Post on 08-Nov-2020
JURNAL
EMPLOYEE RELATIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KINERJA KARYAWAN
(Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Kegiatan Employee Relations
dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Karyawan pada
Hotel Sahid Jaya Solo Tahun 2018)
Disusun oleh
OKTAVIA DWI AYUNINGTYAS
D1216047
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS NEGERI
SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
1
EMPLOYEE RELATIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KINERJA KARYAWAN
(Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Kegiatan Employee Relations
dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Karyawan pada
Hotel Sahid Jaya Solo Tahun 2018)
Oktavia Dwi Ayuningtyas
Firdastin Ruthnia Y
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The results showed that the strategy of the employee relations program consisting
of 1) Employee communication included education and training, gathering, health
checks, joint birthdays, general meetings, sports, arts and others, 2) Employee
attitude surveys including monitoring employee responses towards changes in
hotel management policies, and employee assessment activities, 3) Employee
counseling, counseling specifically does not exist, but there is a mechanism for
channeling opinions with Trade Unions, and 4) Profit sharing in giving awards,
bonuses, and others. Research found supporting factors including effectiveness
factors (government policy, education and training, as well as the community
environment), while other supporters included: facilities provided by
management, family atmosphere and experience. The inhibiting factors include:
differences in work methods, habits, lifestyle, and perspectives, time coordination
between fellow employees and leaders, lack of information and
misunderstandings, intense activities, and budget problems. While the most
influential activities are education and training and awards.
Keywords: implementation, employee relations, public relations.
Pendahuluan
Hotel Sahid Jaya Solo dalam mempertahankan konsumennya berusaha
menjalin interaksi serta komunikasi yang baik dengan public. Dengan adanya
hubungan ini, maka peran Public Relations menjadi vital bagi perusahaan.
Keberadaan Public Relations dinilai penting bagi perusahaan karena berperan
sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan dengan publik, baik publik
internal maupun publik eksternal sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
2
Hubungan kepegawaian (Employee Relations) yang harmonis di pengaruhi
oleh hubungan komunikasi internal antar karyawan dengan karyawan lainnya,
atau hubungan antara karyawan dan manajemen perusahaan yang efektif
(Effendy, 1992: 1). Melalui kegiatan employee relations yang merupakan program
internal relations berkekuatan mengelola sumber daya manusia yang baik dan
handal, kegiatan employee relations otomatis akan sangat berpengaruh dan
menimbulkan hasil yang positif, yaitu karyawan akan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak pimpinan perusahaan.
Keberadaan Public Relations dinilai penting karena berperan sebagai
jembatan komunikasi antara perusahaan dengan publik, baik publik internal
maupun publik eksternal sehingga bisa menciptakan hubungan yang harmonis.
Keberhasilan suatu perusahaan juga tidak terlepas dari suatu peran public
relations didalamnya yang menjadi penggerak suatu kesuksesan perusahaan yang
didalam ini terdapat publik internal yaitu seluruh jajaran personil dalam
perusahaan dari top manajemen sampai dengan lapisan yang terbawah, maupun
public eksternal yang merupakan pribadi atau kelompok publik yang terkait atau
menjalin hubungan dengan perusahaan (Effendy, 1993:1).
Dari observasi awal oleh peneliti, kegiatan employee relations sudah
dilakukan melalui berbagai kegiatan di hotel Sahid Jaya Solo. Manajemen
membuat kebijakan antara lain penetapan standar gaji sesuai dengan dasar hukum,
pendidikan bagi karyawan, memberikan fasilitas yang memadahi, refresing
bersama, dan kegiatan lain yang selanjutnya akan dibahas lebih mendalam dalam
penelitian ini. Lebih lanjut peneliti melakukan obsevasi pada kegiatan employee
relations memang sudah diterapkan dan dijalankan seperti adanya papan
pengumuman, buku pegangan pegawai, komunikasi langsung, kunjungan oleh
pihak manajemen ketika ada karyawan yang mendapat musibah, pertemuan-
pertemuan berkala, hiburan darmawisata, olahraga, bersepeda, outbond, mancing,
dan pelatihan (cross training, inhouse training, dan lain-lain), hadiah-hadiah dan
penghargaan serta adanya klinik dan tempat ibadah. Kegiatan employee relations
diharapkan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan.
Terkait dengan kegiatan employee rlations, pasti ada beberapa faktor yang
menghambat. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, mayoritas
3
karyawan yang bekerja memiliki pengalaman cukup untuk mengelola Hotel Sahid
Jaya Solo memiliki usia yang hampir diatas produktif atau relatif tua yaitu ± 40
tahun keatas. Faktor usia menjadi salah satu penghambat ketika semakin
karyawan tersebut berumur, rasa senioritasnya akan semakin tinggi pula, sehingga
menghambat karyawan yang usianya lebih muda untuk dapat mengeksplorasi
potensi yang mereka miliki. Kegiatan employee relations diharapkan tidak
menjadikan faktor usia sebagai penghambat yang mempengaruhi suatu kinerja
seseorang. Karena senioritas terkait dengan pribadi atau individu, kebanyakan
orang yang lebih muda memiliki rasa sungkan sehingga menaruh rasa hormat.
Pada penelitian ini komunikasi yang baik dan efektif dalam kegiatan
employee relations juga dijalankan di Hotel Sahid Jaya Solo. Pada penelitian ini
menekankan pada S (Source) merupakan sumber komunikasi. Hal ini terkait
dengan peran HRM dalam menjalankan peran comunication manager, HRM yang
dibantu oleh public relations memiliki kewenangan dan otonomi untuk
menjalankan program employee relations.
Penelitian ini mengambil fokus tentang gambaran pelaksanaan program-
program yang telah direncanakan dan di jalankan oleh pihak internal relations.
Manajemen harus menyadari bahwa karyawan merupakan ujung tombak dan
sekaligus representasi dari kebijakan manajemen. Baik buruknya kebijakan dan
atau manajemen dapat dilihat dari kinerja karyawan. Komunikasi internal yang
baik akan meningkatkan kinerja karyawan, Hal itu tercipta jika mereka bekerja
lebih sungguh-sungguh, ikhlas, bersemangat, terampil dan efisien. Dengan
kegiatan employee relations tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan
kinerja karyawan sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari Sahid Jaya Hotel Solo.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kegiatan employee relations yang diterapkan
di Hotel Sahid Jaya Solo dalam meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan
tersebut ?
2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
kegiatan employee relations yang diterapkan di Hotel Sahid Jaya Solo ?
4
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Istilah komunikasi merupakan “perkataan komunikasi berasal dari kata
communicate yang dalam bahasa latinnya mempunyai arti “berpartisipasi atau
memberitahukan”, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan,
gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback). Kata
communicatus berarti berbagi atau milik bersama (Susanto, A, 2008: 33)
Wilbur Schram menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagai
(sharing process). Shram menguraikannya: “komunikasi berasal darikata
(bahasa latin) communis yang artinya umum (common) atau bersama”.
Disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang
berhasil melahirkan kebersaman (commonness) kesepahaman antara sumber
(source) dengan penerima (audience-receiver)nya (Cangara.H, 2007: 18).
2. Public Relations (PR)
Public relations menurut Cutlip dan Center dalam Suhandang (2004:
45) dalam buku Effektive Public Relations mengemukakan bahwa public
relations adalah suatu kegiatan komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi-
komunikasi dan gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya, dan
pengkomunikasian informasi, gagasan serta pendapat kepada publiknya
kepada lembaga, dalam usaha jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama
sehingga tercipta persesuaian harmonis dari lembaga dengan masyarakatnya.
Public relations merupakan suatu bidang memerlukan segi perencanaan
yang matang (planned), sama dengan bidang periklanan yang melakukan
“komunikasi” yaitu gabungan antara melakukan komunikasi dan sekaligus
membujuk (persuasive) (Ruslan, 2010: 158).
Pendapat Broom dan Dozier dalam Grunig dan Hunt (1992), bahwa
peranan yang dimainkan oleh praktisi public relations ada dua, yaitu
a. Communications technician role, praktisi public relations memiliki
keahlian di bidang komunikasi dan. jurnalistik, yaitu menulis, mengedit,
produksi audio visual, grafis dan produksi pesan yang dibutuhkan dalam
5
program public relations. Communications technician tidak terlibat
pembuatan keputusan organisasi. Mereka melaksanakan keputusan dan
tidak melakukan penelitian untuk merencanakan atau mengevaluasi kerja.
b. Communications manager role, praktisi public relations secara sistematis
merencanakan dan mengatur program public relations sebuah organisasi,
memberi masukan pada manajemen perusahaan dan membuat kebijakan
komunikasi. Pihak manajemen perusahaan memberikan wewenang bagi
praktisi public relations untuk mengelola sendiri kegiatan public relations-
nya. Communications manager role terdiri dari tiga sub peran, yaitu :
1) Expert prescriber, yaitu manajer public relations kadangkala berfungsi
sebagai ahli public relations, mendefmisikan masalah public relations,
membuat program dan bertanggung jawab terhadap program tersebut.
2) Communications facilitator, yaitu praktisi PR sebagai perantara
menjaga alur komunikasi dua arah antara organisasi pada publiknya,
berfungsi sebagai seorang liasion, interpreter, dan mediator.
3) Problem solving process facilitator yaitu manajer public relations yang
menolong pihak lain dalam memecahkan masalah public relations
mereka. Peran-peran dilakukan bagian personalia dalam menjalankan
kegiatan internal relations bisa dikategorikan sebagai berikut:
a) Expert prescriber, yaitu bagian berperan sebagai manajer public
relations kadangkala sebagai scorang ahli public relations,
mendefinisikan masalah public relations, membuat program dan
bertanggung jawab atas pclaksanaan program tersebut.
b) Communications facilitator, yaitu bagian personalia berperan
menjadi seorang praktisi public relations sebagai perantara yang
menjaga alur komunikasi dua arah (organisasi dengan publiknya).
Dia berfungsi sebagai seorang liasion, interpreter, dan mediator.
3. Employee Relations
Karyawan perusahaan sebagai aset penting dan di public relations
dikenal dengan hubungan masyarakat internal (employee relations) yaitu
publik yang terdiri dari para pekerja (karyawan) menjadi bagian utama dari
6
unit usaha perusahaan itu sendiri. Employee relations (hubungan dengan
kepegawaian) atau disebut Publik Internal adalah sekelompok orang bekerja
di perusahaan baik secara fungsional, organisasi maupun teknis dan jenis
pekerjaan (tugas) yang dihadapinya (Ruslan, 2016 274).
