Post on 23-Dec-2015
description
EVALUASI TINGKAT KEKRITISAN DAS GLADAK
DI KABUPATEN MALANG DAN KABUPATEN LUMAJANG
LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengelolaan DAS
Yang dibimbing oleh Didik Taryana. M.si
Oleh:
Hatta Nizam
120722403877
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
November 2014
I. Tujuan
Mengetahui tingkat Kekritisan DAS Gladak di kabupaten Malang dan
Kabupaten Lumajang.
Memberi Alternatif untuk mengatasi permasalahan kekritisan Das Gladak di
Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.
II. Dasar Teori
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah tertentu yang bentuk
dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk
menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai utamanya (Single Outlet). Satu DAS dipisahkan dari
wilayah lain disekitarnya oleh pemisah topografi, seperti punggung perbukitan dan
pegunungan.
Beberapa penyebab kerusakan DAS di Indonesia dan beberapa negara di
Asia menurut Nugroho 2002 antara lain disebabkan oleh:
Perencanaan bentuk penggunaan lahan dan praktek pengelolaan yang tidak
sesuai.
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat.
Kemiskinan dan kemerosotan ekonomi akibat keterbatasan sumberdaya.
Kelembagaan yang ada kurang mendukung.
Kebijakan perlindungan dan peraturan tidak membatasi kepemilikan dan
penggunaan lahan.
Ketidak pastian penggunaan hak atau tanah secara de fakto pada lahan hutan.
Untuk evaluasi tingkat kekritisan DAS parameter yang perlu diperhatikan
adalah prosentase tutupan lahan berkayu, besar erosi yang ada, daya dukung Lahan,
tingkat sosial masyarat, kriterian kesejahteraan, tekanan penduduk, tutupan lahan
berkayu, besar bahaya banjir, tingkat kekeringan, morfoerosi, kesesuain Pengunaan
lahan. Dari parameter sersebut dapat diketahui tingkat kekritisan das yang dibantu
dengan menggunakan SIG sehingga lebih mempermudah dalam mengklasifikasikan
dan menganalisis.
Sistem informasi geografis(SIG) merupakan suatu sistem informasi yang
berbasis computer, dirancang untuk bekerja dengan mebggunakan data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture,
mengecek, mengintegrasikan memanipulasi, meganalisis dan menampilkan data
yang secara spasial merefensikan kepadda kondisi bumi. Teknologi SIG
mengintegrasikan operasi operasi umum data base. Secara umum SIG bekerja
berdasarkan intregrasi 5 komponen, yaitu Hadware, Sofware, data, manusia dan
metode. Sehingga dari komponen tersebut dapat dihasilkan suatu wujud yang di
inginkan yaitu berupa peta pengklasifikasian tingkatkekritisan das.
Parameter-parameter yang dapat digunakan dalam menentukan kekreritisan
DAS sebagai Berikut:
1. Prosentase Luas Lahan Kritis
Dalam Penentuan prosentase luas lahan kritis dapat dilakukan dengan
mengunakan prosentase besar tutupan lahan yang ada.
Rumus perhutungan :
PLLK= LVA
x 100 %
Keterangan rumus :
PLLK = Persentase luas lahan kritisLV = Luas penutupan lahan vegetasi berkayu pada Lereng curam (Ha)A = Luas DAS (Ha)
Keterangan tambahan :
LV diperoleh dari Peta RBI Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang
(Rumus ini digunakan karena data Das tidak ada)
Tabel Penilaian Kekritisan Lahan berdasarkan Prosentase
Penutupan Lahan Vegetasi.
