Post on 23-Dec-2015
description
EFUSI PLEURA
A. Definisi
Menurut kamus kedokteran effusi (l.effusio-menuang ke luar) adalah keluarnya
cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe kedalam jaringan. Sedangkan pleura
(Y.pleural-samping) adalah selaput paru. Efusi pleura adalah pengumpulan cairan
dalam ruang pleura yang terletak di antara permukaan visceral dan parietal. Secara
normal hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.
Ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Jenis
cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,
cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada. Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi
karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid
.
B. Etiologi
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada
tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa, terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan
sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura
eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
C. Patofisiologi
Efusi dapat terdiri atas cairan yang secara relative jernih, yang mungkin
transudat atau eksudat atau dapat mengadung darah atau purulen. Transudat (filtrasi
plasma yang mengalir tembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika factor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu, biasanya
oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik. Transudat menandakan
bahwa kondisi seperti asites atau penyakit sistemik seperti gagal jantung kongestit
atau gagal ginjal mendasari penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasesi cairan kedalam
jaringan atau kavitas) biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor
yang mengenai permukaan pleura.
Lebih jelasnya dapat dilihat patway berikut ini.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Putway Efusi Pleura :
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Ketidakseimbangan tek hidrostatik &
onkotik
Reabsorbsi pleura terganggu
Transudat
Inflamasi rongga pleura
Penumpukan cairan
Adanya bakteri atau tumor pada permukan pleura
Eksudat
Efusi Pleura
Gagal jantung & gagal ginjal
TorakosentesisPleurektomi
Pola nafas tidak efektif
Intoleransi aktifitas
Terapi diureticRadiasi dinding dada
Nyeri
Defisit volume cairan
Hipertermi
Kelebihan volume cairan
Nyeri akut
Resiko Ketidakseimbangan
volume cairan & elektrolit
Resiko Infeksi
Nyeri
Terapi Pengobatan
Resiko Kerusakan integritas
Jaringan/kulit
Resiko Kerusakan integritas kulit
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
D. Manifestasi klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar :
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis.
Efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk.
Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas.
Area yang mengandung cairan menunjukkan bunyi nafas napas minimal atau
tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar.
Pekak saat diperkusi
Egofani akan terdengar diatas area efusi
E. Komplikasi
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada.
Penyebab lainnya adalah:
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura
Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
Gangguan pembekuan darah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah : Untuk menemukan penyebab dasar, Untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, Untuk menhilangkan ketidaknyamanan serta
dispnea. Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan
terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan
penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran
cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum
(atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan
sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka
dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Modalitas pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah pleurektomi dan terapi diuretic. Jika pengumpulan cairan terus
berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui
sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk
doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan
pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika
darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui
selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut
atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan
pembedahan. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan
saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker
untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
H. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi b.d tindakan inpasif
2. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5. Nyeri akut b.d agen injuri biologis :proses penyakit
6. Pola nafas tidak efektif b.d kelelahan otot pernafasan
7. Hipertermi b.d terpapar lingkungan yang panas (radiasi)
8. Resiko kerusakan integritas kulit b.d Radiasi dan menurunya tingkat aktifitas
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gibson, John, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Keliat, Budi Anna. (1991). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru. Surabaya.
Lismidar H,dkk. (1990). Proses keperawatan. AUP
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Soedarsono. (2000). Guidelines of Pulmonology. Surabaya.
