Post on 11-Jul-2016
http://www.gizi.depkes.go.idhttp://www.gizi.depkes.go.id/sigizi
email: subditbkg@yahoo.com
KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
DIREKTORAT BINA GIZI2012
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1995/MENKES/SK/XII/2010
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
641.1Indk
Cetakan PertamaCetakan Kedua
: Tahun 2011: Tahun 2012
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Keputusan Menteri K e s e h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a n o m o r : 1995/Menkes/SK/XII/2010. Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010
I. Judul 1. STATUS GIZI ANAK 2. LAW AND LEGILATION
641.1Ind
k
641.1Indk
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1995/MENKES/SK/XII/2010
TENTANG
STANDAR ANTROPROMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
DIREKTORAT BINA GIZI2012
Direktorat JenderalBina Gizi dan KesehatanIbu dan Anak
KATA PENGANTAR
Dalam bidang gizi, antropometri telah diaplikasikan secara luas untuk menilai status gizi masyarakat. Ukuran tubuh yang sering digunakan adalah berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. Selain itu, ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak dibawah kulit, tinggi duduk, lingkaran perut, dan lingkaran pinggul juga sering digunakan dalam penilaian status gizi.
Penilaian status gizi masyarakat dengan antropometri pada dasarnya adalah mengukur perubahan pertumbuhan anak yang mencakup pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi badan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku sesuai indeks antropometri yang digunakan, seperti indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U), atau dengan indeks antropometri yang lainnya.
Dalam perkembangannya, penggunaan baku antropometri di Indonesia telah 3 kali mengalami perubahan. Pada tahun 1974, ketika pertama kali Kartu Menuju Sehat (KMS) diperkenalkan, baku antropometri yang digunakan adalah baku Harvard. Kemudian, pada tahun 1990 digunakan baku World Health Organization - National Center for Health Statistic (WHO-NCHS), dan selanjutnya pada tahun 2008 digunakan baku World Health Organization - Multicenter Growth Reference Study (WHO-MGRS) 2005 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tanggal 30 Desember 2010.
Baku WHO 2005 tersebut telah dipublikasikan dan disebarluaskan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan pihak lain yang terkait dalam menilai status gizi anak. Mempertimbangkan bahwa baku WHO 2005 tersebut perlu diketahui dan digunakan oleh masyarakat luas, maka Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI, mengadakan pencetakan ulang khususnya untuk memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia sesuai dengan tugas dan fungsinya.
DR. Minarto, MPSNIP 195412111978111001
Jakarta, Januari 2012Direktur Bina Gizi
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2