Post on 15-Oct-2021
EFEK AIR PERASAN BUAH JERUK LEMON
(Citrus limon) TERHADAP LAJU ALIRAN,
NILAI pH SALIVA DAN JUMLAH
KOLONI Staphylococcus aureus
(IN VIVO)
SKRIPSI
Oleh:
Natasya Angelyna Batubara
NIM: 130600022
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2017
Natasya Angelyna Batubara
EFEK AIR PERASAN BUAH JERUK LEMON (Citrus limon)
TERHADAP LAJU ALIRAN dan NILAI pH SALIVA serta JUMLAH
KOLONI Staphylococcus aureus (IN VIVO)
x + 52 halaman
Air perasan jeruk lemon mengandung asam sitrat yang merupakan asam
organik utama yang bersifat antibakteri sehingga berkumur dengan air perasan
jeruk lemon dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada
saliva. Stimulus kimiawi seperti asam merupakan yang paling kuat dalam
meningkatkan sekresi saliva. Rancangan penelitian ini adalah Pre and Post Test
Group Design. Pengambilan sampel saliva sebelum dan setelah berkumur air
perasan lemon dilakukan terhadap 24 subjek, pengukuran laju alir saliva
menggunakan timbangan digital, pengukuran pH saliva menggunakan indikator
pH saliva Hanna Instrument, dan pengujian bakteri Staphylococcus aureus
dengan media Mannitol Salt Agar, selama 24 jam pada suhu 37oC, setelah itu
dilakukan penghitungan jumlah koloni(CFU/plate). Hasil uji Wilcoxon
menunjukkan air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan
12,5% dapat meningkatkan laju aliran saliva dan menurunkan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus secara signifikan (p<0,05). Hasil analisa uji T
berpasangan menunjukkan air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 25% dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12,5% menurunkan nilai pH saliva secara signifikan (p<0,05). Hasil uji korelasi
Pearson menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara laju aliran dan
pH saliva, laju aliran dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus, serta pH
saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan dari
penelitian adalah air perasan jeruk lemon dengan minimal konsentrasi 12,5%
secara signifikan meningkatkan laju aliran saliva, menurunkan pH saliva, serta
menurunkan jumlah koloni Staphylococcus aureus.
Kata kunci : lemon, saliva, Staphylococcus aureus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 13 Desember 2017
Pembimbing: Tanda tangan,
Yumi Lindawati, drg., MDSc ........................
NIP. 19810329 200912 2 004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
pada tanggal 13 Desember 2017
TIM PENGUJI
KETUA : Yumi Lindawati, drg., MDSc
ANGGOTA : 1. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes
2. Yendriwati, drg., M.Kes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah
selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Yumi
Lindawati, drg., MDSc, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran dan waktu yang sangat berguna
dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG (K)., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada
penulis.
3. Bapak Dr. Panal Sitorus, Msi., Apt selaku kepala laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh kakak/abang
Laboran yang telah bersedia memberikan izin dan membantu dalam melakukan
penelitian.
4. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Marton Batubara, ST, MT dan
Ibunda Rosmalina Saragih, drg., yang telah membesarkan serta memberikan kasih
sayang, doa, semangat, dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudari
penulis yaitu Marlyn Audiya Batubara, S.Ked., atas doa, cinta kasih dan dukungan
kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Angela, Laura, Narwastu, Kezia, Imas,
Cornelia, Karin, Lilia, Indri, Bella, Naufa, Luthfiyah, Evan, David, Romario, Reinhard, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seluruh teman seperjuangan skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu Cynthia, Elisabeth,
Michael, Theresia, Safriani, Andy, Fariza, Fauzi, Yolanda, Dheyna, Chandra, Gilang,
Ughasini, Peijie yang telah membantu selama penelitian serta memberikan semangat dan
motivasi tiada henti kepada penulis selama penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu bagi
masyarakat dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Biologi Oral.
Medan, Desember 2017
Penulis,
(Natasya Angelyna Batubara)
NIM: 130600122
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI..........................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 41.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 41.4 Hipotesis Penelitian...................................................................... 41.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 51.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 51.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 62.1 Jeruk Lemon (Citrus limon) ......................................................... 62.1.1 Klasifikasi Jeruk Lemon (Citrus limon).................................... 72.1.2 Morfologi Jeruk Lemon (Citrus limon)..................................... 72.1.3 Analisis Fitokimia Citrus limon ................................................ 82.1.4 Kandungan Nutrisi Citrus limon ............................................... 82.2 Senyawa Tannin ........................................................................... 92.2.1 Sifat – sifat Tannin .................................................................... 102.2.2 Pemanfaatan Tannin sebagai Antimikroba ............................... 112.3 Mekanisme Senyawa Flavonoid................................................... 112.4 Staphylococcus aureus.................................................................. 122.4.1 Klasifikasi Ilmiah Staphylococcus aureus ................................ 122.4.2 Morfologi Staphylococcus aureus............................................. 122.4.3 Patogenesis Staphylococcus aureus .......................................... 132.5 Saliva............................................................................................ 142.5.1 Komponen Saliva ...................................................................... 152.6 Laju Aliran Saliva ........................................................................ 152.7 Nilai pH Saliva............................................................................. 16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
2.8 Faktor yang Mempengaruhi pH dan Laju Aliran Saliva.............. 162.9 Mekanisme Jeruk Lemon Mempengaruhi Laju Aliran dan
pH Saliva...................................................................................... 172.10 Landasan Teori........................................................................... 192.11 Kerangka Teori........................................................................... 212.12 Kerangka Konsep ....................................................................... 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 233.1 Jenis Penelitian............................................................................. 233.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 233.2.1 Tempat Penelitian ..................................................................... 233.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 233.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian ........................... 233.3.1 Populasi ..................................................................................... 233.3.2 Sampel ....................................................................................... 233.3.3 Besar Sampel............................................................................. 243.4 Kriteria Sampel ............................................................................ 253.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................................... 253.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................... 253.5 Variabel Penelitian ....................................................................... 263.5.1 Identifikasi Variabel ................................................................. 263.5.1.1 Variabel Bebas ....................................................................... 263.5.1.2 Variabel Terikat...................................................................... 263.5.1.3 Variabel Terkendali ................................................................ 273.5.1.4 Variabel Tak Terkendali......................................................... 273.6 Definisi Operasional Penelitian.................................................... 273.7 Alat dan Bahan Penelitian............................................................ 283.7.1 Alat........... ................................................................................. 283.7.2 Bahan......................................................................................... 283.8 Prosedur Penelitian....................................................................... 283.8.1 Pembuatan Air Perasan Buah Jeruk Lemon .............................. 283.8.2 Pengenceran Air Perasan Buah Jeruk Lemon ........................... 293.8.3 Persiapan Pengambilan Sampel Saliva ..................................... 293.8.4 Metode Pengumpulan Saliva..................................................... 293.8.5 Pengukuran Laju Aliran Saliva ................................................. 303.8.6 Pengukuran Nilai pH Saliva ...................................................... 303.8.7 Pengenceran Sampel Saliva ...................................................... 303.8.8 Pembuatan Isolat Koloni Staphylococcus aureus Sebelum
Perlakuan Berkumur Air Perasan Jeruk Lemon........................ 323.8.9 Pembuatan Isolat Koloni Staphylococcus aureus Setelah
Perlakuan Berkumur Air Perasan Jeruk Lemon........................ 323.8.10 Perhitungan Jumlah Koloni ..................................................... 333.9 Skema Alur Penelitian.................................................................. 343.10 Analisis Data .............................................................................. 34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 35
BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................ 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 486.1 Kesimpulan .................................................................................. 486.2 Saran............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analisis fitokimia dari air perasan jeruk lemon ........................................ 8
2. Jumlah nutrisi Citrus limon....................................................................... 9
3. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan
jeruk lemon berdasarkan perbedaan konsentrasi ...................................... 35
4. Rata-rata pH saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk
lemon berdasarkan perbedaan konsentrasi................................................ 36
5. Hubungan laju aliran saliva dengan pH saliva.......................................... 37
6. Rata-rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus sebelum dan
sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon berdasarkan perbedaan
konsentrasi ................................................................................................ 36
7. Hubungan laju aliran saliva dengan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus .............................................................................. 38
8. Hubungan pH saliva dengan jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus........................................................................................................ 39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Alur Pikir
2. Skema Alur Penelitian
3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
5. Lembar Pengamatan Penelitian
6. Surat Persetujuan Komisi Etik
7. Lembar Hasil Analisis Statistik SPSS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dikenal banyak bahan alam yang memiliki daya antibakteri.
Penggunaan bahan alam oleh masyarakat Indonesia, khususnya tanaman obat
cenderung meningkat seiring tingginya harga obat dan fenomena resistensi dari obat-
obatan kimia. Menurut WHO, tanaman obat akan menjadi sumber terbaik untuk
mendapatkan berbagai jenis obat. Sekitar 80% individu dari negara maju
menggunakan obat tradisional, yang memiliki senyawa yang berasal dari tanaman
obat.1,2
Untuk jangka panjang, tanaman obat telah menjadi sumber produk alami yang
sangat berharga dan tidak terpisahkan dengan kesehatan manusia dan juga memiliki
potensi yang besar dalam memproduksi obat baru. Oleh karena itu, banyak daya tarik
terhadap aktivitas antibakteri buah sitrus sebagai potensi dan sumber obat farmasi
yang menjanjikan.2
Buah sitrus memiliki nutrisi yang tinggi dan dapat ditemukan di daerah tropis.
Buah yang termasuk jenis sitrus adalah buah jeruk, jeruk lemon, jeruk nipis dan jeruk
bali, selain jeruk keprok dan pomelos. Buah sitrus hanya memenuhi 0,9% dari total
kalori harian dan 1,7% asupan karbohidrat harian.3 Jus lemon dipercaya memiliki
khasiat antimikroba dibanyak kebudayaan di dunia. Di Afrika Selatan, jus lemon
telah digunakan dalam pengobatan oral thrush pada pasien HIV/AIDS.4
Citrus limon yang biasa dikenal dengan lemon termasuk famili Rutaceae,
umumnya dibudidayakan di negara – negara Asia Selatan. Lemon kaya akan
suplemen gizi yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin seperti
thiamine, riboflavin, niacin, asam pantotenat, folat, kolin dan kaya sumber vitamin C.
Lemon juga mengandung unsur-unsur seperti kalsium, magnesium, kalium dan seng
dan sejumlah senyawa fitokimia seperti tanin dan flavonoid.5,6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Menurut USDA Nutrient Database, jeruk lemon lebih kaya akan vitamin C
dan asam folat dibandingan jeruk nipis, yaitu 39 mg vitamin C dan 20 μg asam folat
dalam 100 gram jus lemon, sedangkan pada 100 gram jeruk nipis terdapat 30 mg
vitamin C dan 10 μg asam folat, dimana berfungsi sebagai antioksidan, membantu
perkembangan sel darah, serta menetralisir radikal bebas.7
Jus lemon mengandung sekitar 5% asam sitrat yang memberi rasa asam lemon
dan pH 2 sampai 3.8 Konsumsi karbohidrat padat maupun cair dapat menyebabkan
terjadinya perubahan pH saliva dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri
dan akan melekat di permukaan gigi. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju aliran
saliva yang distimulasi adalah stimulus alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar,
refleks muntah, stimulus unilateral, asupan makan dan status gizi.9 Stimulus kimiawi
yang bersifat asam merupakan stimulus yang paling kuat dalam meningkatkan sekresi
saliva. Substansi kimia yang dapat menimbulkan persepsi pengecapan dan
menimbulkan rasa asam yang tajam bila diaplikasikan di pangkal lidah.10
Kandungan flavonoid pada sitrus memiliki aktivitas biologis yang luas,
termasuk sebagai antibakteri, antijamur, antidiabetes, antikanker, dan aktivitas
antivirus. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan langsung dan menangkap
radikal bebas, serta memiliki kapasitas dalam memodulasi aktivitas enzim dan
menghambat proliferasi sel. Pada tumbuhan, flavonoid berperan dalam menyerang
mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur dan virus.11
Giuseppe, dkk(2007) melaporkan adanya limonoid pada spesies sitrus, yang
dianggap mampu melawan bakteri yang terisolasi secara klinis. Limonoid yang
diperoleh dari lemon, menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur yang baik.2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tomotake, dkk zat yang memiliki
kemampuan sebagai antibakteri dalam buah jeruk lemon adalah asam sitrat yang
merupakan asam organik utama yang terkandung dalam air perasan lemon. Selain itu
menurut Zu, dkk kandungan minyak atsiri (monoterpen dan sesquiterpen) seperti
limonene memiliki aktivitas antibakteri dimana pada buah jeruk lemon juga memiliki
kandungan minyak atsiri berupa limonene. Menurut Noghata, dkk tanaman jeruk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
mengandung komponen flavonoid dimana menurut Cushnie, dkk flavonoid memiliki
aktivitas antibakteri.12
Penelitian Hindi NKK, dkk (2013) melaporkan bahwa zona hambat jus lemon
konsentrasi 100% pada Staphylococcus aureus sebesar 26 mm, sedangkan zona
hambat kulit lemon konsentrasi 100% pada Staphylococcus aureus sebesar 30 mm.2
Penelitian Oikeh EI, dkk (2015) melaporkan bahwa jus lemon dengan konsentrasi
200 μg/ml memiliki zona hambat pada Staphylococcus aureus sebesar 20 mm dengan
KHM pada konsentrasi 25 μg/ml dan KBM pada konsentrasi 50 μg/ml.15 Penelitian
Okeke MI, dkk (2015) melaporkan jus lemon pada Staphylococcus aureus
ATCC12600 dengan konsentrasi 100 mg/ml memiliki zona hambat sebesar 21 mm,
KHM pada konsentrasi 25 mg/ml, dan KBM pada konsentrasi 100 mg/ml.4
Flavonoid menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel bakteri sebagai
pemberi bentuk sel dan melindungi sel dari lisis. Senyawa ini merupakan antimikroba
karena membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler, mengubah sifat
fisik dan kimiawi sitoplasma, dan mendenaturasi dinding sel bakteri dengan cara
melalui ikatan hidrogen. Pada dinding sel bakteri gram positif mengandung
polisakarida (asam terikoat) merupakan polimer yang larut dalam air, yang
menunjukkan bahwa dinding sel bakteri gram positif bersifat lebih polar.1
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang dapat ditemukan
pada rongga mulut sebagai flora normal, namun pada keadaan tertentu dapat berubah
menjadi patogen apabila terjadi ketidakseimbangan dalam rongga mulut dan dapat
menyebabkan angular cheilitis. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor predisposisi,
seperti kebersihan rongga mulut yang rendah, pemakaian gigi tiruan, penggunaan
antibiotik dengan jangka waktu yang lama, diabetes mellitus tidak terkontrol,
defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, dan kondisi
imunosupresi.14,15
Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti efek air
perasan buah jeruk lemon terhadap laju aliran dan nilai pH saliva serta jumlah koloni
Staphylococcus aureus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh pemberian air perasan buah jeruk lemon dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap laju aliran saliva?
