Diabetes Melitus

23
DIABETES MELITUS A. Definisi Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara adikuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan dlam cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah setelah makan /minum merangsang pancreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Saat aktivitas fisik, kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi : Meningkat setelah makan dan kembali normal setelah 2 jam

Transcript of Diabetes Melitus

Page 1: Diabetes Melitus

DIABETES MELITUS

A. Definisi

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer &

Bare, 2002).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa dalam darah

tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara

adikuat.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, merupakan zat

utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang

tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa

menghasilkan energi atau disimpan dlam cadangan energi. Peningkatan kadar gula

darah setelah makan /minum merangsang pancreas untuk menghasilkan insulin

sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Saat aktivitas fisik,

kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk

energi.

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi :

Meningkat setelah makan dan kembali normal setelah 2 jam

Kadar darah yang normal pada pagi hari (malam sebelumnya

berpuasa) adalah 70-110 mg/dl darah

Kadar gula darah bisanya > 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan

atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat

lainnya.

Klien yang didiagnosa DM mempunyai kadar glukosa darah sewaktu

> 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl

(masharani,u 2004)

B. Etiologi

Berdasarkan klasifikasi diabetes mellitus :

Page 2: Diabetes Melitus

penderita DM tipe I/ IDDM ( Insulin Dependen Diabetes

Melitus/Diabetes

tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali

tidak menghasilkan insulin.

- sebagian besar DM tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun

- Faktor lingkungan (virus atau vaktor gizi pada masa kanak-kanak

atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan

sel penghasil insulin di pancreas. Hal ini dipengaruhi oleh factor

genetic.

- 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan

permanent. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita

harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.

DM tipe II / NIDDM (tidak tergantung pada insulin), pancreas tetap

menghasilkan insulin; kadang kadarnya lebih tinggi dari normal

tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga

terjadi kekurangan insulin secara teratur.

- DM tipe ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi

bisaanya terjadi setelah usia 30 tahun.

- Faktor resiko adalah obesitas 80-90%, riwayat keluarga, factor

lingkungan.

Penyebab diabetes lainnya adalah :

- kadar kartikosteroid yang tinggi

- kehamilan (diabetes gestasional)

- obat-obatan

- racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

C. Manifestasi Klinis

Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar

GD yang tinggi. Jika kadar GD sampai diatas 160-180 mg/dl, maka

glukosa akan sampai ke air kemih.

Jika GD lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air

tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.

Page 3: Diabetes Melitus

Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,

maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri)

Akibat poliuri -> haus yang berlebihan -> banyak minum

(polidipsi)

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih -> BB .

Untuk mengkompensasikan hal ini, penderita seringkali merasakan

lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi)

Gejala lainnya adalah

- pandangan kabur

- pusing

- mual

- berkurangnya ketahanan selama melakukan aktivitas

- DM yang tidak terkontrol lebih peka terhadap infeksi

D. Patofisiologi

o Diabetes Tipe I

Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoiman.

Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.

Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar: akibatnya, glukosa

tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera

makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup

Page 4: Diabetes Melitus

kelelahan dan kelemahan. Dan sebagian sel tidak dapat menggunakan gula tanpa

insulin -> maka sel-sel mengambil energi dari sumber lain -> sel lemak dipecah ->

keton (senyawa kimia beracun) darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal

ketoasidosis : rasa haus berlebihan, sering berkemih, mual, muntah, lelah, nyeri

perut, pernafasan dalam dan cepat -> karena tubuh berusaha untuk memperbaiki

keasaman darah. Ketoasidosis tanpa pengobatan -> koma.

Jika lupa melakukan penyuntikan insulin 1 kali saja -> ketoasidosis, stress akibat

infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.

o Diabetes Tipe II

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin. yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentunya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin

yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal

atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

E. Komplikasi

1. Peningkatan kadar GD merusak :

o Pembuluh darah

o Syaraf

o Struktur internal lainnya

2. Aliran darah berkurang terutama ke kulit dan syaraf

Page 5: Diabetes Melitus

o Karena terbentuk zat komplek yang terdiri dari gula di dalam dinding

pembuluh darah sehingga pembuluh darah menebal -> aliran darah

berkurang -> mengalami kebocoran.

