Post on 12-Nov-2021
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 2337-3148
-_Jurnal Teknika Atw - 1
DESAIN LEMARI BERBAHAN DASAR LIMBAH SERBUK KAYU,
PLASTIK DAN KULIT SALAK MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
Muhamad Soleh1, 1Magister Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia
Email: -
ABSTRAK
Pencemaran lingkungan merupakan permasalahan bersama yang harus segera diatasi karena menyangkut
keselamatan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Pengolahan limbah serbuk kayu, plastik dan limbah
kulit salak menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dapat mengatasi pengurangan dampak pencemaran
lingkungan. Metode QFD digunakan untuk mendesain lemari yang memanfaatkan komposit serbuk kayu, plastik
dan limbah kulit salak. Komposit serbuk kayu dan plastik digunakan untuk bahan baku lemari, sedangkan kulit
salak digunakan untuk hiasan pada lemari. Hasil penelitian ini adalah desain lemari dengan tampilan unik yang
memanfaatkan kulit salak sebagai hiasan pada pintu lemari dengan berbagai pola seperti bunga, tokoh kartun,
dan lain – lain. Parameter dalam pembuatan lemari dengan bahan dasar komposit serbuk kayu, plastik dan
limbah salak adalah bentuk kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; dua pintu dengan rincian satu
pintu terdapat kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar komposit serbuk kayu
sengon dan plastik dengan kadar MAH 0%
Kata kunci: Limbah, Komposit, Plastik, Serbuk Kayu, Desain Lemari, QFD.
ABSTRACT
Environmental pollution is a shared problem that must be addressed immediately because it involves safety,
health, and human survival. Processing of wood powder waste, plastic and zalacca waste into high economic
value products can overcome the reduction in the impact of environmental pollution. The QFD method is used to
design cabinets that utilize wood powder composites, plastic and salak skin waste. Wood and plastic powder
composites are used as raw material for cabinets, while salacca skin is used for decoration in cabinets. The
results of this study are the design of a unique display cabinet that uses salak skin as a decoration on the
cupboard door with various patterns such as flowers, cartoon characters, and others. Parameters in making
cabinets with composite materials of wood powder, plastic and salak waste are box shapes with artistic
ornaments using salak skin; two doors with details of one door with glass and another door with artistic
ornaments from salak skin; composite materials of sengon wood and plastic powder with 0% MAH content.
Keywords: Waste, Composite, Plastics, Wood Powder, Wardrobe Design, QFD.
1. PENDAHULUAN
Yogyakarta merupakan salah kota wisata dan kota pelajar terfavorit di Indonesia. Wisatawan baik
dari luar kota hingga mancanegara banyak berkunjung untuk berlibur maupun menuntut ilmu. Oleh
sebab itu, jumlah penduduk yang tinggal di Yogyakarta semakin meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah penduduk Yogyakarta berdampak pada semakin meningkatnya jumlah sampah
yang dihasilkan. Selain itu, berjamurnya rumah makan dan industri kecil berdampak pula terhadap
peningkatan produksi limbah di Yogyakarta. Limbah sampah umumnya dapat dikatagorikan sebagai
sampah organik dan anorganik. Sampah organik umumnya berasal dari sisa-sisa makanan ataupun
limbah dari perkebunan. Yogyakarta merupakan salah satu penghasil perkebunan salak pondoh
terbesar di Indonesia. Biji salak dan kulitnya merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari industri
pengolahan salak setiap musim panen tiba. Produksi limbah yang tidak seimbang dengan
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 2337-3148
-_Jurnal Teknika Atw - 2
pengolahannya membuat sampah organik semakin menumpuk sehingga mencemari lingkungan. Selain
sampah oganik, sampah anorganik juga memberikan dampak pencemaran lingkungan yang lebih
berbahaya. Sampah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat terurai secara alami antara lain
plastik dan kaleng bekas.
Kerusakan lingkungan merupakan permasalahan bersama yang harus diatasi karena menyangkut
keselamatan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
masyarakat setempat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah
yang tidak dapat diurai seperti sampah plastik. Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan
kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat hingga saat ini. Hampir seluruh jenis limbah
plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono
(1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu Polyethylene (PE), High
Density Polyethylene (HDPE), Polipropilena (PP), dan Asoi.
Selain pencemaran lingkungan akibat limbah sampah, kerusakan lingkungan juga terjadi akibat
penebangan hutan secara besar – besaran untuk memenuhi kebutuhan kayu. Untuk mengurangi
dampak kerusakan tersebut, maka perlu dipikirkan bahan alternatif selain kayu. Salah satunya dengan
memanfaatkan sampah plastik dan serbuk kayu untuk pembuatan papan partikel dari komposit serbuk
kayu dan sampah plastik. Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang
terbuat dari lembaran atau potongan–potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996).