N Persentase Penutupan Vegetasi
Berkayu dalam DAS (%)
Skor Prioritas
1 80 < PLLK < 100 1 Sangat rendah
2 60 < PLLK < 80 2 Rendah
3 40 < PLLK < 60 3 Sedang
4 20 < PLLK < 40 4 Tinggi
5 0 < PLLK < 20 5 Sangat tinggi
2. Kesesuaian Penggunaan Lahan
Rumus perhitungan :
KPL=LPKA
x 100 %
Keterangan rumus :
KPL = Kesesuaian penggunaan lahan LPK = Luas penggunaan lahan yang sesuai fungsi kawasan (Ha)A = Luas DAS (Ha)
Keterangan tambahan :
Data fungsi kawasan diperoleh dari RTRWP/K yang telah dibuat
atau peta penunjukkan kawasan hutan (SK Menhut) yaitu :
Wilayah yang hanya dapat di gunakan untuk wilayah konservasi adalah:
a. Terletak pada lereng di atas 45%
b. Di bantaran sungai 100 m dari kanan kiri sungai
c. Wilayah yang telah di tetapkan sebagai daerah konservasi
d. Daerah rawan bencana alam
Kriteria penilaian kesesuaian penggunaan lahan disajikan dalam Tabel berikut ini :
No Persentase Kesesuaian Lahan di dalam DAS
Skor Prioritas
1 90 < KPL < 100 1 Sangat rendah
2 75 < KPL < 90 2 Rendah
3 60 < KPL < 75 3 Sedang
4 50 < KPL < 60 4 Tinggi
5 KPL < 50 5 Sangat tinggi
3. Morfoerosi
Cara perolehan data :
- Morfoerosi yang dimaksudkan disini adalah kejadian longsor
- Data keberadaan morfoerosi diperoleh dari laporan kejadian bencana tanah
longsor atau pengamatan langsung.
- Atau apabila tersedia peta rawan longsor yang dikeluarkan oleh Departemen
Energi dan Sumberdaya Mineral, nilaimorfoerosi diperoleh dari jumlah titik rawan
longsor dalam DAS.
Apabila tersedia peta rawan longsor, maka dapat digunakan dalam kriteria penilaian
morfoerosi, seperti yang terlihat didalam Tabel.
Kriteria Penilaian Morfoerosi berdasarkan Jumlah Titik Lokasi Rawan Longsor
No Jumlah titik lokasi rawan
longsor (LRL) di dalam DAS
Skor Prioritas
1 0 < LRL < 2 1 Sangat rendah
2 2 < LRL < 4 2 Rendah
3 4 < LRL < 6 3 Sedang
4 6 < LRL < 8 4 Tinggi
5 LRL > 8 5 Sangat tinggi
4. Banjir
Banjir dalam hal ini diartikan sebagai meluapnya air sungai atau danau atau
laut yang menggenangi area tertentu (biasanya kering) yang secara signifikan
menimbulkan kerugian baik materi maupun non materi terhadap manusia dan
lingkungannnya.
Cara perolehan data :
Data yang diperlukan berupa data frekuensi banjir yang diperoleh dari laporan
Kejadian bencana banjir atau pengamatan langsung. Kriteria penilaian kejadian
banjir dapat dilihat didalam Tabel berikut ini.
Kriteria Penilaian Banjir.
No Frekuensi Banjir Skor Prioritas
1 Tidak Pernah 1 Sangat rendah
2 1 kali dalam 5 tahun 2 Rendah
3 1 kali dalam 2 tahun 3 Sedang
4 1 kali tiap tahun 4 Tinggi
5 Lebih dari 1 kali dalam 1tahun 5 Sangat tinggi
Sosial Ekonomi
Kriteria sosial ekonomi dan kelembagaan DAS didekati dengan 2 Sub
kriteria, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan, tingkat kesejahteraan masyarakat
DAS.
Tekanan terhadap lahan diprediksi melalui parameter rata-rata luas lahan
pertanian perkeluarga petani Kesejahteraan penduduk diprediksi melalui parameter
prosentase keluarga miskin Dalam DAS atau rata-rata tingkat pendapatanperkapita
pertahun.
5. Tekanan Penduduk terhadap Lahan
Rumus perhitungan:
IKL= AP
Keterangan:
IKL = Indeks ketersediaan lahan (ha/kk)A = Luas baku lahan pertanian di dalam DAS (Ha)P = Jumlah KK petani di dalam DAS (KK)
Kriteria penilaian Indeks Ketersediaan Lahan tersaji di dalam Tabel.
Tabel. Kriteria Penilaian Indeks Ketersediaan Lahan (IKL)
N0 Selang Ukuran (Ha/KK) Skor Prioritas
1 IKL > 4 1 Sangat rendah
2 2 < IKL < 4 2 Rendah
3 1 < IKL < 2 3 Sedang
4 0,5 < IKL < 1 4 Tinggi
5 0 < IKL < 0,5 5 Sangat tinggi
6. Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Rumus perhitungan
TKP= KK miskinTotal KK
X 100 %
Keterangan rumus :
TKP = Tingkat kesejahteraan penduduk dalam DASKK miskin = Jumlah kepala keluarga miskin di dalam DASTot. KK = Jumlah total kepala keluarga di dalam DAS
Keterangan tambahan :
Garis kemiskinan ditetapkan menggunakan konsep Bank Dunia (data tersedia di
BPS), yaitu 1 $/hari/orang atau Sayogyo 320 kg setara beras/kapita/tahun. Standar
penilaian yang digunakan dapat dilihat didalam Tabel berikut ini.
