatan gelap. Kamu itu pasti sudah
kena sirep. Mana ada orang waras yang mau ke sana? (Lestari, 2012;
37)”
(48) ”Sejak kesurupan setahun yang lalu, kamu berubah jauh, Firas. Aku
tahu kamu dari dulu cinta sama ilmu, tapi sekarang kamu itu sudah
musyrik. Makanya kamu pengangguran, kita jadi miskin, semua gara-
gara kamu lupa sama Allah (Lestari, 2012: 55).”
Sebagai manusia biasa, pastinya Aisyah memiliki puncak kesabaran. Ketika
puncak kesabarannya habis, ia bisa menjadi seseorang yang sangat keras. Sifat
Firas dan Zarah kadang membuat Aisyah menjadi seseorang yang sangat keras.
Hal itu terbukti ketika Firas tetap tidak mau menyekolahkan Zarah di sekolah
formal dan juga ketika Zarah melakukan hal-hal yang sangat tidak disuakai
Aisyah. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya.
(49) “PMP saja nggak tahu, apalagi Agama,” potong Ibu sengit. “Salat saja
kamu nggak becus, Zarah. Ibu malu sama Abah, sama Umi. Cucu-
cucunya nggak ada yang beres,” tukasnya lagi. “Mulai besok, Ibu
panggil Bu Hasanah untuk mengajari kamu ngaji. Kalua perlu, Ibu
daftarkan kamu ke pesantren.”
“Nggak mau.”
“Kenapa nggak mau?
“Zarah cuma mau diajar sama Ayah.”
“Tahu apa Ayahmu soal agama? Dia itu musyrik! Ateis!” Ibu
membentak, (Lestari, 2102: 55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(50) “Zarah! Keluar kamu!” lengkingnya.
Aku menggigit bibir, menahan sedu sedanku. “Bu, biar Zarah pergi cari
Ayah—“
“Keluaaar!” jerit Ibu histeris.
Terisak-isak aku keluar dari sana. Aku tahu Ibu bukan mengamuk
kepadaku. Ia mengamuk kepada hidup ini. Aku hanya ingin
menolongnya, (Lestari, 2012: 42).
Sebagai sosok individu, Aisyah adalah seseorang yang kuat dan tangguh.
Ketika ia ditinggal hilang oleh suaminya, ia tetap kuat dalam menjalani
kehidupannya. Ia juga sosok yang mudah bersosialisasi dengan lingkungan
masyarakatnya. Walaupun ia memiliki sifat yang keras terhadap Zarah, namun
dalam hati kecilnya ia sangat menyayangi Zarah.
2.2.2.2 Abah Hamid Jalaludin
Abah Hamid Jalaludin adalah tokoh tambahan. Tokoh Abah adalah tokoh
yang bersingungan secara langsung dengan Zarah dan Firas. Ia juga salah satu
tokoh yang menyebabkan konfik dalam cerita Partikel. Ia memiliki dan mewakili
ideologi yang ada di dalam masyarakat.
Abah Hamid adalah orang Arab yang tinggal di Jawa Barat. Ia adalah
seseorang keturunan Arab namun menetap di Batu Luhur sudah sejak lama.
Berikut ini adalah kutipan penggambaran fisik Abah Hamid.
(51) Semua diawali oleh kakekku. Hamid Jalaludin. Pria keturunan Arab,
bertubuh tinggi dan gagah. Berdiri di sebelahnya seperti dinaungi pohon
besar yang kukuh. Kulitnya yang putih membuat putih membuat
cambang, kumis dan alisnya mencuat kontras. Entah itu
penduduk,kerabat, ank, atau cucu, kami semua serempak
memanggilnya Abah, (Lestari, 2012: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Ia adalah sosok yang taat dalam agama dan seorang yang sangat religius. Ia
adalah sosok yang dituakan di Desa Batu Luhur. Abah juga merupakan seorang
tokoh Agama sekaligus tokoh ekonomi di Batu Luhur. Berikut ini adalah kutipan-
kutipan penjelasnya.
(52) Abah adalah tokoh yang amat dihormati di Batu Luhur. Aku tak tahu
persis bagaimana Abah yang orang Arab dan bukan asli Jawa Barat
akhirnya bisa menetap di sana, Membaur dengan penduduk dan fasih
berbahasa Sunda. Ibu hanya pernah bercerita sekilas bahwa awalnya
Abah sudah lama bermukim di Kampung Arab di daerah Cisarua. Sejak
muda, Abah sudah ingin mengabdikan dirinya pada misi syiar agama. Ia
sudah sering dipanggil menjadi penceramah di daerah Bogor dan
sekitarnya. Namun, di Batu Luhurlah, Abah menemukan rumahnya,
(Lestari, 2012: 10).
(53) Seiring waktu, Abah menjadi tokoh agama sekaligus tokoh ekonomi di
Batu Luhur. Di sana ia membina pesantren rumahan. Ia mendorong
penduduk kampung agar punya industri kecil, tidak Cuma bergantung
pada hasil bumi. Abah disejajarkan dengan kaum sesepuh yang punya
suara penentu atas masa depan Batu Luhur, (Lestari, 2012: 10).
Sifat dan karakter Abah yang sangat religius dan taat beragama inilah yang
kemudian menjadi konflik antara ia dan Firas, maupun ia dan Zarah. Ketika keuda
ideologi yang saling bersebrangan disejajarkan maka mungkin akan terjadi
gesekan antar keduanya.Hal itu yang terjadi di antara Abah dan Firas serta Zarah.
Ideologi Abah mengenai Agama Islam dan juga ideologi Firas dan Zarah
mengenai alam semesta dan isinya.
Walaupun merupakan seseorang yang taat beragama, Abah juga merupakan
seseorang yang percaya kepada hal semacam “klenik”. Namun kepercayaannya
hanya sebatas meng”iya”kan namun tidak mengimani. Hal itu terbukti ketika
Abah diminta warga untuk membuka hutan Bukit Jambul. Ia bermimpi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
larangan untuk menebang hutan Bukit Jambul. Hal tersebut terbukti dalam
kutipan berikut.
(54) Abah lantas melakukan rangkaian sembayang khusus untuk meminta
petunjuk. Suatu malam sesudah salat istikharah, ia diberi mimpi. Dalam
mimpinya, ada sinar menyilaukan turun di puncak Bukit Jambul. Ia
menelan Ayah, kemudian sinar itu hilang begitu saja ditelan gelap. Ada
suara yang meneragkan kepada Abah bahwa itulah yang akan terjadi
kepada Ayah jika Bukit Jambul diusik, (Lestari, 2012: 31).
(55) Sejak mimpi itu, persepsi Abah tentang Bukit Jambul pun berubah.
Tempat itu menggentarkannya lebih dari apapun, (Lestari, 2012: 31).
Abah juga merupakan sesosok yang keras dan tegas dalam mendidik anak
dan cucunya. Ia rela melakukan apapun demi pendidikan anaknya. Ia dulu rela
pindah ke kota demi menunjang karir Firas dalam bidang akademik. Hal itu
terbukti dalam kutipan beriku ini.
(56) Akhirnya demi menyediakan pendidikan yang sesuai bagi Ayah agar
kecemerlangannya tidak sia-sia, Abah dan Umi pindah ke Bogor kota,
(Lestari, 2012: 11).
Sifatnya menjadi sangat keras jika telah menyangkut pendidikan dan agama.
Hal itulah yang kemudian menyebabkan konflik atas pertentangan kedua ideologi
tersebut. Puncaknya ketika Zarah membandingkan apa yang dipercayai Abah
dalam Agamanya dan juga apa yang dipercayai Firas dan Zarah mengenai agama.
Hal itu terbukti dalam kutipan berikut.
(57) Maya Allah, “Abah mengusap mukanya.” Dengar, Zarah, Kita ini
keluarga Islam. Sampai mati, kita semua tetap Islam. Mulai hari ini
cuma ada satu kebenaran di rumah ini. Cuma ada satu kebenaran yang
kamu bawa ke sekolah. Dan ke manapun kamu pergi nanti, kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
itu tidak berubah. Jangan kamu berani-berani pertanyakan. Mengerti?
(Abah Hamid, 2012: 104).”
Sejak muda Abah sudah mengabdikan dirinya untuk misi syiar agama. Hal
itu yang menyebabkannya menjadi sosok yang sangat taat beragama. Ajaran
agama yang sagat kental menjadikannya agak skeptis dalam membela dan
meyakini agamanya. Abah adalah seorang yang sangat keras dalam mendidik
anak cucunya namun dalam lubuk hatinya ia sebenarnya seseorang yang sangat
penyayang terhadap keluarganya.
2.2.2.3 Pak Simon Hardiman
Pak Simon adalah teman Firas, atau bisa juga disebut seseorang yang
menolong Firas. Pak Simon bisa juga dikatakan sosok yang membantu Zarah
untuk menemukan kabar mengenai Ayahnya. Dengan ideologi dan pemikiran
yang hampir sama dengan Firas dan Zarah, Pak Simon merupakan sosok penolong
yang tepat.
Pak Simon adalah seorang konglomerat yang berasal dari Indonesia dan
tinggal di Inggris tepatnya di Weston Palace. Pak Simon membeli Weston Palace
ketika rumah yang super mewah yang berada di Inggris itu dilelang. Berikut ini
kutipan penjelasnya.
(58) Dari hasil mengobrol dengan supir taksi dan Elena, aku jadi tahu bahwa
Weston Palace adalah salah satu bangunan aristokrat Inggris yang satu
per satu jatuh ke pembeli asing. Weston Palace, bangunan bersejarah
yang tadinya diperuntukkan sebagai rumah peristirahatan salah satu
nigrat kerajaan Inggris itu sudah sempat mau dijadikan hotel butik.
Apalagi lokasinya dekat dengan Tor yang merupakan tujuan utama
wisata Glastonbury. Rencana tersebut bubar begitu seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
konglomerat dari Indonesia bernama Simon Hardiman membeli lelang
properti itu dengan harga paling tinggi (Lestari, 2012: 400).
Pak Simon digambarkan sebagai seseorang yang berusia sekitar 60 tahunan.
Ia juga sangat cerdas dan memiliki banyak sekali pengetahuan dan pengalaman
tentang metafisika. Berikut ini kutipan penjelas mengenai gambaran fisik Pak
Simon.
(59) Aku terkejut ketika menyadari di hadapanku seorang pria telah berdiri.
Entah sudah berapa lama ia di sana. Dari rambutnya yang mulai
menipis dan sebilah tongkat yang dipakainya, aku menduga umurnya
sekitar 60 tahunan. Dari sikap tubuh dan sorot matanya yang cerdas, ia
menunjukkan semangat yang jauh lebih muda. Garis muka dan warna
kulitnya jelas menunjukkan ia orang Asia. Memakai kemeja flanel,
kotak-kotak lengan panjang, dan jins, pria itu menatapku santai (Lestari,
2012: 396).
Ia adalah seseorang yang memiliki ideologi dan jalan pikiran yang hampir
sama dengan Firas. Maka ia membantu Firas untuk mendanai penelitian Firas. Ia
memiliki ketertarikan yang sama dengan Firas dalam bidang metafisika, sains,
fungi dan bahkan tentang alien. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(60) “Bapak pernah bertemu ayah saya?”
“Tidak, kami cuma korespondensi. Padahal saya ingin sekali bertemu
ayahmu,” jawab Pak Simon. “Saya mengenalnya lewat seorang teman,
profesor di Oxford. Dia ahli mikologi. Samuel Brennard, namanya.
Suatu hari, Samuel mengontak saya, bilang ada orang dari Indonesia
yang mengiriminya surat. Samuel tidak tertarik merespons surat itu.
Katanya ’that letter comes from a twilight zone.‟ Berhubung Samuel
tahu hal-hal seperti itu justru menarik buat saya, dia lalu mengirimkan
surat ayahmu, (Lestari, 2012: 408).”
(61) “Ayahmu, seperti juga aku, percaya bahwa semesta ini bersifat
hologram. Artinya, setiap titik adalah proyeksi dari keseluruhan semesta
secara utuh. Sama dengan tubuhmu. Kamu berangkat dari satu sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
hingga jadi triliunan sel. Setiap sel tubuhmu mengekpresikan Zarah
secara utuh. Kalau tidak, metode kloning tidak mungkin berhasil
dilakukan. Kalau semsesta ini merupakan satu tubuh, maka kamu
adalah bagian inheren darinya, Zarah. Kita berada dalam suatu jaringan
intelegensi kosomos. Mengapa tidak mungkin intelegensi yang sama
menghubungkanmu dengan makhluk lain di semesta ini? Kalau tubuh
kita „mengandung‟ semesta secara utuh, mengapa kita terus
mengandalkan eksplorasi ke luar, dan malah mengabaikan gerbang
yang ada di dalam? (Lestari, 2012: 411).”
Pak Simon memiliki sifat yang sama dengan Firas. Pak Simon memiliki
kegigihan utuk mencari tahu dan mengali sesuatu yang ingin ia tau. Berikut ini
kutipan penjelasnya.
(62) Dalam hati, aku mengagumi keseriusan Pak Simon, menyadari
kemiripan sifatnya dengan Ayah. Tak heran mereka bisa akhirnya
tersambung. Meski bukan ilmuan, Pak simon memiliki kegigihan untuk
mencari dan menggali sendiri. Persis Ayah. Bedanya, Ayah perlu
berjuang dengan segala keterbatasan. Sementara, sarana berlimpah dan
kebebasan bergerak membuah Pak Simon menjalani semua kegiatan
penelusurannya bagai bertamasya (Lestari, 2012: 419).”
Pak Simon juga seseorang yang baik hati. Hal itu terbukti ketika ia mau
dengan suka rela membantu riset Firas yang ditolak oleh siapapun. Ia juga dengan
baik hati mau menolong Zarah membukakan jalan untuk menemukan Firas.
Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
(63) “Saya tidak tahu dia di mana, Zarah,” Akhirnya ia berkata tegas. “Tapi,
saya mungkin satu-satunya orang yang bisa membantu kamu
mencarinya (Lestari, 2012: 398).”
Sifat baik hati Pak Simon juga terlihat ketika ia mengajak Zarah
mengunjungi sejumlah tempat bersejarah yang ada di Salisbury Plain. Tempat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tempat yang menambah pengetahuan Zarah tentang Stonehegen, UFO hingga
crop circle. Berikut ini kutipan pembuktinya.
(64) Pagi-pagi sekali, dengan mobil Bentley berwarna emas pucat dan sopr
bernama Lance, kami meluncur meninggalkan Glastonbury ke
Salisbury Palain (Lestari, 2012: 413).
(65) Untuk menengok crop circle, Pak simon membawa Lance dan Bentley-
nya. Ia mendaftarkan kami berdua ikut tur (Lestari, 2012: 424).
Pak Simon juga merupakan seseorang yang ramah, konsisten, dan juga
selalu menepati janjinya. Hal itu terbukti ketika ia menepati janjinya kepada Firas
untuk memberikan kamera kepada Zarah ketika anaknya itu berusia 17 tahun.
Berikut ini kutipan penjelasnya.
(66) Terbit lagi senyuman ramahnya. “Saya pernah tanya sama Firas, apa
yang bisa saya bantu untuk risetnya. Dia Cuma minta sebuah kamera.
Dikirimkan untuk anak perempuannya bernama Zarah pada ulang
tahunnya yang ke-17. Untuk semua diskusi dan informasi berharga dari
ayahmu, saya putuskan untuk melepas kamera koleksi pribadi saya.
Cuma itu yang terbaik yang bisa saya berikan. Sampai sekarang, saya
terus berharap bisa memberikan lebih (Lestari, 2012: 413).”
Pak Simon adalah tokoh yang sangat penting. Ia adalah jalan bagi Zarah
untuk mencari tahu di mana ayahnya sebenarnya. Apakah masih hidup atau sudah
meninggal. Pak Simon juga merupakan tokoh yang membantu memperjelas
sebenarnya ideologi macam apa yang dipercayai oleh Firas. Dari Pak Simon,
Zarah belajar banyak megenai bagaimana bumi dan alam semesta dalam
pandangan Firas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2.3 Latar
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu, dan sosial. Ketiga unsur ini walau masing-masing menawarkan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
2.3.1 Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu
tanpa nama yang jelas. Latar tempat juga bisa menggunakan tempat yang
bernama, tempat yang dapat dijumpai di dunia nyata.
Latar tempat yang dianalisis dalam Partikel ialah tempat-tempat yang
ditinggali para tokoh, atau tempat-tempat yang ditempati para tokoh. Latar tempat
luas yang ada dalam Partikel adalah Indonesia dan Inggris. Sedangkan latar
sempitnya adalah Batu Luhur dan Bukit Jambul yang berada di Bogor, kemudian
Tanjung Puting yang berada di Kalimantan. Latar sempit yang dipakai ketika di
Inggris adalah London dan Glastonbury.
2.3.1.1 Bogor
Bogor adalah tempat tinggal Zarah, ia lahir dan dibesarkan di sana. Bogor
terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Latar yang lebih spesifik dari Bogor
adalah Batu Luhur dan juga Bukit Jambul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Batu Luhur dan Bukit Jambul merupakan latar tempat yang sangat penting
dalam Partikel, karena dari Batu Luhur dan Bukit Jambul-lah segala permasalahan
dimulai. Berikut ini kutipan yang menyebutkan bahwa cerita ini berlatar di Bogor,
Batu Luhur, dan juga Bukit Jambul.
(67) Kami tinggal dipinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama
Batu Luhur. Meski sudah ditawari sebuah rumah dosen di dekat kampus
Institut Pertanian Bogor, tempatnya mengajar, Ayah memilih tetap
tinggal di rumah lama kami, di mana ia bisa bersepeda ke Batu Luhur
(Lestari, 2012: 9).
(68) Kebun pribadinya di Batu Luhur, Kebun Raya Bogor, tepi sungai
Ciliwung, adalah ruang-ruang kelas tempat kami belajar, menggambar,
membaca dan berhitung (Lestari, 2012: 49).
(69) Sampai di mulut kampung, aku belum menaruh curiga. Batu Luhur
sudah tertidur lelap, sunyi senyap dengan penerangan minim. Ini pasti
pelajaran khusus tentang serangga, pikirku. Aku tahu aku berusaha
menghibur diri (Lestari, 2012: 57).
(70) Di Batu Luhur tidak ada lahan kritis, entah itu saat kemarau atau
penghujan. Sejak Ayah menghentikan penggunaan pupuk kimia dan
obat-obatan sintetis, ia merehabilitasi lapisan atas tanah di daerah
ladang warga dengan miselium. Bagai menghamaparkan permadani
ajaib, rehabilitasi tahan dengan miselium berhasil menguraikan
tumpukan polutan dan mengembalikan kesegaran ladang-ladang Batu
Luhur (Lestari, 2012: 25).
(71) Pada hari Minggu, satu-satunya hari kosongku, aku berangkat ke Bukit
Jambul. Dini hari, aku berjalan kaki ke sana supaya sepedaku tak
mengundang kecurigaan warga. Langit masih gelap, hanya kokok ayam
sesekali yang memberi petunjuk bahwa kegelapan ini bukan lagi milik
malam (Lestari, 2012: 141).
(72) Hasil dari berkali-kali mengitari kakinya, aku hafal di mana letak pohon
puntadewa yang menjadi patokan jalan masuk. Kumasuki Bukit Jambul
dengan badan terbungkus (Lestari, 2012: 141).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2.3.1.2 Tanjung Puting
Tanjung Puting adalah tempat pelarian Zarah yang pertama. Tanjung Puting
terletak di pulau Kalimantan, negara Indonesia. Kalimantan memang terkenal
dengan keasriannya dan juga hutannya yang masih lebat.
Awal mulanya, Zarah pergi ke Tanjung Puting karena ia mendapatkan
hadiah dari perlombaan foto. Ia memenangkan juara I lomba foto bertema
lingkungan. Dan Foto tersebut dimuat di dalam majalah.
Di Tanjung Puting Zarah berkenalan dengan orang utan dan segala seluk
beluk mengenai orang utan. Melalui Tanjung Puting juga, Zarah berkenalan
dengan Bu Inga yang memberikan akses Zarah kepada Paul. Dan kemudian dari
Paul, Zarah bisa pergi ke London. Berikut ini kutipan mengenai Tanjung Puting.
(73) Terdamparnya aku di Tanjung Puting ternyata berbuntut panjang. Di
sini, statusku adalah turis dan tak punya ijin menetap. Aku tak punya
sponsor dan tidak mewakili institusi manapun. Singkat kata, aku
dianggap remaja yang kabur dari rumah dan akan merepotkan semua
orang (Lestari, 2012: 195).
(74) Saat musim hujan datang seperti saat ini, dimensi waktu di Tanjung
Puting langsung memelar. Segalanya berjalan lamban. Turis sepi. Hujan
bisa mengguyur sehari penuh memaksa kami lebih banyak mengurung
diri. Pada saat seperti inilah, aku menenggelamkan diri membaca buku
(Lestari, 2012: 224).
2.3.1.3 London
London merupakan tempat pelarian Zarah selanjutnya. Sebenarnya tawaran
pergi ke London diambil Zarah, karena di London ia memiliki kesempatan dan
peruntungan untuk mencari pemilik kamera (kamera hadiah ketika ia berusia 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tahun, Firas pernah menjanjikan kamera itu ketika Zarah masih kecil) yang artinya
menghubungkan ia dengan ayahnya.
London terletak di Benua Eropa, tepatnya di Inggris. London merupakan ibu
kota Inggris dan Britania Raya. London merupakan wilayah metropolitan terbesar
di Britania Raya dan juga zona perkotaan terbesar di Uni Eropa menurut luas
wilayah (https://id.wikipedia.org/wiki/London).
London merupakan markas kerja Zarah yang baru. Zarah kerja menjadi
seorang photographer untuk The A-Team. The A-Team adalah sebuah tim yang
berisi kumpulan orang-orang gila, suka fotografi dalam bidang foto wildlife,
senang bertualang, suka tantangan, mau ditempatkan di mana saja, dan mau
disuruh apa saja. Tim ini bergerak dalam bidang foto-foto alam.
London merupakan tempat persingahan Zarah dan juga kantor The A-Team.
Dari London juga akhirnya melalui Paul, Zarah berhasil menemukan pemilik
kamera yang selama ini ia cari. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(75) Aku mendarat di Bandara Heathrow pagi hari pada bulan Oktober.
Dataran Inggris sudah memasuki awal musim dingin. Yang tidak ku
antisipasi adalah seberapa dingin dan sekuat apa tubuhku menahan
dingin (Lestari, 2012: 280).
(76) “Good to see you again. Welcome to London,” sapanya (Lestari, 2012:
281).
(77) Kembali ke London, ke kota modern yang dirancang semaksimal
mungkin untuk kenyamanan manusia, tempat kita terlindung dari cuaca
ekstrem, hidup dalam terang artifisial, didukung dengan kenyamanan
barang-barang sintetik, aku berharap tidak lupa. Aku berharap
hangatnya air bersih dan melimpahnya busa wangi di bathtub ini tidak
membuatku amnesia (Lestari, 2012: 301).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2.3.1.4 Glastonbury
Glastonbury merupakan tempat Zarah menemukan Pak Simon, si pemilik
kamera. Ia berhasil mendapatkan lokasi dan nama Pak Simon dari Paul. Di
Glastonbury, Zarah juga mengikuti Simposium. Berikut ini kutipannya.
(78) Kepergianku ke Glastonbury yang tanpa persapan tidak memberiku
cukup waktu untuk mempelajari tempat tujuanku itu. Berbekal brosur
yang kubaca di jalan, aku mengetahui sedang ada simposium tahunan
yang merupakan ajang besar di kota tersebut (Lestari, 2012: 381).
(79) Hari itu adalah hari kedua dari rangkaian tiga hari Glastonbury
Symposium. Sesi pertama sudah dibuka sejak pukul sembilan tadi. Aku
baru tiba di Town Hall pukul sebelas kurang. Bertepatan dengan
dimulainya sesi kedua. Tak ada pilihan lain. Kuputuskan untuk
membeli tiket dan ikut duduk mengikuti acara (Lestari, 2012: 386).
(80) Di ujung sana, Hara malah terisak-isak. “Hara baru saja mau telfon kak
Zarah,” tangisnya.
“Kamu kenapa?”
“Kakak lagi di London?”
“Kakak lagi di kota lain. Di Glastonbury. Ada apa? (Lestari, 2012:
458).”
Di Glastonbury, tepatnya di Weston Palace, rumah Pak Simon. Zarah juga
melakukan ritual Iboga. Ritual yang bisa menghubungkannya dengan alam
kematian. Melalui Iboga yang dilakukan di rumah Pak Simon, ia bertemu dengan
Abah Hamid dan bukan dengan Firas. Dengan demikian artinya Abah Hamid
sudah meninggal dan Firas masih hidup Berikut ini kutipannya.
(81) Kutengok ke bawah dan terlihat tubuhku meringkuk dalam selimut.
Anehnya aku tidak takut. Bahkan kunikmati betul rasa ringan ini.
Kebebasan ini. Ringan, melayang, seolah kesadaranku bersatu dengan
udara.
“Zarah”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Aku menengok ke bawah lagi. Mendapatkan abah duduk di pinggir
tempat tidur (Lestari, 2012: 455).
2.3.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya atau dapat dikaitkan
dengan peristiwa sejarah.
Di dalam novel Partikel ini sesungguhnya telah dibagi ke dalam beberapa
bab. Dasar pembagian bab tersebut adalah rentang tahun atau latar tempat. Berikut
ini adalah pembagian rentang waktu yang terdapat dalam Partikel.
2.3.2.1 Tahun 1979-1996
Tahun 1979-1996 merupakan tahun ketika Zarah masih kecil. Zarah dan
keluarganya tinggal di pinggir kota Bogor, dekat sebuah kampung kecil bernama
Batu Luhur.
Tahun 1979-1996 merupakan tahun-tahun penting ketika Firas mendidik
Zarah dengan pendidikan informal. Tahun ketikaZarah tumbuh dengan ilmu dan
ideologi yang dimiliki oleh Firas. Tahun yang menjelaskan bagaimana awal dari
keluarganya.
