Post on 24-Dec-2019
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANNY JAYA
TAHUN 2016
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2015
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LANNY JAYA TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN LANNY JAYA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN
Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan profil kesehatan Kabupaten Lannny Jaya tahun 2015. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan profil kesehatan ini.
Profil Kesehatan ini merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi kondisi kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya. Profil kesehatan ini disusun berdasarkan data yang sumber dari
berbagai Bidang di Dinas Kesehatan dan UPTD Dinas Kesehatan. Dari profil kesehatan ini, pembaca dapat memperoleh data dan informasi mengenai Demografi, Situasi Derajat Kesehatan, Tenaga Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Kesehatan. Data dan informasi yang ditampilkan pada Profil Kesehatan ini dapat membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya. Semoga penulisan profil kesehatan ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia khususnya Propinsi Papua, lebih khusus di Kabupaten Lanny Jaya.
Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan penulisan profil yang akan datang.
Tiom, Februari 2016
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya
Malki Yigibalom, S.Kep
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................. ii Daftar Gambar ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografi .......................................................................... 3 B. Iklim ................................................................................................. 4 C. Keadaan Penduduk ....................................................................... 4
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Kesehatan Keluarga ....................................................................... 6 B. Pengendalian Penyakit .................................................................. 22
BAB IV SITUASI SUMBER DAYA
A. SDM Kesehatan .............................................................................. 28 B. Sarana dan Prasarana Kesehatan ................................................. 33 C. Sarana Komunikasi, Transportasi dan Penerangan .................. 34
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................... 35
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
GAMBAR 2.1 PETA WILAYAH KABUPATEN LANNY JAYA. ................. 3 GAMBAR 2.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT DISTRIK DI KAB.
LANNY JAYA TAHUN 2014. .................................................. 5 GAMBAR 3.1 ANGKA KEMATIAN IBU DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2011 – 2015 .................................................................. 7 GAMBAR 3.2 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL
K1 DAN K4 DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011 – 2015. ............................................................................................ 7
GAMBAR 3.3 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH
DARAH (ZAT BESI) PADA IBU HAMIL DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. .................................................. 8
GAMBAR 3.4 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH
TENAGA KESEHATAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015. .................................................................... 9
GAMBAR 3.5 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS DI
KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015. .............................. 10 GAMBAR 3.6 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI
KEBIDANAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015. ............................................................................................. 11
GAMBAR 3.7 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF DI KAB. LANNY
JAYA TAHUN 2015. ................................................................. 11 GAMBAR 3.8 TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN
BALITA DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015. ......... 12 GAMBAR 3.9 PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI KAB.
LANNY JAYA TAHUN 2013-2015. ......................................... 13 GAMBAR 3.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA
(KN1) DAN KN LENGKAP DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015. .................................................................... 14
iv
GAMBAR 3.11 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013 – 2015. ..................................................... 15
GAMBAR 3.12 PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA
(6–59 BULAN) DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2014 – 2015. ............................................................................................. 16
GAMBAR 3.13 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
TAHUN 2011-2015. .................................................................... 17 GAMBAR 3.14 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
PADA BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015.... 18 GAMBAR 3.15 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI HB0 PADA
BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015. .............. 19 GAMBAR 3.16 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT PADA
BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015. .............. 19 GAMBAR 3.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI POLIO PADA
BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015. .............. 20 GAMBAR 3.18 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BCG PADA
BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015. .............. 20 GAMBAR 3.19 CAKUPAN PELAYANAN IMUNISASI TT WUS DI
KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015. .............................. 21 GAMBAR 3.20 CAKUPAN KUNJUNGAN BALITA DI KAB. LANNY
JAYA TAHUN 2013 – 2015. ...................................................... 22 GAMBAR 3.21 SEPULUH BESAR PENYAKIT RAWAT JALAN
PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. ......... 23 GAMBAR 3.22 JUMLAH KASUS BARU BTA+ DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2012-2015. .................................................................... 24 GAMBAR 3.23 JUMLAH KASUS BARU HIV DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2012-2015. .................................................................... 24 GAMBAR 3.24 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2014-2015. ......................... 25 GAMBAR 3.25 CAKUPAN BALITA DENGAN DIARE YANG
DITANGANI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013-2015. ............................................................................................. 26
v
GAMBAR 3.26 JUMLAH KASUS MALARIA BERDASARKAN GOLONGAN UMUR DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013-2015. .................................................................................... 27
GAMBAR 4.1 JUMLAH SDM-KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN
KAB. LANNY JAYA MENURUT PENDIDIKAN TAHUN 2015. ............................................................................. 29
GAMBAR 4.2 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI
PUSKESMAS MENURUT JENIS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. ............................................................................. 30
GAMBAR 4.3 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI
PUSKESMAS TINGKAT PENDIDIKAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. .................................................. 30
GAMBAR 4.4 RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP
JUMLAH PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. ............................................................................................. 31
GAMBAR 4.5 RASIO PERAWAT DI PUSKESMAS TERHADAP
JUMLAH PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. ............................................................................................. 32
GAMBAR 4.6 RASIO BIDAN DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH
PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015. ......... 32 GAMBAR 4.7 JUMLAH SARANA KESEHATAN DI KAB. LANNY
JAYA TAHUN 2015. .................................................................. 33
1
BAB I PENDAHULUAN
Introduction
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan dimulai sejak tahun
1969, secara nyata telah berhasil mengembangkan sumber daya kesehatan dan
upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan. Namun
demikian apabila dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara kondisi derajat kesehatan Indonesia masih relatif tertinggal, hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi dan angka kematian
ibu serta rendahnya umur harapan hidup di Indonesia. Begitu juga gambaran
derajat kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2015.
Walaupun upaya pembangunan bidang kesehatan telah dilakukan namun
adanya kendala geografis, keterbatasan tenaga kesehatan, kondisi pemukiman
dan lingkungan yang kurang memadai, rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, rendahnya pendapatan masyarakat, rendahnya kesadaran
masyarakat tentang pentingya kesehatan, pengaruh sosial budaya, kurangnya
motivasi kerjanya dari petugas kesehatan, kader-kader desa yang kurang aktif
dalam memberikan laporan/informasi tentang penyakit dan kasus kematian di
desanya masing-masing, serta sarana dan prasarana di Puskesmas belum
cukup memadai, merupakan faktor penghambat dari kemajuan pembangunan
kesehatan yang dilakukan di wilayah Kabupaten Lanny Jaya.
Profil kesehatan ini merupakan hasil evaluasi bidang kesehatan, yang
bersumber dari sistem pencatatan dan pelaporan dari masing-masing unit dan
bidang, yang dapat memberikan gambaran situasi derajat kesehatan dari
beberapa aspek diantaranya kesehatan keluarga, pengendalian penyakit, serta
gambaran angka kesakitan dan kematian di Kabupaten Lanny Jaya.
B. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya Tahun 2015
adalah untuk menyediakan data/informasi yang akurat dan relevan, sesuai
kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju
mayarakat Lanny Jaya yang sehat, mandiri dan sejahtera.
2
TUJUAN KHUSUS
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah:
1. Memberikan gambaran tentang kondisi geografis, iklim dan keadaan
Penduduk di Kabupaten Lanny Jaya;
2. Memberikan gambaran tentang situasi derajat kesehatan meliputi,
kesehatan keluarga dan pengendalian penyakit kesehatan di
Kabupaten Lanny Jaya;
3. Memberikan gambaran tentang situasi sumberdaya meliputi,
Sumberdaya Manusia Kesehatan dan Sarana-prasarana kesehatan di
Kabupaten Lanny Jaya.
3
BAB II GAMBARAN UMUM
General Perspektif
A. KEADAAN GEOGRAFI
Kabupaten Lanny Jaya beribu kota di Tiom terletak antara 3,450 - 4,200
Lintang Selatan dan 138,300 - 139,400 Bujur Timur, Kabupaten Lanny Jaya
wilayahnya berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Tolikara
Sebelah Selatan : Kabupaten Nduga
Sebelah Timur : Kabupaten Puncak
Sebelah Barat : Kabupaten Jayawijaya
GAMBAR 2.1 PETA WILAYAH KABUPATEN LANNY JAYA
Luas wilayah Kabupeten Lanny Jaya tercatat 6.448 Km2 atau 2,03 % dari
luas wilayah Provinsi Papua yang meliputi 39 (tiga puluh sembilan)
Distrik/Kecamatan dan terdiri dari 354 (tiga ratus lima puluh empat) kampung
dan 2 (dua) kelurahan.
4
Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki topografi dataran tinggi,
seluruh wilayahnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung sehingga sangat
sulit untuk mendapatkan daerah pemukiman yang datar.
B. IKLIM
Keadaan iklim wilayah Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya hampir
sama dengan wilayah di daerah Pegunungan Tengah Papua. Perbedaan yang
mencolok terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan angin karena tergantung
pada ketinggian wilayah.
Di Kabupaten Lanny Jaya belum terdapat Stasion Meteorologi dan
Geofisika, oleh sebab itu keadaan iklim yang ditampilkan dalam bab ini dicatat
pada Kantor Station Meteorologi Wamena pada ketinggian 1.550 dpl sebagai
pendekatan untuk mengetahui iklim di daerah ini. Rata-rata suhu udara di
Kabupaten Lanny Jaya adalah 19,80C. Dimana suhu minimum tercatat 14,70C
dan suhu maksimum 26,10C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 19,80C
dengan kelembaban udara rata-rata mencapai 85 persen.
Curah hujan di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Februari (343,4mm) sedangkan terendah pada bulan
September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama 1 bulan ada sekitar 24
hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir terjadi dalam satu bulan (27
hari). Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya kerap terjadi hujan. Hal ini bisa saja
terjadi karena kondisi topografi yang bergunung-gunung dan masih banyak
perbukitan sehingga sulit dibedakan musim secara jelas.
C. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah Penduduk Kabupaten Lanny Jaya berdasarkan proyeksi Badan
Pusat Statistik Kabupaten (BPS) Jayawijaya tahun 2013 adalah sebanyak 161.077
jiwa dengan penduduk terbesar berada di Distrik Makki. Sex ratio
(perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan) Kabupaten Lanny
Jaya sebesar 115,19, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada
perempuan. Secara keseluruhan, di Kabupaten Lanny Jaya rata-rata anggota
rumah tangga sebesar 4,07. Artinya rata-rata dalam sebuah rumah tangga
terdapat 4 orang anggota rumah tangga.
5
GAMBAR 2.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT DISTRIK DI
KAB.LANNY JAYA TAHUN 2014
Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2014
Pada Gambar 2.2, menunjukan bahwa berdasarkan hasil estimasi, jumlah
penduduk tertinggi di Kabupaten Lanny Jaya terdapat di Distrik Makki dengan
jumlah penduduk sebesar 25.522 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
terdapat di Distrik Melaganeri dengan jumlah penduduk sebesar 5.929 jiwa.
6
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Situation Degree Of Health
A. KESEHATAN KELUARGA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, yang
dimaksud dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014
Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga, pembangunan keluarga
dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup
dalam lingkungan yang sehat. Selain lingkungan yang sehat, masih menurut
peraturan pemerintah tersebut, kondisi kesehatan dari tiap anggota keluarga
sendiri juga merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas.
Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi
status kesehatan anggotanya. Diantara fungsi keluarga dalam tatanan
masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi dan merawat serta melindungi
kesehatan para anggotanya. Hal itu dilakukan dalam upaya untuk
mengoptimalkan pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas seluruh
anggotanya, oleh karena keadaan kondisi kesehatan salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak
merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara
umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya
kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan.
a. Kesehatan Ibu
Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status
kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu
(AKI). AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Situasi kematian ibu di Kabupaten
Lanny Jaya dapat terlihat pada Gamber 3.1 berikut ini;
7
GAMBAR 3.1 ANGKA KEMATIAN IBU DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2011 – 2015
Sumber : Laporan Program KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.1 menunjukan bahwa, pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu di
Kabupaten Lanny Jaya pada tahun tahun 2011 tercatat 6 kasus, tahun 2012 tercatat 8 kasus, tahun 2013 tercatat 4 kasus, tahun 2014 tercatat 7 kasus dan tahun 2015 tercatat 4 kasus kematian ibu yang di laporkan dengan Maternal Mortality Rate (MMR) 2 atau per 1000 kelahiran. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil diukur berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan ibu ditempat pelayanan kesehatan. Untuk pertama (kontak pertama pada umur kehamilan 3 bulan pertama) disingkat dengan K1 sedangkan yang lengkap adalah diistilahkan dengan K4 yaitu pemeriksaan kehamilan paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada Triwulan I dan II, dua kali pada Triwulan III. Gambaran cakupan Pelayanan K1 dan K4 sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini;
GAMBAR 3.2 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011 – 2015
Sumber : Laporan Program KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
8
Secara umum, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2011-2015 belum mencapai target nasional yaitu 95%. Gambar
3.2 juga dapat diketahui bahwa cakupan pelayanan ibu hamil K4 di Kabupaten
Lanny Jaya tahun 2011-2015 pertahunnya kurang dari 50%, yakni tahun 2011
(12,71%), tahun 2012 (18,6%), tahun 2013 (13,77%), tahun 2014 (33,8%) dan
tahun 2015 (37,6%). Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 di
Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya disebabkan karena kurangnya tenaga
bidan, faktor georgafis yang sulit serta kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya memeriksakan diri di fasilitas pelayanan kesehatan.
Salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah anemia yang
disebabkan kekurangan zat besi (Fe). Pemberian zat besi pada ibu hamil
merupakan salah satu syarat pelayanan kesehatan K4 pada ibu hamil. Dimana
jumlah suplemen zat besi yang diberikan selama kehamilan ialah sebanyak 90
tablet (Fe3). Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi
dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan
meningkatkan risiko bayi lahir prematur.
Cakupan ibu hamil di Kabupaten Lanny Jaya yang mendapat tablet Fe 3
tahun 2015 sebesar 24,0%, data tersebut belum mencapai target program
nasional tahun 2015 sebesar 95%. Data dan informasi mengenai cakupan
pemberian 90 tablet tambah darah pada ibu hamil dapat dilihat di Lampiran
Gambar 3.3 berikut ini;
GAMBAR 3.3
CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH DARAH (ZAT BESI) PADA IBU HAMIL DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Laporan Program Gizi 2015
9
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Pertolongan persalinan adalah pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan yang
biasa disebut dengan persalinan tenaga kesehatan. Pencapaian upaya
kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong
tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN).
GAMBAR 3.4
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.4 diatas menunjukan bahwa pada tahun 2015 cakupan
Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (PN) di Kabupaten Lanny Jaya sebesar
18,1% dimana angka ini belum dapat memenuhi target Kesehatan secara
nasional yakni sebesar 90%. Gambar 3.4 juga menunjukan bahwa cakupan
pelayanan Persalinan Nakes di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2011-2015
pertahunnya kurang dari 50%, yakni tahun 2011 (11,3%), tahun 2012 (10%),
tahun 2013 (10,61%), tahun 2014 (37,7%) dan tahun 2015 (18,1%). Rendahnya
cakupan pelayanan Persalinan Nakes di Kabupaten Lanny Jaya juga pada
umumnya disebabkan karena faktor georgafis yang sulit, kurangnya tenaga
bidan, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melahirkan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Nifas adalah periode mulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
10
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini;
GAMBAR 3.5
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Dari Gambar 3.5 dapat dilihat bahwa, tahun 2015 capaian cakupan
kunjungan nifas (KF3) di Kabupaten Lanny Jaya sebesar 21,0% dimana angka ini belum dapat memenuhi target Kesehatan secara nasional yakni sebesar 90%. Gambar 3.5 juga menunjukan bahwa cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2011-2015 pertahunnya kurang dari 50%, yakni tahun 2011 (11,67%), tahun 2012 (21,2%), tahun 2013 (6,02%), tahun 2014 (16,3%) dan tahun 2015 (21,0%). Rendahnya cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Lanny Jaya juga pada umumnya disebabkan karena faktor georgafis yang sulit, kurangnya tenaga bidan, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung,
termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa
ibu dan atau janin. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah
pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan
perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan
komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
11
GAMBAR 3.6 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Dari Gambar 3.6 diketahui bahwa cakupan penanganan komplikasi
kebidanan di Kabupaten Lanny Jaya selama kurun waktu empat tahun terakhir cenderung meningkat. Tetapi cakupan belum memenuhi standar secara nasional yaitu 80%. 5. Pelayanan Kontrasepsi
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
GAMBAR 3.7 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
12
Gambar 3.7 dapat dilihat bahwa persentase peserta KB Aktif di
Kabupaten Lanny Jaya dari tahun 2013 sampai dengan 2015 cenderung
meningkat. Dimana persentase peserta KB Aktif tahun 2013 sebanyak 3,2%,
tahun 2014 sebanyak 3,9% dan tahun 2015 sebanyak 4,8%. Namun, capaian ini
masih jauh dari target nasional yaitu 70%. Hal tersebut dikarenakan program
KB tidak begitu diterima baik di masyarakan Lanny Jaya. Selain itu,
masyarakat lebih memilih melakukan KB dengan cara alami.
b. Kesehatan Anak
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian anak. Upaya kesehatan anak antara lain
diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka
kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal
(AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Kematian neonatal, bayi dan balita di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2011-2015
dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini;
GAMBAR 3.8
TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN BALITA DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.8 menunjukan jumlah kematian Bayi, Balita dan Neonatus di
Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2015 terlihat mengalami penurunan dimana
tercatat kematian bayi sebanyak 9 kasus, kematian balita sebanyak 4 kasus dan
kematian neonatus sebanyak 10 kasus. Hal tersebut menunjukan bahwa
ditahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
13
1. Berat Badan Lahir Bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi
prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
pertumbuhan selama kehamilan. Persentase berat bayi lahir rendah disajikan
pada Gambar 3.9 berikut ini;
GAMBAR 3.9
PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013-2015
Sumber : Laporan KIA dan Gizi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.9 menunjukan bahwa, tahun 2014 persentase bayi dengan BBLR
cesebesar 0,5% cenderung lebih rendah dari tahun 2013 yaitu sebesar 1,5%.
Tetapi tahun 2015 kembali meningkat menjadi 0,7%.
Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah
mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah
terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan
pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi,
gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi.
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan
bayi baru lahir (umur 6 jam-48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh
sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan
neonatal yaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan
perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
14
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 (bila belum
diberikan pada saat lahir).
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi
neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang
mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan
Neonatal minimal tiga kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun. Gambaran cakupan kunjungan KN1 dan KN Lengkap di
Kabupaten Lanny Jaya terdapat pada Gambar 3.10 berikut ini;
GAMBAR 3.10
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DAN KN LENGKAP DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.10 menunjukan bahwa, capaian KN1 di Kabupaten Lanny Jaya
pada dari tahun 2015 sebesar 11,7% dan KN Lengkap sebesar 10,9%. Gambar
tersebut juga menunjukan bahwa capaian KN1 dan KN Lengkap selama kurun
waktu 5 tahun mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2015 menunjukan capaian
yang masih rendah kurang dari 50%.
3. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Cakupan pelayanan keshatan pada bayi adalah cakupan kunjungan bayi
umur 29 hari – 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu,
tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan
petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4
kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1
kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.
15
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada bayi meliputi pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi. Ini adalah Indikator untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui
penyediaan pelayanan kesehatan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya
pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta peningkatan kualitas
hidup bayi. Gambaran capaian indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.11
berikut ini;
GAMBAR 3.11
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KAB.LANNY JAYA TAHUN 2013 - 2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.11 menunjukan bahwa, capaian kunjungan bayi di Kabupaten
Lanny Jaya pada tahun 2015 sebesar 22,1% menurun dari tahun 2014 yaitu
29,5%. Capaian kunjungan bayi tiga tahun terakhir juga menunjukan capaian
kunjungan bayi masih rendah dibawah 50%. Capaian ini belum memenuhi
target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 90%.
4. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6–59 Bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak,
disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus
dipenuhi dari luar tubuh. Manfaat vitamin A diantaranya (1) meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare, (2)
membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap, (3)
16
mencegah kelainan pada sel–sel epitel termasuk selaput lendir mata, (4)
mencegah terjadinya proses metaplasi sel–sel epitel sehingga kelenjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata, (5) mencegah
terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan, dan (6) vitamin A esensial untuk
membantu proses pertumbuhan.
GAMBAR 3.12
PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6–59 BULAN) DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2014 - 2015
Sumber : Laporan Program Gizi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.12 menunjukan bahwa, capaian Pemberian Kapsul Vitamin A
Pada Balita (6–59 Bulan) di Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2015 sebesar
14,9% meningkat dari tahun 2014 yaitu 13,2%. Capaian ini belum memenuhi
target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 90%.
5. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita
yang ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada di seluruh
posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Manfaat penimbangan balita diantaranya untuk (1) mengetahui
kesehatan, (2) mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan, (3)
mengetahui balita sakit atau berat badan dua bulan tidak naik, berat badannya
berada di bawah garis merah di kartu menuju sehat, (4) mengetahui balita gizi
buruk sehingga dapat dirujuk ke puskesmas, (5) mengetahui kelengkapan
imunisasi, dan (6) mendapatkan penyuluhan tentang gizi. Tindak lanjut dari
hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan
pemberian suplemen gizi.
17
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga
anak mudah sakit hingga berakibat pada kematian. Gizi buruk dapat terjadi
pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada
kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin
sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa
berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus.
Semakin banyak balita yang ditimbang di posyandu, maka akan semakin
mudah mendeteksi adanya balita gizi kurang atau gizi buruk dan semakin
cepat dilakukan upaya untuk penanggulangannya.
GAMBAR 3.13
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
TAHUN 2011-2015
Sumber : Laporan Program Gizi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.13 diatas menunjukan bahwa, cakupan balita ditimbang pada
tahun 2015 di Kabupaten Lanny Jaya sebesar 56,47%. Sejak tahun 2012 sampai
tahun 2015 cakupan penimbangan balita telah mencapai lebih dari 50%, namun
beelum mencapai target nasional yaitu 85%.
6. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
18
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. 1) Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi dasar merupakan pemberian vaksinasi pada bayi usia 0-11 bulan. Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak.
Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak
merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Persentase cakupan imunisasi campak dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut ini;
GAMBAR 3.14 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Pada Gambar 3.14 di atas dapat diketahui bahwa, tahun 2015 terjadi
peningkatan cakupan imunisasi campak yaitu sebanyak 35,9% dibandingkan dengan tahun 2012 – 2014. Namun demikian belum mencapai target cakupan imunisasi campak nasional sebesar 90%.
Selain pemberian imunisasi campak, Imunisasi dasar yang wajib
diberikan kepada bayi usia 0-11 bulan juga adalah pemberian imunisasi BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B. Gambaran persentase cakupan pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada Gambar 3.15 berikut ini;
19
GAMBAR 3.15 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI HB0 PADA BAYI
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.15 menunjukan bahwa, tahun 2015 cakupan pemberian
imunisasi Hepatitis B0 mengalami peningkatan sebanyak 19,6% lebih tinggi
dibanding tahun 2012 sebanyak 1,5%, 2013 sebanyak 2,5% dan 2014 sebanyak
4,0%. Tetapi kenaikan tersebut tidak merupakan kenaikan yang bermakna
karena pada umumnya cakupan tersebut masih sangat rendah.
GAMBAR 3.16
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT PADA BAYI
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.16 menunjukan bahwa, tahun 2015 cakupan pemberian
imunisasi DPT1 sampai DPT3 cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2015
capaian cakupan imunisasi DPT3 sebanyak 38,6% lebih tinggi dibanding tahun
sebelumnya. Tetapi kenaikan tersebut tidak merupakan kenaikan yang
bermakna karena pada umumnya cakupan tersebut masih sangat rendah.
20
GAMBAR 3.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.17 menunjukan bahwa, tahun 2015 cakupan pemberian
imunisasi Polio1 – Polio4 cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2015
capaian cakupan imunisasi Polio4 sebanyak 28,0% lebih tinggi dibanding tahun
sebelumnya. Tetapi kenaikan tersebut tidak merupakan kenaikan yang
bermakna karena pada umumnya cakupan tersebut masih sangat rendah.
GAMBAR 3.18
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.18 menunjukan bahwa, tahun 2015 cakupan pemberian
imunisasi Hepatitis B0 mengalami peningkatan sebanyak 25,6% lebih tinggi
dibanding tahun 2012 sebanyak 20,8%, 2013 sebanyak 13,7% dan 2014 sebanyak
12,1%. Tetapi kenaikan tersebut tidak merupakan kenaikan yang bermakna
karena pada umumnya cakupan tersebut masih sangat rendah.
21
7. Cakupan Pelayanan Imunisasi TT
Imunisasi TT adalah pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur dan ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Cakupan pemberian imunisasi TT Wus dapat dilihat pada Gambar 3.19 Berikut ini;
GAMBAR 3.19
CAKUPAN PELAYANAN IMUNISASI TT WUS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2014 - 2015
Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.19 menunjukan bahwa, Cakupan imunisasi TT Wus tahun 2015 menurun dibanding tahun 2014, tahun 2015 cakupan imunisasi TT1 sebanyak 3,3%, TT2 sebanyak 4,5%, TT3 Sebanyak 5,1%, TT4 sebanyak 2,3% dan TT5 sebanayk 1,2%. Pada umumnya tahun 2014 terjadi peningkatan cakupan imunisasi TT Wus karena adanya gerakan kampanye imunisasi TT yang diikuti dengan swiping imunisasi masal.
8. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Setiap anak umur 12 - 59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 kali dalam setahun. Pemantauan
pertumbuhan yang dibmaksud meliputi pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan
pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di
Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman
Kanak-Kanak dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan pada anak balita yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan meliputi :
22
a) Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal delapan kali setahun (penimbangan
b) berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal delapan kali dalam setahun).
c) Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan Agustus
d) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal dua kali dalam setahun.
e) Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Indikator ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya terjamin
melalui penyediaan pelayanan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan anak
balita di Kabupaten Lanny Jaya dapat dilihat pada Gambar 3.20 berikut ini;
GAMBAR 3.20
CAKUPAN KUNJUNGAN BALITA DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013 - 2015
Sumber : Laporan KIA Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.20 menunjukan bahwa, capaian kunjungan balita di Kabupaten
Lanny Jaya pada tahun 2015 sebesar 43,5% menurun dari tahun 2014 yaitu 51,6%. Capaian kunjungan balita tiga tahun terakhir juga menunjukan capaian kunjungan bayi masih rendah. Capaian ini belum memenuhi target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 90%. B. PENGENDALIAN PENYAKIT
Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit perlu upaya pengendalian penyakit. gambaran situasi penyakit di Kabupaten Lanny Jaya dapat dilihat pada penjelasan-penjelasan berikut.
23
a. Pola Penyakit Rawat Jalan Puskesmas
Tahun 2015, terdapat beberapa penyakit yang dominan diderita oleh
masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya. Berdasarkan laporan LB 1 Puskesmas
selama tahun 2015, diperoleh hasil sepuluh besar penyakit yang ada, dimana
penyakit ISPA, Caries Gigi, Scabies dan lain-lain merupakan penyakit
terbanyak yang ditemukan di Puskesmas, gambaran kesepuluh penyakit
tersebut dapat disajikan pada Gambar 3.21 berikut ini;
GAMBAR 3.21
SEPULUH BESAR PENYAKIT RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Laporan LB1 Dinkes Lanny Jaya 2015
b. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan
oleh tuberkulosis dapat diukur dengan CaseNotification Rate (CNR),
prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik
waktu tertentu), dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah
kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
Pada tahun 2015 tidak ditemukan jumlah kasus baru BTA+ di Kabupaten
Lanny Jaya, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan
tahun 2012 dan 2013 dimana tahun 2012 ditemukan BTA+ sebanyak 1 kasus
dan tahun 2013 ditemukan BTA+ sebanyak 2 kasus. Kasus baru BTA+ dapat
dilihat pada Gambar 3.22 dibawah ini;
24
GAMBAR 3.22 JUMLAH KASUS BARU BTA+ DI KAB. LANNY JAYA
TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Survailance Dinkes Lanny Jaya 2015
c. HIV & AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan
tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Perkembangan HIV positif sampai tahun 2015 disajikan pada Gambar 3.23
berikut ini;
GAMBAR 3.23
JUMLAH KASUS BARU HIV DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2012-2015
Sumber : Laporan Survailance Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.23 diatas menunjukan bahwa, Jumlah kasus baru HIV positif
pada tahun 2013, 2014 dan 2015 cencedung lebih menurun dibanding tahun
25
2012. Meskipun demikian jumlah kasus yang terus bertambah dari tahun ke
tahun dan membutuhkan penanganan yang serius. Terhitung mulai tahun 2011
sampai 2015 jumlah kasus HIV telah mencapai 354 kasus dengan dengan
Prevalence Rate sebesar 2 orang per 1000 penduduk.
d. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran
bernafas. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini
yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan
kasus pneumonia pada balita di suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita
di wilayah tersebut. Gambaran penemuan pneumonia pada balita tahun 2014-
2015, dapat dilihat pada Gambar 3.24 dibawah ini;
GAMBAR 3.24
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2014-2015
Sumber : Laporan LB1 Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.24 diatas menunjukan bahwa, tahun 2015 cakupan penemuan
pneumonia balita sebesar 45,8% meningkat dibanding tahun 2014 yaitu 42,5%. Tetapi peningkatan tersebut belum mencapai target secara nasional yaitu 100%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita di Kabupaten Lanny Jaya juga masih tergolong tinggi. Pada tahun 2015 kasus pneumonia menjadi penyebab tertinggi kematian balita yaitu 60%. e. Diare
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Penyakit diare juga merupakan penyakit endemis yang juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Gambaran penemuan diare pada balita tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.25 berikut ini;
26
GAMBAR 3.25 CAKUPAN BALITA DENGAN DIARE YANG DITANGANI
DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013-2015
Sumber : Laporan LB1 Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.25 diatas menunjukan bahwa, cakupan balita dengan diare yang ditangani tahun 2015 adalah sebanyak 13,8% menurun dibanding tahun 2013 dan tahun 2014. Gambar tersebut juga menunjukan capaian tersebut belum mencapai target secara nasional yaitu 100%. f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Macam-macam imunisasi yang dapat kita kenal adalah imunisasi BCG untuk membuat kekbalan aktif terhadap penyakit TBC, DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus) untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadapd penyakit Dipteri, Pertusisdan Tetanus, Polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis/ kelumpuhan, Hepatitis B untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B, Campak untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak dan TT (Tetanus Toxoid) untuk memberikan kekebalan terhadap penyakittetanus.
Tahun 2015, berdasarkan laporan puskesmas menunjukan tidak
ditemukan kasus yang berhubungan dengan imunisasi baik penyakit campak,
hepatitis, polio, tetanus dan tetanus neonatrum.
g. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut gambaran kasus malaria di di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2015;
27
GAMBAR 3.26 JUMLAH KASUS MALARIA BERDASARKAN GOLONGAN
UMUR DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2013-2015
Sumber : Laporan LB1 Dinkes Lanny Jaya 2015
Gambar 3.26 diatas menunjukan bahwa, tahun 2015 kasus melaria
tertinggi dialami pada kelompok usia 45-54 tahun yaitu sebanyak 449 kasus.
Kabupaten Lanny Jaya merupakan salah satu daerah yang cukup banyak
ditemukan kasus malaria, Laporan kasus pada tahun 2015 menunjukkan
jumlah kasus penderita penyakit malaria sebanyak 1.267 kasus. Hal ini
diperkirakan terjadi karena mobilitas masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya
cukup tinggi. Namun demikian, kasus malaria yang dilaporkan sebagian besar
merupakan kasus malaria klinis. Hal tersebut terjadi karena sarana prasarana
di puskesmas yang masih terbatas serta rata-rata puskesmas masih kekurangan
tenaga kesehatan, khususnya tenaga analis kesehatan untuk laboratorium
puskesmas.
28
BAB IV SITUASI SUMBER DAYA
Resources Situation
ituasi sumber daya kesehatan meliputi situasi tenaga kesehatan(SDM-Kesehatan), sarana prasarana dan pembiayaan kesehatan. Sangat menentukan dalam proses penyelenggaran pembangunan kesehatan
dalam mencapai derajat kesehatan, status kesehatan dan status capaian pelayanan kesehatan. A. SDM-KESEHATAN
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
dikelompokkan ke dalam tiga belas jenis, yang terdiri atas: tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya.
Masalah ketenagaan dibidang kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya
merupakan masalah lama yaitu jumlah tenaga yang masih kurang dari kebutuhan dan penyebaran yang tidak merata serta masih perlunya peningkatan kualitas melalui pendidikan dan pelatihan.
29
a. Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya
GAMBAR 4.1 JUMLAH SDM-KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN
KAB. LANNY JAYA MENURUT PENDIDIKAN TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
Tahun 2015, jumlah pegawai di Dinas Kesehatan dengan Kualifikasi
Pendidikan S2 Manajemen Magister Kesehatan 2 orang, S1 Kesehatan Masyarakat 8 orang, D3 Keperawatan 6 orang, D3 Gizi 1 orang, SPK 6 orang, S1 Farmasi 2 orang dan tenaga non kesehatan 6 orang. b. Tenaga Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Sumber daya manusia puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga penunjang (non tenaga kesehatan). Jenis dan jumlah tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerja, dan pembagian waktu kerja.
30
Jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri atas: dokter
atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik,
tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Tenaga kesehatan di puskesmas harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamat an dan
kesehatan dirinya dalam bekerja.
GAMBAR 4.2
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS MENURUT JENIS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
GAMBAR 4.3
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS TINGKAT PENDIDIKAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
31
Standar ketenagaan puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, untuk puskesmas kawasan perkotaan, puskesmas kawasan perdesaan dan puskesmas kawasan terpencil/sangat terpencil disyaratkan untuk puskesmas rawat inap jumlah minimal sebanyak dua dokter dan untuk puskesmas non rawat inap jumlah minimal sebanyak satu dokter. Pada tahun 2015, jumlah Puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya sebanyak 10 Puskesmas dengan jumlah dokter sebanyak 9 sembilan deokter. Tahun 2015 rasio dokter umum per puskesmas sebesar 0,9 per puskesmas, Secara umum jumlah rasio dokter umum terhadap puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya lebih rendah dari target yang ditetapkan selain itu, persebarannya juga belum merata. Rasio dokter umum di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini;
GAMBAR 4.4 RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH
PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
Rasio perawat terhadap puskesmas dapat digunakan untuk mengetahui
ketersediaan perawat di puskesmas. Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014, jumlah minimal tenaga perawat adalah lima perawat untuk puskesmas non rawat inap dan delapan perawat untuk puskesmas rawat inap. Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2015 sebesar 8,8 perawat per puskesmas. Secara umum rasio perawat terhadap puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya telah memenuhi target, walaupun telah memenuhi target, secara kualifikasi perawat yang ada tidak memenuhi standar pendidikan yang diwajibkan karena sebagian besar perawat yang ada merupakan perawat dengan kualifikasi pendidikan SPK. Rasio perawat di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini;
32
GAMBAR 4.5 RASIO PERAWAT DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH
PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
Rasio bidan terhadap puskesmas dapat digunakan untuk mengetahui
ketersediaan bidan di puskesmas. Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014, jumlah minimal tenaga bidan adalah empat bidan untuk puskesmas non rawat inap dan tujuh bidan untuk puskesmas rawat inap. Rasio bidan di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2015 sebesar 3,4 bidan per puskesmas. Seccara umum rasio bidan terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya belum memenuhi target. Selain itu, persebarannya juga belum merata. Selain itu, bidan yang ada tidak memenuhi standar pendidikan yang diwajibkan karena sebagian besar bidan yang ada merupakan bidan dengan kualifikasi bidan C. Rasio bidan di puskesmas terhadap jumlah puskesmas di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini;
GAMBAR 4.6 RASIO BIDAN DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH
PUSKESMAS DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
33
c. Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk
Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011 – 2025, telah ditetapkan sejumlah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Rasio dokter spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per 100.000 penduduk, rasio dokter umum sebesar 40 dokter umum per 100.000 penduduk, rasio perawat sebesar 158 perawat per 100.000 penduduk dan bidan sebesar 100 bidan per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2015, rasio dokter umum di Kabupaten Lanny Jaya sebesar 5,6
per 100.000 penduduk lebih rendah dari target yang telah ditetapkan, yaitu 40 dokter umum per 100.000 penduduk. Selain dokter, rasio perawat di Kabupaten Lanny Jaya termasuk rendah sebesar 56,6 per 100.000 penduduk lebih rendah dari target yang telah ditetapkan, yaitu 158 perawat per 100.000 penduduk. Rasio bidan di Kabupaten Lanny Jaya juga termasuk rendah, sebesar 21,1 per 100.000 penduduk lebih rendah dari target yang telah ditetapkan, yaitu 100 bidan per 100.000 penduduk. B. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
Untuk meningkatkan pemerataan dan kemudahan pelayanan kesehatan
maka, pembangunan sarana kesehatan sangat penting baik didaerah perkotaan
maupun didaerah pegunungan. Dengan demikian masyarakat semakin dekat
dengan sarana kesehatan sehingga memudahkan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan yang tersebar
di Kabupaten Lanny Jaya meliputi Rumah sakit, Puskesmas, Pustu,
Polindes/Pobindes, Poskesdes dan Posyandu. Hal tersebut dapat tergambar
pada Gambar 4.7 dibawah ini;
GAMBAR 4.7
JUMLAH SARANA KESEHATAN DI KAB. LANNY JAYA TAHUN 2015
Sumber : Bidang SDM Dinkes Lanny Jaya 2015
34
C. SARANA KOMUNIKASI, TRANSPORTASI DAN PENERANGAN
Keterbatasan alat/sarana Komunikasi antara Dinas Kesehatan dengan
Puskesmas dikarenakan tidak adanya jaringan telepon seluler. Komunikasi
biasanya dilakukan melalui perantara masyarakat atau dengan cara
mendatangi puskesmas-puskesmas di tiap-tiap distrik.
Alat transportasi dari Kabupaten Lanny Jaya ke Distrik-distrik sebagian
besar dapat menggunakan angkutan darat. 6 puskesmas dapat ditempuh
dengan angkutan darat, 3 puskesmas dapat ditempuh dengan angkutan darat
tetapi untuk mencapai lokasi puskesmas harus dilanjutkan dengan berjalan
kaki sedangkan 1 puskesmas lagi yakni puskesmas Kuyawage dapat dijangkau
dengan angkutan udara tetapi untuk menuju lokasi puskesmas harus ditempuh
dengan berjalan kaki.
Sarana penerangan di Puskesmas dari 10 Puskesmas yang ada, 4
puskesmas telah dapat menggunakan penerangan listrik sedangkan 6
puskesmas belum dapat difasilitasi dengan penerangan berupa listrik. Dari 4
puskesmas yang bisa menggunakan fasilitas penerangan tersebut terdapat 2
Puskesmas yang dapat menggunakan penerangan listrik dari PLN, sedangkan
2 puskesmas mendapat penerangan dengan menggunakan pembangkit listrik
tenaga surya namun belum bisa difungsikan untuk menggunakan alat
elektronik/alat kesehatan yang membutuhkan listrik serta seluruh seumber
listrik belum bisa berfungsi 24 jam.
35
BAB V KESIMPULAN
Conclusion
esimpulan dari pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam
lingkup Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya, profil kesehatan ini menjelaskan
bahwa, situasi derajat kesehatan dari berbagai aspek di Kabupaten Lanny Jaya
masih sangat rendah.
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis merupakan kendala besar dalam melakukan pelayanan
di Kabupaten Lanny Jaya, dengan wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 2,03 %
dari luas wilayah Provinsi Papua, serta topografi yang begrunung dan berbukit
menyebabkanmenyulitkan petugas kesehatan dalam mengakses kampung-kampung
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta menyulitkan
masyarakat dalam mengakses sarana pelayanan kesehatan.
2. Situasi Derajat Kesehatan
Tahun 2015, Situasi derajat kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya tergolong
masih sangat rendah. Hal tersebut dapat kita lihat dari cakupan pencapaian
program dan kegiatan seperti Kesehatan Keluarga dan Pengendalian Penyakit
diantaranya Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 sebesar 37,6%, Cakupan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan sebesar 18,1%, Cakupan Kunjungan Nifas KF3 21,0%,
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Sebesar 6,5%, Cakupan Peserta KB Aktif
4,8%, Cakupan Kunjungan Bayi 22,1%, Cakupan Imunisasi Campak 35,9%, Cakupan
Penemuan Pneumonia Balita Sebesar 45,8%, cakupan balita dengan diare yang
ditangani sebesar 13,8% dan lain-lain. Rata-rata cakupan pelayanan kesehatan
keluarga dan pengendalian penyakit masih jauh dibawah target yang
ditentukan.
3. Situasi Sumberdaya
Tahun 2015, Situasi sumberdaya khususnya Sumberdaya Manusia
Kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya masih tergolong sangat rendah, hal
tersebut dapat kita lihat dari rasio dokter umum per puskesmas sebesar 0,9 per
puskesmas, sedangkan rasio dokter umum per 100.000 penduduk sebesar 5,6 per
100.000 penduduk. Selin itu jumlah tenaga paramedis juga masih sangat rendah, hal
tersebut dapat terlihat dari rasio tenaga bidan di puskesmas terhadap jumlah
puskesmas sebesar 3,4 bidan per puskesmas. Selain rasio bidan per puskesmas masih
36
rendah, rasio bidan per 100.000 penduduk juga masih rendah sebesar 21,1 per 100.000
penduduk, sedangkan rasio perawat sebesar 56,6 per 100.000.
Pada umumnya, rendahnya cakupan pelayanan kesehatan di Kabupaten Lanny
Jaya sangat dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu faktior sulitnya geografis, kurangnya
SDM kesehatan, terbatasnya sarana-prasarana kesehatan, terbatasnya pembiayaan
kesehatan di puskesmas, serta rendahnya kesadaran masyarakat atas pentingnya
pemeriksaan kesehatan. Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan mnunjukan bahwa
masih rendah pula status Kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya.
Profil kesehatan ini adalah data dan informasi kesehatan yang disajikan, guna
menjadi bahan evaluasi, serta untuk menunjang perencanaan kesehatan maupun
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kedepannya.