Standar Penilaian Tingkat Kesejahteraan Penduduk (TKP)
berdasarkan Jumlah Keluarga Miskin.
No Selang Ukuran (%) Skor Prioritas
1 0 < TKP < 5 1 Sangat rendah
2 5 < TKP < 10 2 Rendah
3 10 < TKP < 20 3 Sedang
4 20 < TKP < 30 4 Tinggi
5 TKP > 30 5 Sangat tinggi
7. Daya Dukung Lahan
Menurut Dasman (Ishemat Soerianegara, 1978)
ada 3 macam pengertian daya dukung (carrying capacity), yaitu :
daya dukung (DK) yang berhubungan dengan kurva tumbuh logistic, dimana
daya dukung diartikan batas teratas dari pertumbuhan populasi;
DK yang berhubungan dengan pengelolaan margasatwa, dimana DK adalah
jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu habitat;
DK dalam pengelolaan padang penggembalaan, DK adalah jumlah individu
yang dapat didukung oleh suatu habitat dalam keadaan sehat dan kuat.
Daya Dukung Lahan dihitung dengan menggunakan Rumus:
CRITICAL POPULATION DENSITY (CPD)
CPD = 100 X Ca x L
Cp
Keterangan:
Cp = Proporsi tanah yang dapat ditanami dari seluruh tanah di suatu daerah (%)Ca = Luas tanah yang dapat ditanami untuk menunjang hidup seorang per tahun (Ha/orang)L = Faktor penggunaan tanah:L = ( R / U ) + 1
R = Lama tanah bero (istirahat)U = Lama tanah digunakan (ditanami) Makin besar CPD è makin kritis dan makin kecil daya dukung Daya dukung = 1 / CPD
Kriteria Daya Dukung Lahan
N0 Ukuran Skor Prioritas
1 DDL < 1 1 Sangat rendah
2 1< DDL < 1,3 2 Rendah
3 1,3 < DDL < 1,5 3 Sedang
4 1,5 < DDL < 2 4 Tinggi
5 DDL > 2 5 Sangat tinggi
8. Kekeringan
Dihitung dengan menggunakan Rumus Indeks kekeringan (Ia)
Ia = D/Ep x 100%
Keterangan:
a. Ia= indeks kekerinan %
b. D = difisit air setahun (mm/th)
c. Ep = evapotranspirasi-potensial (mm/th)
Kriteria Indeks Kekeringan
No Klas Ia (%) Skor Kriteria
1 0-16,7 1 Sedikit/tidak ada defisit
2 16,7-33,3 2 Defisit aire sedang
3 >333.3 3 Defisit airbesar
9. Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat yang terangkut ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air
ataupun angin (Arsyad, 1983).
Untuk menentukan tingkat erosi digunakan Rumus USLE yaitu :
E = R x K x LS x C x P
Keterangan:
E = banyaknya tanah per satuan luas per satuan waktu yang dinyatakan sesuai dengan satuan Kdan periode R yang dipilih, dalam praktek dipakai satuan ton/ha/tahun
R = faktor erosivitas hujan dan limpasan permukaan, yakni jumlah satuan indeks erosi hujan, dalam KJ/ha
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah .
LS = faktor panjang –kemiringan lereng, yaitu perbandingan antara besarnya erosi per indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan lahan tertentu terhadap besarnya erosi
C = faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu perbandingan antara besarnya erosi dari suatu lahan dengan penutup tanaman dengan manajemen tanaman tertentu terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi.
P = faktor tindakan konservasi praktis, yaitu perbandingan antara besarnya erosi dari lahan dengan tindakan konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi.
