Post on 01-Jan-2016
description
LAPORAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (F.1)
Oleh :
dr. Eldora Maresaning Nagalana
Pendamping :
dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS PLUPUH II
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes,1991).
Fungsi puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, dan sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Adapun upaya-upaya
kesehatan wajib tersebut (Basic Six) adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi
masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan upaya
pengobatan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yaitu: (1) Kesehatan Sekolah, (2) Kesehatan
Olah Raga, (3) Perawatan Kesehatan Masyarakat, (4) Kesehatan Kerja, (5) Kesehatan Gigi
dan Mulut, (6) Kesehatan Jiwa, (7) Kesehatan Mata, (8) Kesehatan Usia Lanjut dan (9)
Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Puskesmas telah dikembangkan berdasarkan pola dasar yang dimaksudkan dapat
diterapkan di seluruh Indonesia terutama di daerah pedesaan dimana sebagian besar
puskesmas telah dibangun dan masyarakat memanfaatkannya.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan oleh puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat, agar pasien dapat mandiri
dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah
kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Tiga sasaran dalam pelaksanaan promosi kesehatan adalah sasaran primer, sasaran
sekunder dan sasaran tersier. Sasaran primer adalah pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Sasaran sekunder adalah para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain)
maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),
organisasi kemasyarakatan dan media massa. Sasaran tersier adalah para pembuat
kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya.
Di Puskesmas Plupuh II salah upaya promosi kesehatan (penyuluhan) ini dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan program kerja puskesmas lainnya, seperti pertemuan kader
yang rutin dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 25. Salah satu materi yang disampaikan
dalam kegiatan penyuluhan kader wilayah kerja Puskesmas Plupuh II adalah menoupouse
yang disajikan dalam bentuk powerpoint.
Menopause merupakan kejadian alami yang harus dilalui oleh
setiap wanita. Secara mudah, menopause merupakan suatu tahap
fisiologis dimana seorang wanita tidak lagi mendapatkan siklus
menstruasi. Pada saat menopause, terjadi penurunan produksi hormon
estrogen sebagai akibat habisnya folikel (sel telur) dalam ovarium
(indung telur). Penurunan hormon estrogen inilah yang memunculkan
berbagai gejala dan tanda menjelang, selama serta pasca menopause
( Atikah Proverawati, 2010 ).
Sebagian besar wanita akan merasa cemas bila mendengar kata menopause
terutama bagi mereka yang kurang pengetahuannya. Hal tersebut dikarenakan mereka
tahu bahwa akan ada banyak perubahan dalam tubuh bersama dengan gejala yang kurang
menyenangkan . Gejala tersebut meliputi hot flushes ( rasa panas pada
wajah ), berkeringat di malam hari, kering pada vagina, penurunan daya
ingat, mudah capek, cemas, tangan kesemutan, nyeri tulang dan sendi.
Menopause juga beresiko terhadap sindroma metabolisme meliputi
tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, obesitas sentral,
keabnormalan lemak darah yang berpengaruh pada resiko penyakit
jantung koroner, stroke dan kencing manis ( Atikah Proverawati, 2010 ).
Wacana mengenai menopause kini semakin diminati oleh kalangan medis maupun
masyarakat luas. Hal ini dapat dipahami kerena dengan meningkatnya umur harapan hidup
kaum perempuan maka proporsi kelompok wanita usia lanjut juga mengalami peningkatan
yang bermakna. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita usia
lanjut dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta pada tahun 2013
(Achadiat, 2008).
Oleh karena itu penting dilakukan upaya penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang menopause kepada para kader posyandu di wilayah Puskesmas
Plupuh II. Sehingga dapat menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala
yang menyertainya, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menerapkan gaya
hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah mengalami menopause.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat permasalahan tentang
bagaimana cara meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kader posyandu di
wilayah Puskesmas Plupuh II tentang menopause mengenai pengertian, gejala, serta upaya
untuk mengurangi gejala menopause.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para kader posyandu di wilayah
Puskesmas Plupuh II mengenai menopause yang meliputi tentang pengertian, gejala,
serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala menoupose. Sehingga dapat
menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala yang menyertainya, serta
meningkatkan kesadaran para kader posyandu di wilayah Puskesmas Plupuh II akan
pentingnya menerapkan gaya hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah
mengalami menopause.
2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi persyaratan sebagai dokter Internship di Puskesmas Plupuh II
Kabupaten Sragen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel
dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada
usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.
Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian,
yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim
terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot
rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).
Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian
endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desiduabasalis. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus
menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin
Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.
Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang
disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan
balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang
baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel
de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus
rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH
(luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,
perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi.
Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase
ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk
proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular
pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya.
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik).
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesterone.
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal.
6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai
fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus
luteum.
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi.
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
Gambar 3. Siklus menstruasi
B. Definisi menopause
Menopause berasal dari kata men berarti bulan, pause ( pausis,
pauo ) berarti periode atau tanda berhenti. Jadi menopause adalah
berhentinya secara definitif menstruasi. Adapun klimakterium berasal
dari kata climate yaitu tahun perubahan, pergantian tahun yang
berbahaya. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause,
dan pasca menopause. Pada wanita terjadi antara umur 40 – 65 tahun.
Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita
umur kurang dari 40 tahun. ( Pieter Herri, 2010 )
Menopause dikenal sebagai berhentinya menstruasi, yang
disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium. Menopause alamiah
terjadi pada akhir periode menstruasi dan sekurang – kurangnya selama
12 bulan tidak mengalami menstruasi, dan bukan disebabkan oleh hal
yang patologis. Umumnya seorang wanita akan mengalami menopause
sekitar usia 45 – 50 tahun ( Atikah Proverawati, 2010 ).
C. Patofisiologi menopause
Ketika wanita dalam usia 40 tahun, tidak adanya pembuahan
anovulasi akan menjadi lebih nyata. Dan sebelum anovulasi, siklus
menstruasi memanjang, mulai 2 sampai 8 tahun sebelum menopause.
Bila panjangnya siklus melebihi 42 hari, menopause dapat diramalkan
berikutnya dalam 1 atau 2 tahun. Menopause terjadi ketika jumlah
folikel menurun di bawah suatu ambang rangsang yang kritis, kira – kira
jumlahnya hanya 1000 folikel. Percepatan kehilangan mulai terjadi
ketika seluruh jumlah folikel – folikel mencapai kira – kira 25.000, suatu
jumlah yang dicapai pada wanita normal usia37 – 38 tahun. Kehilangan
ini berkaitan dengan peningkatan FSH ( folicel stimulating hormone )
yang tidak kentara tetapi nyata ( Atikah Proverawati, 2010 ).
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini
akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus – hipofise terganggu.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan
LH ( luteinizing hormone ). Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk
hormonal untuk mendiagnosis sindrom klimakterik ( Atikah Proverawati,
2010 ).
D. Fase-fase menopause
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal
wanita sebelum mencapai senium. Masa klimakterium meliputi
pramenopause, menopause, dan pasca menopause. Pada wanita terjadi
antara umur 40 – 65 tahun. Pramenopause adalah masa 4 – 5 tahun
sebelum menopause, keluhan klimakterium timbul, hormon estrogen
masih dibentuk (Pieter Herri, 2010).
Menopause adalah berhentinya haid yang terakhir yang terjadi
dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi
merupakan satu titik waktu. Umumnya pada wanita umur 45 – 55 tahun.
Menopause adalah perubahan yang normal terjadi pada kehidupan
seorang wanita. Pada umumnya terjadi pada usia 45 – 55 tahun. Dimana
pada saat ini terjadi penurunan estrogen dan progesteron yang
menimbulkan berbagai gejala ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).
Post menopause adalah masa dimana seorang wanita sudah
mencapai menopause. Pada tahapan ini seorang wanita akan rentan
terhadap osteoporosis dan penyakit jantung ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).
Menopause prematur (menopause dini ) adalah menopause yang terjadi sebelum
usia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit
autoimun atau faktor keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obat-
obatan atau operasi ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).
