Post on 09-Jul-2016
DIABETES MELITUS
A. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer &
Bare, 2002).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara
adikuat.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, merupakan zat
utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan dlam cadangan energi. Peningkatan kadar gula
darah setelah makan /minum merangsang pancreas untuk menghasilkan insulin
sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Saat aktivitas fisik,
kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk
energi.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi :
Meningkat setelah makan dan kembali normal setelah 2 jam
Kadar darah yang normal pada pagi hari (malam sebelumnya
berpuasa) adalah 70-110 mg/dl darah
Kadar gula darah bisanya > 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat
lainnya.
Klien yang didiagnosa DM mempunyai kadar glukosa darah sewaktu
> 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl
(masharani,u 2004)
B. Etiologi
Berdasarkan klasifikasi diabetes mellitus :
penderita DM tipe I/ IDDM ( Insulin Dependen Diabetes
Melitus/Diabetes
tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali
tidak menghasilkan insulin.
- sebagian besar DM tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun
- Faktor lingkungan (virus atau vaktor gizi pada masa kanak-kanak
atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan
sel penghasil insulin di pancreas. Hal ini dipengaruhi oleh factor
genetic.
- 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan
permanent. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita
harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
DM tipe II / NIDDM (tidak tergantung pada insulin), pancreas tetap
menghasilkan insulin; kadang kadarnya lebih tinggi dari normal
tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga
terjadi kekurangan insulin secara teratur.
- DM tipe ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi
bisaanya terjadi setelah usia 30 tahun.
- Faktor resiko adalah obesitas 80-90%, riwayat keluarga, factor
lingkungan.
Penyebab diabetes lainnya adalah :
- kadar kartikosteroid yang tinggi
- kehamilan (diabetes gestasional)
- obat-obatan
- racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin
C. Manifestasi Klinis
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar
GD yang tinggi. Jika kadar GD sampai diatas 160-180 mg/dl, maka
glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika GD lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri)
Akibat poliuri -> haus yang berlebihan -> banyak minum
(polidipsi)
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih -> BB .
Untuk mengkompensasikan hal ini, penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi)
Gejala lainnya adalah
- pandangan kabur
- pusing
- mual
- berkurangnya ketahanan selama melakukan aktivitas
- DM yang tidak terkontrol lebih peka terhadap infeksi
D. Patofisiologi
o Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoiman.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar: akibatnya, glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dan sebagian sel tidak dapat menggunakan gula tanpa
insulin -> maka sel-sel mengambil energi dari sumber lain -> sel lemak dipecah ->
keton (senyawa kimia beracun) darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal
ketoasidosis : rasa haus berlebihan, sering berkemih, mual, muntah, lelah, nyeri
perut, pernafasan dalam dan cepat -> karena tubuh berusaha untuk memperbaiki
keasaman darah. Ketoasidosis tanpa pengobatan -> koma.
Jika lupa melakukan penyuntikan insulin 1 kali saja -> ketoasidosis, stress akibat
infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.
o Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin. yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentunya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
E. Komplikasi
1. Peningkatan kadar GD merusak :
o Pembuluh darah
o Syaraf
o Struktur internal lainnya
2. Aliran darah berkurang terutama ke kulit dan syaraf
o Karena terbentuk zat komplek yang terdiri dari gula di dalam dinding
pembuluh darah sehingga pembuluh darah menebal -> aliran darah
berkurang -> mengalami kebocoran.
3. Aterosklerosis (penimbunan plak)
4. Memperlambat penyembuhan luka dan dapat melukai jantung, otak, tungkai,
mata, ginjal, syaraf, kulit (sirkulasi jelek)
5. serangan jantung dan stroke
6. kerusakan pembuluh darah mata (retinopatidiabetikum)
7. gagal ginjal
8. mononeuropati (sebuah lengan atau tungkai secara tiba-tibalemah)
9. Polineuropati (tangan, tungkai, kaki dirasakan kesemutan atau nyeri seperti
terbakar dan kelemahan)
10. kerusakan syaraf (sering cedera karena tidak dapat merasakan perubahan
tekanan maupun suhu)
11. berkurangnya aliran darah ke kulit bisa menyebabkan ulkus (borok) dan
semua penyembuhan luka berjalan lambat.
F. Penatalaksanaan
a. Diet
Terlebih dahulu ditentukan jumlah kebutuhan kalori pasien dalam satu hari.
b. aktivitas fisik
c. pendidikan
d. obat anti diabetic
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar gula darah
Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada dewasa yang tidak
hamil :
Sedikitnya 2 kali pemeriksaan
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol /L)
3. Glukosa plasma sample yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam PP) > 700 mg/dl
b. Test Toleransi glukosa
Test toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi karbihodrat
(150-300 gr) selama 3 hari sebelum test dilakukan. Sesudah berpuasa pada
malam hari keesokan harinya sample darah diambil.
ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus
otot
menurun, gangguan tidur atau istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan
aktivitas. Letargi/disorientasi, koma penurunan.
Kekuatan otot.
Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi. IM akut. Kaludasi, kebas dan
kesemutan pada ektremitas. Ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
Tanda : Perubahan pada tekanan darah postural; hipertensi.
Nadi yang menurun/tak ada. Disritmia, klekels, DVJ
(GJK) kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata
cekung.
Integritas Ego
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain masalah penansial
yang berhubungan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyari
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) ISK
baru/berulang, nyeri takan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, potiuri (dapat berkembang
menjadi oliguliaanuria jika terjadi hipovolemia berat.
Urine berkabut bau busuk (infeksi). Abdomen keras,
adanya asites. Bising usus lemah dan menurun;
hiperaktif (diare)
Makanan/ cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah. Tidak mengikuti diet
: peningkatan masukan glukosakarbohidrat penurunan
berat badan lebih dan periode beberapa hari/minggu.
Haus penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi
abdomen, muntah. Pembedsaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah.
Bau halitosis / manis, bau buah (napas aseton).
Neutrosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor koma.
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas
kejang.
Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi : tampak sangat
berhati-hati.
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : Lapar udara. Batuk dengan /tanpa sputum purulen
(infeksi). Frekuensi pernafasan
Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda : Demam, diaaforesis. Kulit rusak, lesi/ulserasi.
Menurunnya kekuatanumum/ rentang gerak. Parestesia.
Paralysis otot-otot pernafasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic (dari
hipoglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah, masukan
dibatasi, mual, kacau mental.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
teratasi dengan
Kriteria hasil : Mendemostrasikan hidrasi adekuat oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, keluaran urine
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
INTERVENSI
1. Dapatkan riwayat pasien terdekat sehubungan dengan lamanya intensitas
dari gejala muntah, pengeluran urine yang sangat berlebihan.
Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume
total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu
sebelumnya.
2. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Rasional : Hivopolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
3. Pola pernafasan seperti adanya pernafasan kusmaul atau yang berbau
keton.
Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis.
4. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu napas dan
adanya priode apnea dan munculnya sianosis.
Rasional : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan
pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal.
5. Suhu, warna kulit atau kelembabannya.
Rasional : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan
hal umum terjadi pada proses insfeksi, demam dengan kulit yang
kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dan dehidrasi.
Kolaborasi
6. Pasang/pertahankan kateter urine tetap terpasang
Rasional : memberikan pengukuran yang tepat / adeuat terhadap
pengukuran haluan urine terutama jika neoropati otonom menimbulkan
gangguan kantung kemih.
7. Pasang selang NG dan lakukan pengisapan sesuai indikasi
Rasional : Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan
muntah
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah dapat
teratasi dengan
Kriteria hasil :
- mencerna jumlah kalori nutrient yang tepat
- menunjukkan tingkat energi bisaanya
- mendemonstrasikan berat badan stabil atau penembahan kearah
rentang biasanya yang diinginkan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorpsi
dan utilasinya)
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan
terapeutik.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan dan cairan
elektrolit
dapat menurunkan motilitas fungsi lambung yang akan mempengaruhi
pilihan
intervensi.
4. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/cultural
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam
perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.
5. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan ini sesuai dengan
indikasi
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi
pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
6. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan melakukan finger stik.
Rasional: Analisa ditempat tidur terhadap gula darah yang lebih akurat
(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) daripada memantau
gula dalam urine (reduksi urine) yang tidak cukup akurat untuk
mendeteksi fruktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh
ambang ginjal pasien secara individual atau adanya retensi urine (gagal
ginjal).
7. Berikan larutan glukosa, misalnya dektrosa dan setengah salin normal
Rasional : Larutan glukosa ditambahan setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira 250 mh/dl. Dengan metabolisme
karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk
menghindari terjadinya hipoglekimia.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi infeksi pernapasan yang ada
sebelmnya atau ISK
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
masalahteratasi dengan
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah menurunkan
resiko infeksi
- Mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus atau luka, sputum, purulen urine warna keruh
atau berkabut.
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang bisaanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melkukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : menceah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
3. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh masase
tulang yang tertekan.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien
pada
peningkatan risikop terjadinya kerusakan pada kulit iritasi kulit dan
infeksi.
4. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronki mengidentifikasikan adanya akumulasisekret yang
mungkin berhubungan dengan pneumonia bronchitis.
Kolaborasi
5. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi
Rasional : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat
memilih
memberikan terapi antibiotic yang terbaik.
6. Berikan obat antibiotic yang sesuai
Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis.
d. Resiko tinggi perubahan sensori berhubungan dengan perubahan kimia
endogen, ketidakseimbangan glukosa insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi
dengan
Kriteria hasil :
- mempertahankan tingkat mental biasanya
- mengenali dan mengkompensasikan adanya kerusakan sensori.
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : sebagian dasar untuk membandingkan temuan abnormal
seperti suhu
yang meningkat dapat mempengaruhi mental
2. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu waktu istirahat
pasien
Rasional : meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat
memperbaiki
daya pikir.
3. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
Rasional : Edema lepasnya retina, hemoragis, katarak, atau paralysis
otot
ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan
terapi
korektif dan / perawatan menyokong.
Kolaborasi:
4. Berikan pengobatan sesuai obat yang ditentukan untuk mengatasi DKA
sesuai indikasi
Rasional : gangguan dalam proses pikir, potensial terhadap aktivitas
kejang
bisaanya hilang bila keadaan hioperosmolaritas teratasi.
5. Pantau nilai laboratorium, sperti glukosa darah, osmolaritas darah,
Hb/Ht, ureum kreatinin.
Rasional : Ketidak seimbangan nilai laboratorium ini dapat
menurunkan
fungsi mental.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin. Peningkatan kebutuhan energi;
status hipermetabolik/infeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi
dengan
Kriteria hasil :
- mengungkapkan peningkatan tingkat energi
- menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup tanpa
diganggu
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum atau
sesudah melakukan aktivitas
Rasional : Mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi
secara fisiologis.
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
Rasional : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan
penurunan kebutuhan akan anergi pada setiap kegiatan.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif
sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
Daftar Pustaka:
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:2. Jakarta: EGC