Post on 06-Aug-2015
PENGAJUAN PROPOSAL
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN PEKERJA DI INDUSTRY ANET SOFA
PLALANGAN PADOWOHARJO SLEMAN
Di ajukan oleh :
MANUEL SOARES ARAUJO
NIM : D III. KL. 09. 00005
PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA TAHUN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan industrialiasis di negara kita dapat dipisahkan dengan
meningkatnya tehnologi yang modern dalam usaha pembangunan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pertubuhan industry yang pesat tanpa di sertai dengan upaya
pengamanan efek samping penerapan tehnologi akan menimbulkan masalah
kesehatan dan keselamatan kerja (A. Siswanto, 1991) .
Tenaga kerja yang merupakan unsur yang langsung berhubunga dengan
berbagai akibat dari kemajuan dalam bidang industry. Adanya kemajuan tehnolgi
dapat menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan kerja, maka perlu
dipelihara dan dilindungi tenaga kerja dari lingkungan kerja yang buruk agar tercipta
tenaga kerrja yang sehat dan berproduktifitas.
Pengamanan yang tidak tepat dapat mengakibatkan berbagai hal yang negatif,
baik terhadap tenaga kerja maupun terhadap masyarakat yang berada disekitr tempat
produksi.
Penyakit akibat kerja antara lain faktor fisik, kimia, infeksi, fisiologi dan
psikologi. Kebisingan adalah salah satu contoh fakor fisik yang ada di lingkungan
kerja. Kebiingan yang berada di tempat kerja selain menggnggu kesehatan juga dapat
mengganggu pendengaran bagi pekrja, baik yang berasal dari pekerjaannya maupun
dari mesin-mesin yang di gunakan pada proses produksi. Gangguan pendengaran
dapat mengakibatkan ketidakmampuan tenaga kerja untuk mendengar perintah atau
isyarat yang berbahaya di sebabkan oleh kebisingan yang berlebihan sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan yang lain (Hersusanto, 1995)
Dusun kaliurang atau Desa kaliurag adalah merupakan pusat industry kecil
yang menampung tenaga kerja dalam meningkatkan pendapatan keluarga khsusnya
Industry Anet Sofa. Dusun tersebut Mempunyai 25 lokasi dan setiap lokasi
mempunyai enam orang pekerja (6 kk), yang berarti menyerap tenaga kerja 53,6 %
dari kepala keluarga yang ada (280 kk). Tenaga kerja tersbut bekerja mulai jam 0800 -
16 .00 WIB, terutma memproduksi Sofa, lemari, dan kursi berdasarkan pesanan.
Bahan utama yang di gunakan adalah kain, sedangkan lokasinya terbuka tidak ada
ruangan - ruangan serta hanya tertutup genteng saja.
Cara memproduksinya ada yang menggunakan listrik / diesel untuk
pemanasannya dan gerenda, tetapi ada juga yang masih mnual (tenaga manusia),
sedangkan waktu menempa semunya masih menggunakan tenaga manusia, sehingga
dalam lingkunga tersebut pekerja akan merasakan kebisingan karena adanya suara-
suara pukulan logam yang beruang - ulang maupun dari mesin yang di gunakan.
Akibat dari pemaparan kebisingan yang terus - menerus dapat mengganggu
pendengaran tenaga kerja.
Berdsarkan survey pendahuluan pada tanggal 26 Februari 2012, penulis
melakukan wawancara dengan tujuh orang pekerja, bahwa 71,4% dari pekerja
mengalami kesulitan dalam melakukan percakapan secara wajar yaitu harus berteriak
- teriak mengulang - ulang kalimat yang di ucapkan dan merasa bising di
tempat kerja serta merasa berdenging pada telingga pada waktu istirahat atau
selesai bekerja.
Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang
Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran pekerja di Industry
Anet Sofa Jln . Kaliurang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada maka pertanyaan penelitian yang di
ajukan adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan
Gangguan Pendengaran Pekerja di Industry Anet Sofa Jln. Kaliurang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Di ketahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan Gangguan
pendengaran pekerja di industry Anet Sofa Jln . Kaliurang.
Tujuan Khusus :
a. Di ketahuinya intensitas kebisingan dari masing-masing Industry Anet
Sofa / mebel
b. Di ketahuinya Gangguan Pendengaran Pekerja di Industry Anet Sofa
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian Ini Adalah :
1.Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas.