Rentang tahun ini juga merupakan rentang tahun terjadinya beberapa
peristiwa besar dalam hidup Zarah. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah lahirnya
„adek‟, hilangnya Firas, konflik mengenai agama bersama Abah dan Umi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
peristiwa megenai Bukit Jambul, dan juga peristiwa ketika Zarah akhirnya mau
masuk ke sekolah Formal.
Rentang waktu antara tahun 1979-1996 tertulis jelas dalam novel Partikel.
Berikut ini kutipannya.
(82) ~1979-1996~
Bogor
(Lestari, 2012: 9)
2.3.2.2 Tahun 1996-1999
Tahun 1996-1999 merupakan tahun ketika Zarah menetap di Tanjung
Puting. Masa pelariannya yang pertama. Pada tahun itu Zarah tinggal di tempat
konservasi orang utan.
Tahun di mana Zarah memenangkan lomba foto yang membawanya ke
Tanjung Putting. Tahun di mana ia bertemu dengan orang utan bernama Sarah,
dan Zarah merupakan ibu asuh Sarah.
Zarah tinggal di Tanjung Puting selama dua tahun, sebelum ia dipertemukan
dengan Paul yang merekrutnya ke dalam The A-Team. Kutipan di bawah ini
merupakan bukti penjelas bahwa peristiwa tersebut terjadi di rentang tahun 1996-
1999.
(83) ~1996-1999~
(Lestari, 2012: 170).
2.3.2.3 Tahun 1999-2001
Tahun 1999-2001 merupakan tahun-tahun pertama Zarah berada di London
dan juga masuk ke dalam The A-Team. Tahun-tahun Zarah menyesuaikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dengan iklim London dan juga tahun Zarah mulai mempelajari mengenai fotografi
dengan kamera digital. Kutipan penjelas mengenai rentang tahun 1999-2001
terdapat di bawah ini.
(84) ~1999-2001~
(Lestari, 2012: 280).
Di awal-awal bulan, Zarah masih sibuk dengan komputer dan kamera digital
sebelum dikirim berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk tugasnya. Ia
menjalani masa tuganya selama berbulan-bulan. Kadang ke Afrika, kadang ke
Bolivia, dll. Pada waktu itu, pertengahan Maret 2001, ia kembali ke London.
Berikut ini kutipan penjelasnya.
(85) Pertengahan Maret 2001. Aku kembali ke London. Masih hidup dan
utuh (Lestari, 2012: 292).
2.3.2.4 Tahun 2001-2003
Rentang tahun 2001-2003 tidak ditulis ke dalam sebuah bab tersendiri.
Namun pada tahun itu adalah tahun-tahun ketika Zarah bertemu dengan Storm,
kekasihnya.
Pada tahun itu Zarah juga tetap bertugas ke Madagaskar. Pada rentang tahun
itu Zarah juga bertemu lagi dengan Koso, sahabatnya. Dan pertemuan Zarah dan
Koso adalah pertemuan yang mengacaukan. Koso berkhianat, ia berselingkuh
dengan Storm. Hal tersebut terbukti dalam kutpa berikut ini.
(86) Akhir musim panas tahun 2001. Hari yang tak mungkin ku lupakan
(Lestari, 2012:362).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Sisa tahun itu ia habiskan untuk menghindari Koso dan Storm dengan
bepergian dan bertugas ke manapun. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut ini.
(87) Sejak hari di kafe Eporio, aku nyaris tak berhenti. Namaku di puncak
daftar Paul. Terkadang aku pergi tanpa bertanya lagi. Aku tak peduli
akan berakhir di mana. Ke mana pun selama aku bisa cepat
meninggalkan London, dan selama negara tujuannya bukan Indonesia
(Lestari, 2012: 372).
2.3.2.5 Tahun 2003
Tahun 2003 adalah tahun di mana Zarah menemukan informasi mengenai
pemilik kamera yang selama ini ia cari. Berkat koneksi Paul yang sangat luas. Ia
berhasil menemukan nama pemilik kamera Zarah.
Tahun di mana ia pergi ke Galstonbury untuk menemui Pak Simon
Hardiman, pemilik kameranya. Tahun di mana ia berkenalan dengan Pak Simon
dan diajak berpetualang mempelajari dunia yang selama ini diyakini oleh Firas.
Tahun 2003 adalah tahun ketika ia melakukan upacara/ inisiasi Iboga
bersama Pak Simon. Melalui Iboga, Zarah menemukan secerca harapan bahwa
ayahnya belum meninggal. Dan melalui ritual meminum serbuk Iboga itu, Zarah
malah bertemu dengan Abah.
Tak lama setelah melakukan ritual Iboga, Zarah mendapat kabar dari
adiknya bahwa Abah meninggal. Kabar tersebut yang terjadi pada tahun 2003,
membuat Zarah kembali lagi ke Indonesia. Kutipan penjelas mengenai tahun 2003
terdapat di bawah ini.
(88) ~2003~
London
(Lestari, 2012: 469).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2.3.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup pelbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual.
Latar sosial berperanan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar
tempat, menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata lain,
untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus sekaligus
disertai deskripsi latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat
yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 234).
2.3.3.1 Latar Sosial Mengenai Sistem Pendidikan di Indonesia
Latar sosial tempat sekolah formal masih menjadi satu-satunya pilihan
pendidikan yang terbaik merupakan salah satu latar mengenai pandangan hidup.
Hal tersebut terlihat ketika sikap masyarakat masih sangat saklek (bersifat mutlak
dan harus dilakukan, padahal hal tersebut belum tentu benar) terhadap sistem
pedidikan. Bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan formal. Pada waktu
itu, pendidikan informal masih sangat jarang ada. Berikut ini adalah bukti
kutipannya.
(89) “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang
sambil berkacak pinggang. Suaranya yang serak basah semakin
sember jika sedang naik darah, padahal Ibu bukan perokok (Lestari,
2012: 52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(90) Ibu melirik isi buku itu dan tentunya meragu. “Tidak ada rapor
sekolah di dunia dengan bentuk dan isi kayak gitu. Nggak ngerti
aku!”, bentaknya lagi (Lestari, 2012: 52).
Pertentangan tidak hanya dilakukan oleh Aisyah, namun Abah Hamid dan
Umi juga menentang keputusan Firas yang tidak mau menyekolahkan Zarah pada
sekolah formal. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
(91) Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya
kepadaku, “Zarah sudah mau sekolah?”
Aku menggeleng.
Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan bukuk
rayu seperti, “Enak, lho sekolah itu. Kamu nanti punya banyak teman.
Punya banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa belum
sekolah? Nggak malu sama anak-anak tetangga?”
“Nggak.”
“Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak.
Apapun yang Zarah mau.”
Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil
mengunyah. Lalu kembali menggeleng.
Umi cuma bisa melirik ibukku. Frustasi (Lestari, 2012: 17).
2.3.3.2 Latar Spiritual mengenai Takhayul
Latar spiritual terlihat ketika Bukit Jambul dianggap angker dan dihuni
oleh hantu. Selain itu, tragedi “adek” yang dianggap sebagai tumbal Firas dan
Bukit Jambul juga merupakan latar spiritual di dalam Partikel.
Jauh sebelum ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, masyarakat
Indonesia memang banyak memiliki kepercayaan akan mistis dan takhayul. Hal
itu juga terlihat dan tergambar dalam masyarakat Partikel. Masyarakat dalam
Partikel mempercayai adanya roh/ kekuatan gaib dan sejenisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kepercayaan mengenai takhayul pada tahun 1970an memang masih terasa
sangat kental. Hal tersebut terlihat ketika kepercayaan masyarakat mengenai hal-
hal yang menyangkut roh gaib masih sangat kuat. Masyarakat Batu Luhur
merasakan dan mengalami hal tersebut dalam kasus Bukit Jambul. Berikut ini
kutipan pelukisan mengenai Bukit Jambul yang terdapat dalam Partikel.
(92) Ada yang bilang, pohon-pohon di sana hidup dan punya kekuatan
sakti, barang siapa mencoba menebang pohon di sana langsung
kesurupan sebelum berhasil menancapkan kapak untuk kedua kali.
Ada yang bilang, hutan itu markas Prabu Siliwangi dan pasukan
gaibnya. Versi lebih bombastis lain bilang, di sana adalah pusat jin
satu dunia dikumpulkan (Lestari, 2012: 29).
Pernah saat Abah Hamid masih aktif membina Batu Luhur, masyarakat
dan pemimpin desa meminta Abah Hamid untuk membabat Bukit Jambul. Namun
setelah melakukan serangkaian sembahyang khusus, Abah malah diberi mimpi
aneh. Dalam miminya ia melihat sinar terang yang menyilaukan menelan Firas.
Dan mimpinya itu membuatnya gentar setengah mati. Berikut ini kutipan
penjelasnya.
(93) Mimpi itu dimaknai Abah sebagai ujian Nabi Ibrahim saat harus
mengorbankan anak kesayangannya, Ismail. Dengan legawa ia
mengakui kepada warga Batu Luhur bahwa ia tak sanggup. Iman
Abah belum sehebat Nabi Ibrahim. Abah tidak siap kehilangan Ayah
(Lestari, 2012: 31).
Kisah takhayul tersebut masih berlanjut. Ketika kelahiran bayi yang
disebut Zarah dengan “adek”. Menurut masyarakat, Ibu, Abah dan Umi, kelahiran
adek adalah tumbal dari sikap dan perilaku Firas yang seenaknya keluar masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Bukit Jambul. Anak ketiga Firas dan Aisyah lahir tidak seperti manusia. Berikut
ini kutipan mengenai bentuk anak ketiganya itu.
(94) Makhluk kecil itu tidak seperti manusia, tidak seperti apa pun yang
kutahu. Di permukaan kulit merah yang seperti direbus itu terdapat
pola retak-retak seperti sawah kering. Pinggiran retakan itu berwarna
putih, berkerak. Sekujur tubuhnya ditutupi retakan itu (Lestari, 2012:
41).
Setelah peristiwa kelahiran itu, kepercayaan masyarakat akan takhayul dan
mistis semakin kuat. Hal tersebut terlihat ketika terdengar desas-desus mengenai
si jabang bayi di lingkungan masyarakat. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(95) Aisyah melahirkan anak setengah ular. Anak itulah tumbal Bukit
Jambul yang tertunda. Seharusnya tumbal itu Firas, tapi kemudian
berpindah ke generasi berikutnya. Abah Hamid dikutuk tidak bisa lagi
punya garis keturunan laki-laki. Versi lain mengatakan, Firas sudah
punya istri jin di Bukit Jambul. Makanya ia jadi jarang pulang,
Kandungan Aisyah “dikerjai” oleh istri jin-nya Firas yang cemburu
(Lestari, 2012: 46).
2.3.3.3 Latar Sosial mengenai Peristiwa Crop Circle dan UFO
Latar sosial mengenai peristiwa crop circle dan juga UFO terjadi ketika
Zarah pergi ke Glastonbury untuk menemui Pak Simon. Peristiwa itu terjadi
sekitar tahun 2003. Ketika fenomena crop circle secara nyata sedang marak terjadi
di Glastonbury dan di Wiltshire, Inggris (http://temporarytemples.co.uk/crop-
circles/2003-crop-circles).
Cerita mengenai crop circle dan UFO didapatkan Zarah melalui
Glastonbury Simposium dan juga tur bersama dengan Pak Simon. Di sana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dijelaskan mengenai bentuk-bentuk crop circle dan juga medan area crop circle.
Berikut ini kutipannya.
(96) The Glastonbury Symposium adalah konferensi akbar para peminat
crop circle, UFO, metafisika, geometri sakral, dan sejenisnya (Lestari,
2012: 382).
(97) “Kalau Wiltshire?”
“Itu pusat crop circle dunia, Zarah. Tidak ada tempat lain yang
mengalami fenomena crop circle sesering Wiltshire. Pola crop circle
terindah dan terumit bisa kamu dapatkan di Wiltshire. Jadi jelas kan?
Di sinilah taman bermain saya,” jawabnya sambil tertawa (Lestari,
2012: 418).
(98) “Saya bercita-cita mengajak Firas ke lokasi crop circle. Ayahmu
pernah cerita, di bukit rahasia tempat laboratoriumnya itu, ia
menemukan anomali elektromagnetis dan anomali tingkat radiasi.
Waktu saya baca, saya langsung ingat crop circle. Semua yang
ayahmu tulis mirip ciri-cirinya (Lestari, 2012: 428).”
(99) Bus kami merapat di sebuah rumah petani. Di Weltshire, fenomena
crop circel sudah bagian dari keseharian masyarakat setempat. Para
petani merangkulnya menjadi bagian dari pariwisata, dan mereka
sudah biasa berkoordinasi dengan pemandu wisata untuk
menampilkan crop circel di ladangnya (Lestari, 2012: 427).
Beberapa latar sosial tersebut di atas mempengaruhi jalan cerita pada
Partikel. Pemikiran manusia dan pandangan hidup yang ia yakini membawa setiap
manusia ke dalam petualangan dan pengalaman yang berbeda-beda. Entah itu
mengenai mistis atau ilmu pengetahuan yang menyangkut fenomena alam
semesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2.4 Rangkuman
Demikianlah hasil analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam
Partikel. Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan di atas, didapatkan hasil yang
tertera dalam tabel 1
NO Tokoh Penokohan
I Tokoh Utama
1. Zarah Amala Zarah Amalah merupakan tokoh utama
(yang) utama. Zarah adalah anak pertama
dari Firas dan Aisyah. Zarah dilukiskan
sebagai sosok yang cantik, tinggi, dan cerdas.
