analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Sara Verryca H 0307078 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

Page 1: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON

DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL

AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Sara Verryca H 0307078

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA

PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA)

KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Sara Verryca H 0307078

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Juli 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002

Anggota II

Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001

Surakarta, Juli 2011

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Page 3: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV.

Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu syarat

dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi serta bimbingan selama masa studi penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, selaku dosen Pembimbing Utama

yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi.

7. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku dosen Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi.

8. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan

masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

9. Para Dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan

bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

Page 4: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

10. Mbak Ira dan staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11. Bapak Mulyono Herlambang selaku Direktur CV. Multi Global Agrindo yang

telah memberikan banyak informasi serta ilmu selama penulis menyusun

skripsi ini.

12. Ibu Mulyono Herlambang, Mas Danas, Mbak Atik, Mas Larno, dan seluruh

staf CV. Multi Global Agrindo yang telah banyak membantu dan memberikan

informasi dalam penyusunan skripsi ini.

13. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sarwoto dan Ibu Kusdiyahwati,

terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan pelajaran hidup yang

diberikan.

14. Bulik Sri Mulyani terimakasih untuk doa dan semangatnya, Nenekku

Sumiyati, terimakasih untuk doa dan sarapannya setiap pagi.

15. Saudara-saudaraku Sisca, Gilang, Desky dan Momo, terimakasih untuk

semangat, motivasi dan kebersamaan yang membawa sukacita dan kekuatan.

16. Aryogito Nindyatmoko, Ibu Riyasi, Bapak Sundaru, Ajeng, dan Orin,

terimakasih untuk kasih sayang, perhatian dan doa yang diberikan.

17. Sahabat-sahabatku terkasih, Raras Resthiningrum, Lani Mara, Agnes Amanda

dan Kristina Vera Sagita, terimakasih untuk doa, kasih sayang dan semua

waktu yang telah dihabiskan bersama, kalian yang menjadi semangat serta

penceria hari-hariku.

18. Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska,

Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua

pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari

semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga

yang indah.

19. Yufita Ernawati serta rekan-rekan DJ. Community terimakasih untuk segala

bantuan yang diberikan, motivasi dan semangat.

20. Teman-teman HIBITU terimakasih untuk semangat dan kebersamaan selama

empat tahun ini.

Page 5: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

21. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penyusun sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca semua.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 6: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi RINGKASAN ................................................................................................ xii SUMMARY ................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 8 B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 11

1. Budidaya dan Pembenihan Melon ................................................ 11 2. Analisis Break Even Point (BEP) ................................................. 15

a. Biaya ....................................................................................... 16 b. Penerimaan .............................................................................. 20 c. Keuntungan/Laba .................................................................... 22

3. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 27 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................. 28 D. Hipotesis.............................................................................................. 32 E. Asumsi - Asumsi ................................................................................. 32 F. Pembatasan Masalah ........................................................................... 32 G. Definisi dan Pengukuran Variabel ...................................................... 33

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 35 B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian .............................................. 35 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 36 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 38

IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

A. Lokasi Perusahaan............................................................................... 41 B. Profil Perusahaan ................................................................................ 41

Page 7: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL ................................................................................................. 60 1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ....... 60 2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.Multi

Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ........................ 62 3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.

Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar .............. 64 4. Analisis Keuntungan ..................................................................... 76 5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119

di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 77 6. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 81

B. PEMBAHASAN ................................................................................. 92

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 100 B. Saran.................................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ............... 2

Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ............... 2

Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 - 2009 ..................................................................................... 4

Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ....................................................................................... 5

Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo.................................................. 48

Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo ....................................... 49

Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas

(Test Cross) ..................................................................................... 52

Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ................................................................................................. 62

Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 ....................................................................................... 63

Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah) ................................................................................ 65

Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo.................................. 76

Tabel 12. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas

MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar

Tahun 2006-2009 ............................................................................ 78

Tabel 13. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ...................................................... 78

Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 .................................... 82

Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo .................. 83

Page 9: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ............................................................................... 84

Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 ...................................................... 85

Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ......... 85

Tabel 19. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................ 86

Tabel 20. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................ 87

Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ................................................................................................ 90

Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ..................................... 91

Page 10: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan ……... 18

Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan ....... 18

Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan 19

Gambar 4. Grafik BEP .................................................................................. 26

Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar .............................................................. 31

Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo .......................... 46

Gambar 7. Model Pelepasan Varietas ........................................................... 54

Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen ...................................... 55

Gambar 9. Prosesing Benih Melon ............................................................... 55

Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006 ....................... 79

Gambar 11. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 ....................... 79

Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 ....................... 80

Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 ....................... 81

Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2006 ................................................................................. 87

Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2007 ................................................................................. 88

Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2008 ................................................................................. 89

Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2009 ................................................................................. 89

Page 11: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Produksi, Harga, dan Penerimaan dari Benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009

2 Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)

3 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI

119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

4 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

5 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo

6 Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo

7 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

8 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

9 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur

10

11

Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo Data Peralatan – Peralatan Untuk Operasional di CV. Multi Global Agrindo

Page 12: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN Sara Verryca. H0307078. 2011. Analisis Break Even Point (BEP) Benih

Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang siti Rahayu, MS. dan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

CV. Multi Global Agrindo (MGA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). CV. MGA dalam menjalankan usahanya menghadapi perubahan jumlah produksi, biaya produksi, namun harga jual konstan. Perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan Break Even Point (BEP) yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai titik impas atau BEP serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahan-perubahan jumlah produksi, biaya produksi dan harga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar pada titik impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, serta mengetahui sensitivitas BEPnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, 2) analisis sensitivitas.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan strategi pemasaran harga jual konstan 2) Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119 3) Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik break even point.

Saran yang diberikan adalah 1) Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa 2) Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup sehingga mempunyai nilai jual.

Page 13: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Sara Verryca. H0307078. A Break Even Point (BEP) Analysis on Melon Seed in Seedling Business in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency. Guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

CV. Multi Global Agrindo (MGA) is a company operating in agricultural technology and agro-industry sector to provide an innovative seedling business through research and development (R&D). In undertaking its business, CV. MGA, faces the change of production quantity, production cost, but constant selling price. The change of those variables will affect the profit level and Break Even Point (BEP) the company gains. For that reason, there should be a further analysis on the impact break event point or BEP as well as on how its sensitivity to the change of production quantity, production cost and price.

This research aims to find out the quantity of production and revenue of melon seed in CV. Multi Global Agrindo of Karanganyar Regency in the Break Even Point (BEP) by applying the marketing strategy of constant selling price, as well as to find out BEP’s sensitivity. The method employed in this research was a descriptive analytic method, with case study as the execution technique. The location of research was selected with certain consideration consistent with the objective of research, that is, seedling business in CV. Multi Global Agrindo, Karangpandan Subdistrict, Karanganyar Regency. Methods of analyzing data used were 1) Break Even Point estimation in unit and Rupiah, and 2) sensitivity analysis.

The result of research shows that are 1) the production quantity and revenue from the melon seedling business of MAI 119 variety in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency during 2006-2009 has surpassed the break even point and been profitable although the company states the marketing strategy of constant selling price. 2) with the change of production quantity of + 3.28%, the change of production cost of + 45.34% and the change of product price of + 41.3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) still can surpass the break even point and obtain profit from the melon seedling of MAI 119 variety. 3) the production quantity and revenue in CV. Multi Global Agrindo after calculated the return and tested the sensitivity analysis still can surpass the break even point.

The recommendations given are: 1) the marketing strategy by the constant price determination should be applied by CV. Multi Global Agrindo, but the company should control more the distribution of seed to the agent so that it will mitigate the return of expired seed. 2) The melon pulp produced should be utilized as optimally as possible, in addition to being fertilizer, it can be processed into processed product such as fruit sweets, and syrup so that it has sale value.

Page 14: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan

perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat

Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Selain sebagai penyedia

lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga merupakan penyumbang devisa

negara terbesar serta penyedia kebutuhan pangan dalam negeri.

Menurut Satiadiredja (1994), pengembangan produk hortikultura

merupakan salah satu aspek dalam pembangunan pertanian. Hortikultura

dalam bahasa asing horticulture, gartenbau atau turnbaw, meliputi tanaman

buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan serta merupakan bagian dari

pertanian umum yang hasilnya kebanyakan tidak tahan lama, namun

dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Mutu dan ketahanan barang yang

segarlah yang menentukan bagaimana hasil bumi ini harus diusahakan.

Kebutuhan komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tinggi pula

kesadaran masyarakat akan pentingnya produk hortikultura. Hal tersebut

menyebabkan usaha peningkatan produksi hortikultura perlu dilakukan. Salah

satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan benih yang

berkualitas.

Benih merupakan salah satu faktor penentu hasil produksi dari suatu

komoditas. Kualitas benih sangat mempengaruhi hasil produksi yang akan

dihasilkan tanaman, jika benih yang digunakan tidak berkualitas maka

hasilnya pun tidak akan maksimal. Benih yang baik adalah benih yang

memiliki keunggulan antara lain daya tumbuh tinggi, daya simpan tinggi, dan

tahan hama penyakit (Saryoko, 2011). Untuk mendapatkan benih yang baik

(benih hybrid unggul) diperlukan sebuah riset yang bertujuan menyediakan

benih berkualitas tinggi dengan kuantitas yang dibutuhkan masyarakat.

Terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan produk tanaman

Page 15: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

hortikultura, maka riset untuk mendapatkan benih hybrid unggul semakin

diperlukan.

Kebutuhan akan produk tanaman hortikultura semakin meningkat

ditunjukkan dengan data kebutuhan bibit pohon dan benih buah untuk

tanaman hortikultura. Peningkatan kebutuhan tersebut harus disertai dengan

produksi benih yang tidak terlepas dari riset. Berikut adalah data kebutuhan

bibit pohon dan benih buah di Indonesia :

Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 – 2009

No Komoditas

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Durian 2.920.703 4.381.055 5.257.266 7.360.173 10.304.242

2 Jeruk 10.498.684 13.648.289 17.742.776 23.065.609 29.985.292

3 Mangga 8.784.770 11.420.201 14.846.261 19.300.139 25.090.181

4 Manggis 615.143 984.229 1.049.844 1.469.782 2.057.684

5 Pisang 34.642.582 45.035.356 58.545.963 76.109.752 98.942.678

6 Rambutan 2.942.042 3.824.655 4.972.051 6.463.666 8.402.766

7 Buah Lain 58.271.091 75.752.418 98.478.143 128.021.586 166.428.062

Jumlah (pohon) 118.675.015 155.046.203 200.892.305 261.790.708 341.210.915

Sumber : Deptan, 2009

Kebutuhan bibit pohon terus mengalami peningkatan seiring dengan

kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi bahan pangan non

karbohidrat salah satunya adalah buah-buahan, sehingga diperlukan bibit yang

unggul untuk memenuhi ketersedian buah-buahan tersebut. Demikian halnya

dengan kebutuhan bibit pohon, kebutuhan benih buah juga mengalami

peningkatan, tersaji pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 – 2009

No Komoditas Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Melon 2.214 2.518 3.058 4.587 6.880

2 Semangka 26.020 28.188 28.622 30.053 39.069

Jumlah (Kg) 28.234 30.707 31.680 34.640 45.949

Sumber : Deptan, 2009

Page 16: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Peningkatan kebutuhan benih buah membuktikan bahwa benih sangat

dibutuhkan masyarakat dan layak untuk diusahakan. Peningkatan kebutuhan

benih buah menunjukkan peningkatan permintaan pasar akan produk

hortikultura, tetapi pada kenyataannya belum banyak perusahaan yang

mengusahakan benih hortikultura. Hal tersebut dapat menjadi sebuah peluang

bisnis bagi pengusaha, maka peluang yang ada dimanfaatkan oleh CV. Multi

Global Agrindo.

CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha

pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). Perusahaan

ini telah memanfaatkan dan menerapkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi

yang telah dihasilkan oleh peneliti dan pengembang warga negara Indonesia,

dan yang teruji serta terbukti kemanfaatannya bagi pembangunan nasional.

Berkat kerja keras dan ketekunan yang diterapkan, perusahaan pembenihan ini

mampu menghasilkan 10 jenis tanaman yang terdiri dari 22 varietas baru

seperti : benih melon ladika 108, melon sumo 28, melon MAI (Melon Asli

Indonesia) 116, 119, semangka metal 206 (merah total), tomat tia 403 (asli

Indonesia) dan tomat buba 426 (buahnya banyak), dan lain sebagainya. CV.

Multi Global Agrindo telah unggul dalam bidang perbenihan bahkan

produknya sudah ekspor ke luar negeri, seperti ke Jepang dan Cina.

CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang berusaha

menghasilkan benih hortikultura yang asli dari dalam negeri yang siap

bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Dari beberapa benih

tanaman hortikultura yang telah dilempar ke pasar, benih melon yang paling

diterima oleh pasar dan sekarang menjadi unggulan dalam usaha pembenihan

di CV. Multi Global Agrindo, oleh karena itu, benih melon selalu diusahakan

kontinyuitas produksinya. Benih melon yang diproduksi oleh CV. Multi

Global Agrindo tidak hanya satu macam, namun ada empat macam varietas

benih melon dengan karakteristik yang berbeda yang disajikan pada tabel 3

berikut ini :

Page 17: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

No. Varietas Th. 2006

(kg) Th. 2007

(kg) Th. 2008

(kg) Th. 2009

(kg)

Rata-Rata (kg)

1 MAI 119 19,5 25,6 57,65 120,25 55,75 2 MAI 116 32,3 5,1 0 25,7 15,775

3 LADIKA 11,6 13,2 64,4 0 22,3

4 SUMO 23,7 8,9 88,8 35,5 39,225

Jumlah (Kg) 87,1 52,8 201,85 181,45 133,05

Sumber : Data Sekunder

Dari produksi empat macam varietas benih melon, varietas MAI 119

merupakan varietas yang tertinggi rata-rata produksinya yaitu sebesar 55,75

kg pada tahun 2006-2009. Produksi MAI 119 terus mengalami peningkatan

tiap tahunnya. Dengan rata-rata produksi tersebut, benih melon varietas MAI

119 selalu terjual habis dalam tahun yang bersangkutan, sehingga tidak ada

stock benih digudang, akibatnya kontinyuitas produksi benih terjaga. Hal itu

membuktikan bahwa varietas MAI 119 merupakan varietas yang paling

diminati oleh konsumen dan dapat diterima pasar daripada varietas lainnya

(Varietas MAI 116, ladika maupun sumo).

Jika dilihat dari jumlah produksi benih yang semakin meningkat,

maka benih melon ini dapat diterima pasar sehingga perlu adanya usaha dari

CV. Multi Global Agrindo untuk menjaga kontinyuitas bahkan meningkatkan

jumlah produksi. Usaha peningkatan produksi dilakukan dengan tujuan untuk

mencukupi permintaan pasar. Meskipun demikian perlu adanya pertimbangan

orientasi laba yang menjadi tujuan utama dari perusahaan. Untuk mengetahui

hal tersebut perlu adanya analisis yang tepat terutama pada volume produksi

untuk menghindarkan kemungkinan perusahaan mengalami kerugian. Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Break Even Point (BEP),

dengan analisis BEP dapat diketahui titik impas produksi dari suatu

perusahaan, sehingga perusahaan dapat menetapkan target penjualan minimal,

untuk membantu dalam pencapaian laba bagi perusahaan.

Page 18: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Perumusan masalah

Salah satu produk benih di CV. Multi Global Agrindo yang telah

diterima pasar dan kontinyu permintaannya adalah benih melon. Benih melon

ini menjadi benih yang diunggulkan di CV. Multi Global Agrindo. Beberapa

varietas benih melon yang dihasilkan adalah varietas MAI 116, MAI 119,

varietas Sumo dan Ladika, dari keempat benih yang dihasilkan CV. Multi

Global Agrindo, benih varietas MAI 119 yang menjadi unggulan, sehingga

benih ini diusahakan kontinuitas produksinya supaya dapat memenuhi

permintaan pasar.

Usaha pembenihan benih melon MAI 119 di CV. Multi Global

Agrindo selalu mengalami perubahan baik pada jumlah produksi maupun total

biaya produksi setiap tahunnya. Perubahan selama tahun 2006-2009 tersebut

tersaji pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun

Produksi benih melon (kg)

Perubahan produksi

(%)

Total biaya produksi

(Rp)

Perubahan biaya (%)

Harga jual/kg (Rp)

Perubahan harga (%)

2006 19,5 - 63.219.459 - 4.750.000 - 2007 25,6 31,28 93.928.136 48,57 4.750.000 0 2008 57,65 125,19 136.700.746 45,54 4.750.000 0 2009 120,25 108,59 198.677.530 45,34 4.750.000 0

Sumber : Analisis Data Sekunder

Biaya produksi benih melon varietas MAI 119 terus mengalami

kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi benih melon. Harga benih

konstan dari tahun 2006 sampai 2009 karena sebagai perusahaan baru dengan

benih asli dalam negeri yang siap bersaing di pasar, CV. Multi Global Agrindo

memutuskan untuk tidak menaikkan harga supaya tetap bisa bersaing dengan

benih impor yang dijual di dalam negeri. Hal ini adalah strategi pemasran

yang ditetapkan oleh CV. Multi Global Agrindo.

Permasalahan yang muncul di CV. Multi Global Agrindo adalah

keberadaannya sebagai pengusaha baru di dunia bisnis pembenihan tanaman

Page 19: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

hortikultura harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis dan

perusahaan benih impor. Kompetitifnya persaingan benih hortikultura di pasar

khususnya melon, maka, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi

pemasaran dengan harga jual benih tetap, terlihat sejak awal masuk ke pasar

tahun 2006 sampai sekarang harga jual benih melon varietas MAI 119

ditetapkan sama yaitu Rp. 95.000,00 per pak (20 gr). Konsekuensinya

perusahaan menanggung beban penambahan biaya pada proses produksi benih

melon. Seiring dengan permintaan pasar, CV. Multi Global Agrindo harus

memproduksi benih dengan jumlah meningkat tetapi harga jual konstan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam

mengenai titik impas produksi (Break Even Point) dan sensitivitas terkait

dengan perubahan volume penjualan dan biaya produksi benih melon di CV.

Multi Global Agrindo, jika perusahaan menetapkan strategi pemasaran dengan

harga jual benih yang konstan/tetap. Rumusan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, produksi

dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar dapat melampaui titik impas/Break Even Point (BEP)?

2. Bagaimana sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan yang didapat dari

penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka tujuan

penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global

Agrindo Kabupaten Karanganyar apakah telah melampaui titik

impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran

harga jual konstan.

2. Mengetahui sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan dari penjualan

benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar jika

terjadi kenaikan volume penjualan dan biaya produksi dari benih melon.

Page 20: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi CV. Multi Global Agrindo dapat digunakan sebagai referensi dalam

mengelola dan memajukan usaha pembenihan melon terkait dengan

analisis Break Even Point (BEP).

2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai

informasi atau bahan pembanding bagi permasalahan yang sama.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 21: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu tentang melon dilakukan oleh Anggriani

(2009) tentang Teknik Percobaan Pemberian Beberapa Sumber Unsur P Pada

Tanaman Melon (Cucumis Melo L.), menyatakan bahwa tanaman melon

memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain tanah subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik, dan pH tanah mendekati netral (6-6,8). Teknik

budidaya melon harus dilakukan dengan baik untuk mendukung produksi

yang tinggi dan kualitas buah yang memenuhi selera pasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2004) tentang Efisiensi

Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Melon di

Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih,

polybag, rafia, tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk urea, zat perangsang dan

mulsa berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Faktor produksi

yang lain yaitu turus, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk KCl, dolomite dan

pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Dari hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa petani dalam mempergunakan faktor-

faktor produksi dalam usahataninya belum mencapai kombinasi yang optimal

sehingga tingkat efisiensi ekonomi tertinggi belum dapat dicapai. Dengan

demikian keuntungan yang diperolehpun belum maksimal.