Komposit serbuk kayu plastik adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk
kayu sebagai pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya. Penambahan filler ke dalam
matriks bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit
volume. Dari segi kayu, dengan adanya matrik polimer didalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya
juga akan meningkat (Febrianto, 1999).
Pembuatan komposit dengan menggunakan matrik dari plastik yang telah didaur ulang dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu. Dengan demikian, pembebanan lingkungan terhadap
limbah plastik dapat dikurangi. Keunggulan produk komposit ini antara lain biaya produksi lebih
murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih
bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan
baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta bersifat dapat didaur ulang
(recycleable). Beberapa contoh penggunaan produk ini antara lain sebagai komponen interior
kendaraan (mobil, kereta api, pesawat terbang), perabot rumah tangga, maupun komponen bangunan
(jendela, pintu, dinding, lantai dan jembatan) (Febrianto, 1999: Youngquist, 1995).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba merancang sebuah produk lemari yang berbahan dasar
komposit serbuk kayu plastik. Limbah kulit salak akan digunakan untuk menambah nilai artistik pada
lemari. Penggunaan kulit salak untuk berbagai kerajinan tangan telah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Widyabakti (2007) telah melakukan pengembangan desain souvenir dan aksesoris
dengan menggunakan limbah kulit salak. Zulfi dan Retno (2010) telah memanfatkan kulit salak untuk
produk kerajinan keramik. Sedangkan penggunaan limbah kulit salak untuk ornamen hiasan pada
lemari belum pernah dilakukan. Diharapkan, dengan perancangan desain ini akan mengurangi dampak
pencemaran lingkungan akibat limbah dan meningkatkan nilai limbah menjadi sesuatu yang memiliki
nilai ekonomi tinggi.
2. BAHAN DAN METODE
2.1. Objek Penelitian
Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah produk lemari pakaian yang digunakan di
kamar.
2.2. Data yang Dibutuhkan
Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara wawancara dan menyebar kuisioner yang terdiri dari data kebutuhan pelanggan
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 2337-3148
-_Jurnal Teknika Atw - 3
terhadap produk lemari, dan penilaian pelanggan terhadap atribut produk lemari yang akan
dirancang. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku,
internet dan jurnal – jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
2.3. Populasi dan Sampel
Jumlah subyek untuk penyebaran kuesioner menggunakan formula yang dikembangkan oleh
Nurhayati (2008). Berdasarkan hasil perhitungan dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat
ketelitian (α) 10% = 0.1 didapat sebanyak 68 responden. Responden terdiri dari Mahasiswa yang
bertempat tinggal di sekitar Yogyakarta, masyarakat sekitar yang sudah berumah tangga atau usia
diatas 18 tahun dan juga pakar yang paham tentang produk lemari.
2.4. Prosedur Penelitian
Metode Quality Function Deployment (QFD) merupakan metodologi terstruktur dalam
proses perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen (Cohen, 1995). Metode QFD ini digunakan dalam penelitian ini untuk
merancang sebuah produk lemari. Tujuan QFD tidak hanya memenuhi harapan pelanggan akan
tetapi berusaha melampaui harapan pelanggan. Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap yaitu
tahap penentuan kebutuahn konsumen, tahap penyusunan rumah kualitas, dan analisa serta
implementasi (Jorge et al., 2013). Penelitian mengenai QFD pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya Baran dan Mehmet (2015) yang menerapkan QFD Fast Food Restaurant
untuk merancang proses bisnis sesuai dengan keinginan pelanggan. Chen dan Chen (2014)
membuat model matematik untuk pengembangan produk berdasarkan segmen target pasar.
Noora dan Noor (2015) menentukan kriteria pemilihan pegawai. Li et al., (2016) menggunakan
QFD sebagai dasar metode evaluasi bisnis model pelayanan. Li dan Song (2016) menggabungkan
metode VIKOR dan QFD pada Product – Related Service. Ehsan (2012) menerapkan QFD dalam
kasus pengembangan produk tape baru. Berdasarkan penelitian terdahulu, QFD dapat digunakan
dalam desain produk maupun desain sistem pelayanan.
