Post on 13-Oct-2020
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS
PADA PENGOBATAN PASIEN DIARE AKUT ANAK
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN
YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Fanny
NIM : 058114150
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS
PADA PENGOBATAN PASIEN DIARE AKUT ANAK
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN
YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Fanny
NIM : 058114150
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Persetujuan Slrripsi
EVALUASI DRUG TM,RAPY PROBLEMSPAIIA PENGOBATAN PASIEN IIIARE AKTIT ANAI(
DI INSTALASI RAWAT INAP RITMAH SAKIT PAI{TI RINil KALASANYOGYAICARTA PARIODE JULI 2OOTJUNI 2IX}t
Oleh:
Fanny
NIM ; 058114150
Skipsi ini telah dimtujui oleh :
Pembimbingl'
^t /,#) tI
dr, Fenty; I\[.Kesq Sp.PK
Pembinbing tr,
tanggal i eg}u1' ayg
M, WisnuDonowati; M,Si,; Apt tanggal : &gAuli aoog
ltl
Pe,ngesdran Skipsi Berjudul
EVALUASI DRI'G TI{SRAPY PROBLEhilS
PADA PENGOBATAI\I PASIEN DIARE AKUT ANAK
DI INSTALASI RAWAT INAP RIIMAH SAKIT PAI{TI RII\{I KALASAI{
YOGYAKARTA PARIODE JULI IMTJUI{I 2OO8
Oleh:Fanny
NIM: 058114150Dtpeftahiiiil&iii di hiidaiidn P.initie Penguji SkripSi
Fakultas FarrnasiUniversitas Sanata Dharmapada anggal: 24 lttli 2009
Pembimbingl:
dr. Fenty, M.Kes., SpPK
Pembimbing If I
M. Wisnu Donowati, M.Si., APt.
Penitia Penguji t
l. dr. Fenty, M.Kes., SpPK
?, M, Wisnu Donowati M.Si.; APt.
3. Rita Suhadi, M.si., Apt.
4; Ipang Djunarko; S,Si,, Apt,
#it[tF$-
lv
v
Halaman Persembahan
“Serahkanlah perbuatanm u kepada Tuhan, m aka terlaksanalah segala rencananya” (Ams 16:3)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Jesus Christ atas segala berkat dan terang Roh Kudus yang
dicurahkan kepadaku sehingga skripsi ini akhirnya dapat selesai
Alm. Papa tercinta atas kasih sayang yang diberikan kepadaku
semenjak kecil hingga aku besar
Mama, cece-ceceku tersayang, dan segenap keluargaku di Bangka
Teman-temanku
Almamater
a
GBMB4N TENNYATAAN TERSETUJUAN PUBIJI(ASI I(ANYA lt,ilfiAHTJNTT]K XEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda angur di bawah ini; saya mahasiswa Universias Sansta Dharma :
Nanra : FannyNomorMahasiswa : 058114150
Demi pengmbflnpn ilmu pen$tahtm; saya m€mberilran k€pads Perplsbkam
Universitas San& Dharrrakarya ilmiah sayayang berjudul :EVALUASI DNAG T.EENAPY PROBLEMS PADA PENG'OBATAI\I PASIBN
DcIARE AKUT AI{AI( DI II{STALASII RAWAT INAP RUMAH SAKITPAITTI RIIrII KALASAN YOGYAKARTA PERIODE JTru 2OO7JI]M 2|NE
b€s€rta perangkat 1ailg diperlukm (bila ada). Dengan demftian sa),a m€mberikank€eada Perpustakaan .Universitas Smata Dharma h* una* menyimparlmengalitrkan ke dalm b€ntuk modia lain, mengelolanya dalam beNtuk pngkalan
dm, mendisibusikffi secar:a ffibstas dan mempublikasikmqa di int€rnet atflumedia lain unhrk kepenlingan akademis tanpa perlu merninta izin dari myamaupun m€mhfikan royalti ke@a saya selama tetap meneantumkan nama sa),asebflgaipenulis
Demikian pernyataan ini sa)ra buat deirym sebmrnya.
Dibrffi di YogpkartaPadat nggal : l0 Agustus 2ffi9Yangme,nyatakan
TqryFamy
vl
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Drug Therapy
Problems pada Pengobatan Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008. Skripsi
ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada
program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan
pikiran, waktu, semangat dan tenaga, skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan
ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji
yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi
ini.
3. M. Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, mengarahkan dengan sabar dan menyediakan waktu di
selah waktu cuti melahirkan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
viii
4. dr. Fenty, M.Kes., SpPK selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, semangat, dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi, terutama
selalu meyakinkan penulis agar cepat menyelesaikan skripsi.
5. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Pak Harry selaku Kepala Instalasi Medical Record Rumah Sakit Panti Rini
Kalasan Yogyakarta beserta semua staf atas bantuan yang diberikan selama
penulis melakukan pengambilan data penelitian.
7. Alm. Papa Yohanes Ng Piang Khiam dan Mama Yacinta Ngadi yang telah
merawat, membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan kasih sayang,
pengorbanan serta doa yang tulus di sepanjang hidup penulis.
8. Kakak-kakak tersayang, Evie Ng, Merry Ng, dan Yuli Ng serta Kak Daniel,
atas kasih sayang, masukan, semangat, perhatian, doa serta dukungan yang
telah diberikan kepada penulis.
9. Sahabat penulis (Flora, Sarah, Marlin, Maya, dan Cory), atas saran, semangat,
perhatian, dan doanya. “Teman yang baik tidak selalu memberi ciuman dan
pelukan tapi terkadang juga tamparan agar penulis sadar dan bangkit dari
kesalahan”. Terima kasih untuk persahabatan ini.
10. Denok, Donald, Erick, Ina, Lia, Lini, Pipit, Presty, Rony, Sephin, Shinta,
Siska, Stella, Suster Detin, Wisely dan teman-teman kelas C serta FKK’05,
atas kebersamaan dan kekompakan selama 4 tahun di farmasi.
11. Teman-teman kost ‘Pondok Carithas’ atas kebersamaan, keceriaan, dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
12. Bapak dan Ibu Karyawan UPT Perpustakaan Paingan.
ix
13. Universitas Sanata Dharma atas segala fasilitas dan bantuan yang diberikan
selama masa kuliah kepada penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan di atas yang telah rela membantu
dengan doa dan usaha untuk penulis hingga selesainya proses penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
skripsi ini. Karena itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari
pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
yang tidak sempurna ini bermanfaat bagi setiap pembaca.
Penulis
PE${YATAAN IGASLIAN KARYA
Sap menyetakan dengan eenrng$hny. bahiwa skripsi yang salar tulis ini
tidak mcrnuat lorla atru bagian karya orang lain, kecuali yang telah diseh*kan
dalam kr*ipan dm daftarpustaka sehgoimana layaknyaknrJia ilmiah'
YogFkartq 9lvlci 4009
Penulis
w
x
xi
INTISARI
Di negara berkembang, diare merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak-anak. Di Indonesia, 50-60% anak usia di bawah 5 tahun akan
meninggal karena diare bila tidak mendapatkan pertolongan karena mengalami
dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien
berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal pasien, mengetahui pola
pengobatan, evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien diare akut
anak serta outcome selama pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan penelitian yang
digunakan adalah lembar medical record pasien diare akut anak.
Jumlah medical record yang dianalisis sebanyak 54 kasus. Kasus
terbanyak terjadi pada pasien usia 1 tahun-≤ 5 tahun (88,9%), dengan jenis
kelamin paling banyak terjadi pada laki-laki (64,8%) dan daerah tempat tinggal
pasien yang paling banyak menjalani perawatan adalah kecamatan Kalasan
(38,9%). Dalam penelitian ini digunakan 7 kelas terapi obat dengan 3 kelas terapi
terbanyak adalah obat gizi dan darah (100,0%), obat saluran cerna (100,0%) dan
obat sistem saraf pusat (75,9%). Jenis drug therapy problems yang terjadi yaitu
tidak butuh obat (35,2%), dosis terlalu rendah (13,0%), dan pemakaian obat yang
tidak efektif (38,9%). Semua pasien diare akut anak pulang dengan kondisi klinis
yang membaik (100,0%).
Kata kunci : drug therapy problems, diare akut, anak
xii
ABSTRACT
Diarrhea diseases is a leading cause of childhood morbidity and mortality
in developing countries. In Indonesia, about 50-60% children below 5 years died
from diarrhea if they don’t get any help because of dehydration. The goals of this
study are to identify the characteristic of the patients such as the age, the gender,
patient’s address, to determine medical pattern, to evaluate drug therapy problems
in the medication of children acute diarrhea, and clinical condition as the patients
is being treated at the hospitalized unit of Panti Rini Hospital Kalasan Yogyakarta
period July 2007-June 2008.
This study is done in a observational way research plan descriptive
evaluative research which have retrospective characteristic. The instrument of this
study is medical record of acute diarrhea in child.
All case which analized is 54 cases. The most frequency case patients 1-≤
5 years old (88,9%), the most gender is male (64,8%),) and the location that
plenty of patients had been treatment was on the Kalasan district (38,9%). This
study used 7 drug class therapy which is three most drug class therapy are
nutrition and blood medicine (100%), gastrointestinal system disorder medicine
(100,0%), and central nervous system medicine (75,9%). The type of drug therapy
problems that happened which is unnecessary drug therapy (35,2%), dosage too
low (13,0%), and ineffective drug (38,9%). All of the cases return home with
good clinical condition (100,0%).
Key words : drug therapy problems, acute diarrhea, children
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................... vi
PRAKATA .............................................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... x
INTISARI ................................................................................................ xi
ABSTRACT .............................................................................................. xii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xxii
ABBREVIATIONS .................................................................................... xxiii
BAB I PENGANTAR .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
1. Perumusan masalah ............................................................... 3
2. Keaslian penelitian ................................................................ 4
3. Manfaat penelitian ................................................................. 5
B. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
xiv
1. Tujuan umum ........................................................................ 5
2. Tujuan khusus ....................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................... 7
A. Drug Therapy Problems ............................................................ 7
B. Diare ......................................................................................... 8
1. Definisi.................................................................................. 9
2. Etiologi.................................................................................. 9
3. Patofisiologi .......................................................................... 10
4. Gejala .................................................................................... 12
5. Malabsorpsi lemak................................................................. 13
6. Pemeriksaan diagnostik ......................................................... 15
C. Penatalaksanaan Terapi Diare Akut ........................................... 15
1. Tujuan terapi ......................................................................... 15
2. Sasaran terapi ........................................................................ 16
3. Algoritma terapi .................................................................... 16
4. Strategi terapi ........................................................................ 17
5. Informasi kelas obat antidiare ............................................... 20
D. Keterangan Empiris ................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 24
B. Definisi Operasional .................................................................. 24
C. Subyek Penelitian ...................................................................... 26
xv
D. Bahan Penelitian ........................................................................ 27
D. Tata Cara Penelitian .................................................................. 27
1. Tahap perencanaan ................................................................ 27
2. Tahap pengambilan data ........................................................ 27
3. Tahap penyelesaian data ........................................................ 28
E. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................ 29
F. Kesulitan Penelitian ................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 32
A. Karakteristik Pasien Diare Akut Anak ....................................... 32
1. Berdasarkan usia.................................................................... 32
2. Berdasarkan jenis kelamin ..................................................... 33
3. Berdasarkan tempat tinggal pasien (kecamatan) ..................... 34
B. Pola Pengobatan Pasien Diare Akut Anak .................................. 35
1. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna ......................... 36
2. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan ................ 37
3. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ............................. 38
4. Obat yang bekerja sebagai analgesik ...................................... 39
5. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi ..................... 39
6. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah ............................... 40
7. Obat sistem hepatobilier ........................................................ 42
C. Kajian Drug Therapy Problems ................................................. 42
1. Tidak butuh obat ................................................................... 43
xvi
2. Dosis terlalu rendah .............................................................. 44
3. Pemakaian obat yang tidak efektif ........................................ 45
C. Outcome Pasien ......................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 52
A. Kesimpulan ............................................................................... 52
B. Saran ......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 54
LAMPIRAN ............................................................................................ 57
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 130
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I Kategori Drug Therapy Problems ..................................... 7
Tabel II. Gejala Klinis Infeksi Diare Patogen .................................. 12
Tabel III Penilaian Dehidrasi dan Tingkat Keparahan Diare Akut .... 13
Tabel IV Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak Berdasarkan
Usia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 .............. 33
Tabel V Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak Berdasarkan
Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 33
Tabel VI Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak Berdasarkan
Tempat Tinggal (Kecamatan) di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 34
Tabel VII Distribusi Kelas Terapi Obat Pasien Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ............. 35
Tabel VIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang
Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada
Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
xviii
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 36
Tabel IX Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang
Bekerja pada Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan
pada Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 37
Tabel X Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang
Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada
Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 38
Tabel XI Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Analgesik
yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 39
Tabel XII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Infeksi
yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 39
Tabel XIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Gizi dan
Darah yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 41
xix
Tabel XIV Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat
Sistem Hepatobilier yang Digunakan pada
Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 42
Tabel XV Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan
Drug Therapy Problems Tidak Butuh Obat
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 43
Tabel XVI Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan
Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Rendah
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 44
Tabel XVII Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan
Drug Therapy Problems Pemakaian Obat yang Tidak Efektif
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 45
Tabel XVIII Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 3
(Tidak Butuh Obat) di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 45
Tabel XIX Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 38
(Dosis Terlalu Rendah) di Instalasi Rawat Inap
xx
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 46
Tabel XX Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 47
(Pemakaian Obat yang Tidak Efektif)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 48
Tabel XXI Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 50
(Pemakaian Obat yang Tidak Efektif, Tidak Butuh Obat)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 49
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna pada Diare .............. 8
Gambar 2 Steatorrhea/Droplet-droplet Lemak dalam Feses .............. 14
Gambar 3 Algoritma Terapi Diare Akut ............................................ 16
Gambar 4 Antimikrobia untuk Terapi Diare yang Disebabkan oleh
Agen yang Spesifik ........................................................... 18
Gambar 5 Outcome Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 .............................................. 51
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Drug Therapy Problems Pasien Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ........................... 57
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta ....................................................................... 129
xxiii
ABBREVIATIONS
1. amp : ampul
2. HGB : hemoglobin
3. HCT : hematokrit
4. LYM% : % limfosit dalam leukosit
5. LYM# : jumlah absolut leukosit dari sel darah
6. MCV : mean corpuscular volume (volume rata-rata eritrosit)
7. MCH : mean corpuscular hemoglobin (kadar hemoglobin rata-
rata)
8. MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration (rata-rata
konsentrasi hemoglobin)
9. MPV : mean platelet volume
10. MXD% : % jumlah basofil, eosinofil dan monosit dalam leukosit
11. MXD# : jumlah absolut basofil, eosinofil dan monosit dari sel
darah
12. NEUT% : % neutrofil dalam leukosit
13. NEUT# : jumlah absolut neutrofil dari sel darah
14. PDW : platelet distribution width
15. P-LCR : large platelet ratio
16. PLT : platelet (trombosit)
17. RBC : red blood cell (eritrosit)
18. RDW : RBC distribution width
19. sach : sachet
xxiv
20. sdt : sendok the (5 mL)
21. SOAP : subjective, objective, assessment, plan
22. tab : tablet
23. tts : tetes
24. WBC : white blood cell (leukosit)
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Di negara berkembang, diare merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak-anak. Pada tahun 2003, diperkirakan 1,87 juta anak-anak di
bawah usia 5 tahun meninggal karena diare. Rata-rata, di negara berkembang,
anak di bawah usia 3 tahun mengalami 3 episode diare setiap tahunnya (Anonim,
2005).
Di Indonesia, walaupun diare sudah dapat dikendalikan dengan adanya
program pemberantasan penyakit diare oleh pemerintah tetapi masih sering
menimbulkan keresahan bagi masyarakat terutama bila terjadi Kejadian Luar
Biasa, diperkirakan 200-400 kejadian diare di antara 1000 penduduk per tahun.
Sebagian besar dari penderita (60-80%) adalah anak usia di bawah 5 tahun dan
±1-2% mengalami dehidrasi. Sebanyak 50-60% penderita ini akan meninggal bila
tidak mendapatkan pertolongan (Sinuhaji, 2007).
Pada tahun 2006, jumlah penderita diare di Indonesia mencapai 26.000
jiwa, sedangkan Oktober 2007 sudah mencapai 23.000 jiwa, sebagian besar
penderita diare tersebut adalah anak-anak (Anonim, 2007). Menurut laporan unit
pencatatan medik Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008, kasus
diare akut pada pasien anak rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini terjadi sebanyak
119 kasus.
2
Berdasarkan penelitian Soenarto (2007) menemukan bahwa telah terjadi
penggunaan antibiotika yang tidak rasional dalam terapi diare cair akut di rumah
sakit non pendidikan sebesar 100 %, sedangkan di rumah sakit pendidikan hanya
18%. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat mengganggu keseimbangan
mikroflora dalam usus sehingga menyebabkan Antibiotic Associated Diarrhea
(AAD). Berdasarkan penelitian, kejadian AAD pada pasien rawat inap sebesar
31%. Selain itu, kecenderungan pemberian antibiotika pada pasien dan penderita
diare secara sembarangan atau berlebihan, dapat membuat resisten penyakit diare
tersebut (Anonim, 2009 a).
Ketidakrasionalan terapi diare seperti peresepan jumlah obat berlebihan,
polifarmasi, peresepan antibiotika dan obat injeksi tidak sesuai indikasi, peresepan
antibiotika dalam dosis subterapeutik, peresepan antidiare, serta semua
ketidakrasionalan lainnya pun menjadikan beban biaya penanganan yang tinggi
(Anonim, 2009 a). Melihat hal tersebut muncul pertanyaan mengenai kerasionalan
terapinya terkait kemungkinan terjadinya drug therapy problems dan outcome
yang dialami pasien, untuk itu perlu dilakukan evaluasi pengobatan pada pasien.
Adapun pemilihan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta sebagai
tempat penelitian dikarenakan perannya sebagai rumah sakit tipe pratama, rumah
sakit yang memiliki pelayanan dasar, umum dan gigi serta pelayanan medik
spesialistik 4 dasar sesuai dengan standar minimal rumah sakit kelas pratama,
yaitu Spesialis Penyakit Dalam, Kebidanan dan Kandungan, Bedah dan Penyakit
Anak (Anonim, 2008 a).
3
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. seperti apa karakteristik pasien diare akut anak berdasarkan usia, jenis
kelamin dan tempat tinggal (kecamatan) di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008?
b. seperti apa pola pengobatan pasien diare akut anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni
2008?
c. seperti apakah kejadian drug therapy problems yang terjadi pada
pengobatan pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 yang
meliputi :
1) tidak butuh obat?
2) butuh tambahan obat?
3) pemakaian obat yang tidak efektif?
4) dosis yang diterima pasien terlalu rendah?
5) terjadi adverse drug reaction?
6) dosis yang diterima pasien terlalu tinggi?
d. seperti apa outcome pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni
2008?
4
2. Keaslian penelitian
Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pengobatan Pasien Diare Akut
Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode
Juli 2007-Juni 2008 belum pernah dilakukan. Penelitian-penelitian tentang diare
akut yang pernah dilakukan adalah Pola Peresepan Obat pada Penderita Diare
Akut Anak di Instalasi Rawat Inap RS DR. Sardjito Yogyakarta (Prasetyanti,
2003), Profil Peresepan Antimikroba pada Penderita Diare Akut di Instalasi
Rawat Inap RS Panti Nugroho Yogyakarta tahun 2000 (Nona, 2003), Penggunaan
Antibiotik untuk Terapi Diare pada Pasien Rawat Inap di RS Bethesda
Yogyakarta Periode Januari-Juli tahun 1999 (Rusmiyati, 2003), Pola Peresepan
Diare Akut pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Juli-Desember 2002 (Lestari, 2004), Pola Pengobatan
Penyakit Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Juli-Desember Tahun 2004 (Adesispanti, 2006).
Perbedaan dengan penelitian ini adalah dilakukan evaluasi drug therapy
problems pada pengobatan pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008. Evaluasi drug
therapy problems akan dijabarkan pada Assessment menggunakan metode SOAP
(Subjective, Objective, Assessment, Plan) yang kemudian akan dipecahkan
melalui Plan. Evaluasi drug therapy problems kemudian dirangkum dan
dikelompokkan berdasarkan keenam parameter drug therapy problems yang
terjadi beserta zat aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya
drug therapy problems.
5
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Panti
Rini Kalasan Yogyakarta.
b. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
mengenai drug therapy problems pada pengobatan diare akut anak di
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengevaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien
diare akut anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien diare akut anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni
2008 berdasarkan usia, jenis kelamin dan tempat tinggal (kecamatan).
b. Mendeskripsikan pola pengobatan pasien diare akut anak di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli
2007-Juni 2008.
6
c. Mengetahui kajian drug therapy problems yang terjadi pada pengobatan
pasien diare akut anak yang meliputi :
1) tidak butuh obat
2) butuh tambahan obat
3) pemakaian obat yang tidak efektif
4) dosis yang diterima pasien terlalu rendah
5) adverse drug reaction
6) dosis yang diterima pasien terlalu tinggi
d. Mendeskripsikan outcome pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni
2008.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Drug Therapy Problems
Tabel I. Kategori Drug Therapy Problems (Cipolle, Strand, and
Morley, 2004). Drug therapy problems Penyebab-penyebab drug therapy problems
Tidak butuh obat
(unnecessary drug
therapy)
Tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang
digunakan saat itu, banyak produk obat yang digunakan untuk
kondisi tertentu yang hanya memerlukan terapi obat tunggal,
kondisi medis lebih tepat diobati tanpa terapi obat, terapi obat
digunakan untuk mencegah adverse reaction yang berhubungan
dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan
alkohol, atau merokok yang menyebabkan masalah.
Butuh tambahan obat
(need for additional
drug therapy)
Kondisi medis yang memerlukan terapi inisiasi obat, terapi
pencegahan obat diperlukan untuk mengurangi resiko
berkembangnya penyakit baru, kondisi medis yang memerlukan
farmakoterapi tambahan untuk memperoleh sinergisme atau
efek tambahan.
Pemakaian obat yang
tidak efektif
(ineffective drug)
Obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif untuk
masalah medis yang dialami, kondisi medis yang sukar
disembuhkan dengan produk obat, bentuk sediaan produk obat
tidak tepat, produk obat tidak efektif terhadap indikasi yang
dialami.
Dosis terlalu rendah
(dosage too low)
Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang
diinginkan, interval dosis yang jarang menghasilkan respon yang
diinginkan, interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang
tersedia, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon
yang diinginkan.
Adverse drug reaction Produk obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang
tidak berhubungan dengan dosis, produk obat yang aman
diperlukan karena terkait dengan faktor resiko, interaksi obat
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis, pengaturan dosis yang diberikan
atau diganti dengan sangat cepat, produk obat yang
menyebabkan reaksi alergi, produk obat yang kontraindikasi
terhadap faktor resiko.
Dosis terlalu tinggi
(dosage too high)
Dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian obat terlalu singkat,
durasi obat terlalu lama, interaksi obat terjadi karena hasil
reaksi toksik produk obat, dosis obat diberikan terlalu cepat.
Kepatuhan pasien
(noncompliance)
Pasien tidak mengerti instruksi pemakaian, pasien memilih
untuk tidak memakai obat, pasien lupa untuk memakai obat,
harga obat yang terlalu mahal bagi pasien, pasien tidak dapat
menelan atau memakai sendiri obat secara tepat, obat tidak
tersedia bagi pasien.
8
Drug therapy problems merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang
dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi obat dan
berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. Diketahui ada tujuh
kategori drug therapy problems yang menjelaskan sejumlah masalah yang dapat
disebabkan oleh obat dan/atau yang dapat diselesaikan dengan terapi obat dan
menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical care. Jenis drug therapy problems
tidak butuh obat dan butuh tambahan obat merupakan drug therapy problems
yang berhubungan dengan indikasi. Pemakaian obat yang tidak efektif dan dosis
terlalu rendah berhubungan dengan masalah keefektifan. Adverse drug reaction
dan dosis terlalu tinggi berhubungan dengan masalah keamanan, sedangkan jenis
drug therapy problems yang terakhir berhubungan dengan masalah kepatuhan
pasien (Cipolle et al., 2004).
B. Diare
Gambar 1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna pada Diare
(Anonim, 2009 b; Anonim 2009 c)
9
1. Definisi
Diare adalah frekuensi buang air besar ≥ 3× per hari disertai perubahan
konsistensi feses (lembek atau cair). Perubahan konsistensi feses karena terjadi
peningkatan volume air dalam feses (Sinuhaji, 2007). Diare dapat akut atau
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedang
diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Zein, Sagala dan
Ginting, 2004).
Diare merupakan mekanisme pertahanan tubuh, dengan adanya diare,
cairan yang tercurah ke lumen saluran cerna akan membersihkan saluran cerna
dari bahan-bahan patogen (cleansing effect). Bila bahan patogen ini hilang dari
saluran cerna, diare akan sembuh (self limited). Namun di sisi lain diare
menyebabkan kehilangan cairan (air, elektrolit dan basa) dan bahan makanan dari
tubuh (Sinuhaji, 2007).
