Post on 09-Mar-2019
EVALUASI UJI FISIK KUALITAS DEDAK PADI DI
KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH
SAEFUL ANSOR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Uji Fisik
Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Saeful Ansor
NIM D24110052
ABSTRAK
SAEFUL ANSOR. Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah. Dibimbing oleh MUHAMMAD RIDLA dan ANURAGA
JAYANEGARA.
Dedak padi merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang dapat
digunakan sebagai bahan pakan. Perbedaan proses penggilingan padi akan
mempengaruhi sifat fisik dan kimia dedak padi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode uji fisik dan membandingkan
dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan tersebut
antara lain: P1 = Kecamatan Buluspesantren; P2 = Kecamatan Karangsambung; P3
= Kecamatan Kebumen; P4 = Kecamatan Gombong dan P5 = Kecamatan
Kutowinangun. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,dan sudut tumpukan sangat berbeda
nyata (P<0.01) pada masing-masing kecamatan. Kualitas dedak padi di Kabupaten
Kebumen tergolong dalam mutu II dan III. Uji sifat fisik yaitu berat jenis, kerapatan
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat membantu pendugaan sifat
kimia terutama protein kasar dan serat kasar.
Kata kunci: dedak padi, Kabupaten Kebumen, penggilingan, sifat fisik
ABSTRACT
SAEFUL ANSOR. Physical Test Evaluation of Rice Bran in Kebumen District,
Central Java. Supervised by MUHAMMAD RIDLA and ANURAGA
JAYANEGARA.
Rice bran is a by product of rice milling industry which can be used as
feedstuff. A different rice milling will influence the result of rice bran’s physical and
chemical properties. The purpose of this research was to assess the nutrien content of
rice bran through physical test and compared with chemical test methods in Kebumen
district. The experimental design used in this study was randomized block design
(RBD) with 5 treatments and 3 groups. The treatment were P1 = Buluspesantren sub
districts; P2 = Karangsambung sub districts; P3 = Kebumen sub districts; P4 =
Gombong sub districts and P5 = Kutowinangun sub districts. Data were analyzed
using analysis of variance (ANOVA) and significant results will be continued test of
Duncan. The results showed that bulk density, compacted bulk density and angel of
repose had the significantly different effect (P<0.01) in each district. The quality of
rice bran in Kebumen district could be classified into quality II and III. Physical test,
spesific density, bulk density, and compacted bulk density can help to estimate the
chemical test especially crude protein and crude fiber.
Keywords: Kebumen districts, milling, physical properties, rice bran
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
EVALUASI UJI FISIK KUALITAS DEDAK PADI DI
KABUPATEN KEBUMEN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi: Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa
Nama NIM
Tengah : Saeful Ansor : D24110052
_3L -Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr
Pembimbing I
~..;;;:
Tanggal Lulus: u "(' AUG 2015
Disetujui oleh
/ ,.. V•
Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc Pembimbing II
ewi Manu Hara Karti, MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah Evaluasi Uji Fisik Kualitas
Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Dedak padi merupakan hasil samping dari penggilingan gabah menjadi beras
yang mengandung gizi cukup tinggi. Perbedaan proses penggilingan berpengaruh
terhadap kualitas dedak padi baik secara fisik maupun kimia. Metode pengujian
diperlukan untuk menilai dan menetapkan mutu baik fisik maupun kimia (nutrien)
suatu bahan. Metode pengujian dalam pelaksanaannya dibutuhkan secara cepat dan
akurat untuk keefisienan penindakan suatu bahan ke tahap selanjutnya serta
meminimalisir penumpukan bahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode uji
fisik dan membandingkan dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana
Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakaan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.
Bogor, Agustus 2015
Saeful Ansor
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
METODE 1
Materi 2
Lokasi dan Waktu 2
Prosedur 2
Rancangan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Jenis dan Kondisi Mesin di Lokasi Penelitian 5
Komposisi Kimia Dedak Padi 7
Sifat Fisik Dedak Padi 7
Korelasi antar Sifat Fisik 9
Korelasi Sifat Fisik dengan Kandungan Nutrien Dedak Padi 10
SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1. Kombinasi dan jenis husker, separator serta polisher masing-masing
kecamatan 6 2. Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering 7 3. Sifat fisik dedak padi pada masing-masing kecamatan 8
4. Korelasi antar sifat fisik dedak padi 9 5. Korelasi antar sifat fisik dan kandungan nutrien 10
DAFTAR GAMBAR
1. Penampakan Fisik Dedak Padi 2
2. Vibrator Ballmil 4
3. Metode Pengukuran Sudut Tumpukan 4
4. Grafik korelasi ukuran partikel (mm) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
11
5. Grafik korelasi berat jenis (kg l-1) dengan protein kasar dan serat kasar (%) 11
6. Grafik hubungan kerapatan tumpukan (kg l-1) dengan protein kasar dan serat kasar
(%) 12
7. Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (kg l-1) dengan serat kasar (%)
12
8. Grafik hubungan sudut tumpukan (0) dengan serat kasar (%) 13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil analisis ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi 16 2. Hasil analisis ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi 16 3. Hasil analisis ANOVA sudut tumpukan dedak padi 16 4. Hasil Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity) 16
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan karena
berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan produktivitas ternak (Kepmentan
2003). Kebutuhan pakan di Indonesia meningkat 10% pada tahun 2014, yaitu
menjadi 17.05 juta ton. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan konsumsi daging serta
bertambahnya pabrik pakan ternak. Oleh karena itu, peningkatan ini harus diikuti
dengan kecukupan produksi bahan baku serta kualitas yang terjamin secara fisik
maupun kimia. Bahan baku yang sering digunakan terutama dalam industri
perunggasan yakni dedak padi, pollard, jagung dan kedelai.
