Post on 19-May-2018
UNIVERSITAS INDONESIA
DINAMIKA KOPI SULAWESI DI PASAR GLOBAL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RANTAI KOPI LOKAL DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
FIKRIYAH
0706265415
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM SARJANA GEOGRAFI
DEPOK
JUNI 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
DINAMIKA KOPI SULAWESI DI PASAR GLOBAL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RANTAI KOPI LOKAL DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
FIKRIYAH
0706265415
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM SARJANA GEOGRAFI
DEPOK
JUNI 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Fikriyah
NPM : 0706265415
Tanda tangan :
Tanggal : 02 Juli 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
iv
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Allhamdulillaahi Rabbil aalamin..
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat-
Nya sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan
Pengaruhnya Terhadap Rantai Kopi Lokal di Sulawesi Selatan“ ini dapat penulis
selesaikan dengan baik dan lancar meskipun banyak hambatan dan rintangan. Penyusunan
Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu syarat kelulusan sebagai Sarjana Strata Satu
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia.
Penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung.
1. Bapak Hafid Setiadi, S.Si, M.T dan Bapak Drs. Triarko Nurlambang, M.A selaku
pembimbing 1 dan pembimbing 2 dalam penelitian tugas akhir penulis yang telah
sabar dan penuh dedikasi membantu dan mengarahkan penulis.
2. Mr. Jeff Neilson, PhD selaku pembimbing dari Sydney University atas segala
bimbingan, bantuan, perhatian, kesabaran, serta memperkenalkan penulis kepada
dunia perkopian Indonesia dan dunia. Mendanai seluruh biaya penelitian ini. Terima
kasih atas bantuan baik moril maupun materil.
3. Bapak Drs. Supriatna, M.T, Bapak Tito Latif Indra, M.Si dan Ibu Dra. Astrid
Damayanti, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan saran, pujian, dan
masukan guna penulisan tugas akhir yang lebih baik.
4. Bapak Dr. Rohmatulloh, M.Eng selaku Pembimbing Akademik yang mengenalkan
penulis kepada keilmuan geografi dari nol.
5. Bapak Dr.rer.nat. Eko Kusratmoko, M.Si selaku ketua Departemen Geografi dan
Ketua Sidang Sarjana penulis Ibu Dra. Ratna Saraswati, M.Si dan Ibu M.H. Dewi,
M.Si atas kepercayaannya telah melibatkan penulis dalam penelitian RUU-UI dan
Hibah Bersaing UI selama dua tahun berturut-turut.
6. Seluruh civitas akademik Dept. Geografi dan sub-kemahsiswaan Dekanat FMIPA
yang selalu membantu penulis dalam pengurusan surat-surat untuk rektorat dan juga
pengurusan beasiswa.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
vi
7. Bapak Patola, Bapak Idris ‘Kampung Bebas Rokok’, Indok‘, Pak Ilen, Mama udin,
Udin, Niar, Kasman dan semua keluarga di Benteng Alla‘ Utara, Bapak Harly (Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kab Tana Toraja), Indok dan Ambe di Ranteuma, Ambe
Jhon, Indok‘ dan Mas Minggu, Indok‘ Bidan, Seltin, Rani, Irma, Wiwin, Mega, Agus,
Pak Bidu, dan keluarga di Benteng Ambeso. Miranti dan keluarga di Makassar.
Terima kasih atas tumpangan menginap selama dilapangan, ketulusan menerima
penulis menjadi bagian hidup, makanan, dan pelajaran hidup yang tidak ada dibangku
kuliah. Pak Jabir dan Pak Basri (PT Toarco Jaya), Pak Rudi (Megha Putera Sejahtera),
Ibu Munarti (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan), Pak
Mukhlis KUD Sane’, Indok Sawirah, Mas Debby, 90 informans di 3 lokasi penelitian
atas wawancara serta data yang diberikan kepada penulis.
8. Keluarga tercinta, Ibu Siti Sopiah, Apa H.M Taufik (Alm), Apa Mumuh Nasir,
Nuraliyah S, M.Kes, Ahmad Holili, Adrie, Lulu, Rafly, Bibi Omah, atas cinta, kasih
sayang yang tidak pernah terputus.
9. Sahabat-sahabat ajaib penulis Amalia IP, Vicky, Ika, Alfi, Fiza, Adhul, Ijo, Wahyu,
Jay. Terima kasih atas inspirasi yang tidak pernah terputus.
10. Sahabat Geografi 2007 Mila Cingcongs, Dito, Sinta, Ajenk, Eva, Gendro, Irma, Adit,
Risma, Budi, Aftaf, Geo 2008 Intan, Riangga, Aulia, Lilis, Dimas, Avrie. Geografi
2009 Ibni. Ka Pepeb, Ka Alam, Ka Yuni, Ka Bibit, Ka Arum (2003) atas nasehat
mapresnya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah
membantu penulis baik dalam kelancaran pengumpulan data, penulisan, dan
penyusunan tugas akhir ini.
Depok, Juni 2011
Fikriyah
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fikriyah
NPM : 0706265415
Program Studi : S-1
Departemen : Geografi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
DINAMIKA KOPI SULAWESI DI PASAR GLOBAL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP RANTAI KOPI LOKAL DI SULAWESI SELATAN
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 02 Juli 2012
Yang menyatakan
(FIKRIYAH)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
viii
ABSTRAK
Nama : Fikriyah Program Studi : Geografi Judul : Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan Pengaruhnya Terhadap
Rantai Kopi Lokal di Sulawesi Selatan
Kopi Sulawesi merupakan produk komoditi lokal yang memiliki harga tinggi di pasar global. Saat ini permintaan terhadap kopi Sulawesi semakin meningkat. Adanya isu lingkungan membuat LSM dunia menekankan pentingnya sertifikasi terhadap tanaman pertanian dimana kopi Sulawesi salah satu yang harus disertifikasi. Sertifikasi dan tuntutan global akan kualitas dan jumlah kopi membuat adanya dinamika yang terjadi di pasar global. Rantai kopi lokal yang diawali oleh petani sebagai produsen, pedagang dan eksportir sebagai pendistribusi mendapatkan pengaruh atas dinamika global yang terjadi. Atas tuntutan global dan adanya sertifikasi kopi mengharuskan pengolahan kopi pasca panen disesuaikan dengan keinginan pembeli dan kaidah pemrosesan kopi. Dua lokasi penelitian telah mendapatkan sertifikasi sementara satu lokasi penelitian belum, tetapi memiliki terterampilan budidaya kopi sangat baik. Ketiga lokasi penelitian ini mendapatkan bantuan dari buyers yang berbeda serta disesuaikan dengan kondisi keruangan lokasi-lokasi tersebut. Dinamika global yang terjadi memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat. Pengaruh yang baik tidak hanya bantuan berupa kompensasi – kompensasi yang diterima petani tetapi lebih menitik beratkan pada kebermanfaatan jangka panjang bagi masyarakat.
Kata kunci : kopi Sulawesi, pasar global, rantai lokal xiii+88 halaman; 32 gambar; 5 tabel Daftar Pustaka : 33 (1986-2011)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
ix
ABSTRACT
Name : Fikriyah Program Study : Geography Title : The Dynamic of Sulawesi Coffee in Global Market and Its Influence
to the Local Chains in South Sulawesi
Sulawesi coffees are the local commodities which have a high price in the global market. Recently, demand of Sulawesi coffees are getting higher. There is an environment issue makes the world NGOs decided that the agricultural commodity has to get the certification which is Sulawesi coffee one of the product that has to be certified. Certification and the global demand to the quality and quantity of Sulawesi coffees affect to the global dynamic in global market. The local chains started from the small holder farmers as the producers, the collectors and exporters as the distributors as well as get the impacts of global dynamic. Based on the global demand and the certification, Sulawesi coffees must be on the good coffee processing after the harvest and the good processing as well as followed the buyers’ procedures. Two of the fieldwork locations have been certified but the other one has not been certified but this location actually has a good cultivation skill of coffee. Three of the fieldwork locations have got the compensation from buyers differently and it is appropriated with the spatial and geographic location itself. Global dynamic showed the good impacts to the community. The good impacts are not only as the aids of compensations which received by the small holder farmers but the highest tendency is on the long beneficial of sustainability to the local community.
Key words : global market, local chains, Sulawesi coffee xiii+88 pages; 32 pictures; 5 tables Bibliography : 33 (1986-2011)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ORISINALITAS..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH................................................................ vii
ABSTRAK................................................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK................................................................................................................... xv
DAFTAR PETA....................................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian........................................................................................... 3
1.3 Masalah Penelitian........................................................................................ 3
1.4 Batasan Penelitian......................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
2.1 Pasar Global.................................................................................................. 6
2.1.1 Transformasi Ekonomi Pangan : the ‘local’ become ‘global’.......... 6
2.1.2 Globalisasi dan Perdagangan Internasional ..................................... 7
2.1.3 Analisis rantai Komoditi Global Pada Kopi (GCC Analysis) .......... 8
2.1.4 Sertifikasi Kopi................................................................................ 11
2.2 Konsep Pemasaran.......................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Pemasaran....................................................................... 15
2.2.2 Mata Rantai Distribusi (Supply Chain) ............................................ 16
2.2.3 Pengertian Harga, Penawaran (supply) dan Perminataan (demand) 17
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xi
2.3 Kopi di Sulawesi Selatan.............................................................................. 18
2.4 Penelitian Kualitatif....................................................................................... 19
2.4.1 Memahami Analisis Isi (Content Analysis) ..................................... 20
2.4.2 Penggunaan Analisis Isi .................................................................. 20
2.5 Penelitian Terdahulu...................................................................................... 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN........................................................................... 23
3.1 Pengumpulan Data...................................................... .................................. 23
3.2 Pengolahan Data...................................................... ...................................... 27
3.3 Analisis Data...................................................... ........................................... 30
3.4 Alur Pikir Penelitian...................................................... ................................ 31
BAB 4 DINAMIKA DAN IMPLIKASI KOPI SULAWESI ..........................................
4.1 Lokasi Produksi Kopi Sulawesi....................................................................
4.2 Kondisi Kopi Sulawesi di Rantai Lokal........................................................
4.2.1 Karakteristik Pengusahaan Kopi........................................................
4.2.2 Pola Pembentukan Harga dan Tanggapan Petani..............................
4.2.3 Distribusi Kopi pada Rantai Lokal....................................................
4.3 Pengaruh Faktor Global.................................................................................
4.3.1 Sertifikasi Kopi dan Kompensasi yang diterima Petani....................
4.3.2 Ekspor Kopi Sulawesi ke Pasar Internasional...................................
4.3.3 Pengakuan Dunia akan Kopi Sulawesi..............................................
4.4 Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan Implikasinya Terhadap
Rantai Lokal..................................................................................................
34
34
38
42
50
56
63
65
70
79
83
BAB 5 KESIMPULAN....................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 90
LAMPIRAN................................................................................................................................
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer.................................................................. 23
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 24
Tabel 4.1 Tabel Persamaan dan perbedaan faktor global pada setiap lokasi penelitian.. 64
Tabel 4.2 Tabel volume ekspor kopi Sulawesi menuju pasar global tahun 2005 - 2011 71
Tabel 4.3 Tabel komentar dan pendapat konsumen kopi Sulawesi di beberapa negara
bagian Amerika Serikat...................................................... ............................
81
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur umum kopi pada rantai pemasaran kopi global............................ 10
Gambar 2.2 Rantai Nilai Generik...................................................... ............................ 15
Gambar 3.1 Alur Kerja Penelitian...................................................... ........................... 29
Gambar 3.2 Alur Pikir Penelitian...................................................... ............................ 33
Gambar 4.1 Peta daerah penghasil kopi di Sulawesi Selatan......................................... 35
Gambar 4.2 Lokasi-lokasi pengusahaan dan penjualan Kopi Sulawesi......................... 41
Gambar 4.3 Kopi biji merah siap digiling...................................................................... 43
Gambar 4.4 Penggilingan biji merah dengan mesin pulper........................................... 43
Gambar 4.5 Pencucian setelah di-pulper........................................................................ 43
Gambar 4.6 Kopi setelah difermentasi........................................................................... 43
Gambar 4.7 Pencucian setelah difermentasi................................................................... 45
Gambar 4.8 Penjemuran setelah dicuci bersih................................................................ 45
Gambar 4.9 Penyortiran kopi kulit tanduk (HS / Parchment) ....................................... 46
Gambar 4.10 Kopi biji beras yang merupakan kopi kulit tanduk yang sudah dihuller dengan mesin huller...................................................... ............................
48
Gambar 4.11 Mesin pulper sederhana milik petani Lembang Ranteuma........................ 46
Gambar 4.12 Skema pemrosesan kopi............................................................................. 48
Gambar 4.13 Rantai distribusi kopi yang berasal dari Desa BentengAlla
Utara............... ...................................................... .....................................
56
Gambar 4.14 Kegiatan penjual belian kopi di Pasar Buntudama, Desa Benteng Alla‘
Utara...................................................... .....................................................
58
Gambar 4.15 Kopi kulit tanduk (parchment/HS) tang dijualbelikan di Pasar
Buntudama...................................................... ...........................................
58
Gambar 4.16 Pedagang kopi di Pasar Sudu’...................................................... ............. 59
Gambar 4.17 Kondisi Pasar Sudu...................................................... .............................. 59
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xiv
Gambar 4.18 Pa’sambu meliter kopi di Pasar Sapan........................................................ 60
Gambar 4.19 Kondisi Pasar Sapan ...................................................... ........................... 60
Gambar 4.20 Kegiatan pembelian langsung yang dilakukan PT Toarco Jaya di Lembang Ranteuma...................................................... .............................
61
Gambar 4.21 Rantai distribusi kopi yang berasal dari Desa Benteng Ambeso................ 62
Gambar 4.22 Kegiatan pembelian kopi di Pasar Buntu.................................................... 62
Gambar 4.23 Bantuan yang diterima petani desa Bentang Alla’ Utara yang berupa jalan tani.....................................................................................................
66
Gambar 4.24 Bantuan yang diterima petani desa Bentang Alla’ Utara, berupa satu set mainan anak-anak di sekolah TK (Taman kanak-Kanak) .........................
66
Gambar 4.25 UTZ Certification PT Toarco Jaya.............................................................. 67
Gambar 4.26 Rainforest Alliance Certification PT Toarco Jaya...................................... 67
Gambar 4.27 Jembatan menuju Lembang Ranteuma. Salah satu bentuk perhatian
Key Coffee untuk masyarakat Ranteuma...................................................
68
Gambar 4.28 Logo Key Coffee yang terdapat di Jembaran menuju Desa Ranteuma...... 68
Gambar 4.29 Kompensasi yang diterima masyarakat Desa Benteng Ambeso atas
kepuasan Sturbucks dengan kualitas dan cita rasa kopi Toraja..................
69
Gambar 4.30 Kompensasi yang diterima masyarakat Desa Benteng Ambeso atas
kepuasan Sturbucks dengan kualitas dan cita rasa kopi Toraja..................
70
Gambar 4.31 Gambaran spasial sertfikasi dengan usaha penjagaan mutu di masing-
masing lokasi penelitian.............................................................................
83
Gambar 4.32 Gambaran spasial kompensasi yang diberikan buyers dengan respon dari rantai lokal akan kompensasi tersebut di masing-masing lokasi penelitian....................................................................................................
85
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2005............................................... 73
Grafik 4.2 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2006............................................... 73
Grafik 4.3 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2007............................................... 74
Grafik 4.4 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2008............................................... 75
Grafik 4.5 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2009............................................... 76
Grafik 4.6 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2010............................................... 77
Grafik 4.7 Grafik ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2011............................................... 78
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xvi
DAFTAR PETA
Peta 4.1 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2005......................................................... 72
Peta 4.2 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2006......................................................... 73
Peta 4.3 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2007......................................................... 74
Peta 4.4 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2008......................................................... 75
Peta 4.5 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2009......................................................... 76
Peta 4.6 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2010......................................................... 77
Peta 4.7 Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2011......................................................... 78
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
xvii
DAFTAR SINGKATAN
FOB Free On Board
GCC Global Commodity Chain
ICO International Coffee Organization (Organisasi Kopi Internasional)
JICA Japan International Corporation Agency
KUD Koperasi Unit Desa
LDC Least Developed Countries
NGO Non Government Organization
OTA Organic Trade Association
PT Perseroan Terbatas
SAN Sustainable Agriculture Network
USAID United States Agency for International Development
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mengekspor 7% dari keseluruhan produksi kopi dunia dengan total
keseluruhan nilai ekspor yaitu sebesar 0,94 Miliyar USD. Sedangkan jumlah nilai
pertanian kopi secara keseluruhan sekitar 72,01 Miliyar USD (ICO, 2005). Indonesia
menempati urutan ke empat sebagai negara pengekspor kopi di dunia setelah Brazil di
urutan pertama, Vietnam diurutan kedua, Kolumbia diurutan ketiga, dan diurutan ke lima
setelah Indonesia yaitu Guetemala. Kopi menyumbangkan 0,6% dari pendapatan nasional
Indonesia dan 17% dari keseluruhan ekspor pertanian Indonesia. Perkebunan kopi
Indonesia sekitar 1,3 juta hektare dan menghasilkan sekitar 600.000 ton biji kopi (coffees
green) yang terbagi menjadi : 80 – 90% kopi robusta yang 65% berasal dari Sumatera
bagian selatan, 10-13% kopi arabika, dan 1-2% kopi liberika (USAID, 2007).
Menurut laporan Kementrian Perdagangan adanya penurunan nilai ekspor kopi
Indonesia pada pangsa pasar kopi Amerika Serikat dengan total nilai ekspor USD 202,7
juta di tahun 2009, Indonesia mengambil share 1,57 % dari pangsa pasar produk kopi di
AS. Nilai tersebut turun 15% dari nilai ekspor di tahun 2008 senilai USD 240,07 juta,
yang mengalami kenaikan 14,94% dari ekspor tahun 2007 sebesar USD 208,85 juta.
Fenomena inipun sangat mempengaruhi kondisi pasar kopi arabika Toraja yang 85% di
ekspor ke Amerika Serikat.
Di Indonesia kopi diproduksi oleh petani kopi rakyat (smallholder farmers) yang
lebih dari 2,33 juta kepala keluarga dengan rata-rata perkebunan seluas 1 – 1,5 hektare
per kepala keluarga dengan jumlah penghasilan mencapai 910 USD per tahun per hektar
untuk kopi robusta dan 1.680 USD per tahun per hektar untuk kopi arabika. Penghasilan
petani 50 – 70% dari pertanian kopi (USAID, 2007). Prospek pengembangan kopi
memiliki potensi yang cukup besar dari segi peningkatan devisa, dan juga untuk
peningkatan petani yang pada akhirnya terhadap perekonomian nasional.
Sebagian besar kopi di Sulawesi Selatan ditanam oleh petani kopi rakyat
(smallholder farmer), dan sekitar 5% berasal dari tujuh perkebunan besar.
Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara pada awalnya satu kabupaten yaitu Tana Toraja
yang kemudian pada tahun 2009 pengalami pemekaran wilayah menjadi kabupaten
Toraja Utara. Kedua kabupaten terletak tepat di khatulistiwa dan merupakan wilayah
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
pegunungan di Provinsi Sulawesi Selatan yang sangat cocok untuk ditanami kopi arabika,
karena suhu dan curah hujanya. Kopi arabika sangat populer dengan sebutan ‘Kopi
Toraja’ yang telah lama disenangi sebagian besar pencinta kopi di dunia karena cita
rasanya yang khas dan aromanya yang lembut serta seimbang. Namun tidak terlepas dari
masalah yang terjadi pada sektor pertanian kopi di Tana Toraja seperti rendahnya daya
saing produk kopi, baik kopi biji maupun kopi olahan.
Diperkirakan hasil pertanian kopi arabika di Sulawesi Selatan sekitar 7.000 ton,
yang produksinya tersebar di beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja,
Enrekang, Gowa dan Sinjai di Sulawesi Selatan dan Kabupaten Mamasa di Sulawesi
Barat. Di Toraja dan Enrekang, kopi Arabika diekspor melalui Pelabuhan Soekarno-Hatta
di Makassar, umumnya dengan tujuan pasar Jepang dan AS dengan rata – rata ekspor
3.000 - 4.000 ton dalam lima tahun terakhir (Kementrian Perdagangan RI). Sistem
produksi kopi di Toraja masih amat tradisional, tidak menggunakan pupuk dan pestisida,
sehingga produktivitas masih sulit untuk ditingkatkan walaupun permintaan global dan
dari pasar domestik demikian besar. Beberapa kelompok tani telah dimobilisasi untuk
diikutsertakan dalam program atau skema sertifikasi kopi, seperti organik sertifikasi dan
lain-lain.
Dalam lima tahun terakhir, ekonomi kopi mengalami perubahan global yang
sangat dinamis, menyusul semakin berkembangnya sistem sertifikasi produk dan sistem
label pada kopi dan produk pangan-pertanian lain. Standar sosial dan standar lingkungan
hidup pada ekonomi kopi menjadi sesuatu yang sangat penting dan membawa implikasi
jangka panjang bagi kualitas lingkungan hidup dan tingkat keberlanjutan ekonomi kopi
itu sendiri. Sementara itu, proses sertifikasi yang melibatkan pihak ketiga dan
kecenderungannya sebagai persyaratan perdagangan global, tentu membawa konsekuensi
biaya yang tidak sedikit bagi petani kopi, konsekuensi tekanan pada pemanfaatan
sumberdaya alam, apalagi bagi mereka yang memiliki skala usaha tidak menguntungkan
secara ekonomis. Perubahan arena baru dalam lingkungan korporasi global tersebut tentu
saja membawa perubahan budaya baru dalam dunia agribisnis kopi, mulai dari petani
kecil sampai perusahaan skala menengah besar.
Kabupaten Enrekang sendiri terkenal dengan identitas kopi spesialti yang
mendunia dengan nama ‘Kalosi’ kopi atau Kalossie. Di Kabupaten Enrekang terdapat dua
kecamatan yang menjadi daerah budidaya Kopi Kalosi yaitu Kecamatan Baraka dan Alla.
Kepemilikan lahan kebun kopi pribadi di Kabupaten Enrekang lebih besar daripada di
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Kabupaten Toraja, dengan rata sebanyak 2.000 pohon per rumah tangga. (Neilson, 2007).
Sebuah Koperasi petani terdapat di Desa Benteng Alla’ Utara Kecamatan Alla’
menyatakan bahwa 50% petani di desa tersebut telah memiliki alat penggilingan kopi
pribadi. Koperasi ini juga telah berdiri sejak 1998 dan berbadan hukum ada tahun 2003.
Saat ini koperasi Tani Benteng Alla’ telah memiliki anggota sekitar 1000 orang petani
dengan membina 20 kelompok tani. Sementara kopi yang berasal dari Desa Pupu pulu
dekat dengan Ranteuma adalah kopi dengan kualitas yang sangat baik menurut cup test
PT Toarco Jaya dan Sweet Maria’s Coffee. Menurut data KUD SANE’ kopi yang berasal
dari Desa Benteng Ambeso hampir 83% diekspor ke Amerika Serikat deangan buyer
Starbucks.
Didalam pasar global saat ini, industri harus merencanakan dan merangkai supply
chain yang efektif baik yang sifatnya kehulu ataupun kehilir untuk menyediakan produksi
yang memenuhi permintaan konsumen. Pada penelitian ini akan ditekankan bagaimana
dinamika yang terjadi di pasar global baik itu harga, permintaan, sertifikasi, serta persepsi
atau pandangan konsumen internasional terhadap kopi Sulawesi, serta bagaimana pelaku
pemasaran kopi lokal merespon dinamika tersebut. Penelusuran ini dapat dilakukan
dengan Global Value Chain Analisis dan di dengan metode penelitian kualitatif
deskriptif.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu :
Mengetahui bagaimana pengaruh dinamika kopi Sulawesi di pasar global terhadap rantai
kopi lokal di Sulawesi Selatan
1.3 Masalah Penelitian
Bagaimana pengaruh dinamika kopi Sulawesi di pasar global terhadap rantai kopi lokal di
Sulawesi Selatan?
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
1.4 Batasan Penelitian
1.4.1 Definisi-definisi
1. Supply chain menunjukan dasar dari proses dan aktivitas yang mengubah sebuah
produk dari bahan mentah hingga dijual kepada konsumen (Pujawan, 2005). Supply
chain juga menunjukan adanya pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari
pemasok awal sampai konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan
sistem yang terintegrasi (Said, A.I, 2006).
2. Pasar global sama halnya dengan pasar internasonal, karena ruang lingkupnya
meliputi world universal, meliputi dua negara atau beberapa negara dalam bidang
bisnis pemasaran. Peluang pasar selalu terbuka bagi semua pelaku usaha, tak
terkecuali di pasar ekspor.
3. Saluran (jalur) distribusi adalah sekelompok pelaku pasar dan agen perusahaan
yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk
menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu yang dalam penelitian ini adalah pelaku-
pelaku penyalur kopi arabika Sulawesi dari petani kopi rakyat ke pasar global.
4. Rantai pemasaran (marketing chain) merupakan suatu sistem penyaluran barang
produksi kepada konsumen akhir. Rantai pemasaran yang diteliti pada penelitian ini
meliputi : pelaku pemasaran lokal kopi di setiap simpul / rantai yaitu dari inbound
(petani), pedagang pengumpul, hingga ke lokasi ekspor kopi.
5. Rantai nilai (value chain) merupakan pelaku pemasaran pada lembaga pemasaran
yang memiliki fungsi produksi dan fungsi pemasaran kopi ke pasar global
(internasional) yang terdiri atas petani kopi, pengumpul, pedagang, tengkulak
(pedagang besar), dan eksportir.
6. Dinamika merupakan suatu perubahan yang terus menerus, dinamika pasar global
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perubahan permintaan pasar global terhadap
kopi Toraja dan Kalosi dari waktu kewaktu baik dari segi jumlah produksi maupun
tuntutan kualitas dengan asal negara yang juga berubah.
7. Kopi Sulawesi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kopi yang berasal dari
Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara dan Enrekang.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
1.4.2 Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini meliputi Desa Benteng Alla’Utara Kabupaten Enrekang,
Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandangbatu Silanan Kabupaten Tana Toraja dan
Desa (Lembang) Ranteuma Kecamatan Buntu Papasan Kabupaten Toraja Utara
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Global
2.1.1 Transformasi Ekonomi Pangan : the ‘local’ become ‘global’
Dicken (2007 : 347) mengatakan bahwa
The food economy is one hand increasingly differenciated in new sorts of
ways at the level of consumption – some within LDCs are eating better at
the time when others in Africa are decreasing into a universe of ever-
greater food insecurity, millions in California go hungry while others
consume ‘designer’ organis vegetable shuttled around the world
sophisticated…’cool chain’..
Dari pernyataan Dicken diatas dapat diketahui, bahwa ekonomi pangan saat ini
semakin menunjukkan peningkatan yang berbeda pada tingkat konsumsinya – beberapa
negara LDCs (Least Developed Countries) – negara tertinggal mengkonsumsi pangan
lebih baik pada saat yang bersamaan ketika yang lain di Afrika mengalami penurunan
dari seluruh kejadian yaitu ketidakamanan akan pangan, sementara jutaan orang di
California pada saat mereka merasa lapar pada saat yang lain mengkonsumsi ‘perancang’
sayuran organik yang dikirim melalui kecanggihan dunia. ..’rantai yang tenang’. Disini
menunjukkan bahwa adanya ketimpangan yang signifikan antara kondisi pangan di
negara maju dan negara tertinggal. Di sisi lain pada tingkat produksi dan distribusi
ekonomi pangan menjadi terstrukturkan kembali kearah yang radikal. Peningkatan ini
digerakan oleh adanya pemintaan global dan internalisasi industri pertanian pangan.
Perusahaan pangan yang besar dan pedagangan pengecer yang besar secara agresif
mentransformasikan ekonomi pertanian pangan dunia. (Dicken, 2007 : 347).
Produksi pangan, yang sangat tertinggal pada proses lokal, terpaku pada iklim yang
spesifik, tanah, dan kondisi sosial budaya. Pada saat yang bersamaan, tentu saja
bermacam-macam produksi lokal, khususnya pangan dengan nilai yang tinggi, sudah
meningkat menjadi global pada distribusi dan konsumsinya. (Dicken, 2007 : 348).
Produksi pangan untuk pasar global membutuhkan investasi yang besar dan memberikan
kekuatan yang besar pula pada produser transnasional pangan dan pada pengecer besar.
Ini menimbulkan permasalahan yang serius – juga kesempatan- untuk supplier asalkan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
mereka meningkatkan kuncinya ke dalam (maupun ke luar) jaringan produksi pertanian
pangan. Produksi pangan global dan distribusinya menimbulkan gangguan lingkungan
yang sangat besar. (Dicken, 2007 : 348). Di dunia terdapat dua jenis kopi utama yaitu
kopi Arabika yang hanya hidup di dataran tinggi dan lebih sulit untuk tumbuh dan kopi
Robusta yang tumbuh di dataran rendah dan wilayah tropis yang lembab. Kopi Arabika
menjadi kopi dengan kualitas yang sangat tinggi. Lima negara pengekspor kopi dunia
tertinggi, sementara Indonesia berada diurutan ke empat dengan total nilai ekspor (6%
kopi Arabika, dan 84% kopi Robusta). (ICO, 2007). Pola distribusi dan perdagangan
pangan dengan nilai yang tinggi, mengkombinasikan banyak elemen dari skala global,
regional, dan lokal. (Dicken, 2007 : 355).
2.1.2 Globalisasi dan Perdagangan Internasional
Globalisasi adalah suatu proses dari manusia, perusahaan, benda, pelayanan, kota,
informasi, dan ide yang saling tertukar lintas batas-batas internasional. (USAID, 2007).
Sementara globalisasi pada pasar terikat pada keberlanjutan perusahaan hingga kompetisi
berbagai industri di dalamnya. Perusahaan yang di dalamnya terdapat industri di suatu
negara atau wilayah menimbulkan persaingan yang terus meningkat meskipun itu di
tataran pasar lokal. Untuk bisa menghadapi pasar global, seluruh industri (mata rantai
nilai) harus dapat memberikan sebuah produk kepada masyarakat lebih efisien, dengan
kualitas yang tinggi atau keunikan bentuk dari nilai rantai di kompetisi negara-negara).
(USAID, 2007).
Globalisasi juga diartikan sebagai fenomena abad sekarang memberikan implikasi
yang luas bagi semua bangsa dan masyarakat internasional. Dengan didukung teknologi
komunikasi dan transportasi yang canggih, dampak globalisasi akan sangat luas dan
kompleks. Globalisasi merujuk adanya proses (Winarto, 2007). Globalisasi adalah
proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat dunia untuk
mengikuti sistem yang sama. Menurut Michael Haralambas dan Martin Holborn dalam
(Winarto 2007), globalisasi adalah suatu proses yang didalamnya batas-batas negara
luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial. Globalisasi memberi pengaruh
dalam berbagai kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapitalisme dan pasar
bebas. Hal ini ditunjukan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan
transnasional yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas negara. Selanjutnya juga akan
semakin ketatnya persaingan barang dan jasa dalam pasar bebas. Globalisasi menyusun
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
kembalinya bisnis dunia dan memperkenalkan sebuah konsep yaitu global supply chain;
global supply chain terdiri atas jaringan-jaringan perusahaan dan keluaran seluruh dunia
(Prasad dan Sounderpamdian, 2003).
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara
individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Apabila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di
dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan
tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya melalui
`bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang
dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.
3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata
uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.
2.1.3 Analisis Rantai Komoditi Global Pada Kopi (GCC Analysis)
Gereffi (1994) mengidentifikasi 4 dimensi pada GCC ( Global Commodity Chain )
yaitu ; struktur input-output (masukan-keluaran), cakupan geografi, struktur
pemerintahan, dan kerangka kerja institusional yang termasuk didalamnya yaitu kondisi
nasional dan internasional bentuk kebijakan proses globalisasi pada setiap tingkatan di
dalam rantai. (Gereffi, 1994). Struktur input-output (masukan-keluaran) dan cakupan
geografi pada GCC pada dasarnya digunakan sebagai penjelasan utama pada garis besar
sebuah konfigurasi dari rantai yang spesifik. Struktur pemerintahan sejauh ini diterima
dengan sebagian besar atensi, sejak dimana kunci negara utama dari batasan masuk dan
rantai yang terkoordinasi diperlihatkan dalam kerangka kerja analitikal, dan dimana
adanya perbedaan antara “penggerak-produser” dan “penggerak-pembeli” GCC pada
struktur pemerintah iniah yang menggerakan. Penggerak produser rantainya biasanya
ditemukan pada sektor dengan teknologi yang tinggi dan persyaratan kapital dimana
kapital dan kepemilikannya mengetahui bagaimana mengangkat pada pintu masuk utama
(perusahaan mobil, pesawat, dan komputer). Pada rantai ini, produser cenderung untuk
tetap mengontrol secara intensif operasional dan kebanyakan subkontrak fungsi dari
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
kepegawaian , seringkali dalam bentuk vertikal dengan jaringan yang terintergrasi.
(Gereffi, 1994). Sementara penggerak pembeli pada rantai ditemukan secara umum pada
sektor pekerja yang intensif dimana biaya informasi, model produk, periklanan, dan
sistem menejemen penyedian mengatur batasan masuk (industri garmen dan alas kaki).
Pada rantai ini fungsi produksi biasanya keluaran dan pemeran utama yaitu
terkonsentrasi pada merk, model, dan fungsi pemasaran. (Gereffi, 1994).
Analisis dari pasar komoditi (termasuk didalamnya kopi) berdasarkan pada
neoklasikal ekomoni yang mempertimbangkan perdagangan pada pengasingan dari
investasi, keuangan, dan hubungan lainnya dengan partai. Juga diasumsikan bahwa
kedua partisipasi dan transaksinya dipisahkan dan berdiri sendiri satu sama lain. Asumsi
yang terdesak ini menyebabkan pola perdagangan yang ditentukan oleh sokongan negara
pada faktor-faktor produksi. (Gereffi, 1994)
Menurut Gereffi (1994) analisis pada rantai pemasaran kopi terutama penting pada
pemahaman perkembangan dari politik – ekonomi untuk berbagai alasan. Pertama, lebih
dari 90% produksi kopi terdapat di negara-negera berkembang, dimana konsumsi paling
utama terjadi pada industrialisasi ekonomi. Oleh karena itu pola produksi-konsumsi
disediakan dalam hubungan Utara – Selatan. Kedua, sebagian besar periode setelah
Perang Dunia II (WWII) kopi menjadi komoditas perdagangan terbesar kedua setelah
minyak. Ketiga, usaha pengkontrolan perdagangan kopi internasional sudah diatur sejak
masuknya abad 20, membuat kopi menjadi komoditi utama yang terregulasi. Keempat,
negara-negara berkembang walaupun dengan pembagian yang rendah pada pasar ekspor
global, mempercayakan pada kopi untuk proporsi yang tinggi dari pendapatan ekspornya.
Kopi merupakan sumber mata pencaharian untuk jutaan orang petani kopi rakyat dan
pekerja pertanian diseluruh dunia. Kelima, pemerintahan negara produksi kopi memiliki
sesuatu hal yang bersejarah sehingga menjadikan kopi sebagai komoditi yang “strategis“.
Mereka (dalam hal ini negara-negara produksi kopi) memiliki kontrol, baik kontrol
terhadap pasar domestik dan pelaksanaan pengontrolan kualitas (quality control) atau
memiliki regulasi yang tegas - minimal setelah adanya pasar bebas sekitar tahun 1980-
an hingga 1990an.
Gambar 2.1 merupakan struktur umum dari pemasaran kopi rantai global, termasuk
didalamnya dengan pasar bebas. Kopi melewati perjalanan yang sangat panjang dari biji
kopi hingga kopi yang dapat dinikmati di cangkir (from bean to cup)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 : Struktur umum kopi pada rantai pemasaran kopi global (from bean to cup) Sumber : Gereffi (1994)
Keterangan :
Hubungan langsung yang terlihat
Hubungan tidak langsung
Batas pemisah antara lokal dan global
Biji kopi
Roasted / kopi instan
Konsumen
Supermarket Pengecer
Restauran Cafe
Roaster Kopi instan Pengolahan
Pedagang internasional
Broker
Periklanan Eksportir
Pedagang lokal Koperasi
Kelompok Tani Agen
Pengulitan biji kopi (huller)
Petani kopi rakyat Perkebunan
Negara produksi
Negara konsumsi
Kopi kuli tanduk/Kopi parchment/kopi HS
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
2.1.4 Sertifikasi Kopi
Menurut Calo dan Timothy (2005) proses sertifikasi muncul karena
perkembangan tuntutan para pelanggan kopi di negara-negara maju. Demikian juga,
produsen kecil yang mengikuti proses sertifikasi organik merupakan tulang punggung
gerakan ini. Keuntungan yang diberikan kepada produsen ini telah menjadi topik
perdebatan yang memanas dalam jurnal-jurnal akademik. Salah satu cara prosedur
organik yang dapat menurunkan biaya para produsen adalah pengurangan ’input
eksternal’, atau masukan eksternal.
Premium price diterima para produsen kopi organik (yang telah disertifikasi)
biasanya 0.10 – 0.50 dolar Amerika per pound (Rupiah Indonesia 921 – 4.600) lebih
tinggi dari harga kopi biasa. Berbeda dengan kopi Fair Trade (yang menentukan
harga tertentu), harga dalam pasar organik masih dipengaruhi fluktuasi pasar.
Walaupun produsen terus masuk pasar kopi organik, untuk sementara konsumsi kopi
organik bertambah dengan pelan. Kelihatannya bahwa jumlah konsumen tertentu
yang tertarik pada kopi organik dan ingin membayar dengan harga yang lebih tinggi
sangat terbatas. (Calo dan Timothy, 2005)
Demikian juga, keadaan sosial-ekonomi petani bisa bertambah baik, jika mereka
berpartisipasi dalam proses sertifikasi organik. Alasan yang dikemukakan adalah
bahwa setelah ikut proses itu, petani beruntung karena harga yang lebih tinggi yang
mereka terima. Konsumen yang membeli produk-produk organik lebih rela untuk
membayar harga yang lebih tinggi, dan sebagian juga diterima oleh petani. Tetapi ada
kemungkinan kenyataannya tidak begitu juga, karena kelihatannya premium price
tersebut menurun terus-menerus. Selain itu, biaya transformasi kadang kala sangat
tinggi bagi para produsen.
Berikut ini adalah penjabaran terperinci mengenai jenis-jenis sertifikasi kopi
dunia.
a. Sertifikasi Organik
Misi dari sertifikasi organik adalah membuat sebuah sistem pertanian
berkelanjutan yang terverifikasi yang memproduksi hasil pertanian yang selaras
dengan alam, mendukung keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesuburan tanah.
Fokus pasarnya adalah seluruh pasar dunia. Rekam jejak prakteknya sejak abad ke-19
dirumuskan di Inggris, India, dan Amerika Serikat. Sertifikasi pertama yaitu pada
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
tahun 1967 kemudian dikembangkan menjadi sistem yang diakui secara internasional
dan dilakukan di seluruh dunia. Sektor kopi organik diwakili mencapai 3% dari
keseluruhan impor kopi biji hijau Amerika pada tahun 2007.
Komunikasi dan promosinya meliputi bisnis yang mengarah pada konsumen
didukung oleh Pemerintah Federal. Kelompok konsumen, pemasok (suppliers), dan
beberapa komunikasi sertifikasi yang bermanfaat bagi konsumen. Adanya diferensiasi
harga, harga premium berlawanan dengan sertifikasi non organik yang dibayarkan
kepada petani. Sementara harga untuk produsen divariasikan oleh lembaga sertifikasi.
Biaya inspekasi dapat menaikan biaya tetapi dapat berkurang seiring meningkatkan
cakupan wilayah yang disediakan di negara- negara yang di sertifikasi. Biaya
sertifikasi bervariasi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi. Biaya mulai dari 700
$ sampai 3000 $/ tahun.
Negara pengkonsumsi produk sertifikasi organik adalah Amerika Serikat,
Eropa, Rusia, dan Jepang. Sementara negara asal yaitu lebih dari 40 negara pen-
supply di pasar global – lebih dari sertifikasi yang lain. Penyedia informasi mengenai
sertifikasi organik yaitu Organic Trade Association (OTA) (www.ota.com) dengan
personal kontak, Danielle Giovannuci.
b. Sertifikasi Fair Trade
Misi dari sertifikasi Fair Trade adalah mendukung kehidupan yang lebih baik
untuk keluarga petani di negara berkembang melalui harga yang adil, akses ke
perdagangan langsung, pengembangan masyarakat dan penata layanan lingkungan.
Fokus pasar dari sertifikasi ini adalah seluruh pasar dunia. Dimulai sebagai Max
Havelaar di Belanda pada tahun 1970-an. Sekarang Berbasis di Jerman, Fairtrade
Labelling Organisasi International (FLO), bekerja sama dengan 19 label inisiatif,
termasuk TransFair Amerika Serikat, dan tiga produser jaringan mewakili Amerika
Latin, Asia dan Afrika. TransFair USA telah teradministrasi label bersertifikat Fair
Trade sejak tahun 1998.
Komunikasi dan promosi dilakukan dalam upaya merangkul konsumen dan
bisnis melalui kampanye, media, dan pelabelan produk. Diferensiasi harga di petani
merupakan inti terpenting dari program. Semua pembelian harus berada di atas harga
Fair Trade Minimum Price yang ditetapkan oleh FLO (harga bervariasi menurut jenis
kopi dan asal). Jika harga pasar ICE kedepannya lebih tinggi dari Fair Trade
Minimum Price, maka pembeli harus membayar harga pasar ICE dengan premiun
original yang relevan, premi sosial sebesar USD $ 0,10 per pound dan bila berlaku,
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
diferensial organik minimal USD $ 0,20 per pound. Biaya di produsen berkaitan
dengan biaya audit dan biaya inspeksi ulang. Produsen dapat mengajukan
permohonan bantuan keuangan untuk menutupi biaya yang dibutuhkan. Sementara
importir tidak terkena biaya lisensi, tetapi mereka harus membayar setidaknya Harga
Minimum Fair Trade (Fair Trade Minimum Price) dan menyediakan hingga 60%
pembiayaan pra-panen ketika diminta oleh koperasi. Roaster berlisensi membayar
TransFair USA USD $ 0,10 ¢ per pound untuk menutupi biaya audit, kampanye
kesadaran konsumen dan FLO afiliasi.
Negara pengkonsumsi produk bersertifikasi Fair Trade adalah Amerika
Serikat, Kanada, Eropa, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Sementara negara-
negara asal sertifikasi Fair Trade yaitu Argentina, Bolivia, Brasil, Kolumbia, Kongo,
Kosta Rika, Republik Dominika, Haiti, Timor Timur, Ekuador, El Salvador, Ethiopia,
Guatemala, Honduras, India, Indonesia, Kenya, Laos, Malawi, Meksiko, Nicaragua,
Papua, Peru, Rwanda, Tanzania, Thailand, Uganda. Penyediaan informasi mengenai
sertifikasi Fair Trade yaitu Transfair USA (www.transfairusa.org) dengan personal
kontak Katie Barrow.
c. Sertifikasi Rainforest Alliance
Misi dari sertifikasi Rainforest Alliance adalah mengintegrasikan konservasi
keanekaragaman hayati, pengembangan masyarakat, hak pekerja dan produktifitas
pertanian untuk memastikan menejemen pertanian komprehensif dan berkelanjutan.
Fokus pasar dari sertifikasi Rainforest Alliance ini adalah pasar global dengan
penekanan pada Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan Australia. Sejarah dan
perkembangan Dimulai pada tahun 1992 oleh Aliansi Rainforest dan koalisi NGO
Amerika Latin, Sustainable Agriculture Network (SAN). Pertanian kopi pertama kali
disertifikasi pada tahun 1996. Rainforest Alliance bersertifikat TM. Program
mensyaratkan bahwa peternakan harus memenuhi standar yang komprehensif yang
mencakup semua aspek produksi, Perlindungan lingkungan, hak dan kesejahteraan
keluarga petani dan masyarakat lokal.
Komunikasi dan promosi sertifikasi Rainforest Alliance adalah bisnis untuk
bisnis dan konsumen pemasaran, komunikasi, dan media keluaran yang dilakukan
oleh RA staf. Bisnis untuk bisnis, peletakan label produk (on-product) dan promosi
produk tak hidup (off-product) yang didukung oleh Rainforest Alliance. Sertifikasi ini
melibatkan semua aktor dalam rantai pasokan (supply chain), dari produsen ke
pengecer. Aturan - aturan / peraturan untuk berpartisipasi bagi pelaku sepanjang rantai
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
termasuk wajib adanya transaksi sertifikat, penandatangan lisensi, dan segel
persetujuan oleh Seal Approval Committee. Diferensiasi harga pada sertifikasi
Rainforest Alliance dinegosiasikan antara pembeli (buyers) dan penjual (sellers).
Biaya Audit, biaya tahunan untuk sertifikasi akan dieliminasi pada 1 Januari 2010
untuk memungkinkan lebih banyak produsen yang terlibat dan melakukan sertifikasi.
Produsen harus hanya membayar biaya audit; biaya audit dibayar oleh pembeli. Harga
untuk pembeli sejak tanggal 1 Oktober 2010, Sustainable Agricultural Network
(SAN) dan Rainforest Alliance akan menerapkan model keuangan baru. Biaya
partisipasi akan dikenakan pada volume kopi Rainforest Alliance Certified ™ yang
dibeli oleh importir. Biayanya adalah 1,5 sen USD pada setiap pound kopi biji hijau
(green bean) yang dibeli sebagai Rainforest Alliance dan disertifikasi oleh importir
kopi. Biaya ini akan hanya dikenakan sekali dalam rantai pasokan (supply chain).
Negara pengkonsumsi produk bersertifikasi Rainforest Alliance yaitu Singapura,
Swiss, dan 44 negara lainnya di dunia. Kopi bersertifikasi Rainforest Alliance TM
adalah kopi yang diproduksi di 22 negara di seluruh wilayah tropis yaitu Brasil,
Kolombia, Kosta Rika, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Ethiopia,
Guatemala, Honduras, Indonesia, India, Jamaika, Kenya, Meksiko, Nikaragua,
Panama, Peru, Tanzania, Vietnam, Uganda, Amerika Serikat dan Zambia. Penyedia
informasi mengenai sertifikasi Rainforest Alliance yaitu www.rainforest-alliance.org
dengan kontak personal, Petra Tanos.
d. Sertifikasi Utz
Utz sertifikasi mempunyai misi untuk mencapai berkelanjutan pertanian dalam
pasokan rantai (supply chain), dimana produsen adalah pelaksanaan profesional yang
mempraktekan dengan baik agar memiliki pencapaian yang lebih baik pada bisnis,
mata pencaharian dan lingkungan; Industri makanan bertanggung jawab pada adanya
tanggung jawab dengan adanya permintaan dan penawaran pertumbuhan produk yang
berkelanjutan. Konsumen yang membeli produk harus memiliki standar mereka untuk
bertanggung jawab pada sosial dan lingkungan. Fokus pasar sertifikasi Utz hanyalah
pasar spesialti.
Sertifikasi Utz pada tahun 1997 sebagai inisiatif dari industria dan produsen di
Guatemala; Utz Kapeh Menjadi LSM independen pada tahun 2000. Sertifikasi
pertanian dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Pada tahun 2008, Utz Kapeh
berubah nama menjadi sertifikasi produk Utz untuk komunikasi yang lebih baik
mencakup pertanian yang lebih beragam dengan komoditas kakao, teh, kedelai, dan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
kelapa sawit. Komunikasi dalam bisnisnya yaitu labelling produk. Diferensial harga
ditetapkan oleh tanggapan (feedback) dari informasi pasar yang terjadi pada
perbedaan-perbedaan dan permintaan atas kualitas yang disediakan untuk anggota.
Tidak ada biaya dari Utz saat proses sertifikasi, yang ada hanya biaya audit. Harga
untuk pembeli atau buyers yaitu 0,012 USD per pound untuk "pembeli pertama",
terlewati melalui rantai suplai hingga pembeli akhir. Negara pengkonsumsi produk
bersertifikasi Utz yaitu Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Norwegia, Belgia,
Spanyol, Prancis, Jepang, Australia, Jerman, dan Finlandia. Sementara negara-negara
yang mewakili produk bersertifikasi Utz yaitu Meksiko, Guatemala, Honduras,
Nikaragua, Kosta Rika, El Salvador, Kolombia, Bolivia, Brasil, Peru, Ethiopia,
Kenya, Tanzania, Uganda, Zambia, Burundi, India, Indonesia, Vietnam, Papua.
2.2 Konsep Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran memiliki berbagai pengertian dari sudut pandang yang berbeda,
namun pada intinya memiliki dasar yang sama seperti yang dikemukakan oleh
beberapa pakar ekonomi berikut.
Menurut Kotler (2003), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses
satu individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dengan
menciptakan, menawarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan American Marketing Association, seperti yang dikutip oleh Kotler (2003)
mendefinisikan bahwa pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk
mencipatkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Gambar 2.2 : Rantai Nilai Generik Sumber : Kotler (Manajemen Pemasaran, 2003)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Pada gambar 2.2 rantai nilai generik tersebut mendefinisikan sembilan
kegiatan yang relevan secara strategis yang menciptakan nilai dan biaya di dalam
bisnis tertentu. Kesembilan kegiatan penciptaan nilai itu terdiri atas lima kegiatan
utama dan empat kegiatan pendukung. Dimana kegiatan utama mencerminkan urutan
dari membawa bahan mentah ke perusahaan (inbound logistics), mengubah menjadi
produk jadi (operations), mengirim produk jadi (outbound logistics), memasarkannya
(marketing dan sales), dam melayaninya (services). Sedangkan kegiatan penunjang
meliputi pengadaan sumber daya, pengembangan teknologi, menejemen sumberdaya
manusia, dan infrastuktur perusahaan mencakup biaya manajemen umum,
perencanaan, keuangan, akutansi, hukum, dan urusan pemerintahan.
Sedangkan menurut Anief, Moh (2000) pemasaran adalah kegiatan yang
memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis atau niaga yang meliputi bauran
pemasaran dimana produk (barang, jasa, dan ide) yang dipasarkan merupakan
perwujudan dan konsep yang telah mengalami proses pengembangan uji coba dan
produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir.
Basu dan Hawan (1996) mengatakan, definisi pemasaran ini bersandar pada
konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan
(demands). Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia
memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan
cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran dapat juga diartikan
suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual.
2.2.2 Mata Rantai Distribusi (Supply Chain)
Selain itu paradigma pemasaran saat ini, yang dikemukakan oleh Indrajit R.E.
dan Djokopronoto, R (2003) mengatakan bahwa pelaku kegiatan pemasaran haruslah
saling bekerja sama untuk menyampaikan barang ke konsumen. Integrasi antara
pelaku pemasaran di hulu dan hilir haruslah tercipta agar suatu kegiatan distribusi
yang efektif untuk mengantarkan produk ke konsumen harus terwujud.
Suatu barang dapat berpindah mulai dari produsen hingga ke konsumen. Ada
beberapa saluran pemasaran yang dapat dilakukan untuk menyalurkan barang-barang
yang ada, baik melalui perantara maupun tidak. Perantara merupakan individu atau
lembaga bisnis yang berada di antara produsen dan konsumen. Adapun macam-
macam perantara adalah:
1. Pedagang besar yang menjual kepada pengecer, pedagang besar lainnya
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
2. Pengecer yang menjual barang kepada konsumen atau pembeli akhir
3. Agen yang memiliki fungsi hampir sama dengan pedagang besar meskipun tidak
punya hak untuk memiliki barang yang dipasarkan.
Beberapa jenis distribusi pemasaran yang yang ada untuk barang konsumsi
dapat dilihat dalam skema berikut:
1. Produsen Konsumen
2. Produsen Pengecer Konsumen
3. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
4. Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
5. Produsen Agen Pengecer Konsumen
Sifat, ciri, variasi suatu barang mempengaruhi penawaran permintaan panjang
pendeknya saluran distribusi yang digunakan. Menurut Hanafiah dan Saefudin (1986),
panjang pendeknya suatu saluran distrubusi suatu barang niaga ditandai dengan
berapa banyaknya pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut mulai
dari konsumen hingga sampai konsumen akhir.
2.2.3 Pengertian Harga, Penawaran (supply) dan Permintaan (demand)
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu
tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah
akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
Penawaran (supply) adalah banyaknya barang atau jasa yang tersedia dan
dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu. Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain
harga barang, tingkat teknologi, jumlah produsen di pasar, harga bahan baku, serta
harapan, spekulasi, atau perkiraan. Di antara faktor-faktor di atas, harga barang
dianggap sebagai faktor terpenting dan sering dijadikan acuan untuk melakukan
analisis penawaran. Harga berbanding lurus dengan jumlah penawaran. Jika harga
tinggi, maka produsen akan berlomba-lomba menjajakan barangnya sehingga
penawaran meningkat. Sementara itu, jika harga turun, maka produsen akan menunda
penjualan atau menyimpan produknya di gudang sehingga jumlah penawaran akan
berkurang. Faktor teknologi akan memengaruhi output barang atau jasa yang akan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
dihasilkan produsen. Semakin tinggi teknologi, semakin cepat barang dihasilkan,
maka semakin besar pula penawaran yang terjadi.
Teori penawaran dan permintaan (supply and demand) dalam ilmu
ekonomi, adalah penggambaran atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon
pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan
untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting
untuk melakukan analisa ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para
pembeli dan penjual.
2.3 Kopi di Sulawesi Selatan
Sebagai salah satu penghasil kopi di Indonesia, Sulawesi Selatan menyumbang
produksi nasional, meskipun nilai ekspornya hanya memberikan kontribusi 2%, sentra
produksi di propinsi ini terlah menjadi supplier penting bagi kopi ‘specialty’
internasional yang berkembang pesat dewasa ini. (JICA, 2009). Dari dua jenis yang
ditanam di Sulawesi Selatan, kopi arabika memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari
kopi robusta. Di Sulawesi Selatan, Toraja (Kopi Toraja) dan Enrekang (Kopi Kalosi)
adalah dua daerah penghasil kopi arabika sejak lama. Kopi arabika telah menjadi kopi
favorit secara internasional sebagai produk sajian khusus. (JICA, 2009).
Meskipun demikian, seperti produk spesial lainnya, kopi arabika dari Sulawesi
Selatan harus memenuhi kualitas standar dalam hal aroma dan rasa. Dalam hal ini
banyak faktor yang harus dipertimbangkan pada selama proses pertanaman. Seperti
faktor iklim, ketinggian lahan, jenis tanah, proses budidaya, imput selama masa
pertanaman, proses pasca panen dan lainnya. karakter ekslusif dari kopi arabika telah
menjadi faktor pembatas produk ini untuk dikembangkan secara produk masal. (JICA.
2009)
Kontribusi penambahan nilai oleh kopi (arabika dan robusta) bernilai 17,6%
dari GRDP sub sektor perkebunan atau setara dengan 1,79% dari GRDP propinsi.
Separuh dari produk kopi diproses sebagai kopi giling atau kopi bubuk (51%) atau
Rp 353,653 juta dan lainnya terutama kopi arabika diperdagangkan di luar pulau
(39%). Pertambahan nilai kotor dari kopi giling dan kopi bubuk adalah Rp 8,5Miliyar.
Nilai join GVA dari kopi giling dan kopi bubuk di Sulawesi Selatan mencapai
Rp 529,8 Miliyar. Dengan kondisi ini kopi memiliki efek multiplier (meskipun tidak
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
terlalu signifikan) terhadap ekonomi propinsi dan juga memberikan pendapatan dari
perdagangan antar pulau. (JICA, 2009)
Kebanyakan areal kopi tersebar di Toraja, Enrekang, Gowa dan Sinjai di
Sulawesi Selatan dan Mamasa yang dulunya juga merupakan bagian dari Sulawesi
Selatan. Ekspor kopi seluruhnya dilakukan melalui pelabuhan Makassar dan nilai
ekspor tahunan kopi sekitar 3.000 dan 4.000 ton pada lima tahun terakhir.
Perdagangan juga terjadi antar provinsi termasuk Jakarta, Surabaya, dan Medan.
(JICA, 2009)
2.4 Penelitian Kualitatif
Metodologi penelitian kualitatif dewasa ini sudah semakin berkembang dan
digunakan dalam beragam bidang ilmu, khususnya ilmu-ilmu sosial, budaya,
peikologi, komunikasi, dan pendidikan. Bahkan dalam penelitian terapan, metodologi
ini sudah semakin banyak diminati dan diminta untuk dilakukan oleh beragam
sponsor, karena hasilnya berupa deskripsi dalam bentuk narasi yang rinci dan
mendalam, lebih mudah dipahami dan secara langsung manfaatnya mengarah lebih
jelas dan rinci pada saran operasional sebagai usaha perbaikan, dan juga dalam
menentukan pilihan untuk tindakan kebijakan bila dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif. Dalam perkembangannya penelitian kualitatif, terdapat beragam istilah
yang sering menimbulkan beragam pertanyaan mengenai perbedaannya. (Sutopo,
2006).
Dalam sejarah perkembangan ilmu selama ini, perlu dipahami bahwa
pengaruh aliran positivisme sangat menonjol. Positivisme tersebut sebagai suatu
ideologi yang menjadi dasar utama berkembangnya jaman modernisme, secara nyata
dalam sejarah perkembangan pola pikir telah mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan secara cepat dan meluas diberbagai bidang kehidupan. Ideologi ini
menjadi dasar utama bagi perkembangan penelitian kualitatif yang diterapkan pada
semua cabang ilmu, dan bahkan selama ini sering dipandang sebagai satu-satunya
bentuk penelitian yang benar dan ilmiah. Penelitian kualitatif dalam beragam
bentuknya pada dasarnya bersumber dari pola pikir penelitian bentuk rancangan
percobaan (penelitian eksperimental), yang menekankan pada aktivitas dalam wujud
uji coba perlakuan yang benar-benar dikendalikan oleh penelitinya (treatment).
(Sutopo, 2006)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
2.4.1 Memahami Analisis Isi (Content Analysis)
Analisis Isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replictable), dan data sahih dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi berisi pesan
dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini,
makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.
(Bungin, 2007).
Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian justru muncul
dari orang seperti Bernard Berelson (1959-489). Ia telah menaruh banyak perhatian
pada analisis isi. Berelson mendefinisikan analisis isi dengan ; content analysis is a
research technique for the objective, systematic and quantitative descriptive of the
manifest content of communication. (J.Vredenbregt : 1978;67 dalam Bungin, 2007).
Tekanan Berelson adalah menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian yang
objektif, sistematis dan deskriptif kuantitatif dari apa yang tampak dari komunikasi.
Kendatipun banyak kritik yang disampaikan pada definisi Berelson sehubungan
perkembangan analisis isi sampai hari ini, namun catatan mengenai objecktif dan
sistematis dalam analisis isi komunikasi yang tampak dalam komunikasi, menjadi
amat penting untuk dibicarakan saat ini. Salah satu tekanan Berelson dalam analisis
isi, yaitu desktiptif kuantitatif, akan dibicarakan pada pembicaraan penelitian
kualitatif. Hal ini menunjukkan bahwa analisis isi adalah teknik yang berisi ganda.
Analisis tersebut dapat digunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif,
tergantung pada mana sisi peneliti memanfaatkannya. (Burhan, 2007)
Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti
melihat keajegan sisi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti
memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi
simbolilk yang terjadi dalam komunikasi. (Bungin, 2007)
2.4.2 Penggunaan Analisis Isi
Penggunaan analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya.
Hanya saja, karena teknik ini digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik
kuantitatif maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua
pendekatan itu. Penggunaan analisis isi untuk penelitian kualitatif tidak jauh berbeda
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
dengan pendekatan lainnya. Awal mula harus ada fenomena komunikasi yang dapat
diamati, dalam arti bahwa peneliti harus lebih dulu dapat merumuskan dengan tepat
apa yang ingin diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut.
(Bungin, 2007)
Langkah berikutnya adalah memilih unit analisis yang akan dikaji, memilih
objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Kalau objek penelitian berhubungan
dengan data-data verbal (hal ini umumnya ditemukan dalam analisis isi), maka perlu
disebutkan tempat, tanggal, dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau
objek penelitian berhubungan dengan pesa-pesan dalam suatu media, perlu dilakukan
identifikasi terhadap pesan dan media yang menghantarkan pesan itu.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian
dengan judul “Mempertahankan Profitabilitas Industri Kopi Toraja” oleh Tony
Marsh (Konsultan Kopi) dan Jeff Neilson (Universitas Sydney) tahun 2007. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Harga di tingkat petani di Sulawesi telah
merupakan salah satu harga yang paling tinggi di dunia, dan persentase yang diterima
petani dari harga FOB adalah sekitar 70%, walaupun bagian di dalam harga eceran
akhir masih rendah. Peluang untuk meningkatkan persentase harga di tingkat petani
dari harga FOB terkait erat dengan pengembangan kapasitas kelembagaan petani.
Sementara peluang untuk meningkatkan bagian petani di dalam harga eceran akhir
masih terbatas pada saat ini. Pada masa yang akan datang diharapkan bahwa hal ini
bisa dihubungkan dengan kapasitas kelembagaan di Sulawesi untuk terlibat di dalam
pengembangan mutu di sepanjang proses rantai pasokan.
Para petani kopi Toraja mungkin memiliki peluang untuk meningkatkan hasil
panen melalui pengenalan teknik budidaya dasar, termasuk penanganan kesuburan
lahan, pengendalian terhadap serangan hama, pemangkasan dan rehabilitasi. Hingga
pada saat ini, mereka belum memiliki akses ke pelayanan penyuluhan yang bisa
diandalkan. Selain itu juga terdapat sejumlah permasalahan tentang keinginan petani
untuk mengintensifkan kegiatan budidaya mereka akibat ketidaktersediaan modal,
besarnya biaya kesempatan, kurang tersedianya buruh tani, dan keberadaan risiko
kerugian. Kesemua ini memerlukan pengkajian lebih lanjut.
Sertifikasi merupakan sebuah realita yang berkembang di dalam sistem kopi
Sulawesi, walaupun belum ada kejelasan tentang apakah sistem ini akan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
meningkatkan pendapatan petani dan siapa yang akan menanggung biaya sertifikasi
tersebut. Perusahaan-perusahaan perdagangan kopi internasional memiliki
pengalaman yang memadai di dalam melaksanakan sistem seperti ini dibandingkan
para eksportir Indonesia, oleh karena itu merekalah yang kemungkinan akan
menerima keuntungan pasar dari penerapan sistem ini. Sertifikasi mempersyaratkan
kelembagaan petani, yang masihlah sangat lemah di wilayah Sulawesi. Perhatian
perlu diberikan untuk memastikan bahwa sertifikasi tidak malah menjadi perangkap
atas petani oleh pembeli tunggal, yang akan merusak lingkungan pembelian tingkat
petani yang kompetitif di Sulawesi. Ujian utama atas program sertifikasi adalah
tentang apakah program ini juga akan menguntungkan petani selain pihak perusahaan
tentunya.
Industri kopi di Sulawesi secara nyata telah diuntungkan oleh pembelian pihak
Starbucks. Kegiatan dan akses Starbucks sebaiknya tidak dibatasi. Akan tetapi,
industri kopi di Sulawesi harus mempertimbangkan risiko akibat hanya memiliki
pembeli tunggal serta berupaya untuk memperluas keberagaman pasar sebagai upaya
untuk memastikan bahwa rantai pasar yang lebih kecil tidak terabaikan. Terdapat
risiko bahwa pembeli potensial lainnya akan kehilangan minat atas kopi Sulawesi
apabila mereka tidak memperoleh akses terhadap mutu dan jumlah yang diinginkan,
akibat tekanan persaingan di pasar kopi Sulawesi. Pengembangan mutu yang khas dan
pasar terspesialisasi dengan menggunakan kombinasi varietas, lokasi dan teknologi
pengolahan akan memungkinkan bagi pedagang dan eksportir berskala kecil untuk
mempertahankan hubungan pasar dengan pembeli selain Starbucks. Hal ini akan
membantu menjaga image dan hubungan kopi Sulawesi dengan pasar lainnya (Eropa,
Jepang, AS), walaupun jumlah yang dihasilkan kecil. Apabila Starbuck ternyata
kemudian memutuskan hubungan kerjasama dengan Sulawesi, maka pasar-pasar ini
akan dapat berkembang dengan cepat menggantikan posisi Starbucks.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data primer dan data skunder. Data primer yang
dibutuhkan akan diperoleh melaui beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.
Data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti yang tercantum
pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer
Data Primer
Variable Sumber Data Cara memperoleh
2. Harga
Petani Wawancara, observasi
Pedagang, Eksportir Wawancara, observasi
Konsumen Anlisis Isi
3. Lokasi penjualan Petani
Wawancara, observasi, dokumentasi
Pedagang Wawancara, observasi, dokumentasi
4. Sertifikasi Petani Wawancara, observasi
5. Kualitas Petani
Wawancara, observasi, dokumentasi
Konsumen (Website) Analisis Isi
6. Pendapatan Petani Wawancara, observasi
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Data
Sekunder
Variable Sumber Data Cara memperoleh
1. Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Enrekang.
2. Peta Administrasi Kota Makassar
3. Peta Dunia yang meliputi lokasi pasar global (internasional)
4. Peta Jaringan Jalan Provinsi Sulawesi Selatan
5. Daftar pasar tradisional di Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan Enrekang.
6. Daftar Eksportir Kopi Arabika Makassar.
7. Daftar volume ekspor kopi Sulawesi beserta negara tujuan
1. Peta Rupabumi Bakosurtanal skala 1 : 50.000
2. Global Mapping Promotional Maps Skala 1:1.000.000
3. Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanudin Makassar.
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten.
5. Laporan Akhir JICA Technical Cooperation Project, Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanudin Makassar.
6. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan.
Keterangan : Data
sekunder bersifat
membantu dan
melengkapi data primer.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Cara perolehan data, yaitu :
a. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif
merupakan cara khusus dan peneliti tidak bersikap pasif hanya sebagai pengamat,
tetapi memainkan berbagai peran (peneliti terlibat langsung dalam kehidupan
keseharian masyarakat selama melakukan observasi di lapangan) dimungkinkan
dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya dengan
mempertimbangkan posisi yang bisa memberikan akses yang bisa diperoleh
untuk bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data yang lengkap dan mendalam.
(Sutopo, 2006)
b. Wawancara
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawacara terstruktur
(structured interview) dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview).
Wawancara terstruktur (structured interview) merupakan jenis wawancara yang
sering juga disebut wawancara terfokus yang biasa digunakan dalam penelitian
kualitatif. Sedangkan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview)
dilakukan sebagai teknik wawancara mendalam, karena peneliti merasa tidak tahu
mengenai apa yang terjadi sebenarnya dan ingin menggali informasi secara
mendalam dan lengkap dari nara sumbernya.
Pada penelitian ini dilakukan wawancara terstruktur dan mendalam dengan 30
orang petani di setiap lokasi penelitian. Sehingga jumlah petani yang
diwawancara sekitar 90 orang. Pada 10 orang petani yang dianggap sangat
memahami pertanyaan penulis dapat dijadikan acuan untuk 20 orang lainnya. Jika
terdapat perbedaan informasi maka digunakan untuk melengkapi informasi
sebelumnya. Jika terdapat persamaan informasi maka 20 informan akan tetap
diwawancara untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan
pula dengan pedagang di setiap pasar yang dikunjungi penulis. Penulis
mewawancarai tengkulak dan eksportir yang terlibat dalam rantai kopi lokal.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
c. Internet Research (Penelusuran data melalui website)
Penelitian ini menggunakan internet research (penelusuran informasi melalui
berbagai website yang berkaitan dengan kopi spesialti yang berasal dari
Sulawesi). Untuk mengetahui persepsi dan pandangan konsumen di pasar global
(internasional) mengenai kopi Sulawesi, untuk mengetahui harga kopi teraktual
(ter-update) yang dijadikan standar harga kopi dunia di International Coffee
Organization (www.ico.org) peneliti menggunakan internet research yang
kemudian akan di analisis dengan menggunakan Analisis Isi (content analysis).
Peneliti mengambil sebanyak 10 website di dunia internasional atau pasar global
yang memiliki pengaruh dan penting terhadap keberadaan kopi Sulawesi di pasar
global dan dunia internasional. Website yang dipilih baik website roster kopi.
website peneliti kopi, website asosiasi kopi internasional dan nasional, website
universitas, website pencinta kopi maupun website pedagang kopi di kancah
global (importers atau buyers). Website tersebut haruslah memiliki kriteria :
1. Website tersebut resmi dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
2. Website terpercaya dan bukanlah website yang hanya berisi iklan semata.
3. Website yang merupakan roster kopi dunia, merupakan roster yang memiliki
reputasi dan stigma yang baik dimata masyarakat dunia. Roster juga harus
memiliki track record penjualan serta loyalitas konsumen yang baik.
4. Website universitas yang resmi dengan kode belakang .ac ; .edu sedangkan
website pemerintah resmi dengan kode belakang .gov atau kode negara tertentu
misalnya .us untuk negara Amerika Serikat, .au untuk negara Australia, .nl untuk
negara Belanda, .jp untuk negara Jepang, dan lainnya.
5. Website tidak mengandung polemik yang dapat menimbulkan perdebatan.
6. Jika website tersebut merupakan website pencinta kopi dunia, maka perlu
dilakukannya pengecekan terhadap profil pemilik blog tersebut dan track record-
nya berkaitan dengan kecintaannya terhadap kopi spesialti.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
d. Dokumentasi
Penelitian ini dengan mendokumentasikan kegiatan pertanian kopi yang
dilakukan petani, proses kopi setelah dipanen, kegiatan jual beli kopi baik di
rumah petani maupun di pasar lokal, kegiatan yang dilakukan pegawai di
perusahaan ekspor kopi, semua kegiatan yang dilakukan peneliti yang berkaitan
dengan penelitian selama survey di lokasi penelitian dengan menggunakan
kamera dijital.
3.2 Pengolahan Data
Untuk melakukan penelitian ini peneliti membagi data menjadi dua kelompok
yaitu data rantai kopi lokal yang meliputi pemain-pemain kopi yang terdapat di rantai
kopi lokal yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar di pasar, eksportir,
perusahaan ekspor kopi Sulawesi, serta bagaimana pemerintah (melalui Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sulawesi Selatan) melakukan pengaturan
terhadap kegiatan ekspor kopi Sulawesi sebelum memasuki pasar internasional.
Sedangkan kelompok data yang ke dua yaitu data yang berasal dari pemain kopi di
pasar global (internasional) yaitu berupa data permintaan pasar global terhadap kopi
Sulawesi, harga kopi Sulawesi dipasar global, adanya sertifikasi kopi yang di
cetuskan NGO dunia, serta perspektif dan pandangan masyarakat dunia terhadap cita
rasa kopi Sulawesi.
Kemudian kedua kelompok data ini akan terhubung dan terkait oleh adanya satu
persepsi yaitu persepsi dunia (global) terhadap keberadaan kopi Sulawesi dan juga
respon pemain kopi lokal terhadap dinamika global yang terjadi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Setelah itu penulis melakukan
kategorisasi beberapa tema sesuatu variable yang dipisahkan berdasarkan asal lokasi
penelitian. Pada gambar 3.1 terlihat data yang berasal dari rantai lokal, meliputi lokasi
penjualan, harga, kualitas, sertifikasi, dan pendapatan. Kemudian data ini dilakukan
pengolahan data pertama dan kedua. Pada pengolahan data pertama yaitu adanya
perbedaan harga berdasarkan lokasi yang berasal dari variabel lokasi penjualan dan
harga. Kemudian pembentukan harga yang berasal dari variabel harga dan kualitas
yang selanjutnya akan digabungkan dengan jaminan terhadap pengawasan mutu yang
merupakan penggabungan dua variabel yaitu kualitas dan sertifikasi.Sementara
penggabungan sertifikasi dan pendapatan menghasilkan kompensasi yang diterima
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
petani pada pengolahan data satu yang kemudian digabungkan dengan jaminan
terhadap pengawasan mutu. Setelah pengolahan data dua maka akan dilanjutkan
dengan tahap analisis data.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Harga yang tinggi untuk kualitas dan cita rasa yang
terjaga
Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan Pengaruhnya Terhadap
Rantai Kopi Lokal di Sulawesi Selatan
Pembentukan harga
Geomer Penelitian
Analisis 1
Data
Pengolahan Data 1
Analisis 2
Pengolahan Data 2
Kompensasi yang diterima petani
Harga
Daerah Penghasil Kopi di Sulawesi Selatan
Lokasi Penjualan Kualitas Sertifikasi Pendapatan
Jaminan terhadap pengawasan mutu
Perbedaan harga berdasarkan lokasi
Adanya berbagai bantuan dari Buyers atas upaya
petani dalam mepertahankan kualitas
setalah dilakukan sertfikasi
Perspektif global terhadap cita rasa mempengaruhi setiap rantai kopi lokal
Metodologi
Analisa
Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
3.3 Analisis data
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif deskriptif yang menekankan pada makna dan proses. Metode analisis
yang dilakukan yaitu :
1. Melakukan penilaian kembali kategorisasi yang sudah dilakukan pada pengolahan
data sebelumnya. Kategorisasi meliputi persamaan-persamaan dan perbedaan data
yang menjadi variabel penelitian, yaitu persamaan dan perbedaan lokasi, harga,
kompensasi, kualitas, sertifikasi, dan tanggapan petani. Penilaian dilakukan
berdasarkan keterkaitan di dalamnya, hubungan sebab akibat, serta persamaan dan
perbedaan ketiga lokasi penelitian.
2. Mengidentifikasi kategorisasi dan data serta mencari hubungan keterkaitan
didalamnya lebih lebih komprehensif.
3. Memberikan penafsiran terhadap semua tahapan analisis yang dilakukan sehingga
dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini.
Sementara untuk menganalisis data yang berkaitan dengan pasar global dan
perspektif global terhadap lokal dilakukannya analisis isi. Dalam penelitian ini
analisis isi yang digunakan yaitu Analisis Isi Pragmatis, dimana klasifikasi dilakukan
terhadap tanda menurut sebab-akibatnya yang mungkin. (Bungin, 2001). Dalam
penelitian ini analisis isi yang dilakukan terhadap beberapa website dengan kriteria
yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu untuk mengetahui bagaimana persepsi dan
pendapat pasar global yang dalam hal ini konsumen dari kopi Sulawesi terhadap cita
rasa kopi Sulawesi itu sendiri. Selain itu untuk mengetahui tingkat loyalitas konsumen
terhadap kopi Sulawesi ketika masyarakat dunia mengalami krisis ekonomi apakah
masih mengkonsumsi kopi toraja atau tidak terkait harganya yang relatif mahal.
Penelitian ini menggunakan Analisis Isi karena Analisis Isi dianggap analisis yang
tepat untuk mengetahui kondisi kopi di pasar global, perspektif konsumen kopi global
terhadap kopi toraja serta dinamika global yang terjadi karena sangat tidak
mungkinnya dilakukan observasi atau wawancara di pasar global selain karena
masalah biaya juga waktu.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
3.4 Alur Pikir Penelitian
Alur pikir penelitian ini diawali dengan produk komoditi yang berupa kopi
Sulawesi (Kopi Toraja dan Kalosi) yang masuk tataran global dengan kopi spesialti.
Kemudian kopi Sulawesi ini memiliki rantai kopi lokal yaitu petani selaku produsen
kopi, pedagang, pengumpul yang mengumpulkan dan membeli kopi dari petani, lalu
pasar yang merupakan tempat bertemunya pedagang dan petani baik itu pedagang
pengumpul maupun pedagang besar, lalu eksportir yang merupakan pintu menuju
pasar global (pasar internasional) diluar negeri. Petani sendiri memiliki kemampuan
men-supply kopi ke pasar global, karena kondisi panen kopi yang berbeda-beda setiap
tahunnya sehingga supply dari petani ini akan mempengaruhi harga disamping adanya
demand (permintaan) dari pasar global.
Pada gambar 3.2 terlihat adanya pembagian antara alur yang terjadi di lokal
dan global. Beberapa faktor yang mempengaruhi dan dijadikan aspek penting dalam
penelitian ini adalah faktor pengetahuan petani akan budidaya kopi, faktor teknologi
yang digunakan petani dalam memproses kopi yang petani panen, faktor ketidak
puasan petani akan harga yang petani akan harga yang diperoleh, faktor pendapatan
petani yang mempengaruhi persepsi petani dan perilaku petani terhadap kopi yang
petani miliki, faktor kualitas kopi yang dihasilkan petani, dan faktor jumlah produksi.
Kemudian faktor-faktor tadi bertemu dengan strategi-strategi yang dilakukan petani
baik strategi produksi, pembentukan harga dan distribusi. Komponen terpenting
pembentuk rantai lokal kopi Sulawesi yaitu petani, pedagangan, dan eksportir.
Sehingga terbentukla rantai kopi lokal yang kemudian akan bertemu dengan kondisi
kopi Sulawesi di pasar global.
Selanjutnya dari pasar global sendiri berkaitan erat dengan adanya sertifikasi
yang berlaku pada produk komoditi kopi, disini sertifikasi sendiri dilakukan oleh
NGO internasional dan terdapat kompensasi di dalamnya. Lalu di pasar internasional
ada konsumen penikmat kopi (pencinta kopi) karena Kopi Specialty Arabika Toraja
maupun Kalosi dalam penelitian ini merupakan kopi yang tidak semua orang suka,
berbicara kopi terkait pada manusianya sehingga akan menimbulkan suatu persepsi
atau pandangan konsumen yang dalam hal ini pencinta kopi dunia terhadap produk
kopi itu sendiri. Pada gambar 3.2 juga selain sertifikasi, harga, kualitas, dan jumlah
permintaan menjadikan adanya dinamika kopi Sulawesi di pasar global. Selain itu
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
dengan adanya sertifikasi petani kemudian menerima harga premium dan kompensasi
berupa bantuan yang berasal dari buyers (pembeli global).
Sehingga pada akhir alur penelitian ini akan adanya pertemuan antara kondisi
dan tanggapan konsumen global dengan kondisi di rantai lokal yang menyebabkan
dinamika kopi Sulawesi di pasar global dan pengaruhnya terhadap rantai kopi lokal di
Sulawesi Selatan.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Global
Lokal
Tuntutan permintaan kopi dunia
Tuntutan kualitas kopi dunia yang tinggi
Dinamika pasar global
Tuntutan NGO dunia mengenai lingkungan
Harga kopi dunia
Kompensasi dan harga premium Sertifikasi
Komponen : Eksportir Pedagang Petani
Faktor Ketidakpuasan
Faktor Pendapatan
Faktor Teknologi
Strategi produksi
Strategi pembentukan harga
Strategi distribusi
Rantai Kopi Lokal
Kondisi di pasar global dan tanggapan konsumen
Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan
Pengaruhnya Terhadap Rantai Kopi di Sulawesi
Selatan
Negara Tujuan Ekspor Kopi Sulawesi : Afrika Selatan, Amerika Serikat Australia, Belanda Belgia , China, Denmark, Georgia, Hongkong, Inggris, Islandia, Israel, Italia, Jepang Jerman, Korea Selatan, Meksiko, Mesir, Rusia, Singapura, Swedia, Taiwan,
Faktor Pengetahuan
Faktor Kualitas
Faktor Jumlah Produksi
Gambar 3.2. Alur Pikir Penelitian
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
34
Universitas Indonesia
BAB IV
DINAMIKA DAN IMPLIKASI KOPI SULAWESI
4.1 Lokasi Produksi Kopi Sulawesi
Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki komoditas penting dunia berupa kopi. Kualitas kopi yang dihasilkan sangat
beragam. Terdiri atas ; kopi dengan kualitas sangat buruk, kopi sisa-sisa pemilihan
yang tekstur (body) berlubang dan terpecah-pecah sehingga dikenal dengan istilah
‘kopi asalan’, kopi kualitas sedang yang hanya mampu menembus pasar lokal, serta
kopi dengan kualitas tinggi yang mampu menembus pasar dunia dengan permintaan
terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 hasil panen kopi Sulawesi sangat
rendah, panen tahun 2011 hanya mampu menghasilkan sekitar 20% kopi dari tahun
sebelumnya, 2010. Data yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
pada bulan Juni 2011 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu enam bulan yaitu
bulan Januari hingga Juni 2011 Sulawesi hanya mampu mengekspor 637.710 ton
dibandingkan tahun 2010 dengan total ekspor sebesar 3.161.412 ton, dengan
presentasi sekitar 20,17%.
Sementara dari keseluruhan luasan Provinsi Sulawesi Selatan tidak semua
lokasi mampu menghasilkan kopi. Hanya beberapa kabupaten saja yang mampu
memproduksi kopi yaitu Kabupaten Enrekang, Kabupaten Toraja yang saat ini
terpisah menjadi Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten
Gowa, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Mamasa. Sementara kabupaten – kabupaten
yang lain sama sekali tidak menghasilkan kopi. Hal itu disebabkan oleh perbedaan
karakteristik fisik wilayah juga ketinggian tempat.
Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Enrekang
adalah kabupaten – kabupaten yang memiliki karakter fisik serta ketinggian tempat
yang baik untuk budidaya kopi Arabika. Kopi Arabika di Sulawesi Selatan terbagi
menjadi dua brand yang terkenal bahkan mendunia yaitu Kopi Toraja dan Kopi
Kalosi. Namun, di pasar global kedua kopi ini banyak yang lebih mengenalnya
dengan sebutan kopi Sulawesi. Jadi kopi Sulawesi yang dimaksud disini adalah kopi-
kopi yang berasal dari Kabupaten Toraja (termasuk Kabupaten Tana Toraja dan
Kabupaten Toraja Utara) dan Kabupaten Enrekang. Kopi jenis Robusta sendiri
dengan brand Kopi Toraja dapat ditemukan di Kabupaten Toraja. Karena perbedaan
cita rasa dan karakter kopi, kopi jenis Robusta hanya mampu masuk di pasaran lokal,
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
baik itu di pasar Sulawesi Selatan, pasar Jawa, dan Bali. Kopi jenis Robusta tidak
mampu bersaing di pasar internasional. Pada umumnya pasar internasional lebih
banyak menyenangi kopi jenis Arabika. Meskipun demikian sepanjang tahun 2005
hingga 2011 kopi jenis Robusta pernah di ekspor ke Korea Selatan dan Jepang pada
tahun 2009 dan 2010. Sebelum dan sesudahnya tidak lagi ada permintaan untuk
ekspor kopi jenis Robusta. Berbeda dengan kopi jenis Arabika dengan catatan tahun
2005 hingga 2011 sebanyak 22 negara di dunia dengan permintaan tertinggi selalu
negara Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan eksistensi kopi Sulawesi jenis Arabika
di dunia.
Gambar 4.1. Peta Daerah Penghasil Kopi di Sulawesi Selatan Sumber : Marsh dan Neilson, 2007
Lalu bagaimana dengan kopi-kopi yang dihasilkan dari Kabupaten Mamasa,
Gowa dan Sinjai? Kopi – kopi yang berasal dari ke tiga kabupaten ini memiliki
kualitas yang sangat berbeda jauh dengan kopi yang berasal dari Kabupaten Toraja
dan Enrekang. Kopi tersebut berdasarkan sejarah dan perkembangannya memiliki
permasalahan terkait kualitas (mutu kopi) sehingga pada pendistribusiannya kopi –
kopi ini tidak pernah bisa menembus pasar internasional.
Terlihat pada gambar 4.1 ketiga lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang
pertama yaitu Desa Benteng Alla’ Utara. Desa Benteng Alla’ Utara termasuk kedalam
daerah administrasi Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Desa
Benteng Alla‘ Utara memiliki luas desa sekitar 111.4 m2, dengan jumlah dusun
sebanyak enam yaitu : To’ue, Alla, Lo‘ko’ Tolemo, Loko Bulan, Tangsa, dan Rodo-
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
rodo. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Kaduaja, Kapupaten Tana Toraja di
sebelah Utara, Desa Tongko di sebelah Timur, Desa Salu Kuse di bagian Selatan dan
Desa Tatongloan di bagian Barat.
Desa Benteng Alla’ Utara adalah sebuah desa yang jauh di pedalaman
Kabupaten Enrekang dan dengan kondisi sulit transportasi. Masyarakat sekitar pada
umumnya menggunakan kendaraan roda dua (ojek) sebagai sarana transportasi atau
berjalan kaki. Jalan sebagai infrastruktur terpentingpun sebagian besar rusak dan
berlubang, terlebih jalan dari pusat kecamatan atau pasar sebagai tempat yang penting
dan pusat orang berdatangan dari berbagai penjuru desa yang berkelok-kelok,
sehingga sebagian besar masyarakat masih mengandalkan berjalan kaki terutama
karena biaya ojek dari Benteng Alla’ Utara menuju ke pasar dan kecamatan terhitung
mahal. Untuk masyarakat lokal kisaran ongkos sekitar Rp 35.000,- sementara
pendatang sekitar Rp 50.000,- hingga Rp 100.000,- jika tidak mampu menawar. Hal
ini membuktikan bahwa desa ini benar-benar berada di pedalaman. Kondisi
penanaman kopi di desa terurus dan terkordinasi dengan baik. Peran koperasi dan
kelompok tani sangat membantu. Meskipun permasalahan yang terjadi sering kali
adanya petani kopi yang berkeinginan mengganti lahannya dengan tanaman lain. Di
desa ini kopi Sulawesi, khususnya yang di kenal dengan brand Kopi Kalosi tumbuh
sangat baik. Kecamatan Kalosi sendiri pada dasarnya tidak memiliki kekhasan
budidaya kopi. Budidaya kopi lebih banyak ditemukan di Kecamatan Alla’.
Lokasi penelitian selanjutnya yaitu Lembang Ranteuma. Ranteuma adalah
sebuah desa (masyarakat Toraja menyebutnya Lembang) yang jauh dari jangkauan
aksesibilitas, pedalaman, dan masih sangat tertinggal. Lembang Ranteuma ini
termasuk kedalam Kecamatan Buntupapasan Kabupaten Toraja Utara. Lembang
Ranteuma ini berdasarkan toponimi penamaannya yaitu berasal dari kata ‘Rante’ yang
artinya rantai, karena topografinya yang bergunung-gunung, berbukit – bukit dan
lembah serta membentuk seperti rantai yang tidak terputus. Sehingga bentang alam ini
sangat tidak memungkinkan untuk mobilisasi masyarakat yang tinggi. Ojek pribadi-
pun sangat jarang melalui jalanan Lembang Ranteuma, selain masyakarat Ranteuma
sendiri yang mempunyai sepeda motor dan sudah mahir mengendarai sepeda motor
pada jalanan yang rusak dan tidak layak. Selain kerusakan infrastruktur jalan yang
mempersulit mobilisasi juga karena jauh dan tingginya tempat. Jika menggunakan
ojek pribadi penduduk lokal yang sudah mahir mengendarainya dibutuhkan waktu
sekitar empat jam dari pusat Kota Rantepao menuju Lembang Ranteuma dengan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
37
Universitas Indonesia
kisaran biaya ojek Rp 50.000,- untuk masyarakat setempat dan Rp 80.000,- hingga Rp
100.000,- untuk pendatang. Namun sayangnya, dengan harga semahal itu sangat
jarang sekali sepeda motor pribadi melintas dengan motornya hingga Ranteuma.
Secara umum Lembang Ranteuma terletak pada ketinggian 1500 meter hingga
di atas 1900 meter di atas permukaan laut. Dengan curah hujan yang tinggi, terlebih
saat penulis berada di lokasi pada tanggal 09-15 Juli 2011 hampir setiap hari turun
hujan, sekalipun tidak hujan cuacanya sangat dingin, selalu turun kabut setiap di atas
pukul 12 siang. Penggunaan lahan didominasi oleh perkebunan rakyat baik
perkebunan kopi, tamarela (masyarakat setempat menyebutnya ‘terong belanda‘)
maupun kebun campuran, sawah baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, hutan
terlihat jajaran hutan pinus saat memasuki Lembang Ranteuma.
Dengan ketinggian tempat tersebut maka hasil kopi Arabika Toraja yang
berasal dari Lembang Ranteuma merupakan hasil kopi dengan dengan citarasa tinggi.
Karena kopi arabika akan semakin baik cita rasanya dengan ketinggian semakin
tinggi. Oleh karena itu PT Toarco Jaya melakukan perkebunan kopi arabika
percobaan di Lembang Ranteuma. Budidaya kopi Lembang Ranteuma masih
tergolong rendah. Petani di Ranteuma tidak terkordinasi dengan baik seperti di
Benteng Alla’, kebanyakan petani berbekal keahlian turunan dari orangtua. Peran PT
Toarco Jaya di Lembang Ranteuma sangat terasa, terlebih dengan adanya perkebunan
milik PT Toarco Jaya, pembelian langsung yang dilakukan PT Toarco Jaya, serta
terdapat satu lokasi di Pulu-pulu yang menjadi ‘incaran’ PT Toarco Jaya. Karena
secara alami, kualitas kopi Arabika Ranteuma dan Pulu-pulu tidak diragukan lagi.
Penduduk Lembang Ranteuma hampir seluruhnya bermatapencaharian sebagai
petani dan peternak. Petani produk komoditi seperti kopi dan kakao juga tamarela.
Sementara penduduk berternak yaitu ternak kerbau dan babi. Jumlah penduduk
Lembang Ranteuma dodominasi oleh penduduk berusia belum produktif dan sudah
tidak produktif. Penduduk yang berusia produktif pada umumnya tidak tinggal di
Lembang Ranteuma, hanya sebagian kecil saja.
Lokasi penelitian yang ke tiga yaitu Benteng Ambeso. Benteng Ambeso
adalah satu-satunya lokasi penelitian yang masih dilalui oleh angkutan umum (pete-
pete) yang berupa angkutan dengan mobil sejenis panther atau kijang.
Keberadaannya desanya tidak seperti dua desa sebelumnya yang cenderung berada
dipedalaman. Desa Benteng Ambeso walapun jauh dari kota, namun masih memiliki
insfrastrukutur jalan beraspal hitam. Meskipun waktu untuk mencapai Desa Benteng
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Ambeso membutuhkan waktu sekitar tiga jam perjalanan dari kota Makale (Ibukota
Kabupaten Tana Toraja).
Desa Benteng Ambeso termasuk dalam Kecamatan Gandang Batu Silanan,
Kabupaten tana Toraja berada ketinggian sekitar 1200 – 1500 meter di atas
permukaan laut dengan suhu maksimum sekitar 240C dan suhu terendah yaitu 140C
pada malam hari suhu tidak se-ekstrim dua wilayah yang lain. Jumlah penduduk Desa
Benteng Ambeso mencapai 1774 Jiwa dengan jumlah laki-laki 934 jiwa dan 840
perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 418 Kepala Keluarga dengan
proporsi 90% adalah petani. Interaksi petani dengan pedagang di desa ini sangat
tinggi juga lokasi dan aksesiblitas.
Budidaya kopi baik dari segi penanaman, pemeliharaan, dan pemrosesan kopi
sudah sangat baik. Petani memahami betul bagaimana memperlakukan kopi yang
mereka miliki. Perkebunan kopi rakyat di desa ini sangat terurus. Perkebunan kopi
milik rakyat di desa ini berkisar antara 1,5 – 3 hektare yang tersebar di beberapa
lokasi, bukan satu hamparan utuh. Sebagian besar petani menanami halaman
rumahnya dengan kopi. Sebagian besar petani pula mempunyai kebun kopi yang
lokasinya sedikit jauh. Baik kopi yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal petani,
maupun kopi yang berada jauh di kebun, keberadaannya tetap terurus dengan baik.
4.2 Kondisi Kopi Sulawesi di Rantai Lokal
Kopi Sulawesi yang dimaksud dalam penelitian ini sebagaimana yang
sebelumnya penulis kemukakan bahwa kopi Sulawesi adalah kopi Arabika yang
berasal dari tiga lokasi penanaman kopi di Kabupaten Toraja, Toraja Utara dan
Enrekang, baik kopi rakyat (small holder farmer) maupun kopi yang berasal dari
perusahaan perkebunan. Kopi yang berasal dari perkebunan jumlahnya tidak sebanyak
kopi yang berasal dari perkebunan rakyat, namun memiliki peranan yang sangat
penting dalam kaitannya dengan eksistensi kopi Sulawesi di pasar internasional.
Perilaku petani kopi sangat berbeda antara lokasi penelitian yang satu dengan
lokasi penelitian lainya. Petani memiliki alasan tersendiri dalam hal pengelolaan kopi
mereka, baik itu alasan dalam segi cost (biaya), waktu, pengetahuan, jumlah kopi
yang petani panen dari perkebunan kopi mereka, maupun kebutuhan mendesak yang
sifatnya tiba-tiba. Petani sendiri pada umumnya memiliki standar pengelolaan yang
baik, mereka memahami bagaimana seharusnya memperlakukan kopi yang mereka
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
39
Universitas Indonesia
panen, terutama dalam kaitanya dengan keinginan untuk mendapatkan ‘bonus’ atau
premium price (harga premium). Sebagian besar stimulus ini menjadikan petani jauh
lebih giat dalam melakukan pengelolaan kopi yang baik dan sesuai dengan anjuran
pembeli (buyers). Petani juga mendapatkan penyuluhan secara berkala baik itu yang
diberikan oleh perusahaan kopi yang juga membeli kopi dari perkebunan kopi rakyat
maupun penyuluhan kopi yang diberikan oleh pemerintah untuk kelompok-kelompok
tani pedesaan.
Secara umum petani di ketiga lokasi penelitian memiliki pengetahuan yang
sangat baik terhadap pemrosesan kopi pasca panen. Terutama petani yang tergabung
dalam kelompok-kelompok tani dan koperasi tani. Petani juga mendapatkan
mengawasan mutu yang baik dengan adanya perusahaan kopi yang juga membeli kopi
dari petani kopi. Karakteristik pengusahaan kopi inilah yang kemudian menjadi
penentu akan harga yang nantinya petani peroleh dari penjualan kopi mereka.
Semakin baik dan sesuai kaidah pengelolaan kopi yang baik, semakin baik pula hasil
pemrosesan kopi petani. Hal ini akan terkait dengan tinggi rendahnya harga yang akan
diperoleh petani.
Penurunan hasil panen tahun 2011 ini menjadikan petani hanya mampu
menghasilkan sekitar 10% dari hasil panen tahun – tahun sebelumnya. Kondisi kopi
yang sedikit menyebabkan pembentukan harga kopi yang terjadi di ketiga lokasi
penelitian menjadi sangat tinggi. Harga yang petani peroleh terakhir (panen tahun
2010), dengan harga tertinggi sekitar Rp 9.000,- per liter poco1 (liter gunung)
kemudian meningkat signifikan dengan harga tertinggi ditahun 2011 yaitu Rp
23.000,- per liter poco (liter gunung) yang sebagian besar petani di ketiga lokasi
penelitian sudah puas dengan harga yang mereka peroleh, namun masih banyak
petani-petani yang tidak puas dengan harga kopi yang mereka peroleh. Petani
memiliki banyak alasan atas ketidakpuasannya, terutama tuntutan ekonomi dan
semakin tingginya angka kebutuhan hidup.
Kondisi infrastruktur jalan yang buruk di desa-desa terpencil yang justru
menjadi sentra penanaman kopi rakyat, tidak adanya kendaraan yang menopang
pendistribusian kopi rakyat yang baik membuat petani lebih banyak menunggu
pembeli di rumah-rumah mereka. Petani lebih banyak menunggu pedagang di rumah-
rumah mereka, pedagang yang akan mendatangi petani kemudian membeli kopi milik
1 Poco atau liter poco adalah literan yang membiarkan kopi menggunung, atau disebut juga liter gunung.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
40
Universitas Indonesia
petani, hal ini sangat memungkinkan adanya ‘pemesanan’ kopi. ‘Pemesanan’ kopi
yang dimaksud adalah ketika petani dalam kondisi terdesak dan membutuhkan uang,
maka petani akan meminjam uang terlebih dahulu kepada pedagang dan ketika petani
memiliki kopi maka petani akan menyerahkannya kepada pedangan tersebut. Ini
terjadi terutama saat pedagang tersebut masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan
petani. Kejadian pembelian ini di lokasi penelitian dinamakan ‘panjer’2, dengan arti
petani memperoleh uang terlebih dahulu pada kondisi terdesak, lalu akan memberikan
kopi kepada pedagang setelah panen tiba.
Sementara berbicara mengenai rantai distribusi kopi Sulawesi, penulis sendiri
menemukan banyak yang rantai dilalui. Rantai kopi lokal dimulai dari petani kopi di
ketiga lokasi produksi hingga kemudian kopi tersebut berada di pelabuhan Soekarno
Hatta, Makasar untuk kemudian di ekspor ke pasar internasional. Rantai distribusi
yang terjadi diantaranya petani menjual kopi mereka kepada pedagang, baik itu
pedagang yang datang langsung ke rumah petani maupun pedagang yang petani temui
di pasar – pasar tradisional di Toraja dan Enrekang. Di beberapa tempat yang lain
petani juga melakukan penjualan langsung kepada perusahaan kopi besar, khususnya
perusahaan kopi yang melakukan pembelian langsung di desa-desa atau lokasi-lokasi
terpencil yang tidak terjangkau oleh kendaraan. Sementara pedagang yang membeli
kopi langsung dari petani ada yang menjual langsung kepada eksportir di Makassar,
kepada pedagang besar (tengkulak), ada juga yang menjual ke perusahaan kopi di
Rantepao dan KUD Sane’3. Sementara pedagang besar (tengkulak) menjual kopi
kepada perusahaan kopi di Rantepao dan KUD Sane’ dalam bentuk kopi kulit tanduk
(parchment) dan eksportir di Makassar dalam bentuk kopi biji hijau (green bean).
Eksportir di Makassar dan perusahaan kopi yang berlokasi di Rantepao dan
Kawasan industri Makassar ini berperan sangat penting dalam kegiatan ekspor kopi
menuju pasar internasional. PT Toarco Jaya adalah perusahaan yang melakukan
pembelian langsung di lokasi penulis yang kedua yaitu Lembang Ranteuma, karena
lokasi yang sulit di jangkau dan tidak adanya transportasi menuju lokasi tersebut.
2 Panjer adalah istilah lokal Toraja untuk menyebut uang pinjaman, jadi sebelum petani menjual kopi kepada
pedagang petani telah mendapatkan uang mendesak terlebih dahulu, kemudian menyerahkan kopinya setelah
panen.
3 KUD Sane adalah perusahaan pemrosesan kopi dari kopi kulit tanduk (parchment) menjadi kopi biji hijau
(green bean). KUD Sane’ pada pemodalan perusahaannya adalah CBN, Koperasi Usaha Bersama Puspeta Luwu,
dan KUD Sane’.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Sementara Lembang Ranteuma memiliki kualitas kopi terbaik, yaitu kopi Pulu-pulu
(Jabir, PT Toarco Jaya, 2011). PT Toarco Jaya juga memiliki lokasi pabrik produksi
di Kawasan Industri Makassar dan Rantepao, khusus untuk lokasi perusahaan di
Rantepao PT Toarco Jaya juga memiliki 500 hektare perkebunan yang bernama
Perkebunan Kopi Pedamaran. PT Toarco Jaya memiliki peranan yang sangat besar
terutama pada pangsa pasar kopi Jepang. PT Toarco Jaya adalah anak perusahaan Key
Coffee Jepang, sekaligus sebagai pemodalan perusahaan ini, Key Coffee juga sebagai
buyers terpenting PT Toarco Jaya. Ekspor terbesar PT Toarco Jaya yaitu 90% menuju
Jepang, sisanya 10% masuk ke beberapa negara Eropa dan sisanya masuk pasar
domestik baik di Makassar maupun Jawa.
Peran pasar tradisional sendiri sangat penting pada jalur distribusi kopi di
Toraja dan Enrekang. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Penjual
disini adalah petani yang berasal dari berbagai desa di Kabupaten Toraja dan
Enrekang. Sementara pedagang adalah pembeli kopi yang membeli kopi dari petani
untuk kemudian dijual lagi kepada pedagang besar (tengkulak), eksportir, dan
perusahaan kopi. Di Kabupaten Toraja dan Enrekang sendiri terdapat sekitar 20 pasar.
Pada gambar 4.2. terlihar beberapa pasar tradisional yang sangat penting dalam
distribusi kopi Sulawesi adalah Pasar Minanga, Pasar Rantepao atau yang lebih
dikenal dengan Pasar Bolu, Pasar Kepe’, Pasar Barupu (Bedo), Pasar Buntudama,
Pasar Mekendek (Ketengan), Pasar Makale, pasar Pituang, Pasar Rembon, dan Pasar
Pangli.
Gambar 4.2. Lokasi-lokasi pengusahaan dan penjualan Kopi Sulawesi Sumber : Neilson dan Marsh (2007)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
4.2.1 Karakteristik Pengusahaan Kopi
Setiap petani memiliki cara berbeda dalam pengelolaan kopi yang mereka
miliki, kopi yang petani panen dan petik dari kebun milik mereka masing-masing.
Jika petani memperlakukan kopi mereka dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
kaidah pemrosesan kopi, maka hasil yang mereka dapatkan akan lebih. Baik dalam
bentuk uang maupun dalam bentuk kompensasi yang mereka terima, dibandingkan
jika mereka memperlakukan kopi mereka tidak sesuai dengan kaidah dan ketentuan
pemrosesan kopi.
Dalam hal pengelolaan kopi hasil panen milik petani di Desa Benteng Alla‘
Utara sudah sangat baik. Petani sudah memahami bagaimana pengelolaan dan
pemrosesan kopi yang baik, yaitu setelah pemetikan kopi selanjutnya di-pulper 4(petani menyebutnya digiling). Setelah itu disimpan satu malam atau disebut dengan
istilah fermentasi. Kopi kemudian dicuci lalu dijemur. Petani di Benteng Alla’ Utara
sebagian besar langsung mengolah kopinya setelah panen, dalam artian tidak
menyimpannya dahulu karena penyimpanan kopi ini dapat menyebabkan kopi
menjadi merah dan kualitas kopi menurun.
Selain itu alasan lain adalah karena hasil kopi panen tahun 2011 sangat sedikit
jumlahnya (hanya 10% dari hasil panen tahun sebelumnya). Sehingga untuk
penggilingan kopi petani tidak mengalami kelelahan meskipun harus langsung mem-
pulper hasil kopinya. Hanya beberapa orang petani saja yang melakukan
penyimpanan terhadap hasil kopinya dan tidak langsung mem-pulper-nya. Alasan
petani menyimpan kopinya yaitu karena kopi yang dihasilkan jumlahnya sedikit,
sementara mereka harus menyewa mesin pulper karena tidak semua petani memiliki
mesin gilingan untuk mem-pulper kopi mereka. Sehingga jika jumlahnya sedikit lalu
di-pulper maka akan menelan biaya pulper yang besar. Petani pada akhirnya
memutuskan untuk menunggu hasil panen kopinya hingga banyak.
Gambar 4.2 adalah kopi hasil panen petani setelah satu jam dari kebun yang
siap untuk di lakukan pempulperan. Kopi ini telah di sortir terlebih dahulu, dipisahkan
dari kopi yang rusak. Kopi terlihat sangat segar. Warna kopi merah, warna merah
pada kopi chery yang baik adalah warna merah yang pas. Tidak terlalu marun, tidak
juga merah tanggung. Merah tanggung adalah warna merah yang belum terlalu merah.
4 Pulper adalah nama mesin penggilingan kopi, mesin ini digunakan untuk mengupas kulit buah kopi segar
(setelah panen), sehingga biji kopi yang dihasilkan akan lebih mudah untuk dikeringkan.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Warna merah yang pas ini menandakan bahwa kopi siap untuk dipanen dan telah
matang di pohon. Pada gambar 4.3 terlihat kopi sedang digiling dengan mesin pulper.
Mesin pulper digunakan untuk mengupas kulit merah kopi.
Kondisi lain adalah petani akan mem-pulper kopi mereka tergantung pada
permintaan koperasi. Sebagian besar petani Desa Benteng Alla’ Utara adalah anggota
Koperasi Tani Benteng Alla’ sehingga sebagian besar pengelolaan dan pemrosesan
kopi yang ada di Desa Benteng Alla’ Utara di tentukan oleh koperasi. Jika koperasi
meminta untuk langsung mempulper maka petani akan langsung mempulper hasil
kopinya terutama untuk membuat kopi spesial -- spesialti (specialty coffee). Koperasi
akan membeli hasil panen kopi rakyat, terutama jika koperasi mendapatkan
permintaan (demand) dari pembeli (buyers) dengan sistem pesan.
Gambar 4.3. kopi biji merah (chery) yang siap digiling
Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.4. Penggilingan biji merah dengan mesin
pulper Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.5. Pencucian setelah dipulper Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.6. Kopi setelah difermentasi Sumber : Hasil Survey, 2011
Sebagian besar bahkan hampir seluruh petani di Desa Benteng Alla’ Utara
merupakan anggota koperasi tani Benteng Alla’ sehingga pengkoordinasian mengenai
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
44
Universitas Indonesia
mutu yang diinginkan pembeli dapat tersampaikan dengan baik langsung kepada
petani begitu pula dengan standar mutu yang diinginkan pembeli kopi dari koperasi.
Adanya standar mutu yang diberikan oleh Koperasi Tani Benteng Alla’ ketika petani
hendak menjual kopinya kepada koperasi, dalam hal ini karena koperasi sendiri
memiliki beberapa jenis dan kriteria ketika menjual kembali ke ekspotir. Petani
mendapatkan harga premium Rp 500,- hingga 1.000,- per liter untuk setiap jenisnya
jika mengikuti standar mutu minimum yang ditentukan.
Standar mutu minimum yang harus dipenuhi petani yaitu pada saat pemetikan
maka yang dipetik hanyalah yang berwarna merah saja. Selanjutnya dilakukan
penyortiran agar terpisah antara yang rusak, bolong-bolong dengan yang baik. Setelah
dilakukan penyortiran, kopi selanjutnya digiling (di-pulper) secara langsung yaitu
maksimal 6 jam setelah dipetik kopi yang masih berkulit merah harus di-pulper).
Kopi tidak boleh dibiarkan dahulu beberapa malam karena ketika kopi dibiarkan
bermalam-malam dan tidak langsung di-pulper maka kualitas kopi akan menurun.
Kopi sudah tidak segar, cenderung mengkerut dan warnanya akan berubah menjadi
hitam. Pada gambar 4.5 memperlihatkan kopi setelah difermentasi, kopi terlihat
seperti berjamur. Kopi tersebut difermentasi selama 12 jam. Kopi ini selanjutnya
dicuci. Gambar 4.6 petani sedang melakukan pencucian kopi setelah difermentasi.
Kopi kemudian dijemur hingga benar-benar kering. Pada gambar 4.7
memperlihatkan penjemuran kopi yang dilakukan petani di Desa Benteng Alla’ Utara.
Petani menjemur kopi ini biasanya di depan rumah mereka. Kemudian setelah kering
kopi ini dinamakan kopi kulit tanduk atau kopi parchment / HS. Setelah itu
dilakukannya penyortiran terhadap kopi kulit tanduk (kopi HS/parchment). Pada
gambar 4.8 terlihat petani sedang melakukan penyortiran kopi kulit tanduk mereka.
Petani dengan teliti memilih dan memisahkan kopi yang baik dan kopi yang rusak.
Kopi – kopi yang rusaknya kemudian dipisahkan dari kopi yang baik. Selanjutnya
kopi yang baik dijual oleh petani baik itu kepada pedagang, pasar maupun langsung
ke Koperasi Tani. Sementara kopi yang rusak, bolong-bolong, terpecah-pecah
disangrai atau dimasak sendiri oleh petani untuk konsumsi keluarga.
Ada yang berbeda untuk panen tahun 2011 di Desa Benteng Alla’ Utara,
hasil panen menurun signifikan (hanya 10% dari panen tahun 2010 dan tahun – tahun
sebelumnya). Petani tidak mampu melakukan penggilingan langsung (pem-pulpe-ran
langsung) karena hasil kopi yang diperoleh dari kebun petani hanya sedikit.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Kopi kulit tanduk yang dijual oleh petani kepada Koperasi Tani Desa Benteng
Alla’ Utara selanjutnya oleh koperasi kumpulkan hingga jumlahnya banyak untuk
dilakukan pemrosesan selanjutnya. Koperasi Tani Desa Benteng Alla’ Utara didirikan
pada tahun 2000, memiliki izin berbadan hukum Koperasi pada tahun 2001. Pada
awal sebelum koperasi berdiri, hanya berupa kelompok – kelompok tani sekitar tahun
1998. Pada tahun 1998 tercatat sebanyak 20-25 orang yang menjadi anggota
kelompok tani, petani mendapatkan binaan dari pemerintah daerah, kelompok tani ini
pada saat itu bernama kelompok tani Sari Kembang. Selanjutnya setelah berbadan
hukum koperasi resmi bernama Koperasi Tani Benteng Alla’ Utara. Saat ini koperasi
membina sebanyak 20 kelompok tani yang beranggotakan 30 – 50 orang petani setiap
kelompoknya. Koperasi juga memulai menjual kopi kepada eksportir yaitu sejak
tahun 2003, diawali penjualan kopi biji beras (kopi biji hijau / green bean) kepada PT
Meghaputera Sejahtera di Makassar.
Gambar 4.7. Pencucian setelah difermentasi Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.8. Penjemuran setelah dicuci bersih Sumber : Hasil Survey, 2011
Koperasi melakukan pengelolaan lebih lanjut yaitu kegiatan meng-huller dari
kopi kulit tanduk menjadi kopi biji beras atau biji hijau (green bean) dengan
menggunakan mesih huller5. Kegiatan pengelolahan kopi kulit tanduk menjadi kopi
biji beras ini dilakukan oleh petani-petani yang bekerja di koperasi Tani Benteng
Alla’ Utara. Mekanisme kerja para petani yang merangkap menjadi anggota koperasi
adalah, Koperasi yang saat ini di ketua oleh Pak Patola (Kepada Desa Benteng Alla’
Utara) akan meminta beberapa orang petani untuk bekerja.
5 Mesin Huller adalah mesin yang memproses kopi kopi kulit tanduk (kopi parchment / HS) menjadi kopi biji
beras (kopi biji hijau / green bean). Kegunaan mesin ini untuk penggilingan atau mengupas kulit kopi.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Petani yang akan dipekerjakan meng-huller kopi ini banyaknya sesuai
banyaknya permintaan kopi yang datang kepada koperasi. Ada yang bertugas
menjemur kopi kulit tanduk sebelum di-huller, ada yang bertugas meng-huller,
menjemur kopi yang sudah di-huller, mensortir kopi yang sudah di-huller, mengemas
kopi yang sudah disortir untuk kemudian siap jual. Pada gambar 4.8 adalah kegiatan
penyortiran kopi kulit tanduk yang hendak di huller. Sebagai upahnya, petani akan
mendapatkan Rp 40.000,- per hari kerja untuk koordinator setiap pekerjaan,
sementara pegawainya menerima Rp 35.000,- per hari kerja, sementara untuk upah
mensortir kopi biji beras pegawai koperasi akan menerima Rp 300,- per liter kopi.
Upah yang diterima petani sebagai pegawai koperasi tidak tetap, hanya
tergantung pada adanya pesanan kopi kepada koperasi. Besarnya upah juga tidak
tergantung seberapa banyak pekerjaan yang mereka kerjakan. Namun, bagaimanapun
keberadaan Koperasi Tani Benteng Alla’ Utara sangat berperan penting dalam
pengolahan dan pendistribusian kopi dari Desa Benteng Alla’ Utara. Selain itu dengan
adanya Koperasi Tani Benteng Alla’ Utara kelompok – kelompok tani menjadi lebih
lebih teratur dan terkordinasi.
Gambar 4.9. Penyortiran kopi kuli tanduk (Kopi HS/ Parchment)
Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.10. Kopi biji beras hasi setelah di huller
Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.9 adalah kopi biji beras yang telah digiling oleh mesin huller. Kopi
ini selanjutnya diberi nama kopi biji beras atau kopi biji hijau (green bean). Kopi
inilah yang kemudian dijual kepada eksportir atau pembeli langsung. Koperasi Desa
Benteng Alla’ Utara merupakan koperasi yang dalam jangka panjang akan melakukan
hubungan pembelian langsung dengan pembeli (buyers) dari Sydney Australia.
Pembeli telah beberapa kali berkunjung dan melihat langsung pemrosesan kopi di
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Desa Benteng Alla’ Utara. Pembeli memiliki ketertarikan yang sangat besar dengan
penjagaan mutu yang di lakukan oleh petani di Desa Benteng Alla’ Utara. Sementara
untuk pengiriman kopi dengan prosesan pembelian langsung ini, koperasi akan
memakai jasa eksportir dan hanya berupa fee (biaya) pengiriman.
Kondisi pengelolaan kopi di Lembang Ranteuma sedikit berbeda dengan Desa
Benteng Alla’ Utara. Petani di desa ini lebih mengikuti keinginan pembeli (buyers)
mereka yaitu PT Toarco Jaya. PT Toarco Jaya memiliki kebun percobaan di
Ranteuma sekaligus melakukan pembelian langsung. PT Toarco Jaya lebih tepatnya
menyewa sebuah rumah yang berukuran cukup besar. Rumah inilah yang kemudian
digunakan sebagai tempat bertemunya antara pihak PT Toarco Jaya dan petani yang
berasal dari Ranteuma, Pulu-pulu, dan desa-desa lain di kecamatan Buntupapasan.
Jika petani ingin menjual kopinya kepada PT Toarco Jaya yang melakukan
pembelian langsung di sana, maka petani sangat menyadari betul ‘selera‘ kopi PT
Toarco Jaya. Dalam hal ini PT Toarco Jaya hanya akan menerima kopi dengan
standar mutu yang telah mereka tetapkan. Karena pembeli utama hasil panen kopi
petani Desa Ranteuma adalah PT Toarco Jaya maka petani mau tidak mau harus
melakukan pengolahan kopi sesuai dengan standarnya PT Toarco Jaya, agar PT
Toarco Jaya mau menerima atau membeli kopi petani tersebut.
Hampir semua proses pengolahan kopi yang dijalankan petani Lembang
Ranteuma sama dengan yang dilakukan oleh petani di Desa Benteng Alla’ Utara.
Hanya saja kondisi pengelolaan kopi di Lembang Ranteuma lebih sederhana, statis,
dan tidak banyak pihak terlibat. Jauh berbeda dengan proses yang terjadi di Desa
Benteng Alla’ Utara. Penitikberatan kegiatan pengelolaan kopi di Lembang Ranteuma
hanya kepada keinginan dan kaidah yang telah di sampaikan oleh PT Toarco Jaya
kepada petani. Selain itu, jika kita amati gambar 4.10 yaitu gambar mesin pulper yang
digunakan oleh petani di Lembang Ranteuma. Alat ini sedikit lebih sederhana
dibandingkan mesin pulper milik petani di Desa Benteng Alla’ Utara. Mesin pulper
milik petani Ranteuma terbuat dari kayu, sangat sederhana, sementara mesin pulper
petani Desa Benteng Alla’ Utara terbuat dari besi, lebih kuat. Meskipun fungsinya
sama, namun disini terlihat berbeda dan dapat dikatakan bahwa Lembang Ranteuma
jauh lebih sederhana dari Desa Benteng Alla’ Utara.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Gambar 4.11. Mesin pulper sederhana petani Lembang Ranteuma Sumber : Hasil Survey, 2011
Tidak ada kendala signifikan bagi petani ketika harus melakukan pengolahan
langsung dari kopi biji merah ke kopi kulit tanduk, karena hampir semua keluarga
(rumah) memiliki mesin pulper sehingga mereka tidak harus menunggu kopinya
banyak lalu digiling tetapi seadanya kopi yang petani peroleh maka langsung digiling.
Hal ini menguntungkan petani juga menguntungkan PT Toarco Jaya sebagai pembeli
utama. Karena dengan prosedur yang dilakukan petani Ranteuma, PT Toarco Jaya
akan mendapatkan kopi yang sesuai dengan kriteria mereka. Sementara karena petani
telah melakukan prosedur yang ditetapkan PT Toarco Jaya maka petani mendapatkan
perhatian khusus dari PT Toarco Jaya.
Gambar 4.12 skema pemrosesan kopi
Pengolahan kopi Sulawesi yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian
ketiga (Desa Benteng Ambeso) hampir sama dengan lokasi-lokasi penelitian yang
lain. Seperti gambar 4.11 saat pemetikan kopi maka yang dipetik hanyalah kopi yang
berwarna merah saja. Selanjutnya dilakukan penyortiran, agar terpisah antara kopi
Kopi siap pullper Kopi di
pullper Pencucian
kopi Fermentasi
Pencucian Penjemuran Penyortiran
Kopi kulit tanduk yang
akan di huller
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
49
Universitas Indonesia
yang rusak dengan kopi yang baik. Setelah disortir kopi biji chery-pun digiling (di-
pulper) secara langsung (maksimal 6 jam setelah dipetik harus di-pulper) tanpa
dibiarkan dahulu beberapa malam. Selanjutnya dilakukan fermentasi selama 12 jam.
Setelah difermentasi kemudian dicuci bersih kemudian dijemur hingga benar-benar
kering. Setelah itu dilakukan penyortiran terhadap kopi kulit tanduk (kopi
HS/parchment). Penyortiran ini bertujuan memisahkan antara kopi-kopi yang rusak
dan kopi yang bagus. Selanjutnya petani sudah dapat menjual kopi mereka kepada
pedagang yang datang ke rumah petani, kepada pedagang di pasar, atau kepada
eksportir.
Petani Desa Benteng Ambeso mempunyai keahilan yang baik dalam
pengelolaan kopi. Selain karena kegiatan pengolahan kopi ini adalah kegiatan yang
sudah dilakukan secara turun - temurun, juga lahan pertanian yang mereka miliki
merupakan pemberian dari orangtua yang sebelumnya sudah bertani kopi. Sehingga
keahlian pengolahan kopi ini sudah terlatih sejak para petani masih kanak-kanak.
Petani telah terlibat langsung dalam pengelolaan kopi sejak petani membantu
orangtua mereka melakukan pemrosesan kopi. Proses manufacture (pengolahan) ini
menghasilkan kopi kulit tanduk (kopi HS/ parchment).
Faktor lain yang membuat petani di Desa Benteng Ambeso memiliki keahlian
yang baik dalam hal pengelolaan kopi adalah karena kondisi dan peran kelompok
Tani di desa ini sangat terasa. Kelompok – kelompok tani terkoordinasi dan terkontrol
dengan baik. Pak Bidu sebagai ketua kelompok tani yang bertanggung jawab saat ini
sering kali mendapatkan kesempatan mengikuti seminar-seminar kopi spesialti secara
berkala baik itu yang sifatnya dari pemerintah, maupun yang diadakan oleh Asosiasi
Kopi Spesialti Indonesia. Beliau secara berkala mengikuti seminar-seminar kopi baik
di Makassar maupun di Jakarta. Pak Bidu sendiri pernah mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti seminar kopi di Amsterdam, Belanda sebagai perwakilan kelompok
tani dari Sulawesi Selatan.
Keberadaan kelompok tani ini pula penting dan terasa pada saat adanya
bantuan berkala pemerintah untuk kelompok tani. Pemerintah Daerah Kabupaten
Tana Toraja secara berkala mengirimkan penyuluh-penyuluh pertanian dalam upaya
peningkatan produksi kopi Toraja. Pemerintah memberikan penyuluhan tidak hanya
untuk pengelolaan atau pemrosesan kopi saja, tetapi pemerintah juga memberikan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
50
Universitas Indonesia
penyuluhan untuk penanaman kopi yang baik, perawatan dan pemangkasan kopi,
pemupukan, pergantian atau penanaman kembali tanaman kopi jika pohon kopi sudah
tua dan sudah tidak produktif lagi. Sehingga dengan upaya tersebut kopi sangat
terurus dan terawat.
Di Desa benteng Ambeso sendiri tidak ada standar mutu tertentu yang
diinginkan oleh pembeli yang harus dipenuhi petani pada saat petani hendak menjual
kopinya. Namun kesadaran petani Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandang Batu
Silanan dengan menjaga kebersihan dan kualitas kopi yang hendak mereka jual.
Seperti yang penulis jelaskan sebelumnya, petani di Desa Benteng Ambeso memiliki
kesadaran yang baik akan kopi mereka. Petani juga sadar betul bahwa kopi yang akan
mereka jual harus bersih dan telah disortir dengan memisahkan kopi-kopi yang rusak
dan bolong-bolong. Namun petani juga sadar ada pedagang tertentu yang hanya
menerima kopi yang putih dan bersih sehingga petani menganggap hal demikian
adalah bagian dari standar mutu yang harus petani jaga.
4.2.2 Pola Pembentukan Harga dan Tanggapan Petani
Harga kopi yang diterima petani Desa Benteng Alla‘ Utara bervariasi dengan
harga tertinggi Rp 22.000,- per liter gunung yaitu dijual pada tanggal 03 Juli 2011.
Sedangkan harga terendah yaitu Rp 6.500,- per liter gunung yang dijual pada tahun
2010. Petani mengakui untuk panen tahun ini ada beberapa petani yang belum pernah
memanen kopinya. Sehingga bagi petani yang mendapatkan harga terakhir pada tahun
2010 itu artinya petani terakhir kali menjual kopi tahun 2010. Sedangkan tahun 2011
petani ini belum menjual kopinya lagi. Panen kopi petani tahun 2011 jumlahnya
sangat sedikit, sehingga tidak ada kopi yang bisa dijual. Kopi yang dihasilkan hanya
untuk konsumsi pribadi saja.
Proses pembentukan harga yang terjadi Desa Benteng Alla’ Utara sangat
tergantung dengan dimana lokasi petani menjual kopi. Harga yang diterima petani
pada umumnya sesuai dengan harga pasaran yang ada saat itu. Jika petani menjual
kopinya kepada Koperasi Tani Benteng Alla‘ Utara harga yang petani dapatkan akan
sama, namun menjadi bervariasi jika petani menjual kepada pedagang di pasar dan ke
pedagang yang menghampirinya di rumah ataupun kebun petani. Jika petani menjual
kepada koperasi, koperasi akan menjaga kestabilan harga yang diterima petani dengan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
51
Universitas Indonesia
harga yang terjadi dipasaran baik itu di sekitar Kabupaten Enrekang, Toraja dan
Kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan.
Secara geografi pembentukan harga akan sangat dipengaruhi oleh lokasi dan
tingkat aksesibilitas serta keterjangkauan suatu tempat. Harga akan lebih mahal
diterima oleh petani jika petani menjual langsung ke pasar. Dalam hal ini petani yang
menghampiri pedagang yang berada di pasar. Hal ini hanya bisa dilakukan petani
pada saat hari pasar yaitu enam hari sekali. Pada saat petani membawa hasil kopi
milik mereka dari rumah menuju ke pasar atau lokasi dimana pedagang berada, maka
petani membutuhkan biaya, baik biaya transportasi ataupun biaya yang berupa rasa
lelah. Karena hampir semua petani berjalan kaki dari tempat tinggalnya menuju pasar,
sehingga tidak membutuhkan ‘ongkos‘ berupa uang baik itu untuk membayar ojek
ataupun angkutan lainnya. Lokasi pasar Buntudama yang berada di Desa Benteng
Alla‘ Utara tidak terlalu jauh dari pemukiman warga Benteng Alla’ Utara, sehingga
dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Tidak adanya angkutan umum yang dapat
digunakan petani menuju pasar tersebut, merupakan suatu fakta bahwa berjalan kaki
merupakan pilihan terbaik menuju pasar. Hanya ada beberapa orang saja yang
berangkat ke pasar dengan menggunakan sepeda motor. Berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan, belum banyak petani di Desa Benteng Alla’ Utara yang
memiliki kendaraan bermotor.
Petani yang berada di Desa Benteng Alla‘ Utara, petani tidak pernah puas
dengan setinggi apapun harga yang mereka terima. Harga satu liter gunung kopi kulit
tanduk (parchment / HS) pada bulan Juli tahun 2011 adalah Rp 22.000,- merupakan
harga yang sangat tinggi mengingat harga tahun sebelumnya hanyalah Rp 6.500,- .
Namun lagi-lagi petani tidak puas dengan harga Rp 22.000,- yang mereka terima.
Mereka masih mengeluhkan ketidakpuasannya dan selalu berharap harga akan terus
naik, sebagian besar dari petani berharap harga kopi mencapai Rp 50.000,- atau lebih.
Hal ini terjadi karena kebutuhan hidup petani yang terus meningkat, alasan kenaikan
harga kebutuhan pokok menjadi alasan kuat mereka untuk terus berharap akan
kenaikan harga kopi.
Tanggapan petani akan perubahan harga yang pernah mereka alami pada
umunya biasa saja, menurut mereka :
“Meskipun harga tinggi tetapi produksi kopi sangat rendah sehingga
pendapatan kami sama dengan harga kopi yang rendah tetapi produktifitas tinggi
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
hingga panen raya. Hanya saja bekerjanya lebih sedikit dan tidak melelahkan.” (Ilen
– Informan Desa Benteng Alla’ Utara, 2011)
Petani banyak yang berharap adanya upaya pemerintah untuk menjaga
kestabilan harga dan harga tetap bagus. Hanya sedikit sekali petani yang benar-benar
bergantung hidupnya pada tanaman kopi, bagi beberapa orang ini apapun yang terjadi,
meskipun harga kopi turun serendah-rendahnya bahkan jikapun harga kopi hanya Rp
500,-/ liter maka petani ini akan tetap betahan untuk terus bertani kopi.
“Walaupun harga kopi Rp 500,- per liter saya akan tetap bertani kopi.”
(Nikopolis Garmin – Informan Desa Benteng Alla’ Utara, 2011)
Sementara lebih banyak petani yang merespon dengan mengganti tanaman
mereka, yaitu dari tanaman kopi ke tanaman lain khususnya ke tanaman hortikultura,
berupa Kol (kubis), wortel, daun bawang, seledri, tomat, dan sawi. Jika lahan kopi
petani sekitar dua hektare maka sudah sekitar 0,5 hektare petani menggantinya ke
tanaman hortikultura. Alasannya, karena kopi hanya panen satu tahun sekali,
meskipun setiap kali panen dapat selama 3-4 bulan tetapi hasil kopi sangat sedikit.
Sedangkan hortikultura dapat panen 3-4 kali pertahun. Sehingga tanaman hortikultura
dianggap lebih dapat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan
tanaman kopi.
Jika dihitung satu tahun maka bagi petani penghasilan dari kopi bukanlah
penghasilan yang utama, karena kopi hanya panen satu tahun sekali sedangkan
kebutuhan hidup semakin tinggi. Adanya penghasilan petani dari sumber lain yang
menjadi utama yaitu bertani tanaman hortikultura. Meskipun demikian petani akan
tetap mempertahankan sisa lahan kopi yang mereka miliki dan meskipun sedikit
petani akan tetap bertani kopi.
Harga kopi yang diterima petani Lembang Ranteuma juga bervariasi, dengan
harga tertinggi Rp 21.000,- per liter gunung yaitu dijual pada tanggal 06 Juli 2011.
Sedangkan harga terendah yaitu Rp 8.000,- per liter gunung yang dijual pada tahun
lalu. Beberapa petani Lembang Ranteuma mengalami kondisi yang sama dengan
petani yang berada di Desa Benteng Alla’ Utara. Ada beberapa petani belum pernah
menjual kopi di tahun 2011, sehingga harga terakhir yang petani peroleh yaitu harga
yang mereka peroleh pada tahun 2010. Karena panen kopi mereka yang memang
tidak ada ataupun jumlahnya yang sangat sedikit sehingga hanya untuk konsumsi
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
53
Universitas Indonesia
pribadi oleh petani dan keluarganya. Sedangkan harga yang diterima petani dari PT
Toarco Jaya yaitu Rp 17.400,- per liter sasak6 (liter rata) pada tanggal 12 Juli 2011.
Harga yang diterima petani di Lembang Ranteuma sangat bervariasi, antara
tempat penjualan yang satu dengan penjulan yang lain berbeda. Dengan kondisi
aksesibilitas dan inftrastruktur yang rusak maka sangat tidak memungkinkan
mobilisasi dari pedagang yang secara terus menerus mendatangi rumah-rumah petani.
Pedagang hanya sesekali saja mendatangi rumah-rumah petani untuk melakukan
pembelian kopi. Sementara keberadaan PT Toarco Jaya yang melakukan pembelian
langsung di Lembang Ranteuma setiap minggunya membuat petani memilih untuk
menjual kepada PT Toarco Jaya. Dalam hal ini, PT Toarco Jaya melakukan pembelian
langsung di sekitar tempat tinggal petani, PT Toarco Jaya menyewa satu rumah yang
dijadikan tempat bertemu pihak dari PT Toarco Jaya dengan para petani yang akan
menjual kopi miliknya. Namun, harga yang diberikan PT Toarco sangat tergantung
pada kondisi kopi yang berada di Jepang, yaitu perusahaan Key Coffee, sebagai induk
perusahaan PT Toarco Jaya.
Hargapun menjadi sangat berfluktuasi, pada tanggal 09 - 15 Juli di Lembang
Ranteuma, harga tertinggi yaitu Rp 21.000,- dengan harga rata-rata yang diberikan PT
Toarco Jaya Rp 17.400,- untuk setiap liter sasak (liter datar). Petani tidak
membutuhkan sarana transportasi untuk mencapai tempat penjualan dan tenaga yang
dikeluarkan tidak membuat petani lelah. Karena tempat pembelian PT Toarco Jaya di
Lembang Ranteuma berada disekitar tempat tinggal petani, jika dibandingkan harus
menjual ke Pasar Sapan yang jaraknya enam kilo meter. Meskipun sesekali petani
pernah menjual ke Pasar Sapan pada hari pasar itu dengan alasan karena sudah
terdesak kebutuhan. Sementara PT Toarco Jaya hanya ada seminggu satu kali. Petani
jarang sekali mengojek untuk mencapai Pasar Sapan, cukup berjalan kaki, sehingga
tidak ada biaya yang transportasi berupa uang, yang ada berupa tenaga petani untuk
berjalan.
Tanggapan petani mengenai adanya perubahan-perubahan harga yang pernah
mereka terima, tidak terlalu berbeda dengan lokasi sebelumnya. Petani tentu saja
akan senang jika mendapatkan harga tinggi. Petani di desa Ranteuma pada umumnya
6 Liter sasak adalah jenis ukuran literan yang digunakan PT Toarco Jaya, kopi yang diliter dengan ukuran liter
sasak akan dibuat datar atasnya dan tidak menggunung seperti liter poco / liter gunung.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
54
Universitas Indonesia
bergantung pada sektor pertanian kopi dan marquisa, jadi ketika adanya
ketidakstabilan harga petani akan tetap mempertahankan tanaman kopinya.
Sebagian besar petani cenderung mengikuti perkembangan harga yang terjadi
dan tidak memiliki respon yang signifikan terhadap perubahan harga tersebut karena
hal tersebut terjadi bertahun-tahun sehingga ada kecenderungan ‘sudah biasa‘ dengan
adanya hal demikian. Selain itu jika harga kopi sangat tidak masuk akal, jika terjadi
panen raya yang berlebihan ditahun-tahun sebelumnya khususnya tahun 2010, maka
jumlah kopi di petani sangat banyak dan harga sangat murah. Petani juga
mengkonsumsi kopi tersebut untuk keperluan pribadi. Sebaliknya tahun 2011 ini
dengan kondisi kopi yang sangat sedikit, ada sebagian petani yang justru tidak mampu
menjual kopi sehingga kopi yang mereka ambil dari kebun mereka hanya memenuhi
konsumsi pribadi. Jika dibandingkan dengan kondisi kebutuhan rumah tangga yang
semakin meningkat maka ketika terjadi perubahan harga kopi yang menurun petani
sangat tidak berdaya dan merasa tidak seimbang. Meskipun begitu bagaimanapun
perubahan harga yang terjadi petani tidak akan beralih ke tanaman yang lain ataupun
mengganti tanaman kopi milik petani dengan tanaman yang lain misalnya
hortikultura.
Disisi lain jika dibandingkan tahun 2010, jumlah kopi yang sangat banyak dan
berlimpah namun harganya murah. Sedangkan tahun 2011 jumlah kopi sangat sedikit
tetapi harganya tinggi, sehingga kopi menjadi sangat berarti. Selama ini harga kopi
sangat tidak stabil (naik turun dan petani tidak mampu untuk memprediksi harga kopi
tersebut). Karena petani membandingkan dengan harga-harga kebutuhan pokok yang
kian meningkat dan biaya hidup semakin tinggi.
“Kami selalu berharap harga bisa naik lagi dan lagi dari harga yang sudah
petani dapatkan saat ini. Sedangkan harga tinggi yang terjadi saat ini belum juga
memuaskan kami.” (Laman – Informan Desa Benteng Alla’ Utara, 2011)
Hanya sedikit petani yang menyatakan bahwa harga yang diperoleh saat ini
merupakan harga yang sesuai dengan yang diharapkan. Hampir keseluruhan petani
berharap agar harga terus naik, harga yang diterima saat ini dengan rata-rata Rp
21.000,- per liter gunung. Tetapi petani berharap agar harga kopi bisa mencapai RP
50.000,- perliter gunung. Apalagi dengan kondisi tidak ada kopi seperti tahun ini.
Ada kecenderungan petani selalu menginginkan harga di atas harga yang
mereka terima. Walapun untuk petani di Lembang Ranteuma ini petani sangat
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
55
Universitas Indonesia
tergantung dari harga yang diberika oleh PT Toarco Jaya. Kondisi medan yang tidak
memungkinkan bagi petani untuk menjual terlalu jauh kopinya, sehingga PT Toarco
Jaya, sedikit pedagang, dan terkadang jika mendesak Pasar Sapan menjadi tempat
utama petani menjual kopinya.
Ketika lokasi jual beli kopi terletak sangat dekat dengan pemukiman petani,
hal ini sangat memudahkan petani untuk mobilisasi dari tempat tinggalnya ke lokasi
penjualan kopi. Petani dengan mudah bertemu dengan pedagang sehingga transaksi
perpindahan kopi terjadi dengan mudah. Kemudahan akses yang dirasakan petani
sangat mempengaruhi harga yang diperoleh petani.
Berdasarkan survey yang dilakukan penulis pada tanggal 16 - 22 Juli 2011
bahwa harga tertinggi yang diterima petani yaitu Rp 23.000,- . Harga tersebut
merupakan harga tertinggi dari seluruh lokasi penelitian. Hal ini semakin
memperlihatkan bahwa semakin mudah transportasi dan aksesibilitas yang terdapat di
suatu lokasi penelitian, maka harga yang diterima petani cenderung lebih tinggi. Hal
ini dikarenakan pedagang yang membeli kopi dari petani tidak membutuhkan biaya
dan waktu yang banyak untuk mencapai tempat-tempat petani. Bahkan petani sendiri
yang menghantarkan kopinya kepada pedagang tanpa pedagang harus susah payah
mencari kerumah-rumah petani. Selain itu petani petani sendiripun tidak harus
menanggung biaya untuk transportasi dari tempat tinggalnya menuju tempat
penjualan kopi. Lokasi Pasar Buntu sangat strategis dengan tempat tinggal petani.
Lokasi pasarnya persis di tengah – tengah pemukiman masyarakat Benteng Ambeso.
Petani di Desa Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan, hampir
seluruhnya menjual kopi hasil panennya ke pasar, yaitu Pasar Buntu. Dalam hal ini
menunjukan bahwa keberadaan Pasar Buntu sangat penting bagi rantai distribusi kopi
lokal di Desa Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan. Lokasi Pasar
Buntu sendiri yang berada di tengah-tengah Benteng Ambeso membuat petani sangat
mudah menjangkau pasar tersebut tanpa membutuhkan biaya transportasi lagi karena
dapat dijangkau dengan hanya berjalan kaki.
Sementara tanggapan petani akan harga yang pernah mereka peroleh
khususnya harga yang pernah berubah – ubah.
“Pada awalnya kami kaget, apalagi jika harga turun, tetapi jika harga naik
kami senang. Akan tetapi sebagai petani kami hanya mengikuti bagaimanapun harga
yang ada dipasaran.” (Lukman – Informan Desa Benteng Alla’ Utara, 2011)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Pendapat ini normal terjadi dimanapun, karena pada dasarnya setiap pedagang
ingin mendapatkan harga yang tinggi atas barang dagangannya. Begitu juga petani
terhadap hasil panen kopinya. Petani di Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandang
Batu Silanan pada umumnya bergantung pada sektor pertanian kopi. Ketika terjadi
ketidak stabilan harga, petani akan tetap mempertahankan tanaman kopinya. Sebagian
besar petani cenderung mengikuti perkembangan harga yang terjadi dan tidak
melakukan respon yang signifikan terhadap perubahan harga tersebut karena hal
tersebut terjadi bertahun-tahun sehingga seperti ‘sudah biasa‘ dengan adanya hal
demikian.
Sebagian besar petani mengakui bahwa harga sangat mempengaruhi perhatian
petani terhadap kopi yang mereka miliki. Jika harga tinggi, maka petani akan sangat
memperhatikan kopi miliknya. Namun jika harga turun petani merasa perhatiannya
berkurang pada kopi karena harus mencari penghasilan tambahan misalnya menjadi
kuli bangunan. Sehingga sebagian waktunya terbagi. Petani tidak melakukan
perubahan tanaman kopi kepada tanaman lain misalnya tanaman hortikultura
meskipun pada kondisi harga tidak stabil. Dengan kata lain petani akan tetap bertani
kopi.
Sementara tanggapan petani akan harga yang mereka peroleh saat ini beragam.
Menurut petani harga yang sesuai itu hanya ada di pedagang, sedangkan petani hanya
menerima saja harga yang ada dipasar ataupun yang ditentukan pedagang. Hampir
keseluruhan petani Desa Benteng Ambeso yang menjadi responden pada penelitian ini
berharap harga terus dan terus meningkat. Hanya sedikit petani atau yang berpendapat
bahwa harga yang mereka terima saat ini sudah sesuai dengan yang mereka harapkan
selama ini. Sementara disisi lain ada segelintir petani yang berpendapat bahwa harga
yang diterima saat ini masih belum sesuai juga dengan harapan petani. Petani
berharap harga bisa meningkat menjadi Rp 50.000,- per liter atau jika mampu terus
meningkat lagi. Tetapi jika dibandingkan dengan harga-harga sebelumnya, harga
tahun ini bagi petani sudah sangat baik. Walaupun disisi lain sebagai orang yang
menjual selalu ingin menjual mahal apalagi dengan kondisi kopi yang sangat sedikit.
4.2.3 Distribusi Kopi pada Rantai Lokal
Distribusi kopi di rantai kopi lokal yang berasal dari Desa Benteng Alla’ Utara
sudah terpaparkan jelas pada pembahasan sebelumnya. Disini penulis akan
menjelaskan lebih rinci bagaimana rantai lokal berperan sangat penting dalam
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
57
Universitas Indonesia
distribusi kopi Sulawesi hingga mencapai pasar global. Jumlah sebagian besar petani
menjual kopi mereka kepada Koperasi Benteng Alla’ Utara. Gambar 4.13 merupakan
rantai distribusi pertama kopi yang berasal dari Desa Benteng Alla’ Utara. Seperti
yang dipaparkan oleh penulis sebelumnya, Koperasi Tani Benteng Alla’ Utara
berperan penting baik dalam menjaga kestabilan harga dan juga dalam pengelolaan
kopi. Koperasi mengelola kopi kulit tanduk (kopi parcment/HS) menjadi kopi biji
beras (kopi biji hijau/green bean).
Koperasi memasok kopi rakyat terlebih dahulu, kemudian koperasi akan
melakukan pengolahan lanjutan setelah adanya permintaan dari pembeli (buyers).
Baik itu pembeli yang berasal dari Makassar maupun dari luar negeri. Koperasi
menerima pembelian dari eksportir – ekportir kopi di Makassar. Pada saat pengolahan
lanjutan koperasi mengkatagorikan kopi menjadi tiga kelas yaitu kelas spesial yang
berupa kopi spesialti (specialty coffee) dengan target pasar manca negara yang dalam
hal ini adalah Australia. Kemudian kelas A yaitu kelas Jepang yang juga target untuk
dapat masuk pasar Jepang, kemudian yang terakhir adalah kelas C atau kelas Medan,
maksudnya standar kopi ini seperti kopi yang berada di Medan. Target pasar adalah
pasar domestik. Koperasi juga seperti telah dipaparkan sebelumnya akan melakukan
penerimaan pembelian secara langsung, dimana pembeli (buyers) baik itu pembeli
dari domestik maupun pembeli dari manca negara dapat melakukan pembelian dan
berhubungan langsung dengan koperasi. Untuk masuk kancah perdagangan
internasional sendiri pembelian langsung ini membutuhkan jasa eksportir yang
berperan untuk mengekspor kopi sementara sifatnya koperasi memberi fee (biaya)
kepada eksportir atas jasa pengiriman kepada pembeli. Sementara eksportir tidak
terlibat dalam rantai penjualan dan tidak dapat menentukan harga.
Gambar 4.13. Rantai distribusi kopi yang berasal dari Desa Benteng Alla’ Utara
Koperasi
Petani Pedagang Tengkulak Eksportir di Makassar
Australia
Jepang
Amerika
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Selain koperasi, rantai distribusi kopi yang setelah petani adalah pedagang.
Pedagang disini ada dua macam, yaitu pedagang yang menghampiri petani langsung
ke rumah-rumah petani dan pedagang yang petani temui di pasar. Petani Desa
Benteng Alla’ Utara seringkali menjual kopinya kepada pedagang di pasar pada saat
hari pasar. Pada gambar 4.14 terlihat adanya transaksi jual beli kopi dari petani
kepada pedagang. Sementara gambar 4.15 adalah jenis kopi yang diperjual belikan
oleh petani dan pedagang di Pasar Buntudama, Desa Benteng Alla’ Utara.
4.14. Kegiatan jual beli kopi di Pasar Buntudama, Desa Benteng Alla’ Utara
Sumber : Hasil Survey, 2011
4.15. Kopi kulit tanduk (kopi parchment/HS) yang diperjual belikan di Pasar Buntudama
Sumber : Hasil Survey, 2011
Tidak ada penambahan nilai atau perubahan apapun terhadap kopi. Pedagang
hanyalah rantai yang sedikit mempengaruhi harga tetapi pedagang tidak
mempengaruhi apapun terhadap kopi. Kopi tetap berwujud jenis kopi kulit tanduk
(kopi parchment/HS). Pedagang kemudian menjual kembali kopi tersebut kepada
pedagang besar atau tengkulak yang berlokasi di Rantepao atau Makale. Fakta lain
menunjukkan bahwa, banyak pedagang yang membeli kopi di pasar – pasar
tradisional tidak lain adalah anak buah tengkulak besar yang bekerja membeli kopi di
pasar kemudian tengkulak menggajinya sebagai pegawai sang tengkulak tersebut. Jadi
kegiatan pembelian yang dilakukan pedagang ini seluruh modalnya adalah milik
tengkulak. Tengkulak menyebarluaskan anak-anak buahnya menjadi pedagang untuk
membeli kopi di pasar-pasar tradisional.
Selain Pasar Buntudama, pasar lain yang berperan sangat penting dalam
distribusi kopi yang berasal dari Desa Benteng Alla’ Utara juga adalah Pasar Sudu’.
Pasar Sudu’ adalah pasar kecamatan yang berlokasi di Kecamatan Sudu’. Untuk
mencapai tempat ini dari Desa Benteng Alla’ Utara diperlukan ojek dengan biaya
sekitar Rp 30.000,- untuk penduduk lokal sementara Rp 50.000,- untuk pendatang.
Kondisi pasar Sudu’ jauh lebih ramai dibandingkan dengan Pasar Buntudama seperti
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
59
Universitas Indonesia
terlihat pada gambar 4.17, pasar Buntudama hanyalah pasar kecil di desa. Sementara
Pasar Sudu’ adalah pasar besar memungkinkan transaksi jual beli lebih kompleks
dibandingkan Pasar Buntudama.
Di pasar Sudu’ terdapat banyak eksportir besar dari Makassar yang melakukan
pembelian langsung ketika hari pasar seperti terlihat pada gambar 4.16. Ada juga
pedagang besar (tengkulak) yang memiliki tempat di Pasar Sudu’ selain untuk
melakukan pembelian kopi, tempat ini juga untuk melakukan pemrosesan kopi
selanjutnya. Pemrosesan yang dilakukan CV Arief Jaya antara lain menjemur kopi
kulit tanduk satu hari, kemudian kopi yang sudah kering tersebut di huller, kopi hasil
meng-huller kemudian dijemur lagi selama dua hari.
Pada saat berkunjung ke Pasar Sudu penulis bertemu langsung dengan salah
satu pemilik Toko Ratu Tani, CV Arif Jaya. Toko ini melakukan pembelian langsung
sekaligus pengolahan dari kopi kulit tanduk menjadi kopi biji beras. Pada tanggal 1
Juli 2011, PT Ratu Tani membeli kopi satu liter gunung dengan harga Rp 20.000,-
dari petani atau pengumpul yang menjual di Pasar Sudu’. Petani dan pengumpul
tersebut berasal dari Desa Benteng Alla’ Utara, Kecamatan Baroko, Masale, Curio,
Kuluwai, dan beberapa desa lain dan juga kecamatan lain yang dekat dengat Pasar
Sudu’.
Sementara CV Arif Jaya menjual kepada eksportir di Makassar sebut saja
beberapa ekspotir yang menjadi pembeli kopi CV Arif Jaya adalah Kopi Semangat,
Sari Makmur, dan Megha Putera dengan harga Rp 61.000,- hingga Rp 62.000,- per
kilo kopi biji beras. CV Arif Jaya juga memfokuskan pada kopi jenis Arabika saja.
4.16. Pedagang yang membeli kopi di Pasar Sudu’ Sumber : Hasil Survey, 2011
4.17. Kondisi Pasar Sudu’ yang menjadi tempat distribusi penting bagi kopi
Sumber : Hasil Survey, 2011
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Rantai distribusi kopi yang berasal dari Lembang Ranteuma, sedikit berbeda
dengan rantai distribusi sebelumnya. Kondisi infrastruktur yang buruk dan jalan yang
rusak, terlebih pada musim penghujan, jalan menjadi sangat licin. Tidak banyak
pedagang yang melakukan pembelian ke rumah-rumah petani. Pedagang yang berada
di pasar juga sangat sedikit. Namun ada tradisi yang sangat menarik disini. Ranteuma
secara administrasi masuk kedalam Kabupaten Toraja Utara, dimana aktivitas
pembelian kopi dilakukan oleh pembeli saat meliter kopi. Pada gambar 4.18 terlihat
kopi dibiarkan dalam kain sarung terbuka (sambu) sehingga para pedagang yang
membeli kopi di Pasar Sapan dikenal dengan sebutan Pa’sambu.
Pasar Sapan adalah pasar terpenting dalam distribusi kopi dari Lembang
Ranteuma setelah PT Toarco Jaya. Meskipun tidak banyak petani yang menjual
kopinya di Pasar Sapan karena alasan jarak yang jauh dan tidak adanya kendaraan.
Petani harus berjalan kaki sekitar 6 km untuk mencapai Pasar Sapan dari tempat
tinggal mereka. Pada gambar 4.19 terlihat kondisi Pasar Sapan yang ramai, terdapat
banyak pedagang dan pembeli yang berusaha memenuhi kebutuhanya.
Pedagang yang melakukan pembelian kopi di Pasar Sapan kemudian menjual
kopinya kepada pedagang besar di Rantepao dan Makale. Seperti yang sudah
dipaparkan penulis sebelumnya. Kondisi pedagang di Ranteuma tidak jauh berbeda
dengan pedagang yang membeli kopi dari Desa Benteng Alla’ Utara.
Gambar 4.18. Pa’sambu meliter kopi di Pasar Sapan Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.19. Kondisi Pasar Sapan Sumber : Hasil Survey, 2011
Pembelian langsung yang dilakukan PT Toarco Jaya seperti pada gambar 4.20
membuat petani mendapatkan harga langsung dari PT Toarco Jaya tanpa melewati
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
61
Universitas Indonesia
pedagang, pengumpul, ataupun tengkulak. Selain itu PT Toarco Jaya juga mempunyai
kebun percobaan di lembang Ranteuma. Namun karena PT Toarco Jaya melakukan
pembelian hanya satu minggu sekali, petani masih ada yang menjual kepada
pengumpul yang menghampiri ke rumah petani dan juga pedagang namun jumlahnya
sangat terbatas. Karena jarak dan lokasi Lembang Ranteuma sangat terpencil dan sulit
dilalui jalur transportasi membuat sebagian petani hanya menunggu pengumpul yang
menghampiri rumah petani atau kedatangan PT Toarco Jaya ke lokasi pembelian.
Sedangkan menjual ke pasar hanya sesekali saja.
Gambar 4.20. Kegiatan pembelian langsung yang dilakukan PT Toarco Jaya di Lembang Ranteuma Sumber : Hasil Survey, 2011
Rantai distribusi dari petani kepada pedagang pada umumnya sama di setiap
lokasi penelitian. Hanya sedikit berbeda dengan adanya koperasi dan perusahaan
besar yang melakukan pembelian – pembelian langsung. Sementara rantai distribusi
kopi yang berasal dari Desa Benteng Ambeso seperti terlihat pada gambar 4.21 selain
ke pedagang baik itu pedagang yang menghampiri petani langsung kerumah-rumah
petani, pedagang juga yang merada di Pasar. Di lokasi penelitian yang ketiga ini
terdapat Pasar Buntu, pasar yang dilalui transportasi umum ‘pete-pete’ dan tepat
berada ditengah-tengah Desa Benteng Ambeso. Lokasi Pasar ini sangat strategis serta
berperan penting dalam distribusi kopi dari petani Desa Benteng Ambeso.
Sebagian besar pedagang yang berada di Pasar Buntu adalah anak buah
tengkulak besar yang membeli kopi dari petani pada hari pasar. Menariknya lagi dari
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
62
Universitas Indonesia
lokasi penelitian Benteng Ambeso ini, lokasi pasar hanya berjarak 5 meter dari rumah
keluarga Hj. Sawirah. Hj. Sawirah adalah tengkulak besar yang sangat terkenal di
Kabupaten Toraja dan Enrekang. Hj. Sawirah terkenal juga dengan sebutan Indok’
Maniang. Karena puteri pertama Hj. Sawirah adalah Maniang. Tengkulak ini berperan
sangat penting dalam rantai distribusi kopi di Toraja karena tangkulak inilah yang
kemudian membawa kopi ini kepada ekspotrir di Makassar, perusahaan kopi besar,
dan juga kepada KUD Sane’. Dengan dekatnya lokasi Pasar Buntu dengan rumah
keluarga Indok Maniang, maka rumah Indok Bidan sering dijadikan tempat
penampungan kopi sementara.
Pasar Buntu menjadi tempat penting bertemu antara petani kopi dengan
pedagang. Pasar Buntu dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan, menjadikan
pasar ini sangat ramai setiap hari pasar. Petani Desa Benteng Ambeso tinggal sangat
dekat dengan pasar, sehingga kapanpun petani ingin menjual kopi maka petani cukup
berjalan menuju Pasar Buntu.
Gambar 4.21. Rantai distribusi kopi yang berasal dari Desa Benteng Ambeso
Gambar 4.22. Kegiatan pembelian kopi di Pasar Buntu Sumber : Hasil Survey, 2011
Pasar Buntu
Petani
PT Toarco Jaya
Eksportir di Makassar
KUD SANE’
Jepang
Pasar Global
Pedagang
Amerika
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Selanjutnya distribusi kopi berpindah ke rantai yang lebih jauh, yaitu kepada
eksportir di Makassar. Rata-rata eksportir menerima kopi dari pedagang – pedagang
besar (tengkulak). Eksportir seperti PT Toarco Jaya mendapatkan kopi dari sumber
yang sangat bervariasi. Ada kopi yang berasal dari Perkebunan Pedamaran, kopi yang
didapat langsung dari petani seperti di Ranteuma, dan ada juga kopi yang dibeli dari
pedagang besar. Eksportir lain seperti Megha Putera Sejahtera, Lion Lestari, Kopi
Semangat yang berada di Makassar pada umumnya melakukan pemrosesan lebih
lanjut dari kopi kulit tanduk menjadi kopi biji beras. Tetapi ada juga eksportir yang
menerima kopi berupa kopi biji beras langsung dari pedagang besar.
Kemudian, eksportir – eksportir inilah yang mengirim dan menjual kopi
Sulawesi kepada pembeli (buyers) di pasar internasional. Eksportir biasanya
menerima pesanan dari pembeli manca negara baik itu dari roster besar kopi misalnya
Starbucks maupun ada importir yang kemudian menjual kembali kopi tersebut kepada
roaster-roaster lain. Tetapi lain halnya dengan PT Toarco Jaya, yaitu 90% tujuan
ekspornya adalah Jepang, hanya sedikit yang di ekspor ke negara lain selain Jepang.
Semua aktifitas ekspor kopi dari Sulawesi Selatan harus didaftarkan terlebih
dahulu ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara
pengiriman kopi melalui Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar. Inilah yang
kemudian menjadi gerbang utara bagi kopi Sulawesi menuju pasar global.
4.3 Pengaruh Faktor Global
Pengaruh faktor global sangat berkaitan erat dengan kondisi kopi yang terjadi
di rantai lokal. Permintaan pasar global akan kopi Sulawesi menimbulkan dampak
yang berbeda di ketiga lokasi penelitian. Faktor – faktor global seperti sertifikasi,
pemberian kompensasi atau insentif oleh buyers kepada petani, permintaan akan kopi
Sulawesi, komentar-komentar pelanggan dan konsumen kopi Sulawesi di dunia
khususnya di Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor terbesar kopi Sulawesi,
memberikan dampak yang berbeda pula pada tiap-tipa lokasi yang berbeda. Adanya
faktor global yang menimbulkan persamaan dan perbedaan dampak terhadap ketiga
lokasi produksi kopi Sulawesi, menimbukan persedaan respon atau tanggapan yang
berbeda pula. Pada tabel 4.1 terlihat persamaan dan perbedaan di setiap lokasi.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 persamaan dan perbedaan di tiap lokasi
No Lokasi penelitian Faktor global Dampak Respon
1. Benteng Alla Utara • Sertifikasi
• Pemberian
kompensasi
(insentif)
• Pemberian harga
premium7
• Budidaya kopi sangat
terorganisir dengan baik
• Petani menjadi jauh
lebih kreatif
• Petani berusaha lebih
giat dalam budidaya
kopi
• Petani berperan aktif
dalam kegiatan
pertanian dan koperasi
• Petani mau belajar dan
berusaha lebih untuk
memahami budidaya
kopi yang baik.
2. Ranteuma • Sertifikasi
• Pemberian
kompensasi
(insentif)
• Tidak ada
pemberian harga
premium
• Budidaya kopi belum
terorganisasi dengan
baik
• Petani menjadi
tergantung pada
perusahaan
• Tidak ada usaha lebih
dari petani
• Petani cenderung lebih
santai.
• Kepercayaan pertani
kepada buyers sangat
besar
3. Benteng Ambeso • Sertifikasi
• Pemberian
kompensasi
(insentif)
• Tidak ada
pemberian harga
premium
• Petani sudah memahami
prosedur budidaya kopi
dengan baik
• Kehidupan petani
menjadi lebih baik
dengan adanya bantuan
dari buyers
• Tidak adanya
ketergantungan yang
signifikan
• Petani selalu berupaya
melakukan budidaya
kopi sebaik-baiknya
• Petani mengikuti
kaidah budidaya kopi
sesuatu yang
diharapkan oleh
buyers
Sumber : Pengolahan data 2011
7 Harga premium adalah harga lebih yang diberikan buyers pada mutu kopi yang memuaskan.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
65
Universitas Indonesia
4.3.1 Sertifikasi Kopi dan Kompensasi yang diterima Petani
Tidak semua orang awam mengetahui mengenai sertifikasi. Jangankan petani
yang tinggal di desa terpencil yang tidak tersentuh informasi dan komunikasi yang
memadai, mungkin masyarakat kota besar saja banyak yang tidak mengerti sertifikasi.
Terlebih sertifikasi produk komoditi seperti kopi. Bahkan orang-orang yang
‘menyukai’ kopi sekalipunpun belum tentu memahami sertifikasi ini. Tetapi karena
tuntutan lingkungan dan kaidah-kaidah yang harus dilakukan, maka baik siapapun ‘di
paksa’ untuk memahami sertifikasi itu sendiri terutama petani produk komoditi yang
berhubungan langsung dengan proses sertifikasi dan hal-hal yang harus dilakukan saat
proses sertfikasi tersebut.
Keuntungan dengan adanya sertifikasi adalah adanya kompensasi yang akan
diterima pihak yang telah disertifikasi, baik berupa akses penjualan maupun
kompensasi yang berasal dari pihak yang mensertfikasi atas sertifikasi yang telah
dilakukan dikebunnya. Sementara pemahaman petani Benteng Alla‘ Utara sendiri
mengenai sertifikasi masih sangat rendah. Dari hasil wawancara terstruktur
(structured interview) yang lakukan peneliti, istilah ‘Sertifikasi’ sangat asing bagi
petani. Petani di Desa Benteng Alla’ Utara tidak mengenal istilah tersebut, hanya
segelintir petani saja yang memahami istilah tersebut itupun mereka mengenalnya
dengan istilah “perbaikan” pada kopi. Tetapi, telah adanya sertifikasi yang dilakukan
Starbucks “CAFÉ Practice” yaitu sertifikasi kopi yang dilakukan oleh Starbucks
melalui eksportir PT. Megahputera Sejahtera. Sertifikasi ini dilakukan pada tahun
2006 - 2007 di Desa Benteng Alla‘ Utara.
Pada pelaksanaanya petani memang tidak ditegaskan bahwa kegiatan tersebut
bernama sertifikasi. Pak Patola selaku ketua Koperasi Tani dan Kepala Desa Benteng
Alla’ Utara hanya meminta kelompok-kelompok tani dan petani yang menjual hasil
kopinya ke koperasi untuk melakukan berbagai kegiatan yang sebetulnya dinamakan
proses sertifikasi. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh
Starbucks. Diantaranya yang harus dilakukan petani yaitu : kawasan kebun kopi
rakyat milik petani tidak boleh memasuki kawasan hutan lindung (protected forest),
kemasan bekas pestisida yang sudah tidak terpakai harus dikubur di dalam tanah, dan
petani tidak boleh memusnahkan tanaman lokal (pohon lokal), kurangi pemupukan
dengan menggunakan bahan kimia (harus menggunakan pupuk organik), dan
melindungi satwa langka.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.23 dan 4.24 adalah kompensasi yang diberikan Starbucks
kepada petani di Desa Benteng Alla’ Utara (melalui PT Megahputera Sejahtera)
setelah dilakukanya sertifikasi yaitu Starbucks memberikan bantuan kepada
masyarakat kelompok tani di desa tersebut. Lalu berdasarkan kesepakatan maka
bantuan tersebut digunakan untuk membuat jalan tani dan mainan anak untuk siswa
taman kanak-kanak Desa Benteng Alla’ Utara.
Gambar 4.23. Bantuan yang diterima petani desa Bentang Alla’ Utara yang berupa jalan tani
Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.24. Bantuan yang diterima petani desa Bentang Alla’ Utara, berupa satu set mainan anak-anak di sekolah TK
(Taman kanak-Kanak) Sumber : Hasil Survey, 2011
Kompensasi yang diterima petani juga dapat berupa pemberian harga
premium. Ada beberapa petani yang menyatakan bahwa harga premium yang diterima
tidak cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar mutu.
Biaya atau ongkos untuk membuat kopi spesialti (specialty coffee) dengan kualitas
dan cita rasa terjaga membutuhkan banyak biaya dan pengeluaran. Sedangkan harga
premium yang diterima kisaranya tidak jauh dengan harga kopi yang bukan diproses
untuk menciptakan kopi specialty. Sehingga terkadang perbedaan harga yang tidak
signifikan ini membuat petani cenderung malas untuk memproses kopi menjadi kopi
spesialti.
Ada banyak petani yang merasa bahwa harga premium yang diterima sudah
cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar mutu.
Menurut petani, jika mereka mengikuti prosedur pemrosesan yang sesuai dengan
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
67
Universitas Indonesia
prosedur maka secara langsung maupun tidak langsung petani telah menjaga cita rasa
kopi. Cita rasa kopi yang memang sudah terkenal sejak lama selain itu pula pembeli
akan puas dengan kualitas dan kondisi kopi yang dijualnya. Maka pembelipun akan
memberikan fee lebih. Misalnya saja ada pemberian insentif dari pembeli (buyers)
karena pembeli (buyers) mendapatkan kualitas kopi yang sesuai dengan kopi yang
mereka harapkan dengan kata lain buyers merasa puas dengan kopi yang diterimanya.
Selain itu petani pun merasa mendapatkan harga lebih tinggi Rp 500 – 1.000,-
walaupun petani berharap untuk mendapatkan premi yang lebih besar lagi.
Bantuan yang diterima pertani di Lembang Ranteuma merupakan kompensasi
karena PT Toarco Jaya sudah mendapatkan dua sertifikasi yaitu Utz Certification
pada tahun 2006-2007 dan Rainforest Alliance Certification tahun 2009. Terlihat
gambar 4.25 Sertifikat Utz dan gambar 4.26 Sertifikat dari Rainforest Alliance yang
diterima PT Toarco Jaya. UTZ Certification adalah sertifikasi khusus untuk
perkebunan kopi. Kemudian pada tahun 2009 tersertifikasi Rainforest Alliance.
Rainforest Alliance adalah sertifikasi yang bertujuan melindungi lingkungan.
Sehingga kepercayaan buyers meningkat. Meskipun sertifikasi ini hanya untuk
Perkebunan Pedamaran PT Toarco Jaya, sedangkan untuk kebun percobaan yang
berlokasi di Desa Ranteuma belum disertifikasi. Tetapi faktanya dengan adanya PT
Toarco Jaya di Desa Ranteuma masyarakat mendapatkan banyak pengetahuan
mengenai bagaimana budidaya kopi yang baik, menanam kopi yang baik, mengurus
dan bagaimana melakukan pemangkasan pada pohon kopi, pengolahan kopi pasca
panen dan lainnya.
Gambar 4.25. UTZ Certification PT Toarco Jaya Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.26 Rainforest Alliance Certification PT Toarco Jaya
Sumber : Hasil Survey, 2011
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Keberadaan PT Toarco Jaya di Ranteuma sedikit banyak menguntungkan
masyarakat sekitar Ranteuma. Infrastruktur atau akses dari Rantepao menuju
Ranteuma itu sangat rusak dan buruk. Tidak ada kendaraan yang mampu memasuki
jalanan ini kecuali kendaraan roda empat (mobil) jenis yaitu hartop. Buruknya
infrastruktur jalan menuju Ranteuma membuat Key Coffee melalui PT Toarco Jaya
membangunkan jembatan, sebagai bentuk bantuan Key Coffee untuk masyarakat
Ranteuma terlihat pada gambar 4.25 dan 4.26 jembatan menuju Lembang Ranteuma
serta penempatan logo Key Coffee tepat di samping jembatan.
Gambar 4.27. Jembatan menuju Lembang Ranteuma. Salah satu bentuk perhatian
Key Coffee untuk masyarakat Ranteuma Sumber : Hasil Survey, 2011
Gambar 4.28. Logo Key Coffee yang terdapat di Jembaran menuju Desa Ranteuma
Sumber : Hasil Survey, 2011
Selain itu KJUB Puspeta Luwu yang lebih di kenal dengan KUD Sane’ yang
berlokasi di Kabupaten Tana Toraja, merupakan esportir kopi yang mengeskpor 83%
kopinya kepada Starbucks USA, juga sudah tersertifikasi Café Practice oleh
Starbucks. Sertifikasi ini akan terus di-update keberadaan dan kondisi kopi setiap
tahunnya sesuai dengan yang disepakati antara perusahaan dan pihak yang
mensertfikasi.
Belum pernah dilakukannya sertifikasi terhadap tanaman kopi yang berlokasi
di Kelurahan Benteng Ambeso. Petani tidak mengetahui apa itu sertifikasi, bagaimana
proses sertifikasi, dan apa implikasi dari sertifikasi itu sendiri. Kondisi pertanian di
Kelurahan Benteng Ambeso merupakan pertanian kopi yang hanya diusahakan oleh
petani rakyat tidak ada campur tangan dari perusahaan kopi. Namun karena adanya
kelompok-kelompok tani yang mengorganisir inilah, petani-petani kopi di Desa
Benteng Ambeso mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut berupa
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
69
Universitas Indonesia
penyuluhan pertanian secara berkala. Menurut petani ini sangat bermanfaat dan
menambah pengetahuan mereka bagaimana bertani, mengelola, dan budidaya kopi
yang baik.
Sertifikasi kopi erat kaitannya dengan adanya kompensasi baik dari segi harga
maupun bantuan–bantuan dari pihak buyers. Petani di Desa Benteng Ambeso tidak
pernah mendapatkan harga premium. Pada umumnya harga yang diperoleh petani
adalah harga yang diberikan langung oleh pedagang baik pedagang yang berada di
pasar maupun pedagang yang menghampiri ke rumah petani. Harga yang diterima
oleh petani sudah tinggi, karena petani di Desa ini tingkat kesadarannya sangat tinggi
dalam menjaga kualitas kopi dan pemrosesan kopi. Petani juga berpendapat bahwa
masalah cukup atau tidak cukup itu sangat relatif pada kemampuan petani itu sendiri
dalam mengelola kopi dan mengatur uang yang diterima dari hasil penjualan kopi.
Sehingga petani dan masyarakat mendapatkan bantuan dari Starbucks sebagai bentuk
insentif yang diberikan Starbucks kepada petani Desa Benteng Ambeso. Pada gambar
4.29 dan 4.30 adalah bantuan berupa sekolah Taman Kanak-kanak yang diberikan
oleh Starbuck untuk masyarakat Desa Benteng Ambeso.
Gambar 4.29. Kompensasi yang diterima masyarakat Desa Benteng Ambeso atas kepuasan Sturbucks dengan kualitas dan cita rasa kopi Toraja
Sumber : Hasil Survey, 2011
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Gambar 4.30. Kompensasi yang diterima masyarakat Desa Benteng Ambeso atas kepuasan Sturbucks dengan kualitas dan cita rasa kopi Toraja
Sumber : Hasil Survey, 2011
Bantuan ini semata-mata karena respon dari kepuasan Sturbucks. Starbucks
telah menerima kopi dengan kualitas yang sangat baik dan kopi tersebut berasal dari
Desa Benteng Ambeso. Oleh karena itu eksportir melalui tengkulak yang biasa
melakukan pembelian di Desa Benteng Ambeso mewujudkan bantuan itu untuk
sarana pendidikan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan anak-anak.
Karena jika insentif tersebut diserahkan langsung kepada petani dalam bentuk uang
maka hanya sekejap akan habis. Sementara jika dalam bentuk bangunan dan fasilitas
umum akan tetap terasa dan banyak orang yang merasakan manfaatnya.
4.3.2 Ekspor Kopi Sulawesi ke Pasar Internasional
Eksistensi kopi Sulawesi semakin diakui di pasar global. Setiap tahunnya
permintaan pasar global akan kopi Sulawesi semakin banyak, bahkan eksportir
terkadang tidak mampu memenuhi permintaan pembeli (importir). Sejak tahun 2005
hingga 2011 tercatat sebanyak 23 negara yang menjadi negara tujuan ekspor kopi
Sulawesi, yaitu diantaranya Australia, Belanda, China, Denmark, Korea Selatan,
Islandia, Georgia, Inggris, Mesir, Belgia, Jepang, Jerman, Singapura, Swedia, Taiwan,
Amerika Serikat, Afrika Selatan, Israel, Italia, Meksiko, Rusia, dan Hongkong. Dari
keseluruhan ekspor yang pernah dilakukan, Amerika Serikat tercatat sebagai negara
dengan nilai ekspor tertinggi setiap tahunnya. Nilai ekspor tertinggi yaitu pada tahun
2010 dengan negara tujuan Amerika Serikat, dengan volume ekspor sebesar
4.134.600 ton. Amerika Serikat dan Jepang adalah negara yang memiliki hubungan
khusus dengan Sulawesi. Jepang sendiri terkait dengan keberadaan PT Toarco Jaya.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Sementara Amerika Serikat terkait dengan KUD Sane’ yang 51% modal usahanya
berasal dari CBN. KUD Sane’ mengekspor 83% kopi-nya kepada Starbucks.
Sementara Jerman, Belgia, Belanda, dan Australia merupakan negara tujuan
ekspor kopi Sulawesi yang juga konstan. Setiap tahunnya selalu ada pengiriman
menuju negara tersebut. Meskipun volume ekspor menuju ke empat negara tersebut
tidak sebesar volume menuju Amerika ataupun Jepang. Sementara negara-negara
lainya sangat tergantung pada harga kopi dunia, permintaan kopi, dan juga kondisi
ketersediaan kopi itu sendiri.
Tabel 4.2. Tabel volume ekspor kopi Sulawesi menuju pasar global tahun 2005 –
2011 (dalam ton)
Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*
Australia 54.000 72.000 126.000 126.000 92.400 280.800 56.400
Belanda 159.000 66.000 180.000 216.000 36.000 171.900 0
China 0 15.000 72.000 0 90.000 450.000 148.000
Denmark 18.000 0 0 0 0 0 0
Korea Selatan 0 8.000 58.290 78.760 134.070 295.800 18.000
Islandia 18.000 0 0 36.000 0 0 0
Georgia 18.000 0 0 0 0 0 0
Inggris 18.000 0 0 0 0 0 0
Mesir 35.700 0 0 0 0 0 0
Belgia 311.400 162.000 396.000 551.000 415.200 522.000 36.000
Jepang 1.471.409 827.580 955.740 963.780 691.637 847.200 145.830
Jerman 159.250 36.491 42.675 37.570 216.644 184.930 0
Singapura 325.500 8.000 191.794 136.000 156.000 102.000 0
Swedia 0 136.500 396.000 396.000 375.600 192.000 0
Taiwan 15.000 163.200 0 0 5.199 0 0
Amerika Serikat 2.945.000 1.172.155 3.169.665 2.592.920 1.964.000 4.134.600 213.480
Afrika Selatan 0 0 0 36.800 36.000 36.000 0
Israel 0 0 0 38.400 0 0 0
Italia 0 0 36.000 0 72.000 0 0
Meksiko 0 0 0 0 18.000 0 0
Rusia 0 0 0 0 36.000 0 0
Hongkong 0 0 0 0 0 0 20.000 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan tahun 2011
*Untuk tahun 2011, data hanya hingga bulan Juni 2011
Tahun 2005, kopi Sulawesi memasuki sekitar 15 negara di dunia, yaitu
Australia, Belanda, Denmark, Islandia, Georgia, Inggris, Mesir, Belgia, Jepang,
Jerman, Singapura, Taiwan, dan Amerika Serikat.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Pada tabel 4.2 dan peta 4.1 terlihat dengan bahwa Amerika Serikat sebagai
negara tujuan kopi Sulawesi dengan volume tertinggi. Pada tahun 2005 kopi Sulawesi
yang masuk ke pangsa pasar Amerika Serikat yaitu sebenar 2.945.000 ton dengan
total nilai ekspor sebesar 8.976.993,80 USD. Sementara nilai ekspor terkecil dengan
negara tujuan Taiwan dengan volume ekspor sebesar 15.000 ton. Sementara untuk
beberapa negara Eropa memiliki nilai eskpor yang sama yaitu dengan volume sebesar
18.000 ton dengan negara tujuan ekspor Denmark, Islandia, Georgia, Inggris. Jepang
sendiri memiliki nilai ekspor sebesar 1.471.409 ton.
Peta 4.1. Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2005
Grafik 4.1. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2005
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Peta 4.2 terlihat bahwa adanya perubahan negara tujuan ekspor kopi Sulawesi.
Pada tahun 2005 tidak ada ekspor ke China, Korea Selatan dan Swedia tetapi pada
tahun 2006 terlihat adanya panah menuju negara China. Begitu juga dengan ekspor
yang menuju negara Eropa seperti Denmark, Islandia, Georgia, Inggris, dan Mesir
yang menjadi tujuan ekspor tahun 2005, sementara tidak adanya ekspor pada tahun
2006 untuk negara-negara tersebut. Jika dilihat dari grafik 4.1 di tahun 2006 maka
volume ekspor ekspor tertinggi tetap dengan negara tujuan Amerika Serikat dengan
total volume sebesar 1.172.155 ton. Sedangkan volume ekspor terrendah pada tahun
2006 yaitu dengan negara tujuan Singapura dan Korea Selatan dengan volume
masing-masing 8.000 Kg.
Peta 4.2. Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2006
Grafik 4.2. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2006
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Peta 4.3. Peta Distribusi Kopi Arabika Tahun 2007
Grafik 4.3. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2007
Negara tujuan ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2007 hampir sama dengan
tahun 2006. Perbedaan hanya terletak pada, negara Taiwan dan Italia. Pada tahun
2006 negara Taiwan menerima mengekspor kopi Sulawesi sebesar 163.200 ton,
sementara pada tahun 2007, tidak ada ekspor dengan negara tujuan Taiwan. Demikian
sebaliknya pada tahun 2007 tercatat besar ekspor kopi Sulawesi dengan negara tujuan
Italia dengan besar volume eskpor 36.000 ton, sementara pada tahun 2006 tidak
adanya ekspor untuk negara Italia. Jika diperhatikan grafik 4.1 untuk tahun 2007
maka volume ekspor kopi Sulawesi tertinggi tetap dengan negara tujuan Amerika
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Serikat, dengan total volume ekspor sebesar 3.169.665 ton. Angka ini menunjukan
peningkatan volume ekspor dari tahun sebelumnya yang tercatat 1.172.155 ton
ditahun 2006. Sementara volume eskpor kopi Sulawesi terendah pada tahun 2007
yaitu dengan negara tujuan Italia sebesar 36.000 ton. Ditahun 2007 pula beberapa
negara Eropa selain Belanda dan Jerman belum melakukan impor lagi. Sementara
Jepang terhitung stabil dari tahun ke tahun dengan total volume ekspor pada tahun
2007 yaitu 955.740 ton.
Peta 4.4. Peta Distribusi kopi Arabika Tahun 2008
Grafik 4.4. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2008
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Peta 4.5. Peta Distribusi kopi Arabika Tahun 2009
Grafik 4.5. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2009
Negara tujuan ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2008 cenderung sama dengan
tahun sebelumnya. Terdapat sedikit perbedaan negara tujuan dan volume kopi yang
diekspor yaitu, pada tahun 2007 terdapat ekspor kopi sebesar 72.000 ton menuju
China, sementara pada tahun 2008 tidak ada eskpor menuju China. Hal sebaliknya
terjadi dengan negara tujuan Islandia, pada tahun 2007 tidak ada ekspor kopi Sulawesi
menuju Islandia, tetapi pada tahun 2008 terdapat sekitar 36.000 ton kopi Sulawesi
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
77
Universitas Indonesia
yang diekspor menuju Islandia. Sementara untuk negara Taiwan, selama dua tahun
berturut-turut tidak ada ekspor kopi dengan negara tujuan Taiwan. Negara Italia yang
baru melakukan ekspor pada tahun 2007 untuk periode 2005-2011 ini kemudian
sudah tidak ada kopi Sulawesi yang di ekspor ke Italia pada tahun 2008. Grafik 4.1
menunjukan bahwa pada tahun 2007 dan 2008 ekspor dengan negara tujuan Amerika
Serikat masih tercatat sebagai negara tujuan ekspor kopi Sulawesi dengan volume
eskpor tertinggi. Pada tahun 2007 sekitar 3.169.665 ton kopi Sulawesi di ekspor
menuju Amerika Serikat dan sedikit menurun pada tahun 2008, yaitu dengan volume
2.592.920 ton.
Peta 4.6. Peta Distribusi kopi Arabika Tahun 2010
Grafik 4.6. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2010
UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Pada tahun 2010 kopi di Sulawesi Selatan mengalami panen raya, hal ini
terlihat para peningkatan angka ekspor setiap negara tujuan kopi Sulawesi. Kopi
Sulawesi dengan tujuan ekspor negara Amerika Serikat pada tahun 2010 tercatat
sebesar 4.134.600 ton, volume ini adalah volume ekspor tertinggi selama periode 2005
– 2011. Penigkatan ini juga terlihat signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 1.964.000
ton. Sementara beberapa negara lain yang mengalami peningkatan volume ekspor dari
tahun sebelumnya meningkat di tahun 2010 yaitu ekspor dengan negara tujuan China
meningkat volume eskpor sebelumnya sebesar 90.000 ton kemudian saat panen raya
volume ekspor menuju China menjadi 450.000 ton. Sementara volume ekspor dengan
negara tujuan Afrika Selatan konstan berada di volume 36.000 ton.
Peta 4.7. Peta Distribusi kopi Arabika Tahun 2011
Grafik 4.7. Grafik ekspor kopi Sulawesi tahun 2011
UUUU UUUU
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Meskipun pada tahun 2010 mengalami panen raya, tercatat beberapa ekspor
mengalami penurunan volume. Penurunan volume ekspor pada tahun 2010 ini terjadi
dengan negara tujuan ekspor Jerman. Pada tahun 2009 kopi Sulawesi masuk ke
negara Jerman dengan volume 216.644 ton, sementara pada tahun 2010 menurun
menjadi 184.930 ton. Begitu juga dengan Taiwan yang tidak menjadi negara tujuan
ekspor pada tahun 2010 setelah sebelumnya kopi Sulawesi masuk ke negara tersbut
sebesar 5.199 ton. Negara dengan tujuan ekspor Italia, Meksiko, dan Rusia
mengalami hal yang sama dengan Taiwan. Rusia pada awalnya mengimpor dengan
volume 36.000 ton pada tahun 2009 kemudian tidak mengimpor lagi pada tahun 2010.
Begitupula dengan Meksiko yang tercatat mengimpor kopi Sulawesi sebesar 18.000
ton kemudian tidak mengimpor lagi pada tahun 2010. Selanjutanya adalah Italia, Italia
menjadi tujuan ekspor kopi Sulawesi pada tahun 2009 dengan total volume sebesar
72.000 ton kemudian tidak mengimpor kopi Sulawesi lagi pada tahun 2010.
Ada tidaknya ekspor kopi Sulawesi ke negara tertentu tidak hanya berdasarkan
ketersediaan kopi di Sulawesi Selatan, tetapi permintaan dari pasar internasional
terhadap kopi Sulawesi itu sendiri. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun 2011, data
diperoleh untuk tahun 2011 hingga bulan Juni 2011 saja. Penurunan signifikan terjadi
pada tahun ini. Petani kopi di Sulawesi Selatan rata-rata tidak mampu menghasilkan
kopi yang berlimpah seperti tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan terlalu banyak
hujan, dan pengaruh cuaca lainnya. Akibatnya pada tahun 2011 volume eskpor kopi
menurun tajam. Sulawesi kopi hanya menyentuh beberapa negara saja, itupun dengan
volume kopi yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
4.3.3 Pengakuan Dunia akan Kopi Sulawesi
Kopi yang di ekspor dari negara-negara pengekspor kopi sangat beragam.
Baik dari segi jenis kopi maupun dari kualitas kopi. Khusus untuk kopi Arabika
terdapat berbagai jenis pula, mulai dari kopi Arabika dengan kualitas rendah hingga
ke tatanan spesialti. Seperti yang di ungkapkan Neilson dan Marsh (2007) “Di dalam
pasar kopi Arabika spesialti sendiri, terdapat sejumlah kopi bermutu baik (umumnya
digunakan untuk pencampuran) dan kopi yang memiliki karakteristik superior yang
memiliki karakteristik daerah asal. Kopi Sulawesi digunakan secara luas sebagai
kopi yang memiliki karakteristik daerah asal.”
Dari content analysis (analisis isi) berbagai website roaster kopi dunia yang
terkemuka diperoleh berbagai pendapat tentang kopi Sulawesi.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Sweet Maria’s Coffee, Oakland - California :
“Kopi Toraja dapat ditemukan di tempat manapun di dataran tinggi Tana Toraja dan
terkadang kopi ini berasal dari tempat yang lain di luar Toraja (Kabupaten
Enrekang) yang menyatu menjadi Kopi Toraja. Di bagian utara Toraja yang
tempatnya sangat tinggi seperti Pulu Pulu, kopi ini kemudian di jual oleh para petani
ke pedagang di pasar tradisional terdekat yaitu Pasar Sapan dan Minanga setelah
melewati jalanan yang jauh dan rusak. Jadi, Pasar Sapan dan Minanga adalah
representasi titik pengumpulan kopi terbaik dari sekian banyak kopi yang tumbuh di
dataran tinggi Toraja, dan yang kami miliki di sini adalah kopi ekslusif yang berasal
dari kedua tempat tadi. Kualitas kopi Sulawesi yang dinikmati di cangkir adalah
semata-mata hasil dari proses setelah panen, dengan melakukan metode ‘giling
basah’. Kopi Sulawesi adalah satu dari kopi terbaik Indonesia yang pernah saya
buat di Roster ini.”
Feets Coffee, Amerika Serikat :
“Kopi kualitas terbaik dari Sulawesi yang tumbuh dan diproses di dataran tinggi
Toraja, dekat ibukotanya yaitu Rantepao. Orang-orang Toraja memiliki sejarah
budaya yang menarik dan membawa mereka ke metode budidaya kopi dengan cara
yang sangat tradisional. Pohon-pohon kopi ditanam di petak-petak kecil di sekitar
rumah penduduk desa, seluruh keluarga mengambil bagian dalam memetik dan
pengolahan kopi. Kami bahkan melihat pohon kopi yang tumbuh di tepi sawah. Kopi
merupakan tanaman 'tunai' sebagai pendapatan utama keluarga. Terdapat metode
tradisional yang memberikan rasa kopi Kalosi Sulawesi yang unik. Dalam beberapa
tahun terakhir, untuk menduplikasi kualitas kopi Sulawesi yang terdahulu, kami telah
mengambil langkah tambahan semi-penuaan biji kopi kami. Kami sudah lama
membuat contoh kopi terbaik yang khas. Ini menunjukkan biji kopi yang, kaya, penuh;
moderat, seimbang keasamannya, dan karakter aromatik multidimensi dengan herbal
terkemuka, dan manis. Ini adalah salah satu kopi langka yang terbaik di dunia.”
Peet’s Coffee merupakan roaster kopi besar yang berada di Amerika Serikat
yang memiliki banyak gerai di banyak negara bagian Amerika. Peet’s Coffee
menyediakan kopi Sulawesi, pada websitenya Peet’s Coffee juga menjelaskan secara
rinci mengenai asal kopi Kalosi dengan penjelasan tempat baik itu ketinggian tempat
maupun lingkungan sekitarnya, budaya, kehidupan masyarakat Toraja, proses
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
81
Universitas Indonesia
pengolahan kopi Toraja pasca panen serta karakteristik fisik lokasi dimana kopi yang
dijualnya berasal.
Tabel 4.3. Komentar dan pendapat konsumen kopi Sulawesi di beberapa
negara bagian Amerika Serikat
Tentang Konsumen Komentar
Nama : David Von Doloski Asal : Rose City, MI, USA Tanggal komentar : 03 Agustus 2011
“I have tried about 6-7 different Pete's Coffees the past year, mainly dark brews and been very satisfied. This time I tried the Sulawesi blend and did not care for it. It had very unique flavors that tasted more like flowers than coffee. I do not like flavored coffee's and this reminded me of a flavored coffee. There were no issues with quality or freshness.”
Nama : Berenice Weber Asal : Belton,TX,USA Tanggal komentar : 31 Mei 2011
“ Excellent coffee! The first time I bought it (Sulawesi) was recommended to me by a Peet's employee, she said it was her favorite, after making my first cup at home, I understood why... this coffee has the characteristic strength of a Peet's coffee, has great body, and a unique taste. Drink it strong and do NOT add milk or anything to spoil it, it tastes great by itself. Superb coffee!”
Nama : Jessica Asal : Oregon ,USA Tanggal komentar : 14 Juni 2008 Mengkonsumsi kopi Sulawesi sejak : 2001
“This coffee is the best coffee PEET's sells, in my opinion. I have a tendency towards the more full bodied Indonesian coffees anyway, but the flavor is at it's height in the Sulawesi. It makes me happy. :)”
Nama : Marshall Asal : Belton,TX,USA Tanggal komentar : 7 Maret 2010
“A friend bought me a pound of Sulawesi from *buck's years ago, and I drank it exclusively for several years. It then became "seasonal" and this year and was only offered for a month. Someone at work mentioned Peet's, where I could get it all the time. I have recetly received my first order and find it simply the best coffee I have ever tasted, and I won't try any others, even Sumatra or Guatelmala Angitua. If you like bold, nutty, but smooth tasting coffee, Sulawesi is the one for you. I recommend you try it and you''ll be hooked for life!”
Nama : James From: Florida, USATanggal komentar : 06 Februari 2007
“The aromatic very full body and exceptional flavor of Sulawesi has made this coffee my morning favorite. I savor the effect of the lingering nutty and woody flavors of this fine coffee. Do yourself a favor and give it a try!”
Sumber : http://www.peets.com/shop/coffee_detail.asp?rdir=1&id=41
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Dari berbagai website yang menyatakan ketertarikan dan kekaguman terhadap
kopi Sulawesi. Hal ini memperlihatkan bahwa begitu besar kekaguman konsumen di
pasar global terhadap cita rasa kopi Sulawesi. Eksistensi kopi Sulawesi dimata dunia
internasional sudah tidak diragukan lagi.
Seperti yang dipaparkan oleh konsumen kopi dari Peets roster di Amerika
bahwa Kopi Sulawesi telah dicoba dan diminumnya berkali-kali hingga menjadi
ketagihan dan ingin meminumnya lagi dan lagi. Awalnya yang hanya mencoba-coba
Kopi Indonesia hingga benar-benar mengagumi kopi Sulawesi. Pendapat konsumen
lain mengatakan bahwa aroma kopi Sulawesi benar-benar khas dan berbeda dari kopi-
kopi lainnya yang pernah dinikmati. Kopi Sulawesi memiliki karakteristik biji yang
kuat dengan rasa yang unik. Konsumen lain berpendapat bahwa ini adalah kopi
terbaik yang dijual di Peets roster. Memiliki karakteristik Indonesia yang sangat kuat
dan berasal dari tempat yang tinggi di Sulawesi. Rasanya sungguh berbeda dan
membuat konsumen bahagia. Pendapat lain yaitu, pada awalnya mendapatkan kopi
Sulawesi dari teman-temannya. Setelah mencoba berkali-kali menjadi suatu kebiasaan
setiap berkunjung ke roster Peets selalu mengkonsumsi kopi Sulawesi, sehingga
menjadi pelanggan tetap Peets dan ketika suatu kondisi dimana Peets tidak
mempunyai persediaan kopi Sulawesi maka pelanggan ini akan memesan jauh-jauh
hari. Kopi Sulawesi adalah kopi favorit bagi para konsumen kopi Sulawesi di
Amerika, penikmat kopi ini pula merekomendasikan kopi Sulawesi kepada rekan-
rekan dan keluarganya.
Kondisi krisis yang menimpa negara Amerika Serikat dan sebagian besar
negara di Eropa tidak menurunkan loyalitas para pencinta kopi. Satu fenomena
penting yang ditemui penulis pada saat melakukan konten analisis, bahwa meskipun
orang-orang di Amerika Serikat mengalami penurunan gaya hidup karena krisis
global yang melanda. Penggemar kopi Sulawesi memiliki cara lain untuk menikmati
kopi Sulawesi tanpa harus mengurangi konsumsi mereka.
Pembahasan trend ekspor kopi Sulawesi dari tahun ketahun selalu Amerika
Serikatlah pembeli kopi terbanyak, dengan perbandingan volume yang signifikan
dibandingkan negara-negara pengkonsumsi lainnya. Oleh karena itu Amerika menjadi
negara yang diutamakan untuk melakukan konten analisis terutama komentar –
komentar roster – roster besar seperti Peets Coffee dan Sweet Maria’s Coffee. Jumlah
roster atau gerai kedua brand ini yang berada hampir di seluruh negara bagian di
Amerika Serikat.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
83
Universitas Indonesia
4.4 Dinamika Kopi Sulawesi di Pasar Global dan Implikasinya Terhadap Rantai
Lokal
Pasar global kopi Sulawesi terdiri atas banyak negara-negara di dunia yang
merupakan negara-negara pengkonsumsi kopi Sulawesi. Sementara banyak negara-
negara yang sejak tahun-tahun sebelumnya merupakan negara tujuan ekspor kopi dan
berfluktuasi sesuai dengan perminataan konsumen dan juga buyers yang berada di
negara tersebut. Hal ini sebelumnya sudah di paparkan secara terperinci.
Tingginya permintaan pasar global terhadap kopi Sulawesi di dunia, tuntutan
kualitas kopi yang semakin hari semakin tinggi, tuntutan NGO dunia mengenai
lingkungan terkait global climate change issue yang akhir-akhir ini mencuat sehingga
menimbulkan pemahaman lingkungan dan gerakan sadar lingkungan pertanian.
Sertifikasi kopi-pun menjadi pilihan yang bisa dijadikan alternatif selain sebagai ‘alat
perdagangan‘ di dunia bisnis internasional. Sertifikasi ini mampu membedakan harga
kopi yang sudah disertifikasi dan yang belum disertifikasi. Pihak yang melakukan
sertifikasi dapat memantau keberadaan tanaman kopi secara berkata sesuai dengan
kesepakatan pada saat dilakukannya sertifikasi.
Gambar 4.31. Gambaran spasial sertfikasi dengan usaha penjagaan mutu di masing-masing
lokasi penelitian
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Penekanan pada konteks keruangan geografi, dimana dijelaskan persamaan
dan perbedaan perbedaan antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Pada faktor
sertfikasi yang telah penulis paparkan sebelumnya, dalam gambar 4.31 terlihat bahwa
tuntutan global yang bernama sertfikasi tidak ada di semua lokasi penelitian.
Sertifikasi ada di dua lokasi penelitian yaitu Desa Benteng Alla’ Utara dan Lembang
Ranteuma, sementara di Desa Benteng Ambeso tidak adanya tuntutan sertifikasi.
Tetapi meskipun ada satu lokasi penelitian tidak terkena sertfikasi upaya penjagaan
mutu dilakukan di ketiga lokasi penelitian tersebut. Masing-masing dari lokasi
penelitian memiliki karakterstik penjagaan mutu yang berbeda.
Pada gambar 4.31 terlihat bahwa kedua desa yaitu Benteng Alla’ Utara dan
Desa Benteng Ambeso sudah melakukan penjagaan mutu dengan sangat baik.
Kelompok tani dan koperasi yang ada di Benteng Alla’ Utara terkordinasi dan
berfungsi dengan sangat baik sehingga penjagaan mutu kopi yang dilakukan oleh
petani terjaga. Sementara di Benteng Ambeso, meskipun tidak adanya koperasi tetapi
peran kelompok tani sangat baik dan terarah. Selain itu berkaitan dengan kesadaran
masyarakat Benteng Ambeso akan penjagaan kualitas dan skills budidaya yang petani
desa ini miliki sangat baik.
Lain halnya dengan Lembang Ranteuma, anak panah dari lembang Ranteuma
menjadi lebih tipis dari lokasi penelitian yang lain. Adanya tuntutan sertifkasi global
di Lembang Rateuma membuat petani melakukan usaha penjagaan mutu, akan tetapi
usaha penjagaan mutu Lembang Ranteuma tidak sebesar usaha yang dilakukan oleh
kedua desa yang lainnya. Selain itu tidak adanya koperasi atau kelompok tani yang
terkordinasi dan berfungsi nyata di Ranteuma.
Secara keruangan kedua lokasi penelitian yaitu Benteng Alla Utara dan
Ranteuma sama-sama mendapatkan pengaruh sertfikasi global tetapi memberikan
respon yang berbeda. Sementara lokasi penelitian Benteng Ambeso tidak terkenai
tuntutan global sertifikasi tetapi memberikan respon yang sama dengan lokasi
penelitian Benteng Alla’ Utara terhadap pasar global. Terlihat bahwa dinamika global
yang berupa tuntutan sertifikasi menimbulkan respon rantai lokal yang berbeda antara
satu lokasi penelitian dengan lokasi yang lain.
Tuntutan permintaan kopi dunia dan tuntutan kualitas kopi dunia yang tinggi
telah mengakibatkan adanya perubahan (dinamika) di pasar global baik itu trend
ekspor kopi Sulawesi maupun adanya kompensasi yang diberikan pembeli (buyers)
kepada petani kopi lokal. Munculnya sertifikasi kopi serta semakin banyaknya roster-
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
85
Universitas Indonesia
roster dunia yang menyediakan kopi Sulawesi ini dikarenakan banyaknya demand
(perminataan) dari konsumen. Maka timbul pula kompensasi-kompensasi yang
diberikan pihak buyers kepada petani atas usahanya telah menjaga kualitas dan cita
rasa kopi Sulawesi baik kompensasi berupa uang maupun kompensasi dalam bentuk
bangunan sekolah, jalan tani, maupun alat-alat pelengkap pendidikan.
Gambar 4.32. Gambaran spasial kompensasi yang diberikan buyers dengan respon dari rantai
lokal akan kompensasi tersebut di masing-masing lokasi penelitian
Keterangan :
Kompensasi yang diberikan buyers
Respon dari rantai lokal terhadap kompensasi yang diterima
Ketiga lokasi penelitian merupakan lokasi-lokasi yang mendapatkan
kompensasi dari buyers atas usaha penjagaan mutu yang dilakukan petani. Berbagai
kompensasi diterima petani, namun kompensasi yang diterima petani atau kompensasi
yang diberikan buyers tersebut berbeda disetiap lokasi penelitian. Jenis kompensasi
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik lokasi tersebut. Macam-macam
kompensasi yang diterima sudah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Bagian
ini memperjelas bahwa karakter keruangan lokasi penelitian mempengaruhi jenis
kompensasi yang diberikan serta persamaan dan perbedaan antar lokasi penelitian.
Pada gambar 4. 32 terlihat bahwa ketiga lokasi penelitian adalah lokasi yang
mendapatkan bantuan (kompensasi) dari buyers. Tetapi karena kebutuhannya yang
berbeda maka implikasi-nya pun berbeda. Desa Benteng Alla’ Utara mendapatkan
bantuan pembuatan jalan tapi karena petani membutuhkan jalan yang lebih baik untuk
meuju perkebunan kopi miliknya. Selain itu petani juga menerima bantuan berupa
Pasar
Global
Benteng
Alla’ Utara
Renteuma
Benteng
Ambeso
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
86
Universitas Indonesia
mainan anak-anak untuk di sekolah Taman Kanak-kanak. Mainan anak-anak ini
sangat membantu sebagai sarana belajar anak usia dini. Karena keterbatasan fasilitas
pendidikan yang diberikan pemerintah sehingga petani lebih membutuhkan bantuan
tersebut. Eksportir yang di ‘titipi’ bantuan oleh buyers yang pada umumnya
mengkomunikasikan terlebih dahulu bantuan apa yang kira-kira diharapkan oleh
petani.
Lokasi yang lain memiliki karakter keruangan yang berbeda, Lembang
Ranteuma didominasi oleh penduduk usia lanjut. Penulis sendiri saat dilokasi
penelitian ini tidak banyak menjumpai pemuda karena kebanyakan dari mereka
merantau. Sementara lokasi penelitian ini berada di pedalaman, fasilitas jalan sangat
buruk. Oleh karena itu bantuan yang diterima petani lebih banyak bantuan dalam
bentuk fisik yaitu seperti pembangunan jembatan menuju desa tersebut. Banyaknya
sungai-sungai besar yang harus dilewati untuk mencapai Lembang Ranteuma dan
tidak adanya kendaraan umum menuju tempat tersebut.
Benteng Ambeso adalah lokasi penelitian yang juga menerima kompensasi
atas penjagaan kualitas yang dilakukan petani. Benteng Ambeso lebih strategis
dibandingkan dua penelitian yang lainnya. Jalan tani maupun fasilitas jalan penduduk
sangat baik. Sehingga bantuan yang diterima petani lebih banyak berupa pemberian
premi langsung dari eksportir yang diberikan kepada kepadagang. Lalu diberikan
kepada petani.
Ketiga lokasi penelitian merupakan lokasi-lokasi yang sangat baik untuk
budidaya kopi. Usaha kopi sudah dijalankan tidak hanya saat ini tetapi sudah turun
temurun. Ketiga lokasi ini tidak mengalami ketergantungan yang signifikan akan
bantuan (kompensasi) yang diberikan oleh buyers. Petani dengan keterampilan
budidaya kopi yang dimiliki senantiasa mengusahakan kopi baik dalam penanaman,
perawatan, maupun memroses senantiasa mengusahakan yang terbaik yang mereka
dapat lakukan.
Sementara dinamika pasar global yang terjadi menyebabkan pemeran-pemeran
kopi di rantai lokal berusaha semakin keras untuk memberikan hasil produksi yang
terbaik dengan adanya jaminan-jaminan mutu. Semakin besar permintaan kopi dari
pasar global terhadap kopi Sulawesi menyebabkan harga di lokal jauh lebih tinggi
(pada bulan Juli 2011) jika dibandingkan dengan harga yang ditetapkan ICO di pasar
global 2011. Namun permasalahan yang tak pernah terselesaikan yaitu terkait
tanggapan petani yang tidak pernah puas dengan harga yang mereka dapatkan. Selain
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
87
Universitas Indonesia
itu respon petani yang terjadi di lokal terkait harga yaitu petani selalu menuntut agar
harga dapat naik terus dari harga yang telah mereka peroleh.
Implikasi dari dinamika kopi Sulawesi ini yang sangat nyata dirasakan oleh
petani adalah nilai kebermanfaatan. Usaha – usaha petani selama ini untuk
membudidayakan kopi Sulawesi sesuai dengan kaidah yang ditetapkan pembeli
memberikan dampak positif kepada petani baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Petani dapat merasakan kompensasi dan insentif yang diterimanya. Petani
dan juga rantai – rantai kopi yang lain di Sulawesi Selatan baik itu pedagang,
pedagang besar (tengkulak), eksportir, semua komponen rantai kopi lokal ini
bersinergi untuk suatu keberlanjutan budidaya dan pemenuhan perminataan pasar
global.
Ketergantungan terhadap buyers jelas tidak terjadi pada rantai lokal kopi
Sulawesi, karena adanya keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan kopi.
Petani juga tidak menggantungkan hidupnya semata-mata pada kompensasi yang
diberikan buyers. Petani jauh lebih mandiri dengan budidaya kopi yang mereka
lakukan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa petani menikmati dan
memanfaatkan kompensasi – kompensasi yang diberikan buyers kepada petani.
Terutama pada usaha pembuatan jalan tani yang terdapat di Desa Benteng
Alla’ Utara, ini tentu saja memudahkan akses petani menuju kebun miliknya. Petani
yang tadinya harus bersusah payah melewati semak – semak jalan kebun setapak, kini
lebih mudah karena jalan tani ini jalan yang dibuat sengaja untuk para petani agar
lebih mudah ketika harus mencapai kebunnya. Pembangunan Taman Kanak – Kanak
yang berada di dua desa yaitu di Desa Benteng Alla’ Utara dan Benteng Ambeso tentu
saja memberikan pengaruh yang sangat baik untuk keberlanjutan generasi – generasi
muda selanjutnya dimana generasi muda ini dimulai dari taman kanak-kanak. Penulis
sendiri tidak menemukan taman kanak-kanak di setiap desa di Kabupaten Toraja dan
Enrekang. Dengan adanya taman kanak-kanak ini diharapkan akan memperbaiki
keberlanjutan pendidikan di Kabupaten Toraja dan Enrekang.
Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur jembatan yang terdapat di
jalan menuju Ranteuma. Ini tentu saja mempermudah akses masyarakat, terutama
kondisi Lembang Ranteuma yang berbukit-bukit dengan jalanan yang rusak. Jembatan
ini membantu masyarakat terutama untuk menyeberang sungai, sungai di Kecamatan
Buntupapasan adalah sungai-sungai besar dengan air yang deras, tentu saja dengan
adanya pembangunan jembatan ini masyarakat tidak harus berbasah-basahan pada
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
88
Universitas Indonesia
saat menyeberangi sungai. Masyarakat mendapatkan kemudahan – kemudahan untuk
keberlangsungan kehidupan. Namun sekali lagi semua yang diterima masyarakat yang
berupa kompensasi – kompensasi ini tidak begitu saja masyarakat petani terima.
Dibutuhkan kerja keras, kemandirian, serta usaha yang baik pada budidaya kopi
petani. Sehingga ada hubungan timbal balik yang nyata dan bermanfaat antara
dinamika kopi Sulawesi di pasar global dengan implikasi yang terjadi di rantai kopi
lokal.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
89
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ketiga lokasi budidaya kopi
Sulawesi di Kabupaten Toraja dan Enrekang. Dinamika global memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap kondisi rantai lokal baik langsung maupun tidak langsung.
Naik turunnya permintaan pasar global serta kemampuan ketiga lokasi dalam
memenuhi perminataan pasar berkaitan erat dengan kompensasi (bantuan) yang
diterima di ketiga lokasi tersebut. Ketiga lokasi memperoleh kompensasi atau bantuan
yang berbeda dari pihak buyers. Buyers yang memiliki perhatian besar terhadap petani
adalah buyers yang memiliki hubungan khusus. Semakin besar pemenuhan kebutuhan
pasar akan kopi, semakin besar pula nilai keruangan yang diperoleh. Dua lokasi
penelitian telah melakukan sertifikasi, sementara satu lokasi penelitian belum tetapi
lokasi ini memiliki keterampilan budidaya kopi sudah sangat baik. Kopi dari ketiga
lokasi penelitian ini mampu menembus pasar global karena kualitas yang dimiliki
sangat baik. Karaktersitik pengusahaan kopi di setiap lokasi penelitian pada umumnya
sama, sedikit berbeda pada usaha pribadi masing-masing. Kebermanfaatan lain,
menjadikan petani lebih mandiri baik dari keahlian budidaya maupun pengolahan
kopi yang sesuai dengan kaidah pengelolaan kopi spesialti. Selain itu tidak
menjadikan petani ketergantungan atas bantuan yang diterima tetapi mejadikan petani
semakin giat melatih skills budidaya kopi mereka untuk menjadi lebih baik.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
Anief, Moh (2000). Prinsip dan Manajemen Pemasaran Umum dan Farmasi. Jogjakarta :
Gadjah Mada University Press
Basu Swasta D .H. dan Hawan. 1996. Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty,
cetakan ketiga, Yogyakara.
Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo
Calo, Muriel dan Timothy A. Wise. 2005. “Revaluing Peasant Coffee Production: Organic
and Fair Trade Markets in Mexico.” Medford Mass., Global Development and
Environment Institute.
Dicken, Peter. 2007. 5th Edition Global Shift : Mapping the Changing Countours of the World
Economy. New York : The Guilford Press
Giovannucci, Daniele dan Stefano Ponte. 2005. ‘Sustainability as a New Form of Social
Contract? Sustainability Initiatives in the Coffee Industry.’ Food fs Policy. 30(3) June
2005. 284-301 Bacon, Christopher. “Confronting the Coffee Crisis: Can Fair Trade,
Organic, and Specialty Coffees Reduce Small-Scale Farmer Vulnerability in Northern
Nicaragua?” World Development. Journal Edisi : 33(3) March 2005. 497-511.
Gereffi, G. 1994. The organization of Buyer-driven global commodity chain : how US retails
shape overseas product network. In G. Gereffi, & M. Korzeniewicz (Eds.)
Commodity chain and global capitalis. Westport : Greenwood Press
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Hadiyan, Wijaya Ibrahim, dan Suhaiza Zailani. 2010. A Review on the Competitiveness of
Global Supply Chain in a Coffee in Indonesia. International Business Management.
Jurnal Edisi : 4 (3) : 105-115, 2010 ISSN : 1993-5250 Medwell Journals.
Hanafiah, A.M dan A.M Saefudin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan Lepsey dan Stainer, Teori
Ilmu Ekonomi, Bina Angkasa Jakarta
Hutabarat, Budiman. 2004. Kondisi Pasar Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja Industri
Perkopian Nasional. Jurnal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor.
Ibrahim, HW and Zailani Suhaiza. 2010. A Review on the Competitiveness of Global Supply
Chain in a Coffee Industry in Indonesia
Indrajit RE & Djokopranoto R. 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: Grasindo.
JICA. 2009. Technical Coorperation Project for Facilitation of Local Industry Development
in South Sulawesi. Survey Industi Lokal Komoditas Sulawesi Selatan. Divisi Tata
Ruang dan Pengembangan Wilayah – Universitas Hasanudin Makassar
Kotler Philip. 2003. Marketing Management. New Jersey. Pearson Prentice Hall
Neilson Jeff dan Marsh Tony. 2007. Mempertahankan Profitabilitas Industri Kopi Toraja.
Kemitraan Indonesia - Australia
Ponte, Stefano. The ‘Latte Revolution’? Regulation, Markets, and Consumption in the Global
Coffee Chain. World Development Vol. 30, No. 7, pp. 1099-1122, 2002 PPI : S0305-
750X(02)00032-3
Prasad, S dan J. Sounderpandian, 2003. Factors Influencing global supply chain efficiency:
Implication for Inforormation systems. Supply Chain Manage. Int. J., 8:241-250.
Pujawan, I.N., 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Said, A.I, Soedjarwo, B.A, dan Benarto, C.L, dkk,. 2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan
Supply Chain Management. PPM, Jakarta
Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
United State Agency for International Development (USAID). 2007. A Rapid Assessment of
the Specialty Coffee Value Chain in Indonesia.
Winarto. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Bumi Aksara
http://www.ico.org (Diunduh pada tanggal 15 Januari 2011, pukul 22.56 WIB)
http://www.worldbank.org (Diunduh pada tanggal 15 Januari 2011, pukul 22.56 WIB)
http://www.peets.com/shop/coffee_detail.asp?rdir=1&id=41 (diunduh pada tanggal 15
November 2011, Pukul 00.14 WIB )
www.ota.com Kontak : Danielle Giovannuci. (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011, Pukul
14.00 WITA)
www.transfairusa.org Kontak : Ketie Barrow. (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011, Pukul
14.00 WITA)
www.rainforest-alliance.org Kontak : Petra Tanos. (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011,
Pukul 14.00 WITA)
http://www.foodbub.com/food-byp_37414_Freshly-Roasted-100-Indonesia.htm (Diunduh
pada tanggal 30 Juli 2011, Pukul 14.00 WITA)
http://www.expat.or.id/info/coffeeinindonesia.html (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011,
Pukul 14.00 WITA)
http://www.sweetmarias.com/coffee.indonesia.sulawesi.php (Diunduh pada tanggal 30 Juli
2011, Pukul 14.00 WITA)
http://www.espressocoffeeguide.com/gourmet-coffee/asian-indonesian-and-pacific-
coffees/indonesia-coffee/sulawesi-coffee/sulawesi-toraja-coffee/ (Diunduh pada tanggal 30
Juli 2011, Pukul 14.00 WITA)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
93
Universitas Indonesia
http://www.volcanicacoffee.com/estate-coffee/sulawesi-coffee.htm (Diunduh pada tanggal 16
November 2011, Pukul 19.00 WIB)
http://www.thuntek.net/coffeemoons/MoonPage2.html (Diunduh pada tanggal 16 November
2011, Pukul 19.00 WIB)
http://www.konacoffeeroasting.com/ (Diunduh pada tanggal 16 November 2011, Pukul 19.00
WIB)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 1. Hasil Survey Desa Benteng Alla’ Utara
NO
NAMA
RESPONDEN UMUR
TEMPAT JUAL
(Biasanya)
HARGA
TERAKHIR
TANGGAL
PEMBELIAN JENIS KOPI
1 Irma 30 thn Koperasi Rp 20.000,- 20 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
2 Sudi 25thn Koperasi Rp 19.000,- 20 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
3 Miding 40thn Pedagang Rp 21.000,- 03 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
4 Ilen 35thn Koperasi Rp 18.000,- 03 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
5 Nikopolis Gamin 58thn Pedagang Rp 21.000,- 03 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
6 Ramli 56thn Pedagang Rp 21.000,- 26 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
7 Syahrudin 36thn Pasar Rp 22.000,- 01 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
8 Yanto 35thn Pedagang Rp 21.000,- 03 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
9 Jafar 35thn Pedagang Rp 21.000,- 26 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
10 Tindo Embong B 40thn Pasar Rp 6.500,- 20 Juli 2010 Kopi Kulit tanduk
11 Lodiarto 50thn Koperasi Rp 20.000,- 12 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
12 Lukman 35thn Koperasi Rp 20.000,- 27 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
13 Luwan 56thn Koperasi Rp 6.500,- 24 Juni 2010 Kopi Kulit tanduk
14 Muslimin 36thn Pedagang Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
15 Abdullah 38thn Pengumpul Rp 18.000,- 27 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
16 Abdul Kadir 44thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
17 Anto 32thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
18 Eno 43thn Koperasi Rp 19.000,- 27 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
19 Laman 50thn Koperasi Rp 20.000,- 27 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
20 Mantarin 45thn Pasar Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
21 Ruka 60thn Pengumpul Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
22 Alin 60thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
23 Yusuf 35thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
24 Safar 35thn Pasar Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
25 Rahim 35thn Pasar Rp 20.000,- 05 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
26 Umar 36thn Pasar Rp 20.000,- 27 Juni 2011 Kopi Kulit tanduk
27 Joni 28thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
28 Nurhidayah 30thn Pengumpul Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
29 Muliyani 25thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
30 Badariyah 45thn Koperasi Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit tanduk
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2 : Hasil Survey Desa Ranteuma
NO
NAMA
RESPONDEN UMUR
TEMPAT JUAL
(Biasanya)
HARGA
TERAKHIR
TANGGAL
PEMBELIAN JENIS KOPI
1 Fetrus 40thn Eksporter (TOARCO) Rp 21.000,- 06 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
2 Fetrus Tonapa 53thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 03 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
3 Remaris 41thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
4 Hermin Rantelo 56thn Pengumpul Rp 20.000,- 02 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
5 Haris Allo 44thn Pengumpul Rp 20.000,- 25 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
6 Dorce Silaba 46thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
7 Tampang 30thn Pengumpul Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
8 Amos Tampang 18thn Pengumpul Rp 20.000,- 25 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
9 Dominggu 46thn Pengumpul Rp 8.000,- 09 Juni 2010 Kopi Kulit Tanduk
10 Yakub 43thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
11 Yuli 25thn Pengumpul Rp 20.000,- 09 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
12 Harun 38thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 23 Mei 2011 Kopi Kulit Tanduk
13 Ne' Tandibua 60thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
14 Yestaufan 55thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 04 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
15 Ester Dhuma 46thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
16 Polina 50thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
17 Elizabeth 36thn Pengumpul Rp 20.000,- 02 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
18 Dina 35thn Pengumpul Rp 17.400,- 02 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
19 Lisuwalo 60thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
20 Benyamin Kama 42thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
21 Tadius Londong 50thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
22 Arun 46thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
23 Jhony Yosfa 34thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
24 Dolfina Kendek 58thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
25 Luther Tampang 45thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
26 Erna 30thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
27 Yohana Kumba 55thn Eksporter (TOARCO) Rp 17.400,- 12 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
28 Yuliana 23thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 28 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
29 Yohana Limbong 54thn Eksporter (TOARCO) Rp 20.000,- 11 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
30 Tamaris Tampang 40thn Pedagang Rp 20.000,- 11 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 3 : Hasil Survey Desa Benteng Ambeso
NO
NAMA
RESPONDEN UMUR
TEMPAT JUAL
(Biasanya)
HARGA
TERAKHIR
TANGGAL
PEMBELIAN JENIS KOPI
1 Abdul Aziz 37thn Eksporter Rp 19.000,- 16 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
2 Rifkah 45thn Pedagang Rp 21.000,- 09 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
3 Mesack 71thn Pedagang Rp 23.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
4 Nursiah 46thn Pasar Buntu Rp 21.000,- 22 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
5 Nelsi 25thn Pasar Buntu Rp 20.000,- 09 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
6 Toto 37thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 28 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
7 Maning 40thn Pasar Buntu Rp 20.000,- 28 Juni 2011 Kopi Kulit Tanduk
8 Yostandum 67thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
9 Marten Reden 45thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
10 Daniel P 34thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
11 Lukas Rukah 55thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
12 Arsis 35thn Pasar Buntu Rp 21.500,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
13 Damar R 38thn Pasar Buntu Rp 21.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
14 Elzabeth 39thn Pasar Buntu Rp 21.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
15 Rita 46thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
16 Ester 37thn Pasar Buntu Rp 21.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
17 Aryadi 35thn Pasar Buntu Rp 20.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
18 Agustinus 48thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 08 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
19 Aris 39thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
20 Bayu 23thn Pasar Buntu Rp 23.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
21 Robert Palinoan 60thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
22 Radius 41thn Pasar Buntu Rp 21.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
23 Alfan 32thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
24 Milly 37thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
25 Lewi 40thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
26 Eben Haiser 22thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 03 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
27 Andarias 27thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 09 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
28 Tumatius 27thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
29 Adriwati 30thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
30 Bidu 45thn Pasar Buntu Rp 22.000,- 15 Juli 2011 Kopi Kulit Tanduk
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 4
Daftar Pertanyaan Wawancara Terstruktur (Structured interview)
Nama Petani ( No) :
Lokasi (Desa/ Dusun) :
1. Kemana Bapak / Ibu (petani) menjual hasil produksi kopiya?
A. Pengumpul (datang kerumah)
B. Pasar
C. Pedagang (Petani yg bawa)
D. Eksporter
E. Koperasi
F. Lain-lain, sebutkan…
2. B erapa harga kopi terakhir yang dijual? (bisa dibandingkan )
3. Apakah Bapak / Ibu menjual kopi dalam bentuk :
A. Kopi Gelondongan (red chery)
B. Kopi Kulit Tanduk (Kopi HS)
C. Kopi biji hijau (green beans)
D. Kopi sanggrai (roaster coffee)
E. Lain-lain, sebutkan...
4. Bagaimana Bapak / Ibu mengolah hasil produksi kopi setelah panen?
5. Apakah menurut pandangan Bapak ? ibu mengenai harga yang bapak terima? Apakah sudah
sesuai dengan yag diharapkan atau tidak?
6. Bagaimana tanggapan Bapak / Ibu mengenai adanya perubahan harga?
7. Apakah bapak mengetahui kemana kopi yang Bapak /Ibu jual diteruskan?
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
8. Bagaimana tanggapan Bapak / Ibu mengeni permintaan pasar (baik pengumpul, tengkulak,
maupun eksporter)? Apakah hasil produksi kopi Bapak / Ibu telah mampu memenuhi
permintaan pasar?
Apakah sudah ada pembeli yang pesan terlebih dahulu sebelum panen?
9. Apakah Bapak / Ibu mengetahui mengenai sertifikasi kopi? Apa yang bapak ketahui
mengenai sertifikasi kopi tersebut?
10. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai sertifikasi kopi? Apakah dengan adanya
sertifikasi kopi tersebut dapat membantu peningkatan hasil produksi kopi bapak?
11. Apakah ada syarat mutu minimun dari pembeli yang harus dipenuhi? Jika iya apa saja yang
harus dipenuhi? Bagaimana pandangan Bapak/Ibu dengan standar mutu tersebut? Apakah
menurut Bapak/Ibu standar tersebut dapat meningkatkan cita rasa kopi? Apakah degan
mengikuti standar mutu tersebut Bapak / Ibu mendapatkan harga yang tinggi (premium)?
12. Apakah harga premium yang didapat cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar mutu tersebut?
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 5
Hasil Wawancara Terstruktur ( Structured Interview) di Lapangan (Benteng Alla’ Utara,
Ranteuma, dan Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan)
Benteng Alla’ Utara
Tempat menjual kopi petani :
Tempat Jual Jumlah Persentase
Koperasi 15 50
Pengumpul 3 10
Pasar 6 20
Pedagang 6 20
Eksporter 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Survey Lapangan Tanggal 03 – 07 Juli 2011
Jumlah petani Desa Benteng Alla’ Utara yang menjual kopinya kepada koperasi yaitu
sebanyak 15 orang dari 30 responden yaitu sebesar 50%. Ini membuktikan bahwa
keberadaan Koperasi Tani Benteng Alla’ utara sangat penting bagi petani. Hanya saja
bagi petani yang memiliki tempat tinggal jauh dari koperasi merasa membutuhkan uang
lagi untuk membawa kopinya ke koperasi, sehingga petani memilih untuk menunggu
pengumpul yang datang ke rumah mereka. Sedang 50% dari petani yang menjual
kopinya kepada koperasi 45%nya adalah anggota koperasi dan juga pegawai koperasi.
Sedangkan 3 orang atau 10% menjual hasil panennya kepada pengumpul (pengumpul
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
yang datang ke rumah petani - petani dan membeli kopi petani) sedangkan 6 orang atau
sekitar 20% menjual kepasar, yaitu ke pasar Buntudama yang berada di kelurahan
Benteng Alla’ Utara. Keberadaan pasar buntu dama sangat penting bagi petani karena
pada saat hari pasar dan petani tidak memiliki uang, mereka membawa kopinya
(seadanya kopi yang petani miliki) lalu saat itu juga menggunakan uangnya untuk
berbelanja kebutuhan keluarga. Sedangkan petani yang menjual ke pedagang yaitu
petani sendiri yang membawa kopinya ke pedagang berjumlah 6 orang atau sekitar 20%
dan tidak ada petani yang menjual hasil kopinya langsung kepada eksportir. Dari 20%
petani yang menjual kopinya kepada pedagang, 10%-nya merupakan asas kekeluargaan,
karena keluarga dan saudaranya yang juga petani merangkap profesi sebagai pedagang
sehingga petani memilih untuk memberikan (menjual) kopinya kepada sanak
keluarganya.
Harga yang terakhir didapat :
Harga kopi yang diterima petani bervariasi dengan harga tertinggi Rp 22.000,- per liter
gunung yaitu dijual pada tanggal 03 Juli 2011. Sedangkan harga terendah yaitu Rp 6.500,-
per liter gunung yang dijual pada tahun lalu. Petani mengakui untuk panen tahun ini mereka
yang mendapatkan harga terakhir pada tahun lalu itu artinya terakhir menjual kopi tahun lalu
sedangkan tahun ini belum menjual kopinya lagi. Karena kopi mereka yang memang tidak
ada sehingga hanya dikonsumsi pribadi saja.
Jenis kopi yang dijual petani :
Petani Benteng Alla‘ Utara menjual kopi dalam bentuk kopi kulit tanduk (kopi HS) dengan
persentase 100% atau dari 30 responden seluruhnya menjual dalam bentuk kopi kulit tanduk
(kopi HS). Sedangkan kopi yang dijual koperasi tani benteng alla’ yaitu kopi dalam bentuk
biji beras.
Pengolahan kopi setelah di panen :
Dalam hal pengelolaan kopi hasil panen petani Desa Benteng Alla‘ Utara sudah sangat
memahami pengelolaan kopi yang baik, yaitu setelah pemetikan dipulper (petani
menyebutnya digiling). Setelah itu disimpan satu malam – dicuci kemudian dijemur. Ada
perbedaan yaitu sebanyak 23 responden desa benteng alla utara atau sebesar 76,67%
langsung mengolah kopinya setelah dipanen dalam artian tidak menyimpannya dahulu
(penyimpanan kopi menyebabkan kopi menjadi merah dan kualitas kopi menurun). Selain itu
alasan ini juga karena hasil kopi sedikit tahun panen ini sehingga petani tidak kelelahan
meskipun harus langsung mempulper hasil kopinya. Sedangkan 20% atau sebanyak 6
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
responden melakukanpenyimpanan terhadap hasil kopinya dan tidak langsung
mempulpernya, dengan alasan karena kopinya sedikit sedangkan mereka harus menyewa
pulpernya sehingga mereka menunggu hasil kopinya banyak terlebih dahulu. Sedangkan 1
dari 30 responden atau 3,33% menyatakan tergantung pada permintaan koperasi, jika
koperasi meminta untuk langsung mempulper maka petani akan langsung mempulper hasil
kopinya terutama untuk membuat kopi spesialti (specialty coffee). Biasanya hal ini dilakukan
tergantung pada permintaan buyer untuk ‘specialty coffee’ yang dalam hal ini adalah MTC
dari Australia melalui eksportir Megahputra Sejahtera.
Alasan harga belum sesuai dengan yang diharapkan :
1. Petani berpikir jika kemungkinan harga di eksportir lebih tinggi dan pedagang
memainkan harga.
2. Harga belum sesuai karena harga yang diterima tidak sesuai dengan kerja yang berat.
Baik itu pada masa penanaman, pemupukan, pemeliharaan (harga pupuk yang mahal),
maupuan pemrosesan kopi setelah panen.
3. Karena petani membandingkan dengan harga-harga kebutuhan pokok yang kian
meningat dan biaya hidup semakin tinggi.
4. Sebesar 6,67% petani atau sebanyak 2 orang responden menyatakan bahwa harga
yang diterima belum sesuai dengan yang diharapkan.
Meskipun begitu 36,67% atau sebanyak 11 responden dari 30 responden menyatakan bahwa
harga yang mereka terima sudah sesuai dengan yang diharapkan. Harga yang petani terima
saat ini sudah sangat bagus namun sayangnya produksi kopi hanya sedikit. 4 orang petanipun
berkata bahwa ini adalah harga tertinggi yang pernah mereka terima sepanjang mereka
bertani kopi.
Petani selalu merasa kurang dan kurang, tidak pernah puas dengan harga yang dterima dan
berharap harga dapat terus meningkat, sebanyak 17 orang petani atau sebesar 56,67% petani
menyatakan bahwa petani terus berharap agar harga dapat terus naik.
Tanggapan dengan adanya perubahan harga :
1. Biasa saja, meskipun harga tinggi tetapi produksi kopi sangat rendah sehingga
pendapatanpun sama dengan harga kopi yang rendah tetapi produktifitas tinggi hingga
panen raya. Hanya saja bekerjanya lebih sedikit dan tidak melelahkan.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
2. Berharap adanya upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan harga dan harga tetap
bagus.
3. Hanya 4 orang petani atau sebesar 13,33% petani yang benar-benar bergantung
hidupnya pada tanaman kopi, sehingga apapun yang terjadi, meskipun harga kopi
turun serendah-rendahnya bahkan jikapun harga kopi hanya Rp 500,-/ liter maka
petani ini akan tetap betahan untuk terus bertani kopi.
4. Sebanyak 23 orang petani atau sebesar 76,67% petani telah mengganti tanaman
mereka, yaitu dari tanaman kopi ke tanaman lain khususnya ke tanaman Hortikultura
yang berupa Kol (kubis), wortel, daun bawang, seledri, tomat, dan sawi. Misalnya
lahan kopi petani sekitar 2 hektare maka sudah sekitar 0,5 hektare petani
menggantinya ke tanaman hortikultura dengan alasan yaitu karena kopi hanya penen
satu tahu sekali, sekipun setiap kali panen dapat selama 3-4 bulan tetapi hasil kopi
sangat sedikit, sedangkan hortikultura dapat panen 3-4 kali pertahun. Sehingga
tanaman horti dianggap lebih dapat diharapkan dibandingkan tanaman kopi.
5. Jika dihitung satu tahun maka bagi petani penghasilan dari kopi bukanlah penghasilan
yang utama, karena kopi hanya panen satu tahun sekali sedangkan kebutuhan hidup
semakin tinggi. Adanya penghasilan petani dari sumber lain yang menjadi utama yaitu
bertani tanaman Hortikultura. Meskipun demikian petani akan mempertahankan sisa
lahan kopi yang mereka miliki dan meskipun sedikit petani akan tetap bertani kopi.
Arah kopi :
1. Tidak tahu sama sekali kemana kopi yang dijual akan dibawa kemana, yang diketahui
hanya menjual kopi saja dan mendapatkan uang, setelah itu tidak memikirkan kopi
yang petani jual akan didistribusikan kemana. 14 petani dari 30 petani atau 46,67%
tidak mengetahui distribusi kopi yang petani jual.
2. Berdasarkan pengetahuan petani akan rantai distribusi kopi yang mereka jual, lebih
banyak petani opi di Desa Benteng Alla’ Utara yang justru tidak mengetahui kopi
mereka akan dijual ke pasar domestik atau internasional. Petani tidak meganggap
penting pengetahuan rantai distribusi ini karena menurut mereka kemana kopi akan
dibawa itu tidak menjadi hal penting bagi mereka, yang penting bagi mereka adalah
menjual kopi dan mendapatkan uang, setelah itu beres.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dibawa Pedagang 3 10%
Dibawa ke Makassar 7 23,33%
Dibawa ke Australia 1 3,33%
Dibawa ke Jepang 3 10%
Disalurkan ke Starbucks 2 6,67%
Tidak mengetahui sama
sekali arah kopi selanjutnya
14 46,67%
Rantai kopi yang berasal dari desa Benteng Alla‘ Utara (menurut pengetahuan petani)
Ada yang pesan sebelum dipanen atau tidak?
1. Tidak ada pedagang yang datang sebelum panen. Pedagang biasanya hanya datang
jika sudah panen kopi.
2. Ada bentuk ikatan yang terjadi antara petani dan pedagang dalam bentuk ‘panjer’
yang artinya pedagang memberikan sejumlah uang kepada petani setelah petani panen
kopi maka petani akan memberikan sejumlah kopinya kepada pedagang sesuai dengan
jumlah uang yang sebelumnya telah diterima (dipinjam) petani terlebih dahulu.
Biasanya hal ini terjadi jika petani membutuhkan uang dan meminjam uang kepada
pedagang dengan jaminan kopi. Selain itu hubungan kekerbatanpun diutamakan
disini, hubungan persaudaraan memungkinkan terjadinya ikatan tersebut. Dalam hal
ini ikatan tersebut dapat dikatakan bahwa sebelum adanya panen sudah ada pedagang
yang memesan kopi yang dimiliki petani dalam bentuk ‘panjer’.
Petani Pedagang Tengkulak Eksportir di Makassar
Australia
Jepang
Starbucks Tidak mengetahui
Koperasi
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
3. Pada umumnya tidak ada pedagang yang memesan kopi kepada petani sebelum panen
secara langsung karena pedagang hanya akan menghampiri petani ketika dirasa sudah
waktunya petani panen kopi. Biasanya pedagang menghampiri petani seminggu
sekali.
Ada pesan (dalam bentuk ‘panjer’) 3 petani 10%
Tidak ada pesanan kopi sebelum panen 27 petani 90%
Sertifikasi :
Dari hasil wawancara terstruktur (structured interview) yang saya lakukan istilah
‘Sertifikasi’ sangat asing bagi petani. Petani tidak mengenal istilah tersebut, hanya segelintir
petani saja yang memahami istilah tersebut itupun mereka mengenalnya dengan istilah
perbaikan pada kopi. Namun, ada telah adanya sertifikasi yang dilakukan Starbucks “CAFÉ
Practice” yaitu sertifikasi kopi yang dilakukan oleh Starbucks melalui eksportir PT.
Megahputera Sejahtera. yang dilakukan pada tahun 2006 - 2007an.
Pada pelaksanaanya petani memang tidak ditegaskan bahwa kegiatan tersebut bernama
sertifikasi. Pak Patola selaku ketua koperasi dan Kepala Desa Benteng Alla’ Utara hanya
meminta kelompok-kelompok tani dan petani yang menjual ke koperasi untuk melakukan
berbagai kegiatan yang sebetulnya dinamakan proses sertifikasi, kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan yang diinginkan starbucks. Diantaranya yang harus dilakukan petani yaitu;
kawasan kebun kopi rakyat milik petani tidak boleh memasuki kawasan hutan lindung
(protected forest), kemasan bekas pestisida yang sudah tidak terpakai harus dikubur didalam
tanah, dan petani tidak boleh memusnahkan tanaman lokal (pohon lokal), kurangi pemupukan
dengan menggunakan bahan kimia (harus menggunakan pupuk organik), dan melindungi
satwa langka.
Kompensasi yang diberikan starbucks (melalui PT Megahputera Sejahtera) setelah
dilakukanya sertifikasi yaitu Starbucks memberikan bantuan kepada masyarakat kelompok
tani di Desa Benteng Alla’ Utara lalu berdasarkan kesepakatan maka bantuan tersebut
digunakan untuk membuat jalan tani dan mainan anak untuk siswa taman kanak-kanak Desa
Benteng Alla’ Utara.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Petani yang mengetahui mengenai sertifikasi 7 petani 23,33%
Petani yang tidak mengetahui mengetahui
sertifikasi
23 petani 76,67%
Tanggapan petani atas adanya sertifikasi yang dilakukan di Desa Benteng Alla‘ Utara :
Pengetahuan dan tanggapan petani mengenai adanya sertifikasi kopi yang dilakukan
Starbucks di Desa Benteng Alla‘ Utara, petani mengakui banyak keuntungan yang petani
dapatkan dengan dilakukanya sertifikasi tersebut yaitu petani mendapatkan bonus dan
bantuan baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Karena petani mendapatkan
pengarahan bagaimana penanaman, pemeliharaan, pemupukan, dan pemrosesan kopi lebih
lanjutnya. Selain itu ada juga standar-standar yang harus dipenuhi oleh petani.
Ada tidaknya standar mutu yang harus dipenuhi petani :
Adanya standar mutu yang diberikan oleh koperasi tani Benteng Alla’ ketika petani hendak
menjual kopinya kepada koperasi, dalam hal ini karena koperasi sendiri memiliki beberapa
jenis dan kriteria ketika menjual kembali ke ekspotir. Petani mendapatkan harga premium Rp
500 - 1.000,- untuk setiap jenisnya jika mengikuti standar mutu minimum yang ditentukan.
Standar mutu minimum yang harus dipenuhi petani yaitu pada saat pemetikan maka yang
dipetik hanyalah yang berwarna merah saja, dilakukannya penyortiran agar terpisah antara
yang rusak dengan yang baik, setelah disortir digiling (di-pulper) secara langsung (6 jam
setelah dipetik harus dipulper) tanpa dibiarkan dahulu beberapa malam, setelah itu
difermentasi selama 12 jam, lalu dicuci kemudian dijemur, setelah itu dilakukan penyortiran
terhadap kopi kulit tanduk (kopi HS) dibuang kopi-kopi yang rusaknya, selanjutnya dijual
oleh petani. Namun ada yang berbeda untuk panen tahun 2011 ini, karena hasil panen
menurun signifikan (hanya 10% dari panen tahun sebelumnya) petani tidak mampu
melakukan penggilingan langsung (pempulperan langsung) karena hasil kopi yang didapat
hanya sedikit sedangkan tidak semua petani memiliki pulper, sehingga sebagian dari petani
menunggu banyak dahulu kopi mereka dan mempulpernya bersamaan karena jika menyewa
pulper sekali pakai sedangkan kopi yang dipulpernya hanya sedikit maka petani merasa rugi
karena biaya pulper yang cukup mahal. Namun, disisi lain dengan hasil yang sedikit sebagian
petani justru melakukan penggilingan atau pempulper-an secara langsung setelah panen
karena petani tidak terlalu kelelahan saat panen dan yang harus dipulperpun tidak banyak
sehingga bagi petani-petani yang mempunyai mesin pulper sendiri mereka pada umumnya
menggiling langsung kopi mereka.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Adanya standar mutu tentu saja mempengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan. Kopi yang
diproses sesuai dengan ketentuan dan standar mutu minimum tadi akan menghasilkan kopi
dengan cita yang terjaga begitupula dengan mutu atau kualitas kopinya.
Adanya standar mutu minimum yang harus
dipenuhi
26 petani 86,67%
Tidak adanya standar mutu minimum yang
harus dipenuhi
4 petani 13,33%
Apakah harga premium yang didapat cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar mutu tersebut?
Petani yang menyatakan bahwa harga premium yang diterima tidak cukup untuk memenuhi
biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar mutu karena biaya atau ongkos untuk
membuat kopi spesialti (specialty coffee) dengan kualitas dan cita rasa terjaga membutuhkan
banyak biaya dan pengeluaran sedangkan harga premium yang diterima kisaranya tidak jauh
dengan harga kopi yang bukan diproses untuk menciptakan kopi spesialti (specialty coffee).
Sehingga terkadang perbedaan harga yang tidak signifikan ini membuat petani cenderung
malas untuk memproses kopi menjadi specialty coffee. Sedangka lebih banyak petani yang
merasa bahwa harga premium yang diterima sudah cukup untuk memenuhi biaya yang
dibutuhkan untuk memenuhi standar mutu karena sebagian petani ini berpikir bahwa jika
petani mengikuti prosedur pemrosesan yang sesuai dengan prosedur maka secara langsung
maupun tidak langsung petani telah menjaga cita rasa kopi yang memang sudah terkenal
sejak lama juga jika pembeli puas dengan kualitas dan kondisi kopi yang dijualnya maka
pembelipun akan memberika fee lebih, misalnya saja ada pemberian insentif dari buyers
karena buyers mendapatkan kualitas kopi yang sesuai dengan kopi yang mereka harapkan
dengan kata lain buyers merasa puas dengan kopi yang diterimanya. Selain itu petani pun
merasa mendapatkan harga lebih tinggi Rp 500 – 1.000,- walaupun petani berharap untuk
mendapatkan premi yang lebih besar lagi.
Harga premium cukup untuk memenuhi
standar mutu
23 petani 76,67%
Harga premium tidak cukup untuk
memenuhi standar mutu
7 petani 23,33%
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Pendapatan Keluarga :
Petani yang berlokasi di Desa Benteng Alla’ Utara pada umumnya merupakan petani yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap pertanian komoditi kopi, salah satu alsananya adalah
karena kopi masih menjadi komoditi utama dan tanaman jangka panjang, petani disana juga
karena merupakan kebun turun-temurun dari orangtua sebelumnya. Namun karena tuntutan
ekonomi yang semakin meningkat, harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi, serta kondisi
produktivitas kopi yang menurun khususnya tahun 2011 yang sebagian besar petani
menyatakan “Tidak ada kopi tahun 2011, kopi benar-benar sedikit, dan panen menurun
drastis” sehingga sebagian besar petani beralih ke pertanian hortikultura karena pertanian ini
dianggap lebih menguntungkan dan bisa diharapkan untuk menopang perekonomian
keluarga. Selain itu sebagian besar keluarga memiliki ternak yang berupa kambing dan sapi,
ternak keluarga ini ada kalanya dapat diharapkan sebagai pendapatan keluarga mana kala ada
keperluan mendesak seperti jika ada keperluan pendidikan dan kesehatan yang mendesak
maka petani dapat menjual ternak mereka untuk menutupi kebutuhan mendesak tersebut.
Seluruh petani yang tercatat menyatakan bahwa mereka sangat bergantung kepada pertanian,
hanya saja mereka ‘terpaksa’untuk tidak bergantung pada tanaman kopi yang tidak bisa
diandalkan dan mengganti sebagian lahanya ke pertanian hortikultura, meskipun begitu
petani tetap dengan setiap mempertahanan kebun kopi yang petani miliki. Di desa Benteng
Alla Utara dari 30 petani yang saya ambil sample tidak satupun yang memiliki kelurga baik
anak, adik ataupun menantu yang merantau dikota lain dan mengirimkan uang setiap bulan.
Sehingga tidak ada penghasilan tambahan lain dari luar selain bertani dan berternak.
Desa Ranteuma Kecamatan Buntu Papasan
Tempat menjual kopi petani :
Tempat Jual Jumlah Persentase
Koperasi 0 0
Pengumpul 8 27
Pasar 0 0
Pedagang 1 3
Exporter (TOARCO) 21 70
Jumlah 30 100
Sumber : Survey Lapangan tanggal 08-13 Juli 2011
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Jumlah petani Lembang (Desa) Ranteuma kecamatan Buntu Papasan yang menjual kopinya
kepada eksportir merupakan presentasi terbesar yaitu 70%, petani menjual langsung hasil
pertanian kopinya kepada eksportir yang dalam hal ini adalah PT Toarco Jaya. Keberadaan
PT Toarco Jaya bagi petani lembang (desa) Ranteuma sangatlah penting, karena PT Toarco
Jaya melakukan pembelian langsung dari petani, sehingga petani mendapatkan harga
langsung dari PT Toarco Jaya tanpa melewati pedagang, pengumpul, ataupun tengkulak
selain itu PT Toarco Jaya juga mempunyai kebun percobaan di lembang Ranteuma. Namun
karena PT Toarco Jaya melakukan pembelian hanya satu minggu sekali, petani masih ada
yang menjual kepada pengumpul yang menghampiri ke rumah petani dan juga pedagang.
Karena jarak dan lokasi Lembang (Desa) Ranteuma sangat terpencil dan sulit dilalui jalur
transportasi membuat sebagian petani hanya menunggu pengumpul yang menghampiri
kerumah petani dan kedatangan PT Toarco Jaya ke lokasi sedangkan menjual ke pasar hanya
sesekali saja.
Harga yang terakhir didapat :
Harga kopi yang diterima petani bervariasi dengan harga tertinggi Rp 21.000,- per liter
gunung yaitu dijual pada tanggal 06 Juli 2011. Sedangkan harga terendah yaitu Rp 8.000,-
per liter gunung yang dijual pada tahun lalu. Petani mengakui untuk panen tahun ini mereka
yang mendapatkan harga terakhir pada tahun lalu itu artinya terakhir menjual kopi tahun lalu
sedangkan tahun ini belum menjual kopinya lagi. Karena kopi mereka yang memang tidak
ada sehingga hanya dikonsumsi pribadi saja. Sedangka harga yang diterima dari PT Toarco
Jaya yaitu Rp 17.400,- per liter sasak (liter datar) pada tanggal 12 Juli 2011.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Jenis kopi yang dijual petani :
Petani Lembang Ranteuma Kecamatan Buntu Papasan menjual kopi dalam bentuk kopi kulit
tanduk (kopi HS) dengan persentase 100% atau dari 30 responden seluruhnya menjual dalam
bentuk kopi kulit tanduk (kopi HS).
Pengolahan kopi setelah di panen :
Dalam hal pengelolaan kopi hasil panen petani Lembang Ranteuma sudah sangat memahami
pengelolaan kopi yang baik terutama dengan adanya pembelian langsung yang dilakukan PT
TOARCO JAYA, petani mendapatkan permintaan dari PT Toarco Jaya agar menjual kopinya
bersih, putih, disortir terlebih dahulu dengan membuang yang rusak. PT Toarco Jaya -pun
memberikan harga premium utuk kopi dengan kondisi yang baik, karena PT Toarco Jaya
hanya menerima kopi dengan kualits baik. Sehingga dengan adanya hal demikian petani
menjadi termotivasi untuk memproses kopinya dengan baik dan sesuai prosedur yang diminta
oleh PT Toarco Jaya. PT Toarco Jaya -pun memberikan penyuluhan secara rutin kepada
petani mengenai cara-cara pemrosesan kopi, penanaman, pemupukan, dan perawatan, dan
pemangkasan yang baik. Pengolahan kopi setelah dipanen yaitu setelah pemetikan dipulper
(petani menyebutnya digiling). Setelah itu disimpan satu malam – dicuci kemudian dijemur.
Seluruh responden Lembang Ranteuma (30 responden) atau 100% menyatakan langsung
mengolah kopinya setelah dipanen dalam artian tidak menyimpannya dahulu (penyimpanan
kopi menyebabkan kopi menjadi merah dan qualitas kopi menurun). Selain itu alasan ini juga
karena hasil kopi sedikit tahun panen ini sehingga petani tidak kelelahan meskipun harus
langsung mempulper hasil kopinya.
Alasan harga belum / sudah sesuai dengan yang diharapkan :
1. Dibandingkan tahun lalu, jumlah kopi sangat banyak dan berlimpah namun harganya
murah, sedangkan tahun ini jumlah kopi sangat sedikit tetapi harganya tinggi,
sehingga kopi menjadi sangat berarti.
2. Selama ini harga kopi sangat tidak stabil (naik turun dan petani tidak mampu untuk
memprediksi harga kopi tersebut).
3. Karena petani membandingkan dengan harga-harga kebutuhan pokok yang kian
meningkat dan biaya hidup semakin tinggi.
4. Petani selalu berharap harga bisa naik lagi dan lagi dari harga yang sudah petani
dapatkan saat ini. Sedangkan harga tinggi yang terjadi saat ini belum juga memuaskan
petani.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
5. Hanya 5 responden atau 16,67% yang menyatakan bahwa harga yang diperoleh saat
ini merupakan harga yang sesuai dengan yang diharapkan.
6. Hampir keseluruhan petani berharap agar harga terus naik, harga yang diterima saat
ini dengan rata-rata Rp 21.000,- per liter gunung, namun petani berharap agar harga
kopi bisa mencapai RP 50.000,- perliter gunung. Apalagi dengan kondisi tidak da
kopi seperti ini.
7. Sebanyak 25 orang petani atau sekitar 83,33% dari total responden menyatakan
harapannya agar harga yang mereka terima lebih tinggi lagi.
8. Ada kecenderungan petani selalu menginginkan harga yang diatas harga yang mereka
terima,walapun untuk petani di desa Ranteuma ini petani sangat tergantung dari harga
yang diberika oleh PT Toarco Jaya. Kondisi medan yang tidak memungkinkan bagi
petani untuk menjual terlalu jauh kopinya, sehingga PT Toarco Jaya, Pedagang, dan
Pasar Sapan menjadi tempat utama petani menjual kopinya.
Tanggapan dengan adanya perubahan harga :
1. Pada umumnya respon petani terhadap adanya perubahan harga yang terjadi tidak
terlalu berbeda dengan lokasi sebelumnya. Petani tentu saja akan senang jika
mendapatkan harga tinggi.
2. Petani di desa Ranteuma pada umumnya bergantung pada sektor pertanian kopi dan
marquisa,jadi ketika adanya ketidak stabilan harga petani akan tetap mempertahankan
tanaman kopinya.
3. Sebagian besar petani cenderung mengikuti perkembangan harga yang terjadi dan
tidak memiliki respon yang signifikan terhadap perubahan harga tersebut karena hal
tersebut terjadi bertahun-tahun sehingga ada kecnderungan ‘sudah biasa‘ dengan
adanya hal demikian.
4. Selain itu jika harga kopi sangat tidak masuk akan jika terjadi panen raya yang
berlebihan ditahun-tahun sebelumnya, petani juga mengkonsumsi kopi tersebut untuk
keperluan pribadi. Sebaliknya tahun ini dengan kondisi kopi yang sangat sedikit, ada
sebagian petani yang justru tidak mampu menjual kopi sehingga kopi yang mereka
ambil dari kebun mereka hanya memenuhi konsumsi pribadi.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
5. Jika dibandingkan dengan kondisi kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat
maka ketika terjadi perubahan harga kopi yang menurun petani sangat tidak berdaya
dan merasa tidak seimbang.
6. Bagaimanapun perubahan harga yang terjadi petani tidak akan beralih ke tanaman
yang lain ataupun mengganti tanaman kopi milik petani dengan tanaman yang lain
misalnya hortikultura.
Arah kopi :
1. Sebagian besar petani mengetahui dengan baik kemana kopi yang mereka miliki akan
disalurkan.
2. Hanya ada sembilan petani atau sebesar 30% dari jumlah responden yang menyatakan
ketidak tahuannya terhadap arah kopi tau distribusi yang mereka jual. Petani ini hanya
menjual kopi dan tidak mengetahui keberlanjutan dari kopinya, petani hanya tahu
menjual dan menerima uang dari kopi yang mereka jual.
3. Hanya dua orang petani yang mengetahui kopi yang mereka akan diteruskan ke
Jepang dan ke eksportir di Makassar.
4. Sedangkan sebagian besar petani yaitu 19 petani atau 63,33% responden mengetahui
bahwa kopi yang mereka jual ke PT Toarco Jaya, namun ada sebagian dari petani
tersebut yang tidak mengetahui PT Toarco Jaya akan menyalurkan kopinya kemana
lagi selain di bawa ke Rantepao.
Dibawa PT Toarco Jaya 19 63,33%
Dibawa ke Makassar 1 3,33%
Dibawa ke Jepang 1 3,33%
Tidak mengetahui sama
sekali arah kopi selanjutnya
9 30,00%
Rantai kopi yang berasal dari desa Ranteuma, Buntu Papasan (menurut pengetahuan petani)
Pasar Sapan
Tidak mengetahui
Petani PT Toarco Jaya
Eksportir di Makassar
Pedagang
Jepang Pasar Global
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Ada yang pesan sebelum dipanen atau tidak?
1. Tidak ada pedagang yang memesan kopi hasil panen petani di Desa Ranteuma, karena
pada umumnya petani akan membawa langsung kopi mereka ke PT Toarco Jaya yang
melakukan pembelian langsung di Ranteuma.
2. Kondisi geografis dan medan yang sangat sulit dicapai serta transportasi yang sulit
tidak terlalu banyak pedagang yang menghampiri petani ke rumah-rumah petani.
3. Dengan adanya Pasar Sapan sebagian petani ada yang menjual langsung ke pasar pada
saat hari pasar.
4. Berbeda dengan lokasi sebelumnya yang pertama adanya ‘panjer‘ di desa Ranteuma
sendiri tidak ada pesanan yang berupa panjer, sekalipun ada satu responden yang
menyatakan bahwa ada pedagang yang pernah memesan hasil panen kopinya tetapi
ini hanyalah unsur kekeluargaan, yaitu pedagang tersebut masih sanak keluarga
petani.
Ada pesan (dalam bentuk kekeluargaan) 1 petani 3,33%
Tidak ada pesanan kopi sebelum panen 29 petani 96,67%
Sertifikasi :
Pemahaman sertifikasi yang diketahui petani bukanlah pengertian sertifikasi yang
sesungguhnya. Meskipun keberadaan PT Toarco Jaya di desa Ranteuma sangat penting bagi
keberadaan serta distribusi kopi baik yang berasal dari desa Ranteuma sendiri maupun dari
desa sekitarnya misalnya desa Pulu-pulu (kopi Pulu-pulu menurut coffee test yang dilakukan
PT Toarco Jaya merupakan kopi dengan cita rasa terbaik dan bercita rasa tinggi. Sementara
PT TOARCO JAYA yang sudah mendapatkan dua sertifikasi yaitu Utz yang diperoleh pada
tahun 2006-2007 dan juga Rainforest Alliance yang diperoleh pada tahun 2009, namun
sertifikasi ini hanya untuk Perkebunan Pedamaran PT Toarco Jaya. Sedangkan untuk kebun
percobaan yang berlokasi di desa Ranteuma belum disertifikasi. Namun dengan adanya PT
Toarco Jaya di desa Ranteuma masyarakat mendapatkan banyak pengetahuan mengenai
bagaimana bertani kopi, menanam kopi yang baik, mengurus dan bagaimana melakukan
pemangkasan pada pohon kopi, pengolahan kopi pasca panen dan lainnya. PT Toarco Jaya
meminta petani untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan sertifikasi dan substansi dari
sertifiikasi itu sendiri kepada petani meskipun petani tidak mengerti bahwa itu adalah bagian
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
dari proses dan hasil sertifikasi. Pada umumnya petani desa Ranteuma tidak mengetahui dan
tidak mengenal istilah sertifikasi tersebut. Hanya ada 4 orang dari responden atau 13,33%
yang mengetahui istilah sertifikasi tersebut. Sedangkan lebih banyak dari petani yang tidak
mengetahui, yaitu 26 orang dari 30 responden atau sekitar 86,67% tidak memahami
sertifikasi itu sendiri.
Petani yang mengetahui mengenai sertifikasi 4 petani 13,33%
Petani yang tidak mengetahui mengetahui
sertifikasi
26 petani 86,67%
Tanggapan petani atas adanya sertifikasi yang dilakukan di Desa Ranteuma :
Petani tidak pernah mengetahui apa itu sertifikasi dan petani tidak pernah mendengar
langsung istilah sertifikasi. PT Toarco Jaya sendiripun tidak pernah menjelaskan istilah
sertifikasi, PT Toarco Jaya hanya memberikan penyuluhan biasa, dari situ petani
mendapatkan pengetahuan akan cara menanam kopi, cara memetik kopi, cara memperbaiki
kopi, memangkas, dan juga mengelola hasil panen kopi. Sertifikasi sendiri menurut petani
yang mengetahui jika ditekuni dengan baik dan benar maka akan meningkatkan produktivitas
kopi baik secara langung ataupun tidak langsung. Namun ada juga petani yang berkomentar
bahwa keberadaan penyuluhan-penyuluhan dan istilah sertifikasi tersebut tidak terlalu
berpengaruh terhadap produktivitas kopi itu sendiri. Karena menurut petani faktor cuaca yang
terjadi dan tingkat ketelatenan petani dalampengurus kopi miliknya adalah hal yang justru
sangat berpengaruh.
Ada tidaknya standar mutu yang harus dipenuhi petani :
Ketika petani kopi Desa Ranteuma ingin menjual kopinya kepada PT Toarco Jaya yang
melakukan pembelian langsung disana, maka petani sangat menyadari ‘selera‘ kopi PT
Toarco Jaya, dalam artian PT Toarco Jaya hanya akan menerima kopi dengan standar mutu
yang telah mereka tetapkan. Karena pembeli utama hasil panen kopi petani Desa Ranteuma
adalah PT Toarco Jaya maka petani mau tidak mau harus melakukan pengolahan kopi sesuai
dengan standarnya PT Toarco Jaya, agar PT Toarco Jaya mau menerima / membeli kopi
petani tersebut. PT Toarco Jaya hanya menerim kopi yang bagus, yang tidak bolong-bolong,
itu artinya petani harus melakukan penyortiran terlebih dahulu sebelum menjual kopi mereka.
Begitu juga dengan pengelolaan biji kopi setelah panen. Standar mutu minimum yang harus
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
dipenuhi petani yaitu pada saat pemetikan maka yang dipetik hanyalah yang berwarna merah
saja, dilakukannya penyortiran agar terpisah antara yang rusak dengan yang baik, setelah
disortir digiling (dipulper) secara langsung (6 jam setelah dipetik harus dipulper) tanpa
dibiarkan dahulu beberapa malam, setelah itu difermentasi selama 12 jam, lalu dicuci
kemudian dijemur, setelah itu dilakukan penyortiran terhadap kopi kulit tanduk (kopi HS)
dibuang kopi-kopi yang rusaknya, selanjutnya dijual oleh petani.
Tidak ada kendala yang signifikan bagi petani ketika harus melakukan pengolahan langsung
dari kopi biji merah ke kopi kulit tanduk, karena hampir semua keluarga (rumah) memiliki
mesin pempulper sehingga mereka tidak harus menunggu kopinya banyak lalu digiling tetapi
seadanya kopi yang petani peroleh maka langsung digiling.
Adanya standar mutu minimum yang harus
dipenuhi
30 petani 100%
Tidak adanya standar mutu minimum yang
harus dipenuhi
0 petani 0%
Apakah harga premium yang didapat cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar mutu tersebut?
Jika petani menjual kopinya kepada PT Toarco Jaya maka petani akan mendapatkan harga
premium dari PT Toarco Jaya jika kopi yang diterima PT Toarco Jaya dalam keadaan bagus
dan tida rusak, serta sesuai dengan ‘selera’ PT Toarco Jaya. Premi yang diperoleh petani
berkisar antara Rp 100,- hingga RP 500,- perliter. Namun ada perbedaan untuk tahun 2011,
karena hasil kopi sangat sedikit sedangkan sepertinya PT Toarco Jaya sangat membutuhkan
kopi maka PT Toarco Jaya -pun memberikan premi lebih besar dari biasanya, premi
disesuaikan dengan kondisi kopi pada saat dijual oleh petani kepada PT Toarco Jaya.
Sebagian besar petani merasakan manfaat dari adanya premi yang diberikan PT Toarco Jaya
tersebut, mereka mengatakan hal demikian sebagai pemacu semangat petani untuk lebih giat
mengurus kebunnya dan menjaga kualitas kopi juga cita rasa kopi itu sendiri
Sedangkan jika petani menjual kopi bukan kepada PT Toarco Jaya petani tidak mendapatkan
premi. Misalnya petani menjual kopi kepada pedagang dipasar sapan, maka petani tidak
memperhatikan kondisi dan kualitas kopi seperti saat petani akan menjual kepada PT Toarco
Jaya.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Selain itu, sebagai timbal balik PT Toarco Jaya dibawah naungan Key Coffee melakukan dan
membuatkan fasilitas untuk masyarakat Ranteuma. PT Toarco Jaya membuatkan jembatan
dan memperbaiki jalan. Petani dapat merasakan insentif yang diberikan PT Toarco Jaya
sebagai kepuasannya telah mendapatkan kualitas kopi yang baik dari Ranteuma.
Harga premium cukup untuk memenuhi
standar mutu
23 petani 76,67%
Harga premium tidak cukup untuk
memenuhi standar mutu
7 petani 23,33%
Pendapatan Keluarga :
Petani yang berlokasi di desa Ranteuma dapat dikatakan sangat bergantung dengan pertanian
dan peternakan. Mata pencaharian utama masyarakat adalah bertani dan beternak, serta
mengharapkan kiriman dari anggota keluarga (suami, anak, dan sanak keluarga) yang
merantau di provinsi lain ataupun luar negeri. Petani di desa Ranteuma pada umunya bertani
kopi dan marquisa. Sedangkan untuk berternak hampir seluruh masyarakat Desa Ranteuma
memiliki ternak babi berkisar antara 5-15 ekor babi perkepala keluarga. Dilain sisni petani
sangat loyal dengan kebun kopi miliknya, namun karena adanya pendapatan keluarga yang
lain yang berupa kiriman dari merantau tersebut maka petani tidak benar-benar mengurus
kebun miliknya dan terkesan seadanya saja. Tidak ada usaha-usaha yang signifikan yang
dilakukn petani untuk meningkatkan produktivitas dan juga mengurus perkebunan yang
lebih. Petani juga kemudian hanya menjual saja kepada PT Toarco Jaya maupuan ke pasar
tidak ada koperasi seperti didesa sebelumnya yang sangat membantu keberlanjutan ‘usaha
tani‘. Keberadaan kelompok tani juga sangat tidak aktif dan tidak berpengaruh banyak.
Sanak keluarga petani banyak yang meranta di Papua, Kalimantan, Makassar, Flores, dan
juga Malaysia dan sanak keluarga tersebut sering mengirim uang, terutama untuk pesta.
Sehingga ada kecenderungan bahwa petani desa Ranteuma tidak memiliki mental wirausaha
sedikit banyak seperti masyakat Benteng Alla‘ Utara. Petani merasa dengan mereka bertindak
sewajarnya dan seperlunya kepada kopi miliknya dan juga mengharapkan kiriman uang,
maka petani merasa cukup jikalah ada kebutuhan yang mendesak maka petani akan menjual
babi miliknya yang harganya berkisar antara 5-15juta per ekor.
Adanya keluarga yang merantau 20 petani 66,67%
Tidak adanya keluarga yang merantau 10 petani 33,33%
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Pendapan keluarga hanya bertani 3 petani 10%
Pendapan keluarga hanya bertani dan beternak
27 petani 90%
Desa Benteng Ambeso, Kecamatan Gandangbatu
Tempat Jual Jumlah Persentase
Koperasi 0 0
Pengumpul 0 0
Pasar Buntu 27 90
Pedagang 2 7
Eksporter 1 3
Jumlah 30 100
Sumber : Survey Lapangan tanggal 15-22 Juli 2011
Jumlah petani Kelurahan Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan, dari 30
respoden 27 responden atau 90% diantaranya menjual menjual kopi yang petani hasilkan ke
Pasar, yaitu Pasar Buntu. Dalam hal ini menunjukan bahwa keberadaan Pasar Buntu sangat
penting bagi rantai distribusi kopi local di Desa Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu
Silanan. Lokasi Pasar Buntu sendiri yang berada didalam kelurahan Benteng Ambeso
membuat petani sangat mudah menjangkau pasar tersebut tanpa membutuhkan biaya
transportasi lagi karena bisa dijangkau dengan berjalan kaki saja. sedangkan yang biasa
menjual kopinya langsung kepada eksportir hanya satu orang atau hanya 3% dari
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
keseluruhan, sedangkan yang menjual kepada pedagangan yang menghampiri ke rumah
petani hanya 2 responden saja atau 7% dari keseluruhan. Jika dilihat dari sisi keterjangkauan
juga memng Pasar Buntu berlokasi sangat strategis, tepat berada di pusat pemukiman warga
Benteng Ambeso. Petani pun biasanya menjual setiap hari pasar dan tipikalnya langsung
berbelanja di pasar setelah menjual kopinya. Selain itu karena adanya tengkulak besar yang
sangat ‘terkenal’ di Tana Toraja, yaitu Ibu Hj. Sawirah yang sangat terkenal dengan
panggilan Indok’ Maniang, yang juga bermukin di desa Benteng Ambeso, Indok’ Maniang
memiliki anak buah yang banyak yang akan mendatangi pasar-pasar di Toraja pada saat hari
pasar termasuk di Pasar Buntu, anak buah Indok’ Maniang ini yang melakukan pembelian
kopi langsung yang berasal dari petani-petani.
Harga yang terakhir didapat :
Harga kopi yang diterima petani bervariasi dengan harga tertinggi Rp 23.000,- per liter
gunung yaitu dijual pada tanggal 15 Juli 2011 yang dijual dipasar dan pedagang. Sedangkan
harga terendah yaitu Rp 19.000,- per liter sasak menjual langsung kepada eksportir.
Jenis kopi yang dijual petani :
Petani Kelurahan Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan menjual kopi dalam
bentuk kopi kulit tanduk (kopi HS) dengan persentase 100% atau dari 30 responden
seluruhnya menjual dalam bentuk kopi kulit tanduk (kopi HS).
Pengolahan kopi setelah di panen :
Dalam hal pengelolaan kopi hasil panen petani Kecamatan Gandang Batu Silanan sudah
sangat memahami pengelolaan kopi yang baik, yaitu setelah pemetikan dipulper (petani
menyebutnya digiling). Setelah itu disimpan satu malam – dicuci kemudian dijemur. Seluruh
responden atau 30 petani di Kecamatan Gandang Batu Silanan melakukan pengelolaan
langsung terhadap kopinya setelah dipanen dalam artian tidak menyimpannya dahulu
(penyimpanan kopi menyebabkan kopi menjadi merah dan qualitas kopi menurun). Selain itu
alasan ini juga karena hasil kopi sedikit tahun panen ini sehingga petani tidak kelelahan
meskipun harus langsung mempulper hasil kopinya.
Alasan harga belum / sudah sesuai dengan yang diharapkan :
1. Menurut petani harga yang sesuai itu hanya ada di pedagang, sedangkan petani hanya
menerima saja harga yang ada dipasar ataupun yang ditentukan pedagang.
2. Hampir keseluruhan responden berharap harga terus dan terus meningkat.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
3. Hanya ada 2 petani atau 6,67% yang berpendapat bahwa harga yang mereka terima
saat ini sudah sesuai dengan yang mereka harapkan selama ini. Begitu juga 2 orang
petani dari 30 responden yang berpendapat bahwa harga yang diterima saat ini masih
belum sesuai juga dengan harapan petani.
4. Petani berharap harga bisa meningkat menjadi Rp 50.000,- perliter atau jika mampu
terus meningkat lagi.
5. Namun jika dibandingkan dengan harga-harga sebelumnya, harga tahun ini bagi
petani sudah sangat baik. Walaupun disisi lain sebagai orang yang menjual selalu
ingin menjual mahal apalagi dengan kondisi kopi yang sangat sedikit.
Tanggapan dengan adanya perubahan harga :
1. Pada awalnya kaget apalagi jika harga turun, namun jika harga naik kami senang.
Namun sebagai petani kami hanya mengikuti bagaimanapun harga yang ada
dipasaran.
2. Petani di Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandang Batu Silanan pada umumnya
bergantung pada sektor pertanian kopi, jadi ketika adanya ketidak stabilan harga
petani akan tetap mempertahankan tanaman kopinya.
3. Sebagian besar petani cenderung mengikuti perkembangan harga yang terjadi dan
tidak memiliki respon yang signifikan terhadap perubahan harga tersebut karena hal
tersebut terjadi bertahun-tahun sehingga ada kecnderungan ‘sudah biasa‘ dengan
adanya hal demikian.
4. Sebagian besar petani mengakui bahwa harga sangat mempengaruhi perhatian petani
terhadap kopi yang mereka miliki, jika harga tinggi maka petani akan sangat
memeperhatikan kopi miliknya, namu jika harga turun petani merasa perhatiannya
berkurang pada kopi karena harus mencari penghasilan tambahan misalnya menjadi
kuli bangunan, sehingga sebagian waktunya terbagi.
5. Petani di Desa Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan tidak melakukan
perubahan tanaman kopi kepada tanaman lain isalnya horti meskipun pada kondisi
harga tidak stabil. Dengan kata lain petani akan tetap bertani.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Arah kopi :
1. 16 responden atau 53,33% petani tidak mengetahui kopi yang mereka jual akan
disalurkan kemana. Petani hanya mengetahui menjual saja dan menerima uang,
keberadaan kopi setelahnya mereka tidak mengetahuinya.
2. 6 orang petani atau 20% berpendapat bahwa kopi yang mereka jual akan dibawa ke
PT Toarco Jaya.
3. 3 orang petani atau 10% dari keseluruhan responden berpendapat bahwa kopi yang
mereka jual akan diteruskan ke eksportir di Makassar.
4. 4 orang petani tau 13,33% berpendapat bahwa kopi yang mereka jual akan diteruskan
ke KUD SANE’
5. Hanya 1 orang petani yang berpendapat bahwa kopi yang disalurkannya akan dibaw
ke Jepang.
Dibawa PT TOARCO JAYA 6 20%
Dibawa ke Makassar 3 10%
Dibawa ke KUD SANE’ 4 13,33
Dibawa ke Jepang 1 3,33%
Tidak mengetahui sama
sekali arah kopi selanjutnya
16 53,33%
Rantai kopi yang berasal dari desa Ranteuma, Buntu Papasan (menurut pengetahuan petani)
Pasar Buntu
Tidak mengetahui
Petani
PT TOARCO JAYA
Eksportir di Makassar
KUD SANE’
Jepang
Pasar Global
Pedagang
Amerika
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Ada yang pesan sebelum dipanen atau tidak?
1. Pada umumnya tidak adanya pesanan kepada petani sebelum petani panen kopinya.
2. Dengan adanya Pasar Buntu sebagian petani ada yang menjual langsung ke pasar pada
saat hari pasar.
3. Hanya ada 2 responden yang mengakui bahwa adanya pemesanan sebelum panen,
namun hal inipun tidak murni pesan tetapi ketika petani butuh uang petani dapat
meminjam kepada pedagang lalu petani membayar uang yang dipinjamnya dalam
bentu kopi kepada pedagang setelah petani panen.
Ada pesan (dalam bentuk kekeluargaan) 2 petani 6,67%
Tidak ada pesanan kopi sebelum panen 28 petani 93,33%
Sertifikasi :
Belum dilakukanya sertifikasi terhadap tanaman kopi yang berlokasi di Kelurahan Benteng
Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan, petanipun tidak mengetahui apa itu sertifikasi,
bagaimana proses sertifikasi, dan apa implikasi dari sertifikasi itu sendiri. Kondisi pertanian
di Kelurahan Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan meruakan pertanian kopi
yang hanya diusahakan oleh petani rakyat tidak ada campur tangan dari perusahaan kopi.
Namun karena adanya kelompok-kelompok tani yang mengorganisir petani-petani kopi di
Kelurahan Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan sehingga adanya kelompok
tani dan ada bantuan dari pemerintah berupa penyuluhan pertanian secara berkala dan
menurut petani ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan mereka bagaimana bertani
dan mengelola kopi yang baik. Dari 30 responden hanya dua orang responden yang
mengetahui dan faham tentang sertifikasi itupun karena dua orang ini adalah ketua kelompok
tani yang mewakili masyarat tani Kelurahan Benteng Ambeso, Kecamatan Gandang Batu
Silanan yang serig mengikuti seminar dan pelatihan baik di Makassar,kota lain seperti Jakarta
bahkan pernah hingga ke Belanda.
Petani yang mengetahui mengenai sertifikasi 2 petani 6,67%
Petani yang tidak mengetahui mengetahui
sertifikasi
28 petani 93,33%
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Tanggapan petani atas adanya sertifikasi yang dilakukan di Kelurahan Benteng
Ambeso, Kecamatan Gandang Batu Silanan :
Menurut pendapat petani yang mengetahui mengenai sertifikais kopi, tanggapannya dengan
adanya sertifikasi yaitu dapat meningkatkan harga, karena kopi yang disertfikasi dan tidak
disertifikasi memiliki harga yang berbeda. Kopi yang disertifikasi memiliki harga yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kopi yang tidak bersertifikasi. Sedangkan sertfikasi tidak
ada kaitannya dengan peningkatan produksi kopi itu sendiri, karena tidak ada hubungannya
antara sertfikasi dengan produktifitas.
Ada tidaknya standar mutu yang harus dipenuhi petani :
Secara pasti tidak ada standar mutu yang ditentukan oleh pembeli yang harus dipenuhi petani
pada saat akan menjual kopinya, namun kesadaran petani Desa Benteng Ambeso Kecamatan
Gandang Batu Silanan dengan menjaga kebersihan dan kualitas kopi yang hendak mereka
jual. Kopi yang akan dijual harus bersih dan telah disortir dengan membuang kopi-kopi yang
rusak dan bolong-bolong. Selain itu tidak ada premi atau harga premi untuk kopi tertentu.
Namun ada pedagang tertentu yang hanya menerimakopi yang puttih dan bersih sehingga
petani menggap hal demikian ada bagian dari standar mutu yang harus petani jaga.
Adanya standar mutu minimum yang harus
dipenuhi
13 petani 43,33%
Tidak adanya standar mutu minimum yang
harus dipenuhi
17 petani 56,67%
Apakah harga premium yang didapat cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar mutu tersebut?
Petani tidak pernah mendapatkan harga premium, karena pada umumnya harga yang petani
peroleh adalah harga yang diberikan langung oleh pedagang baik pedagang yang berada di
pasar maupun pedagang yang menghampiri ke rumah petani. Petani juga berpendap bahwa
masalah cukup atau tidak cukup itu sagat relatif pada kemampuan petani itu sendiri dalam
mengelola kopi dna mengatur uangyang diterima dari hasilpenjualan kopi.
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Harga premium cukup untuk memenuhi
standar mutu
0 petani 0%
Harga premium tidak cukup untuk
memenuhi standar mutu (Tidak pernah
mendapatkan harga premium)
30 petani 100%
Pendapatan Keluarga :
Petani yang berlokasi Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandang Batu Silanan dapat
dikatakan sangat bergantung dengan pertanian dan peternakan. Mata pencaharian utama
masyarakat adalah bertani dan beternak, serta mengharapkan kiriman dari anggota keluarga
(suami, anak, dan sanak keluarga) yang merantau di provinsi lain ataupun luar negeri. Petani
di desa Desa Benteng Ambeso Kecamatan Gandang Batu Silanan pada umunya bertani kopi
disamping ada tanaman jangka panjang lainnya yaitu kokoa dan cengkeh. Sedangkan untuk
berternak hampir seluruh masyarakat Desa Ranteuma memiliki ternak babi berkisar antara 3-
12 ekor babi perkepala keluarga. Dilain sisni petani sangat loyal dengan kebun kopi miliknya.
Presentasi yang merantau dengan yang tidak memiliki sanak kelluarga yang merantau lebih
yang tidak merantau. Sehingga petani tidak bisa mengharapkan dari perantauan tersebut.
Sanak keluarga petani banyak yang merantau tersebar di Palopo, Papua, Kalimantan,
Makassar, Flores, dan juga Malaysia dan sanak keluarga tersebut tidak sering mengirim uang
sehingga pertani sangat bergantung pada pertnian dan peternakan miliknya. Sedangkan untuk
kebutuhan yang sifatnya mendesak petani akan menjual babi miliknya yang harganya
berkisar antara 2 – 12 juta per ekor.
Adanya keluarga yang merantau 10 petani 33,33%
Tidak adanya keluarga yang merantau 20 petani 66,67%
Pendapan keluarga hanya bertani 1 petani 3,33%
Pendapan keluarga hanya bertani dan
beternak
29 petani 96,67%
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Lampiran 6 : Harga Kopi Dunia yang ditetapkan ICO (www.ico.org)
(Sambungan ke halaman selanjutanya)
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
PETA
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012
Dinamika kopi..., Fikriyah, FMIPA UI, 2012