2. Etiologi
Beberapa hal yang biasa menyebabkan diare adalah :
a. infeksi bakteri.
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter,
Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli.
b. infeksi virus.
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus dan norovirus.
10
c. intoleransi makanan.
Contoh : pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan
seperti laktosa (gula dalam susu).
d. parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap dalam sistem pencernaan. Contoh : Giardia lamblia, Entamoeba
hystolitica dan Cryptosporidium.
e. reaksi obat
Contoh : antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang
mengandung magnesium.
f. penyakit intestinal seperti penyakit inflamasi usus atau penyakit
abdominal.
g. gangguan fungsi usus seperti sindrom iritasi usus (usus tidak dapat
bekerja secara normal) (Anonim, 2004 a).
3. Patofisiologi
Ada empat mekanisme umum gangguan keseimbangan elektrolit yang
menyebabkan diare yang menjadi dasar dan diagnosis terapi, yaitu pertukaran
transpor ion menjadi tidak aktif karena penurunan absorpsi Na atau peningkatan
sekresi Cl, perubahan motilitas usus, peningkatan osmolaritas luminal, dan
peningkatan tekanan hidrostatik di jaringan. Secara klinis, mekanisme ini
dihubungkan dengan empat jenis diare : sekretori, osmotik, eksudatif, dan
perubahan transit usus/motor (Spruil dan Wade, 2005). Umumnya mekanisme
pada diare akut adalah osmotik dan sekretori, sedangkan motor dan eksudatif
merupakan mekanisme umum pada penyakit diare kronik (Walker, 2005).
11
Diare sekretori terjadi jika ada salah satu rangsangan substansi yaitu
peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi sejumlah besar cairan dan elektrolit.
Substansi yang menyebabkan sekresi secara berlebihan yaitu vasoactive intestinal
peptide (VIP) dari tumor pankreas, lemak makanan yang tidak diabsorbsi dalam
steatorrhea, laksatif, hormon sekretin, toksin bakteri, dan garam empedu yang
berlebih. Sebagian besar agen ini merangsang cyclic adenosine monophosphate
(cAMP) intraseluler yang menyebabkan peningkatan sekresi. Selain itu, mediator
ini juga menghambat absorpsi ion secara bersamaan (Spruil dan Wade, 2005).
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga
terjadi diare. Penyebab diare osmotik adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat antasida yang mengandung magnesium (Zein et al.,
2004). Secara klinik, diare osmotik dapat dibedakan dari jenis diare yang lain,
misalnya diare berhenti jika pasien dipuasakan (Spruil dan Wade, 2005).
Diare eksudatif umumnya disebabkan karena inflamasi, seperti
inflammatory bowel disease (IBD) atau infeksi bakteri (yaitu disentri) yang
menyebabkan mukosa usus menjadi radang. IBD dan infeksi bakteri
menyebabkan gangguan absorpsi cairan dan keluarnya lendir, darah dan nanah ke
dalam lumen (Walker, 2005). Diare motor terjadi jika waktu transit usus menjadi
lebih cepat, sehingga mengurangi waktu kontak antara isi lumen dengan daerah
absorpsi pada dinding usus (Walker, 2005).
12
4. Gejala
Diare dapat disertai dengan mual, muntah, nyeri abdominal, dan sakit
kepala. Selain itu, tergantung dari penyebabnya, penderita juga dapat mengalami
demam atau feses yang berdarah (Anonim, 2004 a).
Tabel II. Gejala Klinis Infeksi Diare Patogen (Anonim, 2004 b) Patogen Tanda dan Gejala
BAKTERI
Enterohemorrhagic E.
coli (E. coli O157:H7)
feses yang berdarah, nyeri abdominal, dan muntah
Campylobacter jejuni feses yang berdarah, nyeri, demam, dan muntah
Salmonella spp. demam, nyeri abdominal, dan muntah
Shigella spp. nyeri abdominal, demam, feses yang berdarah dan berlendir
Vibrio cholerae diare cair, muntah, dapat menimbulkan dehidrasi berat dan
kematian
Yersinia
enterocolytica
muntah, demam dan nyeri abdominal
VIRUS
Norovirus mual, muntah, nyeri abdominal, dan demam
PARASIT
Cryptosporidium diare cair, nyeri abdominal, dan demam
Cyclospora
cayetanensis
diare cair, kehilangan nafsu makan, BB turun, nyeri abdominal,
muntah, mual, dan fatigue
Entamoeba hystolitica feses yang berdarah, pergerakan usus yang sering, dan
nyeri abdominal
Anak-anak dapat terkena diare akut atau diare kronik dan harus dibawa
ke dokter bila menunjukkan gejala-gejala seperti feses mengandung nanah dan
darah atau feses berwarna hitam, suhu badan di atas 38°C, setelah 24 jam tidak
menunjukkan perbaikan, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi (Anonim, 2004 a).
Gejala umum dehidrasi antara lain haus, frekuensi buang air kecil
menurun, kulit kering, fatigue, urin berwarna gelap. Gejala dehidrasi pada anak-
anak antara lain lidah dan mulut kering, jika menangis tidak mengeluarkan air
13
mata, perut, mata dan pipi cekung, demam tinggi, lesu atau mudah marah, kulit
tidak kembali rata jika ditekan dan kemudian dilepaskan (Anonim, 2004 a).
Tabel III. Penilaian Dehidrasi dan Tingkat Keparahan Diare Akut
(Walker, 2005) Diare ringan
(dapat ditangani
sendiri)
Diare sedang (dapat
ditangani sendiri)
Diare berat
(tidak dapat
ditangani sendiri)
Tingkat
dehidrasi
3%-5% 6%-9% ≥ 10%
Tanda dehidrasi Membran mukosa
mulut agak kering,
rasa haus
meningkat,
pengeluaran urin
sedikit berkurang,
BB turun 3%-5%
Mata cekung, ubun-ubun
cekung, turgor kulit
berkurang, membran
mukosa mulut kering,
volume urin dan air mata
berkurang, gelisah, BB
turun 6%-9%
Sama dengan tanda
diare sedang,
ditambah dehidrasi,
BB turun ≥ 10%,
denyut nadi cepat,
sianosis, menggigil,
nafas cepat, lesu,
koma
Banyaknya feses
yang tidak
berbentuk/hari
<3 4-5 6-9
Tanda/gejala
lain
Tanpa demam atau
demam ringan,
tekanan darah
normal, tidak ada
perbedaan ortostatik
pada tekanan darah
Demam >101°F (38°C),
dalam keadaan baring
tekanan darah normal,
tekanan darah ortostatik
ringan/perubahan denyut
dengan atau tanpa
ortostatik ringan
dihubungkan dengan
gejala
Demam >101°F
(38°C), tekanan
darah rendah,
pusing, daerah
sekitar perut sering
sakit
5. Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi lemak diartikan sebagai suatu keadaan terdapatnya
gangguan absorpsi lemak dalam usus sehingga lemak keluar secara berlebihan
dalam feses. Keadaan ini dapat disertai dengan atau tanpa diare. Terdapatnya
lemak dalam feses >7g/hari disebut steatorrhea. Secara makroskopis, steatorrhea
dapat ditandai dengan feses yang berlemak, berbau busuk, pucat, dan bulky,
sedangkan secara mikroskopis tampak tetesan lemak yang memenuhi lebih dari
setengah lapangan pandangan (Suharyono, 2008).
14
Gambar 2. Steatorrhea/Droplet-droplet Lemak dalam Feses
(Anonim, 2003)
Untuk mengetahui adanya malabsorpsi lemak, dapat dilakukan tes
kualitatif dengan pewarnaan Sudan III. Sampel feses diperiksa secara
mikroskopis. Banyaknya tetesan merah-orange menandakan steatorrhea. False
negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Tes yang akurat adalah dengan
uji kuantitatif yaitu mengukur lemak yang diabsorpsi. Setelah pasien
mengonsumsi lemak (80-100g/hari) selama ± 3 hari, jumlah total lemak dalam
feses dikumpulkan selama 72 jam untuk diukur. Pada individu yang sehat,
ekskresi lemak dalam feses seharusnya <7 g/hari (Klapproth, 2008). Jika lemak
dalam feses >40 g/hari menandakan ketidaksempurnaan lipolisis misalnya karena
insufisiensi pankreas (Anonim, 2009 d).
Terapi malabsorpsi lemak adalah dengan memperbaiki kekurangan
nutrisi, vitamin dan mengidentifikasi serta mengobati penyebab utama
malabsorpsi lemak misalnya pada insufisiensi pankreas (pankreatitis kronik atau
tumor pankreas), penyakit Celiac, penyakit Crohn’s, dan penyakit Whipples
(Anonim, 2009 d).
15
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan untuk menemukan
penyebab diare adalah :
a. pemeriksaan fisik dan sejarah medis.
Dokter perlu mengetahui kebiasaan makan pasien dan mengenai obat-
obatan yang digunakan.
b. pemeriksaan kultur feses.
Analis laboratorium akan menganalisa sampel feses untuk memeriksa
bakteri, parasit atau tanda-tanda lain dari penyakit.
c. pemeriksaan darah.
d. pemeriksaan saat puasa untuk menentukan penyakit diare tersebut
disebabkan oleh suatu intoleransi terhadap makanan atau alergi makanan.
e. sigmoidoscopy.
Pada pemeriksaan ini, dokter menggunakan suatu peralatan khusus untuk
melihat ke dalam rektum dan bagian bawah kolon.
f. colonoscopy.
Pemeriksaan ini mirip dengan sigmoidoscopy, tetapi yang diperiksa
adalah seluruh bagian colon (Anonim, 2004 a).
C. Penatalaksanaan Terapi Diare Akut
1. Tujuan terapi
Tujuan terapi diare akut adalah untuk memperbaiki atau mencegah
kehilangan cairan dan elektrolit, meringankan gejala, mengidentifikasi dan
16
mengobati penyebab diare, serta mencegah morbiditas dan mortalitas diare
(Walker, 2005).
2. Sasaran terapi
Sasaran terapi diare akut adalah gejala dan penyebab diare.
3. Algoritma terapi
Gambar 3. Algoritma Terapi Diare Akut (Spruill dan Wade, 2005)
Pengobatan diare yang direkomendasikan oleh WHO :
a. pemberian oralit formula baru dengan osmolaritas yang rendah untuk
mengurangi durasi diare, mengurangi volume feses, dan mengurangi
pemberian terapi cairan intravena (iv).
Sejarah penyakit & Pemeriksaan fisik
Diare kronis
(> 14 hari)
Diare akut
(< 3 hari)
Demam atau gejala sistemik
Tidak ada demam
atau gejala sistemik
Pemeriksaan feses WBC/RBC dan parasit Gunakan terapi
simptomatik,
meliputi :
a. Penggantian
cairan atau
elektrolit
b. Loperamid,
difenoksilad,
atau adsorben
c. Diet
Negatif Positif
Antibiotik yang cocok dan terapi simptomatik
Terapi
simptomatik
Diare
17
b. pemberian suplemen zinc selama dan setelah episode akut diare untuk
mengurangi lama dan keparahan, serta insidensi terjadinya diare dalam 2-
3 bulan berikutnya (Anonim, 2006).
4. Strategi terapi
a. Terapi non farmakologi.
1) Pengaturan pola makan merupakan prioritas utama dalam pengobatan
diare. Sampai diare berhenti, hindari makanan dengan kadar serat yang
tinggi dan berikan buah-buahan seperti pisang karena mengandung
kalium yang tinggi (Anonim, 2004 a).
2) Cairan dan elektrolit
Rehidrasi dan pemeliharaan cairan dan elektrolit merupakan tujuan
utama sampai diare sembuh. Bisa digunakan rute parenteral maupun
enteral dalam memberikan asupan cairan dan elektrolit, misalnya
dengan oral rehydration solution (ORS) atau oralit (Spruil dan Wade,
2005). Pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi
pada penderita diare akut yang belum mendapatkan dehidrasi
(preventive). Pemberian oralit juga berguna untuk mengobati dehidrasi
(treatment). Pada penderita yang sudah diobati dehidrasinya,
pemberian oralit terus dilakukan selama diare masih berlangsung untuk
mencegah terjadinya dehidrasi (maintenance) (Sinuhaji, 2007).
b. Terapi farmakologi.
1) Antimikrobia
18
Gambar 4. Antimikrobia untuk Terapi Diare yang Disebabkan oleh Agen yang Spesifik
Cholera
Pilihan pertama
Doksisiklin
Dewasa :
300 mg dosis tunggal
atau
Tetrasiklin
Dewasa : 500 mg
4× sehari, 3 hari
(Anonim, 2008 b)
Alternatif
Azitromisin
atau
Siprofloksasin
(Anonim, 2008 b)
Shigellosis
Pilihan pertama
Siprofloksasin
Anak-anak :
15 mg/kg 2× sehari,
3 hari
Dewasa : 500 mg
2× sehari, 3 hari
(Anonim, 2008 b)
TMP-SMX
(Anonim, 2004 b)
Alternatif
Pivmecillinam
Anak-anak :
20 mg/kg 4× sehari,
5 hari
Dewasa : 400 mg
4× sehari, 5 hari
Seftriakson
Anak-anak :
50-100 mg/kg
IM dosis tunggal
2-5 hari
(Anonim, 2008 b)
Amoebiasis Giardiasis
trofozoit E. histolytica
Metronidazol
Dewasa :
500-750 mg 3× sehari
selama 5-10 hari
atau
2 g setiap hari, selama
3 hari
atau
50 mg/kg, dosis
tunggal
Anak-anak :
35-50 mg/kg/hari
setiap 8 jam selama
10 hari
cysts of E. histolytica
Paromomisin
Dewasa dan
anak-anak :
25-35 mg/kg hari setiap
8 jam selama 7 hari
(Dhawan, 2008)
Metronidazol
Anak-anak : 5 mg/kg
3× sehari, 5 hari
Dewasa : 250 mg
3× sehari, 5 hari
(Anonim, 2008 b)
Campylobacter
Azitromisin
(Anonim, 2008 b)
19
Antimikrobia sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada anak yang
mengalami diare karena tidak efektif melawan sebagian besar
mikroorganisme penyebab diare, seperti rotavirus atau
Cryptosporidium. Selain itu, untuk memilih antimikrobia yang efektif,
kita harus mengetahui sensitivitas agen penyebab diare. Penggunaan
antimikrobia juga menambah biaya terapi, risiko terjadinya reaksi yang
merugikan, dan meningkatkan resistensi bakteri. Antimikrobia hanya
diberikan untuk anak dengan kasus disentri, kolera dengan dehidrasi
berat, dan giardiasis serta diare dengan infeksi akut (mis. pneumonia,
infeksi saluran kemih) yang memerlukan terapi antimikrobia yang
spesifik (Anonim, 2005).
2) Obat antidiare
Agen farmakologi yang digunakan untuk terapi diare dapat
diklasifikasikan berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mengubah
motilitas usus, mengubah sekresi, adsorpsi toksin atau cairan, dan
mengubah mikroflora usus. Banyak agen memiliki efek toksik sistemik
yang memperparah penyakit diare pada bayi dan anak-anak; sebagian
besar tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak <2-3
tahun. Sedikit data yang tersedia yang mendukung penggunaan agen
antidiare untuk terapi diare akut, terutama pada anak-anak (Anonim,
1996).
20
3) Zinc
Penggunaan zinc dalam terapi diare akut mempengaruhi fungsi
kekebalan atau struktur atau fungsi usus, dan pemulihan epitel selama
terjadi diare (Anonim, 2006). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
suplemen zinc (10-20 mg/hari yang diberikan sampai diare berhenti)
secara signifikan mengurangi keparahan dan durasi terjadinya diare
pada anak di bawah usia 5 tahun. Penelitian lainnya menunjukkan
bahwa penggunaan zinc (10-20 mg/hari selama 10-14 hari) dapat
mengurangi insidensi terjadinya diare dalam 2-3 bulan berikutnya
(Anonim, 2005). Berdasarkan penelitian-penelitian ini, sekarang
direkomendasikan penggunaan zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari
untuk anak yang mengalami diare dan 10 mg/hari untuk bayi di bawah
usia 6 bulan (Anonim, 2006).
5. Informasi kelas obat antidiare
a. Mengubah motilitas usus (antimotilitas).
Yang termasuk obat antimotilitas adalah loperamid hidroklorida,
difenoksilat dengan atropin, tincture opium, paregorik, dan kodein
(Anonim, 2005). Loperamid merupakan turunan piperadin, yang
mengurangi kecepatan transit dan meningkatkan kemampuan usus
menahan cairan. Loperamid juga menghambat calmodulin, protein yang
terlibat dalam transpor usus. Loperamid lebih spesifik terhadap reseptor
µ-opioid usus sehingga mempunyai efek yang sangat kecil terhadap
sistem saraf pusat jika dibandingkan dengan opiat lainnya.
21
American Academy of Pediatrics (AAP) tidak merekomendasikan
penggunaan loperamid pada anak <6 tahun karena secara klinis
memberikan efek yang tidak berbeda dalam volume feses dan durasi
penyakit, tapi memiliki risiko efek samping seperti paralitik ileus dan
toksisitas megacolon (Walker, 2005).
b. Mengubah sekresi (antisekresi).
Yang termasuk obat antisekresi adalah bismuth subsalisilat (BSS). BSS
bereaksi dengan asam hidroklorida dalam lambung membentuk bismuth
oksiklorida dan asam salisilat. Bismuth oksiklorida tidak larut dan
diabsorbsi sangat sedikit dari saluran gastrointestinal. Asam salisilat
dengan mudah diabsorbsi. Kedua zat ini memiliki efek farmakologi
seperti mengurangi frekuensi feses yang tidak berbentuk, meningkatkan
konsistensi feses, meringankan gejala kram abdomen, dan mengurangi
mual serta muntah pada anak dan orang dewasa. American Academy of
Pediatrics tidak merekomendasikan BSS pada anak. Selain itu, salisilat
dapat menyebabkan efek samping yang tidak tergantung pada dosis,
misalnya sindrom Reye’s (Walker, 2005).
c. Adsorpsi toksin atau cairan (adsorben).
Yang termasuk adsorben adalah kaolin, attapulgite, smectite, arang aktif,
kombinasi kaolin-pektin (Anonim, 2005; Spruil dan Wade, 2005).
Beberapa senyawa antidiare seperti kaolin-pektin, arang aktif, attapulgite
bekerja dengan mengadsorbsi toksin bakteri dan mengikat air untuk
mengurangi banyaknya gerakan usus dan meningkatkan
22
konsistensi feses. Tidak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa agen
ini mengurangi durasi diare, frekuensi BAB, atau hilangnya cairan
melalui feses (Anonim, 1996).
1) Kaolin
Adsorpsi kaolin tidak selektif. Jika diberikan secara oral, kaolin dapat
mengadsorbsi senyawa dan enzim pencernaan sama baiknya dengan
toksin, bakteri, dan obat di saluran cerna. Penggunaan kaolin tidak
direkomendasikan oleh AAP dan sebaiknya tidak digunakan untuk
anak <12 tahun tanpa rekomendasi dokter (Walker, 2005).
2) Smectite/dioctahedral smectite
Smectite diketahui dapat mengadsorbsi virus, bakteri, toksin bakteri,
dan melindungi mukosa usus. Berdasarkan penelitian randomised
controlled trials (Narkeviciute et al., 2002; Guarino et al., 2001;
Lexomboon et al., 1994; Madkour et al.,1993; Vivatvakin et al.,
1992), penggunaan smectite dan ORS pada anak yang mengalami diare
akut terbukti efektif mengurangi durasi diare hingga 20-50% yaitu
dengan mengurangi frekuensi BAB, meningkatkan konsistensi feses,
mencegah perpanjangan durasi diare dan tidak ditemukan adanya efek
samping (Anonim, 2009 e).
d. Mengubah mikroflora usus (probiotik).
Probiotik merupakan terapi suportif diare akut pada anak-anak terutama
penyakit karena gangguan terhadap perlindungan mikroflora normal.
Flora normal mempunyai “perlawanan koloni”, suatu fenomena yang
23
kompleks melawan kolonisasi patogen opportunis yang dapat menyerang
usus setelah penggunaan antibiotik spektrum luas, terapi atau operasi
(McFarland, Elmer, McFarland 2006). Mikroflora yang digolongkan
sebagai probiotik adalah yang memproduksi asam laktat terutama dari
golongan Lactobacilli dan Bifidobacteria (Anonim, 2009 f). Probiotik
memiliki beberapa mekanisme, yaitu memproduksi substansi
antimikrobia, memodifikasi toksin dan mengganggu pengikatannya
dengan reseptor, merangsang sistem imun atau kombinasi dari beberapa
mekanisme. Berdasarkan penelitian meta-analisis pada diare pediatri
yang dilakukan Huang et al., 2002; Van Niel et al., 2002 dan Szajewska
and Mrukowicz, 2001 disimpulkan bahwa probiotik dapat mengurangi
durasi diare (McFarland et al., 2006).
D. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pengobatan
Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 dapat mengurangi kejadian drug therapy
problems pada pengobatan diare akut pada pasien anak di Rumah Sakit Panti Rini
Kalasan Yogyakarta.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pengobatan
Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 merupakan jenis penelitian observasional
dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian
observasional adalah penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel)
subyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti
(Pratiknya, 2001). Penelitian merupakan rancangan deskriptif evaluatif karena
data yang diperoleh dari lembar medical record dievaluasi berdasarkan studi
pustaka dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang
kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian bersifat
retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan
melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu lembar medical record pasien
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Juli 2007-Juni 2008.
B. Definisi Operasional
1. Lembar medical record adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang
memuat data mengenai karakteristik pasien meliputi identitas, diagnosa,
anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, daftar pemberian obat,
rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rencana keperawatan serta
25
ringkasan pemeriksaan, dan outcome pasien diare akut anak yang dirawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli
2007-Juni 2008.
2. Diare akut dalam penelitian ini adalah penyakit diare akut (kurang dari 14
hari) tanpa komplikasi penyakit lain yang diketahui dari lembar medical
record pasien.
3. Pola pengobatan adalah penggolongan obat dalam terapi farmakologis yang
digunakan pasien diare akut anak selama berada di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 menjadi
beberapa kelas terapi berdasarkan referensi Informatorium Obat Nasional
Indonesia (IONI) 2000. Jika tidak tercantum di IONI, penggolongan obat
berdasarkan referensi Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 43-2008,
dilanjutkan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008.
4. Jenis drug therapy problems yang dapat diamati dalam penelitian ini, yaitu
butuh obat (need for additional drug therapy), tidak butuh obat (unnecessary
drug therapy), pemakaian obat yang tidak efektif (ineffective drug), dosis
terlalu rendah (dosage too low), adverse drug reaction, dosis terlalu tinggi
(dosage too high), sedangkan kepatuhan pasien tidak dapat diamati.
5. Evaluasi dosis berdasarkan sumber referensi Informasi Spesialite Obat
Indonesia Vol. 43-2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7
2007/2008, Handbook of Clinical Drug Data 10th
edition dan Drug Facts and
Comparisons Pocket Version Eleventh Edition.
26
6. Evaluasi adverse drug reaction berdasarkan sumber referensi Drug
Information Handbook dan Drug Interaction Facts.
7. Outcome adalah kondisi pasien ketika meninggalkan rumah sakit, yaitu
sembuh, membaik, belum sembuh, meninggal <48 jam, meninggal >48 jam.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien anak yang menjalani rawat
inap di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
Kriteria inklusi subyek adalah pasien anak berusia 1-11 tahun yang didiagnosa
diare akut, menerima terapi berupa obat antidiare dan dirawat di Rumah Sakit
Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
Jumlah subyek pada penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus :
� =�
1 + �(��)
Keterangan : n = besar sampel yang diambil
N = besar populasi (119 orang)
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10 %)
(Notoatmodjo, 2005).
Perhitungan jumlah sampel yang diambil :
� =119
1 + 119(0,1�)= 54,34 ≈ 54
Jumlah sampel yang diambil adalah 65 pasien, yang kemudian dieliminasi
berdasarkan kriteria inklusi menjadi 54 pasien (jumlah sampel minimal).
Untuk memperoleh sampel representatif, pemilihan sampel dalam
penelitian ini dilakukan berdasarkan probability sampling tipe simple random
27
sampling dengan menggunakan tabel random. Prinsip pengambilan sampel
berdasarkan probability sampling adalah bahwa setiap subyek dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih atau untuk tidak terpilih sebagai
sampel (Sastroasmoro, 1995).
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
medical record pasien anak yang menderita diare akut di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
E. Tata Cara Penelitian
Jalannya penelitian meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pengambilan data dan tahap penyelesaian data.
1. Tahap perencanaan
Tahap ini dimulai dengan penentuan dan analisis masalah yang akan
dijadikan bahan penelitian kemudian mengurus perijinan untuk melihat lembar
medical record pasien diare akut anak di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
2. Tahap pengambilan data
Pada tahap pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan penelusuran data
di Instalasi Medical Record Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta dengan
cara melihat data komputer di bagian medical record yang memuat jumlah pasien,
nomor medical record, identitas pasien (usia, jenis kelamin dan tempat tinggal),
28
lama perawatan, serta diagnosa. Dari hasil penelusuran ini diperoleh 395 pasien
yang terdiagnosa diare akut, namun yang memenuhi kriteria inklusi hanya 119
pasien sedangkan data medical record yang dikumpulkan oleh penulis adalah 65
pasien.
Enam puluh lima data medical record pasien tersebut kemudian ditulis ke
dalam lembar pencatatan. Data yang dikumpulkan meliputi data laboratorium,
daftar pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rencana
keperawatan serta ringkasan pemeriksaan, dan outcome pasien saat meninggalkan
rumah sakit.
3. Tahap penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar kemudian
dideskripsikan. Tabel data berisi mengenai karakteristik pasien yang
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin dan tempat tinggal
(kecamatan), pola pengobatan menampilkan distribusi kelas terapi,
golongan obat, kelompok obat, zat aktif, jenis obat dan kajian mengenai
drug therapy problems yang dijabarkan menggunakan metode SOAP,
dan outcome pasien saat meninggalkan rumah sakit.
b. Evaluasi data
Penggolongan kelas terapi pada pola pengobatan berdasarkan pustaka
acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Informasi Spesialite
Obat Indonesia volume 43-2008, dan MIMS Indonesia Petunjuk
Konsultasi Edisi 7 2007/2008. Pembahasan drug therapy problems dalam
29
analisis dalam penelitan ini menggunakan pustaka Informasi Spesialite
Obat Indonesia volume 43-2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi
edisi 7 2007/2008, Handbook of Clinical Drug Data 10th
edition dan
Drug Facts and Comparisons Pocket Version Eleventh Edition.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel :
1. karakteristik pasien
a. Persentase usia, dikelompokkan menjadi 2 kelompok usia yaitu balita (>1
tahun-≤5 tahun) dan anak (>5 tahun-11 tahun), yang dihitung dengan
cara membagi jumlah pasien pada tiap kelompok usia dengan jumlah
keseluruhan pasien kemudian dikalikan 100%.
b. Persentase jenis kelamin, dikelompokkan menjadi laki-laki dan
perempuan, dihitung dengan cara membagi antara jumlah pasien pada
tiap kelompok jenis kelamin dengan jumlah keseluruhan pasien
kemudian dikalikan 100%.
c. Persentase tempat tinggal (kecamatan), dihitung dengan cara jumlah
pasien pada tiap kecamatan dibagi jumlah keseluruhan pasien kemudian
dikalikan 100%.
2. persentase kelas terapi obat, dihitung dengan cara membagi jumlah pasien
pada tiap kelas terapi dengan jumlah keseluruhan pasien kemudian dikalikan
100%.
30
3. persentase total jenis zat aktif yang digunakan pada masing-masing kelas
terapi dihitung dengan cara membagi antara jumlah pasien pada tiap jenis zat
aktif dengan total pasien yang menerima obat pada masing-masing kelas terapi
kemudian dikalikan 100%.
4. kajian drug therapy problems dijabarkan dengan metode SOAP. Pada bagian
Subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, usia, berat badan, keluhan
pasien, diagnosa, outcome dan tempat tinggal pasien (kecamatan). Bagian
Objective digambarkan dengan tabel mengenai data laboratorium yang
dilengkapi dengan pemberian terapi selama perawatan sedangkan drug
therapy problems akan dijabarkan pada Assessment yang kemudian akan
dipecahkan melalui Plan.
5. kajian drug therapy problems kemudian dirangkum dan dikelompokkan
berdasarkan keenam parameter drug therapy problems yang terjadi beserta zat
aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya drug therapy
problems.
6. persentase outcome pasien, dihitung dengan cara membagi jumlah pasien saat
meninggalkan rumah sakit dalam kondisi sembuh, membaik, belum sembuh,
meninggal <48 jam, meninggal >48 jam dengan jumlah keseluruhan pasien
kemudian dikalikan 100%.
G. Kesulitan Penelitian
Dalam pengambilan data penelitian, penulis menemui beberapa
kesulitan, antara lain sulitnya membaca tulisan dokter atau perawat yang ada di
31
lembar medical record mengenai nama jenis obat yang diterima pasien. Kesulitan
tersebut dapat diatasi dengan bertanya pada perawat yang sedang bertugas jaga di
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta.
Penulis juga mengalami kesulitan dalam proses evaluasi data, yaitu
adanya data yang tidak lengkap terkait dengan pemberian obat kepada pasien pada
lembar medical record (beberapa obat tidak dicantumkan dan dicheck list setelah
obat diberikan kepada pasien). Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan
membandingkan catatan yang terdapat pada lembar medical record pasien
khususnya pada lembar Daftar Pemberian Obat (DPO) dengan Blanko Pemesanan
Obat dan Alkes (BPOA).
Dalam penelitian ini, kepatuhan pasien tidak dapat diamati karena sifat
penelitian retrospektif. Pengamatan penggunaan terapi antibiotik metronidazol
dan paromomisin sulfat tidak dapat dilakukan karena sebagian besar lama
perawatan pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini yang dijadikan
subyek penelitian kurang dari 10 hari.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai pengobatan pasien diare akut anak di Rumah Sakit
Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 dilakukan dengan menelusuri medical
record pasien anak rawat inap yang terdiagnosa diare akut. Hasil penelitian
mengenai pengobatan pasien diare akut anak di Rumah Sakit Panti Rini periode
Juli 2007-Juni 2008 dibagi menjadi 3 bagian, yaitu karakteristik pasien diare akut
anak, pola pengobatan pasien diare akut anak, dan evaluasi drug therapy problems
yang selanjutnya akan dirangkum pada akhir pembahasan.
Karakteristik pasien diare akut anak meliputi kelompok usia, jenis
kelamin, dan tempat tinggal (kecamatan). Pola pengobatan pasien diare akut anak
meliputi kelas terapi, golongan dan kelompok obat selama pasien dirawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 dan
evaluasi keenam parameter drug therapy problems akan diuraikan melalui metode
SOAP serta dirangkum dalam bentuk tabel berdasarkan kategori drug therapy
problems yang terjadi pada masing-masing pasien.
A. Karakteristik Pasien Diare Akut Anak
1. Berdasarkan usia
Berdasarkan usia, pasien diare akut anak digolongkan menjadi 2
kelompok, yaitu balita (1 tahun-≤5 tahun) dan anak (>5 tahun-11 tahun).
Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui kelompok usia balita atau anak
33
yang sering mengalami diare karena dua kelompok ini merupakan kelompok
masyarakat yang dianggap rentan terhadap penyakit diare. Berdasarkan studi
epidemiologi, sebagian besar penderita diare merupakan anak usia di bawah 5
tahun.
Tabel IV. Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak Berdasarkan Usia
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
Usia Jumlah Pasien Persentase (%)
Balita 48 88,9
Anak-anak 6 11,1
Berdasarkan usia, pasien diare akut di Rumah Sakit Panti Rini periode
Juli 2007-Juni 2008 lebih banyak terjadi pada kelompok usia balita yaitu sebesar
88,9% sedangkan pada kelompok usia anak-anak yaitu sebesar 11,1%.
2. Berdasarkan jenis kelamin
Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin ini dimaksudkan untuk
mengetahui perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan pasien diare akut anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli
2007-Juni 2008.
Tabel V. Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak Berdasarkan Jenis Kelamin
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)
Laki-laki 35 64,8
Perempuan 19 35,2
Berdasarkan jenis kelamin, pasien diare akut di Rumah Sakit Panti Rini
periode Juli 2007-Juni 2008 lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu sebesar
64,8% dibanding perempuan sebesar 35,2%.
34
3. Berdasarkan tempat tinggal (kecamatan)
Pengelompokkan berdasarkan tempat tinggal ini dibagi dalam beberapa
kecamatan yaitu di propinsi Jawa Tengah (Prambanan I, Gantiwarno, Kemalang,
dan Jogonalan) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kalasan, Prambanan II, Depok,
Berbah, Pakem, Piyungan, Ngemplak, dan Pajangan).
Tabel VI. Pengelompokkan Pasien Diare Akut Anak
Berdasarkan Tempat Tinggal (Kecamatan)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
Kecamatan Jumlah Pasien Persentase (%)
Kalasan 21 38,9
Prambanan II 7 13,0
Berbah 6 11,1
Prambanan I 6 11,1
Depok 5 9,3
Lain-lain
Gantiwarno 2 3,7
Kemalang 1 1,9
Jogonalan 1 1,9
Pakem 1 1,9
Piyungan 2 3,7
Ngemplak 1 1,9
Pajangan 1 1,9
Total 9 16,7
Berdasarkan tempat tinggal, kecamatan Kalasan merupakan daerah
tempat tinggal pasien yang paling banyak menjalani perawatan di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan periode Juli 2007-Juni 2008. Hal ini kiranya
perlu mendapat perhatian khusus dari masyarakat sekitar untuk memperhatikan
kebersihan tempat tinggalnya sehingga diare akut pada anak di kecamatan tersebut
dapat menurun.
35
B. Pola Pengobatan Pasien Diare Akut Anak
Obat-obat yang digunakan oleh pasien diare akut anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008
dibagi menjadi 7 kelas terapi, yang terbagi dalam masing-masing golongan obat,
kelompok obat, jenis obat dan nama obat.
Tabel VII. Distribusi Kelas Terapi Obat Pasien Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No. Kelas Terapi Jumlah Pasien Persentase (%)
1. Obat saluran cerna 54 100,0
2. Obat saluran pernapasan 6 11,1
3. Obat sistem saraf pusat 41 75,9
4. Obat analgesik 40 74,1
5. Obat infeksi 35 64,8
6. Obat gizi dan darah 54 100,0
7. Obat sistem hepatobilier 2 3,7
Kelas terapi terbanyak yang digunakan oleh pasien adalah obat gizi dan
darah serta obat saluran cerna, yaitu sebesar 100 %. Obat gizi dan darah
merupakan obat yang banyak digunakan untuk mencegah (preventif dan
maintenance) dan mengobati dehidrasi (treatment) sedangkan obat saluran cerna
digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan, nyeri pada lambung,
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB. Penggunaan obat
pada sistem saraf pusat menempati urutan terbanyak kedua yaitu dengan
persentase 75,9 % karena banyak digunakan untuk mengatasi keluhan mual dan
muntah yang dialami pasien.
36
1. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna
Tabel VIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja
pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Obat Kelompok Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1.
Antitukak
(5,4%)
Antasida
(2,7%)
metil polisiloksan aktif, Mg-hidroksida,
Al-oksida
Farmacrol
Forte® 1 0,9
aluminium hidroksida gel kering, Mg-
hidroksida, dimetilpolisiloksan Plantacid® 2 1,8
Antagonis
reseptor-H2 ranitidin Acran® 3 2,7
2. Antispasmodik Anti muskarinik hiosin N-butilbromida Scopamine® 1 0,9
3.
Antidiare
(91,9%)
Oralit
(4,5%)
kalium klorida, natrium klorida, natrium
bikarbonat, glukosa anhidrat Oralit® 4 3,6
NaCl, Na sitrat, KCl, glukosa Pharolit-200® 1 0,9
Adsorben dan
obat pembentuk
massa (41,4%)
kaolin-pektin Neokaolana® 21 18,9
dioctahedral smectite Smecta® 24 21,6
pektin-attapulgit Arcapec® 1 0,9
Probiotik
(40,5%)
serbuk krim nabati, dekstrosa, campuran
bakteri asam laktat (L. Acidophilus,
Bifidobacterium longum, S.
Thermophilus) 1,0 x 107 CFU/g. Susu
mineral konsentrat, Vit. C, Vit. B1, Vit.
B2, Vit. B6, niacin dan zinc oxide.
Lacto-B®
44
39,6
tyndallized lyophilisate Lactobacillus
acidophilus, dekstrosa, vegetable cream
powder, milk calcium, bubuk aroma
strawberry, bubuk perasa strawberry,
niacin, Zn oxide, thiamine, HCl,
riboflavin, piridoksin HCl, sukrosa,
stevioside, asam askorbat
Dialac®
1
0,9
Pengobatan diare
kronis (resin
penukar anion)
kolestiramina anhidrat
Questran®
6
5,4
4.
Obat untuk
gangguan
sekresi
pencernaan
Enzim
pencernaan
pankreatin, vit A, vit B12, folic acid
Elsazym®
2
1,8
Total 111 100,0
Obat saluran cerna yang paling banyak dipakai adalah golongan antidiare
kelompok probiotik Lacto-B®
. Kelompok probiotik terbukti dengan baik
memelihara mikroflora normal usus. Berdasarkan beberapa penelitian, kelompok
probiotik yang terdiri dari bakteri Lactobacillus efektif dan aman digunakan
sebagai terapi dan pencegahan diare infeksi. Golongan terbesar kedua adalah
37
golongan antidiare kelompok adsorben dan obat pembentuk massa dengan zat
aktif dioctahedral smectite. Guarino, et al. (2001) menyimpulkan smectite terbukti
efektif mengurangi durasi diare.
2. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan
Tabel IX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada
Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No.
Golongan
Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1. Mukolitik - ambroksol HCl Interpec®
2 28,6
2.
Mukolitik dan
Ekspektoran
-
efedrin HCl,
gliserilguaiakolat,
asetaminofen,
klorfeniramin maleat
Bronchitin®
1
14,3
3.
Antihistamin
Antihistamin
non sedatif siproheptadin HCl Heptasan®
1 14,3
4. Antiasma -
salbutamol sulfat,
guaifenesin
Fartolin
ekspektoran® 2 28,6
5.
Dekongestan,
antiinfluenza -
asetaminofen,
isotipendil, fenileprin Nipe®
1 14,3
Total 7 100,0
Obat gangguan saluran nafas digunakan pada pasien anak-anak yang
mengalami batuk, pilek, sesak nafas, asma, dan gangguan sistem saluran nafas
lainnya. Jenis obat gangguan saluran nafas yang paling banyak digunakan ialah
golongan mukolitik dan antiasma. Golongan mukolitik sering diresepkan untuk
mempercepat ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum pada asma
kronik dan bronkitis (Anonim, 2000).
38
3. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
Tabel X. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang
Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Diare Akut
Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No.
Golongan
Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1.
Psikofarmaka
Ansiolitik
diazepam
Diazepam 1
8,6
Stesolid
1
Valdimex 10
2
Valisanbe 1
2.
Obat untuk
mual dan
vertigo
(84,2%)
Domperidon
dan
Metoklopramid
(82,8%)
domperidon
DOM
10
25,9
Vometa
4
Monell
1
metoklopramida-
HCl
Gavistal 1 56,9
Primperan
32
Antagonis 5-
HT3
ondansetron HCl
dihidrat Invomit
1
1,7
3.
Antiepilepsi
Pengobatan
epilepsi
fenobarbital
Phenobarbital
3 6,9
Sibital 1
Total 58 100,0
Obat sistem saraf pusat yang paling banyak digunakan adalah golongan
obat mual dan vertigo kelompok domperidon dan metoklopramid dengan zat aktif
metoklopramida-HCl yaitu sebesar 56,9 %. Metoklopramida-HCl dapat mengatasi
gejala mual dan muntah yang sebagian besar dialami oleh pasien diare. Golongan
terbesar kedua adalah golongan obat mual dan vertigo kelompok domperidon dan
metoklopramid dengan zat aktif domperidon. Sama seperti metoklopramida,
domperidon juga dapat mengatasi gejala mual dan muntah yang dialami pasien
diare. Selain itu, domperidon tidak mudah melewati sawar darah otak sehingga
tidak menimbulkan reaksi distonia dan sedasi (Anonim, 2000).
39
4. Obat yang bekerja sebagai analgesik
Tabel XI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Analgesik yang
Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No. Golongan Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1.
Analgesik non
opioid
-
parasetamol
Parasetamol 1
71,7
Sanmol
34
Praxion
3
-
metamizole Na
Antrain
3 28,3
Novalgin 12
Total 53 100,0
Golongan obat yang digunakan sebagai analgesik pada terapi pasien
diare akut anak adalah golongan analgesik non opioid dengan zat aktif yang
terbanyak adalah parasetamol. Parasetamol diindikasikan untuk mengatasi gejala
yang sering dialami pasien diare anak seperti nyeri ringan sampai sedang dan
menurunkan demam.
5. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi
Tabel XII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Infeksi yang
Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No.
Golongan
Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1.
Antibakteri/
antimikroba
(48,9%)
Sulfonamid
dan
Trimetoprim
kotrimoksazol
Cotrimoksazol 7
46,8
Sanprima
15
Golongan
lain-lain
paromomisin
sulfat
Gabbryl
1
2,1
2.
Anti
protozoa
-
metronidazol
Metronidazole 4
51,1
Flagyl 2
Farnat 2
Trichodazol
1
Promuba
15
Total 47 100,0
40
Golongan obat terbesar yang digunakan adalah golongan antiprotozoa
metronidazol. Metronidazol merupakan antimikroba dengan aktivitas yang sangat
baik terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Spektrum antiprotozoanya mencakup
Trichomonas vaginalis, vaginosis bakterialis, Entamoeba hystolitica dan Giardia
lamblia. Metronidazol merupakan obat terpilih untuk disentri amuba invasif akut,
karena obat ini sangat efektif terhadap bentuk vegetatif Entamoeba hystolitica
(Anonim, 2000).
Golongan obat terbesar kedua yang digunakan adalah golongan antibiotik
kelompok sulfonamid dan trimetoprim dengan zat aktif kotrimoksazol.
Sulfametoksasol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi
(kotrimoksazol) karena sifat sinergistiknya (Anonim, 2000). Kotrimoksazol
direkomendasikan sebagai terapi diare yang disebabkan oleh agen infeksi bakteri
misalnya enterotoksigenik E. coli, Listeria monocytogenes, Salmonella spp,
Shigella spp, toksin Vibrio cholerae dan parasit Cyclospora cayetanensis
(Anonim, 2009c).
6. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah
Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan cairan
dan elektrolit kelompok pemberian natrium klorida, kalium klorida, kalsium
klorida 2H2O, natrium laktat (Infusan-RL®
) secara intravena merupakan jenis obat
terbanyak yang digunakan. Pemberian larutan elektrolit ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan normal akan cairan dan elektrolit atau untuk menggantikan
kekurangan yang cukup besar atau kehilangan yang berkelanjutan, untuk
41
penderita yang mual dan muntah dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya melalui
mulut (Anonim, 2000).
Tabel XIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Gizi dan Darah
yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No.
Golongan
Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1.
Cairan dan
elektrolit
(82,8%)
Pemberian
intravena
Na, Cl, glukosa KA-EN 1B
1 1,3
Na, K, Cl, laktat,
glukosa KA-EN 3A
8 10,5
Na, K, Cl, laktat,
glukosa KA-EN 3B
3 3,9
natrium klorida,
kalium klorida,
kalsium klorida 2H2O,
natrium laktat, air
untuk injeksi sampai
500 ml
Infusan-RL
48
63,2
Na, Cl Otsu-NS®
2 2,6
Na-klorida, kalium
klorida, Ca-klorida
2H2O, Na asetat 3H2O,
air untuk injeksi
sampai 500 ml tiap
500 ml infus
Infusan Ring-
As®
1
1,3
2.
Vitamin dan
mineral
(17,1%)
Multivitamin
vit A, vit B1, vit B2, vit
B6, vit B12,vit C, vit D,
nikotinamid, d-
pantotenol, lisin HCl,
asam glutamat
Apialys
1
1,3
Vitamin A
dengan
vitamin D,
kombinasi
colostrum bovine,
DHA, cod liver oil,
lisina-HCl, vit A, vit
D, vit B1, vit B2, vit
B6, vit B12,
nikotinamida,
dekspentenol, Zn-
pikolinat
Biostrum
5
6,6
Vitamin B koenzim-B12 Cobazim
2 2,6
Mineral kalium L-aspartat Aspar-K
4 5,3
Vitamin B
dengan
kombinasi
vit-A, vit-D, vit-C, vit-
B1, vit-B2, vit-B6, vit-
B12, nikotinamida, Ca-
pantotenat, kolina,
inositol, Ca-glukonat,
Ca-hipofosfit, Na-
hipofosfit, lisina-HCl
Elkana
1
1,3
Total 76 100,0
42
7. Obat sistem hepatobilier
Tabel XIV. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Sistem
Hepatobilier yang Digunakan pada Terapi Diare Akut Anak
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No.
Golongan
Obat
Kelompok
Obat Zat Aktif Jenis Obat
Jumlah
Pasien Persentase
1.
Hepatik
protektor
-
ekstrak
Schizandrae
fructus, ekstrak
kurkuma
xanthorrhizae
rhizome, ekstrak
Liquiritiae radix,
kolin bitartrat, vit
B6, silymarin
phytosome
Curliv Plus
2
100,0%
Hepatoprotektor adalah obat yang digunakan untuk melindungi fungsi
hati dari kerusakan yang lebih berat akibat adanya inflamasi hati dan kondisi lain.
Hepatoprotektor dapat memberikan perlindungan terhadap virus, kuman atau
toksin. Jenis obat yang digunakan adalah Curliv Plus®
. Curliv Plus®
berfungsi
untuk mengatasi dan memperbaiki gejala penyakit hepar, membantu melindungi
dan memulihkan kerja hepar, meningkatkan daya detoksifikasi sel hepar,
melindungi membran sel hepar dan memulihkan kerusakan sel-sel hepar.
C. Kajian Drug Therapy Problems
Pengobatan suatu penyakit dianggap berhasil bila tercapai efek terapetik
dengan efek samping yang seminimal mungkin. Selain ketepatan diagnosa, faktor
penentu keberhasilan terapi lainnya yaitu pemberian obat. Pemberian obat yang
dimaksud adalah pengobatan secara rasional yang meliputi ketepatan dosis,
ketepatan indikasi dan aturan pemberian.
43
Dari 54 medical record pasien yang dianalisis, ditemukan tidak terjadi
drug therapy problems pada 17 pasien sedangkan 37 pasien lainnya terjadi drug
therapy problems yang terkait dengan pengobatan diare akut anak. Selanjutnya,
pada masing-masing medical record pasien yang telah dibahas dengan metode
SOAP, akan dirangkum menjadi masing-masing kategori drug therapy problems.
Pada masing-masing kategori akan diuraikan jenis obat yang menyebabkan
terjadinya drug therapy problems, penilaian, dan rekomendasi yang sebaiknya
dilakukan.
1. Tidak butuh obat
Tabel XV. Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan Drug Therapy
Problems Tidak Butuh Obat
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Jumlah dan
Nomor
Pasien
Zat Aktif Penilaian Rekomendasi
(1)
3
dioctahedral
smectite
Antidiare dioctahedral smectite tidak perlu diberikan
karena pasien tidak lagi mengalami diare.
Pemberian antidiare
dioctahedral smectite
dihentikan.
(2)
19, 23
infus
metronidazol
Pemberian terapi antiprotozoa sirup metronidazol
tidak diperlukan karena dari hasil feses routine
diketahui penyebab diare adalah Amoeba coli yang
bersifat nonpatogenik (pasien 19, 23).
Terapi antiprotozoa infus
metronidazol tidak diberikan.
(1)
40
kaolin-pektin Pemberian antidiare kaolin-pektin tidak perlu.
Konsistensi feses dan frekuensi BAB pasien normal.
Antidiare kaolin-pektin
sebaiknya tidak diberikan.
(6) 5, 6, 34, 36,
43, 50
kolestiramina
anhidrat
Pemberian obat kolestiramin anhidrat tidak tepat.
Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan
pasien mengalami malabsorpsi asam empedu.
Pemberian kolestiramin
anhidrat dihentikan.
(7)
3, 13, 21, 27,
42, 50, 53
kotrimoksazol Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak
tepat :
a. Nilai WBC dan neutrofil pasien normal serta
tidak ada pemeriksaan feses routine yang
mengindikasikan pasien membutuhkan terapi
antibiotik (pasien 3). b. Diare akut pada pasien disebabkan oleh Amoeba
hystolitica (pasien 13, 42).
c. Nilai WBC pasien normal dan pada hasil
pemeriksaan feses routine pasien tidak
mengindikasikan pasien membutuhkan terapi
antibiotik (pasien 21, 27, 50, 53).
Antibiotik kotrimoksazol
dihentikan.
44
Jumlah dan
Nomor
Pasien
Zat Aktif Penilaian Rekomendasi
(6)
1, 19, 23, 25,
30, 51
metronidazol Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan tidak
tepat.
a. Hasil feses routine menunjukkan penyebab diare
adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik
(pasien 1,19, 23).
b. Nilai WBC normal dan hasil pemeriksaan feses
routine pasien tidak mengindikasikan pasien
membutuhkan terapi antiprotozoa (pasien 25, 51).
c. Nilai WBC pasien normal dan tidak ada
pemeriksaan feses routine yang menegaskan pasien
membutuhkan terapi antiprotozoa metronidazol
(pasien 30).
Antiprotozoa metronidazol
dihentikan.
2. Dosis terlalu rendah
Tabel XVI. Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan Drug Therapy
Problems Dosis Terlalu Rendah
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Jumlah dan
Nomor Pasien
Zat Aktif Penilaian Rekomendasi
(3)
2, 42, 46
metronidazol a. Dosis antiprotozoa metronidazol
yang diberikan 3 × 2 sdt (pasien
2).
b. Dosis antiprotozoa metronidazol
yang diberikan 3 × 1½ sdt (pasien
42).
c. Secara teoritis, metronidazol
dengan fenobarbital berpotensi
menyebabkan terjadinya interaksi
(signifikansi 2, fenobarbital
menginduksi metabolisme
metronidazol sehingga cepat
tereliminasi dan menurunkan
konsentrasi metronidazol dalam
darah, onsetnya dalam beberapa
hari/minggu) (pasien 46).
a. Tingkatkan dosis pemberian antiprotozoa
metronidazol yaitu 3 × 2½ sdt-3 sdt
selama 10 hari dan jika perlu tingkatkan
dosis metronidazol maksimum 2,5 g/hari
karena pasien menerima terapi
metronidazol dan fenobarbital berpotensi
menyebabkan terjadinya interaksi yang
dapat menurunkan konsentrasi
metronidazol dalam darah (pasien 2).
b. Tingkatkan dosis pemberian antiprotozoa
metronidazol yaitu 3 × 2 sdt-2½ sdt
selama 10 hari (pasien 42).
c. Amati pengobatan pasien yang menerima
terapi metronidazol dan fenobarbital
secara bersamaan dan jika perlu
tingkatkan dosis metronidazol maksimum
2,5 g/hari (pasien 46).
(4)
9, 20, 38, 44
kotrimoksazol a. Berdasarkan Drug Information
Handbook, kotrimoksazol dengan
fenobarbital berpotensi
menyebabkan terjadinya interaksi,
efek kotrimoksazol diturunkan
oleh fenobarbital (pasien 9).
b. Dosis antibiotik kotrimoksazol
yang diberikan 2 × ½ sdt (pasien
20).
c. Dosis antibiotik kotrimoksazol
yang diberikan 2 × ¾ sdt (pasien
38).
d. Dosis antibiotik kotrimoksazol
yang diberikan 2 × 1½ sdt (pasien
44).
a. Antibiotik kotrimoksazol tidak diberikan
pada saat yang bersamaan dengan
fenobarbital (pasien 9).
b. Tingkatkan dosis pemberian terapi
antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × ¾
sdt dan diberikan selama 5 hari (pasien
20).
c. Tingkatkan dosis pemberian terapi
antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × 1
sdt dan diberikan selama 5 hari (pasien
38).
d. Tingkatkan dosis pemberian antibiotik
kotrimoksazol menjadi 2 × 2 sdt dan
diberikan selama 5 hari (pasien 44).
45
3. Pemakaian obat yang tidak efektif
Tabel XVII. Kelompok Pasien Diare Akut Anak dengan Drug Therapy
Problems Pemakaian Obat yang Tidak Efektif
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Jumlah dan
Nomor Pasien
Zat Aktif Penilaian Rekomendasi
(20)
1, 2, 6, 11, 14,
15, 16, 19, 20,
24, 26, 28, 32,
33, 34, 37, 41,
47, 50, 53
kaolin-pektin Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat
karena :
a. tidak efektif untuk memperbaiki konsistensi
feses dan mengurangi frekuensi BAB (pasien 1,
19, 20, 24, 26, 28, 32, 33, 47, 50)
b. tidak efektif untuk mengurangi frekuensi BAB
(pasien 2, 6, 11, 14, 16, 34, 37, 41, 53)
c. tidak efektif untuk memperbaiki konsistensi
feses (pasien 15)
Gantikan dengan antidiare
dioctahedral smectite yang
telah terbukti keefektifannya.
(1)
30
pektin-
attapulgit
Pemberian antidiare pektin-attapulgit kurang
tepat karena tidak efektif untuk memperbaiki
konsistensi feses.
Gantikan dengan pemberian
antidiare dioctahedral smectite
yang telah terbukti
keefektifannya.
Analisis drug therapy problems dengan metode SOAP pada tiap pasien
dilakukan dengan menganalisa terapi yang diberikan dan melihat perkembangan
kondisi pasien selama dirawat melalui catatan keperawatan dan data laboratorium
yang dicantumkan dalam lembar medical record. Contoh analisis drug therapy
problems dalam pengobatan diare akut anak akan diuraikan pada tabel XXI s.d.
XXV yang mewakili masing-masing tipe drug therapy problems yang terjadi
dalam penelitian ini sedangkan drug therapy problems pasien yang lain akan
dilampirkan pada lampiran.
Tabel XVIII. Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 3
(Tidak Butuh Obat)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Pasien 3. No. RM : 141175 (3 Desember 2007-4 Desember 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan semalam diare, pagi ini sudah tidak diare, tapi sering muntah.
Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
46
Objective
Darah Lengkap (3 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,4 × 103/µL 5-13,5 × 10
3/µL
RBC 5,34 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,3 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,3 % 36-44 %
MCV 73,6 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 412 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,6 fL 35-45 fL
PDW 9,0 fL 9-13 fL
MPV 7,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,0 % ↓ 15-25 %
Darah Lengkap (3 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
LYM% 33,7 % 19-48 %
MXD% 10,9 %↑ 0-8 %
NEUT% 55,4 % 40-74 %
LYM# 3,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (3 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,9 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
3 Des 4 Des
RL® √ √
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×) √ (1×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ (1×)
Metoklopramida-HCl 3 × 10 tts √ (1×) √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Sebaiknya antidiare dioctahedral smectite tidak perlu diberikan karena pasien tidak lagi mengalami diare. DTP : tidak
butuh obat.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC dan neutrofil pasien normal serta tidak ada pemeriksaan feses routine yang mengindikasikan pasien membutuhkan
terapi antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Pemberian antidiare dioctahedral smectite dihentikan.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
Tabel XIX. Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 38
(Dosis Terlalu Rendah)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Pasien 38. No. MR : 148914 (18 November 2007-20 November 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 9,5 kg; dengan keluhan BAB cair 5×, 2 hari anak muntah setiap kali
makan/minum. Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
47
Objective
Darah Lengkap (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,7 × 103/µL 5-13,5 × 10
3/µL
RBC 4,98 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,3 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 36,1 % 36-44 %
MCV 72,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,7 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 272 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 40,9 fL 35-45 fL
PDW 10,3 fL 9-13 fL
MPV 9,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 17,4 % 15-25 %
LYM% 63,7 % ↑ 19-48 %
MXD% 11,6 % ↑ 0-8 %
NEUT% 24,7 % ↓ 40-74 %
LYM# 6,2 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,4 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,2 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 137 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
18
Nov
16.00 37,4°C
16.15 1×
21.00 36°C
23.00 +
19
Nov
05.00 36,5°C
2×
cair
07.00 36,6°C
08.50 35°C
12.00
1×
cair
14.00 37,3°C
17.00 36,5°C
18.00 +
20
Nov
05.00 36,2°C +
07.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
18 Nov 19 Nov 20 Nov
RL® √ √ √
Bronchitin® 3 × ½ sdt √ (1×) √ (1×)
Domperidon 3 × 0,8 cc √ √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
Dioctahedral
smectite 3 × 1/3 sach √ (1×) √ √ (1×)
k/p Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × ¾ sdt √ (2×) √ (1×)
Salbutamol
sulfat,
guaifenesin 3 × 1 sdt √ (2×) √ (2×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB pasien sudah tepat.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella karena ditemukan adanya leukosit pada feses.
5. Dosis antibiotik kotrimoksazol yang diberikan kurang (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 4,75 ml ≈ 1 sdt. DTP : dosis terlalu rendah.
48
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Tingkatkan dosis pemberian antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × 1 sdt dan diberikan selama 5 hari untuk pengobatan
Shigellosis (Anonim, 2007 a).
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Tabel XX. Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 47
(Pemakaian Obat Yang Tidak Efektif)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Pasien 47. No. MR : 110646 (21 Maret 2008-22 Maret 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 8 tahun; berat badan 20 kg; dengan keluhan kemarin pagi BAB 5×, muntah 1×, malamnya BAB 10×,
muntah 1×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,46 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 14,8 g/dL ↑ 12-14 g/dL
HCT 43,4 % 36-44 %
MCV 79,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 27,1 fL 27-31fL
MCHC 34,1 pg 33-37 pg
PLT 232 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,2 fL 35-45 fL
PDW 12,3 fL 9-13 fL
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 21,1 % 15-25 %
LYM% 20,8 % 19-48 %
MXD% 8,1 % ↑ 0-8 %
NEUT% 71,1 % 40-74 %
LYM# 2,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,6 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi agak cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Darah + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit ++ -
Amoeba hystolitica cyste + -
Elektrolit (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,2 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 100 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
21 Mar
10.40 36,8°C
12.00 1×
14.00 36,8°C
17.00 36,7°C
18.00 1×
22 Mar
05.00
2×
07.00 36,1°C
11.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
21 Mar 22 Mar
RL® √ √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×)
Metronidazol 3 × 500 mg √ (1×) √ (2×)
49
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Dosis
antiprotozoa metronidazol yang diberikan juga sudah tepat. Menurut Anderson (2002) dosis maksimum metronidazol oral
adalah 2,5 g/hari.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
Tabel XXI. Contoh Analisis Drug Therapy Problems pada Pasien 50
(Pemakaian Obat Yang Tidak Efektif, Tidak Butuh Obat)
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008 Pasien 50. No. MR : 144635 (18 November 2007-21 November 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan muntah > 5×; diare > 5×; demam. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ojective
Darah Lengkap (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,9 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,86 × 106/µL ↑ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,8 g/dL 12-14 g/dL
HCT 40,7 % 36-44 %
MCV 69,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 21,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,4 pg ↓ 33-37 pg
PLT 244 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 34,7 fL ↓ 35-45 fL
PDW 15,1 % ↑ 9-13 fL
MPV 10,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 33,0 % ↑ 15-25 %
LYM% 52,6 % ↑ 19-48 %
MXD% 10,3 % ↑ 0-8 %
NEUT% 37,1 % ↓ 40-74 %
Darah Lengkap (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
LYM# 5,7 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,1 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 110 mmol/L 97-111 mmol/L
50
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
18
Nov
21.00 37,4°C
1× cair
banyak 1× banyak
22.40
2× cair
banyak 1× banyak
19
Nov
05.00 37,3°C
2× cair
banyak 1×
07.00 37,2°C 2× 2×
12.00 36,9°C 1×
14.00 37,4°C
18.00 1×
21.00 1×
Tgl Jam Suhu BAB
20 Nov
07.00 36,9°C
11.00 37°C
12.00 4×
14.00 36,3°C
17.00 37°C
18.00 4×
21 Nov
05.00 2×
07.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
18 Nov 19 Nov 20 Nov 21 Nov
Asering® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1/5 amp IGD
Kaolin-pektin 3 × ½ sdt √ √ (2×) √ (1×)
Metoklopramida-HCl 3 × 1/3 sdt √ √ (2×) √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × ¾ sdt √ √ (1×)
Parasetamol 3 × ¾ sdt √ √ (2×) √ (1×)
Kolestiramina anhidrat 3 × 1/3 sach √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Koenzim B12 3000mcg 3 × 1/3 tab √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena Asering® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena nilai WBC pasien normal dan pada hasil pemeriksaan
feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. DTP : tidak butuh obat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
4. Pemberian kolestiramina anhidrat dihentikan.
5. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
D. Outcome Pasien
Berdasarkan hasil penelitian, pasien diare akut anak pulang dengan
outcome membaik yaitu sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang
diberikan untuk menangani diare khususnya di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan
Yogyakarta telah cukup baik. Di beberapa negara berkembang termasuk
51
Indonesia, diare sering menjadi penyebab kematian yang sebagian besar terjadi
pada anak-anak.
Gambar 5. Outcome Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis terhadap data pasien diare akut anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. karakteristik pasien diare akut anak berdasarkan usia paling banyak terjadi
pada usia balita (1 tahun-≤ 5 tahun) yaitu sebesar 88,9%, berdasarkan jenis
kelamin paling banyak terjadi pada laki-laki (64,8%), berdasarkan tempat
tinggal, daerah tempat tinggal pasien yang paling banyak menjalani perawatan
adalah kecamatan Kalasan (38,9%).
2. pola pengobatan pasien diare akut anak menggunakan 7 kelas terapi obat,
yaitu obat saluran cerna, obat saluran pernapasan, obat sistem saraf pusat, obat
analgesik, obat infeksi, obat gizi dan darah, dan obat sistem hepatobilier. Tiga
kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat gizi dan darah
(100,0%), obat saluran cerna (100,0%), dan obat sistem saraf pusat (75,9%).
3. pada pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 terjadi drug therapy
problems sebagai berikut :
a. tidak butuh obat sebanyak 19 pasien (35,2%)
b. dosis terlalu rendah sebanyak 7 pasien (13,0 %)
c. pemakaian obat yang tidak efektif sebanyak 21 pasien (38,9%)
53
4. outcome pasien diare akut anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 adalah membaik
sebanyak 100,0%.
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta :
a. perlu adanya prosedur penatalaksanaan pasien diare karena ditemukan
banyak terjadi drug therapy problems tidak butuh obat (35,2%) dan
pemakaian obat yang tidak efektif (38,9%)
b. evaluasi kontrol check list pemberian obat kepada pasien
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan :
a. penelitian mengenai drug therapy problems pada pasien diare akut anak di
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta secara prospektif
b. pemberian edukasi berupa penyuluhan dan leaflet mengenai cara
pencegahan dan pengatasan diare kepada masyarakat, khususnya
masyarakat kecamatan Kalasan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.O., Knoben, J.E., Troutman, W.G., 2002, Handbook of Clinical Drug
Data 10th
edition, 187, McGraw-Hill Companies, United States of
America
Anonim, 1996, Subcommitee on Acute Gastroenteritis and Provisional Committee
on Quality Improvement, Practice Parameter : The Management of Acute
Gastroenteritis in Young Children,
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/97/3/424?maxtoshow=&HI
TS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=the+management+of+acu
te+gastroenteritis+in+young+children&searchid=1&FIRSTINDEX=0&sort
spec=relevance&resourcetype=HWCIT, diakses tanggal 18 Maret 2009
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 1-375, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2003, Chronic Pancreatitis,
http://www.medscape.com/viewarticle/442814_7, diakses tanggal 14 Mei 2009
Anonim, 2004 a, Diare, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
http://www.pom-obat.go.id/v2.0/articles.php?id=7, diakses tanggal 21
Oktober 2008
Anonim, 2004 b, Diagnosis and Management of Foodborne Illness : A Primer for
Physicians and Other Health Care Professionals,
http:www/cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/r5304a1.htm, diakses
tanggal 27 Maret 2009
Anonim, 2005, The Treatment of diarrhoea : a manual for physicians and other
senior health workers, 4th
rev.,
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf, diakses
tanggal 13 Maret 2009
Anonim, 2006, Implementing the New Recommendations on the Clinical
Management of Diarrhoea : Guidelines for Policy Makers and
Programme Managers,
http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9241594217_eng.pdf, diakses
tanggal 18 Maret 2009
Anonim, 2007 a, Drug Facts and Comparisons Pocket Version Eleventh Edition,
1131, Wolters Kluwer Health, United States of America
Anonim, 2007 b, Diare Masih jadi Pembunuh,
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3
018&Itemid=2, diakses tanggal 22 Oktober 2008
55
Anonim, 2008 a, Evaluasi Mutu Rumah Sakit Panti Rini,
http://badanmutu.or.id/index.php?id=60, diakses tanggal 30 Agustus 2008
Anonim, 2008 b, World Gastroenterology Organisation practice guideline : Acute
Diarrhea,
http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines
/01_acute_diarrhea.pdf, diakses tanggal 27 Maret 2009
Anonim, 2008 c, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 43-2008, 1-510,
ISFI Penerbitan, Jakarta
Anonim, 2008 d, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008, 2-379,
CMPMedica Asia Pte LTd, Singapore
Anonim, 2009 a, Diare Penyebab Kematian Anak Kedua,
http://www.suaramerdeka.com/beta1/news/print.php?id_news=8175,
diakses tanggal 18 Maret 2009
Anonim, 2009 b, Penyebab Diare dan Gejala Diare,
http://www.medicastore.com/diare/penyebab_diare.htm, diakses tanggal
18 Maret 2009
Anonim 2009 c, Oralit Formula Baru dan Suplemen Zinc untuk Diare,
http://zulliesikawati.wordpress.com/2008/12/16/oralit-formula-baru-dan-
suplemen-zinc-untuk-diare/, diakses tanggal 18 Maret 2009
Anonim, 2009 d, Malabsorption,
http://www.merck.com/mkgr/mmg/sec13/ch111/ch111a.jsp, diakses
tanggal 22 April 2009
Anonim, 2009 e, Smectite in Acute Diarrhoea,
http://www.bestbets.org/bets/bet.php?id=01050, diakses tanggal 4 Mei
2009
Anonim, 2009 f, Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik, Apa sih maksudnya?,
http://klinik-sehat.com/2008/06/09/probiotik-prebiotik-dan-sinbiotik-apa-
sih-maksudnya/comment-page-1/, diakses tanggal 9 Mei 2009
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice :
The Clinician’s Guide, Second Edition, 172-179, McGraw-Hill, New York
Dhawan, V. K., 2008, Amebiasis, http://emedicine.medscape.com/article/996092-
treatment, diakses tanggal 27 Maret 2009
56
Klapproth, J.M.A., 2008, Malabsorption : Differential Diagnoses & Workup,
http://emedicine.medscape.com/article/180785-diagnosis, diakses tanggal
22 April 2009
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2006, Drug Information
Handbook : A Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare
Professionals, 14th
edition, 1495, Lexi-Comp, America
McFarland, L.V., Elmer, G.W., McFarland, M., 2006, Meta-Analysis of
Probiotics for The Prevention and Treatment of Acute Pediatric Diarrhea,
http://www.newcenturyhealthpublishers.com/probiotics_and_prebiotics/ab
out/pdf/63-76.pdf, International Journal of Probiotics and Prebiotics Vol.
1, No. 1, pp. 63-76, diakses tanggal 22 April 2009
Notoadmojo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi 2, 92, PT Rineka
Cipta, Jakarta
Pratiknya, 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
10-11, 13, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Sastorasmoro, S., Ismael, S., 1995, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, 46-
47, Binarupa Aksara, Jakarta
Sinuhaji, A.B., 2007, Asidosis Metabolik : Salah Satu Penyulit Diare Akut pada
Anak yang Seharusnya dapat Dicegah,
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_atan_baas_sin
uhaji.pdf, diakses tanggal 27 Maret 2009
Spruill, W.J., dan Wade, W.E., 2005, Diarrhea, Constipation, and Irritable Bowel
Syndrome, dalam DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R.,
Wells, B.G., Posey, L.M. (Eds), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach 6th
edition, 677-684, McGraw-Hill, USA
Suharyono, 2008, Diare Akut : Klinik dan Laboratorik, 28-29, 37-39, Rineka
Cipta, Jakarta
Tatro, D.S., 2007, Drug Interaction Facts, 1041, Wolters Kluwer Health, United
States of America
Walker, P.C., 2005, Diarrhea, dalam Anonim, Handbook of Nonprescription
Drugs, 14th
ed., 405-430, American Pharmacist Association, Washington
DC
Zein, U., Sagala, K.H., dan Ginting, J., 2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri,
Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera
Utara, http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf, diakses
tanggal 21 Oktober 2008
57
Lampiran 1. Analisis Drug Therapy Problems Pasien Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Kalasan Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
Pasien 1. No. RM : 150556 (5 Januari 2008-8 Januari 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan anak diare BAB 3× dan riwayat kejang. Diagnosa : febris
konvulsi dan GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (5 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,69 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,5 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,8% 36-44 %
MCV 82,7fL 80-94 fL
MCH 26,7 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 248 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 42,2 fL 35-45 fL
PDW 8,9 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,1 % ↓ 15-25 %
LYM% 18,6 % ↓ 19-48 %
MXD% 11,5 % ↑ 0-8 %
NEUT% 69,9% 40-74 %
LYM# 1,7 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 10
3/µL
NEUT# 6,5 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (5 Jan)
Parameter
Hasil
(mmol/L)
Nilai normal
(mmol/L)
Kalium 4,0 3,5-5,1
Natrium 131 136-145
Chlorida 105 97-111
Faeces Routine (6 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna
coklat
kekuningan coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit ++ -
Amoeba coli cyste + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
5 Jan 22.30 36°C
6 Jan
05.00 38,1°C 3×
07.00 37,5°C lendir
12.00 2× lendir
14.00 36,1°C
17.00 36,1°C
18.00 2×
Tgl Jam Suhu BAB
7 Jan
05.00 36,3°C
07.00 36,5°C
12.00 36°C 1× lembek
14.00 36°C
17.00 37°C
18.00 1× lembek
8 Jan
05.00 1× lembek
08.00 36°C
58
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
5 Jan 6 Jan 7 Jan 8 Jan
RL® √ √ √ √
Metamizole Na ¼ amp
IGD
(20.30)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×) stop
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×)
Kaolin-pektin 3 × ½ sdt √ (2×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventive).
2. Penghentian pemberian antibiotik kotrimoksazol sudah tepat.
3. Pemberian terapi antiprotozoa metronidazol 3 × 1 sdt tidak diperlukan karena dari hasil feses routine diketahui penyebab
diare adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antiprotozoa metronidazol dihentikan.
3. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
Pasien 2. No. RM : 153640 (20 April 2008-23 April 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 5 tahun; berat badan 25 kg; dengan keluhan panas, kejang sejak kemarin siang, tadi malam diare 3×
(pasien kiriman UGD PPKS Prambanan). Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Gantiwarno, Jawa
Tengah.
Objective
Darah Lengkap (20 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 6,0 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,24 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,4 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 34,6 % ↓ 36-44 %
MCV 81,6 fL 80-94 fL
MCH 26,9 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 238 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,1 fL 35-45 fL
PDW 10,5 fL 9-13 fL
MPV 8,7 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 16,4 % 15-25 %
LYM% 34,2 % 19-48 %
MXD% 6,6 % 0-8 %
NEUT% 59,2 % 40-74 %
LYM# 2,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,4 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 3,5 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (20 Apr)
Parameter
Hasil
(mmol/L)
Nilai normal
(mmol/L)
Kalium 3,8 3,5-5,1
Natrium 138 136-145
Chlorida 105 97-111
Faeces Routine (20 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit + -
59
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
20
Apr
09.00 37,8°C
11.00 37,7°C
12.00 2×
14.00 38°C
17.00 37,8°C
18.00 2×
21.00 39°C
00.00 39,5°C
Tgl Jam Suhu BAB
21
Apr
05.00 37,1°C 5×
07.00 37,4°C
11.00 37,7°C
12.00 2×
14.00 38°C
17.00 38,8°C
21.00 36°C
00.00 38,8°C
Tgl Jam Suhu BAB
22
Apr
05.00 37,6°C 5×
07.00 37,3°C
11.00 37°C
12.00
3×
14.00 37°C
17.00 38,1°C
21.00 38,5°C
23
Apr
05.30 37,8°C 3×
07.00 37,4°C
11.00 36,8°C
12.00
3×
lembek
12.45 37,3°C
14.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
20 Apr 21 Apr 22 Apr 23 Apr
RL® √ √ √ √
k/p Metamizole Na
(t>39°C)
¼ amp
(3×250 mg)
07.50,
00.00 00.00
08.00,
21.00
08.00,
16.00
Parasetamol 3 × 1 sdt √ √ √ (2×)
Metronidazol 3 × 2 sdt √ √ stop
Paromomisin sulfat 3 × 200 mg √ (2×) √ (2×)
Kaolin-pektin 3 × 2 sdt √ √ stop
Fenobarbital 3 × 20 mg √ √ √ (2×) √ (2×)
Dioctahedral smectite 3 × 1 sach √ (2×) √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (2×) √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian terapi antiprotozoa metronidazol dan paromomisin sulfat sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada
pasien disebabkan oleh Amoeba hystolitica.
3. Dosis antiprotozoa metronidazol yang diberikan kurang. Selain itu, secara teoritis metronidazol dengan fenobarbital
berpotensi menyebabkan terjadinya interaksi (signifikansi 2, fenobarbital menginduksi metabolisme metronidazol
sehingga cepat tereliminasi dan menurunkan konsentrasi metronidazol dalam darah, onsetnya dalam beberapa
hari/minggu). DTP : dosis terlalu rendah.
4. Pemberian antidiare kaolin-pektin (tanggal 20 dan 21 Apr) kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
5. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1 sach sudah tepat dan sebaiknya diberikan pada awal terapi untuk
mengurangi frekuensi BAB.
6. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Tingkatkan dosis pemberian antiprotozoa metronidazol yaitu 2½ sdt-3 sdt tiap 8 jam.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
4. Amati pengobatan pasien yang menerima terapi metronidazol dan fenobarbital secara bersamaan dan jika perlu
tingkatkan dosis metronidazol maksimum 2,5 g/hari (Anderson, 2002).
5. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan karena tidak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa agen ini dapat
mengurangi durasi diare, frekuensi BAB, atau hilangnya cairan melalui feses.
60
Pasien 3. No. RM : 141175 (3 Desember 2007-4 Desember 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan semalam diare, pagi ini sudah tidak diare, tapi sering muntah.
Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (3 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,4 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,34 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,3 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,3 % 36-44 %
MCV 73,6 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 412 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,6 fL 35-45 fL
PDW 9,0 fL 9-13 fL
MPV 7,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 33,7 % 19-48 %
MXD% 10,9 %↑ 0-8 %
NEUT% 55,4 % 40-74 %
LYM# 3,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (3 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,9 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
3 Des 4 Des
RL® √ √
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×) √ (1×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ (1×)
Metoklopramida-HCl 3 × 10 tts √ (1×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Sebaiknya antidiare dioctahedral smectite tidak perlu diberikan karena pasien tidak lagi mengalami diare. DTP : tidak
butuh obat. 3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC dan neutrofil pasien normal serta tidak ada pemeriksaan feses routine yang mengindikasikan pasien membutuhkan
terapi antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Pemberian antidiare dioctahedral smectite dihentikan.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
61
Pasien 4. No. RM 153728 (23 April 2008-26 April 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 9,9 kg; dengan keluhan mulai kemarin sore muntah-muntah 7×, setelah minum obat dari Puskesmas,
muntah 3×, BAB cair 2×, suhu 39,1°C. Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (23 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,68 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,3 g/dL 12-14 g/dL
HCT 35,8 % ↓ 36-44 %
MCV 76,5 fL ↓ 81-99 fL
MCH 26,3 fL ↓ 27-31fL
MCHC 34,4 pg 33-37 pg
PLT 404 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,3 fL 35-47 fL
PDW 9,9 fL 9-13 fL
MPV 8,5 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,2 % ↓ 15-25 %
LYM% 14,5 % ↓ 19-48 %
MXD% 3,9 % 0-8 %
NEUT% 81,6 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,4 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 8,4 × 103/µL↑ 1,5-7 × 103/µL
Parameter
Tanggal periksa
Nilai normal 23 Apr 24 Apr
Kalium 3,3 mmol/L ↓ 4,0 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 137 mmol/L 135 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 104 mmol/L 101 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (23 April)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Abdomen (24 April)
Udara colon menonjol dengan air fluid level pada colon, tak tampak distensi udara usus halus, tak tampak
udara bebas subdiafragma kanan; tak tampak ileus;
gangguan passage colon
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
23 Apr
12.45 38,7°C
17.00 39,8°C
21.00 39,5°C
00.00 38,8°C
24 Apr
05.00 39,2°C 1× cair
07.00 39°C
11.00 39,9°C 1×
14.00 37,7°C
18.00 37,8°C 3× 2×
19.30 1×
21.00 37,3°C
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
25 Apr
05.00 36°C 1×
07.00 37,4°C
08.00 1×
11.00 37°C
13.30 36°C
17.00 36,8°C
26 Apr
05.00 35°C 1×
07.00 36°C
62
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
23 Apr 24 Apr 25 Apr 26 Apr
RL® √ √ √ √
k/p Metoklopramida-HCl 0,4 ml 19.30
Metamizole Na (t>39°C) 0,4 ml (100 mg) 17.00
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ √ (1×)
Pharolit-200® 5 sach √
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×) √ √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
Kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab √ √ √
Pankreatin, vit A, vit B12, folic acid 1 × 1 sach √ √ √
Assessment
1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian Pharolit-200® sebagai pengobatan dehidrasi awal sudah tepat.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh bakteri Shigella
karena ditemukan gejala klinis demam dan adanya lendir pada feses. Selain itu, neutrofil pasien meningkat dan ditemukan adanya leukosit pada hasil feses routine pasien. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan
sulfametoksazol : 40 mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 4,95 ml ≈1 sdt.
5. Pemberian kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab kepada pasien sudah tepat karena hasil laboratorium elektrolit kalium pasien mengalami
penurunan.
6. Pemberian pankreatin, vit A, vit B12, 1 × 1 sach folic acid sudah tepat. Dari hasil pemeriksaan abdomen, pasien mengalami gangguan passagae colon. Suplemen pankreatin digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan (perut kembung, mual, rasa penuh, sering
mengeluarkan gas).
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
Pasien 5. No. RM : 148711 (11 Februari 2008-13 Februari 2008)
Subjective An. perempuan; usia 6 tahun; berat badan 21 kg; dengan keluhan muntah, diare 4×. Diagnosa : GE (GEDR).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (11 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 14,8 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,47 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 14,3 g/dL ↑ 12-14 g/dL
HCT 43,0 % 36-44 %
MCV 78,6 fL ↓ 81-99 fL
MCH 26,1 fL ↓ 27-31fL
MCHC 33,3 pg 33-37 pg
PLT 290 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,7 fL 35-47 fL
PDW 10,8 fL 9-13 fL
MPV 8,7 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 16,7 % 15-25 %
LYM% 5,8 % ↓ 19-48 %
MXD% 5,0 % 0-8 %
NEUT% 89,2 % ↑ 40-74 %
LYM# 0,9 × 103/µL ↓ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,2 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (11 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,6 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 143 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 109 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (12 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat muda coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Serat tumbuhan + -
63
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
11 Feb 36,5°C
12 Feb
03.00 1×
05.00 37,7°C 6× cair
07.00 37,5°C
11.00 38°C
11.40 7×
13.30 36,7°C
17.00 37,2°C
18.00 3×
13 Feb
05.00 37°C 4×
07.00 36,5°C 1× lembek
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
11 Feb 12 Feb 13 Feb
RL® √ √ √
Metoklopramida-HCl 0,7 ml IGD
Kotrimoksazol 2 × 2 sdt √ √ (1×)
Domperidon 3 × 1½ sdt √ (2×) √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × ¾ sach √ (2×) √ (1×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (2×) √ (1×)
Ambroxol HCl 3 × 1 sdt √ (1×) √ (1×)
Parasetamol 1½ sdt √ (1×)
Parasetamol (Praxion®) 3 × 1 sdt √ (1×) √ (1×)
Kolestiramina anhidrat 3 × ½ sach √ (1×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella. Dugaan ini dipertegas dengan ditemukan adanya leukosit pada feses, nilai WBC dan neutrofil
meningkat. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 10,5 ml ≈ 2 sdt.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite dengan dosis 3 × ¾ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi BAB pasien.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
5. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan pasien mengalami
malabsorpsi asam empedu. DTP : tidak butuh obat.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
3. Pemberian kolestiramina anhidrat dihentikan.
64
Pasien 6. No. RM : 149150 (23 Februari 2008-25 Februari 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 13 kg; dengan keluhan diare dan muntah. Diagnosa : GE (GEDS).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (23 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 5,0 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,44 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,6 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 33,6 % ↓ 36-44 %
MCV 61,8 fL ↓ 80-94 fL
MCH 19,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,5 pg ↓ 33-37 pg
PLT 326 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 36,1 fL 35-45 fL
PDW 10,3 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,8 % ↓ 15-25 %
LYM% 28,4 % 19-48 %
MXD% 21,0 % ↑ 0-8 %
NEUT% 50,6 % 40-74 %
LYM# 1,4 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,5 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (23 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Lendir + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (23 Feb)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 2,4 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 134 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 102 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
23 Feb 16.30 36,7°C
24 Feb
05.00 1×
07.00 36°C
11.00 36,2°C
13.00 3×
14.00 36,4°C
17.00 36,5°C
25 Feb
05.00 36,3°C 1× kental
07.00 35,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
23 Feb 24 Feb 25 Feb
RL® √
KA-EN 3B® √ √ √
Metoklopramida-
HCl ¼ amp IGD
Kolestiramina
anhidrat 3 × ½ sach √ (1×) √ √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×)
Domperidon 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×) √ (1×)
Kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab √ √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® dan KA-EN 3B® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah
terjadinya dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan pasien mengalami
malabsorpsi asam empedu. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
4. Pemberian kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab kepada pasien sudah tepat karena hasil laboratorium elektrolit kalium pasien
mengalami penurunan.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Pemberian kolestiramina anhidrat kepada pasien dihentikan.
3. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
65
Pasien 7. No. RM : 131458 (26 Oktober 2007-29 Oktober 2007)
Subjective An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan muntah, BAB cair dari pagi > 7x, demam.
Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (26 okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,1 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,40 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,0 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 35,3 % ↓ 36-44 %
MCV 80,2 fL ↓ 81-99 fL
MCH 25,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 199 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,8 fL 35-47 fL
PDW 8,2 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,4 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 8,1 % ↓ 15-25 %
LYM% 42,0 % 19-48 %
MXD% 13,8 % ↑ 0-8 %
NEUT% 44,2 % 40-74 %
LYM# 3,8 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,3 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,0 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (26 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
26 Okt
13.30 37,8°C
14.00 37°C
17.00 38°C
21.00 37,6°C
27 Okt
05.00 5×
07.00 36°C
11.00 36,2°C
12.00 2×
14.00 36°C
17.00 36°C
18.00 1×
Tgl Jam Suhu BAB
28 Okt
05.00 36,5°C 2×
11.00 35,5°C
12.00 2×
14.00 36,9°C
18.00 37°C 2×
29 Okt
05.00 36,7°C 1×
07.00 36°C
11.00 36,7°C
12.00 1×
14.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
26 Okt 27 Okt 28 Okt 29 Okt
RL® √ √
KA-EN 3A® √ √ √
Metoklopramida-HCl ¼ amp IGD (13.00)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ stop
Domperidon 3 × 1 ml malam √ √ pagi, siang
Metronidazol 3 × 1 sdt siang, malam √ pagi, siang
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach malam √ √ pagi, siang
66
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® dan KA-EN 3A® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan
mencegah terjadinya dehidrasi (maintenance).
2. Penghentian pemberian antibiotik kotrimoksazol sudah tepat.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh Amoeba
hystolitica. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 4,67 ml-6,67ml≈1 sdt.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi BAB pasien.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan
pemberian antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-
35 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami
steatorrhea.
Pasien 8. No. RM : 146240 (14 Agustus 2007-17 Agustus 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 8,9 kg; dengan keluhan panas 3 hari, BAB cair 5×, mata dan ubun-ubun cekung,
anak gelisah. Diagnosa : GE (GEDB). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (14 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,0 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,97 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,8 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 38,8 % 36-44 %
MCV 78,1 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,7 fL ↓ 27-31fL
MCHC 30,4 pg ↓ 33-37 pg
PLT 613 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 40,0 fL 35-45 fL
PDW 9,2 fL 9-13 fL
MPV 7,9 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 11,1 % ↓ 15-25 %
LYM% 44,2 % 19-48 %
MXD% 10,4 % ↑ 0-8 %
NEUT% 45,4 % 40-74 %
LYM# 4,0 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,9 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,1 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (14 Agustus)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi
agak
lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Pencernaan
Lemak + -
67
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
14 Agt
15.00 38,5°C
18.00 38°C cair, lendir
15 Agt
05.00 4×
07.00 36,5°C
10.30 36°C
12.00 2×
17.00 37°C
18.00 2×
Tgl Jam Suhu BAB
16 Agt
05.00 37°C 7×
07.00 36°C
11.00 35,6°C
12.00 1×
14.00 37,4°C
17.00 36°C
17 Agt
05.00 36°C
07.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
14 Agt 15 Agt 16 Agt 17 Agt
KA-EN 3A® √ √ √ √
k/p Metoklopramida-HCl 3 × ¼ amp IGD, 18.00 08.00
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (2×) √ √ (2×)
Biostrum® 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena KA-EN 3A® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian Biostrum®
2 × 1 sdt sudah tepat untuk mempercepat proses penyembuhan diare.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami
steatorrhea.
68
Pasien 9. No. RM : 146240 (15 Agustus 2007-17 Agustus 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 11,5 kg; dengan keluhan mencret >10×, muntah, 38,3 °C . Diagnosa : GE (GEDS).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (15 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 16,5 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,91 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,5 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 35,7 % ↓ 36-44 %
MCV 72,7 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 361 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,9 fL 35-45 fL
PDW 9,8 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 13,2 % ↓ 15-25 %
LYM% 13,0 % ↓ 19-48 %
MXD% 7,0 % 0-8 %
NEUT% 80,0 % ↑ 40-74 %
LYM# 2,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,2 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (15 Agustus)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 140 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 113 mmol/L ↑ 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
05.00 39°C
16 Agt
07.00 36°C
11.00 37,6°C
12.00 2× lembek
14.00 36,5°C
18.00 36,5°C 2× cair
Tgl Jam Suhu
17 Agt
05.00 36,6°C
07.00 36,5°C
11.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
15 Agt 16 Agt 17 Agt
RL® √ √ √
Metoklopramida-HCl ¼ amp IGD (16.30)
Metamizole Na ¼ amp IGD (16.30)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ √ (1×)
k/p Parasetamol 1 sdt
√ (2×) √ (1×)
k/p Fenobarbital 7,5 mg √ (1×) √ (1×)
69
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach untuk memperbaiki konsistensi feses pasien dan mengurangi
frekuensi BAB pasien sudah tepat.
4. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan sudah tepat. Kemungkinan kotrimoksazol diberikan karena diduga
penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh bakteri Shigella (nilai WBC dan neutrofil pasien meningkat). Dosis
yang diberikan juga sudah tepat (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40 mg/kg/hari tiap 12
jam) yaitu 5,75 ml ≈ 1 sdt.
5. Berdasarkan Drug Information Handbook, fenobarbital dapat menurunkan efek kotrimoksazol. DTP : dosis terlalu
rendah.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
3. Antibiotik kotrimoksazol tidak diberikan pada saat yang bersamaan dengan fenobarbital.
Pasien 10. No RM : 149165 (26 November 2007-27 November 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 8 kg; dengan keluhan 2 hari BAB cair 4×/hari, lendir +, badan panas, perut
kembung . Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (26 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,84 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,8 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 37,2 % 36-44 %
MCV 76,9 fL ↓ 81-99 fL
MCH 24,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,7 pg ↓ 33-37 pg
PLT 393 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,5 fL 35-47 fL
Darah Lengkap (26 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
PDW 8,9 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,9 % ↓ 15-25 %
LYM% 55,9 % ↑ 19-48 %
LYM# 5,2 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
26 Nov
14.00 37,2°C
17.00 38°C
18.00 1×
21.00 37°C
27 Nov
01.00 37,4°C
05.30 36°C
07.00 37,2°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
26 Nov 27 Nov
RL® √ √
Dioctahedral
smectite 3 × 1/3 sach √ (1×) √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ (1×)
k/p
Domperidon 3 × 0,6 ml √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk memperbaiki konsistensi feses pasien dan mengurangi
frekuensi BAB pasien sudah tepat.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
70
Pasien 11. No. RM : 152451 (8 Maret 2008-12 Maret 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan kejang, diare 4×, panas. Diagnosa : GE dan konvulsi.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (8 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,8 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,56 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 8,2 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 28,6 % ↓ 36-44 %
MCV 62,7 fL ↓ 80-94 fL
MCH 18,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 28,7 pg ↓ 33-37 pg
PLT 162 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,7 fL 35-45 fL
PDW 14,2 fL ↑ 9-13 fL
MPV 9,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 22,9 % 15-25 %
LYM% 31,5 % 19-48 %
MXD% 9,6 % ↑ 0-8 %
NEUT% 58,9 % 40-74 %
LYM# 2,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,6 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (8 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
8 Mar
04.00 39,4°C
08.00 39,1°C
11.00 38,7°C 5×
14.00 37,8°C
18.00 3×
21.00 38°C
9 Mar
05.00 38,4°C 2×
07.00 38,2°C
11.00 37,4°C
12.00 3×
14.00 37°C
17.00 36,6°C
18.00 2× cair
21.00 37,2°C
00.00 38,4°C
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
10 Mar
05.00 36,6°C 2×
08.00 36,3°C
11.00 37°C 2× +
13.30 38°C
17.00 2×
23.00 39°C
11 Mar
05.00 3×
07.00 36°C
11.00 35,9°C
17.00 36,4°C
18.00 2×
12 Mar
05.00 36°C 1×
07.00 36°C
11.00 37,5°C
12.00 1× 1×
13.00 37°C
71
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
8 Mar 9 Mar 10 Mar 11 Mar 12 Mar
RL® √
KA-EN 3A® √ √ √ √ √
Diazepam ¼ amp 23.00
Metamizole-Na ¼ amp 23.00
Parasetamol 3 × 1 sdt √ √ (4×) √ √ (2×) √ (1×)
Lacto-B® 2 × ½ sach √ √ √ √ √ (1×)
Diazepam 5 mg IGD (03.30)
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ √ √ (2×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √ (2×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® dan KA-EN 3A® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × ½ sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh Amoeba
hystolitica. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 5,13 ml-7,33 ml≈1 sdt.
4. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang
tidak efektif.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan
pemberian antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat
25-35 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
3. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
Pasien 12. No. RM : 146256 (16 Agustus 2007-19 Agustus 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 9 kg; dengan keluhan 3 hari panas, sejak tadi malam BAB cair 3×, 38,8°C.
Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (16 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 5,6 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,20 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 8,6 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 31,5 % ↓ 36-44 %
MCV 60,6 fL ↓ 80-94 fL
MCH 16,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 27,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 329 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,4 fL 35-45 fL
LYM% 47,3 % 19-48 %
Darah Lengkap (16 Agt)
MXD% 12,5 % ↑ 0-8 %
NEUT% 40,2 % 40-74 %
LYM# 2,6 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,3 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (16 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
72
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
16 Agt
12.00 38,8°C
12.30 1× cair
14.00 39°C
16.00 36,5°C
18.00 36,5°C 10× cair
17 Agt
05.00 37,2°C 2×
07.00 36°C
14.00 36,2°C
18.00 36°C 5×
Tgl Jam Suhu BAB
18 Agt
05.00 1×
07.00 37°C
11.00 36,5°C
12.00 3× cair
14.00 37°C
18.00 36°C
19 Agt
05.00 36°C 1×
07.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
16 Agt 17 Agt 18 Agt 19 Agt
RL® √ √ √ √
Parasetamol 3 × ¾ sdt IGD (11.30), √ (1×) √ (1×) √ (1×)
Metoklopramida-HCl 3 × 9 tts IGD (11.30), √ (1×) √ (1×)
Lacto-B® 3 × ½ sach √ (2×) √ √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach √ (2×) √ √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® dan KA-EN 3A® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × ½ sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi BAB pasien sudah tepat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya
gangguan malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui
apakah pasien mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk
mengatasi hal ini. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien
mengalami steatorrhea.
73
Pasien 13. No. MR : 129578 (28 Oktober 2007-31 Oktober 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 4 tahun; berat badan 13 kg; dengan keluhan diare >10×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Gantiwarno, Jawa tengah.
Objective
Darah Lengkap (28 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 15,6 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,31 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,4 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 32,7 % ↓ 36-44 %
MCV 75,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 24,1 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,8 pg ↓ 33-37 pg
PLT 410 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 40,9 fL 35-45 fL
PDW 10,1 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 12,4 % ↓ 15-25 %
LYM% 5,1 % ↓ 19-48 %
MXD% 8,0 % 0-8 %
NEUT% 86,9 % ↑ 40-74 %
LYM# 0,8 × 103/µL ↓ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,6 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (28 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna putih kehijauan coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Mikroskopis
Lemak + -
Elektrolit (28 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,3 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 137 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 110 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
28 Okt
14.00 36,6°C
18.00 1×
21.00 38,5°C
29 Okt
02.31 38°C
05.00 39,3°C
07.00 37,9°C
11.00 38°C
14.00 38,7°C
17.00 37,5°C
21.00 38°C
Tgl Jam Suhu BAB
30 Okt
02.00 2×
05.00 37,5°C
07.00 36,4°C 1×
14.00 36,5°C
17.00 35,5°C
31 Okt
05.00 36°C
07.00 36°C
74
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
28 Okt 29 Okt 30 Okt 31 Okt
NS® √
KA-EN 3B® √ √ √ √
Metamizole Na ½ amp IGD (13.35)
Metoklopramida-HCl ½ amp IGD (13.35)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×) √ √ √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ √ √ (1×)
k/p Parasetamol 3 × 1¼ sdt √ (1×) √ (4×) √
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ (1×) √ √ √ (1×)
Ambroxol-HCl 3 × ½ sdt √ (2×) √ √ (1×)
Kalium L-aspartat 1 × ¼ tab √ √
Assessment 1. Pemberian cairan intravena NS® dan KA-EN 3B® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena diare akut pada pasien disebabkan oleh
Amoeba hystolitica. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB pasien sudah tepat.
5. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba
hystolitica. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 6,07 ml-8,67 ml≈1½ sdt.
6. Pemberian kalium L-aspartat 1 × ¼ tab kepada pasien sudah tepat karena hasil laboratorium elektrolit kalium pasien
mengalami penurunan.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan
pemberian antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat
25-35 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya
gangguan malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui
apakah pasien mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk
mengatasi hal ini. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien
mengalami steatorrhea.
75
Pasien 14. No. RM : 153451 (13 April 2008-15 April 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan tadi malam muntah ±10×, BAB cair 1×, badan hangat (37°C). Diagnosa : GE
dan vomitus. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (13 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 18,9 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,19 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,1 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 34,8 % ↓ 36-44 %
MCV 67,1 fL ↓ 80-94 fL
MCH 21,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 595 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 38,1 fL 35-45 fL
PDW 9,9 fL 9-13 fL
MPV 8,2 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 23,4 % 19-48 %
MXD% 5,8 % 0-8 %
NEUT% 70,8 % 40-74 %
LYM# 4,4 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,4 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (13 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (13 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 139 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 101 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
13 Apr
10.30 37°C
11.00 37,8°C
14.40 37,3°C 2× 1×
14 Apr
04.00 1× banyak
05.00 38°C 1×
07.00 38°C
11.00 37,5°C
14.00 37,2°C
17.00 37,2°C 7×
15 Apr
07.00 36°C
12.00 1×
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
13 Apr 14 Apr
15
Apr
RL® √ √ √
Metoklopramida-
HCl
2 × 1/5
amp
14.40,
20.00
04.00,
20.00
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
k/p Parasetamol 1 sdt √ (1×) √ (2 ×) √ (1×)
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (2×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif). 2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Dosis yang
diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 5,13 ml-7,33 ml≈1 sdt-1½ sdt. 4. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO). 2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian antiprotozoa
metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7
hari. 3. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan malabsorpsi.
Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien mengalami steatorrhea
(ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji
kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
76
Pasien 15. No. RM : 130431 (9 Juni 2008-11 Juni 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 5 tahun; berat badan 15 kg; dengan keluhan BAB cair >10×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (9 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 21,8 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,34 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 14,0 g/dL 12-14 g/dL
HCT 43,5 % 36-44 %
MCV 81,5 fL 80-94 fL
MCH 26,2 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 512 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 45,0 fL 35-45 fL
PDW 8,8 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,5 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 9,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 15,8 % ↓ 19-48 %
MXD% 6,6 % 0-8 %
NEUT% 77,6 % ↑ 40-74 %
LYM# 3,4 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,4 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 17,0 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (9 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna putih coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Amoeba hystolitica cyste + -
Elektrolit (9 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,2 mmol/L 3,6-5,2 mmol/L
Natrium 137 mmol/L ↓ 140-148 mmol/L
Chlorida 94 mmol/L ↓ 100-108 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
9 Jun
07.00 36,6°C
12.00 36,8°C 1×
17.00 36,8°C
10 Jun
05.30 36,6°C
07.00 37°C
11.00 37°C
14.00 36,5°C
11 Jun
07.00 36°C
13.30 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
9 Jun 10 Jun 11 Jun
RL® √ √ √
Metoklopramida-
HCl ¼ amp IGD (06.15)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ √
Kotrimoksazol 3 × 1 sdt √ (1×)
Domperidon 3 × ½ sdt √ √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ √ (2×)
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ √
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses. DTP : pemakaian obat tidak
efektif.
3. Penghentian pemberian antibiotik kotrimoksazol sudah tepat.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
5. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba
hystolitica. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 7 ml-10 ml≈1½ sdt-2 sdt.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan
pemberian antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-
35 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
77
Pasien 16. No. RM : 145933 (4 Agustus 2007-7 Agustus 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan muntah >10×, diare >10×, 36°C. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (4 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 16,0 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,63 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,1 g/dL 12-14 g/dL
HCT 36,7 % 36-44 %
MCV 79,3 fL ↓ 80-94 fL
MCH 26,1 fL ↓ 27-31fL
MCHC 33,0 pg 33-37 pg
PLT 417 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,3 fL 35-45 fL
PDW 11,5 fL 9-13 fL
MPV 9,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 18,7 % 15-25 %
LYM% 19,8 % 19-48 %
MXD% 4,5 % 0-8 %
Darah Lengkap (4 Agt)
NEUT% 75,7 % ↑ 40-74 %
LYM# 3,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 12,1 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (5 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat muda coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
4 Agt 21.30 36°C
5 Agt
05.30 37°C 4× 4×
07.00 36°C
09.30 5×
11.00 37,5°C
12.00 3×
14.00 37°C
18.00 3×
6 Agt
05.00 37,5°C 3×
07.00 37°C
11.00 37°C
12.00 4× 2×
13.30 36°C
17.00 36,2°C
18.00 1×
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
7 Agt
02.00 1×
05.00 1×
07.00 36°C 1×
10.45 36,9°C
14.00 36°C
78
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
04 Agt 05 Agt 06 Agt 07 Agt
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl ¼ amp 21.30 12.00 11.00
Farmacrol Forte® ½ sdt 21.30
Lacto-B® 1 sach √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √ √ (2×)
Domperidon 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
k/p Parasetamol 1 sdt √ √
Plantacid® ½ sdt √ √
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (2×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella karena ditemukannya gejala klinis adanya lendir pada feses. Selain itu, nilai WBC dan neutrofil pasien
meningkat serta ditemukan adanya leukosit pada feses. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (trimetoprim : 8
mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40 mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 5,5 ml ≈ 1 sdt.
5. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat dan sebaiknya dioctahedral smectite diberikan pada
awal terapi untuk mengurangi frekuensi BAB.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan karena tidak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa agen ini
dapat mengurangi durasi diare, frekuensi BAB, atau hilangnya cairan melalui feses.
3. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami
steatorrhea.
79
Pasien 17. No. RM : 127751 (26 Desember 2007-27 Desember 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan mulai semalam muntah 8×, diare 4× cair. Diagnosa : GE
(GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (26 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,31 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,1 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 34,7 % ↓ 36-44 %
MCV 80,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,0 pg ↓ 33-37 pg
PLT 188 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 40,7 fL 35-45 fL
PDW 10,2 fL 9-13 fL
MPV 8,6 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 15,5 % 15-25 %
LYM% 13,2 % ↓ 19-48 %
MXD% 3,9 % 0-8 %
NEUT% 82,9 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,3 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 6,9 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (26 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
26 Des 12.30 37,2°C
27 Des
05.00 36,2°C 4×
07.00 36°C
11.00 36,6°C
12.00 1×
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
26 Des 27 Des
RL® √ √
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (2×) √ (2×)
Dioctahedral
smectite 3 × ½ sach √ (2×) √ (2×)
Oralit® 5 sach
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi BAB.
4. Pemberian Oralit® sebagai pengobatan dehidrasi awal sudah tepat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami
steatorrhea.
80
Pasien 18. No. RM : 138207 (27 Desember 2007-30 Desember 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 7,5 kg; dengan keluhan diare cair selama 4 hari, mulai tadi pagi muntah.
Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (27 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 13,6 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,25 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,9 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 37,0 % 36-44 %
MCV 70,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,7 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 246 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,8 fL 35-45 fL
PDW 11,9 fL 9-13 fL
MPV 9,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 20,8 % 15-25 %
LYM% 47,4 % 19-48 %
MXD% 7,0 % 0-8 %
NEUT% 45,6 % 40-74 %
LYM# 6,4 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,0 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 6,2 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (27 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (27 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,3 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 140 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 110 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
27 Des
16.30 36,5°C
17.00 37°C
18.00 2×
28 Des
05.00 37,5°C 3×
07.00 36°C
11.00 38°C
12.00 5×
14.00 37°C
17.00 36°C
18.00 6× 1×
21.00 36°C
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
29 Des
05.00 37°C 4×
07.00 36°C
12.00 37,2°C 6×
14.00 36°C
17.00 37,9°C
18.00 3× lembek
30 Des
05.00 5×
07.00 37°C
81
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
27 Des 28 Des 29 Des 30 Des
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1 1/5 mg IGD (15.30)
k/p Parasetamol 3 × 1 sdt √ √ √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ √ √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi BAB.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami
steatorrhea.
Pasien 19. No. RM : 133711 (24 Januari 2008-26 Januari 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan BAB cair 6×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Piyungan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (24 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,89 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,0 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,2 % 36-44 %
MCV 76,1 fL ↓ 80-94 fL
MCH 24,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 334 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,4 fL 35-45 fL
PDW 9,4 fL 9-13 fL
MPV 8,9 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 17,9 % 15-25 %
LYM% 35,9 % 19-48 %
MXD% 15,9 % ↑ 0-8 %
NEUT% 48,2 % 40-74 %
LYM# 3,0 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,3 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,0 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (24 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit + -
Amoeba coli cyste +
Pencernaan
Serat otot + -
Elektrolit (24 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,4 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 134 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 104 mmol/L 97-111 mmol/L
82
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
24 Jan
02.30 1×
05.00 37°C
07.00 36°C
11.00 36,5°C
12.00 2×
14.00 36°C
17.00 37,1°C
18.00 3×
Tgl Jam Suhu BAB
25 Jan
05.00 2×
07.00 37°C
12.00 36°C 1× lembek
14.00 37°C
17.00 37°C
18.00 2×
26 Jan
05.00 36,2°C 3×
07.00 36,8°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
24 Jan 25 Jan 26 Jan
RL® √ √
Infus metronidazol 3 × 125 mg
08.00,
16.00, 00.00
08.00,
16.00, 00.00
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ √ √ (2×)
Kaolin-pektin 4 × 1 sdt √ (3×) √ (3×) √ (2×)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ √ √ (2×)
Hiosin N-butilbromida 3 × 1/5 tab √ (2×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian terapi infus metronidazol 3 × 125 mg tidak diperlukan karena dari hasil feses routine diketahui penyebab
diare adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian terapi antiprotozoa sirup metronidazol 3 × 1 sdt tidak diperlukan karena dari hasil feses routine diketahui
penyebab diare adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
5. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat tidak efektif.
6. Pemberian antispasmodik hiosin N-butilbromida sudah tepat untuk mengatasi kram abdomen yang menyertai diare,
tetapi tidak boleh digunakan sebagai pengobatan utama karena dapat menimbulkan efek samping yang menyulitkan
pada anak-anak (IONI, 2000).
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antiprotozoa infus metronidazol tidak diberikan.
3. Terapi antiprotozoa sirup metronidazol dihentikan.
4. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
83
Pasien 20. No. RM : 149681 (11 Desember 2007-15 Desember 2007)
Subjective An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 7,5 kg; dengan keluhan GE dan vomitus sejak 4 hari yang lalu, sering muntah dan
mencret 3-4 ×/hari (pasien kiriman dari Balai Pengobatan Rumah Bersalin Sayang Keluarga). Diagnosa : GE dan vomitus.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (11 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 14,1 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,64 × 103/µL ↑ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,8 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 39,4 % 36-44 %
MCV 69,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 20,9 fL ↓ 27-31fL
MCHC 29,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 473 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 41,1 fL 35-45 fL
PDW 10,1 fL 9-13 fL
MPV 8,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 13,7 % ↓ 15-25 %
LYM% 39,1 % 19-48 %
MXD% 7,9 % 0-8 %
NEUT% 53,0 % 40-74 %
LYM# 5,5 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,5 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (11 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 2,6 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 134 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 102 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (12 Des/13 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair/agak cair keras/lembek
Warna kuning/kuning coklat
Pencernaan
Lemak +/+ -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
11 Des 22.00 37,3°C
12 Des
05.00 37,8°C 1×
07.00 37,5°C
11.00 37,8°C
12.25 3×
14.00 37,5°C
18.00 37°C 2× +
21.00 36,1°C
13 Des
05.00 1×
07.00 37,8°C
11.00 36,5°C
12.00 2×
14.00 37°C
17.00 36,8°C
18.00 1× +
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
14 Des
05.00 2×
07.00 36°C
11.00 36,7°C
12.00 5×
14.00 36,8°C
17.00 36,5°C
15 Des
05.00 2×
07.00 36,5°C
11.00 36,6°C
12.00 2×
84
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
11 Des 12 Des 13 Des 14 Des 15 Des
RL® √ √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 8 tts IGD (21.35)
Oralit® 5 sach
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ √
Kaolin-pektin 2 × 1 sdt √ (1×) √ √
k/p Parasetamol 3 × ½ sdt √ (1×) √ √ √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × ½ sdt √ (1×) √
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian Oralit® sebagai pencegahan dehidrasi awal sudah tepat.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
4. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
5. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan sudah tepat. Kemungkinan kotrimoksazol diberikan karena diduga
penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh bakteri Shigella (nilai WBC dan neutrofil pasien meningkat).
6. Dosis antibiotik kotrimoksazol yang diberikan kurang (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 3,75 ml = ¾ sdt. DTP : dosis terlalu rendah.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Tingkatkan dosis pemberian antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × ¾ sdt dan diberikan selama 5 hari untuk pengobatan
Shigellosis (Anonim, 2007 a).
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 21. No. RM : 149181 (26 November 2007-29 November 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 10,7 kg; dengan keluhan BAB cair ±5×/hari, muntah 3×/hari. Diagnosa : GE
(GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (26 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 11,1 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,45 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,2 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,5 % 36-44 %
MCV 72,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 30,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 450 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,4 fL 35-45 fL
PDW 9,5 fL 9-13 fL
MPV 8,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 12,4 % ↓ 15-25 %
LYM% 47,0 % 19-48 %
MXD% 10,1 % ↑ 0-8 %
NEUT% 42,9 % 40-74 %
LYM# 5,2 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
Darah Lengkap (26 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (26 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,3 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 139 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 109 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (27 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
85
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
26 Nov 23.00 38,3°C
27 Nov
05.00 36,5°C 1×
07.00 37°C 3×
11.00 36,2°C
17.14 36°C
18.00 36,2°C 4×
21.00 37°C
00.00 1×
Tgl Jam Suhu BAB
28 Nov
05.00 36,3°C 3×
07.00 36°C
11.00 37°C
12.00 3×
14.00 35,6°C
17.00 35,8°C
18.00 1×
29 Nov
05.00 36,8°C 2×
07.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
26 Nov 27 Nov 28 Nov 29 Nov
RL® √ √ √ √
Parasetamol 3 × 1 sdt 23.00 √ (2×) √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach √ (2×) √ √ (2×)
Koenzim B12 3000 mcg 2 × 1
√ √ √ (1×)
Siproheptadin HCl 1/3 tab √ √ √ (1×)
Biostrum® 1 × 1 sdt √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC pasien normal dan hasil pemeriksaan feses routine tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi antibiotik.
DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® sudah tepat 2 × 1 sach untuk mengurangi durasi diare.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk mengurangi frekuensi BAB sudah tepat.
5. Pemberian Biostrum® 1 × 1 sdt sudah tepat untuk mempercepat proses penyembuhan diare.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
86
Pasien 22. No. RM : 123185 (6 Mei 2008-8 Mei 2008)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 13 kg; dengan keluhan sejak kemarin pagi panas, siang harinya BAB cair ±5×,
muntah 3×. Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (6 Mei)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 6,2 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,68 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,1 g/dL 12-14 g/dL
HCT 36,8 % 36-44 %
MCV 78,6 fL ↓ 81-99 fL
MCH 25,9 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 207 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,8 fL 35-47 fL
PDW 9,5 fL 9-13 fL
MPV 8,4 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 13,8 % ↓ 15-25 %
LYM% 24,0 % 19-48 %
MXD% 14,7 % ↑ 0-8 %
NEUT% 61,3 % 40-74 %
LYM# 1,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,9 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 3,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (6 Mei)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Amoeba hystolitica cyste + -
Elektrolit (6 Mei)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 101 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
6 Mei
02.00 37°C
05.00 38,1°C 1×
07.00 38,2°C
11.00 37°C 3×
13.30 37,3°C
17.50 37,5°C
18.00 3×
Tgl Jam Suhu BAB
7 Mei
01.00 37,5°C
07.00 37°C
11.15 36,6°C
12.00
2×
14.00 36°C
18.00 3× lembek
21.00 36,2°C
8 Mei 07.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
6 Mei 7 Mei 8 Mei
RL® √ √ √
Infus metronidazol 3 × 125 mg
08.00, 16.00,
00.00 16.00
Metoklopramida-HCl ¼ amp IGD (01.30)
Metoklopramida-HCl 3 × ½ sdt √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (2×) √ (2×) √ (2×)
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×) √ (1×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (2×) √ (2×) √ (2×)
87
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antiprotozoa metronidazol sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Terapi
antiprotozoa metronidazol yang diberikan kepada pasien adalah dalam bentuk sediaan infus dengan dosis 3 × 125 mg (7
Mei). Dosis pemberian metronidazol secara intravena adalah 15 mg/kgBB=195 mg (sebagai pengobatan awalnya), yang
diikuti dengan dosis pemeliharaan 7,5 mg/kgBB=97,5 mg diinfuskan > dari 1 jam tiap 6-8 jam, maksimum 2 g/hari
(Anderson, 2002). Selain itu, pada tanggal 7 Mei, pasien juga mendapat terapi metronidazol dalam bentuk sediaan sirup
dengan dosis 1 sdt = 125 mg. Jika diakumulasikan, dosis antiprotozoa metronidazol yang diberikan adalah 500 mg. Dosis
ini tidak melewati dosis maksimum 4g/hari sehingga terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan rasional.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
Pasien 23. No. RM : 105260 (25 Maret 2008-27 Maret 2008)
Subjective
An. perempuan; usia 4 tahun; berat badan 16 kg; dengan keluhan perut mules, muntah, tidak mau makan, panas, lemas, 38°C.
Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (25 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 15,6 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,51 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 13,1 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,2 % 36-44 %
MCV 86,9 fL 80-94 fL
MCH 29,0 fL 27-31fL
MCHC 33,4 pg 33-37 pg
PLT 217 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,9 fL 35-45 fL
PDW 11,5 fL 9-13 fL
MPV 9,4 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 21,1 % 15-25 %
LYM% 12,0 % ↓ 19-48 %
MXD% 10,9 % ↑ 0-8 %
NEUT% 77,1 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,9 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,7 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 12,0 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (25 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit + -
Amoeba coli cyste + -
Elektrolit (25 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 135 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 101 mmol/L 97-111 mmol/L
88
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Tanda Kardinal BAB
25 Mar
10.00
RR : 53×/menit;
Nadi : 130×/menit
12.00 38,3°C
13.30 36°C
17.15 35,8°C
18.00 5×
Tgl Jam Tanda Kardinal BAB
26 Mar
05.00 1×
07.00 36,3°C
11.15 36,9°C 1×
14.00 36,8°C
17.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
25 Mar 26 Mar 27 Mar
RL® √ √ √
Infus metronidazol 3 × 175 mg
08.00, 16.00,
00.00
08.00, 16.00,
00.00
Ranitidin 3 × ½ amp √ (2×) √ (2×)
Metoklopramida-HCl 3 × 1 sdt √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × 1 sach √ (2×) √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Parasetamol 3 × 1½ sdt √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian terapi infus metronidazol 3 × 175 mg tidak diperlukan karena dari hasil feses routine diketahui penyebab diare
adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian terapi antiprotozoa metronidazol 3 × 1½ sdt tidak diperlukan karena dari hasil feses routine diketahui
penyebab diare adalah Amoeba coli yang bersifat nonpatogenik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB sudah tepat.
5. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antiprotozoa infus metronidazol tidak diberikan.
3. Terapi antiprotozoa sirup metronidazol dihentikan.
89
Pasien 24. No. MR : 083303 (19 Januari 2008-22 Januari 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 7 tahun; berat badan 18 kg; dengan keluhan BAB cair berdarah dan berlendir, muntah-muntah.
Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (19 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 21,7 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,40 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,4 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,8 % 36-44 %
MCV 70,0 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,8 pg ↓ 33-37 pg
PLT 251 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 35,2 fL 35-45 fL
PDW 13,0 fL 9-13 fL
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 22,9 % 15-25 %
LYM% 5,1 % ↓ 19-48 %
MXD% 5,5 % 0-8 %
NEUT% 89,4 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 19,4 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (19 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,0 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 133 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 103 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (20 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir ++ -
Mikroskopis
Lekosit + -
Eritrosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
19 Jan 22.45 39°C
20 Jan
05.00 38°C cair, lendir, ada darah
07.00 37°C
12.00 7× lendir, darah
14.00 36,5°C
18.00 37°C 8×
21.00 36°C
Tgl Jam Suhu BAB
21 Jan
05.00 36,7°C 7× lendir, darah
07.00 37°C
12.00 ±10×
13.30 36,8°C
21.00 36,8°C
22 Jan
03.30 1×
05.00 35,5°C
07.00 36,4°C
11.00 36°C
14.00 37°C
90
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
19 Jan 20 Jan 21 Jan 22 Jan
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 3 mg IGD
Infus metronidazol 3 × 150 mg
16.00,
00.00
08.00, 16.00,
00.00 08.00
Parasetamol 3 × 1½ sdt √ (1 ×) √
Metronidazol 3 × 1½ sdt √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ √ √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antiprotozoa metronidazol sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Pemberian
terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan kepada pasien dalam bentuk sediaan infus dengan dosis 3 × 150 mg dan
sirup metronidazol 3 × 1½ sdt sudah tepat. Dosis maksimum pemberian metronidazol secara intravena yaitu 2 g/hari
(Anderson, 2002).
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
3. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
Pasien 25. No. RM : 104578 (31 Agustus 2007-3 September 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 4 tahun; berat badan 22 ½ kg; dengan keluhan sakit perut, mual, muntah, BAB 3× cair. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (1 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,9 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,29 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,6 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,6 % 36-44 %
MCV 73,0 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,6 pg ↓ 33-37 pg
PLT 409 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 35,8 fL 35-45 fL
PDW 9,0 fL 9-13 fL
MPV 7,6 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 9,5 % ↓ 15-25 %
LYM% 18,2 % ↓ 19-48 %
MXD% 9,7 % ↑ 0-8 %
Darah Lengkap (1 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
NEUT% 72,1 % 40-74 %
LYM# 1,6 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,9 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 6,4 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (1 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning kehijauan coklat
Pencernaan
Lemak + -
91
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
1 Sep
01.15 37,9°C
05.00 37°C 3×
07.00 36,8°C
12.00 37,3°C
sedikit
dan
sering
14.00 37,4°C
18.00 37,8°C sering
Tgl Jam Suhu BAB
2 Sep
05.00 36,4°C 3×
07.00 35,6°C
10.50 36°C
12.00 4× sedikit
14.00 36,8°C
3 Sep 07.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
31 Agt 1 Sep 2 Sep 3 Sep
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1/3 amp IGD (00.15)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ √ √ (2×)
Metoklopramida-HCl 3 × ¾ sdt √ (2×) √ (1×) √ (1×)
Metronidazol 3 × 2 sdt √ (2×) √ √ (2×)
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (2×) √ √ (2×)
Parasetamol 200 mg 3 × 1 √ (2×) √ (1×) √ (1×)
Fenobarbital 3 × 1
Assessment
1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC normal dan hasil pemeriksaan feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi antiprotozoa.
DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach untuk mengurangi frekuensi BAB sudah tepat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antiprotozoa metronidazol dihentikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
92
Pasien 26. No. MR : 136036 (29 April 2008-2 Mei 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan diare 8×. Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (29 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,2 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,81 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,0 g/dL 12-14 g/dL
HCT 36,6 % 36-44 %
MCV 76,1 fL ↓ 80-94 fL
MCH 24,9 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,8 pg ↓ 33-37 pg
PLT 260 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 41,1 fL 35-45 fL
PDW 9,2 fL 9-13 fL
MPV 8,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 12,6 % ↓ 15-25 %
LYM% 39,6 % 19-48 %
MXD% 16,8 % ↑ 0-8 %
NEUT% 43,6 % 40-74 %
LYM# 2,9 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 3,1 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (29 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,6 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 134 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 103 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (30 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Radiologi (2 Mei)
Bronchitis hilus tak menonjol, besar cor normal
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
29 Apr
20.30 36,5°C
23.00 1×
30 Apr
07.00 36,4°C
11.00 36,6°C
15.00 36°C
17.00 37,6°C
18.00 1×
21.00 37,4°C
00.00 36,4°C
Tgl Jam Suhu BAB
1 Mei
05.00 37°C 2×
07.00 37,6°C
11.00 36°C
13.30 36,8°C
2 Mei 11.00 36,8°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
29 Apr 30 Apr 01 Mei 02 Mei
RL® √ √ √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
93
Pasien 27. No. MR : 149425 (4 Desember 2007-7 Desember 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 8,6 kg; dengan keluhan muntah-muntah dari kemarin sore, mulai tadi malam BAB 2×
cair, badan hangat. Diagnosa : diare dan vomitus. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Ngemplak, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (4 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 5,0 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,68 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,6 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 36,7 % 36-44 %
MCV 78,4 fL ↓ 80-94 fL
MCH 24,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,6 pg ↓ 33-37 pg
PLT 248 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,1 fL 35-45 fL
PDW 8,9 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,7 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,5 % ↓ 15-25 %
LYM% 28,5 % 19-48 %
MXD% 28,6 % 0-8 %
NEUT% 42,9 % 40-74 %
LYM# 1,4 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,4 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,2 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (4 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (4 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,0 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 135 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 106 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
4 Des
15.00 39,7°C
17.00 35,6°C
18.00 4× 1×
21.00 36°C
00.00 38,5°C 3×
5 Des
05.00 38,5°C
07.00 37,4°C +
11.00 36°C
12.00 8×
14.00 35,5°C
18.00 36,5°C 3×
Tgl Jam Suhu BAB
6 Des
05.00 36°C
7× sedikit-
sedikit
07.00 36°C
11.00 36°C
12.00
5× sedikit-
sedikit
14.00 36°C
18.00 36°C 4×
7 Des
05.00 3×
07.00 36°C
94
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
04 Des 05 Des 06 Des 07 Des
RL® √ √ √
Metamizole Na 1/5 amp IGD (14.40)
Domperidon 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×) √ (1×)
Parasetamol 3 × ¾ sdt √ (1×) √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × 1 sach √ (1×) √ √ (2×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC dan neutrofil normal serta hasil pemeriksaan feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan
terapi antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB sudah tepat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 28. No. MR : 147117 (1 Juni 2008-2 Juni 2008)
Subjective
An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan BAB cair >10×, muntah 5×. Diagnosa : GE (GEDR).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (1 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 13,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,99 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,7 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,9 % 36-44 %
MCV 76,0 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 35,5 pg 33-37 pg
PLT 394 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 36,5 fL 35-45 fL
PDW 10,9 fL 9-13 fL
MPV 9,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 18,2 % 15-25 %
LYM% 52,2 % ↑ 19-48 %
MXD% 9,3 % ↑ 0-8 %
NEUT% 38,5 % ↓ 40-74 %
LYM# 6,9 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,2 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (1 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,8 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 142 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 106 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (2 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi sedikit lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Serat otot + -
95
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
1 Jun
19.30 37°C
22.50 +
2 Jun
07.00 36,5°C
11.00 37°C 1× 1×
14.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
1 Jun 2 Jun
RL® √ √
Metoklopramida-
HCl ¼ amp
IGD
(18.40)
Diazepam 5 mg √ (1×)
Dioctahedral
smectite ¼ sach √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × ½ sdt √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare dioctahedral smectite ¼ sach (1 Juni) untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB pasien sudah tepat.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin (2 Juni) kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan, lanjutkan pemberian antidiare dioctahedral smectite.
Pasien 29. No. MR : 149661 (11 Desember 2007-12 Desember 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan diare. Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal :
Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (11 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 15,0 × 103/µL↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,93 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,8 g/dL↓ 12-14 g/dL
HCT 33,7 %↓ 36-44 %
MCV 68,4 fL↓ 80-94 fL
MCH 21,9 fL↓ 27-31fL
MCHC 32,0 pg↓ 33-37 pg
PLT 175 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 36,7 fL 35-45 fL
PDW 11,6 fL 9-13 fL
MPV 9,2 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 20,5 % 15-25 %
LYM% 46,9 % 19-48 %
MXD% 15,4 %↑ 0-8 %
NEUT% 37,7 %↓ 40-74 %
LYM# 7,0 × 103/µL↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 2,3 × 103/µL↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,7 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (11 Des/12 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek/ agak lembek keras/lembek
Warna kuning/coklat hijau coklat
Pencernaan
Lemak +/+ -
Elektrolit (11 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,3 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 111 mmol/L 97-111 mmol/L
96
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
11 Des
12.30 39,4°C
14.00 38,5°C
17.00 36,5°C
18.00 1×
12 Des
05.00 1× lembek
07.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
11 Des 12 Des
RL® √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ (1×)
k/p
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena infus RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 30. No. MR : 100514 (24 Desember 2007-26 Desember 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 5 tahun; berat badan 22 kg; dengan keluhan mulai kemarin sering diare cair, muntah, panas, susah makan.
Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (24 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 11,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,22 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,7 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 32,4 % ↓ 36-44 %
MCV 76,8 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 33 pg 33-37 pg
PLT 283 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 35,6 fL 35-45 fL
PDW 8,9 fL ↓ 9-13 fL
MPV 8,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 11,6 % ↓ 15-25 %
LYM% 32,8 % 19-48 %
MXD% 18,2 % ↑ 0-8 %
NEUT% 49,0 % 40-74 %
LYM# 3,7 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 2,1 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,5 × 103/µL 1,5-7 × 10
3/µL
Elektrolit (24 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,2 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 139 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 108 mmol/L 97-111 mmol/L
97
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu
24 Des
19.00 37°C
23.25 36,9°C
25 Des
05.00 36,6°C
07.00 36,3°C
11.00 36,8°C
14.00 36,5°C
16.30 36°C
21.00 36,3°C
26 Des
05.00 36°C
07.00 36,4°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
24 Des 25 Des 26 Des
RL® √ √
KA-EN 3A® √ √
Metamizole Na ½ amp.
IGD
(18.00)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1× ) √ √ (1× )
Pektin-attapulgit 3 × 1 tab √ (1× ) √ (2× )
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ (1× ) √ √ (1× )
Assessment
1. Pemberian cairan intravena infus RL® dan KA-EN 3A® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah
terjadinya dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare pektin-attapulgit kurang tepat karena tidak efektif untuk memperbaiki konsistensi feses.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
4. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC dan neutrofil pasien normal serta tidak ada pemeriksaan feses routine yang mengindikasikan pasien membutuhkan
terapi antiprotozoa. DTP : tidak butuh obat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare pektin-attapulgit sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol dihentikan.
Pasien 31. No. MR : 087625 (25 September 2007-28 September 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 7 tahun; berat badan 20 kg; dengan keluhan muntah 7×, BAB 3× cair. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kemalang, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (25 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 15,9 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,19 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 13,9 g/dL 12-14 g/dL
HCT 41,9 % 36-44 %
MCV 80,7 fL 80-94 fL
MCH 26,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 33,2 pg 33-37 pg
PLT 335 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,1 fL 35-45 fL
PDW 10,2 fL 9-13 fL
MPV 8,5 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,8 % ↓ 15-25 %
LYM% 4,9 % ↓ 19-48 %
MXD% 3,6 % 0-8 %
Darah Lengkap (25 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
NEUT% 91,5 % ↑ 40-74 %
LYM# 0,8 × 103/µL ↓ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,6 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 14,5 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (26 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna putih kekuningan coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
98
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
25 Sep
14.00 36,8°C
18.00 37,5°C 2×
21.00 37,5°C 1×
26 Sep
05.00 38,4°C
07.00 36,5°C
10.15 39,9°C
13.00 38,3°C
13.30 38,5°C
17.30 38,5°C
18.00 1×
21.00 37,2°C
00.00 38°C
Tgl Jam Suhu BAB
27 Sep
05.00 37,1°C 2×
07.00 36°C
11.00 36,5°C
12.00 1× cair
14.00 37,1°C
17.00 37°C
28 Sep 05.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
25 Sep 26 Sep 27 Sep 28 Sep
KA-EN 3A® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1/3 amp. IGD (13.15)
k/p Parasetamol 3 × 1½ sdt √ (2×) √ (4×) √ √ (1×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ √ √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 2 sdt √ (1×) √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Domperidon 3 × 1½ sdt √ (2×) √ √ (1×)
Salbutamol sulfat, guaifenesin 3 × 1 sdt √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena KA-EN 3A® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan
oleh bakteri Shigella karena ditemukan nilai WBC dan neutrofil pasien meningkat serta leukosit pada pemeriksaan feses
routine pasien. Dosis yang diberikan juga sudah tepat (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 10 ml ≈ 2 sdt.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari.
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
99
Pasien 32. No. MR : 138581 (9 Maret 2008-12 Maret 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 9,5 kg; dengan keluhan diare, muntah. Diagnosa : GE (GEDS). Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (9 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,6 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,8 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,5 g/dL 12-14 g/dL
HCT 36,8 % 36-44 %
MCV 76,7 fL ↓ 80-94 fL
MCH 26,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 34,0 pg 33-37 pg
PLT 236 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 35,6 fL 35-45 fL
PDW 10,1 fL 9-13 fL
MPV 8,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 17,4 % 15-25 %
LYM% 13,5 % ↓ 19-48 %
MXD% 16,6 % ↑ 0-8 %
NEUT% 69,9 % 40-74 %
LYM# 1,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,4 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 6,0 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (9 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi sedikit lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
9 Mar
19.15 39°C
21.00 38,6°C 1× 1×
00.00 38,2°C
10 Mar
05.30 38°C 1×
08.00 38,5°C
11.00 37,8°C 3×
13.30 38°C
17.00 37,6°C 4×
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
11 Mar
01.00 38°C
06.00 6×
07.00 36°C
11.00 37,7°C
13.30 36,5°C
17.00 38°C
18.00 2×
21.00 38,6°C
12 Mar
05.00 38°C 1×
07.00 38°C
11.00 37°C
12.00 1×
13.40 37°C
100
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
9 Mar 10 Mar 11 Mar 12 Mar
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-
HCl 1/5 amp IGD
Metamizole Na 1/5 amp IGD
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × 1½ sdt √ √ √ (2×)
k/p Parasetamol 1 sdt √ (3×) √ (3×) √ (2×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 33. No. MR : 147816 (14 Oktober 2007-15 Oktober 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 4 tahun; berat badan 14 kg; dengan keluhan mulai tadi malam diare cair ±5×, muntah, badan hangat.
Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Pajangan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (14 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 11,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,52 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,0 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,3 % 36-44 %
MCV 82,5 fL 80-94 fL
MCH 26,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 294 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 42,1 fL 35-45 fL
PDW 11,4 fL 9-13 fL
MPV 9,2 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 19,5 % 15-25 %
LYM% 30,2 % 19-48 %
MXD% 8,8 % ↑ 0-8 %
NEUT% 61,0 % 40-74 %
LYM# 3,4 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,0 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 6,9 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (14 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair sekali keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (14 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 140 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 112 mmol/L ↑ 97-111 mmol/L
101
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
14 Okt
16.10 37,7°C
18.00 >10× 1×
21.00 37,6°C
15 Okt
05.00 37,2°C
07.00 36,1°C
12.00 37°C 1×
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
14 Okt 15 Okt
RL® √
KA-EN 1B® √
Metoklopramida
-HCl 4 mg √ (1×) √ (2×)
k/p Parasetamol 3 × 1¼ sdt √ (1×) √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ (2×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL
® dan KA-EN 1B
® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah
terjadinya dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 34. No. MR : 149562 (8 Desember 2007-10 Desember 2007)
Subjective An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 10,2 kg; dengan keluhan panas, diare, muntah mulai kemarin malam, pagi ini
BAB 3× cair. Diagnosa : GE (GEDR). Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (8 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,87 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,3 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,5 % 36-44 %
MCV 77,0 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,3 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,8 pg ↓ 33-37 pg
PLT 271 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 35,7 fL 35-45 fL
PDW 7,7 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,0 fL ↓ 7,2-11,1 fL
P-LCR 7,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 19,8 % 19-48 %
MXD% 7,4 % 0-8 %
NEUT% 72,8 % 40-74 %
LYM# 1,9 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,1 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (8 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat kekuningan coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
102
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
8 Des
10.00 38,6°C +
12.00 37,3°C
14.00 36,5°C
17.00 37°C
21.00 37,4°C
00.00 6×
Tgl Jam Suhu BAB
9 Des
07.00 37°C +
12.00 6×
14.00 36°C
17.00 36°C
18.00 2×
10 Des
05.00 5×
07.00 36°C
11.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
08 Des 09 Des 10 Des
RL® √ √ √
Metoklopramida-HCl 3 × 3 mg
IGD
(09.50)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ √ √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √ √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (2×) √ (1×)
Kolestiramina anhidrat 3 × ¼ sach √ (1×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella karena ditemukan gejala klinis demam dan adanya lendir pada feses. Selain itu, neutrofil pasien
meningkat dan ditemukan adanya leukosit pada pemeriksaan feses pasien. Dosis yang diberikan juga sudah tepat
(trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40 mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 5,10 ml ≈ 1 sdt.
5. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan pasien mengalami
malabsorpsi asam empedu. DTP : tidak butuh obat.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
4. Pemberian antidiare kolestiramina anhidrat dihentikan.
5. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
103
Pasien 35. No. MR : 117444 (25 Oktober 2007-26 Oktober 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 3 tahun; berat badan 12 kg; dengan keluhan BAB cair 2×, muntah 4 ×. Diagnosa : GE (GEDS).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (26 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 16,7 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,28 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 9,9 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 31,2 % ↓ 36-44 %
MCV 72,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 23,1 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,7 pg ↓ 33-37 pg
PLT 503 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 38,3 fL 35-45 fL
PDW 9,0 fL 9-13 fL
MPV 8,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 11,6 % ↓ 15-25 %
LYM% 11,1 % ↓ 19-48 %
MXD% 7,5 % 0-8 %
NEUT% 81,4 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,9 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,3 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,5× 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (26 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna putih coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Eritrosit +
Amoeba hystolitica cyste +
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu
25 Okt
03.00 36,2°C
05.00 37,5°C
07.00 38,3°C
11.00 37°C
18.00 36,9°C
26 Okt
05.00 36,9°C
07.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
25 Okt 26 Okt
RL® √ √
Metoklopramida-
HCl ¼ amp
IGD
(02.30)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×)
Domperidon 3 × 4 mg √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Penghentian pemberian antibiotik kotrimoksazol sudah tepat.
3. Dari hasil feses routine diketahui penyebab diare adalah Amoeba hystolitica, terapi antiprotozoa metronidazol diberikan
sebagai obat pulang.
Plan Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
104
Pasien 36. No. MR : 146151 (13 Agustus 2007-15 Agustus 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 10,3 kg; dengan keluhan BAB cair 3×, muntah, lemas. Diagnosa : GE (GEDS) dan
vomitus. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (13 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,1 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,62 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,2 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,6 % 36-44 %
MCV 83,5 fL 81-99 fL
MCH 26,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,6 pg ↓ 33-37 pg
PLT 495 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 40,8 fL 35-47 fL
Darah Lengkap (13 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
PDW 8,7 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,5 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 8,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 5,5 % ↓ 19-48 %
MXD% 5,6 % 0-8 %
NEUT% 88,9 % ↑ 40-74 %
LYM# 0,5 × 103/µL ↓ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,5 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 8,1 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
13 Agt
11.00 37,2°C
14.00 37,3°C
17.00 38°C
00.00 37°C
14 Agt
05.00 37,8°C
07.00 36,5°C
11.00 37,4°C
14.00 36,7°C
18.00 37°C 1× 1×
21.00 37,2°C
15 Agt 07.00 36,7°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
13 Agt 14 Agt 15 Agt
KA-EN 3A® √ √ √
Metoklopramida
-HCl 3 × 3 mg IGD
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
Kolestiramina
anhidrat 3 × ¼ sach √ (2×) √
Assessment 1. Pemberian cairan intravena KA-EN 3A® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya
dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan sudah tepat. Kemungkinan kotrimoksazol diberikan karena diduga
penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh bakteri Shigella (neutrofil pasien meningkat). Dosis yang diberikan juga
sudah tepat (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazole : 40 mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 5,15 ml ≈ 1
sdt.
4. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan pasien mengalami
malabsorpsi asam empedu. DTP : tidak butuh obat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
3. Pemberian obat kolestiramina anhidrat dihentikan.
105
Pasien 37. No. MR : 146886 (9 September 2007-11 September 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan panas, muntah, diare 4 hari. Diagnosa : GE (GEDS).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (9 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 21,4 × 103/µL ↑ 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,28 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,2 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 37,3 % 36-44 %
MCV 70,6 fL ↓ 81-99 fL
MCH 21,2 fL ↓ 27-31fL
MCHC 30,0 pg ↓ 33-37 pg
PLT 528 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,7 fL 35-47 fL
PDW 10,4 fL 9-13 fL
MPV 8,4 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 28,2 % 19-48 %
MXD% 8,8 % ↑ 0-8 %
NEUT% 63,0 % 40-74 %
LYM# 6,0 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,9 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 13,5× 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (9 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning kehijauan coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (9 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,6 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 112 mmol/L ↑ 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
9 Sep
08.30 36,5°C
12.00 37,5°C 2×
13.30 36°C
17.00 36°C
18.00 2×
Tgl Jam Suhu BAB
10 Sep
05.00 36,5°C
1×
1× lembek
07.00 36,5°C 1× lembek
12.00 36,2°C 1× lembek
14.00 37°C
17.00 36°C
18.00 1×
11 Sep
07.00 36°C
11.00 36,3°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
9 Sep 10 Sep 11 Sep
RL® √ √
KA-EN 3A® √ √ √
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (2×) √ √ (2×)
Parasetamol 3 × ¾ sdt √ (2×) √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × ½ sdt √ (2×) √ √ (1×)
Biostrum® 2 × 1 sdt √ √ √ (1×)
106
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® dan KA-EN 3A® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah
terjadinya dehidrasi (maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
4. Pemberian Biostrum® 2 × 1 sdt sudah tepat untuk mempercepat proses penyembuhan diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 38. No. MR : 148914 (18 November 2007-20 November 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 9,5 kg; dengan keluhan BAB cair 5×, 2 hari anak muntah setiap kali
makan/minum. Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,98 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,3 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 36,1 % 36-44 %
MCV 72,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,7 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 272 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 40,9 fL 35-45 fL
PDW 10,3 fL 9-13 fL
MPV 9,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 17,4 % 15-25 %
LYM% 63,7 % ↑ 19-48 %
MXD% 11,6 % ↑ 0-8 %
NEUT% 24,7 % ↓ 40-74 %
LYM# 6,2 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,4 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,2 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 137 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
107
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
18
Nov
16.00 37,4°C
16.15 1×
21.00 36°C
23.00 +
19
Nov
05.00 36,5°C 2× cair
07.00 36,6°C
08.50 35°C
12.00 1× cair
14.00 37,3°C
17.00 36,5°C
18.00 +
20
Nov
05.00 36,2°C +
07.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
18 Nov 19 Nov 20 Nov
RL® √ √ √
Bronchitin® 3 × ½ sdt √ (1×) √ (1×)
Domperidon 3 × 0,8 cc √ √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
Dioctahedral
smectite 3 × 1/3 sach √ (1×) √ √ (1×)
k/p
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×)
Kotrimoksazol 2 × ¾ sdt √ (2×) √ (1×)
Salbutamol
sulfat,
guaifenesin 3 × 1 sdt √ (2×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB pasien sudah tepat.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella karena ditemukan adanya leukosit pada feses.
5. Dosis antibiotik kotrimoksazol yang diberikan kurang (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 4,75 ml ≈ 1 sdt. DTP : dosis terlalu rendah.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Tingkatkan dosis pemberian antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × 1 sdt dan diberikan selama 5 hari untuk pengobatan
Shigellosis (Anonim, 2007 a).
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
108
Pasien 39. No. MR : 134619 (15 Oktober 2007-17 Oktober 2007)
Subjective An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 8 kg; dengan keluhan BAB cair, muntah. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (15 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,4 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,02 × 106/µL ↓ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,2 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 31,9 % ↓ 36-44 %
MCV 79,4 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,0 pg ↓ 33-37 pg
PLT 332 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,1 fL 35-45 fL
PDW 8,3 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 8,1 % ↓ 15-25 %
LYM% 26,3 % 19-48 %
MXD% 12,0 % ↑ 0-8 %
NEUT% 61,7 % 40-74 %
LYM# 1,9 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,9 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,6 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (15 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi sedikit lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak ++ -
Elektrolit (15 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,3 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 135 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 108 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
15
Okt
12.00 >7×
14.00 37°C
17.00 37,5°C 8× cair
16
Okt
05.00 37,5°C >10× 1×
07.00 36,5°C 1×
09.00 3×
11.00 37°C
12.00 2×
14.00 37°C
18.00 4×
17
Okt
05.00 6×
07.00 37,3°C
11.00 36,6°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
15 Okt 16 Okt 17 Okt
RL® √ √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ (1×)
Dioctahedral
smectite
3 × 1/3
sach √ (2×) √ √ (2×)
k/p
Parasetamol 3 × 0,8 cc √ (2×) √ √ (2×)
Oralit® 5 sach
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
BAB pasien sudah tepat.
4. Pemberian Oralit® sebagai pencegahan dehidrasi awal sudah tepat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
109
Pasien 40. No. MR : 153566 (16 April 2008-18 April 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 10 kg; dengan keluhan diare ± 1 minggu, tidak mau makan, muntah. Diagnosa : GE
dan abdominal pain. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (16 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,2 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,10 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,4 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 35,4 % ↓ 36-44 %
MCV 69,4 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 459 × 103/µL ↑ 150-450 × 103/µL
RDW 36,6 fL 35-45 fL
PDW 8,6 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,6 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 9,0 % ↓ 15-25 %
LYM% 34,4 % 19-48 %
MXD% 10,2 % ↑ 0-8 %
NEUT% 55,4 % 40-74 %
LYM# 2,5 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,0 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (16 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 2,6 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 134 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 100 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (17 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Urinalisa (17 Apr)
Parameter Hasil Harga normal
BJ 1,015 1,015-1,025
pH 6 4,8-7,4
Keton + -
Urobilinogen normal -
Sedimen urine (17 Apr)
Parameter Hasil Harga normal
Sel epitel + -
Leukosit 2-3 0-6
Eritrosit 2-4 0-1
Kristal (17 Apr)
Parameter Hasil Harga normal
Oksalat ++ -
Bakteri + -
Catatan Keperawatan Penatalaksanaan
Tgl Jam Suhu BAB
16 Apr
17.00 36,9°C
21.00 37°C
00.00 39,4°C
17 Apr
05.00 36,8°C
07.00 36,6°C
13.00 36°C 1×
14.00 36,5°C
17.00 36°C
18 Apr 07.00 37,5°C
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
16 Apr 17 Apr 18 Apr
RL® √
KA-EN 3B®
√ √
Metamizole Na 0,4 ml IGD
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×)
k/p Domperidon 0,8 ml √ (1×) √ (1×)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×)
Kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab √ √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (2×) √ (1×)
110
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® dan KA-EN 3B® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin tidak diperlukan. Konsistensi feses dan frekuensi BAB pasien normal. DTP : tidak
butuh obat.
3. Pemberian kalium L-aspartat 1 × 1/5 tab kepada pasien sudah tepat karena hasil laboratorium elektrolit kalium pasien
mengalami penurunan.
4. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 41. No. RM : 146004 (7 Agustus 2007-9 Agustus 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 10,8 kg; dengan keluhan kembung, BAB ± 15×. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (7 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,1 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,76 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,2 g/dL 12-14 g/dL
HCT 37,1 % 36-44 %
MCV 77,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,6 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 294 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,7 fL 35-45 fL
PDW 7,9 fL ↓ 9-13 fL
MPV 6,8 fL ↓ 7,2-11,1 fL
P-LCR 5,3 % ↓ 15-25 %
LYM% 47,9 % 19-48 %
MXD% 9,2 % ↑ 0-8 %
NEUT% 42,9 % 40-74 %
LYM# 3,4 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 3,0 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (7 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Eritrosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Pencernaan
Amylum + -
111
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
7 Agt
16.00 36,9°C
18.20 2×
8 Agt
05.00 37,1°C 3×
07.00 37°C
11.00 36,5°C
12.00 3×
13.30 37°C
18.00 1×
9 Agt
05.00 36,5°C 2×
07.00 36°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
07 Agt 08 Agt 09 Agt
RL® √ √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×)
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×)
Biostrum® 2 × ½ sdt √ (1×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
4. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica.
osis yang diberikan juga sudah tepat (35-50 mg/kgBB/hari tiap 8 jam), yaitu 5,04 ml-7,2 ml≈1 sdt-1½ sdt.
5. Pemberian Biostrum® 2 × ½ sdt sudah tepat untuk mempercepat proses penyembuhan diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
Pasien 42. No. MR : 089773 (16 November 2007-19 November 2007)
Subjective An. perempuan; usia 6 tahun; berat badan 20 kg; dengan keluhan badan panas, diare, muntah. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (16 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,98 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 13,2 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,8 % 36-44 %
MCV 79,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 26,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 33,2 pg 33-37 pg
PLT 411 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,1 fL 35-45 fL
PDW 9,3 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 12,2 % ↓ 15-25 %
LYM% 15,3 % ↓ 19-48 %
LYM# 1,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
Faeces Routine (16 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat coklat
Mikroskopis
Lekosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Pencernaan
Lemak + -
112
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
16 Nov
08.30 36,2°C
11.00 1×
14.00 35,7°C
17 Nov
05.00 36,8°C
07.00 37°C
11.00 36°C
13.30 37°C
17.00 36°C
18.00 2×
Tgl Jam Suhu BAB
18 Nov
05.00 1×
07.00 37,5°C
11.00 36,3°C
14.00 36,3°C
17.30 36,8°C
18.00 +
19 Nov 07.00 35,9°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
16 Nov 17 Nov 18 Nov 19 Nov
RL®
Infus metronidazol 3 × 200 mg 22.00
08.00,16.00,
00.00 08.00
Metoklopramida-HCl ½ amp IGD
Metamizole Na ½ amp IGD
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (2×) √ √ (1×)
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ (1×)
Kotrimoksazol 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×) √ (2×) √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ √ (1×)
Dioctahedral smectite 3 × 1 sach √ (2×) √ (2×) √ (1×)
k/p Domperidon 3 × ½ c √ (1×) √ √ (2×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antiprotozoa metronidazol sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Pemberian
terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan kepada pasien dalam bentuk sediaan infus dengan dosis 3 × 200 mg sudah
tepat. Dosis maksimum pemberian metronidazol secara intravena yaitu 2 g/hari (Anderson, 2002).
3. Selain itu, pemberian terapi antiprotozoa metronidazol 3 ×1½ sdt pada tanggal 16 Nov juga kurang tepat karena dosis
antiprotozoa metronidazol yang diberikan kurang. DTP : dosis terlalu rendah.
4. Terapi antiprotozoa kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena diare akut pada pasien disebabkan oleh Amoeba
hystolitica. DTP : tidak butuh obat.
5. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
6. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi frekuensi BAB pasien.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dosis pemberian antiprotozoa metronidazol seharusnya ditingkatkan menjadi 2 sdt-2½ sdt.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
4. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
5. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
113
Pasien 43. No. MR : 137764 (19 Desember 2007-22 Desember 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 9 kg; dengan keluhan panas, muntah, BAB 4×. Diagnosa : GE (GEDS).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Jogonalan, Jawa Tengah.
Objective
Darah Lengkap (19 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 3,5 × 103/µL ↓ 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,40 × 106/µL ↓ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,9 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 33,8 % ↓ 36-44 %
MCV 76,8 fL ↓ 80-94 fL
MCH 24,8 fL ↓ 27-31 fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 149 × 103/µL ↓ 150-450 × 103/µL
RDW 35,3 fL 35-45 fL
PDW 10,8 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,1 % ↓ 15-25 %
LYM% 21,8 % 19-48 %
MXD% 6,7 % 0-8 %
NEUT% 71,5 % 40-74 %
LYM # 0,8 × 103/µL ↓ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,5 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (19 Des)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
19 Des
14.30 40°C
16.00 38,2°C
18.00 3×
21.00 37,3°C
20 Des
05.00 37,5°C 5× 3×
07.00 38,1°C
11.00 36,7°C
12.00
4× sedikit-
sedikit
14.00 39°C
17.00 39,2°C 3×
21.00 39°C
Tgl Jam Suhu BAB
21 Des
05.00 36°C 1×
11.00 36°C
12.00 5× cair
14.00 37,8°C 1×
18.00 36,8°C
21.00 38,7°C
22 Des
05.00 2×
07.00 37,8°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
19 Des 20 Des 21 Des 22 Des
RL® √ √ √
Metamizole Na ¼ amp
IGD
(14.00)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ (2×) √ (4×) √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ (1×) √ (2×) √ √ (1×)
Kolestiramina anhidrat 3 × ½ sach √ (2×) √
Curliv plus® 2 × ½ sdt √ (2×) √ (2×)
114
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat untuk mengurangi frekuensi BAB pasien.
4. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. Tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan pasien mengalami
malabsorpsi asam empedu. DTP : tidak butuh obat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Pemberian kolestiramina anhidrat dihentikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 44. No. RM : 111135 (18 Juli 2007-21 Juli 2007)
Subjective An. perempuan; usia 8 tahun; berat badan 20 kg; dengan keluhan diare 5×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (18 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,1 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,77 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,6 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,3 % 36-44 %
MCV 80,3 fL ↓ 81-99 fL
MCH 26,4 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,9 pg ↓ 33-37 pg
PLT 342 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,6 fL 35-47 fL
PDW 10,0 fL 9-13 fL
MPV 8,4 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,7 % ↓ 15-25 %
LYM% 14,5 % ↓ 19-48 %
MXD% 5,3 % 0-8 %
NEUT% 80,2 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,3 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,5 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,3 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (18 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit + -
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (18 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 130 mmol/L ↓ 136-145 mmol/L
Chlorida 99 mmol/L 97-111 mmol/L
Urine (19 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
Protein - -
Glukosa - -
Sedimen
Sel epitel + +
Lekosit 2-4 0-6
Eritrosit 1-2 0-1
Gliter cell - -
Silinder - -
Kristal - -
Bakteri + -
Radiologi (21 Jul)
USG abdomen
Ren kanan dalam batas normal
Fellea normal
Hepar dalam batas normal
Pankreas normal
Limphonodi paraorta tidak membesar
Ren kiri dalam batas normal
Lien normal
Urinaria normal
Tak tampak apendixitis
115
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
18 Jul
08.00 37,2°C
11.00 1× lembek
12.00 2×
18.00 7×
19 Jul
05.00
07.00 36°C
12.00 3×
14.00 36,5°C
Tgl Jam Suhu BAB
20 Jul
07.00 36°C
11.00 36,5°C
17.00 36,4°C
18.00 1×
21 Jul
05.00 36°C
07.00 35,5°C
14.00 37°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
18 Jul 19 Jul 20 Jul 21 Jul
KA-EN 3A® √ √ √ √
NS® √ √ √ √
Ranitidin 2 × 1/3 amp
08.00,
20.00
08.00,
20.00
08.00,
20.00
08.00,
20.00
Plantacid® 3 × ¾ sdt √ √ √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ √ √ (2×)
Metoklopramida-HCl 3 × ¾ sdt √ √ (1×)
Parasetamol 3 × 1¾ sdt √ √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × 1½ sdt √ (2×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena KA-EN 3A® dan NS® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien disebabkan oleh
bakteri Shigella karena ditemukan gejala klinis adanya lendir pada feses. Selain itu, nilai neutrofil pasien meningkat dan
ditemukan adanya leukosit pada feses.
4. Dosis antibiotik kotrimoksazol yang diberikan kurang (trimetoprim : 8 mg/kg/hari tiap 12 jam dan sulfametoksazol : 40
mg/kg/hari tiap 12 jam) yaitu 10 ml ≈ 2 sdt. DTP : dosis terlalu rendah.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Tingkatkan dosis pemberian antibiotik kotrimoksazol menjadi 2 × 2 sdt dan diberikan selama 5 hari untuk pengobatan
Shigellosis (Anonim, 2007 a).
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
116
Pasien 45. No. RM : 144695 (3 Juli 2007-5 Juli 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 9,5 kg, dengan keluhan BAB 3× cair. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (3 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,4 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,29 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 10,8 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 33,4 % ↓ 36-44 %
MCV 77,9 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,2 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 232 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 38,2 fL 35-45 fL
PDW 11,0 fL 9-13 fL
MPV 9,0 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 18,0 % 15-25 %
LYM% 50,3 % ↑ 19-48 %
MXD% 12,2 % ↑ 0-8 %
NEUT% 37,5 % ↓ 40-74 %
LYM# 3,7 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,9 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 2,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (4 Jul)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
3 Jul
17.30 36,9°C 1×
20.30 3×
4 Jul
05.00 36,5°C 2× cair
07.00 36,2°C
11.00 36,5°C
12.00 1× lembek
14.00 36,5°C
17.00 36,5°C
18.00 2×
5 Jul 07.00 35,9°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
3 Jul 4 Jul 5 Jul
RL® √ √ √
Lacto-B® 2 × 1 sach √ (1×) √ √ (1×)
Dioctahedral
smectite 3 × 1/3 sach √ (2×) √ (2×)
Curliv plus® 2 × ½ sdt √ √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
3. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach sudah tepat untuk mengurangi frekuensi BAB pasien.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
117
Pasien 46. No. MR : 148382 (30 Oktober 2007-4 November 2007)
Subjective
An. perempuan; usia 1 tahun; berat badan 9,5 kg; dengan keluhan BAB cair 1×, muntah, kejang 2×, tidak mau makan.
Diagnosa : GE dan febris konvulsi. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (30 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 11,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,62 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,8 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 36,7 % 36-44 %
MCV 79,4 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,5 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,2 pg ↓ 33-37 pg
PLT 275 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,2 fL 35-45 fL
PDW 10,1 fL 9-13 fL
MPV 8,9 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 16,8 % 15-25 %
LYM% 14,3 % ↓ 19-48 %
MXD% 10,5 % ↑ 0-8 %
NEUT% 75,2 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,7 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,2 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 8,8 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (30 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit + -
Amoeba hystolitica cyste + -
Elektrolit (30 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,7 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Natrium 137 mmol/L 135-145 mmol/L
Chlorida 95 mmol/L 95-108 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
30 Okt
05.45 39°C
07.40 39,2°C
07.45 1× lendir
10.30 39,4°C
14.00 37,7°C
17.00 38,4°C
21.00 39,4°C
23.30 40,3°C
31 Okt
05.00 38,8°C 5×
07.00 37,5°C
11.00 38,6°C
14.00 37°C
17.00 39°C
18.00 15×
21.00 37,8°C
00.00 38,6°C
Tgl Jam Suhu BAB
1 Nov
05.00 37,8°C 8×
11.00 36,3°C
12.00 3× cair
13.30 36,2°C
17.00 37,2°C
18.00 2×
2 Nov
05.00 36,3°C 4×
12.00 2×
14.00 37,6°C
17.00 36,4°C
18.00
4×
21.00 36,8°C
00.00 37,7°C
3 Nov
05.00 37,6°C 3×
11.00 36°C
12.00 2×
17.00 37,6°C +
18.00 2×
21.00 37°C
4 Nov 05.00 37°C 3×
118
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
30 Okt 31 Okt 1 Nov 2 Nov 3 Nov 4 Nov
RL® √ √ √ √ √ √
Metamizole Na ¼ amp
IGD
(05.00)
Infus metronidazol 3 × 75 mg
08.00,
16.00,
00.00
08.00,
16.00,
00.00
08.00,
16.00,
00.00
08.00,
16.00,
00.00
08.00,
16.00
Fenobarbital 2 × 40 mg 17.00
08.00,
20.00
Diazepam 2½ mg
11.00,
00.00
k/p Diazepam 3 × 1 mg √ (2×) √ (1×) √ (2×)
Metronidazol 3 × 1 sdt √ (1×)
Dioctahedral
smectite 3 × 1/3 sach √ (2×) √ √ √ (1×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ √ √ √ √ (1×)
Elkana® 2 × ½ sdt √ (1×) √ √ (1×)
k/p Parasetamol 1 sdt √ √
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antiprotozoa metronidazol sudah tepat untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Pemberian
terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan kepada pasien dalam bentuk sediaan infus dengan dosis 3 × 75 mg dan
sirup metronidazol 3 × 1 sdt sudah tepat. Dosis maksimum pemberian metronidazol secara intravena yaitu 2 g/hari
(Anderson, 2002).
3. Secara teoritis metronidazol dengan fenobarbital berpotensi menyebabkan terjadinya interaksi (signifikansi 2, fenobarbital
menginduksi metabolisme metronidazol sehingga cepat tereliminasi dan menurunkan konsentrasi metronidazol dalam
darah, onsetnya dalam beberapa hari/minggu). DTP : dosis terlalu rendah.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × 1/3 sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi BAB pasien.
5. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
3. Amati pengobatan pasien yang menerima terapi metronidazol dan fenobarbital secara bersamaan dan jika perlu tingkatkan
dosis metronidazol maksimum 2,5 g/hari (Anderson, 2002).
119
Pasien 47. No. MR : 110646 (21 Maret 2008-22 Maret 2008)
Subjective
An. laki-laki; usia 8 tahun; berat badan 20 kg; dengan keluhan kemarin pagi BAB 5×, muntah 1×, malamnya BAB 10×,
muntah 1×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,46 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 14,8 g/dL ↑ 12-14 g/dL
HCT 43,4 % 36-44 %
MCV 79,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 27,1 fL 27-31fL
MCHC 34,1 pg 33-37 pg
PLT 232 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,2 fL 35-45 fL
PDW 12,3 fL 9-13 fL
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 21,1 % 15-25 %
LYM% 20,8 % 19-48 %
MXD% 8,1 % ↑ 0-8 %
NEUT% 71,1 % 40-74 %
LYM# 2,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,6 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi agak cair keras/lembek
Warna coklat coklat
Lendir + -
Darah + -
Mikroskopis
Lekosit ++ -
Eritrosit ++ -
Amoeba hystolitica cyste + -
Elektrolit (21 Mar)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,2 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 100 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
21 Mar
10.40 36,8°C
12.00 1×
14.00 36,8°C
17.00 36,7°C
18.00 1×
22 Mar
05.00 2×
07.00 36,1°C
11.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
21 Mar 22 Mar
RL® √ √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √ (1×)
Metronidazol 3 × 500 mg √ (1×) √ (2×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
3. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan sudah tepat mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica. Dosis
antiprotozoa metronidazol yang diberikan juga sudah tepat. Menurut Anderson (2002) dosis maksimum metronidazol oral
adalah 2,5 g/hari.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Berdasarkan Dhawan (2008), terapi untuk mengatasi diare yang disebabkan Amoeba hystolitica adalah dengan pemberian
antiprotozoa metronidazol selama 10 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian paromomisin sulfat 25-35
mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7 hari.
120
Pasien 48. No. RM : 131120 (3 Agustus 2007-4 Agustus 2007)
Subjective An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 12,5 kg; dengan keluhan batuk, pilek, muntah, diare berlendir. Diagnosa : GE dan
ISPA. Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (3 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 13,5 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,67 × 106/µL ↑ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,6 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,3 % 36-44 %
MCV 69,3 fL ↓ 80-94 fL
MCH 22,2 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,1 pg ↓ 33-37 pg
PLT 404 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 36,2 fL 35-45 fL
PDW 9,6 fL 9-13 fL
MPV 8,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 14,8 % ↓ 15-25 %
LYM% 9,5 % ↓ 19-48 %
MXD% 15,1 % ↑ 0-8 %
NEUT% 75,4 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,3 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 2,0 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 10,2 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (3 Agt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,3 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 139 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 108 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
3 Agt
20.00 37°C
21.00 37°C
00.00 38,5°C
4 Agt
05.00 37,8°C 1×
07.00 35,5°C
11.00 36,5°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
03 Agt 04 Agt
RL® √ √
Oralit® 2 sach
Metoklopramida
-HCl ¼ amp IGD
Metamizole Na ¼ amp 00.00
Kotrimoksazol 2 × 1 sdt √ (1×)
Domperidon 3 × 1 sdt √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian Oralit® sebagai pencegahan dehidrasi awal sudah tepat.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol 2 × 1 sdt yang diberikan sudah tepat karena diduga penyebab diare akut pada pasien
disebabkan oleh bakteri Shigella karena ditemukan gejala klinis pada feses terdapat lendir. Selain itu, nilai neutrofil pasien
meningkat.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Berdasarkan Anonim (2007 a), terapi antibiotik kotrimoksazol untuk pengobatan Shigellosis diberikan selama 5 hari.
121
Pasien 49. No. MR : 125546 (3 September 2007-5 September 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan panas 3 hari, mencret 5×; muntah 4×. Diagnosa : GE (GEDR).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (3 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,9 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,75 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,5 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,1 % 36-44 %
MCV 80,2 fL 80-94 fL
MCH 26,3 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,8 pg ↓ 33-37 pg
PLT 338 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 42,8 fL 35-45 fL
PDW 8,3 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,5 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 8,6 % ↓ 15-25 %
LYM% 35,1 % 19-48 %
MXD% 7,5 % 0-8 %
NEUT% 57,4 % 40-74 %
LYM# 3,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 0,7 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 5,1 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Elektrolit (3 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 107 mmol/L 97-111 mmol/L
Faeces Routine (4 Sep)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna kuning coklat coklat
Pencernaan
Lemak + -
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
3 Sep 17.00 37,3°C
4 Sep
05.00 36,8°C
07.00 37,3°C
11.30 37°C 1×
14.00 36,5°C
18.00 36°C 2×
5 Sep 07.00 36,8°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
3 Sep 4 Sep 5 Sep
RL® √ √ √
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ (2×) √ (1×)
Parasetamol 3 × 1 sdt √ (1×) √ √ (1×)
Metoklopramida
-HCl 3 × 1/3 sdt √ (1×) √
Apialys® 1 × ½ sdt √ (1×) √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 3× 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
122
Pasien 50. No. MR : 144635 (18 November 2007-21 November 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 11 kg; dengan keluhan muntah > 5×; diare > 5×; demam. Diagnosa : GE.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 10,9 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,86 × 106/µL ↑ 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,8 g/dL 12-14 g/dL
HCT 40,7 % 36-44 %
MCV 69,5 fL ↓ 80-94 fL
MCH 21,8 fL ↓ 27-31fL
MCHC 31,4 pg ↓ 33-37 pg
PLT 244 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 34,7 fL ↓ 35-45 fL
PDW 15,1 % ↑ 9-13 fL
MPV 10,8 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 33,0 % ↑ 15-25 %
LYM% 52,6 % ↑ 19-48 %
MXD% 10,3 % ↑ 0-8 %
NEUT% 37,1 % ↓ 40-74 %
LYM# 5,7 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,1 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (18 Nov)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 110 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
18
Nov
21.00 37,4°C
1× cair
banyak 1× banyak
22.40
2× cair
banyak 1× banyak
19
Nov
05.00 37,3°C
2× cair
banyak 1×
07.00 37,2°C 2× 2×
12.00 36,9°C 1×
14.00 37,4°C
18.00 1×
21.00 1×
Tgl Jam Suhu BAB
20 Nov
07.00 36,9°C
11.00 37°C
12.00 4×
14.00 36,3°C
17.00 37°C
18.00 4×
21 Nov
05.00 2×
07.00 37°C
123
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
18 Nov 19 Nov 20 Nov 21 Nov
Asering® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1/5 amp IGD
Kaolin-pektin 3 × ½ sdt √ √ (2×) √ (1×)
Metoklopramida-HCl 3 × 1/3 sdt √ √ (2×) √ (1×)
Kotrimoksazol 2 × ¾ sdt √ √ (1×)
Parasetamol 3 × ¾ sdt √ √ (2×) √ (1×)
Kolestiramina anhidrat 3 × 1/3 sach √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Koenzim B12 3000mcg 3 × 1/3 tab √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena Asering® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi BAB.
DTP : pemakaian obat yang tidak efektif.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena nilai WBC pasien normal dan pada hasil pemeriksaan
feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian obat kolestiramina anhidrat tidak tepat. DTP : tidak butuh obat.
Plan
1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
4. Pemberian kolestiramina anhidrat dihentikan.
5. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 51. No. MR : 136320 (16 Oktober 2007-19 Oktober 2007)
Subjective
An. laki-laki; usia 2 tahun, berat badan 15 kg, dengan keluhan muntah, BAB cair 3×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (16 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7,7 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,96 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 12,4 g/dL 12-14 g/dL
HCT 38,4 % 36-44 %
MCV 77,4 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,0 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,3 pg ↓ 33-37 pg
PLT 236 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 39,4 fL 35-45 fL
PDW 9,5 fL 9-13 fL
MPV 7,6 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 10,8 % ↓ 15-25 %
LYM% 17,0 % 19-48 %
MXD% 23,9 % 0-8 %
NEUT% 59,1 % 40-74 %
LYM# 1,3 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,8 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,6 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (16 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna coklat muda coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (16 Okt)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,8 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 136 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 103 mmol/L 97-111 mmol/L
124
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
16 Okt
10.30 39,8°C 2×
13.00 1×
14.00 39°C
18.00 40,9°C 5×
17 Okt
05.00 37,3°C
07.00 37°C
11.00 36°C
12.00 2×
14.15 36,8°C
18.00 35,5°C 5× 3×
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
18 Okt
05.00 37,8°C 3× 3×
07.00 37,1°C 1×
11.00 36,5°C
12.00 3× 4×
14.00 37,5°C
17.00 36,2°C
18.00 1×
19 Okt
05.00 37°C 1× 1×
07.00 36°C
11.00 36,6°C 1× 2×
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
16 Okt 17 Okt 18 Okt 19 Okt
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl 1/3 amp
15.30,
00.00 06.00
Ondansetron HCl dihidrat 3 × 1/3 amp
08.00,
00.00
08.00,
12.00
Metronidazol 3 × 1½ sdt √ √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ √ (2×) √ √ (2×)
Dioctahedral smectite 3 × ½ sach √ √ (2×)
Metoklopramida-HCl 3 × 15 tts √ √ (2×)
k/p Parasetamol 3 × 1½ sdt √ (2×) √ (2×) √ (2×) √ (1×)
Biostrum® 2 × 1 sdt √ (1×) √ (2×) √ (1×)
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Terapi antiprotozoa metronidazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC pasien normal dan hasil pemeriksaan feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi
antiprotozoa. DTP : tidak butuh obat.
3. Pemberian antidiare Lacto-B®
3 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
4. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ½ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi BAB.
5. Pemberian Biostrum® 2 × 1 sdt sudah tepat untuk mempercepat proses penyembuhan diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antiprotozoa metronidazol sebaiknya tidak diberikan.
3. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
125
Pasien 52. No. MR : 151036 (20 Januari 2008-23 Januari 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 5 tahun; berat badan 14 kg; dengan keluhan BAB 2×cair 3 hari, muntah. Diagnosa : GE dan febris.
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (21 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 8,0 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 5,10 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 13,3 g/dL 12-14 g/dL
HCT 39,1 % 36-44 %
MCV 76,7 fL ↓ 80-94 fL
MCH 26,1 fL ↓ 27-31fL
MCHC 34,0 pg 33-37 pg
PLT 365 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 37,8 fL 35-45 fL
PDW 11,2 fL 9-13 fL
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 19,8 % 15-25 %
LYM% 39,8 % 19-48 %
MXD% 12,0 % ↑ 0-8 %
NEUT% 48,2 % 40-74 %
LYM# 3,2 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,0 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 3,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (21 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi cair keras/lembek
Warna kuning coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (21 Jan)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 3,8 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 139 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
21 Jan
01.30 36,5°C
05.00 36°C
07.00 37°C
12.00 36°C
13.30 36°C
17.00 37°C
18.00 2× cair
21.00 37°C
Tgl Jam Suhu BAB
22 Jan
05.00 35,6°C 2× cair
07.00 36,4°C 1× cair
11.00 36,6°C
14.00 36,4°C
17.00 36,5°C
23 Jan
05.00 36°C 1×
07.00 36,4°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
20 Jan 21 Jan 22 Jan 23 Jan
RL® √ √ √ √
Metoklopramida-HCl ¼ amp IGD (00.00)
Metamizole Na ¼ amp IGD (00.00)
Ranitidin 2 × 1/3 amp 14.00, 20.00 08.00
Domperidon 3 × 1 sdt √ (2×) √ √ (2×)
Dioctahedral smectite 3 × ¾ sach √ (2×) √ (2×)
Lacto-B® 2 × 1 sach √ √ (1×)
126
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare dioctahedral smectite 3 × ¾ sach sudah tepat untuk memperbaiki konsistensi feses.
3. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 53. No. MR : 153137 (25 April 2008-27 April 2008)
Subjective An. laki-laki; usia 1 tahun; berat badan 9,9 kg; dengan keluhan muntah, diare ±5×. Diagnosa : GE. Outcome : membaik.
Tempat tinggal : Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (25 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 11,6 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,95 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 13,6 g/dL 12-14 g/dL
HCT 40,6 % 36-44 %
MCV 82,0 fL 80-94 fL
MCH 27,5 fL 27-31fL
MCHC 33,5 pg 33-37 pg
PLT 340 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 42,2 fL 35-45 fL
PDW 11,1 fL 9-13 fL
MPV 9,1 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 17,7 % 15-25 %
LYM% 43,7 % 19-48 %
MXD% 15,0 % ↑ 0-8 %
NEUT% 41,3 % 40-74 %
LYM# 5,1 × 103/µL ↑ 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,7 × 103/µL ↑ 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 4,8 × 103/µL 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (25 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek keras/lembek
Warna hijau coklat
Pencernaan
Lemak + -
Elektrolit (25 Apr)
Parameter Hasil Nilai normal
Kalium 4,6 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlorida 105 mmol/L 97-111 mmol/L
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
25
Apr
05.30 36,1°C
07.00 37,2°C
12.00 3×
13.30 36,5°C
17.00 36,5°C
18.00 3×
00.00 3×
Tgl Jam Suhu BAB Muntah
26
Apr
05.30 5×
08.00 36,5°C
11.00 5×
14.00 36°C
17.00 36°C
27
Apr 08.00 37,4°C
127
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
25 Apr 26 Apr 27 Apr
RL® √ √ √
Kaolin-pektin 3 × 1 sdt √ (2×) √
Kotrimoksazol 2 × ¾ sdt √ √ √ (1×)
Nipe® 3 × 3 ml √ (2×) √ √ (1×)
Dialac® 2 × 1 sach √ √
Domperidon 3 × 0,6 ml √ (2×) √
Pankreatin, vit A, vit B12, folic acid 1 × 1 √
Assessment
1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi (preventif).
2. Pemberian antidiare kaolin-pektin kurang tepat untuk mengurangi frekuensi BAB. DTP : pemakaian obat yang tidak
efektif.
3. Terapi antibiotik kotrimoksazol yang diberikan tidak tepat karena kondisi pasien tidak memerlukan terapi tersebut. Nilai
WBC pasien normal dan hasil pemeriksaan feses routine pasien tidak mengindikasikan pasien membutuhkan terapi
antibiotik. DTP : tidak butuh obat.
4. Pemberian antidiare Dialac® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
5. Pemberian pankreatin, vit A, vit B12, folic acid 1 × 1 sudah tepat untuk membantu pencernaan lemak dan mengatasi
gangguan pencernaan (perut kembung, mual, rasa penuh, sering mengeluarkan gas).
Plan 1. Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
2. Antidiare kaolin-pektin sebaiknya tidak diberikan dan digantikan dengan antidiare dioctahedral smectite.
3. Pemberian terapi antibiotik kotrimoksazol dihentikan.
4. Dari hasil laboratorium, diketahui terdapat lemak pada pemeriksaan feses routine yang menunjukkan adanya gangguan
malabsorpsi. Namun, tidak dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif pada sampel feses untuk mengetahui apakah pasien
mengalami steatorrhea (ekskresi lemak dalam feses >7g/hari) sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal ini. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk menegaskan apakah pasien mengalami steatorrhea.
Pasien 54. No. MR : 146399 (20 Juni 2008-22 Juni 2008)
Subjective
An. perempuan; usia 2 tahun; berat badan 8 kg; dengan keluhan BAB cair 1×, muntah 1×, 36,8°C. Diagnosa : GE (GEDR).
Outcome : membaik. Tempat tinggal : Piyungan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objective
Darah Lengkap (20 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,3 × 103/µL 5-13,5 × 103/µL
RBC 4,44 × 106/µL 4,1-5,5 × 106/µL
HGB 11,5 g/dL ↓ 12-14 g/dL
HCT 35,5 % ↓ 36-44 %
MCV 80,0 fL ↓ 80-94 fL
MCH 25,9 fL ↓ 27-31fL
MCHC 32,4 pg ↓ 33-37 pg
PLT 369 × 103/µL 150-450 × 103/µL
RDW 40,8 fL 35-45 fL
PDW 8,7 fL ↓ 9-13 fL
MPV 7,7 fL 7,2-11,1 fL
P-LCR 9,5 % ↓ 15-25 %
LYM% 12,2 % ↓ 19-48 %
Darah Lengkap (20 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
MXD% 11,8 % ↑ 0-8 %
NEUT% 76,0 % ↑ 40-74 %
LYM# 1,1 × 103/µL 1-3,7 × 103/µL
MXD# 1,1 × 103/µL 0-1,2 × 103/µL
NEUT# 7,1 × 103/µL ↑ 1,5-7 × 103/µL
Faeces Routine (20 Jun/21 Jun)
Parameter Hasil Nilai normal
Makroskopis
Konsistensi lembek/lembek keras/lembek
Warna coklat muda/coklat coklat
Lendir -/+ -
128
Catatan Keperawatan
Tgl Jam Suhu BAB
20 Jun
17.20 37°C
20.15 38,4°C
21.00 37,4°C
23.35 38°C
21 Jun
05.00 36,6°C 2×
07.00 37,5°C
11.00 36,5°C
12.00 2×
14.00 37°C
17.00 37,8°C
22 Jun
05.00
2×
07.00 36,3°C
Penatalaksanaan
Nama Obat Dosis
Waktu Pemberian
20 Jun 21 Jun 22 Jun
RL® √ √ √
Parasetamol 3 × ¾ sdt √ (1×) √ √ (2×)
Lacto-B® 3 × 1 sach √ (1×) √ √ (2×)
Metoklopramida-
HCl 3 × 9 tts √ (1×) √ (1×)
Assessment 1. Pemberian cairan intravena RL® sudah tepat untuk mengobati dehidrasi (treatment) dan mencegah terjadinya dehidrasi
(maintenance).
2. Pemberian antidiare Lacto-B® 2 × 1 sach sudah tepat untuk mengurangi durasi diare.
Plan Pemberian suplemen zinc 20 mg/hari selama 10-14 hari (rekomendasi WHO).
129
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta
130
BIOGRAFI PENULIS
Fanny merupakan anak keempat dari pasangan Alm.
Yohanes Ng Piang Khiam dan Yasinta Ngadi (Ng Jat
Nio), lahir di Pangkalpinang pada tanggal 23 Mei 1987.
Pendidikan awal dimulai di Taman Kanak-Kanak Santa
Theresia I Pangkalpinang pada tahun 1992. Dilanjutkan
ke jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Santa Theresia I
pada tahun 1993-1999.
Selanjutnya ke jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Santa Theresia
Pangkalpinang pada tahun 1999-2002. Kemudian naik ke jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Umum Santo Yosef pada tahun 2002-2005. Selanjutnya pada tahun 2005
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan masa studi pada tahun 2009. Penulis pernah
menjadi Asisten Praktikum Farmakologi Dasar (2008). Selain itu, penulis juga pernah
terlibat sebagai Panitia Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) tahun 2006
dalam Seminar “Glutation sebagai Pencegah dan Penyembuh Penyakit” serta
Pengabdian Kepada Masyarakat “Penyuluhan Perangi Junk Food dengan Pola Makan
dan Gaya Hidup Sehat” (2007).