Kegiatan employee relations dalam suatu perusahaan atau organisasi
menurut Ruslan, (2002:283-284). dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. Program Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan
sebagai upaya meningkatkan kinerja dan keterampilan (skill) karyawan dan
kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan sebagainya.
b. Program Motivasi Kerja Berprestasi
Program ini diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan
prestasi serta disiplin karyawan dengan harapan-harapan itu keinginan dari
pihak perusahaan dalam mencapai produktivitas yang tinggi.
c. Program Penghargaan
Upaya perusahaan memberikan suatu penghargaan kepada para
karyawan, baik yang berprestasi kerja maupun cukup lama masa
pengabdiannya. Penghargaan menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan.
d. Program Acara Khusus
Program khusus sengaja dirancang di luar pekerjaan sehari-hari,
misalnya dengan berpiknik bersama dengan maksud untuk menumbuhkan
rasa keakraban diantara sesame karyawan dan pimpinan.
e. Program Media Komunikasi Internal
Membentuk program media komunikasi internal melalui bulletin,
news release, dan majalah perusahaan berisikan pesan, informasi dan berita
berkaitan dengan kegiatan antar karyawan atau pimpinan.
Menurut Archibalt Williams dan Philip Lesly, (1962: 110), untuk
mewujudkan hubungan harmonis antara pihak manajemen dengan karyawan,
program employee relations yang dijalankan oleh praktisi public relations.
a. Employee Communications
Digunakan mempengaruhi karyawan agar menerima tujuan pekerja. Jalur
komunikasi menggunakan jalur komunikasi dua arah, dimana perusahaan
7
menginformasikan kebijakan dan perkembangan perusahaan pada
karyawan dan/atau mendengarkan berbagai pandangan karyawan.
b. Employee Attitude Survey
Employee Attitude Survey berperan sebagai barometer, sarana mendeteksi
negatif keluhan terhadap kebijkan dan tindakan perusahaan dapat
mengambil langkah positif mengatasinya. Bermaanfaat mengevaluasi ulang
strategi employee relations, mengembangkan program pelatihan dan
pendidik maupun mereorientasi program employee relations.
c. Employee Counseling
Program ini bertujuan memberikan kesempatan pada karyawan untuk
berbicara secara bebas tentang dirinya, kehawatirannya, harapan, serta
pengalaman pada orang yang ahli dalam proses wawancara.
d. Profit Sharing
Ide ini seringkali digunakan sebagai sarana untuk melindungi partisipasi
dan keharmonisan karyawan.
4. Keterkaitan Employee Relations Dengan Kinerja Karyawan
Karyawan di perusahaan bidang jasa merupakan hal penting dalam
perusahaan, karyawan menjadi kunci keberhasilan organisasi yang bergerak
di bidang jasa (Marray, 2004: 32). Menurut Bonar, employee relations
adalah usaha yang mengatur secara khusus hubungan antara pihak
manajemen perusahaan dengan karyawan selalu dalam keadaan baik serta
sebagaian baik dari kesatuan sistem orrganisasi. (Yeni, 2012: 5).
Di dalam sebuah perusahaan, relasi humanis penting artinya untuk
menumbuhkan suatu group feeling di kalangan para pegawainya, dari tingkat
bawah sampai pada tingkat pimpinan dari perusahaan itu akan punya rasa
memiliki terhadap perusahaan itu, sehingga mereka akan selalu menjaga,
memelihara, dan memupuk nama baik perusahaannya. Mereka juga berkaitan
dengan kepentingan perusahaan. Semua pegawai tidak hanya mengharapkan
gaji dan kenaikan pangkatnya saja, melainkan juga mereka akan selalu
memikirkan situasi dan kondisi di dalam lingkungannya. Suasana tenteram dan
menyenangkan dalam perusahaan itu akan menjamin kegairahan bekerja dari
para pegawainya (Suhandang, 2004:186).
8
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang membuat deskripsi secara sistematis, faktual,
dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu
(Kriyantono, 2007 : 69). Sumber data dibagi dalam dua yaitu: 1) Data Primer
adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengunakan
alat pengukuran data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Azwar, 1998:91). Penulis memperoleh data langsung melalui wawancara
langsung dengan narasumber serta pengamatan kegiatan. Narasumber sebagai
subjek wawancara adalah praktisi SDM yang merupakan pihak internal relations,
anggota LKS Bipartit, dan karyawan Hotel Sahid Jaya Solo berdasarkan usia yang
berbeda-beda dan masa bekerja. 2) Data Sekunder diperoleh dari buku Perjanjian
Kerjasama Bersama (PKB), jurnal ilmiah, website, dokumen (foto kegiatan
employee relations) dan lain-lain. Cara pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling berdasarkan kualitas pemahaman masalah yang diteliti
sehingga tujuan penelitian tercapai.
Teknik analisis menggunakan metode non statistic yaitu analisis deskriptif,
yaitu data yang diperoleh disajikan dan laporkan apa adanya, selanjutnya
dianalisis menggunakan model teknik analisis interaktif yang dimulai dari tahap
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Sajian dan Analisis Data
1. Analisis Implementasi Kegiatan Employee Relations Hotel Sahid Jaya Solo
dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan
a. Kegiatan Employee Relations Sahid Jaya Solo
Kegiatan employee relations menggunakan strategi komunikasi dari
Archibalt Williams dan Philip Lesly, (1962: 110) sebagai berikut.
1) Employee communication
Kegiatan-kegiatan dalam employee communication di Hotel
Sahid Jaya Solo sudah cukup baik dan cukup komunikatif dengan
karyawan. Kegiatan employee relations yang terangkum dalam employee
communication diantaranya.
9
a) Pelatihan dan program training
Sahid Jaya Solo hotel melakukan kegiatan pelatihan dalam
bentuk pelatihan personality, technical selling, study (familiarisasi)
lebih bermutu, modern perlengkapan dan peralatannya. Kegiatan
lainnya seperti: in house, cross, departemental, General, Manager,
dan Eksternal training. Salah satu kegiatan pelatihan dan training
yaitu “Team Dynamics dan Team Building Transformational
Training” untuk membangun team work yang baik, dan
meningkatkan pengetahuan. Salah satu komunikasi pada kegiatan
training ini dengan Focus Group Discussion (FGD), menurut Irwanto
(2006: 1-2), FGD sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu.
Program pendidikan dan pelatihan merupakan poin employee
relations berpengaruh peningkatan kinerja terhadap karyawan.
Adanya inisiatif karyawan terkait daya pikir dan kreativitas
membentuk ide untuk merencanakan sesuatu berkaitan dengan tujuan
perusahaan (wawancara, Fajru Zakky, HRM, 7 April 2018).
b) Program penghargaan
Penghargaan yang pantas diinginkan oleh karyawan melalui
sistem gaji dan promosi jabatan secara adil, dan jelas. Penghargaan
diatur dalam Buku Perjanjian Kerjasama Bersama (PKB). Dalam
PKB mengatur tentang mekanisme pengajian, pemberian tunjangan,
uang servis, bonus, dan kompnsasi-kompensasi yang lain.
Penghargaan merupakan bagian untuk memotivasi karyawan,
terkait pemilihan karyawan terbaik dan berprestasi. Penghargaan
meliputi a) employee of the month dilakukan setiap bulan sekali,
employee of the year dilakukan setiap setahun sekali. Penilaian ini
selaras pendapat McKenna dan Beach, bahwa faktor-faktor kinerja
sebagai indikator dalam penelitian adalah pengetahuan, kemampuan,
ketrampilan kerja, sikap terhadap pekerjaan (antusiasme, komitmen
dan motivasi), kualitas kerja, volume hasil produksi dan interaksi
(komunikasi dan hubungan dalam kelompok) (Setyadi, 2015).
10
c) Pelatihan Pemadaman Kebakaran
Pada kegiatan ini karyawan dilatih cara memadamkan api,
mengevakuasi korban kebakaran, hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan apabila terjadi kebakaran, melatih kerjasama, kekompakan
tim, meningkatkan rasa kekeluargaan, dan rasa saling menjaga
sesama. Menurut Bio Walgito, kelompok dapat dipandang dari segi
presepsi, motivasi,dan tujuan, interdependensi,dan juga dari segi
interaksi. Berarti komunikasi kelompok adalah menyamakan suatu
makna di dalam suatu kelompok (Tutiasri, 2016: 84).
d) Program Acara Khusus
(1) Kegiatan Bintal (Bimbingan Mental)
Kegiatan bintal ini biasanya menggunakan metode
ceramah, penceramah (Ustad/Kyai/da’i) memberikan
pengertian-pengertian yang terkait dengan hubungan Tuhan
Yang Maha Esa dan hubungan sesama manusia.
(2) Program manajer menyapa
Program manajer menyapa merupakan program yang
dilakukan oleh pihak manajemen untuk mendekatkan diri pada
karyawan. Manajer pada program ini dilakukan untuk
menyampaikan kebijakan terkait dengan perusahaan. Program
menajer menyapa di Hotel Sahid Jaya Solo, mengadaptasi teori
Lasswell, komponen-komponen komunikasinya yaitu manajer
sebagai komunikator (who), informasi yang diberikan sebagai
says what, alat yang digunakan yaitu voice tone sebagai which
channel, disampaikan kepada karyawan sebagai to whom, efek
yang diterima setiap karyawan sebagai with what effect.
(3) Kegiatan General Staff Meeting
Kegiatan General Staff Meeting melibatkan semua
karyawan dengan semua pihak management. Kegiatan General
Staff Meeting yang diadakan setiap tiga bulan sekali. General
Staff Meeting adalah suatu pertemuan rutin yang diadakan oleh
Sahid Raya Hotel Solo dan diikuti semua karyawan.
11
Dari uraian diatas, penulis menggunakan teori
komunikasi interpersonal yang diungkapkan Effendi, (2002: 8)
dalam Wijaya,. (2013: 105), komunikasi ini terfokus pada
komunikator dengan komunikan, dianggap sebagai jenis
komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
(4) Cek Kesehatan
Hotel Sahid Jaya Solo mengadakan pemeriksaan
kesehatan khususnya bagi karyawan. Hal ini untuk memastikan
bahwa ada jaminan kesehatan yang layak bagi karyawannya.
Cek kesehatan dilakukan tiap 6 bulan sekali untuk memastikan
kondisi karyawan.
(5) Acara gathering
Pada kegiatan gethering diadakannya outbond training
bagi karyawan bertujuan menyegarkan kembali rasa
kebersamaan, seperjuangan, sepenanggungan, searah dan
setujuan dalam bekerja, berkarya dan berusaha. Kemudian
menghilangkan kepenatan, kejenuhan dan konflik antarpersonal
dengan membangun semangat, kreativitas, keberanian,
kegembiraan dan kebebasan berekspresi.
(6) Acara Ulang Tahun karyawan dan Ulang Tahun Perusahaan.
Kegiatan ulang tahun ini merupakan kegiatan internal
hotel yang diikuti oleh seluruh karyawan, untuk memberikan
kepedulian kepada karyawannya. Kegiatan ini termasuk dalam
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal yang
efektif menurut Nelson dan Quicks (2006) tergantung pada 5
kunci komunikasi, yaitu: expresive speaker (pembicara yang
expesif), empathic listeners (pendengar yang empatik),
persuasive leader (pemimpin yang persuasif), sensitive people
(sensitif pada perasaan lawan bicara), dan informative
managers (manajer yang informatif) (Hidayat, 2017: 162) .
(7) Acara Kesenian.
12
Forum kesenian ini ditujukan kepada semua karyawan
yang mempunyai talenta dan ingin menunjukkan kebolehannya
di bidang kesenian dapat bergabung di forum kesenian, seperti
karawitan, memainkan alat musik ataupun menyanyi.
Komunikasi yang dapat dijalankan pada kegiatan ini, hal
ini selaras dengan pendapat Tutiasri, (2016: 82), kelompok
membutuhkan komunikasi untuk menunjang kekompakan
dalam suatu kelompok. Kenapa komunikasi kelompok penting
didalam kehidupan manusia, karena kelompok merupakan
bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari hari.
(8) Kegiatan olahraga (Sport activity)
Kegiatan olahraga (Sport activity), kegatan ini sebagai
pengembangan kegiatan penyaluran hobi. Sport activity
menjaga kekompakan dalam suatu tim kerja. Pada kegiatan olah
raga terbangun komunikasi interpersonal, Griffin dan Moorhead
(2007:231) dalam Rais Hidayat, (2017: 161), menyatakan
bahwa perilaku komunikasi interpersonal saling menguntungkan
harus didasari oleh saling kenal atau saling mengetahui (know
each other), memiliki rasa saling hormat (have mutual respect),
memiliki rasa memiliki atau afeksi (affection), dan rasa senang
dan nyaman (enjoy interacting withone another).
(9) Media Komunikasi
Hotel Sahid Jaya menggunakan papan pengumuman
untuk memberitahukan kebijaksanaan baru, prestasi yang
dicapai, pemberitahuan dukacita, kliping-kliping, serta kegiatan
berhubungan dengan karyawan. Media elektronik yang
digunakan: email, telepon, office atau windows communicator,
maupun conference call memungkinkan penyampaian informasi
dan proses komunikasi berjalan cepat, dengan umpan balik yang
segera, mudah, dan dapat diakses di mana saja. Melalui
komunikasi yang lancar dan mudah, akan mendekatkan
hubungan antara anggota perusahaan.
13
2) Employee Attitude Surveys
Survey karyawan untuk menetapkan skala besar peningkatan
keterlibatan karyawan, mengukur kemajuan dan untuk
mengidentifikasikan tantangan dan peluang baru yang muncul,
diharapkan memiliki manfaat positif bagi perusahaan. Serikat Pekerja
Pariwisata dibentuk menjalin hubungan dengan karyawan, forum
bipartit ini digunakan membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh
perusahaan. Komunikasi yang dilakukan dengan dua arah dan feed
back secara langsung akan sangat memungkinkan untuk terjadinya
komunikasi yang efektif. Pendapat Onong U. Effendy (Effendy,
1986:81) mengatakan bahwa komunikasi jenis ini dianggap
komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa
percakapan (Prasetyo, dan Winoto, 2016: 33).
3) Employee Counseling
Hotel Sahid Jaya Solo tidak melakukan konseling secara khusus,
namun jika ada masalah karyawan dapat langsung membicarakan
dengan supervisor di devisinya, tetapi jika karyawan ada permasalahan
dapat diselesaikan dalam forum bipartit yang tertuang dalam Buku
Perjanjian Bersama.
4) Profit Sharing
Profit Sharing yang dilakukan di Hotel Sahid Jaya Solo adalah
memberikan insentif dan tunjangan-tunjangan kepada karyawan.
Penetapan besaran tunjangan diatur dalam Buku Perjanjian Bersama.
Pasal 28 mengatur tunjangan yang diterima oleh karyawan diantaranya
THR yang diberikan berdasarkan level karyawan.Tunjangan cuti antara
lain cuti tahunan, cuti besar dan cuti melahirkan.
Hotel Sahid Jaya Solo menjadikan program kesejahteraan
karyawan merupakan program penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Sesuai dengan pernyataan Ibu Herdini Arniati (Ass.HRM):
14
“Kesejahteraan karyawan merupakan point berpengaruh, hal tersebut tentu saja salingberkaitan dalam upaya mencapai visi-misi perusahaan. Semakin sejahtera karyawan maka akan semakin tinggi loyalitas dan rasa tanggungjawabnya terhadap perusahaan istilahnya “timbal balik” (wawancara, Herdini Arniati (Ass.HRM), tanggal 24 April 2018).
Terkait dengan sistem penghargaan yang diuraikan diatas, selaras
dengan penelitian Nassazi (2013: 33) menyatakan bahwa:
The overall aim of reward systems is to attract and retain quality human resources.When the pay conditions are perceived by the employee as equitable and in relation to their performance improvement. Organizations can use non-financial rewards like transport fee, incentive schemes to increase performance (Armstrong 2006). Tujuan keseluruhan dari sistem penghargaan adalah untuk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketika kondisi pembayaran dirasakan oleh karyawan sebagai adil dan terkait dengan peningkatan kinerja mereka. Organisasi dapat menggunakan imbalan non-finansial seperti biaya transportasi, skema insentif untuk meningkatkan kinerja.
Analisis terkait keberadaan bagian personalia dalam menjalankan
strategi employee relations dan perannya dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Model-model public relations yang digunakan diantarannya.
a. Analisa keberadaan bagian personalia
Idealnya praktek public relations suatu organisasi berada
dalam suatu bagian tersendiri dan berada di tingkat atas struktur
organisasi dengan kewenangan mengelola sendiri kegiatan public
relations tanpa tersubordinasi pada bagian yang lain. Kedudukan
bagian personalia dalam menjalankan kegiatan internal relations
sesuai pendapat Noeradi, bahwa posisi public relations dalam struktur
organisasi tidak begitu penting, yang terpenting adalah akses prakrtisi
public relations terhadap manajemen dalam memberikan saran dan
pemikiran terhadap kebijakan perusahaan (Putra. 1996:62-63)
b. Analisa peranan bagian personalia sebagai public relations
perusahaan
Peneliti mengamati, bahwa peran dijalankan praktisi public
relations tidak terlepas dari wewenang yang diberikan oleh
15
manajemen Hotel Sahid Jaya Solo dalam menjalankan kegiaten
internal relations sesuai dengan peran praktisi public relations yang
ideal. Bagian personalia merupakan koalisi dominan perusahaan
sehingga dapat memberikan masukan terhadap kebijakan perusahaan
berhubungan dan berpengaruh terhadap karyawan pada umumnya.
c. Analisa model-model Public Relations yang digunakan
perusahaan
Model-model public relations digunakan bagian personalia dalam
melaksanakan strategi employee relations dalam mengembangkan
potensi karyawan. Suatu perusahaan dimungkinkan menggunakan
model-model public relations yang berbeda untuk beragam publik
maupun kegatatan. Pertimbangan penggunaan model-model public
relations yang berbeda akan menghilangkan kebosanan publik. Cara
untuk menganalisa model-model public relations digunakan dengan
melihat tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut. Jika suatu program
bertujuan menyampaikan propaganda menggunakan model Pess
Agentry Model. Jika bertujuan memberikan informasi pada publik,
menggunakan Public Informations Model. Jika tujuannya membujuk
publik untuk menerima pesan menggunakan Two-Way Assymetrical
Model. Jika bertujuan untuk mencapai mutual understanding,
menggunakan Two-Way Symetrical Model.
2. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Kegiatan Employee
Relations Hotel Sahid Jaya Solo dalam Meningkatkan Kinerja
Faktor yang dapat mendukung jalannya program employee relations
di hotel Sahid Jaya Solo diantaranya:
a. Yang paling berkaitan langsung adalah kebijakan pemerintah
Kebijakan-kebijkan yang diambil oleh pemerintah dalam
mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan didasarkan pada
informasi dan data yang tersedia. Informasi dan data tersebut benar-
benar dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dimaksudkan dalam
rangka menjamin agar kebijakan yang diambil benar-benar dapat
menjadi alternatif pemecahan masaah yang dihadapi. Dalam rangka
16
menjamin ketersediaan informasi dan data yang diperlukan tersebut,
maka perlu dirumuskan suatu sistem penatausahaan dan
pendokumentasian data yang baik.
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan karyawan
Tingkat pendidikan yang beragam di Hotel Sahid Jaya Solo
menjadikan pemberitahuan suatu peraturan atau kebijakan dari
perusahaan memerlukan seorang perantara yang membantu
menyampaikan informasi yaitu HRD bersama dengan public relations.
Selain itu, dibentuknya Serikat Pekerja Pariwisata (LKS Bipartit) yang
menampung aspirasi dan juga menyampaikan informasi kepada
anggota. Selain untuk memudahkan dalam menerima masukan dan
keluhan karyawan, juga untuk memudahkan penerjemahan kebijakan
hotel kepada karyawan.
c. Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat sekitar tidak dapat dipungkiri menjadi
faktor yang menentukan di dalam setiap penentuan suatu kebijakan
perusahaan. Oleh karena itu, disepakati adanya Perjanjian Kerja
Bersama antara perushaan dengan Serikat Pekerja Pariwisata Hotel
Sahid Jaya Solo. Hal ini seluruh hal yang tertulis dalam PKB wajib
dilaksanakan oleh perusahaan dan karyawan mulai dari peraturan cuti,
lembur, jaminan, dan sebagainya.
d. Fasilitas yang diberikan oleh pihak manajemen
Fasilitas kegiatan employee relations merupakan wujud
dukungan manajemen kepada kegiatan tersebut. Kegiatan employee
relations dijadikan agenda perusahaan bulanan, tahunan, atau bersifat
insidentil. Dukungan manajemen Hotel Sahid Jaya Solo pada kegiatan
employee relations, hal ini diimplementasikan keterlibatan manajemen
dalam acara-acara kegiatan employee relations bertujuan
meningkatkan kerja team.
b. Suasana kekeluargaan
Salah saktor pendukung kegiatan employee relations diantaraya
suasana kekeluargaan yang selalu diciptakan disana sehingga para
17
karyawan merasa betah bekerja disana. Keakraban yang dijalin para
karyawan terlihat dari saling mengenalnya karyawan yang satu dengan
yang lain, baik yang muda dan yang tua, antara atasan dan bawahan.
c. Pengalaman yang dilihat dari masakerjanya, fasilitas, pengetahuan, dan
disiplin karyawan dapat meningkatkan kinerja karyawannya.
Employee relations dalam konteks senioritas diimplementasikan
kedalam rasa hormat, dan menghargai, namun hubungan karyawan di
Hotel Sahid Jaya Solo karyawan lebih muda maupun yang tua saling
berbaur dan menghormati satu dengan lainnya tanpa ada sekat.
Kegiatan employee relations dilakukan menghilangkan sekat sebagai
akibat dari rasa senioritas.
Faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya Kegiatan employee
relations di hotel Sahid Jaya Solo diantaranya:
a. Perbedaan cara kerja, kebiasaan, gaya hidup, dan cara pandang
Hambatan ini terutama pada saat bekerja secara tim yang
melibatkan beberapa rekan karyawan dan pimpinan dari devisi-devisi
yang berbeda. Hambatan tersebut, menurut pakar manajemen dari
Amerika Serikat, R. Kreitner dalam bukunya berjudul "Management",
4th Edition (1998), merupakan bentuk hambatan Psikososial
(Psychosocial barriers). Hambatan yang terjadi akibat adanya
perbedaan yang cukup melebar pada aspek kebudayaan, adat istiadat,
kebiasaan, persepsi, nilai-nilai yang dianut dan hingga kecenderungan,
kebutuhan, serta harapan-harapan dari kedua belah pihak yang
berkoniunikasi tersebut (Yeni, 2012: 209).
b. Koordinasi waktu antar rekan karyawan dan pimpinan, terutama
dengan divisi atau unit kerja yang lain.
Hambatan ini terjadi karena anggota perusahaan sangat sibuk
dan sering kali harus meninggalkan kantor karena keperluan meeting
dengan klien. Kondisi ini menyulitkan koordinasi pekerjaan karena
masing-masing individu seringkali tidak dapat bertemu secara tatap
muka. Upaya yang dilakukan memaksimalkan media-media
komunikasi internal yang lebih efisien misalnya mengadakan rapat
18
melalui conference call untuk mengetahui perkembangan pekerjaan
melalui email atau media lainnya. Menurut Adler dan Elmhorst dalam
Yeni (2012: 192), bahwa salah satu hambatan dalam komunikasi
internal di suatu perusahaan adalah kesulitan bekerja sama dengan
karyawan pada area atau divisi yang berbeda.
c. Kekurangan informasi dan muncul kesalahfahaman
Akibat dari Kekurangan informasi dan muncul kesalahfahaman
sehingga informasi yang diterima karyawan kurang sempurna. karena
informasi yang diterima kurang sempurna. Kondisi ini sangat wajar
terjadi di perusahaan dan hal ini terselesaikan melalui komunikasi
langsung kepada yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi
tambahan yang dibutuhkan atau melakukan konfirmasi atas informasi
yang telah disampaikan untuk menghindari perbedaan persepsi
Solusi dilakukan dengan menyediakan media informasi seperti
papan pengumuman, telepon, gadget dengan fasilitas media sosial
terintegrasi di seluruh karyawan hotel sehingga informasi langsung di
up date, cepat, dan komunikasi langsung kepada yang bersangkutan.
d. Kesibukan operasional atau padatnya aktifitas yang ada
Kesibukan operasional yang tinggi pada departement yang
khusus langsung memberikan pelayanan kepada konsumen seperti
marketing, food & beverage, housekeeping, enginering dan front office.
Mereka tidak akan mungkin meninggalkan tugas mereka. Solusi yang
dilakukan dengan mencari kegiatan employee relatons yang dapat
sesuai dengan waktu luang mereka, dengan mengatur ulang jadwal.
e. Masalah anggaran
Anggaran menjadi penghambat karena dengan kurangnya dana
anggaran yang dikeluarkan atau diberikan perusahaan untuk
pelaksanaan program kegiatan tersebut, maka program yang dijalankan
sering kali kurang maksimal sebagai solusi perlu dianggarkan dengan
biaya yang lebih efektif dan rasional.
19
Kesimpulan
1. Implementasi kegiatan employee relations yang diterapkan di Hotel Sahid
Jaya Solo dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Program employee relations Hotel Sahid Jaya Solo merupakan
kewenangan HRD namun dalam mengimplementasikan kegiatan itu HRD
bekerjasama dengan Public Relations untuk membuat perencanaan,
pelaksanaan, dan melakukan evaluasi setelah program itu selesai. Program
employee relations yang dilakukan diantaranya: 1) Employee communication
diantaranya pelatihan dan training, training kebakaran, bimbingan mental,
gethering, chek kesehatan, ulang tahun bersama, general meeting, olah raga,
kesenian dan lain-lain, 2) Employee attitude survey diantaranya memantau
tanggapan karyawan terhadap perubahan kebijakan manajemen hotel, dan
kegiatan penilaian karyawan, 3) Employee conseling, secara prosedural
konseling di hotel Sahid Jaya Solo tidak dilakukan, namun ada mekanisme
penyaluran pendapat dengan Serikat Kerja. Serikat kerja, dan 4) Profit
sharing, terkait kebijakan pemberian keuntungan diantaranya: pemghargaan,
bonus, tunjangan hari raya, uang service, dan lain-lain dituangkan dalam Buku
Perjanjian Kerja Bersama. Program pendidikan dan pelatihan merupakan poin
paling dominan employee relations dalam upaya peningkatan kinerja terhadap
karyawan. Disamping itu pemberian penghargaan juga merupakan poin yang
berpengaruh karena terkait dengan loyalitas seorang karyawan.
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan employee
relations yang diterapkan di Hotel Sahid Jaya Solo.
Faktor-faktor yang dapat mendukung jalannya program employee
relations diantaranya: faktor keefektifan (kebijakan pemerintah, pendidikan
dan pelatihan, lingkungan masyarakat), sedangkan pendukung yang lain
mencakup: fasilitas yang diberikan oleh pihak manajemen, suasana
kekeluargaan dan pengalaman. Faktor-faktor yang menghambat jalannya
kegiatan employee relations diantaranya: perbedaan cara kerja, kebiasaan,
gaya hidup, dan cara pandang, koordinasi waktu antar rekan karyawan dan
pimpinan, kekurangan informasi dan muncul kesalahfahaman, kesibukan
operasional atau padatnya aktifitas, dan masalah anggaran.
20
Daftar Pustaka Alhroot, A. H. (2015). Measuring Public Relations And Communication A Case
Study Of Jordanian Hotels. International Journal of Economics, Commerce and Management. Vol. III, Issue 1, Jan 2015 . ISSN 2348 0386
Anwar, P.M. (2016). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Effendi, O.U. (1993). Hubangan Masyarukat, Bandung: Remaja Rosdakarya ______. (2002), Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung: Rosdakarya ______. (1992). Human Relations & Public Relations. Bandung: Mandar Maju. Gnunig, J. E. and Hunt, T. (1992). I Managing Public Relations. Fort Worth:
Holt, Rinehart & Winston Hidayat, R, (2017). Peningkatan Aktivitas Komunikasi Interpersonal Dalam
Organisasi Melalui Perbaikan Efikasi Diri, Kepemimpinan Dan Kekohesifan Tim, Jurnal Manajemen Pendidikan. Volume: 4, No. 2, Juli-Desember 2017, e-ISSN 2549-9661, Halaman: 161-170.
Jefkins. F.(1992). Public Relations. Erlangga. Jakarta. Kriyantono, R. (2007). Teknik Praktis riset Komunikasi. Kencana. Jakarta. Murray, A. (2001). Public Relations. London: Transet Limited. Nassazi, A. (2013). Effect of Training Performance, Evidence from Uganda
Business Economics and Tourism 2013. VAASAN uganda: Ilmu Aplikasi bisnis Internasional universitas Ammattikokeakoulu
Prasetyo W.A., dan Winoto, Y. (2016), Komunikasi Interpersonal Di Kalangan Karyawan Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat Dan Hubungannya Dengan Kinerja Tenaga Perpustakaan, Jurnal Humanis, ISSN 1410-8062, Vol. XV No. 1, March 2016, Page 32-40.
Putra, N.I.G. (1966), Perkembangan Teori Public Relations dan implikasinya terhadap Penelitian dan Pendidikan Public Rehltionsdi Indonesia, makalah Seminar ISKI, Yogyakarta 20-22 Juni 1996.
Ruslan, R. (2010). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
___________. (2002). Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Suhandang, K. (2004). Public Relations Perusahaan. Nuansa. Bandung. Susanto, A.S, (2008). Komunikasi dalam Teori dan Praktek II. Bandung: PT.
Rindang Mukti. Suyadi, P. (1998). Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Membangun Organisasi
Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia Yogyakarta: BPFE. Tutiasri, R.P., (2016). Komunikasi Dalam Komunikasi Kelompok, Jurnal
Channel, Vol. 4, No. 1, April 2016, ISSN: 23389176. hal. 81-90. Wijaya, I.S. (2013). Komunikasi Interpersonal Dan Iklim Komunikasi Dalam
Organisasi, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 115 – 126 Williarns, A, dan Lesly, P. (1967). Employee Relations. Public Relations
Handbook, NewJersey: Prentice Yeni, I..L. (2012). Penerapan Kegiatan Employee Relations dalam Mendukung
Iklim Komunikasi Internal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Konsultan Publik Relations X), Skripsi, Depok: Universitas Indonesia.