Variabel bebas penelitian ini adalah:
Intensitas kebisingan oleh kegiatan produksi mesin pemotong kayu atau kata
lain gergaji kayu dengan alasan tempat tersebut merupakan sumber kebisingan
hasil dari bunyi pemotongan kayu yang berulang - ulang dan suara mesin dalam
membuat bentuk barang, sehingga akan berpengaruh terhadap gangguan
pendengaran pekerja.
b.Variabel Terikat
Variabel terikat penelitian ini adalah gangguan pendengaran pekerja dengan alasan
tenaga kerja yang secara langsung merasakan dan daya pendengaran akan berfungsi
terus - menerus seehingga berpengaruh terhadap kesehatan telinga dan produktifitas
kerja.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Industry Anet Sofa Jln. kaliurang dengan alasan
tempat tersebut merupakan daerah sentra industri Anet Sofa di banding dengan dusun
yang lain dan 71,4% dari pekerja mengalami kesulitan dalam melakukan pecakapan
secara wajar.
3. Waktu Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2012.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan bermnfaat untuk :
a. Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah kepustakaan terutama dalam
mata kuliah Hyperkes mengenai intensitas kebisingan dengan gangguan
pendengaran.
b. Pengelolah Industry Anet Sofa
Agar lebih menyadari dan memahami pengtingnya kesehatan telinga dan
pemkaian APD dalam melakukan pekerjaan.
c. Puskesmas Setempat
Menambah masukan dalam melayani masyarakat dalam bidang kesehatan
terutama Usaha Kesehatan kerja.
d. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian dan
penulisan khususnya tentang Hyperkes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Bunyi
Bunyi adalah Sesuatu yang kita dengar yang timbul karena getaran-getaran.
Getaran-getaran ini di transmisikan diantarkan melalui partikel-partikel yang ada
disekitar kita, dan menyebar keseluruh penjuru seperti air yang terjadi bila sebuah
batu di lemparkan ke sebuah kolam. (Pandapotan Lubis, 1985).
Getaran-getaran dari yang bisa di dengar telinga manusia adalah getaran yang
mempunyai panjang gelombang 20-20.000 cycles/detik. Perlu diketahui bahwa
beberapa jenis binatang dapat mendengar getaran - getaran yang tidak bisa di dengar
manusia, misalnya bunyi ultrasonik dapat didengar oleh anjing yang kita namakan
siulan anjing diam.
Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh dua hal, pertama ilah frekuensi yaitu
jumlah getaran / detik dan dinyatakan ddengan satuan Hertz (Hz), kedua yalah
intensitas yaitu kekuatn araus energi / satu satuan luas dan di nyatakan dengan desibel
(dB).
d B = 20 log p
p = tekanan suara yang bersangkutan
po = tekanan suara standar (0,0002) dyne / cm2)
Kekuatan dasar dari bunyi yang dapat di dengar ialah 0,0002 dyne/Cm2 pada
frekuensi 1.000 Hz (Pandapotan Lubis, 1985).
2. Kebisingan
Kebisingan ialah suara-suara yang tidak di inginkan oleh si pendengar. Bila loudness
mencapai tingkat tertentu maka suara itu bisa menimbulkan bising tergantung pada peka
pendengaran seseorang dan mendadaknya suara tersebut. Biasanya kebisingan di ukur dengan
dB sebagai suatu ukuran yang obyektif. (Pandapotan Lubis, 1985).
