Post on 02-Mar-2019
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
(Studi Kasus Pelaksanaan Zakat Profesi Di Kabupaten Sukoharjo)
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Hukum
Minat Utama : Ekonomi Syariah
Oleh :
ABU AEMAN
S.340908002
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
(Studi Kasus Pengelolaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo)
Disusun oleh :
ABU AEMAN
NIM. S.340908002
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan N a m a Tanda Tangan Tanggal
:
Ketua : Prof. Dr. Hartiwiningsih,SH,M.Hum. …………… ………...
NIP.194405051969021001
Sekretaris: Dr. Supanto, SH, M.Hum. …………… …………
NIP. 196011071986011001
Anggota : Prof. Dr. H. Adi Sulistyono,SH,MH. ……………. …………..
NIP. 196302091988031003
Dr. H. Abdurrahman, SH, MH . . ………. . . …………
Mengetahui;
Ketua Program Studi Prof. Dr. H. Setiono,SH,MS …………… ………….
Magister Ilmu Hukum NIP. 19440505 196902 1 001
Direktur Program Prof. Suranto, M.Sc.Ph.D …………… ……….
NIP. 195708201985031004
PERNYATAAN
N a m a : ABU AEMAN
NIM : S.340908002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG
PELAKSANAAN ZAKAT ( Studi Kasus Pelaksanaan Zakat Profesi di
Kabupaten Sukoharjo) adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang berkaitan dengan karya tulis saya, dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa
pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Maret 2010
Yang membuat pernyataan
ABU AEMAN
Iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridha Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “IMPLEMENTASI
UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN
ZAKAT (Studi Kasus Pengelolaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo).
Dalam penulisan ini penulis hanya memperoleh bimbingan dan dorongan
moril serta bantuan berupa informasi dari pembimbing dan inforamsi berharga
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih pada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp. Kj (K). selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Suranto, M.Sc.Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Mohammad Yamin, S.H, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Prof. Dr. H. Setiono, SH,MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH. MHum selaku sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum Universitas sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Adi Sulityono, SH, MH, selaku Pembimbing I yang dengan
rela dan senang hati selalu memberikan petunjuk dan arahan teknis pada
penyusunan Tesis ini.
7. Bapak Dr. H. Abdurrahman, SH.,MH, selaku Pembimbing II yang dengan rela
dam senang hati selalu memberikan petunjuk dan arahan teknis pada
penyusunan Tesis ini.
8. Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Ilmu
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Bapak Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk
menempuh Pendidikan di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
10. Kepada Ibu HJ. Bungadia, yang mendoakan dan memprihatiniku selama
melaksanakan Pendidikan di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
11. Istriku tercinta Dian Rupiah dan kedua putraku Zenith dan Izza tersayang
yang telah memberikan dorongan, semangat dalam menyelesaikan Tesis ini.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan informasi berharga, sehingga
tesis ini selesai dengan tepat pada waktuya.
13. Rekan-rekan Mahasiswa Pascsarjana yang telah memberikan bantuan
informasi yang bermanfaat bagi penulis
Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan koreksi
sangat penulis harapkan.dan meskipun sederhana, Tesis ini semoga bermanfaat.
Surakarta, April 2010
Penulis
ABSTRACT Abu Aeman, S.340908002, 2010, The Implementation Of Law Number 38 of 1999 Regarding The Management of Zakat (Case Study of The Execution Profession Zakat in Sukoharjo Regency), Thesis: The Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. This research aims to determine the cause of the Implementation of Profession Zakat in Sukoharjo Regency has not run in accordance with Law Number 38 Year 199 regarding Zakat Management. This research includes the nature of Sociological Research (non doctrinal), because in this study conceptualized as manifestation of the legal meanings of the symbolic social behavior as evident in their interaction. Location of research at the Office Board of Zakat (BAZ) Sukoharjo Regency. The data was collected by interview, observation and documentation in order to obtain primary and secondary data. Qualitative data analysis method is used in this research. Based results showed that the Professions by the Agency Implementation of Zakat (BAZ) Sukoharjo not functioning in accordance with Law No. 38 of 1999 on Zakat Management caused by factors (1) Components of the legal structure can be identified that BAZ Sukoharjo regency administrators in carrying out his duties as zakat is passive, only. Wait Muzakki come to him to issue zakat. (2) Components of the ruling is in the form of material substance of law No. 38 of 1999 on Management of Zakat can not be implemented effectively because the laws have not been socialized to the muslim community and this legislation is only a moral exhortation, not as a formal legal provisions binding on citizens because there are no provision governing sanctions for those who do not want to pay Zakat (3) Components of Culture that marked the existence of society is not aware of the obligation for a Muslim who can afford to spend their wealth to charity, as well as the culture of the community by distributing zakat directly to mustahiq, not to Zakat.
ABSTRAK
ABU AEMAN, S.340908002, 2010, IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus Pelaksanaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo) Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab Pelaksanaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo belum berjalan sesuai dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat Sosiologis ( non doktrinal ), karena dalam penelitian ini hukum dikonsepsikan sebagai manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi mereka dengan mengambil lokasi penelitian di Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi guna mendapatkan data primer dan sekunder. Analisis datanya menggunakan metode Kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Zakat Profesi oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo belum berjalan sesuai dengan Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat disebabkan oleh faktor-faktor (1) Komponen Struktur hukum dapat diidentifikasi bahwa pengurus BAZ Kabupaten Sukoharjo dalam melaksanakan tugasnya sebagai Amil Zakat bersifat pasif, hanya menunggu Muzakki datang kepadanya untuk mengeluarkan zakatnya. (2) Komponen Subtansi hukumnya yaitu berupa materi Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat belum dapat dilaksanakan secara efektif. K arena undang-undang tersebut belum disosialisasikan kepada masyarakat muslim dan undang-undang ini hanya merupakan himbauan moral, bukan sebagai ketentuan legal formal yang mengikat warga negara dikarenakan tidak ada pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi bagi mereka yang tidak mau membayar zakat (3) Komponen Budaya yang ditandai adanya masyarakat belum menyadari tentang kewajiban seorang muslim bagi yang mampu untuk mengeluarkan hartanya untuk zakat, serta adanya budaya masyarakat dengan menyalurkan zakatnya secara langsung kepada mustahiq. Bukan kepadaa Amil Zakat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjaga kemaslahatan hidup, khusus yang menyangkut pemenuhan
kebutuhan sehari-hari merupakan upaya setiap individu. Ada sebagian orang
berhasil untuk menutupi kebutuhan hidup duniawinya, tetapi ternyata banyak
di antaranya juga yang gagal memperolehnya. Namun di sisi yang lain, tidak
sedikit di antara mereka yang telah berhasil dan mempunyai kekayaan yang
cukup, justru hanya menghambur-hamburkan harta kekayaan itu ke jalan
yang tidak diridhai Allah SWT. Dalam pandangan Al-Qur’an, harta benda itu
adalah sesuatu yang bail. Harta akan bernilai baik, jika dipergunakan pada
jalan yang mendatangkan kemaslahatan. Untuk menghindari orang tidak
menyia-nyiakan hartanya, maka Islam telah memberikan peringatan yang
sangat keras, untuk tidak menghambur-hamburkannya,
Sejalan dengan itu, tentunya setiap individu tidak menghendaki
kesenjangan sosial, ekonomi dan yang sejenisnya hanya dikarenakan sistem
kepemilikan harta kekayaan itu dimiliki oleh sekolompok orang saja. Akan
tetapi, Islam selalu menuntun umatnya agar hidup dengan kesederhanaan,
sehingga apabila satu pihak memiliki kelebihan, maka kelebihan tersebut
harus dibagikan kepada orang lain.
Di dalam bidang ekonomi, Islam mempunyai suatu pola yang sangat
unggul, baik dari segi asas, sistem maupun tujuan yang ingin dicapainya,
yaitu kesejahteraan yang berimbang antara lahir dan batin, individu dan
masyarakat serta dunia dan akhirat. Pola yang dimaksud adalah “zakat”.
Zakat, sebagai satu-satunya ibadah wajib yang mengandung dimensi
sosial ekonomi, merupakan pola yang tepat untuk dijadikan acuan dalam
pembangunan ekonomi masyarakat, baik secara individu, kelompok, maupun
pembangunan ekonomi bangsa, sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh
Rasulullah dan para sahabat-sahabat beliau ketika itu.
Prinsip dasar zakat, yaitu perputaran harta kekayaan antara yang kaya
dengan yang miskin. Perputaran harta atas dasar semangat persaudaraan, akan
menghapus kesenjangan dan kecemburuan sosial, menggairahkan roda
perekonomian, karena adanya keadilan dan pemerataan pendapatan, yang
pada akhirnya akan menambah pendapatan perkapita setiap individu.
Besarnya pendapatan setiap individu tersebut, akan berpengaruh pula
terhadap pendapatan negara melalui sektor pajak, yang merupakan sumber
dana terbesar bagi pembangunan negara. Dengan demikian, bangsa Indonesia
tidak perlu lagi menggadaikan masa depan dan harga diri bangsa untuk
hutang yang berkepanjangan, melainkan dengan menggali potensi yang
dimiliki, yaitu kekayaan alam yang melimpah ruah serta keyakinan terhadap
pola hidup yang digariskan oleh agama dalam mengelola sumber kekayaan
alam tersebut.
Undang-undang Nomor. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat
merupakan salah satu strategi pembangunan ekonomi dengan
mengaplikasikan zakat sebagai pilar ekonomi kedalam kehidupan bernagara.
Setelah berlaku selama hampir sebelas tahun, ternyata Undang-
undang Pengelolaan Zakat tersebut, belum berjalan secara efektif di
Kabupaten Sukoharjo terutama pasal yang menyangkut tentang harta-harta
yang dikenai (menjadi sumber ) zakat, yaitu pasal 11 ayat (2) tentang harta
yang wajib dizakati.Pasal tersebut merupakan inti dari keseluruhan pasal
dalam undang-undang pengelolaan zakat tersebut. Sebab, keefektivitas pasal
itulah yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan dari dikeluarkannya
undang-undang tersebut.