Dedak padi merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang
terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta jumlah lembaga
(Sukria dan Rantan 2009). Dedak padi sebagai salah satu bahan pakan yang umum
digunakan untuk ternak karena menurut Aryono (2008) dedak padi memiliki
kandungan minyak, vitamin, mineral dan protein yang cukup tinggi. Produksi gabah
kering giling (GKG) khususnya di Kabupaten Kebumen pada tahun 2012/2013
mencapai 422 834.61 ton dengan luas panen 77 826 hektar (BPS 2013). Menurut
Rachmat et al. (2004), 8-10% dari berat GKG merupakan dedak dan lembaga,
sehingga dapat diperkirakan Kabupaten Kebumen dapat menghasilkan dedak padi
sebesar 48 038.83 ton yang berpotensi sebagai salah satu bahan baku pakan.
Ketersediaan dedak padi yang banyak yakni pada musim panen tidak diiringi
ketika musim tidak panen dan akhir musim kemarau. Selain itu, kualitas dedak padi
sangat beragam baik dari tekstur, komposisi dan bau. Patiwiri (2006) menyatakan
bahwa keberagaman dedak padi disebabkan oleh varietas padi, penggilingan dan
pemalsuan seperti penambahan serbuk gergaji (Istikhodriah 2014), tepung tongkol
jagung (Alhasanah 2014), dan tepung kulit kacang (Rosalina 2014). Proses
penggilinggan padi perlu diperhatikan karena perbedaan penyetelan dan
penggunaan mesin akan menghasilkan kualitas dedak padi yang beragam. Sukria
dan Rantan (2009) menambahkan bahwa perbedaan proses penggilingan padi lebih
berpengaruh terhadap kualitas dedak dibadingkan dengan varietas padi.
Keberagaman kualitas dedak padi akan berpengaruh terhadap perkembangan
ternak serta menurunkan keefisienan penanganan bahan baku di dalam industri
pakan. Penentuan bahan baku secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk
menjamin kualitas bahan pakan. Uji fisik bersifat cepat (rapid test) serta biayanya
murah, namun belum ada standar baku serta tingkat keakuratannya rendah.
Sedangkan uji kimia menghasilkan data yang akurat akan tetapi membutuhkan
waktu dan biaya lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pengujian
yang memanfaatkan informasi sifat fisik dan keterkaitannya dengan sifat kimia
(nutrien). Hasil uji fisik dapat lebih akurat jika didukung dengan pengujian secara
kimia. Menurut Khalil (1999a), sifat fisik bahan mencakup berat jenis, sudut
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan daya ambang. Kandungan kimia
dedak padi dapat dilihat secara jelas di SNI (2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode
uji fisik dan membandingkan dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen.
2
METODE
Materi
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu dedak padi. Pengambilan
sampel dilakukan dari lima Kecamatan (Buluspesantren, Karangsambung,
Kebumen, Kutowinangun, dan Gombong) Kabupaten Kebumen. Mesin yang
digunakan pada penggilingan padi di Kecamatan Buluspesantren berjenis Huller
merk ISEKI HC 600 A4 1100 rpm, Kecamatan Karangsambung menggunakan
Huller merk Yanmar ECH60AN 1100 rpm, Kecamatan Kebumen menggunakaan
Huller merk Yasuka 1100 rpm, Kecamatan Gombong menggunakan Huller merk
ICHI N60 850 rpm dan Kecamatan Kutowinangun menggunakan Huller Thames
Rader HC60A 1100 rpm. Peralatan yang digunakan diantaranya vibrator ball mill,
timbangan digital, alat pengukur sudut tumpukan, kantong plastik ukuran 5 kg,
mistar, corong plastik, gelas ukur 100 ml, sendok, pengaduk dan kuas.
Gambar 1 Penampakan Fisik Dedak Padi
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 hingga bulan Februari 2015.
Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dan
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.
Prosedur
Persiapan Bahan
Dedak padi yang digunakan masing-masing kecamatan sebanyak 6 kg, dari
masing-masing dedak padi diambil sebanyak 200 g perkelompok untuk dikomposit
guna analisis proksimat dan sisanya digunakan untuk uji fisik.
3
Analisis Proksimat (Metode AOAC 2005) Dedak padi yang diperoleh dari beberapa penggilingan berdasarkan
kecamatan tersebut dianalisis proksimat. Dedak padi dari tiga kali pengambilan
dikomposit masing-masing sebanyak 200 g. Analisis proksimat dilakukan untuk
mengetahui kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar dalam
satuan persen (%).
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukkan diukur dengan mencurahkan bahan sebanyak 10 g ke
dalam gelas ukur 100 mL, kemudian volumenya diukur untuk mengetahui besarnya
kerapatan tumpukan. Pencurahan bahan menggunakan corong. Perhitungan
kerapatan tumpukan menggunakan persamaan Khalil (1999a) dengan satuan yang
dimodifikasi dari kg m-3 menjadi g L-1 :
Kerapatan tumpukan =bobot bahan (g)
volume yang ditempati (L)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatan pemadatan tumpukan diukur dengan memasukkan sampel secara
curah dengan bobot 10 g ke dalam gelas ukur 100 ml. Pencurahan bahan dibantu
dengan corong plastik dan dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-
goyangkan gelas ukur secara manual sampai volume tidak berubah lagi. Volume
diukur setelah dilakukan pemadatan. Besarnya nilai kerapatan pemadatan
tumpukan sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan, sedangkan volume
yang dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggoyangan.
Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan persamaan Khalil (1999a):
Kerapatan pemadatan tumpukan =bobot bahan (g)
volume ruang setelah dipadatkan (L)
Berat Jenis
Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu
dengan melihat perubahan volume aquades pada gelas ukur 100 ml setelah
memasukkan bahan-bahan yang massanya 10 g ke dalam gelas ukur 100 ml yang
berisi aquades 70 ml, kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat
jalannya udara antar partikel bahan selama pengukuran. Perubahan volume aquades
merupakan volume bahan sesungguhnya. Perhitungan berat jenis menggunakan
persamaan Khalil (1999a) dengan satuan yang dimodifikasi dari g mL-1 menjadi kg
L-1:
Berat jenis =bobot bahan (kg)
perubahan volume aquades (L)
Ukuran Partikel
Ukuran partikel diukur dengan menggunakan teknik yang digunakan dalam
menentukan derajat kehalusan (Modulus of Finenes), derajat keseragaman
(Modulus of Uniformity) dan ukuran partikel suatu bahan yaitu menggunakan
vibrator ball mill nomor sieve 4, 8, 16, 30, 50, 100, dan 400. Bahan ditimbang
4
sebanyak 500 g lalu diletakkan pada sieve teratas lalu dilakukan penyaringan bahan
yang tertinggal pada tiap ayakan dengan cara digetarkan. Derajat kehalusan
(Modulus of Finenes/MF) bahan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian
antara persentase bahan yang tertinggal di sieve dengan nomor perjanjian/nomor
sieve, sesuai dengan persamaan menurut Khalil (1999a):
Gambar 2 Vibrator Ballmil
Derajat Kehalusan (Modulus of Finenes)
MF =∑(%bahan tertinggal pada tiap mesh x No perjanjian)
100
Ukuran partikel rata-rata
= 0.0041 x 2MF x 2.54 cm x 10 mm
Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity)
MU=∑(%bahan sive no 7+6+5)
100∶
∑(%bahan sieve no 4+3)
100∶
∑(% bahan sive no 2+1+0)
100
Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan diukur dengan cara menjatuhkan bahan sebanyak 500 g pada
ketinggian 15 cm menggunakan corong pada bidang datar. Sudut tumpukan bahan
diketahui dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan. Sudut
tumpukan dinyatakan dalam satuan derajat (°). Perhitungan sudut tumpukan
diperoleh dengan persamaan Khalil (1999a):
Gambar 3 Metode Pengukuran Sudut Tumpukan
5
Untuk menghitung besarnya nilai sudut tumpukan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
tgα = t
0.5 x d
Keterangan :
t = tinggi (cm)
d = diameter (cm)
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Lokasi pengambilan sampel digunakan sebagai perlakuan, yaitu:
P1 = Kecamatan Buluspesantren
P2 = Kecamatan Karangsambung
P3 = Kecamatan Kebumen
P4 = Kecamatan Gombong
P5 = Kecamatan Kutowinangun
Rancangan
Rancangan yang digunakan untuk sifat fisik ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Data yang diperoleh
dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan
dengan Uji Duncan. Hasil sifat fisik dianalisis secara deskriptif. Model matematika
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij= μ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ : Rataan umum
Ʈi : Efek perlakuan ke-i
Βj : Pengaruh kelompok ke-j
ɛij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i : Banyak perlakuan
j : Banyak ulangan
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini, yaitu:
1. Kandungan nutrien (%)
2. Kerapatan tumpukan (g L-1)
3. Kerapatan pemadatan tumpukan (g L-1)
4. Berat jenis (kg L-1)
5. Ukuran partikel (mm)
6. Sudut tumpukan (0)
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Kondisi Mesin di Lokasi Penelitian
Varietas padi di Kabupaten Kebumen cukup beragam, diantaranya melati,
IR 64, ciherang, galur dan lainnya. Adanya keberagamanan varietas padi
menyebabkan kualitas akhir dari penggilingan padi juga beragam. Selain varietas
padi, Patiwiri (2006) menambahkan bahwa keberagaman tersebut juga disebabkan
oleh sistem penggilingan padi yang dipakai. Sistem penggilingan padi merupakan
rangkaian dari beberapa mesin yang berfungsi untuk mengupas kulit gabah (sekam),
memisahkan gabah yang belum terkupas, melepaskan lapisan bekatul dan memoles
beras. Penggunaan rangkaian mesin di beberapa penggilingan padi pada masing-
masing kecamatan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh faktor kebutuhan dan
keterbatasan modal pemiliknya. Perbedaan jenis dan proses penggilingan padi di
Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi dan jenis husker, separator serta polisher masing-masing
kecamatan
Perlakuan
Jenis Mesin Kapasitas
Produksi
ton/hari Husker Separator Polisher
P1 ISEKI HC 600 A4
1100 rpm (2 unit) Thames
Kubota RD160H
850 rpm (2 kali) 4
P2 Yanmar ECH60AN
1100 rpm (1 unit) ICHI
ICHI N70 750
rpm (1 kali) 4
P3 Yasuka 1100 rpm
(2 unit) Satake
ICHI N70 750
rpm (2 kali) 4
P4 ICHI N60 1100
rpm (2 unit) ICHI
ICHI N70 750
rpm (2 kali) 4-5
P5
Thames Rader
HC60A 1100 rpm
(2 unit)
Satake ICHI N60 850
rpm (1 kali) 4
P1= Kec. Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec. Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5=
Kec. Kutowinangun
Di Indonesia, proses penggilingan padi secara komersil dilakukan secara satu
tahap dengan hasil sampingan dedak dan bekatul tercampur menjadi satu yang tetap
diistilahkan dengan dedak. Dedak dan bekatul merupakan hasil samping yang
diperoleh dari lapisan luar beras pecah kulit pada proses penyosohan (polisher),
semakin banyak penyosohan jumlah dedak halus yang diperoleh akan semakin
meningkat dan kualitas beras menjadi lebih putih (Astawan dan Andi 2010). Selain
itu, kualitas beras dan dedak padi juga disebabkan oleh penyetelan mesin seperti
penyetelan karet, jarak antar roll, dan lain-lain.
Proses penyosohan padi di lima kecamatan berbeda-beda, dimana
penggilingan padi P1, P3 dan P4 melakukan penyosohan dua kali (multi pass),
sedangkan P2 dan P5 melakukan penyosohan satu kali (one pass), hal ini tergantung
7
pada kualitas beras sosoh yang diinginkan. Sistem penggilingan padi di Kabupaten
Kebumen tergolong dalam tipe Rice Milling Unit (RMU) menurut Patiwiri (2006)
karena terdapat empat proses yaitu proses pembersihan gabah, pecah kulit,
pemisahan gabah dengan beras pecah kulit dan pemutihan pecah kulit. Meskipun
peralatan mesin yang digunakan dikategorikan lengkap, namun kondisi tersebut
masih sederhana.
Komposisi Kimia Dedak Padi
Nutrien dedak padi yang berkualitas baik yaitu protein kasar 9%-12%, pati
15%-35%, lemak 8%-12%, serta serat kasar 8%-11% (Sukria dan Rantan 2009)
Namun, kandungan nutrien dedak padi di lapang sangat beragam karena perbedaan
proses penggilingan. Hasil analisis proksimat dedak padi masing-masing
kecamatan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering.
Kandungan
Nutrien
(%) BK
Dedak padi penelitiana SNI dedak padib
P1 P2 P3 P4 P5 Mutu I Mutu II Mutu III
PK 10.17 9.15 10.07 10.12 9.32 Min 11 Min 10 Min 8
SK 13.80 16.15 13.87 13.89 15.97 Maks 11 Maks 14 Maks 16
LK 3.05 4.26 4.18 3.35 3.91 Maks 11 Maks 20 Maks 20
Abu 13.27 16.80 13.04 13.59 16.49 Maks 11 Maks 13 Maks 15
BETN 59.72 53.63 58.84 59.04 50.30 40 31 29
aHasil analisis proksimat Lab. PBMT Fapet, IPB; bSNI (2001); SNI: standar nasional indonesia, PK:
protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; P1= Kec.
Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec. Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5= Kec.
Kutowinangun
Hasil menunjukkan bahwa dedak padi P1, P3, dan P4 termasuk ke dalam
dedak padi mutu II, sedangkan dedak padi P2 dan P5 termasuk ke dalam dedak padi
mutu III (SNI 2001) dan tidak ditemukan dedak padi dengan mutu I. Dedak padi
P1, P3, dan P4 memiliki kandungan protein kasar dan BETN lebih tinggi serta
kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan dedak P2 dan P5, hal ini
menunjukkan kualitas yang lebih baik dimana proporsi dedak murni lebih banyak
dibandingkan sekam. Sukria dan Rantan (2009) menyatakan bahwa letak protein
dan lemak yang tinggi terpusat pada bagian aleuron yaitu pada dedak murni. Lebih
lanjut, Hidayati (2006) menambahkan berdasarkan analisis proksimat dedak murni
memiliki kandungan protein kasar dan BETN yang tinggi.
Kualitas dedak padi tergantung atas proporsi komponen penyusunnya yaitu
dedak murni, sekam dan butiran beras (Hidayati 2006). Peningkatan derajat
penggilingan (penyosohan) akan menambah jumlah dedak murni yang dihasilkan,
sehingga kandungan protein dan lemaknya makin tinggi dan kandungan serat makin
menurun sedangkan kandungan abu tetap. Proporsi dedak murni yang tinggi serta
sedikit terkontaminasi sekam menunjukkan standar penggilingan padi yang tinggi,
8
yaitu sempurna dalam memisahkan kulit gabah dari butiran beras, beras sosoh
terbebas dari bekatul dan lembaga serta mesin giling yang digunakan lebih rapi.