E. Perubahan pasca menoupouse
1. Perubahan pada organ reproduksi
Pada wanita yang menopause akan terjadi perubahan – perubahan
pada organ reproduksi. Perubahan – perubahan tersebut meliputi
perubahan pada :
a. uterus
b. tuba falopii
c. servicks
d. vagina
e. dasar panggul
f. perineum dan anus
g. kelenjar payudara
2. Perubahan diluar organ reproduksi
a. Adipositas (penimbunan lemak)
Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut
bawah dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium
memperlihatkan kenaikan berat badan yang sedikit dan 20 %
kenaikan yang menyolok. Diduga ada hubungan dengan turunnya
estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
b. Hipertensi
Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah
wanita antara 45 – 70 tahun. Peningkatan tekanan darah pada usia
klimakterium terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan lebih
tinggi sebelumnya.
c. Aterosklerosis
Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
menyebabkan peningkatan faktor risiko terhadap terjadinya
aterosklerosis. Sklerosis koroner primer dan infark miocard akan
terjadi 1 – 2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
d. Vinilisasi (pertumbuhan rambut-rambut halus)
Turunnya estrogen dalam darah dan adanya efek androgen
menyebabkan tanda – tanda diferensiasi dari defeminisasi dan
maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri dalam
membentuk estron yang bersifat androgen.
e. Osteoporosis
Dengan menurunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast
yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan terhambat dan
fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Ini
menyebabkan terjadinya osteoporosis ( Atikah Proverawati, 2010 ).
3. Perubahan hormonal
Terjadi penurunan produksi hormon estrogen, hormone
progesteron dan hormon seks lainnya. Perubahan endokrin yang
paling nyata ialah peningkatan konsentrasi FSH dalam serum yang
drastis, dan umumnya lebih tinggi daripada waktu puncak
periovulatoar. Kadar LH meningkat sedikit dan tidak selalu diatas
konsentrasi puncak subur. Kadar yang tinggi dari FSH bila perlu
dapat digunakan untuk menaksir apakah menopause sudah terjadi
( Atikah Proverawati, 2010 ).
F. Gejala dan keluhan pada pasca menoupause
Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan – keluhan yang timbul
pada masa pramenopause, menopause dan pascamenopause. Gejala –
gejala tersebut meliputi :
1. Gangguan neuorvegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni)
Gangguan neurovegetatif tersebut meliputi : hot flushes, night
sweat, merasa kedinginan, sakit kepala , berdebar – debar, susah
bernafas dan meteorismus.
2. Gangguan psikis
Gangguan psikis yang sering dialami antara lain : mudah
tersinggung, depresi, lekas lelah, kurang bersemangat, insomnia atau
sulit tidur.
3. Ganguan organik
infark miokard, aterosklerosis, osteoporosis, disuria ( nyeri saat
buang air kecil ), dispareunia ( nyeri saat berhubungan intim) ( Pieter
Herri, 2010 ) .
4. Badan menjadi gemuk
Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih
yang biasanya dialami diperburuk pada masa menopause. Hal ini
disebabkan faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga
(Anita, 2013 ).
5. Dryness vaginal (vagina menjadi kering)
Area genital yang kering dan bisa menjadi tanda sebagai
perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area
genital mudah terkena infeksi vagina.
6. Gejala akibat kelainan metabolik
Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan kadar
estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dan
menurunnya kadar kolesterol HDL. Peningkatan kolesterol
merupakan faktor utama dalam penyebab arterosklerosi.
7. Inkontinensia uri
Gejala yang disebabkan karena atropi urogenitalis. Efek
defisiensi estrogen pada uretra dan kandung kemih berhubungan
dengan sindrom uretral berupa frekuensi, urgency dan disuria.
8. Gejala kelainan metabolisme mineral
Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat ketidakseimbangan
absorbsi dan resorbsi mineral terutama kalsium. Bila hal ini
berlangsung lama dapat mengakibatkan osteoporosis ( Atikah
Proverawati, 2010 ).
G. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap gejala dan keluhan
pada Pasca menopause
1. Faktor psikis
Perubahan – perubahan psikologis maupun fisik ini erat
berhubungan dengan kadar estrogen. Perubahan psikis ini berbeda –
beda tergantung dari kemampuan si wanita untuk menyesuaikan diri.
2. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengarui faktor fisik, kesehatan,
dan pendidikan. Apabila faktor – faktor tersebut cukup baik akan
mengurangi beban fisiologis maupun psikologis.
3. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi untuk dapat atau tidaknya menyesuaikan diri dengan
fase klimakterium.
4. Faktor lain
Wanita yang belum menikah, wanita karier berpengaruh
terhadap keluhan klimakterium yang ringan. Menarch yang terlambat
juga berpengaruh terhadap keluhan klimakterik ( Atikah Proverawati,
2010 ).
H. Penatalaksanaan pada pasca menopouse
Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause
merupakan peristiwa alamiah dan bukan diakibatkan oleh penyakit
khusus, sehingga tidak perlu perlu pengobatan tetapi hanya
membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan dan dirinya sendiri.
Pada masa ini diharapkan kehidupan dapat berlangsung dalam
kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu mengadakan
persiapan untuk menghadapinya ( Pieter Herri, 2010 ).
Ada beberapa cara pencegahan dan penatalaksanaan terhadap
sindrom klimakterium antara lain :
1. Pengaturan makanan
Kopi, alkohol dan makanan pedas sebaiknya dihindari karena
dapat menyebabkan efek yang mengganggu kesehatan dan
meningkatkan gejala sindrom premenopause. Bagi wanita usia
menopause , minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah
resiko osteoporosis.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
sendiri oleh individu untuk mengurangi stress, kekalutan emosi dan
bahkan dapat mereduksi pelbagai gangguan – gangguan fisiologis
tubuh. Melakukan relaksasi sangat menguntungkan terutama bagi
wanita yang mengalami syndrome menopause karena ini dapat
memberikan perasaan tenang dan terhindar dari rasa panik.
Beberapa tehnik relaksasi yang dapat mencegah terjadinya syndrome
menopause, diantaranya : 1). Yoga, 2) meditasi, dan 3) senam Thai
Chi .
3. Olahraga
Olahraga teratur minimal 30 menit dalam sehari. Olahraga dapat
mengurangi berbagai keluhan pada saat sindrom menopause terjadi.
Olahraga yang tertatur meningkatkan harapan hidup dan
memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.
4. Terapi Sulih Hormon ( TSH )
Produksi hormon seks utama wanita akan menurun ketika
memasuki masa premenopause, menopause dan post menopause.
Pemberian terapi sulih hormon dimaksudkan untuk menggantikan
keberadaan estrogen dan progesteron.TSH efektif untuk meringankan
gejala yang menyertai sindrom premenopause, menopause dan
mencegah osteoporosis serta menjaga kestabilan berat badan.
Ada 2 jenis TSH, yaitu estrogen saja dan kombinasi estrogen
dengan progesteron. Strategi pemberian terapi ini dibagi menjadi
jangka pendek dan jangka panjang. Pemberian jangka pendek
dilakukan untuk tujuan symtomatik. Pemberian jangka panjang
bertujuan preventif yakni mencegah osteoporosis dan penyakit
kardiovaskuler. Cara pemberian TSH dapat per oral, parenteral,
ataupun transdermal.
Pemberian TSH memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan
TSH antara lain :1). mengurangi gangguan hot flushes serta
gangguan premenopause, 2).mengurangi gejala pada vagina dan
saluaran kencing, 3). melindungi dari osteoporosis, 4). menurunkan
resiko penyakit jantung, 5). kemungkinan memiliki efek perlindungan
tehadap karsinoma kolon, penurunan fungsi kognitif, dan gigi
keropos. Adapun kerugian TSH antara lain : 1). Meningkatkan resiko
karsinoma endometrium dan mamae, 2). Problem pembekuan darah,
3). Perdarahan pervagina, 4). Kenaikan berat badan.
5. Fitoestrogen
Mengingat banyaknya kendala dalam pemakaian TSH, maka
fitoestrogen merupakan alternative lain. Fitoestrogen yang
terkandung dalam tumbuh – tumbuhan memiliki efek estrogenic dan
antiestrogenik, terdiri dari 3 komponen utama yaitu isoflavon, lignin
dan coumestan.