2. Bagaimanakah pengaruh pemberian air perasan buah jeruk lemon dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap pH saliva?
3. Bagaimanakah pengaruh pemberian air perasan buah jeruk lemon dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus?
4. Apakah ada hubungan antara laju aliran saliva dan pH saliva, laju aliran
saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus, serta pH saliva dan jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus, sebelum dan sesudah berkumur dengan air
perasan jeruk lemon (Citrus limon) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk melihat pengaruh berkumur air jeruk lemon dengan konsentrasi
100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap laju aliran saliva.
2. Untuk melihat pengaruh berkumur air jeruk lemon dengan konsentrasi
100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap pH saliva.
3. Untuk melihat pengaruh berkumur air jeruk lemon dengan konsentrasi
100%, 50%, 25% dan 12,5% terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus.
4. Untuk melihat hubungan antara laju aliran saliva dan pH saliva, laju aliran
saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus, serta pH saliva dan jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus, sebelum dan sesudah berkumur dengan air
perasan jeruk lemon (Citrus limon) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) meningkatkan laju aliran saliva.
2. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) menurunkan pH saliva.
3. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) menurunkan jumlah bakteri
Staphylococcus aureus pada saliva.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
4. Hɑ: ada hubungan antara laju aliran saliva dan pH saliva, laju aliran saliva
dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus, serta pH saliva dan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus, sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan
jeruk lemon (Citrus limon) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai data dan informasi mengenai efektivitas air perasan jeruk lemon
(Citrus limon) terhadap pH dan laju aliran saliva, serta bakteri Staphylococcus
aureus.
2. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian lanjutan tentang
pemanfaatan air perasan jeruk lemon (Citrus limon) sebagai alternatif pengobatan di
bidang kedokteran gigi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai informasi untuk dokter gigi tentang penggunaan air perasan jeruk
lemon (Citrus limon) sebagai obat kumur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jeruk Lemon (Citrus limon)
Jeruk merupakan tanaman asli dari Benua Asia khususnya dari India sampai
Cina. Banyak spesies jeruk yang telah dibudidayakan di daerah subtropis. Jeruk
mempunyai 6 genera yaitu: 1) Citrus, 2) Microcitrus, 3) Fortunella, 4) Poncirus, 5)
Cymenia, dan 6) Eremocitrus, yang paling banyak dikenal adalah citrus. Salah
satunya adalah citrus limon atau jeruk lemon. Jenis jeruk lemon ini berasal dari
daerah Birma Bagian Utara dan Cina Selatan. Penyebaran jeruk lemon di Indonesia
berada di Jawa dan telah dibudidayakan. Jeruk lemon dapat tumbuh baik di dataran
rendah hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.12,13
Buah lemon sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Buah ini sangat kaya
akan vitamin C, magnesium, kalium, dan kalsium. Tidak hanya daging buahnya, kulit
buah lemon juga memiliki kandungan antioksidan dan berfungsi sangat baik untuk
menjaga kekebalan tubuh. Kulit lemon juga mengandung flavonoid yang merupakan
suatu antioksidan golongan fenol yang banyak ditemukan di sayuran, buah-buahan,
kulit pohon, akar, bunga, teh, dan wine. Konstribusi flavonoid untuk sistem
pertahanan antioksidan sangat besar mengingat total asupan harian flavonoid dapat
berkisar 50-800 mg.14
Lemon dan produk olahannya merupakan sumber senyawa fenolik (terutama
flavonoid) serta senyawa nutrisi dan non-nutrisi (vitamin, mineral, serat makanan,
minyak essensial, asam organik, dan karotenoid) yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan fungsi sistem fisiologis manusia.16 Tanaman ini dibudidayakan terutama untuk
kandungan alkaloidnya, yang memiliki aktivitas antikanker dan potensi antibakteri
dalam ekstrak kasar dari berbagai bagian (daun, batang, akar, jus, kupas, dan bunga)
lemon yang melawan strain bakteri yang signifikan secara klinis telah dilaporkan.2,11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
2.1.1Klasifikasi Jeruk Lemon (Citrus limon)
Jeruk lemon memiliki nama lain Citrus limon (L.) Osbeck. Di Indonesia
disebut dengan jeruk sitrun atau jeruk limun. Klasifikasi tanaman jeruk lemon
berdasarkan Backer dan Cronquist adalah sebagai berikut:13,15
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berbiji dua)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus limon (L.) Osbeck
2.1.2 Morfologi Jeruk Lemon (Citrus limon)
Gambar 1. Jeruk Lemon (Citrus limon (L.))
(Sumber: Dokumentasi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Buah jeruk lemon berbentuk lonjong atau bundar, berry, hesperidium, dan
berwarna kuning ketika sudah matang. Buah ini termasuk dalam kelompok jeruk
yang disebut “hesperidium”. Bentuk buah bisa berubah saat sudah matang atau ketika
pohonnya mulai tua, tergantung dari jenisnya. Ukuran buahnya juga sesuai dengan
varietas, beban tanaman, akar, dan irigasi tanaman. Lemon yang sudah matang akan
berubah warna dari hijau menjadi kuning, beratnya sekitar 50 – 80 g dan diameternya
5 – 8 cm.8
2.1.3 Analisis Fitokimia Citrus limon
Tabel 1. Analisis fitokimia dari air perasan jeruk lemon4
Senyawa Fitokimia Jumlahnya
Alkaloid +
Glikosida sianogenetika ++
Glikosida antrasena -
Cardiac glycosides +
Glikosida steroid +
Tannin +++
Saponin +
Flavonoid +
Karbohidrat ++
Protein +
Vitamin yang larut dalam air ++
Ket: (-) tidak terdeteksi; (+) konsentrasi rendah; (++) konsentrasi sedang;
(+++) konsentrasi tinggi
2.1.4Kandungan Nutrisi Citrus limon
Jeruk lemon memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dibandingkan jeruk
nipis serta sebagai sumber vitamin A, B1, B2, fosfor, kalsium, pektin, minyak atsiri
70% limonene, felandren, kumarins bioflavonoid, geranil asetat, asam sitrat, linalil
asetat, kalsium, dan serat.12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Kulit lemon mengandung serat kasar (15,18%), lemak kasar (4,98%), dan
protein (9,42%). Kandungan abu kulit lemon adalah 6,26% . Jus lemon mengandung
sekitar 5% asam sitrat yang memberi rasa asam lemon dan pH 2 sampai 3.8
Tabel 2. Jumlah Nutrisi Citrus limon8
Elemen Jumlah
Sodium (Na) 0.83
Air 92%
Kalium (K) 0.24
Magnesium (Mg) 0.59
Zinc (Zn) 0.15
Protein 9.42
Vitamin C 38.7
Fosfor (P) 0.11
Serat 15.18
Lemak 4.98
Kalsium (Ca) 0.32
Tembaga (Cu) 0.22
Zat Besi (Fe) 0.54
2.2 Senyawa Tannin
Senyawa tannin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa pahit dari
gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan mengendapkan atau menyusutkan
protein. Zat astringent dari tannin menyebabkan rasa kering dan puckery (kerutan) di
dalam mulut. Tannin merupakan senyawa phenol yang larut dalam air dan memiliki
berat molekul antara 500 dan 3000 Da.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
2.2.1Sifat – sifat Tannin
Menurut Browning (1966) sifat utama tannin tumbuh-tumbuhan tergantung
pada gugusan phenolik-OH yang terkandung dalam tannin, dan sifat tersebut secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:17
a. Sifat Kimia Tannin
1. Tannin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat koloid,
sehingga jika terlarut dalam air bersifat koloid dan asam lemah.
2. Umumnya tannin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar dan akan meningkat
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tannin akan larut dalam pelarut
organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Tannin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan phloroglucinol bila
dipanaskan sampai suhu 210 oF – 215 oF (98,89 oC – 101,67 oC).
4. Tannin dapat dihidrolisa oleh asam, basa, dan enzim.
5. Ikatan kimia yang terjadi antara tannin-protein atau polimer-polimer lainnya
terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
b. Sifat Fisik Tannin
1. Umumnya tannin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah
dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tannin bentuknya amorf dan
tidak mempunyai titik leleh.
2. Tannin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung
dari sumber tannin tersebut.
3. Tannin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas
dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
4. Warna tannin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau
dibiarkan di udara terbuka.
5. Tannin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan
racun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
2.2.2Pemanfaatan Tannin sebagai Antimikroba
Tannin bertindak seperti asam ringan berdasarkan banyak gugus -OH fenolik.
Asam tannic adalah bentuk yang paling sederhana hydrolysable tannin. Tannin
kualitas tinggi mengandung 65-76% asam tannic. Salah satu sifat yang paling penting
dari tannin dan asam tannic adalah kemampuannya untuk membentuk kompleks
chelat dengan ion logam. Meskipun asam tannin dapat berfungsi sebagai agen
antimikroba alami, tetapi tidak aktif terhadap spektrum yang luas dari jamur dan
bakteri (Salunkhe et al. 1989; Sanderson et al. 2001).17
2.3 Mekanisme Senyawa Flavonoid
Efek antibakteri disebabkan oleh adanya kandungan asam sitrat dan turunan
fenol yang terkandung dalam air perasan jeruk lemon. Flavonoid merupakan senyawa
yang banyak terdapat pada jenis tanaman obat. Flavonoid disintesis tanaman dalam
responnya terhadap infeksi mikroba, sehingga secara in vitro efektif terhadap
mikroorganisme. Senyawa ini merupakan antimikroba karena membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler, mengubah sifat fisik dan kimiawi sitoplasma,
dan mendenaturasi dinding sel bakteri dengan cara melalui ikatan hidrogen. Aktivitas
ini akan mengganggu fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, dan
pengendalian susunan protein sehingga menyebabkan kematian pada bakteri.1
Di samping itu pada dinding sel bakteri gram positif mengandung polisakarida
(asam terikoat) merupakan polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai
transfer ion positif untuk keluar masuk. Sifat larut inilah yang menunjukkan bahwa
dinding sel gram positif bersifat lebih polar. Flavonoid menyebabkan terganggunya
fungsi dinding sel sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel dari lisis osmotik.
Terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel.1
Asam sitrat sebesar 7-7,6% yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri
dengan cara mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan isotonik.
Denaturasi ditandai dengan adanya kekeruhan yang meningkat dan timbulnya
gumpalan. Mekanisme kerja dari senyawa tersebut yaitu dengan merusak dinding sel
bakteri dan masuk ke dalam inti sel bakteri, mengganggu proses respirasi sel,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
menghambat aktivitas enzim bakteri, dan menekan terjemahan dari regulasi produk
gen tertentu.1
Flavonoid dalam buah sitrus memiliki spektrum yang luas terhadap aktivitas
biologi, termasuk antibakteri, antijamur, antidiabetes, antikanker, dan aktivitas
antivirus. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan langsung dan penangkal
radikal bebas. Pada tumbuhan, flavonoid berperan dalam melawan invasi patogen,
termasuk bakteri, jamur, dan virus.7
2.4 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus dikenal sebagai mikroorganisme gram positif patogen
yang dihubungkan dengan berbagai sindrom klinis, yang dapat melakukan invansi ke
dalam berbagai organ atau jaringan tubuh dengan menimbulkan imflamasi, nekrosis
dan abses. Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab terjadinya abses
yang timbul karena adanya kelainan periodontal dari gigi, ombinasi adanya invasi
bakteri dan respon tubuh mengawali terjadinya kerusakan gigi dan jaringan
pendukung lainnya.9
2.4.1 Klasifikasi Ilmiah Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Bergey dalam Capuccino:18
Kingdom : Procaryota
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
2.4.2 Morfologi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk lonjong
atau kokus, tidak berspora, berdiameter 1 μm dan susunannya tidak teratur. Bakteri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
ini tersusun dalam kelompok seperti anggur. Pembentukan kelompok ini karena
pembelahan sel-sel anaknya cenderung berada dekat dengan induknya.18,19
Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi
pada kondisi aerobik. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 6,5-460C dan pada pH 4,2-
9,3. Temperatur terbaik untuk bakteri ini tumbuh adalah 370C namun untuk
pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada suhu kamar (20-350C). Koloni
tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm. Koloni pada media
padat berbentuk bulat, lembut, menonjol dan mengkilat.19,20
Staphylococcus aureus memberntuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning
emas tua. Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan
koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Pada media mannitol
salt agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan memfermentasi mannitol.20
Stapylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik
dan merupakan substansi penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan
merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang
tergabung yang kemudian dirusak oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting
dalam patogenesis infeksi, yaitu merangsang pembentukan interleukin-1 (pirogen
endogen) dan antibodi opsonik, juga dapat menjadi penarik kimia (kemotraktan)
leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin dan mengaktifkan
komplemen.19,20
2.4.3 Patogenesis Staphylococcus aureus
Infeksi yang awalnya berasal dari kerusakan jaringan keras gigi atau jaringan
penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga
mulut yang berubah menjadi patogen. Karies gigi yang tidak dirawat menyebabkan
nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan
hancur sehingga meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi kemudian bergerak ke dalam rongga tersebut dan memfagosit bakteri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
sehingga sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati akan membentuk nanah
yang mengisi rongga tersebut.21
Kemampuan patogen Staphylococcus aureus dalam membelah diri merupakan
efek gabungan dari faktor ekstrasel dan toksin secara bersama-sama. Patogenetik,
invasif Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase dan cenderung menghasilkan
pigmen kuning dan hemolitik. Nonpatogenetik, Staphylococci noninvasif seperti S.
Epidermis adalah koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. Organisme ini akan
mengalami refraktori untuk pengobatan karena pembentukan biofilm.19,20
Penjalaran Staphylococcus aureus sebagai agen kausatif pertama kali ditandai
dengan terjadinya nekrosis jaringan setempat, kemudian terjadi koagulasi fibrin di
sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi
proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah
bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis,
bahkan terjadi bakteremia. Lebih dari 30 jenis Staphylococcus Sp dapat menginfeksi
manusia, kebanyakan disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Hasil dari isolasi dan
pengkulturan murni Staphylococcus aureus dari abses adalah sebesar 0,7-15%. Abses
ditandai adanya kerusakan jaringan yang menghasilkan pus. Pus yang terjadi karena
Staphylococcus aureus patogen menghasilkan koagulase, pigmen kuning, bersifat
hemolitik, mencairkan gelatin, serta bersifat invasif.22
2.5 Saliva
Saliva merupakan cairan eksokrin yang terdiri dari berbagai komponen yang
kompleks, tidak berwarna, yang disekresikan kelenjar saliva mayor dan minor untuk
mempertahankan homeostasis rongga mulut.23,24 Secara umum, saliva berperan dalam
proses pencernaan makanan, pengaturan keseimbangan air, menjaga integritas gigi,
aktivitas antibakterial, buffer, dan berperan penting bagi kebersihan rongga mulut.
Perubahan karakteristik saliva dapat digunakan sebagai indikator diagnostik penyakit
sistemik dan penyakit rongga mulut.9,23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
2.5.1Komponen Saliva
Setiap hari kelenjar saliva manusia menghasilkan hampir 1500 mL saliva yang
terdiri dari 94,0 – 99,5 % air, unsur organik dan unsur anorganik. Unsur Organik
saliva terdiri dari urea, asam urea, glukosa bebas, asam amino bebas, laktat dan asam-
asam lemak serta makromolekul ditemukan dalam saliva seperti protein, amilase,
peroksidase, tiosianat, lisozim, lipid, IgA, IgM dan IgG. Sedangkan unsur anorganik
yang utama adalah elektrolit seperti sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium,
bikarbonat dan fosfat.10,23,24 Dalam jumlah normal, berbagai unsur tersebut memiliki
fungsi masing-masing dan memungkinkan saliva dapat bekerja sebagai cairan yang
multifungsional.23,24
Komposisi saliva merupakan faktor penting dalam menentukan prevalensi
karies. Perlindungan relatif terhadap kavitas gigi, laju aliran saliva, kapasitas buffer,
kalsium, fosfat dan konsentrasi fluorida adalah hal-hal yang diperlukan. Sirkulasi
saliva dalam rongga mulut disebut sebagai seluruh saliva terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar saliva mayor, minor dan sedikit dari cairan krevikular.25
Apabila terjadi perubahan susunan ion-ion dalam saliva dapat mempengaruhi
fungsi dan peranannya didalam rongga mulut, sehingga dapat menimbulkan efek
yang merugikan bagi kesehatan rongga mulut.10
2.6 Laju Aliran Saliva
Laju aliran saliva merupakan parameter yang menggambarkan normal, tinggi,
rendah atau sangat rendahnya aliran saliva yang dinyatakan dalam satuan ml/menit.
Total saliva ketika berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam adalah 700-1500 ml.
Laju aliran saliva dapat mengalami perubahan karena beberapa faktor. Diantaranya
derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, irama siang dan malam, obat, usia, jenis
kelamin, dan status gizi.9,25 Beberapa studi tentang laju aliran saliva yang tidak
distimulasi pada individu yang sehat didapatkan rata-rata whole saliva sekitar 0,3
ml/menit. Hasil di bawah 0,1 ml/menit dianggap sebagai hiposalivasi, dan hasil di
antara 0,1-0,25 ml/menit merupakan laju aliran rendah. Saliva yang tidak distimulasi
biasanya dikumpulkan dari pasien dengan posisi duduk tenang, dengan kepala
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
menunduk dan mulut terbuka untuk meneteskan saliva dari bibir bawah ke tabung
sampel (biasa disebut metode draining). Metode lainnya yang banyak digunakan
untuk mengukur saliva yang tidak distimulasi adalah metode meludah, metode sedot,
dan metode swab. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang tidak
distimulasi adalah derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan terhadap cahaya, stimulasi
sebelumnya, ritme sirkadian, ritme sirkanual, dan obat-obatan.25
Pada orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3
ml/menit. Rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dimana pada keadaan
hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit.
Stimulan yang biasa digunakan adalah permen karet, paraffin wax, dan asam sitrat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang distimulasi adalah stimulus
alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar, refleks muntah, stimulus unilateral, asupan
makan dan status gizi.9,24,25
2.7 Nilai pH Saliva
Nilai pH saliva normal berkisar 6-7 dan bervariasi tergantung kecepatan
alirannya. Konsumsi karbohidrat padat maupun cair dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pH saliva dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri dan akan
melekat di permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada saliva, pH akan
kembali netral selama 20 menit terpapar karbohidrat yang berkonsistensi cair dan 40-
60 menit pada karbohidrat yang berkonsistensi padat. Kecepatan sekresi saliva
terstimulasi 3,0 ml/menit akan mencapai pH 7,62.9,25,26
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran dan Nilai pH Saliva
Kecepatan aliran sekresi saliva berubah-ubah pada individu atau bersifat
kondisional sesuai dengan fungsi waktu, yaitu sekresi saliva mencapai minimal pada
saat tidak distimulasi dan mencapai maksimal pada saat distimulasi. Salah satu
mekanisme sekresi saliva merupakan kegiatan refleks yang stimulusnya berasal dari
dalam rongga mulut.10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Stimulus tersebut terdiri atas stimulus mekanik dan stimulus kimiawi.
Stimulus mekanik tampak dalam bentuk pengunyahan, sedangkan stimulus kimiawi
tampak dalam bentuk efek kesan pengecapan. Kedua jenis stimulus tersebut
membangkitkan kegiatan refleks salivasi.10
Stimulus kimiawi dalam rongga mulut berhubungan dengan kesan pengecapan
dan sekresi saliva. Substansi kimia yang dapat menimbulkan persepsi pengecapan dan
menimbulkan rasa asam yang tajam bila diaplikasikan di pangkal lidah. Stimulus
kimiawi yang bersifat asam merupakan stimulus yang paling kuat dalam
meningkatkan sekresi saliva.10
2.9 Mekanisme Jeruk Lemon Mempengaruhi Laju Aliran dan pH Saliva
Sekresi saliva dapat berubah dengan adanya aktivitas refleks. Aktivitas refleks
adalah otomatis, terprediksi, diproduksi dan merupakan respon langsung dari adanya
stimulus atau rangsangan. Kebanyakan inisiasi dan hampir keseluruhan respon,
melibatkan sistem saraf pusat.27
Kelenjar parotid, submandibular, sublingual dan minor saliva berperan dalam
sekresi saliva total (whole saliva). Kontrol saliva tergantung pada refleks impuls
saraf. Refleks ini melibatkan tungkai aferen, inti saliva di dalam medula, dan tungkai
eferen yang terdiri dari saraf simpatik dan para simpatik yang memasok berbagai
kelenjar.27
Berbagai reseptor dirangsang sebelum, selama dan setelah konsumsi makanan
dan minuman, di antaranya adalah refleks gustatori (gustatory-salivary reflex) yang
ditemukan pada tastebud atau indra pengecap rasa (asam, manis, asin, pahit, dan
umami). Stimulus gustatori yang menyebabkan sekresi saliva paling besar adalah rasa
asam, diikuti oleh umami, asin, manis, lalu yang terakhir pahit.27
Refleks yang selanjutnya menyebabkan sekresi saliva adalah refleks
mastikatori (masticatory-salivary reflex) yang dipengaruhi oleh tekanan
pengunyahan, refleks olfaktori (olfactory-salivary effect) yaitu refleks yang berasal
dari indra penciuman, refleks visual (visual and psychic salivary reflexes) yaitu
refleks yang berasal dari indra penglihatan, refleks nosiseptor (oral nociceptor-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
salivary reflexes) yaitu refleks noksius yang diaplikasikan pada rongga mulut seperti
rasa pedas, dan refleks oesofageal (oesofageal-salivary reflex) pada penderita asam
lambung tinggi.27
Jus lemon mengandung sekitar 5% asam sitrat yang memberi rasa asam lemon
dan pH 2 sampai 3.7 Konsentrasi asam yang lebih rendah, bersamaan dengan semua
rangsangan gustatory dasar lainnya, memberikan respon saliva yang berbeda, namun
semuanya jauh lebih kecil daripada arus maksimum yang terlihat, contohnya 5%
asam sitrat. Rangsangan gustatory yang membangkitkan respon saliva sangat asam,
diikuti oleh umami, asin, manis dan pahit.27
Dikatakan tidak hanya stimulus gustatory individu menghasilkan volume
cairan saliva yang berbeda, tetapi juga dapat menghasilkan saliva dengan keseluruhan
komposisi yang berbeda yang tidak terkait dengan fakta bahwa laju aliran saliva
melalui saluran mempengaruhi konsentrasi beberapa elektrolit. Pada beberapa
rangsangan manis hewan telah terbukti menghasilkan aliran saliva parotid rendah
dengan kandungan protein tinggi, sedangkan pada manusia, telah ditunjukkan bahwa
stimuli garam menghasilkan sekresi parotid lebih tinggi pada protein daripada
rangsangan dasar lainnya pada aliran yang sama.27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
2.10Landasan Teori
Citrus limon yang biasa dikenal dengan lemon termasuk famili Rutaceae,
umumnya dibudidayakan di negara – negara Asia Selatan. Lemon kaya akan
suplemen gizi yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin seperti
thiamine, riboflavin, niacin, asam pantotenat, folat, kolin dan kaya sumber vitamin C.
Lemon juga mengandung unsur-unsur seperti kalsium, magnesium, kalium dan seng.
Lemon mengandung sejumlah fitokimia seperti tanin, terpen, polifenol dan
flavonoid.5 Jus lemon mengandung sekitar 5% asam sitrat yang memberi rasa asam
lemon dan pH 2 sampai 3.8
Konsentrasi asam yang lebih rendah, memberikan respon saliva yang berbeda,
contohnya 5% asam sitrat. Rangsangan gustatory yang membangkitkan respon saliva
sangat asam, diikuti oleh umami, asin, manis dan pahit. Stimulus gustatori yang
menyebabkan sekresi saliva paling besar adalah rasa asam, diikuti oleh umami, asin,
manis, lalu yang terakhir pahit.27
Perubahan karakteristik saliva dapat digunakan sebagai indikator diagnostik
penyakit sistemik dan penyakit rongga mulut.9,23 Kecepatan aliran sekresi saliva
berubah-ubah pada individu atau bersifat kondisional sesuai dengan fungsi waktu,
yaitu sekresi saliva mencapai minimal pada saat tidak distimulasi dan mencapai
maksimal pada saat distimulasi.16 Konsumsi karbohidrat padat maupun cair dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva dimana karbohidrat akan difermentasi
oleh bakteri dan akan melekat di permukaan gigi. Nilai pH saliva normal berkisar 6-7
dan bervariasi tergantung kecepatan alirannya.9,25,26
Lemon dan produk olahannya merupakan sumber senyawa fenolik (terutama
flavonoid) serta senyawa nutrisi dan non-nutrisi (vitamin, mineral, serat makanan,
minyak essensial, asam organik, dan karotenoid) yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan fungsi sistem fisiologis manusia.10 Kandungan flavonoid pada sitrus aktivitas
biologis yang luas, termasuk sebagai antibakteri, antijamur, antidiabetes, antikanker,
dan aktivitas antivirus. Flavonoid dapat berfungsi secara sebagai antioksidan
langsung dan menangkap radikal bebas, serta memiliki kapasitas dalam memodulasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
aktivitas enzim dan menghambat proliferasi sel. Pada tumbuhan, flavonoid berperan
dalam menyerang mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur dan virus.11
Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam
mikroorganisme ke dalam tubuh, dengan temperatur yang hangat, kelembaban dan
lingkungan yang kaya akan nutrisi dapat meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme. Salah satunya adalah bakteri Staphylococcus aureus dimana bakteri
ini dapat dijumpai pada Angular cheilits.8,9 Angular cheilits merupakan inflamasi atau
peradangan yang terjadi pada salah satu atau kedua sisi sudut mulut, yang ditandai
dengan adanya eritema, fissure, deskuamasi dan rasa nyeri. Staphylococcus aureus
berperan dalam terjadinya inflamasi.28
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus yang
tersusun seperti buah anggur. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada berbagai
media bakteriologi dalam kondisi aerobik. Pada media mannitol salt agar (MSA)
akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning
keemasan karena kemampuan memfermentasi mannitol.29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
2.11Kerangka Teori
AirPerasanJeruk
Lemon Flavonoid
Sifat fisik dan kimiawisitoplasma berubah
Denaturasidinding sel
bakteri
Tannin
Jeruk Lemon
(Citrus limon)
Membentuk senyawakompleks dengan protein
ekstraseluler
Kematian selbakteri
Berkumur air perasanjeruk lemon
(pH jeruk lemon 3-4)
Rangsangankimiawi(asam)
Saliva
Laju aliransaliva↑
pH↓
Ikatan proteinbakteri rusak
Sekresi saliva
Merangsangtastebud
Fungsi: Antikanker Antivirus Antidiabetes Antioksidan Antijamur
Antibakteri
Refleks Saliva: Mastikatori Olfaktori Visual Nosiseptor Oesofageal
Gustatory
Dipengaruhioleh:
Flora normal
Mengaktifkansistem saraf
pusat
Meningkatkansekresi saliva
Saraf simpatis(rangsanganadrenergik)
Saraf parasimpatis(rangsangankolinergik)
Staphylococcus aureus
Streptococcus mutans
Streptococcus viridans
Lactobacillus sp.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
2.12Kerangka Konsep
Air PerasanJeruk Lemon
Jeruk Lemon(Citrus limon)
Staphylococcusaureus
PertumbuhanStaphylococcus aureus
terganggu
Perbedaan efek antibakteriair perasan buah jeruk
lemon dengan konsentrasiyang berbeda
Fungsi: Antikanker Antivirus Antidiabetes Antioksidan Antijamur
Antibakteri
Subjek penelitian Saliva
Laju aliransaliva ↑
pH ↓
Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% Konsentrasi 12,5%Konsentrasi 100%
pH jeruk lemon 3-4(kategori asam)
Bakteri ronggamulut
Berkumur Air Perasan JerukLemon
(Stimulus kimiawi)
Sekresi saliva ↑
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan penelitian Pre and Post Test Group Design yaitu melakukan pengukuran
atau observasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Pembuatan dan pengenceran air perasan buah jeruk lemon, serta pengambilan
saliva dan perhitungan pH saliva dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Sedangkan pengujian bakteri dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu bulan Februari – Desember 2017. Dimulai dari
pencarian alat dan bahan penelitian, persiapan penelitian, kemudian dilakukan
penelitian, analisa data dan penentuan hasil serta pembahasan hasil penelitian.
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi USU yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.3.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU
usia 18-25 tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Penentuan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dalam kurun waktu tertentu dari populasi yang paling mudah dijangkau
atau didapatkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian dapat tercapai.
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel penelitian ini adalah besar sampel yang dihitung menggunakan
rumus Federer, berikut:
Keterangan :
t : Jumlah perlakuan
r : Jumlah sampel dalam setiap kelompok
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri atas:
1. Perlakuan 1: Air perasan buah jeruk lemon 100%
2. Perlakuan 2: Air perasan buah jeruk lemon 50%
3. Perlakuan 3: Air perasan buah jeruk lemon 25%
4. Perlakuan 4: Air perasan buah jeruk lemon 12,5%
Jadi perlakuannya (t) adalah: 4, maka
(4-1) . (r-1) > 15
3r-3 > 15
3r > 18
r > 18/3
r > 6
Jumlah perlakuan ulang sampel (n) minimun yang diperlakukan adalah 6,
artinya dilakukan masing-masing 6 sampel untuk setiap perlakuan.
Setiap perlakuan dibutuhkan 6 sampel sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 24 orang.
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Ekstrak dan air perasan jeruk lemon yang memiliki kriteria:
a. Buah lemon yang digunakan diperoleh dari buah jeruk lemon segar.
2. Subjek penelitian yang memiliki kriteria:
a. Subjek berusia 18 – 25 tahun.
b. Laki – laki dan perempuan.
c. Keadaan umum subjek baik.
d. Keadaan rongga mulut subjek baik.
e. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Buah jeruk lemon yang diperoleh dari buah jeruk lemon yang tidak segar.
2. Subjek penelitian yang memiliki kriteria:
a. Menggunakan piranti ortodonti dan gigi palsu.
b. Mengonsumsi obat – obatan antihipertensi, antidepresan, antihistamin.
c. Perokok, penyirih, peminum alkohol.
d. Wanita dalam masa menstruasi, hamil, menyusui.
e. Memiliki riwayat penyakit sistemik.
f. Gigi karies dan radiks.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Identifikasi Variabel
3.5.1.1 Variabel Bebas
Air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%.
3.5.1.2 Variabel Terikat
Laju aliran saliva
pH saliva
Jumlah koloni Staphylococcus aureus
Variabel Terikat: Laju aliran saliva pH saliva Jumlah koloni
Staphylococcus aureus
Variabel Terkendali: Media Mannitol Salt Agar
(MSA) Suhu inkubasi 37oC Waktu pembiakan 24 jam pada
Staphylococcus aureus Teknik pengisolasian dan
pengkulturan Kaliper ukur zona hambat Waktu pengamatan Asal buah jeruk lemon Lamanya penyimpanan ekstrak
kulit dan air perasan jeruk lemon Jenis kelamin subjek penelitian Usia subjek penelitian
Variabel Bebas:Air perasan jeruk lemondengan konsentrasi 100%,50%, 25%, 12,5%.
Variabel Tidak Terkendali: Jenis buah lemon yang
digunakan sebagai bahanpembuat ekstrak kulit danair perasan jeruk lemon.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
3.5.1.3 Variabel Terkendali
Media Mannitol Salt Agar (MSA)
Suhu inkubasi 37oC
Waktu pembiakan 24 jam pada Staphylococcus aureus
Teknik pengisolasian dan pengkulturan
Kaliper ukur zona hambat
Waktu pengamatan
Asal buah jeruk lemon
Lamanya penyimpanan ekstrak kulit dan air perasan jeruk lemon
Jenis kelamin subjek penelitian
Usia subjek penelitian
3.5.1.4 Variabel Tak Terkendali
Jenis buah lemon yang digunakan sebagai bahan pembuat ekstrak kulit dan
air perasan jeruk lemon.
Diet
Aktivitas fisik
Suku
Genetik
3.6 Definisi Operasional
Air perasan buah jeruk lemon adalah air hasil perasan buah jeruk lemon
segar yang telah dicuci menggunakan larutan aquades terlebih dahulu kemudian
potong secara melintang dan diperas menggunakan alat pemeras jeruk steril lalu
hasilnya ditampung dalam gelas ukur steril, yang kemudian dibedakan menjadi 4
konsentrasi yang berbeda (100%, 50%, 25%, dan 12,5%) dengan melakukan
penambahan bahan pelarut aquades.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Aquades adalah air yang dihasilkan dari satu kali proses
destilasi/penyulingan, sering disebut air murni namun tetap mengandung mineral-
mineral tertentu.
Mannitol Salt Agar (MSA) adalah media pertumbuhan khusus bakteri
Staphylococcus dan dapat membedakan bakteri yang patogen dan nonpatogen.
pH saliva adalah menggambarkan derajat keasaman pada rongga mulut.
Laju aliran saliva adalah menggambarkan normal, tinggi, rendah, atau sangat
rendahnya aliran saliva (ml/menit).
Jumlah koloni adalah jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh pada
media biakan padat yang dapat dilihat secara visual dan dapat dihitung secara manual.
Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri gram positif yang berbentuk
kokus, tersusun seperti buah anggur.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat
Alat yang digunakan adalah pot saliva, gelas ukur, indikator pH saliva Hanna
Instrument, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, lampu spirtus, spatula, sterilisator
(Heraeus), otoklaf (ALP), inkubator (Memmert), mikroskop, pipet volume 5 ml
(Pyrex), anaerobic jar, neraca analitik, kertas label, sarung tangan, masker, sonde,
kaca mulut, pinset, stopwatch, dan jas laboratorium.
3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari air perasan jeruk
lemon, aquades, media Mannitol Salt Agar (MSA).
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pembuatan Air Perasan Buah Jeruk Lemon
Air perasan buah jeruk lemon diperoleh dari pemerasan buah jeruk lemon
menggunakan alat pemeras jeruk yang telah disterilkan dan dipisahkan bijinya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
3.8.2 Pengenceran Air Perasan Buah Jeruk Lemon
Untuk mendapatkan konsentrasi masing-masing larutan, maka dilakukan
pengenceran dengan metode volume per volume (v/v) dengan menggunakan bahan
pelarut aquades.
Air perasan jeruk lemon 100% adalah 10 ml air perasan jeruk lemon.
Air perasan jeruk lemon 50% adalah sebanyak 5 ml air perasan jeruk lemon
: 5 ml aquades.
Air perasan jeruk lemon 25% adalah sebanyak 2,5 ml air perasan jeruk
lemon : 2,5 ml aquades.
Air perasan jeruk lemon 12,5% adalah sebanyak 1,25 ml air perasan jeruk
lemon : 8,75 ml aquades.
3.8.3 Persiapan Pengambilan Sampel Saliva
Pengumpulan saliva dilakukan dua jam setelah sarapan pagi. Subjek diminta
untuk tidak mengonsumsi apapun selain air putih selama dua jam sebelum
pengambilan saliva.
3.8.4 Metode Pengumpulan Saliva
Pengumpulan saliva dengan menggunakan metode peludahan (spitting
method) dapat dilakukan secara sederhana dan paling banyak menghasilkan saliva
dibandingkan dengan metode lainnya. Tahapan spitting method yaitu :
1. Subjek diminta untuk tidak makan dan minum kurang lebih dua jam
sebelum pengambilan saliva.
2. Subjek diminta untuk duduk dengan nyaman selama lima menit, kemudian
membersihkan mulutnya dengan larutan aquades.
3. Subjek diminta untuk menelan saliva yang terdapat di dalam rongga mulut
untuk memulai pengukuran. Setelah itu kepala menunduk dan sedikit mungkin
melakukan gerakan, seperti bicara.
4. Subjek tidak diperbolehkan untuk menelan saliva selama proses
pengukuran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
5. Subjek diminta untuk mengumpulkan saliva di dalam rongga mulut dengan
bibir tertutup selama satu menit dengan mata yang terbuka kemudian meludahkannya
ke dalam pot saliva. Pengumpulan saliva dilakukan selama lima menit.
3.8.5 Pengukuran Laju Aliran Saliva
Pada pengukuran laju aliran saliva, setelah subjek mengumpulkan saliva, pot
saliva diberi label dan hasil laju aliran saliva yang diperoleh dicatat dalam 5
ml/menit.
Untuk pengukuran laju aliran saliva yang terstimulasi, subjek diminta
berkumur selama 1-2 menit dengan air perasan jeruk lemon, kemudian saliva
dikumpulkan kembali dengan metode spitting dalam pot saliva dan diberi label.
Setelah itu, hasil laju aliran saliva yang diperoleh dicatat dalam 5 ml/menit.
3.8.6 Pengukuran Nilai pH Saliva
pH saliva adalah angka derajat keasaman saliva yang ditentukan dengan
menggunakan indikator pH saliva Hanna Instrument. Setelah saliva terkumpul lalu
diukur pH saliva dengan cara memasukkan indikator pH ke dalam pot saliva
kemudian ditunggu hingga angka pada alat berhenti pada 2 digit angka. Angka
tersebut menjadi nilai pH dari saliva. Nilai pH yang dihitung adalah nilai pH sebelum
dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk lemon.
3.8.7 Pengenceran Sampel Saliva
Pengenceran saliva dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran
bertingkat. Menurut (Wasteson and Hornes, 2009) tujuan dari pengenceran bertingkat
yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan
jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung
1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.30
Langkah-langkah pengenceran saliva sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
1. Siapkan 12 tabung reaksi steril, dimana 6 tabung untuk pengenceran
sampel sebelum perlakuan berkumur (pre) dan 6 tabung untuk sampel setelah
perlakuan berkumur (post).
2. Beri label 101, 102, 103, 104, 105, dan 106 pada tabung untuk yang pre dan
post.
3. Masukkan aquades steril ke dalam 12 tabung tersebut sebanyak 9 ml.
4. Ambil sebanyak 1 ml sampel saliva kemudian masukkan ke dalam tabung
10-1 menggunakan mikropipet dan homogenkan.
5. Setelah larutan homogen, ambil kembali sebanyak 1 ml dari tabung 101
kemudian campurkan pada larutan aquades steril pada tabung 102 kemudian
dihomogenkan.
6. Tahap tersebut dilakukan sampai pada tabung 106 sehingga diperoleh
larutan saliva yang telah diencerkan sebanyak 10 ml.
Gambar 2. Tahapan Metode Pengenceran Bertingkat
(Sumber: Dokumentasi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3.8.8 Pembuatan Isolat Koloni Staphylococcus aureus Sebelum Perlakuan
Minum Air Perasan Jeruk Lemon
Setelah dilakukan pengenceran larutan saliva sebelum berkumur air lemon,
kemudian dilakukan isolasi bakteri dengan metode tuang (pour plate) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan sebanyak 24 cawan petri untuk pengujian bakteri saliva yang
belum distimulasi.
2. Sampel saliva yang telah diencerkan, diambil sebanyak 1 ml kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri.
3. Tambahkan sebanyak 15 ml larutan media Mannitol Salt Agar (MSA)
kedalam cawan petri yang telah dimasukkan saliva.
4. Setelah itu, homogenkan larutan tersebut dengan membuat gerakan seperti
angka delapan.
5. Tunggu hingga 15 menit sampai larutan mulai memadat, kemudian simpan
ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC.
3.8.9 Pembuatan Isolat Koloni Staphylococcus aureus Setelah Perlakuan
Minum Air Perasan Jeruk Lemon
Setelah dilakukan pengenceran larutan saliva setelah berkumur air lemon,
kemudian dilakukan isolasi bakteri dengan metode tuang (pour plate) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan sebanyak 24 cawan petri untuk pengujian bakteri saliva yang
terstimulasi.
2. Sampel saliva yang telah diencerkan, diambil sebanyak 1 ml kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri.
3. Tambahkan sebanyak 15 ml larutan media Mannitol Salt Agar (MSA)
kedalam cawan petri yang telah dimasukkan saliva.
4. Setelah itu, homogenkan larutan tersebut dengan membuat gerakan seperti
angka delapan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
5. Tunggu hingga 15 menit sampai larutan mulai memadat, kemudian simpan
ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC.
3.8.10 Perhitungan Jumlah Koloni
Perhitungan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dilakukan dengan
menggunakan metode TPC (Total Plate Count), dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Perhitungan koloni Staphylococcus aureus dilakukan dengan membagi
cawan petri menjadi empat kuadran.
2. Koloni yang timbul ditandai dengan spidol.
3. Koloni pada masing-masing kuadran dihitung
4. Jumlahkan koloni pada keempat kuadran (CFU/plate)
I II
III IV
Jumlah koloni bakteri =Jumlah koloni kuadran I + Jumlah kolonikuadran II + Jumlah koloni kuadran III +Jumlah koloni kuadran IV
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
3.9 Skema Alur Penelitian
3.10 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diproses dan diolah secara
komputerisasi, yang meliputi laju aliran, nilai pH dan jumlah koloni Staphylococcus
aureus. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu Dependent T-Test untuk
mengetahui apakah ada pengaruh yang bermakna antara frekuensi yang diobservasi
dengan frekuensi yang diharapkan. Hubungan signifikan yang digunakan adalah P ≤
0,05.
Persiapan Penelitian
Pengenceran AirPerasan BuahJeruk Lemon
100%, 50%, 25%,dan 12,5%
Perhitungan JumlahKoloni Bakteri
Staphylococcus aureus
Pencatatan Hasil Pemeriksaan
Pengumpulan dan PengolahanData
Analisis Data
Pembuatan AirPerasan BuahJeruk Lemon
Populasi Sampel
Mencari sampel berdasarkankriteria inklusi dan eksklusi dari
populasi penelitian
Sampelpenelitian
PengambilanSaliva
Pengukuranlaju alir danpH saliva
Sebelum Perlakuan(Berkumur Air Perasan Jeruk Lemon)
Setelah Perlakuan(Berkumur Air Perasan Jeruk Lemon)
Perhitungan JumlahKoloni Bakteri
Staphylococcus aureus
Pengukuranlaju alir danpH saliva
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Desember 2017 di
Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi dan Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengisian data dan informed consent oleh subjek penelitian, kemudian dilakukan
pemeriksaan secara langsung oleh peneliti terhadap subjek penelitian.
Tabel 3 menunjukkan rata-rata laju aliran saliva pada sampel yang terdiri dari
24 orang dengan masing-masing konsentrasi terdiri dari 6 orang dan dilakukan
pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon.
Rata-rata laju aliran saliva tertinggi sebelum stimulasi yaitu 0,63 ± 1,74 ml/menit
pada konsentrasi 12,5% dan terendah yaitu 0,38 ± 0,97 ml/menit pada konsentrasi
50%, sedangkan rata-rata laju aliran saliva tertinggi setelah stimulasi yaitu 1,44 ±
4,61 ml/menit pada konsentrasi 100% dan terendah yaitu 0,65 ± 1,33 ml/menit pada
konsentrasi 25%.
Tabel 3. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk
lemon berdasarkan perbedaan konsentrasi
Konsentrasi
Perlakuan Selisih Rata-rata Laju
Aliran SalivaΔ X
(ml/menit)
pSebelumX ± SD
(ml/menit)
SesudahX ± SD
(ml/menit)
100% 0,61 ± 0,28 1,44 ± 0,92 0,83 0,046*50% 0,38 ± 0,19 0,76 ± 0,29 0,38 0,046*25% 0,40 ± 0,22 0,65 ± 0,27 0,25 0,043*
12,5% 0,63 ± 0,35 0,84 ± 0,33 0,21 0,046*Keterangan : Uji Wilcoxon, *signifikan p<0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Tabel 4 menunjukkan rata-rata pH saliva pada sampel yang terdiri dari 24
orang dengan masing-masing konsentrasi terdiri dari 6 orang dan dilakukan
pengukuran pH saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon, dimana
pH air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100% adalah 3,2, konsentrasi 50%
adalah 4,8, konsentrasi 25% adalah 5,2, dan konsentrasi 12,5% adalah 6,1. Rata-rata
pH saliva tertinggi sebelum stimulasi yaitu 7,02 ± 0,23 pada konsentrasi 12,5% dan
terendah yaitu 6,77 ± 0,28 pada konsentrasi 50%, sedangkan rata-rata pH saliva
tertinggi setelah stimulasi yaitu 6,73 ± 0,35 pada konsentrasi 100% dan terendah
yaitu 6,32 ± 0,26 pada konsentrasi 25%.
Tabel 4. Rata-rata pH saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon
berdasarkan perbedaan konsentrasi
KonsentrasipH air
perasanjeruk lemon
Perlakuan SelisihRata-ratapH Saliva
Δ X
pSebelumX ± SD
SesudahX ± SD
100% 3,2 6,97 ± 0,31 6,73 ± 0,35 0,24 0.32850% 4,8 6,77 ± 0,28 6,55 ± 0,20 0,22 0,41125% 5,2 6,87 ± 0,24 6,32 ± 0,26 0,55 0,001*
12,5% 6,1 7,02 ± 0,23 6,67 ± 0,14 0,35 0,013*Keterangan : Uji T berpasangan, *signifikan p<0,05
Tabel 5 menunjukkan rata-rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
pada sampel yang terdiri dari 24 orang dengan masing-masing konsentrasi terdiri dari
6 orang dan dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon. Rata-rata jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus dengan sebanyak 3 kali pengenceran saliva yang
tertinggi sebelum stimulasi yaitu 65,67 ± 47,94 x 103 CFU pada konsentrasi 100%
dan terendah yaitu 7,00 ± 0,89 x 103 CFU pada konsentrasi 12,5%, sedangkan rata-
rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus tertinggi setelah stimulasi yaitu
4,67 ± 0,52 x 103 CFU pada konsentrasi 12,5% dan terendah yaitu 0,67 ± 0,82 x 103
CFU pada konsentrasi 100%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Tabel 5. Rata-rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah
stimulasi air perasan jeruk lemon berdasarkan perbedaan konsentrasi
Konsentrasi
Perlakuan Selisih Rata-rata Jumlah
Koloni BakteriStaphylococcus
aureusΔ X
(x 103 CFU))
pSebelumX ± SD
(x 103 CFU)
SesudahX ± SD
(x 103 CFU)
100% 65,67 ± 47,94 0,67 ± 0,82 65 0,028*50% 15,33 ± 4,88 1,67 ± 0,52 13,66 0,027*25% 9,00 ± 1,79 3,67 ± 0,82 5,33 0,027*
12,5% 7,00 ± 0,89 4,67 ± 0,52 2,33 0,026*Keterangan : Uji Wilcoxon, *signifikan p<0,05
Pada tabel 6, hubungan antara laju aliran saliva dan pH saliva pada
konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5% adalah tidak signifikan. Hal ini telah
dibuktikan dengan menggunakan Uji Korelasi Pearson signifikansi nilai p <0,05
yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara laju aliran saliva dan pH saliva
pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%.
Tabel 6. Hubungan laju aliran saliva dengan pH saliva
KonsentrasiSelisih Rata-rata
Laju Aliran SalivaΔ X (ml/menit)
SelisihRata-ratapH Saliva
Δ X
r p
100% 0,83 0,24
-0,056 0,70650% 0,38 0,2225% 0,25 0,55
12,5% 0,21 0,35Keterangan :
Koefisien korelasi (r), + : searah, - : bertolak belakang
Uji Korelasi Pearson, *signifikan p<0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Pada tabel 7, hubungan antara laju aliran saliva dan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5% adalah tidak
signifikan. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan Uji Korelasi Pearson
signifikansi nilai p <0,05 yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara laju
aliran saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi
100%, 50%, 25%, dan 12,5%.
Tabel 7. Hubungan laju aliran saliva dengan jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus
KonsentrasiSelisih Rata-rata
Laju Aliran SalivaΔ X (ml/menit)
Selisih Rata-rata Jumlah
Koloni BakteriStaphylococcus
aureusΔ X
(x 103 CFU)
r p
100% 0,83 65
-0,233 0,11150% 0,38 13,6625% 0,25 5,33
12,5% 0,21 2,33Keterangan :
Koefisien korelasi (r), + : searah, - : bertolak belakang
Uji Korelasi Pearson, *signifikan p<0,05
Pada tabel 8, hubungan antara pH saliva dan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5% adalah tidak
signifikan. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan Uji Korelasi Pearson
signifikansi nilai p<0,05 yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pH
saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100%, 50%,
25%, dan 12,5%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Tabel 8. Hubungan pH saliva dengan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
KonsentrasiSelisih Rata-rata
pH SalivaΔ X (ml/menit)
Selisih Rata-rata Jumlah
Koloni BakteriStaphylococcus
aureusΔ X
(x 103 CFU)
r p
100% 0,24 65
0,311 0,032*50% 0,22 13,6625% 0,55 5,33
12,5% 0,35 2,33Keterangan :
Koefisien korelasi (r), + : searah, - : bertolak belakang
Uji Korelasi Pearson, *signifikan p<0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 24 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian berhasil mengikuti kegiatan penelitian ini
hingga selesai. Subjek penelitian hanya diperiksa satu kali saja untuk pengujian
sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk lemon pada saat tertentu dan data
hasil penelitian akan langsung dicatat.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian air perasan jeruk
lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5% terhadap nilai laju aliran, pH
dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental
dengan memberikan perlakukan terhadap subjek penelitian.
Data hasil penelitian dari analisis pengaruh stimulasi berkumur dengan air
perasan jeruk lemon terhadap nilai laju aliran saliva, pH saliva, dan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus pada mahasiswa FKG USU dianalisa dengan
menggunakan Uji Saphiro wilk, Uji Wilcoxon, dan Uji T berpasangan, sedangkan
untuk melihat hubungan antara laju aliran saliva, pH saliva dan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus digunakan uji Korelasi Pearson. Uji Saphiro wilk digunakan
untuk menguji normalitas data yang diperoleh, Uji Wilcoxon digunakan untuk
mengetahui rata-rata laju aliran saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus sebelum dan sesudah stimulasi berkumur air perasan jeruk lemon dengan data
yang tidak terdistribusi normal, sedangkan Uji T berpasangan digunakan untuk
mengetahui rata-rata pH saliva sebelum dan sesudah stimulasi air perasan jeruk
lemon dengan data yang terdistribusi normal. Uji Korelasi Pearson digunakan untuk
melihat apakah ada atau tidak ada hubungan yang signifikan antara laju aliran saliva,
pH saliva, dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus. Uji statistik yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
dilakukan, tingkat signifikan yang diinginkan adalah p<0,05. Hasil yang diperoleh
melalui penelitian ini antara lain adalah berupa data rata-rata laju aliran saliva, data
rata-rata pH saliva, dan data rata-rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
sebelum dan sesudah stimulasi berkumur air perasan jeruk lemon.
Hasil penelitian pada rata-rata laju aliran saliva (Tabel 3) menunjukkan bahwa
rata-rata laju aliran saliva mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap
konsentrasi (100%, 50%, 25%, dan 12,5%), dimana peningkatan laju aliran saliva
tertinggi didapatkan setelah distimulasi dengan air perasan jeruk lemon pada
konsentrasi 100% dan terendah pada rata-rata laju aliran saliva sebelum stimulasi air
perasan jeruk lemon. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Indriana T
pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi didapatkan
setelah mendapat stimulasi secara kimiawi (asam) sebesar 1,71 ml/menit, sedangkan
rata-rata volume saliva terendah terjadi pada saat tanpa stimulasi/ kontrol sebesar
0,81 ml/menit. Hasil yang didapatkan pada percobaan ini menguatkan teori bahwa
stimuli asam dapat meningkatkan sekresi saliva secara signifikan.10
Berdasarkan penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Lewapadang dkk.
pada tahun 2015 menyatakan bahwa rangsangan kimiawi pada lidah dapat
mengaktifkan sistem saraf autonom secara tidak langsung melalui sistem saraf
sentral, sehingga kelenjar ludah dirangsang untuk sekresi. Rangsangan ini terutama
menghasilkan sekresi ludah seperti air, yang menunjukkan suatu rangsangan
kolinergik. Rangsangan kolinergik akan menyampaikan stimulus ke saraf
parasimpatik sehingga mengaktifkan sistem saraf autonom menyebabkan sekresi
saliva meningkat. Kecepatan sekresi kelenjar parotis 5 kali lebih tinggi oleh asam
sitrat 1%. Sekresi tidak dapat dihalangi sama sekali oleh antagonis kolinergik dan
juga tidak ada penghentian lintasan saraf kolinergik. Ini menunjukkan, bahwa lintasan
saraf simpatis juga terlibat pada sekresi saliva yang diindikasi asam sitrat. Terbukti
bahwa asam sitrat dapat menggiatkan lintasan saraf simpatis secara refleks.31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Rasa asam yang ditimbulkan oleh air perasan jeruk lemon dapat merangsang
refleks gustatori (gustatory-salivary reflex) yang ditemukan pada tastebud atau indra
pengecap rasa (asam, manis, asin, pahit, dan umami). Stimulus gustatori yang
menyebabkan sekresi saliva paling besar adalah rasa asam, diikuti oleh umami, asin,
manis, lalu yang terakhir pahit.27
Hasil penelitian nilai rata-rata pH saliva (Tabel 4) menunjukkan penurunan
pH saliva pada konsentrasi 100% dan 50% tidak signifikan, sedangkan pada
konsentrasi 25% dan 12,5% signifikan. Pada penelitian ini sebelum dilakukan
stimulasi berkumur pada masing-masing subjek, masing-masing air perasan jeruk
lemon dengan konsentrasi yang berbeda dilakukan pengukuran nilai pH dengan
indikator pH Hanna Instrument dan diperoleh nilai pH air perasan jeruk lemon
dengan konsentrasi 100% adalah 3,2, konsentrasi 50% adalah 4,8, konsentrasi 25%
adalah 5,2, dan konsentrasi 12,5% adalah 6,1. Penelitian ini menggunakan saliva
yang merupakan saliva tidak terstimulasi dan saliva yang terstimulasi oleh air perasan
jeruk lemon dengan cara berkumur selama 1 menit. Hal ini sejalan dengan penelitian
Indriana T pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa terjadi penurunan pH pada saat
terstimulus secara kimiawi (asam), dimana intake makanan yang mengandung asam
terbukti dapat menurunkan nilai pH.10
Pada hasil pengukuran nilai pH saliva pada setiap subjek terdapat penurunan
nilai pH saliva setelah dilakukan berkumur dengan air perasan jeruk lemon. Akan
tetapi dari hasil uji signifikansi rata-rata pH saliva sebelum dan sesudah stimulasi air
perasan jeruk lemon hanya ditemukan penurunan yang bermakna pada konsentrasi
air perasan jeruk lemon 25% dan 12,5%, sedangkan pada konsentrasi air perasan
jeruk lemon 100% dan 50% didapatkan nilai signifikan p>0,05 yang artinya terdapat
penurunan nilai pH saliva yang bermakna setelah berkumur dengan air perasan jeruk
lemon dengan konsentrasi 25% dan 12,5%, sedangkan pada konsentrasi 100% dan
50% tidak terdapat penurunan pH saliva yang bermakna setelah berkumur dengan air
perasan jeruk lemon.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Hal ini kemungkinan disebabkan karena nilai pH saliva subjek sebelum
berkumur air perasan jeruk lemon tidak jauh berbeda dengan pH saliva subjek setelah
berkumur dengan air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100% dan 50%
sehingga nilai rata-rata pH saliva tidak mengalami penurunan yang bermakna. Selain
itu, pada konsentrasi 100% dan 50% didapatkan nilai laju aliran saliva subjek
meningkat secara signifikan sehingga menyebabkan produksi ion pada saliva juga
meningkat. Peningkatan volume saliva akan meningkatkan ion bikarbonat yang
berperan sebagai kapasitas buffer saliva sehingga dapat menetralkan pH yang turun
akibat fermentasi karbohidrat.35
Derajat keasaman (pH) saliva sangatlah bervariasi antara individu satu dengan
individu lainnya. Pada diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan
turunnya pH saliva yang dapat mempercepat terjadinya demineralisasi enamel gigi.
Sepuluh menit setelah makan karbohidrat akan dihasilkan asam melalui proses
glikolisis dan pH dapat menurun sampai dibawah pH kritis. Normalnya sekresi harian
saliva perhari 1,5 liter dengan pH sedikit asam (6,10 – 6,47). pH saliva dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya akan meningkat saat segera setelah
bangun (keadaan istirahat), tetapi kemudian akan cepat turun. Selain itu akan
meningkat juga seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), tetapi biasanya
dalam waktu 30-60 menit turun kembali. Kemudian pH saliva juga akan mengalami
peningkatan menjelang malam, tetapi akan mengalami penurunan kembali.10
Menurut Prasko (2011), pH saliva berubah dari normal menjadi asam, dua
puluh menit setelah gula masuk dalam plak. Penurunan pH akan menyebabkan
meningkatnya pelepasan kalsium dari enamel gigi. Kekerasan enamel akan menjadi
lunak akibat keasaman minuman (pH) yang kurang dari 7 atau bersifat asam.32
Perubahan pH saliva dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, stimulasi
sekresi saliva, laju aliran saliva, waktu, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas
buffer saliva. pH saliva menjadi turun karena produksi asam dari bakteri setelah
konsumsi karbohidrat.33,34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pH saliva adalah irama siang dan
malam, yakni tinggi pada saat keadaan istirahat dan 15 menit setelah makan dan akan
kembali normal setelah 30-60 menit. Dalam penelitian ini, peneliti meminimalkan
terjadinya perubahan pH saliva dengan mengambil sampel pada saat yang sama yaitu
pada pagi hari, dimana subjek tidak mengkonsumsi makanan minimal 1 jam sebelum
pengambilan sampel, dan peneliti tidak menyimpan sampel saliva lebih dari 24 jam.35
Di sisi lain, pH saliva akan naik ketika asam di cuci dan dinetralkan
menggunakan ion yang membentuk kandungan mineral gigi (kalsium, fosfat, dan ion
hidroksil). Derajat keasaman saliva juga naik ketika bakteri plak baik metabolisme
asam memproduksi alkali seperti amonia dari senyawa nitrogen yang ditemukan pada
makanan dan saliva, ion kalsium, fosfat mulai memperbaiki kristal mineral yang
rusak dari enamel.34
Komposisi saliva terdiri atas 94,0%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik.
Komponen anorganik saliva antara lain Na+, K+, Ca2+, Mg2+,Cl , SO4, H2PO4, HPO4.
Sedangkan komponen organik utama adalah protein, selain itu juga ditemukan lipida,
glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin. Kenaikan sekresi saliva dapat
mempengaruhi susunan ion-ion dalam saliva, hal ini disebabkan saat terjadi kenaikan
kecepatan sekresi saliva, ion-ion banyak dikeluarkan menuju muara kelenjar saliva.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor stimulus atau rangsangan, baik stimulus
mekanis maupun stimulus kimiawi. Apabila terjadi perubahan susunan ion-ion dalam
saliva dapat mempengaruhi fungsi dan peranannya didalam rongga mulut, sehingga
dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan rongga mulut.10
Pada hasil penelitian rata-rata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
(Tabel 5) menunjukkan penurunan jumlah koloni bakteri yang signifikan pada setiap
konsentrasi, baik konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Hindi NKK, dkk (2013) yang melaporkan bahwa zona hambat jus
lemon konsentrasi 100% pada Staphylococcus aureus sebesar 26 mm.2
Aktivitas antibakteri air perasan buah jeruk lemon dapat dikaitkan dengan
adanya asam organik (asam sitrat), vitamin penyusun, metabolit sekunder dan
interaksinya satu sama lain.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang dapat ditemukan
pada rongga mulut sebagai flora normal, namun pada keadaan tertentu dapat berubah
menjadi patogen apabila terjadi ketidakseimbangan dalam rongga mulut dan dapat
menyebabkan angular cheilitis. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor predisposisi,
seperti kebersihan rongga mulut yang rendah, pemakaian gigi tiruan, penggunaan
antibiotik dengan jangka waktu yang lama, diabetes mellitus tidak terkontrol,
defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, dan kondisi
imunosupresi.14,15
Pada penelitian ini jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang
dihitung, diperoleh dari 48 sampel saliva yang terdiri dari 24 sampel saliva sebelum
stimulasi air perasan jeruk lemon dan 24 sampel saliva sesudah stimulasi air perasan
jeruk lemon dengan cara berkumur. Saliva yang diuji masing-masing diambil
sebanyak 1 ml dari sampel saliva, kemudian dilakukan pengenceran bertingkat
sebanyak 3 kali hingga konsentrasi saliva menjadi 10-3. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan
selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme
dari pengenceran sebelumnya.30
Pada pengujian jumlah koloni Staphylococcus aureus digunakan media
Mannitol Salt Agar (MSA) sebagai media khusus untuk pertumbuhan bakteri gram
positif Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus yang difermentasi dari
MSA akan memproduksi pigmen berwarna kuning yang menandakan adanya
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media tersebut, dimana koloni
bakteri akan tumbuh pada sekitar zona kuning tersebut. Sebagai media khusus
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, apabila tidak terdapat bakteri tersebut
maka zona yang terbentuk adalah pigmen berwarna pink atau merah.36
Bakteri Staphylococcus aureus secara selektif dapat tumbuh pada media
Mannitol Salt Agar (MSA) yang memiliki nilai pH 7,20-7,60. Hal ini menyebabkan
apabila bakteri ini diberikan substansi yang mengandung asam kuat dapat
menyebabkan lisis pada dinding sel bakteri dimana dinding sel bakteri mengandung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
peptidoglikan yang merupakan polimer polisakarida.19,36 Hal ini terlihat pada
penelitian ini, dimana pada sampel saliva yang diperoleh dari dua subjek yang
berkumur air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100% tidak ditemukan lagi
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Penelitian oleh Oikeh, dkk pada tahun 2016 mengatakan strain gram positif
menunjukkan nilai kerentanan yang lebih tinggi daripada strain gram negatif. Hal ini
disebabkan karena pada dinding sel bakteri gram positif mengandung polisakarida
yang merupakan polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai transfer ion
positif untuk keluar masuk. Sifat larut inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel
gram positif bersifat lebih polar. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam air
perasan jeruk lemon bersifat non-polar sehingga menyebabkan terganggunya fungsi
dinding sel sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel dari lisis osmotik.
Terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel.1,4
Hasil uji korelasi antara laju aliran saliva dan pH saliva sebelum dan sesudah
perlakuan berkumur dengan air perasan jeruk lemon pada seluruh konsentrasi (Tabel
6) menunjukkan nilai r : -, p>0,05, artinya terdapat hubungan yang bertolak belakang
dan tidak signifikan antara laju aliran saliva dan pH saliva sebelum dan sesudah
perlakuan berkumur dengan air perasan jeruk lemon pada seluruh konsentrasi, dimana
semakin meningkat nilai laju aliran saliva maka nilai pH saliva akan semakin
menurun. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Katie, dkk.
yang mengatakan semakin tinggi laju aliran saliva maka pH saliva akan semakin
meningkat. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Katie, dkk. adalah
sampel yang digunakan dalam penelitian, dimana sampel yang digunakan adalah 18
anak perempuan dan 26 anak laki-laki dengan usia rata-rata 7 tahun, sedangkan
penelitian ini menggunakan sampel penelitian mahasiswa FKG USU yang berusia
antara 18-25 tahun. Hal ini juga disebabkan karena komponen saliva anak-anak
berbeda dengan orang dewasa. Variasi komponen penyusun saliva dapat
mencerminkan faktor hormonal, pengaruh eksternal dan kondisi sistemik.37
Hasil uji korelasi antara laju aliran saliva dan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
lemon pada seluruh konsentrasi (Tabel 7) menunjukkan nilai r : -, p>0,05, artinya
terdapat hubungan yang bertolak belakang dan tidak signifikan antara laju aliran
saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah
berkumur dengan air perasan jeruk lemon pada seluruh konsentrasi, dimana semakin
meningkat nilai laju aliran saliva maka jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
semakin menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ratna pada tahun 2016 yang
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara volume saliva
dengan jumlah koloni bakteri pada kondisi tubuh saat puasa (p:0,628). Persamaan
penelitian ini dengan penelitian oleh Ratna adalah sampel saliva yang diperoleh dari
subjek penelitian sama-sama diuji pada media pengujian untuk bakteri gram positif.
Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan media khusus pertumbuhan
Staphylococcus aureus yaitu media Mannitol Salt Agar, sedangkan penelitian oleh
Ratna menggunakan media Natrium Agar sehingga bakteri yang tumbuh merupakan
seluruh bakteri gram positif yang terdapat dalam sampel saliva yang diuji. Selain itu,
subjek penelitian oleh Ratna adalah subjek yang menjalani ibadah puasa ramadhan,
sedangkan penelitian ini menggunakan subjek yang tidak mengkonsumsi makanan
maupun minuman 2 jam sebelum penelitian dilakukan.38
Hasil uji korelasi antara pH saliva dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus sebelum dan sesudah perlakuan berkumur dengan air perasan jeruk lemon
pada seluruh konsentrasi (Tabel 8), menunjukkan nilai r : +, p<0,05, artinya terdapat
hubungan yang searah dan signifikan antara pH saliva dan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah perlakuan berkumur dengan air perasan
jeruk lemon pada seluruh konsentrasi, dimana semakin menurun nilai pH saliva maka
jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus semakin menurun juga. Menurunnya
jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus setelah berkumur dengan air perasan
jeruk lemon kemungkinan disebabkan oleh adanya kandungan asam sitrat dan
turunan fenol yang memberikan rasa asam pada lemon. Asam sitrat dapat
mendenaturasi protein sel bakteri dengan merusak dinding sel bakteri dan masuk ke
dalam inti sel bakteri, mengganggu proses respirasi sel, menghambat aktivitas enzim
bakteri, dan menekan terjemahan dari regulasi produk gen tertentu.1,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%
dapat meningkatkan laju aliran saliva secara signifikan (p<0,05).
2. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 25% dan 12,5% menurunkan pH
saliva pada secara signifikan, sedangkan air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi
100% dan 50% juga menurunkan pH saliva tetapi tidak signifikan (p<0,05).
3. Air perasan jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%
dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus secara signifikan
(p<0,05).
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara laju aliran saliva dengan
pH saliva, laju aliran saliva dengan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus, dan
pH saliva dengan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah
berkumur air perasan jeruk lemon pada semua konsentrasi.
6.2. Saran
1. Air perasan jeruk lemon dianjurkan sebagai alternatif obat kumur untuk
infeksi yang melibatkan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Perlu penelitian lanjutan yang menggunakan air perasan jeruk lemon
sebagai obat kumur.
3. Penelitian lebih lanjut mengenai efek air perasan buah jeruk lemon
terhadap jenis bakteri rongga mulut lainnya.
4. Penelitian lebih lanjut dengan pemanfaatan ekstrak kulit buah jeruk lemon
terhadap rongga mulut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramadhinta TM, Nahzi MYI, Budiarti LY. Uji efektivitas antibakteri air perasan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai bahan irigasi saluran akar alami terhadap
pertumbuhan Enterococcus faecalis in vitro. DENTINO (Jur. Ked. Gigi) 2016; 2:
124-8.
2. Hindi NKK, Chabuck ZAG. Antimicrobial activity of different aqueous lemon
extracts. J Applied Pharmaceutical Science 2013; 3: 74-8.
3. Suja D dkk. Phytochemical screening, antioxidant, antibacterial activities of
Citrus limon and Citrus sinensis peel extracts. Int J Pharmacogn Chinese Med
2017; 1: 1-7.
4. Okeke MI, Okoli AS, Eze EN, Ekwume GC, Okosa EU, Iroegbu CU.
Antibacterial activity of Citrus limonum fruit juice extract. Pak J Pharm Sci
2015; 28: 1567-71.
5. Sarfaraz dkk. Evaluation of diuretic potential of lemon juice and reconstituted
lemon drink. WJPR 2015; 4: 254-9.
6. Shinkafi SA, Ndanusa H. Antibacterial activity of Citrus lemon on Acnevulgaris
(pimples). IJSIT 2013; 2: 397-409.
7. Penniston KL, Nakada SY, Holmes RP, Assimos DG. Quantitative assessment of
citric acid in lemon juice, lime juice, and commercially-available fruit juice
products. J Endourol 2008; 22: 567-570.
8. Dev C, Nidhi SR. Basketful benefit of Citrus limon. Int Res J Pharm 2016; 7: 1-
4.
9. Pandey AK. Physiology of saliva : an oveview. J Dent Ind. 2014; 21: 32-8.
10. Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus
kimiawi dan mekanis. J Kedokt Meditek 2011; 17: 1-5.
11. Dhanavade MJ, Jalkute CB, Ghosh JS, Sonawane KD. Study antimicrobial
activity of lemon (Citrus lemon L.) peel extract. Br J Pharmacol Toxicol 2011; 2:
119-22.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
12. Indriani Y, Mulqie L, Hazar S. Uji aktivitas antibakteri air perasan buah jeruk
lemon (Citrus limon (L.) Osbeck) dan madu hutan terhadap Propionibacterium
Acne. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi).
Bandung 2015: 354-61.
13. Martasari C, Mulyanto H. Teknik identifikasi varietas jeruk. Iptek Hotikultura
2008; 4: 6-12.
14. Anshori AM, Wiraguna AA, Pangkahila W. Pemberian oral ekstrak kulit buah
lemon (Citrus limon) menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 (matrix
metaloproteinase-1) dan penurunan jumlah kolagen pada tikus putih galur wistar
jantan (Rattus norvegicus) yang dipajan sinar UV-B. J eBm 2017; 5.
15. Oikeh EI, Omoregie ES, Oviasogie FE, Oriakhi K. Phytochemical, antimicrobial,
and antioxidant activities of different citrus juice concentrates. Food Science &
Nutrition 2016; 4: 103-9.
16. Guerra FQS, dkk. Antibacterial activity of the essential oil of Citrus lemon
against multidrug resistant Acinetobacter strains. Rev Bras Farm 2013; 94: 142-
7.
17. Ismarani. Potensi senyawa tannin dalam menunjang produksi ramah lingkungan.
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 2012; 3: 46-55.
18. Juliantina RF, Citra MDA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat sirih
merah (piper crocatum) sebagai agen anti bacterial terhadap bakteri gram positif
dan gram negatif. JKKI 2012.
19. Melnick J, Adelberg’s. Medical microbilogy. 26th ed. New York: Mc Graw Hill
education, 2013:199-201.
20. Dewi AK. Isolasi, identifikasi dan uji sensitifitas Staphylococcus aureus terhadap
amoxicilin dari sampel susu kambing peranakan ettawa (PE) penderita mastitis di
wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. JSV 2013; 31: 138-50.
21. Haryani IGA. Berkumur ekstrak daun cengkeh (eugenia aromaticum) 4% dapat
menurunkan jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada abses
submukus. Tesis. Denpasar: Program Studi Magister Ilmu Biomedik Universitas
UDAYANA, 2015: 8-14.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
22. Minasari, Amelia S, Sinurat J. Efektivitas ekstrak daun jambu biji buah putih
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dari abses. Makassar Dent J 2016;
5: 34-9.
23. Pedersen AML. Saliva. University of Copenhagen Digital Library. 2007.
24. Almeida PDV, dkk. Saliva composition and functions: A comprehensive review.
J Contemp Dent Pract 2008; 3: 1-11.
25. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001:
546-8.
26. Woyceichoski IEC, dkk. Salivary buffer capacity, pH, and stimulated flow rate of
crack cocaine users. J Investig Clin Dent 2013; 4: 160-3.
27. Berkovitz BK, Moxham BJ, Linden RW, Sloan AJ. Oral Biology. Churchill
Livingstone Elsevier; China 2011: 82-3.
28. Dangi YS, Soni ML, Namdeo KP. Oral candidiasis: a review. Int J Pharn Pharm
Sci 2010; 2: 36-41.
29. Nugraha AP dkk. Profil angular cheilitis pada penderita HIV/AIDS di UPIPI
RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2014. Maj Ked Gi Ind 2015; 1: 12-20.
30. Yunita M, Hendrawan Y, Yulianingsih R. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
makanan penerbangan (aerofood ACS) Garuda Indonesia berdasarkan TPC
(Total Plate Count) dengan metode pour plate. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem 2015; 3: 237-48.
31. Lewapadang D, Tendean L, Anindita P. Pengaruh mengonsumsi nanas (Ananas
comosus) terhadap laju aliran saliva pada lansia penderita xerostomia. Jurnal e-
GiGi 2015; 3: 454-8.
32. Rahmawati I, Said F, Hidayati S. Perbedaan pH saliva antara sebelum dan
sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Jurnal Skala Kesehatan 2015; 6: 1-13.
33. Najoan SB, Kepel BJ, Wicaksono DA. Perubahan pH saliva siswa MA Darul
istiqamah manado sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung xylitol.
J eG 2014; 2: 1-6.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
34. Hapsari NF, Ismail A, Santoso O. Pengaruh konsumsi keju cheddar 10 gram
terhadap pH saliva - studi terhadap mahasiswa fakultas kedokteran gigi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang. J Odonto Dent 2014; 1: 34-8.
35. Rezky LK, Handajani J. Efek pengunyahan permen karet gula dan xylitol
terhadap status saliva. Maj Ked Gi 2011; 18: 21-4.
36. Vadhani V. Mannitol salt agar. HIMEDIA; India 2015: 1-3.
37. Katie P, dkk. Relationship between unstimulated salivary flow rate and saliva
composition of healthy children in Taiwan. Chang Gung Med J 2008;31:281-6.
38. Booy RH. Kondisi saliva individu saat berpuasa di bulan ramadhan. Skripsi.
Makassar: Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat Universitas Hasanuddin,
2016: 42-44.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1 : SKEMA ALUR PIKIR
1. Lemon dan produk olahannya merupakan sumber senyawa fenolik (terutama
flavonoid) serta senyawa nutrisi dan non-nutrisi (vitamin, mineral, serat
makanan, minyak essensial, asam organik, dan karotenoid) yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan fungsi sistem fisiologis manusia. (Guerra FQS dkk,
2013).
2. Jeruk lemon memiliki kandungan vitamin C yang tinggi serta sebagai sumber
vitamin A, B1, B2, fosfor, kalsium, pektin, minyak atsiri 70% limonene,
felandren, kumarins bioflavonoid, geranil asetat, asam sitrat, linalil asetat,
kalsium, dan serat. (Indriani Y, Mulqie L, Hazar S, 2015).
3. Tidak hanya daging buahnya, kulit buah lemon juga memiliki kandungan
antioksidan dan berfungsi sangat baik untuk menjaga kekebalan tubuh. Kulit
lemon juga mengandung flavonoid yang merupakan suatu antioksidan.
(Anshori AM, Wiraguna AA, Pangkahila W, 2017).
4. Saliva merupakan cairan yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan utama
mikroorganisme yang ada di dalam rongga mulut. Perubahan yang terjadi pada
usia, kondisi lingkungan, kehidupan dan pola makan mempengaruhi ada atau
tidaknya gangguan fungsi saliva. (Pandey AK, 2014).
5. Sekresi saliva mencapai minimal pada saat tidak distimulasi dan mencapai
maksimal pada saat distimulasi. Stimulus kimiawi yang bersifat asam
merupakan stimulus yang paling kuat dalam meningkatkan sekresi saliva.
(Indriana T, 2011).
6. Laju aliran saliva merupakan parameter yang menggambarkan normal, tinggi,
rendah, atau sangat rendahnya aliran saliva yang dinyatakan dalam satuan
ml/menit. Perubahan laju alir saliva dapat menyebabkan perubahan pada pH
dan kapasitas buffer. (Pandey AK, 2014).
7. Flavonoid merupakan antimikroba karena membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler, mengubah sifat fisik dan kimiawi sitoplasma, dan
mendenaturasi dinding sel bakteri sehingga menganggu fungsi permeabilitas
selektif, fungsi pengangkutan aktif, dan pengendalian susunan protein sehingga
menyebabkan kematian pada bakteri. (Ramadhinta TM, Nahzi MYI, Budiarti
LY, 2016).UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Belum ada penelitian mengenai pengaruh berkumur air perasan buah jeruk lemon
terhadap nilai pH dan laju aliran saliva serta jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian efek air perasan
buah jeruk lemon terhadap nilai pH dan laju aliran saliva serta jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus.
Rumusan Masalah
1. Berapakah nilai pH saliva setelah pemberian air jeruk lemon dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%?
2. Berapakah laju aliran setelah pemberian air jeruk lemon dengan konsentrasi
100%, 50%, 25% dan 12,5%?
3. Berapakah jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus setelah pemberian air
jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
4. Apakah penambahan air perasan jeruk lemon (Citrus limon) dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5% mempengaruhi jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus pada rongga mulut?
8. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus yang
tersusun seperti buah anggur. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada
berbagai media bakteriologi dalam kondisi aerobik. (Nugraha AP dkk, 2015).
9. staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab terjadinya abses yang
timbul karena adanya kelainan periodontal dari gigi, ombinasi adanya invasi
bakteri dan respon tubuh mengawali terjadinya kerusakan gigi dan jaringan
pendukung lainnya. (Komariah, Wulansari N, Harmayanti W, 2013).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hipotesis Penelitian
1. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) menurunkan pH saliva.
2. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) meningkatkan laju aliran saliva.
3. Hɑ: air perasan jeruk lemon (Citrus limon) menurunkan jumlah bakteri
Staphylococcus aureus pada saliva.
4. Hɑ: ada hubungan antara pH saliva, laju aliran saliva, dan jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus setelah berkumur dengan air perasan jeruk
lemon.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai pH saliva setelah pemberian air jeruk lemon dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
2. Untuk mengetahui laju aliran saliva setelah pemberian air jeruk lemon
dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
3. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus setelah
pemberian air jeruk lemon dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%.
4. Untuk melihat pengaruh penambahan air perasan jeruk lemon (Citrus limon)
dengan konsentrasi dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%
terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh dari
rongga mulut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Sebagai data dan informasi mengenai efektivitas air perasan jeruk
lemon (Citrus limon) terhadap pH dan laju aliran saliva, serta bakteri
Staphylococcus aureus.
2. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian lanjutan tentang
pemanfaatan air perasan jeruk lemon (Citrus limon) sebagai alternatif pengobatan
di bidang kedokteran gigi.
Manfaat Praktis
Sebagai informasi untuk dokter gigi tentang penggunaan air perasan jeruk
lemon (Citrus limon) sebagai obat kumur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengenceran AirPerasan BuahJeruk Lemon
100%, 50%, 25%,dan 12,5%
Pembuatan AirPerasan Buah Jeruk
Lemon
Subjek mengisi lembar persetujuandan informed consent
Subjek melakukan pengumpulansaliva selama 5 menit
Sampel salivaditimbang untuk
menghitung nilai lajualiran saliva
Sampel saliva diukur nilaipHnya menggunakan pHmeter Hanna Instrumen
Lampiran 2 : SKEMA ALUR PENELITIAN
Persiapan Penelitian
Subjek diinstruksikanberkumur dengan air perasanjeruk lemon selama 1 menit,
kemudian dilakukanpengambilan saliva kembali
selama 5 menit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PencatatanHasil
Pemeriksaan
Pengumpulandan
PengolahanData
AnalisisData
Dilakukan pengenceran bertingkatpada sampel saliva pre dan post
sebanyak 3 kali (x 103 CFU)
Dilakukan isolasi bakteri darisampel saliva pre dan post
Penyimpanan sampel saliva yangtelah diisolasi bakteri pada inkubator
selama 24 jam pada suhu 37oC
Perhitungan JumlahKoloni Bakteri
Staphylococcus aureusdengan metode TotalPlate Count (TPC)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3 :
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Salam sejahtera,
Saya yang bernama Natasya Angelyna Batubara, Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian yang berjudul : “EFEK AIR
PERASAN BUAH JERUK LEMON (Citrus limon) TERHADAP LAJU
ALIRAN dan NILAI pH SALIVA serta JUMLAH KOLONI Staphylococcus
aureus (IN VIVO)”
Pada penelitian ini saya mengikutsertakan 20 individu sebagai peserta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek air perasan jeruk lemon terhadap laju
alir saliva, pH saliva dan jumlah bakteri pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi informasi
kepada tenaga medis, paramedis, dan non medis mengenai efek air perasan jeruk
lemon terhadap rongga mulut agar dapat memberikan edukasi yang tepat serta
memberikan informasi kepada penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat terutama mahasiswa kedokteran gigi
mengenai air perasan jeruk lemon sebagai alternatif obat kumur alami sehingga dapat
menurunkan kemungkinan terjadinya penyakit mulut. Akhir dari penelitian ini akan
diperoleh banyak data penting dan bermanfaat. Pada penelitian ini kepada saudara
saya berikan lembar penjelasan mengenai tujuan penelitian. Bila saudara bersedia
berpartisipasi dalam penelitian, maka saudara menandatangani lembar persetujuan.
Setelah itu saya meminta saudara untuk melakukan pengumpulan saliva. Untuk hal
tersebut, saya akan menggunakan waktu saudara selama 15 menit. Pada saat proses
nantinya tidak ada risiko jangka panjang yang terjadi namun saudara mungkin akan
tidak nyaman dengan rasa asam yang ditimbulkan dari air perasan jeruk lemon saat
berkumur. Setelah selesai, saya akan memberikan air mineral dan permen karet
xylitol untuk meredakan rasa asam yang dialami oleh saudara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keuntungan menjadi subjek penelitian yaitu mengetahui pemanfaatan air
perasan jeruk lemon sebagai alternatif obat kumur alami.
Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Bila data dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga. Untuk penelitian ini,
Saudara/i tidak dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu membutuhkan penjelasan,
maka dapat menghubungi saya :
Nama : Natasya Angelyna Batubara
Alamat : Jln. Kenanga Sari 1 No. 18 Medan
No, HP : 081360581182
Jika Saudara/i bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian
terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat
ketersediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari
penelitian ini selama penelitian berlangsung.
Terimakasih saya ucapkan kepada Saudara/i yang telah ikut berpartisipasi
pada penelitian ini. Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini akan
menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, November 2017
Peneliti
Natasya Angelyna Batubara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4 :
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini,
Nama Peneliti : Natasya Angelyna Batubara
NIM : 130600022
Fakultas : Fakultas Kedokteran Gigi USU
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul “EFEK AIR PERASAN BUAH
JERUK LEMON (Citrus limon) TERHADAP LAJU ALIRAN dan NILAI pH
SALIVA serta JUMLAH KOLONI Staphylococcus aureus (IN VIVO)” serta tidak
akan menyatakan keberatan maupun tuntutan.
Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan pikiran yang sehat dan tanpa
paksaan apapun dari pihak manapun juga.
Saksi Medan, ..... November 2017
Yang menyetujui
( ) ( )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5 : KUESIONER
PENGARUH PEMBERSIHAN LIDAH TERHADAP JUMLAH KOLONICandida spp. DI RONGGA MULUT MAHASISWA FKG USU
No :Tanggal :
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA RESPONDEN
Nama :
NIM :
Usia :
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
B. KONDISI MEDIS
1. Apakah saudara seorang perokok?
a) Ya
b) Tidak
2. Apakah saudara seorang peminum alkohol?
a) Ya
b) Tidak
3. Apakah saudara sedang dalam masa menstruasi/hamil/menyusui?
a) Ya
b) Tidak
4. Apakah saudara memiliki riwayat penyakit sistemik?
(seperti: diabetes mellitus, HIV, Cushing Syndrome, defisiensi nutrisi)
a) Ya
b) Tidak
DEPARTEMEN BIOLOGI ORALFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Apakah saudara mengonsumsi obat-obatan sistemik tertentu?
(seperti: obat antihipertensi, antidepresan, antihistamin)
a) Ya
b) Tidak
C. STATUS RONGGA MULUT
1. Apakah saudara sedang menggunakan piranti ortodonti?
a) Ya
b) Tidak
2. Apakah saudara sedang menggunakan gigi palsu?
a) Ya
b) Tidak
3. Odontogram
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
X : gigi hilang
√ : radiks (sisa akar)
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan diatas, maka pasien dapat dinyatakan sebagai sampel
penelitian. (Ya/Tidak)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6 : LEMBAR PENGAMATAN PENELITIAN
DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEK AIR PERASAN BUAH JERUK LEMON (Citrus limon) TERHADAPLAJU ALIRAN dan NILAI pH SALIVA serta JUMLAH KOLONI
Staphylococcus aureus (IN VIVO)
KONSEN-TRASI
NOMORSAMPEL
PRE-TEST POST-TEST
Lajualiransaliva(ml)
pHsaliva
Jumlah KoloniBakteri
Staphylococcusaureus
Lajualiransaliva(ml)
pHsaliva
Jumlah KoloniBakteri
Staphylococcusaureus
100%
1 2,85 7,2 125 16,27 7,0 0
2 0,75 7,2 103 6,13 6,3 0
3 2,35 6,8 96 3,56 6,9 0
4 4,50 6,5 17 4,44 7,1 1
5 4,32 6,8 16 7,04 6,3 2
6 3,61 7,3 37 5,83 6,8 1
50%
7 2,93 6,5 22 5,28 7,4 1
8 1,74 6,6 21 4,04 6,1 1
9 2,59 6,9 14 2,37 6,1 2
10 2,63 7,2 12 4,19 6,8 2
11 0,39 6,9 12 1,82 6,5 2
12 1,28 6,5 11 5,21 6,4 2
25%
13 2,47 6,7 11 3,02 6,4 3
14 1,56 6,6 11 3,29 6,1 3
15 3,89 6,9 9 5,81 6,2 3
16 1,60 6,7 7 2,89 6,1 4
17 0,69 7,1 9 2,91 6,3 4
18 1,80 7,2 7 1,82 6,8 5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12,5%
19 4,85 6,9 8 4,78 6,7 4
20 1,39 6,9 8 3,20 6,6 4
21 4,57 6,8 7 5,51 6,5 5
22 1,87 7,2 7 2,67 6,9 5
23 1,55 6,9 6 2,58 6,7 5
24 4,88 7,4 6 6,59 6,6 5
NOMORSAMPEL
SEBELUM BERKUMUR AIRPERASAN JERUK LEMON
(PRE-TEST)
SETELAH BERKUMUR AIRPERASAN JERUK LEMON
(POST-TEST)
1
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
4
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
7
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
10
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
13
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
16
17
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
19
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
22
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8 : ANALISA STATISTIK
1. LAJU ALIRAN SALIVAa. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 100%
b.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 50%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 3,0633 6 1,40342 ,57294
Sesudah Perlakuan 7,2117 6 4,60822 1,88130
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -1,992a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 1,9267 6 ,97527 ,39815
Sesudah Perlakuan 3,8183 6 1,43885 ,58741
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -1,992a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 25%
d.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 12,5%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 2,0017 6 1,08653 ,44357
Sesudah Perlakuan 3,2900 6 1,33331 ,54432
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -2,201a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,028
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 3,1850 6 1,74287 ,71152
Sesudah Perlakuan 4,2217 6 1,65693 ,67644
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -1,992a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. pH SALIVAa. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 100%
b.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 50%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 6,9667 6 ,31411 ,12824
Sesudah Perlakuan 6,7333 6 ,35024 ,14298
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum
Perlakuan -
Sesudah
Perlakuan
,23333 ,52789 ,21551 -,32065 ,78732 1,083 5 ,328
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 6,7667 6 ,28048 ,11450
Sesudah Perlakuan 6,5500 6 ,49295 ,20125
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum
Perlakuan -
Sesudah
Perlakuan
,21667 ,59133 ,24141 -,40389 ,83723 ,898 5 ,411
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 25%
d.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 12,5%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 6,8667 6 ,24221 ,09888
Sesudah Perlakuan 6,3167 6 ,26394 ,10775
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum
Perlakuan -
Sesudah
Perlakuan
,55000 ,18708 ,07638 ,35367 ,74633 7,201 5 ,001
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 7,0167 6 ,23166 ,09458
Sesudah Perlakuan 6,6667 6 ,13663 ,05578
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum
Perlakuan -
Sesudah
Perlakuan
,35000 ,22583 ,09220 ,11300 ,58700 3,796 5 ,013
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. JUMLAH KOLONI SALIVAa. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 100%
b.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 50%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 65,6667 6 47,94024 19,57152
Sesudah Perlakuan ,6667 6 ,81650 ,33333
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum Perlakuan
Z -2,201a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,028
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 15,3333 6 4,88535 1,99444
Sesudah Perlakuan 1,6667 6 ,51640 ,21082
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -2,207a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,027
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Air perasan jeruk lemon konsentrasi 25%
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
d.Air perasan jeruk lemon konsentrasi 12,5%
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 9,0000 6 1,78885 ,73030
Sesudah Perlakuan 3,6667 6 ,81650 ,33333
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum Perlakuan
Z -2,207a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,027
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Perlakuan 7,0000 6 ,89443 ,36515
Sesudah Perlakuan 4,6667 6 ,51640 ,21082
Test Statisticsb
Sesudah Perlakuan - Sebelum
Perlakuan
Z -2,220a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,026
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. UJI KORELASIa. Hubungan laju aliran saliva dengan pH saliva
Correlations
Laju Alir Saliva pH Saliva
Laju Alir Saliva Pearson Correlation 1 -.056
Sig. (2-tailed) .706
N 48 48pH Saliva Pearson Correlation -.056 1
Sig. (2-tailed) .706
N 48 48
b.Hubungan laju aliran saliva dengan jumlah koloni Staphylococcus aureus
Correlations
Laju Alir Saliva Jumlah Koloni
Laju Alir Saliva Pearson Correlation 1 -.233
Sig. (2-tailed) .111
N 48 48Jumlah Koloni Pearson Correlation -.233 1
Sig. (2-tailed) .111
N 48 48
c. Hubungan pH saliva dengan jumlah koloni Staphylococcus aureus
Correlations
pH Saliva Jumlah Koloni
pH Saliva Pearson Correlation 1 .311*
Sig. (2-tailed) .032
N 48 48Jumlah Koloni Pearson Correlation .311* 1
Sig. (2-tailed) .032
N 48 48*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA