Post on 14-Mar-2019
ETNOBOTANI DAN POTENSI TUMBUHAN BERGUNA
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT
DIAN ARIZONA
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
DIAN ARIZONA. E34061327. Etnobotani dan Potensi Tumbuhan Berguna di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Dibimbing oleh : EDHI SANDRA
and AGUS HIKMAT.
Kehidupan masyarakat di sekitar TNGC mempunyai interaksi yang sangat
erat dengan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Salah satunya adalah
interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan (etnobotani).
Pendokumentasian pengetahuan etnobotani masyarakat TNGC penting dilakukan
agar pengetahuan masyarakat TNGC dalam pemanfaatan tumbuhan tersebut tidak
hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat di sekitar TNGC (etnobotani) dan mengetahui potensi tumbuhan
berguna di kawasan TNGC. Kajian etnobotani dilakukan dengan wawancara dan
untuk mengetahui potensi tumbuhan berguna di kawasan TNGC dilakukan
dengan analisis vegetasi. Hasil penelitian menunjukan jumlah spesies yang
ditemukan dari kajian etnobotani diperoleh sebanyak 131 spesies dari 62 famili.
Penggunaan tumbuhan yang paling banyak adalah tumbuhan obat 37 spesies.
Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan dari hasil analisis vegetasi di kawasan
TNGC diperoleh sebanyak 99 spesies dari 43 famili. Untuk spesies tumbuhan
berguna terbanyak yaitu tumbuhan untuk bahan bangunan 14 spesies. Tumbuhan
yang dimanfaatkan masyarakat dari 131 spesies itu tidak semua berasal dari dalam
kawasan. Spesies yang dimanfaatkan masyarakat dan spesies tersebut tidak berada
di dalam kawasan TNGC yaitu 113 spesies, sedangkan tumbuhan yang
dimanfaatkan masyarakat dan tumbuh di dalam kawasan TNGC sebanyak 18
spesies. Semua tumbuhan yang diperoleh dari hasil etnobotani dan hasil analisis
vegetasi didapat 10 spesies unggulan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat
sekitar kawasan TNGC, diantaranya spesies unggulan yang lebih berpotensi untuk
dikembangkan yaitu nilam (Pogostemon cablin) sebagai bahan aromatik dan
menjadi bahan baku pembuatan parfum dan anggrek tanah bunga kuning (Phaius
flavus) untuk tumbuhan hias. Spesies-spesies unggulan ini jika dibudidayakan dan
dikembangkan secara lestari diharapkan dapat membantu pendapatan masyarakat
di sekitar TNGC.
Kata kunci : etnobotani, analisis vegetasi, tumbuhan berguna, lestari.
SUMMARY
DIAN ARIZONA. E34061327. Etnobotany and Potential of Useuful Plants on
Mount Ciremai National Park, West Java. Under supervision of EDHI SANDRA
and AGUS HIKMAT.
The people around TNGC have a very close interaction with the
surrounding natural resources as can be seen when they deal with the use of plants
(ethnobotany). Documenting the people‟s knowledge in TNGC ethnobotany is
especially important so that the knowledge of TNGC people in the use of these
plants can be preserved. This study aimed to identify the use of plants by the
people around TNGC (etnobotany) and to find out the potential of useful plants in
the TNGC region. Ethnobotany study was conducted by interviews and the
potential of useful plants in the TNGC region was learned through a vegetation
analysis. The number of species obtained from the ethnobotany results was 131
species and 62 families. Medicinal plants were among the much used reaching 37
species. The number of spesies obtained from the results of vegetation analysis
was 99 plant spesies and 43 families residing in the TNGC area. The most useful
plant species were plants producing buildings as many as 14 species. Out of 131
plant that were used by community, many them were not be found in the area of
TNGC reached 113 species, whereas plants that were aas many as 18 species. Of
all the plants obtained from the ethnobotany results and vegetation analysis, 10
superior species can be develoved by communities around the TNGC area, for
example, nilam (Pogostemon cablin) as aromatic material and raw material for the
manufacture of perfume and ground orchids with yellow flowers (Phaius flavus )
for ornamental plants. These superior species if well-cultivated are expected to
help TNGC community improve their income.
Key words: ethnobotany, vegetation analysis, useful plants, sustainable.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani dan
Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat”
adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan dalam bentuk apapun di Perguruan Tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Dian Arizona
E34061327
Judul Skripsi : Etnobotani dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat
Nama : Dian Arizona
NIM : E34061327
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II
Ir. Edhi Sandra, M.Si Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F
NIP. 19661019 199303 1002 NIP. 19620918 198903 100
Mengetahui,
Ketua Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.
NIP : 19580915 198403 1003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Etnobotani dan Potensi
Tumbuhan Berguna di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat” disusun
untuk suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana bidang kehutanan di Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang pemanfaatan
tumbuhan berguna oleh masyarakat di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
dan potensi tumbuhan berguna yang ada di dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan data tentang pemanfaatan tumbuhan dan potensi
tumbuhan berguna di kawasan TNGC. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini
belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
harapkan penulis untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 mei 1988 di Sumedang,
Jawa Barat dari pasangan Bapak Dasko dan Ibu Siti Supiah
sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
mengawali pendidikan di SDN Awilega tahun 1994-2000.
Selanjutnya di SMPN 1 Tanjungkerta tahun 2000-2003 dan
pendidikan menengah atas di SMAN 2 Cimalaka-
Sumedang tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Siswa Masuk
IPB (USMI). Pada Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pada masa kuliah penulis aktif sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan organisasi
mahasiswa Daerah Sumedang (WAPEMALA). Di HIMAKOVA penulis
bergabung dengan Kelompok Pemerhati Flora (KPF). Penulis tergabung dalam
Eksplorasi Flora, Fauna, dan Ekowisata Indonesia 2007 dan 2008 di Cagar Alam
Gunung Simpang, Bandung-Cianjur dan Cagar Alam Rawa Danau, Banten.
Praktek Lapang Kehutanan yang pernah diikuti yaitu Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan di Gunung Slamet, Baturraden (Purwokerto)-Nusakambangan,
Cilacap (2008), Praktek Pengolahan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat
(2009) dan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Alas Purwo,
Banyuwangi, Jawa Timur (2010). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian
berjudul “Etnobotani dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Jawa Barat” di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si dan Dr.Ir.Agus
Hikmat, M.Sc.F.Trop.
UCAPAN TERIMA KASIH
Bimsillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbilla’lamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas izin dan
kemudahan dari-Nya sehinga skripsi ini berhasil diselesaikan. Dengan segala
kerendahan hati dan ketulusan, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu dan Ayah tercinta, atas segala do‟a, kasih sayang, kesabaran,
semangat, serta segala dukungan dan pengorbanannya.
2. Bapak IR. Edhi Sandra, M.Si dan Bapak Dr.Ir.Agus Hikmat, M.Sc.F.Trop.
atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan saran yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Kepada dosen penguji Bapak Dr.Ir. Bahruni, MS, Ir. Deded Sarip Nawawi,
M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Achmad, MS.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan,
pengajaran dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di IPB.
5. Kepada adiku Dede Rahmat Hidayat dan seluruh keluarga besar atas
do‟anya, kasih sayang dan dukungannya.
6. Kepada Mellyana Rosmadewi Sunarya atas dukungan, do‟a dan kasih
sayang yang diberikan.
7. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dan seluruh stafnya, Mba
Nisa, Pa Robi, Pa Mahmud, Pa Rodi, Pa Syarif, Pa Taryana dan Pa Agus
atas bantuannya.
8. Bapak Mul, Bapak Yono, Bapak Uro, Pa saefudin, atas dampingannya
dilapangan dan seluruh masyarakat Desa Cisantana dan Desa Argalingga.
9. Seluruh staf Tata Usaha Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi.
10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok Pemerhati Flora (KPF) atas
dukungan dan kekeluargaan, canda, tawa, pengalaman, ilmu pengetahuan
dan kebersamaan dalam pendidikan dan penyusunan skripsi.
11. Keluarga besar KSHE 43 (Cendrawasih 43) atas kebersamaan, tawa,
canda, duka, dan pengalaman bersama-sama.
12. Kawan-kawan Lab. Konservasi Tumbuhan Departemen KSHE atas
bantuan, kerjasama dan motivasinya.
13. Keluarga besar FAHUTAN IPB atas dukungan dan kekeluargaan, canda,
tawa, pengalaman, ilmu pengetahuan dan kebersamaan.
14. Keluarga besar WAPEMALA Sumedang, atas kebersamaannya.
15. Teman-teman seperjuangan satu daerah Des, Rully, Edi, dan Agung.
16. Teman Asrama Putra C2 dan Teman Wisma “Sarang Sanca” atas
kebersamaannya.
17. Teman-teman satu SD,SMP dan SMA atas pertemannannya yang sampai
saat ini masih terjalin.
18. Semua pihak yang membantu semasa penulis kuliah, praktek dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dan
bantuannya.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu penulis baik yang tersebutkan maupun yang
tidak tersebutkan, AMIN.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… vi
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 2
1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani…………………………………………………………... 3
2.1.1 Definisi………………………………………………………….. 3
2.1.2 Ruang lingkup…………………………………………………. 3
2.2 Tumbuhan Berguna………………………………………………..... 4
2.2.1 Tumbuhan obat………………………………………………… 4
2.2.2 Tumbuhan hias………………………………………………..... 5
2.2.3 Tumbuhan aromatik……….…………………………………… 5
2.2.4 Tumbuhan penghasil pangan………………………………….. 6
2.2.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak…………………………….. 6
2.2.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati………………………….. 6
2.2.7 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin….……………………… 7
2.2.8 Tumbuhan keperluan ritual, adat dan keagamaan……………... 7
2.2.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar………………………………. 8
2.2.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan……………………….. 8
2.2.11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan…………………………… 8
2.3.Taman Nasional.…………………………………………………….. 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….. 10
3.2 Objek dan Alat Penelitian…………………………………………... 11
3.3 Metode Penelitian…………………………………………………… 11
3.3.1 Pengumpulan data……………………………………………… 12
3.3.2 Analisis data……………………………………………………. 14
BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas…………………………………………………….... 19
4.2 Kondisi Fisik Kawasan …………………………………………….
4.2.1 Geologi dan tanah………………………………………………
19
19
4.2.2 Topografi……………………………………………………...... 20
4.2.3 Iklim dan hidrologi…………………………………………… 20
4.3 Flora dan Fauna…………………………………………………… 21
4.3.1 Flora…………………………………………………………… 21
4.3.2 Fauna…………………………………………………………… 22
4.4 Pengelolaan TNGC…………………………………………………. 23
4.5 Kependudukan…………………………………………………….... 23
4.5.1 Demografi……………………………………………………… 23
4.5.2 Agama…………………………………………………………. 23
4.5.3 Perekonomian………………………………………………….. 23
4.5.4 Pendidikan……………………………………………………… 24
4.5.5 Sosial dan budaya masyarakat………………………………… 24
BAB V ISI DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden……………………………………………. 25
5.1.1 Tingkat pendidikan…………………………………………….. 26
5.1.2 Pekerjaan………………………………………………………. 26
5.1.3 Karakteristik umur…………………………………………….. 27
5.1.4 Jenis kelamin …………………………………………………. 28
5.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Masyarakat Sekitar Kawasan
TNGC………………………………………………………………. 29
5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya… 29
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan family…….. 30
5.2.3 Potensi dan pemanfaatan tumbuhan berguna………………….. 31
5.2.4 Bagian tumbuhan yang digunakan…………………………….. 32
5.2.5 Potensi tumbuhan berguna pada masyarakat TNGC………….. 33
5.3 Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan TNGC………………….... 49
5.3.1 Keanekaragaman spesies dan famili tumbuhan berguna……… 49
5.3.2 Dominansi tumbuhan…………………………………………. 51
5.3.3 Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan………………….. 53
5.4 Kaitan Masyarakat dengan TNGC………………………………….. 56
5.5 Pengembangan Spesies Unggulan………………………………….. 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………………………………….……………………… 60
6.2 Saran………………………………….…………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA………………………………….……………………… 61
LAMPIRAN………………………………….………………………………
….
64
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Tahapan kegiatan dan aspek kajian penelitian etnobotani masyarakat
disekitar Taman Nasional Gunung Ciremai………………………….
11
2. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berguna di Taman
Nasional Gunung Ciremai………………………………….………...
15
3. Klasifikasi Nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener………….
17
4. Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelas umur
responden. ………………………………….………………………...
28
5. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan berguna di TNGC
berdasarkan nama habitusnya………………………………….……..
29
6. Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di TNGC………………..
32
7. Bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat…………………
33
8. Beberapa spesies tumbuhan obat penting yang digunakan oleh
masyarakat di kawasan TNGC………………………………….……
36
9. Beberapa spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat
sekitar TNGC sebagai tumbuhan hias………………………………..
37
10. Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan masyarakat sekitar
TNGC sebagai bahan aromatik………………………………….…...
39
11. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai tumbuhan pangan………………………………….…
40
12. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai pakan ternak………………………………….…........
41
13. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil pestisida nabati……………………………
43
14. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil pewarna dan tanin………………………...
44
15. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai kayu bakar………………………………….…..........
44
16. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai keperluan upacara adat……………………………… 45
17. Beberapa spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat
sekitar TNGC sebagai bahan bangunan……………………………...
46
18. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan……………….
47
19. Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC untuk keperluan lainnya………………………………….…..
48
20. Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di TNGC………………..
50
21. Rekapitulasi jenis tumbuhan berguna yang mempunyai INP paling
tinggi………………………………….…...…………………………
52
22. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan
pada berbagai resort di TNGC………………………………….….....
54
23. Spesies unggulan untuk dikembangkan…………………………….. 57
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Peta Taman Nasional Gunung Ciremai…………………………….
10
2. Metode garis berpetak untuk analisis vegetasi……………………..
13
3. Rumah masyarakat TNGC……………………………..…………...
25
4. Jumlah pendidikan responden………………………………………
26
5. Jumlah pekerjaan responden………………………………………..
27
6. a) Pengepakan dan pengangkutan hasil panen kubis b).
Pengangkutan daun cengkeh……………………………………….
29
7. Sawuheun (Setaria palmifolia)…………………………………….
30
8. Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan famili…………….
31
9. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili…………………………
34
10. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan habitus di kawasan
TNGC……………………………..………………………………..
35
11. Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat
TNGC……………………………..………………………………..
36
12. (a). Bunga Bokor (Hydrangea sp.), (b) Patah tulang (Pedilanthus
pringlei) dan (c). Ephorbia (Euphorbia mili)……………………….
38
13. (a). Cempoko (Talauma candollii) dan (b).Nilam (Pogostemon
cablin) ……………………………..……………………………….
39
14. Kubis (Brassica oleracea) …………………………………………
41
15. Kaliandra (Calliandra callothyrus) ………………………………..
42
16. Haur koneng (Bambusa vulgaris) ………………………………….
45
17. Sengon (Paraserientes falcataria) …………………………………
47
18. Bambu atau awi (Gigantochloa apus) …………………………….
48
19. Jumlah tumbuhan berdasarkan famili yang ditemukan di
TNGC……………………………..………………………………..
49
20. Masawa (Anisoptera marginata) …………………………………..
51
21. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dan berada di kawasan
TNGC……………………………..………………………………...
56
22. Anggrek tanah (Phaius flavus). ……………………………………
59
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Tumbuhan berguna yang ditemukan di dalam kawasan TNGC
dan dari masyarakat……………………………..………………...
65
2. Spesies tumbuhan obat hasil etnobotani dan potensi tumbuhan
yang berada di kawasan TNGC……………………………..…….
73
3. Spesies tumbuhan hias hasil etnobotani dan potensi tumbuhan
yang berada di kawasan TNGC……………………………..…….
79
4. Spesies tumbuhan aromatik hasil etnobotani dan potensi
tumbuhan yang berada di kawasan TNGC………………………..
80
5. Spesies tumbuhan penghasil pangan hasil etnobotani dan potensi
tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….……….
80
6. Spesies tumbuhan penghasil pakan ternak hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….
81
7. Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….
81
8. Spesies tumbuhan penghasil pewarna dan tanin hasil etnobotani
dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC…………..
82
9. Spesies tumbuhan penghasil minuman potensi tumbuhan yang
berada di kawasan TNGC……………….……………….……….
82
10. Spesies tumbuhan penghasil kayu bakar hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….
82
11. Spesies tumbuhan untuk upacara adat hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….
83
12. Spesies tumbuhan sebagai bahan bangunan hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC……………….
83
13. Spesies tumbuhan penghasil kerajinan tangan dan tali hasil
etnobotani dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan
TNGC. ……………….……………….……………….…………
84
14. Spesies tumbuhan berguna di TNGC sebagai tumbuhan penghasil
lainnya……………….……………….……………….………….
84
15. Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Cigugur……………
85
16. Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Jalaksana…………..
86
17. Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Pasawahan…………
86
18. Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Argalingga…………
87
19. Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Sanghiang………….
87
20. Indeks nilai penting tingkat pancang di Resort Cigugur………….
88
21. Indeks nilai penting tingkat pancang di Resort Jalaksana………...
89
22. Indeks nilai penting tingkat pancang di Resort Pasawahan………
90
23. Indeks nilai penting tingkat pancang di Resort Argalingga………
91
24. Indeks nilai penting tingkat pancang di Resort Sanghiang……….
92
25. Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Cigugur……………..
92
26. Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Jalaksana……………
93
27. Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Pasawahan…………..
94
28. Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Argalingga………….
94
29. Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Sanghiang…………..
95
30. Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Cigugur……………
95
31. Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Jalaksana…………..
96
32. Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Pasawahan…………
98
33. Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Argalingga………...
99
34. Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Sanghiang…………
100
35. Indeks nilai penting tingkat tumbuhan bawah di Resort
Cigugur……………….……………….……………….………….
101
36. Indeks nilai penting tingkat tumbuhan bawah di Resort
Jalaksana……………….……………….……………….………..
102
37. Indeks nilai penting tingkat tumbuhan bawah di Resort
Pasawahan……………….……………….……………….……… 103
38. Indeks nilai penting tingkat tumbuhan bawah di Resort
Argalingga……………….……………….……………….………
104
39. Indeks nilai penting tingkat tumbuhan bawah di Resort
Sanghiang……………….……………….……………….……….
104
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, baik
flora maupun fauna. Selain keanekaragaman hayati tersebut, Indonesia juga
memiliki keanekaragaman yang lain yaitu keanekaragaman suku/etnis yang
tersebar diseluruh Indonesia. Setiap suku di Indonesia mempunyai
pengetahuan tradisional yang biasanya diwariskan secara turun-temurun
kepada generasi berikutnya, yang pada umumnya dilakukan secara oral. Salah
satu pengetahuan tradisional yang dimiliki suku di Indonesia yaitu
pemanfaatan tumbuhan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengetahuan tradisional yang dimiliki setiap suku di Indonesia perlu
didokumentasikan melalui kajian etnobotani supaya pengetahuan pemanfaatan
tumbuhan yang dimiliki dari setiap suku tidak hilang ditelan modernisasi
budaya. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang
mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan
pemanfaatannya secara tradisional.
Adanya modernisasi budaya tersebut di atas dapat menyebabkan
hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat (Santhyami
& Sulistyawati 2010). Kecenderungan hilangnya pengetahuan tradisional
seperti yang terjadi pada masyarakat kampung Kuta, Ciamis, Jawa Barat.
(Dwiartama 2005).
Di Jawa Barat hidup masyarakat asli yaitu Suku Sunda yang
diantaranya tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Masyarakat tersebut sangat berkaitan erat dengan kawasan TNGC dalam hal
pemanfaatan tumbuhan berguna. Dengan kegiatan pemanfaatan tumbuhan ini
maka dapat membantu masyarakat dalam memperoleh pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk mendukung kegiatan
masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan tersebut maka perlu adanya
informasi mengenai potensi tumbuhan berguna yang ada di kawasan TNGC.
Potensi tumbuhan berguna tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan
dalam pengembangan untuk sumber pendapatan masyarakat yang berada di
sekitar taman nasional. Spesies tumbuhan berguna yang berpotensi untuk
dikembangkan meliputi tumbuhan obat, tumbuhan hias, aromatik, penghasil
pangan, penghasil minuman, penghasil pakan, penghasil pestisida nabati,
penghasil pewarna tanin, untuk upacara adat, penghasil kayu bakar, penghasil
bahan bangunan, penghasil tali anyaman dan kerajinan.
Informasi tentang tumbuhan berguna di masyarakat dan TNGC belum
banyak diungkap, oleh karena itu perlu dikaji potensi tumbuhan berguna, baik
melalui kajian etnobotani masyarakat di sekitar TNGC tentang tumbuhan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maupun pengamatan
langsung potensi tumbuhan berguna di kawasan TNGC.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat (etnobotani) di sekitar
TNGC.
2. Mengetahui potensi tumbuhan berguna di dalam kawasan TNGC.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi, data dasar dan
masukan bagi pengelola TNGC dalam pengembangan pemanfaatan tumbuhan
berguna secara lestari bagi masyarakat di sekitar TNGC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
2.1.1 Definisi etnobotani
Etnobotani merupakan suatu ilmu yang kompleks dan dalam
pelaksanaannya memerlukan pendekatan yang terpadu dari banyak disiplin ilmu
antara lain, taksonomi, ekologi, dan geografi tumbuhan, pertanian, kehutanan,
sejarah, antropologi dan ilmu yang lain (Soekarman & Riswan 1992).
Definisi etnobotani menurut Ford (1980) diacu dalam Soekarman dan
Riswan (1992) etnobotani adalah ilmu yang mempelajari penempatan tumbuhan
secara keseluruhan di dalam budaya dan interaksi langsung manusia dengan
tumbuhan. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang
mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan
pemanfaatannya secara tradisional. Dalam hal ini adalah upaya untuk mempelajari
kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya
menghadapi tetumbuhan dalam lingkungannya, yang digunakan tidak saja untuk
keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spiritual dan nilai budaya
lainnya. Pemanfaatan yang dimaksud disini adalah pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat, sumber pangan, dan kebutuhan hidup manusia lainnya.
2.1.2 Ruang lingkup
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, ilmu etnobotani berkembang
dari hanya mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman spesies tumbuhan oleh
masyarakat lokal, berkembang dengan pesat yang cakupannya interdisipliner
meliputi berbagai bidang seperti sosial budaya (antropologi), botani, pertanian,
arkeologi, paleobotani, fitokimia, ekologi dan biologi konservasi dan bidangnya
(Purwanto 2000). Keseluruhan bidang ilmu tersebut merupakan instrument untuk
menganalisis hubungan suatu kelompok masyarakat atau suatu etnik dengan
sumber daya alam tumbuhan dengan lingkungannya.
Purwanto (2000) mendeskripsikan ruang lingkup bidang penelitian
etnobotani, sebagai berikut :
1. Etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi
tumbuhan, adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh
pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam.
2. Pertanian tradisional mempelajari sistem pengetahuan tentang varietas tanaman
dan sistem pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman
serta sistem pengelolaan sumberdaya tanaman.
3. Etnobotani kognitif, mempelajari tentang persepsi tradisional terhadap
keanekaragaman sumberdaya alam dan tumbuhan, melalui analisis simbolik
dalam ritual dan mitos, dan konsekuensi ekologisnya.
4. Budaya materi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan
tumbuhan dan produk tumbuhan dalam seni dan teknologi.
5. Fitokimia tradisional, mempelajari tentang pengetahuan tradisional
penggunaan berbagai spesies tumbuhan dan kandungan bahan kimianya,
contoh bahan insektisida lokal dan tumbuhan obat-obatan.
Dalam kajian etnobotani terdiri dari pola pemanfaatan tumbuhan dan
interaksinya dengan manusia termasuk upaya pelestarian terhadap sumber botani
tersebut. Dalam hal pemanfaatan tumbuhan mencakup kepada hampir seluruh
aspek kebutuhan hidup masyarakat seperti pangan, obat, bangunan, hiasan, pakan
dan kebutuhan hidup lainnya.
Dokumentasi sebagai salah satu usaha utama dalam etnobotani merupakan
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan. Dokumentasi dapat berupa
dokumen tertulis, rekaman foto, majalah, film dokumenter. Dalam hal botani
dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengumpulan spesies.
2.2 Tumbuhan Berguna
2.2.1 Tumbuhan obat
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui
mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan manjadi : (1) Tumbuhan obat
tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat
mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional;
(2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis; (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies
tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat
obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat
tradisional sulit ditelusuri (Zuhud et al. 2004).
2.2.2 Tumbuhan hias
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk merambat,
semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen
taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau
sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai
tanaman hias (Ramadhany 1994). Dalam konteks umum, tanaman hias adalah
salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura.
Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang
dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah,
batang.
2.2.3 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan aroma,
bisa juga digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya spesies selasih
(Occimum), yaitu Occimum minimum, Occimum tenuiflorum, Occimum sanctum
dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga tanaman lain, yaitu Melaleuca
bracteata dan tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas atraktan),
seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini mengandung bahan aktif
yang disukai oleh lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan kadar yang berbeda
(Mangun 2008).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan aromatik yaitu tumbuhan penghasil
minyak atsiri, antara lain dari famili poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon
zizinioides); lauraceae misalnya kayu manis (Chinnamomum burmanii),
zingibereceae misalnya jahe (Zingiber officinate), piperaceae misalnya sirih
(Piper betle), salantalaceae misalnya cendana (Santalum album), anonaceae
misalnya kenanga (Canangium odoratum) dan sebagainya. Tumbuhan penghasil
minyak atsiri bersumber dari daun, batang, bunga, biji, kulit, buah dan akar atau
umbi (rhizoma).
2.2.4 Tumbuhan penghasil pangan
Menurut kamus bahasa Indonesia tumbuhan pangan adalah segala sesuatu
yang tumbuh, hidup, berakar, berdaun, dan dapat dikonsumsi oleh manusia jika
pada hewan disebut pakan. Contohnya buah-buahan, sayur-sayuran, gandum dan
padi.
Tanaman pangan di Indonesia ada yang memiliki daerah penyebaran
khususnya hanya terdapat didaerah tertentu karena perbedaan iklim dan ada yang
menyeluruh. Demikian pula dengan penggunaannya, selain memenuhi kebutuhan
pangan dengan berbagai bentuk, digunakan pula untuk kepentingan lain
(Moeljopawiro & Manwan 1992). dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Komoditas utama, seperti padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), kacang
tanah (Arachsis hypogeal), jagung (Zea Mays) dan sebagainya
2. Komoditas potensial, seperti sorgum (Andropogon sorgum), sagu (Metroxylon
sp.) dan sebagainya
3. Komoditas introduksi, seperti ganyong (Canna edulis), jawawut (Panicum
viridae), kara (Dolicchos lablab) dan sebagainya.
2.2.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Menurut Mannetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004),
pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang
merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Spesies ini bisa dibudidayakan
dan mudah dijumpai. Misalnya dipadang rumput, pematang sawah, tebing, dan
tanaman penutup pada perkebunan. Salah satu spesiesnya adalah rumput pahit
(Axonopus compresus). Tumbuhan penghasil pakan ternak adalah seluruh spesies
tumbuhan yang diberikan kepada hewan pemeliharaan.
2.2.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat
beracun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan,
membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang
mempengaruhi tumbuhan (Kardinan 1999).
Pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan (Kardinan 1999). Sedangkan menurut Soenandar et al. (2010) pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
berkhasiat mengendalikan hama pada tanaman.
2.2.7 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin
Istilah warna dalam suatu bahasa dimunculkan setelah suku bangsa yang
bersangkutan menguasai teknologi untuk menyediakan bahan yang dapat dipakai
zat pewarna yang bersangkutan dan tumbuhan merupakan sumber utama yang
dipakai untuk meramu dan menemukan atau menciptakan bahan pewarna
alaminya (Rifai & Waluyo 1992)
Pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara
luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan (kayu, bambu,
pandan) dan batik (katun, sutra, wol). Spesies pewarna alami menghasilkan
warna-warna dasar, misalnya: warna merah dari Caesalpinia sp, warna biru dari
Indigofera tinctoria, warna jingga dari Bixa orellana dan warna kuning dari
Mimosa pudica.
Menurut Husodo (1999) terdapat kurang lebih 150 spesies pewarna alami
di Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai
industri seperti pada komoditas kerajinan (kayu, bambu, pandan) dan batik (katun,
sutra, wol).
2.2.8 Tumbuhan untuk keperluan ritual, adat dan keagamaan
Diantara berbagai macam pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan yang
dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat magis, spiritual dan ritual. Salah satu
diantaranya adalah pemanfaatannya di bidang upacara-upacara. Di berbagai etnis
tumbuhan-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut
pengetahuan masyarakat masing-masing. Dalam upacara-upacara adat yang
dilakukan terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup (Kartiwa &
Wahyono 1992).
Menurut Kartiwa dan Wahyono (1992) upacara ritual yang dilakukan oleh
masyarakat dibedakan atas tiga tujuan pokok :
1. Memisahkan (Separation), misalnya dalam upacara kematian. Dalam upacara
tersebut untuk memisahkan orang yang sudah meninggal dari orang-orang
yang masih hidup.
2. Menyatukan (incorporated), misalnya pada upacara perkawinan. Menyatukan
antara pasangan pengantin laki-laki dengan perempuan.
3. Tradisi dan Peralihan (Transition), misalnya pada upacara pasha gigi,
khitanan yaitu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja atau
dewasa, „nuju bulan‟ yaitu dari masa sebelum mempunyai anak, mengandung
hingga melahirkan.
2.2.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Hampir semua spesies tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk
kayu bakar. Namun tentunya ada beberapa kriteria (Sutarno 1996) :
1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim.
2. Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas
3. Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya
4. Tahan penyakit dan hama
5. Pengelolaannya singkat waktunya
6. Memiliki manfaat lain yang menguntungkan pertanian
7. Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk dipotong
dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya.
8. Menghasilkan kayu yang mudah dibelah
9. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru.
10. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang
singkat.
11. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan.
12. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar.
13. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.
2.2.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat adat digunakan
untuk membuat atau membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat, dan
sarana ibadat. Katikawati (2004) menyebutkan bahwa bahan bangunan utama
pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, ada pula rotan
dan bambu. Spesies-spesies yang umum digunakan adalah sengon
(Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri),
dan sebagainya.
2.2.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Menurut Isdijoso (1992) tumbuhan yang termasuk dalam kelompok
sumber bahan sandang, tali-temali, dan anyam-anyaman : kapas (Gossypium
hirsutum), kenaf (Hibiscus cannabinus), rosella (Hibiscus sabdariffa), yute
(Corchorus capsularis dan C. olitorius), rami (Boehmeria nivea), abaca (Musa
Textilis) dan agave/sisal (Agave sisalana dan A. cantula).
2.3 Taman Nasional
Menurut UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekowisata, kawasan konservasi dibagi dalam 2 kelompok utama yaitu Kawasan
Suaka Alam (meliputi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) dan Kawasan
Pelestarian Alam (meliputi Taman Nasional,Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam).
Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan,, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Sistem zonasi di dalam taman nasional terbagi atas beberapa zonasi,
tergantung dari masing-masing kondisi taman nasional. Tapi pada dasarnya setiap
taman nasional terdapat zona inti (core), zona rimba, zona pemanfaatan, zona
daerah penyangga dan zona lainnya (Departemen Kehutanan 2006).
Taman nasional adalah suatu kawasan yang diperuntukan bagi
perlindungan kawasan alami dan berpemandangan indah yang penting secara
nasional dan internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah,
pendidikan dan rekreasi. Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diubah
oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak
diperkenankan (Mackinnon et al. 1990).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Ceremai
(TNGC), Kabupaten Kuningan dan Majalengka, propinsi Jawa Barat
(Gambar 2), yaitu pada bulan Juni sampai Juli 2010.
Gambar 2 Peta Taman Nasional Gunung Ciremai.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek kajian adalah masyarakat sekitar dan kawasan hutan TNGC.
Tumbuhan untuk pembuatan herbarium, alkohol 70% sedangkan alat yang
digunakan adalah peta, kamera, kertas karton, kantong plastik, tally sheet,
meteran gulung,kompas, tambang, kuesioner, label gantung, alat tulis menulis
dan komputer beserta perlengkapannya.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 5 tahap kegiatan, yaitu :
kajian kondisi umum, kajian etnobotani, inventarisasi potensi tumbuhan
berguna, identifikasi spesies tumbuhan berguna dan pengolahan serta analisis
data. Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji dalam penelitian ini seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji
Tahapan kegiatan Aspek yang dikaji Sumber
data
Metode
I. Kajian Kondisi
Umum Kawasan
TNGC
1. Letak, Luas dan
Status Kawasan
2. Kondisi Fisik
Kawasan
3. Flora dan Fauna
4. Administrasi
Pemerintahan
5. Kependudukan
6. Suku dan Agama
(Kepercayaan)
Balai
TNGC
Studi literatur
II. Kajian
Etnobotani
masyarakat di
Sekitar Kawasan
TNGC
Jenis pemanfaatan
tumbuhan oleh
masyarakat
Masyarakat
sekitar
TNGC
Wawancara
langsung dengan
responden
III. Inventarisasi
Potensi
Tumbuhan
Berguna di
Kawasan TNGC
Jenis potensi
tumbuhan berguna
Kawasan
TNGC
Pengamatan
lapangan/analisis
vegetasi
Studi literatur
IV. Identifikasi
Spesies-spesies
Tumbuhan di
kawasan TNGC
Nama ilmiah tumbuhan
berguna Data hasil
survei
lapangan
1. Cek silang dengan
literatur
2. Cek silang dengan
herbarium
Tabel 1 Lanjutan
Tahapan kegiatan Aspek yang dikaji Sumber
data
Metode
V. Pengolahan dan
Analisa Data
1. Pengolahan dan
analisis data
primer
2. Pengolahan dan
analisis data
sekunder
Data hasil
survei
lapangan/
literatur
1. Pengolahan data
secara manual dan
komputer
2. Analisis data
secara deskriptif,
kualitatif dan
kuantitatif
3.3.1 Pengumpulan data
3.3.1.1 Studi literatur
Studi literatur dilakukan sebelum berangkat ke lokasi penelitian dan
sesudah dilakukan penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi umum lokasi penelitian
(kondisi fisik, biotik dan kependudukan), data inventarisasi vegetasi yang
telah dilakukan, serta untuk verifikasi (cek silang) spesies-spesies tumbuhan
yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data tersebut juga untuk jadi acuan
atau panduan dalam identifikasi spesies dan untuk melengkapi data-data hasil
pengamatan dilapangan.
3.3.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai spesies-
spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa
penyangga TNGC. Wawancara dilakukan dengan metode pemilihan
responden secara acak. Jumlah responden terpilih yang mewakili dari jumlah
penduduk desa penyangga TNGC yaitu 63 orang.
3.3.1.3 Survei lapangan
Survei lapangan bertujuan untuk verifikasi spesies-spesies tumbuhan
berguna yang diperoleh dari hasil wawancara. Verifikasi dilakukan dengan
mencari berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari hasil wawancara
sebagai sampel dan membuat dokumentasi atau membuat contoh spesimen
herbarium yang telah diidentifikasi dan cek silang dengan literatur.
Selain itu pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi di
dalam kawasan TNGC sesuai dengan tipe vegetasi yang ada. Analisis
vegetasi menggunakan metode kombinasi jalur dan garis berpetak sebanyak
15 jalur, ukuran jalur 20 m x 100 m. kondisi jalur tersebut dibagi 20 x 20m
untuk pohon, 10 x 10 m untuk tiang, 5 x 5m untuk pancang dan 2 x 2m untuk
semai.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2002), tingkat pertumbuhan
semai (a) (tinggi < 1,5, diameter < 3 cm) petak berukuran 2 m x 2 m, untuk
tingkat pertumbuhan pancang 5 m x 5 m (b)(diameter < 10 cm, tinggi > 1,5 m
), untuk tingkat pertumbuhan tiang 10 m x 10 m (c)(diameter 10-19 cm) dan
untuk tingkat pertumbuhan pohon ukuran petaknya adalah 20 m x 20 m
(Gambar 2).
10m
20 m
Gambar 1. Petak pengamatan vegetasi.
Keterangan :
a : 2m x 2 m (semai)
b : 5m x 5m (pancang)
c : 10m x 10m (tiang)
d : 20m x 20m (pohon)
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu
setiap spesies untuk tingkat pertumbuhan semai dan pancang, sedangkan
untuk tingkat tiang dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu,
diameter batang.
d
D
d
c
c
b
b
a
a
3.3.1.4 Pembuatan herbarium
Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari
bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, kalau ada bunga
dan buahnya). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan
herbarium ini adalah :
Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap
dengan daunnya, kalau ada bunga dan buahnya diambil.
Contoh herbarium tadi dengan menggunakan gunting daun, dipotong
dengan panjang kurang lebih 40 cm.
Kemudian contoh herbarium dimasukan kedalam kertas koran
dengan memberikan etiket yang berukuran (3 x 5) cm. Etiket berisi
keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan
dan nama pengumpul/kolektor.
Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat
dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70% untuk selanjutnya
dibawa dan dikeringkan dengan menggunakan oven.
Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-
keterangan yang diperlukan diidentifikasi nama spesiesnya.
3.3.1.5 Identifikasi kegunaan tumbuhan
Kegunaan tumbuhan hasil analisis vegetasi diidentifikasi dengan
menggunakan berbagai literatur juga hasil kajian etnobotani di cross cek
dengan menggunakan literatur yang sama. Literatur yang menjadi acuan
utama, yaitu : Heyne (1987) dan Zuhud et al. (2004).
3.3.2 Analisis data
3.3.2.1 Pengklasifikasian kelompok kegunaan
Tumbuhan memiliki berbagai macam kegunaan. Kelompok-
kelompok kegunaan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan
No Kelompok Kegunaan
1 Tumbuhan obat
2 Tumbuhan hias
3 Tumbuhan aromatik
4 Tumbuhan penghasil pangan
5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
7 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin
8 Tumbuhan penghasil kayu bakar
9 Tumbuhan keperluan upacara adat
10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
11 Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan
Sumber : Purwanti dan Walujo (1992) diacu dalam Kartikawati (2004)
3.3.2.2 Persentase habitus
Habitus adalah perawakan suatu tumbuhan (Syahid 2010). Habitus
tersebut meliputi pohon adalah tumbuhan dengan batang dan cabang yang
berkayu dan memiliki satu batang utama yang tumbuh tegak. Menurut
Natasaputra et al. (2009) pohon adalah (tree) adalah tumbuhan berkayu
yang mempunyai satu batang utama dan tingginya lebih dari 6 m. Liana
adalah tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung
(Natasaputra et al. 2009). Perdu adalah suatu kategori tumbuhan berkayu
yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya
yang lebih rendah, biasanya kurang dari 5-6 meter. Herba adalah tumbuhan
tidak berkayu. Menurut Natasaputra et al. (2009) semak adalah tumbuhan
berkayu yang mempunyai beberapa batang utama dan tingginya tidak lebih
dari 4,5 m. Untuk mengetahui persentase habitus suatu kelompok kegunaan,
dihitung dengan rumus :
3.3.2.3 Persentase bagian yang dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian
tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling
atas/daun sampai ke bagian bawah/akar. Untuk menghitungnya digunakan
rumus :
3.3.2.4 Indeks nilai penting
Data analisis vegetasi di kawasan TNGC diolah dalam variabel
kerapatan, frekuensi dan dominansi dengan rumus (Indriyanto 2006) :
- Kerapatan (K) (ind/ha)
Jumlah individu suatu spesies
K =
Luas seluruh petak contoh
- Frekuensi (F)
Jumlah petak ditemukan suatu spesies
F =
Jumlah seluruh petak contoh
- Dominasi (D)
Luas bidang dasar suatu spesies
D =
Luas petak contoh
- Kerapatan Relatif (KR)
Kerapatan suatu spesies
KR = x 100%
Kerapatan seluruh spesies
- Frekuensi Relatif (FR )
Frekuensi suatu spesies
FR = x 100%
Frekuensi seluruh spesies
- Dominansi Relatif (DR)
Dominansi suatu spesies
DR = x 100%
Dominansi seluruh spesies
Indeks Nilai Penting (INP) untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon
merupakan penjumlahan dari nilai – nilai kerapatan relatif (KR),
dominansi relatif (DR), dan frekuensi relatif (FR) atau INP = KR+FR+DR.
Sedangkan untuk vegetasi tingkat semai dan pancang, INP = KR+FR.
3.3.2.4 Indeks keanekaragaman spesies (H')
Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan
Shannon-wienner Index (Krebs 1989), yaitu :
H' = ∑ dimana pi = ni / N
Keterangan :
H' = Indeks keanekaragaman spesies
ni = INP setiap spesies
N = Total INP seluruh spesies
Sedangkan besarnya nilai H‟ menggunakan kategori tertentu,
seperti tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Nilai indeks Kategori
>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap
spesies tinggi dan kesetabilan komunitas tinggi
1-3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap
spesies sedang dan kesetabilan komunitas sedang
< 1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap
spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah
Sumber : Barbour et al. (1987) diacu dalam Suwena (2007)
3.3.2.5 Indeks kemerataan (Evenness)
Derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies
dapat ditentukan dengan menggunakan indeks kemerataan spesies
tumbuhan (Magurran 1988). Indeks kemerataan spesies tumbuhan
dihitung berdasarkan persamaan dibawah (Ludwig & Reynold 1988) :
Keterangan :
E1 = Nilai eveness
H‟ = Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Ln(S) = Logaritma natural dari jumlah spesies
Nilai eveness berkisar antara 0 dan 1, jika nilainya 0 menunjukan
tingkat kemerataan spesies tumbuhan pada tingkat sangat tidak merata
sedangkan jika nilainya mendekati 1 maka hampir seluruh spesies yang
ada mempunyai kelimpahan yang sama (Magurran 1988).
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak, Luas dan Status Kawasan
Gunung Ciremai merupakan gunung berapi aktif (strato) tertinggi di
Jawa Barat dengan puncak tertinggi yaitu 3.078 m dpl dengan luas 15.518,23
hektar dan secara geografis berada pada koordinat 108028‟0” BT – 108
021‟35”
BT dan 6050‟25” LS – 6
058‟26” LS. Berdasarkan wilayah administratif
pemerintahan kawasan TNGC termasuk pada 2 Kabupaten Kuningan (bagian
timur) seluas 8.205,38 hektar dan Kabupaten Majalengka seluas 7.308,95 di
sebelah barat.
Penunjukan kawasan ini sebagai Taman Nasional berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober
2004 dengan luas ± 15.500 Ha (BTNGC 2006).
4.2 Kondisi Fisik Kawasan
4.2.1 Geologi dan tanah
Jenis batuan pada daerah ini terdiri dari berbagai jenis batuan
vulkanik, baik berupa vulkanik tua maupun muda yang merupakan produk dari
aktivitas vulkanik Gunung Ciremai. Terlebih pada bagian utara kawasan yang
pada lereng bagian bawah dan bagian kaki gunungnya dipenuhi oleh batu –
batuan vulkanik dengan vegetasi dominan adalah semak belukar.
Kawasan Gunung Ciremai berdasarkan peta Kelas Tanah Kelompok
Hutan Gunung Ciremai pola penyebaran jenis tanah penyusunan kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai adalah berikut :
Regosol coklat kelabu, asosiasi regosol kelabu, regosol coklat kelabu dan
latosol dengan penyebaran mulai dari puncak Gunung Ciremai sampai
bagian lahan yang landai di Kecamatan Jalaksana dan sebagian Kecamatan
Mandirancan.
Kelompok asosiasi andosol coklat dan regosol dengan penyebaran pada
daerah – daerah tinggi yaitu di sekililing puncak Gunung Ciremai.
Kelompok latosol coklat, latosol coklat kemerahan umumnya menempati
daerah yang lebih rendah dengan penyebaran yang cenderung merata di
setiap wilayah.
4.2.2 Topografi
Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki topografi yang
bergelombang dan berbukit sepanjang bagian kaki gunung hingga bagian
puncak pada ketinggian mencapai 3.078 m dpl (BTNGC 2006).
4.2.3 Iklim dan hydrologi
Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki iklim tropis.
Curah hujan pada kawasan ini berkisar antara 2.000 – 4.000 mm/tahun dengan
curah hujan rata – rata 3.500 mm/tahun, sedangkan curah hujan tertinggi
mencapai 4.000 – 4.500 mm/tahun yang terjadi di daerah sekitar puncak dan
curah hujan terendah antara 2.000 – 2.500 mm/tahun yang terjadi disebelah
timur kawasan. Bulan kering terjadi antara bulan Juli – September dengan
curah hujan rata – rata bulanan antara 25 – 150 mm dan bulan basah terjadi
antara bulan November – Maret dengan curah hujan rata – rata bulanan antara
200 – 900 mm. Suhu udara antara 150C – 27
0C kecuali pada daerah puncak
Gunung Ciremai antara 40C – 18
0C.
Kawasan Gunung Ciremai kaya dengan sumber daya air berupa
sungai dan mata air. Sungai – sungai yang bersumber dari kawasan Gunung
Ciremai berjumlah ± 43 buah dan 156 titik mata air, dimana 147 titik mata air
terus – menerus mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit rata – rata 50 –
2.000 liter/detik serta kualitas airnya memenuhi standar criteria kualitas air
minum.
Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki fungsi
hydrologis yang sangat penting yaitu sebagai kawasan resapan air dan sumber
mata air. Potensi sumberdaya airnya meliputi 43 sungai dan 156 sumber mata
air yang potensial dimana sebanyak 147 titik sumber mata air mengalir terus
menerus sepanjang tahun dengan rata-rata debit air yang cukup besar 50-2000
liter/detik (BAPPEDA Kab. Kuningan & RISSAPEL 2000), mata air-mata air
tersebut mengaliri sekitar 43 sungai-sungai yang bersumber dari Gunung
Ciremai. Sumberdaya air dari Kawasan Gunung Ciremai dimanfaatkan untuk
kepentingan rumah tangga, pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya,
diantaranya untuk :
- Suplai air bagi PDAM Kabupaten Cirebon dengan debit 200
liter/detik dan bagi PDAM Kota Cirebon dengan debit 800
liter/detik.
- Suplai air untuk Pertamina Cirebon dengan debit 50 liter/detik.
- Suplai air untuk PT. Indocement Cirebon dengan debit sebesar 36
litter/detik.
- Suplai air untuk kegiatan pertanian, perkebunan tebu dan pabrik
gula adalah 2.500 liter/detik.
4.3 Flora dan Fauna
4.3.1 Flora
Hutan Gunung Ciremai merupakan hutan sekunder yang berumur
sekitar 35 tahunan, sebagian kawasan sering terganggu oleh masyarakat dan
bencana alam seperti kebakaran. Sebagian besar penutupan lahan di kawasan
Gunung Ciremai berupa vegetasi hutan, baik hutan alam maupun hutan
produksi. Hutan di kawasan tersebut sebagian besar merupakan hutan alam
primer (virgin forest) yang dikelompokan ke dalam tiga, yaitu :
Hutan hujan dataran rendah (2-1.000 m dpl)
Hutan hujan pegunungan/zona Montana (1.000 – 2.400 m dpl)
Hutan pegunungan sub alpin (>2.400 m dpl)
Berdasarkan inventarisasi tumbuhan yang dilakukan pada tahun 1930
vegetasi TNGC antara lain terdiri dari huru (Lauraceae), mareme (Glochidion
sp), saninten (Castanopsis argentea). Berdasarkan hasil studi dari Suwandhi
(2001) bahwa di kawasan Gunung Ciremai ditemukan sekitar 32 spesies
tanaman pada ketinggian antara 1.200 – 2.400 meter di atas permukaan laut,
antara lain : saninten (Castanopsis argentea), kitandu (Fragraera blumii), ki
pulusan (Villubrunes rubescens), kalimorot (Castanopsis javanica), mara
(Macaranga denticulata), ki keper (engelhardia spicata), tangogo
(Castanopsis tungurut), pasang (Lithocarpus sundaicus), janitri (Elaeocarpus
stipularis), pasang bodas (Lithocarpus spicatus), saninten (Castanopsis
argentea), kiara (Ficus sp.), ki jalantir. Diantara tanaman tersebut antara lain
berupa (Eurya acuminata), tanaman langka seperti lampeni (Ardisia cymosa),
kakaduan (Platea latifolia) (BTNGC 2006).
Berdasarkan hasil eksplorasi kawasan hutan Gunung Ciremai (di
wilayah Kab. Kuningan) oleh Tim Kebun Raya Bogor, LIPI ditemukan 119
koleksi tumbuhan terdiri dari 40 koleksi anggrek dan 79 koleksi non anggrek.
Spesies–spesies anggrek yang mendominasi adalah Vanda tricolor, Eria
miltiflora, Eria hyancinthoides, Eria compressa, Coelogyne miniata, Pholidota
imbricate, Liparis latifolia. Sedangkan spesies anggrek terestrial yang
mendominasi adalah Calenthe triplicate, Macodes sp., Cymbidium lancefolium,
Cymbidium finlaysonianum dan Malaxis iridifolia (BTNGC 2006).
Pada kawasan dataran tinggi kering, vegetasi non anggrek didominasi
oleh Pinanga javana, Pandanus sp., Nicolaia sp. Sedangkan vegetasi dataran
tinggi basah di dominasi dengan paku tiangi (Cyathea sp.). Secara umum
vegetasi hutan Gunung Ciremai banyak ditumbuhi keluarga huru (Litsea sp.),
mareme (Glochidion sp.), mara (Macaranga tanarius), saninten (Castanopsis
argentea), sereh gunung (Cymbophogon sp.), Hedychium sp., Ariasema sp.
Koleksi yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Nephenthes gymnaflora
yang merupakan anggota dari suku kantong semar (Nepenthaceae) dan
Rosaceae. Jenis tegakan yang cukup menarik adalah ditemukannya koleksi
dadap jingga (Erythrina sp.) (BTNGC 2006).
4.3.2 Fauna
Beberapa jenis fauna yang dapat ditemukan pada kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai adalah :
Mamalia : Macan kumbang (Phantera pardus), Kijang (Muntiacus
muntjak), landak (Zaglossus brujini), babi hutan, kera abu – abu (Macaca
fascicularis) dan surili (Presbytis comata)
Burung, antara lain spesies yang dilindungi seperti elang jawa (Spizaetus
bartelsii)
Reptil, antara lain ular sanca (Phyton sp.)
4.4 Pengelolaan TNGC
Pengelolaan Balai TNGC sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan
No. P.29/Menhut-II/2006 tentang perubahan pertama atas keputusan Menteri
Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Taman Nasional. Dimana terbagi kedalam dua seksi pengelolaan yaitu Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kuningan dan Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Maja di Kabupaten Majalengka.
4.5 Kependudukan
4.5.1 Demografi
Masyarakat lokal yang tinggal berbatasan dengan kawasan TNGC
yaitu ada 14 kecamatan yaitu 7 kecamatan yang terdiri dari 25 desa termasuk
wilayah administratif Kabupaten Kuningan dan 7 kecamatan dengan jumlah
desa 20 termasuk pada wilayah administratif Kabupaten Majalengka. Untuk 7
kecamatan di Kabupaten Kuningan jumlah laki-laki sekitar 144.096 jiwa dan
jumlah perempuan ada 143.341 jiwa. Untuk 7 kecamatan di Kabupaten
Majalengka jumlah laki-laki ada 141.024 jiwa dan untuk perempuan ada
138.604 jiwa (BTNGC 2006).
4.5.2 Agama (Kepercayaan)
Berdasarkan Data Pusat Statistik tahun 2001 Kabupaten Kuningan
masyarakat dari ke tujuh desa tiga desa yaitu Jalaksana, Mandirancan dan
Pasawahan semua pemeluk agama Islam, desa Darma 56 orang dan desa
Cilimus 24 orang menganut agama Katolik dan selebihnya menganut agama
Islam, sedangkan untuk desa Cigugur dari 38.083 orang pemeluk agama Islam
32.068 orang, Katolik 5.645 orang dan Protestan 80 orang, serta 290 orang
penganut agama lainnya. Hal tersebut berbeda dengan daerah Majalengka
karena hampir semua masyarakat dari 20 desa memeluk agama Islam kecuali
10 orang pemeluk agama Protestan di desa Sukahaji.
4.5.3 Perekonomian
Mata pencaharian penduduk di sekitar Gunung Ciremai terdiri dari
petani sebanyak 65.476 orang (68,79 %), industri sebanyak 2.323 orang (2,46
%) dan sektor jasa sebanyak 27.097 orang (28,55 %). Besarnya jumlah petani
menunjukkan besarnya jumlah masyarakat yang bergantung pada lahan
pertanian dengan luas kepemilikan lahan pertanian oleh petani hanya mencapai
0,2119 Ha. Adapun komoditas pertanian yang dihasilkan diantaranya adalah
padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Mata pencaharian penduduk di sekitar Gunung Ciremai wilayah
Kabupaten Kuningan dan Majalengka, sebagian besar di sektor pertanian baik
di lahan milik, penggarap atau buruh tani dengan komoditi spesies yang
ditanam di atas lahan ladang/kebun/tegalan diantaranya jenis sayuran dan
rempah-rempah (BTNGC 2006).
4.5.4 Pendidikan
Tingkat pendidikan 7 kecamatan di Kabupaten Kuningan untuk yang
tidak tamat SD ada 3.159 jiwa, tamat SD ada 11.225 jiwa, tamat SMP ada
3.625 jiwa, tamat SMA ada 2932 jiwa, tamat sarjana muda ada 619 jiwa dan
yang tamat sarjana 17 jiwa.
Tingkat pendidikan 7 kecamatan di Kabupaten Majalengka tamat SD
ada 24.583 jiwa, tamat SMP ada 3.570 jiwa, tamat SMA ada 1.305 jiwa, tamat
sarjana muda dan tamat sarjana 235 jiwa.
4.5.5 Sosial dan budaya masyarakat
Interaksi masyarakat desa dengan kelompok hutan Gunung Ciremai
telah lama berlangsung sejak kawasan tersebut belum ditunjuk sebagai taman
nasional. Berbagai aktifitas masyarakat, baik secara ekologi, ekonomi, dan
sosial berhubungan dengan kawasan tersebut. Interaksi secara ekologi dapat
dilihat dari dimanfaatkannya jasa lingkungan yang keluar dari kawasan
Gunung Ciremai untuk mendukung kehidupan masyarakat, misalnya jasa
hidrologis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum, pertanian,
dan sebagainya. Interaksi masyarakat dengan kawasan Gunung Ciremai secara
ekonomi ditunjukkan dengan ketergantungan masyarakat dalam memanfaatkan
hasil hutan yaitu hasil hutan kayu maupun hasil hutan non-kayu. Selain itu,
beberapa situs yang terdapat di dalam kawasan Gunung Ciremai merupakan
bagian dari kegiatan ritual kepercayaan dan budaya bagi sebagian masyarakat
di sekitar dan di luar kawasan Gunung Ciremai.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Masyarakat Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) tergolong
masyarakat yang cukup maju dalam perekonomiannya. Hal itu dilihat dari
rumah-rumah disekitar kawasan TNGC termasuk rumah yang bagus dan
layak huni. Interaksi antara masyarakat dengan kawasan TNGC sangat erat
karena sebagian masyarakat TNGC yang berdekatan dengan kawasan TNGC
mempunyai ladang di dalam kawasan TNGC. Masyarakat TNGC menggarap
lahan kawasan TNGC dikarenakan masyarakat tidak mempunyai mata
pencaharian lain untuk kebutuhan hidupnya dan tidak mempunyai lahan yang
luas untuk digarap. Hanya sebagian masyarakat TNGC yang mempunyai
lahan sendiri. Masyarakat TNGC termasuk masyarakat agroholtikultura yaitu
masyarakat yang rata-rata bermata pencaharian pada bidang pertanian.
Rumah masyarakat TNGC tersaji pada Gambar 3.
Gambar 3 Rumah masyarakat TNGC.
5.1.1 Tingkat pendidikan
Pendidikan masyarakat kawasan TNGC masih rendah, hal ini
didapat dari hasil wawancara, masyarakat kawasan Taman Nasional Gunung
Ciremai memiliki pendidikan SD sebanyak 47 orang (74,60%), SMP 10
orang (15,87%), SMA 4 orang (6,35%) dan S1 sebanyak 2 orang (3,13%).
Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4 Jumlah pendidikan responden.
Berdasarkan Gambar 4 terlihat tingkat pendidikan masyarakat
kawasan TNGC yang masih rendah, hal ini membuat kurangnya kesadaran
masyarakat TNGC tentang pentingnya menjaga kawasan hutan untuk
kelangsungan kehidupan sebagai sumber penyangga kehidupan masyarakat
TNGC. Selain itu kurangnya kepedulian masyarakat TNGC jika kawasan
hutan TNGC mengalami kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan
perladangan masyarakat di kawasan TNGC. Jika hal tersebut tidak diubah
maka tekanan terhadap kawasan TNGC akan semakin besar. Hal ini berbeda
dengan masyarakat tradisional meskipun pendidikan masyarakat tradisional
rendah tetapi masyarakat tradisional tersebut menjaga hutan dengan aturan-
aturan adat yang berlaku disana seperti yang dilakukan masyarakat Baduy di
Kabupaten Banten (Fawnia et al. 2004).
5.1.2 Pekerjaan
Dari hasil wawancara, pekerjaan/profesi masyarakat kawasan
TNGC rata-rata bekerja sebagai petani yaitu 57 orang (90,48%), Pedagang 3
SD
74,60%
SMP
15,87%
SMA
6,35%
S1
3,13%
orang (4,76%), sebagai pelajar 2 orang (3,17%) dan PNS yaitu 1 orang
(1,59%). Untuk lebih jelasnya dapat tersaji di Gambar 5.
Gambar 5 Jumlah pekerjaan responden.
Berdasarkan Gambar 5 dapat dijelaskan, bahwa dengan jenis
pekerjaan terbanyak sebagai petani akan mengakibatkan banyaknya
perambahan hutan/pembukaan lahan oleh masyarakat untuk kegiatan
pertanian. Perambahan hutan tersebut mengakibatkan tekanan terhadap
kawasan akan semakin besar karena kegiatan masyarakat TNGC yang
merambah kawasan TNGC. Untuk mengatasi tekanan seperti ini sangat sulit
karena dapat mengakibatkan terjadinya pertikaian antara masyarakat dengan
Balai TNGC. Untuk itu perlu adanya solusi untuk mengurangi tekanan seperti
ini, solusi yang menguntungkan kedua belah pihak seperti pengalihan
pekerjaan masyarakat dari pembukaan lahan menjadi budidaya tumbuhan
berguna secara intensif. Dampak kegiatan ini, kedua belah pihak akan
mendapatkan keuntungan.
5.1.3 Karakteristik umur
Karakteristik umur responden terdiri dari anak-anak, remaja,
dewasa, dan lansia. Usia mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya
hutan. Semakin tua usia seseorang maka semakin kurang produktif, sehingga
pemanfaatan sumberdaya hutan sebagian besar berada pada usia produktif.
Untuk lebih jelasnya tersaji di Tabel 4.
Petani
90,48%
Pedagang
4,76%
Pelajar
3,17%
PNS
1,59%
Tabel 4 Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelas umur responden
No Karakteristik
umur
Kelas umur
(Tahun)
Jumlah Persentase (%)
1 Anak-anak 6-12 2 3,17
2 Remaja 13-19 5 7,34
3 Dewasa 20-59 53 85,71
4 Lansia ≥60 3 4,76
Jumlah 63 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan dari 63 responden yang
diwawancarai dalam penelitian ini 85,71% berusia dewasa, anak-anak 3,17%
dan remaja 7,34% dan 4,76% berusia tua. Secara umum menunjukkan bahwa
responden di lokasi penelitian masih termasuk kedalam kelompok berusia
produktif (usia kerja). Mayoritas responden yang diamati berusia dibawah atau
sama dengan 50 tahun. Hanya 3 orang yang berusia lanjut.
5.1.4 Jenis kelamin
Jenis kelamin responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki
berjumlah 46 orang dan perempuan berjumlah 17 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat TNGC, hubungan jenis kelamin dengan
pemanfaatan tumbuhan dapat dilihat dari interaksi antara masyarakat dalam
mengelola hasil tanamnya yang berada di kebun ataupun di dalam kawasan
TNGC. Untuk laki-laki dewasa memiliki peranan yang sangat penting dalam
melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan, Laki-laki melakukan pengolahan
lahan seperti mencangkul, mengambil bibit dari rumah, pengangkutan hasil
panen dan memupuk hasil tanam. Untuk perempuan hanya menanam tanaman
pertanian dan memanennya ketika musim panen. Kegiatan masyarakat TNGC
tersaji pada Gambar 6.
a) b)
Gambar 6 a). Pengepakan dan pengangkutan hasil panen kubis.
b). Pengangkutan daun cengkeh.
5.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Masyarakat Sekitar Kawasan TNGC
Berdasarkan hasil kajian etnobotani di masyarakat sekitar kawasan
TNGC dihasilkan 131 spesies dan 62 famili tumbuhan yang dapat digunakan
oleh masyarakat sekitar kawasan TNGC untuk berbagai kegunaan.
5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya
Berdasarkan habitusnya, 131 spesies tumbuhan hasil etnobotani
dapat dikelompokan menjadi 7 macam habitus, yaitu pohon, herba, perdu,
semak, epifit, bambu dan liana. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan
berguna hasil etnobotani berdasarkan nama habitusnya tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan berguna hasil etnobotani
berdasarkan nama habitusnya
No Nama habitus Jumlah habitus Persentase (%)
1 Pohon 55 41.98
2 Herba 48 36.64
3 Perdu 14 10.69
7 Epifit 5 3.82
4 Semak 4 3.05
6 Bambu 4 3.05
5 Liana 1 0.76
Berdasarkan hasil penelitian, pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa
jumlah spesies tertinggi pada kelompok habitus pohon 55 (41,98%),
sedangkan jumlah habitus terendah terdapat pada habitus liana 1 (0,76%).
Habitus pohon menjadi pemanfaatan terbanyak karena banyaknya bagian dari
pohon yang bisa dimanfaatkan seperti buah, daun, akar, batang dan biji.
Selain itu habitus pohon mempunyai nilai yang paling tinggi karena daya
tahan hidup pohon lebih lama dibandingkan dengan habitus yang lainnya
sehingga pemanfaatannya bisa lebih berkelanjutan. Selain pohon, terdapat
habitus herba yang banyak dimanfaatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
spesies-spesies tumbuhan dari habitus heba merupakan tumbuhan-tumbuhan
yang sering dijumpai dan banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat
dan pada umumnya adalah tanaman hasil budidaya seperti bahan pangan, obat
dan untuk kegunaan lainnya.
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan famili
Spesies yang ditemukan dari hasil kajian etnobotani masyarakat
kawasan TNGC berjumlah 131 spesies termasuk ke dalam 62 famili dengan
12 kelompok kategori kegunaan. Dari 62 famili ditemukan 36 famili masing-
masing berjumlah satu spesies. Famili terbanyak adalah Poaceae sebanyak 8
spesies, diikuti dengan Zingiberaceae, Moraceae, Euphorbiaceae dan
Asteraceae dengan 6 spesies. Selengkapnya tersaji pada Gambar 8.
Famili Poaceae sering digunakan masyarakat TNGC untuk bahan
pakan ternak yaitu rumput-rumputan yaitu sawuheun (Setaria palmifolia) dan
jampang (Eleusine indica) untuk spesies lainnya yaitu bambu (Gigantochloa
apus) yang digunakan untuk bahan tali. Salah satu Famili Poaceae tersaji
pada Gambar 7.
Gambar 7 Sawuheun (Setaria palmifolia).
Gambar 8 Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan famili.
5.2.3 Potensi dan pemanfaatan tumbuhan berguna
Berdasarkan kelompok kegunaan, spesies-spesies tumbuhan hasil
etnobotani di TNGC dapat dikelompokan kedalam 12 kelompok kegunaan.
Berdasarkan hasil etnobotani kelompok kegunaan terbanyak yaitu tumbuhan
obat dengan 37 spesies dari 25 famili, diikuti oleh tumbuhan hias sebanyak
29 spesies dari 18 famili dan tumbuhan penghasil bangunan 22 spesies dari
16 famili. Untuk kelompok kegunaan yang paling sedikit yaitu tumbuhan
penghasil lainnya, ada 3 spesies dari 3 famili. Untuk lebih jelasnya,
Kelompok kegunaan spesies-spesies tumbuhan hasil etnobotani tersaji pada
Tabel 6.
2
3
2
2
6
2
6
5
2
2
4
4
2
3
2
2
6
5
2
5
8
5
2
3
6
0 2 4 6 8 10
Anacardiaceae
Apiaceae
Apocynaceae
Araceae
Asteraceae
Brassicaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Fagaceae
Lamiaceae
Lauraceae
Liliaceae
Magnoliaceae
Malvaceae
Melastomataceae
Meliaceae
Moraceae
Myrtaceae
Nyctaginaceae
Piperaceae
Poaceae
Rubiaceae
Rutaceae
Verbenaceae
Zingiberaceae
Jumlah spesies
Fa
mil
i
Tabel 6 Kelompok kegunaan spesies-spesies tumbuhan hasil etnobotani pada
masyarakat sekitar TNGC
No Kelompok Kegunaan Jumlah
Spesies Famili
1 Obat 37 25
2 Hias 29 18
3 Penghasil bahan bangunan 22 16
4 Penghasil pangan 15 13
5 Penghasil pakan ternak 8 7
6 Penghasil bahan tali, anyaman, dan
kerajinan
7 6
7 Aromatik 9 8
8 Penghasil kayu bakar 6 4
9 Penghasil bahan pewarna dan tanin 5 4
10 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 5 5
11 Keperluan upacara adat 4 4
12 Penghasil lainnya 3 3
Berdasarkan hasil etnobotani kelompok kegunaan terbanyak yaitu
tumbuhan obat dengan 37 spesies dari 25 famili. Dari hasil ini, tidak semua
spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan tumbuhan
berguna dari kawasan TNGC. Hal ini dikarenakan ada masyarakat yang
membeli tumbuhan dari luar kawasan dan ditanam di sekitar rumah
masyarakat, contohnya rosella (Hibiscus sabdariffa) yang banyak dibeli di
pasar.
Selain tumbuhan rosella (H. sabdariffa) sebagai tumbuhan obat,
ditemukan juga tumbuhan lain yang biasa dibudidayakan masyarakat di dalam
kawasan TNGC dan dikebun masyarakat, yaitu tumbuhan penghasil pangan
diantaranya kubis (Brassica oleracea), kentang (Solanum tuberosum), sawi
(Brassica rapa) dan bawang daun (Allium fistulosum).
5.2.4 Bagian tumbuhan yang digunakan
Penggunaan tumbuhan oleh masyarakat kawasan TNGC dalam
pemenuhan kebutuhan hidup menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai
dari bagian akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan adalah
daun sebanyak 56 spesies (34,36%) dan terkecil adalah biji sebanyak 4 spesies
(2,45%), selengkapnya tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat
No Bagian yang digunakan Jumlah spesies Persentase (%)
1 Daun 56 34,36
2 Batang 46 28,22
3 Bunga 19 11,66
4 Buah 14 8,59
5 Umbi/rimpang 11 6,75
6 Kulit 7 4,29
7 Akar 4 2,45
8 Biji 4 2,45
Jumlah bagian terbanyak dari tumbuhan yang dimanfaatkan sesuai
dengan penelitian lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Hidayat (2009)
tentang Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat,
menyebutkan dari 292 spesies tumbuhan yang ditemukan sebanyak 110 spesies
(37,67%) diantaranya diambil pemanfaatannya dari bagian daun. Pemanfaatan
daun tidak menimbulkan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu
spesies dibandingkan dengan bagian batang atau akar dari tumbuhan tertentu
(Fakhrozi 2009).
5.2.5 Potensi tumbuhan berguna pada masyarakat TNGC
5.2.5.1 Tumbuhan obat
Menurut Suhirman (1990) tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang
bagian tumbuhannya (akar, batang, daun, umbi, buah, biji dan getah)
mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam
pembuatan obat modern.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan
TNGC diketahui bahwa terdapat sekitar 37 spesies dan 25 famili tumbuhan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGC yang digunakan sebagai
obat. Famili Zingiberaceae, Lauraceae, Piperaceae dan Apiaceae merupakan
kelompok terbanyak dengan 3 spesies dan lainnya sebanyak 16 famili masing-
masing 1 spesies. Secara rinci tersaji pada Gambar 9.
Gambar 9 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili.
Famili Apiaceae banyak digunakan oleh masyarakat karena masyarakat
membudidaya tumbuhan tersebut dikebunnya dan di dalam kawasan taman
nasional, contoh famili Apiaceae yaitu wortel (Daucus carota) dan saledri
(Apium graveolens ). Famili Lauraceae terbanyak karena tumbuhan ini sering
digunakan masyarakat untuk tumbuhan obat contohnya alpukat (Persea
americana) yang digunakan akarnya untuk obat pegal-pegal. Famili
Zingiberaceae dan Famili Piperaceae paling sering digunakan masyarakat
karena pengolahan dari famili Zingiberaceae dan Piperaceae sudah umum
diketahui semua orang, dari cara pengolahannya sampai khasiatnya sudah
terbukti. Contohnya kencur (Kaempferia galanga) yang digunakan airnya
1
1
3
2
1
2
1
1
1
1
3
1
2
1
3
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
0 1 2 3
Caricaceae
Acanthaceae
Apiaceae
Solanaceae
Araceae
Asteraceae
Cannaceae
Carumaceae
Cucurbitaceae
Lamiaceae
Lauraceae
Liliaceae
Malvaceae
Myrtaceae
Piperaceae
Rubiaceae
Schisandraceae
Thymelaeaceae
Zingiberaceae
Magnoliaceae
Amarathaceae
Verbenaceae
Euphorbiaceae
Maratiaceae
Begoniaceae
Jumlah spesies
Fa
mil
i
untuk obat pegal linu dan seuseureuhan (Piper oduncum) yang digunakan
untuk obat bisul.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat kawasan TNGC
masih sedikit karena masyarakat lebih sering memakai obat modern ketika
sakit. Hal ini dikarenakan obat modern dinilai lebih efisien. Selain itu
masyarakat lebih suka pergi ke puskesmas karena mudah dan cepat
penanganannya.
Persentase habitus tumbuhan obat didominasi oleh tingkat herba
sebanyak 18 spesies (48,65%) sedangkan paling sedikit adalah tingkat semak
sebanyak 1 spesies (2,7%). Ada beberapa alasan dari banyaknya yang
ditemukan habitus herba di sekitar masyarakat, diantaranya habitus herba
sangat mudah dalam penanaman dan perawatan, habitus herba cepat dalam
pertumbuhan dibandingkan habitus pohon dan habitus herba tidak seperti
habitus pohon yang memerlukan lahan yang luas untuk menanam. Habitus
herba hanya memerlukan pekarangan rumah untuk melakukan penanaman.
Selengkapnya jumlah habitus tumbuhan obat tersaji pada Gambar 10.
Gambar 10 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan habitus di kawasan TNGC.
Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat kawasan TNGC adalah daun 23 spesies (62,16%) dan yang
terkecil adalah biji dan bunga yaitu 1 spesies (2,7%). Selengkapnya tersaji
pada Gambar 11.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Herba Pohon Perdu Liana Semak
Ju
mla
h s
pes
ies
Kategori habitus
Gambar 11 Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat
TNGC.
Dibandingkan dengan penelitian lain, pada umumnya daun
merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Penelitian
Hidayat (2009) menyatakan hal yang sama yaitu bagian daun paling banyak
digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Dukuh, Jawa Barat sebesar 50%
dari 150 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat. Daun juga
memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun
merupakan tempat fotosintesis (Fakhrozi 2009). Berikut merupakan beberapa
tumbuhan obat penting beserta manfaatnya yang digunakan oleh masyarakat di
kawasan TNGC seperti tersaji pada Tabel 8. Informasi lebih lengkap dapat
dilihat di Lampiran 2.
Tabel 8 Beberapa spesies tumbuhan obat penting yang digunakan oleh
masyarakat di kawasan TNGC
No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang
digunakan
Manfaat
1 Kadsura scandens Hunyur buut Daun, akar,
batang dan buah
Obat batuk, menghilangkan
lendir dan sakit pinggang
2 Talauma candollii Cempoko Daun Obat demam
3 Piper oduncum Seuseureuhan Daun Obat bisul dan obat luka
4 Centella asiatica Antanan Daun Obat batuk, asma
5 Murraya paniculata Kemuning Daun Radang saluran pernapasan.
0
5
10
15
20
25
Ju
mla
h s
pes
ies
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Spesies tumbuhan obat yang paling sering digunakan oleh masyarakat
adalah antanan (Centella asiatica). Antanan biasa digunakan masyarakat untuk
obat batuk dan asma, selain itu masyarakat sering menggunakan tumbuhan ini
menjadi lalapan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di pekarangan rumah karena
masyarakat sengaja menanam tumbuhan ini untuk keperluan sehari-hari.
5.2.5.2 Tumbuhan hias
Pemanfaatan tumbuhan hias oleh masyarakat sekitar kawasan TNGC
sangatlah mudah ditemui. Dari hasil wawancara, jumlah spesies tumbuhan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias sebanyak 29
spesies. Berikut merupakan beberapa tumbuhan hias yang digunakan oleh
masyarakat di kawasan TNGC seperti tersaji pada Tabel 9. Informasi lebih
lengkap dapat dilihat di Lampiran 3.
Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat
sekitar TNGC sebagai tumbuhan hias
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus
1 Pedilanthus pringlei Patah tulang Euphorbiaceae Herba
2 Hydrangea sp. Bunga Bokor Nyctaginaceae Perdu
3 Macodes petola Anggrek Orchidaceae Epifit
4 Plectoma horrid Kaliage Lentibulariaceae Perdu
5 Rhodendron citrinum Cantigi Ericaceae Pohon
Spesies yang paling banyak dijumpai adalah bunga bokor (Hydrangea
sp.), lidah mertua (Sanmsevieria laurentii) dan patah tulang (Pedilanthus
pringlei). Masyarakat sekitar TNGC banyak yang memiliki tanaman hias di
depan rumahnya tetapi masyarakat di sana hanya untuk menanam saja atau
hanya untuk keindahan pekarangan rumahnya saja, tidak untuk diperdagangkan
atau untuk dibudidayakan. Hal ini sebenarnya adalah potensi yang bagus jika
dikembangkan, apalagi spesies-spesies yang di tanam di depan rumahnya ada
spesies yang menguntungkan jika dijadikan usaha. Seperti anggrek
(Dendrobium sp.). Spesies- spesies yang dimanfaatkan masyarakat kawasan
TNGC. Untuk tumbuhan hias yang ditanam masyarakat di pekarangan
masyarakat seperti pada Gambar 12.
Gambar 12 (a). Patah tulang (Pedilanthus pringlei).
(b). Bunga bokor (Hydrangea sp.).
(c). Euphorbia (Euphorbia mili).
5.2.5.3 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik dapat juga disebut sebagai tumbuhan penghasil
minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara
ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga
tumbuhan (Mangun 2008). Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri
bau dan aroma karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum
diminati adalah sebagai pengharum baik itu parfum, kosmetik, pengharum
ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun
produk rumah tangga lainnya. Berikut merupakan tumbuhan sebagai bahan
aromatik penting beserta manfaatnya yang digunakan oleh masyarakat di
kawasan TNGC seperti tersaji pada Tabel 10.
a. b.
c.
Tabel 10 Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan masyarakat sekitar
TNGC sebagai bahan aromatik
No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang
dimanfaatkan
Keterangan
1 Talauma candollii Cempoko Bunga Bahan parfum
2 Pogostemon cablin Nilam Daun Bahan parfum
3 Syzygium aromaticum Cengkeh Daun dan buah Aroma rokok
4 Cinnamomum burmannii Kayu manis Kulit Aroma makanan
5 Curcuma domestica Kunyit Rimpang Aroma makanan
6 Zingiber officianale Jahe Rimpang Aroma makanan
7 Melalenca leucadendron Kayu putih Daun Minyak telon
8 Elaeocarpus ganitrum Ganitri Kulit dan daunnya Minyak telon
9 Pemphis acidula Santigi Kulit dan daunnya Bahan parfum
Dari hasil wawancara diperoleh 9 spesies yang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Spesies yang banyak digunakan yaitu nilam (Pogostemon cablin),
kayu manis (Cinnamomum burmannii), jahe (Zingiber officianale) dan cengkeh
(Syzygium aromaticum).
Nilam (Pogostemon cablin) merupakan tumbuhan perdu. Spesies ini
ditanam di daerah jalur pendakian Linggarjati oleh masyarakat. Masyarakat
mempunyai ladang nilam yang berada di belakang rumahnya dan di sekitar
kawasan TNGC. Pemanfaatan nilam ini dimanfaatkan sebagai bahan minyak
pewangi. Spesies tumbuhan penghasil bahan aromatik tersaji pada Gambar 13.
Gambar 13 spesies tumbuhan aromatik :
(a). Cempoko (Talauma candollii), (b). Nilam (Pogostemon cablin).
(a) (b)
5.2.5.4 Tumbuhan penghasil pangan
Pangan merupakan kebutuhan primer yang sangat mempengaruhi
keberlangsungan hidup manusia. Berbagai spesies tumbuhan sering
dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan baik karena nilai kandungan yang
terdapat didalamnya, rasa, budaya maupun karena kemudahan dalam
memperolehnya. Dari hasil wawancara terdapat 15 spesies tumbuhan yang
berguna sebagai bahan pangan. Berikut merupakan tumbuhan penghasil
pangan yang digunakan oleh masyarakat di kawasan TNGC seperti tersaji pada
Tabel 11.
Tabel 11 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai tumbuhan pangan
No Nama ilmiah Nama
lokal
Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
1 Mangifera indica Mangga Anacardiaceae Pohon Buah
2 Psidium guajava Jambu biji Myrtaceae Pohon Buah
3 Daucus carota Wortel Apiaceae Herba Umbi
4 Brassica oleracea Kubis/kol Brassicaceae Herba Daun dan
bunga
5 Solanum tuberosum Kentang Solanaceae Herba Umbi
6 Brassica rapa Sawi Brassicaceae Herba Daun
7 Allium fistulosum Bawang
daun
Liliaceae Herba Daun
8 Conyza angustifolia Jabung Poaceae Herba Daun
9 Etlingera solaris Tepus Zingiberaceae Herba Umbi
10 Carica papaya Papaya Caricaceae Herba Buah
11 Musa paradisica Pisang Musaceae Herba Buah
12 Manihot esculenta Singkong Euphorbiaceae Perdu Umbi dan
daun
13 Artocarpus heterophyllus Nangka Moraceae Pohon Buah
14 Piper nigrum Sahang Piperaceae Liana Biji
15 Syzygium polycephalum Kupa/
gowok
Myrtaceae Pohon Biji
Spesies yang paling banyak digunakan untuk pangan adalah wortel
(Daucus carota), bawang daun (Allium fistulosum), kubis (Brassica oleracea),
kentang ( Solanum tuberosum), sawi (Brassica rapa) dan jabung (Conyza
angustifolia). Di kawasan TNGC paling banyak tumbuhan pangan pertanian,
Hal ini dikarenakan tumbuhan ini ditanam masyarakat di dalam kawasan
TNGC dan di luar kawasan TNGC. Kegiatan perladangan berada di beberapa
desa yaitu di Desa Cisantana, Desa Argalingga dan Desa Sanghiang. Sebagian
masyarakat di sana membuka lahan untuk bercocok tanam. Spesies yang
dimanfaatkan masyarakat untuk bahan pangan tersaji pada Gambar 14.
Gambar 14 Kubis (Brassica oleracea).
5.2.5.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Menurut Mannetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004)
mengemukakan bahwa tanaman pakan merupakan tanaman yang mempuyai
konsentrasi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan
bagi satwa. Ditemukan 8 spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat
sebagai pakan ternak. Berikut merupakan tumbuhan penghasil pakan ternak
yang digunakan oleh masyarakat di kawasan TNGC seperti tersaji pada Tabel
12.
Tabel 12 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai pakan ternak
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus
1 Setaria palmifolia Sawuheun Poaceae Herba
2 Cyperus rotundus Teki Cyperaceae Herba
3 Pennisetum purpureum Jukut gajah Poaceae Herba
4 Calliandra tetragona Kaliandra Fabaceae Pohon
5 Manihot esculenta Singkong Euphorbiaceae Perdu
6 Eleusine indica Jampang Poaceae Herba
7 Ageratum conyzoides Bandotan Asteraceae Herba
8 Timonius sp. Kimeong Rubiaceae Pohon
Menurut hasil wawancara semua spesies pada Tabel 12 dimanfaatkan
sebagai pakan ternak oleh masyarakat. Tumbuhan yang paling banyak
digunakan sebagai pakan ternak adalah kaliandra (Calliandra tetragona) dan
sawuheun (Setaria palmifolia).
Penelitian Fakhrozi (2009) mengatakan untuk masyarakat yang
mayoritas bertani agroholtikultura sangat jarang sekali mengetahui tumbuhan
penghasil pakan ternak, karena yang mereka ketahui hanyalah tumbuhan
pertanian atau hortikultura. Dari penelitian Etnobotani Masyarakat Suku
Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh untuk
tumbuhan penghasil pakan ternak hanya mendapat 3% (8 spesies) dari 266
spesies yang ditemukan (Fakhrozi 2009). Salah satu tumbuhan yang digunakan
masyarakat di sekitar TNGC untuk pakan ternak, tersaji pada Gambar 15.
Gambar 15 Kaliandra (Calliandra tetragona).
5.2.5.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas karena terbuat dari bahan alami/
nabati maka spesies pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan (Kardinan 1999). Dari hasil wawancara, terdapat 5 spesies
tumbuhan yang berpotensi penghasil pestisida nabati. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil pestisida nabati
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
1 Dioscorea hispida Gadung Dioscoreaceae Herba Umbi
2 Gigantochloa apus Bambu Poaceae Bambu Daun
3 Nephelium lappaceum Rambutan Sapindaceae Pohon Daun
4 Syzygium aromaticum Cengkeh Myrtaceae Pohon Daun
5 Ageratum conyzoides Babadotan Asteraceae Herba Daun
Spesies yang paling banyak digunakan masyarakat sekitar kawasan
TNGC adalah bambu (Gigantochloa apus), gadung (Dioscorea hispida) dan
rambutan (Nephelium lappaceum). Semua tumbuhan ini sering digunakan di
ladang masyarakat untuk mengusir hama yang menyerang ladang pertanian.
Supaya kualitas hasil ladang masyarakat baik maka harus menggunakan
pestisida yang tidak mengurangi kualitas hasil ladangnya. Untuk itu
masyarakat sekitar TNGC menggunakan bambu (Gigantochloa apus), gadung
(Dioscorea hispida) dan rambutan (Nephelium lappaceum) untuk mengusir
hama penggangu ladang pertanian. Menurut hasil wawancara dengan
masyarakat cara penggunaanya yaitu dengan mencampurkan daun bambu,
umbi gadung dan daun rambutan, setelah itu hasil campurannya di tebarkan di
ladang yang terkena hama maka hama di ladang mereka akan mati.
5.2.5.7 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin
Pewarna nabati merupakan bahan pewarna yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Di Indonesia orang sudah lama mengenal dalam menggunakan
tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna
alami tumbuhan untuk makanan, seperti rimpang kunir (Curcuma domestica)
untuk warna kuning (Heyne 1987).
Spesies tumbuhan yang berpotensi menghasilkan bahan pewarna dan
tanin yang digunakan oleh masyarakat sebanyak 5 spesies. Untuk lebih
jelasnya tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil pewarna dan tanin
No Nama ilmiah Nama
lokal
Famili Warna Bagian yang
dimanfaatkan
1 Lasianthus capitatus Kahitutan Rubiaceae Hijau Daun
2 Curcuma domestica Kunyit Zingiberaceae Kuning Rimpang
3 Musa paradisica Pisang Musaceae Ungu Bunga
4 Uncaria gambir Kigambir Rubiaceae Kuning Batang
5 Croton argyratus Jaha Euphorbiaceae Putih Batang
Masyarakat memanfaatkan 5 spesies tumbuhan pewarna. Spesies yang
paling banyak digunakan adalah kunyit (Curcuma domestica) untuk bahan
makanan. Kunyit ini digunakan ketika acara tumpengan atau syukuran. Nasi
yang dimasak diberi kunyit sehingga menjadi berwarna kuning.
5.2.5.8 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Dulu kayu bakar merupakan bahan yang sangat penting terutama bagi
masyarakat pedesaan. Kemudahan memperoleh kayu bakar tanpa harus
mengeluarkan biaya merupakan hal termudah yang dapat mereka lakukan.
Tetapi sekarang dengan adanya program pemerintah berupa bantuan gas LPG
membuat kayu bakar banyak ditinggalkan oleh masyarakat pedesaan
khususnya di sekitar kawasan TNGC.
Menurut masyarakat hampir semua spesies kayu dapat digunakan
sebagai bahan kayu bakar, namun hanya beberapa spesies saja yang berpotensi
sebagai bahan kayu bakar yang baik karena memiliki sifat nyalanya yang
bagus, awet dan memberikan bara yang cukup. Dari hasil wawancara yang
berpotensi sebagai bahan kayu bakar ada 6 spesis tumbuhan berguna. Untuk
lebih jelasnya tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai kayu bakar
No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang digunakan
1 Paraserienthes falcataria Sengon Ranting, dahan
2 Calliandra tetragona Kaliandra Batang, ranting dan dahan
3 Diospyros kaki Kesemek Ranting, dahan
4 Litsea glutinosa Huru Ranting, dahan
5 Pinus merkusii Pinus Ranting, dahan
6 Persea americana Alpukat Batang, ranting, dahan
Alasan masyarakat memilih kayu kaliandra (Calliandra tetragona)
karena kaliandra paling banyak ditemukan di sekitar kawasan TNGC, selain itu
kayu kaliandra (Calliandra tetragona) cepat kering ketika di jemur.
5.2.5.9 Tumbuhan keperluan upacara adat
Masyarakat di sekitar kawasan TNGC sudah tidak ada tradisi-tradisi
yang sering digelar dan tidak ada ritual-ritual yang dilakukan karena
masyarakat disana sudah terlihat modern. Terdapat 4 spesies tumbuhan yang
dulu digunakan masyarakat di sekitar kawasan TNGC untuk upacara adat.
Untuk lebih jelasnya tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai keperluan upacara adat
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus
1 Moringa oleifera Kelor Moringaceae Pohon
2 Murraya paniculata Kemuning Rutaceae Perdu
3 Bambusa vulgaris Haur koneng Poaceae Bambu
4 Litsea cubeba Ki lemo Lauraceae Pohon
Berdasarkan hasil wawancara, jaman dulu masyarakat memanfaatkan
tumbuhan sebagai kepercayaan. Contohnya yaitu ki lemo (Litsea cubeba),
tumbuhan ini dipercaya masyarakat untuk mengusir binatang buas ketika
masyarakat di dalam hutan dan haur koneng (Bambusa vulgaris), masyarakat
percaya bahwa haur koneng (Bambusa vulgaris) dapat mengusir roh halus.
Biasanya haur koneng ini dibuat kalung atau gelang. Gambar haur koneng
tersaji pada Gambar 16.
Gambar 16 Haur koneng (Bambusa vulgaris).
5.2.5.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Bagian yang sering digunakan sebagai bahan bangunan adalah batang
kayu. Pada umumnya bagian batang kayu digunakan sebagai bahan tiang,
rangka atap dan daun pintu. Spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan
bangunan sebanyak 22 spesies. Berikut merupakan beberapa tumbuhan
penghasil bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat di kawasan
TNGC seperti tersaji pada Tabel 17. Informasi lebih lengkap dapat dilihat di
Lampiran 12.
Tabel 17 Beberapa spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat
sekitar TNGC sebagai bahan bangunan
No Bagian
rumah
Tumbuhan
1 Dinding Bambu (Gigantochloa apus)
2 Pintu/jendela Kihiyang (Paraserienthes procera ), jamuju (Podocarpus
imbricatus)
3 Tiang/kusen Suren (Toona sureni), kayu afrika (Maesopsis eminii ), sengon
(Paraserienthes falcataria )
4 Reng/usuk Bambu (Gigantochloa apus)
Spesies tumbuhan yang paling sering digunakan sebagai bahan
bangunan yaitu sengon (Paraserienthes falcataria) dan kihiang
(Paraserienthes procera ). Masyarakat sebenarnya lebih memilih jati
(Tectona grandis) untuk bahan bangunan karena keawetan kayunya, tetapi
karena kayu jati (Tectona grandis) terlalu mahal dan susah didapatnya di
kawasan sekitar TNGC maka masyarakat lebih banyak menggunakan sengon
(Paraserintes falcataria) dan kihiang (Paraserienthes procera) yang mudah
didapatkan.
Menurut Indriyanto (2008) Pohon reboisasi dan pohon penghijauan
yang mampu menghasilkan kayu bangunan diantaranya turi (Sesbania
grandiflora), lamtorogung (Leucaena leucocephala), gamal (Gliricidia sp.),
kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan sengon (Paraserintes falcataria).
Salah satu yang tumbuhan yang dipakai masyarakat TNGC ada pada Gambar
17.
Gambar 17 Sengon (Paraserienthes falcataria).
5.2.5.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Spesies-spesies tersebut menghasilkan serat dengan kualitas yang
baik, ada 7 spesies yang berpotensi sebagai penghasil tali, anyaman dan
kerajinan. Lebih jelasnya tersaji pada Tabel 18.
Tabel 18 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus Kegunaan
1 Gigantochloa apus Awi
(Bambu) Poaceae Bambu Anyaman dan
tali
2 Calamus sp. Rotan Arecacecae Liana Kerajinan
3 Pandanus furcatus Cangkuang Pandanaceae Herba Tikar
4 Calophylum inophyllum Solatri Clusiaceae Pohon Pigura dan
peti
pengemas
5 Uncaria gambir Kigambir Rubiaceae Pohon Lem kayu
lapis
6 Hibiscus macrophyllus Tisuk Marvaceae Pohon Tali dan
anyaman
7 Schizostachyum blumei Bambu
tamiang
Poaceae Bambu Bahan suling
Masyarakat di kawasan TNGC kurang mengetahui kegunaan
tumbuhan sebagai bahan penghasil tali, anyaman dan kerajinan karena
mereka lebih memilih tali yang terbuat dari plastik yang mereka anggap lebih
kuat dan lebih mudah didapat. Selain itu masyarakat di kawasan TNGC tidak
ada kelompok/ usaha anyaman atau kerajinan. Spesies yang paling banyak
dimanfaatkan masyarakat yaitu awi/bambu (Gigantochloa apus) yang
digunakan sebagai bahan tali untuk hasil ladang masyarakat. Salah satu
spesies tumbuhan yang digunakan sebagai tali tersaji pada Gambar 18.
Gambar 18 Bambu atau awi (Gigantochloa apus) dibuat tali hasil panen
bawang daun.
5.2.5.12 Tumbuhan penghasil lainnya
Berdasarkan hasil wawancara terdapat tumbuhan yang tidak
termasuk dalam kelompok tumbuhan berguna lainnya. Ditemukan 3 spesies
tumbuhan yang digunakan masyarakat untuk keperluan lainnya. Untuk lebih
jelasnya tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19 Spesies tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat sekitar
TNGC untuk keperluan lainnya
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Kegunaan
1 Ficus grossularioides Hamerang Moraceae Getahnya pengawet
kain batik
2 Gluta renghas Rengas Anacardiaceae Getahnya untuk
berburu binatang.
3 Knema cinera Kimolka/
mendarahan
Myristicaceae Bahan tangkai korek
api.
Masyarakat kawasan TNGC memanfaatkan tumbuhan lain untuk
kegiatan lain, misanya berburu. Tetapi sekarang kegiatan berburu sudah tidak
dilakukan lagi. Tumbuhan yang dipakai masyarakat TNGC untuk berburu
yaitu menggunakan getah rengas (Gluta rengas) yang dibalurkan ke panah
atau tombak.
5.3 Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan TNGC
Berdasarkan hasil analisis vegetasi di kawasan TNGC ditemukan
jumlah spesies tumbuhan sebanyak 99 spesies dan 43 famili. Dari jumlah
yang ditemukan tersebut hanya 18 spesies yang dimanfaatkan masyarakat dan
81 spesies yang belum dimanfaatkan.
5.3.1 Keanekaragaman spesies dan famili tumbuhan berguna
Spesies yang ditemukan di kawasan TNGC berjumlah 99 spesies
termasuk ke dalam 43 famili. Dari 43 famili ditemukan 27 famili masing-
masing berjumlah satu spesies. Famili terbanyak adalah Moraceae sebanyak
12 spesies diikuti oleh famili Fabaceae dan Euphorbiaceae sebanyak 10
spesies. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 19.
Gambar 19 Jumlah tumbuhan berdasarkan famili yang ditemukan di TNGC.
Famili Moraceae mendominasi dari hasil yang ditemukan di
dalam kawasan TNGC. Spesies yang ditemukan paling banyak diantaranya
beunying (Ficus fistulosa), bisoro (F. hispida), ki hampelas (F. hampelas),
kondang (F. variegate), walen (F. ribes), beringin (F. benjamina) dan
benda (Artocarpus elastica).
Tumbuhan dari Famili Fabaceae banyak ditemukan di lapangan
karena termasuk famili yang spesies-spesiesnya mudah tumbuh meski pada
lahan kritis (Indriyanto 2006), contoh tumbuhan yang cepat tumbuh yaitu
kaliandra (Calliandra callothyrsus). Famili Euphorbiaceae diantaranya
kareumbi (Homalanthus populneus) yang mendominasi di Resort Pasawahan.
Spesies yang ditemukan di kawasan TNGC berjumlah 99 spesies
dibuat kelompok kegunaan untuk mengetahui potensi dari tumbuhan tersebut.
2
2
7
10
10
2
6
2
12
2
5
2
4
4
2
2
0 2 4 6 8 10 12 14
Acanthaceae
Apocynaceae
Arecaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Fagaceae
Lauraceae
Melastomataceae
Moraceae
Myrsinaceae
Myrtaceae
Orchidaceae
Poaceae
Rubiaceae
Rutaceae
Zingiberaceae
Jumlah spesies
Fa
mil
i
Spesies-spesies tumbuhan yang terdapat di TNGC dapat dikelompokan ke
dalam 12 kelompok kegunaan. Kelompok kegunaan spesies-spesies
tumbuhan hasil analisis vegetasi tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20 Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di TNGC
No Kelompok kegunaan Jumlah
Spesies Famili
1 Penghasil bahan bangunan 14 10
2 Obat 9 6
3 Hias 6 5
4 Penghasil pangan 4 2
5 Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan 4 4
6 Aromatik 2 2
7 Penghasil pakan ternak 2 2
8 Penghasil bahan pewarna dan tanin 2 2
9 Penghasil kayu bakar 2 2
10 Tumbuhan penghasil lainnya 2 2
11 Penghasil minuman 1 1
12 Keperluan upacara adat 1 1
Berdasarkan hasil dari analisis vegetasi di kawasan TNGC,
kelompok kegunaan terbesar yaitu pada tumbuhan penghasil bahan bangunan
dengan 14 spesies dan 10 famili. Contoh tumbuhan penghasil bahan
bangunan dari 14 spesies ini diataranya, masawa (Anisoptera marginata)
yang digunakan untuk membuat kusen atau daun pintu. Selain itu ada pasang
(Quercus sundaica) yang dapat digunakan batangnya juga untuk membuat
jendela atau daun pintu. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2.
Contoh tumbuhan penghasil bangunan tersaji pada Gambar 20.
Gambar 20 Masawa (Anisoptera marginata).
5.3.3 Dominansi tumbuhan
Peranan suatu spesies dalam komuitas dapat dilihat dari besarnya
INP (Indeks Nilai Penting) dimana spesies yang mempunyai nilai INP
tertinggi merupakan spesies dominan. Indeks Nilai Penting (importance value
index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan
tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2006). Hal ini
menunjukan bahwa spesies tersebut mempunyai tingkat kesesuaian terhadap
lingkungan yang lebih tinggi dari spesies lain.
Daftar indeks nilai penting pada berbagai tempat di TNGC secara
rinci disajikan pada Lampiran 15-39 sedangkan rekapitulasi spesies tumbuhan
berguna yang mempunyai INP paling tinggi tersaji pada Tabel 21.
Tabel 21 Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna yang mempunyai INP
paling tinggi
No Habitus Tingkat
pertumbuhan
Spesies tumbuhan INP
(%)
Lokasi
1 Pohon Pohon
1. Kareumbi
(Homalanthus populneus)
2. Kurai
(Trema orientale)
139,93
81,82
Resort
Pasawahan
Res.
Cigugur
Tiang 1. Pasang
(Quercus sundaica)
2. Beunying (Ficus fistulosa)
116,94
91,90
Res.
Pasawahan
Res.
Cigugur
Pancang 1. Kareumbi
(Homalanthus populneus)
2. Bingbin
(Pinanga coronate)
50,00
47,65
Res.
Pasawahan
Res.
Jalaksana
Semai
1. Talingkup
(Claoxylum indicum).
2. Nangsi
(Villebrunia rubescens)
69,81
68,11
Res.
Argalingga
Res.
Cigugur
2 Liana - 1. Rotan tali hijau
(Calamus ciliaris)
2. Rotan (Calamus sp.)
152,71
199,99
Res.
Jalaksana
Res.
Pasawahan
3 Semak - 1. Jajagoan
(Echinochloa crussgalli)
2. Ki janggot
(Mentha arvensis)
200
200
Res.
Cigugur
Res.
Pasawahan
4 Perdu - 1. Bubukuan
(Tetraglochidium
bibracteatum)
2.Ki jenitri
(Elaeocarpus ganitrus)
179,46
122,50
Res.
Argalingga
Res.
Pasawahan
5 Herba - 1. Songgom
(Barringtonia macrocarpa)
2. Cacabutan
(Amomum hochreutineri)
125,00
125,00
Res.
Argalingga
Res.
Cigugur
6 Epifit - Anggrek (Dendrobium sp.)
200 Res.
Jalaksana
Pada Tabel 21 diatas terlihat INP tertinggi dari seluruh lokasi
penelitian yaitu pohon kareumbi (Homalanthus populneus) dengan INP
139,93%, yang ditemukan di lokasi Resort Pasawahan. Resort Pasawahan
merupakan daerah dataran rendah yang sering mengalami kebakaran hutan di
TNGC, meskipun Resort Pasawahan lahan kebakaran hutan tetapi pohon
kareumbi mendominasi di daerah ini. Kareumbi (Homalanthus populneus)
biasa tumbuh pada ketinggian 700 m dpl dan kareumbi (Homalanthus
populneus) merupakan tumbuhan yang tumbuh di hutan sekunder dan hutan
yang sedang mengalami suksesi (Purwaningsih 1992).
Pada tingkat tiang INP tertinggi dari seluruh lokasi penelitian yaitu
spesies pasang (Quercus sundaica) dengan INP 116,94%, yang ditemukan di
lokasi Resort Pasawahan. Spesies ini diduga spesies khas TNGC karena
hampir ada di setiap lokasi penelitian. Untuk tingkat pancang INP tertinggi
dari seluruh lokasi penelitian yaitu spesies kareumbi (Homalanthus
populneus) dengan INP 50,00%, yang ditemukan di lokasi Resort Pasawahan.
Pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, INP semai tertinggi dari
seluruh lokasi penelitian yaitu spesies talingkup (Claoxylum indicum) di
Resort Argalingga dengan INP 69,81%. Untuk INP terbesar tumbuhan bawah
yaitu jajagoan (Echinochloa crussgalli) di Resort Cigugur, ki janggot
(Mentha arvensis) di Resort Pasawahan dan anggrek (Dendrobium sp.) di
Resort Jalaksana dengan INP 200%.
5.3.4 Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan
untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies juga dapat
digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan pada
komunitas tersebut Soegianto (1994) dalam Indriyanto (2006).
Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi
dalam komunitas itu sangat tinggi. Indeks kemerataan memiliki selang 0–1.
Nilai indeks kemerataan mendekati 1, maka sebaran individu antar spesies
relatif merata, sedangkan bila nilai indeks mendekati 0 maka sebaran individu
antar spesies sangat tidak merata (Magurran 1988). Rekapitulasi nilai indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan di TNGC tersaji
pada Tabel 22.
Tabel 22 Niai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks
kemerataan pada berbagai resort di TNGC
No Habitus Tingkat
pertumbuhan
Keanekaragaman
(H’)
Kemerataan
(E1)
Lokasi
(Resort)
1 Pohon Semai
2,23
2,41
1,75
1,76
1,98
0,49
0,52
0,38
0,38
0,43
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
Pancang 2,22
2,82
2,13
2,34
2,00
0,48
0,61
0,46
0,51
0,43
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
Tiang 1,84
2,69
1,58
2,20
1,86
0,40
0,59
0,34
0,48
0,40
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
Pohon 2,48
3,22
1,60
2,48
2,02
0,54
0,70
0,35
0,54
0,44
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
2 Liana - -
1,09
0
-
-
-
0,24
0
-
-
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
3 Semak - 0
-
0
-
-
0
-
0
-
-
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
4 Perdu - 1,51
-
1,86
0,33
-
0,33
-
0,41
0,07
-
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
5 Herba - 0,66
3,25
1,86
0,66
2,67
0,14
0,71
0,40
0,14
0,58
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang
6 Epifit - -
0
-
-
-
-
0
-
-
-
Cigugur
Jalaksana
Pasawahan
Argalingga
Sanghiang Keterangan : nilai 0 = hanya 1 spesies ditemukan pada plot contoh, - = tidak ditemukan habitus tersebut
pada plot contoh
Nilai keanekaragaman dengan kategori tinggi yaitu pada tingkat
pohon di Resort Jalaksana dengan nilai (3,22), berarti hutan di Resort
Jalaksana disusun oleh banyak spesies. Menurut Indriyanto (2006) jika nilai
keanekaragaman tinggi berarti komunitas tersebut disusun oleh banyak
spesies. Nilai keanekaragaman yang lainnya untuk tingkat pertumbuhan semai
sampai pohon di setiap tempat penelitian bernilai antara 1-3 berarti memiliki
kategori sedang.
Nilai kemerataan terbesar adalah pada tingkat pohon di resort
Jalaksana (0,70) sedangkan indeks kemerataan terkecil yaitu pada tingkat
tumbuhan bawah dengan nilai 0. Nilai keanekaragaman dari tingkat
pertumbuhan semai sampai pohon yang tertinggi di Resort Jalaksana karena
hutan di Resort Jalaksana masih bagus dan lebat, selain itu hutan di Resort
Jalaksana tidak di rambah oleh masyarakat. Dari hasil wawancara Resort
Jalaksana tidak cocok untuk dijadikan perladangan karena suhu di sana terlalu
panas sedangkan tanaman pertanian contohnya kentang ( Solanum tuberosum)
memerlukan suhu yang dingin dan ketinggian minimal 1300 m dpl (Samadi
1997). Untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik, seperti kentang
(Solanum tuberosum) memerlukan suhu rata-rata 18-20°C (Samadi 1997).
Hutan yang dekat dengan pemukiman warga yaitu hutan dataran rendah dan
hutan pegunungan yang cocok untuk perladangan di Resort Jalaksana yaitu di
daerah Gunung Putri tetapi perjalanan ke sana sangat jauh dan memerlukan
waktu rata-rata 5-6 jam. Karena alasan tersebut masyarakat tidak melakukan
perambahan di Resort Jalaksana. Tingkat kemerataan yang kecil di Resort
Pasawahan karena lokasi ini adalah lokasi lahan kebakaran hutan. Setiap
tahun ada kebakaran hutan di daerah ini yang menyebabkan hampir seluruh
lahan disini habis. Ketika penelitian dilakukan yang ada hanya padang
rumput, batu-batuan dan hutan yang jarang.
Untuk tingkat tumbuhan bawah habitus herba yang banyak
ditemukan di plot contoh, nilai keanekaragaman yang terbesar yaitu di resort
Jalaksana (3,25) dan yang paling kecil yaitu di Resort Cigugur dan
Argalingga yaitu 0,71. Di Resort Cigugur dan Argalingga adalah tempat
masyarakat berladang jadi kecilnya keanekaragaman dan kemerataan di resort
ini bisa diakibatkan oleh perladangan yang semakin luas. Sehingga tumbuhan
bawah jarang ditemukan.
Untuk habitus yang paling jarang ditemukan adalah habitus epifit
dan semak pada tingkat tumbuhan bawah, hanya satu spesies yang ditemukan
di setiap resort. Untuk habitus epifit yaitu di Resort Jalaksana, spesiesnya
anggrek (Dendrobium sp.), untuk habitus semak di Resort Cigugur jajagoan
(Echinochloa crussgalli) dan di Resort Pasawahan ki janggot (Mentha
arvensis) dengan keanekaragaman (0) karena hanya satu habitus yang
ditemukan di plot contoh.
5.4 Kaitan Masyarakat dengan TNGC
Masyarakat di sekitar kawasan TNGC sangat berkaitan erat dengan
kawasan TNGC apalagi dalam hal pemanfaatan tumbuhan dan lahan.
Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat yang berada di kawasan
TNGC tidak sepenuhnya berada pada kawasan TNGC, hanya sebagian
tumbuhan yang berada di dalam kawasan TNGC. Sebagaimana terlihat pada
Gambar 21.
Gambar 21 Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dan berada di kawasan
TNGC.
Dari Gambar 21 dapat dijelaskan bahwa dari hasil etnobotani
dihasilkan 131 spesies, tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dari 131
spesies itu tidak semua berasal dari dalam kawasan TNGC, spesies yang
dimanfaatkan masyarakat dan spesies tersebut tidak berada di dalam kawasan
TNGC yaitu 113 spesies, sedangkan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
masyarakat dan tumbuh di dalam kawasan TNGC sebanyak 18 spesies
(Lampiran 1).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara,
masyarakat sekitar kawasan TNGC seharusnya mempunyai peran yang
penting terhadap perlindungan sumberdaya alam di suatu taman nasional
Kajian Etnobotani
113 spesies
Analisis
Vegetasi
81 spesies
18
spesies
terutama di TNGC. Tetapi kenyataan tidak demikian, banyaknya perambahan
hutan menjadi lahan pertanian yang tidak terkendali membuat kawasan
TNGC menjadi rusak. Kegiatan perladangan ini sudah dilakukan semenjak
status Gunung Ciremai masih hutan lindung.
5.5 Pengembangan spesies unggulan
Berdasarkan hasil etnobotani dan hasil analisis vegetasi didapat
spesies-spesies unggulan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat sekitar
kawasan TNGC. Spesies yang dapat dikembangkan untuk kepentingan
masyarakat tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Spesies unggulan untuk dikembangkan
No Nama ilmiah Nama lokal Potensi yang dapat dikembangkan *
1 Gigantochloa apus Bambu tali Bambu dapat dikembangkan menjadi
bahan kerajinan tangan, dan jika di
kembangkan diharapkan masyarakat dapat
mempunyai pendapatan.
2 Pogostemon cablin Nilam Nilam merupakan salah satu tumbuhan
yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan parfum. Minyak dari nilam ini
belum ada barang substitusinya.
3 Arenga pinnata Aren Aren dapat digunakan sebagai bahan
pangan (kolang-kaling), bahan obat,
kosmetik, dan bahan bangunan.
4 Castanopsis javanica Saninten Buahnya dapat dicampurkan dengan
campuran coklat untuk pengganti kacang.
Jika masyarakat membuat usaha
pembuatan coklat dengan kacangnya dari
buah saninten akan membantu masyarakat
dalam mendapatkan pendapatan.
5 Diospyros kaki Kesemek Buah yang banyak mendominasi di sekitar
masyarakat TNGC. Jika dikembangkan
dengan dibuat pangan seperti keripik
diharapkan dapat membantu pendapatan
masyarakat.
6 Vanda sp. Anggrek Dengan budidaya tumbuhan hias dengan
kultur jaringan dapat membantu
pendapatan masyarakat.
7 Phaius flavus Anggrek
tanah bunga
kuning
Penjualan tumbuhan hias spesies anggrek
ini sangat potensial jika dibudidaya dan
dapat membantu pendapatan masyarakat.
8 Anaphalis javanica Edelweis Dibuat menjadi daya tarik ekowisata
dengan adanya tumbuhan hias ini.
9 Rhodendron citrinum Cantigi Dibuat daya tarik ekowisata dengan adanya
tumbuhan ini. Sehingga banyak orang yang
mau melihat keindahannya.
10 Elaeocarpus ganitrum Ganitri Biji dari tumbuhan ini dapat dijadikan
souvenir. Di beberapa masyarakat biji
ganitri biasa dijadikan ha-hal mistis.
* Sumber : Heyne (1987)
Semua spesies yang disajikan (pada Tabel 23) mempunyai potensi
yang besar dan dapat membantu pendapatan masyarakat jika dikembangkan.
Ada 2 spesies tumbuhan yang lebih berpotensi yaitu nilam (Pogostemon
cablin) dan anggrek tanah bunga kuning (Phaius flavus). Nilam (Pogostemon
cablin) sangat berpotensi sebagai bahan aromatik dan menjadi bahan baku
pembuatan parfum. Nilam (Pogostemon cablin) merupakan ekspor penting di
Indonesia. Ekspor minyak nilam mencapai 1.276 ton dengan nilai US$ 19.264
juta (Direktorat Jendral Perkebunan 2006). Patchouli alcohol merupakan
komponen utama minyak nilam dan digunakan sebagai indikator kualitas
minyak nilam (Mariska & Lestari 2003). Pembudidayaan nilam dapat
dilakukan dengan sistem agroforestry. Selain itu karena bersifat fiksatif
(mengikat minyak atsiri lainnya) maka minyak nilam banyak digunakan
dalam industri parfum atau sebagai aromaterapi karena hingga kini belum ada
produk substitusinya (Mariska dan Lestari 2003). Kegiatan pembudidayaan
nilam dapat dilaksanakan dengan baik jika adanya kerjasama antara
masyarakat dengan pihak TNGC dalam pengelolaannya.
Anggrek tanah bunga kuning (Phaius flavus) mempunyai
keindahan bunganya yang berwarna kuning. Dengan keindahannya itu
tumbuhan ini bisa menjadi spesies unggulan tumbuhan hias yang dapat
budidayakan dan diharapkan dapat memikat para penggemar tumbuhan hias.
Untuk budidaya anggrek ini masih belum dilakukan karena belum banyaknya
penelitian tentang anggrek ini. Satu-satunya budidaya yang dapat
dilaksanakan yaitu dengan cara kultur jaringan. Jika dari pihak pemerintah
daerah ataupun dari pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
memfasilitasi, kegiatan kultur jaringan dapat dilakukan. Untuk melihat
keindahan anggrek tanah bunga kuning (Phaius flavus) tersaji pada Gambar
22.
Gambar 22 Anggrek tanah (Phaius flavus).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Masyarakat kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai mempunyai
keterkaitan dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebanyak 131 spesies dan 62 famili.
Kegunaan tumbuhan yang paling banyak adalah tumbuhan obat 37 spesies,
tumbuhan hias 29 spesies, penghasil bangunan 22 spesies dan penghasil
pangan 15 spesies.
2. Ditemukan 99 spesies 43 famili tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
dan 18 spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat kawasan TNGC.
Spesies tumbuhan berguna terbanyak yaitu tumbuhan penghasil bahan
bangunan 14 spesies.
6.2 Saran
Perlu adanya pengembangan lebih lanjut tentang 10 spesies tumbuhan
unggulan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar TNGC.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik . 2001. Kabupaten Kuningan dalam angka.
Kuningan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan.
Bapeda Kuningan, Rissapel. 2000. Laporan Akhir : Perencanaan
pengelolaan zona resapan air untuk menjamin ketersediaan air di
wilayah Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan. BAPPEDA
Kabupaten Kuningan dan LSM RISSAPEL Kuningan.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.2006. Rencana Pengelolaan
Taman Nasiona Gunung Ciremai . Departeman Kehutanan,
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka dan Universitas
Winaya Mukti. Kuningan, Jawa Barat.
Departemen Kehutanan 2005. Peraturan Menteri kehutanan Nomor
P56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional.
Jakarta.
Direktorat Jendral Perkebunan.2006. Nilam. Statistik Perkebunan
Indonesia 2003 -2005.Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.
http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/wr29207j.pdf [18
Februari 2010].
Dwiartama A. 2005. Analisis Pengetahuan Tradisional Masyarakat Adat
Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, mengenai Pemanfaatan
Tumbuhan untuk Pengobatan. [Skripsi ] Departemen Biologi ITB,
Bandung.
Fakhrozi I.2009. Etnobotani masyarakat Suku Melayu Tradisional di
Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh. [Skripsi]. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Fawnia S, Sulistyawati E, Adianto. 2004. Keadaan ekologis hutan dan
lahan bekas ladang (reuma) di Kawasan Adat Baduy. Departemen
Biologi FMIPA. Institut Teknologi Bandung.
http://www.sith.itb.ac.id/profile/databuendah/Publications/14.%20S
yalitai_MIPA.pdf [21 November 2010].
Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia I-IV (terjemahan : de
Nuttige planten van Indenesie). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hidayat S.2009. Etnobotani masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut,
Jawa Barat [Skripsi]. Bogor :Fakultas Kehutanan . Institut
Pertanian Bogor.
Husodo T. 1999. Peluang zat pewarna alami untuk pengembangan produk
industri kecil dan menengah kerajinan dan batik. Yogyakarta:
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
http://www.zatpewarna.ac.id/industri kecil dan
menengah/14.%20Husodo T_.pdf [18 Februari 2010].
Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara : Jakarta.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. PT Bumi Aksara : Jakarta
Isdijoso S.H. 1992. Tumbuhan sebagai sumber bahan sandang, tali-temali
dan anyam-anyaman. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor.
Hal 328-334.
Kardinan A. 1999. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi. Penebar
swadaya. Jakarta
Kartkawati S.M. 2004. Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh
masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan
Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [Tesis]. Bogor : Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Kartiwa S, Wahyono M. 1992. Hubungan antara tumbuhan dan manusia
dalam upacara adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan
Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Krebs C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publishers.
New York.
Ludwig JA, Reynold JE. 1998. Statistical Ecology a Primer on Method
and Computing. Jhon Wiley & Sons,inc .New York.
Mackinnon J, Mackinnon K, Child G, Throsell J. 1990. Pengelolaan
kawasan dilindungi di daerah Tropika (diterjemahkan oleh H.H.
Amir ). Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Magurran A E.2004. Measuring Biological Diversity. UK: Black Well
Publishing Company.
Mangun H M S. 2008. Nilam. Penebar Swadaya: Jakarta
Mariska I, Lestari EG. 2003. Pemanfaatan kultur in vitro untuk
peningkatkan keragaman genetik tanaman nilam. Litbang
Pertanian. http://www.pustaka-
deptan.go.id/publikasi/p3222034.pdf [18 Februari 2010].
Moeljopawiro S , Manwan I. 1992. Pengembangan pemanfaatan tanaman
pangan di Indonesia. Bogor : Prosiding seminar dan lokakarya
Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Natasaputra M, Sudarmiyati S, Chikmawati T. 2009. Sistematika
tumbuhan berpembuluh. Bogor : Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan Bagian Ekologi Dan Sumberdaya Tumbuhan FMIPA
Institut Pertanian Bogor.
Purwaningsih. 1992. Homalanthus populneus (Geiseler) Pax. In Lemmens,
R.H.M.J., Wulijarni-Soetjipto, N. (Eds.): Plant Resources of South-
East Asia. No. 3: Dye and tannin-producing plants. Prosea
Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 100-101.
http://www.worldagroforestry.org/sea/Products/AFDbases/af/asp/S
peciesInfo.asp?SpID=18064 [24 Novmber 2010].
Purwanto Y. 2000. Etnobotani dan konservasi plasma nutfah holtikultura
:Peran sistem pengetahuan lokal pada pengembangan dan
pengeolaanya. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa
Nasional. Bogor : Laboratorium Etnobotani,puslitbang Biologi-
LIPI dan Lembaga Etnobotani Indonesia. Hal 308-322.
Ramadhany P.1994. Keragaman manajemen pemasaran pada usaha sewa
pakai tanaman hias (Studi kasus di PT. PROSIDIA DIVISI
Pengembangan Agribisnis tribur, JKT). [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rifai M.A , Waluyo E B. 1992. Etnobotani dan pengembangan tumbuhan
pewarna Indonesia : Ulasan suatu pengamatan di Madura.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian
dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Samadi B. 1997. Kentang dan analisis usaha tani. Penebar Swadaya:
Yogyakarta.
Santhyami, Sulistyawati E. 2010. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh
Masyarakat Adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat. School of
Life Science & Technology, Bandung Institute of Technology,
Indonesia.
Soekarman, Riswan S. 1992. Status pengetahuan etnobotani di Indonesia.
Prosiding seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian
dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Soenandar M, Aeni M N, Raharjo A. 2010. Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik. Agromedia Pustaka :Jakarta.
Soerianegara I, A Indrawan. 2002. Ekologi hutan Indonesia. Bogor :
Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. 104 hal.
Suhirman. 1990. Program pengembangan taman obat makalah dalam
seminar pelestarian tumbuhan obat. Bogor.
Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pemberdayaan jenis pohon
dalam sistem wanatani. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor.
Suwandhi I. 2001. Studi dendrologis flora pohon penyusun hutan
pegunungan zona montana Gunung Ciremai Jawa Barat. [Tesis ]
Yogyakarta : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. Program
Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Suwena M. 2007. Keanekaragaman tumbuhan liar edibel pada ekosistem
sawah di sekitar kawasan Hutan Gunung Salak.[Naskah]. Nusa
Tenggara Barat: Fakultas Pertanian Universitas Mataram NTB.
Syahid Abdul. 2010. Pengertian habitus.
http://abdulsyahid-forum.blogspot.com/2009/05/klasifikasi-
tanaman.html. [19 mei 2010].
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Zuhud E.A.M, Siswoyo, Soekmadi R,Sandra E, Adhiyanto E. 2004.
Penyusunan rancangan dan pengembangan sumberdaya alam
hayati berupa tumbuhan di Kabupaten Sintang. Kerjasama Fakultas
Kehutanan IPB dengan Bappeda Kabupaten Sintang. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tumbuhan hasil etnobotani dan analisis vegetasi
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Ditemukan
dengan
metode
1 Anggrek tanah
bunga kuning
Phalus flavus (BI) Lindl. Orchidaceae Epifit Analisis
vegetasi
2 Anggrek x Dendrobium sp. Orchidaceae Herba Analisis
vegetasi
3 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae Pohon Analisis
vegetasi
4 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
5 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
6 Bingbin Pinanga coronate Blume. Arecaceae Pohon Analisis
vegetasi
7 Binuang Tetrameles nudiflora R.Br. Tetramelaceae Pohon Analisis
vegetasi
8 Bisoro Ficus hispida Linn. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
9 Bubukuan Tetraglochidium bibracteatum
Blume.
Acanthaceae Perdu Analisis
vegetasi
10 Bunut Ficus viriens L. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
11 Cacabutan Amomum hochreutineri VAL. Zingiberaceae Herba Analisis
vegetasi
12 Cangcaratan Nauclea excelsa BLUME. Rubiaceae Pohon Analisis
vegetasi
13 Congkok Curculigo capitulata O.K Hypoxidaceae Herba Analisis
vegetasi
14 Dadap Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Pohon Analisis
vegetasi
15 Dapap bunga
merah
Erythrina crista-galli L. Fabaceae Pohon Analisis
vegetasi
16 Gawu Indigotera arrecta HOCHST Fabaceae Herba Analisis
vegetasi
17 Gelam(salam) Syzygium polyanthum Weight. Myrtaceae Pohon Analisis
vegetasi
18 Gintung Bischofia javanica BLUME. Euphrbiaceae Pohon Analisis
vegetasi
19 Gompong Meliosma ferriginea Miq. Euphorbiaceae Herba Analisis
vegetasi
20 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae Pohon Analisis
vegetasi
21 Haringhing Cassia timoriensis DC. Fabaceae Herba Analisis
vegetasi
22 Hurip cai Pteudoran themum Radlk. Acanthaceae Pohon Analisis
vegetasi
23 Huru batu Litsea cassiaefolia BLUME. Lauraceae Pohon Analisis
vegetasi
24 Huru kunyit
Litsea angulata Blume. Lauraceae Pohon Analisis
vegetasi
25 Huru madang Litsea glutinosa C.D. Lauraceae Pohon Analisis
vegetasi
26 Jajagoan Echinochloa crussgalli L. Poaceae Herba Analisis
vegetasi
27 Jirak Symplocos spicata Roxb. Symplocaceae Pohon Analisis
vegetasi
28 Kaliandra Putih Calliandra tetragona Var. minima Fabaceae Pohon Analisis
vegetasi
29 Karet kerbau Ficus elastica Roxb. ex Hornem Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
30 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.)
Pax
Euphorbiaceae Pohon Analisis
vegetasi
31 Kawoyang Endiandra rubescens MIQ. Lauraceae Pohon Analisis
vegetasi
32 Ki beteli Panicum stagninum RETZ Poaceae Pohon Analisis
vegetasi
33 Ki beuteuli Panicum stagninum RETZ Poaceae Pohon Analisis
vegetasi
34 Ki cangkudu Tarenna incerta. K. & V. Rubiaceae Perdu Analisis
vegetasi
35 Ki cengkeh Urophyllum arboreum (Reinw.Ex
BI) Korth.
Rubiaceae Perdu Analisis
vegetasi
36 Ki hampelas Ficus ampelas Burm.F. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
37 Ki hampelas Ficus ampelas Burm. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
38 Ki hiris Eurya glabra BLUME Theaceae Pohon Analisis
vegetasi
39 Ki honje Pittosporum ferrugineum Ait. Pittosporaceae Pohon Analisis
vegetasi
40 Ki huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae Pohon Analisis
vegetasi
41 Ki janggot Mentha arvensis L. Var. Javanica Lamiaceae Semak Analisis
vegetasi
42 Ki jangkar Syzygium fastigiata MIQ. Myrtaceae Perdu Analisis
vegetasi
43 Ki jenitri Elaeocarpus ganitrus Roxb. Elaeocarpaceae Perdu Analisis
vegetasi
44 Ki jeruk Acronychia pedunculata Auct. Rutaceae Pohon Analisis
vegetasi
45 Ki kecapi Sandoricum koetjape (Burm.f.)
Merr.
Meliaceae Pohon Analisis
vegetasi
46 Ki kopi Hypobathrum frutescens BI. Rubiaceae Herba Analisis
vegetasi
47 Ki lalayu Ellatostachys verucosa Roxb. Sapindaceae Perdu Analisis
vegetasi
48 Ki lampeni Ardisia elliptica Thunberg Myrsinaceae Pohon Analisis
vegetasi
49 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae Pohon Analisis
vegetasi
50 Ki padesa Brucea amarissima DEVS. Simarubaceae Pohon Analisis
vegetasi
51 Ki pare Glochidion molle BLUME. Euphorbiaceae Pohon Analisis
vegetasi
52 Ki peutag Syzygium rostratum BLUME. Myrtaceae Pohon Analisis
vegetasi
53 Ki rinyuh Eupatorium inulifolium Kunth. Asteraceae Herba Analisis
vegetasi
54 Ki seueur Antidesma montanum BI. Euphorbiaceae Herba Analisis
vegetasi
55 Ki taleus Notaphoebe umbellilora BLUME. Annonaceae Perdu Analisis
vegetasi
56 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae Pohon Analisis
vegetasi
57 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae Pohon Analisis
vegetasi
58 Kiara Ficus carica L. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
59 Kondang Ficus variegate BLUME. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
60 Kopo Syzygium pycnanthum Merr. Myrtaceae Pohon Analisis
vegetasi
61 Lame(pulai) Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae Pohon Analisis
vegetasi
62 Lampeni Ardisia elliptica Thunberg Myrsinaceae Pohon Analisis
vegetasi
63 Leuleus/bogo Calamus adspersus BI. Arecaceae Liana Analisis
vegetasi
64 Mandakaki Tabernaemontana coronaria Willd. Apocynaceae Pohon Analisis
vegetasi
65 Mandalaksa Acronychia laurifolia BLUME. Rutaceae Pohon Analisis
vegetasi
66 Onyam Antidesma ghaessembilla GAERTN Euphorbiaceae Perdu Analisis
vegetasi
67 Pakis Tectaria sp. Polypodiaceae Perdu Analisis
vegetasi
68 Paku andam Gleichenia linearis Burm.f. Gleicheniaceae Herba Analisis
vegetasi
69 Pereng Dichrostachys cinera. W.&.A Fabaceae Herba Analisis
vegetasi
70 Pongporang Oroxylum indicum (L.) Vent. Bignoniaceae Herba Analisis
vegetasi
71 Pulus Laportea stimulans (Lf) Gaud. Urticaceae Pohon Analisis
vegetasi
72 Raraweyah Mucuna pruriens DC. Fabaceae Herba Analisis
vegetasi
73 Rotan Calamus sp. Arecaceae Liana Analisis
vegetasi
74 Rotan Geureung Calamus reinwardtii Mart. Arecaceae Liana Analisis
vegetasi
75 Rotan tali hijau Calamus ciliaris BLUME. Arecaceae Liana Analisis
vegetasi
76 Rukem/Pisitan
monyet
Flacourtia rukam Zol.&Moritzi. Flacourtiaceae Pohon Analisis
vegetasi
77 Sampang Evodia latifolia DC. Fabaceae Herba Analisis
vegetasi
78 Songgom Barringtonia macrocarpa Kurz. Lecythidaceae Pohon Analisis
vegetasi
79 Talingkup Claoxylum indicum Reinw. Euphorbiaceae Herba Analisis
vegetasi
80 Tarisi Paraserientehes lebbeck BENTH Fabaceae Pohon Analisis
vegetasi
81 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
82 Adenium Adenium sp. Apocynaceae Herba Etnobotani
83 Agave Agave sp. Agavaceae Herba Etnobotani
84 Albasiah Paraserientes falcataria (L.)
Fosberg
Fabaceae Pohon Etnobotani
85 Alpuket Persea americana P. Mill. Lauraceae Pohon Etnobotani
86 Angrek banda Vanda sp. Orchidaceae Epifit Etnobotani
87 Antanan Centella asiatica (L.) Urban Apiaceae Herba Etnobotani
88 Bambu Gigantochloa apus Kurz Poaceae Bambu Etnobotani
89 Bambu cina Bambusa multiplex (Lour)
Raeuschel
Poaceae Bambu Etnobotani
90 Bambu tamiang Schizostachyum blumei Nees Poaceae Bambu Etnobotani
91 Bandotan Ageratum conyzoides L. Asteraceae Herba Etnobotani
92 Bawang daun Allium fistulosum L. Liliaceae Herba Etnobotani
93 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae Herba Etnobotani
94 Bunga bokor Hydrangea sp. Nyctaginaceae Herba Etnobotani
95 Bunga matahari Heliantus annuus L. Asteraceae Herba Etnobotani
96 Cangkuang Pandanus furcatus Nep Pandanaceae Perdu Etnobotani
97 Cangkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon Etnobotani
98 Cantigi Rhodendron citrinum Hassk Ericaceae Perdu Etnobotani
99 Cariang Begonia robusta Blume Begoniaceae Herba Etnobotani
100 Cecendat Physalis angulata L. Solanaceae Herba Etnobotani
101 Cempoko Talauma candollii BLUME. Magnoliaceae Perdu Etnobotani
102 Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merr. &
L. M.
Myrtaceae Pohon Etnobotani
103 Cocor bebek Bryophyllum calycinum Salisb. Moraceae Herba Etnobotani
104 Dahlia Dahlia pinnata Cav Asteraceae Herba Etnobotani
105 Edelweis Anaphalis javanica Reinw. Asteraceae Perdu Etnobotani
106 Euphorbia Euphorbia milii Desmoul. Euphorbiaceae Herba Etnobotani
107 Flamboyan Delonix regia Raf. Fabaceae Pohon Etnobotani
108 Gadung Dioscorea hispida Dennst Dioscoreceae Herba Etnobotani
109 Ganitri Elaeocarpus ganitrum BI. Elaeocarpaceae Pohon Etnobotani
110 Ganyong Canna edulis Ker Cannaceae Herba Etnobotani
111 Gempol Nauclea orientalis L Rubiaceae Pohon Etnobotani
112 Hamerang Ficus grossularioides Bum.F Moraceae Pohon Etnobotani
113 Haur koneng Bambusa vulgaris Schad. Poaceae Bambu Etnobotani
114 Honje Nicolaila speciosa Hornn. Zingiberaceae Herba Etnobotani
115 Hunyur buut Kadsura scandens BI. Schisandraceae Liana Etnobotani
116 Jabung Conyza angustifolia Thw. Poaceae Herba Etnobotani
117 Jaha Croton argyratus Blume. Euphorbiaceae Pohon Etnobotani
118 Jahe Zingiber officianale Rosc. Zingiberaceae Herba Etnobotani
119 Jambu batu Psidium guajava L. Myrtaceae Pohon Etnobotani
120 Jampang Eleusine indica (L.) Gaertn Poaceae Herba Etnobotani
121 Jarong biasa Stachytarpheta mutabilis L. Amarathaceae Perdu Etnobotani
122 Jati Tectona grandis L.f. Verbenaceae Pohon Etnobotani
123 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.)
Swing
Rutaceae Perdu Etnobotani
124 Jinten hitam Carum carvi L. Carumaceae Herba Etnobotani
125 Jukut gajah Pennisetum purpureum
Schumacher
Poaceae Herba Etnobotani
126 Kahitutan Lasianthus capitatus BI. Rubiaceae Herba Etnobotani
127 Kantong semar Nephentes gymnopora Don. Nephentaceae Herba Etnobotani
128 Karet kebo Ficus merica Roxb. Ex Hornem. Moraceae Pohon Etnobotani
129 Kayu afrika Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae Pohon Etnobotani
130 Kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees
&Th) Nees.
Lauraceae Pohon Etnobotani
131 Kayu putih Melalenca leucadendron L. Myrtaceae Pohon Etnobotani
132 Kecubung Datura metel L. Solanaceae Perdu Etnobotani
133 Kelor Moringa oleifera Lamk. Moringaceae Pohon Etnobotani
134 Kembang kertas Zinnia elegans Jacq. Asteraceae Semak Etnobotani
135 Kenanga Cananga odorata (Lamk.) Hook. Annonaceae Pohon Etnobotani
136 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Herba Etnobotani
137 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae Herba Etnobotani
138 Kesemek Diospyros kaki Thunb Ebenaceae Pohon Etnobotani
139 Ki calungcung Astronia spectabilis BLUME. Melastomataceae Pohon Etnobotani
140 Ki gambir Uncaria gambir Roxb. Rubiaceae Pohon Etnobotani
141 Ki lemo Litsea cubeba (Lour) Pers. Lauraceae Pohon Etnobotani
142 Kiara koneng Ficus annulata BI. Moraceae Pohon Etnobotani
143 Kihiyang Paraserientehes procera (Roxb.)
Benth
Fabaceae Pohon Etnobotani
144 Kimeong Timonius sp. Rubiaceae Perdu Etnobotani
145 Kimolka/
mendarahan
Knema cinera (Poir) Warb. Myristicaceae Pohon Etnobotani
146 Kubis/kol Brassica oleracea var.capitata L. Brassicaceae Herba Etnobotani
147 Kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth. Lamiaceae Herba Etnobotani
148 Kunyit Curcuma domestica L Zingiberaceae Herba Etnobotani
149 Kupa/gowok Syzygum polycephalum (Miq.)
merr. & Perry.
Myrtaceae Pohon Etnobotani
150 Kuping gajah Anthurium andreanum var. album
Linden
Araceae Herba Etnobotani
151 Lempuyang Zingiber aromaticum Vahl. Zingiberaceae Herba Etnobotani
152 Lidah buaya Aloe vera L. Liliaceae Herba Etnobotani
153 Lidah mertua Sanmsevieria laurentii N.E.Br. Liliaceae Herba Etnobotani
154 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl.
Thymelaeaceae Perdu Etnobotani
155 Mahoni Swietenia macrophylla King Meliaceae Pohon Etnobotani
156 Mamangkokan Nothopanax scutellarium Merr. Araliaceae Semak Etnobotani
157 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon Etnobotani
158 Manglid Michelia velutina BI Magnoliaceae Pohon Etnobotani
159 Mawar Rosa chinensis Jacq Rosaceae Herba Etnobotani
160 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae Herba Etnobotani
161 Nilam Pogostemon cablin Benth. Lamiaceae Perdu Etnobotani
162 Nyatoh Palaquim sp. Sapotaceae Pohon Etnobotani
163 Paku gajah Angiopteris evecta (Forst.) Haffm Maratiaceae Herba Etnobotani
164 Patah tulang Pedilanthus pringlei Robins Euphorbiaceae Herba Etnobotani
165 Pecah beling Strobilanthes crispus Blume Acanthaceae Semak Etnobotani
166 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Herba Etnobotani
167 Pilang Acacia leucophloea Willd. Fabaceae Pohon Etnobotani
168 Pingku Dysoxylum densiflorum Miq Meliaceae Pohon Etnobotani
169 Pinus Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinaceae Pohon Etnobotani
170 Pisang Musa paradisica L. Musaceae Herba Etnobotani
171 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon Etnobotani
172 Rengas Gluta renghas L Anacardiaceae Pohon Etnobotani
173 Rosella Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae Herba Etnobotani
174 Sadaguri Sada rombifolia L. Malvaceae Perdu Etnobotani
175 Sahang Piper nigrum L. Piperaceae Liana Etnobotani
176 Saledri Apium graveolens L. Apiaceae Herba Etnobotani
177 Saliara/
Tembelekan
Lantara camara L. Verbenaceae Perdu Etnobotani
178 Samoja jepang Adenium obesum (Forssk.) Roem.
& Schult
Apocynaceae Pohon Etnobotani
179 Santigi Pemphis acidula Forst. Lythraceae Pohon Etnobotani
180 Sawi Brassica rapa var.parachinensis L. Brassicaceae Herba Etnobotani
181 Seuseureuhan Piper oduncum L. Piperaceae Liana Etnobotani
182 Singkong Manihot esculenta Crantz Euphorbiaceae Herba Etnobotani
183 Singugu Clerodendron serratum L.Spr Verbenaceae Pohon Etnobotani
184 Sirih hutan Piper caducibracteum C.DC Piperaceae Liana Etnobotani
185 Sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Piperaceae Liana Etnobotani
186 Sri rejeki Aglaonema crispum (Pit. & Man.)
D.H.Nicol
Arecaceae Perdu Etnobotani
187 Suren Toona sureni Merr. Meliaceae Pohon Etnobotani
188 Taleus Colocasia sp. Araceae Herba Etnobotani
189 Teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae Herba Etnobotani
190 Tempuyung Sonchus arvensis L. Asteraceae Herba Etnobotani
191 Tisuk Hibiscus macrophyllus Roxb.
Exhornem
Malvaceae Pohon Etnobotani
192 Wortel Daucus carota L. Apiaceae Herba Etnobotani
193 Bougenvill Bougainvillea spectabilis Willd Nyctaginaceae Herba Etnobotani
194 Benda Artocarpus elasticus Reinw Moraceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
195 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae Pohon Etnobotani
dan
Analisis
vegetasi
196 Jamuju Podocarpus imbricatus BLUME. Podocarpaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
197 Kaliage Plectoma horrid Reinw. Lentibulariaceae Perdu Etnobotani
dan analisis
vegetasi
198 Kaliandra merah Calliandra callothyrus Meissn. Fabaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
199 Kemuning Murraya paniculata L.jack Rutaceae Semak Etnobotani
dan analisis
vegetasi
200 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
201 Kurai Trema orientale BLUME. Ulmaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
202 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
203 Mareme Glochidion arborescens BLUME. Euphorbiaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
204 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
205 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
206 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
207 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
208 Rasamala Altingia excels Noronha Hamamelidaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
209 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.)
DC.
Fagaceae Pohon Etnobotani
dan analisis
vegetasi
210 Sawuheun Setaria palmifolia Willd. Poaceae Herba Etnobotani
dan analisis
vegetasi
211 Tepus Etlingera solaris (Blume) R. M.
Sm.
Zingiberaceae Herba Etnobotani
dan analisis
vegetasi
Lampiran 2 Daftar spesies tumbuhan obat hasil etnobotani dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
Manfaat Cara pengolahan Metode
1 Morinda citrifolia L. Cangkudu Rubiaceae Pohon Buah dan daun Diabetes Buah mengkudu yang
masak di pohon diperas
airnya dan langsung
diminum.
Etnobotani
2 Strobilanthes crispus Bl. Pecah beling Acanthaceae Semak Daun Stamina Tiga daun pecah beling
direbus dan dimunum ½
gelas. 1 x sehari
Etnobotani
3 Cucumis sativum L. Mentimun Cucurbitaceae Herba Buah Demam,
Menghilangkan
noda hitam di
wajah
Kracunan :buah diparut
lalu disimpan diatas
kening.
Dijadikan masker
wajah lalu setelah
kering dibilas.
Etnobotani
4 Apium graveolens L. Saledri Apiaceae Herba Daun Demam 2 daun saledri di potong
dan dimakan dengan
nasi.
Etnobotani
5 Allium sativum L. Bawang putih Liliaceae Herba Umbi Asma,
bronkhitis
Umbi bawang putih 5
gram direbus dengan air
100ml. dimunum 2 kali
sehari.
Etnobotani
6 Hibiscus sabdariffa L. Rosella Malvaceae Herba Bunga Menurunkan
tekanan darah
Menurunkan
Seduh 5-7 kelopak
bunga dengan air panas,
tunggu 5 menit, siap
Etnobotani
kadar gula
darah pada
penderita
diabetes
Menghambat
tumbuhnya
kanker
Menjaga
stamina
minum. Rasa dari
minuman ini seperti
asam jawa. Kalo yang
punya sakit maag harus
hati-hati dan
menambahkan kadar
airnya, tapi lebih baik
dicampur pake madu
sebagai pemanis
7 Carum carvi L. Jinten hitam Carumaceae Herba Biji Keputihan Direbus dengan air 4
gelas, minum ¾ gelas 2
kali sehari.
Etnobotani
8 Anthurium andreanum var.
album Linden
Kuping gajah Araceae Herba Daun Menjaga
stamina
3 daun direbus dengan 2
gelas air dan nyisa ½
gelas,lalu dimunum.
Etnobotani
9 Daucus carota L. Wortel Apiaceae Herba Umbi Obat mata Umbi wortel di rebus
dan bisa juga langsung
dimakan.
Etnobotani
10 Psidium guajava L. Jambu batu Myrtaceae Pohon Daun Mencret/Diare Daun muda jambu batu
di rebus 5 helai dengan
2 gelas air sisa satu
gelas dan langsung
diminum.
Etnobotani
11 Centella asiatica (L.) Urban Antanan Apiaceae Herba Daun Untuk batuk
asma.
Antanan ditumbuk
dengan sedikit air
matang stelah halus
ditambah air dan
disaring. Beningnya
ditambah gula atau
Etnobotani
madu.
12 Sonchus arvensis L. Tempuyung Asteraceae Herba Daun Disentri, infeksi
usus buntu,luka
bakar, kencing
batu dan
menurunkan
kadar kolesterol
5 lembar daun
tempuyung diasapkan
lalu dimakan sebagi
lalapan nasi.
Etnobotani
13 Cinnamomum burmannii
(Nees &Th. Nees)
Ki amis Lauraceae Pohon Kulit Asma 1 jari kulit batang,
dipotong-potong
direbus 3 gelas air sisa
½ gelas. Lalu minum 3x
sehari.
Etnobotani
14 Alstonia scholaris R. Br. Ki lame Apocynaceae Pohon Kulit Demam, malaria Kulit batang tua direbus
dengan 4 gelas air
sampai sisa 2 gelas, lalu
minum.
Analisis
vegetasi
15 Kadsura scandens BI. Hunyur buut Schisandraceae Liana Daun, batang dan
akar
Obat batuk,
menghilangkan
lender, sakit
pinggang dan
demam.
Buahnya dimakan untuk
obat sakit pinggang dan
buahnya ditumbuk lalu
dikompres untuk sakit
demam.
Etnobotani
16 Angiopteris evecta (Forst.)
Haffm
Paku gajah Maratiaceae Herba Daun Obat luka,
memar
Daun ditumbuk dan
disimpan diatas luka.
Etnobotani
17 Litsea cubeba Pers. Lemo Lauraceae Pohon Kulit Menjaga
stamina
Kulit batang tua diambil
1 jari, dipotong-potong
direbus 2 gelas air sisa
½ gelas, lalu diminum
Etnobotani
18 Orthosiphon
stamineus Benth.
Kumis kucing Lamiaceae Herba Daun Susah
kencing /batu
ginjal
Daun kumis kucing
segar 1/4 genggam; Air
1 gelas, Direbus hingga
memperoleh cairan 1/2
gelas, Diminum setiap
hari 2 kali dan tiap kali
minum 1/2 gelas.
Etnobotani
19 Persea americana P. Mill. Alpukat Lauraceae Pohon Akar Obat pegal-
pegal
Akar direbus air 3 gelas
sisa 1 gelas dan
langsung dimunum.
Etnobotani
20 Piper crocatum Ruiz &
Pav.
Sirih merah Piperaceae Liana Daun Obat
diabetes/penuru
n kadar gula
darah
Daun sirih direbus
secukupnya dan airnya
diminum
Etnobotani
21 Carica papaya L. Pepaya Caricaceae Pohon Daun Pegal-pegal Daun papaya direbus
dan dibuat lalapan.
Etnobotani
22 Zingiber officinale Rosc. Jahe Zingiberaceae Herba Umbi Mencret dan
muntah
Jahe dibakar, setelah
dingin dikerik hingga
bersih , diseduh dan
minum yang sudah
ditambahkan madu atau
gula.
Etnobotani
23 Piper
caducibracteum C.DC
Sirih hutan Piperaceae Liana Daun Luka Daun ditumbuk dan
disimpan diatas luka.
Etnobotani
24 Kaempferia galanga L. Kencur Zingiberaceae Herba Umbi Merangsang
regenerasi kulit,
mengobati
encok dan pegel
Umbinya diparut dan di
seduh dengan air panas
Etnobotani
linu.
25 Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl.
Mahkota dewa Thymelaeaceae Perdu Buah Menurunkan
panas,
mengurangi rasa
sakit, efek
menurunkan
kadar asam urat
dalam darah,
hipertensia,
antioksidan.
Pengolahannya
masyarakat tidak
mengetahui, biasanya
perusahaan obat-obatan
yang mengolah.
Etnobotani
26 Canna edulis Ker. Ganyong Cannaceae Herba Buah Mencegah
mencret-
mencret
Buah langsung dimakan
setelah dibersihkan.
Etnobotani
27 Erythrina lithosperma Miq. Dadap Fabaceaae Perdu Daun Daun-daun ini
berkhasiat
membanyakkan
susu ibu,
membuat tidur
lebih nyenyak,
melancarkan
haid, cacingan,
disentri
Cairan sari daun yang
dicampur madu
diminum untuk
mengobati cacingan;
sari daun dadap yang
dicampur minyak jarak
(kasteroli) digunakan
untuk menyembuhkan
disentri. Daun dadap
yang dipanaskan
digunakan untuk
meringankan rematik.
Analisis
vegetasi
28 Physalis angulata L. Cecendet Solanaceae Herba Daun, akar dan
batang
Obat kuat Semua bagian direbus
air 3 gelas sisa 1 gelas
dan langsung diminum.
Etnobotani
29 Amomum coccineum Tepus Zingiberaceae Herba Bunga Peluruh air susu Bunga 3-4 buah direbus
3 gelas lalu dimunum
Analisis
(Blume) K.Schum.
ibu airnya setelah menjadi 1
gelas sehari
vegetasi
30 Murraya paniculata L. Jack Kemuning Rutaceae Herba Daun Radang saluran
pernapasan,
kencing nanah
dan lemak tubuh
berlebihan.
Daun 4-5 lembar
direbus dengan air 4
gelas lalu dimunum ¾
gelas.
Analisis
vegetasi
31 Talauma candollii BL. Cempoko Magnoliaceae Perdu Daun Obat demam Daun 3 lembar direbus
dengan air 3 gelas lalu
sisa ¾ gelas, dimunum
pagi dan sore.
Etnobotani
32 Ficus fistulosa Reinw. Beunying Moraceae Pohon Pucuk daun Obat mencret Pucuk daun bisa
dimakan langsung, bisa
juga di rebus dan
dimunum airnya.
Analisis
vegetasi
33 Stachytarpheta mutabilis L. Jarong biasa Amarathaceae Perdu Daun Obat demam,
malaria,
amandel, radang
paru, rematik,
infeksi ginjal,
muntah darah
dan kencing
darah
4 lembar daun di rebus
lalu di minum 1 gelas,2
kali sehari.
Etnobotani
34 Zingiber aromaticum Vahl. Lempuyang Zingiberaceae Herba Rimpang Kurang darah Lempuyang dipukul-
pukul sampai retak,
kemudian direbus
dengan air. Diminum 2
kali sehari.
Etnobotani
35 Piper oduncum L. Seuseureuhan Piperaceae Liana Daun Obat bisul dan
obat luka
Daun di tumbuk lalu
disimpan diatas luka
Etnobotani
36 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae Herba Daun Menghilangkan
pembengkakan
Daun ditumbuk
secukupnya dan simpan
diatas luka.
Etnobotani
37 Lantara camara L. Salira/
Tembelekan
Verbenaceae Perdu Daun Obat luka
memar,
keracunan dan
untuk
menghentikan
pendarahan.
Untuk luka daun
ditumbuk dan disimpan
diatas luka. Untuk
keracunan 3 daun di
rebus dengan 2 gelas air
sisa 1 gelas.
Etnobotani
38 Moringa oleifera Lamk. Kelor Euphorbiaceae Pohon Daun Antiseptik dan
dalam
mengobati
rematik, gigitan
berbisa.
Daun ditumbuk dan
dipoko pada luka atau
yang digigit ular.
Etnobotani
39 Sada rombifolia L. Sadaguri Malvaceae Perdu Daun dan akar Daun dan akar Batuk darah, ginjal dan
demam
Etnobotani
40 Clerodendron serratum
L.Spr
Singgugu Verbenaceae Pohon Daun Daun Borok berair Etnobotani
41 Ficus variegata L. Kondang Moraceae Pohon Akar dan kulit Akar dan kulit Menyembuhkan
mencret-mencret
Analisis
vegetasi
42 Ficus ribes Reinw. Walen Moraceae Pohon Daun Daun Sakit perut Analisis
vegetasi
43 Begonia robusta Blume. Cariang Begoniaceae Herba Buah Buah Keracunan Etnobotani
44 Datura metel L. Kecubung Solanaceae Perdu Daun Daun Bisul Etnobotani
45 Villebrunea rubescens BL. Nangsi Urticaceae Perdu Batang Batang Obat mata bengkak Analisis
vegetasi
46 Tetraglochidium
bibracteatum Blume.
Bubukuan Acanthaceae Perdu Daun Daun Menetralisir racun Analisis
vegetasi
79
Lampiran 3 Daftar spesies tumbuhan hias hasil etnobotani dan potensi tumbuhan
yang berada di kawasan TNGC No Nama ilmiah Nama lokal Famili Habitus Metode
1 Cananga odorata
(Lamk.) Hook.
Kenanga Annonaceae Pohon Etnobotani
2 Adenium obesum
(Forssk.) Roem. &
Schult
Samoja Jepang Apocynaceae Pohon Etnobotani
3 Zinnia elegans Jacq. Kembang kertas Asteraceae Semak Etnobotani
4 Aglaonema crispum (Pit.
& Man.) D.H.Nicol
Sri rejeki Arecaceae Perdu Etnobotani
5 Murraya paniculata L.
Jack
Kemuning Rutaceae Herba Analisis
vegetasi
6 Colocasia sp. Taleus Araceae Herba Etnobotani
7 Pedilanthus pringlei
Robins
Patah tulang Euphorbiaceae Herba Etnobotani
8 Dendrobium sp. Anggrek Orchidaceae Epifit Analisis
vegetasi
9 Vanda sp. Anggrek banda Orchidaceae Epifit Etnobotani
10 Dahlia pinnata Cav. Dahlia Asteraceae Herba Etnobotani
11 Hydrangea sp. Bunga Bokor Nyctaginaceae Perdu Etnobotani
12 Lavandula angustifolia
Mill.
Lavender Lamiaseae Semak Etnobotani
13 Aloe vera L. Lidah buaya Liliaceae Herba Etnobotani
14 Ficus benjamina L. Beringin Moraceae Pohon Analisis
vegetasi
15 Sanmsevieria laurentii
N.E.Br.
Lidah mertua Liliaceae Herba Etnobotani
16 Rosa chinensis Jacq. Mawar Rosaceae Herba Etnobotani
17 Agave sp. Agave Agavaceae Herba Etnobotani
18 Ficus merica Roxb. Ex
Hornem
Karet kebo Moraceae Pohon Etnobotani
19 Bryophyllum calycinum
Salisb.
Cocor bebek Moraceae Herba Etnobotani
80
20 Euphorbia milii
Desmoul.
Euphorbia Euphorbiaceae Herba Etnobotani
21 Bougainvillea spectabilis
Willd.
Bougenvill Nyctaginaceae Herba Etnobotani
22 Adenium sp. Adenium Apocynaceae Herba Etnobotani
23 Citrus aurantifolia
(Christm.) Swing
Jeruk nipis Rutaceae Perdu Etnobotani
24 Nothopanax
scutellarium Merr.
Mamangkokan Araliaceae Semak Etnobotani
25 Bambusa multiplex
(Lour) Raeuschel
Bambu cina Poaceae Semak Etnobotani
26 Plectoma horrid Reinw. Kaliage Lentibulariaceae Perdu Etnobotani
27 Rhodendron citrinum
Hassk.
Cantigi Ericaceae Pohon Etnobotani
28 Acacia
leucophloea Willd.
Pilang Fabaceae Semak Etnobotani
29 Anaphalis javanica
Reinw.
Edelweis Asteraceae Perdu Etnobotani
30 Phaius flavus (Blume)
Lindl
Anggrek tanah
bunga kuning
Orchidaceae Herba Analisis
vegetasi
31 Podocarpus imbricatus
BL.
Jamuju Podocapaceae Pohon Analisis
vegetasi
32 Heliantus annuus L. Bunga matahari Asteraceae Herba Etnobotani
33 Pinanga coronate
Blume.
Bingbin Arecaceae Pohon Analisis
vegetasi
34 Delonix regia Raf. Flamboyan Fabaceae Pohon Etnobotani
35 Nephentes gymnopora
Don.
Kantong semar Nephenteceae Herba Etnobotani
Lampiran 4 Spesies tumbuhan aromatik hasil etnobotani dan potensi tumbuhan
yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
Metode
1 Cananga odorata
(Lamk.) Hook.
Kenanga Annonaceae Pohon Bunga Etnobotani
2 Pogostemon
cablin Benth.
Nilam Lamiaceae Herba Daun Etnobotani
81
3 Syzygium
aromaticum (L.)
Merr. & L. M.
Perry
Cengkeh Myrtaceae Pohon Daun dan
buah
Etnobotani
4 Cinnamomum
burmannii Nees
&Th. Nees
Kayu
manis
Lauraceae Pohon Kulit Etnobotani
5 Pemphis
acidula Forst.
Santigi Lythraceae Pohon Kulit dan daun Etnobotani
6 Pittosporum
ferrugineun Ait
Ki Honje Pittosporaceae Pohon Daun,batang
dan buah
Analisis
vegetasi
7 Melalenca
leucadendron L.
Kayu
putih
Myrtaceae Pohon Daun Etnobotani
8 Zingiber
officianale Rosc.
Jahe Zingiberaceae Herba Rimpang Etnobotani
9 Amomum
coccineum
(Blume) K.
Schum
Tepus Zingiberaceae Herba Rimpang Analisis
vegetasi
10 Talauma
candollii BL.
Cempoko Magnoliaceae Perdu Bunga Etnobotani
11 Elaeocarpus
ganitrum BI.
Ganitri Elaeocarpaceae Pohon Kulit dan
daunnya
Etnobotani
Lampiran 5 Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama
lokal
Famili Bagian yang
dimanfaatkan
Metode
1 Mangifera indica L. Mangga Anacardiaceae Buah Etnobotani
2 Psidium guajava L. Jambu batu Myrtaceae Buah Etnobotani
3 Daucus carota L. Wortel Apiaceae Umbi Etnobotani
4 Brassica oleracea
var.capitata L.
Kubis/kol Brassicaceae Daun dan
bunga
Etnobotani
5 Solanum tuberosum
L.
Kentang Solanaceae Umbi Etnobotani
6 Brassica rapa
var.parachinensis L.
Sawi Brassicaceae Daun Etnobotani
7 Allium fistulosum L.
Bawang
daun
Liliaceae Daun Etnobotani
8 Conyza angustifolia
Thw.
Jabung Poaceae Daun Etnobotani
9 Amomum coccineum
(Blume) K. Schum.
Tepus Zingiberaceae Umbi Analisis
vegetasi
10 Carica papaya L. Pepaya Caricaceae Buah Etnobotani
11 Musa paradisica L. Pisang Musaceae Buah Etnobotani
12 Manihot esculenta
Crantz
Singkong Euphorbiaceae Umbi dan
daun
Etnobotani
13 Ficus variegate L. Kondang Moraceae Buah Analisis
vegetasi dan
etnobotani
14 Nicolaila speciosa Honje Zingiberaceae Bunga Etnobotani
82
Hornn.
15 Ficus fistulosa
Reinw
Beunying Moraceae Buah Analisis
vegetasi
16 Piper nigrum L. Sahang Piperaceae Biji Etnobotani
17 Syzygum
polycephalum (Miq.)
merr.& Perry
Kupa/
gowok
Myrtaceae Biji Etnobotani
18 Artocarpus
heterophyllus Lam.
Nangka Moraceae Buah Analisis
vegetasi
Lampiran 6 Daftar spesies tumbuhan penghasil pakan ternak hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Habitus Metode
1 Setaria palmifolia Willd. Sawuheun Poaceae Herba Analisis
vegetasi
2 Cyperus rotundus L. Teki Cyperaceae Herba Etnobotani
3 Pennisetum purpureum
Schumacher
Jukut gajah Poaceae Herba Etnobotani
4 Calliandra callothyrus
Meissn.
Kaliandra Fabaceae Pohon Analisis
vegetasi
5 Manihot esculenta Crantz Singkong Euphorbiaceae Perdu Etnobotani
6 Eleusine indica (L.) Gaertn Jampang Poaceae Herba Etnobotani
7 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae Herba Etnobotani
8 Dysoxylum densiflorum
Miq
Pingku Meliaceae Pohon Etnobotani
9 Ficus annulata BI. Kiara koneng Moraceae Pohon Etnobotani
10 Timonius sp. Kimeong Rubiaceae Perdu Etnobotani
Lampiran 7 Daftar spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati hasil etnobotani No Nama Ilmiah Nama
lokal
Famili Bagian yang
dimanfaatkan
Metode
1 Dioscorea
hispida Dennst.
Gadung Dioscoreaceae Umbi Etnobotani
2 Gigantochloa
apus Kurz.
Bambu Poaceae Daun Etnobotani
3 Nephelium lappaceum L. Rambutan Sapindaceae Daun Etnobotani
4 Syzygium
aromaticum (L.) Merr.
& L. M. Perry
Cengkeh Myrtaceae Daun Etnobotani
5 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae Daun Etnobotani
83
Lampiran 8 Daftar spesies tumbuhan penghasil pewarna dan tanin hasil etnobotani
dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama
lokal
Famili Bagian yang
dimanfaatkan
Metode
1 Lasianthus capitatus BI. Kahitutan Rubiaceae Daun Etnobotani
2 Curcuma domestica L. Kunyit Zingiberaceae Rimpang Etnobotani
3 Musa paradisica L. Pisang Musaceae Bunga/
jantung
Etnobotani
4 Villebrunia rubescens
BL.
Nangsi Urticaceae Kulit batang Analisis
vegetasi
5 Homalanthus populneus
Benth.
Kareumbi Euphorbiaceae Daun Analisis
vegetasi
6 Calophylum inophyllum
L.
Solatri Clusiaceae Biji Etnobotani
7 Uncaria gambir Roxb. Kigambir Rubiaceae Batang Etnobotani
8 Croton argyratus Blume. Jaha Euphorbiaceae Batang Etnobotani
Lampiran 9 Daftar spesies tumbuhan penghasil minuman potensi tumbuhan yang
berada di kawasan TNGC
No Nama ilmiah Nama lokal Famili Bagian yang
digunakan
Metode
1 Arenga pinnata Merr. Aren Palmae Air sadapan Analisis vegetasi
Lampiran 10 Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu bakar hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Bagian
yang
digunakan
Metode
1 Paraserientes falcataria (L.)
Fosberg
Albasiah Fabaceae Batang Etnobotani
2 Calliandra callothyrus Meissn. Kaliandra Fabaceae Batang Analisis
vegetasi dan
etnobotani
3 Diospyros kaki Thunb. Kesemek Ebenaceae Batang Etnobotani
4 Actinodaphn procera NEES Huru Lauraceae Batang Analisis
vegetasi dan
etnobotani
5 Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinus Pinaceae Batang Etnobotani
6 Persea mericana P. Mill. Alpukat Lauraceae Batang Etnobotani
84
Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan untuk upacara adat hasil etnobotani dan
potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama
lokal
Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
Metode
1 Moringa
oleifera Lamk.
Kelor Moringaceae
Pohon Batang dan
daun
Etnobotani
2 Murraya
paniculata L. Jack
Kemuning Rutaceae Perdu Daun Analisis
vegetasi
dan
etnobotani
3 Bambusa vulgaris
Schad.
Haur
koneng
Poaceae Bambu Batang Etnobotani
4 Litsea cubeba
(Lour) Pers.
Ki lemo Lauraceae Pohon Batang Etnobotani
Lampiran 12 Daftar spesies tumbuhan sebagai bahan bangunan hasil etnobotani
dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Metode
1 Paraserientes falcataria (L.)
Fosberg
Albasiah Fabaceae Etnobotani
2 Vernonia arbarea Buch. Hambirung Asteraceae Etnobotani
3 Swietenia macrophylla King Mahoni Meliaceae Etnobotani
4 Tectona grandis L.f. Jati Lamiaceae Etnobotani
5 Quercus sundaica BI. Pasang Fagaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
6 Castanopsis javanica
(Blume) A. DC.
Saninten Fagaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
7 Actinodaphn procera NEES Huru Lauraceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
8 Michelia velutina BI. Manglid Magnoliaceae Etnobotani
9 Toona sureni Merr. Suren Meliaceae Etnobotani
10 Dacrycarpus
imbricatus (Blume) de Laub.
Jamuju Podocarpaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
11 Acronychia pedunculata
Auct.
Ki jeruk Rutaceae Analisis vegetasi
12 Machilus rimosa BL. Ki teja Lauraceae Analisis vegetasi
13 Astronia spectabilis BL. Ki calungcung Melastomataceae Etnobotani
14 Nauclea orientalis L. Gempol Rubiaceae Etnobotani
15 Anisoptera marginata Kort. Masawa Dipterocarpaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
16 Litsea cassiaefolia BL. Huru batu Lauraceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
17 Trema orientalis (L)BI. Kurai Ulmaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
18 Macaranga tanarius MUEL Mara Euphorbiaceae Analisis vegetasi dan
etnobotani
19 Deyeuxia australis (Z.& M).
Jansen
Ki pare Poaceae Analisis vegetasi
20 Homalanthus populneus
(Giesel.) Pax.
Kareumbi Euphorbiaceae Analisis vegetasi
21 Maesopsis eminii Engl . Kayu afrika Rhamnaceae Etnobotani
22 Paraserientes
procera (Roxb.) Benth
Kihiang Fabaceae Etnobotani
85
23 Alstonia scholaris R.Br Pulai Apocynaceae Analisis vegetasi
24 Palaquim sp. Nyatoh Sapotaceae Etnobotani
25 Calophylum inophyllum L. Solatri Clusiaceae Etnobotani
26 Dysoxylum densiflorum Miq. Pingku Meliaceae Etnobotani
27 Flacorita rukam Zoll. &
Moritzi.
Rukem Flacourtiaceae Analisis vegetasi
28 Croton argyratus Blume. Jaha Euphorbiaceae Etnobotani
Lampiran 13 Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan tangan dan tali hasil
etnobotani dan potensi tumbuhan yang berada di kawasan TNGC
No Nama Ilmiah Nama
lokal
Bagian yang
dimanfaatkan
Kegunaan Metode
1 Gigantochloa apus Kurz. Awi
(Bambu)
Kulit Anyaman Etnobotani
2 Calamus sp. Rotan Batang Kerajinan Analisis
vegetasi
3 Villebrunia rubescens
BL.
Nangsi Serat Batang Tikar Analisis
vegetasi
4 Trema orientale BI. Kurai Getah Lem kayu Analisis
vegetasi
5 Schizostachyum blumei
Nees.
Bambu
tamiang
Batang Suling Etnobotani
6 Erythrina variegate L. Dadap Batang Pigura dan
peti
pengemas
Analisis
vegetasi
7 Pandanus furcatus Nep. Cangkuang Daun Tikar dan
tudung
Etnobotani
8 Calophylum inophyllum
L.
Solatri Batang Perahu dan
lemari
Etnobotani
9 Uncaria gambir Roxb. Kigambir Getah Lem kayu
lapis.
Etnobotani
10 Hibiscus macrophyllus
Roxb. exhornem
Tisuk Kulit Tali dan
anyaman
Etnobotani
Lampiran 14 Daftar spesies tumbuhan berguna di TNGC sebagai tumbuhan
penghasil lainnya No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Kegunaan Metode
1 Ficus grossularioides
Bum.F
Hamerang Moraceae Getahnya
pengawet kain
batik
Etnobotani
2 Laportea stimulans
(Lf) Gaud.
Pulus Urticaceae Daunnya
Menyengat
menimbulkan
gatal.
Analisis
vegetasi
3 Gluta renghas L. Rengas Anacardiaceae Getahnya
untuk berburu
binatang.
Etnobotani
4 Artocarpus elasticus
Reinw.
Benda Moraceae Getahnya
perekat untuk
menjerat
burung.
Analisis
vegetasi
5 Knema cinera (Poir).
Warb.
Kimolka/
mendarahan
Myristicaceae Bahan tangkai
korek api.
Etnobotani
86
85
Lampiran 15 Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Cigugur
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 500.00 4.69 0.13 7.41 12.09
2 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae 166.67 1.56 0.07 3.70 5.27
3 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 333.33 3.12 0.13 7.41 10.53
4 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 166.67 1.56 0.07 3.70 5.27
5 Ki beteli Panicum stagninum RETZ Poaceae 333.33 3.12 0.07 3.70 6.83
6 Ki hampelas Ficus ampelas Burm.F. Moraceae 166.67 1.56 0.07 3.70 5.27
7 Ki kecapi Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Meliaceae 333.33 3.12 0.07 3.70 6.83
8 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 1500.00 14.06 0.20 11.11 25.17
9 Ki pare Deyeuxia australis (Z & M) Jansen. Poaceae 666.67 6.25 0.07 3.70 9.95
10 Kopo Syzigyum pycnanthum Merr. Myrtaceae 166.67 1.56 0.07 3.70 5.27
11 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 166.67 1.56 0.07 3.70 5.27
12 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 4500.00 42.19 0.47 25.93 68.11
13 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 1000.00 9.37 0.13 7.41 16.78
14 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae 666.67 6.25 0.20 11.11 17.36
10666.66667 100 1.8 100 200
86
Lampiran 16 Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Jalaksana
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa REINW Moraceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
2 Bingbin Pinanga coronate Blume. Arecaceae 500.00 5.56 0.10 8.70 14.25
3 Bisoro Ficus hispida Linn. Moraceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
4 Hurip cai Pteudoran themum Radlk. Acanthaceae 1750.00 19.44 0.15 13.04 32.49
5 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 250.00 2.78 0.10 8.70 11.47
6 Kaliandra merah Calliandra emarginata var. minima Fabaceae 3375.00 37.50 0.15 13.04 50.54
7 Kaliandra Putih Calliandra callothyrus Meissn. Fabaceae 1125.00 12.50 0.05 4.35 16.85
8 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
9 Ki Huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae 250.00 2.78 0.10 8.70 11.47
10 Ki padesa Brucea amarissima DEVS. Simarubaceae 250.00 2.78 0.10 8.70 11.47
11 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
12 Mandakaki Tabernaemontana coronaria Willd. Apocynaceae 625.00 6.94 0.05 4.35 11.29
13 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
87
14 Pulus Laportea stimulans MIQ Urticaceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
15 Rasamala Altingia excels Noronha Hamamelidaceae 125.00 1.39 0.05 4.35 5.74
9000 100 1.15 100 200
Lampiran 17 Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Pasawahan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Cangcaratan Nauclea excelsa BLUME. Rubiaceae 1166.67 15.91 0.13 7.41 23.32
2 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 1333.33 18.18 0.20 11.11 29.29
3 Karet kerbau Ficus elastica Roxb. ex Hornem Moraceae 166.67 2.27 0.07 3.70 5.98
4 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 2666.67 36.36 0.80 44.44 80.81
5 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 166.67 2.27 0.07 3.70 5.98
6 Kopo Syzigyum pycnanthum Merr. Myrtaceae 1166.67 15.91 0.33 18.52 34.43
7 Lampeni Ardisia elliptica Thunberg Myrsinaceae 166.67 2.27 0.07 3.70 5.98
8 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 166.67 2.27 0.07 3.70 5.98
9 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 333.33 4.55 0.07 3.70 8.25
7333.33 100 1.80 100 200
88
Lampiran 18 Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Argalingga
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 1166.67 20.59 0.13 10.53 31.11
2 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 333.33 5.88 0.13 10.53 16.41
3 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 166.67 2.94 0.07 5.26 8.20
4 Kopo Syzygium cymosum (Lam.) DC. Myrtaceae 1166.67 20.59 0.33 26.32 46.90
5 Lampeni Ardisia humilis VAHL Myrsinaceae 166.67 2.94 0.07 5.26 8.20
6 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 166.67 2.94 0.07 5.26 8.20
7 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 333.33 5.88 0.07 5.26 11.15
9 Talingkup Claoxylum indicum Reinw. Euphorbiaceae 2166.67 38.24 0.40 31.58 69.81
5666.667 100 1.266667 100 200
Lampiran 19 Indeks nilai penting tingkat semai di Resort Sanghiang
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 5.00 13.04 0.07 6.25 19.29
2 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 6.67 17.39 0.13 12.50 29.89
3 Jirak Symplocos spicata Roxb. Symplocaceae 5.00 13.04 0.20 18.75 31.79
89
4 Kawoyang Endiandra rubescens MIQ Lauraceae 3.33 8.70 0.13 12.50 21.20
5 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 10.00 26.09 0.27 25.00 51.09
6 Ki jangkar Syzygium fastigiata MIQ Myrtaceae 3.33 8.70 0.07 6.25 14.95
7 Ki jeruk Acronychia pedunculata Auct Rutaceae 1.67 4.35 0.07 6.25 10.60
8 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 3.33 8.70 0.13 12.50 21.20
38.33 100 1.067 100 200
Lampiran 20 Indeks nilai penting tingkat Pancang di Resort Cigugur
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 133.33 8.77 0.27 16.67 25.44
2 Jajagoan Echinochloa crussgalli L. Poaceae 80.00 5.26 0.07 4.17 9.43
3 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 106.67 7.02 0.20 12.50 19.52
4 Ki kopi Hypobathrum frutescens BI. Rubiaceae 26.67 1.75 0.07 4.17 5.92
5 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae 80.00 5.26 0.07 4.17 9.43
6 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 186.67 12.28 0.07 4.17 16.45
7 Ki taleus Notaphoebe umbellilora BLUME. Annonaceae 26.67 1.75 0.07 4.17 5.92
8 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 26.67 1.75 0.07 4.17 5.92
90
9 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 26.67 1.75 0.07 4.17 5.92
10 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 373.33 24.56 0.27 16.67 41.23
11 walen Ficus ribes Reinw. Fagaceae 400.00 26.32 0.27 16.67 42.98
12 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 53.33 3.51 0.13 8.33 11.84
1520 100 1.6 100 200
Lampiran 21 Indeks nilai penting tingkat Pancang di Resort Jalaksana
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa REINW Moraceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
2 Bingbin Pinanga coronate Blume. Arecaceae 1000.00 34.01 0.30 13.64 47.65
3 Hurip Cai Pteudoran themum Radlk. Acanthaceae 60.00 2.04 0.10 4.55 6.59
4 Huru batu Litsea cassiaefolia BLUME. Lauraceae 40.00 1.36 0.10 4.55 5.91
5 Huru kunyit Litsea angulata Blume. Lauraceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
6 Huru madang Litsea glutinosa C.D. Lauraceae 100.00 3.40 0.05 2.27 5.67
7 Kaliage Plectoma horrid Reinw. Lentibulariaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
8 Kaliandra merah Calliandra calothyrsus Meissn. Fabaceae 480.00 16.33 0.15 6.82 23.14
9 Kaliandra putih Calliandra tetragona (Willd.) Benth. Fabaceae 160.00 5.44 0.05 2.27 7.71
91
10 Ki hampelas Ficus ampelas BURM Moraceae 40.00 1.36 0.05 2.27 3.63
11 Ki huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae 40.00 1.36 0.05 2.27 3.63
12 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
13 Ki padesa Brucea amarissima DEVS. Simarubaceae 40.00 1.36 0.10 4.55 5.91
14 Kuray Trema orientale BLUME. Ulmaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
15 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 40.00 1.36 0.10 4.55 5.91
Lampiran 21 Lanjutan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
16 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 40.00 1.36 0.05 2.27 3.63
17 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 160.00 5.44 0.20 9.09 14.53
18 Pulus Laportea stimulans (Lf.) Gaud. Urticaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
19 Rotan Calamus sp. Arecaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
20 Rotan Geureung Calamus reinwardtii Mart. Arecaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
21 Rotan tali hijau Calamus ciliaris BLUME. Arecaceae 300.00 10.20 0.10 4.55 14.75
22 Rukem/Pisitan monyet Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi. Flacourtiaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
23 Sampang Evodia Latifolia DC. Rutaceae 60.00 2.04 0.10 4.55 6.59
92
24 Leuleus/bogo Calamus adspersus BI. Arecaceae 20.00 0.68 0.05 2.27 2.95
25 Tepus Etlingera solaris (Blume) R. M. Sm. Zingiberaceae 100.00 3.40 0.05 2.27 5.67
26 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae 80.00 2.72 0.15 6.82 9.54
2940 100 2.2 100 200
Lampiran 22 Indeks nilai penting tingkat Pancang di Resort Pasawahan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Benda Artocarpus elastica Reinw. Moraceae 26.67 5.00 0.07 5.00 10.00
2 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 26.67 5.00 0.07 5.00 10.00
3 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 133.33 25.00 0.33 25.00 50.00
4 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 26.67 5.00 0.07 5.00 10.00
5 Ki Jenitri Elaeocarpus ganitrus Roxb. Elaeocarpaceae 26.67 5.00 0.07 5.00 10.00
7 Ki seueur Antidesma montanum BI. Euphorbiaceae 53.33 10.00 0.13 10.00 20.00
8 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 80.00 15.00 0.20 15.00 30.00
9 Mareme Glochidion arborescens BLUME. Euphorbiaceae 26.67 5.00 0.07 5.00 10.00
10 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 80.00 15.00 0.20 15.00 30.00
11 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 53.33 10.00 0.13 10.00 20.00
93
533.33 100 1.33 100 200
Lampiran 23 Indeks nilai penting tingkat Pancang di Resort Argalingga
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 13.33 20 0.20 13.04 33.04
2 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 2.67 4 0.07 4.35 8.35
3 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 2.67 4 0.07 4.35 8.35
4 Ki cangkudu Tarenna incerta. K. & V. Rubiaceae 2.67 4 0.07 4.35 8.35
5 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae 2.67 4 0.07 4.35 8.35
6 Ki lampeni Ardisia elliptica Thunberg Myrsinaceae 2.67 4 0.07 4.35 8.35
7 Ki seueur Antidesma montanum BI. Euphorbiaceae 5.33 8 0.13 8.70 16.70
8 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 13.33 20 0.20 13.04 33.04
9 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 8.00 12 0.20 13.04 25.04
10 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 5.33 8 0.13 8.70 16.70
11 Talingkup Claoxylum indicum Reinw. Euphorbiaceae 5.33 8 0.07 4.35 12.35
12 Walen Ficus ribes REINW. Moraceae 2.67 4 0.27 17.39 21.39
66.67 100 1.53 100 200
94
Lampiran 24 Indeks nilai penting tingkat Pancang di Resort Sanghiang
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
1 Bingbin Pinanga coronata (BI.)Ex Mart Arecaaceae 3.33 8.33 0.07 6.67 15.00
2 Huru Actinodaphn procera NEES. Lauraceae 3.33 8.33 0.13 13.33 21.67
3 Huru kunyit Litsea angulata Blume. Lauraceae 1.67 4.17 0.07 6.67 10.83
4 Jirak Symplocos spicata Roxb. Symplocaceae 1.67 4.17 0.07 6.67 10.83
5 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 15.00 37.50 0.13 13.33 50.83
6 Ki jangkar Syzygium fastigiata MIQ Myrtaceae 3.33 8.33 0.13 13.33 21.67
7 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 8.33 20.83 0.27 26.67 47.50
8 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 1.67 4.17 0.07 6.67 10.83
9 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 1.67 4.17 0.07 6.67 10.83
40 100 1 100 200
Lampiran 25 Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Cigugur
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 46.67 24.14 0.33 33.33 0.000415 34.43 91.90
95
2 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 6.67 3.45 0.07 6.67 0.000075 6.26 16.37
3 Ki Taleus Notaphoebe umbellilora BLUME. Annonaceae 6.67 3.45 0.07 6.67 0.000020 1.66 11.77
4 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae 20.00 10.34 0.07 6.67 0.000136 11.31 28.32
5 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 20.00 10.34 0.07 6.67 0.000040 3.32 20.33
6 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 53.33 27.59 0.13 13.33 0.000316 26.19 67.11
7 Ki pare Deyeuxia australis (Z & M) Jansen. Poaceae 6.67 3.45 0.07 6.67 0.000062 5.14 15.26
8 Walen Ficus ribes Reinw. moraceae 33.33 17.24 0.20 20.00 0.000141 11.67 48.92
193.33 100 1 100 0.001206 100 300
Lampiran 26 Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Jalaksana
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 10.00 6.45 0.10 6.90 0.00005 1.80 15.15
2 Cangcaratan Nauclea excelsa BLUME. Rubiaceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00019 6.15 12.82
3 Gintung Bischofia javanica BLUME. Euphorbiaceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00004 1.39 8.06
4 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00006 2.03 8.71
5 Hurip cai Pteudoran themum Radlk. Acanthaceae 10.00 6.45 0.10 6.90 0.00008 2.65 16.00
6 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00004 1.21 7.89
96
7 Kaliandra Calliandra emarginata var. minima Fabaceae 20.00 12.90 0.15 10.34 0.00076 25.12 48.37
8 Kiara Ficus carica L. Moraceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00023 7.51 14.19
9 Ki hampelas Ficus ampelas Burm. Moraceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00003 1.10 7.78
10 Ki honje Pittosporum ferrugineum Ait. Pittosporaceae 10.00 6.45 0.10 6.90 0.00006 1.96 15.31
11 Ki huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae 15.00 9.68 0.10 6.90 0.00056 18.47 35.04
12 Ki jeruk Phoebe excelsa NEES Lauraceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00009 3.06 9.73
13 Ki peutag Syzygium rostratum BLUME. Myrtaceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00006 1.85 8.53
14 Mandalaksa Acronychia laurifolia BLUME. Rutaceae 10.00 6.45 0.10 6.90 0.00027 8.87 22.22
15 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00004 1.47 8.15
16 Nangsi Villebrunia rubescens BLUME. Urticeae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00022 7.25 13.93
17 Tarisi Albizzia lebbeck BENTH Fabaceae 5.00 3.23 0.05 3.45 0.00006 1.99 8.66
18 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae 25.00 16.13 0.25 17.24 0.00018 6.10 39.47
155 100 1.45 100 0.00303 100 300
Lampiran 27 Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Pasawahan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 166.67 9.09 0.07 8.33 4.5E-05 0.060 17.48
97
2 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 500.00 27.27 0.20 25.00 4.8E-05 0.065 52.34
3 Ki lalayu Ellatostachys verucosa Roxb. Sapindaceae 333.33 18.18 0.13 16.67 1.2E-04 0.157 35.01
4 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 166.67 9.09 0.07 8.33 7.4E-06 0.010 17.43
7 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 500.00 27.27 0.27 33.33 1.4E-04 0.190 60.80
9 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 166.67 9.09 0.07 8.33 7.4E-02 99.518 116.94
1833.33 100 0.8 100 7.4E-02 100 300
Lampiran 28 Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Argalingga
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 20.00 20.00 0.20 21.43 6.27E-05 9.70 51.12
2 Gompong Meliosma ferriginea Miq. Euphorbiaceae 6.67 6.67 0.07 7.14 1.49E-05 2.30 16.11
3 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 13.33 13.33 0.13 14.29 1.17E-04 18.06 45.68
4 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 6.67 6.67 0.07 7.14 7.36E-06 1.14 14.95
5 Ki pare Glochidion molle BLUME. Euphorbiaceae 6.67 6.67 0.07 7.14 8.15E-06 1.26 15.07
6 Kopo Syzigyum pycnanthum Merr. Myrtaceae 13.33 13.33 0.07 7.14 5.69E-05 8.80 29.28
7 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 6.67 6.67 0.07 7.14 7.64E-05 11.82 25.63
8 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 13.33 13.33 0.13 14.29 1.11E-04 17.20 44.82
98
9 Talingkup Claoxylum indicum Reinw. Euphorbiaceae 6.67 6.67 0.07 7.14 2.45E-05 3.79 17.60
10 Walen Ficus ribes Reinw. moraceae 6.67 6.67 0.07 7.14 1.68E-04 25.94 39.75
100 100 0.93 100 6.47E-04 100.00 300.00
Lampiran 29 Indeks nilai penting tingkat tiang di Resort Sanghiang
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 3.33 10.53 0.13 12.50 8.1E-06 6.51 29.53
2 Huru kunyit Litsea angulata Blume. Lauraceae 10.00 31.58 0.27 25.00 2.2E-05 17.22 73.80
3 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae 3.33 10.53 0.13 12.50 1.8E-05 14.32 37.35
4 Ki leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 5.00 15.79 0.13 12.50 1.2E-05 9.84 38.13
5 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 5.00 15.79 0.20 18.75 1.1E-05 9.00 43.54
6 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 1.67 5.26 0.07 6.25 5.6E-06 4.45 15.96
7 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 3.33 10.53 0.13 12.50 4.8E-05 38.66 61.69
31.67 100 1.07 100 0.00013 100.00 300.00
Lampiran 30 Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Cigugur
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
94
99
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 3.33 3.12 0.13 4.76 0.0001 0.25 8.13
2 Cangcaratan Nauclea excelsa Blume. Rubiaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0003 0.68 4.63
3 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae 5.00 4.69 0.13 4.76 0.0018 3.73 13.18
4 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0003 0.53 4.47
5 Kareumbi Homalanthuspopulnea O.K Euphorbiaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0003 0.53 4.47
6 Ki Beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 3.33 3.12 0.13 4.76 0.0002 0.50 8.39
7 Ki beteli Panicum stagninum RETZ Poaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0002 0.35 4.29
8 Kurai Trema orientale BLUME. Ulmaceae 31.67 29.69 0.40 14.29 0.0184 37.85 81.82
9 Ki jamuju Podocarpus imbricatus BLUME. Podocarpaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0096 19.69 23.64
Lampiran 30 Lanjutan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
10 Ki Leho Saurauia pendula Blume. Actinidiaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0001 0.11 4.05
11 Ki Pare Deyeuxia australis (Z & M) Jansen. Poaceae 16.67 15.62 0.47 16.67 0.0017 3.52 35.81
12 Ki teja Cinnamomum iners Reinw. Lauraceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0007 1.50 5.44
13 Kopo Syzigyum pycnanthum Merr. Myrtaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0015 3.01 6.96
95
100
14 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 1.67 1.56 0.07 2.38 0.0005 0.99 4.93
15 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 11.67 10.94 0.27 9.52 0.0078 16.11 36.57
16 Mareme Glochidion arborescens BLUME. Euphorbiaceae 5.00 4.69 0.13 4.76 0.0001 0.30 9.75
17 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 3.33 3.12 0.13 4.76 0.0031 6.37 14.26
18 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 8.33 7.81 0.27 9.52 0.0017 3.42 20.75
19 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae 3.33 3.12 0.13 4.76 0.0003 0.55 8.44
106.67 100 2.8 100 0.049 100 300.00
Lampiran 31 Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Jalaksana
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00034 1.51 6.35
2 Benda Artocarpus elastica Reinw. Moraceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00017 0.75 3.17
3 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00007 0.30 2.72
4 Binuang Tetrameles nudiflora R.Br Tetramelaceae 10.00 8.08 0.25 7.04 0.00142 6.30 21.42
5 Bunut Ficus viriens W.A.T. Moraceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00247 11.00 15.84
6 Cangcaratan Nauclea excelsa BLUME. Rubiaceae 2.50 2.02 0.05 1.41 0.00037 1.66 5.09
7 Dadap Erythrina lithosperma Miq Fabaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00020 0.88 3.30
101
8 Dapap bunga merah Erythrina crista-galli L. Fabaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00077 3.43 5.85
9 Gintung Bischofia javanica BLUME. Euphorbiaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00014 0.62 5.45
10 Hurip cai Pteudoran themum Radlk. Acanthaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00013 0.56 5.40
11 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 6.25 5.05 0.20 5.63 0.00050 2.24 12.92
12 Huru batu Litsea cassiaefolia BLUME. Lauraceae 10.00 8.08 0.20 5.63 0.00193 8.58 22.30
13 Huru madang Litsea glutinosa C.D. Lauraceae 3.75 3.03 0.15 4.23 0.00033 1.47 8.73
14 Jamuju Podocarpus imbricatus BLUME. Podocarpaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00009 0.38 2.80
15 Kaliandra Calliandra callothyrus Meissn. Fabaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00009 0.38 2.80
16 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00005 0.23 2.65
17 Kiara Ficus carica L. Moraceae 5.00 4.04 0.20 5.63 0.00260 11.55 21.22
18 Ki hampelas Ficus ampelas Burm. Moraceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00012 0.54 2.96
19 Ki honje Pittosporum ferrugineum Ait. Pittosporaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00006 0.25 2.67
20 Ki huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae 3.75 3.03 0.15 4.23 0.00039 1.72 8.97
21 Ki jangkar Syzygium fastigiata MIQ. Myrtaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00023 1.04 5.88
22 Ki jeruk Phoebe excelsa NEES. Lauraceae 2.50 2.02 0.05 1.41 0.00023 1.01 4.44
23 Ki pare Deyeuxia australis (Z & M) Jansen. Poaceae 2.50 2.02 0.05 1.41 0.00036 1.62 5.05
24 Ki peutag Syzygium rostratum BLUME. Myrtaceae 6.25 5.05 0.15 4.23 0.00111 4.95 14.23
102
25 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 8.75 7.07 0.25 7.04 0.00108 4.81 18.93
26 Kondang Ficus variegate BLUME. Moraceae 12.50 10.10 0.10 2.82 0.00261 11.60 24.52
27 Kopo Syzygium cimosa LAMK Myrtaceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00045 1.99 4.41
28 Lame(pulai) Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00026 1.16 5.99
29 Mandalaksa Acronychia laurifolia BLUME. Rutaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00029 1.30 6.13
30 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae 1.25 1.01 0.05 1.41 0.00010 0.44 2.86
31 Rasamala Altingia excels Noronha Hamamelidaceae 11.25 9.09 0.25 7.04 0.00234 10.42 26.55
32 Sampang Evodia Lativolia DC. Rutaceae 2.50 2.02 0.10 2.82 0.00032 1.41 6.25
33 Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae 5.00 4.04 0.15 4.23 0.00088 3.89 12.16
123.75 100 3.55 100 0.022489 100 300
Lampiran 32 Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Pasawahan
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Benda Artocarpus elastica Reinw. Moraceae 3.33 6.25 0.13 7.69 0.0003 2.0154 15.96
2 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae 3.33 6.25 0.13 7.69 0.0007 4.3597 18.30
3 Kareumbi Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Euphorbiaceae 16.67 31.25 0.53 30.77 0.0125 77.9143 139.93
4 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 10.00 18.75 0.27 15.38 0.0010 6.1586 40.29
103
5 Karet kerbau Ficus elastica Roxb. ex Hornem Moraceae 5.00 9.38 0.13 7.69 0.0004 2.5797 19.65
6 Mara Macaranga tanarius MUEL. Euphorbiaceae 5.00 9.38 0.20 11.54 0.0003 1.7105 22.62
7 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 10.00 18.75 0.33 19.23 0.0008 5.2617 43.24
53.33 100 1.73 100 0.0161 100 300
Lampiran 33 Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Argalingga
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Beunying Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 3.33 2.44 0.13 4.35 0.0001 0.76 7.54
2 Gelam(salam) Syzygium polyanthum Weight Myrtaceae 1.67 1.22 0.07 2.17 0.0016 14.77 18.17
3 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae 1.67 1.22 0.07 2.17 0.0014 13.16 16.55
4 Kawoyang Endiandra rubescens MIQ. Lauraceae 3.33 2.44 0.07 2.17 0.0001 1.23 5.85
5 Kemuning Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 3.33 2.44 0.07 2.17 0.0003 2.53 7.14
6 Ki hiris Eurya glabra BLUME. Theaceae 1.67 1.22 0.07 2.17 0.0034 32.00 35.39
7 Ki huut Glochidiom molle BLUME. Euphorbiaceae 5.00 3.66 0.20 6.52 0.0001 0.97 11.15
8 Ki pare Deyeuxia australis (Z & M) Jansen. Poaceae 8.33 6.10 0.33 10.87 0.0002 1.92 18.89
9 Ki teja Cinnamomum iners Reinw. Lauraceae 1.67 1.22 0.07 2.17 0.0001 0.53 3.93
10 Kopo Syzigyum pycnanthum Merr. Myrtaceae 1.67 1.22 0.07 2.17 0.0002 1.78 5.18
104
11 Kurai Trema orientalis (L) BI. Ulmaceae 31.67 23.17 0.40 13.04 0.0004 3.66 39.87
12 Mara Macaranga tanarius MUEL Euphorbiaceae 3.33 2.44 0.13 4.35 0.0015 13.99 20.78
13 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 16.67 12.20 0.27 8.70 0.0012 10.93 31.82
14 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 26.67 19.51 0.60 19.57 0.0001 1.23 40.31
15 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 26.67 19.51 0.53 17.39 0.0001 0.53 37.43
136.67 100 3.07 100 0.0107 100 300
Lampiran 34 Indeks nilai penting tingkat pohon di Resort Sanghiang
No Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR D DR INP
1 Gelam (salam) Syzygium polyantha Weight. Myrtaceae 3.33 4.55 0.13 5.88 0.0022 9.36 19.79
2 Hambirung Vernonia arbarea Buch. Asteraceae 1.67 2.27 0.07 2.94 0.0001 0.58 5.80
3 Huru Actinodaphn procera NEES Lauraceae 1.67 2.27 0.07 2.94 0.0010 4.11 9.33
4 Kawoyang Endiandra rubescens MIQ. Lauraceae 5.00 6.82 0.20 8.82 0.0004 1.64 17.28
5 Ki beusi Kibessia azurea BLUME. Melastomataceae 5.00 6.82 0.07 2.94 0.0003 1.34 11.10
6 Ki Jangkar Syzygium fastigiata MIQ. Myrtaceae 1.67 2.27 0.20 8.82 0.0007 2.97 14.06
7 Ki Tembaga Syzygium antisepticum BLUME. Myrtaceae 5.00 6.82 0.20 8.82 0.0003 1.47 17.11
8 Ki pare Glochidion molle BLUME. Euphorbiaceae 1.67 2.27 0.07 2.94 0.0014 5.88 11.09
105
9 Ki teja Machilus rimosa BLUME. Lauraceae 1.67 2.27 0.07 2.94 0.0001 0.22 5.44
10 Masawa Anisoptera marginata Kort. Dipterocarpaceae 11.67 15.91 0.40 17.65 0.0061 26.04 59.60
11 Pasang Quercus sundaica BI. Fagaceae 30.00 40.91 0.67 29.41 0.0091 39.03 109.35
12 Saninten Castanopsis argentea (BLUME.) DC. Fagaceae 5.00 6.82 0.13 5.88 0.0017 7.36 20.06
73.33 100.00 2.27 100 0.0233 100 300
Lampiran 35 Tumbuhan bawah Cigugur
No Habitus Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
Herba
106
1 Cacabutan Amomum hochreutineri VAL. Zingiberaceae 166.67 50.00 0.20 75.00 125.00
2 Ki kopi Hypobathrum frutescens BI. Rubiaceae 166.67 50.00 0.07 25.00 75.00
333.33 100.00 0.267 100.00 200.00
Semak
1 Jajagoan Echinochloa crussgalli L. Poaceae 166.67 100.00 0.067 100.00 200.00
Perdu
1 Ki cangkudu Tarenna incerta. K. & V. Rubiaceae 666.67 44.44 0.07 14.29 58.73
2 Ki cengkeh Urophyllum arboreum (Reinw.Ex BI)
Korth.
Rubiaceae 166.67 11.11 0.07 14.29 25.40
3 Ki jangkar Syzygium fastigiata MIQ. Myrtaceae 333.33 22.22 0.20 42.86 65.08
4 Ki Taleus Notaphoebe umbellilora BLUME. Annonaceae 166.67 11.11 0.07 14.29 25.40
5 Pakis Tectaria sp. Polypodiaceae 166.67 11.11 0.07 14.29 25.40
1500.00 100.00 0.47 100.00 200.00
Lampiran 36 Tumbuhan bawah Jalaksana
No Habitus Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
107
Epifit
1 Anggrek x Dendrobium sp. Orchidaceae 125.00 100 0.05 100 200
Herba
1 Paku andam Gleichenia linearis Gleicheniaceae 625.00 9.26 0.15 20.00 29.26
2 Raraweyah Mucuna pruriensDC Fabaceae 3750.00 55.56 0.20 26.67 82.22
3 Ki Rinyuh Eupatorium inulifolium Kunth Asteraceae 125.00 1.85 0.05 6.67 8.52
4 Anggrek tanah
bunga kuning
Phaius flavus Orchidaceae 125.00 1.85 0.05 6.67 8.52
5 Sauheun Setaria palmifolia Willd. Poaceae 1375.00 20.37 0.15 20.00 40.37
6 Sampang Evodia Latifolia DC. Rutaceae 250.00 3.70 0.05 6.67 10.37
7 Gompong Meliosma ferriginea Euphorbiaceae 500.00 7.41 0.10 13.33 20.74
6750 100 0.75 100 200
Liana
1 Rotan Calamus sp. Arecaceae 750.00 13.95 0.10 33.33 47.29
2 Rotan tali hijau Calamus ciliaris BLUME. Arecaceae 4625.00 86.05 0.20 66.67 152.71
5375.00 100 0.30 100 200
108
Lampiran 37 Tumbuhan bawah Pasawahan
No Habitus Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
Herba
1 Congkok Curculigo capitulata O.K Hypoxidaceae 333.33 25.00 0.13 28.57 53.57
2 Haringhing Cassia timoriensis DC. Fabaceae 833.33 62.50 0.27 57.14 119.64
3 Pongporang Oroxylum indicum (L.) Vent. Bignoniaceae 166.67 12.50 0.07 14.29 26.79
1333.33 100 0.47 100 200
Semak
1 Ki janggot Mentha arvensis L. Var. Javanica Lamiaceae 166.67 100 0.06667 100 200
166.67 100 0.06667 100 200
Perdu
1 Onyam Antidesma ghaessembilla GAERTN Ephorbiaceae 166.67 12.50 0.07 20.00 32.50
2 Ki lalayu Ellatostachys verucosa Roxb. Sapindaceae 333.33 25.00 0.07 20.00 45.00
3 Ki jenitri Elaeocarpus ganitrus Roxb. Elaeocarpaceae 833.33 62.50 0.20 60.00 122.50
1333.33 100 0.33 100 200
Liana
109
1 Rotan Calamus sp. Arecaceae 166.67 100 0.06667 100 200
166.67 100 0.06667 100 200
Lampiran 38 Tumbuhan bawah Argalingga
No Habitus Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
Perdu
1 Bubukuan Tetraglochidium bibracteatum Blume. Acanthaceae 2500.00 93.75 0.40 85.71 179.46
2 Ki cangkudu Tarenna incerta. K. & V. Rubiaceae 166.67 6.25 0.07 14.29 20.54
2666.67 100 0.47 100 200
Herba
1 Ki seueur Antidesma montanum BI. Euphorbiaceae 166.67 25.00 0.07 50.00 75.00
2 Songgom Barringtonia macrocarpa Kurz. Lecythidaceae 500.00 75.00 0.07 50.00 125.00
666.67 100 0.1333 100 200
Lampiran 39 Tumbuhan bawah Sanghiang
No Habitus Nama lokal Nama ilmiah Famili K KR F FR INP
110
Herba
1 Anggrek tanah bunga
kuning
Phalus flavus (BI) Lindl. Orchidaceae 8.33 45.45 0.07 25.00 70.45
2 Gawu Indigotera arrecta HOCHST Fabaceae 6.67 36.36 0.07 25.00 61.36
3 Pereng Dichrostachys cinera. W.&.A Fabaceae 1.67 9.09 0.07 25.00 34.09
4 Sampang Evodia latifolia DC. Fabaceae 1.67 9.09 0.07 25.00 34.09
18.33 100 0.2667 100 200