6. Psikofarmakologi
Penggunaan obat psikofarmakologi dalam dosis kecil dapat
mengurangi dampak sindrom menopause. Beberapa obat medis lain
yang dapat digunakan antara lain clonidin, gabapentin, risedronate
dan ibandronate.
7. Medikasi herbal
Medikasi herbal lebih cocok disebut sebagai suplemen
dibandingkan sebagai obat. Konsumen kadang menganggap herbal
lebih aman walaupun banyak diantaranya yang mengandung bahan
aktif yang belum tentu baik untuk kesehatan ( Atikah Proverawati,
2010 ).
BAB III
INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
A. Intervensi
Bentuk Kegiatan : metode intervensi yang dipilih adalah penyuluhan kepada kader
posyandu mengenai penbgertian menoupose, gejala menoupose, cara penanggulangan
gejala menoupose, serta pencegahan komplikasi yang dapat dilakukan oleh kader posyandu
wilayah Puskesmas Plupuh II.
Prioritas masalah : masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran bahwa menopause
merupakan proses alami yang normal terjadi pada wanita.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para kader posyandu di
wilayah Puskesmas Plupuh II mengenai menopause yang meliputi tentang pengertian,
gejala, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala menoupause. Sehingga
dapat menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala yang menyertai, serta
meningkatkan kesadaran para kader posyandu di wilayah Puskesmas Plupuh II akan
pentingnya menerapkan gaya hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah
mengalami menopause.
Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Kamis/25 April 2013
Tempat : Puskesmas Plupuh II
Acara : Pertemuan rutin kader posyandu
Intervensi : Memberikan penyuluhan mengenai menopause tentang pengertian,
gejala, upaya untuk mengurangi gejala menopause.
Jumlah Peserta : 46 orang
B. Monitoring
Untuk menilai apakah para kader memahami intervensi yang diberikan maka perlu
adanya monitoring. Selain itu monitoring juga diperlukan untuk mengetahui apakah para
kader telah menerapkan apa yang sudah diberikan dalam kegiatan sehari-harinya.
Monitoring dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan bidan desa setempat untuk selalu
dapat mengingatkan para kader untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat agar terwujud
hidup yang sehat saat memasuki fase menopause.
C. Evaluasi
Para kader sangat antusias mengikuti pertemuan rutin setiap bulannya,dan pada saat
dilakukan penyuluhan para kader dengan cermat memperhatikan materi menopause yang
disampaikan oleh petugas kesehatan. Secara keseluruhan intervensi yang diberikan berjalan
cukup baik. Para kader tidak segan untuk bertanya saat diskusi dilaksanakan baik
pertanyaan tentang apa itu menopause maupun bagaimana mengatasi keluhan-keluhan
yang terjadi pada masa menopause. Saat penyuluh memberikan pertanyaan kembali kepada
para kader seputar materi yang diberikan, banyak kader yang dapat menjawab pertanyaan
secara lancar. Bahkan para kader tidak segan berbagi pengalaman seputar menopause yang
mereka alami sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Menopause merupakan suatu tahap fisiologis dimana seorang wanita
tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi.
2. Intervensi dari tenaga kesehatan kepada kader Posyandu dapat membantu dalam upaya
meningkatkan pengetahuan tentang menopause.
B. Saran
Intervensi tenaga kesehatan seperti penyuluhan para kader Posyandu sangat perlu
dilakukan erat hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup para wanita yang telah
mengalami menopause di wilayah Puskesmas Plupuh II.
DAFTAR PUSTAKA
Anita ( 2013 ). Menopause.http: // Anitanet. Staff.ipb.ac.id diakses tanggal 12 Maret 2013
Atikah Proverawati. ( 2010 ). Menopause dan Sindrome Menopause. Yogyakarta : Nuha Medika
Ilmu Kesehatan .( 2012 ). Semua Tentang Menopause.http: // ww. Google..co. id. Ilmukes.diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
Llewellyn-jones Derek: Dasar-dasar Ilmu Kebidanan dan Kandungan. E/6. Jakarta, Hiprokates,
1998.
Hacker, NevilleF./J. George Moore,M.D: Intisari Ilmu Kebidanan dan Kandungan E/2. Jakarta,
Widya Medika, 1998.
Prawiriharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1991.