Post on 28-Feb-2018
BAHAN AJAR
AKUNTANSI MANAJEMEN
Cost Volume Profit Analysis,
A Managerial Planning Tool.
Tactical Decision Making
Capital Investment Decision
Inventory Management
Quality Cost And Productivity
Measurement, Reporting, and Control
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 2014
Dr. Cornelius Rantelangi, SE., MM., Ak., CA., BKP [Type the document subtitle]
Cost Volume Profit Analysis
A Managerial Planing Tool
(HUBUNGAN BIAYA - VOLUME – LABA)
TUJUAN MEMPELAJARI
Setelah menyelesaikan bab ini anda akan mampu:
1. Menghitung break even dengan memakai pendekatan persamaan biasa, ratio contribution
margin dan drafik.
2. Menghitung ratio contribution margin dan menggunakannya dalam perhitungan break
even dalam rupiah dan unit.
3. Membuat grafik biaya = volume - laba.
Menggunakan break even untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
A. PERENCANAAN LABA
Tujuan utama dari suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba. Besarnya laba
dipengaruhi oleh jumlah biaya dan hasil penjualan. Jumlah hasil penjualan dipengaruhi oleh
kuantitas (volume) dan harga barang yang dijual. Karena harga dianggap tetap atau konstan
maka ada hubungan antara biaya - volume terhadap laba. Karena tujuan utama perusahaan
untuk memperoleh laba maka manajemen perusahaan mutlak membuat perencanaan laba baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Manajemen membuat perencanaan laba didasarkan atas analisa hubungan biaya -
volume dan laba. manajemen mengambil keputusan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya dan volume misalnya kuputusan mengenai jenis produk, pemanfaatkan
kapasitas yang tersedia, strategi pemasaran harga jual dan sebagainya. Alat manajemen-untuk
merencanakan laba adalah analisa break even dan analisa biaya - volume - laba..
B. PENGERTIAN BREAK EVEN
Break even atau pulang pokok adalah satu keadaan dimana hasil penjualan sama dengan
biaya atau suatu keadaan yang menunjukkan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan - biaya sama dengan nol atau hasil penjualan
sama dengan biaya. Break even point atau titik pulang pokok adalah suatu titik yang
menunjukkan bahwa jumlah biaya sama dengan hasil penjualan.
DASAR ANGGAPAN ANALISA PULANG POKOK DAN ANALISA BIAYA-
VOLUME-LABA
Sewaktu menyusun perencanaan laba maka sudah ditetapkan suatu penaksiran terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi analisa pulang pokok dan analisa biaya - volume - laba
artinya sudah ditetapkan suatu anggapan. Adapun dasar anggapan itu adalah sebagai berikut:
1. Harga jual per unit tidak berubah (konstan) pada berbagai volume penjualan.
2. Semua biaya dapat digolongkan menjadi dua elemen yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
3. Harga dari sumber-sumber ekonomi yang dimasukkan (digunakan dalam proses produksi,
pemasaran dan administrasi konstan).
4. Kapasitas produksi yang dimiliki tidak berubah.
5. Tingkat efisiensi dan produktivitas tidak berubah.
6. Apabila barang yang dijual lebih dari satu macam, komposisi volume penjualan tetap.
C. PENDEKATAN BREAK EVEN
Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisa break even, yaitu:
Pendekatan persamaan biasa.
Pendekatan persamaan biasa untuk menghitung break even adalah pendekatan yang
sederhana dan mudah dikerjakan dengan pada rumus:
Penjualan = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Laba, karena penjualan berak even, laba = 0,
maka:
Hasih Penjualan adalah volume (kuantitas) barang yang dijual dikali dengan harga jual per
satuan.
Contoh:
PT. Sari Rasa memproduksi dan menjual tegel putih dengan harga jual per keping Rp
1.500,- Jumlah biaya tetap Rp 5.000.000 dan biaya variabel per keping Rp 1.000,- Berapa
keping yang harus dijual supaya break even.
Penyelesaian:
Misalkan volume penjualan supaya break even = keping. Masukkan ke dalam rumus:
x 1500 = 5.000.000 + ( x 1000)
1500 = 5.000.000 + 1000
1500 - 1000 = 5.000.000
HASIL PENJUALAN BREAK EVEN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL
500 = 5.000.000
= 10.000
Penjualan break even (unit) = 10.000 keping.
Hasil penjualan break even = 10.000 x Rp 1.500
= Rp 15.000.000
Pembuktian :
Hasil penjualan: 10.000 x Rp 1.500 = Rp 15.000.000
Biaya: Tetap = Rp 5.000.000
Variabel: 10.000 x Rp 1.000 = Rp 10.000.000
= Rp 15.000.000
Laba = = Rp 0
Bagaimana dengan pemakaian persamaan biasa untuk perencanaan laba dapat dijelaskan
dengan pemberian contoh:
PT. Taufan merencanakan laba pada periode enam bulan mendatang Rp 8.000.000,-
Data biaya sebagai berikut:
Biaya variabel per kg Rp 5.000,-
Jumlah biaya tetap Rp 10.000.000,-
Harga jual per kg Rp 8.000,-
Berapa hasil penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai.
Penyelesaian:
Misalkan volume (kuantitas) penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai
adalah kg. Langkah selanjutnya masukkan ke dalam persamaan dengan rumus:
HASIL PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL + LABA
YANG DIRENCANAKAN
Perhitungan:
x 8.000 = 10.000.000 + ( x x 5.000) + 8.000.000
8.000 = 10.000.000 + 5.000x + 8.000.000
8.000 - 5000 = 18.000.000
3.000 = 18.000.000
= 6.000
Volume penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai: 6000 kg. Hasil penjualan
agar laba yang direncanakan dapat tercapai adalah sebesar Rp 30.000.000 (6.000 x Rp
5.000,-)
Pembuktian:
Hasil penjualan: 6.000 x Rp 8.000 = Rp 48.000.000
Biaya Tetap = Rp 10.000.000
Variabel: 6.000 x Rp 5.000 = Rp 30.000.000
= Rp 40.000.000
L a b a = Rp 8.000.000
Pendekatan contribution margin (marginal income)
Break even dapat dihitung dengan pendekatan contribution margin (marginal income).
Contribution margin adalah sumbangan laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap
atau batas pendapatan yang akan digunakan untuk keperluan biaya tetap.
Rumus:
CONTRIBUTION MARGIN = PENJUALAN - BIAYA VARIABEL
Keadaan break even dalam rupiah:
CONTRIBUTION MARGIN = BIAYA TETAP
atau
PENJUALAN - BIAYA VARIABEL = BIAYA TETAP
atau
atau
atau
Keterangan :
Biaya tetap disingkat BT (total)
Biaya Variabel disingkat BV / unit
Penjualan disingkat P / unit
Maka :
Keadaan BE dalam unit :
Cara lain menghitung B E dalam rupiah
Contribution margin ratio :
B E dalam unit
Untuk dapat memahami analisa break even ini diperlukan memberikan contoh dan
penyelesaian.
Manajemen PT. Kilat menginginkan berapa hasil dan volume penjualan yang harus
dicapai agar dapat mencapai pulang pokok (break even). Data yang diberikan :
Biaya variable per bungkus Rp. 500,-
Jumlah biaya tetap Rp. 21.000.000,-
Harga jual per bungkus Rp. 1.250,-
Perhitungan :
Penjualan per kg Rp. 1.250,-
Biaya variable per kg Rp. 500,-
Contribution margin ratio =
]
B E (Rp) =
=
=
= 21.000.000 x
B E (Rp) = Rp. 35.000.000
B E (Bungkus) =
= 28.000 bungkus
Cara lain menghitung :
B E (Rp) =
= 21.000.000 x
= Rp. 35.000.000
B E (bungkus) =
= 28.000 bungkus
Pembuktian
Penjualan: 28.000 x Rp. 1.250 = Rp 35.000.000,-
Biaya variable : 28.000 x Rp. 500 = Rp 14.000.000,-
Contribution margin = Rp 21.000.000,-
Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,-
Laba = Rp 0,-
Analisa BE adalah alat bantu manajemen untuk perencanaan laba. Untuk itu perlu
diberikan contoh.
Manajemen PT. Kilat merencanakan laba Rp. 15.000.000. Data lain sama seperti contoh
yang telah disajikan di atas.