Rumus Mencari R :
R= 6,119 x Pm1,211xN-0,474xPmax 0,526
Keterangan:Rm = erosivitas hujan bulanan (KJ/ha),Pm = curah hujan bulanan (cm),
N = jumlah hari hujan dalam satu bulan(hari), Pmax = hujan harian maksimum bulan yang bersangkutan (cm)
Jenis Tanah dan Nilai Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Panjang lereng dan kemiringan lereng(LS)
Di hitung dengan persamaan morgan, 1979 yaitu
LS= √ L100
(0,136+0.0975 s+0.0139 S2)
Dimana:LS: Panjang dan Kemiringan LerengL : panjang lereng mS: Kemiringan Lereng (%)(Utomo. 1994:147)
Vegetasi dan pengelolaan Penentuan nilai C
Pada faktor P dianggap sama perlakuanya dalam masing masing
penggunaan lahan sehingga pada P diberi nilai 1.
Kriteria Laju Erosi
Setelah masing-masing kriteria di bobot dan di overlay selanjutnya di klasifikasikan
hasil yang ada dengan table di bawah ini.
Tabel Klasifikasi tingkat kekritisan DAS
No Rentangan Nilai Tingkat Kekritisan das
1 0-9 Tidak kritis
2 10-18 Kritis Ringan
3 19-27 Kritis Sedang
4 28-36 Kritis
5 37-43 Sangat Kritis
III. Alat dan Bahan
Dalam evaluasi tingkat kekritisan das alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu:
Sofware:
-Sofwate Arcgis 10.1
-Sofware Excel
-SAS Planet
Peta
- SRTM Jawa Timur
-Peta shp Geologi Jawa Timur
-Peta shp Land Sistem Jawa Timur
-Peta shp Kontur Jawa Timur
-Peta shp Penggunaan Lahan Jawa timur
-Peta Administrasi Jawa Timur
Data
- Jumlah Penduduk perkecamatan kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang
- Jumlah Kepala Keluarga perkecamatan kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Malang
- Jumlah Kepala Keluarga miskin perkecamatan kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Malang
- Curah Hujan dan suhu bulanan perkecamatan kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Malang
- Parameter Evaluasi Kekritisan Das Gladak kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Malang
- Data Titik Longsor perkecamatan kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang
Data Periode ulang banjir perkecamatan kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Malang
IV. Cara Kerja
1. Mengambil Citra satelit dengan mengunakan SAS planet di das Gladak
Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang
Dengan menggunakan langkah sebagai berikut:
a. Buka SAS Planet (harus Terhubung Internet).
b. Zoom lokasi das Gladak
c. Selektion Manager
d. Crop lokasi das Ladak
e. Doble klik
f. Pada stitch atur format. Output format yaitu Ecw
Lokasi penyimpanan file, zoom 19, projection yaitu geographic wgs 84
Lalu start. Kemudian tunggu sampai downloand selesai.
2. Membuat batas das dan ordo sungai pada das Gladak
Untuk membut batas dan dan ordo sungai digunakan software arcgis 10.1
dengan langkah sebagai berikut:
a. Buka software Arcgis 10.1
b. Add data Peta ecw das Gladak yang di ambil dari SAS planet
c. Add data peta RSTM jawa timur
d. Kemudian potong RSTM jawa timur pada lokasi das Gladak dengan cara
clik Arctoolbar - Analisis tool – Ektrak – ektrak by mast kemudian
masukan SRTM jatim sebagai input dan Ecw das gladak sebagai input
yang kedua. Kemudian atur penyimpanan lalu ok.
e. Dari hasil SRTM tersebut selanjutnya diproses mengunakan arc toolbox
untuk memperoleh batas das sesungguhnya dan sungai dalam bentuk
shap file.
f. Dari hasil tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan peta yang lain. sesuai parameter tingkat kekritisan das.
g. Membuat peta parameter kekritisan das yaitu peta Daya Dukung Lahan,
Peta Erosi, Peta tingkat Kekeringan, Peja Tingkat Banjir, Peta
Morfoerosi, Peta Peta luas lahan kritis, Peta Kesejahteraan Penduduk,
Peta Tekanan Penduduk, Peta kesesuaian Lahan dan Peta Zonasi Das
dengan menggunakan software arcgis 10.1
h. Dari hasil peta tersebut selanjutnya di overlay dan di scoring hingga
mendapatkan peta tingkat kekritisan DAS Gladak.
i. Melayout semua bahan peta yang telah di buat menjadi peta dalam
bentuk raster.
V. Hasil Praktikum
1. Peta Lokasi Penelitian Kekritisan DAS
Peta lokasi penelitian di DAS Gladak yang terletak di dua kabupaten yaitu kabupaten Malang dan kabupaten Lumajang
2. Peta nilai kekritisan DAS
Peta Nilai
Keritisan DAS
Gladak. Dari
hasil overlay dan
scoring.