Sifat Fisik Dedak Padi
Sifat fisik merupakan salah satu faktor yang penting diketahui karena sifat
dasar dari suatu bahan yang mencakup aspek yang sangat luas. Pengujian sifat fisik
terdiri atas ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, dan sudut tumpukan. Sifat fisik dedak padi di masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil ukuran partikel dan berat jenis dedak padi
menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan dedak padi sangat berbeda nyata
(P<0.01) pada masing-masing kecamatan.
Tabel 3 Sifat fisik dedak padi pada masing-masing kecamatan
Parameter Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5
UP (mm) 0.81±0.09 1.00±0.10 0.85±0.06 0.84±0.19 0.97±0.05
BJ (kg L-1) 1.25±0.00 1.23±0.02 1.25±0.00 1.25±0.00 1.22±0.02
KT (g L-1) 275.43±1.02a 239.12±10.32b 274.12±18.60a 275.21±2.49a 242.06±21.78b
KPT (g L-1) 432.56±2.86a 395.02±12.33b 429.13±32.57a 432.20±7.12a 397.44±24.08b
ST (0) 44.51±0.62a 43.49±0.39b 44.41±1.31a 44.44±0.92a 42.37±1.09b
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01); UP
= ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan tumpukan, KPT = kerapatan pemadatan
tumpukan, ST = sudut tumpukan; P1= Kec. Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec.
Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5= Kec. Kutowinangun
Nilai ukuran partikel tidak berbeda nyata pada masing-masing kecamatan, hal
ini menunjukkan bahwa ukuran partikel seragam. Keseragaman antar sampel nilai
ukuran partikel akan meminimalisir pengaruh terhadap sifat fisik lain dan
mempermudah dalam pengujian sifat fisik tersebut. Hal lain yang berpengaruh
terhadap sifat fisik yaitu komposisi dan kandungan nutrien pakan. Nilai ukuran
partikel berdasarkan perhitungan derajat keseragaman (Modulus of Uniformity)
dedak padi penelitian termasuk dalam kategori sedang. Fasina and Sokhansaj
(1993) menyatakan bahwa ukuran partikel suatu bahan dapat dikategorikan halus
apabila ukuran partikelnya 0.10 – 0.78 mm, kategori sedang apabila ukuran
partikelnya lebih besar 0.78 – 1.79 mm dan kategori kasar apabila ukuran
partikelnya lebih besar dari 1.79 – 13.33 mm.
Berdasarkan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kerapatan tumpukan
dedak padi P1, P3 dan P4 lebih baik dibandingkan dedak padi P2 dan P5. Meskipun
ukuran partikel seragam, akan tetapi komposisi penyusunnya berbeda. Dedak padi
P1, P3 dan P4 mengandung dedak murni lebih banyak sehingga bersifat mudah
memadat dan menyebabkan nilai kerapatan tumpukan tinggi, berbeda dengan dedak
padi P2 dan P5 yang memiliki kandungan sekam lebih banyak sehingga bersifat
voluminus. Begitu juga dengan kerapatan pemadatan tumpukan, dedak padi P1, P3
dan P4 lebih baik dari dedak padi P2 dan P5 karena pada dasarnya kerapatan
9
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan adalah sama yang membedakan
hanya proses pemadatan pada kerapatan pemadatan tumpukan. Proporsi dedak
murni yang tinggi juga menyebebakan dedak padi tidak bergerak bebas, sehingga
sudut tumpukan dedak padi P1, P3 dan P4 lebih tinggi dari dedak padi P2 dan P5.
Dedak padi P1, P3 dan P4 memiliki kualitas lebih baik dibandingkan P2 dan
P5. Hal ini sejalan dengan kandungan nutrien yang menunjukkan bahwa dedak padi
P1, P3, dan P4 memiliki kandungan protein kasar dan BETN lebih tinggi serta
kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan dedak P2 dan P5 (Tabel 2).
Hasil ini menunjukkan bahwa penggilingan di ketiga tempat tersebut lebih baik
dalam penyetelan dan kelengkapan mesin, sempurna dalam memisahkan kulit
gabah dari butiran beras serta dilakukannya dua kali penyosohan (multi pass) pada
mesin penyosoh. Sehingga dedak murni lebih banyak mengandung perikarp,
tegmen, aleuron dan lapisan luar dari kulit biji beras serta sedikit terkontaminasi
sekam. Menurut Patiwiri (2006), penggilingan padi berstandar tinggi minimal
melalui 4 proses utama, yaitu pembersihan gabah, pecah kulit, pemisahan gabah
dengan beras pecah kulit, dan pemutihan beras pecah kulit secara berulang 2-4 kali
serta dilengkapi peralatan tambahan seperti pemisah menir (sifter), pengelompokan
kualitas beras (grader) dan penampungan bekatul.