Perhitungan
Pakailah rumus ini :
PENJUALAN =
Penjualan =
=
=36.000.000 x
= Rp 60.000.000
B E (bungkus) =
= 48.000 bungkus
Pembuktian:
Penjualan: 48.000 x Rp 1.250 = Rp 60.000.000,-
Biaya Variabel : 48.000 x Rp 500 = Rp 24.000.000,-
Contribution margin = Rp 36.000.000,-
Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,-
Laba yang direncanakan = Rp 15.000.000,-
D. BREAK EVENT POINT
Pada perusahaan yang menjual barang dengan harga jual relative tinggi dan persaingan
sangat ketat maka analisa break even dalam unit sangat diperlukan.
Contoh :
PT. Timor memproduksi mobil sedan merk Timor. Harga jual per unit Rp. 35.000.000,-.
Biaya variable per unit Rp. 20.000.000,-. Jumlah biaya per tahun Rp.75.000.000.000,-
Kapasitas normal per tahun 10.000 unit.
Penyelesaian
Dengan table berikut dapat diketahui pad volume penjualan, berapa unit dapat diketahui
break even per unit mobil sedan (dalam jutaan rupiah).
Keterangan 1000
(unit)
2000
(unit)
3000
(unit)
4000
(unit)
5000
(unit)
6000
(unit)
7000
(unit)
8000
(unit)
9000
(unit)
10.000
(unit)
Penjualan per unit
Biaya Variabel per unit
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
35
20
Biaya tetap per unit 15
75
15
37,5
15
25
15
18,75
15
15
15
12,5
15
10,71
15
9,38
15
8,32
15
7,5
Lab per unit (60) (22,5) (10) (3,75) 0 2,5 4,29 5,62 6,37 7,5
Pada volume penjualan 5.000 unit maka tercapai break even per unit.
Pembuktian:
Penjualan: 5.000 x Rp 35.000.000 = Rp 175.000.000.000,-
Biaya veriabel: 5.000 x Rp 20.000.000 = Rp 100.000.000.000,-
Contribution margin = Rp 75.000.000.000,-
Jumlah biaya tetap = Rp 75.000.000.000,-
L a b a = Rp 0,-
Pendekatan dengan grafik
Break even dapat dihitung dengan grafik. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Tarik garis mendatar (horizontal) merupakan garis kuantitas (volume) penjualan.
2. Tarik garis tegak (vertikal) yang memotong garis horizontal pada titik 0 dan
membentuk sudut 90 derajat. Garis ini merupakan garis biaya/hasil penjualan.
3. Tarik garis hasil penjualan yang persis ditengah sudut.
4. Tarik garis biaya tetap yang sejajar dengan garis mendatar.
5. Tarik garis jumlah biaya dari titik permulaan garis biaya tetap. Selisih jumlah biaya
dikurangi biaya tetap adalah biaya variabel.
Contoh:
PT. Bali memproduksi dan menjual sepatu olahraga. Harga -jual per pasang Rp 3.000,-
Kapasitas produksi normal 6000 pasang. Jumlah biaya tetap Rp 3.000.000,- Biaya variabel
per pasang Rp 2.000,-
Data tersebut digambarkan ke dalam grafik sebagai berikut:
Biaya/Penjualan
(dalam Rp 000.000)
(dalam
ribuan
pasang)
Model lain dapat digambarkan sebagai berikut :
Biaya/penjualan
(dalam Rp 000.000)
(dalam
ribuan
pasang)
18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
0 1 2 3 4 5 6
P
TB
TB
V
18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
0 1 2 3 4 5 6
BEP
P
TB
BV
V
Penjelasan:
Apabila kapasitas normal dapat tercapai dan sepatu tersebut dapat semuanya terjual:
Penjualan maksimum: 6.000 x Rp 3.000 = Rp 18.000.000
Biaya maksimum :
Biaya Tetap = Rp 3.000.000
Biaya Variabel: 6.000 x Rp 2.000 = Rp 12.000.000
= Rp 15.000.000
Laba maksimum Rp 3.000.000
Pada grafik telah terlihat titik break even 3.000 pasang. Penjualan Rp 9.000.000 dan
jumlah biaya Rp 9.000.000. Benarkah grafik itu?
Pembuktian:
Penjualan 3.000 x Rp 3.000 = Rp 9.000.000
Biaya: Tetap = Rp 3.000.000
Variabel: 3.000 x Rp 2.000 = Rp 6.000.000
Laba =Rp 9.000.000
=Rp 0
E. PERUBAHAN PADA BREAK EVEN
Di muka telah disebutkan dasar anggapan pada perhitungan break even. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa segala sesuatu itu tidak selamanya konstan (tetap) ada kalanya
berubah. Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even akan merubah break
even dalam rupiah maupun dalam unit. Faktor-faktor perubahan itu adalah:
Perubahan harga jual per unit.
Faktor-faktor yang lain tetap, yang berubah hanyalah harga jual per unit. Perubahan ini
dapat disebabkan karena persaingan, yang memaksa perusahaan menurunkan hargajual agar
dapat mempertahankan volume penjualan.
Contoh:
PT. Mekar Menyajikan data tahun 2014 sebagai berikut:
Penjualan per unit Rp 5.000.000,-
Biaya variabel per unit Rp 3.000.000,-
Jumlah biaya tetap Rp 400.000.000,-
Manajemen mengadakan survey dan berkesimpulan bahwatahun 2015 harga jual harus
diturunkan dari Rp 5.000.000 menjadi Rp 4.000.000 per unit disebabkan para saingan
yang mulai menUrunkan harga. Penurunan harga jual ini dilakukan agar dapat
mempertahankan langganan atau volume penjualan (2.000 unit).
Penyelesaian:
B E sebelum penurunan harga.
=
=Rp 1.000.000.000
= 200 unit
B E setelah menurunkan harga
=
=Rp 1.600.000.000
= 400 unit
Dengan menurunkan harga jual ini maka break even dalam rupiah dan unit akan naik.
Perubahan Komposisi barang yang dijual
Perubahan ini terjadi karena perubahan selera konsumen PT. Citra Rasa memproduksi
empat jenis produk. Data produk, volume dan harga penjualan, dan biaya tahun 2014.
Jenis Produk Volume Penjualan
(Bungkus)
Harga Jual
Per Bungkus
(Rp)
Biaya Variaberl
Per Bungkus
(Rp)
Roti coklat
Roti keju
Roti manis
Roti tawar
4.000
6.000
3.000
2.000
3.000
2.500
1.500
1.000
1.500
1.250
1.000
500
Menurut pendapat bagian pemasaran akan terjadi perubahan selera konsumen dan
berakibat terhadap komposisi penjualan tahun 2015
Komposisi penjualan yang diperkirakan adalah :
Jenis Produk Volume
Penjualan (bungkus)
Roti coklat
Roti keju
Roti manis
Roti tawar
4.000
6.000
3.000
2.000
Jumlah 15.000
Biaya variabel , harga jual per bungkus setiap jenis roti tidak berubah dan biaya tetap
berjumlah Rp 10.000.000,- juga tidak berubah
Penyelesaian:
Tahun 2014
Jenis Produk
Volume
Penjualan
(Rp)
Jumlah Biaya
Variabel
(Rp)
Contribution
Margin
(Rp) %
Roti coklat
Roti keju
Roti manis
Roti tawar
12.000.000
15.000.000
4.500.000
2.000.000
6.000.000
7.500.000
3.000.000
1.000.000
6.000.000
7.500.000
1.500.000
1.000.000
50
50
33,3
50
Jumlah 33.500.000 17.500.000 16.000.000 47,76
B E =
= Rp 20.938.023,45
Tahun 2015
Jenis Produk
Volume
Penjualan
(Rp)
Jumlah Biaya
Variabel
(Rp)
Contribution
Margin
(Rp) %
Roti coklat
Roti keju
Roti manis
Roti tawar
9.000.000
5.000.000
6.000.000
6.000.000
4.500.000
2.500.000
4.000.000
3.000.000
4.500.000
2.500.000
2.000.000
3.000.000
50
50
33,3
50
Jumlah 26.000.000 14.000.000 12.000.000 46,15
B E =
= Rp 21.668.472,37
Perubahan biaya tetap
Dengan adanya perubahan biaya tetap akan mengakibatkan perubahan break even.