Alat ukur yang di gunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan alat Noise
Logging Desimeter Quest M-28. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:
a. Cara melakuakn kalibrasi
1 . Siapkan alat (Kalibrator dan NLD-M28)
2 . Tekan On
3 . Menekan pause reset
4 . Tekan code clock
5 . Lakukan langkah kalibrasi
6.Tekan Off
b. Pengoperasian alat NLD-M28 Di lapangan
1 . Tempatkan NLD-M28 Pada titik yang telah ditetapkan benar
2 . Tekan On
3 . Tekan code clock
4 . Isi waktu pengukuran (Misal pukul 10. 00)
5. Tekan pause reset
6. Jika waktu mulai pngukuran sudah siap, tekan RUN (NLD-M28 sudah bekerja)
7. Untuk membuktikan NLD-M28 Sudah bekerja / mengetahui angka-angka
pembacaan NLD-M28, tekan Sound Level (angka-angka dalam dB ( A)
8. Jika pengukuran sudah brjalan 8 jam (sesuai yang di kehendaki), tekan pause
reset
9. Kemudian tekan Off
c. Hasil kemudian di cetak (Diprint)
3. Jenis - Jenis kebisingan
Jenis-jenis kebisingan yang bisa ditemui di bedakan menjadi lima jenis,
yaitu : (Suma’mur, 1984)
a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas ( Steady state,
wide band noise)
b. Kebisingaan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrrow
band noise) misalnya suara gergaji serkuler, katup gas.
c. Kebisingan terputus putus (Intermmitten) misalnya suara lalu lintas, suara kapal
terbaang.
d. Kebisingan implusif impact or imlusife noise misalnya pukulan tukul, tembakan
medil atau meriam, ledakan.
e. Kebisingan implusif beulang misalnya mesin di perusahaan.
4. Faktor - Faktor kebisingan
Kebisingan dapat didefisikan sebagai suara yang mengganggu, sifat
mengganggu tersebut bisa di rasakan karena : (Djasio Sanropie, 1985)
a . Tidak teratur bunyinya
b . Tidak terduga bunyinya
c . Karena keras bunyinya
d . Monoton (berbunyi terus - menerus)
e . Bunyi yang tidak di inginkan / tidak disukai atau di perlukan
f . Tempat dan waktunya tidak tepat.
Kebisingan dapat di katakan relatif, sifat mengganggu atau tidaknya suatu
suara di pengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Perbedaan pengalaman
b. Perbedaan usia
c. Perbedaan kesenangan
d.Perbedaan Tingkat pendidikan Pengaruh ego individu
5. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan
Pengaruh utama kebisingan terlihat pada terjadinya kerusakan pada
indrapendengaran yang sifatnya bisa progresif. Mula-mula kerusakan tersebutmemang
hanya sementara, tetapi bila terus-terusan berhadapan dengannya, maka kerusakan
tersebut bisa menetap dan ketulian yang terjadi tidak akan pulih kembali. Biasanya
dimulai dengan ketulian frekuensi 4000 Hz dan kemudian tambah parah dan meluas
ke frekuensi-frekuensi di sekitarnya dan akhirnya mengenai seluruh frekuensi yang
digunakan untuk bercakp-cakap. Akibatnya kebisingan yang parah seperti diatas
umumnya di sebabkan oleh suara yang mempunyai intensitas tinggi. Nilai ambang
batas kebisingan yang terus - menerus seperti di pabrik - pabrik adalah 85 dB.
(Pandapotan Lubis, 1985).
Kebisingan dijumpai di beberbagai pekerjaan seperti di percetakn surat kabar,
pembuatan mesin, pembuatan perabot rumah tangga, pengecoran logam, pabrik tekstil
dan sebagainya. Di luar industri masalah terdapat diindustri bangunan, studio
musik, lapangan tebang bahkan di jalan raya dimana lalu lintas padat.
Jenis perspektif adalah dimana organ yang bertanggung jawab untuk
penerimaan suara mengalami kerusakan. Pada ketulian yang konduktif saluran luar
dan tengah di pengaruhi sedemikian rupa sehingga penyebaran normal dari suara
ketelinga dalam dikurangi atau ditiadakan. Ketulian fungsional disebabkan oleh
hilangnya. Daya dengar tanpa landasan organik. Individu tidak menggunakan
kemampuan dengar secara utuh.
Kehilangan daya dengar dari pemaparan kebisingan dapat konduktif atau
perspektif atau kedua-duanya. Konduktif apabila itu merupakan hasil letusan atau
ledakan yang dapat menyobekkan kendongan atau ledakan memindahkan ossicle.
Jenis yang perspektif hasil dari pemaparan yang perpanang terhadap kebisingan yang
berlebihan katakanlah 85 dB. Letaknya gangguan adalah cacleah. Pemaparan awal
terhadap kebisingan yang berlebihan selama beberapa menit atau jam dapat
menghasilkan daya dengar untuk sementara waktu dimana dapat sembuh kembali
dalam waktu singkat bila menjauh dari kebisingan. Selama pemaparan di ulang
berbulan-bulan dan bertahun-tahun, penyembuhan dari semua kehilangan daya dengar
yang bersifat sementara menjadi berkurang. Sisa atau kerusakan pendengaran yang
tiak sembuh disebut kehilangan daya dengar permanen. (Hersusanto, 1995).