Korelasi antar Sifat Fisik Dedak Padi
Sifat fisik merupakan karakter yang khas dari suatu bahan. Nilai sifat fisik
dapat mempengaruhi nilai sifat fisik lainnya dalam satu bahan (Khalil 1999a). Ke-
lima parameter uji fisik dedak padi saling berkorelasi satu sama lain. Korelasi antar
sifat fisik dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Korelasi antar sifat fisik dedak padi
Parameter UP BJ KT KPT ST
UP 1 -0.220 -0.498 -0.449 -0.343
BJ - 1 0.849** 0.842** 0.757**
KT - - 1 0.933** 0.848**
KPT - - - 1 0.878**
ST - - - - 1
** sangat nyata; UP = ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan tumpukan, KPT = kerapatan
pemadatan tumpukan, ST = sudut tumpukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak berpengaruh nyata
terhadap sifat fisik lainnya dikarenakan ukuran partikel antar sampel seragam. Hasil
penelitian lain menyebutkan bahwa perbedaan ukuran partikel berpengaruh
terhadap kerapatan tumpukan (Khalil 1999a), sudut tumpukan dan berat jenis
(Khalil 1999b). Berat jenis (spesific density) berpengaruh sangat nyata terhadap
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan.
Semakin tinggi berat jenis maka semakin tinggi pula kerapatan tumpukan (Khalil
1999a), kerapatan pemadatan tumpukan (Gauthama 1998), serta sudut tumpukan
(Geldart et al. 1990).
10
Kerapatan tumpukan berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan
pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan. Peningkaatan kerapatan tumpukan juga
akan diiringi oleh kerapatan pemadatan tumpukan. Semakin tinggi kerapatan
tumpukan maka semakin tinggi pula kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil 1999a)
dan sudut tumpukan, dikarenakan metode pengukuran yang digunakan hampir
sama dengan kerapatan pemadatan tumpukan, hanya berbeda dalam proses
pemadatan. Kerapatan pemadatan tumpukan berpengaruh sangat nyata terhadap
sudut tumpukan. Semakin tinggi kerapatan tumpukan maka semakin tinggi pula
sudut tumpukan yang dihasilkan (Khalil 1999b).
Korelasi Sifat Fisik dengan Kandungan Nutrien Dedak Padi
Proses penggilingan dan varietas padi berpengaruh terhadap kualitas fisik
dan kimia (nutrien) dedak padi. Sifat fisik dan kimia terdapat korelasi satu sama
lain. Korelasi antara sifat fisik dan kimia (nutrien) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Korelasi antar sifat fisik dan kandungan nutrien
KA PK SK LK Abu BETN
UP -0.674 -0.994** 0.986** 0.715 0.974* -0.997**
BJ 0.414 0.928* -0.953* -0.508 -0.946* 0.938*
KT 0.541 0.997** -1.000** -0.617 -0.992** 0.995**
KPT 0.527 0.985** -0.984** -0.661 -0.964** 0.981**
ST 0.357 0.844 -0.880* -0.455 -0.870 0.863
*= nyata;**= sangat nyata; KA = kadar air, UP = ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan
tumpukan, KPT = kerapatan pemadatan tumpukan, ST = sudut tumpukan; PK: protein kasar, SK:
serat kasar, LK: lemak kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen
Hasil menunjukkan bahwa sifat fisik secara keseluruhan berpengaruh
terhadap protein kasar, serat kasar, abu dan BETN. Hasil ini disebabkan oleh ketiga
proporsi penyusun dedak padi yaitu dedak murni, butiran beras dan sekam
seimbang jumlahnya. Dedak murni terutama bagian aleuron merupakan pusat dari
protein, sedangkan sebagian sekam terdiri atas palea, lemma dan glumme yang
mengandung serat kasar cukup tinggi. Sukria dan Rantan (2009) menyatakan,
dedak murni mengandung protein yang cukup tinggi terutama bagian aleuron
sementara itu, butiran beras (endosperm) lebih banyak mengandung karbohidrat.
Hidayati (2006) menambahkan bahwa berdasarkan analisis proksimat sekam
memiliki kandungan serat kasar paling tinggi dari komponen dedak padi yang lain
yaitu sebesar 43.56%. Keberadaan sekam dalam dedak padi yang cukup besar dapat
menurunkan nilai nutrien dan komposisi dedak tersebut karena sekam bersifat
abrasif, keras, berkayu, amba, memiliki kandungan nutrien rendah dan tinggi akan
asam fitat.
Ukuran partikel berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap protein kasar
dan serat kasar. Ukuran partikel memiliki korelasi negatif terhadap protein kasar
dengan tingkat keeratan (r = 0.994), dimana semakin tinggi ukuran partikel akan
menurunkan kadar protein kasar. Sementara itu, ukuran partikel berkorelasi positif
terhadap serat kasar dengan tinggkat keeratan (r = 0.986), semakin tinggi ukuran
partikel diiringi dengan peningkatan kadar serat kasar. Berdasarkan uji lanjut
11
menunjukkan bahwa ukuran partikel dedak padi masing-masing kecamatan tidak
berbeda nyata. Akan tetapi, komponen dedak padi seperti dedak murni, sekam dan
butiran beras diduga lebih berpengaruh terhadap hasil uji fisik dibandingkan dengan
ukuran partikel bahan. Hubungan keeratan antara ukuran partikel dengan protein
kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik korelasi ukuran partikel (mm) dengan protein kasar dan serat
kasar (%)
Berat jenis berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap protein kasar dan serat kasar.
Berat jenis memiliki korelasi positif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan
(r = 0.953), dimana kenaikan nilai berat jenis diiringi oleh kenaikan kadar protein
kasar. Berat jenis berkorelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat keeratan
(r = 0.927), dimana kenaikan nilai berat jenis maka kadar serat kasar menurun.
Hubungan keeratan antara berat jenis dengan protein kasar dan serat kasar dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik korelasi berat jenis (kg L-1) dengan protein kasar dan serat kasar
(%)
Menurut Amrullah (2003) berat jenis akan meningkatkan jumlah ransum
yang dapat ditampung dalam tembolok per satuan waktu. Di dalam dunia industri
pakan, berat jenis juga sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses
12
penakaran secara otomatis seperti proses pengemasan dan proses pengeluaran
bahan dari silo untuk dicampur.
Kerapatan tumpukan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap protein
kasar dan serat kasar. Kerapatan tumpukan memiliki korelasi positif terhadap
protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.996), setiap peningkatan nilai
kerapatan tumpukan akan diiringi peningkatan kadar protein kasar, serta berkorelasi
negatif terhadap serat kasar dengan tinggkat keeratan (r = 0.999) dimana setiap
peningkatan kerapatan tumpukan akan menurunkan kadar serat kasar. Hubungan
keeratan antara kerapatan tumpukan dengan protein kasar dan serat kasar dapat
dilihat pada Gambar 6. Keambaan merupakan salah satu sifat fisik yang umumnya
dimiliki oleh pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi.
Gambar 6 Grafik hubungan kerapatan tumpukan (kg L-1) dengan protein kasar
dan serat kasar (%)
Gambar 7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (kg L-1) dengan
protein kasar dan serat kasar (%)
Kerapatan pemadatan tumpukan berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap protein kasar dan serat kasar. Kerapatan pemadatan tumpukan memiliki
korelasi positif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.996), semakin
meningkat nilai kerapatan pemadatan tumpukan maka akan diiringi peningkatan
kadar protein kasar, serta berkorelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat
13
keeratan (r = 0.999) dimana semakin tinggi kerapatan pemadatan tumpukan maka
kadar serat kasar menurun. Hubungan keeratan antara kerapatan pemadatan
tumpukan dengan protein kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 7. Irawan
(2006) menyatakan, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan
memegang peranan penting dalam menghitung volume ruang yang dibutuhkan
suatu bahan dengan berat tertentu seperti proses pengisian silo, alat pencampur dan
elevator.
Sudut tumpukan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap serat kasar. Sudut
tumpukan memiliki korelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat keeratan (r
= 0.879). Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dan serat kasar dapat dilihat
pada Gambar 8. Semakin tinggi nilai sudut tumpukan maka kadar serat kasar
menurun. Nilai sudut tumpukan berperan dalam mendesain corong pemasukan atau
corong pengeluaran, misalnya pada silo. Fasina dan Sokhansanj (1993)
menambahkan bahwa sudut tumpukan berpengaruh terhadap laju alir suatu bahan,
yaitu pada saat pengangkutan dan pembongkaran dengan menggunakan traktor
maupun konveyor.
Gambar 8 Grafik hubungan sudut tumpukan (0) dengan serat kasar (%)
Sifat fisik merupakan sifat dasar dari suatu bahan yang mencakup aspek yang
sangat luas, pemahaman tentang sifat fisik bahan pakan dapat diaplikasikan
terhadap pabrik pakan yaitu dalam memperhitungkan kapasitas dan mendesain
sistem penyimpanan. Muchtadi dan Sugiyono (1989) menambahkan pengetahuan
tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan keefisienan suatu proses
penanganan, pengolahan dan penyimpanan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kualitas dedak padi di Kabupaten Kebumen tergolong dalam mutu II dan III,
tidak ditemukan dedak padi dengan mutu I. Uji sifat fisik yaitu berat jenis,
kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat membantu
pendugaan sifat kimia terutama protein kasar dan serat kasar.
14
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai sifat fisik seperti ukuran partikel, berat
jenis , kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan
dedak padi yang berstandar SNI mutu I, mutu II, dan mutu III. Dengan adanya data
tersebut, akan mempermudah menentukan kualitas dedak padi di suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Alhasanah NS. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung
Tongkol Jagung menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung Budi.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical
Chemists.
Aryono. 2008. Pengaruh perbedaan proses kerja huller terhadap sifat fisik dedak
padi di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Astawan M, Andi EF. 2010. Potensi Dedak dan Bekatul beras sebagai Ingredient
Pangan dan Produk Pangan Fungsional. Jurnal Ilmu Pangan 19(1): 16-18.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
Fasina OO, Sokhansaj. 1993. Effect of moisture content on bulk handling properties
of alfalfa pellets. J. Canad. Agric. Engine 35(4): 269-273.
Gauthama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, hijauan dan mineral pada
kandungan air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Geldart DM, Mallet F, Rolfe N. 1990. Assesing the flowability of powder using
angle of repose powder. Handling and Processing 2(4): 341 - 345.
Hidayati H. 2006. Karakteristik Standar Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi
(Jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian
Kualitas Bahan Pakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irawan H. 2006. Karakteristik sifat fisik jagung, dedak padi dan pollard [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Istikhodriah YD. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan
Serbuk Gergaji menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat
jenis. Media Peternakan 22(1): 1-11. Khalil, 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan
lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Media Peternakan
22(1); 33-42.