Dapatdirumuskan sebagai berikut :
PERUBAHAN
BREAK EVEN =
Contoh :
PT. Mawar menyajikan data sebagai berikut :
Penjualan per ton Rp 5.000.000,-
Biaya variabel per ton Rp 4.000.000,-
Biaya tetap Rp 100.000.000
Pada tahun yang akan dating biaya tetap akan bertambah menjadi Rp 120.000.000,-
Penyelesaian :
Perubahan biaya tetap Rp 20.000.000,-
Contribution margin ratio =
=
Break even =
= Rp. 100.000.000,-
Pembuktian :
B E sebelum kenaikan biaya tetap :
=
= Rp 500.000.000,-
B E setelah kenaikan biaya tetap :
=
=Rp 600.000.000,-
Rp 100.000.000,-
F. ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA
Setelah daripada analisa break even, manajemen dapat memakai analisa biaya-
volume-laba untuk merencanakan laba. Analisa biaya – volume – laba dengan menggunakan
grafik.
Langkah-langkah membuat grafik :
1. Tariklah garis mendatar dan pada garis itu tentukan volume penjualan mulai dari 0
sampai dengan kapasitas normal.
2. Tariklah garis tegak lurus yang memotong garis mendatar pada titik nol sehingga
membentuk dua sudut masing-masing 90%.
3. Tentukan jumlah kerugian sebesar jumlah biaya tetap pada garis tegak lurus dari
titik nol ke bawah.
4. Tentukan jumlah laba maksimal apabila semua barang terjual (kapasitas) normal
pada garis tegak lurus dari titik nol ke atas.
5. Gambarkan segi empat dengan menghubungkan ujung-ujung garis.
6. Tariklah garis dari ujung kiri (titik maksimal kerugian) ke ujung sebelah kanan
(laba maksimum) yang memotong garis datar (volume) sehingga dapat diketahui
titik break even volume penjualan.
Contoh :
PT. Minahasa memiliki kapasitas normal 100.000 bungkus dengan jumlah
biaya tetap : Rp 5.000.000,- Biaya variabel per bungkus Rp 125,- dan harga per bungkus
Rp 200,-
B E (bungkus) =
= 40.000 bungkus
B E (rupiah) =
= Rp 8.000.000,-
Andaikan perusahaan mengingikan laba Rp 4.000.000,- berapa volume penjualan.
Perhitungan
Volume penjualan =
= 72.000 bungkus.
Apabila perusahaan menjual 20.000 bungkus maka kerugian:
= 20.000 x Rp 200 – (Rp 5.000.000 + 20. 000 x Rp 75)
= Rp 4.000.000 – Rp 6.500.000
= Rp 2.500.000,-
G. PENGGUNAAN BREAK EVEN
Analisa break even digunakan manajemen untuk perencanaan dan di terapakan sesuai
dengan keperluan antara lain:
Batas keamanan (margin of safety).
Manajemen perusahaan sangat perlu mengetahui batas keamanan
Daerah laba
7,5 7 6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daerah rugi
Volume (dalam (0000
bungkus)
BEP
(margin of safety) dari penjualan. Dengan mengetahui margin of safety merupakan
isyarat bagi manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka meningkatkan
penjualan.
Rumus:
RATIO BATAS =
%
KEAMANAN
karenaB E =
Maka:
BUDGET PENJUALAN –
x 100%
RATIO BATAS
KEAMANAN =
Contoh:
PT. berdikari membuat budget penjualan tahun 19xy sebesar 5.000 unit @ Rp
1.00.000,- Biaya tetap berjumlah Rp 120.000.000,- dan biaya variabel per unit Rp
40.00,-
Penyelesaian:
Ratio batas keamanan (margin of safety ratio)
5.000 x 100.000-
=
x 100%
=
x 100%
= 60%
Ratio batas keamanan 60% hal ini berarti paling tinggi 60% dari budget penjualan
tidak tercapai atau realisasi penjualan paling rendah 40% dari budget penjualan sehingga
tidak rugi dan tidak laba.
Bukti:
Realisasi penjualan:
= (100% - 60%) (5.000) (Rp 100.000) =Rp 200.000.000,-
Biaya variabel= 40% x 5.000 x Rp 40.000 =Rp 80.000.000,-
Contribution margin =Rp 120.000.000,-
Biaya Tetap =Rp 120.000.000,-
Laba =Rp 0,-
Dengan demikian maka :
B E (rupiah) = (100% - RATIO BATAS) x BUDGET PENJUALAN
( KEAMANAN)
Apabila dalam contoh tersebut di atas realisasi ratio batas keamanan lebih besar dari 60%
maka pasti perusahaan menderita rugi dan sebaliknya bila realisasi ratio batas keamanan
lebih kecil dari 60% misalnya 50% maka pasti perusahaan memperoleh laba. Hal ini
dapat dibuktikan sendiri.
Titik terendah menutup perusahan (shut down point).
Dalam keadan perusahaan rugi, manajemen mempertimbangkan untuk menutup atau
meneruskan perusahaan. Masalahnya adalah pada batas penjualan berapa titik terendah
agar perusahaan ditutup.
Untuk dondisi yang demikian maka di kemukakan rumus :
SHUT DOWN POINT =
Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga
jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap
tunai (out of pocket) dan biaya tetap tidak tunai (sunk cost)
Contoh :
Manajemen PT. Mawar mempertimbangkan apakah perusahaan di tutup atau
diteruskan, karena perusahaan menderita kerugian perusahaan menyajikan data sebagai
berikut
Harga per unit Rp 1.000.000,-
Biaya variabel per unit Rp 800.000,-
Biaya tetap : - Tunai Rp 20.000.000,-
- Tidak tunai Rp 40.000.000,-
Realisasi volume penjualan Rp 120 unit
Perhitungan :
Apakah perusahaan rugi dapat diadakan perhitungan sebagai berikut :
Penjualan (120 x Rp 1.000.000) =Rp 120.000.000
Biaya variabel (120 x Rp 800.000) =Rp 96.000.000 –
Contribution margin =Rp 24.000.000
Biaya tetap :
- Tunai Rp 20.000.000
- Tidak tunai Rp 40.000.000
Rugi Rp 60.0000.000
Rp 36.000.0000
Ditinjau dari perhitungan tersebutperusahaan sebaikanya ditutup. Akan tetapi ada
kalahnya manajemen ada pertimbangan lain misalnya tanggung jawab terhadap karyawan
dan prospek yang akan dating, maka dibuatlah perhitungan shut down point
Perhitungan :
Karena biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang memerlukan uang tunai
yaitu biaya variabel dan biaya tetap tunai, dengan demikian dapat dihitungkan.
Shut down point =
= 100 unit
Maka batas ditutupnya perubahaan, minimal volume penjualan sebesar 100 unit. Karena
volume penjualan (120 unit) masih lebih besar dari batras penutupan perusahaan maka
perusahaan diteuskan walaupun menderita.
Perluasan Pabrik
Dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan, manajemen mengadakan
perluasan pabrik. Hal ini berarti menambah kapasitas yang menaikan biaya tetap. Dengan
perluasan pabrik di targetkan pula untuk menambah laba.
Contoh ;
PT.ulin merencanakn perluasan pabrik berhubung jumlah permintaan produk yang
dihasilkan semakin meningkat.
Di sajikan data sebagai berikut :
Penjualan per bulan 500 unit
Harga jual per unit Rp. 500.000,-
Biaya variabel per unit Rp. 300.000,-
Biaya tetap per bulan Rp. 70.000.000,-
Dengan pelaksanaan perluasan pabrik akan terjadi :
Kapasitas per bulan 800 unit
Tambahan biaya per bulan Rp.30.000.000,-
Tambahan laba per bulan Rp.10.000.000,-
Perhitungan :
B E (rupiah) sebelum perluasan
=
= Rp. 175.000.000,-
B E (rupiah) setelah perluasan
=
= Rp 275.000.000,-
Laba maksimum sebelum perluasan :
Penjualan 500 x Rp 500.000 = Rp. 250.000.000,-
Biaya variabel 500 x Rp.300.000 = Rp. 150.000.00,-
Contribution margin = Rp. 100.000.000,-
Biaya tetap = Rp. 70.000.000,-
Laba = Rp. 30.000.000,-
Laba maksimum sesudah perluasan :
Penjualan 800 x Rp. 500.000 = Rp. 400.000.000,-
Biaya variabel 800 x Rp. 300.000 = Rp. 240.000.000,-
Contribution margin = Rp. 160.000.000,-
Biaya tetap = Rp. 100.000.000,-
Laba = Rp. 60.000.000,-
Memilih produk yang paling menguntungkan.