Di samping itu kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan
komunikasi / percakapan oleh adanya interven suara, sehingga komunikasi bicar
terganggu.
Derajat gangguan bising terhadap percakapan tergantug pada dua faktor yaitu masking
abilite dari bising dan keperluan komunikasi (RM Tedjo Oedono, 1990) .
Gangguan komunikasi dan pendengaran karena kebisingan akan memaksa
seseorang menguatkan suara agar lawan bicara dapat mendengar suranya. Keadan
seperi ini dapat
menimbulkan stres. Stres dapat berakibat pada banyak hal. Dari segi psikologis stres
menimbulkan perasaan tidak bahagia, perasaan tertekan, dan persaan tidak aman.
(Sarlito wirawan, 1992).
Salah satu cara pengukuran pendengaran sebagai berikut :
a. Menyapkan kaset yang berisi rekaman kata-kata (21 kata) satu kata dan dua kata,
antara lain : Tua, meja, batu, buk, sapu, senapan, pakaian, kursi, tamu, kemeja,
perahu, sepatu, gangguan, kebisingan, ukuran, meja, kursi, batu kapur, buku tulis,
sapu lidi, kapal selam, makan pisang.
b. Masukkan kaset tersebut dalam tape recorder
c. Atur intesitas suara 25 dB
d. Atur jarak antara sumber suara dengan pekerjayang diperiksa yaitu dua meter.
e. Pemeriksaan pendengaraan harus jauh dari kebisingan (Sunyi)
f. Tekan on pada tape recorder dan pekerja mendengarkan isi rekaman
g. Setiap selesai satu kata tape recorder di matikan
h. Pekerja yang di periksa mengulang rekaman kata tersebut dan seterusnya sampai
selesai 21 kata
i. Cara penilaian :
Bila responden dalam menirukan jumlah yang benar :
1 - 7 : Pendngaran sangat terganggu
8-14 : Pendengaran terganggu
15-21 : Pendengaran tidak terganggu
6. Anatomi Telinga
Telinga merupakan indera utuk mendengar. Anatomi telingga terdiri dari (Syaifuddin,
1985).
a. Telinga bagian luar
b. Terdiri dari daun telingga, liang telinga, membran tympani
c. Telinga bagian tengah
d. Terdiri dri kafum tympani, tuba auditiva eustaki
e. Telinga bagian dalam terdiri dari labyrinthus osseus dan labyrinthus membranous.
Pada pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai
gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda - beda.
Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar(Auris externa) yang
menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju
inkus dan stapes melalui maleus yang terkait pada membran itu.
Karena yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan
memperbesar getaran yang kemudian di salurkan ke foneatra menuju perilimfe.
Getaran perilife dialihkan melalui membaran menuju endolimfe dalam saluran coklea
dan rangsangan mencapai ujung - ujung akhir syaraf dalam organ corti selnjutnya
dihantarkan menuju otak. Perasaan pendengaran di tafsirkan otak sebagai suara yang
enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi.
7. Nilai Ambang Pendengaran (NAP) Dan Nilai Ambang Batas (NAB)
Menurut Karl D. Kryter (1970) Ambang pendengaran adalah frekuensi suara
yang dapat di dengar oleh pendengaran dalam keadaan sunyi. Umumnya penurunan
atau pendengaran atau kenaikan NAP akibat kebisingan mengeluh setelah kerja dan
sadar setelah pihak lain yang biasa bergaul menyatakan bahwa mereka harus bicara
cukup keras.
Batas pendengaran dianggap normal antara 0 - 25 dB. Hal ini dapt memberi
gambaran pada pemriksaan apakah pendengaran normal atau terdapat ganggun
pendengaran.
Sedangkan NAB Kebisingan adalah intensitas kebisingan dimana manusia
masih sanggup meneria tanpa menunjukan gejala sakit akibat bising, atau ia tidak
menunjukan kelainan pada pemaparan kebisingan tersebut dalam delapan jam sehari
atau 40 jam perminggu.
Nilai Amang Baats berbea – beda antara negara satu dengan negara yang lain.
Di Indonesia ditetapkan NAB kebisingan adalah 85 dB.
Panitia Teknik Nasional Ambang Batas menetapkan NAB kebisingn di pabrik –
pabrik 85 dB.
8. Pengendalian Kebisingan
Pengendalian kebisingan meliputi beberapa hal, antar lain (Herususnto, 1995) .
a. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakuakan dengn menempatkan
peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu penelitian dan
perencanaan mesin baru.
b. Penepatan penghalang pada jalan transmisi. Isolsi tenaga kerja atau mein adalah
usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan, untuk itu bahan yang
dipakai harus mampu menyerap suara.
c. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga biasanya lebih efektif
dari penyumbat telinga. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intesitas kebisingan
sebesar 20 – 25 dB, Harus diusahakn perbaikan komunikasi pemakaian alat-alat
ini.
2. Kerangka Konsep
3. Hipotesis
Adanya hubungan intensitas kebisingn dengan gangguan pendengran pekerja
industriy Anet Sofa di Dusun kaliurang.
Tidak mampu
mendengar
Intensitas
Kebisingan
Mesin - mesin
Pukulan logam
Gangguan pendengaran
Produktifitas menurun
Kecelakan kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan pendekatan croos sectional
yang hasilnya akan di analisa secara deskriptif dan analitik.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh pekerja di Industry Anet Sofa
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi yang berjumlah 30
orang pekerja di ambil dengan cara random sampling dengan kriteria tidak
sedang sakit dan tuli.
C. Variabel dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan satu variabel bebas, satu variabel
terikat dan variabel pengganggu yang antara variabel ini mempunyai hubungan
sebagai berikut:
Intensitas kebisingan
Variabel bebas
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam peneitian ini adalah Intensitas kebisingan dalam proses
industry.
Definisi operasionalnya adalah kekuatan arus energi persatuan luas yang di nyatakan
dB dan diukur dengan mengunakan Noise Logging Dosimeter Quest M-28 Pada saat
para pekerja beraktifitas.
Intensitas kebisingan sedang besarnya : 80 – 82 dB
Intensitas kebisingan rendah besarnya : 72 – 79 dB
Variabel terikat
Gangguaan pendengaran
Variabel pengganggu
- Kondisi kesehatan
- ketulian
Skala : Nominal.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam peneliatian ini adalah gangguan pendengaran pekerja.
Definisi operasinalnya adalah banyaknya jumlah kata yang dapat di tirukan oleh
pekerja dari sumber suara. Alat yang digunakan tape recorder dan kaset rekaman.
Bila responden dapat menirukan jumlahnya :
1 – 7 : Pendengaran sangat terganggu
8 – 14 : Pendengaran terganggu
15 – 21 : Pendengaran tidak terganggu
Skala : Nominal
a. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan mengenai ada atau tidak adanya keleinan pendengaran dapat
mempengaruhi hasil pengukuran gangguan pedengaran. Kondisi kesehatan di
kendalikan dengan tenaga kerja yang sehat atau tidak sakit.
b. Ketulian
Dikendalikan dengan memilih tenaga kerja tidak tuli.
c. Umum
Umur akan mempengaruhi pendengaran, sebab dengan bertambahnya umur biasnya
kemampuan mendengar akan berkurang.
D. Bahan, Alat dan Waktu
1 . Bahn dan Alat
a . NLD –M 28 Adalah untuk mengukur intesitas kebisingan di ruang kerja.
b . Kaset untuk merekam yang berisi suara yang di tirukan pekrja.
c . Tape recorder untuk sumber suara
d. Qusioner dan cheklist untuk pengumpulan data umum dan khusus
e . Meteran untuk mengukur jarak sumber suara dengan responden
f . Alat tulis untuk pencatatan
1. Waktu
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei – juni 2012 pada saat jam kerja yaitu
Hari senin sampai dengan hari sabtu jam 08. 00 – 16. 00 WIB.
E. Cara Pengumpulan Data
Tahap ini mencakup kegiatan – kegiatan :
a. Mengadakan survey pendahuluan kelokasi Industry Anet Sofa
b. Mengurus ijin kepada kepala Desa dan Kepala Dusun setempat
c. Memberitahukan jadwal penelitian kepada pemilik Industry Anet Sofa
d. Menyapkan sampel dan respoden
e. Menyapkan alat dan bahan
2. Pelaksanaan
Tahap ini mencakup kegiatan – kegiatan :
a. Pengisian quisoner yang di isi oleh peneliti
b. Pengukuran intensitas kebisingan dengan NLD Quest M-28 Linkungan proses
industry
c. Pengukuran gangguan pendengaran dengan kaset yang berisi rekaman 21 kata yang
harus di dengar dan di tirukan oleh pekerja.
d. Mengumpulkan, memperoleh, menganalisa data dan selanjunya di susun dalam
bentuk tabel – tabel.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam mengadakan pengumpulan data penulis menggunakan instrumen antara lain :
1. Quesioner
2. Tape recorder
3. Quest M-28 Noise Logging Dosimeter (NLD M-28)
G. Cara Pengolahan Dan Analisa Data
4. Pengelompokan Data
Data yang telah di peroleh melalui pengukuran intensitas kebisingan dan
gangguan pendengaran kemudian di kelompokkan dalam tabel tunggal. Setelah itu
untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dan gangguan
pendengaran di masukkan dalam tabel silang dan kemudian di analisa secara
analitik
5. Analisa Data.
Untuk membuktikan hipotesa tersebut yaitu hubungan intensitas kebisingan
dengan gangguan pendengaran pekerja Industri Anet Sofa di kaliurang, digunakan
uji chi scquare dan bila bermakna dilanjutkan uji cotegensi dengan derjat
kepercayaan α : 0, 05 dengan Program SPSS Versi 6,0.
Hipotesa nol (Ho) : Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas
kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja
Industry anet sofa.
Hipotesa alternatif (Hα) : Ada hubungan yang signifikan antara intensitas
kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja
Industry anet sofa
Ho di tolak dan Hα di terima bila x2 hitung ˃ x2 tabel.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................ 2
C. Tujuan Penelitiaan........................................................ 3
D. Ruang Lingkup penelitian............................................ 4
E. Manfaat penelitian........................................................ 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian....................................................................... 6
1. Bunyi......................................................................... 6
2. Kebisingan................................................................. 7
3. Jenis-jenis Kebisingan................................................ 8
4. Faktor-faktor Kebisingan............................................ 9
5. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan................. 10
6. Anatomi Telingga......................................................... 13
7. Nilai Ambang Pendengaran (NAB) dan Nilai
Ambang Batas (NAB)............................................... 14
8. Pengendalian Kebisingan........................................... 15
B. Kerangka Konsep............................................................ 16
C. Hipotesis........................................................................... 16
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................... 17
B. Populasi dan Sampel........................................................... 17
C. Variabel dan Definisi Operasional...................................... 18
D. Bahan, Alat dan Waktu....................................................... 19
E. Cara Pengumpulan Data...................................................... 20
F. Insrumen Pengumpulan Data.............................................. 22
G. Cara Pengumpulan dan Analisa Data.................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
Arikanto Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Budiono Zaeni, 1992. Kebisingan Sebagai Salah satu Faktor Penyebab Akibat Penyakit
Kerja dan Cara Pengendaliannya, Bulletin Keslingmas No. 42.
Herusutanto, 1992. Penyakit Akibat Kerja. Progrm Study Ilmu Kesehatan Kerja
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Herawaty Lucky, 1998. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat Bagian II APK - TS,
Yogyakarta.
Depkes :
RM. Tedjo Oedono, 1990. Penurunan Pendengaran Pada Pekerja Akibat Pemaparan Kebisingan, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Sarlito Wirawan, 1992. Psikologi Lingkungan PT Ggramedia Widya
Sarjana Indonesia Jakarta.
Djasio Sanropie dkk, 1985. Penyahatan Lingkungan Permukiman Proyek Pengembangan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdikuakes Depkes, Jakarta
Siswanto A, Hyegnne Perusahaan Keselmatan Kerja (Pelatihan Guru / APK SPPH Bidang Study Hyperkes), Surabaya
Suma,mur, 1984. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( TV, Gunung Agung, Jakarta
Syaifuddin, 1985. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta