Post on 06-Dec-2020
DAMPAK EKSPANSI REKLAMASI TERHADAP MENURUNNYA
PENDAPATAN DAN PENGHASILAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI
(Studi Kasus Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada
Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
AGUS ADE IRAWAN
10538306914
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada gunanya mati sebelum menggorogoti dan
menghantui fikiran manusia”
Untuk:FKMSB
ABSTRAK
Agus Ade Irawan. 2018. Dampak Ekspansi Reklamasi Terhadap Menurunnya
pendapatan dan penghasilan nelayan di pesisir pantai (studi kasus Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba) Skripsi, Dibimbing oleh Nurdin dan
Risfaisal.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui kekurangan dan kelebihan atau
dampak positif dan negatif yang dihasilkan dengan adanya reklamasi bagi
masyarakat pesisir atas keberlangsungan hidup kedepannya. Jenis penelitian yang
yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui dari
dampak dari ekspansi reklamasi didaerah pesisir pantai. Informan ditentukan
secara purporsive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah
ditetapkan yaitu anak-anak, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam.
Teknik analisis data melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber, waktu dan teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dengan adanya reklamasi di
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba menuai pro dan kontra dari
berbagai kalangan atas dibangunnya reklamasi yang biasanya hal ini hanya
dilakukan oleh negara-negara maju akan tetapi, sekarang hampir kebanyakan
negara telah melakukan reklamasi atau ekspansi lahan yang dijadikan sebagai
daratan untuk memenuhi sarana dan prasarana tentang infrastruktur yang
dibangun di daerah tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reklamasi ini tidak serta merta
dibangun tanpa adanya sosialisasi dan persetujuan dari berbagai pihak yang terkait
atas usulan pemerintah pusat untuk mendirikan bangunan atau pemenuhan
infrastruktur yang telah di canangkan oleh pemerintah dalam hal ini
memanfaatkan lahan pesisir yang di jadikan tempat pelelangan ikan yang
memberikan dampak baik atau memberikan kemudahan bagi masyarakat
setempat.
Kata Kunci : Dampak Reklamasi terhadap Nelayan.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Alhamdulillahi Rabbil Alamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
Swt yang senantiasa melimpahkan nikmat, karunia, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana adanya. Terima
kasih buat hikmah-Mu, kasih-Mu dan mukjizat yang telah Kau berikan. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, yang
telah menerangi dunia ini dengan akhlak, teladan dan tuntunannya yang mulia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan lapoan
hasil penelitian ini banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat
adanya bantuan dari berbagai pihak, antara lain dalam bentuk bimbingan, arahan
dan saran. Sehubungan dengan hal itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Nurdin,M.Pd. sebagai
pembimbing I dan juga kepada Risfaisal,S.Pd.,M.Pd., sebagai pembimbing II
yang dengan segala kesabaran dan ketekunan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya dalam membimbing, mengarahkan, dan memberi saran kepada penulis
mulai dari penulisan proposal sampai selesainya skripsi ini, sehingga penulis
betul-betul merasakan kepedulian beliau dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Erwin Akib,
S.Pd.,M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.Drs. H. Nurdin,M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan
Sosiologi, Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D.. Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sosiologi, serta seluruh dosen yang mengabdi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar terkhusus kepada Bapak dan
Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi yang mendidik dan memberikan ilmunya
yang begitu berharga tanpa pamrih serta pedoman kepada penulis selama masa
menjalani studi.
Segenap cinta dan hormat penulis ucapkan kepada kedua orang tua,
Ayahanda Pawaruddindan Ibunda Rappewati. Terima kasih atas segenap doa dan
tiap tetes air mata yang membasahi sajadah untuk kesuksesan Ananda.
Sahabat saya Arisal Nurman yang sudah saya anggap sebagai saudara
yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi, Andir mawan dan Ilham
Pakoe orang yang dengan sabar mengajari saya mentata rapi penulisan Skripsi ini.
Dan pada akhirnya saya tidak bisa menyebut satu persatu nama mereka. Terima
kasih telah menorehkan cerita indah selama perkuliahan. Semoga persahabatan
kita akan terjalin selamanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena
kesempurnaan hanya milik Allah Swt, manusia tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan untuk itu segala kesalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini,
mohon dimaafkan.
Akhir kata semoga Allah Swt memberikan imbalan dan balasan yang
setimpal atas segala baik budi yang tulus dan ikhlas dari segala pihak yang
disebutkan di atas. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Makassar, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL ........................................................ iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 12
E. Definisi Operasional................................................................ 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Pengertian Ekspansi ................................................................ 14
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 36
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 37
C. Informan Penelitian ................................................................. 37
D. Fokus Penelitian ...................................................................... 38
E. Instrumen Penelitian................................................................ 41
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................... 42
G. Teknik Penelitian Data ............................................................ 42
H. Analisis Data ........................................................................... 43
I. Teknik Keabsahan Data .......................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 48
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 85
B. Saran ....................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sapolohe ..................
Tabel 2 Jenis Pekerjaan Yang di Tekuni Penduduk Sapolohe .................
Tabel 3 Pendidikan Penduduk Kelurahan Sapolohe .................................
Tabel 4 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Sapolohe ................................
DAFTAR GAMBAR
Peta Admistrasi Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan .........
DAFTAR TABEL INFORMAN WAWANCARA
No DATA INFORMAN HASIL WAWANCARA INFORMAN
1 Nama : Pak Bahar
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Nelayan
Penulis : Apa dampak yang anda rasakan dengan
adanya reklamasi pantai?
Narasumber : dampak yang di hasilkan dengan
adanya reklamasi yaitu berkurangnya lahan
tangkap ikan
Penulis : Bagaimana perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya reklamasi?
Narasumber : sangat berdampak kepada
pendapatan dan penghasilan masyarakat setempat
Penulis : Apakah dengan adanya reklamasi
Masyarakat mampu terbantu dari segi
peningkatan ekonomi?
Narasumber : tidak terbantu karena reklamasi
yang di bangun tidak sesuai harapan masyarakat
Penulis : Apa tanggapan anda tentang adanya
reklamasi?
Narasumber : dengan adanya reklamasi saya
sebagai nelayan merasa dirugikan karena
kurangnya hasil tangkapan laut
2 Nama : Ibu Halimah
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : IRT
Penulis : Apa dampak yang anda rasakan dengan
adanya reklamasi pantai?
Narasumber : masyarakat cukup terbantu dalam
transaksi jual-beli hasil tangkapan.
Penulis : Bagaimana perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya reklamasi?
Narasumber : perubahan yang terjadi lumayan
signifikan karena mampu membantu
pertumbuhan ekonomi.
Penulis : Apakah dengan adanya reklamasi
Masyarakat mampu terbantu dari segi
peningkatan ekonomi?
Narasumber : cukup terbantu karena
memudahkan akses transaksi.
Penulis : Apa tanggapan anda tentang adanya
reklamasi?
Narasumber : menyambut baik dengana adanya
reklamasi karena memberikan solusi atau lahan
baru yang bisa di manfaatkan untuk pertumbuhan
ekonomi.
3
Nama : Pak Abbas
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Camat
Bontobahari
Penulis : Apa dampak yang anda rasakan dengan
adanya reklamasi pantai?
Narasumber : saya sebagai Pemerintah, sangat
berterima kasih karena mampu membuka
lapangan kerja buat masyarakat setempat.
Penulis : Bagaimana perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya reklamasi?
Narasumber : perubahan yang terjadi selama
saya menjabat menjadi camat mengalami
perubahan cukup baik.
Penulis : Apakah dengan adanya reklamasi
Masyarakat mampu terbantu dari segi
peningkatan ekonomi?
Narasumber : bukan saja masyarakat yang
mampu terbantu akan tetapi pendapatan daerah
pun meningkat
Penulis : Apa tanggapan anda tentang adanya
reklamasi?
Narasumber : saya sebagai pemimpin di
Bontobahari sangat menyambut positif dengan
adanya reklamasi
4 Nama : Pak Basri
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
Penulis : Apa dampak yang anda rasakan dengan
adanya reklamasi pantai?
Narasumber : cukup baik karena mampu
memberikan rasa aman terhadap terjangan ombak
yang selama ini saya rasakan dan beberapa
masyarakat lainnya sebelum adanya reklamasi.
Penulis : Bagaimana perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya reklamasi?
Narasumber : lumayan mengalami perubahan
karena dengan adanya reklamasi mampu
memberikan tempat parkir kapal yang ingin
berlabuh.
Penulis : Apakah dengan adanya reklamasi
Masyarakat mampu terbantu dari segi
peningkatan ekonomi?
Narasumber : cukup mengalami perubahan dari
segi ekonomi karena mempermudah transaksi
jual-beli hasil tangkapan.
Penulis : Apa tanggapan anda tentang adanya
reklamasi?
Narasumber : sangat antusias karena
memberikan lahan atau tempat yang mampu di
manfaatkan oleh masyarakat setempat
5
Nama : Pak Ilham
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Lurah
Sapolohe
Penulis : Apa dampak yang anda rasakan dengan
adanya reklamasi pantai?
Narasumber : mampu memberikan lahan atau
lapangan kerja untuk memanfaatkan reklamasi
yang telah di bangun
Penulis : Bagaimana perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya reklamasi?
Narasumber : perubahan yang diberikan dengan
adanya reklamasi sangat baik dan
menguntungkan masyarakat setempat.
Penulis : Apakah dengan adanya reklamasi
Masyarakat mampu terbantu dari segi
peningkatan ekonomi?
Narasumber : cukup terbantu karena
memudahkan akses transaksi jual-beli di tempat
pelelangan yang telah di siapkan.
Penulis : Apa tanggapan anda tentang adanya
reklamasi?
Narasumber : sangat positif karena membuat
masyarakat pesisir lebih terbantu dari segi
ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang
keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang
garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai ¾
wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km
2). Hingga saat ini wilayah
pesisir memiliki sumberdaya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan
manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial
ekonominya, manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan.
Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakat. Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar
menengok daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai(coastal zone) yang
umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja
dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah
pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan
hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan
dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada, seperti perairan pantai,
lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang dianggap kurang bernilai
secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat
memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan
reklamasi.
1
Seperti halnya yang terjadi di Sulawesi Selatan, di kota Makassar
misalnya, berkurangnya ruang publik akibat pembangunan infrastruktur yang di
masifkan, membuat para investor menyasar daerah pesisir untuk di konversi
menjadi ruang komersil. Reklamasi pantai losari misalnya yang dilakukan oleh
Central Point Of Indonesia (CPI) pada tahun 2015, yang akhirnya membuat
nelayan tersingkir dan teralienasi dari tempat yang mereka selama ini jadikan
sebagai tempat untuk melanjutkan hidup dari mencari ikan di pantai losari.
Pembangunan reklamasi ini juga berimplikasi terhadap pengunjung pantai losari
yang tidak bisa lagi menikmati senja dan sunset. Terlebih lagi dampak ekologis
yang dihasilkan dari reklamasi pantai losari membuat ekosistem bawah laut
tercemari.Pembangunan yang sejatinya dapat dinikmati oleh semua kelas sosial
masyarakat, ternyata tidak sesuai dengan apa yang di inginkan karena yang dapat
menikmatinya hanya segelintir orang, siapa lagi kalau bukan mereka yang
memiliki pendapatan di atas rata-rata.
Kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Bontobahari, Kelurahan Tanah
lemo(tempat penulis melakukan penelitian), reklamasi pesisir pantai juga
dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan investor untuk membangun
tempat pelelangan ikan (TPI) . Kelurahan Tanah lemo dipilih sebagai tempat
untuk membuat TPI karena pemerintah dan investor melihat Kecamatan
Bontobahari memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan.
Pembangunan TPI ini di gadang-gadang akan menjadi tempat pelelangan ikan
terbesar di Kabupaten Bulukumba, akan tetapi banyak pihak yang kurang setuju
dengan proyek pembangunan tersebut.
Berdasarkan Pedoman Reklamasi Lahan Rendah oleh Mulyanto (2010:
25) dengan direklamasinya suatu lahan rendah, fungsi alami yang ada padanya
akn hilang sehingga akan berpengaruh pada ekosistem dan lingkungan atau
environment. Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan
Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah meningkatkan sumberdaya lahan
dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut
lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.Menurut Perencanaan Kota
(2013), reklamasi sendiri mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan
daerah yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut
maupun rawa pasang surut gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif
(perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan
menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal-kanal, membuat tanggul/
polder dan memompa air keluar maupun dengan pengurugan.
Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi (2007) adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau
lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan
berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,
di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, atau pun di danau. Pengertian
dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan
atau lahan yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan
berguna dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa,
dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar maupun didanau.Pada
dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah pantai menjadi suatu
wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada seperti drainase.Biasanya
daerah yang menerapkan teknologi reklamasi ini termasuk daerah rendah yang
sering terjadi genangan air seperti banjir atau pasang surut air laut yang
berlebihan.Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga
sekarang.
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut :Merupakan kebutuhan
pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan, Merupakan
bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada,
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, Bukan
merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di
atas, terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang
alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti memiliki RTRW yang sudah
ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai, Lokasi
reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan
direklamasi maupun yang sudah direklamasi,Sudah ada studi kelayakan tentang
pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan properti (studi
investasi). dan Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana
struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara
lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,
jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya.Kawasan lindung yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan
peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi.Reklamasi pantai memberi
dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat
ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus
menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan.Selanjutnya,
perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja
baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.Aspek
sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial,
budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang
perairan/pantai.
Perencanaan Kota (2013) memaparkan pelaksanaan reklamasi pantai
dibedakan menjadi tiga yaitu: Pertama,daerah reklamasi yang menyatu dengan
garis pantai semula dan kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan
daratan baru dan garis pantai yang baru akan menjadi lebih jauh menjorok ke laut.
Penerapan model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan dengan
penanganan khusus atau kawasan lindung seperti kawasan permukiman nelayan,
kawasan hutan mangrove, kawasan hutan pantai, kawasan perikanan tangkap,
kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi - kawasan
larangan ( rawan bencana ) dan kawasan taman laut. Kedua, daerah reklamasi
yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai.Model ini memisahkan (meng-
“enclave”) daratan dengan kawasan daratan baru, tujuannya untuk menjaga
keseimbangan tata air yang ada, menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove,
pantai, hutan pantai, dll), mencegah terjadinya dampak/ konflik social, menjaga
dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan, minyak),
menghindari kawasan rawan bencana,dan yang terakhir yaitu daerah reklamasi
gabungan dua bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan).
Suatu kawasan reklamasi yang menggunakan gabungan dua model
reklamasi.Kawasan reklamasi pada kawasan yang potensial menggunakan teknik
terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak memiliki potensi khusus
menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama.
Menyikapi Reklamasi Pesisir dengan Paradigma Baru Di satu sisi
reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kawasan dari
lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Dan di
sisi lain jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis
dari semua komponen stakeholders.Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih
diperlukan selama dilakukan dengan kajian yang komprehensif. Simulasi prediksi
perubahan pola arus hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan dengan
model fisik (laboratorium) atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat
diperkirakan dampak negatif yang terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi adalah proses menjadikan lahan yang tidak produktif
menjadi produktif, sementara menurut Wisnu Suharto (2008) adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau
masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Pada
dasarnya reklamasi merupakana aktivitas mengubah wilayah perairan pantai
menjadi daratan yang dimaksudkan untuk mengubah permukaan tanah yang
rendah (biasanya terpengaruh oleh genangan air) untuk dijadikan lebih tinggi
(biasanya tidak dipengaruhi genangan air). Menurut Mulyanto (2010: 27)
mendefinisikan bahwa problem lainnya menentukan kriteia dan perencanaan dari
pra-sarana teknis yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan keempat problem
utama yag disebutkan tersebut.
Reklamasi erat kaitannya dengan konversi lahan demi mencapai
keuntungan yang ingin dicapai, menurut Save M. Dagun (1997) adalah sebuah
pemanfaatan lahan yang tidak ekonomis sebagai kepentingan pemukiman,
pertanian, industri, rekreasi dan yang lainnya, yang mencakup pengawetan tanah,
pengawetan sumber air, pembebasan tanah tandus dan drainase daerah.
Reklamasi pantai biasanya dilakukan di daerah pesisir pantai yang tidak memiliki nilai
ekonomis, sedangkan Menurut Max Wagiu (2011), ditinjau dari aspek fisik dan
lingkungannya,tujuan reklamasi yaitu Untuk mengembalikan tanah yang hilang
akibat gelombang laut.Untuk mendapatkan tanah baru di kawasan depan garis
pantai untuk mendirikan bangunan yang nantinya difungsikan sebagai benteng
perlindungan garis pantai.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus
diarahkan pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya
ketersediaan lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk
mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka.Reklamasi di sekitar kawasan
pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan)
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja
sama yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi,
LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan dapat diambil.
Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun
sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude
dari masyarakat dan Pemerintah.Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait.Berbagai biaya sosial dan lingkungan
hidup itu seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi. Namun,
sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota
multifungsi, dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal
total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan
lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini
justru disebabkan oleh paradigma tersebut.Perencanaan reklamasi sudah
seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Tata ruang kota yang
baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan ekologi
bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat secara
terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat perdagangan, jasa dan industri
harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian
tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya
lalu disampaikan secara terbuka kepada publik.Penting diingat reklamasi adalah
bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini
tentunyaakan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi,
sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata
sebagaimana mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi.
Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan
berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang
dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut
akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini
tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
Seperti halnya yang terjadi di Tanah Lemo yang berada di Kecamatan
Bontobahari, Kabupaten Bulukumba yang sebagian besar penduduknya
berpropesi sebagai nelayan. Hal ini yang membuat pemerintah mesti membangun
infrastruktur yang mendukung propesi penduduk yang ada di daerah
pemerintahannya, terkhusus bagi penduduk yang berada di Kelurahan Tanah
Lemo. Maka dari itu pembangunan TPI(Tempat Pelelangan Ikan) di dirikan untuk
memberi kemudahan bagi nelayan untuk melakukan transaksi jual beli ikan dan
juga sebagai tempat melabuhkan kapal para nelayan yang ada di daerah tersebut.
Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sendiri dibangun pada
Tahun 2013, namun sampai saat ini, belum dapat di fungsikan sebagaimana
perencanaan awal di dirikannya tempat pelelangan ikan tersebut, karena
pembangunannya belum rampung atau belum mencapai 100%, sehingga manfaat
dari adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) tersebut belum dapat dirasakan oleh
penduduk yang bermukim dan bermata pencaharian di sekitar tempat pelelangan
ikan yang berada di Kelurahan Tanah Lemo, Kec.Bontobahari.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, adanya
reklamasi pantai yang dilakukan untuk pembangunan pelelangan ikan tersebut
juga merusak ekosistem laut sekaligus hal tersebut berdampak pada menurunnya
hasil tangkap para nelayan yang mencari ikan di sekitar wilayah reklamasi pantai
tersebut. Sehingga peneliti beranggapan bahwa reklamasi pantai tersebut lebih
banyak menimbulkan dampak negatif bagi para nelayang yang menjadikan
wilayah pesisir pantai tersebut sebagai lahan mencari nafka untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang menimbulkan ketertarikan peneliti untuk
melakukan penelitian di daerah tersebut. Penelitian ini sendiri terfokus pada
bagaimana dampak reklamasi pantai di Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan
Bontobahari, Kabupaten Bulukumba.
Adapun yang melatarbelakangi sehingga peneliti mengangkat judul
penelitian ini adalah untuk memudahkan dan memahami masalah sosial yang
sering terjadi di masyarakat pesisir pantai akibat dari adanya ekspansi reklamasi
yang dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai kepentingan politik dan
ekonomi yang terjadi dalam pemerintahannya sehingga mengesampingkan
kepentingan rakyat atau masyarakat pesisir pantai yang bermata pencaharian
sebagai nelayan yang memanfaatkan lahan tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di tempat reklamasi
tersebut dapat diasumsikan bahwa reklamasi pantai seharusnya menjadi
pembangunan yang dapat menopang pendapatan masyarakat, utamanya nelayan,
maka perlu upaya dari pemerintah ataupun investor untuk menjadikan reklamasi
sebagai basis pembangunan yang menguntungkan semua pihak tanpa merugikan
pihak yang lain, Reklamasi pantai yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia
kita lihat banyak menuai pro-kontra, bahkan kerap kali terjadi perlawanan dari
masyarakat yang tidak menginginkan reklamasi . Maka berdasarkan penjelasan
diatas pula penulis mengambil judul “Dampak ekspansi reklamasi terhadap
menurunnya pendapatan dan penghasilan nelayan di pesisir pantai ”
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas fokus kajian dalam penelitian ini penyusun akan
merumuskan pokok permasalahan peneliti sebagai berikut :
1. Bagaimana Dampak bagi Masyarakat nelayan terhadap Ekspansi
Reklamasidi Pesisir pantai Bontobahari?
2. Bagaimana peran Pemerintah terhadap Reklamasi di Pesisir Pantai
Bontobahari?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak dari Ekspansi Reklamasi di daerah pesisir pantai
bagi Masyarakat Nelayan
2. Untuk mengtahui Peran Pemerintah terhadap adanya Reklamasi di Pesisir
Pantai Bontobahari
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan berdaya guna sebagai
berikut :
1. Secara teoritis
A. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal Ekspansi
Reklamasi di Pesisir pantai Bontobahari.
B. Diharapkan dapat memperkaya kajian sosial khususnya bidang
Reklamasi Pantai di Bontobahari.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya Ekspansi
Reklamasi di pesisir pantai Bontobahari
.
E. Defenisi Operasional.
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap konsep-konsep yang di
gunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan pengertian
sebagai berikut.
Ekspansi, adalah perluasan wilayah pembangunan dengan menduduki (sebagian
atau seluruhnya) wilayah lain.
Reklamasi,adalah usaha memperluas tanah (pembangunan) dengan
memanfaatkan daerah yang semula tidak berguna (misalnya dengan cara
mengeruk daerah perairan atau lautan).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Kajian Pustaka
1.Pengertian Ekspansi
Ekspansi adalah aktivitas memperbesar atau memperluas usaha yang
ditandai dengan penciptaan pasar baru, perluasan fasilitas, perekrutan pegawai,
dan lain-lain. Ekspansi dapat juga diartikan sebagai peningkatan aktivitas
ekonomi dan pertumbuhan dunia usaha. Perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan
oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta
untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan.
Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni:
1. Merger atau Penggabungan
Merger
adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan yang
terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain
akantetap mempertahankan identitasnya,sedangkanyanglemah akan mengaburkan
identitas yang dimilikinya. Jenis-jenis merger:
a. Vertical merger
Perusahaanmasih dalam satu industri tetapi bedalevelatau tingkat operas
ional.Contoh: Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan peternk
anayam.
13
b. Horizontal merger
Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi
yang sama. Contoh: pabrik komputer bergabung dengan pabrik komputer.
c. Merger Konglomerasi
Tidak ada hubungan industri pada perusahaanyangdiakuisisi.Bertujuan
untukmeningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau
unitbisnis.Contoh:perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan
operator teleponseluler nirkabel.
2. Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh
kelompokinvestor.Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasoka
n bahan baku ataujaminan produk akan diserap oleh pasar.Contoh:Aqua
diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.
3. Hostile Take Over atau Pengambil Alihan Secara Paksa
Hostile take over adalah suatu tindakan akuisisi yang dilakukan secara
paksa yang biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham
perusahaan yang ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar.
Pengambil alihan secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan karyawan dan
manajer untuk diganti orang baru untuk melakukan efisiensi pada operasional
perusahaan.
4. Leverage Buyout
Leveragebuy
out adalah teknik pengusaan perusahaan dengan metode pinjaman atauutang yang
digunakan pihak manajemen untuk membeli perusahaanlain.
Terkadang suatuperusahaan target dapat dimiliki tanpa modal awal yang besar.
2.Motif Ekspansi
Berkembangnya atau makin besarnya perusahaan selalu menyangkut
masalah pembelanjaan. Perusahaan yang mengadakan ekspansi selalu
membutuhkan tambahan modal. Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi
adalah berangsur-angsur semakin besar, karena sifat ekspansi perusahaan yang
dilakukan secara lambat dan berangsur-angsur.
Pada tingkat ekspansi ini hanya dibutuhkan tambahan modal kerja, karena
perusahaan bekerja dengan kapasitas produksi yang tersedia. Tetapi kemudian
perusahaan harus menambah alat-alat produksi tahan lama, mengadakan
modernisasi dari pabrik yang lama, atau membangun pabrik baru, maka
kebutuhan modalnya akan bertambah dengan melonjak. Pada tingkat ekspansi
iniselain dibutuhkan tambahan modal kerja adalah juga tambahan modal tetap.
Pengertian ekspansi menurut Bambang Riyanto, menerangkan bahwa ekspansi
dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja, atau
modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus-menerus
di dalam perusahaan.
Kemudian pendapat di atas menerangkan pula bahwa motif dilakukan
ekspansi adalah motif ekonomi dan motif psikologis. Mengenai kedua motif
tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Motif Ekonomi
Apabila ekspansi suatu perusahaan didasarkan pada pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisir laba yang diperoleh.Hal ini terjadi misalnya
karena semakin besarnya permintaan terhadap produk atau jasa yang diproduksi
oleh suatu perusahaan.Makin luasnya pasar bagi produksinya untuk mengimbangi
tambahan permintaan atau tambahan luasnya pasar bagi produknya.Makin
besarnya jumlah produksi yang dapat dijual, berarti semakin besar kemungkinan
untuk mendapatkan laba yang lebih besar, dengan demikian setiap pimpinan
perusahaan mempunyai harapan dan keinginan untuk dapat selalu
mengembangkan dan meluaskan perusahaannya.
2. Motif Psikologis
Yaitu ekspansi yang didasarkan pada “personal ambition” dari pemilik
atau pimpinan perusahaan untuk memperoleh prestige dan kekuasaan yang lebih
besar.Dengan demikian bahwa ekspansi merupakan suatu bentuk perluasan usaha
baik dalam meningkatkan komponen aktiva lancar, aktiva tetap atau lainnya guna
sebagai motif yang meningkatkan nilai ekonomi maupun personal ambition dari
pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan.
3. Arah Ekspansi Bisnis
Adapun hal yang ingin didapatkan setelah melakukan ekspansi bisnis
diantaranya:
Pertama, pertumbuhan atau diversifikasi.Perusahaan yang
menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru.Selain itu, dengan melakukan ekspansi
bisnis, seperti merger atau akuisisi, perusahaan Anda dapat mengurangi
pesaing.Setelah pesaing berkurang, Anda dapat lebih fokus menjalankan bisnis
Anda.
Kedua, sinergi. Sinergi yang baik antara Anda dan perusahaan merger
akan menghasilkan tingkat skala ekonomi. Tingkat skala ekonomi terjadi karena
perpaduan biaya overhead meningkatkanpendapatan yang lebih besar daripada
jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika
perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi
dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. Dengan kerja sama yang
bagus dan komitmen, Anda dapat melanjutkan bisnis dengan lebih percaya diri.
Ketiga, peningkatan dana. Anda dapat bergabung dengan perusahaan
yang memiliki likuiditas tinggi sehingga daya pinjam perusahaan Anda meningkat
sementara kewajiban keuangan menurun.
Keempat, menambah keterampilan manajemen atau teknologi.Dengan
berekspansi, Anda dapat menambah keterampilan manajemen perusahaan atau
teknologi dari perusahaan merger Anda.Hal ini juga berlaku terhadap para
karyawan Anda sehingga produktivitas kerja meningkat.
Kelima, pertimbangan pajak. Perusahaan dapat membawa kerugian
pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi.
Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan
perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada
kasus ini, perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan
setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan
yang diakuisisi. Bagaimanapun, merger tidak hanya karena keuntungan dari pajak,
tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
Keenam, meningkatkan likuiditas pemilik.Merger antar perusahaan
memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan
lebih besar, pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh
sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
Ketujuh, melindungi diri dari pengambilalihan.Hal ini terjadi ketika
sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan utang. Karena beban utang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat.
4. Bentuk Kerja Sama dan Ekspansi Bisnis
Bentuk kerja sama bisnis merupakan aspek lain dalam pengembangan
organisasi yang melakukan kerja sama untuk mendapatkan tujuan tertentu.
Sedangkan ekspansi bisnis merupakan bentuk pengembangan organisasi untuk
mendapatkan tujuan tertentu.Ekspansi bisnis adalah ekspansi yang dijalankan
tanpa mengakibatkan perubahan struktur modal.Dalam bentuk ekspansi ini
perusahaan tidak menambah alat-alat produksi tahan lama, tetapi hanya
menambah modal kerja saja dengan menggunakan kapasitas produsi yang tersedia
di dalam perusahaan.Oleh karenanya, perusahaan tidak menambah aktiva tetap,
maka tidaklah dibutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga tidak
mengakibatkan perubahan struktur modalnya.Kebutuhan modal untuk keperluan
ekspansi ini adalah berangur-angsur semakin besar, sehingga bentuk ekspansi ini
sering pula disebut ekspansi yang berangsur-angsur.
Bentuk kerja sama dan ekspansi bisnis yang dapat dilakukan suatu
organisasi, antara lain sebagai berikut:
1. Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional atau Multi National Corporation (MNC)
adalah perusahaan besar yang mengembangkan anak perusahaannya di
berbagai negara lain. Ciri khas dari perusahaan ini adalah di
setiap negara perusahaan-perusahaan tersebut memiliki bentuk sebagai Perseroan
Terbatas, akan tetapi kepemilikan sahamnya hampir seluruhnya dimiliki oleh
perusahaan induk. Selain itu, saham dari perusahaan ini tidak dijual di pasar
modal lokalsehingga kebijakan operasi perusahaan ditentukan oleh perusahaan
induk.
Perusahaan multinasional semakin besar peranannya dalam
berbagainegara sejak perang dunia II.Awalnya MNC berasal dari AS yang
mengembangkan usahanya ke Eropa dan Jepang, dan Australia serta New
Zealand.Sejak era 1960, MNC bukan saja dimonopoli oleh AS, tetapi juga dari
Jepang dan Eropa, serta mulai mengembangkan usaha ke negara-negara
berkembang di Asia dan Afrika.MNC merupakan salah satu pendorong utama
pertukaran budaya dan percepatan globalisasi.
2. Join Venture
Join Venture merupakan dua atau beberapa perusahaan yang sepakat
untuk mendirikansuatu perusahaan baru dengan kepemilikan bersama sebagai
perusahaan patungan. Biasanya perusahaan-perusahaan tersebut akan menentukan
besarnya modal yang akan ditanamkan oleh masing-masing pihak, di mana
besaran komposisi modal ini menentukan besarnya kendali masing-masing
perusahaan pada perusahaan patungan yang baru dibentuk ini. Usaha untuk
melakukan kerja sama tersebut dapat merupakan usaha yang permanen ataupun
yang bersifat sementara. Usaha bersama yang bersifat permanen biasanya berlaku
di antara dua perusahaan yang berada di dua negara berbeda.
3. Akuisisi/Pengambilalihan
Pengambilan adalah suatu tindakan perusahaan yang membeli
perusahaan lain dengan cara membeli saham perusahaan tersebut. Dengan
memiliki sebagian besar saham dalam perusahaan lain tersebut maka pengambilan
ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan cara membayar saham
perusahaan yang dibeli secara tunai atau saham yang dibelidibayar dengan saham
yang berasal dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan. Kedua, setelah
pengambilalihan, perusahaan yang dibeli akan tetap beroperasi secara terpisah
dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan.
Terdapat dua faktor yang mendorong tindakan akuisisi.Faktor pertama,
adalah keinginan untuk memperbesar liputan bidang usaha sehingga kedudukan
perusahaan menjadi semakin kokoh.Faktor kedua, untuk mempertinggi efisiensi
operasi kegiatan usaha. Apabila didasarkan pada tujuan seperti ini maka terlihat
bahwa kedua perusahaan, baik yang mengambil alih maupun yang diambil alih
terikat sangat erat satu sama lainnya.
4. Employee Stock Ownership Plan (ESOP)
ESOP merupakan kesepakatan yang terjadi di mana suatu perusahaan
menyediakan bagian dari sahamnya untuk didistribusikan kepada
karyawannya. Saat ini terdapat beberapa kecenderungan di mana terdapat
perusahaan besar yang menyediakan proporsi sahamnya untuk dibeli oleh
karyawan mereka sendiri.Karyawan secara berkala menerima kepemilikan,
biasanya berdasarkan pertimbangan senioritas.Keuntungan dari pendekatan
kesepakatan ini adalah dapat menjamin stabilitas dan keloyalan karyawan.
5. Privatisasi
Di mana pemerintah menjual perusahaan-perusahaan
milik negara kepada pihak swasta. Langkah ini banyak dilakukan di negara-negara
maju, dan sejak era 1990-an mulai ditiru olehnegara-negara berkembang.
Tindakan ini selaras dengan perombakan sistem ekonomi dunia yang mengarah
pada sistem pasar bebas dan bertujuan untuk mendorong globalisasi.
Berdasarkan garis besarnya langkah privatisasi dapat dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.
a. Perusahaan menjadi sepenuhnya milik swasta, artinya pemerintah menjual
seluruh sahamnya.
b. Pemerintah menjual sebagian sahamnya dan sebagian lagi yang merupakan
porsi terbesar tetap dimiliki oleh pemerintah.
Nasionalisasi merupakan langkah sebaliknya dari
privatisasi.Nasionalisasi adalah tindakan pemerintah suatu negara untuk
mengambil alih beberapa perusahaan milik swasta.Contoh dari tindakan ini adalah
ketika pemerintah komunis di Rusia menasionalisasikan semua perusahaan swasta
menjadi milik pemerintah.Nasionalisasi dapat juga diberlakukan kepada
perusahaan milik asing yang beroperasi di suatu negara. Contohnya, ketika
pemerintah Indonesia pada era tahun 1950-an melakukan pengambilalihan
kepemilikan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dan beberapa
perusahaan milik asing lainnya.
6. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi langsung berarti membeli atau mendirikan aset yang berwujud
(tangible assets) di negara lain. Investasi langsung biasanya dapat berupa
pendirian kantor-kantor cabang, pembukaan pabrik manufaktur yang melibatkan
unit penelitian dan pengembangan.
Kebalikan dari investasi adalah divestasi, yaitu tindakan untuk menjual
salah satu bidang operasi perusahaan atau menjual salah satu unit usaha yang
dimiliki perusahaan induk.Apabila suatu industri di pembuatan kendaraan
memutuskan tidak lagi menghasilkan kendaraan besar untuk umum dan menjual
unit yang menghasilkan produk ini maka langkah ini merupakan langkah
divestasi. Beberapa perusahaan di Indonesia yang melakukan divestasi, misalnya
PT Astra International yang menjual Bank Permata kepada Bank Mandiri pada
tahun 2005.
7. Franchising
Franchising adalah tindakan memberikan hak kepada seseorang atau
suatu perusahaan untuk beroperasi dan melakukan kegiatan seperti yang
dilakukan oleh perusahaan yang mengeluarkan franchise ini.Contoh dari
tindakan franchising ini, misalnya bisnis, seperti McDonald’s dan KFC.Di
Indonesia bentuk usaha seperti itu cukup banyak.Ini merupakan bentuk paling
mudah dari pengembangan bisnis.Selain mudah Franchise juga biasanya telah
memilikisistem yang telah teruji dan para Franchisee (pihak yang mendapatkan
hak franchise) tinggal menerapkannya. Contoh franchise lokal yang sukses adalah
Papa Rons Pizza dan Rumah Makan Sederhana.
8. Pemberian Lisensi (Licensing)
Selain franchising dikenal pula kerja sama yang mirip, namun dalam
bentuk lisensi, yaitu penggunaan suatu brand/merek produk yang telah terkenal
dengan cara membeli hak penggunaan merek dari organisasi atau individu yang
memilikinya. Misalnya, perusahaan-perusahaan di luar negeri memasarkan
produk-produk mereka pada pasar tersebut.Perbedaan yang tampak menonjol dari
lisensi dan franchise, yaitu pada lisensi pemegang lisensi hanya membeli merek
dan produk, tetapi belum tentu beroperasi dan melakukan kegiatan, seperti
perusahaan yang mengeluarkan franchise. Contoh pemberian lisensi antara lain
salah satu pengusaha terkenal di Indonesia memiliki hak eksklusif atas merek
mobil Roll Royce, yaitu dalam pemasarannya di Indonesia.
B. Reklamasi
1. Pengertian Reklamasi
Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris yaitu to
reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Lebih lanjut dijelaskan
dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan Nasional,
disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Beberapa
sumber yang mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai berikut :
Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi
adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.Peraturan Menteri Perhubungan No
PM 52 Tahun 2011 menyebutkan bahwa, reklamasi adalah pekerjaan timbunan di
perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan atau kontur kedalaman
perairan.
Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan
Perencanaan Bangunan Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah
meningkatkan sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih
bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai
ekonomis.Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai
pengertian yaitu usaha pengembangan daerah yang tidak atau kurang produktif
(seperti rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang surut gambut maupun
pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan
pelabuhan) dengan jalan menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal
– kanal, membuat tanggul/ polder dan memompa air keluar maupun dengan
pengurugan.Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi (2007) adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau
lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan
berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,
di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, atau pun di danau.
Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha
memanfaatkan kawasan atau lahan yang tidak relatif berguna atau masih kosong
dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan
pantai, daerah rawa-rawa, dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang
lebar maupun didanau.Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah
pantai menjadi suatu wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada seperti
drainase.Biasanya daerah yang menerapkan teknologi reklamasi ini termasuk
daerah rendah yang sering terjadi genangan air seperti banjir atau pasang surut air
laut yang berlebihan.Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang
hingga sekarang.
2. Tujuan dan Manfaat Reklamasi
Tujuan reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata
Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007) yaitu untuk menjadikan kawasan berair
yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik
dan bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara,
perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir
pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul
perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu
kawasan wisata terpadu.Sedangkan menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari
reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pengembangan kota. Reklamasi
diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan
kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan
semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi
tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi,
sehingga diperlukan daratan baru.
Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program reklamasi ditinjau
dari aspek fisik dan lingkungan yaitu:
a. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut.
b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan
bangunan yang akan difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai.
Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata
guna lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan.Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna.Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang
perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa
dimanfaatkan.Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan
mutlak untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal,
pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya.Dalam
perkembangannya pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat
luas dan berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan
yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi
pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi.
Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin
mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat menjadikan
reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan dalam
memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Dari aspek
sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan
meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang
sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran
sungai maupun sempadan pantai.Aspek lingkungan berupa konservasi wilayah
pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi ataupun erosi.Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini
guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena ketiga permasalahan
tersebut ke bentuk semula.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan reklamasi adalah untuk memperoleh
lahan pertanian, memperoleh lahan untuk pembanguan gedung atau untuk
memperluas kota, ataupun untuk sarana transportasi. Reklamasi umumnya
menyangkut wilayah laut, baik laut dangkal maupun dalam.Proyek reklamasi juga
dapat dilakukan pada daerah rawa-rawa yang dapat digunakan untuk keperluan
pembangunan proyek industri.
3. Prinsip dan Perencanaan Reklamasi Pantai
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut :
a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi
daratan.
b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan
kebutuhan yang ada.
c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa.
d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di
atas, terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang
alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti :
1. Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi
kawasan reklamasi pantai.
2. Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan
direklamasi maupun yang sudah direklamasi.
3. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai
atau kajian/kelayakan properti (studi investasi).
4. Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana
struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara
lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,
jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya.Kawasan lindung yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah ruang terbuka hijau.Kawasan budi daya meliputi kawasan
peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi.Reklamasi pantai memberi
dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat
ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus
menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan.Selanjutnya,
perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja
baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.Aspek
sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial,
budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang
perairan/pantai.
4.Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai
Menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai (2007), kawasan reklamasi dibedakan menjadi beberapa tipologi
berdasarkan fungsinya yakni :
a. Kawasan Perumahan dan Permukiman.
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa.
c. Kawasan Industri.
d. Kawasan Pariwisata.
e. Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang
Terbuka Tata Air).
f. Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan.
g. Kawasan Pelabuhan Udara.
h. Kawasan Mixed-Use.
i. Kawasan Pendidikan.
Selain berdasarkan fungsinya, kawasan reklamasi juga dibagi menjadi
beberapa tipologi berdasarkan luasan dan lingkupnya sebagai berikut :
1. Reklamasi Besar yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan
mempunyai lingkup pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan bervariasi.
Contoh : Kawasan reklamasi Jakarta.
2. Reklamasi Sedang merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai
dengan 500 Ha dan lingkup pemanfaatan ruang yang tidak terlalu banyak ( ± 3
– 6 jenis ). Contoh : Kawasan Reklamasi Manado.
3. Reklamasi Kecil merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah
100 Ha) dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan ruang ( hanya 1-3
jenis ruang saja ). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar.
5. Daerah Pelaksanaan Reklamasi Pantai
Perencanaan Kota (2013) memaparkan pelaksanaan reklamasi pantai
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula.
Kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan daratan baru dan
garis pantai yang baru akan menjadi lebih jauh menjorok ke laut. Penerapan
model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan dengan penanganan khusus
atau kawasan lindung seperti kawasan permukiman nelayan, kawasan hutan
mangrove, kawasan hutan pantai, kawasan perikanan tangkap, kawasan terumbu
karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi - kawasan larangan ( rawan
bencana ) dan kawasan taman laut.
2. Daerah reklamasi yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai.
Model ini memisahkan (meng-“enclave”) daratan dengan kawasan
daratan baru, tujuannya yaitu :
a. Menjaga keseimbangan tata air yang ada.
b. Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai,
dll).
c. Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial.
d. Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut,
perikanan, minyak).
e. Menghindari kawasan rawan bencana.
3. Daerah reklamasi gabungan dua bentuk fisik (terpisah dan menyambung
dengan daratan).
Suatu kawasan reklamasi yang menggunakan gabungan dua model
reklamasi.Kawasan reklamasi pada kawasan yang potensial menggunakan teknik
terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak memiliki potensi khusus
menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama.
6.Sistem Reklamasi Pantai
Ada beberapa sistem yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan
untuk mencapai tujuan reklamasi, kondisi dan lokasi lahan, serta ketersediaan
sumber daya. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sistem kanalisasi.
Yaitu membuat kanal-kanal atau saluran drainase ( kondisi tertentu
dilengkapi pintu ) bertujuan untuk menurunkan muka air sehingga lahan bisa
dimanfaatkan.Contoh : Perkebunan kelapa sawit di daerah gambut.
2. Sistem Polder
Dalam sistem polder melingkupi suatu lahan basah (genangan) dengan
tanggul yang diusahakan kedap air dan menurunkan tinggi muka air tanah di
dalam areal tersebut, selanjutnya mengendalikan tinggi muka air supaya selalu
berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup kering
dan siap untuk dimanfaatkan untuk pertanian, perindustrian dan lain-
lainnya.Keberhasilan dari sistem ini adalah menjaga atau mempertahankan
kondisi muka air tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur
muka air tersebut.Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangat kecil
terutama jika lahan tidak perlu ditinggikan.Kekurangannya adalah diperlukan
biaya cukup besar untuk pembuatan tanggul, sistem kanal dan saluran serta sistem
pompa. Selain itu diperlukan waktu yang cukup panjang untuk penyiapan lahan
reklamasi tersebut.Sistem Polder ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Polder Dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut akan tetapi
ke waduk-waduk tampungan atau ke suatu saluran yang ada di luar polder untuk
kemudian dialirkan ke laut.
b. Polder Luar
Air dari polder langsung dibuang ke laut
3. Sistem Urugan
Sistem reklamasi dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi
kemudian diikuti dengan langkah-langkah perlindungan dari sistem perbaikan
tanahnya ( tanah urug reklamasi ). Sistem ini berkembang didukung dengan
berbagai jenis alat-alat besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan
pengeruk tanah, alat-alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah
urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini dibedakan dua
macam cara kerja yaitu:
a. HYDRAULIC FILL: Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian
dilakukan pengurugan.
b. BLANKET FILL: Tanah di urug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau
sistem perlindungan dibuat belakangan.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hal yang terjadi diatas, maka untuk memahami dan
memudahkan dalam proses penelitian, kiranya perlu diuraikan mengenai
kerangka penilaian. Ekspansi reklamasi merupakan salah satu masalah sosial
yang baru dikalangan masyarakat. Terlalu sibuknya pemerintah dengan
berbagai permasalahan politik dan ekonomi yang terjadi dalam negeri ini
membuat pemerintah mengesampingkan masalah yang diakibatkan oleh
ekspansi reklamasi menjadi bagian kecil dari rentetan masalah sosial. Akibat
kelalaian dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap dampak dan masalah
yang ditimbulkan ekspansi reklamasi, sekarang masyarakat pesisir pantai yang
bermata pencaharian sebagai nelayan mengalami penurunan pendapatan dan
penghasilan.
Masyarakat pesisir pantai adalah merupakan penghasil atau pemasok ikan
yang dikonsumsi masyarakat setempat (desa) maupun masyarakat perkotaan,
dimana penghasilan dari penjualan tersebut digunakan sebagai biaya hidup
dalam keberlangsungan kehidupan keluarga masyarakat nelayan pesisir pantai.
Peningkatan tingkat ekspansi reklamasi disebabkan oleh berbagai faktor,
kepentingan pemerintah, perluasan perusahaan yang telah ada sebelumnya,
pengaruh budaya barat, dan kurangnya pemahaman terhadap dampak ekspansi
reklamasi bagi masyarakat nelayan pesisir pantai. Ekspansi reklamasi
merupakan suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi suatu bangsa
terhadap masyarakat nelayan pesisir pantai. Dimana laut dijadikan lahan mata
pencaharian bagi masyarakat pesisir, sekarang beralih fungsi menjadi daratan
yang dijadikan sebagai tempat berdirinya perusahaan.
Akibat dari ekspansi reklamasi tersebut tak jarang kita menemui atau
mendengar keluhan tentang menurunya pendapatan dan penghasilan
masyarakat terkhusus nelayan pesisir pantai di kelurahan tanah lemo yang
selama ini laut dijadikan sebagai lahan mata pencaharian dan juga sebagai
tempat berkembang biaknya biota dan ekosistem laut. Akan tetapi, ekspansi
reklamasi tetap saja dilaksanakan oleh pemerintah untuk memberikan lahan
baru terhadap investor yang ingin menjadikan lautan sebagai perluasan daratan
tanpa mengadakan sosialisasi atau meminta persetujuan dari masyarakat pesisir
pantai dan penulis anggap ini sudah menjadi masalah sosial yang lumayan
tinggi didaerah tempat penulis tinggal
Gambar 1.1.
Ekspansi Reklamasi di pesisir
pantai Bontobahari
Tujuan dan Manfaat Ekspansi
Reklamasi
Dampak Ekspansi Reklamasi
bagi Masyarakat Nelayan
Analisis
Kesimpulan
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Agar lebih mempersempit tujuan dari penelitian ini penulis
menambah deskripsi fokus penelitian ini. Sebagaimana di zaman modern ini
globalisasi membawa perubahan besar bagi dunia termasuk sekitar kita, salah
satunya banyaknya terjadi ekspansi reklamasi maupun pembangunan yang
merajalela akibat dari modernisasi yang tidak seimbang atau tidak sesuai
dengan kondisi daerah tersebut perlu kita ketahui bahwa ekspansi reklamasi
bukan hanya berdampak pada menurunnya penghasilan ataupun kerusakan
biota dan ekosistem laut tapi akan berdampak pada banyaknya keluhan
masyarakat nelayan pesisir pantai terhadap adanya ekspansi reklamasi ini.
Ikan dan ekosistem laut adalah hal yang paling penting bagi
kebanyakan masyarakat pesisir pantai karna dengan hasil laut masyarakat bisa
memanfaatkan sebagai makanan sehari hari. Apa jadinya jika masyarakat
pesisir pantai tidak bisa lagi menjadikan laut sebagai lahan mata pencaharian
pastinya akan berdampak pada keberlangsungan hidup masyarakat kelurahan
tanah lemo. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
kehidupan masyarakat pesisir pantai dengan adanya reklamasi baik dilakukan
oleh pemerintah atau investor asing sebaiknya terlebih dulu melakukan
sosialisasi atau persetujuan kepada masyarakat setempat agar tidak
menimbulkan perselisihan yang diakibatkan oleh adanya ekspansi reklamasi.
Khususnya di daerah tempat penulis tinggal yaitu di kelurahan
tanah lemo kecamatan bontobahari kabupaten bulukumba mulai penulis temui
reklamasi atau pembangunan di lahan berair (laut), ini yang membuat
masyarakat pesisir pantai termasuk masyarakat yang biasa menggunakan
pantai sebagai tempat berlibur menjadi berkurang. Di lingkungan pesisir
pantai selain banayak orang yang memamfaatkan laut sebagai lahan mata
pencaharian laut juga sebagai tempat berkembangbiaknya biota dan
ekosistem laut. Nah saya kira ini adalah salah satu alasan mengapa banyak
masyarakat nelayan pesisir pantai maupun masyarakat yang jauh dari pesisir
pantai menolak reklamasi karna berdampak terhadap kurangnya fungsi bagi
masyarakat.
Dulunya tanah lemo dikenal dengan desa yang kebanyakan
penduduknya hidup dalam keadaan baik baik saja dengan kata lain semua
kebijakan pemerintah dipatuhi dengan baik. Saling menghormati satu sama
lain terutama orang orang yang memiliki jabatan di pemerintahan di tanah
lemo, kebanyakn masyarakat disana sangat menghormati orang orang yang
mempunyai jabatan di pemerintahan daerah itu, sampai sampai setiap kepala
RT atau pak camat yang berkunjung ke daerah tersebut selalu disuguhi
makanan yang bersumber dari penghasilan yang didapatkan di laut dan
dijamu sebaik mungkin.
Seiring masuknya era globalisasi atau zaman modern ini tiba tiba
berubah, daerah tanahlemo yang dikenal dengan desa yang dimana
masyarakatnya hidup dalam aturan yang sangat ketat, desa yang dimana
kebanyakan masyarakat hidup damai berubah dengan masuknya era modern.
pada hari dimana pejabat pemerintahan mendapatkan sebuah terobosan baru
terhadap pembangunan yang memanfaatkan laut sebagai lahan pembangunan
perusahaan dan pelabuhan kapal pelni. Dan yang paling terasa pengaruhnya
adalah kebiasaan masyarakat nelayan pesisir pantai menjadikan laut sebagai
lahan untuk mencari nafkah dan kini sudah mengalami penurunan
penghasilan bagi nelayan di kelurahan tanah lemo.
Ada banyak dampak yang akan terjadi bagi masyarakat nelayan
pesisir pantai dan ekosistem laut jika reklamasi tetap saja dilanjutkan dan
dilaksanakan di berbagai tempat, selain merasa reklamasi itu tidak berpihak
kepada kepentingan masyarakat sekitar juga akan merusak lingkungan dan
laut .
Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian
sebelumnya adalah penulis lebih fokus pada kebijakan pemerintah akan
dampak ekspansi reklamasi antara lain bagaimana proses terjadinya reklamasi
yang berdampak pada keberlangsungan masyarakat nelayan pesisir pantai dan
ekosistem laut, dan bagaiman solusi bagi masyarakat nelayan pesisir pantai
terhadap kebijakan pemerintah dan investor melakukan reklamasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian
Dari penelitian yang berjudul“Dampak Ekspansi Reklamasi
Terhadap Menurunnya Pendapatan dan Penghasilan Nelayan di Pesisir
Pantai (Studi kasus Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba)”
penelitian ini menggunakan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini di sebabkan karena kualitatif
lebih mendalam mengenai permasalahan manusia sebagai instrument penelitian.
Metode wawancara, observasi dan dokumentasi, juga teknik-teknik analisisnya
lebih merupakan eksitensi dan perilaku manusia, seperti mendengarkan, melihat,
bicara, berinteraksi dan bertanya.
Menurut pendapat Sugiono (2016: 09) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, di
gunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Sasaran kajian dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku
sebagai prinsip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat. Gejala-gejala
36
tersebut di lihat dari satuan yang berdiri sendiri dalam kesatuan yang bulat dan
menyeluruh. Sehingga pendekatan kualitatif sering di sebut sebagai pendekatan
holistic terhadap suatu gejala sosial.
Adapun lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
B. WaktudanLokasiPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan dimulai pada
bulan Mei 2018 hingga Juli 2018. Di mana lokasi penelitian ini berada di .
Pemilihan lokasi ini berdasarkan tempat reklamasi tersebut dilaksanakan dan
daerah yang mudah di jangkau oleh peneliti sehingga dapat mempermudah dalam
proses penelitian.
C. InformanPenelitian
Informan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat,
yang tinggal di daerah pesisir dan yang tinggal dekat dengan tempat Reklamasi
tersebut. Penentuan informan penelitian ini di lakukan secara sengaja (purvosive
sampling atau judgmental sampling). Purvosive Sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, di mana peneliti cenderung
memiliki responden secara variatif berdasarkan (alasan), sehingga dalam
penelitian ini menggunakan maximum variation sampling.
Penelitian kualitatif tidak di masukkan untuk membuat generalisasi dari
hasil penelitian yang di lakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin
dalam fokus penelitian di tentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini akan
menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang di
perlukan selama proses penelitian. Informan ini meliputi tiga macam yaitu
informan kunci (key informan), informan utama, informan tambahan. Informan
kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok
yang di perlukan dalam penelitian. Informan utama adalah mereka yang terlibat
secara langsung dalam interaksi social yang di teliti. Sedangkan informan
tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti.
Berapa jumlah responden atau informan dalam penelitian kualitatif
belum di ketahui sebelum peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di
lapangan. Hal ini karena pengumpulan data suatu penelitian kualitatif mempunyai
tujuan yang tercapainya kualitas data yang memadai, sehingga sampai dengan
responden yang beberapa data telah dalam keadaan tidak berkualitas lagi dalam
arti sudah mencapai titik jenuh karena responden tersebut ceritanya sama saja
dengan responden-responden sebelumnya.
D. FokusPenelitian
Fokus penelitian ini adalah “Dampak Ekspansi Reklamasi Terhadap
Menurunnya Pendapatan dan Penghasilan Nelayan di Pesisir Pantai (Studi kasus
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba)”
Agar lebih mempersempit tujuan dari penelitian ini penulis menambah
deskripsi fokus penelitian ini. Sebagaimana di zaman modern ini globalisasi
membawa perubahan besar bagi dunia termasuk sekitar kita, salah satunya
banyaknya terjadi ekspansi reklamasi maupun pembangunan yang merajalela
akibat dari modernisasi yang tidak seimbang atau tidak sesuai dengan kondisi
daerah tersebut perlu kita ketahui bahwa ekspansi reklamasi bukan hanya
berdampak pada menurunnya penghasilan ataupun kerusakan biota dan ekosistem
laut tapi akan berdampak pada banyaknya keluhan masyarakat nelayan pesisir
pantai terhadap adanya ekspansi reklamasi ini.
Ikan dan ekosistem laut adalah hal yang paling penting bagi kebanyakan
masyarakat pesisir pantai karna dengan hasil laut masyarakat bisa memanfaatkan
sebagai makanan sehari hari. Apa jadinya jika masyarakat pesisir pantai tidak bisa
lagi menjadikan laut sebagai lahan mata pencaharian pastinya akan berdampak
pada keberlangsungan hidup masyarakat kelurahan tanah lemo. Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan masyarakat pesisir pantai
dengan adanya reklamasi baik dilakukan oleh pemerintah atau investor asing
sebaiknya terlebih dulu melakukan sosialisasi atau persetujuan kepada masyarakat
setempat agar tidak menimbulkan perselisihan yang diakibatkan oleh adanya
ekspansi reklamasi.
Khususnya di daerah tempat penulis tinggal yaitu di kelurahan tanah lemo
kecamatan bontobahari kabupaten bulukumba mulai penulis temui reklamasi atau
pembangunan di lahan berair (laut), ini yang membuat masyarakat pesisir pantai
termasuk masyarakat yang biasa menggunakan pantai sebagai tempat berlibur
menjadi berkurang. Di lingkungan pesisir pantai selain banayak orang yang
memamfaatkan laut sebagai lahan mata pencaharian laut juga sebagai tempat
berkembangbiaknya biota dan ekosistem laut. Nah saya kira ini adalah salah satu
alasan mengapa banyak masyarakat nelayan pesisir pantai maupun masyarakat
yang jauh dari pesisir pantai menolak reklamasi karna berdampak terhadap
kurangnya fungsi bagi masyarakat.
Dulunya tanah lemo dikenal dengan desa yang kebanyakan penduduknya
hidup dalam keadaan baik baik saja dengan kata lain semua kebijakan pemerintah
dipatuhi dengan baik. Saling menghormati satu sama lain terutama orang orang
yang memiliki jabatan di pemerintahan di tanah lemo, kebanyakn masyarakat
disana sangat menghormati orang orang yang mempunyai jabatan di pemerintahan
daerah itu, sampai sampai setiap kepala RT atau pak camat yang berkunjung ke
daerah tersebut selalu disuguhi makanan yang bersumber dari penghasilan yang
didapatkan di laut dan dijamu sebaik mungkin.
Seiring masuknya era globalisasi atau zaman modern ini tiba tiba berubah,
daerah tanahlemo yang dikenal dengan desa yang dimana masyarakatnya hidup
dalam aturan yang sangat ketat, desa yang dimana kebanyakan masyarakat hidup
damai berubah dengan masuknya era modern. pada hari dimana pejabat
pemerintahan mendapatkan sebuah terobosan baru terhadap pembangunan yang
memanfaatkan laut sebagai lahan pembangunan perusahaan dan pelabuhan kapal
pelni. Dan yang paling terasa pengaruhnya adalah kebiasaan masyarakat nelayan
pesisir pantai menjadikan laut sebagai lahan untuk mencari nafkah dan kini sudah
mengalami penurunan penghasilan bagi nelayan di kelurahan tanah lemo.
Ada banyak dampak yang akan terjadi bagi masyarakat nelayan pesisir
pantai dan ekosistem laut jika reklamasi tetap saja dilanjutkan dan dilaksanakan di
berbagai tempat, selain merasa reklamasi itu tidak berpihak kepada kepentingan
masyarakat sekitar juga akan merusak lingkungan dan laut .
Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya
adalah penulis lebih fokus pada kebijakan pemerintah akan dampak ekspansi
reklamasi antara lain bagaimana proses terjadinya reklamasi yang berdampak
pada keberlangsungan masyarakat nelayan pesisir pantai dan ekosistem laut, dan
bagaiman solusi bagi masyarakat nelayan pesisir pantai terhadap kebijakan
pemerintah dan investor melakukan reklamasi.
E. InstrumenPenelitian
Untuk memperoleh data penelitian ini, maka di gunakan instrument
penelitian berupa pedoman wawancara, kamera, alat perekam dan peneliti sendiri.
1. Wawancara atau interview adalah sejumlah daftar pertanyaan yang di berikan
kepada responden secara lisan dan di jawab secara lisan pula dengan
menggunakan alat perekam suara untuk mengumpulkan data dari responden.
2. Kameramerupakan seperangkat perlengkapan yang memiliki fungsi untuk
mengabadikan suatu objek menjadi sebuah gambar yang merupakan hasil
proyeksi pada sistem lensa. Kamera di gunakan sebagai alat dokumentasi
peneliti pada saat melakukan observasi dan wawancara guna memperoleh data
yang relevan.
3. Alat perekam adalah suatu proses menyalin ulang suatu objek, apakah objek
berupa gambar suara atau apa saja, dengan menggunakan media atau alat
perekeman tertentu yang hasilnya dapat dismpan di suatu media penyimpanan
atau tidak. Alat perekamdi gunakan untuk merekam suara informan pada saat
melakukan wawancara atau interview dengan informan.
4. Peneliti sendiri disini maksudnya si peneliti terjung langsung melihat, meneliti
dan mengobservasi keadaan atau pola interaksi yang di lakukan oleh warga
pendatang dengan masyarakat lokalterhadap adanya kawasan industri tersebut.
F. JenisdanSumber Data Penelitian
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah jenis data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang di dapatkan dari hasil wawancara atau
observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang di dapatkan dari hasil telaah
buku referensi atau dokumentasi. Sumber data terdiri dari sumber informan kunci,
informan ahli dan informan biasa.
G. TeknikPengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Nasution dalam
Sugiono 2016:226 ). Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang di peroleh melalui observasi. Data itu di
kumpulkan dan dering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil ( proton dan eletron ) maupun yang
sangat jauh ( benda ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas. Melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (
Marshall dalam Sugiono 2016:226 )
2. Wawancara ( Interview )
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna dalam suatu
topic tertentu ( Esterberg dalam Sugiono 2016: 231). Wawancara di gunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
3. Dokumentasi
Sugiono ( 2016 ) menyatakan bahwa, dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bias berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dalam artian umum dokumentasi
merupakan sebuah pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan,
penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen. Dokumentasi ini di gunakan
untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal
ini termasuk kegunaan dari arsip perpustakaan dan kepustakaan. Dokumentasi
biasanya juga di gunakan dalam sebuah laporan pertanggung jawaban.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menganalisis, mempelajari serta mengelolah data tertentu. Sehingga dapat di
ambil kesimpulan yang konkret tentang persoalan yang di teliti. Penelitian yang
akan di lakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kualitatif analisis.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di
peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah di pahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain (
Bogdan dalam Sugiono 2016 : 244 ). Analisis data di lakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari,
dan membuat kesimpulan yang di ceritakan kepada orang lain.
Dari semua data serta informasi yang telah penulis dapatkan dari hasil
penelitian tersebut akan di analisasi kualitatif dengan memberikan gambaran
informasi yang jelas dan mendalam sebagai metode penelitian kerja sama
pemerintah dalam pembenahan wisata. Hasil dari gambaran informasi akan di
interprestasikan sesuai dari hasil penelitian yang di lakukan.
I. TeknikKeabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya di tekankan pada uji
validasi dan realibitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat di
nyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang di laporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti. Tetapi perlu di
ketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat
tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kontruksi manusia, di bentuk dalam diri
seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar
belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang
berbeda meneliti dengan objek yang sama, maka akan mendapatkan 10 penemuan,
yang semuanya di katakana valid, kalau apa yang di temukan itu tidak berbeda
dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang di teliti.ang sama
peneliti yang berlatar pendidikan pendidikan akan menemukan data yang berbeda
dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi,
Kedokteran, Teknik, dan sebagainya.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi data, dan triangulasi
waktu.
1. TriangulasiSumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data di lakukan dengan
cara mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber. Sebagai
contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang,
maka pengumpulan dan pengujian data yang telah di peroleh di lakukan ke
bawahan yang di pimpin, ke atasan yang menugasi, dan teman kerja yang
merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bias di
rata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik
dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah di analisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member
check) dengan tiga data tersebut.
2. TriangulasiTeknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data di lakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.misalnya data yang di peroleh dengan hasil wawancara, lalu di cek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
lain, untuk memastikan data mana yang di anggap benar. Atau mungkin semuanya
benar, karena sudut pandangnya yang berbeda-beda.
3. TriangulasiWaktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang di
kumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat di
lakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka di lakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di
temukan kepastian datanya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Bulukumba terletak dibagian Selatan dari jazirah Sulawesi
Selatan dan berjarak 153 km dari Makassar (Ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan).
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah
Propinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 Kecamatan yaitu Kecamatan
Ujungbulu (Ibu kota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang,
Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujungloe, Kecamatan
Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah:.
Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai, Sebelah Selatan
berbatasandengan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sebelah Timur berbatasan Teluk
Bone dan Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.
Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari
Barat ke Utara dengan ketinggian 100 sampai dengan diatas 500 meter dari
permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa
dan Kecamatan Rilau Ale.
Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C
– 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan
dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim
diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di
Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basahKabupaten
Bulukumba berada disektor timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan
musim semi rendengan antara April – September. Terdapat 8 buah stasiun penakar
hujan yang tersebar dibeberapa kecamatan, yakni : stasiun Bettu, stasiun
Bontonyeleng, stasiun Kajang, Stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong,
stasiun Bontobahari, stasiun Bulo-bulo dan stasiun Herlang. Daerah dengan curah
hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur, sedangkan tengah
memiliki curah hujan sedang, sedangkan pada bagian selatan curah hujannya
rendah.
Curah hujan antara 800 - 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan
Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujungloe, dan sebagian besar
Bontobahari. Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun, meliputi sebagian
Gantarang, sebagian Rilau Ale, Sebagian Ujungloe, Sebagian Kindang, Sebagian
Bulukumpa, Sebagian Bontotiro, Sebagian Herlang, dan Kecamatan Kajang.
Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan
Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, dan Helang. Sungai di Kabupaten Bulukumba
ada 32 aliran yang terdiri sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini
mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai Sangkala 65,30
km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-
sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha.
Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2012 berjumlah 398.531
jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan. Dari 10 (sepuluh) Kecamatan,
Kecamatan Gantarang yang mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 71.741
jiwa. Dilihat dari jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk
laki-laki yaitu 211.092 jiwa perempuan sedangkan 187.439 jiwa laki-laki. Dengan
rasio jenis kelamin (perbandingan laki-laki dengan perempuan) adalah 89, yang
berarti dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 89 orang penduduk
laki-laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 yaitu 345
orang per km2 yang berarti lebih tinggi 3 orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Kecamatan paling padat penduduknya adalah Kecamatan Ujungbulu yaitu 3.360
orang per km2. Hal ini terjadi karena Kecamatan merupakan ibu kota Kabupaten
Bulukumba. Desa Bira adalah pusat pembuatan pencipta/pendesain perahu Pinisi
dimasa lalu sekaligus pusat kunjungan wisata manca Negara dan domistik di
kawasan timur bagian selatan Kabupaten Bulukumba. Sehingga penduduknya
beraneka ragam pekerja yaitu ada yang berprofesi sebagai pagawai negeri sipil,
pengusaha, petani dan nelayan serta karyawan swasta berprofesi sebagai pelaut
dan pengrajin tenung, pekerjaan sebagai pelaut dan pengrajin tenung tidak bisa
dipisahkan karena didapatkan secara turun temurun dari nenek moyan. Desa Bira
juga merupakan penghubung antara kepulauan Selayar, Tondasi Sulawesi
Tenggara dan Labuang Bajo Nusa Tenggara Timur sehingga tidak menutup
kemungkinan penduduk Bira banyak bergelut di bidang perdagangan sehingga
sektor ini juga menjadi tumpuan hidup sebagian besar penduduknya.
1. Historis (Sejarah)
Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata
dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia
berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya". Mitos ini pertama
kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua
kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir
pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja
Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah
pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan
barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan
Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah
bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng
Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal
dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis
"Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami
perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba". Konon sejak itulah nama
Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari
terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–
daerah Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya
setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber
Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari
jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan
Daerah Nomor 13 Tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah
tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD
Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan
pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bulukumba bergerak pada
beberapa jenis kegiatan seperti sektor pertanian, nelayan, perdagangan, dan lain
sebagainya. Sebagian besar penduduk bergerak pada sektor pertanian dan nelayan,
sedangkan selebihnya berprofesi pada kegiatan perkebunan, perdagangan,
pegawai negeri sipil, karyawan swasta, pertambangan, angkutan, bangunan dan
lain sebagainya hal ini disebabkan oleh potensi lahan yang cukup subur dan di
tunjang oleh prasarana penunjang seperti jaringan irigasi dan industri pengolahan
hasil pertanian lainnya. Sedangkan penduduk lainnyayang tidak
bekerjamerupakan ibu rumah tangga dan penduduk usia sekolah, dan selebihnya
merupakan pencari kerja atau penduduk yang belum memperoleh pekerjaan.
Kabupaten bulukumba merupakan daerah di wilayah Selatan sebagai
salah satu sentra produksi pangan andalan, yang memeberikan kontribusi dalam
memperkokoh Sulawesi Selatan sebagai lumbung padi nasional. Tanaman pangan
yang sangat potensial yakni tanaman padi dan merupakan bahan pangan utama
masyrakat, terdapat pula bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang ijo, dan kedelai, yang merupakan tanaman sela atau
tanaman antara yang di tanam oleh petani setelah sekali/dua kali panen tanaman
padi, khususnya di lokasi lahan persawahan sedangkan pada lokasi lahan non
persawahan tanaman tersebut diantaranya merupakan tanaman utama.
Tabel 1 Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sapolohe :
Mata Pencaharian Persentase
Nelayan 48%
Wiraswasta/Pedagang 15%
PNS 13%
Petani 0,1%
Peternak 10%
Tabel 2 jenis pekerjaan yang di tekuni penduduk Sapolohe :
Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
Petani 1 orang -
Buruh 10 orang -
Pegawai Negeri Sipil 20 orang 20 orang
Pedagang - 20 orang
Peternak 5 orang -
Nelayan 100 orang -
Bidan - 4 orang
Pegawai Swasta 9 orang 2 orang
Pembantu Rumah Tangga - -
TNI - -
POLRI 2 orang -
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 orang 3 orang
Dosen Swasta - -
Karyawan Perusahaan Swasta - -
Pegawai BUMN 10 orang -
Pegawai BUMD - -
Tukang Kayu - -
Imam Masjid 8 orang -
Tukang Cukur 3 orang -
Sumber:Kantor Lurah Sapolohe tahun 2017
3. Kondisi Umum Kelurahan Sapolohe
1) Keadaan Geografis
a. Batas Wilayah
- Sebelah Timur : Kecamatan Bonto Tiro
- Sebelah Utara : Kecamatan Ujung Loe
- Sebelah Barat : Laut Flores
- Sebelah Selatan : Desa Bira
b. Luas Wilayah
Luas Kelurahan Sapolohe sekitar 19,5 Km2, atau menurut hasil
pengukuran Sismeof pada bulan Desember tahun 2006 luas wilayah adalah
5,367,216 meter persegi sebagai pusat Kelurahan Sapolohe, sebagian besar
lahan di Kelurahan Sapolohe di gunakan sebagai tempat tinggal yang
lainnya adalah kantor pemerintah daerah dan tempat perniagaan dan Hutan
Raya. Ada juga sebagian kecil penduduk yang berkebun dan beternak,
namun luas penggunaan lahan tak begitu signifikan, hanya di sekitar rumah
saja.
c. Keadaan Topografi
Secara umum keadaan topografi Kelurahan Sapolohe adalah dataran
rendah/pesisir dan daerah perbukitan. Kelurahan Sapolohe berbatasan
langsung dengan lautan dan hanya sekitar tiga puluh persen di kelilingi oleh
hutan. Oleh karena itu sebagian besar penduduk Sapolohe menjalani profesi
sebagai nelayan.
d. Iklim
Iklim di Kelurahan Sapolohe sebagaimana wilayah-wilayah di
Indonesia yang beriklim Tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim hujan.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
menunjang proses terjadinya kesetaraan sebab dengan tingginya pendidikan yang
dimiliki oleh anggota masyarakat maka lebih luas pula pengetahuannya.
Tabel 3 pendidikan penduduk Kelurahan Sapolohe:
Jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin 121 orang
Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan
kelompok bermain anak 100 orang
Jumlah anak dan penduduk cacat fisik dan mental -
Jumlah penduduk sedang SD/Sederajat 293 orang
Jumlah penduduk tamat SD/Sederajat 454 orang
Jumlah penduduk sedang SMPN/Sederajat 110 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SMPN/Sederajat 10 orang
Jumlah penduduk tamat SMPN/Sederajat 320 orang
Jumlah penduduk sedang SMAN/Sederajat 23 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SMAN/Sederajat 5 orang
Jumlah penduduk tamat SMAN/Sederajat 313 orang
Jumlah penduduk sedang D-1 -
Jumlah penduduk tamat D-1 -
Jumlah penduduk sedang D-2 -
Jumlah penduduk tamat D-2 -
Jumlah penduduk sedang D-3 5 orang
Jumlah penduduk tamat D-3 10 orang
Jumlah penduduk sedang S1 30 orang
Jumlah penduduk tamat S1 50 orang
Jumlah penduduk sedang S2 -
Jumlah penduduk tamat S2 5 orang
Jumlah penduduk tamat S3 -
Jumlah penduduk sedang SLB A -
Jumlah penduduk tamat SLB A -
Jumlah penduduk sedang SLB B -
Jumlah penduduk tamat SLB B -
Jumlah penduduk sedang SLB C -
Jumlah penduduk tamat SLB C -
Jumlah penduduk cacat fisik dan mental -
% penduduk buta huruf [(1): jumlah penduduk] x 100%
% penduduk tamat SLTP/Sederajat [(3): jumlah penduduk]
x 100%
Sumber: kantor lurah Sapolohe tahun 2018
Dengan melihat tabel di atas maka diketahui bahwa tingkat pendidikan
penduduk Kelurahan Sapolohe yang tamat TK sebanyak 100 orang, yang tamat
pada tingkat SD sebanyak 454 orang, yang tamat pada tingkat SMPN/Sederajat
sebanyak 320 orang, yang tamat pada tingkat SMAN/Sederajat sebanyak 313
orang, dan yang tamat pada perguruan tinggi D1-D3 sebanyak 10 orang,
masyarakat yang tamat pada perguruan tinggi S1-S3 sebanyak 85 orang.
Tabel 4 fasilitas pendidikan di Kelurahan Sapolohe :
Sarana Jumlah
TK Umum/TK Al-Qur’an 2 buah
SD 1 buah
SMP/Tsanawiah -
SMA/Aliah -
Sumber : Kantor Lurah Sapolohe Tahun 2018
Dilihat dari tabel diatas bisa diketahui bahwa fasilitas pendidikan yang
ada di Kelurahan Sapolohe masih sangat sedikit, sesuai data tersebut
menunjukkan bahwa TK terdapat dua buah, SD terdapat satu buah, sedangkan
SMP dan SMA masih belum tersedia.
5. Agama dan Kepercayaan
Menurut data statistik pemerintah di Kelurahan Sapolohe menunjukkan
bahwa mayoritas (100%) penduduk di Kelurahan Sapolohe beragama Islam.
Kesadaran masyarakat yang kuat akan pentingnya shalat lima waktu, sifat religius
itu terlihat dari keseharian masyarakat ketika waktu shalat tiba banyak penduduk
yang melaksanakan kewajiban sebagai umat Islam terutama masyarakat yang
tinggal di dekat masjid.
Namun pada hari jumat masyarakat Sapolohe tidak pernah
meninggalkan Shalat jumat walaupun tugas dan pekerjaan masih banyak, banyak
dari penduduk Sapolohe libur bekerja setiap hari jumat agar tidak ketinggalan
melaksanakan Shalat jumat. Dan tak jarang pula ada orang yang masih
memercayai agama animisme dan dinamisme, hal itu bisa terlihat ketika ada
masyarakat yang melakukan sesembahan dan selamatan yang masih dilakukan
secara turun-temurun dan yang tidak boleh ditinggalkan karena sudah dianggap
sebagai tradisi masyarakat Sapolohe. Tapi kepercayaan Animisme dan
Dinamisme sudah berkurang karena banyaknya orang-orang yang berpengetahuan
di Kelurahan Sapolohe.
6. Ikon kota Bulukumba
a. Pinisi
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad
yang lalu, diperkirakan kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an.
Menurut naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama
kali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar
menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We
Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We
Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali
kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang
masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga
yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Masyarakat ketiga desa
tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian
dinamakan Pinisi. Orang Ara adalah pembuat badan kapal, di Tana Lemo kapal
tersebut dirakit dan orang Bira yang merancang kapal tersebut menjadi Pinisi dan
ketujuh layar tersebut lahir dari pemikiran orang-orang Bira
b. Kajang
Suku Kajang bermukim di Desa Tana Toa, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, daerah tersebut
merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Dari beberapa wilayah tertentu
di desa itu, dapat dilihat deretan pegunungan Lompobattang-Bawakaraeng dan
Lembah Bantaeng di sebelah Barat. Selain itu, di sebelah Timur juga
terlihat Teluk Bone dengan gugusan pulau-pulau Sembilan.Dilihat dari topografi-
nya, desa tersebut berada antara 50-200 meter di atas permukaan air laut dengan
curah hujan rata-rata 5.745 mm/tahun. Sedangkan suhu udara di sana rata-rata 13-
29 derajat celcius dengan kelembaban udara 70% per tahun.
Secara administrasi, Desa Tana Toa berbatasan dengan beberapa
wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Batunilamung; sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Bonto Baji; sebelah timur berbatasan dengan
Desa Malleleng; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pattiroang. Pembagian
administrasi tersebut juga membagi wilayah Desa Tana Toa, tempat bermukimnya
Suku Kajang, menjadi 13 RK (Rukun Keluarga) dan 19 RT (Rukun Tetangga)
yang dikelompokkan ke dalam sembilan wilayah dusun, yaitu Dusun Balagana,
Dusun Jannaya, Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun Pango, Dusun Bongkina,
Dusun Tombolo, Dusun Luraya, dan Dusun Balambina.
c. Sarung Tenun
Sarung tenun khas Bugis-Makassar ini termasuk langka di pasaran
karena tersingkir oleh produk luar yang diproses dengan menggunakan teknologi
atau pabrikan.
Ada dua macam sarung khas Bira, yaitu sarung tenun biasa dan tenun
berbenang emas dengan gambar kapal pinisi. Sarung tenun biasa per lembarnya
dibanderol Rp 250 ribu, sedangkan sarung tenun dengan benang emas per
lembarnya Rp 560 ribu.
d. Wisata Bahari
Sulawesi dikenal sebagai pulau yang kaya akan potensi alam
dan juga budayanya. Karena dekat dengan negara seberang maka
sulawesi juga tak ayal memiliki percampuran adat dan juga bahasa.
Selain itu sulawesi merupakan pulau yang letaknya cukup jauh dari pusat
ibukota dan dekat dengan pulau papua.
Namun sulawesi sudah jauh lebih modern dan juga maju.
Pembangunan disana tak kalah pesat dengan yang ada di pulau Jawa.
Walaupun belum merata, namun sulawesi dianggap jauh lebih modern
dibandingkan pulau kalimantan dan papua.
Salah satunya adalah sulawesi selatan, disini ternyata ada
tempat wisata tersembunyi yang bisa anda kunjungi jika anda mampir ke
provinsi ini. Wisata ini dinamakan tanjung bira
e. Kuliner/makanan Khas
Kuliner/Makanan Khas Dari Bugis Bulukumba - Kue bolu adalah kue
yang sudah sangat familiar di Indonesia. Berdasarkan bahan, kue bolu sangat
banyak jenisnya, mulai dari bolu coklat, bolu keju, bolu pisang, bolu karamel,
bolu ketan hitam dan lain-lain.Karena ini adalah Kampung Bugis, maka tentu saja
resep kue bolu ketan hitam yang akan kami bagikan adalah yang versi bugisnya,
yang disebut bolu peca’ atau baulu peca’. Disebut bolu peca’ karena bolu yang ini
renyah setelah direndam dengan cairan gula merah. Silahkan disimak penjelasan
makanan khas dari Bulukumba
B. Hasil Penelitian
1. Dampak Ekspansi Reklamasi terhadap Masyarakat Pesisir di
Bontobahari
Reklamasi adalah proses menjadikan lahan yang tidak produktif
menjadi produktif, sementara menurut Wisnu Suharto (2008) adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau
masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Pada
dasarnya reklamasi merupakana aktivitas mengubah wilayah perairan pantai
menjadi daratan yang dimaksudkan untuk mengubah permukaan tanah yang
rendah (biasanya terpengaruh oleh genangan air) untuk dijadikan lebih tinggi
(biasanya tidak dipengaruhi genangan air). Menurut Mulyanto (2010: 27)
mendefinisikan bahwa problem lainnya menentukan kriteia dan perencanaan dari
pra-sarana teknis yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan keempat problem
utama yag disebutkan tersebut.
Reklamasiditinjaudarisudutpengelolaandaerahpantai,
harusdiarahkanpadatujuanutamapemenuhankebutuhanlahanbarukarenakurangnyak
etersediaanlahandarat. Usaha reklamasijanganlahsemata-
mataditujukanuntukmendapatkanlahandengantujuankomersialbelaka.Reklamasi di
sekitarkawasanpantaidan di
lepaspantaidapatdilaksanakandenganterlebihdahuludiperhitungkankelayakannyase
caratransparandanilmiah (bukanpesanan)
terhadapseberapabesarkerusakanlingkungan yang
diakibatkannya.Dengankerjasama yang sinergisantaraPemerintahdanjajarannya,
DPRD, PerguruanTinggi, LSM, sertamasyarakatmakakeputusan yang
manisdanmelegakandapatdiambil.Jikamemangberdampakpositifmakareklamasida
patdilaksanakan, namunsebaliknyajikanegativetidakperludirencanakan
Sebuahekosistempantai yang sudah lama
terbentukdantertatasebagaimanamestinyadapathancuratauhilangakibatadanyarekla
masi.Akibatnyaadalahkerusakanwilayahpantaidanlaut yang
padaakhirnyaakanberimbaspadaekonominelayan. Matinya biota
lautdapatmembuatikan yang
dulunyamempunyaisumberpanganmenjadilebihsedikitsehingga
ikantersebutakanmelakukanmigrasikedaerah lain ataukearahlaut yang lebihdalam,
halinitentusajaakanmempengaruhipendapatanparanelayansetempat..
Menurut Bapak yang berinisial B (Nelayan) :
Bahasa konjo :
“mulai rie’na reklamasi ri biring tamparang inni (Bontobahari) nakke kusa’ring
rugi ka na saba’ pangnguppang juku’ku kurammi na saba’ karang nu biasayya na
panjari balla’ juku’a kurangmi”
Bahasa indonesia :
“semenjak adanya reklamasi di daerah pesisir ini (Bontobahari) saya merasa
dirugikan dari segi pendapatan tangkapan ikan karena terumbu karang yang
biasanya dijadikan rumah bagi ikan laut kini berkurang” (rabu, 04 juli 2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya
reklamasi para nelayan di pesisir merasa di rugikan karena dengan adanya
reklamasi mampu berdampak bagi pendapatan tangkapan ikan yang semakin
berkurang. Berdasarkan pengamatan yang penulis dapatkan di tempat reklamasi
tersebut. dapat diasumsikan bahwa reklamasi pantai seharusnya menjadi
pembangunan yang dapat menopang pendapatan masyarakat, utamanya nelayan,
maka perlu upaya dari pemerintah ataupun investor untuk menjadikan reklamasi
sebagai basis pembangunan yang menguntungkan semua pihak tanpa merugikan
pihak yang lain, Reklamasi pantai yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia
kita lihat banyak menuai pro-kontra, bahkan kerap kali terjadi perlawanan dari
masyarakat yang tidak menginginkan reklamasi. Sama halnya yang dikatakan oleh
Pak Bahar bahwa dengan adanya reklamasi ini malah berdampak buruk bagi
sebagian masyarakat karena berkurangnya pendapatan tangkapan ikan para
nelayan.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Ibu yang berinisial H (Masyarakat)
:
Bahasa Konjo :
“punna nakke to’isse ia sungka rie’na reklamasi na sarea kahajikang ka
nasaba’ nasarei tampa’ pallabuang kappala na untuk kappa-kappala
maraenga na reklamasi inni todo’rasa amang battu ri bombang bakka’ nu
biasayya antorai balla’na masaraka’a na na sarei pole tampa’ pabbalukang
na pammalliang juku ri tampa’ inni”
Bahasa Indonesia :
“menurut saya dengan adanya reklamasi memberi kemudahan bagi para
nelayan untuk di jadikan sebagai tempat bensandarnya bagi kapal-kapal
mereka selain itu reklamasi juga memberikan rasa aman dariombak yang
biasanya sampai ke sekitar rumah kami dan memberi kemudahan bagi
nelayan untuk melakukan transaksi di tempat ini” (rabu, 04 juli 2018)
Menurut informan di atas bahwa dengan adanya reklamasi sangat
membantu dari segi keberlangsungan hidup masyarakat setempat karena mampu
mempermudah tempat transaksi jual-beli ikan dan memberikan rasa aman kepada
masyarakat dari terjangan ombak yang selama ini selalu menghantam rumah
warga dan selain itu memberikan tempat bagi kapal para nelayan maupun kapal
yang ingin menepi atau beristirahat sejenak untuk melakukan perjalanan yang
ingin ditempuh.
Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan
investor untuk membangun tempat pelelangan ikan (TPI) sangat bermanfaat untuk
masyarakat khususnya para nelayan. Dalam hal ini masyarakat dan pemerintah
sepakat bahwa Kelurahan Tanah lemo dijadikan sebagai tempat untuk
membangun TPI karena pemerintah dan investor melihat Kecamatan Bontobahari
memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan dan memberikan
kemudahan bagi Nelayan dan Pembangunan TPI ini di gadang-gadang akan
menjadi tempat pelelangan ikan terbesar di Kabupaten Bulukumba.
Menurut bapak yang berinisial A (Camat Bontobahari) :
Bahasa Konjo :
“reklamasi inni rie’ na saba’ rie’na passitujuang ni uppa battu ri
pamarenta na masaraka’ lalang ampa’tantu pambaongang reklamasi na
tujuanna a dampak balloji mange riyangngase’ piha’ rie;na inni
pambaongang reklamasia”
Bahasa Indonesia :
“Reklamasi ini ada karena adanya kesepakatan yang dihasilkan antara
Pemerintah dan Masyarakat dalam menentukan pembangunan Reklamasi
yang dalam hal ini memberikan dampak yang cukup baik kepada semua
pihak yang terkait atas pembangunan reklamasi (TPI).”(kamis, 05 juli
2018)
Dari berbagai pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah
dalam hal ini tidak serta-merta melakukan pembangunan reklamasi tanpa
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi masyarakat khususnya para
nelayan. Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata
guna lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna. Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang
perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti
kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan
ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan berkembangnya industri
karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor
lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis
dan mampu memotong biaya transportasi. Aspek perekonomian adalah kebutuhan
lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung
lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau
kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan
pemukiman. Dari aspek sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang
menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena
berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena
perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi
dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai
yang terkena permasalahan tersebut.
Bapak yang berinisial B (tokoh masyarakat):
Bahasa Konjo :
“pangngitteku nakkea sungka’ rie’na reklamasi rie’-rie’ja matu-
matunna mange ri masaraka’ biring tamparanga na nasareji pole
pangnguppang mange ri daerayya”
Bahasa Indonesia :
“menurut saya dengan adanya reklamasi mampu membantu
perekonomian masyarakat pesisir dan menunjang pendapatan daerah
kabupaten bulukumba dari sektor perikanan atau hasil tangkapan laut maka
dari itu dengan adanya reklamasi sangat berdampak baik bagi masyarakat
setempat”.(kamis, 05 juli 2018)
Menurut informan diatas bahwa dengan adanya reklamasi mampu
merubah tatanan perekonomian karna mampu membantu dan menunjang
pendapatan masyarakat pesisir dan pendapatan daerah sehingga dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya reklamasi masyarakat cukup terbantu.
Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam ha ini bekerja
sama dengan investor dalam membangun tempat pelelangan ikan (TPI) sangat
berdampak baik bagi masyarakat pesisir khususnya para nelayan. Dalam hal ini
masyarakat bontobahari dan pemerintah sepakat untuk membangun TPI karna
pemerintah dan investor melihat kecamatan bontobahari mempunyai dan
berpotensi pada sektor perikanan dan memberikan kemudahan bagi nelayan atas
adanya pembangunan.
Menurut bapak yang berinisial U (nelayan) :
Bahasa Konjo :
“sungka’ rie’na reklamasi ri kinni mae na lohe masaraka’ na tora’
kakodianna ka nasaba’ kurangi pangnguppang juku’na”
Bahasa Indonesia :
“Semenjak adanya reklamasi saya dan beberapa masyarakat nelayan
mulai mengalami penurunan pendapatan ikan atau hasil tangkapan karna
tempat yang biasa dijadikan tempat penangakapan kini telah berubah
menjadi lahan industri.”(jum’at, 06 juli 2018)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui dengan adanya reklamasi
pendapatan para nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan yang disebabkan
adanya reklamasi yang merubah perairan yang biasa dijadikan oleh nelayan
tempat mencari ikan kini beralih fungsi menjadi daratan yang dimana dijadikan
sebagai lahan industri yang seharusnya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah mampu membantu dan menunjang perekonomian masyarakat
bontobahari khususnya para nelayan dalam sektor perikanan dan dengan adanya
reklamasi ini menuai pro dan kontra di masyarakat bahkan kerap kali terjadi suatu
konflik atas penolakan reklamasi tersebut.
C. Pembahasan
Reklamasi adalah proses menjadikan lahan yang tidak produktif
menjadi produktif, suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang
relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan
cara dikeringkan. Pada dasarnya reklamasi merupakana aktivitas mengubah
wilayah perairan pantai menjadi daratan yang dimaksudkan untuk mengubah
permukaan tanah yang rendah (biasanya terpengaruh oleh genangan air) untuk
dijadikan lebih tinggi (biasanya tidak dipengaruhi genangan air). mendefinisikan
bahwa problem lainnya menentukan kriteia dan perencanaan dari pra-sarana
teknis yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan keempat problem utama yag
disebutkan tersebut.
Reklamasiditinjaudarisudutpengelolaandaerahpantai,
harusdiarahkanpadatujuanutamapemenuhankebutuhanlahanbarukarenakurangnyak
etersediaanlahandarat. Usaha reklamasijanganlahsemata-
mataditujukanuntukmendapatkanlahandengantujuankomersialbelaka.Reklamasi di
sekitarkawasanpantaidan di
lepaspantaidapatdilaksanakandenganterlebihdahuludiperhitungkankelayakannyase
caratransparandanilmiah (bukanpesanan)
terhadapseberapabesarkerusakanlingkungan yang
diakibatkannya.Dengankerjasama yang sinergisantaraPemerintahdanjajarannya,
DPRD, PerguruanTinggi, LSM, sertamasyarakatmakakeputusan yang
manisdanmelegakandapatdiambil.Jikamemangberdampakpositifmakareklamasida
patdilaksanakan, namunsebaliknyajikanegativetidakperludirencanakan
Sebuahekosistempantai yang sudah lama
terbentukdantertatasebagaimanamestinyadapathancuratauhilangakibatadanyarekla
masi.Akibatnyaadalahkerusakanwilayahpantaidanlaut yang
padaakhirnyaakanberimbaspadaekonominelayan. Matinya biota
lautdapatmembuatikan yang
dulunyamempunyaisumberpanganmenjadilebihsedikitsehingga
ikantersebutakanmelakukanmigrasikedaerah lain ataukearahlaut yang lebihdalam,
halinitentusajaakanmempengaruhipendapatanparanelayansetempat
Reklamasi para nelayan di pesisir merasa di rugikan karena dengan
adanya reklamasi mampu berdampak bagi pendapatan tangkapan ikan yang
semakin berkurang. Berdasarkan pengamatan yang penulis dapatkan di tempat
reklamasi tersebut. dapat diasumsikan bahwa reklamasi pantai seharusnya
menjadi pembangunan yang dapat menopang pendapatan masyarakat, utamanya
nelayan, maka perlu upaya dari pemerintah ataupun investor untuk menjadikan
reklamasi sebagai basis pembangunan yang menguntungkan semua pihak tanpa
merugikan pihak yang lain, Reklamasi pantai yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia kita lihat banyak menuai pro-kontra, bahkan kerap kali terjadi
perlawanan dari masyarakat yang tidak menginginkan reklamasi. Sama halnya
yang dikatakan oleh Pak Bahar bahwa dengan adanya reklamasi ini malah
berdampak buruk bagi sebagian masyarakat karena berkurangnya pendapatan
tangkapan ikan para nelayan.
Adanya reklamasi sangat membantu dari segi keberlangsungan hidup
masyarakat setempat karena mampu mempermudah tempat transaksi jual-beli
ikan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat dari terjangan ombak yang
selama ini selalu menghantam rumah warga dan selain itu memberikan tempat
bagi kapal para nelayan maupun kapal yang ingin menepi atau beristirahat sejenak
untuk melakukan perjalanan yang ingin ditempuh.
Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan
investor untuk membangun tempat pelelangan ikan (TPI) sangat bermanfaat untuk
masyarakat khususnya para nelayan. Dalam hal ini masyarakat dan pemerintah
sepakat bahwa Kelurahan Tanah lemo dijadikan sebagai tempat untuk
membangun TPI karena pemerintah dan investor melihat Kecamatan Bontobahari
memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan dan memberikan
kemudahan bagi Nelayan dan Pembangunan TPI ini di gadang-gadang akan
menjadi tempat pelelangan ikan terbesar di Kabupaten Bulukumba
Dari berbagai pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah
dalam hal ini tidak serta-merta melakukan pembangunan reklamasi tanpa
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi masyarakat khususnya para
nelayan. Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata
guna lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna. Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang
perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti
kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan
ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan berkembangnya industri
karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor
lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis
dan mampu memotong biaya transportasi. Aspek perekonomian adalah kebutuhan
lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung
lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau
kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan
pemukiman. Dari aspek sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang
menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena
berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena
perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi
dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai
yang terkena permasalahan tersebut dan dengan adanya reklamasi mampu
merubah tatanan perekonomian karna mampu membantu dan menunjang
pendapatan masyarakat pesisir dan pendapatan daerah sehingga dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya reklamasi masyarakat cukup terbantu.
Reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam ha ini bekerja
sama dengan investor dalam membangun tempat pelelangan ikan (TPI) sangat
berdampak baik bagi masyarakat pesisir khususnya para nelayan. Dalam hal ini
masyarakat bontobahari dan pemerintah sepakat untuk membangun TPI karna
pemerintah dan investor melihat kecamatan bontobahari mempunyai dan
berpotensi pada sektor perikanan dan memberikan kemudahan bagi nelayan atas
adanya pembangunan.
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui dengan adanya reklamasi
pendapatan para nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan yang disebabkan
adanya reklamasi yang merubah perairan yang biasa dijadikan oleh nelayan
tempat mencari ikan kini beralih fungsi menjadi daratan yang dimana dijadikan
sebagai lahan industri yang seharusnya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah mampu membantu dan menunjang perekonomian masyarakat
bontobahari khususnya para nelayan dalam sektor perikanan dan dengan adanya
reklamasi ini menuai pro dan kontra di masyarakat bahkan kerap kali terjadi suatu
konflik atas penolakan reklamasi tersebut
Seperti halnya yang terjadi di Sulawesi Selatan, di kota Makassar
misalnya, berkurangnya ruang publik akibat pembangunan infrastruktur yang di
masifkan, membuat para investor menyasar daerah pesisir untuk di konversi
menjadi ruang komersil. Reklamasi pantai losari misalnya yang dilakukan oleh
Central Point Of Indonesia (CPI) pada tahun 2015, yang akhirnya membuat
nelayan tersingkir dan teralienasi dari tempat yang mereka selama ini jadikan
sebagai tempat untuk melanjutkan hidup dari mencari ikan di pantai losari.
Pembangunan reklamasi ini juga berimplikasi terhadap pengunjung pantai losari
yang tidak bisa lagi menikmati senja dan sunset. Terlebih lagi dampak ekologis
yang dihasilkan dari reklamasi pantai losari membuat ekosistem bawah laut
tercemari.Pembangunan yang sejatinya dapat dinikmati oleh semua kelas sosial
masyarakat, ternyata tidak sesuai dengan apa yang di inginkan karena yang dapat
menikmatinya hanya segelintir orang, siapa lagi kalau bukan mereka yang
memiliki pendapatan di atas rata-rata.
Kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Bontobahari, Kelurahan Tanah
lemo(tempat penulis melakukan penelitian), reklamasi pesisir pantai juga
dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan investor untuk membangun
tempat pelelangan ikan (TPI) . Kelurahan Tanah lemo dipilih sebagai tempat
untuk membuat TPI karena pemerintah dan investor melihat Kecamatan
Bontobahari memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan.
Pembangunan TPI ini di gadang-gadang akan menjadi tempat pelelangan ikan
terbesar di Kabupaten Bulukumba, akan tetapi banyak pihak yang kurang setuju
dengan proyek pembangunan tersebut.
Dengan direklamasinya suatu lahan rendah, fungsi alami yang ada
padanya akn hilang sehingga akan berpengaruh pada ekosistem dan lingkungan
atau environment. Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan
Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah meningkatkan sumberdaya lahan
dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut
lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.Menurut Perencanaan Kota
(2013), reklamasi sendiri mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan
daerah yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut
maupun rawa pasang surut gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif
(perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan
menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal-kanal, membuat tanggul/
polder dan memompa air keluar maupun dengan pengurugan.
Suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif
tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara
dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di
laut, di tengah sungai yang lebar, atau pun di danau. Pengertian dari reklamasi
lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan atau lahan
yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa, dilaut
lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar maupun didanau.Pada
dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah pantai menjadi suatu
wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada seperti drainase.Biasanya
daerah yang menerapkan teknologi reklamasi ini termasuk daerah rendah yang
sering terjadi genangan air seperti banjir atau pasang surut air laut yang
berlebihan.Hal inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga
sekarang.
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut :Merupakan kebutuhan
pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan, Merupakan
bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada,
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, Bukan
merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di
atas, terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang
alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti memiliki RTRW yang sudah
ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai, Lokasi
reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan
direklamasi maupun yang sudah direklamasi,Sudah ada studi kelayakan tentang
pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan properti (studi
investasi). dan Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana
struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara
lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,
jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya.Kawasan lindung yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan
peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi.Reklamasi pantai memberi
dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat
ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus
menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan.Selanjutnya,
perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja
baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.Aspek
sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial,
budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang
perairan/pantai.
D. Kesesuaian Teori dengan Hasil Penelitian
Menurut Steven P. Robbins (1990:265) : konflik di definisikan sebagai
suatu proses dimana suatu proses pembangunan yang mengalami penolakan dari
pihak si A atas proses perencanaan pembangunan yang dilakukan si B dalam
usaha untuk mencapai tujuannya atau dalam meneruskan kepentingan-
kepentingannya.
Teori yang digunakan oleh penulis dalam membedah hasil penelitian ini
yaitu teori konflik karena adanya pro dan kontra atas di bangunnya reklamasi di
pesisir pantai yang tidak sesuai dengan fungsi sebagaimana mestinya yang telah di
sosialisasikan kepada masyarakat sebelum pembangunan reklamasi dan adapun
beberapa masyarakat yang setuju atas pembangunan reklamasi ini karena merasa
di untungkan dan akhirnya terjadi perbedaan pendapat akan adanya reklamasi
tersebut.
2. Bagaimana peran Pemerintah Terhadap Reklamasi di Pesisir pantai
Bontobahari
Reklamasiditinjaudarisudutpengelolaandaerahpantai,
harusdiarahkanpadatujuanutamapemenuhankebutuhanlahanbarukarenakurangnyak
etersediaanlahandarat. Usaha reklamasijanganlahsemata-
mataditujukanuntukmendapatkanlahandengantujuankomersialbelaka.Reklamasi di
sekitarkawasanpantaidan di
lepaspantaidapatdilaksanakandenganterlebihdahuludiperhitungkankelayakannyase
caratransparandanilmiah (bukanpesanan)
terhadapseberapabesarkerusakanlingkungan yang
diakibatkannya.Dengankerjasama yang sinergisantaraPemerintahdanjajarannya,
DPRD, PerguruanTinggi, LSM, sertamasyarakatmakakeputusan yang
manisdanmelegakandapatdiambil.Jikamemangberdampakpositifmakareklamasida
patdilaksanakan, namunsebaliknyajikanegativetidakperludirencanakan
Sebuahekosistempantai yang sudah lama
terbentukdantertatasebagaimanamestinyadapathancuratauhilangakibatadanyarekla
masi.Akibatnyaadalahkerusakanwilayahpantaidanlaut yang
padaakhirnyaakanberimbaspadaekonominelayan. Matinya biota
lautdapatmembuatikan yang
dulunyamempunyaisumberpanganmenjadilebihsedikitsehingga
ikantersebutakanmelakukanmigrasikedaerah lain ataukearahlaut yang lebihdalam,
halinitentusajaakanmempengaruhipendapatanparanelayansetempat.
Menurut bapak yang berinisial A (Pemerintah) :
“Reklamasi ini ada karena adanya kesepakatan yang dihasilkan antara
Pemerintah dan Masyarakat dalam menentukan pembangunan Reklamasi
yang dalam hal ini memberikan dampak yang cukup baik kepada semua
pihak yang terkait atas pembangunan reklamasi (TPI).”(jum’at, 06 juli
2018)
Dari berbagai pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah
dalam hal ini tidak serta-merta melakukan pembangunan reklamasi tanpa
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi masyarakat khususnya para
nelayan. Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata
guna lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna
Menurut bapak yang berinisial I (Lurah) :
“dengan adanya reklamasi menurut saya sangat membantu dan
menunjang perekonomian baik masyarakat setempat maupun pendapatan
daerah di Bontobahari”(jum’at, 06 juli 2018)
Menurut informan diatas bahwa dengan adanya reklamasi mampu
memberikan kemudahan dan menunjang kegiatan para nelayan di tempat
pembangunan reklamasi tersebut.
Hal yang sama di ungkapkan oleh ibu yang berinisial C (staff
kelurahan):
“menurut pengamatan saya dalam melihat adanya reklamasi di
Bontobahari sangat membantu masyarakat nelayan dalam melaksanakan
transaksi hasil tangkapannya”(jum’at, 06 juli 2018)
Dari hasil wawancara diatas dengan adanya reklamasi sangat membantu
perekonomian masyarakat pesisir karena dengan adanya reklamasi para nelayan
tidak lagi bersusah payah untuk menjajakan hasil tangkapannya ke tempat lain
karena reklamasi ini mampu mewadahi transaksi jual-beli yang selama ini tidak
pernah ada di tempat tersebut.
Menurut bapak yang berinisial P (Sekretaris Camat) :
“semenjak adanya reklamasi masyarakat cukup di untungkan dari segi
pemanfaatan lahan yang digunakan untuk mendirikan lapak sebagai
tempat jual-beli peralatan atau barang yang di butuhkan oleh para
nelayan tersebut”(jum’at, 06 juli 2018)
Menurut informan diatas dengan adanya reklamasi mampu memberikan
atau membuka lapangan kerja dalam pemanfaatan lahan reklamasi untuk
membangun sebuah ruko atau membuka lapak yang dimana semua kebutuhan
para nelayan ada di dalamnya.
Menurut bapak yang berinisial H (Pengelola TPI) :
“dari pengamatan selama saya bertugas sebagai pengelola TPI
(Tempat Pelelangan Ikan) saya tidak pernah mendapatkan keluhan atau
keresahan masyarakat atas adanya reklamasi dan malah yang saya
dapatkan di lapangan masyarakat sangat menyambut baik”(jum’at, 06 juli
2018)
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa selama beliau menjadi pengelola
TPI tempat pelelangan Ikan tidak pernah menemukan masyarakat yang tidak
setuju atau bahkan akan melakukan suatu penolakan atas adanya reklamasi ini
akan tetapi fakta yang diungkapkan oleh bapak pengelola TPI reklamasi ini sangat
membantu masyarakat setempat.
A. Pembahasan
Reklamasi yang terjadi di Kecamatan Bontobahari, Kelurahan Tanah
lemo(tempat penulis melakukan penelitian), reklamasi pesisir pantai juga
dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan investor untuk membangun
tempat pelelangan ikan (TPI) . Kelurahan Tanah lemo dipilih sebagai tempat
untuk membuat TPI karena pemerintah dan investor melihat Kecamatan
Bontobahari memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan.
Pembangunan TPI ini di gadang-gadang akan menjadi tempat pelelangan ikan
terbesar di Kabupaten Bulukumba, akan tetapi banyak pihak yang kurang setuju
dengan proyek pembangunan tersebut
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut :Merupakan kebutuhan
pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan, Merupakan
bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada,
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, Bukan
merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.
Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di
atas, terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang
alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah
memenuhi persyaratan administratif seperti memiliki RTRW yang sudah
ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai, Lokasi
reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan
direklamasi maupun yang sudah direklamasi,Sudah ada studi kelayakan tentang
pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan properti (studi
investasi). dan Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.
Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana
struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara
lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,
jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya.Kawasan lindung yang dimaksud dalam
pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan
peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan
laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,dan kawasan campuran.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus
diarahkan pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya
ketersediaan lahan darat. Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk
mendapatkan lahan dengan tujuan komersial belaka.Reklamasi di sekitar kawasan
pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan)
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja
sama yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi,
LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan melegakan dapat diambil.
Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun
sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
Dari berbagai pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah
dalam hal ini tidak serta-merta melakukan pembangunan reklamasi tanpa
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi masyarakat khususnya para
nelayan. Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata
guna lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna. Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang
perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti
kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan
ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan berkembangnya industri
karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor
lebih memilih tempat yang berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis
dan mampu memotong biaya transportasi. Aspek perekonomian adalah kebutuhan
lahan akan pemukiman, semakin mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung
lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau
kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan
pemukiman. Dari aspek sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang
menumpuk dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena
berada di wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa
konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena
perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi
dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai
yang terkena permasalahan tersebut.
PihakBPNdalam haliniKantorPertanahanKabupatenBulukumbatidak
merasamelakukanhal yangmenyalahi aturan terkait terbitnyasertifikatatas tanah
hasilreklamasi.KepalaKantorPertanahanmenyatakansebelum sertifikatditerbitkan
seluruh persyaratanantaralain ijinprinsip, ijin reklamasi,ijinbangunan (IMB),dan
UKL-UPL yangdikeluarkanoleh PemerintahKabupatenBukumba telah terpenuhi,
dengandemikian tidakadaalasanbagiBPNuntuktidakmenerbitkansertifikat.Oleh
karenanya BPNmengangggapkeliru tuduhannonprosedural padasaatmengeluarkan
sertifikat dengan hak kelola dan hak guna bangunan terhadap tanah hasil
reklamasi tersebut.
Tanahhasil reklamasiyangberadadi sekitarpesisirselatankecamatan
Bontobahari, kebanyakan tanah hasil reklamasi dilakukan untuk memperluas
lahanmerekayangsudahadasebelumnya,bahkanmenimbunatau mengurug
baruuntuk tujuantertentu.Hasilpenelusurankamibahwatanahreklamasi tersebut di
fungsikan untuk rumah tinggal, usaha dan yayasan pendidikan. Masyarakat
menyatakanmerekamenguasaisecaraturun temurunbaikdenganhibah maupun
waris, ada juga beberapa yang dilakukan dengan jual beli dan menurut
merekaterkaitpenguasaantersebutadalahsyah karenatelahmembayarpajakbumi
danbangunanmelalui KepalaCamat.
Lainhalnya
denganwilayahpesisirpantaidiKecamatanBontobahari,masyarakat menyampaikan
bahwa untuk bisa mendapatkan tanah hasil reklamasi sangatlah
mudah,cukupmendatangiKepala Camaturusanijindansebagaianya menjadiberes.
Banyakkamitemuilahan-lahan hasil reklamasibarudisepanjangpantaiyang
mendekatikantorkecamatanBontobahari.
Menurut UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil “Reklamasi pantai merupakan salah suatu kegiatan
di tepi pantai atau pesisir yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan
pemanfaatan sumber daya lahan yang dapat dilihat dari sudut lingkungan sosisal
ekonomi dengan cara melakukan pengeringan pada lahan atau yang disebut
dengan drainase.”
Pada kawasan ini terlihatbanyak bangunan seperti rumah, pertokoan
dan rumah makan, padahal kawasan ini masih termasuk dalam wilayah pantai
yang berarti bukan hak milik pribadi. Pernyataan ini berpedoman pada Pasal 18
ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang menyatakan bahwa “Kewenangan utuk mengelola sumber daya di wilayah
laut, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12 mil laut diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan”. Tempat yang
strategis inilah yang memungkinkan menjadi pemicu bahwa semakin banyaknya
bangunan dan akan lebih banyak lagi bangunan-bangunan baru yang akan
dibangun di daerah pesisir pantai tersebut.
B. Kesesuaian Teori dengan Hasil
Teori modernisasi (Talcott Person) adalah teori pembangunan yang
mengatakan bahwa pembangunan dapat di capai mengikuti proses pembangunan
yang digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Salah satu faktor kunci
dalam teori modernisasi adalah keyakinan memerlukan bantuan dari negara-
negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk belajar dari
perkembangan mereka, dengan demikian teori ini di bangun diatas teori bahwa
ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama di capai antara negara maju
dan di kembangkan lebih rendah.
Teori yang berkaitan dengan pembahasan hasil penelitian diatas adalah
yaitu teori Modernisasi karena adanya sebuah perubahan dalam merencanakan
pembangunan infrastruktur secara massiv yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pemenuhan program kerja yang menyamaratakan pembangunan di seluruh daerah
dalam hal ini yaitu pembangunan reklamasi yang biasanya di pakai oleh negara-
negara maju dan sekarang mulai diterapkan di negara kita untuk menjadi sebuah
perubahan dari segi pembangunan atau modernitas suatu pemerintahan..
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan menganalisa tiga pokok permasalahan
sebagaimana dengan tujuan penelitian ini, maka berikut adalah kesimpulan dari
hasil penelitian ini :.
1. Membahas tentang reklamasi sangatlah awam bagi masyarakat khususnya
para nelayan karena reklamasi ini awalnya dibangun oleh negara-negara maju
yang tidak cukup mempunyai daratan yang luas untuk membangun
infrastruktur yang di canangkan oleh pemerintah dan investor sebagai salah
satu alternatif untuk pemenuhan perencanaan pembangunan yang
memerlukan lahan yang cukup. .
2. Dengan adanya reklamasi masyarakat menyambut baik karena reklamasi ini
akan memberikan solusi dan rasa aman kepada para nelayan dalam
melakukan transaksi jual-beli ikan hasil tangkapan dan memberikan tempat
kepada kapal-kapal yang ingin menyandarkan kapalnya serta reklamasi ini
mampu membuat masyarakat tidak khawatir lagi akan adanya terjangan
gelombang atau ombak besar karena adanya tanggul yang menjadi tembok
bagi rumah warga pesisir yang berada di sekitar reklamasi.
3. Pemerintah dalam hal ini memberikan pemahaman tentang reklamasi kepada
masyarakat akan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang akan di bangun
di Kecamatan Bontobahari dan manfaat dari reklamasi kedepannya akan
85
digunakan oleh masyarakat setempat maupun para pendatang sebagai tempat
berbagai macam aktivitas nelayan.
B. Saran
Dari hasil penelitian diatas ada beberapa saran yang mungkin kita
semua harus perhatikan khususnya bagi penulis, seiring dengan berkembangnya
jaman dan teknologi semakin canggih, reklamasi populer di negara-negara maju
dan sampai saat ini banyak dilakukan atau ditiru oleh negara-negara yang
berkembang atau negara yang tergolong kecil namun ingin memperluas atau
melakukan ekspansi pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh negara
tetapi tidak mempunyai lahan yang cukup. Maka salah satu alternatif yaitu dengan
mengikuti negara-negara maju untuk melakukan reklamasi.
1. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi& mengelola lingkungan hidup dan
sumber daya alam secara efektif dan efisien dengan yang berkeadilan
perimbangan modalmasyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
2. Keberlanjutan sosial budaya& pembentukan nilai;nilai sosial budaya baru
serta peranan pembangunan yang berkelanjutan terhadap iklim politik dan
stabilitasnya.
3. Keberlanjutan kehidupan lingkungan (ekologi manusia dan segala
eksistensinya & keselarasan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan).
86
DAFTAR PUSTAKA
Alimandan 1970. Sosiologi Perubahan Sosial.
Arif, Putra 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Yogyakarta : Prenada
Aswar,Muhammad (2010). Degradasi Moral. Diakses 8 Juni 2017.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/13139 (Online)
Eka, Sulfaidah (2011). Degradasi Moral Anak-anak. Diakses 8 Juni 2017.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bahas/article/view/2426/2124
(Online)
Husnan Suhad 2006. Akusisi Lahan
Kolip, Usman & Setiadi M. Elly. (2011), Pengantar Sosiologi
Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Prenada Media Group
Kuspriatni, Lista. Degradasi Moral. Jurnal.
Muliyanto,H.R, 2010. Reklamasi Lahan Rendah. Yogyakarta : Graha Ilmu
Muthohar, Sofa. Antisipasi Degradasi Moral di Era Global. Jurnal
Poloma, M. Maragaret. (2013), Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Ramadhani, Fitry. 2014. Fenomena Degradasi Moral pada Anak-anak. Jurnal.
Rasak Yusran 1971. Tinjauan Pemikiran Sosiologi Persfektip Modern
Upe, Ambo. (2010), Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik ke
Post Positivistik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Saubuana, Cik. Degradasi Nilai dan Moral Dalam Tinjauan Mata Kuliah PLSBT.
Jurnal
Sugiyono. (2016), Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, cv.
Sunarta. Degradasi Moral. Jurnal.
Syarbaini, Syahrial & Rusdiyanta (2009). Dasar-Dasar Sosoiologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sztompa, Piotir. (2004), Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Winardi. (2007). Degradasi Moral Anak-anak. Bandung: Mandar Maju.
LAMPIRAN
Dokumentasi wawancara anak nelayan
Dokumentasi wawancara dengan Nelayan
Dokumentasi wawancara masyarakat setempat
Dokumentasi hasil tangkapan laut
Hasil tangkapan
Dokumentasi Kantor Lurah Sapolohe
RIWAYAT HIDUP
AGUS ADE IRAWAN di lahirkan di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba, dari pasangan ayahanda
PAWARUDDIN dan Ibunda RAPPEWATI, merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, penulis masuk sekolah dasar
pada tahun 2000 di SDN 157 Pasarayadan tamat pada tahun 2007 dan pada tahun
yang sama melanjutkan pendidikan SMP tepatnya di SMPN 32 Bulukumbatamat
pada tahun 2010, dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMAN 3
Bulukumba dan tamat pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 melanjutkan
pendidikan pada program Studi Strata (SI) Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
dan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)