Penelitian tentang buah melon diatas menunjukkan bahwa penelitian

buah melon baik dari segi budidaya maupun efisiensi penggunaan faktor-

faktor produksi pada usahatani melon telah dilakukan, namun, belum banyak

yang mengkaji tentang benih melon, terlebih kaitannya tentang keuntungan

yang diperoleh dari usaha pembenihan melon. Maka, peneliti tertarik untuk

meneliti benih melon kaitannya dengan keuntungan yang dianalisis dengan

analisis break even point.

Hasil penelitian dengan analisis break even point telah banyak

dilakukan, diantaranya mengenai analisis break even sebagai alat perencanaan

Page 22: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

laba perusahaan, analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan analisa

break even point dan lain sebagainya. Penelitian Sulistyawati (1998) tentang

Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Perusahaan menyatakan

bahwa jumlah laba adalah alat utama untuk menentukan apakah suatu

perusahaan sukses atau tidak. Salah satu cara untuk mengukur laba adalah

dengan analisis break even. Laba akan tetap pada tingkat yang sama ketika

volume penjualan bergerak secara proporsional dengan perubahan biaya tetap

dan variabel. Ketika faktor yang mempengaruhi keuntungan berubah, maka,

volume penjualan juga harus diubah, tujuannya adalah untuk mencapai

keuntungan proporsional.

Sinaga (2008) dengan judul penelitian Analisis Break Even Point

Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Minimum memberikan pengertian

bahwa impas (break even) dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi

perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan

jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk

menutup biaya tetap saja. Analisa break even mampu memberikan informasi

kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan,

serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat

penjualan yang bersangkutan dengan asumsi-asumsi dasar. Apabila penjualan

di atas titik break even maka perusahaan akan mendapatkan laba dan

sebaliknya jika penjualan di bawah titik break even perusahaan akan

menderita kerugian.

Penelitian mengenai analisis break even point dapat menjadi rujukan

bahwa dalam rangka mencapai keuntungan perusahaan, perlu melakukan

sebuah perhitungan. Analisis break even point dapat memperhitungkan

keuntungan perusahaan Bagian terkait dengan analisis break even point adalah

analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan analisis

sensitivitas dilakukan oleh Rakhmawati (2008) dalam penelitiannya tentang

Analisis Break Even Point Pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus

di Pabrik Teh Sumber Daun Kabupaten Cianjur), menunjukkan bahwa

Page 23: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%, kenaikan dan

penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan biaya produksi

sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik Teh Sumber

Daun.

Oktavianingsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Break Even Point (BEP) Komoditas Minyak Pala Di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Semarang Tahun 2004-2008,

menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan

terhadap perubahan yang terjadi atas kenaikan atau penurunan variable-

variabel penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan

produksi 4,81% dan 32,88%, kenaikan biaya 13,09% dan 25,02% serta

penurunan harga 0,61% dan 3,30%, PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun

Ngobo masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan

keuntungan dari usaha benih melon, sedangkan penurunan produksi 34%,

peningkatan biaya 96%, dan penurunan harga 33,4% akan mengubah kondisi

perusahaan yang awalnya telah melampaui titik BEP menjadi tidak melampaui

titik BEP dan harus menanggung kerugian.

Penelitian terkait analisis sensitivitas memberikan gambaran

pentingnya analisis sensitivitas karena perubahan variabel harga, biaya dan

produksi sangat mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, bahkan dapat

merubah kondisi perusahaan yang semula untung menjadi rugi, sehingga

penting untuk mengkaji sensitivitas dalam analisis break even point.

Persentase perubahan dapat dilakukan dengan coba-coba maupun berdasarkan

perubahan minimum yang pernah terjadi di perusahaan. Dengan diketahuinya

sensitivitas BEP maka perusahaan dapat meramalkan berbagai kondisi ke

depan untuk menghindari kerugian akibat perubahan variabel produksi, biaya

produksi dan harga.

Hasil penelitian-penelitian diatas dijadikan pembanding dalam

penelitian ini karena menggunakan variabel-variabel yang sama yaitu variabel

jumlah produksi, biaya produksi dan harga jual, serta kajian mengenai analisis

sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa faktor produksi,

Page 24: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

biaya, harga jual dan penerimaan sangat mempengaruhi kondisi laba

perusahaan dan adanya perubahan terhadap salah satu atau lebih variabel

tersebut juga akan merubah kondisi laba perusahaan. Dalam penelitian analisis

break even point di CV. Multi Global Agrindo ini hendak menunjukkan

dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel harga yang konstan

sementara variabel lain yaitu biaya dan produksi berubah, dengan analisis

sensitivitas akan terlihat dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel-

variabel tersebut. Kondisi harga yang konstan dengan biaya produksi yang

meningkat jarang dijumpai di sebuah perusahaan, sehingga diharapkan

penelitian ini memberi wacana baru dan berbeda dengan kasus-kasus yang ada

dalam penelitian sebelumnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Budidaya dan Pembenihan Melon

Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang pesat

dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala kecil maupun skala

agribisnis. Daya pikat melon terletak pada rasanya yang enak dan manis,

beraroma wangi menyegarkan, dan dapat dikonsumsi dalam bentuk buah

segar maupun olahan seperti jus dan sirup. Usaha tani melon diminati

petani karena cukup menguntungkan, umur panen pendek yaitu 55-65 hari

dan harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas

hortikultura pada umumnya.

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk

famili Cucurbitaceae atau labu-labuan, banyak yang menyebutkan buah

melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang

merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika.

Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada

abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya

ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar

keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk

Indonesia. Buah melon dimanfaatkan sebagai makanan buah segar dengan

kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Prihatman, 2000).

Page 25: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah

impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam

melon untuk dibudidayakan di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda

(Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina,

Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di

daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan

Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-

daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan

dengan daerah asal melon pertama (Setiadi, 1998).

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan

pengembangan usaha tani. Benih juga dapat diartikan biji yang dikelola,

diusahakan oleh manusia, khususnya para petani, Lembaga-Lembaga

Pembenihan, Dinas Pertanian, untuk mengembangkan tanaman. Kuantitas

dan kualitas produk yang diinginkan petani hanya dapat diperoleh apabila

benihnya merupakan benih unggul atau benih yang memperoleh sertifikat.

Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan

cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan sertifikat benih, dalam

produksinya diawasi oleh Petugas Sertifikasi Benih dari Sub Direktorat

Pembinaan Mutu Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)

yang berusaha dalam bidang pembenihan (Kartasapoetra, 1989).

Menurut Kartasapoetra (1989), bagi benih bersertifikat ditetapkan

kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, antara lain

penetapannya sebagai berikut :

1. Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah

pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan

merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.

2. Benih Dasar (BD) merupakan keturunan pertama dari benih penjenis

yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan

ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih

dasar diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan oleh Ketua

Page 26: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat

Pembinaan Mutu Benih BPSB.

3. Benih Pokok (BP) merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih

dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga

identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu

yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih pokok oleh Sub

Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.

4. Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari benih penjenis, benih

dasar atau benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian

rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat

dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah

disertifikasi sebagai benih sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu

Benih BPSB.

Benih melon tidak dianjurkan untuk langsung ditanam dilapangan

karena resikonya besar. Disamping tingkat kematian benih sulit di kontrol,

kematian bibit muda yang baru tumbuh sulit dikendalikan karena pengaruh

kondisi lingkungan serta intensitas pemeliharaan. Dengan penyisipan

benih baru memang dapat diatasi, akan tetapi akan menghasilkan ukuran

dan kualitas bibit muda yang tidak seragam akibat umur panen tidak

serentak. Sebelum menanam tanaman melon langsung dilapangan,

sebaiknya benih dikecambahkan terlebih dahulu, kemudian dibibitkan

dalam polibag serta ditempatkan pada ruang yang beratap plastik. Tempat

pembibitan dianjurkan dibangun di sekitar kebun dekat lahan penanaman,

untuk mempermudah transportasi dan memperkecil resiko kerusakan serta

kematian bibit akibat pengangkutan. Bersamaan dengan waktu penyiapan

benih dan pembibitan melon, disiapkan lahan penanaman, sehingga saat

bibit sudah siap dipindahkan, lahan sudah siap ditanami, selanjutnya

dilakukan penanaman. Kebutuhan benih melon untuk 1 hektar sekitar 200

- 500 gram bila populasi tanaman sekitar 12.000 atau tergantung

varietas/jenis melonnya (Anonim, 2009).

Page 27: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari

bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik. Menurut Setiadi (1998),

pada awalnya benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik

selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang

kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu

pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.

Penyiapan benih dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif.

a) Pengadaan benih secara generatif

Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman

memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan

membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam

kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara

merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot

dengan pupuk daun complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi

2 gram/liter seminggu sekali.

b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)

Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber

eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang

maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam

berdasarkan susunan dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter,

myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter, berbagai kombinasi

hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media

dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8

gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl

0,1 N. Sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi,

suhu 120 derajat C selama 30 menit. Tanaman yang didapat dari kultur

jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya

tanaman yang didapat dari biji.

Page 28: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Untuk mengetahui keuntungan dari budidaya melon perlu sebuah

analisis. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah Analisis break

even point didalamnya tercakup komponen biaya dan penerimaan.

2. Analisis Break Even Point (BEP)

Titik impas (break even point) terjadi jika tidak terdapat laba

maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume

penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita

seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Tujuan

analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dengan kondisi

pendapatan dari hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel

dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak menerima laba ketika hanya

mencapai titik impas. Oleh karena itu, hanya penjualan, biaya variabel,

dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas

(Simamora, 1999).

Analisis break even memungkinkan manajer keuangan menentukan

besar output atau tingkat penjualan yang menghasilkan EBIT (Earnings

Before Interest and Tax) atau laba bersih sebelum bunga dan pajak =

0. Untuk membuat teknik ini mudah diaplikasikan, biaya-biaya perusahaan

harus diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Tidak semua

biaya dapat digolongkan secara penuh ke dalam dua kategori ini. Namun,

untuk skala perencanaan pendek, sebagian besar biaya dapat dimasukkan

ke biaya tetap atau biaya variabel. Bila struktur biaya telah ditentukan

maka dapat diketahui titik breakeven (Martin et al, 1993).

Menurut Helmi (2009), analisa break even point juga dapat

digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan

keputusan, antara lain mengenai :

1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

Page 29: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Besarnya penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak

menderita kerugian.

4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume

penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Perlu diketahui beberapa komponen untuk menghitung titik break

even point, anatara lain biaya dan penerimaan. Salah satu komponen untuk

menganalisis titik impas adalah komponen biaya. Biaya yang dikeluarkan

akan dibandingkan dengan penerimaan perusahaan supaya diketahui

besarnya keuntungan.

a. Biaya

Menurut Mulyadi (1999) dalam arti luas biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang

terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber

ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga

pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga

pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh

penghasilan.

Menurut Adjie (2010), biaya produksi adalah semua pengeluaran

yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor

produksi guna memproduksi output. Macam-macam biaya berkaitan

dengan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1) Total Fixed Cost (biaya tetap total) adalah jumlah biaya yang tetap

yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contohnya adalah

jumlah biaya penyusutan, sewa, dan lain sebagainya.

2) Total Variable Cost (biaya variabel total) adalah jumlah biaya yang

dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang

dihasilkan. Contohnya adalah jumlah biaya bahan mentah, tenaga

kerja, dan lain sebagainya.

3) Total Cost (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya total tetap

dengan biaya total variabel. Dirumuskan TC = TFC + TVC.

Page 30: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4) Average Fixed Cost (biaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang

dibebankan kepada setiap unit output.

5) Average Fixed Cost (biaya variabel rata-rata) adalah biaya variabel

yang dibebankan untuk setiap unit output.

6) Average Total Cost (biaya total rata-rata) adalah biaya produksi

yang dibebankan untuk setiap unit output.

7) Marginal Cost (biaya marginal) adalah tambahan atau

berkurangnya biaya total karena bertambahnya atau berkurangnya

satu unit output.

Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi dibagi

menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah

jumlahnya meskipun jumlah produksi berubah. Biaya variabel

(variable cost) adalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara

per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah,

akan tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai

dengan proporsi perubahan aktivitas. Sementara biaya semivariabel

adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya

(Daljono, 2005).

Sifat biaya yang diasumsikan dalam analisis break even point

menurut Martin et al (1993), adalah sebagai berikut :

1) Biaya Tetap

Biaya tetap juga disebut biaya tak langsung, tidak mengalami

perubahan dalam jumlah totalnya sedangkan volume penjualan atau

kuantitas output berubah dalam sejumlah range output yang relevan.

Jumlah biaya tetap tidak tergantung banyaknya produk yang dihasilkan

dan memiliki jumlah dolar yang tetap. Jika produksi meningkat

volumenya, biaya tetap per unit turun. Sebab total biaya tetap menjadi

tersebar semakin besar kuantitas output.

Page 31: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Biaya

Biaya Tetap

0 Unit yang diproduksi dan yang terjual

Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan

Biaya dalam gambar diatas terlihat tidak terpengaruh dengan jumlah

produk yang dibuat dan terjual. Pada beberapa range output yang

relevan, jumlah total biaya tetap ini bisa jadi lebih tinggi atau rendah

pada perusahaan yang sama. Beberapa contoh biaya tetap dalam usaha

manufaktur yang khas adalah gaji administratif, penyusutan, asuransi,

satuan jumlah yang dikeluarkan untuk program periklanan, pajak

bangunan dan sewa.

2) Biaya Variabel

Biaya variabel juga disebut biaya langsung (direct cost). Biaya

Variabel tetap untuk per unit output tapi secara total berubah bila

output berubah. Total biaya variabel dihitung dengan mengambil biaya

variabel per unit dan dikalikan dengan jumlah yang diproduksi dan

dijual. Model break even mengandaikan bahwa antara total biaya

variabel dan penjualan bersifat proporsional. Sifat biaya variabel

terhadap range output yang relevan terlukis pada gambar berikut :

Biaya

Biaya Variabel

0 Unit yang diproduksi dan terjual

Page 32: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan

Total biaya variabel tergantung pada jumlah output yang dibuat dan

dijual. Bila jumlah unit yang diproduksi nol, maka biaya variabel juga

nol tapi biaya tetap lebih besar dari nol, akibatnya, untuk menutupi

biaya tetap harga penjualan per unit harus lebih besar dari biaya

variabel per unit. Ini menolong menjelaskan mengapa sejumlah

perusahaan tetap menjalankan pabriknya meski penjualan sementara

menurun. Maksudnya adalah untuk memperoleh hasil penjualan untuk

mmenutupi biaya tetap. Contoh-contoh biaya variabel adalah buruh

langsung, biaya bahan bakar (bensin, listrik, gas alam) sehubungan

dengan area produksi, biaya pengangkutan untuk membawa produk

dari pabrik, pengemasan dan komisi penjualan.

3) Biaya Semi Variabel

Beberapa biaya mungkin tetap pada satu waktu, kemudian berubah

ketika output yang lebih tinggi tercapai, kembali tetap, lalu naik lagi

seiring dengan naiknya output menjadi lebih tinggi. Biaya ini

diistilahkan sebagai biaya semi variabel atau semi tetap. Salah satu

contohnya adalah gaji untuk supervisor produksi. Bila output

berkurang 15 persen untuk masa singkat, manajemen organisasi tidak

akan memotong gaji 15 persen. Hampir sama juga, komisi yang

diberikan kepada salesman sering kali mengikuti jenjang

keberhasilannya. Digambarkan sebagai berikut :

Biaya

Biaya Semivariabel

0 Unit yang diproduksi dan terjual

Page 33: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang

Relevan

Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya menurut fungsi

pokok dalam perusahaan, dibedakan menjadi tiga yaitu biaya produksi,

biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. Secara

keseluruhan biaya tersebut dalam analisis BEP tercakup dalam biaya

produksi, namun, pengetahuan tentang berbagai macam biaya dapat

membantu mengklasifikasikan penggolongan biaya dalam analisis

BEP :

a) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap untuk dijual.

Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya gaji karyawan, biaya

overhead pabrikasi, dan lain sebagainya.

b) Biaya pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya yaitu biaya

iklan, biaya pengangkutan dari gudang produsen ke gudang

konsumen, biaya karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya.

c) Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

Contohnya biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi,

personalia, bagian hubungan masyarakat, dan pemeriksaan

akuntansi.

Setelah mengetahui biaya, perusahaan harus menghitung besarnya

penerimaan untuk mengetahui keuntungan usaha. Penerimaan harus

lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan

usaha. Apabila penerimaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan

maka perusahaan mengalami kerugian.

b. Penerimaan

Page 34: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Ongkos (cost) dan penerimaan (revenue) adalah dua hal yang

menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka

mendapatkan keuntungan yang maksimum, dalam memproduksi suatu

barang. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan

sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan

yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil

total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan

barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau

TR = Q x P (Mubarak, 2009).

Menurut Hanani (2010), penerimaan adalah penerimaan

produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting

tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku

produsen.

1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil

penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq X Q, dimana Pq = harga output

per unit; Q = jumlah output.

2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output

yang dijual. Jadi, AR adalah harga jual output per unit

3) Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh

tambahan penjualan satu unit output.

Penerimaan menurut Adjie (2010), adalah jumlah uang yang

diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain

merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil

dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat

diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan

harga barang yang bersangkutan. Dirumuskan dengan TR = Q x P

Dimana :

TR = Total penerimaan (Rp)

Q = Jumlah produk

P = Harga produk (Rp)

Page 35: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Keuntungan/laba

Setelah diketahui total biaya dan penerimaan maka dapat

diketahui keuntungan/laba perusahaan. Menurut Downey (1992),

terdapat beberapa penjelasan tentang laba diantaranya :

a) Laba merupakan imbalan dari pengambilan suatu resiko dalam

bisnis. Semakin besar resiko, semakin besar laba yang akan

diperoleh jika usaha tersebut berhasil. Sedangkan jika terjadi

kegagalan, maka semua atau sebagian modal yang ditanam akan

hilang.

b) Laba dihasilkan oleh pengendalian atas sumber daya yang langka.

Jika sumber daya dikendalikan oleh masing-masing warga negara,

dan didapatkan permintaan yang tinggi dari pihak lain, maka

sumber daya tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi.

Dengan semakin tingginya permintaan, maka semakin besar laba

yang akan didapatkan.

c) Laba diperoleh karena kefektifan pengelolaan. Jika para pelaku

bisnis mampu melakukan perencanaan dan pemikiran yang kreatif,

akan dimungkinkan usaha bisnisnya berjalan dengan efisien

sehingga mampu mendatangkan laba yang besar bagi perusahaan.

Menurut Sukirno (2000), keuntungan/laba dalam kegiatan

perusahaan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang

dikeluarkan dan hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang

dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran

upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan sebagainya. Apabila hasil

penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut maka

diperolehlah keuntungan.

Menurut Simamora (1999), laba merupakan salah satu ukuran

seberapa baik kinerja sebuah perusahaan. Walaupun laba bukan satu-

satunya tujuan perusahaan bisnis (tujuan lainnya bisa meliputi

Page 36: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kelangsungan hidup, pertumbuhan, mutu produk, dan lain-lain).

Perolehan laba cukuplah memadai untuk memikat investasi modal

yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam

suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan

kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini

didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini

membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai

sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba

bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan

kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan

pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi

pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset

bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan

(Bayu, 2009).

Laba ekonomi didefinisikan sebagai laba akuntansi (accounting

profit) dikurangi biaya oportunitas (opportunity cost). Dengan

demikian sebelum menghitung laba ekonomi perlu diketahui dulu

biaya opportunity dari berbagai alternatif yang ada. Selama masih

jumlahnya diatas nol, maka itu berarti bahwa keputusan untuk

mempercayakan sumberdaya dalam bisnis merupakan keputusan yang

baik. Namun, jika laba ekonomi menunjukkan nilai negatif secara jelas

dapat dikatakan adanya suatu masalah. Hal ini menunjukkan bahwa

alternatif ini tidak baik untuk dipilih, dan perlu menjadi pertimbangan

memikirkan alternatif lain/baru yang nantinya akan menghasilkan laba

ekonomi yang lebih tinggi (Downey, 1992).

Menurut Downey (1992) dikenal beberapa istilah laba yaitu

laba bersih, laba operasi bersih, laba bersih sebelum pajak, laba bersih

setelah pajak, dalam BEP yang sering digunakan adalah istilah laba

bersih, penjelasan mengenai berbagai istilah laba adalah sebagai

berikut :

Page 37: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a) Laba bersih

Laba bersih merupakan ayat terakhir dalam perhitungan rugi-laba.

Laba bersih (bottom line) dijadikan sebagai tolok ukur

keterampilan dan kemampuan pengambil keputusan dalam

mengelola sumberdaya, karyawan dan keuangan. Bahkan lebih

penting lagi, laba bersih mencerminkan perusahaan. Hal itu

menjadi dasar untuk pertumbuhan, modernisasi, pengembangan

produk-produk baru dan imbalan bagi karyawan dan penanam

modal perusahaan di masa mendatang.

b) Laba Operasi Bersih

Laba operasi bersih sering disebut pula sebagai margin operasi

yang merupakan jumlah yang tersisa apabila beban operasi

dikurangkan dari marjin kotor. Faktur-faktur yang

mempengaruhinya sama dengan faktur-faktur yang mempengaruhi

marjin kotor ditambah dengan faktor-faktor yang berupa beban

usaha.

c) Laba Bersih Sebelum Pajak

Laba bersih sebelum pajak merupakan jumlah yang tersisa setelah

semua pendapatan atau beban non operasi diperhitungkan.

Pendapatan non operasi meliputi semua pendapatan yang diperoleh

dari sumber-sumber lain, seperti bunga atau deviden yang

diperoleh dari penanaman modal di luar.

d) Laba Bersih Setelah Pajak

Laba bersih setelah pajak dapat dihitung setelah diketahui besarnya

pajak penghasilan. Besarnya pajak ditentukan oleh beberapa faktor,

diantaranya besarnya laba, tingkat laba tahun sebelumnya, jenis

organisasi bisnis dan peraturan pajak yang lainnya.

Page 38: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Setelah diketahui konsep tentang biaya, penerimaan serta

keuntungan/laba maka dapat dilakukan analisis break event point. Menurut

Riyanto (1995) analisis break even point dapat dihitung dengan

menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan dengan rumus aljabar,

pendekatan grafik, dan pendekatan trial and error.

1. Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus

aljabar

a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit

BEP (Q) = VC - P

FC

Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit

FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)

P (Price) = harga jual produk per unit (Rp)

VC (Variabel Cost) = biaya variable per unit (Rp)

P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin

b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP (QT) =

SVC

FC

-1

Keterangan :

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah

FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)

VC (Variable Cost) = biaya variable (Rp)

S (Sales) = volume penjualan x harga jual per unit

(Rp)

SVC

-1 = rasio marjin kontribusi/ contribution

marjin

Page 39: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

rugi

laba

2. Perhitungan Break Event Point (BEP) dengan grafik

Salah satu cara menentukan break even point adalah dengan

membuat gambar atau grafik break even. Dalam gambar tersebut akan

tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan

jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan.

Besarnya volume produksi atau penjualan dalam unit nampak pada

sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari

penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar

break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik

dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan

garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus

vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even

dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke

samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam

rupiah. Pada grafik tersebut digunakan asumsi bahwa besarnya biaya

tetap selalu konstan, besarnya biaya variabel sebanding dengan volume

penjualan. Gambar grafik BEP adalah sebagai berikut :

Break even point

Biaya tetap

Biaya variabel

keuntungan Penghasilan penjualan

Biaya total

Biaya tetap

Gambar 4. Grafik BEP

Biaya dan penerimaan

Produksi (Q)

Page 40: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3. Pendekatan Trial and Error

Perhitungan break even point dengan cara trial and error

dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung

keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu.

Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil

volume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan

mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita

kerugian maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih besar.

Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume

penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan

besarnya biaya total.

Analisis break event point sangat dipengaruhi oleh komponen

biaya dan penerimaan. Perubahan nilai dari variabel-variabel yang

mempengaruhi biaya maupun penerimaan sangat mungkin terjadi pada

perusahaan. Perubahan variabel juga akan mempengaruhi break even point

perusahaan. Hal tersebut tercakup dalam analisis sensitivitas.

3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas perlu dikaji untuk mengantisipasi terjadinya

perubahan-perubahan nilai dari variabel-variabel yang diamati. Analisis

sensitivitas menurut Supriyono (1999), adalah analisis terhadap perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1) Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk atau jasa yang

dijual

2) Perubahan jumlah total biaya tetap

3) Perubahan jumlah total biaya variabel per unit

4) Kombinasi perubahan harga jual per unit, total biaya tetap, biaya

variabel per unit dan volume penjualan.

Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisis kepekaan

sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik

Page 41: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

untuk menilai dampak atau impact berbagai perubahan dalam masing-

masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi. Variabel

penting yang dimaksud adalah variabel harga, biaya dan jumlah produksi.

Analisis sensitivitas adalah suatu analisis simulasi dimana nilai variabel-

variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya

terhadap hasil yang diharapkan (Riyanto, 1995).

Para manajer secara berkala memutuskan apakah akan mengubah

harga jual produk atau tidak. Kalangan konsumen cenderung menolak

kenaikan harga dengan cara membeli lebih sedikit produk. Hal ini dapat

mengurangi dampak kenaikan harga. Kenaikan harga jual per unit akan

menurunkan titik impas penjualan, sedangkan penurunan harga jual per

unit akan menaikkan titik impas penjualan. Sementara produk-produk

dalam beberapa lingkungan bisnis sedemikian kompetitifnya sehingga

manajer tidak dapat mengubah harga jual. Dalam kondisi seperti ini,

manajer biasanya lebih memilih memangkas biaya produk. Perubahan

biaya pun mempengaruhi titik impas penjualan. Kenaikan biaya variabel

akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya variabel akan

menurunkan titik impas penjualan. Kenaikan biaya tetap akan menaikkan

titik impas, sedangkan penurunan biaya tetap juga akan menurunkan titik

impas penjualan (Simamora, 1999).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kemampuan untuk menghasilkan laba yang maksimum merupakan

tujuan yang paling penting bagi perusahaan. Berbagai upaya dilakukan oleh

pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam

meraih laba usaha. Cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan

menyusun sebuah perencanaan laba usaha. Hal penting dalam penyusunan

perencanaan laba usaha adalah menentukan titik impas (break even point).

Titik impas ini memberikan informasi dimana perusahaan didalam operasinya

tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Melalui titik

impas ini dapat diketahui berapa tingkat penjualan yang harus dipertahankan

oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan berapa

Page 42: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tingkat penjualan yang mesti dicapai guna menjamin adanya laba, maka, untuk

untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan analisa break even point.

Analisa break even point di CV. Multi Global Agrindo menggunakan

biaya tetap antara lain biaya sewa tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan,

gaji staf kantor, biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan

alat, biaya tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan,

tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih pembanding.

Sedangkan biaya variabel yang digunakan adalah biaya tenaga kerja harian,

biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan,

biaya saprodi, biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya

pengemasan.

Permasalahan dalam penelitian ini dapat didekati dengan perhitungan

analisis break even point dengan rumus aljabar menurut Riyanto (1995).

Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar

adalah sebagai berikut :

a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit

BEP (Q) = VC - P

FC

Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya

(Rp)

P = harga jual produk per unit dalam kg (Rp)

VC = biaya variable per unit antara lain biaya saprodi, biaya

pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin

b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP (QT) =

SVC

FC

-1

Keterangan :

Page 43: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya

(Rp)

VC = total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya

pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)

SVC

-1 = rasio marjin kontribusi/contribution marjin ratio

Analisis sensitivitas menunjukkan kepekaan dari sebuah perusahaan

terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Analisis sensitivitas

dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan biaya produksi dan jumlah

produksi sesuai dengan kenaikan minimum yang pernah terjadi di CV. Multi

Global Agrindo untuk melihat pengaruhnya terhadap keuntungan dan BEP

yang dicapai oleh perusahaan. Serta menaikkan dan menurunkan harga jual

berdasarkan trend dari perusahaan pesaing yaitu perusahaan Sakata dengan

benih melon merk Glamor. Data dari perusahaan pesaing ini diasumsikan

sebagai perubahan di CV. Multi Global Agrindo.

Berdasarkan analisis yang dilakukan akan dapat diketahui kondisi

perusahaan pada saat mencapai break even point baik pada satuan unit

maupun dalam rupiah serta sensitivitasnya terhadap perubahan beberapa

variabel yang nantinya berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang

didapat perusahan. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan berkaitan dengan

kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan, terutama menyangkut kebijakan

produksi. Adapun kerangka teori pendekatan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 44: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha.

Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar

Buah melon

Proses produksi benih

Proses Pengemasan

OUTPUT

Benih Melon

PENERIMAAN

BIAYA

Biaya Tetap

(biaya sewa pajak,

Biaya Variabel

(TK, saprodi,

ANALISIS BEP

BEP atas dasar penjualan dalam

Rupiah

ANALISIS SENSITIVITAS

BEP atas dasar Unit

KONDISI PERUSAHAAN (BERKEMBANG/TIDAK)

PERUBAHAN PERUBAHAN

CV. Multi Global Agrindo sebagai pengusaha benih hortikultura

Page 45: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

D. Hipotesis

1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha benih melon pada CV. Multi

Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan

menghasilkan laba meskipun diterapkan strategi pemasaran harga benih

konstan.

2. CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point

dan menghasilkan laba setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan

perubahan minimum yang terjadi selama tahun 2006-2009.

E. Asumsi-asumsi

Analisis break even point berguna apabila beberapa asumsi dasar

dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

1. Biaya dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan

biaya variabel.

2. Proporsi besarnya biaya untuk varietas MAI 119 diasumsikan sesuai

dengan luas area produksi benih melon varietas MAI 119 dibanding

dengan luasan produksi benih di CV. Multi Global Agrindo secara

keseluruhan.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Multi Global Agrindo

(MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar terkhusus pada

usaha pembenihan melon varietas MAI 119 karena paling diterima pasar.

2. Data yang dianalisis adalah data produksi dan data biaya dari

CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2006-2009.

Page 46: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

G. Definisi dan Pengukuran Variabel

1. Produk yang diteliti sebagai objek penelitian yang dihasilkan oleh

CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Karanganyar berupa benih melon varietas MAI 119.

2. Biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pihak CV. Multi Global

Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar baik

untuk kegiatan budidaya, pengolahan, maupun pemasaran benih melon

varietas MAI 119 yang dinyatakan satuan rupiah (Rp).

a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dan

tidak dipengaruhi besarnya volume produksi atau penjualan, meliputi

biaya sewa bangunan yang dibayarkan untuk melakukan aktivitas

produksi di CV. Multi Global Agrindo, dan biaya pajak yaitu pajak

perusahaan dan pajak kendaraan yang dipakai untuk aktivitas usaha

dan lain sebagainya.

b. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh volume

produksi, meliputi biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan

untuk membeli semua bahan-bahan untuk memproduksi benih melon

meliputi di dalamnya biaya saprodi, biaya bahan bakar. Selain itu

biaya pengemasan dan pemasaran selama satu tahun dan lain

sebagainya.

c. Biaya total adalah penjumlahan antara total biaya tetap dan biaya

variabel.

3. Penerimaan adalah keseluruhan hasil yang diterima oleh perusahaan dari

hasil penjualan benih melon varietas MAI 119 yang dinyatakan dalam

rupiah (Rp). Penerimaan diperoleh dari pengalian jumlah produksi dengan

harga produk.

4. Keuntungan/laba adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi

dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

Page 47: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5. Break Even Point dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan

jumlah biaya sehingga CV. Multi Global Agrindo (MGA) tidak

memperoleh keuntungan namun juga tidak mengalami kerugian dari usaha

memproduksi benih melon varietas MAI 119, dan dinyatakan dalam

satuan kilogram (Kg) dan rupiah (Rp).

6. Contribution Margin/marjin kontribusi merupakan biaya tambahan untuk

memproduksi satu unit tambahan output. Biaya marjinal didapatkan

dengan mengurangkan total biaya/total cost (TC) awal dengan TC saat

mengalami perubahan. Contribution margin dapat pula diperoleh dengan

mengurangkan antara harga dengan biaya variabel per unit.

7. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk melihat

perubahan keuntungan yang akan terjadi dengan hasil analisis jika ada

suatu perubahan dari volume/jumlah produksi, harga jual, dan biaya total

produksi.

Page 48: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi

tentang arti data itu. Metode deskriptif analitis mempunyai ciri-ciri yaitu

memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang actual. Data yang dikumpulkan mula-

mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

Surakhmad (1994), studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu

kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Studi kasus umumnya

menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan

analisa data kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu

orang, satu keluarga, satu lembaga, satu peristiwa, satu daerah, ataupun satu

kelompok manusia dan kelompok objek lain yang cukup terbatas yang

dianggap sebagai satu kesatuan. Penelitian analisis break even point ini

memusatkan perhatian pada kasus yang terjadi dalam usaha pembenihan benih

melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar. Dengan studi kasus maka dapat memfokuskan pada masalah

yang ada di suatu lembaga yaitu dalam penelitian ini di CV. Multi Global

Agrindo Kabupaten Karanganyar.

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha

pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan,

Kabupaten Karanganyar, dengan alasan pertama, CV. Multi Global Agrindo

merupakan perusahaan pertama yang bergerak di bidang pembenihan melon di

Page 49: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Jawa Tengah. Pertimbangan kedua, benih yang diusahakan adalah hasil dari

penelitian dan pengembangan intern CV. Multi Global Agrindo. Pertimbangan

ketiga, CV. Multi Global Agrindo konsisten dengan usaha pembenihan

bahkan hasilnya telah diekspor ke Jepang.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang kemudian dalam

pelaksanaannya dilengkapi dengan data primer atau wawancara dengan pihak

perusahaan. Menurut Surakhmad (1994) jenis dan sumber data dalam

penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Data utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder.

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data sekunder

diperoleh dengan cara mencatat secara langsung dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian. Pada penelitian ini digunakan data

sekunder dari CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan,

Kabupaten Karanganyar yaitu data produksi dan data biaya dari

pembenihan melon. Serta data lain yang mendukung seperti data profile

perusahaan dan data dari Dinas Pertanian.

2. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data

primer didapat dari sumber primer yang ada kaitannya dengan penelitian.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan

pihak perusahaan, baik pemimpin maupun karyawan di CV. Multi Global

Agrindo serta pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang

diperlukan dalam penelitian.

Page 50: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu

dengan mencatat data yang ada pada instansi yang terkait dalam penelitian

ini. Tidak semua data sekunder berguna dalam sebuah penelitian, sehingga

dalam pengumpulan data ini perlu diketahui sebelumnya data-data yang

nantinya diperlukan dalam penelitian tersebut. Adapun instansi yang

dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah CV. Multi

Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Dari

perusahaan tersebut dilakukan pencatatan terkait dengan laporan keuangan

perusahaan yang meliputi biaya-biaya, produksi, penerimaan, keuntungan,

dan lain sebagainya.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu kegiatan pengumpulan data dengan

pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh

gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Observasi

dilakukan dengan dua cara yaitu observasi langsung dan observasi tidak

langsung. Observasi langsung merupakan teknik pengumpulan data

dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang

diteliti. Sedangkan pada observasi tidak langsung, peneliti menggunakan

perantara yang dapat berupa alat ataupun perantara yang lain dalam

penelitian terhadap objek. Pada penelitian ini, dilakukan observasi

langsung dengan mengamati secara langsung ke lapang terkait dengan

kegiatan pembenihan melon dari budidaya tanaman melon sampai proses

pembenihan dan pengemasan sehingga siap dipasarkan

3. Wawancara

Teknik wawancara merupakan cara untuk memperjelas data

sekunder dengan keterangan-keterangan lisan yang tidak terdapat pada

data tertulis. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer

dengan melakukan wawancara langsung pada pihak perusahaan, baik

pemimpin maupun karyawan di CV. Multi Global Agrindo. terutama

Page 51: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pihak-pihak yang berperan dalam pembudidayaan melon, pengolahan

untuk menjadi benih melon, serta pihak-pihak yang berperan dalam

pengaturan data keuangan. Teknik wawancara ini membutuhkan

komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek yang dijadikan sumber

informasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara bersifat

penting karena merupakan alat komunikasi antara peneliti dengan pihak

yang diwawancarai. Wawancara dapat digunakan sebagai salah satu cara

untuk mendapatkan data atau keterangan yang lebih banyak daripada data

objektif yang telah ada.

E. Metode Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan tentang analisis break

even point, maka metode analisis data sebagai berikut :

1. Analisis besarnya break even point di CV. Multi Global Agrindo

Untuk mengetahui nilai break even point digunakan rumus aljabar.

Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu break even point atas dasar unit dan break

even point atas dasar penjualan dalam rupiah.

a. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar unit

BEP (Q) = VC - P

FC

Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain

sebagainya (Rp)

P = harga jual produk per unit dalam kg (Rp)

VC = biaya variabel per unit antara lain biaya saprodi, biaya

pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin

Break even point atas dasar unit menunjukkan unit penjualan

yang harus dicapai untuk menghindarkan dari kerugian. Sedangkan

Page 52: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

contribution margin/marjin kontribusi menunjukkan hasil penjualan

yang tersedia untuk menutup semua biaya tetap.

b. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP (QT) =

SVC

FC

-1

Keterangan :

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain

sebagainya (Rp)

VC = total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya

pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)

SVC

-1 = rasio marjin kontribusi/ contribution marjin ratio

Break even point atas dasar penjualan menunjukkan besarnya

penerimaan minimal yang harus dicapai dari hasil penjualan untuk

mencapai keadaan impas dan mampu menutup semua biaya. Rasio

marjin kontribusi merupakan rasio dari marjin kontribusi terhadap

harga jual.

2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas menunjukkan suatu kepekaan terhadap

perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tertentu antara lain jumlah

produksi, biaya produksi dan harga jual. Analisis sensitivitas dilakukan

dengan menaikkan atau menurunkan variabel-variabel tersebut. Variabel

yang digunakan pada penelitian ini yaitu jumlah produksi dan biaya

produksi, serta harga jual yang konstan, sehingga analisis sensitivitas

dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi dan biaya

total produksi benih melon varietas MAI 119. Besarnya persentase yang

dipilih berdasarkan perubahan minimum pada masing-masing variabel

yang terjadi selama tahun penelitian (tahun 2006-2009) karena perubahan

ini dapat mewakili kondisi perusahaan untuk mengkaji sensitivitas BEP.

Page 53: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kondisi perusahaan yang dimaksud adalah kondisi yang sudah stabil,

bukan ketika perusahaan sedang mempeluas pasar dan promosi. Selain itu

digunakan trend eksternal dari perusaahaan sejenis yang fluktuatif

perubahan variabel harga jual dijadikan dasar untuk meramalkan kondisi

di CV. Multi Global Agrindo. Perubahan yang terjadi pada variabel

tersebut akan menyebabkan perubahan pula pada titik impasnya sehingga

akan berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang didapatkan.

Page 54: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

A. Lokasi Perusahaan

CV. Multi Global Agrindo beralamat di Jalan Raya Solo-

Tawangmangu Km. 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar,

Jawa Tengah. Lahan CV. Multi Global Agrindo terletak pada ketinggian 450-

490 mdpl dengan luas kebun ± 10 ha. Suhu udara sekitar kebun poduksi

bervariasi antara 24ºC - 31ºC dengan curah hujan rata-rata 3150 mm/tahun

dan kelembaban udara rata-rata sebesar 61-91%. Keadaan tanah di CV. Multi

Global Agrindo merupakan jenis tanah latosol dengan kemiringan lahan ± 15º

dan pH tanah sebesar 6,5-7,0.

B. Profil Perusahaan

CV. Multi Global Agrindo adalah salah satu perusahaan agribisnis

yang bergerak di bidang pembenihan, yaitu dengan menyiapkan sarana

produksi pertanian berupa benih. CV. Multi Global Agrindo melakukan R&D

bredding, produsen sekaligus pemasaran sehingga ada berbagai tingkatan

klasifikasi benih. Benih di CV. Multi Global Agrindo adalah BS (Breeder

Seed/ induknya induk), PS (Parent Stock/ induk) dan ES (Extention Seed/

benih sebar/ benih yang dijual kepada petani. Produk benih yang dihasilkan

akan didistribusikan kepada para petani atau pembudidaya tanaman.

CV. Multi Global Agrindo diprakarsai oleh seorang pengusaha

bernama Mulyono Herlambang. Berdirinya perusahaan ini terinpirasi oleh

kondisi pertanian di Indonesia, sekaligus guna menangkap peluang usaha di

bidang agribisnis khususnya industri perbenihan. Hal tersebut merupakan

tantangan yang harus dihadapi sehingga Bapak Mulyono Herlambang

berjuang mendirikan perusahaan perbenihan yang dapat menghasikan produk

asli benih dalam negeri. Berdirinya perusahaan memerlukan dasar pemikiran,

semangat, filosofi yang fundamental dan pertimbangan ekonomis maupun

teknis, maka berdirilah CV. Multi Global agrindo (CV. MGA) dengan dasar

pemikiran, semangat, filosofi, pertimbangan ekonomis maupun pertimbangan

teknis sebagai berikut :

Page 55: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a. Dasar pemikiran (landasan pola pikir)

1) Indonesia adalah negara agraris yang semestinya maju dibidang

IPTEK Pertanian dan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan bahan

pertanian bagi masyarakatnya.

2) Plant Breeding (Pemuliaan Tanaman) merupakan dasar dari

keberhasilan revolusi hijau untuk peningkatan produktivitas dan

kualitas pangan sehingga dapat menuju kemakmuran serta

pembangunan berkelanjutan.

3) Benih adalah Blue Print Agribisnis karena dengan menggunakan benih

unggul bermutu tinggi akan didapatkan tanaman yang mempunyai

produktivitas dan kualitas yang tinggi pula.

b. Landasan semangat.

Landasan semangat kerja keras dari seluruh pengurus, staf dan

karyawan CV. MGA, walaupun berangkat dari kondisi awal yang serba

kurang dan sulit namun dengan tekat bulat, maka berani untuk memulai.

Harapannya CV. MGA dapat mengatasi kesulitan dan dapat memecahkan

berbagai permasalahan, sehingga pada saatnya CV. MGA akan berhasil

menjadi perusahaan yang maju, berkembang, besar, kuat dan menjadi tuan

di negara sendiri.

c. Landasan filosofi

Kerja keras dengan menggunakan teknologi yang unggul serta

menerapkan manajemen yang baik untuk tercapainya keberhasilan CV.

MGA, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemajuan pertanian

Indonesia sekaligus dapat berperan untuk memajukan dan

mensejahterakan petani.

d. Pertimbangan ekonomis

1) Bisnis perbenihan mempunyai peluang dan kesempatan yang sangat

besar, sehingga dapat dijadikan kegiatan usaha yang menjanjikan

untuk meraih keuntungan/laba.

Page 56: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2) Komoditas benih bersifat carrieable (ringkas, mudah diangkut dan

didistribusikan) dan sebagai komoditas strategis di dalam sarana

produksi pertanian.

e. Pertimbangan teknis.

Bahwa untuk menghasilkan benih unggul bermutu tinggi hibrid F1

diperlukan teknologi breeding, oleh karena itu CV. MGA telah

menyiapkan teknologi tersebut dengan langkah sebagai berikut:

1) Tahun 1980 – 1981 : Proses pembelajaran Plant Breeding di OISCA

International dan YAE NOGEI BREEDING STATION di Jepang.

2) Tahun 1986 : Proses pembelajaran Research and Development di

TARI (Taiwan Agriculture Research Institute di Taiwan).

Adapun proses pentahapan kegiatan dan berdirinya CV. MGA

adalah sebagai berikut :

a. Tahun 1993 dimulai dengan embriyo kegiatan berupa ujicoba

pelaksanaan R&D dan kaderisasi Breeder (staf peneliti).

b. Tahun 1998 berdiri CV. MGA dengan Akte Notaris Agus Haryanto

No. 28.

c. Dengan riset yang dilakukan sejak tahun 1993 maka, pada tahun 2003,

2004 dan 2005 menghasilkan 23 varietas baru dari 10 jenis tanaman

yang telah diakui dan dilepas oleh Departemen Pertanian dengan SK

Menteri Pertanian. Namun riset tetap dilakukan untuk mendapatkan

varietas baru generasi berikutnya maupun perbaikan mutu terhadap

varietas lama yang telah dihasilkan.

d. Tahun 2004 mulai dibentuk bagian produksi untuk memproduksi

secara masal varietas – varietas baru yang telah dihasilkan oleh bagian

R&D.

e. Tahun 2005 mulai dibentuk bagian pemasaran untuk melakukan uji

coba pasar.

f. Tahun 2006 mulai dengan kegiatan pemasaran baik untuk devisi

pemasaran dalam negeri maupun ekspor dan telah dilakukan

Page 57: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pendaftaran merek pada Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia,

tanggal 29 Maret 2006.

Dari berbagai kegiatan dan upaya yang telah dilakukan oleh CV.

MGA maka beberapa penghargaan telah diperoleh yaitu :

a. Tahun 2003

1) Penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia.

2) Pengembangan usaha Hortikultura dari Dirjen Bina Produksi

Hortikultura Departemen Pertanian.

b. Tahun 2004

1) Pengembangan Industri Perbenihan Hortikultura dari Presiden RI.

2) SIDDHA KRETYA (bagi perusahaan yang melakukan riset) dari

Menteri Riset dan Teknologi.

3) Pemulia tanaman dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia).

4) Pengembangan ketahanan pangan melalui pengembangan

Agribisnis dari Menteri Pertanian.

c. Tahun 2005 Kesempatan Presentasi tentang hasil – hasil riset yang

dilakukan oleh CV. MGA pada Sidang Kabinet di Istana Negara yang

dipimpin oleh Presiden.

1. Visi, Misi dan Budaya Perusahaan

Visi merupakan kondisi ideal perusahaan yang ingin dicapai

dimasa yang akan datang yang mencerminkan cita–cita yang hendak

dicapai dengan mempertimbangkan seluruh sumber daya yang dimiliki

perusahaan. Oleh karena itu dengan didasari semangat, pola pikir dan

filosofi perusahaan, maka CV. MGA merumuskan visinya sebagai berikut

: ” CV. Multi Global Agrindo menjadi perusahaan benih yang kompetitif,

sehat, maju dan berkembang ”.

Untuk mencapai tujuan yang ideal sebagai mana yang dimaksud

pada visi tersebut CV. MGA merumuskan misinya sebagai berikut : ” CV.

Multi Global Agrindo mampu menghasilkan benih dengan kuantitas dan

kualitas yang tinggi serta mampu memasarkan produk benihnya baik

Page 58: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dalam negeri maupun luar negeri”. Adapun upaya–upaya untuk

mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut maka CV. Multi Global

Agrindo menetapkan kegiatan dan budaya perusahaan sebagai berikut:

a. Melakukan R & D dan inovasi teknologi tiada henti baik untuk produk

baru, penyempuraan produk atau varian produk.

b. Melakukan SOP (Standart Operasional Prosedure) dari setiap langkah

kegiatan di setiap bagian, dengan demikian akan dapat meminimalisir

kesalahan yang terjadi baik pada produk, administrasi maupun

keuangan.

c. Melakukan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), SDFF

(Sumber Daya Fasilitas dan Finansial) dimana kedua komponen

tersebut sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan.

d. Melakukan perbaikan manajemen perusahaan baik sistem maupun

mekanisme kerja.

e. Melakukan perbaikan kesejahteraan staff dan tenaga kerja.

f. Meningkatakan disiplin dan etos kerja, motivasi diri serta susana

kebersamaan.

Page 59: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Struktur Organisasi

Adapun struktur organiasi CV. Multi Global Agrindo (CV. MGA)

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo

Keterangan:

R1: Retail 1

R2: Retail 2

R3: Retail 3

Alur benih dari Retail ke petani

Arus kegiatan produksi di CV. Multi Global Agrindo

Bagian R & D

Bagian Keuangan

Bagian Pemasaran

Bagian Gudang

Bagian Produksi

Sales Manajer

Salesman

R1 Field Technical Assisten

R3

Petani

R2

Direktur

Page 60: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3. Bidang Usaha.

CV. MGA memfokuskan kegiatan usaha dibidang perbenihan.

Seperti diketahui bahwa industri dan pasar benih nasional masih dikuasai

oleh perusahaan asing atau produk-produk impor. Sangat luasnya cakupan

produk benih yaitu tanaman pangan (padi dan palawija) dan hortikultura

(buah, sayur, biofarmaka dan tanaman hias) yang terdiri dari berbagai jenis

tanaman dan varietas, maka bisnis dibidang perbenihan ini masih sangat

terbuka lebar. Begitu pula inovasi teknologi dibidang perbenihan selalu

mengalami peningkatan, sehingga CV. MGA berupaya untuk mengikuti

perkembangan teknologi tersebut. Sementara CV. MGA melakukan riset

terhadap 10 jenis tanaman (buah dan sayuran), selanjutnya mulai tahun

2008 menambah riset untuk 7 jenis tanaman. Dengan penambahan riset 7

jenis tanaman tersebut akan dihasilkan varietas-varietas baru, sehingga

lebih banyak menambah varian komoditas yang dapat dipasarkan.

4. Jaringan Perusahaan

CV. MGA telah melakukan riset selama 18 tahun, termasuk umur

yang relatif muda bagi perusahaan perbenihan yang melakukan breeding,

sementara perusahaan kompetitor lainnya sudah begitu kuat dan mapan.

Oleh karena itu fokus pemasaran didalam negeri baru difokuskan di

daerah–daerah sentra hortikultura di Pulau Jawa dengan :

a. Kantor pusat di Jl. Solo-Tawangmangu Km.29 Karangpandan,

Kabupaten Karanganyar.

b. Wilayah pemasaran, meliputi :

Zona I. Ponorogo, Ngawi, Madiun, Malang, Bojonegoro

II. Rembang, Pati, Kudus, Demak dan Purwodadi

III. Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes

IV. Surakarta, DIY, Purworejo dan Banyumas

V. Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara

VI. Bandung, Bogor, Sukabumi dan Indramayu

c. 180 outlet pada toko–toko kios pertanian.

d. 80 kelompok tani.

Page 61: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

5. Produk dan Harga Benih Perusahaan

a. CV. MGA menghasilkan beberapa produk yang siap bersaing dengan

benih impor yang beredar di Indonesia. Produk berupa benih buah dan

sayuran dengan daftar jenis tanaman dan varietas meliputi :

Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo

NO JENIS

TANAMAN NAMA

VARIETAS SK PELEPASAN

VARIETAS MENTERI PERTANIAN

1 Melon Sumo 407/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

MAI 119 405/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

MAI 116 404/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

Ladika 406/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

2 Semangka Redtop 463/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

Metal 452/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

3 Cabe Rekab 83/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

Pertiwi 84/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

4 Tomat Tia 450/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

Maestro 449/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

5 Timun Tina

Tera

6 Terong Teho 289/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

Silila 288/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

Jelita 287/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

7 Pare Jamrud 285/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

Petra 284/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

Mutia 286/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no

8 Buncis Citra 475/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

9 Gambas Belut

10 Kc. Panjang Dadung Hijau 469/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

Bapan 471/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec

(Sumber : Data Produk CV. Multi Global Agrindo)

Produk benih melon varietas MAI119 dikemas 20 gr karena standar pasar

untuk benih melon adalah 500 biji atau 20 gr. Hal ini diterapkan CV.

MGA sebagai strategi penetrasi pasar awal untuk merebut pangsa pasar,

terkait pula dengan harga benih yang terjangkau maka diharapkan CV.

MGA cepat memasuki pasar.

Page 62: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Daftar harga benih CV. Multi Global Agrindo Tahun 2006-2009.

Harga benih yang dihasilkan CV. Multi Global Agrindo

berbeda-beda sesuai macam benih dan banyaknya/isi benih. Namun,

harga jual masing-masing varietas per tahunnya konstan. Harga di

tingkat retail/agen/toko berbeda dengan harga eceran tertinggi yang

diterima konsumen. Berikut daftar harga benih di CV. Multi Global

Agrindo :

Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo

Varietas Isi HARGA R1 HET

Melon MAI 116 20 gr/bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon MAI 119 20 gr /bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon Ladika 20 gr /bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon Sumo 17gr/bks Rp 80.000,00 Rp 100.000,00 Timun Tina 10 gr/bks Rp 8.000,00 Rp 10.000,00 Timun Tera 10 gr/bks Rp 8.000,00 Rp 10.000,00 Semangka Redtop 20 gr/bks Rp 20.000,00 Rp 25.000,00 Semangka Metal 20 gr/bks Rp 20.000,00 Rp 25.000,00 Tomat Tia 5 gr/bks Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Tomat Maestro 5 gr/bks Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Cabe Pertiwi 10 gr/bks Rp 40.000,00 Rp 50.000,00 Cabe Rekab 10 gr/bks Rp 40.000,00 Rp 50.000,00 Pare Mutia 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Pare Petra 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Pare Jamrud 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Terong Silila 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Terong Jelita 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Terong Teho 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Buncis Citra 500 gr/bks Rp 12.000,00 Rp 15.000,00 Gambas Belut 10 gr/bks Rp 7.500,00 Rp 10.000,00

(Sumber : Harga Produk CV. Multi Global Agrindo)

6. Proses Produksi Indukan Benih.

Proses Produksi Indukan benih di CV. Multi Global Agrindo

berlangsung setiap tahunnya karena perusahaan ini tidak pernah lepas dari

riset untuk mengembangkan kualitas benih dari varietas yang dihasilkan.

Indukan benih berbagai tanaman dan varietas yang dihasilkan di CV.

Multi Global agrindo termasuk indukan benih untuk MAI 119 melalui

beberapa proses antara lain pengumpulan plasma nutfah, seed bank,

Page 63: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

penggaluran, test cross, test kombinasi/test hibrid, uji F1 hibrid, uji multi

lokasi, pelepasan varietas, yaitu sebagai berikut :

a. Pengumpulan Plasma Nutfah.

Seperti diketahui bahwa bidang usaha CV. Multi Global Agrindo

adalah melaksanakan riset dibidang breeding tanaman untuk

menghasilkan varietas unggul baru baik hibrid (F1) atau OP (Open

Polination). Didalam riset breeding tersebut dilakukan perakitan

genetik, sehingga memerlukan bahan baku berupa berbagai jenis dan

spesies tanaman yaitu disebut plasma nutfah.

Didalam teori kemungkinan bahwa semakin banyak bahan baku

yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai nilai superior yang

tinggi akan didapatkan hasil breeding berupa varietas baru yang

unggul dan kompetitif dipasaran. Oleh karena itu CV. Multi Global

Agrindo terus berupaya mengumpulkan plasma nutfah baik secara

hunting (berburu) keberbagai penjuru daerah dan negara, mencari

produk yang ada dipasaran dan kemudian melakukan segregasi

(pembuyaran gen kembali), melakukan barter dengan perusahaan lain

atau bahkan menerima sumbangan dari kolega. Pencarian plasma

nutfah dilakukan dinegara–negara Asia Timur (Jepang, Korea,

Taiwan), Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Philipina, Thailand),

Singapura, Asia Selatan, Myanmar dan Nepal.

b. Seed Bank

Selanjutnya plasma nutfah yang terkumpul disimpan didalam

seed bank yaitu suatu ruangan yang di disain untuk menyimpan benih.

Benih–benih tersebut diberi label (identitas) didata dan disusun seperti

halnya arsip. Dengan sistem penyimpanan tersebut benih akan mudah

diambil (digunakan sewaktu–waktu) dan awet daya tumbuhnya. Di

dalam seed bank tersebut secara garis besar benih dikelompokan

berdasar klas benih galur dan benih induk. Benih galur dan benih

induk dikelompokan berdasarkan jenis tanaman dan tahun perolehan.

Sampai tahun 2010 telah terkumpul ± 30.000 spesi plasma nutfah.

Page 64: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

c. Penggaluran.

Langkah awal dari kegiatan riset di lahan adalah dimulai

dengan penggaluran yaitu kegiatan penanaman dari berbagai jenis

plasma nutfah dengan pengelompokan petak–petak tanaman. Dari tiap

batang individu tanaman pada petak–petak tersebut dikawinkan

sedarah artinya bunga betina dikawinkan dengan bunga jantan yang

berasal dari tanaman itu sendiri. Kemudian diadakan seleksi tanaman

individu dan dipilih yang terbaik. Benih dari hasil seleksi tanaman

tersebut ditanam kembali dan dilakukan hal yang sama terus menerus

sekitar 7 sampai dengan 10 kali periode penanaman akan didapatkan

tanaman yang baik dilihat dari kuantitas, kualitas maupun tingkat

keseragamanya yang kemudian tanaman terpilih yang memerlukan

waktu bertahun–tahun disebut galur murni.

d. Test Cross.

Dari galur murni yang telah terpilih dilakukan penanaman dan

dicoba disilangkan antar galur murni yang satu dengan yang lain sesuai

kehendak/inspiratif peneliti dengan harapan mendapatkan keturunan

yang terbaik diantara ujicoba persilangan yang dilakukan. Teori

Hukum Mandel akan membantu untuk memperkirakan kemungkinan

keturunan yang bakal terjadi.

Misalanya galur murni A sebagai betina disilangkan dengan

galur B sebagai pejantan dimana galur murni A mempunyai sifat

bentuk bagus, warna bagus, rasa enak tetapi buah kecil dan tidak tahan

hama penyakit dislilangkan dengan galur murni B yang mempunyai

sifat buah besar, tahan hama penyakit tetapi kualitasnya kurang baik

maka diharapakan dari hasil keturunanaya (F1) akan didapatka varietas

baru yang mempunyai sifat buah besar, tahan hama penyakit, bentuk

bagus, warna bagus dan rasa buah enak. Atau A X C, A X D, A X C,

B X C, B X D dan seterusnya yang jumlahnya puluhan atau bahkan

ratusan test cross, sehingga mempunyai harapan akan didapat varietas

baru yang diinginkan.

Page 65: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas (Test Cross)

♂ ♀ A B C D E dst

A - ν Ν ν Ν ν

B ν - Ν ν Ν ν

C ν ν - ν Ν ν

dst ν ν Ν ν Ν ν

(Sumber : Bagian R & CV. Multi Global Agrindo)

e. Test Kombinasi / Test Hibrid.