Menurut Chandra dan Prasad (2013), tahap persiapan dalam merancang produk
menggunakan metode QFD terdiri dari perencanaan produk yang dikenal dengan House of
Quality (HOQ), perancangan produk untuk menerjemahkan karakteristik item yang dibutuhkan,
perencanaan proses dan perencanaan produksi. Adapun urutan menyusun HOQ adalah sebagai
berikut (Djati ,2003; Chandra dan Prasad, 2013): (1) identifikasi kebutuhan pelanggan terhadap
produk yang akan dikembangkan (what); (2) menetukan importance rating; (3) analisis tentang
customer competitive evaluation; (4) menentukan technical requirements (how); (5) menentukan
relationship antara kebutuhan pelanggan dengan technical requirements; (6) menentukan target
(How Much); (7) membuat matriks korelasi (corelationship) antar kebutuhan teknis; (8) membuat
analisis tentang competitive technical assessment dengan membandingkan produk yang sejenis
dari perusahaan lain pada produk dan segmen pasar yang sejenis; (9) menentukan sales point;
(10) menentukan aksi terhadap pengembangan produk baru yang ditentukan melalui strategi
analisis dalam HOQ.
2.5. Proses Pembuatan Komposit
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan lemari multi fungsi komposit serbuk
kayu dan plastik adalah:
a) Serbuk kayu
Kayu merupakan bahan yang sebagian besar terdiri dari selulosa (40-50%), hemiselulosa
(20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik dan ekstraktif. Kayu
cenderung bersifat hidrofilik, kaku, serta dapat terdegradasi secara biologis. Sifat-sifat tersebut
menyebabkan kayu kurang sesuai bila digabungkan dengan plastik. Oleh karena itu, dalam
pembuatan komposit kayu-plastik diperlukan bantuan coupling agent (Febrianto,1999).
b) Botol plastik yang diolah/digiling menjadi serpihan
Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh
suatu industri antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet,
serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 2337-3148
-_Jurnal Teknika Atw - 4
teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses
melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-
zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995). Diagram proses dasar pembuatan komposit
ditunjukkan pada Gambar 1. Sedangkan hasil komposit dari hasil proses pembuatan komposit
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 1. Proses pembuatan komposit
Gambar 2.Komposit serbuk kayu dan plastik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penyebaran kuisioner, data yang diperoleh menunjukkan bahwa kebutuhan
konsumen terhadap produk lemari yaitu: (1) Tampilan Lemari yang unik, (2) Ada cerminnya, (3) Awet
dan tidak mudah rusak, (4) Tidak berat saat dipindahkan, (5) Ada gantungan bajunya, (6) Minimalis
dan tidak memakan banyak tempat, (7) Bisa menyimpan banyak pakaian,(8) Tidak mudah berjamur,
(9) Kunci tidak mudah rusak, (10) Engsel tidak mudah rusak, (11) ada laci,tempat buku dan tempat tv,
(12) Mudah dipindahkan atau digeser, (13) Permukaan lemari halus, (14) harga terjangkau.
House of Quality digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan
kebutuhan teknisnya. Tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan terhadap produk lemari berdasarkan
kebutuhan pelanggan adalah sebagai berikut: Tampilan Lemari yang unik dengan nilai 4; Ada
cerminnya dengan nilai 3,4; Awet dan tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; tidak berat saat
dipindahkan dengan nilai 3,6; Ada gantungan bajunya dengan nilai 3,6; Minimalis dan tidak memakan
banyak tempat dengan nilai 4; Bisa menyimpan banyak pakaian dengan nilai 3,6; Tidak mudah
berjamur dengan nilai 3,8; Kunci tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; Engsel tidak mudah rusak
dengan nilai 4,2; ada laci,tempat buku dan tempat tv dengan nilai 2,8; mudah dipindahkan atau digeser
dengan nilai 3,4; Permukaan lemari halus dengan nilai 3,8; dan harga terjangkau dengan nilai 4,8.
HOQ lemari berbahan dasar komposit serbuk kayu plastik dan kulit salak ditunjukkan oleh Gambar 3.
