Post on 02-Jan-2016
description
Citra Da’i, Medan dan Proses Dakwah
Disusun olehMoch. Rauf WardayaM. IlhamLutfi KNisa ChaeraniRaffi .FAde. AM. Rifqi
CITRA DA’I
A. PENGERTIAN CITRA DAI
Citra adalah kesan kuat yang melekat pada banyak orang tentang
seseorang, sekelompok orang atau tentang suatu institusi.
Seseorang yang secara konsisten dan dalam waktu yang lama
berperilaku baik atau berprestasi menonjol maka akan terbangun
kesan pada masyarakatnya bahwa orang tersebut adalah sosok
yang baik dan hebat
Citra atau kesan terbangun melalui proses komunikasi interpersonal
dimana orang banyak mempersepsi kepada kita atau sebaliknya.
Lanjutan ...
Mengingat semua itu, maka dakwah yang sungguhnya
sangat mengharuskan da’i-da’i agung yang memiliki jiwa
besar, sebesar ajaran yang akan didakwahinya., mempunyai
wawasan yang berwawasan luas dan berkemampuan
mengesankan serta menghidupkan nilai-nilai keislaman
dalam hati setiap umat islam.
Oleh karena itu bagi setiap da’I hendaklah menjadikan al-
qur’an sebagai pedoman untuk dapat menggali nilai-nilai
keluhuran dan kebijakan sehingga tingkah laku dan
perkataan merupakan cerminan dari nilai tersebut.
B. CITRA DAI DI MATA MASYARAKAT
Konsep diri ada yang positif dan ada yang negatif. Jika seorang da’I
memiliki konsep diri yang positif, maka ciri-cirinya adalah sebagai
berikut :
1.Ia memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah
yang akan dihadapi. Apapun kesulitan yang ia bayangkan, ia
merasa yakin akan dapat menemukan jalan keluarnya.
2.Dalam pergaulan dengan orang banyak, ia merasa setara
dengan orang lain, ia tidak merasa rendah diri, tidak kecil hati,
tidak merasa sebagai orang kampung yang ketinggalan zaman
(meskipun ia berasal dari kampung), tetapi merasa sama. Jika
orang lain bisa mengapa saya tidak bisa?
LANJUTAN ..
3.Jika suatu saat ia dipuji orang, ia tidak tersipu-sipu malu,
karena ia merasa pujian itu wajar saja, sekadar
mengungkapkan keberhasilan atau kelebihan yang ia
miliki.
4.Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki kecenderungan
yang tidak mungkin disetujui atau memuaskan seluruh
masyarakat. Ia menyadari bahwa ia dapat melakukan
suatu hal yang berguna dan menyenangkan orang lain,
tetapi ia juga sadar bahwa tidak semua orang dapat
menerima secara positip terhadap apa yang ia lakukan.
LANJUTAN ...
5. Mampu memperbaiki diri. Karena sikap yang terbuka
terhadap pujian dan cacian, maka ia mampu
menerima kritikan dan saran-saran dari orang lain
sebagai masukan untuk memperbaiki diri.
TAHAPAN DAN PROSES DAKWAH
A. Tahapan Dakwah Rasululloh Saw
1. Periode Mekah
2. Periode Madinah
1. Periode Mekah
a. Secara sembunyi-sembunyi yang melingkupi
pemantapan akidah, pembentukkan syakhsiyah
Islamiyah, dan pembentukan kelompok dakwah
b. Secara terang-terangan yang melingkupi pertarungan
pemikiran dan perjuangan politik.
2. Periode Madinah
a. membangun Masjid sebagai salah satu sarana dakwah
b. Dalam memupuk ukhuwah Islamiyah antara Kaum
Muhajirin dan Kaum Anshor
c. mengatur urusan masyarakat dengan syari’at Islam
d. membuat perjanjian dengan warga nonmuslim
menyusun strategi Politik dan Militer
e. jihad fi sabilillah
Tahapan Dakwah Sekarang
Pertama, membina hubungan yang baik dengan objek dakwah
Kedua, membangkitkan keimanan yang mengendap dalam jiwa
Ketiga, membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan ibadah-ibadah yang
diwajibkan
Keempat, menjelaskan tentang kesyumulan ibadah, bahwa ibadah tidak hanya
terbatas pada ritual-ritual shalat, puasa, zakat, dan haji saja
Kelima, menjelaskan kewajiban berdakwah kepada sesama muslim. Bahwa
keberagamaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman kita sendiri
Keenam, menjelaskan bahwa kewajiban diatas tidak mungkin dilaksanakan
secara individu (Infiradhi) tetapi harus dilaksanakan secara kolektifitas
berjamaah (Amal Jama’i)
Ketujuh, mengenalkan dengan jamaah mana ia harus bergabung dan
memberikan kontribusinya untuk keberlangsungan dakwah Islam.
MEDAN DAKWAH ISLAM
1. Mulakanlah dengan yang dekat sebelum yang jauh
Maka dakwah kepada yang dekat ini tidak memerlukan kita
berjalan jauh kerana mereka sedia ada di depan kita.
Hakikatnya, kaum kerabat kita juga ingin merasai sentuhan
dakwah seperti yang kita dapat.
2. Mulakan dengan yang kecil - muda sebelum yang besar - tua
Ini kerana anak kecil masih belum terikat pemikirannya
dengan mana-mana fahaman dan non-interfensi.
Berurusannya dengannya adalah lebih mudah berbanding
dengan orang tua yang telah memilih jalan hidupnya sendiri,
terikat dengan banyak pihak dan penuh dengan
tanggungjawab.
Lanjutan ...
3. Dahulukan yang tawadhu’ berbanding yang takabbur
Sifat tawadhu’ yang ada seseorang mad’u itu adalah satu
kemungkinan untuk dia menyambut dakwah dan kebenaran.
Manakala orang yang takabbur pula menunjukkan kepayahannya
untuk menerima kebenaran dan suka mencemuh manusia.
4. Dahulukan yang berpendidikan sebelum yang buta huruf
Ini adalah kerana peranan yang boleh dimainkan oleh orang yang
berilmu dan berpendidikan itu lebih luas. Dia lebih berkemampuan
dari yang lain untuk mengeluarkan pendapat-pendapat dan
membuat pemilihan. Selain itu, orang yang bijak dan
berpendidikan ini lebih mengetahui perbedaan dan khilaf-khilaf
dikalangan para ulama’ serta mengetahui sebab berlakunya
perbedaan ini berbanding yang lain.
5. Utamakan yang masih bebas (Netral )
Orang yang masih ‘bebas’ ini, tidak terikat dengan mana-mana pihak,
dia duduk di pertengahan. Manakala orang telah menganggotai suatu
organisasi/aliran, maka dia telahkeluar dari kenetralan dan menjadi
hanya menjadi pendukung organisasinya saja.
6. Utamakan kawan-kawan di tempat kerja sebelum yang lain
Ini kerana, kawan-kawan di tempat kerja tersebut selalu kita jumpa,
bidang percakapan juga lebih luas serta banyak persamaan. Sebagai
contohnya, doktor lebih sepadan doktor dibanding perawat, Satpam
lebih sesuai dengan satpam dibanding dengan guru ,dan sebagainya.
JADI
kita perlu memusatkan segala usaha dakwah kepada pusat tumpuan atau markas sesuatu masyarakat supaya kerja-kerja dakwah dan proses merubah sesuatu masyarakat tesebut lebih cepat. Juga, kita perlu berdakwah berdasarkan proses atau tahapan dakwah
TERIMA KASIH TELAH BERDISKUSI