Post on 24-Oct-2015
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
A. TUJUAN
Setelah menyaelesaikan Unit 2 Modul 4 ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelasakan kembali konsep dasar tentngkesulitan belajar
2. Mengidentifiksi beberapa kasus kesulitan belajar dengan memberikan contoh-contohnya
3. Mengidentifiksi faktor-faktor yang merupakan latar belakang kesilitan belajar
4. Memberikan batas-batas kemungkinan dan dan mengidentifikasi alternatif pemecahan
kesulitan belajar.
B. POKOK PEMBAHASAN
Sesuai dengan tujuan–tujuan diatas,dalam Unit 2 ini akan dibahas pokok-pokok sebagai berikut.
1. Konsep dasar diagnostik kesulitan belajar.
2. Mengidentifikasi kasus kesulita belajar .
3. Mengidentifikasi faktor penyebab kesulita belajar.
4. Memperhatikan batas-batas kemungkinan dan mengidentifikasi alternatif pemecahan
kesulitan belajar.
C. KEGIATAN MAHASISWA
1. Dengan menyerahkan Lembar Kerja 4-2 anda dapat memperoleh perangkat Unit 2 ini
dari tutor.
2. Telaah perangkat Unit 2 dengan saksama, terutama pada bagian Intisari bacaannya.
3. Usahakan untuk menelaah buku sumber lain, salah satuyang diwajibkan atau yang
dianjurkan.
4. Berdasarkan hasil-hasil penelaahan tersebut, lengkapilah lembaran Kerja 4-2 seperti
biasa.
5. Serahkanlah lembaran kerja 4-2 yang telah dilengkapi itu kepada tutor.
6. Usahakanlah langkah 1-5 itu anda kerjakan dengan tidak melebihi batas satu minggu.
7. Sementra menunggu hasil penilaiyan lembaran kerja 4-2, anda sudah boleh meminta
perangkat Unit 3 sert memulainya.
D. INTSARI BACAAN
1. Konsep Dasar Diagnostikkesulitan Belajar
a. Pengertian Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama
mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteritik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat kita maklumi bahwa di dalam konsep diagnosis, secara
implikasi telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik
bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu , melaikan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
(predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
b. Pengertian Kesulitan Belajar
Burton (1952:622-624) mengidentifikasiseorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga
mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure)tentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajarnya didevinisikan oleh Burton sebagai berikut.
1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai
ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam
pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang tua atau guru (criterion referenced)
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengejakan atau mencapai
prestasi yang semestinya (berdasarkan taingkat kemampuannya: intelegensi, bakat).
3. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat menunjukan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyelesaian sosial sesuai dengan pola organismiknya pada fase
perkembangan tertentu.
4. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkuta tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan
yang diperlukan sebagai prasyaratbagi kelanjutan pada tingkat pelajan berikutnya.
Dari keempat difinisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami
kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu.
Dalam hasil belajar, sudah mencapai aspek-aspek substansial-material, fungsional-struktural,
dan behavioral atau yang mencakup segi-segi kognit, afektif dan sikomotorik. Sedangkan batas
waktu yang diaksud, dapat berarti satu priode pendidikan atau fase perkembangan.
c. Diasnostik Kesulitan Belajar
Sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar
belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan
berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternatif kemungkinan pemecahannya.
d. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Secara umum langkah-langkah pelaksanan diagnostik kesulitan belajar dengan
langkah-langkah bimbingan belajar. Namun secara khusus, langkah-langkah
diagnostik kesulitan belajar pada hakikatnya hanya merupaka salah satu bagian
atau jenis layanan bimbinga belajar.
Burton (1952:640-652)menggariskan agagk lain, yaitu berdasarkan kepada teknik dan
instrumen yang digunakan dalam pelaksaannya sebagai berikut.
1. General diagnosis
Dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologi dan hasil belajar.
2. Analystic diadnostic
Untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
3. Psychological diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain:
a. Observasi (observation)
b. Analisis karya tulis (analysis of written work)
c. Analisis dan respon lisan
d. Analisis berbagai cacatan objektif
e. Wawancara (interviews)
f. Pendekatan laboratories dan klinis
g. Studi kasus
Kegiatan diagnosis pada langkah ini pada dasarnya ditunjukan untuk memahami karakteristik
dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan.
Perbedaan pokok dengan prosedur dan teknik bimbingan belajat yang bersifat umum. Layana
bimbingan iyu berupa perubahan pada diri siswa (terbimbing). Setelah hasil akhir dari layanan
diagnostik kesulitan belajarsampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternatif tindakan
penyembuhan. Sedangkan teknik penyembuhan, khususnya yang bertalian dengan usaha remedial
teaching.
1. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar
a. Menandai Siswa Yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
Bahwa instrumen evaluasi atau soal yang kita pergunakan telah
dikembangkan dengan memenuhi syarat, canya dapat kita tempuh dngan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Tetapkan angka nilai kualifikasi minimal yng dapat diterima
(misalnya,5,5;6 atau 7dan sebagainya) sebagai batas lulus (passing grade)
atau jumlah minimal yang masih dapat dimaafkan dalam suatu penilaian.
2. Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi) dari setiap siswa dengan
angka batas lulus tersebut.
3. Himpunlah semua siswa yang angka nilai prestasinya dibawah nilai batas
lulus tersebut.
4. Kalau mau mengadakan prioritas layanan kepada mereka yang diduga
paling berat kesulitannya atau paling banyak membuat kesalahan,
membuat ranking dengan langkah-langkah sebagai berikut;
a. Selisihkan angka nilai prestasi setiap siswa(kasus)dengan angka nilai
passing grade (batas lulus).
b. Susunlah daftar kasus tersebut mulai dengan siswa yang angka
selisihnya paling besar.
Dengan cara diatas maka kita dapat menandai;
a. Kelas atau kelompok siswa tertentu sebagai kasus
b. Individu-individu siswa sebagai kasus
Dengan hasil penandaan maka dapat dikatakan bahwa kelas atau individu-individu tersebut
memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi apa yang diharapkan (seperti
yang digariskan dalam TIK).
Norm-references dimana prestasi nilai rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi
setiap nilai prestasi siswa secara individual. Langkah-langkahnya pada prinsipnya sama saja, tetapi
teknisnya berbeda sebagai berikut.
a. Cari atau nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan mengoprasikan formula yang telah kita
pelajari (jumlah nilai, atau nilai berbobot keseluruhan dibagi dengan jumlah anggota atau
populadi kelas.
b. Kemudian, tandai siswa-siswa yang angka nilai prestasinya berada dibawah rata-rata prestasi
kelas.
c. Daidakan layanan bimbingan
Dengan jalan demikian, maka kita akan mendapatkan sejumlah siswa kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar karena jauh berbeda dibandingkan rata-rata kelas. Gambaran tentang
kualifikasi kelas yang bersangkutan secara keseluruhan, kita dapat membandingkan nilai rata-rata
prestasi kelas yang satu dengan yang lainnya.
Kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar dibandingkan prestasi kelompknya.
Sedangkan tingkat penyimpangan penguasaan (mastery) dari pelajaran sukar diketahui karena
mungkin saja dalam situasi tertentu, nilai prestasi seluruh siswa sekelompok yang bersangkutan
berada dibawah angka batas lulus (minimum acceptable performance) menurut criterion referenced,
apalagi kalau kelas lain sebagai pembandingnya tidak ada. Oleh karena itu, kalau kita berorientasi
pada mutu pelajaran, mungkin akan lebih cocok menggunakan alternatifyang pertama.
Kasus kesulitan belajar dapat pula kita deteksidari catatan observasi atau laporan proseskegiata
belajar. Cepat lambatnya menyelesaikan pekerjaan, ketekunan dalam mengikuti pelajaran, partisipasi
dan kontribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok, kemampuan kerja
sama dan penyesuaian sosialnya dan sebagainya.
1. Penggunaan Catatan Waktu Belajar Efektif
Dengan lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi tertentu, dan oleh guru tertentu, telah
mulai diadakan pencatatan waktu yang efektif digunakan siswanya dalam memecahkan soal ayau
mengajarkan tugas tertentu.
2. Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) Dan Ketidakhadiran (Absensi)
Pada umumnya, setiap guru sangat memperhatikan kehadiran atau ketidakhadiran siswa-
siswanya. Frekuensi ketidakhadiran ini pun merupakan indikator berharga untuk menadai siswa-siswa
yang didugamengalami kesulitan belajar.
3. Penggunaan Catatan Atau Bagan Partisipasi (Participation Chart)
Dalam bidang studi tertentu dimana sngat diutamakan penguasaan ketrampilan komunikasi dan
interksi sosial dalam menyumbang pikira, menyanggah, menjawab dengan argumentasi tertentu.
4. Pengguanaan Catatan Dan Bagan Sosiometrik
Dalm bidang studi tertentu juga siswa kadang-kadang dituntut untuk kerja sama dalam
kelompoknya. Oleh karena itu, catatan atau gambaran tentang kondisi ini sangat penting, dimana
siswa yang satu memilih atau dipilih atau tidak dipilih dan atau tidak dipilih oleh siswa lainny.
b. Melokalisasikan Letak Kesulitan Belajar (Permasalahan)
Individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar maka persoalan selanjutnya yang perlu kita
telaah ialah;
1. Dalam mata pelajaran (bidag stadi) manakah kesulitan itu terjadi ?
2. Pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku)yang manakah kesulitan itu terjadi?
3. Pada bagain (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
4. Dalam segi-segi proses belajar mankah kesulitan itu terjadi?
1. Mendeteksi Kesulitan Belajar pada Bidang Studi tertentu yaitu dengan jalan membandingkan
nilai prestasi individu yang bersangkutan. Dan semua bidang studi yang diikutinya atau angka
nilai rata-rata prestasi (mean) kalau kebetelan kasusnya adalah kelas maa dengan mudah kita
akan mememukan pada bidang studi manakah individu atau kelas itu mengalami kesulitan.
2. Mendeteksi pada Kawasan Tujuan Belajar dan bagian Ruang Lingkup Bahan Pelajaran
Manakah Kesulitan terjadi bahwa pada langkah ini pendekatan paling tepat menggunaan tes
diagsnostik. Dengan demikian, dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus
dipersiapan, maka analisis masih tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan naskah
jawaban.
3. Analisis Terhadap Catatan Mengenai Proses Belajar
Hasil ampiris terhadapan catatan keterlambatan penyelesaian tugas/soal, ketidakhadiran
(absensi) kurang aktif dalam partisipasi, kurang penyesuaiaan sosial.
Sebagai catatan umum, kedua langkah diatas dalam pelaksnaannya dapat ditempuh dengan
beberapa strategi pendekatan antara lain;
a. Dalam konteks sistem intruksional yang konvensional, pelaksaan pengumpulan informasi
dalam rangka mengidentifikasi kasus dan permasalahan ini dapat ditempuh dengan dua cara;
1. Diintergrsikan dengan kegiatan instruksional
2. Dilaksanakan secara khusus
b. Dalam konteks sistem instruksional yang inovatif, sebenarnya pekerjaan diagnostik ini sudah
merupakan hal yang inherent dengan sistem dan program instruksional sendiri, misalnya:
a) Dalam sistem pengajaran berprograma (programed instruction), khsusnya
menggunakan mesin belajar-mengajar atau sistem pengajaran berbantuan
komputer, pada hakikatnya prses belajar-mengajar merupakan suatu rangkaian
diagnostik-remidial.
b) Begitu pula dalam sistem pengajaran modul dimana unit demi unit atau modul
demi modul hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya setelah mendapatkan
umpan balik dari pekerjaan pada setiap modul atau unit.
3. Mengidentifikasi Faktor Penyeabab Kesulitan Belajar
Pada dasarnya bila kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber kepada
komponen-komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar-mengajar
sendiri. Proses belajar-mengajar itu menurut Loree terdiri atas:
1) Stimulus atau learning variables
2) Organismic variables
3) Respones variables
A. Stimulus variables, mencakup:
1. Learning experience variables antara lain mengenai:
a. Method variables, yang antara lain menyangkut:
Kuat lemahnya motivasi untuk belajar
Intensif-tidaknya bimbingan guru
Ada tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik
Ada tidknya upaya dan kesempatan reinforcement
a. Taks variablesyang mencakup;
Menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan
Bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan dilakukan
Sesuai tidaknya (appropriatness) panjang atau luasnya serta tingkat kesukaran apa
yang harus dipelajari dan dikerjakan.
2. Environmental variables, menyangkut iklim belajar yang bergantung pada faktor-faktor:
Tersedia tidaknya tempat atau ruangan yang memadai
Cukup tidaknya waktu, serta tempat tedaknya penggunaan waktu tersebut untuk
waktu belajar
Tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai
Harmonis tidaknya hubungan manusiawi baik disekolah, dirumah, maupun
dilingkungan masyarakat.
B. Organismik variables yang mencakup:
1) Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inteligensi, usia dan taraf
kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan untuk belajar. Dengan
demikian, kelemahan sering disebabkan oleh:
a. Kurangnya kemampuan dan ketrampilan kognitif
b. Terbatasnya kemampuan, menghimpun dan integrasikan informasi
c. Kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/aspirasi
2) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta antara lain
inteligensi, persepsi, motifasi, dorongan, lapar, takut, cemas kesiapan konflik,
tekanan batin dan sebagainya dalam proses berprilaku termasuk prilaku belajar.
C. Response variables, berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan yaitu:
1) Tujuan0tujuan kognitif, seperti pengetahuan, kosep-konsep ketrampilan memecahkan
masalah
2) Tujuan-tujuan afektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat dan apresiasi
3) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak antara lain:
Ketrampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik.
Kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato,
memimpin diskusi.
Kebiasaan-kebiasaan berupa kebiasaan hidup sehat, keamanan, kebersihan,
keberanian disertai kesopanan ketekunan, kejujuran.
Kesemuanya menuntut pelayanan yang berbeda-beda. Pola-pola respon yang diharapkan
tersebut tidak akan terwujud kalau pengelolaan proses belajar-mengajarnya kurang serasi.
Burton, meskipun menyinggung banyak hal yang bersamaan seperti dikemukakan Loree ia
mengelompokannya secara sederhana dalam kedu kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat didalam
diri siswa dan diluar diri siswa.
A. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:
1) Kelemahan secara fisik
a. Suatu pusat susunansyaraf tidak berkembang secara sempurna luka atau cacat
atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional
b. Pacaindra mungkin berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga
menyulitkan proses interaksi secara efektif
c. Ketidak seimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-
kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku.
d. Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-angota
badan sering pula membawa ketidak stabilan mental dan emosional
e. Penyakin menahun menghambat usaha-usaha belajar secara optimal
2) Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasioleh individu yang
bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain:
a. Kelemahan mental
b. Tampaknya seperti kelemahan mental tetapi sebenarnya kurang minat,
kebimbangan, kurang usaha, aktifitas yang kurag terarah. Kurang semangat,
kurang menguasai ketrampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
3) Kelemahan-kelemahan emosiona, antara lain;
a. Terdapatnya rasa tidak aman
b. Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi dan tuntutan-tuntutan tugas
dan lingkungan
c. Tercekap rasa phobia mekanisme pertahanan diri
d. Ketidakmatangan
4) Kelemahan –kelemahan yang disebabkan oleh kebiasan dan sikap-sikap yang salah,
antara lain;
a. Tidak menuntut dan kurang menaruhminat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah
b. Bamnyak melakukan aktifitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan
sekolah, menolah atau malas belajar
c. Kurang berani dn gagal untuk berusaha memusatkan perhatian
d. Kurang koorperatif dan menghindari tanggung jawab
e. Malas, dan tak bernafsu belajar
f. Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran
g. Nervous
5) Tidak memiliki ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar yang tidak
diperlukan, seperti;
a. Ketidak mampuan membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar
untuk suatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuesial
b. Memiliki kebiasaa belajar dan cara bekerja yang salah.
B. Faktor-faktor yang terletak diluar diri siswa, antara lain;
1) Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku-buku yang tidak sesuai dengan
tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu
2) Ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran), penilaian, pengolahan
kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar
3) Terlalu berat beban belajar (siswa)dan atau mengajar (guru)
4) Terlalu basar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar
5) Terlalu sering pindah sekolah atau progran, tinggal kelas
6) Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan
7) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga
8) Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat
dalam kegiatan ekstrakulikuler
9) Kekurangan makan
Bruner and Bruner (1972) yang melakukan studi terhadap masalah putus sekolah (drop outs) di
Indonesia , segi antrophologis ternyata menemukan kelemahan-kelemahan kulturalyang fundamental,
antara lain;
1) Pandangan masyarakat (orang tua) yang salah terhadap pendidikan
2) Falsafah hidup yang cepat puas, tidak memiliki motif berprestasi
3) Tradisi hidup sosial dan ekonomi yang terbelakang
Contoh-contoh kasus pada butir kedua diatas, dapat diartikan sebagai berikut:
1) Kasus yang mengalami kelemaha berupa kelas kelompok siswa secara keseluruhan besar
kemungkinan kelemahan itu bukan bersumber pada kelemahan siswa secara individual.
Diantara sumber-sumber yang paling mungkin dari kelemahan itu antara lain;
a) Kondisi sekolah yang berkibat oleh;
1. Kualifikasi guru yang kurang memadai syrat
2. Sistem belajar-mengajar yang digunakan
3. Sistem penilaian yang dipakai
4. Bahan dan sumber yang langka
b) Manajemen kelas dan sekolah yang kurang sesuai
c) Letak sekolah yang terlalu terisolasi atau terganggu oleh kesibukan lain
2) Kasus berupa individu-individu siswa mengalami kelemahan dalam bidang studi secara
keseluruhan atau sebagaian besar dari prestasinya, mungkin bersumber pada kelemahan dasar
intelektual, emosional, kebiasan belajar perlakuan guru terhadapnya.
Untuk menghimpun berbagai informasi kelemahan belajar secara definitif dapat bermacam jalan
kitan gunakan antara lain;
1. Untuk membuktikan bahwa kelemahan itu bersumber pada kelemahan kemampuan dasr
belajar.
2. Prestasi siswa dari kelompok bidang studi tertentu atau dengan bidang studi atau
kelompok bidang studi lainnya.
(2) Kelemahan yang bukan bersifat potensial, dapat dipergunakan berbagai teknik pendekatan,
antara lain;
a. Inventory untuk mendeteksi kebiasaan-kebiasaan belajar yang salah
b. Skala sikap untuk mendeteksi sikap-sikap balajar yang salah
c. Obsevasi yang terarah untuk mendeteksi pola-pola performance
d. Analisis respon siswa dalam interaksi belajar-mengajar
e. Analisis hasil pekerjaan tertulis
(3) untuk mendapatkan data dan informasi lainnya yang bertalian dengan segi-segi kesehatan fisik
dan psikisnya, latar belakang keluaga, penyesuaian sosial. Sehingga kesipulan yang dapat kita tarik
baik bagi siswa maupun bagi orang tuanya atau pihak lainnya.
4. Mengambil Kesimpulan Dan Membuat Rekomendasi Pemecahannya
a. Kasus Kolompok
1) Kesmpulan (tentatif)
a) Kasus dan permasalahannya
b) Sumber dan faktor kesulitan
Beberapa alternatif kesimpulan sebagai berikut;
1. Kurikulum sebagai faktor penyebab kesulitan belajar
2. Sistem pengajaran sebagai penyebab kesulitan-kesulitan belajar
3. Sistem evaluasi sebagai penyebab kesulitan belajar
4. Keterbatasan guru sebagai penyebab kesulitan belajar
5. Faktor organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab kesulitan belajar
2) Perkiran (estimasi) dan saran kemungkinan cara pemecahannya
a) Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu diatasi
b) Memperhatikan alternatif kesimpulan bahwa kesulitan belajar itu dialami oleh siswa
c) Beberapa kmungkinan akan dapat diatasi
b. Kasus Individual
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dan kesimpulannya
b) Sumber dan faktor-faktor penyeba
c. Rekomendasi bagi pelaksaan pemecahannya
Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif pemecahan tersebut,
rekomodasi alternatif tindakan yang akan ditempuh utuk melaksakan pemecahannya.
Rekomondasi tersebut mungkin dirumuskan bagi dirinya sendiri , bahwa
rekomondasi itu mungki pula kepada guru bidang studi yag bersangkutan. Dari analisis
menghasilakan kesimpulan bahwa alternatif pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching.
Baik dalam rekomondasi atau referral, secara lengkap singkat hal-hal sebagai berikut;
1) Deskripsi singkat identitas khusus.
2) Deskripsi singkat disertai data/informasi yang selenkap dan seakurat mungkin
tetang jenis dan permasalahannya.
3) Deskripsi singkat hasi diagnosis atas sumber dan faktor yang menyebabkan
kesulitan tersebut.
4) Hasil kesimpulan, perkiraan, dan alternatif tendakan yang berdasarakn untuk
mengatasinya.
5) Hal-hal lain yang dianggap sangat penting dan sangat bermanfaat bagi
pemecahannya.
E. SUMBER BACAAN
Blair, G.M. (1945) Diagnostik and Remedial Teaching, N.Y,: The MeMillan
Cter 1-4
Bradfield, .M., and Merdock, H.S. (1975) Measurement and Evaluation in Education, N.Y.:
The McMillan.
Bruton, W.H. (1975) The Guidance of the Learning Activities, N. Y.: Applenton-Century-
Chapter 20
Eson, M.E. (1972) Psychological Fonndation of Education N.Y.: Holt, Chapter 14
Lindgren, H.C. (1967) Education Psychology in the Classroom, N.Y,: Wiley and Sons,
Chapter
15-16
Makmun, Abin Syamsudin (1975) Prinsip-Prinsip Diagnostik Kesulitan Belajar, Bandung:
BP-
FIP-IKIP Bandung.
Robinson, F.P. (1964) Effective Studi, N.Y.: Hapre and Brother, Parts Two and Tree
Ross, C.C. and Stanley,J.C. (1956) Measurement in Today’s Schools, N.Y.: Prentice Hall,
Chapter 12
Thorndike, R.L. and Hagen , E.B. (1959) Measurement and Evaluation in Psychology and
Education, N.Y.: Wiley and Sons, Chapter 20