Memiliki
Rentangan Skor
31-34 yang
terklasifikasikan
sebagia Das Sangat Kritis.
3. Peta Tingkat Kekritisan DAS
Peta tingkat kekritisan
das gladak. Das gladak
masuk kedalam das
kritis.
Nilai Tingkat Kekritisan Das Gladak
Pengolahan darta mengunakan overlay union dengan sofwararcgis 10.1. Hasil ahir yang
didapatkan yaitu antara nilai 31 sanpai dengan 35 yangtergolong dalam kriteria kritis
VI. Pembahasan
DAS Gladak merupakan das yang terletak di dua kabupaten yaitu
kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang. Secara administrasi das gladak
terletak di empat kecamatan yaitu tempursari, Pronojiwo, Poncokusumo,
Tirtoyudo dan Ampelgading. Das ini merupakan salah satu das yang menjadi
aliran lahar dari gunung Semeru yang hilirnya mengarah ke pantai selatan di
kecamatan Tempursari.
Dari hasil praktikum evaluasi tingkat kekritisan das Gladak dengan
mengunakan sembilan parameter. Parameter tersebut adalah daya dukung lahan,
erosi, tingkat kekeringan, tingkat banjir, morfoerosi, luas lahan kritis, tingkat
kesejahteraan penduduk, tekanan penduduk, kesesuaian lahan dan zonasi das.
Parameter kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Sistem
informasi geografi (SIG) untuk mempermudah pengolahan data. software yang
di gunakan dalam SIG yaitu Argis 10.1 dari software tersebut selanjutnya
dilakukan pemprosesan data berdasarkan parameter tingkat kekritisan das.
Sehingga didapatkat rentangan nilai tingkat kekritisan DAS.
Hasil yang didapatkan yaitu tingkat kekritisan das yang ada das gladak
tergolong sangat kritis, dalam scoring di dapatkan rentangan nilai antara 31-35.
Hal ini merupakan rentangan nilai yang tergolong kritis. Faktor penyebab hasil
das Gladak kritis yaitu dari masing-masing parameter yang ada banyak yang
kurang sesuai sehingga poin tergolong dalam criteria kritis.
Pada Sembilan parameter tersebut yang menyebabkan das tergolong
kritis dan alternative pemecahan masalah yaitu:
Pada kriterian kesejahteraan di lima kecamatan seperti yang ada pada
4. Peta Kriteria Kesejahteraan
peta didapatkan tingkat
kekritisan das yaitu
kecamatan pronojiwo
tergolong paling baik,
Sedangkan kecamatan
yang lain terklasifikasikan sebagi das yang sangat kritis dan agak kritis. Dari hal
tersebut perlu adanya suatu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menuntaskan kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan das
yang ada untuk nilai ekonomi tetapi tetap memperhatikan lingkungan yang ada.
Selain itu langkah yang lain dapat berupa penananan di sekitar wilayah das yang
gundul dengan cara tumpang sari sehingga masyarakat dapat sejahtera dan
daerah das juga tetap terjaga dari bahaya erosi.
Selain itu untuk menilai tingkat kekritisan das dibutuhkan parameter
tingkat kekeringan, berikut peta tingkat kekeringan yang ada di das pronojiwo.
5. Peta Tingkat Kekeringan
Berdasarkan olahan indek
kekeringan dari data curah
hujan dan suhu yang ada di
das gladak dari beberapa
stasiun yang ada di sekitar
das Gladak terlihat tingkat
kekeringan pada das gladak
terklasifikasikan menjadi
dua Pada daerah lumajang indek kekeringan tekklasifikasikan sedang dengan
tingkat kekeringan 16,7-33,3 % sedangkan pada daerah kabupaten Malang
daerah tersebut tidak kering dengan indeks kekeringan antara 0-16,7 %. Dari
hasil tersebut perlu adanya perbaikan pada daerah kabupaten lumajang.
Utamanya dari reboisasi kembali hutan yang gundul sehingga fungsi hidrologi
dapat bersiklus kembali dengan baik kembali.
Parameter yang dibutuhkan yang lainya untuk menentukan tingkat banjir
yaitu periode ulang banjir yang ada di wilayah das gladak. Secara administrasi
6. Peta Banjir
dari 5 kecamatan yang
ada pada das gladak.
Kecamatan pronojiwo
merupakan kecamatan
yang paling sering terjadi
banjir. Hal ini karena daerah tersebut merupakan daerah aliran sungai yang
paling besar dari Gunung Semeru. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu
adanya sosialisasi yang baik kepada masyarakat dengan cara pembekalan
terhadap menjadikan masyarakat tangap bencana banjir. Selain pembekalan
kerhadap bahaya banjir masyarakat juga perlu diberi cara untuk menuntaskan
bahaya banjir tersebut.
Kekritisan terhadap erosi dan morfoerosi pada das gladak. Tingkat erosi
yang terjadi di das gladak cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan das gladak
7. Peta Tingkat Bahaya Erosi
merupakan das dengan
jenis tanah regosol yang
rentan sekali terhadap
erosi. Seperti yang ada
pada peta tingkat erosi
dan morfoerosi atau
titik longsor. Tingkat
erosi termasuk kedalam
kategori sangat tinggi. Seperti yang telah dibahas pada tingkat 8. Peta
Morfoerosi
kesejahteraan
masyarakat dari
keseluruhan wilayah
administrasi yang ada di
das gladak perlu adanya
penanaman kembali
hutan yang gundul.
Selain itu penanaman kembali hutan bukan hanya dilakukan oleh dinas-dinas
terkait tetapi harus dengan masyarakat sekitar. Sehingga hutan tersebut
merupakan hutan milik bersama dan tidak akan ada penjarahan.
dari hasil pengolahan yang dilakukan dengan menggunakan SIG
8. 9. Peta Daya Dukung Lahan
didapatkan daya dukung lahan
yang ada pada das Gladaktergolongk
kritis yaitu tergolong kritis dan sangat
kritis atau skor untuk kekritisan das
sebesar 4-5 poin. Hal ini di sebabkan
karena rata-rata lahan pertanian setiap
orang sangat kecil padahal untuk taraf
normal yaitu dibutuhkan 0.77 hektar untuk setiap orang dalam memenuhi kebutuhan,
tetapi rata-rata yang ada pada lahan tersebut yaitu sebesar 0,2 Hektar perorang. Perlu
adanya penuntasan untuk menangulangi kemiskinan. Dengan cara untuk penuntasan
kemiskinan yang baik yaitu melalui pembukaan lapangan pekerjaan maupun
membuatan desa mandiri yang dapat membuka peluang usaha baru..
Parameret Kesesuaian pengunaan lahan yaitu di identifikasi dari daerah
lereng curam. Daerah lereng curam hanya boleh digunakan untuk daerah
konservasi tertapi pada kenyatanya beberapa daerah lereng curam masih ada 10.
10. Peta KesesuainPenggunaan lahan
yang digunaakn untuk
aktifitas manusia baik
aktifitas pertanian
maupun pemukiman.
Oleh sebab itu daerah
tersebut dapat
menyebabkan bahaya
bencana serta dapat
menimbulkan
permasalahan yang ada di das yang menjadikan das tersebut tergolong kritis.
Dalam das gladak untuk kriteria penggunaan lahan tergolong baik. Karena hanya
ada 2% yang berada pada lereng curam. Oleh sebab itu untuk tingkat kekritisan
das pada parameter ini tergolong tidak kritis.
Kriteria Luas lahan kritis yang ada pada das gladak tergolong kritis 12.
11. Peta Prosentase Luas Lahan Kritis
karena vegetasi
tutupan lahan berkayu
pada daerah atas
cenderung kurang.
Padalahal keberadaan
lahan berkayu
berfungsi untuk
mengurangi adanya
erosi serta
menampung air tetapi pada das gladak nilai kekritisan lahan yang ada yaitu
mendapat poin 4. Sedangkan yang sesuai yaitu poin satu. Oleh sebab itu
dibutuhkanadanya peneneman hutan berkayu untuk permasalahan lahan kritis
ini.
Pada peta tekanan penduduk didapatkan hasil yang kurang sesai karena
12. Peta Tekanan Penduduk
penduduk yang banyak
dengan jumlah lahan
yang tersedia sangat
sedukit. Hal ini
menyebankan
kemiskinan yang ada
semakin banyak.
Kurangya lahan
tersebut dapat diatasi
dengan pembuatan lapanganpekerjaan.
Oleh sebab itu dari hasil overlay Sembilan peta yang ada serta peta
zonasi das .