Ia memiliki sifat yang sangat keras kepala,
pekerja keras, pemberani dalam mengambil
keputusan, tak mudah percaya pada sesuatu
hal, dan juga sangat berpendirian teguh pada
apa yang ia yakini.
2. Firas Firas merupakan tokoh utama (yang)
tambahan. Firas adalah anak angkat Abah
Hamid dan juga suami Aisyah. Firas
memiliki sifat yang keras kepala, pekerja
keras, pemberani dalam menyampaikan
apapun yang ia anggap benar, ia juga
dianggap memiliki sifat pemberontak karena
ia adalah seseorang yang memiliki pendirian
teguh. Namun di balik dirinya yang
kontroverisal, Firas merupakan sosok ayah
yang sangat penyayang. Karena Firas adalah
seseorang ilmuan maka ia tidak percaya
kepada hal-hal yang menyangkut takhayul
dan mistis.
Tabel 1
Tokoh dan Penokohan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
II Tokoh Tambahan
1. Aisyah Aisyah merupakan tokoh tambahan. Ia adalah
istri dari Firas. Ia memiliki sifat yang ulet,
terampil dan juga penyabar. Aisyah adalah
sosok yang religius. Ia sangat taat beribadah
dan patuh terhadap orang tua. Namun sebagai
masyarakat biasa, ia masih percaya terhadap
takhayul dan hal mistis.
2. Abah Hamid
Jalaludin
Abah Hamid Jajaludin merupakan tokoh
tambahan. Ia adalah ayah dari Aisyah dan
Firas. Abah merupakan keturunan Arab asli.
Ia merupakan tokoh pemuka agama di Batu
Luhur. Dengan demikian makan Abah Hamid
merupakan sosok yang religius dan juga taat
beribadah. Abah juga merupakan sosok yang
keras dan tegas. Sebagai orang yang
dituakan, ia masih mempercayai dan
menjunjung tinggi tradisi. Ia juga meyakini
adanya takhayul.
3. Simon Hardiman Simon Hardiman adalah teman Firas. Ia
digambarkan berusia 60 tahunan. Simon
merupakan konglomerat asal Indonesia yang
tinggal di Glastonbury. Ia juga mempercayai
adanya UFO, alien dan semacamnya. Simon
digambarkan sebagai orang yang baik,
cerdas, dan berpikiran terbuka. Ia memiliki
ideologi yang hampir sama dengan yang
dipercayai Firas. Simon Hardiman juga
merupakan seseorang yang konsisten dan
selalu menepati janjinya.
Latar yang dianalisis dalam penelitian ini adalah latar tempat, latar waktu
dan latar sosial. Berdasarkan alanisis di atas didapatkan hasil bahwa latar tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
terjadi di Indonesia dan di Inggris. Latar tempat yang lebih spesifik dari Indonesia
adalah Batu Luhur yang terletak di Bogor dan juga Tanjung Puting yang terletak
di Kalimantan. Kemudian di Inggris ditemukan latar tempat London dan juga
Glastonbury. Latar waktu dari Partikel adalah tahun 1979-2003. Dari rentang
waktu 1979-2003 tersebut dibagi lagi ke dalam rentang waktu yang lebih singkat
dengan penjelasan peristiwa masing-masing. Kemudian latar sosial yang
didapatkan dari analisis diatas adalah sebagai berikut. Pertama, latar sosial
mengenai sistem pendidikan di Indonesia. Kedua, latar spiritual mengenai
takhayul. Ketiga adalah latar sosial mengenai fenomena crop circle dan UFO
yang terjadi di Inggris.
Dari hasil analisis struktur penceritaan pada bab II, ditemukan adanya
formasi ideologi. Formasi ideologi tersebut tercermin dari sifat dan perilaku para
tokoh dan juga latarnya. Selanjutnya, peneliti akan menganalisis formasi ideologi
dalam Partikel pada bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB III
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI
3.1 Pengantar
Pada bab ini akan dideskripsikan lebih lanjut mengenai formasi ideologi
yang ditemukan dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Seperti yang telah
dibahas pada poin 1.6.2.2. yaitu mengenai formasi ideologi. Formasi ideologi
adalah suatu susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal
ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial. Hasil analisis tokoh, penokohan dan
latar pada bab II akan dijadikan pedoman untuk menganalisis formasi ideologi
yang terdapat dalam Partikel.
Sebelum mengidentifikasi formasi ideologi, penulis akan mendeskripsikan
pelbagai macam ideologi yang ditemukan dalam Partikel. Ideologi-ideologi yang
ada dalam Partikel akan ditelusuri keempat elemennya, yaitu elemen kesadaran,
elemen material, elemen solidaritas identitas, dan elemen kebebasan. Keempat
elemen tersebut akan dijelaskan pada poin 3.2 di bawah ini.
Setelah mendapatkan pelbagai ideologi yang ditemukan di dalam Partikel,
peneliti akan merumuskan formasi ideologinya. Formasi ideologi merupakan
hubungan atau relasi yang terjadi di antara ideologi-ideologi yang ada. Relasi
tersebut bisa berupa korelasi, pertentangan, dan subordinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3.2 Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari
Menurut kamus sosiologi (2010: 268-269), istilah ideologi telah digunakan
dalam tiga pengertian penting: (1) merujuk pada keyakinan tertentu, (2) merujuk
pada keyakinan yang terdistorsi atau palsu dalam beberapa pengertian, (3)
merujuk pada serangkaian keyakinan yang meliputi segala hal, mulai dari
pengetahuan ilmiah, agama hingga keyakinan sehari-hari yang berkenaan dengan
perilaku yang pantas, terlepas dari benar atau salah. Secara harafiah, ideologi
diartikan sebagai aturan atau hukum tetang ide (Takwin, 2003: 10). Namun
demikian, Gramsci berpandangan bahwa ideologi memiliki peran yang lebih besar
dari sekedar sistem ide. Selain itu, ideologi memiliki fungsi untuk mengatur
manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan
kesadaran tentang posisinya dan perjuangan mereka, serta memberikan pelbagai
aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral manusia, dan ekuivalen dengan
agama dalam makna sekulernya, yaitu pemahaman antara konsepsi dunia dan
norma tingkah laku (Simon, 2004: 84).
Sebagai sebuah karya fiksi, novel Partikel mengandung ideologi. Ideologi
tersebut muncul melalui interaksi, pertentangan pikiran, dan konflik para tokoh.
Setiap tokoh dalam Partikel bertindak tutur sesuai dengan pandangan hidup
tertentu. Pandangan hidup tersebut didapat dari ideologi yang mereka anut,
sebagaimana ideologi merupakan bentuk kesadaran mental yang tersusun
berdasarkan perolehan pemahaman dan pengalaman.
Setelah membaca dan menganalisis novel Partikel, ditemukanlah beberapa
ideologi yang terdapat di dalamnya. Seperti yang telah dibahas dalam poin 1.6.2.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
bahwa ideologi menurut Gramsci dalam (Harjito, 2001: 33) mengandung empat
elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen
solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Partikel memiliki beberapa ideologi
di dalamnya. Ideologi-ideologi tersebut kemudian akan ditelusuri keempat
elemennya. Berikut ini ideologi-ideologi yang terdapat dalam Partikel beserta
penjelasan mengenai keempat elemennya.
3.2.1 Ideologi Liberalisme
Secara etimologis, liberalisme berasal dari kata atau bahasa latin liberalis
yang diturunkan dari kata liber yang artinya ‟bebas‟, ‟merdeka‟, ‟tidak terkait‟.
Berdasarkan akar kata tersebut, pandangan dan gerakan liberalisme menjunjung
tinggi martabat pribadi manusia dan kemerdekaannya (Mangunhardjana, 2006:
148-149). Liberalisme membentuk suatu masyarakat bebas yang dicirikan dengan
kebebasan perpikir bagi para individu.
Liberalisme mempercayai kemampuan manusia dalam mengembangkan
seluruh potensinya. Para liberalis menuntut masyarakat dan negara untuk
mengurangi hambatan yang menghalangi individu dalam mencapai apa yang
diinginkan (Mangunhardjana, 2006: 149). Dengan kata lain, para liberalis
berjuang untuk mendapatkan kebebasan pribadi dan menolak pembatasan. Bagi
liberalis, setiap orang adalah pribadi yang otonom dan berdiri sendiri sehingga
berhak atas kebebasan dan inisiatifnya sendiri.
Liberalisme didasari oleh kebebasan dan kepentingan pribadi sebagai norma
hidup yang paling tinggi. Tiga pokok utama dari liberalisme adalah kehidupan,
kebebasan, dan hak milik. Ketiga hal tersebut selaras dengan tujuan ideologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
liberalisme, yaitu menjaga dan mengembangkan kebebasan pribadi dan
kepentingannya. Para liberalis menghendaki kebebasan berbuat bagi dirinya
sendiri dan cenderung mengesampaingkan kepentingan masyarakat dan negara.
Tokoh Firas adalah representasi manusia liberal yang berdiri otonom di atas
inisiatifnya sendiri. Ia melakukan segala hal yang ia yakini dan inginkan tanpa
memperdulikan masyarakat yang ada di lingkungannya. Firas juga tidak pernah
peduli apakah orang lain menyukai apa yang ia perbuat atau tidak.
Liberalisme pada Firas terlihat ketika ia ingin terbebas dari paradigma
masyarakat tentang pendidikan formal. Firas bersikeras tidak mau menyekolahkan
Zarah di sekolah formal seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat dan warga
pada umumnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini.
(95) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang
mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2012:
17).”
(96) Sering kudengar Ayah beradu argumen dengan Ibu, terutama tentang
sekolah. Ayah berusaha meyakinkan Ibu kalau sistem pendidikan
swalayan dari rumah yang ia lakukan kepadaku sudah berkecukupan,
bahkan jauh lebih baik ketimbang sistem sekolah biasa (Lestari, 2012:
50).
Firas menganggap bahwa sistem pendidikan yang ada dan dipercayai
masyarakat sekarang hanya akan menghasilkan robot penghafal. Berikut ini
kutipannya.
(97) Ayah membalas, lebih gila lagi orang yang menjadikan anak orang
sebagai kelinci percobaan dari sistem yang sudah ketahuan tidak
menghasilkan apa-apa selain robot penghafal (Lestari, 2012: 50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sejak awal Firas memang menolak Zarah dimasukkan ke dalam sekolah
formal. Dan ia menginginkan kebebasan. Ia ingin Zarah terbebas dari sekolah
formal yang menurutnya tidak banyak membantu anaknya.
Firas menempa dan mendidik Zarah dengan sekolah swalayan dari rumah.
Ia mengajari apapun yang menurutnya diperlukan oleh Zarah. Ia mengajari Zarah
tentang biologi dengan memberikan gambar pemampang anatomi manusia,
anatomi kulit dan lain-lain. Firas mengajari Zarah di manapun dan kapanpun.
Contohnya ia belajar di kebun pribadinya di Batu Luhur. Berikut ini kutipannya.
(98) Dari sebelum Hara lahir, Ayah mengambil alih tugas sebagai guru
pribadiku. Belajar di rumah, di kebun, di kampung, bahkan curi-curi
membawaku ke kampus tempatnya mengajar, adalah serangkaian
sekolah informal yang dijalankan Ayah bagiku (Lestari, 2012: 16).
(99) Kebun pribadinya di Batu Luhur, Kebun Raya Bogor, tepi sungai
Ciliwung, adalah ruang-ruang kelas tempat kami belajar,
menggambar, membaca, dan berhitung (Lestari, 2012: 49).
Ke-liberalisme-an Firas juga terlihat ketika ia tidak menggubris larangan
Abah Hamid dan warga untuk tidak masuk ke Bukit Jambul. Bukit Jambul adalah
bukit terlarang yang dikenal keangkerannya dari sejak nenek moyang mereka
telah tinggal di Batu Luhur. Sekeras apapun penolakan Abah Hamid kepada Firas
untuk tidak masuk ke Bukit Jambul, sekeras itupun Firas tetap mencoba masuk ke
Bukit Jambul. Berikut ini peristiwa dan kutipan penjelasnya.
(100) Sebuah tempat yang ditakuti dan terlarang bagi semua orang kecuali
Ayah. Tempat yang kelak menghancurkannya. Mereka
menamakannya Bukit Jambul (Lestari, 2012: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(101) Konsekwensinya, Ayah dilarang habis-habisan mendekat ke sana.
Kalau ketahuan main di dekat Bukit Jambul, Ayah akan dihardik,
dihukum, dipecut, dan digebuk (Lestari, 2012: 31).
(102) Sialnya, Ayah malah tambah penasaran. Bukit Jambul adalah
kekuatan yang menariknya telak bagai gravitasi. Tak terhitung
seringnya ia mengendap, menyelinap mencuri-curi pergi ke kaki
bukit itu. Setiap penduduk yang melihat pasti melaporkannya kepada
Abah. Lecutan ikat pinggang, gebukan kemoceng, adalah kepastian
yang menanti ayah begitu sampai di rumah. Semuanya itu tidak
membuatnya jera (Lestari, 2012: 32).
Firas melakukan itu karena ia memiliki kesadaran dan juga pengetahuan
mengenai Bukit Jambul yang selama ini dianggap angker oleh masyarakat. Firas
tahu bahwa di dalam Bukit Jambul adalah rumah bagi ratusan spesies, termasuk
fungi-fungi langka yang punya potensi besar menyelamatkan bumi. Bukit Jambul
adalah sebuah kekayaan Botani. Karena alasan tersebut makan Firas tidak pernah
takut untuk masuk ke Bukit Jambul. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.
(103) “Dan tidak cuma itu, satu pohon Bukit Jambul adalah rumah bagi
puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang
punya potensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit
Jambul ditebang, semua spesies tadi ikut hilang,” (Lestari, 2012: 70).
(104) Mereka yang melek sedikit mungkin bisa melihatnya sebagai
kekayaan botani (Lestari, 2012: 71).
Firas memiliki kesadarannya sendiri mengenai Bukit Jambul karena ia
memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik dari masyarakat yang ada di
sekitarnya. Masyarakat hanya mempercayai legenda yang tidak jelas asal usulnya.
Firas juga telah melakukan pelbagai penelitian sains terkait Bukit Jambul dan apa
yang dikatakan masyarakat selama ini tidak ada yang benar. Pendapat masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
yang mereka dapat dari legenda nenek moyang langsung terbantahkan ketika Firas
mengetahui mengenai Bukit Jambul yang sesungguhnya.
Para liberalis memang mementingkan dan menempatkan kebebasan dan
kemerdekaan di tempat yang paling atas. Hal itu karena pada dasarnya manusia
memiliki hak akan kebebasan pada dirinya. Penganut ideologi liberalisme tidak
ingin terikat oleh sistem yang dianggapnya rumit dan tidak jelas. Maka dari itu ia
akan melakukan apapun walaupun itu bertentangan dengan masyarakat dominan
untuk mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa elemen kesadaran
dari ideologi liberalisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah belajar tidak
harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita rakyat harus
dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan anaknya di dalam
pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan orang. Elemen
solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap individu.
Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan
kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan
juga bebas keluar masuk Bukit Jambul.
3.2.2 Ideologi Konservatisme
Istilah konservatisme berasal dari bahasa Latin, conservāre, yang berarti
„melestarikan‟, "menjaga‟, „memelihara‟, „mengamalkan‟. Karena pelbagai
budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di
pelbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha
kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi
lama atau hal tradisional dan menentang modernitas (Thomson: 1999). Ideologi
konservatif cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan
sesuatu hal. Ideologi konsevatif merupakan sesuatu kepercayaan pada nilai-nilai
yang dibentuk oleh praktik tradisional.
Ideologi konservatisme terlihat dari pandangan hidup Abah Hamid, Aisyah
dan juga masyarakat Batu Luhur mengenai pendidikan formal. Mereka cenderung
memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan “budaya” sekolah formal.
Sekolah formal oleh peneliti dimasukkan ke daram kategori “budaya”
karena menurut peneliti, masyarakat menjadikan sekolah formal sebagai budaya
yang harus terus dilestarikan dan juga harus dilakukan untuk mendapatkan
kecerdasan seperti yang dilakukan turun-temurun oleh nenek moyang. Masyarakat
dalam Partikel berpikir dan berkeyakinan bahwa sekolah formal adalah sistem
pendidikan yang paling baik untuk anak mereka. Dan mereka tidak melihat
adanya kemungkinan lain untuk mendidik anaknya.
Konservatisme terlihat ketika Abah dan Umi selalu menyuruh Zarah agar
mau masuk sekolah formal seperti teman-temannya yang lain. Hal itu terlihat dari
kutipan berikut ini.
(105) Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya
padaku, “Zarah sudah mau sekolah?”
Aku menggeleng.
Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan
bujuk rayu seperti “Enak, lho, sekolah itu. Kamu nanti punya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
teman. Punyak banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa
belum sekolah? Nggak malu sama anak-anak tetangga?”
“Nggak.”
“Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak.
Apapun yang Zarah mau.”
Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil
mengunyah. Lalu kembali menggeleng (Lestari, 2012: 16).
Aisyah, Ibu Zarah juga tidak bisa melakukan apapun terhadap Zarah. Dan ia
juga sudah tidak bisa menengahi antara Abah-Umi, dan Firas. Puncak ketegangan
mengenai sekolah formal terjadi ketika Abah dan Umi tidak saling sapa terhadap
Firas karena ia tidak mau menyekolahkan Zarah. Hal itu terlihat dari kutipan
berikut.
(106) Ketegangan antara Ayah dan kakek-nenekku makin kentara. Dalam
setiap kunjungan rutin Ibu, Ayah hanya mau turun sebentar untuk
mencium punggung tangan Abah dan Umi.
Setelah sekian lama gesekan itu berlangsung, Ayah dan kedua
mertuanya sama-sama menyerah. Mereka saling menghindar, saling
menjauh ( Zarah, 2012: 17-18).
Kemudian puncak kesabaran Aisyah terjadi ketika Aisyah memarahi Firas
karena ia tidak mau memasukkan Zarah ke dalam sekolah formal seperti anak-
anak lainnya. Pendidikan terbaik menurut Aisyah adalah menyekolahkan Zarah di
sekololah formal seperti anak-anak sebaya lainnya. Sekolah formal memiliki
sistem, sedangkan pendidikan swalayan ala Firas tidak punya. Hal itu terlihat
dalam kutipan berikut.
(107) Pertengkaran Ibu dan Ayah tentang sekolah memuncak pada suatu
malam di meja makan. Waktu itu, Ibu sepertinya benar-benar marah.
Ia tak mampu menekan volume suaranya, seperti yang biasa ia
lakukan jika anak-anaknya menontoni mereka ribut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
“Kalau memang alasanmu adalah uang, Abah dan Umi mau
membiayai sekolah anak-anak kita. Jangan sampai gara-gara kamu
yang hancur, anak-anak kita jadi korban,” ucap Ibu.
“Justru aku sedang berusaha menyelamatkan mereka, Aisyah!”
“Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang
sambil berkacak pinggang (Lestari, 2012: 51).
Pertengkaran dan perselisihan terjadi antara Firas dengan Abah, Umi dan
Aisyah. Firas yang menginginkan kebebasan sementara yang lain ingin
menyekolahkan Zarah dan melakukan apa yang selama ini orang-orang lakukan
kepada anaknya yaitu memasukkan mereka di sekolah formal.
Para penganut konservatisme cenderung ingin mempertahankan tatanan
yang telah ada dan diturunkan sejak nenek moyang. Mereka akan melakukan
perlawanan jika ada seseorang yang berusaha melanggar dan tidak melakukan
tatanan itu. Tujuan dari para penganut konservatisme adalah agar tatanan dan nilai
yang telah ada di dalam masyarakat dapat terus berlangsung dengan baik.
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapat dilihat bahwa elemen
kesadarannya dari ideologi konservatisme yang terdapat dalam Partikel adalah
pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni
melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di
dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di
dalam masyarakat dapat terus berlanjut.
3.2.3 Ideologi Teisme
Teisme adalah kepercayaan terhadap satu Allah rahmani dan rahimi yang
mencipta dan memelihara alam semesta dan menentukan hidup-mati manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(Tambayong, 2013: 304). Material dari ideologi ini adalah ajaran agama yang
dianut oleh seorang individu. Penganut ideologi ini meyakini sepenuhnya akan
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan pemilik jagad raya.
Kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan bersifat realis.
Ideologi teisme dimiliki oleh Abah Hamid. Sebagai seorang pemuka Agama
Islam tentu Abah Hamid adalah seseorang yang sangat religius dan taat
menjalankan perintah agama. Apalagi ia juga seorang pembina sebuah pesantren
rumahan.
Abah Hamid yang merupakan seseorang agamis akan selalu mengingat
nama Tuhan dalam setiap tindakan dan perilakunya. Ia selalu menjalankan dan
mengamalkan semua perintah Tuhan yang ia yakini. Ia membela agamanya
dengan baik. Ia juga marah dan membela agama yang diyakininya ketika Zarah
bersikap “tidak percaya” terhadap agama Islam. Hal itu terlihat ketika Abah
hampir memukul Zarah karena Zarah dianggap menghina Islam dengan
perkataannya. Berikut ini kutipannya.
(108) Setidaknya tiga hal nyaris terjadi bersamaan. Degup kursi jatuh.
Sekelebat bayangan Abah di tembok yang sontak berdiri. Jeritan Ibu
dan Umi. Dan yang kulihat berikutnya adalah ubin. Sekali ayun,
tangan Abah yang lebar dan besar menghantamku. Aku terkapar
mencium lantai.
“Dengan segala kesombonganmu, kamu boleh menghina siapapun di
muka bumi ini, Zarah. Tapi jangan sekali-kali kamu menghina
agamaku dan Rasulku,” suara Abah yang menggelegar terdengar
gemetar (Lestari, 2012:132).
Sebagai seorang Islam yang taat, Abah sangat murka mendengar Zarah
menghina agamanya. Dan sejak saat itu juga hubungan Abah dan Zarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
merenggang. Perbedaan kepercayaan antara keduanya merupakan jurang yang
tidak dapat dijembatani.
Selain Abah Hamid, Aisyah juga merupakan salah satu tokoh yang
menganut ideologi teisme. Sebagai anak dari seorang pemuka agama, tentu
Aisyah sedari kecil dididik dengan pendidikan dan pengertian agama yang sangat
kuat sehingga ia tumbuh menjadi seseorang yang religius. Aisyah selalu
menjalankan shalat lima waktu sesuai apa yang diajarkan Islam. Hal itu terbukti
dalam kutipan berikut ini.
(109) Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu,
menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap Rabu malam, Ibu
pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang
ustazah yang sangat dihormati di daerah kami, (Lestari, 2012: 15).
Kutipan di atas mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa Aisyah adalah
sosok yang sangat religius. Ia adalah seorang yang taat dalam beribadah dan
menjalankan perintah Tuhan.
Ideologi teisme menjadi dasar bagi para penganutnya untuk menjalani
kehidupan di dunia. Para penganut ideologi ini sadar bahwa mereka adalah
makhluk ciptaan tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengatur takdir dan
kehidupan mereka dengan sangat baik. Oleh karena itu, para penganut ideologi
teisme menyerahkan sepenuhnya hidup dan mati mereka pada Tuhan. Mereka
mengingat dan mematuhi perintah Tuhan dengan selalu beribadah sesuai agama
yang dianutnya.
Berdasarkan uraian di atas, elemen kesadaran dari ideologi teisme yang
terdapat dalam novel Partikel yaitu bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya
adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak
Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
3.2.4 Ideologi Panteisme
Panteisme atau pantheisme berasal dari bahasa Yunani: πάν ( 'pan' ) =
semua dan θεός ( 'theos' ) = Tuhan) secara harafiah artinya adalah
"Tuhan adalah Semuanya" dan "Semua adalah Tuhan". Ini merupakan sebuah
pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup
semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama.
Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum
kodrat, keadaan, dan alam semesta (jumlah total dari semuanya adalah dan akan
selalu) diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis 'Tuhan' atau 'Dewa'
yang abstrak (https://id.wikipedia.org/wiki/Panteisme).
Pendapat lain mengungkapkan bahwa panteisme adalah suatu posisi yang
menganggap universe/alam semesta identik dengan ke-Tuhan-an. Dengan kata
lain, Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Panteisme merupakan konsep
ketuhanan yang nonpersonal/tidak anthropomorphic. Untuk memahami ini
dimulai dengan perbedaan dua konsep penggunaan kata Tuhan, yakni personal
dan non personal. Tuhan personal adalah Tuhan yang memiliki kehendak,
memiliki keinginan, bisa marah, dan lain sebagainya seperti yang diatributkan
pada Tuhan Abrahamik seperti Allah, YHWH, hingga dewa dewi di
pelbagai agama. Sementara Tuhan nonpersonal umumnya merujuk pada hal-hal
seperti kesadaran, energi, dan alam semesta itu sendiri. Bisa dikatakan, panteisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
adalah sexed-up atheism, karena ateis dan panteis pada prinsipnya tidak
memercayai keberadaan Tuhan Personal; ateis tentu saja percaya bahwa alam
semesta ada dan memang menakjubkan, tetapi juga tidak menganggap bahwa
alam semesta lantas merupakan semacam ekuivalen atau substitusi Tuhan.
Singkatnya, panteisme adalah ateisme, dengan sedikit perbedaan semantik
mengenai apa definisi Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, orang yang memiliki ideologi panteisme
beranggapan bahwa ia tidak percaya pada Tuhan, namun ia percaya pada alam
semesta. Dalam Partikel, tokoh Zarah menganut ideologi panteisme tersebut.
Zarah tidak peduli dengan keberadaan Tuhan dan ajaran agama. Ia hanya
mempercayai alam semesta.
Sejak ia kecil, Zarah sangat mendewakan Firas, Ayahnya. Dari Ayahnya
tersebut ia belajar mengenai sains dan ilmu pengetahuan tentang alam semesta.
Dari pengetahuannya tersebut, mereka menemukan logika yang dianggap lebih
benar dan masuk akal daripada apa yang selama ini diajarkan agama.
Tokoh Zarah dalam Partikel mengungkapkan secara terang-terangan kepada
Abah Hamid, Umi, dan Aisyah, Ibunya bahwa ia tidak percaya dan peduli
terhadap keberadaan Tuhan. Dan Zarah hanya percaya terhadap alam semesta. Hal
itu terlihat dari kutipan berikut ini.
(110) “Zarah bukan ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli
siapa yang bikin (Lestari, 2012: 131).”
Ketidakpercayaan Zarah terhadap Tuhan juga terlihat dari percakapannya
kepada Abah Hamid tentang kepercayaan. Zarah mempertanyakan keberadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tuhan, dan mempertanyakan apa buktinya kalau Tuhan memang ada. Hal itu
terlihat dari kutipan-kutipan berikut ini.
(111) “Kalau Abah, Umi, dan Ibu memang mau bantu, biarkan saja Zarah
cari sendiri. Kalau memang Allah ada, biar saja Allah yang bantu
Zarah. Abah, Umi , dan Ibu nggak perlu tepot. Kita nggak harus
terus ribut kayak begini (Lestari, 2012: 130).”
(112) “Lho, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung.
“Memang apa buktinya Allah pasti ada? (Lestari, 2012: 130).”
Zarah juga mempertanyakan kebenaran mengenai agama.
(113) Kalimat itu sangat membingungkan bagiku,. “Kalau begitu, gimana
caranya kita tahu kita nggak dibohongi? Kalau ternyata semua yang
dibilang oleh agama itu bohong, orang yang terlanjur beriman
bagaimana nasibnya? Minta pertanggungjawaban kepada siapa?
(Lestari, 2012: 131).”
Zarah juga pernah dimasukkan ke dalam pesantren oleh Ibunya secara
paksa. Zarah memang menjalani masa pesantren itu, namun ia tidak peduli tentang
apa yang ia lakukan di pesantren. Dan ia semakin sadar bahwa ia pesantren tidak
mengubah apapun pada diri Zarah. Hal tersebut terlihat dari kutipan-kutipan
berikut ini.
(114) Dengan tekad untuk menemukan Ayah, aku menjalani masa
pesantrenku selama sebulan penuh tanpa protes sedikitpun (Lestari,
2012: 105).
(115) Zarah pulang sebagai manusia baru, demikian yang mereka katakan
kepada Ibu saat menjemputku.Ibu mencium tangan mereka satu-satu
sebagai tanda terima kasih.
Setidaknya mereka benar tentang satu hal. Aku pulang dengan
kesadaran baru. Aku adalah Firas berikutnya (Lestari, 2012: 106).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Para penganut ideologi panteisme menjalani hidupnya tanpa mempercayai
adanya Tuhan. Merekapun tidak melakukan ajaran-ajaran agama seperti para
pemueluk agama lainnya. Mereka lebih menggunakan otak, logika dan
pengetahuannya daripada percaya mengenai cerita-cerita mengenai Tuhan dan
kitab suci yang belum tentu bisa dipercayai kebenarannya. Di dalam Partikel
diceritakan bahwa penganut panteisme percaya terhadap alam semesta tapi tidak
peduli siapa yang menciptakannya.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari
ideologi panteisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah tidak percaya
adanya Tuhan. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan ajaran agama dan tidak
peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah penelitan sains dan
ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah percaya terhadap alam
semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakannya.
3.2.5 Ideologi New Age (Zaman Baru)
Ideologi new age atau sering juga dikenal dengan ideologi zaman baru
adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad ke-20.
Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi-tradisi
metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia.
Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan
pengembangan diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar kata-
kata motivasi, dll. Tujuannya untuk menciptakan sebuah "spiritualitas yang tanpa
batasan atau dogma-dogma yang mengikat".
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
The new age bertujuan untuk menciptakan "spiritualitas tanpa batas atau
dogma yang membatasi" yang inklusif dan pluralistik. Ini memegang untuk
"holistik pandangan dunia", menekankan bahwa Pikiran, Tubuh dan Roh saling
berhubungan dan bahwa ada bentuk monisme dan kesatuan seluruh alam
semesta. New age mencoba untuk menciptakan "pandangan dunia yang meliputi
ilmu pengetahuan dan spiritualitas" dan mencakup sejumlah bentuk ilmu
pengetahuan mainstream serta bentuk-bentuk ilmu yang dianggap pinggiran
(Kusmayadi, 2013).
New age beranggapan bahwa alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan.
Jadi, Tuhan adalah energi yang membuat alam semesta (macro cosmos) ini
bekerja. Dan manusia adalah faktor penting di dalam pengerjaannya (micro
cosmos). Sehingga manusia sangat mungkin untuk menyatukan diri dengan alam
semesta. Hal itu dapat dicapai dengan membangkitkan jiwa, raga, dan alam
pikiran (awakening of the mind, body, and spirit). Yaitu melalui meditasi, yoga,
dan perenungan yang dalam (Ibid., 2013).
New agers sangat menghayati betul arti pentingnya monisme {segala
sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal, divine
energy}, pantheisme (all is God and God is all, menekankan kesucian individu,
dan karenanya proses pencarian Tuhan tidaklah melalui teks suci, tetapi justru
melalui diri sendiri, karena God within our self), reinkarnasi (setelah kematian,
manusia terlahirkan kembali, dan hidup dalam alam kehidupan lain sebagai
manusia yang mirip dengan konsep transmigration of the soul dalam Hindu), dan
seterusnya, seperti astrologi, channeling, pantheisme (Allah yang bipolar: abstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dan riil), tradisi Hinduisme, tradisi Gnostis, Neo-Paganisme, theosopi, karma,
crystal, meditasi, dan seterusnya (Simatupang, 2015).
Beberapa tokoh yang meyakini ideologi new age adalah Pak Simon
Hardiman dan Firas, Ayah Zarah. Semua ilmu yang selama ini dipelajari oleh
Firas ternyata mengarah pada kepercayaan tentang new age ini. Pak Simon dan
Firas percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk hidup yang berkesadaran.
Seperti tubuh manusia yang memiliki sistem meridian yang tak terlihat tapi
ada. Sistem meridian itu seperti pola matriks yang meliputi tubuh manusia. Bumi
juga memiliki sistem meridian. Selama ini manusia tidak menyadari akan hal itu.
Manusia belum sepenuhnya mengenali bumi yang mereka tinggali. Hal ini terlihat
dari kutipan di bawah ini.
(116) “Kalau Bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem
meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, lay lines, teori World
Crystalline, teori World Grid, menunjukkan bahwa ada aspek lain
dari Bumi kita yang belum kita kenali. Aspek yang menunjukkan
Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran (Lestari, 2012:
420-421).”
Menurut Pak Simon dan Firas, seisi alam semesta ini terhubung dan
merupakan satu kesatuan. Alam semesta ini bersifat hologram. Berikut ini
kutipannya.
(117) Ayahmu, seperti juga aku, percaya bahwa semesta ini bersifat
hologram. Artinya, setiap titik adalah proyeksi dari keseluruhan
semesta secara utuh. Sama dengan tubuhmu. Kamu berangkat dari
satu sel hingga jadi triliunan sel. Setiap sel tubuhmu
mengekpresikan Zarah secara utuh. Kalau tidak, metode kloning
tidak mungkin berhasil dilakukan. Kalau semsesta ini merupakan
satu tubuh, maka kamu adalah bagian inheren darinya, Zarah. Kita
berada dalam suatu jaringan intelegensi ksomos. Mengapa tidak
mungkin intelegensi yang sama menghubungkanmu dengan makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
lain di semesta ini? Kalau tubuh kita „mengandung‟ semesta secara
utuh, mengapa kita terus mengandalakn eksplorasi ke luar, dan
malah mengabaikan gerbang yang ada di dalam? (Lestari, 2012:
411).”
Kesadaran tentang bumi itu hidup mereka dapatkan dari ilmu pengetahuan,
fenomena-fenomena alam dan juga penjelasan mendetail mengenai pelbagai
peristiwa yang berpengaruh terhadap peradaban manusia. Fenomena-fenomena
alam dan peristiwa tersebut contohnya adalah crop circle, UFO, alien, dan situs-
situs peninggalan sejarah yang sulit dijelaskan secara nalar (Stonehagen di
Inggris, Saqsayhuaman di Peru, Piramida Giza di Mesir, dll).
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bawa para penganut new age
mengabungkan spiritualitas Timur dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang
mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia. Hal itu terlihat
dalam Partikel ketika Pak Simon menceritakan mengenai pelbagai tradisi kuno di
dunia dan hubungannya dengan konsep Bumi yang memiliki kesadaran. Berikut
ini kutipannya.
(118) “Ley lines itu jalur arkaik yang menghubungkan tempat-tempat
sakral di satu area,” jelasnya langsung. “Ley lines itu istilah modern,
tapi sebetulnya banyak tradisi kuno yang mengungkapkan konsep
serupa. Di Inca dikenal dengan istilah ceque, di Aborigin dikenal
istilah turinga, di China dikenal dengan long mei, di Irlandia
dipercaya ada fairy path. Pengertiannya kurang lebih sama. Di jalur
tersebut biasanya dibangun monumen, bangunan, struktur megalitik,
apapun bentuknya, tapi semua itu berfungsi sebagai titik penanda.
Tidak ada yang tahu persis bagaimana ley lines tercipta. Seringnya
lay lines merupakan warisan atau pola berulang. Titik-titik di mana
Katedral besar biasanya dibangun, misalnya ada jalur dari warisan
budaya sebelumnya, yakni kuil pagan (Lestari, 2012: 417).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(119) “Tahun ‟60-an, ilmuan Rusia sudah ada yang mengajukan pola kisi-
kisi seperti kristal dengan potongan dua belas pentagon. Titik-titik
itu menunjukkan matriks energi ksomik. Ini sejalan dengan yang
perah dibilang oleh Socrates bahwa Bumi bisa dilihat sebagai bola
yang dibuat dari sambungan dua belas potongan pentagon (Lestari,
2012: 419).”
Para penganut new age juga mengembangkan pelbagai ilmu pengetahuan
dan sains. Ilmu pengetahuan merupakan pedoman mereka untuk membuktikan
apa yang mereka percayai. Mereka sangat berpegang teguh pada pengetahuan,
penelitian, kesadaran, dan kecerdasan yang mereka miliki. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut ini.
(120) “Bagi peradaban yang cuma fokus pada materi, bukti yang mereka
cari pasti berkisar di alat dan perkakas. Tapi, seperti yang dikatakan
ayahmu, ada teknologi lain yang sifatnya internal, yang jika
diekplorasi bisa melakukan pencapaian-pencapaian yang mungkin
lebih dasyat dari sekedar mengandalkan teknologi eksternal. Itu juga
bisa jadi satu kemungkinan kan?” (Lestari, 2012: 422-423).
(121) “Sejak Firas menunjukkan hubungan hipotesis antara entogen dan
perjalanan dimensi lain, banyak persepsi saya yang ikut berubah,
Zarah. Pikiran saya jadi terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan
lain yang tadinya tidak saya lirik. Stonehegen bukan satu-satunya
bangunan neolitik. Di daerah Salisbury ini saja ada ratusan yang
tersebar. Di dunia apalagi. Bagaimana kita bisa menjelaskan
bangunan-bangunan cylopean seperti Saqsayhuaman di Peru?
Kontruksi seperti Giza? Atau anomali seperti Nazca Lines? Banyak
yang berteori, berusaha membuat miniatur, tapi kita tahu persis,
semua misteri itu tidak pernah terjawab tuntas. Tidak ada manusia
modern yang berhasil mengulang keajaiban yang sama, biarpun kita
merasa telah memiliki teknologi maju. Dan satu pertanyaan paling
besar dan tetap tidak terjawab: mengapa? Mengapa Stonehegen
dibangun? Untuk apa piramida didirikan? Aapa tujuan Nazca Lines?
Menurut saya, itu pertanyaan yang lebih besar. Ada masalah relasi
yang belum terungkap. Peradaban masa lalu memiliki sebuah relasi
dengan sesuatu. Entah apa. Relasi yang sekarang tidak kita miliki.
Atau belum kita sadari,” (Lestari, 2012: 423).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Semua hal yang dibahas di atas mengarah pada sebuah kepercayaan dan
hipotesis bahwa alam semesta itu tunggal, semua yang ada di dalamnya memiliki
hubungan dan terkoneksi satu sama lain. Bumi adalah makhluk yang memiliki
kesadaran. Dan pada masa lalu semua isi alam semesta terhubung dan terkoneksi.
Mereka meninggalkan jejak penanda berupa bangunan-banguna yang sampai saat
ini tidak bisa dijelaskan bagaimana cara membangunnya.
Para penganut ideologi new age dalam Partikel juga melakukan pelbagai
penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan mereka untuk menemukan
hipotesa yang selama ini mereka percayai. Mereka belajar dari pelbagai fenomena
alam dan ritual tradisional yang mulai ditinggalkan oleh orang-orang modern.
Mereka menpelajari secara mendetail mengenai fenomena crop circle, UFO dan
Alien yang selama ini hanya dianggap dongeng belaka oleh kebanyakan orang.
Para penganut new age memiliki keyakinan dari hasil ilmu pengetahuan dan
fenomena-fenomena alam.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
elemen kesadaran ideologi new age yang terdapat dalam Partikel adalah alam
semesta ini merupakan satu kesatuan yang hidup. Alam semesta adalah makhluk
yang memiliki sebuah kesadaran dan dapat berinteraksi. Elemen materialnya
adalah fenomena-fenomena alam, tradisi-tradisi kuno, dan fenomena luar angkasa
seperti UFO dan Alien. Elemen solidaritas identitasnya yaitu penelitian sains dan
ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah bebas percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
alam semesta merupakan satu kesatuan yang tunggal dan alam semesta ini
memiliki kesadaran dan terhubung antara satu dengan yang lainnya.
Pada akhirnya, setiap tokoh di dalam Partikel memiliki ideologinya masing-
masing yang mereka pegang teguh. Mereka menganut ideologi mereka masing-
masing dengan pelbagai konsekwensinya. Ideologi tersebut yang kemudian
mencerminkan pribadi masing-masing. Dan kemudian di dalam masyarakat
ideologi yang mereka anut akan menimbulkan pelbagai kesinambungan.
Kesinambungan atau relasi tersebut yang kemudian dikenal denga formasi
ideologi. Formasi tersebut akan dibahas pada poin selanjutnya.
3.3 Formasi Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari
Pelbagai ideologi yang telah ditemukan di dalam Partikel tersebut, di
dalamnya terdapat suatu susunan yang berhubungan yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Ideologi yang dimiliki oleh para tokoh tersebut
saling berelasi satu sama lain. Relasi tersebut dapat berupa hubungan
pertentangan, korelasi, dan subordinasi. Susunan ideologi yang bersifat
pertentangan, korelasi, dan subordinasi tersebut yang kemudian disebut dengan
formasi ideologi. Dalam hal ini, formasi ideologi tidak hanya membahas
mengenai ideologi yang ada dan dominan dari seorang tokoh, tetapi juga
membahas hubungan antarideologi.
Ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Di dalam novel
Partikel, ideologi konservatisme merupakan salah satu ideologi yang mendukung
ideologi teisme. Hal itu karena ideologi teisme menginginkan manusia menjadi
seorang individu yang lebih baik. Hal itu bisa didapatkan jika ilmu pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dan juga kepercayaan pada agama dapat berjalan dengan seimbang. Walaupun
relasinya tidak begitu besar, ideologi konservatisme merupakan pengembangan
dari pandangan hidup seorang teisme.
Selanjutnya ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan
juga ideologi new age (zaman baru). Seorang panteisme adalah seseorang yang
berbanding terbalik dengan seorang teisme. Seorang panteisme yang merupakan
seorang yang kepercayaannya berbeda dengan kebanyakan orang yang ada yaitu
kelompok teisme. Maka dari itu, para panteis akan melakukan dan menginginkan
kebebasan yang tidak mengikat dirinya pada suatu hal, beberapa contohnya adalah
ia tidak ingin terikat pada sebuah sistem dan tidak ingin terikat pada sebuah ajaran
agama.
Selanjutnya seorang panteis akan menemukan hal-hal baru yang dianggap
aneh dan menyimpang oleh kelompok dominan. Hal-hal baru dari seorang
panteisme itu kemudian akan mengarah pada ideologi new age (zaman baru).
Seorang panteis akan mendapatkan pencerahan dari new agers. Pelbagai
keyakinan dan juga pembuktian yang dimliki oleh para new agers yang selama ini
tidak mempercayai Tuhan adalah pemikiran yang hampir sama dengan apa yang
diyakini oleh para panteis. Pertanyaan dan ketidak percayaan mereka terhadap
agama akan menemukan jawabannya pada pandangan new age.
Ideologi liberalisme bertentangan dengan ideologi konservatisme.
Kebebasan yang dimiliki oleh para liberalis sangat berbanding terbalik dengan
konservatisme. Dengan pandangan hidup seorang konserfatif yang meninginkan
kelanggengan nilai-nilai dalam masyarakat, liberalisme merupakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
ancaman yang berbahaya untuk konservatisme karena kebebasannya. Liberalisme
dan konservatisme merupakan salah satu hal yang tidak akan pernah bisa
disandingkan.
Kemudian ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga
ideologi new age. Para teis yang menganggap manusia adalah ciptaan Tuhan yang
mutlak seketika digemparkan dengan para panteis yang tidak mempercayai Tuhan
secara personal. Para teis yang selalu percaya bahwa alam semesta adalah ciptaan
Tuhan dan para panteis yang beranggapan bahwa mereka percaya pada alam
semesta tanpa peduli siapa yang menciptakannya. Kedua ideologi ini sangat
terlihat perbedaanya dan pertentangannya.
Ideologi new age yang jelas-jelas mengatakan bahwa alam semesta ini
merupakan sebuah kesatuan juga berbanding terbalik dengan apa yang selama ini
dipercayai oleh para teis. Apalagi menganggap bahwa Bumi adalah makhluk
berkesadaran yang hidup. Hal-hal tersebut sangat menentang ajaran agama.
Tidak hanya pelbagai macam ideologi yang memiliki formasi, tetapi setiap
tokoh juga memiliki formasi ideologinya. Dari semua ideologi yag dimiliki oleh
tokoh-tokoh tersebut terdapat satu ideologi yang dominan. Tokoh Zarah memiliki
ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki
Zarah adalah panteisme. Kemudian tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme,
panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan yang terlihat dalam Partikel
adalah ideologi liberalisme. Tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan
konservatif. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Kemudian
Abah Hamid dan Umi memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ideologi dominan Abah dan Umi adalah ideologi teisme. Terakhir adalah Pak
Simon Hardiman, ideologi yang dimiliki Pak simon adalah new age.
Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap ideologi pasti
memiliki relasi dengan ideologi lainnya, entah itu pertentangan ataupun korelasi.
Ideologi-ideologi tersebut berperan untuk saling melengkapi ataupun saling
bertentangan satu sama lain. Selain itu juga terdapat formasi ideologi yang
dimiliki oleh tokoh-tokohnya. Setiap tokoh selalu memiliki ideologi dominannya
yang berperan untuk membangun cerita dalam sebuah novel.
3.4 Rangkuman
Dari hasil analisis ideologi yang terdapat dalam novel Partikel, diperoleh
fase ideologi seperti yang terdapat dalam tabel 2.
Ideologi
Fase Ideologi
Elemen
Kesadaran
Elemen Material Elemen
Solidaritas
Idntitas
Elemen
Kebebasan
Liberalisme
1. Pendidikan
yang baik tidak
harus didapat
dari sekolah
formal.
2. Tidak semua
cerita rakyat
harus dipercaya.
1. Tidak
memasukkan
anaknya ke
dalam sekolah
formal.
2. Tidak peduli
apa yang
dikatakan orang
lain.
Kebebasan
yang ada di
setiap
individu.
1. Melakukan
pendidikan
swalayan pada
anaknya.
2. Bebas keluar
masuk Bukit
Jambul (bukit
terlarang).
Konservatis
me
Pendidikan
terbaik
diperoleh dari
sekolah formal.
Melakukan
perlawanan
terhadap
penyimpangan
nilai yang ada
Nilai-nilai
dalam
masyarakat.
Nilai yang
sudah ada di
dalam
masyarakat
dapat terus
Tabel 2
Fase Ideologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
di dalam
masyarakat.
berlanjut.
Teisme Manusia adalah
makhluk
ciptaan Tuhan.
Ajaran agama Agama Menjalankan
kehendak
Tuhan dengan
beribadah
sesuai ajaran
Agama.
Panteisme Tidak percaya
adanya Tuhan
secara personal.
Tidak
melakukan
ajaran agama
dan tidak peduli
terhadap agama
Ilmu
pengetahuan
dan sains,
fenomena
alam, dan
tradisi kuno.
Percaya
terhadap alam
semesta namun
tidak peduli
siapa yang
menciptakanny
a
New Age Alam semesta
merupakan satu
kesatuan yang
hidup.
Penelitian situs
sejarah dan
fenomena alam.
Penelitian
sains dan
ilmu
pengetahuan.
Bebas percaya
bahwa alam
semesta itu
sebuah
kesatuan
tunggal yang
memiliki
kesadaran.
Formasi ideologi yang terjadi di dalam Partikel adalah sebagai berikut.
Pertama, ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Kedua,
ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan juga ideologi new
age (zaman baru). Ketiga, ideologi liberalisme bertentangan dengan ideologi
konservatisme. Keempat, ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme
dan juga ideologi new age.
Formasi ideologi tokoh dalam Partikel adalah sebagai berikut, pertama,
tokoh Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi
dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. Kedua, tokoh Firas memiliki
ideologi liberalisme, panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan Firas adalah
ideologi liberalisme. Ketiga, tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
konservatif. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Keempat,
Abah Hamid memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun ideologi
dominan Abah adalah ideologi teisme. Dan kelima, Pak Simon memiliki ideologi
panteisme dan new age. Ideologi dominan Pak Simon adalah new age.
Tabel 3 berikut ini akan menjelaskan mengenai formasi ideologi yang
terdapat dalam novel Partikel karya Dee Lestari.
Keterangan:
artinya : korelasi
: pertentangan
Tabel 3
Formasi Ideologi
Konservatisme
New Age
Panteisme
Liberalisme
Teisme Aisyah
Abah Hamid
Zarah
Firas
Pak Simon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penelitian ini mengangkat judul “Formasi Ideologi dalam Novel Partikel
Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci”. Metode yang dipakai adalah
metode formal dan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua
teori, yaitu teori struktural dan teori ideologi dalam perspektif Gramsci.
Analisis struktur penceritaan dalam novel Partikel dilakukan terlebih
dahulu untuk memahami sekaligus memberi gambaran mengenai tokoh dan
penokohan serta latar tempat, latar suasana, dan latar sosial. Gambaran tokoh
penokohan digunakan oleh peneliti untuk mendukung pembahasan mengenai
formasi ideologi pada bab selanjutnya. Penelitian mengenai latar digunakan untuk
mendukung bahasan mengenai ideologi-ideologi yang ada di dalam novel
Partikel.
Analisis mengenai struktur cerita dalam novel Partikel menunjukkan
bahwa novel ini memiliki tokoh dan penokohan serta latar yang cukup kompleks.
Para tokoh yang ada dalam novel Partikel antara lain yaitu Zarah, Firas, Aisyah,
Abah Hamid, Umi, dan Pak Simon. Zarah dan Firas yang memiliki sifat keras
kepala dan mendambakan kekebasan. Sedangkan Abah Hamid, Aisyah, dan Umi
yang begitu religius dan masih sangat menghargai tradisi. Pelbagai sifat dan
karakter yang mereka miliki tersebut merupakan gambaran dan perwujudan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ideologi yang mereka miliki. Perbedaan ideologi tersebut yang kemudian
menimbulkan pelbagai konflik berkepanjangan antar para tokoh.
Kemudian latar tempat yang berpindah-pindah antar benua menunjukkan
bahwa Zarah mendambakan kebebasan. Ia adalah seorang yang tidak bisa
dikekang dalam satu perspektif, seperti Firas, Ayahnya. Latar waktu dalam novel
Partikel terjadi di antara rentang waktu tahun 1979-2003. Rentang waktu di mana
ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berkembang dan menuju era modernisasi.
Di balik perkembangan teknologi dan informasi tersebut tetap terdapat banyak
masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan juga cerita rakyat. Dan juga
tahun-tahun itu adalah waktu di mana fenomena crop circle sedang marak terjadi
di negara Inggris.
Beberapa ideologi yang terdapat dalam Partikel adalah ideologi
liberalisme, konservatisme, teisme, panteisme, dan ideologi new age (zaman
baru). Pelbagai macam ideologi tersebut kemudian ditelusuri keempat elemennya.
Keempat elemen tersebut adalah elemen kesadaran, elemen material, elemen
solidaritas identitas, dan elemen kebebasan. Berikut ini pelbagai ideologi yang
terdapat dalam novel Partikel beserta keempat elemennya.
Pertama, ideologi liberalisme, elemen kesadaran dari ideologi liberalisme
adalah belajar tidak harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita
rakyat harus dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan
anaknya di dalam pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan
orang. Elemen solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
individu. Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan
kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan
juga bebas keluar masuk Bukit Jambul.
Kedua, ideologi konservatisme, elemen kesadarannya adalah pendidikan
terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni melakukan
perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam
masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam
masyarakat dapat terus berlanjut.
Ketiga, ideologi teisme, elemen kesadarannya yaitu bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen
solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni
menjalankan kehendak Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
Keempat, ideologi panteisme, elemen kesadarannya adalah adalah tidak
percaya adanya Tuhan yang personal. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan
ajaran agama dan tidak peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya
adalah penelitan sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya
adalah percaya terhadap alam semesta namun tidak peduli siapa yang
menciptakannya.
Kelima, ideologi new age (zaman baru), elemen kesadarannya adalah alam
semesta ini merupakan satu kesatuan yang hidup. Alam semesta adalah makhluk
yang memiliki sebuah kesadaran dan dapat berinteraksi. Elemen materialnya
adalah fenomena-fenomena alam, tradisi-tradisi kuno, dan fenomena luar angkasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
seperti UFO dan Alien. Elemen solidaritas identitasnya yaitu penelitian sains dan
ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah bebas percaya bahwa
alamsemesta merupakan satu kesatuan yang tunggal dan alam semesta ini
memiliki kesadaran dan terhubung antara satu dengan yang lainnya.
Pelbagai ideologi yang telah ditemukan di dalam Partikel tersebut, di
dalamnya terdapat suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya. Ideologi yang dimiliki oleh para tokoh tersebut saling berelasi satu
sama lain. Relasi tersebut dapat berupa hubungan pertentangan, korelasi, dan
subordinasi. Susunan ideologi yang bersifat pertentangan, korelasi, dan
subordinasi tersebut yang kemudian disebut dengan formasi ideologi. Dalam hal
ini, formasi ideologi tidak hanya membahas mengenai ideologi yang ada dan
dominan dari seorang tokoh, tetapi juga membahas hubungan antarideologi.
Di dalam Partikel, terjadi berbagai macam formasi ideologi. Formasi
ideologi tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, ideologi konservatisme
berkorelasi dengan ideologi teisme. Kedua ideologi panteisme berkorelasi dengan
ideologi liberalisme dan juga ideologi new age. Selain berkorelasi, ideologi juga
dapat saling bertentangan. Pertentangan pertama terjadi antara ideologi
liberlaisme dan ideologi konservatisme. Kemudian kedua, ideologi teisme
bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age.
Tidak hanya pelbagai macam ideologi yang memiliki formasi, tetapi setiap
tokoh juga memiliki formasi ideologinya. Dari semua ideologi yag dimiliki oleh
tokoh-tokoh tersebut terdapat satu ideologi yang dominan. Tokoh Zarah memiliki
ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Zarah adalah panteisme. Kemudian tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme,
panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan Firas adalah ideologi liberalisme.
Tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan konservatisme. Ideologi dominan
yang dimilikinya adalah konservatif. Kemudian Abah Hamid memiliki ideologi
yang sama dengan Aisah, namun ideologi dominan Abah adalah ideologi teisme.
Terakhir adalah Pak simon, ideologi Pak Simon adalah ideologi panteisme dan
new age, ideologi dominannya adalah new age.
4.2 Saran
Penelitian ini memfokuskan mengenai formasi ideologi dalam novel
Partikel karya Dee Lestari. Tokoh utama dalam Partikel adalah Zarah. Di dalam
novel ini, Zarah digambarkan sebagai seseorang yang sangat mendewakan
Ayahnya. Ia menerima dan meyakini apapun yang dikatakan oleh Ayahnya. Dari
Ayahnya, ia mewarisi semua sikap dan ideologinya. Penulis menyarankan jika
ingin melanjutkan penelitian ini, dapat menggunakan dan mengekplorasi Partikel
dengan teori sistem ekologi. Teori sistem ekologi adalah teori yang dikembangkan
oleh Urie Bronfenbrenner yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial di
mana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Daftar Pustaka
ABAM. 2013. Apa tu Panteisme? Apa itu Deisme?
https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa
-itu-panteisme-apa-itu-deisme/. Diakses pada tanggal 25 April
2017, 20.44 WIB.
Chandra, Ardila. 2015. “Formasi Ideologi dan Negosiasi dalam Novel
Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya: Analisis
Hegemoni Gramsci”. Skripsi S-1. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra.
Yogyakarta: CAPS.
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik
sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gramsci, Antonio. 2000. Sejarah dan Budaya. Surabaya: Pustaka
Promethea. Ebook:
http://portpdf.duckdns.org/910a410a410a010a110a7/Sejarah-dan-
Budaya-by-Antonio-Gramsci.pdf. Diakses pada 16 Juni 2017/ 1921
WB.
Green, Martin Burgess. 1993. Gandhi: Voice of A New Age Revolution.
New York: The Continnum Publishing Company.
Harjito. 2002. “Student Hijo Karya Maro: Hegemoni Gramscian”. Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada.
Kusmayadi, Dedi E. 2013. Kompasiana: Spiritualitas: Agama Baru untuk
New Age.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
http://www.kompasiana.com/dediekusmayadi/spiritualitas-agama-
baru-untuk-new-age_552b96776ea834c4238b458e. Diakses pada
tanggal 25 April 2017, 22.52 WIB.
Kusuma, Baramnti. 2012. Apakah Ideologi Itu?
http://www.kompasiana.com/bramkusuma/apakah-ideologi-
itu_550bd5a68133117422b1e221. Diakses pada tanggal 3 Maret
2017, 11.45 WIB.
Lestari, Dee. 2016. Supernova Episode: Partikel. Yogyakarta: Bentang
Pustaka.
Mangunhardjana, A. 2006. Isme-isme dalam Etika: dari A sampai Z.
Yogyakarta: Kanisius.
Martono, H. 2013. Nilai-Nilai dalam Novel Partikel Karya Dee (Dewi
Lestari). http://jurnal.untan.ac.id. Diakses pada tanggal 12 April
2016, 14.17 WIB.
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nugraheni, Kartika Nurul. 2014. “Kepribadian dan Aktualisasi Diri Tokoh
Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi
Lestari”. Skripsi S-1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Patria, Nezar dan Andi Arief. 2009. Antonio Gramsci: Negara dan
Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramadhani, Alfi Yusrina. 2013. Relasi Antara Manusia dan Lingkungan
Hidup dalam Novel Partikel Karya Dewi Lestari: Sebuah Kajian
Ekokritisisme. http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-
03/S46846-Alfi%20Yusrina%20Ramadhani. Diakses pada tanggal
1 Maret 2017, 22.26 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik: Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohman, Nanang Syaiful. 2011. “Ideologi Perempuan dalam Novel
Tempurung Karya Oka Rusmini”. Skripsi S-1, Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang
Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal.
Malang: UMM Press.
Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Diterjemahkan
oleh Kamdani dan Imam Baehaqi. Cetakan ke-4. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Simatupang, Joni Welman. 2015. Gerakan Zaman Baru.
http://perkantasjakarta.org/gerakan-zaman-baru-new-age-
movement/. Diakses pada tanggal 25 April 2017, 23.08 WIB.
Siswadi, Tenggina Rahmad. 2010. Perang Ideologi dalam Novel Entrok.
http://novelentrok.blogspot.co.id/2010/08/perang-ideologi-dalam-
novel-entrok.html. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, 23.06 WIB.
Takwin, Bagus. 2009. Akar-akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep
Ideologi dari Plato hingga Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra.
Tambayong, Yapi. 2013. Kamus Isme-Isme. Bandung: Nusa Cendekia.
Temples, Temporary. 2003. Crop Circles: Crop Circles photographed in
2003. http://temporarytemples.co.uk/crop-circles/2003-crop-circles.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2017, 21.21 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran
Sinopsis novel Partikel Karya Dee Lestari
Novel Partikel adalah sebuah novel fiksi ilmiah. Novel ini merupakan
episode ke lima dari tujuh episode seri Supernova karya Dee Lestari. Novel ini
memiliki alur campuran dengan latar waktu tahun 1979-2003. Tokoh utama dalam
novel ini adalah Zarah Amala.
Zarah adalah anak kandung dari Firas dan Aisyah. Mereka tinggal di
sebuah desa bernama Batu Luhur yang terletak di pinggir Kota Bogor. Firas
adalah dosen mikologi di Institut Pertanian Bogor. Firas juga merupakan
seseorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, apalagi mengenai fungi.
Aisyah, Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Aisyah adalah anak dari Abah
Hamid dan Umi. Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga yang disegani
di Desa Batu Luhur. Hal tersebut karena Abah merupakan pemuka agama dan
tetua desa.
Konflik dalam Partikel dimulai ketika Firas dan Zarah memiliki perbedaan
ideologi dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pertama, ideologi mengenai
pendidikan. Ayah Zarah tidak mau memasukkan Zarah ke sekolah formal seperti
anak-anak lainnya. Kedua, konflik juga terjadi karena perbedaan kesadaran
mengenai Bukit Jambul. Masyarakat dan keluarga Abah menganggap Bukit
Jambul merupakan bukit yang angker dan terlarang. Namun berbeda bagi Firas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dan Zarah. Bukit Jambul merupakan area penelitian yang kaya akan sumber daya
alam berupa pepohonan dan fungi.
Konflik semakin memuncak ketika Firas tiba-tiba hilang. Ia menghilang
tanpa jejak. Keluarga dan para masyarakat meyakini bahwa hilangnya firas
merupakan azab dari Bukit Jambul. Hilangnya Firas menyebabkan Zarah
kehilangan sosok ayah dan juga manusia yang ia dewakan selama ini. Firah hilang
dengan meninggalkan beberapa jurnal penelitiannya untuk Zarah. Di dalam jurnal
tersebut Zarah mempelajari tentang penemuan ayahnya mengenai fungi dan juga
hubungannya dengan alam semesta. Di dalam jurnal tersebut juga Zarah melihat
mengenai kepercayaan yang menyimpang dengan Agama Islam.
Pengetahuan yang diperoleh Zarah dari Firas dan jurnalnya tersebut yang
kemudian menambah konflik semakin memanas. Apa yang dibaca Zarah di dalam
jurnal tersebut menjadi apa yang ia yakini mengenai penciptaan alam semesta.
Dan sudah pasti kepercayaan yang dianut Zarah dan Firas bertentangan dengan
kepercayaan Abah dan Aisyah. Konflik mengnai perbedaan ideologi tersebut yang
akhirnya membawa Zarah ke dalam sebuah petualangan tanpa henti. Petualangan
untuk menemukan dan mencari Firas, Ayahnya.
Petualangan tersebut dimulai ketika ia memutuskan utuk meninggalkan
rumah keluarganya di Kota Bogor dan tinggal di sebuah saung di Batu Luhur.
Keyakinan akan Ayahnya masih hidup ia yakini ketika Zarah berulang tahun ke
17 dan ia mendapatkan kamera yang telah dijanjikan Ayahnya sejak kecil. Dari
kamera tersebut Zarah memulai petualangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Zarah mendapatkan juara lomba foto yang membawanya ke Tanjung
Puting di Kalimantan. Mengenal Tajung Puting meyebabkan sebuah kekacauan
pada diri Zarah. Ia memutuskan untuk tinggal di Tanjung Puting dan tidak mau
kembali ke Bogor. Di Tanjung Puting ia bertemu dengan Paul yang kemudian
membawanya berpetualang lebih jauh.
Bakat Zarah dalam fotografi telah bertemu dengan orang yang tepat, yaitu
Paul. Paul adalah seorang pemimpin The A-Team. Sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang fotografi yang kantornya berpusat di London, Inggris. Berkat
kemampuannya itu, Zarah kemudian direkrut oleh Paul untuk bekerja dengannya
di London. Hal itu tidak ditolak Zarah, karena dengan pergi ke London,
kemungkinan untuk menelusuri kamera hadiah ulang tahunnya semakin mudah
dilakukan.
Akhirnya Zarah pergi ke London dan bekerja sebagai fotografer di sana.
Petualangan Zarah tetap berlanjut, ia melakukan berbagai petualangan yang
menyangkut dengan karier fotografinya. Ia melakukan pekerjaannya itu sambil
tetap mencari pemilik kamera. Pencarian pemilik kamera itu mendapat titik terang
ketika suatu hari Paul memberikan sebuah nama dan juga tempat si pemilik
kamera. Tanpa pikir panjang, Zarah langsung menghampiri si pemilik kamera
tersebut.
Simon Hardiman, adalah seorang konglomerat asal Indonesia yang tinggal
di Glastonbury. Simon Hardiman adalah si pemilik asli kamera Zarah. Tapi
sayangnya, Zarah tidak mendapati kabar mengenai Ayahnya. Ternyata Pak simon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
hanyalah koresponden Firas. Pak Simon juga belum pernah bertemu Firas.
Mereka hanya berkabar melalui surat beberapa tahun yang lalu. Namun melalui
Pak Simon, Zarah mulai mengenai dan mengetahui banyak mengenai apa yang
selama ini dikaykini dan diteliti oleh Firas. Yaitu mengenai fungi, alien, UFO, dan
sebuah kesadaran bahwa bumi memiliki kesadaran.
Kebaikan hati Pak Simon juga membawa Zarah menelusuri keberadaan
Ayahnya melalui Ritual Iboga. Sebuah ritual yang berasal dari Timur Tengan
untuk mengetahui “dunia lain” atau bisa disebut dengan dunia roh. Dan dari Ritual
Iboga tersebut ia tidak menemukan Firas di dalamnya. Hl itu bisa berarti bahwa
Firas ternyata masih hidup. Dari ritual Iboga tersebut, Zarah malah bertemu
dengan Abah Hamid. Dan tak berselang lama ketika Zarah telah selesai
melakukan Ritual Iboga, Zarah mendapatkan kabar dari keluarganya bahwa Abah
Hamid meninggal dunia. Kematian Abah Hamid dan juga pengetahuan mengenai
Ayahnya tersebut yang akhirnya membawa Zarah kembali ke kampung
halamannya, yaitu Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI