Post on 08-Nov-2020
EVALUASI KINERJA GURU SDN BERSERTIFIKAT PENDIDIK
PROFESIONAL SE – KECAMATAN CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Tanthowi Jauhari
NIM. 11150182100042
JURUSAN STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Tanthowi Jauhari, NIM 11150182000042, Evaluasi Kinerja Guru SDN
Bersertifikat Pendidik Profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan. Skripsi Program Strata 1 (S1) Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru SDN bersertifikat
pendidik profesional se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik
berjumlah 278 orang. Adapun populasi target terjangkaunya berjumlah 73 orang
dengan sampelnya 54 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif. Model yang digunakan adalah
model bebas tujuan atau Goal Free Evaluation, dengan instrumen penelitian
angket, wawancara dan studi dokumen untuk memperoleh data hasil penelitian
yang optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru bersertifikat pendidik profesional memperoleh kinerjanya dengan kategori baik, hal ini dapat diukur
melalui kinerjanya seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai pembelajaran, membimbing pembelajaran dan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Namun masih terdapat satu aspek yang
dinilai kategori cukup yaitu bimbingan dan tindak lanjut pembelajaran untuk
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kinerja guru
SDN bersertifikat pendidik profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan, direkomendasikan agar guru bertanggung jawab untuk mempertahankan
atas kualifikasi yang diraih. Bagi kepala sekolah dan dinas pendidikan Kota
Tangerang Selatan agar mengontrol dan membimbing guru lebih intensif lagi bagi
yang telah memiliki sertifikat pendidik profesional dalam upaya peningkatan
kualitas kinerja guru yang optimal.
Kata Kunci : Evaluasi Kinerja Guru, Sertifikat Pendidik Profesional, dan
Sasaran Kerja Pegawai.
ii
ABSTRACT
Tanthowi Jauhari, NIM 11150182000042, Performance Evaluation of SDN
Certified Professional Teacher Educators in Ciputat Sub-district, South
Tangerang. Undergraduate Thesis Program (S1) Department of Education
Management, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2019.
This study aims to evaluate the performance of SDN teachers certified by
professional educators throughout the Ciputat Sub-district, South Tangerang. All
of 278 teachers who had educator certificates were employed as the population in
this study. The targeted population were 73 people with a sample of 54 teachers.
Mixed research are qualitative and quantitative research was used in this study. A
goal free model or Goal Free Evaluation was employed as the model in this study,
with questionnaire research instruments, interviews, and document studies to
obtain research data optimally.
The results of the study revealed that certified teachers of professional
educators got their performances in the good category, it could be measured
through performances such as learning planning, learning implementing, learning
assessing, learning guiding, and sustainable developing professional. However,
there was still one aspect that considered sufficient category, namely guidance
and follow-up learning to be improved.
Based on the results of the study, to improve the performance of SDN
teachers certified by professional educators in the Ciputat Sub-District of South
Tangerang, it has recommended that teachers should be responsible for
maintaining the qualifications achieved. Then, for principals and education
offices in South Tangerang should to control and guide teachers more intensively
for those who already have a certificate of professional educators in an effort to
improve the quality of optimal teacher performances.
Keywords: Teacher Performance Evaluation, Certificate of Professional
Educators, and Employee Work Targets.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, tabiin dan para pengikut beliau yang setia
menjalankan ajarannya
Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak
yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik memberi motivasi
dan moral kepada penulis. Penulis sampaikan ungkapan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Dengan kerendahan hati,
penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Muarif SAM, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan dan Selaku
pembimbing skripsi I sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan nasihat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Tengku Rusman N., M.Pd. Selaku pembimbing skripsi II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan nasihat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, pelayanan pendidikan dan pengalamannya
kepada penulis.
5. Syamsudin, S.Pd,M.MPd dan Hj. Tuta Rosita, S.Pd,M.Si Kordinator
Pengawas Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang sudah
memberikan arahan, bimbingan dan memvaliditas instrumen kuisioner,
sehingga angket yang disebar menjadi valid.
6. Ketua KKG Gugus, seluruh Kepala Sekolah dan dewan guru yang sudah
memberikan izin peneliti, meluangkan waktu dan bersedia menjadi informan
selama penulis penelitian, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan secara baik.
iv
7. Kedua Orang Tua tercinta, selalu melimpahkan kasih sayang, tidak henti-
hentinya selalu memberikan motivasi kepada penulis, selalu mendoakan dan
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
8. Abang, kaka dan adik, Zainal Arifin, Yulia Fudiani, Abdul Rauf, Tazkiah
Ashfia abang dan kaka yang selalu memberikan bimbingan dan arahan
kepada adiknya ketika mengalami kesulitan. Muhammad Nurkholis yang
selalu memberikan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sugeng Agus Bukhari Om yang selalu memberikan arahan dan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
10. Keponakan tercinta, Rafa, Rifqi dan Rifandra kehadirannya yang selalu
membawa suasana baru, pencair suasana ketika penulis mengalami
kebingunan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat Kecil, Ipan, Yoga dan Akmal yang selalu mendoakan, memotivasi
dan menjadi sahabat traveling ketika penulis mengalami kesulitan sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat De Cloud Oby, Alda, Syifa dan Nadya kalian menjadi tempat
bertukar pikiran yang membuat semangat penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Meskipun jarang kumpul.
13. Inkafana Group dan Abu-abu in the genk terima kasih atas motivasi dan cerita
seluk piluk perjalanan kuliah dari awal sampe akhir. Keluarga kedua dalam
berdiskusi berbagai macam. Semoga kita sukses semuanya.
14. MABEST sebuah perkumpulan yang terdiri 20 anak. Berlatar belakang
beragam namun kehadirannya selalu bikin heboh. Terima kasih atas cerita,
kisah, kasih, suka maupun duka selama penulis menjalankan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Sahabat Dilla yang selalu memberikan motivasi serta dukungan tanpa henti,
selalu mendoakan dan membantu dalam penyusunan skripsi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
16. Para Sahabat seperjuangan Manajemen Pendidikan 2015 terima kasih sudah
menjadi bagian keluarga dalam perjalanan kuliah 4 tahun.
17. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi sederhana ini merupakan karya tulis yang
masih jauh dari kata sempurna. penulis hanya dapat membalas dengan do’a
semoga semua amal baik yang mereka lakukan mendapat balasan dan ridha dari
Allah Subhanallah Wa Ta’ala. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan umumnya bagi kita semua.
Ciputat, 28 Oktober 2019
Penulis
Tanthowi Jauhari
vi
DAFTAR ISI
Table of Contents
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah............................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II ACUAN TEORITIK ................................................................................ 7
A. Kajian Teori ............................................................................................ 7
1. Evaluasi Program ............................................................................... 7
2. Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik ................................................ 12
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 27
BAB III METODOLOGI EVALUASI ............................................................. 29
A. Tempat dan Waktu................................................................................ 29
B. Pendekatan, Metode dan Model Evaluasi............................................. 29
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 32
F. Uji Validitas .......................................................................................... 36
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
vii
BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ....................................... 39
A. Gambaran Umum Guru SDN di Kecamatan Ciputat ........................... 39
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ................................................ 39
1. Deskripsi Hasil Angket Per Dimensi ............................................... 39
2. Deskripsi Hasil Wawancara ............................................................. 66
3. Deskripsi Skor Angket Rendah dan wawancara .............................. 69
4. Analisis Data Secara Kuantitatif ...................................................... 74
C. Pembahasan Hasil Temuan ................................................................... 77
1. Pembahasan Hasil Analisis Kualitatif .............................................. 77
2. Pembahasan Hasil Analisis Kuantitatif ............................................ 80
3. Dampak kinerja guru SDN bersertifikat pendidik profesional ........ 80
D. Keterbatasan Evaluasi........................................................................... 83
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................... 85
A. Simpulan ............................................................................................... 85
B. Rekomendasi ........................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................................... 91
BIODATA PENULIS ........................................................................................ 124
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 28
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kinerja Guru ................................................... 31
Tabel 3.3 Opsi Peskoran Kinerja Guru ....................................................... 33
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara .................................................................. 33
Tabel 3.5 Daftar Ceklist Dokumen ............................................................. 34
Tabel 4.1 Menyusun Program Tahunan/Semester ...................................... 40
Tabel 4.2 Melibatkan Kepala Sekolah ........................................................ 41
Tabel 4.3 Menyusun RPP Sesuai Kompetensi Dasar ................................. 41
Tabel 4.4 RPP Sesuai Prinsip-Prinsip yang Berlaku .................................. 42
Tabel 4.5 Keterlibatan Kepala Sekolah dalam RPP ................................... 43
Tabel 4.6 Terampil Menentukan Media ..................................................... 44
Tabel 4.7 Rekapitulasi Rerata Skor Merancang Pembelajaran ................... 45
Tabel 4.8 Menguasai Materi Pembelajaran ................................................ 46
Tabel 4.9 Memanfaatkan Teknologi ........................................................... 47
Tabel 4.10 Menggunakan Sumber Belajar .................................................... 48
Tabel 4.11 Metode dan Model Pembelajaran ............................................... 49
Tabel 4.12 Menentukan Apersepsi ............................................................... 50
Tabel 4.13 Terampil dalam Mengelola Kelas ............................................... 51
Tabel 4.14 Mengatur Kelompok Diskusi Siswa ........................................... 52
Tabel 4.15 Mengatur Kedisiplinan Siswa Di Kelas ..................................... 53
Tabel 4.16 Memberikan Tugas Sesuai Dengan Kemampuan Siswa ............. 54
Tabel 4.17 Menentukan Alokasi Waktu Sesuai RPP .................................... 55
Tabel 4.18 Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Pembelajaran .............. 56
Tabel 4.19 Penilaian Proses Belajar ............................................................. 57
Tabel 4.20 Penilaian Hasil Belajar ............................................................... 58
Tabel 4.21 Rekapitulasi Rerata Skor Menilai Hasil Pembelajaran ............... 59
Tabel 4.22 Menyelenggarakan Kegiatan Pengayaan .................................... 60
Tabel 4.23 Menyelenggarakan Kegiatan Remedial ...................................... 61
Tabel 4.24 Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Bimbingan Dan
Tindak Lanjut Hasil Belajar ....................................................... 62
Tabel 4.25 Penguatan Profesi ....................................................................... 63
Tabel 4.26 Mengasah Diri dalam Akademik ................................................ 64
Tabel 4.27 Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan ......................................................... 65
Tabel 4.28 Rekapitulasi Deskripsi Analisis Hasil Angket ............................ 66
Tabel 4.29 Rekapitulasi Skor Butir Angket Rendah .................................... 73
Tabel 4.30 Hasil Skor Mean, Median dan Modus ........................................ 74
Tabel 4.31 Hasil Korelasi Non Parametrik ................................................... 75
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir model Goal Free Evaluation ....................... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Angket Kinerja Guru ............................................ 91
Lampiran 2 Instrumen Wawancara Guru .................................................. 97
Lampiran 3 Data Hasil Skor Angket Kinerja Guru ................................... 98
Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru .......................................................... 100
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru ......................................................... 102
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru .......................................................... 104
Lampiran 7 Surat Pernyataan Uji Validitas ............................................... 106
Lampiran 8 Surat Pernyataan Uji Validitas ............................................... 107
Lampiran 9 Daftar Ceklist Dokumen ........................................................ 108
Lampiran 10 Sertifikat Pendidik Guru ......................................................... 109
Lampiran 11 Skor Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Guru ............................... 110
Lampiran 12 Ijazah Guru ............................................................................. 111
Lampiran 13 Daftar Nama Guru SDN Se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan ................................................................... 112
Lampiran 14 Rumus Penghitungan Kinerja Guru ....................................... 113
Lampiran 15 Surat Bimbingan Skripsi ......................................................... 115
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ................................................................ 116
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi ............................................................. 117
Lampiran 18 Biodata Penulis ...................................................................... 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum dipahami sebagai proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat melangsungkan kehidupan.
Pendidikan sudah menjadi hal yang utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Karena tanpa adanya pendidikan maka manusia tidak dapat menjalankan
kehidupan sebagaimana mestinya. Sepeti yang termuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa: “yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
Sekolah merupakan bukti nyata layanan pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah untuk peserta didik. Sekolah yang berdiri di Indonesia beragam
bentuk jenjangnya. Dalam hal ini, jenjang paling rendah yaitu Sekolah Dasar
(SD), lalu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan terakhir Sekolah Menengah
Atas (SMA). Seperti yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (KEMENDIKBUD) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017
tentang Hari Sekolah pasal 1 ayat 1 bahwa:
“Sekolah adalah bentuk kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)/Taman Kanak-
kanak Luar Biasa (TKLB)/Raudhatul Athfal (RA), Sekolah Dasar
(SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah
Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
masyarakat.”
Guru merupakan salah satu faktor utama agar pendidikan di Indonesia
meningkat. Selain itu, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
1 Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2
pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menegah,
dan pendidikan menegah atas. Pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik sehingga
dipertegas oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2108 Tentang Guru
menyatakan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru
profesional memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau
diploma empat (D.IV), menguasai kompetensi pedagogik, profesional,
sosial dan kepribadian, memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.2
Guru sebagai ujung tombak pendidikan di sekolah, dituntut untuk
menampilkan kinerja terbaiknya. Dengan kinerja guru yang baik maka kualitas
pendidikan akan semakin meningkat, menumbuhkan tingginya tingkat
pemahaman siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu,
terciptanya siswa yang berprestasi dapat meningkatkan citra sekolah supaya
dipandang baik dimata masyarakat atau orang tua yang menginginkan anaknya di
sekolah tersebut dan menjadikan pendidikan dipandang berkualitas.
Meningkatkan kinerja guru menjadi baik, dapat dilakukan melalui pendidikan
formal, yaitu menempuh pendidikan setara D4/S1 yakni termasuk kedalam
kualifikasi akademik, memenuhi kompetensi yang dilakukan dengan memperoleh
pendidikan profesi yang dikenal dengan PPG/PLPG, pembinaan guru oleh kepala
sekolah, pembinaan oleh pengawas, kepala sekolah sebagai representasi
pemerintah, dan inisiatif guru tersebut.
Namun, kondisi kinerja guru saat ini terutama guru-guru yang telah
bersertifikat pendidik, ternyata belum maksimal dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai guru yang telah bersertifikasi
menunjukkan peningkatan kinerja, namun terdapat permasalahan seperti masih
2 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
3
rendahnya guru dalam mengikuti kegiatan peningkatan kemampuan akademik
sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan prestasi akademik. Selain itu,
pada aspek keikutsertaan guru dalam pendidikan dan pelatihan, data menunjukkan
separuh guru 52,5% belum mengikuti diklat dengan biaya yang ditanggung
sekolah atau tidak membayar sendiri. Guru yang belum mengikuti diklat
menjelaskan alasannya karena belum ada kesempatan yang diberikan sekolah
serta kurangnya relevansi diklat dengan bidang studi yang diampunya. 3
Berdasarkan observasi pendahuluan, realitas ini terjadi di banyak lembaga
pendidikan, termsuk di sekitar Ciputat Kota Tangerang Selatan yang 50% guru
SD Negeri sudah bersertifikat pendidik. Berdasarkan data yang sudah bersertifikat
tersebut belum menunjukkan peningkatan kinerjanya. Bahkan menurut Hasyim
Asy’ari (Ketua PTK Kota Tangerang Selatan), guru yang belum bersertifikat
pendidik kinerjanya lebih berkualitas daripada guru yang sudah bersertifikat
pendidik.
Umumnya guru merasa sudah selesai belajar ketika mendapatkan
sertifikat. Jadi, belajar atau meningkatkan kemampuan hanya dilakukan di tempat-
tempat atau ketika mereka melakukan kegiatan PPG/PLPG. Ketika mereka
kembali ke sekolahnya dan mendapatkan sertifikat mereka merasa itu semua
sudah selesai dan tidak ada upaya guru dalam meningkatkan kemampuannya.
Padahal dalam meningkatkan kemampuan pendidik tidak cukup dengan
mendapatkan sertifikat pendidik, tetapi harus diimbangi dengan melakukan
pelatihan atau workshop agar lebih meningkat kualitasnya. Mental pengawas dan
kepala sekolah yang kurang memberikan bimbingan pembinaan terhadap kinerja
guru yang sudah bersertifikat pendidik juga memberikan kontribusi pada
rendahnya kinerja mereka.
Berdasarkan latar belakang yang terjadi tersebut, maka penting dilakukan
sebuah evaluasi pada kinerja guru SDN bersertifikat pendidik. Melalui suatu
penelitian dengan judul ”Evaluasi Kinerja Guru SDN Bersertifikat Pendidik
Profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan”.
3 Badrun Kartowagiran, “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi) , Jurnal, FT
Universitas Negeri Yogyakarta. Cakrawala Pendidikan,November 2011,Th.XXX,No.3
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang muncul dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Rendahnya tingkat penghasilan guru
2. Kurangnya profesionalisme yang dimiliki oleh guru
3. Tidak semua guru yang bersertifikat pendidik memiliki kualitas
yang baik
4. Kurangnya bimbingan kepala sekolah terhadap guru-guru yang
bersertifikat pendidik
5. Kurangnya perhatian yang diberikan pengawas terhadap guru yang
bersertifikat pendidik
6. Minimnya pengetahuan guru yang bersertifikat pendidik dibidang
teknologi dan informasi dalam proses kegiatan belajar mengajar
kepada peserta didik
7. Belum tercapainya dengan baik tujuan dari sertifikasi guru
8. Kurangnya pengawasan pemerintah terhadap guru yang sudah
bersertifikat pendidik
9. Ketidaksiapan guru dalam melaksanakan program sertifikasi
10. Terdapat guru yang melalaikan tugas untuk mengurus administrasi
sertifikasi
11. Terdapat guru yang belum memiliki ijazah S1.
C. Pembatasan Masalah
Agar peneltian ini tidak melebar pada pembahasan dan permasalahan lain,
maka penelitian ini dibatasi pada point kegiatan evaluasi kinerja guru SDN
bersertifikat pendidik profesional se – Kecamatan Ciputat yang ada dalam ruang
lingkup Dinas Pendidikan kota Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. “Bagaimanakah kinerja Guru SDN bersertifikat pendidik profesional Se-
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan?”
2. “Apakah terdapat pengaruh kinerja Guru SDN terhadap sasaran kerja
pegawai Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan?”
3. “Bagaimanakah dampak kinerja Guru SDN bersertifikat pendidik
profesional se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan?”
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a) Menjelaskan kinerja Guru SDN bersertifikat pendidik profesional Se-
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
b) Mengetahui pengaruh kinerja Guru terhadap sasaran kerja pegawai
Guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
c) Mendeskripsikan dampak kinerja Guru SDN bersertifikat pendidik
profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh
elemen masyarakat, terutama di bidang akademik, baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu :
a) Manfaat Teoritis
1) Memperbanyak khasanah Ilmu Pengetahuan dalam dunia akademis
khususnya Ilmu Manajemen Pendidikan dalam bidang kebijakan
publik.
2) Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam
dunia akademis khususnya mengenai evaluasi kebijakan publik.
3) Untuk mengetahui realisasi kebijakan publik yaitu program
sertifikasi terhadap kinerja guru.
b) Manfaat Praktis
1) Bagi guru yang sudah tersertifikasi, dapat mengembangkan
kualitas dan kinerja yang terdapat pada dirinya.
2) Bagi seluruh Kepala Sekolah SD Negeri se-Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan, sebagai peskor dan pengawas untuk para
guru yang tersertifikasi agar kualitas mengajarnya makin
meningkat.
6
3) Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan,
dapat mengetahui tentang pelaksanaan evaluasi program sertifikasi
guru di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
4) Bagi peneliti lain, semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan
acuan dan pembanding untuk melakukan penelitian.
7
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Kajian Teori
1. Evaluasi Program
a. Pengertian Evaluasi
Banyaknya pengertian yang membahas tentang evaluasi program
secara terperinci, penulis akan membahas beberapa pengertian tersebut.
Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Evaluation” yang berarti
peskoraan.4Menurut Arikunto, “Evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tetang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat
dalam mengambil keputusan”.5 Intinya adalah evaluasi merupakan hasil
kegiatan yang sudah berjalan lalu dibuat alternatif yang akan dijadikan
sebagai solusi, baik kebijakan itu diberhentikan, atau diteruskan.
Sedangkan menurut ratumanan, “evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu
proses sistemmatik dalam menentukan tingkat pencapaiaan tujuan
instruksional”.6 Tujuan instruksional ini sebuah gambaran pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang wajib peserta didik miliki sebagai hasil dari
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang
bisa diamati dan diukur.
Selanjutnya tentang istilah evaluasi, Witherington sebagaimana
dikutip oleh Nurkhasanah mengatakan “an evaluation is a declaration
that something has or does not have value”. Hal senada dikemukakan
pula oleh Wand dan Brown , bahwa evaluasi berarti “…refer to the act or
process to determining the value of something”. Kedua pendapat ini
menegaskan pentingnya skor (Value)dalam evaluasi.Padahal, dalam
evaluasi bukan hanya berkaitan dengan skor saja tetapi juga arti atau
4 Desi Anwar, Kamus Inggris – Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2007), h. 127
5 Suharismi Arikunto dan Cepi Syafruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan –
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), H 2. 6 Nurkhasanah, Evaluasi Program Paket C di PKBM Setia Mandiri Jakarta Selatan, diakses
darihttp://repository.uinjkt.ac.id, Sabtu, 24 Februari 2018, H 11.
8
makna. Sebagaimana dikemukakan Guba dan Lincoln, bahwa evaluasi
sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and
worth”.7 Jadi, evaluasi adalah suatu kegiatan dimana kita menggambarkan
peserta didik dan menimbangnya dari segi skor dan arti. Definisi ini
menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan skor dan arti.
b. Pengertian Program
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk
melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak
terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan
disusun berbagai jenis program.8 Semua program tersebut perlu dievaluasi
untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah mencapai
tujuan yang ditetapkan. Sehingga, evaluasi program dapat didefinisikan
sebagai suatu aktivitas yang bermaksud mengetahui seberapa kegiatan itu
dapat dilaksanakan atau tidak, berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
c. Pengertian Evaluasi Program
Kemudian, evaluasi program adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab
pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program dapat
dikelompokkan menjadi evaluasi proses (process evaluation), evaluasi
manfaat (outcome evaluation), dan evaluasi akibat (impact evaluation).
Evaluasi proses meneliti dan meskor apakah intervensi atau layanan
program telah dilaksanakan seperti yang direncanakan dan apakah target
populasi yang direncanakan telah dilayani. Evaluasi ini juga meskor
mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi manfaat meneliti,
meskor, dan menentukan apakah program telah menghasilkan perubahan
yang dimanfaatkan.9 Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
evaluasi program merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa berhasil suatu program pendidikan tersebut benar-
7 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), H 5.
8 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), H. 17. 9 Ibid, H. 17.
9
benar sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta
memberikan dampak yang nyata sesuai dengan yang diinginkan.
d. Manfaat dan Tujuan Evaluasi Program
Untuk mengukur ketercapaian suatu program diperlukan kegiatan
evaluasi yang menyeluruh. Menurut Wirawan, evaluasi program memberikan
manfaat sebagai berikut :
1) Mengetahui hal-hal yang dirumuskan dalam formulasi program tersebut
dapat dilaksanakan ataukah tidak.
2) Mengetahui rumusan-rumusan program yang tertulis telah berhasil
dilaksanakan ataukah belum.
3) Mengetahui kelebihan dan kekuarangan rumusan program dalam
kaitannya dengan factor kondisional dan situasional dimana program
tersebut dilaksanakan.
4) Mengetahui seberapa jauh suatu rumusan program telah dapat
diimplementasikan.
5) Mengetahui keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan program.
6) Mengetahui seberapa dampak yang ditimbulkan oleh suatu program
terhadap khalayak yang bermaksud dituju oleh kebijakan, dan khalayak
yang tak bermaksud dituju oleh kebijakan.
7) Mengetahui apakah resiko-resiko yang telah diperhitungkan pada saat
formulasi telah dapat diatasi dengan baik ataukah tidak.
8) Mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam hal perbaikan
program.10
Berdasarkan manfaat evaluasi program, maka tujuan evaluasi program
adalah :11
a) Memberi masukan untuk perencanaan kegiatan
b) Memberi masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program
c) Member masukan untuk modifikasi program
d) Memperoleh informasi tentang factor pendkung dan penghambat program
e) Member masukan, motivasi, pembinaan pengelola dan pelaksanaan
program.
Manfaat dan tujuan dari evaluasi program merupakan suatu hal yang
saling berkesinambungan. Manfaat dan tujuan dari evaluasi program juga
tidak membahas pada satu kegiatan saja, namun berbagai kegiatan yang
dianggap perlu untuk di evaluasi. Sehingga, manfaat dari evaluasi tersebut
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu program.
10
Ibid, h. 85-86 11
Nurkhasanah, Op.cit., H 16-20.
10
e. Model Evaluasi Goal Free
Ada beberapa model evaluasi seperti, model evaluasi berbasis
tujuan (Goal Based Evaluation Model), model evaluasi bebas tujuan
(Goal Free Evaluation Model), model Evaluasi formatif dan sumatif,
model evaluasi responsive (Responsive Evaluation Model), model
evaluasi adversary (Adversary Evaluation Model), model evaluasi
ketimpangan (The Discrepancy Evaluation Model), model evaluasi
sistem analisis, dll.12
Dalam hal ini hanya dicantumkan model yang
dipergunakan sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi,
yaitu model evaluasi Goal Free.
Model evaluasi bebas tujuan (Goal Free Evaluation Model)
dikembangkan oleh Scriven. Chen dan Rossi mengemukakan bahwa
Scriven berpendapat pendekatan goal free evaluation model karena
frustasi tidak puas dengan temuan evaluasi yang tidak mampu
menunjukkan pengaruh dari program yang dievaluasi. Sebagai jalan
keluar Michael Scriven mengemukakan goal free evaluation model yang
meminta para evaluator mengabaikan tujuan yang dirancang oleh
pendesain dan administrator program dan mengkonsentrasikan diri pada
pengaruh program yang muncul dalam proses evaluasi.
Model evaluasi bebas tujuan adalah model evaluasi di mana
evaluator melakukan evaluasi tanpa mempunyai pengetahuan atau
referensi dari gol dan objektif serta pengaruh yang diharapkan oleh
perancang program. Tujuan dari program yang dinyatakan dalam rencana
program umumnya sering abstrak dan tidak cukup spesifik untuk diukur.
Goal free evaluation model berupaya mengukur keluaran dan pengaruh
yang sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh tujuan dan pengaruh yang
diharapkan dalam rencana program.
Sebuah program mempunyai tiga jenis pengaruh, diantara lain:
1) Pengaruh sampingan yang negatif yaitu pengaruh sampingan yang
tidak dikehendaki oleh program. Ini seperti jika orang meminum obat
12
Wirawan, Op.Cit., H. 80-107.
11
atau pengobatan yang sering mempunyai efek sampingan yang tidak
dikehendaki. Misalnya, program-program untuk orang miskin di
samping membantu kehidupan orang miskin juga dapat membuat
penerima layanan program menjadi malas bekerja dan terus
tergantung hidupnya pada bantuan pemerintah.
2) Pengaruh positif yang ditetapkan oleh tujuan program. Suatu program
mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program. Tujuan
program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan atau
pengaruh yang diharapkan dengan layanan atau perlakuan program.
3) Pengaruh positif sesuai dengan tujuan program yaitu pengaruh positif
yang diharapkan oleh perancang program. Akan tetapi, dalam pseudo
evaluation tujuan dan pengaruh yang dikemukakan dalam program
yang sesungguhnya disembunyikan.
Scriven menyatakan jika menggunakan model evaluasi bebas
tujuan ketiga jenis pengaruh program harus dievaluasi untuk menemukan
tujuan dan pengaruh program yang sesungguhnya.
1) Mengidentifikasi pengaruh sampingan negatif yang mungkin muncul
jika program dilaksanakan.
2) Mengidentifikasi pengaruh positif dari program yang diharapkan
3) Mengidentifikasi pengaruh sampingan positif yang tidak termasuk
tujuan program.
f. Langkah – langkah Evaluasi Goal Free
Pengaruh tersebut harus diidentifikasi dan dipergunakan oleh
evaluator untuk menyusun kriteria pengaruh program yang sesungguhnya
tanpa referensi rencana program yang disusun oleh manajemen program.
Youker dan Ingraham mengemukakan empat langkah untuk menemukan
goal dan pengaruh-pengaruh program yang sesungguhnya dalam Goal
Free Evaluation Model sebagai berikut:
1) Meneliti dan mengidentifikasi pengaruh program yang relevan tanpa
merujuk gol dan objektif yang ada di rencana program
2) Mengidentifikasi apa yang terjadi tanpa referensi kepada gol dan
objektif program.
12
3) Menentukan pengaruh apa yang muncul secara logis disebabkan oleh
program dan intervensi program
4) Menentukan drajat pengaruh positif, negatif atau netral dari
program13
.
2. Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik
a. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Bisa dilihat dari arti kata kinerja berasal dari kata
performance.
Kata performance memberikan tiga arti, yaitu: (1) “prestasi”
seperti dalam konteks atau kalimat high performance car, atau “mobil
yang sangat cepat”; (2) “pertunjukan” seperti dalam konteks atau kalimat
folk dance performance, atau “pertunjukan tari – tarian rakyat”; (3)
“pelaksanaan tugas” seperti dalam konteks atau kalimat in performance
his/her duties.14
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan sebuah kegiatan yang telah diamanahkan untuk dilaksanakan.
Kinerja juga biasa diartikan sebagai prestasi. Karena antara kinerja
dengan prestasi memiliki persamaan.
Kinerja guru merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru
dalam melakukan tugas kegiatan belajar mengajar di sekolah dan
bertanggung jawab atas peserta didik yang telah dibimbingnya agar
meningkatnya prestasi berlajar para peserta didik. Oleh karena itu,
kinerja guru dapat diartikan sebagai kondisi seorang guru dalam
menunjukkan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya terhadap prestasi peserta didik di sekolah.
Kriteria kinerja guru ini diterjemahkan kepada ketentuan yang
berlaku bagi PNS. Di dalam himpunan peraturan perundang – undangan
13
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016), h.129 14
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 45
13
tentang kepegawaian tahun 1982 yang diterbitkan oleh Depdikbud,
kriteria kinerja guru PNS terdiri atas kesetiaan, prestasi kerja, tanggung
jawab, ketaatan, kejujuran dan kerja sama.15
b. Ruang Lingkup Kinerja Guru
Peran guru sebagai fasilitator kegiatan belajar mengajar yang
bertolak belakang dari harapan dan tujuan yang ingin dicapai.
Implementasinya terjadi pada guru yang telah diberikan peranan tugas
tanggung jawab untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan.
Peran guru merupakan petunjuk dalam kegiatan belajar dan sebagai pusat
fasilitator belajar. Kinerja guru dalam pembelajaran meliputi, sebagai
berikut:
1) Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata
pelajaran Standa Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, peskoran
hasil belajar, dan sumber belajar.16
Berdasarkan PP 19 Tahun 2105 Pasal 20 dinyatakan bahwa
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
peskoran hasil belajar”17
Perencanaan pembelajaran adalah membuat rangkaian
persiapan pembelajaran itu sendiri. Hal ini berdasarkan bahwa jika
tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik dan sistematis
maka tidak akan terarah, bahkan akan melakukan improvisasi sendiri
15
Ibid, h. 54-55 16
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada, 2011), H. 4 17
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 pasal 20 tentang standar
nasional pendidikan
14
tanpa tujuan yang jelas. Pada dasarnya, rencana pembelajaran menjadi
faktor utama bagi guru untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai
selama pembelajaran. Rencana pembelajaran biasanya dibuat dalam
bentuk tertulis. Bagi guru baru atau yang kurang berpengalaman perlu
membuat rencana pembelajaran secara terperinci, terutama guru yang
sudah bersertifikat dalam membuat rencana pembelajaran harus lebih
baik dan menarik dari guru yang belum bersertifikat.
Guru tentu mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan
dalam merencanakan program pembelajaran. Perangkat yang perlu
disiapkan dalam kegiatan pembelajaran seperti membuat silabus
pembelajaran, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat
dan mempersiapkan media atau alat peraga pembelajaran. Dengan
begitu kegiatan pembelajaran akan terarah sesuai tujuan.
2) Melaksanakan Pembelajaran
Peserta didik merupakan subjek utama dalam proses
pembelajaran. Keberhasilan supaya mencapai tujuan banyak
tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa.
Cara belajar siswa dapat dilakukan secara kelompok (klasik) atau
individual. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan kesiapan,
tingkat kematangan dan cara belajar siswa dalam mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur
sedemikian rupa menurut langah-lagkah tertentu agar pelaksanaan
mencapai hasil yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan inti penyelenggaraan pendidikan
yang terdiri dari kegiataan pengelolaan kelas, penggunaan media dan
sumber belajar serta penggunaan metode ataupun strategi
pembelajaran. Itu semua merupakan tugas dan tanggung jawab guru
yang wajib dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru mencakup sebagai berikut:
a. Pengelolaan Kelas
15
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana yang
kondusif di kelas agar terwujudnya proses pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membuat para peserta didik bosan
adalah sebuah tuntutan seorang guru dalam pengelolaan kelas.
Kemampuan guru dalam mewujudkan kerja sama dan rasa
disiplin siswa dapat dilihat dari : mengatur tempat duduk siswa,
volume, intonasi dan tutur kata yang disampaikan mudah
dimengerti siswa, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,
memakai pakaian yang rapih dan sopan, menciptakan ketertiban,
kedisiplinan dan kenyamanan didalam kelas.
b. Penggunaan media dan sumber belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran
yang perlu dikuasai guru di samping pengelolaan kelas adalah
menggunakan media dan sumber belajar.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran,
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses
pembelajaran.18
Sedangkan yang dimaksud sumber belajar adalah buku
panduan atau rujukan. Selain mampu menguasai sumber belajar
seperti mengerti dan memahami buku teks, guru dituntut berusaha
mencari dan membaca buku-buku atau sumber lain yang relevan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Demi meningkatkan
kemampuan terutama perluasanm, pendalaman materi, dan
penganyaan dalam proses pembelajaran.
Dalam menggunakan media dan sumber belajar guru
harus berusaha mengeluarkan kreativitas lebih supaya tidak
menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak,
18
Rusman, Op Cit, H.77
16
media audio, dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru
disini lebi ditekankan pada penggunaan objek nyata yang berada
di sekitar sekolah. Dalam pelaksanaan di lapangan guru dapat
memanfaatkan media yang ada di sekolah seperti globe, gambar,
peta dan sebagainya, atau guru bisa mendesain sendiri media yang
ingin digunakan sesuai dengan kepentingan pembelajaran seperti
membuat media film, pembelajaran berbasis komputer dan
sebagainya.
c. Penggunaan metode pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan disampaikan.
Siswa memiliki interest yang sangat heterogen, idealnya
seorang guru harus menggunakan multimetode, yaitu
memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam keals
seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan
penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan
seterusnya. Hal ini dimasksudkan untuk menjembatani kebutuhan
siswa dan menghindari terjadinya kejenuhan yang di alami.19
Sangat jelas bahwa penggunaan metode pembelajaran itu
perlu dan penting. Terutama bagi guru yang sudah mendapatkan
sertifikat pendidik dan dikatakan profesional. Mereka dituntut
dalam penggunaan metode pembelajaran lebih beragam supaya
proses pembelajaran tidak membosankan. Dengan begitu peserta
didik akan nyaman dan betah mengikuti pembelajaran
3) Menilai Pembelajaran
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat peskoran untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
19
Ibid, H.78
17
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Peskoran
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik. Hasil peskoran dapat berupa skor kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan skor kuantitatif (berupa
angka). Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya
peskoran hasil belajar adalah proses mengukur dan meskor terhadap
suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara
faktor yang mempengaruhi objek tersebut.20
Peskoran hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
bertujuan untuk mengetahui apakah tercapai atau tidaknya tujuan dan
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tujuan peskoran yaitu
untuk mengetahui dan melihat proses yang terjadi ketika proses
pembelajaran. Ada 3 hal penting dalam proses pembelajaran yaitu
input, transfomasi, dan output. Input adalah para siswa yang sudah
diskor dan sudah siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi
merupakan segala sesuatu yang mengenai proses pembelajaran
seperti, guru, media dan bahan ajar, metode pengajaran. Dan
outputnya adalah pencapaian hasil dari proses pembelajaran.
Jika dalam peskoran pembelajaran ternyata hasilnya kurang
memuaskan maka ada alternatif supaya tujuan pembelajaran dapat
berjalan dengan sebagaimana mestinya. Guru dapat melakukan
kegiatan remedial yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes
dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa. Dengan
begitu siswa lebih menyerap materi yang kurang.
4) Membimbing Pembelajaran
Realita sehari-hari di dalam kelas ketika pelaksanaan
pembelajaran berlangsung beberapa atau sebagian besar siswa belum
melakukan kegiatan belajar dengan serius. Mengakibatkan proses
20
Asep Saepul Rohman, kinerja guru dalam perencanaan, proses pembelajaran dan
penilaian hasil belajar (evaluasi), 2011,
(http://asepsaepulrohman.blogspot.com/2011/10/kinerja-guru-dalam-perencanaan-
proses.html?m=1 ). Diakses tanggal 29 Agustus 2019
18
pembeajaran menjadi terkendala. Maka guru diharapkan melakukan
bimbingan atau pemantauan saat proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran harus
dilakukan terus supaya pembelajaran yang dilakukan guru berjalan
dengan baik. Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran menjadi
suatu urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
guru dengan para siswa. Dalam melakukan kegiatan pemantauan
pembelajaran guru hendaknya memahami tentang bagaimana cara
siswa melakukan kegiatan belajar. Maksud belajar disini meliputi
pemahaman tentang siapa siswanya, berapa usianya, minat dan
bakatnya, serta bagaimana melengkapi sarana dan prasarana yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
5) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Bagi guru yang sudah mengikuti pendidikan profesi guru
(PPG) dan mempunyai sertifikat pendidik perlu adanya program
tindak lanjut. Karena beberapa atau sebagian besar guru melakukan
pengembangan diri disaat diklat saja, setelah itu mereka kembali lagi
seperti awal sebelum diklat. Program yang dapat dilakukan yaitu
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) merupakan kegiatan
secara sadar tentang pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru
sepanjang kehidupan kerjanya.
Pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2109 tentang
jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, PKB adalah unsur
utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk
pengembangan karir guru, selain kedua unsur utama lainnya, yakni:
(1) pendidikan; (2) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan
dan/atau tugas lain yang relevan. Menurut Permennengpan (Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara) itu telah pula
dijelaskan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
19
terdiri dari 3 komponen, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah,
karya ilmiah.21
Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kegiatan pengembangan
diri pada kegiatan PKB merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan
guru untuk meningkatkan kompetensi dan keprofesiannya. Salah satu
kegiatan yang harus dilakukan, membuat prasaran ilmiah atau sebuah
karya tulis ilmiah berbentuk makalah yang mengenai ringkasan laporan
hasil penelitian, gagasan atau tinjauan ilmiah. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional dan atau
melalui kegiatan kolektif guru.
c. Beban Kerja Guru Bersertifikat Pendidik
Dalam undang-undang RI No.14 Tahun 2105 tentang Guru dan
Dosen, di kemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti
formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai
tenaga profesional.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikat pendidik merupakan
sebuah bukti nyata seorang guru sudah diskor profesional dalam kualitas
mengajarnya. Pemberian sertifikat pendidik juga sebagai pengakuan
bahwa guru dalam kompetensi menjalankan pelayanan pendidikan
melalui uji kompetensi yang diselenggarakan suatu lembaga sertifikasi
Tujuan utama dari pemberian sertifikat pendidik pada guru-guru
hakekatnya adalah untuk meningkatkan kinerja guru agar mampu
melaksanakan tugas mengajar sesuai kompetensinya sehingga mutu
pendidik di Indonesia semakin meningkat.22
Secara yuridis tidak ada perbedaan tuntutan kinerja Guru
bersertifikat pendidik dengan guru yang belum bersertifikat pendidik.
21
Daryanto, Tasrial, pengembangan karir profesi guru, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), H.
165-166 22
Lukman, Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik, 2014, p. 311-313,
(https://ejournal.unib.ac.id). diakses tanggal 27 juli 2019
20
Namun, ada semacam tanggung jawab moral karena dia sudah
mendapatkan sertifikat pendidik. Otomatis masyarakat mengetahui dan
menuntut bahwa guru tersebut sudah profesional lalu dia harus mengabdi
untuk profesinya. Seharusnya guru bersertifikat pendidik dalam mengajar
menampilkan performa yang lebih baik dari guru yang belum
bersertifikat pendidik. Karena hal itu menjadi kewajiban bahwa dia sudah
dikatakan profesional. Sehingga dapat terlihat perbedaan sikap antara
guru yang sudah bersertifikat dengan yang belum. Sebenarnya antara
beban kerja dan kinerja guru itu sama saja ukurannya.
Kinerja guru yang sudah bersertifikat pendidik wajib memenuhi
beban kerja sebanyak 24 jam perminggunya. Tetapi, bagi guru yang
belum bersertifikat tidak harus 24 jam perminggu dalam mengajarnya.
Karena yang wajib 24 jam itu bagi yang sudah bersertifikat dan
mendapatkan tunjangan profesi. Jika tidak memenuhi jam kerja sebanyak
24 jam maka tunjangan profesinya tidak bisa diberikan. Seperti
tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pasal 2
dan 6 nomor 15 tahun 2018 tentang pemenuhan beban kerja guru, kepala
sekolah dan pengawas sekolah pada pasal 2 dinyatakan sebagai berikut:
1. “Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah melaksanakan
beban kerja selama 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu)
minggu pada satuan administrasi pangkal.
2. Beban kerja selama 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu)
minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 37,5
(tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja efektif dan 2,5 (dua
koma lima) jam istirahat.
3. Dalam hal diperlukan, sekolah dapat menambah jam istirahat
yang tidak mengurangi jam kerja efektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).”23
Bahwa beban kerja guru meliputi tugas pokok seperti
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, meskor hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih para siswa, serta melaksanakan
23
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pasal 2 dan 6 Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
21
tugas tambahan lainnya jika dalam tugas pokok belum mencapai kriteria
24 jam mengajar.
d. Peningkatan Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik
Kinerja guru merupakan sebuah kemampuan dan prestasi kerja
guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
dan mengevaluasi pembelajaran. Baik tidaknya kinerja seorang guru
dapat terlihat dalam pelaksanaan kompetensi yang dimiliki, selain
memiliki kualifikasi akademik. Supaya kinerja guru terus meningkat
maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan sebagai berikut:
1) Memotivasi
Tinggi rendahnya prestasi kerja guru sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Selain faktor intrinsik dari dalam guru sendiri,
terdapat pula kepala sekolah yang merupakan faktor ekstrinsik di
mana kepala sekolah dapat memotivasi kerja dari guru yang
bersangkutan untuk meningkatkan prestasi kerjanya di sekolah
dengan mengikutsertakan atau melibatkan guru secara optimal untuk
diberdayakan dalam segala aktivitas pendidikan dengan
memanfaatkan segala potensinya.24
Selain itu, guru-guru yang bersertifikat pendidik diberikan
motivasi dengan cara diberikan tugas untuk membimbing guru-guru
junior atau pemula sehingga guru yang sudah bersertifikat terdorong
untuk selalu belajar. Dengan begitu secara tidak langsung guru
tersebut selalu belajar.
2) Pengawasan dan Pengendalian
Guru merupakan sasaran dalam pengawasan karena tumbuh
kembangnya sekolah sangat ditentukan oleh kinerja guru di
dalamnya. Baik buruknya kinerja guru bisa dilihat dalam perilaku
nyata yang ditampilkan sesuai dengan peran guru di sekolah, di
24
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru : Konsep, Strategi, dan
Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016) Cet. 1, h. 56-57.
22
mana perilaku ini terkait dengan proses pencapaian hasil kinerja
yang dicapai. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar tenaga
kependidikan tidak menyimpang dalam melaksanakan
pekerjaannya.25
3) Memberikan Insentif yang memadai bagi guru
Pemberian insentif yang memadai bagi guru dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan guru dan keluarganya sesuai standar
kebutuhan ekonomi saat itu. Jadi guru tidak perlu mencari
penghasilan tambahan di luar tugasnya demi memenuhi kebutuhan
dirinya dan keluarganya. Hal ini bertujuan agar guru fokus pada
pekerjaannya, sehingga guru dapat mengembangkan kreativitasnya
dan innovasinya dalam pendidikan26
Jika ingin kinerja guru terus meningkat. Pemerintah harus kerja
extra dalam pengawasan agar mengetahui siapa saja yang kinerjanya
menurun atau meningkat. Selain itu, pemerintah berupaya memerhatikan
kondisi guru dari segala sisi. Dengan begitu para guru akan termotivasi
dalam memberikan kualitas kinerja mereka.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang evaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik profesional
belum banyak dilakukan apalagi di wilayah kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan beberapa kajian tentang kinerja guru,
diantaranya:
1. Rini Dwi Rofina, berjudul tentang Evaluasi Program Sertifikasi Guru di
Kota Tanjung Pinang Tahun 2015, (skripsi) Hasil penelitian menunjukkan
pelaksanaan Program Sertifikasi Guru di Kota Tanjung Pinang berhasil
karena telah mencapai 100%”. Dalam hal tersebut input/masukan yang
merupakan acuan pelaksanaan program sertifikasi dapat dipahami oleh guru
di Kota Tanjungpinang, output/keluaran program sertifikasi guru sudah
25
Ibid., h. 240. 26
Sulastri, Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Agar tercapainya Pendidikan yang Bermutu,
2019, (http://lastriridwan.blogspot.com/2008/07/upaya-meningkatkan-kinerja-guru-agar.html, s)
diakses pada tanggal 23 Mei 2019 jam 06.30.
23
sesuai dengan kebutuhan, program sertifikasi dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Kota Tanjungpinang, skor rata-rata Ujian Nasional, kinerja
dan disiplin guru, kompetensi mengajar serta meningkatkan kondisi
ekonomi guru di Kota Tanjungpinang. Proses pelaksanaan sertifikasi guru
pun dapat dilaksanakan oleh guru di Kota Tanjungpinang. Selain itu, guru di
Kota Tanjungpinang mentaati aturan yang berlaku dalam pelaksanaan
sertifikasi, dan dukungan seluruh konstituen pun cukup baik.27
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini berfokus kepada evaluasi
program sertifikasi guru sedangkan penelitian yang dilakukan peniliti adalah
mengevaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik.
2. Zulva Awalia Sari, berjudul tentang Evaluasi Program Sertifikasi Guru di
Madrasah Aliyah Negeri Sukoharjo, Tahun 2012 (skripsi), Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa program sertifikasi guru di MAN
Sukoharjo pada umumnya sudah menunjukkan hasil yang baik walaupun
ada beberapa kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Beberapa indikator
yang menunjukkan hasil program ini sudah baik antara lain, 1) kompetensi
profesional, dimana guru bersertifikasi sudah disiplin dan memenuhi
kelengkapan administrasi. 2) Guru bersertifikasi memiliki perilaku yang
baik dan selalu menyempatkan diri untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik. 3) Terdapat peningkatan jumlah lulusan dari sebelum dan
sesudah program sertifikasi, yakni pada tahun 2106 sebanyak 83% namun
mulai tahun 2107 hingga 2011 menjadi 98% - 100% kelulusan serta
peningkatan prestasi lainnya. 4) Kesejahteraan meningkat sehingga guru
bersertifikasi mampu mengembangkan pendidikan dan membeli fasilitasi IT
probadi. Namun demikian ada beberapa kekurangan yang masih harus
diperbaiki, yaitu, 1) Guru bersertifikasi belum bisa meningkatkan
keterampilan mengajarnya karena belum adanya monitoring pascasertifikasi
secara berkala dan intensif. 2) Guru bersertifikasi belum dapat menerapkan
27
Rini Dwi Rofina, Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Kota Tanjung Pinang,
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d0947c6478e52
5e/2015/09/Naskah-Publikasi-Rini-Dwi-Rofina.pdf (diakses pada 11 Juli 2018, pukul 07.30).
24
IT ke dalam proses pembelajaran karena belum menganggap penguasaan IT
sebagai kebutuhan. 28
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peniliti bahwa penelitian ini berfokus kepada evaluasi
program sertifikasi sedangkan penelitian yang dilakukan peniliti adalah
mengevaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik.
3. Nurul Fauziah, berjudul tentang Dampak Sertifikasi Guru terhadap
Kompetensi Guru dalam mengajar (Studi di SDIT Al – Mubarok Jakarta),
tahun 2016 (skripsi). Hasil penelitiannya bahwa kompetensi guru setelah di
sertifikasi mengalami perkembangan yang baik, diantarannya mengalami
peningkatan kompetensi profesional dan pedagogis, semakin memahami
Kurikulum 2013, RPP, media pembelajaran dan perencanaan pembelajaran.
Walaupun kompetensi personal dan sosial tidak terlalu signifikan
perkembangannya. 29
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peniliti bahwa penelitian ini berfokus kepada dampak
sertifikasi terhadap guru sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peniliti
adalah mengevaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik.
4. Afidatun Naflah, berjudul tentang Evaluasi Kinerja Guru SMP Se –
Kecamatan Kota Kendal Pasca Sertifikasi, tahun 2017 (skripsi).
Berdasarkan hasil penelitian Kinerja guru SMP dalam evaluasi
pembelajaran termasuk dalam kategori baik sebanyak sebanyak 14
responden berada dalam kategori sangat baik ( 46,66 %) dan terdapat 16
responden berada dalam kategori baik (53,33%). Upaya pengembangan diri
sebagai figur guru profesional secara berkelanjutan yaitu dengan mengikuti
berbagai kegiatan ilmiah, mengembangkan model pembelajaran, menulis
karya ilmiah, membuat alat peraga/media, pengikuti kegiatan
28
Zulva Awalia Sari, Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Madrasah Aliyah Negeri
Sukoharjo,file:///C:/Users/Tanthowi%20Jauhari/Downloads/ZULVA%20AWALIA%20SARI-
D0108108.pdf (diakses pada 11 juli 2018, pukul 09.25) 29
Nurul Fauziah, Dampak Sertifikasi Guru terhadap kompetensi Guru dalam mengajar
(Studi di SDIT Al-Mubarok Jakarta), http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/32688
(diakses pada 4 april 2019, pukul 12.00)
25
pengembangan kurikulum. Untuk upaya guru yang sudah mendapat
tunjangan profesi memenuhi tuntutan jam mengajar minimal rata-rata guru
sudah memenuhi standar minimal jam mengajar 24 jam tatap muka
perminggu. Bahkan beberapa guru jam mengajarnya lebih dari 24 jam tatap
muka perminggu. upaya yang dilakukan oleh guru yang sudah memenuhi
tuntutan jam mengajar minimal yaitu dengan meningkatkan etos kerja,
berkomitmen pada proses belajar siswa, menguasai secara mendalam materi
pelajaran dan cara mengajarkannya, berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukan. 30
Dari penelitian tersebut dapat terlihat persamaannya dengan penilitian
yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini mengevaluasi kinerja guru
bersertifikasi sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah tempat, waktu dan jenjang sekolahnya.
5. Ade Mulyana, berjudul tentang Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Kota
Cilegon, tahun 2012 (skripsi). Hasil penelitian menunjukkan evaluasi
program sertifikasi guru di Kota Cilegon berhasil, karena t hitung lebih besar
dari pada t tabel (13,66 > 1,289) dan menunjukkan evaluasi program
sertifikasi guru di Kota Cilegon sudah mencapai angka 78% dari angka
minimal 70% yang diharapkan. Dalam hal tersebut kondisi administratif,
judisial dan politik sudah berjalan cukup baik. Sehingga peneliti
memberikan saran agar pemerintah memberikan beasiswa jenjang S-1 atau
D-IV kepada guru berkinerja baik, meskor kinerja guru secara intensif dan
valid, mengkaji ulang portofolio, meningkatkan kualitas, kuantitas serta
memfasilitasi kegiatan pendidikan, pelatihan dan forum ilmiah.31
30
Afidatun Naflah, Evaluasi Kinerja Guru SMP Se-Kecamatan Kota Kendal Pasca
Sertifikasi, https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=30&cad=rja
&uact=8&ved=2ahUKEwiOz4rr3LXhAhXHdCsKHTnPCuU4FBAWMAl6BAgBEAI&url=https%3A%
2F%2Flib.unnes.ac.id%2F31093%2F1%2F1102413113.pdf&usg=AOvVaw3oSNj9WQzCC9-
sPGKPgM_z (diakses pada 4 april 2019 pukul 12.20) 31
Ade Mulyana, Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Kota Cilegon, https://www
.google.com/search?q=evaluasi+program+sertifikasi+guru&safe=strict&ei=xpWlXOPSKs_79QPqwq
eoAw&start=10&sa=N&ved=0ahUKEwjjzZyF2rXhAhXPfX0KHWrhCTUQ8tMDCF4&biw=1366&
bih=654# (diakses pada 4 april 2019 pukul 12.40)
26
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini berfokus kepada evaluasi
program sertifikasi sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah mengevaluasi kinerja guru bersertifikat pendidik.
6. Wara Hapsary Oktriany, berjudul tentang Evaluasi Kinerja Guru
Bersertifikasi di SMP Negeri 3 Salatiga dengan Model Charlotte Danielson,
tahun 2017 (tesis). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa: (1) kinerja guru
bersertifikasi dalam mempersiapkan dan merencanakan pembelajaran
termasuk dalam kategori baik, (2) kinerja guru bersertifikasi dalam
mengelola kelas termasuk dalam kategori baik, (3) kinerja guru
bersertifikasi dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori baik, dan
(4) kinerja guru bersertifikasi dalam tanggung jawab profesionalnya
termasuk dalam kategori cukup baik, karena kurang nya usaha yang
dilakukan guru untuk mengembangkan diri, misalkan saja jarang mengikuti
seminar, workshop, dan lain sebagainya.
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini menggunakan model
Charlotte Danielson sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan model Goal Free.
7. Mufid Rokhman, berjudul tentang Evaluasi Kinerja Guru Pendidikan
Agama Islam SMP Bersertifikat Pendidik pada Subrayon 6 Banyumas,
tahun 2018 (tesis). Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam SMP Bersertifikat Pendidik pada
subrayon 6 Banyumas ada 3 kualifikasi,yaitu amat baik 29,41%, baik
52,94% dan cukup 17,65%. Kinerja GPAI SMP bersertifikat pendidik yang
dievaluasi adalah dalam aspek rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini berfokus pada Guru
Pendidikan Agama Islam SMP sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti berfokus pada Guru SDN.
27
C. Kerangka Berpikir
Guru itu merupakan profesi yang dituntut ahli dalam memberikan
pelayanan pendidikan. Sebagai profesi harus ada bukti tertulis yaitu sertifikat
pendidik. Untuk memperoleh sertifikat pendidik guru harus melalui pendidikan
profesi. Dalam pendidikan profesi guru dididik dan dilatih, mulai dari
administratif guru sampai pengelolaan kelas yang baik dan benar. Masa
pendidikan profesi guru kurang lebih 1 tahun. Setelah selesai melaksanakan
pendidikan profesi dan dikatakan lulus mereka akan mendapatkan sertifikat.
Maka mereka mendapatkan predikat guru profesional.
Tentu saja guru profesional itu berbeda dengan guru yang belum
profesional. Cerminan dari guru profesional dapat dilihat dari pelaksanaan tugas-
tugasnya yang ditandai dengan keahlian baik dari penguasaan materi maupun
metode pengajaran serta bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik profesional
itu wajib melaksanakan tugas mengajar minimal 24 jam dalam 1 minggu. Jika
beban mengajarnya belum mencapai 24 jam maka mendapatkan tugas tambahan
seperti wali kelas, pembina osis, pembina ekstrakurikuler atau tugas tambahan
lainnya.
Dalam perjalanan ke depannya guru bersertifikat pendidik itu tidak dapat
dijamin tentang kualitas kinerjanya. Karena biasanya guru yang telah mengikuti
pendidikan pelatihan hanya diawalnya saja kinerjanya meningkat. Setelah selesai
mengikuti pendidikan profesi mereka akan mengalami perubahan, tetapi jika
tidak ada pengawasan atau tindak lanjut maka guru tersebut akan kembali
menunjukkan kinerja yang tidak baik. Maka perlu adanya evaluasi tentang
kinerja guru bersertifikat pendidik profesional.
28
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Model Goal Free Evaluation
Evaluasi kinerja guru bertujuan untuk mengukur dan mengontrol
prestasi guru apakah sudah sesuai tujuannya. Dalam melaksanakan evaluasi
tersebut harus di analisis secara menyeluruh agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Terdapat tiga aspek dalam melakukan analisis kinerja guru yaitu
analaisis kualitatif, analisis kuantitatif dan analisis dampak. Analisis
kualitatif dilakukan untuk menjelaskan kinerja guru dengan metode
wawancara dan observasi kepada guru yang bersangkutan. Adapun analisis
kuantitatif yaitu mengetahui pengaruh antara kinerja guru terhadap sasaran
kerja pegawai guru SDN melalui metode kuesioner dan didukung dengan
studi dokumen. Sedangkan analisis dampak yaitu mendeskripsikan akibat
atau dampak dari kinerja guru SDN bersertifikat pendidik profesional
dengan tanggung jawabnya dalam keprofesionalannya sebagai guru
bersertifikat pendidik profesional.
Hasil dari ketiga analisis tersebut dijadikan rumusan rekomendasi
dalam upaya meningkatkan atau mengoptimalkan kinerja guru SDN
bersertifikat pendidik profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan.
Kinerja Guru
Analisis
Kualitatif
Analisis
Kuantitatif
Analisis
Dampak
Rekomendasi
29
BAB III
METODOLOGI EVALUASI
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di 27 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dari bulan Maret s/d Oktober 2019
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Waktu
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1. Observasi Pendahuluan
2. Penyusunan Instrumen
Penelitian
3. Penelitian dan
Penyebaran Angket
4. Pengumpulan Data dan
Dokumen
5. Pengolahan data dan
penyusunan laporan
penelitian
6. Munaqosah
B. Pendekatan, Metode dan Model Evaluasi
Pendekatan evaluasi menggunakan pendekatan Goal Free
Evaluation. Model yang digunakan yaitu model evaluasi bebas tujuan
atau Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi dimana
evaluator melakukan evaluasi tanpa mempunyai pengetahuan atau
referensi dari gol dan objektif serta pengaruh yang diharapkan oleh
perancang program.32
sedangkan jenis penelitiannya termasuk jenis
penelitian campuran atau mix method. Metode evaluasi atau metode
penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan
32
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016) h.127
30
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah cara
sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan metode
evaluasi yang digunakan adalah metode penelitian survei. Metode
penelitian biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.33
Metode survei adalah pengumpulan data terhadap sampel. Penelitian
survei sebenarnya tidak selalu diidentik dengan penelitian yang hanya
menggunakan kuesioner (angket) semata-mata akan tetapi dapat juga dilengkapi
dengan menggunakan metode wawancara terstruktur, in-depth interview,
observasi, dan analisis isi.34
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan
yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan
sistematis.35
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan subjek,
variabel, konsep, atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota
populasi untuk mengetahui sifat populasi bersangkutan.36
Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi target adalah seluruh guru SDN
di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang telah memiliki
sertifikat pendidik yang berjumlah 279 guru dan tersebar di 27 SDN.
Sedangkan populasi target terjangkau jumlah guru yang sudah
tersertifikasi sebanyak 72 guru pada Kelompok Kerja Guru (KKG)
Gugus 03 di Kecamatan Ciputat.
33
Suryana, Metodelogi penelitian model praktis penelitian kuantitatif dan kualitatif,
(Bandung:UPI,2010) H.17 34 Erwan dan Dyah, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah
Sosial, (Yogyakarta: Gava Media, 2017) cet.1, h. 59 35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabetis,
2016), h. 2. 36
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012) h. 109
31
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili
keseluruhan anggota populasi yang bersifat representatif.37
Peneliti
pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.
Teknik simple random sampling adalah teknik acak yang paling
dasar. Teknik acak ini seperti orang mengundi lotere atau mengundi
pemenang arisan.38
Sampel dalam penelitian ini adalah 74% dari
populasi sebanyak 54 guru pada Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus
03 di Kecamatan Ciputat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang akan diungkap adalah Evaluasi Kinerja
Guru SDN bersertifikat pendidik profesional yang berada di Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik angket, wawancara, dan studi dokumen.
a) Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijwabnya.39
Dibagikan kepada seluruh guru SDN Se-Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan. Angket tersebut digunakan untuk
mendapatkan data tentang evaluasi kinerja guru SDN bersertifikat pendidik
profesional.
b) Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.40
Wawancara dirancang agar responden
37
Ibid, h. 109 38
Eriyanto, Teknik Sampling: Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007),
h. 73 39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016)
h.142 40
Sugiyono, Metode Penelitian Evaluasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi),
(Bandung: Alfabeta,2018) h.279
32
diberi kesempatan memberikan jawaban lain yang dilakukan untuk
mengetahui manfaat sertifikasi terhadap kinerja Guru SDN Se-Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah teknik
wawancara terstruktur , yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka dari pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya dan tidak
terlalu terpaku atas instrumen yang telah dibuat.
c) Studi Dokumen
Hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika didukung
dengan dokumen tambahan. Dokumen tersebut bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap penelitian kualitatif. Dalam mengumpulkan dokumen harus
cermat agar dokumen yang digunakan benar-benar kredibiltasnya tinggi.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Kinerja Guru
Kinerja guru adalah sesuatu yang dicapai guru dalam
menjalankan tugasnya dalam merencanakan pembelajaran,
keterampilan mengajar, mengolah kelas, meskor peserta didik dan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Variabel kinerja guru
dijaring dengan angket. Berikut kisi – kisi angket kinerja guru pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket Kinerja Guru
No Dimensi Indikator Butir
1. Merencanakan
Pembelajaran
a. Menyusun Program
Tahunan/semester sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Melibatkan kepala sekolah
dalam menyusun program
tahunan/semesteran.
c. Menyusun RPP sesuai
1,2
3,4
5,6
33
dengan kompetensi dasar
(KD)
d. RPP sesuai dengan
prinsip-prinsip yang
berlaku
e. Melibatkan kepala sekolah
dalam menyusun RPP.
f. Terampil dalam
menentukan
media/sumber belajar
7,8
9,10
11,12,13
2. Melaksanakan
Pembelajaran
a. Menguasai materi
pembelajaran dengan baik
b. Memanfaatkan teknologi
yang ada untuk
mendapatkan materi
pembelajaran
c. Menggunakan macam-
macam sumber belajar
d. Terampil menentukan
metode dan model
pembelajaran
e. Menentukan apersepsi
sesuai dengan materi
pembelajaran.
f. Terampil dalam
mengelola kelas
g. Mengatur siswa dalam
kelompok diskusi
h. Mengatur kedisiplinan
siswa di kelas
i. Memberikan tugas sesuai
14,15,16,17,18
19,20
21,22,23
24,25,26
27,28,29
30,31,32
33,34,35,36
37,38,39,40
34
dengan kemampuan siswa
j. Menentukan alokasi
waktu sesuai RPP
41,42
43,44
3. Meskor Hasil
Pembelajaran a. Melaksanakan peskoran
proses belajar
b. Melaksanakan peskoran
hasil belajar
45,46
47,48,49
4. Melaksanakan
bimbingan dan
Tindak lanjut
hasil belajar siswa
a. Menyelenggarakan
kegiatan pengayaan
b. Menyelenggarakan
kegiatan remedial
50,51,52
53,54,55
5. Melaksanakan
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan
a. Mengikuti penguatan
profesi
b. Mengasah diri melalui
berbagai aktifitas
akademik
56,57,58
59,60,61
Dalam penelitian evaluasi ini, opsi kinerja guru memiliki empat alternatif
jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.3
Opsi Peskoran Kinerja Guru
Pilihan Jawaban Skor Pernyataan
Selalu (SL) 4
Sering ( SR ) 3
Pernah (P) 2
Tidak Pernah ( TP ) 1
2. Pedoman Wawancara
35
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara
No. Indikator Pertanyaan
1. Pemanfaat Teknologi Apakah ibu/bapak sering
menggunakan teknologi
atau internet untuk
pembelajaran?
2. Mencari bahan materi pelajaran
di internet dan sumber lainnya
Apakah mencari bahan
materi pelajaran di internet
dapat mempermudah
siswa dan guru?
3. Membaca buku di perpustakaan Apakah bapak/ibu
mengarahkan murid-murid
untuk mencari sumber dari
buku-buku perpus yang
tersedia di sekolah?
4. Memecahkan permasalahan
secara kelompok
Apakah metode
memecahkan masalah
secara kelompok dapat
membantu murid dalam
memecahkan
permasalahannya?
5. Bimbingan ulang dengan metode
dan media berbeda
Apakah bapak/ibu selalu
mengadakan bimbingan
ulang kepada peserta
didik?
6. Mengikuti workshop/seminar Apakah bapak/ibu sering
mengikuti kegiatan
workshop/seminar?
7. Membuat karya ilmiah Apakah bapak/ibu sudah
banyak membuat karya
ilmiah?
3. Studi Dokumen
Tabel 3.5
Daftar Ceklist Dokumen
No. Dokumen Ada Tidak
Ada
Keterangan
1. Sertifikat Pendidik
2. Skor SKP
36
3. Data jumlah guru yang
bersertifikat
4. Status pegawai
5. Ijazah
F. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.41
Instrumen
dikatakan valid apabila telah sesuai dan hendak diukur. Dalam
melakukan validitas instrumen digunakan cara pengujian validitas
konstruksi (construct validity), dimana uji tersebut dapat digunakan
pendapat dari ahli (judgement experts).42
Dalam uji validitas konstruksi
ahli menggunakan orang yang berpengalaman di bidangnya yaitu
koordinator pengawas dan pengawas sekolah dari dinas pendidikan
setempat. Adapun butir-butir yang digunakan dalam penelitian hanya
yang sudah divaliditas oleh para ahli.
G. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
campuran kualitatif dan kuantitatif, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
data, menganalisis data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Teknik
analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung korelasi antara data
angket kinerja guru (variabel x) dan sasaran kinerja produktip atau skor SKP
(variabel y). Statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik yaitu
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), cet. 14, h. 211 42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),
cet. 23, h. 125
37
statistik yang tidak memerlukan persyaratan analisis seperti uji normalitas,
homogenitas, dan linieritas. Adapun rumus statistik yang digunakan yaitu rumus
Kendall’s tau-b.
Menurut Jonathan Sarwono dalam buku Sahid Raharjo, kriteria tingkat
keeratan hubungan (koefision korelasi) antar variabel dalam analisis korelasi
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor koefision korelasi sebesar 0,00 s/d 0,25 artinya hubungan sangat lemah
b. Skor koefision korelasi sebesar 0,26 s/d 0,50 artinya hubungan cukup
c. Skor koefision korelasi sebesar 0,51 s/d 0,75 artinya hubungan kuat
d. Skor koefision korelasi sebesar 0,76 s/d 0,99 artinya hubungan sangat kuat
e. Skor koefision korelasi sebesar 1,00 artinya hubungan sempurna43
Adapun teknik analisis data secara kualitatif disajikan dalam bentuk
tabulasi atau tabel disertai dengan deskripsi untuk membuatnya lebih mudah
dipahami. Keabsahan data dalam penelitian ini didapatkan melalui teknik
triangulasi, yaitu melalui sumber data maupun metode pengumpulan data.44
Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan Nilai Harapan(NH), skor ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
b) Menghitung skor skor (NS), skor ini merupakan skor rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian.
c) Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus.
Dalam mendeskripsikan hasil penelitian melalui analisis kualitatif ada
beberapa kategori yang harus dicapai, sebagai berikut:
Kategori angket secara deskriptip:
1. Sangat Baik = 85 – 100
43
Sahid Raharjo, Analisis Korelasi, Non Prametrik, 2019,
(https://www.spssindonesia.com/2019/01/cara-uji-korelasi-kendalls-dengan-spss.html). Diakses pada
tanggal 10 oktober 2019 jam 06.56. 44
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 330-331.
38
2. Baik = 75 – 84
3. Cukup = 65 – 74
4. Kurang = < 64
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data yaitu menggunakan
lebih dari satu sumber (kepala sekolah, pengawas dan guru SD Negeri Se-
Kecamatan Ciputat). Selain itu juga menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan data yaitu, wawancara dan angket.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif. Model ini ada 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Moleong, “Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.
Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman dalam
Moleong, adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan
strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus
serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
b. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada
waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak
peneliti memfokuskan wilayah penelitian.
c. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja,
keterkaitan kegiatan atau tabel.
Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus
mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di
lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat yang
terjadi.
39
BAB IV
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Guru SDN di Kecamatan Ciputat
Kecamatan Ciputat merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
wilayah Kota Tangerang Selatan yang menjadi pusat pemerintahan Kota
Tangerang Selatan. Luas Kecamatan Ciputat adalah 3.626 Ha, tidak hanya
luas dan menjadi pusat pemerintahan ternyata di Ciputat terdapat satuan
pendidikan atau sekolah yang cukup banyak. Sekolah Dasar Negeri (SDN)
yang terdapat di Kecamatan Ciputat yaitu 27 sekolah. Sedangkan jumlah
Guru SDN yang terdapat di Ciputat yaitu 805. jumlah guru tersebut tidak
semuanya ASN (Aparatur Sipil Negara) tetapi ada yang masih berstatus
GTT/honorer. Guru berstatus ASN bersertifikat berjumlah 279, lalu guru
ASN Non-Sertifikat berjumlah 339, sedangkan guru yang belum berstatus
ASN atau disebut GTT/honorer yaitu 187.
Dari sekian jumlah guru yang terdapat di Kecamatan Ciputat ternyata
guru ASN yang sudah bersertifikat berjumlah 279 dapat dikatakan bahwa
guru di Kecamatan Ciputat 40% sudah tersertifikasi. Maka dapat diartikan
guru – guru di Ciputat itu kinerjanya harus lebih bagus ketimbang guru yang
belum tersertifikasi. Karena mereka sudah mendapatkan tunjangan profesi
dengan tunjangan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas atau
kinerjanya.
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian
1. Deskripsi Hasil Angket Per Dimensi
a. Merancang Pembelajaran
Merancang pembelajaran terdapat 6 (enam) indikator yang terdiri dari
menyusun program tahunan/semester, melibatkan kepala sekolah, menyusun
RPP, RPP sesuai prinsip – prinsip, melibatkan kepala sekolah dalam RPP,
dan terampil dalam menentukan media. Dari 6 indikator tersebut maka
dapatlah 13 butir pertanyaan mengenai merancang pembelajaran.
40
Berikut ini adalah deskripsi indikator-indikator dari dimensi
merancang pembelajaran, antara lain:
1) Menyusun program tahunan/semester
Tabel 4.1
Menyusun Program Tahunan/Semester
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menyusun
program
tahunan/semester
sesuai ketentuan
yang berlaku
370
2 x 4 = 8
370 : 54
= 6,85
6,85x 100% =
85,62%
8
Sangat
Baik
2. Kesulitan dalam
menyusun
program
tahunan/semester
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru pada umumnya
sudah menyusun program tahunan/semester. Dalam menyusun program
tahunan/semester mereka menyatakan tidak mengalami kesulitan yang
berarti. Berbadasarkan hasil telisik dokumen diketahui bahwa seluruh guru
memang sudah menyusun program tahunan/semester. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa guru secara umum sudah mahir dalam menyusun
program tahunan/semester. Hal ini dikarenakan dalam menyusun program
tahunan/semester formatnya sederhana tidak terlalu rumit dan mudah
dipahami oleh para guru. Memang bagi guru yang sudah lama mengajar,
menyusun program tahunan/semester itu sudah biasa dan tidak
mendapatkan kesulitan. Apalagi mereka adalah sudah belajar di perguruan
tinggi mengenai program tahunan/semester.
41
6) Melibatkan kepala sekolah dalam menyusun program
tahunan/semester
Tabel 4.2
Melibatkan Kepala Sekolah
No.
Indikator
Skor
Nilai
Skor
(NH)
Skor
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Keterlibatan
kepala sekolah
361
2 x 4 =
8
361 : 54
= 6,68
6,68 x 100% =
83,5%
8
Baik 2. Kepala sekolah
memeriksa dan
menandatangani
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan kepala
sekolah dalam menyusun program tahunan/semester sangat aktif. Hal itu dapat
dibuktikan ketika peniliti mewawancara langsung kepada kepala sekolah
ataupun salah satu guru di sekolah tersebut. Keterlibatan kepala sekolah yaitu
dengan mengarahkan langsung para guru dalam menyusun program
tahunan/semester. Kepala sekolah memberikan arahannya melalui kegiatan
diskusi perkelompok ataupun secara individual. Lalu berdasarkan sampel
dokumen tentang program tahunan/semester memang benar kepala sekolah
sudah menandatangani program tahunan/semester yang sudah dibuat para
guru. Dan di dalam program tahunan/semester sudah tertera tanda tangan
antara guru yang bersangkutan dan kepala sekolah.
3) Menyusun RPP Sesuai Kompetensi Dasar
Tabel 4.3
Menyusun RPP Sesuai Kompetensi Dasar
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Skor
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menyusun sendiri
RPP
352
2 x 4 =
8
352 :
54 =
6,51
6,51 x 100%
=81,37%
8
Baik 2. Mempertimbangkan
kemampuan peserta
didik
42
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru secara umum sudah
menyusun RPP sendiri. Bukan berarti dalam menyusun RPP guru dibiarkan
sendiri begitu saja. Tetapi masih didalam pengawasan kepala sekolah. RPP
yang disusun pun mempertimbangkan kemampuan peserta didik yang
diajarkannya. Selain itu berdasarkan telisik dokumen yang dilakukan sebagai
bukti untuk memperkuat pengakuannya memang guru menyusun sendiri RPP
yang akan diajarkannya. Guru dalam menyusun RPP dinyatakan hampir
semuanya menyusun dikarenakan RPP isinya hanya itu – itu saja dan
sekarang mudah diakses secara umum melalui internet tinggal mengubah
sedikit isi RPP tersebut dan secara keseluruhan, RPP yang telah dibuat oleh
guru-guru tersebut sudah sesuai dengan kompetensi dasar (KD).
4) RPP Sesuai Prinsip-Prinsip yang Berlaku
Tabel 4.4
RPP Sesuai Prinsip-Prinsip yang Berlaku
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Skor
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menyusun RPP
sesuai ketentuan
berlaku
366
2 x 4 =
8
366 : 54
= 6,77
6,77 x 100% =
84,62%
8
Baik 2. Menyusun RPP
dengan baik dan
benar
Dari data tabel tersebut menunjukkan bahwa guru pada umumnya
selalu menyusun RPP sesuai ketentuan yang berlaku. Ketika ditanyakan bukti
dokumen RPP dan ditelisik dokumennya memang benar RPP yang sudah
disusun oleh para guru sudah sesuai ketentuan atau prinsip yang berlaku. Hasil
dari RPP yang telah disusun pun sudah baik dan benar. Pengakuan para guru
dalam menyusun RPP sangat terbantu atas arahan dan bimbingan dari kepala
sekolah dan para pengawas. Pihak dinas pendidikan Kota Tangerang Selatan
terkadang mengadakan sosialisasi atau workshop terkait penyusunan RPP.
Jadi, guru dalam menyusun RPP tidak mengalami kesulitan yang signifikan.
43
5) Keterlibatan Kepala Sekolah dalam RPP
Tabel 4.5
Keterlibatan Kepala Sekolah dalam RPP
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Skor
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memberikan
bimbingan dan
arahan
366
2 x 4 =
8
366 : 54
= 6,77
6,77 x 100% =
84,62%
8
Baik 2. Memeriksa dan
menandatangani
RPP
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan kepala
sekolah membantu guru dalam merancang pembelajaran sangat nyata.
Meskipun tidak menutup kemungkinan ada sebagian kepala sekolah yang agak
cuek atau kurang memerhatikan guru. Hal tersebut didapat berdasarkan
wawancara ke beberapa guru terkait keterlibatan kepala sekolah. Ada sebagian
guru menyatakan bahwa kepala sekolah tidak hanya mengesahkan RPP yang
sudah dibuat, tetapi kepala sekolah juga terlibat langsung dalam menyusun
RPP. Seperti memberikan bimbingan dan arahan kepada setiap guru yang
menghadapi kesulitan ketika menyusun sebuah RPP. Ada pula kepala sekolah
yang dirinya kurang memerhatikan gurunya dalam menyusun RPP. Perilaku
tersebut memiliki beberapa anggapan, misalnya kepala sekolah kurang
memahami tata cara menyusun RPP yang baik dan benar. Akibatnya kepala
sekolah hanya menandatangani saja tanpa melakukan bimbingan, arahan
ataupun memeriksa terlebih dahulu.
44
6) Terampil menentukan media
Tabel 4.6
Terampil Menentukan Media
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menentukan
media/sumber
belajar sesuai
mata pelajaran.
543
3 x 4 =
12
543 : 54
= 10,05
10,05 x 100% =
83,75%
12
Baik
2. Menggunakan
media/sumber
bervariasi
3. Media/sumber
belajar sesuai
karakteristik
peserta didik
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa guru sudah
terampil dalam menentukan media yang akan digunakan. Tidak hanya
menentukan tetapi gurupun mahir dalam menggunakan media belajar yang
bervariasi. Dalam hal ini media yang bervariasi akan membuat peserta didik
nyaman dalam belajar. Lalu media yang digunakan guru sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Hasil analisis wawancara langsung kepada guru
mereka mengaku media belajar itu sangat penting demi menunjang proses
pembelajaran. Kalau saja dalam belajar tidak menggunakan media yang
bervaria atau menarik maka para peserta didik sulit memahami atau gampang
merasa bosan. Namun disisi lain jika guru yang sudah berusia lanjut akan
mengalami kesulitan dalam menentukan media, apalagi menggunakannya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru SDN di Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam keterampilan menentukan media masih jarang
menggunakannya.
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 54 guru yang
sudah memiliki sertifikat pendidik terdiri dari 6 Pernyataan pada dimensi
merancang pembelajaran yaitu:
45
Tabel 4.7
Rekapitulasi Rerata Skor Merancang Pembelajaran
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menyusun
program
tahunan/semester
370 2 x 4 = 8 370 : 54
= 6,85
6,85x 100% =
85,62%
8
Sangat
Baik
2. Melibatkan
kepala sekolah
361 2 x 4 = 8 361 : 54
= 6,68
6,68 x 100% =
83,5%
8
Baik
3. Menyusun RPP 352 2 x 4 = 8 352 : 54
= 6,51
6,51 x 100% =
81,37%
8
Baik
4. RPP sesuai
prinsip-prinsip
366 2 x 4 = 8 366 : 54
= 6,77
6,77 x 100% =
84,62%
8
Baik
5. Melibatkan
kepala sekolah
dalam RPP
355 2 x 4 = 8 355 : 54
= 6,57
6,57 x 100% =
82,12%
8
Baik
6. Terampil
menentukan
media
543 3 x 4 =
12
543 : 54
= 10,05
10,05 x 100% =
83,75%
12
Baik
b. Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran terdapat 10 (sepuluh) indikator yang
terdiri dari menguasai materi, memanfaatkan teknologi, menggunakan
sumber-sumber belajar, terampil menentukan metode dan model
pembelajaran, menentukan apersepsi, terampil mengelola kelas, mengatur
keloompok diskusi siswa, mengatur kedisiplinan siswa di kelas, memberikan
tugas sesuai kemampuan siswa dan alokasi waktu sesuai RPP. Dari 10
indikator tersebut maka dapatlah 31 butir pertanyaan mengenai pelaksanaan
pembelajaran.
Berikut ini adalah deskripsi indikator-indikator dari dimensi
melaksanakan pembelajaran, antara lain:
46
1) Menguasai Materi Pembelajaran
Tabel 4.8
Menguasai Materi Pembelajaran
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Materi pelajaran
sesuai RPP
918
5 x 4 =
20
918 : 54
= 17
17 x 100% = 85%
20
Sangat
Baik
2. Menguasai
setiap materi
pelajaran yang
diampu
3. Mampu
menjelaskan
materi pelajaran
dengan baik
4. Menyelesaikan
permasalahan
siswa pada
materi
pembelajaran
5. Mampu
menjawab
pertanyaan
setiap siswa
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru secara umum
sangat baik dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil
observasi langsung ke lapangan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Observasi meliputi pernyataan tabel di atas memang benar guru sudah mampu
dalam segi menjelaskan mata pelajaran, menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi siswa ataupun mampu menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan
siswa kepada guru bersangkutan. Meskipun observasi yang dilakukan tidak
seluruh guru yang menjadi responden. Namun, sudah mencakup seluruhnya
47
bahwa guru sangat baik dalam menguasai materi pembelajaran dan materi
pembelajarannya pun sesuai dengan RPP yang mereka susun.
7) Memanfaatkan Teknologi
Tabel 4.9
Memanfaatkan Teknologi
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memanfaatkan
teknologi sesuai
materi yang
diajarkan
328
2 x 4 = 8
328 : 54
= 6,07
6,07 x 100% =
75,87%
8
Baik
2. Menggunakan
internet untuk
memperluas
wawasan dan
gagasan
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa guru dalam
memanfaatkan teknologi dapat dikatakan baik. Hal tersebut didapat dari hasil
pengakuan guru yang bersangkutan. Namun, tidak semua guru yang
menyatakan bahwa setiap melaksanakan pembelajaran itu memanfaatkan atau
menggunakan teknologi. Karena materi pelajaran yang diajarkan tidak selalu
berkesinambungan dengan penggunaan teknologi. Sebagian mereka mengaku
menggunakan teknologi saat pembelajaran agak sedikit rumit, meskipun itu
merupakan tuntutan dalam proses pembelajaran.
Pernyataan terkait menggunakan internet diakuin sangat bermanfaat
bagi guru. Dengan menggunakan internet para guru merasakan dampak yang
nyata seperti memperluas wawasan dan gagasan yang mereka miliki.
48
3) Menggunakan Sumber Belajar
Tabel 4.10
Menggunakan Sumber Belajar
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menggunakan
buku yang
relevan.
532
3 x 4 =
12
532 : 54
= 9,85
9,85 x 100% =
82,08%
12
Baik
2. Mencari materi
tambahan dari
sumber lainnya.
3. Menyarankan
peserta didik
mencari bahan
materi pelajaran
melalui internet
dan sumber
lainnya.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru sudah baik
dalam menggunakan sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi di lapangan
bahwa guru tidak hanya menggunakan buku paket yang disediakan oleh pihak
dinas pendidikan setempat. Namun, guru menggunakan buku-buku yang dari
sumber lain yang relevan dengan materi yang diajarkan. Ketika di wawancara
mengenai sumber belajar mereka mengaku sangat perlu mencari dan
menggunakan buku lainnya. Karena buku yang disediakan oleh pihak dinas
terkadang terbatas dalam pembahasannya. Hal tersebut membuat guru
berinisiatif untuk mencari materi tambahan dengan menggunakan buku atau
sumber lainnya yang relevan.
Demi meningkatkan hasil pembelajaran guru tidak hanya mencari
sendiri materi dari sumber lain. Mereka menyarankan kepada para peserta
didik untuk dapat mencari bahan materi pelajaran tambahan. Materi tambahan
49
tersebut dapat dicari melalui internet ataupun sumber lain. Dengan demikian
peserta didik dapat mengembangkan materi pelajaran dari buku paket dan
sumber yang mereka cari.
4) Metode dan Model Pembelajaran
Tabel 4.11
Metode dan Model Pembelajaran
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Metode dan
model sesuai
materi
pembelajaran
523
3 x 4 =
12
523 : 54
= 9,68
9,68 x 100% =
80,66%
12
Baik
2. Menggunakan
metode dan
model bervariasi
3. Metode dan
model sesuai
karakteristik
peserta didik
Data pada tabel di atas diketahui bahwa guru dalam kegiatan
pembelajaran sudah baik menggunakan metode dan model pembelajarannya.
Hal ini berdasarkan observasi ketika proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
Metode dan model yang digunakan sudah sesuai dengan materi pembelajaran.
Tidak cuman asal menggunakan metode dan model tetapi mereka
mengeluarkan kreatifitas dan imajinasinya agar metode dan model yang
mereka gunakan bervariasi.
Selain metode dan model pembelajaran yang bervariasi, guru juga
mempertimbangkan karakteristik peserta didik dalam memilih metode dan
model pembelajaran. Dengan demikian para guru bermaksud agar peserta
didik mudah menyerap dan memahami materi pembelajaran yang mereka
sampaikan.
50
5) Menentukan Apersepsi
Tabel 4.12
Menentukan Apersepsi
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Mengaitkan
materi
sebelumnya
dengan materi
yang akan
diajarkan.
572
3 x 4 =
12
572 : 54
= 10,59
10,59 x 100% =
88,25%
12
Sangat
Baik
2. Menyampaikan
garis besar
cakupan materi
sebelum
pelajaran.
3. Menyampaikan
manfaat materi
dalam kehidupan
sehari-hari.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara umum sudah melakukan
apersepsi sebelum pelajaran dimulai. Berdasarkan hasil observasi di lapangan
memang benar guru sebagian besar sudah melakukan apersepsi. Aspek dalam
menentukan apersepsi seperti yang tertera dalam tabel di atas sudah terpenuhi
oleh sebagian guru. Lalu diperdalam lagi mealui wawancara langsung kepada
guru bersangkutan terkait apersepsi. Mereka menyatakan bahwa apersepsi itu
penting sebelum pelajaran dimulai. Karena peserta didik perlu diberikan
pengertian dan pemahaman dasar terlebih dahulu mengenai materi yang akan
diajarkan pada hari itu. Dengan begitu peserta didik akan lebih mudah
memahami.
51
6) Terampil dalam Mengelola Kelas
Tabel 4.13
Terampil dalam Mengelola Kelas
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Mengatur tempat
duduk siswa
agar mudah
bergerak.
523
3 x 4 =
12
523 :
54 =
9,68
9,68 x 100% =
80,00%
12
Baik 2. Mengubah posisi
tempat duduk
agar saling
mengenal dan
mudah
berkomunikasi.
3. Mengatur tempat
duduk agar
mudah
menjangkau
media/alat
pembelajaran.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru secara umum
sudah terampil dalam mengelola kelas. Dalam mengelola kelas guru tidak
mengalami kesulitan yang berarti. Berdasarkan hasil observasi bahwa guru
sudah terampil dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru memiliki beragam macam. Seperti mengatur tempat duduk siswa,
mengubah posisi tempat duduk siswa. Hal tersebut dilakukan demi
tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, dengan
mengatur dan mengubah posisi tempat duduk guru berpendapat supaya para
peserta didik mudah bergerak. Kalau dalam duduk para peserta didik sulit
bergerak maka akan mengganggu konsentrasi belajar.
Tujuan lain mengubah posisi tempat duduk agar peserta didik dapat
berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain. Selain itu jika guru
menggunakan media/alat pembelajaran saat belajar peserta didik mudah
menjangkaunya. Kegiatan mengatur dan mengubah posisi tempat duduk rutin
52
dilakukan oleh guru. Sebagian guru menerapkan pertukaran tempat bangku
beberapa hari dan ada juga yang seminggu sekali.
7) Mengatur Kelompok Diskusi Siswa
Tabel 4.14
Mengatur Kelompok Diskusi Siswa
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Membuat
kelompok
diskusi secara
adil dan merata.
727
4 x 4 =
16
727 : 54
= 13,46
13,46 x 100% =
84,12%
16
Baik
2. Membuat
kelompok
diskusi
seimbang antara
laki-laki dan
perempuan.
3. Membuat
kelompok
diskusi sesuai
kemampuan
yang seimbang.
4. Memastikan
setiap anak
dapat
bekerjasama
dalam
kelompok.
Data pada tabel tersebut diketahui bahwa guru secara umum sudah
baik dalam mengatur kelompok diskusi siswa. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan memang sebagian besar guru mengatur kelompok diskusi siswa.
Dalam mengatur kelompok diskusi siswa guru membuat kelompok diskusi
secara adil dan merata. Guna tidak ada siswa yang terkucilkan. Pembagian
kelompok antara laki-laki dan perempuan harus seimbang antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Tidak hanya seimbang antara laki-laki
dan perumpuan, tetapi pembagian kelompok juga mempertimbangkan
53
kamampuan yang seimbang. Kalau tidak seimbang maka kegiatan diskusi
kelompok tidak akan berjalan dengan efektif.
Selain membuat kelompok diskusi secara adil, merata dan seimbang
antara satu kelompok dengan satu kelompok lainnya. Guru juga memastikan
bahwa setiap siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya. Supaya tidak ada
siswa yang hanya memanfaatkan temannya dalam ngerjakan tugas kelompok.
Sedangkan dia hanya asik bercanda tanpa membantu mengerjakan tugas
kelompok.
8) Mengatur Kedisiplinan Siswa Di Kelas
Tabel 4.15
Mengatur Kedisiplinan Siswa Di Kelas
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memeriksa
kerapihan siswa
sebelum masuk
kelas.
782
4 x 4 =
16
782 : 54
=
14,48
14,48 x 100% = 90%
16
Sangat
Baik
2. Mengingatkan
siswa
membuang
sampah pada
tempatnya.
3. Menegur siswa
yang tidak taat
aturan.
4. Membuat jadwal
piket rutin.
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru sangat baik dalam
mengatur kedisiplinan siswa di kelas. Dalam mengatur kedisiplinan siswa di
kelas mereka merasa tidak terlalu sulit. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa guru sudah sangat baik dalam mengatur
kedisiplinan siswa di kelas. Maka dapat ditarik kesimpulan guru secara umum
54
mengatur kedisiplinan siswa. Mengatur disiplin siswa seperti memeriksa
kerapihan, mengingatkan siswa agar membuang sampah pada tempatnya, jika
mendapati siswa yang tidak taat aturan maka guru memberikan teguran
kepada siswa yang bersangkutan. Selain itu demi menjaga kebersihan dan
disiplin yang nyata guru membuat jadwal rutin piket siswa. Dengan diadakan
jadwal piket guru berharap rasa disiplin siswa semakin tinggi terhadap
menjaga kebersihan.
9) Memberikan Tugas Sesuai Dengan Kemampuan Siswa
Tabel 4.16
Memberikan Tugas Sesuai Dengan Kemampuan Siswa
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memberikan tugas
dengan
mempertimbangkan
kemampuan
karakteristik siswa.
370
2 x 4 : 8
370 :
54 =
6,85
6,85 x 100% = 85%
8
Sangat
Baik
2. Membuat tugas
sesuai materi
pelajaran.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru pada umumnya
sudah memberikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam
memberikan tugas kepada siswa guru selalu mempertimbangkan kemampuan
karakteristik siswa dan tugasnya pun sesuai dengan materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa guru secara umum memang
sudah memberikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan
karena memberikan tugas itu sudah menjadi rutinitas dalam proses
pembelajaran. Selain menjadi rutinitas pemberian tugas berfungsi agar peserta
didik lebih terasah lagi dalam belajarnya. Tugas yang diberikan terkadang
berupa tugas individual atau tugas kelompok.
55
10) Menentukan Alokasi Waktu Sesuai RPP
Tabel 4.17
Menentukan Alokasi Waktu Sesuai RPP
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menentukan
alokasi waktu
sesuai RPP
381
2 x 4 : 8
381 :54
= 7,05
7,05 x 100% =
88,12%
8
Sangat
Baik
2. Masuk dan keluar
kelas tepat waktu
Data pada tabel tersebut diketahui bahwa pada umumnya guru
sudah menentukan alokasi waktu sesuai RPP yang sudah disusun. Dalam
menentukan alokasi waktu guru tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa seluruh
guru sudah menentukan alokasi waktu sesuai RPP. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa menentukan alokasi waktu itu hanya implementasi dari isi RPP yang
sudah mereka susun dan guru hanya melaksanakan saja. Masuk dan keluar
kelas pada jam pembelajaran tepat waktu merupakan alokasi waktu. Guru
umumnya selalu tepat waktu dalam hal tersebut.
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 54 guru yang
sudah memiliki sertifikat pendidik terdiri dari 10 indikator pada dimensi
melaksanakan pembelajaran yaitu:
56
Tabel 4.18
Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Pembelajaran
No.
Indikator
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menguasai
materi
918 5 x 4 =
20
918 :
54 =
17
17 x 100% = 85%
20
Sangat
Baik
2. Memanfaatkan
Teknologi
328 2 x 4 = 8 328 :
54 =
6,07
6,07 x 100% = 75,87%
8
Baik
3. Menggunakan
sumber belajar
532 3 x 4 =
12
532 :
54 =
9,85
9,85 x 100% = 82,08%
12
Baik
4. Metode dan
model
pembelajaran
523 3 x 4 =
12
523 :
54 =
9,68
9,68 x 100% = 80,66%
12
Baik
5. Apersepsi 572 3 x 4 =
12
572 :
54 =
10,59
10,59 x 100% = 88,25%
12
Sangat
Baik
6. Terampil dalam
mengelola kelas
523 3 x 4 =
12
523 :
54 =
9,68
9,68 x 100% = 80,00%
12
Baik
7. Mengatur
kelompok
diskusi siswa
727 4 x 4 =
16
727 :
54 =
13,46
13,46 x 100% = 84,12%
16
Baik
8. Mengatur
kedisiplinan
siswa di kelas
782 4 x 4 =
16
782 :
54 =
14,48
14,48 x 100% = 90%%
16
Sangat
Baik
9 Memberikan
tugas sesuai
dengan
kemampuan
siswa
370 2 x 4 : 8 370 :
54 =
6,85 x 100% = 85%%
8
Sangat
Baik
10. Menentukan
alokasi waktu
sesuai RPP
381 2 x 4 : 8 381 :
54
70 x 100% = 85%%
8
Sangat
Baik
57
c. Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran terdapat 2 (dua) indikator yang terdiri dari
penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Dari 2 indikator tersebut
maka terdapatlah 5 butir pertanyaan mengenai penilaian hasil pembelajaran.
Berikut ini adalah deskripsi indikator-indikator dari dimensi
penilaian hasil pembelajaran, antara lain:
1). Penilaian Proses Belajar
Tabel 4.19
Penilaian Proses Belajar
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memberikan
soal pretest
untuk menilai
pengetahuan.
370
2 x 4 : 8
370 : 54
= 6,85
6,85 x 100% = 85%
8
Sangat
Baik
2. Melakuakan
penilaian
keterampilan.
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru pada umumnya
sudah melakukan penilaian proses belajar. Dalam menilai proses belajar
memiliki 2 aspek yang harus di lakukan yaitu memberikan soal pretest guna
menilai pengetahuan dan melakukan penilaian keterampilan. Berdasarkan
hasil telisik dokumen bahwa benar guru umumnya sudah melakukan penilaian
proses belajar. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian proses belajar. Hal ini dikarenakan
dalam melakukan penilaian belajar formatnya sederhana tidak rumit. Bagi
guru yang sudah lama mengajar menilai belajar itu sudah biasa.
58
2) Penilaian Hasil Belajar
Tabel 4.20
Penilaian Hasil Belajar
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Penilaian sikap
siswa untuk
mengetahui hasil
belajar.
560
3 x 4 =
12
560 : 54
= 10,37
10,37 x 100% =
86,41%
12
Sangat
Baik 2. Menentukan
metode
penilaian sesuai
rambu-rambu
yang berlaku.
3. Menggunakan
hasil penilaian
untuk
pertimbangan
tindak lanjut.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa guru pada umumnya
sudah melakukan penilaian hasil belajar. Dalam menilai hasil belajar memiliki
3 aspek yang harus di lakukan yaitu penilaian sikap siswa untuk mengetahui
hasil belajar, menentukan metode penilaian sesuai rambu-rambu yang berlaku
dan menggunakan hasil penilaian untuk pertimbangan tindak lanjut.
Berdasarkan hasil telisik dokumen bahwa benar guru umumnya sudah
melakukan penilaian hasil belajar. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian hasil belajar. Hal ini
dikarenakan dalam melakukan penilaian belajar formatnya sederhana tidak
rumit. Bagi guru yang sudah lama mengajar menilai belajar itu sudah biasa.
59
Dalam melakukan penilaian hasil belaajar maka hasil dari penilaian
tersebut akan dijadikan sebagai pertimbangan tindak lanjut. Kegiatan tindak
lanjut yang dimaksud seperti kegiatan remedial, pengayaan atau yang lainnya.
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 54 guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik terdiri dari 2 indikator pada dimensi menilai hasil
pembelajaran, yaitu:
Tabel 4.21
Rekapitulasi Rerata Skor Menilai Hasil Pembelajaran
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Penilaian Proses
Belajar
344 2 x 4 = 8 344 : 54
= 6,37
6,37 x 100% =
79,62%
8
Baik
2. Penilaian Hasil
Belajar
560 3 x 4 =
12
560 : 54
= 10,37
10,37 x 100% =
86,41%
12
Sangat
Baik
d. Melaksanakan Bimbingan dan Tindak Lanjut Hasil Belajar
Melaksanakan bimbingan dan tindak lanjut terdapat 2 (dua) indikator
yang terdiri dari menyelenggarakan kegiatan pengayaan dan
menyelenggarakan kegiatan remedial. Dari 2 indikator tersebut maka
terdapatlah 6 butir pertanyaan mengenai penilaian hasil pembelajaran.
Berikut ini adalah deskripsi indikator-indikator dari dimensi
bimbingan dan tindak lanjut hasil belajar, antara lain:
60
1) Menyelenggarakan Kegiatan Pengayaan
Tabel 4.22
Menyelenggarakan Kegiatan Pengayaan
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Meminta siswa
membaca buku
di perpustakaan.
466
3 x 4 =
12
466 : 54
= 8,62
8,62 x 100% =
71.91%
12
Cukup
2. Memberikan
tugas untuk
memecahkan
permasalahan
secara kelompok
sesuai bahasan.
3. Memberikan
tugas pengayaan
sesuai
karakteristik
siswa.
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru pada umumnya
cukup dalam menyelenggarakan kegiatan pengayaan. Dalam
menyelenggarakan kegiatan pengayaan guru sudah cukup. Namun sebagian
guru ada yang masih jarang melakukannya. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor seperti kurangnya waktu untuk mengadakan pengayaan, terlalu
padetnya jam pelajaran atau sulitnya siswa untuk diberikan pengayaan.
Berdasarkan hasil observasi dan telisik dokumen dapat diketahui memang
benar dalam hal kegiatan pengayaan masih sebagian guru belum maksimal
melakukan pengayaan. Pengakuan dari guru aspek pengayaan yang jarang
dilakukan yaitu meminta siswa untuk membaca buku di perpustakan. Karena
kondisi perpustakaan yang masih kurang dalam segi ruangan ataupun koleksi
61
buku bacaannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan
kegiatan pengayaan sudah dilakukan namun belum begitu optimal hasilnya.
2) Menyelenggarakan Kegiatan Remedial
Tabel 4.23
Menyelenggarakan Kegiatan Remedial
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Memberikan
tugas tambahan
secara kelompok
bagi siswa yang
belum
memenuhi
standar KKM.
492
3 x 4 =
12
492 : 54
= 9.11
9.11 x 100% =
75,92%
12
Baik
2. Memberikan
bimbingan ulang
dengan metode
dan media yang
berbeda.
3. Memberikan
bimbingan
intensif secara
individu kepada
siswa yang
belum
memenuhi
standar KKM.
Data pada tabel tersebut diketahui bahwa guru pada umumnya
sudah menyelenggarakan kegiatan remedial secara baik. Dalam
menyelenggarakan kegiatan remedial mereka menyatakan bahwa sudah
dijalan semua. Namun ada aspek yang jarang dilakukan yaitu memberikan
bimbingan ulang dengan metode dan media yang berbeda. Hal ini
dikarenakan mereka masih bingung dalam menjalankannya. Sedangkan yang
62
melakukan remedial tidak semuanya, hanya beberapa saja. Berdasarkan hasil
observasi dan telisik dokumen memang benar mereka mengaku dalam
memberikan bimbingan ulang dengan metode dan media yang berbeda masih
jarang. Tetapi aspek yang lainnya seperti memberikan tugas tambahan secara
individu ataupun kelompok bagi siswa yang belum memenuhi standar KKM
selalu mereka lakukan.
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 54 guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik terdiri dari 2 indikator pada dimensi melaksanakan
bimbingan dan tindak lanjut hasil belajar yaitu:
Tabel 4.24
Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Bimbingan Dan Tindak
Lanjut Hasil Belajar
No.
Indikator
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Menyelenggarakan
Kegiatan Pengayaan
466 3 x 4 =
12
466 :
54 = 8,62
8,62 x 100% =
71.91% 12
Cukup
2. Menyelenggarakan
Kegiatan
Remedial
492 3 x 4 =
12
492 :
54 =
9.11
9.11 x 100% =
75,92%
12
Baik
e. Melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan terdapat 2
(dua) indikator yang terdiri dari mengikuti penguatan profesi dan mengasah
diri melalui bidang akademik. Dari 2 indikator tersebut maka terdapatlah 6
butir pertanyaan mengenai penilaian hasil pembelajaran.
Berikut ini adalah deskripsi indikator-indikator dari dimensi
melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan, antara lain:
63
1) Penguatan Profesi
Tabel 4.25
Penguatan Profesi
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Mengikuti
workshop/seminar
keprofesiaan guru
538
3 x 4 =
12
538 : 54
= 9,96
9,96 x 100% =
83,02%
12
Baik
2. Bersedia
mengikuti
pendidikan
profesi guru.
3. Mengikuti
pelatihan dan
pembinaan secara
berkelanjutan.
Data pada tebel tersebut menunjukkan bahwa guru pada umumnya
sudah mengikuti penguatan profesi secara baik. Hasil wawancara dan telisik
dokumen diketahui bahwa seluruh guru memang sudah mengikuti penguatan
profesi. Namun ada sebagian guru mengaku dalam aspek mengikuti
workshop/seminar keprofesian mereka mengalami kendala. Karena kegiatan
workshop/seminar itu jarang sekali diadakan oleh pemerintah setempat.
Selain jarang diadakan keterbatasan peserta dalam kegiatan
workshop/seminar pun mereka keluhkan. Sedangkan kegiatan
workshop/seminar sangat penting demi memperluas wawasan dan menunjang
penguatan keprofesian mereka.
64
Dibalik kendala tersebut mereka selalu mengikuti dalam pelatihan
dan pembinaan secara berkelanjutan. Agar potensi dan kompetensi yang
dimiliki akan terus berkembang. Mereka berpendapat selalu bersedia jika
diperintahkan untuk mengikuti pendidikan profesi guru yang diadakan oleh
pemerintah setempat atau instansi dan lembaga terkait. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa guru secara umum sudah baik dalam penguatan profesi
seperti mengikuti pelatihan dan pembinaan secara berkelanjutan. Tidak bisa
dipungkiri dalam aspek workshop/seminar mereka masih merasa kurang
karena keterbatasan tersebut.
2) Mengasah Diri dalam Akademik
Tabel 4.26
Mengasah Diri dalam Akademik
No.
Pernyataan
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Membuat karya
ilmiah sendiri.
491
3 x 4 =
12
491 : 54
= 9.09
9.02 x 100% =
75,77%
12
Baik
2. Belajar untuk
mengembangkan
keilmuan yang
dimiliki.
3. Tidak malu untuk
belajar kepada
teman sejawat
yang lebih senior.
Data pada tabel di atas diketahui bahwa guru secara umum sudah
mengasah diri dalam akademik. Hal itu dapat diketahui ketika peneliti
mengadakan wawancara dan telisik dokumen kepada guru bersangkutan.
Mengasah diri dalam akademik yang dilakukan para guru yaitu membuat
karya ilmiah, belajar untuk mengembangkan keilmuan yang dimiliki dan
tidak merasa malu untuk belajar kepada teman sejawat yang lebih senior.
Mereka mengaku sudah melakukan secara baik. Namun dalam membuat
karya ilmiah sendiri mereka masih terkendala dan kesulitan. Hal ini
65
disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih minimnya pengetahuan dan
wawasan terkait cara membuat karya ilmiah yang baik dan benar. Adapun
beberapa guru yang sudah pernah membuat karya ilmiah tetapi belum
berhasil lolos.
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru secara
umumnya sudah baik dalam mengasah diri dalam akademik. Namun masih
ada kendala dan kesulitan yang dihadapi mereka. Kendala dan kesulitan yang
dihadapi terutama dalam aspek pembuatan karya ilmiah. Tetapi mereka tetap
semangat untuk terus berjuang dan belajar kepada teman sejawat yang lebih
senior tanpa harus merasakan malu. Itu semua demi mengasah diri dalam
akademik yang mereka miliki.
Brikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 54 guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik terdiri dari 2 indikator pada dimensi melaksanakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yaitu:
Tabel 4.27
Rekapitulasi Rerata Skor Melaksanakan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
No.
Indikator
Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
Kategori
Skor
1. Penguatan
Profesi
538 3 x 4 =
12
538 : 54
= 9,96
9,96 x 100% =
83,02%
12
Baik
2. Mengasah Diri
dalam
Akademik
491 3 x 4 =
12
491 : 54
= 9.09
9.02 x 100% =
75,77%
12
Baik
Di bawah ini data tabel hasil rekapitulasi deskripsi analisis hasil angket di
atas mengenai 5 dimensi yang terdiri dari merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, bimbingan dan tindak
lanjut dan pengembangan keprofesian berkelanjutan, antara lain:
66
Tabel 4.28
Rekapitulasi Deskripsi Analisis Hasil Angket
No. Dimensi Skor
Angket
Kategori
1. Merencanakan pembelajaran 83,58 Baik
2. Melaksanakan pembelajaran 84,88 Baik
3. Meskor pembelajaran 83,70 Baik
4. Bimbingan dan tindak lanjut 73,91 Cukup
5. Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
79,39 Baik
2. Deskripsi Hasil Wawancara
Terdapat tujuh pertanyaan wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
guru, berikut ini adalah deskripsi jawaban dari hasil wawancara tersebut, antara
lain:
a. Penggunaan teknologi atau internet untuk pembelajaran
Informan 1:“Sangat jarang menggunakan media internet untuk kebutuhan
pembelajaran, karena kondisi anak SD belum begitu memahami
dengan penggunaannya.”
Informan 2:“Belum menggunakan teknologi lain terutama internet dikarenakan
belum begitu membutuhkannya dalam pembelajaran saat ini.”
Informan 3:“Pernah menggunakan media internet untuk membantu mencari
sumber dalam pembelajaran, namun hanya beberapa kali. Jadi,
sangat jarang.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan internet dan teknologi masih jarang digunakan oleh guru-guru dalam
pengajaran dan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
karena belum sesuai dengan kemampuan peserta didik SD, kondisi anak SD
belum begitu memahami dengan penggunaan internet, begitu pula dengan kondisi
guru-guru, tidak semua guru memahami cara penggunaan internet. Selain itu,
penggunaan internet dikarenakan belum begitu membutuhkannya dalam
pembelajaran saat ini.
b. Mencari bahan materi pelajaran di internet dapat mempermudah
siswa dan guru.
67
Informan 1:“Belum pernah menggunakan internet untuk pembelajaran, jadi
belum bisa menyatakan bisa mempermudah atau tidak.”
Informan 2:“Tidak semua peserta didik sudah memahami bagaimana cara
menggunakan internet, jadi belum bisa menjadikan internet sebagai
media pembelajaran.”
Informan 3:“Narasumber ketiga menyampaikan bahwa masih minimnya akses
jaringan internet, pembelajaran pun mendapatkan kesulitan jika para
peserta didik mencari bahan materi sendiri.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa mencari
bahan materi pelajaran di internet belum bisa dinyatakan dapat mempermudah
siswa dan guru, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: terdapat
guru-guru yang belum pernah menggunakan internet untuk pembelajaran di
sekolah, tidak semua peserta didik SD yang sudah terbiasa menggunakan internet
atau belum begitu memahami penggunaan internet, begitu pula dengan kondisi
akses jaringan internet, hal ini menyebabkan pembelajaran dengan menggunakan
internet mendapatkan kesulitan.
c. Mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber atau bahan materi
dari buku-buku perpustakaan sekolah.
Informan 1:“Murid-murid jarang sekali mencari bahan materi di perpustakaan
sekolah, karena ketersediaan buku yang kurang mendukung.”
Informan 2:“Kemauan murid tidak besar untuk mencari buku di perpustakaan
sekolah, karena tidak ada buku yang dibutuhkan setiap mereka
mencarinya.”
Informan 3:“Murid-murid masih suka pergi ke perpustakaan sekolah untuk
mencari sumber, namun tidak sering, karena keterbatasan buku dan
waktu yang ada.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa guru-
guru belum maksimal dalam mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber
atau bahan materi dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kurangnya ketersediaan buku di
perpustakaan sekolah sehingga murid menjadi tidak termotivasi untuk mencari
buku di perpustakaan sekolah, walaupun masih ada beberapa murid SD yang pergi
ke perpustakaan sekolah, namun murid-murid masih sering tidak mendapatkan
buku yang dicari.
68
d. Metode memecahkan masalah secara kelompok dapat membantu
murid dalam memecahkan permasalahannya.
Informan 1):“Tidak semua permasalahan dalam tugas bisa diselesaikan secara
kelompok, jadi jika ada permasalahan pada tugas murid, dilihat dulu
permasalahannya untuk dipertimbangkan solusinya.”
Informan 2):“Setiap tugas tidak diharuskan untuk diselesaikan secara kelompok,
karena ada beberapa pertimbangan yang bisa memberi efek buruk
bagi peserta didik lain.”
Informan 3):“Sering memberi tugas untuk diselesaikan secara kelompok, namun
tidak begitu efektif.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
memecahkan masalah secara kelompok belum tentu dapat membantu murid dalam
memecahkan permasalahan tugasnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: permasalahan yang ada selama ini belum tentu dapat diselesaikan
secara kelompok, guru-guru tidak selalu memberi arahan untuk memecahkan
masalah secara kelompok, karena masih bisa dipertimbangkan secara individu
maupun dengan guru.
e. Selalu mengadakan bimbingan ulang kepada peserta didik.
Informan 1):“Sebenarnya bimbingan ulang ini sangat penting, namun belum
maksimal karena keterbatasan waktu yang ada.”
Informan 2):“Sering mengadakan bimbingan ulang, namun tidak begitu
signifikan hasilnya karena waktu yang tidak efektif.”
Informan 3):“Bimbingan ulang itu perlu, karena tidak semua peserta didik sudah
paham dengan materi yang sudah disampaikan, walaupun waktu
terbatas dan harus mengejar target kurikulum, bimbingan ulang tetap
diusahakan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengadakan bimbingan ulang kepada peserta didik tidak selalu dilakukan oleh
guru, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: keterbatasan waktu
untuk mengadakan bimbingan ulang tersebut sehingga tidak begitu signifikan
hasilnya. Walaupun masih sering diusahakan untuk mengadakan bimbingan ulang
kepada peserta didik yang belum paham dengan materi yang dipelajari, namun
berjalan dengan kurang baik karena waktu yang kurang efektif.
f. Sering mengikuti kegiatan workshop/seminar.
Informan 1):“Sangat jarang mengikuti kegiatan workshop, karena jarang sekali
mendapatkan undangan untuk mengikutinya.”
69
Informan 2):“Pernah mengikuti kegiatan workshop, namun sangat jarang, hanya
beberapa kali telah mengikutinya, karena belum mendapat
kesempatan untuk dapat mengikutinya.”
Informan 3):“Jarang sekali mendapatkan info kegiatan workshop dari dinas
Pendidikan maupun dinas terkait lainnya, jadi belum sering
mengkuti kegiatannya.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar guru sangat jarang mengikuti mengikuti kegiatan workshop/seminar, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: sebagian besar guru sangat jarang
mendapatkan undangan yang berisi kegiatan workshop atau seminar, adapun yang
pernah mengikuti namun hanya beberapa kali saja, karena tidak mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti setiap ada undangan yang datang.
g. Apakah bapak/ibu sudah banyak membuat karya ilmiah?
Informan 1):“Belum begitu banyak pengetahuan untuk membuat karya ilmiah
yang bisa diterima, jadi masih dalam tahap proses membuat.”
Informan 2):“Pernah membuat karya ilmiah, namun belum bisa lolos karena
masih banyak kekurangannya.”
Informan 3):“Pembuatan karya ilmiah untuk mengembangkan profesi sebagai
guru itu cukup rumit, jadi masih dalam proses pembuatan belum bisa
menghasilkannya.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan karya ilmiah untuk mengembangkan profesi sebagai guru belum
dinyatakan berjalan baik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
masih minimnya pengetahuan dan wawasan terkait cara embuat karya ilmiah yang
baik dan benar, adapun beberapa guru yang sudah pernah membuat karya ilmiah
tersebut namun belum berhasil lolos. Oleh karena itu, sebagian besar guru
ternyata belum sering menghasilkan karya ilmiah.
3. Deskripsi Skor Angket Rendah dan wawancara
a.Pemanfaatan Teknologi
Dapat diketahui pada butir soal nomor 19 mengenai aspek
memanfaatkan teknologi sesuai materi pembelajaran mendapatkan
sekor rendah yaitu 154, sedangkan skor rata – rata dari seluruh butir
pertanyaan yaitu 210. Dari 61 butir soal angket yang diberikan pada
responden bahwa butir soal nomor 19 mendapatkan sekor dibawah
skor rata – rata butir soal yang lainnya.
70
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam aspek ini tidak semua guru menggunakan
dan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Boleh jadi guru –
guru di Kecamatan Ciputat kurang memahami pentingnya teknologi
dan belum dapat mengoperasikan teknologi yang sudah ada.
Mengakibatkan minimnya penggunaan teknologi saat pembelajaran
di Ciputat. Alasan lain siswa SD dianggap belum akrab dengan
Teknologi.
b. Peserta didik mencari bahan materi pelajaran di internet dan
sumber lainnya
Dapat diketahui pada butir soal nomor 23 mengenai aspek
menyarankan peserta didik mencari bahan materi pelajaran melalui
internet dan sumber lainnya mendapatkan sekor rendah yaitu 157,
sedangkan skor rata – rata dari seluruh butir pertanyaan yaitu 210.
Dari 61 (enam puluh satu) butir soal angket yang diberikan pada
responden bahwa butir soal nomor 23 mendapatkan sekor dibawah
skor rata – rata butir soal yang lainnya.
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam aspek ini berasumsi bahwa tidak semua
peserta didik mampu untuk mencari bahan materinya sendiri.
Apalagi mencari bahan materinya itu melalui internet atau sumber
lainnya. Karena daya tanggap setiap peserta didik berbeda. Boleh
juga minimnya akses jaringan internet setiap peserta didik. Guru
mendapatkan kesulitan jika para peserta didik mencari bahan materi
sendiri melalui internet atau sumber lain.
c. Membaca buku di perpustakaan
Dapat diketahui pada butir soal nomor 50 mengenai aspek
membaca buku di perpustakaan terkait KD, mendapatkan sekor
rendah yaitu 144, sedangkan skor rata – rata dari seluruh butir
pertanyaan yaitu 210. Dari 61 (enam puluh satu) butir soal angket
71
yang diberikan pada responden bahwa butir soal nomor 50
mendapatkan sekor dibawah skor rata – rata butir soal yang lainnya
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam aspek ini memang betul jarang sekali
mengarahkan peserta didik untuk membaca buku di perpustakaan.
Hal tersebut dapat terjadi karena minimnya koleksi buku bacaan
yang ada di perpustakaan sekolah. Keterbatasannya waktu
pembelajaran mengakibatkan jarangnya mereka membaca buku di
perpustakaan.
d. Memecahkan permasalahan secara kelompok
Dapat diketahui pada butir soal nomor 51 mengenai aspek
memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan permasalahan
secara kelompok, mendapatkan sekor rendah yaitu 160, sedangkan
skor rata – rata dari seluruh butir pertanyaan yaitu 210. Dari 61
(enam puluh satu) butir soal angket yang diberikan pada responden
bahwa butir soal nomor 51 mendapatkan sekor dibawah skor rata –
rata butir soal yang lainnya.
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam aspek ini tidak semua guru memberikan
tugas kepada siswa untuk memecahkan permasalahan secara
kelompok. Karena tidak serta merta setiap permasalahan yang terjadi
atau muncul dalam pokok bahasan dapat dibahas secara kelompok.
Bisa juga diselesaikan secara individual.
e. Bimbingan ulang dengan metode dan media yang berbeda
Dapat diketahui pada butir soal nomor 54 mengenai aspek
memberikan bimbingan ulang dengan metode dan media yang
berbeda mendapatkan sekor rendah yaitu 160, sedangkan skor rata –
rata dari seluruh butir pertanyaan yaitu 210. Dari 61 (enam puluh
satu) butir soal angket yang diberikan pada responden bahwa butir
soal nomor 54 mendapatkan sekor dibawah skor rata – rata butir soal
yang lainnya.
72
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan dalam aspek ini masih jarang dan belum
maksimal melakukan bimbingan ulang kepada peserta didik
dikarenakan keterbatasan dan kepadatan waktu belajar mengajar,
target kurikulum. Guru kurang dalam melaksanakan bimbingan
ulang agar peserta didik yang belum memahami pelajaran menjadi
paham dan mengerti.
f. Mengikuti workshop atau seminar
Dapat diketahui pada butir soal nomor 56 mengenai aspek
mengikuti workshop/seminar keprofesian guru mendapatkan sekor
rendah yaitu 160, sedangkan skor rata – rata dari seluruh butir
pertanyaan yaitu 210. Dari 61 (enam puluh satu) butir soal angket
yang diberikan pada responden bahwa butir soal nomor 56
mendapatkan sekor dibawah skor rata – rata butir soal yang lainnya.
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan memang betul jarang sekali mengikuti yang
namanya kegiatan workshop ataupun seminar. Ketika turun ke
lapangan dan berbincang kepada beberapa guru di Ciputat mereka
memberikan pernyataan mengapa butir soal nomor 56 tentang
mengikuti workshop/seminar jawabnya jarang. Karena yang
namanya workshop/seminar itu jarang sekali diadakan mau dari
dinas pendidikan ataupun dinas terkait lainnya. Sekalipun kegiatan
tersebut diadakan jumlah pesertanya terbatas. Misalnya dalam sekali
kegiatan workshop/seminar hanya diperbolehkan mengirim 1 orang
untuk mengikutinya.
g. Membuat karya ilmiah
Dapat diketahui pada butir soal nomor 59 mengenai aspek
membuat karya ilmiah sendiri untuk mengembangkan profesi guru
mendapatkan sekor paling rendah yaitu 130, sedangkan skor rata –
rata dari seluruh butir pertanyaan yaitu 210. Dari 61 (enam puluh
satu) butir soal angket yang diberikan pada responden bahwa butir
73
soal nomor 59 mendapatkan sekor jauh dibawah skor rata – rata butir
soal yang lainnya.
Peneliti meskor bahwa guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan sepenuhnya belum membuat karya ilmiah sendiri.
Dalam aspek tersebut ada beberapa hal yang terjadi pada guru – guru
di Ciputat. Misal, kurangnya wawasan pengetahuan dan akademik
mengenai pentingnya membuat karya ilmiah itu sendiri demi
mengembangkan profesi mereka sebagai guru.
Tabel 4.29
Rekapitulasi Skor Butir Angket Rendah
No. Butir Rerata Skor
Angket
Keterangan
1. Pemanfaatan
Teknologi
210 154 Sebagian besar guru
di Kecamatan
Ciputat Kota
Tangerang Selatan
kurang familiar
menggunakan
teknologi.
2. Peserta didik
mencari bahan
materi pelajaran di
internet
210 157 Meskor bahwa
peserta didik akan
mendapatkan
kesulitan jika
mencari bahan
materi pelajaran di
internet.
3. Membaca buku di
perpustakaan
210 144 Minimnya koleksi
buku di
perpustakaan,
keterbatasan jam
kunjungan
perpustakaan.
4. Memecahkan
permasalahan
secara kelompok
210 160 Tidak semua tugas
permasalahan dapat
diselesaikan secara
kelompok.
5. Bimbingan ulang
dengan metode dan
media yang
berbeda
210 160 Keterbatasan waktu
untuk melakukan
bimbingan ulang
terhadap peserta
didik.
74
6. Mengikuti
workshop/seminar
210 160 Terbatasnya peserta
dan jarang diadakan
kegiatan
workshop/seminar.
7. Membuat karya
ilmiah
210 130 Kurangnya
wawasan
pengetahuan dan
akademik tentang
pentingnya karya
ilmiah.
4. Analisis Data Secara Kuantitatif
a. Analisis Data Mean, Median, dan Modus
Tabel 4.30
Hasil Skor Mean, Median dan Modus
Statistics
Kinerja SKP
N Valid 54 54
Missing 0 0
Mean 210,37 85,44
Median 212,00 85,80
Mode 212a 84
Std. Deviation 17,454 1,759
Range 86 7
Minimum 154 82
Maximum 240 89
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Pada bagian hasil statistik deskriptif angket melalui aplikasi
SPSS dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 54 responden yang
tersebar di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan, hasil
angket variabel (X) atau kinerja guru diperoleh skor mean sebesar
210,37 dibulatkan menjadi 210, skor tersebut dijadikan sebagai
ajuan rerata skor dari hasil angket. Lalu skor median dan modus
dari variabel (X) atau kinerja Guru sebesar 212,00.
Sedangkan hasil statistik deskriptif hasil angket melalui aplikasi
SPSS dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 54 responden tersebar di
75
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan, variabel (Y) atau SKP
diperoleh skor mean atau rerata sebesar 85,44, lalu skor median diperoleh
sebesar 85,80 dan skor modusnya diperoleh sebesar 84.
b. Analisis Korelasi Statistik Non-Parametrik
Pada bagian analisis ini peneliti menggunakan analisis kuantitatif
dengan menghitung hasil penelitian dengan korelasi statistik non
parametrik. Statistik non parametrik adalah statistik bebas sebaran (tidak
mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak).
Selain itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan opsi
pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang umumnya tidak
berdistribusi normal.
Rumus yang digunakan dalam menghitung statistik non parametrik
yaitu rumus Kendall’s tau-b. Rumus ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel beropsi ordinal atau dapat juga salah satu
data ordinal sementara data yang lainnya beropsi nominal maupun rasio.
Dibawah ini merupakan hasil statistik korelasi non parametrik dengan
rumus Kendall’s tau-b.
Tabel 4.31
Hasil Korelasi Non Parametrik
Correlations Kinerja Guru Skor SKP
Kendall's tau_b Kinerja Guru Correlation Coefficient 1,000 ,199*
Sig. (2-tailed) . ,036
N 54 54
Skor SKP Correlation Coefficient ,199* 1,000
Sig. (2-tailed) ,036 .
N 54 54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Untuk melakukan interpretasi terhadap hasil output SPSS di atas, ada
beberapa cara yang perlu kita lakukan, antara lain:
1) Melihat hubungan antar variabel beradasarkan skor signifikansi
(Sig.)
76
Beradasarkan output hasil uji korelasi Kendall’s tau-b di atas,
diketahui skor signifikansi atau sig. (2-tailled) antara variabel kinerja
guru dan skor SKP adalah 0,036 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan (nyata) antara variabel kinerja guru dengan
skor SKP.