Susan Martin Tucker. (1998). Standar Perawatan Klien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
Diagnosa 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur infasifNOC NIC RASIONALNYA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Diharapkan klien tidak terjadi infeksi dengan kritaria :
Tidak ada tanda-tanda infeksi Jumlah leokosit dbn Vital Sign dbn Menunjukan prilaku hidup sehat
Infection Control : Gunakan protocol health safity and
universal precaution dalam melakukan tindakan
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan prinsif sateril dalam melakukan tindakan keperawatan
Tingkatkan asupan nutrisi untuk meningkatkan imunitas
Anjurkan istirahat yang cukup
Laporkan kecurigaan infeksi
Infaction Precaution : Pertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat Cuci tanggan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Berikan antibiotic b/p
Mencegah luasnya dan membatasi penyebaran mikrorganisme
Mencegah terjadinya infeksi lebih dini sebelum menjadi kronis
Menurunkan resiko penyebaran bakteri pada tindakan invasive
Dapat meningkatkan proses pembentukan imunitas dalam tubuh
Mencegah kelemahan fisik dan meningkatkan penyambuhan
Mendeteksi lebih dini dengan adanya infeksi serta dapat menentukan terpai yang diberikan
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Menurunkan resiko terjadinya penyebaran bakteri terhadap klien dan petugasnya sendiri
Menurunkan resiko terjadinya infeksi pada kandung kencing
Zat-zat antibiotik berguna untuk periode yang singkat dalam mengurangi infeksi ketingkat yang dapat diatasi serta memberikan kesempatan untuk memulai kemampuan koping klien
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b.d kelelahan menyeluruh (patique)NOC Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Diharapkan klien beraktifitas secara mandiri dengan kritaria :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan TTV dbn
Mampu melakukan aktifitas secara mandiri secra bertahap
Meningkatkan toleransi aktifitas minimal Tidak ada keluhan selama melakukan
aktifitas
Energi Manajemen : Observasi adanya pembatasan klien dalam
beraktifitas.
Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.
Monitor adanya kelelahan fisik emosi secara berlebihan
Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat klien
Activity therapy : Bantu klien untuk mngidentifikasi aktifitas
yang mampu dilakukan. Bantu klien memilih aktifitas yang mampu
untuk dilakukan. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas
yang disukai. Monitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual.
Aktifitas lebih bermanfaat dalam memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.
Mengetahui secara psikologis permasalahn dengan keterbatasan gerak.
Sehat secara psikologis dapaty meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.
Meningkatkan kekuatan otot untuk beraktifitas.
Mengurangi resiko terjadinya intoleransi ktifitas.
Menngkatkan aktifitas sesuai dengan keinginan klien.
Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan terorganisir.
Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan.
Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Diagnosa 3 : Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturanNOC Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami kekurangan cairan dengan criteria hasil : Terbebas dari edema, efusi Bunyi nafas bersih Vital Sign dbn Tidak mengalami kelelahan, kecemasan &
kebingungan
Fluid Managemen : Pertahankan intake dan out put yang akurat. Monitor sturasi hidrasi Monitor hasil lab yang sesuai retensi cairan
(BUN, Hmt, Os urin) Kolaborasi pemberian cairan IV
Berikan diuretic sesuai intruksi
Dorong keluarga untuk membantu klien makan.
Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebihan muncul memburuk.
Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi. Menghindari terjadinya dehidrasi Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika terjadi
kelainan Menghindari terjadinya kelebihan cairan
Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan
Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
Kebutuhn cairan terpenuhi
Menghindari lebih dini terjadinya keburukan dalam pemenuhan cairan.
Diagnosa 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksiaNOC NIC RASIONALNYA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan BB ideal sesuai dengan TB Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan
dari menelan Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
Nutrition Management : Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makan yang sudah terpilih (sudah
dikonsulkan dengan ahli gizi)
Meningkatkan kebutuhan nutrisi Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
System kekebalan tubuh terhadap infeksi dapat terpenuhi
Konstipasi dapat dikendali
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Monitor gerakan diagfargma (paradoksis) Ajarkan klien bagaiman membuat catatan
makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
Meminimalakan adanya kelainan pada diagfragma
Dapat memonitor kebutuhan intake Dapat meningkatkan dalam proses imunitas
tubuh Menigkatkan pengetahuan tentang kebutuhan
nutrisi.
Diagnosa 5 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik : proses penyakitNOC NIC Rasionalnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan criteria hasil : Ekspresi wajah ceria Klien tampak tenang Vital Sign dbn Skala nyeri berkurang
Pain Managemen : Lakukan pengkajian nyeri secara
konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Observasi reaksi non verbal
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengetahuan nyri klien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Bantu klien dan keluarganya untuk mencari dukungan
Control lingkungan yang mempengaruhi nyri ;suhu, ruangan, cahaya.
Kurang factor pencetus nyeri
Tingkatkan istirahat
Pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi
Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi. Meyakinkan klien untuk mendapatkan
perawatan yang intensif. Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan. Meningkatkan psikologis dan motifasi
keingin sembuhan Menurunkan factor-faktor yang
menmpengaruhi nyeri
Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan menemukan factor presipitari
Mencegah nyri dan meningkatkan penyembuhan.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Ajarkan tehnik non farmakologi
Evaluasi keefektifan control nyeri Kolaborasi dengan dokter jika masalah nyri
belum teratasi.
Analgesik Managemen : Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, dan
frekuensi obat. Kaji riwayat alergi
Pilih rute pemberian secara IV & IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah pemberian analgesic pertama kali
Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan gejala (efek samping)
Menurunkan terjadinya keracunan obat yang mengandung bahan kimia.
Rasa nyeri libuh dapat teratasi. Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri
kronis.
Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat lebih tepat pada indikasinya.
Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin muncul
Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan efisien
Mengurangi terjadinya adanya komplikasi serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat.
Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut tentang keefektifan pemberian analgesic.
Diagnosa 6 : Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasanNOC NIC Rasionalnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan criteria hasil : RR dalam batas normal Suara nafas bersih Tidak ada sianosis TTD dam batas normal
Airway Managemen : Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi mengi
Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi & ekspirasi
Peninggian kepala ditempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan grafitasi
Tachipnea biasanya ada pada beberapa drajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang meninmbulkan perawatan di rumah sakit
Pencetus tipe alergi pernafasan dapat
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunanan obat Bantu.
Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator bp
Respiratory Monitor : Kaji/awasi secra rutin kulit dan membrane
mukosa
Palpasi fremitus
Awasi Vital Sign dan irama jantung
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
mentriger episode akut
Hidrasi membantu mengeluarkan kekentalan secret, penggunaan cairan hangatdapat menurunkan kekentalan secret dan spasme mukosa
Merelasasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa
Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengidentifikasikan hipoksemia.
Penururnan getaran vibrilasi diduga adanya pengumpulan udara/cairan
Tachicardi, disretmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
Diagnosa 7 : Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkunan yang panas : radiasiNOC NIC RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Fever Treatment :
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
3x24jam diharapkan tidak mengalami hipertermi dengan criteria hasil :
Suhu tubuh dala rentang normal Nadi dan RR dbn Tidak ada perubahan kulit Tidak pusing Merasa nyaman
Monitor suhu sering mingkin
Monitor IWL
Monitor Vital Sign
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan cairan intra vena
Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Temperatur Regulation : Monitor suhu setiap 2 jam
Selimuti klien dari kehilangan kehangatan tubuh
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu tubuh dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
Perubahan suhu tubuh menandakan metabolisme system suhu tubuh tidak maksimal
Kesimbangan IWL menandakan suhu tubuh normal
Perubahan Vita Sign yang terjadinya adanya kepanasan dalam tubuh.
Kesimbangan intake dan output menentukan terapi yang mungkin diberikan
Meningkatkan keseimbangan suhu tubuh menjadi normal
Tindakan segera untuk mengontrol suhu tubuh sangat diperlukan untuk mencegah hipertermi
Dapat membantu dalam mempertahankan atau menstabilkan suhu tubuh
Sirkulasi yang panas membantu menurunkan keseimbangan suhu tubuh.
Suhu tubuh sangat cepat dalam perubahannya. Anastesi inhalasi akan menekan hipotalamus,
dan mengakibatkan kurangnya regulasi suhu tubuh
Pengetahun klin meningkat sangat mendukung dalam penurunan adanya komplikasi yang lain dari terjadinya hipertermi
Diagnosa 8 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan radiasi dan menurunnya tingkat aktifitasNOC INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan tidak mengalami kerusakan
Presure Management : Anjurkan klien menggunakan pakaian yang Mengurangi terjadinya lesi pada daerah yang
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007
integrasi kulit dengan criteria hasil : Perfusi jaringan baik Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
(sensai, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
longgar Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Ajurkan mobilisasi setiap 2jam sekali
Monitor kulit adanya kemerahan
Olesi kulit dengan minyak baby oil pada daerah yang tertekan
Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien Memandikan klien dengan air hangat
tertekan Memperlancar peredaran perubahan susu Menurunkan resiko terjadinya infeksi
Mencegah terjadinya dekubitus pada klien Mencegah terjadinya infeksi dan data
menntukan terapi sedini mungkin Menurunkan terjadinya infeksi pada daeraha
setempat Menurunkan resiko dekubitus yang
mempengaruhi terjadinya infeksi Menjaga kesimbangan kesehatan kulit agar
tetap bersih dan bebas untuk meningkatkan sesuai fungsinya.
MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007