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 2337-3148
-_Jurnal Teknika Atw - 5
Gambar 3. House of Quality
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 6
Desain lemari baru didapatkan berdasarkan hasil dari HOQ dengan menerjemahkan keinginan
pelanggan ke dalam karakteristik desain. Selain itu, perbandingan antara lemari lama dengan lemari
baru juga dilakukan dengan acuan lemari baru lebih mendominasi. Target dalam pembuatan lemari
baru dengan bahar dasar komposit serbuk kayu, plastik dan memanfaatkan limbah salak adalah bentuk
kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; Dua pintu, dengan rincian satu pintu terdapat
kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar utama adalah komposit serbuk
kayu sengon dan plastik dengan kadar MAH 0%; sambungan menggunakan baut dengan penampang
besi dibagian luar dan dalam; bagian kiri lemari terdapat gantungan baju dan bagian kanan lemari
untuk baju lipat yang berjumlah tiga tingkat; ukuran Lemari adalah 100x50x170 cm; jenis kunci
menggunakan drawer lock top; engsel yang terbuat dari stainless steel; tersedia laci, tempat buku dan
tempat TV; kaki lemari menggunakan slider pads; serta bahan dihaluskan menggunakan plitur; Rp.
600.000 - Rp.1.000.000,-. Gambar desain lemari dengan bahan dasar komposit serbuk kayu, plastik
dan hiasan kulit salak ditunjukan Gambar 4. Bill of Material atau daftar bagian-bagian lemari disajikan
pada Tabel 1.
Gambar 4. Desain lemari berbahan dasar komposit serbuk
kayu dan plastik dengan hiasan kulit salak
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 7
Tabel 1. Bill of Material
No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah
1
X Lemari Komposit
- 1
2
A Badan Lemari
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik dan Hiasan Kulit salak
1
3 AA Dinding Lemari
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
4 AAA Atap Lemari Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
5
AAB Dinding Kanan
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
6
AAC Dinding Kiri Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
7
AAD Dinding Belakang
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
8 AAE Dasar Lemari Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
9 AB Pintu Lemari Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
2
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 8
No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah
10
ABA Pintu Kanan Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
11
ABAA Papan Pintu Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
12
ABAB Engsel Stainless Steel 2
13
ABAC Gagang Pintu Besi 1
14
ABAD Kunci Besi dan Kuningan 1
15
ABAE Cermin Kaca 1
16
ABB Pintu Kiri Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 9
No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah
17
ABBA Papan Pintu Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
18
ABBB Engsel Stainless Steel 2
19
ABBC Gagang Pintu Besi 1
20
ABBD Kunci Besi 1
21
ABBE Hiasan Kulit Salak
Limbah Kulit salak 1
22 AC Bagian dalam Lemari
-
23
ACA Sekat Lemari Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
6
24
ACB Gantungan Baju
Kayu sengon 1
25
ACC Penahan Laci dan Sekat
Kayu Sengon 10
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 10
No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah
26
AD Kaki Lemari 4
27
ADA Kaki lemari Kayu Sengon 4
28
ADB Slider pads Busa, Plastik dan paku
4
29
AE Sambungan Lemari
Besi dan Alumunium
30
AEA Baud Besi 36
31
AEB Penampang Baut
Alumunium 24
32
AF Laci Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
33
AFA Dinding Laci samping
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
2
34
AFB Dinding Laci Depan Belakang
Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
2
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 11
No Gambar Part Kode Part Nama Part Bahan Jumlah
35
AFC Dasar Laci Komposit Serbuk Kayu dan Plastik
1
36
AFE Gagang Laci Besi 1
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang desain produk lemari berbahan dasar komposit serbuk kayu dan
plastik dengan hiasan dari kulit salak dapat disimpulkan bahwa limbah tersebut dapat digunakan untuk
bahan dasar pembuatan lemari. Keunggulan komposit serbuk kayu dan plastik sebagai bahan baku
pembuatan lemari selain lebih murah juga memiliki kualitas yang baik dan tidak mudah berjamur.
Desain lemari dibuat dengan tampilan yang unik dengan memanfaatkan kulit salak sebagai hiasan
pada pintu lemari dengan berbagai pola seperti bunga, tokoh kartun, dan lain – lain. Rancangan desain
ulang lemari yang berdasarkan keinginan konsumen pada metode QFD dilihat dari tingkat kepentingan
yaitu tampilan lemari yang unik dengan nilai 4; ada cerminnya dengan nilai 3,4; awet dan tidak
mudah rusak dengan nilai 4,2; tidak berat saat dipindahkan dengan nilai 3,6; ada gantungan bajunya
dengan nilai 3,6; minimalis dan tidak memakan banyak tempat dengan nilai 4; bisa menyimpan
banyak pakaian dengan nilai 3,6; tidak mudah berjamur dengan nilai 3,8; kunci tidak mudah rusak
dengan nilai 4,2; engsel tidak mudah rusak dengan nilai 4,2; ada laci,tempat buku dan tempat tv
dengan nilai 2,8; mudah dipindahkan atau digeser dengan nilai 3,4; Permukaan lemari halus dengan
nilai 3,8; dan harga terjangkau dengan nilai 4,8. Sedangkan target dalam pembuatan desain lemari
adalah bentuk kotak dengan hiasan artistik menggunakan kulit salak; dua pintu, satu pintu terdapat
kaca dan pintu lain terdapat hiasan artistik dari kulit salak; bahan dasar komposit serbuk kayu sengon
dan plastik dengan kadar MAH 0%; sambungan menggunakan baut dengan penampang besi dibagian
luar dan dalam; bagian kiri terdapat gantungan baju dan bagian kanan untuk baju lipat yang berjumlah
tiga tingkat; ukuran Lemari 100x50x170 cm; jenis kunci drawer lock top; engsel yang terbuat dari
stainless steel; tersedia laci, tempat buku dan tempat TV; kaki lemari menggunakan slider pads; bahan
dihaluskan menggunakan plitur; Rp. 600.000 - Rp.1.000.000,-.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Baran, Z., Mahmet, S., Y., (2015). Quality Function Deployment and Application on a Fast Food
Restaurant. International Journal of Business and Social Science Vol. 6, No. 9
[2] Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You. New York : Prentice
Hall Etniquestyle.
[3] Chen, L.N., Chen, N. C., (2014). A QFD-Based Mathematical Model for New Product Development
Considering the Target Market Segment. Journal of Applied Mathematics Volume 2014.
[4] Djati, Imam. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Produk (Product, Planning And Design). Yogyakarta
: UII Press Indonesia.
[5] Ehsan, S., J., (2012). A Case Study on Quality Function Deployment (QFD). IOSR Journal of Mechanical
and Civil Engineering (IOSR-JMCE) ISSN: 2278-1684 Volume 3, Issue 6.
[6] Febrianto F., (1999). Preparation And Properties Enhancement Of Moldable Wood – Biodegradable
Polymer Composites. [Disertasi]. Kyoto: Kyoto University, Doctoral Dissertation.Division of Forestry and
Bio-material Science. Faculty of Agriculture.
Edisi. 17/ATW/Maret/2017 ISSN 1693-6329
-_Jurnal Teknika Atw - 12
[7] Hartono ACK. (1998). Daur Ulang Limbah Plastik dalam Pancaroba : Diplomasi Ekonomi dan
Pendidikan. Dana Mitra Lingkungan. Jakarta
[8] Hendri, Zulfi dan Arianingrum, Retno. (2010). Pengembangan Teknologi Pengawetan Kulit Salak Untuk
Bahan Produk Seni Kerajinan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
[9] Jorge, A., Ocotlan, D.P, Juan, A.N., Ana, C.P, Victor, H.H, Heriberto, M.G., (2013). Quality Function
Deployment (QFD) House of Quality for StrategicPlanning of Computer Security of SMEs. International
Journal of Combinatorial Optimization Problems and Informatics, Vol. 4, No.1.
[10] Li,T., Ting, H., Wang, Z., Zhang, Y, (2016). A QFD-Based Evaluation Method for Business Models of
Product Service Systems. Mathematical Problems in Engineering Volume 2016.
[11] Li, X., Song, W, (2016). A Rough VIKOR-Based QFD for Prioritizing Design Attributes of Product-
Related Service, Mathematical Problems in Engineering Volume 2016.
[12] Nurhayati,C. (2008). StudiPerbandinganMetode Sampling antara Simple Random dengan Stratified
Random. ICT Research Center UNAS.Vol.3 No.1 , 10
[13] Noora, M., Noor, S.M.R., (2015). A Quality Function Deployment (QFD) Approach in Determining the
Employer’s Selection Criteria, Journal of Industrial Engineering Volume 2015.
[14] Sabatari, Widyabakti. (2007). Pengembangan Desain Souvenir dan Akseoris dari Kulit Salak di Industri
Kerajinan Q-Sal Craft. Prodi Teknik Busana, Fakultaas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
[15] Syafitrie, C. (2001). Analisis Aspek Sosial Ekonomi Pemanfaatan Limbah Plastik. [Thesis] Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan).
[16] Sasse HR, Lehmkamper O, Kwasny-Echterhagen R. (1995). Polymer granulates for masonry mortars and
outdoor plaster. Di dalam: Ohama Y, editor.Disposal and Recycling of Organic and Polymeric Construction
Materials.Proceeding of the International RILEM Workshop. Tokyo: 26-28 Maret 1995. Chapman &
Hall.hlm 75-85.
[17] Youngquist J.A. (1995). Unlikely partners? the marriage of wood and non wood materials. Forest Product
Journal 45(10): 25-30.