13. Peta Zonasi DAS
das gladak tergolong das yang kritis karena dari peta peta tersebut mayoritas
tergolong klasifiksi yang kritis dan sangat kritis. Perlu adanya menejemen das
yang baik didalam penuntasan masalah masalah yang ada di dalam das. Solusi
Pengelolaan yang digunakan yaitu dapat dengan cara pegelolaan menurut (Syafii
Manan, 1978) Ada 4 Tahap pelaksanaan pengelolaan DAS yaitu Pengenalan,
Pemulihan, Perlindungan serta Perbaikan.
Langkah pertama yaitu pengnalan. Pengenalan yaitu pengenalan tentang
dampak das jika das tersebut krisis. kepada masyarakat setempat. Cara
pengenalantersebut dilakukan dengan cara model kekeluargaan atau
pemberiatahuan kepada tokoh masyarakat yang berpengaruh dilokasi tersebut.
Sehingga pesan akan tersampaikan dengan baik dan dapat diterima oleh
kalangan masyarakat.
Langkah kedua yaitu dengan cara pemulihan. Pemulihan ini dilakukan
pada das das yag rusak baik dengan reboisasi maupun cara yan lain. Pemulihan
ini jugaharus dilakukan bersama sama dengan masyarakat. Agar masrarakat juga
ikut serta dan merasa memiliki das Dladak
Tahap ketiga yaitu perlindungan, perlindungan dilakukan pada lokasi das
yang berpotensi terhadap bencana maupun yang dapat menimbulkkan kekritisan
das.contoh dari hal ini yaitu daerah yang terletak di 10 meter dari bantaran
sungai ke kiri dank e kanan, pada lereng curam serta daerah hutan lindung.
Tetapi penetapan kebijakan ini tidak semerta-merta dilakukan pemerintah tanpa
memperdulikan masyarakat yang tinggal di das Gladak. karena efeknya adalah
kembali kepada masyarakat. jadi masyarakat juga harus diuntungkan dengan
adanya kebijakan ini dengan mengikut sertakan masyarakan menjaga bersama
dan masyarakat diperbolehkan untuk tumpang sari daerah hutan serta diberi bagi
hasil dari hutan.
Tahap keterahir yaitu perbaikan pada semua aspek yang menimbulkan
kekritisan das seperti lahan gundul, ekonomi masyarakat dan pembentukan
masyarakat sadar serta tangap terhadap bencana di daerah das Gladak.
VII. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi kekritisan das gladak di kabupaten Lumajang dan
kabupaten Malang dapat disimpulkan das gladak terklasifikasi sebagai das yang
kritis. Dari semua parameter tentang kekritisan das mayoritas tergolong sebagai
das khritis. Oleh sebab itu perlu adanya menejemen das yang baik.
Menejemen das yang baik dapat dilakukan yaitu dengan cara Pengenalan
kepada masyarakat yang ada di das tersebut tentang pentingnya menjaga das.
Pemulihan lokasi yang menyebabkan das tersebut kritis. Perlindungan terhadap
daerah aliran sungai dan hutan serta Suaka alam dan Perbaikan masyarakat
menyangkut masalah kemiskinan yang ada harus dituntashkan dengan membuka
lapangan pekerjaan dan .pembinaan desa mandiri serta desa tanggap bencana
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,S,P .2013. Pergeseran kebijakan dan paradigma baru dalam Pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia. Badan pengkajian dan penerapan teknologi.
Utomo, Wani H. Konservasi Tanah di Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali Pers
Rahim, Supli E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta: Bumi Perkasa
Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial nomor : p.4/v-set/2013 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis.
Nasution, Syaifullah. 2005. Analisis Spasial indek kekerinagn daerah pantai utara (Pantura Jawa Barat). Penelitian UPTHP-BPPT
Sutapa, I wayan, 2010, Analisis Potensi Erosi pada Daerah Aliran Sungai di Sulawesi Tengah,SMARTEK
Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2009, Badan Pusat Tratistika Kabupaten Malang
Kabupaten Lumajang dalam Angka 2009 Badan Pusat Tratistika Kabupaten Lumajang
PetaRBI JawaTimur Tahun 2002
Citra Satelit SRTM Tahun 2007
\Citra Satelit SAS Tahun 2013
Lampiran
14. Peta Lahan Pertanian
15. Peta penggunaan Lahan Berkayu
16. Peta Luas Lahan Kritis
17. Peta Penggunaan Lahan
18. Peta Kemiringan Lereng
19. Peta Jenis Tanah
20. Peta kontur ketinggian