Catatan: jika skor sig. (2-tailled) > 0,05 maka artinya hubungan antar
variabel tidak signifikan atau dengan kata lain tidak ada hubungan antar
variabel.
2) Keeratan hubungan antar variabel dalam korelasi Kendall’s tau-b
Untuk memaknai tingkat keeratan atau kekuatan hubungan antar
variabel ini, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui kriteria tingkat
keeratan hubungan dalam analisis korelasi.
Berdasarkan tabel output uji korelasi Kendall’s tau-b di atas,
diketahui skor koefision korelasi antara variabel kinerja guru dengan skor
SKP adalah sebesar 0,199* atau 0,20* (dibulatkan). Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kinerja guru
dengan skor SKP adalah “sangat lemah”, sementara tanda bintang (*)
menunjukkan hubungan yang terbentuk adalah signifikan pada angka
signifikansi sebesar 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa korelasi skor
SKP dengan kinerja guru sangat lemah. Skor SKP belum mencerminkan
kinerja dari setiap guru.
Catatan: jika ada dua tanda bintang (**) maka artinya hubungan yang
terbentuk signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01.
3) Melihat arah hubungan antar variabel dalam analisis korelasi
Arah hubungan dilihat dari angka koefision korelasi apakah
hasilnya berskor positif atau negatif. Berdasarkan tabel output di atas,
diketahui koefision korelasi antara variabel kinerja guru dengan skor
SKP berskor positif yakni sebesar 0,199. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang “positif” antara variabel kinerja guru dengan skor
SKP. Hubungan positif atau searah bermakna bahwa jika kinerja guru
semakin tinggi maka peskoran SKP akan semakin meningkat.
77
Mengacu pada ketiga interpretasi dalam uji korelasi Kendall’s tau-
b di atas, maka peneliti membuat sebuah kesimpulan bahwa “hubungan
antara kinerja guru dengan nilai SKP Guru SDN Bersertifikat Pendidik
Profesional di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan adalah
signifikan, sangat rendah dan searah.
C. Pembahasan Hasil Temuan
1. Pembahasan Hasil Analisis Kualitatif
a. Bimbingan dan Tindak Lanjut
Hasil skor dari 2 (dua) indicator dan 6 (enam) butir pertanyaan
mengenai pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut hasil belajar yang
sudah disebarkan dan dijawab oleh 54 responden yang tersebar se-
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan terdapat yaitu sebesar 73,91.
Angka tersebut masuk ke dalam kategori “Cukup”.
Hasil skor dari indikator pengayaan secara umum cukup. Skor
yang diperoleh yaitu sebesar 71,91%. Angka tersebut masuk ke dalam
kategori “Cukup”. Pada indikator pertama ini terdapat tiga butir
pernyataan, yaitu meminta siswa agar membaca buku di perpustakaan
terkait KD yang dipelajari, memberikan tugas kepada siswa untuk
memecahkan permasalahan secara kelompok sesuai pokok bahasan, dan
memberikan tugas pengayaan sesuai karakteristik siswa. Berhubungan
dengan hasil pernyataan dari indikator pertama di atas, jumlah guru yang
menyatakan selalu meminta siswa agar membaca buku di perpustakaan
terkait KD yang dipelajari, selalu memberikan tugas kepada siswa untuk
memecahkan permasalahan secara kelompok sesuai pokok bahasan, dan
selalu memberikan tugas pengayaan sesuai karakteristik siswa lebih
sedikit daripada guru yang hanya menyatakan dengan opsi sering.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan minimnya buku-
buku yang tersedia di perpustakaan sekolah dan waktu yang kurang
78
mendukung siswa untuk selalu pergi ke perpustakaan sekolah. Oleh
karena itu, guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
jarang mengarahkan peserta didik untuk pergi ke perpustakaan sekolah,
begitu juga dengan para peserta didik, sebagian besar dari mereka jarang
mau untuk pergi ke perpustakaan sekolah karena jarang mendapatkan
buku yang dibutuhkan. Selanjutnya, tidak semua guru mengarahkan
siswa untuk memecahkan tugas permasalahan secara kelompok karena
tidak semua pokok bahasan atau permasalahan dalam tugas dapat
dibahas dan dikerjakan secara kelompok. Selanjutnya, tidak semua tugas
pengayaan yang diberikan sesuai dengan karakteristik siswa karena
keterbatasan waktu pada guru untuk mengejar target kurikulum dan
kurangnya keefektifan proses mengerjakan tugas pengayaan yang
diberikan.
Begitu juga dengan hasil skor dari indikator remedial secara
umum baik. Skor yang diperoleh yaitu sebesar 75,92%. Angka tersebut
masuk ke dalam kategori “Baik”. Pada indikator ini terdapat tiga butir
pernyataan yang menyatakan opsi selalu lebih sedikit daripada yang
menyatakan opsi sering.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kepadatan waktu
belajar-mengajar, target kurikulum, dan guru kurang maksimal dalam
melaksanakan bimbingan ulang kepada para peserta didik yang belum
memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru SDN se-
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan masih jarang dan belum
baik dalam melakukan bimbingan ulang kepada para peserta didik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru SDN bersertifikat
pendidik profesional se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
seluruhnya sudah dinyatakan “Cukup” pada dimensi pelaksanaan
bimbingan dan tindak lanjut hasil belajar. Pernyataan tersebut dapat
dibuktikan dari hasil kuisioner atau angket yang sudah peneliti sebar dan
diisi oleh para guru.
b. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
79
Hasil skor dari kuesioner yang sudah disebarkan dan dijawab
oleh 54 responden yang tersebar se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan terdapat (2) dua indikator 6 (enam) butir pertanyaan mengenai
pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Skor yang
diperoleh yaitu sebesar 79,39. Angka tersebut masuk ke dalam kategori
“Baik”. Namun, skor yang diperoleh dari indikator penguatan profesi
sebesar 83,02%. Angka tersebut masuk ke dalam kategori “Baik”.
Selanjutnya, hasil dari butir mengikuti workshop seminar keprofesian
guru kurang baik, skor opsi selalu lebih kecil daripada skor opsi jarang
serta terdapat 3 opsi tidak pernah.
Hal ini disebabkan oleh jarangnya mendapatkan undangan
workshop/seminar dari Dinas Pendidikan maupun dinas terkait,
sekalipun mendapatkan undangan kegiatan tersebut, jumlah pesertanya
terbatas, misalnya dalam sekali kegiatan workshop/seminar hanya
diperbolehkan mengirim 1 orang untuk mengikutinya, dan sebagian
besar guru tidak berkesempatan untuk mengikutinya. Oleh karena itu,
sebagian besar guru SDN se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan jarang sekali mengikuti kegiatan workshop atau seminar.
Begitu juga dengan hasil skor dari butir pernyataan membuat
karya ilmiah sendiri untuk mengembangkan profesi guru, terdapat 10
(18,51%) guru yang selalu membuat karya ilmiah sendiri untuk
mengembangkan profesi guru, 8 (14,81%) guru yang sering membuat
karya ilmiah sendiri untuk mengembangkan profesi guru, namun
sebanyak 32 (59,25%) guru yang jarang membuat karya ilmiah sendiri
untuk mengembangkan profesi guru, serta terdapat 4 (7,40%) guru yang
tidak pernah membuat karya ilmiah sendiri untuk mengembangkan
profesi guru.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya wawasan pengetahuan
mengenai pentingnya membuat karya ilmiah maupun cara membuat
karya ilmiah yang baik dan benar, walaupun ada beberapa guru yang
mengatakan sering mencoba membuat karya ilmiah, namun tidak
80
sampai selesai karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, guru SDN
se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan jarang membuat karya
ilmiah dan belum sepenuhnya menghasilkan karya ilmiah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru SDN bersertifikat
pendidik profesional se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
seluruhnya belum dinyatakan “Baik” pada beberapa indikator.
2. Pembahasan Hasil Analisis Kuantitatif
Berdasarkan hasil analisis statistik non parametrik dengan
menggunakan rumus kendall’s tau-b diperoleh lah nilai (r) sebesar 0,199 atau
0,20 (dibulatkan). Ketika dikonsultasikan dengan pengkelompokan kategori
dari pendapat Rahardjo maka nilai 0,20 itu termasuk kategori sangat lemah.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara atau pengaruh variabel (X)
kinerja guru terhadap variabel (Y) sasaran kerja pegawai itu sangat lemah.
Dengan kata lain bahwa Y dan X hampir tidak memiliki pengaruh. Dan itu
berarti bahwa Y dan X merupakan dua hal yang berbeda. Dengan demikian
bahwa kinerja guru tidak mencerminkan dari hasil nilai SKP. Sasaran kerja
pegawai itu merupakan nilai yang memang dibuat oleh Kepala Sekolah
dengan rentang yang begitu sangat ketat dari skor minimum 82 hingga skor
maksimum 89. Karena Kepala Sekolah beranggapan nilai SKP itu harus di
atas angka 80 supaya masuk pada kategori baik.
3. Dampak kinerja guru SDN bersertifikat pendidik profesional
a) Dampak positif
Pelaksanaan sertifikasi guru memiliki dampak positif meskipun
dampak sertifikasi guru dalam peningkatan mutu pendidikan belum
terlihat jelas. Peneliti melihat adanya dampak positif dari sertifikasi guru
tersebut, antara lain:
1) Perbaikan kualitas guru
Guru yang telah tersertifikasi akan memperoleh pendidikan dan
latihan melalui jalur pendidikan dan latihan atau jalur pendidikan profesi
81
ini. Dengan pendidikan dan latihan ini mestinya kompetensi guru akan
lebih baik. Karena pada hakikatnya sertifikasi merupakan suatu usaha
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru serta kesejahteraannya
demi meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
2) Perlindungan profesi guru
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen disebutkan bahwa, “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, meskor, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Undang-undang ini secara jelas dan tegas menyebutkan guru
adalah pendidik profesional. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi
guru perlu memiliki kriteria tertentu. Seseorang ditetapkan menjadi guru
profesional setelah memiliki kualifikasi keahlian yang dipersyaratkan.
Jika guru telah memperoleh sertifikat pendidik melalui program
sertifikasi guru maka guru yang bersangkutan akan dipandang telah
memenuhi keahlian sebagai guru. Sebelum adanya sertifikasi guru
hampir setiap orang dapat menjadi guru. Dengan adanya sertifikasi guru
ini berarti program sertifikasi guru telah memberikan perlindungan bagi
profesi guru.
3) Perbaikan kesejahteraan guru
Selain untuk meningkatkan mutu pendidikan, program sertifikasi
guru juga memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan guru.
Selama ini, perhatian pemerintah terhadap pemberian gaji guru masih
rendah. Dengan sertifikasi guru, pemerintah telah berusaha memperbaiki
kesejahteraan guru. Guru yang telah disertifikasi akan memperoleh
tunjangan fungsional juga memperoleh tunjangan profesi guru yang
besarnya satu kali gaji.
Perbaikan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi tentunya
akan berdampak positif bagi peningkatan kinerja guru. Selama ini guru
seringkali mencari pekerjaan lain yang tidak terkait dengan profesi
82
keguruan untuk mencukupi kebutuhannya. Bahkan rendahnya gaji guru,
terutama guru swasta terpaksa melakukan pekerjaan lain untuk
menambah penghasilan mereka. Dengan sertifikasi guru ini diharapkan
para guru benar-benar bekerja secara baik dalam pekerjaaanya.
4) Meningkatkan administrasi pendidikan
Sertifikasi guru melalui peskoran fortofolio dapat meningkatkan
kinerja guru dalam melaksanakan administrasi pendidikan. Sebelum ada
sertifikasi guru, sebagian besar guru enggan melaksanakan administrasi
pendidikan. Alasannya, mereka tidak merasa memperoleh manfaat dari
pelaksanaan administrasi pendidikan tersebut. Dengan adanya menyusun
fortofolio dalam sertifikasi guru, guru diwajibkan menyertakan
dokumen-dokumen administrasi pendidikan seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan,
dan dokumen lainnya.
5) Meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan kerja ilmiah
Dengan adanya sertifikasi guru, motivasi guru dalam kegiatan
kerja ilmiah dapat meningkat secara otomatis. Keaktifan guru dalam
kerja ilmiah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengembangan diri
guru. Program sertifikasi guru ternyata berdampak positif terhadap
kinerja para guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik. Ada
peningkatan dalam aspek kedisiplinan kerja dan kedisiplinan
administratif akademik. Para guru yang telah mendapatkan sertifikat
sudah cukup aktif mengikuti berbagai kegiatan akademik di sekolah
seperti upacara bendera, rapat-rapat, Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), pembimbingan siswa, dan kegiatan ekstrakurikuler.
b) Dampak negatif
Adapun dampak negatif dari sertifikasi guru terhadap kinerja dan
kompetensi guru adalah:
1) Sertifikasi kurang berdampak pada mutu pembelajaran
Berdasarkan analisis data yang diperoleh melalui dokumentasi,
observasi, serta wawancara dengan para guru yang telah lulus sertifikasi,
83
muncul beberapa kasus yang tidak diharapkan, yakni guru menjadi lebih
tidak disiplin pasca sertifikasi, bahkan terdapat guru yang tidak
memanfaatkan sertifikasi profesi sebagai guru dengan baik. Sebagian
guru melaksanakan administrasi pendidikan seperti, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan administrasi pendidikan lainnya
hanya ketika sertifikasi. Tidak hanya itu, sebagian guru tidak maksimal
dalam mengajar dan membimbing dikarenakan beberapa faktor yang
dinyatakan tekah menghambat. Padahal telah kita ketahui, salah satu
penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen
mutu guru. Berdasarkan hasil penelitian kami, sertifikasi kurang
berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Kebanyakan
beranggapan bahwa sertifikasi guru adalah kondisi final dari profesi
guru, sehingga apa yang mereka lakukan setelah itu tidak banyak
berubah menjadi lebih baik bahkan sebagian menurun.
2) Munculnya sifat konsumtif pada guru yang bersertifikasi
Sifat konsumtif ternyata banyak terjadi pada Guru yang telah
mendapatkan sertifikasi keprofesian guru. Sebagian besar dari mereka
terus berlomba-lomba dalam membeli barang-barang untuk pribadi.
Guru yang bersangkutan terus membeli, memakai, dan bergantung pada
hasil produksi pihak lainnya. Misalnya mengkredit rumah, kendaraan
roda 2 atau 4, membeli perhiasan, alat komunikasi dan lain sebagainya.
D. Keterbatasan Evaluasi
Selama dilakukannya penelitian Evaluasi Kinerja Guru SDN
Bersertifikat Pendidik Profesional Se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan
tidak seluruh data yang dibutuhkan peneliti dapat diperoleh. Selain itu
keterbatasan waktu yang dimiliki menjadi kendala yang dialami oleh
peneliti sehingga mengakibatkan penelitian ini kurang optimal.
Kemudian, terdapat beberapa dokumen yang tidak lengkap
pada Kinerja Guru SDN Bersertifikat Pendidik Profesional Se-
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. kompetensi yang dimiliki
84
oleh peneliti dalam melakukan evaluasi menjadi salah satu keterbatasan
yang mengakibatkan hasil penelitian tidak optimal.
Keahlian peneliti dalam bidang evaluasi dengan menggunakan
model Goal Free Evaluation masih terbatas dan masih jarangnya
penelitian evaluasi kinerja Guru SDN Bersertifikat Pendidik Profesional
yang menggunakan model Goal Free Evaluation.
Selain keterbatasan di atas peneliti juga sangat terbatas
terhadap waktu dalam melakukan penelitian di lapangan. Karena ada
beberapa sekolah yang dijadikan lokasi penelitian sedang sibuk
melakukan persiapan akreditasi sekolah. Diwaktu yang bersamaan juga
akan dilaksanakan ujian semester. Kendala tersebut lah yang dihadapi
peneliti saat penelitian yang mengakibatkan keterbatasan dokumen dan
kurang optimal hasilnya.
85
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil evaluasi, dapat
diperoleh gambaran bahwa evaluasi kinerja guru SDN bersertifikat pendidik
profesional se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan sudah terlaksana
dengan baik. Dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kinerja Guru SDN Bersertifikat Pendidik Profesional secara umum sudah
sesuai yang diharapkan, tujuan, dan manfaat Sertifikasi Keprofesian Guru.
Kinerja tersebut dapat diukur dari merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai pembelajaran, membimbing
pembelajaran dan pengembangan keprofesian berkelanjutam. Namun
masih terdapat satu aspek yang dinilai belum cukup pada bimbingan dan
tindak lanjut pembelajaran.
2. Sasaran kerja pegawai guru kurang berpengaruh terhadap kinerja guru
SDN bersertifikat pendidik profesional karena korelasinya sangat lemah.
Hasilnya pun hampir tidak memiliki pengaruh antara keduanya. Bahkan
sasaran kerja pegawai tidak bisa menjadi cerminan bahwa kinerja guru itu
baik.
3. Terdapat beberapa dampak positif dan negatif dari Kinerja Guru
Bersertifikat Pendidik Profesional. Dampak tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan mutu Pendidikan dan mutu peserta didik di SDN Se-
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
B. Rekomendasi
1. Guru
Bagi guru yang sudah dapat sertifikat pendidik sebaiknya terus
bertanggung jawab terhadap kualifikasi yang sudah diraih. Guru yang telah
mendapatkan sertifikasi profesi guru seharusnya menyadari akan
pentingnya manfaat dari sertifikasi guru agar terus termotivasi untuk
86
meningkatkan kinerja terhadap guru yang bersangkutan. Selanjutnya, guru
yang bersangkutan harus mampu untuk melaksanakan perangkat
pembelajaran secara profesional sehingga sertifikasi yang diterima layak
dijadikan seorang guru profesional. Selain itu, guru yang sudah
tersertifikasi seharusnya berkewajiban untuk menjaga kondisi tersebut
bahkan meningkatkannya menjadi sangat baik, melalui berbagai kegiatan
seperti pertemuan ilmiah asosiasi profesi, workshop atau kegiatan yang
membicarakan mengenai pemecahan masalah yang dihadapi di kelas. Serta
melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
2. Kepala Sekolah SDN Se-Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
Sebaiknya kepala sekolah terus mengontrol dan mengingatkan
kepada guru yang sudah tersertifikasi agar selalu menjaga profesinya.
Kepala sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan guna meningkatan kualitas
guru, melalui training, penataran, workshop, dan semacamnya. Kepala
sekolah juga seharusnya selalu terlibat dalam membimbing dan mengecek
kinerja para guru di sekolah pasca sertifikasi untuk memberikan penguatan
terhadap pengembangan kapasitas individu dalam berbagai hal, dan untuk
menjadikan sertifikasi guru sebagai media atau sarana peningkatan mutu
Pendidikan. Selain itu, kepala sekolah juga harus menerapkan sistem
reward dan punishment sebagai motivasi guru dalam menjalankan tugas
profesinya.
3. Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
Sebaiknya pemerintah membuat aturan guru yang bersertifikasi
untuk siap segalanya, baik data, sertifikat, karya tulis, dan lain-lain.
Peningkatan kualitas guru harus memperhatikan sumber-sumber daya
manusia yang berasal dari guru itu sendiri dan mendapat perhatian yang
lebih besar daripada sekedar peningkatan gaji. Alokasi dana tidak semata-
mata diperuntukkan untuk meningkatkan tunjangan profesi, melainkan
juga untuk peningkatan profesionalisme kerja guru yang dilakukan secara
reguler dan terus-menerus. Selain itu, kepala dinas pendidikan kab./kota
dan jajarannya sebaiknya mengembangkan program lebih jauh mengenai
87
upaya-upaya pemeliharaan mutu pendidikan yang harus dilakukan
terhadap guru-guru pasca sertifikasi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto, Erwan & Ratih Sulistyastuti, 2017. ”Metode Penelitian
Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial”.
Yogyakarta: Gava Media.
Anwar, Desy. 2007. “Kamus Lengkap 100 Miliard”. Yogyakarta: Amelia
Arifin, Zainal. 2013. “Evaluasi Pembelajaran”. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharismi, dan Abdul Jabar, Cepi Syafruddin. 2009. “Evaluasi Program
Pendidikan-Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharismi. 2010. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”.
Jakarta: Rineka Cipta.
As’ary, Hasim. Wawancara. Tangerang Selatan, 24 Maret 2018
Eriyanto. 2107. Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta. Fauziah, Nurul. “Dampak Sertifikasi Sertifikasi Guru terhadap Kompetensi Guru
dalam Mengajar (Studi di SDIT Al-Mubarok Jakarta)”,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/32688 (diakses
pada 4 april 2019, pukul 12.00)
Hamalik, Oemar. 2109 Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Jalal, Fasli. 2107. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru (Sertifikasi
Guru). Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik
Kartowgiran, Badrun. 2011. “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi)”,
Jurnal, FT Universitas Negeri Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Data Pokok Pendidikan Dasar dan
Menengah”, http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/3/286301, 17 mei
2019
Lukman. 2014. “Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik. https://ejournal.unib.ac.id.
M. Echols, John. 2016. “Kamus Inggris – Indonesia”, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
89
Moleong, J.L. 2013. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Morissan. 2012. “Metode Penelitian Survei”. Jakarta: Prenadamedia Group.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei, Jakarta: Prenadamedia Group.
Naflah, Afidatun. “Evaluasi Kinerja Guru SMP Se-Kecamatan Kota Kendal
Pasca Sertifikasi”, https://www.google.com/url? (diakses pada 4 april
2019 pukul 12.35)
Nini, Subini. 2012. Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan! . Jakarta : Buku Kita .
Nurkhasanah. 2007. “Evaluasi Program Paket C di PKBM Setia Mandiri Jakarta
Selatan” http://repository.uinjkt.ac.id.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pasal 2 dan 6 nomor 15 tahun
2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 pasal 20
”Tentang Standar Nasional Pendidikan”.
Rahardjo, Sahid. 2019. “Analisis Korelasi Non Parametrik”.
https://www.spssindonesia.com/2019/01/cara-uji-korelasi-kendalls-
dengan-spss.html.
Rofina, Rini Dwi. “Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Kota Tanjung
Pinang”,http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2015/09/Naskah-Publikasi-Rini-
Dwi-Rofina.pdf (diakses pada 11 Juli 2018, pukul 07.30).
Rohman, Asep Saepul. 2011. “Kinerja Guru dalam Perencanaan, Proses
Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar (evaluasi)”.
http://asepsaepulrohman.blogspot.com/2011/10/kinerja-guru-dalam-
perencanaan-proses.html?m=1.
Rusman. 2011. “Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru”. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sari, Zulva Awalia. “Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Madrasah Aliyah
NegeriSukoharjo”,
file:///C:/Users/Tanthowi%20Jauhari/Downloads/ZULVA%20AWALIA%
20SARI-D0108108.pdf (diakses pada 11 juli 2018, pukul 09.25)
90
Sudiyono. 2107. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Jurusan Manajemen
Pendidikan FIP UNY.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung:
Alfabetis.
Sugiyono. 2018. “Metode Penelitian Evaluasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan Kombinasi”. Bandung: Alfabeta.
Sulastri. 2019. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Agar tercapainya Pendidikan
yang Bermutu. http://lastriridwan.blogspot.com/2008/07/upaya-
meningkatkan-kinerja-guru-agar.html,s .
Supardi. 2013. “Kinerja Guru”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryana. 2010. “Metodelogi Penelitian Model Praktis Peneletian Kuantitatif dan
Kualitatif ”. Bandung: UPI.
Susanto, Ahmad. 2016. “Manajemen Peningkatan Kinerja Guru: Konsep, Strategi
dan Implementasi”. Jakarta: Prenadamedia Group. Cet. 1
Tasrial, Daryanto. 2015. “Pengembangan Karir Profesi Guru”. Yogyakarta: Gava
Media.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wirawan. 2011. “Evaluasi: Teori, Model, Srandar, Aplikasi, dan Profesi”. Jakarta:
PT. Rajawali Pers.
Wirawan. 2016, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan
Profesi (Ed. Rev-3), Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Yamin, Martinis. 2107. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jambi: Gaung
Persada Press
91
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Angket Kinerja Guru
Nama Guru :
Asal Sekolah :
Petunjuk
1. berilah tanda ceklis (√) pada kolom alternatif
jawaban yang tersedia sesuai dengan penilaian
anda.
2. Jawaban yang anda berikan tidak bersifat benar –
salah, jawab sesuai dengan keadaanya yang
sebenarnya.
3. Usahakan agar semua nomor terjawab dan tidak ada yang
terlewatkan.
4. Terimakasih atas partisipasi anda
Keterangan alternatif jawaban:
SL: Selalu SR: Sering
JR: Jarang – jarang TP: Tidak Pernah
N
o
Pernyataan S
L
S
R
J
R
T
P
1. Saya menyusun program tahunan/semester
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Saya tidak mendapatkan kesulitan dalam
membuat program tahunan/semester.
3. Kepala sekolah memberikan arahan dalam
menyusun program tahunan/semester.
4. Kepala sekolah memeriksa dan
menandatangani Program tahunan/semester
yang telah saya susun.
5. Saya menyusun sendiri RPP untuk mata
pelajaran yang saya ajarkan.
6. Saya menyusun RPP dengan
mempertimbangkan kemampuan peserta
92
didik.
7. Saya menyusun RPP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Saya mampu menyusun RPP dengan baik
dan benar.
9. Kepala sekolah memberikan bimbingan dan
arahan dalam menyusun RPP.
10. Kepala sekolah memeriksa dan
menandatangani RPP yang telah saya susun.
11. Saya mampu menentukan media/sumber
belajar sesuai dengan mata pelajaran.
12. Saya menggunakan media/sumber belajar
yang bervariasi.
13. Media/sumber belajar yang saya gunakan
sesuai karakteristik peserta didik.
14. Materi pelajaran yang saya sampaikan
sesuai dengan RPP yang telah disusun.
15. Saya menguasai setiap materi pelajaran
yang saya ampu.
16. Saya mampu menjelaskan setiap materi
pelajaran dengan baik.
17. Saya mampu menyelesaikan permasalahan
siswa pada materi pembelajaran.
18. Saya mampu menjawab pertanyaan setiap
siswa pada materi pembelajaran yang saya
ajarkan.
19. Saya memanfaatkan teknologi sesuai materi
pembelajaran yang diajarkan.
20. Saya menggunakan internet untuk
memperluas wawasan dan gagasan.
93
21. Saya menggunakan buku-buku yang relevan
sesuai materi pembelajaran.
22. Selain buku pelajaran yang disediakan saya
mencari materi tambahan dari sumber
lainnya.
23. Saya menyarankan peserta didik untuk
mencari bahan materi pelajaran melalui
internet dan sumber lainnya pada setiap
pokok bahasan.
24. Metode dan model pembelajaran yang saya
pilih sesuai dengan materi pembelajaran.
25. Saya menggunakan metode dan model
pembelajaran yang bervariasi pada meteri
pembelajaran.
26. Saya menggunakan metode dan model
pembelajaran sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
27. Saya mengaitkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
28. Saya menyampaikan garis besar cakupan
materi sebelum pelajaran.
29. Saya menyampaikan manfaat materi
pembelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
30. Saya mengatur / meminta siswa mengatur
tempat duduk agar mudah bergerak.
31. Saya mengubah posisi tempat duduk siswa
agar saling mengenal dan mudah
berkomunikasi sesuai kebutuhan.
32. Saya mengatur tempar duduk siswa agar
94
mudah menjangkau media/alat
pembelajaran.
33. Saya membuat kelompok diskusi saat
pembelajaran secara adil dan merata.
34. Saya membuat kelompok diskusi dengan
jumlah anak yang seimbang antara laki-laki
dan perempuan setiap kelompok.
35. Saya membuat kelompok diskusi sesuai
kemampuan yang seimbang.
36. Saya memastikan setiap anak dapat
bekerjasama dalam kelompoknya.
37. Saya memeriksa kerapihan siswa sebelum
masuk kelas.
38. Saya selalu mengingatkan siswa agar
membuang sampah pada tempatnya.
39. Saya selalu menegur siswa yang tidak taat
pada aturan.
40. Saya membuat jadwal piket rutin siswa
untuk membersihkan ruang kelas.
41. Saya memberikan tugas dengan
mempertimbangkan kemampuan
karakteristik siswa.
42. Saya membuat tugas sesuai materi pelajaran
yang diajarkan.
43. Saya menentukan alokasi waktu
pembelajaran sesuai RPP yang telah
disusun.
44. Saya masuk dan keluar kelas pada
pembelajaran tepat waktu.
45. Saya memberikan soal pretest untuk menilai
95
pengetahuan siswa dalam proses belajar.
46. Saya melakukan penilaian keterampilan
siswa dalam proses belajar.
47. Saya melakukan penilaian sikap siswa untuk
mengetahui hasil belajar.
48. Saya menentukan metode penilaian sesuai
dengan rambu-rambu yang berlaku.
49. Saya menggunakan hasil penilaian untuk
pertimbangan tindak lanjut.
50. Saya meminta siswa agar membaca buku di
perpustakaan terkait KD yang dipelajari.
51. Saya memberikan tugas kepada siswa untuk
memecahkan permasalahan secara
kelompok sesuai pokok bahasan.
52. Saya memberikan tugas pengayaan sesuai
karakteristik siswa.
53. Saya memberikan tugas tambahan secara
kelompok sebagai remedial bagi siswa yang
belum memenuhi standar KKM.
54. Saya memberikan bimbingan ulang dengan
metode dan media yang berbeda.
55. Saya memberikan bimbingan intensif secara
individu kepada siswa yang belum mencapai
standar KKM.
56. Saya mengikuti workshop/seminar
keprofesian guru untuk mengembangkan
diri setiap ada kesempatan.
57. Saya bersedia mengikuti pendidikan profesi
guru sebagai penguatan profesi.
58. Saya bersedia mengikuti pelatihan dan
96
pembinaan secara berlanjut.
59. Saya membuat karya ilmiah sendiri untuk
mengembangkan profesi guru.
60. Saya belajar untuk mengembangkan
keilmuan yang dimiliki.
61. Saya tidak malu untuk belajar kepada teman
sejawat yang lebih senior.
97
Lampiran 2 Instrumen Wawancara Guru
1. Apakah ibu/bapak sering menggunakan teknologi atau internet untuk
pembelajaran?
2. Apakah mencari bahan materi pelajaran di internet dapat
mempermudah siswa dan guru?
3. Apakah bapak/ibu mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber
dari buku-buku perpus yang tersedia di sekolah?
4. Apakah metode memecahkan masalah secara kelompok dapat
membantu murid dalam memecahkan permasalahannya?
5. Apakah bapak/ibu selalu mengadakan bimbingan ulang kepada
peserta didik?
6. Apakah bapak/ibu sering mengikuti kegiatan workshop/seminar?
7. Apakah bapak/ibu sudah banyak membuat karya ilmiah?
98
Lampiran 3 Data Hasil Skor Angket Kinerja Guru
99
100
Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru
Nama Responden : Annisa Anami, S.Pd
Asal Sekolah : SDN Sawah Baru
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 11 September 2019
Tempat wawancara : SDN Sawah Baru
1. Apakah ibu/bapak sering menggunakan teknologi atau internet untuk
pembelajaran?
Jawab: :Pernah menggunakan media internet untuk membantu
mencari sumber dalam pembelajaran, namun hanya beberapa kali.
Jadi, sangat jarang.
2. Apakah mencari bahan materi pelajaran di internet dapat
mempermudah siswa dan guru?
Jawab: Narasumber ketiga menyampaikan bahwa masih minimnya
akses jaringan internet, pembelajaran pun mendapatkan kesulitan jika
para peserta didik mencari bahan materi sendiri.
3. Apakah bapak/ibu mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber
dari buku-buku perpus yang tersedia di sekolah?
Jawab: Murid-murid masih suka pergi ke perpustakaan sekolah untuk
mencari sumber, namun tidak sering, karena keterbatasan buku dan
waktu yang ada.
4. Apakah metode memecahkan masalah secara kelompok dapat
membantu murid dalam memecahkan permasalahannya?
Jawab: Sering memberi tugas untuk diselesaikan secara kelompok,
namun tidak begitu efektif.
5. Apakah bapak/ibu selalu mengadakan bimbingan ulang kepada
peserta didik?
Jawab: Bimbingan ulang itu perlu, karena tidak semua peserta didik
sudah paham dengan materi yang sudah disampaikan, walaupun
waktu terbatas dan harus mengejar target kurikulum, bimbingan ulang
tetap diusahakan.
101
6. Apakah bapak/ibu sering mengikuti kegiatan workshop/seminar?
Jawab: Jarang sekali mendapatkan info kegiatan workshop dari dinas
Pendidikan maupun dinas terkait lainnya, jadi belum sering mengkuti
kegiatannya.
7. Apakah bapak/ibu sudah banyak membuat karya ilmiah?
Jawab: Pembuatan karya ilmiah untuk mengembangkan profesi
sebagai guru itu cukup rumit, jadi masih dalam proses pembuatan
belum bisa menghasilkannya.
102
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru
Nama Responden : Bahrudin, S.Pd
Asal Sekolah : SDN Jombang 02
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Senin, 23 September 2019
Tempat wawancara : SDN Jombang 02
1. Apakah ibu/bapak sering menggunakan teknologi atau internet untuk
pembelajaran?
Jawab: Belum menggunakan teknologi lain terutama internet
dikarenakan belum begitu membutuhkannya dalam pembelajaran saat
ini.
2. Apakah mencari bahan materi pelajaran di internet dapat
mempermudah siswa dan guru?
Jawab: Tidak semua peserta didik sudah memahami bagaimana cara
menggunakan internet, jadi belum bisa menjadikan internet sebagai
media pembelajaran.
3. Apakah bapak/ibu mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber
dari buku-buku perpus yang tersedia di sekolah?
Jawab: Kemauan murid tidak besar untuk mencari buku di
perpustakaan sekolah, karena tidak ada buku yang dibutuhkan setiap
mereka mencarinya.
4. Apakah metode memecahkan masalah secara kelompok dapat
membantu murid dalam memecahkan permasalahannya?
Jawab: Setiap tugas tidak diharuskan untuk diselesaikan secara
kelompok, karena ada beberapa pertimbangan yang bisa memberi
efek buruk bagi peserta didik lain.
5. Apakah bapak/ibu selalu mengadakan bimbingan ulang kepada
peserta didik?
Jawab: Sering mengadakan bimbingan ulang, namun tidak begitu
signifikan hasilnya karena waktu yang tidak efektif.
103
6. Apakah bapak/ibu sering mengikuti kegiatan workshop/seminar?
Jawab: Pernah mengikuti kegiatan workshop, namun sangat jarang,
hanya beberapa kali telah mengikutinya, karena belum mendapat
kesempatan untuk dapat mengikutinya.
7. Apakah bapak/ibu sudah banyak membuat karya ilmiah?
Jawab: Pernah membuat karya ilmiah, namun belum bisa lolos karena
masih banyak kekurangannya.
104
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru
Nama Responden : Iin Karlina, S.Pd
Asal Sekolah : SDN Jombang 03
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 19 September 2019
Tempat wawancara : SDN Jombang 03
8. Apakah ibu/bapak sering menggunakan teknologi atau internet untuk
pembelajaran?
Jawab: Sangat jarang menggunakan media internet untuk kebutuhan
pembelajaran, karena kondisi anak SD belum begitu memahami
dengan penggunaannya.
9. Apakah mencari bahan materi pelajaran di internet dapat
mempermudah siswa dan guru?
Jawab: Belum pernah menggunakan internet untuk pembelajaran, jadi
belum bisa menyatakan bisa mempermudah atau tidak.
10. Apakah bapak/ibu mengarahkan murid-murid untuk mencari sumber
dari buku-buku perpus yang tersedia di sekolah?
Jawab: Murid-murid jarang sekali mencari bahan materi di
perpustakaan sekolah, karena ketersediaan buku yang kurang
mendukung.
11. Apakah metode memecahkan masalah secara kelompok dapat
membantu murid dalam memecahkan permasalahannya?
Jawab: Tidak semua permasalahan dalam tugas bisa diselesaikan
secara kelompok, jadi jika ada permasalahan pada tugas murid, dilihat
dulu permasalahannya untuk dipertimbangkan solusinya.
12. Apakah bapak/ibu selalu mengadakan bimbingan ulang kepada
peserta didik?
Jawab: Sebenarnya bimbingan ulang ini sangat penting, namun belum
maksimal karena keterbatasan waktu yang ada.
13. Apakah bapak/ibu sering mengikuti kegiatan workshop/seminar?
105
Jawab: Sangat jarang mengikuti kegiatan workshop, karena jarang
sekali mendapatkan undangan untuk mengikutinya.
14. Apakah bapak/ibu sudah banyak membuat karya ilmiah?
Jawab: Belum begitu banyak pengetahuan untuk membuat karya
ilmiah yang bisa diterima, jadi masih dalam tahap proses membuat.
106
Lampiran 7 Surat Pernyataan Uji Validitas
107
Lampiran 8 Surat Pernyataan Uji Validitas
108
Lampiran 9 Daftar Ceklis Dokumen
No.
Dokumen
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
1. Sertifikat Pendidik Terlampir
2. Skor SKP Terlampir
3. Data jumlah guru yang
bersertifikat Terlampir
4. Status pegawai Terlampir
5. Ijazah Terlampir
109
Lampiran 10 Sertifikat Pendidik
110
Lampiran 11 Skor Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Guru
111
Lampiran 12 Ijazah Guru
112
Lampiran 13 Daftar Nama Guru SDN Se-Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan.
No. NAMA SEKOLAH JUMLAH
GURU ASN
BERSERTIFIKAT ASN NON
SERTIFIKAT GURU
GTT/HONOR
1 SDN Cipayung 1 21 7 0 14
2 SDN Cipayung 2 27 6 18 3
3 SDN Cipayung 3 19 5 8 6
4 SDN Ciputat 1 40 23 17 0
5 SDN Ciputat 2 26 12 11 3
6 SDN Ciputat 3 26 6 12 8
7 SDN Ciputat 4 36 17 15 4
8 SDN Ciputat 5 13 3 6 4
9 SDN Ciputat 6 36 12 22 2
10 SDN Ciputat 7 27 12 10 5
11 SDN Jombang 1 49 19 19 11
12 SDN Jombang 2 56 18 22 16
13 SDN Jombang 3 37 8 16 13
14 SDN Jombang 4 47 10 20 17
15 SDN Jombang 5 10 1 8 1
16 SDN Jombang 6 34 5 16 13
17 SDN Sawah 1 11 2 6 3
18 SDN Sawah 2 32 13 19 0
19 SDN Sawah 3 25 5 11 9
20 SDN Sawah 4 24 4 10 10
21 SDN Sawah Baru 33 11 12 10
22 SDN Serua 1 24 15 9 0
23 SDN Serua 2 23 8 9 6
24 SDN Serua 3 44 15 18 11
25 SDN Serua 4 21 13 5 3
26 SDN Serua Indah 1 42 22 11 9
27 SDN Serua Indah 2 22 7 9 6
JUMLAH 805 279 339 187
113
Lampiran 14 Rumus Penghitungan Angket Kinerja Guru
1. Merancang Pembelajaran
Rumus :
NA =
NA =
NA =
=
= 84
1. Melaksanakan Pembelajaran
Rumus :
NA =
NA=
NA =
=
= 85
2. Meskor Hasil Pembelajaran
Rumus :
NA =
NA =
NA =
=
= 84
3. Melaksanakan Bimbingan dan Tindak Lanjut Hasil Belajar
Rumus :
NA =
NA =
NA =
=
= 74
4. Melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Rumus :
NA =
114
NA =
NA =
=
= 79
115
Lampiran 15 Surat Bimbingan Skripsi
116
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian
117
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi
118
119
120
121
122
123
124
BIODATA PENULIS
Lampiran 18 Biodata Penulis
Tanthowi Jauhari, mahasiswa Manajemen Pendidikan lahir di Tangerang,
17 Mei 1997. Dibesarkan di Tangerang, anak dari pasangan Bapak Drs. H. Hely
Syukrin dan dan Ibu Hj. Nahroh, S.Pd Penulis merupakan putra ketiga dari empat
bersaudara. Alamat email penulis yaitu: johari14r@gmail.com. Penulis
menempuh pendidikan diantaranya di RA Islam Darunnajah Jakarta tahun
2001/2002, MIN 15 Bintaro Kota Jakarta Selatan tahun 2003-2009, MTsN 3
Jakarta tahun 2009-2012, MAN 19 Jakarta tahun 2012-2015 dan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015-2019. Jurusan Manajemen Pendidikan pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan lulus dengan menyandang gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Penulis juga aktif dalam organisasi yaitu anggota bidang politik dan
kepemimpinan di MAN 19 Jakarta, Anggota OSIS MAN 19 Jakarta, Tim
Marawis Al-Amir di MAN 19 Jakarta, Kepala Departemen Seni dan olahraga
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Pendidikan, Wakil Ketua
Ikatan Remaja Masjid Rengas (IRMAS) dan Anggota Himpunan Mahasiswa
Banten (HMB) Jakarta.
Dengan ketekunan dan motivasi yang tinggi untuk terus belajar, berusaha
dan memperbaiki diri, penulis telah menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga
dengan adanya karya ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia
pendidikan.
Motto: “Percaya, Bersyukur dan Ikhlas.”