Bila dikaitan antara zakat penghasilan dan jasa sebagaimana yang
disebutkan pada Pasal 11 ayat (2) Undang-undang Pengelolaan Zakat dengan
Pasal 25 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun
1999 tentang Pelakskanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengolaan Zakat, maka dapat dipahami bahwa penghasilan dan jasa yang
dimaksud adalah penghasilan dan jasa dari pegawai yang bekerja pada
instansi pemerintah, swasta maupun pada perusahaan-perusahaan, yang
menurut menulis, kelompok inilah yang disebut dengan pegawai profesional.
Zakat profesi merupakan hal baru bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia, sehingga masih terdapat keraguan dalam hal hukum kewajibannya.
Untuk itu diperlukan pembahasan yang dapat memberi pemahaman kepada
masyarakat akan urgensi zakat, terutama zakat profesi sebagai ibadah yang
bernuansa sosial ekonomi. Zakat profesi paling relatif mudah pengelolaannya,
karena penghasilan dari masing-masing pekerja dapat dipantau oleh pimpinan
yang bersangkutan, sehingga dapat diketahui siapa yang sudah terkena
kewajiban zakat dan siapa yang belum; siapa yang mau mengeluarkan zakat
dan siapa yang tidak mau. Bagi yang tidak mau, pimpinan dapat pula
menerapkan sanksi berupa sanksi administrasi, yang umumnya sudah dimiliki
oleh setiap instansi/perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dalam rangka menyusun tesis dengan judul :
“IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus Pelaksanaan Zakat
Profesi di Kabupaten Sukoharjo).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah : Mengapa Pelaksanaan
penerimaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo belum berjalan sesuai
dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat?.
>LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan publik adalah merupakan salah satu
tahapan dari proses kebijakan publik ( public pollicy process) sekaligus
studi yang sangat krusial. Bersifat krusial karenan bagaimanapun baiknya
suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik
dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan bisa
diwujudkan dengan baik, demikian pula sebaliknya bagaimanapun
baiknya sebuah persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau
tidak dirumuskan dengan baik, maka tujuan kebijakan tidak akan dapat
diwujudkan.
Dalam studi kebijakan publik dikatakan bahwa implementasi
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran
keputusan politik ke dalam prosedur rutin melalui saluran birokrasi,
melainkan lebih dari itu implementasi menyangkut masalah konflik,
keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh
karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa implementasi
kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan
proses kebijakan.
Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau suatu perbuatan
atau peristiwa tidak akan mempunyai arti atau manfaat apabila tidak
diimplementasikan. Implementasi terhadap kebijakan umumnya masih
bersifat abstrak dalam realitas hukum senyatanya, yakni kebijakan yang
berkaitan dengan kebijakan publik. Kebijakan berusaha
menimbulkanhasil (outcom) yang dapat dinikmati terutama oleh
kelompok sasaran atau target group.Joko Widodo (2001:192)
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu kebijakan publik, para pelaksana kebijakan sebenarnya dihadapkan
pada dua permasalahan, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan
“interaksi program” dan “administrasi program”. Untuk itu, para
pelaksana pertama-tama harus memusatkan perhatiannya pada
problematika bagaimana mencapai konsentrasi tujuan-tujuan kebijakan
yang telah ditetapkan. Selanjutnya, para pelaksana tersebut harus mampu
mengubah sikap menentang dari pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh
adanya suatu program, menjadi sikap yang menerima terhadapnya, serta
mereka harus tetap waspada terhadap pihak-pihak yang merasa diabaikan
oleh program tersebut akan tetapi tetap bersikeras untuk turut memperoleh
manfaatnya, khususnya terhadap usaha-usaha yang mungkin mereka
lakukan untuk menghambatnya. Konsekuensi dari upaya untuk
menumbuhkan konsistensi bahkan kepatuhan dari berbagai pihak tersebut
berarti pula harus semakin banyak pula dilakukan negosiasi, penyesuaian-
penyesuaian, dan sebagainya.
Memperhatikan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah
sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana, kemampuan
organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat
kebijakan.
2. Teori Bekerjanya Hukum
Hukum sebagai idealisme memiliki hubungan yang erat dengan
konseptualisasi keadilan secara abstrak. Apa yang dilakukan oleh hukum
adalah untuk mewujudkan ide dan konsep keadilan yang diterima oleh
masyarakatnya ke dalam bentuk yang konkrit, berupa pembagian atau
pengolahan sumber-sumber daya kepada masyarakatnya. Hal demikian itu
berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat atau negara yang
berorientasi kesejahteraan dan kemakmuran. Hakikat dari pengertian
hukum sebagai suatu sistem norma, maka sistem hukum itu merupakan
cerminan dari nilai-nilai dan standar elit masyarakat, masing-masing
mempunyai kepentingan sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan
kelompok mereka.
Lawrence Meir Friedman mengemukakan tentang tiga unsur sistem
hukum ( Three Elements of Legal System ). Ketiga unsur sistem hukum
yang mempengaruhi bekerjanya hukum tersebut, yaitu : (1) Struktur
Hukum ( Legal Structure ), (2) Subtansi Hukum ( Legal Subtansce ), dan
(3) Kultur Hukum ( Legal Culture ). Komponen struktur yaitu
kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai
macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem tersebut.