Manajemen perusahaan terdorong untuk mengambil keputusan memilih yang
menguntungkan apabila permintaan akan produk yang dihasilkan lebih besar dari pada
kapasitas produksi perusahaan dan perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam
produk dengan menggunakan fasilitas yang sama.
Contoh :
Manajemen PT. Sentosa terdorong untuk memilih salah satu produk yang dihasilkan,
karena jumlah permintaan setiap jenis produk lebih besar daripada kapasitas yang ada
Produk yang dihasilkan ialah tegel abu-abu dan paping blcck. Perusahaan menyajikan
data sebagai berikut :
Tegel Abu-Abu Papink block
Kapasitas normal pe bulan 30.000 keping 15.000 keping
Biaya variabel per keping Rp 400,- Rp 600,-
Harga jual per keping Rp 1.000,- Rp 1.500,-
Biaya tetap per bulan Rp 9.000.000,-
Keterangan Tegal Abu-abu Paping Black
Penjualan per keeping Rp 1.000 Rp 1.500
Biaya variabel per keeping Rp 400 Rp 600
contribution margin Rp 600 Rp 900
per keping
Biaya tetap per keeping
Rp
300
Rp
600
Laba per keeping Rp 300 Rp 300
Contribution margin per bulan Rp 18.000.000 Rp 13.500.000
B E (dalam rupiah) =
= Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
B E (dalam rupiah) = 15.000 keping 10.000 keping
Dengan memperhatikan perhitungan tersebut di atas hendaknya berhati-hati mengambil
keputusan.
Petunjuk yang dipakai untuk memilih adalah produk yang menghasilkan total
contribution margin yang paling besar yaitu tegel abu-abu. Jadi yang di pilih ialah
memproduksi tegel abu-abu.
Perencanaan laba setelah pajak penghasilan
Pada halaman sebelumnya telah disajikan perencanaan laba, akan tetapi belum
dimasukkan potongan pajak penghasilan. Maka dengan demikian diperlukan suatu
rumus :
Volume penjualan =
Laba setelah Pajak Penghasilan
= Laba Sebelum pajak penghasilan – pajak (%)
Pajak Penghasilan = …..% x laba sebelum pajak penghasilan untuk memudahkan
pembuatan rumus maka diperlukan simbol-simbol. Biaya tetap singkat BT , laba
sebelum pajak penghasilan disingka dan laba sesudah pajak penghasilan disingkat
dan pajak penghasilan disingkat T, Penjualan per unit disingkat P dan Biaya
Variabel disingkat BV, maka :
= – ( %T)
= (1-%T)
=
Volume penjualan =
VOLUME PENJUALAN
Contoh :
PT. pembangunan merencanakan laba sesudah pajak penghasilan Rp 1.500.000 Data
disajikan sebagai berikut :
Penjualan Per unit Rp 400.000,-
Biaya variabel per unit Rp 300.000,-
Jumlah biaya tetap Rp 8.000.000,-
Jumlah penghasilan 15%
Perhitungan :
Volume penjualan =
=
= 180 unit
Pembuktian :
Penjualan 180 x Rp 400.000 = Rp 72.000.000
Biaya Variabel 180 x Rp 300.000 = Rp 54.000.000
Tetap = Rp 8.000.000
= Rp 62.000.000
Laba ……………… = Rp 10.000.000
Pajak penghasilan 15%x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000
Laba sesudah Pajak penghasilan = Rp 8.500.000
RANGKUMAN
Analisa break even dan analisa hubungan biaya – volume – laba merupakan alat
manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
Analisa break even dapat digunakan untuk perencanaan laba, pengambilan keputsan
memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Dalam analisa break even di
gunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan persamaan biasa contribution margin dan
pendekatan grafik. Break even dapat berubah karena perubahan harga jual per unit,
perubahan komposisi barang yang di jual perubahan biaya tetap.
Analisa biaya – volume – laba dapat di gunakan untuk menghitung break even dengan
membuat grafik. Penggunaan break even lainnya adalah menghitung batas keamanan,
shut down point, perluasan pabrik dan pemilihan produk dan perencanaan laba setelah
di potong pajak penghasilan.