3. Aterosklerosis (penimbunan plak)

4. Memperlambat penyembuhan luka dan dapat melukai jantung, otak, tungkai,

mata, ginjal, syaraf, kulit (sirkulasi jelek)

5. serangan jantung dan stroke

6. kerusakan pembuluh darah mata (retinopatidiabetikum)

7. gagal ginjal

8. mononeuropati (sebuah lengan atau tungkai secara tiba-tibalemah)

9. Polineuropati (tangan, tungkai, kaki dirasakan kesemutan atau nyeri seperti

terbakar dan kelemahan)

10. kerusakan syaraf (sering cedera karena tidak dapat merasakan perubahan

tekanan maupun suhu)

11. berkurangnya aliran darah ke kulit bisa menyebabkan ulkus (borok) dan

semua penyembuhan luka berjalan lambat.

F. Penatalaksanaan

a. Diet

Terlebih dahulu ditentukan jumlah kebutuhan kalori pasien dalam satu hari.

b. aktivitas fisik

c. pendidikan

d. obat anti diabetic

G. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kadar gula darah

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada dewasa yang tidak

hamil :

Sedikitnya 2 kali pemeriksaan

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol /L)

3. Glukosa plasma sample yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam PP) > 700 mg/dl

Page 6: Diabetes Melitus

b. Test Toleransi glukosa

Test toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi karbihodrat

(150-300 gr) selama 3 hari sebelum test dilakukan. Sesudah berpuasa pada

malam hari keesokan harinya sample darah diambil.

ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

Aktivitas / istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus

otot

menurun, gangguan tidur atau istirahat.

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau

dengan

aktivitas. Letargi/disorientasi, koma penurunan.

Kekuatan otot.

Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi. IM akut. Kaludasi, kebas dan

kesemutan pada ektremitas. Ulkus pada kaki,

penyembuhan yang lama.

Tanda : Perubahan pada tekanan darah postural; hipertensi.

Nadi yang menurun/tak ada. Disritmia, klekels, DVJ

(GJK) kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata

cekung.

Integritas Ego

Gejala : Stres; tergantung pada orang lain masalah penansial

yang berhubungan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyari

terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) ISK

baru/berulang, nyeri takan abdomen, diare.

Page 7: Diabetes Melitus

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, potiuri (dapat berkembang

menjadi oliguliaanuria jika terjadi hipovolemia berat.

Urine berkabut bau busuk (infeksi). Abdomen keras,

adanya asites. Bising usus lemah dan menurun;

hiperaktif (diare)

Makanan/ cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah. Tidak mengikuti diet

: peningkatan masukan glukosakarbohidrat penurunan

berat badan lebih dan periode beberapa hari/minggu.

Haus penggunaan diuretic (tiazid)

Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi

abdomen, muntah. Pembedsaran tiroid (peningkatan

kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah.

Bau halitosis / manis, bau buah (napas aseton).

Neutrosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,

kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor koma.

Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.

Reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas

kejang.

Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat).

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi : tampak sangat

berhati-hati.

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)

Tanda : Lapar udara. Batuk dengan /tanpa sputum purulen

(infeksi). Frekuensi pernafasan

Keamanan

Page 8: Diabetes Melitus

Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit

Tanda : Demam, diaaforesis. Kulit rusak, lesi/ulserasi.

Menurunnya kekuatanumum/ rentang gerak. Parestesia.

Paralysis otot-otot pernafasan (jika kadar kalium

menurun dengan cukup tajam).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic (dari

hipoglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah, masukan

dibatasi, mual, kacau mental.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

teratasi dengan

Kriteria hasil : Mendemostrasikan hidrasi adekuat oleh tanda vital stabil, nadi

perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, keluaran urine

tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

INTERVENSI

1. Dapatkan riwayat pasien terdekat sehubungan dengan lamanya intensitas

dari gejala muntah, pengeluran urine yang sangat berlebihan.

Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume

total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu

sebelumnya.

2. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

Rasional : Hivopolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardia.

Page 9: Diabetes Melitus

3. Pola pernafasan seperti adanya pernafasan kusmaul atau yang berbau

keton.

Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui

pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap

keadaan ketoasidosis.

4. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu napas dan

adanya priode apnea dan munculnya sianosis.

Rasional : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan

pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal.

5. Suhu, warna kulit atau kelembabannya.

Rasional : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan

hal umum terjadi pada proses insfeksi, demam dengan kulit yang

kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dan dehidrasi.

Kolaborasi

6. Pasang/pertahankan kateter urine tetap terpasang

Rasional : memberikan pengukuran yang tepat / adeuat terhadap

pengukuran haluan urine terutama jika neoropati otonom menimbulkan

gangguan kantung kemih.

7. Pasang selang NG dan lakukan pengisapan sesuai indikasi

Rasional : Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan

muntah

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

cukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan

mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)

Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah dapat

teratasi dengan

Kriteria hasil :

- mencerna jumlah kalori nutrient yang tepat

- menunjukkan tingkat energi bisaanya

Page 10: Diabetes Melitus

- mendemonstrasikan berat badan stabil atau penembahan kearah

rentang biasanya yang diinginkan dengan nilai laboratorium

normal.

Intervensi

1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi

Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

absorpsi

dan utilasinya)

2. Tentukan program diet dan pola makan pasien bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan

terapeutik.

3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,

mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan

keadaan puasa sesuai indikasi.

Rasional : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan dan cairan

elektrolit

dapat menurunkan motilitas fungsi lambung yang akan mempengaruhi

pilihan

intervensi.

4. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/cultural

Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan

dalam

perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.

5. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan ini sesuai dengan

indikasi

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi

pada

keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

Page 11: Diabetes Melitus

Kolaborasi

6. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan melakukan finger stik.

Rasional: Analisa ditempat tidur terhadap gula darah yang lebih akurat

(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) daripada memantau

gula dalam urine (reduksi urine) yang tidak cukup akurat untuk

mendeteksi fruktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh

ambang ginjal pasien secara individual atau adanya retensi urine (gagal

ginjal).

7. Berikan larutan glukosa, misalnya dektrosa dan setengah salin normal

Rasional : Larutan glukosa ditambahan setelah insulin dan cairan

membawa gula darah kira-kira 250 mh/dl. Dengan metabolisme

karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk

menghindari terjadinya hipoglekimia.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan

fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi infeksi pernapasan yang ada

sebelmnya atau ISK

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalahteratasi dengan

Kriteria hasil :

- Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah menurunkan

resiko infeksi

- Mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.

Intervensi

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,

kemerahan, adanya pus atau luka, sputum, purulen urine warna keruh

atau berkabut.

Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang bisaanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi

nosokomial.

Page 12: Diabetes Melitus

2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melkukan cuci tangan yang baik

pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya

sendiri.

Rasional : menceah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)

3. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh masase

tulang yang tertekan.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien

pada

peningkatan risikop terjadinya kerusakan pada kulit iritasi kulit dan

infeksi.

4. Auskultasi bunyi napas

Rasional : Ronki mengidentifikasikan adanya akumulasisekret yang

mungkin berhubungan dengan pneumonia bronchitis.

Kolaborasi

5. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi

Rasional : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat

memilih

memberikan terapi antibiotic yang terbaik.

6. Berikan obat antibiotic yang sesuai

Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya

sepsis.

d. Resiko tinggi perubahan sensori berhubungan dengan perubahan kimia

endogen, ketidakseimbangan glukosa insulin dan atau elektrolit.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi

dengan

Kriteria hasil :

- mempertahankan tingkat mental biasanya

- mengenali dan mengkompensasikan adanya kerusakan sensori.

Page 13: Diabetes Melitus

Intervensi

1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental

Rasional : sebagian dasar untuk membandingkan temuan abnormal

seperti suhu

yang meningkat dapat mempengaruhi mental

2. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu waktu istirahat

pasien

Rasional : meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat

memperbaiki

daya pikir.

3. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi

Rasional : Edema lepasnya retina, hemoragis, katarak, atau paralysis

otot

ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan

terapi

korektif dan / perawatan menyokong.

Kolaborasi:

4. Berikan pengobatan sesuai obat yang ditentukan untuk mengatasi DKA

sesuai indikasi

Rasional : gangguan dalam proses pikir, potensial terhadap aktivitas

kejang

bisaanya hilang bila keadaan hioperosmolaritas teratasi.

5. Pantau nilai laboratorium, sperti glukosa darah, osmolaritas darah,

Hb/Ht, ureum kreatinin.

Rasional : Ketidak seimbangan nilai laboratorium ini dapat

menurunkan

fungsi mental.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,

perubahan kimia darah, insufisiensi insulin. Peningkatan kebutuhan energi;

status hipermetabolik/infeksi

Page 14: Diabetes Melitus

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi

dengan

Kriteria hasil :

- mengungkapkan peningkatan tingkat energi

- menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan.

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas

Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan

tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup tanpa

diganggu

Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.

3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum atau

sesudah melakukan aktivitas

Rasional : Mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi

secara fisiologis.

4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan

sebagainya

Rasional : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan

dengan

penurunan kebutuhan akan anergi pada setiap kegiatan.

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

Rasional : meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif

sesuai

tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

Daftar Pustaka:

Page 15: Diabetes Melitus

Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:2. Jakarta: EGC

Page 16: Diabetes Melitus