Komponen ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu
memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan hukum secara
teratur.
Komponen subtansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam sistem itu. Subtansi juga berarti produk yang
dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup
keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun.
Subtansi juga mencakup living law ( hukum yang hidup ), dan bukan
hanya aturan yang ada dalam Kitab Undang-undang atau law in the
books.
Komponen cultural menurut Esmi Warrasi ( 1997: 30) yaitu terdiri
dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hokum
yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan atara peraturan
hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.
Robert B. Seidman menyatakan tindakan apapun yang diambil baik
oleh pemegang peran, lembaga-lembaga pelaksana maupun pembuat
undang-undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan-
kekuatan sosial, budaya, ekonomi dan politik, dan lain-lain sebagainya.
Seluruh kekuatan-kekuatan sosial itu selalu ikut bekerja dalam setiap
upaya untuk memfungsikan peraturan-peraturan yang berlaku menerapkan
sanksi-sanksinya, dan dalam seluruh aktivitas lembaga-lembaga
pelaksanaannya.
Selanjutnya dikatakan oleh Soerjono Soekanto bahwa pelaksanaan
penegakan hukum atau keefektifan hukum (yang tentunya juga pelaksanaan
suatu kebijaksanaan atau suatu komitmen) bersangkutan dengan 5 faktor
pokok yaitu:
a. faktor hukumnya sendiri
b. Faktor penegak hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau
diterapkan
e. Faktor budaya, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup Sorjono
Soekanto (1993:5)
Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, karena merupakan esensi
dari penegakan hukum dan merupakan tolok ukur dari efektivitas penegakan
hukum.
Menurut Lon Fuller dalam Esmi Warrasi, 2005 :3), ada delapan
nilai yang diwujudkan oleh hukum. kedelapan nilai tersebut yang
dinamakannya dengan prinsip legalitas adalah
a. Harus ada peraturan-peraturan terlebih dahulu; hal ini berarti bahwa tidak
ada tempat bagi keputusan-keputusan secara ad-hoc, atau tindakan-
tindakan yang bersifat arbiter.
b. Peraturan-peraturan itu harus diumumkan secara layak.
c. Peraturan-peraturan itu tidak boleh berlaku surut.
d. Perumusan-perumusan peratura-peraturan itu harus jelas dan terperinci, ia
harus dapat dimengerti oleh rakyat.
e. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya hal-hal yang tidak mungkin.
f. Di antara sesama peraturan tidak boleh terdapat pertentangan satu sama
lain.
g. Peraturan-peraturan harus tetap, tidak boleh sering diubah-ubah.
h. Harus terdapat kesesuaian antara tindakan-tindakan para pejabat hukum
dan peraturan-peraturan yang telah dibuat.
a. Hasil yang tidak tetap dan tidak dapat diperkirakan secara pasti,
seperti kontraktor, pengacara, royalti pengarang, konsultan.
> METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dalam penulis tesis ini termasuk jenis penelitian hukum
sosiologis (non-doktrinal), sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk
penelitian jenis deskriptif kualitatif yakni penelitian untuk memberikan
data seteliti mungkin dengan mendeskripsikan tentang : Implementasi
UU, No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Profesi di Kabupaten
Sukoharjo.
Apabila dilihat dari bentuknya, penelitian ini termasuk dalam
bentuk penelitian yang diagnostik. Karena peneliti ingin mengetahui dan
mencari apa sebab-sebabnya yang mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan
zakat profesi oleh Badan Amil Zakat Kabupaten Sukoharjo belum sesuai
dengan Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Dalam penulisan tesis ini, penulis memakai konsep hukum ke-5,
yaitu manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak
dalam interaksi antar mereka. Menurut Setiono penelitian non-doktrinal
adalah penelitian atas hukum yang tidak dikonsepsi sebagai rules tetapi
sebagai regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam
alam pengalaman.1 Dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi lebih menggambarkan keadaan apa
adanya tentang suatu variabel atau keadaan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kantor Badan Amil Zakat Kabupaten
Sukoharjo yang berwenang mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Bidang yang
diteliti adalah masalah Pelaksanaan Penerimaan Zakat Profesi.
. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengelolaan Zakat Profesi di Kabupaten Sukoharjo
1 Ibid, h. 22
Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, zakat dikelola oleh
suatu badan yang terorganisir. Disanalah semua hal dan permasalahan
yang berkenaan dengan zakat diselesaikan. Jadi mengingat apa yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW tersebut akan lebih baik, karena terbukti
bahwa pengelolaan zakat pada masa itu sukses dan lancar, kesejahteran
rakyat dapat dirasakan.
Atas dasar pertimbangan itulah keberadaan Badan Amil Zakat
(BAZ) dapat direalisasikan di negara kita, untuk mengatur tentang
Pelaksanaan Zakat secara baik dan benar. Badan Amil Zakat (BAZ)
Kabupaten Sukoharjo merupakan bentuk realisasi dari pemberlakuan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal
6 ayat (1) dan (2) huruf (c) yang mana dinyatakan pengelolaan zakat
dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah dalam
hal ini tingkat Daerah Kabupaten atau daerah kota dibentuk oleh Bupati
atau Wali Kota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama. Maka
sehubungan dengan itu Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo
dibentuk berdasarkan SK Bupati Nomor: 451.12/347/2009 tanggal 21
Agustus 2009 (Periode 2009 s/d 2011). Adapun tugasnya sebagai berikut :
Upaya BAZDA Kabupaten Sukoharjo untuk menghimpun dana
zakat (Profesi) dengan berbagai cara, antara lain membuat kerjasama
dengan berbagai Dinas Instansi yang ada di Kabupaten Sukoharjo dengan
cara membentuk unit penerimaan zakat (UPZ). Diberbagai instansi yang
ada di Kabupaten Sukoharjo, dengan tugas mengumpulkan zakat bagi
Pegawai Negeri Sipil yang ada di dalam instansinya, kemudian tiap bulan
menyerahkan ke BAZ Kabupaten Sukoharjo lewat Bank Jateng Cabang
Sukoharjo dengan No. Rekening: 1.030.001.893.
Data penerimaan zakat oleh BAZ Kabupaten Sukoharjo
DAFTAR REKAPITULASI PENERIMAAN BAZ SUKOHARJO2
NO DINAS/INSTANSI/BADA OKT NOP DES
2 Sumber data dari BAZ Kabupaten Sukoharjo
N/
1. Sekretariat Daerah - 606.000 604.000
2. BAPPEDA 51.500 52.500 53.000
3. Inspektorat - 120.000 120.000
4. Badan Kepegawaian Daerah
(BKD)
134.500 129.500 132.000
5. Badan Pemberdayaan Masy
dan Desa (BPMD)/KPM
90.500 39.000 90.500
6. Dinas Pertanian 120.100 - 239.450
7. Dinas Kesehatan (DKK) 125.000 125.000 125.000
8. Dinas Pekerjaan Umum
(DPU)
700.000 700.000 700.000
9. Dinas Koperasi dan UMKN 183.000 207.000 142.000
10. Disperindag 275.000 275.000 275.000
11. DISNAKER dan
Transmigrasi
130.000 130.000 130.000
12. Dinas Sosial 38.000 38.000 36.000
13. Kantor Pertanahan 895.000 905.000 820.000
14. Departeman Agama 800.000 800.000 800.000
15. Pengadilan Agama 68.000 66.000 63.500
16 Jumlah 3.610.00
0
4.193.00
0
4.330.45
0
Dari tabel di atas dapat dilihat, untuk bulan Oktober sampai dengan
Desember 2009, Dinas Instansi yang aktif menyetor zakatnya hanya
berjumlah 15. Kalau dilihat dari jumlah Dinas Instansi yang ada di
Kabupaten Sukoharjo, maka masih banyak Dinas Instansi yang tidak
menyalurkan zakatnya melalui BAZ Kabupaten Sukoharjo. Demikian pula
kalau diperhatikan nilai/jumlah yang diterima oleh BAZ Kabupaten
Sukoharjo dari masing-masing instansi, belum sesuai ketentuan hukum
zakat, yaitu 2,5 % dari penghasilan seseorang (muzakki). Hal ini
dikarenakan menurut Sdr. Drs, Syahidin, Sekretaris BAZ Sukoharjo, dalam
permintaan zakat dari kepada Dinas Instans hanya bersifat himbauan dan
mengenai jumlahnya diserahkan kepada kerelaan masing-masing Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan.3
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa Pegawai yang
bekerja di pemerintahan dan profesi lainnya disamping zakat yang disetor
kepada BAZ Sukoharjo, belum sesuai dengan hukum zakat, juga masih
banyak yang tidak menunaikan/menyetorkan zakatnya melalui Badan
Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo. Hal ini menunjukkan
Implementasi zakat profesi oleh BAZ Kabupaten Sukoharjo belum
berjalan sesuai Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat.
B. Pembahasan
Dalam hukum Islam, zakat profesi merupakan wacana baru, meski
pun jika ditelusuri dengan seksama, zakat profesi tersebut sebenarnya sudah
lama ada dalam fiqh-fiqh klasik, namun tidak begitu populer, karena jenis
profesi pada masa itu belum berkembang pesat seperti saat ini. Dalam hukum
ekonomi Islam, zakat profesi merupakan salah satu sumber dana terbesar
dibandingkan dengan sumber-sumber zakat yang lain. Karena banyak orang,
terutama di kota-kota besar mempunyai profesi dan mereka hidup dari
penghasilan tersebut. Namun setelah berlaku selama hampir sebelas tahun
Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang
didalamnya mengatur zakat profesi seolah-olah tidak mampu menyadarkan
umat Islam khususnya umat Islam di Kabupaten Sukoharjo untuk secara tulus
dan ikhlas menunaikan ibadah zakat profesi. Oleh karena itu, penelitian ini
mengalisis penyebab ketidak sesuaian pelaksanaan pengelolaan dalam
penerimaan zakat profesi oleh BAZ Sukoharjo dengan Undang-undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Peneliti menghubungan
dengan teori Lawrence Meir Friedman, sebagai berikut : 3 wawancara dengan Syahidin, tanggal 20 Februari 2010
a). Komponen Struktur ( Structure of legal Systsem ).
Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo yang dibentuk
berdasarkan SK Bupati Nomor : 451.12/347/2009 tanggal 21 Agustus
2009 adalah merupakan realisasi dari pemberlakuan Pasal 6 Undang-
undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang salah satu
tugas pentingnya adalah mengumpulkan / menerima zakat dari mustahiq.
Keberadaan Amil Zakat dalam mengelola zakat dapat dilihat dalam
Firman Allah SWT, Surat At-Taubah ayat 60
Dalam ayat tersebut Allah SWT telah menyebutkan orang-orang
yang bertugas dalam urusan zakat ini, baik dalam pengumpulan maupun
pembagi zakat dengan nama “amilina ‘alaihi/ petugas petugas zakat”.
Mereka ini harus diberi bagian dari harta zakat, agar tanggung jawab dan
kewajiban dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Buchori-Muslim
dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW ketika mengutus Mu’az ke Yaman,
Alasan yang kita dapatkan dari hadits ini adalah ucapan Rasulullah SAW
tentang sedekah wajib ; “Sedekah itu diambil dari orang kaya untuk
diberikan kepada yang fakir”.
Hasil wawancara salah seorang Pengurus Badan Amil Zakat
Kabupaten Sukoharjo dari kalangan ulama mengatakan;
Pengurus Badan Amil Zakat Kabupaten Sukoharjo dalam
menghimpun dana dari zakat profesi hanya bersifat pasif, menunggu
kesadaran wajib zakat (muzakki) menyalurkan zakatnya, dengan tidak
mendatangi atau menghitung harta atau penghasilan wajib zakat.
Disamping itu itu tidak ada perintah kepada kalangan profesional yang
wajib zakat untuk mengeluarkan zakatnya dengan ketentuan harus 2,5 %
Hal ini berbeda ketika jaman Rasulullah SAW dan Sahabatnya, dimana
dalam menghimpun dana zakat adalah pro aktif dengan mendatangi
langsung kepada muzakki bahkan memerangi bagi yang membangkang
yaitu orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya4
Menurut Sekretaris Badan Amil Zakat Sukoharjo tidak
dilakukannya secara memaksa kepada muzakki dalam penerimaan zakat
karena ada unsur kekhawatiran akan timbulnya demonstrasi dari
masyarakat.
b.Komponen Subtansi ( Structure of legal System)
Adapun pasal yang memerintahkan untuk mengeluarkan zakat
pada umumny dan zakat profesi pada khususnya diatur pada pasal 2 dalam
Undang-Undang tersebut bahwa; Setiap warga negara Indonesia yang
beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim
berkewajiban menunaikan zakat bunyi pasal tersebut, penulis memahami
sebagai himbauan moral, bukan sebagai ketentuan legal formal yang
mengikat warga negara khususnya yang beragama Islam dalam arti kalau
tidak dilaksanakan pasal tersebut tidak ada sanksi dari negara.
Di dalam Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat tidak mengatur tentang sanksi bagi muzakki yang enggan
menunaikan zakat. Sanksi yang diatur oleh Undang-undang tersebut hanya
bagi pengelola zakat. Sebagaimana bunyi yang tercantum pada Pasal 21
Undang-undang tersebut.
Tidak adanya aturan mengenai sanksi bagi yang tidak mau
mengeluarkan zakatnya, merupakan titik kelemahan dari Undang-undang
tersebut, yang mengakibatkan kewajiban zakat tidak dipatuhi oleh pada
umumnya umat Islam khususnya di Kabupaten Sukoharjo di kalangan
profesional. Kehadiran Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tersebut,
seharusnya memperkuat aturan tentang kewajiban zakat yang telah di atur di
dalam hukum Islam. Ketidakefektifan dari kewajiban zakat di dalam hukum
Islam, disebabkan sanksi yang mengancam pembangkang zakat tidak
aplikatif. Kehadiaran Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 seharusnya
bertujuan untuk mengaplikasikan aturan tentang kewajaiban zakat yang
4 Chaerul Anwar, Wawancara tanggal 19 April 2010
telah diatur oleh hukum Islam. Salah satu alat untuk mengaplikasikannya
adalah dengan memberikan sanksi bagi pembangkang zakat. Sanksi, di
dalam ilmu hukum berfungsi sebagai
a. Komponen Kultur (Culture of legal System)
Komponen kulturnya adalah pertama adanya budaya masyarakat
yang kurang memahami sepenuhnya tentang kewajiban zakat bagi seorang
muslim (muzakki) yang menyebabkan banyaknya kalangan profesional di
Kabupaten Sukoharjo tidak menunaikan zakat (profesi). Hasil wawancara
salah seorang tokoh agama dari ormas Islam menyatakan;
Kedua, sebab pelaksanaan zakat profesi oleh BAZ Sukoharjo belum
berjalan sesuai Undang-undang Nomor 38 tentang Pengelolaan Zakat adalah
kebiasaan umat Islam dalam mengelola zakat dengan membentuk amil zakat
tersendiri. “Badan Amil Zakat dibentuk berdasarkan musyawarah masyarakat
terlepas dari unsur pemerintahan. Biasanya amil zakat ini merupakan bagian
dari ta’mir (pengelola masjid). atau badan dibentuk tersendiri terpisah dari
ta’mir masjid, tetapi tidak terpisahkan komunitas muslim.
> PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap masalah yang diteliti dapat
diambil kesimpulan, bahwa Pengelolaan zakat profesi oleh Badan Amil
Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo belum berjalan sesuai Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat disebabkan
faktor :
- Komponen Struktur hukum, bahwa pengurus Badan Amil Zakat
(BAZ) Kabupaten Sukoharjo bersifat pasif. Menunggu kesadaran
Muzakki menyalurkan zakatnya, sehingga kalangan profesional
dalam menyalurkan zakat (profesi) ke Badan Amil Zakat (BAZ)
Kabupaten Sukoharjo belum dapat terwujud sebagaimana yang
diamanatkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 38 Tahun
1999, Islam dan m
- Komponen Subtansi hukum berupa materi Undang-undang Nomor
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang mengatur zakat
profesi belum dapat dilaksanakan secara efektif. Karena Undang-
undang tersebut belum disosialisasikan kepada masyarakat
(muslim) dan Undang-undang ini hanya merupakan himbauan
moral, bukan sebagai ketentuan legal formal yang mengikat
warga negara. Dikarenakan tidak ada pasal-pasal yang mengatur
tentang sanksi bagi Muzakki yang tidak mau membayar zakat,
yang ada hanyalah pasal yang menjelaskan sanksi bagi pengelola
zakat (Amil) yang tidak profesional, bukan sanksi terhadap yang
enggan menunaikan zakat.
- Komponen Kultur ditunjukkan bahwa adanya kecenderungan
masyarakat dari kalangan profesional (muzakki) belum menyadari
tentang kewajiban seorang muslim untuk menunaikan zakat,
serta kebiasaan menyalurkanzakatnya secara langsung bukan
kepada Pemerintah dalam hal ini Badan Amil Zakat, dikarenakan
pemahaman dengan menyalurkan secara individu afdhal.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasinya dapat ditentukan
sebagai berikut :
a. 1. Faktor yang menjadi penyebab ketidaksesuaian implementasi Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Profesi di
Kabupaten Sukoharjo adalah faktor Amil Zakat, faktor hukum dan faktor
masyarakat. Ketiga faktor ini jika tidak dibenahi akan berdampak terhadap
pelaksanaan penerimaan zakat profesi oleh Badan Amil Zakat (BAZ)
Kabupaten Sukoharjo,
C. Saran
1. Kepada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukoharjo agar
mengefektifkan sosialisasi Undang-undang zakat, Di samping itu harus
pro aktif, dengan cara mendatangi kepada Muzakki, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dan sahabat-sahabatnya.Agar
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
diamandemen dengan memasukkan pasal yang mengatur tentang sanksi
bagi Muzakki yang enggan mengeluarkan zakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah ibnu Muhammad bin Ahmad Al Thayyar, 1414.H, Al-Zakah wa Tathbiqatuha Al- Mu’ashirahh, Cet. II, Dar al- Wathan, Riyadh.
Abdul Wahab Khallaf, 1985. Kaidah-Kidah Hukum Islam, Risalah, Bandung. Abdurrahman Qadir, 1998. Zakat dalam Dimensi Mahdlah dan Sosial, Raja
Grafindo Persada, Abdurrahman Al-Jaziry, Kitabul Fiqhi Ala Mazahibil Arba`h II, Darul Fikri. Abi Abdillah Muhammad ibnu Ahmad Al-Anshary Qurthuby, 1985, Al-Jaimiu`
Ahkamul Qur`an, Juz 5, Daru Ahya Attirlasti Arabiy, Bairut, Ahmad Ali, 2001. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, PT. Yasrif
Watampone, Jakarta, Ahmad Ibn Hambal, Musnand Al-Maktab Al- Islami Dar Shawir, Juz. III,
Beirut. Amin Rais, 1988, Aspek Sosial Pengelolaan Zakat , Risalah, Jokyakarta. An Nawawy Imam, 1972, Shahihu Muslim Jilid 7 – 8, Darul Fkri, Bairut , Asafri Jaya Bakri, 1996, Konsep Maqashid Syari’ah, Raja Grafindo Persada,
Jakarta. As Homby, 1985, Oxford Advanced Leamers Dictionary of Current English,
Oxford Cet. University Press, Britain, Bambang Sunggono, 1994, Hukum dan Kebiajakan Publik, Jakarta, Sinar Grafika, Budi Winarno, 2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses, Media Presindo,
Yogyakarta, Deliar Noer, 1995, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Esmi Warrasih, 2005.Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologi, PT. Suryantara
Utama, Semarang, Hafiddudin, Didin, 2002, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani,
Jakarta Hasbi Ash-Shiddieqy, 1999. Pedoman Zakat, Pustaka Rizki Putra, Cet. III,
Semarang, ---------------------------1999., Falsafah Hukum Islam, Cet. IV, Bulan Bintang,
Jakarta, Hanafie, 1962, Ushul Fiqh, Cet. III, Widjaya, Jakarta. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid I.Asy-Syifa, Semarang, Ismail Muhammad Syah, 1992, Filsafat Hukum Islam, Aksara, Jakarta. John. M. Echois dan Hasan Shadily, 1983, Kamus Inggris Indonesia, Cet. XII,
Gramedia, Jakarta. Joko Subagyo, 1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, Joko Widodo, 2001, Good Governance, Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Evaluasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Insan Cendeki, Jakarta,
Muhammad, 2002, Zakat Profesi Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer Salemba.
Muhammad Jawad Mughniyah, 1996, Fiqh Lima Mazhab, Lentera Jakarta.
Muhammad Syamsul Hak Al-Abadi AbiThayib, 1979, Aunu Al- Ma’bu, Syarh Sunan Abi Dawua, Juz. IV, Ce. III, Dar al-Fikr, Beirut.
Muhammad Abdullah Arabi, Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Abdullah Suhaili, 1979, cet. I, Sastra Hudaya, Jakarta.
Muhsin, Wakaf dan Zakat, 2009, Bahan Kuliah Pasca Sarjana Fakultas HukumUNS, Surakarta,
Mursyidi, 2003, Akuntansi Zakat Kontempore, Remaja Rosdakarya, Bandung, Qur’anul Karim dan Terjemahan Artinya, 1999, Universitas Islam Indonesia,VII,
Press, Yogyakarta, Quraisy Shihab, 2006, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung. Sampurna, K. 2003, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cipta Karya, Surabaya. Sayid Sabiq, 1975, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Darul Kitabil Arabiy, Bairut, Sayid Ahmad Hasyim BK, 1948, Mukhtaru al-Hadits an-Nabawiyah, Cet. VI,
Hijazi, Mesir. Satjipto Rahardjo, 1986. Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, Setiono, 2007, Hukum dan Kebijakan Publik, Bahan Martikulasi Studi Ilmu
Hukum Pasca Sarjana UNS Surakarta, ----------, Penelitian Hukum, Training Penelitian Bidang Ilmu Sosial, Surakarta,
UNS Press. Sidi Gazalba, 1983, Islam dan Perubahan Sosio Budaya Kajian Islam Tentang
Perubahan Masyarakat, Pustaka Al-Husna, Jakarta. Solichin Abdul Wahab, 1997. Publik Policy, Pengertian Pokok untuk Memahami
dan Analisis Kebijaksanaan Pemerintah, Airlangga University Press, Surabaya,
Soeryono Soekanto, 1980, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Press, Jakarta Suhrawadi K. Lubis, 2000, Hukum Ekonomi Islam, Cet. I, Sinar Grafika,
Jakarta. Sutyastie Soemitro Remi dan Prijono Tjipto, 2002, Kemiskinan dan Ketidak
nerataan di Indonesia, Rineke Cipta. Wahbah Az-Zuhaili, 2001, Fiqh Zakat dalam Dunia Modern, Terjemahan A. Aziz
Masyhuri, Penerbit Bandung, Surabaya, ------------------------, 1989, Al Fiqh Ala Islami Wa’adilatuhu, Juz I, Darul Fikri, Yusuf Qardawi, 1995. Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid I, Gema Insani Press,
Jakarta. ------------------, 1998Musjillah Al Faqr Wakaifa Aalajaha Al Islam, Jakarta :
Gema Insani Press, Zainuddin Hamidy dkk, 1992, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Jilid. I, Wijaya,
Jakarta. Zainal Abidin Ahmad, 1979, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Cet. I, Bulan Bintang, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Peraturan Mahkamah Agung No.2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum
Ekonomi Syari’ah Peraturan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan UU No.
38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Jurnal:
Abdul Azim Islahi, Zakah: A Bibliography, King Abdul Aziz University Islamic Economics Research Centre – Scientific Publishing Centre, Juddah, Saudi Arabia, 2005
Alfitri, The Law of Zakat Management and Non Governmental Zakat Collectors in Indonesia. The International Journal of Not-for-Profit Law, Vo. 8 (Januari, 2006) Jakarta.
Maliah bt. Sulaiman, The influence of riba and zakat on Islamic accounting, Indonesian Management and Accoounting Review (2003), Vol 2 (2), 149 – 167. International Islamic University Malaysia.
Zainol Bidin, Kamil Md. Idris, Predicting Compliance Intention on Zakah on Employ- ment inMalaysia: An Aplication of Reasoned Action Theory. Univbersity Utara Malaysia.
Timur Kuran, 1995 Islamic Economics and the Islamic Subeconomy, The Journal of Ekonomic Perspectives, Volume 9 pages 155 – 173
Muhsin, 2009 Wakaf dan Zakat, Makalah disampaikan pada materi kuliah Program Studi Magister Ilmu Hukum, Universtas sebelas Maret Surakarta,
http://Islamicarticlesearch.blogspot.com/2008/04/Zakat.html http://tulisendw.blogspot.com/2010/makalahzakatinfakdansadakah.html http://dl.islamhouse.com/data/id/ih_articles/id_letters_in_zakat.pdf