15
[Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2003. Pedoman pengawasan mutu
pakan No. 241/Kpts/OT.210/4/2003. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.
Muchtadi RT, Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan. Petunjuk Laboratorium
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Tinggi Pusat
antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Patiwiri AW. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Rachmat R, Nugraha S, Sudaryono, Lubis S, Hadipernata M. 2004. Agroindustri
Padi Terpadu. Bogor (ID): Laporan Penelitian Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Rosalina A. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung
Kulit Kacang Tanah menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Saunders RM. 1985. Rice Bran: Compisition and Potential Food Sources. Food
Review International 1(3):465-495
Standar Nasional Indonesia. 2001. Dedak padi / Bahan Baku Pakan No 01-3178-
1996. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi Nasional Indonesia.
Sukria HA, Rantan K. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Bogor (ID): IPB Press
16
Lampiran 1 ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi
SK db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 4257.714 1064.428 7.459 0.008
Kelompok 2 726.497 362.249 2.545 0.139
Error 8 1141.643 142.705 - -
Total 15 1029408.201 - - - SK: Sumber Keterangan, db: Derajat Bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah, F: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data
Lampiran 2 ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
SK Db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 5125.941 1281.485 4.542 0.033
Kelompok 2 1546.567 773.283 2.741 0.124
Error 8 2257.317 282.165 - -
Total 15 2636657.878 - - -
Lampiran 3 ANOVA sudut tumpukan dedak padi
SK db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 10.316 2.579 3.866 0.049
Kelompok 2 3.318 1.659 2.487 0.145
Error 8 5.337 0.667 - -
Total 15 28855.169 - - -
Lampiran 4 Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity)
MU = ∑(% bahan sieve no.7 + 6 + 5) ∑(% bahan sieve no.4 + 3) ∑(% bahan
sieve no.2 + 1+ 0)
------------------------------------ : --------------------------------- : ------------------
10 10 10
Contoh Perhitungan:
Dedak Padi P1 (Kecamatan Buluspesantren)
MU = ∑(0 + 0.508 + 29.1317) ∑(114.5874 + 123.8743) ∑(26.6940 + 0 + 0)
---------------------------- : ----------------------------- : -----------------------
10 10 10
2.96% : 23.85% : 2.67%
(Kasar) (Sedang) (Kasar)
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Kebumen, Jawa tengah pada
tanggal 22 Juli 1993 dari pasangan Bapak Mukhlisudin (Alm)
dan Ibu Wartini, yang merupakan putra ke-enam dari enam
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di MI
Ma’arif Kemangguan pada tahun 1999-2005. Pendidikan
dilanjutkan di SMP Negeri 7 Kebumen pada tahun 2005-2008
kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Kebumen
pada tahun 2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Tulis dan diterima di
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) FORKOMA Kebumen di IPB. Penulis juga mengikuti
beberapa organisasi di Fakultas diantaranya sebagai Anggota Departemen Politik
Kajian dan Strategi (POLKASTRA) Badan Eksekutif Mahasiswa Peternakan
(BEM-D) periode 2012-2013, Ketua Perkusi Mahasiswa Peternakan (D’ Ransum
Percussion) periode 2012-2014, serta salah satu pemilik usaha “Susu Mbok Darmi”
dari 2013 - sekarang. Penulis juga aktif dalam beberapa acara kepanitiaan seperti
Masa Perkenalan Fakultas Peternakan, Malam Keakraban INTP, Dekan Cup, dll.
Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di
Kabupaten Purwakarta. Penulis juga mendapatkan beasiswa BIDIKMISI selama 4
tahun (2011-2015).
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi
sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana peternakan dari program studi Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Shalawat dan Salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr dan
Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melakukan penelitian
hingga penulisan skripsi ini. Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MSc, Agr dan Dr Rudi
Afnan, SPt MSc Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran
dan masukkan pada penulis. Serta kepada Ibu dan Bapak yang senantiasa berdoa,
memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada beasiswa BIDIKMISI yang
telah memberikan biaya penuh selama perkuliahan hingga penelitian. Kepada rekan
penelitian, R. Hana Nurfitriani Adjie serta rekan satu pembimbing Sari Putri Dewi,
S.Pt, M.Si, terima kasih atas bantuan dan kerja sama kepada penulis.
Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Mukhlisudin (Alm)) dan Ibunda
18
(Wartini) yang telah memberikan kasih sayangnya yang tulus, kakak penulis (Umi,
Munir, Atun, Mumfasiroh, Rofi), keluarga Bapak Mulyono dan keluarga besar
Nenek Rohyati yang telah membantu dalam berbagai hal baik berupa finansial dan
motivasi pada penulis. Di samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada staf Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan, kepada
keluarga INTP 48 (DESOLATOR), Dransum Percussion dan FORKOMA
Kebumen, penghuni “Kobel” terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.
Kepada sahabat TPB (Eka Jatmika, Fandes, Pringgo K), partner usaha “Susu Mbok
Darmi” (Dhony P dan A. Muzrini), sahabat revisian (Bia R, Nolin E, Lili A, Yuli P
dan Intan P) terima kasih atas motivasi dan revisiannya. Serta Ega Rezky H yang
setia mendampingi dan membantu penulis sampai menyelesikan skripsi ini.