Dari test coss yang dilakukan diatas masing–masing silangan

diberi tanda dan setelah panen benihnya diambil diproses dan tiap

silangan dibungkus terpisah dan diberi label tentang data silangan.

Musim tanam berikutnya benih–benih tersebut ditanam kembali. Tiap

silangan ditanam 10 batang dan 2 kali ulangan sejak dari persemaian,

pertanaman muda dan tanaman dewasa dilakukan pendataan tentang

daya tumbuh, ketahanan hama penyakit, adaptasi terhadap kondisi

iklim, pembuahan dan sebagainya.

Setelah panen diadakan pendataan buah dan produktivitas

meliputi : berat rata–rata, ukuran, ketebalan daging buah, warna, serat,

guratan/net, kadar gula, dan rasa. Dari data–data yang terkumpul dan

ditabulasikan akan didapatkan komulatif data untuk menilai silangan

(calon ) hibrid (F1) yang terbaik.

f. Uji F1 Hibrid

Dari hasil penelitian uji kombinasi tersebut didapatkan 10 besar

yang baik dan 10 besar tersebut dilakukan uji penanaman kembali

dengan petak kontrol dari varietas yang sudah diterima pasar, baik

varietas tersebut adalah milik perusahaan lain maupun milik

perusahaan sendiri. Pendataan sejak daya tumbuh maupun sampai

pasca panen dilakukan dan hasilnya ditandingkan dengan varietas

kontrol. Di harapkan dari antara 10 besar tersebut ada beberapa calon

Page 66: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

varietas yang mendapat nominasi terbaik 1 – 3 calon varietas dan

bahkan mengungguli varietas kontrol. Dengan demikian perusahaan

dapat memperhitungkan bahwa hasil riset F1 yang dilakukan akan

memperoleh varietas yang lebih unggul dengan harapan apabila

saatnya nanti dipasarkan calon produk baru tersebut bisa mengungguli

kompetitor yang sudah diterima oleh pasar.

g. Uji Multi Lokasi.

Uji multi lokasi dilakukan terutama diluar wilayah penelitian

dan mempunyai karakter iklim dan jenis yang berbeda. Biasanya

dilakukan di 3 lokasi yang berbeda dengan 2 petak ulangan. Uji multi

lokasi ini memperlakukan yang sama sehingga akurasi hasil yang

didapatkan seobyektif mungkin. Pengamatan dilakukan sejak

pertanaman sampai panen, bahkan sampai pasca panen dengan

pendataan yang cermat. Hasil pendatan dikompilasikan dan akhirnya

dapat diketahui pada kondisi agroklimat dan jenis tanah yang berbeda

didapatkan hasil yang sesuai yang diharapkan. Apabila komulatif data

dari 3 lokasi tersebut varietas yang dihasilkan ternyata kalah dengan

varietas kontrol berarti gugurlah menjadi baru tetapi apabila ternyata

memang mengungguli varietas kontrol berarti bisa dilanjutkan untuk

proses pelepasan varietas.

h. Pelepasan Varietas.

Untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah bahwa varietas

baru yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian ataupun perusahaan

maka harus lewat proses pelepasan varietas yang dalam hal ini

dilakukan oleh Team Pelepasan Varietas yang terdiri dari para peneliti

ahli dari Litbangtan, Perguruan Tinggi dan unsur Direktorat yang ada

dibawah Dirjentan yang berkaitan dengan komoditas yang dilepas.

Mekanisme/prosedur proses pelepasannya sebagai berikut :

Page 67: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 7. Model Pelepasan Varietas

( Sumber : Tim Pelepasan varietas Departemen Pertanian )

7. Produksi Benih Melon

Setelah proses riset untuk mendapatkan indukan benih selesai dan

mendapatkan pengakuan pelepasan varietas oleh Departemen Pertanian

barulah perusahaan memproduksi benih yang akan dijual ke konsumen.

Adapun proses produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut adalah

sebagai berikut :

Penyampaian Proposal

Dari Perusahaan

Penentuan Waktu Dan Tempat Pelepasan

Penyampaian Penjelasan / Presentasi

Dari Perusahaan

Menunggu Hasil

Penilaian Dari Team

Tanya Jawab Team Dengan

Perusahaan

Pengumuman Hasil

Penilaian Team

Keluar Sk Mentan

Tentang Pelepasan Varietas

Page 68: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

a. Proses penanaman, polinasi dan panen

Adapun proses penanaman, polinasi dan panen dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen

( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo)

Penanaman induk jantan sebanyak 10 % hal ini dikarenakan

tanaman hanya diambil bunga jantannya, tepung sari dari bunga jantan

untuk menyerbuki bunga betina, sedangkan jumlah bunga jantan dalam

setiap batang tanaman mempunyai kemampuan menyerbuki 10 batang

bunga betina. Dalam hal ini diperhitungkan efisiensi biaya yang

dikeluarkan.

b. Prosesing benih melon

Adapun prosesing benih melon dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 9. Prosesing Benih Melon

( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo)

1) Panen Buah.

Dilakukan pada waktu buah betul–betul masak baik dengan tanda–

tanda fisik maupun perhitungan fisiologis.

Penanaman Induk Jantan

± 10 %

Penanaman

Induk Betina

100 %

Proses Polinasi

Panen

Panen Buah

Melon

Seleksi Buah

Melon

Pengambilan Benih Melon

Pencucian Benih Melon

Pengeringan Benih Melon

Seleksi

Page 69: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2) Seleksi Buah.

Untuk membedakan umur buah, ukuran buah, kesehatan tanaman.

3) Pengambilan Benih.

Pemecahan buah, pengambilan benih, pengumpulan benih dan

dibiarkan semalam untuk fermentasi agar memudahkan pencucian

dari lendir.

4) Pengeringan

Dapat dilakukan dengan mesin pengering atau penjemuran

matahari yang penting dapat mencapai tingkat kekeringan dengan

kadar air 6 - 8 %.

5). Seleksi Benih.

Pemisahan benih–benih yang hampa, bentuk yang tidak normal

dan sebagainya sehingga mutu benih betul–betul bagus.

c. Sertifikasi BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih)

Untuk benih yang dijual didalam negeri harus melewati

pengawasan dan mendapatkan sertifikat oleh BPSB. Untuk Provinsi

Jawa Tengah dan DIY para produsen benih melakukan permohonan

sertifikasi di BPSB Tegalgondo.

Adapun pertahapan sertifikasi adalah sebagai berikut :

1) Pendaftaran sebagai produsen benih.

2) Permohonan sertifikasi benih.

3) Peninjauan awal oleh petugas BPSB ke lokasi penanaman.

4) Peninjauan tengah dilakukan oleh petugas BPSB pada waktu

paroses polinasi / pembastaran / penyilangan.

5) Peninjauan akhir dilakukan petugas BPSB pada waktu menjelang

panen.

6) Uji sampel benih untuk mengetahuai daya tumbuh dan kemurnian

serta ada tidaknya hama / penyakit. Salah satu syarat benih

dinyatakan berkualitas adalah benih yang mempunyai daya tumbuh

> 85 %, tingkat kemurnian benih > 98 % dan terbebas dari hama /

penyakit.

Page 70: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

7) Uji keseragaman (dilakukan khusus pada benih hibrid) hal ini

dilakukan karena benih tersebut hasil persilangan dari induk jantan

dan induk betina. Tingkat keseragaman harus > 95 %.

Hasil penilaian dari setiap langkah/pertahapan tersebut akan

menentukan apakah benih tersebut memenuhi syarat untuk

mendapatkan sertifikat BPSB. Hal tersebut dilakukan untuk

perlindungan pada konsumen/petani dan akan menambah tingkat

kepercayaan konsumen kepada produsen benih.

d. Penyimpanan Benih.

Benih sayuran dan buah–buahan termasuk buah melon akan

cepat menurun kualitasnya terutama daya tumbuhnya. Kemampuan

ketahanan terhadap daya tumbuh hanya ± 1 tahun. Oleh karena itu

supaya daya tumbuh tidak merosot dalam waktu ± 1 tahun, maka harus

dilakukan teknik penyimpanan dengan baik antar lain :

1) Ruang benih dengan kontruksi yang memenuhi syarat yaitu :

a) Kedap udara.

b) Tingkat kelembaban ruangan harus stabil pada 30 – 40 % untuk

itu harus dipasang mesin pengatur kelembaban yang harus

selalu beroperasional, sebab tingkat kelembabanseperti pada

ruangan biasa yang ± 75 % akan menurunkan daya tumbuh.

c) Pengaturan suhu ruangan/gudang, sehingga suhu yang

diharapakan juga stabil ± 10 ºC

d) Penyimpanan pada ruangan yang gelap.

Dengan penyimpanan yang bagus benih dapat dipertahankan

daya tumbuhnya sampai dengan 5 tahun. Bahkan semakin canggih

peralatan dan pengaturan suhu dan didukung dengan kontruksi gudang

yang baik benih akan bertahan diatas 10 tahun. Hal ini dilakukan

khususnya untuk benih – benih yang digunakan sebagai bahan riset/

breeding.

Page 71: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

e. Packing/kemasan.

Sebagaimana halnya produk – produk yang lain, maka produk

benih melon sebelum didistribusikan sampai kepada konsumen harus

dilakukan packing. Packing tersebut diupayakan dapat mempunyai

fungsi keunggulan produk yang menyangkut :

1) Fungsi Teknis.

Seperti diketahui bahwa benih adalah benda hidup, mereka

sebagai produk harus dilindungi keberadaanya (kualitasnya)

supaya tetap baik dalam kurun waktu tertentu sebelum kadaluarsa

(selama 1 tahun), maka penggunaan bungkus dengan bahan

aluminium foil dengan ukuran tertentu sehingga memenuhi syarat

akan dapat menjaga kualitas. Begitu pula laminating terhadap

bungkus tersebut.

2) Fungsi untuk menarik perhatian konsumen.

Bahwa penampilan/desain (ukuran, bentuk, gambar, warna,

tata letak/komposisi gambar dan tulisan, mutu percetakan dll) akan

sangat berpengaruh terhadap keseluruhan mutu kemasan yang

dapat mempengaruhi/memberikan daya tarik kepada konsumen.

3) Fungsi Ekonomis.

Tak kalah pentingnya perusahaan memperhitungkan nilai

ekonomis kemasan dibanding nilai ekonomi dari benih yang

dikemas. Bagaimanapun juga hal tersebut harus diperhitungkan

dengan baik.

4) Fungsi Informatif.

Pada kemasan tersebut harus dicantumkan berbagai

informasi yang menyangkut keberadaan benih yang ada

didalamnya seperti :

a) Nama varietas – Jenis tanaman.

b) Kemurnian/keseragaman.

c) Kadaluarsa.

d) Potensi produksi.

Page 72: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

e) Teknik budidaya ( petunjuk budidaya ).

5) Fungsi Legalitas.

a) Merek.

b) Sertifikasi BPSB.

c) Nama/alamat perusahaan dan lain-lain.

6) Fungsi pengaman dari upaya klaim yang tidak sesuai/diluar

tanggung jawab produsen.

a) Bahwa produsen hanya bertanggung jawab senilai benih.

b) Bahwa produsen tidak bertanggung jawab atas perusakan di

pertanaman.

Page 73: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV.

Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar

CV. Multi Global Agrindo (MGA) memproduksi empat macam

varietas benih melon antara lain varietas MAI 119, MAI 116, Ladika dan

Sumo. Keempat varietas benih yang ada memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Varietas MAI 119 berbentuk bulat dagingnya berwarna

kuning, varietas MAI 116 berbentuk bulat cenderung lonjong, dagingnya

berwarna kuning. Varietas Ladika berbentuk bulat oval benar-benar

lonjong, daging buahnya berwarna kuning, sementara varietas sumo

berbentuk bulat namun warna daging buahnya hijau. Dari keempat varietas

yang ada varietas MAI 119 yang paling diterima pasar. Benih varietas

MAI 119 rasa dagingnya manis, daging buahnya berwarna kuning/orange

(dikenal dengan melon merah) dan berat buahnya sekitar 2,5 kg. Petani

menyukainya dilihat dari berat buah, konsumen rumah tangga menyukai

dari segi rasa, sementara pedagang buah menyukai dari daya simpan

(keawetan) yang tinggi dari buah hasil benih melon varietas MAI 119. Hal

tersebut mengakibatkan permintaan pasar untuk benih melon varietas MAI

119 meningkat, sehingga perusahaan harus menjaga ketersediaan benih

melon yang siap jual.

Perusahaan melakukan budidaya buah melon dilahan untuk

mendapatkan benih melon yang siap jual. Lahan yang akan digunakan

untuk budidaya benih buah melon MAI 119 memiliki beberapa

persyaratan, antara lain cukup perairan, tanahnya subur, cukup unsur hara

serta ditanam di kondisi yang sehat, tidak banyak hama penyakit. Biasanya

ditanam di dataran rendah dan iklim tropis. Proses budidaya diawali dari

pengolahan tanah, pembuatan bedengan setengah jadi, kemudian

dilakukan pemupukan dengan pupuk kompos, lalu dicampur dengan tanah

dan dibuat gundukan, setelah itu diberi mulsa plastik untuk mengurangi

Page 74: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

penguapan, mencegah gulma, hama penyakit dan mengawetkan pupuk.

Setelah 3-5 hari dilakukan penanaman kemudian dipasang ajir untuk

perambatan daun dan buah. Perawatan buah dengan penyemprotan dan

pemberian pupuk susulan seperti pupuk NPK, KCL dan ZA. Saat musim

penghujan perlu penanganan ekstra dengan memperdalam got supaya air

tidak menggenang sehingga dapat merusak tanaman.

Penanaman melon dapat mencapai dua kali dalam setahun untuk

satu lahan, masa tanamnya selama kurang lebih 3 bulan dalam sekali

musim tanam. Setelah panen buah melon, tanah dapat ditanami pare,

kacang panjang, terong atau cabai selama kurang lebih 3 bulan, setelah itu

untuk menetralkan tanah ditanami padi. Setelah panen padi kembali

ditanami untuk budidaya melon. Pola tanamnya menjadi melon-pare-padi-

melon.

Pada saat melakukan budidaya melon, ditanam terlebih dulu bibit

untuk pejantan, baru setelah sekitar satu minggu ditanam bibit untuk

betina. Pada saat bibit pejantan sudah berbunga, bunganya dipetik

disilangkan dengan bunga hasil dari benih betina sampai menghasilkan

buah untuk menghasilkan benih MAI 119. Pada buah melon sebenarnya

dalam satu tanaman sudah ada bunga jantan maupun betina, namun,

budidaya melon di CV. Multi Global Agrindo diarahkan untuk benih maka

harus dihasilkan buah yang unggul, sehingga disilangkan antara bunga

jantan dari benih pejantan unggulan hasil research dengan bunga betina

dari hasil benih research supaya menghasilkan buah unggulan untuk

benih. Satu bunga pejantan dapat menyerbuki sepuluh bunga betina,

sehingga luas lahan untuk benih pejantan hanya 10 % dari luas lahan untuk

menanam benih betina.

Luas lahan produksi di CV. Multi Global Agrindo mencapai 8

hektar atau 80.000 m2 untuk melakukan proses produksi keseluruhan benih

dengan berbagai varietas. Hanya beberapa bagian yang digunakan untuk

produksi benih melon dan masih terbagi dalam empat varietas. Luas lahan

Page 75: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

yang digunakan untuk produksi melon MAI 119 dapat dilihat dari Tabel 8

berikut :

Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Varietas MAI

119

Th. 2006

(m2)

Th. 2007

(m2)

Th. 2008

(m2)

Th. 2009

(m2)

Benih Betina 3000 3600 4000 4500

Benih Jantan 300 360 400 450

JUMLAH 3300 3960 4400 4950

Sumber : Data Sekunder

Luas lahan untuk budidaya melon varietas MAI 119 meningkat

dari tahun ke tahun, akibat semakin tingginya permintaan pasar maka

perusahaan harus mengimbangi dengan peningkatan produksi, hal ini

sebanding dengan bertambahnya luas dan jumlah produksi benih melon.

Benih melon hasil produksi akan dipasarkan ke konsumen. Proses

produksi benih melon dari budidaya sampai benih siap dipasarkan

memerlukan waktu sekitar lima bulan, selama waktu itu perlu dijaga

kontinyuitas produksi benih melon varietas MAI 119 untuk memenuhi

permintaan pasar. Dengan luas lahan yang tersedia, perusahaan

mengusahakan hasil produksi buah melon yang optimal. Buah melon

tersebut akan diambil bijinya dan diolah menjadi benih yang siap jual

sehingga menghasilkan penerimaan bagi perusahaan.

2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar

Penerimaan perusahaan merupakan hasil penjualan dari produk

yang dihasilkan. Penerimaan benih melon varietas MAI 119 didapatkan

dari hasil perkalian antara produksi benih melon varietas MAI 119 selama

satu tahun dengan harga. Satu buah melon dengan berat sekitar 1,5 kg

untuk benih terdapat sekitar 450 biji, dari biji yang ada hanya sekitar 300

biji yang dapat digunakan untuk prosesing menjadi benih, sehingga sekitar

sepertiga dari biji buah tidak bisa diproses. Hal ini disebabkan biji tidak

Page 76: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

sempurna atau kosong. Dari biji yang berisi akan diolah, diproses menjadi

benih yang siap jual. Daging buah melon MAI 119 selama ini hanya

digunakan untuk pupuk dan sisanya dibuang, sehingga belum

dimanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan penerimaan. Hanya

benih hasil pengolahan dari biji melon MAI 119 yang akan dijual untuk

menghasilkan penerimaan bagi perusahaan.

Perhitungan penerimaan benih melon varietas MAI 119

menggunakan besarnya produksi selama satu tahun yang terjual habis,

sehingga besarnya jumlah produksi sama dengan jumlah penjualan. Harga

yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan harga jual perusahaan

kepada retail/agen yaitu sebesar Rp. 95.000,00/pak (20gr). Data

penerimaan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun Produksi Benih

melon (gr)

Konversi

dalam

pak

(20gr)

Harga jual per

pak (Rp)

Penerimaan

(Rp)

2006 19500 975 95.000 92.625.000

2007 25600 1280 95.000 121.600.000

2008 57650 2882,5 95.000 273.837.500

2009 120250 6012,5 95.000 571.187.500

Sumber : Analisis Data Sekunder

Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu

besarnya produksi dan harga. Produksi benih melon varietas MAI 119

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006

memproduksi 19,5 kg, tahun 2007 meningkat menjadi 25,6 kg, melonjak

dua kali lipat tahun 2008 menjadi 57,65 kg dan produksi tertinggi pada

tahun 2009 sebesar 120,25 kg. Penambahan hasil produksi yang besar

pada tahun 2009 disebabkan iklim pada tahun 2009 bagus untuk kondisi

tanaman sehingga menghasilkan benih yang jauh lebih banyak. Selain itu,

Page 77: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

peningkatan produksi menunjukkan bahwa benih ini sangat diterima di

pasar sehingga ada kontinyuitas produksi. Seiring dengan penambahan

jumlah produksi maka penerimaan perusahaan selalu meningkat dari tahun

ke tahun. Benih yang telah diproduksi dikemas dengan berat per pak 20gr,

dijual seharga Rp. 95.000,00 per pak.

Harga jual dari benih melon varietas MAI 119 ini selalu tetap

setiap tahunnya akibat sangat kompetitifnya persaingan di pasar, CV.

Multi Global Agrindo sebagai perusahaan baru dengan kulitas benih dari

dalam negeri harus siap bersaing dengan perusahaan benih impor. Untuk

menghadapi hal tersebut, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi

pemasaran dengan tidak menaikkan harga jual supaya tetap terjangkau

oleh konsumen sebanding dengan kualitas benih yang diproduksi.

3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar

Analisis biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

tentang keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh CV. Multi Global

Agrindo dalam memproduksi benih melon varietas MAI 119 yang meliputi

biaya budidaya tanaman melon, biaya pengolahan benih serta biaya

pemasaran. Secara keseluruhan, masing-masing komponen biaya tersebut

digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Penggolongan ini

didasarkan pada pengaruhnya terhadap produksi buah dan benih melon

varietas MAI 119 yang dihasilkan. Secara rinci, biaya memproduksi benih

melon varietas MAI 119 dapat diketahui dari tabel 10 berikut ini :

Page 78: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)

BIAYA TETAP 2006 2007 2008 2009

Sewa Tanah untuk Tanam 7.920.000 9.504.000 10.560.000 11.880.000 Sewa Bangunan 1.513.875 3.891.195 7.157.975 5.197.500 Biaya Riset 8.246.016 12.251.496 17.830.532 25.914.460 Gaji Staf Kantor 5.273.827 8.415.413 13.250.451 15.286.200 Pajak 501.446,1 1.470.945,9 1.412.084,3 1.978.165,8 Biaya Sosial 60.307,5 94.282,65 107.167,5 126.410,63 Biaya Promosi 191.812,5 1.132.733,3 506.165 957.930,19 Biaya Pemeliharaan Alat 1.103.991 3.584.830,6 2.341.394,3 3.913.803,5 Tunj Pelaksanaan Tugas 504.613,4 658.919,25 669.264,48 845.223,02 Tunj Sosial Karyawan 143.756,3 239.431,5 105.600 207.900 Tunj Kesejahteraan

Karyawan 548.418,8 671.962,5 1.076.900 1.242.450 Pembelian Benih

Pembanding 59.255,63 18.389,25 514.580 307.642,5 Jumlah biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686 BIAYA VARIABEL Gaji TK Harian 11.708.727 16.748.251 20.009.605 20.213.789 Pengolahan Tanah 2.773.332 3.640.888 8.199.110 17.102.222 Persemaian 770.304 1.011.200 2.277.174 4.749.874 Biaya Tanam 622.916 817.778 1.841.598 3.841.318 Biaya Pemeliharaan 5.498.998 7.219.200 16.257.300 33.910.500 Biaya Saprodi Pertanian 9.899.151 13.984.923 19.506.124 26.072.914 Biaya Panen 1.077.916 1.415.110 3.186.764 6.647.152 Biaya Oshu 2.064.262 2.808.909,9 5.126.807 9.232.398 Biaya Bahan Bakar 2.440.013 4.058.908,2 4.475.468,7 5.607.845,3 Biaya Pengemasan 296.520,8 289.369,08 288.681,14 3.441.832 Jumlah biaya variable 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844 Jumlah Biaya Total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530

Sumber : Analisis Data Sekunder

1. Biaya Tetap

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa biaya memproduksi

benih melon varietas MAI 119 digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya

variabel. Besarnya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah

produksi benih melon varietas MAI 119. Proporsi besarnya biaya tetap

untuk MAI 119 terhadap keseluruhan biaya ditentukan oleh direksi

perusahaan. Proporsi untuk total biaya tetap varietas MAI 119 yaitu 4,125

% pada tahun 2006, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 %

sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 %. Persentase didapat dari luasan

Page 79: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

produksi varietas MAI 119 dibagi dengan luasan produksi keseluruhan

benih dan varietas di CV. Multi Global Agrindo. Berdasarkan hasil

analisis, yang tergolong ke dalam biaya tetap diantaranya yaitu biaya sewa

tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan, biaya riset, gaji staf kantor,

biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan alat, biaya

tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan,

tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih

pembanding. Penjelasan tentang unsur biaya tetap tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Biaya Sewa Tanah untuk Tanam

Biaya sewa tanah untuk tanam merupakan pembebanan biaya

yang harus ditanggung oleh perusahaan setiap tahunnya. Perusahaan

masih harus menyewa lahan petani untuk melakukan pembudidayaan

buah melon. Harga sewa dari tahun 2006 sampai 2009 masih tetap

yaitu Rp. 2.400.000,00 per 1000 m2 per tahun, dengan data luas tanam

pada tabel 8 maka dapat diketahui biaya sewa tanah pertahunnya.

Biaya sewa tanah untuk tanam mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun seiring dengan bertambahnya luas tanah untuk tanam.

Pertambahan luas tanam disebabkan bertambahnya target produksi

benih melon akibat permintaan pasar. Biaya sewa tanah untuk tanam

ini digolongkan biaya tetap karena besarnya tidak tergantung pada

jumlah produksi benih melon MAI 119.

b. Biaya Sewa Bangunan

Biaya sewa bangunan dimaksudkan biaya sewa untuk bangunan

dan lahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi benih

melon MAI 119, dapat dikatakan merupakan biaya sewa kantor. Secara

keseluruhan biaya sewa bangunan mencapai Rp. 130.145.000 pada

tahun 2008, sementara proporsi untuk MAI 119 hanya 5,5 % dari total

biaya. Besarnya biaya sewa bangunan untuk MAI 119 ini cenderung

meningkat dan biaya tertinggi terjadi pada tahun 2008 disebabkan

pemilik kantor mengadakan pembangunan untuk beberapa fasilitas

Page 80: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

ruangan penyimpan benih sehingga harga sewa meningkat mencapai

Rp. 7.157.975,00 setelah tahun 2009 kembali turun karena pemilik

bangunan memberikan keringanan biaya. Biaya sewa bangunan

termasuk biaya tetap karena berapa saja jumlah produksi MAI 119,

setiap tahunnya perusahaan harus mengeluarkan biaya sewa bangunan

yang besarnya sesuai dengan harga kesepakatan pemilik kantor dengan

pihak perusahaan.

c. Biaya Riset

Biaya riset merupakan biaya yang pasti dikeluarkan perusahaan

tiap tahun karena pada dasarnya perusahaan ini adalah perusahaan

yang selalu melakukan riset dalam memproduksi benih melon untuk

mendapat induk berkualitas tinggi. Biaya riset dikeluarkan untuk sewa

tanah, tenaga kerja ahli dan saprodi seperti budidaya tanaman

produksi, tetapi digunakan untuk penggaluran, test cross, test

combination (uji calon F1). Besarnya biaya riset mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun karena target produksi selalu

meningkat seiring dengan permintaan pasar. Adanya peningkatan

target produksi mengakibatkan ketersediaan benih induk harus lebih

banyak, akibatnya biaya riset meningkat. Biaya riset terbesar pada

tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 25.914.460,00 karena pada tahun tersebut

target produksi lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.

d. Gaji Staf Kantor

Beban gaji staf kantor merupakan beban yang harus ditanggung

perusahaan dalam usaha produksi benih melon varietas MAI 119 untuk

membayar karyawan perusahaan (staf kantor) yang terlibat dalam

produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut. Besarnya gaji

tersebut ditentukan oleh pihak direksi dan bersifat tetap setiap

tahunnya. Besarnya biaya gaji staf kantor dari tahun 2006 sampai 2009

terus mengalami kenaikan karena adanya peningkatan gaji dan

penambahan karyawan. Adanya penambahan karyawan diharapkan

dapat semakin memperlancar kegiatan produksi di CV. Multi Global

Page 81: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Agrindo karena setiap karyawan (staf kantor) memiliki tanggung

jawab yang berbeda di setiap bagian dalam rangkaian produksi benih

melon. Proporsi untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar

4,125 %, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 %

sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 %.

e. Beban Pajak

Beban pajak merupakan biaya yang dibayarkan oleh perusahaan

kepada pihak pemerintah atas pemakaian berbagai fasilitas perusahaan

antara lain pajak telepon, fax, internet, telegram, pajak air, listrik dan

pajak bangunan. Beban pajak ini tidak bisa ditangguhkan perusahaan

karena pemakaian fasilitas yang ada. Fasilitas tersebut sangat berguna

untuk produksi, pemasaran maupun distribusi benih MAI 119. Proporsi

beban pajak untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar 4,125 %,

tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 % sedangkan tahun

2009 sebesar 6,1875 % dari total beban pajak secara keseluruhan

dalam satu tahun.

f. Biaya Sosial

Biaya sosial merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk kegiatan-kegiatan sosial berupa bantuan dana

maupun sumbangan seperti bantuan dana untuk perbaikan jalan,

sumbangan untuk perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya.

Proporsi besarnya biaya sosial untuk MAI 119 sama dengan gaji staf

kantor maupun beban pajak.

g. Biaya Promosi

Biaya promosi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk mempromosikan benih melon varietas MAI 119.

Biaya promosi selama tahun 2006-2009 cenderung berfluktuasi karena

perusahaan sering melakukan perluasan pasar dengan memasuki

daerah-daerah baru, sehingga pada saat itu biaya untuk promosi

meningkat, karena diperlukan biaya untuk mengikuti pameran serta

pembelian alat-alat promosi seperti spanduk dan kaos untuk promosi

Page 82: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

serta penyebaran sampel benih melon MAI 119 ke pasar sasaran secara

gratis. Pasar sasaran yang dimaksudkan adalah petani yang meminta

sampel untuk benih MAI 119 untuk ditanam. Sampel yang diberikan

sebanyak 100 biji/pak. Biaya promosi tertinggi terjadi pada tahun 2007

yaitu sebesar Rp. 1.132.733,30 karena pada tahun tersebut perusahaan

melakukan perluasan pasar dengan mengikuti banyak pameran dan

melakukan berbagai kegiatan promosi antara lain dengan pemasangan

spanduk dan pembuatan kaos.

h. Biaya Pemeliharaan Alat

Biaya pemeliharaan alat harus dikeluarkan perusahaan untuk

menjaga kondisi alat-alat kinerja perusahaan agar tetap berfungsi

dengan optimal. Misalnya perbaikan mobil dan pergantian suku

cadang. Kegiatan pemeliharaan mesin tersebut perlu dilakukan secara

rutin oleh pihak perusahaan. Biaya pemeliharaan alat termasuk biaya

depresiasi alat yang meliputi depresiasi untuk truk, pompa air, traktor,

mobil box, mobil angkut, mesin pengepres, mesin pengambil benih,

mesin waki (penyerap kelembapan udara), timbangan dan mesin

perekat (rincian biaya depresiasi dapat dilihat pada lampiran). Proporsi

besarnya biaya pemeliharaan alat untuk MAI 119 sama dengan gaji

tenaga kerja maupun beban pajak.

i. Tunjangan Pelaksanaan Tugas

Biaya tunjangan pelaksanaan tugas merupakan biaya yang

meliputi biaya perjalanan maupun seminar yang diikuti oleh

staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai sarana untuk

menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka pengembangan

perusahaan. Setiap tahunnya perusahaan mengeluarkan biaya ini akibat

kebijakan dari direksi perusahaan yang sangat menjunjung tinggi

wawasan dan pengembangan sumber daya manusia sehingga biaya ini

termasuk biaya tetap. Proporsi besarnya biaya tunjangan pelaksanaan

tugas untuk MAI 119 seperti dengan gaji tenaga kerja, biaya

pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total

Page 83: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

biaya tunjangan pelaksanaan tugas selama tahun 2006, 4,95 % selama

tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun

2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan pelaksanaan tugas

tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya

tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya

untuk melon.

j. Tunjangan Sosial Karyawan

Biaya tunjangan sosial karyawan merupakan salah satu biaya

yang dikeluarkan perusahaan sebagai kepedulian terhadap

staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai penunjang kesehatan

karyawan. Digolongkan dalam biaya tetap karena keputusan direksi

perusahaan untuk mengeluarkan biaya ini setiap tahunnya. Proporsi

besarnya biaya tunjangan sosial karyawan untuk MAI 119 sama

dengan tunjangan pelaksanaan tugas, gaji tenaga kerja, biaya

pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total

biaya tunjangan sosial karyawan selama tahun 2006, 4,95 % selama

tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun

2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan sosial karyawan

tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya

tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya

untuk melon saja.

k. Tunjangan Kesejahteraan Karyawan

Biaya tunjangan kesejahteraan karyawan berbeda dengan

tunjangan sosial, karena diberi secara berkala dalam beberapa bulan

sekali, sementara tunjangan sosial diberi per bulan. Tunjangan ini

merupakan pemberian bonus kepada karyawan yang berprestasi

maupun sebagai bonus pada saat hari raya. Termasuk biaya tetap

karena setiap tahun perusahaan mengeluarkan biaya ini. Proporsi

besarnya biaya tunjangan kesejahteraan karyawan untuk MAI 119

sama dengan tunjangan sosial karyawan, tunjangan pelaksanaan tugas,

gaji tenaga kerja, biaya pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu

Page 84: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

sebesar 4,125 % dari total biaya tunjangan sosial karyawan selama

tahun 2006, 4,95 % selama tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan

6,1875 % selama tahun 2009. Proporsi ini dipakai karena biaya

tunjangan kesejahteraan karyawan tergolong dalam biaya tetap yang

harus dipisahkan dari total biaya tetap dari seluruh varietas yang

diproduksi perusahaan, tidak hanya untuk melon saja.

l. Pembelian Benih Pembanding

Biaya pembelian benih pembanding selalu dikeluarkan

perusahaan setiap tahunnya karena bagian riset perusahaan selalu

membutuhkan benih pembanding yang sedang trend di pasar dan

memiliki brand yang bagus sebagai control kualitas produksi benih

MAI 119 yang dihasilkan. Pembelian secara berkala tidak bergantung

pada jumlah produksi MAI 119 yang dihasilkan.

Total biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pertahunnya tidak

terlalu banyak selisihnya, namun terus mengalami peningkatan seiring

kemajuan perusahaan. Pada tahun 2006, total biaya tetap yang dikeluarkan

sebesar Rp. 26.067.320,00, tahun 2007 meningkat menjadi Rp.

41.933.599,00, pada tahun 2008 kembali meningkat menjadi sebesar Rp.

55.532.114,00, terakhir pada tahun 2009 biaya tetap total perusahaan

mencapai Rp.67.857.686,00. Peningkatan biaya tetap dikarenakan

bertambahnya aktivitas perusahaan dan kemajuan perusahaan, antara lain

biaya riset semakin besar, promosi semakin besar, biaya pemeliharaan alat

semakin besar, staf bertambah banyak, tunjangan untuk karyawan semakin

besar. Selain biaya tetap, perusahaan juga menanggung biaya variabel

dalam memproduksi benih MAI 119.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh

jumlah produksi. Biaya variabel dari proses produksi benih melon varietas

MAI 119 dapat dibedakan atas biaya tenaga kerja harian, biaya pengolahan

tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya saprodi,

Page 85: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan. Secara

rinci penggolongan biaya variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Gaji Tenaga Kerja Harian

Tenaga kerja harian adalah pekerja di CV. Multi Global Agrindo

diluar staf kantor. Tenaga kerja harian bertugas untuk memproses

benih dari buah yang dibudidayakan menjadi benih siap jual. Gaji

tenaga kerja harian tergantung pada jumlah produksi benih melon MAI

119. Gaji tenaga kerja harian tergolong besar karena memerlukan 50

sampai 100 tenaga kerja untuk proses memproduksi benih melon.

Banyaknya pekerja berfluktuatif karena tergantung pada banyaknya

pekerjaan di CV. Multi Global Agrindo. Apabila pada waktu tertentu

ada produksi benih besar – besaran, kegiatan di lahan bertambah, maka

tenaga kerja harian bertambah.

b. Biaya Pengolahan Tanah

Biaya pengolahan tanah termasuk biaya varibel karena semakin

banyak produksi benih MAI 119 maka biaya pengolahan tanah makin

besar. Biaya pengolahan tanah meliputi biaya pembayaran pekerja

untuk membajak, membuat bedeng, mengecer pupuk dan memasang

mulsa. Hal ini berarti semakin banyak produksi benih MAI 119 berarti

pemabayaran hari orang kerja makin besar. Biaya pengolahan tanah

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan

peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya

terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 17.102.222,00 karena pada tahun

tersebut luas tanah paling besar.

c. Biaya Persemaian

Biaya persemaian juga termasuk biaya variabel karena semakin

banyak benih yang diproduksi berarti semakin banyak benih yang

harus disemai. Jumlah benih yang disemai tergantung pada tes daya

tumbuh benih berapa persen, apabila untuk menanam benih melon

dalam 1000 m2 lahan diperlukan sekitar 2000 biji dan diketahui bahwa

daya tumbuh 80 %, maka akan menyemai 2400 benih. Biaya

Page 86: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

persemaian meliputi biaya buruh atau tenaga kerja untuk melakukan

semai, perawatan maupun untuk mengangkut bibit. Semakin banyak

benih yang diproduksi berati hari orang kerja bertambah, biaya

persemaian bertambah. Biaya persemaian terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah

produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun

2009 sebesar Rp. 4.749.874,00 karena pada tahun tersebut benih yang

harus disemai lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.

d. Biaya Tanam

Biaya tanam juga termasuk biaya variabel seperti halnya dengan

biaya pengolahan tanah maupun biaya semai. Biaya tanam mencakup

biaya pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan

penanaman dan memasang ajir. Semakin banyak benih yang akan

diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin banyak akibatnya

menambah hari orang kerja, maka penambahan jumlah produksi

semakin menambah biaya. Biaya tanam terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih

melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp.

3.841.318,00 karena bertambahnya bibit yang ditanam.

e. Biaya Pemeliharaan

Biaya pemeliharaan termasuk biaya variabel mencakup biaya

pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan serangkaian

kegiatan pemeliharaan tanaman. Kegiatan tersebut antara lain

penyulaman, pengairan, penyiangan, menali, menggantung buah,

pemberian pupuk susulan dan kegiatan penjagaan. Semakin banyak

benih yang akan diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin

banyak akibatnya menambah hari orang kerja, maka penambahan

jumlah produksi semakin menambah biaya. Biaya pemeliharaan terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan

peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya

terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 33.910.500,00 karena bibit yang

Page 87: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dipelihara jumlahnya semakin banyak sebanding dengan bertambahnya

luas tanam, hasil buah ditahun 2009 juga melimpah.

f. Biaya Saprodi Pertanian

Biaya saprodi pertanian termasuk biaya variabel karena semakin

banyak buah melon yang ditanam untuk memproduksi benih maka

semakin besar biaya untuk membeli sarana produksi. Pembelian sarana

produksi antara lain untuk pembelian pupuk (ZA, SP, KCL, NPK),

pembelian pestisida, mulsa, rafia, perekat, bambu klip dan ajir. Biaya

saprodi terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 26.072.914,00 akibat

hasil produksi yang terbesar juga terjadi pada tahun 2009. Apabila

dilakukan pemisahan biaya pada tahun 2009 untuk pembelian pupuk

sebesar Rp. 8.171.251,25 atau sebesar 31,34 % dari total biaya saprodi,

untuk pembelian pestisida sebesar Rp. 5.696.931,71 atau sebesar 21,85

% dari total biaya saprodi, untuk mulsa, ajir dan lain-lain sebesar Rp.

12.204.731,04 atau sebesar 46,81 % dari total biaya saprodi.

g. Biaya Panen

Biaya panen termasuk biaya variabel mencakup biaya

pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan panen

buah. Selain itu untuk membeli peralatan saat panen, antara lain

pembelian karung kresek, kantong benih dan tong benih. Semakin

banyak benih yang akan diproduksi berarti alat yang digunakan

bertambah, juga menambah biaya tenaga kerja. Akibatnya biaya panen

bertambah. Biaya panen terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon

varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp.

6.647.152,00 karena bertambahnya hasil panen.

h. Biaya Oshu

Biaya oshu adalah biaya untuk memproduksi benih untuk

pejantan. Total biaya oshu sebesar 10 % dari total biaya produksi

untuk benih betina meliputi biaya pengolahan tanah, persemaian, biaya

tanam, pemeliharaan, biaya saprodi dan biaya panen. Hal ini

Page 88: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

disebabkan satu bunga jantan dapat membuahi sepuluh bunga betina,

jadi luas tanam untuk benih betina dapat sepuluh kali lipat dari luas

tanam untuk benih jantan yang akan diambil bunganya untuk proses

penyerbukan. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti

benih betina yang dibudidayakan semakin banyak, akibatnya benih

jantan bertambah kebutuhannya, biaya oshu meningkat. Biaya oshu

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan

peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya

terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp 9.232.398,00 karena terjadi

peningkatan jumlah produksi

i. Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar ini dimaksudkan untuk transportasi. Biaya

bahan bakar digolongkan ke dalam biaya variabel dikarenakan besar

kecilnya biaya tersebut dipengaruhi oleh produksi benih melon varietas

MAI 119. Bahan bakar yang digunakan dalam pengolahan benih

melon varietas MAI 119 adalah bensin dan solar sebagai penunjang

sarana transportasi, semakin banyak produksi benih, pasar tersebar

semakin luas akibatnya biaya bahan bakar untuk transportasi

bertambah. Biaya pengeluaran terbesar untuk bahan bakar terjadi pada

tahun 2009, yaitu sebesar Rp 5.607.845,30 karena bertambahnya benih

yang dipasarkan.

j. Biaya Pengemasan

Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

membeli alat pengemas yang berupa aluminium foil, stiker, kardus,

dan kantong plastik. Besarnya biaya pengemasan ini dipengaruhi oleh

besarnya produksi benih melon varietas MAI 119. Semakin besar

produksi benih melon varietas MAI 119, maka semakin besar biaya

pengemasan yang harus dikeluarkan. Terjadinya fluktuasi pada biaya

pengemasan di CV. Multi Global Agrindo terjadi akibat persediaan

alat pengemas yang ada, namun saat terjadi lonjakan produksi tahun

2009, biaya pengemasan naik drastis dari Rp. 288.681,14,00 menjadi

Page 89: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Rp 3.441.832,00 yang merupakan biaya pengemasan terbesar selama

tahun 2006 sampai 2009.

Jumlah biaya variabel selalu mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Tahun 2006 jumlah biaya variabel sebesar Rp.37.152.139,00.

Tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 51.994.537,00, tahun 2008 meningkat

hamper dua kali lipat menjadi Rp. 81.168.632,00 seiring dengan

peningkatan produksi. Jumlah biaya variabel tertinggi tahun 2009 sebesar

Rp. 130.819.844,00.

Penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam proses

produksi benih melon varietas MAI 119 menghasilkan biaya total.

Besarnya biaya total antara tahun 2006-2009 selalu mengalami

peningkatan karena jumlah produksi benih MAI 119 mengalami

peningkatan. Biaya total terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp

63.219.459,00 dan biaya total tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu

sebesar Rp 198.677.530,00. Komponen biaya yang sudah diketahui baik

biaya tetap maupun biaya variabel berguna dalam mengetahui keuntungan

perusahaan maupun dalam menganalisis break even point perusahaan.

4. Analisis Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan

keseluruhan biaya produksi. Penerimaan total dari penjualan benih melon

varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo diperoleh dari perkalian

antara harga jual benih dengan jumlah benih yang terjual. Keuntungan

yang diperoleh CV. Multi Global Agrindo pada tahun 2006-2009 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo

Keterangan Tahun

2006 2007 2008 2009

Penerimaan Total 92.625.000 121.600.000 273.837.500 571.187.500

Biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686

biya variabel 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844

Biaya total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530

Keuntungan 29.405.541 27.671.864 137.136.755 372.509.970

Sumber: Analisis Data Sekunder

Page 90: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo selalu memperoleh keuntungan bahkan terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan jumlah produksi

benih melon varietas MAI 119 yang semakin meningkat sementara

proporsi kenaikan biaya total lebih kecil daripada proporsi kenaikan

penerimaan perusahaan. Mulai tahun 2007 penerimaan total meningkat

lebih dari 200%, sementara kenaikan biaya total tidak mencapai 200%.

Hal ini terjadi akibat penekanan biaya saprodi. Keuntungan tertinggi yang

diperoleh CV. Multi Global Agrindo adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar

Rp. 372.509.970,00. Tinggi rendahnya keuntungan tergantung dari jumlah

penerimaan dan biaya totalnya.

5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119 di

CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar

Analisis Break even point (BEP) merupakan suatu analisis yang

digunakan untuk mengetahui kondisi impas suatu usaha, sehingga dengan

analisis BEP dapat diketahui besarnya produksi saat mencapai kondisi

keuntungan sama dengan nol. Dengan demikan, jumlah produksi tersebut

dijadikan sebagai jumlah produksi minimum yang harus dicapai

perusahaan agar terhindar dari kerugian. Analisis BEP dibedakan menjadi

dua yaitu BEP atas dasar unit (kg) dan BEP atas dasar rupiah.

Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara

biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variable per

unit (marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan

membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai

BEP atas dasar rupiah menunjukkan seberapa besar minimal penerimaan

yang harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Penerimaan

tersebut sama besarnya dengan biaya total yaitu penjumlahan antara biaya

tetap dan biaya variabel. Nilai BEP atas dasar unit dan nilai BEP atas dasar

rupiah tersaji pada Tabel 12 dan Tabel 13 berikut :

Page 91: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 12.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun Jumlah Biaya

Tetap (Rp)

Jumlah Biaya Variabel

(Rp)

Produksi (kg)

Biaya Variabel per unit Harga/kg BEP

(kg)

2006 26.067.320 37.152.139 19,5 1.905.237,90 4.750.000 9,16

2007 41.933.599 51.994.537 25,6 2.031.036,60 4.750.000 15,42

2008 55.532.114 81.168.632 57,65 1.407.955,45 4.750.000 16,62

2009 67.857.686 130.819.844 120,25 1.087.898,91 4.750.000 18,53

Sumber : Analisis Data Sekunder

Nilai BEP atas dasar unit menunjukkan seberapa besar minimal

produksi yang harus dicapai perusahaan tersebut selama satu tahun agar

terhindar dari kerugian atau telah mampu menutup semua biaya, baik

biaya tetap maupun biaya variabelnya. Selain break even point atas dasar

unit, juga dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada

tabel 13 berikut ini :

Tabel 13.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun Jumlah Biaya

Tetap (Rp)

Jumlah Biaya

Variabel

(Rp)

Penerimaan BEP (Rp)

2006 26.067.320 37.152.139 92.625.000 43.525.527,10

2007 41.933.599 51.994.537 121.600.000 73.257.549,32

2008 55.532.114 81.168.632 273.837.500 78.926.997,52

2009 67.857.686 130.819.844 571.187.500 88.016.141,73

Sumber : Analisis Data Sekunder

Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan

jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan

bahwa jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo telah melampaui titik break even/titik impas. Dengan

demikian maka CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah

mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119.

Page 92: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo

(MGA) tahun 2006 – 2009 :

(30,000,000)

(20,000,000)

(10,000,000)

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

3 5 9 12 15

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global

Agrindo telah melampaui titik impas, pada saat produksi 9,16 kg dan

penerimaan sebesar Rp. 43.525.527,10. Kondisi BEP mengalami

peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007,

tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai

berikut :

(40,000,000)

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

10 12 15 17 20

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n

TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 11. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007

Page 93: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2007, CV. Multi Global

Agrindo kembali dapat melampaui titik impas, yaitu pada saat produksi

15,42 kg dan penerimaan sebesar Rp.73.257.549,32. Kondisi BEP kembali

mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di

tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008

sebagai berikut :

(40,000,000)

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

10 13 17 20 21

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi

Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu

pada saat produksi 16,62 kg dan penerimaan sebesar Rp.78.926.997,52.

Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan

seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break

Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut :

Page 94: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(40,000,000)

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

140,000,000

12 15 19 24 26

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009

Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV.

Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui,

yaitu pada saat produksi 18,53 kg dan penerimaan sebesar

Rp.88.016.141,73. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui

bahwa titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan

garis total penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat

terjadi BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama

dengan nol.

Perusahaan selalu menginginkan keuntungan dalam setiap

usahanya, namun, pada kenyataannya kondisi di pasar akan selalu

berubah-ubah, sehingga penting untuk meramalkan dan mengetahui

kemungkinan perubahan tersebut maka akan dikaji analisis sensitivitas

bagi usaha pembenihan melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global

Agrindo Kabupaten Karanganyar.

6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk mengetahui

dampak perubahan variabel-variabel penting terhadap hasil yang mungkin

terjadi. Variabel-variabel yang dianggap penting dalam penelitian ini

terkait dengan analisis yang digunakan yaitu variabel jumlah produksi,

Page 95: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

variabel biaya, dan variabel harga. Perubahan-perubahan dari variabel

penting tersebut tersaji pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun Produksi

benih melon (kg)

Perubahan produksi

(%)

Total biaya produksi

(Rp)

Perubahan biaya (%)

Harga jual/kg (Rp)

Perubahan harga

(%) 2006 19,5 - 63.219.459 - 4.750.000 -

2007 25,6 31,28 93.928.136 48,57 4.750.000 0

2008 57,65 125,19 136.700.746 45,54 4.750.000 0

2009 120,25 108,59 198.677.530 45,34 4.750.000 0

Sumber : Analisis Data Sekunder

Harga jual benih melon varietas MAI 119 per kilogram di CV.

Multi Global Agrindo konstan selama tahun 2006-2009 yaitu sebesar Rp.

4.750.000,00 per kilogramnya, sehingga perubahan harga jual 0%.

Diambil perusahaan sejenis yang menjual benih melon dengan kualitas

bersaing dengan MAI 119. Perusahaan yang dijadikan pembanding adalah

perusahaan Sakata merupakan perusahaan benih impor dengan merk

Glamor, benih melon merk ini juga disukai konsumen dari segi

kualitasnya, selang waktu 2009 sampai 2010 harga jual benih perusahaan

meningkat dari Rp. 46.000,00/100 biji menjadi Rp. 65,000,00/100 biji

(sumber : data pesaing CV. Multi Global Agrindo). Hal ini berarti terjadi

perubahan harga jual sebesar 41,30%.

Berdasarkan hasil analisis tentang perubahan beberapa variabel

yang tertera pada tabel 14 maka dapat dijadikan sebagai dasar dalam

melakukan analisis sensitivitas yaitu dengan tujuan utama untuk

mengetahui kepekaan variabel-variabel tersebut terhadap perubahan.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan metode trial and eror atau coba-

coba dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi benih melon

varietas MAI 119, biaya, serta harga benih melon varietas MAI 119.

Besarnya persentase perubahan yang digunakan pada analisis sensitivitas

yaitu menaikkan dan menurunkan jumlah produksi sebesar 31,28%, biaya

produksi sebesar 45,34% dan harga produk sebesar 41,30%. Perubahan

Page 96: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

berdasarkan besarnya perubahan terendah dari data jumlah produksi, biaya

produksi selama tahun analisis 2006-2009, dan harga jual produk dari

benih pesaing MAI 119 di pasar, dengan karakteristik benih yang sama.

Adanya perubahan pada variabel yang diteliti yaitu jumlah

produksi, biaya, dan harga jual benih melon varietas MAI 119 akan

menyebabkan perubahan pada titik Break Even Point (BEP). Secara rinci

analisis sensitivitas BEP tersaji pada Tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo

No

Komponen perubahan

BEP Benih MAI 119

(kg)

BEP Benih MAI

119

(Rp)

Semua konstan (thn. 2009) 18,53 88.016.141,73

1 Jumlah Produksi 120,25 kg

(+)31,28% 17,30 82.198.420,33

(-)31,28% 21,43 101.776.097,30

2 Biaya Produksi 198.677.530

(+)45,34% 31,12 147.834.719,40

(-)45,34% 8,93 42.398.862,70

3 Harga Rp. 4.750.000,00

(+)41,3% 12,07 80.984.332,05

(-)41,3% 39,91 111.273.603,5

Sumber : Analisis Data Sekunder

Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas dapat dijabarkan

dalam tabel 16 berikut ini :

Page 97: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo

Sumber : Analisis Data Sekunder

Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu bertujuan

menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan

akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang

mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis

sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga,

dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi

peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi,

pengurangan biaya produksi dan kenaikan harga jual. Sebaliknya terjadi

penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi,

peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume

penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari

Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 551.157.470,00 atau sebesar 47,96%.

Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan

perusahaan dari Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 282.429.577,90 atau

sebesar 24,18%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan

perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan

yang diperoleh perusahaan.

No Uraian jml produksi Harga jual Biaya tetap Biaya Variabel Biaya

Variabel per unit

penerimaan BEP per unit

BEP (Rp) Keuntungan

1. jml produksi 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970

(+)31,28% 157,86 4.750.000 67.857.686 130.819.844 828.707,99 749.835.000 17,30 82.198.420,33 551.157.

(-)31,28% 82,64 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.583.008,76 392.540.000 21,43 101.776.097,30 193.862.

2. biaya 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970

(+)45,34% 120,25 4.750.000 98.624.360,83 190.133.561,3 1.581.152,28 571.187.500 31,12 147.834.719,40 282.429.577,

(-)45,34% 120,25 4.750.000 37.091.011,17 71.506.126,73 594.645,54 571.187.500 8,93 42.398.862,70 462.590.362,

3. harga 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970

(+)41,30% 120,25 6.711.750 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 807.087.937,5 12,07 80.984.332,05 608.410.407,

(-)41,30% 120,25 2.788.250 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 335.287.062,5 39,91 111.273.603,5 136.609.532,

Page 98: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Kondisi yang telah dipaparkan merupakan kondisi seluruh hasil

produksi benih terjual semua tanpa ada resiko kerusakan maupun retur

dari agen. Berdasarkan wawancara dengan direksi perusahaan, tiap

tahunnya ada benih yang tidak dapat dijual dan retur karena beberapa

faktor antara lain daya tumbuhnya kurang dari 85%, kesalahan polinasi,

maupun tidak laku dijual oleh agen. Benih yang retur tersebut tidak

menghasilkan penerimaan, sehingga adanya retur dianggap sebagai sebuah

resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan perusahaan. Berikut adalah

data jumlah retur dan penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV.

Multi Global Agrindo :

Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun

Produksi Benih melon

(gr)

Jumlah retur (gr)

Persen tase

Jumlah retur (%)

Produksi Terjual

(gr)

Konversi dalam Pak

(20 gr)

Harga jual per

pak (Rp)

Penerimaan (Rp)

2006 19500 5250 26,92 14250 712,5 95.000 67.687.500

2007 25600 4700 18,36 20900 1045 95.000 99.275.000

2008 57650 13850 24,02 43800 2190 95.000 208.050.000

2009 120250 30100 25,03 90150 4507,5 95.000 428.212.500

Sumber : Analisis Data Sekunder

Produksi yang tidak terjual/retur merupakan sebuah resiko yang

dihadapi perusahaan. Semakin banyak jumlah benih yang retur, maka

semakin mengurangi penerimaan perusahaan. Hal ini dikarenakan jumlah

produksi yang terjual berkurang. Hal ini juga sangat mempengaruhi

keuntungan perusahaan, ditunjukkan pada tabel 18 berikut ini :

Page 99: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur

Keterangan Tahun

2006 2007 2008 2009

Penerimaan Total 67.687.500 99.275.000 208.050.000 428.212.500

Biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686

biya variabel 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844

Biaya total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530

Keuntungan 4.468.041 5.346.864 71.349.254 229.534.970

Sumber: Analisis Data Sekunder

Keuntungan perusahaan sangat kecil saat dua tahun pertama

memasuki pasar (2006-2007) dibandingkan dengan tahun 2008-2009, hal

ini disebabkan CV. Multi Global Agrindo masih pemula memasuki

persaingan bisnis penjualan benih tanaman hortikultura terkhususnya

melon. Masih terbatasnya promosi maupun ekspansi pasar sehingga

pemasaran masih sangat terbatas, namun, kegiatan promosi besar-besaran

di tahun 2007 memberikan hasil di tahun 2008 dan 2009, terjadi

peningkatan keuntungan mencapai lebih dari sepuluh kali lipat di tahun

2008. Keuntungan yang besar disebabkan adanya penerimaan yang jauh

lebih besar dari biaya produksi. Dengan adanya perubahan penerimaan dan

biaya produksi akibat adanya retur, maka akan mempengaruhi break event

point perusahaan.

BEP atas dasar unit maupun rupiah yang dicapai perusahaan saat

diperhitungkan adanya resiko benih yang tidak terjual/retur mengalami

perubahan, tersaji dalam tabel 19 berikut ini :

Page 100: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 19.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

Tahun Jumlah

Biaya Tetap (Rp)

Jumlah Biaya

Variabel (Rp)

Produksi Terjual

(kg)

Biaya Variabel per

unit Harga/kg

BEP (kg)

2006 26.067.320 37.152.139 14,25 2.607.167,65 4.750.000 12,16

2007 41.933.599 51.994.537 20,90 2.487.776,89 4.750.000 18,54

2008 55.532.114 81.168.632 43,80 1.853.165,11 4.750.000 19,17

2009 67.857.686 130.819.844 90,15 1.451.135,26 4.750.000 20,57

Sumber : Analisis Data Sekunder

Nilai BEP atas dasar unit setelah memperhitungkan retur juga

menunjukkan seberapa besar minimal produksi yang harus dicapai

perusahaan tersebut selama satu tahun agar terhindar dari kerugian atau

telah mampu menutup semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya

variabelnya. Nilai BEP mengalami peningkatan dibanding sebelum

memperhitungkan adanya resiko karena perusahaan menanggung beban

biaya yang lebih besar. Selain break even point atas dasar unit, juga

dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada tabel 20

berikut ini :

Tabel 20.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

Tahun Jumlah Biaya

Tetap (Rp)

Jumlah Biaya

Variabel

(Rp)

Penerimaan BEP (Rp)

2006 26.067.320 37.152.139 67.687.500 57.783.227,86

2007 41.933.599 51.994.537 99.275.000 88.048.165,70

2008 55.532.114 81.168.632 208.050.000 91.057.154,41

2009 67.857.686 130.819.844 428.212.500 97.707.555,25

Sumber : Analisis Data Sekunder

Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan

jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan

bahwa jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi

Page 101: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Global Agrindo setelah memperhitungkan resiko, masih dapat melampaui

titik break even/titik impas. Dengan demikian maka CV. Multi Global

Agrindo Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan keuntungan dari

usaha benih melon varietas MAI 119.

Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo

(MGA) tahun 2006 – 2009 setelah memperhitungkan adanya resiko/retur

benih melon varietas MAI 119 yang diproduksi :

(20,000,000)

(10,000,000)

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

9 10 12 14 15

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2006

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global

Agrindo setelah memperhitungkan adanya resiko tetap mampu melampaui

titik impas. Kondisi impas/BEP terjadi pada saat produksi 12,16 kg dan

penerimaan sebesar Rp. 57.783.227,86. Kondisi BEP mengalami

peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007,

tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai

berikut :

Page 102: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

14 16 19 20 22

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2007

Berdasarkan grafik diatas, setelah memperhitungkan adanya resiko,

CV. Multi Global Agrindo tetap melampaui titik impas pada tahun 2007,

yaitu pada saat produksi 18,54 kg dan penerimaan Rp. 88.048.165,70.

Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan

jumlah produksi di tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV.

MGA Tahun 2008 sebagai berikut :

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

15 17 19 22 23

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2008

Page 103: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi

Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu

pada saat produksi 19,17 kg dan penerimaan sebesar Rp. 91.057.154,41.

Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan

seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break

Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut :

(40,000,000)

(20,000,000)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

140,000,000

12 15 21 24 26

Produksi dan Penjualan

Bia

ya d

an P

ener

imaa

n TFC

TVC

TC

Sales

Profit

B E P

Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA

Tahun 2009

Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV.

Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui,

yaitu pada saat produksi 20,57 kg dan penerimaan sebesar Rp.

97.707.555,25. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa

titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan garis total

penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat terjadi

BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama dengan

nol.

Perusahaan selalu menginginkan keuntungan dalam setiap

usahanya, sehingga harus diperhitungkan berbagai kemungkinan

perubahan berbagai variabel akibat perubahan pasar. Perubahan variabel

tersebut antara lain perubahan biaya, perubahan jumlah produksi yang

Page 104: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

terjual dan perubahan harga supaya perusahaan terhindar dari kerugian.

Berbagai kemungkinan tersebut tersaji dalam analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan perubahan minimum

yang pernah terjadi di perusahaan (sesuai tabel 14), maka persentase yang

dipilih adalah perubahan produksi sebesar 31,28%, biaya produksi sebesar

45,34% dan perubahan harga sebesar 41,30%, disajikan dalam tabel 21

berikut ini :

Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur

No

Komponen perubahan

BEP Benih MAI 119

(kg)

BEP Benih MAI

119

(Rp)

Semua konstan (thn. 2009) 20,57 97.707.555,25

1 Jumlah Produksi 120,25 kg

(+)31,28% 18,62 88.438.162,68

(-)31,28% 25,72 122.169.415,20

2 Biaya Produksi 198.677.530

(+)45,34% 37,34 177.387.316,7

(-)45,34% 9,37 44.526.355,04

3 Harga Rp. 4.750.000,00

(+)41,3% 12,90 86.576.160,17

(-)41,3% 50,75 141.501.838,10

Sumber : Analisis Data Sekunder

Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas setelah

memperhitungkan resiko dapat dijabarkan dalam tabel 22 berikut ini :

Page 105: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo

Sumber : Analisis Data Sekunder

Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu bertujuan

menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan

akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang

mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis

sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga,

dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi

peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi,

pengurangan biaya produksi dan penambahan harga jual. Sebaliknya

terjadi penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi,

peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume

penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari

Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 363.479.840,00 atau sebesar 58,35%.

Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan

perusahaan dari Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 139.454.577,90 atau

sebesar 39,24%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan

perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan

yang diperoleh perusahaan. Setelah dipertimbangkan adanya resiko

perusahaan tetap mendapat keuntungan.

No Uraian jml produksi Harga jual Biaya tetap Biaya Variabel Biaya

Variabel per unit

penerimaan BEP per unit

BEP (Rp) Keuntungan

1. jml produksi 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.

(+)31,28% 118,35 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.105.374,21 562.157.370 18,62 88.438.162,68 363.479.

(-)31,28% 61,95 4.750.000 67.857.686 130.819.844 2.111.663,65 294.267.630 25,72 122.169.415,20 95.590.100

2. biaya 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.

(+)45,34% 90,15 4.750.000 98.624.360,83 190.133.561,3 2.109.079,99 428.212.500 37,34 177.387.316,7 139.454.577,

(-)45,34% 90,15 4.750.000 37.091.011,17 71.506.126,73 793.190,53 428.212.500 9,37 44.526.355,04 319.615.362,

3. harga 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.

(+)41,30% 90,15 6.711.750 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 605.064.262,5 12,90 86.576.160,17 406.386.732,

(-)41,30% 90,15 2.788.250 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 251.360.737,5 50,75 141.501.838,10 52.683.207,

Page 106: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

B. PEMBAHASAN

Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara

biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit

(marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan

membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai BEP

atas dasar unit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah biaya tetap,

harga dan biaya variable per unit. Jumlah biaya tetap bersifat berbanding lurus

terhadap nilai BEP, artinya jika jumlah biaya tetap tinggi maka nilai BEP juga

akan tinggi, dan sebaliknya. Sedangkan harga mempunyai hubungan yang

berbanding terbalik dengan nilai BEP, artinya jika harga naik maka nilai BEP

akan turun, dan sebaliknya. Marjin kontribusi yang besar akan menyebabkan

penurunan pada nilai BEP. Pada kenyataannya di CV. Multi Global Agrindo

menetapkan strategi pemasaran harga tetap sehingga perlu diketahui

perubahan nilai BEPnya.

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa CV. Multi Global

Agrindo produksinya selalu melampaui titik impas bahkan meningkat dari

tahun ke tahun walaupun harga jual benih dari perusahaan selalu tetap. Pada

tahun 2006 kondisi impas terjadi pada produksi 9,16 kg. Sedangkan produksi

benih melon varietas MAI 119 yang telah dihasilkan perusahaan pada tahun

2006 sebesar 19,5 kg. Dengan demikian jumlah produksi tersebut telah

melampaui titik impas dan menghasilkan keuntungan.

Pada tahun 2007, BEP terjadi saat perusahaan memproduksi benih

MAI 119 sebesar 15,42 kg, pada kenyataanya telah memproduksi sebesar 25,6

kg benih melon varietas MAI 119, sehingga perusahaan telah melampaui titik

impasnya pada tahun 2007. Pencapaian titik impas juga terjadi selama tahun

2008, jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar 57,65 kg, kondisi

impas tercapai ketika produksi 16,62 kg. Hal ini berarti perusahaan telah

mencapai titik impas selama tahun 2008. Pada tahun 2009, perusahaan masih

mampu melampaui titik impas bahkan meningkat dari tahun-tahun

sebelumnya. Kondisi impas tercapai pada saat perusahaan memproduksi benih

sebesar 18,53 kg, pada kenyataannya perusahaan telah memproduksi benih

Page 107: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

MAI 119 sebesar 120,25 kg, sehingga produksi perusahaan telah jauh

melampaui titik BEP.

Hal yang menarik adalah pada tahun 2008 produksi perusahaan sebesar

57,65 kg benih, BEP tercapai saat produksi 16,62 sementara pada tahun 2009

produksi perusahaan melonjak dua kali lipat menjadi 120,25 kg, namun BEP

telah tercapai pada saat perusahaan hanya memproduksi 18,53 kg. Hal ini

disebabkan beberapa faktor antara lain penekanan biaya produksi, kondisi

iklim dan kualitas bibit indukan. Adanya penekanan biaya produksi yaitu

biaya saprodi pertanian. Penekanan biaya dapat terjadi akibat penanaman

melon pada musim tanam kedua di tahun tersebut masih menggunakan

beberapa bahan dari penanaman sebelumnya, antara lain mulsa plastik dan

tidak memasang ajir akibatnya dapat menekan biaya, selain itu didukung

dengan iklim di tahun 2009 yang sangat sesuai untuk budidaya melon

sehingga hasil benih yang dihasilkan melimpah. Hasil benih yang melimpah

tidak lepas dari faktor bibit indukan benih hasil riset tiap tahunnya, semakin

berkualitas bibit indukan benih yang ditanam, semakin besar potensi benih

yang dihasilkan. Perusahaan selalu melakukan riset tiap tahun dan indukan

benih yang dihasilkan selalu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga

menjadi faktor pendukung hasil benih yang melimpah. Akibatnya dengan hasil

yang melimpah tersebut, perusahaan dapat menjual lebih banyak, dengan

harga jual konstan, maka penerimaan perusahaan meningkat. Dilihat dari

biaya tenaga kerja harian juga mengalami penekanan yang besar karena tenaga

kerja harian semakin terampil sehingga sedikit pekerja dapat mengerjakan

pekerjaan yang lebih banyak. Dengan adanya penekanan biaya maka

perusahaan cepat mencapai BEP. Sama halnya dengan tahun 2007 ke tahun

2008 terjadi penekanan biaya saprodi, sehingga persentase perubahan biaya

menurun walaupun jumlah produksinya naik.

Nilai BEP atas dasar rupiah menunjukkan penerimaan minimal yang

harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Berdasarkan Tabel 13

dapat diketahui bahwa selama tahun 2006-2009 nilai BEP atas dasar rupiah

selalu mengalami perubahan yaitu mengalami peningkatan dari tahun ke

Page 108: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

tahun. BEP atas dasar rupiah sebanding dengan BEP atas dasar unit, besarnya

penerimaan minimal yang harus diterima perusaahaan untuk mencapai BEP

mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan kenaikan penerimaan

perusahaan. Hal ini disebabkan adanya penekanan biaya produksi dan dengan

input yang sama hasil benih melimpah akibat iklim yang mendukung.

Berdasarkan data tersebut, nilai BEP atas dasar unit dan atas dasar

rupiah tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan terendah terjadi pada tahun 2006.

Sementara itu, produksi benih melon varietas MAI 119 selama periode 2006-

2009 selalu lebih besar dari titik impasnya. Sehingga jika dibandingkan antara

nilai BEP dengan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119, maka dapat

dikatakan bahwa jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah melampaui titik break even/titik

impas. Pada keadaan tersebut maka CV. Multi Global Agrindo setiap

tahunnya mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119.

Keuntungan perusahaan dapat berkurang apabila terjadi resiko dalam

usaha yang dilakukan sehingga penting untuk memperhitungkan adanya resiko

dalam usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo. Resiko dari penjualan

benih melon varietas MAI 119 ini meliputi resiko karena hasil produksi benih

tidak layak jual dan resiko pemasaran. Benih MAI 119 yang layak jual

memiliki persyaratan yang ditetapkan oleh BPSB antara lain ukuran benih 0,5-

0,8 cm, bernas (mentes), daya tumbuh > 85 %, waktu pencucian tenggelam,

kadar air < 10 %, warna benih kuning langsat. Benih tidak layak jual

disebabkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan antara lain disebabkan

ukuran tidak memenuhi syarat, benih tidak bernas, daya tumbuh benih kurang

dari 85% sehingga benih tidak dapat dikemas dan dipasarkan. Resiko

pemasaran yaitu adanya retur dari agen yang tidak mampu menjual benih

melon kepada konsumen. Hasil retur tidak dapat menjadi sebuah penerimaan

karena tidak memiliki nilai jual. Hal tersebut dikarenakan pengembalian benih

saat benih sudah rusak, tidak layak pakai/kadaluwarsa sehingga benih yang

rusak tersebut dibakar. Hal ini dapat terjadi terkait dengan penerapan strategi

pemasaran CV. Multi Global Agrindo untuk memperluas pasar dengan

Page 109: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

menitipkan benih kepada agen tanpa adanya pembayaran diawal, sehingga

kemungkinan retur menjadi sebuah resiko.

Hasil analisis break even point setelah diperhitungkan adanya resiko

menunjukkan bahwa CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu

melampaui titik break even point dan mencapai keuntungan walaupun nilai

BEP lebih tinggi dan keuntungan lebih rendah dibanding sebelum

diperhitungkan resikonya. Hal ini terjadi terkait hasil produksi yang terjual

lebih sedikit, akibatnya penerimaan berkurang, saat penerimaan perusahaan

berkurang maka keuntungan perusahaan berkurang. Pengurangan keuntungan

setelah diperhitungkan resiko didukung dengan harga jual konstan yang

merupakan strategi pemasaran di CV. MGA. Penerapan strategi pemasaran ini

terkait dengan distribusi pemasaran benih melon dari CV. MGA. Cara CV.

MGA memasarkan benih dengan mendistribusikan ke agen lalu agen

menjualnya ke konsumen, namun, mengingat CV. MGA masih baru di

pemasaran benih melon, terkadang agen tidak menerima distribusi benih dari

CV. MGA, sehingga strategi yang dilakukan CV. MGA adalah dengan

menguji cobakan sampel benih ke petani dengan harga retail (agen), setelah

petani mencoba dan berhasil, distribusi benih langsung ke petani dihentikan

dengan harapan petani akan mencari benihnya ke agen setempat, sehingga

harapannya agen yang pada mulanya menolak distribusi benih dari CV. MGA

menjadi menerima dengan baik. Penerapan strategi ini dari tahun ke tahun

terus dievaluasi sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat diantisipasi.

Pada dasarnya, CV. MGA berupaya untuk tetap melampaui titik BEP dalam

produksinya, dengan menerapkan strategi pemasaran baik itu cara

pendistribusian maupun penerapan harga jual konstan.

Penerapan strategi pemasaran harga jual benih konstan oleh CV. Multi

Global Agrindo ternyata tetap melampui titik BEP. Hal ini disebabkan

peningkatan hasil produksi yang melimpah justru dapat dilakukan penekanan

biaya akibat efisiensi penggunaan faktor produksi, didukung dengan iklim

yang mendukung, hasil produksi lebih besar, penerimaan lebih banyak,

sehingga dengan biaya minimal perusahaan dapat melampaui titik BEP.

Page 110: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Setelah mengetahui kondisi perusahaan maka dilakukan analisis

sensitivitas yang bertujuan meramalkan kondisi perusahaan apabila terjadi

berbagai macam perubahan dari variabel-variabel yang mempengaruhi

keuntungan perusahaan antara lain kemungkinan perubahan variabel harga,

jumlah produksi maupun biaya produksi. Dengan analisis sensitivitas tersebut

diharapkan perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan

perubahan yang terjadi. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa

perubahan jumlah produksi bersifat positif, artinya jumlah produksi terus

mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Hal ini

dikarenakan permintaan pasar meningkat sehingga perusahaan meningkatkan

produksi melon varietas MAI 119. Pada tahun 2009, kondisi iklim sangat

bagus untuk budidaya melon, sehingga menjadi faktor pendukung peningkatan

hasil produksi. Selain faktor jumlah produksi, faktor total biaya produksi juga

sangat mempengaruhi sensitivitas BEP. Total biaya produksi merupakan

penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Perubahan yang terjadi pada

biaya total terutama terjadi akibat adanya perubahan pada biaya variabelnya.

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap jumlah produksi, harga dan

total biaya produksi pada tahun 2009. Jumlah produksi benih melon varietas

MAI 119 sebesar 120,25 kg dan total biaya produksi sebesar Rp.

198.677.530,00 dengan harga jual benih Rp. 4.750.000,00/kg benih.

Penerimaan perusahaan sebesar Rp. 571.187.500,00. Perubahan harga jual

diramalkan dengan perubahan harga benih pesaing dengan kualitas sejenis.

Analisis perubahan dilakukan dengan memasukkan perubahan variabel-

variabel yaitu perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya

produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,30%.

Peningkatan jumlah produksi sebesar 31,28% akan menurunkan nilai

BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25

kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar

rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan

produksi 31,28% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 17,30 kg dan

atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 82.198.420,33, sebaliknya ketika

Page 111: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

terjadi penurunan jumlah produksi 31,28% terjadi kenaikan nilai BEP atas

dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 21,43 kg dan Rp.

101.776.097,30 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan

masih dapat melampaui titik BEP.

Peningkatan biaya produksi sebesar 45,34% akan menaikkan nilai BEP

atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg,

BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah

pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan biaya

produksi 45,34% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 31,12 kg dan

atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 147.834.719,40 sebaliknya ketika

terjadi penurunan biaya produksi 45,34% terjadi penurunan nilai BEP atas

dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 8,93 kg dan Rp. 42.398.862,70

ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat

melampaui titik BEP.

Peningkatan harga sebesar 41,3% akan menurunkan nilai BEP atas

dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP

atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada

saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan harga 41,3%

BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 12,07 kg dan atas dasar rupiah

pada saat penerimaan Rp. 80.984.332,05 sebaliknya ketika terjadi penurunan

harga jual terjadi peningkatan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar

rupiah, menjadi 39,91 kg dan Rp. 111.273.603,50, ketika terjadi demikian,

produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP.

Berdasarkan analisis sensitivitas dari masing-masing variabel, dapat

disimpulkan bahwa kenaikan jumlah produksi, penurunan biaya produksi dan

kenaikan harga jual akan menyebabkan penurunan BEP. Baik BEP atas dasar

unit maupun BEP atas dasar rupiah. Kebalikannya, jika ada penurunan jumlah

produksi, kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual akan

menyebabkan kenaikan tingkat BEP. Hal ini terjadi karena semakin tinggi

biaya yang dikeluarkan maka penerimaan berkurang, sehingga BEP

Page 112: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

meningkat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang

diperoleh perusahaan.

Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan harus memperhitungkan

perkiraan perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas, namun, juga

harus memperhatikan aspek teknis untuk menghindari gagal panen yang akan

menyebabkan banyak kerugian. Antisipasi yang dilakukan dari segi teknis

dengan meningkatkan intensitas perawatan, pengendalian hama dan penyakit,

pemotongan cabang tepat waktu agar bekas luka tidak meluas sehingga

tanaman tidak mudah terinfeksi, selain itu dengan pengaturan jarak tanam

supaya sirkulasi udara baik. Aspek teknis yang dilakukan sebagai sarana

mengantisipasi gagal panen, mengingat tanaman melon sangat rentan hama

penyakit terlebih di musim penghujan. Hasil panen melon sangat

mempengaruhi jumlah produksi benih yang dihasilkan sehingga sebisa

mungkin perusahaan mengantisipasi terjadinya gagal panen. Antisipasi yang

dilakukan apabila telah gagal panen adalah mempersiapkan stock benih tahun

sebelumnya (tahan simpan 2 sampai 3 tahun), sebab kerugian terbesar saat

pelanggan beralih ke produk lain saat CV. MGA tidak mampu memenuhi

permintaan pasar, sehingga CV. MGA mengatur persediaan benih untuk

mengantisipasi perubahan jumlah produksi. Sementara untuk meminimalisasi

adanya retur karena benih tidak layak jual, CV. MGA memperketat SOP

(Standart Operasional prosedure) pada setiap tahap pembuatan benih dari

mulai budidaya melon, panen, pemilihan buah, pengambilan biji, pengeringan

sampai ke seleksi benih sehingga diharapkan resiko benih tidak layak jual

semakin kecil. SOP yang ditetapkan sesuai dengan ketetapan yang telah

dirumuskan oleh CV. MGA sebelumnya dibawah pengawasan BPSB. Apabila

SOP terpenuhi maka jumlah benih tidak layak jual diharapkan dapat

berkurang walaupun jumlah produksi meningkat setiap tahunnya.

Manfaat diketahuinya pengaruh dari perubahan jumlah produksi, biaya

produksi, dan harga bagi perusahaan adalah untuk membuat estimasi jumlah

produksi dan penentuan harga yang nantinya akan mempengaruhi penerimaan

dan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Dengan diketahui kondisi

Page 113: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

perusahaan setelah diuji sensitivitas BEPnya maka dapat dilihat kondisi

perusahaan apakah tetap berkembang walaupun harus menghadapi kondisi

varibel yang berubah. Berdasakan hasil analisis sensitivitas, maka CV. Multi

Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar tetap berkembang karena

mampu melampaui titik BEP dengan perubahan yang ada dan mendapatkan

keuntungan dari menjalankan usahanya. Penetapan strategi prmasaran harga

jual benih konstan tidak membuat perusahaan rugi karena masih mampu

melampaui titik BEP.

Page 114: analisis break even point (bep) benih melon dalam usaha ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan berikut ini :

1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon

varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten

Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break

even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan

strategi pemasaran harga jual konstan.

2. Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya

produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%,

CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar masih mampu

melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha

pembenihan melon varietas MAI 119.

3. Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah

diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik

break even point.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap

dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus

lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko

benih retur pada saat sudah kadaluwarsa (jangka waktu penggunaan benih

habis).

2. Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga

dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup

sehingga mempunyai nilai jual.